20
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 00035’10.0”
Secara geografis lokasi penelitian
LU- 123006’55.8” BT.
Umumnya di Desa ini masyarakat melakukan aktifitas berkebun. Salah satu jenis tanaman yang banyak ditanam masyarakat yaitu tanaman jagung. 4.2 Hasil Penelitian Hasil penelitian relung ekologi yang terdiri dari relung makan dan relung waktu belalang pada tanaman jagung yang dilakukan Desa Motilango Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolongo, pada fase pertumbuhan vegetatif dan generatif dari umur jagung 5 hari sampai 76 hari mendapatkan hasil yang berbeda. Seperti yang disajikan pada Tabel berikut : Table 4.1. Tabel Relung Ekologi Belalang Pada Tanaman Jagung Relung Makan Fase pertumbuhan Jagung Vegetatif
Generatif
Relung Waktu
Daun
Batang
Buah
Pagi
Sore
Jumlah Belalang Rata-Rata
153
5
0
96
65
4
1
0
3
2
Jumlah Belalang Rata - Rata
639
103
6
303
452
16
3
1
8
12
Sumbe : Data primer, 2013 Tabel 4.1 menunjukkan adanya perbedaan antara fase pertumbuhan vegetatif dan generatif. Pada fase pertumbuhan vegetatif rata-rata nilai relung makan bagian daun 4 ekor/231m2, batang 1 ekor/231m2 dan untuk relung waktu pada pagi hari
1
20
nilai rata-rata 3 ekor/231m2 dan sore hari mencapai nilai rata-rata 2 ekor/231 m2. Pada fase pertumbuhan generatif rata-rata nilai relung makan bagian daun 16 ekor/231m2, batang 3 ekor/231m2, buah 1ekor/231m2dan untuk relung waktu pada pagi hari nilai rata-rata 8 ekor/231m2dan sore hari nilai rata-rata 12 ekor/m2. 4.3 Pembahasan Berdasarkan Hasil penelitian antara relung makan dan relung waktu belalang pada tanaman jagung pada fase pertumbuhan vegetatif dan generatif, maka terdapat perbedaan jumlah belalang yang beraktivitas untuk memanfaatkan sumber daya. Fase pertumbuhan vegetatif tanaman jagung yang berumur 5-40 hari, didapatkan jumlah belalang pada relung makan bagian daun tanaman jagung mencapai nilai rata-rata tertinggi sebesar 4 ekor/231m2 dibandingkan pada bagian batang tanaman jagung 1 ekor/231m2 dan pada fase pertumbuhan genartif terdapat lebih banyak juga pada bagian daun tanaman jagung yaitu mencapai nilai rata-rata 16 ekor/231m2. Hal ini disebabakan bagian daun tanaman jagung memiliki banyak nutrisi yang memberikan kebutuhan yang optimum bagi belalang dibandingkan dengan bagian batang dan buah (Fattah dan Hamka, 2011). Jumlah belalang pada fase pertumbuhan vegetatif pada relung relung waktu terdapat lebih banyak beraktivitas pada pagi hari dengan nilai rata-rata 3 ekor /231m2. Banyaknya jumlah belalang yang beraktivitas pada pagi hari karena sesuai dengan aktivitas belalang pada pagi hari untuk memanfaatkan sumber daya (Widodo,
1986).
Penelitian
sebelumnya
Budiharsanto,
(2006)
tentang
Mikrohabitat dan relung ekologi belalang (Orthoptera: Locus sp ) pada tanaman padi di sawah, hasil penelitiannya bahwa aktivitas belalang yang lebih banyak
2
20
untuk memanfaatkan sumber daya yaitu pagi hari pada fase
pertumbuhan
vegetatif dan yang lebih banyak terdapat pada bagian daun (Budiharsanto, 2006). Berdasarkan pengukuran kondisi lingkungan (lampiran 2) fase vegetatif tanaman jagung yaitu rata-rata suhu berkisar 270C-300C pada umur jagung 5 hari40 hari, intensitas cahaya 1,07-2,40 mw/cm, dengan kelembaban kering 270C -29 0
C, serta kelembaban basah 250C-290C. Kondisi lingkungan ini sangat
berpengaruh untuk aktivitas belalang untuk memanfaatkan sumber daya. Selain beraktivitas pada pagi hari belalang juga bisa beraktivitas pada sore hari sesuai dengan kondisi lingkungan dan iklim yang memungkinkan bagi belalang beraktivitas untuk memanfaatkan sumber daya. Biasanya pada sore hari belalang jika sudah menjadi belalang dewasa, belalang tersebut akan bertelur pada lahan-lahan yang kosong dan berpasir dan makan tanaman yang dihinggapi (Adnan, 2009). Fase pertumbuhan generatif relung makan terlihat lebih banyak dari fase pertumbuhan vegetatif, hal ini disebabkan pada fase pertumbuhan vegetatif sering turun hujan sehingga membuat aktivitas belalang terlihat lebih sedikit dari fase pertumbuhan generatif. Menurut Rukmana dan Sugandi (1997), curah hujan yang tinggi bisa mempengaruhi aktivitas belalang. Aktvitas belalang untuk memanfaatkan sumber daya sebenarnya terdapat lebih banyak beraktivitas pada fase pertumbuhan vegetatif, karena belalang lebih suka menyerang tanaman jagung pada bagian daun muda (Subiyanto, 1991). Hasil penelitian ini, didapatkan aktivitas belalang dalam memanfaatkan sumber daya terdapat lebih banyak pada fase pertumbuhan generatif, karena pada
3
20
saat penelitian yang dilakukan pada fase pertumbuhan vegetatif sering turun hujan sehingga menyebabkan aktivitas belalang untuk memanfaatkan sumber daya terdapat lebih sedikit pada fase pertumbuhan vegetatif dibandingkan pada fase pertumbuhan generatif. Fase pertumbuhan generatif tanaman jagung yang berumur 41-76 hari, kondisi lingkungan dan kondisi iklim sudah mulai normal kembali dengan cuaca cerah yang dapat memengaruhi belalang beraktivitas untuk memanfaatkan sumber daya, sehingga membuat aktivitas belalang terdapat lebih banyak beraktivitas pada fase pertumbuhan generatif didapatkan jumlah belalang pada relung makan bagian daun tanaman mencapai nilai rata-rata 16 ekor/231 m2. Berdasarkan kondisi iklim dan lingkungan pada lokasi penelitian dengan rata-rata suhu 270C300C, intensitas cahaya 0,04-0,19 mw/cm, dan kelembaban kering 280C-290C, serta kelembaban basah 260C -290C, lingkungan 280C, intensitas cahaya 0,08 mw/mc, kelembaban kering 280C , dan kelembaban basah 270C. Kondisi ini sangat berpengaruh pada aktivitas belalang untuk memanfaatkan sumber daya. Pengaruh lain juga terjadi akibat telur-telur belalang yang menetas pada fase pertumbuhna vegetatif yang dibantu dengan curah hujan. Dari telur menetas akan keluar nimfa, bentuknya seperti belalng tetapi berukuruan kecil. Ia akan naik ke atas tanaman sambil makan daun. Apabila ada cahaya matahari, belalang akan lebih bergerak aktif dan berkumpul di ladang jagung yang terbuka dan makan tanaman yang dihinggapi (Widodo, 1986). Perkembangan
belalang
akan
berlanjut
jika
kondisi
lingkungan
memungkinkan baginya untuk berkembang dan akan menjadi belalang dewasa
4
20
ketika selalu ada cahaya matahari. Pada sore hari belalang dewasa ini akan bertelur kembali, pada lahan-lahan yang kosong dan berpasir dan makan tanaman yang dihinggapi (Adnan. 2009). Sehingga mempengaruhi jumlah belalang banyak beraktivitas untuk memanfaatkan sumber daya pada fase pertumbuhan generatif.
5