BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.
B.
Gambaran Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMK Diponegoro Salatiga yang terletak di jalan Kartini No 2 Salatiga. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X Akuntansi I yang terdiri dari 39 siswa dan kelas X Akuntansi III yang terdiri dari 41 siswa. Kelas X Akuntansi I terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 37 siswa perempuan, untuk kelas X Akuntansi III terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 36 siswa perempuan. Kelas X Akuntansi I sebagai kelas kontrol dimana pembelajaran berlangsung dengan metode ceramah, sedangkan kelas X Akuntansi III sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TTW. Deskripsi Data Awal Penelitian yang dilaksanakan pada bulan April 2013 ini sebelumnya diberi tes awal (pretest) untuk mengetahui kondisi awal kedua kelas. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan SPSS 18 dengan uji independent t test dan uji prasyarat yaitu uji normalitas serta uji homogenitas. 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data awal atau hasil pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal atau tidak. Instrumen dikatakan normal jika nilai signifikan > 0,05. Pengujian normalitas soal pretest menggunakan SPSS 18 yaitu dengan statistik uji kolmogorov-smirnov. Hasil uji normalitas terlihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Normalitas Data Awal (Pretest) Tests of Normality
Pretest Kelas Eksperimen "X Akuntansi III" Pretest Kelas Kontrol "X Akuntansi I"
Kolmogorov-Smirnova Statistic Df Sig. .136 39 .065 .126
39
.122
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan Tabel 4.1. diperoleh nilai signifikansi pada uji kolmogorov smirnov untuk kelas eksperimen 0,065 dan kelas kontrol 0,122, kedua signifikan lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
28
29 2.
Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi sama atau tidak. Hasil uji homogenitas dikatakan homogen jika nilai signifikan > 0,05. Pengujian menggunakan SPSS 18 dengan uji diperoleh pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Homogenitas Data Awal (Pretest) Test of Homogeneity of Variances Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol Levene Statistic df1 df2 3.618 1 78
3.
Sig. .061
Berdasarkan Tabel 4.2. diperoleh nilai signifikan 0,061 > 0,05. Hal ini berarti variansi nilai awal sama dengan nilai akhir atau kedua variansi tersebut sama sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua populasi homogen. Uji Banding Dua Sampel Uji banding dua sampel dilakukan dengan analisis uji independent t test. Analisis ini digunakan untuk mengetahui perbedaan nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil analisis independent t test menggunakan SPPS 18 dapat dilihat pada Tabel 4.3. dan lampiran 25. Tabel 4.3. Uji Banding Dua Sampel (Pretest) Group Statistics Kode Pretes Kelas Kelas Eksperimen Eksperimen dan Kontrol Kelas Kontrol
N Mean 41 65.76 39
65.74
Std. Deviation 24.323
Std. Error Mean 3.799
19.645
3.146
Berdasarkan Tabel Independent Samples Test pada lampiran 25 terlihat signifikan pada kolom Leveneβs Test for Equality of Variances adalah 0,061 > 0,05 yang berarti populasi homogen. Pada kolom t-test for equality of means nilai signifikasi equal variances assumed 0,998 > 0,05, hal ini berarti bahwa rataan kedua kedua kelas sama. Hasil rata-rata kelas kedua kelas tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3., rata-rata kelas eksperimen adalah 65,76 dengan persentase ketuntasan 51,22% dan kelas kontrol 65,74 dengan persentase ketuntasan 53,84%. Perbedaan rata-rata yang tidak terlalu besar, yang berarti bahwa kedua kelas mempunyai kemampuan yang sama.
30 A.
Deskripsi Data Akhir 1. Motivasi Belajar Matematika Hasil motivasi belajar m,atematika siswa di kategorikan menjadi tiga bagian, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Menurut sudijono (2009: 176), jika data dikategorikan menjadi tiga bagian, maka batas interval ditentukan dengan cara ππππ + 0,5ππ· dan ππππ β 0,5ππ·. Berdasarkan data motivasi belajar dari kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh statistik deskriptif pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Statistik Deskriptif Total Nilai Motivasi Belajar
Motivasi Belajar Matematika Valid N (listwise)
Std. N Minimum Maximum Mean Deviation 80 86 162 125.93 14.271 80
Berdasarkan Tabel 4.4. didapatkan nilai minimum 86 dan maksimum 162 dengan nilai rata-rata 125,93, serta standar deviasinya 14,271.Hasil motivasi belajar matematika dikategorikan menurut Sudijono (2009) dengan batas-batas sebagai berikut: Batas 1 = ππππ + 0,5ππ· = 125,93 + 0,5 Γ 14,271 = 133,0655 dibulatkan menjadi 133 Batas 2 = ππππ β 0,5ππ· = 125,93 β 0,5 Γ 14,271 = 118,7945 dibulatkan menjadi 119 Batas interval pengkategorian motivasi belajar matematika dengan batas-batas di atas dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Kategori Motivasi Belajar No 1 2 3
Kategori Tinggi Sedang Rendah
Batas Bawah 133 119 86
Batas Atas 162 133 119
Interval 133 < π₯ β€ 162 119 < π₯ β€ 133 86 β€ π₯ β€ 119
Tabel 4.5. menjelaskan bahwa motivasi belajar dengan kategori tinggi diperoleh nilai 134 sampai 162, untuk kategori sedang 120 sampai 133 dan untuk kategori rendah 86 sampai 119. Frekuensi dan persentase hasil pengukuran variabel motivasi belajar matematika berdasarkan kategori menurut Sudijono (2009) terlihat pada Tabel 4.6.
31 Tabel 4.6. Distribusi Motivasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Kategori Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah
Interval 133 < π₯ β€ 162 119 < π₯ β€ 133 86 < π₯ β€ 119 133 < π₯ β€ 162 119 < π₯ β€ 133 86 < π₯ β€ 119
Frekuensi 15 14 12 11 15 13
Persentase 36% 35% 29% 28% 38% 34%
Dilihat pada Tabel 4.6. untuk kelas eksperimen sebanyak 15 siswa memiliki motivasi belajar terhadap matematika tinggi, 14 siswa memiliki motivasi belajar terhadap matematika sedang dan 12 siswa motivasi belajarnya rendah. Persentase untuk kelas eksperimen sebagian besar memiliki motivasi belajar matematika tinggi yaitu 37,5%, sedangkan untuk kelas kontrol sebagaian besar memiliki motivasi sedang yaitu 37,5% dengan banyaknya siswa 15 anak. Kategori kelas kontrol 11 siswa memiliki motivasi belajar matematika tinggi dan 13 siswa memiliki motivasi belajar matematika rendah. Pengujian motivasi belajar matematika dengan uji banding dua sampel. Analisis uji banding dua sampel dengan uji independent t test bertujuan untuk membandingkan rata-rata motivasi belajar matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, sebelum uji banding dilakukan pengujian normalitas data. Hasil pengujian normalitas motivasi belajar matematika dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Normalitas Motivasi Belajar Matematika Tests of Normality
Motivasi Kelas Eksperimen "X Akuntansi III" Motivasi Kelas Kontrol "X Akuntansi I"
KolmogorovSmirnova Statistic Df Sig. .101 39 .200* .114
39
.200*
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan Tabel 4.7. terlihat nilai signifikan pada kolom kolmogorov-smirnov 0,200 untuk kelas eksperimen dan 0,200 untuk kelas kontrol. Signifikan kedua kelas > 0,05, artinya kedua populasi berasal dari distribusi normal. Langkah berikutnya adalah uji banding dua sampel, dalam uji kedua populasi dikatakan ada perbedaan jika nilai signifikan
32 < 0,05. Hasil uji banding dua sampel dapat dilihat pada Tabel 4.8. dan lampiran 26. Tabel 4.8. Uji Banding Dua Sampel Motivasi Belajar Matematika Group Statistics Kode N Motivasi Belajar Matematika
2.
1
41
Mean 126.59
2
39
125.23
Std. Deviation 14.119
Std. Error Mean 2.205
14.581
2.335
Tabel 4.8. menunjukkan hasil analisis data motivasi belajar matematika kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada lampiran 26 Tabel independent sampels test menunjukkan nilai signifikan pada kolom leveneβs test for equality of variances adalah 0,912 > 0,05, yang berarti variansi kedua kelas sama atau kedua kelas homogen. Berdasarkan Tabel independent sampels test tersebut nilai signifikan pada kolom t-test equality of means baris equal variances assumed adalah 0,674 > 0,05, artinya rataan kedua kelas adalah sama. Rata-rata tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.8. untuk kelas eksperimen 126,59 dan kelas kontrol 125,23. Perbedaan rata-rata kedua kelas tidak signifikan, artinya rata-rata kelas eksperimen sama dengan rata-rata kelas kontrol. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaanmotivasi belajar matematika antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen model atau pembelajaran kooperatif tipe TTW tidak berpengaruh terhadap motivasi belajar matematika siswa kelas X Akuntansi III. Hasil Belajar Matematika (Posttest) Hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dilihat dari nilai posttest, yang kemudian di kategorikan menjadi tiga (Sudijono, 2009) yaitu tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan data tersebut diperoleh statistik deskriptif kelas eksperimen dan kelas kontrol pada Tabel 4.9. Tabel 4.9. Statistik Deskriptif Total Nilai Hasil Belajar (Posttest)
Posttest Kelas Eksperimen & Kontrol Valid N (listwise)
N Minimum Maximum 80 13 100 80
Mean 61.63
Std. Deviation 21.044
33 Tabel 4.9. menunjukkan nilai rata-rata hasil belajar kedua kelas adalah 61,63 dengan standar deviasi 21,044 dan diperoleh nilai minimum 13 dan nilai maksimum 100. Hasil belajar kedua kelas tersebut dikategorikan menjadi tiga kategori dengan batas-batas sebagai berikut: Batas 1 = ππππ + 0,5ππ· = 61,63 + 0,5 Γ 21,044 = 72,152 dibulatkan menjadi 72 Batas 2 = ππππ β 0,5ππ· = 61,63 β 0,5 Γ 21,044 = 51,108 dibulatkan menjadi 51 Batas interval pengkategorian hasil belajar matematika dengan batas-bats di atas dapat dilihat pada Tabel 4.10. Tabel 4.10. Kategori Hasil Belajar No 1 2 3
Kategori Tinggi Sedang Rendah
Batas Bawah 72 51 13
Batas Atas 100 72 51
Interval 72 < π₯ β€ 100 51 < π₯ β€ 72 13 β€ π₯ β€ 51
Tabel 4.10. menjelaskan bahwa hasil belajar dengan kategori tinggi diperoleh pada nilai 73 sampai 100, untuk kategori sedang 52 sampai 72 dan untuk kategori rendah 13 sampai 51. Frekuensi dan persentase hasil pengukuran variabel hasil belajar matematika berdasarkan kategori menurut Sudijono (2009) terlihat pada Tabel 4.11. Tabel 4.11. Distribusi Hasil Belajar (Posttest) Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Kategori Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah
Interval 72 < π₯ β€ 100 51 < π₯ β€ 72 13 < π₯ β€ 51 72 < π₯ β€ 100 51 < π₯ β€ 72 13 < π₯ β€ 51
Frekuensi 15 8 18 12 12 15
Persentase 37% 20% 43% 31% 31% 38%
Berdasarkan Tabel 4.11 rata-rata kelas eksperimen memiliki hasil belajar rendah, dengan jumlah 18 siswa dari 41 siswa. Hasil belajar dengan kategori tinggi untuk kelas eksperimen 15 siswa dengan persentase 37% dan 8 siswa hasil belajarnya rendah dengan persentase 20%. Hasil belajar untuk kelas kontrol sebagaian besar rendah, yaitu sebanyak 15 siswa dengan persentase 38%. Siswa yang memiliki hasil belajar tinggi sebanyak 12 siswa dengan persentase 31% dan 12 siswa untuk hasil belajar sedang dengan persentase 31%. Rata-rata hasil belajar
34 siswa kelas eksperimen 62,98 dan kelas kontrol 60,21 dengan persentase tentuntasan kelas eksperimen 41,46% dan kelas kontrol 48,72%. Persentase ketuntasan kelas eksperimen lebih bagus dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil ketuntasan dapat dilihat pada Tabel 4.12. Tabel 4.12. Ketuntasan Belajar Siswa (Posttest) Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Rata-rata 62,98 60,21
Persentase Ketuntasan 41,46% 48,72%
Analisis hasil belajar matematika siswa menggunakan uji banding dua sampel yaitu uji independent t test (uji beda rata-rata). Uji beda ratarata atau sering disebut dengan uji t ini bertujuan untuk membandingkan rata-rata dua variabel dalam satu kelompok sebelumnya dilakukan pengujian normalitas dan homogenitas, kemudian dibandingkan antara kondisi awal dan kondisi akhir kedua populasi. Hasil pengujian normalitas hasil belajar matematika terlihat pada Tabel 4.12. Tabel 4.13. Normalitas Data Akhir (Posttest) Tests of Normality
Posttest Kelas Eksperimen "X Akuntansi III" Posttest Kelas Kontrol "X Akuntansi I"
Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig. .152 39 .024 .166
39
.008
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan Tabel 4.12 nilai signifikan kelas eksperimen 0,024 dan kelas kontrol 0,008. Nilai signifikasi kedua kelas < 0,05. Hal ini berarti populasi tidak berasal dari distribusi normal. Uji beda rata-rata yang dilakukan adalah dengan uji nonparametric karena kedua data tersebut tidak normal. Hasil pengujian uji beda rata-rata nonparametric untuk dua populasi dapat dilihat pada Tabel 4.13. Tabel 4.14. Uji Banding Dua Sampel (Posttest) Test Statisticsa Posttest Kelas Eksperimen & Kontrol Mann-Whitney U 763.500 Wilcoxon W 1543.500 Z -.348 Asymp. Sig. (2-tailed) .728 a. Grouping Variable: Kode
35 Prosedur pengambilan keputusan menurut Santoso (2010) yaitu dengan membandingkan nilai z hitung dan z tabel, jika z hitung < z tabel, maka H0 diterima dan jika z hitung > z Tabel maka H0 ditolak. Nilai z tabel untuk tingkat kepercayaan 95% dan uji dua sisi (standar untuk perhitungan di SPSS), didapat z tabel adalah Β±1,96. Berdasarkan Tabel 4.13. diperoleh nilaii signifikan 0,728 > 0,05, artinya H1 ditolak. Nilai z hitung diperoleh 0,348, nilai z hitung < z tabel maka H0 diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol, artinya tidak ada perbedaan hasil belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen atau model pembelajaran kooperatif tipe TTW tidak berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X Akuntansi III. B.
Pembahasan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TTW terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas X Akuntansi III SMK Diponegoro Salatiga Tahun Ajaran 2012/2013. Penelitian dimulai dengan memberi tes awal terlebih dahulu, kemudian diberi perlakuan dalam kegiatan pembelajaran dengan model tersebut dan yang terakhir diberi tes akhir untuk melihat perbedaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji banding dua sampel atau uji beda rata-rata dengan melihat nilai rata-rata siswa, yang sebelumnya dilakukann uji normalitas dan uji homogenitas sebagai uji prasyarat dari uji independent sampel t tes. Uji beda rata-rata bertujuan untuk membandingkan kondisi akhir kelas X Akuntansi III dengan kelas X Akuntansi I. Hasil belajar siswa sebelum diberi perlakuan diperoleh nilai signifikan 0,998 > 0,05, yang berarti rataan kedua kelas sama. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata kelas X Akuntansi III adalah 65,76 dan kelas X Akuntansi I 65,74. Perbedaan rata-rata kedua kelas tidak signifikan, hanya 0,02. Ketuntasan yang diperoleh untuk kelas X Akuntansi III adalah 51,22% dan kelas X Akuntansi I mencapai 53,84%. Hal ini berarti hasil belajar siswa sebelum diberi perlakuan mempunyai kemampuan yang sama. Ketuntasan hasil belajar kedua kelas 50% dengan rata-rata 65,75. Berdasarkan hasil analisis uji banding dua sampel motivasi belajar matematika diperoleh nilai signifikan 0,647. Nilai signifikan tersebut > 0,05, yang berarti rataan kedua kelas sama. Nilai rata-rata kelas X Akuntansi III 126,59 dan kelas X Akuntansi I 125,23. Perbedaan rata-rata yang tidak
36 signifikan tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TTW tidak berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa kelas X Akuntansi III. Hasil analisis data motivasi belajar matematika, dapat dilihat bahwa motivasi belajar matematika siswa kelas X Akuntansi III SMK Diponegoro Salatiga pada kategori tinggi yaitu sebanyak 15 siswa (36%), pada kategori sedang sebanyak 14 siswa (35%) dan 12 siswa kategorinya rendah dengan persentase 29%. Hal tersebut sebanding dengan motivasi belajar matematika siswa kelas X Akuntansi I, diperoleh 11 siswa memiliki kategori tinggi dengan persentase 28%, 15 siswa (38%) memilii kategori sedang dan 13 siswa (34%) berkategori rendah. Berdasarkan hasil analisis uji banding dua sampel nonparametric untuk data akhir diperoleh nilai signifikan 0,728 > 0,05, artinya rataan kedua kelas sama. Hasil perhitungan diperoleh nilai z =0,348 < 1,96, maka H0 diterima. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan antara hasil belajar matematika antara kelas X Akuntansi III dengan kelas X Akuntansi I, yang berarti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TTW tidak berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X Akuntansi III. Analisis hasil belajar matematika siswa kelas X Akuntansi III SMK Diponegoro Salatiga tahun 2013, diperoleh 37% dengan jumlah siswa 15 memiliki kategri tinggi, pada kategori sedang sebanyak 8 siswa dengan persentase 20% dan pada kategori rendah 18 siswa dengan persentase 43%. Sebagaian besar hasil belajar matematika siswa kelas X Akuntansi III kategorinya rendah sama dengan hasil belajar matematika siswa kelas X Akuntansi I, sebagian besar siswa berkategori rendah dengan jumlah 15 siswa dan persentase 38%. Kategori sedang pada kelas kontrol diperoleh 12 siswa dengan persentase 31% dan 12 siswa dengan persentase 31% berkategori tinggi. Rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen 62,98 dan kelas kontrol 60,21 dengan persentase tentuntasan kelas eksperimen 41,46% dan kelas kontrol 48,72%. Pembelajaran dengan model kooperatif tipe TTW dikelas X Akuntansi III SMK Diponegoro Salatiga kurang efektif. Ketidakefektifan tersebut terlihat bahwa model kooperatif tipe TTW tidak berpengaruh terhadap motivasi dan hasil belajar siswa. Motivasi yang dikatakan sebagai dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tidak sesuai dengan karakter siswa kelas X Akuntansi III ketika di ajar dengan model kooperatif TTW. Faktor ekstrisik motivasi siswa yang diupayakan guru dalam kegiatan belajar yang menarik dengan model kooperatif tipe TTW tidak dapat menumbuh kembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik
37 siswa. Hal tersebut terlihat bahwa antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran kurang dan siswa cenderung tidak ingin tahu dengan materi pembelajaran yang disajikan. Model pembelajaran kooperatif tipe TTW juga tidak memberikan perubahan tingkah laku pada diri siswa, karena sebagian besar kelas X Akuntansi III berdomisili perempuan membuat diskusi dijadikan sebagai ajang ngerumpi. Model pembelajaran yang menuntut siswa harus menjadi partisipan aktif dan melalui kelompoknya dapat membangun komunitas pembelajaran yang saling membantu antarsatu sama lain tidak sesuai dengan kenyataan. Siswa yang senang mengikuti pelajaran semakin aktif, sebaliknya siswa yang yang tidak senang mengikuti semakin pasif. Kapasitas kelas yang terlalu banyak membuat guru sulit untuk menguasai kelas dengan baik, sehingga strategi yang digunakan guru dengan model pembelajaran kooperatif tipe TTW tidak sesuai untuk siswa kelas X Akuntansi III. Hal tersebut terlihat pada lembar observasi menyatakan bahwa aspek pengelolaan kelas perlu di perbaiki, sehingga diperlukan guru yang dapat mengelola dengan baik. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TTW tidak berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi belajar siswa kelas X Akuntansi III, begitupula model pembelajaran kooperatif TTW tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas X Akuntansi III. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Daryeni (2012) yang mengemukakan bahwa model kooperatif tipe TTW berpengaruh secara signifikan terhadap hasil dan motivasi belajar siswa.