BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Penelitian
4.1.1. Hasil Penelitian Pra Siklus Hasil penelitian yang dilakukan terhadap siswa kelas V SDN Kutowinangun 08 semester II tahun 2013/2014 tentang pembelajaran IPA nampak bahwa hasil belajar IPA tidak ada yang mencapai KKM ≥ 90. Hasil belajar terdiri dari penskoran proses dan penskoran hasil belajar. Pada saat pensekoran hasil belajar hanya dilakukan pada penskoran hasil saja tes formatif, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa tidak dapat mencapai skor optimal dan tidak tuntas. Hal ini juga ditunjukkan oleh besarnya skor maksimal 39, skor minimal 23,5 dan skor rata rata 29,7. Pada kondisi ini dalam pembelajaran tidak mengacu pada pendekatan yang melibatkan siswa seperti inkuiri dengan model pembelajaran NHT. Hal ini nampak pada RPPsebagai rancangan pembelajaran guru tidak membuat RPP, guru juga tidak mendesain pendekatan dan model pembelajaran tertentu yang digunakan guru. Pembelajaran yang bersifat konvensional yakni pembelajaran berpusat pada guru, siswa tidak pernah terlibat dalam pembelajaran yakni siswa tidak pernah membentuk kelompok, mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, mengolah data dan menarik kesimpulan, jadi siswa tidak pernah diberi kesempatan untuk menemukan konsep sendiri. Siswa juga tidak pernah terlibat dalam pemanggilan nomor, menjawab pertanyaan sesuai nomor yang dipanggil, dan menanggapi presentasi.
4.1.2. Hasil Penelitian Siklus 1 Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus 1 dengan tindakan pendekatan inkuiri dan model pembelajaran NHT dilaksanakan dalam 3 langkah yakni 1. Perencanaan tindakan, 2. Pelaksanaan tindakan dan observasi, 3. Refleksi.
48
49
Perencanaan Tindakan Pada tahap perencanaan ini RPP dengan tema peristiwa alam dan subtema peristiwa alam gunung meletus dan tsunami disajikan dalam lampiran 4 dengan KI: Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati dan mencoba (mendengar, melihat, membaca) serta menanya berdasarkan rasa ingin tahu secara kritis tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain, dengan indikator mengkomunikasikan aktifitas manusia terhadap kenampakan alam. Perangkat pembelajaran RPP yang terdiri dari materi peristiwa alam gunung meletus dan tsunami, media yang berupa gambar jenis peristiwa alam yang ada di Indonesia, sumber belajar berupa buku pelajaran paket IPA kelas 5, bahan-bahan untuk simulasi gunung meletus berupa cuka, soda kue, sabun cair, pewarna makanan kuning dan merah, air, dan pasir. Perangkat evaluasi yang meliputi kisi-kisi evaluasi, rubrik penskoran, butir soal dan lembar observasi implementasi tindakan yaitu pendekatan inkuiri dan model pembelajaran pembeajaran NHT.
Implementasi Tindakan Pendekatan Inkuiri dengan Model Pembelajaran NHT dan Observasi Pelaksanaan siklus 1 dilaksanakan melalui 2 pertemuan, pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 03 April 2014 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 04 April 2014.
Pertemuan pertama Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan pertama adalah siswa mengawali pembelajaran dengan mengucapkan selamat pagi pada guru kelas V, kemudian guru mengajak siswa untuk berdoa sesuai keyakinan masing-masing.Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang diberikan guru yaitu menjelaskan dampak peristiwa alam terhadap aktifitas manusia yang diberikan guru. Selanjutnya siswa
50
menyimak pendekatan pembelajaran dan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu pendekatan inkuiri dan model pembelajaran NHT. Pada kegiatan inti siswa membentuk kelompok yang beranggotakan 4 siswa, setiap kelompok menyimak gambar perittiwa alam gunung meletus dan tsunami yang guru tunjukkan. Siswa dengan bimbingan guru membuat rumusan masalah tentang dampak apa yang ditimbulkan terhadap aktifitas manusia sesuai gambar peristiwa alam yang telah di simak. Siswa merumuskan jawaban sementara tentang dampak yang ditimbulkan setelah terjadi peristiwa alam gunung meletus dan tsunami. Masing-masing kelompok mengumpulkan data tentang dampak terjadinya peristiwa alam terhadap aktifitas manusia, kemudian masing-masing kelompok berdiskusi mengolah data tentang dampak peristiwa alam gunung meletus terhadap aktifitas manusia. Dalam kegiatan penutup siswa dan guru menegaskan dampak peristiwa alam gunung meletus dan tsunami terhadap aktifitas manusia kemudia siswa mengakhiri pembelajaran dengan doa dan selamat pagi.
Pertemuan kedua Langkah-langkah pada kegiatan awal adalah siswa mengucapkan selamat pagi pada guru kelas V, kemudian berdoa sesuai keyakinan masing-masing. Siswa mengungkapkan kembali deskripsi tentang dampak peristiwa alam gunung meletus dan tsunami. Siswa menyimak tujuan dan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan pada hari jumat. Pada kegiatan inti guru memanggil nomor secara acak, yakni nomor dua, siswa yang mendapat nomor dua di panggil mempresentasikan hasil kerja kelompok yakni dampak positif peristiwa alam gunung meletus terhadap aktifitas manusia, siswa yang mempunyai nomor satu dari kelompok 4 dan nomor 4 dari kelompok dua menanggapi presentasi. Selanjutnya guru memanggil nomor lagi yakni nomor satu, siswa yang mendapat nomor satu di panggil mempresentasikan hasil kerja kelompok yakni dampak negatif dari gunung meletus terhadap aktifitas manusia, siswa yang mempunyai nomor tiga dari kelompok satu dan nomor empat
51
dari kelompok tiga dan menanggapi presentasi. Kemudian guru kembali memanggil nomor yakni nomor empat, siswa yang mendapat nomor empat di panggil mempresentasikan hasil kerja kelompok yakni dampak negatif dari peristiwa alam tsunami terhadap aktifitas manusia. Siswa yang mempunyai nomor tiga dari kelompok 3 dan nomor satu kelompok satu menanggapi presentasi. Kemudian siswa bersama guru menegaskan kembali dampak terjadinya peristiwa alam gunung meletus dan tsunami terhadap aktifitas manusia. Kegiatan penutup siswa mengerjakan tes formatif. Kemudian siswa bersama guru melakukan refleksi yakni dalam pembelajaran siswa memperoleh dampak positif dan dampak negatif terjadinya peristiwa alam gunung meletus dan tsunami. Siswa bersama guru menyimpulkan dampak peristiwa alam gunung meletus dan tsunami terhadap aktifitas manusia. Untuk menutup proses pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa menurut kepercayaan masing-masing dan mengucapkan selamat pagi. Pada saat siklus 1 berlangsung obeserver yang menjadi pengamat jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir adalah guru kelas 1. Observer mengisi lembar pengamatan guru yang telah disediakan. Lembar pengamatan tersebut berisi implementasi
pelaksanaan
pembelajaran
subtema
peristiwa
alam
dengan
menggunakan pendekatan inkuiri. Aktivitas yang dilakukan terdri dari 25 item untuk mengamati aktivitas pembelajaran yang sedang berlangsung dengan rincian kegiatan sebagai berikut. Seluruh kegiatan pada siklus 1 sebanyak 25 kegiatan dilaksanakan oleh guru. Kegiatan awal yang meliputi melakukan kegiatan apersepsi, menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan, menjelaskan langkahlangkah pendekatan inkuiri dan model pembelajaran NHT yang akan digunakan sudah dilakukan oleh guru. Kegiatan inti yang meliputi membimbing siswa membentuk kelompok, membimbing siswa merumuskan masalah tentang peristiwa alam. Selanjutnya guru membimbing siswa merumuskan hipotesis tentang peristiwa alam, menguasai kelas, membimbing siswa, mengumpulkan datatentang peristiwa alam, membimbing siswa megolah data tentang peristiwa alam, membimbing
52
siswaberdiskusi untuk mengintepretasikan data. Kemudian guru memanggil nomor secara acak, membimbing siswa dalam menjawab soal pada saat nomornya di panggil, membimbing siswa memyimpulkan atas jawaban dari pertanyaan yang guru berikan. Guru juga membimbing siswa menyimpulkan atas pembelajaran yang sudah dilakukan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan sudah dilakukan oleh guru. Kegiatan penutup meliputi melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa, menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa, melaksanakan tindak lanjut juga sudah dilakukan oleh guru. Jadi semua kegiatan sudah dilakukan oleh guru, sehingga tindakan yang diberikan dilaksanakan secara evektif. Tindakan pembelajaran
mengunakan
pendekatan inkuiri
dan
model
pembelajaran NHT yang diberikan sebenarnya sudah dilaksanakan dengan baik. Siswa mengucapkan selamat pagidan berdoa sebelum proses pembelajaran dimulai namun siswa kurang merespon saat guru menyampaikan, motivasi, apersepsi dan tujuan pembelajaran. Dalam pembentukan kelompok, siswa ramai karena siswa bingung mencari teman kelompoknya. Siswa masih kurang berpartisipasi dalam kerja kelompok, karena mereka masih kelihatan takut dalam mengeluarkan pendapat dalam berdiskusi. Siswa juga takut, tidak memberikan tanggapan atau masukan bagi kelompok yang presentasi. Secara keseluruhan pembelajaran sudah cukup baik hanya saja guru kurang memperhatihan alokasi waktu yang tersedia.
Refleksi Refleksi dilakukan antara observer, guru kelas dan peneliti, tentang evaluasi bagaimana pembelajaran penyebab terjadinya tanah longsor dan banjir melalui pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran NHT. Evaluasi bagi observer dan peneliti, didapatkan bahwa guru kelas dengan menerapkan pendekatan pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran NHT menggambarkan bahwa siswa aktif mencari
53
sendiri pengetahuannya melalui kegiatan (langkah inkuiri). Guru juga sudah menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas. Penskoran hasil belajar pada siklus 1 menggunakan penskoran tes dan non tes. Penskoran tes pada siklus 1 menggunakan tes formatif dan penskoran non tes melalui penskoran observasi kinerja siswa. Bobot skor tes adalah 50% dan penskoran nontes bobotnya 50%. Potensi pembelajaran yang nampak adalah sebagai berikut 1. Rancangan pembelajaran sudah didesain sesuai dengan langkah-langkah pendekatan inkuiri dan model pembelajaran NHT. 2. Ada peningkatan keterampilan guru dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dan model pembelajaran NHT. 3. Guru sudah mampu menerapkan pembelajaran sesuai dengan pendekatan inkuiri dan model pembelajaran NHT. 4. Proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah di rencanakan. 5. Guru sudah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran. Disisi lain pelaksanaan pembelajaran IPA pada siklus 2 menunjukkan adanya beberapa kelemahan 1. Guru kurang memberikan penghargaan terhadap siswa, solusinya guru memberikan penghargaan dalam pembelajaran. 2. Belum semua siswa mampu menanggapi hasil presentasi kelompok lain solusinya gurumemberikan pendampingan baik pada siswa atau kelompok, agar siswa mampu menanggapi presentasi dari kelompok lain. 3. Siswa masih bingung mencari teman kelompoknya solusinya guru memandu proses pembentukan kelompok. 4. Guru kurang memperhatihan alokasi waktu yang tersedia solusinya guru lebih memperhatikan alokasi waktu yang tersedia. Pada siklus 1 penskoran hasil belajar yang digunakan adalah penskoran tes dan non tes yang berupa tes formatif dan unjuk kerja siswa yang menunjukan hasil yang disajikan melalui tabel 4.1 pada halaman berikutnya.
54
Tabel 4.1 Distribusi Hasil Belajar Peristiwa Alam Siklus 1 No.
Skor Hasil Belajar
Frekuensi
Persentase
10 2 3 1 16
63% 13% 19% 6% 100%
≥90 80-89 70-79 60-69 Jumlah Sumber data primer 1 2 3 4
Tabel 4.1 distribusi hasil belajar yang dicapai ialah 1 siswa atau sebesar 6% pada siklus 1, nampak besarnya skor minimal yang diperoleh adalah 68 pada skor antara 60-69, skor tertinggi diperoleh adalah 95 pada skor ≥90 dan yang mencapai ialah 10 siswa atau 63%. Disamping tabel 4.1 tentang distribusi hasil belajar peristiwa alam distribusi hasil belajar tersebut secara rinci juga dapat disajikan melalui gambar 4.1 tentang distribusi hasil belajar berikut ini
jumlah siswa
12
10
10 8 6 3
4 2
1
2
0 60-69
70-79
80-89
≥90
skor
Sumber data primer Gambar 4.1 Histogram Distribusi Hasil Belajar Peristiwa Alam Siklus 1
55
Gambar 4.1 tentang histogram distribusi hasil belajar nampak bahwa batang tertinggi diperoleh sebanyak 10 siswa dari total 16 siswa pada skor ≥90. Sedangkan batang yang terendah jumlahnya diperoleh 1 siswa dari 16 siswa pada skor antara 6069. Hasil belajar juga dapat diketahui melalui ketuntasan belajar, untuk menentukan ketuntasan belajar yang ditentukan pada KKM ≥90. Secara rinci ketuntasan belajar IPA kelas V di SD Negeri Kutowinangun 08 disajikan melalui tabel 4.2 berikut ini Tabel 4.2 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Peristiwa Alam Siklus 1 Skor ≥ 90 < 90
Kriteria Tuntas Tidak tuntas Jumlah Sumber data primer
Frekunsi 10 6 16
Persen (%) 62.5 37.5 100
Tabel 4.2 yang tuntas adalah siswa yang mencapai ≥ 90 sebanyak 10 siswa atau sebesar 62.5%, yang tidak tuntas sebanyak 6 siswa atau sebesar 37.5%. Disamping tabel 4.1 tentang distribusi ketuntasan belajar peristiwa alam distribusi ketuntasan belajar tersebut secara rinci juga dapat disajikan melalui gambar diagram lingkaran tentang distribusi ketuntasan belajar pada halaman berikutnya.
56
37,5% 62,5%
Tuntas Tidak Tuntas
Sumber data primer Gambar 4.2 Diagram Lingkaran Distribusi Ketuntasan Belajar Peristiwa Alam siklus 1 Gambar 4.2 nampakbahwa ketuntasan belajar siswa kelas V di SD Negeri Kutowinangun 08 mencapai 62,5% yang ditentukan pada warna birupada gambar diagram lingkaran. Hasil belajar siswa pada siklus 1 dilakukan melalui penskoran tes dan nontes yaitu penskoran tes formatif dan penskoran unjuk kerja siswa. Bobot dari masing-masing penskoran adalah tes formatif 50% dan unjuk kerja siswa 50%.
4.1.3. Hasil Penelitian Siklus 2 Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus 2 dengan tindakan pendekatan inkuiri dan model pembelajaran NHT di kelas V SD Negeri Kutowinangun 08 Salatiga Semester II tahun 2013/2014 dilaksanakan dalam 3 langkah yakni 1. Perencanaan tindakan, 2. Pelaksanaan tindakan dan observasi, 3. Refleksi.
Perencanaan Tindakan Pada tahap perencanaan ini menyusun RPP dengan tema peristiwa alam dan subtema peristiwa alam tanah longsor dan banjir disajikan dalam lampiran 5 dengan KI: Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati dan mencoba (mendengar, melihat, membaca) serta menanya berdasarkan rasa ingin tahu secara kritis tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-
57
bendayang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain, dengan indikator mengkomunikasikan aktifitas manusia terhadap kenampakan alam. Perangkat pembelajaran yang terdiri dari materi peristiwa alam tanah longsor dan banjir, media yang berupa gambar jenis peristiwa alam yang ada di Indonesia, sumber belajar berupa buku pelajaran paket IPA kelas 5. Perangkat evaluasi yang meliputi kisi-kisi evaluasi, rubrik penskoran, butir soal dan lembar observasi implementasi tindakan yaitu pendekatan inkuiri dan model pembelajaran pembeajaran NHT.
Implementasi Tindakan Pendekatan Inkuiri dengan Model Pembalajaran NHT dan Observasi Pelaksanaan siklus 2 dilaksanakan melalui 2 pertemuan, pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 03 April 2014 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 04 April 2014.
Pertemuan pertama Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan pertama siswa mengawali pembelajaran dengan mengucapkan selamat pagi pada guru kelas V, kemudian siswa bersama guru berdoa sesuai keyakinan masing-masing. Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang diberikan guru yaitu menjelaskan dampak kegiatan manusia trhadap kenampakan alam. Selanjutnya siswa menyimak pendekatan pembelajaran dan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu pendekatan inkuiri dan model pembelajaran NHT. Pada kegiatan inti siswa membentuk kelompok yang beranggotakan 4 siswa, setiap kelompok menyimak gambar penebangan hutan yang guru tunjukkan. Siswa dengan bimbingan guru membuat rumusan masalah apa dampak yang ditimbulkan tentang gambar penebangan hutan. Siswa merumuskan jawaban sementara tentang dampak yang ditimbulkan saat penebangan hutan secara liar sesuai gambar. Masingmasing kelompok mengumpulkan data tentang dampak penebangan hutan secara liar
58
yang menyebabkan terjadinya tanah longsor dan banjir, kemudian berdiskusi mengolah data tentang penyebab terjadinya tanah longor dan banjir. Dalam kegiatan penutup siswa dan guru menegaskan penyebab peristiwa alam tanah longsor dan banjir, diakhiri dengan doa dan mengucapkan selamat pagi.
Pertemuan kedua Langkah-langkah
pada
petemuan
kedua
adalah
siswa
mengawali
pembalajaran dengan mengucapkan selamat pagi pada guru, kemudian berdoa sesuai keyakinan masing-masing. Siswa mengungkapkan kembali desrkripsi tentang penyebab peristiwa alam tanah longsor dan banjir kemudian siswa menyimak tujuan dan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan pada hari jumat. Kegiatan inti, guru memanggil nomor secara acak, yakni nomor tiga, siswa yang mendapat nomor tiga di panggil mempresentasikan hasil kerja kelompok yakni dampak aktifitas manusia terhadap terjadinya tanah longsor. Kemudian siswa yang mempunyai nomor empat dari kelompok 4 dan nomor dua dari kelompok dua menanggapi presentasi. Selanjutnya guru memanggil nomor lagi yakni nomor dua, siswa yang mendapat nomor dua mempresentasikan hasil kerja kelompok yakni dampak aktifitas manusia terhadap terjadinya banjir, siswa yang mempunyai nomor tiga dari kelompok satu dan dan menanggapi presentasi. Kemudian guru kembali memanggil nomor yakni nomor empat, siswa yang mendapat nomor empat di panggil mempresentasikan hasil kerja kelompok yakni usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya tanah longsor, siswa yang mempunyai nomor tiga dari kelompok 3 dan nomor satu kelompok satu menanggapi presentasi. Guru memanggil nomor satu, siswa yang mendapat nomor satu di panggil mempresentasikan hasil kerja kelompok yakni usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya banjir. Kemudian siswa yang mempunyai nomor dua dari kelompok 1 dan nomor satu kelompok 4 menanggapi presentasi. Siswa bersama guru menegaskan kembali penyebab terjadinya peristiwa alam tanah longsor dan banjir.
59
Kegiatan penutup, siswa mengerjakan tes formatif. Kemudian guru bersama siswa melakukan refleksi tentang proses pembelajaran yang telah dilakukan. selanjutnya untuk proses pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa menurut kepercayaan masing-masing dan mengucapkan salam. Pada saat siklus 2 berlangsung obeserver yang menjadi pengamat jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir adalah guru mata pelajaran IPA. Lembar observasi implementasi tindakan pendekatan inkuiri dan model pembelajaran NHT dengan subtema peristiwa alam tanah longsor dan banjir. Aktivitas yang dilakukan terdri dari 25 item dengan rincian sebagai berikut Seluruh kegiatan pada siklus 2 sebanyak 25 kegiatan dilaksanakan oleh guru. Kegiatan awal, kegiatan akhir dan penutup. Kegiatan awal yang meliputi melakukan kegiatan apersepsi, menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan, menjelaskan langkah-langkah pendekatan inkuiri dan model pembelajaran NHT yang akan digunakan sudah dilakukan oleh guru. Kegiatan inti yang meliputi membimbing siswa membentuk kelompok, membimbing siswa merumuskan masalah tentang peristiwa alam dan membimbing siswa merumuskan hipotesis tentang peristiwa alam. Guru juga sudah menguasai kelas, membimbing siswa mengumpulkan datatentang peristiwa alam, membimbing siswa megolah data tentang peristiwa alam dan membimbing siswa berdiskusi untuk mengintepretasikan data. Selanjutnya memanggil nomor secara acak, membimbing siswa dalam menjawab soal pada saat nomornya di panggil, membimbing siswa memyimpulkan atas jawaban dari pertanyaan yang guru berikan. Kemudian guru membimbing siswa menyimpulkan atas pembelajaran yang sudah dilakukan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan sudah dilakukan oleh guru. Kegiatan penutup meliputi melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa, menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa, melaksanakan tindak lanjut juga sudah dilakukan oleh guru. Jadi semua kegiatan sudah dilakukan oleh guru, sehingga tindakan yang diberikan dilaksanakan dengan baik.
60
Tindakan pembelajaran
mengunakan
pendekatan inkuiri
dan
model
pembelajaran NHT yang diberikan sebenarnya sudah dilaksanakandengan baik, namun siswa masih takut, tidak memberikan tanggapan atau masukan bagi kelompok yang presentasi.
Refleksi Refleksi dilakukan antara observer, guru kelas dan peneliti, tentang evaluasi bagaimana pembelajaran penyebab terjadinya tanah longsor dan banjirmelalui pendekatan inkuiridengan model pembelajaran NHT. Evaluasi bagi observer dan peneliti, didapatkan bahwa guru kelas dengan menerapkan pendekatan pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran NHT menggambarkan bahwa siswa aktif mencari sendiri pengetahuannya melalui kegiatan (langkah inkuiri). Guru juga sudah memberikan motivasi dan penghargaan, guru sudah membimbing siswa dalam membentuk
kelompok
dan
saat
berdiskusi,
guru
juga
sudah
melakukan
menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas. Penskoran hasil belajar pada siklus 1 menggunakan penskoran tes dan non tes. Penskoran tes pada siklus 1 menggunakan tes formatif dan penskoran non tes melalui penskoran observasi kinerja siswa. Bobot skor tes adalah 50% dan penskoran nontes bobotnya 50%. Potensi pembelajaran yang nampak sebagai berikut: 1. Rancangan pembelajaran sudah didesain sesuai dengan langkah-langkah pendekatan inkuiri dan model pembelajaran NHT. 2. Ada peningkatan keterampilan guru dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dan model pembelajaran NHT. 3. Guru sudah mampu menerapkan pembelajaran sesuai dengan pendekatan inkuiri dan model pembelajaran NHT. 4. Proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah di rencanakan. 5. Guru sudah memberi motivasi dan penghargaan. 6. Guru sudah membimbing siswa dengan optimal saat siswa berdiskusi. 7. Guru sudah melaksanakan pembelajaran sesuai alokasi waktu yang tersedia.
61
Disisi lain pelaksanaan pembelajaran IPA pada siklus 2 menunjukkan adanya beberapa kelemahan yakni belum semua siswa mampu menanggapi hasil presentasi kelompok lain solusinya guru memberikan pendampingan baik pada siswa atau kelompok, agar siswa mampu menanggapi presentasi dari kelompok lain. Pada siklus 2 penskoran hasil belajar yang digunakan adalah penskoran tes dan non tes yang berupa tes formatif dan unjuk kerja siswa yang menunjukan hasil sebagai berikut Tabel 4.3 Distribusi Hasil Belajar Peristiwa Alam Siklus 2 No. 1 2 3
Skor Hasil Belajar ≥90 80-89 70-79 Jumlah
Frekuensi 13 2 1 16
Persentase 81% 13% 6% 100%
Sumber data primer
Tabel 4.3 distribusi hasil belajar yang dicapai ialah 1 siswa atau sebesar 6% pada siklus 1 nampak besarnya skor minimal yang diperoleh adalah 68 pada skor hasil belajar antara 70-79, skor tertinggi diperoleh adalah 100 pada skor hasil belajar ≥90 dan yang mencapai ialah 13 siswa atau 81%. Disamping tabel 4.3 tentang distribusi hasil belajar peristiwa alam distribusi hasil belajar tersebut secara rinci juga dapat disajikan melalui gambar 4.3 tentang distribusi hasil belajar pada halaman berikutnya
jumlah siswa
62
14 12 10 8 6 4 2 0
13
1 70-79
2
80-89 skor
≥90
Sumber data primer Gambar 4.3 Histogram Distribusi Hasil Belajar Peristiwa Alam Siklus 2 Gambar 4.3 tentang histogram distribusi hasil belajar nampak bahwa batang tertinggi diperoleh sebanyak 13 siswa dari total 16 siswa pada skor ≥90. Sedangkan batang yang terendah jumlahnya diperoleh 1 siswa dari 16 siswa pada skor antara 7079. Hasil belajar juga dapat diketahui melalui ketuntasan hasil belajar, untuk menentukan ketuntasan belajar yang ditentukan pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥90. Secara rinci ketuntasan belajar IPA kelas V di SD Negeri Kutowinangun 08 disajikan melalui tabel 4.4 berikut ini Tabel 4.4 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Peristiwa Alam Siklus 2 Skor ≥ 90 < 90
Kriteria Tuntas Tidak tuntas Jumlah Sumber data primer
Frekunsi 13 3 16
Persen (%) 81.25 18.75 100
Tabel 4.4 yang tuntas adalah siswa yang mencapai ≥ 90 sebanyak 13 siswa atau sebesar 81,25% sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 3 siswa atau sebesar 18,75%. Disamping tabel 4.4 tentang distribusi ketuntasan belajar juga dapat
63
disajikan lebih jelas melalui gambar 4.4 tentang distribusi ketuntasan belajar berikut ini
18,75% Tuntas 81,25%
Tidak tuntas
Sumber data primer Gambar 4.4 Diagram Lingkaran Distribusi Ketuntasan Belajar Peristiwa Alam siklus 2 Gambar 4.4 nampak jelas bahwa ketuntasan belajar siswa kelas V di SD Negeri Kutowinangun 08 mencapai 81,25% yang ditentukan pada warna biru pada gambar diagram lingkaran. Hasil belajar siswa pada siklus 2 dilakukan melalui penskoran tes dan nontes yaitu penskoran tes formatif dan penskoran unjuk kerja siswa. Bobot dari masing- masing penskoran adalah tes formatif 50% dan unjuk kerja siswa 50%.
4.1.4. Hasil Penelitian Siklus 3 Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus 3 dengan tindakan pendekatan inkuiri dan model pembelajaran NHT di kelas V SD Negeri Kutowinangun 08 Salatiga Semester II tahun 2013/2014 dilaksanakan dalam 3 langkah yakni 1. Perencanaan Tindakan, 2. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi, 3. Refleksi.
64
Perencanaan Tindakan Pada tahap perencanaan ini menyusun RPP dengan tema peristiwa alam dan subtema laporan peristiwa alam dalam lampiran 6dengan KI: Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Perangkat pembelajaran yang terdiri dari materi sistematika pembuatan laporan peristiwa alam, media yang berupa gambar jenis peristiwa alam yang ada di Indonesia beserta bacaannya, sumber belajar berupa buku pelajaran paket IPA kelas 5. Perangkat evaluasi yang meliputi kisi-kisi evaluasi, rubrik penskoran, butir soal dan lembar observasi. Lembar observasi implementasi tindakan yaitu pendekatan inkuiri dan model pembeajaran NHT.
Implementasi Tindakan Pendekatan Inkuiri dengan Model PembelajaranNHT dan Observasi Pelaksanaan siklus 3 dilaksanakan melalui 2 pertemuan, pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 10 April 2014 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 11 April 2014.
Pertemuan pertama Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan pertama siswa mengawali pembelajaran dengan mengucapkan selamat pagi pada guru kelas V, kemudian siswa bersama guru berdoa sesuai keyakinan masing-masing. Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang diberikan guru yaitu membuat laporan peristiwa alam. Selanjutnya siswa menyimak pendekatan pembelajaran dan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu pendekatan inkuiri dan model pembelajaran NHT. Pada kegiatan inti siswa membentuk kelompok yang beranggotakan 4 siswa, setiap kelompok menyimak gambar peristiwa alam tsunami, gunung meletus dan banjir dan membaca bacaan tentang tsunami, gunung meletus dan banjir. Siswa
65
dengan bimbingan guru membuat rumusan masalah bagaimana membuat laporan peristiwa alam yang ada di Indonesia. Siswa merumuskan jawaban sementara tentang cara membuat laporan peristiwa alam yang ada di Indonesia. Masing-masing kelompok mengumpulkan data tentang peristiwa alam yang ada di Indonesia, kemudian berdiskusi membuat laporan peristiwa alam yang ada di Indonesia. Dalam kegiatan penutup siswa dan guru menegaskan laporan peristiwa alam yang ada di Indonesia, diakhiri dengan doa dan selamat pagi.
Pertemuan kedua Langkah-langkah
pada
petemuan
kedua
adalah
siswa
mengawali
pembalajaran dengan mengucapkan selamat pagi pada guru, kemudian berdoa sesuai keyakinan masing-masing.Siswa mengungkapkan kembali deskripsi tentang laporan peristiwa alam yang ada di Indonesia, kemudian siswa menyimak tujuan dan langkahlangkah pembelajaran yang dilakukan pada hari jumat. Pada kegiatan inti guru memanggil nomor secara acak, yakni nomor empat, siswa yang mendapat nomor empat di panggil mempresentasikan hasil kerja kelompok yakni melaporkan hasil identifikasi peristiwa alam yang meliputi tempat terjadinya peristiwa alam, waktu terjadinya peristiwa alam, jenis peristiwa alam, penyebab terjadinya peristiwa alam dan dampak terjadinya peristiwa alam. Siswa yang mempunyai nomor satu dari kelompok 4 dan nomor dua dari kelompok 2 menanggapi presentasi. Selanjutnya guru memanggil nomor lagi yakni nomor tiga, siswa yang mendapat nomor tiga mempresentasikan hasil kerja kelompok yakni melaporkan hasil identifikasi peristiwa alam yang meliputi tempat terjadinya peristiwa alam, waktu terjadinya peristiwa alam, jenis peristiwa alam, penyebab terjadinya peristiwa alam dan dampak terjadinya peristiwa alam. Siswa yang mempunyai nomor 1 dari kelompok satu dan nomor empat dari kelompok 4 dan menanggapi presentasi. Siswa bersama guru menegaskan kembali laporan peristiwa alam yang ada di Indonesia.
66
Kegiatan penutup siswa mengerjakan tes formatif. Kemudian guru bersama siswa melakukan refleksi tentang proses pembelajaran yang telah dilakukan. Untuk menutup proses pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa menurut kepercayaan masing-masing dan mengucapkan salam. Pada saat siklus 3 berlangsung obeserver yang menjadi pengamat jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir adalah guru mata pelajaran IPA. Lembar observasi implementasi tindakan pendekatan inkuiri dan model pembelajaran NHT pada subtema peristiwa alam tanah longsor dan banjir. Aktivitas yang dilakukan terdri dari 25 item untuk mengamati aktivitas pembelajaran yang sdang berlangsung dengan rincian sebagai berikut Hasil dari observasi implementasi tindakan siklus 3 adalah sebagai berikut setiap aktifitas telah dilakukan oleh guru. Aktifitas itu meliputi kegiatan awal, kegiatan akhir dan penutup. Kegiatan awal yang meliputi melakukan kegiatan apersepsi, menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan, menjelaskan langkah-langkah pendekatan inkuiri dan model pembelajaran NHT yang akan digunakan sudah dilakukan oleh guru. Kegiatan inti yang meliputi membimbing siswa membentuk kelompok, membimbing siswa merumuskan masalah tentang peristiwa alam, membimbing siswa merumuskan hipotesis tentang peristiwa alam, menguasai kelas dan membimbing siswa mengumpulkan data tentang peristiwa alam. Guru juga membimbing siswa megolah data tentang peristiwa alam dan membimbing siswa berdiskusi untuk mengintepretasikan data. Selanjutnya guru memanggil nomor secara acak, guru juga membimbing siswa dalam menjawab soal, membimbing siswa memyimpulkan atas jawaban dari pertanyaan yang guru berikan. Kemudian guru membimbing siswa menyimpulkan atas pembelajaran yang sudah dilakukan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan sudah dilakukan oleh guru. Kegiatan penutup meliputi melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa, menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa, melaksanakan
67
tindak lanjut juga sudah dilakukan oleh guru. Jadi semua kegiatan sudah dilakukan oleh guru, sehingga tindakan yang diberikan dilaksanakan dengan baik. Tindakan pembelajaran
mengunakan
pendekatan inkuiri
dan
model
pembelajaran NHT yang diberikan sebenarnya sudah dilaksanakan dengan baik, namun siswa masih takut, tidak memberikan tanggapan atau masukan bagi kelompok yang presentasi. Refleksi Refleksi dilakukan antara observer, guru kelas dan peneliti, mengevaluasi bagaimana pembelajaran laporan peristiwa alam melalui pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran NHT. Evaluasi agi observer dan peneliti, didapatkan bahwa guru kelas dengan menerapkan pendekatan pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran
NHT
menggambarkan
bahwa
siswa
aktif
mencari
sendiri
pengetahuannya melalui kegiatan (langkah inkuiri). Guru sudah memberikan motivasi dan penghargaan, guru sudah membimbing siswa dalam membentuk kelompok dan saat berdiskusi, guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi yang tersedia. Penskoran hasil belajar pada siklus 3 menggunakan penskoran tes dan non tes. Penskoran tes pada siklus 3 menggunakan tes formatif dan penskoran non tes melalui penskoran observasi kinerja siswa. Bobot skor tes adalah 50% dan penskoran nontes bobotnya 50%. Potensi pembelajaran yang nampak adalah sebagai berikut: 1. Rancangan pembelajaran sudah didesain sesuai dengan langkah-langkah pendekatan inkuiri dan model pembelajaran NHT. 2. Ada peningkatan keterampilan guru dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dan model pembelajaran NHT 3. Guru sudah mampu menerapkan pembelajaran sesuai dengan pendekatan inkuiri dan model pembelajaran NHT. 4. Proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah di rencanakan. 5. Guru sudah member motivasi dan penghargaan. 6. Guru sudah membimbing siswa dengan optimal saat siswa berdiskusi.
68
7. Guru sudah melakukan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia. Disisi lain kelemahan penggunaan pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran NHT dalam pembelajaran siklus 3 ini adalah belum semua siswa mampu menanggapi saat siswa lain presentasi. Pada siklus 3 penskoran hasil belajar yang digunakan adalah penskoran tes dan non tes yang berupa tes formatif dan unjuk kerja siswa yang menunjukan hasil yang disajikan melalui tabel 4.5 berikut ini
Tabel 4.5 Distribusi Hasil Belajar Laporan Peristiwa Alam Siklus 3 No. Skor Hasil Belajar Frekuensi Persentase 1 15 94% ≥90 2 80-89 1 6% Jumlah 16 100% Sumber data primer
Tabel 4.5 distribusi hasil belajar yang dicapai pada siklus 1 ialah 1 siswa atau sebesar 6% nampak skor minimal yang diperoleh yakni 80 pada skor hasil belajar antara 80-89, skor tertinggi diperoleh adalah 100 pada skor hasil belajar ≥90 dan yang mencapai ialah 15 siswa atau 94%. Disamping tabel 4.5 tentang distribusi hasil belajar peristiwa alam distribusi hasil belajar tersebut secara rinci juga dapat disajikan melalui gambar histogram tentang distribusi hasil belajar pada halaman berikutnya
jumlah siswa
69
15
16 14 12 10 8 6 4 2 0
1 80-89
≥90 skor
Sumber data primer Gambar 4.5 Histogram Distribusi Hasil Belajar Laporan Peristiwa Alam Siklus 3 Gambar 4.5 tentang histogram distribusi hasil belajar nampak bahwa batang tertinggi diperoleh sebanyak 15 siswa dari total 16 siswa pada interval ≥ 90. Sedangkan batang yang terendah jumlahnya diperoleh 1 siswa dari 16 siswa pada interval 80-89. Hasil belajar juga dapat diketahui melalui ketuntasan hasil belajar, untuk menentukan ketuntasan belajar yang ditentukan pada KKM) ≥90. Secara rinci ketuntasan belajar IPA kelas V di SD Negeri Kutowinangun 08 disajikan melalui tabel 4.6 berikut ini
Tabel 4.6 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Laporan Peristiwa Alam Siklus 3 Skor ≥ 90 < 90
Kriteria Tuntas Tidak tuntas Jumlah Sumber data primer
Frekunsi 15 1 16
Persen (%) 93.75 6.25 100
Tabel 4.6 yang tuntas adalah siswa yang mencapai ≥ 90 sebanyak 15 siswa atau sebesar 93,75%, yang tidak tuntas sebanyak 1 siswa atau sebesar 6,25%.
70
Disamping tabel 4.6 tentang distribusi ketuntasan belajar juga dapat disajikan lebih jelas melalui gambar 4.6 tentang distribusi ketuntasan belajar berikut ini
6,25
Tuntas 93,75
Tidak Tuntas
Sumber data primer Gambar 4.6 Diagram Lingkaran Distribusi Ketuntasan Belajar Laporan Peristiwa Alam siklus 3 Gambar 4.6 nampak bahwa ketuntasan belajar siswa kelas V di SD Negeri Kutowinangun 08 mencapai 93,75% yang ditentukan pada warna biru pada gambar diagram lingkaran. Hasil belajar siswa pada siklus 3 dilakukan melalui penskoran tes dan nontes yaitu penskoran tes formatif dan penskoran unjuk kerja siswa. Bobot dari masing-masing penskoran adalah tes formatif 50% dan unjuk kerja siswa 50%.
4.2.
Pembahasan Hasil Penelitian Kondisi pra siklus hasil belajar siswa kelas IV SDN Kutowinangun 08
Salatiga pada semester 1 menunjukan ketidaktuntasan belajar mencapai 100% atau tidak ada seorangpun dari 16 siswa yang memenuhi KKM ≥ 90 terutama dalam pembelajaran IPA dengan perolehan skor minimal 23,5, skor maksimal 39 dan skor rata rata 29,7. Hal ini disebabkan karena guru hanya melakukan pensekoran dari hasil tes saja yakni tes formatif, sedangkan untuk pensekoran proses belajar yang berupa unjuk kerja tidak pernah dilakukan guru sehingga dalam pembelajaran siswa tidak
71
pernah terlibat, seperti siswa tidak pernah membentuk kelompok, mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, mengolah data dan menarik kesimpulan. Siswa juga tidak pernah terlibat dalam pemanggilan nomor, menjawab pertanyaan sesuai nomor yang dipanggil, dan menanggapi presentasi. Jadi siswa tidak pernah diberi kesempatan untuk menemukan konsep sendiri. Hal ini nampak pada RPP sebagai rancangan pembelajaran guru tidak membuat RPP, guru juga tidak mendesain pendekatan dan model pembelajaran tertentu yang digunakan guru. Pada siklus 1 fokus perbaikan adalah pada peningkatan hasil belajar siswa melalui pendekatan inkuiri dan model pembelajaran NHT. Kelebihan pendekatan dan model pembelajaran ini adalah siswa aktif dalam menemukan konsep sendiri. Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan pembelajaran di kelas V SD Negeri Kutowinangun 08 Salatiga nampak bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan setelah diadakan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dan model pembelajaran NHT. Peningkatan pada siklus ini mencapai 62,5%. Peningkatan hasil belajar disebabkan adanya pemberian tindakan berupa pendekatan inkuiri dan model pembelajaran NHT sehingga dalam pensekoran hasil belajar menggunakan proses belajar yang berupa unjuk kerja dan menggunakan tes yang berupa tes formatif, seperti yang di ungkapkan Gagne & Briggs (Suprihatiningrum, 2013:37) bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learner’s performance), yang ditambahkan menurut Nawawi (dalam Susanto 2013:5), hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam skor yng diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materipelajaran tertentu. Hasil belajar dipertegas oleh Wardani Naniek Sulistya (2012: 47), bahwa hasil belajar yang berupa skor dapat diperoleh melalui pengukuran, pengukuran yang akan di gunakan adalah dengan menggunakan proses dan hasil belajar yang hasilnya
72
berupa angka-angka yang mencerminkan capaian dan proses dan hasil belajar tersebut, untuk menetapkan angka dalam pengukuran tersebut diperlukan alat ukur yang disebut dengan instrumen seperti tes, panduan wawancara, skala sikap dan angket. Hasil belajar juga dikuatkan oleh Bloom, dan Masia (Suprihatiningrum, 2013:38) bahwa pembelajaran dibagi menjadi 3 domain yaitu kognitif (intelektual), afektif (sikap) dan psikomotor (ketrampilan). Penskoran kognitif dapat dilakukan dengan tes yang dapat berupa tes tertulis sedangkan penskoran afektif dan psikomotor tidak dapat dilakukan dengan penskoran tes tertulis. Perolehan skor belajar pada siklus 1 ini masih belum optimal, beberapa kekurangan dalam penelitian tindakan siklus 1 ini antara lain dalam menyampaikan tujuan pembelajaran guru terlalu cepat, sehingga siswa kurang mengerti apa yang harus dia pahami ketika pembelajaran, dalam manajemen waktu pembelajaran perlu ditingkatkan sehingga pembelajaran belangsung efektif dan efisien. Guru kurang memberikan penghargaan terhadap siswa, belum semua siswa mampu menanggapi hasil presentasi kelompok lain, siswa masih bingung mencari teman kelompoknya, guru kurang membimbing siswa saat berdiskusi, guru kurang menegur siswa yang ramai. Secara keseluruhan persentase pada siklus 1 sudah cukup besar namun belum memenuhi krriteria 90% maka perlu diadakan tindakan siklus 2. Siklus 2 perbaikan hasil belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan baik peran guru, persentase pembelajaran maupun persentase ketuntasan belajar, namun demikian hasil belajar siswa belum maksimal. Kegiatan refleksi teridentifikasi bahwa dalam menyampaikan tujuan pembelajaran guru terlalu cepat, guru kurang manajemen waktu pembelajaran, guru kurang memberikan penghargaan terhadap siswa, belum semua siswa mampu menanggapi hasil presentasi kelompok lain, siswa masih bingung saat mencari teman kelompoknya, guru kurang membimbing siswa saat berdiskusi, guru kurang menegur siswa yang ramai. Tahap siklus 2 perbaikan hasil belajar siswa difokuskan pada kekurangan di siklus 1. Selama proses pembelajaran, siswa nampak lebih aktif dan lebih antusias.
73
Penelitian siklus 2 skor siswa mengalami peningkatan yakni sebesar 81,25%, namun masih ditemukan beberapa siswa dalam satu kelas yang belum mencapai KKM ≥90. Hal ini bukan karena kemampuan siswa yang kurang dalam pembelajaran namun karena kurang aktifnya mereka ketika diskusi bersama dibanding dengan siswa yang lain sehingga mempengaruhi skor aktivitas belajar, maka diperlukan adanya siklus 3 untuk meningkatkan hasil belajar. Penelitian siklus 3 hasil belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik sekali baik peran guru, persentase pembelajaran maupun persentase hasil belajar siswa. Dan hasil belajar pada siklus 3 ini bisa dikatakan hasil belajar siswa sudah maksimal dilihat dari dari kegiatan refleksi teridentifikasi bahwa dalam menyampaikan tujuan pembelajaran guru sebelumnya terlalu cepat kini guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran dengan baik dan menumbuhkan rasa ingin tau siswa, guru juga sudah memberikan penghargaan untuk siswa, siswa juga sudah dibimbing secara optimal, untuk siswa yang ramai sudah ditegur guru. Berarti disini pembelajaran sudah baik. Tahap siklus 3 penelitian perbaikan hasil belajar siswa difokuskan pada kekurangan di siklus 2. Selama proses pembelajaran, siswa nampak lebih aktif dan lebih antusias. Penelitian siklus 3 ini skor siswa mengalami peningkatan yakni sebesar 93,75% persentase ini sudah besar namun dan sudah memenuhi indikator kinerja 90%. Berdasarkan hasil tindakan dapat diketahui telah terjadi keberhasilan dalam menggunakan penekatan inkuiri dengan model pembelajaran NHT pada mata pelajaran IPA materi peristiwa alam di kelas V SD Negeri Kutowinangun 08 di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun 2013/2014. Asesmen pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 dilakukan dengan tes dan unjuk kerja yang dianalisis melalui penjumlahan dan presentase. Siswa dianggap tuntas apabila siswa dapat mencapai KKM ≥90 dan sebaliknya siswa dianggap tidak tuntas apabila hasil belajar 90. Pada siklus 1 hasil belajar IPA yang tuntas KKM ≥90 pada
74
siklus 1 yaitu 10 orang siswa, siklus 2 yaitu 13 siswa, dan pada siklus 3 ini 15 siswa tuntas KKM ≥90. Hanya ada 1 siswa yang tidak tuntas KKM ≥90, hal ini dikarenakan factor umur, jadi siswa tersebut seharusnya masih kelas IV. Oleh karena itu dalam pembelajaran pemikirannya masih tertinggal di bawah siswa lain Hasil pembelajaran siklus 1 terjadi peningkatan hasil belajar yang signifikan yakni dari 0% ketuntasan menjadi 62.5% dengan skor tertinggi 95, dan skor terendah 68 dengan skor rata-rata 83,13. Walaupun sudah terjadi peningkatan namun belum memenuhi ketuntasan yang ingin dicapai yaitu sebesar 90% dari keseluruhan siswa tuntas hasil belajarnya, sehingga dilakukan tindakan siklus 2. Pada tindakan siklus 2 terjadi peningkatan yakni sebesar 85,47% dengan skor tertinggi 100 dan skor terendah 75 dengan rata-rata 92. Peningkatan masih belum memenuhi ketuntasan yang ingin dicapai sehingga perlu dilakukan tindakan siklus 3. Pada siklus 3 ketuntasan hasil belajar siswa meningkat menjadi 93,75% dengan perolehan skor tertinggi 100 dan skor terendah 80 dengan rata-rata 93. Dengan demikian ketuntasan hasil belajar dari pra siklus, siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 mengalami peningkatan, untuk lebih jelasnya disajikan pada tabel 4.7 berikut ini
Tabel 4.7 Distribusi Perbandingan Skor Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus 1, Siklus 2, dan Siklus 3 Pra Siklus Siklus 1 Ketuntasan Belajar Frek % Frek % Tuntas 0 0 10 62.5 Jumlah total 16 100 16 100 Sumber data primer
Siklus 2 Siklus 3 Frek % Frek % 13 81.25 15 93.75 16 100 16 100
Tabel 4.7 nampak bahwa data pada pra siklus, siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 mengalami peningkatan hasil belajar yang signifikan setelah penskoran hasil belajar dilakukan dengan penskoran tes dan unjuk kerja. Disini terdapat kenaikan antara pra siklus, siklus 1, 2 dan siklus 3 atau terdapat kenaikan dari pra siklus ke siklus 1 yaitu
75
6.25%. Kemudian meningkat pada siklus 2 yaitu 81,25% selanjutnya pada siklus 3 mengalami peningkatan menjadi 93.75%. Dapat disimpulkan bahwa ketuntasan sudah mencapai 90%, artinya penilitian yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Perbandingan skor ketuntasan belajar dapat disajikan melalui gambar 4.7 berikut ini
16 14 12 10 8 6 4 2 0
15 13 10 Tuntas 0 Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Sumber data primer Gambar 4.7 Histogram Distribusi Perbandingan Skor Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus 1, Siklus 2, dan Siklus 3 Gambar 4.7 tentang distribusi perbandingan skor ketuntasan hasil belajar pra siklus, siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 nampak bahwa perbandingan skor ketuntasan hasil belajar terlihat pada peningkatan ketuntasan siswa. Pada pra siklus tidak ada yang tuntas meningkat di siklus 1 yakni terdapat 10 siswa yang tuntas meningkat menjadi 13 siswa yang tuntas pada siklus 2 dan pada siklus 3 siswa yang tuntas meningkat menjadi 15 siswa. Peningkatan ketuntasan hasil belajar juga dapat disajikan melalui tabel 4.8 pada halaman berikutnya
76
Tabel 4.8 Perbandingan Skor Minimal, Skor Maksimal, Skor Rata-rata dan Ketuntasan Hasil Belajar Pra siklus, Siklus 1, Siklus 2 dan Siklus 3 Perbandingan Skor minimal Skor maksimal Skor Rata-rata Ketuntasan Hasil Belajar Sumber data primer
Pra Siklus 23.5 39 29.7
Siklus 1 68 95 85.47
Siklus 2 75 100 92
Siklus 3 80 100 93
0%
62.5
81.25
93.75
Pada tabel 4.8 nampak bahwa peningkatan perolehan skor maksimal pada pra siklus, ke siklus 1 meningkat dari 39 menjadi 95, skor minimal dari 23,5 menjadi 68, skor rata-rata meningkat dari 29,7 menjadi 85,47 dan ketuntasan meningkat dari 0% menjadi 62,5%. Pada siklus 2 juga terdapat peningkatan skor maksimal menjadi 100, skor minimal meningkat menjadi 75, skor rata-rata meningkat menjadi 92 dan ketuntasan belajar meningkat menjadi 81,25%. Siklus 3 peningkatan sudah tidak melonjak tajam seperti pada siklus 1, skor maksimal masih sama yakni 100, dan skor minimal meningkat menjadi 80, skor rata-rata menjadi 93 dan ketuntasan belajar meningkat menjadi 93,75%. Disamping tabel 4.8 tentang perbandingan skor minimal, skor maksimal, skor rata-rata dan ketuntasan hasil belajar, perbandingan tersebut secara rinci juga dapat disajikan melalui gambar 4.8 pada halaman berikutnya
77
120 100
95
100
85,47 80 68 60
92 81,25 75
100 93
93,75 80
39
Ketuntasan hasil belajar
29,7 20
Skor maksimal Skor rata-rata
62,5
40
Skor minimal
23,5
0
0 Pra siklus
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Sumber data primer Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Skor Minimal, Skor Maksimal, Skor Rata-rata dan Ketuntasan Hasil Belajar Pra siklus, Siklus 1, Siklus 2 dan Siklus 3 Gambar 4.8 nampak bahwa pada siklus 1 mengalami peningkatan yang signifikan yakni pada skor maksimal dari 39 menjadi 95 pada siklus 1, pada siklus 2 skor maksimal meningkat menjadi 100 demikian juga pada siklus 3 skor maksimal mencapai 100. Peningkatan juga nampak pada besarnya peningkatan skor minimal pada tiap siklusnya, pada siklus 1 skor minimal meningkat dari 23,5 menjadi 68, kemudian pada siklus 2 skor minimal menjadi 75 dan pada siklus 3 skor minimal sebesar 80. Pada skor rata-rata, pada siklus 1 mengalami peningkatan yakni dari 29,7 menjadi 85,47 kemudian pada siklus 2 skor rata rata menjadi 92 dan pada siklus 3 skor rata-rata meningkat menjadi 93. Ketuntasan hasil belajar juga mengalami peningkatan yang signifikan yakni pada siklus 1 ketuntasan belajar dari 0% menjadi 62,5%, pada siklus 2 juga terdapat peningkatan ketuntasan belajar yakni mencapai 81,25% dan pada siklus 3 peningkatan ketuntasan hasil belajar yakni mencapai 93,75%.
78
Dalam penelitian ini hipotesis tindakan terbukti bahwa apabila pembelajaran menerapkan pendekatan inkuiri dan model pembelajaran NHT maka hasil belajar IPA bagi siswa kelas Vdi SDN Kutowinangun 08 semester II tahun2013/2014 meningkat.