67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran umum suku dinas walikota 4.1.1 Sejarah singkat Dibentuk pada pertengahan tahun 2003, tepat pada bulan juli dan menjadi salah satu bagian SUDIN KOMINFOHUM di Walikota Jakarta Barat yang pada saat itu di pimpin bapak Muhamad Ikbal sebagai KASUDIN yang membawahi beberapa bagian antara lain komunikasi, informatika dan kehumasan. Keberadaan humas di walikota jakarta barat berada di tengahtengah struktur organisasi antara kepala suku dinas komunikasi, informatika dan kehumasan dengan para pegawainya.dengan kata lain humas bertugas menjembatani antara atasan dengan bawahan secara internal sedangkan eksternalnya dapat menjadi penghubung antara pihak masyarakat umum di sekitar wilayah jakarta barat dengan pihak walikota jakarta barat sendiri. Saat ini kasudin dijabat oleh bapak H.M.Yusuf Mansyur, sedangkan kepala staf kehumasan dijabat oleh bapak Rahmat. Humas dibentuk di walikota dengan maksud agar dapat membantu sistem pelayanan komunikasi menjadi lebih baik dengan masyarakat luas di Wilayah Jakarta Barat .
67
68
4.1.2 Visi dan Misi Visi: 1. Sejak awal dibentuknya kehumasan di walikota Jakarta barat tepatnya di suku dinas komunikasi, informatika dan kehumasan pada awalnya dibentuk untuk dapat membantu menangani permasalahan yang ada di masyarakat, baik dalam bentuk komunikasi, informatika dan kehumasan itu sendiri, sehingga dapat memberikan
pelayanan
yang
baik
dan
maksimal
kepada
masyarakat luas terutama wilayah Jakarta barat serta awak media massa. 2. Dapat menjadi penghubung dalam bentuk komunikasi organisasi, komunikasi media, komunikasi massa. Antara pihak walikota secara
umum
maupun
kehumasan
secara
khusus
dengan
masyarakat umum atau lembaga pemerintahan. 3. Menjadikan Teknologi Informasi sebagai pendorong terwujudnya pemerintahan dan masyarakat yang berbudaya informasi menuju bangsa yang mandiri, demokratis dan sejahterah.
Misi: 1. Memberikan pelayanan dibidang komunikasi, informatika dan kehumasan kepada masyarakat luas dan lembaga negeri maupun swasta.
69
2. Membantu walikota jakarat barat dalam melaksanakan tugas baik yang berhubungan dengan masyarakat dan media massa. 3. Memberikan pelayanan terbaik dibidang teknologi informasi guna mewujudkan good govermance. 4. Mewujudkan transparansi pelayanan masyarakat dengan teknologi informasi. 5. Mewujudkan otomatisasi administrasi pemerintahan di walikota jakarta barat. 6. Mewujudkan penyediaan informasi bagi pimpinan dan masyarakat. 7. Mewujudkan jaringan komunikasi data antar instansi. 8. Mewujudkan aparatur dan masyarakat berwawasan teknologi informasi.
4.1.3 Kedudukan humas di Walikota Jakarta Barat Kedudukan
humas
didalam
kestrukturan
suku
dinas
komunikasi, informatika dan kehumasan berada ditengah-tengah antara kepala suku dinas komunikasi, informatika dan kehumasan dengan staf masing-masing sub bagian
4.1.4 Tugas Humas Kelembagaan humas tugas antara lain:
di walikota jakarta barat mempunyai
70
1. Bertanggung jawab atas terlaksananya komunikasi internal di walikota jakarta barat. 2. Mengkoordinir kegiatan komunikasi internal yang meliputi, pengadaan kegiatan acara, merancang susunan acara serta mengklarifikasi setiap permasalahan yang muncul agar menjadi lebih baik antara pihak lembaga pemerintah dengan lembaga lain atau mayarakat umum. 3. Mengkoodinir pelaksanaan kegiatan keprotokoleran baik yang bersifat ceremonial maupun akomodasi perjalanan walikota berserta staf-stafnya. 4. Mengkoordinir
pengelolahan
data
dan
dokumentasi
serta
penggunaan kliping. 5. Melakukan pembinaan hubungan dengan unit-unit internal dalam kaitannya
memperoleh
dan
menyebarkan
informasi
serta
mendukung kegiatan internal.
4.1.5 Struktur Humas walikota Berdasarkan data yang diperoleh dari bapak Rahmat selaku staff humas walikota Jakarta Barat
71
KASUDIN
TU
SISTEM INFORMASI
ITI
KEHUMASAN
POS DAN TELEKOMUNI KASI
72
4.2. Hasil Penelitian Analisa deskriptif data demografik dilakukan untuk mengetahui data pegawai yang menjadi sampel/responden dalam penelitian ini seperti data usia responden, jenis kelamin, status responden, pendidikan responden dan lama kerja responden. Identitas Responden : Tabel 4.2.1.1 Data Usia Responden Frekuensi presentasi <21 21-30 31-40 41-50 >50 Total
0 4 11 9 1
0% 4% 44% 36% 4%
25
100%
Sumber : Hasil pertanyaan kuesioner no.1
Dari tabel 4.2.1.1 diatas data usia responden yang tertinggi adalah antara usia 31-40 sebanyak 11 frekuensi/orang serta persentasenya 44%. Hal ini menunjukan bahwa pegawai pada usia 31-40 tahun masih sangat produktif dikarenakan usia muda, sehingga dapat berkolaborasi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan pegawai yang usianya lebih tua atau paruh baya di atas 41tahun.
73
Tabel 4.2.1.2 Data Jenis Kelamin Frekuensi presentasi Laki-laki Perempuan
17 8
68% 32%
Total
25
100%
Sumber : Hasil pertanyaan kuesioner no.2
Dari tabel 4.2.1.2 diatas data jenis kelamin laki-laki yang terbanyak dengan frekuensi 17 orang dengan persentase 68% dan sisanya 8 orang dengan persentase 32% adalah wanita. Dengan jumlah laki-laki yang lebih banyak diharapkan dapat memaksimalkan kinerja pegawai. Tabel 4.2.1.3 Data Status Responden Frekuensi presentasi Belum nikah Menikah
5 20
20% 80%
Total
25
100%
Sumber : Hasil pertanyaan kuesioner no.3
Dari tabel 4.2.1.3 diatas data status responden sebanyak 20 orang menikah dengan persentase 80% yang diharapkan labih matang atau dewasa dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sedangkan sisanya 5 orang belum menikah.
74
Tabel 4.2.1.4 Data Pendidikan Responden Frekuensi presentasi SD SLTP SMA/SMU DIPLOMAT STRATA 1
0 0 4 6 15
0% 0% 16% 24% 60 %
Total
25
100%
Sumber : Hasil pertanyaan kuesioner no.4 Dari tabel 4.2.1.4 diatas data pendidikan responden jawaban yang tertinggi adalah Strata 1(S1) dengan persentase 60%, sehingga diharapkan dapat memaksimalkan kinerja pegawai dengan hasil yang memuaskan. Tabel 4.2.1.5 Data Lama Kerja Responden Frekuensi presentasi <1 1-5 6-10 >10 Total
0 4 11 10
0% 16 % 44% 40%
25
100%
Sumber : Hasil pertanyaan kuesioner no.5
Dari tabel 4.2.1.5 diatas data lama kerja responden jawaban yang tertinggi adalah 6-10 tahun dengan persentase 44%, sehingga diharapkan dapat membantu dalam melaksanakan tugas-tugas dengan usia lama kerja responden yang telah berpengalaman dan sangat matang dalam mengatasi permasalahan yang ada.
75
Hasil Penelitian Gaya Kepemimpinan: Penulis akan menganalisa data reponden atas hasil penelitian mengenai gaya kepemimpinan yang diperoleh melalui kuesioner yang telah diisi oleh 25 orang pegawai humas walikota Jakarta barat, antara lain: 4.2.2.1 Gaya kepemimpinan otoriter: Tabel 4.2.2.1.1 Pemimpin memberikan perintah yang memaksa Frekuensi
presentasi
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
0
0%
1 11 13 0
4% 44% 52% 0%
Total
25
100%
Sumber : Hasil pertanyaan kuesioner no.1
Dari tabel 4.2.2.1.1 Gaya pemimpin otoriter ”Pemimpin memberikan perintah yang memaksa dan harus dipenuhi ” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Setuju”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pimpinan kurang dapat menghargai pegawainya karena cara memimpinnya terlalu egois dalam memberi perintah, karena berdasarkan tabel diatas gaya pemimpin otoriter keras ”Pemimpin memberikan perintah yang
76
memaksa” Sebanyak 11 pegawai (44%) ragu-ragu dengan cara memimpin seperti itu dikarenakan sifat pemimpin yang memaksa dapat membuat para pegawai menjadi tertekan sehingga dalam bekerja tidak dapat memberikan hasil yang terbaik untuk perusahaan. Tabel 4.2.2.1.2 Pemimpin menentukan semua kebijakan tanpa konsultasi Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
16
64%
5 3 1 0
20% 12% 4% 0%
Total
25
100%
Sumber : Hasil pertanyaan kuesioner no.2
Dari tabel 4.2.2.1.2 gaya kepemimpinan otoriter “Pemimpin menentukan semua kebijakan tanpa konsultasi” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Setuju”. Dengan demikian
dapat
menggunakan
dikatakan gaya
bahwa
kepemimpinan
pimpinan otoriter
tidak
dapat
“Pemimipin
menentukan semua kebijakan tanpa berkonsultasi”, sesuai dengan tabel diatas sebanyak 16 pegawai (64%) sangat tidak setuju dengan cara
pimpinan
yang
menentukan
semua
kebijakan
tanpa
berkonsultasi terlebih dahulu dengan para pegawainya dengan
77
begitu pimpinan terlihat sangat tidak menghargai pemikiran para pegawainya karena tidak diberikan kesempatan untuk berkonsultasi mengenai kebijakan-kebijakan tersebut.
Tabel 4.2.2.1.3 Pemimpin tidak memberikan informasi tugas secara detail Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
20
80%
4 1 0 0
16% 4% 0% 0%
Total
25
100
Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.3
Dari tabel 4.2.2.1.3
Gaya kepemimpinan otoriter
“Pimpinan tidak memberikan informasi tugas secara detail” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Setuju”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pimpinan kurang dapat memimpin pegawainya karena dalam memberikan perintah pimpinan tidak memberikan informasi mengenai tugasnya secara detail. Sesuai dengan tabel diatas sebanyak 20 pegawai (80%) sangat tidak setuju dengan cara pimpinan yang tidak memberikan informasi tugas secara detail, karena dapat mempersulit kinerja para pegawai yang harus menyelesaikan tugas tersebut karena
78
kurangnya
penjelasan/informasi
dari
pimpinannya
sehingga
hasilnya juga tidak maksimal.
Tabel 4.2.2.1.4 Pemimpin tidak melibatkan bawahan dalam mengambil keputusan Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
5
20%
16 2 2 0
64% 8% 8% 0%
Total
25
100%
Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.4 Dari
tabel
4.2.2.1.4
“Pemimpin
tidak
melibatkan
Gaya
kepemimpinan
bawahan
dalam
otoriter
mengambil
keputusan” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Tidak Setuju”. Sesuai dengan tabel diatas sebanyak 16 pegawai (64%) tidak setuju dengan cara pimpinan tidak melibatkan bawahan dalam mengambil keputusan dengan demikian dapat dikatakan bahwa pimpinan terlalu egois tidak menghargai bawahannya sehingga dapat mempengaruhi kerja sama serta komunikasi antara pimpinan dengan para pegawainya.
79
Tabel 4.2.2.1.5 Bawahan tertekan dan merasa tidak puas terhadap pimpinannya Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
12
48%
8 1 0 0
32% 4% 0% 0%
Total
25
100%
Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.5 Dari table 4.2.2.1.5 Gaya kepemimpinan otoriter “Bawahan tertekan dan merasa tidak puas terhadap pimpinannya” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Sangat Tidak Setuju”. Berdasarkan tabel diatas sebanyak 12 pegawai (48%) sangat tidak setuju terhadap pimpinan yang membuat bawahan merasa tertekan serta merasa tidak puas dengan cara pimpinan tersebut dalam memimpin bawahannya. Tabel 4.2.2.1.6 Pimpinan menekankan pada peraturan yang berlaku Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
0
0%
1 11 12 1
4% 44% 48% 4%
Total
25
100%
Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.6
80
Dari table 4.2.2.1.6 Gaya kepemimpinan otoriter “Pimpinan menekankan pada peraturan yang berlaku” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Setuju”. Berdasarkan tabel diatas sebanyak 12 pegawai (48%) setuju terhadap gaya pimpinan yang menekankan pada peraturan yang berlaku kepada para pegawainya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pimpinan sangat patuh pada peraturan yang berlaku sehingga dapat membuat lebih disiplin lagi terhadap semua peraturan yang ada.
4.2.2.2 Analisa Gaya Kepemimpinan Bebas: Tabel 4.2.2.2.7 Pemimpin kurang memiliki ide atau gagasan Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
15
60%
3 5 2 0
12% 20% 8% 0%
Total 25 100% Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.12 Dari data tabel 4.2.2.2.7 Gaya pemimpin bebas “Pemimpin kurang memiliki ide dan gagasan” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi
dari
responden
adalah
”Sangat
Tidak
Setuju”.
Berdasarkan tabel diatas sebanyak 15 pegawai (60%) sangat tidak setuju terhadap gaya kepemimpinan yang membiarkan masing-
81
masing individu mengambil keputusan dan dapat dikatakan pula bahwa
pemimpin seperti ini tidak bisa diandalkan untuk
memimpin para pegawainya karena salah satu syarat menjadi pemimpin yang baik harus bisa mengambil keputusan engan cepat dan tepat.
Tabel 4.2.2.2.8 Pemimpin bersedia menerima kritikan dari bawahan Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
0
0%
0 4 20 1
0% 16% 80% 4%
Total
25
100%
Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.8
Dari data tabel 4.2.2.2.8 Gaya pemimpin bebas “Pemimpin bersedia menerima kritikan dari bawahan” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Setuju”. Berdasarkan tabel diatas sebanyak 20 pegawai (80%) yang setuju terhadap gaya kepemimpinan yang bersedia menerima kritikan dari bawahan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pimpinan tidak egois selalu menerima kritikan dari bawahannya.
82
Tabel 4.2.2.2.9 Pemimpin selalu berkolaborasi dalam menyelesaikan tugas Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
0
0%
0 1 13 11
0% 4% 52% 44%
Total
25
100%
Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.9 Dari data tabel 4.2.2.2.9 Gaya pemimpin bebas “Pemimpin selalu berkolaborasi dalam menyelesaikan tugas” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Setuju”. Berdasarkan tabel diatas sebanyak 13 pegawai (52%) setuju terhadap gaya kepemimpinan
yang selalu berkolaborasi dalam
menyelesaikan tugas dapat dikatakan pula bahwa pimpinan dapat menerima pemasukan ide/gagasan dari para pegawainya dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya. Tabel 4.2.2.2.10 Pemimpin terbuka dalam menghadapi masalah Frekuensi
presentasi
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
0
0%
1 2 19 3
4% 8% 76% 12%
Total
25
100%
Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.10
83
Dari
data
tabel
4.2.2.2.10
Gaya
pemimpin
bebas
“Pemimpin terbuka dalam menghadapi masalah” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Setuju”. Berdasarkan tabel diatas sebanyak 19 pegawai (76%) setuju terhadap gaya kepemimpinan terbuka dalam menghadapi masalah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemimpin seperti ini sangat terbuka dengan para pegawainya tentang masalah yang sedang dihadapi perusahaan agar semua pegawai dapat mengerti dan dapat membantu menyelesaikan masalah tersebut. Tabel 4.2.2.2.11 Pemimpin biasanya bersikap tidak peduli Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
17
68%
6 2 0 0
24% 8% 0% 0%
Total
25
100%
Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.11 Dari
data
tabel
4.2.2.2.11
Gaya
pemimpin
bebas
“Pemimpin biasanya bersikap tidak peduli” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Sangat Tidak Setuju”. Berdasarkan tabel diatas sebanyak 17 pegawai (68%) sangat tidak setuju terhadap gaya kepemimpinan yang tidak memiliki rasa keterlibatan
terhadap
perusahaan.
Dengan
demikian
dapat
84
dikatakan pula bahwa pemimpin tidak peduli atas apa yang terjadi pada kinerja para pegawainya. Tabel 4.2.2.2.12 Pegawai dapat memecahkan persoalan dan bertanggung jawab Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
0
0%
0 4 11 10
0% 16% 44% 40%
Total
25
100%
Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.12 Dari data tabel 4.2.2.2.12 Gaya pemimpin bebas “Pegawai dapat memecahkan masalah dan tanggung jawab” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Setuju”. Berdasarkan tabel diatas sebanyak 11 pegawai (44%) setuju terhadap gaya kepemimpinan yang memberikan tanggung jawab kepada pegawai dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya serta dapat bertanggung jawab. Analisa Gaya Kepemimpinan Demokratis: Tabel 4.2.2.3.13 Pemimpin melibatkan sebagian besar aspek bisnis Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
0
0%
2 2 13 8
8% 8% 52% 32%
85
Total
25
100%
Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.13
Dari data tabel 4.2.2.3.13 Gaya kepemimpinan demokratis “Pemimpin melibatkan sebagian besar aspek bisnis” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Setuju”. Berdasarkan tabel diatas sebanyak 11 pegawai (44%) setuju terhadap gaya kepemimpinan yang memberikan tanggung jawab kepada pegawai dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya serta dapat bertanggung jawab. Tabel 4.2.2.3.14 Anggota team sadar apa yang terjadi Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
0
0%
0 8 16 1
0% 32% 64% 4%
Total
25
100%
Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.14 Dari data tabel 4.2.2.3.14 Gaya pemimpin demokratis “Anggota team sadar apa yang terjadi” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Setuju”. Berdasarkan tabel diatas sebanyak 16 pegawai (64%) setuju terhadap gaya kepemimpinan yang mau ikut berpartisipasi dan menginginkan
86
semua anggota team menyadari apa yang terjadi dan mengatasi setiap permasalahan yang ada. Tabel 4.2.2.3.15 Pemimpin mengakui perdebatan dan kompetisi Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
0
0%
0 6 17 2
0% 24% 68% 8%
Total
25
100%
Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.15
Dari data tabel 4.2.2.3.15 Gaya pemimpin demokratis “Pemimpin mengakui perdebatan dan kompetisi” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Setuju”. Berdasarkan tabel diatas sebanyak 17 pegawai (68%) setuju terhadap gaya kepemimpinan yang mengakui mengakui adanya perdebatan serta kompetisi didalam dunia kerja yang demokratis. Tabel 4.2.2.3.16 Anggota team ikut menentukan arah tujuan team Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
0
0%
0 3 12 10
0% 12% 48% 40%
Total
25
100%
87
Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.16
Dari data tabel 4.2.2.3.16 Gaya pemimpin demokratis “Anggota team ikut menentukan arah tujuan team” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Setuju”. Berdasarkan tabel diatas sebanyak 12 pegawai (48%) setuju terhadap gaya kepemimpinan yang anggota teamnya ikut menentukan arah tujuan team. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemimpin menginginkan semua anggota team ikut berpartisipasi menentukan kemana arah tujuan dari apa yang akan dicapai. Tabel 4.2.2.3.17 Pemimpin sebagai kordinator kerja Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
0
0%
0 2 15 8
0% 8% 60% 32%
Total
25
100%
Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.17
Dari data tabel 4.2.2.3.17 Gaya pemimpin demokratis “Pemimpin sebagai kordinator kerja” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Setuju”. Berdasarkan tabel diatas sebanyak 11 pegawai (44%) setuju terhadap gaya kepemimpinan yang dapat berperan sebagai koordinator kerja.
88
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pimpinan ahli dalam mengorganisir
pegawainya
dalam
kewenangannya
sebagai
koordinator kerja. Tabel 4.2.2.3.18 Bermusyawarah dengan bawahan dalam mencapai tujuannya Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
0
0%
0 1 18 6
0% 4% 72% 24%
Total
25
100%
Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.18
Dari data tabel 4.2.2.3.18 Gaya pemimpin demokratis “Bermusyawarah dengan bawahan dalam mencapai tujuan” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Setuju”. Berdasarkan tabel diatas sebanyak 18 pegawai (72%) setuju terhadap gaya kepemimpinan yang mau bermusyawarah dengan bawahan dalam mencapai tujuan. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa
pimpinan
selalu
bermusyawarah
dengan
bawahannya dalam mencapai tujuan perusahaan. Tabel 4.2.2.3.19 Pemimpin memotivasi bawahan untuk mencapai sasaran Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju
0
0%
0
0%
89
Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
4 20 1
16% 80% 4%
Total
25
100%
Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.19 Dari data tabel 4.2.2.3.19 Gaya pemimpin demokratis “Pemimpin memotivasi bawahannya untuk mencapai sasarannya” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Setuju”. Berdasarkan tabel diatas sebanyak 20 pegawai (80%) setuju terhadap gaya kepemimpinan yang dapat memotivasi bawahan untuk mencapai sasaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa gaya kepemimpinan ini sangat mempengaruhi pegawai untuk berpandangan kedepan sehingga dapat lebih fokus untuk dapat mencapai sasarannya. Hasil Penelitian Motivasi Pegawai: Penulis akan menganalisa data reponden atas hasil penelitian mengenai motivasi pegawai yang diperoleh melalui kuesioner yang telah diisi oleh 25 orang pegawai humas walikota Jakarta barat, antara lain: 4.2.3.1 Analisa Motivasi Fisiologis: Penulis akan menganalisa data atas hasil penelitian mengenai motivasi fisiologis yang diperoleh melalui kuesioner yang telah diisi oleh 25 orang pegawai humas walikota Jakarta barat, antara lain:
90
Tabel 4.2.3.1.1 Gaji pegawai sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
0
0%
0 3 14 8
0% 12% 56% 32%
Total 25 100% Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.1
Berdasarkan data tabel diatas 4.2.3.1.1 Motivasi fisiologi “Gaji pegawai sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya ” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Setuju”. setuju terhadap motivasi fisiologi ”Gaji pegawai sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pimpinan memberikan gaji pegawai dengan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya merupakan langkah yang adil dari pihak perusahaan terhadap para pegawainya.
Tabel 4.2.3.1.2 Pendapatan untuk kebutuhan primer pegawainya Frekuensi Presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
0
0%
0 3 14 8
0% 12% 56% 32%
Total
25
100%
91
Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.2
Berdasarkan data tabel diatas 4.2.3.1.2 Motivasi fisiologi “Pendapatan untuk kebutuhan primer pegawainya” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Setuju”, setuju terhadap motivasi pendapatan untuk kebutuhan primer pegawainya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pimpinan sangat memperhatikan
pendapatan
serta
kebutuhan
primer
para
pegawainya sehingga dapat hidup lebih baik dan dengan begitu dapat pula meningkatkan kinerja para pegawainya. Tabel 4.2.3.1.3 Pegawai mendapatkan tunjangan perumahan Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
0
0%
0 3 14 8
0% 12% 56% 32%
Total
25
100%
Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.3
Berdasarkan data tabel diatas 4.2.3.1.3 Motivasi fisiologi “Pegawai mendapatkan tunjangan perumahan” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Setuju”, setuju terhadap yang diberikan perusahaan terhadap para pegawai dengan memberikan tunjangan-tunjangan seperti perumahan.
92
4.2.3.2 Analisa Motivasi Jaminan Keselamatan: Penulis akan menganalisa data atas hasil penelitian mengenai motivasi jaminan keselamatan yang diperoleh melalui kuesioner yang telah diisi oleh 25 orang pegawai humas walikota Jakarta barat, antara lain: Tabel 4.2.3.2.4 Pegawai mendapatkan jamsostek Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
0
0%
0 3 14 8
0% 12% 56% 32%
Total
25
100%
Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.4 Berdasarkan data tabel diatas 4.2.3.2.4 Motivasi jaminan keselamatan “Pegawai mendapatkan jamsostek” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Setuju”, setuju terhadap perhatian yang diberikan perusahaan terhadap para pegawai dengan memberikan tunjangan-tunjangan seperti jaminan sosial dan kesehatan kepada seluruh pegawainya yang merupakan standarisasi fasilitas perusahaan. Tabel 4.2.3.2.5 Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan Frekuensi presentasi
93
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
0
0%
0 1 4 20
0% 4% 16% 80%
Total
25
100%
Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.5 Berdasarkan data tabel diatas 4.2.3.2.5 Motivasi jaminan keselamatan “Tersediannya sarana dan prasarana kesehatan” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Sangat Setuju”, setuju terhadap tersedianya sarana dan prasarana kesehatan yang diberikan perusahaan terhadap para pegawai. Tabel 4.2.3.2.6 Jaminan lingkungan kerja yang aman Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
0
0%
0 1 9 15
0% 4% 36% 60%
Total 25 100% Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.6
Berdasarkan data tabel diatas 4.2.3.2.6 Motivasi jaminan keselamatan “Jaminan lingkungan kerja yang aman” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Sangat Setuju”, sangat setuju
terhadap
perhatian yang
diberikan
perusahaan terhadap para pegawai dengan memberikan tunjangan-
94
tunjangan seperti jaminan lingkungan kerja yang aman serta kenyamanan kerja seluruh pegawainya.
4.2.3.3 Analisa Motivasi Rasa memiliki:
Tabel 4.2.3.3.7 Saling pengertian dan menghargai antar pegawai Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
0
0%
1 4 9 11
4% 16% 36% 44%
Total
25
100%
Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.7
Berdasarkan data tabel diatas 4.2.3.3.7 Motivasi jaminan keselamatan “Jaminan lingkungan kerja yang aman” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Sangat Setuju”, sangat setuju
terhadap
perhatian yang
diberikan
perusahaan terhadap para pegawai dengan memberikan tunjangantunjangan seperti jaminan lingkungan kerja yang aman serta kenyamanan kerja seluruh pegawainya.
Tabel 4.2.3.3.8 Menjunjung tinggi visi dan misi perusahaan
95
Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
0
0%
0 1 10 14
0% 4% 40% 56%
Total
25
100%
Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.8
Berdasarkan data tabel diatas 4.2.3.3.8 Motivasi rasa memiliki “Menjunjung tinggi visi dan misi perusahaan” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Sangat Setuju”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pimpinan ingin melihat pegawainya dapat menjunjung tinggi visi dan misi perusahaan dan menjalankannya dengan baik.
Tabel 4.2.3.3.9 Keinginan memberikan yang terbaik untuk perusahaan Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
0
0%
0 1 9 15
0% 4% 36% 60%
Total 25 100% Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.9
Berdasarkan data tabel diatas 4.2.3.3.9 Motivasi jaminan keselamatan
“Keinginan
memberikan
yang
terbaik
untuk
96
perusahaan” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Sangat Setuju”, sangat setuju terhadap perhatian yang diberikan perusahaan terhadap para pegawai dengan memberikan tunjangan-tunjangan seperti jaminan lingkungan kerja yang aman serta kenyamanan kerja seluruh pegawainya.
4.2.3.4 Analisa Motivasi Pemberian Penghargaan: Tabel 4.2.3.4.10 Perhatian yang lebih pegawai berprestasi Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju `
0
0%
1 5 9 10
4% 20% 36% 40%
Total 25 100% Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.10 Dari data tabel 4.2.3.4.10 Motivasi pemberian penghargaan
“Perhatian yang lebih pegawai berprestasi” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Sangat Setuju”. Berdasarkan tabel diatas sebanyak 10 pegawai (40%) setuju terhadap perhatian lebih yang diberikan pimpinan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pimpinan sangat menghargai dengan cara memberikan perhatian yang lebih kepada para pegawainya yang dianggap berprestasi dalam kinerjanya untuk memajukan perusahaan.
97
Tabel 4.2.3.4.11 Promosi jabatan pegawai yang memenuhi kriteria Frekuensi Presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
0
0%
1 4 9 11
4% 16% 36% 44%
Total
25
100%
Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.11 Dari tabel 4.2.3.4.11 Motivasi pemberian penghargaan” Promosi jabatan pegawai yang memenuhi kriteria” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Sangat Setuju”. Berdasarkan tabel diatas sebanyak 11 pegawai (44%) setuju terhadap kebijakan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pimpinan sangat memperhatikan kinerja para pegawainya dengan memberikan promosi jabatan bagi pegawai yang sesuai kriteria dan brprestasi.
Tabel 4.2.3.4.12 Pemberian bonus atas prestasi pegawai Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju
0
0%
0
0%
98
Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 10 14
4% 40% 56%
Total
25
100%
Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.12 Dari data tabel 4.2.3.4.12 Motivasi pemberian penghargaan “Pemberian bonus atas prestasi pegawai” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Sangat Setuju”. Berdasarkan tabel diatas sebanyak 14 pegawai (56%) sangat setuju terhadap
pimpinan
yang
sangat
memperhatikan
prestasi
pegawainya dengan cara pemberian bonus-bonus apabila terjadi peningkatan prestasi kerja. A. Motivasi Aktualisasi Diri: Tabel 4.2.3.5.13 Memberikan training karyawan Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
0
0%
1 9 10 5
4% 36% 40% 20%
Total
25
100%
Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.13
Dari data tabel 4.2.3.5.13 Motivasi rasa memiliki “Memberikan training kepada karyawan” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Setuju”. Berdasarkan
99
tabel diatas sebanyak 10 pegawai (40%) sangat setuju terhadap kebijakan
diatas
karena
dianggap
dapat
membantu
mengembangkan bakat dan kemampuan masing-masing pegawai.
Tabel 4.2.3.5.14 Beasiswa Terhadap Karyawan Frekuensi presentasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
0
0%
1 1 10 13
4% 4% 40% 52%
Total
25
100%
Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.14
Dari data tabel 4.2.3.5.14 Motivasi jaminan “Beasiswa terhadap karyawan” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Sangat Setuju”. Berdasarkan tabel diatas sebanyak 13 pegawai (52%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pimpinan
memberikan
dapat
kesempatan
memotivasi kepada
pegawainya
pegawainya
untuk
dengan dapat
mengembangkan kemampuan dengan cara memberikan beasiswa sesuai prestasi pegawainya. Tabel 4.2.3.5.15 Dukungan Pimpinan Terhadap Karyawan Frekuensi presentasi Sangat Tidak
0
0%
100
Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
0 2 13 10
0% 8% 52% 40%
Total
25
100%
Sumber:Hasil pertanyaan kuesioner no.15
Dari data tabel 4.2.3.5.16 Motivasi pemberian penghargaan “Pemberian bonus atas prestasi pegawai” dapat kita lihat bahwa jawaban tertinggi dari responden adalah ”Setuju”. Berdasarkan tabel diatas sebanyak 13 pegawai (52%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pimpinan sangat mendukung pegawainya untuk meningkatkan kinerja pegawainya.
Correlations Gaya Kepemimp inan
Motivasi Pegawai Pearson Correlation
Motivasi Pegawai Gaya Kepemimpinan
Sig. (1-tailed)
Motivasi Pegawai
.851
.851
1.000
.
.343
.343
.
Motivasi Pegawai
25
25
Gaya Kepemimpinan
25
25
Gaya Kepemimpinan N
1.000
Model Summary
Model 1
R
R Square
Adjusted R Square
.851(a) .724 .736 a Predictors: (Constant), Gaya Kepemimpinan
Std. Error of the Estimate 9.37875
101
Dari tampilan output SPSS model summary besarnya R (korelasi) adalah 0,851 yang berarti menunjukkan hubungan korelasi yang sangat kuat antara variabel independen (Gaya Kepemimpinan) dengan variabel dependen (Motivasi Pegawai). Besarnya nilai Adjusted R square adalah 0,736, hal ini berarti 73,6 % pengaruh variabel dependen (Motivasi Pegawai) dapat dijelaskan oleh variabel independen (Gaya Kepemimpinan). Sedangkan sisanya 26,4 % dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain di luar model. Standar Error of Estimate sebesar 9.37875. Makin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variable dependen (Motivasi Pegawai). Pembahasan Hasil Regresi
1. Koefisien Determinan Model Summary Adjusted Std. Error Mod R R of the el R Square Square Estimate 1 .857(a) .734 .763 9.37875 a Predictors: (Constant), Gaya Kepemimpinan Dari tampilan output SPSS model summary besarnya R (korelasi) adalah 0,857 yang berarti menunjukkan hubungan korelasi yang cukup kuat antara variabel independen (Gaya Kepemimpinan) dengan variabel dependen (Motivasi Kerja). Besarnya nilai Adjusted R square adalah 0,763, hal ini berarti 76,3 % pengaruh variabel dependen (Motivasi Pegawai) dapat dijelaskan oleh variabel independen (Gaya Kepemimpinan). Sedangkan sisanya 23,7 % dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain di luar model. Standar Error of Estimate sebesar 9,37875. Makin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variable dependen (Motivasi Pegawai).
102
2. Uji Signifikansi Simultan ( Uji Statistik F ) ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regres sion Residu al Total
14.658
Mean Square
df 1
14.658
F 9.751
Sig. .000(a)
2023.10 23 87.961 2 2037.76 24 0 a Predictors: (Constant), Gaya Kepemimpinan b Dependent Variable: Motivasi Pegawai Dari uji ANOVA atau F Test didapat nilai F hitung sebesar 9,751 lebih besar dari F tabel (4,24) dengan probabilitas dibawah dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka model regresi secara keseluruhan dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen (Motivasi Kerja) atau dapat dikatakan bahwa variabel independen (Gaya Kepemimpinan) secara signifikan berpengaruh terhadap Motivasi Kerja.
3. Uji Signifikansi Parameter Individual ( Uji Statistik t ) Coefficients(a)
Model 1
Standardiz Unstandardized ed Coefficients Coefficients Std. B Error Beta 52.201 21.054
t 2.479
Sig. .021
.857
13.408
.000
(Constant) Gaya Kepemimpi .122 .300 nan a Dependent Variable: Motivasi Pegawai
Dari variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi, variabel Gaya Kepemimpinan signifikan terhadap variabel dependen (Motivasi Kerja). Hal ini dapat dilihat dari uji T Test didapatkan nilai t hitung untuk variabel Gaya Kepemimpinan sebesar 13,408 lebih besar dari t tabel (2,0687) dan probabilitas
103
signifikansi untuk Gaya Kepemimpinan sebesar 0,000 (dibawah 0,05). Dari sini dapat disimpulkan bahwa variabel dependen (Motivasi Kerja) dipengaruhi oleh variabel Gaya Kepemimpinan dengan persamaan matematis : Motivasi Kerja = 52,201 + 0,122 Gaya Kepemimpinan – Konstanta sebesar 52,201 menyatakan bahwa jika variabel independen di anggap konstan, maka rata-rata nilai Motivasi Kerja sebesar 52,201. 4.3
Pembahasan Hasil.
4.3.1. Gaya Kepemimpinan Setelah dilakukan penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan kepala suku dinas komunikasi, informatika dan kehumasan adalah gaya kepemimpinan bebas yaitu pemimpin kurang memiliki ide/gagasan, disini pemimpin bergantung sepenuhnya kepada kelompoknya, Pada gaya kepemimpinan seperti ini pemimpin akan menyerahkan tanggung jawab pengambilan keputusan sepenuhnya kepada bawahan. Jadi, pemimpin hanya sedikit saja atau tidak sama sekali tidak memberikan pengarahan. Pemimpin selalu berkolaborasi dengan bawahannya, komunikasi berlangsung secara dua arah antara pegawai dengan pimpinan dan bersedia menerima kritik dari bawahannya. Kaitannya dengan teori menurut L. Gibson yang diterjemahkan oleh T. Hani Handoko yaitu : “Kepemimpinan adalah sebagai upaya pengaruh bukan paksaan untuk memotivasi orang-orang mencapai tujuan”. Sedangkan menurut H. Hadari Nawawi dalam bukunya “kepemimpinan mengefektifkan organiasi”, pengertian dari gaya kepemimpinan adalah perilaku atau cara yang dipilih dan digunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku para anggota organisasi atau bawahannya.
104
4.3.2. Motivasi Pegawai Menurut data dari tabel motivasi diatas kepala suku dinas komunikasi, informatika dan komunikasi sangat dapat memotivasi bawahannya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Sedangkan kaitannya dengan teori menurut Sahlan Asnawi, motivasi adalah suatu konsep yang kita gunakan ketika dalam diri kita muncul keinginan dan menggerakan atau mengarahkan tingkah laku. Semakin tinggi motivasi semakin tinggi intensitas perilaku. Teori motivasi yang biasa digunakan dalam suatu organisasi adalah teori hieraki yang dikemukakan oleh maslow, bahwa kebutuhan manusia terdiri dari lima kategori,yaitu: A) Fisiologis B) Rasa memiliki atau social C) Aktualisasi diri D) Keselamatan atau keamanan F) Penghargaan
4.3.2. Hubungan gaya kepemimpinan dengan motivasi pegawai gaya kepemimpinan sangatlah berhubungan erat dengan motivasi pegawai dalam mempengaruhi kinerja pegawai. pemimpin yang baik yaitu dapat memimpin organisasi/perusahaan dengan maksimal serta dapat memotivasi pegawainya untuk dapat meningkatkan kinerja secara maksimal dalam pencapaian tujuan dari tugas tersebut. Dalam kaitannya
105
seorang pemimpin diharapkan mampu mnciptakan citra positif pada perusahaan/organisasi yang di pimpinnya. Sebagai instansi yang bergerak di bidang kehumasan terutama di instansi pemerintahan, harus dapat membuat perencanaan mengenai gaya kepemimpinan apa yang harus diterapkan dalam memimpin bawahannya, cara memimpinyang baik seperti menjaga hubungan komunikasi dengan baik antara atasan dengan bawahan, memberikan perhatian yang lebih sehingga bawahan merasa dihargai oleh atasan dan dapat bekerja secara maksimal sesuai tugas dan tanggung jawabnya, lalu mengadakan penelitian apakah sudah tepat gaya kepemimpinan yang diterapkan pada bawahan serta diharapkan dapat memotivasi para pegawai untuk bekerja lebih giat lagi.