BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Keadan Umum Daerah Penelitian
4.1.1 Letak Dan Keadaan Geografis Kecamatan Telaga berjarak 6 km dari ibukota Kabupaten Gorontalo. Daerah ini bertofografi rendah dengan luas wilayah 100,47 km2 dan berjarak 19 m dari permukaan laut. Secara administrasi Kecamatan Telaga mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo. 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tilango dan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo.
Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorntalo Provinsi Gorontalo. Kecamatan Telaga terdiri dari 9 desa yaitu : Desa Bulila, Desa Mongolato, Desa Luhu, Desa Hulawa, Desa Pilohayanga, Desa Pilohayanga Barat, Desa Dulohupa, Desa Dulamayo Selatan, Desa Dulamayo Barat. Untuk mengetahui luas geografis desa-desa di Kecamatan Telaga dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas dan Geografis Desa-Desa di Kecamatan Telaga, 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Desa Bulila Mongolato Luhu Hulawa Pilohayanga Dulamayo Selatan Dulamayo Barat Pilohayanga Barat Dulohupa Jumlah
Luas (Km2) Area 0,74 0,96 2,12 2,04 2,06 22,00 25,02 2,00 1,50 54,38
Persentase (%) 1,27 1,64 3,63 3,49 3,52 37,46 42,81 3,42 2,57 100,00
Sumber : Data Monografi Kecamatan Telaga, 2011
Berdasarkan Tabel 1, di atas dapat diketahui bahwa desa yang memiliki luas area yang paling luas adalah Desa Dulamayo Barat sebesar 25,02 Km2atau sebesar 42,81%. Sedangkan yang paling kecil yaitu Desa Bulila sebesar 0,74 Km2 atau sebesar 1,27%.
4.1.2 Keadaan Penduduk Jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Telaga menurut desa-desa yang ada dapat dilihat pada Tabel 2, dibawah ini.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa-Desa di Kecamatan Telaga, 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Desa
Jumlah Penduduk 2381 2635 3772 3675 2350 1285 1047 1320 1626 21091
Bulila Mongolato Luhu Hulawa Pilohayanga Dulamayo Selatan Dulamayo Barat Pilohayanga Barat Dulohupa Jumlah
Persentase (%) 11,85 13,12 18,77 18,29 11,70 6,40 5,21 6,57 8,09 100,00
Sumber : Data Monografi Kecamatan Telaga, 2011
Berdasarkan Tabel 2, di atas terlihat banyaknya jumlah penduduk di Kecamatan Telaga pada tiap-tiap desa. Adapun desa yang penduduknya lebih banyak adalah Desa Luhu, penduduk di Desa ini mencapai 3,772 jiwa (18,77%), dan desa yang jumlah penduduknya paling sedikit yaitu Desa Dulamayo Barat sebesar 1,047 jiwa (5,21%). Tabel 3. Kepadatan Penduduk Desa-Desa di Kecamatan Telaga, 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Desa Bulila Mongolato Luhu Hulawa Pilohayanga Dulamayo Selatan Dulamayo Barat Pilohayanga Barat Dulohupa Jumlah
Kepadatan Penduduk per km2 3,175 2,803 1,788 1,833 940 89 42 660 1,084 1741,68
Persentase (%) 25,58 22,58 14,40 14,77 7,57 0,72 0,34 5,32 8,73 100,00
Sumber : Data Monografi Kecamatan Telaga, 2011
Berdasarkan Tabel 3, menunjukan bahwa adanya perbedaan kepadatan penduduk di Kecamatan Telaga untuk tiap-tiap desa. Hal ini disebakan oleh program
pemekaran Desa. Desa yang penduduknya lebih padat yaitu Desa Bulila yang mencapai 3,175 km2 (25,58%) sedangkan desa yang kepadatan penduduknya relatif kecil yaitu Desa Dulamayo Barat sebesar 42 km2 (0,34%).
1.1.3 Industri Industri rumah tangga yang ada di Kecamatan Telaga yang memproduksi tahu/tempe sebesar 33 industri dan untuk mengetahui jumlah industri tahu/tempe di Kecamatan Telaga dapat dilihat pada Tabel 4, dibawah ini. Tabel 4. Jumlah Unit Usaha Industri di Kecamatan Telaga, 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Desa Bulila Mongolato Luhu Hulawa Pilohayanga Dulamayo selatan Dulamayo barat Dulohupa Jumlah
Minyak kelapa
Roti/kue kering
2 2 13 10 27
2 4 18 14 38
Gula merah 55 12 67
Tahu/ tempe 5 2 7
Sumber : BPS Kabupaten Gorontalo, 2011
Berdasarkan Tabel 4, di atas dapat dilihat bahwa industri rumah tangga yang memproduksi tahu dan tempe yang ada di Kecamatan Telaga yang paling banyak yaitu pada Desa Bulila dengan jumlah 5 industri dan yang paling sedikit yaitu yang ada di desa Hulawa dengan jumlah 2 industri. akan tetapi industri tempe yang masih melakukan proses produksi hanya 3 industri yaitu 2 industri berada di Desa Hulawa dan satu industri berada di Desa Bulila.
4.2
Sejarah Industri Tempe
Industri rumah tangga tempe yang ada di Kecamatan Telaga berjumlah tiga industri yaitu :
1. Usaha yang dimiliki oleh Ibu Saona Usaha Ibu Saona merupakan usaha yang hanya memproduksi tempe. Usaha ini didirikan pada Tahun 2009 di Desa Hulawa Kecamatan Telaga induk, dengan modal awal Rp 500.000. Pada awalnya Ibu Saona memproduksi tempe dengan bahan baku kedelai dalam sehari 5 Kg dengan berkembangnya usaha Ibu Saona sekarang sudah memproduksi 50 Kg kedelai dalam sehari. Dari ketiga industri yang ada di Kecamatan Telaga, tempe yang diproduksi oleh Ibu Saona menggunakan 2 kemasan yaitu tempe dalam kemasan daun dan plastik. usaha tempe Ibu Saona yang ada di Kecamatan Telaga, usaha tempe Bapak Sulasti dan Bapak Darwoto. 2. Usaha yang dimiliki oleh Bapak Sulasti Usaha yang dimiliki oleh Bapak Sulasti didirikan pada Tahun 1992 di Desa Bulila Kecamatan Telaga dengan modal awal Rp 600.000.
Bapak Sulasti
memproduksi tempe 100 kg/hari berbahan baku kedelai yang dibeli dari palu melalui jalur lintas darat dan adapun dalam proses produksi dibantu oleh dua karyawan yang dari pertama berdirinya usaha tempe Tahun 1992 sampai Tahun 2012 sekarang ini. Berbeda dengan usaha yang dimiliki oleh Ibu Saona, Bapak Sulasti hanya menggunakan satu kemasan saja yaitu kemasan plastik. 3. Usaha yang dimiliki Bapak Darwoto Usaha yang didirikan oleh Bapak Darwato merupakan usaha yang bergerak dibidang pengolahan pangan yaitu kedelai diolah menjadi tempe. Usaha Bapak Darwato telah berjalan selama 12 tahun di Desa Hulawa Kecamatan Telaga. Mulai dari didirikannya usaha pada tahun 2000 sampai saat ini usaha Bapak Darwoto semakin berkembang dan mengalami peningkatan jumlah produksi yaitu dari 20 bungkus dengan bahan yang digunakan 6 kg kedelai menjadi 500 bungkus dengan bahan baku yang digunakan 100 kg setiap harinya. Dalam menjalankan usahanya Bapak Darwoto dibantu oleh tiga karyawan yang berasal dari luar keluarga.
4.3 Analisis Keuntungan Keuntungan yang akan dianalisis pada penelitian ini rata-rata dari ketiga industri rumah tangga tempe yang ada di Kecamatan Telaga. 1. Biaya tetap Biaya tetap adalah sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit. Selain itu biaya tetap dapat pula dikatakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi produk. Misalnya penyusutan alat, pajak, air, listrik. Untuk rata-rata biaya tetap untuk produksi tempe dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jenis Biaya Tetap Tempe pada Industri Rumah Tangga di Kecamatan Telaga, 2012 No 1 2 3 4
Jenis biaya tetap Penyusutan alat Pajak Listrik Air Jumlah
Jumlah (Rp/Bulan) 7.046.583 8.338,19 571.666,67 16.666,67 7.643.254,53
Sumber: Data dioah,2012l
Berdasarkan Tabel 5, di atas dapat dilihat bahwa sumber biaya tetap industri rumah tangga tempe terbesar berasal dari penyusutan alat yaitu sebesar Rp 7.046.583 selama satu bulan, dan yang paling kecil berasal dari pajak sebesar Rp 8.338,19. 2. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi komoditas pertanian yang diperoleh. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya variabel seperti tenaga kerja, biaya bahan baku, biaya bahan bakar. Yang semuanya dinyatakan dalam satuan rupiah. Untuk mengetahui jumlah biaya variabel industri tempe dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Biaya Variabel Tempe pada Industri Rumah Tangga Tempe di Kecamatan Telaga, 2012 No
Jenis biaya
1
Biaya bahan baku tempe - Kacang kedelai - Ragi tempe - Tepung - Arlut
Fisik
Satuan
Harga (Rp)
Jumlah(Rp)
2.000
kg
7.000
30
kg
12.000
360.000
175 30
kg kg
6.000 20.000
1.050.000 600.000
Total biaya(Rp)
14.000.000
16.010.000 2
3
Bahan bakar - Minyak 15 tanah Kemasan - Plastik 30 - Daun 30
Liter
11.000
165.000 165.000
Kg Kg
13.000 15.000
390.000 450.000 840.000
4 S
Upah TK
5
Total
Orang
1.000,000 1.000.000 18.015.000
Sumber: Data Diolah, 2012
Berdasarkan Tabel 6, di atas dapat dilihat bahwa biaya bahan baku pembuatan tempe yaitu sebesar Rp. 16.010.000 untuk masing-masing industri yang terdiri atas biaya bahan bakar yang dikeluarkan pengusaha dalam satu bulan sebesar Rp 165.000 biaya yang dikeluarkan dalam proses pengemasan plastik sebesar Rp
840.000,
kemasan daun dengan jumlah Rp 450.000. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh pengusaha industri rumah tangga tempe yaitu sebesar Rp 1.000.000 selama satu bulan.
3. Total biaya Total biaya adalah hasil dari penjumlahan seluruh biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan selama proses produksi. Besarnya rata-rata biaya total untuk proses produksi tempe selama satu bulan dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Biaya Total Usaha Tempe pada Industri Rumah Tangga di Kecamatan Telaga No
Jenis biaya total
Total biaya(Rp/Bulan)
Persentase(%)
1
Biaya tetap
7.643,254.53
29,79
2
Biaya Variabel
18.015.000
70,21
Jumlah
25.658.254,53
100
Sumber : Data Diolah, 2012
Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa rata-rata total biaya yang dikeluarkan pengusaha industri rumah tangga tempe di Kecamatan Telaga untuk pembuatan tempe selama satu bulan sebesar Rp. 25.658.254,53 Untuk pembuatan tempe berasal dari biaya variabel yaitu Rp. 18.015.000 atau sebesar 70,21%. Sedangkan rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan dalam satu bulan sebesar Rp. 7.643.254,53 atau sebesar 29,79%. 4.4 Penerimaan dan Pendapatan Penerimaan pengusaha industri rumah tangga tempe merupakan perkalian antara total produk tempe yang dihasilkan dalam satu bulan produksi dikalikan dengan harga jual. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel
No
8. Penerimaan Tempe pada industri Rumah Tangga Tempe di Kecamatan Telaga, 2012 Nama
1. Saona 2. Sulasti 3. Darwoto Jumlah Rata-rata
Produksi (Bungkus/ Bulan) 15.000 30.000 15.000 60.000 20.000
Harga 2.000 2.000 2.000 6.000 2.000
Penerimaan (Rp) 30.000.000 60.000.000 30.000.000 120.000.000 40.000.000
Sumber : Data Diolah, 2012
Bedasarkan Tabel 8, dapat dilihat rata-rata jumlah produksi tempe dalam penelitian ini adalah Rp 20.000 bungkus dengan rata-rata jumlah penerimaan Rp 40.000.000. Keuntungan yang diperoleh dari produksi tempe merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total. Untuk mengetahui keuntungan tempe dapat dilihat pada Tabel 9, dibawah ini. Tabel 9. Rata-rata Pendapatan Usaha Tempe pada Indutri Rumah Tangga Tempe di Kecamatan Telaga, 2012 No 1 2
Uraian Penerimaan Total Biaya Pendapatan
Nilai 40.000.000,00 25.658.254,53 14.341.745,47
Sumber : Data Diolah, 2012
Berdasarkan Tabel 9, di atas dapat dilihat bahwa rata-rata penerimaan sebesar Rp. 40.000.000. Total biaya sebesar Rp 25.658.254,47. Dimana penerimaan yang diperoleh industri rumah tangga tempe lebih besar dibandingkan dengan total biaya. Sehingga pendapatan dari usaha tempe yaitu 14.341.745,47 dalam satu bulan artinya pendapatan dari usaha tempe cukup besar
4.5 Analisis Kelayakan Kelayakan usaha industri rumah tangga tempe di Kecamatan Telaga dapat dihitung dengan menggunakan R/C rasio, dimana perbandingan antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa rata-rata penerimaan industri rumah tangga tempe di Kecamatan Telaga sebesar Rp. 40.000.000 sedangkan jumlah total biaya selama satu bulan sebesar Rp. 25.658.254,53. Untuk mengetahui berapa besar efisiensi yang diperoleh oleh industri tempe dapat diketahui dengan total penerimaan dibahagi dengan total biaya sehingga diperoleh R/C rasio pada industri tempe sebesar 1,5 R/C > 1 sehingga layak untuk dikembangkan artinya setiap biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan tempe sebesar Rp 1, maka penerimaan akan meningkat sebesar Rp 1,5.
4.6 Distribusi Bahan Baku Tempe 1. Bahan Baku Tempe Adalah Kedelai Memproduksi tempe digunakan bahan baku pokok yaitu kedelai. Pengaruh bahan baku terhadap produksi tempe menandakan bahwa dalam usaha tempe sangat tergantung dari bahan baku yang tersedia. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan tempe yaitu bahan dasar utama yang digunakan untuk memproduksi tempe, apabila bahan baku kurang tersedia, maka akan berdampak
pada
terhambatnya produksi tempe yang akan dihasilkan oleh produsen. Kegiatan industri rumah tangga dapat dilakukan sesuai dengan sumber daya alam lokal seperti rumah tangga berbahan baku tempe. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan distribusi kedelai tempe pada industri rumah tangga
tempe yang ada di Kecamatan Telaga yaitu pengusaha
memeperoleh bahan baku untuk pembuatan tempe dari petani kedelai bahkan ada
juga yang didistribusi dari Sulawesi Tengah (Palu). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar distribusi bahan baku tempe dibawah ini :
Produsen Petani
Pengecer
Pengusaha Tempe
Saluran II Petani Saluran I Gambar 3. Distribusi Bahan Baku Tempe Kedelai Berdasarkan Gambar 3, dapat dilihat bahwa distribusi bahan baku tempe pada industri rumah tangga terdiri dari distribusi langsung dan tidak langsung. Saluran I merupakan distribusi langsung yaitu petani langsung menjual kedelai kepada pengusaha tempe, sedangkan saluran 2 merupakan saluran tidak langsung dimana dalamm distribusi kedelai petani produsen menggunakan peran pedagang pengecer yang berasal dari Gorontalo untuk menyalurkan kedelai kepada pengusaha tempe. Pemasaran untuk menyalurkan tempe dari produsen ke konsumen pada industri tempe masih merupakan masalah. Masalah utama yang dihadapi para pengrajin tempe adalah biaya produksi yang semakin tinggi. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) menjadikan harga kedelai dan harga bahan-bahan seperti kemasan baik plastik maupun daun, ragi dan minyak tanah menjadi naik. Kenaikan harga barang-barang tersebut telah menyebabkan biaya produksi yang dikeluarkan juga semakin besar. Kondisi ini sangat dirasakan oleh para pengrajin tempe yang mempunyai modal pas-pasan sehingga jalan keluar yang terbaik untuk bertahan dalam industri tempe adalah dengan mengurangi volume produksi. Pemasaran tempe yang ada di Kecamatan Telaga berbeda-beda, ada pemasaran yang langsung dan ada pula pemasaran tidak langsung. Pemasaran langsung yaitu tempe langsung di jual ke konsumen yang berada sekitar pabrik tempe sedangkan pemasaran tidak langsung yaitu tempe dipasarkan melalui peran pedagang perantara yaitu tempe dipasarkan ke pasar oleh pengrajin itu sendiri, selain itu tempe
juga dipasarkan menggunakan perantara yaitu pedagang sayur. Pedagang sayur menjual tempe langsung menemui konsumen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4 dibawah ini
Pedagang Pengecer
Pengusaha Tempe
Konsumen
Gambar 4 Distribusi Pemasaran Produk Tempe Berdasarkan Gambar 4 di atas dapat dilihat bahwa pemasaran tempe yang terbentuk yaitu pemasaran langsung dan tidak langsung. Pemasaran langsung yaitu pengusaha tempe memasarkan langsung tempe kepada konsumen yang berada disekitar pabrik tempe, sedangkan pemasaran tidak langsung yaitu dalam memasarkan tempe pengusaha menggunakan peran pedagang pengecer seperti pedagang sayur untuk memasarkan tempe hingga sampai ketangan konsumen.
4.7 Pengujian hipotesis Industri tempe merupakan industri kecil yang mampu menyerap sejumlah besar tenaga kerja baik yang terkait langsung dalam proses produksi maupun yang terkait dengan perdagangan bahan yang merupakan masukan maupun produk hasil olahan. Pendapatan para pengrajin tempe sangat tergantung dari penjualan dan biaya yang dikeluarkan. Tujuan dari penelitian yaitu mengetahui distribusi bahan baku tempe pada industri rumah tangga dan keuntungan usaha tempe pada industri rumah tangga. Pada hasil penelitian usaha tempe yang ada di Kecamatan Telaga memperoleh bahan baku tidak hanya di Gorontalo akan tetapi ada juga yang berasal dari luar Gorontalo dan pengusaha industri rumah tangga tempe yang ada di Kecamatan Telaga rata-rata memperoleh keuntungan sebesar 13281745.47 sehingga layak untuk dikembangkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Nina (2010) ), tentang Analisis Usaha Industri
Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa biaya total yang dikeluarkan oleh produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri selama satu bulan (Maret, 2010) sebesar Rp 5.164900, sedangkan penerimaan rata-rata diperoleh setiap produsen adalah Rp 5.807300/bulan. Keripik tempe di Kabupaten Wonogiri tersebut termasuk menguntungkan dengan nilai profitabilitas sebesar 12,44%, industri rumah tangga keripik tempe yang dijalankan selama ini sudah efisien dan penerimaan juga sudah menguntungkan. Berdasarkan uraian di atas bahwa hipotesis hasil penelitian ini diterima karena industri rumah tangga tempe di Kecamatan Telaga menguntungkan.