PENOKOHAN GURU DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
HABIBAH 208013000024
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012
PENOKOHAN GURU DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegururan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Oleh HABIBAH 208013000024
Di Bawah Bimbingan Pembimbing
Ahmad Bahtiar, M. Hum. NIP 197601182009121002
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI Skripsi berjudul Penokohan Guru dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata disusun oleh Habibah, NIM 208013000024, jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasyah sesuai ketentuan yang ditentukan dan ditetapkan oleh Fakultas.
Jakarta, 13 Juli 2012 Yang mengesahkan Pembimbing
Ahmad Bahtiar, M. Hum. NIP 197601182009121002
LEMBAR PERNYATAAN PENULIS Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama
:Habibah
Tempat, tanggal lahir
: Tangerang, 22 Juli 1988
NIM
: 208013000024
Jurusan
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi
:Penokohan Guru dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata
Dosen Pembimbing
: Ahmad Bahtiar, M. Hum.
Dengan ini menyatakan bahwa: 1.
Skripsi ini merupakan karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 Juli 2012
Habibah NIM 208013000024
PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH Skripsi berjudul Penokohan Guru dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada tanggal 9 Agustus 2012 dihadapan dewan penguji. Oleh karena itu penulis berhak memperoleh sarjana strata satu (S. Pd) dalam Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Jakarta, 9 Agustus 2012 Panitia Ujian Munaqasyah Ketua Panitia (Ketua Jurusan/ Program Studi)
Tanggal
Tanda tangan
……….
…………….
……….
…………….
……….
…………….
……….
…………….
Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd. NIP: 19640212 199703 2 001 Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Hindun, M. Pd NIP: 19701215 200912 2 001 Penguji I Hindun, M. Pd NIP: 19701215 200912 2 001 Penguji II Nuryati Djihadah, M. Pd, M.A. NIP: 196629081999032003
Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA. NIP. 195205201981031001
ABSTRAK HABIBAH. “Penokohan Guru dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata”. Skripsi. Jakarta: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, bulan Juli 2012. Penelitian ini berjudul “Penokohan Guru dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata” dengan rumusan masalah bagaimana penokohan guru yang digambarkan dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan bagaimana implikasi penokohan guru dalam novel Laskar Pelangi di dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskripsi. Penelitian deskripsi ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh mengenai penokohan guru dalam novel Laskar Pelangi yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi. Penelitian ini menggunakan teknik observasi teks dan dokumentasi data dengan cara membaca dan menyimak novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata secara cermat, terarah, dan teliti pada saat melakukan pembacaan tersebut. Peneliti mencatat data-data masalah yang terkait dengan penokohan guru yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi. Untuk memperkuat informasi seperti buku bacaan, dilanjutkan dengan menganalisis penokohan guru dalam novel Laskar Pelangi dan diambil kesimpulannya. Novel Laskar Pelangi menggambarkan penokohan guru yang dapat menjadi bahan acuan dan cerminan untuk guru agar mengajar dan mendidik dengan ikhlas dan tulus, terutama dalam Penokohan guru Pak Harfan dan Ibu Muslimah Hafsari sebagai tokoh protagonis yang mentransfer nilai-nilai positif seperti, ketulusan, disiplin, kesabaran, keikhlasan, antusias, motivator, penuh kasih sayang, menjadi teladan, mengajarkan moral, dan nilai-nilai agama (religious). Selain itu didukung oleh Pak Fahimi, Drs. Dzullfikar, dan Ibu Frischa sebagai tokoh antagonis. Kata Kunci: Penokohan guru, Laskar Pelangi.
i
KATA PENGANTAR Tiada kata yang indah dan pantas untuk diutarakan dalam mengawali ini, selain Puji syukurpenulis sampaikan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, Salawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak kesulitan dan hambatan. Namun, berkat pertolongan Allah SWT dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu,
penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan; 2. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., ketua jurusan pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 3. Ahmad Bahtiar, M. Hum., dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini; 4. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu mudah-mudahan tidak mengurangi
ii
rasa hormat dan ta’zim penulis. Terimasih atas bimbingan dan didikannya selama Sembilan semester di kampus tercinta ini; 5. Seluruh Staf perpustakaan utama UIN dan perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah mempermudah penulis mencari referensi; 6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Naim dan Ibunda Mustitin yang ikhlas mengasuh, mendidik dengan kucuran keringat dan linangan air mata. Semoga Allah senantiasa membalas kasih sayang kalian dengan balasan yang setimpal lebih baik kiranya; 7. Kepada Ayahanda Brohim Panata, H Samsudin Saleh, dan Abang Sardin yang selalu memberikan semangat dan dukungan materi sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini; 8. Kepada adik-adik tercinta yang luar biasa yang pernah Allah berikan, Adinda Maimunah, Ananda Muhammad Marwan, Adinda Siti Marwanah, dan Ananda tersayang Permana; 9. Kepada kakak-kakakku Mahrudi, Nengsih, Iwan, Maya, dan Yanih. Adik kecilmu ini mengucapkan terimakasih atas motivasi dan kasih sayangnya selama ini; 10. Teruntuk Abang Murdani, S. Kom yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan doa yang tiada henti. Aku ucapkan terimaksih atas perhatian dan kasih sayangnya selama ini. Semoga Allah mendengar doa kita. Amin;
iii
11. Kepada Immawan Apif Amrullah, penulis ucapkan terima kasih atas fasilitas yang diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini tapat waktu; 12. Immawan dan Immawati Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Pimpinan Cabang Ciputat yang senantiasa menghadirkan suasana persaudaraan dan keakraban yang begitu indah, serta seluruh Immawan dan Immawati yang berada di asrama putra dan putri. Semoga pengabdian kalian diridhai oleh Allah SWT. “selalu berjiwa progresif dan berjuang tanpa kata henti”; 13. Sahabat-sahabat PBSI Ekstensi angkatan 2008 yang telah berbagi pengalaman kepada penulis tentang makna sebuah kebersamaan; 14. Teruntuk
sahabat-sahabatku, Nur Fatihah, Ana, Muthie (Micky), dan
EviNurhafidzah Terimakasih atas motivasi dan canda tawannya; Semoga Allah SWT. memberikanbalasan yang melimpah atas bantuan dan motivasinya dalam menyelesaikan skripsi ini, dan semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan para pembaca. Amin. Jakarta, 12 Juli 2012
Habibah
iv
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK ........................................................................................................... i KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii DAFTAR ISI ........................................................................................................ v BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………...
1
B. Identifikasi Masalah …………………………………......
3
C. Pembatasan Masalah ……………………………………..
3
D. Perumusan Masalah ……………………………………..
4
E. Tujuan Penelitian ………………………………………..
4
F. Manfaat Penelitian ……………………………………....
4
G. Metode penelitian ………………………………………..
5
H. Sistematika Penulisan ……………………………………
8
LANDASAN TEORI A. Pengertian pendekatan struktural ………………………. 9 B. Pengertian Prosa ………………………………………... 12 C. Pengertian Novel ……………………………………….. 15 D. Hakikat Tokoh dan Penokohan ……………………….... 19 E. Pengajaran Sastra di Sekolah …………………………… 26 F. Profil guru yang Baik ………………………………….. 35 G. Penelitian Relevan…………………………………........... 40
v
BAB III
BAB IV
PROFIL ANDREA HIRATA A. Biografi Andrea Hirata …………………………………
42
B. Tentang Novel Laskar Pelangi………………………….
44
C. Pemikiran Andrea Hirata ……………………………….
47
D. Tinjauan Para Ahli terhadap Novel Laskar Pelangi ….
48
HASIL ANALISIS A. Deskripsi Data Objek …………………………………..
52
B. Analisis Struktural ……………………………………..
52
C. Temuan Penelitian dan Hasil Analisis Penokohan Guru dalam NovelLaskar Pelangi………………………........
81
1. Penokohan ditinjau dari Nilai-Nilai Positif yang
BAB V
Harus dimiliki seorang Guru ……………………...
81
2. Penokohan ditinjau dari Profil Guru yang Baik…….
87
PENUTUP A. Simpulan ………………………………………………
116
B. Saran …………………………………………………..
117
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu bentuk seni dan budaya yang hadir di tengahtengah masyarakat dengan rangkaian bahasa yang estetika. Selain itu karya sastra mengandung nilai-nilai penting dalam kehidupan sehari-hari. Terutama nilai-nilai kehidupan yang menjadi dasar kita dalam berinteraksi, baik itu nilai-nilai agama, sosial, maupun nilai pendidikan yang dianggap sangat penting untuk generasi anak bangsa dalam membentuk kepribadan yang cerdas, unggul, terampil, dan peka terhadap lingkungannya. Salah satu bentuk karya sastra ialah novel yang dibangun dalam dua unsur intrinsik dan ekstrinsik. Adapun unsur intrinsik membangun sebuah cerita dari dalam yang meliputi plot (alur), tokoh dan penokohan, tema, latar, sudut pandang, bahasa, dan amanatdan. Sedangkan unsur ekstrinsik membangun karya sastra dari segi biografi pengarang, politik, budaya, agama, sosial, dan ekonomi. Terutama dalam hal pendidikan yang sangat penting dalam sebuah karya. Pendidikan merupakan media penting yang mengantarkan manusia pada peradaban yang lebih maju dan terarah, pendidikan adalah labolatorium formal dan sangat berperan penting pada pembentukan karakter dan mental anak bangsa. Dalam pendidikan guru adalah tonggak utama untuk menopang keberlangsungan dan keberhasilan peserta didiknya. Tugas guru tidak hanya mencerdaskan peserta didik dengan memberikan asupan teori-teori saja, seorang guru yang bijak akan
1
2
menjadikan pendidikan sebuah labolatorium pembentukan karakter peserta didik dengan mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Salah satu karya sastra yang berkenaan dalam pendidikan adalah Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Novel tersebut menceritakan seorang guru wanita bernama Ibu Muslimah Hafsary dan K.H Harfan Effendy Noor selaku kepala sekolah Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah Gantong Belitong. Mereka berdua berjuang keras dalam mewujudkan niat untuk mendidik dan mengajar di sekolah Dasar Muhammadiyah walaupun peserta didiknya hanya berjumlah sepuluh orang. Niat mereka yang tulus serta sabar tidak serta merta membuat mereka pesimis dalam mendidik dan menanamkan nilai-nilai agama, sosial, dan kebudayaan. Hasil jerih payah yang diupayakan oleh kedua guru tersebut menuaikan berbagai prestasi, termasuk pengarang Andrea Hirata yang saat ini menjadi pengarang fenomenal dengan karya-karya tulisannya, seperti novel Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Sebagai calon pendidik yang akan berkecimpung di dalam ranah pendidikan, penulis mengkaji permasalahan pendidikan yang terdapat pada novel Laskar Pelangi dengan menyoroti sepak terjang atau upaya dua orang guru Ibu Muslimah Hafsari dan K.H Harfan Efendy Noor yang mendidik dan mengajar peserta didiknya untuk meraih cita-cita. Adapun judul yang akan peneliti ajukan adalah Penokohan Guru dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata.
3
B. Identifikasi Masalah Sesuai dengan latar belakang tersebut, penelitian ini akan difokuskan pada Andrea Hirata sebagai pengarang menggambarkan penokohan Bu Mus dan Pak Harfan sebagai guru-guru yang membuat pengarang mencapai kesuksesan. Maka timbul beberapa masalah yang akan diidentifikasikan sebagai berikut. 1. Bagaimana Novel Laskar Pelangi menggambarkan dunia pendidikan pada waktu itu dengan segala keterbatasan sarana dan prasarana sekolah. 2. Nilai-nilai yang ditransfer dua tokoh guru yang bernama Pak Harfan dan Bu Mus dalam novel Laskar Pelangi yang sangat ideal sebagai seorang guru. 3. Penjelasan unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel Laskar Pelangi yang meliputi tema, alur, tokoh, penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan biografi pengarang. 4. Penggambaran penokohan guru dalam novel Laskar pelangi. 5. Relevansi penokohan guru dalam novel Laskar Pelangi dengan situasi pendidikan saat ini. C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah pada skripsi ini adalah, penulis
mengkaji dan
memaparkan “Penokohan Guru dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata” dan objek Penelitiannya adalah penokohan Guru pada tokoh Ibu Muslimah dan Bapak Harfan Effendy Noor yang menjadi tokoh penting yang terdapat pada Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
4
D. Perumusan Masalah Untuk mendapatkan hasil penelitian yang terarah, maka diperlukan suatu perumusan masalah dalam penelitian ini, adapun perumusan masalah dari skripsi ini sebagai berikut. 1. Bagaimana penokohan guru yang digambarkan dalam Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian diharapkan jelas agar
tepat sasaran dan tujuan sesuai
dengan input dan pengetahuan yang bersifat teoritis dan praktis, antara lain sebagai berikut: 1. Mengetahui penokohan guru yang digambarkan dalam novel Laskar pelangi karya Andrea Hirata. F. Manfaat Penelitian Penelitian yang efektif dan efisien harus memberi manfaat. Adapun manfaat yang dapat diberikan oleh penelitian ini sebagai berikut: 1.
Akademis Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dalam ranah pendidikan dan tentunya untuk penulis sebagai calon guru yang akan menjadi guru bahasa dan sastra Indonesia, serta unuk para guru atau pendidik agar mau bercermin pada tokoh dalam novel Laskar Pelangi.
2.
Praktis a. Dapat menambah referensi penelitan karya sastra Indonesia dan menambah wawasan kepada penikmat karya sastra nilai-nilai pendidikan
5
yang dimiliki oleh seorang guru yang ideal dan profesional
yang
terkandung dalam novel Laskar Pelangi. b. Dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di sekolah, khususnya tentang apresiasi novel. G. Metode Penelitian Metode penelitian dalam skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang diawali dengan mendeskripsikan biografi pengarang dan dilanjutkan dengan deskripsi penokohan guru dalam novel Laskar Pelangi yang bernama Ibu Muslimah Hafsary dan Bapak Harfan Efendy. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif bertujuan untuk membangun persepsi alamiah sebuah objek, jadi penelitian mendekatkan diri kepada objek secara utuh (holistik). Metode kualitatif pada dasarnya sama dengan metode hermeneutika, artinya baik metode hermeneutika, kualitatif, dan analisis isi, secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikan dalam bentuk deskrpsi.1 Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor dalam Lexi Moleong mendefinisikan metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.2 Penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuantemuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lain. Dalam Basrowi dan Suwandi, Bogdan dan Taylor berpendapat bahwa Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang
1
Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 46 2 Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 4
6
ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, atau suatu organisasi. 3 Ditinjau secara teknis penulisannya berdasarkan pada buku pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007. dengan beberapa perubahan sesuai dengan petunjuk dari pembimbing. 1. Metode Pengambilan Data Jika ditinjau, penelitian adalah suatu permasalahan yang kompleks untuk dirumuskan, dalam pengolahan dan pencarian data, diperlukan berbagai alat dan cara untuk menganalisis permasalahan yang akan diteliti. Manusia sangat berperan sebagai instrumen penelitian, karena ia merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data yang pada akhirnya akan menjadi laporan hasil penelitian. 2. Sumber Data a. Sumber Data Primer Sumber data primer yaitu sumber utama penelitian yang diproses langsung dari sumbernya tanpa lewat perantara. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata terbitan Bentang Pustaka, Yogyakarta, tahun 2006. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh secara tidak langsung atau lewat perantara, tetapi masih berdasar pada kategori konsep yang
3
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 21 dan 23
7
akan dibahas. Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah artikel dari koran. 3. Teknik Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan dengan pembacaan dan penyimakan novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata secara cermat, terarah dan teliti pada saat melakukan pembacaan tersebut, penelitian mencatat data-data masalah yang terkait dengan penokohan atau karakter guru yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi. Pembacaan dilakukan secara berulang-ulang sehingga data yang dikumpulkan dapat lebih maksimal. 4. Langkah Analisis Data Analisis data merupakan suatu proses yang dilakukan sejak pengumpulan data yang dikerjakan secara intensif. Analisis data bertugas mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema untuk dirumuskan ke dalam hipotesis kerja yang disarankan oleh data. Berikut beberapa cara cara-cara untuk pengumpulan data, yaitu sebagai berikut. a) Pencatatan Seorang peneliti harus mencatat apa yang akan diperlukan untuk mendapatkan data yang ia inginkan, penelitian ini dicatat dari sumber utama yaitu novel Laskar Pelangi untuk mengidentifikasikan data-data penting yang terkait dengan penokohan Guru dalam Novel Laskar Pelangi. 4
4
Ibid, hlm. 330.
8
H. Sistematika Penulisan Agar lebih sistematis sehingga tampak adanya gambaran yang terarah, logis, dan saling berhubungan antara satu bab dengan bab berikutnya, maka penulisan skripsi ini disusun ke dalam lima bagian: BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sitematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini terdiri dari pengertian pendekatan struktural, pengertian prosa, pengertian novel, hakikat tokoh dan penokohan, pengajaran sastra di sekolah, profil guru yang baik, dan penelitian relevan. BAB III PROFIL ANDREA HIRATA Berisikan tentang biografi Andrea Hirata, tentang novel Laskar Pelangi, pemikiran Andrea Hirata, dan tinjauan para ahli tentang novel Laskar pelangi. BAB IV HASIL ANALISIS Deskripsi data objek, Temuan Penelitian dan Hasil Analisis Penokohan Guru dalam Novel Laskar Pelangi. BAB V PENUTUP Terdiri dari simpulan dan saran
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pendekatan Struktural Secara etimologis struktur berasal dari bahasa Latin, yaitu structura yang berarti bentuk atau bangunan, tugas analisis struktur membongkar unsur-unsur yang tersembunyi di baliknya. Analisis struktur akan melibatkan tiga komponen utama, yaitu pencerita, karya sastra, dan pendengar. 1.
Pengertian Struktur Struktur berarti bentuk keseluruhan yang kompleks (complex whole) objek
dan peristiwa adalah sebuah struktur yang terdiri dari berbagai unsur yang di dalam unsur-unsur tersebut menjalin hubungan. Istilah struktur dalam sastra diadopsi dari khazanah antropologi struktural yang diperoleh Levi-Strauss. Beliaulah yang mempopulerkan ide strukturalisme. Menurut Foley berpendapat bahwa.doktrin pokok strukturalisme adalah meliputi hakikat benda tidaklah terletak pada benda itu sendiri, tetapi terletak pada hubungan-hubungan di dalam benda itu. Tidak ada unsur yang mempunyai makna pada dirinya secara otonom kecuali terkait dengan makna semua unsur di dalam sistem yang bersangkutan.1
Dalam Siswantoro, Jean Piaget lewat Hawkes berpendapat bahwa Pengertian tentang struktur sebagai kombinasi keseluruhan entitas atau unsur yaitu sebagai berikut.
1
Foley dalam Siswantoro, Metode Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 13
9
10
a.
Struktur memiliki ide keseluhan (the idea of wholeness) Ide keseluruhan mengandung pengertian adanya kepaduan internal (internal koherence) di antara unsur-unsur pembangun struktur.
b.
Struktur memiliki ide transformasi (the idea of transformation) Struktur itu memiliki ide transformasi mengandung pengertian kalau struktur itu tidak statis, tetapi masih terbuka untuk melakukan pembentukan aspek-aspek baru di dalam struktur tersebut, Abdul Chaer dalam Siswantoro berpendapat bahwa inti pengertian transformasi adalah istilah linguistik yang disebut produktivitas.
c.
Struktur memiliki ide mengatur diri sendiri (the idea of self regulation) Ide tentang mengatur diri sendiri ini terkait dengan pengertian struktur itu dapat berdiri sendiri dengan cara terlepas dari entitas lain, sebab struktur itu memiliki hukum-hukum intrinsiknya yang transformatif, yang mengatur hubungan antara unsur internalnya, sehingga selain membentuk kepaduan, juga mampu memproduksi aspek-aspek baru. 2
Secara definitif strukturalisme membahas mengenai unsur-unsur struktur itu sendiri dengan mekanisme antarhubungannya antara unsur satu dengan unsur lainnya, dipihak yang lain hubungan antara unsur dengan totalitasnya. 3 Secara definitif strukturalisme memberikan perhatian terhadap analisis unsur-unsur karya. Karya sastra memiliki ciri-ciri yang khas, otonom, bisa digeneralisasikan. Unsur-unsur pokok yang terkandung dalam ketiga jenis karya seperti prosa, puisi, 2
Ibid, hlm. 13-19. Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 91 3
11
dan drama. Unsur-unsur prosa di antaranya tema, peristiwa atau kejadian, latar atau setting, penokohan atau perwatakan, alur atau plot, sudut pandang, dan gaya bahasa.4 Dalam Jabrohim, Staton berpendapat bahwa unsur-unsur struktur karya sastra terdiri atas tema, alur, tokoh, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan lainlain.5 Dalam Siswantoro, Piaget via Hawkes berpendapat bahwa struktur merupakan bangunan abstrak yang terdiri atas sejumlah unsur yang berkaitan satu sama lain untuk membentuk struktur tersebut atau bisa disebut relasi. Dalam pengertian struktur yang terdapat adanya rangkaian kesatuan meliputi tiga ide dasar yaitu, (1) merupakan satu totalitas (kesatuan); (2) dapat bertransformasi (sususnannya dapat berubah); dan (3) dapat mengatur dirinya sendiri jika terjadi perubahan pada susunan antarkomponen. Prinsip struktural memandang bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur yang terdiri atas unsur-unsur yang terjalin erat, unsur tersebut tidak akan berfungsi jika tidak dikaitkan. Piaget via Hawkes juga berpendapat dalam Novi Anoegrajekti dkk, bahwa struktur adalah bangunan abstrak yang terdiri atas sejumlah unsur yang berkaitan satu sama lain untuk membentuk struktur tersebut. Kaitan antar unsur disebut relasi. Dalam pengertian struktur ini terlihat adanya rangkaian kesatuan yang meliputi tiga ide dasar yaitu, (1) merupakan satu totalitas (kesatuan); (2) dapat
4
Ibid, hlm. 93 Jabrohim (ed), Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Hanindita Graha Widya, 2002), hlm. 56 5
12
bertransformasi (susunannya dapat berubah); (3) dapat mengatur dirinya sendiri jika terjadi perubahan pada susunan antarkomponen.6 Pandangan Abrams dalam Burhan Nurgiantoro, kaum strukturalisme berpendapat bahwa sebuah karya sastra fiksi atau puisi adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya, struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya secara bersama akan membentuk kebulatan yang indah. Struktur karya sasta juga mengarah pada pengertian hubungan antar unsur (intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling menentukan, mempengaruhi, yang secara bersama membentuk atau sebuah kesatuan yang utuh. Analisis struktural karya sastra dalam fiksi dapat diidentifikasikan dengan mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik. Setelah diidentifikasi dan dideskripsikan serta dijelaskan fungsi masing-masing unsur tersebut untuk menunjang makna keseluruhannya dan hubungan antarunsur secara bersama akan membentuk sebuah totalitas kemaknaan yang padu. adapun unsurunsur tersebut seperti peristiwa, plot, tokoh, penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain.7 B. Pengertian Prosa Prosa merupakan salah satu genre sastra yang disebut fiksi (fiction) atau cerita rekaan dan cerita khayalan. Prosa adalah susunan bahasa lancaran, istilah lain dari prosa adalah gancaran sastra, gancaran artinya karangan yang tidak bersajak. Jadi
6
Novi Anoegrajekti, dkk (ed)., Estetika Sastra, Seni, dan Budaya, (Jakarta: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta, 2008), hlm. 95. 7 Burhan Nurgiantoro,Teori Pengkajian Fiksi,. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), hlm. 36-39.
13
prosa adalah bahasa yang tidak terikat oleh bait, namun terikat oleh permainannya. Prosa dibagi menjadi cerita pendek, novelet, novel dan drama.8 Hakikat prosa adalah narasi (cerita), maka di dalamnya ada pelaku cerita (tokoh), rangkaian cerita (alur), pokok masalah yang diceritakan (tema), siapa yang menyampaikan cerita (pencerita), dan tempat, kapan dan dalam suasana (latar). Macam-macam itu disebut unsur intrinsik dalam prosa.9 1. Ciri-ciri Prosa Prosa merupakan genre sastra yang di dalamnya terdapat (cerpen), novelette,
novel, dan drama.
cerita pendek
Di dalam prosa terdapat beberapa
keunikan yang menjadikan ciri khas prosa. Adapun ciri-ciri tersebut terbagi antara prosa lama dan prosa baru: a. Ciri-ciri prosa lama 1) dipengaruhi oleh sastra Hindu atau Arab. 2) Ceritanya anonim (tanpa nama) 3) Milik bersama. 4) Bersifat statis, sesuai dengan kondisi masyarakat waktu itu. 5) Berbentuk hikayat, tambo, dongeng, pembaca dibawa ke alam imajinasi. b. Ciri-ciri Prosa Baru : 1) Tertulis.
8
Antilan Purba, Esai Sastra Indonesia:Teori dan Penulisan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), hlm. 6. 9 Maman S. Mahayana, Sembilan Jawaban Sastra Indonesia, (Jakarta: Bening Publishing, 2005), hlm. 134
14
2) Masyarakat sentries (cerita diambil dari kehidupan masyarakat sekitar). 3) Dipengaruhi pengarangnya. 4) Dipengaruhi sastra barat. 5) Bentuk roman, cerpen, dan drama 2.
Macam-Macam Prosa
Prosa dapat dibedakan menurut zamannya: a. Prosa lama terbagi atas: 1) Dongeng (mitos, legenda, fabel, sage) 2) Cerita rakyat (folklore) 3) Hikayat, riwayat, sejarah b. Prosa baru 1) Cerpen 2) Roman 3) Novel Jadi, Prosa atau prosa fiksi merupakan sebuah bentuk karya sastra yang disajikan dalam bentuk bahasa yang tidak terikat oleh jumlah kata dan unsur musikalitas. Bahasa yang tidak terikat itu digunakan untuk menyampaikan tema atau pokok persoalan dengan sebuah amanat yang ingin disampaikan berkenaan dengan tema tersebut. unsur-unsur intrinsik dalam prosa terdapat tema, amanat, plot, perwatakan atau karakteristik, sudut pandang, latar, gaya bahasa. Sedangkan pada unsur ekstrinsik terdapat adanya unsur agama, politik, ekonomi, budaya, dan
15
biografi. Adapun salah satu bentuk dalam prosa adalah novel. Berikut adalah pengertiannya: 3.
Pengertian Novel Novel merupakan sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya
dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti sebuah kisah (sepotong berita) atau bisa disebut sebuah barang baru yang kecil.10 Novel adalah
hasil karya fiksi yang menggunakan media bahasa yang
dihasilkan oleh seorang penulis dengan kreativitas dan imajinasi.11 Novel juga merupakan salah satu karya sastra yang menceritakan kejadian luar biasa yang dialami
oleh
pelakunya.12Di
dalam
novel
mengungkapkan
aspek-aspek
kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus. Di dalam novel terdapat dua unsur, yaitu : unsur intrinsik yang di dalamnya terdapat peristiwa, tokoh atau penokohan, latar, dan sudut pandang. Serta unsur ekstrinsik yang keduanya saling berhubungan dan sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra. serta memiliki nilai-nilai norma seperti nilai sosial, nilai spirit, nilai koleksi, dan nilai kultural. Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia yang berisi model kehidupan yang ideal, dunia imajinatif yang dibangun melalui berbagai
10
Nurgiantoro, Op. Cit., hlm. 9 Anwar Efendi, Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Persfektif, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010), hlm. 286 12 Suhardi, kamus Istilah Bahasa dan Sastra Indonesia, (Banten: Yapin, 2005), hal. 155 11
16
unsur instrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, penokohan, latar, dan sudut pandang.13 4.
Unsur-unsur yang terdapat dalam novel a. Ekstrinsik dan Intrinsik Unsur ekstrinsik dan intrinsik tidak dapat dipisahkan, karena dua unsur itu sangat berperan penting dalam pembentukan analisis suatu karya, terutama prosa yang berjenis novel. 1) Ekstrinsik Disebut ekstensi mikro yang berkaitan dengan pengarang karena adanya pengaruh luar yang memperkaya gagasan pengarang sehingga mempengaruhi dan membentuk alam pikiran pengarangnya. Unsur ekstrinsik mikro dapat dilihat pada hasil karya-karya pengarang seperti buku, di dalamnya terdapat nama penulis, judul, penerbit, tahun penerbitan, sampul buku atau cover, para pelaku (tokoh), jalan cerita (sinopsis). Sedangkan unsur ekstrinsik membahas alam pikiran pengarang yang ditentukan oleh pengaruh sususnan pemerintahan, situasi politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, keamanan, dan pengaruh hubungan
dengan
luar
negeri,
persilangan
pariwisata
atau
perdagangan. 2)
Intrinsik Intrinsik adalah pengungkapan yang berdasarkan ekstrinsik, dalam arti memahami sebuah karya sastra (mikro) dan memahami
13
Nurgiantoro, Op. Cit., hlm.4
17
jiwa pujangga dalam satu periode (makro). Intrinsik mikro adalah pengungkapan isi buku untuk memahami tema, aliran, motivasi ulasannya, sehingga dalam membaca novel, bukan saja menikmati plot narasi, tetapi dapat memahami pesan yang disampaikan dalam novel tersebut. Intrinsik makro merupakan sifat yang terdapat dalam pengarang yang memproyeksikan dari unsur-unsur ekstrinsikanya. Contoh dari intrinsik makro adalah: a)
Statis artinya tidak menerima pengaruh luar
b) Tradisional artinya pengarang dalam bentuk tetap c)
Kebanyakan anonim karena karya sastra dianggap milik bersama
d) Istana sentris e)
Senang memggunakan gaya allusi dan klise bahasa
f)
Tema perjuangan buruk dan baik, pendidikan, keagungan raja, agama atau kepercayaan 14
Menurut P Suparman Natawidjaja membedakan anatara ekstrinsik dan intrinsik yang dilihat dari sudut pandang karya dan pengarang. Berikut penjelasan dan pemaparannya. 1) Ekstrinsik Ekstrinsik ialah unsur-unsur pengaruh luar (eksplanasi) dan unsur lahiriah yang terdapat dalam karya sastra tersebut. Eksplanasi atau unsur luar yang mempengaruhi terbitnya sastra dari aspek produk sosial budaya
14
P. Suparman Natawidjaja, Antologi sastra Indonesia, (Jakarta: Pustaka Dian, 1983), hlm. 26-27.
18
dan tempat sastra, karena karya itu lahir yang meliputi sifat dan latar belakang. a) ektrinsik data buku: 1. judul 2. pengarang 3. penerbit 4. edisi dan tahun penerbitan 5. ukuran buku, desain kulit depan, data kulit belakang 6. tebal buku 2) ekstrinsik isi: 1. para pelaku atau tokoh utama serta peranannya 2. jalan atau alur cerita 3. ulasan (mengenai bahasa dan jalan cerita) 3) Intrinsik Intrinsik adalah unsur-unsur rohaniah yang harus diangkat dari isi karya sastra itu menganai tema dan arti yang tersirat di dalamnya. a) Intrinsik isi 1. Tema 2. Maksud dan tujuan b) Intrinsik ulasan meliputi 1. Ulasan (pendapat) 2. Aliran
19
c) Intrinsik impresif (kesan timbangan) ditunjang oleh tiga faktor, yaitu: 1. Penulis sebagai pencipta 2. Penerbit sebagai produsen 3. Pembaca sebagai apresiator Ketiga faktor di atas mempunyai kehendak yang sama ialah ingin memperoleh karya bermutu. Pembaca ingin memenuhi seleranya dalam hal: 1. Pendidikan 2. Ilmu pengetahuan 3. Hiburan (apakah tingkat anak-anak, remaja, atau dewasa) 15 C. Hakikat Tokoh dan Penokohan Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, seperti pelaku cerita yang ditampilkan pada sebuah karya naratif atau drama. Tokoh itu bisa digolongkan pada posisi penting atau tidak tergantng pada proporsi atau keadaan tokoh tersebut dalam cerita tersebut. Tugas tokoh dalam sebuah cerita untuk menyampaikan pesan dengan penggambaran tokoh dan perannya masing-masing dengan
ekspresi
dalam bentuk ucapan dan tindakan. Penokohan merupakan sebuah perangkat yang sangat penting dalam sebuah karya, tidak bisa dikatakan sebuah karya jika di dalamnya tidak terdapat penokohan, karena tokoh dan penokohan adalah tolok ukur yang menjadi nahkoda pergerakan dalam suatu karya yang menciptakan berbagai macam peran serta karakter sesuai dengan proporsinya, oleh karena itu penokohan merupakan unsur 15
P Suparman Natawidjaja, Apresiasi Sastra dan Budaya, (Jakarta: Intermasa, 1982).
hlm. 101-102
20
yang sangat mendukung dalam terbentuknya sebuah karya, baik itu novel, drama, cerpen, dan sebagainya. 1.
Pengertian Tokoh Tokoh merupakan istilah yang menunjuk pada orang atau pelaku cerita, baik
itu protagonis maupun antagonis. Dalam Burhan Nurgiantoro, Abrams berpendapat bahwa tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang ditafsirkan oleh para pembacanya sesuai dengan kualitas moral yang disampaikan dengan ekspresi dalam ucapan dan tindakan. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan pencapai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang ingin disampaikan kepada para pembaca.16 2.
Pengertian Penokohan Sedangkan watak, perwatakan atau karakter merupakan istilah yang
menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan para pembaca yang dan menunjukan pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan dan karakterisasi sering disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan yang menunjukan watak tokoh-tokoh yang digambarkan dalam sebuah cerita. Seperti yang dikatakan Jones dalam Burhan Nurgiantoro yang menjelaskan bahwa penokohan merupakan pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang digambarkan dalam cerita. Istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh dan perwatakan, karena penokohan mencakup banyak aspek, seperti tokoh cerita, perwatakan, penempatan dan pelukisan dalam sebuah cerita sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas para pembaca. Tokoh, watak dan emosi
16
Nurgiantoro, Op. Cit., hlm. 165-167.
21
merupakan bagian dari aspek isi, sedangkan dalam teknik perwujudan dalam karya fiksi adalah bentuk. 3.
Jenis- Jenis Tokoh dan Penokohan Dalam sebuah karya fiksi tokoh dapat dibedakan dalam beberapa jenis
berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan sesuai dengan jenis penamaan, seperti tokoh utama atau protagonis. a.
Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan Berdasarkan proporsi tokoh pertama adalah tokoh utama cerita (central character, main character), sedangkan yang kedua adalah tokoh tambahan. tokoh utama sangat diutamakan pencitraannnya, ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang mengalami kejadian atau konflik. Oleh karena itu, tokoh utama sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan.tokoh utama dalam sebuah novel bisa lebih dari satu orang, walaupun kadar keutamaannya tidak selalu sama.
b. Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis Jika dipertimbangkan dalam fungsinya, tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis merupakan tokoh yang yang dikagumi yang di dalamnya harus memberikan nilai-nilai dan norma-norma yang positif para pembacanya. Sedangkan tokoh penyebab terjadinya konflik disebut tokoh antagonis yang beroposisi dengan tokoh protagonis secara langsung maupun tidak langsung dan bersifat fisik maupun batin.
22
c.
Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat Berdasarkan perwatakan, tokoh cerita dapat dibedakan menjadi tokoh sederhana (simple atau flat character) dan tokoh kompleks atau tokoh bulat (complex round character). Tokoh sederhana merupakan tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat watak yang tertentu saja. Ia tidak memiliki sifat dan tingkah laku yang dapat memberikan efek kejutan bagi para pembaca. Sifat dan tingkah laku seorang tokoh sederhana bersifat datar, monoton, hanya mencerminkan satu watak tertentu. Menurut Kenny dalam Burhan Nurgiantoro, berpendapat bahwa tokoh sederhana mudah dikenal, lebih familiar, dan cenderung stereotif. Tokoh sebuah fiksi yang bersifat familiar, sudah biasa atau stereotif dapat digolongkan sebagai tokoh- tokoh yang sederhana. Sedangkan tokoh bulat atau kompleks adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya, ia dapat memiliki watak tertentu yang dapat diformulasikan dan dapat menampilkan watak dan tingkah laku bermacam-macam, bahkan bertentangan dan sulit diduga. Oleh karena itu, perwatakannya sulit dideskripsikan secara tepat, tokoh bulat lebih menyerupai kehidupan manusia yang sesungguhnya, karena di samping memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan, tokoh bulat sering memberikan kejutan. Sedangkan pada tokoh komplek
23
atau bulat sulit dipahami, kurang familiar karena tokoh yang ditampilkan kurang akrab dan kurang dikenal sebelumnya. d. Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang Berdasarakan kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh-tokoh dalam sebuah novel, tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh statis tak berkembang (static character) dan tokoh berkembang (depeloving character). Tokoh statis adalah tokoh yang secara esensial tidak mengalami perubahan. Tokoh jenis ini kurang terlibat dan berpengaruh oleh adanya
oleh adanya perubahan
lingkungan yang
terjadi. Tokoh statis memiliki sikap dan watak yang relatif tetap, tidak berkembang dari awal. Tokoh statis memiliki sikap dan watak yang relatif tetap, tidak berkembang dari
awal hingga akhir. Sedangkan tokoh berkembang
adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perwatakan sejalan dengan perkembangan peristiwa dan plot yang dikisahkan, secara aktif ia berinteraksi dengan lingkuangannya yang mempengaruhi sikap, watak, dan tingkah lakunya. Sikap dan watak tokoh berkembang akan mengalami perubahan atau perkembangan dari, watak, dan tingkah lakunya. Sikap dan watak tokoh berkembang akan mengalami perubahan atau perkembangan dari awal, tengah, dan akhir cerita, sesuai dengan tuntutan koherensi cerita secara keseluruhan.
24
e.
Tokoh Tipikal dan Tokoh Netral Jika ditinjau berdasarkan pencerminan tokoh cerita terhadap sekelompok manusia dari kehidupan nyata, tokoh cerita dapat dibedakan ke dalam tokoh tipikal (tipical character) dan tokoh netral (neutral character). Menurut Altenbernd dan Lewis dalam Burhan Nurgiantoro, Tokoh tipikal merupakan tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan Tokoh tipikal merupakan penggambaran, pencerminan, atau penunjukan terhadap orang atau sekelompok orang yang terikat pada sebuah lembaga. Sedangkan tokoh netral merupakan tokoh yang bereksistensi demi cerita itu sendiri.17
4.
Penggambaran Penokohan Penggambaran atau pelukisan tokoh adalah suatu penilaian yang ditujukan
pada tokoh-tokoh sesuai dengan pelukisan sifat, sikap, watak, tingkah laku, dan sebagainya yang berkaitan dengan jati diri tokoh. Adapun teknik atau cara-cara untuk menggambarkan jati diri tokoh adalah: a.
Teknik Ekspositori Teknik ekspositori atau biasa disebut teknik analitis, pelukisan atau penggambaran tokoh dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan secara langsung, adapun penggambaran itu meliputi sikap, sifat, watak, tingkah laku, dan ciri fisik tokoh tersebut.
17
Ibid, hlm. 165, 176-192.
25
b. Teknik Dramatik Penggambaran tokoh dalam teknik dramatik sama halnya dengan penampilan pada drama atau dilakukan secara tidak langsung. Pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisiit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh, pengarang membiarkan para tokoh untuk menunjukan dirinya sendiri melalui berbagai berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal (kata) maupun secara nonverbal tindakan lewat tindakan atau tingkah laku. c.
Catatan tentang Identifikasi Tokoh Mencatat untuk mengidentifikasi tokoh tidaklah mudah, apalagi apabila tokoh tersebut bersifat kompleks, dibutuhkan ketelitian dan kekritisan dipihak pembaca. Usaha untuk megidentifikasi tokoh dengan cara prinsip-prinsip berikut: 1) Prinsip pengulangan Prinsip pengulangan dilakukan dengan cara menemukan dan megidentifikasikan tokoh dengan menemukan kesamaan sifat, sikap, watak, dan tingkah laku pada bagian-bagian selanjutnnya dengan tujuan untuk menekankan atau mengintensifkan sifat-sifat yang menonjol sehingga pembaca memahami dengan jelas. Teknik pengulangan ini dengan menggunakan teknik ekspositori dan teknik dramatik baik secara sendiri maupun bersamaan.
26
2) Prinsip Pengumpulan Usaha untuk pengidentifikasian tokoh dapat dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang tercecer di seluruh cerita tersebut, sehingga
dapat
menghasilkan
memperoleh
gambaran
yang
data-data
yang
lengkap
dan
padu
tentang
tokoh
yang
bersangkutan.18 5.
Karakteristik Melalui Tindakan Para Tokoh Perbuatan dan tingkah laku secara logis merupakan pengembangan psikologi
dan kepribadian memperlihatkan bagaimana karakter tokoh yang ditampilkan dalam perbuatannya, baik itu dalam kondisi emosi dan psikis, pada kutipan berikut “Pak Harfan adalah guru yang tidak hanya mentansfer sebuah pelajaran, tetapi juga secara pribadi menjadi sahabat dan pembimbing spiritual bagi muridnya”. Dalam novel Laskar Pelangi menggambarkan karakter guru dengan ekspresi wajah atau bahasa tubuh (gesture) yang dapat memberikan gambaran kondisi batin, gejolak jiwa atau perasaan. Seperti yang ditampilkan tokoh Ibu Muslimah ketika resah menunggu calon siswa SD Muhammadiyah yang belum memenuhi syarat “ namun senyum Bu Mus adalah senyum getir yang dipaksakan karena cemas, wajahnya tegang dan gerak geriknya gelisah”19 D. Pengajaran Sastra di Sekolah Pengajaran sastra di sekolah sangat penting untuk menunjang keefektifan proses belajar dan pembelajaran, di samping itu didukung oleh kurikulum yang telah menetapkan pembelajaran sastra di sekolah sebagai mata pelajaran yang 18 19
Ibid, hlm. 194-195, 198, 211-213. Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2006), hlm. 2
27
melengkapi mata pelajaran bahasa Indonesia sehingga menjadi disiplin ilmu bahasa dan sastra Indonesia. Jika pengajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan cara yang tepat dan efektif, maka pengajaran sastra dapat memberikan sumbangsih yang besar untuk memecahkan masalah-masalah yang terdapat di dalam kehidupan bermasyarakat. Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh dan berfungsi serta bermanfaat untuk membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, serta menunjang pembentukan watak. Berikut penjelasan yang akan dipaparkan. 1.
Membantu Keterampilan Berbahasa Keterampilan berbahasa meliputi empat keterampilan, seperti keterampilan
menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Dalam pembelajaran sastra, siswa dilatih dalam empat keterampilan yang saling berkaitan tersebut sesuai dengan proporsinya. Dalam proses belajar sastra, siswa dilatih keterampilan menyimak dengan mendengarkan suatu karya yang dibacakan oleh guru, siswa atau melalui pita rekaman. Siswa dapat dilatih keterampilan berbicaranya dengan memainkan peran dalam suatu drama, berpidato, dan lain-lain. Selain itu siswa dapat dilatih keterampilan membaca dengan membacakan puisi atau prosa cerita. Jika kegiatan tersebut berjalan dengan efektif, maka guru menuntun siswa untuk mendiskusikan dan menuliskan hasil diskusi sebagai keterampilan menulis, atau siswa bisa menuangkan ide kreatifnya dalam menciptakan karya-karya sastra, seperti puisi, novel, cerpen, dan lain-lain.
28
2.
Meningkatkan Pengetahuan Budaya Sastra sangat berkaitan erat dengan semua aspek manusia dan alam. Setiap
karya sastra selalu menyajikan sesuatu
dan menghadirkan hal-hal yang
menambah pengetahuan. Suatu bentuk pengetahuan khusus yang harus dipupuk dalam masyarakat adalah pengetahuan tentang budaya yang dimilikinya. Istilah budaya adalah menunjuk ciri-ciri khusus suatu masyarakat tertentu dengan totalitasnya yang meliputi; organisasi, lembaga, hukum, etos kerja, seni, drama, agama, dan sebagainya. Pemahaman budaya dapat menumbuhkan rasa bangga, percaya diri, dan rasa ikut memiliki. Pengajaran sastra jika dilaksanakan dengan bijaksana dapat mengantarkan para siswa berkenalan dengan pribadi-pribadi dan pemikir-pemikir besar dunia dan sederetan kemajuan yang dicapai manusia di seluruh dunia tanpa merusak kebanggaan dan kebudayaan yang mereka miliki sendiri. 3.
Mengembangkan Cipta dan Rasa Pengajaran adalah proses pengembangan individu yang di dalamnya terdapat
banyak kecakapan atau potensi yang harus dikembangkan secara harmonis. Adapun kecakapan yang dimaksud adalah kecakapan yang bersifat indera, bersifat penalaran, bersifat afektif, dan bersifat sosial, serta bersifat religius. Berikut adalah penjelasan dari beberapa kecakapan tersebut: a. Indera Pengajaran sastra dapat digunakan untuk memperluas pengungkapan apa yang diterima oleh panca indera, seperti indera penglihatan, indera pengecapan, indera pendengaran, indera, dan indera peraba. Pengungkapan
29
diri lewat aktivitas fisik dapat dibina dalam pengajaran sastra melalui dalam bidang drama. b. Penalaran Pengajaran sastra diarahkan dengan membantu siswa melatih untuk memecahkan masalah-masalah berfikir logis, pengajaran sastra juga meliputi kecakapan-kecakapan pilihan seperti dugaan, kebiasaan, tradisi, dorongan, dan sebagainya. Para guru sastra hendaknya melatih mereka untuk memahami fakta-fakta, membedakan mana yang pasti dan mana yang dugaan, memberikan bukti tentang suatu pendapat, serta mengenal metode argumentasi yang benar dengan yang salah. c. Perasaan Kepekaan rasa dan emosi sangat terkait dengan pengajaran sastra. Perasaan merupakan suatu elemen yang sangat rumit dalam tingkah laku manusia. Dengan perasaan, sastra dapat menghadirkan berbagai problem atau situasi yang merangsang tanggapan perasaan atau tanggapan emosional. Situasi dan problem tersebut diungkapan oleh sastrawan diungkapkan dengan cara-cara yang memungkinkan kita untuk bergerak menjelajahi dan mengembangkan perasaan kita. d. Kesadaran sosial Sastra merupakan pengayaan yang tidak ternilai untuk menunjang pendidikan kesadaran sosial. oleh karena itu, seorang guru sastra harus bijaksana dalam memilih bahan pengajarannya dengan tepat sehingga membantu siswa dalam memahami dirinya dan orang lain.
30
e. Rasa religius Guru diimbau untuk perlunya penjelajahan pertanyaan-pertanyaan hakiki bagi siswanya akan menemukan materi yang berlimpah dalam dunia sastra, oleh kerena itu perlu adanya pelatihan pemikiran kritis. 4.
Menunjang Pembentukan Watak Dalam nilai pengajaran sastra ada dua tuntutan yang dapat diungkapkan
sehubungan dengan watak, diantaranya: pengajaran sastra hendaknya mampu membina perasaan yang lebih tajam, sastra lebih banyak mengantarkan kita untuk mengenalkan pada seluruh rangkaian kemungkinan kehidupan manusia, seperti kebahagiaan, kebebasan, kesetiaan, kebanggaan diri sampai pada kelemahan, keputusasaan, kebencian, perceraian, dan kematian.Tuntutan kedua sehubungan dengan pembinaan watak bahwa pengajaran sastra hendaknya dapat memberikan bantuan dalam usaha mengembangkan berbagai kepribadian siswa, seperti ketekunan, pengimajian, kepandaian, dan penciptaan.20 5.
Pengajaran Prosa Cerita Pengajaran prosa cerita dapat dilakukan dengan mengarahkan siswa untuk
membaca novel, seperti novel anak-anak, novel remaja, dan novel-novel popular, novel dapat dijadikan sarana pendukung untuk memperkaya bacaan para siswa yang akan dibimbing oleh guru bahasa dan sastra Indonesia. Membaca novel merupakan literasi kritis yang dapat dilakukan dalam pembelajaran sastra di sekolah dengan langkah memilih novel yang akan dibaca. Adapun novel-novel yang dipilih adalah novel-novel yang menyuarakan ide-ide
20
B Rahmato, Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarta: kanisius, 1992), hlm. 15-24
31
tentang kekuasaan, baik yang didasarkan pada bias gender, ras, marginalisasi sosial, eksploitasi atau ketidakberdayaan. Setelah dipilih novel yang tepat lalu dibuat sinopsis untuk memahami isi dari unsur intrinsik dan ekstrinsik. Membaca novel dengan ancangan literasi kritis akan membangun kesadaran siswa atau pembelajar dengan fakta-fakta sosial dengan pesan-pesan yang disampaikan di dalam novel yang merupakan cerminan.21 Karena di dalam novel banyak terkandung pengalaman dan nilai pendidikan yang positif. Adapun usaha yang harus dilakukan oleh guru untuk siswa adalah menggiatkan minat baca siswa dengan memperhatikan empat aspek seperti: a.
Memberi contoh Guru adalah aktor penting yang berperan dalam menanamkan kebiasaan pada siswanya untuk memberikan contoh atau tindakan nyata, karena guru yang dapat menggambarkan jelas tentang pengalaman yang dibacanya.
b.
Memberi Sugesti Selain memberikan contoh, guru diharuskan memberikan saran-saran agar contoh-contoh yang diberikan dapat lebih mudah diikuti oleh siswasiswanya. Guru dapat membuat daftar bacaan yang tersusun agar memudahkan dikemudian hari untuk digunakan sebagai referensi.
c.
Memberi Kemudahan Hendaknya guru mempertimbangkan kemudahan yang ada, daftar buku yang disusun hendaknya buku-buku tersebut tersedia di perpustakaan 21
Priyatni Tri, Endah,Membaca Sastra Dengan Ancangan Literasi Kritis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 163-164.
32
yang mudah didatangi, oleh karena itu guru hendaknya menjadi anggota perpustakaan sehingga bisa membantu kepentingan siswa. d.
Pengukuhan Guru juga harus mengembangkan dan memelihara, serta mengarahkan siswa-siswanya melakukan tugasnya dengan membuat catatan-catatan penting tentang apa yan dibacanya. Oleh karena itu guru harus memberikan motivasi pada siswa-siswanya. Kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas kiranya butuh perhatian khusus yang harus diperhatikan seorang guru dalam merubah apati mereka menjadi partisipasi dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa dapat membuang pola pikir bahwa belajar di kelas membosankan. Oleh karena itu Perlunya motivasi guru dalam memberikan semangat untuk siswa di kelas dengan latihan imajinatif dengan cara memberi tugas kelompok untuk menganalisi novel secara multidisipliner, karena melalui novel mereka benyak mendapatkan pembelajaran tentang hal politik, ekonomi, sosiologi, antropologi, sejarah, budaya, dan psikologi. Dengan metode seperti itu tugas yang membebani berubah menjadi daya yang mendorong keinginan untuk belajar.22
Menurut Muljanto Sumardi pengajaran sastra di sekolah dapat membantu proses kegiatan belajar mengajar yang di dalamnya terkait hubungan antara guru, siswa, dan karya sastra yang menjadi bahan pembelajaran. Berikut pemaparannya di bawah ini.
22
Rahmanto, Op. Cit., hlm. 14-69
33
1. Keakraban Guru dengan Karya Sastra Pengajaran sastra bertujuan mengembangkan kepekaan siswa terhadap nilainilai indrawi, nilai akali, nilai afektif, nilai sosial. Oleh karena itu keiatan belajar mengajar sastra perlu dilaksanakan. Metode pengajaran mana pun yang akan ditempuh, keefktifannya ditentukan terutama oleh corak komunikasi yang terjalin antara guru dengan siswanya. Dengan asumsi bahwa guru akrab dengan karya sastra dan mengenal perjalanan kreatif sastrawan, pengarang karya yang dibicarakannya, maka akan terjalin keakraban siswa yang efektif untuk melaksanakan pengajaran sastra. Perlunya keterbukaan dan kepercayaan para siswa sehingga terwujudnya komunikasi dua arah yang sehat dan konstruksif, baik antara guru dengan siswa, maupun siswa dengan karya sastra. Secara skematis keeratan hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: PENGARANG
GURU
KARYA SASTRA
SISWA
Satra tidak menyuguhkan pengetahuan dalam bentuk jadi, seperti halnya kimia misalnya. Sastra pada hakikatnya menyajikan suatu kemungkinan dalam menanggapi suatu permasalahan yang jalinannya telah digariskan oleh pengarangnya. Sastra bukanlah untuk diperiksa kebenarannya terhadap alam nyata, malainkan menghimbau para pembacanya dengan menyelam dan menggali
34
untuk menemukan suatu nilai yang terdapat dalam karya tersebut. Oleh karena itu, relevannya analogi
guru sastra sangat penting untuk mendekati kenyataan
peranan guru bagi siswanya. Guru harus menyadari bahwa siswa merupakan individu yang memiliki totalitas yang kompleks, karena di dalam diri siswa terdapat sejumlah kecakapan yang terwujud dalam kekurangan dan kelebihan. Dalam kegiatan belajar dan mengajar kecakapan siswa yang bersifat indrawi, nalar, afektif, sosial, dan agama perlu dilatih, diarahkan serta dikembangkan. 2. Mengakrabi Sastra sebagai Pengalaman Pengajaran sastra membekali siswa dengan keterampilan mendengarkan, membaca, menulis, dan berbicara. Sebagai totalitas suatu karya seni, maka manfaat sastra bagi pengajaran adalah menyajikan kemungkinan-kemungkinan yang dapat ditemui dalam kehidupan manusia sebagaimana yang direka oleh pengarangnya. Sastra memberikan pengalaman-pengalaman baru kepada siswa, tanpa menempuh resiko yang dapat mengecewakan ataupun membebani diri siswa. Sastra menyajikan sejumlah pengalaman kepada pembacanya. 3. Sastra sebagai Bekal Pengetahuan Budaya Pengetahuan yang dapat diperoleh dari sastra adalah pengetahuan tentang kehidupan budaya suatu masyarakat yang di dalamnya terdapat totalitas ciri-ciri khas suatu masyarakat tertentu.23 4. Sastra Mengukuhkan Nilai Positif Sastra dapat bermanfaat untuk megukuhkan nilai-nilai positif dalam pikiran dan perasaan manusia. Manusia bisa kreatif, berwawasan luas, bahkan bisa 23
Muljanto Sumardi,Berbagai Pendekatan dalam Penajaran Bahasa dan Sastra, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), hlm. 198-201
35
menjadi pemimpin yang baik apabila ia menimba nilai-nilai yang dituangkan dalam karya sastra. Di era globalisasi ini manusia selain dituntut memiliki kualitas tinggi dalam IPTEK, juga dituntut agar bermoral dan berperilaku baik sehingga dapat membaktikan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan yang luhur. Dalam karya sastra, baik puisi maupun prosa terdapat banyak butir-butir moral yang diungkapkan dan dijadikan kajian, renungan, dan pegangan bagi pembacanya.24 Kesimpulan dari pendapat di atas bahwa karya sastra selalu memberi pesan atau amanat bagi para pembacanya. Pembaca diajak untuk menjunjung tinggi norma-norma moral. Sastra juga dapat membentuk watak-watak pribadi secara personal dan sosial. Oleh karena itu, guru harus sadar akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik. Pelajaran sastra merupakan sarana dan media untuk mengarahkan siswa untuk menghargai diri dan bangsanya. Sastra juga memasuki ruang dan selik beluk nilai-nilai kehidupan personal dan kehidupan manusia dalam arti keseluruhan. Sastra bisa masuk dalam ranah politik, sejarah, perekonomian, perjuangan hak-hak asasi manusia, hukum, aspirasi, dan cita-cita masa depan. 5. Profil Guru yang Baik Peranan guru sangat dominan dan sentral dalam membentuk generasi penerus bangsa. Guru merupakan unjung tombak pelaksanaan pendidikan, karena gurulah yang bertanggung jawab dan secara langsung memimpin kegiatan belajar dan 24
Hasan Alwi dan Dendy Sugono,Telaah Bahasa dan Sastra, (Jakarta: Pusat Bahasa dan Yayasan Obor Indonesia, 2002), hlm 234
36
mengajar di kelas yang menjadi inti kegiatan pendidikan. Guru diharapkan dapat menjalankan tugasnya secara profesional dengan memiliki empat kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial, dan profesional.25 Tanggung jawab guru tidak hanya memberi pengetahuan, guru diumpamakan seperti orang tua asuh, konselor, tutor, perawat, selimut keamanan, dan psikolog. Pendidik hebat mengajar karena mereka mencintai profesinya sebagai pendidik. Mereka benar-benar memahami bahwa imbalan tidak selalu berbentuk uang. Mereka menikmati peluang untuk mengamati cahaya lampu pemahaman yang nyala di otak anak, menampilkan rasa percaya diri pada anak.26 Guru juga berperan untuk mempengaruhi dan menjadi kekuatan dalam kehidupan muridnya, karena murid dapat belajar dan meniru apa yang dilakukan dan dikatakan dari seorang guru sebagai agen aktif yang berpengaruh sebagai pendidik.27 1.
sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru a. Guru harus mengasihi murid-muridnya seperti mengasihi anakanaknya. b. Hubungan antara guru dan murid haruslah baik dan erat. c. Guru haruslah memperhatikan keadaan anak-anak untuk mempelajari jiwa kanak-kanak d. Guru haruslah sadar akan kewajibannya terhadap masyarakat e. Guru haruslah menjadi contoh bagi keadilan, kesucian dan kesempurnaan
25
Jejen Musfah,Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktek, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 30,31 26 Anita Moultrite Turner, Resep Pengajaran Hebat, (Jakarta: Indeks, 2008), hlm 4-5 27 Forrest dan Beverly, Menjadi Seorang Guru, (Jakarta: Indeks, 2008), hlm. 32
37
f. Guru haruslah berlaku jujur dan ikhlas g. Guru haruslah berhubungan dengan kehidupan masyarakat h. Guru haruslah membahas dan belajar terus menerus i. Guru haruslah cakap mengajar, baik pimpinannya dan
bijaksana
dalam perbuatannya j. Guru haruslah mempunyai jiwa sekolah modern k. Guru haruslah mempunyai cita-cita yang tetap l. Guru haruslah berbadan sehat m. Guru haruslah membiasakan murid-murid, supaya mereka percaya kepada diri sendiri n. Guru haruslah mementingkan hakikat (intisari) pelajaran, bukan bentuknya yang lahir saja o. Guru haruslah berbicara dengan murid-murid dalam bahasa yang dipahami p. Guru haruslah memikirkan pendidikan akhlak q. Guru haruslah mempunyai kepribadian yang kuat.28 r. Dan Guru juga harus memiliki sikap disiplin dalam melaksanakan tugasnya. Karena guru atau pendidik yang disiplin akan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan sesuai dengan tujuan.29
28
Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), hlm. 61-72. 29 Mohamad Surya, dkk, Landasan Pendidikan: Menjadi Guru yang Baik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 17.
38
2.
Bagaimana Menjadi Guru yang Baik Menjadi guru yang baik harus memiliki kriteria atau sifat-sifat seperti antusias, stimulatif, mendorong siswa untuk maju, hangat, berorientasi pada tugas dan pekerja keras, toleren, bijaksana, sopan, bisa dipercaya, fleksibel, demokratis, dan penuh harapan bagi siswa.30 Guru juga harus memiliki kepribadian dengan ciri-ciri berakhlak mulia, mantap, stabil, dan dewasa, arif dan bijaksana, menjadi teladan, mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri, dan religius. Berikut kecakapan kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru. a. Berakhlak mulia bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang yang demokratis dan bertanggung jawab. Tujuan pendidikan akhlak adalah membentuk putra putri yang berakhlak mulia, berbudi luhur, becita-cita tinggi, berkemauan keras, beradab sopan santun, baik tingkah lakunya, manis tutur bahasanya, jujur dalam segala perrbuatan, suci murni hatinya. Menegapkan jasmani dan menajamkan otaknya serta melatih tangan dan hatinya.31 b. Guru juga harus menumbuhkan dimensi moral, emosional, fisik, psikologis serta spiritual dalam perkembangan siswa. Kecerdasan dan kemampuan siswa jauh lebih kompleks daripada angka-angka nilai dan tes-tes yang distandarisasikan. 30
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), hlm. 116 31 Yunus, Op. Cit., hlm. 22-23.
39
c. Guru memiliki peranan yang penting dalam merangsang dan memotivasi siswa untuk belajar. Secara umum guru dapat memiliki tiga peran dalam proses belajar mengajar, yaitu: a) Peran
sebagai
komunikator
dalam
mengajarkan
ilmu
pengetahuan, sikap, dan keterampilan kepada siswa dan membuat mereka mampu menyerap, menilai, dan mengembangkan secara mandiri ilmu yang dipelajari. b) Peran sebagai motivator: guru menimbulkan minat dan semangat pada siswa untuk mendalami pengetahuannya dan guru terus berupaya merangsang siswanya agar senang belajar. c) Peran sebagai fasilitator: guru berupaya untuk mempermudah dan memperlancar proses belajar mengajar bagi siswanya. Dalam memainkan peran sebagai komunikator, motivator, dan fasilitator guru dapat menggunakan berbagai macam teknik pendidikan dan pengajaran , terutama dalam mendeteksi peserta didiknya yang mempunyai bakat disatu bidang tertentu, misalnya seni musik atau keindahan. Tujuan pendidikan keindahan ialah mendidik anak-anak supaya mengasihi keindahan dan menghargai yang bagus. Pelajaran musik dan menyanyi adalah salah satu bentuk pendidikan kesenian agar siswa mendapat didikan dari segi kesenian. Mereka dapat melukiskan perasaannya dengan perkataan atau tulisan yang berisi kesenian dan keindahan. Oleh karena itu, guru diharapkan menanamkan jiwa anak-anak untuk mencintai keindahan, mengasihi yang bagus, melihat pemandangan, mendengarkan lagu-lagu merdu.32
32
Ibid, hlm. 24-25.
40
E. Penelitian Relevan Persamaan penelitian ini dengan skripsi Titiek Purwaningsih (2006) yang berjudul Nilai Edukatif dalam Novel Laskar Pelangi: Sebuah Tinjauan Intertekstual pada objek yang sama, yaitu tentang nilai edukatif atau pendidikan. Perbedaannya nilai edukatif Titiek Purwaningsih membahas tentang pendidikan agama, sosial, dan estetika, sedangkan penelitian ini membahas penokohan guru dalam novel Laskar Pelangi. Perbedaan lainnya pada analisis, Titiek Purwaningsih menganalisis berdasarkan tinjauan intertekstual, sedangkan penelitian ini ditinjau secara struktural. Analisis mengenai novel Laskar Pelangi sebelumnya telah dilakukan Ahmad Shofi (2008) “Potret Pendidikan Kaum Marginal di Indonesia: Sebuah Pembelajaran Hidup Analisis terhadap novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata”. Persamaannya dengan penelitian ini adalah analisis dan objek yang digunakan, yaitu potret pendidikan (edukatif) yang diperjuangkan kaum marginal di Indonesia oleh guru dan siswa-siswa dalam novel Laskar Pelangi. Sedangkan skripsi membahas penokohan guru dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Pada skripsi Yeni Oktarina (2009) yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Novel“Laskar Pelangi” Karya Andrea Hirata meneliti nilai-nilai pendidikan Islam, adapun pendekatan skripsi ini sama-sama memakai metode kualitatif. Berdasarkan penelitian relevan di atas, penulis mengambil permasalahan pendidikan yang terdapat di dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata
41
dengan menyoroti penokohan guru, adapun perbedaannya dengan skripsi-skripsi sebelumnya seperti Titiek Purwaningsih yang berjudul Nilai Edukatif dalam Novel Laskar Pelangi: Sebuah Tinjauan Intertekstual yang membahas nilai edukatif tentang pendidikan agama, sosial, dan estetika. Sedangkan pada skripsi Ahmad sofi (2008) yang berjudul“Potret Pendidikan Kaum Marginal di Indonesia: Sebuah Pembelajaran Hidup Analisis terhadap novel LaskarPelangi karya Andrea Hirata. Adapun analisis dan objek yang digunakan yaitu potret pendidikan yang diperjuangkan kaum marginal di Indonesia oleh guru dan siswasiswa dalam novel Laskar Pelangi. Begitu pula pada skripsi Yeni Oktarina (2009) yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Novel“Laskar Pelangi” Karya Andrea Hirata hanya meneliti nilai-nilai pendidikan Islam. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti penokohan guru dalam novel Laskar Pelangi dan mengapresiasi setiap langkah yang dihasilkan oleh Bu Mus dan Pak Harfan dalam mendidik peserta didiknya dengan pendidikan pedagogik dan pendidikan budi pekerti. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, dilanjutkan dengan membaca novel Laskar Pelangi secara cermat, terarah, teliti dan mengambil kutipan yang berkaitan tentang penokohan Pak Harfan dan Bu Mus. Penulis menyusun skripsi ini dengan judul Penokohan Guru dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata.
BAB III PROFIL ANDREA HIRATA
A. Biografi Andrea Hirata Andrea Hirata Seman Said Harun lahir di Pulau Belitong 24 Oktober 1982, ia merupakan anak keempat dari pasangan Seman Said Harunayah dan NA Masturah. Ia dilahirkan di desa miskin dan letaknya yang cukup terpelosok di Pulau Belitong. Tinggal di sebuah desa dengan segala keterbatasan mempengaruhi pribadi Andrea sejak kecil. Ia mengaku lebih banyak mendapatkan motivasi dari keadaan di sekelilingnya yang memperlihatkan keperihatinan. Andrea tumbuh seperti halnya anak-anak kampung lainnya. Dengan segala keterbatasan, Andrea tetap menjadi anak periang yang sesekali berubah menjadi pemikir saat menimba ilmu di sekolah. Selain itu, ia juga kerap memiliki impian dan mimpi-mimpi di masa depannya. Seperti halnya yang diceritakan dalam novel Laskar Pelangi, Andrea kecil bersekolah di sebuah sekolah yang kondisi bangunannya sangat mengenaskan dan hampir rubuh. Sekolah yang bernama SD Muhamadiyah tersebut diakui Andrea cukup memperihatinkan. Namun, karena ketiadaan biaya, ia terpaksa bersekolah di sekolah yang bentuknya lebih mirip sebagai kandang hewan ternak. Kendati harus menimba ilmu di bangunan yang tak nyaman, Andrea tetap memiliki motivasi yang cukup tinggi untuk belajar. Di SD Muhammadiyah itu, ia bertemu dengan sahabat-sahabatnya yang dijuluki dengan sebutan Laskar Pelangi dan bertemu dengan seorang guru yang
42
43
hingga kini sangat dihormatinya, yakni NA (Nyi Ayu) Muslimah. Ia menulis buku Laskar Pelangi untuk dipersembahkan pada Bu Muslimah seorang guru yang sangat dikaguminya. Kegigihan Bu Muslimah dalam mengajar dan mendidik siswa yang berjumlah tak lebih dari 11 orang ternyata sangat berarti besar bagi kehidupan Andrea. Perubahan dalam kehidupan Andrea, diakuinya tak lain karena motivasi dan hasil didikan Bu Muslimah. Novel yang merupakan kisah masa kecilnya yang membentuknya hingga menjadi seperti sekarang, karena di dalam sebuah karya sastra tidak terlepas dari luapan atau penjelmaan perasaan, pikiran, dan pengalaman dari pengarangnya. 1 Tentang sosok Bu Muslimah, Andrea menganggapnya sebagai seorang yang sangat menginspirasi hidupnya. Berkat Bu Muslimah, Andrea mendapatkan dorongan yang membuatnya mampu menempuh jarak 30 km dari rumah ke sekolah untuk menimba ilmu. Tak heran, ia sangat mengagumi sosok Bu Muslimah sebagai salah satu inspirator dalam hidupnya. Menjadi seorang penulis
diakuinya karena terinspirasi oleh sosok Bu
Muslimah. Sejak kelas 3 SD, Andrea telah membulatkan niat untuk menjadi penulis yang menggambarkan perjuangan Bu Muslimah sebagai seorang guru. Saat itu Andrea memberanikan diri untuk merantau ke Jakarta selepas lulus SMA. Kala itu, keinginannya untuk menggapai cita-cita sebagai seorang penulis dan melanjutkan ke bangku kuliah menjadi dorongan terbesar untuk hijrah ke Jakarta. Andrea mampu memperoleh pekerjaan sebagai penyortir surat di kantor pos Bogor. Atas dasar usaha kerasnya, Andrea berhasil melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Merasakan bangku 1
Rahmat Djoko Pradopo, Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 114
44
kuliah merupakan salah satu cita-citanya sejak ia berangkat dari Belitong. Setelah menamatkan dan memperoleh gelar sarjana, Andrea juga mampu mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S2 Economic Theory di Universite de Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, Inggris. Andrea lulus dengan status cum laude dan mampu meraih gelar Master Uni Eropa. Sekembalinya ke tanah air, Andrea bekerja di PT Telkom tepatnya sejak tahun 1997. Mulailah ia bekerja sebagai seorang karyawan Telkom. Kini, Andrea masih aktif sebagai seorang instruktur di perusahaan telekomunikasi tersebut.
B. Tentang Novel Laskar Pelangi Novel Laskar pelangi karya Andrea Hirata terbit pada tahun 2005 dan menjadi novel paling laris (best seller) dalam sejarah penerbitan novel di Indonesia. Novel Laskar Pelangi pun ditransformasi ke film.2 Dalam novel kedua dwilogi Cinta di dalam Gelas terdapat kata pengantar yang ditulis oleh Chole Meslin mengatakan bahwa karya Laskar Pelangi yang beredar jutaan copy dan banyak mahasiswa yang melakukan penelitian. Ketika novel itu diadaptasikan menjadi film, jumlah audien juga memecahkan rekor dalam sejarah film Indonesia dan telah mendapat sepuluh penghargaan Internasional. Laskar Pelangi merupakan novel pertama tetralogi Laskar Pelangi, yaitu Laskar Pelangi (2006), Sang Pemimpi (2006), Edensor (2007), dan Maryamah Karpov (2008). Pada 23 Maret 2010 telah ditandatangani publisher agreement antara penerbit Bintang Pustaka dengan Amer-Asia Books, inc., Tucson, Arizona, 2
Anwar Efendi. Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Perspektif, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), hlm. 173
45
USA. Peristiwa ini sangat berpengaruh terhadap tonggak perkembangan buku Indonesia, karena pertama kalinya penelis Indonesia dipresentasikan oleh agen buku komersial Internasioanal, sehingga Karya Andrea Hirata dapat tersedia di negara-negara lain dan dapat berkompetisi dalam industri buku global dan menempatkan Andrea Hirata sebagai novelis dunia. Penerbit Yillin Press, China dan penerbit Nha Nam Publishing and communication, dan Vietnam akan mendistribusikan novel Laskar Pelangi dalam bahasa masing-masing, dan akan disusul kerja sama dengan Uni Agency, sebuah litrary agent terkemuka di Jepang dan penerbit-penerbit di Amerika, Jerman, Prancis, Korea, serta beberapa Negara Asia dan Eropa lainnya. Novel The Rainbow Troops (edisi Internasional Laskar Pelangi) mendapat sambutan hangat diberbagai pestival di luar negeri (Fukuoka, Vancouver, Singapura, dan Wordstorm-Australia). The Rainbow Troops dan dreamer (edisi internasional Sang Pemimpi) akan disusul dengan beredarnya edisi internasional Edensor dan Maryamah Karpov. Novel Laskar Pelangi merupakan novel pertama karya orang Indonesia yang bisa menembus dan mencapai kancah penerbitan internasional dengan nama buku the rainbow troops yang diterbitkan oleh Amerika Serikat, Farrar, Strauss, dan Giroux (FSG) yang merupakan penerbit terkemuka dan ternama di Amerika Serikat yang berdiri sejak tahun 1946 dan menjadi penerbit yang paling banyak menerbitkan karya pemenang Nobel sastra.3
3
Andrea Hirata, Lebarkan Sayap ke Mancanegara, (Jakarta: Media Indonesia edisi minggu, 1 April 2012), hlm. 12
46
Laskar Pelangi dibaca anak usia berusia tujuh tahun sampai profesor universitas tujuh puluh tahun, dinikmati penggila sastra sampai orang-orang yang tidak pernah membaca sebuah karya pun ikut membacanya. Karya-karyanya diwacanakan di fakultas sastra, dijadikan skripsi, mas kawin, bacaan wajib di sekolah, dibaca orang di dalam bus kota sambil tertawa dan menangis sendirian. Novel setebal 700 dikerjakan Andrea Hirata dalam waktu tiga minggu dan digandakan menjadi 11 buah. Satu kopi naskah tersebut dikirimkan kepada Bu Muslimah yang kala itu tengah sakit. Sedangkan sisanya dikirimkan kepada sahabat-sahabatnya yang disebut Laskar Pelangi. Tak sengaja, naskah yang berada dalam laptop Andrea dibaca oleh salah satu rekannya yang kemudian mengirimkan ke penerbit. Penerbit pun tertarik untuk menerbitkan dan menjualnya ke pasar. Novel Laskar Pelangi diluncurkan ke pasar secara resmi pada bulan Desember 2005 . Novel Laskar Pelangi menjadi pembicaraan para penggemar karya sastra khususnya novel. Dalam waktu seminggu, novel perdana Andrea tersebut mampu dicetak ulang. Bahkan dalam kurun waktu setahun setelah peluncuran, Laskar Pelangi mampu terjual sebanyak 200 ribu sehingga termasuk dalam best seller. Sampai saat ini Laskar Pelangi mampu terjual lebih dari satu juta eksemplar. Penjualan novel Laskar Pelangi semakin hari semakin melambung naik setelah Andrea muncul dalam salah satu acara televisi. Bahkan penjualannya mencapai 20 ribu dalam sehari. Sungguh merupakan prestasi tersendiri bagi Andrea, terlebih lagi ia masih tergolong baru sebagai seorang penulis novel.
47
Sukses dengan Laskar Pelangi, Andrea kemudian kembali meluncurkan buku kedua, Sang Pemimpi yang terbit pada Juli 2006 dan dilanjutkan dengan buku ketiganya, Edensor pada Agustus 2007. Selain meraih kesuksesan dalam tingkat penjualan, Andrea juga meraih penghargaan sastra Khatulistiwa Literary Award (KLA) tahun 2007. Perasaan bangga dan bahagia semakin dirasakan Andrea tatkala Laskar Pelangi diangkat menjadi film layar lebar oleh Mira Lesmana dan Riri Riza. Menjadi seorang penulis novel terkenal mungkin tak pernah ada dalam pikiran Andrea Hirata sejak masih kanak-kanak. Berjuang untuk meraih pendidikan tinggi saja, dirasa sulit kala itu. Namun, seiring dengan perjuangan dan kerja keras tanpa henti, Andrea mampu meraih sukses sebagai penulis memoar kisah masa kecilnya yang penuh dengan keperihatinan. C. Pemikiran Andrea Hirata
Jika ditinjau dari kehidupan sosial pengarang dalam karyanya Laskar Pelangi, Andrea mengambil referensi dari ranah pendidikan dengan potret pendidikan pada masa itu, dengan keterbatasan sarana dan prasarana, tetapi pendidikan yang ia gambarkan sangat ideal bila dipandang dari sisi kemanusiaan, agama, dan lain-lain. Jika ditinjau dari segi keluarga. Andrea Hirata menghadirkan suasana keluarga yang harmonis di setiap novelnya. Sebagai tradisi orang melayu yang sangat menjunjung tinggi martabat orang tua, Seperti cerita seorang anak yang bernama Ikal digambarkan mempunyai seorang Ayah yang sangat menyayangi
48
keluarga dan mendukung Ikal agar dapat bersekolah di SD Muhammadiyah Gantong, dengan mengantarkan Ikal pertama kali ke sekolah tersebut. Keadaan yang lebih memiris hati para pembaca ketika Lintang harus kehilangan ayahnya akibat badai laut saat melaut, sehingga Lintang harus mengambil alih menjadi tulang punggung keluarga dan meninggalkan bangku sekolah. Nasib rakyat kecil yang tidak pernah bergeser dari kemiskinan dan keselamatan kerja membuat seseorang harus kehilangan kebahagian dan kesempatannya dalam meraih cita-citanya dalam ranah pendidikan. Dalam penyajian Laskar Pelangi Andrea Hirata lebih bijaksana dalam memaknai cinta yang ia masukan dalam alur cerita novel-novelnya. Cinta yang ia sajikan lebih menyentuh sisi humanisme (kemanusiaan). Di dalam novel Laskar Pelangi terdapat banyak cinta yang Andrea gambarkan seperti, Cinta kepada Allah, cinta kepada guru, cinta kepada orang tua, dan cinta sahabat karib. D. Tinjauan para Ahli Terhadap Novel Laskar Pelangi Beberapa komentar tokoh yang mengagumi dan mewarnai segi karakter novel tersebut sesuai dengan apa yang mereka rasakan ketika membaca karya fenomenal Laskar Pelangi. Berikut pendapat para ahli tentang penilaiannya terhadap novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. 1. Sapardi Djoko Damono (Sastrawan dan Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UI) Menurut Sapardi, Novel Laskar Pelangi merupakan ramuan pengalaman dan imajinasi yang menarik, yang menjawab inti pertanyaan kita tentang hubunganhubungan antara gagagan sederhana, kendala, dan kualitas pendidikan.
49
2. Riri Riza, Sutradara Menurut Riri Riza, pengarang Andrea Hirata dalam karyanya yang berjudul Laskar Pelangi memberi kita syair indah tentang keragaman dan kekayaan tanah air, sekaligus memberi sebuah pernyataan keras tentang realitas politik, ekonomi, dan situasi pendidikan kita. Tokoh-tokoh dalam novel ini membawa saya pada kerinduan menjadi orang Indonesia … A must read!” menurut Riri Laskar Pelangi adalah sebuah epik dalam skala kecil, Laskar Pelangi merupakan kisah hati kecil sejumlah anak miskin di masa orde baru.4 3. Korrie Layun Rampan, Sastrawan dan Ketua Komisi I DPRD Kutai Barat Berikut kutipan yang paparkan Korrie Layun Rampan mengenai novel Laskar Pelangi. “Inilah cerita yang sangat mengharukan tentang dunia pendidikan dengan tokoh-tokoh manusia sederhana, jujur, tulus, gigih, penuh dedikasi, ulet, sabar, tawakal, takwa, yang dituturkan secara indah dan cerdas …” 4. Kak Seto, Ketua Komnas Perlindungan Anak Kak Seto menilai bahwa Novel ini menunjukkan pada kita bahwa pendidikan adalah memberikan hati kita kepada anak-anak, bukan sekadar memberikan intruksi atau komando, dan bahwa setiap anak memiliki potensi unggul yang akan tumbuh menjadi prestasi cemerlang di masa depan”. 5. Garin Nugroho, Sineas Pandangan Garin Nugroho mengenai keberadaan novel Laskar Pelangi sangat bermanfaat ketika di tengah berbagai berita dan hiburan televisi tentang sekolah yang tak cukup memberi inspirasi dan spirit, maka buku ini adalah pilihan yang 4
94
Rita Triana Budiarti. Di Balik Layar Laskar Pelangi (Yogyakarta: Bentang, 2008), hlm.
50
menarik. Buku ini ditulis dalam semangat realis kehidupan sekolah, sebuah dunia tak tersentuh, sebuah semangat bersama untuk survive dalam humanisme yang menyentuh. 6. Gangsar Sukrisno (CEO Bentang Pustaka dan Co Producer) Menurut Gangsar Sukrisno, Laskar Pelangi adalah karya yang bertutur jujur tentang situasi sosial, terutama nasib pendidikan dasar di daerah terpencil yang mengenaskan, cerita Laskar Pelangi ini menggambarkan setelah berpuluh-puluh tahun merdeka negeri ini masih saja menderita. Banyak hal yang patut disyukuri di tengah-tengah keterbatasan, jika peta sudah terlukis di langit, kita akan bersama-sama mencapainya melalui mimpi-mimpi. Jangan pernah kehilangan harapan! Selamat membaca. 7. Akmal Nasery (Jurnalis dan Penulis) Sebagai seorang jurnalis dan penulis Akmal Nasery Basral berpendapat bahwa karya Laskar Pelangi adalah sebuah memoar dalam bentuk novel yang sulit dicari tandingannya dalam khazanah kontemporer penulis kita. 8. Gerard Arijo Guritno Gerard Arijo Guritno dari majalah Gatra mengungkapkan novel Laskar Pelangi merupakan novel tentang dunia anak-anak yang mencuri perhatian. Berhasil memotret fakta pendidikan dan ironi dunia korporasi di tengah komunitas kaum terpinggirkan. 9. Herni Kusyari Herni Kusyari seorang guru SD di daerah terpencil mengungkapkan pengalamannya ketika membaca buku Laskar Pelangi memberiku semangat baru
51
yang tak ternilai utnuk mengajar murid-murid meskipun kami selalu dirundung kesusahan demi kesusahan, meskipun dunia tak peduli. Buku ini membuatku sangat bangga menjadi seorang guru. 10. Harian Belitong Harian Belitong Pos berpendapat bahwa rasa humor yang halus dan luasnya cakrawala pengetahuan Andrea adalah daya tarik utama Laskar Pelangi. 11. Harian Media Indonesia Harian media Indonesia berpendapat kita akan tertawa, menangis dan merenung bersama buku ini. 12. Majalah Femina Majalah Femina berpendapat bahwa novel Laskar Pelangi merupakan secuil potret pendidikan di Negara kita yang memprihatinkan. Setelah membaca dari beberapa pemaparan para ahli mengenai novel Laskar Pelangi, jelas bahwa novel Laskar Pelangi adalah salah satu buah karya yang di dalamnya banyak menggambarkan pelajaran hidup yang sangat bermanfaat untuk dipetik. Para ahli mengemas pemikirannya dalam menilai novel ini sangatlah beragam, tetapi di dalamnya sama-sama menyampaikan pesan dan kesan mereka tentang novel Laskar Pelangi yang bertema kental dengan pendidikan sebagai potret pendidikan pada saat itu. Beberapa pendapat para ahli yang sangat dominan membahas pendapatnya tentang pendidikan adalah Gerard Arijio Guritno, Gengsar Sukrisno, Garin Nugroho, Korrie Layun Rampan, Riri Riza dan majalah Femina.
BAB IV HASIL ANALISIS
Analisis Penokohan Guru dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata A. Deskripsi Data Objek Objek penelitian ini adalah novel Laskar Pelangikarya Andrea Hirata yang berjudul Laskar Pelangi, cetakan empat belas, November 2007, diterbitkan oleh PT Bentang Pustaka di Yogyakarta. Buku ini memiliki tebal 534 halaman yang terdiri atas 34 bagian, bibliografi dan indeks. Sampul depan novel ini bergambar sekelompok anak-anak
kecil yang asyik dan semangat dengan dunia masa
kecilnya dan harapan serta cita-citanya, disampul bagian belakang terdapat biodata penulis dan nama penerbit buku. B. Analisis Struktural Berikut akan disajikan analisis struktural yang dibatasi hanya unsur tema, tokoh dan penokohan, alur, serta latar dalam novel Laskar Pelangi. 1. Tema Awal dari kisah Laskar Pelangi, dimulai dengan perjuangan dua orang guru yang bernama Bapak Harfan Efendi Noor dan Ibu Muslimah Hafsari. Mereka ingin mendapatkan sepuluh murid baru untuk mempertahankan kelangsungan eksistensi SD Muhammadiyah di Belitong. Kemudian penggambaran keadaan SD Muhammadiyah yang memprihatinkan. Pada bab
52
53
4, dilukiskan penggambaran perjuangan seorang guru dalam membangkitkan semangat pendidikan di SD Muhammadiyah Belitong. “Bu Mus yang semakin khawatir memancang pandangannya ke jalan raya di seberang lapangan sekolah berharap kalau-kalau masih ada pendaftar baru, suasana hari pertama di SD Muhammadiyah penuh dengan kerisauan, dan yang paling risau adalah Bu Mus dan Pak Harfan.”1
Kisah Laskar Pelangimenekankan pada perjuangan siswa di dalam meraih sesuatu yang lebih baik, baik itu pendidikan maupun pola hidup di Belitong terutama dengan adanya perlakuan berbeda dari sebuah Perusahan Timah. Dalam hal pendidikan digambarkan perbedaan yang sangat menonjol dalam sarana maupun sarana belajar untuk meraih cita-cita, antara sekolah PN dengan SD Muhammadiyah. Akan tetapi hal yang menakjubkan di dalam novel ini setiap bab menunjukkan peristiwa yang mengejutkan, sepertiPara tokoh Laskar Pelangi yang mempunyai semangat belajar yang tinggi dengan disertai bakat mereka yang sangat luar biasa. Ibu Muslimah sebagai guru sangat mengapresiatif kreatifitas yang dimiliki para siswanya agar membentuk pribadi siswa yang mencintai bakat, baik itu yang bersifat seni,maupun keahlian lainnya. “Bu Mus yang berpendirian progresif dan terbuka terhadap ide-ide baru, membebaskan kami berekspresi. Kami diminta untuk menyetor sebuah master piece, karya yang berharga akan mendapat tempat terhormat, dipajang di ruang kepala sekolah.”2
1 2
Andrea Hirata,Laskar Pelangi, (Yogyakarta: Bentang, 2006), hlm. 4
Ibid, hlm. 143-144
54
“Pak Harfan, Bu Mus dan guru-guru kami sangat bangga dan seolah tak percaya melihat murid-muridnya memiliki kemampuan seperti itu dalam acara karnaval yang berhasil membawa pulang trofi hasil penampilan seni terbaik tahun ini.”3
Keahlian yang sangat luar biasa ketika ada seorang siswa bernama Lintang sangat pandai dan jenius dibidang hitung menghitung.Bu Mus sangat takjub dan bangga memiliki murid yang sangat luar biasa tersebut. Bu Mus memperhatikan dengan seksama bukan hanya apa yang diucapkan Lintang tapi juga pendekatannya dalam menjelaskan. Beliau menggelenggelengkan kepalanya, komat-kamit, berbicara sendiri tak jelas seperti orang bergerendeng. Ternyata beliau mengucapkan pelan-pelan kata-kata penuh kagum, “Subhanallah…subhanallah…”4 Kejadian tersebut terjadi ketika proses belajar mengajar berlangsung, saat itu Bu Mus sedang mengajarkan pelajaran matematika, saat Bu Mus memberikan soal tebak-tebakan soal berhitung dan Lintang adalah satusatunya murid yang pertama kali dengan cepatnya menjawab pertanyaan Bu Mus dalam waktu dua menit. Melihat fenomena tersebut Bu Mus sangat terkejut sekaligus bangga. Bu Mus adalah guru yang sangat memenuhi syarat sebagai seorang guru yang sangat bijaksana dan adil
dalam memberikan nilai sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki siswa, seperti apa yang didapatkan Lintang sebagai siswa yang berprestasi.
3
Ibid, hlm. 245
4
Ibid, hlm. 122-123
55
“Bahkan Bu Musberani bertanggung jawab memberikan nilai sempurna: sepuluh.”5 Hal
yang
menegangkan
sekaligus
mengharukan
itu
ketika
SD
Muhammadiyah memenangkan perlombaan cerdas cermat melawan SD PN. Pada bab ke-32 digambarkan perjuangan Ikal atau Andrea Hirata sebagai penulis di dalam meraih cita-cita dengan berusaha yang ekstra. Inilah hasil pendidikan yang di ajarkan kepada Laskar Pelangi untuk memberi sebanyakbanyaknya bukan menerima sebanyak-banyaknya. Beliau meyakinkan bahwa hidup bisa bahagia dalam keterbatasan jika dimaknai dengan keikhlasan berkorban untuk sesama.Lalu beliau menyampaikan prinsip yang diam-diam menyelinap ke dalam dadaku serta memberi arah bagiku hingga dewasa, yaitu hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukannya untuk menerima sebanyak-banyaknya.6 Bu Mus dan Bapak Harfan sangat mendukung murid-murid SD Muhammadiyah untuk mengikutsertakan sekolah SD Muhammadiyah sebagai peserta dalam perlombaan cerdas cermat melawan SD PN.Pak Harfan serta Bu Mus sangat berharap dan berusaha keras mempersiapkan dan melatih murid mereka Laskar Pelangi agar dapat memenangkan perlombaan tersebut. Karena bagi Pak Harfan dan Bu Mus, kemenangan perlombaan cerdas cermat adalah cara satu-satunya untuk menaikan martabat dan derajat sekolah SD Muhammadiyah serta membuktikan pada SD PN bahwa murid-murid SD Muhammadiyah juga memiliki kemampuan luar biasa yang bisa dibanggakan walaupun fasilitas sekolah yang dimiliki hanya seadanya.
5
Ibid, hlm. 124
6
Ibid, hlm. 24
56
Kami telah dipersiapkan oleh Bu Mus dengan baik.Beliau pontang panting mengumpulkan contoh soal dan bekerja keras melatih kami dari pagi sampai sore. Bu Mus melihat lomba ini sebagai media yang sempurna untuk menaikan martabat sekolah Muhammadiyah yang bertahun-tahun selalu diremehkan.7 “Baginya ini adalah peristiwa terpenting selama lima belas tahun karir mengajarnya.Beliau benar-benar ingin kami menang dalam lomba ini.”8 Pada bab terakhir, menceritakan tentang keberhasilan beberapa anggota Laskar Pelangi. Semua tentu karena mereka selalu berusaha yang terbaik di dalam hidupnya.Dari penguraian peristiwa-peristiwa di atas maka dapat disimpulkan masalah yang sedang diangkat oleh pengarang adalah belum meratanya pendidikan di Indonesia, terutama di daerah-daerah terpencil.Akan tetapi yang lebih penting adalah itu semua bukanlah menjadi kendala bagi seseorang untuk maju mengejar cita-citanya.Kemiskinan bukan halangan, para tokoh Laskar Pelangi adalah orang-orang yang mampu belajar membaca potensi dirinya.Selain itu masalah yang mendasar sekali adalah pendidikan tentang agama dijadikan sebagai dasar untuk berjuang. Bukankah di dalam Islam dianjurkan untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukankah belajar itu ibadah, ikhtiar itu ibadah, maka dari itu keikhlasan perlu ditanamkan oleh para guru dan pelajar di dalam melaksanakan proses pendidikan.
Beliau megobarkan semangat kami untuk belajar dan membuat aku tercengang dengan petuah tentang keberanian pantang menyerah melawan kesulitan apapun.Pak Harfan memberi kami pelajaran pertama tentang keteguhan pendirian tentang ketekunan, tentang keinginan kuat untuk 7
Ibid, hlm 364
8
Ibid, hlm. 369
57
mencapai cita-cita.Beliau meyakinkan bahwa hidup bisa bahagia dalam keterbatasan jika dimaknai dengan keiklasan berkorban untuk sesama.9 Dapat disimpulkan bahwa tema novel Laskar Pelangi ialah semangat perjuangan yang disertai dengan keikhlasan sebelas orang anggota Laskar Pelangi dalam menempuh pendidikan. Mereka dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang ada namun mereka pantang menyerah dalam menuntut ilmu.Tentunya peran dua guru tangguh dan luar biasa yang bernama Bapak Harfan Efendy Noor dan Ibu Muslimah Hafsari yang tiada henti-hentinya mendidik dan mengajarkan ilmu-ilmunya dengan ikhlas dan tulus. Dengan kata lain tema novel ini secara umum adalah “pendidikan”. 2. Tokoh dan Penokohan a) Tokoh Di awal cerita diperkenalkan dua orang guru bernama Bapak Harfan Efendy Noor dan Ibu Muslimah Hafsari yang merupakan tokoh utama sebagai guru yang sangat berperan penting dalam pendidikan anak-anak Laskar Pelangi. Dua guru tersebut berharap dan berjuang mencari sepuluh orang siswa untuk mempertahankan sekolah SD Muhammadiyah Gantong yang akan ditutup apabila dalam penerimaan siswa baru tersebut kurang dari sepuluh. Bapak Harfan Efendy dan Ibu Muslimah Hafsari adalah dua tokoh utama guru yang akan dibahas. Mereka berdua berperan penting dalam membentuk serangkaian alur dan tema, sehingga dapat membentuk
9
Ibid, hlm. 24
58
serangkaian cerita yang di dalamnya menceritakan sebuah tema pendidikan
di Gantong Belitong, khususnya sekolah Muhammadiyah
Gantong yang serba kekurangan dari segi fasilitas dan sarana apabila dibandingkan dengan SD PN yang cukup memiliki sarana dan fasilitas untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Tetapi dalam sudut pola pikir dan keyakinan yang dimiliki oleh anak-anak Laskar Pelangi bahwa sekolah mereka adalah sekolah yang terbaik dengan segala kelebihan dan kekurangannya. “Kuliah umum dari Pak Harfan di hari pertama kami masuk SD Muhammadiyah langsung menancapkan tekad dalam hati kami untuk membela sekolah yang hampir rubuh ini, apapun yang terjadi.”10
Jelas bahwa penokohan Pak Harfan sangatlah berpengaruh terhadap pola pikir murid-muridnya untuk belajar dan menerima sekolah SD Muhammadiyah dengan segala kekurangan dan kelebihannya, bagi muridmuridnya sekolah Muhammadiyah sangatlah berharga karena di dalamnya terdapat guru-guru yang sangat luar biasa yang hanya berniat untuk mengajar dan mendidik tanpa harus memikirkan materi untuk membayar pengabdian mereka yang tulus. Bapak Harfan Efendy Noor dan Ibu Muslimah Hafsari merupakan dua tokoh guru yang sangat mempengaruhi keberadaan tokoh lain, terutama tokoh-tokoh Laskar Pelangi.
10
Ibid, hlm.25
59
“Kami ternganga karena suara Pak Harfan yang berat menggetarkan benang-benang halus dalam kalbu kami, dada kami berkobar-kobar mendengar lika-liku cerita dan ingin membela perjuangan para penegak Islam.”11 “Shalatlah tepat waktu, biar dapat pahala lebih banyak,” demikian Bu Mus selalu menasihati kami. Itulah kata-kata yang diilhami surah AnNisa dan telah diucapkan ratusan kali oleh puluhan khatib dan sering kali dianggap lalu saja oleh umat.Tapi jika yang mengucapkannya Bu Mus kata-kata itu demikian berbeda, begitu sakti, mendengungdengung di dalam kalbu.12 Sebagai protagonis, kedua tokoh ini sangat mempengaruhi dan mendukung jalannya cerita, terutama tema dalam novelLaskar Pelangi ini yang mengangkat masalah tentang pendidikan yang disoroti sebagai tonggak utama jalan untuk mencapai cita-cita yang diimpikan Laskar Pelangi sebagai murid-murid yang sangat kompleks dan beragam serta memiliki kemampuan luar biasa pada diri setiap anak. Cerita itu terlihat ketika sekolah SD Muhammadiyah Gantong akan mengikuti karnaval yang diadakan sekolah SD PN. Pak Harfan dan Bu Mus sangat mendukung dan berharap murid-muridnya bisa mengikuti karnaval tersebut. begitu membanggakan dan mengesankan yang dirasakan Pak Harfan dan Bu Mus,
serta
para
penonton
ketika
anak-anak
Laskar
Pelangi
mempersembahkan penampilan yang membuat orang suka dan senang melihatnya, sehingga hasil yang diperoleh dari penampilan tersebut SD
11
Ibid, hlm. 23
12
Ibid, hlm. 31
60
Muhammadiyah mendapatkan dan membawa pulang
trofi sebagai
penghargaan penampilan kesenian yang terbaik. “Suara
Pak
Harfan
bergemuruh.Sebuah
pidato
yang
menggetarkan.Kami bersorak sorai mendukung beliau.Kita harus karnaval.Mari kita beri kesempatan kepada orang-orang Muda berbakat Mahar untuk menunjukan kreativitasnya.”13 “Pak Harfan telah membakar semangat kami, sehingga kami siap tempur.”14 “Pak Harfan, Bu Mus dan guru-guru kami sangat bangga dan seolah tak percaya melihat murid-muridnya memiliki kemampuan seperti itu dalam acara karnaval yang berhasil membawa pulang trofi hasil penampilan seni terbaik tahun ini.”15
Peran Pak Harfan dan Bu Mus juga selalu mewarnai Serangkaian alur dalam memainkan perannya sebagai guru yang baik dan bijaksana serta berdedikasi tinggi yang bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja, mereka juga mendidik dengan kasih sayangnya seperti orang tua. Kedua guru ini mendidik muridnya dengan nilai-nilai agama dan sosial yang luhur. “Sebuah kisah yang sangat megesankan, pelajaran moral pertama: jika tak rajin shalat maka pandai-pandailah berenang.”16 Beliau meyakinkan bahwa hidup bisa bahagia dalam keterbatasan jika dimaknai dengan keiklasan berkorban untuk sesama.Lalu beliau menyampaikan prinsip yang diam-diam menyelinap ke dalam dadaku 13
Ibid, hlm.222
14
Ibid, hlm. 223
15
Ibid, hlm.245
16
Ibid, hlm.21-22
61
serta memberi arah bagiku hingga dewasa, yaitu hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukannya untuk menerima sebanyakbanyaknya.17 Pak Harfan dan Bu Mus merupakan kedua tokoh yang sangat mempengaruhi tokoh-tokoh lain, terutama
anak-anak Laskar Pelangi
sebagai murid-muridnya. Kedua guru ini sangat cakap dalam memainkan perannya sebagai pendidik yang memiliki memiliki pengaruh besar dalam keberhasilan cita-cita yang telah dicapai murid-muridnya. b) Penokohan Penokohan dalam cerita fiksi Laskar Pelangi didasarkan dalam bentuk metode analitis (metode ekspositori) dan
metode dramatik. Penyajian
penokohan melalui metode-metode ini bermanfaat untuk membantu para pembaca untuk mengetahui dan mengenali perwatakan para tokoh. Pengarang menyajikan watak tokoh dengan melukiskan sifat-sifat tokoh, hasrat, pikiran, perasaan, dan memberikan opininya mengenai tokoh dan di saat bersamaan pengarang membiarkan para tokoh untuk melukiskan wataknya dengan percakapan dan tindakannya. berkombinasi analitik, dan dramatik dapat dilihat dikutipan. Bu Mus adalah seorang guru yang pandai, karismatik, dan memiliki pandangan jauh ke depan. Beliau menyusun sendiri silabus pelajaran budi pekerti dan mengajarkan kami sejak dini pandangan-pandangan dasar moral, demokrasi, hukum, keadilan dan hak-hak asasi serta menuntun kami membuat konstruksi imajiner nilai-nilai integritas pribadi dalam konteks Islam dan kami diajarkan mengenali nilai luhur di dalam diri sendiri agar berperilaku baik dengan kesadaran pribadi.18
17
Ibid, hlm. 24
18
Ibid, hlm 30
62
Kutipan tersebut secara langsung melukiskan karakter Bu Muslimah yang cerdas, berwibawa, bertanggung jawab, disiplin, berakhlakul karimah baik, dan memiliki kesadaran pribadi yang baik.Kombinasi kedua metode ini digunakan pengarang dari awal hingga akhir untuk menyajikan watak tokoh.Di lain pihak, pengarang membiarkan para pembaca untuk menarik kesimpulan dari bahasa yang digunakan untuk memperkirakan perwatakan para tokoh, seperti pada contoh. Beliau mengobarkan semangat kami untuk belajar dan membuat aku tercengang dengan petuah tentang keberanian pantang menyerah melawan kesulitan apapun.Pak Harfan memberi kami pelajaran pertama tentang keteguhan pendirian tentang ketekunan, tentang keinginan kuat untuk mencapai cita-cita.19 Kata petuah dalam kutipan di atas menyiratkan penggambaran sosok Pak Harfan sebagai seorang guru yang sangat bijaksana dan arif dalam mengajar dan mendidik murid-muridnya untuk selalu memberikan semangat dan dukungan sebagai seorang guru atau pendidik yang sangat berperan penting dalam membentuk karakter dan kecerdasan muridmuridnya. “Bu Mus tersipu. Air mata guru muda ini surut dan ia menyeka keringat di wajahnya yang belepotan karena bercampur dengan bedak tepung beras.”20 Sedangkan dalam kutipan di atas, terdapat kata tepung beras sebagai alas wajah atau bedak yang dikenakan di pipi sangat menggambarkan sosok Bu Mus sebagai seorang guru perempuan yang sangat sederhana dalam 19
Ibid, hlm. 24
20
Ibid, hlm.7-8
63
menata dirinya dan tidak berlebih-lebihan.Di dalam hati dan pikirannya hanya bertekad untuk mengabdikan dirinya untuk mengajar, mendidik, dan mempertahankan sekolah SD Muhammadiyah yang hampir rubuh tersebut. Sebagai tokoh protagonis yang merupakan tokoh yang sangat dikagumi, Pak Harfandan Bu Mus haruslah memberikan nilai-nilai dan norma-norma yang positif para pembacanya, kedua tokoh ini berfungsi untuk menghidupkan cerita dan mempengaruhi seluruh peristiwa dan mempengaruhi perjalanan yang rasakan oleh para anak-anak Laskar Pelangi dalam menempuh pendidikan sekolah dasar dan mempengaruhi pola pikir mereka dalam mencari jati diri sebagai anak-anak Belitong yang haus akan pendidikan di tengah-tengah hidup mereka yang serba kekurangan. Identitas tokoh guru yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi dapat terlihat dalam dialog-dialog langsung. Sebagai protagonis, Pak Harfan dan Bu Mus yang sangat berperan penting dalam pembentukan karakter muridmuridnya sehingga menjadi anak-anak yang dapat menemukan jati dirinya, serta mencapai cita-citanya. Khususnya untuk pengarang yang merupakan salah satu murid yang pernah dididik oleh Pak Harfan dan Bu Mus. Bu Mus adalah seorang guru yang pandai, karismatik, dan memiliki pandangan jauh ke depan. Beliau menyusun sendiri silabus pelajaran budi pekerti dan mengajarkan kami sejak dini pandangan-pandangan dasar moral, demokrasi, hukum, keadilan dan hak-hak asasi serta menuntun kami membuat konstruksi imajiner nilai-nilai integritas pribadi dalam konteks Islam dan kami diajarkan mengenali nilai luhur di dalam diri sendiri agar berperilaku baik dengan kesadaran pribadi.21 21
Ibid, hlm. 30
64
Kutipan tersebut dengan jelas menggambarkan penokohan Pak Harfan dan Bu Mus sebagai guru yang mempunyai pengaruh besar dalam mendidik dan mengajar murid-murinya dengan penuh tanggung jawab, tulus, dan ikhlas demi tercapainya cita-cita murid-muridnya di hari nanti. Pelukisan tokoh guru terlihat penggambaran suasana hati dua guru Laskar Pelangi ketika Pak Harfan dan Bu Mus yang sedang resah menantikan
murid
baru
untuk
mempertahankan
keberadaan
SD
Muhammadiyah gantong yang apabila tidak memenuhi sepuluh murid baru maka akan ditutup oleh pengawas Depdikbud Sumsel. Guru-guru yang sederhana ini berada dalam suasana genting karena pengawas dari Depdikbud Sumsel telah memperingatkan bahwa jika SD Muhammadiyah hanya mendapat murid baru kurang dari sepuluh orang maka sekolah paling tua di Belitong ini harus ditutup. Karena itu sekarang BuMus dan Pak Harfan cemas sebab sekolah mereka akan tamat riwayatnya.22 Sungguh pemandangan yang mengiris hati ketika guru yang berniat dan bertekad keras untuk mengajar dan mendidik harus menghadapi kepahitan dengan bersiap-siap menabahkan hatinya sebagai kepala sekolah sekolah untuk menyampaikan pidato yang akan membatalkan penerimaan siswa baru dikarenakan siswa yang ditunggu dan dinanti tidak kunjungkunjung datang. Seperti kutipan di bawah ini yang mengiris hati ketika semangat itu luntur menjadi pesimis. Tahun ini Pak Harfan sangat pesimis dapat memenuhi target sepuluh, diam-diam beliau telah mempersiapkan sebuah pidato pembubaran sekolah di depan orang tua murid dikarenakan dalam penerimaaan siswa baru itu kurang satu siswa. “kita tunggu sampai pukul sebelas” 22
Ibid, hlm.4-5
65
kata Pak Harfan pada Bu Mus dan seluruh orang tua telah pasrah. Suasana hening.23 Tergambar kepiluan Pak Harfan dan Bu Mus ketika harapannya menjadi kosong dan tanpa arti menunggu calon siswa kelas satu SD Muhammadiyah
sebagai
syarat
diperbolehkannya
mereka
mengajar.Sungguh guru-guru yang luar biasa yang tidak memikirkan materi dan keegoisan hati dalam mendidik dan mengajar.Bagi mereka berdua mengajar adalah kehidupan untuk berusaha mencerdaskan anak Bangka Belitong. Berikut adalah kutipan yang menggambarkan suasana hati Pak Harfan dan Bu Mus ketika akan menghadapi kekalahannya sebagai seorang guru yang tulus berniat mengajar dan mendidik. Saat itu pula tergambar bagaimana perasaan dan suasana hati orang tua siswa yang putus asa karena anak-anaknya tidak jadi sekolah. Pak Harfan menghampiri orang tua murid dan menyalami mereka satu persatu.Sebuah pemandangan yang pilu.Para orang tua menepuknepuk bahunya untuk membesarkan hatinya.Mata Bu Mus berkilauan karena air mata yang menggenang. Pak Harfan berdiri dengan wajah muram, wajahnya tampak putus asa ketika bersiap-siap memberikan pidato terakhir.24 Sunggguh keberkahan dan anugerah yang Allah berikan dengan mengirimkan siswa yang bernama Harun sebagai penutup kekurangan dan kesedihan di dalam kelas SD Muhammadiyah yang telah usang tersebut.Wajah Pak Harfan Bu Mus sangat gembira dengan kehadiran Harun yang melengkapi jumlah siswa menjadi genap sepuluh orang. 23
Ibid, hlm. 5
24
Ibid, hlm.6
66
“Pak Harfan juga tersenyum, beliau melirik bu Mus sambil mengangkat bahunya.Genap sapuluh orang…., “katanya.”25 “Bu Mus tersipu. Air mata guru muda ini surut dan ia menyeka keringat di wajahnya yang belepotan karena bercampur dengan bedak tepung beras.”26 Sungguh semangat yang luar biasa yang dilakukan Pak Harfan dan Bu Mus yang sangat tulus berniat untuk mengajar, mendidik, dan mencerdaskan anak-anak Belitong dengan segala kekurangan dan kelebihan pada diri mereka. Bu Mus merupakan guru perempuan yang sangat tangguh dan luar biasa, ia mengajarkan banyak hal pada muridmuridnya baik itu pelajaran agama, moral, sosial, dan nilai-nilai yang positif, seperti disiplin, rajin, dll. “Kali ini ibunda tidak memberimu nilai terbaik untuk mendidikmu sendiri,” kata Bu Mus dengan bijak pada Mahar yang cuek saja.”27 “Bukan Karena karyamu tidak bermutu, tetapi dalambekerja apapun kita harus memiliki disiplin.”28
Dalam kutipan tersebut jelaslah bahwa Bu Mus merupakan guru yang sangat tegas dan disiplin dalam mendidik murid-muridnya, hal itu terlihat ketika Bu Mus yang menghadapi muridnya bernama Mahar yang bersikap dan bertindak tidak sesuai dengan apa yang diperintahkan dalam mengerjakan tugas. Bu Mus juga mengajarkan demokrasi dan sedikit
25
Ibid, hlm. 7
26
Ibid, hlm.7-8
27
Ibid, hlm. 190
28
Ibid, hlm.190
67
membahas serta menyinggung para koruptor yang marak terjadi di negeri ini. Pelajaran demokrasi pertama yang diajarkan oleh Bu Mus ketika pemilihan ketua kelas yang akan diusung. Beliau ingin bersikap seimbang dengan menyuruh kami menuliskan nama ketua kelas baru yang kami inginkan di selembar kertas, melipatnya dan menyerahkannya kepada beliau. Pilihan ketua kelas pun jatuh pada ketua kelas lama, yaitu Kucai, ia tersenyum pahit dan pucat pasi karena ia merasa tak sanggup melanjutkan tugasnya sebagai ketua kelas.29 Hari ini kami mendapat pelajaran penting tentang demokrasi.Bu Mus menghampiri Kucai dengan lembut dan tertawa jenaka. Lalu Bu Mus berkata “memegang amanah sebagai pemimpin memang berat tapi jangan khawatir banyak orang yang akan mendoakan. Tidakkah Ananda sering mendengar di berbagai upacara petugas sering mengucap doa: ya Allah lindungilah para pemimpin kami? Jarang sekali kita mendengar doa: ya Allah lindungilah anak-anak buah kami….30 Bu Mus sangat mendukung Kucai untuk menjabat kembali menjadi ketua kelas walaupun Kucai tidak bersedia menjadi ketua kelas kembali. Tetapi Bu Mus selalu meyakinkan Kucai pasti bisa melaksanakan tugasnya. Bu Mus juga menggambarkan pelajaran luhur yang melarang perbuatan korupsi yang marak dilakukan oleh politikus saat ini. Rupanya Bu Mus geram dengan korupsi yang merajalela di negeri ini dan beliau menyambung dengan lantang, kata-kata itu mengajarkan arti penting memegang amanah sebagai pemimpin dan Al-Quran megingatkan bahwa kepemimpinan seseorang akan dipertanggungjawabkan nanti di akhirat….31 Banyak hal yang diajarkan Bu Mus dalam mendidik murid-muridnya, tatkala ketika menghadapi Mahar yang membuat ulah ke arah kemusyrikan
29
Ibid, hlm. 72-73
30
Ibid, hlm.73-74
31
Ibid, hlm. 71
68
apabila tidak segera diperbaiki dan diarahkan.Bu mus sangat marah dan kecewa ketika mendapati muridnya melakukan hal yang dilarang agama.Karena Pak Harfan dan Bu Mus selalu mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai agama dengan benar. “Apakah Ananda sudah memiliki rencana A dan rencana B? itulah pertanyaan Bu Mus kepada Mahar dan sekaligus pidato untuk menasihati tindakan Mahar yang sudah keterlaluan. Ia sudah berbelok ke jalan gelap dunia hitam, ia harus segera disadarkan.”32 “Artinya Ananda tidak punya sebuah rencana yang positif, tak pernah lagi membaca buku dan mengerjakan PR karena menghabiskan waktu untuk kegiatan perdukunan yang membelakangi ayat-ayat Allah.”33
Bu Mus sangat marah dan tegas menghadapi permasalahan Mahar yang kian hari kian merosot dalam belajar, nilainya menurun, tidak pernah membaca buku akibat perbuatan yang membawanya pada perbuatan musyrik. “Disambung berita penting: “klenik. Ilmu gaib, takhayul, paranormal, semuanya sangat dekat dengan pemberhalaan.Syirik adalah larangan tertinggi dalam Islam.”34 “Bu Mus mulai terdengar seperti warta berita RRI pukul 7. Lintasan berita: nilai-nilaimu merosot tajam. Hiduplah hanya dari ajaran Al Quran, hadist, dan sunatullah.”35
32
Ibid, hlm.349
33
Ibid, hlm.350
34
Ibid, hlm.350
35
Ibid, hlm.350
69
Bu Mus mempertegas kata-katanya di depan kelas untuk semua murid-murid, terutama untuk Mahar. Bu Mus mengarahkan agar muridmuridnya tidak salah melangkah dan selalu mengikuti ajaran Al Quran dan As Sunah (sunatullah). “Bu Mus mulai terdengar seperti warta berita RRI pukul 7. Lintasan berita: nilai-nilaimu merosot tajam. Hiduplah hanya dari ajaran Al Quran, hadist, dan sunatullah.”36 Tiba-tiba Bu Mus masuk lagi ke dalam ruangan dan menyemprotkan pokok berita, “camkan ini anak muda, tidak ada hikmah apapun dari kemusyrikan, yang akan kau dapat dari praktik-praktik klenik adalah kesesatan yang semakin lama semakin dalam. Iblis mengipasngipasimu setiap kali kau kipasi bara api kemenyan-kemenyan itu.37 Bu Mus sebagai guru yang bertanggung jawab atas mendidik muridnya ia harus bersikap tegas untuk mengambil keputusan agar memperbaiki dan kembali ke jalan yang benar serta memperbaiki nilainilai Mahar yang telah merosot tajam. “Bu Mus ternyata bisa juga emosi dan tak berhenti sampai di situ, “sekarang kau harus mengambil sikap karena….”38
Perjuangan dan pengabdian yang ditorehkan oleh Pak Harfan dan Bu Mus tidaklah sia-sia, ketika melihat murid-muridnya Laskar Pelangi mendapatkan kemenangan mendapatkan peringkat pertama atau juara cerdas cermat yang pada saat itu bersanding dengan SD PN. Kemenangan tersebut diraih setelah mendapatkan trofi yang dimenangkan dengan 36
Ibid, hlm.350
37
Ibid, hlm.352
38
Ibid, hlm.352
70
kriteria penempilan seni yang terbaik. Semua hal itu diraih berkat doa dan dukungan yang diberikan tiada henti-hentinya oleh dua guru yang tangguh yaitu Pak Harfan dan Bu Mus. Pak Harfan bertepuk tangan girang sekali seperti anak kecil, wajahnya menoleh kesana kemari. “Lihatlah murid-muridku, ini baru muridmuridku….” Itu mugkin makna dari ekspresi wajahnya. Bu Mus bergerak maju ke depan, wajah kusutnya telah sirna menjadi cerah. Sekarang beliau berani mengangkat wajahnya, matanya juga berkacakaca dan bibirnya bergumam, “Subhanallah, Subhanallah….39 Pak Harfan mengacung-acungkan jempolnya tinggi-tinggi pada Lintang. “bravo! bravo!” teriaknya girang.Bu Mus yang berpakaian paling sedarhana dibanding guru-guru lain mengangguk-angguk takzim.Ia terlihat sangat bangga pada murid-murid miskinnya, matanya berkaca-kaca dengan haru beliau berucap lirih, “suhanallah….Subhanallah….40 Hal itu diraih karena Bu Mus dan Pak Harfan tiada berhenti untuk mendukung dan memotivasi murid-murid Laskar Pelangi agar dapat mengikuti dan memenangkan perlombaan cerdas cermat tersebut untuk mendapatkan derajat tinggi untuk kehormatan SD Muhammadiyah Gantong yang selama ini terasa diremehkan karena kekurangannya. Kami telah dipersiapkan oleh Bu Mus. Beliau pontang-panting mengumpulkan mengumpulkan contoh-contoh soal dan bekerja keras melatih kami dari pagi sampai sore. Bu Mus melihat lomba ini sebagai media yang sempurna untuk menaikan martabat sekolah Muhammadiyah yang bertahun-tahun selalu diremehkan.41
39
Ibid, hlm.371-372
40
Ibid, hlm. 382
41
Ibid, hlm.364
71
“Baginya ini adalah peristiwa terpenting selama lima belas tahun karir mengajarnya.Beliau benar-benar ingin kami menang dalam lomba ini.”42
Bu Mus dan Pak Harfan merupakan guru yang sangat perhatian dan penyayang pada murid-muridnya, hal itu terlihat ketika dua guru ini sangat menghargai keberadaan anak-anak gantong ini sebagai anak-anak yang sangat berharga di daerah Gantong ini. Ketika mengajukan pertanyaan beliau berlari-lari kecil mendekati kami, menatap kami penuh arti dengan pandangan matanya yang teduh seolah kami adalah anak-anak Melayu yang paling berharga. Lalu membisikan sesuatu di telinga kami, menyitir kami dengan ayatayat suci, menentang pengetahuan kami, berpantun, membelai hati kami dengan wawasan ilmu, lalu diam, diam berpikir seperti kekasih merindu, indah sekali.43 Mereka mengajari kami membuat rumah-rumahan dari perdu apit-apit, mengusap luka-luka di kaki kami, membimbing kami cara berwudhu, melongok ke dalam sarung kami ketika kami disunat, mengajari kami doa sebelum tidur, memompa ban sepeda kami, dan kadang-kadang membuatkan kami air jeruk sambal.44 “Aku memandangi guruku Bu Mus, seseorang yang bersedia menerima kami apa adanya dengan sepenuh hatinya, segenap jiwanya.Ia selalu membesarkan hati kami.”45 Sungguh guru-guru yang sangat luar biasa, hidup mereka seolah hanya untuk pengabdian mengajar dan mendidik dengan tulus, mereka hanya menginginkan murid-muridnya menjadi orang-orang yang berguna untuk 42
Ibid, hlm. 369
43
Ibid, hlm.24
44
Ibid, hlm. 32
45
Ibid, hlm. 83
72
nusa dan bangsa.Apabila ada salah satu murid yang tidak masuk sekolah, maka Bu Mus akan mencari dan menanyakan kabar berita. Hal itu terjadi ketika Lintang murid yang paling pandai dalam berhitung telah sepekan tidak masuk sekolah akibat musibah yang dialaminya karena Ayah tercinta Lintang meninggal dunia. “Bu
Mus
berusaha
kesana
kemari
mencari
kabar
dan
menitipkanpesan padaorang yang mungkin melalui kampung pesisir tempat tinggal Lintang.”46
Betapa bingungnya Bu Mus saat itu, karena Lintang adalah satusatunya murid yang paling jauh keberadaan rumahnya.Di suatu pagi pertanyaan terjawab sudah ketika ada seseorang yang mengantarkan kabar berita dan musibah yang dialami oleh Lintang. Seorang pria kurus tak beralas kaki masuk ke kelas kami, menyampaikan surat kepada Bu Mus. Begitu banyak kesedihan kami lalui dengan bu Mus selama hampir sembilan tahun di SD dan SMP Muhammadiyah tapi baru pertama kali aku melihatnya menangis. Air matanya berjatuhan di atas surat itu.47 3. Alur Plot atau alur adalah kontruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa,mempuyai kaitan erat antara peristiwa satu dengan yang lain. Alur bagian dari unsur intrinsik suatu karya sastra, alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat. Secara struktural alur sangat erat kaitannya dengan penokohan dalam menonjolkan tema
cerita.Perbuatan-perbuatan
46
Ibid, hlm. 429
47
Ibid, hlm.429-430
itu
menimbulkan
peristiwa-
73
peristwa.Rangkaian peristiwa yang saling berhubungan berdasarkan sebab akibat menimbulkan alur.Di samping itu, juga dikemukakan hubungan sebab akibat antarperistiwa di dalamnya. Alur Laskar Pelangi bisa dikatakan tersusun sangat rapi dan maju kedepan, dalam arti peristiwa-peristiwa disusun secara kronologis berdasarkan waktu kejadiannya, akan tetapi tidak jarang ada terjadi pengulangan kembali (Flashback) untuk memperjelas permasalahan pokoknya. Tiap tiap peristiwa mempunyai makna dalam fungsinya untuk menjelaskan konflik-konflik antara pengarang dengan lingkungannya sehingga terwujudnya tema cerita yang mendasarinya.Jadi dapat dikatakan adanya keterjalinan antara penokohan membentuk peristiwa-peristiwa yang akhirnya membentuk sebuah tema. Secara ringkas alur Laskar Pelangi dapat dikemukakan sebagai berikut.Cerita dibuka dengan Pengenalan Situasi, kecemasan seorang guru dan perjuangan seorang anak untuk menggapai cita-cita.Seperti yang tertera pada kutipan berikut. “Bu Mus yang semakin khawatir memancang pandangannya ke jalan raya di seberang lapangan sekolah berharap kalau-kalau masih ada pendaftar baru, suasana hari pertama di SD Muhammadiyah penuh dengan kerisauan, dan yang paling risau adalah Bu Mus dan Pak Harfan.”48
Di dalam proses perjuangan itu terdapat keterbatasan fisik, baik tertuju kepada sekolah maupun kepada fisik tokoh, serta keadaan lingkungannya. Setelah itu, mulailah Pengungkapan Peristiwa awal yang menimbulkan
48
Ibid, hlm. 4
74
banyak pertetentangan maupun kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya. Tokoh Lintang yang menemui kesukaran seperti menempuh sekolah yang jaraknya sangat jauh, serta harus bertemu dengan buaya hampir setiap hari. Penemuan siswa berbakat seperti Lintang dan Mahar . Setelah itu mulai menuju pada adanya konflik, ini hanya sebagai contoh kecil dari keseluruhan konflik yang ditimbulkan.Flo yang ingin menjadi seperti laki-laki hingga terbentuknya perkumpulan mistis yang terdapat pertentangan manusia dengan Tuhannya oleh Flo, Mahar, dan tokoh lainnya. Akan tetapi, yang jelas konflik bermula ketika antara pengarang mampu melihat realitas yang terjadi di Belitong, pengarang yang diperankan oleh tokoh aku dengan lingkungannya, perbedaan yang sangat di dalam sarana dan prasarana pendidikan antara SD PN dengan SD Muhammadiyah perbedaan itu tidak menjadikan semangat belajar Siswa SD Muhammadiyah menjadi lemah. Terbukti berbagai prestasi yang dihasilkan oleh Lintang dan Mahar pada acara karnaval 17 Agustus dan lomba cerdas cermat, inilah hal yang paling menegangkan sekaligus membanggakan para orang tua, guru, dan SD Muhammadiyah ketika lintang dapat menjawab pertanyaan –pertanyaan dalam hitungan detik, ketika Lintang mampu menjelaskan tentang teori sains kepada para juri. Konflik Ini MemuncakPeristiwa yang tidak terduga terjadi tokoh Lintang akhirnya harus berhenti sekolah dikarenakan bapaknya meninggal dan Trapani yang sangat santun terhadap orang tua dan temannya akhirnya gila yang digambarkan secara jelas dan sederhana. Flo, mahar dan anggotanya yang lain
75
ketika pergi untuk menemui seorang dukun terkenal ternyata harus rela dikecewakan oleh berbagai ilmu mistis yang mereka pikirkan, ternyata pesan dari dukun itu adalah kalau ingin pintar haruslah belajar. Akhir Cerita, pada bagian ini berisi penjelasaan tentang nasib-nasib yang dialami para tokoh setelah mengalami peristiwa puncak itu, konflik atau pertentanganyang terjadi telah mengantarkan para tokoh mengalami perubahan nasib . berawal dari pertentangan itulah, timbul kesadaran baru, Ikal yang berhasil melanjutkan cita-citanya sekolah ke luar negeri, tapi menyedihkan untuk Lintang yang jenius ternyata sekarang menjadi pekerja rodi. Mahar dan Flo yang insyaf, Flo menempuh perguruan tinggi di FKIP Universitas Sriwijaya. Setelah lulus ia menjadi guru Tk di Tanjong Pandan dan mahar sibuk mengajar dan mengorganisasikan berbagai kegiatan budaya, A Kiong masuk Islam dan menjadi seorang muslim yang taat. Syahdan yang menemukan keahliannya di bidang komputer.Ia mendapatkan beasiswa ke Kyoto University Jepang dan akhirnya menduduki posisi sebagai Information technology manager di sebuah perusahaan multinasional yang terkemuka yang berpusat di Tangerang (hal 478-479). Kucai yang menjadi seorang politisi dengan gelar yang paling tinggi di bandingkan dengan tokoh yang lain.
4. Setting Setting ialah situasi yang tergambar dalam cerita yang mencakup tempat, suasana lingkungan atau suasana hati tokoh dan waktu terjadinya peristiwa tersebut.Di dalam sebuah novel tentu terdapat latar yang sangat kompleks.Di
76
dalam Laskar Pelangi memerlukan tempat yang lebih beragam dan waktu yang lama. Pulau Belitong adalah salah satu setting secara umum yang melatarbelakangi peristiwa yang terjadi tepatnya di desa terpencil (Bab 7, 4950). Latar atau setting pada karya sastraLaskar Pelangi ini termasuk realitas objektif yaitu benar – benar dialami oleh pengarang dan pembaca mengetahui latar tempatnya. Di samping itu dengan mengetahui latar, pembaca mempunyai persepsi tentang peristiwa. Setting yang menggambarkan Suasana yang sangat menyedihkan adalah SD Muhammadiyah.Beberapa setting bersifat fisikal seperti Pohon filicium, rawa dan sungai, toko kelontong, Pulau Lanum dan pantai Pangkalan Punai.settingitu juga mempunyai hubungan dengan perwatakan para pelaku, jarak rumah Lintang dengan sekolah telah mampu menciptakan karakter Lintang yang tegar, berani, pantang menyerah di dalam berjuang menempuh pendidikan. Ikal yang hidup di tengah lingkungan yang keterbatasaan mampu menjadikannya mempunyai semangat untuk berusaha memperoleh kehidupan yang lebih baik.Itu semua dikarenakan kondisi Belitong yang sangat erat dengan perbedaan status antara PN timah dengan lingkungan sekitarnya. Hubungan
setting
dengan
tema
pun
terlihat,
Sekolah
yang
memperhatinkan tidak merubah semangat mengajar dan belajar para guru dan siswa.Alam yang luas, indah, dan panorama Pulau Belitong di jadikan sebagai sumber inspirasi di dalam membentuk kreatifitas mereka.Jarak yang jauh di dalam menempuh cita-cita semakin membentuk pribadi yang tegar.Sampaisampai seorang siswa SD PN ingin bersekolah di sekolah yang sangat
77
memperhatinkan.Semua karena keterbatasan terkadang menjadi penyebab bagi seseorang untuk produktif dan kenyamanan terkadang tidak mampu memaksa seseorang untuk produktif.Setting yang ada di dalam Laskar Pelangi ini seolah-olah ingin menyampaikan pesan kepada kita, keadaan yang begitu memperhatinkan seperti itu saja, guru dan siswa sama-sama ingin mengajar dan belajar. 5. Amanat Amanat ialah pesan yang disampaikan pengarang terhadap pembaca melalui tulisan-tulisannya agar pembaca bisa menarik kesimpulan dari apa yang telah pembaca nikmati. Karena karya sastra yang baik adalah karya yang bisa memberikan sumbangsih dan pesan nilai-nilai, etika, moral. Terutama dalam ranah pendidikan yang kiranya sangat membutuhkan inspirasi untuk lebih maju lagi, terutama dalam meningkatkan keprofesioanalan seorang guru.Adapun pelajaran atau amanat yang dapat kumpulkan dan dibingkai indah dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata adalah a) Untuk memberikan inspirasi dan semangat kepada para guru dan pelajar yang berada di dalam pendidikan, karena pendidikan sangatlah penting bagi kita walaupun dalam berbagai tantangan yang melanda pada diri kita sebagai pelajar. Berikut adalah kutipan kebahagiaan Pak Harfan dan Bu Mus ketika mendapatkan satu orang siswa sebagai pelengkap dan syarat dilanjutkannya proses belajar mengajar di sekolah Muhammadiyah Belitong tersebut.
78
“Pak Harfan juga tersenyum, beliau melirik Bu Mus sambil mengangkat bahunya.Genap sapuluh orang…., “katanya.”49
b) Belajarlah dengan sungguh-sungguh walaupun dalam keadaan kekurangan fasilitas pendidikan, karena hal itu bukanlah suatu hal yang dapat menghambat dan terpuruknya seseorang untuk menempuh ilmu. Seperti yang dilakukan oleh Pak Harfan sebagai seorang pendidik yang sangat mengharapkan para siswanya untuk semangat belajar dan menggapai citacitanya. Beliau megobarkan semangat kami untuk belajar dan membuat aku tercengang dengan petuah tentang keberanian pantang menyerah melawan kesulitan apapun.Pak Harfan memberi kami pelajaran pertama tentang ketenguhan pendirian tentang ketekunan, tentang keinginan kuat untuk mencapai cita-cita.50 c)
Sebagai penerus generasi penerus bangsa setiap individu harus mempunyai dedikasi tinggi terhadap pendidikan. Khususnya seorang guru, di dalam proses mendidik sebaiknya dapat mengajarkan tentang nilai-nilai dasar kehidupan seperti akhlak, kejujuran, dasar-dasar moral dan agama, selain itu, dalam mengajar sebaiknya tanpa pamrih dan mengajar dengan hati yang ikhlas. “Sebuah kisah yang sangat megesankan, pelajaran moral pertama: jika tak rajin shalat maka pandai-pandailah berenang.”51 Bu Mus adalah seorang guru yang pandai, karismatik, dan memiliki pandangan jauh ke depan. Beliau menyusun sendiri silabus pelajaran budi pekerti dan mengajarkan kami sejak dini pandangan-pandangan 49
Ibid, hlm.7
50
Ibid, hlm.24
51
Ibid, hlm. 21-22
79
dasar moral, demokrasi, hukum, keadilan dan hak-hak asasi serta menuntun kami membuat konstruksi imajiner nilai-nilai integritas pribadi dalam konteks Islam dan kami diajarkan mengenali nilai luhur di dalam diri sendiri agar berperilaku baik dengan kesadaran pribadi.52 d) Dalam menggapai cita-cita, hendaknya tidak mudah menyerah atau putus asa, walau cita-cita itu tidak mudah diraih dan diwujudkan sesuai keinginan. Berusahalah sekuat tenaga untuk meraih semua mimpi dan citacita walau dalam himpitan ekonomi dan keterbatasan. Beliau megobarkan semangat kami untuk belajar dan membuat aku tercengang dengan petuah tentang keberanian pantang menyerah melawan kesulitan apapun.Pak Harfan memberi kami pelajaran pertama tentang ketenguhan pendirian tentang ketekunan, tentang keinginan kuat untuk mencapai cita-cita.Beliau meyakinkan bahwa hidup bisa bahagia dalam keterbatasan jika dimaknai dengan keiklasan berkorban untuk sesama.53 6. Sudut Pandang Sudut pandang yang digunakan dalam novel Laskar Pelangi yaitu menggunakan sudut pandang orang pertama atau pencerita akuan, karena novel Laskar Pelangiditulis oleh pengarang yang tidak lain adalah salah satu anggota Laskar Pelangi yang bernama Ikal atau pengarang Andrea Hirata tersebut. “Pagi itu, waktu aku masih kecil, aku duduk di bangku panjang di depan sebuah kelas. Sebatang pohon filicium tua yang rindang meneduhiku.Ayahku duduk disampingku memeluk pundakku dengan kedua lengannya dan tersenyum mengangguk-angguk pada setiap orang tua.”54
52
Ibid, hlm.30
53
Ibid, hlm.24
54
Ibid, hlm. 1
80
“Aku memandangi guruku Bu Mus, seseorang yang bersedia menerima kami apa adanya dengan sepenuh hatinya, segenap jiwanya.Ia selalu membesarkan hati kami.”55 7. Bahasa Novel Laskar Pelangipada umumnya menggunakan bahasa Melayu sesuai dengan tempat yang digambarkan, yaitu Pulau Bangka Belitong yang terkenal dengan perusahaan timah. Bahasa melayu tersebut disampaikan dengan begitu indah dan serasi sesuai dengan para tokoh, terutama bahasa Pak Harfan dan Bu Mus sebagai guru yang menjadi teladan bagi murid-muridnya. “superb! Anak pesisir, superb!” puji Bu Mus.”56 Selain menggunakan bahasa melayu, pengarang mengemas novel Laskar Pelangi dengan bahasa-bahasa ilmiah, hal itu sangat serasi dengan tema yang diangkat yaitu tema pendidikan dan dilengkapi dengan bahasa-bahasa agama yang menjadi dasar bagi sekolah SD Muhammadiyah Gantong. “Thermoluminescent dating!Penentuan usia melalui pelepasan energi sinar dalam suhu panas”.57
C. Temuan Penelitian dan Hasil Analisis Penokohan Guru dalam Novel Laskar Pelangi Berikut adalah kutipan-kutipan penokohan dalam novel Laskar Pelangi yang akan dianalisis dan dipaparkan 55
Ibid, hlm. 83
56
Ibid, hlm.107
57
Ibid, hlm. 327
secara detail. Adapun penokohan tersebut
81
ditampilkan dalam sosok Bapak Harfan Efendi Noor dan Ibu Muslimah Hafsari selaku guru Laskar Pelangi yang paling berperan penting dalam pembentukan akhlak, mental, dan tentunya dalam keberhasilan cita-cita yang diraih oleh anakanak didiknya, terutama pengarang yang tidak lain adalah anak didiknya yang saat ini memperoleh penghargaan yang luar biasa atas hasil karya-karya yang diciptakan oleh pengarang. Selain itu penulis akan sedikit membahas penokohan guru-guru lain yang melengkapi penokohan guru yang terdapat di dalam novel Laskar Pelangi seperti, guru yang bernama Pak Fahimi, Drs. Dzulfikar, dan Ibu Frischa. Pendidik yang memiliki semangat tinggi akan selalu berusaha mendidik peserta didiknya dengan tulus, Bu Mus dan Pak Harfan merupakan dua cerminan guru hakiki yang mengatasnamakan pahlawan tanpa tanda jasa. Keikhlasan dan ketulusannya dalam mendidik tidak membuat mereka putus asa dalam mencari mutiara-mutiara di dasar lautan yang akan menjadi mutiara indah apabila sudah ditatanya. 1. Penokohan ditinjau dari Nilai-Nilai Positif yang Harus Dimiliki Seorang Guru Adapun penokohan guru yang ditinjau dari nilai-nilai positif yang harus dimiliki seorang guru adalah ketulusan, kesabaran, keikhlasan, antusias, pekerja keras, berwibawa, motivatoris, menjadi teladan, penuh kasih sayang, optimis, religius, demokratis, konsisten, profesional, dan mengajarkan kejujuran serta mengajarkan kedisiplinan.Berikut temuan kutipan tentang penokohan guru yang ditinjau dari nilai-nilai positif yang harus dimiliki seorang guru yakni:
82
a. Ketulusan Guru-guru yang sederahana ini berada dalam suasana genting karena pengawas dari Depdikbud Sumsel telah memperingatkan bahwa jika SD Muhammadiyah hanya mendapat murid baru kurang dari sepuluh orang maka sekolah paling tua di Belitong ini harus ditutup. Karena itu sekarang Bu mus dan Pak Harfan cemas sebab sekolah mereka akan tamat riwayatnya.58 b. Kesabaran Tahun ini Pak Harfan sangat pesimis dapat memenuhi target sepuluh, diam-diam beliau telah mempersiapkan sebuah pidato pembubaran sekolah di depan orang tua murid dikarenakan dalam penerimaaan siswa baru itu kurang satu siswa. “kita tunggu sampai pukul sebelas” kata pak Harfan pada Bu Mus dan seluruh orang tua telah pasrah. Suasana hening.59 c. Keikhlasan Pak Harfan menghampiri orang tua murid dan menyalami mereka satu persatu.Sebuah pandangan yang pilu.Para orang tua menepuk-nepuk bahunya untuk membesarkan hatinya.Mata Bu Mus berkilauan karena air mata yang menggenang. Pak Harfan berdiri dengan wajah muram, wajahnya tampak putus asa ketika bersiap-siap memberikan pidato terakhir.60 d. Antusias “Pak Harfan juga tersenyum, beliau melirik Bu Mus sambil mengangkat bahunya.Genap sapuluh orang…., “katanya.”61
e. Pekerja keras “Pak Harfan telah puluhan tahun mengabdi di sekolah Muhammdiyah nyaris tanpa imbalan apaun demi motif syiar Islam.Beliau menghidupi keluarga dari sebidang kebun palawija di pekarangan rumahanya.”62
58
Ibid, hlm. 4-5
59
Ibid, hlm.5
60
Ibid, hlm.6
61
Ibid, hlm. 7
62
Ibid, hlm. 21
83
f. Berwibawa Karena penampilan Pak Harfan agak seperti beruang madu, anak kecil yang tak kuat mental bisa langsung terkena sawan.Namun ketika beliau angkat bicara meluncurlah mutiara-mutiara puitis sebagai prolog penerimaan selamat datang penuh atmosfir sukacita, namun dengan waktu yang singkat beliau telah merebut hati kami. Sebuah kisah yang sangat megesankan, pelajaran moral pertama: jika tak rajin shalat maka pandaipandailah berenang.63 g. Motivatoris “Kami ternganga karena suara Pak Harfan yang berat menggetarkan benang-benang halus dalam kalbu kami, dada kami berkobar-kobar mendengar lika-liku cerita dan ingin membela perjuangan para penegak Islam.”64 “Suara
Pak
menggetarkan.Kami
Harfan
bergemuruh.Sebuah
bersorak-sorai
mendukung
pidato beliau.Kita
yang harus
karnaval.Mari kita beri kesempatan kepada orang-orang muda berbakat Mahar untuk menunjukan kreativitasnya.”65 “Pak Harfan telah membakar semangat kami, sehingga kami siap tempur.”66 “Pak Harfan, Bu Mus dan guru-guru kami sangat bangga dan seolah tak percaya melihat murid-muridnya memiliki kemampuan seperti itu dalam acara karnaval yang berhasil membawa pulang trofi hasil penampilan seni terbaik tahun ini.”67 “Keinginan yang kuat yang kami pelajari dari petuah Pak Harfan Sembilan tahun yang lalu di hari pertama kami masuk SD, agaknya terbukti.”68 63
Ibid, hlm.21-22
64
Ibid, hlm.23
65
Ibid, hlm.222
66
Ibid, hlm. 223
67
Ibid, hlm.245
68
Ibid, hlm. 384
84
“Bagaimanapun dulu Pak Harfan dan Bu Mus mengajari agar tak gentar pada kesulitan apapun.”69 Beliau menorehkan benang merah kebenaran hidup yang sederhana melalui kata-katanya yang ringan namun bertenaga seumpama titik-tiitk air hujan.Beliau megobarkan semangat kami untuk belajar dan membuat aku tercengang dengan petuah tentang keberanian pantang menyerah melawan kesulitan apapun.Pak Harfan memberi kami pelajaran pertama tentang ketenguhan pendirian tentang ketekunan, tentang keinginan kuat untuk mencapai cita-cita.70 Beliau meyakinkan bahwa hidup bisa bahagia dalam keterbatasan jika dimaknai dengan keiklasan berkorban untuk sesama.Lalu beliau menyampaikan prinsip yang diam-diam menyelinap ke dalam dadaku serta memberi arah bagiku hingga dewasa, yaitu hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukannya untuk menerima sebanyak-banyaknya.71 “Kuliah umum dari Pak Harfan di hari pertama kami masuk SD Muhammadiyah langsung menancapkan tekad dalam hati kami untuk membela sekolah yang hampir rubuh ini, apapun yang terjadi.”72 “Pesan Pak Harfan bahwa hiduplah dengan memberi sebanyak-banyaknya terefleksi pada kehidupan.”73 “Pak Harfan dan mantan pengajar perguruan Muhammadiyah hingga kini tak pernah berhenti mendengungkan syiar Islam.”74 h. Menjadi teladan Pak Harfan menceritakan dengan semangat perang Badar, kami terpesona pada setiap pilihan kata dan gerak lakunya yang memikat.Ada pengaruh lembut dan baik terpancar darinya.Ia mengesankan sebagia pria yang kenyang akan pahit, getir perjuangan dan kesusahan hidup, berpengetahuan seluas samudra, bijak, berani mengambil keputusan
69
Ibid, hlm.440
70
Ibid, hlm. 24
71
Ibid, hlm.24
72
Ibid, hlm. 25
73
Ibid, hlm.487
74
Ibid, hlm.488
85
resiko, dan menikmati daya tarik dalam mencar-cari bagaimana menjelaskan sesuatu agar orang mengerti.75 i. Penuh kasih sayang Mereka mengajari kami membuat rumah-rumahan dari perdu apit-apit, mengusap luka-luka di kaki kami, membimbing kami cara berwudhu, melongok ke dalam sarung kami ketika kami disunat, mengajari kami doa sebelum tidur, memompa ban sepeda kami, dan kadang-kadang membuatkan kami air jeruk sambal.76 j. Optimis “Bu Mus yang semakin khawatir memancang pandangannya ke jalan raya di seberang lapangan sekolah berharap kalau-kalau masih ada pendaftar baru, suasana hari pertama di SD Muhammadiyah penuh dengan kerisauan, dan yang paling risau adalah Bu Mus dan Pak Harfan.”77 k. Religius Shalatlah tepat waktu, biar dapat pahala lebih banyak,” demikian Bu Mus selalu menasihati kami. Itulah kata-kata yang diilhami surah An-Nisa dan telah diucapkan ratusan kali oleh puluhan khatib dan sering kali dianggap lalu saja oleh umat.Tapi jika yang mengucapkannya Bu Mus kata-kata itu demikian berbeda, begitu sakti, mendengung-dengung di dalam kalbu.78
l. Demokratis Beliau ingin bersikap seimbang dengan menyuruh kami menuliskan nama ketua kelas baru yang kami inginkan di selembar kertas, melipatnya dan menyerahkannya kepada beliau. Pilihan ketua kelas pun jatuh pada ketua kelas lama, yaitu Kucai, ia tersenyum pahit dan pucat pasi karena ia merasa tak sanggup melanjutkan tugasnya sebagai ketua kelas.79 Hari ini kami mendapat pelajaran penting tentang demokrasi.Bu Mus menghampiri Kucai dengan lembut dan tertawa jenaka. Lalu Bu Mus 75
Ibid, hlm.23
76
Ibid, hal. 32
77
Ibid, hlm. 4
78
Ibid, hlm.31
79
Ibid, hlm. 72-73
86
berkata memegang amanah sebagai pemimpin memang berat tapi jangan khawatir banyak orang yang akan mendoakan. Tidakkah Ananda sering mendengar di berbagai upacara petugas sering mengucap doa: ya Allah lindungilah para pemimpin kami? Jarang sekali kita mendengar doa: ya Allah lindungilah anak-anak buah kami….80 m. Konsisten “Bahkan Bu Mus berani bertanggung jawab memberikan nilai sempurna: sepuluh.”81 n. Profesional Bu Mus adalah seorang guru yang pandai, karismatik, dan memiliki pandangan jauh ke depan. Beliau menyusun sendiri silabus pelajaran budi pekerti dan mengajarkan kami sejak dini pandangan-pandangan dasar moral, demokrasi, hukum, keadilan dan hak-hak asasi serta menuntun kami membuat konstruksi imajiner nilai-nilai integritas pribadi dalam konteks Islam dan kami diajarkan mengenali nilai luhur di dalam diri sendiri agar berperilaku baik dengan kesadaran pribadi.82 o. Kejujuran Suatu hari dalam pelajaran budi pekerti kemuhammadiyahan, Bu Mus menjelaskan tentang karakter yang dituntut dari seorang pemimpin. Beliau menyitir perkataan Khalifah Umar Bin Khatab, “barang siapa yang kami tunjuk sebagai amir atau pemimpin dan telah kami tetapkan gajinya untuk itu, maka apapun yang ia terima selain gajinya itu adalah penipuan!.83 Rupanya Bu Mus geram dengan korupsi yang merajalela di negeri ini dan beliau menyambung dengan lantang, kata-kata itu mengajarkan arti penting memegang amanah sebagai pemimpin dan Al-Quran megingatkan bahwa kepemimpinan seseorang akan dipertanggungjawabkan nanti di akhirat….84
80
Ibid, hlm. 73-74
81
Ibid, hlm.124
82
Ibid, hlm.30
83
Ibid, hlm.70-71
84
Ibid, hlm.71
87
p. Kedisiplinan “Kali ini ibunda tidak memberimu nilai terbaik untuk mendidikmu sendiri,” kata Bu Mus dengan bijak pada Mahar yang cuek saja.” “Bukan Karena karyamu tidak bermutu, tetapi dalam bekerja apapun kita harus memiliki disiplin.”85
2. Penokohan ditinjau dari Profil Guru yang Baik Analisis penokohan guru dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ini dikategorikan berdasarkan tokoh guru beserta penggambaran penokohan yang disandang masing-masing guru-guru dalam novel ini, seperti Bapak Harfan Efendy
Noor, Ibu Muslimah Hafsari, beserta guru-guru lainnya. Analisis
penokohan guru di bawah ini akan dikategorikan berdasarkan nilai-nilai yang ditransfer masing-masing guru. Adapun profil guru yang baik haruslah berakhlak mulia, Guru juga harus menumbuhkan dimensi moral, dan guru harus memiliki peranan untuk merangsang dan memotivasi siswa untuk belajar. Berikut ini kutipan-kutipan penokohan guru dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang menggambarkan tiga ciri profil guru yang baik tersebut. Dalam novel tersebut penulis menemukan penokohan guru yang berakhlak mulia pada halaman 23 sebagai berikut. Pak Harfan menceritakan dengan semangat perang Badar, kami terpesona pada setiap pilihan kata dan gerak lakunya yang memikat.Ada pengaruh lembut dan baik terpancar darinya.Ia mengesankan sebagia pria yang kenyang akan pahit, getir perjuangan dan kesusahan hidup, berpengetahuan seluas samudra, bijak, berani mengambil keputusan resiko, dan menikmati daya tarik dalam mencari-cari bagaimana menjelaskan sesuatu agar orang mengerti.86 85
Ibid, hlm. 190
86
Ibid, hlm.23
88
Guru juga harus menumbuhkan dimensi moral sebagaimana yang dipaparkan dalam kutipan berikut: “Bagi kami Pak Harfan dan Bu Mus adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang sesungguhnya.Mereka mentor, penjaga, sahabat, pengajar, dan guru spiritual.Mereka yang pertama kali mengajarkan amar ma’ruf nahi munkar secara gamblang sebagai pegangan moral kami sepanjang hayat.”87 Guru harus memiliki peranan untuk merangsang dan memotivasi siswa untuk belajar dan mengembangkan potensinya dalam bidang-bidang tertentu. Berikut kutipannya: “Keinginan yang kuat yang kami pelajari dari petuah Pak Harfan Sembilan tahun yang lalu di hari pertama kami masuk SD, agaknya terbukti.”88 “Bagaimanapun dulu Pak Harfan dan Bu Mus mengajari agar tak gentar pada kesulitan apapun.”89 Beliau menorehkan benang merah kebenaran hidup yang sederhana melalui kata-katanya yang ringan namun bertenaga seumpama titik-tiitk air hujan.Beliau megobarkan semangat kami untuk belajar dan membuat aku tercengang dengan petuah tentang keberanian pantang menyerah melawan kesulitan apapun.Pak Harfan memberi kami pelajaran pertama tentang ketenguhan pendirian tentang ketekunan, tentang keinginan kuat untuk mencapai cita-cita.90
87
Ibid, hlm. 32
88
Ibid, hlm. 384
89
Ibid, hlm.440
90
Ibid, hlm. 24
89
“Kuliah umum dari Pak Harfan di hari pertama kami masuk SD Muhammadiyah langsung menancapkan tekad dalam hati kami untuk membela sekolah yang hampir rubuh ini, apapun yang terjadi.”91 Ketiga profil di atas harus dimiliki oleh semua guru dalam mengajar dan mendidik murid-muridnya, seperti yang dilakukan Pak Harfan Effendy dan Ibu Muslimah Hafsari sebagai tokoh guru yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi. Di bawah ini akan membahas penokohan-penokohan guru yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. a. Penokohan Pak Harfan Pak Harfan merupakan guru sekaligus kepala sekolah SD Muhammadiyah Gantong belitong yang sangat baik hati, bijaksana, religius, penuh wibawa, serta memiliki kepribadian kuat dan tipe orang pekerja keras dalam berusaha mendidik murid-muridnya.Pelajaran hidup yang beliau torehkan sangat berharga dan menyentuh hati para murid-muridnya, sehingga apa yang diucapkan menjadi semangat yang sangat berperan mendukung keinginan untuk mencapai cita-cita murid-muridnya. Berikut akan dijelaskan penokohan Pak Harfan dengan nilainilai positif dalam mendidik murid-muridnya. 1) Ketulusan Bu Mus dan Pak Harfan merupakan guru yang sangat berdedikasi tinggi dalam pendidikan.Mereka berusaha sekuat dan semampunya untuk mempertahankan sekolah yang sangat dicintainya selama ini. Tidak peduli dengan peringatan yang telah disampaikan oleh pengawas dari Depdikbud Sumsel yang akan menutup SD
91
Ibid, hlm. 25
90
Muhamadiyah jika dalam tahun ini perolehan siswa itu kurang dari sepuluh orang. Tetapi niat mereka yang tulus membuat mereka tidak gentar dan jemu untuk menunggu calon murid baru. Seperti kutipan di bawah ini. Guru-guru yang sederhana ini berada dalam suasana genting karena pengawas dari Depdikbud Sumsel telah memperingatkan bahwa jika SD Muhammadiyah hanya mendapat murid baru kurang dari sepuluh orang maka sekolah paling tua di Belitong ini harus ditutup. Karena itu sekarang BuMus dan Pak Harfan cemas sebab sekolah mereka akan tamat riwayatnya.92 2) Kesabaran Pemandangan yang mengiris hati ketika guru yang berniat dan bertekad keras untuk mengajar dan mendidik harus menghadapi kepahitan dengan bersiap-siap menabahkan hatinya sebagai kepala sekolah untuk menyampaikan pidato yang akan membatalkan penerimaan siswa baru dikarenakan siswa yang ditunggu dan dinanti tidak kunjung-kunjung datang. Tetapi Pak Harfan dengan kesabarannya ia tetap berharap akan datang murid baru untuk mempertahankan eksistensinya sebagai seorang guru yang dengan tulus mengajar dan mendidik calon muridmurid barunya. Seperti kutipan di bawah ini yang mengiris hati ketika semangat itu luntur menjadi pesimis. Tahun ini Pak Harfan sangat pesimis dapat memenuhi target sepuluh, diam-diam beliau telah mempersiapkan sebuah pidato pembubaran sekolah di depan orang tua murid dikarenakan dalam penerimaaan siswa baru itu kurang satu siswa. “kita tunggu sampai pukul sebelas” kata pak Harfan pada Bu Mus dan seluruh orang tua telah pasrah. Suasana hening.93 Ketika itu pak Harfan dan Bu Mus telah sampai pada kepasrahan, tetapi dengan semangat dan keikhlasan hati, mereka dengan sabar menanti kedatangan 92
Ibid, hlm. 4-5
93
Ibid, hlm.5
91
murid baru untuk menyelamatkan nasib sekolah SD Muhammadiyah Gantong tersebut.
3) Keikhlasan Tergambar kepiluan Pak Harfan dan Bu Mus ketika harapannya menjadi kosong dan tanpa arti menunggu calon siswa kelas satu SD Muhammadiyah sebagai syarat diperbolehkannya mereka mengajar.Sungguh guru-guru yang luar biasa yang tidak memikirkan materi dan keegoisan hati dalam mendidik dan mengajar.Bagi mereka berdua mengajar adalah kehidupan untuk berusaha mencerdaskan
anak
Bangka
Belitong.
Berikut
adalah
kutipan
yang
menggambarkan suasana hati Pak Harfan dan Bu Mus ketika akan menghadapi kekalahannya sebagai seorang guru yang tulus berniat mengajar dan mendidik. Saat itu pula tergambar bagaimana perasaan dan suasana hati orang tua siswa yang putus asa karena anak-anaknya tidak jadi sekolah.Pak Harfan dengan keikhlasan hatinya terpaksa dengan tegar untuk memberikan pidato terakhir. Pak Harfan menghampiri orang tua murid dan menyalami mereka satu persatu.Sebuah pandangan yang pilu.Para orang tua menepuk-nepuk bahunya untuk membesarkan hatinya.Mata Bu Mus berkilauan karena air mata yang menggenang. Pak Harfan berdiri dengan wajah muram, wajahnya tampak putus asa ketika bersiap-siap memberikan pidato terakhir.94 Bagi Pak Harfan mengajar dan mendidik merupakan bagian dari kehidupannya, karena baginya mengajar dan mendidik adalah tugas mulia yang harus dijunjung tinggi. Pak Harfan berjuang di SD Muhammadiyah ditemani Ibu Mus yang selalu
94
Ibid, hlm.6
92
mengabdi dan menghabiskan masa di sekolah Muhammadiyah yang sangat memprihatinkan keadaannya.
4) Antusias (bersemangat) Keberkahan dan anugerah yang Allah berikan dengan mengirimkan siswa yang bernama Harun sebagai penutup kekurangan dan kesedihan di dalam kelas SD Muhammadiyah yang telah usang tersebut.Wajah Pak Harfan sangat gembira dengan kehadiran Harun yang melengkapi jumlah siswa menjadi genap sepuluh orang. “Pak Harfan juga tersenyum, beliau melirik Bu Mus sambil mengangkat bahunya.Genap sapuluh orang…., “katanya.”95 Pak Harfan sangat antusias melihat Harun sebagai calon murid barunya. Harapan Pak Harfan sebagai kepala sekolah dan guru tercapailah sudah.Saat itu Pak Harfan sangat bahagia dan bersemangat dengan kedatangan Harun, karena bagi Pak Harfan peristiwa ini menjadi langkah awalnya untuk memenuhi niat tulusnya untuk mengajar dan mendidik anak-anak Gantong Belitong. “Orang-orang yang rela menghabiskan sisa hidupnya betahan di sekolah semacam ini, orang-orang itu adalah kepala sekoolah kami Pak K.A Harfan Efendy Noor bin K. A Fadillah zein Noor dan Ibu N. A Muslimah Hafsari Hamid binti K. A. Abdul Hamid.”96 5) Ikhlas dan pekerja keras
95
Ibid, hlm. 7
96
Ibid, hlm. 20
93
Selain mengajar di sekolah Muhammadiyah, Pak Harfan mencari nafkah untuk keluarganya dengan bertani palawija, karena ia tidak pernah mengharapkan imbalan apapun dalam mendidik. Ia merupakan kepala sekolah dan kepala keluarga yang sangat pekerja keras untuk mencapai sesuatu. “Pak Harfan telah puluhan tahun mengabdi di sekolah Muhammdiyah nyaris tanpa imbalan apaun demi motif syiar Islam.Beliau menghidupi keluarga dari sebidang kebun palawija di pekarangan rumahanya.”97 6) Berwibawa Pak Harfan adalah salah satu guru sekaligus kepala sekolah SD Muhammadiyah Gantong, ia sangat baik hati, bijaksana, cerdas, religius, dan bertanggung jawab dalam mendidik murid-muridnya, ia bukan hanya mentransfer ilmu atau pengetahuan saja, ia sangat berperan penting dalam membentuk karakter murid-murid agar lebih baik yang selalu mengikuti ajaran yang Allah perintahkan dan menjauhi segala larangan yang Allah tentukan. Murid yang baru pertama kali bertemu mungkin akan takut bila melihat wajahnya, tetapi jika murid itu sudah mendengar kata-kata atau petuah yang keluar dari mulutnya maka anak itu akan mengagumi sosok Pak Harfan sebagai seorang yang pantas untuk diayomi. Karena penampilan Pak Harfan agak seperti beruang madu, anak kecil yang tak kuat mental bisa langsung terkena sawan.Namun ketika beliau angkat bicara meluncurlah mutiara-mutiara puitis sebagai prolog penerimaan selamat datang penuh atmosfir sukacita, namun dengan waktu yang singkat beliau telah merebut hati kami. Sebuah kisah yang sangat megesankan, pelajaran moral pertama: jika tak rajin shalat maka pandai-pandailah berenang.98 7) Motivatoris
97
Ibid, hlm. 21
98
Ibid, hlm.21-22
94
Pengetahuan agamanya yang luas membuat murid semangat untuk belajar dan mendengarkan pelajaran yang diberikan, bagi Pak Harfan pendidikan agama sangatlah penting untuk pembentukan karakter terpuji dan menciptakan insan yang selalu beriman dan bertakwa. “Kami ternganga karena suara Pak Harfan yang
berat menggetarkan
benang-benang halus dalam kalbu kami, dada kami berkobar-kobar mendengar lika-liku cerita dan ingin membela perjuangan para penegak Islam.”99 Pada bidang kesenian dan berkarya, Bu Mus dan Pak Harfan mendapatkan kebahagiaan yang sangat luar biasa, berkat dukungan mereka selama ini, muridmurid SD Muhammadiyah Gantong mendapatkan penghargaan trofi dengan kandidat penampilan kesenian terbaik. Sungguh rasa bangga yang dirasakan dua guru tersebut ketika melihat pemandangan yang membahagiakan tersebut. “Suara Pak Harfan bergemuruh.Sebuah pidato yang menggetarkan.Kami bersorak-sorai mendukung beliau.Kita harus karnaval.Mari kita beri kesempatan kepada orang-orang muda berbakat Mahar untuk menunjukan kreativitasnya.”100 “Pak Harfan telah membakar semangat kami, sehingga kami siap tempur.”101 “Pak Harfan, Bu Mus dan guru-guru kami sangat bangga dan seolah tak percaya melihat murid-muridnya memiliki kemampuan seperti itu dalam acara karnaval yang berhasil membawa pulang trofi hasil penampilan seni terbaik tahun ini.”102
99
Ibid, hlm.23
100
Ibid, hlm.222
101
Ibid, hlm. 223
102
Ibid, hlm.245
95
Motivasi dan semangat yang diberikan Pak Harfan membuat murid-muridnya percaya diri dapat membawa kemenangan yang membuat nama sekolah SD Muhammadiyah Gantong harum dan dihargai. Keberhasilan yang diraih bukan hanya sekedar yang biasa saja, Pak Harfan dan Bu Mus memberikan kesadaran pada murid-muridnya untuk selalu berjuang tanpa lelah walaupun halangan yang dirasa sangat menyulitkan. “Keinginan yang kuat yang kami pelajari dari petuah Pak Harfan Sembilan tahun yang lalu di hari pertama kami masuk SD, agaknya terbukti.”103 “Bagaimanapun dulu Pak Harfan dan Bu Mus mengajari agar tak gentar pada kesulitan apapun.”104
Pak Harfan sangat mendukung dan memotivasi murid-muridnya agar tidak gentar dengan keadaan dan halangan, sehingga hikmah manis yang bisa dikecap oleh mereka adalah kebanggaan atas kemenangan murid-muridnya. Pak Harfan selalu mengajar dan mendidik murid-muridnya dengan ikhlas dan tulus, beliau selalu memberikan semangat dan dorongan agar murid-muridnya dapat mencapai cita-cita setinggi langit walaupun banyak halangan aral melintang menghadang agar selalu tetap gigih dan tekun dalam menghadapinya. Beliau menorehkan benang merah kebenaran hidup yang sederhana melalui kata-katanya yang ringan namun bertenaga seumpama titik-tiitk air hujan.Beliau megobarkan semangat kami untuk belajar dan membuat aku tercengang dengan petuah tentang keberanian pantang menyerah melawan kesulitan apapun.Pak Harfan memberi kami pelajaran pertama tentang ketenguhan pendirian tentang ketekunan, tentang keinginan kuat untuk mencapai cita-cita.105 103
Ibid, hlm. 384
104
Ibid, hlm.440
105
Ibid, hlm. 24
96
Pak Harfan mengajarkan murid-muridnya agar selalu berbagi dan memberi walaupun hanya sedikit, karena bagi beliau memberikan adalah hal yang paling mulia dibandingkan dengan menerima.Dalam arti kata, sebagai manusia senantiasa untuk selalu memberi. Beliau meyakinkan bahwa hidup bisa bahagia dalam keterbatasan jika dimaknai dengan keiklasan berkorban untuk sesama.Lalu beliau menyampaikan prinsip yang diam-diam menyelinap ke dalam dadaku serta memberi arah bagiku hingga dewasa, yaitu hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukannya untuk menerima sebanyak-banyaknya.106 Walaupun baru beberapa jam murid-murid itu berada di sekolah yang hampir roboh ini, tetapi mereka sangat bahagia bisa berada di tempat luar biasa ini, apapun yang akan terjadi murid-murid ini akan selalu menjaga dan membela sekolah SD Muhammadiyah tercinta seperti menjaga nama baiknya sendiri. karena di dalamnya terdapat guru-guru yang sangat luar biasa dalam hidupnya hanya untuk mengabdi untuk kecerdasan anak bangsa. “Kuliah umum dari Pak Harfan di hari pertama kami masuk SD Muhammadiyah langsung menancapkan tekad dalam hati kami untuk membela sekolah yang hampir rubuh ini, apapun yang terjadi.”107
Pak Harfan juga tetap melanjutkan niat tulusnya untuk selalu mengabdikan hidupnya untuk mencerdaskan anak bangsa dan mensyiarkan agama Islam, seperti yang diajarkannya selama ini untuk selalu memberikan sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya.
106
Ibid, hlm.24
107
Ibid, hlm. 25
97
“Pesan Pak Harfan bahwa hiduplah dengan memberi sebanyak-banyaknya terefleksi pada kehidupan.”108 “Pak Harfan dan mantan pengajar perguruan Muhammadiyah hingga kini tak pernah berhenti mendengungkan syiar Islam.”109 8) Sebagai Teladan Berikut adalah kutipan yang menggambarkan bahwa Pak Harfan adalah guru yang sangat memiliki banyak kelebihan dari segi pengetahuan, pengalaman, dan kebijaksanaan dirinya. Pak Harfan menceritakan dengan semangat perang Badar, kami terpesona pada setiap pilihan kata dan gerak lakunya yang memikat.Ada pengaruh lembut dan baik terpancar darinya.Ia mengesankan sebagia pria yang kenyang akan pahit, getir perjuangan dan kesusahan hidup, berpengetahuan seluas samudra, bijak, berani mengambil keputusan resiko, dan menikmati daya tarik dalam mencar-cari bagaimana menjelaskan sesuatu agar orang mengerti.110 Dalam kutipan di atas jelaslah bahwa Pak Harfan adalah potret guru ideal yang memiliki berkarakter, penuh dengan wibawa, pandai, bijaksana dalam mengambil menghadapi masalah, pandai dalam menyampaikan materi pembelajaran dan mengetahui banyak hal, serta wibawanya yang membuat murid-muridnya senang dan termotivasi dalam untuk belajar dengan sungguh-sungguh dan giat. Pak Harfan adalah salah satu guru yang sangat berjasa dalam mendidik dan mengajar, serta membentuk akhlak yang baik untuk murid-muridnya.Pak Harfan guru yang berperan penting dalam memberi motivasi untukkeberhasilan cita-cita yang dicapai murid-muridnya.
108
Ibid, hlm.487
109
Ibid, hlm.488
110
Ibid, hlm.23
98
Mereka adalah ksatria tanpa pamrih, pangeran keiklasan, dan sumur jernih ilmu pengetahuan di lading yang ditinggalkan. Seperti guru-guru kami filicium member nafas kehidupan bagi ribuan organisme dan menjadi tonggak penting mata rantai ekosisitem yang selalu menaungi dan meneduhi atap kelas kami.111 9) Komunikator Pak Harfan sangat antusias dalam mendidik dan mengajar murid-muridnya, beliaumemiliki hubungan yang baik pada murid-muridnya baik itu dari segi psikis dan psikologi saja.Beliau bukan saja mentransfer ilmu saja, tetapi secara kejiwaan Pak Harfan selalu mengarahkan murid-muridnya dan ketika mengajar, Pak Harfan terlihat sangat sabar dalam mengajar. Pak Harfan amat tampak bahagia menghadapi murid, tipikal guru yang sesungguhnya yang tak hanya mentransfer sebauh pelajaran, tetapi secara pribadi menjadi sahabat dan pembimbing spiritual bagi muridnya.Beliau sering menaikturunkan intonasi, menekankan kedua ujung meja sambil mempertegas kata-kata tertentu.112 10) Dimensi moral Pak Harfan selalu mengarahkan murid-muridnya untuk selalu memiliki prinsip dan mengajarkan murid-muridnya untuk melakukan kebaikan dan mengerjakan perintah Allah dan menjaukan segala larangan-Nya. “Bagi kami Pak Harfan dan Bu Mus adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang sesungguhnya.Mereka mentor, penjaga, sahabat, pengajar, dan guru spiritual.Mereka yang pertama kali mengajarkan amar ma’ruf nahi munkar secara gamblang sebagai pegangan moral kami sepanjang hayat.”113
111
Ibid, hlm. 32-33
112
Ibid, hlm.23-24
113
Ibid, hlm. 32
99
11) Penuh kasih sayang Pak Harfan dan Bu Mus adalah guru-guru yang sangat menghargai dan menyayangi murid-muridnya, ketulusan mereka dalam mendidik dan mengajar sangatlah terlihat ketika dua guru tersebut memperlakukan murid-muridnya dengan penuh penghargaan dan kasih sayang. Mereka mengajari kami membuat rumah-rumahan dari perdu apit-apit, mengusap luka-luka di kaki kami, membimbing kami cara berwudhu, melongok ke dalam sarung kami ketika kami disunat, mengajari kami doa sebelum tidur, memompa ban sepeda kami, dan kadangkadang membuatkan kami air jeruk sambal.114 12) Menghargai Pak Harfan adalah guru yang sangat menghargai keberadaan murid, ia menganggap murid-murid mereka adalah sesuatu yang sangat berharga untuk dibanggakan. Murid-muridnya pun sangat terharu dengan perlakuan Pak Harfan yang sangat menyadari keberadaan anak-anak Gantong Belitong sebagai anakanak yang berharga.
Ketika mengajukan pertanyaan beliau berlari-lari kecil mendekati kami, menatap kami penuh arti dengan pandangan matanya yang teduh seolah kami adalah anak-anak melayu yang paling berharga. Lalu membisikan sesuatu di teling kami, menyitir kami dengan ayat-ayat suci, menentang pengetahuan kami, berpantun, membelai hati kami dengan wawasan ilmu, lalu diam, diam berpikir seperti kekasih merindu, indah sekali.115 a. Penokohan Ibu Muslimah Hafsary Ibu Muslimah Hafsary atau yang biasa disapa dengan Bu Mus merupakan salah satu guru perempuan yang sangat tangguh dalam mendidik dan mengajar murid-
114
Ibid, hal. 32
115
Ibid, hal. 24
100
muridnya, selain itu Ibu Mus adalah guru yang berakhlak mulia yang selalu mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan menjadi guru spiritual bagi murid-muridnya, serta menjadi sumber insfirasi bagi muridnya.Beliau memiliki sifat-sifat yang sangat ideal sebagai seorang guru, baik, rajin, penuh semangat, berakhlak baik, antusias, dan sangat memotivasi murid-muridnya untuk melakukan hal yang terbaik dalam hidup. Berikut akan digambarkan penokohan Bu Mus lewat kutipan yang berisi nilai-nilai kebaikan yang diajarkan. 1) Optimis Pendidik yang memiliki semangat tinggi akan selalu berusaha mendidik peserta didiknya dengan setulus hati. Selain Pak Harfan, Bu Mus adalah salah satu cerminan guru hakiki yang pantas menyandang dengan istilah pahlawan tanpa tanda jasa. Keikhlasan dan ketulusannya dalam mendidik tidak membuat mereka putus asa dalam mencari mutiara-mutiara di dasar lautan yang akan menjadi mutiara indah apabila sudah ditatanya. “Bu Mus yang semakin khawatir memancang pandangannya ke jalan raya di seberang lapangan sekolah berharap kalau-kalau masih ada pendaftar baru, suasana hari pertama di SD Muhammadiyah penuh dengan kerisauan, dan yang paling risau adalah Bu Mus dan Pak Harfan.”116 2) Ketulusan Bu Musmerupakan
guru yang sangat berdedikasi tinggi dalam pendidikan,
mereka berusaha sekuat dan semampunya untuk mempertahankan sekolah yang sangat dicintainya selama ini. Tidak peduli dengan peringatan yang telah disampaikan oleh pengawas dari depdikbud Sumsel yang akan menutup SD 116
Ibid, hlm. 4
101
Muhamadiyah jika dalam tahun ajaran ini perolehan siswa itu kurang dari sepuluh orang, maka sekolah tersebut akan ditutup. Tetapi niat mereka yang tulus membuat mereka tidak gentar dan jemu untuk menunggu calon murid baru. Seperti kutipan di bawah ini Guru-guru yang sederahana ini berada dalam suasana genting karena pengawas dari Depdikbud Sumsel telah memperingatkan bahwa jika SD Muhammadiyah hanya mendapat murid baru kurang dari sepuluh orang maka sekolah paling tua di Belitong ini harus ditutup. Karena itu sekarang BuMus dan Pak Harfan cemas sebab sekolah mereka akan tamat riwayatnya.117 3) Antusias (bersemangat) Saat itu hidayah Allah terlihat ketika Harun bersama Ibunya datang untuk mendaftarkan Harun untuk sekolah di SD Muhammadiyah Gantong ini. Bagi Bu Mus kehadiran Harun merupakan salah satu keberkahan, karena genap sudah sepuluh calon murid baru sebagai salah satu syarat tidak jadi ditutupnya sekolah SD Muhammadiyah oleh Depdikbud Sumsel. “Bu mus tersipu. Air mata guru muda ini surut dan ia menyeka keringat di wajahnya yang belepotan karena bercampur dengan bedak tepung beras.”118 Bu Muslimah sangat senang dan gembira ketika mendapati Harun sebagai siswa penolong untuk mempertahankan eksistensi SD Muhammadiyah Gantong untuk melanjutkan kegiatan belajar mengajar. Bu Mus dengan segala rasa bahagianya, ia tuangkan senyum manisnya seperti bunga yang sedang mekar dan secara psikologi ia telah siap untuk menjadi guru untuk mengajar dan mendidik dengan segala kelebihan dan kekurangan calon murid-muridnya itu. 117
Ibid, hlm.4-5
118
Ibid, hlm. 7-8
102
Bu Muslimah yang beberapa menit lalu sembab, gelisah, dan coreng moreng kini menjelma menjadi sekuntum crinum giganteum. Sebab ia mekar sumringah dan posturnya yang jangkung persis tangkai bunga itu. Kerudungnya juga berwarna crinum demikian pula bau bajunya, persis crinum yang mirip bau vanili.Sekarang dengan ceria beliau megatur tempat duduk kami.119 4) Bersahabat Gambaran perasaan Bu Mus saat sangatlah bahagia. Bu Mus telah siap mengajar dan mendidik calon murid-murid baru, sehingga perasaannya sangat bahagia dan bersahabat dengan orang tua murid, dan mengabsen calon murid untuk cara perkenalan. “Bu Mus mendekati setiap oaring tua murid, berdialog sebentar dengan ramah, dan mengabsen kami.”120 5) Profesional Bu Mus merupakan tipe guru yang profesional dengan kesempurnaan sifatsifatnya yang memenuhi standar sebagai guru yang bisa diayomi.Bu Mus bukan hanya menguasai teori saja, beliau juga mengajarkan nilai-nilai positif yang baik untuk diajarkan pada murid-muridnya, serta menjadi pendidik spiritual yang baik untuk mengajarkan muridnya untuk mengetahui potensi diri yang dimiliki. Bu Mus adalah seorang guru yang pandai, karismatik, dan memiliki pandangan jauh ke depan. Beliau menyusun sendiri silabus pelajaran budi pekerti dan mengajarkan kami sejak dini pandangan-pandangan dasar moral, demokrasi, hukum, keadilan dan hak-hak asasi serta menuntun kami membuat konstruksi imajiner nilai-nilai integritas pribadi dalam konteks Islam dan kami diajarkan mengenali nilai luhur di dalam diri sendiri agar berperilaku baik dengan kesadaran pribadi.121
119
Ibid, hlm. 9
120
Ibid, hlm. 9
121
Ibid, hlm.30
103
6) Religius Pengajaran yang disampaikan Bu Mus bukan saja ilmu pengetahuan alam dan sosial saja, beliau pun selalu mengajarkan dan mentransfer nilai-nilai keagamaan untuk dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari. Shalatlah tepat waktu, biar dapat pahala lebih banyak,” demikian Bu Mus selalu menasihati kami. Itulah kata-kata yang diilhami surah An-Nisa dan telah diucapkan ratusan kali oleh puluhan khatib dan sering kali dianggap lalu saja oleh umat.Tapi jika yang mengucapkannya Bu Mus kata-kata itu demikian berbeda, begitu sakti, mendengung-dengung di dalam kalbu.122 7) Dimensi Moral Pak Harfan selalu mengarahkan murid-muridnya untuk selalu memiliki prinsip dan mengajarkan murid-muridnya untuk melakukan kebaikan dan mengerjakan perintah Allah dan menjauhkan segala larangan-Nya. Bagi kami Pak Harfan dan Bu Mus adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang sesungguhnya.Mereka mentor, penjaga, sahabat, pengajar, dan guru spiritual.Mereka yang pertama kali mengajarkan amar ma’ruf nahi munkar secara gamblang sebagai pegangan moral kami sepanjang hayat. 123
8) Penuh Kasih Sayang Pak Harfan dan Bu Mus adalah guru-guru yang sangat menghargai dan menyayangi murid-muridnya, ketulusan mereka dalam mendidik dan mengajar sangatlah terlihat ketika dua guru tersebut memperlakukan murid-muridnya dengan penuh penghargaan dan kasih sayang. Mereka mengajari kami membuat rumah-rumahan dari perdu apit-apit, mengusap luka-luka di kaki kami, membimbing kami cara berwudhu, melongok ke dalam sarung kami ketika kami disunat, mengajari kami doa
122
Ibid, hlm.31
123
Ibid, hlm. 32
104
sebelum tidur, memompa ban sepeda kami, dan kadang-kadang membuatkan kami air jeruk sambal.124 9) Menghargai Sebagai guru, Bu Mus sangat menghargai keberadaan murid, ia menganggap murid-murid mereka adalah sesuatu yang sangat berharga untuk dibanggakan. Murid-muridnya pun sangat terharu dengan perlakuan Pak Harfan yang sangat menyadari keberadaan anak-anak Gantong Belitong sebagai anak-anak yang berharga. Ketika mengajukan pertanyaan beliau berlari-lari kecil mendekati kami, menatap kami penuh arti dengan pandangan matanya yang teduh seolah kami adalah anak-anak Melayu yang paling berharga. Lalu membisikan sesuatu di telinga kami, menyitir kami dengan ayat-ayat suci, menentang pengetahuan kami, berpantun, membelai hati kami dengan wawasan ilmu, lalu diam, diam berpikir seperti kekasih merindu, indah sekali.125 10) Penyayang Bu Mus sangat menyayangi murid-muridnya dalam mengajar dan mendidik, Bu Mus sangat menyayangi dan menghargai keberadaan murid-muridnya yang sangat berharga, sehingga murid-muridnya pun sangat menyayangi Bu Mus. “Aku memandangi guruku Bu Mus, seseorang yang bersedia menerima kami apa adanya dengan sepenuh hatinya, segenap jiwanya.Ia selalu membesarkan hati kami.”126 11) Motivator Bu Mus juga selalu memberikan motivasi pada murid-muridnya.Terlihat pada kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di kelas ketika belajar matematika,
124
Ibid, hlm.32
125
Ibid, hlm. 24
126
Ibid, hlm.83
105
Bu Mus sangat takjub pada kemampuan Lintang yang menjawab pertanyaan Bu Mus dengan cepat dan tepat. “superb! Anak pesisir, superb!” puji Bu Mus.”127 Bu Mus memperhatikan dengan seksama bukan hanya apa yang diucapkan Lintang tapi juga pendekatannya dalam menjelaskan. Lalu beliau menggeleng-gelengkan kepalanya, komat-kamit, berbicara sendiri tak jelas seperti orang bergerendeng. Ternyata beliau mengucapkan pelan-pelan katakata penuh kagum, “Subhanallah…subhanallah….128 12) Konsisten Bu Mus sangat yakin dengan apa yang dilihatnya sendiri, sebagai guru yang profesional Bu Mus mampu mempertangungjawabkan nilai yang tinggi untuk Lintang sang jenius dengan kemapuan Lintang yang dapat menjawab pertanyaan Bu Mus dengan benar dan cepat. “Bahkan Bu Musberani bertanggung jawab memberikan nilai sempurna: sepuluh.”129
13) Demokrasi Bu Mus juga mengajarkan demokrasi yang memiliki nilai-nilai luhur dalam hidup bersosialisasi manusia, pada saat itu kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung di dalam kelas, Bu Mus dan murid-murid ingin menentukan ketua kelas baru.Bu Mus mengajarkan tata cara untuk memilih calon ketua kelas baru dengan cara menuliskan nama-nama kandidiat yang akan diusung dan Kucai lah
127
Ibid, hlm.107
128
Ibid, hlm.122-123
129
Ibid, hlm.124
106
yang mendapatkan suara terbanyak untuk memilihnya dan Kucai pun dengan berbagai cara menolak tanggung jawab tersebut, tetapi Bu Mus dengan kata-kata yang bijak memberikan nasihat dan semangat untuk Kucai agar mau kembali menjadi ketua kelas. Beliau ingin bersikap seimbang dengan menyuruh kami menuliskan nama ketua kelas baru yang kami inginkan di selembar kertas, melipatnya dan menyerahkannya kepada beliau. Pilihan ketua kelaspun jatuh pada ketua kelas lama, yaitu Kucai, ia tersenyum pahit dan pucat pasi karena ia merasa tak sanggup melanjutkan tugasnya sebagai ketua kelas.130 Hari ini kami mendapat pelajaran penting tentang demokrasi.Bu Mus menghampiri Kucai dengan lembut dan tertawa jenaka. Lalu Bu Mus berkata memegang amanah sebagai pemimpin memang berat tapi jangan khawatir banyak orang yang akan mendoakan. Tidakkah Ananda sering mendengar di berbagai upacara petugas sering mengucap doa: ya Allah lindungilah para pemimpin kami? Jarang sekali kita mendengar doa: ya Allah lindungilah anak-anak buah kami….131 Dalam kutipan di atas, murid-murid Bu Mus sangat bahagia mendapatkan pelajaran arti demokrasi yang selalu mengutamakan kesadaran diri, terbuka, dan adil dalam melaksanakan tangggung jawab, walaupun pada saat itu Kucai tidak berkeinginan dan bersedia lagi untuk melanjutkan tugasnya sebagai ketua kelas, tetapi Bu Mus memberikan semangat dan motivasi dengan caranya yang membuat hati murid-muridnya luluh, tentunya untuk Kucai sebagai kandidat ketua kelas yang terpilih. 14) Kejujuran Bu Mus juga selalu mengajarkan arti kejujuran dalam bertanggung jawab dalam pelajaran budi pekerti, beliau berpesan pada murid-muridnya untuk 130
Ibid, hlm. 72-73
131
Ibid, hlm. 73-74
107
menjauhkan perbuatan keji yang dilakukan oleh para pejabat sekarang yang selalu berbuat curang dengan berbuat korupsi yang merugikan rakyat negeri ini. Suatu hari dalam pelajaran budi pekerti kemuhammadiyahan, Bu Mus menjelaskan tentang karakter yang dituntut dari seorang pemimpin. Beliau menyitir perkataan khalifah Umar Bin Khatab, “barang siapa yang kami tunjuk sebagai amir atau pemimpin dan telah kami tetapkan gajinya untuk itu, maka apapun yang ia terima selain gajinya itu adalah penipuan!.132 Rupanya Bu Mus geram dengan korupsi yang merajalela di negeri ini dan beliau menyambung dengan lantang, kata-kata itu mengajarkan arti penting memegang amanah sebagai pemimpin dan Al-Quran megingatkan bahwa kepemimpinan seseorang akan dipertanggungjawabkan nanti di akhirat….133 15) Kesenian Bukan hanya arti demokrasi yang diajarkan Bu Mus, keindahan pun diajarkan dalam bentuk kesenian, tujuan Bu Mus mengajarkan kesenian agar muridmuridnya sadar akan keindahan dan rasa menghargai, karena seseorang yang mengetahui dan mengerti keindahan seni, maka orang itu akan selalu menghargai. Pada saat itu Bu Mus mennyuruh murid-muridnya untuk membuat karya seni bebas agar murid-muridnya berkarya. “Bu Mus yang berpendirian progresif dan terbuka terhadap ide-ide baru, membebaskan kami berekspresi. Kami diminta untuk menyetor sebuah master piece, karya yang berhasil akan mendapat tempat terhormat, dipajang di ruang kepala sekolah.”134
Kesenian
yang
ditampilkan
murid-murid
Laskar
Pelangi
membuahkan
kebahagiaan yang membanggakan, ketika penampilan kesenian ini mendapatkan 132
Ibid, hlm.70-71
133
Ibid, hlm.71
134
Ibid, hlm.143-144
108
kemenangan sebagai penampilan kesenian terbaik tahun ini sehingga pantas membawa trofi. “Pak Harfan, Bu Mus dan guru-guru kami sangat bangga dan seolah tak percaya melihat murid-muridnya memiliki kemampuan seperti itu dalam acara karnaval yang berhasil membawa pulang trofi hasil penampilan seni terbaik tahun ini.”135 16) Pekerja keras Berkat upaya dan kerja keras yang dilakukan Bu Mus dalam mempersiapkan perlombaan cerdas cermat yang akan melawan SD PN membawa kemenangan yang diraih SD Muhammadiyah. Perlombaan cerdas cermat membawa nama SD Muhammadiyah kembali menjulang tinggi, ketekunan murid-murid yang bekerja keras untuk belajar dan kegigihan Bu Mus dalam menyiapkan perlombaan tersebut baik itu dalam pengumpulan soal-soal dan membahasnya. Pak Harfan dan Bu Mus sangat bangga dan bahagia menyaksikan kemenangan yang diraih muridmuridnya walaupun penuh rintangan yang dilampaui. Kami telah dipersiapkan oleh Bu Mus. Beliau pontang-panting mengumpulkan contoh soal dan bekerja keras melatih kami dari pagi sampai sore. Bu Mus melihat lomba ini sebagai media yang sempurna untuk menaikan martabat sekolah Muhammadiyah yang bertahun-tahun selalu diremehkan.136 Dalam kutipan di atas, Bu Mus sangat berharap SD Muhammadiyah dapat memenangkan perlombaan cerdas cermat tersebut, karena baginya kemenangan perlombaan itu adalah salah satu media untuk menunjukan eksistensi SD Muhammadiyah yang selama ini dianggap sebelah mata.
135
Ibid, hlm. 245
136
Ibid, hlm.364
109
17) Disiplin Bu Mus selalu mengajarkan kedisiplinan pada murid-muridnya dalam hal apapun, tatkala ketika muridnya yang bernama Mahar menyalahi aturan yang telah ditetapkan Bu Mus, walaupun pekerjaan atau tugas itu telah dilaksanakan Mahar sebagai syarat. “Kali ini ibunda tidak memberimu nilai terbaik untuk mendidikmu sendiri,” kata Bu Mus dengan bijak pada Mahar yang cuek saja.” “Bukan Karena karyamu tidak bermutu, tetapi dalambekerja apapun kita harus memiliki disiplin.”137 18) Ketegasan Ketegasan Bu Mus ketika ulah yang dilakukan Mahar membuat Bu Mus marah dan kesal, masalah yang dilakukan Mahar kali ini sudah terlampau keterlaluan, Mahar dan Flo pergi ke sebuah tempat untuk meminta agar nilai ujian mereka bagus tanpa belajar. Perbuatan demikian itu diketahui oleh Bu Mus, saat itu Bu Mus sangat marah dan tidak habis pikir mengapa Mahar melakukan hal itu, karena perbuatan tersebut menyalahi aturan agama yang telah mereka terima selama ini. “Apakah Ananda sudah memiliki rencana A dan rencana B? itulah pertanyaan Bu Mus kepada Mahar dan sekaligus pidato untuk menasihati tindakan Mahar yang sudah keterlaluan. Ia sudah berbelok ke jalan gelap dunia hitam, ia harus segera disadarkan.”138
137
Ibid, hlm. 190
138
Ibid, hlm.349
110
“Artinya ananda tidak punya sebuah rencana yang positif, tak pernah lagi membaca buku dan mengerjakan PR karena menghabiskan waktu untuk kegiatan perdukunan yang membelakangi ayat-ayat Allah.”139 Tiba-tiba Bu Mus masuk lagi ke dalam ruangan dan menyemprotkan pokok berita, “camkan ini anak muda, tidak ada hikmah apapun dari kemusyrikan, yang akan kau dapat dari praktik-praktik klenik adalah kesesatan yang semakin lama semakin dalam. Iblis mengipas-ngipasimu setiap kali kau kipasi bara api kemenyan-kemenyan itu.140
Masalah yang membuat Bu Mus semakin marah karena Mahar mendadak malas, tidak mau membaca buku, nilainya pun merosot akibat mengikuti jejak yang mengarah pada kemusyrikan. Oleh karena itu Bu Mus berkata panjang pendek untuk menasihati Mahar agar sadar kembali dan kembali pada tugasnya sebagai pelajar.Bu Mus juga mengambil langkah tegas memperingatiMahar untuk mengambil tindakan. “Bu Mus ternyata
bisa juga emosi dan tak berhenti sampai di situ,
“sekarang kau harus mengambil sikap karena….”141
19) Religius Ketegasan Bu Mus dilakukan karena perbuatan yang dilakukan Mahar sangat menyalahi aturan agama yang selama ini menjadi keyakinan mereka. Bu mus selalu mengajarkan dan membimbing muridnya untuk selalu berpegang pada Al Quran dan Sunatullah.
139
Ibid, hlm.350
140
Ibid, hlm.352
141
Ibid, hlm. 352
111
“Bu Mus mulai terdengar seperti warta berita RRI pukul 7. Lintasan berita: nilai-nilaimu merosot tajam. Hiduplah hanya dari ajaran Al Quran, hadist, dan sunatullah.”142 “Disambung berita penting: “klenik. Ilmu gaib, takhayul, paranormal, semuanya sangat dekat dengan pemberhalaan. Syirik adalah larangan tertinggi dalam Islam.”143 20) Kepedulian Kesedihan Bu Mus yang sangat tergambar ketika Lintang murid yang sangat cerdas dan jenius putus sekolah, Lintang kehilangan ayahnya sehingga ia harus meninggalkan bangku sekolahnya yang merupakan dunia dimana ia bisa mengembangkan kreatifitas dan kemampuannya bersama teman-temannya yang dibantu oleh guru-gurunya. Sudah beberapa hari ini Lintang tidak masuk ke sekolah, bukan karena jarak yang ia tempuh ke sekolah terlampau jauh, tetapi karena tanggung jawabnya mencari nafkah untuk adik-adiknya. Pada saat Lintang tidak masuk-masuk ke sekolah tergambar kebingungan yang Bu Mus rasakan.Bu Mus selalu mencari kabar tentang Lintang. “Bu Mus berusaha kesana kemari mencari kabar dan menitipkanpesan padaorang yang mungkin melalui kampung pesisir tempat tinggal Lintang.”144 21) Penyayang Serentak ketika datang seseorang untuk memberitahukan keadaan Lintang karena ditinggalkan oleh Ayah tercintanya, Bu Mus sangat sedih dan menangis ketika membaca surat yang ditulis oleh Lintang.Telihat bagaimana Bu Mus sangat
142
Ibid, hlm.350
143
Ibid, hlm.350
144
Ibid, hlm.429
112
menyayangi muridnya bernama Lintang yang tidak masuk berhari-hari karena ayahnya meninggal dunia. Seorang pria kurus tak beralas kaki masuk ke kelas kami, menyampaikan surat kepada Bu Mus. Begitu banyak kesedihan kami lalui dengan bu Mus selama hampirsembilan tahun di SD dan SMP Muhammadiyah tapi baru pertama kali aku melihatnya menangis. Air matanya berjatuhan di atas surat itu.145 Lintang
bagaikan
permata
yang
paling
berharga,
kecerdasan
dan
kejeniusannya membuat Bu Mus seakan tidak rela kehilangannya. 22) Ketegaran Kepedihan yang dirassakan Bu Mus saat itu tidak dapat digambarkan karena kehilangan murid yang sangat berharga.Bu mus ingin menguatkan hatinya dan memberi semangat pada murid-muridnya lain agar selalu tetap pada tujuan mereka sebagai pelajar untuk selalu belajar. “Bibir Bu Mus bergetar menahan tangis, matanya semerah saga. Tak setitik pun air matanya jatuh.Beliau ingin kami tegar.”146
Pak Harfan dan Bu Mus adalah dua guru yang sangat berperan penting dalam keberhasilan murid-muridnya dalam mencapai cita-citanya, terutama pengarang yang dahulunya adalah salah satu murid dari dua guru tangguh itu. Hasil didikan Pak Harfan dan Bu Mus membuahkan hikmah yang sangat berarti dalam hati dan kehidupan murid-muridnya, terutama sang pengarang Andrea Hirata yang termotivasi pada Bu Muslimah Hafsari untuk membuat karya yang diperuntukan
145
Ibid, hlm.429-430
146
Ibid, hlm. 433
113
untuk guru perempuan yang sangat luar biasa itu. Pada penokohan guru-guru lainnya akan dibahasdan digambarkan sebagai berikut. b. Penokohan Guru-guru lain Berikut penokohan guru-guru antagonis yang jauh dari harapan sebagai guruyang baik dan ideal, karena mereka masih mementingkan kepentingan diri sendiri.Adapun nama-nama guru yang tergolong penokohan antagonis yaitu Pak Fahimi, Drs. Dzullfikar, dan Ibu Frischa. Di bawah ini akan dijlelaskan penggambaran ketiga tokoh antagonis tersebut. 1) Pak Fahimi Pak Fahimi adalah guru SD Muhammadiyah Gantong kelas empat yang sangat galak dan tidak bermutu.Sehingga tak jarang Pak Fahimi selalu mendapatkan kejailan dari murid-muridnya. “Sementara itu Syahdan, aku, dan Kucai sibuk mendiskusikan rencana kami menyembunyikan sandal Pak Fahimi (guru kelas empat yang galak itu) di Masjid Al Hikmah.”147 “Pak Fahimi guru kelas empat yang tak bermutu dan selalu menggretak murid di dahan pohon gayam.”148 2) Penokohan Drs. Dzullfikar Guru PN yang bernama Drs. Dzullfikar adalah seorang guru muda yang sangat terkenal dengan kepandaiannya.Ia lulus cum laude dari Fakultas MIPA dari universitas ternama. Ia sangat sombong dengan kepintarannya, sehingga ia dengan
147
Ibid, hlm.130
148
Ibid, hlm.75
114
seenaknya menghina dan mematahkan semangat sekolah Muhammadiyah saat itu, terutama Lintang, Sahara, dan Ikal. “Pak Dzulfikar jelas sok tahu dan dengan mulut besarnya, ia mencoba menggretak semua orang melalui kesan seolah ia sangat memahami teori warna.”149
Kecerdasan yang dimiliki Pak Dzulfikar hanya dilakukan untuk menghina dan mempermainkan orang lain dengan teori-teori yang tidak bisa dipahami orang lain. Tabiat Drs Dzulfikar adalah persoalan klasik di negeri ini, orang-orang pintar sering berbicara meracau dengan istilah yang tidak membumi dan teori-teori tingkat tinggi buka untuk menemukan sebuah karya ilmiah tapi untuk membodohi orang-orang miskin.Sementara orang miskin diam terpuruk, tak menemukan kata-kata untuk membantah.150 Tidak aneh kesombongan dengan pengetahuannya membawanya pada keburukan dan kemaluan yang tiada tara karena Lintang sang murid Muhammadiyah Gantong yang jenius. Sang Drs terkulai lemas, wajahnya pucat pasi. Ia membenamkan pantatnya yang tepos dibantalan kersi seperti tulang belulangnya telah dipresto. Ia kehabisan kata-kata pintar, kaca matanya minusnya merosot layu dibatangan hidungnya yang bengkok. Ia paham bahwa berpolemik secara membabi buta dan berkomentar lebih jauh tentang sesuatu yang tidak terlalu ia kuasai hanya akan memperlihatkan ketololannya sendiri di mata orang jenius seperti Lintang.151 3) Penokohan Bu Frischa
149
Ibid, hlm.377
150
Ibid, hlm.377-378
151
Ibid, hlm.382
115
Bu Frischa adalah guru perempuan sekolah PN yang sangat mudah dipengaruhi dan tidak memiliki pendirian yang kuat. Sebagai guru, ia sangat tidak profesional dalam menjalani tugasnya sebagai seorang pendidik. Hal itu terbukti ketika Ayah Flo meminta Bu Frischa untuk membujuk Flo agar kembali lagi ke sekolah PN dengan nilai bagus yang sudah dijamin Bu Frischa.Bu Frischa memperalat seorang guru pria muda yang flamboyan untuk di sekolah PN untuk mendekati Flo. “Menanggapi masalah gawat ini diam-diam bapak Flo berkonspirasi dengan Bu Frischa untuk menghasut Flo agar kembali ke sekolah PN.Lagi pula di sekolah PN Bu Frischa telah menjamin nilai yang tak memalukan di rapor Flo.”152
Kegusaran Bu Frischa pun terlihat ketika menyaksikan kemenangan yang diraih oleh sekolah Muhammadiyah Gantong atas perlombaan cerdas cermat. Ketika Lintang mengangkat tinggi-tinggi trofi besar kemenangan , Harun bersuit-suit panjang seperti koboi memanggil pulang sapi-sapinya, dan di sana, di sebuah tempat duduk yang besar, Ibu Frischa berkipas-kipas kegerahan, wajahnya menunjukan sebuah ekspresi seolah saat itu dia sedang tidak duduk di situ.153
152
Ibid, hlm.402
153
Ibid, hlm.384
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Setelah membaca pemaparan penokohan guru dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, dapat disimpulkan bahwa penokohan dua orang guru yang dikategorikan sebagai tokoh protagonis yang bernama Pak Harfan dan Bu Mus. Adapun simpulan yang dapat dijelaskan adalah sebagai berikut. 1. Penokohan protagonis yang bernama Pak Harfan dan Bu Mus merupakan dua guru yang sangat ideal apabila diukur sebagai seorang pengajar dan pendidik, mereka bukan saja mentransfer ilmu-ilmu sosial saja, mereka juga mengajarkan nilai-nilai agama, budipekerti, dan kesenian. 2. Adapun penokohan Pak Harfan dan Bu Mus yang terdapat dalam Novel LaskarPelangi digambarkan dalam nilai-nilai seperti, ketulusan, disiplin, kesabaran, keikhlasan, antusias, motivator, penuh kasih sayang, menjadi teladan, mengajarkan moral, nilai-nilai agama (religius), dan lain-lain. 3. Selain penokohan Pak Harfan dan Bu Mus, dalam novel LaskarPelangi terdapat juga penokohan Antagonis sebagai yang bernama Pak Fahimi, Drs. Dzullkarnaen, dan Ibu Frischa. B. Saran Berdasarkan simpulan di atas, penulis menyampaikan saran dari pesan-pesan dan nilai-nilai yang terdapat dalam “Penokohan Guru dalam novel LaskarPelangi” karena novel LaskarPelangi merupakan novel inspirasi pendidikan yang harus
116
117
dibaca oleh guru maupun siswa. apalagi di dalamnya banyak terdapat nilai-nilai positif yang dapat dipetik dari kisah-kisahnya. 1. Para pendidik atau guru hendaklah membaca karya ini dan memahami penokohan guru yang bernama Pak Harfan dan Bu Mus sebagai bahan referensi dan cerminan sebagai guru yang baik dan ideal 2. Untuk para pengarang karya sastra hendaklah membuat dan menghasilkan karya sastra yang bertema pendidikan agar dapat dinikmati oleh para pelajar, guru dan praktisi pendidikan 3. Untuk para pendidik, hendaklah sadar dan memahami tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik yang bukan hanya memberikan teori saja, tetapi harus mentransfer nilai-nilai agama dan sosial.
DAFTAR PUSTAKA Alwi dan Sugono.Telaah Bahasa dan Sastra, Jakarta: Pusat Bahasa dan Yayasan Obor Indonesia. 2002. Anoegrajeki, Novi, dkk. Estetika Sastra, Seni, dan Budaya. Jakarta: Fakultas Bahasa dan Seni UNJ. 2008. Basrowi dan Suwandi.Memahami Penelitian Kualitatif.Jakarta: Rineka Cipta. 2008. Budiarti, Rita Triana. Di Balik Layar Laskar Pelangi. Yogyakarta: Bentang. 2008. Djojosuroto dan Sumaryati.Prinsip-Prinsip Dasar Dalam Penelitian Bahasa dan Sastra. Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia. 2000. Efendi, Anwar. Bahasa dan Sastra.Yogyakarta: Tiara Wacana. 2008. Endah,Priyatni Tri. Membaca Sastra Dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta: Bumi Aksara. 2010. Forrest dan Beverly.Menjadi Seorang Guru. Jakarta: Indeks. 2008. Hirata, Andrea. Cinta di Dalam Gelas. Yogyakarta: Bentang. 2011. ____________. Laskar Pelangi. Yogyakarta: Bentang Pustaka. 2006. ____________. Lebarkan Sayap ke Mancanegara. Jakarta: Media Indonesia edisi Minggu, 1 April 2012. Jabrohim (ed), Metodologi Penelitian Sastra,Yogyakarta: Hanindita Graha Widya. 2002. Keraf, Gorys. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah. 1994. Mahayana, Maman S. Sembilan Jawaban Sastra Indonesia. Jakarta: Bening Publishing. 2005. Miller, Mary Susan. Save Our School: 57 Langkah Menyelamatkan Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. 2008. Minderop, Albertine. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2005.
Moleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1989. Musfah, Jejen. Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktek Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2011. Natawidjaja, P. Suparman. Antologi Sastra Indonesia. Jakarta: Pustaka Dian. 1983. Natawidjaja, P. Suparman. Apresiasi Sastra Budaya. Jakarta: Intermasa. 1982. Nurgiantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada. 2005. University Press. 2005. Pradopo, Rahmat Djoko. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka pelajar. 2009. Purba, Antilan. Esai Sastra Indonesia:Teori dan Penulisan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2008. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2008. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Bandung: Pustaka Setia. 1992. Rahmato, B. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. 1992. Ratna, Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004. Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Prenada Media Group. 2007. Siswantoro.Metode Penelitian sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010. Suhardi.Kamus Istilah Bahasa dan Sastra. Banten: Yapin. 2005. Sumardi, Muljanto. Berbagai Pendekatan dalam Penajaran Bahasa dan Sastra.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 1996. Surya, Muhammad, dkk.Landasan Pendidikan: Menjadi Guru yang Baik. Bogor: Ghalia Indonesia. 2010. Turner, Anita Moultrite. Resep Pengajaran Hebat. Jakarta: Indeks. 2008. Yunus, Mahmud. Pendidikan dan Pengajaran.Jakarta: Hidakarya Agung. 1990.
LEMBAR UJI REFERENSI Nama
: HABIBAH
NIM
: 208013000024
Jurusan
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul Skripsi
:PenokohanGuru dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata
No 1
Referensi Alwi dan Sugono. Telaah Bahasa dan Sastra, Jakarta: Pusat Bahasa dan Yayasan Obor Indonesia. 2002.
2
Anoegrajeki, Novi, dkk. Estetika Sastra, Seni, dan Budaya. Jakarta: Fakultas Bahasa dan Seni UNJ. 2008.
3
Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. 2008.
4
Budiarti, Rita Triana. Di Balik Layar Laskar Pelangi. Yogyakarta: Bentang. 2008.
5
Djojosuroto Dan Sumaryati. Prinsip-Prinsip Dasar Dalam Penelitian Bahasa Dan Sastra. Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia. 2000.
6
Efendi, Anwar. Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: Tiara Wacana. 2008.
7
Endah, Priyatni Tri. Membaca Sastra Dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta: Bumi Aksara. 2010.
8
Forrest dan Beverly. Menjadi Seorang Guru. Jakarta: Indeks. 2008.
9
Hirata, Andrea. Cinta di Dalam Gelas. Yogyakarta: Bentang. 2011.
10
Hirata, Andrea. Laskar Pelangi. Yogyakarta: Bentang Pustaka. 2006.
Paraf Pembimbing
11
Hirata, Andrea. Lebarkan Sayap ke Mancanegara. Jakarta: Media Indonesia edisi minggu, 1 April 2012.
12
Keraf, Gorys. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah. 1994
13
Mahayana, Maman S. Sembilan Jawaban Sastra Indonesia. Jakarta: Bening Publishing. 2005
14
Miller, Mary Susan. Save Our School: 57 Langkah Menyelamatkan Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. 2008.
15
Minderop, Albertine. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2005.
16
Moleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1989.
17
Musfah, Jejen. Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktek Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2011.
18
Natawidjaja, P. Suparman. Antologi Sastra Indonesia. Jakarta: Pustaka Dian. 1983.
19
Natawidjaja, P. Suparman. Apresiasi Sastra Budaya. Jakarta: Intermasa. 1982.
20
Nurgiantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2005.
21
Pradopo, Rahmat Djoko. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka pelajar. 2009.
22
Purba, Antilan. Esai Sastra Indonesia:Teori dan Penulisan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2008.
23
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2008.
24
Rahmato, B. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. 1992.
25
Ratna, Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004.
26
Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Prenada Media Group. 2007.
27
Siswantoro. Metode Penelitian sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.
28
Suhardi. Kamus Istilah Bahasa dan Sastra. Banten: Yapin. 2005.
29
Sumanto, Muljanto. Berbagai Pendekatan dalam Penajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 1996.
30
Surya, Muhamad. Landasan Pendidikan. Menjadi Guru yang Baik. Bogor: Ghalia Indonesia. 2010.
31
Turner, Anita Moultrite. Resep Pengajaran Hebat. Jakarta: Indeks. 2008.
32
Yunus, Mahmud. Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: Hidakarya Agung. 1990.
Mengetahui, Pembimbing
Ahmad Bahtiar, M. Hum
RIWAYAT HIDUP
Habibah lahir di Tangerang 22 Juli 1988. Merupakan anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Naim dan Ibu Mustitin yang beralamat Jl. Raya Salembaran Jaya, RT 001 RW 07 Kosambi Tangerang
Banten.
Penulis
menyelesaikan
pendidikan formal di SD salembaran III pada tahun 2001, menyelesaikan pendidikan MTS Al Marwah pada tahun 2004 dan MA Al Marwah 2007. Melanjutkan studi keperguruan tinggi di Universitas Islam Negeri Jakarta pada tahun 2007 di Fakultas Ushuludin dan Filsafat, Jurusan Tafsir Hadist hanya sampai dua semester (2007-2008), dilanjutkan pindah di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia hingga penulisan skripsi ini berlangsung. Dibesarkan dan dididik oleh orang tua yang religius dan penuh cinta kasih serta pengertian, membuat penulis sangat berterima kasih atas perjuangan yang telah mereka
berikan.“
lakukanlah
sebanyak-banyaknya,
maka
engkau
akan
mendapatkan banyak. Dan jika engkau melakukan sedikit, maka engkau akan mendapatkan sedikit pula” itulah moto penulis yang terus semangat dan menggali potensi diri yang dimiliki. Pengalaman semasa sekolah pada tingkat MTS diantaranya aktif dalam kepengurusan OSIS dan PMR pada tahun 2002-2003, dilanjutkan pada tingkat MA menjadi Sekretaris OSIS dan Ketua Umum PMR pada tahun 2005-2006. Pengalaman semasa perkuliahan diantaranya
aktif
menjadi ketua bidang ekonomi dan sosial budaya di komisariat Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Ciputat periode 2008-2009, dilanjutkan pada tingkat Cabang menjadi ketua bidang Immawati cabang Ciputat periode 2010-2011.