ANALISIS WACANA PESAN MORAL DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA
Oleh
Siti Aminah 104051001804
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M
ANALISIS WACANA PESAN MORAL DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh Siti Aminah 104051001804
Pembimbing,
Drs. Study Rizal LK, MA NIP. 150 262 876
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul ANALISIS WACANA PESAN MORAL DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 29 Mei 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada program studi Komunikasi Penyiaran Islam.
Jakarta, 29 Mei 2008 Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota,
Sekretaris Merangkap Anggota,
Dr. Murodi, M.A. NIP. 150 254 102
Dra. Sukmayeti NIP. 150 234 867
Anggota Penguji I
Penguji II
Prof. Andi Faisal Bhakti, P.hd M.A. NIP. 150 236 319
Drs. Wahidin Saputra, NIP. 150 276 299
Pembimbing,
Drs. Study Rizal LK, M.A. NIP. 150 262 876
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bogor, 20 Mei 2008
Siti Aminah
ABSTRAK
Siti Aminah Analisis Wacana Pesan Moral Dalam Novel “Laskar Pelangi” Karya Andrea Hirata Analisis wacana adalah studi tentang pengkajian fungsi fragmatik bahasa yang dilakukan secara sistematis terhadap suatu kalimat, teks dan konteks, sehingga makna yang terkandung dalam kalimat dapat ditafsirkan. Karya sastra seperti novel merupakan media alternatif penyampaian pesan, selain menghibur juga ada banyak muatan pesan/kisah yang dapat diambil pelajarannya. Pemilihan dan pemakaian bahasa dalam membuat karangan seperti novel memang menjadi hal yang wajib dilakukan, karena jika pemilihan bahasa tersebut baik, maka kualitas novel tersebut tidak dapat diragukan lagi, dicintai pembacanya bahkan menjadi best seller. Dalam novel “Laskar Pelangi” muatan pesan moral yang dapat kita jadikan pelajaran hidup, penyajian kisah nyata yang cukup sederhana, membuat novel ini menjadi novel yang berkualitas. Menurut Van Dijk, untuk menganalisa pemakaian bahasa dan untuk mengungkap makna yang terdapat dalam novel tersebut, maka diperlukan skema/kerangka wacana agar mempermudah dalam menganalisa baik itu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana kerangka/konstruksi wacana dalam novel “Laskar Pelangi”, juga ingin mengetahui pesan moral jika dilihat dari segi kognisi sosial dan konteks sosial. Melalui observasi dan penelitan terhadap script/naskah, kemudian ditafsirkan, maka dapat diketahui hasil temuannya adalah banyaknya tema-tema yang mengandung pesan moral, dibungkus dengan alur cerita yang bagus, pemakaian gaya bahasa, bentuk kalimat, proposisi dan ungkapan/metafora yang baik, juga diketahui latar belakang dibuatnya teks tersebut. Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata. Andrea sama sekali bukan orang yang berkecimpung dalam dunia sastra, namun ketika novel tersebut terbit, banyak orang yang tersihir denga perjalanan masa kecilnya bersama anggota laskar pelangi, juga mengisahkan dedikasi yang tinggi seorang guru.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillah, segala puji syukur tak terkira kepada yang Maha Penjaga alam semesta, Allah SWT, karena dengan segala anugerah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW. Tidak sedikit rintangan, cobaan yang penulis rasakan dalam penyusunan skripsi ini, namun selangkah demi selangkah serta doa dan kemudahan yang Allah berikan, alhamdulillah kesulitan tersebut dapat teratasi. Penulis menyadari skripsi ini dapat diselesaikan karena banyak tangan-tangan yang membantu. Oleh karena itu, lewat kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Bapak Dr. Murodi, M.A. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A. dan Dra. Ibu Umi Musyaroafah, M.A. selaku ketua jurusan dan sekretaris jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Drs. Study Rizal LK, M.A. selaku pembimbing yang telah sangat bijaksana, serta memberikan semangat dan masukan-masukan di tengahtengah kesibukan beliau bersedia membimbing penulis dengan penuh kesabaran.
4. Ayahanda tercinta H.Umar dan Ibunda Hj.Yumi yang saya mulyakan, yang telah mendoakan dan bekerja keras tanpa pamrih demi penulis untuk menyelesaikan kuliah dan skripsi ini. Senyum kalian adalah kobaran semangat untukku. 5. Segenap dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan ilmunya yang tidak akan habis dimakan waktu. Jasa mereka tak terbayarkan. 6. Seluruh pengelola dan karyawan perpustakaan utama dan perpustakaan dakwah yang rela melayani dan membantu memfasilitasi seluruh kebutuhan penulis. 7. Teteh-tetehku yang saya cintai Siti Umamah, Ni’mah, dan Marwah, S.Pd.I juga adik-adikku tercinta Fahmi dan Eka yang terus memberikan semangat moril maupun spirituil. Pelukan kalian menentramkan hati. 8. Kawan-kawan KPI B seperjuangan angkatan 2004 yang selalu memberi motivasi dan terus memberi semangat yang kuat kepada penulis, serta kawan-kawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi angkatan 2004 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terus semangat…..! 9. Kawan-kawan Alumni Al Amanah angkatan 2001 Awab, Fatur, Baldo, Lia, Obay, Hendri, Sumi, Eva. 10. Guru-guruku yang telah mendoakan dan terus memberi nasihat. Pada kesempatan ini, penulis hanya dapat mendoakan semoga amal baik mereka semua mendapat ganjaran yang tak tehingga dari Allah SWT. Akhirnya besar harapan penulis bahwa apa yang terdapat dalam penyusunan skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak. Bogor, 20 Mei 2008
Siti Aminah
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................
i
ABSTRAK ..................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ................................................................................
iii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
v
DAFTAR TABEL ......................................................................................
vii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..............................................
8
D. Metodologi Penelitian .........................................................
9
E. Tinjauan Pustaka ..................................................................
12
F. Sistematika Penulisan ..........................................................
13
KAJIAN TEORITIS A. Analisis Wacana dan Teori Teun Van Dijk ............................
15
1......................................................................................Peng ertian Analisis Wacana ...................................................
15
2......................................................................................Kera ngka Analisis Wacana ....................................................
17
B. Novel.....................................................................................
23
1......................................................................................Peng ertian Novel ...................................................................
23
2......................................................................................Prinsi p-prinsip dan Jenis Novel ...............................................
25
C. Pesan Moral...........................................................................
27
1......................................................................................Peng ertian Pesan ....................................................................
28
2......................................................................................Peng ertian Moral ...................................................................
BAB III
30
SEKILAS TENTANG BIOGRAFI ANDREA HIRATA, KARYANYA SERTA SINOPSIS NOVEL LASKAR PELANGI
BAB IV
A. Biografi Andrea Hirata .........................................................
34
B. Karya-karya Andrea Hirata ..................................................
36
C. Sinopsis Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata .............
37
ANALISIS WACANA PESAN MORAL DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA A. Wacana Pesan Moral Novel “Laskar Pelangi” Karya Andrea Hirata Dilihat Dari Analisis Teks ......................................... B. Wacana Pesan Moral Novel “Laskar Pelangi” Karya Andrea
41
Hirata Dilihat Dari Kognisi Sosial .......................................
62
C. Wacana Pesan Moral Novel “Laskar Pelangi” Karya Andrea Hirata Dilihat Dari Konteks Sosial ........................................
BAB V
64
PENUTUP A. Kesimpulan ..........................................................................
67
B. Saran-saran ...........................................................................
68
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1
Tabel 1 Skema dan Metode Penelitian Teun Van Dijk ........................
10
2
Tabel 2 Kerangka/Struktur Wacana Teun Van Dijk .............................
18
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi adalah masa di mana dunia semakin menyempit, seolah-olah tidak ada batas geografis bahkan budaya/kultur. Tidak terkecuali teknologi komunikasi yang sangat pesat saat ini bermanfaat sebagai sebuah sarana yang menghubungkan masyarakat dari tempat satu ke tempat lain. Kecanggihan teknologi ini mempengaruhi juga pada aspek kehidupan manusia. Salah satu hasil teknologi komunikasi yang saat ini amat berperan dalam kegiatan komunikasi adalah novel. Novel merupakan media komunikasi yang sangat berpengaruh bahkan ampuh dalam menyampaikan pesanpesannya kepada masyarakat. Pesan yang disajikan pun dibuat secara halus dan menyentuh hati tanpa merasa digurui.1 Karya sastra memberikan ruang pikir bagi para pembacanya untuk setuju atau tidak setuju dengan sang penulis. Bagi seorang sastrawan menulis adalah kegiatan produktif dan ekspresif kaum intelektual di manapun dan kapanpun.2 Lewat tulisan, para sastrawan mencoba memberikan pengetahuan, wawasan dan pengalaman kepada para pembacanya.
1 Jakob Subardjo, Seluk Beluk dan Petunjuk Menulis Novel dan Cerpen (Bandung : Pustaka Latifah, 2004), h. 24. 2 As Haris Sumadirja, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2005), cet.ke-2, h. 7.
Seni tulis menulis memberikan kesenangan, hiburan, dan kebahagiaan pada manusia, karena seni adalah keindahan. Keindahan itu adalah segala pikiran manusia yang berguna bagi manusia lain. Maka dari itu, novel selain menghibur juga berguna untuk memanusiakan manusia, karena di sana juga terdapat pesan-pesan yang dapat diambil hikmahnya. 3 Seiring dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat untuk memahami suatu masalah melalui tulisan, sastra digunakan sebagai media alternatif penyampaian pesan, dibungkus dengan kisah yang menyentuh hati sehingga cerita akan lebih komunikatif dengan masyarakat. Bahasa juga merupakan unsur penting dalam karya sastra, karena pemilihan bahasa yang baik akan berpengaruh pula pada kualitas karya sastra tersebut. Pemilihan bahasa adalah salah satu bentuk interaksi sosial.4 Bahasa merupakan alat untuk mengekspresikan diri dan menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada.5 Jadi, pemakaian dan pemilihan bahasa yang baik dalam sebuah karya sastra baik itu novel, puisi, cerpen merupakan sarana komunikasi yang dapat menyampaikan semua pesan yang diangkat oleh penulis sehingga karya tersebut berkualitas dan dapat dinikmati oleh pembaca. Novel juga merupakan seni menulis kata-kata yang indah. Allah menciptakan Al Qur’an dalam bahasa Arab yang Maha balaghoh (maha seni)
3
Jakob Subardjo, Seluk Beluk dan Petunjuk Menulis Novel dan Cerpen, h. 11. S.C Dik dan J.G. Kooij, Ilmu Bahasa Umum (Terj), (Jakarta : Perpustakaan Nasional, 1994), h. 20. 5 Gorys Keraf, Komposisi (Nusa Indah, 1994), h. 3. 4
yang maknanya tidak diragukan lagi dan tidak dapat dijiplak.6 Maka, jika karangan manusia pun disusun dengan bahasa yang bagus akan memberi kesan yang jauh lebih mencapai sasaran jiwa. Kelebihan dari karya sastra adalah ia menyodorkan lebih dari sekadar pemberian pengetahuan. Karya sastra seperti novel bisa langsung masuk ke dasar penghayatan yang paling halus dalam diri manusia lewat bahasa, alur cerita, imajinasi yang diramu dengan sedemikian rupa. Seperti dikatakan di atas, pemilihan dan pemakaian bahasa sangat mempengaruhi kualitas dari karya tersebut. Demikian juga dengan imajinasi/ide, kekuatan imajinasi/ide cerita merupakan sebuah modal dasar seorang penulis novel. Melalui imajinasi, cerita akan menjadi menarik dan berkesan bagi pembacanya. Melalui imajinasi pula alur cerita dapat dilukiskan sehingga cerita menjadi lebih hidup dan nyata. Novel bukan hanya berurusan dengan perasaan-perasaan kecil, nafsu dan emosi, tetapi lebih dari itu novel mencoba mengangkat pengalaman kongkrit secara akrab dan dekat.7 Novel memberikan peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat, boleh jadi keberadaannya turut membantu perubahan sosial, karena novel tidak hanya sekadar bacaan hiburan saja, tetapi di dalamnya
6
A. Hazmy, Dustur Dakwah Menurut Al Qur’an (Jakarta : Bulan Bintang, 1994), cet.ke-3,
h. 259. 7
Ekarini Saraswati, Sosiologi Sastra : Sebuah Pemahaman Awal (Malang : UMM Press dan Bayu Media, 2003), cet.ke-1, h. 120.
terkandung pelajaran, pengajaran, serta tingkah laku dan pola-pola kehidupan masyarakat.8 Novel sebagai sebuah media komunikasi yang di dalamnya terdapat proses komunkasi banyak mengandung pesan baik itu pesan sosial, pesan moral maupun pesan keagamaan. Novel memang perlu mengandung pesan moral maupun agama. Karena karya sastra tidak hanya ditulis dengan tujuan sastra (estetik) semata, tetapi juga non sastra, misalnya pengajaran moral, yang mengkritik tentang kepincangan moral bangsa. Novel yang mengandung nilai-nilai moral adalah novel yang ceritanya menyangkut aspek-aspek kehidupan sosial, mengandung pengajaran tentang tingkah laku yang baik, itu akan lebih mudah diterima oleh masyarakat pembaca. Karena mereka seolah-olah berada di tengah-tengah cerita. Bila seseorang sedang membaca, apalagi kisahnya hampir sama dengan yang dialaminya, bisa jadi pembaca tersebut akan menangis dan tertawa sendiri. Besar kemungkinan lahirnya sebuah karya sastra besar seperti novel itu dilatarbelakangi oleh motivasi pengarang untuk menyampaikan pesan berdasarkan pengalaman pribadinya. Novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata misalnya, kehadiran novel ini tampaknya cukup memberi warna jagad sastra dan pernovelan di Indonesia. Di tengah euforia novel yang kebanyakan bertema metropop, novel ini bagaikan oase di tanah kering. Novel yang bercerita tentang kehidupan
8
Ngurah Persua, Peranan Kesusastraan Dalam Pendidika (Suara Guru : XII, 1980), h.5.
sekitar sepuluh anak dalam memperjuangkan sekolahnya ini seolah memberi setitik kesegaran di tengah-tengah dahaganya pembaca terhadap karya yang bermutu dan banyak mengandung pesan moral. Di ceritakan pula, di kalangan masyarakat menengah ke bawah desa Belitong, menyekolahkan anak berarti mengikatkan diri pada beban biaya yang harus ditanggung selama bertahun-tahun. Ironis sekali memang, padahal daerah Belitong sendiri adalah daerah kaya penghasil timah, tetapi masyarakat di desa itu justru hidup dalam kemiskinan, dan para orang tua sama sekali tidak yakin bahwa pendidikan anaknya yang hanya mampu mereka biayai paling tinggi sampai SMP ini akan dapat mempercerah masa depan keluarga. Namun, tidak demikian dengan kesepuluh orang yang sungguhsungguh ingin mendapatkan pendidikan. Melihat semangat anak-anak mereka untuk belajar, para orang tua mereka pun berharap agar anak-anaknya kelak akan menjadi tumpuan keluarga dan mendapat kehidupan yang lebih baik. Bukan hanya para orang tua yang memiliki harapan besar, tetapi para pengajar SD Muhammadiyah yang bersedia memberi ilmunya walaupun tidak mendapat gaji. Cerita berlanjut ketika sepuluh orang anak murid SD Muhammadiyah terakhir Andrian (Andrea/Ikal), Lintang, Harun, Mahar, Sahara, Trapani, A Kiong, Kucai, Syahdan, dan Samson (Borek). Meskipun serba kekurangan namun semangat mereka dalam mencari ilmu tidak terpatahkan, hingga guru mereka menyebutnya dengan laskar pelangi.
Selanjutnya, guru mereka memberi nama laskar yang di ambil karena melihat kobaran semangat dari kesepuluh anak didiknya dalam menekuni ilmu dan haus akan ilmu. Sedangkan pelangi karena mereka suka sekali duduk di atas pohon fillicium khususnya setelah hujan reda. Namun, makna dari pemberian nama tersebut oleh guru yang mereka kagumi dan cintai membuat jiwa mereka tergugah, memiliki kobaran semangat tak terpatahkah untuk membuktikan kesungguhan mereka belajar meskipun dalam keterbatasan. Dalam novel ini begitu banyak hal yang menakjubkan yang terjadi dalam masa kecil para anggota Laskar Pelangi, sepuluh anak yang luar biasa ini tak menyerah walaupun keadaan tak bersimpati padanya. Lihatlah Lintang, seorang kuli copra cilik yang genius dengan senang hati bersepeda 80 km pulang pergi untuk memuaskan dahaganya akan ilmu. Atau Mahar, seorang tukang parut kelapa yang memiliki jiwa seni yang hebat, imajinatif, dan kreatif. Juga anggota lainnya yang begitu bersemangat dalam berjuang dengan cita-cita. Cerita novel ini sarat dengan nilai-nilai moral, pengajaran, semangat dalam mencari ilmu, tentang kesederhanaan, persahabatan, kejujuran, ketulusan, toleransi, sabar, tawakal, dan takwa juga kecintaannya pada guru. Banyak sekali hikmah yang dapat kita ambil dari perjalanan anak-anak sederhana ini dalam mengarungi hidup yang keras ini. Maka, tidak heran jika novel ini menjadi best seller , karena muatan pesan moral yang ada dalam novel ini banyak sekali. Bahkan saking
menariknya, rencananya novel ini akan difilmkan Oktober mendatang oleh sutradara bertangan dingin Riri Riza dan Mira Lesmana. 9 Begitulah Andrea menceritakan kisah masa kecil bersama temantemannya. Meskipun tidak berkecimpung dalam dunia sastra, tetapi Andrea berhasil menyajikan bacaan yang berkualitas kepada pembacanya setebal 600 halaman hanya dalam waktu tiga minggu.10 Maka dari itu, penulis ingin sekali mengetahui bagaimana struktur pesan dalam novel ini dibuat. Karena didorong oleh keinginan yang besar untuk meneliti lebih jauh lagi mengenai cara penyajian suatu pesan dalam novel tersebut, maka penulis tertarik untuk mengangkat novel ini dengan judul “ Analisis Wacana Pesan Moral Dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan, maka pada penelitian ini permasalahan hanya dibatasi pada “Analisis Wacana Pesan Moral Dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata”, yang akan diteliti yaitu mengenai teks, konteks dan kognisi sosial. Sedangkan pesan moral yang ditekankan dalam penelitian ini adalah pesan-pesan yang mengandung nilai kebaikan, termasuk di dalamnya pelajaran hidup, perilaku yang baik, yang sesuai dengan nilai-nilai kemasyarakatan.
9
Neni Ridarineni “Andrea : Bangga Sebagai Melayu Pedalaman,” Republika, 30 Desember 2007, h. B4. 10 Ibid.
Adapun pokok permasalah yang akan diangkat adalah : 1. Bagaimana konstruksi/kerangka wacana dalam novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata? 2. Apa pesan moral yang diangkat novel “Laskar Pelangi” jika dilihat dari segi kognisi sosial dan konteks sosial?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana konstruksi atau kerangka wacana dalam novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata. 2. Untuk mengetahui apa pesan moral yang terkandung dalam novel tersebut jika dilihat dari segi kognisi sosial dan konteks sosial.
2. Manfaat Penelitian Adapun kegunaan atau manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu manfaat akademis dan manfaat praktis. 1. Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam studi tentang analisis teks media massa, khususnya studi tentang kajian analisis wacana dengan berfokus pada karya sastra. Analisis wacana adalah sebuah metode dalam menganalisis media yang saat ini sudah banyak dipakai selain analisis isi (content analysis).
2. Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal bagi penelitian serupa di masa mendatang, dapat memberi masukan dan menambah wawasan bagi mahasiswa dan masyarakat, dan memberi motivasi bagi para penulis untuk lebih memanfaatkan media sebagai saluran komunikasi.
D. Bingkai Teori dan Metodologi Penelitian Komunikasi adalah proses yan berpusat pada pesan bersandar pada informasi, dan banyak teori komunikasi yang telah dikembangkan untuk menyampaikan
informasi
pemrosesan
pesan.
Teori
pembuatan
dan
penerimaan pesan menggunakan tiga tipe penjelasan psikologis, yakni : penjelasan sifat, penjelasan keadaan, dan penjelasan proses.11 Penjelasan sifat berfokus pada karakteristik individual yang relatif statis dan cara ini berasosiasi dengan sifat-sifat dan variabel lain – hubungan antara tipe personalitas dan jenis-jenis pesan tertentu. Teori ini memprediksi bahwa ketika anda memiliki sifat personalitas tertentu, akan berkomunikasi dengan cara-cara tertentu. Penjelasan keadaan berfokus pada keadaan pikiran yang dialami orang dalam suatu periode waktu, dalam arti kita tertarik mengenai bagaimana keadaan tertentu mempengaruhi pengiriman dan penerimaan pesan.
11
Stephen W Littlejohn, Theories of Human Communication (Terjemah), (Bandung: Universitas Padjajaran, 1996), h. 176
Penjelasan proses berupaya menangkapmekanisme pikiran manusia, teori ini berfokus pada cara informasi yang diperoleh dan disusun, bagaimana memori digunakan dan bagaimana orang memutuskan untuk bertindak. Jadi, jika dikaitan dengan pesan moral adalah pengarang berusaha membuat pesan dalam novel “Laskar Pelagi” yang disesuaikan dengan kondisi/keadaan yang terjadi saat ini. Untuk meneliti wacana dalam novel “Laskar Pelangi”, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan teknik analisis wacana (discourse analysis). Analisis wacana berbeda dengan analisis isi kuantitatif. Analisis isi kuantitatif lebih menekankan kepada pertanyaan “apa”, sedangkan analisis wacana lebih melihat pada “bagaimana” dari pesan atau teks komunikasi dibuat. Melalui analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Perbedaan antara analisis wacana dan analisis isi antara lain adalah : Pertama, analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks dari pada jumlah kategori. Kedua, analisis isi kuantitatif hanya dapat digunakan untuk membedah muatan teks, sedangkan wacana memfokuskan pada pesan yang tersembunyi. Ketiga, analisis wacana lebih menyelidiki “bagaimana ia dikatakan” (how), analisis isi hanya mempertimbangkan “apa yang dikatakan” (what). Keempat, analisis wacana tidak berpretensi melakukan generalisasi.12 Dalam mengadakan penelitian wacana novel “Laskar Pelangi”, selain menganalisis atas teks, juga diperlukan analisis kognisi sosial dan konteks
12
Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006), cet.ke-4, h. 71.
sosial. Analisis teks dipakai untuk menggambarkan bagaimana pesan disampaikan dan strategi apa yang dipakai. Kognisi sosial dipakai yaitu dengan meneliti kesadaran mental individu pengarang dalam membuat teks. Konteks sosial dipakai untuk menganalisis bagaimana wacana yang berkembang dalam masyarakat.13 Oleh karena itu, Van Dijk menggambarkan wacana dalam tiga dimensi yaitu teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Bila digambarkan, maka skema penelitian dan metode yang bisa dilakukan dalam kerangka Van Dijk adalah sebagai berikut14 : Table 1 Skema dan Metode Penelitian Van Dijk Struktur
Metode
Teks : Menganalisa bagaimana wacana Critical Linguistik yang dipakai untuk menggambarkan Tematik peristiwa tertentu. Skematik Semantik Sintaksis Stilistik Retoris Kognisi Sosial : menganalisa bagaimana mental/kognisi pengarang dalam memahami peristiwa yang akan ditulis Konteks Sosial : menganalisa bagaimana wacana berkembang dalam masyarakat.
13
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media (Jogjakarta : LKiS, 2006), cet.ke-5, h. 275-276. 14 Ibid, h. 275.
1. Subjek dan Objek Penelitian Adapun subjek dalam penelitian ini adalah novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata, sedangkan objeknya hanya fokus pada pesan moral yang terkandung dalam novel tersebut. 2. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, penulis menggunakan teknik Research Document (penelitian terhadap dokumen), sebagai metode ilmiah penelitian ini digunakan untuk memperoleh data dalam bentuk pengamatan dan pencacatan dengan sistematis fenomena yang diselidiki.15 Artinya penulis hanya meneliti naskah/script yang terdapat dalam novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata tanpa melakukan wawancara, hal ini dikarenakan pengarang sangat sibuk dan sulit sekali dihubungi, setelah itu dilakukan pencatatan-pencatatan dari hasil temuan reseach tersebut. Selain mengadakan research/naskah terhadap novel tersebut, penulis juga mengumpulkan data-data atau teori dari buku, majalah, surat kabar, internet dan lainnya yang ada kaitannya dengan masalah yang akan dibahas oleh penulis sebagai penunjang dalam penelitian ini. 3. Teknik Analisa Data Dasar dari analisis wacana adalah interpretasi, karena analisis wacana merupakan bagian dari metode interpretatif.16 Jadi, dalam menganalisa data pada tahapan ini penulis selain memperhatikan bagaimana teks/script dalam novel “Laskar Pelangi” yang terdapat 15 16
Sutrisno, Metodologi Research (Jogjakarta : Andi Offset, 1989), h. 192. Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 70.
kandungan pesan moral itu di bentuk, untuk selanjutnya peneliti akan menafsirkan atau menginterpretasikan makna yang tersembunyi dalam teks tersebut yang akan disesuaikan dengan kerangka acuan teori Van Dijk. Setelah data terkumpul penulis akan menganalisa teks tersebut, kemudian diambilah kesimpulan guna mencari jawaban dari pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah. Dengan adanya kesimpulan tersebut diharapkan peneliti bisa lebih terarah. Adapun teknik penulisan yang digunakan yaitu berpedoman pada buku pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang disusun oleh tim UIN Syahid , UIN press, 2007 cet.ke-1.
E. Tinjaun Pustaka Memang banyak sekali penelitian yang mengangkat tentang novel khususnya tentang isi pesan yang disajikan. Ada beberapa penelitian analisis wacana yang juga mengangkat tentang pesan, misalnya skripsi yang berjudul “Analisis Wacana Pesan Dakwah Dalam Album Religi Ust. Jefri Al Bukhori” oleh Diana Syauqiyah, 2006. Namun, hal ini jelas berbeda, jika yang dilakukan sdri. Diana adalah mengangkat pesan dakwah yang hanya berkaitan dengan keagamaan, penulis dalam penelitian ini mengungkap pesan-pesan yang lebih menyangkut aspek kehidupan sosial. Berbeda lagi dengan yang dilakukan oleh sdr. Yosef Hidayat dengan judul “Analisis Wacana Naskah Film Dokumenter Keajaiban Al Qur’an karya
Harun Yahya”, 2007. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori wacana Van Dikj, sedangkan Yosef menggunakan teori Van Leeuwen. Sebagai buku referensi/pegangan, penulis menggunakan buku Eriyanto yang diterbitkan oleh Lkis berjudul Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media. Dalam buku ini disajikan secara lengkap penjelasan wacana menurut teori Van Dijk, mulai dari segi teks (tema, skema, bentuk kalimat, dan lain-lain), segi kognisi sosial (kesadaran pengarang dalam membuat teks), sampai pada konteks sosial (faktor eksternal yang berkembang), sehingga mempermudah penulis dalam melakukan penelitian. Penelitian yang penulis lakukan diharapkan memberi tambahan/pelengkap dari penelitian yang dilakukan sebelumnya.
F. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan susunan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika penulisan yang di bagi menjadi 5 (Lima) bab yang terdiri dari beberapa subbab, yaitu sebagai berikut : BAB I
Pedahuluan, menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat atau Kegunaan Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, serta Sistematika Penulisan.
BAB II
Kajian Teoritis, menguraikan tentang pengertian Analisis Wacana, Kerangka Analisis Wacana, Pengertian Novel, Prinsip-prinsip Novel dan Pengertian Pesan Moral.
BAB III
Memaparkan Biografi tentang penulis Andrea Hirata dan Karya Sastranya, serta sinopsis tentang Novel Laskar Pelangi.
BAB IV
Menguraikan temuan Wacana Pesan Moral dalam Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata Dilihat dari segi Teks, Kognisi Sosial dan Konteks Sosial.
BAB V
Penutup, memaparkan tentang kesimpulan dan saran-saran, dan bagian terakhir memuat tentang Daftar Pustaka dan LampiranLampiran.
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Analisis Wacana dan Teori Van Dijk
1. Pengertian Analisis Wacana Kata analisis wacana terdiri dari dua kata yaitu analissis dan wacana. Analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa, penjelasan sesudah dikaji sebaik-baiknya, penguraian suatu pokok atas berbagai bagian, serta penguraian karya sastra atas unsur-unsurnya untuk memahami pertalian antar unsur tersebut.17 Secara etimologi, istilah wacana berasal dari bahasa Sansakerta wac/wak/uak yang memiliki arti ‘berkata’ atau ‘berucap’. Kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Kata ‘ana’ yang berada dibelakang adalah bentuk sufiks (akhiran) yang bermakna ‘membendakan’ (nominalisasi). Dengan demikian, kata wacana dapat diartikan sebagai perkataan atau urutan.18 Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, terdapat tiga makna dari kata wacana. Pertama, percakapan, ucapan, dan tutur. Kedua, keseluruhan tutur atau cakapan yang merupakan satu kesatuan. Ketiga, satuan bahasa terbesar, terlengkap, yang realisasinya pada bentuk karangan yang utuh, seperti novel, buku dan artikel.19 Istilah wacana menunjukan pada kesatuan bahasa yang lengkap yang umumnya lebih besar dari kalimat, baik disampaikan secara lisan maupun tulisan.
17
Wacana
adalah
rangkaian
kalimat
yang
serasi
yang
DepDikBud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1988), cet.ke-1, h.
32. 18 Mulyana, Kajian Wacana : Toeri, Metode, Aplikasi, dan Prinsip-prinsip Analisis Wacana (Jogjakarta : Tiara Wacana, 2005), h. 3. 19 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta : Modern English Press, 2002 ), edisi ke-3, h. 1709.
menghubungkan
kalimat
satu
dengan
kalimat
lainnya
sehingga
membentuk satu kesatuan.20 Alex Sobur mengartikan wacana adalah rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, yang dibentuk oleh unsur segmental maupun unsur nonsegmental bahasa.21 Pembahasan wacana pada dasarnya merupakan pembahasan terhadap hubungan antara
konteks-konteks
yang terdapat di dalam teks.
Pembahasan itu bertujuan menjelaskan hubungan antara kalimat atau antar ujaran yang membentuk wacana.22 Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa wacana adalah bentuk komunikasi bahasa baik lisan maupun tulisan yang disusun dengan menggunakan kalimat yang teratur, sistematis dan terarah sehingga kalimat yang satu dengan lainnya akan menjadi satu kesatuan yang mempunyai makna. Hal ini juga tidak terlepas kaitannya antara teks dan konteks. 20 Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media (Jogjakarta : LKiS, 2006), cet.ke-5, h.3. 21 Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analissi Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006), cet.ke-4, h. 11. Alex Sobur juga mengutip beberapa pendapat mengenai definisi dari wacana, di antaranya adalah menurut Ismail Marahimin mengartikan wacana sebagai “kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut urutan-urutan yang teratur dan semestinya”, dan “komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur”. Menurut Samsuri menyatakan bahwa wacana adalah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, biasanya terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian yang satu dengan yang lain. Komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan, dan dapat pula memakai bahasa tulisan. Menurut Syamsudin wacana membahas bahasa dan tuturan dalam rangkaian kesatuan situasi penggunaan yang utuh. 22 Ibid, h. 10.
Sedangkan pengertian analisis wacana secara konseptual adalah merujuk kepada upaya mengkaji
pengaturan bahasa atas kalimat,
mengkaji satuan kebahasaan yang lebih luas.23 Analisis wacana adalah studi tentang strukutur pesan dalam komunikasi. Lebih lanjut analisis wacana adalah telaah mengenai aneka fungsi (fragmatik) bahasa.24 Analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks dari pada penjumlahan unit kategori, dasar dari analisis wacana adalah interpretasi, karena analisis wacana merupakan bagian dari metode interpretative yang mengandalkan interpretasi dan penafsiran peneliti.25 Jadi, dapat dipahami bahwa analisis wacana adalah studi tentang pengkajian fungsi bahasa secara sistematis antara kalimat, teks dan konteks sehingga makna atau pesan yang terkandung dalam kalimat tersebut dapat diungkap dengan jelas. Dalam analisis wacana juga melibatkan pandangan atau interpretasi/tafsiran dari penulis dalam mengurai makna-makna yang tersembunyi. 2. Kerangka Analisis Wacana Ada banyak model analisi wacana yang diperkenalkan para ahli. Model analisis wacana yang banyak di pakai dalam penelitian wacana adalah model milik Van Dijk, hal ini dikarenakan Van Dijk mengelaborasi elemen-elemen wacana sehingga bisa didayagunakan dan dipakai secara
23
Mulyana, Kajian Wacana, h. 69. Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Wacana (Bandung : Angkasa, 1993), h. 24. 25 Eriyanto, Analisis Wacana, h. 337. 24
praktis. Model yang dipakai oleh Van Dijk ini sering disebut sebagai “kognisi sosial”. Van Dijk membuat kerangka analisis wacana dan membaginya ke dalam tiga tingkatan : a. Struktur makro ; ini merupakan makna umum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat topik suatu teks. Tema wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi dari suatu peristiwa. b. Superstruktur adalah kerangka suatu teks, bagaimana struktur dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh. c. Struktur mikro ; makna wacana yang dapat diamati dengan menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat yang dipakai26. Kerangka atau struktur yang diperkenalkan Van Dijk di atas dapat digambarkan sebagai berikut27 : Tabel 2 Kerangka/struktur Wacana Van Dijk
Struktur wacana Struktur makro Superstruktur
Struktur mikro
Struktur mikro
Struktur mikro
Struktur mikro 26
Hal yang diamati Tematik (apa yang dikatakan) Skematik (bagaimana pendapat di susun) Semantik (makna yang ditekankan)
Topik
Sintaksis (bagaimana disampaikan) Stilistik (pilihan kata dipakai Retoris
Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti leksikon
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 229. Ibid, h. 228.
27
Elemen
Skema
Latar, detail, maksud, praanggapan, nominalisasi
yang Grafis, metafora,
(bagaimana dan dengan ekspresi cara apa penekanan dilakukan)
Van Dijk berpandangan bahwa teks itu dapat dianalisis dengan menggunakan kerangka tersebut. Untuk memperoleh gambaran dari kerangka di atas, berikut adalah penjelasan secara singkat : a. Tematik Kata tema sering disebut juga topik. Topik dari suatu wacana memainkan peranan penting menunjukan informasi atau inti pesan yang
ingin
disampaikan
oleh
komunikator.
Elemen
tematik
menunjukan gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari teks. Topik menggambarkan apa yang ingin disampaikan atau diungkapkan oleh penulis.28 Teks tidak hanya didefinisikan mencerminkan suatu pandangan tertentu atau topik tertentu, tetapi suatu pandangan umum yang koheren. Van Dijk menyebut hal ini sebagai koherensi global (global coherence), yakni bagian-bagian teks yang saling mendukung satu sama lain untuk menggambarkan topik.29 b. Skematik Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukan bagaimana
28 29
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 75. Eriyanto, Analisis Wacana, h. 230.
bagian-bagian dalam teks dapat disusun dan diurutkan sehingga membentuk satu kesatuan arti.30 c. Semantik Semantik adalah studi linguistik yang mempelajari makna/arti dalam bahasa.31 Semantik adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah makna satuan lingual, baik makna leksikal maupun gramatikal. Makna leksikal adalah makna unit semantic yang terkecil disebut leksem, sedangkan
gramatikal
adalah
makna
yang
terbentuk
dari
penggabungan satuan kebahasaan. Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi arti yang ingin ditampilkan. Latar peristiwa itu dipakai untuk menyediakan latar belakang hendak kemana makna suatu teks itu dibawa.32 Detail berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang (komunikator). Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya, sebaliknya ia akan menampilkan informasi yang sedikit jika hal itu merugikan dirinya. Elemen maksud melihat apakah teks itu disampaikan secara eksplisit atau tidak, apakah fakta itu disajikan secara gamblang atau tidak.
30
Ibid, h. 232. Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), cet.ke-3, h. 2. 32 Eriyanto, Analisis Wacana, h. 235. 31
d. Sintaksis Sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antar kata dalam tuturan/kalimat. 33 Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, proposisi atau kalimat. Koherensi dapat ditampilkan melalui hubungan sebab-akibat, bisa juga sebagai penjelas. Koherensi dapat diamati diantaranya dari kata penghubung (konjungsi) seperti : dan, tetapi, lalu, karena dan lain-lain. Kata ganti merupakan alat untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukan di mana posisi seseorang dalam wacana. Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis. Bentuk kalimat ini menentukan apakah subjek diekspresikan secara eksplisit atau implisit dalam teks. e. Stilistik Pada dasarnya elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Stilistik menitikberatkan pada style atau gaya bahasa untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Gaya bahasa mencakup diksi atau leksikal, struktur kalimat, majas, dan yang lainnya yang digunakan penulis dalam sebuah karya sastra.
33
J.W.M.Verhaar, Asas-asas Linguistik Umum (Jogjakarta : Universitas Gajah Mada Press, 2001), cet.ke-3, h. 161.
Gaya
bahasa
menjadi
bagian
pemilihan
kata
yang
mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata. Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur yakni : kejujuran, sopan santun dan menarik.34 f. Retoris Strategi dalam retoris ini adalah gaya yang diungkapkan ketika seseorang berbicara. Ada yang dinamakan dengan grafis dan metafora. Grafis adalah bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Elemen grafis muncul dalam bentuk foto, gambar atau table untuk mendukung gagasan. Strategi retoris juga muncul dalam bentuk interaksi, yakni bagaimana pembicara menempatkan atau memposisikan dirinya dengan khalayak. Apakah memakai gaya formal, informal atau malah santai yang menunjukan kesan bagaimana ia menampilkan dirinya. Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat.35 Dalam wacana tidak hanya menyampaikan pesan lewat teks, tetapi kiasan, ungkapan dan metafora dimaksudkan sebagai ornament atau bumbu dari suatu berita.
34
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2004), cet.ke14, h. 112. 35 Ibid, h. 139.
B. Novel 1. Pengertian Novel Novel menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.36 Novel biasanya lebih panjang dan lebih kompleks dari pada cerpen, umumnya novel bercerita tentang tokoh-tokoh dalam kehidupan seharihari. Secara istilah novel banyak diberikan oleh para ahli, menurut Abdullah Ambary novel adalah cerita yang menceritakan suatu kejadian luar biasa dari kehidupan pelakunya yang menyebabkan perubahan sikap hidup atau menentukan nasibnya. 37 Menurut P.Suparman novel adalah kisah realita dari perjalanan hidup seseorang38. Sedangkan menurut Suprapto novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan menonjolkan watak dan sikap pelaku.39 Novel juga merupakan salah satu karya sastra yang berbentuk prosa dimana karya seni yang dikarang menurut standar kesusastraan.
36
DepDikNas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), edisi ke-3
h. 788. 37
Abdullah Ambary, Intisari Sastra Indonesia (Bandung : Djatnika, 1983), h.61. P.Suparman Natawijaya, Bimbingan Untuk Cakap Menulis (Jakarta : Gunung Mulia, 1979), cet.ke-2, h. 37. 39 Suprapto, Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia (Surabaya : Indah, 1993), h.53. 38
Kesusastraan yang dimaksud adalah penggunaan kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik.40 Novel memiliki unsur-unsur pembangun yang menyebabkan karya sastra tersebut menjadi sebuah karya yang baik dan mempunyai kekuatan dalam cerita, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. 41 Unsur intrinsik dalam novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut membangun cerita, seperti : plot, tokoh atau penokohan, latar atau setting dan sudut pandang. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi system organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik juga termasuk unsur yang mengandung keadaan subjektifitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang semuanya itu mempengaruhi karya yang ditulisnya.42 Pendek kata unsur psikologi pengarang dan keadaan lingkungan seperti ekonomi, politik dan social juga termasuk unsur ekstrinsik yang juga akan berpengaruh pada karya sastra. Namun, dalam pembahasan ini tidak akan membicarakan unsur intrinsik dan ekstrinsik secara luas. Definisi novel itu sendiri bentuk karangan yang lebih pendek dari roman tetapi lebih panjang dari cerpen. Novel menceritakan sebagian kehidupan seorang tokoh, yaitu sesuatu yang luas biasa dalam hidupnya
40
Zainudin, Materi Pokok Bahasan dan Sastra Indonesia (Jakarta : Rineka Cipta, 1992), cet.ke-1, h. 99. 41 M. Atar Semi, Anatomi Sastra (Padang : Angkasa Raya, 1988), cet.ke-1, h. 35. 42 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Jogjakarta : Universitas Gajah Mada, 1995), cet.ke-1, h. 23.
yang menimbulkan konflik yang menjurus kepada perubahan nasib si tokoh.43 Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa novel adalah karangan
prosa
yang
menggambarkan
kehidupan
manusia
yang
menyebabkan perubahan sikap pelakunya, alur cerita novel biasanya mengisahkan kehidupan yang nyata yang di peroleh dari hasil manifestasi atau pengalaman pengarang yang secara tidak langsung memberi suguhan pesan baik itu pesan moral, sosial maupun pesan keagamaan. 2. Prinsip-prinsip dan Jenis Novel 1) Prinsip-prinsip Novel Untuk meningkatkan daya apresiasi pembaca yang baik, maka seorang pengarang harus mempunyai prinsip-prinsip dalam membuat karangan tersebut.44 P.Suparman mengemukakan prinsip-prinsip novel adalah sebagai berikut 45 : a. Kisah perjalanan sehari-hari; Karya sastra yang merupakan gambaran kehidupan yang diungkapkan melalui bahasa. Problematika kehidupan merupakan suatu kenyataan sosial yang dijadikan inspirasi dalam menciptakan sebuah karya sastra. b. Tokoh memiliki keistimewaan;Suatu cerita bukan saja menyajikan urutan-urutan kejadian, tetapi kejadian tersebut ada sangkut pautnya dengan orang atau tokoh tertentu, maka dari itu tokoh dalam cerita mempunyai peran penting, sebab ia merupakan penggerak jalan cerita dan tokoh tersebut harus memiliki keistimewaan.
43
Rahmanto, Metode Pengajaran (Jogjakarta : Kanisius, 1992) cet.ke-1, h. 75. P.Suparman Natawijaya, Bimbingan Untuk Cakap Menulis (Jakarta : Gunung Mulia, 1979), cet.ke-2, h. 37 45 Ibid, h. 38 44
c. Mempunyai periode awal; Pada periode ini pengarang biasanya mulai memperkenalkan informasi yang dianggap penting kepada para pembaca. d. Memiliki periode perubahan nasib; Pada periode ini biasanya muncul berbagai konflik yang dialami oleh tokoh. e. Memiliki periode akhir; Pada periode ini konflik biasanya dapat diatasi dan di selesaikan. f. Skematis tanpa fantasi; Novel diciptakan secara skematis agar pembaca tidak kabur dalam memahami cerita g. Materi sepanjang roman atau sependek cerpen; Dalam menulis novel, panjang materi yang diceritakan harus sesuai dengan aturan penulisan novel. 2) Jenis Novel Menurut Mochtar Lubis yang dikutif oleh Umar Yunus, jenis novel terdiri dari : a) Avontur pada novel jenis ini dipusatkan pada seorang tokoh utama, pengalaman tokoh dimulai dari pengalaman pertama dan diteruskan pada pengalaman selanjutnya hingga akhir cerita. Sering rintangan datang dari rintangan sau ke rintangan lainnya untuk mencapai tujuan. Biasanya novel ini mempunyai sifat romantis adalah tokoh wanita, juga memiliki cerita yang kronologis. b) Psikologis Jenis ini lebih mengutamakan pemeriksaan seluruhnya dari pikiranpikiran pelaku. Berisi kupasan tentang watak, bakat, karakter, para pelakunya serta kemungkinan perkembangan jiwa. c) Detektif Melukiskan penyelesaian suatu peristiwa atau kejadian untuk membongkar suatu kejadian kejahatan. Dalam novel ini dibutuhkan bukti-bukti agar dapat menangkap si pembunuh dan sebagainya.
d) Sosial Dalam novel ini pelaku pria dan wanita tenggelam dalam masyarakat luas atau golongan. Persoalan ditinjau bukan dari persoalan orangorang sebagai individu, tetapi persoalan ditinjau melingkupi persoalan golongan dalam masyarakat, reaksi setiap pelaku golongan terhadap masalah yang timbul dan pelaku hanya dipergunakan sebagai pendukung jalan cerita. e) Kolektif Jenis novel ini melukiskan tentang semua aspek kehidupan yang ada atau semua jenis novel di atas dikumpulkan menjadi satu cerita. Novel seperti ini tidak hanya dimainkan oleh satu pemeran saja, tetapi juga ada pemeran pendukung.46
C. Pesan Moral 1. Pengertian Pesan Pesan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti suruhan, perintah, nasihat, permintaan, amanat yang harus disampaikan kepada orang lain.47 Dalam bahasa Inggris kata pesan adalah massage yang memiliki arti pesan, warta, dan perintah suci. Ini diartikan bahwa pesan adalah perintah suci48, dimana terkandung nilai-nilai kebaikan. Menurut H.A.W.Wijdaja mengartikan pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator.49 Penyampaian pesan dapat dilakukan melalui lisan, tatap muka, langsung atau menggunakan media 46
55.
47
Umar Yunus, Dari Peristiwa ke Imajinasi (jakarta : PT.Gramedia, 1985), cet.ke-2, h. 50-
W.J.S.Purwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), edisi ke-3, h. 883. 48 John M.Echols & Hasan Sadily, Kamus Bahasa Inggris (Jakarta : Gramedia, 2003), cet.XXV, h. 379. 49 H.A.W.Wijdaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta : Bumi Aksara, 1997), h. 11.
tulisan. Isi pesan dapat berupa anjuran atau masukan. Onong Uchana mengartikan pesan sebagai seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.50 Menurut Arni Muhammad, pesan adalah informasi yang akan dikirim kepada si penerima. Pesan ini dapat berupa verbal maupun nonverbal. Pesan secara verbal dapat secara tertulis seperti buku, majalah, memo. Sedangkan pesan nonverbal dapat secara lisan seperti percakapan, tatap muka.51 Sedangkan
bentuk-bentuk
pesan
dapat
bersifat
informatif,
persuasif, koersif.52 Pesan yang bersifat informatif memberikan keterangan atau fakta-fakta, kemudian komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri. Bentuk pesan yang bersifat persuasif adalah berisi bujukan yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan perubahan sikap. Pesan bersifat koersif penyampaian pesan yang sifatnya memaksa dengan menggunakan sanksi apabila tidak dilaksanakan. Untuk menjelaskan mekanisme komunikasi dalam membuat pesan, terlebih dahulu harus mengetahui pemrosesan dalam membentuk informasi
50 Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1997), cet.ke-2, h. 43. 51 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), h. 30. 52 H.A.W.Wijdaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat , h. 34.
dan penerimaan pesan. Disini akan melihat teori yang berkaitan dengan beberapa proses mengakomodasi, kumpulan aksi, dan konstruktifism.53 Proses akomodasi teori diperkenalkan oleh Howard Giles dan koleganya, dia berasumsi bahwa pembicara sering kali menyesuaikan perilakunya satu sama lain., komunikator sering kelihatan menirukan perilaku satu sama lain. Kumpulan aksi teori ini diperkenalkan oleh John Greene, dia menjelaskan individu memiliki pengetahuan isi dan pengetahuan prosedural , artinya mereka mengetahui tentang segala hal dan mereka mengetahui melakukan segala hal. Konstruktifisme teori ini diperkenalkan oleh Jesse Delia. Teori ini mengatakan bahwa individu menginterpretasikan dan bereaksi menurut kategorii konseptual dan pikiran. 2. Pengertian Moral Arti moral dalam bahasa Latin mores memiliki arti adat kebiasaan.54 Moral dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: Pertama, baik, buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, susila. Kedua, kondisi mental yang membuat seseorang berani, bersemangat, berdisiplin. Ketiga, ajaran tentang kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita.55
53
Stephen W Littlejohn, Theories of Human Communication (Terjemah), (Bandung Universitas Padjajaran, 1996), h. 189 54 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003), cet.ke-5, h. 92. 55 DepDikNas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1998), cet.ke-1, h. 592.
Moral menjelaskan arti baik dan buruk. Menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada yang lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju dalam perbuatannya.56 Sedangkan menurut Zakiyah Darajat, moral adalah kelakukan sesuai dengan ukuran (nilai-nilai) dalam masyarakat, yang timbul dari hati dan bukan paksaan dari luar yang disertai pula oleh tanggung jawab atas kelakuan tersebut. Tindakan itu harus mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi.57 Menurut The Advanced Leaner’s dictionary of Current English yang dikutip oleh Abuddin Nata pengertian moral mencakup tiga hal, yaitu: Pertama, prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah. Kedua, kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah. Ketiga, ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.58 Moral sebenarnya memuat dua segi yang berbeda, yaitu segi batiniah dan lahiriah. Artinya orang yang baik, akan memiliki sikap batin dan perbuatan yang baik. 59 Ajaran pesan moral memuat pandangan tentang nilai dan norma yang terdapat di antara sekelompok manusia. Adapun nilai moral adalah kebaikan manusia sebagai manusia. Norma moral adalah tentang
56
Ahmad Amin, Etika : Ilmu Akhlak (Jakarta : Bulan Bintang, 1995), cet.ke-8, h. 8. Zakiyah Darajat, Peranan Agama Islam Dalam Kesehatan Mental (Jakarta : Haji Masagung, 1993), h. 63. 58 Nata, Akhlak Tasawuf . h. 93. 59 Purwahadi Waryodo, Moral dan Masalahnya (Jogjakarta : Kanisius, 1990), cet.ke-9, h. 13. 57
bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia.60 Adapun kategori berdasarkan pesan moral ada tiga macam : 1. Kategori hubungan manusia dengan Tuhan 2. Kategori hubungan manusia dengan diri sendiri. Menjadi sub; ambisi, harga diri, takut dan lain-lain. 3. Kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial, termasuk hubungannya dengan alam. Dibagi menjadi sub kategori; persahabatan, kesetiaan, penghianatan, permusuhan dan lain-lain. Etika, akhlak, dan moral memiliki objek yang sama, yaitu samasama membahas tentang perbuatan manusia, baik dan buruk. Namun, perbedaannya terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, akhlak berdasarkan al –Qur’an dan al-hadits, sedangkan moral ukuran yang digunakan untuk menentukan baik buruk adalah kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat61. Etika lebih banyak bersifat teoritis/menjelaskan ukuran baik buruk, sedangkan moral bersifat praktis/menyatakan ukuran baik buruk dalam bentuk perbuatan. Kata moral lebih mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia, menuntun manusia bagaimana seharusnya ia hidup atau apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Sedangkan etika adalah ilmu, yakni pemikiran rasional, kritis dan sistematis tentang ajaran-ajaran moral. Etika menuntun seseorang untuk mengapa atau atas dasar apa ia harus mengikuti ajaran moral tertentu. Dalam artian ini etika dapat disebut fislsafat moral.62 Seperti dikatakan di atas, moral timbul dari hati nurani, Abuddin Nata membagi kesadaran moral itu menjadi tiga hal, yaitu : Pertama, perasaan wajib untuk melakukan tindakan yang bermoral. Kedua, kesadaran moral dapat berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu
60
Yadi Purwanto, Etika Profesi (Bandung : PT.Repika Aditama, 2007), h. 45. Nata, Akhlak Tasawuf . h. 97. 62 http://anggaran.org/2006/06/14/dimensional 61
perbuatan yang diterima oleh masyarakat. Ketiga, dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.63 Selain etika, akhlak juga punya makna yang sama dengan moral. Menurut bahasa akhlak berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, kelakuan, tabi’at, watak dasar, kebiasaan, kelaziman. Pengertian akhlak berdasarkan terminologi adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam perbuatan mereka yang menunjukan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.64 Akhlak terdiri dari dua macam, yaitu : Pertama, akhlak mhmudah; yaitu perbuatan baik terhadap Tuhan, sesama manusia dan mahklukmakhluknya. Kedua, akhlak madzmumah, yaitu perbuatan buruk terhadap tuhan, sesama manusia dan makhluk-makhluknya. Terlepas dari pengertian moral mengenai baik dan buruk, dalam skripsi ini penulis hanya fokus pada pesan moral yang mempunyai nilai kebaikan. Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pesan moral adalah pesan, amanat atau informasi yang disampaikan kepada orang lain yang mengandung nilai kebaikan, di dalamnya terdapat tingkah laku yang baik, pelajaran hidup, yang dapat diambil hikmahnya sesuai dengan nilainilai yang ada di masyarakat tertentu sehingga dapat diterima, misalnya tolong-menolong, integritas, kejujuran, kesabaran dan lain-lain. Pesan yang disebarluaskan melalui media massa bersifat umum karena harus ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Maka dari itu, pesan dalam cerita atau novel dibuat semenarik mungkin dan menyangkut aspek-aspek kehidupan masyarakat, ini dimaksudkan agar pesan lebih komunikatif dan lebih mengena di hati pembaca.
63 64
Nata, h. 95. Mohammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta : Prenada Media, 2004), h. 117.
BAB III SEKILAS TENTANG BIOGRAFI ANDREA HIRATA, KARYANYA, SERTA SINOPSIS NOVEL LASKAR PELANGI
A. Biografi Andrea Hirata Ia adalah Ikal dalam buku “Laskar Pelangi” dan “Sang Pemimpi”. Kecintaannya pada Pulau Belitong atau Belitung, membuat pria ini begitu bersemangat dalam menulis buku. Namanya melambung lewat buku perdananya “Laskar Pelangi”. Pria kelahiran Belitong, Bangka Belitung 24 Oktober 1973, memiliki nama lengkap Andrea Hirata Seman Said Harun. Anak keempat dari pasangan N.A Masturah (Ibu) dan Seman Said Harun (Ayah) ini menghabiskan masa kecilnya di Belitung.65 Si ‘Ikal’ – begitu panggilan masa kecilnya – mengawali sekolah SD dan SMP Muhammadiyah di Belitung, kemudian menamatkan SMA di Tanjong Pandan. Setamat SMA, ia merantau ke pulau Jawa, di sana ia mendapatkan pekerjaan sebagai tukang sortir pos surat. Dari hasil pekerjaan tersebut, ia melanjutkan studinya di Fakultas Ekonomi - Universitas Indonesia, Depok. Seusai meraih gelar sarjana ekonomi, ia berhasil mendapatkan beasiswa dari Uni Eropa untuk mengambil gelar master di Universite de Paris Sorbone, Perancis serta sheffield Hallam University, Inggris. 65
Indah, “Biografi Andrea Hirata : Menulis Tempat Curahan Hati,” artikel diakses pada 24 Januari 2008 dari http://www.naskahoke.com/e-mbig.
Meskipun studi mayornya ekonomi, ia amat menggemari sains, fisika, biologi, astronomi dan sastra ini memiliki hoby naik komidi putar. Setelah selesai S2, dia pulang ke tanah air, Bangka Belitung. Saat ini, ia tinggal di Bandung dan bekerja di PT. Telkom sebagai instruktur PT. Telkom pusat, Bandung.66 Namun karena kesibukannya, ia mengambil cuti dua tahun yang lalu. “Laskar Pelangi” awalnya tidak untuk diterbitkan, ia menulisnya karena terinspirasi oleh kegigihan dan semangat juang Bu Muslimah di bidang pendidikan lantas ia hadiahkan kepada guru tercintanya tersebut. Namun, naskah itu di ‘curi’ oleh teman kantor dan kemudian diterbitkan. Tak disangka ternyata karyanya laku dipasaran dan menjadi best seller. Menurut Dhipie Kuron, di negeri ini, tidak mudah menulis novel-novel yang kesemuanya best seller, apalagi merupakan karya-karya pertama, ditulis seseorang yang tak berasal dari lingkungan sastra, dan lebih gawat lagi, novelnovel itu sama sekali tidak sejalan dengan trend pasar. Tetapi hal itu telah dilakukan oleh Andrea Hirata. Melalui Laskar Pelangi, Andrea Hirata langsung menempatkan dirinya sebagai salah satu penulis Indonesia yang amat menjanjikan. Laskar Pelangi telah beredar di luar negeri, bahkan mampu mencapai best seller di Malaysia.67 Tanggal 14 Desember 2007 Andrea pulang ke Belitung untuk bicara di depan guru anggota PGRI Belitung Timur dan seluruh siswa SMP dan SMA
66
Neni Ridarineni “Andrea : Bangga Sebagai Melayu Pedalaman,” Republika, 30 Desember 2007, h. B4. 67 Andrea Hirata, Edensor (Jogjakarta : Bentang Pustaka, 2007), cet.ke- 5, h. 291.
di Belitung Barat. Dalam kesempatan itu, ia me-launching program sosial pendidikan yang ia sebut Laskar Pelangi in Action.68 Ia memakai dana dari royalti yang ia terima. Laskar Pelangi telah laku 200 ribu eksemplar, Sang Pemimpi 120 ribu, dan Edensor 25 ribu. Kini, Laskar Pelangi tengah dipersiapkan dalam bentuk film oleh Mizan Cinema dan Miles Films, yang disutradarai oleh Riri Reza dan Mira Lesmana, rencananya bulan Oktober film tersebut akan ditayangkan.69
B. Karya-karya Andrea Hirata Andrea Hirata adalah penulis Indonesia yang berasal dari pulau Belitong, propinsi Bangka Belitung. Novel-novel yang ditulisnya merupakan pengalaman pribadi yang menginspirasinya dalam menulis. Novel pertamanya adalah “Laskar Pelangi” yang merupakan buku pertama dari tetralogi novelnya, antara lain : Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov (yang saat ini sedang ditulis). Novel kedua dari Tetralogi “Laskar Pelangi” adalah Sang Pemimpi. Berkisah tentang Ikal (Andrea) dan Arai, yang berani bermimpi untuk mewujudakn cita-citanya bersekolah ke Sorbone, Perancis. Namun, bukan hanya bermimpi semata, mereka bekerja keras sebagai kuli paling kasar di pelabuhan Belitung kemudian hasilnya mereka tabung. Walaupun nakal, Ikal dan Arai adalah penghuni garda depan di sekolah dan memiliki top rank di 68
Neni Ridarineni “Andrea : Bangga Sebagai Melayu Pedalaman,” Republika, 30 Desember 2007, h. B4. 69
Neni “Andrea : Bangga,” Republika, 30 Desember 2007, h. B4.
kelas. Meskipun banyak yang bilang mimpi mereka lebih mirip dari punuk merindukan bulan, tetapi mereka tak patah arang karena Arai mempunyai keyakinan yang membuat mereka tetap semangat yakni “ bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu”. Novel ketiga dari tetralogi “Laskar Pelangi” adalah Edensor. Masih berkisah tentang petualangan Ikal dan Arai di negeri orang. Mereka berpetualang mengelilingi daratan Eropa dan Afrika dengan menjadi pengalamen jalanan memakai kostum ikan duyun rancangan temannya di Amsterdam, Famke. Disini juga diceritakan tentang keberanian bermimpi, kekuatan cinta, pencarian diri sendiri dan petualangan yang gagah berani, ke Belanda, Rusia, Siberia, hingga ke daratan Afrika. Dalam Maryamah Karpov – novel keempat dari tetralogi “Laskar Pelangi” – Andrea berkisah tentang perempuan dari satu sudut yang amat jarang diekspos penulis Indonesia dewasa ini.
C. Sinopsis Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata Diawali saat SD Muhammadiyah, sekolah kampung di Belitong yang paling miskin, dengan fasilitas yang sangat terbatas membuka pendaftaran untuk murid baru kelas satu. Hingga detik-detik terakhir hanya ada 9 orang yang mendaftar di SD tersebut, padahal sekolah tersebut memerlukan satu orang murid lagi jika tidak ingin sekolah tersebut ditutup. Namun, ketika kepala sekolah akan memulai dengan pengumuman pembubaran sekolah,
datang satu orang murid lagi dan ia menjadi penyelamat SD Muhammadiyah di Belitong. Sepuluh orang anak tersebut yaitu : Ikal, Lintang, Mahar, Sahara, Samson, A Kiong, Syahdan, Trapani dan Kucai. Mereka menyebut diri mereka sebagai “Laskar Pelangi”. Nama itu diberikan oleh guru yang selalu kagumi dan cintai yaitu Bu Muslimah atau Bu Mus. Mereka adalah siswasiswa yang mempunyai kemauan belajar yang cukup tinggi. Di bimbing oleh guru yang mereka cintai Ibu Muslimah atau Bu Mus dan Pak Harfan Effendi sang kepala sekolah SD Muhammadiyah, anggota Laskar Pelangi dididiknya agar anak-anak penerus bangsa tersebut berkembang. Pak Harfan dan Bu Mus adalah seorang guru yang memiliki dedikasi yang tinggi dalam pendidikan, bekerja tanpa pamrih dan tanpa digaji. Dengan hanya memberi 15 kilogram beras, mereka bukan hanya mengajarkan pelajaran sekolah semata, tetapi juga mendidik anak-anak itu dengan pelajaran Kemuhammadiyahan tentang akhlak, keimanan, dan sopan santun dan lain sebagainya. Pada awal kisah ini diceritakan semua sifat yang terlihat dari anggota Laskar Pelangi. Misalnya, Sahara yang sifatnya keras kepala, A Kiong yang selalu ‘setia’ pada Mahar, Samson yang ingin dianggap sebagai pria jantan, Trapani yang sangat bergantung pada ibunya, atau Harun yang memiliki keterbelakangan mental. Kecuali Mahar dan Lintang yang memerlukan bab sendiri.
Lintang, dia merupakan siswa dengan semangat belajar yang membara. Lintang adalah anak genius didikan alam. Walaupun dia harus menempuh jarak 80 kilometer untuk dapat pergi dan pulang sekolah, dan tak jarang diperjalanan dia dapat dicegat buaya atau menghadapi jalanan yang kurang bersahabat terlebih setelah hujan, karena dia harus melewati hutan, tetapi itu tak membuat gentar anak dari kuli copra ini. Sedangkan Mahar, dia merupakan siswa yang kreatif, imajinatif, tak logis dan sering diremehkan oleh sahabat-sahabatnya sekaligus menjadi seniman dadakan yang mengangkat derajat sekolah mereka dalam karnaval 17 Agustus. Dia pernah percaya pada hal-hal yang berbau mistik dan mendatangi Tuk Bayan Tula seorang paranormal senior di pulau Lanun. Lalu, ceritapun berlanjut ketika ikal mulai merasakan jatuh cinta pada seorang gadis Tionghoa anak pemilik toko kelontong bernama A Ling. Hal pertama yang ia lihat dari gadis itu adalah keindahan jari-jemarinya dan kukunya yang memukau hatinya. Namun sayang mereka harus berpisah. Saat beranjak dewasa, “Laskar Pelangi” pun bertambah satu orang lagi, ia seorang anak petinggi daerah Belitung bernama Flo. Ia ingin masuk SD kampung demi bertemu Mahar, setelah “Laskar Pelangi” menyelamatkannya. SD dan SMP Muhammadiyah mulai terangkat derajatnya saat perayaan
karnaval
Agustusan
yang
diketuai
oleh
Mahar.
SMP
Muhammadiyah lebih dikenal lagi ketika diadakan lomba Cerdas Cermat dengan mengalahkan sekolah Negeri milik PN Timah, dan semua jawaban dari pertanyaan disapu bersih oleh Lintang.
Namun, kesedihan mulai terasa saat menjelang empat bulan sebelum menyelesaikan sekolah SMP. Lintang, siswa genius, Robbert Einstain, Newton, Adam Smith dan Andre Amperenya sekolah Muhammadiyah harus terhenti langkah, lagi-lagi soal biaya. Ayahnya wafat, dan dia harus menjadi tulang punggung keluarga menggantikan ayahnya. Lalu di bagian akhir diceritakan bagaimana nasib-nasib Bu Muslimah serta Laskar Pelangi setelah 12 tahun kemudian. Bu Muslimah dan guru-guru muda Muhammadiyah mendapat kesempatan dari DepDikBud mengikuti Kursus Pendidikan Guru (KPG) lalu diangkat menjadi PNS. Lainnya hal dengan anggota LP yang memiliki nasib yang berbeda. Sahara Misalnya, yang akhirnya menikah dengan musuh bebuyutannya A Kiong, yang telah menjadi muallaf. Syahdan yang mendapat beasiswa dari Jepang bidang Komputer, Kucai yang menjadi anggota DPRD Belitong, Lintang yang terpaksa menjadi kuli copra, Mahar yang menjadi penulis artikel di kelurahan, Flo yang sudah berjilbab, Samson yang menjadi tukang panggul barang, Trapani yang betah dengan ibunya – setelah keluar dari RSJ -, dan terakhir Ikal, meskipun ia menjadi tukang sortir surat namun ia mampu menyelesaikan pendidikan strata satunya di UI dari hasil tersebut, dan berhasil mewujudkan mimpi sekaligus membayar hutangnya pada sekolah, guru dan sahabatnya Lintang meraih beasiswa Uni Eropa di Sorbone - Perancis.
BAB IV ANALISIS WACANA PESAN MORAL DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA
A. Wacana Pesan Moral Novel “Laskar Pelangi” Di Lihat dari Analisis Teks. Sebagai suatu kajian dan informasi, dalam bab ini penulis akan memaparkan dan mewacanakan hasil temuan data yang terdapat dalam novel “Laskar Pelangi”, kemudian penulis akan mendeskripsikan dan menjabarkan kalimat-kalimat yang mengandung pesan moral. Sesuai dengan teori yang dibahas, dalam menganalisis teks, penulis memfokuskan pada strategi wacana model Teun Van Dijk untuk menggambarkan struktur pragmatik atau struktur kebahasaan dalam novel “Laskar Pelangi” (LP). Menurut Van Dijk, analisis wacana dari segi teks sosial di bagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu: struktur makro (tematik), superstruktur (skematik), dan struktur mikro (semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris). Berikut adalah hasil temuan data sesuai dengan teori di atas. 1. Struktur Makro (Tematik) Elemen tematik atau tema menunjukan pada gambaran umum dari suatu teks, dapat juga disebut gagasan inti, ringkasan utama dari teks. Kata tema juga sering disebut topik. Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh pengarang atau komunikator. Dalam novel LP
ditemukan beberapa tema besar yang mengandung pesan moral, antara lain : a. Integritas dan Keikhlasan Hal ini ditunjukan dari Pak Harfan dan Bu Muslimah. Mereka berdua merupakan sosok guru yang memiliki integritas dan dedikasi yang tinggi. Mereka bukan hanya mengajarkan murid-muridnya untuk pintar dalam pelajaran sekolah melainkan juga mendidik mereka dengan akhlak dan budi pekerti yang baik, yang akan mereka amalkan dikemudian hari. Dua sosok guru tersebut di mata muridnya anggota LP sangat dicintai. Keikhlasan mereka dalam mengajar dan mendidik anggota LP yang memiliki karakter berbeda membuat guru-guru tersebut menjadi panutan dan teladan bagi muridnya LP. Kedua guru tersebut ikhlas memberikan seluruh ilmu yang mereka punya dengan segala keterbatasan tanpa digaji. Hal ini terlihat dari kutipan :
“Pa Harfan memberi kami pelajaran pertama tentang keteguhan pendirian, ketekunan, keinginan kuat mencapai cita-cita. Beliau bisa meyakinkan kami bahwa hidup bisa demikian bahagia dalam keterbatasan jika dimaknai dengan keikhlasan berkorban untuk sesama.” (h. 24)
“Kami diajarkan menggali nilai luhur di dalam diri sendiri agar berperilaku baik karena kesadaran pribadi.” (h. 30)
Bukan hanya kedua guru itu yang memiliki integritas yang tinggi, tetapi hal ini juga tertular pada murid-muridnya. Mereka sangat menjaga martabat sekolah mereka walaupun miskin. Ini terlihat ketika
Mahar dan teman-teman bandnya diminta untuk mengisi acara partai politik yang diupah dengan jam tangan plastik. Berikut kutipannya : “Kita tidak akan pernah menjadi bagian dari segerombolan penipu! Sekolah kita adalah sekolah Islam, bermartabat. Kita tidak akan menjual kehormatan kita demi sebuah jam tangan plastik murahan.” (h. 152)
Kutipan-kutipan di atas menunjukan konsistensi dan keteguhan baik yang dilakukan guru maupun murid. b. Tanggung Jawab dan Kepemimpinan Rasa tanggung jawab dan kepemimpinan ini diperlihatkan Bu Mus dengn mendididk murid-muridnya dengan sepenuh jiwa dan raga. Bu Mus juga mengajarkan anak didiknya agar memiliki rasa tanggung jawab yang besar dalam hidup. Hal ini diperlihatkan ketika mengadakan pemilihan ketua kelas. Saat itu, Kucai ingin mundur dari jabatan sebagai ketua kelas, namun nasihat Bu Mus mengurungkan niatnya dan Kucai pun menjadi lebih bertanggung jawab pada kelas dipimpinnya. Nasihat yang disampaikan Bu Mus ini merupakan pesan moral yang amat penting bagi pembaca. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut : “Barang siapa yang kami tunjuk sebagai amir dan telah kami tetapkan gajinya, maka apapun yang ia terima selain gajinya itu adalah penipuan. Dan Al Qur’an mengingatkan bahwa kepemimpinan seseorang akan dipertanggungjawabkan nanti di akhirat” (h. 71)
Namun, disela-sela pembicaraannya Bu Mus juga menyampaikan kepada para siswanya agar jangan takut menerima amanah itu dan harus selalu istiqamah. Berikut kutipannya : “Memegang amanah sebagai pemimpin memang berat, tapi jangan khawatir banyak orang yang akan mendoakan . Tidakkah Ananda sering mendengar di berbagai upacara petugas sering mengucap doa : ‘Ya Allah lindungilah para pemimpin kami? Jarang sekali kita mendengar doa :‘ Ya Allah lindungilah anak buah kami….” (h. 73) c. Perjuangan dan Kegigihan Dalam Menuntut Ilmu Sebenarnya seluruh anggota LP memiliki pengalaman sendiri-sendiri dalam meraih cita-citanya. Namun, dalam novel LP tokoh Lintang menjadi sorotan tersendiri demi memuaskan dahaga ilmunya. Lintang adalah siswa sekaligus anggota LP yang memiliki kecerdasan yang luar biasa, tidak sombong dan rendah hati. Lintang adalah anak miskin, namun dalam keterbatasannya ia memiliki otak yang encer. Tidak ada kata ‘bolos’ dalam hidupnya meskipun harus menempuh perjalanan sejauh 40 kilometer menuju sekolahnya, bahkan dihadang seekor buaya sekalipun. Hal ini menjadi bagian penting bagi pembaca, dan mempunyai pelajaran yang amat berarti. Berikut kutipannya : “Aku tak bisa melintas. Seekor buaya sebesar pohon kelapa tak mau beranjak, menghalang ditengah jalan. Tapi lebih dari setengah perjalanan sudah, aku tak mau pulang gara-gara buaya bodoh ini, tak ada kata bolos dalam kamusku..” (h. 87-88)
“Dapat dikatakan tak jarang Lintang mempertaruhkan nyawa demi menempuh pendidikan, namun tak sehari pun ia pernah bolos.” (h. 93)
Hal seperti itu juga ditunjukan oleh Ikal - setelah 12 tahun kemudian yang harus belajar keras demi mendapatkan beasiswa Uni Eropa. “ ketika ada pengumuman beasiswa dari negara asing aku banyak membaca, aku membaca sambil makan, sambil minum, menyortir surat, tiduran, mendengarkan golek, di angkot, di dalam jamban, mencuci, sambil dimarahi pelanggan, sambil menimba air, dan membuat resume bacaan dalam kertas kecil. Itulah yang diajarkan Lintang padaku…” (h. 458) Yang paling mengesankan adalah ketika nilai rapor Mahar dan Flo anjlok, mereka yang sama-sama percaya pada hal-hal yang berbau mistik meminta bantuan kepada dukun senior yang terkenal sakti bernama Tuk Bayan Tula agar nilai mereka bisa bagus lagi dan lulus pada ujian akhir tanpa harus belajar dan membaca buku. Namun, jawaban dari dukun tersebut amat mengejutkan, berikut kutipannya : “Inilah pesan Tuk Bayan Tula untuk kalian berdua :’ kalau ingin lulus, buka buku belajar !!!!” (h. 424) Ini menarik, karena pesan tersebut datang dari seorang dukun atau paranormal yang terkenal kehebatannya. Hal ini juga menunjukan kepada kita bahwa dalam mencapai apapun harus ada usaha terlebih dahulu. d. Pendidikan Agama, Keimanan dan Etika Sebagaimana telah di ceritakan di atas, selain mendapat pelajaran sekolah anggota LP juga dididik untuk memiliki akhlak mulia, memiliki tatakrama dan sopan santun yang tinggi, serta diajari tentang keimanan. Hal ini terlihat ketika ada seorang murid bernama Mahar telah melenceng akal sehatnya dengan mempercayai paranormal dan perdukunan. Namun, dengan penuh kesabaran dan mencoba bersikap
tegas Bu Mus menasihati Mahar, teman-temannya juga ikut mengingatkan. Berikut kutipannya : “Klenik, ilmu gaib, takhayul, paranormal, semuanya dekat dengan pemberhalaan. Syirik adalah larangan tertinggi dalam Islam” (h. 350) “Camkan ini anak muda, tidak ada hikmah apapun dari kemusyikan yang akan kau dapat dari praktik klenik itu adalah kesesatan yang semakin lama, semakin dalam, karena syirik itu berlapis-lapis” (h.351) “Jangan kau campuradukan imajinasi dan dusta, kawan. Tak taukah engkau, kebohongan adalah pantangan kita…..” (h. 186)
Novel memang memberikan bacaan yang menarik, dalam novel LP etika guru dan murid sehari-hari digambarkan sangat indah, mereka sangat menjaga etika sesuai dengan ajaran agama, dan hal ini menjadi contoh bagi para pembaca. “Ibunda guru tak mungkin tertawa lepas, karena agama melarangnya” (h. 107) “Azan magrib menggema dipantulkan tiang-tiang rumah panggung orang Melayu. Kami diajari untuk tak bicara jika azan berkumandang” (h. 162) “Melawan guru sama hukumannya dengan melawan orang tua, durhaka” (h. 351) e. Kedisiplinan Sikap disiplin memang sangat penting dalam segala aspek kehidupan. Anggota LP diajarkan untuk memiliki rasa disiplin yang tinggi, terutama dalam menjalankan ibadah, hal ini selalu disampaikan oleh Bu Muslimah tanpa bosan. Berikut kutipannya :
“Shalatlah tepat waktu, biar dapat pahala lebih banyak,” demikian Bu Mus selalu menasehati kami. f. Kekuatan Persahabatan Tidak diragukan lagi jika berbicara tentang persahabatan. Persahabatan kesepeluh anggota LP ini ditengah keterbatasan mereka yang memiliki nasib yang sama, karakter yang berbeda-beda, namun kekuatan persahabatan mereka yang dilandasi kesabaran menjadi harga paling penting bagi perjalanan hidup mereka. Ikal misalnya, yang tertantang meraih pendidikan yang tinggi demi melunasi hutangnya pada Lintang si anak cerdas kebanggaan sekolah yang tak mampu ia bantu ketika si genius itu terpaksa meninggalkan sekolah dan cita-citanya. “Aku benar-benar bertekad mendapat beasiswa karena itu adalah tiket untuk meninggalkan hidupku yang terpuruk. Bahkan lebih dari itu aku merasa berhutang pada Lintang, A Ling, Pa Harfan, Bu Mus, Laskar Pelangi dan sekolah Muhammadiyah” (h. 460)
Atau Sahara yang selalu sabar mendengarkan cerita dari Harun yang memiliki keterbelakangan mental. Mereka memiliki ikatan emosi yang unik seperti persahabatan kura-kura dan tupai. “Harun dengan semangat bercerita tentang kucingnya yang berbelang tiga, baru melahirkan tiga ekor yang semua berbelang tiga dan lahir pada tanggal tiga. Setiap hari, berulang kali, puluhan kali, sepanjang tahun dari SD sampai SMP. Namun, Sahara dengan setia mendengar” (h. 77)
g. Tolong - Menolong
Meskipun kehidupan anggota LP keadaannya sangat terbatas, namun mereka tidak rendah diri, karena mereka mempunyai guru yang sungguh-sungguh membimbing mereka ke arah yang benar. Mereka selalu diajarkan agar dapat menolong dan membantu serta memberikan manfaat kepada orang lain sesuai kemampuan mereka. Bahkan, nasihat guru-guru tersebut menjadi prinsip bagi anggota LP hingga dewasa. Berikut kutipannya : “Lalu beliau menyampaikan sebuah prinsip yang diam-diam menyelinap jauh di dalam dadaku serta memberi arah bagiku hingga dewasa, yaitu bahwa hiduplah untuk memberi sebanyakbanyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya.” (h. 24)
2. Superstruktur (Skematik) Skematik adalah teks atau wacana yang umumnya mempunyai skema/alur dari awal sampai akhir. Secara keseluruhan, bangunan alur cerita dalam novel LP telah sempurna, dalam arti dari satu peristiwa ke peristiwa lain membentuk satu kesatuan arti. Para pembaca akan disodorkan dan disajikan pada suatu nilai pemahaman tentang arti pentingnya keikhlasan, keberanian bercita-cita di tengah keterbatasan dan optimisme tinggi dalam meraih ilmu yang di sertai dengan usaha yang keras. Superstruktur atau skematik biasanya menggunakan struktur tiga babak yakni : babak awal, konflik, dan resolusi. a. Babak Awal Sang penulis Andrea Hirata membangunnya lewat pendeskripsian SD Muhammadiyah yang merupakan sekolah miskin di daerah Belitong,
Bangka Belitung. Ia menggambarkan ke-ironisan yang terjadi didaerahnya, daerah yang kaya akan timah namun masyarakat setempat hanya menjadi buruh tambang saja, dan banyak anak-anak mereka yang tidak sekolah, bahkan menganggapnya tidak penting. Pada awal babak ini, pembaca langsung disodorkan pada keadaan yang menyedihkan, mulai dari bangunan sekolah yang seperti gudang dan hampir ambruk, anak-anak muridnya yang semuanya miskin, guruguru yang bekerja tanpa digaji, orang tua yang pesimis dan tidak yakin bahwa pendidikan akan merubah hidup mereka, sampai sekolah yang akan dibubarkan jika jumlah murid kurang dari sepuluh orang pada hari pertama masuk sekolah. Andrea juga mendeskripsikan tentang guru-gurunya yang benar-benar mendedikasikan dan mengabdikan diri untuk mengajar di sekolah tersebut, tentang keikhlasan mengajar tanpa pamrih dan selalu membesarkan hati murid-muridnya anggota LP dengan petuah-petuah yang bijak. Persahabatan pun di mulai sejak SD sampai SMP, terlebih sejak kesepuluh orang tersebut mendapat julukan “Laskar Pelangi” dari guru mereka, dengan begitu mereka semakin kompak dengan berbagai karakter yang ada. Disini juga diceritakan tentang Lintang, dia adalah anak yang paling menonjol yang memiliki kegeniusann yang luar biasa, Mahar yang seperti memiliki indra keenam, Ikal yang jatuh cinta pada seorang gadis Tionghoa di toko kelontong, serta kesahajaan dan kekonyolan lain yang ditunjukan oleh anggota LP lainnya.
b. Babak Konflik Babak dimana muncul berbagai konflik. Pada babak ini pengarang juga berhasil menampilkan suatu yang menggugah pembaca. Konflik ini dimulai dari Mahar seorang anak yang mempunyai ide-ide brilian, meskipun kadang ide-idenya itu abstrak dan tak masuk akal. Hasil kegemilangan idenya adalah ketika diadakan festival atau karnaval seni, ide seniman kampung ini mampu mengharumkan nama sekolah Muhammadiyah dan mampu bersaing dengan sekolah PN Timah yang setiap
tahunnya
memenangi perlombaan
tersebut.
Di tengah
kegemilangan idenya itu, Mahar juga tersandung masalah lain, masalah yang menyebabkan Bu Mus bersusah payah meyakinkanya akan kebenaran agama Allah. Mahar sangat mengagumi orang-orang sakti mandraguna, seperti dukun dan paranormal, bahkan dia percaya pada kehebatan yang dimiliki dukun-dukun tersebut, dia sampai berani ke Pulau yang sangat ditakuti masyarakat guna menemukan dukun paling sakti di pulau itu bernama Tuk Bayan Tula. Lain lagi dengan Lintang
si
Newton-nya
Muhammadiyah,
dia
juga
pernah
mengharumkan nama sekolah mereka dalam lomba adu kecerdasan atau cerdas cermat, lagi-lagi dengan mengalahkan sekolah PN Timah, suasana memanas ketika dia harus beradu argumen dengan guru dari PN Timah lulusan S2 karena guru tersebut tidak terima dengan jawaban dari Lintang tentang cincin Newton, tapi adu argumen itu dimenangkan
oleh
Lintang,
dan
sekolah
Muhammadiyah
memenangkan
lomba
tersebut
dengan
terkagum-kagum
oleh
kegeniusan Lintang. Namun, ternyata kebanggaan pada Lintang harus dibayar mahal oleh para LP dan guru Muhammadiyah, empat bulan menjelang EBTANAS Lintang terpaksa meninggalkan bangku sekolah yang dicintainya, cita-cita dan harapan harus dikuburnya dalam-dalam karena ia harus menggantikan ayahnya yang telah wafat menjadi tulang punggung keluarga, kepergiannya ditangisi oleh orang-orang yang
mencintainya,
terutama
Laskar
Pelangi
dan
sekolah
Muahmmadiyah. Atau kisah Trapani yang selama enam tahun dirawat di rumah sakit jiwa bersama ibunya karena mengalami sindrom ketergantungan mother complex yang sangat ektrem. Inilah puncak konflik dalam novel ini. c. Babak Resolusi Penyelesaian akhir cerita dalam novel ini digambarkan setelah 12 tahun kemudian. Setelah anggota LP lulus, tidak ada lagi murid yang sekolah di perguruan tersebut, sekolah ditutup. Lintang sang genius hanya menjadi kuli kopra, Sahara dan A Kiong yang akhirnya menikah setelah A Kiong menjadi muallaf. Samson yang hanya menjadi kuli panggul di toko kelontong milik Sahara dan A Kiong, Kucai yang telah menjadi master, Syahdan yang mendapat beasiswa ke Jepang bidang teknologi, Trapani yang masih betah dengan Ibunya setelah keluar dari rumah sakit jiwa, Mahar yang menjadi penulis buku tentang kebudayaan, Flo - anggota baru LP - yang telah berjilbab, dan Ikal si sang pemimpi yang hanya menjadi tukang sortir surat, mampu
menyelesaikan S1 di UI dengan baik, namun yang lebih hebat lagi ia berhasil mewujudkan mimpinya kuliah S2 di luar negeri dengan mendapatkan beasiswa Uni Eropa. Cerita ini diangkat dari kisah nyata pengarang (Andrea Hirata). Maka dari itu, kisah yang disajikan sangat menyatu dengan pembaca, pembaca seolah-olah dihadapkan pada kehidupannya sendiri, dan cerita ini sangat menjadi pelajaran untuk para pembaca. Skematik juga berurusan dengan judul. Pemberian judul ini bukan semata-mata judul biasa, judul novel ini dibuat memang berdasarkan kisah nyata, pemberian guru pada kesepuluh muridnya. Judul yang dijadikan cover novel ini dibuat semenarik mungkin dengan pemilihan huruf dan grafis tertentu. Gambarnya memang bukan gambar pelangi sebagaimana judul dibuat, tetapi segerombolan anak-anak di senja hari, dan satu anak duduk seperti melamun. Hal ini akan membuat orang menarik dan penasaran untuk membaca lebih juah. 3. Struktur Mikro a. Semantik Semantik adalah studi linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Mansoer Petada mengartikan semantik adalah studi tentang makna70. Elemen yang terdapat dalam semantik adalah : 1) Latar Merupakan bagian teks yang dapat mempengaruhi arti yang ingin disampaikan, 70
latar
merupakan
cerminan
dari
ideologis
Mansoer Petada, Semantik Leksikal (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), cet.ke-1, h. 7
komunikator. Dalam novel LP ini lokasi yang diceritakan berada di pulau Belitong, Bangka Belitung, komunitas melayu yang paling miskin saat itu. Latar belakang dinovelkannya LP menurut penulis diawali dari keinginan pengarang untuk mempersembahkan memoar masa kecilnya yang penuh arti dan penuh pengalamannya itu kepada gurunya yang bernama Harfan dan Muslimah serta teman-teman anggota LP. Semenjak buku atau novelnya di’lempar’ ke pasaran dan mendapat sambutan yang luar biasa hingga menjadi best seller, pengarang juga berharap hasil tulisannya ini akan menjadi pelajaran yang berharga bagi semua pihak, yaitu mengobarkan semangat anak-anak yang selalu dirundung kesulitan dalam menempuh pendidikan. 2) Detail Merupakan
kontrol
informasi
yang
disampaikan
komunikator/pengarang. pengarang akan menampilkan secara berlebihan
informasi
yang
menguntungkan
dirinya,
dan
menampilkan jumlah yang sedikit informasi yang merugikan dirinya. Dalam novel LP, Andrea – dalam hal ini komunikator – banyak
menampilkan
informasi
yang
menguntungkan
kedudukannya, diantaranya pernyataan bahwa tokoh Ikal (Andrea) yang walaupun menderita penyakit insomnia (kurang tidur) namun tetap belajar keras.
“Di rumah Aku belajar sampai jauh malam dan penyakit insomnia ternyata malah mendukungku. Aku adalah penderita
insomnia paling produktif karena saat-saat tak bisa tidur, kugunakan untuk membaca” (h. 459) Menurut penulis, pernyataan dari pengarang ini sangat mendukung akan kemampuan dan kegeniusan dari pengarang, sehingga informasi ini memiliki makna yang kuat, meskipun ia mempunyai penyakit insomnia, namun ia dapat memanfaatkan semaksimal mungkin kebiasannya itu dengan terus belajar, membaca buku, hal ini tentu akan mempunyai dampak positif kepada pembaca. 3) Maksud Merupakan elemen yang melihat apakah teks atau cerita yang dibuat oleh pengarang disampaikan secara eksplisit atau implisit. Elemen maksud dalam novel LP ternyata banyak disampaikan secara eksplisit atau terbuka. Salah satu teks yang terdapat dalam cerita itu adalah mengenai penjelasan tentang pemahaman bahasa arab. “Lalu persis di bawah matahari tadi, tertera huruf-huruf gundul yang nanti setelah kelas dua, aku akan tahu bahwa tulisan itu berbunyi ‘amar ma’ruf nahi munkar’ artinya menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar. Kata-kata itu melekat dalam kalbu kami sampai dewasa” (h. 19)
Di sini sangat jelas bahwa informasi yang terdapat dalam teks tersebut disajikan secara terbuka. Dengan begitu, para pembaca
akan cepat mengerti atau paham akan maksud dari teks di atas dan tidak perlu mencari kesimpulan dari teks tersebut.
b. Sintaksis Adalah pembicaraan mengenai unit bahasa kalimat71. Dalam hal ini adalah bagaimana sebuah kata atau kalimat di susun sehingga menjadi satu kesatuan arti. Elemen dari sintaksis adalah : 1) Koherensi Merupakan pertalian antar kata atau kalimat, biasanya dapat diamati dengan memakai kata penghubung (konjungsi) : dan, tetapi, lalu, karena, daripada, dan sebagainya. Hal ini terlihat pada kutipan :
“Ya Allah, cita-citaku adalah menjadi seorang penulis atau pemain bulu tangkis, tetapi jika gagal jadikan aku apa saja, asal jangan jadikan aku pegawai pos, dan jangan beri aku pekerjaan sejak subuh.” (h. 278) Penempatan kata ‘tetapi’ dan kata ‘dan’ pada keterangan di atas mempunyai fungsi sebagai kata penghubung antar kalimat satu dengan lainnya. Fungsi dari kata penghubung ‘tetapi’ menjelaskan kepada kita bahwa tokoh Ikal mempunyai harapan dari doa dan cita-cita yang dinginkannya. Sedangkan kata ‘dan’ dalam kalimat di atas, justru mempertegas keinginannya yang tak ingin mendapat
71
Jos Daniel Parera, Sintaksis (Jakarta : Gramedia, 1993), cet.ke-2, h. 1.
pekerjaan yang dimulai di padi hari, seperti tukang pos. Namun, di akhir cerita ini, impian tersebut tidak terwujud.
2) Bentuk Kalimat Adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis, menjelaskan tentang proposisi di atur dalam satu rangkaian kalimat. Maksudnya, proposisi mana yang akan ditempatkan di awal atau di akhir kalimat. Kutipan berikut dapat menjelaskan dan membedakan mana objek, subjek, predikat, dan keterangan.
“Ketika aku menyusul Lintang ke dalam kelas, ia menyalamiku dengan erat seperti pegangan calon mertua menerima pinangannya” (h. 12) Dari keterangan di atas, dapat dijabarkan sebagai berikut :
Ketika Ket. Waktu Ia S
aku S
Menyusul P
Menyalami P
Ku O
Lintang O
Ke dalam kelas Keterangan tempat
Dengan erat seperti pegangan…… Keterangan
Dari keterangan di atas, dapat kita lihat bahwa pengarang meskipun bukan lulusan sastra, namun dia mencoba untuk mengikuti aturan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Dia juga mencoba untuk menempatkan proposisi mana yang lebih tepat digunakan di awal ataupun diakhir.
3) Kata Ganti Merupakan alat yang dipakai oleh komunikator atau pengarang untuk menunjukan di mana posisi seseorang dalam wacana, misalnya dengan mengungkapkan sikapnya dan perilakunya seharihari. Kata ganti yang digunakan dalam novel LP adalah kata “aku”, berikut kutipannya :
“Pagi itu, waktu aku masih kecil, aku duduk di bangku panjang di depan sebuah kelas. Sebatang pohon fillicium tua yang rindang meneduhiku” (h.1)
Kata ganti “aku” di atas, menunjukan bukan hanya sifat pengarang sebagai pemilik karakter, tetapi juga tokoh-tokoh dalam novel LP merupakan orang-orang melayu yang biasa dengan penggunaan kata “aku”. Disini juga terlihat Andrea ingin menyampaikan kata dengan lebih sopan tapi bukan berarti formal, karena pemakaian kata “aku” sudah menjadi darah daging orang melayu. c. Stilistik Elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia (style). Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung unsur kejujuran, sopan santun, dan menarik. Gaya bahasa yang cukup menarik dalam novel ini adalah kata “guru”. Di novel ini, untuk menyebut guru pengarangan menulisnya seperti kutipan berikut :
“Sabarlah ananda, pertanyaanmu mengenai tafsir surah Ar-Rum akan dijelaskan nanti di kelas dua…..” ”Tidak Ibunda guru, pagi ini ketika berangkat sekolah aku hampir diterkam buaya, maka aku tidak punya waktu menunggu, jelaskan disini, sekarang juga!” (h. 110-111) Dengan gaya bahasa yang disampaikan seperti di atas menggunakan kata ‘Ananda’ dan ‘Ibunda’, terlihat bahwa pengarang ingin menunjukan bahwa antara guru dan murid memiliki ikatan emosi dan ikatan batin yang kuat, karena dengan begitu suasana akan bertambah akrab, dan bukan hanya dirasakan sebagai guru dan murid biasa saja namun dianggap sebagai orang tua yang memiliki tanggung jawab kepada anak-anaknya. Dengan gaya bahasa seperti ini muridmurid akan merasa nyaman dan merasa terlindungi, dan pengarang berhasil menyampaikannya karena selain bahasanya sopan juga hal seperti inilah yang disukai oleh pembaca. d. Retoris Retoris adalah gaya yang diungkapkan untuk menyatakan dengan sebuah intonasi atau penekanan. Elemennya terbagi menjadi : 1) Grafis Merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan oleh seseorang yang di amati dari teks. Novel LP merupakan novel yang sangat sedikit sekali dialognya. Namun, masalah penekanan pada teks dapat kita amati dari dialog di bawah ini ketika Ikal diwawancara untuk mendapatkan beasiswa, berikut kutipannya :
“Hm..sebuah topik yang memang patut dipelajari lebih jauh, siapa yang membimbing Anda?” Kata profesor itu. “Bu Mus, Pak Harfan, Lintang, sekolah Muhammadiyah, A Ling, dan Herriot!” Jawabku dalam hati. “Saya telah lama menunggu ada proposal riset sebagus ini, ternyata datang dari tukang pos! Kemana saja kau pergi selama ini?” Tanyanya retoris. “Edensor!” Bisik Hatiku. (h. 462)
Penekanan disini disampaikan secara implisit, artinya dengan pengarang mencoba menekankan dialog seperti di atas, ada kemungkinan para pembaca akan merasa takjub akan niat yang dipendam oleh Andrea/Ikal yaitu bertekad mendapatkan beasiswa tersebut untuk orang-orang yang dicintainya seperti Bu Mus, Pak Harfan, Lintang, sekolah Muhammadiyah, A Ling dan Herriot yang menjadi inspirasi utamanya. Juga keindahan Edensor – desa yang berada di antah berantah di Inggris – yang selalu menjadi impiannya dan selalu berada dalam angannya. 2) Metafora Metafora digunakan sebagai ornament atau bumbu dari suatu berita, biasanya digunakan seperti kata-kata kiasan dan ungkapan, semuanya digunakan untuk memperjelas pesan utama agar setiap orang yang membaca akan mudah mengingat dan memahami isi pesan tersebut. Dalam novel ini, banyak sekali kalimat yang menggunakan
metafora
dan
pengarang
(Andrea)
berhasil
menyuguhkan dengan cara yang berbeda. Namun, dari sekian banyak ungkapan dan metafora, berikut beberapa contoh :
“Jika tak rajin shalat, maka pandai-pandailah berenang” (h. 22) Ungkapan di atas menunjukan pada kita bahwa kita harus waspada pada apa yang akan terjadi di hari esok. Ungkapan di atas berkenaan dengan kisah yang diceritakan oleh Pa Harfan tentang umat Nabi Nuh. “Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya” (h. 24) Artinya adalah kita sebagai manusia harus banyak memberi manfaat pada orang lain bukan hanya bisa minta apa yang kita inginkan, karena dengan banyak memberi manfaat itu lebih baik dari pada hanya mendapat belas kasihan orang lain selagi masi bisa berusaha. “Dalamnya laut dapat kukira, dalamnya sangka…” (h. 185).
dusta, siapa
Kebohongan atau dusta adalah pangkal dosa, bohong itu sifatnya abstrak dan hanya orang yang berbohong yang tahu dan menyadari. Maka dari itu, jika diibaratkan dengan laut, laut mungkin bisa diprediksikan kedalamanny, namun bohong adalah tak bisa di perkirakan karena hanya orang yang berbohong yang merasakan.
“Hidup dengan usaha adalah mata yang ditutup untuk memilih buah-buahan dalam keranjang. Buah apapun yang didapat, kita tetap mendapatkan buah…” (h. 476)
Artinya adalah sebesar atau sekecil apapun usaha yang kita lakukan, usaha itu akan membuahkan hasil bagi diri kita, entah hasil itu sesuai dengan yang kita harapkan atau tidak.
Elemen retoris dalam novel LP ini menggunakan pemakaian kata yang tidak bertele-tele, sederhana, mudah diingat, dan langsung pada pusat isi pesan. Ungkapan-ungkapan seperti ini memang kerap kita dijumpai agar pembaca tidak merasa bosan tetapi justru pembaca akan mempunyai kesan tersendiri.
Sesuai dengan data-data yang ditemukan pada analisis teks di atas, maka secara keseluruhan pesan moral dalam novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata ini lebih banyak menyoroti tentang kehidupan sosial, hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia lainnya dan lingkungannya. Pesan yang ingin disampaikan dari hubungan manusia dengan Tuhan ini tercermin dari sikap, sifat, perilaku, pergaulan, dan etika yang baik yang dimiliki oleh para tokoh dalam novel LP. Mereka berusaha untuk tetap rendah hati, bekerja keras dan istiqomah dalam menjalankan hidup dengan benar sesuai ajaran agama meskipun serba kekurangan. Pesan moral yang ingin disampaikan oleh komunikator dari hubungan manusia dengan manusia lainnya dan dengan lingkungannya, ini terlihat dari hubungan antara guru dengan murid yang sangat akrab, saling menghormati dan menyayangi dan tidak saling membeda-bedakan, murid dianggap sebagai anak sendiri, dan guru dianggap sebagai orang tua sendiri, sehingga akan
tercipta suasana yang harmonis. Begitu juga dengan persahabatan antara anggota LP yang sangat kuat. Keadaan susah maupun senang, suka dan duka dilalui bersama, persahabatan seperti ini pun menjadi indah kala salah seorang di antara mereka (Ikal) berikrar/berjanji untuk terus memperjuangkan citacitanya demi seorang sahabat bernama Lintang yang harus rela meninggalkan bangku sekolah. Perjuangan mereka dalam mencari ilmu pun memang patut diacungi jempol, meskipun keadaan yang serba kekurangan, namun semangat dalam menggapai cita-cita amatlah besar, dan mereka dapat meraih citacitanya masing-masing. Hal ini menjadi pelajaran yang amat berharga bagi kita, karena pengarang/komunikator mengajak kita agar tidak menyerah dalam kondisi apapun untuk mendapatkan pendidikan dan meraih cita-cita.
B. Wacana Pesan Moral Novel “Laskar Pelangi” Dilihat dari Analisis Kognisi Sosial Dalam analisis wacana yang menggunakan model Van Dijk, analisis tidak hanya difokuskan pada teks semata, tetapi juga melihat dari pandangan pengarang/Andrea, baik dari segi kognisi sosial maupun konteks sosial. Pada analisis kognisi sosial di sini difokuskan pada bagaimana sebuah teks diproduksi, dipahami dan ditafsirkan. Dalam penulisan novel LP pengarang merupakan sosok utama yang berperan dalam terbentuknya cerita. Kita dapat mengamati dan menafsirkan ide pengarang dalam memahami cerita serta tokoh dalam novel tersebut. Dalam novel LP, pengarang berusaha menggambarkan kenyataan tentang dunia pendidikan di Indonesia. Berkisah tentang perjuangan dua orang
guru yang memiliki dedikasi yang tinggi dalam dunia pendidikan, tokoh-tokoh yang diceritakan dalam novel ini pun merupakan manusia-manusia yang memiliki kesederhanaan, jujur, tulur, gigih, penuh dedikasi, ulet, sabar, serta tawakal di tengah keterbatasan yang mereka alami. Hal seperti ini dituturkan dan dituangkan oleh pengarang secara indah, haru dan cerdas. Bukan hanya itu, menurut penulis, dalam novel ini pengarang juga berusaha menunjukan pada kita bahwa pendidikan merupakan hal yang penting. Disini digambarkan, bahwa sebagai pendidik kita harus memberikan hati kita kepada anak-anak dengan sepenuh jiwa raga, bukan sekadar memberi komando atau instruksi, tetapi para pendidik mampu mendidik dan memberi tauladan yang baik, sehingga hal ini akan mengasah potensi anak dan menghasilkan prestasi yang cemerlang di masa yang akan datang. Menurut penulis, pengarang memberi judul novelnya dengan kalimat yang bernuansa semangat yaitu “Laskar Pelangi”. Laskar berarti kegigihan dan kobaran semangat, sementara pelangi berarti tujuh macam warna indah yang menghiasi langit. Dengan pemilihan judul ini, pembaca akan langsung dihadapkan pada sebuah pandangan tentang manusia-manusia atau tokohtokoh yang memiliki keuletan, karakter yang berbeda, kegigihan, dan kobaran semangat yang tinggi dalam menggapai cita-cita. Meskipun pengarang menulis novelnya hanya dalam waktu tiga minggu72, ternyata novel tersebut mendapat sambutan yang luar biasa.
72
Neni Ridarineni “Andrea : Bangga Sebagai Melayu Pedalaman,” Republika, 30 Desember 2007, h. B4.
Menurut penulis, novel ini ditulis lain dari pada yang lain, karena pengarang memang benar-benar menuangkan isi hatinya kedalam tulisan. Dialog dalam novel ini sangat sedikit sekali, si pengarang malah senang menceritakan kejadian demi kejadian, pengalaman demi pengalaman dengan cara menguraikan peristiwa tersebut seperti essay. Namun demikian, ini tak mengubah isi bahasa dan makna yang terkandung dalam novel ini. Dengan dibungkus oleh ungkapan, kiasan, gaya bahasa serta gaya humor yang diramu dengan baik, novel ini berhasil mencuri hati pembaca. Cara penyampaian informasinya pun dibuat sangat kreatif. Secara keseluruhan, pengarang berhasil menyuguhkan bacaan yang membuat hati pembacanya tidak bosan, ditambah dengan gaya penulisan dan gaya penyampaian yang sederhana, lugas, tegas dan mudah dipahami seakanakan menyatu dengan pembaca. Pengarang juga mampu memberikan pelajaran yang berharga, yakni pesan-pesan moral yang terkandung dalam novel LP. Maka dari itu, novel LP ini ‘pas’ untuk semua kalangan, baik anakanak, remaja, dewasa, pengusaha, dan tenaga kependidikan.
C. Wacana Pesan Moral Novel “Laskar Pelangi” Dilihat dari Konteks Sosial. Dimensi terakhir dari analisis wacana yang diungkapkan oleh Van Dijk adalah konteks sosial. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa konteks sosial adalah faktor eksternal yang mempengaruhi cerita atau teks, sehingga menjadi salah satu alasan bagi pengarang dalam menulis novelnya.
Menurut penulis, alasan dibuatnya novel LP adalah karena pengarang ingin menuangkan kisahnya dan berbagi pengalaman kepada pembaca tentang realita dan pendidikan di Indonesia. Pada zaman yang sedang mengalami dekadensi moral dan hanya menginginkan hal-hal yang serba instan ini, pengarang berusaha masuk dan memberikan suguhan bacaan yang jauh lebih bermanfaat, jauh dari kehidupan hedonis dan matrelialis. Dalam novel ini kita akan dihadapkan pada sebuah kenyataan hidup yang memprihatinkan, namun banyak sekali muatan moral dan hikmah yang dapat diambil. Sebagai persembahan ucapan terima kasih kepada guru, si pengarang menggunakan
media
tulisan
berbentuk
novel
untuk
menyampaikan
kekagumannya pada kobaran semangat dan kegigihan Bu Muslimah di bidang pendidikan. Bukan hanya itu, pengarang juga mengisahkan tentang pengalaman masa kecilnya bersama kesepuluh anggota LP. Maka lahirlah LP yang tak lain diberi judul sama dengan julukan mereka sendiri yang diberikan guru mereka itu. Sebagaimana diketahui, bahwa tujuan awal dalam menulis novel ini oleh pengarang Andrea
bukan untuk diterbitkan,
melainkan untuk
dipersembahkan kepada gurunya atas desakan teman-temannya dari LP. Namun akhirnya terbit tanpa sepengatahun pengarang, dan menjadi best seller. Kisah yang diceritakan pun dalam novel LP ini adalah benar-benar merupakan kisah nyata. Penulis menilai, kurangnya perhatian dan kepedulian masyarakat dan pemerintah dalam pendidikan membuat pengarang merasa ‘gerah’. Daerah
Belitung mungkin merupakan salah satu dari sekian banyak daerah miskin di Indonesia. Dengan memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas, pengarang berusaha membuka realita kehidupan yang banyak dialami masyarakat Indonesia secara umum. Dia juga berusaha bercengkarama kepada para pembaca dengan akrab melalui tulisannya. Maka dari itu, novel ini bisa jadi mewakili gambaran realita sistem pendidikan Indonesia hingga saat ini, yaitu mahalnya biaya pendidikan, gedung-gedung yang sudah tidak layak pakai, hingga kurangnya penghargaan terhadap guru dan lain sebagainya. Pada awal cerita terdapat satu kesinambungan yang akan mengikat pembaca untuk meneruskan bacaannya sampai akhir cerita. Ciri terpenting dalam novel LP adalah novel ini mampu memunculkan ketakjuban, rasa syukur, kesederhanaan, bahkan membuat kesedihan dan keprihatinan yang berdampak positif bagi para pembacanya. Cerita-cerita yang dikisahkan oleh pengarang menampilkan sudut pandang yang berbeda dari novel lainnya. Pesan-pesan yang disampaikan pun dapat memberi pencerahan, inspirasi, dan memberi pandangan berbeda tentang kehidupan persahabatan, percintaan, kepasrahan dan kesederhanaan. Novel LP adalah salah satu solusi yang baik dalam memberikan pengetahuan, wawasan, pelajaran hidup, dan pemahaman akan pentingnya ilmu, pendidikan dan pengorbanan. Dengan demikian, masyarakat akan memahami dan akan mengambil teladan dari perjalanan hidup LP, sehingga masyarakat yang senasib dapat mengarungi kehidupannya tanpa pantang menyerah dan selalu ingin menjadi orang yang lebih baik.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah menjelaskan dan menganalisa hasil temuan data yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dalam bab ini penulis mencoba memberikan beberapa kesimpulan yaitu, sebagai berikut : 1. Dari keseluruhan isi cerita, penyajian wacana atau konstruksi wacana dalam novel LP tersebut terbilang cukup baik, hal ini terbukti dari temuan data yang ditemukan mulai dari struktur makro meliputi; tema-tema yang diangkat, superstruktur meliputi; alur cerita yang bagus, menarik, dan kronologis hingga elemen struktur mikro yang meliputi; pemilihan bahasa, kata, bentuk kalimat dan metafora yang menghiasi novel LP ini disajikan dengan baik. Pengarang juga berusaha menyentuh area peristiwa para tokoh LP dengan kenyataan yang sebenarnya. Pesan yang ditonjolkan dalam novel ini adalah pesan moral yang mengandung unsur kebaikan, pelajaran hidup dan lebih menyoroti tentang kehidupan sosial. Pesan ini pun disajikan dengan sederhana agar mudah dipahami. 2. Dalam menyajikan isi cerita, jika dilihat dari aspek kognisi sosial dan konteks sosial pengarang berusaha membagi pengalaman dengan pembaca melalui suguhan tentang realita dunia pendidikan kita. Dengan wawasan pengetahuan yang dimilikinya, cara penyampaian informasi, gaya bahasa dan gaya humor dalam novel ini ia ramu dengan baik dan kreatif. Novel ini merupakan kisah nyata para tokoh-tokohnya, pengarang berusaha
bercengkrama dan mengajak pembaca untuk sharing tentang gambaran dunia pendidikan di Indonesia. Pengarang juga berusaha menyentuh area peristiwa para tokoh LP dengan kenyataan yang sebenarnya. Pesan yang ditonjolkan dalam novel ini adalah pesan moral yang mengandung unsur kebaikan, pelajaran hidup dan lebih menyoroti tentang kehidupan sosial. Pesan ini pun disajikan dengan sederhana agar mudah dipahami. B. Saran-saran Ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan kepada pengarang yakni : 1. Mengenai pemakaian bahasa ilmiah yang terlalu banyak. Novel ini memang jenis novel yang cukup baik dan sangat inspiratif, namun banyaknya kata-kata ilmiah ini menjadi batu sandungan dan membuat pembaca bosan, sehingga para pembaca malas untuk membuka maksud dari kata-kata itu meskipun telah disediakan di halaman terakhir. Alangkah baiknya jika kata-kata ilmiah itu dipakai footnote, sehingga pembaca akan langsung tahu maknanya. 2. Dialog dalam novel ini juga sangat jarang, pengarang lebih suka menceritakan kisahnya dalam paragraf yang panjang. Terlepas dari pengetahuan para pembaca yang akan bertambah, namun hal ini juga membuat para pembaca jenuh. Saat ini memang sedikit sekali tema-tema novel yang menyoroti dunia pendidikan dan dunia anak. Maka dari itu, kehadiran pengarang novel LP memberi warna baru dalam dunia pernovelan, dan hal ini menjadi tolok ukur bagi para novelis lainnya untuk menyuguhkan bacaan yang berkualitas dan berbobot demi kemajuan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA Ambary, Abdullah. Intisari Sastra Indonesia. Bandung : Djatnika, 1983. Amin, Ahmad. Etika : Ilmu Akhlak. Jakarta : Bulan Bintang, cet.ke-8, 1995. Aziz, Mohammad Ali. Ilmu Dakwah . Jakarta : Prenada Media, 2004 Chaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta, cet.ke-3, 2002. Darajat, Zakiyah. Peranan Agama Islam Dalam Kesehatan Mental. Jakarta : Haji Masagung, 1993 DepDikBud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, cet.ke-1, 1988. Effendy, Onong Uchana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, cet.ke-2, 1997. Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media. Jogjakarta : LKiS, cet.ke-5, 2006. Hazmy, A. Dustur Dakwah Menurut Al Qur’an. Jakarta : Bulan Bintang, cet.ke-3, 1994. Hirata, Andrea. Edensor. Jogjakarta : Bentang Pustaka, cet.ke- 5, 2007. Indah, “Biografi Andrea Hirata : Menulis Tempat Curahan Hati,” artikel diakses pada 24 Januari 2008 dari http://www.naskahoke.com/embig. Keraf Gorys. Komposisi. Nusa Indah, 1994. - - - - - . Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, cet.ke-14, 2004. Kooij J.G, dan S.C Dik. Ilmu Bahasa Umum (Terj). Jakarta : Perpustakaan Nasional, 1994. Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara, 2007. Mulyana. Kajian Wacana : Toeri, Metode, Aplikasi, dan Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Jogjakarta : Tiara Wacana, 2005. Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta : Raja Grafindo Persada, cet.ke-5, 2003.
Natawijaya, P.Suparman. Bimbingan Untuk Cakap Menulis. Jakarta : Gunung Mulia, cet.ke-2, 1979. Nurgiantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Jogjakarta : Universitas Gajah Mada, cet.ke-1, 1995. Parera, Jos Daniel. Sintaksis. Jakarta : Gramedia, cet.ke-2, 1993. Persua, Ngurah. Peranan Kesusastraan Dalam Pendidika. Suara Guru : XII, 1980. Petada, Mansoer. Semantik Leksikal. Jakarta : Rineka Cipta, cet.ke-1, 2001. Purwanto, Yadi. Etika Profesi . Bandung : PT.Repika Aditama, 2007 Rahmanto. Metode Pengajaran. Jogjakarta : Kanisius, cet.ke-1, 1992 Ridarineni, Neni. “Andrea : Bangga Sebagai Melayu Pedalaman,” Republika, 30 Desember 2007, h. B4 Sadily Hasan, & John M.Echols. Kamus Bahasa Inggris. Jakarta : Gramedia, cet.XXV, 2003. Salim Yenny dan Peter Salim. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta : Modern English Press, edisi ke-3, 2002. Saraswati, Ekarini. Sosiologi Sastra : Sebuah Pemahaman Awal. Malang : UMM Press dan Bayu Media, cet.ke-1, 2003. Semi, M. Atar. Anatomi Sastra. Padang : Angkasa Raya, cet.ke-1, 1988. Sobur, Alex. Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung : Remaja Rosdakarya, cet.ke-4, 2006. Subardjo, Jakob. Seluk Beluk dan Petunjuk Menulis Novel dan Cerpen. Bandung : Pustaka Latifah, 2004. Sumadirja, As Haris. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. Bandung : Simbiosa Rekatama Media, cet.ke-2, 2005. Suprapto. Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia. Surabaya : Indah, 1993. Sutrisno. Metodologi Research. Jogjakarta : Andi Offset, 1989.
Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Wacana. Bandung : Angkasa, 1993. Verhaar, J.W.M. Asas-asas Linguistik Umum. Jogjakarta : Universitas Gajah Mada Press, cet.ke-3, 2001. Waryodo, Purwahadi. Moral dan Masalahnya. Jogjakarta : Kanisius, cet.ke9,1 990. Wijdaja, H.A.W. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta : Bumi Aksara, 1997. Yunus, Umar. Dari Peristiwa ke Imajinasi . Jakarta : PT.Gramedia, cet.ke-2, 1985. Zainudin. Materi Pokok Bahasan dan Sastra Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta, cet.ke-1, 1992.