BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Kristen Satya Wacana yang beralamat di Jalan Diponegoro 52-60 Salatiga dan SMP Stella Matutina yang beralamat di Jalan Diponegoro 53 Salatiga dengan jumlah sampel 52 siswa. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIA SMP Kristen Satya Wacana sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VIIE SMP Stella Matutina sebagai kelas kontrol. Terdapat 23 siswa di kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) dan 29 siswa di kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran. Berikut ini hasil observasi guru terhadap pembelajaran di kelas eksperimen yang telah dilaksanakan yang dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan ETH NO.
ASPEK YANG DINILAI
1. 2.
Guru mengawali pembelajaran dengan memberi apersepsi Guru menyampaikan indikator yang akan dipelajari Guru memberi gambaran dengan memotivasi siswa dalam pembelajaran sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Guru membimbing siswa untuk mengingat materi segiempat. Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran Guru membagikan kartu soal kepada seluruh siswa Guru membimbing siswa dalam pembuatan pertanyaan terkait materi segiempat Guru memberi waktu siswa untuk membuat pertanyaan dan menuliskan pertanyaan di kartu soal Guru mengacak kartu soal yang telah dikumpulkan. Guru membagikan kartu soal dengan merata dan memastikan setiap siswa tidak mendapat kartu soal yang mereka buat sendiri Guru memberi waktu siswa untuk memikirkan jawaban dari setiap pertanyaan yang terdapat dalam kartu soal Guru meminta siswa atau menunjuk siswa untuk berperan menjadi guru di depan kelas dengan menjelaskan jawaban dari pertanyaan yang didapat Guru memberi kesempatan kepada siswa lain untuk memberi
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
33
PERTEMUAN I II 3 4 2 3 3
4
4 3 4
4 4 4
3
4
3
3
4
4
4
4
3
4
3
3
3
4
34
14. 15. 16. 17. 18.
tambahan jawaban, tanggapan atau pertanyaan kepada siswa yang berperan menjadi guru Guru mengklarifikasi setiap penjelasan yang dijelaskan siswa agar terjadi pemahaman yang benar. Guru memberikan motivasi dan penguatan tentang materi segiempat Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari materi segiempat yang telah dipelajari Guru menutup proses pembelajaran Guru memberikan tindak lanjut berupa posttest dan angket minat kepada siswa untuk dikerjakan secara individu tentang materi yang telah dipelajari. SKOR RATA-RATA
3
4
3
4
3
4
4
4
-
4
3,05
3,83
Catatan skor: 1 (sangat tidak baik), 2 (tidak baik), 3 (cukup baik), 4 (baik), dan 5(sangat baik)
Berdasarkan Tabel 4.1 pada pertemuan pertaman diketahui skor rata-rata mengajar guru adalah 3,05 dan tergolong pada kategori cukup baik. Hal ini disebabkan pada bebrapa aspek penilaian menunjukkan bahwa guru masih belum menguasai cara untuk menyampaikan gambaran materi yang ada pada kehidupan sehari-hari dan memberikan motivasi pembelajaran kepada siswa karena kondisi kelas yang ramai, guru belum dapat maksimal memberikan penguatan tentang materi segiempat dikarenakan waktu yang terbatas. Pertemuan pertama guru tidak memberikan tindak lanjut pembelajaran namun di awal pembelajaran guru memberikan pretest kepada siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Guru sudah cukup baik dalam memilih siswa untuk berperan menjadi guru namun masih banyak siswa yang merasa terbebani jika harus maju kedepan dan berperan menjadi guru karena siswa belum terbiasa dengan strategi pembelajaran ETH ini. Pertemuan kedua pada hasil observasi menunjukkan skor rata-rata guru mengajar mengalami kenaikan yaitu memperoleh skor 3,83 dan tergolong dalam kategori cukup baik. Guru sudah mulai mengkondisikan kelas dengan baik dan mulai dapat menyampaikan gambaran dan memotivasi siswa dalam proses belajar. Guru sudah cukup jelas dalam memberikan arahan kepada siswa tentang langkah-langkah pembelajaran ETH. Pertemuan kedua siswa mulai menikmati pembelajaran yang diterapkan guru sehingga kegiatan pembelajaran mulai dapat berjalan dengan lancar.
35 B. Analisis Data Penelitian Persyaratan analisis data menggunakan statistik parametrik berdasarkan data yang berdistribusi normal dan menggunakan statistik nonparametrik jika data tidak berdistribusi normal. Analisis ini menggunakan bantuan SPSS versi 16.0. 1. Analisis pretest a. Deskripsi pretest Hasil pretest pada kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan dapat dideskripsikan dengan bantuan SPSS versi 16.0 yang dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Deskripsi Pretest nilai
Kelas
N
Mean
Std. Deviation
eksperimen
23
82.22
21.526
Kontrol
29
82.48
12.319
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 23 siswa di kelas eksperimen nilai rata-rata sebesar 82.22 dengan standar deviasi 21.526. sedangkan 29 siswa dari kelas kontrol mempunyai nilai rata-rata sebesar 82.48 dengan standar deviasi 12.319. Pretest dibuat kategori berdasarkan tingkatan dari Azwar (2012). Adapun kategorinya sebagai berikut: X < (̅ - 1,0SD)
: rendah
(̅ - 1,0SD) ≤ X < ( ̅ + 1,0SD)
: sedang
(̅ + 1,0SD) ≤ X
: tinggi
Hasil pengukuran pretest matematika dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Kategori Nilai Pretest Kelas Interval x ≥ 99,199 65.541 ≤ x < 99,199 x < 65.541
Kategori tinggi sedang rendah
Eksperimen Jumlah Persen 4 17,39% 16 69,57% 3 13,04%
Kontrol Jumlah Persen 5 17,24% 21 72,41% 3 10,34%
36 Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa sebanyak 3 siswa dikelas eksperimen (VIIA) mempunyai nilai pretesi dengan kategori rendah, 16 siswa dalam kategori sedang dan 4 siswa dalam kategori tinggi. Sebagian siswa pada kelas eksperimen terdapat pada kategori sedang dengan presentase 69,57%. Pada kelas kontrol (VIIE) terdapat 3 siswa terdapat pada kategori rendah, 21 siswa berada pada kategori sedang dan 5 siswa dalam kategori tinggi. Sebagian besar siswa pada kelas kontrol juga terdapat pada kategori sedang dengan prosentase sebesar 72,41%. b. Uji normalitas pretest Hasil uji normalitas pretest pada kedua kelas dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Uji Normalitas Pretest a
Kolmogorov-Smirnov Statistic nilai
.203
df 52
Shapiro-Wilk
Sig. Statistic .000
Df
.824
52
Sig. .000
a. Lilliefors Significance Correction Uji normalitas pretest pada Tabel 4.4 dengan uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan bahwa nilai probabilitas yang dihasilkan sebesar 0,000 < 0,05 dengan taraf 5%, dengan demikian data tidak berdistribusi normal maka pengujian data selanjutnya menggunakan uji statistik nonparametrik. Pengujian selanjutnya agar diperoleh data normal menggunakan statistik nonparametrik dengan uji Mann-Whitney U pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Uji Statistik Nonparametrik Nilai Mann-Whitney U
276.500
Wilcoxon W
711.500
Z
-1.064
Asymp. Sig. (2-tailed)
.287
a. Grouping Variable: kelas
Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada Tabel 4.5 adalah 0,287 > 0,05. Maka dapat dikatakan rataan kedua sampel sama. Hasil rataan kedua sampel sama dibuktikan pula dengan nilai rata-rata kedua kelas yang mendekati seimbang yaitu kelas eksperimen 82.22 dan kelas kontrol 82.48. Kedua
37 kelas memiliki kemampuan awal yang sama, oleh karena itu kedua kelas dapat dilanjutkan sebagai subyek penelitian. 2. Analisis Minat Belajar Matematika a. Deskripsi minat belajar matematika Hasil minat belajar matematika siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat di deskripsikan pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Deskripsi Minat Belajar Matematika kelas
N
total eksperimen kontrol
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
23
120.26
11.974
2.497
29
134.79
17.961
3.335
Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa 23 siswa di kelas eksperimen (VIIA) memiliki rata-rata minat belajar matematika 120,26 dan standar deviasi sebesar 11.974 dengan skor tertinggi 149 dan skor terendah 97. Pada kelas kontrol (VIIE) yaitu 29 siswa memiliki rata-rata minat belajar matematika sebesar 134,79 dengan standar deviasi sebesar 17,961 dengan skor tertinggi 167 dan skor terendah 93. Perolehan skor minat belajar matematika akan dikategorikan sesuai interval. Menurut Azwar (2012) kategorinya sebagai berikut: X < (̅ - 1,0SD)
: rendah
(̅ - 1,0SD) ≤ X < ( ̅ + 1,0SD)
: sedang
(̅ + 1,0SD) ≤ X
: tinggi
Hasil tiap kategori minat belajar matematika siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Hasil kategori minat belajar matematika siswa Kelas Interval Kategori Eksperimen Kontrol Jumlah Persen Jumlah Persen x ≥ 145.46 tinggi 1 4,35% 9 31,03% 111.28 ≤ x < 145.46 sedang 19 82,61% 17 58,62% x < 111.28 rendah 3 13,04% 3 10,34%
38 Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat bahwa sebanyak 3 siswa di kelas eksperimen (VIIA) mempunyai minat belajar matematika dengan kategori rendah, 19 siswa dalam kategori sedang dan 1 siswa dalam kategori tinggi. Sebagian besar siswa pada kelas eksperimen tergolong kategori sedang dengan presentase 82,61%. Kelas kontrol (VIIE) terdapat 3 siswa terdapat pada kategori rendah, 17 siswa berada pada kategori sedang dan 9 siswa dalam kategori tinggi. sebagian besar siswa pada kelas kontrol juga terdapat pada kategori sedang dengan presentase sebesar 58,62%. Tabel 4.7 menunjukkan bahwa kedua kelas didominasi oleh siswa yang memiliki minat belajar matematika sedang. Perbedaan jumlah siswa yang memiliki minat tinggi pada kedua kelas disebabkan oleh waktu penerapan strategi ETH di kelas eksperimen yang terlalu singkat menjadikan siswa belum maksimal dalam beradaptasi pada pembelajaran dan pembelajaran ETH ini baru pertama kali diterapkan di kelas ekperimen maka hanya terdapat 1 (satu) siswa di kelas eksperimen yang memiliki minat tinggi. Siswa pada kelas kontrol lebih banyak yang memilki minat dengan kategori tinggi karena pada kelas kontrol siswa telah terbiasa dengan cara guru mengajar (pembelajaran konvensional). b. Uji normalitas minat belajar matematika Hasil uji normalitas minat belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Uji Normalitas Minat Belajar Matematika a
Kolmogorov-Smirnov Statistic total
.111
df
Sig. 52
.156
Shapiro-Wilk Statistic .977
df
Sig. 52
.411
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa hasil uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk minat belajar matematika kedua kelas adalah 0,111 dengan sig. 0,156 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi hasil pengukuran variabel minat belajar matematika kedua kelas adalah normal karena probabilitasnya lebih besar dari 0,05. Histogram kenormalan dapat dilihat pada Grafik 4.9.
39 Grafik 4.9 Distribusi Normal Hasil Minat Belajar Matematika
3. Analisis Hasil Belajar Matematika a. Deskripsi hasil belajar matematika Hasil belajar matematika siswa yang dilakukan dengan postest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat di deskripsikan pada Tabel 4.10. Tabel 4.10 Deskripsi Hasil Belajar Matematika Kelas nilai eksperimen Kontrol
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
23
82.52
14.061
2.932
29
73.31
16.043
2.979
Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukkan bahwa hasil belajar pada kelas ekperimen (VIIA) dengan jumlah siswa 23 memiliki rata-rata kelas sebesar 82.52 dengan standar deviasi 14,061. Nilai tertinggi hasil belajar matematika pada kelas eksperimen adalah 100 dan nilai terendah 52. Kelas kontrol (VIIE) dengan jumlah siswa 29 memiliki rata-rata kelas sebesar 73.31 dengan standar deviasi 16.043. nilai tertinggi pada kelas kontrol adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 43. Perolehan hasil belajar matematika akan dikategorikan sesuai interval. Menurut Azwar (2012) kategorinya sebagai berikut:
40 X < (̅ - 1,0SD)
: rendah
(̅ - 1,0SD) ≤ X < ( ̅ + 1,0SD)
: sedang
(̅ + 1,0SD) ≤ X
: tinggi
Hasil tiap kategori minat belajar matematika siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol pada Tabel 4.11. Tabel 4.11 Kategori Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Interval Kategori Eksperimen Kontrol Jumlah Persen Jumlah Persen x ≥ 93.126 tinggi 8 34,78% 3 10,34% 61.634≤ x < 93.126 sedang 14 60,87% 21 72,41% x < 61.634 rendah 1 4,35% 5 17,24% Berdasarkan Tabel 4.11 terlihat bahwa sebanyak 1 siswa dikelas eksperimen (VIIA) mempunyai hasil belajar matematika dengan kategori rendah, 14 siswa dalam kategori sedang dan 8 siswa dalam kategori tinggi. Sebagian siswa pada kelas eksperimen terdapat pada kategori sedang dengan presentase 60,87%. Pada kelas kontrol (VIIE) terdapat 5 siswa terdapat pada kategori rendah, 21 siswa berada pada kategori sedang dan 3 siswa dalam kategori tinggi. Sebagian besar siswa pada kelas kontrol juga terdapat pada kategori sedang dengan presentase sebesar 72,41%. Siswa yang memiliki hasil belajar tinggi pada kelas eksperimen lebih banyak dari kelas kontrol. b. Uji normalitas hasil belajar matematika Hasil uji normalitas posttest (hasil belajar) pada kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.12 dibawah ini. Tabel 4.12 Uji Normalitas Posttest a
Kolmogorov-Smirnov Statistic nilai
.092
df 52
Sig. *
.200
Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
.949
52
.027
Berdasarkan uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov nilai statistik sebesar 0,092 dengan sig. 0,200 > 0,05. Hal ini menunjukkan
41 bahwa distribusi hasil pengukuran untuk variabel posttest kedua kelas adalah normal karena probabilitanya lebih dari 0,05. Histogram kenormalan penyebaran data ditunjukan pada Grafik 4.13 Grafik 4.13 Distribusi Normal Hasil Posttest
C. Analisis Hasil Penelitian Analisis hasil penelitian ini menggunakan perhitungan Uji-T dengan bantuan SPSS versi 16.0 lebih tepatnya menggunakan Independent Sample TTest dengan syarat data telah berdistribusi normal. Pengujian dengan menggunakan Independent Sample T-Test ini bertujuan untuk melihat perbedaan minat dan hasil belajar antara siswa di kelas eksperimen yang mendapat perlakuan strategi pembelajaran aktif tipe ETH dengan siswa di kelas kontrol yang melakukan pembelajaran secara konvensional. Hasil perhitungan dengan uji T dapat dilihat sebagai berikut. a. Analisis minat belajar matematika Perhitungan minat belajar matematika ini menggunakan uji beda ratarata karena untuk mengetahui apakah ada perbedaan minat belajar matematika pada kedua kelas. Data dari kedua kelas dikatakan memiliki rataan sama jika nilai signifikan > 0,05, sedangkan data dari kedua kelas
42 dikatakan memiliki rataan yang berbeda jika nilai signifikan < 0,05. Hasil olah data uji beda rata-rata dengan menggunakan Independent Samples Test dapat dilihat pada Tabel 4.14. Tabel 4.14 Uji Beda Rata-Rata Minat Belajar Matematika pada Siswa Di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol dengan Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F total Equal variances assumed Equal variances not assumed
4.066
Sig.
t-test for Equality of Means T
.049 -3.334
Sig. (2tailed)
df
Std. Error Difference
50
.002
4.359
-3.488 48.708
.001
4.166
Berdasarkan Tabel 4.14 terlihat bahwa F hitung Levene's Test for Equality of Variances sebesar 4,066 dengan sig. 0,049 < 0,05, sehingga kedua kelas tidak memiliki variansi sama atau kedua kelas tidak homogen. Analisis uji t-test for Equality of Means terlihat bahwa nilai t sebesar -3.334 maka untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan minat kedua kelas harus menggunakan Equal variances not assumed karena memiliki nilai negatif. Terlihat bahwa Sig. (2-tailed) sebesar 0,001 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dapat disimpulkan bahwa “ada perbedaan minat belajar matematika siswa, sehingga strategi pembelajaran aktif ETH berpengaruh terhadap minat belajar siswa kelas VIIA SMP Kristen Satya Wacana Salatiga”. b. Analisis hasil belajar matematika Uji beda rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan nilai atau hasil belajar pada kedua kelas. Data dari kedua kelas dikatakan memiliki rataan sama jika nilai signifikan > 0,05, sedangkan data dari kedua kelas dikatakan memiliki rataan yang berbeda jika nilai signifikan < 0,05. Hasil olah data uji beda rata-rata dapat dilihat pada Tabel 4.15.
43 Tabel 4.15 Uji Beda Rata-Rata Posttest pada Siswa Di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol dengan Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F nilai Equal variances assumed Equal variances not assumed
.199
Sig.
t-test for Equality of Means T
.658 2.170
Sig. (2tailed)
df
Std. Error Difference
50
.035
4.245
2.204 49.457
.032
4.180
Berdasarkan Tabel 4.15 terlihat bahwa F hitung Levene's Test for Equality of Variances sebesar 0,199 dengan sig. 0,658 > 0,05, sehingga kedua kelas memiliki variansi sama atau kedua kelas homogen. Selanjutnya pada analisis t-test for Equality of Means menggunakan Equal variances assumed. Terlihat bahwa nilai t sebesar 2,170 dengan Sig. (2-tailed) sebesar 0,035 < 0,05 maka menolak H0 dan menerima H1, dapat disimpulkan bahwa “Ada perbedaan hasil belajar matematika siswa, sehingga strategi pembelajaran aktif ETH berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas VIIA SMP Kristen Satya Wacana Salatiga”. D. Pembahasan Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah strategi pembelajaran aktif tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) berpengaruh terhadap minat dan hasil belajar matematika pada siswa kelas VIIA SMP Kristen Satya Wacana Salatiga. Terdapat kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam penelitian ini. Kelas eksperimen yaitu kelas VIIA yang mendapatkan perlakuan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe ETH dan kelas kontrol yaitu kelas VIIE tidak diberi perlakuan. Penelitian ini dapat terlaksana jika kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama. Berdasarkan hasil olah data pada pretest sebelum mendapatkan perlakuan, menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kedua kelas adalah 0,287 > 0,05 yang berarti rataan kedua kelas sama. Berdasarkan Tabel 4.2 diperoleh nilai rata-rata kelas pada kelas VIIA sebesar 82,22 dan kelas VIIE adalah 82,48. Perbedaan hasil belajar sebelum mendapat perlakuan hanya 0,26 yang dapat memperkuat asumsi bahwa rataan kedua kelas sama.
44 Minat belajar matematika pada kelas VIIA SMP Kristen Satya Wacana setelah mendapatkan perlakuan dengan strategi pembelajaran aktif tipe ETH berbeda dengan kelas VIIE SMP Stella Matutina yang menggunakan pembelajaran konvensional. Minat kedua kelas berbeda karena dilihat dari nilai Sig. 0,049 < 0,05 yang berarti bahwa rataan kedua kelas berbeda. Hal ini diperkuat dari rata-rata minat belajar matematika pada siswa kelas VIIA yaitu 120,26 yang lebih rendah dibandingkan dengan kelas VIIE yaitu 134,79. Perbedaan rata-ra ta minat belajar matematika pada kelas VIIA dan kelas VIIE sangat signifikan yaitu 14,53. Hasil olah data tersebut menunjukkan bahwa minat belajar matematika kelas VIIA SMP Kristen Satya Wacana lebih rendah dengan minat belajar matematika kelas VIIE SMP Stella Matutina. Berdasarkan Tabel 4.7 minat belajar matematika kedua kelas didomonasi pada siswa yang memiliki minat dengan kategori sedang. Siswa yang memiliki minat tinggi di kelas VIIA lebih sedikit karena siswa baru pertama kali mendapatkan perlakuan dengan strategi pembelajaran aktif tipe ETH, waktu yang singkat menjadikan siswa belum maksimal dalam beradaptasi, guru masih belum maksimal dalam menguasai kelas yang ramai sehingga hanya satu siswa yang memiliki minat belajar matematika dengan kategori tinggi. Terdapat sembilan siswa Kelas VIIE yang memiliki minat tinggi karena siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran yang diterapkan guru (pembelajaran konvensional). Hipotesis dalam penelitian yang menyatakan “melalui strategi pembelajaran aktif tipe everyone is teacher here (ETH) dapat mempengaruhi minat belajar matematika pada siswa kelas VIIA SMP Kristen Satya Wacana “ diterima. Siswa yang mendapat perlakuan saat pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe ETH terlihat antusias dan senang. Hal ini sejalan dengan Djamarah dan Bahri (2008: 132) yang menyatakan bahwa kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Hal-hal yang dirasakan selama proses pembelajaran berlangsung adalah selama proses pembelajaran guru masih banyak memberikan arahan kepada siswa. Strategi pembelajaran aktif ETH ini baru pertama kali diterapkan pada siswa kelas VIIA SMP Kristen Satya Wacana menjadikan siswa belum maksimal dalam beradaptasi dengan strategi pembelajaran yang diterapkan. Kemampuan guru dalam menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe ETH yang belum maksimal dan waktu proses pembelajaran yang terbatas juga merupakan sebab minat belajar matematika siswa tergolong sedang dan lebih rendah dari kelas
45 VIIE. Selain hal tersebut, terdapat pula keadaan kelas, lingkungan sekitar, teman sebaya juga dapat berpengaruh. Hal tersebut sejalan dengan Slameto (2010: 54) yang menyatakan bahwa terdapat faktor eksternal yang mempengaruhi minat belajar siswa yang meliputi faktor sekolah, seperti metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar penilaian diatas ukuran, keadaan gedung dan tugas rumah. Perlu dilakukan cara untuk menjadikan minat siswa meningkat yaitu guru mulai sering menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe ETH, guru berusaha maksimal dalam menerapkan strategi ini kepada siswa sehingga siswa mulai beradaptasi dengan strategi pembelajaran yang ada, selain itu dibutuhkan kerjasama dan komunikasi antara guru dengan siswa agar strategi pembelajaran aktif berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe ETH berpengaruh terhadap minat belajar matematika pada siswa kelas VIIA SMP Kristen Satya Wacana. Terlihat dari hasil olah data uji beda rata-rata yang menunjukkan nilai Sig. (2tailed) 0,001 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan minat belajar kedua kelas. Strategi pembelajaran aktif tipe ETH menjadikan hasil belajar matematika pada siswa kelas VIIA SMP Kristen Satya Wacana lebih baik dari kelas VIIE SMP Stella Matutina. Proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif menjadikan siswa antusias dalam mengikuti pelajaran. Siswa dituntut untuk berperan menjadi guru bagi teman-teman mereka di kelas, hal tersebut menjadikan siswa berani menjelaskan jawaban, mengeluarkan pendapat dan memberi masukan di depan kelas. Siswa yang belum memahami konsep atau materi pelajaran yang disampaikan guru dapat menjadi paham atau mengerti karena teman mereka yang menjelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti. Hal ini sependapat dengan Silberman (2009: 165) yang mengatakan bahwa suatu mata pelajaran benar-benar mampu dikuasai apabila siswa mampu mengajarkan kepada siswa lain dan menjadi narasumber bagi yang lain. Hal serupa dikatakan oleh Wulandari, dkk (2012: 2) bahwa ETH menuntut siswa untuk berperan aktif sebagai guru bagi teman-temannya. Penyampaian materi yang disampaikan oleh teman sendiri dianggap akan lebih mudah dipahami karena pengetahuan yang sama dan bahasa yang digunakan mudah untuk dimengerti. Strategi pembelajaran aktif tipe ETH ini benar-benar mampu menarik antusias seluruh siswa. Strategi pembelajaran aktif tipe ETH benar-benar mampu menjadikan siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran sesuai dengan yang disampaikan oleh Suprijono (2012: 110) bahwa strategi pembelajaran ETH mampu mengundang antusiasme seluruh siswa di kelas saat
46 pelajaran. Siswa yang berperan menjadi guru mampu menjelaskan jawaban dari pertanyaan yang didapat. Siswa lain pun antusias untuk mendengarkan teman yang berperan sebagi guru tersebut. Secara keseluruhan strategi ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif pada pelajaran. Namun masih terdapat siswa yang merasa malu jika ditunjuk untuk berperan sebagai guru. Hal ini disebabkan strategi ini merupakan strategi yang belum pernah digunakan pada pembelajaran matematika sebelumnya. Biasanya siswa hanya maju kedepan dan menuliskan jawaban dari suatu pertanyaan di papan tulis, namun dalam pembelajan ETH ini siswa harus dapat berbicara menjelaskan jawaban di depan kelas. Dengan demikian pemahan siswa akan bertambah karena materi mudah dipahami dan hasil belajar yang diperoleh lebih baik. Strategi pembelajaran aktif tipe ETH ini mampu menjadikan siswa berani menyampaikan pendapat, berkreasi dalam membuat dan menjawab pertanyaan, berdiskusi bersama. Namun strategi ini membutuhkan waktu yang lebih lama agar lebih banyak siswa yang berperan menjadi guru, siswa yang tidak aktif akan terlihat jelas. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh strategi pembelajaran aktif tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas VIIA SMP Kristen Satya Wacana Salatiga. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan “ada perbedaan hasil belajar matematika siswa, sehingga strategi pembelajaran aktif tipe ETH berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas VIIA” diterima. Hal tersebut terlihat dari hasil olah data yang menunjukkan nilai rata-rata kelas VIIA 82,52 lebih baik daripada kelas VIIE yaitu 73,31 dengan nilai signifikan 0,035 < 0,05 yang artinya H1 diterima. Hasil penelitian ini sependapat dengan Wulandari, dkk (2012) dan Firdahri, dkk (2012) yang menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang memperoleh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe ETH lebih baik daripada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.