BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Desa Sumber Makmur yang terletak di Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung memiliki luas daerah 889 ha. Iklim di Desa Sumber Makmur memiliki curah hujan yaitu 2.800 mm dengan bulan hujan 7-8 bulan dan suhu rata-rata harian 28 °C. Tinggi tempat di desa tersebut yaitu 28 mdpl dengan bentang wilayah datar. Beberapa kegunaan lahan di Desa Sumber Makmur yaitu untuk lahan perkebunan seluas 588 hektare, pemukiman 301 hektare, dan sisanya adalah untuk fasilitas umum. Jenis perkebunan di Desa Sumber Makmur yaitu berupa perkebunan sawit seluas 235 hektare dan perkebunan karet seluas 353 hektare. Selain perkebunan, terdapat juga lahan untuk tanaman pangan yaitu berupa jagung seluas 2 hektare dan singkong seluas 10 hektare. Pemeliharaan peternakan di Desa Sumber Makmur berupa sapi, ayam, kambing, dan bebek dengan total populasi secara keseluruhan sebanyak 1.144 ekor. Jumlah penduduk Desa Sumber Makmur ada sebanyak 2.027 jiwa, dengan komposisi penduduk lelaki ada sebanyak 958 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 1.069 jiwa. Adapun kepadatan penduduk desa adalah 228 orang / km2. Batas Desa Sumber Makmur yaitu di sebelah utara berbatasan dengan Desa Catur Karya, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Penawar Rejo, sebelah timur berbatasan dengan Desa Agung Dalem, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Penawar Jaya. Jenis mata pencaharian penduduk di Desa Sumber Makmur dapat dilihat pada tabel 4.1. Pekerjaan warga Desa Sumber Makmur terbanyak adalah berprofesi sebagai buruh swasta sebanyak 536 jiwa (26%), dalam hal ini pekerjaan buruh swasta yang dimaksud adalah yang bekerja pada sektor hilirisasi pabrik pengolahan hasil perkebunan. Sedangkan pekerjaan lain-lain yang dimaksud adalah yang bekerja sebagai wirausaha seperti tukang cukur, tukang jahit, montir bengkel, dan lainnya.
15
Tabel 4.1. Mata Pencaharian Penduduk Desa Sumber Makmur No.
Pekerjaan
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1
Buruh Swasta
536
68,6
2
Buruh Tani
80
10,2
3
Pedagang
50
6,4
4
Petani
24
3,1
5
Peternak
20
2,6
6
PNS
17
2,2
7
Guru
8
1
8
Bidan
1
0,1
9
Pekerjaan lainnya
45
5,8
781
100
Jumlah
Sumber : Data Mata Pencaharian Kelurahan Sumber Makmur Tahun 2015
Pengambilan 40 responden berasal dari 3 (tiga) perusahaan perkebunan karet milik swasta yang berada di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten
Tulang
Bawang.
Nama
ketiga
perusahaan
tersebut
adalah
CV.SINTUA, CV.KEMI JAYA, dan CV.STP. Luas lahan di CV.SINTUA adalah 50 hektare (ha), dimana TM (Tanaman Menghasilkan) seluas 40 ha dan TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) seluas 10 ha. Usia pohon TM di perusahaan tersebut berusia 25 tahun. Luas lahan di CV.KEMI JAYA adalah 46 ha, dimana TM seluas 40 ha dan TBM seluas 6 ha. Usia pohon TM di perusahaan tersebut berusia 20 tahun. Luas lahan di CV.STP adalah 24 ha, dimana TM seluas 20 ha dan TBM seluas 4 ha. Usia pohon TM di perusahaan tersebut berusia 25 tahun. Sistem alur pekerjaan di semua perusahaan karet di Desa Sumber Makmur sama, yaitu yang pertama adalah absen kehadiran, kemudian mulai menyadap getah di blok areal masing-masing, setelah menyadap getah dikumpulkan kedalam wadah plastik atau ember tampungan yang sudah dibawa oleh setiap buruh, kemudian getah dibawa ke area titik kumpul untuk ditimbang hasil sadapan terlebih dahulu, setelah itu karet kemudian dicetak kedalam wadah yang sudah disiapkan, kemudian setelah dicetak karet kembali ditimbang hasil cetakannya karena untuk mengetahui susutnya, setelah itu karet disimpan didalam gudang sampai seminggu kemudian dijual oleh pihak perusahaan.
16
4.2. Gambaran Responden Dalam penelitian ini menampilkan hasil penelitian tentang produktivitas buruh sadap karet di Desa Sumber Makmur dimana gambaran variabel yang diteliti meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, tingkat upah, dan insentif yang akan dibahas. Apakah variabel-variabel yang dimaksud diatas berpengaruh nyata terhadap produktivitas pekerjaannya sebagai buruh sadap karet. Dalam penelitian ini jumlah responden adalah sebanyak 40 responden yang diambil dari 3 (tiga) perusahaan perkebunan karet milik swasta yang berada di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten Tulang Bawang. Pengukuran pendapatan upah berasal dari hasil getah karet yang didapat dalam kilogram (kg) dikalikan dengan standar upah masing-masing perusahaan dalam rupiah (Rp), sedangkan pengukuran pendapatan insentif berasal dari yaitu yang pertama dari tingkat kehadiran, yaitu jika hadir setiap hari selama sebulan mendapat bonus sebesar Rp.120.000,-/bulan, tetapi jika tidak hadir akan dikurangi sebesar Rp.5.000,-/hari. Yang kedua yaitu kebersihan getah dalam wadah, apabila kebersihan getah dijaga setiap hari, akan mendapatkan bonus tambahan sebesar Rp.20.000,-/bulan, tetapi jika tidak bersih tidak mendapat bonus. Sedangkan pengukuran pendapatan berasal dari penjumlahan tingkat upah ditambah insentif.
4.2.1. Produktivitas Responden Tingkat produktivitas responden dapat dilihat pada tabel 4.2. Produktivitas buruh sadap karet adalah perbandingan hasil sadapan yang dicapai buruh sadap per bulan. Keberhasilan operasi perusahaan akan tergantung pada produktivitas kerja dari tenaga kerja, karena tenaga kerja tersebut langsung berhubungan dengan operasi perusahaan dan pemanfaatan waktu sepenuhnya, juga tergantung pada mereka. Berdasarkan perhitungan matematis, jenis tingkat produktivitas responden dapat dikategorikan menjadi 6 (enam) kelas, yaitu sangat rendah (400430 kg), cukup rendah (431-460 kg), rendah (461-490 kg), sedang (491-520 kg), cukup tinggi (521-550 kg), dan tinggi (551-580 kg). Rata-rata produktivitas kerja buruh sadap adalah 484,2 kg/bulan.
17
Tabel 4.2. Tingkat Produktivitas Responden Produktivitas Tingkat Produktivitas
No.
Kg
1
400-430
Sangat Rendah
2
431-460
Cukup Rendah
3
461-490
Rendah
4
491-520
Sedang
5
521-550
Cukup Tinggi
6
551-580
Tinggi
Sumber : Analisis Data Primer, 2016
4.2.2. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Umur Untuk mendapatkan gambaran distribusi produktivitas buruh sadap berdasarkan umur responden, maka akan diuraikan dengan menggunakan tabulasi jenjang umur dan jenjang produktivitas seperti yang tersaji pada tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Umur Produktivitas Buruh Sadap (Kg) No.
1 2 3 4 5 6
Umur (Th) 23-28 29-34 35-40 41-46 47-52 53-58 Jumlah
Sangat Rendah (400-430) 1 1 3 1 1 7
Cukup Rendah (431-460) 2 1 2 3 8
Rendah
Sedang
(461-490) 2 2 2 1 1 8
(491-520) 1 4 1 6
Cukup Tinggi (521-550) 2 4 1 1 8
Tinggi (551-580) 2 1 3
Jumlah 6 10 14 7 1 2 40
Sumber : Analisis Data Primer, 2016
Dari tabel 4.3, terlihat pada kelompok umur 23-28 tahun, dari sebanyak 6 buruh terdapat 2 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas cukup rendah dan rendah. Pada kelompok umur 29-34 tahun, dari sebanyak 10 buruh terdapat 4 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas sedang. Pada kelompok umur 35-40 tahun, dari sebanyak 14 buruh terdapat 4 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas cukup tinggi. Pada kelompok umur 41-46 tahun, dari sebanyak 7 buruh terdapat 3 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas cukup rendah. Pada kelompok umur 47-52 tahun, dari sebanyak 1 buruh terdapat 18
1 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas cukup tinggi. Pada kelompok umur 53-58 tahun, dari sebanyak 2 buruh terdapat 1 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas sangat rendah dan rendah. Rata-rata umur buruh sadap karet adalah 36,4 tahun. Dari tabel diatas tidak terlihat pola distribusi yang menunjukkan hubungan antara umur dengan produktivitas buruh sadap, dimana terlihat pola mengacak (tidak teratur) antara umur dan produktivitas buruh sadap pada tabel.
4.2.3. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Pendidikan Untuk mendapatkan gambaran distribusi produktivitas buruh sadap berdasarkan pendidikan responden, maka akan diuraikan dengan menggunakan tabulasi jenjang pendidikan dan jenjang produktivitas seperti yang tersaji pada tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Pendidikan
No. 1 2 3 4 5 6
Pendidikan (Th) 1-2 3-4 5-6 7-8 9-10 11-12 Jumlah
Sangat Rendah (400-430) 2 1 2 2 7
Produktivitas Buruh Sadap (Kg) Cukup Rendah Sedang Cukup Rendah Tinggi (431-460) (461-490) (491-520) (521-550) 2 2 2 2 2 4 1 3 1 1 2 3 1 2 1 1 8 8 6 8
Tinggi Jumlah (551-580) 1 1 1 3
2 5 12 7 10 4 40
Sumber : Analisis Data Primer, 2016
Dari tabel 4.4, terlihat pada kelompok pendidikan 1-2 tahun, dari sebanyak 2 buruh terdapat 2 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas cukup tinggi. Pada kelompok pendidikan 3-4 tahun, dari sebanyak 5 buruh terdapat 2 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas sangat rendah dan cukup rendah. Pada kelompok pendidikan 5-6 tahun, dari sebanyak 12 buruh terdapat 4 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas cukup tinggi. Pada kelompok pendidikan 7-8 tahun, dari sebanyak 7 buruh terdapat 3 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas rendah. Pada kelompok pendidikan 9-10 tahun, dari sebanyak 10 buruh terdapat 3 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas sedang. Pada 19
kelompok pendidikan 11-12 tahun, dari sebanyak 4 buruh terdapat 2 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas cukup rendah. Rata-rata pendidikan buruh sadap karet adalah 7,025 tahun atau setara dengan jenjang pendidikan SMP. Dari tabel diatas terlihat pola distribusi yang menunjukkan hubungan antara pendidikan dengan produktivitas buruh sadap, dimana terlihat pola antara pendidikan dan produktivitas buruh sadap pada tabel.
4.2.4. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Pengalaman Kerja Untuk mendapatkan gambaran distribusi produktivitas buruh sadap berdasarkan pengalaman kerja responden, maka akan diuraikan dengan menggunakan tabulasi jenjang pengalaman kerja dan jenjang produktivitas seperti yang tersaji pada tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Pengalaman Kerja No
1 2 3 4 5 6 7
Pengalaman (Th) 3-4 5-6 7-8 9-10 11-12 13-14 15-16 Jumlah
Sangat Rendah (400-430) 3 3 1 7
Produktivitas Buruh Sadap (Kg) Cukup Rendah Sedang Cukup Rendah Tinggi (431-460) (461-490) (491-520) (521-550) 1 1 6 1 1 1 1 3 2 1 2 1 3 2 2 1 1 8 8 6 8
Tinggi Jumlah (551-580) 1 1 1 3
2 11 8 6 5 5 3 40
Sumber : Analisis Data Primer, 2016
Dari tabel 4.5, terlihat pada pengalaman kerja (3-4 tahun), dari sebanyak 2 buruh terdapat 1 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas cukup rendah dan rendah. Pada pengalaman kerja (5-6 tahun), dari sebanyak 11 buruh terdapat 6 buruh sadap dengan produktivitas cukup rendah. Pada pengalaman kerja (7-8 tahun), dari sebanyak 8 buruh terdapat 3 buruh sadap dengan produktivitas sangat rendah dan sedang. Pada pengalaman kerja (9-10 tahun), dari sebanyak 6 buruh terdapat 2 buruh sadap dengan produktivitas rendah dan cukup tinggi. Pada pengalaman kerja (11-12 tahun), dari sebanyak 5 buruh terdapat 3 buruh sadap
20
dengan produktivitas cukup tinggi. Pada pengalaman kerja (13-14 tahun), dari sebanyak 5 buruh terdapat 2 buruh sadap dengan produktivitas rendah dan cukup tinggi. Pada pengalaman kerja (15-16 tahun), dari sebanyak 3 buruh terdapat 1 buruh sadap dengan produktivitas rendah, cukup tinggi, dan tinggi. Rata-rata pengalaman kerja buruh sadap karet adalah 8,8 tahun. Dari tabel diatas mulai terlihat pola distribusi yang menunjukkan hubungan antara pengalaman kerja dengan produktivitas buruh sadap, dimana terlihat pola yang teratur antara pengalaman kerja dengan produktivitas buruh sadap karet.
4.2.5. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Tingkat Upah Untuk mendapatkan gambaran distribusi produktivitas buruh sadap berdasarkan tingkat upah responden, maka akan diuraikan dengan menggunakan tabulasi jenjang tingkat upah dan jenjang produktivitas seperti yang tersaji pada tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Tingkat Upah No.
1 2 3 4 5 6
Tingkat Upah (Ribu Rp) 601-650 651-700 701-750 751-800 801-850 851-900 Jumlah
Sangat Rendah (400-430) 6 1 7
Produktivitas Buruh Sadap (Kg) Cukup Rendah Sedang Cukup Rendah Tinggi (431-460) (461-490) (491-520) (521-550) 7 1 1 6 1 1 5 2 5 1 8 8 6 8
Tinggi Jumlah (551-580) 2 1 3
6 9 8 8 7 2 40
Sumber : Analisis Data Primer, 2016
Dari tabel 4.6, terlihat pada tingkat upah (Rp.601.000,- s/d Rp.650.000,-), dari sebanyak 6 buruh terdapat 6 buruh sadap dengan produktivitas sangat rendah. Pada tingkat upah (Rp.651.000,- s/d Rp.700.000,-), dari sebanyak 9 buruh terdapat 7 buruh sadap dengan produktivitas cukup rendah. Pada tingkat upah (Rp.701.000,- s/d Rp.750.000,-), dari sebanyak 8 buruh terdapat 6 buruh sadap dengan produktivitas rendah. Pada tingkat upah (Rp.751.000,- s/d Rp.800.000,-), dari sebanyak 8 buruh terdapat 5 buruh sadap dengan produktivitas sedang. Pada tingkat upah (Rp.801.000,- s/d Rp.850.000,-), dari sebanyak 7 buruh terdapat 5 21
buruh sadap dengan produktivitas cukup tinggi. Pada tingkat upah (Rp.851.000,s/d Rp.900.000,-), dari sebanyak 2 buruh terdapat 1 buruh sadap dengan produktivitas cukup tinggi dan tinggi. Rata-rata tingkat upah buruh sadap karet adalah Rp.735.150,-/bulan. Dari tabel diatas terlihat pola distribusi yang menunjukkan hubungan antara tingkat upah dengan produktivitas buruh sadap, dimana terlihat pola yang teratur antara tingkat upah dengan produktivitas buruh sadap karet.
4.2.6. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Insentif Untuk mendapatkan gambaran distribusi produktivitas buruh sadap berdasarkan insentif responden, maka akan diuraikan dengan menggunakan tabulasi jenjang insentif dan jenjang produktivitas seperti yang tersaji pada tabel 4.7 berikut ini.
Tabel 4.7. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Insentif No.
1 2 3 4 5 6
Insentif (Ribu Rp) 100-107 108-114 115-121 122-128 129-135 136-142 Jumlah
Sangat Rendah (400-430) 2 2 3 7
Cukup Rendah (431-460) 1 3 4 8
Produktivitas Buruh Sadap (Kg) Rendah Sedang Cukup Tinggi (461-490) (491-520) (521-550) 1 1 1 2 1 1 3 4 2 4 2 8 6 8
Tinggi
Jumlah
(551-580) 1 2 3
3 1 4 4 14 14 40
Sumber : Analisis Data Primer, 2016
Dari tabel 4.7, terlihat pada insentif (Rp.100.000,- s/d Rp.107.000,-), dari sebanyak 3 buruh terdapat 2 buruh sadap dengan produktivitas sangat rendah. Pada insentif (Rp.108.000,- s/d Rp.114.000,-), dari sebanyak 1 buruh terdapat 1 buruh sadap dengan produktivitas cukup rendah. Pada insentif (Rp.115.000,- s/d Rp.121.000,-), dari sebanyak 4 buruh terdapat 2 buruh sadap dengan produktivitas sangat rendah. Pada insentif (Rp.122.000,- s/d Rp.128.000,-), dari sebanyak 4 buruh terdapat 2 buruh sadap dengan produktivitas rendah. Pada insentif (Rp.129.000,- s/d Rp.135.000,-), dari sebanyak 14 buruh terdapat 4 buruh sadap dengan produktivitas cukup tinggi. Pada insentif (Rp.136.000,- s/d Rp.142.000,-), 22
dari sebanyak 14 buruh terdapat 4 buruh sadap dengan produktivitas cukup rendah dan sedang. Rata-rata insentif buruh sadap karet adalah Rp.130.380,-/bulan. Dari tabel diatas terlihat pola distribusi yang menunjukkan hubungan antara insentif dengan produktivitas buruh sadap, dimana terlihat pola yang teratur antara insentif dengan produktivitas buruh sadap karet.
4.2.7. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Pendapatan Untuk mendapatkan gambaran distribusi produktivitas buruh sadap berdasarkan pendapatan responden, maka akan diuraikan dengan menggunakan tabulasi jenjang pendapatan dan jenjang produktivitas seperti yang tersaji pada tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 4.8. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Pendapatan No.
1 2 3 4 5 6
Pendapatan (Ribu Rp) 701-750 751-800 801-850 851-900 901-950 951-1000 Jumlah
Sangat Rendah (400-430) 3 4 7
Produktivitas Buruh Sadap (Kg) Cukup Rendah Sedang Cukup Rendah Tinggi (431-460) (461-490) (491-520) (521-550) 2 5 4 1 4 3 3 3 5 8 8 6 8
Tinggi
Jumlah
(551-580) 3 3
3 6 9 8 6 8 40
Sumber : Analisis Data Primer, 2016
Dari tabel 4.8, terlihat pada pendapatan (Rp.701.000,- s/d Rp.750.000,-), dari sebanyak 3 buruh terdapat 3 buruh sadap dengan produktivitas sangat rendah. Pada insentif (Rp.751.000,- s/d Rp.800.000,-), dari sebanyak 6 buruh terdapat 4 buruh sadap dengan produktivitas sangat rendah. Pada insentif (Rp.801.000,- s/d Rp.850.000,-), dari sebanyak 9 buruh terdapat 5 buruh sadap dengan produktivitas cukup rendah. Pada insentif (Rp.851.000,- s/d Rp.900.000,-), dari sebanyak 8 buruh terdapat 4 buruh sadap dengan produktivitas rendah. Pada insentif (Rp.901.000,- s/d Rp.950.000,-), dari sebanyak 6 buruh terdapat 3 buruh sadap dengan produktivitas sedang dan cukup tinggi. Pada insentif (Rp.951.000,- s/d Rp.1.000.000,-), dari sebanyak 8 buruh terdapat 5 buruh sadap dengan produktivitas cukup tinggi. Rata-rata pendapatan buruh sadap karet adalah 23
Rp.865.900,-/bulan. Dari tabel diatas terlihat pola distribusi yang menunjukkan hubungan antara pendapatan dengan produktivitas buruh sadap, dimana terlihat pola yang teratur antara produktivitas dengan pendapatan buruh sadap karet.
4.3. Hasil Analisis Regresi Berganda Dan Pembahasan Pada bagian ini akan disajikan hasil analisis dan pembahasan terhadap penelitian yang telah dilakukan dengan menguraikan model dari analisis regresi berganda dan model dari analisis regresi sederhana. Analisis terhadap regresi berganda ini menunjukan pengaruh dari variabel bebas: umur (X1), pendidikan (X2), pengalaman kerja (X3), tingkat upah (X4), insentif (X5) terhadap variabel tidak bebas : produktivitas buruh sadap (Y), dengan persamaan sebagai berikut : Y
= b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5
Y
= -4,184 + 0,141 X1 - 1,304 X2 + 1,345 X3 + 0,589 X4 + 0,367 X5
Analisis secara serempak pada model regresi berganda ini dilakukan dengan melihat nilai koefisien determinasi (R2 adjusted), nilai F hitung, dan nilai signifikansi masing-masing variabel bebas (t hitung). Hasil dari pendugaan parameter model regresi berganda menunjukan nilai koefisien determinasi (R2 adjusted) 0,969. Ini menunjukan sekitar 96,90% variasi dari variabel produktivitas buruh sadap (Y) dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang meliputi : umur, pendidikan, pengalaman kerja, tingkat upah, dan insentif, sedangkan sisanya 3,1% variasi dari produktivitas buruh sadap (Y) dijelaskan oleh variabel-variabel bebas lainnya yang tidak dimasukan kedalam model regresi berganda diatas. Adapun signifikansi model regresi berganda ini menunjukan nilai yang signifikan pada taraf uji (α) 5% yang ditunjukan dengan nilai F hitung (242,115) > F tabel (2,49), sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh nyata antara variabel bebas terhadap Produktivitas (Y). Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut. Dengan melihat hipotesis didalam bab sebelumnya terdapat hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu : 1. Umur (X1) berpengaruh nyata terhadap produktivitas (Y) 2. Pendidikan (X2) berpengaruh nyata terhadap produktivitas (Y) 3. Pengalaman (X3) berpengaruh nyata terhadap produktivitas (Y).
24
4. Upah (X4) berpengaruh nyata terhadap produktivitas (Y). 5. Insentif (X5) berpengaruh nyata terhadap produktivitas (Y). 6. Produktivitas (Y) berpengaruh nyata terhadap pendapatan (Z) Untuk mengetahui apakah pengaruh tersebut signifikan atau tidak, maka nilai koefisien regresi dari variabel akan diuji signifikansinya : H0 = Variabel (X) tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas (Y) H1 = Variabel (X) berpengaruh signifikan terhadap produktivitas (Y). Dasar pengambilan keputusan : H0 diterima dan H1 ditolak jika nilai t hitung < t tabel pada taraf uji 5% (α=0,05) atau jika tingkat signifikansi 95%. H0 ditolak dan H1 diterima jika nilai t hitung > t tabel pada taraf uji 5% (α=0,05) atau jika tingkat signifikansi 95%. Tabel 4.9. Hasil Uji Komputasi Regresi Berganda No
Variabel
Parameter Dugaan (b)
Nilai t hitung
Taraf Uji (α=0,05)
Tingkat Signifikansi
1
Konstanta (b0)
-4,184
-0,170
0,866
-
2
Umur (X1)
0,141
0,637
0,528
Tidak signifikan
3
Pendidikan (X2)
-1,304
(2,428)
0,021
Signifikan
4
Pengalaman kerja (X3)
1,345
2,046 (*)
0,049
Signifikan
5
Tingkat upah (X4)
0,589
19,766 (*)
0,000
Signifikan
6
Insentif (X5)
R2 adjusted = 0,969
0,367 2,685 (*) 0,011 F hitung = 242,115 F tabel = 2,49
Signifikan t tabel = 2,032
Sumber : Analisis Data Primer, 2016 Keterangan : (*) signifikan pada tingkat kepercayaan 95%.
4.3.1. Pengaruh Umur Terhadap Produktivitas Buruh Sadap Variabel umur (X1) nilai t hitung sebesar 0,637 < t tabel 2,032 dan nilai signifikansinya adalah 0,528 > 0,05. Sedangkan nilai b1 umur adalah sebesar 0,141 artinya jika umur bertambah 1 satuan, maka produktivitas akan bertambah 0,141 satuan. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya usia (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas (Y). Jadi hipotesis tentang umur yang diajukan dalam bab sebelumnya dalam penelitian ini
25
ditolak, karena umur tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas buruh sadap karet di Desa Sumber Makmur. Umur buruh sadap di Desa Sumber Makmur cukup beragam, mulai dari yang termuda berumur 23 tahun dan tertua berumur 56 tahun. Seperti pada tabel 4.3, menunjukkan distribusi umur terhadap produktivitas tidak berpola teratur (mengacak), sehingga menyebabkan umur tidak mempengaruhi secara nyata terhadap produktivitas. Hal ini diduga karena umur tidak menjadi tolak ukur untuk meningkatkan produktivitas karena keuletan individu setiap buruh sadap di lapangan berbeda-beda. Menurut Rahmawati (2012), semakin tua umur tenaga kerja maka produktivitas semakin menurun. Menurut pengalaman di lapangan, umur tidak selamanya terkait dengan produktivitas, biasanya yang dibutuhkan produktivitas adalah pengalaman kerja dan teknis faktor pohon. Umur yang tinggi tidak selalu mempunyai pengalaman yang tinggi, begitu juga umur yang lebih muda tidak selalu mempunyai pengalaman yang rendah. 4.3.2. Pengaruh Pendidikan Terhadap Produktivitas Buruh Sadap Variabel pendidikan (X2) nilai t hitung sebesar (2,428) > t tabel (2,032) dan nilai signifikansinya adalah 0,021 < 0,05. Sedangkan nilai b2 pendidikan adalah sebesar -1,304, artinya jika pendidikan bertambah 1 satuan, maka produktivitas akan berkurang -1,304 satuan. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya pendidikan (X2) berpengaruh signifikan terhadap produktivitas (Y). Jadi hipotesis tentang pendidikan dalam penelitian ini diterima, karena pendidikan berpengaruh nyata terhadap produktivitas buruh sadap karet di Desa Sumber Makmur. Pendidikan buruh sadap di Desa Sumber Makmur cukup beragam, mulai dari yang terendah berpendidikan 2 tahun dan tertinggi berpendidikan 12 tahun. Hal ini diduga walaupun pendidikan berpengaruh terhadap produktivitas namun pada dasarnya produktivitas buruh sadap karet tidak memerlukan pendidikan yang tinggi karena itu hasil regresinya menunjukkan arah yang negatif. Menurut pengamatan di lapangan didalam pekerjaan sebagai buruh sadap karet, secara dominan hanya memerlukan kekuatan tenaga fisik karena buruh sadap pada umumnya adalah pekerjaan kasar. Berdasarkan pandangan Rahmawati (2012), pekerjaan kasar yang mengandalkan fisik yang kuat tidak memerlukan pendidikan 26
secara khusus, pendidikan kecenderungan negatif, artinya pendidikan yang tinggi justru menurunkan produktivitas tenaga kerja. Tetapi jika ada perbaikan produktivitas didalam perbaikan teknologi, pendidikan menjadi sangatlah penting, karena penggunaan teknologi didalam pekerjaan membutuhkan kecerdasan intelektual buruh sadap karet. 4.3.3. Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Buruh Sadap Variabel pengalaman (X3) nilai t hitung sebesar 2,046 > t tabel 2,032 dan nilai signifikansinya adalah 0,049 < 0,05. Sedangkan nilai b3 pengalaman kerja adalah sebesar 1,345, artinya jika pengalaman kerja bertambah 1 satuan, maka produktivitas akan bertambah 1,345 satuan. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya pengalaman (X3) berpengaruh signifikan terhadap produktivitas (Y). Jadi hipotesis tentang pengalaman kerja dalam penelitian ini diterima, karena pengalaman kerja berpengaruh nyata terhadap produktivitas buruh sadap karet di Desa Sumber Makmur. Pengalaman kerja buruh sadap di Desa Sumber Makmur cukup beragam, mulai dari yang termuda berpengalaman 3 tahun dan tertua berpengalaman 15 tahun. Seperti pada tabel 4.5, menunjukkan distribusi pengalaman kerja terhadap produktivitas
berpola
teratur
sehingga
menyebabkan
pengalaman
kerja
mempengaruhi secara nyata terhadap produktivitas. Menurut Nasir (2008), masa kerja juga dapat dilihat dari berapa lama tenaga kerja mengabdikan dirinya untuk perusahaan, dan bagaimana hubungan antara perusahaan dengan tenaga kerjanya. Dalam hubungan ini untuk menjalin kerjasama yang lebih serasi maka masingmasing pihak perlu untuk meningkatkan rasa tanggung jawab, rasa ikut memiliki, keberanian, dan mawas diri dalam rangka kelangsungan perusahaan maka tenaga kerja dapat dengan tenang untuk berproduksi sehingga produktivitasnya tinggi. 4.3.4. Pengaruh Tingkat Upah Terhadap Produktivitas Buruh Sadap Variabel tingkat upah (X4) nilai t hitung sebesar 19,766 > t tabel 2,032 dan nilai signifikansinya adalah 0,000 < 0,05. Sedangkan nilai b4 tingkat upah adalah sebesar 0,589, artinya jika tingkat upah bertambah 1 satuan, maka produktivitas akan bertambah 0,589 satuan. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya tingkat upah (X4) berpengaruh signifikan terhadap
27
produktivitas (Y). Jadi hipotesis tentang tingkat upah dalam penelitian ini diterima, karena tingkat upah berpengaruh nyata terhadap produktivitas buruh sadap karet di Desa Sumber Makmur. Tingkat upah buruh sadap di Desa Sumber Makmur cukup beragam, mulai dari yang upah terkecil Rp.619.000,- dan upah terbesar Rp.856.000,-. Seperti pada tabel 4.6, menunjukkan distribusi tingkat upah terhadap produktivitas berpola teratur sehingga menyebabkan tingkat upah mempengaruhi secara nyata terhadap produktivitas. Menurut Adhadika (2013), besar kecilnya upah yang diberikan perusahaan kepada para pekerjanya akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat produktivitas kerja karyawan Saat seorang pekerja merasa nyaman dengan upah yang diterima maka produktivitasnya dalam bekerja diharapkan akan meningkat. Upah yang nyaman dalam hal ini dapat diartikan upah yang wajar, yakni dapat memungkinkan pekerja untuk memenuhi kebutuhannya secara manusiawi. Sehingga ketika tingkat penghasilan cukup, akan menimbulkan konsentrasi kerja dan mengarahkan kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas. 4.3.5. Pengaruh Insentif Terhadap Produktivitas Buruh Sadap Variabel insentif (X5) nilai t hitung sebesar 2,685 > t tabel 2,032 dan nilai signifikansinya adalah 0,011 < 0,05. Sedangkan nilai b5 insentif adalah sebesar 0,367, artinya jika insentif bertambah 1 satuan, maka produktivitas akan bertambah 0,367 satuan. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya insentif (X5) berpengaruh signifikan terhadap produktivitas (Y). Jadi hipotesis tentang insentif dalam penelitian ini diterima, karena insentif berpengaruh nyata terhadap produktivitas buruh sadap karet di Desa Sumber Makmur. Insentif buruh sadap di Desa Sumber Makmur tidak terlalu beragam, mulai dari insentif Rp.100.000,- – Rp.140.000,-. Seperti pada tabel 4.7, menunjukkan distribusi insentif terhadap produktivitas berpola teratur sehingga menyebabkan insentif mempengaruhi secara nyata terhadap produktivitas. Menurut Tasunane (2003), insentif adalah penghargaan yang dirancang untuk mendorong dan memotivasi pegawai untuk berusaha melampaui performansi normal yang diharapkan. Sedangkan menurut Govindarajan dan Anthony (2004), sistem
28
insentif didesain agar dapat mempengaruhi perilaku untuk menefektifkan strategi organisasi, dan memberi dampak pada kinerja organisasi. 4.4. Hasil Analisis Regresi Sederhana Dan Pembahasan Analisis terhadap regresi sederhana ini menunjukan pengaruh dari variabel bebas: produktivitas buruh sadap (Y) terhadap variabel tidak bebas : pendapatan buruh sadap (Z). Analisis model regresi sederhana ini dilakukan dengan melihat nilai koefisien determinasi (R2 adjusted), nilai F hitung, dan nilai signifikansi variabel bebas (t hitung). Hasil dari pendugaan parameter model regresi sederhana menunjukan nilai koefisien determinasi (R2 adjusted) 0,950. Ini menunjukan sekitar 95,00% variasi dari variabel pendapatan buruh sadap (Z) dijelaskan oleh variabel produktivitas buruh sadap (Y), sedangkan sisanya 5,0% variasi dari pendapatan buruh sadap (Z) dijelaskan oleh variabel-variabel bebas lainnya yang tidak dimasukan kedalam model regresi sederhana diatas. Adapun signifikansi model regresi sederhana ini menunjukan nilai yang signifikan pada taraf uji (α) 5% yang ditunjukan dengan nilai F hitung (748,592) > F tabel (4,10), sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh nyata antara produktivitas buruh sadap (Y) terhadap pendapatan buruh sadap (Z), dengan persamaan regresi sederhana sebagai berikut : Z = b0 + b1Y Z = 109,109 + 1,563Y Tabel 4.10. Hasil Uji Komputasi Regresi Sederhana No
Variabel
1
Konstanta
2
Produktivitas (Y)
2
R adjusted = 0,950
Parameter Dugaan (b)
Nilai t hitung
Taraf Uji (α=0,05)
109,109
3,926
0,000
1,563 27,360 (*) 0,000 F hitung = 748,592 F tabel = 4,10
Tingkat Signifikansi Signifikan t tabel = 2,024
Sumber : Analisis Data Primer, 2016 Keterangan : (*) signifikan pada tingkat kepercayaan 95%.
Produktivitas (Y) nilai t hitung sebesar 27,360 > t tabel 2,024 dan nilai signifikansinya adalah 0,000 < 0,05. Sedangkan nilai b produktivitas adalah sebesar 1,563, artinya jika produktivitas bertambah 1 satuan, maka pendapatan akan bertambah 1,563 satuan. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1
29
diterima, yang artinya produktivitas buruh sadap karet (Y) berpengaruh signifikan terhadap pendapatan buruh sadap karet (Z). Jadi hipotesis tentang produktivitas yang diajukan dalam bab sebelumnya dalam penelitian ini diterima, karena produktivitas berpengaruh nyata terhadap pendapatan buruh sadap karet di Desa Sumber Makmur. Oleh sebab itu, produktivitas buruh sadap yang semakin tinggi menyebabkan pendapatan buruh sadap semakin tinggi pula. Menurut Purwanti (2014), pendapatan yang seimbang dengan beban kerja yang disumbangkan buruh adalah sangat penting, karena pendapatan buruh sadap karet yang mencukupi bagi buruh akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan pribadi sehingga pada akhirnya akan memberikan dorongan bagi buruh didalam bekerja dan melakukan aktifitas di perusahaan, yang pada akhirnya juga akan berdampak pada pencapaian tujuan perusahaan yaitu produksi dan pendapatan bersih perusahaan. Pada dasarnya pendapatan yang meningkat bagi buruh juga akan memberikan peningkatan pendapatan bersih bagi perusahaan, sesuatu yang bersifat saling menguntungkan bagi buruh dan perusahaan.
30