BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Gendongan dengan subjek
penelitian siswa kelas 4 yang terdiri dari 32 siswa 17 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Siswa SD Kanisius Gendonganterdiri dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 dengan jumlah 116 siswa.Staf pengajar terdiri dari 9 guru, 1 penjaga dan 1 kepala sekolah.Proses belajar mengajar berlangsung mulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 12.45.
4.1.1 Deskripsi Siklus I Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) berbantuan blok pecahan, dalam Siklus I terdapat 2 kali pertemuan. Secara rinci prosedur penelitian tindakan pada Siklus I dapat dijabarkan dalam uraian berikut : 4.1.1.1 Perencanaan Tindakan Setelah mendapat ijin dari kepala sekolah, ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam tahap perencanaan, yaitu : 1. Mengidentifikasi kebutuhan siswa. 2. Menyiapkan materi pelajaran yang akan disampaikan. 3. Mempersiapkan alat peraga untuk pembelajaran. 4. Membuat kelompok berdasarkan pre-tes. 5. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran. 6. Membuat lembar observasi/pengamatan siswa untuk melihat hasil bagaimana kondisi pembelajaran di kelas. 7. Membuat lembar kerja kelompok dan tes evaluasi untuk meliht hasil yang telah dilakukan. 8. Membuat lembar analisis nilai.
47
48
4.1.1.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pelaksanaan pembelajaran pada penelitian ini dilakukan oleh guru kelas IV, sedangkan yang menjadi observer (pengamat) adalah guru kelas V. Penelitian pada Siklus I dengan menggunakan metode NHT (Numbered Head Together) berbantuan blok pecahan dengan materi Penjumlahan pecahan ini dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama untuk proses pembelajaran menggunakan
metode Numbered Head Together (NHT) berbantuan blok
pecahan, dan pada pertemuan kedua digunakan untuk evaluasi siswa. Adapun tahapan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Head Together (NHT) berbantuan blok pecahan dapat diuraikan sebagai berikut : Pertemuan I Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2014. Tindakan ini dilakukan sesuai dengan rencana yang sudah disiapkan sebelum melakukan tindakan pembelajaran siklus I. Pada kegiatan pendahuluan, guru membuka pelajaran dengan beberapa kegiatan yang telah didesain dalam rencana pembelajaran, yaitu guru mengucapkan salam, mengabsen siswa, dan melakukan apersepsi. Kegiatan apersepsi ini guru mengajak siswa untuk menyanyikan lagu berjudul “pecahan”. Kemudian dalam kegiatan motivasi guru melakukan demonstrasi dengan menyiapkan sebuah roti untuk dipotong sama besar untuk dibagikan kepada 4 siswa. Guru menanyakan pada siswa “berapabagian jumlah yang diterima oleh setiap siswa?”. Setelah melakukan kegiatan apersepsi dan motivasi, guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang akan dipelajari hari ini. Kegiatan inti pada pertemuan I, diawali kegiatan guru menjelaskan konsep penjumlahan pecahan menggunakan blok pecahan. Guru membagi dua buah lingkaran yang dibagi dengan bagian berbeda kepada siswa. Guru memberi pertanyaan pada siswa “Apakah pecahan tersebut dalam bentuk yang sama?” dan “Apakah bisa dijumlahkan. Kemudian, guru menjelaskan bahwa pecahan dapat dijumlahkan jika berpenyebut sama. Jika berpenyebut beda maka harus menyamakan penyebut yaitu pecahan dibagi dengan penyebut yang sama atau dengan mencari KPKnya. Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok dengan
49
masing-masing anggota kelompok 4 siswa. Selanjutnya, guru memberi nomor 1 sampai 4 kepada setiap anggota kelompok berupa bando bernomor dan memberi nama kelompok sesuai nama-nama buah yang ada pada bando bernomor. Guru membagi kartu soal dan lembar kerja kelompok kepada tiap kelompok. Pada saat kerja kelompok, siswa yang pandai masih mendominasi mengerjakan soal yang diberikan dengan baik, sementara yang lain asyik bermain sendiri.selama kegiatan tersebut berlangsung, guru berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa dalam diskusi. Guru kurang mengontrol jalannya diskusi sehingga banyak siswa yang belum bisa mengerjakan kartu soal yang diberikan dengan baik. Setelah waktu diskusi habis, guru memanggil salah satu nomor secara acak dan nomor yang terpanggil mempresentasikan hasil kerja kelompok dan kelompok lain menanggapinya. Pada saat ini terdapat siswa yang tidak mau maju kedepan saat dipanggil karena malu dan tidak percaya diri maju ke depan kelas. Guru juga masih kaku dan belum terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) berbantuan blok pecahan. Suasana yang tercipta pada tahap ini sangat gaduh, karena siswa yang ditunjuk (yang memakai nomor yang dipanggil) tidak mau maju kedepan kelas, guru harus membujuk siswa itu untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan disamping itu siswa yang belum mendapatkan giliran untuk berpresentasi justru berjalan kesana kemari. Selain itu anggota kelompok yang lain asyik bermain sendiri. Namun, hal tersebut dapat segera diatasi oleh guru ketika siswa yang lain menanggapi atau mengomentari hasil presentasi. Selanjutnya untuk memantapkan siswa mengenai materi yang dipelajari, guru memberikan penguatan tentang materi
penjumlahan
pecahan,
siswa
mendengarkan.Guru
juga
memberi
kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami siswa. Guru dan siswa melakukan refleksi pembelajara yang menggunakan metode NHT berbantuan blok pecahan dengan menanyakan kepada siswa “apakah kalian senang dengan pembelajaran hari ini?” siswa menjawab. “Apakah kalian dapat bekerja sama dengan kelompok?” Selanjutnya guru bersama-sama dengan siswa membuat penegasan atau kesimpulan tentang materi hari ini. Guru juga
50
menyuruh siswa untuk mempelajari lagi materi penjumlahan pecahan, bahwa pecahan berpenyebut sama dapat langsung dikerjakan akan tetapi pecahan berpenyebut beda harus menyamakan penyebutnya dahulu dengan mencari KPKnya. Guru juga menyampaikan pembelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu menyelesaikan soal cerita penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan berpenyebut tidak sama. Pertemuan II Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 01 April 2014 dilakukan sesuai rencana yang sudah disiapkan. Pada kegiatan awal yang dilakukan oleh guru mengajak siswa untuk mengingat kembali tentang penjumahan pecahan berpenyebut sama dan berpenyebut tidak sama. Setelah apersepsi, kemudian guru mengkomunikasikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran kepada siswa. Kegiatan inti yang dilakukan guru hampir sama pada kegiatan int pertemuan pertama. Guru memberikan soal cerita kepada salah satu siswa, kemudian guru bersama siswa mengoreksi jawaban yang telah dikerjakan. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk bergabung dengan kelompok yang sudah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Guru membagikan bando bernomor sesuai nama kelompok. Setelah itu, guru membagi kartu soal kepada masing-masing kelompk untuk dikerjakan secara berdiskusi yaitu penjumlahan pecahan dalam bentuk soal cerita. Saat pembagian kartu soal berlangsung, terjadi keributan dalam salah satu kelompok. Dikarenakan ada 2 siswa dalam klompok tersebut yang tidak hadir. Hal ini mengakibatkan siswa tidak mau mengerjakan soal lebih dari satu. Untuk menyikapi hal tersebut, guru mengambil kartu soal yang tidak terpakai. Selama diskusi berlangsung, guru berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa. Namun pada kenyataannya, guru masih kurang optimal dalam mengontrol jalannya diskusi. Pada pembelajaran kali ini, suasana kelas lebih kondusif, dikarenakan siswa sudah memahami langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) berbantuan blok pecahan. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya didepan kelas, kelompok yang lain menanggapinya. Suasana pada tahap ini, siswa lebih tertib dan antusias yang baik
51
dalam memberikan tanggapan pada saat kelompok lain presentasi. Selanjutnya untuk memantapkan siswa mengenai materi yang dipelajari, guru memberikan penguatan tentang materi soal cerita penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan berpenyebut tidak sama, siswa mendengarkan. Guru juga memberikan kesempatan pada sisa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami. Dalam kegiatan penutup, guru dan siswa melakukan refleksi pembelajaran yang menggunakan metode NHT berbantuan blok pecahan dengan menanyakan kepada siswa “Hal baru apa yang kalian pelajari hari ini?” siswa menjawab. Selanjutnya guru membuat penegsan atau kesimpulan tentang materi hari ini. Guru menyuruh siswa mengerjakan soal evaluasi.
4.1.1.3 Hasil Tindakan dan Observasi Siklus I Hasil observai kinerja guru Siklus I, pada perencanaan pembelajaran guru menggunakan RPP, kegiatan pembelajaran menggambarkan pembelajaran siswa aktif, pada strategi pembelajaran guru menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi, memberikan kesempatan siswa mengungkapkan pendapatnya, pada manajemen kelas guru melaksanakan tata tertib kelas, mengelola waktu pembelajaran, pada penilaian guru melakukan penilaian pada siswa, memberi umpan balik, dan memberikan pujian. Namun masih ada kekurangan guru yang perlu diperbaiki misalnya saat guru memberikan bimbingan pada siswa dalam pelaksanaan kerja kelompok, penilaian pada setiap siswa. Di bawah ini merupakan rekapan dari hasil observasi dalam proses belajar mengajar berlangsung. Hasil pengamatan guru dapat dilihat pada tabel 4.1.
52
No. I. 1. 2. 3. II. 4. 5. 6. 7. 8. 9 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. III. 23. 24. 25.
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan pada Guru Siklus I Tingkat Kemampuan Aspek Pertemuan I Pertemuan II PRA PEMBELAJARAN Menyiapkanperlengkapan belajar 2 3 Melakukan kegiatan apersepsi 3 3 Memberikan motivasi 3 3 KEGIATAN INTI Menyampaikan tujuan pembelajaran. 2 3 Menyampaikan materi secara runtut 3 3 Menggunakan blok pecahan dalam 3 3 menjelaskan konsep pecahan Mengaitkan materi dengan realitas 2 2 kehidupan Mengarahkan siswa dalam pembagian 3 3 kelompok Memberikan nomor pada setiap siswa 4 4 Mengajukan pertanyaan yang bervariasi 2 2 Membagi kartu soal pada setiap 3 3 kelompok Melakukan kerja kelompok untuk 3 3 menyelesaikan kartu soal Memfasilitasi siswa dalam mengerjakan 2 3 kartu soal Membimbing siswa dalam kerja 2 3 kelompok Memanggil salah satu nomor siswa 3 3 secara acak Mempresentasikan hasil kerja 3 3 Melakukan pembahasan hasil kerja 3 3 kelompok Menumbuhkan partisipasi aktif siswa 2 3 dalam presentasi Merespon positif partisipasi aktif siswa 2 3 Menggunakan media secara efektif dan 2 2 efisien Melakukan konfirmasi 3 3 Mengarahkan siswa menarik kesimpulan 3 3 KEGIATAN PENUTUP Melaksanakan evaluasi sesuai tujuan 3 3 pembelajaran Melakukan refleksi pembelajaran dengan 3 3 melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut 3 3
53
Jumlah Presentase Kategori
68 68% Baik
72 72% Baik
Keterangan : No. 1.
Presentase
Kategori
>76 %
Baik Sekali
2.
51 – 75 %
Baik
3.
26 – 50 %
Cukup Baik
4.
<25 %
Kurang
Dari hasil observasi di atas, pada pertemuan ini pembelajaran Matematika menggunakan model pembelajaaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) masih kurang efektif. Pada pertemuan pertama awal pembelajaran guru kurang mempersiapakan perlengkapan pembelajaran yang akan digunakan. Dalam menjelaskan materi, guru kurang mengkaitkan materi dengan realitas kehidupan. Guru kurang menguasai langkah-langkah pembelajaran, sehingga dalam tahap diskusi, guru masih kurang membimbing siswa dalam berdiskusi/kerja kelompok dan belum mengelola waktu secara efisien. Pada pertemuan kedua, guru sudah mulai membimbing dan memperhatikan kondisi siswa seperti kurangnya menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam presentasi dan kurangnya merespon positif partisipasi siswa yang aktif. Dalam penggunaan media blok pecahan, guru masih kurang mempergunakan secara efektif. Dari tabel diatas pembelajaran yang dilakukan sudah cukup baik untuk membuat siswa aktif, tata tertib kelas sudah dilaksanakan baik, dan penerapan model pembelajaran NHT sudah memotivasi siswa dalam bekerja kelompok.
54
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan pada Siswa Siklus I Pertemua n
Kehadiran
Bertanya pada guru tentang materi yang belum jelas
Berusaha menjawab pertanyaan dari guru
Berani mengemukaka n pendapat/ gagasan
Mengerjaka n tugas dengan sungguhsungguh
Kerjasam a Dengan kelompok
Pertama Kategori
100% Tinggi
53% Sedang
56% Sedang
62% Sedang
59% Sedang
59% Sedang
Kedua Kategori
100% Sedang
53% Sedang
59% Sedang
62% Sedang
65% Sedang
68% Sedang
Berdasarkan tabel diatas pertemuan pertama terlihat pada kehadiran siswa 70%, bertanya pada guru tentang materi yang belum jelas 53%,
berani
mengemukakan pendapat/gagasan 62%, mengerjakan tugas dengan sungguhsungguh 58%, dan kerjasama dengan kelompok 58%. Pertemuan kedua kehadiran siswa 66%, bertanya pada guru tentang materi yang belum jelas 53%, berani mengemukakan pendapat/gagasan 62%, mengerjakan tugas dengan sungguhsungguh 64%, kerjasama dengan kelompok 66%. Berdasarkan tabel diatas dapat digambarkan dalam diagram batang pada gambar 4.1 Gambar 4.1 Diagram Hasil Pengamatan Siswa Siklus I
Hasil Pengamatan Siswa 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
Pertemuan Pertama
Pertemuan Kedua
55
Dari tabel diatas maka guru perlu melakukan peningkatan keaktifan siswa dalam proses belajar, sehingga bagi siswa yang belum paham materi yang diajarkan berani bertanya. Kerjasama dalam kelompok perlu dibimbing agar kerjasama yang dilakukan berjalan dengan optimal sehingga semua siswa dapat memahami materi yang diajarkan. 4.1.1.4 Hasil Belajar dan Motivasi Siswa Siklus I A. Hasil Belajar Siswa Berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan pada Siklus I siswa yang telah mencapai KKM ≥ 75 sebanyak 15 siswa (78%), sedangkan yang belum tuntas sebanyak 17 siswa (22%). Berikut ini tabel perolehan nilai siklus I. Hasil yang diperoleh pada siklus I mengalami peningkatan, dari jumlah 32 siswa terdapat 15 siswa mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa Siklus I Presentase Skor Frekuensi Keterangan (%) 17 22 Belum Tuntas < 75 15 78 Tuntas ≥ 75 32 100 Jumlah 73 Nilai Rata-rata 90 Nilai Tertinggi 55 Nilai Terendah Dari analisis nilai tersebut dapat diketahu bahwa yang sudah tuntas dengan nilai di atas KKM ada 15 siswa dan yang belum tuntas atau masih dibawah KKM ada 17 siswa. Dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 55, berdasarkan data diatas dapat digambarkan dalam diagram lingkaran pada gambar 4.2
56
Hasil Belajar Siklus I 22%
Tuntas Belum Tuntas
78%
Gambar 4.2 Diagram Lingkaran Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam bentuk diagram lingkaran terlihat jelas perbandingan bahwa pada diagaram di atas menunjukkan bahwa jumlah siswa yang tuntas belajar sebesar 78%. Sedangkan siswa yang belum tuntas sebesar 22%. Berdasarkan gambar 4.2 dievaluasikan langkahlangkah yang telah diprogramkan dan dilaksanakan pada siklus I, belum sepenuhnya mencapai tujuan yang diharapkan oleh peneliti, maka peneliti perlu mengadakan revisi-revisi mengenai langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian terutama menentukan perbaikan dalam mengoptimalkan model yang dipakai, sehingga ditemukan variasi yang tepat untuk mencapai tujuan. Kemudian peneliti melanjutkan pada program siklus II yang direncanakan dengan berbagai revisi yaitu peneliti membimbing jalannya diskusi dalam masing-masing kelompok.
57
B. Hasil Motivasi Belajar Siswa Siklus I
No. 1. 2. 3. 4.
Tabel 4.4 Hasil Motivasi Belajar Siswa Siklus I Interval Siklus I Jumlah Siswa (%) > 76 25 78,1 51 – 75 4 12,5 26 – 50 3 9,375 < 25 32 100 Jumlah
Keterangan Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Berdasarkan tabel diatas terdapat 25 siswa (78,1%) yang motivasinya sangat tinggi, 4 siswa yang motivasinya tinggi, dan 3 siswa yang motivasinya sedang. Berdasarkan tabel diatas dapat digambarkan dalam diagram lingkaran pada gambar 4.3.
Hasil Motivasi Siswa Siklus I 0%
9% 13%
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
78%
Gambar 4.3 Diagram Lingkaran Motivasi Siswa Siklus I
58
4.1.1.5Refleksi Siklus I Tahapan ini dilakukan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan. Refleksi bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan baik secara proses maupun hasil.Kegiatan refleksi dilakukan bersama antara guru guru, dan guru kolaborator (observer). Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer terdapat kelebihan dan kelemahan dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) berbantuan blok. Setelah dilakukan diskusi antara guru dengan observer dapat diketahui faktor penyebab kekurang keberhasilan selama pembelajaran, yaitu: 1. Guru masih kaku dan belum terbiasa dengan model pembelajaran tipe Kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) berbantuan blok pecahan. 2. Guru kurang mengontrol jalannya diskusi. 3. Pembelajaran masih gaduh dan kurang terkendali ketika siswa bekerja kelompok dan pada saat presentasi di depan kelas. 4. Pada awal pertemuan, siswa masih belum memahami langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode NHT (Numbered Head Together) berbantuan blok pecahan dengan benar. 5. Tidak semua siswa memberikan komentar dan tanggapan terhadap hasil presentasi temannya. 6. Siswa yang pandai mendominasi jalannya diskusi, sehingga siswa yang
kurang
pandai
kurang
berpartisipasi
dan
pasif
dalam
pembelajaran. Mengacu pada kelemahan-kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran, penulis memutuskan untuk mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II sebagai berikut: 1. Meminta guru untuk lebih mendalami model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) berbantuan blok pecahan. 2. Guru lebih mengontrol jalannya diskusi.
59
3. Meminta siswa agar tidak gaduh sendiri pada saat proses pembelajaran berlangsung. 4. Guru lebih membimbing siswa selama langkah-langkah pembelajaran. 5. Guru mengarahkan siswa untuk lebih memperhatikan siswa yang sedang presentasi dan meminta untuk memberikan komentar terhadap hasil presentasi tersebut. 6. Guru memberi himbauan kepada kelompok diskusi agar saling bekerja sama dan adil dalam pembagian tugas sehingga semua siswa aktif dalam pembelajaran.
4.1.2 Deskripsi Siklus II Seperti halnya siklus I, siklus II terdiri 2 pertemuan, setiap pertemuan berlangsung selama 70 menit (dua jam mata pelajaran). Secara rinci prosedur penelitian tindakan pada Siklus I dapat dijabarkan dalam uraian berikut : 4.1.2.1 Perencanaan Tindakan Siklus II Setelah mendapat ijin dari kepala sekolah, ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam tahap perencanaan, yaitu : 1. Mengidentifikasi kebutuhan siswa 2. Menyiapkan materi yang akan disampaikan 3. Mempersiapkan alat peraga untuk pembelajaran pengurangan pecahan 4. Membuat kelompok berdasarkan nilai tes evaluasi siklus I 5. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran 6. Membuat lembar observasi siswa untuk melihat bagaimana kondisi pembelajaran di kelas 7. Membuat lembar kerja siswa dan tes evaluasi siklus II untuk melihat hasil yang telah dilakukan
60
4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pelaksanaan tindakan siklus II ini sama dengan tindakan siklus I, pembelajaran dilaksanakan dua pertemuan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut: Pertemuan I Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru meliputi beberapa kegiatan yang telah didesain dalam rencana pembelajaran yaitu Guru mngucapkan salam, memimpin doa, mengabsen siswa serta menanyakan siapa yang tidak masuk dan melakukan apersepsi. Kegiatan apersepsi ini guru mengajak siswa menyanyika lagu “pecahan”. Selanjutnya guru betanya “Anak-anak jika kamu mempunyai 1 buah roti kemudian setengah bagian roti diberikan temanmu, maka berapa jumlah rotimu sekarang?” siswa menjawab. Setelah melakukan kegiatan apersepsi, guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran hari ini. Pada kegiatan inti, guru menjelaskan konsep penngurangan pecahan menggunakan blok pecahan. Guru membagi dua buah lingkaran yang dibagi dengan bagian berbeda kepada siswa.Guru memberi pertanyaan pada siswa “Apakah pecahan tersebut dalam bentuk yang sama?” dan “Apakah bisa dijumlahkan. Kemudian, guru menjelaskan bahwa pecahan dapat dikurangkan jika berpenyebut sama. Jika berpenyebut beda maka harus menyamakan penyebut yaitu pecahan dibagi dengan penyebut yang sama atau dengan mencari KPKnya. Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok dengan masing-masing anggota kelompok 4 siswa. Selanjutnya, guru memberi nomor 1 sampai 4 kepada setiap anggota kelompok berupa bando bernomor dan memberi nama kelompok sesuai nama-nama buah yang ada pada bando bernomor. Guru membagi kartu soal dan lembar kerja kelompok kepada tiap kelompok. Pada saat kerja kelompok, siswa lebih tertib dan aktif bekerja sama dalam kelompok mengerjakan kartu soal yang diberikan gur. Pada pembelajaran ini, guru berperan sebagai suasana lebih kondusif, karena siswa sudah memahami langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) berbantuan blok pecahan. Guru sudah
61
mengontrol jalannya diskusi sehingga banyak siswa yang bisa mengerjakan kartu soal yang diberikan dengan baik. Guru memanggil salah satu nomor secara acak dan nomor yang terpanggil mempresentasikan hasil kerja kelompok dan kelompok lain menanggapinya. Suasana pada tahap ini terkendali dan siswa sudah terbiasa dengan alur model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) berbantuan blok pecahan. Saat siswa menanggapi atau mengomentari hasil presentasi temannya juga sudah lebih kondusif dan aktif. Sedangkan jalannya diskusi sudah tidak didominasi siswa yang pandai namun semua anggota kelompok sudah mencoba untuk mengerjakan soal. Selanjutnya, guru juga memberikan penguatan tentang materi yang sudah diajarkan, siswa mendengarkan. Guru juga memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami siswa. Guru dan siswa melakukan refleksi pembelajara yang menggunakan metode NHT berbantuan blok pecahan dengan menanyakan kepada siswa “apakah kalian senang dengan pembelajaran hari ini?” siswa menjawab. “Apakah kalian dapat bekerja sama dengan kelompok?” Selanjutnya guru bersama-sama dengan siswa membuat penegasan atau kesimpulan tentang materi hari ini. Guru juga menyuruh siswa untuk mempelajari lagi materi pengurangan pecahan, bahwa pecahan berpenyebut sama dapat langsung dikerjakan akan tetapi pecahan berpenyebut beda harus menyamakan penyebutnya dahulu dengan mencari KPKnya. Guru juga menyampaikan pembelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu menyelesaikan soal cerita pengurangan pecahan berpenyebut sama dan berpenyebut tidak sama. Pertemuan II Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru meliputi beberapa kegiatan yang telah didesain dalam rencana pembelajaran yaitu guru membuka pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen siswa dan melakukan apersepsi. Kegiatan apersepsinya yaitu mengajak siswa untuk mengingat kembali tentang pengurngan pecahan berpenyebut sama dan berpenyebut tidak sama. Setelah apersepsi,
62
kemudian guru mengkomunikasikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran kepada siswa. Pada kegiatan inti yang dilakukan guru hampir sama pada kegiatan int pertemuan pertama. Guru memberikan soal cerita kepada salah satu siswa, siswa mengerjakan. Guru bersama siswa mengoreksi jawaban yang telah dikerjakan. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk bergabung dengan kelompok yang sudah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Guru membagikan bando bernomor sesuai nama kelompok. Setelah itu, guru membagi kartu soal kepada masing-masing kelompk untuk dikerjakan secara berdiskusi yaitu penjumlahan pecahan dalam bentuk soal cerita. Pada pembelajaran kali ini, suasana kelas lebih kondusif, dikarenakan siswa sudah memahami langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) berbantuan blok pecahan. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya didepan kelas, kelompok yang lain menanggapinya. Suasana pada tahap ini, terkendali dari pada pertemuan pertama. Dikarenakan sudah banyak siswa yang memberikan tanggapan dan komentar pada saat kelompok lain presentasi. Selanjutnya untuk memantapkan siswa mengenai materi yang dipelajari, guru memberikan penguatan tentang materi soal cerita penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan berpenyebut tidak sama, siswa mendengarkan. Guru juga memberikan kesempatan pada sisa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami. Guru dan siswa melakukan refleksi pembelajaran yang menggunakan metode NHT berbantuan blok pecahan dengan menanyakan kepada siswa “Apa yang kalian ingat tentang pelajaran hari ini?” siswa menjawab. Selanjutnya guru membuat penegsan atau kesimpulan tentang materi hari ini. Guru menyuruh siswa mengerjakan soal evaluasi.
63
4.1.2.3 Hasil Tindakan dan Observasi Siklus II Hasil observai kinerja guru Siklus I, pada perencanaan pembelajaran guru menggunakan RPP, kegiatan pembelajaran menggambarkan pembelajaran siswa aktif, pada strategi pembelajaran guru menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi, memberikan kesempatan siswa mengungkapkan pendapatnya, pada manajemen kelas guru melaksanakan tata tertib kelas, mengelola waktu pembelajaran, pada penilaian guru melakukan penilaian pada siswa, memberi umpan balik, dan memberikan pujian. Namun masih ada kekurangan guru yang perlu diperbaiki misalnya saat guru memberikan bimbingan pada siswa dalam pelaksanaan kerja kelompok, penilaian pada setiap siswa. Dibawah ini merupakan rekapan hasil observasi dalam proses belajar mengajar berlangsung. Hasil observasi pengamatan guru dapat dilihat pada tabel 4.5 Tabel 4.5 Hasil Pengamatan pada Guru Siklus II No. I. 1. 2. 3. II. 4. 5. 6. 7. 8. 9 10. 11. 12.
Aspek PRA PEMBELAJARAN Menyiapkanperlengkapan belajar Melakukan kegiatan apersepsi Memberikan motivasi KEGIATAN INTI Menyampaikan tujuan pembelajaran. Menyampaikan materi secara runtut Menggunakan blok pecahan dalam menjelaskan konsep pecahan Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan Mengarahkan siswa dalam pembagian kelompok Memberikan nomor pada setiap siswa Mengajukan pertanyaan yang bervariasi Membagi kartu soal pada setiap kelompok Melakukan kerja kelompok untuk menyelesaikan kartu soal
Tingkat Kemampuan Pertemuan I Pertemuan II 3 4 3
4 4 3
4 4 4
4 4 4
3
3
3
4
4 3 3
4 4 4
3
3
64
13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. III. 23. 24. 25.
Memfasilitasi siswa dalam mengerjakan kartu soal Membimbing siswa dalam kerja kelompok Memanggil salah satu nomor siswa secara acak Mempresentasikan hasil kerja Melakukan pembahasan hasil kerja kelompok Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam presentasi Merespon positif partisipasi aktif siswa Menggunakan media secara efektif dan efisien Melakukan konfirmasi Mengarahkan siswa menarik kesimpulan KEGIATAN PENUTUP Melaksanakan evaluasi sesuai tujuan pembelajaran Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut Jumlah Presentase Kategori
3
4
3
4
3
4
3 3
4 3
3
3
3 3
4 3
3 3
3 3
4
4
3
3
4 82 82% Baik Sekali
4 91 91% Baik Sekali
Keterangan : No. 1.
Presentase
Kategori
>76 %
Baik Sekali
2.
51 – 75 %
Baik
3.
26 – 50 %
Cukup Baik
4.
<25 %
Kurang
Dari hasil observasi diatas, pada pertemuan ini pembelajaran Matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) berlangsung dengan baik dan sesuai dengan teori yang digunakan. Pada pertemuan pertama guru sudah membimbing siswa dengan memberikan sara dan berdiskusi dan bekerja kelompok dengan baik. Kemudian pada pertemuan kedua pembelajaran berlangsung dengan baik dan sudah membimbing siswa dengan
65
sangat efektif saat berdiskusi/kerja kelompok. Guru lebih memahami dan dapat melakukan langkah-langkah pembelajaran NHT dengan baik. Dari tabel diatas pembelajaran sudah baik untuk membuat siswa aktif, tata tertib kelas sudah dilaksanakan dengan baik. Penghargaan terhadap siswa yang menjawab pertanyaan benar maupun salah perlu ditingkatkan, serta pengelolaan waktu perlu ditingkatkan. Hal ini berpengaruh terhadap motivasi siswa dalam belajar. Penggunaan model NHT sudah berlangsung dengan sangat efektif. Tabel 4.6 Hasil Pengamatan pada Siswa Siklus II Pertemua n
Kehadiran
Bertanya pada guru tentang materi yang belum jelas
Berusaha menjawab pertanyaan dari guru
Berani mengemukaka n pendapat/ gagasan
Mengerjaka n tugas dengan sungguhsungguh
Kerjasam a Dengan kelompok
Pertama Kategori
100% Tinggi
71% Tinggi
70% Tinggi
75% Tinggi
67% Tinggi
66% Tinggi
Kedua Kategori
100% Sangat Tinggi
76% Tinggi
78% Sangat Tinggi
81% Sangat Tinggi
83% Sangat Tinggi
82% Sangat Tinggi
Berdasarkan tabel diatas pertemuan pertama terlihat pada kehadiran siswa 74%, bertanya pada guru tentang materi yang belum jelas 71%,
berani
mengemukakan pendapat/gagasan 75%, mengerjakan tugas dengan sungguhsungguh 67%, dan kerjasama dengan kelompok 66%. Pertemuan kedua kehadiran siswa 79%, bertanya pada guru tentang materi yang belum jelas 76%, berani mengemukakan pendapat/gagasan 81%, mengerjakan tugas dengan sungguhsungguh 83%, kerjasama dengan kelompok 82%. Berdasarkan tabel diatas dapat digambarkan dalam diagram batang pada gambar 4.4
66
Gambar 4.4 Diagram Hasil Pengamatan Siswa Siklus II
Hasil Pengamatan Siswa 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
Pertemuan Pertama
Pertemuan Kedua
Dari tabel diatas maka guru perlu melakukan peningkatan keaktifan siswa dalam proses belajar, sehingga bagi siswa yang belum paham materi yang diajarkan berani bertanya. Kerjasama dalam kelompok perlu dibimbing agar kerjasama yang dilakukan berjalan dengan optimal sehingga semua siswa dapat memahami materi yang diajarkan. 4.1.2.4 Hasil Belajar dan Motivasi Siswa Siklus II A. Hasil Belajar Siswa Berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan pada Siklus II siswa yang telah mencapai KKM ≥ 75 sebanyak 31 siswa (97%), sedangkan yang belum tuntas sebanyak 1 siswa (3%). Berikut ini tabel perolehan nilai siklus II. Hasil yang diperoleh pada siklus II mengalami peningkatan, dari jumlah 32 siswa terdapat 31 siswa mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.7.
67
Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa Siklus II Skor Frekuensi Presentase Keterangan (%) 1 3 Belum Tuntas < 75 31 97 Tuntas ≥ 75 32 100 Jumlah 73 Nilai Rata-rata 100 Nilai Tertinggi 60 Nilai Terendah Dari analisis nilai tersebut dapat diketahu bahwa yang sudah tuntas dengan nilai di atas KKM ada 31 siswa dan yang belum tuntas atau masih dibawah KKM ada 1 siswa. Dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60, berdasarkan data diatas dapat digambarkan dalam diagram lingkaran pada gambar 4.5 3%
Hasil Belajar Siklus II
Tuntas Belum Tuntas
97%
Gambar 4.5 Diagram Lingkaran Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II Berdasarkan hasil analisis yang digunakan dalam bentuk diagram lingkaran terlihat jelas perbandingan bahwa pada diagram diatas menunjukkan bahwa jumlah siswa yang tuntas sebesar 97% sedangkan belum tuntas sebesar 3%.
68
B. Hasil Motivasi Belajar Siswa Siklus II
No. 1. 2. 3. 4.
Tabel 4.8 Hasil Motivasi Belajar Siswa Siklus II Interval Siklus I Jumlah Siswa (%) > 76 29 29,625 51 – 75 2 6,25 26 – 50 1 3,125 < 25 32 100 Jumlah
Keterangan Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Berdasarkan tabel diatas terdapat 29 siswa (29,625%) yang motivasinya sangat tinggi, 2 siswa (6,25%) yang motivasinya tinggi, dan 1 siswa (3,125%) yang motivasinya sedang. Berdasarkan tabel diatas dapat digambarkan dalam diagram lingkaran pada gambar 4.6.
Hasil Motivasi Siswa Siklus II 0% 3%
Rendah
31%
Sedang Tinggi 66%
Sangat Tinggi
Gambar 4.6 Diagram Lingkaran Motivasi Siswa Siklus II
69
4.1.2.5 Refleksi Siklus II Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada materi pengurangan pecahan berpenyebut sama dan berpenyebut tidak sama, penulis bersama observer melakukan refleksi. Ternyata hasil perbaikan pembelajaran memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, dimana sebagian besar siswa pada siklus II berhasil dan tuntas dalam belajarnya hanya 1 orang yang tidak tuntas. 4.2 Hasil Analisis Data Berdasarkan hasil timdakan dapat diketahui telah terjadi keberhasilan dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together)berbantuan blok pecahan pada mata pelajaran Matematika dalam materi penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut sama dan berpenyebut tidak sama di kelas IV SD Kanisius Gendongan Salatiga Tahun Ajara 2013/2014. Keberhasilan tersebut dapat dilihat pada tabel nilai Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II dibawah ini. Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II Skor Frekuensi Presentase Pra Siklus I Siklus II Pra Siklus I Siklus II Siklus Siklus 25 17 1 78% 22% 3% < 75 7 15 31 22% 78% 97% ≥ 75
Dari tabel nilai tes hasil belajar pada tabel 4.9 dapat dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran Matematika. Terbukti untuk klasifikasi tuntas pada hasil belajar pra siklus ada 7 sis yang tuntas mencapai KKM, siklus I ada 15 siswa yang tuntas dan siklus II ada 31 siswa yang tuntas. Sedangkan pada klasifikasi tidak tuntas, pra siklus ada 25 siswa, siklus I ada 17 siswa dan siklus II ada 1 siswa yang tidak tuntas. Pada siklus I ada 17 siswa yang tidak tuntas dan pada siklus II ada 1 siswa yang tidak tuntas mencapai KKM. Ini membuktikan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini dapat dilihat pada diagram 4.7 dan gambar grafik 4.8
70
35 30 25 20
< 75
15
≥ 75
10 5 0 Pra siklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.7 Diagram Batang Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa 35 30 Axis Title
25 20
Tuntas
15
Belum tuntas
10 5 0 Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.8 Grafik Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II Pada diagram 4.7 dan gambar grafik 4.8 menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dapat meningkatkan jumlah siswa yang tuntas dalam belajar. Berdasarkan hasil timdakan dapat diketahui bahwa penggunaaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) berbantuan blok pecahan pada mata pelajaran Matematika dalam materi penjumlahan dan
71
pengurangan pecahan berpenyebut sama dan berpenyebut tidak sama di kelas IV SD Kanisius Gendongan Salatiga Tahun Ajara 2013/2014 dapat menunjukkan peningkatan motivasi siswa dalam belajar. Peningkatan motivasi tersebut dapat dilihat pada tabel nilai Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II dibawah ini. Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Motivasi Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II Interval Frekuensi Presentase (%) Keterangan Pra Siklus Siklus Pra Siklus I Siklus II Siklus I II Siklus 16 25 29 50% 78,1% 90,625% Sangat Tinggi > 76 8 4 2 25% 12,5% 6,25% Tinggi 51-75 5 3 1 15,625% 9,375% 3,125% Sedang 26-50 3 0 0 9,375% 0 0 Rendah < 25 Dari tabel hasil motivasi belajar pada tabel 4.9 dapat dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang termotivasi dalam mata pelajaran Matematika, pada pra siklus ada 16 siswa (50%) dengan motivasi sangat tinggi, 8 siswa (25%) dengan motivasi sedang, 5 siswa (15,625%) dengan motivasi sedang dan 3 siswa (9,375%) dengan motivasi rendah. Pada siklus I terdapat 25 siswa (78,1%) dengan motivasi sangat tinggi, 4 siswa (12,5%) dengan motivasi tinggi dan 3 siswa (9,375%) dengan motivasi sedang. Pada siklus II terdapat 29 siswa (29,625%) dengan motivasi sangat tinggi, 2 siswa (6,25%) dengan motivasi tinggi dn=ab 1 siswa (3,125%) dengan motivasi sedang. Ini membuktikkan bahwa pelajaran Matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) berbantuan blok pecahan dapat meningkatkan motivasi velajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada diagram 4.9 dan gambar grafik 4.10.
72
35 30 25 Sangat Tinggi
20
Tinggi
15
Sedang
10
Rendah
5 0 Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.9 Diagram Batang Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Rekapitulasi Motivasi Siswa 35 30
29
25
25
Sangat Tinggi
20
Tinggi
16
15
Sedang
10
8 5 3
5 0
Pra Siklus
Rendah 4 3 0 Siklus I
2 1 0 Siklus II
Gambar 4.10 Grafik Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
4.3 Pembahasan Penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT dapat mningkatkan motivasi dan hasil belajar Matematika siswa kelas IV. Peningkatan ini tidak terlepas dari langkah-langkah utama model pembelajaran Kooperatif tipe NHT yaitu penomoran, pengajuan pertanyaan, berfikir bersama, dan pemberian jawaban. Dengan penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT ini dapat menumbuhkan semangat belajar siswa. Dengan bekerja sama dengan kelompok, siswa dapat tertarik untuk aktif ambil bagian dalam pembelajaran di kelas. Ketika
73
pembelajaran dimulai, siswa akan mendapatkan penjelasan guru mengenai materi yang dipelajari dengan menggunakan blok pecahan sebagai media. Guru menyampaikan dengan penjelasan yang menarik sehingga siswa tidak bosan untuk menyimak. Kemudian guru membagi siswa dalam beberapa kelompok. Pembagian siswa harus secara heterogen. Hal ini bertujuan agar antar siswa dapat saling melengkapi, saling membantu menguasai materi yang sudah diajarkan. Setelah duduk bersama kelompok, siswa diberi nomor dengan tujuan siswa yang nantinya terpanggil nomornya dapat maju kedepan. Dengan cara ini, siswa yang kurang memahami penjelasan guru dapat bertanya atau mendapat penjelasan dari teman karena bahasa yang digunakan temannya biasanya lebih mudah dipahami. Siswa secara bersama-sama mengerjakan kartu soal yang diberikan oleh guru. Guru hanya bertugas untuk membimbing dan mengarahkan kelompok untuk belajar dan mengerjakan tugas. Setelah itu, secara acak guru memanggil nomor siswa. Siswa yang nomornya dipanggil segera maju kedepan dan mempresentasikan hasil kelompok. Dalam tahap ini siswa yang lain diberi kesempatan untuk menanggapi jawaban yang sedang dipresentasikan oleh kelompok lain. Kegiatan seperti ini dilakukan, sampai semua nomor terpanggil. Dengan model pembelajaran ini,siswa lebih senang untuk belajar Matematika. Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan di kelas IV SD Kanisius Gendongan Salatiga ditemukan bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini disebabkan model pembelajaran yang digunakan oleh guru belum optimal dan menarik untuk dilakukan. Hal ini berdampak juga pada motivasi siswa dalam mengikuti
proses
pembelajaran.
Proses
pembelajaran
yang
monoton
mengakibatkan rendahnya rata-rata nilai sebelum tindakan, yaitu 64, 21. Siswa yang mencapai KKM hanya 7 siswa ( 21,9%) sedangkan yang belum mencapai KKM sebanyak 25 siswa (78,1%). Nilai tertinggi yang didapatkan oleh siswa sebelum tindakan adalah 90 dan nilai terendah adalah 40. Pembelajaran pada siklus I yang diutamakan adalah perbaikan proses pembelajaran yang terjadi peningkatan motivasi dan hasil belajar Matematika siswa. Dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan blok
74
pecahan siswa yang mencapai KKM sebanyak 15 siswa (78%) dan terdapat 17 siswa (22%) yang belum mencapai KKM. Nilai rata-rata pada siklus ini yaitu 72,81. Dapat dilihat adanya peningkatan dibanding hasil belajar sebelum tindakan. Peningkatan ini karena penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together). Dengan penggunaan model pembelajaran ini siswa lebih tertarik belajar Matematika. Model pembelajaran ini menitikberatkan pada kerjasama dalam kelompok. Sehingga siswa lebih percaya diri dan lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Adanya kompetisi dalam kerja kelompok menumbuhkan semangat dan motivasi siswa dalam menyelesaikan kartu soal yang diberikan oleh guru. Pembelajaran yang dilakukan pada siklus II adalah perbaikan dari pembelajaran siklus I. Pada hasil pembelajaran siklus II terjadi peningkatan. Hal ini terjadi karena adanya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pada siklus II ini siswa lebih memahami jalannya pembelajaran sehingga mereka mengerti dengan tugas yang harus dilakukan saat berkelompok. Dengan bimbingan guru, siswa menjadi lebih memahami cara mengerjakan penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut sama dan berpenyebut tidak sama. Pada siklus II ini ada peningkatan motivasi siswa yang semula hanya 3 siswa (9,3%) yang motivasinya sedang menjadi hanya 1 siswa (3,1%) yang motivasinya sedang. Hal ini menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran ini mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar. Dari hasil penelitian ini, siklus I dan siklus II telah mengalami peningkatan baik motivasi dan hasil belajar maupun skor observasi guru dan siswa. Peningkatan ini terjadi karena penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT. Dengan demikian, terbukti bahwa hipotesis penelitian telah terbukti dapat meningkatkan motivasi hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD Kanisius Gendongan Salatiga Semester II tahun ajaran 2013/2014 dengan menerapkan langkah-langkah untama yaitu penomoran, pengajuan pertanyaan, berfikir bersama dan pemberian jawaban.