BAB IV METODE PENELITIAN 4.1
Rancangan Penelitian Rancangan
penelitian
ini
bersifat
eksperimental.
Penelitian
eksperimen adalah kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang muncul akibat perlakuan tertentu (Notoatmojo, 2005). Desain penelitian ini menggunakan randomized pre test and post test with control group design, di mana pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak atau random begitu pula pembagian sampel menjadi dua kelompok juga dilakukan secara acak atau random (Bakta, 1997)
P
S
R
O1
P1
O2
O3
P2
O4
O5
P3
O6
Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian Keterangan : P : Populasi S : Sampel. R : Random. O1 : Data pada kelompok 1 sebelum perlakuan. O2 : Data pada kelompok 1 setelah perlakuan. O3: Data pada kelompok 2 sebelum perlakuan. O4 : Data pada kelompok 2 setelah perlakuan.
52
53
O5 : Data pada kelompok 3 setelah perlakuan. O6 : Data pada kelompok 3 setelah perlakuan. P1 : Fisioterapi metode Konvensional P2 : Fisioterapi metode Kinesiotaping. P3 : Fisioterapi metode MRP 4.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Klinik Ontoseno Jl. Ontoseno I/2 Malang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2013.
4.3
Penentuan Sumber Data 4.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien dengan kondisi post CVA di Klinik Fisioterapi Ontoseno Jl. Ontoseno I/2 Malang. 4.3.2 Sampel Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien atau klien yang datang dengan kondisi post CVA di Klinik Fisioterapi Ontoseno Jl. Ontoseno I/2 Malang. Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut. 1. Kriteria Inklusi a. Pasien post CVA serangan pertama
54
b. Pasen telah memasuki fase recovery, atau Brunnstrom stage tahap 3 (Spastisitas semakin nyata. Pasien dapat mengontrol gerakan sinergis). c. Pasien post CVA memiliki kondisi vital sign yang stabil. d. Pasien post CVA yang telah mampu berjalan tetapi memiliki gangguan pola jalan. e. Mengerti instruksi yang diberikan. f. Bersedia menjadi responden penelitian. 2. Kriteria Ekslusi a. Pasien Post CVA memiliki gangguan kognitif atau tidak mampu memahami instruksi yang diberikan. b. Pasien Post CVA memiliki riwayat penyakit sendi pada ekstrimitas inferior. c. Pasien post CVA yang memiliki penyakit organik seperti jantung, paru-paru, ginjal, dll. 3. Kriteria Pengguguran Sampel a. Responden tidak menyelesaikan latihan atau tidak teratur mengikuti program latihan. b. Responden mengalami penurunan kondisi umum yang tidak memungkinkan dilakukan pelatihan c. Responden mengalami alergi kulit terhadap bahan perekat Kinesiotaping d. Responden menyatakan mundur dari program latihan
55
4.3.3 Besar Sampel Penentuan besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini menggunakan rumus Pocock (2007): 2 2 n xf , 2 1 2
Dimana : n
= besar sampel
= standar deviasi
f(,) = konstanta berdasarkan Tabel 1
= rerata sebelum perlakuan
2
= rerata penurunan yang diestimasi Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh Siregar
di RSUP Adam Malik Medan tahun 2012 didapatkan rerata tes skor pola jalan sebelum latihan, µ1 = 7,11, standar deviasi = 3,14, rerata tes skor pola jalan setelah latihan
µ2 = 2,62 dengan demikian dapat dihitung
besaran sampel tiap kelompok adalah: n
2(3,14) 2 x7,9 7,11 2,622
n
2(9,8596)
n
19,7192 x7,9 20,1601
4,492
n 7,73
x7,9
56
Dari perhitungan diatas jumlah sampel yang didapat dibulatkan menjadi 8 orang pada tiap kelompok, tetapi untuk mengantisipasi adanya sampel yang gugur maka penulis menambahkan 20% sehingga dapat dietapkan jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 10 orang setiap kelompok sehingga total sampel adalah 30 orang. 4.4
Variabel penelitian Variabel yang di ukur dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas a. Fisioterapi metode konvensional b. Aplikasi Kinesiotaping c. Fisioterapi metode Motor Relearning Programme 2. Variabel terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pola jalan pasien post stroke.
4.5
Definisi Operasional Variabel 1. Stroke Stroke adalah manifestasi keadaan pembuluh darah cerebral yang tidak sehat sehingga disebut juga cerebral arterial disease atau cerebrovascular disease cedera dapat diakibatkan oleh sumbatan bekuan
darah,
penyempitan
pembuluh
darah,
sumbatan
dan
penyempitan atau pecahnya pembuluh darah otak, semua ini akan menyebabkan kurangnya pasokan darah ke otak (Hamid dan Satori, 1992).
57
Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien post-stroke yang sudah dapat berjalan tetapi memiliki gangguan pola jalan dengan kondisi vital sign stabil, tidak memiliki gangguan kognitif, tidak memiliki gangguan sendi seperti osteoarthritis, remathoid arthritis, dan tidak mengalami kontraktur otot anggota gerak bawah. 2. Pola jalan pasien post stroke Gambaran pola jalan yang mencakup kecepatan berjalan, berkurangnya panjang dan jumlah langkah, lokasi tumpuan, besarnya sudut, dan lain-lain yang dinilai menggunakan Wisconsin Gait Scale (WGS). Pengamatan dilakukan melalui video recording terlebih dahulu dari sisi anterior, posterior, dan lateral kemudian dilakukan observasi menggunakan Wisconsin Gait Scale. Semakin besar nilai WGS maka semakin bermasalah pola jalannya. Pola jalan dikatakan meningkat apabila mengalami penurunan skor WGS. 3. Metode Konvensional Metode Konvensional adalah adalah metode rehabilitasi motorik pasien post stroke meggunakan latihan rentang gerak atau Range of Motion (ROM) dengan teknik free aktif, dan aktif assisted. Latihan dilakukan untuk semua arah gerakan tungkai sisi yang terkena dengan tujuan meningkatkan ROM, dan kekuatan otot pasien. Pelatihan ini
58
dilakukan selama 3 (tiga) kali dalam seminggu dengan durasi latihan 45 – 60 menit selama 4 (empat) minggu. 4. Kinesiotaping Kinesiotaping adalah sebuah elastik tape berbahan polimer yang dibungkus oleh 100% serat kapas dan memiliki perekat berbahan 100%
acrylic.
Dalam
penelitian
ini
penulis
menggunakan
Kinesiotaping “Spol Kinematics Tex”. Pemasangan Kinesiotaping dalam penelitian ini menggunakan mechanic and functional correction. Penggunaan Kinesiotaping diganti setiap tiga hari dengan catatan tidak ada iritasi kulit terhadap bahan perekat Kinesiotaping. Pemasangan dilakukan pada otot-otot postural, yaitu pada area abdominal dan erector spine. Aplikasi mengginakan I-strip dan dilakukan dengan 4 cara: a. Aplikasi untuk otot rectus abdominis, menggunakan I-strip diawali dari bagian pubis, ditarik dengan tingkat ketegangan sedang ke arah superior menyusuri otot rectus abdominis dan berakhir di cartilage costae 5,6, dan 7. b. Aplikasi untuk otot external oblique. Diawali dari crista iliaca dengan tarikan sedang, ditarik ke arah costae 5 sisi berlawanan. c. Aplikasi untuk otot internal oblique. Diawali dari crista iliaca dengan tarikan sedang, ditarik ke arah costae 8 sisi yang sama.
59
d. Aplikasi untuk erector spinae muscle, diawali dari bagian superior trunk kemudian pada posisi otot terulur (Fleksi trunk) ditarik ke arah caudal dengan tarikan sedang hingga area lumbal. Aplikasi Kinesiotaping yang lain dilakukan pada ankle dengan posisi anatomis dengan 4 cara: a. Menggunakan I-strip diawali dari bagian anterior midfoot dengan tarikan kurang lebih 20% ditarik menyusuri otot tibialis anterior hingga berakhir di caput fibula. b. Menggunakan Y-strip dimulai dari area calcaneus megikuti bagian lateral dan medial dari otot gastrocnimeus dengan tarikan sedang, kurang lebih 50%. c. Pemasangan pada arcus plantaris dengan posisi mediolateral dengan tarikan sedang ke arah maleolus medial dan lateral. d. Pemasangan terakhir menggunakan I-strip, dimulai dari anterior ankle dan menutupi maleolus medial dan lateral
Gambar 4.2 Pemasangan Kinesiotaping pada pasien post stroke Sumber: Saygi et al., 2010
60
5. Motor Relearning Programme Motor Relearning Programme adalah metode rehabilitasi motorik pasien post stroke menggunakan pendekatan latihan fungsional dengan konsep eliminasi gerakan yang tidak perlu yang melibatkan proses kognitif, ilmu perilaku dan psikologi, pelatihan, pemahaman tentang anatomi dan fisiologi saraf dan tidak berdasarkan neurodevelopmental. Pelatihan ini dilakukan selama 3 (tiga) kali dalam seminggu dengan durasi latihan 45 – 60 menit selama 4 (empat) minggu.
4.6
Instrument Penelitian Instrumen Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Latihan ROM untuk anggota gerak bawah, gambar terlampir. 2. Kinesiotaping produk “Spol Kinematics Tex” gambar terlampir. 3. Aplikasi Kinesiotaping untuk anggota gerak bawah, gambar terlampir. 4. Lembar evaluasi Wisconsin Gait Scale (terlampir). 5. Video recorder untuk merekam pola jalan pasien post stroke. 6. Alat untuk dokumentasi jalannya penelitian.
4.7
Prosedur Penelitian 4.7.1 Tahap Persiapan 1. Studi kepustakaan dari buku, jurnal, proseding, internet dan lain-lain yang relevan dengan topik penelitian. 2. Mengurus surat-surat penelitian persetujuan penelitian kepada Klinik Ontoseno Malang.
61
3. Membuat jadwal pelaksanaan penelitian. 4. Menyiapkan alat-alat ukur yang baku dan punya ketelitian yang dapat dipercaya dan diakui secara ilmiah. 4.7.2 Tahap Pemilihan dan Penentuan Sampel. 1. Semua responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai sampel diberikan nomor urut yang berbeda 2. Selanjutnya sampel dipilih secara acak sederhana dengan menggunakan teknik undian. Jumlahnya sesuai
dengan
hasil perhitungan yang
diperoleh berdasarkan penelitian terdahulu. 3. Melakukan pembagian kelompok pelatihan secara acak sederhana, dengan teknik undian sebanyak tiga kelompok, yang masing-masing kelompok beranggotakan 10 orang 4.7.3 Tahap Pelaksanaan Penelitian Secara garis besar langkah-langkah yang
dilakukan dalam
pelaksanaan penelitian ini adalah sebagi berikut. 1. Sebelum pelaksanaan penelitian responden diberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian, jadwal dan tempat penelitian, tata laksana penelitian, dan hak-hak subjek dalam pelaksanaan penelitian 2. Setelah mendapat persetujuan responden, dilakukan pengukuran awal kemampuan pola jalan pasien post-stroke menggunakan Wisconsin Gait Scale.
62
3. Dilakukan Fisioterapi metode konfensional pada Kelompok I, Aplikasi Kinesiotaping pada Kelompok II, dan metode MRP untuk Kelompok III. 4. Dilakukan pengukuran akhir dengan Wisconsin Gait Scale. 5. Pengumpulan data, analisis data, dan pembuatan laporan hasil penelitian. 4.8
Alur Penelitian Pasien post stroke klinik ONTOSENO
Kriteria Inklusi
Pre Test (Wisconsin Gait Scale)
Sampel Penelitian
Simple Random Sampling ((
Kelompok I n=10 Metode Konvensional
Kelompok II n=10
Kelompok III n=10
Aplikasi Kinesiotaping
Post Test (Wisconsin Gait Scale)
Analisis (( Kesimpulan Gambar 4.3 Skema Alur Penelitian
Metode MRP
63
4.9 Analisis Data Setelah seluruh data terkumpul 1. Uji Normalitas : Shapirow-Wilk test bertujuan untuk mengetahui distribusi data masing-masing kelompok perlakuan. Batas kemaknaan yang digunakan adalah α = 0,05. Jika hasilnya p > 0,05 maka dikatakan bahwa data berdistribusi normal dan apabila p < 0,05 menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal. 2. Statistik deskriptif untuk menganalisis usia, jenis kelamin, onset, sisi ekstrimitas yang terkena, dan penyebab stroke. 3. Uji Homogenitas data : menggunakan Levene Test, bertujuan untuk mengetahui variasi data. Batas kemaknaan yang digunakan adalah α = 0,05. Jika hasilnya p > 0,05 maka dikatakan bahwa data homogen dan apabila p < 0,05 menunjukkan bahwa data tidak homogen. 4. Uji Hipotesis a. Hipotesis I i. Jika distribusi data normal maka uji Hipotesis menggunakan paired t-test. ii. Jika distribusi tidak data tidak normal maka uji Hipotesis menggunakan Wilcoxon . b. Hipotesis II i. Jika distribusi data normal maka uji Hipotesis menggunakan paired t-test. ii. Jika distribusi data tidak normal maka uji Hipotesis menggunakan Wilcoxon. c. Hipotesis III i. Jika distribusi data normal maka uji Hipotesis menggunakan paired t-tes.
64
ii. Jika distribusi tidak data tidak normal maka uji Hipotesis menggunakan Wilcoxon d. Hipotesis IV i. Jika distribusi data normal dan homogen maka uji Hipotesis menggunakan one way ANOVA ii. Jika distribusi data tidak normal dan homogen maka uji Hipotesis menggunakan uji Kruskal-Wallis