BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Transformasi Tokoh Novel ke Film Dalam Mihrab Cinta Pada bagian ini diuraikan tokoh-tokoh yang memerankan jalan cerita dalam novel, film, dan proses transformasi dari novel ke film Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy. 4.1.1.1 Tokoh dalam Novel dalam Mihrab Cinta Tokoh-tokoh yang memerankan jalan cerita dalam novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1: Tokoh Dalam Novel Dalam Mihrab Cinta No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Novel Tukang becak Zidna Ilman (Zizi) Para Penumpang Kereta Api Nenek penjual Pengamen Syamsul Hadi (Syamsul) Pencuri Dua orang gadis yang menjemput Zizi Kiai Baejuri (ayah Zizi) Kiai Miftah (Kakak Sulung Zizi) KH. Dahlan Anwar Para Santri di Pesantren Lirboyo. Ahmad Zaim Lelaki tua Burhan Isak Salimin Mundir Baihaqi Rozikin Ayub Asiyah (adik Ayub) Khalilah (sepupu perempuan Burhan) Karyono (wakil koordinator bagian keamanan) Santri bagian keamanan
26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69.
Santri Pesantren Al Furqan Pak Bambang (Ayah Syamsul) Ibu Bambang (Ibu Syamsul) Nadia (adik Syamsul) Ahmad (kaka pertama) Rozak (Kakak kedua) Istri Kiai Miftah Pemilik warung akring di depan Mesjid Baiturrahman, Semarang. Gadis penumpang bis. Para penumpang bis. Para Polisi Dua orang narapidana. Para pengurus mesjid di Jakarta yang di datangi Syamsul. Pak Abbas. Pak Gemati (Pemilik rumah kontrakan). Manajer Kafe. Pemilik restoran. Manajer bengkel Silvie Satpam penjaga Villa Gracia. Anak Muda Pak Broto. Ibu Broto. Della Pak Yahyah. Pak Heru Dr. Fathul Hadi Neng Nur Fadhilah Damayanti Pak Ustman (ayah Damayanti) Ibu Heru Penjual Nasi Uduk Jamaah Mesjid Villa Gracia Pak Doddy Alfad Dewi Ustadz Fairuz Para mahasiswa Fakultas Ekonomi UI Ir. Hendra Sadew, MBA Pak Anwar (ayah Burhan) Ibu Anwar (ibu Burhan) Jamaah ceramah Syamsul di TV Sutradara program acara ceramah Panitia Tabligh Akbar Masjid Al-Firdaus. Jamaah Tabligh Akbar Masjid Al-Firdaus.
70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79.
Ibu setengah baya Anak-anak yang belajar mengaji Pengendara sepeda motor Disainer Para keluarga dan tetangga yang melayat Silvie Ustadz Para Nelayan Para santriwati Manabi’ul Qur’an Seorang wartawan Lelaki berambut gondrong
4.1.1.2 Tokoh dalam Film Dalam Mihrab Cinta Tokoh-tokoh yang memerankan jalan cerita dalam film Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2: Tokoh dalam Film Dalam Mihrab Cinta No 1. 2. 3. 4. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Film Tukang becak Zidna Ilman (Zizi) Para Penumpang Kereta Api Nenek penjual Syamsul Hadi (Syamsul) Pencuri Dua orang gadis yang menjemput Zizi Kiai Baejuri (ayah Zizi) Kiai Miftah (Kakak Sulung Zizi) Ahmad Zaim Burhan Santri bagian keamanan Santri Pesantren Al Furqan Pak Bambang (Ayah Syamsul) Orang asing Ibu Bambang (Ibu Syamsul) Nadia (adik Syamsul) Ahmad (kaka pertama) Rozak (Kakak kedua) Istri Kiai Miftah Pemilik warung akring di depan Mesjid Baiturrahman, Semarang. Gadis penumpang bis. Para penumpang bis. Para Polisi Dua orang narapidana.
27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62.
Para pengurus mesjid di Jakarta yang di datangi Syamsul. Pak Abbas. Pak Gemati (Pemilik rumah kontrakan). Manajer Kafe. Pemilik restoran. Manejer tempat pencucian mobil Silvie Satpam penjaga Villa Gracia. Anak Muda Pak Broto. Ibu Broto. Della Pak Yahyah. Pak Heru Damayanti Pak Ustman (ayah Damayanti) Ibu Damayanti Ibu Heru Jamaah Mesjid Villa Gracia Pak Doddy Alfad Pak Anwar (ayah Burhan) Ibu Anwar (ibu Burhan) Jamaah cerama Syamsul di TV Jamaah Tabligh Akbar Masjid Al-Firdaus. Pegawai tokoh busana muslim Petugas kantor pos Guru Nadia Teman-teman sekolah Nadia Orang-orang yang membantu Syamsul pindah rumah Anak-anak yang belajar mengaji Pengendara sepeda motor Disainer Para keluarga dan tetangga yang melayat Silvie Ustadz Para santriwati Manabi’ul Qur’an Seorang wartawan
4.1.1.2 Transforasi Tokoh dalam Film Dalam Mihrab Cinta Transformasi tokoh dari novel ke film Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3: Transformasi Tokoh Novel ke Film Dalam Mihrab Cinta No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38.
Novel Tukang becak Zidna Ilman (Zizi) Para Penumpang Kereta Api Nenek penjual Pengamen Syamsul Hadi (Syamsul) Pencuri Dua orang gadis yang menjemput Zizi Kiai Baejuri (ayah Zizi) Kiai Miftah (Kakak Sulung Zizi) KH. Dahlan Anwar Para Santri di Pesantren Lirboyo. Ahmad Zaim Lelaki tua Burhan Isak Salimin Mundir Baihaqi Rozikin Ayub Asiyah (adik Ayub) Khalilah (sepupu perempuan Burhan) Karyono (wakil koordinator bagian keamanan) Santri bagian keamanan Santri Pesantren Al Furqan Pak Bambang (Ayah Syamsul) Ibu Bambang (Ibu Syamsul) Nadia (adik Syamsul) Ahmad (kaka pertama) Rozak (Kakak kedua) Istri Kiai Miftah Pemilik warung akring di depan Mesjid Baiturrahman, Semarang. Gadis penumpang bis. Para penumpang bis. Para Polisi Dua orang narapidana.
Film Tukang becak Zidna Ilman (Zizi) Para Penumpang Kereta Api Nenek penjual Syamsul Hadi (Syamsul) Pencuri Dua orang gadis yang menjemput Zizi Kiai Baejuri (ayah Zizi) Kiai Miftah (Kakak Sulung Zizi)
Ahmad Zaim Burhan
Santri bagian keamanan Santri Pesantren Al Furqan Pak Bambang (Ayah Syamsul) Orang asing Ibu Bambang (Ibu Syamsul) Nadia (adik Syamsul) Ahmad (kaka pertama) Rozak (Kakak kedua) Istri Kiai Miftah Pemilik warung akring di depan Mesjid Baiturrahman, Semarang. Gadis penumpang bis. Para penumpang bis. Para Polisi Dua orang narapidana.
39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78.
Para pengurus mesjid di Jakarta yang di datangi Syamsul. Pak Abbas. Pak Gemati (Pemilik rumah kontrakan). Manajer Kafe. Pemilik restoran. Manajer bengkel Silvie Satpam penjaga Villa Gracia. Anak Muda Pak Broto. Ibu Broto. Della Pak Yahyah. Pak Heru Dr. Fathul Hadi Neng Nur Fadhilah Damayanti Pak Ustman (ayah Damayanti) Ibu Heru Penjual Nasi Uduk Jamaah Mesjid Villa Gracia Pak Doddy Alfad Dewi Ustadz Fairuz Para mahasiswa Fakultas Ekonomi UI Ir. Hendra Sadew, MBA Pak Anwar (ayah Burhan) Ibu Anwar (ibu Burhan) Jamaah ceramah Syamsul di TV Sutradara program acara ceramah Panitia Tabligh Akbar Masjid AlFirdaus. Jamaah Tabligh Akbar Masjid AlFirdaus.
Para pengurus mesjid di Jakarta yang di datangi Syamsul. Pak Abbas. Pak Gemati (Pemilik rumah kontrakan). Manajer Kafe. Pemilik restoran. Manejer tempat pencucian mobil Silvie Satpam penjaga Villa Gracia. Anak Muda Pak Broto. Ibu Broto. Della Pak Yahyah. Pak Heru
Damayanti Pak Ustman (ayah Damayanti) Ibu Damayanti Ibu Heru Jamaah Mesjid Villa Gracia Pak Doddy Alfad
Pak Anwar (ayah Burhan) Ibu Anwar (ibu Burhan) Jamaah cerama Syamsul di TV
Jamaah Tabligh Akbar Masjid AlFirdaus. Pegawai tokoh busana muslim Petugas kantor pos
Ibu setengah baya Guru Nadia Teman-teman sekolah Nadia Orang-orang yang membantu
79. 80. 90. 91.
Anak-anak yang belajar mengaji Pengendara sepeda motor Disainer Para keluarga dan tetangga yang melayat Silvie 92. Ustadz 93. Para Nelayan 94. Para santriwati Manabi’ul Qur’an 95. Seorang wartawan 96. Lelaki berambut gondrong Jlh. 79
Syamsul pindah rumah Anak-anak yang belajar mengaji Pengendara sepeda motor Disainer Para keluarga dan tetangga yang melayat Silvie Ustadz Para santriwati Manabi’ul Qur’an Seorang wartawan 62
Berdasarkan uraian tokoh-tokoh yang memerankan jalan cerita pada novel dan film Dalam Mihrab Cinta yang di kemukakan pada tabel 3, dapat dikatakan bahwa jumlah tokoh atara novel dan film berbeda. Namun, dalam penelitian ini peneliti tidak mengkaji perbedaan jumlah tokoh tersebut tetapi peneliti mengfokuskan pada transformasi empat tokoh penting dalam transformasi novel ke film. Tokoh-tokoh tersebut adalah Syamsul Hadi, Zida Ilma (Zizi), Burhan, dan Silvie. Syamsul menjadi tokoh pertama yang dianalisis dalam unsur ini, karena kemunculannya sering dalam novel maupun film. Tokoh Zizi dianggap penting karena merupakan gadis yang disukai Burhan dan kecemburuan Burhan terhadap Syamsul mengenai Zizi yang membuat Burhan memfitnah Syamsul. Selanjutnya tokoh Burhan juga dianalisi karena tokoh Burhan merupakan penyebab sehingga tokoh Syamsul mengalami perjalanan hidup yang penuh dengan lika-liku. Terakhir yang dianalisis adalah tokoh Silive yang merupakan korban pencurian Syamsul dan pacar Burhan. Tokoh Silvie inilah yang mengantarkan tokoh Syamsul untuk kembali ke jalan yang lurus. Pembahasan transformasi tokoh novel ke film Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy ini hanya dibatasi pada proses transformasi saja.
a.) Tokoh Syamsul Hadi Syamsul Hadi merupakan anak dari seorang pengusaha batik sukses di Pekalongan. Dia juga memiliki dua orang kakak yang merupakan pengusaha batik
sukses juga mengikuti jejak ayah dan kakeknya. Hal tersebut dapa dilihat pada kutipan berikuti ini. (1.) “Ia juga ingin sukses, tetapi ia tidak mau sama dengan ayahnya, kakeknya dan kedua kakaknya yang semuanya sukses sebagai pedagang batik. Ia ingin sukses di jalur yang berbeda...” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 6) Dalam kutipan 1 di atas tergambar jelas tokoh Syamsul berasal dari keluarga pengusaha sukses dibidang penjualan batik. Hal serupa juga ditransfosmasikan ke dalam bentuk film tetapi dengan penceritaan yang berbeda. Perhatikan gambar berikut ini.
Gambar 1: Usaha Batik Keluarga Syamsul Dalam Gambar 1 di atas, divisualisasikan rumah tokoh Syamsul dimana banyak orang asing yang sedang memilih dan membeli kain batik yang sedang diperdagangkan. Visualisasi orang asing tersebut dimunculkan sebagai tanda terkenalnya batik-batik milik keluarga Syamsul. Proses transformasi yang terjadi yaitu perubahan keterangan tentang tokoh Syamsul yang merupakan anak seorang pengusaha batik sukses dalam novel diubah menjadi gambar para orang asing yang memilih dan membeli kain batik di rumah Syamsul. Hal tersebut menandakan kesuksesan usaha keluaarga Syamsul.
Selanjutnya sifat pantang menyerah dan suka dengan tantangan yang dimiliki oleh tokoh Syamsul tidak ditransformasikan ke dalam film. Sifat tersebut tergambar pada kutipan berikut ini. (2.) “Ia memang suka tantangan. Waktu masih sekolah dasar, ia paling tidak suka dengan matematika. Karena nilai matematikanya merah. Ia sering dihina kedua kakaknya perihal kebbodohannya dalam mata pelajaran matematika…” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 7 ) (3.) “Hinaan itu menjadi tantangan baginya…” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 7 ) (4.) “Ketika teman-teman satu kelasnya sudah mulai masuk bangku kuliah, ia masih sibuk mencari tantangan…” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 8) (5.) “Ia merasa mendapatkan tantangan baru. Ia ingin membuktikan bahwa dirinya bisa seperti nama-nama yang disebut-sebut oleh seniman gondrong itu sebagai seniman sejati…” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 10) (6.) “Ia takjub dengan penjelasan Sang Imam. Ia merasa jalan yang dicarinya menjadi jelas. Ia harus ke pesantren. Tekatnya sudah bulat…” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 12) Pada kutipan 2, 3, 4, 5, dan 6 di atas menggambarkan karakter tokoh Syamsul yang suka dengan tantangan dan pantang menyerah. Hal tersebutlah yang membuat Syamsul ingin mencari jati dirinya tentang kehidupan dan agama yang mengantarkan dia untuk memilih pondok pesantren sebagai tempat belajar. Namun, penjelasan tentang sifat Syamsul yang pantang menyerah dan suka tantangan yang terdapat pada kutipan 2, 3, 4, 5, dan 6 tidak ditemukan dalam film. Tokoh Syamsul Hadi juga merupakan tokoh yang baik hati dan suka menolong sesama. Penggambaran karakter ini dimaksudkan untuk memperjelas bahwa tokoh Syamsul ini merupakan tokoh yang baik. Berikut ini kutipan yang akan memperjelas karakter tokoh Syamsul tersebut.
(7.) “Tenang Mbak. Ojo wedi! Jangan takut. Walaupun rambut saya gondrong, insya Allah saya bukan orang jahat.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 5) (8.) “Kalau tidak ada Mas, mungkin saya udah dilukai penjahat tadi. Atau mungkin nyawa saya bisa melayang. Saya berhutang budi pada Mas. Terima kasih ya Mas?” Ucap gadis itu dengan muka menunduk.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 20) Pada kutipan 7 terlihat jelas karakter tokoh Syamsul yang baik hati dan suka menolong. Pada kutipan pertama terlihat kebaikan tokoh Syamsul dari tutur katanya. Hal serupa juga divisualisasikan dalam film seperti gambar berikut ini.
Gambar 2: Pertemuan pemuda berambut gondrong dan gadis berjilba Pada gambar 2 di atas divisualisasikan tokoh pemudah berambut gondrong yang sedang berbicara dengan tokoh gadis berjilbab yang kelihatan takut melihat penampilannya.
Tokoh
pemuda
berambut
gondrong
tersebut
kemudian
meyakinkan bahwa dirinya merupakan orang baik. Karakter ini mempengaruhi penilaian tokoh gadis berjilbab terhadap tokoh pemuda berambut gondrong. Pada kutipan 8 terlihat jelas sifat sosial tokoh Syamsul yang suka menolong orang. Tokoh gadis berjilbab yang tidak dikenalnya tersebut tetap dia tolong ketika gadis itu disandera oleh pencuri. Tokoh Syamsul berhasil mengalahkan pencuri tersebut dan membebaskan gadis berjilbab walaupun sebelumnya dia mengalami luka akibat sabetan pisau pencuri itu. Hal itu dapat dilihat pada kutipan 8 mengenai perkataan tokoh gadis berjilbab yang berterimah kasih atas pertolongan pemuda berambut gondrong itu. Karakter tokoh Syamsul ini divisualisasikan dalam film seperti gambar berikut ini.
Gambar 3: Pencuri menyandera gadis berjilbab Pada gambar 3 di atas terlihat tokoh Syamsul yang berusaha menolong tokoh gadis berjilbab yang disandera oleh pencuri. Syamsul terus berusaha membebaskan gadis tersebut, hingga ketika dia mendapatkan peluang untuk melumpuhkan pencuri itu dia langsung mempergunakannya. Pada akhirnya, pencuri tersebut berhasil dilumpuhkan tokoh Syamsul dan gadis berjilbab berhasil ditolong tokoh Syamsul. Tokoh Syamsul merupakan tokoh yang pintar. Gambaran karakter kepintaran tokoh Syamsul dapat diuraikan pada kutipan 9 dan 10 di bawah ini. (9.) “…Padahal ada dua perguruan tinggi negeri terkemuka di Semarang yang menawarinya beasiswa, setelah ia menang dalam Olimpiade Matematika…” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 7) (10.) “Baru enam bulan di pesantren itu, ia sudah khatam Kitab Fathul Qarib. Dan bahkan ia membaca dan memahami kitab Fathul Qarib dengan cukup baik…” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 54) Pada
kutipan
9
kepintaran
tokoh
Syamsul
dijelaskan
dengan
menggambarkan bahwa tokoh Syamsul mendapatkan tawaran beasiswa di dua universitas negeri terkemuka di Pekalongan. Kepintarannya juga tergambar dari kemenangannya di olimpiade matematika.
Pada
kutipan
10
kepintaran
tokoh
Syamsul
digarmbakan
pada
perkembangan belajarnya di pesantren Al Furqan. Namun, bagian ini tidak ditemukan dalam film. Selanjutnya tokoh Syamsul merupakan tokoh sosial dan suka menolong juga tergambar pada kepergian tokoh Syamsul untuk menemani Burhan sesuai dengan permintaan Burhan. Hal tersebut seperti terlihat pada kutipan di bawah ini. (11.) “Siang itu, Syamsul ijin keluar kelas. Ia ada janji menemani Burhan untuk berobat. Malam sebelumnya Burhan merasa radang tenggorokannya akan kambuh. Ia meminta Syamsul menemaninya ke tengah kota Kediri untuk pergi ke dokter…” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 69) Syamsul merupakan tokoh yang sosial tergambar pada kutipan 11, hal tersebutlah yang membuat tokoh Burhan berhasil menjebak tokoh Syamsul. Bagian ini juga ditransformasikan ke dalam bentuk film. Transformasi tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4: Pertemuan Syasul dan Burhan Pada gambar 4 di atas dapat dilihat gerakan Burhan yang memegangmegang saku bajunya, kemudian terkejut karena dia melupakan dompetnya. Selanjutnya dia meminta Syamsul untuk mengambil dompet tersebut. Dalam novel pertemuan mereka tersebut lebih dikarenakan Syamsul telah Berjanji untuk menemani Burhan ke dokter. Karakter tokoh Syamsul sebagai tokoh yang menjadi pencuri karena keadan hidup terdapat dalam novel.
(12.)
“Perut laparnya membuat akal sehatnya gelap. Akhirnya ia nekat. Ia naik bis mini warna kuning jurusan Mangkang-Penggaron. Sampai di Jrakah ia melakukan aksi perdananya. Mencopet.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 105)
Diceritakan tokoh Syamsul yang melarikan diri dari rumah kemudian pergi ke kota Semarang. Di kota Semarang Syamsul yang mulai kehabisan uang dan tidak juga mendapatkan pekerjaan mulai berfikir untuk menjadi pencuri. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan 12 di atas.
Gambar 5: Syamsul sedang mencuri Dalam film, pencurian pertama Syamsul tersebut dilakukan di atas bus dan korbannya merupakan seorang gadis yang waspada. Pada gambar 5 di atas hal tersebut dapat dilihat dengan jelas. Dalam aksi pencuriannya yang pertama Syamsul tertangkap dan kemudian masuk penjara. Dalam penjara dia bertemu dua orang narapidana yang mengajak bergabung dengan mereka dan mengajarkannya trik-trik mencuri jitu. Syamsul kemudian dibebesakan oleh Nadia. Dia tidak pulang ke rumah melainkan pergi ke Jakarta. Di Jakarta dia juga mengalami kehidupa yang keras. Akhirnya dia kembali terperosok dalam tindakan pencurian. Dia menjadi pencuri yang handal sampai pada akhirnya dia bertemu dengan Silvie. Pada bagian selanjutnya karakter tokoh Syamsul berubah menjadi seorang yang agamawis. Dia menjadi seorang Ustadz dan penceramah yang terkenal. Berikut ini kutipan yang akan menjelaskan hal tersebut.
(13.)
“Sejak Syamsul mengisi ceramah dengan sangat mengesankan di Masjid Baitul Makmur, Villa Gracia, namanya mulai banyak dibicarakan orang, terutama dikalangan ibu-ibu majelis taklim. Promosi dari mulut ke mulut membuat Syamsul nyaris kewalahan memenuhi undangan yang terus bedatangan datang.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 211)
Kutipan 13 di atas menjelaskan tokoh Syamsul dari seorang tokoh yang agamawis kemudian jatuh ke lembah hitam sebagai pencuri karena kerasnya hidup, akhirnya dapat bangkit dan kembali ke jalan yang benar. Dari awal penceritaan tokoh Syamsul dalam novel ditampilkan tokoh Syamsul merupakan tokoh yang pantang menyerah dan suka tantangan. Hal tersebut kemudian berlanjut pada pencarian jati diri tokoh Syamsul dan keinginannya untuk belajar agama. Pada akhirnya tokoh Syamsul yang masuk pesantren dan bertemu dengan Burhan kemudian menjadi korban fitnah Burhan. Perjalanan tokoh Syamsul sebagai tokoh yang pantang menyerah untuk membuktikan pada keluarganya bahwa dia tidak bersalah dimulai dari dia bertahan hidup kemudian jadi pencopet, tertangkap jadi pencopet kembali dan pada akhirnya dia kembali ke jalan yang benar.
Gambar 6: Syamsul menjadi mubaligh muda Gambar 6 di atas merupakan transformasi tokoh Syamsul yang telah kembali ke jalan yang lurus. Hal tersebut ditampilkan di dalam film. b.) Tokoh Zidna Ilma (Zizi) Dalaman novel ditampilkan tokoh Zizi sebagai tokoh yang muslimah dan cantik. Sebagai wanita juga dia tidak bisa menyembunyikan perasaan sedihnya
ketika kehilangan orang yang dia sayangi. Hal tersebut terlihat pada kutipan novel berikut ini. (14.) “Setelah duduk ia menarik nafas dan kembali menangis. Wajah cantiknya tidak bias menutupi kesedihannya. Ia berusaha menahan tangisnya agar tidak terdengar oleh penumpang di sekitarnya. Ia menangisi kematian orang yang sangat dicintainya. Yaitu ayahandanya yang sangat menyayanginya.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 2) Pada kutiapan 14 di atas ditampilkan seorang gadis berjilbab yang sedang bersedih karena kepergian ayahandahnya. Hal tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk film seperti yang terlihat pada gambar 7 berikut ini.
Gambar 7: Kesedihan gadis berjilbab Pada gambar 7 di atas menunjukan tokoh gadis berjilbab yang sedang menangis bersedih. Hal tersebut serupa dengan yang terdapat dalam novel. Namun, perbedaannya dalam novel diceritakan dia menangisi kepergian ayahandahnya, sedangkan dalam film hanya ditransformasikan tokoh gadis berjilbab yang sedang bersedih. Tokoh Zizi juga ditampilkan sebagai seorang gadis muslimah yang cantik seperti pada kutipan 15 berikut ini. (15.)
“…Begini , Sul. Kau cukup kenal dengan Zidna Ilma, kan? Apa menurutmu adikku tak cukup cantik, saleha dan baik untuk kau sunting?” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 268) Pada kutipan 15 di atas dalam novel tokoh Zizi ditampilkan sebagai gadis
cantik, saleha dan baik. Hal tersebut menurut perkataan kakaknya. Dalam
transformasinya ke film, tokoh Zizi juga ditampilkan sebagai tokoh yang cantik, saleha dan baik.
Gambar 8: Kecantikan dan keanggunan Zizi Pada gambar 8 di atas, ditampilkan tokoh Zizi merupakan tokoh yang cantik, soleha dan baik. Hal tersebut dapa dilihat dari paras tokoh Zizi dan cara berpakaian serta bertutur kata tokoh Zizi. Zizi ditampilkan sebagai gadis yang pintar dan cerdas dalam menanggapi sebuah permasalahan. Hal tersebut dapat dilihat dari penggalan novel berikut ini.
(16.)
“Penjelasan Zizi itu membuat Ayub tersentak kaget. Sebuah penjelasan yang sangat cerdas. Ia harus mengakui bahwa meskipun Zizi lebih muda dari dirinya, ternyata Zizi lebih matang ilmu ushul fiqh, balaghah, dan semantiknya. Ia tidak berfikir seteliti dan sedalam Zizi. Hal ini semakin membuat dirinya takjub pada putrid bungsu Kiai Baejuri itu.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 96)
Penjelasan tentang kepintaran tokoh Zizi seperti pada kutipan 16 tidak ditransformasikan ke dalam film. Hal tersebut karena adanya pengurangan beberapa tokoh. Zizi juga merupakan wanita yang bisa mencintai dan sakit hati ketika tau orang yang dicintainya tersebut akan memilih orang lain sebagai pendamping hidupnya. Hal tersebut terlihat pada kutipan 17 berikut ini.
(17.)
“Pak Heru meminta Syamsul menikahi Silvie, putrinya. Dan Syamsul terdiam. Syamsul tidak langsung menolaknya. Hati Zizi tidak bisa
menerima itu, dia shock. Spontan dia mundur, tak jadi masuk ke rumah itu. Zizi balik kanan hendak kembali ke mobil.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 233) Pada kutipan 17 dijelaskan tokoh Zizi sangat bersedih ketika mendengar Syamsul dilamar oleh kedua orang tua Silvie dan Syamsul menyampaikan bahwa dia belum memiliki calon pendamping.
Kekecewaan tersebut membuat Zizi
langsung kembali ke mobil.
Gambar 9: Kesedihan Zizi Pada gambar 9 tokoh Zizi yang mendengar percakapan antara Syamsul dan orang tua Silvie yang melamar Syamsul, langsung kembali ke mobil. Kesedihan atas hal tersebut tergambar jelas di wajah Zizi. c.) Burhan Tokoh Burhan merupakan tokoh yang arogan dan jahat. Gambaran ini dapat dilihat dari ketidak sukaan Burhan terhadap Syamsul. Tokoh Burhan juga merupakan tokoh yang munafik dan dapat melakukan segala macam cara agar keinginannya tercapai. Hal tersebut seperti penjebakan terhadap Syamsul yang dilakukan olehnya. Burhan menjebak dan menfitnah Syamsul telah mencuri dompetnya.
(18.)
“Aduh Sul. Bisah ngak minta tolong kau ambilkan. Aku ada urusan sedikit dengan orang di depan sana itu. Dia sudah menunggu. Rembukan mobil yang akan kita carter untuk ke kota. Tolong Sul…” (Dalam Mihrab Cinta, hal.70)
Pada kutipan 18 di atas dijelaskan kelicikan Burhan yang meminta Syamsul untuk mengambi dompetnya di kamar. Permintaan Burhan ini merupakan
taktik
Burhan
untuk
menjebak
Syamsul.
Hal
tersebut
ditransformasikan dalam film.
Gambar 10: Kelicikan Burhan Pada gambar 10 di atas ditampilkan tokoh Syamsul datang menemui tokoh Burhan di gerbang pesantren. Tokoh Burhan yang mulai mencari dompetnya yang ternyata tertinggal meminta Syamsul untuk mengambil dompet tersebut. Perminta Burhan tersebut yang merupakan taktik Burhan untuk menjebak Syamsul. Kejahatan
Burhan
juga
dilakukan
dengan
Sumpah
palsu
yang
diucapkannya dihadapan Kiai Miftah, para pengurus pesantren dan Syamsul. Dalam novel hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan 19 di bawah ini. (19.) “Dengan tenang Burhan menjawab, “Penjahat akan melakukan apa saja untuk menutupi kejahatannya pak Kiai. Baiklah, saya bersumpah bahwa apa yang baru saja saya katakana benar. Jika saya berdusta maka semoga segala laknat Allah menimpa saya.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 78) Dalam film hal tersebut juga ditampilkan. Tokoh Burhan yang memberikan kesaksian dan supah palsu untuk menjebak Syamsul. Hal tersebut dapa dilihat pada gambar 11 di bawah ini.
Gambar 11: Sumpah Palsu Burhan Pada gambar 11 tersebut Burhan yang tidak mengakui bahwa dia yang menyurus Syamsul mengambil dompet kemudian bersumpah bahwa semua pperkataanya tersebut benar. Tetapi, kelicikian Burhan terlihat pada bagian ini. Sebelum melakukan sumpahnya terlebih dahul dia mengatakan sebuah pernyataan dengan maksud pernyataannya tersebutlah yang benar. Tokoh Burhan merupakan seorang pencuri. Di mencuri batu akik milik Ayub. Hal tersebut juga berkat kewaspadaan dan siasat Ayub. Dalam novel hal ini dapat dilihat dalam penggalan novel berikut ini.
(20.)
“Tetapi anggapan itu berubah ketika Burhan tertangkap basah mencuri di kamarnya sendiri. Ya, di kamarnya sendiri. Itu tidak lepas dari kewaspadaan Ayub yang selama ini mengawasi Burhan dengan detil.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 158)
Pada kutipan 20 di atas, diceritakan Burhan tertangkap sebagai seorang pencuri di pesantren Al Furqan. Hal tersebut tak lepas dari kewaspadaan Ayub selama ini. Dengan tertangkapnya Burhan, maka kebenaran tentang Syamsul yang menjadi korban fitnah Burhan terungkap. Dalam transformasinya ke film juga diceritakan Burhan tertangkap mencuri di pesantren. Namun kronologis penceritaanya berbeda dengan yang ada dalam novel. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 12 di bawah ini.
Gambar 12: Burhan diketahui mencuri di pesantren Pada gambar 12 ditampilkan Burhan yang ketahuan mencuri di pesantren disampaikan oleh keluarg Damayanti yang dikunjung oleh keluarga Silvie. Keluarga Damayanti menyampaikan hal tersebut untuk mengugkapkan keburukan Burhan. Burhan juga merupakan tokoh yang temperamental dan arogan. Hal tersebut terlihat pada saat Silvie mengungkapkan semua keburukannya di depan keluarga Slvie dan keluarga Burhan, dia malah memarahi dan menampar Silvie. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan novel berikut ini. (21.) “Kurang ngajar kau! Berani menghina aku ya!” Dan... plak! Dengan cepat Burhan menempeleng Silvie. Kejadian itu sungguh tidak diduga. Burhan kemabali ingin menghajar SIlvie. Namun Mas Budi cepat bertindak. Ia segera mengatasi Burhan. Burhan melawan, tapi Mas Budi yang jago karate itu dengan mudah melumpuhkannya.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 203) Pada kutipan 21 diceritakaan sifat temperamental dan arogan Burhan ketika keburukannya diungkapkan oleh Silvie di hadapan keluarga Silvie dan keluarga Burhan yang datang untuk melamar Silvie. Bagian ini ditransformsikan ke dalam film dengan penceritaan yang sama. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 13 di bawah ini.
Gambar 13: Kearogansian Burhan Pada gambar 13 ditampilkan Burhan yang sedang menampar Silvie karena Silvie mengungkapkan keburukan Burhan di hadapan keluarga Silvie dan keluarga Burhan yang datang melamar Silvie. Hal inilah yang memancing sifat temperamental dan arogan Burhan.
d.) Silvie Tokoh Silvie merupakan tokoh yang soleha, cantik dan canggung ketika mencoba hal yang baru.
(22.)
“Seorang gadis cantik berjilbab hijau muda nampak canggung berjalan ke arah Kopaja yang sedang berhenti. Gadis itu masuk ke dalam Kopaja.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 129)
Pada kutipan 22 di atas, tokoh Silvie diceritakan sebagai tokoh yang soleha, cantik dan canggung. Kecanggungan tersebut diceritaan pada saat ia ingin mencoba hal yang baru yaitu menumpangi bus Kopaja. Dalam transformasinya ke film, Silvie yang soleha, cantik dan canggung digambarkan ke dalam wujud nyata. Terlihat gadis tersebut menggunakan pakaian muslimah dan berparas cantik. Kecanggungan gadis tersebut dapat dilihat dari raut muka dan cara berjalannya.
Gambar 15: Kecantikan Silvie Pada gambar 15 di atas terlihat seorang gadis cantik yang berpakaian muslimah berjalan dengan sedikit canggung menuju ke bus Kopaja. Selanjutnya, dalam novel dan film tokoh Silvie ditampilkan sebagai tokoh yang cerdas dan mandiri. Hal tersebut karena tokoh ini walaupun merupakan anak orang aya, tetapi ia masih menjadi guru les matematika. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan novel dan gambar berikut ini. (23.)
“Mbak Silvie-mbak Silvie, boleh ngak sebelum les matematika kita dengar cerita saja dari Ustadz Syamsul.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 141)
Pada kutipan 23 diuraikan Silvie merupakan guru les matematika Della. Hal ini memperlihatkan kepintaran dan kemandirian Silvie. Walaupun dia anak seorang pengusaha ternama namun dia tetap bekerja sebagai seorang guru les privat. Dalam transformasinya ke film, penceritaan tentang kemandirian Silvie dan kepintaran Silvie ini berbeda. Dalam novel diceritakan hal tersebut diketahui dan digambarkan saat kedatangan Silvie ke rumah Della untuk memberikan les matematika setelah Syamsul selesai mengajarkan Della mengaji. Namun, dalam film gambaran kepintaran dan kemadirian Silvie, terjadi saat kedatangan Silvie ke rumah Della untuk memberikan les matematika yang di perkenalkan orang tua Della kepada Syamsul yang baru saja melamar untuk menjadi guru ngaji Della. Bagian tersebut seperti terlihat pada gambar 15 di bawah ini.
Gambar 16. Kedatangan Silvie ke rumah Della untuk memberikan les matematika Pada gambar 16 ini diuraikan mengenai kedatangan tokoh Silvie ke rumah Della untuk memberikan les matematika kepada Della. Della yang berlari menghampiri Silvie kemudian memperenalkan Syamsul sebagai ustadz barunya. Bagian yang menggambarkan Silvie sebagai tokoh terpelajar dan berpendidikan hanya dihadirkan dalam novel. Silvie merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi UI. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini.
(24.)
“Silvie ternyata mahasiswi jurusan ekonomi UI. Silvie anak tunggal. Ayahnya seorang pengusaha di bidang travel dan pariwisata.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 136)
Kutipan 24 tersebut menguraikan tentang pendidikan Silvie yang merupakan mahasiswa jurusan ekonomi UI. Uraian ini tidak ditransformasikan ke dalam film.
4.1.2 Transformasi Alur Novel ke Film Dalam Mihrab Cinta 4.1.2.1 Cerita novel Dalam Mihrab Cinta Cerita novel Dalam Mihrab Cinta disusun dengan penomoran Latin. Cerita tersebut terdiri dari seratus delapan bagian. Kelogisan alur terlihat pada alur maju novel Dalam Mihrab Cinta. Berikut ini cerita novel Dalam Mihrab Cinta. 1)
Deskripsi suasana sore hari, sebuah becak berpenumpang seorang gadis yang sedang menangis dengan tujuan stasiun Pekalongan.
2)
Gadis tersebut naik kereta dan kembali menangisi kepergian ayahandanya K.H. Baejuri.
3)
Para penumpang terus menaiki kereta. Seorang penumpang berambut gondrong lari tergesa-gesa membeli tiket, kemudian naik kereta. Pemuda tersebut menanyakan letak gerbong empat kepada petugas kereta.
4)
Pemuda berambut gondrong masuk ke dalam gerbong empat lalu mencari kursinya. Diaolog antar gadis berjilbab dan pemuda berambut gondrong.
5)
Pemuda berambut gondrong kemudian kembali berfikir tentang masa lalunya. Dia merupakan seorang yang pantang menyerah dan pintar. Dia juga berkeinginan untuk belajar Islam lebih dalam. Oleh imam Masjid Agung Pekalongan, dia disarankan untuk mondok di Kediri.
6)
Kereta tersebut terus meluncur melewati malam. Kereta tersebut singgah di stasiun Jebres, Solo.
7)
Seorang pencuri sedang melakukan aksinya dan tertangkap mata oleh pemuda berambut gondrong.
8)
Pencuri yang panik kemudian menyandera gadis berjilbab. Karena keberanian pemuda berambut gondrong gadis itu berhasil diselamatkan dan pencuri tersebut berhasil dilumpuhkan.
9)
Dialog antara pemuda berambut gondrong dan gadis berjilbab mengenai tujuan pemuda berambut gondrong untuk mondok di Kediri.
Gadis
berjilbab
tersebut
menyarankan
dia
untuk
mengunjungi empat pesantren yaitu, Pesantren Lirboyo Kediri, Pesantren Al falah Ploso, Pesantren Al Ihlsan Semen dan Pesantren Al Furqan, Pagu. 10)
Zizi sampai di komplek pesantren yang dipenuhi oleh orang-orang yang datang melayat. Zizi disambut oleh Kiai Miftah kakanya. Beliau menyarankan Zizi untuk berhenti menangis dan mengikuti sholat jenazah ayahandanya.
11)
Syamsul tiba di pesantren Lirboyo dan menemukan muka-muka yang sedang bersedih atas meninggalnya K.H. Baejuri. Syamsul bertanya tentang K. H. Baejuri namun mereka tidak terlalu mengenal beliau.
12)
Zizi membaca surat yang ditinggalkan oleh ayahandanya sebelum beliau wafat di kamarnya.
13)
Syamsul telah mengunjungi tiga pesantren besar yaitu pesantren Lirboyo, Al Falah Ploso dan Al Inayah Semen. Tetapi, dia belum merasa cocok dengan ketiga pesantren tersebut karena kurikulum di pesantren tersebut tidak mengizinkannya untuk melakukan percepatan studi.
14)
Syamsul mendatangi pesantren AL Furqan. Dia diterima oleh Zaim selaku Lurah Pondok. Syamsul menyampaikan tujuannya kepada Zaim. Zaim mengatakan akan membicarakan keinginannya dengan Kiai Miftah.
15)
Setelah sholat ashar bejamaah di masjid, Syamsul menanyakan nasibnya kepada Zaim. Zaim menyuruh Syamsul menunggu. Syamsul kemudian berjalan melihat-lihat lingkungan pesantren. Syamsul singga di warung mie gedog. Syamsul kemudian kembali berjalan dan kembali bertemu dengan Zizi.
16)
Syamsul telah diterima di pesantren Al Furqan. Syamsul ditempatkan di kamar santrin dewasa. Teman sekamarnya, Burhan, Salimin Mundir, Baihaqi, Rozikin dan Ayub.
17)
Baru enam bulan di pesantren, Syamsul telah memperlihatkan kemajuan dalam belajar. Zizi menegtahui kemajuan Syamsul tersebut lewat Asiyah adik Ayub.
18)
Burhan tidak menyukai kemajuan yang diraih Syamsul. Burhan telah mengetahui penyelamatan Syamsul terhadat Zizi di kereta. Burhan mulai cemburu dengan Syamsul.
19)
Syamsul terus belajar mengejar ketertinggalannya. Dialog antara Syamsul dengan Burhan, Ayub dan Rozikin tentang pencurian yang terjadi di pesantren.
20)
Di kantor pesantren Lurah pondok Zaim dan santri bagian keamanan sedang membicarakan dan menyepakati sebuah taktik untuk menjebak pencuri yang selama ini berkeliaran di lingkungan pesantren.
21)
Burhan mengetahui taktik bagian keamanan dari Karyono selaku wakil koordinator bagian keamanan pesantren.
22)
Bagian keamanan telah menjalankan taktik mereka. Namun, mereka tidak mendapatkan pencuri yang mereka cari.
23)
Syamsul pergi menemui Burhan di pintu gerbang pesantren. Burhan telah berjanji mentraktir Syamsul setelah Syamsul menemaninya ke Dokter. Burhan yang ketinggalan dompet meminta Syamsul untuk mengambilkan.
24)
Syamsul masuk ke kamar dan mengambil dompet Burhan. Bagian keamanan
yang
telah
berjaga
langsung
menangkap
dan
menghakimi Syamsul. Mereka, tidak mendengarkan penjelasan Syamsul. 25)
Syamsul diarak keluar oleh bagian keamanan. Syamsul dihakimi oleh para santri lalu diarak ke gudang.
26)
Kiai Miftah, lurah pondok dan empat pengurus pesantren datang ke gudang dan mulai mengintrogasi Syamsul. Syamsul membela diri dan
menceritakan
tentang
Burhan
yang
menyuruh
untuk
mengambil dompetnya. 27)
Burhan dihadirkan dan Syamsul meminta Burhan menjelaskan semuanya. Burhan mengelak, saling tuding dan caci maki keluar dari mulut kedua santri tersebut. Syamsul lalu bersumpah atas kebenarannya dan Burhan juga bersumpah dengan sumpah palsu.
28)
Ayah Syamsul ditelfon oleh lurah pondok. Sore hari Syamsul diarak ke halaman pesantren untuk menerima hukuman.
29)
Syamsul masuk ke ruang tamu pesantren. Kiai Miftah dan para pengurus pesantren serta ayah Syamsul sedang menunggunya.
30)
Syamsul langsung ditampar oleh ayahnya. Kiai Miftah yang menasehati Syamsul balik ditantang dan disumpahi Syamsul.
31)
Zizi yang mengetahui hal tersebut langsung pulang ke Kediri. Zizi menemui Asiyah dan menanyakan kejelasan masalah Syamsul. Zizi meminta Asiyah untuk mengatur pertemuan antara Zizi, Asiyah dan Ayub.
32)
Dialog antara Zizi dan Kiai Miftah mengenai masalah pencurian yang dituduhkan kepada Syamsul.
33)
Di rumah, Syamsul diinterogasi dan dimarahi oleh keluarganya.
34)
Dialog antara Nadia dan Syamsul di kamar Syamsul.
35)
Pertemuan antara Zizi, Asiyah dan Ayub di warung mie godog.
36)
Syamsul pergi dari rumah. Kesedihan Nadia dan ibunya serta kemarahan Ayah dan kakaknya mengenai kepergian Syamsul.
37)
Zizi datang ke rumah Syamsul yang ditemui oleh Bu Bambang dan Nadia. Zizi memperkenalkan diri dan menceritakan tentang Syamsul.
38)
Perjalanan hidup Syamsul di Kota Semarang.
39)
Syamsul menjadi pencuri karena kerasnya hidup yang dia alami. Syamsul tertangkap mencuri dan digelandang ke kantor polisi.
40)
Syamsul diinterogasi oleh polisi di kantor polisi.
41)
Berita tertangkapnya Syamsul di ketahui oleh keluarganya.
42)
Berita tertangkapnya Syamsul juga sampai ke pesantren Al Furqan.
43)
Syamsul mendekap dalam penjara bersama dengan dua orang narapidana lain. Syamsul juga diajarkan trik-trik mencuri jitu oleh para narapidana tersebut.
44)
Burhan mendatangi Zizi di pesantren Manabi’ul Qur’an untuk memberitahukan tentang tertangkapnya Syamsul.
45)
Kedatangan Nadia ke kantor polisi untuk menemui Syamsul dan menjamin Syamsul.
46)
Kedatangan Zizi ke kantor polisi untuk menghilangkan rasa penasarannya.
47)
Perbincangan Nadia dan ibunya mengenai Syamsul yang pergi setelah dijamin oleh Nadia. Kedatangan Zizi ke rumah Syamsul.
48)
Syamsul tiba di Jakarta.
49)
Perjalanan hidup Syamsul di Jakarta.
50)
Syamsul mendapatkan rumah kontrakan.
51)
Syamsul terus mencari pekerjaan untuk biaya hidupnya.
52)
Syamsul menjadi pencopet professional. Syamsul juga tetap berniat untuk mengembalikan dompet copetannya tersebut ketika dia telah mendapatkan uang.
53)
Pertemuan
Syamsul
dengan
Silvie
yang
menjadi
korban
pencopetan Syamsul di Kopaja. 54)
Kedatangan Syamsul ke Villa Gracia.
55)
Syamsul menyusuri jalan Flamboyan.
56)
Kedatangan Syamsul ke rumah Pak Broto. Syamsul melamar menjadi guru ngaji Della dan diterimah oleh Pak Broto.
57)
Perbincangan Syamsul dengan Pak yahyah tentang keluarga Silvie di masjid Baitul Makmur.
58)
Syamsul didaulat menjadi imam saat sholat berjamaah di masjid Baitul Makmur akan dimulai.
59)
Perbincangan pak Heru dengan Pak Broto, Pak Yahyah dan Syamsul mengenai kejadian yang menimpa Silvie, ketika mereka keluar dari masjid.
60)
Pertemuan antara Syamsul dan Silvie di rumah Della ketika Syamsul baru selesai mengajar Della.
61)
Syamsul mulai kuliah di Sekolah Tinggi Agama Islam Swasta.
62)
Kepercayaan Pak Broto terhadap Syamsul.
63)
Malam hari di musholla Syamsul berdoa dan menyesali segala perbuatannya dan bertobat atas apa yang dia lakukan selama ini.
64)
Di Pekalongan, ibu Syamsul menangis dan berdoa untuk Syamsul dan keluarga saat sholat tahajut.
65)
Pertemuan Syamsul dengann Dr. Fathul Hadi di perpustakaan kampus.
66)
Zizi memarahi Kiai Miftah karena Syamsul telah terbukti tidak bersalah.
67)
Pencurian yang kembali terjadi di pesantren membuat Ayub lebih waspada terhadap Burhan. Burhan kemudian tertangkap mencuri berkat penjebakan Ayub. Tapi, Burhan berhasil lari dari gudang pesantren sebelum menerima hukuman.
68)
Lurah Pondok yang mengetahui Burhan telah di tangkap polisi kemudian diperintahkan Kiai Miftah untuk menjemput Burhan agar menerima hukuman terlebih dahulu di pesantren.
69)
Kedatangan Kiai Miftah, Zizi dan Lurah pondok ke rumah Syamsul.
70)
Perbincangan Syamsul dan Pak Heru mengenai Burhan.
71)
Kedatangan Pak heru ke rumah kontrakan Syamsul untuk memberitahukan masalah Burhan. Pak Heru juga mengundang Syamsul untuk mampir ke rumahnya.
72)
Syamsul menelfon ke Pesantren Al Furqan untuk menanyakan kebenaran berita tentang Burhan.
73)
Syamsul datang ke rumah Pak Heru untuk menghormati undang Pak Heru.
74)
Syamsul membelikan hadiah untuk ibu dan Nadia. Setalah itu, Syamsul menemui Dr. fathul Hadi untuk meminta pelajaran khusus dari beliau.
75)
Di ruamh kontrakannya Syamsul membungkus jilbab dan sepucuk surat untuk ibu dan Nadia. Dia juga membungkus dompet Silvie beserta isinya dan sepucuk surat. Keesokan harinya Syamsul mengirimkan barang-barang tersebut lewat kantor pos.
76)
Syamsul dimintai Pak Yahyah untuk menggantikan Ustadz Fairuz berceramah di masjid Baitul Makmur. Pertemuan Syamsul dengan Pak Doddy.
77)
Dewi menelfon Silvie untuk memberitahukan bahwa Ustadz Fairus Abadi tidak bias hadir dalam seminar mereka besok. Dewi meminta Silvie mencari pengganti Ustadz Fairus.
78)
Silvie datang ke rumah Syamsul untuk meminta Syamsul mengisi materi di seminar menggantikan Ustadz Fairus.
79)
Kedatangan Syamsul ke rumah Dr. Fathul Hadi. Syamsul kemudian pergi ke Fakultas Ekonomi UI untuk mengisi seminar seperti permintaan Silvie.
80)
Pak Heru menyampaikan kepada Syamsul perihal kedatang Burhan dan keluarganya untuk melamar Silvie. Permintaan Pak Heru kepada Syamsul untuk ikut serta dalam lamaran tersebut yang ditolak oleh Syamsul.
81)
Syamsul yang kembali menjadi imam di masjid Baitul Makmur melihat Burhan dan keluarganya memasuki masjid.
82)
Pertemuan kembali Syamsul dan Burhan setelah sholat berjamaah di halaman masjid Baitul Makmur.
83)
Penolakan lamaran Burhan dan keluarga oleh Silvie dan keluarganya.
84)
Kejujuran Syamsul kepada Silvie mengenai masa lalunya.
85)
Sejak Syamsul berceramah di masjid Baitul Makmur, Syamsul banyak mendapat panggilan ceramah. Syamsul yang baru selesai syuting di EduTv kemudian dijemput panitia Tabligh Akbar masjid Al-Firdaus tempat dimana dia akan berceramah.
86)
Pak Abbas menemui Syamsul untuk memberitahukan bahwa pemilik kontrakan akan menjual rumahnya. Syamsul membeli sebuah rumah atas bantuan Pak Yahyah.
87)
Syamsul menelfon Nadia dan pesantren Al Furqan untuk memberitahukan mereka agar menonton ceramah pagi di EduTv.
88)
Suasana haru saat keluarga Syamsul dan para pengurus pesantren Al Furqan menonton Syamsul yang sedang berceramah. Silvie yang ditemani orang tuanya juga menonton Syamsul yang sedang berceramah. Ketertarikan Silvie kepada Syamsul diketahui oleh orang tuanya.
89)
Syamsul pulang ke rumahnya dan beristirahat.
90)
Syamsul yang sedang mengajar anak-anak mengaji dikagetkan dengan kedatangan Ibu dan Nadia yang juga diikuti Zizi. Zizi kemudian menyampaikan bahwa Kiai Miftah dan Lurah Pondok juga datang bersama dengan mereka. Pertemuan antara Syamsul dengan Kiai Miftah dan Lurah Pondok.
91)
Syamsul bersama dengan Ibu, Nadia, Zizi, Kiai Miftah dan Lurah Pondok berbincang-bincang di rumah Syamsul. Orang tua Silvie datang diikuti oleh Kiai Miftah, Lurah Pondok, Zizi dan Nadia yang berpamitan untuk pulang. Kesedihan Zizi mendengar Syamsul yang telah dilamar orang tua Silvie.
92)
Dialog antara Syamsul dan ibunya mengenai lamaran kedua orang tua Silvie dan Zizi.
93)
Kedatangan Bu Bambang dan Syamsul ke ruamh Silvie untuk menyampaikan jawaban atas lamaran keluarga Silvie. Mereka kemudian merancang tanggal pernikahan Silvie dan Syamsuk. Silvie menginginkan pernikahan mereka dilaksanakan secepatnya.
94)
Syamsul dan ibunya kembali ke Pekalongan setelah seluruh urusan Syamsul di Jakarta selesai. Mereka pulang untuk merayakan hari raya Idul Fitri bersama keluarga. Berita kepulangan Syamsul sampai ke takmir masjid Agung Pekalongan. Syamsul kemudian dimintai untuk menyampaikan khutbah Idul Fitri.
95)
Syamsul mengajak keluarga besarnya ke Jakarta untuk melamar Silvie secara resmi. Syamsul dan Silvie mulai mempersiapkan pernikahan mereka. Undangan telah mereka sebar. Silvie dan
Syamsul juga mencoba baju pengantin mereka ditemani oleh orang tua Silvie. 96)
Nadia
dan
kedua
orang
tuanya
di
Pekalongan
sedang
mempersiapkan kain yang akan dibagi kepada keluarga mereka dan keluarga Silvie. 97)
Berita pernikahan Syamsul dan Silvie sampai ke pesantren Al Furqan.
98)
Silvie berpamitan kepada kedua orang tuanya untuk pergi mengantar undangan kepada budenya di Bogor.
99)
Silvie mengalami kecelakan mobil dalam perjalanannya ke Bogor. Kecelakaan tersebut merenggut nyawanya.
100)
Keluarga Silvie mendapatkan telfon mengenai kecelakaan yang dialami Silvie.
101)
Keluarga Syamsul dan Silvie beserta para tentang datang melayat di rumah Silvie. Pak Heru meminta Syamsul untuk tetap menikahi Silvie walaupun Silvie telah menjadi mayat.
102)
Kematian Silvie merupakan Pukulan berat yang dialami oleh Syamsul. Syamsul terpuruk dalam kesedihan. Syamsul berhenti dari semua aktivitasnya. Ibu Syamsul berhasil membujuk Syamsul untuk pulang ke Pekalongan. Syamsul tetap bersedih walaupun telah dihibur keluarga.
103)
Bu Bambang terus menasehati Syamsul yang masih terpuruk dalam kesedihannya. Zizi datang untuk mampir ke rumah Syamsul.
104)
Kecelakaan yang dialami Syamsul dan nadia membuat Syamsul kembali bangkit dari keterpurukannya.
105)
Syamsul yang sedang membaca koran di teras rumahnya bersamaa dengan Ibu dan Nadia yang sedang melipat kain batik dikagetkan dengan kedatangan Zizi. Zizi datang untuk meminta Syamsul mengisi ceramah di pesantren Manabi’ul Qur’an.
106)
Syamsul kembali berceramah di pesantren Manabi’ul Qur’an. Zizi kemudian menelfon kakanya menyampaikan kemajuan Syamsul dan meminta kakaknya untuk pergi ke rumah Syamsul.
107)
Kiai Miftah dan istrinya datang ke rumah Syamsul yang disambut oleh Syamsul dan keluarganya. Kiai Miftah menyampaikan maksud kedatanganya untuk mengajak Syamsul berceramah di pesantren Al Furqan dan melamar Syamsul untuk adiknya.
108)
Kedatangan Syamsul dan keluarga ke pesantren Al Furqan yang disambut para santri dan keluarga Kiai Miftah. Kedatangan mereka untuk menyampaikan jawaban atas lamaran Kiai Miftah.
4.1.2.2 Sekuen Film Dalam Mihrab Cinta Sekuen film Dalam Mihrab Cinta disusun dengan penomoran Latin. Cerita tersebut terdiri dari Delapan puluh tujuh bagian. Kelogisan alur terlihat pada alur maju film Dalam Mihrab Cinta. Berikut ini sekuen film Dalam Mihrab Cinta.
1. Deskripsi stasiun Pekalongan malam hari. Para penumpang kereta yang telah menaiki kereta dan kereta yang telah berangkat. 2. Pemuda berambut gondrong yang memasuki gerbong sambil melihat karcisnya dan mencari nomor bangkunya. 3. Dialog antara tokoh pemuda berambut gondrong dan gadis berjilbab yang terlihat sedang bersedih. 4. Kereta tersebut terus meluncur melewati malam. Kereta tersebut singgah di sebuah stasiun. 5. Seorang pencuri sedang melakukan aksinya dan tertangkap mata oleh pemuda berambut gondrong. 6. Pencuri yang panik kemudian menyandera gadis berjilbab. Karena keberanian pemuda berambut gondrong gadis itu berhasil diselamatkan dan pencuri tersebut berhasil dilumpuhkan. 7. Dialog antara tokoh pemuuda berambut gondrong dan gadis berjilbab yang membantu membalut luka pemuda tersebut.
8. Deskripsi kereta yang terus melaju melewati hutan-hutan. 9. Deskripsi para penumpang yang baru tiba dan keluar dari stasiun Kediri. Dialog antara pemuda berambut gondrong dan gadis berjilbab di depan stasiun. Gadis tersebut menjelaskan kepulangannya karena ayahnya yang telah meninggal. Mereka berdua kemudia saling memperkenalkan diri Syamsul Hadi dan Zidna Ilman (Zizi). 10. Dua santriwati yang datang menghampiri Zizi dan seorang laki-laki supir mobil yang menjemput Zizi. 11. Deskripsi kota Kediri dengan seluruh kegiatan masyarakat dan keindahan kota tersebut. 12. Para santri pesantren Al Furqan yang terlihat sedang melantunkan ayatayat suci dan seorang santri yang hanya sedang bermain telfon genggamnya. 13. Syamsul masuk ke kamar dan mengambil dompet Burhan. Bagian keamanan yang telah berjaga langsung menangkap dan menghakimi Syamsul. Mereka, tidak mendengarkan penjelasan Syamsul. 14. Syamsul diarak keluar oleh bagian keamanan. Syamsul dihakimi oleh para santri lalu diarak ke gudang. 15. Kiai Miftah, lurah pondok dan empat pengurus pesantren datang gudang dan mulai
mengintrogasi
Syamsul. Syamsul
menceritakan tentang Burhan
membela diri
yang menyuruh untuk
dan
mengambil
dompetnya. 16. Deskripsi pemikiran Syamsul tentang pertemuannya dengan Burhan di depan pintu gerbang pesantren. Burhan yang berjanji akan mentraktirnya, kemudian meminta tolong kepada Syamsul untuk mengambilkan dompetnya yang ketinggalan karena dia sedang ditunggu orang. 17. Burhan dihadirkan dan Syamsul meminta Burhan menjelaskan semuanya. Burhan mengelak, saling tuding dan caci maki keluar dari mulut kedua santri tersebut. Syamsul lalu bersumpah atas kebenarannya dan Burhan juga bersumpah dengan sumpah palsu.
18. Syamsul diarak oleh para santri ke tengah lapangan untuk menjalani hukumannya. 19. Deskripsi Kota Pekalongan. Deskripsi rumah Syamsul dimana beberapa orang turis asing yang sedang melihat-lihat batik. Bapak Bambang menerima telfon. 20. Syamsul masuk ke ruang tamu pesantren. Kiai Miftah dan para pengurus pesantren serta ayah Syamsul sedang menunggunya. 21. Syamsul langsung ditampar oleh ayahnya. Kiai Miftah yang menasehati Syamsul balik ditantang dan disumpahi Syamsul. 22. Deskripsi rumah Syamsul dimana Syamsul sedang dipukuli dan dimarahi oleh Rozak dan Ahmad kedua kakak laki-lakinya. Ayahnya juga memarahinya dan tidak mendengar pembelaan dari Syamsul. Hanya Nadia adik perempuannya dan ibunya yang membela. 23. Dialog antara Nadia dan Syamsul di kamar Syamsul. 24. Dialog antara Zizi dan Kiai Miftah mengenai masalah pencurian yang dituduhkan kepada Syamsul. 25. Syamsul pergi dari rumah. Kesedihan Nadia dan ibunya serta kemarahan Ayah dan kakaknya mengenai kepergian Syamsul. 26. Perjalanan hidup Syamsul di Kota Semarang. 27. Zizi datang ke rumah Syamsul yang disambut Nadia dan ibu Syamsul. Nadia dan ibu Syamsul menyampaikan tentang kepergian Syamsul. Zizi kemudian menyampaikan kepercayaannya bahwa Syamsul tidak bersalah. 28. Syamsul menjadi pencuri karena kerasnya hidup yang dia alami. Syamsul tertangkap mencuri. 29. Syamsul diinterogasi oleh polisi di kantor polisi. 30. Syamsul mendekap dalam penjara bersama dengan dua orang narapidana lain. Syamsul juga diajarkan trik-trik mencuri jitu oleh para narapidana tersebut. 31. Berita tertangkapnya Syamsul di ketahui oleh keluarganya. 32. Burhan mendatangi
Zizi
di
pesantren Manabi’ul
memberitahukan tentang tertangkapnya Syamsul.
Qur’an untuk
33. Kedatangan Nadia ke kantor polisi untuk menemui Syamsul dan menjamin Syamsul. 34. Perbincangan Nadia dan ibunya mengenai Syamsul yang pergi setelah dijamin oleh Nadia. Kedatangan Zizi ke rumah Syamsul. 35. Syamsul tiba di Jakarta. 36. Perjalanan hidup Syamsul di Jakarta. 37. Syamsul mendapatkan rumah kontrakan. 38. Syamsul terus mencari pekerjaan untuk biaya hidupnya. 39. Syamsul menjadi pencopet professional. Syamsul juga tetap berniat untuk mengembalikan dompet copetannya tersebut ketika dia telah mendapatkan uang. 40. Pertemuan Syamsul dengan Silvie yang menjadi korban pencopetan Syamsul di Kopaja. 41. Kedatangan Syamsul ke Villa Gracia. 42. Syamsul menyusuri jalan Flamboyan. 43. Kedatangan Syamsul ke rumah Pak Broto. Syamsul melamar menjadi guru ngaji Della dan diterimah oleh Pak Broto. Pertemuan Silvie dan Syamsul di rumah Della. 44. Syamsul didaulat menjadi imam saat sholat berjamaah di masjid Baitul Makmur akan dimulai. 45. Perbincangan pak Heru dengan Pak Broto, Pak Yahyah dan Syamsul mengenai kejadian yang menimpa Silvie, ketika mereka keluar dari masjid. 46. Deskripsi Syamsul di rumah kontrakannya yang sedang berbicara dengan dirinya sendiri. Kilas balik pemikiran Syamsul tentang dirinya yang mencuri. Dialog tentang dirinya yang merasa malu dan bersalah karena telah melakukan perbuatan yang berdosa. 47. Suasana malam hari di pekarangan rumah Della. Di sebuah pendopo Syamsul sedang megajarkan Della mengaji. 48. Deskripsi Syamsul yang sedang mencari buku-buku pelajaran tetang agama Islam dan tajwid.
49. Deskripsi Syamsul yang sedang mengajar Della mengaji di ruang tamu rumah Della. 50. Deskripsi Della dan Silvie yang baru selesai les matematika. Dialog Della kepada Silvie tentang Silvie dan Syamsul. 51. Kepercayaan Pak Broto terhadap Syamsul. 52. Malam hari di musholla Syamsul berdoa dan menyesali segala perbuatannya dan bertobat atas apa yang dia lakukan selama ini. 53. Perbincangan Syamsul dan Pak Heru mengenai Burhan. 54. Deskripsi rumah Damayanti, dimana Silvie dan kedua orang tuannya berbincang dengan Damayanti dan kedua orang tuanya mengenai keburukan Burhan. 55. Kedatangan Kiai Miftah, Zizi dan Lurah pondok ke rumah Syamsul. 56. Syamsul menelfon ke Pesantren Al Furqan untuk menanyakan kebenaran berita tentang Burhan. 57. Syamsul berceramah di masjid Baitul Makmur. Pertemuan Syamsul dengan Pak Doddy. 58. Deskripsi Syamsul yang baru selesai syuting acara ceramah di EduTV. 59. Syamsul yang baru saja menerima terlfon kemudian menulis agenda di catatan agendanya. Syamsul telah menjadi penceramah yang popular dan banyak mendapatkan panggilan untuk ceramah. 60. Deskripsi Syamsul yang mengisi ceramah di Tabligh Akbar Jamaah Masjid Al Firdaus. 61. Deskripsi Syamsul di tokoh Busana muslim yang sedang memilih bebrapa kerudung. 62. Deskripsi Syamsul yang sedang mengisi kerudung dan surat ke dalam sebuah kertas bingkisan. Syamsul juga mengembalikan semua uang ke dalam dompet yang dicurinya dan dimasukan ke dalam emplop. 63. Deskripsi Syamsul yang sedang berada dalam kantor pos yang dilayani oleh seorang petugas pos untuk mengirim barang.
64. Di rumah Ibu dan Nadia membuka paket dari Syamsul yang berisi kerudung dan sepucuk surat. Kebahagiaan dan rasa haru tergambar diwajah ibu dan Nadia ketika mereka membaca surat dari Syamsul. 65. Di rumahnya Silvie mendapat kiriman yang berisi dompetnya. Dia membaca surat yang ada didalam dengan wajah kaget dan bingung. 66. Di tempat lain Zizi yang sedang melamun dikejutkan oleh Kiai Miftah. Kiai Miftah menanyakan tentang perasaan Zizi terhadap Syamsul. Zizi hanya tersenyum dengan wajah malu-malu. 67. Syamsul yang kembali menjadi imam di masjid Baitul Makmur melihat Burhan dan keluarganya memasuki masjid. 68. Pertemuan kembali Syamsul dan Burhan setelah sholat berjamaah di halaman masjid Baitul Makmur. 69. Penolakan lamaran Burhan dan keluarga oleh Silvie dan keluarganya. 70. Kejujuran Syamsul kepada Silvie mengenai masa lalunya. 71. Syamsul menelfon Nadia untuk memberitahukan agar mereka sekeluarga menonton ceramah pagi di EduTv. 72. Suasana haru saat keluarga Syamsul dan para pengurus pesantren Al Furqan menonton Syamsul yang sedang berceramah. Silvie yang ditemani orang tuanya juga menonton Syamsul yang sedang berceramah. Ketertarikan Silvie kepada Syamsul diketahui oleh orang tuanya. 73. Deskripsi beberapa orang yang membantu Syamsul memindahkan barangbarang dari rumah kontrakan ke rumah yang lebih besar disebelah kontrakan tersebut. 74. Syamsul yang sedang mengajar anak-anak mengaji dikagetkan dengan kedatangan Ibu dan Nadia yang juga diikuti Zizi. Zizi kemudian menyampaikan bahwa Kiai Miftah dan Lurah Pondok juga datang bersama dengan mereka. Pertemuan antara Syamsul dengan Kiai Miftah dan Lurah Pondok. 75. Syamsul bersama dengan Ibu, Nadia, Zizi, Kiai Miftah dan Lurah Pondok berbincang-bincang di rumah Syamsul. Orang tua Silvie datang diikuti oleh Kiai Miftah, Lurah Pondok, Zizi dan Nadia yang berpamitan untuk
pulang. Kesedihan Zizi mendengar Syamsul yang telah dilamar orang tua Silvie. 76. Dialog antara Syamsul dan ibunya mengenai lamaran kedua orang tua Silvie dan Zizi. 77. Nadia dan kedua orang tuanya di Pekalongan sedang mempersiapkan kain yang akan dibagi kepada keluarga mereka dan keluarga Silvie. 78. Silvie dan Syamsul mencoba baju pengantin mereka ditemani oleh orang tua Silvie. 79. Silvie berpamitan kepada kedua orang tuanya untuk pergi mengantar undangan kepada budenya di Bogor. 80. Silvie mengalami kecelakan mobil dalam perjalanan ke Bogor. Kecelakaan tersebut merenggut nyawanya. 81. Keluarga Silvie mendapatkan telfon mengenai kecelakaan yang dialami Silvie. 82. Keluarga Syamsul dan Silvie beserta para tentang datang melayat di rumah Silvie. Pak Heru meminta Syamsul untuk tetap menikahi Silvie walaupun Silvie telah menjadi mayat. 83. Deskripsi kereta api yang terus melaju melewati hutan. 84. Bu Bambang terus menasehati Syamsul yang masih terpuruk dalam kesedihan. Zizi datang ke rumah Syamsul. 85. Kiai Miftah dan istrinya datang ke rumah Syamsul yang disambut oleh Syamsul dan keluarga. Kiai Miftah menyampaikan maksud kedatang mereka untuk mengajak Syamsul berceramah di pesantren Al Furqan dan melamar Syamsul untuk adiknya. 86. Kedatangan Syamsul dan keluarga ke pesantren Al Furqan yang disambut para santri dan keluarga Kiai Miftah. Kedatangan mereka untuk menyampaikan jawaban atas lamaran Kiai Miftah. 87. Syamsul kembali berceramah di pesantren Manabi’ul Qur’an.
4.1.2.3 Transformasi Alur Novel ke Film Dalam Mihrab Cinta Transformasi alur novel ke film Dalam Mihrab Cinta perbandingannya ditampilkan dalam bentuk tabel yang bertujuan untuk meletakan alur novel dan film pada posisi seimbang dan sejajar, sehingga perbedaan alur cerita antara keduanya terlihat jelas. Transformasi alur ini hanya dibatasi pada alur penceritaan yang dianggap penting.
Tabel 4: Kedatangan gadis berjilbab dan pemuda berambut gondrong ke stasiun Pekalongan. No. Novel No. Film CN SF 1. Deskripsi suasana sore hari, 1. Deskripsi stasiun Pekalongan sebuah becak berpenumpang malam hari. Para penumpang seorang gadis yang sedang kereta yang telah menaiki menangis dengan tujuan stasiun kereta dan kereta yang telah Pekalongan. berangkat. 2. Gadis tersebut naik kereta dan kembali menangisi kepergian ayahandanya K.H. Baejuri. 3. Para penumpang terus menaiki kereta. Seorang penumpang berambut gondrong lari tergesagesa membeli tiket, kemudian naik kereta. Pemuda tersebut menanyakan letak gerbong empat kepada petugas kereta. Pada awal peceritaan novel menyajikan tentang perjalanan tokoh gadis berjilbab yang sedang bersedih menaiki becak menuju stasiun Pekalongan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan 25 di bawah ini. (25.)
“Becak itu memasuki halaman Stasiun Pekalongan. Bagunannya Nampak sudah tua. Tidak berubah sejak dibuat oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Gadis itu turun dan menyerahkan uang beberapa ribu kepada tukang becak. Ia lalu melangkah membawa barang bawaannya memasuki Stasiun.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 1)
Pada kutipan 25 di atas, disajikan deskripsi perjalanan tokoh gadis berjilbab yang meniki becak ke stasiun Pekalongan. Selanjutnya cerit beralih
kepada tokoh gadis berjilbab yang menaiki kereta dan kembali terlarut dalam kesedihanya. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan 26 di bawah ini.
(26.)
“Setelah duduk ia menarik nafas dan kembali menangis. Wajah cantiknya tidak bisa menutupi kesedihannya. Ia berusaha menahan tangisnya agar tidak terdengar oleh penumpang di sekitarnya. Ia menangisi kematian orang yang sangat dicintainya. Yaitu ayahandanya yang sangat menyayanginya” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 2)
Kutipan 26 di atas menjelaskan alasan kepulangan gadis berjilbab tersebut dan juga alasan kesedihan dan duka yang sedang dia rasaka. Selanjutnya cerita beralih pada kedatangan tokoh pemuda berambut gondrong. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan 27 di bawah ini. (27.)
“Ia langsung berlari. Alarm tanda kereta siap diberangkatkan masih berbunyi. Tangga-tangga dari kayu untuk naik ke pintu kereta mulai ditarik. Peluit panjang dibunyikan. Ia berlari. Kereta mulai berjalan pelan. Ia melompat ke pintu dan masuk kereta dengan selamat. Ia melihat kembali tiketnya. Tempat duduknya ada di gerbong empat.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 4)
Pada kutipan ke 27 diuraikan tentang kedatangan tokoh pemuda berambut gondrong yang tergesa-gesa membeli tiket dan naik kereta yang sudah mulai berjalan pelan. Pada awal penceritaan film, gambar yang disuguhkan langsung kepada papan nama stasiun Pekalongan yang menandakat tempat awal cerita. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 15 di bawah ini.
Gambar 17: Deskripsi Stasiun Pekalongan
Pada gambar 17 ditampilkan gambar stasiun Pekalongan hal tersebut untuk menampilkan tempat dimana cerita tersebut berlangsung dan juga awal mula penceritaan. Selanjutnya penceritaan berlanjut pada keberangkatan kereta seperti yang ditampilkan pada gamabar 17 di bawah ini.
Gambar 18: Kereta yang mulai berjalan
Gambar 18 menampilkan kereta yang mulai berjalan diikuti suara dari bagian informasi yang terdengar mengungumkan “Atas nama PT. Kerata Api Indonesia mengucapkan trima kasih atas kesediaan anda menggunakan jasa kereta api. PT Kereta Api Indonesia mengucapkan selamat berpergian dan semoga selamat sampai di tempat tujuan.” Pada proses transformasi dari novel ke film, terlihat pengurang penceritaan novel mengenai kedatangan gadis berjilbab, pemuda berambut gonrong dan keadaan gadisberjilbab tersebut. Penceritaan dalam film langsung kepada stasiun Pekalongan dan kereta yang mulai berjalan meninggalkan stasiun.
Tabel 5: Pertemuan tokoh pemuda berambut gondrong dan gadis berjilbab. No. CN 4.
Novel
No. SF Pemuda berambut gondrong 2. masuk ke dalam gerbong empat lalu mencari kursinya. Diaolog anatar gadis berjilbab dan pemuda berambut gondrong. 3.
Film Pemuda berambut gondrong yang memasuki gerbong sambil melihat karcisnya dan mencari nomor bangkunya.
Dialog antara tokoh pemuda
berambut gondrong dan gadis berjilbab yang terlihat sedang bersedih. (28.)
“Pemuda itu sampai di gerbong empat. Ia mencari tempat duduk nomor 8C. Akhirnya ia menemukannya. Ia tersenyum. Nomor 8C telah diduduki seorang berjilbab biru…” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 5)
Pada kutipan 28 diuraikan pemuda berambut gondrong yang memasuki gerbong empat, mencari tempat duduknya sesuai dengan yang tertera dalam karcis. Dia kemudian tersenyum melihat seorang gadis berjilbab yang telah menduduki kursinya. Selanjutnya cerita beralih pada dialog antara peuda berambut gondrong dan gadis berjilbab seperti pada kutipan 29 di bawah ini. (29.)
“Gadis itu menoleh dan kaget. Mukanya langsung pucat pasi dan langsung mendekap tas kecil yang ada di tangannya. Pemuda gondrong itu langsung sadar, mungkin penampilannya yang awutawutan telah membuat gadis itu ketakutan…” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 5)
Pada kutipan ke 29 diuraika penceritaan tentang dialog antara pemuda berambut gondrong dan gadis berjilbab mengenai tempat duduk mereka. Diuraikan juga ketakutan gadis berjilbab tersebut yang melihat penampilan pria berambut gondrong itu.
Gambar 19: Pria berambut gondrong memasuki gerbong Pada gambar 19 di atas, ditampilkan seorang gadis berjilbab yang terlihat bersedih dan seorang pemuda berambut gondrong yang baru memasuki gerbong tersebut.
Gambar 20: Pemuda berambut Gondrong sedang mencari nomor kursinya
Gambar 21: Dialog antara pemuda berambut gondrong dan gadis berjilbab
Pada gambar 20 ditampilkan pemuda berambut gondrong yang sedang mencari nomor kursinya kemudian melihat nomor kursinya telah diduduki oleh seorang gadis berjilbab. Selanjutnya, diikuti dengan dialog antara pemuda berambut gondrong dan gadis berjilbab mengenai nomor kursi mereka seperti terlihat pada gambar 21 di atas. Dalam prosesnya transformasi novel ke film pada penceritaan bagain ini diuraikan dengan sama antara nove dan film transformasi dari novel Dalam Mihrab Cinta. Tabel 6: Kilas balik masa lalu pemuda berambut gondrong No. CN 5.
Novel Pemuda berambut gondrong kemudian kembali berfikir tentang masa lalunya. Dia merupakan seorang yang pantang menyerah dan pintar. Dia juga berkeinginan untuk belajar islam lebih dalam. Oleh imam Masjid Agung Pekalongan, dia disarankan untuk mondok di Kediri.
No. SF
Film
(30.)
“Ia memang suka tantangan. Waktu masih sekolah dasar, ia paling tidak suka dengan matematika. Karena nilai matematikanya merah. Ia sering dihina kedua kakaknya perihal kebodohannya dalam mata pelajaran matematika…” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 7 )
Pada kutipan 30 diuraikan tentang tokoh Syamsul yang suka dengan tantangan yang membuat ia terdorong untuk mencari hal yang baru. Hal yang baru tersebut ia temukan setelah berdialog dengan seorang lelaki berambut gondrong di alun-alun kota Palembang tentang agama Islam. (31.)
“Ia takjub dengan penjelasan Sang Imam. Ia merasa jalan yang dicarinya menjadi jelas. Ia harus ke pesantren. Tekatnya sudah bulat…” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 12)
Pada kutipan 31, diuraikan penceritaan Syamsul dengan Imam Masjid Agung Pekalongan yang menyarankannya untuk mondok. Dia kemudian bertekat untuk belajar agama Islam lebih mendalam dengan cara pergi mondok yang tujuannya adalah pesantren di Kediri sesuai saran dari imam masjid tersebut. Pada proses transformasi dari novel ke film, bagian penceritaan yang terdapat dalam novel ini tidak ditransformasikan ke dalam bentuk film.
Tabel 7: Kereta api yang berhenti disebuah stasiun. No. CN 6.
(32.)
Novel
No. SF Kereta tersebut terus meluncur 4. melewati malam. Kereta tersebut singgah di stasiun Jebres, Solo.
Film Kereta tersebut terus meluncur melewati malam. Kereta tersebut singgah di sebuah stasiun.
“Kereta itu terus meluncur menembus malam. Setelah melewati Batang, Kendal, Semarang dan Grobogan, kereta itu menerobos hutan jati melewati Gemolong hingga akhirnya sampai di Stasiun Jebres, Solo. Roda-roda kereta berhenti total. Beberapa penumpang bangkit mengambil barangnya dan turun. Gadis berjilbab biru itu bangun dari tidurnya. Ia melongok kek jendela.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 15)
Pada kutipan 32 diuraikan perjalaan kereta yang ditumpangi gadis berjilbab dan pemuda berambut gondrong tersebut melewati beberapa kota. Setelah itu, kereta tersebut berhenti di stasiun Jebres, Solo untuk menurunkan beberapa penumpang dengan tujuan stasiun tersebut.
Gambar 22: Kereta yang melaju menembus malam
Gambar 23: Kereta yang baru sampai di stasiun Jebres, Solo
Pada gambar 22 terlihat perjalanan kereta yang melewati hutan menembus malam. Diikuti dengan gambar 23 yang menampilkan gambar kereta yang berhenti di stasiun Jebres, Solo. Pada proses transformasinya dari novel ke film, penceritaan tentang perjalanan kereta melewati kota tidak digambarkan serta lokasi dimana kereta berhenti. Dalam film hanya mengambarkan perjalanan kereta tersebut dan kereta yang berhenti di sebuah stasiun.
Tabel 8: Deskripsi pencurian yang terjadi di atas kereta. No. CN 7.
Novel
No. SF Seorang pencuri sedang 5. melakukan aksinya dan tertangkap mata oleh pemuda berambut gondrong.
Film Seorang pencuri sedang melakukan aksinya dan tertangkap mata oleh pemuda berambut gondrong.
(33.) “Pemuda itu merasakan ada langkah kaki. Ia memincingkan kedua matanya. Nampak seorang berjalan dengan langkah tenang. Seolah dia adalah penumpang biasa. Kaosnya rapi, keren, wajahnya juga bersih. Orang itu melihat ke kanan dan kiri. Memutar pandangannya ke seantero
gerbong. Lalu perlahan-lahan tangannya mengambil tas berwarna merah kekuning-kuningan.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 16-17) Pada kutipan 33 diceritaka tokoh pemuda berambut gondrong yag kaget ketida mendengar suara kaki kemudian melihat seseorang yang sedang mengambi tas, dia lagsung meneriaki orang tersebut.
Gambar 24: Keterkejutan pemuda berambut gondrong
Gambar 25: Seorang pencuri yang mengambil tas
Pada gambar 24 ditampilkan tokoh Syamsul yang terkejut melihat seseorang yang sedang mengambi tas seperti yang ditampilkan pada gambar 25. Pada proses transformasinya, penceritaan bagian ini antara novel dan film hasil transformasi dari novel Dalam Mihrab Cinta tidak memiliki perbedaan.
Tabel 9: Pencuri menyandera gadis berjilbab No. CN
Novel
No. SF
Film
8.
(34.)
Pencuri yang panik kemudian 6. menyandera gadis berjilbab. Karena keberanian pemuda berambut gondrong gadis itu berhasil diselamatkan dan pencuri tersebut berhasil dilumpuhkan.
Pencuri yang panik kemudian menyandera gadis berjilbab. Karena keberanian pemuda berambut gondrong gadis itu berhasil diselamatkan dan pencuri tersebut berhasil dilumpuhkan.
“…Dengan gerakan sangat cepat ia meraih badan gadis berjilbab itu dan menodongkan pisaunya ke lehernya…” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 17) Pada kutipan nomor 34, diuraikan pencuri yang ketahuan tersebut karena
panik dan takut tertangkap langsung menarik badan gadis berjilbab dan menjadera gadis tersebut dengan pisau di lehernya. (35.) “Tiba-tiba kereta berjalan menyentak. Penjahat itu jadi limbung. Kesempatan itu langsung digunakan pemuda gondrng itu untuk menendang si penjahat…” (Dalam Mihrab Cinta,hal. 18) Pada kutipan 35, pencuri yang menyandera gadis tersebut diajak kompromi oleh pemuda berambut gondrong. Namun, pencuri tersebut tidak memperdulikannya, hingga saat kereta berjalan menyentak pemuda berambut gondrong menggambil kesempatan itu untuk melumpuhkan pencuri. (36.) “…Dengan cepat pemuda itu berlari melewati pintu lalu meloncat keluar kereta. Ia jatuh berguling-guling di sawah dalam kegelapan malam. (Dalam Mihrab Cinta, hal. 19) Pada kutipan 36 diuraikan pencuri yang btelah dilumpuhkan pemudah berambut gondrong berhasil melarikan diri dan meloncat keluar dari gerbong tersebut. Dia langsung jatuh dan berguling-guling di sawah.
Gambar 26: Pencuri yang menyandera Gadis berjilbab
Gambar 27: Pencuri yang berhasil dilumpuhkan pemuda berambut gondrong
Pada gambar 26 ditampilkan bagaimana pencuri yang panik kemudian menarik dan menyandera gadis berjilbab tersebut. Selanjutnya gambar 27 menampilkan gambaran kereta yang berjalan menyetak yang mengakibatkan pencuri tersebut oleng dan berhasil dilumpuhkan oleh pria berambut gondrong. Pada proses transformasinya, penceritaan bagian ini diceritakan sama kecuali pada bagian dimana pencuri tersebut lari keluar dari kereta dan tergulingguling di sawah. Bagian ini hanya diceritakan dalam novel sedangkan film hasil transformasi dari novel tersebut tidak mengangkat penceritaan ini.
Tabel 10: Dialog antara tokoh pemuda berambut gondrong dan gadis berjilbab. No. CN 9.
Novel
No. SF Dialog antara pemuda 7. berambut gondrong dan gadis berjilbab mengenai tujuan pemuda berambut gondrong untuk mondok di Kediri. Gadis berjilbab tersebut menyarankan dia untuk mengunjungi empat pesantren yaitu, Pesantren Lirboyo Kediri, Pesantren Al falah Ploso, Pesantren Al Ihlsan
Film Dialog antara tokoh pemuda berambut gondrong dan gadis berjilbab yang membantu membalut luka pemuda tersebut.
Semen dan Pesantren Furqan, Pagu. (37.)
Al
“Saya mau ke Kediri, Mbak. Mau Nyantri.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 21)
Kutipan 37 menguraikan dialog antara tokoh peda berambut gondrong dan gadis berjilbab tentang tujuan pemuda berambut gondrong tersebut. Pemuda berambut gondrong tersebut pergi ke Kediri untuk mondok. “Ya di Kediri kota dan kabupaten banyak pesantren bagus. Tapi kalau boleh saran coba kunjungilah empat pesantren ini. Pertama Pesantren Lirboyo Kediri, kedua Pesantren Al Falah Ploso, Ketiga Pesantren Al Ihsan Semen, dan keempat Pesantren AL Furqan, Pagu.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 22) Pada kutipan 38 diuraikan beberapa pesantren yang disarankan oleh gadis
(38.)
berjilbab. Dia menyarankan empatpesantren besar kepada pemuda berambut gondrong untuk dikunjungi. Keempat pesantren tersebut adalah, Pesantren Lirboyo Kediri, Pesantren Al Falah Ploso, Pesantren Al Ihsan Semen, dan Pesantren AL Furqan, Pagu.
Gambar 28: Dialog gadis berjilbab dan emuda berambut gondrong
Transformasi novel ke film Dalam Mihrab Cinta
dalam film hanya
ditampilkan dialog antara pemuda berambut gondrgong dan gadis berjilbab mengenai tujuan pemuda berambut gondrong. Sedangkan, untuk empat pesantren yang bisa dikunjungi oleh tokoh pemuda berambut gondrong yang disarankan gadis berjilbab tidak ditransformasikan ke dalam film.
Tabel 11: Perkenalan Syamsul dan Zizi, meninggalnya Kiai Baejuri, perkenalan tokoh dua orang gadis dan sopir mobil yang menjemput Zizi. No. Novel No. Film CN SF 10. Zizi sampai di komplek 9. Deskripsi para penumpang pesantren yang dipenuhi oleh yang baru tiba dan keluar dari orang-orang yang datang stasiun Kediri. Dialog antara melayat. Zizi disambut oleh pemuda berambut gondrong Kiai Miftah kakanya. Beliau dan gadis berjilbab di depan menyarankan Zizi untuk stasiu. Gadis tersebut berhenti menangis dan menjelaskan kepulangannya mengikuti sholat jenazah karena ayahnya yang telah ayahandanya. meninggal. Mereka berdua kemudia saling memperkenalkan diri Syamsul Hadi dan Zidna Ilman (Zizi). 10. Dua santriwati yang datang menghampiri Zizi dan seorang laki-laki supir mobil yang menjemput Zizi. (39.) “Zizi dipapah oleh dua orang gadis yang menjemputnya di Stasiun Dhoho.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 26) Pada kutipan 39 diceritakan Zizi yang baru tiba di pesantren Al Furqan yang sedang dipenuhi oleh para pelayat, masuk dengan di papah oleh dua orang gadis yang menjemputnya di Stasiun Dhoho. Dia kemudian disambut oleh kakaknya Kiai Miftah yag langsung memeluk Zizi.
Gambar 29: Syamsul dan Zizi yang tiba di stasiun Kediri
Gambar 30: Dua orang santri yang menjemput Zizi
Pada gambar 29 ditampilkan Syamsul dan Zizi yang keluar dari dalam stasiun Kediri. Merekaberdua kemudaian dialog mengenai luka yang dialami Syamsul. Kemudian mobil yang menjemput Zizi tiba di stasiun tersebut dua orang santri dantang dan mencium tanggan Zizi serta mengajak Zizi untuk pulang. Transformasi dari novel ke film penceritaan bagian ini berbeda. Dalam novel kedua santri yang menjemput Zizi di stasiu Kediri diceritakan pada saat mereka memapah Zizi masuk ke pesantren Al Furqan. Sedangkan, dalam film digambarkan kedua santri tersebut mencemput Zizi di stasiun Kediri. Penambahan juga terjadi pada bagian kedatangan dan dialog antara Zizi dan Syamsul di depan stasiun Kediri dalam film.
Tabel 12: Deskripsi Kota Kediri. No. CN
Novel
11.
Syamsul tiba di pesantren Lirboyo dan menemukan muka-muka yang sedang bersedih atas meninggalnya K.H. Baejuri. Syamsul bertanya tentang K. H. Baejuri namun mereka tidak terlalu mengenal beliau. Syamsul telah mengunjungi tiga pesantren besar yaitu pesantren Lirboyo, Al Falah Ploso dan Al Inayah Semen. Tetapi, dia belum merasa cocok dengan ketiga pesantren tersebut karena kurikulum di pesantren tersebut tidak mengizinkannya untuk melakukan percepatan studi.
13.
No.
Film
SF 11.
Deskripsi kota Kediri dengan seluruh
kegiatan
masyarakat
dan keindahan kota tersebut.
(40.) “Tiga pesantren besar telah ia kunjungi. Pesantren Lirboyo, Al Falah Ploso dan Al Inayah Semen…” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 35) Pada kutipan 40, diuraikan tempat-tempat dimana Syamsul datang untuk mondok. Namun, dari ke tiga tempat tersebut tidak ada kurikulum yang sesuai dengan keinginannya untuk melaksanakan percepatan studi.
Gambar 31: Deskripsi Kota Kediri
Gambar 31 menampilkan gambar deskripsi kota Kediri. Gambar ini ditapilkan setelah kedatangan Syamsul dan Zizi di stasiun Kediri. Dalam proses transformasinya, dalam film kepergian Syamsul ke tiga pesantren besar yaitu Pesantren Lirboyo, Al Falah Ploso dan Al Inayah Semen tidak ditampilkan. Bagian ini hanya diceritakan dalam novel. Sedangkan, dalam film ditambahkan deskripsi kota Kediri dengan seluruh aktifitasnya.
Tabel 13: Deskripsi kamar Zizi dimana Zizi sedang membaca surat wasiat dari ayahnya. No. Novel No. Film CN SF 12. Zizi membaca surat yang ditinggalkan oleh ayahandanya sebelum beliau wafat di kamarnya. (41.) “Nduk, simpanlah surat ini. Bacalah jika abah sudah meninggal nanti. Jangan kau baca ketika abah masih hidup.” Begitu pesan ayahnya.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 30)
Kutipan 41 menceritakan tentang Zizi yang sepulang dari pemakaman ayahnya beristirahan di kamr. Dia kemudian teringat surat yang diberikan ayahnya. Pesan ayahnya tersebut aga dia membaca suarat itu ketika ayahnya telah wafat. (42.) “Zizi duduk di tempat tidurnya. Pelan-pelan ia mengeluarkan surat wasiat ayahnya dan membacanya dengan hati berdebar-debar.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 30) Kutipan 42 menceritakan Zizi yang sedang membaca surat wasiat dari ayahnya yang berisi tentang nasehat serta perintah untuk menjalankan sesuatu sesuai dengan aturan dan ajaran agama islam. Pada proses transformasi dari novel ke film, bagian ini tidak ditransformasikan kedalam film.
Tabel 14: Deskripsi keadaan pesantren Al Furqan tempat Syamsul mondok. No. CN 14.
17.
18.
Novel Syamsul mendatangi pesantren AL Furqan. Dia di terima oleh Zaim selaku Lurah Pondok. Syamsul menyampaikan tujuannya kepada Zaim. Zaim mengatakan akan membicarakan keinginannya dengan Kiai Miftah. Baru enam bulan di pesantren, Syamsul telah memperlihatkan kemajuan dalam belajar. Zizi menegtahui kemajuan Syamsul tersebut lewat Asiyah adik Ayub. Burhan tidak menyukai kemajuan yang diraih Syamsul. Burhan telah mengetahui penyelamatan Syamsul terhadat Zizi di kereta. Burhan mulai cemburu dengan Syamsul.
No. SF 12.
Film Para santri pesantren Al Furqan yang terlihat sedang melantunkan ayat-ayat suci dan seorang santri yang hanya sedang bermain telfon genggamnya.
(43.)
“Akhirnya ia melangkahkan kakinya ke Pagu, Kediri. Tujuannya adalah Pesantren Al Furqa….” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 36)
Kutipan 43 menceritakan kedatangan Syamsul ke pesantren Al Furqan setelah tiga pesantren terdahulu yang dikunjunginya tidak bisa menyetujuinya melakukan percepatan belajar.
(44.)
“Ia di terima oleh ketua pengurus pesantren yang biasa disebut lurah pondok. Namanya Zaim…” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 36)
Kutipan 44 di atas menceritakan tentang kedatangan Syamsul ke pesantren Al Furqan yang disambut oleh Zaim selaku lurah pondok. Kepada Zaim lah dia menyampaikan maksud dan tujuannya, serta keinginannnya untuk melaksanakan percepataan belajar.
(45.)
“Baru enam bulan di pesantren itu, ia sudah khatam Kitab Fathul Qarib. Dan bahkan ia membaca dan memahami kitab Fathul Qarib dengan cukup baik…” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 54)
Kutipan 45 menjelaskan bahwa Syamsul telah menjadi santri di pesantren Al Furqan dan dalam proses belajarnya dia mengalami kemajuan pesat. (46.)
“Tidak semua orang suka dengan kemajuan yang diraih Syamsul. Salah satu orang yang kurang begitu suka pada kemajuan yang diraih Syamsul adalah Burhan, teman satu kamarnya. Bukan tanpa alasan Burhan tidak suka. Dalam logika Burhan, kemajuan yang diraih Syamsul adalah bertujuan untuk meraih simpati Zizi. (Dalam Mihrab Cinta, hal. 54)
Pada kutipan ke 46 dijelaskan bahwa kemajuan yang diraih Syamsul tidak semua orang menyukainya, salah satunya Burhan. Burhan beranggapan bahwa Syamsul berniat untuk memikat hati Zizi dengan kemajuannya tersebut. Hal itu karena Burhan telah mengetahui cerita kejadian yang menimpa Zizi di kereta.
Gambar 32: Syamsul menjadi santri di pesantren Al Furqan
Gambarr 32 menampilkan tokoh Syamsul yang mulai belajar di pesantren Al Furqan bersama dengan para santri lainnya yang sedang mengalunkan ayatayat suci. Proses transformasi bagian ini mendapatkan banyak perubahan. Dalam novel diceritakan tentang awal kedatangan Syamsul di pesantren Al Furqan, kemudian aktifitas serta proses belajar Syamsul di pesantren dan kemajuan yang diraih Syamsul. Tetapi, ketika novel ditransformasikan ke dalam film penceritaan yang muncul adalah gamabaran tokoh Syamsul bersama para santri lain yang sedang mengalunkan ayat-ayat suci sebagai penanda Syamsul telah menjadi santri di pesantren Al Furqan.
Tabel 15: Pencurian yang mengemparkan pesantren. No. CN 20.
21.
Novel Di kantor pesantren Lurah pondok Zaim dan santri bagian keamanan sedang membicarakan dan menyepakati sebuah taktik untuk menjebak pencuri yang selama ini berkeliaran di lingkungan pesantren. Burhan mengetahui taktik bagian keamanan dari Karyono selaku wakil koordinator
No. SF
Film
22.
bagian keamanan pesantren. Bagian keamanan telah menjalankan taktik mereka. Namun, mereka tidak mendapatkan pencuri yang mereka cari.
(47.) “Jurus dan taktik bagian keamanan disetujui oleh seluruh pengurus. Mereka semua dijanji untuk tidak membocorkan hasil rapat itu kepada siapa pun. Ketua pengurus lalu melaporkan hasil rapat kepada Kiai Miftah. Dan Kiai Miftah menyetujuinya.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 64) Kutipan 47 menceritakan tentang taktik yang disetujui oleh pengurus pesantren dan santri bagian keamanan untuk menangkap pencuri yang sedang berkeliaran dan meresahkan pesantren. (48.) “Ya. Pengurus sudah rapat. Aku beritahu kamu. Tapi ini tidak boleh bocor ya,” Jawab Karyono sambil mendekatkan mulutnya ke telinga Burha.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 66) Pada kutipan 48 diceritakan Burhan mengentahui semua taktik yang disusun oleh bagian keamanan dan penggurus pesantren dari Karyono wakil bagian keamanan. Pada proses transformasi dari novel ke film, bagian ini tidak ditransformasikan ke dalam film.
Tabel 16: Syamsul dijebak oleh Burhan. No. CN 23.
Novel
No. SF Syamsul pergi menemui 13. Burhan di pintu gerbang pesantren. Burhan telah berjanji mentraktir Syamsul setelah Syamsul menemaninya ke Dokter. Burhan yang ketinggalan dompet meminta Syamsul untuk mengambilkan.
Film Syamsul masuk ke kamar dan mengambil dompet Burhan. Bagian keamanan yang telah berjaga langsung menangkap dan menghakimi Syamsul. Mereka, tidak mendengarkan penjelasan Syamsul.
24.
25.
26.
Syamsul masuk ke kamar dan 14. mengambil dompet Burhan. Bagian keamanan yang telah berjaga langsung menangkap dan menghakimi Syamsul. Mereka, tidak mendengarkan penjelasan Syamsul. Syamsul diarak keluar oleh 15. bagian keamanan. Syamsul dihakimi oleh para santri lalu diarak ke gudang.
Kiai Miftah, lurah pondok dan 16. empat pengurus pesantren datang ke gudang dan mulai mengintrogasi Syamsul. Syamsul membela diri dan menceritakan tentang Burhan yang menyuruh untuk mengambil dompetnya.
Syamsul diarak keluar oleh bagian keamanan. Syamsul dihakimi oleh para santri lalu diarak ke gudang.
Kiai Miftah, lurah pondok dan empat pengurus pesantren datang gudang dan mulai mengintrogasi Syamsul. Syamsul membela diri dan menceritakan tentang Burhan yang menyuruh untuk mengambil dompetnya. Deskripsi pemikiran Syamsul tentang pertemuannya dengan Burhan di depan pintu gerbang pesantren. Burhan yang berjanji akan mentraktirnya, kemudian meminta tolong kepada Syamsul untuk mengambilkan dompetnya yang ketinggalan karena dia sedang ditunggu orang.
(49.) “…Dengan santai ia membuka lemari Burhan lalu mencari-cari dompet Burhan di antara tumpukan baju…” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 70) Pada kutipan 49 diceritakan Syamsul membuka lemari Burhan untuk mengambil dompet Burhan sesuai dengan permintaan Burhan. (50.) “Ia kaget bukan kepalang. Dari tempat ditumpuknya koper dan kardus muncul dua orang berseragam hitam. Ia langsung tahu keduanya dari bagian keamanan…” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 70) Pada kutipan 50 diceritakan Syamsul kaget ketika dia melihat para santri dari atas lemari turun dan mulai memukulinya. Mereka menuduh dia yang menjadi pencuri selama ini tanpa mendengarkan penjelasan Syamsul terlebih
dahulu. Syamsul kemudian diseret keluar oleh santri bagian keamanan dan akhirnya Syamsul diseret ke gudang pesantren. (51.) “Lampu gudang dinyalakan. Pintu gudang lalu ditutup oleh lurah pondok. Pak Kiai Berdiri tepat di hadapannya. Empat pengurus dan lurah pondok mengambil posisi mengelilingi Syamsul.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 75) Pada kutipan 51 diceritakan Kiai Miftah dan pengurus pesantren datang untuk menginterogasi Syamsul yang berada di gudang dan dituduh sebagi pencuri yang selama ini meresahkan pesantren.
Gambar 33: Syamsul yang sedang Mengambil dompet Burhan
Gambar 34: Para bagian keamanan yang melompat dari atas lemari
Pada gambar 33 ditampilkan Syamsul yang sedang mengambil dompet Burhan kemudian diikuti dengan bagian keamanan yang telah berjaga-jaga melompat dan langsung memukuli Syamsul yang mereka tuduh sebagai pencuri (gambar 34).
Gambar 35: Syamsul yang sedang Mengambil dompet Burhan
Gambar 36: Para bagian keamanan yang melompat dari atas lemari
Pada gamabar 35 Kiai Miftah masuk ke gudang untuk menginterogasi Syamsul. Selanjutnya Syamsul menceritaka kronologis penceritaan Burhan yang memintanya untuk mengambil dompet Burhan yang ketinggalan di kamar (gambar 36). Pada proses transformasinya, antara novel dan film hasil transformasi dari novel untuk penceritaan bagian dimana Burhan menjebak Syamsul sama. Perbedaannya terletak pada kejadian dimana Burhan meminta Syamsul mengambilkan dompetnya. Dalam novel diceritakan Syamsul yang menemui Burhan kemudian diminta Burhan untuk mengambil dompetnya yang ketinggalan. Sedangkan, dalam film hasil transformasi novel penggambaran cerita dimana Burhan meminta Syamsul untuk mengambilkan dompetnya terdapat pada saat Syamsul diinterogasi oleh Kiai Miftah.
Tabel 17: Sumpah palsu Burhan No. Novel No. CN SF 27. Burhan dihadirkan dan 17. Syamsul meminta Burhan menjelaskan semuanya.
Film Burhan dihadirkan dan Syamsul meminta Burhan menjelaskan semuanya.
Burhan mengelak, saling tuding dan caci maki keluar dari mulut kedua santri tersebut. Syamsul lalu bersumpah atas kebenarannya dan Burhan juga bersumpah dengan sumpah palsu.
Burhan mengelak, saling tuding dan caci maki keluar dari mulut kedua santri tersebut. Syamsul lalu bersumpah atas kebenarannya dan Burhan juga bersumpah dengan sumpah palsu.
(52.) “Diam kau maling! Kau yang jelas bajingan bukan Burhan! Bentak bagian keamanan.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 77) Pada kutipan 52 diceritakan bahwa saling tuding antara Syamsl dan Burhan atas pengelakan Burhan bahwa dia yang meminta Syamsul mengambil dompetnya terjadi. Kemudian, bagian keamanan yang menganggap Syamsul bersalah membentak Syamsul atas sikap Syamsul kepada Burhan. (53.) “Dengan tenang Burhan menjawab, “Penjahat akan melakukan apa saja untuk menutupi kejahatannya Pak Kiai. Baiklah, saya bersumpah bahwa apa yang baru saja saya katakana benar. Jika saya berdusta maka semoga segala laknat Allah menimpa saya.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 78) Pada kutipan 53 diceritakan bahwa Syamsul yang telah bersumpah atas kebenarannya diikuti oleh sumpah Burhan. Burhan bersumpah atas permintaan Kiai Miftah. Namun, dalam sumpahnya Burhan berkata-kata dusta.
Gambar 37. Burhan yang sedang membentak Syamsul
Gambar 38. Sumpah palsu Burhan
Gambar 37 memperlihatkan Burhan yang tidak mengakui bahwa dia yang menyuruh Syamsul mengambil dompet tersebut kemudian dihardik Syamsul. Burhan yang tidak terima dengan hal tersebut balas menghardi Syamsul. Selanjutnya, gambar 38 Syamsul yang bersumpah atas kebenarannya diikuti dengan sumpah palsu Burhan. Burhan bersumpah karenan permintaan Kiai Miftah. Pada proses tranformasi novel ke film, penceritaan-peceritaan di atas di gambarkan sama. Namun, pada penceritaan saling tuding dan hardik antara Syamsul dan Burhan berbeda. Dalam novel diceritakan yang membalas tudingan Syamsul adalah bagian keamanan yang membela Burhan, sedangkan ketika bagian ini ditransformasikan ke film Burhanlah yang membalas tudingan Syamsul tersebut.
Tabel 18: Lurah pondok menelfon keluarga Syamsul dan Syamsul menerima hukuman. No. Novel No. Film CN SF 28. Ayah Syamsul ditelfon oleh 18. Syamsul diarak oleh para lurah pondok. Sore hari santri ke tengah lapangan Syamsul diarak ke halaman untuk menjalani hukumannya. pesantren untuk menerima hukuman. 19. Deskripsi Kota Pekalongan. Deskripsi rumah Syamsul dimana beberapa orang turis asing yang sedang melihatlihat batik. Bapak Bambang menerima telfon. (54.) “Pengurus bergerak cepat. Lurah pondok menelpon ayah Syamsul, seorang pengusaha batik sukses di Pekalongan…” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 79) Pada kutipan 54 diceritakan lurah pondok menelpon ayah Syamsul untuk memberitahukan bahwa Syamsul ketahuan mencuri di pesantren. (55.) “Sore itu juga Syamsul diambil dari gudang. Di halaman pondok telah dipersiapkan kursi yang diletakkan di tengah garis melingkar…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 79) Kutipan 55 menggambarkan proses dimana Syamsul menerima hukuman dari pihak pesantren berupa penggundulan.
Gambar 39: Deskripsi Kota Pekalongan
Gambar 40: Ayah Syamsul menerima telfon dari pesantren
Gambar 39 menampilkan deskripsi kota Pekalongan yang kemudian ditampilkan rumah Syamsul. Gambar 40 menampilkan Pak Bambang (ayah Syamsul yang sedang menerima telpon.
Gambar 41: Syamsul yang merima hukuma penggundulan dari pesantren Gambar 41 menampilkan Syamsul yang babak belur sedang menerima hukuman dari pesantren yaitu penggundulan yang disaksikan oleh seluruh santri. Proses transformasi dari novel ke film menggambarkan pihak pesantren yang member tahu keluarga Syamsul mengenai Syamsul yang tertangkap mencuri di pesantren. Namun, penggambaran hal tersebut berbeda. Dalam novel
diceritakan pihak pesantren segera mengambil keputusan untuk menelpon keluarga Syamsul. Ketika ditransformasikan ke dalam film diperlihatkan terlebih dahulu deskripsi kota Pekalongan yang merupakan tempat tinggal keluarga Syamsul lalu dilanjutkan dengan keluarga Syamsul yang menerima telpon. Pada proses transformasi selanjutnya yaitu tokoh Syamsul yang menerima hukuman, antara novel dan film transformasi dari novel diceritakan sama.
Tabel 19: Ruang tamu pesantren No. CN 29.
30.
(56.)
Novel
No. SF Syamsul masuk ke ruang tamu 20. pesantren. Kiai Miftah dan para pengurus pesantren serta ayah Syamsul sedang menunggunya. Syamsul langsung ditampar 21. oleh ayahnya. Kiai Miftah yang menasehati Syamsul balik ditantang dan disumpahi Syamsul.
Film Syamsul masuk ke ruang tamu pesantren. Kiai Miftah dan para pengurus pesantren serta ayah Syamsul sedang menunggunya. Syamsul langsung ditampar oleh ayahnya. Kiai Miftah yang menasehati Syamsul balik ditantang dan disumpahi Syamsul.
“Begitu melihat Syamsul, Pak Bambang langsung menerik kerah baju koko putra yang dulu sempat dibanggakannya itu. Kini ia merasa sangat malu dan marah. Dan diruangan itu, dihadapan Kiai Miftah dan Pengurus Pesantren Pak Bambang meluapkan amarahanya dengan menampar pipi Syamsul beberapa kali.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 82) Pada kutipan 56 diceritakan tokoh Syamsul masuk ke dalam ruang tamu
pesantren yang di dalam telah menunggu Pak Bambang, Kiai Miftah dan pengurus pesantren. Ketika Pak Bambang melihat Syamsul dia langsung meluapkan kemarahannya dengan menampar Syamsul bebrapa kali.
(57.)
“Pak Kiai, Panjenengan belum melakukakan tabayun yang sesungguhnya kepada saya. Ia lalu memandangi wajah pengurus pesantren yang ada di ruangan itu satu per satu, “Kalian memutuskan hukuman untuk saya dengan semena-mena. Ini kezaliman! Suatu saat
kalian akan tau siapa sebenarnya rayap itu. Saya tidak akan memaafkan dosa pak Kiai dan dosa kalian sebelum kalian mencium kaki saya.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 83) Kutipan 57 menceritakan tetang kemarahan Syamsul ketika Kiai Miftah menasehatinya. Dia merasa dizolimi oleh mereka dan tidak menerima tuduhan dia sebagai seorang pencuri. Pada akhirnya dia menyumpaihi Kiai Miftah dan para penggurus pesantren. Pak Bambang yang semakin malu langsung menarik pulang Syamsul.
Gambar 42: Syamsul ditampar oleh Pak Bambang
Gambar 43: Kemarahan Syamsul atas kezoliman yang dialaminya.
Gambar 42 menampilkan tokoh Syamsul yang baru datang di ruang tamu pesantren langsung di tampar oleh Pak Bambang yang sangat marah dan malu karena kelakuan Syamsul. Pada gambar 43, Syamsul yang tidak menerima kezoliman
yang
dialaminya
balik
menantang
pak
Kiai
yang
sedang
menasehatinya. Dia kemudian mengatakan kepada para pengurus pesantren tidak
akan memafkan mereka jika mereka tidak akan mencium kakiny ketika pencuri yang sebenarnya akan terungkap. Pada proses transformasi, penceritaan tentang kedatangan Syamsul ke ruang tamu pesantren yang langsung ditampar oleh Pak Bambang yang sangat marah dan malu karena Syamsul diceritakan hampir sama. Perbedaan yang muncul yaitu dalam novel Pak Bambang diceritakan menampar Syamsul berkalikali. Namun, ketika ditransformasikan ke film gambaran yang ada Pak Bambang hanya menamparnya sekali saja. Pada proses transformasi novel ke film penceritaan tentang kemarahan Syamsul kepada Kiai Miftah dan pengurus pesantren dengan kezoliman yang dialaminya diceritakan sama.
Tabel 20. Syamsul dihadapan keluarganya No. CN 33.
Novel
No. SF Di rumahnya, Syamsul 24. diinterogasi dan dimarahi oleh keluarganya.
Film Deskripsi rumah Syamsul dimana Syamsul sedang dipukuli dan dimarahi oleh Rozak dan Ahmad kedua kakak laki-lakinya. Ayahnya juga memarahinya dan tidak mendengar pembelaan dari Syamsul. Hanya Nadia adik perempuannya dan ibunya yang membela.
(58.) “Sudah lebih baik kau mengakui dosamu itu dan bertobat. Sesali perbuatanmu itu dan jangan keras kepala.” Hardik Ahmad, akak sulungnya yang sudah punya dua anak itu dengan nada marah.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 90) Pada kutipan 58 diceritakan Syamsul di rumahnya diinterogasi dan dimarahi oleh kakaknya. Keluarga Syamsul tidak mempercayayi penjelasan Syamsul. Mereka semua lebih mempercayai keputusan pesantren kecuali Nadia. Hanya Nadia adik perempuan Syamsul yang membela Syamsul.
Gambar 44: Syamsul yang sedang Gambar 45: Syamsul yang sedang dipukuli oleh Rozak dipukuli oleh Ahmad Gambar 44 menampilkan Syamsul yang dipukuli oleh Rozak kakak Syamsul. Mereka yang tidak mendengarkan penjelasan Syamsul tentang kejadian yang sebenarnya terjadi. Gambar 45 juga menampilkan hal serupa, Ahmad kakak sulung Syamsul memukuli Syamsul. Mereka sangat marah dan merasa malu atas perbuatan Syamsul. Nadia dan Ibu Bambang yang membela Syamsul justru dimarahi oleh Pak Bambang. Dalam transformasi dari novel ke film penceritaan bagian ini digambarkan berbeda. Dalam novel diceritakan Syamsul hanya diinterogasi dan dimarahi oleh keluarganya. Mereka lebih mempercayai keputusan pihak pesantren, hanya adiknya Nadia yang membela dia. Ketika ditransformasikan ke dalam film pengambaran berbeda ditampilkan. Dalam film Syamsul yang sedang diinterogasi oleh keluarganya dipukuli kakak-kakaknya Ahmad dan Rozak. Dalam film digambarkan Ibu Bambang dan Nadia membela Syamsul. Tabel 21: Perbincangan antara Nadia dan Syamsul No. CN 34.
No. SF Dialog antara Nadia dan 23. Syamsul di kamar Syamsul.
(59.)
Novel
Film Dialog antara Nadia dan Syamsul di kamar Syamsul.
“Nadia masuk ke kamarnya membawa peralatan P3K. Ia bersihkan luka-luka kakaknya dengan air mineral, lalu dengan rivanol. Setelah itu ia oleskan Betadine pada beberapa luka yang terlihat masih menganga.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 90-91) Pada kutipan 59 di atas, diceritakan Nadia masuk ke kamar Syamsul dengan membawa peralatan P3K. Nadia datang untuk mengobati luka-luka Syamsul.
Gambar 46: Nadia yang datang ke kamar Syamsul Gambar 46 menjelaskan Nadia datang ke kamar Syamsul ketika Syamsul baru selesai melaksanakan sholat. Nadia kemudian berbicara dengan Syamsul mengenai tuduhan pencuri yang dialaminya di pesantren. Transformasi dari novel ke film dibagian ini diceritakan berbeda. Dalam novel diceritakan Nadia masuk ke kamar Syamsul dengan membawa kotak P3K untuk membersihkan luka-luka Syamsul dimana Syamsul sedang tiduran. Sedangkan, dalam film ditampilkan Nadia masuk ke kamar Syamsul disaat Syamsul baru selesai melaksanakan sholat dan tanpa membawa apa-apa.
Tabel 22: Kepulangan Zizi ke Kediri No. CN 31.
32.
Novel
No. SF Zizi yang mengetahui hal 24. tersebut langsung pulang ke Kediri. Zizi menemui Asiyah dan menanyakan kejelasan masalah Syamsul. Zizi meminta Asiyah untuk mengatur pertemuan antara Zizi, Asiyah dan Ayub. Dialog antara Zizi dan Kiai Miftah mengenai masalah pencurian yang dituduhkan kepada Syamsul.
Film Dialog antara Zizi dan Kiai Miftah mengenai masalah pencurian yang dituduhkan kepada Syamsul.
(60.) “…Ia mendapat telpon dari Asiyah. Zizi langsung mengejar pulang ke Kediri. Ia ingin tahu kejadian yang sesungguhnya. Sebab dari hatinya yang paling dalam ia tidak percaya Syamsul pencurinya.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 85) Kutipan 60 menceritakan Zizi yang beradai di pesantren Manabi’ul Qur’an mendapatkan telfon dari Asiyah yang memberitahukan seputar penangkapan Syamsul yang dituduh sebagai pencuri di pesantren. Ia langsung bergegas pulang ke Kediri. Hal tersebut karena dia tidak percaya kalau Syamsul melakukan tindakan pencurian seperti yang dituduhkan kepadanya.
(61.) “…Saat itu Kiai Miftah sedang bersiap untuk berangkat mengisi pengajian di kampung sebelah. Kiai Miftah agak kaget ketika Zizi tibatiba pulang dan memprotes keputusannya menghukum dan mengeluarkan Syamsul dari pesantren dengan tidak hormat.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 87-88) Pada kutipan 61 diceritakan Kiai Miftah kaget dengan kepulangan mendadak Zizi dan memprotes semua keputusan Kiai Miftah tentang Syamsul yangdihukum dan dikeluarkan dari pesantren dengan tidak hormat.
Gambar 47. Dialog antara Zizi dan Kiai Miftah
Gambar 47 di atas menampilkan Kiai Miftah yang keluar dari kamar dan diikuti oleh Zizi. Zizi memprotes keputusan kakaknya yang menghukum dan mengeluarkan Syamsul dari pesantren secara tidak hormat. Proses transformasi yang terjadi dari novel ke film menimbulkan perbedaan. Dalam novel diceritakan kepulangan Zizi disebabkan oleh pemberitahuan Asiyah tentang masalah pencurian yang dituduhkan kepada Syamsul dan hukuman serta pengeluaran Syamsul dari pesantren dengan tidak hormat. Kekagetan Kiai Miftah yang akan berangkat untuk mengsi pengajian di kampung sebelah dengan kedatang Zizi yang tiba-tiba dan langsung memprotes keputusan yang diambil kakaknya untuk Syamsul. Sedangkan, dalam film ditampilkan Kiai Miftah yang keluar dari kamar dan diikuti oleh Zizi yang sedang memprotes keputusan kakaknya tersebut mengenai hukuman dan pengeluaran Syamsul dari pesantren dengan tidak hormat. Tabel 22. Pertemuan antara Zizi, Asiyah dan Ayub No. CN 35.
Novel
No. SF
Film
Pertemuan antara Zizi, Asiyah dan Ayub di warung mie godog.
(62.) “Warung mie Godog itu sepi. Para santri masih sibuk mengaji. Zizi dan Asiyah masuk. Ayub menunggu di dalam. Kakek tua pemilik warung itu langsung mengangguk hormat pada Zizi.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 91) Pada kutipan 62 diceritakan kedatangan Asiyah dan Zizi ke warung mie godog yang disana Ayub telah menunggu mereka. Zizi ingin berbicara langsung dengan Ayub mengenai kronologis masalah tuduhan pencurian yang dialami Syamsul. Bagian penceritaan ini terdapat dalam novel. Namun, dalam proses transformasi novel ke film bagian penceritaan tentang pertemuan antara Zizi, Aisyah dan Ayub di warung mie godog ini tidak ditransformasikan.
Tabel 24:. Kepergian Syamsul dari rumah No. CN 36.
Novel
No. SF Syamsul pergi dari rumah. 25 Kesedihan Nadia dan ibunya serta kemarahan Ayah dan kakaknya mengenai kepergian Syamsul.
Film Syamsul pergi dari rumah. Kesedihan Nadia dan ibunya serta kemarahan Ayah dan kakaknya mengenai kepergian Syamsul.
(63.) “Tiba-tiba pandangan Nadia tertuju pada selembar kertas surat di atas meja dekat lampu tidur.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 18) Kutipan 63 menceritakan tentangg keterkejutan Nadia ketika membaca surat yang ditinggalkan Syamsul yang memberitahukan kepergia Syamsul dari rumah. (64.) “Kalian ini, dasar perempuan, baru membaca surat gombal kayak gitu saja berubah. Itu hanya acting Si Syamsul. Aku sudah tidak percaya lagi sama anak brengsek itu!” Jawab Pak Bambang marah.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 99) Pada kutipan 64 diceritakan kemarahan Pak Bambang ketika membaca surat dari Syamsul tersebut. Pak Bambang juga memarahi Nadia dan Ibu Bambang yang begitu sedih dengan kepergian Syamsul dari rumah.
Gambar 48: Ibu dan Nadia yang sedih membaca surat Syamsul
Gambar 49: Kemarahan Pak Bambang ketika membaca surat dari Syamsul.
Gambar 48 menampilkan keterkejutan dan kesedihan Nadia dan ibunya ketika membaca surat Syamsul tentang kepergiannya dari rumah. Selanjutnya pada gambar 49 ditampilkan kemarahan Pak Bambang ketika membaca surat dari Syamsul tersebut dan melihat kesedihan Bu Bambang dan Nadia. Penceritaan tetang kepergian Syamsul dari rumah yang terdapat dalam novel ditrasformasikan sama di dalam film.
Tabel 25: Perjalanan hidup Syamsul di Kota Semarang
No. CN 38.
Novel
No. SF Perjalanan hidup Syamsul di 26. Kota Semarang.
(65.)
Film Perjalanan hidup Syamsul di Kota Semarang.
“Sudah satu minggu Syamsul pergi dari rumah. Ia mengelana di Kota Semarang….” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 103)
Kutipan 65 menceritakan perjalanan Syamsul setelah dia minggat dari rumah. Diceritakan Syamsul mengelana ke kota Semarang.
(66.)
“…Dengan sangat terpaksa ia mengatakan kepada pemilik warung bahwa ia ingin hutang satu bungus nasi saja. Nanti kalau ia punya uang ia akan membayarnya. Tetapi pemilik warung itu keberatan.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 104)
Kutipan 66 menggambarkan Syamsul yang sudah tidak punya uang lagi, karena perutnya merasa sangat lapar ia memberanikan diri untuk berhutang satu bungkus nasi di warung angkring. Tetapi pemilik warung angkring itu tidak bisa memberikan hutang kepada Syamsul.
Gambar 50: Perjalanan Syamsul di Kota Semarang
Gambar 51: Masjid Raya Baiturrahman
Gambar 50 menceritakan perjalanan Syamsul ketika minggat dari rumah. Dia mengelana di kota Semarang. Pada gambar 51 diceritakan di depan masjid tersebut merupakan tempat warung angkringan. Dalam novel diceritakan Syamsul yang minggat dari rumah kemudian berusaha untuk bertahan hidup di kota Semarang. Karena dia telah kehabisan uang dia memberanikan diri untuk berhutang di warung tersebut dan tak diberikan oleh pemilik warung angkring. Bagian Syamsul yang mau berhutang di warung angkringan tidak ditransformasikan ke dalam film.
Tabel 26 Kedatangan Zizi di rumah Syamsul No. CN 37.
Novel
No. SF Zizi datang ke rumah Syamsul 27. yang ditemui oleh Bu Bambang dan Nadia. Zizi memperkenalkan dirinya dan menceritakan tentang Syamsul.
Film Zizi datang ke rumah Syamsul yang disambut Nadia dan ibu Syamsul. Nadia dan ibu Syamsul menyampaikan tentang kepergian Syamsul. Zizi kemudian menyampaikan kepercayaannya bahwa Syamsul tidak bersalah.
(67.) “Zizi ditemui oleh Nadia dan ibunya. Kepada mereka berdua Zizi memperkenalkan dirinya. Zizi juga menceritkan bagaimana ia pertama kali bertemu dan kenal Syamsul. Zizi menjelaskan maksud kedatanganya ingin menemui Syamsul, ia ingin dengar cerita yang memprihatinkan menurut versi Syamsul.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 100) Pada kutipan 67, diceritaka Zizi datang ke rumah Syamsul yang disambut oleh Bu Bambang dan Nadia. Pada mereka Zizi memperkenalkan diri dan menceritakan awal pertemuan dia dengan Syamsul. Nadia dan Bu Bambang kemudian menjelaskan mengenai kepergian Syamsul dari rumah.
Gambar 52. Kedatangan Zizi ke rumah Syamsul Gambar 52 menampilkan ke datangan Zizi ke rumah Syamsul. Zizi disambut oleh Bu Bambang dan Nadia. Mereka kemudian membahas tentang kepergian Syamsul dari rumah dan surat yng ditinggalkan Syamsul. Pada proses transformasi terlihat beberapa perbedaan. Dalam novel. Zizi yang datang disambut oleh Nadia dan ibunya kemudian memperkenalkan dirinya dan menceritakan tentang awal pertemuan dia dan Syamsul. Setelah ditransformasikan ke dalam film bagian ini dihilangkan.
Tabel 27: Syamsul menjadi pencuri dan tertangkap mencuri No. CN 39.
40.
Novel
No. SF Syamsul menjadi pencuri 28. karena kerasnya hidup yang dia alami. Syamsul tertangkap mencuri dan digelandang ke kantor polisi. Syamsul diinterogasi oleh 29. polisi di kantor polisi.
Film Syamsul menjadi pencuri karena kerasnya hidup yang dia alami. Syamsul tertangkap mencuri. Syamsul diinterogasi polisi di kantor polisi.
oleh
(68.) “…Sampai di dekat kampus dua IAIN Walisongo, ia tertangkap. Ia babak belur dihakimi massa. Untung ada patrol polisi. Nyawanya diselamtkan oleh polisi.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 105)
Kutipan 68 menceritakan tetang kerasnya hidup yang dialami Syamsul membuat Syamsul berfikir untuk mencuri. Sayang ketika Syamsul melakukan aksinya dia dipergoki oleh pemilik dompet. Syamsul kemudian dikejar oleh para penumpang bus yang dia naiki. Sampai di kampus dua IAIN Walisongo, akhirnya dia tertangkap dan menjadi bulan-bulanan massa. Beruntung ada polisi yang sedang patrol yang menyelamatkan nyawanya.
Gambar 53: Syamsul yang berlari melewati Klenteng
Pada gambar 53 digambarkan Syamsul yang melakukan pencurian di atas bus tertangkap oleh pemilik dompet yang meneriakinya. Dia kemudian dikejar oleh para penumpang bus yang lain. Syamsul berlari hingga melewati Klenteng. Transformasi penceritaan bagian ini dalam novel berbeda dengan film. Novel menceritakan Syamsul berlari hingga kampus dua IAIN Walisongo dan akhirnya berhasil ditangkap dan menjadi bulan-bulanan massa. Syamsul kemudian diselamatkan oleh polisi yang sedang berpatroli dan digelandang ke kantor polisi. Ketika bagian ini ditransformasikan ke dalam film penceritaan mengalami perubahan. Syamsul yang berlari dikejar para penumpang bus melewati Klenteng dan setelah itu Syamsul langsung berada di kantor polisi.
Tabel 25. Pertemuan Syamsul dengan dua orang narapidana. No. CN 43.
Novel Syamsul
mendekap
No. SF dalam 30.
Film Syamsul
menjadi
pencuri
penjara bersama dengan orang narapidana Syamsul juga diajarkan trik mencuri jitu oleh narapidana tersebut.
dua lain. trikpara
karena kerasnya hidup yang dia alami. Syamsul tertangkap mencuri dan digelandang ke kantor polisi.
(69.) “Sejak tertangkap itu Syamsul mendekam di penjara Polsek Semarang Tugu. Ia satu sel dengan dua orang narapidana yang tertangkap karena mencuri sepeda motor. Dua narapidana itu mengajaknya untuk bergabung dalam komplotannya.Ia pura-pura mengiyakan, sebab ia takut jadi bulan-bulanan mereka. Ia diberi tahu trik-trik mencuri rumah orang kaya.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 108) Kutipan 69 menceritakan Syamsul berada di dalam sel bersama dengan dua narapida yang tertangkap dengan kasus pencuriannya juga. Para narapidana tersebut mengajak Syamsul untuk bergabung dengan mereka ketika keluar nanti. Para narapina tersebut juga mengajarkan trik-trik mencuri kepada Syamsul.
Gambar 54: Pertemuan Syamsul dengan dua orang narapidana
Gamabar 54 menampilkan Syamsul berada di dalam sel bersama dengan dua narapida yang tertangkap dengan kasus pencuriannya juga. Para narapidana tersebut mengajak Syamsul untuk bergabung dengan mereka ketika keluar nanti. Para narapina tersebut juga mengajarkan trik-trik mencuri kepada Syamsul.
Penceritaan tentang pertemuan Syamsul dengan dua orang narapida yang mengajarkannya trik-trik mencuri jitu dalam novel ditransformasikan sama ke dalam film.
Tabel 26. Berita tertangkapnya Syamsul menyebar luas. No. CN 41.
Novel
No. Film SF Berita tertangkapnya Syamsul 31. Berita tertangkapnya Syamsul di ketahui oleh keluarganya. di ketahui oleh keluarganya. (70.) “Keluarganya di Pekalongan adalah pelanggan koran. Setaip pagi mereka membaca koran. Hari itu adalah hari yang menyesakkan dada keluarganya di Pekalongan. Mereka membaca isi Koran dan melihat fotonya yang babak belur di koran itu. Mereka tersentak. Bu Bambang menangis, “Ia benar-benar menjadi pencuri.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 106-107) Pada kutipan 70 diceritakan keluarga Syamsul yang biasa berlangganan
koran kemudian membaca berita tetang tertangkapnya Syamsul. Mereka membaca isi koran dan melihat fotonya. Bu bambang kemudian meangis meliht hal tersebut.
Gambar 55: Berita tertangkapnya Syamsul masuk koran
Gambar 56: Kesedihan Bu Bambang atas tertangkapnya Syamsul
Gambar 55 menampilkan Pak Bambang membawa koran yang berisi berita tentang tertangkapnya Syamsul dengan marah-marah dan menunjukan kepada Bu Bambang. Gambar 56 menampilkan Bu Babang bersama Nadia yang membaca berita tentang tertangkapnya Syamsul kemudian menangis semerta Pak Bambang dan kakaknya sangat marah.
Transformasi dari novel ke film untuk menggambarkan bagian ini tidak sama tanpa perbedaan yang mencolok. Tabel 27. Kedatangan Nadia ke kantor polisi No. Novel No. CN SF 45. Kedatangan Nadia ke kantor 33. polisi untuk menemui Syamsul dan menjamin Syamsul.
Film Kedatangan Nadia ke kantor polisi untuk menemui Syamsul dan menjamin Syamsul.
(71.) “…Ketika Nadia mengajak Syamsul untuk pulang ke Pekalongan, Syamsul menolak.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 114) Pada kutipan 71 diceritaan Syamsul yang dikunjungi oleh Nadia, keterkejutan Nadia melihat Syamsul serta Nadia yang membebaskan Syamsul dengan uang jaminan. Syamsul yang telah bebas dibujuk Nadia untuk pulang karena dia telah berjanji sebelumnya. Namun Nadia tidak berhasil membujuknya.
Gambar 57: Kedatangan Nadia di Kantor Polisi
Gambar 58: Syamsul berlari menaiki bus
Gambar 57 menggambarkan Syamsul yang dikunjungi oleh Nadia, keterkejutan Nadia melihat Syamsul serta Nadia yang membebaskan Syamsul dengan uang jaminan. Gambar 58 digambarkan Syamsul yang telah bebas dibujuk Nadia untuk pulang karena dia telah berjanji sebelumnya. Namun Nadia tidak berhasil membujuknya.
Penceritaan dalam novel yang menggambarkan kedatangan Nadia ke kantor polisi, Nadia yang membebaskan Syamsul dan kepergian Syamsul lagi ditransformasikan sama ke dalam film.
Tabel 29: Kedatanga Zizi ke rumah Syamsul No. CN 46.
Novel
No. SF Kedatangan Zizi ke kantor 34. polisi untuk menghilangkan rasa penasarannya.
47.
Perbincangan Nadia dan ibunya mengenai Syamsul yang pergi setelah dijamin oleh Nadia. Kedatangan Zizi ke rumah Syamsul.
Film Perbincangan Nadia dan ibunya mengenai Syamsul yang pergi setelah dijamin oleh Nadia. Kedatangan Zizi ke rumah Syamsul.
(72.) “Zizi sampai di Polsek Tugu tepat saat azan ashar berkumandang...” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 115) Kutipan 72 mengambarkan kedatangan Zizi ke kantor polisi untuk memastikan keberadaan Syamsul. (73.) “Yang ditahan itu ya memang Syamsul. Tapi… telah kabur dari tahanan setelah ditebus Nadia. Setelah itudia malah kabur, ndk tau kemana.” Jelas Bu Bambang jujur.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 117) Kutipan 73 menggambarkan tentang kedatangan Zizi ke rumah Syamsul untuk menyampaikan bahwa dia telah mengunjungi kantor polisi tersebut tetapi ternyata yang di tahan bukan Syamsul. Namun, ibu dan Nadia menjelsakan kalau yang ditahan itu memang Syamsul tetapi dia kembali pergi setelah ditebus Nadia.
Gambar 59: Kedatang Zizi ke rumah Syamsul Gambar 59 menampilkan kedatangan Zizi kerumah Syamsul. Zizi kemudian menjelaskan kepada Nadia dan Ibunya bahwa dia telah pergi ke Polsek Semarang dan ternyata bukan Syamsul yang ditangkap. Nadia dan ibunya kemudian menjelaskan bahwa Syamsullah yang ditangkap dan kemudian dia pergi lagi. Pada proses transformasi, bagian kepergian Zizi ke kantor polisi tidak ditransformasikan dari novel ke film. Tetapi, dalam proses transformasinya kepergia Nadia untuk mencaritahu kebenaran kakaknya yang berada dalam berita tertangkapnya seorang pencuri di transformasikan sama dari novel ke film.
Tabel 30: Syamsul tiba di Jakarta No. CN 48. (74.)
Novel Syamsul tiba di Jakarta.
No. SF 35.
Film Syamsul tiba di Jakarta.
“Ini Lebak Bulus ya Mas? “Iya ini Lebak Bulus.” Jawab kernet itu. (Dalam Mihrab Cinta, hal. 119) Pada kutipan 74 diceritakan keberadaan Syamsul yang datang ke Jakarta
dan menanyakan kebenaran Lebak Bulus kepada kernet bus.
Gambar 60: Kota Jakarta Gambar 60 ditampilkan keadaan Kota Jakarta dan patung Abang None Jakarta yang menjadi salah satu icon penanda Kota Jakarta. Proses transformasi dari novel ke dalam film berbeda. Dalam novel diceritakan Syamsul yang baru sampai di Jakarta menanyakan kebenaran tempat dimana dia berada saat itu. Namun, ketika ditransformasikan ke dalam film bagian tersebut digantikan dengan deskripsi keadaan Kota Jakarta.
Tabel 31: Syamsul mendapatkan rumah kontrakan No. CN 50.
Novel
No. SF Syamsul mendapatkan rumah 37. kontrakan.
Film Syamsul mendapatkan rumah kontrakan.
(75.) “Jadilah ia menyewa rumah petak itu. Sejak saat itu dia tinggal disebuah perkampungan yang berhimpitan dengan perumahan yang terletak di kawasan Parung Barat. Tidak begitu jauh dari Ciputat dan Lebak Bulus, Jakarta Selatan.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 124) Kutipan 75 menceritakan Syamsul yang menyewa sebuah rumah kontrakan dibantu oleh Pak Abbas pengurus musholla Al Ikhlas. Rumah tersebut terletak di Parung Barat.
Gambar 61: Syamsul meyewa sebuah rumah
Gambar 61 memperlihatkan Syamsul yang baru saja mengontrak sebuah rumah dan mengucapkan terima kasih kepada pak Abbas. Tabel 32: Syamsul yang terus mencari pekerjaan No. CN 51.
Novel Syamsul pekerjaan hidupnya.
No. SF terus mencari 38. untuk biaya
Film Syamsul pekerjaan hidupnya.
terus mencari untuk biaya
(76.) “…Ia mencoba masuk ke sebuah bengkel mobil. Ia melamar. Manajer bengkel meminta ijazah STM. Ia tidak punya…” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 126) Kutipan 76 menceritakan tentang usaha Syamsul melamar pekerjaan. Setelah ditolak dibeberapa tempat, Syamsul mencoba untuk melamar pekerjaan di sebuah bengkel mobil. Namun karena prasyaratnya adalh ijazah STM dan dia tidak memilikinya sehingga ia tidak bisa bekerja di bengkel tersebut.
Gambar 62: Syamsul melamar pekerjaan disebuh tempat pencucian mobil
Pada gambar 62 ditampilkan Syamsul yang sedang mencari pekerjaan. Setelah beberapa tempat yang ia datangi tidak ada lowongan pekerjaan untuknya, maka dia mendatangi sebuah tempat pencucian mobil. Tetapi, halyang sama terjadi dia tidak mendapatkan pekerjaan di tempat itu. Pada proses transformasinya terdapat perubahan. Dalam novel diceritakan Syamsul melamar ke bengkel namun tak diterima karena Syamsul tak memiliki ijazah STM. Ketika bagian ini ditransformasikan ke dalam film perubahan tempat dimana Syamsul melamar kerja terlihat. Dalam film Syamsul ditampilkan melamar kerja di tempat pencucian mobil.
Tabel 33: Pertemuan Syamsul dan Silvie No. CN 53.
Novel
No. SF Pertemuan Syamsul dengan 40. Silvie yang menjadi korban pencopetan Syamsul di Kopaja.
Film Pertemuan Syamsul dengan Silvie yang menjadi korban pencopetan Syamsul di Kopaja.
(77.) “Seorang gadis cantik berjilbab hijau muda nampak janggung berjalan ke arah Kopaja yang sedang berhenti. Gadis itu masuk ke dalam Kopaja. Syamsul tersenyum. Kedua matanya di balik kacamata hitamnya berbinar. Ia telah menemukan mangsa empuk. Dengan tenang Syamsul melangkah menuju Kopaja itu dan naik mengikuti gadis itu.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 129-130)
Kutipan 77 menceritakan Syamsul yang telah menjadi pencuri professional melihat seorang gadis yang menaiki Kopaja sebagai mangsanya. Syamsul kemudian berhasi mencuri dompet gadis itu. Dia lalu pulang ke rumah kontrakkannya. Dia kemudian melihat isi dompet tersebut dan kaget ketika melihat foto Burhan bersama gadis itu. Dia lalu teringat pada Damayanti. (78.) “…Ia ingat Burhan sudah serius dengan Damayanti. Santriwati dari Tulungagung. Putri seorang kepala KUA....” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 130) Kutipan 78 menggambarkan pikiran tokoh Syamsul yang kembali mengingat bahwa Burhan telah serius dengan seorang santiwati Tulungagung yang bernama Damayanti.
Gambar 63: Syamsul mengikuti gadis berjilbab hijau muda menaiki Kopaja
Gambar 63 menampilkan tokoh Syamsul yang sedang mengikuti seorang gadis berjilbab hijau muda yang kelihat canggung naik ke Kopaja. Dia beranggapan gadis tersebut merupakan korban yang seuai untuk dia copet.
Gambar 64: Burhan seorang yang Playboy
Gambar 64 menampilkan pikiran tokoh Syamsul ketika melihat foto gadis yang menjadi kotban pencuriannya dengan Burhan. Syamsul teringat perkataan Burhan yang memuji kecantikan Silvie dan menanyakan soal Damayanti. Sifat playboy Burhan tampak pada bagian ini. Pada proses transformasinya, penceritaan tentang gadis berjilbab hijau muda yang menjadi korban pencurian Syamsul dalam novel ditransformasikan sama ke dalam film. Perbedaan muncul ketika pikiran Syamsul mengenai keburukan Burhan dan sifat playboy Burhan yang ada dalam novel dan ditransformasikan ke dalam film.
Tabel 34: Syamsul menjadi guru ngaji dan perkenalan Syamsul dan Silvie No. CN 56.
Novel
No. SF Kedatangan Syamsul ke rumah 43. Pak Broto. Syamsul melamar menjadi guru ngaji Della dan diterimah oleh Pak Broto.
60.
Pertemuan antara Syamsul dan Silvie di rumah Della ketika Syamsul baru selesai mengajar Della.
Film Kedatangan Syamsul ke rumah Pak Broto. Syamsul melamar menjadi guru ngaji Della dan diterimah oleh Pak Broto. Pertemuan Silvie dan Syamsul di rumah Della.
Penceritaan yang sama juga terjadi pada transformasi dari novel ke film tetang Syamsul yang datang ke rumah Pak Broto untuk melamar menjadi guru ngaji Della. Tetapi, ada beberapa perbedaan yang terlihat ketika transformasi dari bentuk novel ke dalam bentuk film terjadi. Dalam novel tokoh Syamsul hanya disambut oleh Pak Broto sedangkan dalam film visualisasinya menunjukan kehadiran tokoh Ibu Broto. Tokoh Ibu Broto ini dihadirkan untuk melengkapi dan menjelaskan bagian dimana Della
sebenarnya telah memiliki guru ngaji tetapi berhenti karena akan menikah. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada kutipan 79 dan gambar 65 di bawah ini. (79.)
“Dengan tenang ia masuk. Tak lama seorang lelaki gemuk bersarung dan berbaju koko keluar.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 133)
Gambar 65: Pak Broto dan Ibu Broto
Syamsul kemudian menjadi guru ngaji Della setelah berhasil memukau Della dengan nyanyiannya. Hal ini diceritakan dalam novel dan film namun lagu yang dinyanyikan Syamsul berbeda. Dalam novel Syamsul menyayikan lagu daerah sementara dalam film, Syamsul menyanyikan sebuah lagu islam. Penceritaan tentang perkenalan Silvie dan Syamsul mengalami perbedaan ketika ditransformasikan dari bentuk novel ke dalam bentuk film. Dalam
novel
perkenalan antara tokoh Silvie dan Syamsul terjadi pada saat Syamsul sedang menceritakan sebuah kisah islami di akhir pembelajaran kepada Della. Ketika Syamsul telah selesai menceritakan kisah tersebut Della menginginkan agar Syamsul bercerita lagi, namun karena waktu telah selesai Syamsul kemudian tidak menurutinya. Tiba-tiba Silvie datang dan diperkenalkan oleh Della kepada Syamsul. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan 80 di bawah ini.
(80.)
“Mbak Silvie-mabak Silvie, kenalkan Della sudah punya ustadz baru. Ustadz Della pinter ngaji, pinter nyanyi dan pinter cerita…” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 141)
Hal berbeda terlihat pada saat transformasi ke dalam bentuk film. Dalam film ditampilkan pada saat Syamsul melamar kerja menjadi ustdz Della saat itulah mereka berdua bertemu dan diperkenalkan oleh Della. Saat itu Silvie baru saja tiba untuk mengajar Della matematika. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 66 dan 67 di bawah ini.
Gambar 66: Kedatangan Silvie Gambar 67: Pak Broto memperkenalkan di rumah Della Silvie kepada Syamsul Tabel 35: Syamsul mulai kuliah No. CN 61.
Novel
No. SF
Film
Syamsul mulai kuliah di Sekolah Tinggi Agama Islam Swasta.
(81.) “…Dan untuk menambah ilmu serta menguatkan statusnya, Syamsul masuk kuliah di sebuah Sekolah Tinggi Agama Islam swasta. Dengan begitu statusnya adalh mahasiswa...” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 149) Kutipan 81 menceritakan tentang Syamsul yang mulai masuk kuliah disebuah Sekolah TInggi Agama Islam swasta agar statusnya sebagai guru ngaji Della lebih memiliki dasar. Namun, dalam proses transformasi dari novel ke dalam film bagian penceritaan tentang Syamsul sebagai mahasiswa tidak ditransformasikan.
Tabel 36: Kepercayaan Pak Broto terhadap Syamsul No.
Novel
No.
CN 62.
Film
SF Kepercayaan
Pak
Broto 51.
terhadap Syamsul.
Kepercayaan
Pak
Broto
terhadap Syamsul.
Dalam transformasinya dari bentuk novel ke dalam bentuk film, bagian ini diceritakan dengan porsi yang sama. Syamsul yang sedang berbicang dengan Pak Broto mengenai kemajuan Della kemudian diberikan kepercayaan untuk memberikan sumbangan dari Pak Broto kepada orang-orang yang membutuhkan. Hal ini membuat ia sadar bahwa dia dianggap orang baik oleh Pak Broto. Tabel 37: Syamsul bertobat No. CN 63.
64.
Novel Malam hari di musholla Syamsul berdoa dan menyesali segala perbuatannya dan bertobat atas apa yang dia lakukan selama ini. Di Pekalongan, ibu Syamsul menangis dan berdoa untuk Syamsul dan keluarga saat sholat tahajut.
No. SF 52.
Film Malam hari di musholla Syamsul berdoa dan menyesali segala perbuatannya dan bertobat atas apa yang dia lakukan selama ini.
Transformasi dari bentuk novel ke dalam bentuk film untuk bagian ini diceritakan secara seimbang dan sama. Dalam novel dan film diceritakan tokoh Syamsul yang sedanga berada dalam musholla kemudian merenungi perbuatannya dan memohon ampun serta bertobat atas semua yang telah dilakukannya. Penceritaan yang tidak ditransformasikan dalam bentuk film adalah saat ibunya sedang sholat tahajjut dan memohon untuk keselamat Syamsul dan keluarganya.
Tabel 38: Pertemuan Syamsul dengan Dr. Fathul Hadi
No. CN 65.
Novel
No. SF
Film
Pertemuan Syamsul dengann Dr. Fathul Hadi di perpustakaan kampus.
(82.) “Di dalam perpustakaan ia hanya menjumpai satu orang saja yang sedang sibuk membaca sebuah kitab berbahasa Arab. Dan orang itu adalah orang yang paling ia kagumi di kampus itu. Orang itu adalah Dr. Fathul Hadi, dosen hadis merangkap dosen peradaban Islam. Dia orang yang ‘alim dan rendah hati.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 152) Pada kutipan 82 di atas diceritakan awal pertemuan antara Syamsul dan Dr. Fathul Hadi dosen yang dikagumi oleh Syamsul. Namun, dalam proses transformasinya dari novel ke film bagian ini tidak ditransformasikan ke dalam film.
Tabel 39: Perbincangan Syamsul dan Pak Heru mengenai Burhan No. CN 70.
Novel
No. SF Perbincangan Syamsul dan 53. Pak Heru mengenai Burhan.
(83.)
Film Perbincangan Syamsul dan Pak Heru mengenai Burhan.
“Sabar dulu pak. Tunggu saya selesai berbicara. Setahu saya Burhan Faishal itu sudah serius bertunangan dengan seorang santriwati namanya Damayanti binti Utsman. Santriwati asal Tulungagung. Saya tahu persis. Sayang saya tidak punya foto mereka berdua. Yang jelas di kalangan para santri dia dikenal sebagai pemuda playboy.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 171)
Pada kutipan 83 diceritakan Syamsul yang berbicara dengan Pak Heru tentang Burhan, kemudian memberitahukan keburukan Burhan dengan syarat Pak Heru tidak akan mengatakan identitasnya kepada Burhan.
Gambar 68: Perbincangan Syamsul dan Pak Heru mengenai Burhan Pada gambar 68 terlihat pembicaraan antara Pak Heru dan Syamsul mengenai Burhan. Syamsul kemudian mengatakan kepada Pak Heru ingin memberitahukan sesuatu tentang Burhan asalkan Pak Heru tidak akan mengatakan jati dirinya sebagai orang yang menyampaikan berita tersebut kepada Pak Heru. Proses transformsi dari novel ke film mengalami beberapa perubhaan. Dalam novel diceritakan Syamsul memberitahukan kepada Pak Heru mengenai segala hal yang dia tau berkaitan dengan Burhan dan Damayanti. Namun, ketka ditransformasikan ke dalam bentuk film hanya digambarkan pembicaraan antara Pak Heru dan Syamsul mengenai Burhan dan perjanjian Pak Heru dan Syamsul tetapi apa yang dikatakan Syamsul mengenai Burhan tidak disampaikan.
Tabel 40: Pertemuan antara keluarga Silvie dan keluarga Damayanti No. CN 71.
Novel
No. SF Kedatangan Pak heru ke rumah 54. kontrakan Syamsul untuk memberitahukan masalah Burhan. Pak Heru juga mengundang Syamsul untuk mampir ke rumahnya.
Film Deskripsi rumah Damayanti, dimana Silvie dan kedua orang tuannya berbincang dengan Damayanti dan kedua orang tuanya mengenai keburukan Burhan.
(84.) “Saya sudah ke Tulungagung Ustadz. Saya sudah bertemu dengan Pak Utsman. Apa yang Ustadz samapaikan benar. Pak Utsman bercerita panjang lebar tentang hubungan putrinya dengan Burhan.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 172)
Pada kutipan 84 diceritakan kedatangan Pak Heru ke rumah Damayanti dan berbicara dengan orang tua Damayanti mengenai hubungan Damayanti dan Burhan disampaikan saat Pak Heru datang mengunjungi Syamsul di rumah kontrakannya.
Gambar 69: Pertemuan keluarga Damayanti dan keluarg Silvie
Pada gambar 69 ditampilkan pertemuan antara keluarga Silvie dan keluarga Damayanti untuk membicarakan masalah Burhan. Keluarga Silvie sangat kaget dengan penceritaan keluarga Damaynati tentang keburukan Burhan. Dalam proses transformasinya, penceritaan bagian ini sangat berbeda. Dalam novel bagian tentang pertemuan keluarga Silvie dan keluarga Damayanti hanya diceritakan sepintas. Namun, ketika penceritaan novel ini ditransformasikan ke dalam bentuk film terlihat gambar pertemuan antara kedua keluarga ini untuk membahas keburukan Burhan.
Tabel 41: Kiai Miftah, Zizi dan Lurah Pondok mendatangi rumah Syamsul. No.
Novel
CN 69.
No.
Film
SF Kedatangan Kiai Miftah, Zizi 55.
Kedatangan Kiai Miftah, Zizi
dan Lurah pondok ke rumah
dan Lurah pondok ke rumah
Syamsul.
Syamsul.
Dalam novel dan film penceritaan tentang bagian ini sama. Penceritaan tentang kedatangan Kiai Miftah, Lurah pondok serta Zizi kerumah Syamsul yang diterimah oleh keluarga Syamsul untuk menyampaikan kesalahpahamana yang selam ini terjadi dan untuk meminta maaf atas tuduhan yang telah diberikan kepada Syamsul. Tabel 42: Syamsul berceramah di masjid Baitul Makmur No.
Novel
No.
CN 76.
Film
SF Syamsul dimintai Pak Yahyah 57.
Syamsul berceramah di masjid
untuk menggantikan Ustadz
Baitul
Faridi berceramah di masjid
Syamsul dengan Pak Doddy.
Baitul
Makmur.
Makmur.
Pertemuan
Pertemuan
Syamsul dengan Pak Doddy. (85.) “Begini, nanti malam kan pengajian rutin. Kebetulan temanya menyambut bulan suci Ramadhan. Lha sayangnya Ustadz Faridi yang menjadi pembicara tidak bisa hadir. Tolosng Ustadz gantikan ya?” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 183) Pada kutipan 85 di atas diceritakan Pak Yahyah meminta Syamsul untuk mengisi pengajian rutin karena Ustadz Faridi yang biasa mengisi pengajian rutin tersebut tidak hadir. Karena bujukan Pak Yahyah akhirnya Syamsul mengisi acara pengajian tersebut.
Gambar 70: Syamsul yang mengisi pengajian di Masjid Baitul Makmur
Pada gambar 70 di atas ditampilkan tokoh Syamsul yang sedang mengisi acara pengajian di Masjid Baitul Makmur. Dalam film langsung ditampilkan Syamsul yang berceramah di depan para jamaah Masjid Baitul Makmur.
(86.) “Syamsul menerima kartu nama itu dengan hati diliputi rasa syukur kepada Allas Swt. Syamsul lalu melangkah ke halaman masjid dan menaiki motornya…” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 186) Pada kutipan 86 diceritakan setelah tokoh Syamsul member ceramah, dia ditemui oleh seorang direktur program acara sebuah TV swasta yang tertarik dengan gaya berceramah Syamsul. Namanya Pak Doddy Alfad. Dia memberikan kartu namanya kepada Syamsul dan mengajak Syamsul untuk mengisi program acaranya tersebut.
Gambar 71: Syamsul menerima kartu nama dari Pak Doddy Alfa
Gambar 71 di atas menampilkan tokoh Syamsul yang menerima kartu nama yang diberikan Pak Doddy Alfa yang mengajaknya untuk mengisi program acara di stasiun TV swasta tempatnya bekerja. Proses transformasi dari novel ke film pada penceritaan ini hampir semuanya sama. Perbedaan yang ada, dalam novel diceritakan Syamsul mengisi acara pengajian di Masjid Baitul Makmur atas permintaan Pak Yahyah untuk menggantikan Ustadz Faridi yang tidak bisa hadir. Sedangkan, ketika penceritaan
tersebut ditransformasikan ke dalam film langsung pada tokoh Syamsul yang sedang mengisi ceramah di Masjid Baitul Makmur.
Tabel 43: Syamsul mengisi acara seminar di Fakultas Ekonomi UI No.
Novel
No.
CN 79.
Film
SF Kedatangan Syamsul ke rumah Dr.
Fathul
Hadi.
Syamsul
kemudian pergi ke Fakultas Ekonomi UI untuk mengisi seminar
seperti
permintaan
Silvie.
Pada bagian ini diceritakan Silvie meminta Syamsul untuk mengisi seminar yang akan dilaksanakan fakultas Ekonomi UI. Hal tersebut karena Ustadz Faridi yang sebenarnya akan menjadi pemateri tiba-tiba tidak bisa hadir. Dengan bujukan Silvie akhirnya Syamsul megiyakan hal tersebut. Sebelum ke fakultas ekonomi UI, Syamsul terlebih dahulu ke rumah Dr. Fathul Hadi untuk meminta petunjuk. Setelah itu dia langsung berangkat ke fakultas ekonomi UI untuk memberikan seminar. Bagian penceritaan ini dalam novel tidak ditransformasikan ke dalam film.
Tabel 44: Syamsul menjadi penceramah yang populer No.
Novel
No.
CN 85.
Film
SF Sejak Syamsul berceramah di 58.
Deskripsi Syamsul yang baru
masjid
Baitul
Makmur,
selesai syuting acara ceramah
Syamsul
banyak
mendapat
di EduTV.
panggilan ceramah. Syamsul yang baru selesai syuting di EduTv
kemudian
dijemput
panitia Tabligh Akbar masjid Al-Firdaus temapat dimana dia akan berceramah. 59.
Syamsul
yang
baru
saja
menerima terlfon kemudian menulis agenda di catatan agendanya. menjadi popular
Syamsul
telah
penceramah
yang
dan
banyak
mendapatkan panggilan untuk ceramah. 60.
Deskripsi
Syamsul
yang
mengisi ceramah di Tabligh Akbar
Jamaah
Masjid
Al
Firdaus. (87.) “Sejak Syamsul mengisi ceramah dengan sangat mengesankan di Masjid Baitul Makmur, Vila Gracia, namanya sudah banyak diceritakan oranag, terutama dikalangan ibu-ibu majelis taklim. Promosi dari mulut ke mulut membuat Syamsul nyaris kewalahan menerima undangan yang berdatangan.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 211) Pada kutipan 87 di atas diceritakan Syamsul menjadimintanyadi penceramah terkenal setelah Syamsul berceramah di masjid Baitul Makmur. Kesibukannya tersebut juga ditandai dengan semakin padatnya permintaan untuk mengisi ceramah yang.
(88.) “Syamsul diajak naik mobil sedan Camry. Sejurus kemudian sedan itusudah meluncur di jalan raya menuju Masjid Al Firdaus Jagakarsa, diamna tablik akbar dilaksanakan.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 212) Pada kutipan 88 di atas, diceritakan Syamsul dijemput dua orang panitia pelaksana kegiatan takbir akbar di stasiun EduTv setelah Syamsul selesai syuting.
Gambar 72: Gambar buku catatan Syamsul
Pada gambar 71 di atas menggambarkan kesibukan syamsul. Syamsul menerima telfon setelah menerima telfon Syasul langsunng mencatatat hal tersebut.
Gambar 73: Syamsul sedang mengisi
Gambar 74: Masjid Al Firdaus.
Pada gambar 72 ditampilkan tokoh Syamsul yang baru selesai melaksanakan program barunya yaitu ceramah pagi. Para jamaah pun satu per satu datang untuk berjabat tangan dengan dia. Pada gambar 73 menggambarkan tempat dimana Syamsul akan berceramah. Dalam proses transforamsi dari novel ke film bagian ini diceritakan hampir serupa. Namun, dalam novel semua kegitan Syamsul yang telah disebutkan di atas diceritakan secara jelas dan runtun kronologi penceritaannya. Ketika penceritaa-penceritaan tersebut ditransformasikan ke dalam film maka yang ditampilkan adalah cuplikan-cuplikan yang menandai kegiatan-kegitan Syamsul.
Tabel 45: Kedatangan Burhan dan keluarganya di Villa Gracia No.
Novel
CN 81.
No.
Film
SF Syamsul yang kembali menjadi 67.
Syamsul yang kembali menjadi
imam di masjid Baitul Makmur
imam di masjid Baitul Makmur
melihat Burhan dan keluarganya
melihat Burhan dan keluarganya
memasuki masjid.
memasuki masjid.
(89.) “Azan maghrib dikumandangkan dan Syamsul kembali di daulat menjadi imam. Ketika ia meluruskan barisan ia kaget.Sepintas ia melihat Burhan masuk masjid diikuti oleh keluarganyy.” (Dalam Mihrab Cinta, hal (96-197)
Gambar 75: Pertemuan kembali Syamsul dan Burhan
Pada gambar 75 ditampilkan tokoh Syamsul yang kembali di daulat menjadi imam. Ketika akan meluruskan barisan Syamsul melihat Burhan. Pada proses transformasinya, penceritaan bagian ini diceritakan sama antara novel yag diengan film yang ditransformasikan dari novel. Proses transformasi yang terjadi pada bagian ini adalah, dalam novel diceritakan Syamsul yang menjadi imam dikejutkan dengan kedatangan Burhan dan keluarg di Masjid Baitul Makmur hal yang sama juga tergambar ketika novel ini ditransformasikan ke dalam bentuk film.
Tabel 46: Pertemuan kembali Burhan dan Syamsul No.
Novel
No.
CN 82.
Film
SF Pertemuan dan
kembali
Burhan
setelah
Syamsul 68. sholat
Pertemuan dan
kembali
Burhan
setelah
Syamsul sholat
berjamaah di halaman masjid
berjamaah di halaman masjid
Baitul Makmur.
Baitul Makmur.
(90.) “Hai maling, gimnan ceritanya kau bisa jadi imam di sini? Apa sah sholatnya makmum yang diimami seorang penjahat? Nanti kalau aku jadi
orang sini sebaiknya kau angkat kaki sebelum diusir dengan tidak hormat kedua kali!?” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 197-198) Pada kutipan 90 di atas, diceritakan pertemuan kembali antara Burhan dan Syamsul di halaman masjid. Burhan kemudian memancing emosi Syamsul dengan hinaan-hinaannya. Syamsul sempat terpancing dengan Burhan, tetapi suara lembut Della merendahkan kembali amarahnya. Della yang membisikan sesuatu mengenai Silvie kemudian dijadikan Syamsul senjata untuk membalas Burhan. Dan bisa ditebak akhirnya, Burhan yang penasaran merasa mara dan ingin cepatcepat bertemu Silvie untuk menanyakan semuanya.
Gambar 76: Pertemuan kembali Syamsul dan Burhan di lingkungan masjid.
Pada gambar 76 di atas, diceritakan pertemuan kembali antara Burhan dan Syamsul di halaman masjid. Burhan kemudian memancing emosi Syamsul dengan hinaan-hinaannya. Syamsul sempat terpancing dengan Burhan, tetapi suara lembut Della merendahkan kembali amarahnya. Della yang membisikan sesuatu mengenai Silvie kemudian dijadikan Syamsul senjata untuk membalas Burhan. Dan bisa ditebak akhirnya, Burhan yang penasaran merasa mara dan ingin cepatcepat bertemu Silvie untuk menanyakan semuanya.
Dalam proses transformasinya, penceritaan mengenai bagian pertemuan kembali Burhan dan Syamsul dalam novel tetap mendapatkan penceritaan yang sama ketika ditransformasikan ke dalam film.
Tabel 47: Penolakan Lamaran Burhan No.
Novel
No.
CN 83.
Film
SF Penolakan lamaran Burhan dan keluarga
oleh
Silvie
69.
dan
Penolakan lamaran Burhan dan keluarga
keluarganya.
oleh
Silvie
dan
keluarganya.
Hal yang sama juga terjadi pada alur ini. Pada proses transformasinya dari novel ke dalam bentuk film, alur ini mendapatkan porsi penceritaan yang sama antara novel dan film. Diceritakan Burhan yang datang bersama dengan keluarganya untuk melamar Silvie kemudian ditolak oleh keluarga Silvie. Burhan yang tidak terima penolakan tersebut kemudian menjelek-jelekan Silvie. Silvie yang tidak terima selanjutnya menceritakan dan memberikan bukti tentang kebusukan Burhan. Burhan yang tidak menerima dihina langsung menampar Silvie. Akhirnya Burhan diamankan oleh satpam.
Tabel 48: Kejujuran Syamsul No.
Novel
No.
CN 84.
Film
SF Kejujuran
Syamsul
kepada
Silvie mengenai masa lalunya.
70.
Kejujuran
Syamsul
kepada
Silvie mengenai masa lalunya.
Transformasi dari novel ke dalam bentuk film untuk penceritaan alur ini juga tidak berbeda. Syamsul yang bertemu dengan Silvie di rumah Della ketika dia datang untuk mengajar Della dan Silvie yang baru akan pulang setelah mengajar Della. Syamsul kemudaian memanggil Silvie untuk menyampaikan keprihatinannya atas masalah yang menimpa Silvie semalam yang di dengarnya
dari satpam. Dia juga menceritakan semua dari awal apa yang menjadi sebab kedatangannya ke komplek Villa Gracia tersebut. Silvie yang masih terlihat kaget dan seperti tidak percaya dengan pengakuan Syamsul kemudian berlari pergi dan pulang ke rumahnya.
Tabel 49: Syamsul Menelfon Nadia No.
Novel
No.
CN 87.
Film
SF Syamsul menelfon Nadia dan pesantren
Al
memberitahukan
Furqan mereka
71.
Syamsul menelfon Nadia untuk
untuk
memberitahukan agar mereka
agar
sekeluarga menonton ceramah
menonton ceramah pagi di EduTv.
pagi di EduTv.
(91.) “Tanggal 8 Ramdhan ia menelpon Nadia adiknya. Ia meminta untk menonton cermah pagi di EduTV jam lima pagi.” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 217) (92.) “Kang tolong besok seluruh santri diminta nonton cermah siaran ruhani di EduTV jam lima pagi. Pengisinya kalau tidak salah seorang ustadz alumi pesantren kit…” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 217) Pada kutipan 91 Syamsul menelfon Nadia untuk memberitahukan kepada seluruh keluarga untuk menonton ceramah pagi di EduTV yang akan diisi oleh dirinya. Kutipan 92 diceritakan Syamsul juga menlfon pesantren Al Furqan untuk memberitahukan hal yang sama.
Gambar 77: Nadia yang menerima telfon dari Syamsul
Pada gambar 75 di atas, ditampilkan Nadia yang sedang menerima telfon dari Syamsul yang memberitahukan kepada Nadia agar memberitahukan kepada seluruh keluarga untuk menonton ceramah pagi di EduTV. Syamsul juga menyampaikan bahwa insyallah dia akan tampil pada acarah ceramah tersebut. Dalam proses transformasinya dari novel ke film, penceritaan tentang Syamsul yang menelfon Nadia ditransformasikan sama ke dalam film. Perbedaannya adalah, bagian dimana Syamsul juga menelfon pihak pesantren tidak ditransformasikan ke dalam film.
Tabel 50: Penampilan Syamsul di EduTv No.
Novel
No.
CN 88.
Film
SF Suasana
haru
saat
keluarga
Syamsul
dan
para
pengurus
Syamsul dan para pengurus
pesantren Al Furqan menonton
pesantren Al Furqan menonton
Syamsul
Syamsul
yang
sedang
72.
Suasana haru saat keluarga
yang Silvie
sedang
berceramah. Silvie yang ditemani
berceramah.
yang
orang tuanya juga menonton
ditemani orang tuanya juga
Syamsul
yang
sedang
menonton Syamsul yang sedang
berceramah. Ketertarikan Silvie
berceramah. Ketertarikan Silvie
kepada Syamsul diketahui oleh
kepada Syamsul diketahui oleh
rang tuanya.
orang tuanya.
Transformasi bagian ini dari novel kedalam bentuk film masi mendapat porsi penceritaan yang sama. Pagi harinya keluarga besar Syamsul begitu terharu menyaksikan Syamsul yang sedang berceramah di EduTv. Hal serupa juga terjadi di pesantren AL Furqan. Keharuan dan kebahagaian tergambar di wajah mereka ketika menyaksikan Syamsul yang sednag berceramah. Hal berbeda timbul di rumah Slvie. Silvie bersama dengan kedua orang tuanya sedang menyaksikan Syamsul yang sedanga berceramah di TV. Seketika Silvie mulai memuji Syamsul dan ketertarikan Silvie terhadap Syamsul nampak jelas diwajahnya. Orang tuanya yang melihat hal tersebut kemudian memutuskan untuk melamarkan Syamsul buat Silvie.
Tabel 51: Kedatangan Ibu, Nadia, Zizi, Kiai Miftah dan Lurah Pondok No. Novel No. Film CN 90.
91.
SF Syamsul yang sedang mengajar
74.
Syamsul yang sedang mengajar
anak-anak mengaji dikagetkan
anak-anak mengaji dikagetkan
dengan
dan
dengan kedatangan Ibu dan
Nadia yang juga diikuti Zizi. Zizi
Nadia yang juga diikuti Zizi.
kemudian menyampaikan bahwa
Zizi kemudian menyampaikan
Kiai Miftah dan Lurah Pondok
bahwa Kiai Miftah dan Lurah
juga datang bersama dengan
Pondok juga datang bersama
mereka.
dengan
kedatangan
Pertemuan
Ibu
antara
mereka.
Pertemuan
Syamsul dengan Kiai Miftah dan
antara Syamsul dengan Kiai
Lurah Pondok.
Miftah dan Lurah Pondok.
Syamsul bersama dengan Ibu, Nadia, Zizi, Kiai Miftah dan
75.
Syamsul bersama dengan Ibu, Nadia, Zizi, Kiai Miftah dan
Lurah
Pondok
bincang
di
rumah
berbincangSyamsul.
Lurah
Pondok
bincang
di
rumah
berbincangSyamsul.
Orang tua Silvie datang diikuti
Orang tua Silvie datang diikuti
oleh Kiai Miftah, Lurah Pondok,
oleh Kiai Miftah, Lurah Pondok,
Zizi dan Nadia yang berpamitan
Zizi dan Nadia yang berpamitan
untuk pulang. Kesedihan Zizi
untuk pulang. Kesedihan Zizi
mendengar Syamsul yang telah
mendengar Syamsul yang telah
dilamar orang tua Silvie.
dilamar orang tua Silvie.
Hal yang sama juga terjadi pada penceritaan alur yang ditransformaiskan dari novel ke dalam bentuk film. Syamsul yang sedang mengajar anak-anak mengaji didatangi seorang anak yang menunjukan bahwa ada seseorang yang mencarinya di serambi musholla. Syamsul bangkit dan keluar untuk melihatnya. Syamsul sangat terkejut melihat kedatangan ibu dan adiknya Nadia. Rasa haru menyelimuti ruangan tersebut. Kemudian Zizi datang dan menyampaikan bahwa kakaknya dan lurah pondok juga ikut datang tetapi mereka masih belum berani untuk menemui Syamsul. Syamsul langsung pergi meuju tempat mereka. Suasaan haru juga terjadi saat itu dimana Kiai Miftah yang meminta maaf kepada Syamsul dan ingin mencium kaki Syamsul tetapi tidak diizinkan oleh Syamsul karena Syamsul telah memaafkan semua kesalahan mereka. Mereka kemudian berkumpul di rumah Syamsul. Tiba-tiba Pak Heru dan ibu Heru datang, bersamaan dengan itu Kiai Miftah, Lurah Pondok, Zizi, dan Nadia berpamitan untuk pulang. Ketika di jalan menuju mobil ternyata Zizi meulpakan tasnya. Saat itu Zizi yang ditemani Nadia kembali untuk mengambil tas tersebut. Saat didepan pintu Zizi tak sengaja mendengar pembicaraan Pak Heru yang datang untuk melamar Syamsul. Kesedihan Nampak jelas di wajahnya. Zizi kemudian langsung berbalik dan meminta Nadia untuk mengambilkan tasnya. Penceritaan dalam novel untuk bagian yang telah dijelaskan di atas ditransformasikan sama ke dalam film.
Tabel 52: Kedatangan Ibu Bambang dan Syamsul ke rumah Silvie No. Novel No. Film CN 93.
SF Kedatangan Bu Bambang dan Syamsul ke rumah Silvie untuk menyampaikan
jawaban
atas
lamaran keluarga Silvie. Mereka kemudian
merancang
tanggal
pernikahan Silvie dan Burhan. Silvie menginginkan pernikahan mereka dilaksanakan secepatnya.
Dalam novel diceritakan Syamsul membawa ibunya ke rumah Silvie untuk menjawab lamaran keluarga Silvie terhadpnya. Mereka kemudian menyusun rencana tanggal pernikahan Syamsul dan Silvie. Dalam penyusunan tersebut Silvie ingin pernikahannya segera dilaksanakan setelah lebaran Idul Fitri.
(93.)
“Tidak Pa. Silvie tidak setuju. Silvie ingin secepatnya. Lebih cepat lebih baik. Biar tidak jadi fitnah, benar tidak Mas Syamsul?...” (Dalam Mihrab Cinta, hal. 242) Pada kutipan 93 dijelaskan keingin Silvie untuk segera melaksanakan
pernikahan dirinya dengan Syamsul. Penceritaan bagian ini yang terdapat dalam novel tidak ditransformasikan ke dalam film.
Tabel 53: Persiapan pernikahan Syamsul oleh keluarga Syamsul No. Novel No. Film CN 96.
SF Nadia dan kedua orang tuanya di
Pekalongan
sedang
77.
Nadia dan kedua orang tuanya di
Pekalongan
sedang
mempersiapkan kain yang akan
mempersiapkan kain yang akan
dibagi kepada keluarga mereka
dibagi kepada keluarga mereka
dan keluarga Silvie. 95.
Syamsul
mengajak
besarnya
ke
dan keluarga Silvie. keluarga
Jakarta
78.
untuk
baju pengantin mereka ditemani
melamar Silvie secara resmi. Syamsul
dan
Silvie
mempersiapkan
Silvie dan Syamsul mencoba
oleh orang tua Silvie.
mulai
pernikahan
mereka. Undanga telah mereka sebar. Silvie dan Syamsul juga mencoba baju pengantin mereka ditemani oleh orang tua Silvie.
Persiapan pernikahan Silvie dan Syamsulpun dilakukan. Keluarga Syamsul di Pekalongan, Nadia, Bu Bambang dan Pak Bambang dengan penuh rasa bahagia mempersiapkan kain batik yang akan dibagi-bagikan kepada keluarga mereka dan keluarga Syamsul. Di Jakarta Syamsul dan Silvie bersama keluarga Silvie juga melakukan persiapan pernikahan tersebut. Syamsul dan Silvie ditemani orang tua SIlvie mencoba baju pengantin mereka di sebuah butik. Penceritaan tentang persiapan pernikahan Syamsul dan Silvie dalam novel ditransformasikan sama ke dalam film. Tabel 54: Kepergian Silvie ke Bogor No. Novel CN 98.
No. SF
Silvie berpamitan kepada kedua orang
tuanya
mengantar
untuk
undangan
79.
pergi
Silvie
mengalami
Silvie berpamitan kepada kedua orang
kepada
tuanya
mengantar
budenya di Bogor. 99.
Film
untuk
undangan
pergi kepada
budenya di Bogor. kecelakan
80.
Silvie
mengalami
kecelakan
mobil dalam perjalanannya ke
mobil dalam perjalanannya ke
Bogor.
Bogor.
Kecelakaan
merenggut nyawanya.
tersebut
Kecelakaan
merenggut nyawanya.
tersebut
Silvie yang memaksakan diri untuk mengantar undangan pernikahannya kepada budenya di Bogor seorang diri. Silvie yang memacu kendaraannya dalam perjalanan kemudian menelfon Syamsul yang sedang berada di lokasi syuting ceramah pagi. Saat pembicaraan tersebut Silvie tidak melihat kendaraan yang datang dari arah berlawanan, hal tersebut membuat Silvie terkejut dan tak mampu menguasai kendali mobilnya. Akhirnya Silvie menabrak sebuah warung dan terpental jauh. Mobil tersebut terbalik dan Silvie mengalami kecelakaan yang merenggut nyawanya. Syamsul yang sempat mendengar teriakannya sangat panik dan memanggilmanggil nama Silvie. Penceritaan tentang kecelakaan yang merenggut nyawa Silvie dalam novel ditransformasikan sama ke dalam film.
Tabel 55: Kesedihan Syamsul dan kepulangannya ke Pekalongan No. Novel No. Film CN 102.
SF Kematian
Silvie
merupakan
Pukulan berat yang dialami oleh Syamsul.
Syamsul
83.
Deskripsi kereta api yang terus melaju melewati hutan.
terpuruk
dalam kesedihannya. Syamsul berhenti dari semua aktivitasnya. Ibu Syamsul berhasil membujuk Syamsul
untuk
Pekalongan.
pulang
Syamsul
ke tetap
bersedih walaupun telah dihibur keluarganya.
Transformasi dari novel ke dalam film pada penceritaan ini sama. Syamsul yang ditinggalkan Silvie kemudian terpuruk dalam kesedihan dan dunianya sendiri. Syamsul berhenti dari semua kegiatannya. Bu Bambang kemudian
membujuk Syamsul untuk pulang ke Pekalongan. Walaupun telah dihibur oleh seluruh keluarganya, kesedihan Syamsul belum bisa hilang dari dirinya.
Tabel 56: Kedatangan Zizi ke rumah Syamsul No. Novel No. CN
Film
SF
103.
Bu Bambang terus menasehati
84.
Bu Bambang terus menasehati
Syamsul yang masih terpuruk
Syamsul yang masih terpuruk
dalam kesedihan. Zizi datang
dalam kesedihan. Zizi datang
ke rumah Syamsul.
ke rumah Syamsul.
Transformasi dari novel ke film pada penceritaan bagian ini sama. Zizi yang datang ke rumah Syamsul sekedar untuk mampir dan memberikan oleh-oleh dari Kediri yang dibawahnya. Saat kedatangan Zizi Bu Bambang sedang menasehati Syamsul yang terlihat masih terpuruk dalam kesedihannya. Bu Bambang kemudian menyatakan hal tersebut kepada Zizi saat Zizi menengok ke Syamsul.
Tabel 57: Kedatangan Kiai Miftah ke rumah Syamsul No. Novel No. CN 107.
Film
SF Kiai Miftah dan istrinya datang ke
ruamah
disambut
Syamsul
oleh
keluarganya.
yang
Syamsul Kiai
menyampaikan
dan
Miftah maksud
85.
Kiai Miftah dan istrinya datang ke
ruamah
disambut
Syamsul
oleh
keluarganya.
yang
Syamsul Kiai
menyampaikan
dan
Miftah maksud
kedatanganya untuk mengajak
kedatanganya untuk mengajak
Syamsul
Syamsul
pesantren
berceramah Al
Furqan
di dan
pesantren
berceramah Al
Furqan
di dan
melamar Syamsul untuk adiknya.
melamar Syamsul untuk adiknya.
Transformasi dari novel ke dalam film mengenai penceritaan kedatangan keluarga Zizi yaitu Kiai Miftah dan istrinya ke rumah Syamsul untuk meminta Syamsul berceramah di pesantren Al Furqan dan menjadi calon suami untuk Zizi. Perbedaan yang muncul yaitu hal yang membuat Kiai Miftah berani untuk mendatangi rumah Syamsul. Dalam novel kedatangan tersebut antas permintaan Zizi yang mengetahui bahwa Syamsul telah kembali bersemangat dan kembali ke jalan yang lurus. Sepertik kutipan berikut ini. (94.) “ Mas Syamsul telah kembali ke jalan yang semestinya. Kalau Kangmas, tidak keberatan sebaiknya Kangmas sowan langsung ke keluarga Mas Syamsul. Zizi tidak perlu ikut. Kedatangan Kangmas Miftah tanpa Zizi insya Allah cukup.’ (Dalam Mihrab Cinta, hal. 266) Pada kutipan 93 diceritakan kepergian Kiai Miftah dan istrinya untuk melamarkan Syamsul buat Silvie didorong karena permintaan Zizi dan penyampaian Zizi tetang Syamsul yang telah kembali ke jalan lurus. Bagian ini tidak di transformasikan ke dalam film.
Tabel 58: Kedatangan keluarga Syamsul ke pesantren Al Furqan No. Novel No. Film CN 108.
SF Kedatangan keluarga
ke
Syamsul
dan
pesantren
Al
86.
Kedatangan keluarga
ke
Syamsul
dan
pesantren
Al
Furqan yang disambut para
Furqan yang disambut para
santri dan keluarga Kiai Miftah.
santri dan keluarga Kiai Miftah.
Kedatangan
Kedatangan
mereka
untuk
mereka
untuk
menyampaikan jawaban atas
menyampaikan jawaban atas
lamaran Kiai Miftah.
lamaran Kiai Miftah.
Transforamasi dari novel ke dalam bentuk film berikutnya adalah penceritaan tentang kedatangan keluarga Syamsul ke Pesantren AL Furqan untuk menyampaikan bahwa Syamsul menerima untuk menjadi penceramah di pesantren tersebut. Selanjutnya dia juga menyampaikan bahwa dia menerima untuk menjadi suami Zidna Ilma dan menanyakan apakan Zizi memiliki sayarat untuknya. Denagn malu-malu Zizi menyampaikan bahwa dia tidak memiliki Syarat apapun. Penceritaan alur dalam ini dalam novel ditransformasikan sama ke dalam film. Tabel 59:. Syamsul berceramah di pesantren Manabi’ul Qur’an No. Novel No. Film CN 106.
SF Syamsul kembali berceramah di pesantren Manabi’ul Qur’an. Zizi kemudian
menelfon
menyampaikan
87.
Syamsul kembali berceramah di pesantren Manabi’ul Qur’an.
kakanya kemajuan
Syamsul dan meminta kakaknya untuk pergi ke rumah Syamsul.
Sedikit perbedaan yang terdapat pada bagian akhir dari film ini. Dalam film dibagian akhirnya Syamsul sedang berceramah dihadapan para santri yang disitu juga ada Nadia dan Zizi. Gambaran ini bermaksud untuk menujukkan
bahwa Syamsul telah kembali bangkit dan berceramah lagi. Perhatikan gambar berikut ini.
4.1.3 Transformasi Latar Novel ke Film Dalam Mihrab Cinta 4.1.3.1 Latar Tempat Dalam Novel Latar tempat yang mendukung jalan cerita novel Dalam Mihrab Cinta dapat diuraikan pada tabel di bawah ini. Tabel 60: Latar tempat novel Dalam Mihrab Cinta No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30
Novel Jl. GajahMada Becak Stasiun Pekalongan (loket) Kereta Api Alun-alun Kota Pekalongan Stasiun Jebres, Solo. Stasiun Kediri. Pesantren Al Furqa (Masjid, lingkungan pesantren, kamar para santri, gudang, kantor pesantren, kamar Zizi, rumah Zizi) Pesantren Lirboyo (Kantor pengurus, kamar santri dari daerah Pekalongan dan Batang). Pesantren Al Falah Ploso Pesantren Al Inayah Semen. Warung mie godog. Lingkuangan pesantren Pesantren Manabi’ul Qur’an (auditorium) Rumah Syamsul (ruang tamu, kamar Syamsul). Kota Semarang (masjid-masjid). Masjid Baiturrahman, Simpang lima, Semarang. Warung Naasi angkring. Bus. Kampus dua IAIN Walisongo. Polsek Tugu Semarang (ruang tahanan, ruang kunjungan). Terminal Lebak Bulus. Jakarta (masjid-masjid). Musholla Al Ikhlas. Rumah kontrakan Syamsul. Kafe. Restoran. Bengkel. Kopaja. Komplek Villa Gracia.
31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45.
Rumah Pak Broto (ruang tamu). Rumah Pak Heru (ruang tamu, kamar Silvie, ruang nonton). Masjid Baitul Makmur. Sekolah Tinggi Agama Islam Swasta (Perpustakaan) Fakultas Ekonomi UI Rumah Dr. Fathul Hadi. Toko Buku Stasiun TV Masjid Al-Firdaus, Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Pasar Ciputat Kantor Pos Pantai. Watel Rumah Baru Syamsul Jalan dimana Silvie menngalami kecelakaan.
4.1.3.2 Latar Tempat Dalam Film Latar tempat yang mendukung jalan cerita film Dalam Mihrab Cinta dapat diuraikan pada tabel di bawah ini. Tabel 61: Latar tempat film Dalam Mihrab Cinta No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Film Stasiun Pekalongan Kereta Api Stasiun Jebres, Solo. Stasiun Kediri. Deskripsi Kota Kediri Pesantren Al Furqa (Masjid, lingkungan pesantren, kamar para santri, gudang, kantor pesantren, rumah Zizi) Deskripsi Kota Pekalongan Rumah Syamsul (Teras, Tempat penjualan batik, ruang tamu, kamar Syamsul). Deskripsi Kota Semarang. Masjid Baiturrahman, Simpang lima, Semarang. Warung Naasi angkring. Bus Klenteng. Polsek Tugu Semarang (ruang tahanan, ruang kunjungan). Pesantren Manabi’ul Qur’an. Jakarta (masjid-masjid). Mushola Al Ikhlas. Rumah kontrakan Syamsul (ruang tamu, kamar). Kafe
20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30 31. 32. 33. 34. 35. 36.
Restoran Tempat pencucian mobil. Kopaja Komplek Villa Gracia Rumah Pak Broto (ruang tamu, pendopo di pekarangan rumah). Rumah Pak Heru (ruang tamu, ruang nonton dan kamar Silvie). Masjid Baitul Makmur. Buswey. Toko Buku Rumah Damayanti Wartel Staisun TV Masjid Al Firdaus. Toko baju muslimah. Kantor pos. Rumah baru Syamsul. Jalan dimana Silvie menngalami kecelakaan.
4.1.3.3 Transformasi Latar Tempat Tabel 62: Transformasi latar tempat novel ke film Dalam Mihrab Cinta No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Novel Jl. GajahMada Becak Stasiun Pekalongan (loket) Kereta Api Alun-alun Kota Pekalongan Stasiun Jebres, Solo.
7. 8.
10.
Stasiun Kediri. Pesantren Al Furqa (Masjid, lingkungan pesantren, kamar para santri, gudang, kantor pesantren, kamar Zizi, rumah Zizi) Pesantren Lirboyo (Kantor pengurus, kamar santri dari daerah Pekalongan dan Batang). Pesantren Al Falah Ploso
11. 12.
Pesantren Al Inayah Semen. Warung mie godog.
9.
Film Stasiun Pekalongan Kereta Api Stasiun Jebres, Solo. Stasiun Kediri. Deskripsi Kota Kediri Pesantren Al Furqa (Masjid, lingkungan pesantren, kamar para santri, gudang, kantor pesantren, rumah Zizi) Deskripsi Kota Pekalongan Rumah Syamsul (Teras, Tempat penjualan batik, ruang tamu, kamar Syamsul).
Deskripsi Kota Semarang.
Masjid Baiturrahman, Simpang lima, Semarang. Warung Naasi angkring. Bus
13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Lingkuangan pesantren Pesantren Manabi’ul Qur’an (auditorium) Rumah Syamsul (ruang tamu, kamar Syamsul). Kota Semarang (masjid-masjid). Masjid Baiturrahman, Simpang lima, Semarang. Warung Naasi angkring.
22. 23. 24.
Bus. Kampus dua IAIN Walisongo. Polsek Tugu Semarang (ruang tahanan, ruang kunjungan). Terminal Lebak Bulus. Jakarta (masjid-masjid). Musholla Al Ikhlas.
25.
Rumah kontrakan Syamsul.
26. 27. 28. 29. 30 31. 32.
Kafe. Restoran. Bengkel. Kopaja. Komplek Villa Gracia. Rumah Pak Broto (ruang tamu). Rumah Pak Heru (ruang tamu, kamar Silvie, ruang nonton). Masjid Baitul Makmur. Sekolah Tinggi Agama Islam Swasta (Perpustakaan) Fakultas Ekonomi UI Rumah Dr. Fathul Hadi.
33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45.
Toko Buku Stasiun TV Masjid Al-Firdaus, Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Pasar Ciputat Kantor Pos Pantai. Watel Rumah Baru Syamsul Jalan dimana Silvie menngalami kecelakaan.
Klenteng. Polsek Tugu Semarang (ruang tahanan, ruang kunjungan). Pesantren Manabi’ul Qur’an. Jakarta (masjid-masjid). Mushola Al Ikhlas. Rumah kontrakan Syamsul (ruang tamu, kamar). Kafe Restoran Tempat pencucian mobil. Kopaja Komplek Villa Gracia Rumah Pak Broto (ruang tamu, pendopo di pekarangan rumah). Rumah Pak Heru (ruang tamu, ruang nonton dan kamar Silvie). Masjid Baitul Makmur. Buswey. Toko Buku Rumah Damayanti Wartel Staisun TV Masjid Al Firdaus. Toko baju muslimah. Kantor pos. Rumah baru Syamsul. Jalan dimana Silvie menngalami kecelakaan.
Jlh.
45
36
Berdasarkan uraian latar tempat pada novel dan film Dalam Mihrab Cinta yang di kemukakan pada tabel 3, dapat dikatakan bahwa jumlah latar tempat antara novel dan film berbeda. Namun, dalam penelitian ini peneliti tidak mengkaji perbedaan jumlah latar tersebut tetapi peneliti mengfokuskan pada latar yang mempengaruhi jalannya cerita yang didasarkan kepada empat tokoh penting yang telah diuraikan pada bagian transformasi tokoh.
1.) Kereta Api Kereta Api merupakan tempat pertemuan antara tokoh Syamsul dan tokoh Zizi.
Latar kereta api ini ditampilkan dalam novel dan film
yang
ditransformasikan dari novel. Berikut ini kutipan novel dan gambarnya. (95.) “Ia langsung berlari. Alaram tanda kereta siap diberangkatkan masih berbunyi. Tangga-tangga dari kayu untuk naik ke pintu kereta mulai di tarik…” (Dalam Mihrab Cinta, hal 4) Pada kutipan 95 dijelaskan pemuda berambut gondrong yang berlari memasuki kereta api yang mulai berjalan.
Gambar 78: Kereta api yang mulai berjalan Gambar 78 memperlihatkan kerta api yang sudah berjalan meninggalkan Stasiun Pekalongan.
Dalam
proses
transformasih,
deskripsi
latar
kereta
dalam
film
ditransformasikan dama dari deskripsi latar kereta dalam novel. Pemuda berambut gondrong setelah mendapatkan tiketnya berlari memasuki kereta tanpa melihat lagi gerbong yang dia naiki. (96.) “Ini gerbong berapa Pak? Tanyanya pada seorang petugas kereta. Karena tergesa-gesa ia tidak sempat memperhatikan di grbong berapa ia meloncat. “Ini gerbong tujuh.” (Dalam Mihrab Cinta, hal 4) Pada kutipan 96 di atas, diceritakan pemuda berambut gondrong yang tergesa-gesa menaiki kereta tidak melihat gerbong yang dia naiki. Pemuda berambut gondrong tersebut berada di gerbong tujuh sementara ditiket kereta yang dia miliki tertulis gerbong empat. Latar gerbong tujuh ini hanya terdapat dalam novel dan tidak ditransformasikan ke film Dalam Mihrab Cinta.
2.) Alun-alun Kota Pekalongan Tempat ini tidak ditampilkan dalam film yang ditransformasikan dari novel karena adanya pengurangan beberapa alur dan tokoh dari novel yang ditransformasikan ke dalam film. Berikut ini kutipan dalam novel yang menggambarkan latar tempat ini.
(97.)
“Suatu sore, ia pergi ke alun-alun kota Pekalongan…” (Dalam Mihrab Cinta, hal 8)
Pada kutipan 97 diceritakan ketika pemuda berambut gondrong mengingat kembali masa lalunya, deskripsi latar tempat yang tergambarkan adalah alun-alun kota Pekalongan dimana dia bertemu dengan lelaki berambut gondrong yang membicarakan masalah agama islam. Latar alun-alun kota Pekalongan ini hanya terdapat dalam novel dan tidak ditransformasikan ke dalam film.
3.) Pesantren Al Furqan. Dalam transformasinya, Pesantren Al Furqan ditampilkan bersama dengan beberapa tempat yang ada didalmnnya yang mendukung jalannya cerita. Tempattempat tersebut adalah, masjid, kamar para santri, gudang, ruang tamu pesantren. Latar yang tidak diangkat ke dalam film yaitu kamar Zizi. Hal tersebut karena adanya pengurangan alur yang terjadi ketika novel ini ditransformasikan ke dalam bentuk film. (98.) “Yang penting sekarang ia resmi tercatat sebagai santri baru Pesantren Al Furqan…” (Dalam Mihrab Cinta, hal 49) Pada kutipan 98 diceritakan Syamsul telah resmi menjadi santri di Pesantren Al Furqan. Pesantren Al Furqan merupakan tempat dimana Syamsul sedang menimba ilmu tentang agama islam.
Gambar 79: Pintu gerbang pesantren AL Furqan Gambar 79 memperlihatkan pintu gerbang yang di papan nama tertulis “Pondok Pesantren Al Furqan.” Pesantren Al Furqan yang diceritakan dalam novel ditransformasikan ke film Dalam Mihrab Cinta.
(99.) “…Syamsul melangkah tenang ke kamarnya. Ia langsung menuju lemari Burhan…” (Dalam Mihrab Cinta, hal 70) Kutipan 99 mendeskripsikan kamar di pesantren Al Furqan dimana Syamsul dan teman sekamarnya tinggal.
Gambar 80: Kamar Syamsul di pesantren Al Furqan Gambar 80 memperlihatkan keadaan kamar Syamsul dan teman-temannya di Pesantren Al Furqan. Dalam proses transformasi dari novel ke film deskripsi kamar Syamsul di pesantren Al Furqan ini diperlihatkan. (100.) “…Akhirnya dia dilempar ke gudang…” (Dalam Mihrab Cinta, hal 74) Kutipan 100 mendeskripsikan bagian gudang pesantren dimana Syamsul ditempatkan setelah dia dituduh mencuri dan juga tempat Syamsul menunggu untuk mendapatkan hukuman.
Gambar 81: Gudang Pesantren Al Furqan
Gambar 81 memperlihatkan gudang pesantren Al Furqan dimana Syamsul disekap untuk menunggu hukuman. Pada proses transformasinya dari novel ke film gudang pesantren ditransformasikan sama. (101.) “Siang itu setelah jenazah Kiai Baejuri dimakamkan, Zizi menghempaskan tubuhnya ke kamarnya.” (Dalam Mihrab Cinta, hal 29) Kutipan 101 mendeskripsikan kamar Zizi dimana Zizi membaringkan badannya setelah pemakaman ayahnya dan tempat dimana Zizi membaca surat wasiat ayahnya. Deskripsi kamar Zizi ini tidak ditransformasikan ke film.
4.) Rumah Syamsul. Rumah Syamsul merupakan salah satu tempat terjadinya alur cerita dalam film yang ditransformasikan dari novel Dalam Mihrab Cinta. (102.) “Syamsul istirahan di kamarnya dengan mata berkaca-kaca. Ia merintih kepada Tuhan, “Ya Allah, jika keluarga sudah tidak lagi percaya padanya. Apalah arti hidup di dunia ini.” (Dalam Mihrab Cinta, hal 90) Kutipan 102 mendeskripsikan kamar Syamsul dimana Syamsul sedang beristirahat dan Nadia masuk untuk mengobati Syamsul.
Gambar 82: Deskripsi Kamar Syamsul Gambar 82 mendeskripsikan suasan kamar Syamsul dimana Syamsul baru selesai sholat dan Nadia masuk untuk berbicara bersamnya. (103.) “Hari berikutnya Zizi sampai di rumah orang tua Syamsul” (Dalam Mihrab Cinta, hal 100) Pada kutipana 103 digambarkan tempat dimana Zizi berada yaitu di rumah Syamsul.
Gambar 83: Deskripsi rumah Syamsul Gambar 83 memperlihatkan keberadaan Zizi di rumah Syamsul. Dalam proses transformasinya, rumah Syamsul dalam novel ditransformasikan ke film/.
Gambar 84: Tempat penjualan kain batik yang ada di rumah Syamsul
Gambar 84 memperlihatkan tempat penjualan kain batik yang dimiliki keluarga Syamsul di rumah Syamsul. Bagian dari rumah Syamsul ini dalam novel tidak ditransformaskan ke film Dalam Mihrab Cinta.
5.) Warung mie gedog Latar ini hanya ditampilkan dalam novel. Hal tersebut karena dalam film latar ini tidak diperlukan karena alur yang menggambarkan latar ini tidak diangkat ke dalam film. Berikut ini kutipan novel yang menunjukan keberadaan latar ini. (104.) “…Tak jauh dari situ ada warung makanan yang menjual mie gedog…” (Dalam Mihrab Cinta, hal 39) Deskripsi latar warung mie godog yang ada dalam novel tidak ditransformasikan ke film Dalam Mihrab Cinta.
6.) Polsek Tugu Semarang
Dalam penggambaran latar ini juga dihadirkan penjara dimana Syamsul mendekam. Latar ini ditransformasikan ke dalam film. Berikut ini kutipan novel dan gambar yang menjelaskan tentang keberadaan latar ini. (105.) “Sejak tertangkap itu Syamsul mendekam di penjara Polsek Semarang Tugu. Ia sat sel dengan dua orang narapidan yang tertangkap karena mencuri sepeda motor.” (Dalam Mihrab Cinta, hal 108) Pada kutipan 105 dideskripsikan temapt dimana Syamsul dipenjara setelah tertangkap mencuri dan digelandang ke kantor polisi.
Gambar 85: Syamsul berada di dalam tahanan
Gambar 85 memperlihatkan ruang tahanan di kantor polisi dimana Syamsul sedang ditahan karena kashus pencurian bersama dua orang narapidana yang lain. Latar dalam film ini ditransformasikan sama dengan latar yang ada dalam novel. 7.) Villa Gracia Latar berikutnya yang akan di deskripsikan adalah komplek Villa Gracia. Beberapa latar yang akan diuraikan berkaitan dengan latar komplek Villa Gracia adalah rumah Pak Broto, rumah Silvie dan masjid Baitul Makmur.
(106.) “… Ia sudah mantap mengahadapi satpam. Ia kembali balik arah ke Villa Gracia.” (Dalam Mihrab Cinta, hal 131) Pada kutipan 106 dideskripsikan Syamsul yang datang ke komplek Villa Gracia.
Gambar 86: Komplek Villa Gracia (107.) “Lalu dengan mantap ia memarkir sepeda motornya di depan rumah di jalam Flamboyan no. 17. Ia pencet bel dan mengucapkan salam…” (Dalam Mihrab Cinta, hal 132) Pada kutipan 107 di atas, dideskripsikan kedatangan Syamsul ke rumah pak Broto.
Gambar 87: Komplek Villa Gracia Gambar 84 memperlihatkan deskripsi rumah Pak Broto di Jalan Flamboyan no. 17.
(108.) “…Ia masuk jalan flamboyant. Rumah bernomor 19, luar biasa besar da mewah…” (Dalam Mihrab Cinta, hal 131) Pada kutipan 108 dideskripsikan rumah Silvie yang terletak di Jalan Flamboyan nomor 19.
Gambar 88: Rumah Silvie Gambar 88 memperlihatka rumah Silvie di Jalan Flamboyan no. 19. (109.) “Syamsul meninggalkan rumah itu dan pergi ke masjid.” (Dalam Mihrab Cinta, hal 135) Pada kutipan 109 menggambarkan keberadaan Syamsul di masjik komplek Villa Gracia.
Gambar 89: Masjid Baitul Makmur Gambar 89 memperlihatkan deskripsi masjid Baitul Makmur di komplek Villa Gracia.
8.) Sekolah Tinggi Agama Islam (Perpustakaan) Latar ini tidak di transformasikan ke dalam film. Hal tersebut karena alur penceritaan yang menggunakan latar ini tidak ditransformasikan ke dalam film. (110.) “Agaknya ia terlalu dini samapi di kampusnya. Suasanya masih sangat sepi. Belum ada seorang mahasiswa pun yang datang kecuali dirinya. Ia tetap melangkahkan kakinya memasukigedung kuliah. Seorang tukang bersih-bersih Nampak sedang bekerja. Kelas-kelas masih terkunci. Ia melihat pintu perpustakaan terbuka, berarti ada orang disana. Ia berjalan menuju perpustakaan.” (Dalam Mihrab Cinta, hal 151) Tempat ini merupakan tempat dimana Syamsul bertemu dengan Dr. Fathul Hadi dan mendapatkan banyak pencerahan tentang hidup.
Latar ini juga
mendeskripsikan tempat Syamsul mengejam perkuliahan.
4.2 Pembahasan 4.2.1 Transformasi Tokoh Novel ke Film Dalam Mihrab Cinta Perbandingan transformasi tokoh novel ke film Dalam Mihrab Cinta hanya difokuskan pada pengurangan, penambahan dan perubahan bervariasi yang terjadi dalam proses transformasinya. Perbandingan ini juga hanya difokuskan pada empat tokoh yang berperan penting dalam jalannya cerita. Perbandingan tersebut digambarkan pada tabel di bawah ini.
4.2.1.1 Transformasi tokoh Syamsul Hadi dalam novel ke film Dalam Mihrab Cinta Tabel 63: Tokoh Syamsul merupakan anak seorang pengusaha batik sukses Penambahan
Pengurangan
Perubahan Bervariasi Dalam novel Syamsul sebagai anak pengusaha batik sukses digambarkan pada saat kilas balik pikiran Syamsul tentang masa lalunya. Dalam film bagian ini diperlihatkan melalui gambaran rumah
Syamsul dimana banyak orang asing yang sedang memilih dan membeli kain batik yang mereka dagangkan. Tabel 64: Tokoh Syamsul merupakan anak tokoh yang suka dengan tantangan dan pantang menyerah Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi Dalam novel, pada bagian dimana Syamsul mengingat kembali masa lalunya, digambarkan dia merupakan tokoh yang suka dengan tantangan-tantangan dalam hidupnya dan pantang menyerah sebelum dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Tabel 65: Tokoh Syamsul merupakan tokoh yang pintar Penambahan
Pengurangan Perubahan Bervariasi Dalam novel, pada bagian dimana Syamsul mengingat kembali masa lalunya, digambarkan dia merupakan tokoh yang pintar. Gambaran kepintaran tokoh Syamsul yaitu dia berhasil memenangkan Olimpiade matematika dan ditawarkan beasiswa di dua perguruan tinggi negeri terkemuka di Semarang.
4.2.1.2 Transformasi tokoh Zidna Ilma (Zizi) dalam novel ke film Dalam Mihrab Cinta Tabel 66: Tokoh Zizi merupakan gadis yang pintar dan cerdas dalam menanggapi sebuah masalah Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi Dalam novel diceritakan tokoh Zizi ditemani Asiyah bertemu dengan Ayub di warung mie godog untuk
membicarakan kronologis masalah pemfitnahan Burhan terhadap Syamsul. Pada bagian ini diceritakan Zizi berhasil menganalisis dan menyimpulkan sumpah Burhan yang ternyata merupakan sumpah palsu. 4.2.1.3 Transformasi tokoh Burhan dalam novel ke film Dalam Mihrab Cinta Tabel 67: Tokoh Burhan merupakan seorang pencuri Penambahan
Pengurangan
Perubahan Bervariasi Burhan sebagai seorang pencuri dalam novel diceritakan pad abagian dimana pencurian kembali terjadi di pesantren, dan karna kewaspadaan Ayub juga jebakan Ayub akhirnya Burhan tertangkap dan diketahui sebagai pencuri yang berada di pesantren selama ini. Dalam film bagian ini justru dikemukakan pada saat pertemuan antara keluarga Silvie dan Keluarga Damayanti
4.2.1.4 Transformasi tokoh Silvie dalam novel ke film Dalam Mihrab Cinta Tabel 68: Tokoh Silvie merupakan seorang mahasiswi ekonomi UI Penambahan
Pengurangan Status Silvie sebagai mahasiswi fakultas Ekonomi, dalam novel diceritakan pada saat Syamsul berbicara dengan Pak Yahyah selaku penjaga masjid Baitul Makmur.
Perubahan Bervariasi
4.2.2 Transformasi Alur Novel ke Film Dalam Mihrab Cinta Tabel 69: Transformasi kedatangan gadis berjilbab dan pemuda berambut gondrong ke stasiun Pekalongan Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi Kedatangan gadis berjilbab ke stasiun Pekalongan, kedatangan pemuda berambut gondrong ke stasiun Pekalongan serta ke loket pembelian tiket dan penyebab kesedihan gadis berjilbab itu yang ada dalam novel tidak ditransformasikan ke dalam film. Tabel 70: Transforamasi kilas balik masa lalu pemuda berambut gondrong Penambahan
Pengurangan Pemuda berambut gondrong yang kembali mengingat masa lalunya tentang dirinya yang sangat suka dengan tantangan serta pantang menyerah ketika yang dia inginkan belum dia dapatkan. Bagian ini ada dalam novel namun, tidak ditransformasikan ke dalam film.
Perubahan Bervariasi
Tabel 71: Transformasi dialog antara tokoh pemuda berambut gondrong dan gadis berjilbab Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi Ketika pemuda berambut gondrong dan gadis berjilbab berdialog, gadis berjilbab menyarankan kepad apemuda berambut gondrong untuk mendatangi empat pesantren besar yang ada di Kediri yaitu, Pesantren Al Falah Ploso, Pesantren Al Inayah Semen, Pesantren Lirboyo Kediri dan
Pesantren Al Furqan. Bagian ini hanya terdapat dalam novel sedangakan film hasil transformasinya tidak mengaangkat bagian ini. Tabel 72: Transformasi perkenalan Syamsul dan Zizi, meninggalnya Kiai Baejuri, perkenalan tokoh dua orang gadis dan sopir mobil yang menjemput Zizi. Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi Kedatangan Syamsul Bagian dimana dua orang dan Zizi yang baru gadis yang menjemput Zizi keluar dari stasiun di perkenalkan mengalami Kediri dan berbincangperbedaan cerita dalam bincang sekalugus novel dan film. Dalam berkenalan di depan novel mereka ditampilkan stasiun. Bagian ini saat Zizi memasuki hanya terdapat dalam pesantren Al Furqan yang film hasil transformasi ramai dengan pelayat dan dari novel dipapah oleh kedua gadis tersebut. Sedangkan, dalam film hasil transformasi dari novel kedua tokoh tersebut ditampilkan saat mereka datang menjemput Zizi di stasiun Kediri. Tabel 73: Transformasi deskripsi kota Kedir Penambahan Dalam film ditampilkan deskripsi kota Kediri dengan seluruh aktifitas masyarakanya. Bagian ini hanya ditampilkan dalam film.
Pengurangan Kedatangan Syamsul ke tiga pesantren besar di Kediri yaitu pesantren Lirboyo, pesantren Al Inayah Semen, dan pesantren Al Falah Ploso yang terdapat dalam novel tidak ditransformasikan ke film.
Perubahan Bervariasi
Tabel 74: Transformasi deskripsi kamar Zizi dimana Zizi sedang membaca surat wasiat dari ayahnya. Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi Zizi yang sedang membaca surat wasiat ayahnya di
kamarnya, dalam novel tidak ditransformasikan ke film. Tabel 75: Transformasi deskripsi keadaan pesantren Al Furqan tempat Syamsul mondok Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi Syamsul yang baru datang ke pesantren Al Furqan untuk mondok dan tahapan Syamsul yang belajar di pesantren Al Furqan tidak ditampilkan dalam film. Dalam film langsung menampilkan Syamsul yang telah menjadi satri di pesantren Al Furqan. Tabel 76: Transformasi pencurian yang menggemparkan pesantren Penambahan
Pengurangan Perubahan Bervariasi Dialog antara Syamsul dan teman-teman sekamarnya tentang pencurian yang akhir-akhir ini terjadi di pesantren serta Burhan yang mengetahui taktik bagian keamanan dari Karyono yang ada dalam novel tidak ditransformasikan ke dalam film.
Tabel 77: Transformasi Syamsul dihadapan keluarganya Penambahan
Pengurangan
Perubahan Bervariasi Dalam penceritaan novel Syamsul hanya dimarahi oleh kedua kakaknya, namun ketka ditransformasikan ke film terlihat kedua kakaknya bergantian menampar Syamsul.
Tabel 78: Transformasi perbincangan antara Nadia dan Syamsul Penambahan
Pengurangan
Perubahan Bervariasi Dalam novel diceritakan kedatangan Nadia ke kamar Syamsul membawa kotak P3K untuk mengobati luka Syamsul. Namun, ketika ditransformasikan ke film Nadia datang ke kamar Syamsul hanya untuk berbicara dengan Syamsul ketika Syamsul baru selesai sholat.
Tabel 79: Transformasi kepulangan Zizi ke Kediri Penambahan
Pengurangan
Perubahan Bervariasi Dalam novel diceritakan kepulangan Zizi ke Kediri untuk menemui kakaknya Kiai Miftah membicarakan masalah yang menimpa Syamsul. Kedatangannya karenan dia mendapatkan kabar tersebut dari Asiyah. Namun, dalam film hanya ditampilkan Zizi yang bertemu dengan kakaknya Kiai Miftah dan berbicara masalah Syamsul.
Tabel 80: Transformasi pertemuan antara Zizi, Asiyah dan Ayub Penambahan
Pengurangan Bagian dimana Zizi bertemu dengan Asiyah dan Ayub di warung mie godog untuk membicarakan kronologis masalah yang menimpa Syamsul tidak ditransformasikan ke film.
Perubahan Bervariasi
Tabel 81: Transformasi Syamsul menjadi pencuri dan tertangkap mencuri Penambahan
Pengurangan
Perubahan Bervariasi Syamsul yang ketahuan mencuri kemudian di kejar oleh para penumpang dalam novel diceritakan Syamsul berlari hingga dekat kampus dua IAIN Walisongo namun ketika ditransformasikan ke film gambar yang muncul Syamsul berlari hingga melewati Klenteng. Dalam novel juga diceritakan keberadaan Syamsul di kantor polisi karena dibawah oleh polisi yang sedang patrol yang melihat dia sedang dihakimi massa, namun dalam film hal tersebut tidak dijelaskan.
Tabel 82: Transformasi kedatangan ke rumah Syamsul Penambahan
Pengurangan Perubahan Bervariasi Bagian kepergian Zizi ke kantor polisi tidak ditransformasikan ke film. Kepergian Zizi ini hanya dikatakannya ketika bertemu dengan Bu Bambang dan Nadia
Tabel 83: Transformasi Syamsul mendaptkan rumah kontrakan Penambahan
Pengurangan Perubahan Bervariasi Dalam novel diceritakan Syasul mendapatkan rumah kontrakan atas bantuan dari Pak Abbas pengurus musollah yang memberikan Syamsul pinjaman uang. Namun, dalam film hanya digambarkan Syamsul telah mendapatkan rumah kontrakan.
Tabel 84: Transformasi Syamsul yang terus mencari pekerjaan Penambahan Dalam film digambarkan Syamsul mencari pekerjaan di sebuah tempat pencucian mobil. Bagian ini hanya terdapat dalam film.
Pengurangan Dalam novel diceritakan Syamsul melamar pekerjaan di sebuah bengkel mobil namun karena tidak memiliki ijazah STM dia tidak diterima. Dalam film penceritaan ini tidak ditransformasikan.
Perubahan Bervariasi
Tabel 85: Transformasi Syamsul menjadi guru ngaji dan perkenalan Syamsul dengan Silvie Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi Dalam film Pertemuan dan perkenalan digamabrkan saat Syamsul dengan Silvie Syamsul melamar kerja saat Syamsul baru selesai di rumah Pak Broto mengajar ngaji Della yang Silvie datang untuk terdapat dalam novel tidak memberikan les ditransformasikan ke film. matematika kepada Della dan diperkenalkan kepada Syamsul oleh Pak Broto. Bagian ini hanya terdapat dalam film. Tabel 86: Transformasi Syamsul mulai kuliah Penambahan
Pengurangan Perubahan Bervariasi Dalam novel diceritakan Syamsul mulai masuk Sekolah Tinggi Agama Islam swasta agar statusnya sebagai guru ngaji Della lebih memiliki dasar. Bagian ini tidak ditransformasikan ke film.
Tabel 87: Transformasi pertemuan Syamsul dengan Dr. Fathul Hadi Penambahan
Pengurangan Perubahan Bervariasi Pertemuan antara Syamsul dengan Dr. Fathul Hadi di perpustakaan kampus yang terdapat dalam novel tidak ditransformasikan ke dalam film.
Tabel 88: Transformasi Pertemuan antara keluarga Silvie dan Keluraga Damayanti Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi Pertemuan antara Syamsul mengetahui keluarga Silvie dan bahwa Burhan telah Damayanti hanya di tertangap mencuri di tampilkan dalam film. pesantren. Dalam novel Syamsul mengetahuinya dari Pak Heru yang datang ke rumahnya, namun dalam film Burhan sebagai pencuri di pesantren diketahui dari perbincangan antara keluarga Silvie dan keluarga Damayanti. Tabel 89: Transformasi Syamsul berceramah di masjid Baitul Makmur Penambahan
Pengurangan Perubahan Bervariasi Dalam novel diceritakan Pak Yahyah meminta Syamsul untuk mengisi acara ceramah di masjid Baitul Makmur karena ustadz Fairuz tidak bisah hadir. Dalam film hanya digambarkan Syamsul sedang berceramah di masjid Baitul Makmur.
Tabel 90: Transformasi Syasul mengisi acara seminar di Fakultas Ekonomi UI Penambahan
Pengurangan Perubahan Bervariasi Silvie yang memita Syamsul untuk menjadi pemateri di acara seminar yang diadakan fakultasnya karena pemateri yang sebenarnya telah mereka hubungi tidak bisa hadir. Bagian ini tidak ditransformasikan ke dalam film.
Tabel 91: Transformasi kedatangan kedatangan Ibu Bambang dan Syamsul ke rumah Silvie Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi Syamsul membawa ibunya ke rumah Silvie untuk menjawab lamaran keluarga SIlvie untuknya dan untuk merancang tangal pernikahan antara Syamsul dan SIlvie. Tabel 92: Transformasi Syamsul berceramah di pesantren Manabi’ul Qur’an Penambahan
Pengurangan
Perubahan Bervariasi Dalam novel Syamsul berceramah di pesantren Manabi’ul Qur’an atas permintaan Zizi sebelum Syamsul dan Zizi telah sepakat untuk menikah. Namun, dalam transformasinya ke film Syamsul berceramah di pesantren Manabi’ul Qur’an setelah dia dan Zizi merancang pernikahan mereka.
4.2.3 Transformasi Latar Novel ke Film Dalam Mihrab Cinta Tabel 93: Transformasi latar kereta api Penambahan
Pengurangan Perubahan Bervariasi Deskripsi alun-alun kota Pekalongan diamna Syamsul berbincang denga seorang lelaki berambut gondrong tidak ditampilkna dalam film.
Tabel 94: Transformasi latar rumah Syamsul Penambahan Dalam film deskripsi tempat penjualan kain batik di ruamh Syamsul di tampilkan.
Pengurangan
Perubahan Bervariasi
Tabel 95: Transformasi latar Sekolah Tinggi Agama Islam (Perpustakaan) Penambahan
Pengurangan Perubahan Bervariasi Latar perpustakaan kampus diaman Syamsul bertemu dengan Dr. Fathul Hadi yang memberikan banyak masukan dan pelajaran hidup kepadanya tidak ditransformasikan ke film.