BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Obyek Penelitian Dalam
pembahasan
mengenai
program
Universal
Service
Oblogation (USO), dikenal ada 2 (dua) terminologi, yaitu akses universal (universal access) dan layanan universal (universal service). Kebijakan layanan universal terpusat pada upaya meningkatkan ketersediaan koneksi ke jaringan telekomunikasi publik dari setiap rumah tangga. Sedangkan kebijakan akses universal terpusat pada upaya menyediakan akses bagi setiap individu ke fasilitas telekomunikasi umum. Akses universal dapat disediakan melalui telepon umum, telecenter, warnet, dan lain-lain. Tujuan dari USO adalah memperluas dan memelihara ketersediaan layanan telekomunikasi yang terjangkau bagi publik yang selama ini masih underserved. Dimana yang termasuk dalam kelompok underserved adalah masyarakat yang berada di daerah yang merupakan wilayah berbiaya telekomunikasi tinggi, atau masyarakat yang berpenghasilan rendah. KPU bagi kelompok ini perlu dilakukan, dengan tujuan utamanya umumnya adalah sebagai berikut: a.
Agar terwujud partisipasi penuh dari masyarakat abad 21.
b.
Untuk meningkatkan persatuan politik, ekonomi dan budaya nasional.
c.
Untuk meningkatkan perkembangan ekonomi.
d.
Untuk mendorong distribusi penduduk yang lebih seimbang.
e.
Untuk mengurangi disparitas antara daerah kota dan perdesaan. Pusat Layanan Internet Kecamatan, yang selanjutnya disebut
PLIK, adalah pusat sarana dan prasarana penyediaan layanan jasa akses internet di ibu kota kecamatan yang dibiayai melalui dana Kontribusi Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi. PLIK yang bersifat tetap adalah Pusat Layanan Internet Kecamatan yang ditempatkan secara tetap
di Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi (WPUT) Internet Kecamatan. 4.1.1
ICT Literacy ICT Literacy tidak hanya mendefinisikan keahlian teknik saja. Panel Educational Testing Service (ETS) pada tahun 2007 menyimpulkan dari ICT Literacy diperluas menjadi keahlian kognitif. Dan penerapan dari keahlian teknis dan kognitif ini juga termasuk literasi pada umumnya seperti membaca, menghitung dengan didukung dengan kemampuan berfikir kritis dan penyelesaian masalah. Tanpa keahlian diatas ICT Literacy tidak akan tercapai. Istillah e-literasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan perangkat teknologi informasi (Indrajit, 2005 : 37). Alan Martin (seperti yang dikutip oleh Secker, 2004 : 78), mendefinisikan e-literasi sebagai literasi komputer yang diintegrasikan dengan literasi informasi, literasi moral, literasi media, dan ketrampilan belajar mengajar. Istilah ini digambarkan sebagai suatu kemampuan individu atau institusi yang sangat penting agar berhasil dalam mengikuti suatu era yang telah memakai alatalat dan fasilitas elektronik. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menjadi bagian penting dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Prioritas pembangunan TIK di Indonesia dititikberatkan kepada pembangunan infrastruktur TIK dan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang TIK. Pembangunan infrastruktur TIK dilakukan diantaranya pembangunan jaringan di daerah pedesaan diantaranya pembangunan pusat layanan internet kecamatan (PLIK), Sementara pembangunan SDM TIK melalui program PLIK untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai TIK dan partisipasi yang mencakup operasional keterampilan, rekayasa dan inovasi karya, serta program diseminasi informasi dan komunikasi mengenai perkembangan TIK, dan sebagainya.
Saat ini, terdapat empat bagian penting dari pembangunan TIK di Indonesia yang menjadi perhatian untuk dikembangkan, yaitu broadband ekonomi, penyiaran digital, e-commerce dan TIK pedesaan. TIK pedesaan merupakan bagian penting dalam pemerataan pembangunan TIK di Indonesia, untuk memberikan akses dan kesempatan kepada seluruh masyarakat menuju masyarakat Informasi Indonesia. Pada akhirnya pembangunan TIK ini diharapkan dapat mendukung terwujudnya penguatan ekonomi Indonesia dengan masyarakat yang informatif. 4.1.2 ICT Perdesaan Perkembangan ICT pedesaan di Indonesia didukung dengan penyediaan infrastruktur oleh Pemerintah. Hal ini sejalan dengan roadmap ICT di Indonesia yang menyatakan bahwa untuk tahun 2009 sampai dengan 2012 menuju Indonesia connected dengan langkah awal penguatan Sumber Daya Manusia bidang TIK, periode 2012 sampai dengan 2014 menuju Indonesia Informatif dengan target menyediakan akses broadband di setiap Kota atau wilayah, serta penguatan e-public services, e-health dan eeducation untuk semua, Tahun 2014 sampai dengan 2020 menuju Indonesia Broadband dengan target penguatan daya saing dan inovasi industri serta tahun 2020 menuju Indonesia Digital dengan target penyiaran digital di semua area. 4.1.3 Program KPU/USO Program
Kewajiban
Pelayanan
Universal/Universal
Service
Obligation (KPU/USO) Telekomunikasi merupakan salah satu wujud komitmen pemerintah dalam hal ini kewenangan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk segera memperkecil kesenjangan informasi (digital divide) yang juga merupakan amanat Pasal 2 UU No.36 Tahun 1999 yaitu azas adil dan merata. Pemerintah telah melakukan beberapa program untuk memperkuat titik akses di wilayah-wilayah di Indonesia, diantaranya dengan melalui program Desa Dering, Desa Pintar, Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK), Mobile-Pusat Layanan Internet Kecamatan (M-PLIK), National
Internet Exchange (NIX), IIX, Wifi Kabupaten, PLIK Sentra Produktif, Upgrade Desa Pinter, Telinfo Tuntas dan Perangkat Radio (Desa Informasi). 4.1.4 Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) Pusat
Layanan
Internet
Kecamatan
(PLIK)
merupakan
pembangunan sarana umum untuk melakukan akses internet di ibukota kecamatan yang menjadi bagian dari wilayah USO. Pembangunan internet kecamatan tidak hanya untuk melakukan pembangunan ruang akses internet bersama akan tetapi juga akan dilakukan push konten yang produktif dan juga portal konten-konten yang bermanfaat. Konfigurasi dari arsitektur jaringan yang disyaratkan untuk menuju ke server konten-konten yang berada di Jakarta tersebut adalah sebesar 256 kbps untuk downlink dan 128 untuk uplink sehingga memungkinkan untuk memberikan layanan yang bersifat interaktif. Pembangunan tersebut mulai dilaksanakan pada tahun 2010 dengan target jumlah titik layanan adalah lebih dari 5.748 titik. Pengoperasian
PLIK
dikendalikan
oleh
Sistem
Informasi
Manajemen dan Monitoring Internet Kecamatan yang berfungsi antara lain mendukung layanan Internet Sehat dan Aman (INSAN) di setiap PLIK, mengatur dan menyebarkan konten, Komunikasi PLIK, yaitu kemampuan untuk melakukan instant messaging (data, voice, video) dan layanan surat elektronik( e-mail) yang dapat digunakan antar pelanggan/user PLIK secara aman, serta optimalisasi bandwidth. Penyediaan Pusat Layanan Internet Kecamatan diselenggarakan berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan lnformatika Nomor: 48/PER/MKOMINFO/11/2009 tentang Penyediaan Jasa Akses Internet Pada Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi Internet Kecamatan, serta amanat dari Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010, bagian Prioritas Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca Konflik, serta Kebijakan Pelaksanaan Pemberdayaan dan Pemerataan Pembangunan Sarana dan Prasarana Informatika bahwa Presentase desa yang dilayani akses internet (dengan prioritas pada seluruh desa Ibukota Kecamatan di
wilayah Universal Service Obligation sebanyak minimal 4.218 harus terlaksana pada 31 Desember 2010. 4.1.5 Provinsi Banten Banten merupakan provinsi yang berdiri berdasarkan Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2000 secara administratif, terbagi atas 4 Kabupaten dan 2 Kota yaitu : Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Cilegon, dengan luas 8.651,20 Km2. Letak geografis Provinsi Banten pada batas Astronomi 105º1'11² - 106º7'12² BT dan 5º7'50² - 7º1'1² LS, dengan jumlah penduduk hingga tahun 2006 sebesar 9.308.944 Jiwa. Letak di Ujung Barat Pulau Jawa memposisikan Banten sebagai pintu gerbang Pulau Jawa dan Sumatera dan berbatasan langsung dengan wilayah DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara. Posisi geostrategis ini tentunya
menyebabkan
Banten
sebagai
penghubung
utama
jalur
perdagangan Sumatera – Jawa bahkan sebagai bagian dari sirkulasi perdagangan Asia dan Internasional serta sebagai lokasi aglomerasi perekonomian dan permukiman yang potensial. Batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Barat dengan Selat Sunda, serta di bagian Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sehingga wilayah ini mempunyai sumber daya laut yang potensial. Banten merupakan wilayah yang masuk dalam kategori Wilayah pelayanan Universal Telekomunikasi (WPUT) yang dievaluasi berdasarkan data potensi desa dari Badan Pusat Statistik dengan mempertimbangkan kondisi sebagai berikut : a. belum tersedia jaringan telekomunikasi; dan/atau b. belum tersedia layanan telekomunikasi berbasis komunal seperti telepon umum dan atau warung telekomunikasi. Kondisi pada saat itu PLIK yang disebar di wilayah Banten yaitu sebesar 206 PLIK dengan penyedia jasa PT. Sarana Insan Muda Selaras (PT.SIMS).
4.1.6 Indeks Pembangunan TIK di Wilayah Banten. Selain itu berdasarkan Indeks ICT Pura adalah suatu indikator atau alat ukur untuk menggambarkan serta mengilustrasikan tingkat kesiapan suatu daerah dalam menghadapi atau beradopsi dengan lingkungan berbasis komunitas digital. Provinsi Banten yang berbatasan dengan ibukota kecamatan kondisinya masih dibawah Jakarta 2,5. Adapun komponen indeks di Banten yaitu Kemampuan (2,7), kesiapan (2,3) dampak (2,7) dan skor kegunaan mendapat skor terendah (2) diantara komponen yang lain. (LAKIP Kominfo, 2012) 4.1.7 Profil Informan Dalam penelitian ini wawancara telah dilakukan terhadap 9 orang, informan ini diplih karena berada di lokasi PLIK yang masih beroprasi dan tidak beroperasi. Untuk pengelola PLIK sudah ditentukan dari penyedia jasa PLIK PT.SIMS yaitu berasal dari masyarakat atau instansi. Untuk Pengguna PLIK yaitu masyarakat sekitar yang menggunakan dan yang dipilih yaitu yang berada di sekolah. Selain itu peneliti juga akan mewawancari Pakar TIK, untuk mendapatkan informasi seputar TIK/ICT dan penyedia jasa PLIK di wilayah Banten. Adapun informan tersebut yang terdiri dari : 1. Pengelola PLIK ( 4 orang ) 2. Pengguna PLIK ( 3 orang ) 3. Penyedia Jasa PLIK ( 1 orang ) 4. Pakar Internet ( 1 orang) Dalam proses wawancara narasumber sudah dipilih sesuai dengan kriteria. Sehingga data yang dikumpulkan sudah mewakili penelitian yang diteliti.
sebagian besar hasil
Tabel 1.4 Tabel informan
No
Informan
Alamat
1.
H.Makmun (08129383934)
Pengelola di PLIK di Perum Baros
Laki – laki
Hasanah, Kec.Ciomas,Serang.
Sarjana
2.
Jamsiyah (089692046132) Perempuan
Pengelola di PLIK di Panancangan Baru, Kec.Cipocok Jaya,Serang.
Sarjana 3.
M.Ghazali (087871329618) Laki – Laki
Pengelola
di
PLIK
di
Sukamana,Kec.Serang, Serang.
Sarjana 4.
Alan Bhanati Laki – Laki
Pengelola, Kec.Baros,Serang
Sarjana 5.
Ahmad
Pengguna PLIK
Laki – Laki SMP 7.
Tari
Pengguna PLIK
Sukamanah,
No
Informan
Alamat
Perempuan SMA 8.
Hamdan
Pengguna PLIK
Laki – Laki SMA 9.
Michael Sunggiardi (Pakar TIK)
Pakar TIK , Bogor
10.
Eka Indarto
Penyedia Jasa PT.SIMS
4.2
Hasil Penelitian Berdasarkan pemaparan hasil penelitian mengenai ICT Literacy program KPU/USO di wilayah perdesaan Banten melalui wawancara mendalam yang dilakukan bersama informan yang terpilih, menjelaskan bahwa ICT Literacy masyarakat Banten yang berada di wilayah Serang belum kelihatan dengan jelas, walaupun sudah adanya berbagai gerakan yang mengarah kesana. Gambaran ICT Literacy berdasarkan hasil penelitian sangat membutuhkan program yang tepat guna untuk memutus mata rantai kesulitan yang berada diluar dari penerapan teknologi, seperti misalnya infrastruktur (listrik) dan juga pendidikan dasar. Hal ini sesuai dengan ICT Literacy berdasarkan pada pertemuan panel ETS), maka kurang lebih gambaran ICT Literacy di wilayah Banten hanya sampai pada tahap mengintegrasikan, pada komponen ini yang dimaksud adalah menginterprestasikan dan menggambarkan ulang informasi.
Hal
ini
termasuk
didalamnya
membuat
ringkasan,
membandingkan, dan menggarisbawahi. Sedangkan pada penelitian ini pada komponen mengintegrasikan yang dimaksud adalah proses untuk mengumpulkan,
menyimpulkan
informasi
yang
dibutuhkan.
Pada
komponen ini pengguna PLIK terlihat bagaimana mereka aktivitas mereka setelah memilih informasi yang dibutuhkan terkait dunia pendidikan. Hal ini dibuktikan kehadiran PLIK yang berada di wilayah Banten yang notabene murah dibandingkan dengan warung internet pada umumnya menurut keterangan dari pengelola PLIK hanya sebagian kecil digunakan untuk mencari informasi dunia pendidikan namun selebihnya untuk hiburan semata. Dengan demikian masyarakat Serang Banten ketika menggunakan PLIK termasuk dalam aspek media centric dimana internet hanya digunakan untuk membuka social media, youtube yang sifatnya menghibur. Selain itu PLIK yang menjadi bahan penelitian sebagian besar berada di lokasi sekolah dan digunakan kaum pelajar. Ada salah satu lokasi yang berada diperkampungan namun menurut keterangan pengelola PLIK jarang kelompok tani dan masyarakat umum menggunakan fasilitas tersebut. Pengelola PLIK menjelaskan bahwa masyarakat Banten keberatan dalam mengakses informasi mereka harus mengeluarkan sejumlah biaya. Keberatan masyarakat ini dinilai karena kemampuan ekonomi. Kondisi seperti ini yang menyebabkan infrastruktur PLIK tidak berfungsi optimal karena kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan TIK sebagai suatu kebutuhan dan kelengkapan aktivitas kesehariannnya sangat kurang. 4.2.1
Internet sebagai Medium Komunikasi Baru Berdasarkan hasil penelitian di wilayah Banten bahwa PLIK yang sudah tersedia menjadi saluran komunikasi baru dimana masyarakat perdesaan di Banten memanfaatkan internet sebagai salah satu media baru dalam mencari informasi. Karena penggunannya sebagian besar adalah pelajar maka sebagian besar digunakan untuk mengakses yang sifatnya menghibur. Hal ini juga diperjelas penuturan Michael Sunggiardi selaku pakar dan penggiat TIK. “Kebanyakan (mungkin diatas 70%) internet masih digunakan untuk entertainment dan social network atau aplikasi
yang gunanya membunuh waktu. Selain itu sepertinya yang paling banyak digandrungi oleh masyarakat perdesaan adalah komunikasi mereka dengan saudara atau anaknya yang berada di luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) atau menikah dengan orang luar negeri.” 4.2.2
Digital Natives dan Digital Immigrant Kondisi masyarakat Benten khususnya di wilayah Serang sebagian besar pengguna internetnya adalah pelajar dan mahasiswa. Pada awal penelitian pengguna internet diperkirakan berasal dari kelompok petani, nelayan juga mengakses internet. Namun kondisinya justru internet di wilayah Banten masih didominasi oleh anak muda yang notabene lebih melek teknologi. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara dengan narasumber pengguna internet untuk program PLIK adalah sebagian besar pelajar. Pelajar ini yang semula internet hanya digunakan untuk mencari informasi,
namun kenyatannya saat ini internet juga bisa membantu
pelajar untuk menjalin pertemanan, mencari bahan ajar dsb. Kelompok petani dan nelayan sebagian besar masuk dalam kategori digital immigrant dimana orang tersebut dilahirkan di era analog dan kemampuan menggunakan internetnya kurang. Berbeda dengan pelajar yang menggunakan internet masuk dalam kategori digital natives dimana generasi ini lahir di era digital, sehingga kemampuan menggunakan internet dinilai lebih mampu. (Hasil Wawancara dengan Eka Indarto, PT.SIMS).
Tabel 1.5 Usia Pengguna Internet
Sumber: PT.Jogja Media Net
4.2.3
ICT Literacy di Wilayah Banten Dalam penerapan ICT Literacy sebagian warga Banten yang dilakukan penelitian memberikan gambaran bahwa internet itu khususnya dalam penggunaan PLIK hanya digunakan sebagai medium untuk mencari informasi. Dengan demikian sesuai dengan kategori penerapan ICT Literacy di wilayah Banten masuk dalam level 2 dimana Jika seorang individu pernah memiliki pengalaman satu dua kali dimana informasi merupakan sebuah komponen penting untuk pencapaian keinginan dan pemecahan masalah, dan telah melibatkan teknologi informasi maupun komunikasi untuk mencarinya. Hal ini juga diperjelas penyataan Michael Sunggiardi yang menyatakan Belum kelihatan dengan jelas, walaupun sudah adanya
berbagai gerakan yang mengarah kesana. Selai itu belum ada program yang tepat guna untuk memutus mata rantai kesulitan yang berada diluar dari penerapan teknologi, seperti misalnya infrastruktur (listrik) dan juga pendidikan dasar. Sepertinya belum banyak, walaupun ada beberapa desa rintisan (http://melung.desa.id) yang sudah dibimbing oleh pemuda-pemuda lokal yang belajar di kota dan kembali membangun desanya. Bahkan PANDI yang sudah mulai mensosialisasikan nama domain desa.id untuk perdesaan yang sudah memanfaatkan teknologi TIK. Dibutuhkan suatu aplikasi yang berbasis kebutuhan mereka yang berada di perdesaan, sama persis seperti yang dilakukan Desa Melung di Jawa Tengah, dimana mereka mulai merekayasa semua kemungkinan yang akan dilakukan, walaupun secara spesifik, mereka belum menemukan pola yang tepat dalam penerapan TIK di perdesaan. Portal Desa Melung lebih mengarah ke blogger, yang ditulis oleh “orang pinter” yang berada di Jogja, jadi belum berisi aplikasi kebutuhan masyarakat desanya, lihat Basis Data yang hanya berisi statistik penduduk dan informasi lainnya hanya bersifat informal dalam bercerita ala blogger. Lihat juga kolom Rencana Pengelolaan Sumber Daya Hutan Desa Melung, yang isinya bukan suatu aplikasi, tetapi lebih ke pemberitahuan, dan memang targetnya adalah meningkatkan ICT-literasi dari nol ke satu tingkat yang sepertinya tidak lebih dari 10% dari populasi penduduk desa Melung. Angka 10% diambil dari pengalaman saya mengelola ISP di Bogor yang dalam kurun 1995-2003, jumlah pelanggannya tidak melebihi angka 3.000 dan melorot habis pada saat masuknya ISP lain ke Bogor dan aktifnya PT Telkom menjual Speedy di saluran telepon di Bogor yang hanya terdiri sekitar 30.000 saluran telepon. Jumlah penduduk kota Bogor adalah 1.000.000 orang, dan angka 10% diambil sebagian dari pengguna telepon genggam dimana warga yang punya mobilitas ke Jakarta setiap hari sekitar 120.000 orang.
4.2.4
ICT dan Perubahan Sosial ICT membawa transfomasi sosial budaya di
masyarakat,
penggunaan ICT membawa perubahan pada gaya hidup serta aktivitas sehari-hari. Perkembangan ICT hendaknya membawa perubahan juga dalam kehidupan masyarakat, yang dapat meningkatkan taraf hidup menjadi lebih baik. Beberapa program yang mendorong pemberdayaan masyarakat dengan ICT dapat dilakukan dengan kolaborasi antar pihak, misalnya antara Pemerintah dan swasta, sehingga ke depan perkembangan TIK diharapkan dapat memberikan dampak yang signifikan bagi kemajuan taraf hidup masyarakat. Untuk wilayah Banten, kehadiran PLIK juga menyebabkan adanya perubahan sosial. Perubahan sosial yang terjadi, yaitu pelajar lebih dimudahkan untuk mengakses segala informasi. Jika dulunya bahan ajar berupa buku dan dibeli di toko buku. Kini pelajar mencari bahan ajar idownload di internet dan beli buku melalui belanja online. USO (Universal Service Obligation) atau Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi bertujuan untuk menyediakan jasa akses telekomunikasi
dan
informatika
pedesaan
di
seluruh
Indonesia.
Penyediaan akses internet di ibukota kecamatan yang menjadi bagian dari wilayah USO melalui PLIK (Pusat Layanan Internet Kecamatan). PLIK dibangun dengan menyediakan ruang akses internet bersama, push konten yang produktif dan juga portal konten-konten yang bermanfaat. Perkembangan PLIK pada tahun 2011 hampir 100% target PLIK telah tercapai di seluruh Pulau di Indonesia. Akan tetapi untuk pulau Jawa, belum 100% target PLIK tercapai, terutama di Yogyakarta dan Jawa Tengah yang baru mencapai 94% dari target. Menurut Michael Sunggiardi Kalau mengacu pemakai internet yang hanya 60 juta (berdasarkan survey APJII), maka jika dibandingkan dengan populasi 240 juta rakyat Indonesia, maka sepertinya belum ada angka besar yang membuat perubahan sosial dalam pemanfaatan internet di perdesaan.
4.2.5
New Media dan Internet New Media ialah istilah yang menjelaskan konvergensi antara teknologi komunikasi digital yang mengacu pada on demand akses ke konten apa saja, di mana saja pada setiap perangkat digital yang bersifat interaktif. Contoh dari media yang sangat merepresentasikan media baru adalah internet dan smartphone. Pengguna internet di dunia pada tahun 2012 mencapai angka 2,4 Milyar. Hal itu berarti sekitar 34,3% penduduk dunia telah menjadi pengguna internet. Berdasarkan data APJII pada tahun 2012, pengguna internet di Indonesia mencapai 63 juta.
Tabel 1.6
Statistik Pengguna Internet di Indonesia
Sumber : www.apjii.or.id Pesatnya pertumbuhan penggunaan internet didukung adanya integrasi layanan internet dengan berbagai device yang semakin murah dan fleksibel. Perangkat teknologi yang semakin canggih dan handal didukung dengan kecepatan broadband internet yang semakin tinggi menyebabkan konten multimedia menjadi akses yang universal. Konvergensi teknologi dan aplikasi yang diakibatkan oleh New Media menciptakan lingkungan digital yang mengubah media tradisional seperti majalah, televisi, surat kabar, maupun buku menjadi teknologi dan aplikasi digital. Sosial media melalui internet berkembang pesat, situs-situs dengan layanan inovatif terus bermunculan dan berkembang menjadi raksasa dunia maya. Dengan berkembangnya jejaring sosial, setiap orang dapat terhubung satu sama lain dalam melakukan komunikasi. Orang, perusahan, institusi dapat menggunakan semua tipe sosial network untuk publikasi, sharing, saling terhubung dengan komunitas.
Tabel 1.7 Sosial Media Landscape
Sumber: Sosial Media Landscape 2012, fredcavazza.net
4.3
Pembahasan
4.3.1
ICT Literacy di Wilayah Banten Adapun model ICT Literacy berdasarkan pada pertemuan panel ETS menggambarkan kemampuan dasar dan pengetahuan yaitu bahwa pada dasarnya ICT Literacy adalah perpaduan kemampuan kognitif dan teknikal seperti tergambar sebagai berikut :
Tabel 1.8 ICT LITERACY
ICT Proficiency Access-Manage-Integrate-Evaluate-Create
Cognitive Proficiency
a.
Technical Proficiency
Cognitive Proficiency (Kemampuan kognitif) Keterampilan dasar yang diinginkan dalam kehidupan sehari – hari baik disekolah, dirumah dan ditempat kerja. Literacy, berhitung, pemecahan masalah dan melek spasial/visual adalah bentuk kemampuan ini.
b. Technical Proficiency (Kemampuan teknis) Komponen dasar melek digital. Ini mencakup pengetahuan dasar tentang hardware, software, aplikasi, jaringan dan unsur – unsur dari teknologi digital. c.
ICT Proficiency (Kemampuan ICT) Merupakan integrasi dan aplikasi dari ketrampilan kognitif dan teknis. Kemampuan ICT dipandang sebagai pendukung yaitu mendukung individu untuk memaksimalkan kemampuan dibidang teknologi. Pada tingkat tertinggi, kemampuan ICT menghasilkan inovasi, perubahan individu dan perubahan sosial.
Pada kerangka tersebut diatas menjelaskan bahwan ICT literacy mencakup kemampuan ICT kemampuan kognitif dan kemampuan teknteis. Namun pada penelitian PLIK di wilayah Banten ingin mengetahui kemampuan ICT masyarakat yang menggunakan PLIK.
Pada model ICT Literacy salah satu komponennnya adalah kemampuan ICT, Berikut ini komponen kemampuan ICT yang berada di wilayah Banten : 1.
Access (akses): mengetahui tentang dan mengetahui bagaimana untuk mengumpulkan dan mendapatkan informasi.
2.
Manage (mengelola) : menerapkan skala klasifikasi atau organisasi
3.
Integrate
(mengintegrasikan):
menginterprestasikan
dan
menggambarkan ulang informasi. Hal ini termasuk didalamnya membuat ringkasan, membandingkan, dan menggarisbawahi. 4.
Evaluate (mengevaluasi): memutuskan tentang kualitas, keterkaitan, kegunaan atau efesiensi dan informasi
5.
Create (menciptakan): menciptakan informasi baru dengan cara mengadopsi,
menerapkan,
mendesain,
membuat
atau
menulis
informasi. Pada PLIK yang dikunjungi di 3 lokasi yaitu Kecamatan Ciomas, Cipocok dan Serang yang dipilih menggambarkan beberapa kriteria perwakilan PLIK di Banten. PLIK yang berada di Kecamatan Ciomas berada di dekat komplek Perumahan. Sedangkan PLIK yang berada di Cipocok berada di Sekolah SD dan SMP. Dan PLIK yang berada di Kecamatan Serang berada di Pondok Pesantren. Ketiga lokasi tersebut mewakili untuk melihat sejauh mana gambaran kemampuan ICT. Ketiga PLIK tersebut ada yang sebagian digunakan masyarakat umum dan yang berlokasi di pesantren banyak digunakan santri. Dari ketiga PLIK hanya di Kecamatan Serang saja yang tidak berfungsi. Dengan PLIK tersebut mewakili gambaran bagaimana PLIK tersebut bisa digunakan oleh masyarakat umum dan bagaimana pula PLIK tersebut hanya digunakan untuk santri saja. Lebih lanjut peneliti juga ingin mengetahui PLIK yang berfungsi dengan baik dan PLIK yang tidak berfungsi. Dengan menggunakan komponen kemampuan ICT, Keberadaan PLIK Jika ditinjau dari Akses, ketiga lokasi tersebut setiap orang belum tentu semuanya mengakses PLIK , sebagian besar yang mengakses adalah
dari kaum mudanya masyarakat di wilayah Banten bisa memanfaatkan PLIK untuk mencari informasi dan sebagai alat komunikasi baru untuk mengurangi kesenjangan digital. Untuk mencapai tujuan tersebut berdasarkan komponen yang ditetapkan pada ETS peneliti merancanng sebagai berikut : d.
Access : memilih dan membuka aplikasi apa saja yang sering dibuka terutama terkait akses pendidikan, dengan menggunakan search engine
e.
Manage : mencari informasi yang terkait dengan dunia pendidikan
f.
Integrate : mengumpulkan, menyimpulkan informasi yang dibutuhkan
g.
Evaluate : memutuskan jenis informasi yang sesuai
h.
Create : menciptakan kembali dari informasi yang didapat dan mengkomunikasikan kembali informasi tersebut melalui media internet.
4.3.2
Access (akses) Komponen pertama untuk mengetahui kemampuan ICT adalah Akses. Pada komponen ini untuk mengetahui tentang dan mengetahui bagaimana untuk mengumpulkan dan mendapatkan informasi. Dan sesuai kondisi di lapangan peneliti lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana pengguna PLIK memilih dan membuka aplikasi apa saja yang sering dibuka terutama terkait akses pendidikan. Di wilayah Banten akses untuk menggunakan PLIK tidak terlalu banyak. Lamanya kewajiban PLIK untuk beroperasi ada 4(empat) jam saja. Untuk penempatan PLIK yang di wilayah Banten
sebagian
ditempatkan di sekolah atau Pesantren dan ada yang ditempatkan di dekat Perumahan. Untuk PLIK yang ditempatkan di sekolah atau pesantren sebagian besar digunakan anak – anak sekolah itu sendiri. Menurut keterangan pengelola PLIK yang lokasinya di pesantren Bapak M.Ghazali lebih banyak digunakan anak – anak yang tinggal di asrama tersebut :
“ Untuk PLIK yang berada di dalam kompleks pesantren memang sebagian besar penggunanya adalah anak didik disini. Karena lokasinya berdekatan, masyarakat umum juga jarang ada yang mengetahui keberadaan PLIK itu sendiri”. PLIK yang digunakan anak sekolah sebagian besar digunakan untuk mencari infromasi guna mendukung tugas sekolah dan selebihnya untuk kegiatan entertaiment seperti mengakses jejaring social dan game. Dalam satu hari seseorang bisa mengakses 1-4 jam. Hal ini senada seperti yang diutarakan pengguna PLIK yaitu Alan Bhaniti “ Dalam sehari dalam mengakses bisa mencapai 4 jam, selain untuk mencari informasi saya juga mengakses
karena
untuk
menambah
wawasan,
saya
biasanya
menggunakan google untuk kemudahan mencari terkait informasi yang dibutuhkan”. Namun kecepatan bandwith PLIK juga mempengaruhi seseorang untuk berselancar di internet. Ada pengguna yang juga enggan menggunakan PLIK karena kecepatannya aksesnya sangat lambat. “ PLIK nya sangat lambat, jadinya saya lebih memilih di tempat lain yang lebih cepat koneksinya” ujar salah satu pengguna PLIK. Adapun PLIK yang masih mempertahankan bentuk aslinya menggunakan V-SAT, kendala utamanya adalah kecepatan konektivitas yang sangat lambat dan hanya disediakan 256Kbps. Melihat perkembangannya, PLIK yang ditempatkan dipesantren sebagian sudah diganti menggunakan Speedy untuk mendapat bandwith 512 Kbps. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan pengamatan lapangan, pengelola yang jeli dengan PLIK yang sangat lambat, sebagian besar segera mengganti konektivitas dengan Speedy dan Operating Systemnya (OS) sudah diganti dengan Windows. Melihat kemampuan teknikal yang dimiliki, masyarakat Banten lebih familiar dengan OS Windows daripada Linux. PLIK dengan OS aslinya yaitu Linux sudah dipasang beberapa konten terkait pendidikan.
Peneliti mencoba mengamati langsung saat pertama kali pengguna PLIK membuka search engine. Dengan menggunakan search engine (mesin pencari) Google pengguna mencari beberapa konten informasi terkait tugas sekolah. Namun selanjutnya pengguna PLIK tetap beralih untuk penggunaan yang sifatnya entertainment saja yaitu melakukan komunikasi melalui jejaring sosial yang sebagian besar masih menggunakan facebook dan selebihnya maen permainan online. Untuk di PLIK di lokasi Kecamatan Ciomas, pada saat melakukan browsing pengguna sudah melakukan mesin pencari google untuk membantu mencari informasi terkait dunia pendidikan. Pengguna internet saat ini menurut hasil penelitian Masyarakat golongan menengah keatas, anak sekolah dan kaum urban. Pada kenyataanya persebaran internet belum merata di semua wilayah. Presentasi pemanfaatan internet hanya di kota besar yang skala ekonominya sudah cukup, tidak terjadi di perdesaan yang skala ekonominya kecil. Di wilayah Banten PLIK juga hanya dimanfaatkan kaum yang melek internet, sebagian besar penggunanya adalah kaum pelajar. Fungsi internet yang berkembang saat ini kebanyakan (mungkin diatas 70%) masih digunakan untuk entertainment dan social network atau aplikasi yang gunanya membunuh waktu. Dengan demikian perubahan sosial yang terjadi di masyarakat Kalau mengacu pemakai internet yang hanya 60 juta (berdasarkan survey APJII), maka jika dibandingkan dengan populasi 240 juta rakyat Indonesia, maka sepertinya belum ada angka besar yang membuat perubahan sosial dalam pemanfaatan internet di perdesaan. Jika ditinjau dari kondisi pelayanan internet perdesaan saat ini, kondisinya sangat minim, dan bisa dikatakan pas-pasan, mengikuti skala ekonomi yang di set oleh para operator di daerah yang bersangkutan. Jika terkait konten yang sering diakses masyarakat yang paling banyak digemari oleh masyarakat perdesaan adalah komunikasi mereka dengan
saudara atau anaknya yang berada di luar negeri (sebagai TKI atau menikah dengan orang luar negeri). Hal apa saja yang mempengaruhi masyarakat perdesaan dalam mengakses internet adanya aplikasi yang memang dibutuhkan masyarakat perdesaan untuk dapat meningkatkan ICT Literacy dan akses internet. ICT Literacy dalam hal ini kemampuan memahami dan belajar sesuatu dari jaringan elektronik. Perkembangannya saat ini berdasarkan Pendidikan dasar yang ada di perdesaan sepertinya baru di tingkat SMP, berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh. World Bank tahun 2008, maka
ICT
Literacy
ini
masih
sangat
minim,
karena
selain
ketidakmampuannya membaca dalam bahasa Inggris, juga kemampuan untuk mencerna tulisan yang ada di jaringan internet juga menjadi sangat terbatas. 4.3.3
Manage (mengelola) Pada komponen mengelola, kemampuan ICT yang dimaksud adalah menerapkan skala klasifikasi atau organisasi. Dalam hal mengelola PLIK diberikan kepada instansi yang ditunjuk diharapkan bisa membantu sebuah organisasi untuk mengembangkan dan membantu masyarakat di wilayah perdesaan dalam mengurangi kesenjangan digital. Dalam komponen manage (mengelola) selanjutnya peneliti ingin mengetahui sejauh mana pengguna PLIK mampu mencari informasi yang terkait dengan dunia pendidikan. PLIK yang dikunjungi di kecamatan Ciomas, PLIK berada di lokasi publik. PLIK disini berada di dekat komplek perumahan, dengan demikian pengguna PLIK masyarakat umum. PLIK disini masih menggunakan VSAT. Karena pengguna masyarakat umum pengguna PLIK sebagian besar mencari informasi tidak terbatas pada dunia pendidikan saja. Meski pada awalnya untuk mencari kebutuhan informasi terkait dunia pendidikan melalui mesin pencari diantaranya pengguna PLIK mengetik terkait artikel pelajaran sekolah. Setelah mendapat artikel
tersebut pengguna akan menyimpan di komputer. Setelah selesai mencari sebagian besar aktivitasnya dilanjutkan untuk hiburan. PLIK
di
Kecamatan
Cipocok,
PLIK
di
wilayah
belum
dimanfaatkan dengan maksimal. Terkait dengan catu daya tersedia, sehingga operasional PLIK tidak rutin, dengan demikian peneliti tidak bisa melihat komponen akses dengan secara maksimal karena operasional PLIK sendiri belum secara optimal. Untuk PLIK di Kecamatan Serang pengguna PLIK sebagian besar santri dari pesantren. Untuk akses pengguna menggunakan mesin pencari google. Pengguna sangat beragam dalam mengakses PLIK, tidak semuanya mengakses konten pendidikan. Penggunaan PLIK digunakan sehabis jam belajar sekolah. Hal ini dapat dilihat pengguna banyak berkungjung ke PLIK pada sore hari. Sedangkan untuk PLIK di Kecamatan Ciomas, PLIK diakses sebagian untuk game on line saja. Hal ini dikarenakan pengguna lebih tertarik untuk menggunakan games. Ada beberapa yang membuka aplikasi search engine untuk mencari tugas sekolah, namun sebagian besar waktunya untuk berselancar digunakan game on line. ICT Literacy belum tergambar dengan jelas, walaupun sudah adanya berbagai gerakan yang mengarah kesana. Belum ada program yang tepat guna untuk memutus mata rantai kesulitan yang berada diluar dari penerapan teknologi, seperti misalnya infrastruktur (listrik) dan juga pendidikan dasar. ICT Literacy untuk wilayah perdesaan belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Sepertinya belum banyak, walaupun ada beberapa desa rintisan seperti
di
daerah
Jawa
Tengah
di
desa
Melung
membuat
http://melung.desa.id yang sudah dibimbing oleh pemuda-pemuda lokal yang belajar di kota dan kembali membangun desanya. Bahkan PANDI yang sudah mulai mensosialisasikan nama domain desa.id untuk perdesaan yang sudah memanfaatkan teknologi TIK.
4.3.4
Integrate (mengintegrasikan) Mengintegrasikan pada komponen ini yang dimaksud adalah menginterprestasikan dan menggambarkan ulang informasi. Hal ini termasuk
didalamnya
membuat
ringkasan,
membandingkan,
dan
menggarisbawahi. Sedangkan pada penelitian ini pada komponen mengintegrasikan yang dimaksud adalah proses untuk mengumpulkan, menyimpulkan informasi yang dibutuhkan. Pada komponen ini pengguna PLIK akan terlihat bagaimana mereka aktivitas mereka setelah memilih informasi yang dibutuhkan terkait dunia pendidikan. Dalam komponen ini pengguna PLIK maupun pengelola PLIK mengumpulkan informasi yang tadi sudah berhasil dikumpulkan. Sebagian besar mereka merujuk pada mesin pencari google, setelah google berhasil mengeluarkan hasil, mereka kemudian membuka link yang dimaksud, link – link yang dimaksud sangat beragam sesuai kebutuhan yang diinginkan pengelola sebagian besar link tersebut berasal blog, website. Proses mengumpulkan bahan ini membantu dalam tambahan informasi. Dengan mengcopy bahan yang diinginkan dalam satu folder
mereka
akan
mendapatkan
gambaran
dalam
membantu
menyelesaikan tugas. Misal informasi seputar terkait mata pelajaran, setelah
mendapatkan
bahan
yang
lengkap
mereka
kemudian
menyimpannya di dalam folder tersendiri. Setelah merangkum beberapa bahan yang sudah terkumpul pengguna PLIK biasanya membuat ringkasannya. Namun proses untuk membuat ringkasan tersebut biasanya tidak dilakukan saat mereka melakukan browsing, mereka hanya sampai pada tahap mengumpulkan saja. Sedangkan untuk menyimpulkan biasanya dilakukan di rumah masing – masing. PLIK yang berada di Kecamatan Cipocok belum mempunyai andil yang besar dalam konspe mengintegrasi, meski Plang penanda PLIK sudah dipasang namun karena PLIK lebih sering tutup , masyarakat juga enggan menggunakannya.
PLIK di Kecamatan Serang, karena masih produktif, pengelola yang
cukup
aktif
memantau
penggunaan
PLIK.
Pada
proses
mengumpulkan informasi terkait dunia pendidikan, PLIK sudah cukup baik mendukung dalam konsep mengintegrasikan informasi yang ada. Pengguna PLIk disini biasanya membawa flashdisc untuk mengumpulkan informasi yang sudah dikumpulkan. Dan menurut keterangan pengelola, pengguna juga ada yang sebagian menyimpulkan terhadap informasi yang telah berhasil didownload. Sejauh ini internet dalam PLIK di lokasi ini sudah menjadi kebutuhan yang sangat mendukung aktivitas para santri. Meskipun tudak ada Plang penanda PLIK namun pada tiap harinya PLIK disini cukup ramai. Terlebih setelah usai jam pelajaran dan sebelum menjelang malam. PLIK di lokasi Kecamatan Baros, menurut keterangan pengelola PLIK disini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh pengguna sehingga dalam konsep mengintegrasikan. PLIK belum sepenuhnya diterapkan oleh pengguna PLIK. Namun pihak pengelola justru memanfaatkannya, PLIK oleh pengguna bisa dijadikan saran untuk mengumpulkan informasi seputar wawasan bisnis yang dibutuhkan. Selain dunia pendidikan pengelola juga banyak memanfaatkan untuk mengumpulkan dan bahkan menyimpulkan kembali terhadap informasi yang sudah didapatkannya. Kondisi lingkungan PLIK di lokasi ini berdekatan dengan lingkungan Perumahan, hal ini menyebabkan aktivitas pengguna sebagian besar untuk kegiatan entertaiment. 4.3.5
Evaluate (mengevaluasi) Komponen ini adalah bagaimana memutuskan tentang kualitas, keterkaitan, kegunaan atau efisiensi dan informasi. Dari komponen ini peneliti ingin mengetahui bagaimana pengguna PLIK memutuskan jenis informasi yang sesuai. Dalam mencari informasi seputar pendidikan pengguna PLIK sudah mencari informasi yang tersedia, kemudian proses selanjutnya yaitu memilih mana saja informasi yang tepat terkait informasi yang dibutuhkan.
Di Kecamatan Cipocok pengguna PLIK belum menunjukan adanya aktifitas yang mendukun evaluasi terkait penggunaan PLIK. Pengelola menjelaskan bahwa sejauh ini PLIK belum digunakan hingga pada komponen mengevaluasi. Untuk di Kecamatan Serang, pengguna PLIK menurut keterangan dari pengelola sangat membantu dalam mencari, informasi seputar dunia pendidikan terutama terkait bahan tugas sekolah. Pengguna biasanya sudah mencari beberapa referensi terkait informasi yang dibutuhkan. Jika mencari materi seputar mata pelajaran akan dipilih topik – topik terkait langsung dengan dari beberapa website, blog, maupun bahan elektronik lain yang akan digunakan sebagai bahan membuat tugas terkait. Sehingga pengguna PLIK sudah mampu melakukan tahap mengevaluasi dari referensi yang sudah dikumpulkan. Pengguna sudah melakukan pemilihan bahan mana yang sesuai dengan tugas sekolah tersebut. PLIK di lokasi Kecamatan Baros pengguna PLIK belum melakukan evaluasi terhadap informasi yang dibutuhkan. Karena pengguna PLIK hanya membuka semua bahan yang terkait belum sampai memilih bahan yang sesuai. Dalam mengembangkan ICT Literacy supaya berkembang dengan baik, Kita harus membangun suatu aplikasi yang berbasis kebutuhan mereka yang berada di perdesaan, sama halnya seperti yang dilakukan Desa Melung di Jawa Tengah, dimana mereka mulai merekayasa semua kemungkinan yang akan dilakukan, walaupun secara spesifik, mereka belum menemukan pola yang tepat dalam penerapan TIK di perdesaan. Portal Desa Melung lebih mengarah ke blogger, yang ditulis oleh “orang pinter” yang berada di Jogja, jadi belum berisi aplikasi kebutuhan masyarakat desanya, lihat Basis Data yang hanya berisi statistik penduduk dan informasi lainnya hanya bersifat informal dalam bercerita ala blogger. Lihat juga kolom Rencana Pengelolaan Sumber Daya Hutan Desa Melung, yang isinya bukan suatu aplikasi, tetapi lebih ke pemberitahuan, dan memang targetnya adalah meningkatkan ICT Literacy dari nol ke satu
tingkat yang sepertinya tidak lebih dari 10% dari populasi penduduk desa Melung. Angka 10% diambil dari pengalaman Michael Sunggiardi dalam mengelola ISP di Bogor yang dalam kurun 1995-2003, jumlah pelanggannya tidak melebihi angka 3.000 dan melorot habis pada saat masuknya ISP lain ke Bogor dan aktifnya PT Telkom menjual Speedy di saluran telepon di Bogor yang hanya terdiri sekitar 30.000 saluran telepon. Jumlah penduduk kota Bogor adalah 1.000.000 orang, dan angka 10% diambil sebagian dari pengguna telepon genggam dimana warga yang punya mobilitas ke Jakarta setiap hari sekitar 120.000 orang. 4.3.6
Create (menciptakan) Pada konsep menciptakan adalah menciptakan informasi baru dengan cara mengadopsi, menerapkan, mendesain, membuat atau menulis informasi. Sedangkan pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui sejauh mana
menciptakan
kembali
dari
informasi
yang
didapat
dan
mengkomunikasikan kembali informasi tersebut melalui media internet. Pada Kecamatan Cipocok, pengguna PLIK belum sampai pada kemampuan menciptakan. Karena PLIK tidak beroperasi, Selain itu pengelola juga lebih sibuk menjadi seorang pengajar shingga kurang bisa mengembangkana keberadaan PLIK untuk bisa dimanfaatkan dengan maksimal. Kecamatan Serang Pengguna PLIK belum sampai menciptakan sebuah karya atau tulisan tertentu. Pengguna hanya sebatas mencari bahan saja. Kecamatan Baros pengguna PLIK juga belum produktif dalam menggunakan internet, sebagian besar digunakan untuk kepentingan konsumtif yaitu game on line saja. PLIK sangat bermanfaat bagi masyarakat perdesaan, hanya harus dilengkapi dengan aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat perdesaan itu sendiri.
Konten yang seharusnya bisa ditampilkan dalam mendukung ICT Literacy di wilayah perdesaan menurut penjelasan dari Michael Sunggiardi yang pernah memetakan kondisi di satu desa (kelurahan), dimana biasanya ada 12 lembaga yang fungsinya membantu kegiatan sehari-hari warga desanya, dan dari 12 lembaga tersebut, sudah disaring yang betul-betul dengan segera membutuhkan penerapan TIK, yaitu : KUD, LPM, KIM dan Posyandu. Secara spesifik, belum melakukan kajian yang lebih dalam dari empat organisasi di desa tersebut, karena sebetulnya kita harus me-review ke empatnya secara rinci, untuk kemudian memasukan unsur TIK ke dalam kegiatan yang sudah mereka lakukan. ICT Literacy sudah berjalan baik untuk diwilayah perdesaan, dengan syarat yang menggunakan masyarakat tersebut dalam ditinjau dari sisi mananya apakah aspek media centric ataupun productivity centric. Dalam mengembangkan ICT Literacy supaya lebih baik Lebih produktif dalam memanfaatkan informasi, termasuk memproduksi informasi. Dengan fasilitas internet termasuk penggunaan PLIK dan MPLIK dikembangkan dengan meningkatkan produktivitas dalam menghasilkan sebuah informasi sesuai dengan kebutuhan daerah. Jika informasi sudah tersaji dengan lengkap, maka wilayah itu bisa memanfaatkan untuk 4.3.7 Penggunaan Internet melalui PLIK pada program USO di Wilayah Banten Pusat Layanan Internet Kecamatan, yang selanjutnya disebut PLIK, adalah pusat sarana dan prasarana penyediaan layanan jasa akses internet di ibu kota kecamatan yang dibiayai melalui dana Kontribusi Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi. PLIK yang bersifat tetap adalah Pusat Layanan Internet Kecamatan yang ditempatkan secara tetap di Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi (WPUT) Internet Kecamatan.PLIK di wilayah Banten ada 206 dengan penyedia jasa PT.Sarana Insan Muda Selaras (PT.SIMS).
Pengguna internet saat ini sebagian besar usia 16-24 tahun. Ada dua kategori pengguna internet yaitu : a) Digital imigrant : generasi yang lahir di era analog b) Digital natives : generasi yang lahir di era digital, kelahiran di tahun 80an Jadi meskipun mereka tinggal di perdesaan namun masuk dalam golongan digital native, dalam menggunakan internet pasti sudah familiar. Untuk persebaran internet yang berada di wilayah Jawa sudah berjalan cukup baik. Di wilayah kota biasanya sudah menggunakan perangkat yang sifatnya personal seperti mobilephone, smartphone. Di wilayah Kabupaten masyarakatnya dalam mengakses teknologi biasanya menggunakan akses publik. Fungsi internet saat ini sebagai media centric, internet digunakan sebagai media informasi, lebih banyak digunakan untuk entertaimen jumlahnya hampir 70%. Sedangkan fungsi internet sevagai productivity centric, internet digunakan sebagai kegiatan untuk mengolah informasi sebagai media untuk menghasilkan informasi, dan digunakan sebagai pendukung kegiatan sehari - hari. Ada pola hubungan baru, khususnya untuk mengambil keputusan. Dengan internet, melalui sosial media, seseorang lebih punya harapan hidup. Didalam keluarga saat ini jika ingin mengetahui sebuah informasi disarankan dan mereferensikan untuk mencari melalui internet. Ada pola komunitas dari penggunaan internet itu sendiri: a) Informasi , internet sebagai sebagai sumber informasi. b) Interactivity, media internet bersigat interaktif. c) Pola Hubungan Grup, dengan adanya grup seseorang bisa membentuk grup. d) Kolokasi, mempraktikkan Kondisi pelayanan internet di perdesaan saat ini jika pengelola mengetahui
bagaimana
memanfatkan
perangkat,
tahu
bagaimana
memasarkan , internet terutama PLIK tentu saja perangkat infrastruktur tersebut bisa berjalan baik. Jika dilihat konten apa saja yang biasanya banyak diakses masyarakat perdesaan, Berdasarkan aspek dalam mengakses internet , berikut ini konten-konten yang biasanya banyak biasanya yang bersifat menghibur belum sampai ke ranah produktivitas. Aspek mengakses
yang
mempengaruhi
masyarakat
perdesaan
dalam
internet . Aspek media : yang diakses biasanya youtube,
sosial media, Aspek produktivity yang dicari biasanya akses untuk kepentingan produktivitas misalnya portal peternakan, pendidikan. Kondisinya masyarakat membutuhkan sebuah hiburan, penggunaan internet akan akan bertambah jika kampanye di TV mengenai internet juga bisa berjalan baik. Ada tiga hal terkait ICT Literacy yaitu interest masyarakat, attitude individu dan kemampuan untuk menggunakan TIK. Selanjutnya ICT Literacy dalam penerapannya sehari – hari yaitu
memanfaatkan
TIK
untuk kepentingan mengakses informasi, kemudian mengintegrasikan untuk kehidupan sekaligus membangun pengetahuan baru dan ujungnya adalah partisipasi sehingga mampu melakukan komunikasi untuk lebih produktif lagi. Perkembangan ICT Literacy saat ini cukup pesat dan dibuktikan diantaranya setiap sekolah memberikan materi TIK dimana sumber dayanya sudah mampu menggunakan internet. Dengan demikian pada kenyataannya ICT Literacy bisa terwujud jika: a) Masyarakat sudah punya perangkat digital. b) Sudah menggunakan material sendiri dan mempunyai perangkat sendiri c) Menggunakan perangkat untuk mempengaruhi kesehariannya. Manfaat keberadaan PLIK untuk masyarakat, sangat bermanfaat untuk masyarakat. Beberapa PLIK yang berkembang dengan baik jika masyarakat didaerah tersebut bisa mengembangkan dengan baik, Namun
pada dasarrnya masyarakat harus dipekenalkan dengan komputer terlebih dahulu baru diajarkan internet. Sehingga hasilnya masyarakat sudah mampu memproduksi informasi terlebih dahulu. PLIK sangat bermanfaat bagi masyarakat perdesaan, hanya harus dilengkapi dengan aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat perdesaan itu sendiri. Konten yang menciptakan masyarakat lebih mengarah ke productivity centric, sehingga masyarakat memandang internet khususnya PLIK menjadi community development. Sehingga mendorong masyarakat dalam memutuskan atau mengkomunikasi kan sesuatu selalu mempertimbangkan internet sebagai bahan rujukan. 4.3.8 Program Kewajiban Pelayanan Universal Penyediaan jasa akses telekomunikasi dan informatika KPU/USO di Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi (WPUT) yaitu di wilayah antara lain daerah tertinggal, daerah terpencil, daerah perintisan, daerah perbatasan, dan daerah yang tidak layak secara ekonomis serta wilayah yang belum terjangkau akses dan layanan telekomunikasi. Tujuannya adalah : a.
Mengatasi kesenjangan digital (kesetaraan akses teknologi informasi dan komunikasi;
b.
Menunjang dan mendukung kegiatan perekonomian, memantapkan pertahanan dan keamanan serta mencerdaskan kehidupan bangsa;
c.
Pemenuhan komitmen Indonesia di WSIS (World Summit Information Society).
Pelaksanaan penyediaan KPU/USO berdasarkan regulasi dan kebijakan baru diharapkan dapat menghasilkan manfaat dengan produktifitas yang efisien dan efektif. Manfaat yang diharapkan terbagi menjadi 4 (empat) fase yang didapat secara bertahap, yaitu: a.
Connectivity, yaitu keterhubungan antar desa dengan desa dan desa dengan kota dengan akses layanan suara, SMS, dan akses layanan internet yang merupakan target tahap awal dari penyediaan KPU/USO.
b.
Transaction, yaitu tersedianya fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan masyarakat sehari-hari yang dapat meningkatkan taraf hidup yang didapat dengan cara komunikasi jarak jauh atau virtual tanpa memperhitungkan jarak dan waktu seperti e-education, e-bussiness, ehealth, dll melalui akses layanan ICT yang telah tersedia.
c.
Collaboration, yaitu terciptanya komunikasi yang baik antar desa baik yang disatukan dalam wilayah administrasi tertentu ataupun di wilayah administrasi yang berbeda sehingga terjalin komunitaskomunitas antar desa yang dapat mengembangkan potensi masingmasing desa dan saling bekerjasama.
d.
Transformation, yaitu terbentuknya transformasi kondisi sosial masyarakat yang sudah akrab dengan ICT sehingga segala bentuk kegiatan sehari-hari dapat lebih efisien dan efektif dengan menggunakan ICT.