BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Upacara adat Molonthalo merupakan simbol bagi masyarakat Gorontalo. Apabila dilaksanakan akan mendapatkan hidayah dan apabila tidak dilaksanakan (hanya sekedar syukuran) tidak akan mendapatkan dosa namun tujuannya adalah pernyataan syukur atas nikmat Allah SWT yang telah memberikan anugrah-Nya (anak) kepada sepasang suami istri, melalui ngadi salawati ( doa salawat), agar kelahiran sang bayi akan memperoleh kemudahan dan menjadikan anak yang Soleh dan Soleha, (Daulima 2003: 3). Berdasarkan hasil observasi dalam setiap prosesi adat yang pertama-tama dipersiapkan adalah perlengkapan, karena perlengkapan merupakan salah satu hal yang turut menentukan lancar tidaknya suatu prosesi adat dalam mencapai suatu kegiatan yang bersifat sakral, dalam perlengkapan adat Molonthalo ada perlengkapan yang utama dan ada juga perlengkapan hanya sebagai bahan pelengkap saja, tanpa perlengkapan tentunya suatu prosesi itu tidak akan berjalan dengan sempurna maka dari setiap prosesi adat perlengkapan selalu di utamakan. Perlengkapan yang terdapat dalam adat Molonthalo tentunya selalu identik dengan nilai keindahan dan mempunyai keunikan masing-masing yang berhubungan dengan unsurunsur seni rupa. Nilai keindahannya adalah setiap perlengkapan mempunyai daya bentuk yang bervariasi sehingga menarik untuk dikaji ke dalam unsur-unsur seni rupa.
4.1 Perlengkapan upacara pada prosesi adat Molonthalo Perlengkapan upacara yang digunakan pada prosesi adat Molonthalo adalah sebagai berikut :
15
14
1
2
13, 14 12
3
10,11
4 5
9
8
6
7
Gambar 05. Perlengkapan adat Molonthalo Foto : Penulis 25 Maret 2013
4.1.1Tohetutu Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat dalam tohetutu adalah gelas, lilin dan beras. Lilin merupakan salah satu perlengkapan yang utama digunakan dalam prosesi adat Molonthalo, setelah itu beras, dalam tohetutu beras juga termasuk dalam perlengkapan utama yang terdapat dalam perlengkapan adat Molonthalo karena beras merupakan simbol rejeki
bagi masyarakat Gorontalo. Selanjutnya adalah gelas, gelas dalam perlengkapan adat Molonthalo hanya sebagai pelengkap saja karena gelas tidak termasuk perlengkapan yang utama dalam perlengkapan adat Molonthalo, gelas hanya merupakan tempat tatakan lilin saja, dan bisa diganti dengan tatakan lainnya. Tohetutu nantinya akan dinyalakan pada saat prosesi Molonthalo dilaksanakan.Dengan adanya tohetutu ini bayi yang ada di dalam perut dapat melihat cahaya dengan adanya sinar lampu lilin, selain itu dengan penerangan ini bayi akan segera menemukan jalan keluar agar tiba persalinannya nanti akan dipermudahkan serta akan menemukan titik terang dalam kehidupannya nanti. Sedangkan beras yang ada di dalamnya disimbolkan sebagai rejeki. Tohetutu merupakan simbol pencahayaan bagi kehidupan manusia. Pada zaman dahulu berdasarkan wawancara dengan bapak (Karmin Delatu, pukul 15.00) Tohetutumerupakan lampu tradisional yang bahannya terbuat dari buah pepaya sumbunya terbuat dari kapas dan minyak kelapa kemudian berubah lagi menjadi lampu botol yang bahan utamanya adalah minyak tanah. Pada waktu itu masyarakat Gorontalo masih belum mengenal lilin atau sejenis lampu yang lainnya jadi untuk itu hanya Tohetutuinilah yang menjadi sumber pencahayaan bagi masyarakat Gorontalo pada waktu itu. 4.1.2. Bu’awu huli Berdasarkan hasil penelitian buawu atau tempurung merupakan salah satu perlengkapan utama yang digunakan dalam prosesi adat Molonthalo. Tempurung ini tidak bisa digantikan dengan tempurung yang berlubang atau bahan yang lain sebab tempurung ini memang sudah digunakan oleh orang dizaman dulu pada setiap adat Molonthalo. Pada dasarnya tempurung ini sangatlah keras dan tidak mudah dipecahkan tanpa menggunakan alat tajam untuk memecahkannya. Mengapa harus yang tidak bermata, karena tempurung itu nantinya akan dilubangi, apabila digunakan yang sudah berlubang maka derita
yang dialami oleh sang istri tidak akan dirasakan oleh sang suami untuk itu digunakanlah tempurung yang tidak bermata, (wawancara Karmin Delatu, 2013 pukul 16.30). Tempurung ini nantinya akan dipecahkan dengan menggunakan siku kanan oleh sang suami pada saat prosesi adat Molonthalo nanti, agar sangsuami dapat merasakan betapa sulit dan sakitnya memecahkan tempurung, demikian sakit dan sulitnya peristiwa melahirkan yang diderita oleh sang istri antara hidup atau mati, (Daulima 2006: 12). 4.1.3. Yilontha Berdasarkan hasil penelitian yilontha atau air wangi merupakan salah satu perlengkapan utama yang digunakan dalam perlengkapan adat Molonthalo. Dalam yilontha terdapat beberapa bahan ramuan dedaunan yaitu mayang pinang, santan kelapa, temulawak dan daun puring semuanya dihancurkan dan digunting kecil-kecil kemudian dicampurkan bersama air. Semua bahan ramuan merupakan bahan utama yang termasuk dalam perlengkapan adat Molonthalo. Semua bahan tertampung di atas loyang, loyang tidak termasuk dalam perlengkapan adat hanya sebagai bahan pelengkap saja. Yilontha (air wangi) adalah ramuan dari dedaunan yang digunting kecil-kecil yang bahanya adalah air, mayang pinang yang masih muda, santan kelapa, temulawak dan daun puring. Semuanya dihaluskan digunting kecil-kecil kemudian dihancurkan dan dicampurkan menjadi satu. Yilontha nantinya akan digunakan untuk memandikan ibu hamil yang ditonthalo setelah upacara adat Molonthalo selesai. Khasiat dari yilontha ini adalah agar sang ibu hamil akan selalu wangi dan selalu merasa segar. Makna dari yilontha ini adalah keharuman alamiah yang bersumber dari kepribadian yang dicapai oleh setiap insan suku Gorontalo, (Daulima 2003: 50). 4.1.4. Seperangakat rempah-rempah harum. Berdasarkan hasil penelitian rempah-rempah harum terdiri dari sebuah kalung mata uang, bahan ramuan yang ditumbuk halus, dan air wangi yang digunting kecil-kecil. Semua
bahan yang disebutkan di atas merupakan perlengkapan utama yang digunakan dalam prosesi adat Molonthalo. Masing-masing bahan terisi di dalam wadah masing-masing, wadah tidak termasuk perlengkapan adat namun hanya bahan pelengkap saja. Wadah ini bisa juga diganti dengan tempat yang memiliki fungsi lainnya. Seperangkat rempah-rempah harum, bahan yang didalamnya masing-masing berisi 4 keping mata uang logam dengan nilai Rp. 100,-. Bahan ini digunakan dengan cara mata uang terisi didalam wadah ini digoyangkan di dalamnya kemudian dibunyikan diatas perut sang ibu hamil dan apabila pada saat itu juga bayi didalam perut bergerak berarti itu tandanya bahwa sang jabang bayi dalam keadaan sehat walafiat, sedangkan maknanya adalah agar bayi lahir nanti akan dapat mengelolah keuangan dengan baik, (wawancara ibu Ram, 25 Maret 2013). Kemudian di tempat yang satunya lagi berisi campuran kunyit, kapur dan air yang sudah dihaluskan bahan ini digunakan untuk memberi bontho’o (tanda) pada kedua calon orang tua yang di tonthalo, dua orang anak kecil dan dua orang ibu hamil namun anak kedua, dahulu yang digunakan oleh masyarakat Gorontalo adalah darah babi kemudian diganti menjadi darah ayam. Menurut sejarah yang bersumber dari Wulito, bahwa ketika Raja Motolodula mengislamkan negeri ini mengadakan pesta rakyat selama empat puluh hari, empat puluh malam. Babi hutan dan babi biasa merupakan makanan dari masyarakat yang Animus, sehingga Raja Matolodula memerintahkan kepada rakyat agar pada pesta rakyat itu, seluruh babi tanpa sisa untuk disembelih dan darahnya ditampung pada dulangga (tempat penampung air yang terbuat dari batang kayu) dulangga di tempatkan pada sebuah panggung, tepat di tengah panggung dan pada saat penobatannya dibuatkan dua buah tangga, di mana yang akan naik di panggung tersebut harus melewati tangga yang berada disebelah kanan dan turun melewati tangga kiri.
Pada saat penobatan itulah Raja Matolodula mengumumkan setiap yang akan mengucapkan selamat berjabat tangan, maka Raja mencelupkan jari tengahnya pada darah babi itu dan menempelkan pada dahi setiap orang sambil mengucapkan :” Enggedi Lo Ma’o Timongoli Monga Boyi Wawu Totonula U Haramu, Asali Dila Odungga Lo Kukudu Wawu Ambalawuta Didingga U Didu Mottapu Lo Luli” artinya : Berakhirlah kalian makan babi dan yang haram lainnya, agar kalian tidak akan mendapat kudis dan frambuzia yang tidak akan sembuh-sembuh”. Pada saat itulah seluruh negeri menjadi pemeluk agama Islam. Oleh karena itu tidak ada lagi babi yang diambil darahnya untuk acara pencucian diri ini maka digantilah dengan darah ayam putih, yang sama merahnya dengan darah babi. Namun inipun tidak berlangsung lama karena darah ayam dapat berdampak negatif bagi kesehatan. Maka dari darah ayam diganti dengan Alawahu Tilihi, yaitu campuran kunyit, kapur dan air, (Daulima, 2003 : 46). Tempat yang satunya lagi adalah air wangi bahannya air, pandan, kencur, daun jeruk purut, minyak pijat, dan minyak kampung. Semua bahan digunting kecil-kecil kamudian dihaluskan setelah itu dicampurkan menjadi satu. Bahan ini digunakan untuk mengoles bagian perut ibu hamil yang akan ditonthalo, dengan tujuan agar pada saat ditonthalo perut ibu hamil akan licin dan halus serta mudah dipijat, pijatan disekitaran perut ini berfungsi agar bayi yang ada didalam perut akan ditempatkan sesuai jalan kelahirannya nanti, selain itu juga apabila bayi dalam keadaan terbalik (kaki yang pertama keluar) bisa juga diperbaiki oleh hulango (bidan kampung). Makna yang terkandung di dalamnya adalah keiklasan dalam menjalani biduk rumah tangga dalam membesarkan dan menjaga anak tersebut apabila sudah lahir nanti. Yang satunya lagi adalah dua buah kalung, kalung ini nantinya akan digunakan di atas perut sang ibu hamil. Makna dari kalung ini adalah agar sang bayi yang di dalam perut, lehernya tidak akan terlilit oleh tali pusat serta lahir dengan selamat, (wawancara ibu Ramu 25 Maret 2013).
4.1.5. Hulanthe Berdasarkan hasil penelitian hulanthe terdiri dari beras,7 buah jeruk purut, 7 buah telur ayam kampung, 7 buah pala dan 7 mata uang yang bernilai Rp. 100.- bahan yang disebutkan merupakan perlengkapan utama yang digunakan dalam prosesi adat Molonthalo. Semua bahan ditancapkan di atas beras di atur sedemikian rupa di atas baki. Baki bukanlah perlengkapan adat karena baki hanya bahan pelengkap saja dan bisa diganti dengan wadah yang lainnya. Hu : cepat (hu’a), Lanthe: layu, Hulanthe : cepat layu Hulanthe berbentuk seperangkat bahan di atas baki, terdiri dari beras 3 liter, diatasnya terletak 7 buah pala, 7 buah cengkih, 7 buah telur, 7 buah jeruk purut (limu tutu), 7 buah mata uang yang bernilai Rp. 100.- . Dahulu mata uang terdiri dari satu keping Ringgit, satu keping Rupiah, satu keping Saku, satu keping Tali, satu keping Ketib, satu keping Kelip, satu keping gobang dab satu keping Sen. Nilainilai uang tersebut sebagai berikut. -
1 keping ringgit bernilai
= Rp. 2.50,-
-
1 keping rupiah bernilai
= Rp. 1.00,-
-
1 keping saku bernilai
= Rp. 0.50,-
-
1 keping tali bernilai
= Rp. 0.25,-
-
1 keping ketib bernilai
= Rp. 0.10,-
-
1 keping kelip bernilai
= RP. 0.05,-
-
1 keping gobang benilai
= Rp. 0.2,5,-
-
1 keping sen bernilai
=Rp. 0.01,-
Saat ini uang tersebut telah hilang dari peredaran, maka diganti dengan mata uang logam yang bernilai Rp. 100,-, Daulima, (2003: 34). Makna Hulanthe berarti cepat layu, yang artinya segala roh jahat mereka akan merasa lumpuh dengan adanya persembahan ini, Niode (2001 : 10). Sedangkan isi yang di dalamnya bermakna : 1.Beras 3 liter disimbolkan sebagai rejeki, sedangkan angka tiga bermakna tiga tahapan kejadian manusia, yaitu dari yang tiada, kemudian menjadi ada lalu kembali lagi menjadi tiada. 2.Pala dan cengkih disimbolkan sebagai ketegaran hidup, yang sebagaimana tumbuhan pala dan cengkih memberikan kesejateraan karena hasilnya, juga disimbolkan sebagai kesehatan. 3. Telur disimbolkan asal mula kejadian manusia. 4. Jeruk purut atau limututu disimbolkan sebagai keharuman. Jeruk ini digunakan agar mahluk halus akan lumpuh dan menghindar karena mereka tidak menyukai aroma dari jeruk. 5. Mata uang disimbolkan sebagai keuletan dan keterampilan dalam mencukupi kebutuhan serta tetap mencari harta sebagai penunjang kehidupan. Makna lain yang terdapat dalam hulanthte ini adalah angka tujuh pada hulanthe adalah tujuh martabat manusia yang dicapai dalam menjalani sebuah rumah tangga selain itu, menandakan bahwa perut ibu hamil sudah memasuki tujuh bulan, (Daulima 2003, 58). 4.1.6. Polutube Berdasarkan hasil penelitian polutube merupakan perlengkapan yang digunakan dalam perlengkapan adat Molonthalo. Dalam polutube terdapat gelas yang berisi air, tempat pembakaran dupa dan dupa semuanya berada di atas baki. Yang menjadi perlengkapan utama
yaitu hanyalah air, tempat pembakaran dupa dan dupa. Sedangkan gelas dan baki hanya bahan pelengkap saja dan tidak termasuk dalam perlengkapan adat Molonthalo tersebut. Polutube (pedupaan) adalah tempat bara api untuk pembakaran dupa pada saat pembacaan selawat dan segelas air yang tertutup untuk didoakan bersama oleh pelaksana disimbolkan sebagai perjalanan doa kehadirat Allah, sebagaimana kepulan asap dupa yang wangi membumbung tinggi kehadirat Allah S.W.T, diharapkan doa yang terucap dapat dikabulkan. Sedangkan segelas air di sampingnya untuk diminum oleh yang didoakan yaitu calon kedua orang tua sebagai perwujudan doa yang dibacakan, (Daulima 2006: 7). 4.1.7. Bakohati Berdasarkan hasil penelitian bakohati merupakan perlengkapan adat Molonthalo. Namun yang menjadi perlengkapan utama dalam bakohati adalah bahan ramuan yang ada di dalamnya yaitu bedak atau lulur. Sedangkan pembungkusnya hanyalah bahan pelengkap saja karena bisa diganti dengan kertas yang berwarna lain begitu juga dengan lipatan kertas yang membungkus bakohati. Bakohati adalah tempat bedak atau lulur tradisional yang terdiri dari ramuan: Totapo talanggila (kulit kayu telur) yang telah dibuang kulit arinya, Anthayi (buah kayu yang tumbuh di pinggiran pantai), Pale yilahumo (beras yang direndam dengan air), biji buah pala, kunyit dan kencur. Semua bahan ini dihaluskan dengan digosokan pada Botu pongi’ila (batu yang kasar) untuk menjadi bahan masker bisa digunakan di perut dan juga di wajah. Bahanbahan ini kemudian dibentuk menjadi segitiga. Dan yang satunya lagi bahannya adalah Bohu, yaitu sejenis buah kayu yang berkhasiat mencerahkan kulit dan Bungale yaitu sejenis tanaman obat yang berkhasiat untuk memperlancar peredaran darah sehingga kulit menjadi kencang, kedua bahan ini dicampurkan kemudian di tumbuk sampai halus setelah itu dibentuk menjadi segitiga dan dibungkus didalam Bakohati.
Bakohati terbuat dari bahan kertas minyak kemudian digunting dan dibentuk sesuai keinginan hulango itu sendiri,bahan-bahan tersebut nantinya digunakan setelah melahirkan dan olesi diatas perut apabila sudah melahirkan agar perut tidak akan mengalami keriput dan menjadi kencang lagi setelah pemakaian bedak atau lulur ini nanti, (Ramu wawancara, 25 Maret 2013). 4.1.8. Toyopo Berdasarkan hasil penelitian toyopo merupakan perlengkapan adat paling utama yang dibutuhkan dalam prosesi adat Molonthalo yang terbuat dari janur kuning yang dianyaman sedemikian rupa dan dibentuk seperti sebuah loyang sehingga mampu menampung beberapa makanan. Toyopo adalah seperangkat makanan yang nantinya akan dibagikan kepada yang berwajib, toyopo juga sebagai rasa ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam prosesi adat Molonthalo. Isi yang terdapat dalam toyopo adalah pisang, ayam goreng, nasi putih, nasi kuning dan nasi merah semuanya disusun dengan rapi. Toyopo yaitu tempat makanan yang terbuat dari daun kelapa yang masih muda (janur kuning), isinya adalah nasi kuning, bajo’e (nasi merah), nasi putih, ayam goreng yang masih utuh tanpa kepala didalamnya terselip satu buah telur yang sudah direbus, dan pisang yang sudah masak yaitu lutu Tahulumito (pisang raja) satu sisir. Menurut Daulima, (2006 : 6) Toyopo ini semuanya disediakan berjumlah tujuh buah dan isinya tetap sama. Toyopo nantinya akan dibagikan kepada yang berhak yaitu : -
Toyopo Lota mongadi salawati, artinya toyopo diperuntukan kepada yang membacakan doa salawat.
-
Toyopo Lo ta Hulango, artinya Toyopo diperuntukan kepada bidan kampung sebagai pelaksana acara adat tersebut.
-
Toyopo Lo ta Polonthaliyo, artinya Toyopo diperuntukan kepada kedua orang anak kecil yang menjamah perut disaat acara Molonthalo berlangsung.
-
Toyopo Lo ta Po Hi’angaluwa Lio (seorang ibu yang dijadikan bantal), artinya Toyopo diperuntukan kepada seorang ibu yang memegang bantal di saat acara Molonthalo berlangsung.
-
Toyopo Lo ta Podihu Liyo Hu’u (seorang ibu yang memegang lutut), artinya Toyopo diperuntukan kepada seorang ibu yang memegang kedua lutut disaat acara Molonthalo berlangsung.
-
Toyopo Lo ta Podihu Liyo Bula, artinya Toyopo diperuntukan kepada seorang ibu yang berdiri dibalik tirai tikar yang terbungkus batik di pintu keluar, yang menjawab pertanyaan hulango, disaat acara Molonthalo berlangsung.
-
Toyopo Lo ta Motolodile, artinya Toyopo utnuk sepasang suami istri yang di upacarakan. -
Menurut Daulima, (2006: 10) `Tujuh buah Toyopo ini disimbolkan sebagai ucapan terima kasih kepada pelaksana acara adat Molonthalo, dan dapat dibawa pulang ke rumah masing-masing. Jumlah tujuh yang pada perlengkapan ini adalah bermakna tujuh martabat yang harus diterapkan oleh manusia dalam mengendalikan diri yaitu :
1. Amarah 2. Lauwamah 3. Mulhimah 4. Muthmainah 5. Radliah 6. Mardhiah 7. Kamilan 4.1.9. Pale yilulo
Berdasarkan hasil penelitian pale yilulo ada lima macam beras yang diberi warna masing-masing berwarna merah, kuning, hijau, putih, dan hitam. Beras ini merupakan perlengkapan utama yang digunakan dalam prosesi adat Molonthalo dan warna dari beras ini tidak bisa digantikan dengan warna lain selain kelima warna tersebut sebab kelima warna ini memang sudah digunakan oleh orang-orang terdahulu dalam melakukan prosesi adat Molonthalo. Pale yilulo adalah beras yang diwarnai dengan lima macam warna yaitu merah, kuning, hijau, putih dan hitam. Sedangkan makna simboliknya adalah : -
Pale Mela (beras berwarna merah) melambangkan Duhu mela yang artinya darah merah yang ada pada tubuh manusia.
-
Pale Moputi’o (beras berwarna putih) melambangkan Duhu Moputi’o (darah putih) yang ada pada tubuh manusia.
-
Pale Moyitomo (beras berwarna hitam) melambangkan Tapu (daging) yang ada pada tubuh manusia.
-
Pale Lalahu (beras berwarna kuning) melambangkan yilolota (sum-sum yang terdapat pada tubuh manusia.
-
Pale Moyidu (beras berwarna hijau), melambangkan Linthidu ( urat nadi yang ada pada tubuh manusia. Kelima makna ini ada pada diri setiap insan yang namanya manusia, dan dapat
berfungsi serta dapat dikendalikan melalui lima waktu sehari semalam yaitu dengan waktuwaktu sholat sebagai berikut : -
Pengendalian darah merah dengan sholat Maghrib.
-
Pengendalian darah putih dengan sholat Shubuh.
-
Pengendalian urat nadi pada sholat Zhuhhur.
-
Pengendalian sum-sum pada sholat Ashar.
-
Pengendalian daging pada sholat Isya. Kelima beras ini semua dicampurkan menjadi satu kemudian dilambungkan ke atas
disetiap pojok-pojok ruangan yang ada didalam rumah agar Wawalo Bele (penjaga rumah) berupa roh halus yang selalu mengganggu isi rumah akan menyingkir dengan mendirikan sholat lima waktu dengan melalui kelima kekuatan yang ada pada diri manusia, (Daulima 2003: 83). 4.1.10. Bilinthi Berdasarkan hasil penelitian bilinthi merupakan perlengkapan adat yang dalam prosesi adat Molonthalo, bilinthiini di bentuk di atas sebuah piring dan yang menjadi perlengkapan utama adalah nasi goreng yang dicampur dengan hati ayam, sedangkan piring hanya sebagai bahan pelengkap saja dan tidak termasuk ke dalam perelngkapan adat Molonthalo. Bilinthi yang disimbolkan sebagai rezeki dari Allah SWT.Bilinthi (Nasi goreng) ini nantinya akan dimakan oleh kedua calon orang tua dengan saling menyuapi agar selalu ada kerukunan didalam rumah tangga dan mengetahui hak dan kewajiban serta anak yang ada di dalam perut tidak akan bersikap Bunggili (kikir) dan bisa mendapatkan rezeki yang berlimpah dari Allah SWT. Sedangkan hati ayam disimbolkan sebagai kebaikan dan bersikap rendah hati kepada semua orang,wawancara menurut (Ibu Ramu, 25 Maret 2013). 4.1.11. Ayam goreng utuh tanpa kepala Berdasarkan hasil penelitian ayam goreng merupakan perlengkapan yang termasuk dalam perlengkapan paling utama dalam perlengkapan adat Molonthalo. begitu juga dengan telur yang diselipkan di dalam perut ayam tersebut. Keduanya termasuk ke dalam perlengkapan adat Molonthalo. Ayam goreng yang masih utuh tanpa kepala dan di dalam perutnya berisi telur yang sudah direbus, telur ini nantinya akan dikeluarkan langsung oleh sang suami agar sang ibu
hamil mudah melahirkan sang jabang bayi sebagaimana mengelurkan telur yang ada di dalam perut ayam tersebut, Daulima (2006: 10). 4.1.12. Bulowe Berdasarkan hasil penelitian bulowe atau upik pinang adalah salah satu perlengkapan adat paling utama yang digunakan dalam prosesi adat Molonthalo. Upik pinang ini ada yang masih tertutup dan ada juga upik pinang yang sudah terbuka, yang sudah terbuka tertampung di atas ember, ember tidak termasuk dalam perlengkapan adat Molonthalo. Bulowe (upik pinang), ada yang tertutup atau hu’u-hu’umo monu (masih terbungkus harum) dan ada juga yang sudah mekar atau malongo’alo, lebe monu (sudah mekar dan harum) dan lolanthe liyo (sudah layu) tetap harum. Pohon pinang merupakan salah satu tumbuhan adat masyarakat Gorontalo, dengan tumbuhnya menjulang tinggi ke atas tidak seperti pohon-pohon yang lainnya yang tumbuhnya berbelok kasamping dan mempunyai banyak ranting. Tumbuhan pinang melambangkan adat yang berkesinambungan turun-temurun dan mengayomi yang didasarkan pada agama dan hukum. Masyarakat Gorontalo menggunakan upik pinang ini karna baunya yang begitu harum meskipun sudah layu, harumnya tidak akan hilang. Upik pinang yang tertutup nantinya akan digunakan pada saat perut ibu hamil ditonthalo. upik pinang yang masih tertutup ini nantinya akan dibelah oleh bidan kampung dengan menggunakan tangan sebelah kanan tepat di atas perut sang ibu hamil agar tiba waktunya melahirkan nanti, bayinya akan segera lahir dengan selamat tanpa merepotkan kedua orang tuanya, sedangkan untuk upik pinang yang terbuka itu nantinya akan diambil setiap ujung yang masih muda kemudian akan dicampurkan ke dalam air yilontha (air wangi), wawancara menurut ibu Ramu (25 maret 2013). 4.1.13. Tiladu tula-tula pidu
Berdasarkan hasil penelitian tiladu tula-tula pidu adalah perlengkapan adat paling utama yang nantinya akan digunakan dalam prosesi adat Molonthalo. Tanpa tiladu tula-tula pidu prosesi tidak akan berjalan dengan sempurna karena perlengkapan ini nantinya akan digunakan pada saat prosesi adat berlangsung dan tidak bisa digantikan oleh perlengkapan atau bahan yang lain. Silar berkeping tiga atau bintholo ini terbuat dari janur kuning, janur dalam adat Gorontalo disimbolkan sebagai rakyat yang makmur. Silar ini dikepang menjadi tiga bagian diukur sesuai perut sang ibu hamil. Daun silar ini nantinya akan digunakan pada prosesi adat Molonthalo yaitu dengan cara dilililitkan diperut sang ibu hamil kemudian akan di putuskan oleh sang suami dengan menggunakan sebuah keris. Sebuah silar ini disimbolkan bahwa sejak dalam kandungan jabang bayi telah terikat dengan tiga jalur adat atau Buwatulo towulongo yaitu menjunjung tinggi jalur adat, mengamalkan isi kandungan syare’at islam dan berkewajiban membela kebenaran dan keadilan serta membela negara. 4.1.14. Amongo mo puti’o waw kaini mo puti’o Berdasarkan hasil penelitian amongo mo puti’o (tikar putih) dan kaini mo puti’o (kain putih) adalah pelrengkapan yang termasuk dalam perlengkapan adat Molonthalo. Tanpa kedua perlengkapan ini prosesi tidak akan berjalan dengan dengan sempurna maka dari itu kedua perlengkapan ini termasuk dalam perlengkapan paling utama dalam prosesi adat Molonthalo, sebab kain putih tidak bisa diganti dengan kain dengan warna yang lain, begitu juga dengan tikar putih, tidak bisa digantikan dengan tikar yang berwarna lain atau tikar yang bermotif harus dengan tikar yang polos karena ini memang sudah menjadi adat dan tradisi dari orang terdahulu, (wawancara, Ibu Ramu 25 Maret 2013). Seperangkat amongo mo puti’o (tikar putih tradisional) yang terbuat dari bahan mendong yang dianyam dengan menggunakan tangan. Menurut Ibu Ramu (wawancara, 25 maret 2013), dalam upacara adat Molonthalo selalu digunakan tikar putih sebab pada zaman
dahulu hanya tikar yang selalu dipakai oleh orang-orang Gorontalo, dalam setiap mengadakan upacara ritual atau adat istiadat lainnya selain itu tikar selalu dipakai untuk mengalasi tempat tidur karena pada waktu itu belum ada kasur yang empuk dan permadani yang dipakai untuk tidur maka dari itu dipakailah tikar untuk adat. Menurut Ibu Reni, (wawancara, 9 Juli 2013) tikar putih ini adalah setiap dalam kehidupan berumah tangga diharapkan kedua pasangan suami istri akan selalu berkaitan dan selalu merapat serta tetap utuh tanpa ada percecokan dan pertengkaran didalam rumah tangga seperti anyaman tikar tersebut. Tikar putih ini nantinya akan digunakan sebagai pembaringan oleh sang ibu hamil dan ditempatkan pada pintu masuk kamar, dan akan di naik turunkan bersamaan dengan tanya jawab antara hulango (bidan kampung) dan hatibi (imam) yang membaca shalawat. Sedangkan simbol dari tikar putih adalah pintu yang akan dilalui sang jabang bayi disaat akan keluar dari ketuban, (Daulima 2006: 12). Tikar putih ini di atasnya lagi dilapisi dengan kain putih yang panjangnya 1,5 Cm dan di atasnya lagi terdapat bintholo (ikat pinggang yang terbuat dari kain putih). Bintholo ini ukurannya lebih panjang dari kain putih yang sebelumnya sebab bintholo di ukur sesuai ukuran perut sang ibu hamil. Bintholo ini nantinya akan diikat pada perut sang ibu hamil pada saat ditonthalo agar sang jabang bayi di dalamnya akan ditempatkan pada perut tengah dan ibu hamil tidak akan merasa sesak dadanya. Makna dari kain putih ini adalah bahwa ibu hamil yang sedang di tonthalo dia dalam keadaaan suci dalam melahirkan bayinya nanti. 4.1.15. Bambu kuning dan daun Plolohungo Berdasarkan hasil penelitian bambu kuning dan daun puring adalah perlengkapan yang termasuk dalam perlengkapan paling utama yang digunakan pada prosesi adat Molonthalo. Kedua perlengkapan ini sangat berkaitan erat sebab tanpa keduanya prosesi adat Molonthalo tidak akan berjalan lancar karena hanya perlengkapan ini yang selalu ada dan harus ada pada
prosesi adat Molonthalo. Bambu kuning tidak bisa diganti dengan bambu hijau begitu juga daun puring tidak bisa digantikan dengan jenis daun lainnya. Menurut bapak Hamid, (wawancara 7 Juli 2013) bambu kuning adalah tanaman yang disukai oleh para nabi pada waktu itu, sebab pada bambu kuning tersebut mempunyai nilai keunikan tersendiri dengan warnanya yang cerah. Selain itu juga ada pendapat lain yang mengatakan bahwa mengapa harus bambu kuning yang digunakan karena kuning merupakan lambang kemuliaan, pada waktu itu Raja-raja yang ada di Gorontalo di rumah mereka segala perlengkapan alat rumah tangga yang digunakan semua terbuat dari kuning emas dan begitu juga bambu yang digunakan dalam setiap upacara adat selalu menggunakan bambu kuning, (wawancara bapak Karmin Delatu, 11 Desember 2013, pukul 15. 30). Dengan itu bambu kuning selalu menjadi simbol bagi masyarakat Gorontalo sebab setiap upacara adat yang diselenggarakan selalu menggunakan bambu kuning, mulai dari upacara penyambutan tamu, pernikahan, kematian, pembeatan, dan upacara adat Molonthalo. Bambu kuning juga selalu dijadikan tangga adat Gorontalo. Menurut Niode (2001 :10) bambu kuning apabila dikebun selalu didekati oleh mahluk halus dan menjadi sarangnya mahluk halus selain itu menjadi tempat persembunyiannya, karena dengan batang dan dedaunannya yang begitu rimbun. Sekarang ini bambu kuning sudah sangat jarang ditemukan karena masyarakat Gorontalo sudah jarang untuk menanamnya kembali padahal bambu kuning ini sangat penting untuk setiap adat istiadat Gorontalo. Sesuai dengan hasil observasi dalam perlengkapan adat Molonthalo digunakan tiga buah bambu kuning, masing-masing berukuran satu ruas, bambu kuning ini didalamnya terdapat mata uang yang bernilai Rp. 100.-, dan pada ujung bambu kuning ditutupi dengan polohungo (daun puring), menurut Niode (2001: 10) polohungo (daun Puring) dipercaya oleh leluhur orang Gorontalo sebagai unsur kekuatan megic pembalik karena polohungo berasal
dari kata to tohungo (berputar ; balik berputar). Pada bagian tengah bambu kuning dililit dengan kain putih perlambang bayi didalam perut sedang terbungkus oleh ari-ari. 4.1.16. Bitu’o Berdasarkan hasil penelitian keris merupakan perlengkapan paling utama yang termasuk dalam perlengkapan adat Molonthalo karena keris adalah senjata pusaka tradisional bagi masyarakat Gorontalo, keris ini juga tidak bisa digantikan dengan pisau atau gunting, sebab keris selalu digunakan oleh masyarakat Gorontalo selain memotong ikat pinggang pada ibu hamil keris ini juga selalu dipadukan dengan busana adat Gorontalo. Keris adalah sejenis senjata tikam khas yang berasal dari Indonesia, berdasarkan dokumen-dokumen purbakala, keris dalam bentuk awal telah digunakan sejak abad ke 9. Kuat kemungkinannya bahwa keris telah digunakan sebelum masa tersebut. Pada masa sekarang, keris dikenal di daerah Jawa, Madura, Sumatra, bagian Kalimantan, serta bagian Sulawesi. Pada masa silam, pembuatan keris penuh dengan kerahasian. Jangankan pembuatannya yang cukup rumit, ritual-ritualnya pun serba sembunyi, dan juga siapa yang memesannya. Bisa terjadi si pemesan keris banyak diantaranya para raja atau orang penting keraton memesan kepada si pembuat keris agar dalam pembuatannya menjalankan ritual tertentu serta dengan niat dan tujuan tertentu pula. Budaya kerahasiaan dalam pembuatan keris pada masa lalu disebut budaya Sinengker. Keris bagi orang jawa merupakan benda yang Sinengker, dipesan untuk dibuat dengan niat pribadi sehingga perlu dirahasiakan, meski kerahasiaan itu menghambat pelestariannya, ternyata budaya Sinengker itu dulu juga menimbulkan kekhasan mutu dan penampilan keris, (Ibnususanto, anonim, 2013). Bitu’o (Keris) pada daerah Gorontalo, masyarakat sering menyebutnya jambiya. Pada masyarakat Gorontalo keris selalu dipadukan dengan busana adat yang dipakai oleh sang pengantin pria, keris ini terselip pada ikat pinggang. Dalam upacara adat Molonthalo keris
digunakan untuk memotong bintholo (ikat pinggang) yang terbuat dari janur kuning yang dianyam. Sebilah keris, perlambang kekuatan dan kekuasaan sang suami (ayah) sebagai kepala rumah tangga.
4.2. Perlengkapan adat Molonthalo yang ada kaitannya dengan unsur-unsur seni rupa 4.2.1. Tohetutu
Gambar 06. Tohetutu Foto :penulis 25 Maret 2013 Di dalam Tohetutu yang menjadi perlengkapan utama yaitu beras dan lilin, beras ditinjau dari segi unsur seni rupa memiliki bentuk yang panjang serta mempunyai garis di setiap sisinya dan mempunyai bidang namun tidak mempunyai ruang namun memiliki tekstur yang haluswarna dari beras ini adalah putih, putih dalam unsur seni rupa melambangkan kesucian, kemurnian dan kelembutan. Lilin ditinjau ke dalam unsur seni rupa memiliki bentuk yang kombinasi yaitu bentuk tabung dan kerucut selain itu terdapat lengkungan garis pada pinggirannya serta bidang lurus pada permukaanya dan tekstur dari lilin tersebut terasa halus adapun warna dari lilin ini adalah putih yang melambangkan kesucian. 4.2.2. Bu’awu huli
Gambar 07. Bu’awu huli (tempurung yang tidak bermata) Foto : Penulis, 25 Maret 2013 Ditinjau dari segi unsur seni rupa, tempurung ini memiliki bentuk bulat, pada dasarnya bentuk dari tempurung ini temasuk ke dalam bentuk yang beraturan sebab dari setiap sisi tempurung seperti bola yang bulat penuh, warnanya coklat, coklat dalam unsur seni rupa melambangkan kesopanan kearifan dan kebijaksanaan, dalam tempurung terdapat bidang geometri yaitu bidang yang melengkung, di atas tempurung memiliki garis-garis halus yang memanjang tempurung ini di luarnya memiliki tekstur yang kasar sedangkan tekstur di dalamnya sedikit halus. 4.2.3. Yilontha (air wangi)
Gambar 08. Yilontha (air wangi) Foto : Penulis 25 maret 2013 Yilontha atau air wangi ini tertampung di atas loyang. Di dalam loyang terisi air, air ditinjau dari segi unsur seni rupa warnanya sedikit kehijauan, di atas permukaan air terdapat
potongan daun yang bentuknya persegi panjang dengan memiliki garis dan mempunyai bidang pada permukaannya namun tidak mempunyai ruang. Warna dari yilontha ini ada yang hijau tua kekuning-kuningan dan ada juga hijau muda, hijau dan kuning dalam unsur seni rupa melambangkan keabadian dan kesetiaan, selain itu terdapat potongan-potongan kecil upik pinang, dan ada pula bentuk lainnynya seperti garis-garis halus dengan tekstur kasar, upik pinang ini warnanya hijau muda. 4.2.4. Seperangkat rempah-rempah harum
Gambar 09. Seperangkat rempah-rempah harum Foto : Penulis, 25 Maret 2013 Seperangkat rempah-rempah harum ini masing-masingnya terisi di dalam wadah, di dalam wadah yang pertama terdapat empat mata uang, mata uang ditinjau dari segi unsur seni rupa bentuknya bulat penuh dengan bidang datar, namun tidak mempunyai ruang, tesktur dari uang ini terasa kasar sedangkan warna dari mata uang ini berwarna kuning emas, kuning emas dalam unsur seni rupa melambangkan kemewahan dan keagungan.
Wadah yang kedua di dalamnya terdapat beberapa ramuan yang sudah dihaluskan, ramuan apabila ditinjau ke dalam unsur seni rupa sudah tidak memiliki bentuk lagi karena ramuan ini sudah dihaluskan jadi hanya memiliki tekstur yang kasar dan warna dari ramuan ini adalah merah, merah dalam unsur seni rupa melambangkan kuat, enerjik dan pemberani. Pada wadah yang ketiga, terdapat ramuan atau air wangi yg terbuat dari dedaunan ditinjau ke dalam unsur seni rupa bentuknya memanjang dan mempunyai garis-garis halus disetiap daunnya, daun-daun ini warnanya tidak sama ada yang berwaran hijau muda, hijau tua, hijau kekuning-kuningan dan ada juga yang berwarna putih. Tekstur dari ramuan ini terasa kasar dan halus, karena sudah tercampur dengan minyak kelapa yang warnanya bening adapun yang terasa kasar karena terdapat beberapa bahan yang digunting kecil-kecil. Selain itu dalam seperangkat ini terdapat sebuah kalung, berbentuk panjang dan setiap buah kalung bentuknya sedikit bulat lonjong dan ada juga berbentuk bulat penuh serta mempunyai bidang selain itu memiliki ruang di dalamnya serta memiliki tekstur yang halus., sedangkan warna dari setiap buah kalung ini bermacam-macam ada yang berwarna putih, hitam, kuning, hijau, dalam unsur seni rupa warna putih, hitam, kuning dan hijau melambangkan suci, kegelapan, keagungan dan kesuburan.
4.2.5. Hulanthe
Gambar 10. Hulanthe Foto: penulis 25 maret 2013 Hulanthe ini ditampung di atas wadah yang di dalamnya terdapat beras, jeruk purut, buah pala, telur dan mata uang. Beras apabila ditinjau ke dalam unsur seni rupa bentuknya sedikit memanjang dan di setiap sisi mempunyai garis, beras ini berwarna putih, putih dalam unsur seni rupa melambangkan kesucian dan memiliki tekstur yang halus. Serta mempunyai bidang yang datar, Selain beras ada juga tujuh buah pala yang tertancap di atas beras, buah pala ditinjau ke dalam unsur seni rupa bentuknya bulat lonjong, mempunyai bidang yang lengkung, serta memiliki ruang di dalamnya. Warnanya adalah hitam kecoklatan, selain itu memiliki garis yang membelah di tengahnya berwarna putih, sedangkan tekstur dari buah pala tersebut memiliki tekstur halus. Selain buah pala, di atas beras terdapat tujuh buah jeruk purut, jeruk ditinjau ke dalam unsur seni rupa mempunyai bentuk yang bulat lonjong, memiliki bidang yang lengkung selain itu mempunyai ruang di dalamnya, adapun tekstur dari buah ini adalah kasar semu dan beberapa garis halus di atas permukaannya, warna dari jeruk ini adalah warna kuning kehijauan, kuning dan hijau dalam unsur seni rupa melambangkan kesuburan dan kejayaan. Selain buah pala dan jeruk purut, di atas beras juga terdapat tujuh buah telur, telur ditinjau ke dalam unsur seni rupa berbentuk bulat penuh dengan bidang dan garis yang
melengkung serta mempunyai ruang di dalamnya, selain itu mempunyai tekstur yang halus, sedangkan warna dari telur ini adalah putih. Di atas beras ini terdapat juga tujuh mata uang, apabila ditinjau ke dalam unsur seni rupa mata uang ini memiliki garis lengkung serta bentuk yang bulat penuh dengan bidang yang datar namun tidak memiliki ruang, dan memiliki tektur kasar pada bidang atas dan bawahnya sedangkan pada pinggirannya teksturnya halus, warna dari mata uang ini adalah abu-abu, abu-abu dalam unsur seni rupa melambangkan ketenangan.
4.2.6. Polutube (pedupaan)
Gambar 11. Seperangkat polutube (pedupaan) Foto : Penulis, 25 maret 2013 Seperangkat dupa tertampung di atas baki di dalamnya terdapat satu buah gelas yang berisi air, air ditinjau kedalam unsur seni rupa tidak memiliki bentuk, tidak bergaris, dan tidak mempunyai ruang pula namun memiliki bidang datar di atas permukaan, air juga tidak memiliki warna. Tempat pedupaan dilihat dari segi unsur seni rupa, bentuknya segi empat, pada setiap ujung memiliki bentuk segi tiga disetiap sisinya, dengan beberapa garis lurus di pinggiran dan garis lengkung pada tengahnya, disetiap sisi terdapat bidang yang datar, selain itu tempat dupa ini memiliki ruang di dalamnya, tekstur dari tempat pedupaan ini adalah kasar semu, yaitu terlihat kasar namun apabila disentuh terasa halus, sedangkan warnanya hijau kemerahmerahan dalam unsur seni rupa melambangkan kesuburan dan keuletan. 4.2.7. Bakohati
Gambar 12. Bakohati
Foto :Penulis, 25 Maret 2013
Gambar 13. Isi yang terdapat didalam bakohati Foto : Penulis, 25 Maret 2013 Ditinjau dari segi unsur seni rupa,bentuk dari bakohati ini adalah berbentuk segi empat dan mempunyai garis vertikal dan horisontal di tengahnya, dengan mempunyai bidang geometri yaitu berbentuk segi empat dan terdapat ruang di dalamnya, selain itu memiliki tesktur yang halus, sedangkan warna dari bakohati ini adalah berwarna merah, merah dalam usnur seni rupa melambangkan keberanian. Adapun isi dari bakohati ini dapat ditinjau dari segi unsur seni rupa, yaitu berbentuk segi tiga, mempunyai bidang geometri, selain itu memiliki tekstur kasar dan tekstur halus, adapun warnanya adalah coklat dan putih kekuning-kuningan, coklat, putih dan kuning dalam unsur seni rupa melambangkan kematangan, kesucian dan kedewasaan.
4.2.8. Toyopo (seperangkat makanan)
Gambar 14. Toyopo Foto : Penulis, 25 Maret 2013
Ditinjau dari segi unsur seni rupa, toyopo ini bentuknya seperti bola yaitu berbentuk bulat penuh, apabila di lihat dari atas toyopo ini memiliki garis lengkung S pada setiap pinggirannya, dan apabila dilihat dari samping yang nampak adalah garis diagonal yaitu garis yang saling menyilang satu sama lain sehingga dengan garis itu bidang permukaan toyopo menjadi tidak rata dan berbentuk jajar genjang yang menutupi setiap sisi toyopo tersebut, selain itu toyopo ini juga memiliki ruang di dalamnya, mempunyai tekstur kasar dan warnanya putih kekuning-kuningan dan kehijauan. Di dalam toyopo terdapat lagi beberapa bahan makanan yang pertama pisang satu sisir, pisang ditinjau dari segi unsur seni rupa setiap satu buah pisang berbentuk lonjong, pada setiap sisi pisang mempunyai garis horisontal yang membatasi setiap sisi pisang tersebut, pisang ini juga tidak memiliki ruang di dalamnya, namun mempunyai bidang yang datar pada setiap sisi permukaannya, tesktur dari pisang ini di luarnya memiliki tektur halus, namun pada ujung dan di dalam pisang terdapat tekstur kasar, selain itu warna dari pisang ini adalah kuning dan ada beberapa warna hitam yang menjadi corak pada kulit luar pisang tersebut.
Selain pisang ada juga seekor ayam yang sudah digoreng ditinjau dari unsur seni rupa, ayam tersebut berbentuk non geometris yaitu bentuk yang tidak beraturan, pada ayam ini terdapat juga beberapa garis lurus pada kaki dan garis lengkung pada dadanya. Selain itu pada setiap permukaan mempunyai bidang dan terdapat ruang di dalamnya, tekstur dari ayam ini adalah kasar dan warnanya orange dalam unsur seni rupa melambangkan keanugrahan. Selain ayam goreng ada juga tiga macam nasi yang masing-masing sudah diberi warna, ditinjau dari segi unsur seni rupa, nasi tersebut berbentuk bulat penuh seperti bentuk bola, dengan bidang lengkung atau bidang geometri namun tidak memiliki ruang, tekstur dari nasi ini adalah kasar sedangkan warnanya ada kuning, coklat dan putih. 4.2.9.Pale Yilulo
Gambar 15. Pale yilulo ( beras lima macam) Foto : Penulis, 25 Maret 2013 Ditinjau dari segi unsur seni rupa, beras ini bentuknya persegi panjang, setiap sisinya memiliki garis dan bidang namun tidak mempunyai ruang, selain itu memiliki tekstur yang halus. Adapun warna dari beras-beras ini adalah merah, putih, hitam, kuning dan hijau.
4.2.10. Bilinthi
Ditinjau dari segi unsur seni rupa bentuk dari nasi goreng ini berbentuk bulat penuh, selain itu mempunyai bidang yang geometri atau bidang yang melengkung, nasi goreng ini tidak memiliki ruang namun memiliki tekstur yang kasar serta warnanya putih, hitam dan kekuning-kuningan.
4.2.11. Ayam Goreng tanpa kepala
Gambar 17. Ayam goreng Foto : Penulis, 25 Maret 2013 Seekor ayam yang sudah digoreng dan di dalam perut diselipkan telur ayam, ditinjau dari unsur seni rupa, ayam tersebut bmemiliki bentuk yang non geometris yaitu bentuk yang tidak beraturan, pada ayam ini terdapat juga beberapa garis lurus pada kaki dan garis lengkung pada dada dan paha selain itu mempunyai bidang, pada perut ayam terdapat ruang, warna dari ayam ini adalah orange.
Dalam perut ayam terdapat sebuah telur yang sudah direbus namun belum terkupas kulitnya, telur ditinjau ke dalam unsur seni rupa memiliki bentuk yang bulat dengan bidang dan garis yang melengkung serta tekstur yang halus dan warnanya adalah putih. 4.2.12. Bulowe
Gambar 18. Bulowe (upik pinang) tertutup Foto : Penulis, 25 Maret 2013 Ditinjau dari segi unsur seni rupa untuk upik pinang yang tertutup bentuknya bulat persegi panjang, selain itu memiliki garis horisontal di tengahnya. Upik pinang ini juga mempunyai bidang geometri, yaitu bidang panjang melengkung dan mempunyai ruang di dalamnya, sedangkan tekstur dari bidang ini adalah kasar semu yaitu terlihat kasar tetapi jika di raba akan terasa halus, warna dari upik pinang ini berwarna hijau tua.
Gambar 19. Bulowe (upik pinang) yang terbuka Foto : Penulis, 25 Maret 2013 Sedangkan untuk upik pinang yang terbuka jika ditinjau dari segi unsur seni rupa, bentuk upik pinang yang tebuka ini memiliki bentuk non geometri yaitu bentuk yang tidak beraturan, sebab hanya mempunyai garis vertikal, mempunyai ruang bebas dan tidak memiliki bidang, namun memiliki beberapa bentuk bulat lonjong pada setiap tangkainya dan selain itu memiliki tekstur batang yang halus dan biji buah yang halus pula, namun apabila dipegang semuanya tekstur dari upik pinang yang terbuka ini akan terasa kasar, warna dari upik pinang terbuka ini berwarna hijau muda.
4.2.13. Tiladu tula-tula pidu
Gambar 20. Tiladu tula-tula pidu (silar Berkeping tiga) Foto : Penulis, 25 Maret 2013
Gambar 21. Tiladu tula-tula pidu (silar Berkeping tiga) Foto : Penulis, 25 Maret 2013 Ditinjau dari segi unsur seni rupa, bentuk dari silar berkeping tiga ini berbentuk persegi panjang, dengan memiliki garis diagonal atau garis yang saling menyilangkan sehingga menimbulkan bentuk-bentuk persegi pada permukaannya. Selain itu silar ini juga memiliki
ruang di dalamnya dan mempunyai tekstur hias manual karena memiliki garis diagonal, warna dari daun silar ini adalah putih kehijau-hijauan. 4.2.14. Amongo mo puti’o wawu kaini moputi’o
Gambar 22. Amongo mo puti’o wawu kaini moputi’o Foto : Penulis, 25 Maret 2013 Ditinjau dari segi unsur seni rupa, pada umunya amongo mo puti’o (tikar putih) ini memiliki bentuk yang persegi panjang, dan memiliki garis yang vertikal dan horisontal pada pinggirannya serta garis diagonal pada pertengahannya yaitu garis yang saling menyilangkan satu sama lain, selain itu memiliki bidang yang datar, pada atas permukaan bidang tikar ini memiliki bentuk persegi namun kecil-kecil, karena dengan adanya silangan garis diagonal. Tikar ini juga memiliki tekstur yang kasar nyata, warna dari tikar ini adalah putih gading dan keabu-abuan. Ditinjau dari segi unsur seni rupa, kaini mo puti’o (kain putih) ini memiliki panjang dan lebar, sehingga membentuk persegi panjang. Selain itu kain ini juga memiliki garis vertikal,
horisontal dan diagonal, namun tidak nampak garisnya, serta memilki bidang yang datar dan tekstur yang kasar nyata, sedangakan warna dari kain ini adalah warna putih. 4.2.15. Bambu kuning dan daun Polohungo (daun puring)
Gambar 23. Bambu kuning dan daun Polohungo Foto : Penulis, 25 Maret 2013. Dilihat dari segi unsur seni rupa, bentuk umum dari bambu ini menyerupai tabung yang bulat penuh dan memanjang, bambu ini ukurannya lebih kecil dari bambu yang lainnya. Bambu ini juga memiliki garis lurus pada sisi permukaan dan garis lengkung pada siku pangkalnya, selain itu memiliki bidang lurus dan bidang lengkung selain itu bambu memiliki sifat tekstur yang halus dan licin serta mempunyai ruang, warna dari bambu ini adalah kuning dan warna hijau. Dilihat dari segi unsur seni rupa, daun puring memiliki bentuk yang bermacam-macam, ada yang berbentuk bulat sedikit lebar dan memanjang, ada juga yang berbentuk persegi panjang, daun puring ini di tengahnya memiliki garis vertikal dan garis horisontal di pinggirannya selain itu daun ini mempunyai bidang yang datar dan tekstur yang kasar semu, yaitu terlihat kasar tetapi jika di raba akan terasa halus, warna dari daun puring ini adalah kuning kehijauan, merah kehitam-hitaman, dan hijau kekuning-kuningan.
4.2.16. Bitu’o (Keris)
Gambar24.Bitu’o (Keris) senjata pusaka tradisional Foto : Sumber http://galleonslost.com/2010/07/heirloom-keris-knives/ (17 Juli 2013, pukul 17: 18). Ditinjau dari segi unsur seni rupa, keris ini bentuknya panjang meruncing, semakin ke ujung bentuk keris ini semakin tipis dan meruncing, selain itu mempunyai garis lengkung S keris ini memiliki bidang dan tekstur yang kasar, warna yang terdapat pada keris ini adalah warna hitam pada pangkalnya dan warna kuning emas pada pegangannya.
TABEL ANALISIS UNSUR-UNSUR SENI RUPA DALAM PERLENGKAPAN ADAT MOLONTHALO Unsur- unsur Seni Rupa No Titik
Garis
Bidang Bentuk
Ruang Tekstur warna
Perlengakapan Adat
1.
─
√
√
√
√
√
√
Tohetutu
2.
─
√
√
√
√
√
√
Bu’awu huli
3.
─
√
√
√
─
√
√
Yilontha
4.
─
√
√
√
─
√
√
─
√
√
√
√
√
√
Hulanthe
√
√
√
√
√
√
Polutube
√
√
√
√
√
√
Bakohati
√
√
√
√
√
√
Toyopo
√
√
√
─
√
√
Pale yilulo
5.
6.
─
7.
─
8.
─
Seperangkat rempah-rempah harum
9.
─
10.
─
√
√
√
─
√
√
Bilinthi
11
─
√
√
√
√
√
√
Ayam goreng
12.
─
√
√
√
√
√
√
Bulowe
13.
─
√
√
√
√
√
√
14
─
√
√
√
√
√
Seperangkat amongo mo puti’o wawu kaini mo puti’o
15
─
√
√
√
√
√
Bambu kuning dan daun puring
─
√
√
√
√
√
Keris
16
─
√ √
Silar berkeping tiga
Dalam tabel hasil analisis di atas setiap perlengkapan adat Molonthalo mempunyai hubungan erat dengan unsur-unsur seni rupa namun hanya satu unsur rupa yang tidak
terdapat di dalam perlengkapan yaitu unsur rupa titik, titik tidak ditemukan lagi dalam setiap perlengkapan adat sebab semua perlegkapan sudah menjadi bentuk tiga dimensi namun masih memiliki garis, bidang, bentuk, ruang, tekstur dan warna yang mendukung suatu karya adat sehingga mempunyai nilai keindahan. Adapun perlengkapan adat yang ada kaitan dengan unsur seni rupa adalah : 1. Tohetutu ditinjau dari segi unsur seni rupa berdasarkan hasil tabel analisis secara keseluruhannya tohetutu ini memiliki garis dan bidang, selain itu memiliki bentuk namun tidak memiliki ruang serta mempunyai tekstur. 2. Bu’awu huli ditinjau dari segi unsur seni rupa berdasarkan hasil tabel analisis secara keseluruhannya tempurung ini memiliki bentuk dan bidang, selain itu mempunyai garis dan warna serta ruang dan tekstur. 3. Yilontha ditinjau dari segi unsur seni rupa berdasarkan hasil dari tabel analisis secara keseluruhan pada permukaan yilontha memiliki garis, bidang, bentuk, tekstur dan warna namun tidak mempunyai ruang. 4. Seperangkat rempah-rempah harum ditinjau dari segi unsur seni rupa berdasarkan hasil tabel analisis seperangkat rempah-rempah memiliki garis, bidang, bentuk, tekstur dan warna namun tidak memiliki ruang. 5. Hulanthe ditinjau dari segi unsur seni rupa berdasarkan hasil dari tabel analisis secara keseluruhannya hulante ini memiliki garis, bidang, bentuk, ruang, tekstur dan warna. 6. Polutube ditinjau dari segi unsur seni rupa berdasarkan hasil dari tabel analisis secara keseluruhannya polutube ini memiliki garis, bidang, bentuk, ruang, tekstur dan warna. 7. Bakohati ditinjau dari segi unsur seni rupa berdasarkan hasil dari tabel analisis secara keseluruhannya bakohati ini juga memiliki garis, bidang, bentuk, ruang, tekstur dan warna.
8. Toyopo ditinjau dari segi unsur seni rupa berdasarkan hasil dari tabel analisis secara keseluruhannya toyopo ini memiliki garis, bidang bidang, bentuk, ruang, tekstur dan warna. 9. Pale yilulo ditinjau dari segi unsur seni rupa berdasarkan hasil dari tabel analisis secara keseluruhannya pale yilulo ini tidak memiliki ruang namun mempunyai bentuk, serta bidang, tekstur dan warna. 10. Bilinthi ditinjau dari segi unsur seni rupa berdasarkan dari tabel analisis secara keseluruhannya Bilinthi ini memiliki garis, bidang, bentuk, tekstur dan warna namun tidak memiliki ruang. 11. Ayam Goreng ditinjau dari segi unsur seni rupa berdasarkan hasil tabel analisis di atas secara keseluruhannya ayam goreng ini memiliki garis, bidang, bentuk, tekstur dan warna. 12. Bulowe ditinjau dari segi unsur seni rupa berdasarkan hasil tabel analisis secara keseluruhannya bulowe ini memiliki garis, bidang, bentuk, ruang, tekstur dan warna. 13. Silar berkeping tiga ditinjau dari segi unsur seni rupa berdasarkan hasil tabel anaisis secara keseluruhannya silar ini memiliki garis dan bidang, bentuk, ruang, tekstur dan warna. 14. Seperangkat amongo wawu kaini mo puti’o ditinjau dari segi unsur seni rupa berdasarkan hasil tabel analisis secara keseluruhannya seperangkat ini tidak memiliki ruang, namun mempunyai garis, bidang, bentuk, tekstur dan warna. 15. Bambu kuning dan daun puring ditinjau dari segi unsur seni rupa berdasarkan hasil tabel analisis secara keseluruhannya bambu kuning dan daun puring ini memiliki garis, bidang, bentuk, ruang, tekstur, dan warna. 16. Keris ditinjau dari segi unsur seni rupa berdasarkan hasil tabel analisis secara keseluruhannya keris ini memiliki garis, bidang, bentuk, ruang, tekstur dan warna.