BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Pratindakan Kegiatan pratindakan dilakukan oleh penulis dengan melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran, aktivitas belajar siswa dan pemberian tes kemampuan koneksi matematis siswa di kelas VIII I SMP Negeri 1 Grogol Sukoharjo. Kegiatan observasi pratindakan dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 15 Maret 2016. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru sebelum diberikan tindakan adalah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Pada saat itu guru matematika sedang mengajarkan materi luas permukaan dan volume kubus. Dalam proses pembelajarannya guru menjelaskan materi dengan metode ceramah, setelah selesai menjelaskan materi lalu guru memberikan contoh soal. Selama guru menyampaikan materi maupun memberikan contoh permasalahan, hanya sedikit siswa yang mengajukan pertanyaan terkait dengan materi yang sedang dipelajari. Ketika guru yang memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana pengetahuannya, siswa justru bertanya kepada teman semeja dan tidak menjawab pertanyaan dari guru. Saat itu guru bertanya kepada siswa bagaimana mencari panjang diagonal bidang pada kubus. Namun tidak ada siswa yang menjawab pertanyaan dari guru. Kemudian guru menjelaskan bagaimana cara mencari panjang diagonal bidang pada kubus yaitu dengan rumus phytagoras. Banyak siswa yang tidak mengingat bagaimana penerapan rumus phytagoras. Setelah itu guru memberikan beberapa soal kepada siswa. Selama proses pengerjaan soal latihan yang diberikan guru, banyak siswa yang masih mengalami kesulitan dan mereka tidak mau bertanya kepada guru. Siswa terlihat lebih suka menunggu jawaban siswa lain yang mengerjakan soal tersebut di depan kelas atau menyalin pembahasan yang ditulis guru di papan tulis.
48
49
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti pada proses pembelajaran sebelum penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT, peneliti memperoleh beberapa kelemahan dari proses pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut : 1. Siswa cenderung pasif dan kurang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. 2. Dalam
proses
pembelajaran
terlihat
guru
lebih
mendominasi
pembelajaran dan proses pembelajaran terlihat monoton. 3. Siswa tidak mau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru tentang materi yang diajarkan pada saat pembelajaran berlangsung. 4. Siswa kesulitan ketika menghubungkan materi yang sedang dipelajari dengan materi yang telah diperoleh sebelumnya. Kondisi awal aktivitas belajar siswa dilihat dari hasil observasi aktivitas belajar sebelum diberikan tindakan seperti pada Tabel 4.1 dan secara lengkap tercantum pada Lampiran 45. Tabel 4.1. Ringkasan Aktivitas Belajar Siswa Sebelum Tindakan Banyak No Kegiatan yang Diamati Persentase Siswa 1. Kegiatan Visual a. Memperhatikan ketika guru menjelas22 68,75% kan materi. b. Memperhatikan ketika ada siswa lain 19 59,375% bertanya atau memberikan pendapat. Rata-rata kegiatan visual 64,063% 2. Kegiatan Lisan a. Bertanya kepada guru ketika 3 9,375% pembelajaran berlangsung. b. Memberikan jawaban atas pertanyaan 5 15,625% yang diberikan guru. c. Memberikan pendapat atau tanggapan 1 3,125% atas jawaban siswa lain. d. Berdiskusi dalam memecahkan 0 0% permasalahan yang diberikan pada kelompok. Rata-rata kegiatan lisan 7,031%
50
No 3.
4.
Banyak Siswa
Kegiatan yang Diamati Kegiatan Menulis a. Mengerjakan permasalahan yang diberikan dalam kelompok (LKK) b. Membuat rangkuman terkait dengan materi yang telah dipelajari. Rata-rata kegiatan menulis Kegiatan Emosional a. Siap ketika diminta menjawab pertanyaan dari guru. b. Bersedia ketika diminta oleh guru presentasi maupun mengerjakan soal di depan kelas. Rata-rata kegiatan emosional
Persentase
0
0%
22
68,75% 34,375%
4
12,5%
3
9,375%
10,938%
Tabel 4.1 menunjukkan ringkasan aktivitas belajar siswa berdasarkan hasil observasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah diisi oleh observer pada setiap indikator dalam proses pembelajaran sebelum diterapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT. Pada tabel terlihat bahwa rata-rata persentase kegiatan visual 64,063%, ratarata persentase kegiatan lisan 7,031%, rata-rata persentase kegiatan menulis 34,375%, dan rata-rata persentase kegiatan emosional 10,938%. Untuk mengetahui kondisi awal kemampuan koneksi matematis siswa sebelum penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT diberikan tes prasiklus yang dapat mengukur kemampuan koneksi matematis siswa. Pemberian tes prasiklus dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 22 Maret 2016 dengan materi kubus dan balok. Soal yang digunakan dalam tes awal dibuat dengan menyesuaikan indikator kemampuan koneksi matematis. Hasil dari tes prasiklus secara lengkap tercantum pada Lampiran 46. Adapun ringkasan kemampuan koneksi matematis
siswa
sebelum
penerapan
model
pembelajaran
Mathematics Project dengan strategi REACT seperti pada Tabel 4.2.
Missouri
51
Tabel 4.2. Ringkasan Kemampuan Koneksi Matematis Prasiklus Bentuk Kemampuan Koneksi Matematis
Level
0
Mengenal dan menggunakan hubungan antara ide-ide matematika.
1
2
0 Memahami keterkaitan ide-ide matematika dan membentuk ide satu dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh.
1
2
Keterangan Siswa tidak mampu menuliskan ide-ide matematika yang mendasari jawaban kemudian menghubungkan dengan ide baru. Siswa mampu menuliskan ide-ide matematika yang mendasari jawaban kemudian menghubungkan dengan ide baru tetapi salah. Siswa mampu menuliskan ide-ide matematika yang mendasari jawaban kemudian menghubungkan dengan ide baru dengan benar dan tepat. Siswa tidak mampu membentuk keterkaitan ide-ide matematika sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh. Siswa mampu membentuk keterkaitan ide-ide matematika sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh tetapi salah.. Siswa mampu membentuk keterkaitan ide-ide matematika sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh dengan benar dan tepat.
Persentase
0%
62,5%
37,5%
12,5%
78,125%
9,375%
52
Bentuk Kemampuan Koneksi Matematis
Level
0 Mengenal dan menerapkan matematika dalam kehidupan nyata.
1
2
Keterangan Siswa tidak mampu mengkoneksikan antara kejadian yang ada pada kehidupan nyata ke dalam model matematika. Siswa mampu mengkoneksikan antara kejadian yang ada pada kehidupan nyata ke dalam model matematika tetapi salah. Siswa mampu mengkoneksikan antara kejadian yang ada pada kehidupan nyata ke dalam model matematika dengan benar dan tepat.
Persentase
81,25%
9,375%
9,375%
Berdasarkan hasil kemampuan koneksi matematis siswa pada Tabel 4.2 terlihat bahwa bentuk kemampuan koneksi matematis siswa yaitu mengenal dan menggunakan hubungan antara ide-ide matematika yang telah mencapai level skor 2 sebanyak 37,5% siswa, pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu memahami keterkaitan ide-ide matematika dan membentuk ide satu dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh yang telah mencapai level skor 2 sebanyak 9,375% siswa, dan pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu mengenal dan menerapkan matematika dalam kehidupan nyata yang telah mencapai level skor 2 sebanyak 9,375% siswa. Pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu mengenal dan menggunakan hubungan antara ide-ide matematika sebanyak 62,5% siswa hanya mencapai level 1. Hal ini kemungkinan dikarenakan siswa tidak bisa mengkoneksikan antara materi yang baru saja dipelajari dengan materi yang telah dimiliki sebelumnya. Siswa kesulitan ketika mengingat materi yang telah diperoleh sebelumnya. Contoh pekerjaan siswa seperti pada Gambar 4.1.
53
Soal: Diketahui sebuah kubus panjang diagonal bidangnya adalah
√ cm.
Hitunglah luas permukaan kubus tersebut.
Gambar 4.1. Contoh Pekerjaan Siswa Tes Prasiklus Soal Nomor 1 Berdasarkan Gambar 4.1 siswa kesulitan dalam menggunakan materi yang telah dimiliki. Seharusnya siswa mencari panjang sisi kubus terlebih dahulu, setelah itu mencari luas permukaan kubus. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kesulitan dalam mengkoneksikan antara materi yang baru saja dipelajari dengan materi yang telah dimiliki sebelumnya Pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu memahami keterkaitan ide-ide matematika dan membentuk ide satu dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh sebanyak 78,125% siswa hanya mencapai level 1. Hal ini kemungkinan karena siswa tidak dapat mengkoneksikan berbagai ide yang telah diperoleh dalam penyelesaian
soal
sehingga
membentuk
suatu
keterkaitan
untuk
menyelesaikan soal. Contoh pekerjaan siswa seperti pada Gambar 4.2. Soal : Sebuah kubus panjang setiap rusuknya 2 m. Kubus tersebut tersusun dari kubus-kubus kecil dengan panjang setiap rusuknya 20 cm. Tentukan berapa banyak kubus kecil sehingga tersusun kubus besar.
Gambar 4.2. Contoh Pekerjaan Siswa Tes Prasiklus Soal Nomor 2
54
Berdasarkan Gambar 4.2 siswa tidak dapat megkaitkan antara volume kubus besar dan volume kubus kecil sehingga diperoleh banyaknya kubus kecil yang menyusun kubus besar. Hal ini menunjukkan siswa tidak dapat menghubungkan berbagai ide yang telah diperoleh untuk menyelesaikan soal. Pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu mengenal dan menerapkan matematika dalam kehidupan nyata sebanyak 81,25% siswa hanya mencapai level 0. Hal ini dikarenakan siswa tidak dapat memahami maksud soal sehingga kesulitan dalam membuat model matematika dan tidak dapat mencari penyelesaiannya. Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes awal sebelum tindakan, maka dilakukan tindakan dalam rangka meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan koneksi matematis siswa melalui model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT. Model pembelajaran tersebut akan diterapkan pada materi prisma dan limas. 2. Hasil Tindakan Siklus I a. Perencanaan Berdasarkan keadaan siswa yang telah diketahui sebelumnya melalui pengamatan kegiatan pembelajaran dan hasil tes, diketahui bahwa diperlukan tindakan berupa penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT untuk meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan koneksi matematis siswa. Guru dan penulis menyusun rencana pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT sebanyak dua pertemuan dan dilanjutkan dengan pelaksanaan tes akhir siklus. Pada pembelajaran pertemuan pertama mempelajari materi luas permukaan prisma dan kegiatan pembelajaran peretemuan kedua mempelajari volume prisma. Penulis menyusun RPP sesuai dengan model pembelajaran dan strategi yang digunakan kemudian menyusun instrumen pembelajaran yang diperlukan. Berdasarkan RPP yang menerapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT, kegiatan awal
55
pembelajaran yaitu review, guru mengingatkan kembali materi yang telah diperoleh siswa yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari (relating). Pada tahap selanjutnya yaitu kegiatan inti, pada langkah pengembangan guru menyampaikan materi dengan melakukan tanya jawab kepada siswa. Pada langkah kerja kooperatif guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok diberi suatu permasalahan dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKK) agar diselesaikan secara diskusi dengan teman kelompoknya (cooperating). LKK yang diberikan dibuat sedemikian sehingga mengandung komponen experiencing dan applying. Setelah itu pada langkah kerja mandiri, siswa diberi tes individu terkait materi yang telah dipelajari. Pada kegiatan penutup siswa diberi pekerjaan rumah sebagai bentuk langkah penugasan. Soal yang diberikan sebagai tugas mengandung komponen transferring. Dalam serangkaian langkah pembelajaran model pembelajaran Missouri Mathematics Project tersebut memuat komponen REACT yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferring. Pada tahap perencanaan ini, penulis juga menyusun lembar observasi kegiatan pembelajaran di kelas dan lembar observasi aktivitas belajar siswa. Sebelum dipergunakan lembar observasi divalidasi terlebih dahulu oleh validator yaitu Ibu Getut Pramesti, S.Si., M.Si., Bapak Mujiyana, S.Pd dan Ibu Surami, S.Pd. Instrumen terakhir yang disiapkan oleh penulis adalah tes akhir siklus untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis siswa. Soal tes disusun berdasarkan materi yang direncanakan akan disampaikan kepada siswa yaitu luas permukaan dan volume prisma. Selanjutnya penulis membuat kisi-kisi soal dan dilanjutkan dengan penyusunan soal. Kemudian penulis mengajukan uji validitas soal tersebut kepada validator yaitu Ibu Getut Pramesti, S.Si., M.Si. Soal yang diajukan kepada Ibu Getut Pramesti, S.Si., M.Si. dapat digunakan tetapi setelah beberapa revisi. Selanjutnya penulis mengajukan uji validitas soal kepada Ibu Surami, S.Pd dan Bapak Mujiyana, S.Pd. Soal yang diajukan kepada kedua validator
56
tersebut dapat digunakan tanpa revisi. Dengan demikian ketiga validator menyatakan hal yang sama yaitu soal yang diajukan untuk divalidasi dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis siswa dengan adanya revisi. b. Pelaksanaan Pelaksana tindakan yaitu Suhartini Rochmawati (peneliti) sebagai guru yang memberikan tindakan. Pelaksanaan tindakan terdiri dari tiga pertemuan, yaitu dua pertemuan pembelajaran dan satu pertemuan untuk tes akhir siklus. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus I, dimulai pada hari Sabtu 26 Maret 2016 dan berakhir pada hari Sabtu 2 April 2016. Materi yang digunakan pada siklus I adalah luas permukaan dan volume prisma. 1) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 26 Maret 2016 selama 2 x 40 menit sejak pukul 10.10 WIB sampai dengan pukul 11.30 WIB dengan materi luas permukaan prisma. Pada langkah pertama diawali guru masuk kelas dan menyiapkan kondisi kelas. Kemudian membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan menanyakan siswa yang tidak hadir. Guru menyampaikan kepada siswa bahwa kegiatan pembelajaran akan menerapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT dan menjelaskan langkah-langkahnya. a) Review Pada langkah ini, guru meninjau ulang materi yang telah dipelajari sebelumnya yaitu luas permukaan kubus dan balok dengan melakukan tanya jawab kepada siswa. Guru bertanya kepada siswa bagaimana bentuk jaring-jaring kubus dan balok serta bagaimana menentukan luas permukaan kedua bangun tersebut. Karena tidak ada siswa yang menjawab secara sukarela pertanyaan dari guru maka guru menunjuk dua orang siswa untuk menggambarkan jaring-jaring kubus dan balok di depan kelas.
57
Ketika guru bertanya bagaimana rumus luas permukaan kedua bangun tersebut siswa menjawabnya secara serempak. Guru menyampaikan kepada siswa apabila akan menjawab pertanyaan agar tunjuk jari sehingga tidak akan muncul jawaban serempak oleh siswa. Kemudian guru menunjuk dua orang siswa untuk menjawab secara mandiri. Guru
membangkitkan
motivasi
siswa
dengan
menyampaikan manfaat materi yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari misalnya apabila akan membungkus kado yang berbentuk prisma maka dapat mengetahui berapa luas kertas yang dibutuhkan. b) Pengembangan Pada langkah ini, guru menjelaskan materi tentang luas permukaan prisma. Dengan bantuan alat peraga yaitu sebuah bangun prisma dan jaring-jaring prisma, siswa diajak untuk menemukan rumus luas permukaan prisma. Untuk merangsang pengetahuan siswa, guru melakukan tanya jawab dengan siswa agar ikut terlibat dalam proses pembelajaran. Namun hanya beberapa siswa saja yang berani menjawab pertanyaan dari guru. Guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal yang belum dimengerti. Beberapa siswa bertanya kepada guru terkait materi luas permukaan prisma. c) Kerja Kooperatif Pada langkah ini, guru membagi siswa menjadi delapan kelompok. Setiap kelompok diberikan permasalahan dalam bentuk
Lembar
Keja
Kelompok
(LKK).
Siswa
diminta
menyelesaikan permasalah yang ada dengan diskusi bersama teman kelompoknya. Guru mengawasi jalannya diskusi dan memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan. Karena keadaan kelas menjadi kurang kondusif dan siswa gaduh maka diskusi tidak
58
selesai sesuai waktu yang direncanakan sehingga perlu adanya tambahan waktu. Karena waktu yang terbatas, tidak ada kegiatan presentasi oleh siswa terkait hasil diskusi. Guru hanya memberikan klarifikasi dan penguatan terkait hasil diskusi siswa. d) Kerja Mandiri Karena jam pelajaran matematika hampir selesai maka tidak ada waktu untuk melakukan tes individu. Sehingga langkah kegiatan kerja mandiri tidak terlaksana. e) Penugasan Sebelum memberikan pekerjaan rumah, guru bersama siswa membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari. Setelah itu guru meminta siswa untuk membuat rangkuman terkait materi yang telah dipelajari. Beberapa siswa tidak membuat rangkuman. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila masih ada hal yang ingin ditanyakan. Kemudian guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya yaitu volume prisma dan meminta siswa untuk mempelajari di rumah. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. 2) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa 29 Maret 2016 selama 2 x 40 menit sejak pukul 09.15 WIB sampai dengan pukul 10.35 WIB dengan materi volume prisma. Pada langkah pertama diawali guru masuk kelas dan menyiapkan kondisi kelas. Kemudian membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan menanyakan siswa yang tidak hadir. Guru menyampaikan kepada siswa bahwa kegiatan pembelajaran akan menerapkan Missouri
Mathematics
Project
menjelaskan langkah-langkahnya.
dengan
model pembelajaran strategi
REACT
dan
59
a) Review Guru bersama siswa membahas pekerjaan rumah. Guru meminta salah satu siswa untuk mengerjakan di papan tulis. Kemudian guru memberikan klarifikasi. Langkah selanjutnya guru meninjau ulang materi yang telah dipelajari yaitu volume kubus dan balok dengan melakukan tanya jawab kepada siswa. Guru bertanya kepada siswa bagaimana rumus volume kubus dan balok. Beberapa siswa berani tunjuk jari dan siap menjawab pertanyaan dari guru. Kemudian guru menunjuk beberapa siswa untuk menjawab pertanyaan. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini yaitu menemukan rumus volume prisma dan menerapkan konsep volume prisma untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Guru membangkitkan motivasi siswa dengan dipelajari
dalam
menyampaikan manfaat materi yang akan kehidupan
sehari-hari
misalnya
dapat
menghitung volume air dalam akuarium yang berbentuk prisma. b) Pengembangan Pada langkah ini, guru menjelaskan materi tentang volume prisma. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk merangsang pengetahuan siswa dalam menemukan rumus volume prisma. Beberapa siswa siap menjawab pertanyaan dari guru dengan tunjuk jari. Guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal yang belum dimengerti. Hanya sedikit siswa yang berani bertanya terkait hal yang belum dimengerti. c) Kerja Kooperatif Pada langkah ini, guru membagi siswa menjadi delapan kelompok. Setiap kelompok diberikan permasalahan dalam bentuk
Lembar
Keja
Kelompok
(LKK).
Siswa
diminta
menyelesaikan permasalah yang ada dengan diskusi bersama teman kelompoknya. Guru mengawasi jalannya diskusi dan
60
memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan. Pada pembelajaran kali ini kegiatan diskusi lebih kondusif sehingga dapat terlaksana sesuai alokasi waktu yang direncanakan. Setelah kegiatan diskusi selesai,
guru
meminta
salah
satu
kelompok
untuk
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk bertanya ataupun memberikan tanggapan. Beberapa siswa bertanya kepada kelompok yang presentasi. Guru memberikan penguatan atau umpan balik terkait hasil diskusi siswa. d) Kerja Mandiri Guru memberikan tes individu kepada setiap siswa agar dikerjakan secara individu untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi oleh siswa. Setelah selesai mengerjakan tes individu, guru dan siswa membahas soal tersebut. Guru meminta salah satu siswa untuk mengerjakan di papan tulis. Guru memberikan klarifikasi terhadap hasil pekerjaan siswa. e) Penugasan Sebelum memberikan pekerjaan rumah, guru bersama siswa membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari. Setelah itu guru meminta siswa untuk membuat rangkuman terkait materi yang telah dipelajari. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila masih ada hal yang ingin ditanyakan. Kemudian guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Guru menyampaikan bahwa pada pertemuan selanjutnya akan diadakan tes dengan materi luas permukaan dan volume prisma. Guru meminta siswa untuk belajar di rumah. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
61
3) Tes Akhir Siklus I Tes akhir siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu 2 April 2016. Guru membuka kelas dengan salam, kemudian guru mengecek kehadiran siswa dan seluruh siswa masuk, sehingga tes diikuti oleh 32 siswa. Sebelum tes dimulai, guru dan siswa membahas pekerjaan rumah terlebih dahulu. Guru meminta salah satu siswa untuk mengerjakan di depan kelas. Guru memberikan klarifikasi terhadap pekerjaan rumah yang telah dikerjakan siswa. Selanjutnya guru membagikan soal tes dan lembar jawab kepada setiap siswa. Setelah selesai membagikan soal dan lembar jawab kepada siswa, guru mempersilakan untuk mulai mengerjakan soal tes. Waktu yang diberikan adalah 60 menit. Setelah 60 menit waktu berjalan, semua siswa mengumpulkan lembar jawabnya kepada guru. Selanjutnya guru menginformasikan kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu luas permukaan limas. Para siswa diharapkan mempelajari materi tersebut. c. Data Hasil Observasi dan Tes 1) Data Hasil Observasi Proses Pembelajaran Dari hasil pengamatan selama siklus I yang dilakukan oleh peneliti dan tiga orang rekan peneliti sebagai observer yang dilihat dari lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran diperoleh hasil sebagai berikut : a) Kegiatan Pendahuluan Pada kegiatan awal guru memberikan apersepsi yaitu meninjau ulang materi yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam hal ini guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa terkait dengan materi yang telah diperoleh. Pada pertemuan pertama, ketika guru memberikan pertanyaan tidak ada siswa yang siap untuk menjawab pertanyaan dari guru dengan tunjuk jari sehingga guru perlu menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan. Pada pertemuan berikutnya, kesiapan siswa untuk merespon pertanyaan
62
dari guru mulai meningkat. Beberapa siswa siap menjawab pertanyaan dari guru dengan tunjuk jari terlebih dahulu. Selanjutnya
guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
dan
memberikan motivasi kepada siswa terkait materi yang akan dipelajari.
Namun
pada
pertemuan
pertama
guru
tidak
menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. b) Kegiatan Inti Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari dengan melakukan
tanya
jawab
kepada
siswa
untuk
merangsang
pengetahuan siswa. Beberapa siswa siap menjawab pertanyaan dari guru dengan tunjuk jari. Guru menunjuk beberapa siswa untuk menjawab pertanyaan. Guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal yang belum dimengerti. Guru membagi siswa menjadi delapan kelompok. Setiap kelompok diberikan permasalahan dalam bentuk Lembar Keja Kelompok (LKK). Siswa diminta menyelesaikan permasalah yang ada dengan diskusi bersama teman kelompoknya. Guru mengawasi jalannya diskusi dan memberikan bimbingan apabila ada siswa yang mengalami kesulitan ketika menyelesaikan permasalahan. Ketika diskusi, masih banyak siswa yang ramai dan mengganggu siswa lain sehingga suasana kelas menjadi gaduh. Kegiatan pembelajaran menjadi tidak kondusif ketika diskusi. Waktu untuk berdiskusi pun tidak sesuai dengan yang direncanakan sehingga perlu ada tambahan waktu. Setelah diskusi selesai, guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Namun pada pertemuan pertama kegiatan presentasi tidak terlaksana karena keterbatasan waktu. Setelah presentasi, guru memberikan kesempatan siswa dari kelompok lain untuk bertanya atau
memberikan
tanggapan.
Kemudian
guru
klarifikasi dan penguatan terhadap hasil diskusi siswa.
memberikan
63
Guru memberikan soal tes kepada siswa agar dikerjakan secara individu untuk melihat sejauh mana penguasaan materi oleh siswa. Pada pertemuan pertama tes individu tidak terlaksana karena terbatasnya waktu. Pada pertemuan kedua tes individu terlaksana. Setelah selesai mengerjakan tes individu, guru dan siswa membahas soal tersebut. Guru meminta salah satu siswa untuk mengerjakan di papan tulis. Guru memberikan klarifikasi terhadap hasil pekerjaan siswa. c) Kegiatan Penutup Pada
kegiatan
penutup,
guru
dan
siswa
membuat
kesimpulan terkait materi yang telah dipelajari. Kemudian guru meminta siswa membuat rangkuman di buku masing-masing terkait materi yang telah dipelajari. Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa dan akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Setelah itu guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan
selanjutnya.
Guru
menutup
pelajaran
dengan
mengucapkan salam. 2) Data Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Observasi aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran dilakukan oleh enam rekan peneliti sebagai observer. Namun aktivitas belajar setiap siswa diamati oleh tiga observer sehingga setiap observer mengamati 16 orang siswa. Berikut hasil observasi pada siklus I. a) Pertemuan Pertama Data mengenai aktivitas belajar siswa siklus I pertemuan pertama terdapat dalam Lampiran 49. Adapun ringkasan hasil observasi aktivitas belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan observasi pada siklus I pertemuan pertama akan disajikan dalam Tabel 4.3.
64
Tabel 4.3. Ringkasan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan Pertama No
Kegiatan yang diamati
1.
Kegiatan Visual a. Memperhatikan ketika guru menjelaskan materi. b. Memperhatikan ketika ada siswa lain bertanya atau memberikan pendapat. Rata-rata kegiatan visual Kegiatan Lisan a. Bertanya kepada guru ketika pembelajaran berlangsung. b. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan guru. c. Memberikan pendapat atau tanggapan atas jawaban siswa lain. d. Berdiskusi dalam memecahkan permasalahan yang diberikan pada kelompok. Rata-rata kegiatan lisan Kegiatan Menulis a. Mengerjakan permasalahan yang diberikan dalam kelompok (LKK) b. Membuat rangkuman terkait dengan materi yang telah dipelajari. Rata-rata kegiatan menulis Kegiatan Emosional a. Siap ketika diminta menjawab pertanyaan dari guru. b. Bersedia ketika diminta oleh guru presentasi maupun mengerjakan soal di depan kelas. Rata-rata kegiatan emosional
2.
3.
4.
Banyak Siswa
Persentase
23
71,875%
22
68,75% 70,313%
8
25%
11
34,375%
5
15,625%
19
59,375%
33,594% 19
59,375%
23
71,875% 65,625%
10
31,25%
11
34,375%
32,813%
b) Pertemuan Kedua Data mengenai aktivitas belajar siswa pada pertemuan kedua siklus I terdapat dalam Lampiran 49. Adapun ringkasan hasil observasi aktivitas belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan observasi pada pertemuan kedua siklus I akan disajikan dalam Tabel 4.4.
65
Tabel 4.4. Ringkasan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan Kedua No
Kegiatan yang diamati
1.
Kegiatan Visual a. Memperhatikan ketika guru menjelaskan materi. b. Memperhatikan ketika ada siswa lain bertanya atau memberikan pendapat. Rata-rata kegiatan visual Kegiatan Lisan a. Bertanya kepada guru ketika pembelajaran berlangsung. b. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan guru. c. Memberikan pendapat atau tanggapan atas jawaban siswa lain. d. Berdiskusi dalam memecahkan permasalahan yang diberikan pada kelompok. Rata-rata kegiatan lisan Kegiatan Menulis a. Mengerjakan permasalahan yang diberikan dalam kelompok (LKK) b. Membuat rangkuman terkait dengan materi yang telah dipelajari. Rata-rata kegiatan menulis Kegiatan Emosional a. Siap ketika diminta menjawab pertanyaan dari guru. b. Bersedia ketika diminta oleh guru presentasi maupun mengerjakan soal di depan kelas. Rata-rata kegiatan emosional
2.
3.
4.
Banyak Siswa
Persentase
26
81,25%
26
81,25% 81,25%
9
28,125%
14
43,75%
6
18,75%
26
81,25%
42,969% 24
75%
26
81,25% 78,125%
16
50%
15
46,875%
48,438%
Kemudian dari observasi terhadap aktivitas belajar siswa saat pembelajaran pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua pada siklus I dapat dicari rata-ratanya untuk setiap kegiatan. Dari rata-rata dua pertemuan tersebut sebagai hasil aktivitas belajar siswa pada siklus I seperti yang disajikan pada Tabel 4.5.
66
Tabel 4.5. Ringkasan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I No
Kegiatan yang diamati
1 2 3 4
Kegiatan Visual Kegiatan Lisan Kegiatan Menulis Kegiatan Emosional
Persentase Pertemuan Pertemuan Pertama Kedua 70,313% 81,25% 33,594% 42,969% 65,625% 78,125% 32,813% 48,438%
Rata-rata 75,782% 38,282% 71,875% 40,626%
Berdasarkan data Tabel 4.5 diperoleh bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT untuk aktivitas belajar siswa dalam kegiatan visual sebesar 75,782%, aktivitas belajar siswa dalam kegiatan lisan sebesar 38,282%, aktivitas belajar siswa dalam kegiatan menulis sebesar 71,875%, aktivitas belajar siswa dalam kegiatan emosional sebesar 40,626%. Dari hasil tersebut, tingkat aktivitas belajar siswa masih di bawah target sehingga indikator kinerja belum tercapai. 3) Data Hasil Tes Siklus I Hasil tes siklus I dalam persentase hasil capaian skor tes siklus I siswa setelah penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis siswa. Hasil dari tes siklus I secara lengkap tercantum pada Lampiran 50. Adapun ringkasan kemampuan koneksi matematis siswa setelah penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT seperti Tabel 4.6.
67
Tabel 4.6. Ringkasan Kemampuan Koneksi Matematis Siklus I Bentuk Kemampuan Level Koneksi Matematis
0
Mengenal dan menggunakan hubungan antara ide-ide matematika.
1
2
0 Memahami keterkaitan ide-ide matematika dan membentuk ide satu dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh.
1
2
Keterangan Siswa tidak mampu menuliskan ide-ide matematika yang mendasari jawaban kemudian menghubungkan dengan ide baru. Siswa mampu menuliskan ide-ide matematika yang mendasari jawaban kemudian menghubungkan dengan ide baru tetapi salah. Siswa mampu menuliskan ide-ide matematika yang mendasari jawaban kemudian menghubungkan dengan ide baru dengan benar dan tepat. Siswa tidak mampu membentuk keterkaitan ide-ide matematika sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh. Siswa mampu membentuk keterkaitan ide-ide matematika sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh tetapi salah.. Siswa mampu membentuk keterkaitan ide-ide matematika sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh dengan benar dan tepat.
Presentase
0%
46,875%
53,125%
21,875%
37,5%
40,625%
68
Bentuk Kemampuan Koneksi Matematis
Level
0 Mengenal dan menerapkan matematika dalam kehidupan nyata.
1
2
Keterangan Siswa tidak mampu mengkoneksikan antara kejadian yang ada pada kehidupan nyata ke dalam model matematika. Siswa mampu mengkoneksikan antara kejadian yang ada pada kehidupan nyata ke dalam model matematika tetapi salah. Siswa mampu mengkoneksikan antara kejadian yang ada pada kehidupan nyata ke dalam model matematika dengan benar dan tepat.
Persentase
25%
50%
25%
Berdasar-kan hasil kemampuan koneksi matematis siswa pada Tabel 4.6 terlihat bahwa pada bentuk kemampuan koneksi matematis siswa yaitu mengenal dan menggunakan hubungan antara ide-ide matematika yang telah mencapai level skor 2 sebanyak 53,125% siswa, memahami keterkaitan ide-ide matematika dan membentuk ide satu dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh yang telah mencapai level skor 2 sebanyak 40,625% siswa, dan mengenal dan menerapkan matematika dalam kehidupan nyata yang telah mencapai level skor 2 sebanyak 25% siswa. Pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu mengenal dan menggunakan hubungan antara ide-ide matematika sudah tidak ada siswa yang hanya mencapai level 0. Sebanyak 40,625% siswa telah mencapai level 2. Permasalahan yang dialami siswa adalah kesulitan mengkoneksikan antara materi yang baru saja dipelajari dengan materi yang telah dimiliki sebelumnya. Siswa kesulitan ketika harus mengingat materi yang telah diperoleh sebelumnya. Contoh pekerjaan siswa seperti pada Gambar 4.3.
69
Soal : Sebuah prisma tegak dengan alas berbentuk belah ketupat diketahui salah satu diagonalnya 16 cm dan panjang sisinya 10 cm. Jika tinggi prisma tersebut adalah 90 cm, hitunglah luas permukaan prisma.
Gambar 4.3. Contoh Pekerjaan Siswa Tes Siklus I Soal Nomor 1 Pada Gambar 4.3 merupakan contoh siswa tidak mampu menuliskan ide-ide matematika yang mendasari jawaban sehingga tidak dapat menghubungkan dengan ide baru. Pada bentuk kemampuan koneksi yaitu memahami keterkaitan ide-ide matematika dan membentuk ide satu dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh masih banyak siswa yang hanya mencapai level 0. Beberapa siswa tidak mampu membentuk menghubungkan
ide-ide
matematika
yang
diperlukan
dalam
penyelesaian soal sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh. Beberapa siswa yang lain hanya mampu menuliskan ideide yang diperlukan, tetapi tidak dapat membentuk suatu keterkaitan yang menyeluruh. Contoh pekerjaan siswa seperti pada Gambar 4.4.
70
Soal : Sebuah balok berukuran 9 dm × 8 dm × 12 dm. Balok tersebut tersusun dari beberapa prisma tegak segitiga. Alas prisma tersebut adalah segitiga siku-siku yang memiliki ukuran sisi tegak 4 dm dan 3 dm. Tinggi prisma adalah 6 dm. Berapa banyak prisma tegak segitiga yang dapat menyusun balok tersebut?
Gambar 4.4. Contoh Pekerjaan Siswa Tes Siklus I Soal Nomor 2 Berdasarkan Gambar 4.4 siswa mampu menuliskan salah satu ide tetapi salah menuliskan ide yang lain sehingga siswa kesulitan menggunakan keterkaitan antar ide tersebut. Pada bentuk kemampuan koneksi
yaitu
mengenal dan
menerapkan matematika dalam kehidupan nyata, hanya 25% siswa yang telah mencapai level 2. Hal ini terjadi karena banyak siswa yang tidak memahami maksud dari soal cerita yang diberikan sehingga siswa tidak mampu membuat model matematika dan tidak dapat mencari penyelesaiannya. Contoh pekerjaan siswa seperti pada Gambar 4.5. Soal : Pak Ramdan memiliki sebuah kolam yang berbentuk prisma tegak segiempat. Dasar kolam tersebut berbentuk trapesium dengan ukuran seperti pada gambar. 3m
2m
71
Kolam tersebut memiliki volume 16 m3 dan kedalaman kolam adalah 2 m. Namun kolam tersebut hanya berisi air setinggi 1,5 m. Berapa bagian volume air yang mengisi kolam tersebut?
Gambar 4.5. Contoh Pekerjaan Siswa Tes Siklus I Soal Nomor 3 Berdasarkan Gambar 4.5 siswa dapat memahami maksud dari soal cerita yang diberikan dengan menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, tetapi siswa kesulitan ketika membentuknya ke dalam model matematika sehingga tidak dapat melanjutkan ke dalam penyelesaian soal tersebut. d. Refleksi Berdasarkan lembar observasi pembelajaran dan catatan lapangan serta hal-hal yang dirasakan oleh guru, penulis dan guru berdiskusi untuk melakukan refleksi terkait kegiatan pembelajaran pada siklus I. Dari hasil diskusi penulis dengan Ibu Surami, S.Pd. mengenai pelaksanaan siklus I, terdapat beberapa hal sebagaimana disajikan pada tabel 4.7 terkait hasil tindakan pembelajaran pada siklus I.
72
Tabel 4.7. Refleksi Tindakan pada Siklus I Tindakan Review
Pengembangan
Kerja Kooperatif
Kerja Mandiri Penugasan
Refleksi Guru meninjau ulang materi yang telah dipelajari sebelumnya dengan melakukan tanya jawab dengan siswa. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk merangsang pengetahuan siswa. Beberapa siswa tidak fokus terhadap pelajaran dan tidak memperhatikan guru. Beberapa siswa tidak siap menjawab pertanyaan dari guru. Guru mengawasi jalannya diskusi dan membimbing siswa yang kesulitan dalam mengerjakan LKK. Beberapa siswa gaduh karena mengganggu siswa dari kelompok lain.. Beberapa siswa tidak melakukan diskusi tetapi mengganggu teman yang lain. Kegiatan diskusi tidak sesuai dengan alokasi waktu sehingga perlu tambahan waktu. Kegiatan presentasi tidak terlaksana karena terbatasnya waktu. Guru memberikan tes individu kepada siswa. Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa. Beberapa siswa tidak membuat rangkuman.
Data menunjukkan bahwa pada siklus I, kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT belum terlaksana dengan baik. Kegiatan yang dilakukan belum sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. Aktivitas belajar siswa juga belum mencapai target atau indikator kinerja yang diharapkan. Berdasarkan Tabel 4.5 diperoleh bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa dalam kegiatan visual meningkat menjadi 75,782%, rata-rata aktivitas belajar siswa dalam kegiatan lisan meningkat menjadi 38,282%, rata-rata aktivitas belajar siswa dalam kegiatan menulis meningkat menjadi 71,875%, rata-rata aktivitas belajar siswa dalam kegiatan emosional meningkat
menjadi
40,626%.
Berdasarkan
data
tersebut
terjadi
73
peningkatan pada setiap kegiatan aktivitas belajar siswa tetapi belum mencapai target atau indikator kinerja yang diharapkan setelah tindakan. Penulis dan guru juga melakukan refleksi terkait pencapaian siswa dalam memunculkan kemampuan koneksi matematis berdasarkan hasil tes siklus I. Pada kegiatan ini, penulis dan guru menyimpulkan pencapaian siswa seperti yang dituangkan pada tabel 4.8 berikut ini. Tabel 4.8 Pencapaian Setiap Bentuk Kemampuan Koneksi Matematis Pada Siklus I Bentuk Kemampuan Pencapaian Siswa Koneksi Matematis Mengenal dan menggunakan Sebanyak 53,125% siswa berhasil hubungan antara ide-ide memunculkan bentuk kemampuan matematika. koneksi matematis ini dengan baik (telah mencapai skor 2) Beberapa siswa tidak mampu menuliskan ide-ide matematika yang mendasari jawaban sehingga tidak dapat menghubungkan dengan ide baru. Memahami keterkaitan ide-ide Sebanyak 40,625% siswa telah matematika dan membentuk mampu memunculkan bentuk ide satu dengan yang lain kemampuan koneksi matematis ini sehingga menghasilkan suatu dengan baik (telah mencapai skor 2) keterkaitan yang menyeluruh. Beberapa siswa tidak dapat menuliskan ide-ide matematika yang diperlukan dalam penyelesaian soal. Mengenal dan menerapkan Hanya 25% siswa yang mampu matematika dalam kehidupan memunculkan indikator ini dengan nyata. baik (telah mencapai skor 2) Banyak siswa yang tidak mengetahui maksud dari soal sehingga kesulitan dalam membuat model matematika dari soal cerita yang diberikan. Bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu mengenal dan menggunakan hubungan antara ide-ide matematika meningkat menjadi sebesar 53,125%, pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu memahami keterkaitan ide-ide matematika dan membentuk ide satu dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang
74
menyeluruh meningkat menjadi 40,625% dan pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu mengenal dan menerapkan matematika dalam kehidupan nyata meningkat menjadi 25%. Berdasarkan data tersebut terjadi peningkatan pada setiap bentuk kemampuan koneksi matematis tetapi belum mencapai target atau indikator kinerja yang diharapkan setelah tindakan. Oleh karena itu, peneliti masih perlu melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT pada siklus I. Sehingga diperlukan tindakan lanjutan berupa penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT pada siklus II. 3. Hasil Tindakan Siklus II a. Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi siklus I, maka perencanaan tindakan untuk siklus II mengalami beberapa perubahan seperti yang tertera pada tabel 4.9 berikut ini. Tabel 4.9. Hasil Refleksi Siklus I untuk perbaikan Siklus II Refleksi pada Siklus I Terkait kemampuan koneksi matematis masih banyak siswa yang kesulitan mencapai bentuk kemampuan koneksi matematis.
Beberapa siswa tidak fokus pada pembelajaran. Beberapa siswa tidak siap menjawab pertanyaan dari guru.
Tindakan pada Siklus II Guru lebih memberikan penguatan pada komponen relating dengan mengingatkan kembali tentang materi-materi yang telah dimiliki sebelumnya misalnya tentang luas bangun datar. Guru lebih memberikan penguatan pada komponen transferring agar siswa mampu membuat model matematika dan memcari penyelesaian dari soal yang berkaitan dengan kehidupan nyata misalnya dengan membahas kembali soal tes kemampuan koneksi matematis pada siklus I. Guru lebih melibatkan siswa dalam proses pembelajaran melalui tanya jawab sehingga siswa dapat menyiapkan diri apabila diberi pertanyaan oleh guru.
75
Refleksi pada Siklus I Tindakan pada Siklus II Kegiatan diskusi tidak Guru mampu mengkondisikan siswa terlaksana sesuai de-ngan agar kegiatan diskusi dapat terlaksana alokasi waktu karena dengan baik dan sesuai alokasi waktu beberapa siswa gaduh Guru lebih memantau setiap kelompok dengan meng-ganggu agar masing-masing anggota kelompok teman yang lain berdiskusi. Beberapa siswa tidak Apabila kegiatan diskusi sesuai dengan melakukan diskusi. alokasi waktu maka kegiatan presentasi dapat terlaksana. Karena terbatasnya waktu tidak ada kegiatan presentasi Pada siklus II, proses pembelajaran direncanakan berlangsung dengan dua pertemuan dan dilanjutkan dengan tes siklus II. Pada tahap perencanaan siklus II, penulis menyusun rancangan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT dengan perbaikan yang dilakukan berdasarkan hasil refleksi siklus I serta membuat instrumen pembelajaran yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Lembar observasi kegiatan pembelajaran dan aktivitas belajar siswa tidak mengalami perubahan sehingga tidak perlu mengajukan validasi. Instrumen terakhir yang disiapkan oleh penulis adalah tes akhir siklus untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis siswa. Soal tes disusun berdasarkan materi yang direncanakan akan disampaikan kepada siswa yaitu luas permukaan dan volume limas. Selanjutnya penulis membuat kisi-kisi soal dan dilanjutkan dengan penyusunan soal. Kemudian penulis mengajukan uji validitas soal tersebut kepada Ibu Getut Pramesti, S.Si., M.Si. Soal yang diajukan kepada Ibu Getut Pramesti, S.Si., M.Si. dapat digunakan tetapi setelah beberapa revisi. Selanjutnya penulis mengajukan uji validitas soal kepada Ibu Surami, S.Pd dan Bapak Mujiyana, S.Pd. Soal yang diajukan kepada kedua validator tersebut dapat digunakan tanpa revisi. Dengan demikian ketiga validator menyatakan hal yang sama yaitu soal yang diajukan untuk
76
divalidasi dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis siswa dengan adanya revisi. b. Pelaksanaan Pelaksana tindakan yaitu Suhartini Rochmawati (peneliti) sebagai guru yang memberikan tindakan. Pelaksanaan tindakan terdiri dari tiga pertemuan, yaitu dua pertemuan pembelajaran dan satu pertemuan untuk tes akhir siklus. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II, dimulai pada hari Selasa 5 April 2016 dan berakhir pada hari Selasa 12 April 2016. Materi yang digunakan pada siklus II adalah luas permukaan dan volume limas. 1) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa 5 April 2016 selama 2 x 40 menit sejak pukul 09.15 WIB sampai dengan pukul 10.35 WIB dengan materi luas permukaan limas. Pada langkah pertama diawali guru masuk kelas dan menyiapkan kondisi kelas. Kemudian membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan menanyakan siswa yang tidak hadir. Guru menyampaikan kepada siswa bahwa kegiatan pembelajaran akan menerapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT dan menjelaskan langkah-langkahnya. a) Review Pada langkah ini, guru meninjau ulang materi yang telah dipelajari yaitu luas permukaan prisma dengan melakukan tanya jawab kepada siswa. Guru bertanya kepada siswa bagaimana bentuk jaring-jaring prisma serta bagaimana menentukan luas permukaannya. Ketika guru memberikan pertanyaan, banyak siswa yang tunjuk jari dan siap menjawab pertanyaan dari guru. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini yaitu menemukan rumus luas permukaan limas dan menerapkan konsep luas permukaan limas untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Guru membangkitkan motivasi
77
siswa dengan
menyampaikan manfaat materi yang akan
dipelajari dalam kehidupan sehari-hari misalnya apabila akan topi yang berbentuk limas dari karton maka dapat mengetahui berapa luas karton yang dibutuhkan. b) Pengembangan Pada langkah ini, guru menjelaskan materi tentang luas permukaan limas. Dengan bantuan alat peraga yaitu sebuah bangun limas dan jaring-jaring limas, siswa diajak untuk menemukan rumus luas permukaan limas. Untuk merangsang pengetahuan siswa, guru melakukan tanya jawab dengan siswa agar ikut terlibat dalam proses pembelajaran. Banyak siswa yang siap menjawab pertanyaan dari guru. Guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal yang belum dimengerti. Beberapa siswa berani bertanya kepada guru terkait materi yang dipelajari. c) Kerja Kooperatif Pada langkah ini ini, guru membagi siswa menjadi delapan kelompok. Setiap kelompok diberikan permasalahan dalam bentuk Lembar Keja Kelompok (LKK). Siswa diminta menyelesaikan permasalah yang ada dengan diskusi bersama teman kelompoknya. Guru mengawasi jalannya diskusi dan memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan. Pada pembelajaran kali ini kegiatan diskusi lebih kondusif sehingga dapat terlaksana sesuai alokasi waktu yang direncanakan. Setelah kegiatan diskusi selesai,
guru
meminta
salah
satu
kelompok
untuk
mempresentasikan hasil diskusi. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk bertanya ataupun memberikan tanggapan. Beberapa siswa bertanya kepada anggota kelompok yang presentasi. Kemudian guru memberikan penguatan atau umpan balik terhadap hasil diskusi siswa.
78
d) Kerja Mandiri Guru memberikan tes individu kepada setiap siswa agar dikerjakan secara individu untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi siswa. Setelah selesai mengerjakan tes individu, guru dan siswa membahas soal tersebut. Guru meminta salah satu siswa untuk mengerjakan di papan tulis. Banyak siswa yang bersedia mengerjakan di papan tulis dengan tunjuk jari, kemudian guru menunjuk salah satu siswa untuk mengerjakan di papan tulis. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan tanggapan terhadap hasil pekerjaan temannya di papan tulis. Guru memberikan klarifikasi terhadap hasil pekerjaan siswa. e) Penugasan Sebelum memberikan pekerjaan rumah, guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari. Setelah itu guru meminta siswa untuk membuat rangkuman pada buku masing-masing. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila masih ada hal yang belum dimengerti. Kemudian guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya yaitu volume limas dan meminta siswa untuk mempelajari di rumah. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. 2) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu 9 April 2016 selama 2 x 40 menit sejak pukul 10.10 WIB sampai dengan pukul 11.20 WIB dengan materi volume limas. Pada langkah pertama diawali guru masuk kelas dan menyiapkan kondisi kelas. Kemudian membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan menanyakan siswa yang tidak hadir. Guru menyampaikan kepada siswa bahwa
79
kegiatan pembelajaran akan menerapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT dan menjelaskan langkah-langkahnya. a) Review Guru bersama siswa membahas pekerjaan rumah. Guru meminta salah satu siswa untuk mengerjakan di papan tulis. Kemudian guru memberikan klarifikasi. Langkah selanjutnya guru meninjau ulang materi yang telah dipelajari yaitu volume prisma dengan melakukan tanya jawab kepada siswa. Guru bertanya kepada siswa bagaimana rumus volume prisma. Ketika guru memberikan pertanyaan, banyak siswa yang tunjuk jari dan siap
menjawab
pertanyaan
dari
guru.
Kemudian
guru
menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini yaitu menemukan rumus volume limas dan menerapkan konsep volume limas untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Guru membangkitkan motivasi siswa dengan menyampaikan penerapan materi yang akan dipelajari dalam kehidupan nyata misalnya piramida di mesir berbentuk limas. b) Pengembangan Pada langkah ini, guru menjelaskan materi tentang volume limas. Untuk merangsang pengetahuan siswa, guru melakukan tanya jawab dengan siswa agar ikut terlibat dalam proses pembelajaran. Banyak siswa yang siap menjawab pertanyaan dari guru dengan tunjuk jari. Guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal yang belum dimengerti. Beberapa siswa bertanya kepada guru terkait materi yang dipelajari. c) Kerja Kooperatif Pada langkah ini, guru membagi siswa menjadi delapan kelompok. Setiap kelompok diberikan permasalahan dalam bentuk Lembar Keja Kelompok (LKK). Siswa diminta
80
menyelesaikan permasalah yang ada dengan diskusi bersama teman kelompoknya. Guru mengawasi jalannya diskusi dan memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan. Kegiatan diskusi terlaksana dengan baik. Setelah kegiatan diskusi selesai, guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk bertanya ataupun memberikan tanggapan. Beberapa siswa bertanya kepada anggota kelompok yang presentasi. Kemudian guru memberikan penguatan atau umpan balik terhadap hasil diskusi siswa. d) Kerja Mandiri Guru memberikan tes individu kepada setiap siswa agar dikerjakan secara individu untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi oleh siswa. Setelah selesai mengerjakan tes individu, guru dan siswa membahas soal tersebut. Guru meminta salah satu siswa untuk mengerjakan di papan tulis. Beberapa siswa bersedia mengerjakan di papan tulis dengan tunjuk jari, kemudian guru menunjuk salah satu siswa untuk mengerjakan di papan tulis. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan tanggapan terhadap hasil pekerjaan temannya di papan tulis. Guru memberikan klarifikasi terhadap hasil pekerjaan siswa. e) Penugasan Sebelum memberikan pekerjaan rumah, guru bersama siswa membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari. Setelah itu guru meminta siswa untuk membuat rangkuman
terkait
materi
yang
telah
dipelajari.
Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila masih ada hal yang ingin ditanyakan. Kemudian guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa yang akan dibahas
81
pada pertemuan selanjutnya. Guru menyampaikan bahwa pada pertemuan selanjutnya akan diadakan tes dengan materi luas permukaan dan volume limas. Guru meminta siswa untuk belajar di rumah. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. 3) Tes Akhir Siklus II Tes akhir siklus II dilaksanakan pada hari Selasa 12 April 2016. Guru membuka kelas dengan salam, kemudian guru mengecek kehadiran siswa dan seluruh siswa masuk, sehingga tes diikuti oleh 32 siswa. Sebelum tes dimulai, guru dan siswa membahas pekerjaan rumah terlebih dahulu. Guru meminta salah satu siswa untuk mengerjakan di depan kelas. Guru memberikan klarifikasi terhadap pekerjaan rumah yang telah dikerjakan siswa. Selanjutnya guru membagikan soal tes dan lembar jawab kepada setiap siswa. Setelah selesai membagikan soal dan lembar jawab kepada siswa, guru mempersilakan untuk mulai mengerjakan soal tes. Waktu yang diberikan adalah 60 menit. Setelah 60 menit waktu berjalan, semua siswa mengumpulkan lembar jawabnya kepada guru. Para siswa diharapkan mempelajari materi tersebut. c. Data Hasil Observasi dan Tes 1) Data Hasil Observasi Proses Pembelajaran Dari hasil pengamatan selama siklus II yang dilakukan oleh peneliti dan tiga orang rekan peneliti sebagai observer yang dilihat dari lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran diperoleh hasil sebagai berikut : a) Kegiatan Pendahuluan Pada kegiatan awal guru memberikan apersepsi yaitu meninjau ulang materi yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam hal ini guru mememberikan beberapa pertanyaan kepada siswa terkait dengan materi yang telah diperoleh. Pada kegiatan pembelajaran siklus II banyak siswa yang tunjuk jari untuk
82
menjawab pertanyaan dari guru. Siswa siap untuk menjawab pertanyaan dari guru. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi kepada siswa terkait materi yang akan dipelajari. b) Kegiatan Inti Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari dengan melakukan tanya jawab kepada siswa untuk merangsang pengetahuan siswa. Beberapa siswa siap menjawab pertanyaan dari guru dengan tunjuk jari. Guru menunjuk beberapa siswa untuk
menjawab
pertanyaan.
Guru
juga
memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal yang belum dimengerti. Guru membagi siswa menjadi delapan kelompok. Setiap kelompok diberikan permasalahan dalam bentuk Lembar Keja Kelompok (LKK). Siswa diminta menyelesaikan permasalah yang ada dengan diskusi bersama teman kelompoknya. Guru mengawasi jalannya diskusi dan memberikan bimbingan apabila ada siswa yang mengalami kesulitan ketika menyelesaikan permasalahan. Kegiatan diskusi dapat terlaksana dengan baik, siswa lebih kondusif. Waktu untuk berdiskusi pun sesuai dengan yang direncanakan. Setelah diskusi selesai, guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa dari kelompok lain untuk bertanya
atau
memberikan
memberikan tanggapan.
tanggapan.
Kemudian
Beberapa
guru
siswa
memberikan
kalarifikasi dan penguatan balik terhadap hasil diskusi siswa. Selanjutnya guru memberikan soal tes kepada siswa agar dikerjakan secara individu. Setelah selesai mengerjakan tes individu, guru dan siswa membahas soal tersebut. Guru meminta salah satu siswa untuk mengerjakan di papan tulis. Guru memberikan klarifikasi terhadap hasil pekerjaan siswa.
83
c) Kegiatan Penutup Pada kegiatan penutup, guru dan siswa membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari. Kemudian guru meminta siswa membuat rangkuman di buku masing-masing terkait materi yang telah dipelajari. Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa dan akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Setelah itu guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. 2) Data Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Observasi
aktivitas
belajar
siswa
dalam
kegiatan
pembelajaran dilakukan oleh enam rekan peneliti sebagai observer. Namun aktivitas belajar setiap siswa diamati oleh tiga observer sehingga setiap observer mengamati 16 orang siswa. Berikut hasil observasi pada siklus I. a) Pertemuan Pertama Data mengenai aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama siklus II terdapat dalam Lampiran 53. Adapun ringkasan hasil observasi aktivitas belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan observasi pada pertemuan pertama siklus II akan disajikan dalam Tabel 4.10. Tabel 4.10. Ringkasan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan Pertama No 1.
Kegiatan yang diamati Kegiatan Visual a. Memperhatikan ketika guru menjelaskan materi. b. Memperhatikan ketika ada siswa lain bertanya atau memberikan pendapat. Rata-rata kegiatan visual
Banyak Persentase Siswa 28
87,5%
27
84,375%
85,938%
84
No 2.
3.
4.
Banyak Siswa
Kegiatan yang diamati Kegiatan Lisan a. Bertanya kepada guru ketika pembelajaran berlangsung. b. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan guru. c. Memberikan pendapat atau tanggapan atas jawaban siswa lain. d. Berdiskusi dalam memecahkan permasalahan yang diberikan pada kelompok. Rata-rata kegiatan lisan Kegiatan Menulis a. Mengerjakan permasalahan yang diberikan dalam kelompok (LKK) b. Membuat rangkuman terkait dengan materi yang telah dipelajari. Rata-rata kegiatan menulis Kegiatan Emosional a. Siap ketika diminta menjawab pertanyaan dari guru. b. Bersedia ketika diminta oleh guru presentasi maupun mengerjakan soal di depan kelas. Rata-rata kegiatan emosional
13
40,625%
19
59,375%
12
37,5%
26
81,25%
54,688% 26
81,25%
27
84,375% 82,813%
19
59,375%
17
53,125%
56,25%
b) Pertemuan Kedua Data mengenai aktivitas belajar siswa pada pertemuan kedua siklus II terdapat dalam Lampiran 53. Adapun ringkasan hasil observasi aktivitas belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan observasi pada pertemuan kedua siklus II akan disajikan dalam Tabel 4.11.
85
Tabel 4.11. Ringkasan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan Kedua No
Kegiatan yang diamati
1.
Kegiatan Visual a. Memperhatikan ketika guru menjelaskan materi. b. Memperhatikan ketika ada siswa lain bertanya atau memberikan pendapat. Rata-rata kegiatan visual Kegiatan Lisan a. Bertanya kepada guru ketika pembelajaran berlangsung. b. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan guru. c. Memberikan pendapat atau tanggapan atas jawaban siswa lain. d. Berdiskusi dalam memecahkan permasalahan yang diberikan pada kelompok. Rata-rata kegiatan lisan Kegiatan Menulis a. Mengerjakan permasalahan yang diberikan dalam kelompok (LKK) b. Membuat rangkuman terkait dengan materi yang telah dipelajari. Rata-rata kegiatan menulis Kegiatan Emosional a. Siap ketika diminta menjawab pertanyaan dari guru. b. Bersedia ketika diminta oleh guru presentasi maupun mengerjakan soal di depan kelas. Rata-rata kegiatan emosional
2.
3.
4.
Banyak Persentase Siswa 27
84,375%
26
81,25%
82,813% 17
53,125%
19
59,375%
13
40,625%
28
87,5%
60,156% 25
78,125%
30
93,75% 85,938%
21
65,625%
17
53,125%
59,375%
Dari observasi terhadap aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua pada siklus II dapat dicari rata-ratanya untuk setiap kegiatan. Dari ratarata dua pertemuan ini sebagai hasil aktivitas belajar siswa pada
86
siklus II. Untuk hasil aktivitas belajar siswa pada siklus II disajikan pada Tabel 4.12. Tabel 4.12. Ringkasan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II No
Kegiatan yang diamati
1. 2. 3. 4.
Kegiatan Visual Kegiatan Lisan Kegiatan Menulis Kegiatan Emosional
Persentase Pertemuan Pertemuan Pertama Kedua 85,938% 82,813% 54,688% 60,156% 82,813% 85,938% 56,25% 59,375%
Ratarata 84,376% 57,422% 84,376% 57,813%
Berdasarkan data Tabel 4.12 diperoleh bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT untuk aktivitas belajar siswa dalam kegiatan visual sebesar 84,376 aktivitas belajar siswa dalam kegiatan lisan sebesar 57,422%, aktivitas belajar siswa dalam kegiatan menulis sebesar 84,376%, aktivitas belajar siswa dalam kegiatan emosional sebesar 57,813%. Dari hasil tersebut, tingkat aktivitas belajar siswa sudah mencapai target atau indikator kinerja. 3) Data Hasil Tes Siklus II Hasil tes siklus II dalam persentase hasil capaian skor tes siklus II siswa setelah penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis siswa siswa. Hasil dari tes siklus II secara lengkap tercantum pada Lampiran 54. Adapun ringkasan kemampuan koneksi matematis siswa setelah penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT seperti Tabel 4.13.
87
Tabel 4.13. Ringkasan Kemampuan Koneksi Matematis Siklus II Bentuk Kemampuan Level Koneksi Matematis 0
Mengenal dan menggunakan hubungan antara ide-ide matematika.
1
2
0 Memahami keterkaitan ide-ide matematika dan membentuk ide satu dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh.
1
2
Keterangan Siswa tidak mampu menuliskan ide-ide matematika yang mendasari jawaban kemudian menghubungkan dengan ide baru. Siswa mampu menuliskan ide-ide matematika yang mendasari jawaban kemudian menghubungkan dengan ide baru tetapi salah. Siswa mampu menuliskan ide-ide matematika yang mendasari jawaban kemudian menghubungkan dengan ide baru dengan benar dan tepat. Siswa tidak mampu membentuk keterkaitan ide-ide matematika sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh. Siswa mampu membentuk keterkaitan ide-ide matematika sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh tetapi salah.. Siswa mampu membentuk keterkaitan ide-ide matematika sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh dengan benar dan tepat.
Persentase
0%
28,125%
71,875%
0%
37,5%
62,5%
88
Bentuk Kemampuan Level Koneksi Matematis 0 Mengenal dan menerapkan matematika dalam kehidupan nyata.
1
2
Keterangan Siswa tidak mampu mengkoneksikan antara kejadian yang ada pada kehidupan nyata ke dalam model matematika. Siswa mampu mengkoneksikan antara kejadian yang ada pada kehidupan nyata ke dalam model matematika tetapi salah. Siswa mampu mengkoneksikan antara kejadian yang ada pada kehidupan nyata ke dalam model matematika dengan benar dan tepat.
Persentase
0%
43,75%
56,25%
Berdasar-kan hasil kemampuan koneksi matematis siswa pada Tabel 4.13 terlihat bahwa bentuk kemampuan koneksi matematis siswa yaitu mengenal dan menggunakan hubungan antara ide-ide matematika yang telah mencapai level skor 2 sebanyak 71,875% siswa, memahami keterkaitan ide-ide matematika dan membentuk ide satu dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh yang telah mencapai level skor 2 sebanyak 62,5% siswa, dan mengenal dan menerapkan matematika dalam kehidupan nyata yang telah mencapai level skor 2 sebanyak 56,25% siswa. 4. Perbandingan Hasil Tindakan Kegitan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis melalui tindakan siklus I dan diakhiri dengan rangkaian tindakan pada siklus II. Pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dilakukan pada setiap pertemuan. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan sehingga diperoleh rata-rata aktivitas belajar siswa untuk setiap siklusnya. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan secara langsung, aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan. Rata-rata aktivitas belajar siswa selama menerapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan
89
strategi REACT pada siklus I untuk aktivitas belajar siswa dalam kegiatan visual sebesar 75,782%, aktivitas belajar siswa dalam kegiatan lisan sebesar 38,282%, aktivitas belajar siswa dalam kegiatan menulis sebesar 71,875%, aktivitas belajar siswa dalam kegiatan emosional sebesar 40,626%. Sebagai pembanding pada hasil observasi sebelum tindakan, rata-rata aktivitas belajar siswa dalam kegiatan visual sebesar 64,063%, aktivitas belajar siswa dalam kegiatan lisan sebesar 7,031%, aktivitas belajar siswa dalam kegiatan menulis sebesar 34,375%, dan aktivitas belajar siswa dalam kegiatan emosional sebesar 10,938%. Perbandingan aktivitas belajar siswa setiap kegiatan antara sebelum tindakan (prasiklus) dan siklus I dapat dilihat pada tabel 4.14. Tabel 4.14. Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa pada Hasil Observasi Prasiklus dan Siklus I Aktivitas Belajar Siswa Kegiatan Visual Kegiatan Lisan Kegiatan Menulis Kegiatan Emosional
Prasiklus Persentase 64,063% 7,031% 34,375% 10,938%
Siklus I Persentase 75,782% 38,282% 71,875% 40,626%
Peningkatan 11,719% 31,251% 37,5% 29,688%
Berdasarkan Tabel 4.14 setelah dilakukan tindakan siklus I terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa pada setiap kegiatan. Pada kegiatan visual terjadi peningkatan sebesar 11,719%, pada kegiatan lisan terjadi peningkatan sebesar 31,251%, pada kegiatan menulis terjadi peningkatan sebesar 37,5% dan pada kegiatan emosional terjadi peningkatan sebesar 29,688%. Akan tetapi hasil dari tes siklus I belum mencapai target atau indikator kinerja. Hal ini
menunjukkan
bahwa
penerapan
model
pembelajaran
Missouri
Mathematics Project dengan strategi REACT belum berhasil. Penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT dilanjutkan pada kegiatan pembelajaran siklus II dengan perbaikan berdasarkan refleksi mengenai kekurangan yang terjadi pada siklus I. Selanjutnya melakukan observasi pada setiap pertemuan siklus II. Dari hasil observasi diperoleh peningkatan aktivitas belajar siswa pada setiap kegiatan dari siklus I. Pada kegiatan visual terjadi peningkatan sebesar
90
8,594%, pada kegiatan lisan terjadi peningkatan sebesar 19,14%, pada kegiatan menulis terjadi peningkatan sebesar 12,501% dan pada kegiatan emosional terjadi peningkatan sebesar 17,187%. Secara ringkas peningkatan tersebut tersaji pada Tabel 4.15. Tabel 4.15. Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa pada Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II Aktivitas Belajar Siswa Kegiatan Visual Kegiatan Lisan Kegiatan Menulis Kegiatan Emosional
Siklus I Persentase 75,782% 38,282% 71,875% 40,626%
Siklus II Persentase 84,376% 57,422% 84,376% 57,813%
Peningkatan 8,594% 19,14% 12,501% 17,187%
Gambar 4.6 menunjukkan perkembangan hasil tindakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT terhadap aktivitas belajar siswa. 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
84.38% 75.78% 64.06%
84.38% 71.88% 57.42%
57.81%
38.28%
40.63%
PRASIKLUS 34.38%
SIKLUS I SIKLUS II
7.03% Kegiatan Visual
Kegiatan Lisan
Kegiatan Menulis
10.94% Kegiatan Emosional
Gambar 4.6. Perkembangan Aktivitas Belajar Siswa Setelah dilaksanakan kegiatan pembelajaran siklus I, kemampuan koneksi matematis siswa diuji melalui tes siklus I. Dilihat dari sisi keberhasilan siswa yang mencapai skor 2 pada setiap bentuk kemampuan koneksi matematis, diketahui bahwa 53,125% siswa berhasil pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu mengenal dan menggunakan hubungan antara ide-ide matematika, sebanyak 40,625 % berhasil pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu memahami keterkaitan ide-ide
91
matematika dan membentuk ide satu dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh, dan 25% siswa berhasil pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu mengenal dan menerapkan matematika dalam kehidupan nyata. Sebagai pembanding, berdasarkan tes prasiklus diketahui bahwa keberhasilan siswa dalam mencapai skor 2 untuk setiap bentuk kemampuan koneksi matematis adalah 37,5% siswa berhasil pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu mengenal dan menggunakan hubungan antara ideide matematika, sebanyak 9,375% berhasil pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu memahami keterkaitan ide-ide matematika dan membentuk ide satu dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh, dan 9,375% siswa berhasil pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu mengenal dan menerapkan matematika dalam kehidupan nyata. Perbandingan kemampuan setiap bentuk kemampuan koneksi matematis siswa antara sebelum dilakukan tindakan (prasiklus) dan siklus I dapat dilihat pada tabel 4.16. Tabel 4.16. Perbandingan Setiap Bentuk Kemampuan Koneksi Matematis Siswa pada Hasil Tes Prasiklus dan Siklus I Bentuk Kemampuan Koneksi Matematis Mengenal dan menggunakan hubungan antara ide-ide matematika. Memahami keterkaitan ide-ide matematika dan membentuk ide satu dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh.
Skor 0
Prasiklus Jumlah Persentase Siswa 0 0%
Siklus I Jumlah Persentase Siswa 0 0%
1
20
62,5%
15
46,875%
2
12
37,5%
17
53,125%
0
4
12,5%
7
21,875%
1
25
78,125%
12
37,5%
2
3
9,375%
19
40,625 %
92
Bentuk Kemampuan Koneksi Matematis Mengenal dan menerapkan matematika dalam kehidupan nyata.
Skor 0 1 2
Prasiklus Jumlah Persentase Siswa 26 81,25% 3 3
9,375% 9,375%
Siklus I Jumlah Persentase Siswa 8 25% 16 8
50% 25%
Berdasarkan Tabel 4.16, setelah dilakukan tindakan siklus I terjadi peningkatan pada setiap bentuk kemampuan koneksi matematis. Pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu mengenal dan menggunakan hubungan antara ide-ide matematika terjadi peningkatan sebesar 15,625%, pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu memahami keterkaitan ide-ide matematika dan membentuk ide satu dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh sebesar 31,25% dan pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu mengenal dan menerapkan matematika dalam kehidupan nyata sebesar 15,625%. Akan tetapi hasil dari tes siklus I belum mencapai target atau indikator kinerja. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT belum berhasil. Penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT dilanjutkan pada kegiatan pembelajaran siklus II dengan perbaikan berdasarkan refleksi mengenai kekurangan yang terjadi pada siklus I. Selanjutnya, kemampuan koneksi matematis siswa diuji dengan tes siklus II. Hasil dari tes siklus II mengungkapkan bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai skor 2 pada setiap bentuk kemampuan koneksi matematis dibandingkan dengan hasil siklus I. Diketahui bahwa siswa yang berhasil pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu mengenal dan menggunakan hubungan antara ide-ide matematika meningkat sebesar 18,75%, sedangkan pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu memahami keterkaitan ide-ide matematika dan membentuk ide satu dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh meningkat sebesar 21,875% dan pada bentuk kemampuan koneksi matematis
93
yaitu mengenal dan menerapkan matematika dalam kehidupan nyata sebesar 31,25% jika dibandingkan dengan hasil tes siklus I. Secara ringkas peningkatan tersebut tersaji pada Tabel 4.17. Tabel 4.17. Perbandingan Setiap Bentuk Kemampuan Koneksi Matematis Siswa pada Hasil Tes Siklus I dan Siklus II Bentuk Kemampuan Koneksi Matematis Mengenal dan menggunakan hubungan antara ide-ide matematika. Memahami keterkaitan ide-ide matematika dan membentuk ide satu dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh. Mengenal dan menerapkan matematika dalam kehidupan nyata.
Siklus I Jumlah Persentase Siswa 0 0%
Skor 0
Siklus II Jumlah Persentase Siswa 0 0%
1
15
46,875%
9
28,125%
2
17
53,125%
23
71,875%
0
7
21,875%
0
0%
1
12
37,5%
12
37,5%
2
19
40,625 %
20
62,5%
0
8
25%
0
0%
1
16
50%
14
43,75%
2
8
25%
18
56,25%
Gambar 4.7 menunjukkan perkembangan hasil tindakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT terhadap kemampuan koneksi matematis siswa. 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
72% 63% 53% 37.50%
56.25% PRASIKLUS
40.63%
SIKLUS I 25.00% 9%
SIKLUS II
9.38%
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3
Gambar 4.7. Perkembangan Pencapaian Kemampuan Koneksi Matematis Siswa dengan Skor 2
94
Keterangan gambar: Indikator 1 : bentuk kemampuan koneksi matematis mengenal dan menggunakan hubungan antara ide-ide matematika Indikator 2 : bentuk kemampuan koneksi matematis memahami keterkaitan ideide matematika dan membentuk ide satu dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh Indikator 3 : bentuk kemampuan koneksi matematis mengenal dan menerapkan matematika dalam kehidupan nyata
B. Pembahasan 1. Pelaksanaan Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan Strategi REACT Berdasarkan dua siklus yang dilakukan oleh peneliti diperoleh proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT yang dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan koneksi matematis siswa dengan langkah sebagai berikut: a. Kegiatan Pendahuluan 1) Guru menyiapkan kondisi kelas kemudian membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan mengecek kesiapan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Review: 2) Guru meninjau ulang materi yang telah dimiliki siswa yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. (Relating) 3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 4) Guru membangkitkan motivasi siswa dengan menyampaikan manfaat materi yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. (Relating) b. Kegiatan Inti Pengembangan: 1) Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari dan melakukan tanya jawab kepada siswa.
95
2) Guru membimbing siswa dalam mengkaitkan materi yang dipelajari dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa. (Relating) Kerja Kooperatif: 3) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4 siswa tiap kelompok. 4) Guru memberikan permasalahan dalam bentuk Lembar Kerja Kelompok (LKK) untuk didiskusikan dengan kelompoknya. (Experiencing, Applying, Cooperating) 5) Guru mengawasi jalannya diskusi dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan. 6) Guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Kerja Mandiri: 7) Guru memberikan tes individu kepada siswa untuk dikerjakan secara individu. 8) Guru memberikan klarifikasi ataupun penguatan terhadap pekerjaan siswa. c. Kegiatan Penutup 1) Guru bersama siswa membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari. 2) Guru meminta siswa membuat rangkuman mengenai materi yang telah dipelajari. Penugasan: 3) Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa mengenai materi yang telah dipelajari yang berhubungan dengan kehidupan nyata. (Transferring) 4) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya dan meminta siswa untuk mempelajarinya di rumah. 5) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
96
2. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas belajar dan kemampuan koneksi matematis siswa kelas VIII I SMP Negeri 1 Grogol Sukoharjo mengalami
peningkatan
setelah
dilaksanakan
pembelajaran
dengan
menerapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT. Pada kegiatan prasiklus rata-rata aktivitas belajar siswa dalam kegiatan visual sebesar 64,063%, aktivitas belajar siswa dalam kegiatan lisan sebesar 7,031%, aktivitas belajar siswa dalam kegiatan menulis sebesar 34,375%, dan aktivitas belajar siswa dalam kegiatan emosional sebesar 10,938%. Dari hasil observasi prasiklus, maka dilaksanakan tindakan siklus I dengan penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT. Berdasarkan hasil observasi secara langsung terhadap kegiatan pembelajaran diperoleh bahwa persentase dari aktivitas belajar siswa yang diamati pada kegiatan siklus I mengalami peningkatan dibandingkan aktivitas belajar pada kegiatan prasiklus. Persentase aktivitas belajar siswa pada kegiatan visual meningkat dari 64,063% menjadi 75,782% dengan peningkatan sebesar 11,719%. Persentase aktivitas belajar siswa pada kegiatan lisan meningkat dari 7,031% menjadi 38,282% dengan peningkatan sebesar 31,251%. Persentase aktivitas belajar siswa pada kegiatan menulis meningkat dari 34,375% menjadi 71,875% dengan peningkatan sebesar 37,5%. Persentase aktivitas belajar siswa pada kegiatan emosional meningkat dari 10,938% menjadi 40,626% dengan peningkatan sebesar 29,688%. Hasil dari tindakan pada siklus I belum mencapai target atau indikator kinerja sehingga perlu dilakukan tindakan lanjutan, yaitu siklus II dengan melihat refleksi dari beberapa hambatan dari siklus I dan menindaklanjuti hasil refleksi dengan perbaikan pada tindakan siklus II. Setelah adanya tindakan siklus II melalui penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT, diperoleh rata-rata aktivitas belajar siswa pada kegiatan visual meningkat dari 75,782% menjadi 84,376% dengan peningkatan sebesar 8,594%, aktivitas
97
belajar siswa pada kegiatan lisan meningkat dari 38,282% menjadi 57,422% dengan peningkatan sebesar 19,14%, aktivitas belajar siswa pada kegiatan menulis meningkat dari 71,875% menjadi 84,376% dengan peningkatan sebesar 12,501% dan aktivitas belajar siswa pada kegiatan emosional meningkat dari 40,626% menjadi 57,813% dengan peningkatan sebesar 17,187%. Dari hasil observasi yang diperoleh pada siklus II telah mencapai target atau indikator kinerja seperti yang diharapkan. 3. Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Kemampuan koneksi matematis siswa kelas VIII I SMP Negeri 1 Grogol Sukoharjo pada kegiatan prasiklus berdasarkan indikator yang telah ditetapkan menunjukkan bahwa pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu mengenal dan menggunakan hubungan antara ide-ide matematika yang telah mencapai level skor 2 sebanyak 37,5% siswa, pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu memahami keterkaitan ide-ide matematika dan membentuk ide satu dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh yang telah mencapai level skor 2 sebanyak 9,375% siswa, dan pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu mengenal dan menerapkan matematika dalam kehidupan nyata yang telah mencapai level skor 2 sebanyak 9,375% siswa. Berdasarkan beberapa persoalan yang ditemukan selama kegiatan observasi prasiklus, maka dilaksanakan tindakan siklus I dengan menerapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT. Hasil tes siklus I menunjukkan bahwa pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu mengenal dan menggunakan hubungan antara ide-ide matematika yang telah mencapai level skor 2 sebanyak 53,125% siswa dan mengalami peningkatan sebesar 15,625%. Pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu memahami keterkaitan ide-ide matematika dan membentuk ide satu dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh yang telah mencapai level skor 2 sebanyak 40,625% siswa dan mengalami peningkatan sebesar 31,25. Pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu mengenal dan menerapkan matematika dalam kehidupan
98
nyata yang telah mencapai level skor 2 sebanyak 25% siswa dan mengalami peningkatan sebesar 15,625%. Dengan demikian, terdapat peningkatan kemampuan
koneksi
matematis
siswa
setelah
diterapkannya
model
pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT. Berdasarkan hasil tes pada siklus I, pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu mengenal dan menggunakan hubungan antara ide-ide matematika masih banyak siswa tidak mampu menuliskan ide yang mendasari jawaban. Siswa kesulitan ketika harus mengkaitkan materi yang telah mereka miliki dengan materi yang baru diperoleh. Untuk menghitung luas permukaan maupun volume prisma, siswa membutuhkan pemahaman tentang luas dan keliling bangun datar yang telah mereka miliki. Beberapa siswa kesulitan mengingat tentang luas dan keliling bangun datar. Pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu memahami keterkaitan ide-ide matematika dan membentuk ide satu dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh, beberapa siswa tidak
mampu menuliskan ide-ide
yang diperlukan
dalam mencari
penyelesaian soal sehingga mereka kesulitan ketika harus mengkaitkan antar ide-ide yang diperlukan menyelesaikan soal. Pada
bentuk
kemampuan
koneksi
matematis
mengenal
dan
menerapkan matematika dalam kehidupan nyata, beberapa siswa tidak memahami maksud dari soal. Siswa kesulitan memahami maksud dari soal cerita yang diberikan yang berhubungan dengan kehidupan nyata. Beberapa siswa sudah mengetahui maksud dari soal, tetapi tidak dapat mengubah soal tersebut ke dalam model matematika. Apabila model matematika belum terbentuk maka akan kesulitan dalam penyelesaian soal. Berdasarkan beberapa
hal
tersebut,
penulis
melakukan
tindakan
lanjutan
yaitu
pembelajaran pada siklus II dengan perbaikan yang dilakukan dari hasil refleksi tindakan siklus I. Setelah dilakukan tindakan dan tes pada siklus II dengan menerapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT, diketahui bahwa terjadi peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa
99
dibandingkan dengan kemampuan koneksi matematis pada kondisi awal maupun pada siklus I. Fakta lain yang mendukung peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa adalah meningkatnya jumlah siswa yang mencapai skor 2 pada masing-masing bentuk kemampuan koneksi matematis pada siklus II dibandingkan dengan siklus I. Pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu mengenal dan menggunakan hubungan antara ide-ide matematika terjadi peningkatan sebesar 18,75% dibandingkan dengan siklus I. Pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu memahami keterkaitan ide-ide matematika dan membentuk ide satu dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh terjadi peningkatan sebesar 21,875% dibandingkan dengan siklus I. Pada bentuk kemampuan koneksi matematis yaitu mengenal dan menerapkan matematika dalam kehidupan nyata terjadi peningkatan sebesar 31,25% dibandingkan dengan siklus I. Dari hasil tes yang diperoleh pada siklus II telah mencapai target atau indikator kinerja seperti yang diharapkan. Adanya peningkatan aktivitas belajar dan kemampuan koneksi matematis siswa pada siklus I dan II diperoleh setelah diterapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT dengan mengalami beberapa perbaikan langkah pembelajaran pada siklus II berdasarkan refleksi pada siklus I. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan strategi REACT ini memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran melalui serangkaian langkah-langkah pembelajaran dalam model pembelajaran tersebut sehingga aktivitas belajar siswa pada kegiatan visual, kegiatan lisan, kegiatan menulis dan kegiatan emosional dapat meningkat. Melalui strategi REACT yang terdapat komponen relating, guru lebih memberikan penekanan tentang materi yang telah dimiliki siswa kemudian dikaitkan dengan materi yang akan dipelajari. Melalui komponen experiencing, siswa akan mengalami sendiri dalam menemukan sebuah konsep sehingga pengetahuan yang diperoleh akan melekat pada diri siswa. Melalui komponen appliying, siswa menerapkan pengetahuan yang mereka
100
peroleh untuk menyelesaikan suatu persoalan. Dalam komponen cooperating, siswa dapat bekerjasama atau diskusi dengan teman kelompok untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Melalui komponen transferring, siswa mentransfer pengetahuan yang telah diperoleh dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu dari berbagai komponen yang terkandung dalam strategi REACT dapat memunculkan kemampuan koneksi matematis siwa.