BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Pelaksanaan Tindakan Dalam pelaksanaan tindakan penelitian ini akan menguraikan antara lain:
(1) kondisi awal, (2) siklus I, dan (3) siklus II.
4.1.1. Deskripsi Kondisi Awal Penelitian dilaksanakan di kelas 4 SDN Karangduren 02 Kec. Tengaran Kab. Semarang pada Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 22 siswa pada pembelajaran IPA dengan Standar Kompetensi (SK) 10. memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan, dengan Kompetensi Dasar (KD) 10.1 mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut) dan KD 10.2 menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor). Namun, sebelum melakukan penelitian penulis mengobservasi pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa dan guru SDN Karangduren 02. Observasi pembelajaran IPA dilaksanakan pada SK 8 memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari, dan KD 8.2 menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan didapatkan simpulan yaitu pembelajaran IPA masih jauh dari kondisi ideal pembelajaran karena adanya berbagai permasalahan dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru belum memberikan pengalaman langsung pada siswa. Pembelajaran
yang
dilaksanakan
masih
didominasi
denganpemberian
pengetahuan secara teoritis. Pada saat kegiatan pembelajaran di kelas, tampak sekali motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA siswa rendah. Sikap siswa cenderung ramai sendiri, mengobrol dengan teman, dan kurang tertarik dengan pelajaran IPA. Saat tanya jawab seringkali yang menjawab pertanyaan hanyalah siswa tertentu saja, terutama siswa yang memiliki prestasi akademik tinggi. Sedangkan siswa berprestasi akademik rendah tidak pernah berusaha
91
92
menjawab pertanyaan guru. Siswa yang berusaha menjawab pertanyaan merasa “senang” saat siswa lainnya gagal menjawab pertanyaan dan membuat mereka lebih berpeluang untuk mendapatkan perhatian guru.Sikap siswa tersebut berdampak pula pada hasil belajar IPA yang masih rendah karena rata-rata kelas 68,86 sedangkan KKM IPA adalah 75. Dari jumlah keseluruhan 22 siswa, sebanyak 17 siswa memperoleh nilai <75 yang berarti siswa belum mencapai KKM dan hanya 5 siswa yang nilainya ≥75 yang berarti telah mencapai KKM. Data tersebut menunjukkan bahwa hanya 22,72% dari jumlah siswa yang sudah memenuhi nilai KKM dan 72,28% dari jumlah siswa masih belum memenuhi KKM. Beberapa kemungkinan penyebab rendahnya motivasi belajar dan hasil belajar pada pembelajaran IPA adalah: (1) strategi pembelajaran yang digunakan masih belum cukup untuk memfasilitasi pemerolehan pemahaman siswa; (2) strategi pembelajaran yang digunakan masih belum dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa; (3) adanya kelompok khusus berbasis gender dan intelektual di kelas 4; (4) partisipasi aktif siswa secara klasikal yang rendah dalam pembelajaran IPA; serta (5) adanya persaingan antara siswa untuk dapat mendapatkan perhatian guru. Berdasarkan observasi menunjukkan bahwa motivasi dan hasil belajar IPA siswa SDN Karangduren 02 Kec. Tengaran Kab. Semarang masih rendah, maka penulis mengadakan perbaikan pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran STADmelalui pembelajaran yang dilakukan pada siklus I dan siklus II dengan masing-masing siklus terdiri dari tiga kali pertemuan.
4.1.2 Deskripsi Siklus I Pada siklus I akan diuraikan tentang kegiatan yang dilakukan meliputi empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Kegiatan pembelajaran pada siklus I dibagi menjadi 3 pertemuan yaitu pertemuan pertama dan pertemuan kedua untuk pembelajaran, sedangkan pertemuan ketiga untuk evaluasi pembelajaran.
93
4.1.2.1. Tahap Perencanaan Tahap perencanaan pada siklus I telah dilaksanakan dalam 3 pertemuan dengan rincian sebagai berikut: 1) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada minggu keempat bulan Maret. Sebelum melakukan pembelajaran, penulis telah membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) menggunakan model pembelajaran STADdengan KD mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut). Penulis juga telah mempersiapkan materi pembelajaran sesuai RPP yang telah dibuat yaitu tentang faktor-faktor penyebab perubahan lingkungan fisik, serta angin dan hujan sebagai penyebab perubahan lingkungan fisik. Kemudian penulis telah mempersiapkan media dan perangkat pembelajaran. Media pembelajaran ini digunakan untuk membantu proses pembelajaran yang berupa video pembelajaran tentang angin dan hujan yang menyebabkan perubahan lingkungan fisik. Penulis telah mempersiapkan alat peraga yaitu pasir, tutup toples, dan aqua gelas. Penulis telah membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan mempertimbangan keseimbangan kemampuan akademik siswa dan menyusun daftar kelompoknya. Penulis juga telah mempersiapkan nilai ulangan pada pertemuan sebelumnya yaitu pada KD 8.2. (menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya) yang diperoleh dari guru IPA kelas 4 dan digunakan sebagai skor dasar dalam kuis. Selain itu penulis juga telah mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti daftar presensi siswa, lembar kerja siswa, lembar kuis, lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi motivasi belajar siswa, lembar penilaian kuis, sertifikat penghargaan, dan buku pembelajaran. Penulis dan kolaborator telah mempelajari materi yang akan diajarkan agar pembelajaran bisa berjalan dengan lancar.
94
2) Pertemuan Kedua Perencanaan pembelajaran pada pertemuan kedua sebagai tindak lanjut pada pertemuan pertama yang membedakan dari pertemuan pertama adalah materi yang akan dipelajari yaitu tentang cahaya matahari dan gelombang air laut sebagai penyebab perubahan lingkungan fisik. Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua, penulis telah mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan pada proses pembelajaran, diantaranya RPP dengan materi cahaya matahari dan gelombang air laut sebagai penyebab perubahan lingkungan fisik. Setelah mempersiapkan RPP, penulis juga telah mempersiapkan media dan perangkat pembelajaran. Media pembelajaran ini digunakan untuk membantu proses pembelajaran yang berupa video pembelajaran tentang cahaya matahari dan gelombang air laut yang menyebabkan perubahan lingkungan fisik. Penulis telah membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan mempertimbangan keseimbangan kemampuan akademik siswa dan sesuai pada pertemuan pertama. Penulis juga telah mempersiapkan nilai kuis pertemuan sebelumnya sebagai skor dasar dalam kuis pertemuan kedua ini. Selain itu penulis juga telah
mempersiapkan
perangkat pembelajaran seperti daftar presensi siswa, lembar kerja siswa, lembar kuis, lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi motivasi belajar siswa, lembar penilaian kuis, sertifikat penghargaan, stiker penghargaan dan buku pembelajaran. Penulis dan kolaborator telah mempelajari materi yang akan diajarkan agar pembelajaran bisa berjalan dengan lancar.
3) Pertemuan ketiga Pada pertemuan ketiga digunakan untuk pelaksanaan evaluasi hasil belajar siswa tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Sehingga pada pertemuan ini, penulistelah mempersiapkan RPP, lembar soal tes yang terdiri dari 25 soal berbentuk pilihan ganda, lembar jawab, serta ruang/lokasi yang akan digunakan yaitu di ruang kelas 4 SDN Karangduren 02.
95
4.1.2.2. Tahap Pelaksanaan Tindakan Tahap pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada minggu terakhir bulan Maret 2014. Pelaksanaan tindakan siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan, yaitu 2 kali pertemuan untuk proses pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk tes formatif mengevaluasi hasil belajar siswa pada siklus I. Setiap pertemuan dilaksanakan 2 jam pembelajaran atau 2 x 35 menit. Pelaksanaan tindakan ini merupakan deskripsi kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran.
1) Pertemuan Pertama Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 24 Maret 2014 pukul 07.00-08.10WIB. Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan mengucap salam, kemudian guru memimpin doa. Selanjutnya guru melakukan apersepsi dan motivasi yaitu dengan melakukan tanya jawab tentang hujan yang mengakibatkan tanah di sekitar sekolah menjadi licin dan longsor. Siswa aktif menjawab dan menyimak cerita guru. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai yaitu siswa dapat mengidentifikasi faktorfaktor penyebab perubahan lingkungan fisik, serta angin dan hujan sebagai penyebab perubahan lingkungan fisik, sehingga siswa tahu topik yang akan dipelajari. Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, dilanjutkan dengan kegiatan inti yang terdiri atas kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada kegiatan eksplorasi guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok dimana 3 kelompok beranggotakan 4 siswa heterogen dengan nama kelompok Puntadewa (ILH, ERK, ARM, MGH), Werkudara (LTG, PNS, DNG, ADSS), dan Janaka (EDW, BDS, FNF, GLH). Sedangkan 2 kelompok sisanya beranggotakan 5 siswa heterogen yaitu kelompok Nakula (WLN, ANS, FTY, ANK, TTS) dan Sadewa (NHR, WNG, AFR, CTR, WHY). Kelompok telah dirancang oleh guru dan penulis. Siswa dapat membentuk kelompok sesuai petunjuk tanpa ada hambatan. Kemudian guru menjelaskan sekilas langkahlangkah pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menggunakan model
96
STAD. Guru menggali pengetahuan siswa tentang penyebab perubahan lingkungan daratan. Guru mengajukan pertanyaan tentang contoh perubahan lingkungan daratan beserta apa penyebabnya. Ada 5 siswa menjawab pertanyaan guru yaitu BDS, NHR, FNF, LTG, dan EDW. Guru menampung seluruh jawaban siswa baik jawaban benar ataupun jawaban belum benar dan menuliskannya di papan tulis. Selanjutnya guru menayangkan video pembelajaran tentang perubahan daratan yang disebabkan oleh faktor angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut. Saat video ditayangkan, siswa diminta menyimak video dan mencatat hal-hal penting yang diperoleh dari video yang diamati. Guru melanjutkan dengan pembahasan tentang jawaban awal siswa yang telah ditulis di papan tulis, menentukan yang manakah yang termasuk perubahan lingkungan daratan dan bukan, serta menentukan penyebab terjadinya perubahan lingkungan daratan. Setelah bertanya jawab dengan siswa, guru menjelaskan faktor-faktor penyebab perubahan lingkungan fisik, serta angin dan hujan sebagai penyebab perubahan lingkungan fisik dengan bantuan alat peraga berupa gunungan pasir yang diletakkan dalam tutup toples. Peraga ini digunakan untuk menunjukkan adanya peristiwa perubahan fisik daratan yang disebabkan oleh angin dengan cara guru meniup pasir sehingga pasir berubah bentuk. Selain itu guru juga mendemonstrasikan adanya hujan menggunakan air yang dialirkan pada pasir sehingga membuat gunungan pasir berubah bentuk. Siswa menyimak penjelasan guru dengan seksama dan terlihat antusias dengan demonstrasi guru. Setelah guru selesai memaparkan materi pembelajaran, dilanjutkan dengan kegiatan elaborasi. Pada kegiatan elaborasi guru memberikan LKK (Lembar Kerja Kelompok) mengenai angin dan hujan sebagai penyebab perubahan lingkungan fisik untuk dikerjakan di dalam kelompok. Siswa termotivasi untuk berpikir bersama dengan mendiskusikan soal LKK. Setelah selesai mengerjakan LKK, dilanjutkan dengan pembahasan klasikal dipimpin guru, sehingga belum ada kegiatan siswa mempresentasikan hasil diskusi dan menanggapi hasil diskusi. Setelah dikoreksi nilai diskusi yang diperoleh kelompok puntadewa adalah 83, kelompok werkudara mendapat nilai 67, kelompok janaka mendapat nilai 83,
97
kelompok nakula mendapat nilai 83, dan kelompok sadewa mendapat nilai tertinggi yaitu 100. Guru bertanya jawab dengan siswa tentang hal yang belum dipahami dalam diskusi. Kemudian siswa dibimbing guru meluruskan kesalahan pemahaman tentang arah angin darat dan angin laut, memberi umpan balik dengan pujian sebagai penguatan aktivitas siswa yang positif dalam pembelajaran. Guru membagikan soal kuis. Kemudian siswa mengerjakan kuis secara individu dan tidak boleh bekerja sama. Kuis ini dikoreksi siswa yang dibimbing oleh guru. Guru menghimpun nilai kuis siswa kemudian menghitung kemajuan individu dan kemajuan kelompok. Untuk memperoleh kemajuan individu dan kemajuan kelompok maka nilai kuis siswa dibandingkan dengan skor dasar dari ulangan IPA sebelumnya. Hasil yang diperoleh adalah sebanyak 2 siswa memperoleh poin kemajuan 30, 4 siswa memperoleh poin kemajuan 20, 6 siswa memperoleh poin kemajuan 10, dan 10 siswa hanya memperoleh poin kemajuan 5.Hal ini menunjukkan adanya kemajuan siswa namun belum signifikan. Nilai tertinggi kuis adalah 90 yang diperoleh WHY, dan nilai terendahnya 40 diperoleh GLH. Rata-rata nilai kuis adalah 61,1. Setelah itu guru memberikan penghargaan kepada kelompok berupa sertifikat dan penghargaan kepada siswa berupa stiker hebat. Keseluruhan kelompok mendapat penghargaan sertifikat Good Team, karena rata-rata kemajuan kelompok antara 8,75 – 12,5. Kelompok Puntadewa memiliki skor kemajuan 12,5. Kelompok Werkudara memiliki skor kemajuan 11,25. Kelompok Janaka memiliki skor kemajuan 8,75. Kelompok Nakula memiliki skor kemajuan 12. Dan kelompok Sadewa memiliki skor kemajuan 12. Dan siswa yang mendapatkan stiker hebat adalah MGH dan WHY karena berhasil mencapai poin kemajuan 30. Setelah guru memberikan penghargaan, guru bertanya jawab tentang materi yang belum dipahami siswa, serta meluruskan miskonsepsi yang ada dengan mengulang arah angin darat dan angin laut. Dalam kegiatan akhir guru memberikan motivasi bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik dan kepada siswa untuk giat belajar, siswa dan guru menyimpulkan materi pembelajaran, namun masih didominasi oleh guru.Guru mengajak siswa melakukan refleksi dengan menanyakan apakah
98
siswa merasa senang ataukah siswa merasa kebingungan melaksanakan pembelajaran yang berbeda dari biasanya. Siswa menjawab bahwa siswa merasa senang dan tidak kebingungan. Setelah selesai guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya dan menutup dengan salam penutup. 2) Pertemuan kedua Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan II dilakukan pada hari Selasa, 25 Maret 2014 pukul 07.00 - 08.10 WIB. Kegiatan awal pembelajaran diawali dengan mengucap salam, kemudian guru memimpin doa. Pada awal pembelajaran guru mempersiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dengan meminta siswa mengeluarkan buku. Selanjutnya guru memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa dengan tanya jawab tentang kebakaran hutan yang tersiar dalam berita di televisi dan manfaat belajar penyebab perubahan lingkungan fisik yang meliputi cahaya matahari dan gelombang air laut, namun kebanyakan siswa tidak menonton berita sehingga tidak dapat diajak berdiskusi dengan baik. Kemudian memotivasi siswa dengan memberikan penghargaan kepada kelompok yang mencapai kriteria tertentu yaitu apabila memiliki poin kemajuan kelompok 6≤PK≤15 maka mendapatkan penghargaan sertifikat Good Team, apabila memiliki poin kemajuan kelompok 16≤PK≤20 maka mendapatkan penghargaan sertifikat Great Team, dan apabila memiliki
poin
penghargaan
kemajuan
sertifikat
kelompok
Super
Team.
21≤PK≤30
maka
mendapatkan
Kemudian
menjelaskan
tujuan
pembelajaran yang harus dicapai yaitu siswa dapat mengidentifikasi cahaya matahari sebagai penyebab perubahan lingkungan, serta mengidentifikasi gelombang air laut sebagai penyebab perubahan lingkungan. Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, dilanjutkan dengan kegiatan inti yang terdiri atas kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada kegiatan eksplorasi guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok sesuai dengan kelompok pada pertemuan pertama.Kemudian siswa membentuk kelompok sesuai petunjuk guru tanpa ada hambatan. Kemudian guru menjelaskan
99
langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menggunakan model STAD. Guru menggali pengetahuan siswa tentang cahaya matahari dan gelombang laut sebagai penyebab perubahan lingkungan fisik dengan tanya jawab.ADSS, ILH, BDS, FNF, ANS, LTG menjawab pertanyaan guru. Guru menampung seluruh jawaban siswa baik jawaban benar ataupun jawaban belum benar dan menuliskannya di papan tulis. Selanjutnya guru menayangkan video pembelajaran tentang perubahan daratan yang disebabkan oleh faktor cahaya matahari dan gelombang air laut. Saat video ditayangkan, siswa diminta menyimak video dan mencatat hal-hal penting yang diperoleh dari video yang diamati. Guru mendiskusikan apa yang siswa amati, dan catat dari video yang ditayangkan. Siswa menjawab adanya kebakaran hutan karena api yang timbul dari ranting yang terkena panacaran matahari, adanya gunung es yang mencair, dan bermain ski air di pantai. Guru melanjutkan dengan pembahasan tentang jawaban awal siswa yang telah ditulis di papan tulis, mengidentifikasi cahaya matahari dan gelombang air laut sebagai penyebab perubahan lingkungan. Setelah bertanya jawab dengan siswa, guru menjelaskan cahaya matahari dan gelombang air laut sebagai penyebab perubahan lingkungan fisik dengan bantuan video pembelajaran. Siswa menyimak penjelasan guru dengan seksama. Setelah guru selesai memaparkan materi pembelajaran, dilanjutkan dengan kegiatan elaborasi. Pada kegiatan elaborasi siswa mengerjakan LKK mengenai cahaya matahari dan gelombang air laut sebagai penyebab perubahan lingkungan untuk dikerjakan dalam kelompok. Siswa termotivasi untuk berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut. Setelah selesai guru memanggil salah satu siswa secara acak, kemudian siswa mencoba untuk menjawab pertanyaan dan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk seluruh kelas. Siswa kelompok lain diberi kesempatan untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi kelompok lain. Guru menengahi dan membahas jawaban LKK. Siswa mengoreksi nilai diskusi. Hasil yang diperoleh kelompok puntadewa adalah 100, kelompok werkudara mendapat nilai 100, kelompok janaka mendapat nilai 75, kelompok nakula
100
mendapat nilai 75, dan kelompok sadewa mendapat nilai 75. Guru bertanya jawab dengan siswa tentang hal yang belum dipahami dalam diskusi. Guru memberi umpan balik dengan pujian sebagai penguatan atas keaktifan siswa, keberanian siswa presentasi dan menanggapi. Guru membagikan soal kuis. Kemudian siswa mengerjakan kuis yang diberikan guru secara individu dan tidak boleh bekerja sama. Guru membimbing siswa mengoreksi kuis. Guru menghimpun nilai kuis siswa kemudian menghitung kemajuan individu dan kemajuan kelompok. Untuk memperoleh kemajuan individu dan kemajuan kelompok maka nilai kuis siswa dibandingkan dengan skor dasar dari kuis pertama. Hasil yang diperoleh adalah sebanyak 17 siswa mempeoleh poin kemajuan 30, 3 siswa memperoleh poin kemajuan 20, dan 2 siswa memperoleh poin kemajuan 10. Nilai tertinggi kuis adalah 100 yang diperoleh EDW, FNF, WLN, NHR, AFR dan nilai terendahnya 50 diperoleh ARM. Rata-rata nilai kuis adalah 83,4. Setelah itu guru memberikan penghargaan kepada kelompok berupa sertifikat dan penghargaan kepada siswa berupa stiker hebat. Seluruh kelompok mendapatkan sertifikat Super Team, karena rata-rata kemajuan kelompok antara 25-30. Kelompok Puntadewa memiliki skor kemajuan 25. Kelompok Werkudara memiliki skor kemajuan 30. Kelompok Janaka memiliki skor kemajuan 27,5. Kelompok Nakula memiliki skor kemajuan 26. Dan kelompok Sadewa memiliki skor kemajuan 26. Dan siswa yang mendapatkan stiker hebat adalah MGH, ERK, ILH, DNG, ADSS, LTG, PNS, GLH, EDW, FNF, ANS, FTY, TTS, WLN, WNG, AFR, dan NHR. Setelah guru memberikan penghargaan,guru bertanya jawab tentang materi yang belum dipahami siswa. Dalam kegiatan akhir guru memberikan motivasi bagi siswa dan kelompok yang belum berhasil dengan baik, guru merasa sangat senang karena aktivitas siswa meningkat dan nilai kuis yang memuaskan. Siswa dan guru menyimpulkan pembelajaran. Kemudian guru bertanya apakah siswa senang, dan hasilnya seluruh siswa senang. Guru mengakhiri pembelajaran dengan menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya dan menutup dengan salam penutup.
101
3) Pertemuan ketiga Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan III dilaksanakan pada hari Sabtu, 29 Maret 2014 pukul 10.00 - 11.10 WIB. Pertemuan ketiga merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Pada pertemuan ketiga digunakan untuk pelaksanaan evaluasi hasil belajar siswa tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Pada awal pembelajaran guru mempersiapkan siswa untuk mengikuti evaluasi dengan meminta siswa memasukkan buku atau catatan IPA. Setelah selesai guru melakukan apersepsi dengan mengingat kembali materi pelajaran sebelumnya yaitu materi tentang penyebab perubahan fisik daratan (angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut). Selanjutnya, memberikan motivasi kepada siswa untuk mengerjakan tes formatif dengan sungguh-sungguh, percaya diri, tidak perlu menyontek karena untuk mengukur kemampuan belajarnya. Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, dilanjutkan dengan kegiatan inti yaitu guru membagikan tes formatif berupa soal pilihan ganda kepada siswa. Kemudian siswa mengerjakan tes formatif secara individu. Siswa yang sudah selesai mengerjakan tes formatif dapat mengumpulkan lembar jawabnya kepada guru.Selanjutnya siswa menyimak pembahasan soal tes formatif yang disampaikan oleh guru.Setelah dikoreksi bersama-sama hasil yang diperoleh adalah sebanyak 16 siswa tuntas dan masih ada 6 siswa yang tidak tuntas. Ratarata hasil belajar yang diperoleh adalah 79,27. Dalam kegiatan akhir guru merefleksi pembelajaran yang telah dilakukan dengan menanyakan kepada siswa apakah butir soal sangat sulit. Dan siswa menjawab bahwa butir soal ada yang sulit dan mudah. Setelah itu guru menyampaikan materi pembelajaran pada pertemuan berikutnya yaitu tentang pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor), serta menutup kegiatan pembelajaran dengan salam penutup.
4.1.2.3. Tahap Observasi Tahap observasi siklus I dilaksanakan seiring sejalan dengan tahap pelaksanaan tindakan yaitu ketika proses pembelajaran sedang berlangsung.
102
Observasi siklus I dilakukan 2 kali yaitu pada saat proses pembelajaran pertemuan pertama dan kedua. Pelaksanaan observasi ini merupakan deskripsi pengamatan aktivitas guru, aktivitas siswa, dan motivasi belajar IPA siswa selama proses belajar mengajar. Hasil pengamatan aktivitas guru dalam proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi yang terdiri atas 35 indikator, dalam pengamatan aktivitas siswa terdiri dari 25 indikator, dan pengamatan motivasi belajar terdiri dari 33 indikator. Lembar aktivitas guru dan siswa berpedoman pada skala nilai angka (numerical rating scale) dengan skor tiap item adalah 1-4. Jawaban dibuat berdasarkan deskripsi aspek yang diobservasi yaitu skor 1 berarti mendeskripsikan kurang, skor 2 berarti mendeskripsikan sedang, skor 3 berarti mendeskripsikan baik, dan skor 4 berarti mendeskripsikan sangat baik. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran IPA melalui model STAD diisi oleh observer yaitu guru wali kelas 4 dengan cara melingkari pada kolom skor yang sesuai dengan pengamatan.
1)
Pertemuan Pertama Hasil observasi aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran
STAD dalam mata pelajaran IPA pertemuan inidijabarkan dalam sembilan aspek. Pada aspek memeriksa kesiapan pembelajaran telah dilakukan dengan sangat baik yang ditunjukkan dengan guru telah memeriksa kesiapan ruang, alat pembelajaran, dan media pembelajaran serta telah memeriksa kesiapan siswa untuk belajar. Pada aspek melakukan apersepsi, motivasi dan menyampaikan tujuan telah dilakukan dengan sangat baik yang ditunjukkan dengan guru melakukan apersepsi dan motivasi dengan bercerita tentang kondisi lingkungan sekitar sekolah yang tanahnya menjadi licin hingga membuat siswa terpeleset karena adanya hujan, dan telah menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada aspek mempresentasikan materi telah dilakukan dengan baik yang ditunjukkan dengan penggunaan sumber belajar yang tepat saat menjelaskan materi, guru menguasai materi pembelajaran, menjelaskan secara runtut dan sistematis, telah mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari siswa, menggunakan media pembelajaran
103
yang efektif dan efisien. Pada aspek mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar telah dilakukan. Hal iniditunjukkan dengan terbentuknya siswa dalam 5 kelompok sesuai dengan perencanaan. Aspek membimbing diskusi kelompok belajar telah dilakukan, namun perlu peningkatan. Ditunjukkan dengan guru belum menjelaskan aturan pelaksanaan belajar dalam tim, guru telah mendampingi dan membimbing siswa dalam belajar secara kelompok, interaksi antara guru, siswa dan sumber belajar menyenangkan dan penuh keceriaan, namun guru belum mengajak siswa untuk melakukan kegiatan tutor sebaya. Pada aspek memberikan kuis kepada siswa telah dilakukan dengan baik yang ditunjukkan dengan guru membagikan soal kuis, mengoreksi soal kuis, dan membandingkan dengan skor dasar. Aspek penghargaan kepada kelompok telah dilakukan dengan baik yang ditunjukkan dengan memberikan penghargaan sertifikat kepada kelompok. Pada aspek kompetensi guru telah dilakukan dengan baik yang ditunjukkan dengan penggunaan bahasa lisan yang jelas dan lancar, penggunaan bahasa tulis yang baik dan jelas, dan memantau kemajuan belajar. Selanjutnya pada aspek kegiatan akhir telah dilakukan dengan baik yang ditunjukkan dengan memberikan semangat kepada kelompok maupun siswa yang masih memiliki nilai kurang, meluruskan miskonsepsi tentang arah angin darat dan angin laut, menyampaikan salam penutup dan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. Jumlah skor aktivitas guru seluruhnya adalah 111 (79%) yang tergolong dalam kategori tinggi. Kategori tinggi yang diperoleh selaras dengan banyaknya langkah-langkah pembelajaran yang telah dilaksanakan guru dengan baik, namun ada aktivitas yang perlu peningkatan yaitu lebih melibatkan siswa dalam pemanfaatan media, menjelaskan aturan pelaksanaan belajar tim sesuai yang diharapkan, adanya kegiatan mempresentasikan hasil diskusi siswa di depan kelas, dan kegiatan belajar tutor sebaya. Selanjutnya hasil observasi aktivitas siswa pada ini dijabarkan dalam delapan aspek. Pada aspek memeriksa kesiapan pembelajaran telah dilaksanakan dengan sangat baik yang ditunjukkan dengan siswa telah mempersiapkan alat tulis belajar. Pada aspek menyimak apersepsi, motivasi dan tujuan pembelajaran telah dilaksanakan dengan sangat baik yang ditunjukkan dengan menjawab apersepsi
104
dan motivasi guru, serta menyimak tujuan pembelajaran. Pada aspek menyimak guru mempresentasikan materi telah dilaksanakan dengan baik yang ditunjukkan dengan menyimak penjelasan guru, menjawab pertanyaan guru, merasa senang dan antusias terhadap materi. Pada aspek membentuk kelompok belajar telah dilaksanakan dengan sangat baik yang ditunjukkan dengan telah membentuk kelompok sesuai petunjuk guru. Aspek belajar dalam kelompok dilaksanakan dengan kurang baik yang ditunjukkan dengan siswa yang belum paham belum mau bertanya pada teman sekelompok, dan siswa yang sudah paham malu atau ragu-ragu untuk menjelaskan, belum ada kegiatan presentasi kelompok dan menanggapi presentasi, walaupun ada pula kegiatan yang dilakukan dengan baik yaitu dalam menyelesaikan lembar kerja kelompok seluruh siswa berpartisipasi. Kemudian pada aspek kuis telah dilaksanakan dengan cukup baik dan perlu ditingkatkan yang ditunjukkan dengan mengerjakan kuis secara individu walaupun posisi duduk siswa masih dalam kelompok, antusias dalam pembahasan dan mengoreksi kuis. Pada aspek penghargaan kelompok telah dilaksanakan dengan sangat baik yang ditunjukkan dengan antusisme siswa terhadap penghargaan kemajuan individu dan kelompok berupa stiker dan sertifikat. Selanjutnya pada aspek kegiatan akhir telah dilaksanakan dengan baik yang ditunjukkan dengan adanya kegiatan tanya jawab sepuatar materi yang belum dipahami siswa, membuat simpulan, melakukan refleksi kegiatan, dan menanggapi salam penutup. Jumlah skor seluruhnya adalah 77 (77%) yang tergolong dalam kategori tinggi. Kategori tinggi yang diperoleh selaras dengan banyaknya aktivitas siswa yang telah dilaksanakan dengan baik,namun ada aktivitas siswa yang perlu ditingkatkan yaitu:siswa lebih aktif bertanya, adanya kegiatan siswa yang lebih paham menjelaskan kepada siswa yang belum memahami materi pelajaran dan siswa yang belum paham tidak mau bertanya pada siswa yang lebih paham, dan kegiatan mempresentasikan dan menanggapi hasil diskusi siswa di depan kelas. Observasi terakhir adalah observasi motivasi belajar siswa secara individu. Berdasarkan observasi seluruh siswa menunjukkan memiliki motivasi yang cukup untuk belajar. Hal ini dapat dijelaskan dalam lima aspek motivasi belajar yang
105
diamati. Aspek adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil tergolong dalam kategori cukup hal ini karena kegiatan siswa mempelajari materi IPA yang akan diajarkan oleh guru masih rendah, keaktifan siswa dalam bertanya sangat kurang, upaya memiliki nilai yang lebih baik dari sebelumnya dan mencapai skor kemajuan 30 masih rendah hal ini dikarenakan siswa belum paham tentang model pembelajaran STAD yang mengutamakan kemajuan belajar. Aspek adanya dorongan dan kebutuhan belajar tergolong dalam kategori kurang. Hal ini karena aktivitas siswa yang menunjukkan dorongan dan kebutuhan belajar sangat kurang. Aspek adanya penghargaan dalam belajar tergolong dalam kategori tinggi. Hal ini karena siswa memiliki antusias tinggi untuk mendapatkan penghargaan berupa sertifikat dan stiker. Aspek adanya kegiatan menarik dalam belajar tergolong dalam kategori cukup hal ini karena kegiatan menarik yang diamati belum dilaksanakan
dengan
maksimal
oleh
siswa
terutama
kegiatan
siswa
mempresentasikan hasil diskusi kelompok belum terlaksana. Pada aspek terakhir yaitu adanya lingkungan belajar kondusif tergolong dalam kategori tinggi. Hal ini karena lingkungan belajar sudah kondusif untuk melaksanakan pembelajaran. Sehingga yang perlu ditingkatkan adalah mempelajari materi IPA yang akan diajarkan oleh guru, tertarik pada pembelajaran IPA, aktif bertanya, mencari sumber belajar selain buku dari sekolah, saling barbagi pengetahuan dengan tutor sebaya, berusaha meningkatkan kemajuan belajarnya, adanya kegiatan presentasi dan menanggapi presentasi, aktif dalam bertanya maupun menjawab.
2)
Pertemuan Kedua Hasil observasi aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran
STAD dalam mata pelajaran IPA pertemuan kedua siklus I dapat diketahui jumlah skor yang diperoleh seluruhnya adalah 125 (89%) yang tergolong dalam kategori sangat tinggi. Kategori sangat tinggi yang diperoleh selaras dengan langkahlangkah pembelajaran yang telah dilaksanakan guru dengan baik. Pada aspek memeriksa kesiapan pembelajaran guru telah melakukannya dengan sangat baik yang ditunjukkan dengan guru telah memeriksa kesiapan ruang, alat pembelajaran, dan media pembelajaran serta telah memeriksa kesiapan siswa
106
untuk belajar. Pada aspek melakukan apersepsi, motivasi dan menyampaikan tujuan guru telah melakukannya dengan baik yang ditunjukkan dengan guru melakukan apersepsi dan motivasi dengan bercerita tentang kebakaran hutan yang disiarakan dalam berita televisi, dan telah menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada aspek mempresentasikan materi guru telah melakukannya dengan sangat baikyang ditunjukkan dengan penggunaan sumber belajar yang tepat saat menjelaskan materi, guru menguasai materi pembelajaran, menjelaskan secara runtut dan sistematis, telah mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari siswa, menggunakan media pembelajaran yang efektif dan efisien namun siswa belum nampak aktif dalam bertanya kepada guru. Pada aspek mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar guru telah melakukannya dengan sangat baik ditunjukkan dengan guru telah membagi siswa dalam 5 kelompok sesuai dengan pertemuan sebelumnya. Aspek membimbing diskusi kelompok belajar guru telah melakukannya dengan sangat baik yang ditunjukkan dengan menjelaskan aturan pelaksanaan belajar dalam tim, telah mendampingi dan membimbing siswa dalam belajar secara kelompok, interaksi antara guru, siswa dan sumber belajar menyenangkan dan penuh keceriaan, mengajak siswa untuk melakukan kegiatan tutor sebaya, dan meminta siswa menanggapi presentasi. Kemudian pada aspek memberikan kuis kepada siswa telah dilakukan dengan sangat baik yang ditunjukkan dengan guru membagikan soal kuis, mengoreksi soal kuis, dan membandingkan dengan skor dasar yaitu nilai kuis pertemuan pertama. Pada aspek memberikan penghargaan kelompok guru telah melakukannya dengan baik dan yang ditunjukkan dengan memberikan penghargaan sertifikat kepada kelompok. Pada aspek kompetensi guru, telah dilakukan dengan sangat baik dengan penggunaan bahasa lisan yang jelas dan lancar, penggunaan bahasa tulis yang baik dan jelas, dan memantau kemajuan belajar. Selanjutnya pada aspek kegiatan akhir guru telah melakukannya dengan sangat baik yang ditunjukkan dengan memberikan semangat kepada kelompok maupun siswa yang masih memiliki nilai dan aktivitas kurang, meluruskan miskonsepsi tetrapot, menyampaikan salam penutup dan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. Aktivitas yang perlu ditingkatkan adalah memeriksa kesiapan belajar
107
siswa, menjelaskana langkah-langkah STAD, memilih topik apersepsi dan motivasi
yang
menarik,
melibatkan
siswa
dalam
pemanfaatan
media,
membimbing belajar tutor sebaya. Hasil observasi aktivitas siswa juga dijabarkan dalam beberapa aspek. Pada aspek memeriksa kesiapan pembelajaran telah dilaksanakan dengan sangat baik yang ditunjukkan dengan siswa telah mempersiapkan alat tulis belajar, dan kesiapan mental untuk belajar. Pada aspek menyimak apersepsi, motivasi dan tujuan pembelajaran telah dilaksanakan dengan sangat baik yang ditunjukkan dengan menjawab apersepsi dan motivasi guru, serta menyimak tujuan pembelajaran. Pada aspek menyimak guru mempresentasikan materi telah dilaksanakan dengan sangat baik yang ditunjukkan dengan menyimak penjelasan guru, menjawab pertanyaan guru, merasa senang dan antusias terhadap materi namun siswa belum aktif bertanya kepada guru. Pada aspek membentuk kelompok belajar telah dilaksanakan dengan sangat baik dan sempurna. Aspek belajar dalam kelompok telah dilaksanakan dengan baik yang ditunjukkan dengan siswa yang belum paham mau bertanya pada teman sekelompok, dan siswa yang sudah paham sudah tidak malu atau ragu-ragu untuk menjelaskan, adanya kegiatan presentasi kelompok dan menanggapi presentasi, seluruh siswa berpartisipasi dalam menyelesaikan lembar kerja kelompok. Kemudian pada aspek kuis telah dilaksanakan dengan sangat baik yang ditunjukkan dengan mengerjakan kuis secara individu walaupun posisi duduk siswa masih dalam kelompok, antusias dalam pembahasan dan mengoreksi kuis. Pada aspek penghargaan kelompok telah dilaksanakan dengan sangat baik dan sempurna yang ditunjukkan dengan tingginya antusis siswa terhadap penghargaan kemajuan individu dan kelompok berupa stiker dan sertifikat. Selanjutnya pada aspek kegiatan akhir telah dilaksanakan dengan sangat baik yang ditunjukkan dengan adanya kegiatan tanya jawab seputar materi yang belum dipahami siswa, membuat simpulan, merefleksi kegiatan, dan menanggapi salam penutup. Jumlah skor seluruhnya adalah 92 (92%) yang tergolong dalam kategori sangat tinggi. Kategori sangat tinggi yang diperoleh selaras dengan banyaknya aktivitas siswa yang telah dilaksanakan dengan sangat baik, namun ada aktivitas siswa yang perlu ditingkatkan yaitu:
108
lebih aktif bertanya dan menghilangkan rasa malu atau keraguan untuk bertanya kepada guru apabila ada materi yang belum dipahami. Observasi terakhir adalah observasi motivasi belajar IPA siswa secara individu. Berdasarkan observasi hampir seluruh siswa menunjukkan memiliki motivasi belajar sangat tinggi. Hal ini dapat dijelaskan dalam lima aspek motivasi belajar yang diamati. Aspek adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil tergolong dalam kategori tinggi hal ini karena kegiatan siswa mempelajari materi IPA yang akan diajarkan oleh guru sudah dilakukan dengan baik, keaktifan siswa dalam bertanya sudah baik namun perlu peningkatan lagi, upaya siswa memiliki nilai yang lebih baik dari sebelumnya dan mencapai skor kemajuan 30 sudah tinggi hal ini dikarenakan siswa sudah memahami tentang model pembelajaran STAD yang mengutamakan kemajuan belajar, secara keseluruhan pada aspek ini telah ada peningkatan dibandingkan dengan pertemuan pertama. Aspek adanya dorongan dan kebutuhan belajar tergolong dalam kategori tinggi hal ini karena aktivitas siswa yang menunjukkan dorongan dan kebutuhan belajar secara klasikal sudah tinggi namun ada beberapa siswa yang masih perlu peningkatan pada aspek ini. Aspek adanya penghargaan dalam belajar tergolong dalam kategori sangat tinggi hal ini karena siswa memiliki antusias sangat tinggi untuk mendapatkan penghargaan berupa sertifikat dan stiker hal ini menunjukkan efektifnya penggunaan reward dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa. Aspek adanya kegiatan menarik dalam belajar tergolong dalam kategori sangat tinggi hal ini karena kegiatan-kegiatan menarik yang diamati telah dilaksanakan dengan sangat baik oleh sebagian siswa dan sisanya dapat melakukan dengan baik. Pada aspek terakhir yaitu adanya lingkungan belajar kondusif tergolong dalam kategori sangat tinggi hal ini karena lingkungan belajar yang diciptakan dalam pembelajaran sudah sangat kondusif untuk melaksanakan pembelajaran seperti tidak ada siswa yang berbuat gaduh, dan melakukan komunikasi multi arah. Sehingga pada pertemuan ini yang perlu ditingkatkan adalah keaktifandalam bertanya dan menghilangkan rasa ragu bertanya saat ada materi yang belum dipahami, mencari sumber belajar selain buku dari sekolah karena sumber belajar tidak hanya buku sekolah, saling barbagi pengetahuan dengan tutor sebaya,
109
mencatat hal-hal penting dari penjelasan guru dan diskusi kelompok, dan lebih aktif memberikan tanggapan presentasi kelompok lain.
4.1.2.4. Refleksi Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran IPA melalui model pembelajaran STAD pada siklus I dari pertemuan pertama dan kedua selanjutnya diadakan refleksi atas semua kegiatan dalam proses pembelajaran. Hasil refleksi diambil dari hasil pengamatan yang dilaksanakan pada siklus I. Refleksi berfungsi sebagai acuan atau pedoman dalam melakukan perbaikan dengan membandingkan hasil tindakan siklus I dalam proses pembelajaran dengan indikator keberhasilan. Dari hasil observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama yang berjumlah 35 item dengan jumlah skor 111 mencapai 79% yang berarti tinggi dengan kualifikasi guru telah mampu melaksanakan 79% kegiatan pembelajaran STAD sesuai dengan yang diharapkan, sedangkan siklus I pertemuan kedua dengan jumlah skor 125 mencapai 89% yang berarti sangat tinggi dengan kualifikasi guru telah mampu melaksanakan 89% kegiatan pembelajaran STAD sesuai dengan yang diharapkan. Dari siklus I pertemuan pertama terhadap siklus I pertemuan kedua terjadi peningkatan sebesar 10%. Aspek yang mengalami peningkatan yaitu: (1) guru memeriksa kesiapan ruang, alat, dan media pembelajaran, (2) guru menggunakan media secara efektif dan efisien, (3) guru melibatkan siswa dalam pemanfaatan media, (4) guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, (5) guru menjelaskan aturan pelaksanaan belajar tim, (6) guru memfasilitasi siswa dalam belajar tim, (7) guru meminta perwakilan setiap kelompok untuk mempresentasikan lembar tugas, (8) guru menanyakan tanggapan kelompok lain tentang hasil perkerjaan kelompok yang presentasi, (9) guru memfasilitasi terjadinya interaksi guru, siswa, dan sumber belajar, (10) guru membagikan soal kuis, (11) guru membimbing siswa untuk mengkoreksi soal kuis, (12) guru memantau kemajuan belajar, (13) guru membimbing siswa membuat simpulan pembelajaran, (14) guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya, serta (15) guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam penutup.
110
Dari hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan pertama yang berjumlah 25 item dengan jumlah skor 77 mencapai persentase 77% yang berarti tinggi dengan kualifikasi siswa telah mampu melaksanakan 77% kegiatan pembelajaran STAD sesuai dengan yang diharapkan, sedangkan siklus I pertemuan kedua dengan jumlah skor 92 mencapai persentase 92% yang berarti sangat tinggi dengan kualifikasi guru telah mampu melaksanakan 92% kegiatan pembelajaran STAD sesuai dengan yang diharapkan. Dari siklus I pertemuan pertama terhadap siklus I pertemuan kedua terjadi peningkatan sebesar 15%. Aspek yang mengalami peningkatan yaitu: (1) siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang harus dicapai, (2) siswa menyimak materi yang disampaikan guru, (3) siswa aktif menjawab pertanyaan dari guru, (4) siswa yang sudah memahami materi menjelaskan kepada seluruh anggota kelompok sampai paham, (5) siswa yang belum memahami materi harus bertanya pada teman sekelompok terlebih dahulu sebelum bertanya kepada guru, (6) siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas, (7) siswa dari kelompok memberikan tanggapan presentasi kelompok lain, (8) siswa mengerjakan soal kuis yang dibagikan guru secara individu, (9) siswa didampingi guru mengoreksi kuis, (10) siswa membantu guru menghitung skor kemajuan individu dan kelompok, (11) siswa dan guru merefleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan (12) siswa memberikan salam penutup. Berdasarkan observasi motivasi belajar IPA siswa terdapat peningkatan. Peningkatan rata-rata skor yaitu dari 85,05 pada pertemuan pertama menjadi 116 pada pertemuan kedua dengan kenaikan 30,95 sehingga rata-rata dari kedua pertemuan adalah 100,5. Peningkatan skor maksimal yang dicapai siswa dari skor91 menjadi 122 pada pertemuan kedua. Dan peningkatan skor minimal yang dicapai siswa dari skor 74 menjadi 103 pada pertemuan kedua. Peningkatan kategori yang dicapai dari 22 siswa yang tergolong dalam kategori cukup pada pertemuan pertama secara signifikan meningkat menjadi 4 siswa berada pada kategori tinggi dan 18 siswa berada pada kategori sangat tinggi. Sedangkan hasil belajar IPA mengalami peningkatan dari kondisi awal, ditandai dengan nilai rata-rata hasil belajar menjadi 79,27 sedangkan persentase
111
ketuntasan juga meningkat menjadi 73% yang didapat oleh 16 siswa. Siswa yang mendapat nilai dibawah KKM atau dikatakan tidak tuntas mengalami penurunan yaitu menjadi 27% yang didapat oleh 6 siswa, untuk nilai tertinggi menjadi 100 sedangkan untuk nilai terendah menjadi 52. Dengan demikian pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran STAD yang dilaksanakan pada kelas 4 SDN Karangduren 02 pada siklus I menunjukkan bahwa dengan aktivitas guru yang mencapai kategori tinggi selaras dengan aktivitas siswa yang mencapai kategori tinggi dan motivasi belajar siswa berada pada kategori cukup pada pertemuan pertama, sedangkan pada pertemuan kedua aktivitas guru yang mencapai kategori sangat tinggi selaras dengan aktivitas siswa yang mencapai kategori sangat tinggi dan motivasi belajar siswa berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi. Hasil belajar IPA juga terpengaruh menjadi semakin meningkat. Dari hasil pengamatan yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus I masih terdapat beberapa kekurangan atau kegiatan pembelajaran yang belum berjalan dengan maksimal, yaitu: 1) Dalam penerapan model STAD dalam pembelajaran IPA, masih terdapat beberapa aspek yang belum sesuai dengan RPP yang telah disusun oleh penulis, hal ini disebabkan guru belum memahami langkah-langkah pembelajaran melalui model STAD. 2) Kerja kelompok masih didominasi beberapa siswa, siswa yang lain masih tampak pasif. 3) Kesadaran siswa untuk mencatat atau merangkum materi pembelajaran masih rendah. 4) Kegiatan berbagi pengetahuan antarsiswa dalam kelompok belum dilakukan karena siswa yang belum paham malu untuk bertanya dan siswa yang paham pun juga malu untuk menjelaskan. 5) Guru belum meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok. 6) Hanya ada beberapa siswa yang mempunyai inisiatif untuk mengeluarkan pendapat atau memberikan tanggapan pada saat ada siswa
yang
112
mempresentasikan, serta hanya ada beberapa siswa yang mempunyai inisiatif untuk bertanya, sebab masih banyak siswa yang malu bertanya, menjawab pertanyaan. Dari berbagai kekurangan pada proses pembelajaran siklus I, penulis mengadakan analisis dan konsultasi bersama guru kelas 4 mapel IPA serta guru observer tentang aktivitas guru dan siswa pada proses pembelajaran yang telah berlangsung. Penyelesaian dari kekurangan pada proses pembelajaran siklus I berdasarkan hasil analisis dan konsultasi, yaitu: 1) Penulis memberikan penjelasan kepada guru kelas 4 tentang langkah-langkah pembelajaran dalam pembelajaran IPA melalui model STAD. 2) Guru memberikan pengarahan agar dalam kegiatan kerja kelompok semua siswa ikut berpartisipasi karena penilaian kelompok tidak hanya pada nilai kuis saja namun juga penilaian pada kekompakan dan keaktifan siswa dalam kelompok. 3) Guru memberikan rangkuman materi untuk dipelajari bersama dalam kelompok saat menyelesaikan tugas lembar kerja kelompok. 4) Guru memberikan pengarahan agar dalam kegiatan kerja kelompok semua siswa aktif berbagi pengetahuan, siswa yang telah paham menjelaskan pada siswa yang belum memahami dengan baik tanpa ragu-ragu, sedangkan siswa yang belum memahami dengan baik disarankan untuk bertanya kepada teman sekelompok tanpa malu-malu, namun apabila teman sekelompok tidak dapat membantu maka siswa harus bertanya kepada guru. 5) Penulis memberikan penjelasan kepada guru kelas 4 tentang langkah-langkah pembelajaran dalam pembelajaran IPA melalui model STAD di mana salah satunya adalah meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok serta ditanggapi siswa lain. 6) Guru memberikan stiker hebat tidak hanya kepada siswa yang memiliki nilai kuis tinggi, namun juga kepada siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk memacu aktivitas siswa, sehingga siswa dapat lebih aktif menjawab, mengemukakan pendapat dan bertanya.
113
Perolehan data aktivitas guru, aktivitas siswa, motivasi belajar IPA siswa dan hasil belajar IPA pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan dari kondisi awal. Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi kedua variabel yaitu motivasi belajar IPA siswa dan hasil belajar IPA bahwa motivasi belajar IPA siswa telah memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan. Namun untuk variabel hasil belajar belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan. Sehingga penelitian ini perlu dilanjutkandalam siklus II untuk dapat mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan.
4.1.3. Deskripsi Siklus II Siklus II merupakan hasil tindak lanjut dari refleksi yang dilakukan pada siklus I dengan tujuan agar pelaksanaan pembelajaran lebih maksimal. Pada deskripsi siklus II akan diuraikan tentang kegiatan dalam siklus II yang meliputi empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Kegiatan pembelajaran pada siklus I ini dibagi menjadi 3 pertemuan.
4.1.3.1. Tahap Perencanaan Kegiatan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dalam 3 pertemuan dengan rincian sebagai berikut: 1)
Pertemuan Pertama Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada minggu pertama
bulan April. Sebelum melakukan pembelajaran penulis telah membuat RPP menggunakan model pembelajaran STADdengan indikator mengidentifikasi pengaruh erosi dan abrasi terhadap daratan. Setelah itu penulis telah mempersiapkan materi pembelajaran dan rangkuman materi sesuai RPP yang telah dibuat yaitu tentang pengaruh erosi dan abrasi terhadap daratan. Kemudian penulis telah mempersiapkan media dan perangkat pembelajaran. Media pembelajaran ini digunakan untuk membantu proses pembelajaran yang berupa video pembelajaran tentang pengaruh erosi dan abrasi terhadap daratan. Penulis telah membagi siswa menjadi 5 kelompok sesuai dengan kelompok siklus I karena berdasarkan refleksi tidak ada permasalahan yang disebabkan oleh pembentukan
114
anggota kelompok. Hal ini ditunjukkan dengan semua siswa bisa menerima dan bersedia untuk bekerja sama dalam satu kelompoknya. Penulis juga telah mempersiapkan nilai kuis pada pertemuan kedua siklus I sebagai skor dasar dalam kuis. Selain itu penulis juga telah mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti daftar presensi siswa, lembar kerja siswa, rangkuman materi kelompok sebagai hasil refleksi siklus I, lembar kuis, lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi motivasi belajar siswa, lembar penilaian
kuis,
sertifikat
penghargaan,
stiker
penghargaan,
dan
buku
pembelajaran. Selanjutnya penulis dan kolaborator telah mempelajari materi yang akan diajarkan di kelas 4 agar pembelajaran bisa berjalan dengan lancar.
2) Pertemuan Kedua Perencanaan pembelajaran pada pertemuan kedua sebagai tindak lanjut pada pertemuan pertama yang membedakan dari pertemuan pertama adalah materi yang dipelajari yaitu tentang pengaruh banjir dan tanah longsor terhadap daratan. Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua, penulis telah mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan pada proses pembelajaran, diantaranya RPP dengan materi pengaruh banjir dan tanah longsor terhadap daratan. Setelah mempersiapkan RPP, penulis juga telah mempersiapkan media dan perangkat pembelajaran. Media pembelajaran ini digunakan untuk membantu proses pembelajaran yang berupa video pembelajaran tentang pengaruh banjir dan tanah longsor terhadap daratan. Penulis juga telah mempersiapkan nilai kuis pada pertemuan pertemuan pertama siklus II sebagai skor dasar dalam kuis pertemuan kedua ini. Selain itu penulis juga telah mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti daftar presensi siswa, lembar kerja siswa, lembar rangkuman materi siswa, lembar kuis, lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi motivasi belajar siswa, lembar penilaian kuis, sertifikat penghargaan, stiker penghargaan dan buku pembelajaran. Selanjutnya penulis dan kolaborator mempelajari materi yang akan diajarkan di kelas 4 agar pembelajaran bisa berjalan dengan lancar.
115
3) Pertemuan ketiga Perencanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan ketiga sebagai tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya yaitu pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Pada pertemuan ketiga digunakan untuk pelaksanaan evaluasi hasil belajar siswa tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Sebelum kegiatan pembelajaran pada pertemuan ketiga berlangsung, penulistelah mempersiapkan hal-hal yang diperlukan untuk proses pembelajaran, diantaranya RPP, lembar soal tes yang terdiri dari 25 soal berbentuk pilihan ganda, lembar jawab, serta ruang/lokasi yang akan digunakan yaitu di ruang kelas 4 SDN Karangduren 02. Sebelum mengadakan tes evaluasi, guru mengulang materi tentang pengaruh erosi, abrasi, banjir, dan tanah longsor terhadap daratan yang telah dipelajari pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Setelah itu guru mengadakan tes evaluasi selama 2 x 35 menit. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
4.1.3.2. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini hampir sama dengan pelaksanaan tindakan siklus I yaitu merupakan deskripsi dari tahap persiapan hingga tahap pelaksanaan, di mana tahap pelaksanaan terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir, yang membedakan dengan siklus I adalah pada materi pembelajaran dan teknik yang digunakan dalam pengelolaan kelas. Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada minggu pertama bulan April 2014. Pelaksanaan tindakan siklus II terdiri dari 3 kali pertemuan, yaitu 2 kali pertemuan proses pembelajaran dan 1 kali pertemuan tes formatif untuk mengevaluasi siklus II. Setiap pertemuan dalam pelaksanaan tindakan siklus II terdiri dari 2 jam pelajaran atau 2 x 35 menit. 1)
Pertemuan Pertama Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada
hari Selasa, 1 April 2014 pukul 07.00-08.10 WIB. Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan mengucap salam, kemudian guru memimpin doa. Selanjutnya guru memberikan motivasi kepada siswa tentang
116
manfaat belajar tentang perubahan lingkungan fisik. Serta memberikan apersepsi dengan bertanya jawab terjadinya erosi atau pengikisan tanah. Kemudian guru memotivasi siswa untuk mendapatkan sertifikat penghargaan kepada kelompok yang mencapai kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat, sementara bagi siswa yang aktif dan nilai kuisnya tinggi akan mendapatkan stiker. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai yaitu siswa dapat tujuan pembelajaran yang harus dicapai yaitu siswa dapat mengidentifikasi pengaruh erosi terhadap daratan dan mengindentifikasi pengaruh abrasi terhadap daratan. Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, dilanjutkan dengan kegiatan inti yang terdiri atas kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada kegiatan eksplorasi yaitu guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok yang sama dengan kelompok pada pertemuan siklus I. Kemudian guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menggunakan model STAD. Guru menggali pengetahuan siswa tentang pengaruh abrasi dan erosi. Guru mengajukan pertanyaan tentang contoh pengaruh abrasi dan erosi. Guru menampung seluruh jawaban siswa baik jawaban benar ataupun jawaban belum benar dan menuliskannya di papan tulis. Selanjutnya guru menayangkan video pembelajaran tentang pengaruh abrasi dan erosi. Saat video ditayangkan, siswa diminta menyimak video dan mencatat hal-hal penting yang diperoleh dari video yang diamati. Guru melanjutkan dengan pembahasan tentang jawaban awal siswa yang telah ditulis di papan tulis, menentukan pengaruh abrasi dan erosi. Setelah bertanya jawab dengan siswa, guru menjelaskan pengaruh abrasi dan erosi dengan bantuan alat peraga berupa gunungan dari pasir yang diletakkan dalam tutup toples. Siswa menyimak penjelasan guru dengan seksama. Setelah guru selesai memaparkan materi pembelajaran, dilanjutkan dengan kegiatan elaborasi. Pada kegiatan elaborasi guru memberikan rangkuman materi dan LKK mengenai pengaruh abrasi dan erosi. Sebelum mengerjakan LKK dalam kelompok siswa membaca dengan seksama rangkuman materi yang diberikan. Siswa termotivasi dalam kelompok untuk berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut. Siswa yang sudah memahami materi menjelaskan kepada
117
seluruh anggota kelompok sampai paham, siswa yang belum memahami materi harus bertanya pada teman sekelompok terlebih dahulu sebelum bertanya kepada guru. Setelah LKK dan diskusi kelompok selesai dilakukan, guru meminta siswa dari kelompok puntadewa mempresentasikan hasil diskusi kelompok, dan memberi kesempatan kepada siswa dari kelompok werkudara untuk memberikan tanggapan. Kegiatan pembahasan lembar kerja kelompok dilakukan setelah tanggapan presentasi. Nilai diskusi kelompok yang didapat kelompok Puntadewa adalah 83, kelompok werkudara mendapat nilai 67, kelompok janaka mendapat nilai 83, kelompok nakula mendapat nilai 83 dan kelompok sadewa mendapat nilai 100. Setelah itu, guru bertanya jawab dengan siswa tentang hal yang belum dipahami dalam diskusi. Kemudian siswa dibimbing guru meluruskan kesalahan pemahaman, memberi umpan balik sebagai penguatan. Kemudian siswa mengerjakan kuis yang diberikan guru secara individu dan tidak boleh bekerja sama. Kuis ini dikoreksi oleh siswa dibimbing oleh guru. Guru menghimpun nilai kuis siswa kemudian menghitung kemajuan individu dan kemajuan kelompok. Untuk memperoleh kemajuan individu dan kemajuan kelompok maka nilai kuis siswa dibandingkan dengan skor dasar dari kuis sebelumnya pada pertemuan kedua siklus I. Hasil yang diperoleh adalah sebanyak 3 siswa mempeoleh poin kemajuan 30, 7 siswa memperoleh poin kemajuan 20, 7 siswa memperoleh poin kemajuan 10, dan hanya 5 siswa yang memperoleh poin kemajuan 5. Hal ini menunjukkan adanya kemajuan siswa namun ada juga yang tidak mampu mempertahankan nilai sehingga terjadi penurunan. Nilai tertinggi kuis adalah 100 yang diperoleh LTG, EDW, CTR, dan nilai terendahnya 20 diperoleh GLH. Ratarata nilai kuis adalah 75,9. Setelah itu guru memberikan penghargaan kepada kelompok berupa sertifikat dan penghargaan kepada siswa berupa stiker hebat. Kelompok mendapat penghargaan sertifikat Good Team dan Great Team, karena rata-rata kemajuan kelompok antara 10 – 17,5. Kelompok Puntadewa memiliki skor kemajuan 17,5 sehingga mendapat sertifikat penghargaan Great Team. Kelompok Werkudara memiliki skor kemajuan 16,25 sehingga mendapat sertifikat penghargaan Great Team. Kelompok Janaka memiliki skor kemajuan 16,25 sehingga mendapat sertifikat penghargaan Great Team. Kelompok Nakula
118
memiliki skor kemajuan 10 sehingga mendapat sertifikat penghargaan Good Team. Dan kelompok Sadewa memiliki skor kemajuan 15 sehingga mendapat sertifikat penghargaan Good Team. Dan siswa yang mendapatkan stiker hebat adalah DNG, MGH, LTG, BDS, CTR, FNF, ILH, WNG, FTY, EDW, NHR, WHY, AFR, WLN karena berhasil mencapai poin kemajuan 30 dan aktif dalam pembelajaran seperti bertanya, menanggapi, menjawab, dan berdiskusi. Setelah guru memberikan penghargaan terhadap kelompok yang mencapai kategori super team, great team, dan good team guru bertanya jawab tentang materi yang belum dipahami siswa, serta meluruskan miskonsepsi yang ada. Dalam kegiatan akhir guru memberikan motivasi bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik, siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi siswa dan melakukan refleksi. Setelah selesai guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. 2)
Pertemuan kedua Pelaksanaan tindakan siklus II pada pertemuan 2 dilakukan pada hari
Rabu, 2 April 2014 pukul 10.00 - 11.10 WIB. Pada awal pembelajaran guru mempersiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Setelah selesai guru memberikan apersepsi berupa tanya jawab tentang banjir yang terjadi akhir-akhir ini di Jakarta. Setelah apersepsi, guru memberikan motivasi kepada siswa tentang manfaat belajar tentang banjir dan tanah longsor, motivasi penghargaan kepada kelompok yang mencapai kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat, sementara bagi siswa yang aktif dan nilai kuisnya tinggi akan mendapatkan stiker. Kemudian guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai yaitu siswa dapat mengidentifikasi pengaruh banjir terhadap daratan, serta mengidentifikasi pengaruh tanah longsor terhadap daratan. Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, dilanjutkan dengan kegiatan inti yang terdiri atas kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada kegiatan eksplorasi yaitu guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok sesuai dengan kelompok pada pertemuan pertama.Kemudian guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menggunakan model STAD. Guru
119
menggali pengetahuan siswa tentang pengaruh banjir dan tanah longsor terhadap daratan. Guru menampung seluruh jawaban siswa baik jawaban benar ataupun jawaban belum benar dan menuliskannya di papan tulis. Selanjutnya guru menayangkan video pembelajaran tentang pengaruh banjir dan tanah longsor. Saat video ditayangkan, siswa diminta menyimak video dan mencatat hal-hal penting yang diperoleh dari video yang diamati. Guru melanjutkan dengan pembahasan tentang jawaban awal siswa yang telah ditulis di papan tulis, mengidentifikasi pengaruh banjir dan tanah longsor. Setelah bertanya jawab dengan siswa, guru menjelaskan pengaruh banjir dan tanah longsor terhadap daratan dengan media video pembelajaran. Siswa menyimak penjelasan guru dengan seksama. Setelah guru selesai memaparkan materi pembelajaran, dilanjutkan dengan kegiatan elaborasi. Pada kegiatan elaborasi guru memberikan rangkuman materi dan LKK mengenai pengaruh banjir dan tanah longsor. Sebelum mengerjakan LKK dalam kelompok siswa membaca dengan seksama rangkuman materi yang diberikan. Siswa termotivasi dalam kelompok untuk berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut. Siswa yang sudah memahami materi menjelaskan kepada seluruh anggota kelompok sampai paham, siswa yang belum memahami materi harus bertanya pada teman sekelompok terlebih dahulu sebelum bertanya kepada guru. Setelah LKK dan diskusi kelompok selesai dilakukan, guru meminta siswa dari kelompok werkudara mempresentasikan hasil diskusi kelompok, dan memberi kesempatan kepada siswa dari kelompok janaka untuk memberikan tanggapan. Kegiatan pembahasan lembar kerja kelompok dilakukan setelah tanggapan presentasi. Nilai diskusi kelompok yang didapat kelompok Puntadewa adalah 100, kelompok werkudara mendapat nilai 100, kelompok janaka mendapat nilai 75, kelompok nakula mendapat nilai 75 dan kelompok sadewa mendapat nilai 75. Setelah itu, guru bertanya jawab dengan siswa tentang hal yang belum dipahami dalam diskusi. Kemudian siswa dibimbing guru meluruskan kesalahan pemahaman, memberi umpan balik sebagai penguatan. Kemudian siswa mengerjakan kuis yang diberikan guru secara individu dan tidak boleh bekerja sama. Kuis ini dikoreksi oleh siswa dibimbing
120
oleh guru. Guru menghimpun nilai kuis siswa kemudian menghitung kemajuan individu dan kemajuan kelompok. Untuk memperoleh kemajuan individu dan kemajuan kelompok maka nilai kuis siswa dibandingkan dengan skor dasar dari kuis sebelumnya pada pertemuan pertama. Hasil yang diperoleh adalah sebanyak 5 siswa memperoleh poin kemajuan 30, dan 17 siswa memperoleh poin kemajuan 20. Hal ini menunjukkan adanya kemajuan siswa di mana seluruh siswa telah mengalami kemajuan dari skor dasar. Nilai tertinggi kuis adalah 100 yang diperoleh LTG, ADSS, EDW, AFR, CTR, WHY, dan nilai terendahnya 50 diperoleh GLH. Rata-rata nilai kuis adalah 85,7. Setelah itu guru memberikan penghargaan kepada kelompok berupa sertifikat dan penghargaan kepada siswa berupa stiker hebat. Keseluruhan kelompok mendapat penghargaan sertifikat Super Team, karena rata-rata kemajuan kelompok antara 22 – 22,5. Kelompok Puntadewa memiliki skor kemajuan 22,5. Kelompok Werkudara memiliki skor kemajuan 22,5. Kelompok Janaka memiliki skor kemajuan 22,5. Kelompok Nakula memiliki skor kemajuan 22. Dan kelompok Sadewa memiliki skor kemajuan 22. Dan siswa yang mendapatkan stiker hebat adalah ADSS, ERK, GLH, ANK, DNG, MGH, LTG, BDS, CTR, FNF, ILH, WNG, FTY, EDW, NHR, WHY, AFR, WLN karena berhasil mencapai poin kemajuan 30 dan aktif dalam pembelajaran seperti bertanya, menanggapi, menjawab, dan berdiskusi. Setelah itu guru memberikan penghargaan kepada kelompok berupa sertifikat dan penghargaan kepada siswa berupa stiker hebat. Setelah guru memberikan penghargaan terhadap kelompok yang mencapai kategori super team, great team, dan good team guru bertanya jawab tentang materi yang belum dipahami siswa, serta meluruskan miskonsepsi yang ada. Dalam kegiatan akhir guru memberikan motivasi bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik, siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi siswa dan melakukan refleksi. Setelah selesai guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
121
3)
Pertemuan ketiga Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan III dilaksanakan pada hari
Kamis, 3 April 2014 pukul 10.00 - 11.10 WIB. Pertemuan ketiga merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya yaitu pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Pada pertemuan ketiga digunakan untuk pelaksanaan evaluasi hasil belajar siswa tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Pada awal pembelajaran guru mempersiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Setelah selesai guru melakukan apersepsi dengan mengingat kembali materi pelajaran sebelumnya yaitu materi tentang pengaruh erosi, abrasi, banjir, dan tanah longsor. Selanjutnya, memberikan motivasi dengan kepada siswa untuk mengerjakan tes formatif dengan sungguh-sungguh dan percaya diri. Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan kegiatan inti yaitu guru membagikan tes formatif berupa soal pilihan ganda kepada siswa. Kemudian siswa mengerjakan tes formatif secara individu. Siswa yang sudah selesai mengerjakan tes formatif dapat mengumpulkan lembar jawabnya kepada guru.Dilanjutkan dengan pembahasan dan koreksi soal tes formatif yang disampaikan oleh guru dan siswa menyimak pembahasan soal tes formatif. Setelah dikoreksi bersama-sama hasil yang diperoleh adalah sebanyak 20 siswa tuntas dan masih ada 2 siswa yang tidak tuntas karena nilai yang diperoleh 68 dan 72. Rata-rata hasil belajar yang diperoleh adalah 86,55. Dalam kegiatan akhir guru merefleksi pembelajaran yang telah dilakukan. Setelah itu guru menyampaikan materi pembelajaran pada pertemuan berikutnya yaitu tentang sumber daya alam dan hubungannya dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat, serta menutup kegiatan pembelajaran dengan salam penutup.
4.1.3.3.
Tahap Observasi
Tahap pelaksanaan observasi siklus II dilaksanakan seiring sejalan dengan tahap pelaksanaan tindakan yaitu ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Observasi siklus II dilakukan pada minggu pertama bulan April 2014. Pelaksanaan observasi siklus II hanya dilakukan 2 kali yaitu pada saat proses pembelajaran dan tidak dilakukan pada saat pertemuan ketiga untuk tes formatif
122
mengevaluasi hasil belajar siswa pada siklus II. Pelaksanaan observasi ini merupakan deskripsi observasi kegiatan guru dan aktivitas siswa selama proses belajar mengajar.
1)
Pertemuan Pertama Hasil observasi aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran
STAD dalam mata pelajaran IPA pertemuan pertama siklus II diperoleh dari lembar observasi dijabarkan dalam beberapa aspek. Jumlah skor aktivitas guru seluruhnya adalah 131 (94%) yang tergolong dalam kategori sangat tinggi dengan kualifikasi bahwa guru telah mampu melaksanakan 94% kegiatan pembelajarn sesuai dengan harapan penelitian ini. Kategori sangat tinggi yang diperoleh selaras dengan banyaknya langkah-langkah pembelajaran yang telah dilaksanakan guru dengan sangat baik. Pada aspek memeriksa kesiapan pembelajaran telah dilakukan dengan sangat baik dan sesuai yang diharapkan yang ditunjukkan dengan guru telah memeriksa kesiapan ruang, alat pembelajaran, dan media pembelajaran serta telah memeriksa kesiapan siswa untuk belajar. Pada aspek melakukan apersepsi, motivasi dan menyampaikan tujuan telah dilakukan dengan sangat baik dan sesuai yang diharapkan yang ditunjukkan dengan guru melakukan apersepsi dan motivasi dengan bercerita tentang kondisi pantai sewaktu berlibur. Pada aspek mempresentasikan materi telah dilakukan dengan sangat baik yang ditunjukkan dengan penggunaan sumber belajar yang tepat saat menjelaskan materi, guru menguasai materi pembelajaran, menjelaskan secara runtut dan sistematis, telah mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari siswa, menggunakan media pembelajaran yang efektif dan efisien. Pada aspek mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar telah dilakukan dengan sangat baik ditunjukkan dengan guru telah membagi siswa dalam 5 kelompok sesuai dengan perencanaan. Aspek membimbing diskusi kelompok belajar telah dilakukan guru sangat baik dan sangat sesuai yang diharapkan dalam penelitian ini yang ditunjukkan dengan guru telah menjelaskan aturan belajar tim, membimbing siswa belajar kelompok, meminta kelompok untuk mempresentasikan di depan kelas, dan memberikan tanggapan, menunjukkan hubungan pribadi kondusif, dan menumbuhkan
123
keceriaan dengan gaya menjelaskan yang menyenangkan. Kemudian pada aspek memberikan kuis kepada siswa telah dilakukan dengan sangat baik yang ditunjukkan dengan membagikan kuis dan menjelaskan petunjuk pengerjaan kuis, membimbing pengkoreksian kuis, memberikan respon positif kepada siswa yang bertanya sewaktu mengoreksi, menghitung skor kemajuan individu dan kelompok. Pada aspek memberikan penghargaan kelompok telah dilakukan dengan sangat baik yang ditunjukkan dengan memberikan penghargaan kepada kelompok berupa sertifikat atas kemajuan kelompok dan stiker kepada siswa yang aktif dan siswa yang memiliki nilai kuis yang baik. Pada aspek kompetensi guru telah dilakukan dengan sangat baikyang ditunjukkan dengan guru selalu menggunakan bahasa lisan yang mudah dipahami siswa, jelas dan lancar, bahasa tulis yang digunakan baik, jelas dan rapi, serta selalu memantau kemajuan belajar siswa. Selanjutnya pada aspek kegiatan akhir telah dilakukan dengan sangat baik yang ditunjukkan dengan selalu memotivasi siswa, membimbing siswa membuat simpulan, dan menanyakan kepuasan siswa dalam pembelajaran yang telah dilakukan, dan menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya dan menutup dengan salam. Selanjutnya hasil observasi aktivitas siswa juga dijabarkan dalam beberapa aspek. Jumlah skor seluruhnya adalah 98 (98%) yang tergolong dalam kategori sangat tinggi dengan kualifikasi bahwa para siswa secara klasikal telah mampu melaksanakan 98% kegiatan pembelajaran sesuai dengan harapan penelitian ini. Kategori tinggi yang diperoleh selaras dengan banyaknya aktivitas siswa yang telah dilaksanakan dengan sangat baik. Pada aspek memeriksa kesiapan pembelajaran telah dilaksanakan dengan sangat baik sesuai yang diharapkan dalam pembelajaran STAD yang ditunjukkan dengan siswa telah mempersiapkan alat tulis, buku sumber belajar, dan siap untuk belajar. Pada aspek menyimak apersepsi, motivasi dan tujuan pembelajaran telah dilaksanakan dengan sangat yang ditunjukkan dengan selalu aktif menjawab saat apersepsi, siswa ikut bercerita pengalamannya, dan menyimak penjelasan guru dalam apersepsi, motivasi maupun tujuan belajar yang disampaikan. Pada aspek menyimak guru mempresentasikan materi telah dilaksanakan dengan sangat baik yang ditunjukkan
124
dengan siswa antusias menyimak, tidak ngobrol sendiri, aktif bertanya saat ada yang belum dipahami, aktif menjawab pertanyaan saat guru mengajak tanya jawab, dan merasa senang dan tertarik untuk belajar. Pada aspek membentuk kelompok belajar telah dilaksanakan dengan sangat baik yang ditunjukkan dengan siswa telah berkelompok tanpa harus diperintah guru. Aspek belajar dalam kelompok telah dilaksanakan dengan sangat baik sesuai yang diharapkan dalam pembelajaran STAD yang ditunjukkan dengan dalam menyelesaikan LKK selalu berdiskusi, adanya kegiatan tutor sebaya, siswa tampil percaya diri saat mempresentasikan hasil diskusi, dan siswa semakin pandai menanggapi hasil diskusi maupun penampilan presentasi kelompok lain. Kemudian pada aspek kuis telah dilaksanakan sangat baik sesuai yang diharapkan dalam pembelajaran STAD yang ditunjukkan dengan selalu mengerjakan kuis secara individu, walaupun posisi duduk masih berkelompok namun siswa tidak mencontek pekerjaan temannya. Pada aspek penghargaan kelompok telah dilaksanakan dengan sangat baik yang ditunjukkan dengan siswa sangat antusias mengetahui kemajuan belajarnya dan kategori yang diperoleh kelompoknya. Selanjutnya pada aspek kegiatan akhir telah dilaksanakan dengan sangat baik yang ditunjukkan dengan aktif saat tanya jawab, membuat simpulan, antusias dalam refleksi, dan mengucapkan salam penutup. Observasi terakhir adalah observasi motivasi belajar siswa secara individu. bahwa siswa berada pada kisaran motivasi belajar yang sama yaitu sangat baik. Hal ini dapat dijelaskan dalam lima aspek motivasi belajar yang diamati. Aspek adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil tergolong dalam kategori sangat tinggi hal ini karena kegiatan siswa mempelajari materi IPA yang akan diajarkan oleh guru sangat baik, keaktifan siswa dalam bertanya sangat baik, dan upaya memiliki nilai yang lebih baik dari sebelumnya dan mencapai skor kemajuan 30 sangat tinggi hal ini dikarenakan siswa telah paham tentang model pembelajaran STAD yang mengutamakan kemajuan belajar. Aspek adanya dorongan dan kebutuhan belajar tergolong dalam kategori sangat tinggi hal ini karena aktivitas siswa yang menunjukkan dorongan dan kebutuhan belajar sangat tinggi. Aspek adanya penghargaan dalam belajar tergolong dalam kategori sangat tinggi hal ini karena
125
siswa memiliki antusias tinggi untuk mendapatkan penghargaan berupa sertifikat dan stiker. Aspek adanya kegiatan menarik dalam belajar tergolong dalam kategori sangat tinggi hal ini karena kegiatan menarik yang diamati telah dilaksanakan dengan maksimal oleh siswa terutama kegiatan, berdiskusi, tutor sebaya, mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan menanggapinya. Pada aspek terakhir yaitu adanya lingkungan belajar kondusif tergolong dalam kategori sangat tinggi hal ini karena lingkungan belajar sudah sangat kondusif untuk melaksanakan pembelajaran.
2)
Pertemuan Kedua Hasil observasi aktivitas guru pertemuan II diperoleh dari lembar
observasi dijabarkan dalam beberapa aspek. Pada aspek memeriksa kesiapan pembelajaran guru telah melakukannya dengan sangat baik. Pada aspek melakukan
apersepsi,
motivasi
dan
menyampaikan
tujuan
guru
telah
melakukannya dengan baik namun masih perlu ditingkatkan. Pada aspek mempresentasikan materi guru telah melakukannya dengan sangat baik. Pada aspek mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar guru telah melakukannya dengan sangat baik. Aspek membimbing diskusi kelompok belajar guru telah melakukannya dengan sangat baik. Kemudian pada aspek memberikan kuis kepada siswa telah dilakukan dengan sangat baik. Pada aspek memberikan penghargaan kelompok guru telah melakukannya dengan sangat baik. Pada aspek kompetensi guru, telah dilakukan dengan sangat baik yang sempurna. Selanjutnya pada aspek kegiatan akhir guru telah melakukannya dengan sangat baik. Jumlah skor aktivitas guru seluruhnya adalah 139 (99%) yang tergolong dalam kategori sangat tinggi dan hampir sempurna. Kategori sangat tinggi dan hampir sempurna yang diperoleh selaras dengan langkah-langkah pembelajaran yang telah dilaksanakan guru dengan sempurna dan sangat baik. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II pertemuan kedua dijabarkan dalam beberapa aspek. Pada aspek memeriksa kesiapan pembelajaran telah dilaksanakan dengan sangat baik dan sempurna. Pada aspek menyimak apersepsi, motivasi dan tujuan pembelajaran telah dilaksanakan dengan sangat baik. Pada
126
aspek menyimak guru mempresentasikan materi telah dilaksanakan dengan sangat baik. Pada aspek membentuk kelompok belajar telah dilaksanakan dengan sangat baik dan sempurna. Aspek belajar dalam kelompok telah dilaksanakan dengan sangat baik. Kemudian pada aspek kuis telah dilaksanakan dengan sangat baik. Pada aspek penghargaan kelompok telah dilaksanakan dengan sangat baik dan sempurna. Selanjutnya pada aspek kegiatan akhir telah dilaksanakan dengan sangat baik. Jumlah skor seluruhnya adalah 99 (99%) yang tergolong dalam kategori sangat tinggi dan hampir sempurna. Kategori sangat tinggi dan hampir sempurna yang diperoleh selaras dengan aktivitas siswa yang telah dilaksanakan dengan sangat baik dan hampir sempurna, tidak ada kekurangan. Observasi terakhir adalah observasi motivasi belajar IPA siswa secara individu. Berdasarkan observasi diperoleh rata-rata skor motivasi belajar siswa adalah 130,6 dengan skor maksimal dan minimal yang dicapai siswa secara berturut-turut adalah 132 dan 125. Di mana seluruh siswa menunjukkan memiliki motivasi belajar sangat tinggi dan berada pada rentang yang dekat. Hal ini dapat dijelaskan dalam lima aspek motivasi belajar yang diamati. Aspek adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil tergolong dalam kategori sangat tinggi hal ini karena kegiatan siswa mempelajari materi IPA yang akan diajarkan oleh guru sudah dilakukan dengan sangat baik, keaktifan siswa dalam bertanya sudah sangat baik, upaya siswa memiliki nilai yang lebih baik dari sebelumnya dan mencapai skor kemajuan 30 sudah tinggi hal ini dikarenakan siswa sudah sangat memahami tentang model pembelajaran STAD yang mengutamakan kemajuan belajar, secara keseluruhan pada aspek ini ada peningkatan dibandingkan dengan pertemuan pertama. Aspek adanya dorongan dan kebutuhan belajar tergolong dalam kategori sangat tinggi hal ini karena aktivitas siswa yang menunjukkan dorongan dan kebutuhan belajar secara klasikal sudah sangat tinggi. Aspek adanya penghargaan dalam belajar tergolong dalam kategori sangat tinggi hal ini karena siswa memiliki antusias sangat tinggi untuk mendapatkan penghargaan berupa sertifikat dan stiker hal ini menunjukkan efektifnya penggunaan reward dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa. Aspek adanya kegiatan menarik dalam belajar tergolong dalam kategori sangat tinggi hal ini karena kegiatan-kegiatan
127
menarik yang diamati telah dilaksanakan dengan sangat baik oleh sebagian siswa dan sisanya dapat melakukan dengan baik. Pada aspek terakhir yaitu adanya lingkungan belajar kondusif tergolong dalam kategori sangat tinggi hal ini karena lingkungan belajar yang diciptakan dalam pembelajaran sudah sangat kondusif untuk melaksanakan pembelajaran seperti tidak ada siswa yang berbuat gaduh, dan melakukan komunikasi multi arah. Jumlah skor motivasi belajar siswa seluruhnya adalah 130,6 (99%) yang tergolong dalam kategori sangat tinggi dan hampir sempurna. Kategori sangat tinggi dan hampir sempurna yang diperoleh selaras dengan motivasi belajar siswa dalam melakukan langkah-langkah pembelajaran dengan sempurna dan sangat baik.
4.1.3.4. Refleksi Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran IPA melalui model pembelajaran STAD pada siklus II dari pertemuan pertama dan kedua selanjutnya diadakan refleksi atas semua kegiatan dalam proses pembelajaran. Hasil refleksi diambil dari hasil pengamatan yang dilaksanakan pada siklus II. Refleksi berfungsi sebagai acuan atau pedoman dalam melakukan perbaikan dengan membandingkan hasil tindakan siklus II dalam proses pembelajaran dengan indikator keberhasilan. Dari hasil observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama yang berjumlah 35 item dengan jumlah skor 131 mencapai 94% yang berarti sangat tinggi dengan kualifikasi guru telah mampu melaksanakan 94% kegiatan pembelajaran STAD sesuai dengan yang diharapkan, sedangkan siklus I pertemuan kedua dengan jumlah skor 139 mencapai 99% yang berarti sangat sangat tinggi dan hampir sempurna dengan kualifikasi guru telah mampu melaksanakan 99% dengan sempurna kegiatan pembelajaran STAD sesuai dengan yang diharapkan. Dari siklus I pertemuan pertama terhadap siklus I pertemuan kedua terjadi peningkatan sebesar 5%. Aspek yang mengalami peningkatan yaitu: (1) guru memotivasi siswa dengan tanya jawab, (2) guru menjelaskan langkahlangkah pembelajaran model STAD, (3) guru menjelaskan materi pembelajaran dengan runtut dan sistematis, (4) guru mengkaitkan materi dengan realitas
128
kehidupan, (5) guru melibatkan siswa dalam pemanfaatan media, (6) guru menjelaskan aturan pelaksanaan belajar tim, (7) guru memantau kemajuan belajar, (8) guru melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa. Dari hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II pertemuan pertama yang berjumlah 25 item dengan jumlah skor 98 mencapai persentase 98% yang berarti sangat tinggi dengan kualifikasi siswa telah mampu melaksanakan 98% kegiatan pembelajaran STAD sesuai dengan yang diharapkan, sedangkan siklus II pertemuan kedua dengan jumlah skor 99 mencapai persentase 99% yang berarti sangat tinggi dengan kualifikasi guru telah mampu melaksanakan 99% dengan sempurna kegiatan pembelajaran STAD sesuai dengan yang diharapkan. Dari siklus II pertemuan pertama terhadap siklus II pertemuan kedua terjadi peningkatan sebesar 1%. Aspek yang mengalami peningkatan yaitu membuat simpulan pembelajaran. Berdasarkan observasi motivasi belajar IPA siswa terdapat peningkatan. Peningkatan rata-rata skor yaitu dari 128,95 pada pertemuan pertama menjadi 130,6 pada pertemuan kedua dengan kenaikan 1,65 sehingga rata-rata dari kedua pertemuan adalah 129,8. Peningkatan skor maksimal yang dicapai siswa dari skor 131 menjadi 132 pada pertemuan kedua. Dan peningkatan skor minimal yang dicapai siswa dari skor 123 menjadi 125 pada pertemuan kedua. Pada pertemuan kedua seluruh siswa berhasil mempertahankan tingkat motivasi belajarnya seperti pada pertemuan pertama yaitu sangat tinggi dan hampir sempurna dengan peningkatan pada beberapa indikator motivasi belajar IPA. Sedangkan hasil belajar IPA mengalami peningkatan dari siklus I, ditandai dengan nilai rata-rata hasil belajar dari 79,27 menjadi 86,5 sedangkan persentase ketuntasan juga meningkat menjadi 91% yang didapat oleh 20 siswa. Siswa yang tidak tuntas mengalami penurunan yaitu menjadi 9% yang didapat oleh 2 siswa, untuk nilai tertinggi menjadi 100 sedangkan untuk nilai terendah menjadi 68. Dengan demikian pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran STAD yang dilaksanakan pada kelas 4 SDN Karangduren 02 pada siklus II menunjukkan bahwa dengan aktivitas guru yang mencapai kategori sangat tinggi
129
selaras dengan aktivitas siswa yang mencapai kategori sangat tinggi dan motivasi belajar siswa berada pada kategori sangat tinggi dan hasil belajar IPA juga terpengaruh menjadi semakin meningkat. Dari hasil pengamatan, dapat diperoleh simpulan bahwa pada proses pembelajaran siklus II tidak terdapat kekurangan dan hambatan dalam kegiatan pembelajaran justru sebaliknya terdapat pembelajaran positif dari siklus II yaitu: 1) Apabila guru memberikan pengarahan jelas tentang aturan pembelajaran STAD, dan tujuan yang diharapkan dari belajar STAD maka siswa dapat melakukan aktivitas sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran. 2) Pemberikan rangkuman materi untuk dipelajari bersama dalam kelompok saat menyelesaikan tugas lembar kerja kelompok sangat membantu dalam meningkatkan hasil belajar siswa. 3) Pengarahan jelas dalam kegiatan kerja kelompok agarsemua siswa aktif dengan reward pin hebat keaktifan dapat meningkatkan aktivitas siswa. 4) Dengan adanya tujuan kemajuan individu yang harus dicapai, membuat siswa menjadi percaya diri dan mengerjakan soal evaluasi secara mandiri walaupun posisi tempat duduk masih dalam kelompok, selain itu persaingan antarsiswa tidak tampak hal ini karena setiap siswa diharuskan bersaing dengan kemampuan yang dicapai pada pelajaran sebelumnya. 5) Strategi kemajuan individu berhasil meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa dibandingkan dengan persaingan antarsiswa. Perolehan data aktivitas guru, aktivitas siswa, motivasi belajar IPA siswa dan hasil belajar IPA pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I. Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi kedua variabel yaitu motivasi belajar IPA siswa dan hasil belajar IPA telah memenuhi keberhasilan indikator pembelajaran yang ditetapkan. Sehingga penelitian ini cukup hingga siklus II. Namun PTK ini masih memungkinkan dilaksanakan penelitian lanjutan untuk lebih meningkatkan indikator keberhasilan pada mata pelajaran yang sama dan kelas berbeda atau mata pelajaran yang berbeda dan kelas sama dengan memperhatikan hal-hal berikut: (1) menguasai prinsip pembelajaran menggunakan
130
model STAD, (2) memberikan pengarahan yang jelas kepada siswa tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa, (3) selalu memberikan penguatan atas segala kemajuan siswa, (4) pelaksanaan pembelajaran dapat dimodifikasi sesuai permasalahan yang ingin diselesaikan.
4.2. Hasil Analisis Data Berhasil atau tidaknya model pembelajaran STAD dalam pembelajaran IPA dapat dilihat dari aktivitas guru, aktivitas siswa, motivasi belajar siswa dan hasil belajar IPA siswa. Hasil analisis data diperoleh dari data kondisi awal, siklus I, dan siklus II yang meliputi data aktivitas guru, aktivitas siswa, motivasi belajar IPA dan hasil belajar siswa pada akhir siklus. Dari data tersebut kemudian dianalisis dari kondisi awal, siklus I dan siklus II. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SDN Karangduren 02 diketahui bahwa dari data aktivitas guru, aktivitas siswa, motivasi belajar IPA dan hasil belajar IPA siswa kelas 4 dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran STAD.
4.2.1. Analisis Data Kondisi Awal Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis di kelas 4 SDN Karangduren 02 menunjukkan bahwa pada mata pelajaran IPA masih jauh dari kondisi ideal pembelajaran. Aktivitas guru masih mendominasi pembelajaran dengan pemberian pengetahuan secara teoritis atau ceramah, guru belum memberikan pengalaman langsung pada siswa, belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri, siswa masih dianggap botol kosong yang diisi oleh gurunya, guru memberikan penghargaan pujian kepada siswa terbaik yang dapat melaksanakan perintah seperti yang guru inginkan, guru belum memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh siswa dengan belum adanya menghargai setiap kemajuan yang berhasil dicapai siswa, dan patokan berhasil tidaknya hasil belajar ditunjukkan dengan seberapa siswa mampu mencapai nilai maksimal sehingga belum ada pertimbangan keunikan setiap siswa.
131
Aktivitas guru sangat berpengaruh terhadap aktivitas siswa yang tampak. Mengingat aktivitas guru pada kondisi awal yang masih belum memberikan kesempatan yang sama terhadap seluruh siswa maka aktivitas siswa tampak sekali belum sesuai dengan kondisi ideal pembelajaran, seperti terdapat klik antarsiswa berbasis kesamaan gender dan kemampuan intelektual sehingga siswa kurang dapat berbaur apabila dipisahkan dari kliknya. motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA siswa rendah yang ditunjukkan dengan siswa cenderung ramai sendiri, mengobrol dengan teman, dan kurang tertarik dengan pelajaran IPA. Saat tanya jawab seringkali yang menjawab pertanyaan hanyalah siswa tertentu saja, terutama siswa yang memiliki prestasi akademik tinggi. Sedangkan siswa berprestasi akademik rendah tidak pernah berusaha menjawab pertanyaan guru. Siswa yang berusaha menjawab pertanyaan merasa “senang” saat siswa lainnya gagal menjawab pertanyaan, karena akan membuat mereka lebih berpeluang untuk mendapatkan perhatian guru. Hal ini menunjukkan adanya persaingan antarsiswa untuk mendapatkan perhatian dan penghargaan dari guru yang masih mengutamakan pada mencari siswa terbaik dan paling berhasil. Kondisi demikian membuat siswa berprestasi akademik rendah kurang termotivasi untuk berusaha aktif saat pembelajaran karena takut gagal dan diolok-olok siswa lain serta kegiatan pembelajaran yang belum memberikan kesempatan yang sama kepada setiap siswa untuk mendapatkan perhatian dan penghargaan dari guru. Bagi siswa pandai mudah untuk menguasai materi pelajaran dan mencapai nilai di atas KKM sehingga mendapatkan penghargaan dari guru, berbeda dengan siswa kurang pandai yang memerlukan usaha keras untuk menguasai materi pelajaran dan mencapai nilai di atas KKM 75 sehingga berdampak pada menurunnya motivasi belajar karena perhatian guru masih memberikan penghargaan kepada siswa terbaik dan belum fokus pada menghargai kemajuan belajar yang telah dicapai siswa. Rendahnya motivasi dan aktivitas belajar IPA siswa berdampak pula pada hasil belajar IPA yang rendah. Hasil belajar IPA kondisi awal diperoleh dari data hasil ulangan IPA semester II tahun 2013/2014 pada KD 8.2 menjelaskan berbagai energi alternatif
132
dan cara penggunaannya. Data hasil ulangan IPA dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Kondisi Awal
No. Nilai 1 ≤64 2 65-74 3 75-84 Jumlah Nilai Rata-rata Nilai Tertinggi Nilai Terendah
Frekuensi 4 13 5 22
Persentase 18 59 23 100
Keterangan Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas 68,86 78 45
Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran IPA dapat dikatakan hasil belajar masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran yaitu dibawah KKM 75. Dari tabel tersebut diketahui nilai yang ≤64 dengan kriteria sangat kurang frekuensinya ada 4 siswa dengan persentase 18% dari jumlah keseluruhan siswa, nilai antara 65-74 dengan kriteria kurang frekuensinya ada 13 siswa dengan persentase 59% dari jumlahkeseluruhansiswa, dan nilai antara 75-84
dengan
kriteria cukup frekuensinya ada 5 siswa dengan persentase 23% dari jumlah keseluruhan siswa, pada kondisi awal nampak bahwa hasil belajar siswa belum ada yang mencapai kriteria keberhasilan hasil belajar pada kriteria baik dan sangat baik. Secara lebih lengkap dapat dilihat pada daftar nilai siswa (terlampir). Berdasarkan tabel 4.1 dapat digambarkan dalam diagram 4.1 sebagai berikut:
133
Diagram 4.1 Hasil Belajar IPA Kondisi Awal
Berdasarkan KKM sebesar 75, ketuntasan belajar siswa dari nilai ulangan IPA pada kondisi awal dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2 Ketuntasan Belajar Kondisi Awal
No 1. 2.
Ketuntasan Belajar Tuntas Belum Tuntas Jumlah
Nilai ≥75 <75
Jumlah Siswa Jumlah % 5 23 17 77 22 100
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 17 siswa atau 77%, sedangkan yang sudah mencapai KKM sebanyak 5 siswa dengan persentase 23% yang tergolong dalam kriteria ketuntasan belajar kurang. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mengalami ketuntasan diatas KKM lebih sedikit daripada jumlah siswa yang tidak tuntas. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.2 dapat dilihat pada diagram 4.2 berikut ini:
134
Diagram 4.2 Ketuntasan Belajar Kondisi Awal
4.2.2. Hasil Analisis Data Siklus I 4.2.2.1. Hasil Analisis Data Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I Hasil pengamatan aktivitas guru dalam proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi yang terdiri atas 35 indikator, dan dalam pengamatan aktivitas siswa terdiri dari 25 indikator. Tiap indikator memiliki skor 1-4 yang dinilai berdasarkan deskripsi aspek yang diobservasi yaitu skor 1 berarti mendeskripsikan kurang, skor 2 berarti mendeskripsikan sedang, skor 3 berarti mendeskripsikan baik, dan skor 4 berarti mendeskripsikan sangat baik. Setelah itu skor dijumlahkan dan diinterpretasikan berdasarkan kriteria penilaian. Kriteria penilaian pada lembar observasi yaitu untuk persentase jumlah skor 25%-39% berarti sangat kurang dan tidak berhasil, 40%-54% berarti kurang dan tidak berhasil, 55%-70% berarti cukup dan berhasil, 71%-85% berarti tinggi dan berhasil, dan 86%-100% berarti sangat tinggi dan berhasil. Dalam hasil analisis data aktivitas ini akan menguraikan tentang aktivitas guru aktivitas siswa siklus I.
135
1)
Hasil Analisis Data Aktivitas Guru Siklus I Berdasarkan
observasi
aktivitas
guru
dalam
menerapkan
model
pembelajaran STAD dalam mata pelajaran IPA pada siklus I pertemuan pertama dan pertemuan kedua diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.3 Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
Aspek yang Diamati
Pert. 1
Pert. 2
Rata-Rata
Kriteria
Tingkat Keberhasilan
∑
%
∑
%
∑
%
7
88
7
88
7
88
Sangat Tinggi
Berhasil
11
92
9
75
10
83
Tinggi
Berhasil
24
86
26
93
25
89
Sangat Tinggi
Berhasil
5
63
7
88
6
75
Tinggi
Berhasil
16
67
22
92
19
79
Tinggi
Berhasil
9
75
11
92
10
83
Tinggi
Berhasil
6
75
6
75
6
75
Tinggi
Berhasil
Kompetensi guru
11
92
12
100
11,5
96
Kegiatan akhir
22
79
25
89
23,5
84
Total Skor
111 79% 3,2
Memeriksa kesiapan pembelajaran Menyampaikan tujuan, apersepsi, dan memotivasi siswa Mempresentasikan materi Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar Membimbing kelompok belajar Kuis Penghargaan Kelompok
Persentase Rata-rata
125 89% 3,6
118 84% 3,4
Sangat Tinggi Tinggi Tinggi
Berhasil Berhasil Berhasil
Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran STAD dalam mata pelajaran IPA pertemuan pertama dan kedua siklus I mengalami peningkatan. Pada pertemuan pertama jumlah skor aktivitas guru seluruhnya adalah 111 (79%) yang tergolong dalam kategori tinggi di mana indikator yang memperoleh skor 1 sebanyak 2 nomor, skor 2 sebanyak 2 nomor, skor 3 sebanyak 19, dan aspek yang memperoleh skor 4 sebanyak 13 nomor. Kategori tinggi yang diperoleh selaras dengan langkah-langkah pembelajaran yang telah dilaksanakan guru dengan baik diantaranya saat memeriksa kesiapan
136
pembelajaran, menyampaikan tujuan, apersepsi, dan motivasi dari guru, mempresentasikan materi, mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar, membimbing diskusi kelompok belajar, memberikan kuis kepada siswa, memberikan penghargaan kelompok, kompetensi guru, kegiatan akhir. Namun pada aspek mempresentasikan materi, mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar, membimbing diskusi kelompok belajar terdapat indikator yang belum terlaksana dengan baik karena belum melibatkan siswa dalam pemanfaatan media, belum menjelaskan aturan pelaksanaan belajar tim sesuai yang diharapkan, dan belum ada kegiatan mempresentasikan hasil diskusi siswa di depan kelas. Pada pertemuan kedua jumlah skor aktivitas guru seluruhnya adalah 125 (89%) yang tergolong dalam kategori tinggi di mana indikator yang memperoleh skor 3 sebanyak 15, indikator yang memperoleh skor 4 sebanyak 20 nomor dan tidak ada indikator yang mendapat skor 1 dan 2. Kategori tinggi yang diperoleh selaras dengan langkah-langkah pembelajaran yang telah dilaksanakan guru dengan baik diantaranya saat memeriksa kesiapan pembelajaran, menyampaikan tujuan, apersepsi, dan motivasi dari guru, mempresentasikan materi, mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar, membimbing diskusi kelompok belajar, memberikan kuis kepada siswa, memberikan penghargaan kelompok, kompetensi guru, kegiatan akhir. Adapun hasil observasi aktivitas guru dalam pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran STAD pada tabel 4.3diuraikan dalam analisis tiap aspek yang terdiri dari sembilan aspek observasi aktivitas guru. Pertama, pada aspek memeriksa kesiapan pembelajaran pada pertemuan pertama memperoleh skor 7 atau 88% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan 88% kegiatan pembelajaran sesuai yang diharapkan. Pada pertemuan kedua belum terdapat peningkatan. Sehingga rata-rata yang diperoleh dari kedua pertemuan menunjukkan bahwa pada siklus I aspek memeriksa kesiapan pembelajaran memperoleh skor 7 atau 88% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti pada siklus I guru telah mampu melaksanakan 88% kegiatan pembelajaran sesuai dari yang diharapkan dalam penelitian ini sehingga pada aspek ini telah berhasil dilakukan oleh guru.
137
Kedua, aspek melakukan apersepsi, motivasi dan menyampaikan tujuan pertemuan pertama mendapatkan skor 11 atau 92% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan 92% kegiatan pembelajaran sesuai dari yang diharapkan dalam penelitian ini. Namun terjadi penurunan pada pertemuan kedua dengan skor perolehannya menjadi 9 atau 75% dengan kriteria tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan 75% kegiatan pembelajaran sesuai dari yang diharapkan dalam penelitian ini. Sehingga rata-rata yang diperoleh dari kedua pertemuan menunjukkan bahwa pada siklus I aspek melakukan apersepsi, motivasi dan menyampaikan tujuan memperoleh skor 10 atau 83% dengan kriteria tinggi yang berarti pada siklus I guru telah mampu melaksanakan 83% kegiatan pembelajaran sesuai dari yang diharapkan dalam penelitian ini sehingga pada aspek ini telah berhasil dilakukan oleh guru. Ketiga, pada aspek mempresentasikan materi mendapatkan skor 24 atau 86% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan 86% kegiatan pembelajaran sesuai dari yang diharapkan dalam penelitian ini. Dan meningkat pada pertemuan kedua dengan skor perolehannya menjadi 26 atau 93% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan 96% kegiatan pembelajaran sesuai dari yang diharapkan dalam penelitian ini. Sehingga rata-rata yang diperoleh dari kedua pertemuan menunjukkan bahwa pada siklus I aspek mempresentasikan materi memperoleh skor 25 atau 89% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti pada siklus I guru telah mampu melaksanakan 89% kegiatan pembelajaran sesuai dari yang diharapkan dalam penelitian ini sehingga pada aspek ini telah berhasil dilakukan oleh guru. Keempat, pada aspek mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar mendapatkan skor 5 atau 63% dengan kriteria cukup yang berarti guru telah mampu melaksanakan 63% kegiatan pembelajaran sesuai dari yang diharapkan. Dan meningkat pada pertemuan kedua dengan skor perolehannya menjadi 7 atau 88% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan 88% kegiatan pembelajaran sesuai dari yang diharapkan dalam penelitian ini. Sehingga rata-rata yang diperoleh dari kedua pertemuan menunjukkan bahwa pada siklus I aspek mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar
138
memperoleh skor 6 atau 75% dengan kriteria tinggi yang berarti pada siklus I guru telah mampu melaksanakan 75% kegiatan pembelajaran sesuai dari yang diharapkan dalam penelitian ini sehingga pada aspek ini telah berhasil dilakukan oleh guru. Kelima, aspek membimbing diskusi kelompok belajar mendapat skor 16 atau 67% dengan kriteria cukup yang berarti guru telah mampu melaksanakan 67% kegiatan pembelajaran sesuai dari yang diharapkan. Dan meningkat pada pertemuan kedua dengan skor perolehannya menjadi 22 atau 92% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan 92% kegiatan pembelajaran sesuai dari yang diharapkan dalam penelitian ini. Sehingga rata-rata yang diperoleh dari kedua pertemuan menunjukkan bahwa pada siklus I aspek membimbing diskusi kelompok belajar memperoleh skor 19 atau 79% dengan kriteria tinggi yang berarti pada siklus I guru telah mampu melaksanakan 79% kegiatan membimbing diskusi kelompok belajar sesuai dari yang diharapkan dalam penelitian ini sehingga pada aspek ini telah berhasil dilakukan oleh guru. Kemudian yang keenam, pada aspek memberikan kuis kepada siswa mendapat skor 9 atau 75% dengan kriteria tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan 75% kegiatan pembelajaran sesuai dari yang diharapkan. Dan meningkat pada pertemuan kedua dengan skor perolehannya menjadi 11 atau 92% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan 92% kegiatan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan dalam penelitian ini. Sehingga rata-rata yang diperoleh dari kedua pertemuan menunjukkan bahwa pada siklus I aspek memberikan kuis memperoleh skor 10 atau 83% dengan kriteria tinggi yang berarti pada siklus I guru telah mampu melaksanakan 83% kegiatan membimbing diskusi kelompok belajar sesuai yang diharapkan dalam penelitian ini sehingga pada aspek ini telah berhasil dilakukan oleh guru. Ketujuh, pada aspek memberikan penghargaan kelompok, skor yang diperoleh adalah 6 atau 75% dengan kriteria tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan 75% kegiatan pembelajaran sesuai dari yang diharapkan. Dan belum ada peningkatan pada pertemuan kedua. Sehingga rata-rata yang diperoleh dari kedua pertemuan menunjukkan bahwa pada siklus I aspek memberikan
139
penghargaan kelompok, skor yang diperoleh adalah 6 atau 75% dengan kriteria tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan 75% kegiatan pembelajaran sesuai dari yang diharapkan dalam penelitian ini sehingga pada aspek ini telah berhasil dilakukan oleh guru. Pada aspek kedelapan, aspek kompetensi guru mendapat skor 11 atau 92% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan 92% kegiatan pembelajaran sesuai dari indikator kompetensi guru yang diharapkan. Dan meningkat pada pertemuan kedua dengan skor perolehannya menjadi 12 atau 100% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan 100% kegiatan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan dalam penelitian ini atau telah mampu melakukan kegiatan dengan sempurna sesuai harapan. Sehingga rata-rata yang diperoleh dari kedua pertemuan menunjukkan bahwa pada siklus I aspek kompetensi guru memperoleh skor 11,5 atau 96% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti pada siklus I guru telah mampu memenuhi 96% kompetensi guru yang diharapkan saat mengajar dalam penelitian ini sehingga pada aspek ini telah berhasil dilakukan oleh guru. Selanjutnya pada aspek terakhir yaitu kegiatan akhir mendapat skor 22 atau 79% dengan kriteria tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan 79% kegiatan pembelajaran sesuai dari indikator kompetensi guru yang diharapkan. Dan meningkat pada pertemuan kedua dengan skor perolehannya menjadi 25 atau 89% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan 89% kegiatan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan dalam penelitian ini. Sehingga rata-rata yang diperoleh dari kedua pertemuan menunjukkan bahwa pada siklus I aspek kompetensi guru memperoleh skor 23,5 atau 84% dengan kriteria tinggi yang berarti pada siklus I guru telah mampu memenuhi 84% kompetensi guru yang diharapkan saat mengajar dalam penelitian ini sehingga pada aspek ini telah berhasil dilakukan oleh guru. Berdasarkan tabel 4.3 maka persentase aktivitas guru tiap aspek dapat digambarkan dalam diagram 4.3 sebagai berikut:
140
Keterangan: 1. Memeriksa kesiapan pembelajaran 2. Menyampaikan tujuan, apersepsi, dan motivasi 3. Mempresentasikan materi 4. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar 5. Membimbing diskusi kelompok belajar 6. Memberikan kuis kepada siswa 7. Memberikan penghargaan kelompok 8. Kompetensi guru 9. Kegiatan akhir Diagram 4.3 Aktivitas Guru Siklus I
Berdasarkan paparan data hasil observasi aktivitas guru pada pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran STAD pada siklus I pertemuan pertama memperoleh skor rata-rata 3,2 dengan jumlah skor 111 dan pertemuan kedua dengan skor rata-rata 3,6 serta jumlah skor 125. Dengan persentase pada pertemuan pertama adalah 79% dan meningkat menjadi 89% pada pertemuan kedua menunjukkan adanya peningkatan aktivitas guru sebesar 10%. Sehingga rata-rata skor siklus I adalah 3,4 dengan jumlah skor 118 dan mencapai persentase 84% yang tergolong dalam kriteria tinggi. Berdasarkan kualifikasi persentase,
141
simpulan yang diperoleh adalah aktivitas guru pada siklus I telah mampu memenuhi 84% kegiatan pembelajaran yang diharapkan saat mengajar dalam penelitian ini sehingga pada siklus ini telah berhasil dilakukan oleh guru.
2)
Hasil Analisis Data Aktivitas Siswa Siklus I Berdasarkan
observasi
aktivitas
siswa
dalam
penerapan
model
pembelajaran STAD dalam mata pelajaran IPA pada siklus I pertemuan pertama dan pertemuan kedua diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.4 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Aspek yang Diamati Memeriksa kesiapan pembelajaran Menyimak tujuan, apersepsi, dan motivasi dari guru Menyimak guru mempresentasikan materi Membentuk kelompok belajar Belajar dalam kelompok Kuis Penghargaan Kelompok
Pertemuan 1 ∑ %
Pertemuan 2 ∑ %
Rata-Rata ∑
%
Kriteria
Tingkat Keberhasilan
4
100
4
100
4
100
Sangat Tinggi
Berhasil
11
92
12
100
11,5
96
Sangat Tinggi
Berhasil
16
80
18
90
17
85
Tinggi
Berhasil
4
100
4
100
4
100
Sangat Tinggi
Berhasil
9
45
16
80
12,5
63
Cukup
8
67
11
92
9,5
79
8
100
8
100
8
100
Kegiatan akhir
17
85
19
95
18
90
Total Skor
77
77
92
92
84,5
85
Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi
Rata-rata
3,08
3,68
Tidak Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil
3,38
Hasil observasi aktivitas siswa dalam penerapan model pembelajaran STAD pada mata pelajaran IPA dapat diketahui pada pertemuan pertama jumlah skor yang diperoleh seluruhnya adalah 77 (77%) yang tergolong dalam kategori tinggi, artinya pada pertemuan pertama siswa telah berhasil melaksanakan 77% kegiatan pembelajaran yang diharapkan dalam penelitian ini. Sedangkan pada
142
pertemuan kedua memiliki skor perolehan 92 (92%) yang tergolong dalam kategori sangat tinggi, artinya pada pertemuan kedua siswa telah berhasil melaksanakan 92% kegiatan pembelajaran yang diharapkan dalam penelitian ini. Adapun hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA menggunakan model STAD pada tabel 4.4 dapat dijabarkan dalam analisis tiap aspek yang terdiri dari delapan aspek observasi aktivitas siswa. Pertama, aspek memeriksa kesiapan pembelajaran memperoleh skor 4 (100%) dengan kategori sangat tinggi sehingga berarti siswa telah mempersiapkan pembelajaran dengan sangat baik. Dan dapat mempertahankan skor pada pertemuan kedua. Sehingga rata-rata skor kedua pertemuan ini pada aspek siswa memeriksa kesiapan pembelajaran adalah 4 dengan persentase 100% yang tergolong dalam kategori sangat tinggi yang berarti pada siklus I siswa telah mampu melaksanakan 100% atau keseluruhan kegiatan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan dalam penelitian ini, sehingga pada aspek ini telah berhasil dilakukan oleh siswa. Kedua, aspek menyimak apersepsi, motivasi dan tujuan pembelajaran telah dilaksanakan dengan sangat baik dengan perolehan skor 12 (100%) dengan kriteria sangat tinggi yang berarti siswa telah mampu melaksanakan keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diharapkan. Dan dapat mempertahankan skor pada pertemuan kedua. Sehingga rata-rata skor kedua pertemuan ini adalah 12 (100%) dengan kriteria sangat tinggi. Dapat disimpulkan pada aspek menyimak apersepsi, motivasi dan tujuan pembelajaran telah berhasil dilakukan siswa di mana siswa mampu melaksanakan keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diharapkan. Ketiga, pada aspek menyimak guru mempresentasikan materi memperoleh skor 16 (80%) yang tergolong dalam kriteria tinggi yang berarti siswa telah mampu melaksanakan 80% kegiatan pembelajaran yang dirancang. Dan meningkat pada pertemuan kedua dengan skor 18 (90%) yang tergolong dalam kriteria sangat tinggi yang berarti siswa telah mampu melaksanakan 90% kegiatan pembelajaran yang dirancang. Sehingga rata-rata skor kedua pertemuan ini adalah 17 (85%) dengan kriteria tinggi. Dapat disimpulkan pada aspek menyimak guru
143
mempresentasikan materi telah berhasil dilakukan siswa di mana siswa mampu melaksanakan 85% kegiatan pembelajaran yang diharapkan. Keempat, aspek membentuk kelompok belajar memperoleh skor 4 (100%) yang tergolong dalam kriteria sangat tinggi yang berarti siswa telah mampu melaksanakan keseluruhan kegiatan pembelajaran yang dirancang. Dan dapat mempertahankan skor pada pertemuan kedua. Sehingga rata-rata skor kedua pertemuan ini adalah 4 (100%) dengan kriteria sangat tinggi. Dapat disimpulkan pada aspek membentuk kelompok belajar telah berhasil dilakukan siswa di mana siswa mampu melaksanakan keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diharapkan. Kelima, aspek belajar dalam kelompok memperoleh skor 9 (45%) yang tergolong dalam kriteria kurang dan tidak berhasil yang berarti siswa hanya mampu melaksanakan 45% kegiatan pembelajaran yang dirancang. Dan dapat meningkat pada pertemuan kedua dengan perolehan skor 16 (80%) yang tergolong dalam kriteria tinggi dan berhasil yang berarti siswa telah mampu melaksanakan 80% kegiatan pembelajaran yang dirancang. Sehingga rata-rata skor kedua pertemuan ini adalah 12,5 (63%) dengan kriteria cukup dan berhasil. Dapat disimpulkan pada aspek belajar dalam kelompok telah berhasil dilakukan siswa di mana siswa mampu melaksanakan 63% kegiatan pembelajaran yang diharapkan. Keenam, pada aspek kuis memperoleh skor 8 (67%) yang tergolong dalam kriteria cukup yang berarti siswa hanya mampu melaksanakan 67% kegiatan pembelajaran yang dirancang. Dan dapat meningkat pada pertemuan kedua dengan perolehan skor 11 (92%) yang tergolong dalam kriteria sangat tinggi yang berarti siswa telah mampu melaksanakan 92% kegiatan pembelajaran yang dirancang. Sehingga rata-rata skor kedua pertemuan ini adalah 9,5 (79%) dengan kriteria tinggi. Dapat disimpulkan pada aspek kuis telah berhasil dilakukan siswa di mana siswa mampu melaksanakan 79% dari kegiatan pembelajaran yang diharapkan. Ketujuh, aspek penghargaan kelompok memperoleh skor 8 (100%) yang tergolong dalam kriteria sangat tinggi yang berarti siswa mampu melaksanakan keseluruhan kegiatan pembelajaran yang dirancang. Dan dapat mempertahankan skor pada pertemuan kedua. Sehingga rata-rata skor kedua pertemuan ini adalah 8
144
(100%) dengan kriteria sangat tinggi. Dapat disimpulkan pada aspek penghargaan kelompok telah berhasil dilakukan di mana siswa mampu melaksanakan keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diharapkan. Kedelapan, aspek kegiatan akhir memperoleh skor 17 (85%) yang tergolong dalam kriteria tinggi yang berarti siswa mampu melaksanakan 85% kegiatan pembelajaran yang dirancang. Dan dapat meningkat pada pertemuan kedua dengan perolehan skor 19 (95%) yang tergolong dalam kriteria sangat tinggi yang berarti siswa telah mampu melaksanakan 95% kegiatan pembelajaran yang dirancang. Sehingga rata-rata skor kedua pertemuan ini adalah 18 (90%) dengan kriteria sangat tinggi. Dapat disimpulkan pada aspek kegiatan akhir telah berhasil dilakukan di mana siswa mampu melaksanakan 90% dari kegiatan pembelajaran yang diharapkan. Berdasarkan tabel 4.4 maka persentase aktivitas siswa tiap aspek dapat digambarkan dalam diagram 4.4 sebagai berikut:
145
Keterangan: 1. Memeriksa kesiapan pembelajaran 2. Menyimak tujuan, apersepsi, dan motivasi dari guru. 3. Menyimak guru mempresentasikan materi 4. Membentuk dalam kelompok belajar 5. Belajar dalam kelompok 6. Mengerjakan kuis 7. Penghargaan kelompok 8. Kegiatan akhir Diagram 4.4 Aktivitas Siswa Siklus I
Berdasarkan
paparan
data
hasil
observasi
aktivitas
siswa
pada
pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran STAD pada siklus I pertemuan pertama memperoleh skor rata-rata 3,08 dengan jumlah skor 77 (77%) dan pertemuan kedua dengan skor rata-rata 3,68 serta jumlah skor 92 (92%). Dengan persentase pada pertemuan pertama adalah 77% dan meningkat menjadi 92% pada pertemuan kedua menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa sebesar 15%. Sehingga rata-rata skor siklus I adalah 3,38 dengan jumlah skor 84,5 dan mencapai persentase 85% yang tergolong dalam kriteria tinggi. Berdasarkan kualifikasi persentase, simpulan yang diperoleh adalah aktivitas siswa pada siklus
146
I telah mampu memenuhi 85% kegiatan pembelajaran yang diharapkan saat mengajar dalam penelitian ini sehingga pada siklus ini telah berhasil dilakukan oleh siswa.
4.2.2.2. Analisis Data Motivasi Belajar Siklus I Acuan berhasil atau tidaknya penerapan model STAD dalam pembelajaran IPA selain dapat dilihat dari aktivitas guru dan siswa juga dapat dilihat dari motivasi belajar siswa. Data motivasi belajar IPA diperoleh dari hasil pengamatan pada siklus I ketika proses pembelajaran sedang berlangsung atau ketika pertemuan pertama dan kedua. Hasil pengamatan motivasi belajar IPA siswa dalam proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi meliputi lima aspek yang terdiri atas 33 indikator. Aspek adanya hasrat dan keinginan berhasi terdiri dari 7 indikator pengamatan. Aspek adanya dorongan dan kebutuhan belajar terditi dari 10 indikator pengamatan. Aspek adanya penghargaan dalam belajar terdiri dari 3 indikator pengamatan. Aspek adanya kegiatan menarik dalam belajar terdiri dari 10 indikator pengamatan. Dan aspek adanya lingkungan belajr yang kondusif terdiri dari 3 indikator. Tiap indikator memperoleh skor 1-4 berdasarkan deskripsi pengamatan. Setelah itu skor dijumlahkan dan diinterpretasikan berdasarkan kriteria penilaian. Kriteria penilaian pada lembar observasi yaitu untuk persentase jumlah skor 25%-39% berarti sangat kurang dan tidak berhasil, 40%-54% berarti kurang dan tidak berhasil, 55%-70% berarti cukup dan berhasil, 71%-85% berarti tinggi dan berhasil, dan 86%-100% berarti sangat tinggi dan berhasil. Data motivasi belajar siswa pada siklus I diperoleh dari data hasil observasi ketika proses pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran STAD sedang berlangsung pada pertemuan pertama dengan indikator 10.1.1 mengidentifikasi berbagai faktor penyebab perubahan lingkungan fisik, 10.1.2 mengidentifikasi faktor angin sebagai penyebab perubahan lingkungan fisik, dan 10.1.3 mengidentifikasi faktor hujan sebagai penyebab perubahan lingkungan fisik, serta pembelajaran yang sedang berlangsung pada pertemuan kedua dengan indikator 10.1.4 mengidentifikasi faktor cahaya matahari sebagai penyebab
147
perubahan lingkungan fisik, dan 10.1.5 mengidentifikasi faktor gelombang air laut sebagai penyebab perubahan lingkungan fisik. Data motivasi belajar siswa pada siklus I dari pertemuan pertama (P1), pertemuan kedua (P2), serta rata-rata dari kedua pertemuan dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini: Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siklus I
Skor 73 – 92 93 – 112 113 – 132 Jumlah Rata-Rata Maksimal Minimal Kriteria
P1 Jumlah % 22 100 0 0 0 0 22 100 85,05 64,43 91 74 Cukup
P2 Jumlah % 0 0 4 18 18 82 22 100 116 87,88 122 103 Tinggi
Rata-Rata Jumlah % 1 5 21 95 0 0 22 100 100,5 76,14 106,5 88,5 Tinggi
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah skor motivasi belajar siswa pada siklus I pertemuan pertama sebesar 85,05 dengan kriteria cukup tinggi meningkat pada pertemuan kedua menjadi 122 dengan kriteria tinggi. Peningkatan motivasi belajar dapat dilihat dari peningkatan setiap aspek pengamatan. Data aspek data pengamatan motivasi belajar dari pertemuan pertama, pertemuan kedua, serta rata-rata dari kedua pertemuan tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.6 berikut ini:
148
Tabel 4.6 Motivasi Belajar Siklus I
Aspek yang Diamati
Pertemuan 1 ∑ %
Pertemuan 2 ∑ %
18,4
66
23,8
19,9
50
9,7
Rata-Rata
Kriteria
Tingkat Keberhasilan
∑
%
85
21,10
75
Tinggi
Berhasil
32,8
82
26,35
66
Cukup
Berhasil
81
12
100
10,85
90
Sangat Tinggi
Berhasil
27,8
70
36
90
31,90
80
Tinggi
Berhasil
9,3
78
11,4
95
10,35
86
Sangat Tinggi
Berhasil
Total Skor
85,1
64
116
88
100,55
76
Tinggi
Berhasil
Rata-rata
2,6
Adanya hasrat dan keinginan berhasil Adanya dorongan dan kebutuhan belajar Adanya penghargaan dalam belajar Adanya kegiatan menarik dalam belajar Adanya lingkungan belajar kondusif
3,5
3,05
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa pada aspek adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil, peningkatan motivasi dapat dilihat ketika kegiatan siswa mempelajari materi IPA yang akan diajarkan oleh guru, keaktifan siswa dalam bertanya, upaya memiliki nilai yang lebih baik dari sebelumnya dan upaya mencapai skor kemajuan 30 masih rendah, mengerjakan kuis tanpa menyontek terbukti total skor aspek adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil pada pertemuan pertama adalah 18,4 atau 66% dari skor maksimal meningkat menjadi 23,8 atau 85% dari skor maksimal pada pertemuan kedua. Aspek adanya dorongan dan kebutuhan belajar, peningkatan motivasi dapat dilihat ketika menyimak penjelasan guru, antusias mengerjakan soal diskusi, bertanya pada teman sekelompok saat belum paham, menjelaskan tentang materi yang belum dipahami kepada teman sekelompok, kegiatan belajar tutor sebaya, mencari sumber belajar lain selain buku, mencatat hal-hal penting saat presentasi, bertanggung jawab melaksanakan tugas saat menyelesaikan lembar kerja kelompok, dan tetap bersemangat walaupun melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal, terbukti total skor aspek dorongan dan kebutuhan belajar pada pertemuan pertama adalah
149
19,9 atau 50% dari skor maksimal meningkat menjadi 32,8 atau 82% dari skor maksimal pada pertemuan kedua. Aspek adanya penghargaan dalam belajar, peningkatan motivasi dapat dilihat ketika berusaha mendapat penghargaan dari guru, berusaha menjaga kekompakan kelompok, dan berusaha agar mendapatkan sertifikat superteam, terbukti total skor aspek penghargaan dalam belajar pada pertemuan pertama adalah 9,7 atau 81% dari skor maksimal meningkat menjadi 12 atau 100% dari skor maksimal pada pertemuan kedua. Aspek adanya kegiatan menarik dalam belajar, peningkatan motivasi dapat dilihat ketika ketertarikan dengan materi yang dipelajari, antusias menyimak video, saling berbagi pengetahuan, mencatat hal-hal penting dari video yang diamati, menyimak presentasi kelompok lain, memberikan tanggapan presentasi, membuat simpulan, merefleksi pembelajaran yang telah dijalani, antusias dalam menghitung poin kemajuan, terbukti total skor aspek kegiatan menarik dalam belajar pada pertemuan pertama adalah 27,8 atau 70% dari skor maksimal meningkat menjadi 36 atau 90% dari skor maksimal pada pertemuan kedua. Aspek adanya lingkungan belajar yang kondusif, peningkatan motivasi dapat dilihat ketika senantiasa tenang dan tidak berbuat gaduh saat pelajaran, melakukan komunikasi multi arah dengan guru maupun teman sekelompok, dan melaksanakan tugas sesuai alokasi waktu yang disepakati, terbukti total skor aspek kegiatan menarik dalam belajar pada pertemuan pertama adalah 9,3 atau 78% dari skor maksimal meningkat menjadi 11,4 atau 95% dari skor maksimal pada pertemuan kedua. Berdasarkan tabel 4.6, maka persentase tiap aspek motivasi belajar siklus I dapat disajikan dalam diagram 4.5.
150
Keterangan: 1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil 2. Adanya dorongan dan kebutuhan belajar 3. adanya penghargaan dalam belajar 4. adanya kegiatan menarik dalam belajar 5. Adanya lingkungan belajar kondusif Diagram 4.5 Motivasi Belajar Siklus I
Berdasarkan skor tiap aspek motivasi belajar dan peningkatan yang terjadi pada setiap pertemuan dalam siklus I, maka dapat diketahui bahwa rata-rata skor aspek adanya hasrat dan keinginan berhasil sebesar 21,1 atau 75% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek adanya dorongan dan kebutuhan belajar sebesar 26,35 atau 66% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek adanya penghargaan dalam belajar sebesar 10,85 atau 90% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek adanya kegiatan menarik dalam belajar sebesar 31,9 atau 80% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek adanya lingkungan belajar yang kondusif sebesar 10,35 atau 86% dari skor maksimal. Rata-rata skor motivasi belajar pada siklus I dari kedua pertemuan sebesar 100,55 dengan kriteria tinggi, di mana motivasi belajar 1 siswa atau 5% dari 22 siswa cukup tinggi, dan motivasi belajar 21 siswa atau 95% dari 22 siswa berkriteria tinggi. Hasil analisis kriteria motivasi belajar siswa pada siklus I dapat disajikan dalam diagram 4.6 berikut.
151
Diagram 4.6 Kriteria Motivasi Belajar Siklus I 4.2.2.3. Hasil Analisis Data Hasil Belajar Selain dilihat dari aktivitas guru, aktivitas siswa, dan motivasi belajar siswa, berhasil atau tidaknya penerapan model pembelajaran STAD dalam pembelajaran IPA juga dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Karangduren 02 diperoleh dengan mengadakan tes evaluasi di akhir siklus yaitu pada pertemuan ketiga. Dari hasil tes tersebut diketahui terjadi peningkatan hasil belajar IPA. Hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Karangduren 02 pada Kompetensi Dasar mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut) disajikan pada tabel daftar nilai IPA (terlampir), dan berikut disajikan pada tabel 4.7.
152
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Siklus I
No. 1 2 3 4 5
Nilai Frekuensi ≤64 2 65-74 4 75-84 11 85-94 3 ≥95 2 Jumlah 22 Nilai Rata-Rata Nilai Tertinggi Nilai Terendah
Persentase 10 18 50 14 9 100 79,27 100 52
Berdasarkan tabel 4.7 distribusi frekuensi hasil belajar IPA siklus I dapat dikatakan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas 4 mengalami peningkatan dari kondisi awal, ditandai dengan nilai rata-rata hasil belajar kondisi awal 68,86 meningkat
menjadi
79,27. Nilai tertinggi pada kondisi awal adalah 78 dan
meningkat menjadi 100 pada siklus I. Nilai terendah menjadi 52 yang semula hanya 45. Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa nilai siswa yang kurang dari 64 dengan kriteria sangat kurang frekuensinya 2 dengan persentase 10% dari jumlah keseluruhan siswa, nilai antara 65-74 dengan kriteria kurang frekuensinya 4 dengan persentase 18% dari jumlah keseluruhan siswa, nilai antara 75-84 dengan kriteria cukup frekuensinya 11 dengan persentase 50% dari jumlah keseluruhan siswa, nilai antara 85-94 dengan kriteria baik frekuensinya 3 dengan persentase 14% dari jumlah keseluruhan siswa, dan nilai di atas 95 dengan kriteria sangat baik frekuensinya 2 dengan persentase 10% dari jumlah keseluruhan siswa. Berdasarkan tabel 4.7 dapat dinyatakan dalam diagram 4.7 berikut ini.
153
Diagram 4.7 Hasil Belajar IPA Siklus I
Berdasarkan KKM IPA sebesar 75, data ketuntasan belajar siswa dari nilai evaluasi siklus I dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.8 berikut: Tabel 4.8 Ketuntasan Belajar Siklus I
No 1 2
Ketuntasan Belajar Tuntas Belum Tuntas Jumlah
Nilai ≥75 <75
Jumlah Siswa Jumlah Persentase 16 73 6 27 22 100
Berdasarkan tabel 4.8 ketuntasan belajar siswa pada siklus I mengalami peningkatan. Terbukti dari kondisi awal jumlah siswa tidak tuntas sebanyak 17 siswa atau 77% dari keseluruhan siswa, yang menurun pada siklus I menjadi sebanyak 6 siswa atau 27% dari keseluruhan siswa, sedangkan jumlah siswa yang tuntas pada kondisi awal sebanyak 5 siswa atau 23% dari jumlah keseluruhan siswa meningkat menjadi sebanyak 16 siswa dengan persentase 73% dari jumlah keseluruhan siswa. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mengalami ketuntasan lebih banyak daripada jumlah siswa yang tidak tuntas,
154
namun indikator kinerja hasil belajar IPA yang peneliti tentukan belum tercapai yaitu 75%. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.8 dapat disajikan pada diagram 4.8 berikut.
Diagram 4.8 Ketuntasan Belajar siklus I
4.2.2.4. Rekapitulasi Data Siklus I Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I, berikut rekapitulasi data aktivitas guru, aktivitas siswa, motivasi belajar, dan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SDN Karangduren 02 pada siklus I. Tabel 4.9 Rekapitulasi Data Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Komponen Pembelajaran Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Motivasi Belajar Hasil Belajar
Persentase (%)
Tingkat Keberhasilan
84 85 76 79
Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil
155
Rekapitulasi data pada siklus I dapat disajikan pada diagram 4.9 berikut ini:
Diagram 4.9 Rekapitulasi Data Siklus I
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa aktivitas guru pada siklus I mendapatkan persentase skor 84% dengan kriteria tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan 84% dari aktivitas yang diharapkan dalam pembelajaran IPA melalui STAD. Tingginya aktivitas guru berpengaruh pada aktivitas siswa yang mencapai kriteria tinggi dengan persentase skor 85% yang berarti siswa telah mampu melaksanakan 85% dari aktivitas yang diharapkan dalam pembelajaran IPA melalui STAD. Tingginya aktivitas menunjukkan tingginya motivasi belajar siswa dengan persentase skor 76% yang berarti siswa telah menunjukkan 76% dari indikator motivasi yang diharapkan dalam pembelajaran IPA melalui STAD. Dengan adanya motivasi belajar yang tinggi memberikan pengaruh pada tingginya rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 79% dengan nilai rata-rata 79,27 yang berarti siswa telah mampu menguasai 79% dari kemampuan yang diharapkan dalam pembelajaran IPA melalui STAD. Hal ini sesuai dengan pemaparan Widoyoko (2012: 203) bahwa aktivitas guru yang baik akan
156
mempunyai pengaruh terhadap iklim kelas, sikap dan motivasi belajar siswa, serta hasil belajar siswa. Iklim kelas yang baik yang diciptakan guru dan siswa akan berpengaruh pada aktivitas atau sikap siswa dan motivasi belajar siswa. Sikap positif siswa saat pembelajaran berlangsung juga menjadi pengaruh tingginya motivasi dan hasil belajar siswa. Motivasi belajar siswa akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Dalam hal ini seluruh komponen kualitas pembelajaran saling berkaitan, apabila aktivitas guru tinggi akan berpengaruh terhadap tingginya aktivitas siswa, motivasi belajar siswa, serta hasil belajar siswa pada siklus I.
4.2.3. Hasil Analisis Data Siklus II Cara pengumpulan data dan teknik yang digunakan dalam menganalisis data hasil observasi aktivitas guru, aktivitas siswa, motivasi belajar IPA siswa, dan hasil belajar IPA sama dengan yang dilakukan pada siklus I.
4.2.3.1. Hasil Analisis Data Aktivitas Guru dan Siswa Siklus II 1)
Hasil Analisis Data Aktivitas Guru Berdasarkan
observasi
aktivitas
guru
dalam
menerapkan
model
pembelajaran STAD dalam mata pelajaran IPA pada siklus II pertemuan pertama dan pertemuan kedua diperoleh data sebagai berikut:
157
Tabel 4.10 Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II
Pert. 1 Aspek yang Diamati
Pert. 2
Kriteria
Tingkat Keberhasi lan
Rata-Rata
∑
%
∑
%
∑
%
8
100
8
100
8
100
Sangat Tinggi
Berhasil
11
92
12
100
11,5
96
Sangat Tinggi
Berhasil
24
86
28
100
26
93
Sangat Tinggi
Berhasil
7
88
8
100
7,5
94
Sangat Tinggi
Berhasil
24
100
24
100
24
100
Kuis
12
100
12
100
12
100
Penghargaan Kelompok
8
100
8
100
8
100
Kompetensi guru
11
92
12
100
11,5
96
Kegiatan akhir
26
93
27
96
26,5
95
Total Skor
131
94
139
99
135
96
Rata-rata
3,74
Memeriksa kesiapan pembelajaran Menyampaikan tujuan, apersepsi, dan memotivasi siswa Mempresentasikan materi Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar Membimbing kelompok belajar
3,97
Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi
Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil
3,86
Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran STAD dalam mata pelajaran IPA pertemuan pertama dan kedua siklus II mengalami peningkatan. Pada pertemuan pertama jumlah skor aktivitas guru seluruhnya adalah 131 (94%) yang tergolong dalam kategori sangat tinggi di mana tidak ada indikator yang memperoleh skor 1 dan skor 2 sebanyak, sedangkan indikator yang memperoleh skor 3 sebanyak 9 nomor yang memperoleh skor 4 sebanyak 26 nomor. Kategori sangat tinggi yang diperoleh selaras dengan seluruh langkah-langkah pembelajaran yang telah dilaksanakan guru dengan sangat baik. Pada pertemuan kedua jumlah skor aktivitas guru seluruhnya adalah 139 (99%) yang tergolong dalam kategori sangat tinggi di mana indikator yang memperoleh skor 3 hanya 1 nomor, dan yang memperoleh skor 4 sebanyak 34 nomor dan tidak ada indikator yang mendapat skor 1 dan 2. Kategori
158
sangat tinggi yang diperoleh selaras dengan langkah-langkah pembelajaran yang telah dilaksanakan guru dengan sangat baik, runtut, dan sesuai harapan dalam pembelajaran STAD. Adapun hasil observasi aktivitas guru dalam pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran STAD pada tabel 4.9 diuraikan dalam analisis tiap aspek yang terdiri dari sembilan aspek observasi aktivitas guru. Pertama, pada aspek memeriksa kesiapan pembelajaran pada pertemuan pertama memperoleh skor 8 atau 100% dengan kriteria sangat tinggi dan sempurna yang berarti guru telah mampu melaksanakan keseluruhan kegiatan pembelajaran sesuai yang diharapkan. Dan pada pertemuan kedua berhasil mempertahankan kategori sangat baik dan sampurna. Sehingga rata-rata yang diperoleh dari kedua pertemuan menunjukkan bahwa pada siklus II aspek memeriksa kesiapan pembelajaran memperoleh skor 8 atau 100% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti pada siklus II guru telah mampu melaksanakan keseluruhan kegiatan pembelajaran sesuai yang diharapkan dalam penelitian ini sehingga pada aspek ini telah berhasil dilakukan oleh guru. Kedua, aspek melakukan apersepsi, motivasi dan menyampaikan tujuan pertemuan pertama mendapatkan skor 11 atau 92% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan 92% kegiatan pembelajaran sesuai dari yang diharapkan dalam penelitian ini. Dan meningkat pada pertemuan kedua dengan skor perolehannya menjadi 12 atau 100% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan keseluruhan kegiatan pembelajaran sesuai dari yang diharapkan dalam penelitian ini. Sehingga rata-rata yang diperoleh dari kedua pertemuan menunjukkan bahwa pada siklus II aspek melakukan apersepsi, motivasi dan menyampaikan tujuan memperoleh skor 11,5 atau 96% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti pada siklus II guru telah mampu melaksanakan 96% kegiatan pembelajaran sesuai dari yang diharapkan dalam penelitian ini sehingga pada aspek ini telah berhasil dilakukan oleh guru. Ketiga, pada aspek mempresentasikan materi mendapatkan skor 24 atau 86% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan 86% kegiatan pembelajaran sesuai dari yang diharapkan dalam penelitian ini. Dan
159
meningkat pada pertemuan kedua dengan skor perolehannya menjadi 28 atau 100% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan keseluruhan kegiatan pembelajaran sesuai dari yang diharapkan dalam penelitian ini. Sehingga rata-rata yang diperoleh dari kedua pertemuan menunjukkan bahwa pada siklus II aspek mempresentasikan materi memperoleh skor 26 atau 93% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti pada siklus I guru telah mampu melaksanakan 93% kegiatan pembelajaran sesuai dari yang diharapkan dalam penelitian ini sehingga pada aspek ini telah berhasil dilakukan oleh guru. Keempat, pada aspek mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar mendapatkan skor 7 atau 88% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan 88% kegiatan pembelajaran sesuai dari yang diharapkan. Dan meningkat pada pertemuan kedua dengan skor perolehannya menjadi 8 atau 100% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan keseluruhan kegiatan pembelajaran sesuai dari yang diharapkan dalam penelitian ini. Sehingga rata-rata yang diperoleh dari kedua pertemuan menunjukkan bahwa pada siklus II aspek mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar memperoleh skor 7,5 atau 94% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti pada siklus II guru telah mampu melaksanakan 94% kegiatan pembelajaran sesuai dari yang diharapkan dalam penelitian ini sehingga pada aspek ini telah berhasil dilakukan oleh guru. Kelima, aspek membimbing diskusi kelompok belajar mendapat skor 24 atau 100% dengan kriteria sangat tinggi dan sempurna yang berarti guru telah mampu melaksanakan keseluruhan kegiatan membimbing diskusi pembelajaran sesuai dari yang diharapkan. Dan dapat mempertahankan pada pertemuan kedua. Sehingga rata-rata yang diperoleh dari kedua pertemuan menunjukkan bahwa pada siklus II aspek membimbing diskusi kelompok belajar memperoleh skor 24 atau 100% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti pada siklus II guru telah mampu melaksanakan keseluruhan kegiatan membimbing diskusi kelompok belajar sesuai dari yang diharapkan dalam penelitian ini sehingga pada aspek ini telah berhasil dilakukan oleh guru.
160
Kemudian yang keenam, pada aspek memberikan kuis kepada siswa mendapat skor 12 atau 100% dengan kriteria sempurna sangat tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan keseluruhan kegiatan pembelajaran sesuai dari yang diharapkan. Dan berhasil mempertahankan pada pertemuan kedua. Sehingga rata-rata yang diperoleh dari kedua pertemuan menunjukkan bahwa pada siklus II aspek memberikan kuis memperoleh skor 12 atau 100% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti pada siklus II guru telah mampu melaksanakan keseluruhan kegiatan memberikan kuis sesuai yang diharapkan dalam penelitian ini sehingga pada aspek ini telah berhasil dilakukan oleh guru. Ketujuh, pada aspek memberikan penghargaan kelompok, skor yang diperoleh adalah 8 atau atau 100% dengan kriteria sempurna sangat tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan keseluruhan kegiatan pembelajaran sesuai dari yang diharapkan. Dan berhasil mempertahankan pada pertemuan kedua. Sehingga rata-rata yang diperoleh dari kedua pertemuan menunjukkan bahwa pada siklus II aspek memberikan penghargaan kelompok, skor yang diperoleh adalah 8atau 100% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti pada siklus II guru telah mampu melaksanakan keseluruhan kegiatan memberikan penghargaan kelompok sesuai yang diharapkan dalam penelitian ini sehingga pada aspek ini telah berhasil dilakukan oleh guru. Pada aspek kedelapan, aspek kompetensi guru mendapat skor 11 atau 92% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan 92% kegiatan pembelajaran sesuai dari indikator kompetensi guru yang diharapkan. Dan meningkat pada pertemuan kedua dengan skor perolehannya menjadi 12 atau 100% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan 100% kegiatan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan dalam penelitian ini atau telah mampu melakukan kegiatan dengan sempurna sesuai harapan. Sehingga rata-rata yang diperoleh dari kedua pertemuan menunjukkan bahwa pada siklus I aspek kompetensi guru memperoleh skor 11,5 atau 96% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti pada siklus I guru telah mampu memenuhi 96% kompetensi guru yang diharapkan saat mengajar dalam penelitian ini sehingga pada aspek ini telah berhasil dilakukan oleh guru.
161
Selanjutnya pada aspek terakhir yaitu kegiatan akhir mendapat skor 26 atau 93% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan 93% sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang diharapkan. Dan meningkat pada pertemuan kedua dengan skor perolehannya menjadi 27 atau 99% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan 99% kegiatan akhir pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan dalam penelitian ini. Sehingga rata-rata yang diperoleh dari kedua pertemuan menunjukkan bahwa pada siklus II aspek kegiatan akhir guru memperoleh skor 26,5 atau 95% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti pada siklus II guru telah mampu memenuhi 95% kegiatan akhir pembelajaran dalam penelitian ini sehingga pada aspek ini telah berhasil dilakukan oleh guru. Berdasarkan tabel 4.10 maka persentase aktivitas guru tiap aspek dapat digambarkan dalam diagram 4.10 berikut ini:
162
Keterangan: 1. Memeriksa kesiapan pembelajaran 2. Menyampaikan tujuan, apersepsi, dan motivasi 3. Mempresentasikan materi 4. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar 5. Membimbing diskusi kelompok belajar 6. Memberikan kuis kepada siswa 7. Memberikan penghargaan kelompok 8. Kompetensi guru 9. Kegiatan akhir Diagram 4.10 Aktivitas Guru Siklus II
Berdasarkan paparan data hasil observasi aktivitas guru pada pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran STAD pada siklus II pertemuan pertama memperoleh skor rata-rata 3,74 dengan jumlah skor 131 dan pertemuan kedua dengan skor rata-rata 3,97 serta jumlah skor 139. Dengan persentase pada pertemuan pertama adalah 94% dan meningkat menjadi 99% pada pertemuan kedua menunjukkan adanya peningkatan sebesar 5%. Sehingga rata-rata skor siklus I adalah 3,86 dengan jumlah skor 135 dan mencapai persentase 96% yang tergolong dalam kriteria sangat tinggi. Berdasarkan kualifikasi persentase,
163
simpulan yang diperoleh adalah aktivitas guru pada siklus II telah berhasil dilakukan guru dan mampu memenuhi 96% kegiatan pembelajaran yang diharapkan saat mengajar dalam penelitian ini.
2)
Hasil Analisis Data Aktivitas Siswa Berdasarkan
observasi
aktivitas
siswa
dalam
penerapan
model
pembelajaran STAD dalam mata pelajaran IPA pada siklus II pertemuan pertama dan pertemuan kedua diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.11 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
Aspek yang Diamati Memeriksa kesiapan pembelajaran Menyimak tujuan, apersepsi, dan motivasi dari guru Menyimak guru mempresentasikan materi Membentuk kelompok belajar Belajar dalam kelompok
Pertemuan 1 ∑ %
Pertemuan 2 ∑ %
Rata-Rata ∑
%
Kriteria
Tingkat Keberhasilan
4
100
4
100
4
100
Sangat Tinggi
Berhasil
12
100
12
100
12
100
Sangat Tinggi
Berhasil
20
100
20
100
20
100
Sangat Tinggi
Berhasil
4
100
4
100
4
100
19
95
19
95
19
95
Kuis
12
100
12
100
12
100
Penghargaan Kelompok
8
100
8
100
8
100
Kegiatan akhir
19
95
20
100
19,5
98
Total Skor
98
98
99
99
98,5
99
Rata-rata
3,92
3,96
Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi
Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil
3,94
Hasil observasi aktivitas siswa dalam penerapan model pembelajaran STAD pada mata pelajaran IPA dapat diketahui pada pertemuan pertama jumlah skor yang diperoleh seluruhnya adalah 98 (98%) yang tergolong dalam kategori sangat tinggi, artinya pada pertemuan pertama siswa telah berhasil melaksanakan
164
98% kegiatan pembelajaran yang diharapkan dalam penelitian ini. Sedangkan pada pertemuan kedua memiliki skor perolehan 99 (99%) yang tergolong dalam kategori sangat tinggi, artinya pada pertemuan kedua siswa telah berhasil melaksanakan 99% kegiatan pembelajaran yang diharapkan dalam penelitian ini. Adapun hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA menggunakan model STAD pada tabel 4.11 dapat dijabarkan dalam analisis tiap aspek yang terdiri dari delapan aspek observasi aktivitas siswa. Pertama, aspek memeriksa kesiapan pembelajaran memperoleh skor 4 (100%) dengan kategori sangat tinggi sehingga berarti siswa telah mempersiapkan pembelajaran dengan sangat baik. Dan dapat mempertahankan skor pada pertemuan kedua. Sehingga rata-rata skor kedua pertemuan ini pada aspek siswa memeriksa kesiapan pembelajaran adalah 4 dengan persentase 100% yang tergolong dalam kategori sangat tinggi yang berarti pada siklus I siswa telah mampu melaksanakan 100% atau keseluruhan kegiatan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan dalam penelitian ini, sehingga pada aspek ini telah berhasil dilakukan oleh siswa. Kedua, aspek menyimak apersepsi, motivasi dan tujuan pembelajaran telah dilaksanakan dengan sangat baik dengan perolehan skor 12 (100%) dengan kriteria sangat tinggi yang berarti siswa telah mampu melaksanakan keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diharapkan. Dan dapat mempertahankan skor pada pertemuan kedua. Sehingga rata-rata skor kedua pertemuan ini adalah 12 (100%) dengan kriteria sangat tinggi. Dapat disimpulkan pada aspek menyimak apersepsi, motivasi dan tujuan pembelajaran telah berhasil dilakukan siswa di mana siswa mampu melaksanakan keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diharapkan. Ketiga, pada aspek menyimak guru mempresentasikan materi memperoleh skor 20 (100%) yang tergolong dalam kriteria sangat tinggi yang berarti siswa telah mampu melaksanakan keseluruhan kegiatan pembelajaran yang dirancang. Dan dapat mempertahankan skor pada pertemuan kedua. Sehingga rata-rata skor kedua pertemuan ini adalah 20 (100%) dengan kriteria sangat tinggi. Dapat disimpulkan pada aspek menyimak guru mempresentasikan materi telah berhasil
165
dilakukan
di
mana
siswa
mampu
melaksanakan
keseluruhan
kegiatan
pembelajaran yang diharapkan. Keempat, aspek membentuk kelompok belajar memperoleh skor 4 (100%) yang tergolong dalam kriteria sangat tinggi yang berarti siswa telah mampu melaksanakan keseluruhan kegiatan pembelajaran yang dirancang. Dan dapat mempertahankan skor pada pertemuan kedua. Sehingga rata-rata skor kedua pertemuan ini adalah 4 (100%) dengan kriteria sangat tinggi. Dapat disimpulkan pada aspek membentuk kelompok belajar telah berhasil dilakukan siswa di mana siswa mampu melaksanakan keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diharapkan. Kelima, aspek belajar dalam kelompok memperoleh skor 19 (95%) yang tergolong dalam kriteria sangat tinggi yang berarti siswa mampu melaksanakan 95% kegiatan pembelajaran yang dirancang. Dan dapat mempertahankan skor pada pertemuan kedua. Sehingga rata-rata skor kedua pertemuan ini adalah 19 (95%) dengan kriteria sangat tinggi. Dapat disimpulkan pada aspek belajar dalam kelompok telah berhasil dilakukan, di mana siswa mampu melaksanakan 95% kegiatan pembelajaran yang diharapkan. Keenam, pada aspek kuis memperoleh skor 12 (100%) yang tergolong dalam kriteria sangat tinggi berarti siswa mampu melaksanakan keseluruhan kegiatan pembelajaran yang dirancang Dan dapat mempertahankan skor pada pertemuan kedua. Sehingga rata-rata skor kedua pertemuan ini adalah 12 (100%) dengan kriteria sangat tinggi. Dapat disimpulkan pada aspek kuis telah berhasil dilakukan, di mana siswa mampu melaksanakan keseluruhan dari kegiatan pembelajaran yang diharapkan. Ketujuh, aspek penghargaan kelompok memperoleh skor 8 (100%) yang tergolong dalam kriteria sangat tinggi yang berarti siswa mampu melaksanakan keseluruhan kegiatan pembelajaran yang dirancang. Dan dapat mempertahankan skor pada pertemuan kedua. Sehingga rata-rata skor kedua pertemuan ini adalah 8 (100%) dengan kriteria sangat tinggi. Dapat disimpulkan pada aspek penghargaan kelompok telah berhasil dilakukan di mana siswa mampu melaksanakan keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diharapkan.
166
Kedelapan, aspek kegiatan akhir memperoleh skor 19 (95%) yang tergolong dalam kriteria sangat tinggi yang berarti siswa mampu melaksanakan 95% kegiatan pembelajaran yang dirancang. Dan dapat meningkat pada pertemuan kedua dengan perolehan skor 20 (100%) yang tergolong dalam kriteria sangat tinggi yang berarti siswa telah mampu melaksanakan keseluruhan kegiatan pembelajaran yang dirancang. Sehingga rata-rata skor kedua pertemuan ini adalah 19,5 (98%) dengan kriteria sangat tinggi. Dapat disimpulkan pada aspek kegiatan akhir telah berhasil dilakukan di mana siswa mampu melaksanakan 98% dari kegiatan pembelajaran yang diharapkan. Berdasarkan tabel 4.11 maka persentase aktivitas siswa tiap aspek dapat digambarkan dalam diagram 4.11 sebagai berikut:
167
Keterangan: 1. Memeriksa kesiapan pembelajaran 2. Menyimak tujuan, apersepsi, dan motivasi dari guru. 3. Menyimak guru mempresentasikan materi 4. Membentuk dalam kelompok belajar 5. Belajar dalam kelompok 6. Mengerjakan kuis 7. Penghargaan kelompok 8. Kegiatan akhir Diagram 4.11 Aktivitas Siswa Siklus II
Berdasarkan
paparan
data
hasil
observasi
aktivitas
siswa
pada
pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran STAD pada siklus II pertemuan pertama memperoleh skor rata-rata 3,92 dengan jumlah skor 98 dan pertemuan kedua dengan skor rata-rata 3,96 serta jumlah skor 99. Dengan persentase pada pertemuan pertama adalah 98% dan meningkat menjadi 99% pada pertemuan kedua menunjukkan adanya peningkatan sebesar 1%. Sehingga ratarata skor siklus I adalah 3,94 dengan jumlah skor 98,5 dan mencapai persentase 99% yang tergolong dalam kriteria sangat tinggi. Berdasarkan kualifikasi
168
persentase, simpulan yang diperoleh adalah aktivitas siswa pada siklus II telah berhasil dilakukan siswa dan mampu memenuhi 99% kegiatan pembelajaran yang diharapkan dalam penelitian ini.
4.2.3.2. Hasil Analisis Data Motivasi Belajar Siklus II Data motivasi belajar siswa pada siklus II terdiri dari pertemuan pertama (P1), pertemuan kedua (P2), serta rata-rata dari kedua pertemuan yang dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini: Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siklus II
Skor 113 – 132 Jumlah Rata-Rata Maksimal Minimal Kriteria
P1 Jumlah % 22 100 22 100 129 97,72 131 123 Sangat Tinggi
P2 Jumlah % 22 100 22 100 130,6 98,94 132 125 Sangat Tinggi
Rata-Rata Jumlah % 22 100 22 100 129,8 98,33 131,5 124 Sangat Tinggi
Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah skor motivasi belajar siswa pada siklus II pertemuan pertama sebesar 129 dengan kriteria sangat tinggi meningkat pada pertemuan kedua menjadi 130,6 dengan kriteria sangat tinggi. Peningkatan motivasi belajar dapat dilihat dari peningkatan setiap aspek pengamatan. Data aspek data pengamatan motivasi belajar dari pertemuan pertama, pertemuan kedua, serta rata-rata dari kedua pertemuan tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.13 berikut ini:
169
Tabel 4.13 Motivasi Belajar Siklus II
Aspek yang Diamati Adanya hasrat dan keinginan berhasil Adanya dorongan dan kebutuhan belajar Adanya penghargaan dalam belajar Adanya kegiatan menarik dalam belajar Adanya lingkungan belajar kondusif Total Skor Rata-rata
Pertemuan 1 ∑ %
Pertemuan 2 ∑ %
26,9
96
27,5
39,2
98
12
Rata-Rata
Kriteria
Tingkat Keberhasilan
∑
%
98
27,2
97
Sangat Tingi
Berhasil
39,5
99
39,35
98
Sangat Tingi
Berhasil
100
12
100
12
100
Sangat Tingi
Berhasil
38,8
97
39,6
99
39,2
98
Sangat Tingi
Berhasil
12
100
12
100
12
100
99
129,75
98
128, 9 3,91
98
130, 6 3,95
Sangat Tingi Sangat Tingi
Berhasil Berhasil
3,93
Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa pada aspek adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil, peningkatan motivasi dapat dilihat ketika kegiatan siswa mempelajari materi IPA yang akan diajarkan oleh guru, keaktifan siswa dalam bertanya, upaya memiliki nilai yang lebih baik dari sebelumnya dan upaya mencapai skor kemajuan 30, mengerjakan kuis tanpa menyontek terbukti total skor aspek adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil pada pertemuan pertama adalah 26,9 atau 96% dari skor maksimal meningkat menjadi 27,5 atau 97% dari skor maksimal pada pertemuan kedua. Aspek adanya dorongan dan kebutuhan belajar, peningkatan motivasi dapat dilihat ketika menyimak penjelasan guru, antusias mengerjakan soal diskusi, bertanya pada teman sekelompok saat belum paham, menjelaskan tentang materi yang belum dipahami kepada teman sekelompok, kegiatan belajar tutor sebaya, mencari sumber belajar lain selain buku, mencatat hal-hal penting saat presentasi, bertanggung jawab melaksanakan tugas saat menyelesaikan lembar kerja kelompok, dan tetap bersemangat walaupun melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal, terbukti total skor aspek dorongan dan kebutuhan belajar pada pertemuan pertama adalah 39,2 atau
170
98% dari skor maksimal meningkat menjadi 39,5 atau 99% dari skor maksimal pada pertemuan kedua. Aspek adanya penghargaan dalam belajar, peningkatan motivasi dapat dilihat ketika berusaha mendapat penghargaan dari guru, berusaha menjaga kekompakan kelompok, dan berusaha agar mendapatkan sertifikat superteam, terbukti total skor aspek penghargaan dalam belajar pada pertemuan pertama adalah 12 atau 100% dari skor maksimal dan menjadi 12 atau 100% dari skor maksimal pada pertemuan kedua. Aspek adanya kegiatan menarik dalam belajar, peningkatan motivasi dapat dilihat ketika ketertarikan dengan materi yang dipelajari, antusias menyimak video, saling berbagi pengetahuan, mencatat hal-hal penting dari video yang diamati, menyimak presentasi kelompok lain, memberikan tanggapan presentasi, membuat simpulan, merefleksi pembelajaran yang telah dijalani, antusias dalam menghitung poin kemajuan, terbukti total skor aspek kegiatan menarik dalam belajar pada pertemuan pertama adalah 38,8 atau 97% dari skor maksimal meningkat menjadi 39,6 atau 99% dari skor maksimal pada pertemuan kedua. Aspek adanya lingkungan belajar yang kondusif, peningkatan motivasi dapat dilihat ketika senantiasa tenang dan tidak berbuat gaduh saat pelajaran, melakukan komunikasi multi arah dengan guru maupun teman sekelompok, dan melaksanakan tugas sesuai alokasi waktu yang disepakati, terbukti total skor aspek kegiatan menarik dalam belajar pada pertemuan pertama adalah 12 atau 100% dari skor maksimal dan tetap pada pertemuan kedua. Berdasarkan tabel 4.13, maka persentase tiap aspek motivasi belajar siklus I dapat disajikan dalam diagram berikut ini 4.12:
171
Keterangan: 1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil 2. Adanya dorongan dan kebutuhan belajar 3. adanya penghargaan dalam belajar 4. adanya kegiatan menarik dalam belajar 5. Adanya lingkungan belajar kondusif Diagram 4.12 Motivasi Belajar Siklus II
Berdasarkan skor tiap aspek motivasi belajar dan peningkatan yang terjadi pada setiap pertemuan dalam siklus II, maka dapat diketahui bahwa rata-rata skor aspek adanya hasrat dan keinginan berhasil sebesar 27,2 atau 97% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek adanya dorongan dan kebutuhan belajar sebesar 39,35 atau 98% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek adanya penghargaan dalam belajar sebesar 12 atau 100% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek adanya kegiatan menarik dalam belajar sebesar 39,2 atau 100% dari skor maksimal, rata-rata skor aspek adanya lingkungan belajar yang kondusif sebesar 12 atau 100% dari skor maksimal. Rata-rata skor motivasi belajar pada siklus II dari kedua pertemuan sebesar 129,75 dengan kriteria sangat tinggi, di mana motivasi belajar keseluruhan siswa atau 100% tergolong dalam kriteria sangat
172
tinggi. Hasil analisis kriteria motivasi belajar siswa pada siklus II dapat disajikan dalam diagram 4.13 berikut.
Diagram 4.13 Kriteria Motivasi Belajar Siklus II
4.2.3.3. Hasil Analisis Data Hasil Belajar Siklus II Hasil belajar IPA pada siklus II diperoleh dari evaluasi pada pertemuan ketigasiklus II pada Kompetensi Dasar menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)disajikan pada tabel daftar nilai IPA (terlampir), dan berikut disajikan pada tabel 4.14 yaitu tentang distribusi frekuensi nilai IPA siklus II. Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Nilai IPASiklus II
No. 1 2 3 4
Nilai Frekuensi 65-74 2 75-84 9 85-94 6 ≥95 5 Jumlah 22 Rata-rata Nilai tertinggi Nilai terendah
Persentase 9% 41% 27% 23% 100%
Keterangan Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas 86,55 100 68
Dilihat dari tabel 4.13 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran IPA dapat dikatakan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas 4 siklus II mengalami peningkatan
173
dari hasil belajar siklus I, ditandai dengan nilai rata-rata siklus I 79,27 yang meningkat menjadi 86,55 sedangkan nilai terendah siklus I sebesar 52 meningkat menjadi 68. Dan nilai tertinggi tetap yaitu sebesar 100. Dari tabel 4.13 dapat diketahui bahwa nilai antara 65-74 frekuensinya 2 dengan persentase 9% dari jumlah keseluruhan siswa, nilai antara 75-84 frekuensinya 9 dengan persentase 41% dari jumlah keseluruhan siswa, nilai antara 85-94 frekuensinya 6 dengan persentase 27% dari jumlah keseluruhan siswa, dan nilai di atas 95 frekuensinya 5 dengan persentase 10% dari jumlah keseluruhan siswa. Berdasarkan tabel 4.14 dapat dinyatakan dalam diagram 4.14 berikut ini:
Diagram 4.14 Hasil Belajar IPA Siklus II
Berdasarkan KKM sebesar 75, data ketuntasan belajar siswa dari nilai tes evaluasi siklus II dapat disajikan dalam tabel 4.15 berikut ini:
174
Tabel 4.15 Ketuntasan Belajar Siklus II
No 1 2
Ketuntasan Belajar Tuntas Belum Tuntas
Nilai ≥75 <75 Jumlah
Jumlah Siswa Jumlah Persentase 20 91% 2 9% 22 100%
Ketuntasan belajar siswa pada siklus II dapat diketahui bahwa siswa yang tidak tuntas sebanyak 2 siswa atau 9% mengalami penurunan jika dibandingkan pada siklus I yang sebanyak 6 siswa atau 27% dari jumlah keseluruhan siswa, sedangkan pada siklus I yangsudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 16 siswa atau sebesar 73% dari jumlah keseluruhan siswa yang meningkat pada siklus II menjadi 20 siswa dengan persentase 91%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mengalami ketuntasan lebih banyakdaripada jumlah siswa yang tidak tuntas, serta indikator keberhasilan hasil belajar IPA yang penulis tentukan pada penelitian ini telah tercapai yaitu 75%. Ketuntasan belajar siswa pada siklus II pada tabel 4.15 dapat dilihat dapat dibuat diagram 4.15berikut ini:
Diagram 4.15 Ketuntasan Belajar Siklus II
175
4.2.3.4. Rekapitulasi Data Siklus II Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus II, berikut rekapitulasi data aktivitas guru, aktivitas siswa, motivasi belajar, dan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SDN Karangduren 02 pada siklus II. Tabel 4.16 Rekapitulasi Data Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Komponen Pembelajaran Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Motivasi Belajar Hasil Belajar
Persentase (%)
Tingkat Keberhasilan
96 99 98 87
Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil
Berdasarkan rekapitulasi data aktivitas guru, aktivitas siswa, motivasi belajar, dan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SDN Karangduren 02 pada siklus IItentang dapat disajikan pada diagram 4.16 berikut ini:
Diagram 4.16 Rekapitulasi Data Siklus II
176
Berdasarkan tabel 4.16 menunjukkan bahwa aktivitas guru pada siklus II mendapatkan persentase skor 96% dengan kriteria sangat tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan 96% dari aktivitas yang diharapkan dalam pembelajaran IPA melalui STAD. Sangat tingginya aktivitas guru berpengaruh pada aktivitas siswa yang mencapai kriteria sangat tinggi pula dengan persentase skor 99% yang berarti siswa telah mampu melaksanakan 99% dari aktivitas yang diharapkan dalam pembelajaran IPA melalui STAD. Tingginya aktivitas menunjukkan tingginya motivasi belajar siswa dengan persentase skor 98% yang berarti siswa telah menunjukkan 98% dari indikator motivasi yang diharapkan dalam pembelajaran IPA melalui STAD. Dengan adanya motivasi belajar yang tinggi memberikan pengaruh pada tingginya rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II yaitu 87% dengan nilai rata-rata 86,55 yang berarti siswa telah mampu menguasai 87% dari kemampuan yang diharapkan dalam pembelajaran IPA melalui STAD. Hal ini sesuai dengan pemaparan Widoyoko (2012: 203) bahwa aktivitas guru yang baik akan mempunyai pengaruh terhadap iklim kelas, sikap dan motivasi belajar siswa, serta hasil belajar siswa. Iklim kelas yang baik yang diciptakan guru dan siswa akan berpengaruh pada aktivitas atau sikap siswa dan motivasi belajar siswa. Sikap positif siswa saat pembelajaran berlangsung juga menjadi pengaruh tingginya motivasi dan hasil belajar siswa. Motivasi belajar siswa akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Dalam hal ini seluruh komponen kualitas pembelajaran saling berkaitan, apabila aktivitas guru sangat tinggi akan berpengaruh terhadap sangat tingginya aktivitas siswa, motivasi belajar siswa, serta hasil belajar siswa pada siklus II.
4.2.4. Analisis Komparatif Pada analisis komparatif akan diuraikan tentang perbandingan aktivitas guru dan siswa, motivasi belajar, serta hasil belajar siswa kelas 4 SD Karangduren 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2013/2014 antara kondisi awal, siklus I, dan siklus II.
177
4.2.4.1. Analisis Komparatif Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I dan Siklus II Untuk mengetahui efektivitas dan peningkatan aktivitas guru dan siswa yang terjadi pada pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran IPA melalui model STAD, maka perbandingan antara rata-rata skor aktivitas guru dan aktivitas siswa antara siklus I (SI) dan siklus II (SII) disajikan pada tabel 4.17 berikut. Tabel 4.17 Perbandingan Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I dan Siklus II
Total Skor Aspek yang Diamati
Aktivitas Guru SI % S II %
Aktivitas Siswa SI % S II %
Memeriksa kesiapan pembelajaran
7
88
8
100
4
100
4
100
Tujuan, apersepsi, dan motivasi dari guru
10
83
11,5
96
11,5
96
12
100
25
89
26
93
17
85
20
100
6
75
7,5
94
4
100
4
100
19
79
24
100
12,5
63
19
95
10
83
12
100
9,5
79
12
100
6
75
8
100
8
100
8
100
11,5 23,5 118
96 84 84
18 84,5
90 85
Presentasikan Kelas oleh Guru Membentuk kelompok belajar Belajar dalam kelompok Kuis Penghargaan Kelompok Kompetensi guru Kegiatan akhir Jumlah Kriteria
Tinggi
11,5 96 26,5 95 135 96 Sangat Tinggi
Tinggi
19,5 98 98,5 99 Sangat Tinggi
Berdasarkan tabel 4.17, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan ratarata skor aktivitas guru dan siswa antara siklus I dan siklus II. Peningkatan aktivitas guru dan siswa dapat diketahui dari peningkatan aspek pengamatan. Peningkatan aktivitas guru terbukti dari total skor pada aspek memeriksa kesiapan pembelajaran sebesar 7 atau 88% dari skor maksimal meningkat menjadi 8 atau
178
100% dari skor maksimal pada siklus II, total skor pada aspek tujuan, apersepsi, dan motivasi dari guru sebesar 10 atau 83% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 11,5 atau 96% dari skor maksimal pada siklus II, total skor pada aspek presentasi kelas oleh guru sebesar 25 atau 89% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 26 atau 93% dari skor maksimal pada siklus II, total skor pada aspek membentuk kelompok belajar sebesar 6 atau 75% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 7,5 atau 94% dari skor maksimal pada siklus II, total skor pada aspek belajar dalam kelompok sebesar 19 atau 79% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 24 atau 100% dari skor maksimal pada siklus II, total skor pada aspek kuis sebesar 10 atau 83% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 12 atau 100% dari skor maksimal pada siklus II, total skor pada aspek penghargaan kelompok sebesar 6 atau 75% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 8 atau 100% dari skor maksimal pada siklus II, total skor pada aspek kompetensi guru sebesar 11,5 atau 96% dari skor maksimal dan tetap pada siklus II, serta total skor pada aspek kegiatan akhir sebesar 23,5 atau 84% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 26,5 atau 95% dari skor maksimal pada siklus II. Peningkatan aktivitas siswa terbukti dari total skor pada aspek memeriksa kesiapan pembelajaran sebesar 4 atau 100% dari skor maksimal dan tetap pada siklus II, total skor pada aspek tujuan, apersepsi, dan motivasi dari guru sebesar 11,5 atau 96% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 12 atau 100% dari skor maksimal pada siklus II, total skor pada aspek presentasi kelas oleh guru sebesar 17 atau 85% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 20 atau 100% dari skor maksimal pada siklus II, total skor pada aspek membentuk kelompok belajar sebesar 4 atau 100% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 4 atau 100% dari skor maksimal pada siklus II, total skor pada aspek belajar dalam kelompok sebesar 12,5 atau 63% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 19 atau 95% dari skor maksimal pada siklus II, total skor pada aspek kuis sebesar 9,5 atau 79% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 12 atau 100% dari skor maksimal pada siklus II, total skor pada aspek penghargaan kelompok sebesar 8 atau 100% dari skor maksimal dan tetap pada siklus II, serta total skor pada aspek kegiatan akhir sebesar 18 atau 90% dari skor
179
maksimal meningkat menjadi sebesar 19,5 atau 98% dari skor maksimal pada siklus II. Peningkatan persentase tiap aspek aktivitas guru dan siswa antara siklus I dan siklus II dapat disajikan dalam diagram 4.17 berikut.
Keterangan: 1. Memeriksa kesiapan pembelajaran 2. Menyampaikan tujuan, apersepsi, dan motivasi 3. Mempresentasikan materi 4. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar 5. Membimbing diskusi kelompok belajar 6. Memberikan kuis kepada siswa 7. Memberikan penghargaan kelompok 8. Kompetensi guru 9. Kegiatan akhir Diagram 4.17 Peningkatan Persentase Aktivitas Guru Dan Siswa Siklus I Dan Siklus II
Peningkatan tiap aspek pengamatan aktivitas guru dan siswa pada siklus I dan siklus II berdampak pada peningkatan rata-rata skor aktivitas guru dan siswa pada siklus I dan siklus II. Rata-rata skor aktivitas guru pada siklus I sebesar 118
180
atau 84% dengan kriteria sangat tinggi meningkat menjadi sebesar 135 atau 96% dengan kriteria sangat tinggi pada siklus II. Rata-rata skor aktivitas siswa pada siklus I sebesar 84,5 atau 85% dengan kriteria tinggi meningkat menjadi sebesar 98,5 atau 99% dengan kriteria sangat tinggi pada siklus II. Peningkatan yang terjadi pada rata-rata skor aktivitas guru dan siswa dapat disajikan pada diagram 4.18 berikut.
Diagram 4.18 Peningkatan Rata-Rata Skor Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I dan Siklus II Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dan siswa yang terjadi setelah pelaksanaan tindakan (siklus I dan siklus II) serta pada kondisi awal, maka dapat diketahui telah terjadi peningkatan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran IPA. Pada kondisi awal sebelum pelaksanaan tindakan, aktivitas guru dan siswa sangat rendah, yang terbukti ketika proses pembelajaran berlangsung guru belum memberikan pengalaman langsung pada siswa, masih didominasi dengan pemberian pengetahuan secara teoritis, motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA siswa rendah, sikap siswa cenderung ramai sendiri, mengobrol dengan teman, dan kurang tertarik dengan pelajaran IPA, saat tanya jawab seringkali yang menjawab pertanyaan hanyalah siswa tertentu saja, terutama siswa
181
yang memiliki prestasi akademik tinggi, sedangkan siswa berprestasi akademik rendah tidak pernah berusaha menjawab pertanyaan guru, siswa yang berusaha menjawab pertanyaan merasa “senang” saat siswa lainnya gagal menjawab pertanyaan dan membuat mereka lebih berpeluang untuk mendapatkan perhatian guru. Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I, terjadi peningkatan aktivitas guru dan siswa dibandingkan pada kondisi awal. Peningkatan aktivitas guru ditunjukkan ketika memberikan apersepsi dan motivasi, menjelaskan konsep materi pembelajaran, membimbing siswa berada dalam kelompok, melibatkan siswa saat pembelajaran, memberi tugas kerja kelompok, membimbing siswa berdiskusi, memberikan kuis dan menghitung kemajuan belajar siswa, memantau kemajuan siswa, memberikan penghargaan atas kemajuan individu dan kelompok, serta melakukan refleksi dan penguatan positif. Peningkatan aktivitas siswa ditunjukkan ketika siswa menyimak apersepsi dan motivasi dari guru, menyimak presentasi guru tentang materi pembelajaran, aktif bertanya atau menjawab dan menanggapi, mengerjakan tugas kelompok yang diberikan guru dengan penuh tanggung jawab, mendiskusikan tugas yang didapat, mengerjakan kuis dengan percaya diri, antusias dengan penghargaan kelompok, bersama guru melakukan refleksi dan penguatan positif, serta bersama guru membuat kesimpulan. Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, terjadi peningkatan aktivitas guru dan siswa dibandingkan pada siklus I. Peningkatan aktivitas guru dan siswa pada siklus II ditunjukkan ketika hampir setiap aktivitas guru dan siswa dalam langkah-langkah proses pembelajaran IPA melalui model pembelajaran STAD telah dilaksanakan secara optimal dengan guru memberikan penjelasan lebih lanjut tentang tujuan yang ingin dicapai, guru membimbing siswa untuk belajar dalam kelompok, guru memotivasi siswa dengan reward stiker dan sertifikat bagi kemajuan hasil belajar maupun keaktifan, sehingga setiap siswa termotivasi untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran dengan lebih aktif bertanya, lebih aktif menjawab pertanyaan, lebih mendengarkan penjelasan guru, lebih aktif belajar dalam kelompok, sehingga nilai kuis akan lebih baik dan akan memperoleh nilai kemajuan untuk mendapatkan penghargaan. Peningkatan
182
aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran, menyebabkan peningkatan motivasi dan hasil belajar.
4.2.4.2. Analisis Komparatif Motivasi Belajar Siswa Peningkatan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran, menyebabkan peningkatan motivasi belajar siswa. Untuk mengetahui peningkatan motivasi dapat ditunjukkan dengan perbandingan rata-rata skor motivasi belajar antara siklus I dan siklus II yang digambarkan pada tabel 4.18 berikut. Tabel 4.18 Perbandingan Rata-Rata Skor Motivasi Siklus I dan Siklus II
Skor 73 – 92 93 – 112 113 – 132 Jumlah Rata-rata Kriteria Skor Maksimal Skor Minimal
Siklus I F 1 21 0 22
Siklus II % 5 95 0 100
100,5 Tinggi 106,5 88,5
f 0 0 22 22
% 0 0 100 100
129,8 Sangat tinggi 131,5 124
Berdasarkan tabel 4.18 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan rata-rata skor motivasi belajar siswa antara siklus I dan siklus II. Rata-rata skor motivasi belajar siswa pada siklus I sebesar 100,5 dengan kriteria tinggi meningkat menjadi sebesar 129,8 dengan kriteria sangat tinggi pada siklus II. Peningkatan rata-rata skor motivasi belajar siswa antara siklus I dan siklus II dapat disajikan pada diagram 4.19berikut.
183
Diagram 4.19 Peningkatan Rata-Rata Skor Motivasi belajar Siklus I dan Siklus II
Meningkatnya rata-rata skor motivasi antara siklus I dan siklus II disebabkan oleh meningkatnya total skor aspek-aspek pengamatan motivasi belajar pada siklus I dan siklus II. Perbandingan total skor aspek-aspek pengamatan motivasi belajar pada siklus I dan siklus II disajikan pada tabel 4.19 berikut. Tabel 4.19 Perbandingan Aspek Motivasi Belajar Siklus I dan Siklus II
Aspek yang Diamati Adanya hasrat dan keinginan berhasil Adanya dorongan dan kebutuhan belajar Adanya penghargaan dalam belajar Adanya kegiatan menarik dalam belajar Adanya lingkungan belajar kondusif Total Skor Rata-rata Kriteria
Total Skor % S II
%
21,10
75
27,20
97
26,35
66
39,35
98
10,85
90
12,00
100
31,90
80
39,20
98
10,35
86
12,00
100
SI
100,55 76 3,05 Tinggi
129,75 98 3,93 Sangat Tinggi
184
Berdasarkan tabel 4.19, dapat diketahui bahwa rata-rata skor aspek adanya hasrat dan keinginan berhasil pada siklus I sebesar 21,1 atau 75% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 27,2 atau 97% dari skor maksimal pada siklus II, rata-rata skor aspek adanya dorongan dan kebutuhan belajar pada siklus I sebesar 26,35 atau 66% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 39,35 atau 98% dari skor maksimal pada siklus II, rata-rata skor aspek adanya penghargaan dalam belajar pada siklus I sebesar 10,85 atau 90% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 12 atau 100% dari skor maksimal pada siklus II, rata-rata skor aspek adanya kegiatan menarik dalam belajar siklus I sebesar 31,9 atau 80% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 39,2 atau 98% dari skor maksimal pada siklus II, rata-rata skor aspek adanya lingkungan belajar yang kondusif siklus I sebesar 10,35 atau 86% dari skor maksimal meningkat menjadi sebesar 12 atau 100% dari skor maksimal pada siklus II. Peningkatan total skor aspek-aspek pengamatan motivasi belajar pada siklus I dan siklus II disajikan pada diagram 4.20 berikut.
Diagram 4.20 Peningkatan Persentase Aspek Motivasi Belajar Siklus I dan Siklus II
185
Berdasarkan hasil observasi motivasi belajar yang terjadi setelah pelaksanaan tindakan (siklus I dan siklus II) serta pada kondisi awal, maka dapat diketahui telah terjadi peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Pada kondisi awal sebelum pelaksanaan tindakan, motivasi belajar siswa dalam pembelajaran sangat rendah, yang terbukti ketika guru menjelaskan materi pembelajarn, sikap siswa cenderung kurang tertarik dengan penjelasan guru, ketika guru melakukan tanya jawab, hanya siswa berkemampuan akademik tinggi yang berusaha menjawab, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan akademik rendah tidak termotivasi untuk menjawab dan memiliki “jalan aman” dengan diam. Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I, terjadi peningkatan motivasi belajar dibandingkan pada kondisi awal, namun motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran pada siklus I dapat dikatakan masih belum maksimal dan belum merata. Motivasi belajar IPA siswa yang tinggi ditunjukkan ketika berusaha mendapatkan penghargaan belajar berupa sertifikat, antusias menyimak video yang ditayangkan, mencatat hal-hal penting dari video, antusias mengerjakan lembar diskusi, tidak berbuat gaduh, melakukan komunikasi multi arah, melaksanakan tugask diskusi dan kuis sesuai alokasi waktu. Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, terjadi peningkatan motivasi belajar dibandingkan pada siklus I. Motivasi belajar siswa yang tinggi pada siklus II ditunjukkan hampir setiap indikator motivasi belajar dalam pembelajaran dapat dilakukan secara optimal seperti mempelajari materi IPA yang akan diajarkan guru, menyimak penjelasan guru dengan seksama, aktif bertanya maupun menjawab, selalu berusaha memperoleh kemajuan belajar, adanya kegiatan belajar tutor sebaya, mencari sumber belajr selain dari buku sekolah, dan melaksanakan kegiatan akhir. Perbandingan hasil analisis kriteria motivasi belajar pada siklus I dan siklus II dapat disajikan dalam diagram 4.21 berikut.
186
Diagram 4.21 Perbandingan Motivasi Belajar Siklus I dan Siklus II
4.2.4.3. Analisis Komparatif Hasil Belajar Siswa Adanya peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran menunjukkan adanya tindakan belajar yang lebih optimal sehingga hasil belajar yang dicapai siswa pun mengalami peningkatan. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar yang terjadi pada siswa kelas 4 SDN Karangduren 02, maka perbandingan hasil belajar dan ketuntasan belajar antara kondisi awal, siklus I, dan siklus II disajikan pada tabel 4.20 berikut. Tabel 4.20 Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
No. 1. 2.
Ketuntasan Belajar Tidak tuntas Tuntas Jumlah Rata-rata Nilai Tertinggi Nilai Terendah
Nilai < 75 ≥ 75
Kondisi Awal ∑ % 17 77 5 23 22 100 68,86 78 45
Siklus I
Siklus II
∑ % 6 27 16 73 22 100 79,27 100 52
∑ % 2 9 20 91 22 100 86,55 100 68
187
Berdasarkan tabel 4.20 nilai rata-rata hasil belajar mengalami peningkatan tiap siklus, pada kondisi awal nilai rata-rata hasil belajar sebesar 68,86, pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar sebesar 79,27, dan pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar sebesar 86,55. Peningkatan rata-rata hasil belajar tiap siklus dapat disajikan pada diagram 4.22 berikut.
Diagram 4.22 Peningkatan Rata-Rata Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Berdasarkan tabel 4.20, pencapaian ketuntasan belajar mengalami peningkatan tiap siklus, pada kondisi awal jumlah siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 17 siswa atau 77% dari 22 siswa dan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 5 siswa atau 23% dari 22 siswa, pada siklus I jumlah siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 6 siswa atau 27% dari 22 siswa dan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 16 siswa atau 73% dari 22 siswa, sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 2 siswa atau 9% dari 22 siswa dan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 20 siswa atau 91% dari 22 siswa. Perbandingan ketuntasan belajar tiap siklus dapat disajikan pada diagram 4.23 berikut.
188
Diagram 4.23 Peningkatan Ketuntasan Belajar Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Dari data motivasi belajar dan hasil belajar pada siklus II dapat dinyatakan bahwa kualitas pembelajaran sudah meningkat dan penelitian telah berhasil atau telah mencapai indikator keberhasilan penelitian. Indikator keberhasilan motivasi belajar yang penulis tetapkan adalah ≥75% dari 22 siswa kelas 4 SDN Karangduren 02 memiliki motivasi belajar berkriteria tinggi, di mana pada siklus II motivasi belajar keseluruhan siswa berkriteria sangat tinggi. Indikator keberhasilan hasil belajar yang penulis tetapkan adalah 75% dari 22 siswa mencapai ketuntasan belajar dengan memperoleh nilai hasil belajar di atas KKM atau ≥ 75, di mana pada siklus II sebanyak 20 siswa atau 91% dari 22 siswa telah tuntas belajar dan sebanyak 2 siswa atau 9% dari 22 siswa tidak tuntas belajar. Dengan demikian indikator keberhasilan yang ditentukan penulis telah tercapai setelah implementasi pembelajaran pada siklus II.
4.3.
Pembahasan Pada kondisi awal, berdasarkan hasil observasi penulis yang telah
dilakukansebelum
penelitian
didapatkan
berbagai
permasalahan
dalam
pembelajaran. Hasil observasi penulis menunjukkan bahwa pada pembelajaran
189
IPA SDN Karangduren 02 kelas 4 masih jauh dari kondisi ideal pembelajaran. Kegiatan pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru belum memberikan pengalaman langsung pada siswa. Pembelajaran yang dilaksanakan masih didominasi dengan pemberian pengetahuan secara teoritis atau ceramah yang dilakukan guru. Dalam kelas terdapat klik antarsiswa berbasis kesamaan gender dan kemampuan intelektual sehingga siswa kurang dapat berbaur apabila dipisahkan dari kliknya. Pada saat kegiatan pembelajaran di kelas, tampak sekali motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA siswa rendah. Sikap siswa cenderung ramai sendiri, mengobrol dengan teman, dan kurang tertarik dengan pelajaran IPA. Saat tanya jawab seringkali yang menjawab pertanyaan hanyalah siswa tertentu saja, terutama siswa yang memiliki prestasi akademik tinggi. Motivasi belajar siswa yang rendah juga karena guru belum menghargai perbedaan kemampuan akademik siswa karena masih memberikan penghargaan kepada siswa terbaik dan belum fokus pada menghargai kemajuan belajar yang telah dicapai setiap siswa. Rendahnya motivasi berpengaruh pada hasil belajar IPA juga masih rendah karena rata-rata kelas 68,86 sedangkan KKM IPA adalah 75. Dari jumlah keseluruhan 22 siswa, sebanyak 17 siswa belum tuntas dan hanya 5 siswa yang telah tuntas. Data tersebut menunjukkan bahwa hanya 22,72% dari jumlah siswa yang sudah memenuhi nilai KKM dan 72,28% dari jumlah siswa masih belum memenuhi KKM. Dari keadaan tersebut, maka perlu dilakukan tindakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar. Model pembelajaran STAD terdiri dari beberapa kegiatan yang meliputi presentasi guru di depan kelas, belajar dalam kelompok, kuis, perhitungan skor kemajuan individu dan kelompok, serta pemberian penghargaan (Slavin, 2014: 143-146). Dalam penelitian ini implementasi model pembelajaran STAD selalu dievaluasi untuk memantau keberhasilan program pembelajaran STAD dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA yang sejalan dengan pemikiran Widoyoko (2012: 202) yang memantau kualitas pembelajaran dengan menilai kinerja guru atau aktivitas guru, sikap atau aktivitas siswa, motivasi belajar IPA siswa, dan hasil belajar IPA siswa sebagai output pembelajaran. Motivasi dan hasil belajar siswa meningkat seiring meningkatnya aktivitas guru
190
dan aktivitas siswa selama pembelajaran IPA menggunakan model STAD. Dalam implementasi pembelajaran, diperoleh rata-rata hasil observasi aktivitas guru pada siklus I adalah 118 atau 84% tergolong dalam kriteria tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan aktivitas dan kegiatan pembelajaran 84% dari harapan penulis, hal ini dikarenakan telah banyak aktivitas yang dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya aktifitas guru meningkat pada siklus II menjadi 135 atau 96% tergolong dalam kriteria sangat tinggi yang berarti guru telah mampu melaksanakan aktivitas dan kegiatan pembelajaran 96% dari harapan penulis, hal ini dikarenakan hampir seluruh aktivitas dapat dilaksanakan guru dengan sangat baik. Aktivitas guru yang baik selaras dengan aktivitas siswa yang baik pula. Rata-rata hasil observasi aktivitas siswa siklus I adalah 84,5 atau 85%tergolong dalam kriteria tinggi yang berarti siswa telah mampu melaksanakan aktivitas dan kegiatan pembelajaran 85% dari harapan penulis, hal ini dikarenakan telah banyak aktivitas yang dilaksanakan dengan baik. Aktivitas siswa pada siklus I meningkat pada siklus II menjadi 98,5 atau 99% tergolong dalam kriteria sangat tinggi yang berarti siswa telah mampu melaksanakan aktivitas dan kegiatan pembelajaran 99% dari harapan penulis, hal ini dikarenakan hampir seluruh aktivitas yang diharapkan telah dilaksanakan dengan sangat baik. Selama pembelajaran siswa lebih berpartisipasi aktif untuk mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran dan ikut serta bekerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan kelompok (sertifikat Super Team). Peningkatan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam penerapan model pembelajaran STAD berpengaruh pada meningkatnya motivasi belajar siswayang ditunjukkan dengan rata-rata motivasi belajar IPA siswa pada siklus I memperoleh skor 100,55 atau 76% tergolong dalam kriteria tinggi yang berarti siswa memiliki motivasi belajar tinggi yaitu mampu menunjukkan 76% dari indikator pengamatan motivasi yang diharapkan penulis, hal ini dikarenakan telah banyak aktivitas yang dilaksanakan dengan baik. Motivasi belajar siswa juga meningkat pada siklus II menjadi 129,75 atau 98% tergolong dalam kriteria sangat tinggi yang berarti siswa memiliki motivasi belajar sangat tinggi yaitu mampu menunjukkan 98% dari indikator pengamatan motivasi yang diharapkan penulis, hal ini dikarenakan hampir seluruh aktivitas telah dilaksanakan dengan sangat
191
baik. Dengan meningkatnya motivasi belajar maka aktivitas belajar siswa pun akan meningkat, yang berpengaruh pada meningkatnya hasil belajar siswa. Ratarata hasil belajar siswa pada kondisi awal adalah 68,86 yang meningkat pada siklus I menjadi 79,27 dan menjadi 86,55 pada siklus II. Ketuntasan belajar juga mengalami peningkatan yaitu dari 23% pada kondisi awal menjadi 73% pada siklus I dan meningkat pada siklus II menjadi 91%. Dengan demikian ketidaktuntasan siswa pun menurun dari kondisi awal sebesar 77% menjadi 27% pada siklus I dan 9% pada siklus II. Peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa selaras dengan pendapat Sharan (2012: 7) bahwa metode belajar dalam kelompok yang terdapat dalam pembelajaran STAD dapat mempercepat pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari sehingga dengan metode yang mempercepat dan meningkatkan pemahaman siswa dapat mencapai hasil belajar yang baik pula. Peningkatan motivasi dan hasil belajar setelah mengikuti pembelajaran IPA menggunakan model STAD terjadi karena pembelajaran STAD merupakan model pembelajaran yang tidak terlalu rumit sehingga sesuai dengan kelas yang baru transisi dari pembelajaran tradisional menuju pembelajaran kooperatif (Slavin, 2014: 143) sehingga dalam pelaksanaannya guru dan siswa tidak mengalami kebingungan karena STAD hampir sama dengan pembelajaran tradisional, yang membedakan adalah penghargaan yang diberikan kepada siswa. Selain itu, model pembelajaran STAD dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru. Dalam pembelajaran ini guru dibantu dengan alat peraga dan media pembelajaran berupa video sehingga siswa merasa tertarik, tidak berada dalam suasana tertekan, serta dapat berpikir secara kongkrit untuk mempermudah pemahamannya. Melalui model pembelajaran STAD siswa dituntut bekerja secara tim, adanya tim dalam pembelajaran ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Belajar dalam tim tidak dimaksudkan untuk mencari siswa terbaik atau kelompok terbaik namun merupakan strategi untuk meningkatkan kemajuan motivasi dan hasil belajar siswa dengan memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh siswa dan
192
kelompok untuk menjadi siswa terbaik dan kelompok terbaik berdasarkan kriteria yang telah disepakati. Kegiatan ini sejalan dengan penuturan Sharan (2012: 5) yang menyatakan bahwa model pembelajaran STAD dapat memberikan dampak meningkatkan motivasi belajar karena model ini memberikan alasan jika siswa diberikan penghargaan setelah melakukan pekerjaan yang lebih baik dari sebelumnya, siswa akan lebih terpacu belajar daripada jika mereka diberi penghargaan berdasarkan prestasi yang lebih baik dari temannya. Penghargaan kemajuan yang dicapai bisa memberi kerberhasilan yang tidak terlalu sulit maupun terlalu mudah dicapai siswa. Sehingga pembelajaran yang dirancang telah memperhatikan perbedaan individu siswa yang sejalan dengan penuturan Dimyati (2013: 49) bahwa siswa merupakan individual yang unik, tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya seperti karakteristik psikis, mental, kemampuan intelektual, dan sebagainya. Perbedaan individual ini berpengaruh terhadap cara dan hasil belajarnya. Karenanya perbedaan individu ini perlu diperhatikan guru dalam pembelajaran. Kondisi pembelajaran yang kondusif, pemberian kesempatan yang sama, dan selalu memantau kemajuan individu akan menghilangkan persaingan negatif yang terjadi dalam pembelajaran. Hal ini membuat siswa merasa senang selama belajar, tidak tegang, malu, dan takut selama pelajaran berlangsung. Selain itu, siswa dapat berbaur saat pembelajaran dalam bekerjasama menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan kelompok serta menghapuskan ketidakcocokan dan klik antarsiswa yang berbasi gender dan intelektual. Sejalan dengan pendapat Slavin (2014: 4-5) bahwa berdasarkan penelitian penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pencapaian prestasi siswa, meningkatkan akibat-akibat positif yang dapat mengembangkan hubungan antarkelompok, penerimaan teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri. Selain itu adanya penghargaan yang berupa sertifikat dan stiker yang diberikan pada tim dan siswa yang mencapai kriteria tertentu, dapat menumbuhkan motivasi siswa menjadi semangat untuk belajar yang lebih baik lagi pada pembelajaran berikutnya sesuai dengan pendapat De Deece dan Grawford (Djamarah, 2011:169) bahwa untuk meningkatkan motivasi siswa,
193
dapat dengan memberikan insentif atau hadiah. Peningkatan aktivitas guru dan siswa berdampak pada peningkatan motivasi belajar siswa sesuai dengan prinsip mengarahkan perilaku siswa oleh guru yang dikemukakan oleh De Deece dan Grawford (Djamarah, 2011:169) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini tampak apabila guru memahami pembelajaran STAD yang dirancang maka guru dapat mengontrol pembelajaran sesuai perencanaan dan mengarahkan pembelajaran yang berlangsungseperti ketika ada aktivitas yang telah dilakukan siswa sesuai harapan maka guru memberikan penguatan berupa pujian, serta ketika ketika ada aktivitas siswa yang belum dilakukan dengan baik maka guru selalu mengarahkan bagaimana memperbaikinya. Dengan demikian siswa mengetahui jika aktivitas yang belum baik perlu untuk diperbaiki dan aktivitas yang telah sesuai dengan harapan selalu ditingkatkan siswa. Peningkatan motivasi belajar dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II memberikan pengaruh positif pada hasil belajar siswa kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Hal ini mendukung pendapat Dalyono (Djamarah, 2011:201) yang menyatakan kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Dengan demikian semakin kuat motivasi belajar maka keberhasilan belajar akan semakin tinggi, begitu pula sebaliknya. Rendahnya motivasi belajar berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa pada kondisi awal, namun ketika siklus I aktivitas pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD yang menyenangkan membuat motivasi belajar siswa meningkat sehingga hasil belajar siswa pun meningkat, ketika siklus II aktivitas guru dan siswa sangat sesuai harapan menunjukkan tingginya motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar siswa juga meningkat lebih baik dari siklus I. Peningkatan motivasi dan hasil belajar setelah mengimplementasikan model pembelajaran STAD relevan dengan penuturan Sharan bahwa STAD memberikan manfaat positif untuk dapat meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman siswa akan materi pelajaran. Berdasarkan pembahasan yang telah disajikan, maka penggunaan model pembelajaran STADdalam pembelajaran IPA pada kelas 4Semester II SDN Karangduren 02 Tahun Pelajaran 2013/2014 ini selaras dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Purwitasaripada tahun 2013 dimana ketuntasan belajar
194
meningkat menjadi 91,3% dengan rata-rata hasil belajar 77,39 dan Sulastri pada tahun 2012 dengan rata-rata hasil belajar 80,73 dan persentase ketuntasannya meningkat menjadi 86,67%.Selain selaras dengan penelitian lain yang meningkatkan hasil belajar, pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran STAD pada siswa kelas 4 SDN Karangduren 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang juga dapat meningkatkan motivasi belajar IPA yang selaras dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Donatus pada tahun 2012 yaitu penerapan model pembelajaran STAD meningkatkan motivasi belajar menjadi 86,15% dan rata-rata hasil belajar menjadi 88,75 dengan persentase ketuntasan belajar 97,73%. Dari berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan, terbukti bahwa penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.