BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan Perusahaan Envirospace Consultants Indonesia (ECI) merupakan cabang perusahaan dari Envirospace Consultants Pte. Ltd. yang berkedudukan di Singapura. Envirospace Consultants Pte. Ltd. Singapura merupakan pecahan dari perusahaan Garden and Landscape Center (GLC) yang merupakan perusahaan pionir dan pemrakarsa dari berdirinya industri-industri yang bergerak di bidang lanskap dan pertamanan lainnya di Singapura. Perusahaan GLC didirikan pada tahun 1968 yang kemudian mendirikan Envirospace Consultants Pte. Ltd. Singapura pada tahun 1998. Pada tahun 2005 Envirospace Consultants Pte. Ltd. Singapura membuka perusahaan cabang di Indonesia yaitu PT. Envirospace Consultants Indonesia. Alasan perusahaan ini didirikan adalah karena permintaan akan jasa konsultan lanskap dan pertamanan di Indonesia semakin meningkat. Perusahaan Envirospace Consultants Indonesia merupakan salah satu perusahaan arsitektur lanskap yang telah menangani sejumlah portfolio dan proyek dari berbagai macam skala dan dapat dikatakan cukup berkompeten meskipun perusahaan ini masih dianggap muda. 4.1.2 Pelayanan perusahaan Perusahaan Envirospace Consultants Indonesia memberikan pelayanan di bidang perencanaan dan desain lanskap. Pelayanan di bidang ini berupa konsultasi perencanaan dan desain lanskap dengan menghasilkan produk berupa gambar hingga implementasi dari desain. Pada pekerjaan desain lanskap, sebelum desain diimplementasikan, biasanya melalui tahap Detail Engineering Design (DED) yaitu tahap pembuatan gambar kerja agar lebih memiliki akurasi yang tepat saat pelaksanaan. Perusahaan pun memberikan layanan konsultasi hingga pembuatan produk gambar DED pada pekerjaan desain lanskap. Sebelum melakukan implementasi, ketersediaan material yang akan digunakan dapat dipenuhi melalui perusahaan ECI. Penyedia material untuk kebutuhan implementasi desain lanskap merupakan mitra ECI. Setelah desain
diimplementasikan, selanjutnya perusahaan memberi pelayanan di bidang pemeliharaan lanskap dan taman berupa konsultasi manajemen dan pemeliharaan lanskap hingga supervisi ke lapangan untuk memantau pemeliharaan lanskap yang telah diimplementasikan dalam periode tertentu. 4.1.3 Metode Mendapatkan Proyek Proyek yang ditangani berupa proyek perencanaan, perancangan, pengelolaan lanskap, penyediaan tanaman dan lain sebagainya. Adapun beberapa cara bagi perusahaan ECI dalam memperoleh proyek yaitu : 1. Mengajukan penawaran (tender) Perusahaan memperoleh sebuah proyek dengan mengajukan penawaran (tender) pada klien. Perusahaan ESCI mengajukan rancangan akan proyek yang akan dilaksanakan beserta rencana anggaran biaya (RAB) kepada klien (penyelenggara proyek). Klien merupakan seseorang ataupun suatu perusahaan yang mempunyai proyek dan menyediakan kebutuhan dana dari proyek tersebut. Setelah tender diajukan, pihak penyelenggara akan memutuskan perusahaan yang terpilih untuk menangani proyek tersebut berdasarkan segala penilaian teknis dan dana. 2. Permintaan langsung dari klien Cara lain dalam memperoleh suatu proyek yaitu tanpa harus mengajukan penawaran pada pihak lain melainkan mendapatkan permintaan langsung dari klien. Klien yang dimaksud adalah klien yang baru menggunakan jasa perusahaan atau pun yang sudah berlangganan menggunakan jasa dari perusahaan. 3. Kerjasama dengan konsultan lain Proyek lain yang ditangani perusahaan ECI dapat juga diperoleh dengan cara kerjasama dengan konsultan lainnya. Hal ini dapat terjadi karena adanya hubungan baik yang terjalin antara perusahaan ECI dengan perusahaan konsultan lainnya. Kerjasama ini terjadi pada pengerjaan proyek yang skalanya besar, sehingga memerlukan lebih dari satu perusahaan konsultan dengan spesialisasi yang berbeda untuk menanganinya. 4. Kerjasama dengan lembaga Dalam mendapatkan proyek, perusahaan ECI juga melakukan
kerjasama dengan berbagai lembaga baik pemerintahan atau pun swasta. Dinas pemerintahan yang dimaksud adalah seperti dinas pertamanan dan pemakaman, dinas tata kota dan wilayah dan lainnnya di beberapa daerah di Indonesia, sedangkan pihak swasta adalah perusahaan-perusahaan atau kantor yang tidak berada di bawah pengelolaan pemerintahan. 4.1.4 Staf dan Pekerja Perusahaan
Envirospace
Consultants
Indonesia
(ECI)
merupakan
perusahaan konsultan yang bergerak dalam bidang arsitektur lanskap. Pimpinan perusahaan berprofesi sebagai arsitek lanskap yang mengkoordinasi dua divisi yaitu divisi perencanaan dan desain lanskap serta divisi sipil dan struktur. Dalam penyelesaian suatu proyek, pimpinan berperan dalam memberikan arahan dan melakukan pengawasan terhadap semua pekerjaan yang dilakukan. Struktur organisasi perusahaan ini dapat dilihat pada Gambar 36. Staf pada divisi perencanaan dan desain lanskap adalah arsitek lanskap sedangkan pada divisi sipil dan struktur adalah teknik sipil. Pada perusahaan ECI, arsitek lanskap merupakan staf tetap perusahaan sedangkan teknik sipil adalah tenaga ahli yang dikontrak per proyek yang dikerjakan.
Gambar 36. Struktur organisasi di PT Envirospace Consultants Indonesia (Sumber: PT. Evirospace Consultants Indonesia 2012)
4.1.5 Sistem Kepegawaian Sistem kepegawaian di perusahaan ECI adalah dengan adanya kesepakatan kontrak kerja antara calon pegawai dengan pimpinan. Dalam jangka waktu tertentu pimpinan mengadakan evaluasi terhadap kinerja karyawan tersebut. Dengan sistem kontrak ini, karyawan dapat bebas mengundurkan diri bila merasa kurang sesuai dengan lingkungan kerja di perusahaan ECI. Pekerjaan dalam kantor divisi desain sangat efisien karena selama waktu kerja, semua staf akan berada di studio dan mengerjakan tugasnya masing-masing. Waktu kerja dimulai dari pukul 08-00 sampai dengan pukul 17.00. Waktu istirahat adalah pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00. Pada keadaan tertentu seperti banyaknya pekerjaan yang harus segera dikerjakan dengan deadline yang mendesak atas permintaan klien biasanya pimpinan perusahaan memberikan kebijakan untuk memberikan waktu tambahan (lembur) dalam pengerjaan tugastugas oleh staf dan peserta magang. 4.1.6 Peralatan dan Kegiatan Studio Suatu produk dapat dinyatakan keberhasilannya ketika klien merasa puas dengan apa yang kita kerjakan. Besarnya kepuasan seorang klien terhadap produk yang dihasilkan adalah ketika produk tersebut sesuai keinginan klien dan dikerjakan dengan maksimal. Maksimalnya suatu produk yang dihasilkan tidak terlepas dari kemampuan staf perusahaan serta peralatan-peralatan yang mendukung dalam pembuatan produk. Peralatan dan perlengkapan di ECI sudah tergolong cukup lengkap. Peralatan yang ada sudah mendukung pekerjaan dalam studio. Berbagai peralatan dan perlengkapan yang digunakan perusahaan ECI adalah sebagai berikut: 1.
Empat unit komputer lengkap
2.
Satu unit projector
3.
Dua unit printer A3
4.
Satu unit scanner
5.
Satu unit printer multifungsi A4 (printer, scanner, fotokopi)
6.
Berbagai macam jenis penggaris plastik dengan berbagai skala dan bentuk
7.
Berbagai macam jenis penggaris besi dengan berbagai skala dan bentuk
8.
Alat gambar (marker, spidol, pensil warna, drawing pen dan rapido dengan
berbagai ketebalan serta pensil dengan berbagai ukuran ketebalan) 9.
Satu unit meja tracing
10. Drawing Scale 11. Penghapus, isolasi, double tape dan lem. 12. Cutting board 13. White board 14. Tracing paper dan kertas kalkir 15. Kertas ukuran A4, A3 dan F4 16. Kertas glossy dan kertas albatros 17. Papan plastic (board) untuk panel presentasi 18. Lemari alat tulis, rak buku dan file 19. Digital camera 20. Global Positioning System (GPS) 21. Meteran 22. Lima unit meja, kursi kerja dan meja berukuran besar untuk rapat dan menggambar 23. Library image board softscape 24. Berbagai buku sumber (perencanaan, desain dan manajemen) yang ada di perusahaan.
4.1.7 Sistem manual Sistem manual adalah pembuatan produk grafik yang dilakukan dengan sketsa tangan (freehand). Biasanya dilakukan pada tahap awal proyek seperti pada pembuatan gambar konsep desain (concept design), concept site plan, sketsa potongan, sketsa suasana dan sketsa perspektif. Sketsa yang telah selesai dikerjakan akan digambar ulang pada kertas kalkir dengan gambar sketsa yang diperhalus dengan ukuran yang proporsional dan memiliki akurasi skala yang lebih baik. Gambar yang telah diperhalus akan discan dan diprint untuk selanjutnya diwarnai (colouring). Teknik mewarnai dapat dilakukan dengan pensil warna, spidol, marker atau alat warna lainnya. Kegiatan mewarnai terkadang dilakukan melalui operasi komputer.
4.1.8 Operasi komputer (computerize) Penggunaan teknik computerize selain karena permintaan beberapa klien, juga bertujuan untuk mempermudah dalam penyajian presentasi kepada klien serta menciptakan produk gambar dengan hasil yang lebih optimal. Teknik pembuatan grafik ini adalah dengan menggunakan PC (personal computer). Dalam pembuatan produk grafik arsitektur lanskap dengan teknik computerize, setiap PC sudah dilengkapi dengan software yang mendukung pembuatan gambar proyek. Software yang digunakan di perusahaan ECI. Hasil dari penggunaan teknik computerize ini seperti, pengembangan desain (design development), concept site plan, long section, gambar potongan, gambar perspektif, gambar detail seperti detail konstruksi, gambar planting plan dan gambar lighting plan. Produk yang dihasilkan dengan menggunakan operasi komputer selanjutnya dapat disampaikan kepada klien melalui dua cara yaitu presentasi dua dimensi dan presentasi tiga dimensi. Presentasi ini dapat dilakukan dengan bantuan alat elektronik maupun tidak. Presentasi dua dimensi biasanya disajikan dengan menampilkan gambarnya menggunakan Microsoft Power Point, poster, panel dan booklet proyek. Sedangkan presentasi tiga dimensi dapat disajikan dengan menampilkan animasi tiga dimensi menggunakan software Google Sketchup. Situasi di kantor PT. Envirospace Consultants Indonesia dapat dilihat pada Gambar 37.
Gambar 37. Situasi di kantor
4.1.9 Sistem Penyimpanan Data Semua data proyek disimpan dalam satu file khusus pada hard drive komputer. File setiap proyek berisi seluruh data-data di dalamnya seperti data inventarisasi, dokumentasi kondisi tapak, data gambar dengan format AutoCAD, Google Sketchup, Adobe Photoshop, data Artist Impression, dan lain sebagainya. 4.1.10 Sistem Komunikasi Karena proyek yang dikerjakan di PT. Envirospace Consultants Indonesia tidak hanya proyek lokal saja namun juga proyek dari luar Indonesia, maka komunikasi antara perusahaan ECI dengan klien lokal maupun luar Indonesia sangat harus diperhatikan. Biasanya perusahaan ECI menggunakan komunikasi melalui electronic mail (e-mail) dengan klien yang dirasakan lebih efektif dan efisien, terutama ketika klien membutuhkan progress gambar yang sudah dikerjakan. Namun tidak menutup kemungkinan untuk melakukan komunikasi melalui telepon. 4.1.11 Ruang Lingkup Kerja Ruang lingkup kerja PT. Envirospace Consultants Indonesia mencakup pada penyediaan jasa di bidang arsitektur lanskap pada jarak yang luas untuk klien pada dua sektor yaitu sektor publik dan sektor privat. Perusahaan memiliki sumberdaya dan kemampuan untuk membantu badan pemerintah dan organisasi mayor multi-nasional, juga mengerti dan memberi pelayanan akan kebutuhan dari organisasi skala kecil. Perusahaan ECI merupakan sebuah tim professional lanskap manajemen yang mempersembahkan dan memberikan jasa dengan kekuatan dari anggotanya. Memiliki tantangan untuk menciptakan solusi inovatif yang mencerminkan komitmen dalam hal kualitas untuk memuaskan dan menguntungkan pelanggan dengan harga yang sesuai. Perusahaan ini mengutamakan kemampuan karyawannya dalam mengantisipasi keinginan klien dengan komunikasi dan pemahaman dalam meningkatkan kualitas lingkungan. Perusahaan Envirospace Consultants Indonesia merupakan sebuah perusahaan konsultan mandiri yang menyediakan jasa dalam skala nasional dan internasional dengan mutu pekerjaan dalam bidang landscape architecture,
master planning, urban design, environmental research dan project manajemen. Perusahaan ini telah banyak mengerjakan berbagai bidang proyek yang berhubungan dengan bidang lanskap. Pekerjaan yang dikerjakan meliputi singlefamily residential garden, parks and outdoor recreation facilities, hotel and resorts, civic and public building, commercial and industrial developments, community and multifamily housing developments, historic preservation and restoration projects, planning and analysis projects, educational area, streetscape beautification, arboretum. Beberapa
contoh
hasil
pekerjaan
proyek
yang
telah
ditangani
PT. Envirospace Consultants Indonesia yaitu sebagai berikut: 1. Escape Theme Park –Singapore merupakan salah satu contoh dari proyek parks and outdoor recreation facilities yang ditangani oleh PT. Envirospace Consultants Indonesia. 2. Kandang Kerbau Hospital –Singapore yang merupakan contoh proyek civic and public buildings. 3. UE-Square–Singapore dan Botani Square-Indonesia, Bogor merupakan salah satu contoh proyek commercial and industrial. 4. Duxton Plain Public Housing-Singapore merupakan salah satu contoh dari proyek private residential and multifamily housing development. 5. Proyek Tuy Hoa City-Vietnam merupakan proyek dengan metode pengajuan proposal untuk melakukan perancangan gerbang utama jalan. Proposal rancangan yang diajukan berupa konsep dan beberapa gambar ilustrasi suasana dan potongannya. 6. Jalan Raya Cikini, Jakarta menjadi proyek perusahaan ECI di bidang perancangan dan pengindahan lanskap jalur kota.
4.1.12 Proses Desain Dalam pelaksanaan proyek, perusahaan ECI mengikuti mekanisme tahap perancangan pada umumnya yang sama dengan perusahaan lainnya. Pada (Gambar 38) disajikan dalam bentuk diagram proses pekerjaan proyek pada perusahaan ECI.
Persiapan Inventarisasi Tapak Analisis Tapak Konsep Desain Konsep Awal Desain (Preliminary Concept Design) Desain skematik (schematic design) Rencana Induk (Master Plan)
Revisi sesuai dengan keinginan klien
Pengembangan Desain (Design Development)
Gambar Konstruksi (Construction Design) Pelaksanaan (Implementation) Pemeliharaan (Maintenance) Gambar 38. Proses Desain pada PT. Envirospace Consultants Indonesia (Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012)
1. Tahap Persiapan Tahap pertama yang dilakukan oleh PT. Envirospace Consultants Indonesia pada semua proyek yang ditangani melalui tahap persiapan. Tahap ini memiliki tujuan untuk mempersiapkan berbagai teknis dan urusan administrasi proyek. Pada tahap persiapan terjadi pertemuan pertama atau awal dengan klien. Pada pertemuan ini klien membicarakan mengenai keinginannya dan harapannya akan proyek yang akan ditangani, konsep yang ingin dicapai dan
kepentingan lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan proyek. Kemudian selanjutnya pihak perusahaan mempersiapkan usulan kegiatan yang lebih detail yang mencakup pelayanan, bentuk produk dan biaya. Jika klien setuju maka kedua belah pihak menandatangani kontrak kerja. Pada tahap ini dilakukan penerimaan proyek (project acceptance). Pada tahap ini merupakan awal dari kesepakatan dengan klien, sehingga sangat penting sekali untuk memberikan perhatian yang lebih dalam menyimak keinginan klien tentang proyek yang akan dikerjakan. Komunikasi dan teknik presentasi sangat penting untuk memberikan perhatian yang lebih dalam menyimak keinginan klien tentang proyek yang akan dikerjakan. Komunikasi yang baik dari pihak perusahaan dalam hal ini pimpinan perusahaan dan juga staf menjadi kunci keberhasilan pada tahap ini. 2. Inventarisasi Tapak Inventarisas tapak merupakan tahap utama dalam proses perancangan. Tahap inventarisasi tapak bertujuan untuk melakukan pengumpulan berbagai data mengenai proyek. Tahap ini dilakukan secara langsung ke lokasi proyek melihat kondisi awal tapak. Pada tahap ini staf perusahaan melakukan survey lapang, inventarisasi dan melakukan pengumpulan dan perekaman data pada tapak. Data untuk keperluan proyek diperoleh melalui data primer dan sekunder. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah melalui site survey ke lokasi proyek secara langsung dan wawancara dengan pihak klien dan pihak lainnya yang berhubungan dengan proyek. Data proyek terkadang sudah tersedia pada awal penerimaan proyek karena telah dilakukan site inventory oleh pihak lain sebelumnya, sehingga perusahaan ECI bekerja langsung dengan data yang tersedia pada tahap perancangan. Data primer ini merupakan semua data eksisting yang ada pada tapak seperti letak dan luas, aksesibilitas, tata guna lahan, vegetasi, topografi dan hidrologi serta dokumentasi dalam bentuk foto atau rekaman video. Data berupa peta awal (base plan) terkadang sudah tersedia dari klien, baik berupa softfile atau hardcopy print. Jika base plan tidak disediakan maka perusahaan berusaha mengambil data awal dengan cara mencari peta dasar dari google
map melalui internet untuk mengetahui lokasi serta bentuk tapak yang akan dikerjakan. Data iklim pada dasarnya merupakan data sekunder yang penting karena berhubungan dengan kenyamanan manusia dan tapak tersebut. Data sekunder yang berhubungan dengan tapak dan lingkungannya harus dikumpulkan juga sebagai bahan untuk proses analisis. 3. Analisis Tapak Analisis tapak bertujuan untuk melakukan evaluasi tehadap data yang diperoleh pada tahap inventarisasi pada tapak (proyek). Analisis tapak yang dilakukan perusahaan sangat mementingkan fungsi dan estetik yang akan dicapai sehingga mempertimbangkan pula keinginan dari klien dan keberlanjutan tapak agar tidak terjadi kerusakan pada lingkungan. Sehingga analisis yang baik untuk dasar melakukan perancangan dapat tercapai. Pada tahap analisis dilakukan diskusi bersama di dalam perusahaan untuk menemukan solusi yang terbaik. Analisis ini juga dilakukan pada semua aspek yang ada dalam tapak seperti letak dan luas, iklim, aksesibilitas, tata guna lahan, vegetasi, topografi dan hidrologi. Pada pelaksanaannya biasanya pihak perusahaan melakukan analisis pada aspek yang sangat berpengaruh pada desain tapak saja. Tahap analisis merupakan tahap yang sangat penting dalam proses desain. Tahapan ini sangat dipengaruhi oleh waktu dan dana yang tersedia, sehingga untuk dapat mendapatkan suatu analisis yang baik maka waktu yang tersedia harus cukup banyak dan dana dari klien harus tersedia dalam jumlah yang cukup banyak. Dengan waktu yang cukup maka hasil analisis yang dilakukan akan lebih spesifik. Pada semua proyek yang dikerjakan, tahapan analisis yang dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama, karena staf perusahaan khususnya pimpinan perusahaan telah berpengalaman dalam banyak proyek lainnya yang sudah ditangani. Pada tahap ini juga dilakukan wawancara lebih lanjut kepada klien. Setelah tahap ini selesai dilanjutkan pada tahap proses perancangan. 4. Konsep Desain (Concept design) Tahap konsep desain bertujuan untuk membuat arahan mengenai rancangan yang akan dibuat selanjutnya pada proyek. Konsep perancangan
merupakan tahap awal untuk membuat perancangan lanskap secara konseptual dengan memasukkan semua ide untuk menciptakan sebuah tema dan karakter yang sesuai dengan keinginan klien. Konsep perancangan merupakan tahap yang penting pada proses perancangan, karena merupakan dasar untuk merancang. Pada perusahaan, untuk pembuatan konsep awal ini dilakukan diskusi dengan divisi perencanaan dan desain dengan mempertimbangkan keinginan klien. 5. Preliminary Concept Design dan Final Concept Design Bertujuan
untuk
menghasilkan
gambar–gambar
ilustrasi
yang
menggambarkan konsep yang digunakan yang akan dipresentasikan dan diajukan pada klien dan pihak lainnya untuk mendapatkan revisi. Konsep awal desain (preliminary concept design) yang dikerjakan perusahaan semuanya didukung dan diperkuat oleh penambahan image yang didapat dari berbagai sumber. Image ini digunakan untuk memberikan gambaran yang lebih nyata kepada pihak klien mengenai konsep yang diajukan. Bahan image yang digunakan berasal dari buku-buku yang dimiliki perusahaan dan perbendaharaan library yang dimiliki perusahaan dari dokumentasi di berbagai lokasi yang pernah dikunjungi. Semua image yang dibuat mencakup semua elemen lanskap (hard material dan soft material) juga image yang menggambarkan situasi suatu lokasi dan/atau situasi akhir yang diinginkan. Tahapan ini biasanya melalui beberapa kali proses revisi. Berdasarkan hasil revisi dari klien dan pihak lainnya yang terkait dengan proyek maka dihasilkan konsep desain akhir. 6. Desain skematik (Schematic Design) Tahap perancangan skematik memiliki tujuan untuk menggambarkan penggunaan ruang dan pola hubungannya secara skematik. Pada skala kecil seperti perumahan atau vest-pocket park, rencana induk dan rencana skematik dianggap sama. Namun, pada skala yang besar dengan tata guna lahan yang banyak, perancangan skematik dipelajari lagi lebih dalam dengan lebih detail. 7. Rencana induk (Master Plan) Tahap pembuatan master plan bertujuan untuk membuat gambar yang memuat rencana garis besar suatu proyek. Master plan merupakan gambar
tangan yang memiliki ketepatan bagian-bagian tertentu seperti garis properti, garis bangunan, dan batas dari struktur elemen keras (dinding, lantai, jalan, dan lain-lain). Terdapat perbedaan dengan rancangan awal yaitu pada gaya grafisnya yang sudah mengalami perbaikan dan penghalusan. 8. Pengembangan desain (Design Development) Tahap design development merupakan pengembangan dari konsep desain. Tahap ini bertujuan untuk membuat desain gambar-gambar detail penampilan yang menggambarkan kesatuan dari material. Sama halnya dengan proses konsep desain, gambar atau produk yang dihasilkan pada tahap ini juga akan mengalami beberapa kali proses revisi dari klien dan pihak lainnya yang berkaitan dengan proyek. Pada proyek desain penanaman Theme Park Sentul Nirwana telah ada site plan atau master plan dari pihak klien. Pengembangan desain dilakukan pada elemen lunak/softscape. Pada tahap ini perusahaan melakukan tahapan pengembangan desain yaitu pengklasifikasian pohon berdasarkan ukurannya, gambaran umum pola penyebaran pohon, pembuatan trees planting, dan pembuatan planting design shrub and ground caver. 9. Gambar konstruksi (Construction Drawings) Bertujuan untuk mengasilkan gambar-gambar detail konstruksi yang lengkap dengan spesifikasi material dan dimensi yang digunakan. Untuk persiapan proses tender jika proyek ini melalui tender. Pada tahap ini gambargambar konstruksi dipersiapkan sebagai komunikasi bagaimana membangun semua elemen dalam proyek agar kontraktor lebih mudah dalam proses pelaksanaan. Gambar konstruksi yang dimaksud terdiri dari rencana pelaksanaan (layout plan), rencana bertahap (grading plan), rencana penanaman (planting plan), rencana penataan pohon-pohon, perdu, semak, tanaman hias, dan tanaman rumput termasuk didalamnya komposisi dari berbagai jenis tanaman sesuai dengan ketentuan standar perancangan dan gambar detail konstruksi. 10. Pelaksanaan (Implementation) Tahap
pelaksanaan
memiliki
tujuan
untuk
mewujudkan
atau
membangun desain pada proyek yang dilaksanakan. Pelaksanaan proyek yang
mencakup pembangunan hardscape dan softscape pada tapak sesuai dengan hasil perancangan yang ada di gambar hasil tahap gambar kerja (working drawing). Setelah kontrak ditandatangani, kemudian kontraktor melakukan proses pembangunan dan memasukan hasil desain yang telah dibuat sebelumnya. Meskipun tahap ini biasanya ditangani oleh kontraktor, arsitek lanskap masih tetap boleh memantau tahap pembangunan untuk memberikan saran apabila diperlukan. Bersamaan dengan tahap pelaksanaan dilakukan juga pengawasan terhadap jalannya pembangunan proyek. 11. Pemeliharaan (Maintenance) Tahap maintenance bertujuan untuk melakukan perawatan terhadap tapak yang telah dibangun baik hardscape maupun softscapenya. Biasanya dilakukan dengan waktu yang sesuai dengan kontrak yang dibuat antara perusahaan dengan klien sebagai tanggung jawab dari perusahaan jika terjadi masalah atau kerusakan setelah pembangunan. Waktu garansi yang diberikan oleh perusahaa untuk tahapan ini biasanya selama tiga bulan.
4.1.13 Posisi Mahasiswa Magang Mahasiswa magang yang berlatar belakang arsitektur lanskap akan berperan sebagai trainee. Sebagai trainee, pada masa awal magang mahasiswa langsung bergabung dalam satu proyek yang sedang dikerjakan di bawah pengawasan arsitek lanskap dan pimpinan. Mahasiswa mampu merasakan kondisi kerja yang sebenarnya baik di studio maupun di lapang. Pada kegiatan di studio, mahasiswa dilibatkan dalam diskusi pada setiap tahapan proses desain. Mahasiswa juga banyak membantu dalam kegiatan drafting gambar dalam bentuk AutoCAD dan pembuatan gambar ilustrasi guna mendukung konsep proyek setelah dilakukan sketsa konsep langsung dari pimpinan. Selain di studio, mahasiswa beberapa kali mengikuti site meeting dan ikut ke lapang untuk verifikasi data dengan kondisi sebenarnya.
4.1.14 Pengembang Proyek Theme Park Sentul Nirwana ini dikembangkan oleh PT Bakrieland Development Tbk yang mulai mengembangkan Sentul Nirwana yaitu proyek kota mandiri seluas 12.000 ha di Bukit Jonggol, Bogor, Jawa Barat, pada 2012. Bakrieland merupakan salah satu perusahaan dengan kapitalisasi pasar tertinggi untuk sektor industri properti. Sebagai pengembang superblok pertama dan terbesar dikawasan bisnis utama di Jakarta, yaitu Rasuna Epicentrum Kuningan, Bakrieland juga telah berhasil mengembangkan berbagai proyek properti perkotaan, kawasan perumahan, hotel dan resort berkelas dunia di beberapa lokasi strategis di Indonesia, serta proyek infrastruktur dan bidang usaha terkait properti lainnya.
4.2 Proyek Theme Park Sentul Nirwana, Bogor 4.2.1 Deskripsi Proyek Theme Park Sentul Nirwana berada pada Kawasan Sentul Nirwana yang akan terintegrasi dengan Sentul City dan proyek Bogor Nirwana Residence. Sentul Nirwana terletak di wilayah perbukitan Sentul dengan ketinggian mulai dari 225 m hingga 600 m di atas permukaan laut dengan pemandangan Gunung Pancar dan beberapa sungai yang melintas di kawasan tersebut. Aksesibilitas yang turut melengkapi kawasan Sentul Nirwana ini, yaitu waktu tempuh sekitar lima menit dari tol Jagorawi exit pintu tol Sentul Selatan. Sebagai akses alternatif, kawasan ini dapat dicapai melalui jalan Provinsi yang saat ini sedang dibangun oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, yang akan menghubungkan gerbang tol Jagorawi – Sentul Circuit ke daerah Cileungsi (Deltamas,
Cikampek)
–
Cipanas
(Puncak
II).
Sentul
Nirwana
akan
menggabungkan beragam kebutuhan dan fasilitas hunian, edutainment, leisure, hospitality, dan olahraga. Pada kesempatan yang sama, kawasan Sentul Nirwana ini juga sedang melaksanakan proyek pembangunan master plan tahap awal seluas 600 ha yaitu Jungleland, sebuah theme park seluas 40 ha, dan dua cluster perumahan yang segera dipasarkan, yaitu Cluster The Atmosphere dan Cluster The Breeze.
Pada saat kegiatan magang berlangsung, proyek desain Theme Park Sentul Nirwana berada pada tahap design development yaitu tahap pengembangan desain penananaman dan status proyek adalah sedang dalam tahap studi kelayakan. Termasuk di dalamnya evaluasi luas dan bentuk tapak yang akan dikembangkan. Fasilitas downtown berupa deretan hangout places seluas 2,5 ha akan menjadi tahap awal pembangunan Sentul Nirwana. Secara keseluruhan pengerjaan proyek Theme Park Sentul Nirwana dikerjakan dalam bentuk tim yang terdiri dari berbagai profesi yang dipimpin oleh seorang project manager sebagai pimpinan proyek secara keseluruhan sedangkan divisi desain pada proyek ini dipimpin oleh seorang arsitek. Profesi lain yang terlibat adalah arsitekur lanskap, teknik sipil dan mechanical and electrical engineering.
4.3 Proses Desain Penanaman Theme Park Sentul Nirwana, Bogor Tujuan dari proyek Theme Park Sentul Nirwana adalah untuk mengakomodasi berbagai aktifitas manusia yang sangat membutuhkan suatu area rekreasi yang dapat memberikan hiburan, penyegaran, dan meningkatkan pengetahuan. Tujuan dari desain Theme Park Sentul Nirwana itu sendiri adalah menyediakan ruang terbuka yang berkualitas dan menciptakan integrasi antara bangunan, wahana permainan, dan lingkungannya dengan nuansa jungle (rimba). Tahapan kegiatan yang dikerjakan pada proyek desain penanaman Theme Park Sentul Nirwana melalui tahapan desain yang digunakan oleh perusahaan ECI telah diaplikasikan pada beberapa proyek yang telah diselesaikan. Desain penanaman menjadi fokus utama pekerjaan arsitek laskap yang dalam proyek ini dikerjakan oleh perusahaan ECI. Proses yang dilalui dalam desain penanaman mengalami modifikasi sesuai kebutuhan dalam setiap tahapannya.
4.3.1 Persiapan Tahap persiapan merupakan tahap awal suatu proyek, dilakukan berbagai persiapan yang berhubungan dengan teknis dan urusan administrasi proyek. Estimasi waktu penyelesaian proyek, penyelesaian gambar sampai final produk hasil desain didiskusikan pada tahap ini dengan tujuan agar klien dan perusahaan
tidak mengalami kerugian dan kesalahpahaman pada pelaksanaan proyek. Pada pertemuan pertama klien menyampaikan keinginannya mengenai Theme Park Sentul Nirwana pada forum rapat yang dihadiri oleh pimpinan perusahaan ECI, dan pimpinan perusahaan di bidang lainnya seperti teknik sipil dan arsitek. Pertama klien menjelaskan tujuan dari pembangunan Sentul Nirwana yaitu membangun suatu kawasan megaresidensial yang terintegrasi dengan kawasan Sentul City dan Bogor Nirwana Residence. Sentul Nirwana akan menggabungkan beragam kebutuhan dan fasilitas hunian, edutainment, leisure, hospitality, dan olahraga. Pada kesempatan yang sama, kawasan Sentul Nirwana ini juga ingin dilengkapi dengan sebuah theme park seluas 40 ha. Selanjutnya keinginan klien terhadap theme park adalah menjadikannya ruang terbuka yang berkualitas dan menciptakan integrasi antara bangunan, wahana permainan, dan lingkungannya dengan nuansa jungle (rimba). Pada tahap ini, pimpinan perusahaan mendapatkan peta dasar yang sudah dihasilkan oleh arsitek dalam tim desain proyek ini. Peta dasar tersebut digunakan sebagai acuan untuk dapat melanjutkan ke tahap desain theme park berikutnya. Klien menginginkan arsitek lanskap mendesain pola penanaman di setiap area pada theme park. Maka pada tahap persiapan ini pimpinan mendapatkan master plan seperti yang disajikan pada lampiran 3. Pada pertemuan pertama klien menjelaskan keinginannya kepada arsitek lanskap, kemudian terjadi kesepakatan diantara kedua belah pihak. Kemudian pihak perusahaan mempersiapkan usulan kegiatan yang lebih rinci yang mencakup pelayanan, bentuk produk dan biaya. Ketika klien menyetujuinya selanjutnya kedua belah pihak menandatangani kontrak kerja. Dengan begitu maka telah resmi dilakukan tahap penerimaan proyek (project acceptance).
4.3.2 Inventarisasi Proyek yang berlokasi di Jalan MH Thamrin Sentul City Bogor ini memiliki luas sekitar 40 ha dan luas area pekerjaan arsitektur lanskap sekitar 16.000 m². Karena lokasi proyek berada di Bogor, maka secara umum tapak memiliki iklim tropis dengan suhu udara yang panas. Suhu rata-rata setiap bulan
kota Bogor adalah 26 °C. Sebelum tahap desain yang dilakukan oleh arsitek, kondisi eksisting tapak merupakan lahan kosong dan pemukiman. Saat proses desain yang akan dilakukan ECI, sebagian area tapak sudah mulai dalam proses pembangunan gedung. Keadaan topografi berdasarkan hasil site plan yang dihasilkan arsitek merupakan area yang relatif datar. Tahap inventarisasi tapak yang dilakukan oleh perusahaan secara umum dilakukan pada tapak secara keseluruhan dan secara khusus dilakukan pada area yang menjadi pekerjaan arsitektur lanskap sesuai permintaan klien. Kegiatan inventarisasi dilakukan pada area rockygate, area rotunda, area downtown, area carnivalia, area parkir, area eksplora, area tropicalia, dan area mysteria. Area-area tersebut dalam kondisi yang berbeda. Area rockygate masih merupakan pemukiman, area parkir, area downtown, area rotunda dalam tahap pembangunan, sedangkan area carnivalia, area eksplora, area tropicalia, dan area mysteria dalam tahap persiapan lahan.
4.3.2.1 Area dalam tahap study kelayakan lahan Area yang dalam tahap study kelayakan lahan merupakan area yang dalam prosesnya masih menyelesaikan tahap pembebasan lahan. Kondisi eksisting di lapangan masih berupa pemukiman. Area ini mencakup area rockygate yang merupakan entrance dari Theme Park. Area Rockygate. Inventarisasi pertama dilakukan pada area yang direncanakan sebagai akses utama masuk ke Jungleland. Area rokcygate terdapat di bagian selatan theme park secara keseluruhan. Klien memberi kesempatan kepada perusahaan ECI untuk mendesain dan memasukkannya sebagai pekerjaan arsitek lanskap. Kondisi area rockygate gersang, panas, berdebu, dan banyak asap kendaraan bermotor karena berbatasan langsung dengan area yang sedang dilakukan pembangunan. Selain itu area ini masih dalam hunian warga setempat. Setelah dilakukan konfirmasi kepada pengembang, ternyata sebagian area rockygate belum disetujui warga mengenai pembebasan lahan untuk keperluan pembangunan proyek ini. Zona rockygate dengan foto-foto kondisi eksistingnya dapat dilihat pada Gambar 39.
m
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 39. Zona area rockygate
4.3.2.2 Area dalam tahap pembangunan Area yang dalam tahap pembangunan merupakan area yang telah menyelesaikan tahap study kelayakan lahan dan persiapan lahan. Kondisi eksisting di lapangan terdapat pola-pola desain dan bangunan-bangunan yang telah disesuaikan dengan desain yang ada. Area Rotunda. Klien memberi kesempatan kepada perusahaan ECI untuk mendesain dan memasukkan area rotunda sebagai pekerjaan arsitek lanskap. Kondisi area rotunda gersang, panas, berdebu, dan banyak asap kendaraan bermotor karena sedang dilakukan pembangunan. Pada area ini relatif lebih didominasi oleh softscape atau green area yang menjadi pekerjaan arsitek lanskap. Hanya sebagian area kecil pada Rotunda yang telah ditentukan penempatan planter box dan titik-titk pohonnya oleh arsitek. Sebagian besar area lainnya diberikan sepenuhnya kepada perusahaan ECI untuk menentukan green area dan desain penanamannya. Maka untuk area ini, kontribusi arsitek lanskap adalah menentukan green area dan pola tanam dan tanaman yang akan digunakan. Zona area rotunda beserta inventarisasi tapak dapat dilihat pada Gambar 40.
m
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 40. Zona area rotunda
Area Downtown. Area downtown merupakan area yang sangat diharapkan oleh klien menjadi area yang paling memberikan kesan khas ketika user mengunjungi Jungleland. Area ini dapat disebut sebagai area transisi karena merupakan area yang akan dilalui oleh user sebelum memasuki area-area yang memiliki wahana-wahana. Area ini dibentuk memanjang dengan pedestrian track ditengahnya yang dikelilingi oleh bangunan-bangunan. Area downtown juga berbatasan langsung dengan sungai yang terletak di arah utaranya. Sebelah barat berbatasan dengan area rotunda, sedangkan pada sebelah timur sampai selatan area ini berbatasan dengan area carnivalia. Pada sebelah selatan juga berbatasan langsung dengan area parkir yang dapat memudahkan pengelola dan pengunjung untuk dapat langsung memasuki area ini. Pada area ini relatif lebih didominasi oleh perkersaan atau hardscape. Planter box dan titik-titk pohon telah ditentukan oleh arsitek. Maka untuk area ini, kontribusi arsitek lanskap lebih dominan pada penentuan pola tanam dan tanaman yang akan digunakan. Zona area downtown beserta foto-foto kondisi eksisting tapak dapat dilihat pada Gambar 41.
m
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 41. Zona area downtown
Area Parkir. Inventarisasi selanjutnya dilakukan pada area yang direncanakan sebagai tempat parkir di Jungleland. Area parkir ditempatkan di dua posisi yaitu terletak di arah barat dan timur yang berhubungan langsung dengan area rockygate sebagai akses utama masuk Jungleland. Klien memberi kesempatan kepada perusahaan ECI untuk mendesain dan memasukkannya sebagai pekerjaan arsitek lanskap. Kondisi area parkir gersang, panas, berdebu, dan banyak asap kendaraan bermotor karena sedang sedang dilakukan pembangunan. Area parkir ditempatkan pada area yang mendekati area rockygate sebagai entrance area. Hal tersebut agar memudahkan para pengunjung dan pengelola untuk dapat parkir di area yang mudah di jangkau. Pada area ini relatif lebih didominasi oleh perkersaan atau hardscape. Planter box dan titik-titk pohon telah ditentukan oleh arsitek. Maka untuk area ini, kontribusi arsitek lanskap adalah menentukan pola tanam dan tanaman yang akan digunakan. Zona area parkir beserta foto-foto kondisi eksisting tapak dapat dilihat pada Gambar 43.
m
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 42. Zona area parkir
4.3.2.3 Area dalam tahap persiapan lahan Area yang dalam tahap persiapan lahan ini merupakan area yang dalam prosesnya sedang menyelesaikan pembersihan lahan dan menentukan titik-titik wahana-wahana yang akan di tempatkan. Kondisi eksisting di lapangan meruapakan hamparan tanah yang sedang diratakan dan sebagian area telah dibuat jalur sirkulasi untuk memudahkan kendaraan-kendaraan besar seperti Beko dan Truk masuk dan keluar area. Area Carnivalia. Area Carnivalia merupakan area yang berbatasan langsung dengan area downtown, area parkir, dan sungai. Akses yang dapat dilalui untuk masuk ke area ini dapat melawati area downtown terlebih dahulu. Kondisi eksisting area ini saat inventarisasi dilakukan masih merupakan hamparan tanah yang telah diratakan dengan sebagaian area telah dibuat jalur sirkulasi dengan material beton (Gambar 44). Pada area ini akan dibangun fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pengunjung. Fasilitas tersebut diantaranya Lampion Garden, Dytona, Sky Cycle, Circus train, Air Race, Carousel, Disc-O, 3 Point Basket, Mini Tower, Adult Bumper Car, Rumah Kaca, Ferish Wheel, dan Resto.
m
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 43. Zona area carnivalia
Area Eksplora. Area eksplora merupakan salah satu dari tiga area yang letaknya terpisahkan oleh sungai dengan area downtown, carnivalia, rockygate, rotunda, dan tempat parkir. Akses menuju area ini dapat ditempuh menyeberangi sungai melalui jembatan yang terhubung antara area downton dan area tropicalia. Pada sebelah utara berbtasan dengan area yang direncanakan sebagai area untuk pengembangan theme park. Pada sebelah selatan berbatasan langsung dengan sungai. Pada sebelah timur berbatasan langsung dengan area tropicalia. Pada sebelah barat terdapat akses menuju ke area rotunda. Pada area ini akan dibangun fasilitas-fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pengunjung. Fasilitas-fasilitas tersebut berupa taman, bangunan-bangunan komersil, dan wahana-wahana permainan. Fasilitas-fasilitas tersebut diantaranya Dino Zoo, Thematic Garden, Lab Biologi, Galeri Kerang, Lab Fisika, Insectarium, Safari Candi, dan Resto. Masing-masing fasilitas tersebut akan disajikan dalam satu kesatuan tema yang dapat memberikan suatu kesan kepada pengunjung. Sama seperti area carnivalia kondisi eksisting area ini saat inventarisasi dilakukan masih merupakan hamparan tanah yang telah diratakan (Gambar 45).
m
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 44. Zona area eksplora
Area Tropicalia. Area ini terletak diantara area eksplora dan area mysteria. Akses menuju area ini dapat ditempuh melalui jembatan yang terhubung langsung dengan area downtown. Kondisi eksisting area ini saat inventarisasi dilakukan masih merupakan hamparan tanah yang telah diratakan. Pada sebelah utara berbtasan dengan area yang direncanakan sebagai area untuk pengembangan theme park. Pada sebelah selatan berbatasan langsung dengan sungai. Pada sebelah timur berbatasan langsung dengan area mysteria. Pada sebelah barat terdapat akses menuju ke area rotunda. Pada area ini akan dibangun fasilitas-fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pengunjung. Fasilitas-fasilitas tersebut berupa taman, bangunan-bangunan komersil, dan wahana-wahana permainan. Fasilitas-fasilitas tersebut diantaranya Chidren Playground, Thematic Garden, Jungle Swing, Harvest Time, Mushola, North Pole, Ular Tangga Outdoor, dan Resto. Masing-masing fasilitas tersebut akan disajikan dalam satu kesatuan tema yang dapat memberikan suatu kesan kepada pengunjung. Zona tropicalia beserta foto-foto kondisi eksisting tapak dapat dilihat pada Gambar 46.
m
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 45. Zona area tropicalia
Area Mysteria. Area Mysteria merupakan area yang berbatasan langsung dengan area tropicalia. Akses yang dapat dilalui untuk masuk ke area ini dapat melawati area downtown dan area tropicalia terlebih dahulu. Kondisi eksisting area ini saat inventarisasi dilakukan masih merupakan hamparan tanah yang telah diratakan dengan sebagaian area telah dibuat jalur sirkulasi dengan material beton. Pada sebelah utara dan sebelah timur berbatasan dengan area yang direncanakan sebagai area untuk pengembangan theme park. Pada sebelah selatan berbatasan langsung dengan sungai. Pada area ini akan dibangun fasilitas-fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pengunjung. Fasilitas-fasilitas tersebut berupa taman, bangunan-bangunan komersil, dan wahana-wahana permainan. Fasilitas-fasilitas tersebut diantaranya Dark Rides, Hydrolift, Giant Egg, Elevated Coaster, Boat Blaster, Spinning Coaster, Magic Bike, dan Resto. Masing-masing fasilitas tersebut akan disajikan dalam satu kesatuan tema yang dapat memberikan suatu kesan kepada pengunjung. Zona area mysteria beserta foto-foto kondisi eksisting tapak dapat dilihat pada Gambar 47.
m
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 46. Zona area mysteria
Kegiatan pada tahap riset dan analisis adalah persiapan rencana dasar tapak dan mengadakan inventarisasi tapak atau tahap pengumpulan data kemudian melakukan analisis (evaluasi data). Penelusuran dilakukan pada tapak secara keseluruhan dan pada area yang menjadi pekerjaan arsitek lanskap pada khususnya, melakukan identifikasi potensi dan kendala, dan mengevaluasi karakteristik tapak. Meskipun tahap analisis tapak dilakukan setelah tahap ini namun tetap melakukan beberapa analisis ringan dengan melihat dan merasakan langsung kondisi pada tapak yang akan didesain (feel of the land). Lalu dilakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait untuk menambah data-data yang relevan sebagai bahan untuk melakukan desain pada tahap-tahap berikutnya. Data yang dikumpulkan oleh perusahaan merupakan data primer yang diambil secara langsung dari tapak. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah melalui site survey ke lokasi proyek secara langsung dan wawancara dengan pihak klien dan pihak lainnya yang berhubungan dengan proyek. Data primer ini merupakan semua data eksisting yang ada pada tapak
dengan melakukan pengambilan dokumentasi berupa foto, wawancara dengan pihak yang berkaitan dengan proyek dan data sekunder berupa studi pustaka. Peta dasar (base plan) sudah tersedia dari klien baik berupa soft file maupun hard copy. Jika tidak ada base plan maka perusahaan berusaha mengambil data awal berupa peta dasar dari google map dari internet untuk mengetahui lokasi proyek yang dikerjakan. Data primer maupun data sekunder yang berhubungan dengan proyek sangat penting dan dibutuhkan untuk keperluan tahap desain selanjutnya yaitu tahap analisis tapak. Kelengkapan yang dimiliki oleh perusahaan sangat membantu dalam tahap inventarisasi. Pada tahap ini data inventarisasi yang dibutuhkan oleh perusahaan sudah cukup lengkap untuk dapat melanjutkan ke tahap desain berikutnya. Proyek ini dikerjakan secara tim sehingga data mengenai tapak akan selalu diberitahukan, dan bila ada data yang dibutuhkan dapat dilengkapi sesuai dengan profesi masingmasing dalam tim. Inventarisasi yang dilakukan perusahaan tidak disajikan secara spasial, tetapi hanya disajikan berupa data deskriptif dan data visual (foto-foto eksisting pada tapak). Mahasiswa berinisiatif untuk menyajikannya peta situasi dalam bentuk spasial. Peta situasi tapak secara spasial disajikan pada Gambar 47.
4.3.3 Analisis dan Sintesis Setelah melakukan inventarisasi tapak, tahap selanjutnya dalam proses desain yang dilakukan oleh perusahaan ECI adalah tahap analisis tapak. Metode analisis yang digunakan adalah analisis cepat atau quick analysis. Kegiatan analisis tapak bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap data yang diperoleh pada tahap inventarisasi tapak. Metode quick analysis tersebut dilakukan karena keinginan klien atas suatu produk dalam waktu yang cepat sehingga kecepatan dalam melakukan desain perlu diperhitungkan waktunya. Metode analisis cepat dilakukan dengan melihat kembali pada area-area yang dilakukan inventarisasi lalu mengidentifikasi potensi dan kendala yang ada pada setiap area. Nantinya pada tahap konsep masing-masing area yang potensial ditonjolkan pengembangan fitur lanskapnya.
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
PETA SITUASI m
68
Gambar 47. Peta Situasi Theme Park
Theme Park Sentul Nirwana akan dibuat dengan desain yang memiliki suasana jungle. Secara umum kondisi eksisting tapak memiliki iklim yang cukup panas membuat desain pada tapak membutuhkan penambahan penanaman tanaman untuk meningkatkan kualitas iklim mikro. Peningkatan kualitas lingkungan dapat tercapai dengan banyaknya penggunaan tanaman pada tapak dengan penanaman secara masal (mass planting) atau dapat juga dilakukan penanaman secara cluster atau berkelompok. Selain perbaikan iklim mikro, mass planting sangat baik diterapkan karena dapat berfungsi sebagai penutup tanah agar mengurangi kesan gersang dan banyak debu pada tapak. Selanjutnya langkah dalam melakukan analisis tapak menyesuaikan langkah pada saat melakukan inventarisasi tapak yang kemudian dilakukan evaluasi pada setiap area yang telah dilakukan inventarisasi tapak. Tapak yang gersang ini membutuhkan penurunan iklim mikro yang dapat dilakukan dengan penanaman massal sehingga meciptakan suasana alami yang semarak. Tapak juga membutuhkan penanaman karakter pohon yang dapat mengarahkan pengguna kendaraan. Pohon yang memiliki karakter spread juga sangat dibutuhkan untuk menaungi para pejalan kaki mau pun kendaraan. Mengingat tahap inventarisasi pada tapak yaitu dengan adanya beberapa rumah penduduk yang tidak dibebaskan lahannya, sehingga mengakibatkan penurunan kualitas visual karena bad view yang diakibatkan oleh dinding-dinding rumah maka visual dari tapak kearah dinding rumah sebaiknya diberi screen. Pemilihan tanaman yang akan digunakan pada tapak harus disesuaikan karakteristiknya. Pohon yang digunakan sebaiknya tanaman yang tinggi, besar dan memiliki daun yang tidak mudah gugur, dan akar yang ramah dan tidak merusak struktur. Sedapat mungkin menggunakan tanaman dengan konsep monumental yang akan memberikan kesan megah. Fitur-fitur lanskap yang dapat dikembangkan pada tapak sama antara area satu dengan yang lainnya agar memiliki kesatuan tema desain. Secara umum tanaman yang diperlukan untuk mendukung konsep jungle adalah tanaman yang dapat memberikan kesan visual yang dapat menintegrasikan pandangan ke arah bangunan-bangunan. Sebagian area pada tapak berdasarkan site plan yang dihasilkan oleh arsitek telah terdapat desain untuk planting area di beberapa area pada tapak.
Arsitek lanskap hanya menentukan tanaman yang akan digunakan. Pada tapak terdapat planter box, maka penanaman akan menggunakan pohon fitur yang memiliki kesan jungle sedangkan pada planter box akan menerapkan konsep penanaman masal untuk menciptakan suasana alami yang semarak. Selanjutnya sebagian area lainnya pada tapak memerlukan anaisis lebih lanjut untuk menentukan green area/area yang sebaiknya diberikan desain penanaman yang selanjutnya menjadi pekerjaan arsitek lanskap. Dari siteplan yang telah dibuat oleh pihak arsitek dan dari hasil analisis dapat diketahui area mana saja yang merupakan area pekerjaan arsitek lanskap (green area) pada tapak. Maka kontribusi arsitek lanskap adalah menentukan green area dan pola tanam dan tanaman yang akan digunakan. Mengingat site plan yang telah dibuat oleh arsitek pada proyek, secara umum tapak merupakan area yang datar yang relatif akan memudahkan pekerjaan desain arsitek lanskap. Pada area tapak terdapat titik yang menjadi perhatian sebagai potensi dan juga kendala yaitu potensi penanaman, potensi sirkulasi, dan area yang berbahaya (danger area). Tapak secara umum didominasi oleh pekerjaan desain bagi arsitek lanskap. Proyek Jungleland phase 1 seluas 32 ha (320.000 m2) dapat dibagi atas: 1. Buildings & hardscape area (road dan pedestrian) = 158.000 m2 2. Planting area = 162.000 m2 Tapak secara umum didominasi oleh green area atau area yang menjadi pekerjaan arsitek lanskap. Sinar matahari banyak diterima oleh tanaman karena pada tapak ini tidak terlalu banyak terdapat bangunan gedung. Berpotensi untuk memaksimalkan penghijauan dengan pemilihan tanaman yang variatif. Tapak memiliki luasan green area yang relatif menyatu (unity). Area yang menjadi pekerjaan arsitek lanskap ini memiliki potensi sirkulasi yaitu dapat menerapkan berbagai macam pola sirkulasi seperti linear dan circle jika desain yang akan diterapkan pada area tersebut akan memberikan akses kepada user. Tapak ini memiliki luasan sungai di hampir setiap bagian areanya. Batas antara badan air dan daratan tidak dilengkapi oleh penghalang sehingga berbahaya bagi user jika akan mengakses ke area dekat sungai.
Desain penanaman pada tapak secara keseluruhan berdasarkan permintaan klien adalah menjadikannya sebagai Theme Park yang harus didesain secara kreatif tanpa selalu harus dibatasi oleh desain yang telah ditentukan oleh arsitek. Pihak perusahaan ECI diberikan kesempatan untuk tetap memberikan alternatif desain yang dapat mendukung konsep jungle dengan memperhatikan fungsional dan estetika. Analisis tapak yang dilakukan perusahaan sangat mementingkan pada fungsi dan estetika yang akan dicapai, peluang untuk direalisasikan yang harus menyesuaikan dana yang dimiliki klien, serta mempertimbangkan pula keinginan dari klien dan keberlanjutan tapak agar tidak terjadi kerusakan lingkungan. Gambar 48 merupakan contoh analisis secara spasial. Analisis tapak dilakukan pada setiap area yang ada pada tapak seperti letak dan luas tapak, aksesibilitas, iklim, tata guna lahan, vegetasi, topografi dan hidrologi. Namun pada pelaksanaannya biasanya pihak perusahaan melakukan analisis pada aspek yang sangat berpengaruh pada desain tapak saja. Analisis yang dilakukan untuk menentukan area mana saja yang sebaiknya dijadikan green area/area yang akan menjadi pekerjaan arsitek lanskap yang ditentukan dengan cara diskusi antara pimpinan persusahaan, staf perusahaan, dan peserta magang. Selanjutnya dari hasil analisis untuk menentukan green area tersebut akan disarankan kepada klien. Hal tersebut tidak terlepas dari saran untuk merubah desain yang telah ditentukan oleh pihak arsitek. Analisis yang dilakukan perusahaan juga dilakukan secara umum dengan tetap memperhatikan karakteristik masing-masing area yang direncanakan memiliki konsep yang berbeda. Namun, setiap area memiliki keadaan aksisting yang relative sama yaitu gersang. Green area ditentukan dengan pertimbangan keinginan klien untuk menjadikan theme park memiliki kesan jungle, maka pihak perusahaan menyarankan agar green area mendominasi theme park secara keseluruhan. Senjutnya, untuk menentukan green area per spot dari masing-masing area pihak perusahaan sangat mempertimbangkan integrasi antar elemen pembentuk theme park secara keseluruhan. Green area ditetapkan harus ada secara merata dan mendominasi dari masing-masing areanya. Zona desain/green area pada masingmasing area dapat dilihat pada lampiran 4 sampai 11.
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
m
72
Gambar 48. Peta Analisis
4.3.4 Konsep Desain Setelah tahap inventarisasi dan analisis tapak, proses desain dilanjutkan ke tahapan selanjutnya yaitu membuat konsep desain. Tahap ini bertujuan untuk membuat arahan mengenai desain yang akan dibuat selanjutnya pada proyek. Pihak klien menginginkan suatu theme park yang memiliki integrasi dengan kealamian (natural) khususnya berkesan Jungle dan menyebutnya sebagai Jungleland. Maka konsep dasar yang digunakan untuk desain Theme Park Sentul Nirwana adalah integrasi dan relasi lanskap alami (Jungle) pada Theme Park Jungleland (integrated landscape). Setelah konsep dasar disepakati, selanjutnya adalah membuat konsep desain. Melalui studi pustaka pimpinan perusahaan melibatkan mahasiswa magang dalam diskusi mengenai konsep desain. Mengingat kondisi tapak yang telah ditentukan pembagian areanya dan masing-masing dari area tersebut diinginkan oleh klien memiliki konsep desain yang khas namun tetap dalam satu kesatuan tema secara keseluruhan yaitu Jungle. Pimpinan perusahaan yang melibatkan mahasiswa magang dalam diskusi mengenai konsep desain menyimpulkan bahwa kesan Jungle pada Theme Park yang diinginkan oleh klien dapat diwujudkan dengan menerapkan penamaan konsep desain strata organic, yaitu pola
tanam
yang dapat
memberikan
kesan visual
yang dapat
mengintegrasikan pandangan ke arah bangunan-bangaunan dengan kesan natural (jungle). Theme Park Jungleland memiliki ciri khas yaitu di dalam tatanannya menggunakan beranekaragam tanaman sehingga menciptakan suasana rimbun, berwarna, dan banyak bunga. Theme Park Jungleland merupakan refleksi dari Jungle/rimba sehingga taman di dalamnya dibiarkan rimbun dan tanaman tumbuh dalam tatanan yang alami. Selain itu, dalam penerapan Theme Park Jungleland dapat diaplikasikan dengan memanfaatkan tanaman yang memiliki ukuran dari yang kecil hingga besar serta penanaman masal untuk menciptakan suasana yang lebih semarak. Pada konsep desain ini perlu diperhatikan permainan kombinasi antara soft material dan hard material untuk menciptakan suasana jungle.
1. Softscape material Dalam konsep desain penanaman strata organic, softscape material yang diusulkan untuk digunakan pada planting desain Theme Park Jungleland terdiri dari berbagai jenis tanaman dari mulai semak, pohon dan palem. Pemilihan tanaman yang akan digunakan untuk desain memiliki nilai fungsi dan juga nilai estetik. Sebagai contoh, fungsi yang diberikan sebagai tanaman pembatas, pengarah, focal point, screen dan display. Fungsi estetik tanaman cenderung mengkombinasikan tanaman untuk menciptakan kesan jungle dengan perpaduan semak dan pohon. Jenis palem yang digunakan adalah jenis yang memiliki kekhasan dalam bentuk tajuk, warna bunga dan warna daunnya. Adapun beberapa tanaman yang diusulkan dalam desain theme park pada masing-masing area dapat diklasifikasikan menjadi trees dan palm (Lampiran 12) dan shrubs, groundcovers, dan climbers (Lampiran 13). Data tanaman secara lengkap disajikan pada lampiran 14 sampai 21.
2. Hard Material Penggunaan hardscape material pada umumnya sama dengan softscape material yaitu memiliki kesan alami khususnya mendukung kesan jungle. Beberapa contoh usulan hardscape material yang dapat digunakan untuk penerapan konsep desain di Theme Park Jungleland Sentul Nirwana ini adalah seperti tree grate, gazebo, pergola, dan lain sebagainya. Proyek desain Theme Park Jungleland di Sentul Nirwana pada proses desainnya melalui tahap konsep desain. Dalam pembuatan konsep pada perusahaan ECI dilakukan sebuah diskusi bersama divisi perencanaan dan desain dengan mempertimbangkan keinginan dari klien. Konsep desain yang digunakan untuk proyek ini dihasilkan dari diskusi dan kesepakatan antara klien dengan perusahaan. Diskusi yang dilakukan antara klien dan perusahaan dilakukan untuk mendapatkan konsep terbaik untuk menghasilkan produk desain yang baik, yaitu fungsional, estetik dan tidak merusak lingkungan.
4.3.4.1 Preliminary Concept Design dan Final Concept Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan gambar-gambar ilustrasi dan referensi yang menggambarkan aplikasi dari konsep dasar dan konsep desain yang digunakan. Pada tahap konsep awal desain semua elemen desain dimasukkan dan dipelajari kesatuan antara satu dengan yang lainnnya dengan bantuan operasi komputer yang belum disertai gambar secara detail. Semua elemen desain dipertimbangkan sebagai komponen yang berhubungan dalam keseluruhan lingkungan. Konsep desain awal ini merupakan usulan dari beberapa alternatif dengan konsep dasar yang telah disepakati yaitu integrated landscape yang nantinya akan dipresentasikan untuk mendapatkan masukan dari pihak lain. Semua produk yang dihasilkan pada tahap ini mengalami tiga kali revisi yang selanjutnya disepakati bersama untuk dapat dilanjutkan ke tahapan desain berikutnya. Atas permintaan klien tahap ini menghasilkan tiga buah produk yaitu design inspiration image, conceptual landscape plan dan artist impression images untuk dipresentasikan dengan klien dan tim dalam proyek. Design Inspiration image. Design inspiration image merupakan gambaran kepada klien mengenai konsep desain yang didapat dari referensi pada sebuah pustaka ataupun dokumentasi pribadi untuk memberikan beberapa gambaran mengenai softscape planting concept beserta polanya. Design inspiration image juga menjadi ide desain bagi arsitek lanskap dalam melakukan pengembangan desain lanskap (Gambar 49). Untuk softscape planting concept menggunakan berbagai jenis tanaman dari mulai tanaman penutup tanah, semak, pohon dan palem. Pemilihan tanaman yang akan digunakan dalam desain ini memiliki nilai fungsi dan juga estetika. Sebagai contoh fungsi yang diberikan adalah sebagai tanaman pembatas, menciptakan karakter, focal point, screen dan display. Fungsi estetika dari tanaman dapat dicapai dari bentuk tajuk tanaman, warna, dan bentuk bunga. Jenis pohon dan palem-paleman yang digunakan adalah jenis yang memiliki keunikan dan kekhasan dalam bentuk tajuk, warna bunga dan warna daunnya. Penanaman secara massal untuk tanaman dapat menimbulkan suasana yang lebih indah dan semarak.
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 49. Design Inspiration Images
Conceptual landscape plan. Merupakan gambar yang menunjukkan rencana penataan ruang pada tapak beserta semua elemennya dilihat dari tampak atas (denah) agar lebih tergambar pola hubungan antar ruang dan suasana akhir dari desain lanskapnya. Pembuatan conceptual landscape plan menerapkan prinsip-prinsip dasar desain penanaman dan pola yang akan diterapkan pada tapak secara sketsa pada beberapa area. Prinsip dasar tersebut ialah, pada setiap area harus tersebar pohon-pohon dengan pola tanam yang organik/tidak kaku, pola penanaman pohon tersebut bersifat menyebar atau pun cluster, pohon-pohon yang ditempatkan pada area sekitar jalan harus dipisahkan dengan badan jalan dengan jarak minimal dua meter, pohon-pohon ditentukan pada area yang dapat mengintegrasikan arah pandang manusia pada bangunan-bangunan dengan lanskap sekitarnya. Secara keseluruhan prinsip-prinsip tersebut diaplikasikan dengan teknik computerize yang kemudian direvisi dan disetujui. Conceptual landscape plan juga merupakan hasil pengembangan dari analisis tapak yaitu dengan mengembangkan elemen-elemen dalam analisis yang diwujudkan dengan fitur-fitur lanskap yang akan dikembangkan pada tapak. Fiturfitur tersebut diletakkan pada area-area penting yang potensial dan akan
ditonjolkan. Area-area tersebut yaitu sekitar wahana dan gerbang masuk dari masing-masing area (carnivalia, eksplora, tropicalia, dan mysteria). Conceptual landscape plan yang telah dihasilkan kemudian diikuti oleh gambar-gambar pada fitur-fitur yang akan ditampilkan pada tapak. Gambar dari fitur yang akan ditampilkan tersebut berupa artist impression image. Pada awalnya pihak klien menginginkan conceptual landscape plan pada area rockygate terlebih dahulu karena area tersebut merupakan area yang akan dilakukan pembangunan paling awal. Pihak perusahaan kemudian membuat conceptual
landscape
plan
dengan
beberapa
alternatif
dengan
mempertimbangankan fungsional, estetika dan budget yang dimiliki oleh klien. Alternatif pertama memberikan kesan rimbun dengan penempatan pohon mindi di sepanjang pedestrian track tepatnya pada bagian kanan dan kiri pedestrian track. Alternatif kedua menawarkan konsep dengan memberikan bukaan pada bagian pedestrian track yang berbatasan dengan jalur kendaraan tanpa adanya penanamn pohon dengan tujuan untuk memberi bukaan pada sculpture rockygate. Hal tersebut juga ditujukan untuk memberikan alternatif kepada klien bila klien menentukan budget yang lebih rendah. Alternatif ketiga adalah alternatif yang paling disarankan apabila budget dari klien mencukupi, karena pada alternatif ini penggunaan pohon dan semak dalam pola penanamannya sangat mendukung kesan jungle yang diinginkan oleh klien. Setelah conceptual landscape plan pada area rockygate dengan beberapa alternatif yang pihak perusahaan tawarkan kepada klien (Gambar 50, 51, dan 52) ternyata ada kendala pada sebagian area rockygate yang belum terbebaskan status lahannya. Klien meminta agar conceptual landscape plan dibuat untuk area downtown dan carnivalia (Gambar 53). Kemudian tahap selanjutnya adalah menyampaikan konsep berupa ilustrasi yang dibuat langsung oleh perusahaan dengan mengaplikasikan konsep desainnya langsung dari conceptual landscape plan baik dari segi softscape maupun hardscape. Tahap selanjutnya ini tidak terlepas dari produk conceptual landscape plan yang terpilih dari berbagai alternatif yang sebelumnya telah di buat oleh perusahaan. Conceptual landscape plan yang terpilih menjadi dasar untuk final concept yang akan ditentukan selanjutnya.
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
1
m
78
Gambar 50. Alternatif 1 Conceptual Landscape Plan pada Area Rockygate
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
2
m
79
Gambar 51. Alternatif 2 Conceptual Landscape Plan pada Area Rockygate
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
m
80
Gambar 52. Alternatif 3 Conceptual Landscape Plan pada Area Rockygate
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
m
81
Gambar 53. Conceptual Landscape Plan pada Area Carnvalia dan Downton
Artist impression image. Sama halnya dengan conceptual ladscape plan yaitu memberikan gambaran kepada klien mengenai konsep desain tahap ini menghasilkan produk berupa ilustrasi dengan mengaplikasikan konsep desainnya langsung dari conceptual landscapeplan. Hal yang membedakan dengan conceptual landscape plan yaitu artist impression image ditampilkan berupa perspektif atau pun typical section. Artist impression image yang dihasilkan tercipta dengan cara diskusi antara pimpinan perusahaan, staf perusahaan, dan mahasiswa magang. Pimpinan perusahaan mengarahkan kesan yang harus dicapai pada setiap area-areanya. Kemudian pimpinan perusahaan memberikan kesempatan kepada staf perusahaan dan mahasiswa magang untuk memberikan ide atau gagasan dalam menciptakan atau mendukung kesan yang diarahkan oleh pimpinan. Selanjutnya setelah ide dan gagasan sesuai dengan kesepakatan bersama, pimpinan perusahaan memberikan kesempatan kembali untuk menentukan pola tanam, jenis tanaman, dan jumlah tanaman yang akan diaplikasikan. Terakhir kalinya pimpinan perusahaan biasanya selalu merevisi artist impression image baik dari segi kesatuan warna, ukuran, atau pun jenis tanaman yang dibuat oleh mahasiswa atau pun staf perusahaan. Setelah tahap-tahap tersebut terlewati dan produk yang dihasilkan sesuai dengan kesepakatan bersama, pimpinan perusahaan kemudian menyetujuinya. Artist impression image yang disajikan berdasarkan area pekerjaan arsitek lanskap dengan mengangkat fitur-fitur lanskap yang ingin ditampilkan pada masing-masing area. Downtown. Kawasan utama penerima pengunjung area jungleland ini dicirikan dengan Pohon Pulai berukuran instant yang ditanam berjajar di sisi kiri dan kanan sampai pintu pembelian karcis. Dengan karakter yang sangat kuat dan tua akan menambah kesan jungle pada area ini tetapi masih bersifat rapi. Pada area sebelah utara yang menghadap sungai ditanam jenis pohon peneduh dan bernuansa dekat air seperti Baringtonia, Kelapa, Sadeng, Trembesi dan Pandanus. Kesan lebih hijau akan dihadirkan dengan penanaman tanaman di sekitar bangunan. Jenis-jenis tanaman berkarakter kolumnar dan mempunyai karakater daun lebar dapat dihadirkan untuk menambah kesan jungle kawasan ini. Modern/general garden akan diterapkan pada area ini.
Pada area ini menerapkan konsep modern/general garden. Konsep modern/general garden ini akan diaplikasikan dengan menggunakan semua jenisjenis tanaman yang digunakan pada keseluruhan area jungleland. Pemilihan kareakter pohon juga disesuaikan dengan stuktur bangunan yang mendominasi area downtown. Downtown dengan penggunaan tanmannya diantaranya Alstonia scholaris (pulai), Elaesis guinensis (sawit), Kersen, Ficus benjamina (beringin), Crystotacis lakka, Samaneasaman sp (trembesi), Livistona rotundifolia (sadeng), Sengon, Phylodendron selum, Musa sp (pisang-pisangan), Pandanus tectorius, Hymenocalis speciosa, Nephrolepis sp, Costus osae, Calatea lutea, Bougainvillea sp, Heliconia rostrata (Gambar 54 sampai 57).
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 54. Penciptaan ruang vertikal (View pada Area Downtown)
KEY PLAN
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 55. Tanaman sebagai screening (Typical Section A-A‟ pada Area Downtown)
KEY PLAN
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 56. Kesan batasan ruang (Typical Section B-B‟ pada Area Downtown)
KEY PLAN
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 57. Kesan visual yang menarik (Typical Section C-C‟ pada Area Downtown)
Carnivalia. Wahana yang akan dibuka siang maupun malam hari ini akan mempunyai ciri yang sangat tropis dengan hadirnya berbagai jenis Heliconia yang sangat beragam dan didapatkan secara lokal. Heliconia Garden pada area ini akan menjadi taman koleksi heliconia yang sangat lengkap. Lebih dari 50 jenis heliconia akan ditanam pada area ini. Pohon-pohon jenis berbunga seperti Bungur, Tabebuia, Spatodea akan ditanam menyebar di area ini. Trembesi dan pohon Maja digunakan sebagai penciri pedestrian di kawasan ini. Pemilihan karakter pohon disesuaikan dengan suasana yang ingin dicapai oleh area ini yaitu berkesan carnaval. Carnivalia dengan penggunaan tanamannya diantaranya Phylodendron selum, Musa sp (pisang-pisangan), Azadiracta indica (mindi), Sengon,
Samaneasaman sp
(trembesi), Alocasia sp, Heliconia rostrata, Hymenocalis speciosa, dan Bauhinia kockiana (Gambar 58 dan 59).
KEY PLAN
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 58. Kesan mengarahkan (Typical Section D-D‟ pada Area Carnivalia) KEY PLAN
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 59. Semak tinggi sebagai dinding (Typical Section E-E‟ pada Area Carnivalia)
Rockygate. Pada area rokygate, strong axis menjadi konsep dasar lanskap kawasan ini. Penerapan konsep strong axis dilakukan dengan pola penanaman mengikuti jalur sirkulasi yang linear. Rockygate dengan penggunaan tanamannya diantaranya Azadiracta indica (mindi), Alstonia scholaris (pulai), Heliconia rostrata, Cana indica, Osmoxylon liniera (alaria), Bougainvillea sp (Gambar 60, 61, 62, dan 63). Pohon Mindi ditanam berkelompok untuk menghasilkan kesan natural dan pohon Alstonia ditanam berkelompok mendekati Batu Buatan (Rockygate) untuk menambah kesan elegan. Beberapa pohon Trembesi ditanam untuk memperoleh kesan teduh dan ditanam pada area yang strategis.
Palem jenis Sadeng dan
Bismarkia ditanam berkelompok di area Batu Buatan untuk memperkuat kesan dry garden di sekitar Rockygate dan batu-buatan. Di bagian bawahnya ditanam jenis-jenis bromelia untuk memperkuat kesan dry garden, area ini akan disempurnakan dengan penempatan natural boulders secara acak.
Sepanjang pedestrian dan median jalan ditanam jenis semak dan groundcover yang berwarna, baik dari bunga dan juga dari warna daun. Mass planting diterapkan pada kawasan entry ini untuk mendapatkan kesan luas. Jenis semak dan penutup tanah dipilih dari jenis tanaman yang mudah dipelihara.
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 60. Tanaman mengkoordinasikan jalan (View pada Area Rockygate)
KEY PLAN
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 61. Kesan mengarahkan dari pohon (Typical Section F-F‟ pada Area Rockygate)
KEY PLAN
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 62. Semak sebagai pengisi ruang (Typical Section G-G‟ pada Area Rockygate)
KEY PLAN
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 63. Kesan atap dari kanopi pohon (Typical Section H-H‟ pada Area Rockygate)
Rotunda. Daerah yang cukup luas dan terbuka di area sebelum memasuki kawasan utama Jungleland ini menerapkan konsep colorfull. Pohon dari jenis berdaun kecil dan ukuran yang kecil (maksimal tinggi 3 meter) seperti Eugenia unifolia/sianto dipilih untuk area ini. Sepanjang pedestrian yang menghubungkan area parkir dan kawasan utama ditanam Trembesi dengan jarak setiap 15 meter untuk mendapatkan kesan teduh. Jenis-jenis
semak
dan
groundcover
berwarna,
seperti
Arachis,
Hymenocallis, Pennisetum, dan Pandanus dipilih dengan desain berliku mengikuti kontur dan arah memanjang area ini. Natural boulders dapat diletakkan pada tepian eksisting sungai dan juga pada planting area akan menambah kesan natural. Pemilihan jenis pohon sangat penting mengingat fungsi dari area ini
adalah kawasan promosi jika ada event atau festival. Rotunda dengan penggunaan tanamannya diantaranya Delonix regia (flamboyan), Pandanus pygmaeus, Iris kuning, Penicetum rubrum (alang-alang merah) (Gambar 64 dan 65).
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 64. Kesan semi terbuka dari tanaman (View pada Area Rotunda)
KEY PLAN
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 65. Kesan menjauh dari tanaman (Typical section I-I‟ pada Area Rotunda)
Area Parkir. Teduh adalah kesan yang ingin dicapai di setiap kawasan parkir kendaraan bermotor. Jenis pohon bertajuk kolumnar juga dapat dikombinasikan pada area-area yang agak sempit. Pemilihan jenis tanaman diutamakan pada pohon-pohon yang tidak mudah berguguran daunnya. Pemilihan jenis semak juga tidak menggunakan warna-warna yang semarak, tetapi lebih memberikan kesan teduh yaitu hijau. Pemilihan jenis pohon-pohon yang mempunyai karakter tajuk memayung seperti, Trembesi, Ketapang, Albizia ditanam pada area yang luas sehingga bayangan daunnya akan menyaring terik matahari.
Pada area entry dan exit ditanam jenis palem-paleman untuk mendapatkan ciri sehingga dengan mudah pengguna untuk melakukan orientasi. Jenis semak dan groundcover dipilih dari jenis yang mudah dipelihara dengan konsep mass planting. Dominasi rumput yang hampir 80% diterapkan pada area ini. Area parkir dengan penggunaan tanmannya diantaranya Samaneasaman sp (trembesi), Terminalia mantally (katapang kencana), dan Axonopus compressus (Gambar 66).
KEY PLAN
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 66. Dedaunan gelap sebagai background (Typical section J-J‟ pada Area Parkir)
Eksplora. Pada area eksplora sebagai kawasan dengan semangat explorasi dapat dibagi menjadi beberapa thematik garden antara lain Ferns Garden di area Dynoland, Silver Garden di area scientific (Lab Biologi, Fisika dan Insectarium), dan Topiary Garden di area Candi. Penentuan tanaman dikategorikan menurut wahana masing-masing area. Jenis pohon Trembesi dan Maja tetap dipertahankan sebagai tanaman pengikat kawasan. Pohon dari jenis yang mempunyai karakter tua seperti Syzolobium, Pakis Haji, Pakis Pohon ditanam untuk wahana Dynoland. Bonsai Serut dan Beringin serta Bougainvillea dapat ditanam di area Candi. Tanaman berarakter warna silver mendominasi kawasan scientific seperti, Bismarkia, Salvia. Eksplora dengan penggunaan tanmannya diantaranya Cyathea sp, Asplenium nidus (kadaka/paku sarang burung), Alocasia sp, Millingtonia hortensis, Crescentia cujete (maja), Nephrolepis sp, Arachis pintoi (Gambar 67 dan 68).
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 67. Tanaman sebagai foreground dan background (View pada Area Eksplora)
KEY PLAN
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 68. Semak sebagai penghubung (Typical section K-K‟ pada Area Eksplora)
Tropicalia. Pengunjung diharapkan mendapatkan memori tentang dunia tropis dengan dominasi tanaman buah dan sayuran dapat ditanam pada area yang strategis. Selain buah dan sayuran, pada taman ini dapat diusulkan menjadi Thematic Costus Garden.
Jenis-jenis costus atau pacing dapat dikumpulkan
secara lokal. Pemilihan jenis tanaman didominasi oleh colorfull trees seperti, Peltoporum, Bungur, Flamboyan, Tabebuia rosea. Jenis tanaman pisang juga dapat dikombinasikan dengan apik terhadap tanaman pacing. Tropicalia dengan penggunaan tanmannya diantaranya Raphis exelca (Palm wregu), Costus oseae, Buni, Musa sp, Costus woodsonii, Costus spesious (Gambar 69 dan 70).
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 69. Tanaman sebagai foreground (View pada Area Tropicalia)
KEY PLAN
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 70. Pohon sebagai titik fokus (Typical section L-L‟ pada Area Tropicalia)
Mysteria. Pada area Mysteria menyuguhkan permainan yang memacu adrenalin pengunjung dapat dikombinasikan dengan pemilihan jenis tanaman yang mempunyai karakter misteri. Zinger Garden akan diterapkan di area ini. Wahana yang menyuguhkan permainan yang memacu adrenalin pengunjung dapat dikombinasikan dengan pemilihan jenis tanaman yang mempunyai karakter misteri, jenis pohon kamboja, beringin, dan kenitu dengan warna daunnya yang khas dapat ditanam pada area ini. Pohon Trembesi dan Maja tetap ditanam sebagai pohon pengikat kawasan. Zinger atau jahe-jahean adalah tanaman asli indonesia yang sangat beragam jenisnya. Dengan koleksi yang cukup banyak
jenis tanaman ini dapat diusulkan sebagai thematic garden pada kawasan ini. Zinger Garden akan menjadi Thematic Garden Zinger yang pertama di Indonesia. Mysteria dengan penggunaan tanmannya diantaranya Plumeria sp, Plumeria rubra, Adenium sp, Codieaum variegatum (puring), dan Crescentia cujete (maja) (Gambar 71 dan 72).
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 71. Kesan mendekat dari tanaman (View pada Area Mysteria)
KEY PLAN
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 72. Kesan terisolasi dari tanaman (Typical section M-M‟ pada Area Mysteria)
4.3.5 Pengembangan Desain Tahap design development merupakan pengembangan dari konsep desain. Tahap ini bertujuan untuk membuat desain gambar-gambar detail penampilan yang menggambarkan kesatuan dari material. Pada proyek desain penanaman Theme Park Sentul Nirwana telah ada site plan atau master plan dari pihak klien. Pengembangan desain dilakukan pada elemen lunak/softscape. Pada tahap ini perusahaan melakukan tahapan pengembangan desain yaitu pengklasifikasian pohon berdasarkan ukurannya, gambaran umum pola penyebaran pohon, pembuatan trees planting, dan pembuatan planting design shrub and ground caver. Pengklasifikasian pohon berdasarkan ukurannya. Tahap ini ditujukan agar pohon yang akan ditanam di tapak memiliki berbagai ukuran yang dapat mendukung kesan jungle. Proyek Jungleland phase satu seluas 32 ha (320.000 m2) dapat dibagi atas Buildings & hardscape area (road&pedestrian) seluas 158.000 m2 dan Planting area seluas 162.000 m2. Pihak perusahaan kemudian mengategorikan planting area menjadi: a. trees (1 pohon = 16 m2) asumsi tree coverage 50% dari total jungleland area = 10.000 phn giant size tree, 6-8m ht - 5% = 500 instant tree, 5-6m ht - 30% = 3000 large size tree, >3-4m ht - 30% = 3000 medium size tree, 3m ht 35% = 3500 b. palms (1 palm = 6.25 m2) asumsi palm coverage 5% dari planting area exotic & features, 25% = 324 native, 75% = 972 c. shrubs & groundcovers asumsi 40% dari total planting area = 64.800 m2 setiap m2 ditanam sekitar 25 nos d. turfing (mix axonopus & zoysia) asumsi close turfing 60% dari total planting area = 97.200 m2
Gambaran
umum
pola
penyebaran
pohon.
Pola
penanaman
mempertimbangkan suatu kesatuan tema dengan pertimbngan estetika dan fungsional dari masing-masing area. Penyebaran pohon baik secara acak atau pun cluster akan tetap memberikan suatu bukaan untuk viewing pada area sekitarnya. Giant tree dan instant tree ditempatkan pada area-area yang penting seperti pada area sekitar gerbang dan area-area sekitar wahana. Sedangkan large tree dan medium tree ditempatkan sepanjang sirkulasi sebagai penyatu/penyambung yang akan mengikat satu kesatuan tema. Pada tahap ini gambaran umum pola penyebaran pohon diaplikasikan pada area eksplora, tropicalia, dan mysteria sebagai gambaran umum untuk pola penyebaran pohon pada area lainnya (Gambar 73). Trees Planting. Pada tahap ini dihasilkan ketepatan pola tanam (jarak tanam) secara tampak denah, jenis pohon yang akan diaplikasikan, ukuran masing-masing jenis pohon dan banyaknya pohon. Tahapan pembuatan trees planting adalah menentukan green area, menentukan luas area, menghitung jumlah tanaman, dan digitasi pola tanam. Trees planting diaplikasikan pada seluruh area jungleland, namun area yang didahulukan pembuatannya adalah untuk area parkir dan area downtown. Kedua area tersebut didahulukan atas dasar keinginan klien yang melakukan pembangunan lebih awa pada area-area tersebut. Trees planting didahulukan untuk area parkir dan downtown (Gambar 74 sampai 82). Planting Design Shrub and Groundcover. Pada tahap ini dihasilkan ketepatan pola tanam (jarak tanam) secara tampak denah, jenis yang akan diaplikasikan, dan banyaknya shrub and grouncover. Tahapan pembuatan Planting Design Shrub and Groundcover adalah penentuan green area, pola desain, luas area, dan jumlah tanaman. Pada pembuatan planting design shrub and groundcover ini setiap tahapannya memalalui diskusi antara mahasiswa, staf, dan pimpinan perusahaan. Pada tahap penentuan green area diskusi difokuskan pada letak dan dominansi green area di masing-masing areanya. Pada tahap penentuan pola desain diskusi difokuskan pada kesesuai pola dengan area desain yang telah disediakan pada tahap sebelumnya. Planting Design Shrub and Groundcover untuk area rotunda disajikan pada Gambar 83 sampai 88).
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
m
95
Gambar 73. Pola penyebaran pohon
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
m
96
Gambar 74. Trees Planting pada Area Parkir 1
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
m
97
Gambar 75. Trees Planting pada Area Parkir 2 keyplan A
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
m
98
Gambar 76. Trees Planting pada area parkir 2 keyplan B
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
m
99
Gambar 77. Overall trees planting pada Area Downtown
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
m
100
Gambar 78. Trees Planting pada Area Downtown 1
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
m
101
Gambar 79. Trees Planting pada Area Downtown 2
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
m
102
Gambar 80. Trees Planting pada Area Downtown 3
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 81. Trees Planting pada Area Downtown 4
103
m
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 82. Trees Planting pada Area Downtown 5
104
m
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
105
m
Gambar 83. Planting Design Shrub & Groundcover pada Area Rotunda 1
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 84. Planting Design Shrub & Groundcover pada Area Rotunda 2
106
m
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
m
107
Gambar 85. Planting Design Shrub & Groundcover pada Area Rotunda 3
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
m
108
Gambar 86. Planting Design Shrub & Groundcover pada Area Rotunda 4
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
m
109
Gambar 87. Planting Design Shrub & Groundcover pada Area Rotunda 5
Sumber : PT. Envirospace Consultants Indonesia 2012
Gambar 88. Overall Planting Design Shrub & Groundcover pada Area Rotunda
110
m
4.4 Proses desain pada PT. Envirospace Consultant Indonesia Proses desain yang ada pada perusahaan ECI yang dimulai dari tahap persiapan, inventarisasi tapak, analisis tapak, pembuatan konsep desain, konsep desain awal (preliminary concept design), konsep desain akhir (final concept design), desain skematik (schematic design), pembuatan rencana tapak (site planning),
pengembangan
konstruksi,
pelaksanaan
desain
(design
(implementation),
development), sampai
dengan
gambar-gambar pemeliharaan
(maintenance), sesuai dengan proses desain yang dikemukakan oleh Booth (1983). Namun, pada proyek desain penanaman theme park sentul nirwana ini perusahaan melaksanakan sampai tahap design development. Proses dari pekerjaan suatu proyek lanskap pada Envirospace Consultant Indonesia dalam aspek desain secara sistematis dapat dibandingkan dengan proses desain menurut (Booth 1983).
Tabel 4. Proses Desain menurut Booth (1983) dan Proses Desain Perusahaan ECI No Proses Desain 1 a. Penerimaan proyek b. Persiapan 2 a. Riset dan analisis b. Inventarisasi tapak 3 Analisis tapak 4 Konsep desain 5 Konsep desain awal 6 Desain akhir 7 Desain skematik 8 Rencana Induk 9 Pengembangan desain 10 Gambar konstruksi 11 Pelaksanaan 12 Pemeliharaan
Booth (1983) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
PT. ECI √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Keterangan : Booth (Evaluasi dilakukan pada tahap 10, 11, dan 12) PT. ECI (Evaluasi dilakukan pada tahap 4 sampai 12)
Setiap proyek yang dikerjakan oleh ECI pada umumnya melalui tahapan proses desain yang sama namun disesuaikan dengan kondisi masing-masing proyek dan klien. Pada proses desain proyek Theme Park Sentul Nirwana, kegiatan magang dimulai dari tahap persiapan hingga pembuatan planting design.
Pembuatan planting design dilakukan dengan teknik komputer, mahasiswa magang menyelesaikannya dibawah pengawasan pimpinan dan staf lainnya. Pertama-tama, menentukan green area atau area yang akan menjadi pekerjaan arsitek lanskap, menghitung luas setiap areanya, kemudian untuk pembuatan trees planting dilakukan digitasi pola penanaman secara konsep agar memiliki ketepatan secara akurat pada setiap bagian plotting trees. Sedangkan untuk pembuatan planting design shrub and groundcover setelah green area ditentukan maka pembuatan pola desain untuk penanaman shrub dan groundcover dapat dilakukan, kemudian dihitung luasan pada setiap pola desainnya. Setelah luasan masing-masing pola diketahui maka setiap luasan dari suatu jenis shrub atau groundcover dikalikan dengan standar jumlah shrub dan ground cover per meter perseginya untuk mengetahui jumlah polybag yang dibutuhkan dalam planting design shrub and groundcover. Dilihat dari segi waktu penyelesaian, planting desain tergolong cukup lama karena teknik penyelesaiannya terjadi melalui beberapa tahap. Pada tahap pertama yaitu menentukan green area pada tapak yang memiliki luas 42 ha. Setiap area pada tapak memiliki karakter lanskap yang berbeda sesuai dengan suasana/kesan yang diinginkan oleh klien. Penentuan green area menjadi cukup lama karena selain tapak yang luas, juga karakter masing-masing area dari tapak berbeda-beda. Tapak yang luas juga menjadi faktor utama tahap penghitungan luas memerlukan waktu yang cukup banyak. Kemudian untuk pembuatan trees planting dan planting design shrub and groundcover memerlukan ketelitian yang tinggi. Trees planting dan planting design shrub and groundcover pada masingmasing area harus disesuaikan dengan BQ (Bill of Quantity) yang telah ditentukan sebelumnya. Hal tersebut juga menjadikan tahapan ini menghabiskan waktu yang cukup banyak. Tahapan desain di perusahaan ECI pada proyek desain Theme Park Sentul Nirwana secara garis besar dapat dinilai telah sesuai dengan tahapan desain menurut teori yang ada. Pimpinan perusahaan berkoordinasi dengan baik terhadap mahasiswa magang dan staf dalam peningkatan produktifitas kerja dan kemajuan proyek tersebut. Pimpinan pun secara tidak langsung telah membimbing
mahasiswa dalam melakukan proses desain sesuai prosedur tahapan. Beberapa permasalahan dalam proses desain ini yaitu mahasiswa magang kurang banyak dilibatkan pada tahap awal proyek seperti pada tahap persiapan. Hal tersebut menyebabkan kurangnya pengetahuan mahasiswa mengenai bagaimana proyek tersebut didiskusikan secara teknis sampai dengan proses administrasi proyek dengan pihak klien dan pihak lain yang terkait. Proyek ini dikerjakan secara tim dari berbagai profesi, maka data-data di lapangan selalu di update untuk mendukung pekerjaan arsitek lanskap. Namun mahasiswa kurang intensif dilibatkan pada kegiatan di lapang untuk site feeling sehingga kurang mengetahui perkembangan yang terjadi pada tapak sehingga dalam mengerjakan gambar terkadang kurang update sesuai dengan kondisi tapak. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan aktifnya mahasiswa magang berkonsultasi mengenai perkembangan proyek dan meningkatkan koordinasi antara pimpinan dengan mahasiswa magang yang menangani proyek tersebut. Dengan begitu mahasiswa dapat secara intensif mengetahui kondisi tapak terkini atau pun nantinya dapat secara intensif terjun pada kegiatan di lapangan. Kemampuan dalam penyelesaian pekerjaan relatif baik, namun dalam pembuatan gambar tiga dimensi dan artist impression image masih terdapat banyak kekurangan. Hasil dari artist impression yang dibuat oleh mahasiswa magang terkadang masih perlu dipandu oleh pimpinan dalam pembuatannya. Secara teknik komputer tidak terjadi permasalahan yang signifikan meskipun masih dipandu oleh para pegawai perusahaan. Masalah umum yang terjadi pada divisi perencanaan dan desain yaitu adanya proyek yang memiliki umur yang sangat panjang. Panjangnya umur suatu proyek menimbulkan masalah bagi arsitek lanskap yang terlibat pada proyek yaitu timbulnya titik jenuh. Pada saat seorang arsitek lanskap mencapai titik jenuh maka dapat mengurangi produktifitasnya dalam menangani proyek yang ditanganinya tersebut. Adapun hal yang dapat menyebabkan umur proyek menjadi sangat panjang yaitu karena kurangnya koordinasi antara pihak perusahaan dengan pihak klien. Ataupun terkadang terjadi kurangnya koordinasi di dalam internal pihak klien terhadap perusahaan ECI. Solusi untuk kondisi tersebut adalah setiap pihak
harus melakukan koordinasi secara aktif untuk mengurangi miskomunikasi. Selain itu bila memang terjadi kasus miskomunikasi misalnya dalam pengerjaan proyek desain, perusahaan ECI biasanya melakukan diskusi internal perusahaan untuk mencari solusi dengan memodifikasi desain menjadi sesuatu yang fungsional. Solusi dari desain tersebut dipertimbangkan secara matang untuk kebaikan semua pihak. Project acceptance. Dimulai dari tahap persiapan yang merupakan tahap awal suatu proyek, dilakukan berbagai persiapan yang berhubungan dengan teknis penyelesaian proyek secara rinci dan urusan administrasi proyek yang bertujuan agar tidak terjadi kerugian antara kedua belah pihak. Pihak perusahaan kemudian mengajukan usulan kegiatan secara rinci yang mencakup pelayanan, bentuk produk dan biaya. Dengan komunikasi yang baik serta usulan kegiatan yang sesuai dengan keinginan klien, maka klien pun menyetujui berlanjutnya proyek dan kedua belah pihak menandatangani kontrak kerja sehingga tahap persiapan atau penerimaan proyek pun telah dilakukan. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Booth (1983), tahapan desain yang pertama adalah project acceptance yaitu tahap usulan proyek telah diterima dan disetujui oleh kedua belah pihak yaitu arsitek lanskap dan klien. Menurut Simonds (2006), dalam suatu desain arsitektural, arsitek lanskap dan teknik harus memiliki pemahaman yang jelas mengenai sesuatu yang telah didesain dan akan didesain serta tujuan yang jelas. Hal tersebut dapat mempengaruhi keberlanjutan suatu desain. Maka sangat penting sekali untuk memberikan perhatian yang lebih dalam menyimak keinginan dan harapan klien mengenai proyek yang akan dikerjakan. Komunikasi dan cara presentasi sangat penting pada tahap ini, hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman pada tahap selanjutnya. Inventarisasi. Dibandingkan dengan tahap desain yang dikemukakan oleh Booth (1983), tahap kedua dalam proses desain yang dilakukan oleh perusahaan ECI adalah tahap inventarisasi tapak, sedangkan tahap analisis tapak dilakukan pada tahap berikutnya agar dapat didiskusikan bersama mahasiswa sekaligus untuk koordinasi. Meskipun tahap analisis tidak dilakukan pada tahap ini, namun pada saat melakukan inventarisasi tapak tetap melakukan analisis ringan
mengenai fisik tapak. Data yang dimiliki dalam inventarisasi baik data primer maupun sekunder cukup lengkap karena dikerjakan secara tim dengan berbagai keprofesian lainnya yang tergabung dalam tim desain pada proyek. Data-data terbaru selalu dikoordinasikan dengan setiap profesi. Namun terkadang mengalami perubahan data secara mendadak yang dapat berakibat jadwal penyelesaian pekerjaan terhambat. Kekurangan yang ada pada tahap inventarisasi yang dilakukan oleh perusahaan adalah hanya melakukan inventarisasi secara deskriptif pada area-area yang ada di dalam tapak dan tidak menyajikan inventarisasi tapak secara spasial. Inventarisasi yang dilakukan secara spasial, akan lebih sistematis dan lebih mudah menggambarkan kondisi yang ada dalam tapak sehingga dapat mempermudah tahap analisis tapak karena dengan peta inventarisasi yang dilakukan secara spasial dapat langsung melanjutkan analisa lalu mencari solusi berdasarkan peta inventarisasi. Tahap inventarisasi yang dilakukan secara deskriptif dan secara spasial sama-sama efisien, namun jika penyajiannya dilakukan secara spasial, akan lebih sistematis dan informatif sehingga dapat lebih menggambarkan kondisi tapak ketika melakukan presentasi kepada klien. Ketika informasi yang disampaikan oleh desainer dapat diterima dengan baik oleh klien, maka kedua belah pihak telah memiliki satu sudut pandang yang sama terhadap kondisi tapak sehingga mempermudah koordinasi dalam melanjutkan tahap-tahap desain berikutnya. Analsis. Tahap analisis merupakan tahap yang penting pada suatu proses desain. Tahapan ini sangat dipengaruhi oleh waktu dan dana yang tersedia, dengan waktu yang cukup maka hasil analisis yang dilakukan akan lebih spesifik. Sesuai dengan teori menurut Booth (1983) bahwa riset dan analisis adalah persiapan rencana dasar tapak dan mengadakan inventarisasi tapak atau tahap pengumpulan data kemudian melakukan analisis (evaluasi data). Tahapan analisis dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama yaitu menggunakan metode analisis cepat (quick analysis). Metode analisis cepat dilakukan dengan melihat kembali pada area-area yang dilakukan inventarisasi lalu melihat permasalahan yang ada pada setiap area. Kemudian mencari potensi yang dapat dikembangkan pada setiap area tersebut yang nantinya pada tahap konsep semua potensi yang ada pada masing-masing area akan diaplikasikan
dengan mengembangkan sebuah fitur lanskap. Mengingat waktu dan dana yang terbatas, metode analisis ini efisien dalam penerapannya dengan hasil yang cukup baik dan dapat diterima oleh klien, karena staf perusahaan khususnya pimpinan perusahaan telah berpengalaman dalam banyak proyek lainnya yang sudah ditangani. Namun kekurangan dari metode analisis cepat adalah waktu yang ada tidak cukup untuk melakukan eksplorasi yang lebih sehingga fitur lanskap yang akan ditampilkan relatif sederhana karena menganalisa dalam waktu yang terbatas. Mengingat waktu dan dana yang terbatas, metode analisis ini efisien dalam penerapannya dan hasil analisisnya pun cukup baik karena setiap permasalahan dapat dicari solusinya dan potensi dapat dioptimalkan. Inventarisasi tidak dilakukan secara spasial sehingga pada tahap ini pun demikian sehingga informasi yang disampaikan pada tahap analisis kurang sistematis dan informatif. Analisis tapak yang disajikan secara spasial memiliki waktu penyelesaian yang cepat karena analisis langsung dilakukan dengan sketsa pada peta. Jika dilihat dari segi waktu penyelesaian tahap analisis yang dilakukan secara deskriptif dan secara spasial sama-sama efisien, namun jika penyajiannya dilakukan secara spasial, akan lebih sistematis, informatif. Analisis yang dilakukan perusahaan sebaiknya lebih difokuskan pada visual bangunan yang telah ditetapkan oleh arsiktek. Hal tersebut agar lebih dapat menyatukan karakter bangunan dan tanaman yang akan ditanam. Kemudian analisis juga sebaiknya difokuskan pada jenis tanah yang ada pada tapak sehingga kecocokan tanaman yang akan ditanaman dan jenis tanah sesuai. Konsep desain. Tahap keempat dalam proses desain yang dilakukan oleh perusahaan ECI adalah konsep desain. Konsep desain merupakan tahap yang penting pada proses desain, karena merupakan dasar untuk mendesain. Reid (1996) mengemukakan bahwa konsep merupakan tahapan ketika para desainer menuangkan ide-ide awal suatu desain dan mengaitkan hubungannya dengan fungsional tapak. Reid (1996) juga mengemukakan bahwa konsep merupakan ide untuk mewujudkan tapak secara spesifik sehingga dapat memiliki identitas, fungsi dan keindahan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam mendesain yaitu konsep, prinsip desain, elemen desain dan tahapan-tahapan dalam mendesain menjadi satu
kesatuan dalam proses desain. Suatu konsep dalam suatu karya lanskap dapat mendorong manusia untuk merencanakan, mengintegrasikan, mengkoordinasikan bentuk buatan manusia dan bentukan alam. Pada tahap ini perusahaan melakukan diskusi untuk mendapatkan konsep yang terbaik sesuai dengan keinginan klien dengan mempertimbangkan fungsional, estetika, dan tidak merusak lingkungan. Tahap konsep desain ini juga telah sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ingels (2004) menjelaskan bahwa proporsi terpusat pada hubungan ukuran antara semua pola dalam suatu fitur lanskap. Proporsi termasuk bentuk hubungan vertikal dan horizontal dalam spasial. Setiap komponen dalam suatu lanskap harus memiliki kesesuaian ukuran dan keterkaitan hubungan dengan elemen-elemen disekitarnya. Berdasarkan pernyataan tersebut konsep desain strata organic untuk Theme Park Sentul Nirwana cocok untuk kesan yang diinginkan oleh klien. Secara vertikal tanaman ditanam dengan pola yang strata dan secara horizontal pola yang diterapkan adalah organic sehingga memperkuat kesan natural. Konsep desain didukung dengan perpaduan tanaman yang selaras untuk mencapai desain yang sesuai dengan konsep. Konsep tersebut menunjukkan kesan alami (jungle) dan dapat menciptakan sebuah integrasi antara bangunan dengan desain tamannya. Konsep strata organic juga memberikan kesan tidak terlihat kaku dan terkesan lebih alami yang memperkuat kesan jungle. Namun kekurangan yang ada pada tahap konsep desain yang dilakukan oleh perusahaan adalah hanya dilakukan secara deskriptif tanpa membuat denah konsep secara spasial. Dengan membuat denah konsep secara spasial dapat memberi gambaran terhadap klien mengenai pola keterhubungan antar ruang yang akan diterapkan dalam tapak. Selain itu, menurut Booth (1983) jika penanaman dilakukan pada jenis tanaman berbeda namun tingginya sama dapat memberikan kesan visual yang rendah. Sedangkan tanaman yang beragam jenis dan tingginya memberikan kesan visual yang lebih menarik. Berdasarkan pernyataan tersebut, konsep strata organic pada penggunaan jenis tanaman dan penentuan pola tanam cocok untuk diterpkan pada desain penanaman Theme Park Sentul Nirwana. Selanjutnya, proporsi dari penanaman tanaman diperhatikan, mengingat tapak yang akan didesain terbagi menjadi beberapa area yang harus tetap memiliki satu kesatuan tema.
Konsep Desain Awal dan Final Concept. Setelah konsep disepakati, tahap kelima dalam proses desain yang dilakukan oleh perusahaan adalah konsep desain awal (preliminary concept design). Penerapan desain pada setiap area sesuai dengan pernyataan Ingels (2004) dalam bukunya bahwa focalization of interest merupakan suatu desain yang dapat mencuri perhatian penggunanya. Dalam hal ini, perpaduan warna menarik perhatian penggunanya dan juga merupakan suatu kesatuan (unity) pada area tersebut. Penanaman di setiap area menggunakan pola organic yang ditata acak menciptakan suasana jungle yang kuat. Menurut Hakim (2000) tahap pra desain atau pembuatan konsep ini merupakan tahapan desain yang bersifat sementara atau tahapan pengaplikasian konsep program kedalam tapak melalui pertimbangan arsitektural yakni tema, komponen pembentuk ruang, bentuk, fungsi ruang, kesan ruang, nilai ruang, komposisi, skala, warna, bahan material (alami atau buatan), system konstruksi, estetika, tekstur dan lain sebagainya. Pada tahapan ini faktor kreativitas, pengalaman,
kemampuan
mengembangkan
ide
dan
penguasaan
kriteria
memegang peran penting. Penerapan design by logic dan kaidah-kaidah desain harus dijaga. Sesuai dengan pernyataan tersebut, perusahaan ECI dalam menerapkan pembuatan konsep awal pada proyek desain Theme Park Jungleland di Sentul Nirwana sebaiknya lebih difokuskan pada design by logic yang berarti desain yang akan dibuat yaitu elemen-elemen dan fitur yang akan ditampilkan dalam desain pada tapak nantinya harus dapat direalisasikan dengan mempertimbangkan material, waktu, dan dana yang tersedia. Pada proses desain penanaman Theme Park ini sebaiknya lebih difokuskan pada workability penanaman yang harus mempertimbangkan jenis tanah pada tapak, kesatuan karakter visual terutama dengan bangunan, dan tree hazard yang mencakup sosiologi tumbuhan. Sedikit berbeda dengan tahapan desain menurut Booth (1983) yang memisahkan tahapan preliminary concept design dengan schematic design, perusahaan ECI memasukkan tahap schematic design pada tahap preliminary concept design untuk memenuhi keinginan klien dalam mempresentasikan produk berupa design inspiration image yang disertai conceptual landscape plan secara
skematik. Hal tersebut dimaksudkan agar klien dapat langsung melihat dan mengerti desain yang direncanakan bila diaplikasikan pada tapak dengan cara membandingkan design inspiration image dengan conceptual landscape plan, sehingga
dapat
memahami
pola
keterkaitan
antar
ruangnya.
Dengan
menggabungkan tahap schematic design pada tahap preliminary concept design, keuntungan bagi perusahaan adalah progress pekerjaan menjadi lebih cepat. Pada perusahaan evaluasi selalu dilakukan pada setiap tahapan karena perusahaan selalu mempertimbangkan keinginan klien. Setelah disepakati sebuah konsep desain akhir (final concept design) maka tahap selanjutnya adalah membuat rencana tapak (site plan). Booth (1983) menyatakan bahwa pembuatan rencana induk (master plan) merupakan perbaikan atau penghalusan dari desain awal. Site Plan (Rencana Tapak) telah dibuat oleh pihak arsitek, maka pada tahap ini pihak klien meminta agar diberikan gambaran umum pola penyebaran pohon yang akan diaplikasikan pada area eksplora, tropicalia, dan mysteria sebagai gambaran umum untuk pola penyebaran pohon pada area lainnya. Selanjutnya dalam penyelesaian produk artist impression image, mahasiswa berperan dalam diskusi untuk menentukan material tanaman, pola tanam, jumlah tanaman, dan menyelesaikannya dengan menggunakan teknik operasi komputer dengan pengawasan secara langsung oleh pimpinan perusahaan. Diskusi yang dilakukan antara pimpinan perusahaan, staf perusahaan, dan mahasiswa dilakukan secara intensif agar efisiensi waktu dalam pembuatan artist impression image dapat tercapai. Produk yang dihasilkan oleh mahasiswa masih sering mengalami perbaikan dan membutuhkan waktu yang lebih hingga hasilnya sesuai dengan arahan pimpinan. Namun hal tersebut dapat dijadikan pembelajaran bagi mahasiswa dalam pembuatan produk yang maksimal. Selain arahan dari pimpinan, staf perusahaan lainnya membantu dalam mengarahkan dan menggunakan teknik operasi komputer. Secara umum arahan pimpinan dalam membuat artist impression image dapat mewakili apa yang akan disampaikan dalam presentasi serta sudah cukup menggambarkan ide yang akan digunakan dalam desain. Produk yang dihasilkan pada tahap ini secara umum merupakan hasil dari diskusi antara pimpinan perusahaan, staf perusahaan, dan mahasiswa magang sehingga setiap produknya melibatkan beberapa pihak.