perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Eksisting 1. Letak Geografis Terminal Bus Purwantoro terletak di kota Purwantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Terminal Bus Purwantoro merupakan terminal paling ujung timur wilayah Kabupaten Wonogiri dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Ponorogo sehingga terminal ini berada di persimpangan lalu lintas antar propinsi yaitu antara propinsi Jawa Tengah dengan Jawa Timur.
Gambar 4.1. Letak Terminal Bus Purwantoro (Sumber: https://maps.google.com/) Terminal Bus Purwantoro berada di wilayah perkampungan dan berbatasan langsung dengan perumahan penduduk. Terminal Bus Purwantoro terletak dekat dengan jalan raya yang menghubungakan kota Wonogiri dan Ponorogo. Pada Gambar 4.2 terlihat bahwa Terminal Bus Purwantoro berbentuk persegi panjang.
commit to user
46
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tapak Terminal Bus Purwantoro
Gambar 4.2. Bentuk Tapak Terminal Bus Purwantoro (Sumber: https://maps.google.com/) Batas lokasi Terminal Bus Purwantoro jika dilihat dari gambar 4.2 adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara
: Jalan Wonogiri-Ponorogo dan pertokoan
b. Sebelah Timur
: Perkampungan penduduk
c. Sebelah Selatan
: Perkampungan penduduk
d. Sebelah Barat
: Jalan Purwantoro-Kismantoro dan pertokoan
2. Bentuk dan Ukuran Tapak Terminal Bus Purwantoro Tapak Terminal Bus Purwantoro berbentuk persegi panjang. Pada bagian parkir bus, kios, dan ruang tunggu penumpang berbentuk memanjang ke selatan. Luas lahan terminal 8570 m2 dan luas bangunan terminal sebesar 2190m2 dengan rincian bagian bangunan seperti pada tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.1. Bagian Bangunan Terminal Purwantoro No Bagian Bangunan Jumlah Panjang (Bangunan) (m) 1 Halaman Parkir 1 71
2 Kios 20 4 3 Kantor 1 7 4 Ruang Tunggu 1 55 (Sumber: Arsip Terminal Bus Purwantoro, 2012)
Lebar (m) 20
Ket. Bus AKDP dan AKAP
3 5 6
Lebih jelasnya bentuk dan ukuran tapak Terminal Bus Purwantoro commit to user dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut:
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Parkir Angkudes
29,2 m
Kios Kantor 75 m
Pos Terpadu Parkir Bus
Ruang Tunggu
Gambar 4.3. Tapak Eksisting Terminal Bus Purwantoro Luas lokasi Terminal Purwantoro tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan(KM) Nomor 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transporatsi Jalan yaitu seluas 3 Ha atau 30000 m2 sedangkan luas eksisting yang ada adalah 8570 m2. Walaupun luas lokasi tidak sesuai dengan syarat sebesar 3Ha untuk terminal tipe B menurut Kepala UPT Pengelolaan Terminal Dinas Perhubungan Wonogiri(Haryadi, 2013) tidak menjadi masalah karena penetapan lokasi terminal ditetapkan dengan memperhatikan: a. Rencana umum tata ruang. b. Kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan disekitar terminal. c. Keterpaduan moda transportasi baik intra maupun antar moda. d. Kondisi topografi lokasi terminal. e. Kelestarian lingkungan. commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sehingga luas Terminal Purwantoro tidak harus sesuai dengan KM No 31 Tahun 1995 karena menyesuaikan dengan jumlah moda transportasi yang dilayani pada trayek Purwantoro. Luas terminal disesuaikan jumlah moda transportasi untuk menghemat biaya pembangunan dan perawatan karena jika di terminal banyak lahan tidak dimanfaatkan dengan baik maka perawatan tidak maksimal dan terminal menjadi kurang terurus.
3. Kontur Lokasi Terminal Bus Purwantoro menghadap ke utara dan cenderung menurun ke bagian selatan bangunan atau bagian belakang terminal. Kondisi ini terlihat dari adanya beda ketinggian parkir bus antara bagian depan atau utara terminal dengan bagian selatan atau belakang terminal. Jalur masuk bus berada di sebelah timur terminal dan menuju ke bagian belakang terminal, jalur ini merupakan kontur tanah paling rendah terminal dan pintu keluar bus berada dibagian depan terminal yang berkontur lebih tinggi. Jalur masuk bus Pintu keluar bus
Pintu masuk bus
Gambar 4.4. Kontur commitTerminal to user Bus Purwantoro
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Kedalaman Air Tanah Kedalaman air tanah di Terminal Bus Purwantoro adalah 15 meter saat musim kemarau. Data ini berasal dari survei langsung pada bulan Juni 2013, rata-rata kedalaman dengan pengukuran di beberapa sumur warga sekitar Terminal Bus Purwantoro. Teknik pengukuran kedalaman air tanah dilakukan dengan cara menggunakan bantuan tali timba yang ada di sumur, yaitu ujung bawah timba yang menyentuh air sampai dengan tali timba bagian atas diberi tanda sebatas tinggi permukaan tanah lalu diukur panjangnya maka akan didapat kedalaman air tanah. Air tanah di sekitar tapak cukup dalam karena air tanah di wilayah Purwantoro merupakan wilayah pegunungan sehingga air tanah berada lebih dalam daripada di wilayah dataran rendah. Kondisi ini tidak menjadi masalah untuk kebutuhan air di Terminal Bus Purwantoro karena Terminal Bus Purwantoro menggunakan air PDAM.
15 m
commit to user Gambar 4.5. Kedalaman Air Tanah di sekitar Terminal
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Drainase di Area Tapak Saluran drainase pada tapak terminal menggunakan saluran terbuka. Ada tiga macam saluran drainase di Terminal Bus Purwantoro yaitu: a.
Saluran primer berpenampang trapesium lebar atas 1m dan bawah 0,8m
b.
Saluran sekunder berpenampang persegi dengan lebar 30 cm
c. Saluran tersier berpenampang setengah lingkaran dengan diameter 25 cm Saluran drainase primer kondisinya kurang terawat sehingga ditumbuhi rumput liar dan banyak sampah, sedangkan pada saluran sekunder dan tersier banyak terdapat endapan lumpur dan sampah plastik yang menyumbat saluran.
Saluran tersier
Saluran sekunder
Saluran primer
Saluran tersier ke sungai
Gambar 4.6. Drainase di Terminal Bus Purwantoro commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Arah Lintasan Matahari Arah lintasan matahari di tapak Terminal Bus Purwantoro adalah dari timur ke barat dengan bentuk bangunan memanjang dari utara ke selatan. Pada bangunan ruang tunggu menghadap ke arah timur pada pukul 07.00-10.00 WIB sinar matahari langsung masuk ke dalam ruang tunggu dan membuat kondisi udara menjadi hangat tetapi cahaya matahari langsung itu menjadikan kurang nyaman karena terlalu silau.
Gambar 4.7. Arah Lintasan Matahari 7. Vegetasi dan Lingkungan a. Jenis dan Titik Lokasi Vegetasi Vegetasi di Terminal Bus Purwantoro terdiri dari beberapa jenis pohon yang ada di area tapak Terminal Bus Purwantoro. Beberapa jenis pohon yang ada di tapak adalah pohon Angsana,Talok, Kiara Payung, Kamboja Putih, dan Pangkas. commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.8. Vegetasi di Terminal Purwantoro
b. Ketinggian dan Lebar Tajuk Ketinggian dan lebar tajuk vegetasi di Terminal Bus Purwantoro cukup beragam, diantaranya ada pohon Angsana yang berada di dekat parkir bus dimanfaatkan sebagai peneduh bus saat parkir. Pohon Angsana ini tumbuh berjajar di bagian timur parkir bus sehingga bisa berfungsi sebagai penghalang silau panas sinar matahari pada saat pagi menjelang siang dan beberapa jenis pohon lain yaitu Talok, Kamboja, Mahoni dan Pangkas, untuk lebih jelasnya ketinggian dan lebar tajuk dapat dilihat pada Gambar 4.9 berikut:
commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nama Pohon
Sketsa Pohon
Lebar Tajuk (m)
Tinggi Tajuk (m)
Angsana (Pterocarpusindicus Willd)
3
6
Kiara Payung (Fellicium Decipiens)
3
4
2,5
3
2
3
1
1
Talok (Muntingia Calabura L) Kamboja Putih (Plumeria Obtusa) Pangkas (Duranta Erecta)
Gambar 4.9. Ketinggian dan Lebar Tajuk Vegetasi di Terminal Purwantoro 8. Jaringan Utilitas Lokasi a. Listrik Energi listrik Terminal Purwantoro dipasok dari tiang listrik PLN yang berada depan tapak terminal. Listrik dialirkan dari jaringan utama menuju jaringan sekunder yang berada diatas bangunan kantor pengelola yang berada di dekat pintu keluar bus. Tiang listrik berada di luar tapak sehingga tidak mengganggu sirkulasi di dalam terminal. Kios-kios pedagang juga diambilkan dari tiang utama yang berada di depan dan ada juga diambilkan dari tiang listrik yang berada di samping tapak karena kalau mengambil dari depan terlalu jauh. commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jenis Listrik N o 1
Ket.
2
Jaringan Listrik Utama Jaringan Listrik Penyalur
3
Tiang Listrik
Gambar 4.10. Jaringan Listrik terminal Bus Purwantoro b. Telepon Jaringan telepon berada disisi depan atau sebelah utara tapak, tiang telepon ini terletak tepat dipojok tapak sebelah utara dan barat sehingga kabel mebentang diatas pintu keluar terminal. Penyaluran kabel telepon adalah dari saluran utama pada tiang telepon lalu disalurkan menuju kantor pengelola terminal dan ke beberapa kios yang menggunakan jaringan telepon. commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jenis Telepon N o 1 2
3
Ket. Tiang Telepon Jaringan Telepon Utama Jaringan Telepon Penyalur
Gambar 4.11. Jaringan Listrik terminal Bus Purwantoro 9. Tata Masa a. Kantor Pengelola dan TPR Kantor pengelola Terminal Bus Purwantoro berada tepat di pintu keluar bus yang juga dijadikan sebagai tempat pembayaran retribusi bagi bus yang masuk ke terminal. Kantor pengelola ini berukuran 5x7 m dan terdiri dari 2 ruang yang yaitu ruang kepala terminal dan ruang untuk staff nya yang berada di depannya.
b. Pos Terpadu Pos Terpadu
adalah pos yang digunakan sebagai tempat
menerima keluhan dari pengunjung terminal dan calon penumpang bus, misalkan ada barang yang hilang dan sebagainya. Pos terpadu ini tidak sepenuhnya dioperasikan setiap hari hanya dioperasikan pada saat menjelang lebaran dan setelah lebaran karena penumpang jumlahnya melonjak.
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.12. Pos Terpadu Terminal Pos ini terletak di dekat pintu keluar bus sebelah timur pada bagian pojok dan kondisinya sudah memprihatinkan karena atapnya sudah rusak dan akan roboh. c. Ruang Tunggu Penumpang dan Pengantar Ruang tunggu penumpang dan pengantar terletak di bagian tengah tapak dengan ukuran 6x55 meter berbentuk memanjang ke arah utara. Pada lantai bagian utara lebih tinggi 1 meter dengan panjang 5 meter, karena kontur tanah pada terminal miring ke arah selatan sehingga ruang tunggu sebelah utara ada undakan. Ruang tunggu ini menggunakan konstruksi baja dengan atap metal. Disepanjang ruang tunggu terdapat kursi yang digunakan calon penumpang maupun pengunjung untuk duduk istirahat menunggu keberangkatan bus maupun kedatangan bus dan ada juga beberapa meja yang digunakan para agen bus untuk menjual tiket bus.
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.13. Ruang Tunggu Penumpang dan Pengantar d. Kios Pedagang Kios pedagang merupakan salah satu fasilitas penunjang yang disediakan di terminal yang digunakan para pedagang untuk berjualan makanan, minuman maupun keperluan calon penumpang. Kios ini terletak disepanjang ruang tunggu dan bagian selatan terminal. Ada 20 kios yang disediakan di Terminal Bus Purwantoro yang berukuran 3x4 meter dengan total luas 240 m2.
to user Gambarcommit 4.14. Kios Pedagang
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Analisa Konsep Desain Analisa konsep desain dalam perencanaan sebuah bangunan sangat diperlukan untuk menghasilkan sebuah desain bangunan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan. Analisa konsep desain memaparkan proses dari awal perancangan desain bangunan dalam bentuk analisa. Analisa konsep desain yang diakukan adalah seperti analisa pelaku dan kebutuhan ruang, analisa besaran ruang, analisa hubungan ruang, analisa tata masa, analisa bentuk, analisa struktur bangunan, analisa utilitas, dll
1. Analisa Kebutuhan Sarana Terminal Bus Purwantoro a. Standar Kebutuhan Ruang Fasilitas terminal penumpang terdiri dari fasilitas utama dan penunjang. Fasilitas utama yaitu fasilitas pokok yang harus ada di dalam sebuah bangunan terminal sedangkan faslitas penunjang adalah fasilitas yang ada di terminal yang berfungsi sebagai penunjang aktifitas pemakai terminal (tabel 4.2). Fasilitas dalam terminal harus lengkap untuk memberikan pelayanan yang baik bagi pengguna terminal. Tata ruang dalam terminal harus memberikan kesan yang nyaman dan akrab. Sistem parkir kendaraan di dalam terminal harus ditata sedemikian rupa sehingga tercipta rasa aman, mudah dicapai, lancar dan tertib. Dalam
perencanaan
terminal
penumpang
harus
memperhatikan: 1) Sirkulasi lalu lintas, yaitu jalan masuk dan keluar kendaraan harus lancar dan bergerak dengan mudah, jalan masuk dan keluar kendaraan calon penumpang harus terpisah dengan keluar masuk bus, dan kendaraan di dalam terminal harus dapat bergerak tanpa halangan yang tidak perlu. commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Sistem sirkulasi kendaraan ditentukan berdasarkan jumlah arah perjalanan,
frekuensi perjalanan, waktu yang
dibutuhkan untuk naik/turun, dan sistem sirkulasi harus ditata dengan baik. Tabel 4.2. Bagian Bangunan Terminal Purwantoro No Fasilitas Utama No Fasilitas Penunjang 1 Ruang parkir bus 1 Toilet 2 Bangunan kantor terminal 2 Musholla 3 Tempat tunggu 3 Kios/kantin penumpang/pengantar 4 Loket penjualan karcis 4 Bengkel 5 Rambu-rambu dan papan 5 Ruang informasi dan pengaduan informasi 6 Tempat penitipan barang 7 Taman Redesain terminal Bus Purwantoro menggunakan ukuran standar terminal pada umumnya dan disesuaikan dengan tipe terminal yang sudah ditentukan. Ukuran ideal fasilitas terminal penumpang dapat dilihat pada gambar berikut: Tabel 4.3. Kebutuhan Luas Terminal Berdasarkan Tipe Terminal Ruang Fasilitas Tipe Terminal A B C (m2) (m2) (m2) A. Kendaraan Ruang parkir AKAP 1120 Ruang parkir AKDP 540 540 Ruang parkir AK 800 800 800 Ruang parkir pribadi 600 600 200 Ruang service 500 500 Pompa bensin 500 Sirkulasi kendaraan 3960 2740 1100 Bengkel 150 100 Ruang istirahat 50 40 30 Gudang 25 20 Ruang parkir cadangan 1980 1370 550
commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Pemakai Jasa Ruang tunggu Sirkulasi orang Kamar mandi Kios Musholla
3625 1050 72 1575 72
C. Operasional Ruang administrasi 78 Ruang pengawas 23 Loket 3 Peron 4 Retribusi 6 Ruang informasi 12 Ruang P3K 45 Ruang perkantoran 150 D. Ruang Luar(Tidak Efektif) Ruang total 5653 Cadangan pengembangan 23494 Kenutuhan lahan 45988 Kebutuhan lahan untuk desain (Ha) 4,7 Sumber : Hasil Analisis Studi Ditjendar, 2009
2250 900 60 1350 60
180 192 40 288 40
59 23 3 4 6 10 30 100
39 16 3 3 6 8 15
4890 17255 34150 3,5
1554 5463 10926 1,1
Terminal Bus Purwantoro merupakan terminal tipe B yang berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan kota dalam provinsi, angkutan kota, dan angkutan pedesaan. Pada terminal tipe B, bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) tidak diperkenankan masuk ke dalam area terminal namun di terminal Purwantoro bus AKAP diijinkan masuk karena ada kebijakan sendiri dari pemkab Wonogiri sehingga bus AKAP tetap masuk ke terminal. Atas dasar itu parkir bus AKAP dimasukan dalam perencanaan redesain terminal. 2. Analisa Pendekatan Kebutuhan Ruang a. Kebutuhan Ruang Dasar pertimbangan yang dipakai dalam analisa kebutuhan ruang yaitu: 1) Macam kegiatan 2) Pelaku kegiatan 3) Sifat kegiatan
commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.4. Kegiatan utama ( Kendaraan dan penumpang ) NO 1
2
PELAKU Kendaraan Bus
Penumpang Penumpang Calon penumpang
MACAM KEGIATAN
KEBUTUHAN RUANG
Menurunkan penumpang Menaikan penumpang Parkir kendaraan Sirkulasi
Jalur kedatangan Jalur keberangkatan Jalur parkir Jalur sirkulasi
Masuk terminal Mencari informasi Mendapatkan tiket Menunggu Naik bus Turun bus
Hall Ruang informasi Loket penjualan tiket Ruang tunggu Emplasement Emplasement
Tabel 4.5 Kegiatan Pengelola NO PELAKU 1
Petugas DLLAJR Kepala terminal Wakil kepala
2
Petugas Kebersihan Sie Kebersihan Karyawan
MACAM KEGIATAN
KEBUTUHAN RUANG
Kantor Kantor Menerima tamu Rapat
Ruang kepala terminal Ruang wakil kepala terminal Ruang tamu Ruang rapat
Koordinator Karyawan Piket karyawan kebersihan Menyimpan perlatan
Ruang staff kebersihan Ruang staff kebersihan Gudang
Tabel 4.6. Kegiatan Pengunjung NO
PELAKU
1
Pedagang
2
MACAM KEGIATAN
Jual makanan ringan Melayani pembeli Menjual barang kelontong Pengantar/Penjemput Menunggu Ke toilet Sholat commit to user Makan/minum
KEBUTUHAN RUANG Kios penjualan
Ruang tunggu KM/WC Musholla Kantin
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Analisa Organisasi Ruang Dasar pertimbangan organisasi ruang terminal: a) Kedekatan ruang b) Keterkaitan antar fungsi ruang c) Kelancaran sirkulasi antar ruang Organisasi ruang yang harus terpenuhi di terminal dikelompokan menjadi beberapa kegiatan yaitu: a. Kegiatan secara umum Area pelayanan penumpang Area kendaraan
Pengelola
Area penumpang
Penunjang
Gambar 4.15. Organisasi Ruang Secara Umum
b. Kegiatan pengelola 1) Ruang kepala terminal 2) Ruang skretaris 3) Ruang tamu 4) Ruang rapat 5) Ruang staf pungutan 6) Pos TPR 7) Lavatory 8) Pantry 9) Gudang c. Kegiatan area pelayanan penumpang 1) Ruang informasi 2) Agen karcis 3) Ruang tunggu
commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Ruang informasi d. Ruang area kendaraan 1) Jalur kedatangan 2) Jalur keberangkatan 3) Parkir bus AKDP 4) Parkir bus AKAP 5) Parkir bus antar desa/perkotaan 6) Parkir kendaraan pribadi 7) Bengkel 8) Tempat cuci e. Ruang area penunjang 1) Kios/toko 2) Cafetaria 3) Mushola 4) Utilitas bangunan c. Pola Hubungan Ruang Dasar pertimbangan yang dipakai dalam analisa kebutuhan ruang yaitu: 1) Pelaku kegiatan 2) Proses/alur kegiatan 3) Kelompok kegiatan 4) Sifat/karakter kegiatan Di dalam pola hubungan ruang dibedakan menjadi beberapa kelompok ruang yaitu: 1) Kelompok ruang utama adalah kelompok ruang yang menjadi syarat minimal ruang yang harus ada pada sebuah terminal. 2) Kelompok ruang pengelola adalah kelompok ruang untuk pengelola atau petugas di terminal. 3) Kelompok ruang penunjang adalah kelompok ruang tambahan yang menjadi penunjang bagi pengguna to lebih user nyaman. pengguna terminalcommit menjadi
terminal sehingga
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1
Hall
2
Jalur Kedatangan
3
Jalur Keberangkatan
4
Parkir Bus AKDP
5
Parkir Bus AKAP
6
Parkir Bus Kota
7
Ruang Tunggu
8
Ruang Informasi
9
Agen Karcis Keterangan : : Dekat : Sedang : Jauh Gambar 4.16. Matrik Ruang Kelompok Ruang Utama
Penumpang Pengantar Pengelola penjemput
Jalur Kedatangan
Parkir AKDP
Parkir AKAP
Ruang Tunggu
Jalur Keberangkatan
Parkir Bus Antar Pedesaan
Hall
Ruang Informasi
Agen Karcis Parkir Kendaraan Pribadi Gambar 4.17. Pola Hubungan Ruang Kelompok Ruang Utama commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1
Ruang kepala terminal
2
Ruang tamu
3
Ruang sekretaris
4
Ruang rapat
5
Ruang staf pungutan
6
Pos TPR
7
Lavatory
8
Pantry
9
Gudang Keterangan : : Dekat : Sedang : Jauh Gambar 4.18. Matrik Ruang Kelompok Ruang Pengelola
R. Rapat
R.Sekretaris
Pantry
R. Kepala Terminal
Lavatory
Ruang Tamu
R.Staf Pungutan
Gudang Pos TPR
Jalur Keberangkatan Hall Gambar 4.19. Pola Hubungan Ruang Kelompok Ruang Pengelola commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1
Parkir Kendaraan Pribadi
2
Kios/Toko
3
Cafetaria
4
Musholla
5
Lavatory
6
Utilitas Bangunan
7
Taman Keterangan : : Dekat : Sedang : Jauh Gambar 4.20. Matrik Ruang Kelompok Ruang Penunjang
Parkir Kendaraan Pribadi
Ruang Tungggu
Kios/Toko
Musholla + Tempat Wudhu
Cafetaria Lavatory
Taman
Tempat Cuci
R.Utilitas Bangunan
Parkir Bus Gambar 4.21. Pola Hubungan Ruang Kelompok Ruang Penunjang commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Prediksi Jalur Loket Pelayanan Proses perencanaan Terminal Bus Purwantoro Tipe B sebagai terminal yang baik sehingga nyaman bagi pengguna terminal adalah sebagai berikut: Standar kegiatan diambil dari data arsitek (Ernst Nuefert, 2002) 1) Penumpang turun dari bus Membawa barang
: 6 detik/orang
Tanpa barang
: 3 detik/orang
Rata-rata
: 4 detik/orang
2) Penumpang naik bus Bawa bagasi
: 4 detik/orang
Tanpa bagasi
: 3 detik/orang
Rata-rata
: 3 detik/orang
3) Waktu pemeriksaan perjalan (pelaporan): 20 detik 4) Lebar koridor minimal 2 m (antara 2 – 6 m) e. Prediksi Jalur Parkir Kendaraan Prediksi parkir bus Terminal Purwantoro yaitu memprediksi jumlah jalur parkir bus yang perlu disediakan untuk parkir istirahat bus di dalam terminal. Lama waktu parkir
: 15 menit untuk bus AKAP 15 menit untuk bus AKDP/kota/pedesaan
1) Parkir bus AKAP Periode kedatangan bus
: 180 detik
Lama waktu parkir maksimal : 15 menit Jalur parkir keberangkatan
: 1 jalur
Perhitungan : Dalam 1 jam (3600 detik) maka 3600/180 = 20 bus/jam Kebutuhan parkir = 20 – 1 = 19 jalur 2) Parkir bus AKDP Periode kedatangan bus : 180 detik to user Lama waktu parkircommit maksimal : 15 menit
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jalur parkir keberangkatan
: 1 jalur
Perhitungan : Dalam 1 jam (3600 detik) maka 3600/180 = 20 bus/jam Kebutuhan parkir = 20 – 1 = 19 jalur 3) Parkir bus antar kota/pedesaaan Periode kedatangan bus
: 600 detik
Lama waktu parkir maksimal : 10 menit Jalur parkir keberangkatan
: 1 jalur
Perhitungan : Dalam 1 jam (3600 detik) maka 3600/600 = 6 bus/jam Kebutuhan parkir = 6 – 1 = 5 jalur Jadi jumlah parkir yang dibutuhkan adalah: Bus AKDP dan AKAP
= 20+20 = 40jalur
Bus antar kota/pedesaan
= 5 jalur
4) Kendaraan angkutan penunjang Di terminal selain terdapat sarana angkutan utama berupa bus juga ada beberapa angkutan transportasi pendukung yaitu ojek,untuk perhitungan jumlah parkir dipergunakan asumsi yaitu 15 kendaraan. 5) Kendaraan pribadi Dasar pertimbangan yang digunakan: a) Kenyamanan b) Keamanan c) Kelancaran sirkulasi dan kegiatan d) Jumlah kendaraan Parkir kendaraan pribadi pada kondisi eksisting belum ada sehingga perlu direncanakan untuk parkir kendaraan pribadi. Kendaraan pribadi pada terminal meliputi kendaraan pengelola dan kendaraan
pengantar/penjemput.
direncanakan yaitu: commit to user
Kapasitas
parkir
yang
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Parkir mobil
: 20 mobil
b) Parkir sepeda motor
: 50 motor
c) Parkir sepeda
: 25 sepeda
f. Prediksi Jalur Loket Kendaraan 1) Loket Bus TPR kedatangan Rumus untuk menentukan loket retribusi: Jumlah loket :
Waktu pemeriksaan
laporan perjalanan
Periode bus yang datang
Waktu pemeriksaaan = 5 detik Periode bus datang: AKAP = 180 detik AKDP = 120 detik Bus Kota = 600 detik Perhitungan: AKAP
= 5/180 = 0,027 ~ 1 loket
AKDP
= 5/120 =0,041 ~ 1 loket
Bus Kota
=5/ 600 =0,008 ~ 1 loket
Jumlah loket yang dibutuhkan 3 loket,sehingga ada 1 loket untuk tiap jalur. 2) Loket pos TPR keberangkatan Jumlah loket TPR keberangkatan diasumsikan sama dengan jumlah loket kedatangan yaitu 1 buah loket tiap jalur. g. Besaran Ruang Menentukan besaran ruang untuk memprediksikan jangka waktu bangunan 10 tahun kedepan. 1) Dasar Pertimbangan a)
Standar ruang.
b) Ruang gerak. c)
Kebutuhan ruang peralatan dan perabotan..
commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Analisa Besaran Ruang a) Bus Standart (AKAP dan AKDP) Panjang 11,92 m, lebar 2,5 m, tinggi 3,05 m, radius putar 12 m.
Gambar 4.22. Dimensi Ukuran Bus Sumber: Neufert (2002) Satuan ruang parkir = 11,92 x 2,5 = 41,72~42 m2 /bus. b) Bus Kota/Pedesaan Panjang 5,915 m, lebar 1,695 m, tinggi 3,05 m.
Satuan ruang parkir = 5,92 x 1,69 = 10,03~11 m2 /bus. Gambar 4.23. Dimensi Ukuran Bus Sumber: Neufert (2002) c) Kendaraan Pribadi Panjang 5,16 m dan lebar 1,62 m.
Gambar 4.24. Dimensi Ukuran Mobil Sumber: Neufert (2002) Satuan ruang parkir untuk kendaraan pribadi = 5,16x2,7 = 13,9~15 m2/mobil. commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Sepeda Motor
Gambar 4.25. Dimensi Ukuran Sepeda Motor Sumber: Neufert (2002) Satuan ruang parkir untuk sepeda motor = 2,25x0,75 = 1,6 m2/motor. e) Manusia Manusia berjalan minimal membutuhkan lebar koridor 100 cm@orang, 212,5 untuk 2 orang dan kebutuhan pada ruang tunggu adalah 1,25 m2 @orang.
Gambar 4.26. Manusia Sumber: Neufert (2002) Kelompok ukuran ruang terminal dikelompokan menjadi beberapa kelompok ruang yaitu kelompok ruang utama, kelompok ruang pengelola dan kelompok ruang penunjang.
commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.7. Kelompok Ruang Utama No
1 2 3 4 5
Kebutuhan Ruang Jalur Kedatangan Jalur Keberangkatan Parkir Bus AKDP Parkir Bus AKAP Parkir Bus antar Pedesaan Ruang Tunggu Hall Ruang informasi Agen karcis Total Luas
5 6 7 8
Kelompok Ruang Utama Kapasitas Standar Sum- Jumlah (orang) (m2/org) ber Ruang (buah) (m2/bh) 1 42 DA 1 1 42 DA 3 1 42 DA 20 1 42 DA 20 1 100 75 2 1
42 1,25 1,25 2,5 2,5
DA DA DA DA
6 3 1 1 14
Luas Ruag (m2) 42 125,16 834,4 834,4 250,32 125 93,75 5 37,5
Flow
100% 100% 100%
30% 100%
Total Luas (m2) 42 125,16 1668,8 1668,8 500,6 325 93,75 7 75 5035,4
Tabel 4.8. Kelompok Pengelola No
1 2 3 4 5 6 7
8 9
Kebutuhan Ruang Ruang Kepala Terminal Ruang Sekretaris Ruang Tamu Ruang Rapat Ruang Staf Pungutan Pos TPR Lavatory Pria Urinoir WC Wastafel Wanita Wastafel WC Luas Lavatory Pantry Gudang Total Luas
Kelompok Ruang Pengelola Kapasitas Standar SumJumlah 2 (orang) (m /org) ber Ruang (buah) (m2/bh) 1 12 1 1 10 20 3 1
9 1,5 1,4 1, 5 1, 5
1 1 1 1 1 2 1
Luas Ruag (m2) 12
1 1 1 1 1
9 15 28 4,5 1,5
0,9 2,4 1,2
2 2 2
1,8 4,8 2,4
1,2 2,4
2 2
2,4 4,8 16,2 5 6
2,5
commit to user
DA DA DA DA DA
1 1
Flo w
Total Luas (m2) 30% 16 30% 30% 30% 30% 30%
12 20 36,4 6 2
20% 17,82 30% 7 30% 6 119,22
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.9. Kelompok Penunjang No
1
2 3
4
5 6 7
Kebutuhan Ruang Parkir Mobil Motor Sepeda Kios/Toko Musholla R.Sholat R.Wudhu Mighrab Lavatory Pria Urinoir WC Wastafel Wanita Wastafel WC Luas Lavatory Utilitas Bangunan R. ME Gudang Cafetaria R Makan Dapur Total Luas
Kelompok Ruang Penunjang Kapasitas Standar Sumber Jum- Luas (orang) (m2/org) lah Ruag (buah) (m2/bh) Ruang (m2) 1 1 1 1
10,44 1,6 1,6 15
50 8 1
0,5 0,9 0,5
DA DA DA DA DA
20 50 25 20
208,8 80 40 300
1 1 1
25 7,2 0,5
Flow
Total Luas (m2)
50% 50% 50% 30%
313,2 120 60 400
20% 20% 200%
25 8,64 1,5
20%
17,82
DA 1 1 1
0,9 2,4 1,2
2 2 2
1,8 4,8 2,4
1 1
1,2 2,4
2 2
2,4 4,8 16,2
1 1
20
30
1,6
DA
1 1
20 6
30% 30%
26,6 6
1 1
48 20
30%
62,4 20 1225,2
3. Analisa Konsep Tata Masa Dasar pertimbangan yang digunakan: a. Efektifitas dan optimalisasi penggunaan lahan. b. Kelancaran sirkulasi penumpang dan kendaraan. c. Kemudahan pencapaian. Analisa konsep tata masa digunakan untuk menentukan tata masa suatu bangunan yang direncanakan, terdiri dari analisa bentuk dasar masa dan analisa komposisi masa. commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Analisa Bentuk Dasar Masa Dari beberapa bentuk masa yang disebutkan pada kajian pustaka maka bentuk masa yang digunakan untuk desain Terminal Purwantoro adalah bentuk masa segi empat. Bentuk segi empat dipilih karena efektifitas fungsi ruang dan mudah dalam penataan ruang. Dalam perencanaan struktur bangunan juga relatif mudah. b. Analisa Komposisi Masa Dengan memperhatikan pertimbangan beberapa komposisi masa
maka
penggunaan
terminal banyak
direncanakan masa
bertujuan
dengan untuk
banyak
masa,
mempermudah
penempatan ruang dan memaksimalkan pencahayaan, ruang terbuka hijau dan penghawaan alami ruangan. Selain itu pemisahan bangunan dengan fungsi masing-masing bangunan dan jenis kegiatan lebih jelas karena terletak pada masing masing bangunan.
Gambar 4.27. Hasil Analisa 4. Zonifikasi Dasar pertimbangan zonifikasi: 1) Fungsi ruang. 2) Sifat dan jenis ruang. commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan dasar pertimbangan maka zonifikasi dilakukan atas dasar fungsi ruang, sifat dan jenis ruang. Fungsi ruang dikelompokkan menjadi beberapa zona, untuk zona kendaraan yaitu zona penerima dan zona parkir bus sedangkan zona manusia yaitu zona pengelola dan zona penjemput, pengantar dan penumpang. a. Zona Penerima Zona penerima adalah zona bus masuk terminal dan kedatangan pengunjung terminal dimana orang yang mengantar maupun para penumpang yang baru datang membawa kendaraan dan memarkirkan kendaraanya. b. Zona Pengunjung Zona pengunjung
adalah zona dimana penjemput,
pengantar dan penumpang berkumpul di zona ini. Zona ini terdiri dari beberapa ruang yaitu ruang tunggu, cafetaria, ruang lavatory, ruang agen karcis, Musholla dan kios/toko. c. Zona Pengelola Zona pengelola adalah zona ruang dimana pengelola melakukan aktifitas pengelolaan terminal. Zona pengelola terdiri beberapa ruang diantaranya yaitu ruang kepala terminal, ruang sekretaris, ruang tamu, ruang rapat, ruang staf pungutan, pos TPR, pantry, lavatory, dan gudang. d. Zona Parkir Bus Zona parkir bus adalah zona tempat parkir bus AKAP, AKDP dan bus antar perkotaan parkir di terminal. e. Hasil Analisa Zona yang ada di terminal ditentukan berdasarkan fungsi ruang dan di kombinasikan berdasarkan kedekatan fungsi ruang, sehingga efektifitas pencapaian antar ruang dapat terpenuhi.
commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1 5 3
2
2
4 4
1. 2. 3. 4. 5.
Keterangan: Zona Penerima Zona Pengunjung Zona Pengelola Zona Parkir Bus AKAP dan AKDP Zona Parkir Bus Kota Gambar 4.28. Analisa Zonifikasi
5. Analisa Pencapaian Dasar pertimbangan analisa pencapaian: a. Kondisi area tapak. b. Kemudahan akses. c. Kepadatan lalu lintas. Analisa pencapaian dilakukan untuk menentukan pintu masuk utama bagi penumpang, pengantar, penjemput maupun keluar masuk kendaraan bus. Setiap arah pencapaian memiliki kelebihan maupun kekurangan masing-masing sehingga bisa ditentukan pencapaian yang paling baik untuk dijadikan dasar desain terminal. commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.10. Analisa Pencapaian Indikator Utara Kemudahan 4 Lebar jalan 4 Jumlah 8 Keterangan: Kemudahan: Sangat Sulit :1 Sulit :2 Mudah :3 Sangat mudah :4
Pencapaian Timur Selatan 2 1 2 1 4 2
Barat 3 3 6
Lebar jalan: 2 meter : 1 3 meter : 2 6 meter : 3 8 meter : 4
Pertimbangan jumlah nilai di atas dapat ditentukan pintu utama untuk keluar masuk pengunjung terminal berada di bagian utara tengah bangunan utama terminal sedangkan untuk akses masuk bus berada di sebelah utara bagian timur dan pintu keluar bus disebelah barat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut: SE
M
2 4 KE KE
Keterangan: M = Mudah SE = Sangat Efektif KE = Kurang Efektif Gambar 4.29. Analisa commit to userPencapaian Lokasi
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Orientasi Bangunan Dasar pertimbangan orientasi bangunan: a. Kondisi area tapak. b. Potensi area tapak. c. Kemudahan akses. Analisa dilakukan untuk menentukan orientasi bangunan yang paling baik. Orientasi yang baik akan memberikan kesan bangunan menarik. Setiap arah orientasi bangunan memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing
tinggal
kita
menentukan
berdasarkan
pertimbangan dan prinsip green architecture yang diterapkan. Tabel 4.11. Analisa Orientasi Bangunan Indikator Visual Kepadatan lalu lintas Jumlah
Utara 4 4 8
Keterangan nilai: Visual: Tidak jelas :1 Kurang jelas :2 jelas :3 Sangat jelas :4
Pencapaian Timur Selatan 1 1 1 1 2
2
Barat 3 3 6
Kepadatan lalu lintas: Sepi :1 Kurang ramai : 2 Ramai :3 Sangat ramai : 4
Atas dasar pertimbangan nilai di atas dan tapak terminal berada di dekat pertigaan sehingga memiliki dua sisi visual yang jelas, maka dipilih arah hadap utama bangunan ke utara karena dengan dasar pertimbangan: 1) Bangunan terkesan menyambut pengunjung terminal. 2) Visual bangunan lebih terlihat jelas. 3) Orientasi sinar matahari dengan bangunan menghadap ke utara sinar matahari pada sore hari lebih mudah diminimalisir agar suhu ruangan tidak panas. Arah hadap barat menjadi arah hadap sekunder yang akan commit dijadikan sebagai pintu keluar bus.to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ARAH ORIENTASI UTAMA BANGUNAN
1
ARAH ORIENTASI SEKUNDER 3
2
2
4 4
Gambar 4.30. Hasil Analisa Orientasi Bangunan
7. Analisa Konsep Green Architecture Konsep green architecture menjadi konsep dasar yang akan diterapkan dalam desain Terminal Bus Purwantoro. Dasar pertimbangan yang digunakan adalah: a) Efisiensi energi. b) Prinsip Green Architecture. c) Menciptakan energi. Green Architecture merupakan sebuah konsep yang berupaya menyelamatkan lingkungan dari kerusakan akibat aktiftas manusia. Dalam konsep green architecture ada beberapa konsep yang dapat dipilih dan diterapkan pada bangunan terminal dari prinsip-prinsip green architecture Brenda dan Robert Vale (1991)yaitu: commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Conservying Energy (Hemat Energi) 1) Memanfaatkan energi matahari dalam bentuk thermal sebagai sumber energi listrik dengan panel sollar cell pada atap bangunan. 2) Menggunakan
warna
bangunan
yang
cerah
tetapi
tidak
menyilaukan untuk meningkatkan intensitas cahaya matahari. 3) Memasang lampu pada tempat yang intensitas cahayanya rendah saja dan menggunakan lampu hemat energi 4) Meminimalkan penggunaan AC. b. Working with Climate (Memanfaatkan Kondisi dan Sumber Energi Alami) 1) Penggunaan green roof atau atap tumbuhan agar suhu ruangan lebih nyaman dan tidak panas. 2) Orientasi Bangunan terhadap sinar matahari 3) Menggunakan sistem cross ventilation
untuk mendistribusikan
udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan. 4) Penggunaan tumbuhan untuk mengurangi udara panas di sekitar bangunan. c. Respect for Site (Menanggapi Keadaan Tapak Pada Bangunan) 1) Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada. 2) Menggunakan material lokal yang tidak merusak lingkungan. d. Respect for User (Memperhatikan Pengguna Bangunan) Pengguna bangunan menjadi hal penting dalam mendesain sebuah bangunan, karena desain itu harus mempertimbangkan siapa saja yang menggunakanya sebagai contoh disediakan khusus jalur untuk kaum difabel maka tidak hanya tangga tetapi bisa menambahkan ram untuk naik ke bangunan yang beda elevasi. e. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru) Penggunaan material yang awet dan nantinya material itu dapat didaur ulang, misalnya rangka atap menggunakan baja ringan. commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f. Hollistic Holisstic adalah penggabungan dari lima prinsip green architecture di atas menjadi satu dalam proses perancangan karena pada dasarnya tidak dapat dipisahkan karena satu sama lain saling berhubungan. g. Hasil Analisa Hasil analisa yang didapat diatas maka prinsip-prinsip tersebut terdapat konsep teknologi green architecture yang bisa diterapkan pada desain terminal. Semua teknologi akan diterapkan secara langsung sebagai konsep green architecture dan ada beberapa yang akan menjadi inti utama dijadikan sebagai ciri khusus atau sisi menonjol dari Terminal Bus Purwantoro yaitu: 1) Atap Panel Sollar Cell Penggunaan panel Sollar Cell di atas atap bagian adminstrasi dan hall. 2) Atap Green Roof/Roof Garden. Penggunaan atap roof garden
pada bangunan ruang tunggu.
Terdapat 3 ruang tunggu pada terminal yaitu ruang tunggu pada area parkir bus AKAP, AKDP dan bus kota.
8. Analisa Sirkulasi Dasar pertimbangan analisa sirkulasi adalah: 1) Sirkulasi efektif. 2) Sirkulasi lancar. 3) Sirkulasi jelas. 1) Sirkulasi Horisontal Menggunakan pola sirkulasi campuran karena bangunan terminal bersifat komplek dan berkomposisi banyak masa sehingga pola sirkulasi yang dipakai adalah campuran. Sirkulasi dibuat terarah, jelas dan menghindari tumbukan antar sirkulasi seperti sirkulasi manusia dan kendaraan yang mengakibatkan kurangnya keamanan commit to user pengguna.
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Sirkulasi Vertikal Sirkulasi vertikal mempertimbangkan sirkulasi yang efektif dan mudah. Karena sirkulasi vertikal tidak tinggi atau menghubungkan lantai satu dan dua saja maka sirkulasi vertikal menggunakan tangga beton. Tangga beton dipilih karena mudah dalam pengerjaaan, tahan lama, kuat dan minimal perawatan.
9. Analisa Jaringan Utilitas a. Distribusi Air Bersih Dasar pertimbangan analisa distribusi air: 1) Kebutuhan air untuk lavatory, kantin, musholla, perawatan bangunan. 2) Cuci kendaraan. Dasar pertimbangan sumber air untuk memenuhi kebutuhan air bersih terminal yaitu: 1) Daerah kering, air tanah cukup dalam. 2) Biaya murah. Sumur dalam cukup efektif dalam memenuhi kebutuhan air dalam
terminal
dengan
dipadukan
air
dari
PDAM
karena
membutuhkan suplai air yang cukup banyak. Sistem distribusi menggunakan down feed distribution yaitu adanya dua macam air bersih yang digunakan sehingga diperlukan bak penampungan, pompa untuk air sumur dan tower penampungan air sebelum air didistribusikan.
PDAM
Ground Reservoir
Water Tower
Sumur Dalam Distribusi Air
user Saluran Air Bersih Gambar 4.31.commit AnalisatoSistem
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Sistem Pembuangan Air Hujan dan Air Kotor Dasar pertimbangan: 1) Kenyamanan. 2) Kebersihan. 3) Kesehatan. 4) Efisien dan hemat energi. Menciptakan lingkungan terminal yang nyaman, bersih dan sehat perlu direncanakan jaringan atau saluran air kotor yang baik. Ada dua macam saluran air kotor yang bisa menjadi pilihan yaitu saluran terbuka dan tertutup, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.12. Tabel 4.12. Perbandingan Saluran Terbuka dan Tertutup Tinjauan Perawatan
Kenyamanan
Saluran Terbuka Tertutup Perawatan harus perawatan mudah karena rutin, karena sampah sampah tidak bisa masuk lebih mudah masuk. Jika terjadi penyumbatan jika terjadi sulit untuk menanganinya penyumbatan lebih mudah diatasi Mengganggu Tidak mengganggu sirkulasi orang dan sirkulasi orang maupun barang barang Membutuhkan Lebih aman pengaman agar tidak Lebih rapi karena saluran membahayakan tidak terlihat Kurang rapi
Menurut Mirsa (2012) kriteria air limbah domestik yang berasal dari pusat pemukiman atau non pemukiman antara lain sebagai berikut: 1) Air mandi, air cucian, air dapur adalah air limbah grey water. 2) Air jamban (WC) adalah air limbah black water. Saluran air kotor direncanakan pemisahan antara saluran air hujan dan saluran air kotor dari kamar mandi. Saluran air hujan commit to user direncanakan terbuka dengan penutup grill dari besi. Saluran air kamar
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mandi direncanakan tertutup dan terpisah dengan saluran air hujan dan disertai bak kontrol untuk mengecek kelancaran saluran. Tabel 4.13. Perbandingan Saluran Terbuka dan Tertutup N Kerapatan Saluran (m/100Ha) Volume o Kemiringan Primer Sekunder Tersier Total Minimum 1 0 – 2% 800 5199 14.100 20.000 0.6 m/dt 2 2 – 5% 600 4.080 11.280 15.960 3 5 – 15% 480 2.060 8.460 12.000 4 15 – 40% 320 2.040 5.640 8.000 0.6 m/dt 5 >40% Tidak Direkomendasikan (Sumber : Mirsa, 2012: 104)
c. Listrik Dasar pertimbangan: 1) Listrik dengan tegangan tinggi digunakan untuk peralatan yang membutuhkan suplai listrik besar. 2) Perlu adanya energi alternatif untuk menghemat biaya dan ramah lingkungan karena bahan bakar minyak bumi semakin lama semakin menipis dan langka. Lokasi tapak memiliki beberapa energi alternatif yang dapat digunakan sebagai sumber energi listrik untuk menghemat biaya listrik PLN yaitu: 1) Energi matahari, keuntungannya memiliki lahan yang cukup serta energi matahari melimpah namun kekuranganya pada saat malam hari tidak ada matahari sehingga energi matahari hanya optimal pada siang hari saja. 2) Energi angin, kelebihannya energi angin tidak terbatas siang atau malam tetapi energi angin memiliki kekurangan tidak konstan sehingga angin kadang ada dan kadang tidak ada. Analisa sumber listrik dari PLN, Genset dan Energi Alternatif dapat dilihat pada tabel 4.14. commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.14. Analisa Sumber Listrik Sumber Listrik PLN
Genset
Energi Alternatif
Dampak Positif Daya listrik besar Perawatan dan operasional mudah Dapat digunakan sewaktu-waktu Tegangan dapat diatur dan sesuai keinginan Dapat memenuhi kebutuhan listrik yang cukup besar Ramah lingkungan Sumber daya alam yang melimpah Tidak perlu menggunakan bahan bakar minyak
Dampak Negatif Sering terjadi pemadaman listrik mendadak Tegangan sering tidak stabil Biaya pengadaan dan perawatan cukup besar Membutuhkan bahan bakar minyak untuk menjalankanya Suara bising Memerlukan biaya tambahan untuk membuat alat pembangkit listrik.
Dari hasil analisa di atas maka untuk memenuhi kebutuhan lisrik terminal menggunakan listrik PLN, genset dan energi alternatif sollar cell. Kebutuhan listrik utama terminal seperti komputer, pompa air, pengeras suara dan sebagainya menggunakan listrik PLN. Genset digunakan pada saat darurat saja. Antara listrik PLN dengan genset terdapat ATS (Automatic Trasnfer Switch) yaitu alat untuk mentransfer aliran PLN ke aliran genset ketika aliran PLN terputus. Energi listrik Sollar Cell digunakan untuk lampu pencahayaan saja. PLN ATS
Genset Sollar Cell Gambar 4.32 Hasil Analisa Sistem Distribusi Listrik commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sollar Cell adalah pembangkit listrik yang memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber penghasil listrik. Alat utama untuk menangkap, mengubah dan menghasilkan listrik adalah Photovoltaic yang secara umum disebut Modul/Panel Sollar Cell, dengan alat tersebut sinar matahari diubah menjadi listrik melalui proses aliran elektron negatif dan positif di dalam Modul Cell karena perbedaan elektron. Hasil dari aliran elektron akan menjadi listrik DC yang dapat langsung dimanfaatkan untuk mengisi baterry/aki sesuai tegangan 12 sampai dengan 18 volt dan ampere 0,5 sd 7 ampere. Modul juga memiliki kapasitas beraneka ragam mulai dari 10 watt peak sd 200 watt peak. Dimensi Panel Sollar Cell rata-rata adalah 200 cmx100 cm. Komponen pembangkit listrik tenaga surya ini meliputi Modul Sollar Cell, Regulator, Baterry/Aki, Inverter DC ke AC dan Beban/Load. Energi listrik yang dihasilkan dapat digunakan pada malam hari karena energi listrik yang dihasilkan dapat disimpan dalam baterry. Untuk lebih jelasnya skema pemasangan Sollar Cell dapat dilhat digambar 4.45 berikut: Panel Sollar Cel
Regulator
Inverter
Transmisi
Baterry/Aki
Gambar 4.33. Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Harga pemasangan sistem sollar cell (sudah termasuk seluruh perangkat) menurut www.panelsurya.com berkisar USD9-USD10 per watt peak. Saat ini USD1 = ±Rp 12.000,00 maka harga sollar cell untuk 1 watt peak adalah berkisar Rp 120.000,00. Harga tersebut tergantung pada kualitas, teknologi dan efisiensi. Perhitungan kebutuhan lampu pencahayaan yang disuplai commit to user sollar cell:
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Gedung pengelola, hall dan agen bus. Ruang Kepala
:3
buah
Ruang Rapat
:6
buah
Ruang Staff
:2
buah
Gudang
:1
buah
Lorong
:6
buah
KM/WC
:4
buah
Tangga
:2
buah
Agen bus
: 14
buah
Hall
:8
buah
Jumlah
: 25 buah lampu @ 20 watt
Konsumsi daya
: 25 x 20 = 500 watt
Asumsi lampu menyala sehari 12 jam maka konsumsi daya 12 x 500= 6000 watt 2) Kantin Ruang makan
:6
buah
Dapur
:4
buah
Jumlah
: 10 buah lampu @ 20 watt
Konsumsi daya
: 10 x 20 = 200 watt
Asumsi lampu menyala dari pukul 05.00 sampai 20.00 maka menyala selama 15 jam sehingga konsumsi daya 15x 200 = 300 watt 3) Kios dan ruang tunggu AKAP Ruang tunggu
: 12
buah
Kios
: 11
buah
Jumlah
: 23 buah lampu @20 watt
Konsumsi daya
: 23 x 20 = 460 watt
Asumsi lampu dinyalakan pada malam hari saja dari pukul 18.00 sampai 06.00 maka konsumsi daya 12 x 460 = 5520 watt 4) Kios dan ruang tunggu AKDP commit Ruang tunggu : 12 to user buah
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kios
: 14
buah
Jumlah
: 26 buah lampu @20 watt
Konsumsi daya
: 26 x 20 = 520 watt
Asumsi lampu dinyalakan pada malam hari saja dari pukul 18.00 sampai 06.00 maka konsumsi daya 12 x 520 = 6240 watt 5) Kios dan ruang tunggu bus kota Ruang tunggu
: 12
buah
Kios
:8
buah
Jumlah
: 20 buah lampu @20 watt
Konsumsi daya
: 20 x 20 = 400 watt
Asumsi lampu dinyalakan pada malam hari saja dari pukul 18.00 sampai 06.00 maka konsumsi daya 12 x 400 = 4800 watt 6) Kamar mandi /WC (2 buah) Laki-laki
:3
buah
Wanita
:3
buah
Jumlah
: 6 buah lampu @ 20 watt
Konsumsi daya
: 2 x 6 x 20 = 240watt
Asumsi lampu dinyalakan selama 12 jam sehari maka konsumsi daya 12 x 240 = 2880 watt 7) Musholla Ruang sholat
:5
buah
Tempat wudhu
:2
buah
Teras
:6
buah
Jumlah
: 13 buah lampu @ 20 watt
Konsumsi daya
: 13 x 20 = 260watt
Asumsi lampu dinyalakan pada malam
hari saja pukul 18.00
sampai 05.00 maka konsumsi dayanya 11 x 260 = 2860 watt 8) Ruang utlilitas Ruang genset dan kontrol listrik
:2
Konsumsi daya
: 2 x 20 = 40watt commit to user
buah
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Asumsi lampu menyala pada malam hari saja dari pukul 18.00 sampai 05.00 maka konsumsi dayanya 11 x 40 = 440 watt 9) Lampu penerangan jalan dan parkir bus Jumlah lampu 22 buah @ 100 watt Jumlah konsumsi daya 22 x 100 = 2200 watt Asumsi lampu menyala otomatis menggunakan saklar cahaya. Saat kondisi cahaya gelap atau dari pukul 18.00 sampai 06.00 maka konsumsi dayanya 12 x 2200 = 26400 watt Jumlah total konsumsi pencahayaan perhari dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut: Tabel 4.15. Kebutuhan Konsumsi Daya Listrik No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Ruang Gedung pengelola, hall dan agen bus Kantin Kios dan ruang tunggu AKAP Kios dan ruang tunggu AKDP Kios dan ruang tunggu bus kota Kamar mandi /WC (2 buah) Musholla Ruang utilitas Lampu penerangan jalan dan parkir bus Jumlah
Konsumsi Daya (watt) 6000 300 5520 6240 4800 2880 2860 440 26400 55440
Kebutuhan konsumsi daya listrik sebesar 55440 watt + beban semu 15% maka total sebesar 63756 watt. Untuk memenuhi kebutuhan daya listrik pencahayaan pada Terminal Purwantoro direncanakan pada atap bangunan pengelola dipasang Sollar Cell sejumlah 112 buah dengan kapasitas 120 WP (watt peak) dan terbagi pada 2 atap sehingga setiap atap terdapat 56 buah Sollar Cell. Menurut www.panelsurya.com rata-rata setiap hari untuk daerah tropis matahari bersinar optimal selama 5 jam sehingga setiap panel satu hari dapat menghasilkan listrik 600 watt. Total listrik yang dihasilkan dari Sollar Cell yang berjumlah 112 buah dapat menghasilkan sebesar 112x600 = 67000 watt setiap hari. Sehingga listrik yang dapat dihasilkan cukup untuk memenuhi commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kebutuhan pencahayaan sebesar 63756 watt. Bentuk dan ukuran sollar cell dapat dilihat pada gambar 4.34 berikut:
Gambar 4.34. Bentuk dan Ukuran Sollar Cell (Sumber: www.panelsurya.com)
d. Sistem Penangkal Bahaya Kebakaran Dasar pertimbangan: 1) Banyak aktifitas berhubungan dengan bahan yang mudah terbakar. 2) Sarana antisipasi kebakaran, karena kebakaran tak terduga terjadinya. 3) Keselamatan pengguna terminal. Klasifikasi kebakaran menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 04/MEN/1980 Bab I Pasal 2, ayat 1 adalah sebagai berikut: 1) Kebakaran Kelas A Adalah kebakaran yang menyangkut benda-benda padat kecuali logam. Contoh: kebakaran kayu, kertas, kain, kain, plastik, dsb Alat/media pemadam yang tepat adalah: pasir, tanah/lumpur, commit to user tepung pemadam, foam (busa) dan air.
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Kebakaran Kelas B Kebakaran bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar. Contoh: Kerosine, solar, premium (bensin), LPG/LNG, minyak goreng. Alat pemadam yang dapat dipergunakan pada kebakaran tersebut adalah tepung pemadam (dry powder),busa (foam), air dalam bentuk spray/kabut yang halus. 3) Kebakaran Kelas C Kebakaran instalasi listrik bertegangan seperti: breaker listrik dan alat rumah tangga lainnya yang menggunakan listrik. Alat Pemadam yang dipergunakan adalah: carbondioxyda (CO2), tepung kering (dry chemical). Dalam pemadaman ini dilarang menggunakan media air. 4) Kebakaran Kelas D Kebakaran pada benda-benda logam padat seperti: magnesum, alumunium,
natrium,
kalium,
dsb.
Alat
pemadam
yang
dipergunakan adalah : pasir halus dan kering, dry powder khusus. Klasifikasi kebakaran sangat penting agar kita dapat menentukan media apa yang paling tepat untuk memadamkan api dalam suatu kebakaran. Jika media yang digunakan salah maka akan fatal akibatnya, sebagai contoh kebakaran kelas C (listrik) jangan dipadamkan dengan pemadam berjenis air karena air bersifat konduktor.
Gambarcommit 4.35. Sprinkler to user dan Hydrant (Sumber: www.google.com/pemadam)
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sistem kerja pemadam kebakaran berjenis sprinkler dan hidrant, yaitu didukung oleh suplai air yang telah disimpan dalam roof tank dengan sistem gravitasi. Sedangkang alat pemadam kebakaran berjenis portable diletakkan di dinding setiap paddock dan thermatic fire extinguisher terpasang dilangit-langit seperti pemasangan splinker.
PDAM Ground Tank
Pompa
Roof Tank
Sprinkler
Hydrant
Sumur
Gambar 4.36. Diagram Aliran Sistem Kebakaran Berjenis Splinker dan Hydrant 10. Analisa Sistem Struktur Dasar pertimbangan: 1) Keanekaragaman ruangan 2) Keamanan dan kenyamanan pengguna bangunan 3) Keawetan, kemudahan pelaksanaan dan pemeliharaan Analisa struktur bangunan yang akan digunakan: a. Sistem Struktur 1) Sistem struktur dapat mendukung stabilitas, fungsi dan citra bangunan 2) Sistem struktur mempertimbangkan efisiensi pembangunan dan mencerminkan teknologi b. Bahan Struktur 1) Kuat dan tahan lama 2) Kemudahan dalam pengerjaan dan perawatan commit to user 3) Bahan struktur tahan terhadap api, karat dan sebagainya.
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Konstruksi 1) Konstruksi Pondasi Bangunan Pemilihan sistem pondasi disesuaikan dengan daya dukung tanah dan beban yang didukung. 2) Konstruksi Dinding Dinding berfungsi sebagai pembatas ruangan, mudah dan ekonomis dalam pelaksanaanya. 3) Konstruksi Lantai Lantai harus mampu mendukung beban yang diterima dan menalurkan beban ke sistem struktur yang lain yang berhubungan. d. Hasil Analisa Hasil analisa sistem struktur berdasarkan pertimbangan analisa di atas maka konsep struktur yang akan digunakan sebagai berikut: a. Sistem Struktur Sistem struktur menggunakan sistem rangka kaku (rigid system). Bahan yang akan digunakan akan mempengaruhi stabilitas dan tampilang bangunan. Jenis bahan yang akan digunakan adalah beton bertulang karena memiliki sifat keuntungan mudah dibentuk, mudah pengerjaanya, kuat dan tahan cuaca dan api. b. Sub Struktur Berdasarkan analisa maka dipilih pondasi kombinasi menerus dan footplat. Pondasi menerus dipilih karena cocok dengan struktur di atasnya dan bahan untuk pondasi menerus mudah didapat di sekitar lokasi. Di sekitar lokasi mudah untuk mendapatkan batu pecah dan pasir.
commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.37. Pondasi Footplat (Sumber: Architectaria.com) c. Super Struktur Merupakan satu system rangka yang terdiri dari kolom, balok dan pelat. Sistem yang digunakan adalah grid floor system.
Gambar 4.38. to Grid Floor System commit user (Sumber: www.belajarsipil.blogspot.com )
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Up Struktur 1) Slabroof (Pelat Beton) Sistem konstruksi atap yang digunakan adalah system slabroof (pelat beton). Untuk menghasilkan ruang yang nyaman dan mendapatkan bentuk bangunan yang menjadi satu kesatuan lansekap, maka konstruksi atap menggunakan green roof dengan adanya vegetasi yang ditempatkan pada konstruksi atap. Vegetasi yang dipakai yaitu rumput taman. Kombinasi atap dengan green roof di tempatkan pada bangunan ruang tunggu agar memberikan ruang tunggu yang sejuk dan nyaman.
Gambar 4.39. Green Roof 2) Genteng Metal Genteng Terminal Bus Purwantoro pada bangunan selain ruang tunggu direncanakan menggunakan genteng metal. Genteng metal terbuat dari logam tipis yang mempunyai berat ringan serta dilapisi denan galvanis. Genteng metal juga dilapisi pasir dan beraneka ragam, lapisan itu berfungsi sebagai peredam suara akibat air hujan dan keuntungan penggunaan genteng metal commit to user adalah pemasangan yang mudah dan cepat.
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.40. Genteng Metal (Sumber: www.google.com)
11. Analisa Pencahayaan Ventilasi Alami a. Pencahayaan Alami 1) Dasar Pertimbangan Hal yang perlu diperhatikan dalam peggunaan pencahayaan alami: a) Tidak mengambil kelebihan panas matahari masuk ke dalam ruangan. Alat peneduh digunakan untuk meminimalisir kelebihan panas dan mengurangi silau. Pemilihan kaca yang baik akan menentukan kualitas cahaya yang masuk dalam ruangan. b) Pencahayaan harus bisa merata ke dalam ruangan, penggunaan warna cat yang cerah akan memberikan kontras cahaya yang baik. c) Meminimalkan bayangan untuk tempat kerja yang memerlukan cahaya. 2) Analisa Pencayahayaan
alami
diterapkan
ke
dalam
bangunan
memberikan pencahayaan berkualitas tinggi dengan manfaat kesehatan dan mengurangi beban pencahayaan dari energi listrik dan biaya operasional. Luas bukaan atau jendela untuk pencahayaan yang nyaman menurut Neufert(2002) adalah minimal 30% dari luas dinding pada jendela. Selain commit peggunaan to userjendela juga bisa menggunakan
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pencahayaan dari atap bangunan tetapi pencahyaan dari atap bangunan panas sinar matahari cenderung lebih mudah masuk ruangan. 3) Hasil Analisa Pencahayaan alami digunakan pada bangunan di Terminal Bus Purwantoro adalah menggunakan pencahayaan samping atau jendela kaca karena penggunaan jendela kaca lebih maksimal dalam pencahayaan.
Gambar 4.41. Pencahayaan Samping (Sumber: Neufert ,2002) Pada bagian sisi barat dan timur untuk menghindari penyilauan Neufert(2002) menyatakan beberapa cara untuk menghindari penyilauan yaitu: a) Pelindung cahaya matahari bagian luar (sunscreen). b) Pencegah penyilauan bagian dalam atau luar dengan pelindung cahaya matahari. c) Lapisan bidang bagian atas. d) Penepatan perlengkapan penerangan cahaya siang yang benar. Selain itu untuk penyesuaian kenyamanan cahaya dari atas dapat dilakukan sebagai berikut: a) Penggunaan kisi-kisi cahaya atau filter cahaya. b) Bagian atas lapisan yang terang dikombinasikan dengan perbedaan warna. commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Ventilasi Alami 1) Dasar Pertimbangan a) Udara kotor dan bau tidak masuk ruangan. b) Ventilasi lancar. c) Orientasi bangunan. d) Letak bukaan. 2) Analisa Menurut cara membuka, ventilasi ada 2 macam yaitu ventilasi permanen dan ventilasi temporer. Ventilasi permanen akan mengalirkan udara secara terus menerus sedangkan ventilasi temporer bisa diatur sendiri. Ada bebrapa jenis ventilasi baik permanen maupun temporer: a) Jendela biasa. b) Jendela boven. Boven biasanya berada di atas kusen, bisa menjadi satu atau terpisah. Boven ada beberapa macam, ada boven yang mempunyai daun seperti jendela biasa, ada boven yang diisi dengan 2 bilah kaca yang menyisakan celah udara di antaranya seperti yang banyak dipakai di kamar mandi, atau boven yang yang diisi dengan ram kayu. Ram kayu berguna untuk faktor keamanan, yaitu supaya tidak ada orang yang bisa menerobos masuk melalui lubang boven. c) Jalusi/krepyak. Adalah bilah-bilah kayu yang terpasang permanen di kusen. Celah-celah di antara bilah-bilah inilah yang akan menjadi lubang untuk aliran udara alami. d) kaca naco. Kaca naco adalah jendela yang kacanya dibagi menjadi beberapa segmen dan mempunyai mekanisme yang bisa digerakkan membuka dan menutup. Kaca naco mempunyai kelemahan commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berupa faktor keamanan yang tidak terlalu baik. Selain itu, kaca naco termasuk kurang ekonomis. e) Roster. Roster adalah sebutan untuk ornamen yang mengisi lubang ventilasi di dinding. Kegunaan roster sama seperti ram, yaitu untuk memperkecil ukuran lubang karena faktor keamanan. 3) Hasil Analisa Ventilasi alami yang direncanakan pada bangunan di terminal adalah kombinasi roster, lubang ventilasi udara, jendela kaca dan jendela boven. Untuk ruangan kios akan digunakan ventilasi jenis roster dan lubang ventilasi udara di bagian atas tembok. Pada ruangan kantor pengelola menggunakan boven dan jendela kaca yang bisa dibuka dan ditutup sesuai keadaan udara sehingga kesegaran ruangan tetap terjaga sesuai kondisi udara.
Gambar 4.42. Boven
Gambar 4.43. Jendela Kaca dan Roster commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.44. Ventilasi Udara
Penempatan ventilasi menggunakan sistem cross ventilation dimaksudkan agar udara yang masuk dalam ruangan bisa berganti dengan baik, sehingga kualitas udara akan lebih terjaga. Beberapa penempatan lubang ventilasi yang baik agar udara dapat berganti dengan lancar.
Gambar 4.45. Posisi Lubang Ventilasi yang Baik (Sumber:http://sustainabilityworkshop.autodesk.com/buildings/wind-ventilation) commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Hasil Rancangan
1. Tapak Luas tapak eksisting Terminal Purwantoro adalah 8570 m2 dan luas tapak hasil redesain terminal yang disesuaikan dengan kebutuhan ruang menjadi 11760 m2 sehingga perlu penambahan lahan sebesar 3190 m2. Perluasan lahan direncanakan berada disebelah selatan lahan eksisting. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 4.46 berikut:
U
Lahan eksisting
Perluasan lahan
Gambar 4.46. Perluasan Lahan
Penggunaan
komposisi
masa
banyak
masa
mempermudah
penempatan ruang, memaksimalkan pencahayaan, ruang terbuka hijau dan penghawaan alami ruangan. Bentuk dasar masa segi empat memudahkan penataan ruang dan efektifitas fungsi ruang. Sehingga tapak Terminal Purwantoro menjadi terlihat rapi dan ruang terbuka hijau lebih maksimal. Tapak terminal hasil redesain dapat dilihat pada gambar 4.47 berikut: commit to user
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.47. Tapak Luas bangunan hasil redesain sebesar 5493,6 m2, ada penambahan luas bangunan sebesar 3303,6 m2 karena penyesuaian kebutuhan bangunan dari luas bangunan yang semula 2190 m2.
2. Perspektif Pada gambar perspektif 4.48 dibawah
ini menjelaskan kondisi
tapak terhadap jalan di sekitar tapak. Terminal Purwantoro berada di pertigaan jalan yaitu jalan arah Ponorogo, Wonogiri dan Kismantoro. Pintu utama terminal menghadap ke arah jalan Ponorogo –Wonogiri. commit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ke Ponorogo
Ke Kismantoro
Ke Wonogiri
Gambar 4.48. Perspektif Tapak
Gambar 4.49. Perspektif Tampak dari Jalan Utama commit to user
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.50. Perspektif Jalur Masuk Bus
Gambar 4.51. Perspektif Tampak Ruang Pengelola
commit to user
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.52. Perspektif Green Roof pada Ruang Tunggu
Gambar 4.53. Perspektif Sollar Cell pada Ruang Pengelola
commit to user
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.54. Perspektif Tangga Penyeberangan
Gambar 4.55. Perspektif Suasana Kios commit to user