1
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Peningkatan pertumbuhan jagung melalui pemberian pupuk merupakan usaha untuk memperbaiki kondisi pertumbuhan jagung dan menambah keseburan tanah. Pemberian pupuk phonska pada pertumbuhan jagung dapat dilihat melalui indikator pertumbuhan antara lain; tinggi tanaman, panjang daun, diamter batang dan jumlah daun. Rata-rata pengaruh pupuk phonska pada pertumbuhan jagung hibrida dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Tinggi Tanaman Hasil penelitian dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida 14 HST tidak berpengaruh nyata sehingga tidak dilakukan uji lanjut sedangkan pada umur 28 dan 45 HST menunjukkan bahwa perlakuan pupuk phonska pada pertumbuhan jagung berpengaruh sangat nyata pada taraf α=5% (Lampiran 1). Berdasarkan hasil UjiBNT (Beda Nyata Terkecil) diperoleh bahwa rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman jagung hibrida bervariasi. Pertumbuhan tinggi tanaman jagung hibrida pada 28 HST sebesar 41,59 cm dan 45 HST sebesar 111,06 cm tertinggi pada perlakuan P4 dengan dosis pupuk phonska 350 kg/ha, sedangkan rata-rata pertumbuhan jagung terendah terdapat pada perlakuan P0 atau kontrol. Hal ini dijelaskan pada Tabel 3 dan pada Gambar 1.
2
Tabel 3.Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman jagung selama pengamatan Rataan Tinggi Tanaman Jagung Hibrida (Cm) Perlakuan phonska Kg/ha 14 HST 28 HST 45 HST tn ** Tanpa pupuk 21, 45 30,69 a 74,44**a 150 22,82 38,89 b 88,69 b 200 23,30 38,95 b 100,50 c 300 23,59 41,56 b 102,81 c 350 24,13 41,59 b 111,06 d BNT 5% 2,95 9,57 Keterangan : Angka-angka angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada p taraf uji 5% terhadap tinggi tanaman jagung. jagung tn : tidak idak nyata
Tinggi Tanaman (cm)
120,00 100,00 80,00 60,00
14 HST
40,00
28 HST
20,00
45 HST
0,00 P0
P1
P2
P3
P4
Perlakuan
Gambar 1. Rata-rata rata pertumbuhan tinggi tanaman jagung hibrida (cm) selama
pengamatan (2) Panjang Daun Hasil penelitian dan analisis sidik ragam panjang daun jagung hibrida 14 HST tidak berpengaruh nyata sehingga tidak dilakukan uji lanjut sedangkan pada umur 28 dan 45 HST menunjukkan bahwa perlakuan pupuk phonska phon pada pertumbuhan jagung berpengaruh nyata pada taraf α=5% α
(Lampiran 1). 1
Berdasarkan hasil UjiBNT (Beda eda Nyata Terkecil) diperoleh bahwa rata-rata rata pertumbuhan panjang daun jagung hibrida bervariasi. ariasi. Pertumbuhan panjang
3
daun jagung hibrida pada 28 HST sebesar 31,72 cm dan 45 HST sebesar 67 cm tertinggi pada perlakuan P4 dengan dosis pupuk phonska 350 kg/ha, kg/ sedangkan rata-rata rata pertumbuhan jagung terendah terendah terdapat pada perlakuan P0 atau kontrol. Hal ini dijelaskan pada Tabel 4 dan pada Gambar 2. Tabel 4.Rata-rata rata pertumbuhan panjang daun selama pengamatan Rataan an Panjang Daun Jagung Hibrida (cm) Perlakuan phonska Kg/ha 14 HST 28 HST 45 HST Tanpa pupuk 17,34 tn 23,91 * a 54,69* a 150 17,18 29,96 b 59,31 a 200 17,87 30,58 b 63,25 b 300 18,77 31,41 b 66,39 b 350 19,43 31,72 b 67 c BNT 5% 3,28 7,27 Keterangan : Angka-angka angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% terhadap panjang daun jagung. tn : tidak idak nyata 80,00 Panjang Daun (cm)
70,00 60,00 50,00 40,00
14 HST
30,00
28 HST
20,00 45 HST
10,00 0,00 P0
P1
P2
P3
P4
Perlakuan
Gambar 2. Rata--rata rata pertumbuhan panjang daun jagung hibrida (cm) selama pengamatan (3) Diameter Batang Hasil penelitian dan analisis sidik ragam diemater batang
jagung
hibrida 14 HST tidak berpengaruh nyata sehingga tidak dilakukan uji lanjut sedangkan pada umur 28 dan 45 HST menunjukkan bahwa perlakuan pupuk
4
phonska honska pada pertumbuhan jagung berpengaruh nyata yata pada taraf α=5% α (Lampiran 1). Berdasarkan hasil UjiBNT (Beda Nyata Terkecil) diperoleh bahwa rata-rata rata pertumbuhan diameter batang jagung hibrida bervariasi. variasi. Pertumbuhan diameter batang jagung hibrida pada 28 HST sebesar 0,83 cm dan 45 HST sebesar 1,63 cm tertinggi pada perlakuan P4 dengan dosis pupuk phonska 350 kg/ha, sedangkan rata-rata r pertumbuhan jagung terendah endah terdapat pada perlakuan P0 atau kontrol. Hal ini dijelaskan pada Tabel 5 dan Gambar 3. Tabel 5.Rata-rata rata pertumbuhan diameter batang selama selama pengamatan Rataan Diameter Batang Jagung Hibrida (Cm) Perlakuan 14 HST 28 HST 45 HST tn * P0 0,43 0,71 a 1,30* a P1 0,45 0,77 a 1,44 a P2 0,46 0,79 b 1,49 b P3 0,49 0,82 c 1,51 b P4 0,51 0,83 c 1,63 c BNT 5% 0,06 0,16
Diameter Batang (cm)
Keterangan : Angka-angka angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% terhadap diameter batang jagung. tn : tidak idak nyata 1,80 1,60 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00
14 HST 28 HST 45 HST
P0
P1
P2
P3
P4
Perlakuan
Gambar 3. Rata-rata rata pertumbuhan diameter batang jagung hibrida (cm) selama pengamatan
5
(4) Jumlah Daun Hasil penelitian dan analisis sidik ragam jumlah daun jagung hibrida 28 dan 14 HST tidak berpengaruh nyata sehingga tidak dilakukan uji lanjut sedangkan pada umur 45 HST menunjukkan bahwa perlakuan pupuk phonska pada pertumbuhan jagung berpengaruh nyata pada taraf α=5% (Lampiran 1). Berdasarkan hasil UjiBNT (Beda Nyata Terkecil) diperoleh bahwa rata-rata pertumbuhan jumlah daun jagung hibrida bervariasi. Pertumbuhan jumlah daun jagung hibrida pada 28 HST sebesar 7,75 cm dan 45 HST sebesar 10,19 cm tertinggi pada perlakuan P4 dengan dosis pupuk phonska 350 kg/ha, sedangkan rata-rata pertumbuhan jagung terendah terdapat pada perlakuan P0 atau kontrol. Hal ini dijelaskan pada Tabel 6 dan Gambar 4. Tabel 6.Rata-rata pertumbuhan jumlah daun selama pengamatan Rataan Jumlah Daun Jagung Hibrida (helai) Perlakuan 14 HST 28 HST 45 HST P0 3,88tn 7,06* a 8,63* a P1 3,81 7,25 a 8,69 a P2 3,94 7,63 b 9,06 b 3,99 7,69 b 10,06 b P3 P4 4,13 7,75 c 10,19 b BNT 5% 0,49 0,92 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% terhadap lingkar batang jagung. tn : tidak nyata
6
Jumlah Daun(Helai)
12,00 10,00 8,00 6,00
14 HST
4,00
28 HST
2,00
45 HST
0,00 P0
P1
P2
P3
P4
Perlakuan
Gambar 4. Rata-rata rata pertumbuhan jumlah daun jagung hibrida (helai) selama pengamatan B. Pembahasan penelitian (1) Tinggi Tanaman Tinggi tanaman jagung merupakan salah satu tolak ukur untuk bisa mengetahui pengaruh pupuk tersebut pada tanaman. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan P4 dengan dosis pupuk phonska 350 kg/ha berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman jagung umur 28 dan 45 HST pada taraf α=5% α (Lampiran 1). Pengaruh pupuk Phonska umur 28 dan 45 HST pada pertumbuhan tinggi tinggi tanaman jagung nampak pada setiap tingakatan perlakuan dosis pupuk phonska yang diberikan. diberikan Hasil ini menjelaskan bahwa perlakuan pupuk phonska pada umur 28 dan 45 HST dengan dosis 350 kg/ha dapat menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman sebesar 41,59 dan 111,06 cm (Lampiran 1). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Syafruddin dan Zubachtirodin (2010) tentang penggunaan pupuk npk majemuk 20:10:10 pada tanaman jagung menyimpulkan Laju tumbuh tersebut sangat penting untuk
7
pemberian pemupukan majemuk susulan, jika pemupukan majemuk dilakukan secara bertahap, maka pada umur 3-5 mst tanaman sudah harus dipupuk, karena pada umur tersebut laju tumbuh tanaman sangat cepat sehingga kebutuhan hara sangat tinggi, apabila kekurangan unsur hara pada fase tersebut dapat menghabat pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tuherkih dan Sipahutar (2010), tentang pengaruh pupuk NPK majemuk (16:16:15) terhadap pertumbuhan dan hasil jagung (zea mays L) di tanah Inceptisols di Cibungbulang Kabupaten Bogor, menyimpulkan bahwa rata-rata tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan kombinasi NPK, hal ini menunjukan bahwa tanaman jagung sangat respon terhadap pemupukan terutama hara N dan K, karena tanah yang digunakan dalam percobaan ini miskin hara N dan K. Hasil ini searah dengan penelitian Santoso at al.,(2012) tentang pengaruh jarak tanam dan dosis pupuk NPK majemuk terhadap pertumbuhan produksi bunga, dan analisis usaha tani rosela merah di Kabupaten Kediri, yang menyimpulkan pada pertumbuhan tanaman memberikan respon yang hampir sama terhadap tinggi tanaman. Hal ini terjadi karena perbedaan ruang belum menekan tinggi tanaman. Tetapi pupuk NPK majemuk sangat berpengaruh terhadap tinggi tanaman, mulai terlihat pada dosis 45 kg NPK/ha setara dengan 300 kg phonska/ha sampai dengan 60 kg NPK/ha setara dengan 400 kg phonska/ha. Hal ini dapat dimengerti karena kandungan N, P, dan K tanah percobaan dikategorikan sangat rendah. Hasil penelitian Saribun (2008), tentang pengaruh pupuk majemuk NPK pada berbagai dosis terhadap pH, p-
8
potensial dan p-tersedia serta hasil caysin (brassica juncea) pada fluventic eutrudepts Jatinangor yang menyimpulkan Perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman baru nampak pada 4 MST. Pemberian pupuk NPK dengan berbagai taraf dosis mempunyai tinggi (26,8- 31,3) cm, lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol yang hanya 22,7 cm. Perlakuan G (300 kg ha -1) mempunyai tinggi 31,3 cm, sedangkan pada perlakuan B (50 kg ha -1) hanya 26,8 cm. Hal ini karena unsur N yang berguna untuk pertumbuhan pucuk tanaman semakin meningkat sesuai dengan pertambahan dosis pupuk sehingga tinggi tanaman juga ikut meningkat. Secara teoritis penelitian ini sejalan dengan pendapat Sutedjo (2010) diperkirakan bahwa keadaan N, P dan K di dalam tanah adalah sangat sedikit dan dalam keadaan demikian belum tentu semuanya tersedia untk diisap tanaman, oleh karena itu maka diperlukan pemupukan. Sutedjo (Saribun, 2008) menjelaskan pemberian pupuk NPK terhadap tanah dapat berpengaruh baik pada kandungan hara tanah dan dapat berpengaruh baik bagi pertumbuhan tanaman karena unsur hara makro yang terdapat dalam unsur N, P dan K diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang akan diambil oleh tanaman dalam bentuk anion dan kation. Pemupukan adalah memberikan bahan kedalam tanah dengan maksud untuk menggantikan kehilangan unsur hara di dalam tanah dengan tujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam kedaaan faktor keliling atau lingkungan yang baik. Pupuk phonska adalah pupuk majemuk yang memiliki keunggulan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemupukan, mudah dalam aplikasi serta memiliki sifat-
9
sifat agrnomis yang menguntungkan, selain itu pupuk phonska dapat digunakan untuk semua jenis tanaman serta pada kondisi lahan, iklim, dan lingkungan PT. Petrokimia Gresik indonesia (Hamidah, 2009) . (2) Panjang daun jagung Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan P4 dengan dosis pupuk phonska 350 kg/ha berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan panjang daun jagung umur 28 dan 45 HST pada taraf α=5% (Lampiran 1). Pengaruh pupuk phonska umur 28 dan 45 HST pada pertumbuhan panjang daun jagung nampak pada setiap tingakatan perlakuan dosis pupuk phonska yang diberikan. Hasil ini menjelaskan bahwa perlakuan pupuk phonska dengan umur 28 dan 45 HST dengan dosis 350 kg/ha dapat menghasilkan pertumbuhan panjang daun sebesar 31,72 dan 67 cm (Lampiran 1). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Bahri (2006), tentang pengaruh sumber pupuk terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada di Sumatra Barat, menyimpulkan bahwa sumber pupuk berpengaruh terhadap tinggi tanaman, lebar daun, panjang daun, diameter daun dan hasil tanaman selada. Hasil tertinggi didapat pada pemberian pupuk NPK Mutiara (16-16- 16) + ZA dan hasil terendah pada perlakuan pemberian pupuk NPK Mutiara (16-16-16) + ZA + EM-4. Secara teoritis penelitian sependapat dengan Rosmarkam dan Yuwono (Saribun, 2008) Pupuk majemuk merupakan pupuk campuran yang umumnya mengandung lebih dari satu macam unsur hara tanaman (makro maupun mikro)
10
terutama N, P, dan K. Leiwakabessy (Sihombing, 2003) Unsur-unsur nitrogen , fosfor dan kalium merupakan unsur-unsur hara yang esensial, dimana unsurunsur ini dibutuhkan dalam jumlah besar sebagai pupuk, karena itu disebut unsur-unsur pupuk. Hal ini sejalan dengan Soepardi (Sihombing, 2003) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman akan terhambat apabila unsur nitrogen, fosfor dan kalium dalam media tumbuhnya kurang, terlalu terhambat tersedia atau tidak diimbangi oleh unsur-unsur lainya. Hardjowigeno (Saribun, 2008) kelebihan pupuk NPK yaitu dengan satu kali pemberian pupuk dapat mencakup beberapa unsur sehingga lebih efisien dalam penggunaan bila dibandingkan dengan pupuk tunggal. Purnama (Permadi, 2007) tidak terpenuhinya salah satu unsur hara utama akan mengakibatkan menurunya kualitas dan kuantitas produk pertanian. (3) Diameter Batang Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan P4 dengan dosis pupuk phonska 350 kg/ha berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan diameter batang tanaman jagung umur 28 dan 45 HST pada taraf α=5% (Lampiran 1). Pengaruh pupuk phonska umur 28 dan 45 HST pada pertumbuhan diameter batang jagung hibrida nampak pada setiap tingakatan perlakuan dosis pupuk phonska yang diberikan. Hasil ini menjelaskan bahwa perlakuan pupuk phonska pada umur 28 dan 45 HST dengan dosis 350 kg/ha dapat menghasilkan pertumbuhan diameter batang sebesar 0,83 dan 1,63 cm (Lampiran 1).
11
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggrainy (2004), tentang
pengaruh pemberian abu seresah daun dan
pemberian pupuk NPK (Phonska) terhadap pertumbuhan semai akasia pada tanah Podlosonik merah kuning di daerah Bogor, menyimpulkan bahwa pupuk phonska dengan dosis 300 ppm dapat menunjukan pertumbuhan diameter semai akasia yang optimum. Hal ini menunjukan bahwa pada dosis tersebut unsur hara dalam bentuk pupuk yang diberikan pada tanaman dimanfaatkan secara baik dan bila tanaman mengalami penurunan pertumbuhan diduga disebabkan oleh ketidak seimbangan unsur hara didalam tanah. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mariano (Irawati, 2007) menyatakan bahwa dengan pupuk phonska dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara dibandingkan dengan kondisi awal sebelum penelitian dilakukan. Searah dengan penelitian yang dilakuan oleh Onggo (2001), tentang pertumbuhan dan hasil tanaman tomat pada aplikasi berbagai dan dosis pupuk majemuk lengkap di Bandung, menyimpulkan bahwa Pada pengamatan diameter batang tanaman tomat, data hasil analisis dari efek mandiri masing-masing perlakuan juga menunjukkan bahwa baik perbedaan formula pupuk majemuk (P0 campuran pupuk tunggal, P1 pupuk majemuk lengkap PML
formula pril, P2 pupuk
majemuk lengkap tablet), maupun perbedaan dosis pupuk (d1 30 g/tan dan d2 40 g/tan) yang diberikan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada diameter batang tomat. Secara teoritis penelitan ini sejalan dengan pendapat Sitompul dan Bambang (Anggrainy, 2004) yang menjelaskan bahwa pertambahan ukuran
12
tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil pertambahan ukuran bagian-bagian tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman adalah tanah, iklim dan faktor genetik dari tanamn itu sendiri. Semua faktor itu saling berkaitan satu sama lain, untuk meningkatkan kadar unsur hara dalam tanah dapat dilakukan penambahan unsur hara dengan cara pemupukan. Menurut Sarief (Permadi, 2007) bagi tanaman pupuk digunakan untuk hidup, tumbuh dan berkembang sehingga pemberian pupuk harus tepat karena fungsi pupuk saja tidak mengendalikan tetapi juga mengimbangi, mendukung dan mengisi bersama unsur-unsur lain dalam tanah. Pupuk sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk itu ketersediaan pupuk yang seimbang dalam tanah sangatlah diperlukan, menurut Mamonto (Nurdin at al, 2008) bahwa pupuk NPK sangat dibutuhkan untuk merangsang pembesaran diameter batang serta pembentukan akar yang akan menunjang berdirinya tanaman disertai pembentukan tinggi tanaman pada masa penuaian atau masa panen. Disamping itu, faktor cahaya matahari yang tidak merata karena ternaungi menyebabkan pertumbuhan tinggi tanaman terhambat. (4) Jumlah daun Dari hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan P4 dengan dosis pupuk phonska 350 kg/ha berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun jagung umur 28 dan 45 HST pada taraf α=5% (Lampiran 1). Pengaruh pupuk Phonska umur 28 dan 45 HST pada pertumbuhan jumlah daun jagung nampak pada setiap tingakatan perlakuan dosis pupuk phonska yang diberikan. Hasil ini menjelaskan bahwa perlakuan pupuk phonska dengan
13
umur 28 dan 45 HST dosis 350 kg/ha dapat menghasilkan pertumbuhan jumlah daun sebesar 7,75 dan 10,19 cm (Lampiran 1). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Onggo (2001), tentang pertumbuhan dan hasil tanaman tomat pada aplikasi berbagai formula dan dosis pupuk majemuk lengkap di Kabupaten Bandung, menyimpulkan pengaruh perbedaan formula pupuk dan dosis pupuk terhadap jumlah daun tomat menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan formula pupuk dan dosis pupuk yang dilakukan pada percobaan ini. Data hasil analisi data menunjukan bahwa baik perlakuan perlakuan formula maupun dosis pupuk pada percobaan ini tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap jumlah daun tomat sampai umur tanaman 8 minggu. Nampaknya pengaruh genetis tanaman masih mendominasi kondisi kecepatan pembentukan daun tanaman tersebut. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susetyo (2009), tentang respon pertumbuhan tanaman dan produksi jahe (Zingiber officinal Rosc). Sistem keranjang teradap jumlah bibit dan pemberian pupuk majemuk NPK di Sumatera Utara, menyimpulkan, bahwa perlakuan jumlah bibit berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 1 BSPT (Bulan setelah pindah tanam) dan 2 BSPT. Perlakuan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun sedangkan interaksi antar jumlah bibit dan pupuk NPK tidk berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Hal ini diduga karena pemberian pupuk pada tanaman tidak dimanfaatkan oleh tanaman secara optimal.
14
Secara teoritis pendapat Parnata (Hamidah, 2009) mengemukakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan tanaman, kita harus bisa menyediakan unsur hara dalam jumlah yang diperkirakan cukup seimbang. Ditambahkan oleh Petrokimia (Hamidah, 2009) agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan hasil yang tinggi, diperlukan unsur hara yang cukup dan seimbang. Menurut Lingga (Hamidah, 2009) suatu tanaman akan tumbuh subur bila elemen yang tersedia cukup dan sesuai dengan kebutuhan tanaman, penambahan unsur hara yang berlebihan tidak menghasilkan pertumbuhan vegetatif maupun generatif yang sebanding dengan unsur hara yang diberikan. Sutedjo dan Kartasapoetra (Susetyo, 2009) juga menambahkan bila salah satu faktor lebih kuat pengaruhnya dari faktor lain sehingga faktor lain tersebut tertutupi dan masing-masing faktor mempunyai sifat yang jauh berbeda pengaruhnya dan sifat kerjanya, maka akan menghasilkan hubungan yang berbeda dalam mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman.