BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1
Hasil Penelitian
1.1.1
Tinjauan Umum Tentang Subyek Penelitian Subyek pada penelitian ini adalah seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang telah mendapatkan sertifikasi ISO. Dimulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 ini tercatat telah ada 31 SKPD yang mengantongi sertifikasi ISO diantaranya dinas, badan, kantor, dan juga kecamatan. (www.bandung.go.id) Populasi pada penelitian ini adalah jumlah seluruh SKPD yang ada pada lingkungan pemerintah Kota Bandung yaitu 61 SKPD diantaranya 17 Dinas, 14 Lembaga Teknis, dan 30 Kecamatan). Berikut ini adalah daftar dari seluruh SKPD di lingkungan Pemerintahan Kota Bandung. Tabel 4.1.1.1 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintahan Kota Bandung No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Bina Marga Dan Pengairan Dinas Kebakaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Dinas Kesehatan Dinas Komunikasi dan Informatika Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian Perdagangan Dinas Pemakaman dan Pertamanan Dinas Pemuda dan Olahraga Dinas Pendapatan Dinas Pendidikan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Dinas Perhubungan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
85
86
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Dinas Sosial Dinas Tata Ruang dan Cahaya Dinas Tenaga Kerja Badan Kepegawaian Daerah Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan, dan Pemberdayaan Masyarakat Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Badan Pengelola Lingkungan Hidup Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Inspektorat Kantor Pengelolaan Pemakaman Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah RSUD Kota Bandung Rumah Sakit Gigi dan Mulut Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Satuan Polisi Pamong Praja Kecamatan Andir Kecamatan Antapani Kecamatan Arcamanik Kecamatan Astana Anyar Kecamatan Babakan Ciparay Kecamatan Bandung Kidul Kecamatan Bandung Kulon Kecamatan Bandung Wetan Kecamatan Batununggal Kecamatan Bojongloa Kaler Kecamatan Bojongloa Kidul Kecamatan Buahbatu Kecamatan Cibeunying Kaler Kecamatan Cibeunying Kidul Kecamatan Cibiru Kecamatan Cicendo Kecamatan Cidadap Kecamatan Cinambo Kecamatan Coblong Kecamatan Gedebage Kecamatan Kiaracondong Kecamatan Lengkong Kecamatan Mandalajati Kecamatan Panyileukan Kecamatan Rancasari Kecamatan Regol Kecamatan Sukajadi Kecamatan Sukasari Kecamatan Sumur Bandung Kecamatan Ujung Berung
Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah SKPD di lingkungan pemerintah Kota Bandung yang telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2008 yaitu sejumlah 31 SKPD. Teknik sample pada penelitian ini adalah menggunakanpurposive sampleyaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria tertentu yaitu Seluruh SKPD Pemerintah Kota Bandung yang telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2008. Responden untuk Variabel Pengelolaan Keuangan Daerah, TQM dan Kinerja SKPD adalah sebagai berikut: Kepala SKPD
1 Orang
Sekretariat SKPD 1. Kepala Sub Bagian Keuangan
1 orang
2. Kepala Sub Kepegawaian
1 orang
Total 3 orang Responden ditentukan berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) dari masing-masing responden.Untuk variabel pengelolaan keuangan daerah responden yang dipilih adalah Kepala Sub Bagian Keuangan karena dilihat dari TUPOKSI bahwa Kasubag Keuangan SKPD merupakan bagian yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengelolaan keuangan SKPD tersebut.Begitu juga dengan penentuan responden TQM dan Kinerja. SKPD yang telah mendapatkan sertifikasi ISO atas diterapkannya prinsipprinsip ISO yang menjadi sampel penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1.1.2 SKPD yang Telah Mendapatkan Sertifikasi ISO No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Nama Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Bandung Rumah Sakit Kesehatan Mulut dan Gigi (RSKGM) Dinas Kesehatan Dinas Pendidikan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Dinas Pemakaman dan Pertamanan Dinas Perhubungan Dinas Pendapatan Inspektorat Kota Bandung Badan Kepegawaian Daerah RSUD Kota Bandung Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Satu Pintu (BPMPPT) Kecamatan Batununggal Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Dinas Pemadam dan Pecegahan kebakaran (Damkar) Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya (Distarcip) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distanhanpang) Dinas Koperasi, UKM dan Indag Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah (Pusarda) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Dinas Pengelolaan keuangan dan Aset Daerah Dinas Sosial Dinas Pemuda dan Olahraga Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan, dan Pemberdayaan Masyarakat Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Satuan Polisi Pamong Praja Kecamatan Sukasari
Tahun Penyerahan Sertifikasi ISO 2007 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011
Sumber : Website Resmi Pemerintah Kota Bandung (www.bandung.go.id)
1.1.2
Deskripsi Data Variabel Penelitian Waktu yang diperlukan untuk pengumpulan data selama 1 (satu) bulan
lebih dimulai dari tanggal 19 September 2011 sampai dengan 21 Oktober 2011.Kuesioner yang disebarkan berjumlah 93. Seluruh kuesioner diterima secara lengkap dengan tingkat respon rate 100%. Tetapi tidak dapat dipastikan bahwa yang mengisi kuesioner memang betul-betul responden yang diinginkan karena sebagian pengisian kuesioner tidak dilihat secara langsung dan juga tidak semua responden mau menulis biodata secara lengkap.Secara lengkap data akan disajikan dalam tabel 4.1.2.1 berikut ini : Tabel 4.1.2.1 Analisis Tingkat Pengembalian Kuesioner -
Kuesioner yang didistribusikan Kuesioner yang tidak kembali Kuesioner yang kembali Kuesioner yang gugur (tidak lengkap pengisiannya sehingga tidak dapat diolah) Outlier data Data yang dapat diolah Kuesioner yang dapat diolah
93 Responden 0 Responden 93 Responden 0 Responden
100% 0% 100% 0%
4 item pertanyaan 25 item pertanyaan 93 Responden
0.14% 0.86% 100%
Sumber : data primer yang diolah, 2011 Responden penelitian adalah Kepala SKPD, Kepala Sub Bagian Keuangan, dan Kepala Sub Bagian Kepegawaian pada setiap SKPD Pemerintah Kota Bandung yang telah mendapatkan sertifikasi ISO. Karakteristik dari 93 Responden yang diobservasikan akan digambarkan dalam bentuk tabel supaya lebih mudah dipahami. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, jabatan, dan lama bekerja akan disajikan dalam tabel 4.1.2.2berikut :
Tabel 4.1.2.2 Profil Responden Ket
Jenis Kelamin
Usia (tahun) 415150 60
Pria
Wanita
2540
Jumlah Total
54
39
37
45
Persent ase (%)
58.1
39.9
92 48.4
93 41.9
Jabatan
Masa Jabatan
Kepala SKPD
Kabag Keu
Kabag Kepeg 31
15 th 5
510 th 16
11
31
31
11.8
33.3
93 33.3
33.3
5.4
93 17.0
> 10 th 72
77.4
Sumber : data primer yang diolah, 2011 Dari semua kuesioner yang dapat diolah yaitu 93 responden.Semua kuesioner yang tersebut kemudian ditabulasi untuk tujuan analisis data.Data yang ditabulasi adalah semua tanggapan dan jawaban responden atas setiap pertanyaan yang ada dalam kuesioner.Pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan variabel Pengelolaan Keuangan Daerah, Total Quality Management (TQM), dan Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Berikut ini adalah deskriptif data per variabel : 1.1.2.1 Deskripsi Variabel Pengelolaan Keuangan Daerah Deskripsi data variabel penelitian menjelaskan secara rinci dari sub variabel / dimensi pengelolaan keuangan daerah berdasarkan kriteria rentang pengklasifikasian yang perhitungannya telah dijelaskan pada teknik analisis data di Bab III.Data kuesioner variabel pengelolaan keuangan daerah yang terdiri dari 6 dimensi diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada 93 responden. Sub variabel / dimensi tersebut dijabarkan menjadi 7 pernyataan yang ada dalam kuesioner variabel pengelolaan keuangan daerah. Di bawah ini merupakan penjelasan secara rinci mengenai deskripsi data variabel pengelolaan keuangan daerah.
Tabel 4.1.2.1.1 Tabel Deskripsi Data Variabel Pengelolaan Keuangan Daerah No
1
2
3
4
5
6
7
Pernyataan a. Perencanaan Dalam perencanaan anggaran selalu berpedoman pada visi, misi, tujuan, dan sasaran kinerja organisasi yang ingin dicapai. b. Pelaksanaan Pelaksanaan anggaran dan realisasi pada pengelolaan keuangan terjadi penyimpangan secara signifikan setiap tahunnya Penggunaan APBD selalu terjaga agar tetap efektif, efisien, ekonomis, akuntabel, dan transparan. c. Penatausahaan Setiap transaksi selalu dibukukan sebagai tanda pencatatan atas kegiatan pelaksanaan anggaran belanja dan pengolahan tanda-tanda bukti untuk menyusun Surat Pertanggungjawaban (SPJ) d. Pelaporan Laporan yang dibuat selalu memberikan informasi yang dapat digunakan unruk evaluasi kinerja manajerian dan organisasional e. Pertanggungjawaban Pelaporan pertanggungjawaban atas segala kegiatan yang dilakukan selalu diselesaikan tepat waktu sesuai dengan yang telah ditetapkan f. Pengawasan Pimpinan selalu mengarahkan, mengawasi, dan mengambangkan karyawan sehingga selalu melakukan kinerja nya sesuai dengan apa yang seharusnya.
Frekuensi Jawaban 5 4 3
2
1
Total Skor
0
0
0
188
3
1
1
0
177
7
7
0
0
0
170
12
8
3
0
0
0
180
10
13
1
4
3
0
0
178
14
10
2
4
1
0
0
187
5
20
1
3
0
2
0
174
7
6
11
13
5
2
8
14
4
5
12
8
Total Skor Skor Rata-rata
Sumber : Data primer diolah
1254 179
Berdasarkan tabel diatas diperoleh data mengenai tanggapan responden untuk setiap pernyataan sub variabel / dimensi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan. Dari 6 (enam) dimensi tersebut ada 7 (tujuh) buah pernyataan dengan skor rata-rata 179 yaitu didapat dari total skor dibagi jumlah pernyataan yang terdapat di dimensi tersebut. Berdasarkan tabel diatas kita dapat mengetahui bahwa setiap pernyataan yang telah diberikan dari masing-masing dimensi memiliki jawaban dengan skor 6 (enam) yang berarti sering dilakukan. Hal itu berarti sebagian besar dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintahan Kota Bandung yang telah mendapatkan sertifikasi ISO telah melakukan tahapan-tahapan Pengelolaan Keuangan Daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Walau begitu masih ada beberapa dimensi seperti pelaksanaan dalam efektifitas, efisien, ekonomis, akuntabilitas, dan transparansi yang memiliki skor 5 atau 4 yang artinya sering dan kadang-kadang dilakukan. 1.1.2.2 Deskripsi Variabel Penerapan Total Quality Management (TQM) Deskripsi data variabel penelitian menjelaskan secara rinci dari sub variabel / dimensi Total Quality Management (TQM) berdasarkan kriteria rentang pengklasifikasian yang perhitungannya telah dijelaskan pada teknik analisis data di Bab III.Data kuesioner variabel Total Quality Management (TQM) yang terdiri dari 8 dimensi diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada 93 responden. Sub variabel / dimensi tersebut dijabarkan menjadi 8 pernyataan yang ada dalam kuesioner variabel pengelolaan keuangan daerah. Di bawah ini merupakan
penjelasan secara rinci mengenai deskripsi data variabel pengelolaan keuangan daerah. Tabel 4.1.2.2.1 Deskripsi Data Variabel Total Quality Management (TQM) No
1
2
3
4
5
6
Pernyataan a. Fokus Pada Pelanggan Dibuatnya sarana agar masyarakat bebas untuk memberikan saran, kritik, maupun keluhan terhadap pelayanan publik yang dilakukan oleh Pemerintah. b. Kepemimpinan Lingkungan internal selalu dipelihara agar menciptakan kenyamanan dalam bekerja dan pimpinan selalu melibatkan diri secara penuh dalam pencapaian sasaran organisasi. c. Pendekatan Proses Berkomitmen atas rencana kerja yang telah dilakukan untuk meningkatkan kinerja organisasi. d. Keterlibatan Seluruh Personel Seluruh personil organisasi selalu memberi dan menerima umpan balik untuk membantu tim menjadi lebih baik. a. Pernyempurnaan menyeluruh Umpan balik dari pelanggan (rekomendasi DPRD maupun saran dan kritik dari masyarakat) digunakan untuk perbaikan terus menerus manajemen mutu organisasi. f. Pendekatan Sistem Manajemen Selalu ditetapkannya sasaran mutu dan setiap proses manajemen selalu dipantau dan diukur
Frekuensi Jawaban 5 4 3
2
1
Total Skor
1
1
1
174
3
7
1
1
149
3
2
2
3
0
172
11
3
4
3
1
1
165
6
10
4
5
3
2
1
156
12
11
3
20
0
2
1
178
7
6
4
17
5
2
6
6
7
11
10
8
7
8
efektifitasnya g. Pendekatan Faktual Pada Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan selalu didasarkan logika, analisis data, serta informasi yang tepat. h. Hubungan Dengan Pemasok Mengidentifikasi dan memilih pemasok utama yang dapat diandalkan serta membagi informasi dan rencana-rencana mendatang.
8
17
4
1
0
1
0
186
15
8
3
1
3
1
0
183
1363 170
Total Skor Skor Rata-rata
Sumber : Data Primer diolah Berdasarkan tabel diatas diperoleh data mengenai tanggapan responden untuk setiap pernyataan sub variabel / dimensi fokus pada pelanggan, kepemimpinan, pendekatan proses, keterlibatan personel, penyempurnaan berkelanjutan,
pendekatan
sistem
manajemen,
pendekatan
faktual
pada
pengambilan keputusan, dan hubungan dengan pemasok. Dari 8 (delapan) dimensi tersebut ada 8 (delapan) buah pernyataan dengan skor rata-rata 170 yaitu didapat dari total skor dibagi jumlah pernyataan yang terdapat di dimensi tersebut. Berdasarkan tabel diatas kita dapat mengetahui bahwa setiap pernyataan yang telah diberikan dari masing-masing dimensi memiliki jawaban dengan skor 6 (enam) yang berarti sering dilakukan dan 7 (tujuh) yang berarti selalu dilakukan. Hal itu berarti sebagian besar dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintahan Kota Bandung yang telah mendapatkan sertifikasi ISO telah melakukan penerapan Total Quality Management (TQM). Meskipun begitu masih ada sebagian SKPD di Pemerintahan Kota Bandung yang masih belum menerapkan prinsip-prinsip TQM sebagai budaya organisasi mereka padahal
SKPD tersebut telah mendapatkan sertifikasi ISO yang berarti mereka seharusnya telah menerapkan seluruh prinsip-prinsip ISO yang merupakan adopsi dari prinsip-prinsip TQM. 1.1.2.3 Deskripsi Variabel Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Deskripsi data variabel penelitian menjelaskan secara rinci dari sub variabel / dimensi kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) berdasarkan kriteria rentang pengklasifikasian yang perhitungannya telah dijelaskan pada teknik analisis data di Bab III. Data kuesioner variabel kinerja SKPD yang terdiri dari 2 dimensi diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada 93 responden. Sub variabel / dimensi tersebut dijabarkan menjadi 14 pernyataan masing-masing 7 (tujuh) pernyataan untuk masing-masing dimensi yang ada dalam kuesioner variabel kinerja SKPD. Di bawah ini merupakan penjelasan secara rinci mengenai deskripsi data variabel kinerja SKPD. Tabel 4.1.2.3.1 Deskripsi Data Variabel Kinerja SKPD No
1
2
3
4
Pernyataan a. Perspektif Keuangan Pengelolaan Anggaran dilaksanakan secara akuntabel dan transparan. Pengelolaan anggaran secara riil selalu dilaksanakan secara efektif, efisien, dan ekonomis Aktiva selalu dapat dimanfaatkan dengan baik demi kelancaran kegiatan dan mencapai tujuan, target, dan sasaran organisasi. Anggaran dan realisasi pada pengelolaan keuangan selalu terdapat penyimpangan yang signifikan tiap tahunnya
Frekuensi Jawaban 5 4 3
2
1
Total Skor
1
1
0
166
2
0
0
0
179
7
1
1
0
0
179
5
2
2
1
0
170
7
6
3
16
4
6
4
18
7
4
18
3
18
5
6
7
1
2
3
4
5
6
Setiap pelaporan kinerja keuangan dapat memberikan informasi untuk evaluasi kinerja manajerial dan organisasional. Dalam setiap pembuatan Surat Pertanggungjawaban (SPJ) selalu ada bukubuku/dokumen sebagai tanda pencatatan atas kegiatan pelaksanaan anggaran belanja sehingga tidak pernah ada kesalahan pencatatan yang mengakibatkan perbedaan antara pencatatan di SIMDA dengan cash on hand. Tingkat persentase jumlah keluhan masyarakat terhadap pelayanan publik pemerintah selalu berkurang secara signifikan tiap tahunnya sehingga dapat menggambarkan kepuasan masyarakat sebagai pelanggan. b. Pendidikan dan Pelatihan Jumlah karyawan yang mengikuti pembelajaran/pelatihan selalu meningkat tiap tahunnya secara signifikan. Tingkat absensi karyawan pada kehadirannya disetiap kegiatan yang diadakan oleh organisasi selalu berkurang setiap tahunnya. Pengadaan pelatihan dan pendidikan selalu diadakan secara periodik dan terencana demi meningkatkan kualifikasi pekerja sesuai dengan fungsinya Tingkat pemahaman dan kualitas karyawan selalu meningkat setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan. Setiap hasil kinerja selalu dianalisis dan mencari cara untuk mengerjakan pekerjaan dengan lebih baik. Pendidikan dan pelatihan demi pemberdayaan karyawan selalu memotivasi untuk
5
19
4
3
0
0
0
181
6
12
1
6
2
3
1
156
4
11
4
6
3
2
1
167
4
11
4
6
3
2
1
152
8
13
5
5
0
0
0
179
3
16
5
3
0
3
2
158
6
14
6
4
1
0
0
175
7
18
2
3
0
1
0
181
9
6
13
2
1
0
0
175
mengembangkan kualitas kinerja karyawan.
7
Setiap keluhan yang datang atau rekomendasi baik dari DPRD maupun masyarakat langsung selalu dijadikan evaluasi untuk memperbaiki kinerja.
9
9
9
3
1
0
0
177
2386 170
Total Skor Skor Rata-rata
Sumber : Data primer diolah Berdasarkan tabel diatas diperoleh data mengenai tanggapan responden untuk setiap pernyataan sub variabel / dimensi keuangan serta pendidikan dan pelatihan. Dari 2 (dua) dimensi tersebut ada masing-masing 7 (tujuh) buah pernyataan dengan skor rata-rata 170 yaitu didapat dari total skor dibagi jumlah pernyataan yang terdapat di dimensi tersebut. Dapat dilihat dari tabel bahwa sebagian besar pernyataan berada si atas skor rata-rata hanya pernyataan no 6 dan 7 pada dimensi keuangan dan nomor 1 dan 3 pada dimensi pendidikan dan pelatihan yang memiliki skor dibawah ratarata. Itu berarti pernyataan yang diberikan kepada responden sebagian besar selalu dilakukan dalam kinerja di dimensi keuangan maupun pendidikan dan pelatihan. 4.1.3
Uji Kualitas Data Dalam penelitian ini digunakan analisis deskripstif dimana penelitian ini
membutuhkan analisis yang menjelaskan dan menggambarkan karakteristik subyek yang diteliti. (Indriantoro dan Supomo, 1999:167).Untuk itu diperlukan uji validitas dan reliabilitas. 1.
Uji Validitas Menurut
Arikunto
(2010:167)
Validitas
adalah
keadaan
yang
menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apayang
akan diukur. Pada penelitian ini untuk melakukan uji validitas agar instrumen yang digunakan dapat menunjukkan apakah instrumen tersebut mampu mengukur apa yang akan diukur atau tidak, maka peneliti menggunakan uji validitas dengan metode Product Moment Pearson. uji validitas dengan metode Pearson correlation yaitu dengan mengkorelasikan antara skor tiap item dengan skor total. Peneliti menggunakan program SPSS versi 18 untuk menguji validitas dengan metode product moment pearsontersebut. berikut ini adalah hasil dari uji validitas yang dilakukan : Tabel 4.1.3.1 Hasil Uji Validitas Indikator Variabel Pengelolaan Keuangan Daerah Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 6 Pertanyaan 7 2. Variabel Total Quality Management Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 3. Variabel Kinerja SKPD Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 6 Pertanyaan 7 Pertanyaan 8 Pertanyaan 9 Pertanyaan 10
Pearson Correlation
Signifikansi
Keterangan
1 0.754 0.632 0.671 0.484 0.514 0.489
0.000 0.000 0.000 0.006 0.003 0.005
Valid Valid Valid Valid Valid Valid
1 0.510 0.529 0.628
0.003 0.002 0.000
Valid Valid Valid Valid
1 0.529 0.580 0.629 0.603 0.595 0.547 0.516 0.638 0.581
0.002 0.001 0.000 0.000 0.000 0.001 0.003 0.000 0.001
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
1.
Pertanyaan 11 Pertanyaan 12 Pertanyaan 13 Pertanyaan 14
0.501 0.526 0.460 0.485
0.004 0.002 0.009 0.006
Valid Valid Valid Valid
Sumber : data primer diolah, 2011
Uji validitas pada penelitian ini menggunakan program SPSS versi 18 dengan metode pearson, metode pengambilan keputusan pada uji validitas biasanya ada dua model yaitu menggunakan batasan r tabel dengan signifikasnsi 0.05 dan uji 2 (dua) sisi atau menggunakan batasan 0.3. menurut Azwar (1999) dalam Duwi (2010) semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Untuk batasan r tabel maka dengan n = 31 maka didapat r tabel sebesar 0.355. artinya jika nilai korelasi lebih dari batasan yang ditentukan maka item dianggap valid. Dari output diatas dapat dilihat bahwa dengan model batasan 0.3 semua item dapat dikatakan valid karena mencapai koefisien korelasi minimal 0.3 dan hasil perhitungan menggunakan model r tabel dan signifikansi 0.05 menunjukkan bahwa seluruh item dari tiap variabel memiliki nilai korelasi lebih besar dari batasan (r tabel) yang ditentukan yaitu 0.3555 dan nilai signifikansi kurang dari 0.05, maka item-item dari data tersebut dianggap valid. 2.
Uji Reliabilitas Sebagai persyaratan pokok kedua dari instrumen pengumpulan data adalah
reliabilitas.Menurut Duwi (2010) uji reliabilitas yaitu menguji konsistensi alat ukur, apakah hasilnya tetap konsisten jika pengukuran diulang.Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan metode cronbach alpha dengan program SPSS versi 18. Berikut ini adalah hasil perhitungannya :
Tabel 4.1.3.2 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengelolaan Keuangan Daerah Total Quality Management Kinerja SKPD
Cronbach’s Alpha 0.887
Standar 0.6
Keterangan Reliabel
0.802
0.6
Reliabel
0.902
0.6
Reliabel
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa ketiga variabel yaitu pengelolaan keuangan daerah, total quality management, dan kinerja SKPD mendapatkan nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0.6 maka dapat disimpulkan bahwa instrumen pada ketiga variabel tersebut reliabel. 4.1.4
Uji Asumsi Klasik Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik
analisis regresi linier berganda karena untuk mengetahui pengaruh tiga variabel independen
secara
dependen.Dilakukan multikolinieritas,
bersamaan pula
uji
dan asumsi
heteroskedastisitas,
secara
parsial
normalitas dan
terhadap dan
variabel
asumsi
klasik
autokorelasi.Peneliti
telah
mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang memiliki alternatif jawaban dalam
skala ordinal, padahal peneliti akan
menganalisis data dengan metode statistik parametrik maka data dengan skala ordinal harus ditransfer menjadi skala interval agar tidak melanggar kelaziman dan juga untuk mengubah syarat distribusi normal terpenuhi ketika menggunakan statistik parametrik. Transformasi skala ordinal ke interval ini menggunakan Metode Succesive Internal (MSI), maka sebelum melanjutkan ke uji normalitas
dan uji asumsi klasik lainnya peneliti mengubah dulu skala ordinal menjadi interval. Berikut hasil perubahannya : Tabel 4.1.4.1 Perubahan Skala Dengan Menggunakan MSI Variabel Pengelolaan Keuangan Daerah (X1) Res/item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1
2
3
4
5
6
7
2.087
2.015
2.300
2.309
1.769
1.904
1.729
3.212 2.087 3.212
3.283 2.015 3.283
3.475 2.300 3.475
4.492 2.309 4.492
3.883 1.769 3.883
4.117 1.904 4.117
3.000 1.729 3.000
3.212 3.212 2.443
3.283 4.492 3.283
3.475 3.475 3.475
3.408 3.408 3.408
2.685 2.685 2.070
2.944 2.373 2.944
3.000 3.000 3.000
2.443 1.729 3.212
4.492 2.015 3.283
2.300 1.729 2.028
3.408 2.309 2.729
2.685 1.769 1.769
4.117 1.000 2.944
3.000 1.729 3.000
1.000 2.443 3.212
1.000 2.481 2.481
1.000 2.789 3.475
1.000 2.729 3.408
3.883 3.883 3.883
4.117 4.117 4.117
1.000 4.470 3.000
1.729 3.212 3.212
3.283 3.283 3.283
1.729 3.475 2.789
1.812 3.408 2.729
2.685 2.685 2.685
4.117 2.944 2.373
3.000 3.000 3.000
3.212 4.372 2.443
3.283 3.283 4.492
2.789 2.789 4.470
4.492 3.408 3.408
2.685 3.883 3.883
4.117 4.117 2.944
4.470 4.470 3.000
4.372 4.372
4.492 3.283
2.789 4.470
2.729 4.492
2.685 2.685
2.944 2.944
4.470 3.000
3.212 4.372 4.372
3.283 4.492 4.492
1.729 3.475 4.470
1.812 4.492 3.408
1.000 2.685 3.883
2.944 4.117 4.117
1.000 3.000 3.000
3.212 1.729 3.212
4.492 2.481 3.283
2.789 4.470 3.475
4.492 4.492 3.408
3.883 1.000 2.685
4.117 1.904 2.944
3.000 2.028 3.000
2.443 1.000 3.212
2.481 1.572 4.492
2.300 1.000 4.470
2.729 1.812 3.408
2.685 1.000 2.685
2.944 1.904 4.117
3.000 3.000 4.470
4.372
3.283
2.789
4.492
3.883
4.117
3.000
Sumber : Data primer diolah, 2011
Total 14.114 25.462 14.114 25.462 22.008 22.646 20.624 22.446 12.281 18.966 12.999 22.913 23.577 18.355 22.008 20.072 25.049 26.322 24.641 24.482 25.246 14.980 26.633 27.742 25.985 18.105 22.008 18.584 11.288 26.855 25.935
Variabel Total Quality Management (TQM)
Succesive Interval Res/item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1
2
3
4
4.871
3.819
4.492
4.064
2.532
1.904
3.151
1.812
3.510 3.510
3.819 1.635
4.492 2.090
4.064 4.064
3.510 3.510
3.819 3.819
3.151 3.151
4.064 4.064
3.510
3.819
3.151
4.064
2.104 2.532
2.168 1.635
2.090 3.151
1.812 2.428
2.532
1.000
3.151
2.428
2.104 3.510
1.904 2.729
2.090 3.151
1.812 4.064
3.510
3.819
3.151
4.064
1.000 3.510
2.729 2.168
1.000 4.492
1.000 4.064
3.510
3.819
1.572
4.064
1.836 3.510
1.000 2.729
4.492 4.492
4.064 2.947
3.510 2.532
2.729 2.729
3.151 4.492
2.428 2.182
3.510
3.819
3.151
4.064
2.532 4.871
2.729 3.819
3.151 4.492
2.947 4.064
3.510
3.819
3.151
2.947
3.510 3.510
2.729 2.729
3.151 3.151
2.947 2.947
3.510
3.819
3.151
2.947
4.871 1.572
2.168 1.000
3.151 2.090
4.064 2.947
4.871 3.510
2.729 2.729
3.151 4.492
4.064 2.947
Sumber : data primer diolah, 2011
Total 17.246 9.398 15.885 11.299 14.545 14.545 14.545 8.174 9.746 9.111 7.909 13.454 14.545 5.729 14.234 12.965 11.392 13.678 11.819 11.934 14.545 11.359 17.246 13.428 12.338 12.338 13.428 14.254 7.609 14.814 13.678
Variabel Kinerja SKPD Res/item
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
2.222 3.650
3.181 3.181
3.467 3.467
3.563 3.563
1.000 2.862
2.680 3.540
1.915 3.281
2.680 3.770
1.808 2.602
2.087 3.364
2.580 3.456
1.812 3.195
1.704 3.530
1.812 4.419
2.222 3.650
3.181 3.181
3.467 3.467
3.563 3.563
1.000 2.862
2.680 3.540
1.915 3.281
2.680 3.770
2.602 2.602
2.087 3.364
1.904 3.456
1.812 3.195
1.704 3.530
1.812 4.419
3.650 3.650
3.181 3.181
3.467 3.467
3.563 3.563
2.862 4.287
3.540 3.540
3.281 4.585
4.871 4.871
3.769 3.769
3.364 3.364
4.658 3.456
3.195 3.195
4.419 4.419
4.419 4.419
3.650 2.222
3.181 3.181
3.467 2.281
3.563 3.563
2.862 2.862
3.540 2.248
4.585 2.467
3.770 3.770
2.602 3.769
2.443 2.443
3.456 2.580
3.195 3.195
4.419 2.698
4.419 2.619
2.222 2.777
1.000 1.995
1.000 2.281
1.704 2.532
2.862 2.862
3.540 3.540
1.915 1.915
2.680 3.770
1.808 2.602
1.729 3.364
1.904 3.456
1.812 3.195
1.000 2.698
2.619 2.619
2.222 1.572
4.585 1.995
4.871 2.281
2.104 1.704
4.287 1.769
1.000 1.812
1.000 2.467
1.000 3.118
1.000 1.808
1.000 2.443
1.000 2.580
1.000 4.571
2.698 3.530
1.000 2.619
3.650 3.650
3.181 3.181
3.467 3.467
3.563 3.563
2.862 2.862
3.540 3.540
3.281 3.281
3.770 3.118
2.602 2.602
3.364 1.729
4.658 3.456
3.195 3.195
3.530 2.698
4.419 2.619
3.650 3.650
3.181 3.181
3.467 3.467
3.563 3.563
2.862 2.862
3.540 3.540
3.281 3.281
4.871 4.871
3.769 3.769
3.364 3.364
3.456 1.904
3.195 3.195
2.698 2.698
3.406 2.619
5.010 3.650
4.585 3.181
4.871 4.871
5.010 3.563
4.287 4.287
1.812 4.658
3.281 3.281
2.680 3.770
3.769 2.602
3.364 3.364
1.904 2.580
4.571 4.571
2.698 4.419
4.419 3.406
3.650 5.010
3.181 4.585
3.467 3.467
3.563 5.010
2.862 2.862
4.658 3.540
1.000 2.467
3.118 3.770
1.808 2.602
2.443 3.364
3.456 4.658
3.195 4.571
2.698 3.530
3.406 2.619
3.650
1.995
3.467
3.563
2.862
4.658
3.281
3.770
2.602
3.364
4.658
3.195
2.698
3.406
3.650 3.650
3.181 3.181
3.467 3.467
3.563 3.563
2.862 2.862
4.658 4.658
3.281 1.000
2.174 2.680
2.602 2.602
3.364 4.724
4.658 3.456
2.248 4.571
2.698 4.419
2.619 3.406
3.650 2.777
3.181 1.000
3.467 2.281
3.563 2.532
2.862 1.769
4.658 2.680
3.281 1.915
3.770 2.174
2.602 1.000
4.724 3.364
3.456 3.456
4.571 3.195
4.419 3.530
3.406 3.406
1.000 2.777
1.995 1.995
2.281 2.281
2.532 1.000
1.769 1.769
1.812 2.680
1.000 2.467
1.704 1.704
1.000 1.808
1.729 3.364
2.580 3.456
2.248 3.195
2.698 4.419
3.406 4.419
2.222 2.777
1.995 1.995
1.572 2.281
2.104 2.532
1.000 2.862
2.680 2.248
1.915 1.915
2.680 2.174
1.000 1.000
2.443 1.000
3.456 2.580
3.195 3.195
2.698 2.698
2.619 1.812
5.010 3.650
4.585 3.181
4.871 3.467
5.010 2.532
4.287 2.862
2.680 2.995
2.467 3.281
3.118 3.770
3.769 3.769
3.364 4.724
4.658 3.456
4.571 3.195
4.419 4.419
3.406 4.419
Sumber : data primer diolah, 2011
Total 32.510 47.880 32.627 47.880 52.239 53.766 49.153 39.898 27.794 39.605 28.767 34.270 49.081 42.960 48.302 45.963 52.260 52.202 42.505 52.055 47.168 45.023 48.239 51.610 35.079 27.755 37.336 31.579 31.068 56.215 49.720
1.
Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data terdistribusi
dengan normal atau tidak.Analisis seperti regresi linier mensyaratkan bahwa data harus terdistribusi dengan normal. Uji normalitas pada regresi bisa menggunakan beberapa metode, antara lain yaitu dengan metode Kolmogorov-Smornov Z untuk menguji normalitas data masing-masing variabel dan metode Probability Plots. Berikut hasil dari uji normalitas yang telah dilakukan dengan metode Kolmogorov-Smornov Z : Tabel 4.1.4.2 Uji Normalitas
Metode pengambilan keputusan untuk uji normalitas yaitu jika signifikansi (Asymp.sig) > 0.05 maka data berdistribusi normal dan jika signifikansi (Asymp.sig) < 0.05 maka data tidak berdistribusi normal. Pada output dapat diketahui bahwa data Kinerja SKPD (Y) nilai Asymp.sig sebesar 0.351, data Pengelolaan Keuangan Daerah (X1) sebesar 0.352, dan data Total Quality
Management (TQM) sebesar 0.517. karena signifikansi ketiga variabel lebih dari 0.05 jadi dapat dinyatakan data berdistribusi normal. Penelitian ini juga menguji normalitas dengan menggunakan metode Normal Probability Plotsyaitu berbentuk grafik yang digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, nilai residual terdistribusi dengan normal atau tidak.Model regresi yang baik seharusnya berdistribusi residual normal atau mendekati normal. (Duwi,2010:58) Berikut hasil dari uji normalitas data dengan metode Normal Probability Plots :
Gambar 4.1.4.1 output uji normalitas dengan grafik P-P Plots
Menurut Duwi (2010) dasar pengambilan keputusan untuk mendeteksi kenormalan adalah jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.Sedangkan jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Pada output diatas dapat diketahui bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka data berdistribusi dengan normal dan model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. 2.
Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas adalah keadaan dimana antara dua variabel
independen atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna.Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah multikoliniritas. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas ada beberapa metode, antara lain dengan cara membandingkan nilai r2 dengan R2 hasil regresi atau dengan melihat Tolerance dan VIF. Berikut ini adalah hasil dari uji multikolinieritas data yang dilakukan dengan program SPSS versi 18dengan membandingkan nilai r2 dengan R2 hasil regresi : Tabel 4.1.4.3 Hasil Perhitungan Uji Multikolinieritas
Sumber: data primer diolah, 2011
Metode pengambilan keputusan untuk uji multikolinieritas yaitu jika r2< R2maka dapat disimpulkan tidak terjadi masalah multikolinieritas, sedangkan jika r2> R2 maka terjadi masalah kolinieritas. Dari output diatas dapat diketahui r2antara Y dengan X1 adalah 0.534, Y dengan X2 adalah 0.077 sedangkan nilai R2dari hasilregresi berganda didapat 0.537. karena nilai r2< R2 maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terjadi masalah multikolinieritas. Uji multikolinieritas dengan melihat nilai Tolerance dan VIF dapat dilihat dari hasil pengolahan data dengan SPSS versi 18 sebagai berikut : Tabel 4.1.4.4 Tabel Multikolinieritas Dengan Tolerance dan VIF
Sumber: data primer diolah, 2011
Menurut Duwi (2010:67) metode pengambilan keputusan ini yaitu jika semakin kecil nilai Tolerance dan semakin besar nilai VIF maka semakin mendekati terjadinya masalah multikolinieritas.Dalam kebanyakan penelitian menyebutkanbahwa jika Tolerance lebih dari 0.1 dan VIF kurang dari 10 maka
tidak terjadi multikolinieritas.Dari tabel coefficientsdapat diketahui bahwa nilai Tolerance dari kedua variabel independen lebih dari 0.1 dan VIF kurang dari 10, jadi
dapat
disimpulkan
bahwa
model
regresi
tidak
terjadi
masalah
multikolonieritas. 3.
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadinya ketidaksamaan
varian dari residual pada model regresi.Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas ada beberapa metode, antara lain adalah cara uji Spearman’s rho, uji Park, uji Glejser, dan dengan melihat pola titik-titik pada scatterplots regresi. Pada penelitian ini akan menggunakan metode uji Spearman’s rho dan uji dengan melihat pola titik-titik pada Scatterplots regresi. Berikut ini adalah hasil dari dilakukannya uji heteroskedastisitas : Tabel 4.1.4.5 Hasil Perhitungan Uji Heteroskedastisitas
Sumber : data primer diolah, 2011
Metode pengambilan keputusan pada uji heteroskedastisitas dengan spearman’s rho yaitu jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan residual lebih dari 0.05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas, tetapi jika
signifikansi kurang dari 0.05 maka terjadi masalah heteroskedastisitas. Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi variabel X1 sebesar 0.799, variabel X2 sebesar 0.561, karena nilai signifikansi lebih dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Selanjutnya uji heteroskedastisitas dengan melihat pola titik-titik pada scatterplots regresi dapat dilihat dari gambar dibawah ini :
Gambar 4.1.4.2 output uji heteroskedastisitas dengan scatterplots
Metode pengambilan keputusan pada uji heteroskedastisitas dengan melihat scatterplots yaitu jika titik-titik menyebar dengan pola tidak jelas di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadinya maslah heteroskedastisitas pada model regresi.Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa titik menyebar dengan pola tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 sumbu Y maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terjadi maslaah heteroskedastisitas. 4.
Uji Autokorelasi Autokolerasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dari residual
untuk pengamatan satu dengan pengamatan yang lain yang disusun menurut
runtun waktu. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW test). (Duwi, 2010:75) Berikut adalah hasil dari uji autokolerasi dengan metode Durbin Watson dnegan menggunakan program SPSS versi 18 : Tabel 4.1.4.6 Hasil Perhitungan Uji Autokolerasi Durbin Watson
Sumber: data primer diolah, 2011
Uji Durbin-Watson yaitu dengan membandingkan Durbin-Watson dari hasil regresi dengan nilai Durbin-Watson tabel. Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut : a. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif. H0 : Tidak terjadi autokorelasi Ha : Terjadi Autokorelasi b. Menentukan taraf signifikansi. Taraf signifikansi menggunakan 0.05 c. Menentukan nilai d (Durbin-Watson) Nilai Durbin-Watson yang didapat dari hasil regresi adalah 1.663 d. Menentukan nilai dL dan dU Nilai dL dan dU dapat dilihat pada tabel Durbin-Watson pada signifikansi 0.05, n=31 dan k=2 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel
indipenden). Didapat bahwa dL = 1.2969 dan dU = 1.5701. jadi dapat dihitung nilai 4-dU = 2.4299 dan 4-dL = 2.7031. e. Pengambilan keputusan -
dU < DW < 4-dU maka H0
diterima (tidak terjadi masalah
autokorelasi) -
DW < dL atau DW > 4-dL maka H0 ditolak (terjadi masalah autokorelasi)
-
dL < DW < dU atau 4-dU < DW < 4-dL maka tidak ada keputusan yang pasti
f. Gambar 1
2
3
2
1
dL dU 4-dU 4-dL 1.2969 1.5701 2.4299 2.7031 1.663(DW) Gambar 4.1.4.3 Daerah penentuan Ho dalam uji Durbin-Watson
Keterangan : 1
= Daerah H0 ditolak (ada autokorelasi)
2
= Daerah keraguraguan (tidak ada keputusan yang pasti)
3
= Daerah H0 diterima (tidak ada autokorelasi)
g. Kesimpulan Dapat diketahui bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1.663 terletak pada daerah 3 yang artinya H0diterima (tidak ada autokolerasi) yaitu dU < DW < 4-dU (1.2969< 1.663<2.4299) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi pada model regresi.
4.1.5
Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier adalah analisis hubungan antara variabel dependen
dengan variabel independen.Penelitian ini menggunakan dua variabel independen dalam satu model regresi maka disebut dnegan analisis regresi linier berganda. (Duwi, 2010:78) Berikut ini adalah hasil perhitungan analisis regresi linier berganda dengan menggunakanSPSS versi18 : Tabel 4.1.5.1 Hasil Perhitungan Analisis Regresi Linier Berganda
Sumber :data primer diolah, 2011
Pada output pertama yaitu menjelaskan variabel yang dimasukkan dan yang dikeluarkan. Dalam hal ini semua variabel dimasukkan dan metode yang digunakan adalah Enter. Pada output kedua (model summary) menjelaskan tentang nilai R yaitu korelasi berganda, nilai R (R Square) atau koefisien determinasi, dan Adjusted RSquare adalah koefisien determinasi yang disesuaikan (untuk regresi yang menggunakan 3 (tiga) atau
lebih variabel independen
biasanya menggunakan koefisien determinasi ini tapi karena pada penelitian ini hanya ada 2 (dua) variabel independen maka tidak digunakan dan Std Error of the Estimate yaitu ukuran kesalahan prediksi. Pada output ketiga (ANOVA) yaitu menjelaskan pengujian secara bersama-sama (Uji F), sedangkan signifikansi mengukur tingkat signifikansi dari uji F, ukurannya jika signifikansi kurang dari 0.05 maka ada pengaruh secara bersama-sama antara variabel independen terhadap variabel dependen. Pada otput ketiga (Coefficient) menjelaskan tentang uji t yaitu uji secara parsial, sedangkan signifikansi uji t ukurannya jika signifikansi kurang dari 0.05 maka ada pengaruh parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen.
4.1.6
Uji F (Uji Simultan) Untuk menjawab rumusan masalah bagaimana pengaruh pengelolaan
keuangan daerah dan penerapan TQM terhadap kinerja SKPD maka dilakukan Uji F. Menurut Duwi (2010:83) uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Hasil dari perhitungan uji F dapat dilihat dari tabel berikut ini : Tabel 4.1.6.1 Perhitungan Uji F
Sumber : Data primer diolah, 2011
Dari uji ANOVAb didapat nilai hitung F sebesar 16.231dengan probabilitas signifikansi 0.000a. Probabilitas signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05, maka variabel Pengelolaan Keuangan Daerah dan Penerapan Total Quality Management (TQM) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Hal ini dikarenakan taraf signifikansi menggunakan 0.005 dan dalam pengambilan keputusan menggunakan hipotesis berikut : H0 : b1 = b2 = 0, artinya pengelolaan keuangan daerah dan penerapan TQM tidak berpengaruh secara simultan terhadap kinerja SKPD.
Ha :
b1≠ b2≠ 0, artinya pengelolaan keuangan daerah dan penerapan TQM
berpengaruh secara simultan terhadap kinerja SKPD. Dalam pengambilan keputusan prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut : F hitung ≤ F tabel maka H0 diterima F hitung > F tabel maka H0 ditolak Untuk menentukan F hitung dapat dilihat dari tabel ANOVA pada Tabel 4.1.6.1yaitu 16.231 dan F tabel dapat dicari pada tabel statistic pada signifikansi 0.05 df1 = k-1 atau 3-1 = 2, dan df2 = n-k atau 31-3 = 28 (k adalah jumlah variabel). Di dapat F tabel adalah 3.3404, maka dapat dibuat gambar sebagai berikut :
Daerah Ho ditolak Daerah Ho diterima
3.3404
16.231
Gambar 4.1.6.1 Daerah penentuan H0 untuk Uji F
Dapat diketahui bahwa F hitung (16.231) > F tabel (3.3404) maka hipotesis nol (H0) ditolak, kesimpulannya yaitu Pengelolaan Keuangan Daerah dan Penerapan Total Quality Management (TQM) secara simultan berpengaruh terhadap Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). 4.1.7
Uji t (Uji Parsial)
Untuk menjawab rumusan masalah yang kedua yaitu bagaimana pengaruh pengelolaan keuangan daerah dan penerapan total quality management terhadap
kinerja SKPD secara parsial, maka dilakukan uji t. Menurut Duwi (2010:86) uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Hasil pengujian t dengan SPSS versi 18 dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Tabel 4.1.7.1 Perhitungan Uji t
Sumber : Data Primer diolah, 2011
H0 : b1 = 0, artinya pengelolaan keuangan daerah tidak berpengaruh secara parsial terhadap kinerja SKPD. Ha : b1≠ 0, artinya pengelolaan keuangan daerah berpengaruh secara parsial terhadap kinerja SKPD. dan juga menentukan hipotesis untuk variabel TQM terhadap Kinerja H0 : b1 = 0, artinya penerapan TQM tidak berpengaruh secara parsial terhadap kinerja SKPD. Ha : b1≠ 0, artinya penerapan TQM berpengaruh secara parsial terhadap kinerja SKPD. Untuk pengambilan keputusan dibuatlah pengujian sebagai berikut ini :
t hitung ≤ t tabel atau –t hitung ≥ -t tabel jadi H0 diterima/ t hitung > t tabel atau –t hitung < tabel jadi H0 ditolak. Menentukan t hitung dan t tabel : -
t hitung pengelolaan keuangan daerah adalah 5.275dan t hitung TQM adalah 0.405(lihat pada tabel coefficients)
-
t tabel dapat dicari pada tabel statistik pengelolaan keuangan darerah pada signifikansi 0.05/2 = 0.025 (uji dua sisi) dengan df = n-k-1 atau 31-2-1 =28 (k adalah jumlah variabel independen). Didapat t tabel sebesar 0.683
Pengambilan keputusan sebagai berikut : t hitung ≤ t tabel atau –t hitung ≥ -t tabel maka H0 diterima t hitung > t tabel atau –t hitung < -t tabel jadi H0 ditolak Dapat digambarkan sebagai berikut :
H0 ditolak
H0 ditolak
Ho diterima
-0.683
+0.405
+0.683
+5.275
Gambar 4.1.7.1 Daerah Uji t
Dapat disimpukan bahwa pada pengaruh parsial antara variabel independen pengelolaan keuangan daerah memiliki t hitung (5.275) > t tabel (0.683) maka hipotesis ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja SKPD sedangkan pada variabel
independen TQM memiliki t hitung (0.405) ≤ t tabel (0.683) yang artinya TQMtidak berpengaruh terhadap kinerja SKPD. 4.1.8
Koefisien Determinan (R2) Koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengukur proporsi atau
persentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen.Dengan kata lain koefisien determinan digunakan untuk mengukur kemampuan variabel pengelolaan keuangan daerah dan Total Quality Management (TQM) dapat menjelaskan variabel kinerja SKPD. Tabel 4.1.8.1 Koefisien Determinan
Dari tabel summary diatas dapat dilihat analisis regresi secara keseluruhan menunjukkan R sebesar 0.733 yang berarti secara bersama-sama pengelolaan keuangan daerah dan Total Quality Management (TQM) dengan kinerja memiliki hubungan yang kuat yaitu sebesar 73,3 %. Dasar untuk mengatakan hal ini adalah nilai R diatas 50%.Koefisien determinan atau R – Square sebesar 0.537 (berasal dari 0.733x0.733). hal ini berarti variabel dependen (kinerja SKPD) mampu dijelaskan oleh variabel independen Pengelolaan Keuangan Daerah dan TQM secara bersama-sama sebesar 53.7% dan selebihnya dapat dijelaskan oleh faktor lainnya. Untuk mengetahui bagaimana hubungan yang mengikat antara
pengelolaan keuangan daerah dengan kinerja serta TQM dengan kinerja dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 4.1.8.2 Koefien Determinan Pengelolaan Keuangan Daerah
Tabel 4.1.8.3 Koefien Determinan Total Quality Management (TQM)
Tabel diatas menunjukkan bahwa koefisien determinan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja sebesar 0.534 atau sebesar 53.4%, TQM dengan kinerja memiliki koefisien determinan sebesar 0.077 atau sebesar 0.77% . 4.2
Pembahasan
4.2.1
Landasan Teori Penelitian Secara teori penelitian ini melandasi teori keagenan yang mengadopsi
pendapat Jensen dan Meckling (1976) dalam Abdul Rohmah (2009) bahwa teori keagenan menggambarkan hubungan keagenan yang timbul karena adanya kontrak yang ditetapkan oleh principal (rakyat) yang digunakan agent (pemerintah) untuk melakukan/menyediakan jasa yang menjadi kepentingan rakyat.Agar hubungan kontraktual ini dapat berjalan dengan lancar, rakyat mendelegasikan otoritas pembuatan keputusan kepada pemerintah dan pemerintah
setuju untuk bertindak atas wewenang rakyat.Adanya konflik kepentingan dan asimetri informasi antara principal dan agent sebagai pemegang mandat dari principal untuk melakukan perilaku yang tidak semestinya (disfunction behavior).Untuk itu hasil kinerja sangat penting untuk menunjukkan kewajiban yang telah dilakukan oleh pemerintah demi kesejahteraan rakyat. Menurut Mardiasmo (2004) dalam Warisno (2009) pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang baik. Warisno juga mengatakan bahwa semakin bagus tingkat pengelolaan keuangan oleh pengguna anggaran maka akan semakin tinggi tingkat kinerja yang dicapai. Abdul Rohmah (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengelolaan keuangan daerah yang berorientasi pada kinerja menunjukkan adanya akuntabilitas kinerja yang terdapat keterkaitan antara sasaran strategis yang ingin dicapai dengan jumlah dana yang dialkasikan maka dapat diasumsikan bahwa pengelolaan keuangan daerah yang baik mempunyai pengaruh terhadap kinerja suatu instansi atau organisasi. Menurut Tjiptono dan Anastasia (2003:4) Total Quality Management (TQM) adalah “suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya”. Soewarso (1996:1) mendefinisikan bahwa TQM adalah “penerapan metode kuantitatif dan pengetahuan kemanusiaan untuk memperbaiki material dan jasa yang menjadi masukan organisasi, memperbaiki semua proses penting dalam organisasi, dan memperbaiki upaya memenuhi kebutuhan para pemakai produk dan jasa pada
masa kini dan waktu yang akan datang”. Soewarso (1996) juga mengatakan bahwa falsafah yang paling jelas dalam TQM adalah apa yang diajarkan oleh Dr. W. Edwards Deming, yang mana sangat baik untuk dasar dalam melaksanakan perbaikan kualitas secara kontinu. Menurut Vincent (2011) Total Quality Management didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan kinerja secara terus menerus (continuously performance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia. Menurut Wibowo (2007:284) pada dasarnya semua organisasi selalu melakukan perbaikan untuk meningkatkan kinerjanya.Hal tersebut dilakukan secara gradual, bertahap, dan secara berkelanjutan. Namun, peningkatan dengan cara bertahap dirasakan kurang memadai apabila ingin mengambil posisi di depan, dihadapkan pada pesaingnya. Untuk itu, perlu dilakukan perubahan secara menyeluruh terhadap seluruh proses kinerja organisasi, inilah merupakan usaha yang dinamakan Total Quality Management (TQM). Pendapat para pakar tentang pengertian Total Quality Management (TQM) sangat beragam. Menurut pandangan J. Paul Peter dan James H. Donnelly, Jr. dalam Wibowo (2007) bahwa TQM merupakan komitmen organisasi untuk memuaskan pelanggan dengan secara berkelanjutan memperbaiki setiap proses bisnis yang terkait dengan penyampaian barang atau jasa. Simon (2011) mengatakan bahwa walaupun benar bahwa filosofi manajemen kualitas itu sendiri tidak akan memberikan organisasi keunggulan bersaing, tetapi kebalikannya adalah tidak memiliki pendekatan yang memadai terhadap kualitas akan
menyebabkan kinerja jangka panjang yang lebih lemah dan merugikan organisasi jika dibandingkan pesaing. Penelitian mengenai pengaruh pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja telah dilakukan sebelumnya oleh Abdul Rohmah (2009) dengan judul “Pengaruh Implementasi Sistem Akuntansi, Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Fungsi Pengawasan dan Kinerja Pemerintah Daerah”. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja .Natalia (2010) juga meneliti pengaruh pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Tegal dan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan daerah berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SKPD pada Kabupaten Tegal. Pengaruh Total Quality Management (TQM) terhadap kinerja telah dilakukan sebelumnya oleh Zulaika (2008) dengan hasil penelitian penerapan TQM mempengaruhi kinerja secara simultan namun secara parsial penerapan TQM tidak berpengaruh terhadap kinerja, penelitian lain yang meneliti mengenai pengaruh manajemen mutu ISO yang digunakan SKPD di lingkungan pemerintah terhadap kinerja oleh Yani dan Harry (2010) menunjukkan hasil bahwa secara signifikan ISO telah mempengaruhi kinerja baik simultan maupun parsial. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2009) menunjukkan bahwa TQM tidak berpengaruh baik secara simultan maupun parsial.Pengaruh TQM terhadap kinerja juga pernah diteliti oleh Therese A. Joiner dan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara TQM terhadap kinerja seperti yang dinyatakan pada hasil temuan penelitiannya yaitu “Analysis of the data supports a strong positive
relationship between the extent of implementation of TQM practices and organization performance. This study also found that co-worker support and organization support moderated the relationship between TQM implementation and organization performance.” Dari beberapa penelitian tersebut dapat terlihat bahwa hasil penelitian mengenai pengaruh penerapan TQM terhadap kinerja belum konsisten. 4.2.2 Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah dan Penerapan Total Quality Management (TQM) Terhadap Kinerja SKPD Secara Simultan Pada latar belakang telah dijabarkan bahwa salah satu rumusan masalah pada penilitian ini adalah bagaimana pengaruh pengelolaan keuangan daerah dan penerapan Total Quality Management (TQM) terhadap kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pada Pemerintah Kota Bandung. Untuk menjawab rumusan masalah itu peneliti melakukan uji F (simultan). Hasil perhitungan uji F menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan daerah dan penerapan TQM berpengaruh secara simultan terhadap kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dapat dilihat dari F hitung (16.231) > F tabel (3.3404) yang artinya Ho ditolak . Koefisien determinan variabel pengelolaan keuangan daerah dan TQM dengan kinerja SKPD sebesar 53,7% atau 0.537. Maka dapat disimpulkan bahwa jawaban atas pertanyaan rumusan masalah yang ada pada latar belakang penelitian ini adalah adanya pengelolaan keuangan daerah dan penerapan TQM berpengaruh secara simultan terhadap kinerja SKPD pada Pemerintah Kota Bandung.Hasil penelitian ini menguatkan hasil penelitian
Abdul rohmah (2009) dan penelitian Zulaika (2008) bahwa pengelolaan keuangan daerah dan penerapan TQM mempengaruhi kinerja secara simultan. 4.2.3
Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah dan Penerapan Total Quality Management (TQM) Terhadap Kinerja Secara Parsial Untuk mengetahui dan menjawab rumusan masalah kedua pada latar
belakang yaitu bagaimana pengaruh pengelolaan keuangan daerah dan penerapan TQM terhadap kinerja secara parsial maka dilakukan uji t (parsial). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja namun TQM tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja.Dapat dilihat dari t hitung TQM yang lebih kecil dibandingkan t tabel hal ini berbeda dengan t hitung pengelolaan keuangan daerah yang lebih besar dibandingkan dnegan t tabel.Pengaruh parsial antara variabel independen pengelolaan keuangan daerah memiliki t hitung (5.275) > t tabel (0.683) maka hipotesis ditolak sehinggadapat dikatakan bahwa pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja SKPD sedangkan pada variabel independen TQM memiliki t hitung (0.405) ≤ t tabel (0.683) yang artinya TQM tidak berpengaruh terhadap kinerja SKPD. Hasil penelitian mengenai pengaruh pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja ini menguatkan penelitian Abdul Rohmah (2009) yang menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan daerah mempunyai pengaruh terhadap kinerja baik secara simultan maupun parsial sedangkan hasil penelitian pada penerapan Total Quality Management (TQM) menguatkan hasil penelitian yang dulakukan oleh Zulaika (2008)
yang menunjukkan bahwa penerapan TQM
berpengaruh secara simultan terhadap kinerja tetapi secara parsial penerapan TQM tidak berpengaruh terhadap kinerja Secara teori Total Quality Management (TQM) mempunyai pengaruh terhadap kinerja sehingga mampu meningkatkan kualitas dari kinerja suatu organisasi.Namun, penelitian menunjukkan hal yang sebaliknya bahwa TQM tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
kinerja.Berdasarkan
hasil
wawancara dari beberapa responden di SKPD Pemerintah Kota Bandung diketahui bahwa penerapan prinsip-prinsip ISO yang mengadopsi prinsip-prinsip TQM masih belum menjadi budaya sehingga penerapannya masih belum dilaksanakan secara berkelanjutan.Contohnya prinsip pendidikan dan pelatihan masih belum dilaksanakan secara berkala dan periodik, para aparat juga masih belum menyadari bahwa mereka harus mementingkan pelayanannya terhadap masyarakat.Hal tersebut menjadi dugaan yang menjadi pemicu mengapa hasil penelitian menunjukkan TQM tidak berpengaruh terhadap kinerja secara parsial. Diduga pula bahwa setelah mendapatkan sertifikasi ISO atas kualitas manajemen mutu, lembaga maupun instansi terkait tidak secara terus menerus menerapkan dan mengimplementasikan prinsip-prinsip TQM yang lainnya sehingga ada kesenjangan antara teori dan praktiknya. Padahal dinyatakan di RPJMD tahun 2009-2013 dijelaskan bahwa penerapan ISO dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja
sehingga
dapat
meningkatkan
pula
citra,
profesionalitas,
dan
meningkatkan daya tarik investasi. Dugaan-dugaan lain yang bersifat teknis antara lain adalah tidak seluruh responden pada kuesioner sesuai denganharapan peneliti. Hal itu dikarenakan
peneliti tidak dapat secara langsung memantau dan memastikan bahwa kuesioner yang disebarkan diisi oleh orang-orang yang ditujukan terlihat dari biodata yang ada di kuesioner tidak semua diisi lengkap oleh responden yang ditujukan.Hampir 50% kuesioner yang disebarkan tidak dapat langsung diberikan kepada responden yang bersangkutan dikarenakan birokrasi dan prosedur yang ada pada lembaga instansi Pemerintah Kota Bandung.