BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil SDN 1 Ngadirejo SDN 1 Ngadirejo merupakan lembaga pendidikan milik pemerintah yang berdiri tahun 1951 yang sebelumnya juga sebagai Sekolah Rakyat pada jaman Belanda menjajah Indonesia, sehingga sampai sekarang pun telah dikenal banyak masyarakat. SDN 1 Ngadirejo berada pada lokasi yang sangat strategis karena berada di pusat persimpangan 4 kecamatan, yaitu kecamatan Candiroto, kecamatan Wonoboyo, kecamatan Jumo, dan kecamatan Parakan, bahkan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo. Hubungan dengan keamanan, SDN 1 Ngadirejo dalam keadaan kondusif. Hal ini terbukti jauh dari kejahatan, hanya yang perlu menjadi perhatian adalah keamanan siswa terkait penyeberangan jalan karena ramainya lalu lintas kendaraan, sehingga sekolah bekerjasama dengan tukang parkir untuk membantu siswa menyeberang jalan. Keberadaan SDN 1 Ngadirejo ditujukan untuk mewujudkan program pemerintah yaitu “Mencerdaskan kehidupan bangsa”, sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia 4 dan UU No. 20 59
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Oleh karena itu SDN 1 Ngadirejo secara berkelanjutan selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas dalam penuntasan Wajib Belajar 9 tahun. Pada tanggal 1 Juli 2008 SDN 1 Ngadirejo ditetapkan sebagai Sekolah Dasar Standar Nasional setelah Tim menyatakan lulus verifikasi. SDN 1 Ngadirejo memiliki visi dan misi yang tertuang dalam dokumen sekolah sebagai berikut. 1. Visi Iman dan taqwa, unggul dalam prestasi, santun dalam perilaku, berwawasan budaya bangsa serta ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Misi 1) Memantapkan penghayatan dan pengamalan hidup beragama sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing; 2) Menanamkam nilai-nilai Aqidah dan budi pekerti luhur dengan maksimal; 3) Mengimplementasikan proses pembelajaran dengan efektif dan maksimal; 4) Menumbuhkembangkan prestasi siswa yang cakap dan handal serta mampu bersaing di dunia pendidikan maupun lingkungan masyarakat; 5) Menumbuhkembangkan karakter siswa yang dapat dipercaya 60
(trustworthiness),
mempunyai
rasa
hormat dan perhatian (respect), tekun (diligence), tanggung jawab (responsibility), berani (courage), integritas (integrity), peduli (caring), jujur (fairnes), dan kewarganegaraan (citizenship); 6) Menanamkan nilai-nilai budaya bangsa
sesuai
dengan kepribadian bangsa Indonesia; 7) Mendorong siswa untuk memahami dan mengkaji serta menumbuhkembangkan potensi siswa dengan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa melalui proses pembelajaran maupun bimbingan karir. 4.1.1 Data Siswa Dari tahun ke tahun siswa SDN 1 Ngadirejo semakin bertambah. Penerimaan siswa baru hanya mengacu juknis dari dinas pendidikan yaitu hanya menggunakan kriteria usia, tidak ada seleksi akademik atau lainnya sehingga meskipun jumlah siswa banyak bukan berarti potensi awal siswa semuanya bagus.
61
Tabel 4.1 Jumlah Siswa 4 Tahun Terakhir
2
3
4
2012/2013 2011/2012 2010/2011
1
Th
2013/2014
No
L P Jml
Ia 13 20 33
Ib 14 15 29
IIa 14 15 29
IIb 12 20 32
22 24 46
24 20 44
13 15 28
9 20 29
24 21 45
17 24 41
21 23 44
18 20 38
Va 23 16 39
Vb -
VI 15 17 32
11 16 27
10 15 25
14 17 31
15 15 30
13 15 38
-
22 14 36
10 16 26
12 16 28
11 14 25
9 16 25
25 24 49
-
12 24 36
14 16 30
15 12 27
8 17 25
20 24 44
L 159 + P 198 = 357
Total L P Jml
IVb 10 18 28
L 153 + P 181 = 334
Total L P Jml
Kelas IIIb IVa 16 10 11 9 27 19
L 142 + P 156 = 298
Total L P Jml
IIIa 15 15 30
21 14 35
18 17 35
17 22 39
16 22 38
19 19 38
19 16 35
10 17 27
L 177 + P 196 = 373
Total
4.1.2 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan Tabel 4.2 Jumlah Pendidik dan Tenaga Kependidikan SDN 1 Ngadirejo No 1 2 3 4 5
Jabatan Kepsek Guru Kelas Gr Ag Islam Gr Ag Kristen Gr Ag Katolik
L 1 1 -
PNS P 5 1 1 1
L -
WB P 5 -
Jml 1 11 1 1 1
6
Gr Penjasorkes
2
2
-
-
4
7 8
Gr PKS Ag Islam Penjaga Jml
1 5
10
-
1 6
1 1 21
62
Keterangan
Semuanya gr pengampu (divinitif di SD lain)
Jumlah guru yang mengajar di SDN 1 Ngadirejo ada 19 orang, ditambah 1 kepala sekolah dan 1 penjaga sekolah. SDN 1 Ngadirejo terdiri dari 11 rombel dengan guru kelas 11 orang, guru agama islam 1 orang, guru PKS agama Islam 1 orang, guru agama Katholik 1 orang, guru agama Kristen 1 orang, guru penjaskes 4 orang yang semuanya merupakan guru pengampu dan devinitif di SD lain. Dari 19 guru tersebut yang PNS ada 13 orang, yang wiyata bhakti 6 orang. Tabel 4.3 Kualifikasi Akademik Guru SDN 1 Ngadirejo No
Jabatan
1 2
PNS
WB
Jml
S1
D2
S1
D2
Guru Kelas
6
-
4
1
11
Guru Mapel
6
1
1
-
8
12
1
5
1
19
Jumlah
Guru-guru di SDN 1 Ngadirejo hampir semua mempunyai ijasah S1, hanya tinggal 2 guru yang berijasah D2 dan keduanya sekarang dalam proses mengikuti S1. Dari guru yang PNS maupun guru yang wiyata
bhakti
semuanya
ada
89%
yang
sudah
memenuhi kualifikasi pendidikan S1. 4.1.3 Sarana Prasarana 1. Sarana Dari hasil pengamatan dan telaah dokumen dapat dijelaskan bahwa SDN 1 Ngadirejo memiliki 63
sarana pembelajaran yang masih jauh dari sempurna. Sarana tersebut meliputi: buku teks pelajaran beberapa tahun terakhir ini sudah memenuhi jumlah siswa, alat peraga cukup (seperti peta/atlas, globe, torso, kit bhs Indonesia, alat peraga IPS dan lain-lain). Media pembelajaran berbasis TIK masih sangat minim diantaranya: LCD 1 unit, komputer 3, laptop 3, TV 21 inci 2, VCD I unit, tape recarder 1, sound sistem 3. Sarana kegiatan ekstrakurikuler sudah ada tetapi belum lengkap, yaitu: alat drumband I unit, alat rebana 1 unit, tenda 2, dan alat olah raga yang sudah ada diantaranya bola sepak 1, matras 2, alat senam lantai 1 set, alat badminton 1 set, dan alat tenis meja 1 set. 2. Prasarana Prasarana SDN 1 Ngadirejo sementara ini juga belum lengkap, diantaranya: ruang kelas kurang satu ruang, laborat dan kantor pimpinan belum ada, ruang sirkulasi belum memenuhi ketentuan, tempat bermain/olah raga luas dan sarananya kurang, gudang luasnya belum memenuhi, aula dan mushola belum ada, bahkan jamban siswa jumlahnya masih sangat kurang dibandingkan jumlah siswa. Keadaan prasarana lebih jelasnya bisa diamati pada tabel berikut:
64
Tabel 4.4 Keadaan Prasarana Pendidikan SDN 1 Ngadirejo Keadaan No
Baik
Rusak
Ukuran (Meter)
Jenis Ruang
Jml
Ket Kurang 1 ruang
1
Kelas
√
-
7X8
10
2
Perpust
√
-
7X8
1
3
Laborat
-
-
-
-
Belum ada
4
Kantor Pimpinan
-
-
-
-
Belum ada
5
Kantor Guru
√
-
7X8
1
Luas belum memenuhi
6
Mushola
-
-
-
-
Belum ada
7
Aula / ruang serba guna
-
-
-
-
Belum ada
8
UKS
√
-
3X6
1
9
Koperasi
√
-
2X3
1
10
Jamban Siswa
√
-
1X2
2
11
Jamban Guru
√
-
1X2
2
12
Gudang
√
-
2X3
1
Luas kurang
13
Sirkulasi
√
-
2X8
1
Luas belum memenuhi
14
Tempat bermain/ berolahraga
√
-
10X51
15
Tempat Parkir
√
-
2,8X7,5
Jml sangat kurang
Luas dan sarana belum memenuhi 1
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1
Hasil
Wawancara,
Observasi,
dan
Studi
Dokumen Pada bagian ini disajikan hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah dan guru SDN 1 65
Ngadirejo tentang upaya-upaya yang sudah dilakukan sekolah dalam rangka peningkatan mutu. Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui ada beberapa upaya yang sudah dilakukan SDN 1 Ngadirejo dalam rangka peningkatan mutu seperti tercantum dalam Tabel 4.5 di bawah ini. Tabel 4.5 Upaya yang Sudah Dilakukan SDN 1 Ngadirejo dalam Rangka Peningkatan Mutu NO 1
2
3
4
5
66
Upaya dalam Rangka Peningkatan mutu Merencanakan program yang jelas dan berkelanjutan
Keterangan
1. Merumuskan visi misi yang jelas 2. Menyusun rencana kerja tahunan dan rencana kerja empat tahunan atau rencana kerja jangka menengah. 3. Mengembangkan kurikulum yang inovatif Meningkatkan mutu 1. Mengefektifkan alokasi waktu pembelajaran. akademik dan non 2. Menerapkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, akademik Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) 3. Melaksanakan program perbaikan dan pengayaan 4. Meningkatkan rata-rata pencapaian KKM 5. Meningkatkan rata-rata nilai UN dan prosentase kelulusan 6. Meningkatkan peringkat dalam lomba siswa baik lomba akademik maupun non akademik Memberdayakan dan 1. Melibatkan semua guru dalam kegiatan meningkatkan sekolah profesional guru 2. Mendukung studi lanjut S1 3. Memberdayakan guru dalam kegiatan KKG 4. Mengikutsertakan guru dalam pelatihanpelatihan inovatif seperti pelatihan karya ilmiah, workshop tematik dan lain-lain. Memberdayakan 1. Memberi tambahan jam pelajaran potensi peserta didik 2. Memfasilitasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler 3. Melaksanakan pendidikan karakter dan pendidikan kecakapan hidup Kerja sama dengan 1. Mengadakan pertemuan rutin setiap awal orangtua dan tahun dan akhir semester masyarakat 2. Memberdayakan komite dalam programprogram sekolah.
Menurut penjelasan dari kepala sekolah, dalam pelaksanaannya upaya-upaya peningkatan mutu tersebut kadang dilakukan
secara
simultan
karena
antara kegiatan yang satu dengan yang lainnya ada yang
saling terkait dan saling mendukung. Dan dari
upaya-upaya yang sudah dilakukan sekolah ternyata sudah banyak hasil yang diraih meskipun ada beberapa yang belum mencapai target yang diharapkan. Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan studi dokumen maka peneliti juga dapat mengumpulkan data tentang hasil yang sudah dicapai oleh sekolah atas upaya peningkatan mutu tersebut. Untuk lebih jelasnya hubungan antara upaya peningkatan mutu yang sudah dilakukan SDN 1 Ngadirejo dengan hasil yang telah dicapai dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut: Tabel 4.6 Hubungan Antara Upaya Peningkatan Mutu SDN 1 Ngadirejo dengan Hasil yang dicapai NO 1
2
Upaya Peningkatan Mutu Merencanakan program yang jelas dan berkelanjutan
Hasil yang Dicapai
1. Mempunyai visi misi yang jelas 2. Mempunyai program tahunan dan program jangka menengah 3. Mempunyai kurikulum yang inovatif Meningkatkan mutu 1. Rata-rata pencapaian KKM per kelas 99% akademik dan non tercapai akademik 2. Rata-rata pencapaian UN - Thn 2009 : 8,36 peringkat 1 Kec - Thn 2010 : 8,70 peringkat 2 Kec - Thn 2011 : 8,59 peringkat 1 Kec - Thn 2012 : 8,85 peringkat 1 Kec - Thn 2013 : 8,68 peringkat 1 Kec Prosentase kelulusan selalu 100% 3. Kejuaraan lomba
67
3
Memberdayakan dan meningkatkan profesional guru
1. 2. 3. 4.
4
Memberdayakan potensi peserta didik
1. 2. 3. 4.
5
Kerja sama dengan orangtua dan masyarakat
1.
2.
68
Tahun 2010 Juara 1 kec : olimpiade Mat IPA, LCC Mapel, Dokcil, cipta puisi, menyanyi tunggal, OR Atletik. Juara 3 kec : pidato Juara kab : juara 2 olimpiade Mat, Juara 2 olimpiade IPA, juara 1 cipta puisi Tahun 2011 Juara 1 kec : olimpiade Mat, olimpiade IPA , LCC Mapel, siswa prestasi, cipta puisi Juara 2 kec : OR Atletik, drumband, pramuka Juara 3 kec : pidato, Mapsi, seni lukis. Juara kab : juara 1 olimpiade IPA, juara 3 olimpiade matematika, juara 3 LCC Mapel. Tahun 2012 Juara 1 kec : olimpiade mat, olimpiade IPA , LCC Mapel, siswa prestasi, cipta puisi, lomba gugus. Juara kab : juara 2 olimpiade mat, juara 5 lomba gugus Tahun 2013 Juara kec : juara 2 olimpiade mat, juara 2 LLC Mapel, juara 1 Dokcil, juara 1 cipta puisi, juara 2 Pramuka Juara kab : juara 1 cipta puisi 89% guru berijazah S1 KKG seminggu sekali Guru bisa menyusun Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Guru bisa merencanakan dan melaksanakan pembelajaran Tematik Les kelas VI seminggu 4 kali, les kelas IV dan V seminggu 2 kali Terlaksana kegiatan ekstrakurikuler Pramuka dan drumband. Terlaksana sebagian program pendidikan karakter Terlaksana pendidikan kecakapan meskipun belum maksimal. Rapat pleno setiap awal tahun, rapat wali murid pengambilan raport setiap akhir semester, rapat koordinasi ujian kelas VI dan rapat komite secara insidental. Bantuan dana dari komite: a. Tahun 2008 : perbaikan pagar halaman Rp 7.500.000.b. Tahun 2009 : membantu pembangunan ruang kelas IB dan tralis ruang perpustakaan Rp 10.000.000.c. Tahun 2010 : pembangunan ruang kelas 1A Rp 41.000.000.d. Tahun 2011 : menambah keramik 1 ruang kelas Rp 10.000.000.-
e.
Tahun 2013 : pembangunan joglo dan pintu gerbang Rp 35.000.000.-
Total bantuan komite yang sudah diterima oleh sekolah dari tahun 2008 sampai tahun 2013 sejumlah Rp 103.500.000,-
Sumber : data primer yang diolah
Hasil dari upaya peningkatan mutu yang dilakukan SDN 1 Ngadirejo bila kaji/dikaitkan dengan indikator mutu pendidikan ternyata sangat terkait dan sangat relevan. Analisa hasil yang dicapai dalam rangka peningkatan mutu dengan indikator mutu pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.7 di bawah ini. Tabel 4.7 Analisa Hasil yang dicapai dalam Rangka Peningkatan Mutu dengan Indikator Mutu Pendidikan NO 1
Indikator mutu pendidikan Hasil akhir pendidikan
2
Hasil langsung pendidikan
3
Proses pendidikan
4
Instrumen input
5
Raw input dan lingkungan
Hasil yang dicapai 1. Dalam 5 tahun terakhir prosentase kelulusan kelas 6 selalu 100%, ranking 2 kecamatan 1 kali dan ranking 1 kecamatan 4 kali 1. Pencapaian KKM tiap kelas 99% tercapai 2. Mencapai prestasi akademik tingkat kecamatan maupun kabupaten 1. Penerapan PAIKEM dalam KBM 2. Program perbaikan pengayaan 3. Pendidikan karakter dan kecakapan hidup 1. Guru yang bersemangat dan berkomitmen tinggi 2. Kurikulum yang inovatif 3. Dukungan sarana dan prasarana 1. Kepedulian orang tua terhadap belajar anak 2. Dukungan komite terhadap dana pendidikan
69
4.2.2 Analisis SWOT Analisis
dilakukan
peneliti
bersama
kepala
sekolah, guru dan komite di SDN 1 Ngadirejo dalam Focus
Group
Discussion
(FGD)
selama
dua
kali
pertemuan yaitu pada tanggal 22 dan 27 Juli 2013, yang setiap pertemuan berlangsung kurang lebih 2 sampai 3 jam. FGD dilakukan dengan menggunakan panduan pertanyaan yang disusun berdasarkan hasil wawancara, observasi, serta hasil studi dokumen. Dalam pelaksanaan FGD masing-masing peserta memiliki pendapat yang berbeda-beda sehingga terjadi brainstorming pada waktu mengidentifikasi faktorfaktor strategi
internal
dan
faktor-faktor
strategi
eksternal. Data dibagi dalam tiga matrik yaitu matrik IFAS (Internal Factors Analysis Summary), matrik EFAS (External Factors Analysis Summary) dan matrik SWOT (Strength, Analisis
Weaknesses,
Opportunities,
SWOT dilakukan
dengan
and
Treats).
mengidentifikasi
faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi peningkatan mutu sekolah di SDN 1 Ngadirejo dalam tiga aspek yaitu input, proses dan output yang diuraikan sebagai berikut: 1. Aspek Input Yang termasuk dalam aspek input berdasarkan pendekatan terbuka Lewis dan Smith (dalam Tjiptono & Diana, 2003) adalah meliputi kemampuan dasar siswa, sumber daya finansial, fasilitas, program dan jasa pendukung. 70
Hasil analisis faktor kekuatan dan kelemahan aspek input, serta pemberian skor sampai diperoleh matrik IFAS (Internal Factors Analysis Summary) dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut: Tabel 4.8 Matrik IFAS Aspek Input No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Elemen SWOT KEKUATAN Minat dan motivasi belajar siswa tinggi Jumlah buku ajar untuk guru dan siswa cukup Dana untuk operasional sekolah mencukupi Kepemimpinan kepala sekolah sudah relevan Sekolah mempunyai program kerja yang jelas Kerjasama antar guru bagus 89% guru berpendidikan S1 Lokasi sekolah sangat strategis Jumlah siswa semakin banyak Total Skor
Bobot
Skor
Bobot x Skor
0,21
4
0,84
0,19
4
0,76
0,15
4
0,6
0,12
4
0,48
0,10
4
0,4
0,08 0,06 0,05 0,04 1
4 5 3 4
0,32 0,3 0,15 0,16 4,01
0,22
4
0,88
0,18 0,15 0,11
2 2 2
0,36 0,3 0,22
0,10
2
0,2
0,09
3
0,27
0,07
3
0,21
0,05
2
0,1
0,03 1
2
0,06 2,6
KELEMAHAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jumlah ruang kelas belum memenuhi jumlah rombel Jumlah guru yang PNS kurang Tingkat kemampuan siswa beragam Fasilitas olah raga dan seni belum memadai Media pembelajaran berupa media audio visual sangat kurang Guru OR semuanya guru pengampu dan divinitif di SD lain Area sekolah kurang hijau dan kebersihan lingkungan sekolah masih kurang Belum ada ruang serba guna (aula), mushola dan ruang kegiatan ekstra kurikuler Belum ada tim evaluasi program sekolah Total Skor Total Skor Akhir (Kekuatan - Kelemahan)
1,41
Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2013
71
Untuk hasil input, kekuatan yang paling berpengaruh adalah minat dan motivasi belajar siswa yang tinggi dengan bobot 0,21 dan skor 4. Meskipun jumlah siswa banyak tetapi kemampuan siswa sangat beragam disebabkan penerimaan siswa baru hanya berdasarkan usia, tidak ada seleksi akademik sehingga yang paling mempengaruhi mutu adalah minat dan motivasi belajar siswa yang tinggi. Hal itu semakin bagus dengan ditunjang jumlah buku ajar untuk guru dan siswa yang cukup, dengan bobot 0,19 dan skor 4. Dengan motivasi belajar yang tinggi ditunjang buku yang cukup anak akan lebih maksimal dalam belajar. Usaha siswa ditunjang juga oleh dana operasional sekolah yang mencukupi, yang diberi bobot 0,15 dan skor 4. Dengan dana yang cukup maka sekolah bisa memberi honor guru-guru wiyata bhakti yang terdiri dari 6 orang untuk mengatasi jumlah guru PNS yang kurang dan juga bisa mencukupi kebutuhan operasional lainnya. Meskipun demikian dana yang ada belum bisa untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana sekolah, sehingga disamping menunggu bantuan dari pemerintah juga tetap membutuhkan bantuan dari komite sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah yang relevan dan program
sekolah
yang
jelas
adalah
merupakan
kekuatan bagi sekolah. Dengan kepemimpinan yang relevan dan adanya program kerja yang jelas maka sekolah bisa melaksanakan kegiatan dengan lebih mudah dan lebih terarah. Kekuatan yang lain adalah 72
kerjasama antar guru yang bagus dengan bobot 0,08 dan skor 4, serta 89% guru
berpendidikan S1 yang
diberi bobot 0,06 dan skor 5, dan Lokasi sekolah yang sangat strategis dengan bobot 0,05 skor 3. Selain itu jumlah siswa yang semakin banyak juga mempengaruhi mutu pendidikan yang diberi bobot 0,04 dan skor 4. Memang benar jumlah guru SDN 1 Ngadirejo yang PNS kurang, tetapi karena kerjasama antar guru bagus didukung kualifikasi pendidikan guru sebagian besar S1 maka kegiatan pembelajaran berjalan lancar. Apalagi ditunjang lokasi sekolah yang sangat strategis menambah minat orang tua menyekolahkan anaknya di SDN 1 Ngadirejo semakin tinggi, sehingga jumlah murid semakin banyak dan otomatis dana pendidikan dari pemerintah juga semakin banyak. Dengan
kekuatan
ini
sekolah
mempunyai
kesempatan untuk menyiapkan diri dalam usaha meningkatkan mutu sekolah khususnya mutu input. Total bobot dikalikan skor untuk faktor kekuatan aspek input adalah 4,01. Walaupun memiliki beberapa kekuatan yang diandalkan, sekolah juga memiliki kelemahan-kelemahan yang perlu diatasi seperti jumlah ruang kelas yang belum memenuhi jumlah rombel, yang diberi bobot 0,22 dan skor 4. Selain itu jumlah guru yang PNS juga kurang yang diberi bobot 0,18 dan skor 2. Tingkat kemampuan siswa SDN 1 Ngadirejo juga sangat beragam disebabkan seleksi siswa baru hanya berdasarkan usia tidak ada seleksi akademik, yang 73
diberi bobot 0,15 dan skor 2. Fasilitas olahraga dan seni belum memadai dengan bobot 0,11 dan skor 1, media pembelajaran yang berupa media audio visual juga sangat kurang dengan bobot 0,1 dan skor 0,2, bahkan guru olahraga yang terdiri dari 4 orang semuanya guru pengampu yang definitif di SD lain dengan bobot 0,09 dan skor 3. Dalam program sekolah sebenarnya pengembangan sarpras dan penambahan guru PNS sudah diprogramkan, tetapi pengembangan sarpras tidak terlepas dari dana sehingga perlu dilaksanakan secara bertahap sesuai dana yang ada. Sedangkan masalah kekurangan guru PNS, sekolah menunggu jatah dari dinas pendidikan dan sementara sebagai solusinya sekolah menerima beberapa guru wiyata bhakti yang cukup berpotensi. Kelemahan
yang
lain
adalah
area
sekolah
kurang hijau dan kebersihan lingkungan sekolah masih kurang diberi bobot 0,07 dan skor 3. Area sekolah yang kurang hijau dan kebersihan lingkungan sekolah yang masih kurang tentu saja
mengurangi
kenyamanan siswa selama aktivitas di luar kelas. Sekolah juga belum mempunyai ruang serba guna (aula), mushola dan ruang kegiatan ekstra kurikuler yang diberi bobot 0,05 dan skor 2. Hal tersebut menyebabkan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kurang maksimal. Kelemahan yang terakhir adalah untuk mengevaluasi program sekolah sudah terlaksana atau belum, sekolah juga belum mempunyai tim evaluasi program sekolah yang diberi bobot 0,03 dan 74
skor 2. Seandainya sekolah mempunyai tim evaluasi program sekolah maka sekolah akan mempunyai gambaran yang jelas tentang program yang belum terlaksana, apa kendalanya, dan bagaimana tindaklanjutnya untuk menyusun program yang akan datang. Total bobot dikalikan skor untuk faktor kelemahan adalah 2,6. Total skor akhir kekuatan dikurangi kelemahan untuk aspek input adalah 1,41, berarti faktor kekuatan lebih dominan daripada kelemahan. Ini berarti sekolah bisa menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang muncul. Hasil analisis faktor peluang dan ancaman aspek input dapat dilihat pada Tabel 4.9. Selanjutnya diberi bobot dan skor serta dilakukan perhitungan skor akhir, dan diperoleh Matriks External Factor Analysis Summary (EFAS) sebagai berikut:
75
Tabel 4.9 Matrik EFAS Aspek Input No
1 2 3 4
1 2 3 4
Elemen SWOT PELUANG Kepedulian orang tua terhadap pendidikan bagus Keberadaan komite cukup bagus Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi semakin mudah diakses Hubungan dengan dinas pendidikan kecamatan sangat dekat Total Skor ANCAMAN Prestasi sekolah lain semakin bersaing Banyak sekolah lain yang vasilitasnya lebih bagus Ada pendapat SDSN tidak layak kalau pendidiknya banyak guru wiyata bhakti Pemanfaatan teknologi untuk hal-hal negative yang mengganggu belajar siswa Total Skor Total Skor Akhir (Peluang - Ancaman)
Bobot
Skor
Bobot x Skor
0,35
5
1,75
0,25
4
1
0,21
3
0,63
0,19
4
0,76
1
4,14
0,35
4
1,4
0,30
3
0,9
0,20
2
0,4
0,15
2
0,3
1
3 1,14
Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2013
Ada beberapa hal yang menjadi peluang bagi SDN 1 Ngadirejo dalam peningkatan mutu. Menurut pihak sekolah peluang yang memiliki bobot paling tinggi pada aspek input adalah kepedulian orang tua terhadap pendidikan bagus, yang diberi bobot 0,35 dan skor 5. Selain itu keberadaan komite cukup bagus, dengan bobot 0,25 dan skor 4. Faktor tersebut diberi bobot tinggi karena sangat penting untuk mendukung kemajuan belajar siswa dan kemajuan sekolah. Sedangkan skor diberi angka tinggi karena kepedulian orang tua dan keberadaan komite yang bagus memberikan pengaruh besar pada peningkatan 76
mutu sekolah. Peluang berikutnya adalah perkembangan teknologi komunikasi dan informasi semakin mudah diakses, yang diberi bobot 0,21 dan skor 3. Jika guru dapat menangkap peluang ini dengan baik guru akan berkembang optimal. Peluang yang terakhir adalah hubungan dengan dinas pendidikan kecamatan yang sangat dekat dengan bobot 0,19 dan skor 4. Hal tersebut
memudahkan
koordinasi
sehingga
tidak
pernah ada miskomunikasi terkait dengan informasi dinas. Total akhir bobot dikalikan skor untuk faktor peluang adalah 4,14. Di samping mempunyai peluang yang tinggi sekolah juga menemui beberapa ancaman pada aspek input antara lain prestasi sekolah lain yang semakin bersaing, dengan bobot 0,35 dan skor 4. Banyak juga sekolah lain yang fasilitasnya lebih bagus, yang diberi bobot 0,30 dan skor 3, bahkan ada pendapat bahwa SDSN tidak layak kalau pendidiknya banyak guru wiyata bhakti, yang diberi bobot 0,20 dan skor 2. Kalau SDN 1 Ngadirejo tidak memperhatikan hal ini dengan serius maka bisa saja pada waktu selanjutnya SDN 1 Ngadirejo tertinggal dengan SD yang lain. Termasuk juga pemanfaatan teknologi untuk hal-hal negatif yang bisa mengganggu belajar siswa, seperti HP yang bisa mengakses gambar porno dan lain-lain, diberi bobot 0,15 dan skor 2. Hal tersebut kalau tidak segera ditangani bisa menyebabkan turunnya prestasi belajar siswa dan otomatis mutu sekolah juga pasti akan menurun. 77
Total skor untuk faktor ancaman bobot dikalikan skor adalah 3. Total skor akhir faktor peluang dikurangi faktor ancaman untuk aspek input adalah 1,14, berarti faktor peluang lebih dominan daripada faktor ancaman sehingga sekolah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk meminimalkan ancaman yang datang. 2. Aspek Proses Komponen proses meliputi kemampuan guru, desain pembelajaran, metode pembelajaran, fasilitas belajar, kurikulum, media, dan evaluasi. Hasil analisis faktor kekuatan dan faktor kelemahan untuk aspek proses
sampai
diperoleh
Matrik
Internal
Factors
Analysis Summary (IFAS) dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut:
78
Tabel 4.10 Matrik IFAS Aspek Proses No 1 2
3 4 5 6
1 2 3 4 5 6
Elemen SWOT KEKUATAN Memiliki kurikulum yang inovatif Diterapkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) Guru menentukan KKM setiap mata pelajaran dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan Tenaga pengajar banyak yang menguasai TIK Ada jam pelajaran tambahan (les) untuk kelas IV, V dan VI. Mempunyai konsep pendidikan yang beriman, berkarakter dan akademis sesuai visi misi sekolah Total Skor KELEMAHAN Belum semua kegiatan berjalan sesuai kurikulum Masih ada guru yang mengajar secara konvensional Belum ada lab komputer sebagai penunjang proses KBM Kegiatan siswa yang bersifat keagamaan belum maksimal Supervisi dan pembinaan dari kepala sekolah belum maksimal Kerjasama dengan tenaga pengajar/pelatih dari luar sekolah untuk kegiatan ekstrakurikuler masih kurang Total Skor Total Skor Akhir (Kekuatan-Kelemahan)
Bobot
Skor
Bobot x Skor
0,25
5
1,25
0,20
4
0,8
0,18
4
0,72
0,15
4
0,6
0,12
3
0,36
0,10
3
0,3
1
4,03
0,25
2
0,5
0,20
2
0,4
0,16
2
0,32
0,15
3
0,45
0,14
2
0,28
0,10
3
0,3
1
2,25 1,78
Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2013
Faktor kekuatan yang paling berpengaruh pada aspek proses yaitu sekolah memiliki kurikulum yang inovatif dengan bobot 0,25 dan skor 5. Kalau semua kegiatan dilaksanakan sesuai kurikulum tentu mutu pendidikan SDN 1 Ngadirejo akan sangat bagus. Hal 79
itu ditunjang dengan penerapan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) dengan bobot 0,20 dan skor 4 sehingga pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Kekuatan yang lain adalah guru menentukan KKM setiap mata pelajaran dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan, yang diberi bobot 0,18 dan skor 4. Hal tersebut untuk mendorong siswa semakin berpacu dalam meraih prestasi baik saat ulangan harian maupun ulangan semester. Ditunjang lagi dengan banyaknya tenaga pengajar yang menguasai TIK, dengan bobot 0,15 dan skor 4. Seandainya sekolah mempunyai lab komputer dengan adanya guru-guru yang menguasai TIK pasti sangat menunjang proses KBM. Kekuatan lain yang juga mempengaruhi mutu adalah adanya jam pelajaran tambahan (les) untuk kelas IV, V dan VI yang diberi bobot 0,12 dan skor 3. Di samping les sangat berguna meningkatkan prestasi siswa di kelas masing-masing, juga berpengaruh dalam peningkatan hasil UN karena materi UN terdiri dari materi kelas IV, V dan VI sehingga kematangan materi di kelas bawahnya akan mendukung prestasi UN. Kekuatan terakhir yaitu sekolah mempunyai konsep pendidikan yang beriman, berkarakter dan akademis
sesuai
yang
tertuang
dalam
visi
misi
sekolah, dengan bobot 0,10 dan skor 3. Kalau guru memahami konsep pendidikan tersebut dan melaksanakan semua kegiatan sesuai visi misi sekolah maka mutu pendidikan di SDN 1 Ngadirejo akan maksimal. 80
Total bobot dikalikan skor untuk faktor kekuatan adalah 4,03. Adapun
beberapa
kelemahan
yang
dimiliki
sekolah dalam aspek proses adalah belum semua kegiatan berjalan sesuai kurikulum yang diberi bobot 0,25 dan skor 2. Meskipun kurikulumnya inovatif sesuai kebutuhan siswa dan perkembangan IPTEK, tetapi kalau tidak dilaksanakan secara maksimal hasilnya tetap saja tidak ada peningkatan. selain itu masih ada guru yang mengajar secara konvensional yang diberi bobot 0,20 dan skor 2. Sekolah juga belum mempunyai lab komputer sebagai penunjang KBM dengan bobot 0,16 dan skor 2, termasuk kegiatan siswa yang bersifat keagamaan belum dilaksanakan secara maksimal dengan bobot 0,15 dan skor 3. Supervisi dan pembinaan dari kepala sekolah juga belum maksimal yang diberi bobot 0,14 dan skor 2. Dengan kurang maksimalnya supervisi dan pembinaan dari kepala sekolah maka hal-hal yang menjadi kekurangan dan kesalahan guru ketika mengajar tidak segera diperbaiki dan guru cenderung mengelola kelas dengan apa adanya tidak kreatif. Kelemahan yang terakhir adalah kerjasama dengan tenaga pengajar/ pelatih dari luar sekolah untuk kegiatan ekstra kurikuler masih kurang yang diberi bobot 0,10 dan skor 3. Hal itu menyebabkan potensi siswa tidak berkembang secara maksimal. Total bobot dikalikan skor untuk faktor kelemahan yaitu 2,25. Sedangkan total skor akhir faktor 81
kekuatan dikurangi faktor kelemahan adalah 1,78. Dari kedua faktor yang mempengaruhi aspek proses SDN 1 Ngadirejo tersebut ternyata faktor kekuatan menjadi faktor yang lebih dominan dibandingkan faktor kelemahan. Kelemahan-kelemahan yang ada bisa diatasi dengan mengoptimalkan kekuatan yang lebih dominan. Hasil analisis faktor peluang dan ancaman aspek proses dapat dilihat pada Matrik External Factors Analysis Summary (EFAS) pada Tabel 4.11. Tabel 4.11 Matrik EFAS Aspek proses No
1 2 3 4
1 2
3 4
Elemen SWOT PELUANG Kesadaran wali murid menyumbang dana belajar cukup besar Semakin banyak media pembelajaran yang bisa diakses Ada pelatihan-pelatihan guru satu gugus yang menunjang PBM Kebutuhan orang tua terhadap kegiatan keagamaan anak sangat tinggi Total Skor ANCAMAN Semakin tinggi persaingan positif antar sekolah Banyak muncul les di luar sekolah sehingga ada siswa yang tidak serius les di sekolah Munculnya sekolah favorit lain yang mempunyai kelebihan di bidang keagamaan Masyarakat semakin kritis menilai kualitas guru Total Skor Total Skor Akhir (Peluang – Ancaman)
Bobot
Skor
Bobot x Skor
0,38
4
1,52
0,25
3
0,75
0,22
3
0,66
0,15
4
0,6
1
0,31
2
0,62
0,26
1
0,26
0,23
3
0,69
0,20
2
0,6
Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2013
82
3,53
1
2,17 1,36
Untuk aspek peluang kesadaran wali murid menyumbang dana belajar cukup besar dengan bobot 0,38 dan skor 4. Hal tersebut sangat penting untuk pengembangan sarana dan prasarana sekolah yang menunjang kemajuan pendidikan. Di samping itu semakin
banyak
media
pembelajaran
yang
bisa
diakses yang diberi bobot 0,25 dan skor 3, sehingga guru bisa mencari sumber belajar baik berupa materi pokok,
materi
pengayaan
maupun
materi-materi
untuk penugasan siswa. Ada pelatihan-pelatihan guru satu gugus yang menunjang PBM dengan bobot 0,22 dan skor 3. Dengan adanya pelatihan-pelatihan tersebut diharapkan guru dapat meningkatkan kemampuan mengajarnya yang berimbas pada peningkatan hasil belajar siswa. Peluang aspek proses yang lain adalah
kebutuhan
orang
tua
terhadap
kegiatan
keagamaan anak sangat tinggi dengan bobot 0,15 dan skor 4. Meskipun SDN 1 Ngadirejo bukan merupakan sekolah dari yayasan keagamaan, tetapi orang tua berharap anaknya tidak hanya memiliki ilmu pengetahuan saja tetapi juga memiliki moral agama yang tinggi. Kalau sekolah bisa memfasilitasi keinginan orang tua tersebut hasilnya sekolah akan semakin bermutu. Total bobot dikalikan skor untuk faktor peluang adalah 3,53. Untuk faktor ancaman yang mempunyai bobot paling tinggi adalah semakin tingginya persaingan positif antar sekolah dengan bobot 0,31 dan skor 2. Hal tersebut ditandai sekolah lain baik negeri maupun 83
swasta bersaing dalam meraih prestasi baik prestasi akademik dan non akademik. Faktor ancaman berikutnya adalah banyak muncul les di luar sekolah sehingga ada siswa yang tidak serius les di sekolah yang diberi bobot 0,26 dan skor 1. Bagaimana pun guru kelas pasti lebih paham dengan karakteristik siswanya
dibandingkan
dengan
guru
yang
lain,
bahkan guru kelas juga sangat paham dengan materi pelajaran yang kurang dikuasai siswa sehingga les di sekolah sangat diperlukan utamanya untuk memperdalam materi yang dianggap sulit oleh siswa. Kadang les yang bermunculan di luar sekolah cenderung mengarah ke komersial bukan ke kualitas, sehingga kalau ada siswa yang mengandalkan les di luar sekolah dan tidak serius les di sekolah prestasinya bisa tertinggal dibanding siswa yang lain. Bahkan ancaman yang lain adalah munculnya sekolah favorit yang mempunyai kelebihan dibidang keagamaan diberi bobot 0,23 dan skor 3. Kalau SDN 1 Ngadirejo tidak berlomba dalam bidang tersebut bisa jadi suatu saat siswanya berkurang. Di samping itu masyarakat juga semakin kritis menilai kualitas guru diberi bobot 0,20 dan skor 2. Hal tersebut harus menjadi kewaspadaan sekolah agar senantiasa menjaga dan meningkatkan kualitas guru. Total bobot dikalikan skor untuk faktor ancaman adalah 2,17 sehingga total skor akhir faktor peluang dikurangi faktor ancaman adalah 1,36. Dari hasil analisis faktor eksternal tersebut diketahui bahwa SDN 1 Ngadirejo mempunyai banyak 84
peluang yang masih bisa dimanfaatkan. Memang ada beberapa hal yang menjadi ancaman dalam aspek proses yang perlu mendapat perhatian, tetapi faktor peluang masih lebih dominan. 3. Aspek Output Komponen output meliputi prestasi siswa dan pasca kelulusan. Hasil analisis faktor kekuatan dan kelemahan aspek output yang diperoleh melalui FGD dapat dilihat pada Tabel 4.12 di bawah ini. Tahap selanjutnya diberi bobot dan penilaian, serta dilakukan perhitungan skor akhir, dan diperoleh Matrik Internal Factors Analysis Summary (IFAS) sebagai berikut: Tabel 4.12 Matrik IFAS Aspek Output No 1 2 3 4
1 2 3 4
Elemen SWOT KEKUATAN Nilai rata-rata UN tinggi Prosentase kelulusan tinggi Lulusan berprestasi dalam bidang akademik dan non akademik Semua lulusan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan banyak diterima di sekolah favorit Total Skor KELEMAHAN Prestasi lulusan dalam bidang non akademik belum maksimal Lulusan kurang mempunyai karakter yang kuat terkait bidang kerokhanian Output yang dihasilkan kurang kompeten dalam pendidikan kecakapan hidup Belum ada jaringan alumni Total Skor Total Skor Akhir (Kekuatan – Kelemahan)
Bobot
Skor
Bobot x Skor
0,30 0,30
5 4
1,5 1,2
0,25
4
1
0,15
4
0,6
1
4,3
0,4
2
0,8
0,3
2
0,6
0,2
2
0,4
0,1 1
1
0,1 1,9 2,4
Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2013
85
Untuk aspek output, kekuatan berasal dari nilai rata-rata UN yang tinggi yang diberi bobot 0,3 dan skor 5, juga prosentase kelulusan yang tinggi dengan bobot 0,3 dan skor 4. Di samping itu kelulusan berprestasi dalam bidang akademik dan non akademik dengan bobot 0,25 dan skor 4. Prestasi tersebut dapat menjadi daya tarik sekolah, karena orang tua cenderung tertarik menyekolahkan putra-putrinya ke sekolah yang berprestasi. Bahkan semua lulusan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan banyak diterima di sekolah favorit yang diberi bobot 0,15 dan skor 4. Itu disebabkan karena rata-rata perolehan nilai UN tinggi sehingga bisa bersaing dengan siswa yang berasal dari sekolah lain. Total akhir bobot dikalikan skor adalah 4,3. Selain
kekuatan,
sekolah
juga
mempunyai
kelemahan dalam aspek output. Faktor kelemahan yang mempunyai bobot paling tinggi adalah prestasi lulusan dalam bidang non akademik belum maksimal dengan bobot 0,4 dan skor 2. Hal tersebut disebabkan karena pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler belum maksimal.
Kelemahan
yang
lain
adalah
lulusan
kurang mempunyai karakter yang kuat terkait bidang kerokhanian yang diberi bobot 0,3 dan skor 2. Salah satu penyebabnya adalah sarana dan prasarana untuk kegiatan keagamaan belum memadai yaitu belum mempunyai mushola untuk tempat kegiatan agama Islam, begitu juga sarana prasarana untuk kegiatan agama lain. Kelemahan berikutnya adalah output yang 86
dihasilkan kurang kompeten dalam pendidikan kecakapan hidup diberi bobot 0,2 dan skor 2. Pendidikan kecakapan hidup yang diprogramkan oleh sekolah adalah pendidikan TIK, tetapi pelaksanaannya terkendala oleh kurangnya fasilitas komputer untuk pembelajaran siswa. Sekolah baru mempunyai 3 unit komputer dan 3 laptop sehingga belum mencukupi. Kelemahan yang terakhir adalah sekolah belum mempunyai jaringan alumni dengan bobot 0,1 dan skor 1. Jaringan alumni sangat dibutuhkan oleh sekolah untuk diberdayakan dalam kegiatan-kegiatan sekolah,
jika
sudah
ada
jaringan
alumni
maka
berbagai keperluan lulusan maupun kegiatan sekolah dapat dikomunikasikan. Total bobot dikalikan skor untuk faktor kelemahan pada aspek output adalah 1,9 sehingga total skor akhir IFAS pada aspek output adalah 2,4. Dari kedua faktor yang mempengaruhi output SDN 1 Ngadirejo tersebut ternyata faktor kekuatan menjadi faktor yang lebih dominan daripada faktor kelemahan. Kelemahan-kelemahan yang ada bisa diatasi dengan mengoptimalkan kekuatan yang lebih dominan. Hasil analisis faktor peluang dan ancaman aspek output dapat dilihat pada Tabel 4.13. Selanjutnya faktor-faktor tersebut diberi bobot dan skor, serta dilakukan perhitungan skor akhir, dan diperoleh Matrik Eksternal Factors Analysis Summary (EFAS). Sebagai berikut: 87
Tabel 4.13 EFAS Aspek Output No
1 2
3
4 5
1 2 3 4 5
Elemen SWOT PELUANG Hasil UN dapat dijadikan pertimbangan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi Kepercayaan masyarakat terhadap sekolah semakin bagus Harapan orang tua agar lulusan tidak hanya berprestasi dalam bidang akademik tetapi juga maksimal dalam bidang non akademik (ekstrakurikuler) Harapan orang tua agar lulusan menjadi generasi yang cerdas, agamis dan siap menghadapi tantangan masa depan Mempunyai peluang yang bagus untuk menjalin kerjasama dengan alumni. Total Skor ANCAMAN Kekhawatiran orang tua bahwa kemungkinan lulusan hanya bagus dalam kompetensi duniawi Semakin meningkatnya saran kualitas lulusan dari stakeholder Semakin kompleksnya tuntutan masyarakat terhadap mutu sekolah Orang tua melihat keberhasilan anak dari sisi hasil/nilai, bukan proses Kemampuan lulusan untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi Total Skor Total Skor Akhir (Peluang – Ancaman)
Bobot
Skor
Bobot x Skor
0,30
4
1,2
0,25
4
1
0,18
4
0,72
0,15
4
0,6
0,12
3
0,36
1
3,88
0,30
3
0,9
0,25
2
0,5
0,20
2
0,4
0,15
2
0,3
0,10
1
0,1
1
2,2 1,68
Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2013
Salah satu peluang yang bisa dimanfaatkan sekolah adalah hasil UN dapat dijadikan pertimbangan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yang diberi bobot 0,30 dan skor 4. Dengan hasil UN yang tinggi maka kepercayaan masyarakat terhadap sekolah semakin bagus diberi bobot 0,25 dan skor 4. Di 88
samping itu orang tua juga menaruh harapan agar lulusan tidak hanya berprestasi dalam akademik tetapi juga maksimal dalam bidang non akademik (ekstra kurikuler) dengan bobot 0,18 dan skor 4. Harapan orang tua yang lain adalah agar lulusan menjadi generasi yang cerdas, iman dan taqwa yang diberi bobot 0,15 dan skor 4. Terakhir sekolah juga mempunyai peluang yang sangat bagus untuk menjalin kerjasama dengan alumni yang diberi bobot 0,12 dan skor 3. Total akhir bobot dikalikan skor untuk faktor peluang aspek output adalah 3,88. Untuk faktor ancaman yang paling berpengaruh adalah kekhawatiran orang tua bahwa kemungkinan lulusan hanya bagus dalam kompetensi duniawi yang diberi bobot 0,30 dan skor 3. Di samping itu semakin meningkatnya saran kualitas lulusan dari stakeholder dengan bobot 0,25 dan skor 2. Termasuk juga semakin kompleksnya tuntutan masyarakat terhadap mutu sekolah yang diberi bobot 0,20 dan skor 2. Ada juga orang tua yang melihat keberhasilan anak hanya dari sisi hasil/nilai bukan proses dengan bobot 0,15 dan skor 2. Ancaman yang terakhir adalah kemampuan lulusan untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi dengan bobot 0,10 dan skor 1. Total bobot dikali skor untuk faktor ancaman adalah 2,2 maka total akhir faktor peluang dikurangi faktor ancaman adalah 1,68. Dari hasil analisis faktor eksternal tersebut diketahui bahwa SDN 1 Ngadirejo mempunyai banyak peluang yang masih bisa dimanfaatkan. Memang ada 89
beberapa hal yang menjadi ancaman dalam aspek output yang perlu mendapat perhatian, tetapi sekolah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk mengatasi ancaman-ancaman yang muncul. 4.2.3 Rencana Strategis 1. Rencana Strategis Peningkatan Mutu Sekolah Aspek Input Tabel 4.14 Skor Akhir IFAS dan EFAS Aspek Input IFAS Kategori Kekuatan (S) Kelemahan (W) Total (S-W)
EFAS Total Skor 4,01 2,6 1,41
Kategori Peluang (O) Ancaman (T) Total (O-T)
Total Skor 4,14 3 1,14
Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal untuk aspek input di SDN 1 Ngadirejo diperoleh hasil skor akhir IFAS (kekuatan – kelemahan) adalah 1,41 sedangkan skor akhir EFAS (peluang – ancaman) adalah 1,14. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa strategi berada di kuadran SO (strength – opportunity) yang mendukung strategi agresif, menggunakan kekuatan dari lingkungan internal sekolah dan meraih peluang yang ada pada lingkungan eksternal untuk meningkatkan mutu sekolah khususnya pada aspek input (Umar, 2002). Hasil analisis tersebut digambarkan pada Gambar 4.1 berikut: 90
Peluang Kuadran SO Strategi Agresif Memanfaatkan kekuatan untuk menangkap peluang yang ada
4 3 2
(1,41; 1,14)
1 Kelemahan
-4
-3
-2
-1 -1
1
2
3
4
Kekuatan
-2 -3 -4 Ancaman
Gambar 4.1 Matrik SWOT untuk Aspek Input
91
Kekuatan Minat dan motivasi belajar siswa tinggi Jumlah buku ajar untuk guru dan siswa cukup Dana untuk operasional sekolah mencukupi Kepemimpinan kepala sekolah sudah relevan Sekolah mempunyai program kerja yang jelas Kerjasama antar guru bagus 90% guru berpendidikan S1 Lokasi sekolah sangat strategis Jumlah siswa semakin banyak
1. 2.
3. 4. 5. 6.
Hubungan dengan dinas pendidikan kecamatan sangat dekat
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi semakin mudah diakses
Internal Faktor
Keberadaan komite cukup bagus
Peluang Kepedulian orang tua terhadap pendidikan bagus
Eksternal Faktor
Mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan. Mengembangkan lingkungan sekolah menuju komunitas belajar melalui program 7K (Kebersihan, Ketertiban, Keindahan, Kerindangan, Keamanan, Keamanan, dan Kekeluargaan). Memberdayakan guru dalam pelatihanpelatihan yang dapat meningkatkan kinerja. Mengembangkan fasilitas sekolah berbasis TIK sebagai sarana belajar Membentuk klub-klub prestasi untuk mengembangkan potensi siswa. Dibentuk Tim Evaluasi program sekolah
Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut maka rencana strategis yang perlu dibuat sebagai upaya peningkatan mutu sekolah untuk aspek input di SDN 1 Ngadirejo adalah: (1) Mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan; (2) Mengembangkan lingkungan sekolah menuju komunitas belajar melalui program 7K (Kebersihan, Ketertiban, Keindahan, Kerindangan, Keamanan, Keamanan, dan Kekeluargaan); (3) Memberdayakan 92
guru
dalam
pelatihan-pelatihan
yang
dapat
meningkatkan
kinerja; (4) Mengembangkan
fasilitas sekolah berbasis TIK sebagai sarana belajar; (5) Membentuk klub-klub prestasi untuk mengembangkan potensi siswa; (6) Dibentuk Tim Evaluasi program sekolah. 2. Rencana Strategis Peningkatan Mutu Sekolah Aspek Proses Setelah mengidentifikasi berbagai faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman untuk aspek proses kemudian diberi bobot dan skor maka hasil perhitungan untuk total skor akhir adalah sebagai berikut: Tabel 4.15 Skor Akhir IFAS dan EFAS Aspek Proses IFAS Kategori
EFAS Total Skor
Kategori
Total Skor
Kekuatan (S)
4,03
Peluang (O)
3,53
Kelemahan (W)
2,25
Ancaman (T)
1,97
Total (S-W)
1,78
Total (O-T)
1,56
Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal (IFAS) dan lingkungan eksternal (EFAS) untuk aspek proses di SDN 1 Ngadirejo diperoleh hasil skor akhir IFAS aspek proses (kekuatan – kelemahan) adalah 1,78. Sedangkan skor akhir EFAS aspek proses (peluang – ancaman) adalah 1,56. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa strategi berada di kuadran SO 93
(strength – opportunity) yang mendukung strategi agresif, memanfaatkan kekuatan yang ada untuk menangkap peluang yang ada dari luar. Hasil analisis tersebut pada Gambar 4.2 berikut: Peluang Kuadran SO Strategi Agresif Memanfaatkan kekuatan untuk menangkap peluang yang ada
4 3 2
(1,78; 1,56)
1 Kelemahan
-4
Kekuatan -3
-2
-1 -1
1
2
3
4
-2 -3 -4 Ancaman
Gambar 4.2. Matrik SWOT untuk Aspek Proses
94
Kekuatan Memiliki kurikulum yang inovatif Diterapkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) Guru menentukan KKM setiap mata pelajaran dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan Tenaga pengajar banyak yang menguasai TIK Ada jam pelajaran tambahan (les) untuk kelas IV, V dan VI. Mempunyai konsep pendidikan yang beriman, berkarakter dan akademis sesuai visi misi sekolah
1.
2.
3.
4. 5.
hasil
Kebutuhan orang tua terhadap kegiatan keagamaan anak sangat tinggi
Ada pelatihan-pelatihan guru satu gugus yang menunjang PBM
Semakin banyak media pembelajaran yang bisa diakses
Internal Faktor
Berdasarkan
Peluang Kesadaran wali murid menyumbang dana belajar cukup besar
Eksternal Faktor
Memberdayakan guru untuk menggunakan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar Mengintensifkan kegiatan keagamaan untuk membentuk siswa yang iman dan taqwa Meningkatkan kerjasama dengan pengajar atau pelatih dari luar sekolah untuk mendukung kegiatan ekstra kurikuler Mengintensifkan kegiatan supervisi dan monitoring oleh kepala sekolah Mengefektifkan kegiatan KKG untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemui guru dalam PBM
analisis
SWOT
tersebut,
maka rencana strategis yang perlu dibuat sebagai upaya peningkatan mutu sekolah untuk aspek proses di SDN 1 Ngadirejo adalah: (1) Memberdayakan guru untuk menggunakan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar; (2) Mengintensifkan kegiatan keagamaan untuk membentuk siswa yang iman dan taqwa; (3) Meningkatkan kerjasama dengan pengajar atau pelatih dari luar sekolah untuk mendukung kegiatan 95
ekstra kurikuler; (4 Mengintensifkan kegiatan supervisi dan monitoring oleh kepala sekolah); (5) Mengefektifkan kegiatan KKG untuk memecahkan masalahmasalah yang ditemui guru dalam PBM. 3. Rencana Strategis Peningkatan Mutu Sekolah Aspek Output Setelah mengidentifikasi berbagai faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman untuk faktor output kemudian diberi bobot dan skor maka hasil perhitungan untuk total skor akhir adalah sebagai berikut: Tabel 4.16 Skor Akhir IFAS dan EFAS Aspek Output IFAS
EFAS
Kategori
Total Skor
Kategori
Total Skor
Kekuatan (S)
4,3
Peluang (O)
3,88
Kelemahan (W)
1,9
Ancaman (T)
2,2
Total (S-W)
2,4
Total (O-T)
1,68
Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal (IFAS) dan lingkungan eksternal (EFAS) untuk aspek output di SDN 1 Ngadirejo diperoleh hasil skor akhir IFAS aspek output (kekuatan – kelemahan) adalah 2,4. Sedangkan skor akhir EFAS aspek output (peluang – ancaman) adalah 1, 68. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa strategi berada di kuadran SO (strength – opportunity) yang mendukung strategi agresif, meman96
faatkan peluang yang ada dari luar untuk mengatasi ancaman yang muncul dari lingkungan eksternal sekolah pada aspek output. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut: Peluang Kuadran SO Strategi Agresif Memanfaatkan kekuatan untuk menangkap peluang yang ada
4 3 2
(2,4; 1,68)
1 Kelemahan
-4
-3
-2
-1
-1
1
2
3
4
Kekuatan
-2 -3 -4 Ancaman
Gambar 4.3 Matrik SWOT untuk Aspek Output
97
Kekuatan Prosentase kelulusan tinggi Nilai rata-rata UN tinggi Lulusan berprestasi dalam bidang akademik dan non akademik Semua lulusan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan banyak diterima di sekolah favorit
1. 2. 3. 4.
5.
Mempunyai peluang yang bagus untuk menjalin kerjasama dengan alumni
Harapan orang tua agar lulusan menjadi generasi yang cerdas, agamis dan siap menghadapi tantangan masa depan
Harapan orang tua agar lulusan tidak hanya berprestasi dalam bidang akademik tetapi juga maksimal dalam bidang non akademik (ekstrakurikuler)
Kepercayaan masyarakat terhadap sekolah semakin bagus
Internal Faktor
Peluang Hasil UN dapat dijadikan pertimbangan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi
Eksternal Faktor
Membangun image positif sekolah melalui output yang dihasilkan Meningkatkan prestasi siswa dalam bidang akademik maupun non akademik Meningkatkan pelaksanaan pendidikan karakter Meningkatkan pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup sesuai yang tertuang dalam kurikulum Membentuk jaringan alumni untuk diberdayakan dalam kegiatan sekolah
Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut, maka rencana strategis yang perlu dibuat sebagai upaya peningkatan mutu sekolah untuk aspek output di SDN 1 Ngadirejo adalah: (1) Membangun image positif sekolah melalui output yang dihasilkan; (2) Meningkatkan prestasi siswa dalam bidang akademik maupun non akademik; (3) Meningkatkan pelaksanaan pendi98
dikan karakter; (4) Meningkatkan pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup sesuai yang tertuang dalam kurikulum; (5) Membentuk jaringan alumni untuk diberdayakan dalam kegiatan sekolah.
4.3 Pembahasan 4.3.1
Hasil
Wawancara,
Observasi,
dan
Studi
Dokumen Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan studi dokumen diperoleh data tentang upaya-upaya yang sudah dilakukan SDN 1 Ngadirejo dalam rangka peningkatan mutu antara lain: 1. Merencanakan Program yang Jelas dan Berkelanjutan SDN 1 Ngadirejo mempunyai visi, misi dan tujuan sekolah yang jelas menuju tercapainya peningkatan mutu pendidikan. Kepala sekolah bersama dengan dewan guru dan komite sekolah menyusun Rencana Kerja Sekolah (RKS) yang terdiri dari Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM)
dan Rencana Kerja
Tahunan (RKT). Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) tersebut disusun yang mengacu pada visi, misi, dan tujuan sekolah. Satu perangkat RKJM dijabarkan dalam empat Rencana Kerja Tahunan (RKT), kemudian RKT dikembangkan dalam bentuk Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).
99
Terkait dengan rencana kegiatan pembelajaran selama satu tahun, sekolah menyusun kurikulum yang inovatif berdasarkan kemajuan IPTEK serta dikembangkan
secara
sistematis
sejalan
dengan
tujuan yang akan dicapai. Dalam setiap penyusunan program,
sekolah
sudah
melibatkan
semua
stakeholder tetapi untuk mengevaluasi pelaksanaan program tersebut sekolah belum mempunyai tim evaluasi program sekolah. 2. Meningkatkan
Mutu
Akademik
dan
Non
Akademik Dalam rangka meningkatan mutu akademik dan non akademik maka sekolah berusaha melaksanakan pembelajaran secara maksimal dengan mengefektifkan alokasi waktu yang ada. Dalam KBM guru berusaha menerapkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) meskipun satu dua guru masih ada yang mengajar secara konfensional. Disamping itu semua guru dituntut untuk melaksanakan program perbaikan dan pengayaan sehingga secara otomatis berimbas pada peningkatan rata-rata pencapaian KKM yaitu pencapaian KKM tiap kelas 99% tercapai. Karena peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari peningkatan nilai UN dan prosentase kelulusan maka SDN 1 Ngadirejo melaksanakan kiatkiat peningkatan mutu UN antara lain dengan cara: semua guru kompak mulai kelas I menanamkan 100
konsep materi pelajaran dengan baik, dibentuk tim sukses UN yang membantu memecahkan materi yang sulit dan belum dapat dipecahkan oleh guru kelas VI, les untuk kelas IV-VI mulai semester 1, kreatif membuat bank soal sesuai kisi-kisi UN dan tukar soalsoal try out antar kecamatan maupun kabupaten, doa bersama/mujahadah, dan pemberian reward setiap akhir tahun kepada guru kelas VI. Dari kiat-kiat tersebut ternyata prestasi UN dari tahun ke tahun semakin meningkat. Selain itu sekolah juga meningkatkan prestasi siswa dalam lomba akademik maupun non akademik yaitu dengan cara memberdayakan semua guru dalam kegiatan mendidik dan melatih siswa. Hasilnya beberapa tahun terakhir ini banyak memperoleh kejuaraan di tingkat kecamatan maupun kabupaten meskipun belum semuanya maksimal sesuai yang diharapkan. 3. Memberdayakan dan Meningkatkan Profesional Guru Sekolah berusaha memberdayakan semua guru dalam kegiatan sekolah agar potensi dan kemampuannya berkembang mendukung kegiatan pembelajaran yang bermutu. Sekolah juga sangat mendukung guruguru untuk ikut studi lanjut S1 sehingga dari 19 guru tinggal 2 guru yang masih berijazah D2 dan keduanya sekarang dalam proses mengikuti S1. Dengan demikian meskipun gurunya banyak yang wiyata bhakti tetapi dengan latar belakang pendidikan yang mema101
dai diharapkan layanan pendidikan tetap berkualitas. Di samping itu guru juga diberdayakan dalam kegiatan KKG agar segala permasalahan yang ditemui selama KBM baik itu masalah materi pelajaran, pengelolaan siswa
atau
masalah
lainnya
dapat
dipecahkan
bersama dalam forum KKG. Guru-guru SDN 1 Ngadirejo diberi kesempatan untuk ikut pelatihan-pelatihan baik yang diadakan oleh dinas maupun non dinas yang penting materi yang didapat dari pelatihan itu dapat mendukung peningkatan profesional guru. Bahkan sekolah pernah mendatangkan narasumber dari LPMP untuk pelatihan guru satu gugus seperti pelatihan karya ilmiah, workshop tematik dan lain-lain. Keikutsertaan guru dalam pelatihan-pelatihan inovatif tersebut secara otomatis juga akan berdampak positif pada pembelajaran siswa contohnya dengan guru menguasai pembelajaran tematik maka pembelajaran akan lebih efektif, demikian juga dengan guru menguasai prosedur penyusunan PTK maka akan membantu memecahkan masalah KBM di kelasnya masing-masing. Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah dan komite dapat dijelaskan bahwa meskipun guru SDN 1 Ngadirejo banyak yang wiyata bhakti tetapi kemampuan dan semangat mengajarnya tidak ketinggalan dengan guru PNS. Sehingga meskipun di luar ada wacana SDSN tidak layak kalau gurunya banyak yang wiyata bhakti tetapi sekolah berusaha mengantisipasi wacana tersebut dengan meningkatkan profe102
sional guru melalui pelatihan-pelatihan. Untuk biaya pelatihan bagi guru yang wiyata bhakti sering dibantu menggunakan uang operasional sekolah, sedangkan untuk guru yang PNS sering dengan biaya sendiri. 4. Memberdayakan Potensi Peserta Didik Siswa SDN 1 Ngadirejo jumlahnya cukup banyak dan mempunyai kemampuan yang beragam, untuk itu sekolah berusaha memberdayakan potensi siswa agar dapat berkembang secara maksimal sesuai karakteristik masing-masing. Pemberdayaan peserta didik tersebut dilakukan oleh sekolah melalui beberapa program yaitu dengan memberi tambahan jam pelajaran, memfasilitasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler, serta melaksanakan pendidikan karakter dan pendidikan kecakapan hidup. Menurut kepala sekolah pemberian tambahan jam pelajaran diprogramkan untuk kelas IV sampai kelas VI mulai awal semester satu, dengan pertimbangan bahwa mulai kelas IV materi pelajarannya sudah semakin luas dan rumit. Pertimbangan yang lain bahwa mulai di kelas IV siswa biasanya diikutkan lomba-lomba mata pelajaran baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten sehingga perlu dibimbing secara maksimal agar mencapai hasil dan kejuaraan yang maksimal. Selain itu mulai di kelas IV siswa mulai dipersiapkan untuk menguasai materi pelajaran yang akan diujikan dalam UN kelas VI, sehingga
103
diharapkan setelah di kelas VI siswa tidak banyak mengalami kesulitan. Sedangkan untuk memfasilitasi kegiatan ekstrakurikuler selama ini sudah berjalan tetapi belum maksimal. Sesuai hasil wawancara dengan siswa sekolah melaksanakan kegiatan kurikuler hanya pada waktu tertentu saja belum melaksanakan secara rutin. Seperti Pramuka
dicontohkan
oleh
dilaksanakan
siswa
setiap
bahwa
latihan
menjelang
kemah
penggalang dan pesta siaga, latihan drumband juga dilaksanakan setiap akan ada kegiatan karnaval saja. Latihan olah raga dan seni seperti sepak takraw, tenis meja, bulu tangkis, seni tari, seni lukis, seni musik dan vokal juga diintensifkan hanya setiap menjelang lomba. Bahkan ada kegiatan kurikuler yang diprogramkan dalam kurikulum tetapi tidak pernah dilaksanakan di antaranya pencak silat dan seni karawitan. Hal tersebut tentu saja mengakibatkan potensi siswa dalam bidang ekstrakurikuler kurang berkembang. Dan menurut hasil wawancara, observasi, dan studi dokumen dapat disimpulkan bahwa penyebab kurang maksimalnya pelaksanaan kegiatan kurikuler adalah karena fasilitas kurang memadai, guru tidak melaksanakan kegiatan sesuai dengan kurikulum, tidak semua guru bisa mengampu kegiatan kurikuler, dan sekolah kurang menjalin kerjasama dengan nara sumber atau pelatih dari luar sekolah. Untuk memberdayakan potensi peserta didik sekolah juga memprogramkan pelaksanaan pendidik104
an karakter dan pendidikan kecakapan hidup. Pendidikan karakter ditujukan untuk mengembangkan atau membentuk karakter siswa. Nilai karakter yang dikembangkan meliputi: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Pada prinsipnya pendidikan karakter yang dikembangkan di SDN 1 Ngadirejo terintegrasi dalam mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya sekolah. Pengintegrasian dalam mapel sudah dicantumkan
dalam
RPP,
pengintegrasian
dalam
budaya
sekolah tercakup dalam kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler serta interaksi sosial di sekolah, pengintegrasian dalam pengembangan diri melalui: (1) Kegiatan rutin sekolah seperti upacara hari besar, pemeriksaan kebersihan badan, kegiatan-kegiatan ibadah/ keagamaan, berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, dan budaya salam; (2) Kegiatan spontan yaitu apabila ada siswa yang berperilaku kurang baik langsung dikoreksi dan dibetulkan oleh guru; (3) Keteladanan yaitu guru memberi contoh sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai karakter agar jadi panutan; (4) Pengkondisian yaitu sekolah harus dikondisikan agar mencerminkan nilai karakter yang diharapkan seperti lingkungan sekolah harus selalu bersih, rapi dan teratur.
105
Pendidikan karakter di SDN 1 Ngadirejo belum terlaksana
dengan
maksimal
utamanya
untuk
mengembangkan nilai religius masih sangat kurang. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru hal itu disebabkan karena fasilitas untuk kegiatan keagamaan belum memadai bahkan tempat ibadah atau mushola saja belum ada. Sedangkan untuk pendidikan kecakapan hidup yang dicantumkan dalam kurikulum adalah Teknologi Informatika, diprogramkan mulai dari kelas I sampai kelas VI. Tetapi kenyataannya kegiatan tersebut belum bisa berjalan sesuai yang diharapkan. Sebenarnya sekolah mempunyai beberapa guru yang menguasai TIK tetapi
fasilitas
yang ada belum memenuhi. Sekolah baru mempunyai 3 unit komputer dan 3 unit laptop sehingga untuk memfasilitasi pembelajaran TIK belum mencukupi. 5. Menjalin
Kerjasama
dengan
Orang
Tua
dan
Masyarakat Kerjasama dengan orang tua dan masyarakat dilakukan secara intensif oleh sekolah melalui pertemuan rutin tiap awal tahun pelajaran dan setiap akhir semester, menjelang ujian kelas VI, dan rapat komite secara insidental. Kepedulian orang tua dan
komite
terhadap pendidikan sangat bagus, utamanya dalam membantu
pendanaan
untuk
melengkapi
sarana
prasarana sekolah. Meskipun dana bantuan dari pemerintah yang berupa dana BOS cukup besar, tetapi itu hanya bisa digunakan untuk mencukupi biaya 106
operasional sekolah tidak boleh untuk membangun prasarana sekolah. Sarana prasarana sekolah yang saat ini masih kurang/belum ada adalah mushola, laboratorium, aula, ruang kelas kurang 1 ruang, jamban siswa kurang, dan ruang pimpinan. Wacana ke depan untuk melengkapi sarana prasarana tersebut sekolah mau mencari terobosan bantuan dana tidak hanya mengandalkan dari pemerintah saja, bahkan yang pasti tidak lepas dari kerjasamanya dengan orang tua dan komite sekolah. Bantuan dari komite sejak tahun 2008 sampai 2013 yang sudah diterima oleh sekolah sejumlah Rp 103.500.000,- . Bantuan tersebut sangat berarti bagi sekolah karena secara bertahap prasarana sekolah menjadi lebih lengkap. Kerjasama dengan orang tua dan masyarakat diharapkan tidak hanya terfokus pada pendanaan saja tetapi juga berupa ide serta masukan demi peningkatan mutu pendidikan di SDN 1 Ngadirejo. Hal tersebut sudah dilaksanakan yaitu setiap penyusunan program sekolah komite selalu dilibatkan. 4.3.2 Analisis SWOT Aspek Input Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan eksternal aspek input SDN 1 Ngadirejo maka diperoleh hasil skor akhir lingkungan internal aspek input (kekuatan – kelemahan) adalah 1,41. Angka ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih dominan
107
dari faktor kelemahan sehingga dengan kekuatan minat dan motivasi belajar siswa yang tinggi, jumlah buku ajar untuk guru dan siswa yang cukup, serta dana operasional sekolah yang mencukupi dan kerja sama guru yang bagus serta 89% guru berpendidikan S1 dapat mengatasi kelemahan dalam menangani tingkat kemampuan siswa yang beragam, fasilitas sekolah yang kurang dan jumlah guru PNS yang kurang. Sedangkan kepemimpinan kepala sekolah yang relevan, program sekolah yang jelas dapat mengatasi kelemahan dalam pengelolaan sekolah. Skor akhir lingkungan eksternal aspek input (peluang – ancaman) adalah 1,14. Ini menunjukkan bahwa faktor peluang masih lebih dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk mereduksi ancaman-ancaman yang muncul. Hasil perhitungan IFAS dan EFAS menunjukkan bahwa posisi SDN 1 Ngadirejo berada pada titik (1,41; 1,14) berarti ada pada kuadran SO (strength – opportunities), hal ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan karena sekolah memiliki kekuatan dan peluang yang lebih dominan sehingga perlu diterapkan strategi agresif yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif dengan menggunakan kekuatan yang ada pada sekolah untuk memanfaatkan peluang dari luar.
108
4.3.3 Analisis SWOT Aspek Proses Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan eksternal aspek proses SDN 1 Ngadirejo maka diperoleh hasil skor akhir lingkungan internal aspek proses (kekuatan – kelemahan) adalah 1,78. Angka ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih dominan dari faktor kelemahan sehingga sekolah bisa memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi kelemahan yang muncul. Sedangkan skor akhir lingkungan eksternal aspek proses (peluang – ancaman) adalah 1,56. Angka ini menunjukkan bahwa peluang SDN 1 Ngadirejo lebih besar daripada ancaman yang ada. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa posisi SDN 1 Ngadirejo berada pada titik (1,78; 1,56) yaitu berada pada kuadran SO (strength – opportunities) yang mengindikasikan perlu dilakukannya strategi agresif, memfokuskan upaya menggunakan kekuatan internal SDN 1 Ngadirejo untuk dapat memanfaatkan peluang. 4.3.4 Analisis SWOT Aspek Output Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan eksternal aspek output di SDN 1 Ngadirejo maka diperoleh hasil skor akhir lingkungan internal aspek output (kekuatan – kelemahan) adalah 2,4. Angka ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih dominan 109
dari faktor kelemahan sehingga sekolah bisa memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan yang terjadi. Sedangkan skor akhir lingkungan eksternal aspek output (peluang – ancaman) adalah 1,68. Ini menunjukkan bahwa faktor peluang lebih dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk mereduksi ancaman-ancaman yang muncul. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa posisi SDN 1 Ngadirejo berada pada titik (2,4; 1,68) berarti pada posisi atau kuadran SO (strength – opportunities) yang mengindikasikan perlu diterapkan strategi agresif yaitu menggunakan kekuatan yang ada pada sekolah untuk menangkap peluang dari luar. 4.3.5 Rencana Strategis Aspek Input Berdasarkan hasil analisis SWOT untuk IFAS dan EFAS menghasilkan strategi di kuadran SO (strength – opportunities), yaitu strategi agresif yang mendukung pertumbuhan. Strategi ini menggunakan kekuatan internal sekolah untuk meraih peluangpeluang yang ada di luar sekolah (Robbin & Coulter, 2009). Berikut ini adalah rencana strategis yang dibuat sebagai upaya peningkatan mutu untuk input di SDN 1 Ngadirejo. Renstra pertama, mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan. Dengan adanya kepedulian orang tua dan komite yang bagus terhadap pendidikan
110
merupakan peluang bagi sekolah untuk bersama-sama membuat program pengembangan sarana prasarana yang sekarang masih banyak kekurangan. Di samping itu pendekatan dengan dinas pendidikan sangat diperlukan agar usulan bantuan baik berupa bangunan maupun sarana pendidikan bisa diwujudkan. Sekolah juga bisa melakukan terobosan-terobosan dengan mengajukan proposal kemana pun yang kira-kira ada peluang untuk memberi bantuan. Hal tersebut sangat diperlukan untuk melengkapi sarana prasarana seperti ruang kelas, ruang pimpinan, ruang laboratorium, mushola, aula/ruang serba guna, dan perangkat teknologi informatika. Kalau sarana prasarana pendidikan sudah memenuhi maka diharapkan mutu pendidikan di SDN 1 Ngadirejo akan lebih meningkat lagi. Renstra
kedua,
mengembangkan
lingkungan
sekolah menuju komunitas belajar melalui program 7K (Kebersihan,
Ketertiban,
Keindahan,
Kerindangan,
Keamanan, Kenyamanan, dan Kekeluargaan). Pengembangan komunitas belajar di SDN 1 Ngadirejo bisa dimulai dengan
menata
lingkungan
fisik melalui
program 7K, sehingga nyaman dan kondusif untuk belajar. Bersamaan dengan itu, kebiasaan belajar ditumbuhkan melalui kegiatan gemar membaca. Guru dapat menugasi siswa untuk membaca buku yang relevan dengan topik/materi pelajaran yang dibahas, bisa ditugaskan secara individual atau kelompok yang penting membiasakan anak membaca. Pola tersebut
111
mampu mendorong tumbuhnya komunitas belajar di sekolah. Renstra ketiga, memberdayakan guru dalam pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan kinerja. Sekolah dengan jumlah siswa banyak secara otomatis bantuan operasional dari pemerintah juga banyak. Dana tersebut sebagian bisa dimanfaatkan untuk memberdayakan guru dalam pelatihan-pelatihan yang dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan guru sehingga pada gilirannya diharapkan para guru dapat memperoleh keunggulan kompetitif dan dapat memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya. Dengan kata lain, mereka dapat bekerja secara lebih produktif dan mampu meningkatkan kualitas kinerjanya Renstra
keempat,
mengembangkan
fasilitas
sekolah berbasis TIK sebagai sarana belajar. Sekolah perlu memfasilitasi siswa dengan sarana belajar berbasis TIK agar siswa dapat memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya dan sebagai sarana belajar sehingga bisa meningkatkan prestasinya di sekolah. Dengan kemajuan teknologi siswa bisa mencari
materi-materi
pelajaran
yang
diperlukan
melalui internet sehingga wawasan anak semakin luas. Renstra kelima, membentuk klub-klub prestasi untuk mengembangkan potensi siswa. Dengan adanya siswa yang banyak dengan kemampuan yang beragam serta minat dan motivasi belajar siswa yang tinggi, 112
maka sekolah perlu mengembangkan potensi siswa secara maksimal sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat siswa masing-masing. Sekolah perlu membentuk klub-klub prestasi sehingga siswa yang mempunyai bakat atau kemampuan yang lebih baik dalam bidang akademik, olah raga maupun seni dapat dikembangkan kemampuannya melalui klub-klub prestasi tersebut seperti klub bahasa dan sastra, klub sains, klub sepak bola, klub basket, klub seni dan lain-lain. Klub ini dikembangkan di bawah bimbingan seorang
guru
ataupun
pelatih
yang
mempunyai
kemampuan di bidang tersebut. Renstra keenam, dibentuk Tim Evaluasi program sekolah. Meskipun program sudah berjalan tetapi sekolah perlu membentuk tim evaluasi program yang tugasnya
secara
periodik
mengevaluasi
program
sekolah untuk mengetahui prosentase ketercapaian program, apa target yang diharapkan, sejauh mana hasil yang sudah dicapai, kesenjangannya apa, dan pemecahannya
bagaimana.
Hasil
dari
evaluasi
program tersebut bisa dijadikan dasar penyusunan program yang akan datang agar menjadi lebih baik. 4.3.6 Rencana Strategis Aspek Proses Berdasarkan hasil analisis SWOT untuk IFAS dan EFAS menghasilkan strategi di kuadran SO (strength – opportunities), yaitu strategi agresif yang mendukung pertumbuhan. Strategi ini menggunakan
113
kekuatan internal sekolah untuk meraih peluangpeluang yang ada di luar sekolah (Robbin & Coulter, 2009). Berikut ini adalah rencana strategis yang dibuat sebagai upaya peningkatan mutu untuk input di SDN 1 Ngadirejo. Renstra pertama,
memberdayakan guru untuk
menggunakan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar. Dengan bantuan media informasi guru dapat melakukan pembelajaran yang kreatif dan menarik sehingga tidak hanya meningkatkan minat belajar siswa tetapi juga meningkatkan kualitas guru dalam tugas mengajar. Selain itu melalui media internet guru dapat mencari materi-materi sebagai tambahan dalam menyiapkan bahan ajar bagi siswa. Renstra kedua, mengintensifkan kegiatan keagamaan untuk membentuk siswa yang iman dan taqwa. Sesuai dengan visi misi sekolah untuk membentuk kepribadian siswa yang iman dan taqwa maka guru harus memantapkan penghayatan dan pengamalan hidup beragama siswa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Selain itu guru juga harus menanamkan nilai-nilai Aqidah dan budi pekerti luhur dengan maksimal. Kegiatan keagamaan tersebut secara rinci sudah dijabarkan dalam kurikulum, sehingga kalau semuanya dilaksanakan sesuai yang tertuang maksimal.
114
dalam
kurikulum
maka
hasilnya
akan
Renstra ketiga, meningkatkan kerjasama dengan pengajar atau pelatih dari luar sekolah untuk mendukung kegiatan ekstra kurikuler, meningkatkan kerjasama dengan pengajar atau pelatih dari luar sekolah untuk mendukung kegiatan ekstrakurikuler. Sekolah perlu mengalokasikan dana untuk kegiatan ekstrakurikuler termasuk untuk honor pelatih dari luar sekolah. Hal tersebut sangat penting untuk memaksimalkan potensi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler. Renstra
keempat,
mengintensifkan
kegiatan
supervisi dan monitoring oleh kepala sekolah. Dengan melaksanakan supervisi dan monitoring secara intensif maka kepala sekolah dapat memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf agar personal
tersebut
mampu
meningkatkan
kualitas
kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses belajar mengajar Renstra kelima, mengefektifkan kegiatan KKG untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemui guru dalam PBM. Masalah-masalah yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas beragam bentuk dan modelnya. Penanganan terhadap setiap persoalan untuk mencari jalan keluar antara guru yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Guru senior kadang memiliki lebih banyak teknik dan cara-cara dalam mengatasi persoalan terlebih lagi persoalan belajar mengajar. Untuk itulah guru-guru baru atau guru lain yang memiliki persoalan yang menurutnya sulit bisa dipecahkan melalui KKG dengan cara 115
berdiskusi dan berbagi pengalaman dengan guru lainnya. 4.3.7 Rencana Strategis Aspek Output Berdasarkan hasil analisis SWOT untuk IFAS dan EFAS menghasilkan strategi di kuadran SO (strength – opportunities), yaitu strategi agresif yang mendukung pertumbuhan. Strategi ini menggunakan kekuatan internal sekolah untuk meraih peluangpeluang yang ada di luar sekolah (Robbin & Coulter, 2009). Berikut ini adalah rencana strategis yang dibuat sebagai upaya peningkatan mutu untuk input di SDN 1 Ngadirejo. Renstra
pertama,
membangun
image
positif
sekolah melalui output yang dihasilkan. Output adalah hasil akhir dari suatu proses yang dilakukan sekolah. Oleh karena itu output yang dihasilkan diharapkan dapat memenuhi kriteria seperti yang diharapkan masyarakat antara lain lulusan tidak hanya berprestasi dalam bidang akademik tetapi juga maksimal dalam bidang non akademik (ekstrakurikuler), lulusan menjadi generasi yang
cerdas,
agamis dan
siap
menghadapi tantangan masa depan. Renstra kedua, meningkatkan prestasi siswa dalam bidang akademik maupun non akademik. Untuk mencapai hal tersebut maka segala kegiatan pembelajaran harus dilaksanakan secara maksimal sesuai kurikulum. Guru harus mau bekerja keras 116
dalam memberikan layanan kepada siswa baik dalam kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler. Renstra ketiga, meningkatkan pelaksanaan pendidikan karakter. Pendidikan karakter sangat penting karena akan menjadi dasar dalam pembentukan karakter siswa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial
seperti
toleransi,
kebersamaan,
kegotong-
royongan, saling membantu, menghormati dan sebagainya. Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul
yang
tidak
hanya
memiliki
kemampuan
kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan. Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk pribadi siswa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Renstra keempat, meningkatkan pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup sesuai yang tertuang dalam kurikulum.
Dengan
pendidikan
kecakapan
hidup siswa akan mendapat bekal kecakapan dalam hal keberanian menghadapi problema hidup dan kehidupan
secara
wajar
tanpa
merasa
tertekan,
kemudian secara kreatif menemukan solusi serta mampu mengatasinya. Pendidikan kecakapan hidup di SDN 1 Ngadirejo difokuskan pada teknologi informatika, berarti secara bertahap harus dilengkapi fasilitasnya. Dengan bekal kecakapan hidup tersebut, 117
diharapkan para lulusan akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang sudah memanfaatkan kemajuan teknologi, dapat memecahkan problema kehidupan yang dihadapi, termasuk mencari atau menciptakan pekerjaan bagi mereka yang suatu saat tidak
melanjutkan
pendidikannya
sampai
jenjang
tertingg Renstra kelima, membentuk jaringan alumni untuk diberdayakan dalam kegiatan sekolah. Alumni merupakan aset penting yang harus dirangkul dan dikembangkan oleh sekolah. Salah satu indikator keberhasilan proses pendidikan dapat dilihat dari keberhasilan alumni dalam menjalankan peran mereka di jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupun berbagai bidang pekerjaan yang mereka jalani secara profesional sesuai minat dan kemampuan. Alumni memiliki posisi strategis karena meskipun mereka tidak lagi merupakan bagian aktif dalam proses pendidikan di sekolah, namun pengalaman mereka selama menjadi siswa dan ikatan batin serta rasa memiliki mereka yang kuat terhadap sekolah dapat
menghasilkan
dan
menawarkan
berbagai
konsep, ide, pemikiran, masukan dan kritik membangun untuk sekolah. Jadi jaringan alumni merupakan satu wadah yang perlu ditumbuhkembangkan peran dan fungsinya serta didukung keberadaannya. Melalui pengorganisasian alumni secara profesional, berbagai macam peluang dan kesempatan akan dapat terkomunikasikan dengan baik. 118