32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum 4.1.1 Aspek Biofisik a. Letak Geografis dan Batas Administrasi Studi perencanaan lanskap kawasan wisata tambak ini dilakukan di kawasan pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Luas keseluruhan dari kecamatan tersebut adalah 22.419 ha. Secara geografis Kabupaten Pesawaran terletak antara 105.00o-105.20o Bujur Timur dan antara 5.10o– 5.50o Lintang Selatan. Secara administratif Kecamatan Punduh Pidada memiliki 21 kelurahan. Batas wilayah dari pesisir Kabupaten Pesawaran (Kecamatan Padang Cermin dan Kecamatan Punduh Pidada) meliputi: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Way Lima, Kecamatan Gedong Tataan, dan Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran. Serta berbatasan dengan Kota Bandar Lampung b. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pardasuka dan Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus c. Sebelah Timur berbatasan dengan perairan Teluk Lampung d. Sebelah Selatan berbatasan dengan perairan Teluk Lampung
33
34
b. Iklim Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan daerah tropis, dengan curah hujan pada tahun 2010 rata-rata 231,9 mm/bulan dan rata-rata jumlah hari hujan 16,7 hari/bulan. Curah hujan tertinggi terjadi di Bulan Februari dengan curah hujan 363,6 mm. Curah hujan setiap bulan pada tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 18. Rata-rata temperaturnya adalah 26,7oC. Dan rata-rata kelembaban adalah antara 83,2 %. Suhu rata-rata dan kelembaban relatif setiap bulan pada Tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 16 dan Gambar 17. Sedangkan rata-rata tekanan udara minimal dan maksimal di Kabupaten Pesawaran masing-masing adalah 1.011,51 mb dan 1.015,52 mb. Kecepatan angin maksimum di Kabupaten Pesawaran yaitu 2,56 knot, dan kecepatan angin minimum di Kabupaten Pesawaran yaitu 1,69 knot.
o
28 27.5 27
C Suhu Rata-Rata Tahun 2010
26.5 26 25.5 25
Gambar 16. Suhu Rata-Rata Kabupaten Pesawaran Setiap Bulan Tahun 2010
35
88 86 84 82 80 78 76 74
%
Kelembaban Relatif Tahun 2010
Gambar 17. Kelembaban Relatif Kabupaten Pesawaran Setiap Bulan Pada Tahun 2010
mm/bulan 400 350 300 250 200 150 100 50 0
Curah Hujan Tahun 2010
Gambar 18. Curah Hujan Kabupaten Pesawaran Setiap Bulan pada Tahun 2010 Kawasan Pesisir Kabupaten Pesawaran Di wilayah pesisir Kabupaten Pesawaran tiupan angin dengan kecepatan ratarata 5.83 km/jam dapat menjadi dua arah setiap tahunnya yaitu; pada bulan November s/d Maret angin bertiup dari arah Barat dan Barat Laut. Pada bulan April sampai dengan Oktober angin bertiup dari arah Timur hingga Tenggara. Temperatur udara berkisar antara 26º-30º C pada daerah dengan ketinggian 20-60 m dpl, sedangkan temperatur maksimal dapat mencapai 33º C. Kelembaban udara
36
pada berkisar antara 80%-88% sedangkan curah hujan antara 1.750-2.250 mm/tahun. Pesisir Kabupaten Pesawaran juga dipengaruhi oleh pergantian pusat tekanan tinggi dan tekanan rendah di Asia dan Australia yang berlangsung pada bulan Januari dan Juli. Akibat pengaruh angin muson wilayah pesisir tidak mengalami musim peralihan (pancaroba) diantara musim kemarau dan musim penghujan. Musim hujan terjadi antara bulan Desember-Maret akan tetapi cenderung berfluktuasi. Puncak curah hujan tertinggi pada bulan Maret yaitu sebanyak 2.559 mm. Musim kemarau terjadi pada bulan April-November dengan puncak hujan terendah terjadi pada bulan November yang tidak turun hujan sama sekali. c. Topografi Kecamatan Punduh Pidada memiliki topografi yang bervariasi dari yang landai hingga curam. Sebagian besar topografi Kecamatan Punduh Pidada memiliki kemiringan lereng 16-40 %. Daerah pesisir pantai (sebelah timur) memiliki topografi cukup curam. Sedangkan semakin ke barat topografi relatif landai. Wilayah dengan kelerengan <8 % hanya sedikit, terdapat di beberapa daerah Desa Bawang Kecamatan Punduh Pidada. Topografi wilayah pesisir terdiri atas dataran rendah yang dimulai dari garis pantai sampai ke pegunungan (0-500 mdpl) serta dataran tinggi (1.000-1.500 mdpl). Daerah pesisir berada pada ketinggian 0-50 maml (atas muka laut).
Gambar 19. Variasi Kemiringan Lahan di Sekitar Perbukitan
37
38
39
d. Geologi dan Jenis Tanah Satuan geologi lingkungan kawasan pesisir Kabupaten Pesawaran termasuk dalam satuan geologi lingkungan Teluk Lampung yang dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 5. Jenis geologi lingkungan tersebut terdapat 5 jenis seperti GL1, GL2, GL3, GL4, dan GL5. Perbedaan utama diantara kelima geologi lingkungan tersebut terletak pada morfologi, litologi, jenis pantai, karakteristik, sifat fisik, proses geologi, air tanah, dan kegempaan. Tabel 5. Satuan Geologi Lingkungan Pesisir Teluk Lampung Satuan Geologi Lingkungan
GL-1
GL-2
GL-3
GL-4
GL-5
Morfologi
Pedataran rendah, kemiringan lereng 0-30 %, sungai bermeander, terdapat muara sungai dan tanjung
Pedataran rendah
Kaki perbukitan, kemiringan lereng 3-25 %
Kaki Gunung Tanggamus
Pedataran rendah
Litologi
Aluvium, lempung, lanau, pasir tufaan di sekitar muara sungai. Endapan rawa: Lumpur, lanau dan pasir, batu pasir sisipan, batu lempung
Aluvium, kerikilkerikil, lempung dan sisa organisme laut
Batuan tersier, breksi gunung api, dasitik, lava, tufa, andasitik
Batuan quarter, breksi lava, tufa, andesik, basalitik
Tufa, batu apung, batu lempung, batu pasir, setempat batu gamping, koral
Jenis Pantai
Relief rendah, melengkung halus
Relief rendah
Relief tinggi
Relief rendah
Relief rendah
Karakteristik
Endapan lumpur, pasir lanau, terdapat koral
Pasir pantai, pecahan sisa organisme laut, setempat berlumpur
Pasir kerikilkerakal, bongka, batuan dasar
Pasir kerikilkerakal, bongkah batuan dasar, setempat pecahan koral
Pasir pantai dan lumpur, setempat bongkah batuan
Sifat Fisik
Lumpur, lembek, daya dukung lemah
Pasir pantai, putih kekuningan, halus-kasar, daya dukung rendah
Breksi berbongkah, daya dukung sedang-tinggi
Daya dukung sedang
Pasir, putih kekuningan, daya dukung rendah
Proses Geologi
Sedimentasi di muara sungai, gosong pasir di pantai
Sedimentasi di muara sungai dan abrasi
Runtuhan bongkah di tebing-tebing pantai
Runtuhan tanah/ batuan di tebing–tebing pantai
Sedimentasi dari sungai
Air Tanah
Akuifer produktif sedang, intrusi air asin
Akuifer produksi sedang, muka air tanah 0-1 m dan dibawah muka tanah setempat payau tawar
Setempat akuifer produktif, muka air tanah 1-3 m di bawah muka setempat, tawar
Air tanah produktif dari pegunungan
Setempat akuifer produktif
Kegempaan
Daerah dengan resiko sedang
Daerah dengan resiko sedang
Resiko tinggi
Resiko tinggi
Resiko tinggi
agak
tinggi-
agak
agak
40
41
Jenis litologi/batuan di Kawasan Pesisir Kabupaten Pesawaran secara berurutan dari tua ke muda beserta kandungannya yang bernilai ekonomis, adalah sebagai berikut: 1. Batuan Intrusi (Tm) Tersusun oleh batuan beku intrusi dari granit dan dasit. Singkapan batuan intrusi ini dijumpai disekitar bukit batu suluh. 2. Komplek Gunung Kasih (Pzg) Terdiri dari Sekis, Gneiss, Kuarsit, dan lensa-lensa marmer. Di wilayah studi batuan-batuan penyusun Komplek Gunung Kasih ini dijumpai di sekitar Panjang dan Gebang membentuk morfologi perbukitan/bergelombang. Formasi ini mengandung mineral logam yang bernilai ekonomis yaitu adanya Sulfida Cu-Pb-Zn dan endapan besi masiv (hematit dan magnetit). Adanya lensa-lensa batu pualam/marmer juga sudah ditambang secara luas oleh masyarakat. 3. Formasi Menanga (Km) Terdiri dari perselingan antara serpih gampingan, batu lempung dan batu pasir dengan sisipan rijang dan batu gamping. Batuan-batuan ini dijumpai di sekitar Menanga (Padang Cermin). 4. Formasi Hulusimpang (Tmoh) Terdiri dari breksi gunung api, lava, tuf bersusunan andesitik-basal, terubah, berurat kuarsa dan bermineral sulfida. Formasi ini dijumpai pada morfologi perbukitan sekitar Kecamatan Punduh Pidada. 5. Formasi Tarahan (Tpot) Pelamparan Formasi ini di daerah studi cukup luas, disebelah timur terdapat di daerah sekitar Way Lunik, Bukit Kunyit, sedang di bagian barat, dijumpai di sekitar Sukamaju, Keteguhan terus ke Lempasing dan P.Pasaran.
jenis
batuannya terdiri dari Tufa padu, Breksi dengan sisipan tufit. Di tempat lain oleh proses hidrothermal dan breksiasi, formasi batuan ini memungkinkan untuk dijumpainya urat-urat yang mengandung emas.
Di wilayah studi
42
kelompok batuan ini di tambang untuk material bahan bangunan, seperti jalan, material urugan, split dan lain-lain. 6. Endapan Gunung Api Muda (Qhv) Endapan gunung api muda ini tersusun oleh lava (andesit-basalt), breksi dan tufa, dijumpai di sekitar Kupang, Pahoman, Sumur Batu terus ke arah barat utara. Hasil lapukan batuan ini biasanya sebagai bahan untuk membuat bata dan genting. 7. Endapan Alluvial (Qa) Endapan alluvial ini menempati daerah datar sepanjang pantai, terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung dan gambut.
e. Tata Guna Lahan Penggunaan lahan di kawasan pesisir Kabupaten Pesawaran cukup bervariasi. Luas lahan yang digunakan untuk tambak pada tahun 2010 adalah 640,25 ha dari potensi 835 ha, tambak yang banyak berkembang di Kabupaten Pesawaran adalah tambak udang jenis Vaname. Sebagian besar dari tambak tersebut berada di Kecamatan Punduh Pidada yaitu seluas 332,45 ha. Selain tambak udang juga ada tambak rumput laut, rakit mutiara serta keramba jaring apung, namun tidak mendominasi (Dinas Kelautan dan Perikanan). Kondisi topografi wilayah daratan dan pesisir yang terlindung dari ombak besar serta kondisi kualitas air yang baik merupakan kekuatan wilayah pesisir dalam pengembangan kegiatan perikanan budidaya seperti budidaya tambak. Oleh sebab itu penggunaan lahan yang dominan di kawasan Pesisir Kabupaten Pesawaran adalah sebagai tambak seperti yang terlihat pada Gambar 24. Selain itu sisanya digunakan untuk pariwisata, bangunan/rumah,
latihan pasukan TNI,
ladang, kolam/empang, perkebunan, hutan rakyat, dan sawah. Tempat latihan pasukan TNI ini berada tepat di pesisir pantai dan berada di tepi jalan (Gambar 25), serta memiliki area yang cukup luas. Meskipun berada di pesisir pantai sebagian masyarakat Kecamatan Punduh Pidada bermata pencaharian petani, sehingga di Kecamatan Punduh Pidada banyak ditemui lahan sawah (Gambar 26).
43
Gambar 24. Penggunaan Lahan sebagai Tambak
Gambar 25. Tempat Latihan TNI
Gambar 26. Penggunaan Lahan sebagai Lahan Sawah
44
Kepemilikan lahan tambak sebagian besar dimiliki oleh penduduk nonlokal, hal ini menyebabkan banyak tambak yang sudah tidak digunakan terbengkalai seperti terlihat pada Gambar 27. Sebagian besar penduduk menjual lahannya kepada perusahaan tambak atau memanfaatkannya sebagai kebun. Penggunaan lahan sebagai perkebunan yang paling tinggi adalah perkebunan kelapa dalam, kelapa sawit, kakao, dan kopi. Perkebunan tersebut banyak yang dikelola oleh perusahaan, namun ada pula yang dikelola oleh warga, salah satunya adalah kakao. Di sepanjang jalan Kecamatan Punduh Pidada banyak ditemui perkebunan kakao dan kelapa dalam (Gambar 28).
Gambar 27. Tambak yang Terbengkalai di Desa Sukarame
Gambar 28.Kebun Kelapa di Desa Kampungbaru
45
Pemanfaatan untuk pengembangan pariwisata juga cukup tinggi, wisata pantai yang ada di Kabupaten Pesawaran diantaranya pantai Mutun Town Beach (Gambar 29), Pantai Mutun Haruna Jaya, Pantai Sekar Wana, Pantan Quin Arta, Pantai Ringgung Haruna, Pantai Tangkil, dan lainnya. Penggunaan lahan yang paling dominan adalah untuk tambak dan juga pariwisata. Hal ini sesuai dengan visi Kabupaten Pesawaran yaitu pengembangan di bidang pariwisata dan budidaya.
Gambar 29. Penggunaan Lahan sebagai Pariwisata (Pantai Mutun)
46
47
f. Hidro-oceanografi Kecamatan Punduh Pidada memiliki 5 sungai yaitu Sungai Way Bawang, Way Punduh, Way Sanggi, Way Pidada, dan Way Batu Raja. Beberapa sungai yang cukup besar yang bermuara di Teluk Lampung, diantaranya adalah Way Ratai, Way Sabu, Way Pedada, dan Way Punduh. Pada umumnya sungai-sungai tersebut memiliki lembah yang sempit dan terjal, dengan aliran sungai bersifat musiman, fluktuasi debit aliran tergantung musim, pada musim hujan aliran besar dan keruh sedangkan dimusim kemarau kecil dan jernih. Wilayah teluk dibatasi oleh morfologi perbukitan, sehingga sungai-sungai yang bermuara di Teluk Lampung relatif adalah sungai yang pendek dengan daerah aliran sungai yang sempit. Kawasan pesisir Kabupaten Pesawaran termasuk dalam kawasan perairan Teluk Lampung. Tipe pasang surut ganda. Pasang surut campuran dengan dominasi ganda ini merupakan pengaruh dari Lautan Hindia yang berada di sebelah selatan dan barat. Pasang surut ganda terjadi dua kali pasang dan dua kali surut terjadi secara berurutan secara teratur, periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Kisaran tinggi pasang surut rata-rata mencapai 176 cm. Pasang surut ini cocok untuk pengembangan tambak, pasang surut yang baik untuk tambak adalah 1-2 meter. Kisaran pasang surut yang besar terjadi pada saat pasang surut purnama, sedangkan kisaran pasang surut yang kecil terjadi pada saat pasang surut perbani. Pada bulan Mei-September kecepatan arus di perairan Teluk Lampung 8 cm/detik, dengan tinggi gelombang <1 m. sedangkan pada bulan Oktober-April kecepatan arus rata-rata mencapai 80 cm/det, dengan tinggi gelombang 1-2 m. Berdasarkan hasil penelitian CRMP (1999) diketahui bahwa parameter suhu, salinitas, pH, kecerahan, kekeruhan, kandungan minyak, Cu dan coliform di Pesisir Pesawaran masih tergolong memenuhi syarat standar baku mutu untuk pariwisata dan rekreasi ataupun budidaya perikanan dan biota laut. Sebaliknya COD dan kandungan Cd sudah berada di luar batas yang diperbolehkan untuk kegiatan yang sama; sedangkan BOD, DO, Cr, Pb dan padatan tersuspensi masih memenuhi syarat untuk tujuan rekreasi maupun budidaya di beberapa tempat,
48
tetapi sudah berada di luar batas yang diperbolehkan. Kualitas perairan Teluk Lampung dapat dilihat lebih lengkap pada Tabel 6. Kualitas air di kawasan pesisir Kabupaten Pesawaran masih tergolong baik. Hal ini mendukung dalam pengembangan usaha budidaya terutama budidaya tambak udang dan budidaya kerapu.
Pada beberapa lokasi seperti daerah Punduh Pidada di sekitar area
tambak, kondisi kualitas air sudah menunjukkan adanya penurunan kondisi kualitas air. Hal ini disebabkan karena adanya limbah produksi dari tambak (Rencana Strategis 2011). Hal ini sesuai dengan pengamatan pada tapak, bahwa sudah banyak penduduk pesisir yang meminum air kemasan dikarenakan air sumur yang sebelumnya biasa mereka pakai telah tercemar baik kandungan kimianya maupun biologi. Hal ini banyak terjadi di rumah penduduk yang dekat dengan tambak. Selain itu tambak juga menyebabkan pencemaran udara, udara menjadi berbau saat pemanenan. Selain itu juga di Kawasan Pesisir Kabupaten Pesawaran sudah banyak terjadi intrusi laut. Tabel 6. Nilai Konsentrasi Parameter Kualitas Perairan di Teluk Lampung No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Parameter
Suhu Salinitas Ph Pembacaan Seichi Disk Kekeruhan Oksigen terlarut BOD 5 COD Minyak (Lapisan) Koliform TSS Logam Berat -Hg -Cr -Pb -Cu -Cd Keterangan : a) Hasil analisis Wiryawan et al (1999) b) Baku Mutu : Kep-02/Men-KLH/1988
Satuan o C Ppt M NTU mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
Kisaran a) 28,0-31,5 22,8-23,5 7,96-8,22 1,13-7,55 1,61-3,37 3,2-6,2 10-40 398-123 0-700 10-34
Baku Mutu b) Alami Alami (±10 %) 6,5-8,5 >3 <3 >4 <40 <40 <1000 <23
<0,001-0,104 0,009-0,054 0,019-0,069 0,013-0,031 0,024-0,044
<0,003 <0,01 <0,01 <0,06 <0,01
g. Vegetasidan Satwa Di wilayah pesisir Teluk Lampung, termasuk pesisir Kabupaten Pesawaran terdapat 27 jenis mangrove dan termasuk dalam 17 marga. Di
49
Kecamatan Punduh Pidada sendiri ditemukan 12 jenis tanaman mangrove. Secara umum yang dijumpai adalah Rhizopora spp. dengan ketebalan 100 m. Di desa Durian Kecamatan Padang Cermin, komoditas mangrove terdiri dari beberapa spesies (multi spesies) yang didominasi oleh spesies Rhizophora mucronata. INV berkisar antara 236 hingga 249 dengan kerapatan berkisara antara 188 ind/ha hingga 530 ind/ha. Ketebalan mangrove antara 1 dan 1,5 m. Di Desa Sidodadi Kecamatan Padang Cermin tipe vegetasi konsesi dengan jenis Rhizophora mucronata sebagai jenis yang dominan dan memiliki INV sebesar 300. Kerapatan individu di daerah ini sebesar 900 ind/ha, dan dengan potensi lahan sebesar 754,70 m²/ha. Komoditas mangrove memiliki ketebalan sekitar 4 km (Atlas Sumberdaya Pesisir, 2002). Sebagian besar mangrove di Lampung didominasi oleh Api-api (Avicennia alba dan Avicennia marina) pada lahan yang baru terbentuk, ditunjang oleh butabuta (Bruguiera parvifloradan Excoecaria agallocha) yang lazim dijumpai di daerah muara. Agak ke hulu dijumpai nipah (Nypa fruticans) , pedada (Sonneratia caseolaris), dan Xylocarpus granatum yang menunjukkan adanya pengaruh air tawar. Beberapa jenis mangrove lainnya yang ditemukan seperti Rhizophora apiculata, Avicennia marina, Bruguiera silindrica, Excoearia agallocha, Hibiscus tiliaceus, jeruju (Achanthus ilicifolius), basang siap (Finlaysonia maritima), dan nipah (Nypa fruticans).
Beberapa jenis mangrove yang ada di Kabupaten
Pesawaran dapat dilihat pada Gambar 31 dan Gambar 32.
Gambar 31. Salah Satu Spot Tanaman Mangrove
50
Gambar 32. Pohon Bakau di Pinggir Pantai
Pantai sekitar Teluk Lampung mengalami degradasi dan kohesi lebih besar lagi karena dampak urbanisasi. Kawasan yang semula merupakan hutan mangrove telah berubah menjadi tambak udang. Berdasarkan hasil lokakarya pada tahun 2010 yang dilakukan oleh LSM Mitra Bentala, terdapat 75% kawasan mangrove beralih fungsi menjadi tambak. Berdasarkan pengamatan dan beberapa wawancara di tapak, penduduk sekitar menyebutkan bahwa jumlah mangrove yang beralih fungsi menjadi tambak sangat tinggi. Hal ini membuat penduduk di kawasan pesisir, menjadi khawatir karena dengan menghilangnya mangrove maka wabah malaria akan menyerang. Mangrove merupakan sarang dari nyamuk malaria. Beberapa tanaman mangrove yang tersisa pun banyak yang rusak karena kegiatan tambak yang tidak memperhatikan keberadaan mangrove (Gambar 33). Pada tahun 2011 terjadi wabah malaria yang sangat berbahaya. Luas hutan mangrove di Kabupaten Pesawaran saat ini adalah 1.200 ha.
Gambar 33. Kondisi Tanaman Mangrove yang Rusak Karena Kegiatan Tambak
51
Selain mangrove di pesisir Teluk Lampung juga terdapat formasi Barringtonia, seperti ketapang ( Terminalia catappa) , waru laut (Hibiscus tiliaceus),
nyamplung
(Calophyllum
inophyllum),
cemara
(Casuarina
equisetifolia), dan rasau putih (Pandanus tectorius). Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan di lapang banyak ditemukan tanaman ketapang, cemara, nyamplung, waru laut, dan kelapa. Formasi Barringtonia tersebut juga banyak ditemui di kawasan pesisir Kecamatan Punduh Pidada seperti pada Gambar 34.
Gambar 34. Tanaman dengan Formasi Baringtonia (Kec. Punduh Pidada) Jumlah populasi ternak seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba, di Kecamatan Punduh Pidada Kabupaten Pesawaran
pada tahun 2010 masing-
masing adalah 311, 247, 6.801, dan 691. Sedangkan Jumlah populasi unggas seperti ayam dan itik masing-masing adalah 10.956 ekor dan 762 ekor.
h. Fasilitas dan Aksesibilitas Pariwisata di Lampung khususnya wisata bahari diprioritaskan di pesisir Teluk Lampung. Hal ini dikarenakan wilayah Teluk Lampung secara administrasi merupakan territorial Kota Bandar Lampung, sehingga infrastruktur dan fasilitasnya sudah tersedia. Oleh karena itu aksesibilitasnya juga lebih baik dibandingkan kawasan yang berpotensi lainnya. Dan seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa pesisir Kabupaten Pesawaran termasuk dalam
52
kawasan pesisir Teluk Lampung, sehingga termasuk dalam wilayah yang diprioritaskan untuk dikembangkan pariwisata. Fasilitas pendidikan dan kesehatan di Kawasan Pesisir Kabupaten Pesawaran sudah ada dan mencukupi. Hanya saja berdasarkan pengamatan lapang, fasilitas transportasi di kawasan pesisir ini kurang memadai. Tidak adanya angkutan umum membuat akses menuju Kawasan Pesisir Kabupaten Pesawaran (Kecamatan Punduh Pidada dan Kecamatan Padang Cermin) sulit dijangkau. Masyarakat sekitar beraktifitas dengan menggunakan kendaraan pribadi. Selain itu sirkulasi kendaraan juga banyak yang rusak, berlubang, dan berbatu. Hal tersebut banyak ditemui di sepanjang jalan di Kecamatan Punduh Pidada. Kondisi jalan di Kecamatan Punduh Pidada dapat dilihat pada Gambar 35 dan Gambar 36.
Gambar 35. Jalan yang Sudah Diaspal
Gambar 36. Jalan yang Belum Diaspal
53
4.1.2 Aspek Sosial Budaya a. Sejarah dan Perkembangan Kabupaten Pesawaran Pada awalnya Kabupaten Pesawaran merupakan bagian dari Kabupaten Lampung Selatan, kemudian Kabupaten Lampung Selatan melakukan pemekaran pada Tahun 1968, dan 1997 hingga menjadi beberapa kabupaten. Kemudian pada Tahun 2007 pembentukan kabupaten baru dari hasil pemekaran Kabupaten Lampung Selatan diresmikan, kabupaten tersebut adalah Kabupaten Pesawaran. Kabupaten Pesawaran memiliki kawasan pesisir yang indah dan sumberdaya pesisir yang melimpah sehingga banyak dikembangkan wisata bahari maupun wisata laut. Kabupaten Pesawaran termasuk dalam kawasan perairan Teluk Lampung yang memiliki kualitas air baik untuk budidaya udang, sehingga banyak perusahaan maupun perorangan yang mengembangkan usaha tambak udang di Kawasan Pesisir Kabupaten Pesawaran. b. Kependudukan Berdasarakan sensus penduduk Tahun 2008 jumlah penduduk di Kecamatan Punduh Pidada sebanyak 27.802 jiwa. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Pesawaran (Tabel 3) di Kecamatan Punduh Pidada jumlah penduduknya menurun yaitu 25.943 jiwa. Jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Pesawaran pada tahun 2008 mencapai 52.816 jiwa dengan sebanyak 33,8 % berada di wilayah pesisir yaitu sebesar 17.845 jiwa. Pada Tahun 2010 meningkat hingga 53,8 % di wilayah pesisir. Tabel 7. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Pesawaran Tahun 2010 Kecamatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Padang Cermin Punduh Pidada Kedondong Way Lima Gedung Tatan Negei Katon Tegineneng
Luas Km2 318 224 131 100 97 153 151
% 27,06 19,10 11,17 8,51 8,27 13,01 12,89
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesawaran
Penduduk (orang) Jumlah % 88.795 22,26 25.943 6,50 57.698 14,47 29.442 7,38 86.059 21,58 61.158 15,33 49.753 12,47
Kepadatan Penduduk (orang/km2) 279,55 115,72 440,07 294,92 886,66 400,54 328,92
54
Pendapatan masyarakat Kabupaten Pesawaran sangat bervariasi, salah satu sumber pendapatan mereka adalah perindustrian. Jumlah industri di Kabupaten Pesawaran pada tahun 2010 sebanyak 193 unit. Industri tersebut seperti industri makanan, minuman, furniture, dan industri kulit. Industri yang mendominasi adalah industri makanan dengan jumlah perusahaan 186 unit. Sedangkan industri minuman, kulit, dan furniture masing-masing jumlahnya adalah 3, 1, dan 3 unit. Untuk memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat pemerintah Kabupaten Pesawaran menyediakan 2 unit bus, 566 unit pick up, dan 275 unit truk. c. Pariwisata Pengembangan wisata terutama wisata bahari di Lampung di prioritaskan di pesisir Teluk Lampung, dan pesisir Kabupaten Pesawaran termasuk di dalamnya. Sebagian besar potensi wisata Kabupaten Pesawaran adalah wisata bahari, karena memiliki garis pantai yang cukup panjang dan memiliki beberapa pulau yang sangat potensial sebagai tujuan wisata. Akses tranportasi yang berdekatan dengan wilayah kota Bandar lampung menyebabkan perkembangan wilayah pesisir Pesawaran sebagai salah satu tujuan wisata pantai (Gambar 37).
Gambar 37. Wisata pantai Beberapa tujuan wisata bahari di Kecamatan Punduh Pidada Pulau Pahawang dengan snorkling serta terumbu karang yang indah, Budidaya Keramba Ikan Kerapu, Pulau Legundi dengan wisata petualang. Tujuan lainnya adalah
55
wisata agro budidaya udang serta budidaya mutiara, adapula wisata pemancingan (Gambar 38). Pada tahun 2010 wisata yang paling banyak dikunjungi di Kabupaten Pesawaran adalah Pantai Mutun (Gambar 39). Pantai Mutun terletak di Kecamatan Padang Cermin di sebelah utara Kecamatan Punduh Pidada.
Gambar 38. Pantai Mutun
Gambar 39.Wisata Pemancingan
56
Kegiatan pariwisata di Kabupaten Pesawaran lebih banyak berkembang di Kecamatan Padang Cermin. Sedangkan Pariwisata di Kecamatan Punduh Pidada belum banyak dikembangkan dibandingkan wisata di Kecamatan Padang Cermin, namun Kecamatan Punduh Pidada memiliki banyak potensi wisata. Banyaknya jumlah tambak di Kecamatan Punduh Pidada juga dapat menjadi potesi wisata. Untuk mendukung kegiatan pariwisata pengadaan beberapa sarana dan prasarana perlu mendapatkan perhatian sebagai upaya menjamin keamanan dan kenyamanan wisatawan. Pemerintah sendiri memiliki program untuk meningkatkan fasilitas dan pelayanan jasa yang sesuai dengan visi pengelolaan pesisir Kabupaten Pesawaran yaitu Pesisir Kabupaten sebagai kawasan
wisata
bahari,
budidaya
perikanan,
dan
pertanian
yang
berkelanjutan. 4.2 Analisis Deskriptif 4.2.1 Letak dan Aksesibilitas Kecamatan Punduh Pidada termasuk wilayah pesisir Teluk Lampung yang sudah banyak dikembangkan menjadi kawasan wisata bahari dan wisata pantai. Selain itu juga Kecamatan Punduh Pidada berada di Kabupaten Pesawaran yang memiliki visi di bidang budidaya dan pariwisata, sehingga kedua hal tersebut menunjukan bahwa Kecamatan Punduh Pidada dapat dikembangkan menjadi kawasan wisata tambak, dan untuk mendukung hal itu perlu memeperhatikan kawasan mangrove dan ruang terbuka hijau lainnya. Kecamatan Punduh Pidada juga memiliki akses yang baik, hal ini dikarenakan Kecamatan Punduh Pidada berada di sekitar wisata yang banyak digemari masyarakat. Selain itu Kecamatan Punduh Pidada berada tidak jauh dari ibu kota Provinsi Lampung sehingga aksesnya mudah dijangkau oleh pengunjung. Untuk pengembangan kawasan wisata tambak aksesibilitas sudah baik, namun beberapa fasilitas yang ada perlu diperbaiki dan ditambah. Perbaikan fasilitas transportasi sangat penting dalam kepariwisataan agar kelancaran wisatawan dalam perjalanan dapat tercapai. Seperti perbaikan sirkulasi, karena pada kondisi eksisting di Kecamatan Punduh Pidada kondisi sirkulasi banyak
57
yang rusak. Penempatan fasilitas harus memperhatikan kebutuhan dan kenyamanan pengguna. Aksesibilitas ke Kecamatan Punduh Pidada dapat dijangkau dengan dua jalur dari arah Bandar Lampung dan Lampung Barat seperti yang terlihat pada Gambar 40, namun tidak ada angkutan umum menuju ke Kecamatan Punduh Pidada serta kondisi jalan banyak yang rusak.
Gambar 40. Sketsa Akses Menuju Kecamatan Punduh Pidada
4.2.2 Iklim Suhu di wilayah pesisir Kabupaten Pesawaran berkisar antara 26oC-30oC bahkan dapat mencapai 33oC. Suhu tersebut secara umum menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengguna. Suhu yang nyaman bagi orang tropis adalah 25oC. Sedangkan kelembabannya cukup tinggi berkisar 80%-88%. Hal tersebut juga dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengguna maupun wisatawan.
58
Kelembaban yang nyaman yaitu berkisar 40-75%. Kelembaban yang tinggi dapat menimbulkan efek cepat lelah bagi penggunanya, sehingga penting adanya penyusunan rencana ruang terbuka hijau di kawasan pesisir untuk dapat mengatur sirkulasi udara sehingga kelembaban dapat dikurangi. Penataan vegetasi dapat dengan membuat koridor-koridor vegetasi dengan jarak vegetasi yang tidak rapat. Curah hujan di wilayah Kecamatan Punduh Pidada cukup tinggi berkisar 1.750-2.250 mm/tahun. Namun hal tersebut tidak menimbulkan kendala yang berarti, karena curah hujan yang cukup tinggi tersebut dapat teratasi dengan adanya drainase alami yang terlihat dari topografi wilayah yang cukup bervariasi. Kecepatan angin rata-rata di Kecamatan Punduh Pidada berkisar 5,83 km/jam. Angin ini termasuk dalam jenis angin sepoi-sepoi dengan indikatornya gerakan angin terlihat pada arah asap. Jenis angin ini tidak mengganggu aktifitas serta tidak membahayakan bagi pengguna. Secara umum kombinasi suhu dan kelembaban yang ada di wilayah Kecamatan Punduh Pidada tidak nyaman, oleh karena itu sangat penting dalam menyusun rencana ruang terbuka hijau disamping merencanakan wilayah ini sebagai kawasan tambak. 4.2.3 Topografi Topografi di wilayah Kecamatan Punduh Pidada sangat bervariasi, namun dengan adanya fasilitas transportasi yang memadai maka tidak akan menghambat wisatawan yang akan berkunjung. Selain itu juga kawasan ini didominasi dengan kelerengan yang curam yaitu 16-40%. Dengan kelerengan tersebut dapat menghambat pembangunan dan pengembangan. Namun tepat di pesisir pantai kemiringan lahan relatif datar sehingga tidak menjadi kendala untuk melakukan pembangunan tambak. Selain itu juga kelerengan yang yang curam dapat dimanfaatkan sebagai point of views. Tentunya hal tersebut adalah sebuah potensi yang dapat menjadi daya tarik kawasan ini sebagai kawasan wisata. Karena kelerengan yang cukup suram tersebut perlu adanya penataan vegetasi untuk mencegah erosi. Penanaman pada lereng sebaiknya mengunakan rumput dan tanaman penutup tanah dengan perakaran yang dalam dan laju transpirasi rendah. Tananaman penutup tanah berfungsi untuk variasi warna dan tekstur, sedangkan rumput untuk menguatkan kesan visual kemiringannya.
59
4.2.4 Geologi dan Jenis Tanah Formasi Komplek Gunung Kasih Terdiri dari Sekis mengandung mineral logam yang bernilai ekonomis yaitu adanya Sulfida Cu-Pb-Zn dan endapan besi masiv (hematit dan magnetit).
Adanya lensa-lensa batu pualam/marmer juga
sudah ditambang secara luas oleh masyarakat. Jenis geologi dengan formasi tersebut harus dihindari dalam pengembangan wisata tambak karena selain tidak cocok juga dapat merugikan masyarakat yang mendapatkan penghasilan dari tambang tersebut. Geologi dengan Formasi Tarahan juga dihindari karena batuan ini di tambang untuk material bahan bangunan, seperti jalan, material urugan, split dan lain-lain. Sedangkan geologi dan jenis tanah yang cocok untuk pengembangan wisata pantai adalah daerah dengan endapan Alluvial, yang berada di daerah datar sepanjang pantai, terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung dan gambut. Secara umum daerah pesisir Kecamatan Punduh Pidada memiliki satuan geologi lingkungan GL-1 dan GL-3 (Tabel 5). Berdasarkan karakter satuan geologi lingkungan GL-1 yang menjadi kendala untuk pengembangan wisata tambak adalah jenis tanahnya aluvium, lempung, atau lumpur. Dengan daya dukung yang lemah. Kedua hal tersebut harus diperhatikan dalam perencanaan wisata tambak, cara mengatasi kendala tersebut adalah dengan merencanakan aktifitas yang sesuai dengan daya dukungnya. Sedangkan untuk GL-3 yang menjadi kendala adalah rawan gempa, sehingga daerah dengan satuan geologi lingkungan ini perlu dilakukan perencanaan fasilitas yang dapat mengurangi resiko bencana gempa. 4.2.5 Tata Guna Lahan Penggunanaan lahan di Kecamatan Punduh Pidada didominasi oleh tambak merupakan potensi untuk dikembangkan menjadi wisata edukasi. Tambak yang dominan di Kecamatan Punduh Pidada adalah tambak udang vaname. Berdasarkan tata letaknya jenis tambak yang ada di Kecamatan Punduh Pidada termasuk tambak layah. Tambak layah terletak dekat sekali dengan dengan laut, di tepi pantai atau muara sungai. Ruang terbuka hijau di Kecamatan Punduh Pidada ini jumlahnya mencukupi, namun yang menjadi masalah adalah kurangnya penataan dengan baik sehingga manfaat yang didapatkan dari ruang terbuka hijau
60
sangat sedikit. Masyarakat Kecamatan Punduh Pidada juga banyak yang memanfaatkan lahannya untuk berkebun. Penataan ruang terbuka hijau sangat mempengaruhi aktifitas terutama sebagai kawasan wisata tambak. Dengan adanya penyusunan rencana dan penataan ruang terbuka hijau dapat mengurangi kerusakan akibat tambak. Penggunaan lahan di Kecamatan Punduh Pidada yang didominasi oleh tambak terlihat di berbagai spot yang dapat dilihat pada pada Gambar 41.
Gambar 41. Spot Persebaran Tambak di Kecamatan Punduh Pidada (Sumber : Google earth)
Sistem silvofishery (penanaman mangrove di sekitar tambak) dapat memaksimalkan produksi di lahan tambak tersebut. Tambak silvofishery berkembang
dan
dapat
didiversifikasi
menjadi
agrosilvofishery
dengan
mengkombinasikan tanaman pertanian di pematang tambak. Jenis penutupan lahan dalam perencanaan ini dibagi menjadi tiga yaitu ruang terbuka hijau, lahan terbangun, dan badan air. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 jarak lahan terbangun minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi, sehingga jika ada lahan terbangun yang tidak sesuai undang-undang tersebut perlu adanya
61
relokasi demi keamanan masyarakat dan wisatawan. Perencanaan wisata tambak dapat menjadi pilihan solusi agar dapat memanfaatkan tenaga lokal. Persentase penggunaan lahan di Kecamatan Punduh Pidada diantaranya pemukiman sebesar 7,5 %, tambak 5,0 %, dan ruang terbuka hijau sebesar 87,5 %. Luasan ruang terbuka hijau masing-masing adalah untuk daerah rawa 3,5%, kebun pertanian 3,1 %, sawah 6,7%, tegalan 4,1 %, belukar 27,8 %, hutan 42,3%. 4.2.6 Hidro-oceanografi Kualitas air di wilayah Kecamatan Punduh Pidada masih tergolong baik meskipun di beberapa daerah ada yang sudah tidak layak dikarenakan limbah tambak. Dengan memanfaatkan daerah yang memiliki kualitas air baik akan dapat dikembangkan untuk wisata, sedangkan daerah yang kualitas airnya tidak cukup layak dapat diperbaiki dengan ruang terbuka hijau terutama mangrove, karena dengan adanya mangrove dampak dari limbah tambak akan dapat diminimalisir. Selain itu penyusunan rencana atau penataan ruang terbuka hijau juga bertujuan untuk menjaga kualitas lingkungan. Salinitas di sebelah selatan dan barat Teluk Lampung (pesisir Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran) lebih tinggi dibandingkan di sebelah utara dan timur Teluk Lampung, hal ini dikarenakan di sebelah utara dan timur Teluk Lampung terdapat beberapa sungai yang bermuara ke laut. Pasang surut di Kecamatan Punduh Pidada cukup tinggi mencapai 176 cm. Begitu pula dengan gelombang lautnya cukup tinggi mencapai 2 meter. BOD (Biological oxygen demand) dan COD (Chemical oxygen demand) dapat digunakan untuk pengukuran pencemaran air. BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organis yang terlarut dan sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam air. Sedangkan COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis secara kimiawi. Nilai COD tidak spesifik karena mengukur apa pun yang dapat dioksidasi secara kimiawi sedangkan BOD hanya memperhitungkan aktifitas biologis organik. Nilai BOD di kawasan pesisir Kabupaten Pesawaran masih dalam batas kewajaran baku mutu. Sedangkan nilai COD nya sudah melebihi batas baku mutu yang ditentukan. Namun faktor lain seperti logam berat, TSS, minyak, dan caliform masih dalam batas baku mutu.
62
Oleh karena itu kondisi perairan di pesisir Kabupaten Pesawaran masih cukup baik untuk tambak. 4.2.7 Vegetasi dan Satwa Kondisi hutan mangrove di beberapa daerah di Kecamatan Punduh Pidada banyak yang sudah rusak, beberapa diantaranya juga sudah beralih fungsi menjadi tambak. Hal ini seharusnya tidak terjadi, pembukaan lahan tambak dapat diimbangi dengan penanaman mangrove. Karena hutan mangrove merupakan faktor penting dalam mendukung keberlanjutan tambak itu sendiri, sehingga perencanaan ini akan lebih ditekankan untuk merencanakan wisata tambak dengan memperhatikan keberadaan ruang terbuka hijau. Tidak adanya hutan mangrove selain dapat meningkatkan angka abrasi pantai, selain itu juga hilangnya atau berkurangnya hutan mangrove dapat mengakibatkan wabah nyamuk malaria yang dapat membahayakan masyarakat, hal ini telah terjadi di beberapa daerah di Kecamatan Punduh Pidada. Jenis vegetasi mangrove yang dimiliki di kawasan pesisir Kecamatan Punduh Pidada cukup beragam sehingga perlu untuk dilindungi. Keberagaman mangrove ini menunjukan keragaman satwa yang cukup tinggi pula. Keragaman vegetasi dan satwa yang tinggi tersebut harus dijaga dan dilindungi dengan baik. Daerah selebar 200 meter di sepanjang pantai dan 50 meter di sebelah kiri dan kanan sepanjang sungai menjadi daerah konservasi mangrove atau tidak boleh berubah fungsinya. Hutan mangrove merupakan habitat berbagai satwa sehingga menjadi komponen penting dalam rencana tata hijau. 5.1.8 Sosial dan Budaya Jumlah penduduk di Kecematan Punduh Pidada yang cenderung menurun disebabkan banyaknya warga yang bermigrasi ke kota untuk mencari pekerjaan. Pengembangan kawasan wisata tambak akan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat. Sehingga warga tidak perlu harus meninggalkan tanah kelahirannya untuk mencari pekerjaan. Selain itu juga pengembangan wisata tambak dengan lapangan pekerjaan baru ini akan dapat berkontribusi dalam penurunan angka kemiskinan di pesisir Kabupaten Pesawaran. Pengembangan wisata tambak ini
63
akan dapat berkelanjutan tentunya dengan adanya penataan ruang terbuka hijau yang baik. 4.2.9 Potensi Wisata Tambak Berdasarkan letak administrasinya Kecamatan Punduh Pidada berada di Kabupaten Pesawaran. Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu daerah yang dikembangkan menjadi daerah pariwisata, hal ini sesuai dengan visi Kabupaten Pesawaran di bidang pariwisata dan budidaya. Oleh karena itu di pesisir Kabupaten Pesawaran banyak berkembang wisata bahari dan wisata pantai. Wisata pantai banyak ditemui di wilayah Kecamatan Padang Cermin yang terletak di sebelah utara Kecamatan Punduh Pidada. Sedangkan di Kecamatan Punduh Pidada sendiri masih sedikit wisata pantainya, namun di daerah ini banyak dijumpai tambak. Tambak yang ada di Kecamatan Punduh Pidada memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi wisata edukasi. Sehingga tambak yang ada tidak hanya menguntungkan bagi golongan tertentu namun juga bermanfaat bagi masyarakat luas. Selain itu juga dapat menjadi wisata yang unik serta memberi karakter di Kecamatan Punduh Pidada. Perencanaan kawasan Kecamatan Punduh Pidada sebagai Kawasan Wisata Tambak akan mendukung rencana pemerintah yang ingin mengembangkan Kecamatan Punduh Pidada sebagai daerah minapolitan. Kegiatan wisata yang diutamakan untuk kegiatan pasif, namun beberapa kegiatan aktif juga dapat dilakukan. Kegiatan yang dapat dilakukan di wisata tambak diantaranya memancing, menjaring udang dalam tambak, dan intepretasi alam. Tambak di Kecamatan Punduh Pidada memiliki karakter unik yaitu lahan tambak membentuk suatu kawasan dalam satu area, dan juga memiliki komoditas yang seragam. Hal ini merupakan daya tarik bagi pengembangan wisata tambak di Kecamatan Punduh Pidada. Selain itu atraksi wisata yang ada di Kecamatan Punduh Pidada adalah wisata pantai, snorkling, dan wisata bahari lainnya. 4.2.10 Partisipasi Pemerintah Pengembangan daerah pesisir Kecamatan Punduh Pidada sebagai kawasan wisata tambak bertujuan agar pemerintah dapat berpartisipasi dalam pengelolaan
64
tambak itu sendiri. Partisipasi pemerintah dalam pengembangan wisata tambak diharapkan dapat mengontrol perkembangan tambak yang tidak terkendali. Karena pada saat ini pengelolaan tambak sulit dijangkau oleh pemerintah, baik tambak milik pribadi ataupun perusahaan. Hal tersebut mengakibatkan tidak terkontrolnya aktifitas di dalam tambak yang dapat merusak lingkungan bahkan menggangu kesehatan masyarakat. Seperti terbengkalainya lahan bekas tambak, penebangan mangrove atau penggunaan bahan berbahaya. Dalam perannya ini pemerintah saling bekerja sama, diantaranya Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Pariwisata, serta Departemen Kehutanan. Departemen Kehutanan bertanggung jawab mengenai kebijakan yang berkaitan dengan ruang terbuka hijau kawasan pesisir terutama hutan mangrove. Adanya rencana ruang terbuka hijau sangatlah penting untuk keberlanjutan wisata tambak. Pada saat ini kerja sama pemerintah cukup banyak di beberapa kegiatan, namun tidak terjadi koordinasi dan pembagian tugas yang jelas. Hal inilah yang menjadi tugas pemerintah untuk diperbaiki. Selain itu juga perlu adanya kebijakan yang tegas dalam mengelola kawasan pesisir. 4.2.11 Kebijakan dan Peraturan Pemerintah Kebijakan dan paraturan pemerintah mengenai ruang terbuka hijau di kawasan pesisir diantaranya pada tahun 1990 Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan, Departemen Kehutanan mengeluarkan Surat Edaran No. 507/IVBPHH/1990 mengenai penentuan lebar jalur hijau mangrove selebar 200 m di sepanjang garis pantai dan 50 m di sepanjang pinggir sungai. Selain itu, PP No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung lebar jalur hijau mangrove adalah 130 x perbedaan rata-rata tahunan antara pasang tertinggi dengan surut terendah. Selain itu dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 diatur juga mengenai jarak lahan terbangun yaitu minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi. 4.3 Analisis Spasial Analisis spasial dalam penelitian ini menggunakan analisis kesesuaian lahan yang dikombinasikan untuk tiga peruntukan yaitu analisis kesesuaian lahan untuk tambak, wisata, dan mangrove. Ketiga peruntukan lahan tersebut dibuat
65
agar didapatkan perencanaan yang terpadu sehingga dapat mengatasi beberapa masalah di wilayah pesisir Kecamatan Punduh Pidada. Untuk setiap peruntukan digunakan beberapa peta yang dioverlay hingga didapatkan peta kesesuaian lahan. Dari ketiga kesesuaian lahan tersebut kemudian dioverlay kembali dan hasil akhirnya tersebut merupakan acuan dalam penyusunan rencana lanskap kawasan wisata tambak di kawasan pesisir Kecamatan Punduh Pidada. Analisis kesesuaian lahan ini dikelompokan menjadi empat kategori yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai. 4.3.1 Analisis Kesesuaian Lahan untuk Wisata Kesesuaian untuk wisata ditentukan berdasarkan beberapa parameter seperti penggunaan lahan, aksesibilitas, buffer pantai, dan satuan geologi. Kesesuaian untuk wisata ini difokuskan untuk wisata pantai dan bukan dalam cakupan wisata secara umum. Kemudian dari data setiap parameter tersebut dibuat menjadi data spasial berupa peta yang dapat diolah dengan GIS. Area yang memiliki total nilai (skor x bobot) 1,00-1,75 masuk ke dalam kelas sangat tidak sesuai, nilai 1,76-2,50 masuk ke dalam kelas tidak sesuai, nilai 2,51-3,25 masuk ke dalam kelas sesuai, dan nilai 3,26-40,0 masuk ke dalam kelas sangat sesuai. Luasan Area tiap kelas kesesuaian dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Luasan Kesesuaian untuk Wisata Kelas Kesesuaian
Presentase (%)
Luasan (ha)
Sangat Tidak Sesuai
57,4
12.868,51
Tidak Sesuai
29,2
6.546,35
Sesuai
13,4
2.999,66
Sangat Sesuai
0,0
0,00
Total
100,0
22.414,52
Berdasarkan tabel di atas luasan area yang memiliki kesesuaian untuk wisata hampir 0% atau tidak ada, hal ini dikarenakan geologi dan jenis tanah di Kecamatan Punduh Pidada hanya ada satuan GL1 dan GL3 yang memiliki skor rendah.
66
67
4.3.2 Analisis Kesesuaian Lahan untuk Tambak Penilaian kesesuaian lahan untuk tambak didasarkan pada peta kemiringan wilayah, jarak wilayah terhadap pantai, jarak wilayah ke sungai, jenis tanah, ketinggian wilayah, salinitas, dan geologi suatu wilayah. Kemudian dari beberapa peta tersebut dioverlay, hasil overlay tersebut merupakan peta komposit untuk tambak. Dari peta komposit tersebut diperoleh luasan area tiap kelas kesesuaian yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Luasan Kesesuaian untuk Tambak Kelas Kesesuaian
Presentase (%)
Luasan (ha)
Sangat Tidak Sesuai
62,8
14.083,62
Tidak Sesuai
20,5
4.591,41
Sesuai
14,6
3.273,17
Sangat Sesuai
2,1
470,80
Total
100,0
22.419,00
Area kelas kesesuaian yang paling luas adalah kelas sangat tidak sesuai, dan area dengan kelas sangat sesuai memiliki luasan yang paling kecil. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Kecamatan Punduh Pidada tidak berada di wilayah pesisir. Selain itu juga dikarenakan kelerengan di Kecamatan Punduh Pidada yang cukup curam, serta jenis penggunaan lahan yang tidak sesuai untuk pengembangan tambak seperi hutan dan rawa. Berdasarkan Tabel 9. luasan area yang memiliki kesesuaian sangat sesuai adalah 470,80 ha, sedangkan luasan tambak yang ada saat ini adalah 332,45 ha. Dari data tersebut maka luasan yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi tambak masih ada 138,35 ha.
68
69
4.3.3 Analisis Kesesuaian Lahan untuk Konservasi Mangrove Kesesuaian lahan untuk konservasi mangrove dinilai dari beberapa peta yang dibuat berdasarkan parameter seperti kemiringan, buffer pantai, buffer sungai, jenis tanah, dan ketinggian. Beberapa peta tersebut kemudian dioverlay hingga didapatkan peta komposit kesesuaian lahan untuk konservasi mangrove. Hasil dari komposit tersebut diklasifikasikan menjadi emapat kelas kesesuaian, dan dihitung luasan area pada tiap kelas. Luasan area tiap kelas dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Luasan Kesesuaian untuk Konservasi Mangrove Kelas Kesesuaian
Presentase (%)
Luasan (ha)
Sangat Tidak Sesuai
50,7
11.366,43
Tidak Sesuai
37,3
8.355,56
Sesuai
9,8
2.203,79
Sangat Sesuai
2,2
493,22
Total
100,0
22.419,00
Berdasarkan Tabel 10. kelas sangat tidak sesuai memiliki area terluas, sedangkan kelas sangat sesuai memiliki luasan yang terkecil. Hal ini dikarenakan untuk konservasi mangrove harus berada di dekat pantai ataupun sungai. Namun sebagian besar wilayah Kecamatan Punduh Pidada tidak berada di wilayah yang bersinggungan langsung dengan pantai, dan juga sungai yang ada di wilayah Kecamatan Punduh Pidada tidak banyak. Selain itu juga dikarenakan kelerengan wilayah yang cukup curam. Luasan area kelas sangat sesuai dan sesuai untuk konservasi mangrove lebih sedikit dibandingkan kesesusaian untuk wisata dan tambak. Hal ini dikarenakan wilayah Kecamatan Punduh Pidada yang termasuk dalam wilayah teluk lampung memiliki potensi yang unik untuk kawasan wisata serta memiliki potensi untuk pengembangan tambak. Dari hasil overlay untuk tiga kesesuaian diperoleh area yang sesuai dan sangat sesuai berada di wilayah pesisir yang bersinggungan langsung dengan pantai. Hal ini dikarenakan ketiga kesesuaian tersebut
memang
diarahkan
untuk
perencanaan
di
wilayah
pesisir.
70
71
4.4 Sintesis Hasil sintesis dari perencanaan ini adalah mengoverlay kembali peta komposit untuk tiga kesesuaian yang telah dianalisis sebelumnya. Peta komposit untuk wisata dan peta komposit untuk tambak dioverlay kembali sehingga dihasilkan peta kesesuaian untuk wisata tambak. Peta komposit tersebut diberi skor kembali, skor untuk kelas sangat sesuai adalah 4, kelas sesuai dengan skor 3, kelas tidak sesuai dengan skor 2, dan kelas sangat tidak sesuai dengan skor 1. Dari hasil overlay tersebut kelas kesesuaian diperkecil menjadi dua yaitu sesuai dan tidak sesuai. Kelas yang mulanya adalah kelas sangat sesuai dan sesuai masuk dalam kelompok kelas sesuai, sisanya masuk dalam kelompok tidak sesuai. Rentang skor untuk kelas tidak sesuai adalah 2-5 dan untuk kelas sesuai adalah 68. Luasan kesesuaian untuk wisata tambak dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Luasan Kesesuaian untuk Wisata Tambak Kelas Kesesuaian
Presentase (%)
Luasan (ha)
Tidak Sesuai
92,4
20.721,88
Sesuai
7,6
1.697,12
100,0
22.419,00
Total
Peta kesesuaian untuk wisata tambak tersebut kemudian dioverlay dengan peta kesesuaian untuk mangrove sehingga didapatkan peta kesesuaian untuk konservasi mangrove di kawasan wisata tambak. Luasan area tiap kelas untuk kesesuaian untuk konservasi mangrove di kawasan wisata tambak dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Luasan Kesesuaian untuk Konservasi Mangrove di Kawasan Wisata Tambak Kelas Kesesuaian
Presentase (%)
Luasan (ha)
Tidak Sesuai
94,2
21.125,42
Sesuai
5,8
1.293,58
100,0
22.419,00
Total
72
73
74
4.5 Konsep Dasar Perencanaan Konsep dasar dari perencanaan lanskap kawasan wisata tambak di pesisir Kecamatan Punduh Pidada adalah untuk mempertahankan dan menjaga serta meningkatkan kualitas lingkungan di kawasan pesisir Kabupaten Pesawaran sehingga dapat mendukung rencana pengembangan kawasan wisata tambak serta mendukung keberlanjutan wisata tambak itu sendiri, terutama keberlanjutan produksi tambak (Gambar 47).
Kab. Pesawaran
Kec. Punduh Pidada
Visi
Potensi
Wisata
Tambak Wisata Tambak
Menjaga Kualitas Lingkungan dengan RTH
Perencanaan lanskap kawasan wisata tambak
Gambar 47. Diagram Konsep Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Tambak di Kawasan Pesisir Kecamatan Punduh Pidada Wilayah pesisir merupakan kawasan yang labil mudah sekali rusak dan sulit kembali pulih. Namun kegiatan wisata tambak dan pemanfaatan lainnya tidak akan banyak memberi dampak negatif terhadap lingkungan, jika dilakukan perencanaan dengan baik terutama yang memperhatikan ruang terbuka hijau untuk menjaga dan memperbaiki kualitas lingkungannya. Selain itu juga diharapkan dengan adanya penyusunan rencana dan penataan ruang terbuka hijau dapat menghindari kerusakan di wilayah pesisir. Bahkan jika memungkinkan dengan adanya rencana ruang terbuka hijau, wilayah yang sebelumnya tidak sesuai untuk wisata tambak pada suatu saat kualitas lingkungannya meningkat sehingga dapat dikembangkan menjadi wisata tambak. Kualitas lingkungan yang dimaksud
75
adalah kondisi lingkungan yang mendukung tercapainya tujuan dari pemanfaatan, khususnya untuk pemanfaatan wisata tambak. Kualitas lingkungan tersebut seperti: 1. Kenyamanan dan keamanan bagi pengguna dalam beraktifitas terutama kegiatan wisata melalui ameliorasi iklim mikro, reduksi polusi, dan kebisingan, kontrol visual (screening), dan pembentukan ruang melalui rencana ruang terbuka hijau; 2. Memberikan nilai estetika pada tapak dengan memanfaatkan pemandangan yang ada serta memaksimalkan topografi pada tapak; 3. Konservasi tanah dan air, serta melindungi (preservasi) mangrove; 4. Memberikan kondisi lingkungan yang baik untuk kegiatan tambak dalam jangka panjang. Perencanaan lanskap kawasan wisata tambak memiliki fungsi diantaranya fungsi konservasi, fungsi ekologi, fungsi wisata, dan fungsi pendidikan. Untuk mencapai keempat fungsi tersebut perlu adanya pengembangan konsep perencanaan. Konsep visual yang ingin dicapai dalam perencanaan ini adalah pemandangan alami dengan nuansa hutan mangrove serta laut lepas. Untuk menunjang kebutuhan pengunjung agar dengan mudah mencapai tempat wisata diperlukan perencanaan sirkulasi. Konsep sirkulasi pada perencanaan ini mengikuti sirkulasi eksisting pada kawasan serta penambahan sirkulasi. Selain itu untuk mendukung rencana wisata tambak pada kawasan pesisir Kabupaten Pesawaran juga diperlukan fasilitas yang dibutuhkan untuk tercapainya kenyamanan dan keamanan pengunjung. Sehingga diperlukan juga rencana fasilitas dan konsep aktifitas. Selain itu diperlukan juga konsep ruang dan konsep vegetasi. Wisata tambak yang direncanakan bertujuan agar masyarakat dapat merasakan manfaat dari keberadaan tambak yang ada di Kecamatan Punduh Pidada, selain itu juga agar pemerintah dapat ikut mengelola dan mengontrol perkembangan tambak. Wisata tambak yang direncanakan adalah wisata yang menawarkan pengalaman edukatif mengenai budidaya tambak. Komoditas yang dikembangkan pada tambak ini diutamakan udang vaname. Hal tersebut karena
76
tambak udang vaname adalah tambak yang mendominasi di Kecamatan Punduh Pidada. Berdasarkan peta komposit akhir dari peta kesesuaian wisata, tambak, dan mangrove didapatkan luasan 1.293,58 ha yang sesuai. Luasan tersebutlah yang dikembangkan menjadi kawasan wisata tambak yang berbasis konservasi mangrove. Untuk tambak yang berada diluar area yang sesuai (berdasarkan hasil komposit peta kesesuaian tambak) disarankan untuk dipindahkan lahannya. Sedangkan kawasan tambak yang dapat dikembangkan menjadi wisata adalah kawasan tambak yang masuk dalam area sesuai pada peta komposit wisata tambak. 4.6 Pengembangan Konsep 4.6.1 Konsep Ruang Konsep ruang pada perencanaan ini adalah pengembangan dari komposit akhir yang sebelumnya telah dilakukan dan dipadukan dengan peta komposit lainnya. Ruang pada perencanaan ini dibagi menjadi ruang wisata inti, ruang wisata pendukung, dan ruang penyangga. a. Ruang Wisata Inti Pada ruang wisata inti direncanakan untuk wisata tambak yang menjadi wisata inti di wilayah pesisir Kecamatan Punduh Pidada. Kawasan yang termasuk dalam ruang wisata inti diutamakan untuk pengembangan wisata tambak. Selain itu juga mengutamakan vegetasi mangrove sebagai nilai ekologis yang dapat mendukung keberadaan tambak itu sendiri. Ruang wisata inti yang dipilih adalah kawasan yang dekat dan berbatasan langsung dengan laut. Hal tersebut bertujuan agar memaksimalkan potensi pesisir terutama tambak. Ruang wisata inti ini letaknya yang berada di tepi laut sehingga aktifitas yang direncanakan adalah aktifitas pasif seperti interpretasi, viewing, berfoto, dan aktifitas wisata yang bersifat pasif lainnya. b. Ruang Wisata Pendukung Hutan Pada ruang wisata pendukung direncanakan sebagai kawasan yang merupakan penghubung antara kegiatan wisata inti (ruang wisata inti) dengan pemanfaatan lainnya (ruang penyangga) yang tidak berhubungan langsung dengan
77
wisata tambak. Pada ruang ini aktifitas yang direncanakan adalah aktifitas wisata yang bersifat pasif dan aktif. Wisata pada ruang wisata pendukung masih berkaitan dan mendukung wisata tambak pada ruang wisata inti. Pada ruang wisata pendukung direncanakan untuk wisata selain wisata tambak seperti wisata pantai, dan wisata bahari lainnya. c. Ruang Penyangga Merupakan ruang di dalam kawasan yang berfungsi sebagai penyangga konservasi tanah dan air serta mempertahankan sebagai daerah resapan air dan kawasan lindung. Ruang penyangga ini terdapat di dalamnya hutan lindung eksisting serta daerah-daerah dengan kemiringan curam yang berbahaya dan perlu dikonservasi. Ruang penyangga adalah kawasan Kecamatan Punduh Pidada yang tidak bersinggungan langsung dengan pesisir, sehingga bukan direncanakan untuk wisata tambak. Ruang penyangga diperuntukkan untuk aktifitas penduduk lokal. Selain itu segala aktifitas yang ada pada ruang penyangga juga sangat mempengaruhi kondisi ruang wisata inti yang merupakan kawasan di tepi laut. Hal tersebut dikarenakan sampah maupun limbah dari aktifitas penduduk lokal akan bermuara di laut. Oleh karena itu keberadaan hutan lindung serta ruang terbuka hijau lainnya di ruang penyangga sangat penting untuk menjaga kualitas lingkungan kawasan pesisir. Tabel 13. Pembagian Ruang Berdasarkan Hasil Analisis Spasial Kelas Lahan
Luas
Ruang/Zona
Deskripsi
(%) Sesuai
5,8
Wisata Inti
Zona ini diutamakan untuk konservasi terutama untuk konservasi di wilayah pesisir. Wisata utama di zona ini adalah wisata tambak dengan kegiatan cenderung pasif. Tujuan rencana zona ini untuk konservasi, wisata, budidaya, dan pendidikan.
Tidak Sesuai
94,2
Wisata
Zona ini diutamakan juga untuk konservasi. Selain
Pendukung dan
itu
Penyangga
pemanfaatan
zona
ini
lebih lainnya
banyak
digunakan
seperti
untuk
perekonomian
(perkebunan, pertanian, dll) dan pusat pemerintahan. Selain itu juga mengutamakan rehabilitasi lahan.
78
4.6.2 Konsep Ruang Terbuka Hijau Konsep ruang terbuka hijau dalam perencanaan ini dengan banyak menggunakan tanaman yang dapat beradaptasi di pesisir serta mengutamakan tanaman mangrove. Selain itu, tanaman yang dipilih diutamakan tanaman lokal. Vegetasi eksisting yang menunjang fungsi utama sebaiknya dipertahankan. Vegetasi yang digunakan dibedakan menjadi dua fungsi yaitu: a. Fungsi Ekologi -Penyangga -Penyerap limbah -Pereduksi intrusi laut -Konservasi tanah dan air b. Fungsi Arsitektural -Peneduh -Pengarah -Penahan angin -Estetika -Screening Jenis ruang terbuka hijau yang direncanakan adalah ruang terbuka hijau yang dibutuhkan pada wilayah pesisir. Pada kawasan yang bersinggungan langsung dengan pesisir diperlukan ruang terbuka hijau dalam bentuk green belt sebagai penyangga pantai, begitu pula pada kawasan yang dekat dengan sungai. Tanaman yang digunakan pada green belt untuk pantai berlumpur adalah tanaman mangrove, sedangkan untuk pantai berpasir menggunakan tanaman dengan formasi baringtonia. Pada area sirkulasi direncanakan ruang terbuka hijau berupa koridor jalan. Selain penyangga pantai, ruang terbuka hijau di dalam kawasan wisata tambak juga harus direncanakan dengan baik. Pada perencanaan ini ruang terbuka hijau di kawasan wisata tambak menggunakan konsep silvofishery. Prinsip silvofishery adalah perlindungan tanaman mangrove dengan memberikan hasil lain dari segi perikanan. Oleh karena itu dengan konsep ini mengutamakan segi ekologis dan tetap dapat memberikan keuntungan secara ekonomi. Konsep ruang
79
terbuka hijau dengan menggunakan silvofishery terdapat empat jenis pola yaitu empang parit, komplangan, tanggul dan jalur. Pola empang parit yaitu lahan yang digunakan untuk memelihara ikan atau udang, hanya merupakan saluran keliling atau caren, sedangkan bagian tengahnya ditumbuhi pohon bakau. Pada Pola Komplangan tambak pemeliharaan ikan atau udang terpisah atau berdekatan dari areal tegakan mangrove. Pola jalur adalah vegetasi mangrove ditanam pada guludan-guludan atau pematang tambak. Pola tambak silvofishery yang dipilih dalam perencanaan lanskap wisata tambak ini adalah pola tanggul karena lebih efisien dan dapat menampung banyak komoditas udang dalam kolam tambak, serta pola empang parit karena pola inilah yang paling banyak digunakan dan lebih banyak bersifat konservatif terhadap mangrove. Tanaman mangrove yang digunakan pada kawasan tambak yang menggunakan konsep silvofishery adalah jenis Rhizophora. Pola empang parit dapat dilihat pada Gambar 48.
Gambar 48. Pola Tambak Empang Parit ( Sumber: Anantyonamigalang.wordpress.com)
4.6.3 Konsep Aktifitas dan Fasilitas Fasilitas yang direncanakan dibagi menjadi dua jenis yaitu fasilitas wisata, dan fasilitas non-wisata. Fasilitas wisata adalalah fasilitas yang direncanakan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Fasilitas non-wisata adalah fasilitas umum yang direncanakan untuk kebutuhan masyarakat lokal. Perbedaan aktifitas akan berdampak pada variasi kebutuhan terhadap fasilitas yang beragam. Fasilitas
80
yang penting untuk direncanakan sebagai pendukung kawasan wisata tambak adalah sirkulasi. Selain mempertahankan sirkulasi yang ada dan memperbaikinya, diperlukan penambahan sirkulasi yang masih sangat kurang di Kecamatan Punduh Pidada. Konsep aktifitas wisata di ruang wisata inti cenderung pasif seperti interpretasi, pengamatan, fotografi, dan treking. Selain itu, aktifitas wisata yang bersifat aktif di prioritaskan untuk area wisata yang ada di ruang wisata pendukung. Aktifitas aktif yang ada di ruang wisata pendukung tersebut diantaranya seperi kuliner, menginap, berbelanja, memancing, dan kegiatan wisata lainnya. Konsep fasilitas untuk ruang wisata inti dan ruang wisata pendukung memiliki karakteristik yang sama, yaitu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Selain itu juga fasilitas yang ada di ruang wisata inti dan ruang wisata pendukung juga harus dapat memenuhi kebutuhan pengelola dan masyarakat lokal, tentunya fasilitas yang berkaitan dengan wisata seperti kios cinderamata. Konsep aktifitas di ruang penyangga lebih bervariasi, aktifitasnya dapat bersifat pasif, semi aktif, dan aktif. Aktifitas yang ada di ruang penyangga ini merupakan aktifitas sehari-hari masyarakat lokal. Oleh karena itu konsep fasilitas yang ada pun harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat lokal. 4.7 Perencanaan Kawasan Rencana lanskap kawasan wisata tambak di kawasan pesisir Kecamatan Punduh Pidada adalah hasil akhir penggabungan antara rencana ruang terbuka hijau, rencana ruang, rencana aktifitas dan fasilitas, serta rencana sirkulasi. Rencana ini memprioritaskan pada rencana lanskap wisata tambak yang memperhatikan rencana ruang terbuka hijau dengan vegetasi yang cocok pada karakteristik pesisir. Selain itu rencana ini juga menyajikan area-area yang memiliki potensi wisata tambak. Strategi perencanaan ini adalah mengoptimalkan penggunaan vegetasi yang cocok untuk wilayah pesisir terutama mangrove, serta meningkatkan kegiatan rehabilitasi dan konservasi.
81
4.7.1 Rencana Ruang Berdasarkan analisis spasial dengan mengoverlay beberepa peta komposit didapatkan kawasan dengan kelas sesuai dan tidak sesuai untuk rencana konservasi mangrove di kawasan wisata tambak. Kawasan dengan kelas sesuai akan direncanakan sebagai ruang wisata inti, yaitu area yang direncanakan untuk kawasan wisata tambak. Luas ruang wisata inti ini adalah 5,8 % (1.293,58 ha). Pada ruang wisata inti ini aktifitas yang direncanakan adalah aktifitas wisata edukatif dengan didominasi oleh aktifitas yang bersifat pasif. Vegetasi yang direncanakan diprioritaskan menggunakan tanaman mangrove. Kawasan dengan kelas tidak sesuai (luas 94,2 % yaitu 21.125,42 ha) dibagi menjadi dua ruang yaitu ruang wisata pendukung dan ruang penyangga. Luas untuk ruang wisata pendukung adalah 6.337,63 ha, sedangkan luasan ruang penyangga adalah 14.787,79 ha. Ruang wisata pendukung adalah ruang yang menghubungkan ruang wisata inti dan penyangga dimana memiliki aktifitas yang tidak terkait langsung. Selain itu ruang wisata pendukung adalah ruang dimana terdapat berbagai wisata selain wisata tambak sebagai pendukung kegiatan wisata di ruang wisata inti. Pembagian ruang wisata pendukung dan ruang penyangga dibatasi oleh sirkulasi utama yang ada di dekat pantai. Aktifitas yang direncanakan di ruang wisata pendukung masih terkait langsung dengan aktifitas wisata di ruang wisata inti, selain itu juga pada ruang wisata pendukung ini banyak aktifitas yang melibatkan masyarakat lokal. Pada ruang penyangga, aktifitas yang direncanakan aktifitas non-wisata.
82
83
4.7.2 Rencana Ruang Terbuka Hijau Rencana ruang terbuka hijau pada perencanaan ini diutamakan penggunaan vegetasi yang dapat beradapatasi pada kondisi wilayah pesisir, diantaranya mangrove, dan formasi barringtonia. Penggunaan vegetasi yang cocok pada daerah pesisir ini selain untuk menjaga kualitas lingkungan juga bertujuan untuk meningkatkan produksi tambak itu sendiri. Penggunaan jenis tanaman baik mangrove dan non-mangrove diprioritaskan pada tanaman lokal. Penataan vegetasi mangrove akan dibedakan menjadi dua, untuk zonasi dari arah garis pantai ke arah darat dimulai dari zona Rhizophora dan Nypa. Untuk zonasi dari arah garis pantai ke arah laut dimulai dari zona Rhizophora dan Avicennia. Penataan vegetasi mangrove dan selain mangrove dalam perencanaan ini memperhatikan daerah penyangga pantai atau sempadan pantai. Berdasarkan aturan pemerintah sempadan pantai atau green belt adalah sedikitnya 100 meter dari pasang tertinggi. Penyangga pantai yang direncanakan pada tapak ini adalah 250 meter dengan kombinasi antara vegetasi mangrove dan non-mangrove berdasarkan jenis pantainya. Untuk jenis pantai berlumpur penyangga pantai terdiri dari vegetasi mangrove dan vegetasi dengan formasi baringtonia. Tanaman untuk penyangga pantai berpasir menggunakan formasi baringtonia, diutamakan pohon kelapa dan palem-paleman. Penggunaan mangrove dalam rencana ruang terbuka hijau ini sangatlah penting. tegakan mangrove dapat menjerat sedimen lumpur sehingga terjadi pengendapan dan pendangkalan lahan yang dapat menjadi habitat mangrove itu sendiri serta dapat memperluas area mangrove ke arah laut yang dapat berfungsi sebagai pelindung pantai alami. Selain itu, Kawasan hutan mangrove dapat mengurangi limbah air tambak dengan cara mengendapkan senyawa kimiawi, pengambilan nutrient melalui tumbuhan mangrove, penguraian bahan organik oleh mikroba dan penyerapan mineral oleh tanah. Jenis dan fungsi tanaman yang dapat digunakan dapat dilihat pada Tabel 13.
84
Tabel 14. Jenis dan Fungsi Tanaman yang Digunakan No. a. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. b. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Jenis Tanaman Tanaman Mangrove Achanthus ilicifolius(Jeruju) Avicennia alba(Api-api) Avicennia marina(Api-api) Bruguiera parviflora (Butabuta) Bruguiera silindrica(Buta-buta) Excoearia agallocha(Kayu buta) Finlaysonia maritima(Basang siap) Nypa fruticans(Nipah) Rhizophora apiculata(Bakau putih) Rhizophora mucronata(Bakau hitam) Sonneratia caseolaris(Pedada) Xylocarpus granatum(Nyiri) Formasi Barringtonia Barringtonia asiatica (Keben) Calophyllum inophyllum(Nyamplung) Casuarina equisetifolia (Cemara Laut) Cerbera manghas (Bintaro) Erythrina orientalis (Dadap laut) Hibiscus tiliaceus(Waru laut) Cocos nuciifera (Kelapa) Pandanus tectorius(Rasau putih) Terminalia catappa(Ketapang)
Keterangan :
PS
PL
PI
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √
√ √
Fungsi Tanaman KT PT PN PA √ √ √ √
√ √ √ √
√ √
√ √
√ √
√
√
√
√
√ √
√ √
√ √
√
√ √
√
√
√
√
√
√ √
√ √
√ √
√ √
√
√ √
√
√
√
√
√ √
√
√
√
PB
√
√
√
√
√
√ √
√ √
√
PS = Penyangga PL = Penyerap Limbah PI = Pereduksi Intrusi Laut KT= Konservasi Tanah dan Air PB = Pembatas
ES
√ √ √
√ √
√
√
√
√ √
√
PT = Peneduh PN = Pengarah PA = Penahan Angin ES = Estetika
Vegetasi yang digunakan di ruang wisata inti dan ruang wisata pendukung diutamakan mangrove dan formasi barringtonia. Hal ini dikarenakan ruang wisata inti dan ruang wisata pendukung berada di kawasan yang berbatasan langsung dengan laut sehingga memerlukan penyangga pantai. Penyangga pantai yang direncanakan dibedakan menjadi dua yaitu untuk penyangga pantai berpasir dan pantai berlumpur. Pada pantai berlumpur menggunakan vegetasi utama yaitu mangrove dan dikombinasikan dengan vegetasi barringtonia. Sedangkan pada
85
pantai berpasir menggutamakan vegetasi formasi barringtonia. Selain penyangga pantai juga diperlukan tanaman penyangga sungai, untuk daerah muara sungai menggunakan tanaman mangrove. Untuk menjaga kualitas lingkungan kawasan pesisir direncanakan juga hutan mangrove untuk mengkonservasi keberadaan mangrove. Pada ruang penyangga direncanakan ruang terbuka hijau berupa hutan lindung untuk menjaga kualitas lingkungan daratan yang jauh dari laut yang akan berdampak pula pada kualitas lingkungan pesisir. Berdasarkan hasil analisis spasial kawasan konservasi mangrove yang dikembangkan seluas 493,22 ha. Jenis ruang terbuka hijau yang direncanakan adalah penyangga pantai dengan lebar 250 meter, penyangga sungai selebar 50 meter, hutan pantai, koridor hijau jalan, hutan lindung, dan ruang terbuka hijau lainnya yang memiliki vegetasi dengan fungsi arsitektural dan fungsi ekologi. Penentuan lebar penyangga pantai dan sungai berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan Departemen kehutanan No. 507/IV-BPHH/1990 serta pertimbangan untuk coastal protection. Koridor hijau jalan direncanakan bertujuan agar dapat mengarahkan angin sehingga dapat memberikan kenyamanan pengguna. Penyangga pantai yang direncanakan dibagi menjadi dua jenis berdasarkan tipe pantai, untuk pantai berlumpur penyangga pantai terdiri dari tanaman mangrove yang dikombinasikan dengan tanaman formasi barringtonia sedangkan untuk penyangga pantai berpasir hanya digunakan tanaman dengan formasi barringtonia.
Gambar 50. Penyangga Pantai Berlumpur
86
Gambar 51 Penyangga Pantai Berpasir 4.7.3 Rencana Aktifitas dan Fasilitas Aktifitas utama yang direncanakan adalah aktifitas wisata yang bersifat interpretatif dan edukatif. Aktifitas utama ini diprioritaskan di ruang wisata inti kawasan wisata tambak dengan didominasi oleh aktifitas pasif. Aktifitas wisata yang bersifat pasif pada ruang wisata inti diantaranya pengamatan, interpretasi, treking, dan fotografi. Berdasarkan aktifitas tersebut fasilitas yang dibutuhkan agar dapat memenuhi kebutuhan wisata diantaranya jalur treking, papan interpretasi, galeri tambak, papan informasi, gedung pusat penelitian, dan fasilitas pendukung lainnya. Selain fasilitas yang ditujukan untuk wisatawan diperlukan juga fasilitas untuk pengelola agar dapat memudahkan dalam kegiatan pemeliharaan. Selain kolam tambak untuk pembesaran diperlukan juga Hatchery (kolam pembenihan). Berdasarkan hasil analisis spasial kawasan yang direncanakan sebagai wisata tambak seluas 1.697,12 ha dengan kawasan tambak seluas 470,80 ha. Aktifitas pada ruang wisata pendukung lebih bersifat aktif, aktifitas yang ada pada ruang wisata pendukung ini masih terkait dengan aktifitas wisata pada ruang wisata inti. Aktifitas wisata yang direncanakan di ruang wisata pendukung adalah aktifitas yang tidak memungkinkan untuk dikembangkan di dalam kawasan wisata tambak di ruang wisata inti. Salah satu wisata yang direncanakan di ruang wisata pendukung adalah wisata pantai. Fasilitas yang direncanakan adalah fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan dan juga masyarakat lokal yang memiliki mata pencahariaan di sektor wisata. Fasilitas untuk wisatawan
87
maupun masyarakat lokal diantaranya seperti tempat penginapan, kios cinderamata, warung makan, dan fasilitas wisata lainnya. Pada ruang penyangga aktifitas yang direncanakan adalah aktifitas seharihari masyarakat lokal yang tidak terkait langsung dengan aktifitas wisata pada kawasan wisata tambak. Fasilitas yang direncanakan pun menyesuaikan pada kebutuhan aktifitas di ruang penyangga ini. Fasilitas yang direncanakan lebih diutamakan pada fasilitas umum yang ditujukan untuk kegiatan masyarakat lokal yang bersifat non-wisata. Untuk kawasan wisata fasilitas yang paling penting adalah sirkulasi atau jalur wisata. Pada perencanaan kawasan wisata tambak ini direncanakan jalur wisata primer dan jalur wisata sekunder. Jalur wisata primer adalah jalur yang menghubungkan antar kawasan wisata tambak, sedangkan jalur wisata sekunder adalah sirkulasi yang ada di dalam satu kawasan wisata tambak merupakan penghubung antar objek wisata di dalam kawasan wisata. Lebar jalur wisata primer yang direncanakan adalah ±6,5 m diperuntukkan untuk kendaraan dengan dua arah. Sedangkan untuk jalur wisata sekunder yang direncanakan adalah 1,21,8 meter yang diperuntukkan untuk pejalan kaki. 4.7.4 Rencana Daya Dukung Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi budidaya tambak Kabupaten Pesawaran yang telah dilakukan Dinas Kelautan dan Perikanan, luasan tambak rata-rata adalah sebesar 8,30 ha. Dari data luas tambak terkecil tersebut digunakan untuk menghitung aktifitas wisata dalam luasan wisata 8 ha. Luas tambak 8 ha tersebut tidak semuanya dibuka untuk wisata. Kolam tambak yang dibuka untuk wisata adalah kolam pembenihan dan kolam pengembangbiakan dengan jenis hewan budidayanya adalah diutamakan oleh udang vaname, dan budidaya lainnya seperti rumput laut. Aktifitas interpretasi maupun pengamatan dan aktifitas lainnya dalam luasan 8 ha direncanakan dapat dilakukan oleh 1 rombongan (maksimal 50 orang) selama 90 menit, serta dengan asumsi waktu wisata dibuka pukul 09.00-15.00 WIB. Dari waktu tersebut diperoleh rotasi wisatawan adalah 4 kali rotasi. Luas
88
kawasan wisata tambak adalah 1.293,58 ha sedangkan tambak yang ada berdasarkan hasil evaluasi tahun 2010 adalah seluas 332,45 ha. Berdasarkan perhitungan luas kawasan tambak dibagi 8 ha dikali jumlah rotasi didapatkan daya dukung kawasan wisata tambak di Kecamatan Punduh Pidada dalam sehari dapat dapat menampung 166 rombongan wisatawan (maksimal 50 orang/rombongan). Tabel 15. Rencana Program Perlindungan RTH di Kawasan Pesisir No 1.
Program Pelatihan
Sasaran
Waktu
pengelolaan Pengelola Kawasan
Jangka Pendek
mangrove di kawasan wisata tambak 2.
Penyuluhan tentang
masyarakat Masyarakat
pentingnya
terbuka
hijau
mangrove
dan
Jangka Pendek
ruang terutama
penyuluhan
masyarakat
tentang
pengelolaan mangrove agar dapat
memberi
manfaat
secara ekonomi 3.
Survey database
dan dan
pembuatan Departemen Kelautan dan Jangka Pendek informasi Perikanan,
mangrove 4.
Kehutanan
Pembuatan Atlas sumberdaya Peneliti, pesisir Lampung dengan data daerah, terbaru
5.
Departemen
Kerjasama keberadaan
Pemerintah Jangka Pendek dan
lembaga
terkait dalam
menjaga Lembaga terkait
mangrove
Jangka Panjang
dan
penanganan mangrove 6.
Pembuatan rencana strategis Pemerintah PWPT (Pengelolaan Wilayah Kabupaten Pesisir Terpadu)
Daerah Jangka Panjang Pesawaran
dan lembaga terkait
89
90
a. Contoh Rencana Lanskap Kawasan Tambak dengan Hatchery
c. Contoh Rencana Lanskap Kawasan Pemukiman
b.Contoh Rencana Lanskap KawasanTambak
d. Contoh Rencana Lanskap Kawasan Persawahan
Gambar 53. Detail Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Tambak
91
Gambar 54. Persepektif Lanskap KawasanTambak
Gambar 56. Persepektif Lanskap Kawasan Pemukiman
Gambar 55. Persepektif Rencana Lanskap Kawasan Tambak dengan Hatchery
Gambar 57. Persepektif Lanskap Kawasan Persawahan
92
Gambar 58. Potongan Lanskap Kawasan Tambak
Gambar 59. Potongan Lanskap Kawasan Tambak dengan Hatchery
93
Gambar 60. Potongan Lanskap Kawasan Pemukiman
Gambar 61. Potongan Lanskap Kawasan Pemukiman di Persawahan