BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Desa Dumolodo merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah kecamatan Gentuma Raya kabupaten Gorontalo Utara yang memiliki luas wilayah ± 725 ha/m2 yang meliputi wilayah daratan rendah dan berbukit-bukit. Desa Dumolodo terletak dibagian sebelah timur kecamatan Atinggola dengan jarak tempuh kira-kira kurang lebih 15 Km, dan dibagian sebelah selatan Kab. Bone Bolango dengan jarak tempuh kira-kira 92 Km. Keadaan iklimnya tropis yaitu pada bulan april - agustus (bulan basah), (bulan kering) dan bulan september – maret. Luas batas-batas wilayah Administrasi Desa Dumolodo sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan laut sulawesi - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Imana - Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Tapa - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Gentuma Serta di dalam Desa Dumolodo terdiri dari 4 dusun yaitu: - Dusun Mekar Barat - Dusun Mekar Timur - Dusun Malagoso - Dusun sapawea
4.2 Keadaan Sosial Ekonomi 4.2.1 Keadaan Sosial Keadaan sosial masyarakat Desa Dumolodo ditunjukan pada kualitas SDM masyarakat di Desa Dumolodo, serta cenderung masih kuatnya budaya paternalistik. Meskipun demikian pola budaya seperti ini dapat dikembangkan sebagai kekuatan dalam pembangunan yang bersifat mobilisasi masa. Di samping itu masyarakat Desa Dumolodo yang cenderung memiliki sifat terbuka pada sesama sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pendorong untuk saling kerja sama. 4.2.2 Penduduk Secara umum jumlah penduduk di Desa Dumolodo di gambarkan pada uraian di bawah ini. Jumlah penduduk di Desa Dumolodo Kecamatan Gentuma adalah 1070 jiwa yang terdiri dari laki-laki 542 jiwa dan perempuan 528 jiwa. Jumlah kepala keluarga 276 (kk) di Desa Dumolodo.Keadaan penduduk di desa dumolodo selengkapnya dapat di lihat pada tabel 1 berikut :
Tabel 1. Keadaan Penduduk Desa Dumolodo Tahun 2012 NO 1. 2. 3. 4.
DUSUN Mekar barat Mekar timur malagoso sapawea JUMLAH
LAKI-LAKI (ORANG)
PEREMPUAN (ORANG)
JUMLAH (ORANG)
162 169 167 44 542
159 167 162 40 528
321 336 329 84 1.070
Seperti yang di jelaskan di atas bahwa jumlah penduduk Desa Dumolodo mencapai 1.070 orang dengan kategori menurut gologan umur antara 0,5-60 tahun ke atas yang akan di jelaskan pada tabel pertumbuhan penduduk: Tabel 2: Pertumbuhan Penduduk Menurut Golongan Umur No
DUSUN
0,5
6-16
17-24
25-55
55-60
60 atas
1
Mekar Timur
34
85
54
128
13
22
2
Mekar Barat
53
68
59
126
13
19
3
Malagoso
33
77
48
140
19
12
4
Sapawsea
11
14
13
31
10
5
ke
Sumber Data : Desa Dumolodo Dari hasil penelitian Keadaan sarana rumah penduduk di desa Dumolodo seperti rumah permanen berjumlah 13 rumah, rumah seni permanen 62 rumah, darurat 112 rumah, sumur 27 buah, wc dan kamar mandi masing-masing 22 dan 20 itupun yang sudah termasuk program PNPM (MCK) ini bisa di lihat dari tabel berikut ini
Tabel 3: Rumah Penduduk NO
SARANA DAN PRASARANA
JUMLAH
1
Rumah Permanen
13
2
Rumah Semi permanen
62
3
Rumah Darurat
112
4
Sumur
27
5
Wc
22
6
Kamar mandi
20
Sumber Data : Desa Dumolodo Penduduk Desa Dumolodo umumnya beragama islam tetapi karena ada pendatang dari pulau sangihe talaud yang mencari nafkah di desa Dumolodo Sehingga sudah menetap dan terdaftar untuk lebih lengkap lihat tabel keadaan penduduk menurut agama sebagai berikut: Tabel 4 Keadaan Penduduk Desa Dumolodo Menurut Agama No Agama Jumlah 1
Islam
1027
2
Protestan
30
3
Katolik
13
4
Hindu
-
5
Budha
-
Jumlah
1070
Sumber Data: Desa Dumolodo Tahun 2012 4.3 Keadaan Ekonomi Desa Dumolodo secara umum di dominasi pada sektor pertanian yang sistem pengelolaannya masih sangat tradisional (pengolahan lahan, pola tanam maupun pemlihan komoditas produk pertaniannya). Produk pertanian Desa Dumolodo masih pada unggulan jagung kacang-kacangan dan umbi-umbian, hal ini diakibatkan adanya struktur tanah yang mungkin belum tepat untuk produk unggulan pertanian diluar sentra jagung dan persoalan mendasar lainnya adalah sistem pengairan yang kurang baik sehingga berdampak adanya kekurangan air
jika pada saat musim kemarau. Oleh karenanya harus ada langkah strategis dalam mengatasi persoalan pertanian dengan melakukan berbagai upaya. 4.3.1 Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk Desa dumolodo sebagian besar bersumber pada faktor pertanian, peternakan, dan perikanan. Pada sektor pertanian sebanyak 430 orang, mengantungkan hidupnya pada perikanan sebanyak 112 orang, pns 15 orang, pedagang 22 orang,dan swasta 42 orang dll. Patut di catat bahwa jumlah Petani yang mendominasi dari berbagai karakter mata pencaharian di Desa Dumolodo, tidak semuanya adalah petani sejahtera, hanya sebagian kecil yang memiliki lahan sendiri. Untuk lebih jelasnya kondisi penduduk desa Dumolodo menurut tingkat Mata pencahariannya Secara rinci jenis pekerjaan penduduk Desa dumolodo dapat di lihat pada tabel 5 sebagai berikut ini : Tabel 5 : Jenis Pekerjaan Penduduk Desa Dumolodo No Mata Pencaharian
Jumlah
1
Petani
430 (Orang)
2
Nelayan
112 (Orang)
3
PNS
15 (Orang)
4
Pedagang
22 (Orang)
5
TNI/ Polri
-
6
Swasta
42 (Orang)
Jumlah
621 (Orang)
Sumber Data: Desa Dumolodo Tahun 2012
4.3.2 Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan masyarakat di desa Dumolodo kecamatan Gentuma relatif rendah di mana sebagian masyarakat 723 orang hanya dapat sekolah dasar tamat (SD), sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) 94 orang, sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) 56 orang dan perguruan tinngi hanya25 orang . Tingkat pendidikan yang rendah perlu mendapat perhatian dari pemerintah setempat karena hal ini terkait dengan pola pikir dan wawasan masyarakat dalam menyikapi suatu persoalan dan perubahan yang terjadi. Tabel 6 Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan No Jenjang Pendidikan
Jumlah
1
Taman Kanak-kanak
33
2
Sekolah Dasar
732
3
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
94
4
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
56
5
Perguruan Tinggi
25
Jumlah
940
Sumber Data: Desa Dumolodo Tahun 2012 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa penduduk terbesar berada pada jenjang sekolah dasar sebanyak 732 Jiwa, di susul dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Taman Kanak-kanak, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA),dan Yang terakhir adalah Perguruan Tinggi. Hal ini menandakan bahwa dari segi Pendidikan masyarakat harus lebih meningkatkan kualitas sumber daya manusianya.
4.3.3 Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penting dalam upaya pembangunan suatu wilayah/desa. Kondisi sarana dan prasarana yang terdapat di Desa dumolodo terdapat pada tabel 7 di bawah ini : Tabel 7 : Sarana Dan Prasarana No Sarana Dan Prasarana
Jumlah
1
Mesjid
1 Unit
2
Gereja
1 Unit
3
Sekolah dasar
2 Unit
4
Puskesmas Pembantu
1 Unit
5
Perpustakaan Desa
1 Unit
6
Smk
1 Unit
7
Jembatan
1 Unit
8
Kantor desa
1 Unit
9
Kantor BPD
1 Unit
Sumber Data : Kantor Desa Dumolodo 4.3.4 Potensi Sumber Daya Alam Berhasil atau tidaknya pembangunan sektor pertanian yang ada di desa dumolodo, tidak luput dari dukungan potensi sumber daya alam yang miliki oleh desa tersebut. Untuk itu potensi sumber daya alam tersebut harus di kelola dan di manfaatkan sebaik-baiknya demi mewujudkan kesehjateraan bersama.
Di bidang pertanian, sumber daya manusia petani merupakan faktor kunci yang sangat berpengaruh pada berhasil atau tidaknya kegiatan pembangunan suatu oraganisasi kelompok petani dalam mengelolah sumber daya pertanian. Menurut data desa bahwa Domolodo memiliki 3 kelompok tani pertanian yang terdiri kelompok tani sapawea, kelompok tani mekar, dan kelompok tani mapan (mandiri pangan) lihat tabel di bawah.struktur kelompok tani. Tabel 8: kelompok tani sapawea NO
NAMA PETANI
JABATAN
1
2
3
1
Nimet Diamare
Ketua Kelompok
2
Normal Sahabir
Sekretaris
3
Matius Papingka
Bendahara
4
Yansen Katulide
Anggota
5
Cristin Mangonpaus
Anggota
6
David Papingka
Anggoto
7
Zetyanto Damar
Anggota
8
Denti Luasunaung
Anggota
9
Yunius Makawoel
Anggota
10
Marten Lahengko
Anggota
11
Metiname Luasunaung
Anggota
12
Pedarame Luasunaung
Anggota
13
Otniel Makawoel
Anggota
14
Sedrik Luasunaung
Anggota
15
Yoktam Luasunaung
Anggota
Sumber Data : Desa Dumolodo Dari data tabel di atas menunjukan bahwa kelompok tani yang berada di dusun sapawea berjumlah 15 orang, dan yang perlu di ketahui bahwa dusun Sapawea terisolir belum memiliki akses sarana penerangan karena berada di daerah dataran tinggi tetapi sudah mempunyai jalan tani, begitu pula dengan kelompok tani mekar timur yang memiliki anggota 16 orang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 9: Kelompok Tani Mekar Timur
NO
NAMA
JABATAN
1
DICO ILATO
KETUA
2
HAMSA GAPURA
SEKERTARIS
3
AZIS K NUSA
BENDAHARA
4
AMIR DJEDEN
ANGGOTA
5
JEFRI MODEONG
ANGGOTA
6
JULIN KABULU
ANGGOTA
7
SAHRUN GAPURA
ANGGOTA
8
ISMAIL UMAR
ANGGOTA
9
BASIR LAMBALI
ANGGOTA
10
SUNARDI PUNE
ANGGOTA
11
ILHAM PUNE
ANGGOTA
12
KARMAN BUHELI
ANGGOTA
13
LAJAMANI LANGGILI
ANGGOTA
14
SAFRUDI DJEDEN
ANGGOTA
15
SAJIMIN LASAMANO
ANGGOTA
16
IMRAN MARETENG
ANGGOTA
Sumber : Data Desa Dumolodo
Tabel 10: Kelompok Tani Mapan
NO.
N
A
M
A
A L A M A T
1.
NUNA OLII
DUSUN MEKAR BARAT
2.
SUNARDI PUNE
DUSUN MEKAR BARAT
3.
YANI HUMOLUNGO
DUSUN MEKAR BARAT
4.
HERSON MAWENGKANG
DUSUN MEKAR BARAT
5.
SAIFUL MODEONG
DUSUN MEKAR BARAT
6.
SAHRUN GAPURA
DUSUN MEKAR TIMUR
7.
AZIS NUSA
DUSUN MEKAR TIMUR
8.
HAMZAH GAPURA
DUSUN MEKAR TIMUR
9.
MAHMUD DUANGGA
DUSUN MEKAR TIMUR
10.
AMIR DJEDEN
DUSUN MEKAR TIMUR
11.
KADIR SALAGU
DUSUN MEKAR TIMUR
12.
ASRIN KARIM
DUSUN MEKAR TIMUR
13.
HERCULES BUNTE
DUSUN MEKAR BARAT
14.
RIZAL DAI
DUSUN MEKAR TIMUR
15.
DARMAN SALAGU
DUSUN MEKAR TIMUR
16.
YUSUP UMAR
DUSUN MEKAR BARAT
17.
SAMSUL MANTU
DUSUN MEKAR BARAT
18.
JAMILU MANTU
DUSUN MEKAR BARAT
19.
YUSUP DURAND
DUSUN MEKAR BARAT
20.
IMRAN MOPUTI
DUSUN MEKAR BARAT
21.
KARTO NUSA
DUSUN MEKAR BARAT
22.
HIM TINO
DUSUN MEKAR BARAT
23.
RAMANG SUPU
DUSUN MEKAR BARAT
24.
TUNE PAYU
DUSUN MEKAR BARAT
25.
DJOHAR DOTULONG
DUSUN MEKAR BARAT
26.
UMAR HIOLA
DUSUN MEKAR TIMUR
27.
KANON HIOLA
DUSUN MEKAR TIMUR
28.
RUDIN HIOLA
DUSUN MEKAR BARAT
29.
HASIM ERANGEN
DUSUN MEKAR BARAT
30.
JEFRI MODEONG
DUSUN MEKAR BARAT
31.
YUSUP DURAND
DUSUN MEKAR BARAT
32.
RAHMAN LAMUSU
DUSUN MEKAR BARAT
33.
SAMSUDIN MODEONG
DUSUN MEKARTIMUR
34.
BURHAN NENTO
DUSUN MEKAR BARAT
35.
THALIB DJUBA
DUSUN MEKAR BARAT
36.
HARTIN IBRAHIM
DUSUN MEKARTIMUR
37.
SAJIMIN LASAMANO
DUSUN MEKAR TIMUR
38.
HAMID DURAND
DUSUN MEKAR BARAT
39.
DENTI LUASUNAUNG
DUSUN MEKAR BARAT
40.
DES RATU
DUSUN MEKAR BARAT
41.
ISMAIL SAHABIR
DUSUN MEKAR BARAT
42.
NIMET DIAMARE
DUSUN MEKARTIMUR
43.
FEDERAME LUASUNAUNG
DUSUN MEKAR TIMUR
44.
OTNIEL MAKAWOEL
DUSUN MEKAR TIMUR
45.
YONIME MAKAWOEL
DUSUN MEKAR BARAT
46.
PEDERAME LUASUNAUNG
DUSUN SAPAWEA
47.
LEPRANS LUASUNAUNG
DUSUN SAPAWEA
48.
METINENA LUASUNAUNG
DUSUN SAPAWEA
49.
ZEBEDEUS TENDA
DUSUN SAPAWEA
50.
ZEDRIK LUASUNAUNG
DUSUN SAPAWEA
51.
RIDWAN MOPUTI
DUSUN SAPAWEA
52.
AGUS LAMOLA
DUSUN SAPAWEA
53
MASRIN NUKU
DUSUN SAPAWEA
Sumber : data Desa Dumolodo Dari hasil tabel di atas menunjukan bahwa kelompok tani mapan (mandiri pangan) berjumlah 53 orang tergabung dari 3 dusun, yaitu dusun sapawea, dusun mekar barat dan mekar timur. 4.3.5 Pertanian Desa Dumolodo pada bidang pertanian secara keseluruhan luas tanaman pangan menurut komoditas pada tahun 2012 yaitu jagung 170 ha, padi 40 ha, kacang-kacangan 19 ha
umbi-umbian 12 ha dan sayur mayur 3,5 hadapat
diklasifikasikan pada tabel berikut ini Tabel 11. Luas Tanaman Pangan
No
Tanaman Pangan
Luas (Ha)
1. 2. 3.
Jagung Padi Kacang-kacangan
170 ha 40 ha 19 ha
4. 5.
Umbi-umbian 12 ha Sayur-sayuran 3,5 ha Jumlah 219,5 Klasifikasi tanaman pangan menurut komoditas pada tahun 2012
4.3.6 Penggunaan Luas Wilayah Menurut Tanah Menurut data dari profil Desa Dumolodo tahun 2012 luas penggunaan tanah di Desa Dumolodo ini adalah 725 Ha/m2, yang dimana sebahagian lahannya terdiri dari pertanian yang luasnya 338 Ha/m2, perkebunana 216 ha, perkantoran 7 ha pemukiman 112 ha dan jalan 2 ha. Untuk lebih spesifiknya lihat tabel . Tabel 12. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Tanah NO
WILAYAH
HA
1
Pertanian
338 Ha
2
Perkebunan
216 Ha
3
Perkantoran
7 Ha
4
Pemukiman
112 Ha
5
Jalan
2 Ha
Sumber Data : Desa Dumolodo Menurut tabel diatas menunjukan jelas bahwa luas tanah pertanian lebih banyak dari pada luas tanh-tanah lainnya. Itu menunjukan di Desa Dumolodo ini banyak masyarakat yang berprofesi sebagai petani lahan kering. Tapi tak dapat dipungkiri masyarakat petani di Desa Dumolodo masih cenderung mengalami masalah ekonomi di dalam keluarganya. 4.3.7 Peternakan Perkembangan desa Dumolodo pada bidang peternakan dilihat dari jenis populasi ternak dapat dibagi kedalam 3 hal yaitu : jenis ternak, yaitu sapi potong
191 ekor, babi 29 ekor, kambing 44 ekor, anjing 60 ekor, ayam 1327 ekor dan itik 55 ekor dan perkiraan jumlah populasi jantan dan betina menurut umur hewan tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 13. Jenis Populasi Ternak di Desa Dumolodo no
Hewan
Populasi
Jumlah
Jantan
Betina
anak
muda
dewasa
anak
muda
dewasa
1
Sapi potong
4
30
40
6
34
90
191
2
Babi
3
5
3
5
5
7
29
3
Kambing
6
4
5
5
5
7
44
4
Anjing
60
60
5
Ayam
425
1327
6
Itik
55
55
112
100
110
330
250
Sumber:data desa Dumolodo 4.4 Pembahasan 4.4.1 Persepsi Tentang “Ciri-Ciri Kemiskinan” 1
Aspek perumahan; masyarakat atau keluarga miskin di cirikan oleh ketidak mampuan untuk mempunyai rumah yang layak atau tidak mempunyai rumah sama sekali. Keluarga miskin umumnya tinggal pada rumah sederhana yang beratapkan alang-alng atu anyaman daun kelapa atau genteng dengan dinding tidak permanen bedek atau bambu. Dan rumah berlantai tanah.
2
Aspek pekerjaan; masyarakat atau keluarga miskin juga di cirikan oleh jenis pekerjaan yang di tekuni seperti “buruh” (musiman di sektor
partanian atau bangunan), tidak bekerja atau menggangur, bekerja serampangan atau tidak menentu, bekerja untuk orang lain dengan sistem bahi hasil 3
Kepemilikan aset produktif;
keluarga miskin di cirikan oleh
terbatasnya pemilikan aset produktif seperti lahan ( tidak memiliki lahan atau lahan pertanian relatif sempit atau lahan yang di miliki adalah lahan kering dan tidak produktif atau hanya menyewa lahan dari orang lain. Keluarga miskin di desa hanya mengelola lahan keringyang hanya dapat di tanami sekali setahun dengan jagung ketika musim hujan. Lahan tidak bisa di tanami karena berbatu atau hanya untuk pekarangan) ternak, (memelihara ternak orang lain dengan sistem bagi hasil 4
Aspek pendidikan dan kesehatan; keluarga miskin di cirikan oleh rendahnya tingkat pendidikan rata-rata dari kepala dan anggota keluarga (tidak pernah sekolah, sekolah tidak pernah selesai atau putus sekolah hanya berpendiidikan sekolah dasar), dan rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan dan rendahnya kesehatan kondisi keluarga (hanya mengandalkan jasa pelayanan tradisional seperti dukun atau memanfaatkan layanan kesehatan khusus bagi masyarakat miskin seperti jamkesmas) rendahnya pendidikan juga di artikan sebagai rendahnya ketrampilan dari keluarga miskin.
5.
Aspek perilaku sosial; keluarga atau masyarakat miskin cenderung berutang atau memiliki banyak utang karena tidak memiliki
pendapatan tetap sementara tetap harus memenuhi kebutuhan hidupnya. perilaku sosial lain adalah “kawin cerai”(yang di sebabkan oleh alasan ekonomi). 6
Aspek pemenuhan kebutuhan pangan; keluarga miskin di cirikan oleh ketidak mampuan untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari bagi kebutuhan anggota keluarganya (makan tidak teratur karena tidak cukup, makan sekali sehari makan tidak bervariasi atau hanya karbohidrat.1
4.4.2 Kemiskinan Rumah Tangga Badan koordinasi keluarga berencana nasional (1996) mendefinisikan keluarga miskin sebagai keluarga prasehjahtera dan keluarga sejahtera 1. Keluarga prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhu kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan spritual kebutuhan pangan, kebutuhan sandang, kebutuhan papan, kebutuhan kesehatan serta kebutuhan keluarga berencana secara operasional keluarga prasehjatera tampak dalam ketidak mampuan untuk memenuhi salah satu indikator sebagai berikut : 1.
Melaksanakan ibadah menurut agamanya
2.
makan minimal 2 kali sehari
3.
pakaian lebih dari satu pasang
4.
Sebagian besar lantai rumahnya bukan dari tanah
5.
Jika sakit di bawah ke sarana kesehatan
Sedangkan keluarga sejahtera 1 adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal tetapi belum memenuhi kebutuhan sosial dan 1
Muktasam.agroteksos vol 22 no 1, april 2012(di akses tanggal 6 mei)
psikologis seperti : kebutuhan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi, mampu memenuhi salah satu indikator sebagai berikut : 1.
Anggota keluarga melaksanakan ibadah yang di anutnya secara teratur
2.
Minimal seminggu makan daging/telur/ikan
3
Minimal memiliki baju baru sekali dalam setahun
4.
Tidak ada anggota keluarga yang miskin
6.
tidak sakit dalam 3 bulan
4.4.3 Informan Jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak 10 orang, dimana dalam menentukan informan dilakukan dengan cara teknik ( purposive sampling ) yang dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria tertentu yaitu petani lahan kering. Dalam penentuan informan, pertama-tama dipilih salah satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah informan yang peneliti temukan sebanyak lima belas orang. Data yang berhasil dihimpun pada saat penulis melakukan penelitian di lokasi penelitian di Desa Dumolodo, Kec. Gentuma Raya, Kab. Gorontalo Utara. Data yang dimaksud dalam hal ini merupakan data primer yang bersumber dari jawaban para informan dengan menggunakan pedoman wawancara atau wawancara secara langsung sebagai media pengumpulan data yang dipakai untuk keperluan penelitian.
Dari data ini diperoleh beberapa jawaban menyangkut tentang kemiskinan pada masyarakat petani lahan kering, termasuk faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kemiskinan pada petani lahan kering, serta Inovasi apa yang harus di terapkan pada pertanian lahan kering dalam mengatasi kemiskinan. Berikut ini ada beberapa penuturan dari beberapa informan. “...saya sudah tidak mampo untuk ba kobong karena saya pe tangan so cacat sabalah, jaga ba kobong cuma so nda sama dengan lalu kalu sekarang kasiang biar kurang ba tanam pisang deng ubi tapi, milu juga ada mar nda riki 2 pantango, apalagi pe mahal bibit deng obat, mo beli tidak ada uang Cuma baku abis jo di ongkos kita Cuma ba tanam milu biasa jow biar di pasar nda ada harga yang penting ada mo ba tangkis lapar, kalu milu biasa itu tahan nda sama deng milu pemerintah mo rusak kalu mo tahang barapa minggu. Tapi saya pe anak kasiang jaga baku bantu deng saya dorang yang so ganti pa saya mo ba pajeko (bajak tradisional dengan sapi) kalu orang jaga pangge sedang ini Cuma orang pe sapi saya ada piara, saya ini kasiang so tertolong dengan saya pe anak biar dorang cuman sampe di kelas lima SD yang tua ini kasiang tapi, dorang so bisa ba pikir kalu dorang pe orang tua ini susah skali kasiang tapi depe ade tetap mo ba minta kase lanjut kulia ini sekarang so kelas 3 SMA ”(wawancara dengan informan Bpk Kiko, tanggal 12 mei).2 Yang di maksud oleh informan bapak kiko yaitu: “...saya sudah tidak bisa lagi untuk berkebun sebab lengan kanan saya sudah cacat akibat kecellakaan. Berkebun tapi sudah tidak seperti dulu lagi sekarang hanya menanam pisang, umbi,umbian dan juga jagung walaupun tidak sampai ½ hektar, biaya pupuk dan benih yang mahal sehingga saya tidak sanggup untuk menanam jagung dari pemerintah, dan hanya menanam jagung biasa saja walaupun tidak laku di pasaran tetapi bisa untuk membantu kehidupan sehari-hari, anak saya yang bungsu sudah bisa membantu saya dan mengantikan saya ketika ada orang lain yang membutuhkan tenaga untuk membajak kebuin orang lain, anak saya yang pertama hanya sampai di bangku SD kelas 5 dan anak yang kedua sudah kelas tiga SMA dan ingin sampai ke jenjang bangku kulia.
2
Sumber dari bapak kiko abuna
Dari penuturan bapak kiko kita sudah mengetahui bahwa keluarga petani memiliki masalah ekonomi, yang di katakan oleh bapak kiko tidak jauh berbeda dengan pernyatann oleh informan berikut: “...kita ini so amper tua di kobong mar blum pernah kita dengar kalu orang ba kobong jadi sanang, nie kobong-kobong di atas rata-rata batu papan, depe laste siksa yang mo dapa lebe bae kita pigi di tambang mo harap ba kobong apalagi ini wer (cuaca) yang so tidak tau menentu lagi dulu deng skarang so berbeda torang so tidak bisa mo prediksi le ni cuaca zaman sekarang kalau dulu mo ba tanam lagi mo batanya pa panggoba hari deng bulan apa yang gaga mo ba tanam tapi sekarang so tidak bisa, yang penting wolua potamea lo polanggo uwti, biar bo kasubi, lambi asali mongga “( wawancara dengan bapak Darman salagu tanggal 5 april).3 Yang di maksud oleh bapak Darman yaitu: “...Informan Darman adalah petani yang sudah lama terjun di lahan pertanian, beliau mengatakan bahwa hampir setengah dari umurnya belum pernah ada orang yang berhasil di lahan pertanian/perkebunan apalagi faktor lahan yang berbatu-batu, sehingga dia mencari professi pekerjaan sampingan yaitu pertambangan. Mengharapkan kebun saja tidak cukup dengan keadaan cuaca seperti ini sekarang tidak berbeda dengan masa lalu yang bisa di prediksi oleh seorang yang masih percaya dengan ilmu alam. yang penting ada tanaman yang bisa menopang sehari-hari untuk makan yaitu singkong dan buah pisang. Dari pernyataan kedua informan di atas sudah mewakilkan keluh kesah sebagai petani di Desa Dumolodo dengan faktor alam, biaya yang tinggi, dan lahan yang tidak baik sehingga terjebak dalam kemiskinan. “...Saya ini orang miskin sedangkan rumah saja so ba lubang-lubang saya ada ba kobong milu tapi depe hasil kasiang mo kirim pa saya pe anak yang ada kulia di bandung itupun saya ba pinjam uang duluan sama boss. Saya pe anak ada kulia dengan biaya pemerintah kalu saya mo ba biaya saya pe anak saya tidak ada doi sedangkan ini mo tebus baras kapras ada minta tolong pa tetangga, kalu saya ini mana-mana mo
3
Sumber bapak darman
makang, pisang, ubi, atau milu yang penting bisa hidop to ”(wawancara dengan bapak yusuf tanggal 5 april)4 Yang di maksud oleh bapak yusuf yaitu: “...bapak yusuf berekonomi lemah rumahnya sudah mulai rusak di makan usia, hasil berkebunya hanya untuk biaya anaknya yang kulia di bandung dengan biaya pemerintah kabupaten Gorontalo Utara. Bapak yusuf tidak mampu untuk membiayai kulia anaknya, untuk menebus beras miskin saja tidak mampu sehingga meminta tolong pada tetangganya” Apa yang di rasakan oleh bapak yusuf adalah masalah yang terjadi pada penduduk desa Dumolodo yang bercocok tanam di lahan kering. Apa yang di katakan bapak yusuf tidak jauh berbeda dengan informan berikut; “....Waktu lalu ada yang datang pa saya pe rumah mo ba data-data pas tengah hari tua, dia dapa riki torang cuman ada makang ubi kasiang dia ada tanya kalu saya ada dapat baras tapi saya bilang ada, tapi mo tebus kalu ada doi kasiang, saya ini cuma petani deng saya cuman pinjam lagi kobongnya orang nanti torang bagi hasil 1 per 4, kalu bukang bagitu kasiang mo mancari di mana? Tapi kalu kemarau musim salatan terpaksa saya makang gaji pa orang laeng” (wawancara dengan bpak oddo tanggal 5 mei)5 Yang di maksud oleh bapak oddo yaitu: “....beberapa waktu yang lalu seseorang datang berkunjung di rumahnya bapak oddo, untuk menanyakan kalau keluarga bapak oddo mendapat bantuan jatah beras miskin, tapi tidak bisa di tebus karena tidak mempunyai uang, bapak oddo membuka lahan milik orang lain dengan sistem bagi hasil, akan tetapi kalau musim kemarau tiba terpaksa bapak oddo mencari pekerjaan lain” 4.5 Faktor Penyebab Kemiskinan Pada Petani Lahan Kering Ternyata kemiskinan itu tidak terjadi begitu saja melainkan memiliki faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan. Adapun faktor-faktor
4 5
Sumber bapak yusuf Sumber bapak oddo
penyebab terjadinya kemiskinan dapat dikategorikan dalam beberapa hal berikut ini : 4.5.1 Menurunnya Etos Kerja Faktor ini sangat penting dalam pengaruhnya terhadap kemiskinan. Oleh karena itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas masyarakat harus didukung dengan SDA dan SDM yang bagus, serta jaminan kesehatan dan pendidikan yang bisa dipertanggung jawabkan dengan maksimal “....orang-orang zaman sekarang sudah senang mo skolah pemerintah yang biaya kalu torang dulu nda ada kasiang tapi dp beda dulu banyak orang yang berhasil jadi sukses, karena apa sekarang ini so malas pe kerja dorang pe budaya landinggalo ma oluo’’(wawancara dengan bapak yunus tanggal 5 mei)6 Yang di maksud oleh bapak yunus yaitu: “...sekarang ini pemerintah kita sudah memberikan beasiswa bagi orang yang tidak mampu untuk bersekolah tapi hanya bagaimana kita bisa menanggapinya ,kebanyakan orang zaman sekarang dan orang zaman dulu berbeda cara berfikirnya mungkin sekarang di sebabkan faktor kemalasan. Hal serupa juga yang akan di katakan oleh informan berikut ini; “....torang ini hidop memang pas-pasan mo bakobong hanya mengandalkan torang pe tenaga saja, dulu deng sekarang so berbeda samua dorang so sewa-sewa, batanam, ba maras, kong bacuci rumput lagi, kalu dulu masih ada itu kekerabatan mo ti ayo ito atau gotong royong saling baku bantu so ilang. Apalagi nie torang orang susah bagini mo bayar pake apa kasiang kalu samua kurang mo sewa “(wawancara dengan bapak doti tanggal 10 juni) Yang di maksud oleh bapk doti yaitu: “....bapak doti adalah petani yang pas-pasan saja, yang hanya mengandalkan tenaga sendiri saja, jiwa gotong royong pada masyarakat desa sekarang sudah mulai terkikis, semuanya memakai sistem sewa, dan yang paling menyedihkan adalah orang yang tidak punya uang untuk mengolah pertanian” 6
Sumber bapak yunus
4.5.2 Biaya Kebutuhan hidup Yang Tinggi. Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai akibat dari tidak adanya keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat. Tentunya kemiskinan adalah konsekuensi logis dari realita di atas. Hal ini bisa disebabkan oleh karena kurangnya tenaga kerja ahli dan banyaknya pengangguran. “....saya pe istri ada belanja untuk keperluan rumah tangga satu mingu satu kali, sebenarnya pasar satu minggu dua kali, selasa dengan jumat tapi kasiang torang jaga turun ka pasar nanti tiap hari selasa, torang mo bli baras mar jaga campur deng baras milu, soalnya torang ada ba giling milu biasa kalu mo giling milu hibrida nda mo tahang, saya ada ba karja di jalan trans gaji Cuma Rp 50.0000 tapi nanti satu minggu mo dapa trima gaji bagitu”(wawancara dengan bapak sahabir tanggal 3 juni)7 Yang di maksud oleh bapak sahabir yaitu: “...satu kali dalam seminggu istri bapak sahabir pergi untuk berbelanja keperluan sehari-hari, mereka menambahkan beras jagung yang di giling untuk di campur dengan beras, pekerjaan sampinganya adalah sebagai kuli bangunan yang di upah Rp 50.000 di terima setiap minggu. Harga kebutuhan hidup yamg naik membuat bapak sahabir berhemat”
Kemiskinan memang salah satu masalah yang timbul akibat pendidikan yang rendah
hanya mengandalkan pengetahuan yang terbatas, dan harga
kebutuhan yang melambung tinggi sehingga biaya hidup semakin tinggi untuk bertahan untu lebih jelasnya lihat harga kebutuhan pokok di tabel berikut ini: Tabel 14: daftar harga kebutuhan pokok no
Jenis barang
Harga barang kg
1
Beras
Rp 8,500 kg
7
Sumber bapak sahabir
2
Ikan
Rp 30.000 kg
3
Tomat
Rp 8.000 kg
4
cabai
Rp 17.000 kg
5
Bawang merah
Rp70.000 kg
6
Bawang putih
Rp 24.000 kg
7
Minyak kelapa
Rp 12.000 kg
8
Gula putih
Rp 14.000 kg
9
Gula merah
Rp 12.000 kg
10
Daging
Rp 95.000 kg
11
Telur ayam
Rp 45.000 per bak
12
Ayam potong
Rp 65,000 ekor
13
Minyak tanah
Rp 15.000 per liter
Sumber: pedagang pasar “....kita pe anak yang tua kasiang mo suka ba sekolah di Smk sini cuman nda ada doi torang kasiang doi ini cuman abis di ongkos hari-hari mo makang, napa ada ba kobong mar panen nanti 2 bulan bagitu baru mo harap ba pinjam kita tako sekali, kita nyanda biasa ba utang, mana leh nie depe ade somo lulus SD dua-dua yang mo tangulanggi ini, huu susah skali kasiang torang pe hidop, satu untung kita pe anak-anak nda mo ba pilih mo makang kasiang openu bo kasubi wau lambi”(wawancara dengan bapak djamilu 25 april)8 8
Sumber bapak djamilu
Yang di maksud oleh bapk djamilu yaitu: “...Informan di atas adalah bapak djamilu umur 49 tahun, anaknya ingi melanjuttkan ke jenjang SMA sederajat tapi tidak mempunyai biaya untuk sekolah. Biaya hanya habis di pakai untuk keperluan sehari-hari unuk keperluan membeli bahan makanan, dari hasil panen yang di harapkan ternyata masih menunggu lama, untuk meminjam uang ke orang lain bapak djamilu sangat takut, apalagi anaknya yang duduk di bangku SD sebentar lagi akan tamat dan ingin melanjutkan ke jenjang SM, anak-anak pak djamilu tidak memilih makanan yang ada, pisang dan singkong pun jadi. Kebutuhan harga pokok sekarang sudah melambung tinggi dengan adanya harga (BBM) yang naik, ini menjadi beban bagi ibu-ibu rumah tangga sehingga mereka memutar otak membantu suaminya untuk mencukupi kebutuhan sehari hari seperti yang di alami oleh informan di bawah ini “.....saya ini kasian sama saya pe laki so lala di kebun, terpaksa saya ba jual tinu-tuan di rumah for baku bantu deng laki, baru-baru ada panen kacang Cuma bayar utang, karna bibit torang ada minta sama pedagang pinjam 1 karong bayar 2 karong, deng harga so nda iko pasar”(wawancara dengan ibu nondu tangga 13 mei.)9 Yang di maksud oleh ibu nondu yaitu: “...suaminya sudah lelah untuk berkebun, dan untuk menopamg hidup sehari-hari terpaksa dia membantu suaminya dengan berjualan di rumah. Ibu nondu sebelumnya telah memanen kacang tanah tapi bibit kacang tanah di pinjam sebagai gantinya sehabis panen, sistem pinjam pada pedagang yaitu meminjam satu sak di pulangkan dua sak sedangkan harga sudah tidak ikut pasar karena sudah berhutang pada pedagang,” Hasil wawancara dengan seorang ibu rumah tangga penulis berhasil mengedintifikasi sebab masalah yang yaitu petani sebelum bercocok tanam ternyata sudah terlebih dahulu meminta uang pada tengkulak (pedagang mencari
9
Sumber
ibu nondu
keuntungan) uang biaya membuka lahan untuk bertani sebagai gantinya sesudah panen nanti akan di bayar atau petani hanya menerima bersinya saja. 4.5.3 Pembagian Bantuan Pemerintah Yang Kurang Merata. Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan keamanan untuk para warga miskin, juga secara tidak langsung mematikan sumber pemasukan warga. Bahkan di sisi lain rakyat masih dan terbebani oleh pajak negara. “....saya pe rumah so bocor depe katu deng dinding somo ancor tapi saya tidak dapa bantuan rumah Cuma orang yang dapa sapi 3 ekor dapat, padahal dorang itu boleh di katakan mampu, tapi saya kasiang so tidak dapa baras miskin, tidak dapa bantuan sapi ini lagi baru-baru ada kase bantuan kita dorang lewat akang kalu Cuma kartu jamkesmas ada, napa torang 6 ada tinggal di dalam rumah mana kamar cuman dua”(wawancara dengan ibu salima tanggal 16 mei)10 Yang di maksud ibu salima yaitu: “...rumah saya sudah mulai rusak atapnya yang sudah bocor dan dindinnya yang sudah mulai hancur tidak mendapat bantuan dari pemerintah, tetapi yang anehnya orang yang mempunyai barang elektronik dan mempunyai hewan ternak yang mendapatkan bantuan, padahal yang tinggal di rumah nsaya ada enam orang, dengan dua kamar yang ada.” Penyebab kemiskinan pada bagian penduduk pedesaan yang bergerak dalam pertanian antara lain
10
1.
Pertumbuhan ekonomi yang lamban
2.
Stagnasi produktifitas tenaga kerja
3.
Tingkat semi pengganguran yang tinngi
4.
Tingkat pendidikan formal yang rendah
5.
Fasilitas yang kurang memadai
Sumber ibu salima
6.
Degradasi sumber daya alam dan lingkungan
Berdasarkan hasil studi badan penelitian dan pengembangan pertanian (BPPP) yang di lakukan di lapangan di setiap provinsi di indonesia penyebab kemiskinan antara lain : 1.
Keterbatasan sumber daya alam kemiskinan yang di sebabkan karena memang dasar alamih miskin yaitu keadaan alamnya misalnya karena lahanya kurang subur, tanahnya berbatu-batu dan pendayah gunaan kurang.
2.
Teknologi dan pendukung yang tersedia masih rendah yang mengakibatkan pengunaan teknologi yang masih rendah.
3.
Keterbatasan sarana, dan prasarana, dan kelembagaan yang yang mengakibatkan terisolasi, perputaran modal kurang, bagi hasil yang tidak adil, dan tingkat upah yang relatif rendah.
Datang dari luar kemampuan orang yang bersangkutan, seperti birokrasi atau peraturan-peraturan resmi yang dapat menghambat seseorang yang dapat menmanfaatkan sumber daya. Kemiskinan model ini sering kali di istilahkan dengan kemiskinan struktural. Menurut pandangan ini, kemiskinan terjadi bukan di karenakan “ketidakmauan”si miskin untuk bekerja (malas), melainkan karena “ketidakmampuan” sistem dan struktur sosial dalam menyediakan kesempatankesempatan yang memungkinkan si miskin bekerja.11 Tabel 15 bantuan pemerintah di masing-masing dusun tahun 2009-2012
11
Ismail nawawi.pembangunan dan problema masyarakat.cv putra media nusantara surabaya hal 124
no
dusun
Bantuan
Bantuan
Hewan
rumah
Blsm
ternak
kube
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
1
Mekar barat
12
95
15
1
123
2
Mekar timur
8
75
10
1
114
3
Sapawea
11
30
10
1
52
4
malagoso
15
128
8
1
152
Sumber : kantor desa dumolodo Dari tabel di atas menerangkan bahwa setiap masing-masing dusun menerima bantuan seperti rumah layak huni, Blsm, kapras bantuan ternak, dan kube. “....baru-baru ini ada ba terima BLSM (bantuan langsung sementara) tapi kami tidak ba terima padahal pemerintah so tau torang pe keadaan, Cuma ba kebun tapi kebanyakan yang rumah so bagus dapa, ada tv, parabola, deng motor padahal nie torang pe susah bagini ini dorang tidak kase bantuan saya pe suami juga tidak ba harap di bantuan pemerintah saya pe kebun itu tidak riki satu hektar cuman 0,5, atau 2 pantango (wawancara dengan ibu rapi tanggal 17 juni)12 Yang di maksud ibu rapi yaitu: “...baru saja pemerintah memberikan bantuan blsm tapi saya tidak mendapatkan itu, padahal mereka sudah tau persis tentang keadaan kami yang hanya berkebun saja, kebanyakan rumah yang bagus yang mempunyai barang elektronik mendapat bantuan, dan juga saya tidak sepenuhnya mengharapkan bantuan itu, kebun yang saya olah tidak sampai 1 ha cuman setengahnya saja”
12
Sumber ibu rapi
Sebetulnya bantuan pemerintah memang di kususkan bagi orang yang membutuhkan atau masyarakat miskin untuk membantu taraf hidup mereka namun hal ini di manfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dalam hal ini kita ketahui bersama bahwa setiap adanya pemilihan baik dari desa maupun pilkada, atau permainan sejumlah orang yang mengatasnamakan bahwa bantuan yang akan di berikan itu berasala dari calon pasangan lain atau jika tidak ada yang menggunakan taktik untuk menang dengan iming-iming yang memilih dia akan di perhatikan, seperti kasus kasus di bawah ini: “...torang ini tidak dapat bantuan soalnya tidak ba pilih pa kapala desa yang baru cuman dorang pe orang-orang yang dapat itu bantuan, depe bukti baru-baru ini padahal saya jaga ba jual kukis di sekolah, ehh tau-tau tidak dapa bantuan pkl yang bapak menteri ada kase, dorang lewat akang pa torang padahal saya dprang so dapa data, (wawancara dengan ibu kara tanggal 25 juli) Yang di maksud ibu kara yaitu: “...saya tidak mendapat bantuan sebab tidak memilih kepala desa yang baru hanya orang-orang kepala desa yang baru saja yang mendapatkan bantuan, buktinya bahwa bantuan dari bapak menteri ekonomi khusus untuk pedagang PKL itu tidak di salurkan merata padahal, untuk semua pedagang kecil yang menjual kue seperti saya ini bisa mendapatkan bantuan, dan saya juga di data, tapi buktinya sampai sekarang tidak ada Hal serupa juga di katakan oleh informan berikut “...saya ini mo berharap dapat bantuan dari pemerintah desa biar cuman pupuk deng bibit milu for mo batanam akang tapi ada tanya pa taman so salur kata itu pupuk dengan milu berarti saya poli tidak dapat susah kalu bagini ini, kalu bagitu saya so bilang pa saya pe istri pigi minta dulu bibit deng pupuk sama bos mo harap bantuan saya kira masih ada padahal so tersalur (wawancara dengan bapak nadi tanggal 25 juli) Yang di maksud bapak nadi yaitu: “...saya mengharapkan bantuan dari pemerintah desa setidaknya berupa benih jagung dan pupuk, tapi itu mustahil sebab bantuan yang di tunggutunggu sudah tersalurkan, kalau begitu saya menyuruh istri saya untuk
berhutang sama pedagang bantuan yang di tunggu-tunggu tidak juga muncul.” 4.5.4 Hasil Panen Yang Rendah dan biaya modal yang tinggi Penghasilan yang dikategorikan sangat rendah ialah yang menghasilkan hasil panen kurang dari 2, ton/Ha setiap panen, dan yang dikategorikan rendah ialah yang menghasilkan 5 sampai < 2 ton, serta yang dikategorikan tinggi ialah yang menghasilkan hasil panen 8 sampai > 15 ton, dan ada juga yang dikategorikan sangat tinggi berkisar sampai 10 ton ke atas setiap kali panen. Berdasarkan hasil survei di lapangan yang di lakukan pada informan di dusun sapawea. “....kitorang di kobong ini hanya gali lobang tutup lobang, bayangkan saja mo beli bibit deng pupuk, kalu harga bibit itu yang 1 satu par ponska dengan urea kali jo dalam 4 pantango atau 1 ha membutuhkan 500 kg, depe harga itu obat satu par itu RP 2.25000 itu baru obat pupuk, depe obat semprot 6 liter satu liter depe harga RP 65.000 berarti Rp 3.90000 mana depe bibit mo bili. Kalu 1 ha bibit milu 15 kg, dalam satu sak bibit itu 5 kg nah kali joh satu sak RP 2.50000 berarti RP 7.50000 biaya torang semenjak ba kase bersih, batanam, samua hampir RP 1.365000 Kalu hasil yang torang mo dapa Cuma baku tutup di utang saja karena torang pe hasil panen berkurang mana ongkos karja lebeh tinggi, samua mahal bayangkan saja kita da tanam 2 sak milu, depe hasil panen nda riki 4 ton, padahal taong lalu kita dah panen amper 8 ton,”(wawancara dengan bapak nimet tanggal 10 bulan april)13 Yang di maksud oleh bapak nimet adalah: “...Pendapatan yang rendah membuat petani merasa risih, karena modal yang di keluarkan cukup besar dengan biaya membeli obat benih pupuk setiap satu ha 4 pantango membutuhkan biaya sebesar Rp 1.350000” Hal lainya di katakan oleh informan berikut:
13
Sumber bapak nimet
“...Des ratu, memang rata-rata torang pe panen tahun ini menurun tidak tau penyebabnya apa nintau depa bibit atau apa mo bli obat semprot pe mahal terpaksa ba kobong peda(maksudnya kebun yang di tanami padi) baru torang ini kasian cuman ada pinjam orang pe kobong kalu kobong sandiri lebe bagus mana harga pupuk , benih tetap torang mo beli” (wawancara tanggal 10 bulan april)14 Yang di maksud oleh bapak des yaitu: “...memang tahun ini hasil panen kami berkurang entah kenapa penyebabnya, mungkin di sebabkan oleh benihnya yang sudah lama atau kadaluarsa, terus saya hanya meminjam kebun milik orang lain dan benih tetap harus di beli sendiri” Kedua informan di atas mengalami nasip yang sama gagal panen dan tidak mempunyai modal untuk membeli obat pupuk, karena modal pengeluaran untuk bertani lebih banyak ketimbang penghasilan yang di dapat. 4.6 Peranan pedagang Dan Pedagang Perantara Pedagang dan pedagang perantara baik besar maupun kecil, memegang peranan penting sekali dalam pemasaran hasil-hasil pertanian. Daerah produksi pertanian biasanya amat menyebar, dan petani perseoranngan biasanya hanya menjual jumlah yang kecil-kecil sehingga tengkulaklah yang mengumpulkanya, menyortirnya ialah mencari untung, sehingga ada kecenderungan ia selalu berusaha membeli semurah-murahnya.dan berusaha menjual semahal-mahalnya. Kecenderungan untuk memperoleh keuntungan inilah jelas membedakan praktek dan cara berpikir tengkulak dan petani produsen, karena mungkin sekali tujuan petani produsen bukanlah keuntungan tetapi semata-mata pendapatan keluarga yang sebesar mungkin. Pekerjaan pedagang adalah melakukan pembelian pada saat panen dan melakukan penjualan pada saat tidak lagi ada panen, sehingga ia sebenarnya mempunyai fungsi positif menstabilkan harga. Pada waktu panen ia 14
Sumber bapak des
membantu menghambat jatuhnya harga dengan membelinya, dan pada saat panen habis (atau pada saat paceklik), ia membantu menghambat tendensi kenaikan harga dengan operasi penjualanya. Tentu saja tujuan utama operasi jual –belinya “.....torang terpaksa ba pinjam modal dulu sama pedagang kalu torang mo ba olah kobong kalu tidak pupuk, deng benih so dari dorang nanti torang yang baku ator, memang torang stenga mati bagitu tapi apa boleh buat cuman model bagini torang bisa ba kobong, ba utang dulu nanti panen bayar”(wawancara dengan bapak samsul mantu, juni tanggal 2)15 Yang di maksud bapak samsul yaitu: “...sebelum berkebun mereka meminjam uang kepada pedagang sebagai gantinya selesai panen, dengan cara seperti inilah petani berkebun mereka pasrah dengan keadaan seperti itu” Hal serupa yang di katakan oleh informan di atas merupakan kendala atau dilema para petani, sebab sebelum bercocok tanam petani terlebih dahulu meminjam uang atau benih pada pedagang) di mana sebelum panen pedagang memberikan dp atau uang muka pada petani, resiko dari semua itu adalah permainan harga oleh pedagang. “.....Ibu naning torang pe laki ini kasiang susah skali, mo baharap di kobong adakalanya cukup adakalnya pas-pasan kurang karena torang so ba pinjam pa pedagang sebagai panjar, tapi tiba panen kamari hanya baku hitung saja depe doi mo terima so tidak ada, karena itu kita baku bantu dengan suami biar cuman jual kue di sekolah asal ada hari-hari uang maso biar cuman berapa ribu ”(wawancara dengan ibu naning april tnggal 24).16 Yang di katakan oleh ibu naning yaitu: “...suaminya sangat susah, mengharapkan hasil kebun tidak mencukupi untuk biaya kebutuhan hidup, apalagi sudah meminjam uang duluan ke pedagang, oleh karena itu mereka membantu suaminya dengan cara berjualan kue, hanya untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari”
15 16
sumber bapak samsul Sumber ibu naning
Dalam suatu hasil penelitian dilaporkan bahwa salah satu sebab utama mengapa tengkulak tidak begitu di sukai oleh anggota masyarakat lain adalah karena mereka pada umumnya beroperasi atas dasar jangka waktu pendek. Ini berarti bahwa pedagang sementara pada umumnya mengangap usaha dagangnya bersifat sementara. Dan karena sifatnya yang sementara itu,
maka mereka
cenderung berusaha mencari keuntungan sebesar besarnya dalam waktu secepatcepatnya. Menurut penilaian petani, sikap anti tengkulak pada petani terutama di sebabkan sebagai berikut 1.
Penyebaran informasi yang tidak benar mengenai keadaan pasar yang sesunguhnya supaya ia dapat membeli dengan harga murah.
2.
Pembelian di lakukan dengan harga yang lebih rendah daripada yang sepantasnya.
3.
Pemberian harga tanpa memperhatikan perbedaan mutu
4.
Dilakukan secara tunai pembayaran tidak di tunda (kredit)
Di samping itu tengkulak sering di anggap menipu dalam timbangan berat atau hanya bersedia membeli sebagian kecil dari barang yang di jual oleh petani. 4.7 Strategi Yang di Terapkan Pada Petani Lahan Kering 1.
Petani harus melakukan di serfikasi mata pencaharian, lahan pertanian yang kurang subur, membuat petani harus mencari mata pencaharian sampingan.
2.
Pembagian Kerja dalam Keluarga jika semua anggota keluarga saling membantu maka beban kerja akan terasa sangat ringan untuk di kerjakan
3.
Dengan jenis pertanian lahan kering menerapkan sistem tanam multikultur Pertanian (Tumpangsari) dan Peternakan sehingga ada pendapatan sampingan bagi petani
4.
Membentuk Kelompok tani yang dibentuk atas inisiatif warga. Melalui kelompok tersebut, informasi-informasi penting disebarkan dengan cepat kepada warga sehingga warga tidak lagi ketinggalan akses media
5.
Mengikuti pelatihan teknis cara bertanam dengan baik dan pengendalian hama pada dinas terkait atau penyuluh pertanian di desa tersebut atau pada tingkat Kecamatan
6.
Pemilihan kegiatan produksi lainnya yang akan menjadi sumber pendapatan tambahan adalah kegiatan yang tidak mempersyaratkan skill yang tinggi serta memiliki pasar yang luas. Artinya, petani lahan kering secara otomatis dapat mengerjakannya dan tidak lagi menghadapi kendala pemasaran
4.8 Aspek Sosial Dan Budaya Budaya huyula atau gotong royong merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang saat ini masih ada, walaupun mulai terkikis oleh perkembangan zaman. Salah satu kearifan lokal yang masih di pertahankan masyarakat setempat yang berkaitan dengan pertanian, terutama pada pertanian lahan kering dalam proses
penanaman yaitu penentuan waktu tanam berdasarkan ilmu perbintangan, yang di kenal dengan panggoba. Pada prinsipnya budaya panggoba di pegang oleh seseorang yang di anggap cakap dalam melihat perbintangan lalu mencocokan tanaman yang sesuai dengan waktu tanam yang tepat. 4.9 mengapa Sistem ekonomi dan sosial saling mempengaruhi Sistem sosial di sini di maksudkan sebagai keseluruhan aktivitas dan hubungan dan hubungan yang saling berkaitan dalam kerangka struktur sosial tertentu. Dalm garis besarnya, pengaruh sistem ekonomi pertanian terhadap sistem sosial berkaitan erat dengan faktor teknologi dan sistem ekonomi kapitalisme. Pada masyarakat petani yang belum menggunakan teknologi moderen dalam sistem pertanian mereka dan di samping itu juga belum mengunakan uang dalam sistem perekonomian mereka, maka dalam kehidupan sosial mereka akan di tandai oleh adanya hubungan-hubungan yang akrab, serba informal, serta permisif (bebas santai). Kerukunan di antara mereka sangat kuat. Mengapa demikian hal ini mudah di pahami. Sebab, dengan tidak hadirnya teknologi modern, tercipta kondisi yang membuat mereka saling tolong-menolong secara langsung satu sama lain ( barter tenaga, gotong royong ). Dengan sendiri oleh suasana saling tolongmenolong secar langsung ini di samping menciptakan ketergantungan fungsional juga mengakibatkan terjadinya hubungan emosional yang erat dan asosiasif antara satu
dengan
yang
lainya.
Dengan
tidak
hadirnya
uang
yang
mengantaraihubungan-hubungan mereka satu sama lain, maka mereka menjadi sangat dekat secara emosional dan rukun satu sama lain, kedekatan emosional
atau kerukunan sangat di perlukan, sebab kalau tidak demikian hubunganhubungan antara mereka akan tidak membuahkan kerjasama langsung Namun, kerukunan dan solidarita yang kuat pada masyarakat desa sebenarnya tidak hanya tercipta oleh adanya tuntutan kerja sama langsung itu, melainkan juga di sebabkan oleh kesamaan-kesamaan yang ada di antara mereka. Seperti misalnya orang-orang sedaerah asal terdapat solidarita yang kuat di antara mereka. Subsistensi serta tradisionalisme inilah yang sering di tuding sebgai faktor penghambat terlaksananya proses modernisasi pertanian di kalangan masyarakat desa. Komersialisasi sulit di kembangkan dalam masyarakat desa semacam ini, karena mereka dalam hubungan antara satu dengan lainya terbiasa mengunakan rasionalitas sosial. Rasionalitas sosial ini berdasarkan norma-norma sosial, termasuk adat istiadat dan tradisi. Jika seseorang berperilaku menyimpang dari norma sosial misalnya kikir, maka dia di pandang tidak “rasional”, tidak logis, tidak umum. Sebaliknya, dari wawasan rasionalitas ekonomik, kikir adalah logis. Sebab kikir berarti hemat. Dan hemat adalah justru merupakan keharusan dalam alur pemikiran ekonomis. Komersialisasi pertanian akan dapat berjalan dan berkembang pada masyarakat desa yang telah mengunakan rasionalitas ekonomis dalam hubungan mereka satu sama lain. Ikatan sosial yang kuat, yang mewujud dalam bentuk tingkat kerukunan yang tinggi, juga menyebabkan terciptanya semacam keharusan sosial bagi sesama petani untuk berbagi tanah garapan. Artinya dalam situasi kerukunan ini mereka yang memilki lahan pertanian yang luas merasa”berkewajiban” untuk
merelakan sebagian dari lahanya itu untuk di garap petani lainya. Maka munculah sistem bagi hasil (penyakapan), sistem sewa, yang memungkinkan petani yang tidak memiliki lahan dapat bertani lewat sistem-sistem pengalihan hak-guna tersebut. Kecenderungan semacam ini yang menyebabkan seolah-olah desa dapat menerima tenaga kerja sebesar apapun. 17
17
Ibid .hal; 158-159