BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab IV akan membahas hasil penelitian dan pembahasan Siklus I dan Siklus II yang tertuang dalam tiga poin besar yaitu deskripsi tentang pelaksanaan tindakan, hasil analisis data serta pembahasan.
4.1
Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, tindakan dan observasi, serta refleksi. Dalam satu siklus terdapat sebuah kompetensi dasar berdasarkan sebuah standard kompetensi. Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Alokasi waktu setiap siklus adalah 2 x 35 menit selama tiga kali pertemuan. Setiap siklus dilakukan sesuai dengan sintak dari Project Based Learning yang terdiri dari sembilan langkah pembelajarannya. Langkah pertama, guru mengkondisikan siswa dengan memberi contoh konkret atau nyata kemudian siswa berperan sebagai perancang proyek yang membentuk kelompok. Langkah berikutnya, siswa mendiskusikan dan mengakulmulasi latar belakang informasi bagi proyek mereka, kemudian guru dan siswa bernegosiasi tentang kriteria penilaian untuk eveluasi proyek. Para siswa mengumpulkan material yang dapat berupa data maupun peralatan yang dibutuhkan dalam proyek kemudian menyusun proyek dan menyiapkan presentasi proyek. Selanjutnya melakukan siswa presentasi proyek dan mengevaluasi proyek mereka dalam kelompok.
4.1.1
Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
4.1.1.1 Perencanaan Perencanaan dilakukan dengan menentukan standard kompetensi dan kompetensi dasar dengan guru matematika kelas V SD Pantekosta Magelang. Kemudian membuat Rencanan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kemudian
45
mencari dan mengumpulkan sumber tentang materi tersebut. Mengumpulkan peralatan yang dibutuhkan dan membuat media dan sumber belajar siswa. Menentukan pengelompokan siswa secara heterogen. Melakukan konsultasi RPP dengan guru yang bersangkutan. a. Standar Kompetensi Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah b. Kompetensi Dasar Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
c. Materi Pecahan sebagai suatu perbandingan yang dalam kehidupan sehari hari sering digunakan dalam pembuatan peta maupun denah. d. Alat, Bahan, Media dan Sumber Belajar yang dibutuhkan Lembar pretest, angket, lembar kegiatan kelompok, Peta Kota Magelang, dan denah. Setiap alat, bahan dan media yang digunakan harus memiliki instruksi yang jelas dan mendukung tercapainya tujuan belajar. Yang patut mendapat perhatian lebih dalam persiapan adalah pembuatan lembar kegiatan kelompok, karena nanti peneliti bertugas hanya sebagai istruktur atau pelatih dan bukan sebagai sumber belajar. Lembar kegiatan kelompok tidak hanya berisikan kegiatan namun juga berisi materi yang dikemas dalam bentuk yang berbeda sehingga siswa merasa mereka tidak sedang membaca meteri namun sedang dihadapkan pada lembar kerja yang harus didiskusikan. e. Pengelompokan Siswa Pengelompokan siswa ditentukan peneliti untuk menciptakan kelompok
yang
heterogen.
Pengelompokan
berdasarkan
tingkat
kemampuan siswa yang tercatat dalam nilai pada laporan nilai raport ulangan akhir semester gasal dan juga hasil observasi peneliti serta diskusi dengan guru yang bersangkutan mengenai sikap siswa dalam kelas.
46
f. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran ditulis dalam Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran. Terdapat tiga buah RPP dalam Siklus I ini. 4.1.1.2 Pelaksanaan dan Observasi Dalam pelaksanaan Siklus I, berikut ini adalah tabel yang menggambarkan langkah-langkah Siklus I dalam tiga kali pertemuan. Tabel 4.1 Sintak Project Based Learning dalam Siklus I No.
Sintak Project Based Learning
1
Menciptakan dan mengatur kondisi kelas dengan sampel proyek.
2
Siswa berperan sebagai perancang proyek
Kegiatan Siswa diberi pertanyaan mengenai Kota Magelang, Tempat tempat favorit mereka di Magelang, Apakah rumah mereka termasuk tempat favorit mereka?, Bagaimana cara mereka menjelaskan perjalanan mereka dari rumah ke sekolah (SD Pantekosta) Siswa melihat gambar yang sudah disediakan guru yaitu peta kota Magelang, denah lokasi. Siswa dan guru mencari lokasi sekolah pada peta. Guru mengarahkan siswa untuk bertanya “Mendengar kata PETA, apakah kalian ada pertanyaan?” Giring siswa untuk bertanya: Mengapa peta dibuat? Bagaimana peta dibuat? Apa saja bahan yang diperlukan dalam membuat peta? Apa saja keterangan yang ada di dalam peta? Benda apa saja yang fungsinya seperti peta? Siswa ditanya mengenai antusias mereka tentang pembuatan benda benda tersebut. Siswa dibentuk menjadi kelompok yang beranggotakan5-6 siswa. Siswa membuat kesepakatan kelas apa yang ingin mereka lakukan. Guru memberi saran akankah itu berupa pameran ataukah kompetisi tentang peta buatan mereka.
47
Siswa mendiskusikan atau mengakumulasi latar belakang informasi
Siswa melakukan diskusi yang dipandu dengan lembar kegiatan kelompok yang tersedia.
4
Menegosiasikan kriteria untuk megevaluasi proyek
Siswa diberi pertanyaan mengenai Bagaimana cara menilai proyek terbaik? Berapa rentang nilainya? Apakah kinerja kelompok juga harus dinilai? Apakah kelompok yang cekatan mendapat nilai poin tambahan? Bagaimana dengan siswa yang tidak mau bekerja atau mengganggu? Siswa mengumpulkan materi tentang Perbandingan dipandu dengan lembar kerja kelompok.
5
Siswa mengumpulkan materi yang dibutuhkan
6
Siswa merancang proyek
3
7
8 9
Siswa melakukan persiapan presentasi proyek Siswa mempresentasikan proyek Siswa melakukan refleksi dan evaluasi
Dalam kerja kelompok dan dipandu lembar kerja kelompok, siswa mencari dan melengkapi materi perbandingan.
Dipandu lembar kerja kelompok, siswa merancang design proyek mereka (Guru memandu dengan berkeliling di setiap kelompok) Siswa harus tahu ide siapa pembuatan proyek mereka, Bagaimana cara membuat proyek tersebut, Apa keunikan rancangan mereka Siswa mempresentasikan proyek mereka Dipandu lembar penilaian kelompok, siswa merefleksi dan mengevaluasi proyek mereka.
Rincian dari pelaksanaannya akan dibahas pada deskripsi berikut ini. a. Pertemuan 1 Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin, 10 Maret 2014 pada jam 07:00 – 08:10 WIB. Dengan siswa laki laki berjumlah 16 siswa dan 15 siswa perempuan dan seorang siswa tidak hadir.
48
Kegiatan Awal Kegiatan pembelajaran dimulai oleh Guru Matematika Kelas V SD Pantekosta dengan melakukan kegiatan awal yaitu mendampingi renungan dan doa yang dilakukan oleh salah seorang siswa, menyanyikan lagu nasional, dan memberikan instruksi bahwa selama tiga kali pertemuan, siswa akan belajar matematika didampingi oleh peneliti. Kemudian peneliti membagikan soal Pre-test pertama tentang pecahan kepada siswa. Setelah siswa selesai dibagikan
dan
mengisi
angket.
Sambil
menunggu
siswa,
peneliti
mempersiapkan peralatan tentang peta dan denah yaitu Peta Kota Magelang dan denah yang terdapat di undangan pernikahan. Kegiatan Awal dilakukan selama 45 menit dengan rincian waktu 15 menit apersepsi dan 20 menit mengisi Pre-test dan angket. Kegiatan Inti Kegitan inti dilakukan dalam waktu 22 menit secara efektif.
Explorasi Siswa diberi pertanyaan mengenai apa yang dibawa oleh peneliti, dimana letak sekolah SD Pantekosta pada peta itu, apa itu peta dan apa unsur-unsur peta hingga ada seorang anak berkata salah satu unsurnya adalah skala dan legenda. Peneliti segera mengetahui bahwa siswa kelas V sudah sempat belajar peta sebelumnya pada pelajaran IPS. Setelah itu siswa diberi instruksi mengenai apa yang akan mereka lakukan pada hari itu seperti kerja kelompok dan mendapatkan lembar kegiatan kelompok, lembar evaluasi kelompok dan lembar penerimaan bintang (reward / penghargaan) didalam map. Serta pada map sudah disertakan nama anggota kelompok. Siswa segera berkelompok dan duduk pada posisi yang mereka anggap nyaman. Dalam kegiatan mencari kelompok mereka, ada seorang siswa yang mengalami penolakan dalam kelompok yang sudah ditentukan oleh
49
peneliti. Anak tersebut dianggap nakal dan suka mengganggu kelompok lain. Pada kelompok lain terjadi fenomena bahagia Karena sekelompok dengan teman dekatnya yang dianggap mampu mengatasi masalah yang akan diberikan nanti. Kelompok yang beranggotakan enam orang merasa sangat spesial karena ada siswa yang dianggap pandai dan ada juga siswa yang pandai berbicara.
Elaborasi Siswa dan peneliti membuat kesepakatan bahwa mereka akan membuat sebuah pameran dimana didalamnya terdapat presentasi sederhana mengenai proyek mereka pada pertemuan berikutnya. Setelah itu peneliti menginstruksikan siswa untuk megerjakan lembar kegiatan kelompok yang tersedia. Peneliti akan memberi bintang pada kelompok yang cepat selesai dan bisa bercerita tentang apa yang sudah kelompok diskusikan. Selama
melakukan
diskusi,
peneliti
berkeliling
sambil
mendokumentasikan kegiatan. Siswa aktif bertanya dan pertanyan yang mereka tanyakan adalah pertanyaan karena mereka takut salah mengisi lembar kerja siswa dan bukan bertanya maksud dari lembar kerja. Misal “Seperti ini Ms?”, “Apakah ini boleh dikerjakan seperti ini?”. “Bolehkah kami menyebutkan satu saja?”. Siswa yang sedikit berbicara dalam kelompok mendapatkan pekerjaan sebagai penulis, dan siswa yang pandai sebagai pendamping. Ada satu kelompok yang menggunakan taktik kerja semua yaitu dengan membagi sama rata lembar kegiatan kelompok dan mengerjakannya secara individu lalu disatukan. Kelompok yang mendapatkan siswa yang mengalami penolakan bekerja dengan tidak maksimal karena mengurusi kelompok lain yang terganggu dan membalas menggangu. Pada kelompok tersebut, peneliti melakukan pendampingan lebih.
50
Konfirmasi Ada satu kelompok yang segera mengangkat tangan sebagai tanda jika lembar kerja sudah selesai dan bercerita, kemudian peneliti memberi bintang. Kelompok lain menyusul dan diberi bintang dengan warna yang berbeda. Siswa diminta menyimpan map mereka.
Kegiatan Akhir Kegiatan penutup dilakukan peneliti dengan menyampaikan rasa senang peneliti
terhadap pertemuan mereka hari
itu dan peneliti
menyampaikan rencana pertemuan selanjutnya yaitu membicarakan tentang penilaian proyek. kegiatan akhir dilakukan selama 3 menit. b. Pertemuan 2 Pertemuan kedua dilaksanakan pada Selasa, 11 Maret 2014 pada pukul 07:00 – 08:10. Semua siswa hadir, yaitu sebanyak 31 siswa. Kegiatan Awal Guru Matematika Kelas V SD Pantekosta melakukan kegiatan awal dengan mendampingi renungan dan doa yang dilakukan oleh salah seorang siswa, menyanyikan lagu nasional. Kegiatan awal dilakukan selama 10 menit. Kegiatan Inti Kegiatan inti dilakukan selama 55 menit.
Eksplorasi Peneliti bertanya tentang apa yang mereka sudah lakukan pada pertemuan sebelumnya. Dan beberapa siswa menjawab. Hal yang mereka ingat adalah Peta Kota Magelang dan unsurnya. Seorang anak denagn lantang menjawab belajar mengenai skala. Padahal pada lembar kegiatan awal, skala belum menjadi materi.
Elaborasi Peneliti mengeluarkan peta dan denah buatannya yang berukuran A3, Siswa diminta melihat apakah itu termasuk peta dan denah yang baik
51
karena mengandung unsure peta. Siswa dan peneliti melakukan negoisasi tentang cara penilaian proyek mereka hingga dihasilkan kesepakatan bahwa proyek yang baik harus memiliki kelengkapan unsur peta atau denah yang diantaranya adalah legenda dan skala. Kriteria lain adalah kekompakan dan kecepatan dan ketepatan dalam membuat peta atau denah. Tahap selanjutnya, siswa berkelompok dan mengerjakan lembar kegiatan kelompok yang sudah disediakan peneliti yaitu tentang cara pembuatan peta yang bertujuan mengajarkan siswa cara menentukan skala peta. Seperti pertemuan sebelumnya, siswa pun aktif bertanya, kali ini pertanyaan mereka adalah mengenai perbandingan yaitu memperbesar atau memperkecil (menyederhanakan) perbandingan. Siswa yang memiliki kemampuan logika yang lebih melihat persoalan itu sebagai hal yang mudah. Sampai pada mereka menentukan skala pada suatu cerita. Siswa yang tidak menulis memperhatikan temannya yang sedang menulis beberapa dari mereka malah bertanya karena mereka ingin tahu. Persiapan presentasi proyek dilakukan pada selembar kertas A4 kosong yang sudah disediakan.
Konfirmasi Konfimasi dilakukan dengan bertanya apa yang sudah siswa lakukan. Beberapa siswa mengangkat tangan dan bercerita. Peneliti meminta lembar kegiatan kelompok dikumpulkan guna memantau perkembangan mereka melalui apa yang sudah mereka tulis. Peneliti berjanji akan memberikan bintang setelah selesai mengoreksi hasil diskusi mereka. Siswa segera mengumpulkan map mereka.
Kegiatan Akhir Peneliti memotivasi mereka atas kerja keras para siswa dan mengingatkan apa yang akan mereka lakukan pertemuan selanjutnya yaitu membuat peta atau denah impian mereka. Peneliti juga menekankan bahwa
52
kertas A3 sudah dipersiapkan dan peneliti juga akan membawa beberapa peralatan se[erti penggaris, spidol dan pensil warna. Siswa juga diminta melakukan persiapan. Kegiatan akhir dilakukan selama 5 menit. c. Pertemuan 3 Pertemuan ketiga dilakukan pada hari Rabu, 12 Maret 2014 pukul 07:35 – 08:45 WIB. Seorang anak ijin pada pertemuan itu, sehingga terdapat 30 siswa dalam kelas. Kegiatan Awal Kegiatan awal dilakukan oleh peneliti yaitu dengan memberikan salam dan memeriksa kehadiran siswa. Kegiatan awal hanya dilakukan selama 2 menit. Siswa pun langsung menyambut dengan antusias dengan bertanya “Mana Ms, kertasnya?”, “Ms. Aku sudah bawa pensil warna jadi tidak perlu pinjam.” Namun segera peneliti meminta mereka untuk tenang dan membentuk kelompok sambil membagikan map. Kegiatan Inti Kegiatan inti dilakukan selama 50 menit.
Eksplorasi Peneliti bertanya apa yang akan mereka lakukan hari itu dan apa saja kriteria penilaiannya. Peneliti lebih menekankan pada ketepatan dan kecepatan pembuatan proyek. Peneliti membagikan alat dan bahan sesuai kebutuhan masing masing kelompok.
Elaborasi Didalam masing masing kelompoknya siswa membuat peta dan denah impian mereka. Waktu yang diberikan adalah 20 menit. Dengan perkiraan presentasi dan pameran selama 30 menit. Siswa tampak sibuk dengan pekerjaan mereka, mereka memberikan ide untuk meletakkan hotel pada petanya. Ada yang meletakan gambar kolam renang pada kamarnya. Banyak ide lucu dan kreatif yang mereka buat. Setelah wakyu
53
habis, siswa yang paling cepat selesai segera mendapat bintang. Siswa yang sudah selesai mengangkat tangannya dan segera bercerita (persentasi) tentang peta atau denah yang mereka buat. Mereka mendeskripsikan setiap legenda yang mereka buat dan tidak lupa menyebutkan skala. Sayangnya atas keterbatasan waktu hanya tiga kelompok yang selesai bercerita kelompok lain hanya bisa menunjukkan hasil karya mereka. Lembar penilaian kelompok segera mereka isi sebagai evaluasi kerja mereka.
Konfirmasi Peneliti
bertanya
tentang
perasaan
siswa
setelah
selesai
melaksanakan proyek. dan beberapa siswa yang ditanyai mengaku senang karena dapat berimajinasi. Selanjutnya siswa diminta kembali ke tempat duduk semula. Kegiatan Akhir Kegiatan akhir dilakukan selama 18 menit dengan langsung membagikan angket dan Post-test pertama. Setelah dikumpulkan peneliti berpamitan dan berjanji untuk datang lagi dan memberikan mereka materi pelajaran matematika yang menyenangkan lagi.
4.1.1.3 Hasil Belajar Siklus I Hasil belajar Siklus I dilihat dari hasil Post-test setelah Siklus I dilaksanakan. Untuk membandingkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar setelah Siklus I dilaksanakan maka berikut ini juga akan disajikan hasil belajar sebelum Siklus I dilaksanakan atau hasil dari Pre-Test.
54
Tabel 4.2 Persentase Hasil Belajar Pre-test dan Tes Siklus I Kategori Jumlah yang mengikuti test Jumlah
siswa
tidak
tuntas Persentase
siswa
tidak
tuntas Jumlah siswa tuntas Persentase siswa tuntas
Pre-tes
Tes Siklus I
Tes Siklus I + proyek
30
30
30
19
14
8
63,33%
46,67%
26,67%
11
16
22
36,67%
53,33%
73,33%
Berdasarkan Pre-Tes dan Tes Siklus I sudah terjadi peningkatan nilai. Yang disayangkan oleh peneliti adalah bahwa nilai yang didapat dari Pre-Tes sangat jauh dengan nilai rapot yang didapatkan sebagai data awal. Sehingga, dari data tersebut dapat terlihat bahwa pada Pre-Tes terdapat 36,67% siswa yang tuntas KKM 75. Pada Tes Siklus I terdapat 53,33% siswa yang tuntas KKM. Bila peneliti menggabungkan nilai tersebut dengan nilai proyek, maka ada 73,33% siswa tuntas belajar. Untuk lebih jelas berikut ini grafik persentase hasil belajar siswa Pre - Tes dan Tes Siklus I. Grafik 4.1 Hasil Belajar Pre-Test dan Tes Siklus I 100% 80% 60%
19
8
14
40% 20%
11
22
16
Siswa Tuntas
0% Pre-Tes
Siswa Tidak Tuntas
Tes Siklus I
Tes Siklus I + Proyek
55
4.1.1.4 Hasil Angket Mengenai Perbaikan Sikap pada Siklus I Angket yang telah diisi oleh siswa diberi poin lalu dianalisis. Angket diberikan sebelum dan sesudah Siklus I untuk membuktikan adanya perbaikan sikap siswa kelas V SD Pantekosta Magelang. Peneliti masih menggunakan klasifikasi yang ditulis oleh Widoyoko (2012) dimana interval klasifikasi sikap sebagai berikut, namun jumlah siswa yang menjadi responden sebanyak 30 siswa. Sehingga cara penghitungan interval menjadi nilai terendah adalah 30 x 5 x 1 = 150. Kemudian nilai tertinggi data adalah 30 x 5x 5 = 750. Interval data didapatkan dengan cara:
Interval
Maka penentuan interval baru yang didapatkan dari perhitungan tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Klasifikasi Sikap dengan 30 Responden Jumlah Skor Jawaban
Klasifikasi Sikap
631 s/d 750
Sangat Baik
511 s/d 630
Baik
391 s/d 510
Kurang Baik
271 s/d 390
Tidak Baik
n
270
Sangat Tidak Baik
Berikut ini adalah hasil analisis sikap siswa terhadap Matematika dari data angket I dan angket II.
56
Tabel 4.4 Hasil Sikap Siswa terhadap Matematika Angket I dan Angket II Angket ke-
1
2
Total Skor
509
532
Kurang Baik
Baik
Keterangan Sikap
Berdasarkan angket yang sudah diisi oleh para siswa dan dengan membandingkannya dengan klasifikasi yang ditulis oleh Widoyoko (2012), maka Project Based Learning sudah berhasil memperbaiki sikap siswa dengan dibuktikan bahwa poin yang terkumpul pada angket pertama sebesar 509 poin yang mengindikasi bahwa sikap siswa kelas V SD Pantekosta terhadap Matematika masih kurang baik. Setelah Project Based Learning diaplikasikan, terjadi peningkatan sebesar 23 poin, sehingga poin yang terkumpul adalah 532. Poin tersebut mengindikasikan bahwa sikap siswa telah berubah menjadi baik terhadap Matematika. 4.1.1.5 Refleksi Adapun yang menjadi catatan bagi peneliti baik berasal dari diri sendiri maupun dari guru yang melakukan pembinaan RPP dan observasi terhadap cara mengajar dan implementasi peneliti adalah sebagai berikut: a. Peneliti harus lebih hati-hati dan cermat dalam menulis RPP karena ada tulisan yang tidak tepat, sehingga peneliti melakukan revisi RPP. b. Peneliti harus lebih cermat dalam menulis lembar kegiatan siswa karena ada tulisan yang salah ketik, penyelesaian masalah ini adalah peneliti melakukan ralat saat pertemuan sebelum lembar kerja pada pertemuan kedua dibagikan. c. Penerapan Project Based Learning yang tertulis pada RPP sudah dilaksanakan dengan baik dan dengan persiapan yang sangat baik, namun terjadi beberapa kelemahan diantaranya mengenai manajemen waktu
57
sehingga pada pertemuan berikutnya diharapkan lebih cermat dalam memperhitungkan waktu. d. Siswa sangat antusias dalam mengrjakan kegitan kelompok dan berdiskusi sehingga mereka menimbulkan keramaian dan susah memusatkan perhatian saat peneliti ingin memberikan intruksi tambahan. Guna menyelesaikan masalah ini, peneliti akan menggunakan alat peluit sambil mengangkat tangan (mengadaptasikan teknik pemusatan perhatian yang digunakan di SD Pantekosta) e. Ada beberapa siswa yang pada pertemuan pertama tidak serius namun dipertemuan selanjutnya sudah tidak tampak. Peneliti berencana untuk mengubah anggota kelompok pada siklus kedua. Dari beberapa kekurangan tersebut, maka Siklus II akan dilaksanakan dengan mempertimbangkan alternatif solusi yang sudah direncanakan. Selain itu, dari kedua data yang diperoleh, Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa meskipun belum mencapai 95% siswanya tuntas. Sehingga peneliti akan melanjutkan penelitiannya pada siklus ke dua.
4.1.2
Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
4.1.2.1 Perencanaan Perencanaan dilakukan setelah Siklus I selesai dengan berbagai pertimbangan seperti adanya Ujian Tengah Semester dan study tour serta libur tengah semester, maka Siklus dua dilakukan pada bulan April. Guru Matematika menyarankan agar materinya mengenai geometri bangun ruang. Peneliti memepersiapkan RPP dan instrumen penelitian serta melakukan perbaikan perencanaan serta pergantian anggota kelompok. a. Standar Kompetensi Memahami sifat sifat bangun dan hubungan antar bangun b. Kompetensi Dasar Megidentifikasi sifat sifat bangun ruang 58
c. Materi Bangun ruang, nama dan ciri-cirinya. Dari mengetahui sifat sifatnya, siswa dibimbing untuk berpikir bahwa ada hubungan di setiap bangun misalnya, balok sebenarnya adalah prisma tegak segi empat begitu juga dengan kubus. d. Alat, Bahan, Media dan Sumber Belajar yang dibutuhkan Lembar kegiatan kelompok, Gethuk Magelang, kertas minyak, plastik, gabus , lidi, Tes Siklus II dan angket adalah alat, bahan dan media serta sumber belajar yang dibutuhkan selama penelitian Siklus II. e. Pengelompokan Siswa Pengelompokan didasarkan pada pengamatan peneliti pada Siklus I. Pengelompokan ini ditentukan peneliti untuk menciptakan suasana kerja kelompok dalam kelompok yang heterogen. f. Kegiatan Pembelajaran Dalam Siklus II, Kegiatan pembelajaran ditulis dalam tiga buah Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
4.1.2.2 Pelaksanaan dan Observasi Tabel 4.5 Sintak Project Based Learning dalam Siklus II No. Sintak Project Based Learning 1
Menciptakan dan mengatur kondisi kelas dengan sampel proyek.
Kegiatan Siswa diberi pertanyaan mengenai Kota Magelang, Hal apa saja yang membuat Magelang berbeda dari kota lainnya, Apa saja yang menjadi ciri Magelang, Apa mereka tahu tentang gethuk, dan Bagaimana cara membuat gethuk. Siswa melihat gambar yang sudah disediakan guru tentang proses pembuatan gethuk. Siswa melihat gethuk yang dibawa guru. Gethuk yang biasa “Gethuk Ceria” yang sudah dibentuk guru
59
2
3
4
5
6 7
Siswa berperan sebagai perancang proyek Siswa mendiskusikan atau mengakumulasi latar belakang informasi Menegosiasikan kriteria untuk megevaluasi proyek
Siswa mengumpulkan materi yang dibutuhkan Siswa merancang proyek Siswa melakukan persiapan presentasi proyek
Siswa menilai mana gethuk yang kira kira lebih unik, lebih disukai anak anak dan mana yang kira kira bisa masuk TV karena keunikannya. Siswa ditanya mengenai antusias mereka tentang pembuatan “Gethuk Ceria” itu. Siswa dibentuk menjadi kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa. Siswa membuat kesepakatan kelas apa yang ingin mereka lakukan. Guru memberi saran akankah itu berupa pameran ataukah kompetisi. Siswa melakukan diskusi yang dipandu dengan lembar kegiatan kelompok yang tersedia.
Siswa diberi pertanyaan mengenai Bagaimana cara menilai proyek “Gethuk Geometri” terbaik? Apakah ada nama dan sesuai dengan ciricirinya? Akankah orang membelinya? Apakah gethuknya bisa dikonsumsi dan sehat karena pembuatnya menjaga kebersihan? Berapa rentang nilainya? Apakah kinerja kelompok juga harus dinilai? Apakah kelompok yang cekatan mendapat nilai poin tanbahan? Bagaimana dengan siswa yang tidak mau bekerja atau mengganggu? Siswa mengumpulkan materi tentang Bangun ruang dipandu dengan lembar kerja kelompok. Dalam kerja kelompok dan dipandu lembar kerja kelompok siswa mencari dan melengkapi materi bangun ruang. Dipandu lembar kerja kelompok, siswa merancang design gethuk ceria mereka Siswa harus tahu: Ide siapa pembuatan proyek mereka Bagaimana cara membuat proyek tersebut
60
8
9
Siswa mempresentasikan proyek Siswa melakukan refleksi dan evaluasi
Apa keunikan rancangan mereka Siswa mempresentasikan proyek mereka Dipandu lembar penilaian kelompok, siswa merefleksi dan mengevaluasi proyek mereka.
Berikut ini adalah deskripsi mengenai pelaksanaan dan observasi Siklus II. a. Pertemuan 1 Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin, 14 April 2014 pada jam 07:00 – 08:10 WIB. Ada seorang siswa tidak hadir dalam kelas dan ada seorang anak baru bergabung di kelas V SD Pantekosta. Sehingga jumlah siswa yang hadir pada pertemuan pertama adalah 31 siswa. Kegiatan Awal Kegiatan pembelajaran dimulai oleh Guru Matematika Kelas V SD Pantekosta
dengan mendampingi renungan dan doa yang dilakukan oleh
salah seorang siswa, menyanyikan lagu nasional, dan memberikan instruksi bahwa peneliti akan memberikan pelajaran selama tiga kali pertemuan. Peneliti mempersiapkan gethuk dan gambar cara membuat gethuk. Kegiatan awal dilakukan selama 15 menit. Kegiatan Inti Kegitan inti dilakukan dalam waktu 60 menit.
Explorasi Peneliti memberikan pertanyaan mengenai hal hal yang khas atau tidak dapat ditemui di kota lain. Siswa dengan antusias mengangkat tangan dan menjawab beraneka jawaban dan ada seseorang siswa yang menjawab Gethuk sebagai makanan khas Magelang ada juga yang menjawab Candi Borobudur. Kemudian peneliti memperlihatkan gethuk yang sudah dimodifikasi menjadi bentuk bentuk geometri. Terlihat beberapa wajah mulai bingung dan bertanya-tanya bentuk apa itu. Siswa 61
lain ada yang tersenyum karena melihat bentuknya yang aneh dan bukan bentuk gethuk biasanya. Ada juga yang tertawa dan mulai berkomentar. Lalu peneliti juga bertanya adakah siswa yang bercita cita menjadi chef seperti master chef junior yang tayang di salah satu stasiun televisi. Siswa mulai mengangkat tangan dan berkomentar sendiri-sendiri. Lalu peluit segera dibunyikan peneliti sambil tangannya diangkat. Siswa langsung terpusat perhatiannya.
Elaborasi Siswa dan guru lalu berencana membuat pameran yang dinamakan Gethuk Ceria. Mereka akan membuat Gethuk Ceria dalam kelompok. Raut wajah beberapa siswa kemudian berubah, seorang siswa bahkan berdiri dan menyatukan tangannya sambil tersenyum. Para siswa menjadi sangat antusias. Seperti pada Siklus I, Peneliti sudah menyiapkan map yang berisi lembar kegiatan kelompok, lembar penilaian kelompok, dan lembar untuk menempelkan bintang. Mereka diberi intruksi untuk mengerjakan hingga halaman 3. Kemudian mereka berkelompok dan menyusun tempat duduk yang dianggap nyaman untuk berdiskusi. Siswa baru yang belum mendapatkan kelompok maju mendatangi peneliti dan bergabung dengan salah satu kelompok. Anak baru itu bisa beradaptasi dan memiliki kemampuan berpikir yang bagus terlihat dari cara nya mengerjakan lembar berikutnya (halaman 4, 5 dst.). Kelompok lain yang berdiskusi dangan santai pun tetap berkonsentrasi. Masih dengan peraturan yang sama bahwa kelompok yang cepat dan tepat mendapat bintang, maka segera mereka mengerjakan lembar kegiatan kelompok itu. Peneliti berkeliling sambil mendokumentasikan kegiatan mereka.
Konfirmasi
62
Satu kelompok yang sudah selesai mengangkat tangan dan bercerita (presentasi), kemudian peneliti memberi bintang. Saat itu terjadi beberapa kesalahan khususnya saat penamaan bangun ruang. Kelompok lain yang menganggap jawabannya benar segera mengangat tangan dan menyebutkan jawaban yang tepat. Semua kelompok mendapatkan bintang atas usaha mereka. Siswa diminta bertanggung jawab atas map kelompok mereka. Kegiatan Akhir Peneliti mengakhiri pertemuan dengan menyampaikan apa yang akan mereka lakukan pada pertemuan berikutnya yaitu menentukan apa saja yang dinilai saat membuat gethuk ceria serta melakukan permainan menggunakan lidi dan gabus untuk membuat bangun ruang. Kegiatan akhir dilakukan selama 5 menit. b. Pertemuan 2 Pertemuan kedua dilaksanakan pada Selasa, 15 April 2014 pada pukul 07:00 – 08:10. Seorang siswa tidak hadir, sehingga siswa yang hadir pada pertemuan kedua sebanyak 31 siswa. Kegiatan Awal Menjadi suatu kegiatan rutin sebagai Guru kelas dan Guru Matematika Kelas V dengan melakukan kegiatan awal dengan mendampingi renungan dan doa yang dilakukan oleh salah seorang siswa, menyanyikan lagu nasional. Kegiatan awal ini dilakukan selama 10 menit. Kegiatan Inti Kegiatan inti dilakukan selama 55 menit.
Eksplorasi Peneliti bertanya tentang apa yang mereka sudah lakukan pada pertemuan sebelumnya untuk mengetahui kesiapan siswa.
63
Elaborasi Siswa ditanya tentang kriteria penilaian gethuk ceria. Hingga terdapat lima kriteria yaitu variasi bentuk, perpaduan warna, higienitas, kerjasama dan efektifitas waktu. Kemudian dalam rangka mengumpulkan materi, siswa berkelompok dan diberikan bungkusan yang isinya adalah lidi dan gabus yang apabila disusun akan membentuk bangun ruang yang berbeda di setiap kelompok. Siswa di instruksikan untuk menghabiskan bahan yang disediakan untuk menghasilkan bangun ruang seperti yang sudah dicontohkan. Hal itu dilakukan sambil mengisi lembar kegiatan kelompok. Siswa terlihat sangat antusias. Ada yang mulai berebut mengambil lidi. Ada yang memperhatikan, ada yang mulai mengerjakan lembar kegiatan kelompok, ada yang mulai kebingungan mengenai bentuk apakah bangun ini karena terlalu banyak lidi. Peneliti melakukan konfimasi kecil ditengah kegiatan sambil menanamkan konsep hubungan antar bangun. Peneliti memanggil kelompok urut dari kelompok kubus, kemudian balok dan prisma. Selanjutnya limas dan kemudian peneliti memperlihatkan tabung dan kerucut dimana mereka memiliki ciri yang berbeda dibanding bangun lain karena memilik rusuk berbentuk lingkaran sehingga tidak mungkin untuk membuatnya dari lidi yang keras. Setiap kali kelompok yang di panggil mereka juga menjawab lembar kegiatan kelopok yang sesuai. Misalnya untuk kelompok yang mendapat prisma tegak maka ia akan menjawab pertanyaan pada lembar kegiatan mengenai prisma tegak. Suasana kelas berubah menjadi suasana berpikir kritis saat mereka mulai berpukir pola rusuk, sisi dan titik sudut prisma tegak segi-n dan limas segi-n. Setelah semua bangun dikenal, kelompok lalu mulai merancang proyek siapa yang menjadi ketua, siapa yang akan membentuk, siapa yang
64
akan menulis laporan, dan bentuk apa saja yang bisa mereka buat untuk gethuk ceria.
Konfirmasi Konfimasi dilakukan dengan meminta mereka mengumpulkan map untuk diteliti peneliti guna memperbaiki konsep yang salah di pertemuan selanjutnya.
Kegiatan Akhir Peneliti memotivasi siswa bahwa pada pertemuan berikutnya mereka akan membuat Gethuk Ceria dan mereka tidak perlu bingung Karen peneliti akan menyiapkan gethuknya untuk mereka. Kegiatan akhir dilakukan selama 5 menit.
c. Pertemuan 3 Jika melihat jadwal pelajaran seharusnya, pertemuan ketiga dilakukan pada hari Rabu, 16 April 2014 pukul 07:35 – 08:45 WIB. Namun setelah berkonsultasi dengan Guru Matematika kelas V, beliau menyarankan untuk memulainya pukul 07:00 karena mata pelajaran jam pertama yang seharusnya senam tidak bisa dilakukan karena gurunya sedang dinas dan guru kelas sedang mengajar di kelas VI sehingga pertemuan ke tiga dilakukan pukul 07:00 hingga 08:45. Seorang anak tidak hadir pada pertemuan itu, sehingga terdapat 31 siswa dalam kelas.
Kegiatan Awal Kegiatan awal dilakukan oleh peneliti yaitu dengan mendampingi renungan dan doa serta memimpin dalam menyanyikan lagu nasional lalu memberikan salam dan memeriksa kehadiran siswa. Kegiatan awal hanya dilakukan selama 15 menit. Kelas terasa tidak kondusif sehingga peneliti menunggu hingga kelas kondusif sambil mempersiapkan meja dan gethuk.
65
Kegiatan Inti Kegiatan inti dilakukan selama 50 menit.
Eksplorasi Peneliti mengingatkan kembali apa yang menjadi kriteria dari gethuk ceria. Peneliti membagikan gethuk serta alat dan bahan.
Elaborasi Setiap kelompok mulai membuat proyek mereka. Dan pameran kecil pun terjadi. Ada yang mulai membuat rumah dan ada juga yang mebuat bangun-bangun ruang. Ada yang mulai berjalan-jalan dan melihatlihat. Ada yang sebal terhadap plastik yang menempel di gethuk. Ada yang tertawa karena bentuknya lucu. Ada yang membuat bentuk hati dan bola.
Ada yang mulai mencicipi gethuk sehingga menimbulkan
kehebohan dalam kelompok. Ada yang mencampur semua gethuk. Kelas menjadi ramai tapi ramai yang mendidik. Peneliti berjalan-jalan sambil melakukan wawancara dan mendokumentasikan kegiatan tersebut. Setelah semua selesai, siswa lalu segera mengangkat tangan dan minta agar gethuknya difoto sesuai permintaan lembar laporan yang sudah disediakan dan mulai bercerita (presentasi) tentang apa yang mereka buat. Ada lima kelompok yang selesai menulis laporan sedangkan kelompok yang lambat menulis laporan ini dikarenakan terlalu banyak bermain dengan gethuknya. Peneliti juga bercakap cakap dengan dua orang siswa yang belum pernah makan gethuk. Data ini di peroleh peneliti dari membaca lembar kegiatan kelompok yang sudah dikoreksi. Sangat disayangkan, siswa yang belum pernah makan gethuk tidak mau makan karena takut kalau rasanya tidak enak. Hal ini jelas membuat teman sekelompoknya senang karena akan mendapat extra gethuk.
66
Konfirmasi Peneliti
bertanya
tentang
perasaan
siswa
setelah
selesai
melaksanakan proyek. dan beberapa siswa mengangkat tangan kemudian mengutarakan pendapatnya. Mereka setuju jika mereka mengalami kesulitan dalam membentuk gethuknya karena plastiknya, kemudian ada yang berkata senang bisa membuat gethuk yang diinginkan. Ada juga yang merasa jijik karena gethuknya berbentuk dan berwarna tidak menarik. Siswa diminta melakukan evaluasi dengan mengisi lembar penilaian yang tersedia sambil makan gethuk. Kegiatan Akhir Kegiatan akhir dilakukan selama 20 menit dengan langsung membagikan angket dan Post-test kedua. Sehingga jika di total maka pelajaran Matematika Siklus II dimulai pukul 07:00 – 08:30. Tersisa 15 menit dan digunakan untuk bersih bersih kelas. Kemudian peneliti berterima kasih karena siswa kelas V telah banyak membantu dalam penelitiannya kemudian peneliti pamit undur diri.
4.1.2.3 Hasil Belajar Siklus II
Hasil belajar Siklus II dilakukan dengan melihat memberikan tes kepada siswa setelah Siklus II selesai. Berikut ini adalah tabel perbandingan Tes Siklus I dan Tes Siklus II. Tabel 4.6 Hasil belajar Tes Siklus I dan Tes Siklus II Kategori Jumlah yang mengikuti test
Tes Siklus I 30
67
Tes Siklus I + proyek
Tes Siklus II
Tes Siklus II + proyek
30
31
31
Jumlah
siswa
tidak
14
8
1
0
46,67%
26,67%
3,23%
0%
16
22
30
31
53,33%
73,33%
96,77%
100%
tuntas Persentase siswa tidak tuntas Jumlah siswa tuntas Persentase siswa tuntas
Berdasarkan data tersebut terjadi peningkatan hasil belajar yang ditunjukkan dengan peningkatan persentase jumlah siswa yang tuntas KKM yaitu 75. Pada Tes Siklus I tanpa penggabungan nilai proyek, terdapat 53,33% siswa tuntas. Hasil Tes Siklus II menunjukkan keberhasilan Project Based Learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan memperlihatkan 96,77% siswanya tuntas KKM. Sedangkan dengan menggabungkan nilai proyeknya, dapat dilihat pada Tes Siklus I terdapat 70,97% siswanya tuntas KKM. Sedangkan pada post tes 2, 100% siswanya tuntas KKM. Grafik 4.2 Hasil Belajar Tes Siklus I dan Tes Siklus II 100% 90% 80%
1
0
30
31
8 14
70% 60% 50% 40% 30%
Siswa Tuntas
22 16
20% 10% 0% Tes Siklus I
Tes Siklus I + Proyek
Siswa Tidak Tuntas
Tes Siklus II
68
Tes Siklus II + Proyek
4.1.2.4 Hasil Angket Mengenai Perbaikan Sikap pada Siklus II Cara analisa angket siswa sama dengan cara menganalisa angket yang pada Siklus I. Angket yang ketiga ini diberikan Siklus II. Cara penskoranya sama namun intervalnya berbeda, ini dikarenakan jumlah siswa yang hadir adalah sebanyak 31 siswa. Sehingga penentuan interval menjadi berbeda. Penentuan interval baru didapatkan dari perhitungan sebagai berikut: Didalam angket terdapat 5 pernyataan dengan rentang nilai sikap 1-5. Siswa Kelas V SD Pantekosta sebanyak 31 siswa. Sehingga didapati nilai terendah dengan asumsi bahwa siswa setiap pernyataannya mendapat 1 poin, maka 31 x 5 x 1 = 155, 155 menjadi nilai terendah pada data. Kemudian mencari nilai tertinggi data dengan cara mengalikan jumlah siswa dengan poin tertinggi (5) dan dengan jumlah pernyataan sehingga nilai tertinggi data adalah 31 x 5x 5 = 775. Interval data didapatkan dengan cara:
Interval
Tabel 4.7 Klasifikasi Sikap dengan 31 Reponden Jumlah Skor Jawaban
Klasifikasi Sikap
652 s/d 775
Sangat Baik
528 s/d 651
Baik
402 s/d 527
Kurang Baik
278 s/d 401
Tidak Baik
n
277
Sangat Tidak Baik
Pada penskoran Angket ketiga skor yang diperoleh sebanyak 654 poin. Sehingga berada pada area klasifikasi sikap Sangat Baik.
69
Berikut ini adalah perbandingan hasil analisis dari angket I dan angket II dan Angket III. Tabel 4.8 Hasil Analiasis Sikap Siswa terhadap Matematika Angket I, Angket II dan Angket III Angket ke-
1
2
3a
3b
Total Skor
509
532
632
654
Jumlah responden
30
30
30
31
391-510
511-630
631-750
652-775
Kurang Baik
Baik
Sangat
Sangat
Baik
Baik
Area klasifikasi Keterangan Sikap
Pada kolom 3a, jumlah responden 30 dengan tidak memasukkan siswa baru dalam analisa angket ketiga. Dan mengunakan perbandingan area klasifikasi pada tabel 4.3. sedangkan kolom 3b merupakan hasil dari bertambahnya 1 reponden sehingga area klasifikasinya adalah yang tertera pada tabel 4.7. namun dari kedua area klasifikasi, sikap siswa tetap berada pada area klasifikasi sangat baik. Berdasarkan
data
tersebut,
Project
Based
Learning
berhasil
memperbaiki sikap siswa terhadap pelajaran Matematika yang sebelum Siklus I, siswa bersikap kurang baik terhadap Matematika, kemudian setelah dilaksanakannya Siklus I berubah menjadi baik, kemudian berubah menjadi sangat baik setelah Siklus II dilaksanakan.
4.1.2.5 Refleksi Penelitian pada Siklus II berjalan lebih baik dari Siklus I hal ini diperlihatkan dengan tidak terjadi masalah yang sama pada Siklus I terlebih lagi hasil belajar siswa telah meningkat dengan ditunjukkanya peningkatan
70
persentase nilai siswa tuntas KKM yaitu menjadi tuntas 96,77 % tanpa penggabungan nilai proyek dan setelah digabung dengan nilai proyek, siswa tuntas KKM 75 meningkat menjadi 100%. Dengan demikian, peneliti telah berhasil meningkatkan persentase siswa tuntas diatas 95% dimana persentase ketuntasan tersebut juga menjadi indikator keberhasilan penelitian. Selain itu perbaikan sikap siswa juga ditunjukkan dengan terus meningkatnya jumlah poin dari sikap yang “kurang baik” hingga “sangat baik”. Dengan demikian, peneliti menganggap Siklus II telah berhasil dilaksanakan.
4.2
Hasil Analisis Data Pada subbab ini akan dipaparkan hasil analisis data yang disajikan untuk memperjelas peningkatan yang terjadi pada hasil belajar dan perbaikan sikap siswa Kelas V SD Pantekosta pada sebelum Siklus I (Pra-Siklus1), Sesudah Siklus I, dan sesudah Siklus II.
Tabel 4.9 Hasil Belajar Kelas V SD Pantekosta Kategori
I
Tes Siklus I + proyek
Tes Siklus II
30
30
30
31
Tes Siklus II + proyek 31
19
14
8
1
0
63,33%
46,67%
26,67%
3,23%
0%
11
16
22
30
31
36,67%
53,33%
73,33%
96,77%
100%
Pre-test 1
Jumlah yang mengikuti test Jumlah siswa tidak tuntas KKM Persentase siswa tidak tuntas KKM Jumlah siswa tuntas Persentase siswa tuntas KKM
Tes Siklus
Dengan melihat persentase siswa tuntas, tampak jelas bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa tuntas KKM. Jika hanya membandingkan Pre-test, Tes Siklus I dan Tes Siklus II tanpa menggabungkan nilai proyek, maka
71
terjadi peningkatan hasil belajar yaitu sebesar 16,66% pada Pre- test dan Tes Siklus I dan peningkatan sebesar 43,44% pada Post-test1 dan Tes Siklus II. Sedangkan selisih persentase hasil belajar siswa pada Tes Siklus I dan Tes Siklus II yang digabung dengan nilai proyek adalah sebesar 29,03%.
Grafik 4.3 Peningkatan Persentase Siswa Tuntas KKM Kelas V SD Pantekosta 120
Persentase
100 80 60 40
Tuntas
20
Tidak Tuntas
0 Pre-Test Tes Siklus I Tes Siklus I Tes Siklus II Tes Siklus II + Proyek + Proyek Kategori
Untuk melihat persentase nilai hasil belajar siswa tuntas dan tidak tuntas, dapat dicermati pada diagram batang berikut ini.
Grafik 4.4 Persentase Hasil Belajar Kelas V SD Pantekosta 100%
19 30
31
14
40% 20%
0
8
80% 60%
1
22 16 11
0% Pre-Test
Tes Siklus I Tes Siklus I+ Tes Siklus II Tes Siklus II Proyek + Proyek
72
Siswa Tidak Tuntas Siswa Tuntas
Pada diagram batang tersebut, dapat disimpulkan bahwa persentase siswa tuntas KKM 75 mengalami peningkatan dari pra-Siklus I, Siklus I, hingga Siklus II. Perbaikan sikap siswa dapat dilihat dari tabel berikut ini, dimana setiap angketnya dengan 30 responden selalu meningkat jumlah poin/skornya. Dan yang terjadi dengan 31 responden adalah berada di kategori yang sama. Adapun alasan mengapa peneliti memasukkan satu siswa baru sebagai responden adalah karena siswa baru tersebut nantinya akan menjadi warga Kelas V dan telah mengikuti Siklus II dan mengambil peran dalam kelompok. Selain itu mengapa peneliti tidak memasukkan siwa absen dalam responden adalah karena mereka tidak membuat proyek pada pertemuan tersebut. Tabel 4.10 Perbandingan Sikap pada Angket I, Angket II dan Angket III Angket
I
II
IIIa
IIIb
Total Skor
509
532
632
654
Jumlah responden
30
30
30
31
Keterangan Sikap
Kurang Baik
Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
4.3
Pembahasan Pada subbab pembahasan ini, peneliti ingin membuktikan hipotesisnya. Bahwa Project Based Learning dalam pelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar dengan ditunjukkan adanya peningkatan persentasi siswa tuntas KKM sebanyak 95% dan adanya perbaikan sikap siswa kelas V SD Pantekosta Magelang, Tahun Ajaran 201 /2014.
4.3.1
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Project Based Learning Setelah melakukan observasi pada pelajaran Matematika tanggal 24 Januari 2014, peneliti menemukan beberapa masalah dikelas yang salah satu diantaranya adalah hasil belajar siswa pada laporan nilai raport ulangan akhir
73
semester gasal yang memiliki nilai rata rata paling rendah diantara mata pelajaran yang lain. Terdapat 37,5% siswa tidak tuntas KKM sebesar 70 pada Semester 1 Perubahan KKM menjadi 75 untuk Semester 2 menjadi kekhawatiran tersendiri bagi guru. Sehingga dengan mengingat teori Bloom bahwa kesuksesan pembelajaran adalah apabila siswa tuntas belajar adalah sebesar 95% maka peneliti menggunakan model Project Based Learning untuk memperbaiki hasil belajar siswa. Project Based Learning dilakukan dalam dua siklus dimana setiap siklusnya terdapat perencanaan, pelaksanaan dan observasi, serta refleksi. Setiap siklus dilakukan selama tiga kali pertemuan. Dan selama tiga kali pertemuan tersebut, sintak dari Project Baased Learning dilaksanakan ditambahi dengan pemberian test sebagai indikator peningktan hasil belajar siswa. (Pre-test 1, Tes Siklus I yang menjadi Pre-test 2 dan Tes Siklus II). Pada Pre-test 1, persentase siswa tuntas KKM 75 adalah sebesar 36,67% Terjadi peningkatan persentase siswa tuntas KKM yaitu sebesar 16,66% sehingga siswa tuntas KKM setelah Siklus I adalah sebesar 53,33%. Kemudian dilakukanlah Siklus II dan terjadi peningkatan persentase sebesar 43,44% sehingga siswa tuntas KKM setelah Siklus II adalah sebesar 96,77%. Dengan pertimbangan bahwa Project Based Learning menekankan pada pembuatan proyek, maka peneliti juga melakukan olah data terhadap nilai test dan nilai proyek. Hasil yang didapatkan adalah terjadi peningkatan persentase siswa tuntas sebesar 26,67%, dimana terdapat 73,33 % siswa tuntas KKM pada Siklus I dan 100% siswa Tuntas KKM pada Siklus II Dengan demikian maka hipotesis pebneliti terbukti dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa Kelas V SD Pantekosta melalui penerapan model Project Based Learning.
74
4.3.2
Perbaikan Sikap Siswa Melalui Project Based Learning Project Based Learning adalah model yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan sosial abad 21 dimana lebih mementingkan pada kerjasama. Sehingga peneliti beranggapan bahwa Project based learning mampu meningkatkan sikap positif siswa khususnya saat pelajaran Matematika. Indikator meningkatnya sikap siswa kearah yang lebih baik dilakukan dengan pengisian angket oleh siswa sebelum Siklus I (Angket I) sesudah Siklus I (Angket II) dan sesudah Siklus II (Angket III). Terdapat 31 siswa kelas V di SD Pantekosta, namun saat Angket I dibagian, Terdapat 30 responden pada Angket I dan II namun karena dengan adanya satu siswa baru dan ada siswa yang absen pada pembagian angket III, maka jumlah responden berubah lagi menjadi 31 reponden. Dengan pertimbangan itu maka peneliti membuat dua klasifikasi dengan asumsi bahwa terjadi perubahan kuantitas responden. Bukan perubahan kualitas responden. Dari hasil analisis angket-angket tearsebut dan membandingkan dengan klasifikasi sikap, maka peneliti menyimpulkan bahwa terjadi perbaikan sikap siswa. hal ini ditunjukkan dengan peningkatan jumlah poin angket. Pada angket I, poinnya sebesar 509 dengan arti bahawa sikap siswa masih kurang baik terhadap pelajaran Matematika. Dan terjadi peningkatan sebesar 23 poin setelah dilangsungkannya Siklus I sehingga angket II poinnya adalah 532. Setelah siklus dua dilaksanakan, dan peneliti menganulir siswa baru dengan asumsi bahwa dia tidak ikut serta dalam kegiatan belajar mengajar di Pantekosta maka tetap saja terjadi peningkatan sebesar 100 poin setelah Siklus II dilangsungkan yaitu sebesar 632 poin yang berarti sikap yang sangat baik terhadap Matematika. Namun peneliti juga ingin tahu apakah dengan bertambahnya siswa baru, sikap mereka menjadi berubah maka dengan menganalisis angket III yaitu dengan membandingkan klasifikasi berdasarkan 31 responden maka didapati poin sebesar 654 yang berarti sikap 75
siswa dengan 30 reponden dan 31 responden adalah sama yaitu sangat baik terhadap Matematika.
Memperkuat kemampuan Project Based Learning dalam memperbaiki sikap siswa, peneliti juga menganalisis hasil evaluasi siswa yang didapat dari lembar penilaian kelompok. Penilaian tersebut mencakup sembilan belas poin yaitu antusias, keramahan, tidak egois, berbagi, menyampaikan pendapatnya dengan layak, jujur, pendengar yang baik, bersikap toleran terhadap kelemahan yang lain, pemecah masalah, teratur, kooperatif, sportif, berkomitmen pada tugas, bekerjasama denagn orang lain, dapat diandalkan, sabr, bisa beradaptasi, kreatif, dan bisa dipercaya. Poin-poin itu merupakan pernilaian yang ditawarkan oleh Stix dan Hrbek (2007). Pada Siklus I siswa kelas V SD Pantekosta mengumpulkan poin sebanyak 1752 dan pada Siklus II terkumpul 2072 poin, terjadi peningkatan poin sebesar 320 poin. Hal itu mengindikasikan adanya perbaikan sikap pada siswa. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis peneliti terbukti yaitu bahwa penerapan model Project Based Learning dapat memeperbaiki sikap siswa Kelas V SD Pantekosta Magelang Tahun Ajaran 2013 /2014.
76