BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1
Model Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Sifat-sifat Koloid Model
pembelajaran
Sains
Teknologi
Masyarakat
adalah
model
pembelajaran yang mengaitkan antara sains dan teknologi serta manfaat bagi masyarakat. Model pembelajaran ini bertujuan untuk membentuk individu yang memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat dan lingkungannya. (Poedjiadi. 2005). Tahapan pada model Sains Teknologi Masyarakat (STM) menurut Poedjiadi (2005)
meliputi (1) Pendahuluan : Inisiasi/invitasi/apersepsi, (2)
pembentukan atau pengembangan konsep, (3) aplikasi konsep dalam kehidupan : penyelesaian masalah, analisis isu, (4) pemantapan konsep, (5) penilaian. Pada tahap apersepsi, dimulai dengan mengemukakan isu atau masalah dalam masyarakat yang dapat digali dari diri siswa, tetapi jika hal itu sulit dilakukan maka isu masalahnya dapat saja dikemukakan oleh guru. Pada apersepsi ini, siswa mengumpulkan artikel tentang fenomena alam mengenai sifat-sifat koloid, setelah itu guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan artikel yang dibuat siswa. “Dari artikel yang kalian temukan, coba sebutkan fenomena alam yang terdapat dalam artikel!” a. Masih ingatkah kalian apa yang dimaksud dengan koloid? b. Sebutkan contoh-contoh koloid dalam kehidupan sehari-hari? c. Sebutkan jenis-jenis koloid yang kalian ketahui!
51
Tahap selanjutnya adalah tahap pembentukan atau pengembangan konsep. Tahap ini siswa diberikan stimulan berupa gambar-gambar atau fenomena yang mendukung permasalahan yang telah dikemukakan. Siswa diberi pertanyaan oleh guru sebagai pengantar kepada materi yang akan dipelajari, kemudian siswa dibagi menjadi 6 kelompok untuk melakukan percobaan mengenai sifat-sifat koloid (percobaan efek tyndall). Setelah siswa melakukan percobaan, siswa berdiskusi dan mempresentasikan hasil percobaan bersama kelompoknya. Pertanyaan yang diajukan guru pada tahap ini yaitu sebagai berikut : a. Pada saat kalian bangun di pagi hari, pernahkan kalian melihat seberkas cahaya matahari yang masuk melewati celah jendela? b. Pernahkah kalian memperhatikan ketika berkas cahaya tersebut masuk melalui celah jendela, terlihat debu yang berhamburan? c. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Pada tahap aplikasi konsep dalam kehidupan, siswa diberikan pertanyaan konflik oleh guru “Apakah kalian mengenal tahu?. Bagaimana proses pembuatan tahu itu?. Apakah pada proses pembuatan tahu ada prinsip sifat koloid yang diterapkan?”. Setelah itu siswa melaksanakan percobaan proses pembuatan tahu, dan hasil dari pengamatan pada percobaan didiskusikan serta dipresentasikan oleh perwakilan dari kelompok siswa. Selanjutnya tahap pemantapan konsep dan tahap penilaian. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang materi
yang
belum
dipahaminya.
Siswa
dibimbing
oleh
guru
untuk
mengungkapkan konsep yang telah dipelajarinya. Siswa menjawab pertanyaan
52
yang diajukan oleh guru, kemudian siswa mengemukakan kesimpulan yang didapat dari pembelajaran. siswa mengerjakan soal-soal yang telah disiapkan oleh guru. Pertanyaan yang dikemukakan guru pada tahap pemantapan konsep yaitu : 1. Dari hasil diskusi yang kalian lakukan, apa saja yang termasuk ke dalam sifat-sifat koloid? 2. Coba kalian jelaskan apa yang dimaksud efek tyndall? 3. Coba kalian jelaskan apa yang dimaksud gerak brown? 4. Coba kalian jelaskan apa yang dimaksud dialisis? 5. Coba kalian jelaskan apa yang dimaksud elektroforesis? 6. Coba kalian jelaskan apa yang dimaksud koloid pelindung? 7. Coba kalian jelaskan apa yang dimaksud koagulasi? 8. Dari percobaan yang sudah kalian lakukan prinsip sifat koloid apakah yang digunakan pada percobaan 1 dan percobaan 2? Dalam pembelajaran materi sifat-sifat koloid dengan menggunakan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat terdapat enam ranah yang terlibat dalam model pembelajaran yaitu konsep, proses, kreativitas, sikap, aplikasi dalam kehidupan, tindakan nyata (Poedjiadi. 2005). Dari penemuan penelitian hasil belajar siswa pada materi sifat-sifat koloid dengan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat, keenam ranah tersebut mengalami perkembangan yang cukup baik pada diri siswa, hal itu dilihat dari hasil tes tulis dan angket. Terutama pada ranah keterampilan kognitif, aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dan sikap mengalami peningkatan setelah pembelajaran dengan model Sanis Teknologi Masyarakat.
53
Pada keterampilan kognitif siswa setelah pembelajaran, kemampuan penguasaan konsep siswa pada materi sifat-sifat koloid mengalami peningkatan, dengan meningkatnya kemampuan keterampilan kognitif termasuk berpikir tingkat tinggi, siswa dibiasakan untuk dapat berpikir kritis yang sejalan dengan tuntutan perkembangan sains dan teknologi, sehingga siswa akan memiliki keberanian dan kemampuan untuk bersaing ketika siswa telah terjun dalam kehidupan nyata. Dengan pembelajaran model Sains Teknologi Masyarakat materi sifat-sifat koloid
dikaitkan
dengan
kehidupan
sehari-hari,
sehingga
siswa
dapat
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasi dalam kehidupan seharihari membuat siswa merasa bahwa belajar di sekolah bermanfaat bagi dirinya maupun lingkungan. Pada pembelajaran sifat-sifat koloid dengan model Sains Teknologi Masyarakat dilihat dari hasil angket, berkembang sikap posisif siswa baik terhadap guru, pelajaran sains di sekolah, kepercayaan diri, motivasi, kepekaan. Hal ini diharapkan akan membuat siswa dapat membuat suatu keputusan tentang nilai-nilai pribadi serta keputusan-keputusan tentang isu-isu lingkungan dan sosial. Dan pada pembelajaran sifat-sifat koloid menggunakan model STM siswa lebih menyadari manfaat yang telah dipelajarinya bagi lingkungannya, yang pada akhirnya
siswa
akan
menggemari
untuk
lingkungannya.
54
ikut
serta
berkiprah
dalam
4.2 Pembagian Kelompok Observasi awal merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam Penelitian. Observasi awal ini dilakukan pada tanggal 4 juni 2010, dengan alokasi waktu 1 x 45 menit. Pada Observasi awal dilakukan pretes pada subjek. Setelah data hasil pretes diketahui, lalu data pretes diolah, maka diperoleh nilai pretes sebagai acuan untuk menentukan tingkat penguasaan siswa. Dari data nilai pretes dilanjutkan dengan pembentukan kelompok praktikum siswa, kemudian dilakukan perlakuan (tindakan) atau proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM). Siswa-siswa dibagi berdasarkan kemampuan akademisnya. Data-data kemampuan akademis setiap siswa didapat dari hasil ulangan harian setiap siswa, hasil ulangan harian ini juga menjadi dasar bagi peneliti untuk menentukan siswa yang termasuk kelompok tinggi, siswa yang termasuk kelompok sedang dan siswa yang termasuk kelompok rendah. Data hasil ulangan harian siswa dapat dilihat pada lampiran C.1 hal 128. Setelah dilakukan observasi awal yaitu berupa pretes, diketahui nilai siswa berdasarkan hasil pretes. Langkah selanjutnya dilakukan pembagian kelompok praktikum secara heterogen berdasarkan pretes. Pembagian kelompok praktikum secara heterogen merupakan pembagian kelompok praktikum berdasarkan kemampuan akademis dan gender. Masing-masing kelompok dibentuk dengan jumlah anggota satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang berkemampuan akademis sedang, dan satu orang lagi berkemampuan akademis rendah, dua orang siswa laki-laki, dan dua orang siswa perempuan. Jumlah
55
keseluruhan siswa yang hadir pada saat pretes sebanyak 23 orang dari jumlah seluruh siswa 23 orang. Nilai pretes siswa dikelompokkan berdasarkan kategori prestasi adalah: Tabel 4.1 Pembagian Siswa Berdasarkan Pretes No. Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 22 22 23
Nama Subjek DN IN KH MM RJ CH ED RS SS SA MJ DY DI FA LM MF RI AM RR WY WA DA RA Rata-Rata
Skor 6 6 6 6 6 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 0 4,21
Persentase (%) 66.67 66.67 66.67 66.67 66.67 55.55 55.55 55.55 55.55 55.55 44.44 44.44 44.44 44.44 44.44 44.44 44.44 33.33 33.33 33.33 33.33 22.22 0.00 46,85
Berdasakan perolehan nilai pada pelaksanaan pretes, siswa dibagi ke dalam enam kelompok untuk melaksanakan praktikum dengan masing-masing beranggotakan empat orang siswa. Kelompok diskusi pada saat praktikum tersebut adalah: 56
Tabel 4.2 Daftar Pembagian Kelompok Praktikum No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Kelompok
Nama subjek AM RR 1 MF DN CH 2 RS WY MJ DI 3 SS FA RI KH DA 4 IN SA LM MM 5 DE WA RA 6 ED RJ JUMLAH RATA-RATA
Nilai 3 3 4 6 5 5 3 4 4 5 4 4 5 2 5 5 4 6 4 3 0 5 6 97 4.21
Rata-Rata 4
4.25
4.25
4.25
4.25
3.67 24.67 4.12
4.3 Hasil Belajar Siswa Keseluruhan Berdasarkan nilai pretes diperoleh nilai rata-rata pretes sebesar 4,21 dari rata-rata ideal 9. Dan dari nilai postes diperoleh nilai rata-rata postes sebesar 6,22, dengan normalisasi gain siswa sebesar 0,43. Tabel 4.10 memperlihatkan perolehan nilai pretes, postes dan normalisasi gain siswa secara keseluruhan.
57
Tabel 4.3 Perolehan Nilai Pretes, Postes, Normalisasi Gain Siswa secara Keseluruhan
No. Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
No. Nama Subyek Subjek 1 AM 2 CH 3 DA 4 DY 5 DN 6 DI 7 ED 8 FA 9 IN 10 KH 11 LM 12 MF 13 MJ 14 MM 15 RR 16 RS 17 RJ 18 RI 19 RA 20 SS 21 SA 22 WA 23 WY Rata-rata
Pretest posttest 3 7 5 7 2 5 4 6 6 9 4 5 5 6 4 6 6 7 6 7 4 5 4 5 5 7 6 7 3 5 5 7 6 9 4 5 0 5 5 6 5 6 2 6 3 5 4.21 6.22
N-gain 0.66 0.50 0.42 0.40 1.00 0.20 0.25 0.40 0.33 0.33 0.20 0.20 0.50 0.33 0.33 0.50 1.00 0.20 0.66 0.25 0.25 0.57 0.33 0.43
Secara lebih jelasnya nilai rata-rata pretes dan postes
Kriteria gain sedang sedang sedang sedang tinggi rendah rendah sedang sedang sedang rendah rendah sedang sedang sedang sedang tinggi sedang sedang rendah rendah sedang sedang sedang
yang diperoleh
dikonversikan kedalam kriteria penguasaan kemampuan dengan persentase pretes sebesar 46,77% dan persentase postes sebesar 69,11%, maka hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.4
58
Tabel 4.4 Kriteria Kemampuan Penguasaan Berdasarkan Pretes dan Postes Seluruh Siswa Nilai (%)
Keterangan
Interpretasi
81-100
-
Sangat baik
61-80
69,11% (postes)
Baik
41-60
46,77% (pretes)
Cukup baik
21-40
-
Kurang
0-20
-
Sangat kurang
Dari tabel 4.4 kemampuan penguasaan kosep seluruh siswa berdasarkan pretes tergolong cukup baik dengan persentase 46,77% dan berdasarkan postes tergolong baik dengan persentase 69,11%. Dengan demikian terjadi peningkatan hasil belajar seluruh siswa pada materi sifat-sifat koloid sebelum penerapan model Sains Teknologi Masyarakat. Setelah penerapan model Sains Teknologi Masyarakat yang dapat dilihat dari hasil postes terjadi peningkatan sebesar 2,01 poin dibandingkan pretes. Dan secara keseluruhan kriteria penguasaan konsep siswa juga mengalami peningkatan sebesar 22,34%. Dari hasil normalisasi gain seluruh siswa diperoleh nilai sebesar 0,43 yang tergolong sedang (medium gain). Maka hasil penelitian ini menggambarkan bahwa penerapan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada mata pelajaran kimia terjadi peningkatan prestasi belajar siswa dan terjadi peningkatan pemahaman siswa dengan kategori sedang.
59
4.4 Hasil Belajar Siswa Kelompok Tinggi, Kelompok Sedang dan kelompok Rendah Menurut Muslich Masnur (2007) “Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes secara individual mengenai materi yang telah dibahas”. Berdasarkan hasil pretes dan postes seluruh siswa pencapaian nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan dari 4,21 menjadi 6,22 atau terjadi peningkatan sebanyak 2,01 poin, sehingga kriteria penguasaan konsep siswa tergolong baik setelah dilaksanakan pembelajaran model Sains Teknologi Masyarakat, karena kriteria penguasaan konsep seluruh siswa juga mengalami peningkatan sebanyak 22,34%. Berdasarkan data skor individual, nilai rata-rata postes siswa kelompok tinggi, kelompok sedang, maupun kelompok rendah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan nilai rata-rata pretes siswa pada kelompok yang sama. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa kelompok tinggi, kelompok, sedang, maupun kelompok rendah. Nilai pretes pada kelompok tinggi rata-ratanya sebesar 5,25 dengan persentase 59,72% dan nilai postesnya sebesar 7,25 dengan persentase 83,23%. Hal ini menunjukan adanya peningkatan sebanyak 2 poin dari nilai rata-rata dan peningkatan kemampuan penguasaan konsep sebesar 23,6%. Nilai pretes pada kelompok sedang rata-ratanya sebesar 4,37 dengan persentase 47,21% dan nilai postesnya sebesar 5,87 dengan persentase 66,67%. Hal ini menunjukan adanya peningkatan sebanyak 1,5 poin dari nilai rata-rata dan adanya peningkatan kemampuan penguasaan konsep sebesar 19,46%. Nilai pretes kelompok rendah rata-ratanya sebesar 2,8 dengan persentase 31,74% dan nilai
60
postesnya sebesar 5,0 dengan persentase 55,55%.. Hal ini menunjukan adanya peningkatan sebanyak 2,2 poin dari nilai rata-rata rata dan adanya peningkatan penguasaan konsep sebesar 23,81%. 23,81% Peningkatan hasil belajar kelompok rendah paling tinggi dibandingkan dibandingkan siswa kelompok sedang dan tinggi, hal ini kemungkinan
disebabkan karena pada hasil ulangan harian, harian, ada siswa yang
seharusnya masuk pada kelompok tinggi maupun sedang tetapi kelompok rendah. Secara umum,
masuk pada
nilai rata-rata rata hasil postes mengalami me
peningkatan dibandingkan ndingkan hasil pretes. Data hasil pretes dan postes siswa kelompok tinggi, sedang, dan rendah dapat dilihat pada lampiran C.3 C dan C.4 hal 131-132. Nilai rata-rata rata pretes yang dicapai siswa sebelum diterapkannya diterapkanny pembelajaran dengan model model Sains Teknologi Masyarakat ditunjukkan pada grafik gr 4.1.
Grafik 4.1 Pencapaian Nilai Rata-Rata Hasil Pretes
61
Setelah pembelajaran dengan model Sains Teknologi Masyarakat M di terapkan, kemudian dilakukan tes dengan instrumen yang yang sama, diperoleh nilai rata-rata rata postes seperti yang yan ditunjukkan pada grafik 4.2.
Grafik 4.2 Pencapaian Nilai Rata-Rata Hasil Postes Peningkatan yang dicapai siswa setelah menjalani pembelajaran pe dengan model SainsTeknologi Masyarakat Masyarak ditujukkan pada grafik 4.3
Grafik 4.3 Peningkatan hasil belajar siswa 62
Berdasarkan grafik 4.3 pencapaian nilai rata-rata siswa kelompok tinggi, kelompok sedang, maupun kelompok rendah pada
saat
postes mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan nilai rata-rata pretesnya. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa kelompok tinggi, kelompok sedang, maupun kelompok rendah. Berdasarkan hasil pretes didapat beberapa kendala, diantaranya adalah: a)
Siswa belum membaca materi yang akan mereka pelajari pada pertemuan selanjutnya, sehingga mereka tidak tahu sama sekali tentang materi yang akan mereka pelajari.
b) Siswa mengalami kesulitan dalam menjawab soal-soal pretes yang diberikan. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata kelas yang hanya memperoleh nilai sebesar 4,21. (Keseluruhan nilai pretes siswa terlampir pada lampiran C. 3 hal 131). c)
Ada siswa yang tidak mengisi jawaban pretes, dikarenakan tidak ingin mengerjakan dan tidak tahu jawaban soal pretes.
d) Siswa malas untuk membaca materi yang telah siswa pelajari apalagi membaca materi yang belum siswa pelajari, sehingga belum terciptanya budaya membaca dikalangan para siswa Berdasarkan hasil postes didapat beberapa kendala, diantaranya adalah: a).
Terdapat beberapa siswa yang melakukan penyimpangan perilaku dalam kegiatan
pembelajaran
sehingga
pembelajaran.
63
mengganggu
kelancaran
proses
b).
Belum adanya keberanian dari siswa untuk mengajukan pertanyaan ketika diberikan kesempatan oleh guru.
c). Terjadinya kegaduhan dan penempatan posisi kelompok yang tidak merata. d). Tidak semua siswa dapat berdiskusi dengan kelompoknya kelompoknya masing masing-masing. e). Siswa belum terbiasa untuk mengerjakan soal tes sendiri-sendiri sen sendiri dan masih sering melirik temannya. f). Jawaban soal tes belum sempat dibahas. Dari penghitungan skor perkembangan individu, secara ecara umum terjadi peningkatan ngkatan hasil belajar kognitif pada pada pembelajaran kimia sub pokok bahasan sifat-sifat sifat koloid dengan model Sains Teknologi Masyarakat. Masyarakat. Hal ini terlihat dari perolehan indeks Normalisasi-Gain Normalisasi siswa grafik 4.4
Grafik 4.4 Normalisasi Gain Indeks Normalisasi ormalisasi-Gain kelompok elompok tinggi sebesar 0,53 atau berkatagori sedang (medium gain). Indeks Normalisasi-Gain Gain siswa kelompok sedang sebesar 0,35 atau berkategori sedang (medium gain). Indeks Normalisasi-Gain Normalisasi siswa
64
kelompok rendah sebesar 0,33 atau berkategori sedang (medium gain). Secara keseluruhan indeks Normalisasi-Gain siswa baik kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah sebesar 0,43
atau berkategori sedang (medium
gain). Dengan demikian, hasil penelitian ini menggambarkan bahwa penerapan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada mata pelajaran kimia terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan kategori sedang.
4.5 Respons Siswa Terhadap Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan model Sains Teknologi Masyarakat dijaring melalui angket. Angket ini diberikan kepada siswa setelah proses pembelajaran dilaksanakan. Respons siswa berupa tanggapan dibuat dengan tujuan untuk memperoleh gambaran secara nyata dari model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) yang diterapkan pada mata pelajaran kimia. Interpretasi data angket respons berupa tanggapan siswa lebih jelasnya adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Tanggapan Siswa Berdasarkan Angket Indikator respon Menunjukkan rasa ketertarikan terhadap pembelajaran Merasa penting terhadap pembelajaran Peran diskusi kelompok pada pembelajaran Merasa mudah mengikuti pembelajaran Merasa senang terhadap cara belajar 65
No. Item
Respon Positif
1
95,65%
2
91,31%
3
91,31%
4
100%
5
95,66%
Merasa senang terhadap pembelajaran Manfaat mempelajari materi Kemauan untuk menerapkan hasil pembelajaran
4.5.1
Tanggapan
siswa
6, 7
73,91%
8, 9
93,47%
10, 11, 12
71,01%
terhadap
pembelajaran
Sains
Teknologi
Masyarakat (STM) Berdasarkan hasil angket yang digunakan untuk menjaring tanggapan siswa terhadap pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) diketahui bahwa sebanyak 95,65% siswa (hampir seluruhnya) menunjukkan respons yang positif terhadap pembelajaran. Dengan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) siswa merasa lebih tertarik pada materi yang dipelajari. Rasa ketertarikan ini dapat timbul karena dalam pelaksanaan pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat materi-materi kimia yang biasanya dianggap sulit, lebih mudah dipelajari dengan mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari misalnya fenomena alam. hal tersebut membuat siswa lebih tertarik dan lebih memahami materi dengan adanya suatu contoh yang biasa mereka temui pada kehidupan sehari-hari. Para siswa menganggap materi sifat-sifat koloid adalah materi yang penting untuk dipelajari, hal ini terlihat dari respons positif sebanyak 91,31% siswa merasa bahwa mempelajari materi sifat-sifat koloid penting. Hal ini disebabkan walaupun materi sifat-sifat koloid merupakan suatu materi yang berisi konsep hapalan akan tetapi materi ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Fenomena-fenomena alam yang terjadi merupakan salah satu contoh dari sifat-sifat koloid, tidak hanya itu sifat-sifat koloid juga dapat diaplikasikan
66
dalam kehidupan sehari-hari, sebagai contoh pembuatan tahu menerapkan salah satu prinsip identifikasi sifat koloid yaitu koagulasi. Suasana diskusi dalam kelompok terjalin lebih demokratis, kerjasama dalam praktikum dapat berkembang dengan baik, keakraban antar siswa pun dapat terjalin. Hal ini terlihat dari sebanyak 91,31% siswa merasa belajar menjadi lebih menyenangkan dengan diskusi. Dengan adanya diskusi setiap siswa dalam kelompoknya dituntut lebih aktif dalam proses pembelajaran. Siswa dituntut untuk mencari dan memecahkan permasalahan yang ada dengan kemampuan mereka sendiri, sehingga akan lebih membuat pembelajaran berjalan lebih dinamis. Dengan pembelajaran menggunakan metode eksperimen (praktikum di laboratorium) dan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM), para siswa menganggap mempelajari materi sifat-sifat koloid lebih mudah dipelajari, hal ini terlihat dari respons positif sebanyak 100%, artinya seluruh siswa merasa pembelajaran dengan cara praktikum di laboratorium lebih mempermudah mereka untuk mempelajari dan memahami materi sifat-sifat koloid. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan metode praktikum, siswa mempraktekan semua materi sehingga akan lebih mudah diingat daripada hanya sebatas hapalan. Dengan praktikum pengalaman pembelajaran selalu terkenang, dan setiap hal yang siswa lakukan dalam praktikum selalu teringat sehingga lebih bersifat permanen.
67
4.5.2
Tanggapan
siswa
terhadap
motivasi
belajar
dengan
model
pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Hasil yang didapat dari angket menunjukkan bahwa siswa merasa senang belajar materi sifat-sifat koloid dan merasa termotivasi untuk belajar dengan menggunakan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM). Dengan menggunakan metode eksperimen dan model Sains Teknologi Masyarakat (STM), para siswa merasa senang terhadap pembelajaran dan cara belajar, hal ini terlihat dari respons positif sebanyak 95,66% dan 73,91%. Dengan metode praktikum siswa tidak akan merasa bosan pada pembelajaran, karena mereka mencoba sendiri praktikum dengan alat-alat dan bahan yang ada di laboratorium sehingga dapat menambah pengetahuan dan pengalaman. Dengan metode praktikum, siswa lebih aktif dalam pembelajaran, siswa tidak hanya duduk dan mendengarkan penjelasan guru. Setiap hal yang siswa lakukan dalam praktikum akan lebih diingat. Siswa merasa mempelajari materi sifat-sifat koloid sangat bermanfaat bagi kehidupan mereka sehingga kemauan menerapkan hasil pembelajaran mendapat respons positif sebanyak 93,47% dan 71,01%. Mempelajari materi sifat-sifat koloid. Materi sifat-sifat koloid dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari misalnya pada fenomena alam, sifat-sifat koloid juga dapat diaplikasikan dalam kehidupan misalnya dalam pembuatan tahu. Selain itu, banyak produk-produk baik makanan, kosmetik, sabun dan lain-lain merupakan koloid. Sehingga dengan mempelajari materi sifat-sifat koloid dapat menambah pengetahuan dan sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
68
Menurut Slavin (2009) “Motivasi dapat timbul dari keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakantindakan atau sesuatu yang menjadi dasar atau alasan seseorang berperilaku”. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator, dan indikator motivasi belajar siswa menurut Usman Husaini (2008) terdiri dari : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Adanya hasrat dan keinginan berhasil. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. Adanya harapan dan cita-cita masa depan. Adanya penghargaan dalam belajar. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik. Dari hasil penelitian terhadap tanggapan siswa, diperoleh tingkat
persentase motivasi belajar siswa dan respons positif pada pembelajaran (ketertarikan,
merasa
penting
akan
pembelajaran,
sadar
akan
manfaat
pembelajaran). Hal ini dapat dilihat dari angket siswa yang hampir seluruhnya (95,66%) siswa merasa senang belajar materi sifat-sifat koloid dan merasa termotivasi
mempelajari
sifat-sifat
koloid
dengan
menggunakan
model
pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM). Maka hasil penelitian ini menggambarkan bahwa motivasi belajar siswa tersebut sangat baik dalam mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran kimia. Dengan adanya respons yang positif dari hasil angket, minat siswa terhadap mata pelajaran kimia materi sifat-sifat koloid menjadi tinggi sehingga siswa lebih mau untuk belajar. Hal ini sesuai denagn teori pragmatisme (Poedjiadi. 2005) “Pengetahuan yang diperoleh hendaknya dimanfaatkan untuk mengerti permasalahan yang ada di masyarakat. Dengan demikian akan diperoleh
69
tingkah laku manusia untuk melakukan tindakan yang positif dan mampu meningkatkan serta bermanfaat bagi kehidupan.” Dengan demikian model pembelajaran
Sains
Teknologi
Masyarakat
dapat
penguasaan materi siswa pada materi sifat-sifat koloid.
70
meningkatkan
tingkat