BAB IV ANALISIS USAHA GURU DALAM MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN MENYENANGKAN DALAM NOVEL SANG PELOPOR KARYA SUGENG (ALANG-ALANG TIMUR)
Proses pembelajaran yang berlangsung dalam kelas pada dasarnya merupakan interaksi yang berlangsung secara intensif antara guru, siswa dan materi. Dalam novel Sang Pelopor diceritakan proses pembelajaran yang menyenangkan sebagaimana indikator dari Syaiful Sagala. Dalam novel Sang Pelopor diceritakan bahwa untuk tercapainya proses pembelajaran yang menyenangkan lebih ditekankan pada sosok guru, terutama tentang perlakuan guru terhadap siswa. Hal ini dapat dipahami dari cerita novel Sang Pelopor dengan menggunakan perbandingan antara guru yang mempunyai kepribadian positif dan guru yang mempunyai kepribadian negatif. Dalam novel Sang Pelopor kepribadian positif dari guru dapat menciptakan proses pembelajaran menjadi menyenangkan. Kepribadian positif dari guru ini tampak melalui sifat-sifatnya, diantaranya adalah bijaksana dan arif, ramah, sabar, berakhlak baik, dapat menjadi teladan, selalu memotivasi siswanya baik dalam bentuk kata-kata maupun hadiah, berdedikasi tinggi, mempunyai rasa kasih sayang terhadap siswanya.
74
75
1. Kepribadian Guru a. Bijaksana dan arif Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bijaksanadan arif mempunyai arti selalu menggunkan akal budi dan pengalamannya.1 Ini berarti bahwa orang yang bijaksana selalu menggunakan akal dan pikirannya dalam menghadapi atau memutuskan persoalan. Dapat dikatakan pula bahwa orang yang bijaksana tidak emosional dalam menghadapi sesuatu. Ia tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Setiap keputusan dipertimbangkan masak-masak didasarkan pada ilmu pengetahuan yang luas. Jika dikaitkan dengan guru maka seorang guru dikatakan bijaksana apabila dalam menghadapi setiap persoalan guru menghadapinya dengan akal sehat dan mendasarkannya pada pengalaman. Selain itu ia tidak reaktif dan emosional. Seperti yang terdapat dalam novel Sang Pelopor, diceritakan sosok guru yang mendapat panggilan guru bijak oleh siswanya, disebabkan oleh guru tersebut mau menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari siswanya sehingga siswa merasa senang karena mereka merasa guru mau bersimpati terhadap pertanyaan-pertanyaannya. Guru mau menanggapi pertanyaan-pertanyaan siswanya karena guru tahu bahwa salah satu karakteristik dari anak adalah mempunyai rasa ingin tahu yang besar, sehingga anak suka mempertanyakan setiap hal baru yang ditemuinya, dan mempertanyakan banyak hal. Dengan pemahaman yang dimiliki guru tersebut, maka gurupun akan senantiasa menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa dengan bijak, meskipun pertanyaan itu tidak mampu dijangkau oleh nalar. 1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), hlm.190
76
Ketika ada seorang siswa yang bertanya kepada gurunya tentang sesuatu hal yang kurang masuk akal. Namun, karena gurunya mempunyai sifat bijak, maka tidak akan mengecewakan pertanyaan siswanya, gurupun tetap menjawab semampunya. Karena guru yang bijak tahu jika dia memberikan jawaban yang tidak berkenan atas pertanyaan siswa, hal itu berarti guru juga memangkas potensi verbal peserta didik. Sifat guru yang bijaksana lebih berkesan di hati siswanya. Siswa merasa gurunya mampu menjadi sahabat atau pendengar bagi dirinya. Dari sinilah empat sekawan menaruh kepercayaan kepada Bu Guru Bijak dan menceritakan masalah tentang sahabat mereka, yakni Sulthan. Bu guru bijak memberikan pengertian kepada tiga anggota empat sekawan tentang keputusan kepala sekolah mengeluarkan Sulthan. Selain itu, diceritakan bahwa guru yang bijaksana mampu memberikan penenang kepada siswanya. Untuk sifat arif yang dimiliki seorang pendidik dalam novel Sang Pelopor di ceritakan oleh tokoh Pak Hadi. Dijelaskan dengan bahasa yang jelas bahwa pak Hadi adalah sosok yang arif. Kearifan pak Hadi ini disebabkan karena pak Hadi yang menjawab pertanyaan Tias. Sehingga dapat dipahami bahwa para siswa menyukai guru yang bijaksana. Sebab, dari guru bijaksana, mereka mendapatkan pelajaran untuk kehidupannya. Mereka merasa diperlakukan secara manusiawi, tidak semenamena. Berbeda halnya dengan guru yang tidak bijaksana. Guru tidak bijaksana memperlakukan siswa semaunya, menurut perasaannya saja. Jika tidak menyukai
77
pertanyaan atau tidak menyukai siswanya guru langsung menindasnya secara psikologis. Seperti yang terdapat dalam kutipan novel Sang Pelopor, guru yang tidak bijaksana yakni guru yang menanggapi pertanyaan-pertanyaan siswa dengan emosi dan hardikan. Ia tidak berpikir panjang bahwa anak didik memanglah makhluk yang suka bertanya. Guru yang tidak bijaksana menanggapi pertanyaan siswa dengan reaktif saja, tanpa memperhatikan perasaan siswa. Sehingga siswapun kurang menyukai sosok guru yang seperti ini. Dari paparan di atas dapat dianalisis bahwa sifat bijaksana dan arif dari seorang guru dapat dilihat dari sosok guru yang mau menghormati siswanya, hal ini ditunjukkan dengan guru yang mau mendengarkan pertanyaan-pertanyaan dari siswa, guru tetap menghormati siswa meskipun pertanyaan itu kurang masuk akal menurut orang dewasa. Hal ini sesuai dengan pendapat S. Nasution tentang prinsip yang berlaku umum untuk ciri-ciri guru yang baik. S. Nasution menyebutkan pada poin pertama bahwa ciri-ciri guru yang baik adalah guru yang memahami dan menghormati murid, dengan ini berarti guru menyadari sepenuhnya bahwa mengajar adalah hubungan antar manusia. Guru sebagai manusia menghadapi murid sebagai manusia pula dan bukan tong kosong atau sebagai makhluk yang lebih rendah dari dirinya. Anak didik merupakan manusia penuh yang berhak atas perlakuan hormat dari guru, agar kelak menjadi warga negara dewasa yang dihormati dan menghormati orang lain. 2 Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa menyukai guru yang mempunyai sifat bijaksana. Hal ini dikarenakan guru yang bijaksana lebih mampu menghargai 2
hlm. 8.
S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Cet. Ke-2, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005),
78
siswa, guru yang bijaksana mampu memperlakukan siswa sesuai karakteristiknya. Jika dalam diri siswa tertanam rasa suka terhadap gurunya maka dengan mudah guru menanamkan nilai-nilai apapun dalam diri siswa karena siswa akan merasa dengan senang hati menerima apapun yang diberikan oleh gurunya sehingga terciptalah pembelajaran yang menyenangkan dalam diri siswa. b. Ramah Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apa pun yang diberikan hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak akan dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada para siswanya. 3 Seperti dalam novel Sang Pelopor yang menceritakan bahwa tokoh Ali tidak nyaman dengan pembelajaran yang ada di sekolahnya. Ali merasakan ketidaknyamanan itu dikarenakan oleh sikap gurunya. Gurunya yang selalu berraut muka tidak ramah dan cemberut membuat Ali menjadi takut, bahkan dari kutipan diceritakan bahwa wajah guru yang menyeramkan tersebut terbawa ke dalam mimpi. Jadi meskipun guru matematikanya berwajah ganteng tetapi karena raut muka yang tidak ramah dan membuat Ali takut
mengakibatkan Ali tidak
bersemangat dalam
pembelajaran. Dari hal ini tersirat makna bahwa raut muka seorang guru mempengaruhi semangat yang ada pada diri siswanya dalam proses pembelajaran. Keramahan 3
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Cet. Ke-13, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 7
79
guru sangat berpengaruh terhadap semangat belajar siswa. Keramahan yang berupa senyum dari seorang guru terhadap anak didiknya sangat berarti. Jadi dapat disimpulkan bahwa keramahan dari seorang guru mempunyai arti penting bagi siswanya, terutama dalam proses pembelajaran. Karena keramahan guru menjadikan siswa tidak merasa takut dalam menerima pelajaran, yang kemudian siswapun akan menerima pelajaran dengan lebih tenang. Sesuai teori Rose dan Nicholas dalam Ngainun Naim, bahwa langkah pertama dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan adalah membuat siswa menjadi rileks. Jika siswa sudah merasakan ketenangan atau tidak tertekan maka akan dengan mudah siswa menyerap materi pelajaran. Namun, Sebaliknya ketika guru tidak bersikap ramah bahkan berraut muka masam terhadap siswa, maka siswapun akan merasa ketakutan dalam menghadapi gurunya. c. Sabar Tidak semua anak didik adalah pribadi yang rajin, tekun dan memperhatikan pelajaran. Tidak sedikit yang justru kerap menampilkan aksi-aksi negatif, semisal mengganggu temannya, usil dalam proses belajar-mengajar, tidak memperhatikan penjelasan guru, dan malas belajar. Menyikapi keadaan ini, tentu kesabaran menjadi sebuah sifat yang sangat dibutuhkan oleh seorang guru. Dalam novel Sang Pelopor, diceritakan bahwa sifat sabar dari seorang guru sangat diperlukan dalam proses pembelajaran terutama ketika seorang guru menerangkan materi pembelajaran. Diceritakan seorang guru yang dengan sabar menjelaskan materi kepada anak anak didiknya, bahkan beliau bersedia mengulangi jika ada anak didiknya yang belum memahami penjelasannya. Karena
80
seperti yang kita ketahui setiap anak mempunyai tingkat kecepatan yang berbeda dalam memahami sesuatu hal. Selain sabar dalam menerangkan pelajaran, kesabaran seorang guru juga dibutuhkan ketika siswanya membuat kesalahan. Kesabaran guru ditunjukkan dengan sosoknya sebagai pema’af dalam menghadapi kesalahan anak. Seperti dalam novel Sang Pelopor seorang guru yang memberikan hukuman kepada siswa yang bersalah dengan nasihat bukan dengan kekerasan. Bahkan dengan nasihat justru membuat siswa lebih menyadari kesalahannya dan hubungan baik antara siswa dengan gurupun tetap terjaga, karena di mata siswa guru telah mema’afkan kesalahan yang telah diperbuatnya. Lain halnya dengan guru yang tidak mampu bersikap sabar dalam menghadapi anak didiknya yang bermasalah. Seperti yang terdapat dalam novel Sang Pelopor diceritakan guru yang memberikan hukuman kepada siswanya yang bersalah seolah guru tidak mema’afkan kesalahan siswanya. Sikap guru yang menghukum siswanya yang berat justru membuat sebuah konsep dalam diri siswa bahwa guru matematikanya galak. Jika hal demikian yang ada dalam pikiran siswa maka berujung pada ketidaknyamanan dan ketidakharmonisan antara guru dan siswa, jika hal ini yang terjadi lalu apa yang diharapkan lagi dari proses pembelajaran. Demikian halnya juga ketika seorang guru berada dalam posisi yang selalu marah dan tak bisa menjadi sosok pema’af maka yang akan terjadi adalah guru bisa saja memberikan klaim-klaim negatif kepada siswa. Klaim-klaim negatif ini akan merusak hubungan antara siswa dan murid dalam proses pembelajaran.
81
Seperti yang ada di dalam novel diceritakan seorang guru yang memberikan klaim negatif kepada siswanya, hal ini disebabkan oleh ketidaksabaran guru dalam menghadapi murid yang kurang mampu dalam mengerjakan sebuah soal. Ketika guru memberikan klaim negatif, siswapun menjawab klaim negatif dari guru dalam hatinya. Dari cerita tersebut dapat dipahami bahwa ketika seorang guru mengklaim siswanya, siswa menangkap klaim negatif yang diberikan oleh guru tersebut. Siswa menerimanya dengan sakit hati. Hal ini ditunjukkan dengan pembelaan dirinya di dalam hati. Jika hal ini terjadi, dan kemudian siswa mempunyai keinginan untuk membalas sakit hatinya dengan bersikap acuh terhadap kata-kata sang guru bila sedang berada di depan kelas maka pada akhirnya timbul sifat pada diri anak untuk mengacuhkan pelajaran yang disampaikan gurunya di depan kelas. Jika keadaan ini yang terjadi maka proses pembelajaran pun akan jauh dari kata menyenangkan, apalagi untuk mencapai tujuan pendidikan. Mengenai hukuman maupun celaan kepada siswa menurut Alghazali yang dikutip Ramayulis dijelaskan bahwa dalam menghadapi anak didik yang berperilaku buruk hendaknya guru menegurnya dengan cara menyindir dan penuh kasih sayang, bukan dengan terus terang dan mencela, sebab dengan mencela dapat membuat anak didik berani membangkang dan sengaja terus menerus bertingkah laku buruk.4 Jadi dapat disimpulkan bahwa seorang guru harus sabar dalam menghadapi siswanya. Sabar dalam menerangkan materi pelajaran maupun sabar 4
Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam; Mengenal Tokoh Pendidikan di Dunia Islam dan Indonesia (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hlm. 75.
82
dalam menghadapi siswa yang bermasalah. Guru harus menjadi sosok pemaa’f bagi murid-muridnya. Kestabilan emosi sangat diperlukan. Guru yang mudah marah akan membuat peserta didik takut, dan ketakutan mengakibatkan kurangnya minat untuk mengikuti pembelajaran serta rendahnya konsentrasi, karena ketakutan menimbulkan kekhawatiran untuk dimarahi dan hal ini membelokkan konsentrasi siswa. Begitu pula sebaliknya, dapat dipahami bahwa sifat sabar dari seorang guru mampu membuat siswa berminat dalam mengikuti pembelajaran, sehingga terciptalah pembelajaran yang menyenangkan tanpa beban dari siswa. d. Akhlak baik Dalam perspektif pendidikan Islam, guru disebut sebagai spiritual father, bagi peserta didik.5Artinya setiap guru, khususnya yang beragama Islam, terlepas apakah dia guru bidang studi agama atau tidak, bertugas dan memiliki tanggung jawab dalam membimbing dan mendidik dimensi spiritual peserta didik sehingga melahirkan akhlakul karimah. Untuk membentuk generasi yang berakhlak, maka tentunya guru adalah orang pertama yang berakhlak baik terlebih dahulu. Karena jika guru berakhlak baik maka dengan mudah ia akan membuat siswa berakhlak baik pula. Dalam novel Sang Pelopor akhlak baik dari seorang guru ditunjukkan dengan guru mengajarkan akhlak kepada Allah, akhlak kepada alam, dan akhlak kepada sesama manusia.
5
Abdul Mujib dan Jusuf M, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.88.
83
Diceritakan Ustad Zahid yang sedang menerangkan proses terjadinya hujan. Materi proses terjadinya hujan biasanya terdapat pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Namun disini ustad Zahid tidak hanya menerangkan proses terjadinya hujan secara alamiah saja, tetapi guru menerangkan proses terjadinya hujan dengan mengaitkan sang pencipta hujan. Artinya, ustad Zahid melakukan pendekatan keagamaan meskipun saat itu bukan mata pelajaran Agama Islam. Hal ini bertujuan agar anak didik tidak hanya cerdas secara alamiah tetapi juga cerdas secara spiritual. Sehingga tumbuhlah anak didik yang cerdas dan berakhlakul karimah terhadap sang khaliq. Dari proses pembelajaran yang dihubungkan dengan pendekatan keagamaan ini ternyata cukup efektif dalam menanamkan akhlak peserta didik. Dalam novel diceritakan guru Madrasah Kampung Sawah yang mampu mengubah cara pandang siswa terhadap air hujan. Dahulu siswa yang beranggapan hujan sebagai penyebab sakit kini mereka mempunyai pandangan bahwa hujan adalah rahmat dari Allah. Dari pemahaman ini pula lahirlah sikap yang berbeda. Jika dulu mereka takut dengan datangnya hujan, sekarang mereka menyambut datangnya hujan dengan doa dan suka cita. Dapat dipahami bahwa guru mempunyai pengaruh yang besar terhadap cara pandang siswa. Dalam proses pembelajaran perlunya guru memberikan makna di dalam pengajaran. Terutama dalam pembelajaran mengaitkan dengan nilai-nilai agama agar terwujud siswa yang berakhlak. Tidak hanya dalam pembelajaran saja guru menanamkan nilai keagamaan dalam diri siswa, tetapi dalam berbagai kesempatan guru mengaitkannya dengan nilai-nilai agama. Seperti yang terdapat dalam novel
84
Sang Pelopor, diceritakan ketika ada kegiatan menanam pohon di Madrasah Kampung Sawah pak Hadi memberi pengetahuan tentang pentingnya menanam pohon, terutama dalam perspektif Islam. Hal ini dilakukan agar siswa mempunyai perhatian terhadap menanam pohon sehingga muncullah akhlak terhadap alam dalam diri siswa. Selain akhlak terhadap sang Khaliq dan akhlak terhadap alam yang telah disebutkan di atas, dalam proses pembelajaran juga dimasukkan nilai akhlak terhadap sesama manusia, seperti yang terdapat dalam novel Sang pelopor diceritakan bu Murni yang mengajak siswa menjenguk salah satu murid yang sakit. Secara tidak langsung Bu Murni mengajarkan kepada anak tentang kepedulian terhadap sesama. Karena salah satu bentuk kepedulian terhadap sesama adalah dengan cara menjenguk teman yang sedang sakit dan mendoakan untuk kesembuhannya. Untuk mencapai ketiga akhlak yakni akhlak kepada sang Khaliq, akhlak kepada alam dan akhlak kepada sesama manusia, guru Madrasah Kampung Sawah juga mengingatkannya melalui nasihat-nasihat ataupun motivasi yang diberikan kepada peserta didik dalam hal tujuan mereka bersekolah. Diceritakan Pak Hadi yang sedang memberikan nasihat kepada siswa agar mereka mengingat kembali tujuan mereka bersekolah. Diharapkan dari Pak Hadi agar siswa tidak hanya berorientasi pada nilai-nilai semata. Akan tetapi, tujuan mereka bersekolah selain pandai secara kognitif juga akhlak yang baik, yang pada akhirnya bisa bermanfaat untuk masyarakat sekitar. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, bahwa tujuan pendidikan tidak hanya transfer ilmu pengetahuan yang
85
menghasilkan kecerdasan secara akal saja tetapi juga berakhlak dan bermanfaat bagi lingkungan. Untuk membentuk siswa yang berakhlak maka guru sebagai pendidikpun harus berakhlak baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa guru harus memiliki akhlak yang baik agar dapat menjadikan siswa berakhlak baik pula. Akhlak baik seorang guru dapat dilihat ketika guru menyampaikan materi pembelajaran dengan mengaitkan kepada pencipta. Oleh karena itu, secara tidak langsung guru menanamkan akhlak kepada siswanya. Jika akhlak telah tertanam dalam diri siswa, siswapun akan menghormati gurunya dengan keikhlasan bukan dengan paksaan. Sehingga siswa tidak merasa terpaksa atau tertekan dalam menjalaniproses pembelajaran. Pembelajaranpun akan berlangsung dengan menyenangkan. e. Menjadi teladan Menjadi teladan merupakan sifat dasar kegiatan pembelajaran. Karena salah satu peran pendidik adalah sebagai teladan bagi siswa. Sebagai seorang guru yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mendidik peserta didik dalam mengembangkan kepribadian, guru dituntut memiliki kepribadian ideal yang patut untuk dicontoh. Peserta didik tidak akan mudah untuk tergugah hati dan pikiran atas ajaran pendidik, bila tidak melihat bukti aktualisasinya pada diri pendidik. Seperti kutipan yang ada dalam Novel Sang Pelopor. Keteladanan dalam novel Sang Pelopor digambarkan oleh sosok guru-guru di Madrasah Kampung Sawah. Seperti saat Bu Murni meminta Seno membuang bungkus kacang di tempat sampah dengan diiringi oleh tangan Bu Murni memungut daun-daun kering dan bungkus arem-arem. Diceritakan tentang Bu Murni yang memerintah
86
Seno untuk membuang sampah di tempatnya namun dengan bahasa yang halus yakni dengan menepuk pundaknya dengan lembut dan bahasa yang santun. Sehingga membuat Seno tidak merasa tersinggung atau malu. Tetapi ia langsung mengerjakan perintah gurunya tersebut. Selain itu, meskipun Bu Murni seorang guru, dia mau memungut sampah sebagai bentuk keteladanannya agar dia tidak hanya memerintah saja tanpa sebuah keteladanan atau contoh dari sang gurunya. Ternyata keteladanan dari Bu Murni ini sangat mengena di hati Ali (tokoh aku). Hal ini dibuktikan yakni kutipan yang menyatakan bahwa Ali merasa tersipu malu ketika yang dipungut Bu Murni adalah bungkus arem-arem miliknya. Dari sini dapat dipahami bahwa keteladanan dari seorang guru mampu menyentuh atau menggugah hati siswa. Bisa dikatakan keteladanan dari guru lebih efektif daripada hanya sekedar memberi peraturan atau perintah-perintah yang diberikan guru agar siswa disiplin. Begitu kuatnya peran keteladanan dari seorang guru, hingga mampu memengaruhi peserta didiknya. Sikap dan tindakan guru, langsung ataupun tidak langsung menjadi acuan dan contoh bagi murid-muridnya.Menjadikan guru sebagai modelnya. Sesuai yang diceritakan oleh novel Sang Pelopor. Ketika tokoh aku (Ali) yang pada mulanya tidak pernah terpikir untuk bercita-cita menjadi seorang guru. Namun, setelah bertemu dan dididik oleh Pak Hadi, guru sekaligus kepala sekolahnya, Ali ingin agar kelak dia menjadi guru seperti Pak Hadi. Diceritakan tokoh aku (Ali) yang sangat mengangumi pengabdian Pak Hadi. Pengabdian Pak Hadi inilah yang membuat Ali bercita-cita untuk menjadi seorang pengajar. Ini pula yang membuktikan bahwa kepribadian guru yang
87
mempunyai pengaruh besar pada anak didiknya. Dengan keteladanan ini lahirlah gejala identifikasi positif, yakni penyamaan diri dengan orang yang ditiru. Dapat dipahami bahwa pula bahwa pribadi seorang guru juga tidak hanya mendapat sorotan dan teladan dari siswa saja, tetapi oleh teman sejawat atau guruguru yang lain. Hal ini sesuai dengan novel Sang Pelopor, yakni pribadi yang ditampilkan kepala Madrasah Kampung Sawah yaitu Pak Hadi. Pak Hadi dijadikan teladan oleh guru-guru yang lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa sifat teladan yang dimiliki seorang guru akan membuat siswa simpati terhadap gurunya. Jika keadaan ini terjadi maka dengan mudah guru memberi perintah atau menanamkan nilai-nilai dalam diri siswa. Siswapun tidak merasa terpaksa untuk menjalankan perintah dari guru. Ketidakterpaksaan siswa inilah yang merupakan salah satu dari komponen pembangun suasana pembelajaran menyenangkan seperti yang dirumuskan oleh Meier dalam buku Ngainun Naim. f. Memotivasi siswanya Memberikan motivasi dalam dunia kependidikan mutlak diperlukan. Pasalnya, dengan motivasi tersebut anak didik akan merasa dihargai dan dipercaya. Dalam novel Sang Pelopor diceritakan semangat yang diberikan oleh gurunya yakni Pak Hadi kepada Ali dan Sulthan yang berprestasi. Pujian dan ucapan terimakasih dari gurunya tersebut membuat Ali merasa senang. Kata-kata motivasi dari gurunya membuat Ali dan Sulthan bersemangat untuk melakukan apapun yang terbaik demi masa depannya. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi
88
dari seorang guru mempunyai arti penting bagi siswa dalam meraih cita-citanya. Selain itu, terdapat kutipan lain yang menunjukkan semangat dari guru mampu menggerakkan siswa untuk berkarya dan berproses disaat dalam keterpurukan. Seorang pendidik yang baik akan selalu memotivasi anak didiknya untuk terus belajar dan berkarya. Pada setiap kesempatan, pendidik seperti itu akan mengajak setiap anak didiknya untuk mengembangkan kreativitas dan keahliannya. Apa yang dilakukan ini membawa implikasi sangat besar dalam perkembangan pola pikir dan pola sikap peserta didik. Motivasi yang diberikan seorang guru, apalagi karena sang guru telah berhasil memerankan diri sebagai orang tua kedua bagi anak didik, akan sangat berkesan. Dengan motivasi tersebut, anak didik akan memiliki semangat baru dalam menyikapi semua hal yang bergelayut dalam kehidupan hidup ini, tentunya termasuk pelajaran yang diajarkan di sekolah. Siswa membutuhkan motivasi dari gurunya agar digunakan nanti dalam menjalani hari-harinya yang akan datang. Motivasi yang diberikan oleh guru dalam novel Sang Pelopor tidak hanya dalam bentuk ucapan, tetapi juga dalam bentuk hadiah bagi siswa yang berprestasi. Pemberian hadiah ini dapat dijadikan perangsang bagi siswa yang berprestasi agar selanjutnya siswa mempunyai prestasi yang lebih bagus, sedangkan siswa yang lain termotivasi untuk berprestasi. Sehingga dalam proses pembelajaranpun siswa lebih bersemangat. Pemberian hadiah dapat berupa kunjungan guru ke rumah siswanya. Bagi siswa kedatangan seorang guru merupakan penghargaan tersendiri. Motivasi yang diberikan oleh guru bisa menjadi titik pelita penerang kehidupan seorang
89
siswa.Sejatinya, semua orang akan sangat senang jika diberi motivasi positif. Dengan motivasi tersebut, ia akan semakin bersemangat untuk berkreasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa seorang pendidik diharuskan untuk selalu memompa semangat para anak didiknya untuk belajar dengan tekun, menghadapi kesusahan dengan senyum dan keterbatasan dengan semangat berubah. Motivasi semacam ini akan membuat semangat mereka kembali menyala terang. Jika terdapat semangat atau gairah dalam diri siswa maka proses pembelajaranpun akan berlangsung dengan menyenangkan. g. Dedikasi Tinggi Semangat totalitas sangat dibutuhkan dalam menghadapi pekerjaanpekerjaan berat. Berusaha untuk bisa menikmati profesi sebagai seorang guru adalah hal yang mendasar dan penting. Sebabnya, mendidik adalah pekerjaan berat yang menuntut komitmen dan konsistensi tinggi. Diceritakan tokoh Pak Hadi, sosok kepala sekolah sekaligus guru, mempunyai dedikasi tinggi terhadap profesinya. Dedikasi yang tinggi ini menghasilkan komitmen dan konsistensi dalam diri Pak Hadi. Hal ini dapat dilihat ketika setiap pagi Pak Hadi bersedia mengayuh sepeda berpuluh kilometer demi anak didiknya mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak. Cinta terhadap anak didiknyalah yang menumbuhkan kerelaan berkorban di dalam diri Pak Hadi. Begitu pula cerita besarnya cinta ustadz Zahid dan ustad Fairus kepada anak didiknya. Dari rasa cintanya tersebut ustad Zahid dan ustad Fairus rela digaji dengan dua karung gabah kering yang diterima dua tahun sekali.
90
Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa rasa cinta terhadap pekerjaan akan mempengaruhi seberapa besar dedikasi yang diberikan. Karena dari cinta akan mampu membuat seseorang senantiasa memberikan yang terbaik kepada yang dicintainya. Ia tidak mengharapkan apapun dari pemberian-pemberiannya. Guru yang mencintai anak didik dan profesinya, tentu saja takkan merasakan kesulitan untuk selalu memberikan yang terbaik. Besarnya rasa cinta Pak Hadi terhadap dunia pendidikan hingga dia bersedia mengorbankan berhektar-hektar tanahnya untuk pengembangan Madrasah. Hasil dari pengorbanan pak Hadi adalah anak-anak yang berakhlak mulia dan siap terjun ke masyarakat. Dengan kata lain pengorbanan pak Hadi mampu mencapai tujuan pendidikan yang dicitacitakan. Dalam novel Sang Pelopor dijelaskan bahwa dedikasi yang tinggi didasari atas keinginan mendapat ridha Tuhan. Hal ini diceritakan oleh tokoh Pak Hadi, menurut Pak Hadi pengabdian seorang guru akan senantiasa mengalirkan pahala sampai kapanpun, bahkan dalam bingkai ridha Tuhan. Menjadi guru adalah menuliskan cinta dan perjuangan di dalam jiwa putih setiap anak. Jika memang guru meletakkan dasar ini dalam menjalankan tugasnya, maka tidak salah jika Allah memberikan kedudukan yang tinggi untuk seorang pendidik. Pekerjaan mendidik ditempatkan dalam kerangka menolong (agama) Allah, dengan sendirinya Allah swt akan menolong kita dari kesulitan-kesulitan yang kita hadapi termasuk kesulitan-kesulitan finansial. Seperti dalam novel Sang Pelopor bahwa meskipun Bu Kasmini mempunyai pengabdian total, mencurahkan segala tenaga, dan pikirannya, tetapi beliau tetap memikirkan nasib dirinya, yakni
91
dengan berusaha menjadi pegawai negeri, hal ini dapat dilihat pada kutipan tersebut yang menyatakan bahwa bu Kasmini rajin mengikuti tes seleksi PNS dan akhirnya menjadi salah satu pegawai negeri sipil. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari dedikasi yang tinggi terpancarlah cinta dari guru kepada anak didik. Dari pancaran cinta guru kepada anak didik maka anak didikpun akan berbuat sebaliknya yakni membalas cinta itu dengan kepatuhan kepada guru. Kepatuhan dari anak ini bukan karena patuh terpaksa, tetapi kepatuhan yang muncul karena ingin membalas atau berbuat yang terbaik untuk guru-gurunya sehingga dari kepatuhan yang tulus dalam diri siswa ini tanpa tekanan atau stress siswa bisa menikmati pembelajaran dengan menyenangkan. h. Kasih sayang terhadap murid Sentuhan fisik adalah bahasa cinta yang paling mudah digunakan tanpa syarat, sebab orangtua atau guru tidak perlu mencari kesempatan khusus ataupun alasan apabila hendak melakukan kontak fisik. Sentuhan fisik seperti jabatan, dekapan, elusan di kepala, menggendong, menggandeng tangan, mengajak bermain bersama atau memberi tepukan di bahu tanda bangga adalah hal-hal yang lazim dirasakan sebagai bentuk kasih sayang orang dewasa bagi anak-anak, apalagi untuk anak seusia TK, dan SD.6 Itulah salah satu sarana guru untuk mengungkapkan rasa kasih sayangnya kepada anak didiknya. Dengan demikian sinyal kasih sayang guru akan secara kuat terpancar dan tertangkap baik oleh anak.
6
Ibid., hlm. 68
92
Guru harus melakukan sentuhan fisik setiap saat dan dimanapun ketika berinteraksi dengan siswa, karena sentuhan fisik seperti itu membawa pengaruh yang sangat besar pada diri anak. Ketika menjumpai anak-anak didiknya gelisah dan kalut, seorang guru datang kepada mereka, memeluk dan mendekap dengan kasih sayang orang tua, kemudian memberikan kata-kata penuh hikmah. 7 Seseorang, siapapun itu, pada dasarnya, apabila mendapatkan dekapan dan pelukan seperti akan mendapatkan ketenangan dan kenyamanan. Jika sudah demikian halnya, apalagi dalam dunia pendidikan, maka apa yang disampaikan oleh guru akan diperhatikan dan dipraktikkan oleh para siswanya. Seperti yang terdapat dalam novel Sang Pelopor diceritakan sentuhan fisik dari bu Kasmini yang mempunyai pengaruh besar terhadap mental tokoh Aku (Ali). Ketika tokoh aku (Ali) sedang merasakan rendah diri di hadapan temantemannya, bu Kasmini yang mampu memahami perasaan Ali tersebut langsung menghampirinya untuk memberikan sentuhan fisik dengan mengelus rambut Ali dan memberikan beberapa kata sanjungan untuk Ali. Ternyata sentuhan lembut bu Kasmini ini mampu mengembalikan mental Ali bahkan mampu mengembalikan semangat Ali untuk tidak putus asa dalam meraih cita-cita meskipun dalam keterbatasan. Dari cerita terkandung makna bahwa sentuhan fisik yang berupa elusan di kepala dari seorang guru kepada siswa mampu memberi rasa percaya diri, ketenangan dan semangat dalam diri anak.
7
Asep Umar Fakhruddin, op. cit., hlm. 86
93
Sentuhan akan mengalirkan ikatan emosional. Apabila setiap hari dilakukan, maka akan menyambungkan ikatan kepercayaan. Rasa percaya anak yang sangat besar membuat mereka mudah untuk diarahkan. Seperti yang terdapat dalam novel Sang Pelopor diceritakan tokoh Pak Hadi yang mengerti perasaan siswanya, yakni Wisnu yang kecewa karena dia ingin berfoto di dalam Bandara tetapi Pak Hadi meminta wisnu dan siswa lainnya untuk keluar dari bandara. Namun pak hadi mengerti perasaan Wisnu yang menginginkan berfoto di dalam Bandara. Sehingga di elus kepala Wisnu oleh Pak Hadi sebagai tanda penenangan Pak Hadi kepada Wisnu, sambil membujuknya untuk foto di luar. Dari hal tersebut terkandung nilai bahwa dari sentuhan fisik yang berupa elusan kepala dari seorang guru kepada siswa mampu mengarahkan siswa. Karena dari elusan terciptalah ikatan emosional sehingga akan menimbulkan kepercayaan. Rasa percaya anak yang sangat besar membuat mereka mudah untuk diarahkan. 2. Pendekatan melalui Pengkondisian Pembelajaran a. Guru Melakukan Pembelajaran di Alam Bebas (di Luar Kelas) Dalam novel Sang Pelopor, diceritakan siswa belajar di sawah, pasar, pantai, lapangan, bandara dan kantor polisi. Dari pembelajaran yang dilakukan di luar kelas tersebut siswa merasakan kesenangan tersendiri dikarenakan siswa merasa belajar dengan melihat yang sebenarnya. Seperti ketika belajar di bandara, mereka melihat pesawat yang sebenarnya bukan hanya kata-kata yang diterangkan di dalam kelas. Selain itu pembelajaran di alam bebas ini juga merupakan salah satu indikator dari pembelajaran menyenangkan menurut syaiful sagala.
94
b. Guru Mengaktifkan Siswa dalam Proses Pembelajaran Dalam novel Sang Pelopor pembelajaran yang menyenangkan juga dilakukan dengan cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif berkreasi. Siswa diikutsertakan secara aktif dalam proses pembelajaran, siswa merasa kreativitasnya tersalurkan, sehingga siswa merasa proses pembelajaranpun tidak membosankan. Diceritakan ketika guru memberi perintah kepada siswa untuk bertanya kepada para pedagang agar mendapatkan pengetahuan. Dari cerita tersebut dapat dipahami bahwa guru menuntut siswa untuk aktif yakni dengan cara bertanya. Dalam pembelajaran di dalam kelas pun guru mengaktifkan siswa dengan meminta siswa untuk berkreasi membuat apapun yang mereka bisa. menceritakan bahwa guru ingin mengajarkan kepada siswa tentang rasa simpati kepada negara yang sedang berada dalam bencana. Guru mengajak siswa bersimpati dengan cara membuat puisi, teks doa atau drama. Tugas yang diberikan guru ini jelas menuntut siswa untuk aktif melakukan dan berkreatifitas. Bahkan dengan pembelajaran yang penuh dengan kreativitas membuat siswa senang. c. Guru Menggunakan metode yang sesuai materi pelajaran Dalam novel Sang Pelopor diceritaka bahwa guru memberikan metode yang bervariasi dalam pembelajaran. Hal ini juga dapat menjadikan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Selain metode ceramah, terdapat tiga metode yang terdapat dalam novel Sang Pelopor diantaranya metode bermain, bernyanyi dan demonstrasi. Diceritakan bahwa dalam proses belajar mengajar guru menggukan metode bermain. Dalam kutipan dipaparkan secara jelas bahwa siswa merasa
95
betah dan tidak ingin pelajaran segera berakhir. Dari cerita tersebut dapat dipahami bahwa metode bermain mampu menjadikan proses pembelajaran menjadi menyenangkan, hal ini dibuktikan dengan siswa merasa betah atau nyaman dalam pembelajaran. selain Selain metode bermain, di dalam novel Sang Pelopor guru juga mengajar dengan menggunakan metode bernyanyi. Diceritakan ketika siswa menghafalkan kosakata bahasa Inggris dengan bernyayi. Di dalam kutipan dengan jelas dinyatakan bahwa siswa gembira dengan pembelajaran yang sedang berlangsung. Selain metode bermain dan bernyanyi, dalam novel Sang Pelopor juga terdapat metode demonstrasi. Metode demonstrasi diceritakan ketika guru menerangkan tentang listrik dengan melakukan peragaan menggunkan alat-alat kelistrikan. Hal ini membuat bahan pelajaran disajikan secara menarik dan besar kemungkinan motivasi belajar anak didik akan semakin meningkat. Motivasi berhubungan erat dengan emosi dan minat belajar anak didik. Dalam rumusan Meier, motivasi yang berupa minat atau gairah merupakan salah satu komponen pembangun suasana pembelajaran menyenangkan. Karena apabila minat ini dikaitkan dengan pembelajaran maka jelas siswa akan menjadi gembira karena di dalam dirinya ada keinginan untuk mempelajari suatu materi pelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran, metode mempunyai peran penting dalam memotivasi siwa belajar. Guru harus pandaimenggunakan metode yang sesuai dengan bahan pelajaran agar pembelajaran menjadi menarik dan memotivasi siswa dalam belajar sehingga pembelajaranpun berlangsung dengan menyenangkan.