13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk phonska pada pertumbuhan dan produksi kacang hijau masing-masing memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah tangkai, jumlah polong setiap tangkai, jumlah biji perpolong, panjang polong, dan produksi riil. a. Tinggi Tanaman Data tinggi tanaman dan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pertumbuhan dan produksi kacang hijau melalui pemberian pupuk phonska berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kacang hijau pada umur 30 HST dan umur 57 HST (Lampiran 1). Rataan tinggi tanaman kacang hijau dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan Tinggi Tanaman Kacang Hijau melalui Pemberian Pupuk Phonska Perlakuan
Rataan Tinggi Tanaman Kacang Hijau (cm) 30 HST 57 HST
Tanpa Pupuk Phonska Pupuk Phonska 200 kg/ha Pupuk Phonska 250 kg/ha Pupuk Phonska 300 kg/ha
16.30 a 23.80 b 24.40 b 28.77 b BNT 5 % 6.29 KK (%) 3
38.20 49.40 51.60 54.87
a b b b
7.98 8
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman kacang hijau pada taraf nyata 5%
Hasil uji BNT pada Tabel 3 di atas menunjukan bahwa pemberian pupuk phonska terhadap tinggi tanaman kacang hijau dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk phonska 300 kg/ha yaitu umur 30 HST (28,77 cm) dan umur 57 HST (54,87 cm), sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan tanpa pupuk phonska yaitu umur 30 HST (16,30 cm) dan umur 57 HST (38,20 cm). Perlakuan pupuk phonska 300 kg/ha berbeda nyata dengan perlakuan pupuk
14
phonska 250 kg/ha, 200 kg/ha, dan tanpa perlakuan pupuk pada uji BNT 5%. Pertumbuhan dan perkembangan tinggi tanaman dapat dilihat pada grafik rataan
Rataan Tinggi Tanaman Kacang Hijau (cm)
tinggi tanaman kacang hijau pada umur 30 HST dan umur 57 HST dibawah ini. 60,00
49,40
50,00
38,20
40,00 30,00 20,00
54,87
51,60
24,40
23,80
28,77 30 HST
16,30
57 HST
10,00 0,00 Tanpa pupuk
200
250
300
Perlakuan Pupuk Phonska
Gambar 1. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman kacang hijau pada umur 30 HST dan 57 HST
Gambar 1 menunjukan bahwa tinggi tanaman kacang hijau pada umur 30 HST dan 57 HST rataan tertinggi terdapat perlakuan pupuk 300 kg/ha, sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan tanpa pupuk. b. Jumlah Tangkai Data jumlah tangkai dan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2), menunjukkan bahwa pertumbuhan dan produksi kacang hijau melalui pemberian pupuk phonska berpengaruh nyata terhadap jumlah tangkai kacang hijau pada 30 HST dan umur 57 HST. Rataan jumlah tangkai kacang hijau dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Jumlah Tangkai Kacang Hijau melalui Pemberian Pupuk Phonska Perlakuan
Rataan Jumlah Tangkai Kacang Hijau (Cabang) 30 HST 57 HST
Tanpa Pupuk Phonska Pupuk Phonska 200 kg/ha Pupuk Phonska 250 kg/ha Pupuk Phonska 300 kg/ha
3.35 a 4.52 a 5.19 ab 5.76 b BNT 5 % 1.25 KK (%) 13
4.67 a 5.47 a 6.00 a 7.77 b 1.88 13
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata terhadap jumlah tangkai kacang hijau pada taraf nyata 5%
15
Hasil uji BNT pada Tabel 4 di atas menunjukan bahwa pemberian pupuk phonska terhadap jumlah tangkai kacang hijau dengan rataan tertinggi pada umur 30 HST diperoleh pada perlakuan pupuk phonska 300 kg/ha yaitu 5,76 cabang dan terendah terdapat pada perlakuan tanpa pupuk yaitu 3,35 cabang. Perlakuan pupuk phonska 300 kg/ha berbeda nyata dengan perlakuan pupuk phonska 250 kg/ha, 200 kg/ha dan tanpa perlakuan pupuk pada uji BNT 5%. Umur 57 HST jumlah tangkai kacang hijau rataan terendah terdapat pada perlakuan tanpa pupuk yaitu 4,67 cabang sedangkan rataan yang tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk phonska 300 kg/ha yaitu 7,77 cabang. Perlakuan pupuk phonska 300 kg/ha berbeda nyata dengan perlakuan pupuk phonska 200 kg/ha, 250 kg/ha dan tanpa perlakuan pada uji BNT 5%. Pertumbuhan dan perkembangan jumlah tangkai kacang hijau dapat dilihat pada grafik rataan
Rataan Jumlah Tangkai Kacang Hijau (cabang)
jumlah tangkai kacang hijau pada umur 30 HST dan umur 57 HST dibawah ini. 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00
7,77
4,67
5,47 4,52
5,19
6,00
5,76
3,35
30 HST 57 HST
Tanpa pupuk
200
250
300
Perlakuan Pupuk Phonska (kg/ha)
Gambar 2. Grafik jumlah tangkai kacang hijau pada umur 30 HST dan 57 HST
Berdasarkan Gambar 2 di atas dapat diketahui bahwa jumlah tangkai kacang hijau pada umur 30 HST dan 57 HST
rataan tertinggi terdapat perlakuan
300 kg/ha, sedangkan rataan yang terendah terdapat pada perlakuan tanpa pupuk. c. Jumlah Polong setiap Tangkai Data jumlah polong setiap tangkai dan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 3), menunjukkan bahwa pertumbuhan dan produksi kacang hijau melalui pemberian pupuk phonska berpengaruh nyata terhadap jumlah polong
16
setiap tangkai kacang hijau. Rataan jumlah polong setiap tangkai kacang hijau dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Jumlah Polong setiap Tangkai Kacang Hijau melalui Pemberian Pupuk Phonska Rataan Jumlah Polong setiap Tangkai Kacang Hijau (Polong)
Perlakuan
Tanpa Pupuk Phonska Pupuk Phonska 200 kg/ha Pupuk Phonska 250 kg/ha Pupuk Phonska 300 kg/ha BNT 5 % 2.23 KK (%) 8
9.47 12.73 13.53 15.20
a b bc c
Hasil uji BNT pada Tabel 5 di atas menunjukan bahwa rataan jumlah polong setiap tangkai rataan tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk phonska 300 kg/ha yaitu 15,20 polong, sedangkan rataan yang terendah terdapat pada perlakuan tanpa pupuk phonska yaitu 9,47 polong. Perlakuan pupuk phonska 300 kg/ha berbeda nyata dengan perlakuan pupuk phonska 250 kg/ha, 200 kg/ha dan tanpa perlakuan pupuk pada uji BNT 5%. Jumlah polong setiap tangkai kacang hijau dilihat pada grafik dibawah ini. 15,20
Rataan Jumlah Polong setiap Tangkai (polong)
16,00 14,00 12,00 10,00
12,73
13,53
9,47
8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 Tanpa pupuk
200
250
300
Perlakuan Pupuk Phonska (kg/ha)
Gambar 3. Grafik jumlah polong setiap tangkai kacang hijau
Berdasarkan Gambar 3 di atas dapat diketahui bahwa jumlah polong setiap tangkai kacang hijau rataan tertinggi terdapat perlakuan 300 kg/ha, sedangkan rataan yang terendah terdapat pada perlakuan tanpa pupuk.
17
d. Jumlah Biji Perpolong Data jumlah biji perpolong dan hasil analisis sidik ragam (lamporan 4), menunjukan bahwa jumlah biji perpolong kacang hijau berpengaruh nyata akibat pemberian pupuk phonska. Selanjutnya dilakukan Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk melihat perbedaan dari masing-masing dosis perlakuan phonska yang diberikan pada kacang hijau. Rataan jumlah biji perpolong kacang hijau dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rataan Jumlah Biji Perpolong Kacang Hijau melalui Pemberian Pupuk Phonska. Perlakuan Tanpa Pupuk Phonska Pupuk Phonska 200 kg/ha Pupuk Phonska 250 kg/ha Pupuk Phonska 300 kg/ha BNT 5% 1.86 KK (%)
Rataan Jumlah Bji Perpolong Kacang Hijau (biji) 7.03 a 7.70 a 9.22 ab 10.35 b
10.88
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata terhadap jumlah biji perpolong kacang hijau.
Tabel 6 di atas menjelaskan bahwa perlakuan dengan dosis pupuk phonska 300 kg/ha yang memiliki jumlah biji perpolong tertinggi (10.35 biji) dan perlakuan dengan jumlah biji perpolong terendah (7.03 biji) adalah perlakuan tanpa pupuk. Jumlah biji perpolong dapat dilihat pada grafik rataan jumlah biji
Rataan Panjang Polong (cm)
perpolong kacang hijau di bawah ini: 10,00 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00
9,02 7,73
8,03
200
250
6,36
Tanpa Pupuk
Perlakuan Pupuk Phonska (kg/ha)
Gambar 4. Grafik Jumlah Biji Perpolong Kacang Hijau
300
18
Berdasarkan Gambar 4 di atas dapat diketahui bahwa jumlah biji perpolong kacang hijau yang tertinggi adalah perlakuan dengan dosis pupuk phonska 300 kg/ha sedangkan yang menghasilkan jumlah biji perpolong kacang hijau terendah adalah perlakuan tanpa pupuk. e. Panjang Polong Data pajang polong dan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 5), menunjukan bahwa pupuk phonska berpengaruh nyata pada panjang polong kacang hijau. dan untuk melihat perbedaan dari masing-masing perlakuan pupuk phonska yang diberikan pada kacang hijau dilakukan Uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Dari ke empat macam perlakuan yang diberikan pada kacang hijau, perlakuan yang meghasilkan panjang polong tertinggi adalah perlakuan dengan dosis pupuk phonska 300 kg/ha yakni 9,02 cm dan perlakuan yang menghasilkan panjang polong terendah adalah perlakuan tanpa pupuk yakni 6,36 cm. Perlakuan pupuk phonska 300 kg/ha berbeda nyata dengan perlakuan pupuk phonska 250 kg/ha, 200 kg/ha dan tanpa perlakuan pupuk. Rataan panjang polong kacang hijau dapat dilihat pada Tabel 7 dibawah ini. Tabel 7. Rataan Panjang Polong Kacang Hijau melalui Pemberian Pupuk Phonska. Rataan Panjang Polong Kacang Hijau (cm) 6.36 a 7.73 a 8.03 ab 9.02 b
Perlakuan Tanpa Pupuk Phonska Pupuk Phonska 200 kg/ha Pupuk Phonska 250 kg/ha Pupuk Phonska 300 kg/ha BNT 5% KK (%)
1.52 9.79
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata terhadap panjang polong kacang hijau.
Panjang polong kacang hijau dapat dilihat pada grafik rataan panjang polong kacang hijau di bawah ini:
Rataan Jumlah Biji Perpolong (biji)
19
12,00
10,35 9,22
10,00 7,70
7,03
8,00 6,00 4,00 2,00 0,00
Tanpa Pupuk
200
250
300
Perlakuan Pupuk Phonska kg/ha
Gambar 5. Grafik Panjang Polong Kacang Hijau
Berdasarkan Gambar 5 di atas dapat diketahui bahwa panjang polong kacang hijau yang tertinggi adalah perlakuan dengan dosis pupuk phonska 300 kg/ha sedangkan yang menghasilkan panjang polong kacang hijau terendah adalah perlakuan tanpa pupuk. f. Produksi Riil Data produksi riil dan hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pemberian pemberian pupuk phonska berpengaruh nyata pada produksi riil kacang hijau (Lampiran 6). Selanjutnya dilakukan Uji BNT untuk melihat perbedaan dari masing-masing perlakuan yang diuji cobakan pada kacang hijau. Rataan produksi riil kacang hijau dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini. Tabel 8. Rataan Produksi Riil Kacang Hijau melalui Pemberian Pupuk Phonska Rataan Produksi Riil Kacang Hijau (kg) 83.33 a 106.67 a 136.67 a 208.33 b
Perlakuan Tanpa Pupuk Phonska Pupuk Phonska 200 kg/ha Pupuk Phonska 250 kg/ha Pupuk Phonska 300 kg/ha
BNT 5% KK (%)
61.33 22.95
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata terhadap produksi riil kacang hijau.
20
Tabel 8 di atas menjelaskan bahwa produksi riil kacang hijau yang tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk phonska dengan dosis 300 kg/ha yakni 208,33 kg dan produksi riil kacang hijau terendah terdapat pada perlakuan tanpa pupuk yakni 83,33 kg. Perlakuan pupuk phonska dengan dosis tertinggi 300 kg/ha berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (tanpa pupuk, 200 kg/ha, dan 250 kg/ha). Produksi riil dapat dilihat pada grafik rataan produksi riil kacang hijau di bawah ini: 250,00 Rataan Produksi Riil (kg)
208,33 200,00 136,67
150,00 106,67 100,00
83,33
50,00 0,00 Tanpa Pupuk
200
250
300
Perlakuan Pupuk Phonska (kg/ha)
Gambar 6. Grafik Rataan Produksi Real Kacang Hijau
Berdasarkan Gambar 6 di atas dapat diketahui bahwa produksi real kacang hijau yang tertinggi adalah perlakuan dengan dosis pupuk phonska 300 kg/ha sedangkan yang menghasilkan produksi riil kacang hijau terendah adalah perlakuan tanpa pupuk. 4.2 Pembahasan a. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan indikator pertumbuhan tanaman. Pertambahan tinggi tanaman merupakan salah satu bentuk adanya peningkatan pembelahan dan pembesaran sel dari hasil peningkatan fotosintat tanaman. Hasil analisis data pertumbuhan dan produksi kacang hijau melalui pemberian pupuk phonska menunjukan bahwa tinggi tanaman kacang hijau berpengaruh nyata pada umur 30 HST dan umur 57 HST, ini ditunjukkan dengan pertumbuhan tinggi tanaman kacang hijau terbaik terdapat pada perlakuan pupuk
21
phonska dengan dosis 300 kg/ha dan berbeda nyata dengan perlakuan pupuk phonska 250 kg/ha, 200 kg/ha dan tanpa perlakuan pupuk. Hal ini karena pemberian pupuk phonska dengan dosis 300 kg/ha mampu mencukupi kebutuhan unsur hara di dalam tanah dan tanaman, pernyataan ini sesuai dengan penelitian Hamidah (2009) bahwa pemupukan phonska berbeda sangat nyata terhadap tinggi tanaman, hal ini disebabkan karena tercukupinya kebutuhan unsur hara oleh tanaman melalui pemupukan dengan pupuk phonska. Selain itu pemberian pupuk phonska bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dan tinggi tanaman. Sedangkan tanaman yang tidak diberi perlakuan pupuk memperlihatkan tinggi tanaman kacang hijau lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan yang diberi pupuk, hal ini karena tanaman kacang hijau hanya memperoleh kebutuhan unsur hara dari tanah itu sendiri tanpa ada tambahan unsur hara berupa pupuk. Pupuk itu sendiri sebagai tambahan unsur hara yang diberikan untuk memenuhi pertumbuhan dan produksi dari suatu tanaman agar optimal. Menurut Lingga (Hamidah, 2009), suatu tanaman akan tumbuh subur bila elemen yang tersedia cukup dan sesuai dengan kebutuhan tanaman, penambahan unsur hara yang berlebihan tidak menghasilkan pertumbuhan vegetatif maupun generatif yang sebanding dengan unsur hara yang diberikan. Sehingga pemupukan berimbang merupakan hal penting bagi pertumbuhan dan produksi bagi tanaman untuk mencukupi kebutuhan unsur hara tanaman. Pemberian pupuk phonska pada tanaman kacang hijau dapat memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman karena pupuk phonska mengandung unsur hara N, P, K dan S sekaligus serta memacu pertumbuhan akar dan sistem perakaran yang baik. Ini dilihat dari pertumbuhan tinggi tanaman kacang hijau memperlihatkan pertumbuhan yang baik. Secara teoritis menurut Jumin (2008) nitrogen berfungsi menambah tinggi tanaman, merangsang pertunasan dan mempertinggi kandungan protein. Fosfor berfungsi memperbaiki perkembangan perakaran khususnya akar lateral dan sekunder. Kalium berfungsi lebih tahan terhadap penyakit, dan penting bagi pembentukan karbohidrat dan proses translokasi gula dalam tanaman.
22
b. Jumlah Tangkai Hasil analisis data pertumbuhan dan produksi kacang hijau melalui pemberian pupuk phonska menunjukan bahwa pemberian pupuk phonska berpengaruh nyata terhadap jumlah tangkai pada umur 30 HST dan umur 57 HST. Tabel 4 memperlihatkan jumlah tangkai kacang hijau dengan dosis 300 kg/ha memberikan jumlah tangkai (cabang) lebih banyak dibandingkan dengan pemberian pupuk dengan dosis 200 kg/ha, 250 kg/ha, dan perlakuan tanpa pupuk. Hal ini karena kecukupan unsur hara yang diberikan mampu mensuplai unsur hara di dalam tanah sehingga mempengaruhi pertumbuhan jumlah tangkai (cabang) kacang hijau. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Saleh (Puguh Faluvi Kurniadi, 2011) bahwa ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Jenis dan jumlah unsur hara pada dasarnya harus tersedia dalam keadaan yang cukup dan berimbang agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 4) pada perlakuan tanpa pemberian pupuk memberikan pertumbuhan jumlah tangkai lebih rendah yakni 3,34 cabang (30 HST) dan 4,67 cabang (50 HST) bila dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya, hal ini karena tanaman hanya mencukupi kebutuhan unsur hara tersebut hanya dari dalam tanah, sehingga jumlah tangkainya lebih sedikit. Pemberian pupuk phonska pada tanaman, dapat memenuhi kekurangan unsur hara dari dalam tanah, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik karena kebutuhan unsur haranya tercukupi dalam hal ini pertambahan jumlah tangkai kacang hijau. Pembentukan cabang pada kacang hijau membutuhkan unsur hara esensial yang diantaranya adalah nitrogen. Terbentuknya cabang melalui proses pembelahan dan pembesaran sel tanaman. Unsur hara nitrogen sangat berperan dalam proses pembelahan dan pembesaran sel tersebut, sehingga kekurangan unsur nitrogen akan menghambat pembentukan cabang (Puguh Faluvi Kurniadi, 2011). Hasil penelitian Puguh Faluvi Kurniadi et al., (2011) tentang peningkatan produksi kacang hijau dengan pemberian pupuk kandang ayam dan NPK menyimpulkan bahwa pemberian pupuk anorganik diatas dosis anjuran mempengaruhi jumlah cabang primer kacang hijau, jadi semakin tinggi dosis yang
23
diberikan akan berakibat pada makin baiknya kuantitas jumlah cabang primer tanaman kacang hijau. Menurut Sarief (Kurniadi, 2011), bahwa ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Secara teoritis penelitian ini sejalan dengan pendapat Munawar (2011) tentang unsur nitrogen membantu pertumbuhan tanaman dan peningkatan produksi biji. Unsur fosfor berfungsi sebagai pembentuk inti sel, pembelahan dan perbanyakan sel, dan pembentukan lemak dan albumin. Unsur K berfungsi dalam pembentukan lapisan kutikula yang sangat penting untuk pertahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit dan pemasakan buah. c. Jumlah Polong setiap Tangkai Hasil analisis data pertumbuhan dan produksi kacang hijau melalui pemberian pupuk phonska berpengaruh nyata terhadap jumlah polong setiap tangkai kacang hijau. Tabel 5, terlihat jumlah polong setiap tangkai terdapat pada perlakuan pupuk phonska dengan dosis 300 kg/ha dan terendah terdapat pada perlakuan tanpa pupuk. Hal ini disebabkan kemungkinan pemberian pupuk phonska dalam jumlah tersebut dapat meningkatkan jumlah polong dalam setiap tangkai kacang hijau dan mempengaruhi pengisian biji kacang hijau. Tananaman yang tidak diberi perlakuan menghasilkan jumlah polong per tangkai lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya, hal ini karena tanaman kacang hijau hanya mensuplai pupuk dari dalam tanah tanpa ada tambahan unsur hara berupa pupuk. Pertambahan jumlah cabang kacang hijau mempengaruhi jumlah polong, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Handayani (2012), yang menyatakan bahwa memiliki tinggi tanaman dan jumlah cabang per tanaman yang tinggi, maka memiliki jumlah polong per tanaman tinggi pula. Ditambahkan yang dikemukakan oleh Khan (Handayani, 2012) bahwa tanaman yang tinggi memungkinkan banyak terbentuk cabang. Apabila cabang yang terbentuk tersebut produktif (menghasilkan polong), maka produksi polong tanaman tersebut lebih tinggi daripada tanaman yang pendek atau memiliki cabang produksi yang sedikit.
24
Pupuk phonska terdapat unsur N, P, K, dan S yang dapat membantu produksi
dari
penambahan
jumlah
polong
setiap
tangkainya,
memacu
pembentukan bunga, mempercepat panen serta menambah kandungan protein. Secara teoritis hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Jumin (2008) yang menjelaskan bahwa fosfor berfungsi memperbaiki pembungaan, pembuahan, pembentukan benih, sedangkan kalium berfungsi mengurangi efek negatif akibat pemupukan nitrogen dan menambah bobot biji serelia dan menambah bernas. d. Jumlah Biji Perpolong Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menjelaskan bahwa jumlah biji perpolong kacang hijau menunjukan pengaruh nyata pada taraf α = 5% akibat pemberian pupuk phonska. Hal tersebut dikarenakan pupuk phonska merupakan pupuk majemuk yang terdiri dari unsur N, P, K dan S; yang diketahui sangat mempengaruhi dan dapat memperbaiki pertumbuhan dan produksi kacang hijau. Dari Tabel 6 rataan jumlah biji perpolong kacang hijau terlihat bahwa perlakuan dengan dosis pupuk phonska tertinggi 300 kg/ha memberikan hasil rataan jumlah biji perpolong tertinggi yakni 10,35 biji dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan karena pemberian pupuk phonska yang sesuai dapat memicu pertumbuhan dan produksi yang optimal. Kacang hijau merupakan jenis tanaman legume yakni mempunyai bintil akar yang mampu menambat N dari udara bebas. Meskipun demikian kacang hijau juga membutuhkan unsur lain dalam proses pertumbuhan dan produksinya. Oleh karenanya dalam penelitian ini menggunakan pupuk phonska yang merupakan pupuk majemuk terdiri dari unsur N, P, K, dan S. Selanjutnya menurut teori Kuo (Ahadiyat Yugi dan Tri Harjoso, 2012) menyebutkan bahwa pada fase generatif P mampu merangsang pembentukan bunga, buah dan biji bahkan mampu mempercepat pemasakan buah dan membuat biji menjadi lebih bernas. e. Panjang Polong Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan dosis pupuk phonska berpengaruh nyata pada parameter panjang polong kacang hijau yang diteliti, dan perlakuan yang memberikan hasil tertinggi adalah perlakuan dengan
25
dosis pupuk phonska 300 kg/ha. Hal ini diduga karena pupuk phonska sangat efisien diserap dan digunakan oleh tanaman kacang hijau saat fase pertumbuhan maupun fase produksi. Menurut Purwono dan Hartono (Silvi Syafrina, 2009) buah kacang hijau berbentuk polong. Panjang polong sekitar 5-16 cm. Setiap polong berisi 10-15 biji. Polong kacang hijau berbentuk bulat silindris atau setelah tua berubah menjadi kecoklatan atau kehitaman. Polongnya mempunyai rambutrambut pendek/berbulu. Secara teori menurut Sutejo (Saribun, 2008) pemberian pupuk NPK Phonska terhadap tanah dapat berpengaruh baik pada kandungan hara tanah dan dapat berpengaruh baik bagi pertumbuhan tanaman karena unsur hara makro yang terdapat dalam unsur N, P dan K diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang akan diambil oleh tanaman dalam bentuk anion dan kation. Sehingga akan membuat fase produksi juga akan menjadi baik. f. Produksi Riil Berdasarkan hasil Uji BNT pada taraf α = 5% menunjukan bahwa perlakuan dengan dosis pupuk phonska 300 kg/ha memberikan hasil produksi riil yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Penggunaan pupuk Phonska mendorong penggunaan pupuk secara seimbang sesuai program peningkatan produksi, karena memudahkan petani untuk mendapatkan pupuk sebagai sumber hara N, P dan K secara bersamaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Budi Santoso et. all (2012) mengenai “Pengaruh Jarak Tanam Dan Dosis Pupuk NPK Majemuk Terhadap Pertumbuhan, Produksi Bunga, dan Analisis Usaha Tani Rosela Merah” yang memberikan respon positif; artinya bahwa penggunaan pupuk majemuk NPK lebih menghemat biaya dibanding dengan penggunaan pupuk N, P, dan K tunggal. Sebagai contoh dosis pemberian pupuk di tingkat petani untuk rosela merah secara umum yaitu 40 kg N + 36 kg P2O5 + 50 kg K2O setara dengan (200 kg urea + 100 kg TSP + 100 kg KCl)/ha (Santoso, 2008). Berdasarkan jumlah pupuk yang dibutuhkan setiap hektar bagi rosela merah sudah mencapai 400 kg. Adapun pada penelitian ini hanya membutuhkan dosis pupuk 45 kg NPK/ha
26
(300 kg Phonska/ha). Kalau dibandingkan dari segi dosis pupuk maka penggunaan pupuk NPK majemuk lebih efisien dari pada pupuk N, P, dan K tunggal. Setiap fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman berpengaruh terhadap produksi. Suatu tanaman akan menghasilkan produksi yang baik jika pertumbuhannya baik pula, sebaliknya suatu tanaman akan menghasilkan produksi buruk jika pertumbuhannya terganggu. Penggunaan pupuk majemuk phonska dapat meningkatkan produksi, berarti bisa meningkatkan pendapatan petani (Umar Permadi, 2007).