BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. PT Mandom Indonesia Tbk. PT Mandom Indonesia Tbk. didirikan pada tanggal 5 November 1969 sebagai perusahaan joint venture antara Mandom Corporation, Jepang dan PT The City Factory dengan nama PT Tancho Indonesia. PT Tancho Indonesia mulai berproduksi secara komersil pada bulan April 1971, kemudian pada tahun 2001 PT Tancho Indonesia berganti nama menjadi PT Mandom Indonesia Tbk. Kantor pusat PT Mandom Indonesia Tbk. terletak di Kawasan Industri MM 2100, Jl. Irian Blok PP, Bekasi 17520, sedangkan pabrik PT Mandom Indonesia Tbk. berlokasi di Sunter, Jakarta dan Kawasan Industri MM2100, Cibitung-Jawa Barat. Pabrik PT Mandom Indonesia Tbk. di Sunter khusus memproduksi seluruh produk kosmetik PT Mandom Indonesia Tbk. sementara pabrik PT Mandom Indonesia Tbk. di Cibitung berfungsi untuk memproduksi kemasan plastik dan juga sebagai pusat logistik. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PT Mandom Indonesia Tbk. meliputi produksi dan perdagangan kosmetika, wangi-wangian, bahan pembersih dan 35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
kemasan plastik termasuk bahan baku, mesin dan alat produksi untuk produksi dan kegiatan usaha penunjang adalah perdagangan impor produk kosmetika, wangi-wangian, bahan pembersih. Saat ini, PT Mandom Indonesia Tbk. memiliki 2 merek dagang utama yaitu Gatsby dan Pixy. Selain itu, PT Mandom Indonesia Tbk. juga memproduksi berbagai macam produk lain dengan merek Pucelle, Lucido-L, Tancho, Mandom, Spalding, Lovillea, Miratone, dan lain-lain termasuk beberapa merek yang khusus ditujukan untuk ekspor. Selain pasar domestik, PT Mandom Indonesia Tbk. juga mengekspor produk-produknya ke beberapa negara antara lain Uni Emirat Arab (UEA), Jepang, India, Malaysia, Thailand, dan lain-lain. Melalui UEA, produk-produk PT Mandom Indonesia Tbk. di reekspor ke berbagai negara di Afrika, Timur Tengah, Eropa Timur, dan lain-lain. PT Mandom Indonesia Tbk. memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham PT Mandom Indonesia Tbk. (IPO) kepada masyarakat pada tanggal 28 Agustus 1993. Jumlah saham yang ditawarkan adalah sebanyak 4.400.000 saham dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dan harga penawaran Rp7.350,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 30 September 1993. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham PT Mandom
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
Indonesia Tbk, antara lain: Mandom Corporation, Jepang (60,84%), PT Asia Jaya Paramita (11,32%) dan Wilson Suryadi Sutan (5,07%). Berkaitan dengan penelitian ini, maka berikut data yang peneliti gunakan yang berhubungan dengan PT Mandom Indonesia Tbk: Tabel 4.1. Data Rasio Keuangan PT. Mandom Indonesia Tbk. ROA
Current Ratio
Inventory Turnover
Tahun
Kuartal
DER
2011
1
0.0505
5.9641
2.0367
0.1668
2011
2
0.0632
4.9077
3.3978
0.1969
2011
3
0.0940
5.8598
4.7734
0.1708
2011
4
0.1238
11.7428
5.9428
0.1082
2012
1
0.0387
6.7135
1.6637
0.1606
2012
2
0.0639
6.6105
3.5122
0.1639
2012
3
0.1042
6.2067
4.8921
0.1751
2012
4
0.1192
7.7265
7.0989
0.1502
2013
1
0.0287
5.9515
1.7354
0.1904
2013
2
0.0590
4.9013
4.2297
0.2016
2013
3
0.1113
4.3020
6.2038
0.2299
2013
4
0.1092
3.5732
6.1392
0.2392
2014
1
0.0401
3.4927
1.7990
0.2547
2014
2
0.0576
2.1640
3.9952
0.3630
2014
3
0.0867
2.1385
5.2341
0.3861
2014
4
0.0941
1.7982
5.5002
0.4439
Sumber : Data diolah 4.1.2. PT Mustika Ratu Tbk. PT Mustika Ratu Tbk. didirikan pada tahun 1975 dan pada tahun 1978 PT Mustika Ratu Tbk. mulai menjalankan bisnis secara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
komersial dengan memproduksi jamu yang didistribusi di Jakarta, Semarang, Surabaya, Bandung dan Medan. PT Mustika Ratu Tbk. berdomisili di Jalan Gatot Subroto Kav. 74-74, Jakarta Selatan dan pabrik PT Mustika Ratu Tbk. berlokasi di Jalan Raya Bogor KM 26,4, Ciracas, Jakarta Timur. Pada 8 April 1981, pabrik PT Mustika Ratu Tbk. dioperasikan secara resmi. Pada tanggal 28 Juni 1995, PT Mustika Ratu Tbk. memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham MRAT (IPO) kepada masyarakat sebanyak 27.000.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp 2.600,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 27 Juli 1995. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham PT Mustika Ratu Tbk., antara lain: PT Mustika Ratu Investama (pengendali) (71,26%) dan BNYM S/A Investors Pacific INT (8,91%) PT Mustika Ratu Tbk. bergerak dalam industri pembuatan jamu, kosmetik dan bahan-bahan untuk perawatan kecantikan. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup dari aktivitas PT Mustika Ratu Tbk. meliputi fabrikasi, perdagangan, distribusi jamu, kosmetik dan minuman kesehatan dan lain-lain yang berkaitan dengan aktivitas bisnis. Beberapa varian jamu dan kosmetik PT Mustika Ratu Tbk., di antaranya perawatan rambut (shampoo bayam, minyak cem-ceman, shampoo merang, rice straw shampoo, hibiscus leaf 2 in 1 shampoo,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
dll.), perawatan wajah (pembersih jeruk nipis, ketimun, sari sekar gambir, mawar, penyegar mawar merah, ketimun, dll.), perawatan badan (zaitun, pepaya, kopi body care, dlll.), tren warna 2012 Amuspa Buketan, dll, jamu beras kencur, kunir asam, dan masih banyak lagi produk jamu dan kosmetik lainnya. Berkaitan dengan penelitian ini, maka berikut data yang peneliti gunakan berkaitan dengan PT Mustika Ratu Tbk: Tabel 4.2. Data Rasio Keuangan PT Mustika Ratu Tbk Tahun
Kuartal
ROA
Current Ratio
Inventory Turnover
DER
2011
1
0.0173
7.3001
1.4045
0.1523
2011
2
0.0289
6.5120
3.0857
0.1709
2011
3
0.0332
7.2026
4.7222
0.1569
2011
4
0.0660
6.2707
6.4696
0.1787
2012
1
0.0173
7.3001
1.4045
0.1523
2012
2
0.0306
6.3082
2.9371
0.1801
2012
3
0.0349
6.3430
4.7643
0.1793
2012
4
0.0675
6.0171
7.2237
0.1803
2013
1
0.0144
6.3837
1.2748
0.1660
2013
2
0.0227
6.5849
2.9606
0.1630
2013
3
0.0233
6.1646
3.9784
0.1734
2013
4
-0.0152
6.0541
5.2621
0.1636
2014
1
0.0024
5.4754
1.3758
0.1816
2014
2
0.0068
4.4223
2.8134
0.2306
2014
3
0.0152
4.8198
3.4748
0.2110
2014
4
0.0148
3.6128
5.0309
0.2991
Sumber : Data diolah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
4.1.3. PT Martina Berto Indonesia Tbk. Pada tanggal 01 Juni 1977, PT Martina Berto Tbk. berdiri sebagai industri rumah dengan produk bermerek Sariayu dan mulai beroperasi secara komersial sejak bulan Desember 1981. Pada tahun 1981, PT Martina Berto Tbk. mendirikan pabrik modern pertama di Pulo Ayan, Pulogadung Industrial Estate. Pada tahun 1986, pabrik kedua PT Martina Berto Tbk. didirikan di Pulo Kambing, Pulogadung Industrial Estate. Pada tahun 1995, pabrik PT Martina Berto ketiga didirikan di Gunung Putri, Bogor. Saat ini, PT Martina Berto Tbk. juga memiliki 27 gerai Martha Tilaar Shop (dulu bernama Puri Ayu). Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PT Martina Berto Tbk. terutama meliputi bidang manufaktur dan perdagangan jamu tradisional dan barang-barang kosmetika, serta perawatan kecantikan. Aktivitas utama PT Martina Berto Tbk. terdiri dari: 1.
Memproduksi barang kosmetik dan obat tradisional (jamu).
2.
Pemasaran dan Niaga kosmetik, perawatan kecantikan dan barang obat tradisional.
3.
Selain itu, PT Martina Berto Tbk. memiliki dukungan dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh anak perusahaannya, PT Cedefindo, yang kosmetik manufaktur kontrak atau makloon dengan kering, semi-padat, cair, dan aerosol. Selain itu,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
termasuk layanan formulasi, pendaftaran, pembuatan bahan baku / kemasan, proses produksi, pengemasan, dan satu-stop layanan logistik untuk internal Martha Tilaar Group dan eksternal kepada perusahaan lain. Segmen merek produk PT Martina Berto Tbk. terbagi kedalam 4 (empat) segmen, yaitu : 1.
Segmen A Plus : Dewi Sri Spa Martha Tilaar, Martha Tilaar PAC, Solusi Martha Tilaar, Jamu Garden Martha Tilaar.
2.
Segmen A
: Biokos Martha Tilaar, Rudi Hadisuwarno Martha Tilaar.
3.
Segmen B
: Sariayu Martha Tilaar, Martha Tilaar Warna Peduli, Belia Martha Tilaar.
4.
Segmen C
: Mirabella, Cempaka, Pesona, Martina. Saat ini, Pesona dan Martina produk telah terjual di Malaysia melalui penjualan langsung.
Saat ini, distribusi produk PT Martina Berto Tbk. telah menyebar ke setiap pelosok Indonesia. Produk-produk PT Martina Berto Tbk. juga telah tersebar di lebih dari 10 negara di seluruh dunia seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Jepang, Taiwan, Hong Kong, Jerman, Rusia, Arab Saudi, dan sebagainya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
Pada tanggal 30 Desember 2010, PT Martina Berto Tbk. memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham MBTO kepada masyarakat sebanyak 355.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham saham dengan harga penawaran Rp740,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 13 Januari 2011. Pemegang saham pengendali PT Martina Berto Tbk. adalah PT Marthana Megahayu Inti (66,82%), PT Marthana Megahayu (0,45%) dan PT Bringin Wulanki Ayu (0,48%). Berkaitan dengan penelitian ini, maka berikut data yang peneliti gunakan yang berkaitan dengan PT Martina Berto Tbk: Tabel 4.3. Data Rasio Keuangan PT Martina Berto Tbk Tahun
Kuartal
ROA
Current Ratio
Inventory Turnover
DER
2011
1
0.0188
3.8390
1.8372
0.3658
2011
2
0.0426
3.6322
3.8887
0.3930
2011
3
0.0605
3.4062
6.6658
0.4225
2011
4
0.0788
4.0810
12.2221
0.3524
2012
1
0.0204
4.8441
2.5040
0.2973
2012
2
0.0433
4.3075
6.1569
0.3357
2012
3
0.0631
3.9302
9.1243
0.3709
2012
4
0.0747
3.7102
13.5747
0.4025
2013
1
0.0115
3.8175
2.8032
0.3916
2013
2
0.0100
4.0373
5.3871
0.3609
2013
3
0.0497
5.0609
7.7046
0.2950
2013
4
0.0264
3.9914
12.0399
0.3555
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
2014
1
0.0041
4.1297
2.3427
0.3467
2014
2
0.0062
3.8856
4.5232
0.3711
2014
3
0.0044
4.5720
6.0500
0.3250
2014
4
0.0047
3.9542
8.9538
0.3650
Sumber : Data diolah
4.2 Hasil Statistik Deskriptif Statistik deskriptif merupakan hasil pengolahan data yang terdiri dari proses pengumpulan, penyajian dan peringkasan karakteristik data sehingga menghasilkan gambaran karakter sampel data dalam penelitian ini. Hasil dari statistik deskriptif yaitu berupa jumlah data yang digunakan (N), nilai maksimum (Maximum), nilai minimum (Minimum), nilai rata-rata (Mean) dan standar deviasi (Std. Deviation) masing-masing variabel. Berikut merupakan hasil uji statistik deskriptif dalam penelitian ini : Tabel 4.4. Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
ReturnOnAsset
48
-,0152
,1238
,044656
,0352909
CurrentRatio
48
1,7982
11,7428
5,125488
1,7432547
InventoryTurnOver
48
1,2748
13,5747
4,835725
2,8615874
DebtEuityRatio
48
,1082
,4439
,256069
,0969062
Valid N (listwise)
48
Sumber : Output SPSS 21. 2015 (data diolah).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
Berdasarkan tabel diatas, maka dengan melihat kolom N dapat diketahui jumlah data yang digunakan untuk masing-masing variabel yaitu berjumlah 48 data. Data yang peneliti gunakan dalam peelitian ini diambil dari laporan keuangan per triwulan 3 (tiga) perusahaan (PT Martina Berto Tbk, PT Mustika Ratu Tbk, PT Mandom Indonesia Tbk) selama 4 tahun (2011-2014). Jumlah tersebut jika di total menjadi 48 data (4 triwulan dalam setahun x 4 tahun x 3 perusahaan) atau sama dengan jumlah data yang ada di kolom N (48 data), sehingga dapat diketahui bahwa tidak ada data yang hilang pada masing-masing variabel. Rasio yang diujikan yaitu yang pertama adalah Return On Asset (ROA), dimana nilai maksimum (Maximum) variabel ROA adalah 12,38%, nilai minimum (Minimum) variabel ROA adalah -1,52%, nilai rata-rata (Mean) variabel ROA adalah 4,4656% serta standar deviasi (Std. Deviation) variabel ROA adalah 3,52909%. Berdasarkan data tersebut, dimana nilai rata-rata (Mean) variabel ROA lebih besar dari standar deviasi (Std. Deviation) variabel ROA (4,4656%>3,52909%) maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat kesenjangan yang besar antara data-data pada veriabel ROA. Rasio ke dua yang diujikan yaitu Current Ratio (CR), dimana nilai maksimum (Maximum) variabel CR adalah 1.174,28%, nilai minimum (Minimum) variabel CR adalah 179,82%, nilai rata-rata (Mean) variabel CR adalah 512,5488% serta standar deviasi (Std. Deviation) variabel CR adalah 174,32547%. Berdasarkan data tersebut, dimana nilai rata-rata (Mean) variabel CR lebih besar dari standar deviasi (Std. Deviation) variabel CR
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
(512,5488%>174,32547%) maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat kesenjangan yang besar antara data-data pada veriabel CR. Rasio ke tiga yang diujikan yaitu Inventory Turnover (ITO), dimana nilai maksimum (Maximum) variabel ITO adalah 1.357,47%, nilai minimum (Minimum) variabel ITO adalah 127,48%, nilai rata-rata (Mean) variabel ITO adalah 483,5725% serta standar deviasi (Std. Deviation) variabel ITO adalah 286,15874%. Berdasarkan data tersebut, dimana nilai rata-rata (Mean) variabel ITO lebih besar dari standar deviasi (Std. Deviation) variabel ITO (483,5725%>286,15874%) maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat kesenjangan yang besar antara data-data pada veriabel ITO. Rasio terakhir yang diujikan yaitu Debt to Equity Ratio (DER), dimana nilai maksimum (Maximum) variabel DER adalah 44,39%, nilai minimum (Minimum) variabel DER adalah 10,82%, nilai rata-rata (Mean) variabel DER adalah 25,6069% serta standar deviasi (Std. Deviation) variabel DER adalah 9,69062%. Berdasarkan data tersebut, dimana nilai rata-rata (Mean) variabel DER lebih besar dari standar deviasi (Std. Deviation) variabel DER (25,6069%>9,69062%)
maka dapat
diketahui
bahwa tidak terdapat
kesenjangan yang besar antara data-data pada veriabel DER.
4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik 4.5.1. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji kenormalan model regresi, variabel dependen (Return On Asset / ROA) dan variabel
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
independen (Current Ratio, Inventory Turnover dan Debt to Equity Ratio / DER) memiliki distribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan menggunakan 2 (dua) metode, yaitu digambarkan
melalui
grafik
Probability
Plot
dan
pengujian
Kolmogorov – Smirnov. Grafik Probability Plot yang dibentuk oleh variabel Return On Asset (ROA) sebagai variabel dependen dan Current Ratio, Inventory Turnover dan Debt to Equity Ratio (DER) sebagai variabel independen dari 3 (tiga) perusahaan yang termasuk dalam sektor kosmetik yang terdaftar di BEI adalah sebagai berikut : Grafik 4.1. Grafik Normal P-P Plot
Sumber : Output SPSS 21. 2015 (data diolah).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa titik-titik tersebar disekitar garis diagonal. Penyebaran titik-titik tersebut mengelilingi atau berdekatan dengan garis diagonal dan sebagian berada di garis diagonal yang mencerminkan bahwa data terdistribusi secara normal. Oleh karena itu data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikatakan baik karena data terdistribusi secara normal. Metode ke-2 yang digunakan untuk menguji normalitas yaitu dengan menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov. Pengujian ini diawali dengan penentuan hipotesis pengujian, yaitu: H0 : Data terdistribusi secara normal H1 : Data tidak terdistribusi secara normal Hasil pengujian Kolmogorov – Smirnov dapat dijabarkan melalui tabel sebagai berikut : Tabel 4.5. Hasil Uji Kolmogorov – Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ReturnOnAsset
CurrentRatio
InventoryTurnOver
DebtEuityRatio
48
48
48
48
,044656
5,125488
4,835725
,256069
,0352909
1,7432547
2,8615874
,0969062
,113
,100
,108
,196
,113
,097
,108
,196
-,095
-,100
-,107
-,138
Kolmogorov-Smirnov Z
,784
,689
,748
1,355
Asymp. Sig. (2-tailed)
,571
,729
,631
,051
N
Normal Parameters
a,b
Mean Std. Deviation Absolute
Most Extreme Differences Positive Negative
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Output SPSS 21. 2015 (data diolah). Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa seluruh variabel menghasilkan nilai signifikan (kolom Asymp. Sig. (2-tailed)) lebih besar dari 0,05. Masing-masing variabel menghasilkan nilai signifikan sebesar 0,571 untuk Return On Asset, 0,729 untuk Current Ratio, 0,631 untuk Inventory Turnover dan 0,051 untuk Debt to Equity Ratio. Hal ini menunjukan bahwa data memiliki distribusi normal. Selain itu, pada bagian bawah tabel diatas terdapat kerangan yang menjelaskan bahwa ‘Test distribution is Normal’. Pernyataan tersebut semakin menguatkan bahwa hipotesis H0 uji Kolmogorov – Smirnov diterima dan hipotesis H1 uji Kolmogorov – Smirnov ditolak atau dengan kata lain data yang digunakan terdistribusi secara normal.
4.5.2. Hasil Uji Autokorelasi Autokorelasi bisa didefinisikan sebagai korelasi diantara anggota observasi yang diurut menurut waktu (seperti kata deret berskala) atau ruang (seperti data lintas sektoral) (Gujarati, 2006). Atau dengan kata lain autokorelasi berarti keadaan dimana variabel gangguan pada suatu periode tertentu berkorelasi dengan variabel gangguan pada periode lain. Umumnya, pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
Hasil pengujian melalui DW dapat dibagi menjadi 5 kategori, dengan ketentuan sebagai berikut : Tabel. 4.6. Kriteria Nilai Uji Durbin Watson No
Kriteria
Hasil pengujian
1.
1,65 < DW< 2,35
Tidak ada autokorelasi
2.
1,21 < DW < 1,65
3.
2,35 < DW < 2,79
4.
DW < 1,21
5.
DW > 2,79
Tidak dapat disimpulkan
Terjadi Autokorelasi
Sumber: Wahid Sulaiman (89:2004) Hasil uji Durbin Watson yang dilakukan peneliti tertuang dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.7. Hasil Uji Durbin Watson b
Model Summary
Model
1
R
,459
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
a
Durbin-Watson
,210
,156
,0324125
2,301
a. Predictors: (Constant), DebtEuityRatio, InventoryTurnOver, CurrentRatio b. Dependent Variable: ReturnOnAsset
Sumber : Output SPSS 21. 2015 (data diolah). Berdasarkan tabel berikut diatas, maka dapat dilihat bahwa pengujian Durbin Watson yang dilakukan menghasilkan nilai DW
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
sebesar 2,301. Sesuai dengan tabel 4.6. nilai yang berada diantara 1,650 – 2,350 Sehingga
mengandung arti bahwa tidak terjadi autokorelasi.
hasil
pengujian
autokorelasi
dalam
penelitian
ini
menyatakan bahwa tidak terjadi autokorelasi. 4.5.3. Hasil Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan linier yang pasti antara peubah-peubah bebasnya. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factory) dalam tabel Coefficients seperti dibawah ini: Tabel 4.8. Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients
a
Unstandardized Standardized
Collinearity Correlations
Coefficients
Coefficients
Model
Statistics T
Sig.
Std. B
ZeroBeta
Partial
Error
(Constant)
1
CurrentRatio InventoryTurnOver DebtEuityRatio
,055
,047
-,002
,005
,006 -,128
Part
Tolerance
VIF
-,047 -,042
,284
3,522
,447
,773
1,293
-,193 -,175
,247
4,055
order
1,179
,245
-,079
-,312
,756
,101
,002
,508
3,337
,002
,378
,098
-,352
-1,306
,198
-,073
a. Dependent Variable: ReturnOnAsset
Sumber : Output SPSS 21. 2015 (data diolah).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
,449
51
Nilai Tolerance dan VIF menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Nilai Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih dan tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Batasan yang umum dipakai adalah nilai tolerance di atas 0,10 atau sama dengan nilai VIF dibawah 10. Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa seluruh nilai Tolerance diatas 0,10 , yaitu 0,284 untuk Current Ratio, 0,773 untuk Inventory Turnover dan 0,247 untuk Debt to Equity Ratio. Selain itu nilai VIF berada dibawah angka 10, yaitu 3,522 untuk Current Ratio, 1,293 untuk Inventory Turnover dan 4,055 untuk Debt to Equity Ratio. Angka-angka tersebut dapat menjelaskan bahwa seluruh variabel independen diatas tidak terdapat hubungan multikolinearitas sehingga dapat digunakan untuk memprediksi ROA. 4.5.4. Hasil Uji Heteroksiditas Uji Heteroksiditas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varian dari residual satu pengamatan
ke pengamatan
yang lain tetap, maka
disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda akan disebut heteroksiditas. Model
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
regresi yang baik adalah model yang terjadi heteroskedastisitas, yang ditandai dengan letak titik-titik pada grafik Scatterplot yang tersebar secara merata di atas maupun di bawah garis nol, tidak berkumpul di satu tempat, serta tidak membentuk pola tertentu. Berikut merupakan grafik Scatterplot yang akan digunakan untuk pengujian Heteroksiditas: Grafik 4.2. Grafik Scatterplot
Sumber : Output SPSS 21. 2015 (data diolah). Berdasarkan grafik diatas, maka dapat dilihat bahwa titik-titik tersebar secara merata di atas maupun di bawah garis nol, tidak berkumpul di satu tempat, serta tidak membentuk pola tertentu sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
heteroskedastisitas pada uji regresi ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tidak
terjadi
masalah
53
4.4 Hasil Uji Hipotesis 4.5.1. Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda Uji analisis regresi linear berganda dilakukan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Hasil pengujian analisis regresi linear berganda adalah sebagai berikut : Tabel 4.9. Hasil Uji Regresi Linear Berganda Coefficients
a
Unstandardized Standardized
Collinearity Correlations
Coefficients
Coefficients
Statistics
Model
t
Sig.
Std.
Zero-
B
Beta
Partial
Error
(Constant)
1
CurrentRatio InventoryTurnOver DebtEuityRatio
,055
,047
-,002
,005
,006 -,128
Part
Tolerance
1,179
,245
-,079
-,312
,756
,101
-,047 -,042
,284
3,522
,002
,508
3,337
,002
,378
,447
,773
1,293
,098
-,352
-1,306
,198
-,073
-,193 -,175
,247
4,055
,449
a. Dependent Variable: ReturnOnAsset
Sumber : Output SPSS 21. 2015 (data diolah). Berdasarkan tabel tersebut diatas, maka diketahui bahwa nilai β Inventory
Turnover
peningkatan
VIF
order
bernilai
Inventory
positif
Turnover
sehingga
maka
akan
apabila
terjadi
diikuti
dengan
peningkatan ROA sebesar 0,006 dengan signifikan 0,002.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
4.5.2. Hasil Uji Parsial (Uji T) Uji T dilakukan untuk menguji seberapa jauh pengaruh masingmasing variabel independen (Current Ratio, Inventory Turnover dan Debt to Equity Ratio) terhadap variabel dependen (ROA). Parameter yang digunakan adalah tingkat signifikan, dimana jika tingkat signifikan lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan diterima atau dikatakan signifikan. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5% maka variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen atau dikatakan tidak signifikan. Hasil pengujian parsial menggunakan uji T dapat dijabarkan sebagai berikut : Tabel 4.10. Hasil Uji T (parsial) Coefficients Model
Unstandardized Standardized Coefficients B
Std.
a
t
Sig.
1
CurrentRatio InventoryTurnOver DebtEuityRatio
,055
,047
-,002
,005
,006 -,128
Collinearity
Coefficients
Statistics
Beta
Zero-
Error (Constant)
Correlations
Partial
Part
Tolerance
VIF
-,047 -,042
,284
3,522
,447
,773
1,293
-,193 -,175
,247
4,055
order 1,179
,245
-,079
-,312
,756
,101
,002
,508
3,337
,002
,378
,098
-,352
-1,306
,198
-,073
,449
a. Dependent Variable: ReturnOnAsset
Sumber : Output SPSS 21. 2015 (data diolah). Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa hanya variabel Inventory Turnover yang berpengaruh nyata terhadap variabel ROA karena memiliki tingkat signifikan < 0,05 (0,002). Sementara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
variabel Current Ratio dan Debt to Equity Ratio dapat dikatakan tidak berpengaruh karena tingkat signifikannya > 0,05 , yaitu masingmasing sebesar 0,756 dan 0,198. Pengaruh Inventory Turnover terhadap ROA berdasarkan nilai β (0,006) yaitu Inventory Turnover berpengaruh positif terhadap ROA. Artinya, setiap terjadi peningkatan terhadap variabel Inventory Turnover sebesar 1% maka akan meningkatkan variabel ROA sebesar 3,337. Peningkatan ROA yang diakibatkan oleh peningkatan Inventory Turnover ini disebabkan oleh efektifitas suatu perusahaan dalam mengelola persediaannya. Karena semakin cepat tingkat perputaran persediaan (Inventory Turnover) maka dapat menurunkan biaya yang ditimbulkan oleh persediaan tersebut. Biaya tersebut dapat mengurangi laba perusahaan sehingga mempengaruhi tingkat ROA. Dengan demikian, maka hipotesis Ha2 yang menyebutkan bahwa Inventory Turnover berpengaruh terhadap ROA perusahaan kosmetik yang terdaftar di BEI periode 2011-2014 dapat diterima. 4.5.3. Hasil Simultan (Uji Statistik F) Pengujian menggunakan uji F dilakukan untuk menguji apakah variabel-variabel
independen
secara
bersama-sama
signifikan
berpengaruh terhadap variabel dependen (Wahid Sulaiman,2004:86). Hipotesis untuk uji F adalah sebagai berikut : 1.
Ho : Current Ratio, Inventory Turnover dan DER secara bersama-sama
tidak
berpengaruh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
terhadap
ROA
56
perusahaan kosmetik yang terdaftar di BEI periode 20112014. 2.
Ha : Current Ratio, Inventory Turnover dan DER secara bersama-sama berpengaruh terhadap ROA perusahaan kosmetik yang terdaftar di BEI periode 2011-2014 Pada penelitian ini, derajat kepercayaan yang diwujudkan
dengan tingkat signifikan yang digunakan adalah sebesar 0,05. Sehingga apabila tingkat probabilitas (sig F) < 0,05 maka hipotesis Ho diterima, yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Demikian pula sebaliknya apabila probabilitas (sig F) > 0,05 maka hipotesis Ho ditolak, yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel independent terhadap variabel dependen. Berikut merupakan tabel hasil pengujian menggunakan uji F: Tabel 4.11. Hasil Uji F a
ANOVA Model Regression
Sum of Squares
df
Mean Square
,012
3
,004
1 Residual
,046
44
,001
Total
,059
47
F 3,906
a. Dependent Variable: ReturnOnAsset b. Predictors: (Constant), DebtEuityRatio, InventoryTurnOver, CurrentRatio
Sumber : Output SPSS 21. 2015 (data diolah)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sig. ,015
b
57
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa nilai F hitung adalah sebesar 3,906 dengan tingkat signifikan sebesar 0,015. Dengan melihat nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05, dapat diketahui bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Sehingga hipotesis Ha yang diajukan yaitu Current Ratio, Inventory Turnover dan DER secara bersama-sama berpengaruh terhadap ROA perusahaan kosmetik yang terdaftar di BEI periode 2011-2014 diterima.
4.5 Pembahasan 4.5.1. Pengaruh Current Ratio terhadap Return on Assets (ROA) Berdasarkan hasil uji T, Current Ratio perusahaan kosmetik yang terdaftar di BEI periode 2011-2014 berpengaruh negatif dengan tidak signifikan terhadap ROA. Nilai likuiditas yang tinggi berpengaruh terhadap tingginya nilai iddle cash yang mengendap di asset lancar, akan tetapi likuiditas yang tinggi juga mencerminkan risiko kegagalan pembayaran kewajiban jangka pendek kecil, sehingga membuat perusahaan terhindar dari denda atau bunga dari keterlambatan pembayaran hutang dan risiko yang akan ditanggung pemegang saham semakin kecil dan mengurangi ketidakpastian bagi investor. Dalam beberapa penelitian sebelumnya pada sampel yang berbeda yang dikemukan oleh Nindya Afrinda (2013) , Hermawan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
Prasetyo Wibowo & Winarno M.Si (2012), Fitri Linda Rahmawati (2010) dan Budi Priharyanto, SE, Akt (2009) juga menghasilkan kesimpulan yang sama dimana Current Ratio berpengaruh negatif dengan tidak signifikan terhadap ROA. Hal ini semakin menguatkan hasil penelitian ini yang dalam pengujiannya menggunakan uji T terhadap variabel Current Ratio dan Return on Asset. 4.5.2. Pengaruh Inventory Turnover terhadap Return on Assets (ROA) Berdasarkan hasil uji T, Inventory Turnover perusahaan kosmetik yang terdaftar di BEI periode 2011-2014 berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Hal ini menunjukan tingkat perputaran persediaan cepat dan dapat mencapai efisiensi persediaan melalui penurunan biaya yang ditimbulkan oleh persedian tersebut seperti misalnya biaya penyimpaan persediaan, biaya asuransi persediaan, biaya gudang persediaan dan lain sebaagainya. Selain itu, dapat mengurangi dana yang tertanam dalam persediaan sehingga dapat meningkatkan kemungkinan perolehan laba. Kesimpulan serupa juga diperoleh dalam penelitian sebelumnya yang menganalisa pengaruh Inventory Turnover, yaitu yang diteliti oleh Hermawan Prasetyo Wibowo & Winarno M.Si (2012), Fitri Linda Rahmawati (2010) dan Budi Priharyanto, SE, Akt (2009). Penelitian tersebut diatas menghasilkan kesimpulan Inventory Turnover berpengaruh positif terhadap ROA.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
4.5.3. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return on Assets (ROA) Berdasarkan hasil uji T, Debt to Equity Ratio perusahaan kosmetik yang terdaftar di BEI periode 2011-2014 berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. DER merupakan rasio yang mengukur tingkat penggunaan utang (leverage) terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Dalam keadaan normal semakin besar tingkat utang, maka perusahaan akan mendapat pendapatan/ keuntungan dari investasi yang dibiayai dari hutang yang menyebabkan lebih besar dari pada bunga yang harus dibayarkan sehingga dapat meningkatkan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Selain itu semakin besar DER maka akan meningkatkan modal sehingga semakin besar tingkat kepercayaan pihak luar karena jika modal besar, kesempatan untuk memperoleh laba juga besar. Oleh karena itu laba yang besar dapat meningkatkan ROA. Penelitian terdahulu yang membahas mengenai pengaruh DER terhadap ROA dan menghasilkan kesimpulan DER berpengaruh positif terhadap ROA yaitu dilakukan oleh Budi Priharyanto, SE, Akt (2009). 4.5.4. Pengaruh Current Ratio, Inventory Turnover dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return on Assets (ROA) Berdasarkan hasil pengujian menggunakan uji F, diketahui bahwa jumlah aktiva lancar, jumlah persediaan dan total hutang akan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan kosmetik yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. Hal ini dapat disebabkan oleh aktiva lancar yang ideal dapat digunakan untuk menjamin kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancar tanpa harus mengendapkan dana yang terlalu besar dalam aktiva lancar (idle cash). Sementara tingkat persediaan yang efisien dapat memperlancar kegiatan penjualan perusahaan dan dapat
menghemat biaya
persediaan yang timbul akibat persediaan yang menumpuk digudang. Yang terakhir yaitu pengelolaan utang yang baik adalah dengan memperhitungkan jumlah keuntungan yang didapat dibandingkan dengan beban bunga yang dikeluarkan. Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat diketahui bahwa peningkatan profitabilitas yang diperoleh dari Current Ratio, Inventory Turnover dan DER diperoleh dari pemanfaatan dana untuk kegiatan produktif (menghindari idle cash), penghematan biaya persediaan dan selisih keuntungan atas pengelolaan utang dengan beban bunga.
http://digilib.mercubuana.ac.id/