NILAI - NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA Skripsi Diajukan kepada Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Oleh Ahmad Bahauddin NIM : 108011000164
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M
ABSTRAK Nama NIM Fak/Jurusan Judul
: Ahmad Bahauddin : 108011000164 : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam : Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Dalam Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata
Tujuan penelitian dari novel Laskar Pelangi ini yaitu untuk menemukan bentuk pendidikan agama Islam yang ditampilkan dalam novel Laskar Pelangi, untuk memperkaya khazanah keilmuan bagi peneliti karya sastra novel selanjutnya dan untuk referensi dalam dunia pendidikan. Penelitian ini juga dapat memberikan manfaat bagi pembaca, yaitu sebagai masukan dalam memahami suatu karya sastra, membantu dalam memahami suatu karya sastra dan sebagai rujukan dalam bidang pendidikan. Metode dalam skripsi ini menggunakan jenis penelitian kepustakaanyaitu suatu penelitian yang mengacu pada khazanah kepustakaan seperti buku-buku, artikel atau dokumen-dokumen lainnya. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, yaitu suatu cara pencarian data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode analisis isi (Content analysis), yaitu sebuah analisis yang digunakan untuk mengungkap, memahami dan menangkap isi karya sastra, serta metode deskriptif, yaitu metode yang membahas objek penelitian secara apa adanya sesuai dengan data-data yang diperoleh. Penelitian ini menemukan empat bentuk nilai dari pendidikan agama Islam dalam novel Laskar Pelangi ini yaitu: tentang nilai Tauhid atau aqidah yang Mengesakan Allah. Nilai ibadah yang meliputi sholat, larangan berbuat taqlid dan menuntut ilmu. Kemudian nilai akhlak yang meliputi akhlak terhadap orang tua dan akhlak terhadap sesama manusia. Terakhir adalah nilai sosial kemasyarakatan yang meliputi shodaqoh dan musyawarah.
i
KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah swt atas taufik dan hidayah-Nya, akhirnya penulisan skripsi yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata” ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga, sahabat dan seluruh pengikut beliau hingga akhir zaman. Peneliti menyadari betul bahwa selama proses penulisan skripsi ini dalam rangka mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, banyak pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini. Maka dari itu peneliti memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya sekaligus ucapan terima kasih. Adapun apresiasi dan ucapan terima kasih ini peneliti khususkan kepada: 1. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk
menempuh pendidikan S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Abdul Majid Khon, MA dan Marhamah sholeh Lc., MA selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam juga seluruh dosen dan staf Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuannya selama penulis menempuh pendidikan S1 di UIN.Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Heny Narendrani Hidayati, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing selama penulisan skripsi ini yang memberikan bimbingan, saran dan kritik selama penulisan. 4. Tanenji, MA, selaku
Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan motivasi dan saran kepada penulis selama menjadi mahasiswa. 5. Bapak dan Ibu dosen yang telah membimbing penulis selama kuliah di Jurusan Pendidikan Agama Islam Ilmu Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
ii
6. Kedua orang tua Saya Ayahanda Sofan Zaen dan Ibunda Masruroh yang selalu memberikan didikan, motivasi, doa dan kasih sayang. 7. Kakak saya Ummu Aeman serta adik saya Shofwatullaily dan Ahmad Anjaz Maulana yang tidak henti-hentinya memberikan Do’a dan motivasinya. 8. Kawan-kawan Kost Tarekat yang selalu menemani begadang Saya sampai akhir penyelesaian skripsi ini. 9. Teman-teman Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) Ciputat. 10. Sahabat-sahabat saya dan teman-teman kelas ”E” PAI 2008 yang sudah memberikan banyak bantuan sampai selesainya skripsi ini.
iii
DAFTAR ISI
COVER LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ABSTRAK ....................................................................................................... i KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................... iv DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................. 5 C. Pembatasan Masalah ……………………………………… ….. 5 D. Perumusan Masalah .................................................................. 5 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 5
BAB II
KAJIAN TEORI A. Konsep Nilai Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Nilai ................................................................... 7 2. Macam-macam Nilai ............................................................. 9 3. Pengertian Pendidikan Agama Islam ..................................... 10 4. Dasar Pendidikan Agama Islam
.......................................... 11
5. Tujuan Pendidikan Agama Islam
........................................ 14
6. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam 7. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam
........................... 15
.................................. 17
B. Deskriptif Novel 1. Pengertian Novel ................................................................... 28 2. Karakteristik dan Ciri-ciri Novel ……………………………. 30 3. Jenis-Jenis Novel ...................................................................... 31
iv
4. Unsur-Unsur Novel Jenis-Jenis Novel ..................................... 34 C. Tinjauan Pustaka .................................................................... 35 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian................................................................. 37 B. Sumber Data .............................................................................. 37 C. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 38 D. Teknik Analisis Data .................................................................. 38 E. Instrumen Penelitian .................................................................. 39 F. Teknik Penulisan ....................................................................... 40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Novel 1. Sinopsis Novel ...................................................................... 41 2. Unsur Instrinsik Novel .......................................................... 43 3. Unsur Ekstrinsik Novel (Biografi Pengarang)........................ 47 B. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Novel…… ........... 48 C. Pembahasan Hasil Analisis 1. Nilai Tauhid .......................................................................... 56 2. Nilai Ibadah .......................................................................... 57 3. Nilai Akhlak ......................................................................... 60 4. Nilai Sosial ........................................................................... 63
BAB V
KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................ 67 B. Saran ......................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 69
v
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 ............................................................................................................ 53
vi
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pilar kehidupan bangsa, masa depan suatu bangsa bias diketahui dengan sejauh mana komitmen masyarakat bangsa ataupun Negara dalam menyelenggarakan pendidikan nasional, tidak berlebihan apabila founding father bangsa ini meletakan cita-cita yang luhur dengan memperhatikan masalah kesejahteraan dan kecerdasan bangsanya. Cita-cita luhur itu ditegaskan dalam UUD 1945 yang menyatakan bahwa pembentukan pemerintah negara Indonesia adalah dalam rangka “… melindungi segenap bangsa, seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa…”1 karena itu keberhasilan pendidikan, menjadi salah satu tujuan dari bangsa ini. Selanjutnya dalam UUD 1945 pasal 3 ayat 1, mengamanatkan kepada pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu pendidikan nasional yang mampu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepadaTuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini senada dengan apa yang tertuang dalam undang-undang system pendidikan nasional yang berbunyi : Pendidikan nasioanal berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban kemauan dan mencerdaskan watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis dan bertanggungjawab.2 Dari perumusan tujuan diatas, semakin menegaskan bahwa pendidikan merupakan sarana yang mutlak diperlukan untuk mencapai kesejahteraan dalam kehidupan.
1
Pembukaan UUD 1945 alinea 4 UU RI No.20 tahun 2003 tentangSistemPendidikanNasional Bab 2 Pasal 3
2
1
2
Pada dasarnya setiap manusia terlahir dengan potensi kecerdasan masingmasing sebagai anugerah Tuhan. Persoalannya justru terletak pada bagaimana cara mengembangkan potensi kecerdasan yang beragam tersebut. Selama ini kita cenderung terjebak pada pemikiran konsevatif dengan pola pengembangan yang seragam. Jarang sekali orang melihat ke-khasan dari masing-masing individu. Ironisnya, hal ini tidak hanya terjadi dalam keluarga, tetapi juga di sekolah, sebuah lembaga yang notabene bertujuan membentuk manusia yang cerdas secara komprehensif. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang akan memungkinkan untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat.3 Mengenai pentingnya pendidikan ini, Islam sebagai agama Rahmatan lil’alamin,mewajibkan untuk mencari ilmu pengetahuan melalui pendidikan didalam
maupun diluar
pendidikan
formal.
Bahkan
Allah
mengawali
menurunkan Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia dengan ayat yang memerintahkan Rasul-Nya, Muhammad Saw. Untuk membaca dan membaca.4 Membaca merupakan salah satu perwujudan dari aktifitas belajar dalam pendidikan. Dan dalam arti yang sangat luas, dengan belajar pula manusia dapat mengembangkan pengetahuannya dan sekaligus memperbaiki kehidupannya. Betapa pentingnya belajar, karena itu dalam Al-Quran Allah berjanji akan meningkatkan derajat orang-orang yang belajar daripada yang tidak belajar.5 Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan akhir pendidikan islam merupakan aplikasi nilai-nilai islam yang diwujudkan dalam pribadi anak didik dengan konsep pendidikan islam yang sedemikian sempurnanya, dengan tujuan akhir untuk mewujudkan nilai-nilai pendidikan Islam dalam pribadi anak didik, dan diharapkan pendidikan islam mampu menghasilkan alumni intelektual yang
3
OemarHamalik, Proses BelajarMengajar,(Jakarta: BumiAksara, 2003), H.79. Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an danTerjamahnya, (Bandung: SyaamilCipta Media, 2005), hal.543. 5 BaharuddindanEsaNurWahyuni, TeoriBelajardanpembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2007), hal. 29. 4
3
berkualitas. 6 Namun kalau kita merenungkan keadaan masyarakat di Indonesia saat ini kita banyak menjumpai berbagai masalah, seperti masalah budaya, masalah politik dan terutama masalah pendidikan yang sifatnya sangat mendesak untuk segera diperbaiki. Masyarakat Islam
yang cerdas adalah masyarakat
yang mampu
menyesuaikan dengan perkembangan zaman saat ini, yakni masyarakat yang mampu memanfaatkan kemajuan tekhnologi, komunikasi, serta media cetak dan elektronik guna menambah mutu dan kualitas pendidikan mereka. Serta bukubuku yang dapat menjadi sarana yang efektif sebagai media penunjang pendidikan, seperti novel dan cerpen. Novel memiliki peranan penting terhadap masyarakat, karena novel bukan hanya sekedar menyajikan wacana dan cerita kepada masyarkat, akan tetapi novel juga sangat bereperan dalam kehidupan masyarakat, terlihat dari seorang penulis atau sastrawan dapat dikatakan sebagai pejuang moral karena mereka berupaya agar sipembaca dapat mengetahui dan memahami apa yang ada dalam alur cerita novel tersebut sehingga dapat menggugah perasaan bagi sipembaca. Novel termasuk karya sastra yang banyak beredar di masyarakat dan memuat banyak nilai-nilai pendidikan untuk kehidupan manusia dalam setiap ceritanya. Sebagai pembaca kita harus dapat menangkap nilai apa yang sebenarnya ingin disampaikan dari novel tersebut kepada para pembaca, bukan hanya sekadar bacaan yang menghibur semata. Salah satu novel yang menjadi best seller adalah novel yang berjudul “Laskar Pelangi” karya dari Andrea Hirata ini merupakan salah satu novel dari karya anak bangsa yang dapat memberikan pesan-pesan pendidikan bagi setiap pembaca novel Laskar Pelangi, karena kebanyakan dari novel saat ini hanya berceritakan tentang percintaan, kekerasan, pornografi dan tidak memiliki nilainilai positif untuk masayarakat islam terutama, guna dapat memberikan nilainilai pendidikan untuk perkembangan bangsa Indonesia.
6
M. Arifin, (ed.), IlmuPendidikan Islam, (Jakarta: BumiAksara, 1991), hlm. 23-24.
4
Novel Laskar Pelangi termasuk novel yang bermakna. Peneliti memilih novel lascar pelangi sebagai bahan penelitian skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Agama islam yang terkandung dalam Novel Laskar Pelangi karena, didalamnya banyak terkandung nilai-nilai pendidikan agama islam yang dapat memotivasi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik, khususnya kepada para guru di Indonesia. Didalam novel ini, dikisahkan para guru yang sangat luar biasa.7 Para guru tersebut memiliki pola srategi pembelajaran yang sangat baik, sehingga murid-muridnya mengikuti kepribadiannya yang baik. Walaupun dengan fasilitas yang kurang memadai, tetapi para guru didalam novel Laskar Pelangi tersebut mampu menghasilkan murid-murid yang sangat luar biasa. Penulis sengaja memilih novel ini karena, di zaman sekarang ini para guru banyak yang memiliki pola strategi pembelajaran yang kurang baik, dan itu merupakan suatu hal yang salah. Guru itu diwajibkan untuk memiliki gaya atau strategi pembelajaran yang baik. Dari novel yang bertema pendidikan tersebut, diceritakan seperti apa proses pendidakan zaman dahulu kala yang memang terbatas untuk berbagai hal, seperti sarana dan prasarananya. Namun meskipun serba kekurangan mereka tetap semangat untuk melakukan pendidikan, karena mereka yakin kalau pendidikan itu sangatlah penting. Terutama peran dari Bapak Harfan Efendy sebagai kepala sekolah yang sangat berjuang keras untuk melakukan pendidikan. Dengan mengamalkan nilai-nilai pendidikan serta semangat pendidik dari seorang kepala sekolah beserta gurunya untuk melakukan perubahan terhadap pendidikan, membuat penulis tertarik untuk mengadakan analisis novel yang tertuang dalam judul : “NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA”
7
Andrea Hirata, LaskarPelangi, (Yogyakarta: PT Bentang,2006).
5
B. Identifikasi Masalah Agar permasalahan tidak melebar, karena peneliti tidak mungkin membahas semua novel yang tercantum di latar belakang masalah sebagai berikut: 1. Banyak masalah yang dihadapi masyarakat Islam dalam hal ekonomi, sosial, budaya hingga pendidikan. 2. Pengetahuan masyarakat
Islam tentang Keislaman,
Keimanan,
kepribadian, dan kemasyarakatan yang rendah serta tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. 3. Manifestasi nilai-nilai pendidikan Islam yang minim dalam kehidupan sehari-hari 4. Banyak
kemerosotan
akidah,
akhlak,
ibadah,
dan
social
kemasyarakatan diakibatkan arus budaya yang sekuler, baik dari media cetak seperti Koran, Majalah dan Novel. C. Pembatasan Masalah Agar terhindar dari meluasnya pembahasan dalam penelitiaan ini, maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian hanya pada novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata meliputi sebagai berikut: 1. Nilai Pendidikan Aqidah/Tauhid 2. Nilai Pendidikan Ibadah 3. Nilai Pendidikan Akhlak 4. Nilai Pendidikan Sosial/Kemasyarakatan D. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalahnya
adalah
“Bagaimanakah nilai-nilai
pendidikan agama Islam dalam novel “Laskar Pelangi” karya Adrea Hirata?”. E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian 1. Tujuan penelitian Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan dari pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi.
6
b. Mendeskripsikan agar para pendidik maupun peserta didik
dapat
meneladani sifat tokoh-tokoh yang ada didalam novel ini, yaitu memiliki nilai pendidikan yang baik, terutama nilai-nilai pendidikan agama islam. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis 1) Diharapkan
dapat
menambah
keilmuan
tentang
nilai-nilai
pendidikan yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. 2) Diharapkan dapat dijadikan masukan bagi peneliti mengenai nilainilai pendidikan agama islam yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata 3) Untuk memperkaya khazanah keilmuan bagi peneliti karya sastra novel selanjutnya. 4) Untuk referensi dalam dunia pendidikan Agama Islam b. Manfaat Praktis 1) Guru Sebagai
bahan
rujukan
dan pedoman
dalam
menerapkan
pelaksanaan sistem pengajaran yang sesuai dengan ajaran islam 2) Siswa Untuk lebih memotivasi dan meningkatkan semangat belajar siswa dalam menempuh pendidikan. 3) Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah Ilmu Pengetahuan bagi Mahasiswa Pendidikan Agama Islam. Kemudian Penelitian ini, mudah-mudahan bisa menjadi perbandingan bagi pihak-pihak yang membutuhkan dalam penulisan karya ilmiah.
7
BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Nilai Pendidikan Agama Islam 1.
Pengertian Nilai Kata Nilai berasal dari bahasa inggris “value” termasuk bidang kajian
filsafat. Persoalan tentang nilai dibahas dan dipelajari salah satu cabang filsafat yaitu filsafat nilai (Axiology Theory of Value).1 Filsafat juga sering diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai. Istilah dalam bidang filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodness), kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian.2 Di dalam Dictionary of Sosciology and Related Sciences dikemukakan nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia.Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok, (The believed capacity of any object to statisfy a human desire).Jadi nilai pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri.Sesuatu itu mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu.Misalnya, bunga itu indah, perbuatan itu susila. Indah, susila adalah sifat atau kualitas yang melekat pada bunga dan perbuatan. Dengan demikian, maka nilai itu sebenarnya adalah suatu kenyataan yang “tersembunyi” di balik kenyataan-kenyataan lainnya.Ada nilai itu karena adanya kenyataan-kenyataan lain sebagai pembawa nilai. 3 Secara umum kata nilai diartikan sebagai harga, kadar, mutu atau kualitas. Untuk mempunyai nilai maka sesuatu harus memiliki sifat-sifat yang penting dan bermutu atau berguna dalam kehidupan manusia.Dalam estetika, nilai diartikan sebagai keberhargaan (worth) dan kebaikan (goodness).Nilai berarti suatu ide yang paling baik, menjunjung
1 Jalaluudin & Abdullah, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Gaya Media Pratama, 2002), cet. ke-2, h. 106. 2 Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2008), h. 87. 3 Kaelan, op. cit., h. 87.
7
8
tinggi dan menjadi pedoman manusia atau masyarakat dalam tingkah laku, keindahan, dan keadilan.4 Nilai bukan semata-mata untuk memenuhi dorongan intelek dan keinginan manusia.Nilai justru berfungsi untuk membimbing dan membina manusia supaya menjadi lebih luhur, lebih matang sesuai dengan martabat human-dignity.Dan human-dignity ini ialah tujuan itu sendiri, tujuan dan cita manusia.5 Max Sceler mengemukakan bahwa nilai-nilai yang ada, tidak sama luhurnya dan sama tingginya. Nilai-nilai itu secara nyata ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah dibandingkan nilai-nilai lainnya. Menurut
tinggi
rendahnya, nilai-nilai dapat dikelompokkan dalam empat tingkatan sebagai berikut : a. Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkatan ini terdapat deretan nilai yang mengenakkan dan tidak mengenakkan (die Wertreihe des Angenehmen und Unangemen), yang menyebabkan orang senang atau menderita tidak enak. b. Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkatan ini terdapatlah nilai-nilai yang penting bagi kehidupan (Werte des Vitalen Fuhlens), misalnya kesehatan, kesegaran, jasmani, dan kesejahteraan umum. c. Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkatan ini terdapat nilai kejiwaan (geistige werte) yang sama sekali tidak terkandung dari keadaan jasmani maupun lingkungan. Nilai-nilai semacam ini ialah keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat. d. Nilai-nilai rohani: dalam tingkat ini terdapat modalitas nilai dari yang suci dan tidak suci (Wermodalitat des Heiligen ung Unheiligen). Nilai-nilai semacam ini terdiri dari nilai-nilai pribadi.6 Berdasarkan pada pendapat serta pengertian sebagaimana tersebut di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa nilai ialah suatu hal yang bersifat normatif dan objektif, sebagai ukuran atas suatu tindakan yang menjadi norma
4
Fakultas Bahasa dan Seni, Estetika Sastra, Seni, dan Budaya, (Jakarta: Universitas Negri Jakarta, 2008), h. 49-50. 5 Mohammad Noor Syam, Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila, (Surabaya: Usaha Nasional,1996), h. 135 6 Kaelan, op. cit., h. 89
9
yang akan membimbing dan membina manusia supaya menjadi luhur, berguna dan bermartabat dalam kehidupannya. 2.
Macam-Macam Nilai Nilai dapat dipandang sebagai sesuatu yang berharga, memiliki kualitas,
baik itu kualitas tinggi atau kualitas rendah.Dari uraian pengertian nilai di atas, maka Notonegoro dalam Kaelan, menyebutkan adanya 3 macam nilai. Dari ketiga jenis nilai tersebut adalah sebagai berikut: a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan material ragawi manusia. b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas. c. Nilai kerohaniaan, yaitu segala sesuatu yang berguna rohani manusia. Nilaikerohaniaan dapat dibedakan menjadi empat macam: 1) Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta manusia). 2) Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan (emotion) manusia. 3) Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak manusia. 4) Nilai religius yang merupakan nilai kerokhanian tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan manusia.7 Dari uraian mengenai macam-macam nilai di atas, dapat dikemukakan bahwa yang mengandung nilai itu bukan hanya sesuatu yang berwujud material saja, akan tetapi juga sesuatu yang berwujud non-material atau immaterial. Bahkan sesuatu yang immaterial itu dapat mengandung nilai yang sangat tinggi dan mutlak bagi manusia. Nilai-nilai material relative lebih mudah diukur, yaitu dengan menggunakan panca indra maupun alat pengukur seperti berat, panjang, luas, dan sebagainya. Sedangkan nilai kerohanian atau spiritual lebih sulit mengukurnya. Dalam menilai hal-hal tersebut, yang menjadi alat ukurnya adalah 7
Ibid
10
hati nurani manusia yang dibantu oleh alat indra, cipta, rasa, karsa, dan keyakinan manusia.8 Dari berbagai uraian macam-macam nilai diatas dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang mengandung nilai itu bukan hanya sesuatu yang berbentuk material saja, namun sesuatu yang dapat diukur dengan panca indera juga mengandung nilai. 3.
Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan adalah suatu Bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh
orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain. Pendidikan dalam bahasa arab biasa disebut dengan istilah Tarbiyah yang berasal dari kata kerja Rabba, sedang pengajaran dalam bahasa arab disebut dengan ta’lim yang berasal dari kata kerja ‘Allama. Pendidikan Islam sama dengan Tarbiyah Islamiyah. Kata Rabba beserta cabangnya dapat dijumpai di AlQuran, misalnya dalam QS. Al-Isra’ (17):24 dan QS. Asy-Syu’ara (26):18, sedang kata ‘Allama antara lain terdapat dalam QS. Al-Baqarah (2):31 dan QS. An-Naml (27):16 Tarbiyah sering juga disebut ta’dib seperti sabda Nabi Saw :addabani rabbi fa ahsana ta’dibi (Tuhanku telah mendidikku, maka aku akan menyempurnakan pendidikannya).9 Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah di yakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.10 Musthafa Al-Ghulayani mengatakan bahwa pendidikan Islam ialah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya 8
Kaelan, op. cit., h. 90 Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: Lkis Printing Cemerlang, 2009) h.14 10 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 2012). h. 86
9
11
dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air.11 Dr.Ahmad Tafsir dalam bukunya ilmu pendidikan dalam persepektif Islam, menyebutkan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain agar ia berkembang maksimal sesuai dengan ajaran Islam.12 Sedangkan menurut Dr. Muhammad Fadil Al-Djamali, Pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemanusiannya sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar).13 Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa kepada peserta didik dalam masa perkembangan agar ia memiliki kepribadian muslim. Kepribadian muslim yang dimaksud adalah suatu proses hasil dari tingkah laku yang berpedoman sesuai ajaran Islam yang berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadist. 4.
Dasar Pendidikan Agama Islam Dalam kosakata bahasa Indonesia, kata dasar memiliki banyak arti,
diantaranya tanah yang di bawah air, bagian yang terbawah, bantal, latar, cat yang menjadi lapis yang di bawah sekali, cita atau kain yang akan dibuat pakaian, bakat, pembawaan yang di bawa sejak lahir, alas, pedoman, asas, pokok atau pangkal.14 Secara garis besar dasar dari pendidikan agama islam terbagi menjadi 3 yaitu : a. Al-Qur’an Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang telah diwahyukan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW.Bagi seluruh umat manusia yang meliputi seluruh aspek
11
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung : Pustaka Setia, 1998). h. 10. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persepektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), h. 32. 13 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 2012). h. 18 14 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Kencana, 2010), h.79 12
12
kehidupan manusia dan bersifat universal.Keuniversalan ajarannya mencangkup ilmu pengetahuan yang tinggi dan sekaligus merupakan mulia yang esensinya tidak dapat dimengerti, kecuali bagi orang2 yang berjiwa suci dan berakal.15 Deden Makbuloh dalam bukunya Pendidikan Agama Islam mendefinisikan Al-Qur’an yaitu Wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Yang ditulis dalam bentuk mushaf berdasarkan penukilan secara mutawatir.16 Islam adalah agama yang membawa misi agar umatnya menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran.Ayat Al-Quran yang pertama kali turun adalah berkenaan disamping masalah keimanan juga pendidikan.17 Al-Qur’an merupakan kitab Allah SWT yang memiliki kelengkapan yang sangat luas dan besar bagi pengembangan kebudayaan umat manusia.Al-Qur’an merupakan sumber pendidikan yang terlengkap, baik pendidikan sosial, moral, spiritual, material dan alam semesta. b. Hadits (As-Sunnah) Secara sederhana, Hadist atau As-sunnah merupakan jalan atau cara yang pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam perjalanannya melaksanakan dakwah Islam.Contoh yang dibawa beliau dapat dibagi menjadi 3 bagian.Pertama, Hadist qauliyat yaitu yang berisikan ucapan, pernyataan, dan perstujuan Nabi Muhammad SAW.Kedua, Hadist Fi’liyat yaitu yang berisi tidakan dan perbuatan yang pernah dilakukan oleh Nabi.Ketiga, Hadist Taqririyat yaitu yang merupakan persetujuan nabi atas tindakan dan persitiwa yang terjadi.18 Menurut Pakar fikih (fuqaha) Al-Sunnah adalah segala ucapan, perbuatan Rasul yang berkaitan dengan hukum, baik yang wajib, haram atau mubah.19 Rasulullah Saw. Mengatakan bahwa beliau adalah juru didik. Dalam kaitan ini M. Athiyah al Abrasyi mengatakan: pada suatu hari Rasul keluar dari rumahnya dan beliau menyaksikan adanya dua pertemuan; dalam pertemuan
15
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta : Gaya media pratama, 2001) h. 95 16 Deden Makbuloh, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Rajawali pers, 2012) h. 158 17 Nur Uhbiyati, op. cit., h, 19 18 Samsul Nizar, op. cit., h. 97 19 Deden Makbuloh, op. cit., h. 193
13
pertama, orang-orang yang berdoa kepada Allah ‘Azza wajalla, mendekatkan diri kepada-Nya; dalam pertemuan kedua orang sedang memberikan pelajaran.20 Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Rasulullah menjungjung tinggi kepada pendidikan dan memotivasi agar berkiprah kepada pendidikan dan pengajaran. c. Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia 1) UUD 1945, pasal 29 Pasal 29 UUD 1945 memberikan jaminan kepada warga Negara republik Indonesia untuk memeluk agama dan beribadat sesuai dengan agama yang dipeluknya, bahkan mengadakan kegiatan yang dapat menunjang bagi pelaksanaan ibadat. Dengan demikian pendidikan Islam yang searah dengan bentuk ibadat yang diyakininya diizinkan dan dijamin oleh Negara.21 2) UU No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional Pertama.Pasal 1 ayat 2 disebutkan:“Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan terhadap tuntutan perubahan zaman .” Kedua.Pasal 1 ayat 3 disebutkan:“Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.”22 Sedangkan dari undang-undang no. 20 tahun 2003 ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
20
Nur Uhbiyati, op,cit., h. 21. Nur Uhbiyati, op. cit., h. 23. 22 http://www.dikti.go.id/files/atur/UU20-2003Sisdiknas.pdf 21
14
5.
Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan ialah Suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau
kegiatan telah selesai. Maka Pendidikan, karena merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap atau statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.23 Secara umum tujuan pendidikan ialah kematangan dan integritas pribadi.Adapula yang merumuskan dengan kata-kata kesempurnaan.24 Menurut Imam Ghazali tujuan pendidikan yaitu pembentukan insan yang baik di dunia maupun di akherat.25 Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah mengatakan dalam bukunya “Education Theory a Qur’anic Outlook”, bahwa pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah SWT. Atau sekurang-kurangnnya mempersiapkan ke jalan yang mengacu kepada tujuan akhir.26 Tujuan utama khalifah Allah adalah beriman kepada Allah dan tunduk serta patuh secara total kepada-Nya. Tujuan pendidikan Islam menurutnya dibangun atas tiga komponen sifat dasar manusia yaitu: 1). Tubuh; 2). Ruh; 3). Akal yang masing-masing harus dijaga.
Bedasarkan
hal tersebut
maka
tujuan
pendidikan
Islam
dapat
dikelasifikasikan kepada: a. Tujuan Pendidikan Jasmani Kekuatan fisik merupakan bagian pokok dari tujuan pendidikan, maka pendidikan harus memiliki tujuan kearah keterampilan-keterampilan fisik yang dianggap perlu bagi tumbuhnya ke perkasaan yang sehat. b. Tujuan Pendidikan Rohani Tujuan
pendidikan
Islam
harus
mampu
membawa
dan
mengembalikan ruh tersebut kepada kebenaran dan kesucian. Maka
23
Zakiah Daradjat, op, cit., h. 29 Mohammad Noor Syam, op. cit., h. 144 25 Nur Uhbiyati, op. cit, h. 33. 26 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidkan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres, 2002),cet. ke-1, h. 19. 24
15
pendidikan Islam menurut Muhammad Qutub ialah meletakkan dasar yang harus memberikan petunjuk agar manusia memelihara hubungannya yang terus-menerus dengan Allah swt. c. Tujuan Pendidikan Akal Pendidikan yang dapat membantu tercapainya tujuan akal, seharusnya dengan bukti-bukti yang memadai dan relevan dengan apa yang mereka pelajari. Karena pada dasarnya pendidikan Islam bukan hanya memberi titik tekan pada hafalan, sementara proses intelektualitas dan pemahaman dikesampingkan. d. Tujuan Sosial Fungsi pendidikan dalam mewujudkan tujuan sosial adalah menitikberatkan pada perkembangan karakter-karakter manusia yang unik, agar manusia mampu beradaptasi dengan standar-standar masyarakat bersama-sama dengan cita-cita yang ada padanya. Keharmonisan menjadi karakteristik utama yang ingin dicapai dalam tujuan pendidikan Islam.27 Dari pemaparan diatas tentang tujuan pendidikan Islam adalah bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang sempurna (insan kamil), sesuai ajaran dan kepribadian Rosulullah, guna mendekatkan diri kepada Allah demi mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. 6.
Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan,
dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah Swt. Hubungan manusia dengan sesama manusia, dan ketiga hubungan manusia dengan dirinya sendiri, serta hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya. Ruang lingkup pendidikan Agama Islam juga identik dengan aspek-aspek pengajaran Agama Islam karena materi yang terkandung didalamnya merupakan perpaduan yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
27
Armai Arief, op, cit. h. 21
16
Apabila dilihat dari segi pembahasannya maka ruang lingkup pendidikan Agama Islam yang umum dilaksanakan disekolah adalah : a. Pengajaran keimanan Pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar tentang aspek kepercayaan, dalam hal ini tentunya kepercayaan menurut ajaran Islam, inti dari pengajaran ini adalah tentang rukun islam b. Pengajaran akhlak Pengajaran akhlak adalah bentuk pengajaran yang mengarah pada pembentukan jiwa, cara bersikap individu pada kehidupannya, pengajaran ini berarti proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajarkan berakhlak baik. c. Pengajaran ibadah Pengajaran ibadah adalah pengajaran tentang segala bentuk ibadah dan tata cara pelaksanaannya, tujuan dari pengajaran ini agar siswa mampu melaksanakan ibadah dengan baik dan benar. Mengerti segala bentuk dan memahami arti dan tujuan pelaksanaan ibadah. d. Pengajaran fiqih Pengajaran fiqih adalah pengajaran yang isinya menyampaikan materi tentang segala bentuk-bentuk hukum islam yang bersumber pada Al-Quran, Sunnah, dan dalil-dalil syar’i yang lain. Tujuan pengajaran ini adalah agar siswa mengetahui dan mengerti tentang hukum-hukum Islam dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari e. Pengajaran Al-Quran Pengajaran Al-Quran adalah pengajaran yang bertujuan agar siswa dapat membaca Al-Quran. Akan tetapi dalam prakteknya hanya ayat-ayat tertentu yang dimasukan dalam materi pendidikan agama islam yang disesuaikan dengan tingkat pendidikannya. f. Pengajaran sejarah Islam Tujuan pengajaran dari sejarah Islam ini adalah agar siswa dapat mengetahui tentang pertumbuhan dan perkembangan Agama Islam dari
17
awalnya sampai zaman sekarang sehingga siswa dapat mengenal dan mencintai Agama Islam.28 7.
Nilai-Nilai Pendidikan Islam Kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari nilai dan nilai itu
diinstitusikan.Institusional nilai yang terbaik adalah melalui upaya pendidikan. Pandangan Freeman But dalam bukunya yang berjudul Culture History Of Westren Education yang dikutip oleh Muhaimin dan Mujib menyatakan bahwa hakikat pendidikan adalah proses transformasi dan internalisasi nilai. Proses pembiasaan nilai, proses rekonstruksi nilai serta penyesuaian nilai.29 Dalam pendidikan Islam terdapat bermacam-macam nilai Islam yang mendukung dalam pelaksanaan pendidikan bahkan menjadi suatu rangkaiaan atau sistem didalamnya. Nilai tersebut menjadi pengembangan jiwa anak sehingga dapat memberikan out put bagi pendidikan yang sesuai dengan harapan masyarakat luas. Dengan banyaknya nilai-nilai pendidikan peneliti mencoba membatasi pembahasan dari penulisan skripsi ini dan membatasi nilai-nilai pendidikan Islam dengan nilai Tauhid / aqidah, nilai Ibadah, nilai akhlaq, dan nilai sosial / kemasyarakatan. a. Nilai-nilai Tauhid atau Aqidah Aqidah adalah bentuk masdar dari kata ‘aqoda-ya’qidu-‘aqidatan yang berarti ikatan, simpulan, perjanjian, tokoh.Sedangkan secara teknis aqidah berarti iman, keyakinan dan kepercayaan.Sehinggga jika disimpulkan aqidah adalah keyakinan yang menghujam dalam hati manusia.30 Tauhid adalah menghambakan diri hanya kepada Allah swt, tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah. Hakikat tauhid adalah permulaan dan penghujung jalan hidup.Segala peningkatan (Taraqqi) maupun penjenjangan (Tadaruj) yang dicurahkan kepada tauhid sehingga manusia dapat mengukur kedekatan dan kejauhan hati manusia dengan Allah.31 Dalam hal ini manusia diwajibkan untuk memiliki keimanan terhadap apa 28
Arizona.blogspot.com/2012/06.ruang-lingkup-pendidikan-agama-islam. Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, ( Bandung : Trigenda karya, 1993),hal. 127. 30 Muhaimin dkk.Pemikiran Pendidikan Islam…hal. 242 31 Jamaluddin Kafie, Tasawuf Kontemporer, (Jakarta : Republika, 2003), cet.ke-2, hal. 119. 29
18
yang ada dalam rukun iman. Dan dilarang menyekutukan Allah terhadap segala hal, dan hal tersebut disebut syirik.Dosa syirik tidak dapat diampuni, karena perbuatan syirik adalah termasuk kedalam dosa besar. Ibnu Taimiyah dalam bukunya “Aqidah al-Watsithiyah” yang di kutip oleh Muhaimin dkk, menerangkan bahwa makna aqidah dengan suatu perkara yang harus dibenarkan dalam hati, dengan jiwa menjadi tenang sehingga jiwa menjadi mantap tidak dipengaruhi keraguan dan juga tidak dihantui oleh buruk sangka. Sebagaimana dikutip dalam bukunya “Al-‘Aqoid” Hasan Al-Banna menyatakan aqidah sebagai suatu yang seharusnya hati membenarkannya sehingga menjadi ketenangan jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan keraguan. 32 Dari pengertian tersebut menggambarkan bahwa ciri-ciri aqidah dalam Islam adalah sebagai berikut : a)
Aqidah didasarkan pada keyakinan hati, karena itu aqidah tidak menuntut yang serba rasional dalam aqidah
b) Aqidah Islam sesuai dengan fitrah manusia sehingga pelaksanaan aqidah dapat menimbulkan ketenangan dan ketentraman. c)
Aqidah Islam diasumsikan sebagai perjanjian dan kokoh, maka dalam pelaksanaan aqidah harus penuh keyakinan tanpa didasari dengan keraguan dan kebimbangan.
d) Aqidah Islam tidak sebatas hanya diyakini, lebih lanjut lagi perlu pengucapan dengan kalimat “Thoyibah” dan diamalkan dengan perbuatan yang shaleh. e)
Keyakinan dalam aqidah Islam merupakan masalah yang supraempiris, maka dalil yang dipergunakan dalam pencarian kebenaran tidak hanya didasarkan atas indra dan kemampuan manusia, melainkan membutuhkan wahyu yang dibawa oleh para Rasul Allah SWT. Dalam Islam aqidah merupakan masalah asasi yang merupakan misi
pokok yang diemban para Nabi, baik-tidaknya seseorang dapat ditentukan dari 32
Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta : Kencana, 2007), cet.ke-2, hal. 259-260.
19
aqidahnya. Karena aqidah merupakan masalah asasi, maka dalam kehidupan manusia perlu di tentukan prinsip-prinsip dasar aqidah Islamiyah agar dapat menyelamatkan kehidupan manusia di dunia dan di akhirat. Prinsip aqidah antara lain sebagai berikut :33 1) Aqidah didasarkan atas tauhid yakni mengesakan Allah dari segala dominasi yang lain. Prinsip tauhid bukan saja mengesakan Allah seperti yang diyaini kaum monoteis, melainkan meyakini kesatuan penciptaan. Karena itu, semua aktivitas harus ditauhidkan hanya untuk Allah semata, bahkan Allah tidak akan mengampuni bagi orang yang menyekutukan-Nya, karena perbuatan syirik adalah dosa yang menyalahi prinsip utama dalam aqidah Islam. Firman Allah dalam al-Qur’an surat an-Nisa : 48:
ِ ﻚ ﻟَِﻤﻦ ﯾََﺸﺎُٓۚء َوَﻣﻦ ﯾُۡﺸِﺮۡك ﺑِﭑ ﱠ َ ِك ﺑِِﮫۦ َوﯾَ ۡﻐﻔُِﺮ َﻣﺎ ُدوَن َٰذﻟ َ إﻧﱠﭑ ﱠ َ َﻻ ﯾَ ۡﻐﻔُِﺮ أَن ﯾُۡﺸَﺮ ٤٨ ى إِ ۡﺛًﻤﺎ َﻋِﻈﯿًﻤﺎ ٓ ٰ ﻓَﻘَِﺪ ٱۡﻓﺘََﺮ Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh iatelah berbuat dosa yang besar.34 2) Aqidah harus dipelajari secara terus menerus dan diamalkan sampai akhir hayat kemudian didakwahkan kepada yang lain. Sumber aqidah adalah Allah, dzat yang maha benar. Oleh karena itu cara mempelajari aqidah harus melalui wahyu-Nya dan rasul-Nya serta dari pendapat yang telah disepakati oleh umat terdahulu. Sedangkan cara mengamalkan aqidah dengan cara mengikuti semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.35
33
Muhaimin, Kawasan dan Wawasan StudiIslam…hal. 269 Al-Qur’an dan terjemahnya.…hal. 86 35 Muhaimin,et al. Kawasan dan Wawasan Studi Islam … hal. 271-273. 34
20
3) Akal dipergunakan untuk memperkuat aqidah bukan untuk mencari aqidah. Karena aqidah Islamiyah sudah ada didalam Al-Qur’an dan AsSunah. Aqidah / tauhid merupakan asas dienul Islam, pilar agama dan inti risalah Illahi serta tujuannya. Ia poros sekaligus senderan agama. Umat Islam sangat membutuhkannya lebih dari sekedar kebutuhan. Sebab hati tidak akan hidup, tidak akan memperoleh kenikmatan dan kebahagiaan kecuali dengan mengenal Tuhan-Nya, dan pencipta-Nya.36 b. Nilai-nilai Ibadah (‘Ubudiyah ) Secara bahasa ibadah dapat diartikan sebagai rasa tunduk (thaat), melakukan pengabdian (tanassuk), merendahkan diri (khudlu’), menghinakan diri (tadzallul).37 Sedangkan menurut Abu A’la Al-Maudadi menyatakan bahwa ibadah dari akar ‘Abd yang artinya pelayanan dan budak. Ibadah merupakan
suatu
bentuk ketundukkan kepada eksistensi (Allah) yang memberi nikmat dan anugerah tertinggi kepada manusia.38Jadi dapat disimpulkan hakekat ibadah adalah penghambaan untuk mematuhi perintah dan menjauhi larangan Allah.39 Sedangkan ibadah dalam istilah adalah usaha untuk mengikuti hukumhukum dan aturan Allah dalam menjalankan hidup yang sesuai dengan perintahperintah-Nya, mulai akil baligh sampai meninggal dunia. Indikasi ibadah adalah kesetian, kepatuhan, dan penghormatan serta penghargaan kepada Allah serta dilakukan tanpa adanya batasan waktu serta bentuk khas tertentu.40 Menurut Muhammad Abduh menafsirkan ibadah sebagai suatu bentuk ketundukkan dan ketaatan sebagai dampak dari rasa pengagungan yang bersemai
36
Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz As- Sulaimani Qor’awi, Cara Mudah Memahami Tauhid, ( Solo : At-Tibyan, 2000), hal.19 37 Yusuf Al Quradhawi, Ibadah Dalam Islam, ( Jakarta : Akbar, 2005), hal. 26 38 Yusron Razak & Tohirin, Pendidikan Agama Untuk Perguruan Tinggi dan Umum,(Jakarta : UHAMKA Press, 2011), cet-ke 1, hal. 137. 39 Achmad Chodjim, Alfatihah : Membuka Mata Batin dengan Surah Pembuka, (Jakarta : Serambi Ilmu Semesta, 2005), cet. ke-5, hal. 130. 40 Yusron Razak & Tohirin, Pendidikan Agama Untuk Perguruan Tinggi …hal. 257 .
21
dalam lubuk hati seseorang terhadap siapa yang menjadi tujuan ketundukanya kepada Dzat yang menguasai jiwa raga manusia.41 Sedangkan Ja’far Subhani mengartikan ibadah sebagai ketundukan dan ketaatan yang berbentuk lisan sekaligus praktik yang timbul sebagai dampak keyakinan tentang ketuhanan kepada Dzat yang kepada-Nya seseorang tunduk.42 Dari berbagai definisi di atas dapat diambil satu kesimpulan utama bahwa hakikat ibadah adalah ketundukan dan kepatuhan yang sempurna kepada Allah disertai dengan rasa cinta kepada-Nya.43 Secara garis besar, Islam membagi ibadah terbagi menjadi 2 bagian, yaitu ibadah khusus, atau ibadah murni ( ibadahmahdhah) dan ibadah yang bersifat umum ( ibadah ghoiru mahdhah ). Ibadah Mahdhah adalah segala bentuk aktifitas ibadah yang cara, waktu dan kadarnya telah ditetapkan oleh Allah dan rasul-nya seperti shalat, puasa dan haji. Seseorang tidak akan mengetahui ibadah ini kecuali melalui penjelasan Allah dalam al-Qur’an atau penjelasan Rasulullah sebagaimana dalam hadist. Tatacara pelaksanaannya pun harus mengikuti sedemikian rupa seperti yang dikerjakan Nabi, tidak boleh menambah dan tidak boleh mengurangi.Seperti : shalat, puasa dan haji.44 Adapun ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang tatacaranya tidak ditentukan oleh Allah.Hal ini menyangkut segala macam amal kebaikan yang diridhai Allah baik berupa perkataan maupun perbuatan.Ibadah pada aspek ini cakupannya sangat luas dan dapat berubah-ubah setiap saat.Seperti : berinfak, menyantuni anak yatim, membantu orang lain, berbakti kepada orang tua, menyambung silaturahmi, menepati janji, menyeru kepada kebaikan dan melarang kepada kemungkaran, dsb. Kesemua aktifitas berdasarkan diniatkan untuk mencari ridha dari Allah swt.Selama yang dilakukannya sesuai dengan ketentuan syariat Allah.45 41
M. Quraish Shihab, Menjawab 1001 Soal Keislaman yang patut Anda Ketahui, ( Jakarta : Lentera Hati, 2008), hal. 3. 42 M. Quraish Shihab, Menjawab 1001 Soal Keislaman …hal.128. 43 Yusron Razak, dkk, Pendidikan Agama Untuk Perguruan Tinggi, …hal. 139. 44 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, ( Bandung : Mizan, 1992), hal. 324-325. 45 Yusron, dkk.,Pendidikan Agama Untuk Perguruan Tinggi … hal. 150
22
Adapun bentuk-bentuk ibadah dapat dikelarifikasikan kedalam 3 bagian, yaitu : 1) Ibadah person, suatu aktifitas yang tidak melibatkan orang lain, melainkan semata-mata tergantung pada pihak yang bersangkutan sebagai hamba Allah yang otonomi. Yang termasuk dalam kategori ibadah ini adalah amaliyah keagaman seperti shalat, puasa, menuntut ilmu, dsb. 2) Ibadah antar person, yaitu suatu kegiatan yang pelaksanaannya tergantung kepada prakarsa pihak yang bersangkutan selaku hamba Allah secara otonomi, tetapi berkaitan dengan prakarsa (kemauan) pihak lain. Misalnya pernikahan 3) Ibadah sosial, yaitu kegiatan interaktif antara seorang individu dengan pihak lain serta dibarengi dengan kesadaran diri sebagai hamba Allah. Bentuk ibadah sosial ini seperti hubungan ekonomi, politik, budaya, keamanan dsb. baik bersifat regional maupun internasional. 46 c. Nilai - nilai Akhlak Menurut bahasa, kata akhlak adalah bentuk jamak dari kata Khuluk.Khuluk dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.47 Sedangkan menurut istilah akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwa dan selalu ada padanya.Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik atau buruk.48 Akhlak menurut Imam Al-Gazali, ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.49 Akhlak menurut konsep Ibnu Maskawih, ialah suatu sikap mental atau keadaan
jiwa
yang
mendorongnya
untuk
berbuat
tanpa
fikir
46
dan
Muhaimin,Kawasan dan Wawasan Studi Islam,…280 Luis Ma’luf, Kamus Al-Munjid, al-Maktabah al Katulikiyah, Beirut, t.t., hal. 194. 48 Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1994), cet. ke-
47
2, hal. 1. 49
Imam Al-Gazali, Ihya ‘Ulum al-Din, III, al-Masyahad al-Husain, Cairo, t.t., hal.56.
23
pertimbangan.Sementara tingkah laku manusia terbagi menjadi dua unsur, yakni unsur watak naluriah dan unsur lewat kebiasaan dan latihan.50 Berdasarkan ide diatas, secara tidak langsung Ibnu Maskawih menolak pandangan orang-orang Yunani yang mengatakan bahwa akhlak manusia tidak dapat berubah.51 Bagi Maskawih akhlaq yang terela bisa berubah menjadi akhlaq terpuji
dengan
jalan
pendidikan
(Tarbiyah
al
akhlaq)
dan
latihan-
latihan.Pemikiran-pemikiran semacam ini jelas sejalan dengan agama Islam, karena kandungan ajaran Islam secara eksplisit telah mengisyaratkan kearah ini dan pada hakikatnya syariat agama bertujuan untuk mengkokohkan dan memperbaiki akhlak manusia.52 Kebenaran ini jelas tidak dapat dibantah, sedangkan akhlak atau sifat binatang saja dapat berubah dari liar menjadi jinak, apalagi akhlak manusia. Kewajiban yang dibebankan
agama adalah latihan akhlak bagi jiwa
manusia yang bertujuan untuk syi’ar keagamaan, seperti shalat jamaah, haji, dan lain-lainnya, yang tidak lain adalah menanamkan sifat keutamaan pada jiwa manusia. Pada sisi lain, kehidupan dapat dinilai mengandung kadar kezaliman kerena kebutuhan ini manusia harus saling membantu dalam segala aspek untuk mencapai kemajuan, baik yang bersifat sosial maupun kebudayaan.53 Akhlak terbagi menjadi 2, yang pertama akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah (akhlak mulia dan akhlak tercela). Adapun Akhlak terpuji atau Mahmudah antara lain : 1) Mentauhidkan Allah, Q.S Al Ikhlas ayat 1-4 :
٤ َوﻟَ ۡﻢ ﯾَُﻜﻦ ﻟﱠﮫۥ ُ ُﻛﻔًُﻮا أََﺣُۢﺪ٣ ﻟ َ ۡﻢ ﯾَﻠِ ۡﺪ َوﻟ َ ۡﻢ ﯾُﻮﻟَ ۡﺪ٢ ﺼ َﻤُﺪ ٱﻟﻠﱠﮭُﭑﻟ ﱠ١ ﻗُۡﻞ ھ َُﻮ ٱ ﱠ ُ أََﺣٌﺪ Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada beranak
50
Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1986), hal. 61. M.M Syarif, ( Ed), The History of Muslim Philosophy, ( New York, Dover Publications, 1967), hal.469. 52 T.J De Boer, Tarikh al Falsafat fi al Islam. diterj.ke dalam bahasa arab oleh Muhammad Abd. Al – Nady Abu Zaidah, ( Kairo, mathba’ah Taklif, 1962), hal. 189. 53 Sirajuddin Zar, Filsafat Islam : Filosof &Filsafatnya, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007), cet.ke-2, hal 477. 51
24
dan tidak pula diperanakkan, 4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." 2) Bertawakal, yaitu menyerahkan segala sesuatu kepada Allah setelah berusaha semaksimal mungkin . Q.S Al Imran ayat 159 :
ﻚ َ ۖ ﻀﻮاْ ِﻣۡﻦ َﺣ ۡﻮ ِﻟ ﺐ َﻧﻔَ ﱡ ِ ﺖ ﻓَﻈًّﺎ َﻏﻠِﯿﻆَ ٱ ۡﻟﻘَ ۡﻠ َ ﺖ ﻟَﮭُ ۡ ۖﻢ َوﻟَۡﻮ ُﻛﻨ َ َﻓ ِﺒ َﻤﺎ َرۡﺣَﻤٖﺔ ﱢﻣَﻦ ٱ ﱠ ِ ﻟِﻨ ِ ۚ ﺖ ﻓَﺘََﻮﱠﻛۡﻞ َﻋﻠَﻰ ٱ ﱠ َ ﻒ َﻋۡﻨﮭُ ۡﻢ َوٱۡﺳﺘَۡﻐﻔِۡﺮ ﻟَﮭُ ۡﻢ َوَﺷﺎِوۡرھُ ۡﻢ ﻓِﻲ ٱۡﻷَۡﻣِۖﺮ ﻓَﺈَِذا َﻋَﺰ ۡﻣ ُ ﻓ َﭑۡﻋ ١٥٩ ﺐ ٱ ۡﻟُﻤﺘََﻮﱢﻛﻠِﯿَﻦ إِﱠن ٱ ﱠ َ ﯾُِﺤ ﱡ “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka.Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya.” 3) Bersyukur, yaitu sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaikbaik nikmat yang telah diberikan oleh Allah, sikap yang di jelaskan dalam Q.S. An Nahl :14:
ﺴﻮﻧَﮭَۖﺎ َوﺗََﺮى ُ ََو ھَُﻮٱﻟﱠِﺬي َﺳﱠﺨَﺮ ٱ ۡﻟﺒَۡﺤَﺮ ﻟِﺘَۡﺄُﻛﻠُﻮاْ ِﻣۡﻨﮫُ ﻟَۡﺤ ٗﻤﺎ طَِﺮٗﯾّﺎ َوﺗَۡﺴﺘَۡﺨِﺮُﺟﻮْا ِﻣ ۡﻨﮫُ ِﺣ ۡﻠﯿَٗﺔ ﺗَۡﻠﺒ ١٤ ﻀﻠِِﮫۦ َوﻟََﻌﻠﱠُﻜ ۡﻢ ﺗَۡﺸُﻜُﺮوَن ۡ َﻚ َﻣ َﻮاِﺧَﺮ ﻓِﯿِﮫ َوﻟِﺘَ ۡﺒﺘَُﻐﻮْا ِﻣﻦ ﻓ َ ٱۡﻟﻔُ ۡﻠ Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat
bahtera
berlayar
padanya,
dan
supaya
kamu
mencari
(keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. Akhlak mulia banyak jumlahnya tetapi dilihat dari segi hubungannya manusia dengan Allah. Akhlak mulia terbagi dengan segala kelengkapan jasmaniah menjadi 3 bagian :
25
a. Akhlak terhadap Allah Titik tolak Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada tuhan melainkan Allah swt.Dia memiliki sifat-sifat terpuji yang manusia tidak mampu menjangkau hakikatNya.54 b. Akhlak terhadap diri sendiri Selaku individu, manusia diciptakan oleh Allah swt. Dengan segala kelengkapan jasmaniah dan rohaniah, seperti akal pikiran, hati, nurani, perasaan dan kecakapan batin dan bakat. c. Akhlak terhadap sesama manusia. Manusia
adalah
makhluk
sosial
yang
berkelenjutan
eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain. Untuk itu, manusia perlu bekerja sama dan saling tolong menolong dengan orang lain, oleh karena itu ia perlu menciptakan suasana yang
baik antar yang satu dengan yang
lainnya dan berakhlak baik.55 Sebaliknya
yang
dimaksud
dengan
akhlak
tercela
atau
akhlak
Madzmumah adalah perbuatan buruk atau jelek terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk lainnya antara lain : 1) Musyrik Yaitu sikap mempersekutukan Allah Swt. Dengan makhluk-Nya dengan cara menganggap bahwa ada suatu makhluk yang menyamai kekuasaan-Nya.56 2) Munafik Yakni sikap yang menampakan dirinya bertentangan dengan kemauan hatinya dalam kehidupan beragama. Q.S Al Munafiqun ayat 1:
54
M. Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an : Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Umat, ( Bandung : Mizzan, 1996), cet. ke-1, 261 55 Moh. Ardani, Akhlak Tasawwuf “ Nilai-nilai Akhlak atau Budi Pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf “, ( Jakarta : CV. Karya Muli, 2005), hal. 44. 56 Mahyudi, Kuliah Akhlak Tasawuf, ( Jakarta : Kalam Mulia, 1999), cet. ke-3, hal. 9.
26
ﻚ ﻟََﺮُﺳﻮﻟ ُﮫۥُ َوٱ ﱠ ُ ﯾَۡﺸﮭَُﺪ إِﱠن َ ك ٱ ۡﻟُﻤٰﻨَﻔِﻘُﻮَن ﻗَﺎﻟُﻮْا ﻧَۡﺸﮭَُﺪ إِﻧﱠ َ إَذا َﺟﺎَٓء َ ﻚ ﻟََﺮُﺳﻮُل ٱ ﱠ ۗ ِ َوٱ ﱠ ُ ﯾَۡﻌﻠَُﻢ إِﻧﱠ ١ ٱ ۡﻟُﻤٰﻨَﻔِﻘِﯿَﻦ ﻟََٰﻜِﺬﺑُﻮَن Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. 3) Boros atau berfoya-foya Adalah sikap atau perbuatan yang selalu melampaui batas ketentuan agama, masalah boros ini diterangkan oleh Allah dalam Q.S Asy- Syuaraa ayat 151:
١٥١ ﺮﻓِﯿَﻦ ِ َوَﻻ ﺗُِﻄﯿُﻌٓﻮاْ أَۡﻣَﺮ ٱۡﻟُﻤۡﺴ
Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas Allah sangat tidak menyukai orang-orang melampaui batas. d. Nilai-nilai sosial kemasyakatan Pada bidang kemasyarakatan ini mencakup pergaulan manusia di atas bumi, tentang benda, ketatanegaraan, hubungan antar Negara, hubungan antar dimensi sosial manusia. Dengan kata lain nilai sosial adalah penanaman nilai-nilai yang mengandung nilai sosial, dalam dimensi ini terkait dengan integrasi sesama manusia yang mencakup barbagai norma baik kesusilaan, kesopanan, dan segala produk hukum yang ditetapkan manusia, misalnya: gotong royong, toleransi, kerja sama, ramah tamah, solidaritas, kasih sayang antar sesama, perasaan, simpati, dan empati terhadap sahabat dan orang lain disekitarnya. 57 Adapun nila-nilai yang terkandung dalam sosial kemasyarakatan ada banyak sekali, untuk itu penulis membatasi masalah nilai-nilai sosial kemasyarakatan pada penulisan skripsi ini yaitu sedekah.
57
M. Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an,… hal. 319
27
Sedekah asal kata bahasa arab Shadaqoh yang berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah swt dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian diatas oleh para fuqoha (ahli fiqih) disebut shadaqoh at-tatawwu’(sedekah spontan dan sukarela ). Di dalam Al Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menganjurkan kaum Muslim untuk senantiasa memberikan sedekah. Diantara ayat yang dimaksudkan adalah firman Allah Swt dalam surat An Nisa ayat 114:
ﺢ ﺑَ ۡﯿَﻦ ِ ۢ َﺻٰﻠ ۡ ِف أَ ۡو إ ٍ ﺼَﺪﻗٍَﺔ أَۡو َﻣۡﻌُﺮو َ ِ۞ﱠﻻ َﺧۡﯿَﺮ ﻓِﻲ َﻛﺜِﯿٖﺮ ﱢﻣﻦ ﻧﱠۡﺠَﻮ ٰ ﮭُ ۡﻢ إِﱠﻻ َﻣۡﻦ أََﻣَﺮ ﺑ ١١٤ ف ﻧُ ۡﺆﺗِﯿِﮫ أَۡﺟًﺮا َﻋِﻈﯿٗﻤﺎ َ ت ٱ ﱠ ِ ﻓََﺴۡﻮ ِ ﺿﺎ َ ﻚ ٱۡﺑﺘَِﻐﺎَٓء َﻣۡﺮ َ ِس َوَﻣﻦ ﯾَۡﻔَﻌۡﻞ َٰذﻟ ِ ۚ ٱﻟﻨﱠﺎ Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau Mengadakan perdamaian di antara manusia.dan Barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, Maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. Para fuqaha sepakat hukum sedekah pada dasarnya adalah sunnah, berpahala bila dilakukan dan tidak berdosa jika ditinggalkan. Disamping sunnah, adakalanya hukum sedekah menjadi haram yaitu dalam kasus seseorang yang bersedekah mengetahui pasti bahwa orang yang bakal menerima sedekah tersebut akan menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan. Terakhir ada kalanya juga hukum sedekah menjadi wajib, yaitu ketika seseorang bertemu dengan orang lain yang sedang kelaparan hingga dapat mengancam keselamatan jiwanya, sementara dia mempunyai makanan yang lebih dari apa yang diperlukan saat itu. Hukum sedekah menjadi wajib
jika seseorang bernazar hendak bersedekah kepada
seseorang atau lembaga. Menurut fuqaha,
sedekah dalam arti shadaqah at-tatawwu berbeda
dengan zakat. Sedekah lebih utama jika diberikan secara diam-diam dibandingkan secara terang-terangan dalam arti diberitahukan atau diberitakan kepada umum.
28
Hal ini sejalan dengan hadist Nabi Saw. dari sahabat Abu Hurairah. Dalam hadist itu dijelaskan salah satu kelompok hamba Allah Swt. yang mendapat naunganNya dihari kiamat kelak adalah seseorang yang memberi sedekah dengan tangan kanannya lalu ia sembunyikan seakan-akan tangan kirinya tidak tahu apa yang telah diberikan oleh tangan kanannya tersebut. 58 Sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau sanak saudara terdekat sebelum diberikan kepada orang lain. Kemudian sedekah itu seyogyanya diberikan
kepada orang
yang betul-betul sedang
mendambakan uluran
tangan.Mengenai kreteria yang lebih utama disedekahkan. Para fuqoha berpendapat, barang yang akan disedekahkan sebaiknya barang yang berkualitas baik dan disukai oleh pemiliknya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. Q.S Al Imran : 92:
٩٢ ﻢٞ ﻋﻠِﯿ َ ﻟَﻦ ﺗَﻨَﺎﻟُﻮْا ٱ ۡﻟﺒِﱠﺮ َﺣﺘﱠٰﻰ ﺗُﻨﻔِﻘ ُﻮْا ِﻣﱠﻤﺎ ﺗُِﺤﺒﱡﻮَۚن َوَﻣﺎ ﺗُﻨﻔِﻘُﻮْا ِﻣﻦ َﺷۡﻲٖء ﻓَﺈِﱠن ٱ ﱠ َ ﺑِِﮫۦ “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya. B. Deskriptif Novel 1.
Pengertian Novel Karya sastra dapat digolongkan sebagai salah satu sarana pendidikan
dalam arti luas. Pendidikan dalam arti ini tidak terbatas pada buku-buku teks (pelajaran dari kurikulum yang diajarkan disekolah), namun bisa berupa karya sastra seperti cerpen, puisi, novel, Dunia kesusastraan secara garis besar mengenal 3 jenis teks sastra, yaitu naratif (prosa), teks monolog (puisi), dan teks dialog (drama). Salah satu dari ragam prosa adalah novel. 59 Kata sastra menurut A. Teeuw, sebagaimana dikutip oleh Atmazaki, “berasal dari bahasa Sansekerta; akar kata sas-, dalam kata kerja turunan berarti “mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi”. Akhiran –tra
58
http://sigitwahyu.net/ensiklopedi/ pengertian-shodaqoh-sedekah.html. Widjoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, (Bandung: UpiPress, 2006), cet. ke-1, hal. 43. 59
29
biasanya menunjuk alat, sarana. Maka dari itu, sastra dapat berarti “alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran”. 60 Pengarang
mengemukakan
hal
itu
berdasarkan
pengalaman
dan
pengamatannya terhadap kehidupan.Namun, hal itu dilakukan secara selektif dan dibentuk sesuai dengan tujuannya yang sekaligus memasukkan unsur hiburan dan penerangan terhadap pengalaman kehidupan manusia.61 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, novel diartikan sebagai “karangan prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku”.62 Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling populer di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. 63 Novel menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, diri sendiri, serta dengan Tuhan. Novel merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupannya. Walau berupa khayalan, tidak benar jika novel dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penuh penghayatan dan perenungan secara intens terhadap hakikat hidup dan kehidupan, serta dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.64 Daya tarik inilah yang pertama-tama akan memotivasi orang untuk membacanya. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap orang senang dengan cerita, baik yang diperoleh dengan cara membaca maupun mendengarkan. Melalui sarana cerita ini pembaca secara tidak langsung dapat belajar, merasakan, dan menghayati berbagai permasalahan kehidupan yang secara sengaja ditawarkan oleh pengarang.Oleh karena itu, cerita, fiksi, atau karya sastra pada
60
Atmazaki, Ilmu Sastra: Teori dan Terapan, (T.tp.: Angkasa Raya, t.t.), h. 16-17. Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,2010), Cet. VIII, h..2-3. 62 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2003) Edisi III. h.788 63 Sahabat Bersama, Pengertian Novel, 2012, (http://Sobatbaru. Blogspot.com.). 64 Burhan Nurgiyantoro, op. cit., h. 3. 61
30
umumnya sering dianggap dapat membuat manusia menjadi lebih arif, atau dapat dikatakan sebagai “memanusiakan manusia”.65 Novel adalah syarat utamanya menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah orang habis membacanya.66 Salah satu novel beredar yang bertajuk pendidikan serta dapat menginspirasi bagi setiap pembacanya, adalah novel Laskar Pelangi, Sebuah novel karya anak bangsa yang bercerita tentang sebuah perjuangan seorang guru dan beberapa murid untuk memperjuangkan pendidikan walaupun serba kekurangan dari segi sarana dan prasarana. Namun dalam kondisi yang sangat kekurangan itu masih ada semangat yang sangat luar biasa untuk mendapatkan pendidikan, kita yang tak kurang apapun baik sarana ataupun prasarana seharusnya bisa lebih baik mendapatkan pendidikan daripada orang terdahulu. 2.
Karekteristik dan Ciri-Ciri Novel Karakteristik novel di Indonesia ada sedikit perbedaan antara roman,
novel, dan cerpen. Ada juga yang disebut novellet. Dalam roman biasanya kisah berawal dari tokoh lahir sampai dewasa kemudian meninggal, roman biasanya mengikuti aliran romantik. Sedangkan novel berdasarkan realism, dan hidupnya dapat berubah dari keadaan sebelumnya. Berbeda dengan cerita pendek yang tidak berkepentingan pada kesempurnaan cerita atau keutuhan sebuah cerita, tetapi lebih berkepentingan pada kesan.67 Novel adalah salah satu karya yang berbentuk prosa. Ciri-ciri novel antara lain: (a) ditulis dengan gaya narasi, yang terkadang dicampur dengan deskripsi untuk menggambarkan suasana; (b) bersifat realistis, artinya tanggapan pengarang terhadap situasi lingkungannya; (c) bentuknya lebih panjang, biasanya lebih dari 10.000.000 kata; (d) alur ceritanya cukup kompleks. 68
65
Burhan Nurgiyantoro, op. cit., h. 4. Widjoko dan Endang Hidayat, op. cit., hal. 43. 67 Sahabat Bersama, Pengertian Novel, 2012,(http://Sobatbaru. Blogspot.com). 68 Nia Tanjung. Ciri-ciri Novel, 2011, (http:// cikapublishing.blogspot.com.).
66
31
3.
Jenis-Jenis Novel Sedangkan novelyang digolongkan kedalam beberapa jenisnovel adalah
diantaranya yaitu: a. Novel Populer, merupakan jenis sastra populer yang menyuguhkan problematika kehidupan yang berkisar pada cinta, asmara yang bertujuan untuk menghibur. b. Novel Picisan, merupakan jenis karya sastra yang menyuguhkan cerita tentang pencintaan yang terkadang tidak menuju menjurus pornografi, jenis karya sastra ini bernilai rendah, ceritanya cendrung cabul, alurnya datar c. Novel Absurd, merupakan jenis karya sastra yang ceritanya menyimpang dari logika, irasional, realitas bercampur angan-angan atau mimpi. Tokoh-tokoh ceritanya “anti tokok” seperti orang mati bisa hidup kembali, mayat bisa bicara, dsb. Secara nalar logika hal tersebut tidak akan terjadi. Inilah jenis novel yang dalam cerita pengarang membungkus dengan hal yang diluar nalar manusia.69 Adapun jenis novel yang digunakan disini adalah jenis novel populer karena novel ini mengandung problematika kehidupan yang berfungsi untuk menghibur masyarakat. 4.
Unsur-Unsur Novel Sebuah novel merupakan sebuah totalitas, suatu kemenyuluruhan yang
bersifat astistik. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat. Unsur-unsur pembangun sebuah novel dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.Kedua unsur inilah yang sering digunakan para kritikus dalam mengkaji dan membicarakan novel atau karya sastra pada umumnya. Adapun penjelasannya sebagai berikut : a. Unsur Intrinsik Unsur Intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang secara faktual akan dijumpai oleh pembaca saat 69
Anne Ahira, Berkenalan Dengan Jenis-Jenis Novel, 2012, (http:// anneAhira.com).
32
membaca karya sastra. Kepaduan antar unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud.70 b. Tema Tema adalah dasar cerita atau gagasan umum dari sebuah novel. Gagasan dasar umum inilah yang tentunya telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang yang digunakan untuk mengembangkan cerita. Tema dalam sebuah cerita dapat dipahami sebagai sebuah makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita sehingga cerita itu hadir sebagai alur, penokohan, sudut pandang, latar, dan lain-lain akan berkaitan dan bersinergi mendukung eksistensi tema. Dalam sebuah cerita, tema jarang diungkapkan secara ekplisit, tetapi menjiwai keseluruhan cerita.Adakalanya memang dapat ditemukan sebuah kalimat,
alinea,
atau
percakapan
yang
mencerminkan
tema
secara
keseluruhan.Namun, walaupun demikian, tema harus ditemukan lewat pembacaan mendalam dan pemahaman yang kritis dari pembaca. Dengan demikian tema dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasan dasar umum, sebuah karya novel.Gagasan dasar umum inilah yang tentunya telah ditentukan
sebelumnya
oleh
pengarang
yang
dipergunakan
untuk
71
mengembangkan cerita. c. Alur
Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita.Atau lebih jelasnya, alur merupakan peristiwa-peristiwa yang disusun satu per satu dan saling berkaitan menurut hukum sebab akibat dari awal sampai akhir cerita.72 Dari pengertian tersebut terlihat bahwa tiap peristiwa tidak berdiri sendiri. Peristiwa yang satu akan mengakibatkan timbulnya peristiwa yang lain, peristiwa yang lain itu akan menjadi sebab bagi timbulnya peristiwa berikutnya dan seterusnya sampai cerita tersebut berakhir
70
Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 23. Burhan Nurgiyantoro, op. cit., h. 70. 72 Robert Stanton, Teori Fiksi, Terj. dariAn Introduction to Fiction oleh Sugihastuti dan Rossi Abi Al Irsyad, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Cet. I, h. 26. 71
33
d. Penokohan Penokohan merupakan unsur penting dalam karya fiksi. Dalam kajian karya fiksi, sering digunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Istilah-istilah tersebut sebenarnya tidak menyaran pada pengertian yang sama, atau paling tidak serupa. Namun dalam skripsi ini penulis tidak akan terlalu membahas perbedaan tersebut secara fokus, sebab inti kajian skripsi ini bukan terletak pada masalah tersebut. Dengan demikian, istilah “penokohan” lebih luas pengertiaanya daripada “tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca, penokohan sekaligus menyaran pada tekhnik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.73 e. Latar Berhadapan dengan sebuah karya fiksi, pada hakikatnya berhadapan pula dengan sebuah dunia yang sudah dilengkapi dengan tokoh penghuni serta permasalahannya.Namun, tentu saja, hal itu kurang lengkap sebab tokoh dengan berbagai pengalaman kehidupannya itu memerlukan ruang lingkup, tempat dan waktu, sebagaimana kehidupan manusia di dunia nyata. Robert Stanton mengemukakan bahwa latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung.74 Latar atau yang sering disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa di mana peristiwa-peristiwa itu diceritakan.75 Burhan Nurgiyantoro membagi latar yang terdapat dalam karya fiksi ke dalam tiga kategori, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.Latar tempat adalah latar yang menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan 73
Burhan Nurgiyantoro, op. cit., h. 166. Robert Stanton, op.cit., h. 35. 75 Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 216.
74
34
dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan berupa tempat-tempat dengan nama-nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Tempat-tempat yang bernama adalah tempat yang dapat dijumpai dalam dunia nyata.76 Sedangkan latar waktu berkaitan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Adapun latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia bisa berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong dalam latar spiritual. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, dan atas.77 f. Sudut pandang Sudut pandang, point of view,merupakan salah satu unsur fiksi yang oleh Stanton digolongkan sebagai sarana cerita.Walau demikian, hal itu tidak berarti bahwa
perannya
dalam
fiksi
tidak
penting.
Sudut
pandang
haruslah
diperhitungkan kehadirannya, bentuknya, sebab pemilihan sudut pandang akan berpengaruh terhadap penyajian cerita. Reaksi afektif pembaca terhadap sebuah karya fiksi pun dalam banyak hal akan dipengaruhi oleh bentuk sudut pandang.78 Menurut Abrams Sudut pandang, point of view, menyaran pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.79 Sedangkan menurut Stevick Sudut pandang mempunyai hubungan psikologis dengan pembaca.Pembaca membutuhkan persepsi yang jelas tentang 76
Ibid., h. 227. Ibid, h. 233-234. 78 Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 246. 79 Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 248.
77
35
sudut pandang cerita. Pemahaman pembaca terhadap sebuah novel akan dipengaruhi oleh kejelasan sudut pandangnya. Pemahaman pembaca pada sudut pandang akanmenentukan seberapa jauh persepsi dan penghayatan, bahkan juga penilaiannya terhadap novel yang bersangkutan.80 Sudut pandang dijelaskan Harry Show dalam bukunya The Craft of Fiction, sudut pandang terbagi menjadi 3:Pertama. Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh dan kata ganti orang pertama, mengisahkan apa yang terjadi dengan
dirinya
dan
mengungkapkan
perasan sendiri
dengan
kata-kata
sendiri.Kedua.Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak terlihat dari luar daripada terlihat dalam cerita pengarang, biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga.Ketiga.Pengarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar cerita, ia serba melihat, serba mendengar, serba tahu, ia sampai melihat kepemikiran tokoh dan mampu mengkisahkan
rahasia batin yang paling dalam dari tokoh.Keempat.Unsur
Ektrinsik. Unsur Ekstrinsik adalah unsur-unsur di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme
karya sastra.
Namun ia sendiri tidak ikut menjadi bagian didalamnnya. Walau demikian unsur ekstrinsik cukup berpengaruh (untuk dikatakan : cukup menentukan) terhadap totalitas terhadap bangun cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu unsur ekstrinsik sebuah novel haruslah tetap dipandang sebagai suatu yang penting.81 Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan, sejarah, geografi pengarang, dan lain-lain di luar instrinsik. Unsur-unsur yang ada di luar tubuh karya sastra. Perhatian terhadap unsur-unsur ini akan membantu keakuratan dalam menafsirkan isi suatu karya sastra. 82 C. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka adalah pemaparan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lainnya atau para ahli.Dengan adanya tinjauan pustaka ini penelitian seseorang dapat diketahui keasliannya. 80
Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 251. Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 24 82 Novel Sekolah, Pengertian Novel, 2012, (http:// fantastic007.file.wordpress.com.). 81
36
Ada beberapa skripsi yang mengangkat penelitian tentang novel, diantarannya judul skripsi yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak yang Terkandung Dalam Novel Laskar Pelangi” yang dilakukan oleh Ahmad Farhan mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Farhan mengangkat bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada dalam novel Laskar
Pelangi,
sedangkan penulis
dalam penelitian
ini
mengungkapkan nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam novel Laskar Pelangi. Berbeda lagi dengan skripsi yang ditulis oleh Akhmad Khumaidi yang mengangkat judul skripsi “Aspek-Aspek Pendidikan Islam yang Terkandung Dalam Novel Sang Pencerah”karya Akmal Nasery Basral sebagai alat pembelajaran PAI.Letak perbedaanya dijudul novel dan isinya pun juga sudah sangat berbeda. Berdasarkan tinjauan tersebut, tampaknya masih memungkinkan untuk meneliti skripsi dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam yang Terkandung Dalam Novel Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata.
37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan menggunakan data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka. Data itu mungkin telah dikumpulkan dengan aneka macam cara dan yang biasanya “diproses” kira-kira sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih - tulis), tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun kedalam teks yang diperluas.1 Penelitian sastra, sebagaimana penelitian disiplin lain, bersandar pada metode yang sistemtis. Hanya saja penelitian bersifat deskriptif, karena itu metodenya juga digolongkan kedalam metode deskriptif, Dalam hal ini, Nawawi menjelaskan metode deskriptif sebagai berikut : “metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (novel, drama, cerita pendek, puisi) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.” 2 Berdasarkan penjelasan diatas analisis nilai-nilai pendidikan agama islam yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dilakukan pembacaan dan ditelaah secara mendalam tentang makna kata-kata yang terdapat dalam dialog dan narasi novel tersebut. B. Sumber Data Sumber data terkait dengan subjek penelitian dari mana data diperoleh. Subjek penelitian sastra adalah teks-teks novel, novella, cerita pendek, drama dan puisi. Untuk sumber data primer seperti yang diangkat penulis dalam penulisan skripsi ini adalah novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Sedang sumber data sekunder meliputi: jurnal, kumpulan kritik sastra, skripsi, tesis dan lain-lain 1
Matthew B. Miles, dan A. Michael Huberman, Analisis data kualitatif, ( Jakarta : UIpres, 2009). h. 16 2 Siswantoro, metode penelitian sastra, (Yogyakarta :PustakaPelajar, 2010). h. 56
37
38
sumber yang terkait erat dengan data primer, yang berfungsi memperkuat validasi data primer.3 Sumber data yang penulis gunakan untuk penelitian ini adalah Novel Laskar Pelang karya Andrea Hirata. C. Teknik Pengumpulan Data Setelah tahap pertama dan kedua dilakukan, berikutnya diikuti dengan pelaksanaan terhadap pengumpulan data (tahap ketiga). Beberapa tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: (1) tes, (2) angket, (3) wawancara, (4) observasi, (5) telaah dokumen.4 Dari kelima tekhnik pengumpulan data tersebut, peneliti menggunakan teknik telaah dokumen atau biasa disebut dengan studi dokumentasi. Peneliti menghimpun, memeriksa, mencatat dokumendokumen yang menjadi sumber data penelitian. Dokumentasi berasal dari kata “dokumen” yang artinya barang-barang tertulis. Dalam melaksanakan studi dokumentasi ini, peneliti memilih novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata sebagai bahan dalam pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif teknik ini merupakan alat pengumpul data yang utama karena pembuktian rasional melaui pendapat, teori atau hukum-hukum yang diterima, baik mendukung maupun yang menolong hipotesis tersebut.5 D. Teknik Analisis Data 1. Metode Analisis Isi (Content Analysis) Yaitu sebuah analisis yang digunakan untuk mengungkap, memahami dan menangkap isi karyasastra. Dalam karya sastra, isi yang dimaksud adalah pesanpesan yang disampaikan pengarang melalui karya sastranya. Analis isi didasarkan pada asumsi bahwa karya sastra yang bermutu adalah karya sastra yang mampu mencerminkan pesan positif kepada para pembacanya.6 Menurut Weber, Content Analysis adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik sebuah kesimpulan yang 3
Siswantoro, op, cit. hal. 72 Hamsyir Salam & Jaenal Aripin, Methodologi Penelitian Sosial,… hal. 143-135. 5 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan:Komponen MKDK, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), cet. ke-4, hal.181. 6 Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarya: Med press, 2008), hal. 160. 4
39
sahih dari pernyataan atau dokumen. Demikian juga dengan Holsi, yang mengartikan Content Analysis sebagai teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan dan dilakukan secara obyektif dan sistematis.7 2. MetodeDeskriptif Yaitu suatu cara yang digunakan untuk membahas objek penelitian secara apa adanya berdasarkan data-data yang diperoleh.8 Adapun teknik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Dengan analisis kualitatif akan diperoleh gambaran sistematik mengenai isi suatu dokumen. Dokumen tersebut diteliti isinya kemudian diklasifikasikan menurut criteria atau pola tertentu. Yang hendak dicapai dalam analisisi ini adalah menjelaskan pokokpokok penting dalam sebuah manuskrip atau dokumen. E. Instrumen Penelitian Instrumen berarti alat yang dipergunakan untuk mengumpukan data. Selama ini yang dikenal umum adalah test, interview, observasi, atau angket. Tetapi dalam penelitian sastra instrumennya adalah peneliti itu sendiri.9 Menurut Nasution peneliti sebagai instrument penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian 2. Peneliti sebagai alat dapat menyusaikan diri terhadap semua aspek keadaan 3. Tiap situasi merupakan keseluruhan 4. Situasi-situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami dengan pengetahuan semata. 5. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh
7 Burhan Bungin, Conten Analisis dan Group Discussion dalam Penelitian Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 172. 8 Lexy J. Moleong, op.cit., hal. 163. 9 Siswantoro, op,cit. hal. 73
40
6. Hanya manusia sebagai instrument dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan, atau pelaksanaan. 7. Untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.10 Kegiatan yang dilakukan peneliti sehubungan dengan pengambilan data yaitu, kegiatan membaca novel Laskar Pelangi dan peneliti bertindak sebagai pembaca yang aktif membaca, mengenali, mengidentifikasi yang didalamnya terdapat gagasan-gagasan dan pokok pikiran, sehingga menjadi sebuah keutuhan makna. F. Tekhnik Penulisan Teknik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini merujuk pada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
10
Sugiyono, Metode penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2009) hal. 308
41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Novel 1.
Sinopsis Novel Cerita dari sebuah daerah di Belitung, yakni SD Muhammadiyah. Saat itu
menjadi saat yang menegangkan bagi anak-anak yang ingin bersekolah di SD Muhammadiyah. Kesembilan murid yakni, Ikal, Lintang, Sahara, A Kiong, Syahdan, Kucai, Borek, Trapani tengah gelisah lantaran SD Muhammadiyah akan ditutup jika murid bersekolah tidak genap menjadi 10 orang. Mereka semua sangat cemas. SD Muhammadiyah adalah SD tertua di Belitung, sehingga jika ditutup juga akan kasihan pada keluarga tidak mampu yang ingin menyekolahkan anak-anak mereka. Di sinilah anak-anak yang kurang beruntung dari segi materi ini berada. Saat semua tengah gelisah datanglah Harun, seorang yang keterbelakangan mental. Ia menyelamatkan ke sembilan temannya yang ingin bersekolah serta menyelamatkan berdirimya SD Muhammadiyah tersebut. Dari sanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa dimana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah. Semua kejadian tersebut sangat menghiasi kehidupan kesepuluh anak yang mengatasnamakan diri mereka Laskar Pelangi. Bu Mus yang merupakan guru terbaik yang mereka milikilah yang telah memberikan nama tersebut untuk mereka. Karena Bu Mus tahu mereka semua sangat menyukai pelangi. Saat susah maupun senang mereka lalui dalam kelas yang menurut cerita pada malam harinya kelas tersebut sebagai kandang bagi hewan ternak. Di SD Muhammadiyah itulah Ikal dan kawan-kawannya memiliki segudang kenangan yang menarik.
41
42
Seperti kisah percintaan antara Ikal dan A Ling, awalnya Ikal disuruh oleh Bu Mus untuk membeli kapur di toko milik keluarga A Ling. Ia jatuh cinta pada kuku A Ling yang indah. Ia tidak pernah menjumpai kuku seindah itu. Kemudian ia tahu bahwa pemilik kuku indah itu adalah A Ling, Ikal pun jatuh cinta padanya. Namun, pertemuan mereka harus di akhiri lantaran A Ling pindah untuk menemani bibinya yang sendiri. Kejadian tentang Mahar yang akhirnya menemukan ide untuk perlombaan semacam karnaval. Mahar menemukan sebuah ide untuk menari dalam acara tersebut. Mereka para laskar pelangi menari seperti orang kesetanan, hal tersebut dikarenakan kalung yang mereka kenakan dari buah yang langka dan hanya ada di belitung, merupakan tanaman yang membuat seluruh badan gatal. Alhasil mereka pun menari layaknya orang yang tengah kesurupan. Namun berkat semua itu akhirnya SD Muhammadiyah dapat memenangkan perlombaan tersebut. Namun, pada suatu ketika datanglah Flo, seorang anak yang kaya pindahan dari SD PN, ia masuk dalam kehidupan laskar pelangi. Sejak kedatangan Flo di SD Muhammadiyah tersebut yang membawa pengaruh buruk bagi temantemannya terutama Mahar, yang duduk satu bangku dengan Flo, sejak kedatangan anak tersebut nilai Mahar seringkali jatuh dan jelek sehingga membuat Bu Mus marah dan kecewa. Hari-hari mereka selalu dihiasi dengan canda dan tawa maupun tangis. Namun di balik semua kecerian mereka, ada seorang murid yang bernama Lintang yakni anggota laskar pelangi yang perjuangannya terhadap pendidikan perlu diacungi jempol. Ia rela menempuh jarak 80 km untuk pulang dan pergi dari rumahnya ke sekolah hanya untuk agar ia bisa belajar. Ia tidak perlu mengeluh meski saat perjalanan menuju sekolahnya ia harus melewati sebuah danau yang terdapat buaya didalamnya. Lintang merupakan murid yang sangat cerdas. Terbukti saat ia, Ikal, dan juga Sahara tengah berada pada sebuah acara cerdas cermat. Ikal dapat menantang mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah PN yang berijazah dan
terkenal, dengan jawabannya yang membuat ia memenangkan
lomba cerdas cermat.
43
Namun sayang, semua kisah indah tentang laskar pelangi harus diakhiri perpisahan seorang Lintang yang sangat jenius tersebut. Lintang dan kawankawan membuktikan bahwa bukan karena fasilitas yang menunjang yang akhirnya dapat membuat seseorang sukses maupun pintar, namun kemauan dan kerja keraslah yang dapat mengabulkan setiap impian. Beberapa hari kemudian, setelah perlombaan tersebut Lintang tidak masuk sekolah dan akhirmya mereka kawankawan Lintang dan juga Bu Mus mendapatkan surat dari Lintang yang isinya, Lintang tidak dapat melanjutkan sekolahnya kembali karena ayahnya meninggal dunia. Tentu saja hal tersebut menjadi sebuah kesedihan yang mendalam bagi anggota laskar pelangi. Beberapa tahun kemudian, saat mereka telah beranjak dewasa, mereka semua banyak mendapat pengalaman yang berharga dari setiap cerita di SD Muhammadiyah. Tentang sebuah persahabatan, ketulusan yang diperlihatkan dan diajarkan oleh Bu Muslimah, serta sebuah mimpi yang harus mereka wujudkan. Ikal akhirnya bersekolah di Paris, sedangkan Mahar dan teman-teman lainya menjadi seseorang yang dapat membanggakan Belitung. 2.
Unsur Intrinsik Novel a. Latar Novel ini mengangkat cerita tentang kehidupan anak-anak yang tinggal di daerah pesisir Pulau Belitung selama menempuh pendidikan Dasar di Sekolah Muhammadiyah. Pada bagian awal novel Andrea Hirata mencoba menggambarkan realita sosial yang terjadi pada masyarakat asli di sana, terutama komunitas Melayu Belitung yang kontradiktif dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Tampaknya isi novel ini memberikan kesan yang menyentuh hati, bagaimana sepuluh orang anak yang menjuluki diri mereka sebagai Laskar Pelangi ini memiliki motivasi yang tinggi berjuang memperbaiki nasib masyarakat Belitung yang masih jauh tertinggal. Mereka berjuang dengan cara mereka masing-masing, dan mereka berjuang dengan penuh semangat serta pantang menyerah.
44
Terlihat dari keunikan masing-masing anak dibahas oleh Andrea Hirata dalam setiap bab. Selain itu, gaya bahasa yang digunakan penulis terkesan ilmiah sekali dengan banyaknya istilah-istilah ilmu eksak yang ditemukan disetiap alur cerita. Namun hal itu tidak mengurangi sisi keindahan karya sastra yang digemari banyak masyarakat Indonesia. Menurut penulis, setting latar
cerita,
sangat
identik
dengan
tahun
80-an
selain
itu
juga
menggambarkan latar kehidupan salah satu komunitas di pulau Belitung dan sepatutnya kita dapat menangkap esensi dari cerita novel ini. Secara khusus ada beberapa tempat yang dijadikan latar dalam novel Laskar Pelangi ini, diantaranya: (1) Sekolah SD dan SMP Muhammadiyah, (2) Sekolah PN (Perusahaan negara) Timah, (3) Toko Sinar Harapan di Belitung Timur, (4) Pasar Ikan. Cerita sepuluh anak didalam novel ini dapat memotivasi anak-anak Indonesia agar dapat belajar lebih giat lagi walaupun banyak kekurangan disana-sini, karena sepuluh anak dalam novel ini membuktikan bahwa kekurangan itu bukan sebagai penghalang untuk kita lebih semangat lagi dalam menggapai cita-cita. b. Tokoh atau Penokohan Laskar Pelangi ini adalah novel yang menceritakan tentang kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah di (SD dan SMP) di sebuah Sekolah Muhammadiyah di pulau Belitung yang penuh dengan keterbatasan, mereka adalah: 1) Ikal adalah seorang tokoh yang mempunyai impian sangat besar, walaupun ayahnya hanya seorang pegawai rendahan di PN Timah yang sudah bekerja selama 25 tahun mencedok tailing, yaitu material buangan dalam instalasi pencucian timah yang disebut wasserij, tetapi cita-cita ia sangat tinggi yaitu, belajar sampai ke negeri Perancis. 2) Lintang: Lintang Samudra Basara bin Syahbani Maulana Basara Lintang adalah seorang anak yang lahir dari keluarga miskin. Semangat belajarnya sangat tinggi, dan dia merupakan siswa sekolah
45
Muhammadiyah yang berprestasi. Untuk bisa sampai ke sekolah, dia harus menempuh jarak yang cukup jauh dilengkapi berbagai macam resiko. 3) Sahara: N.A. Sahara Aulia Fadillah binti K.A. Muslim Ramdhani Fadillah. Dia adalah siswa sekolah Muhammadiyah yang sangat cantik, berjilbab dan sedikit lebih beruntung. Bapaknya seorang Taikong, yaitu atasan para kepala parit, orang-orang lapangan di PN. 4) Mahar: Mahar Ahlan bin Jumadi Ahlan bin Zubair bin Awam. Seorang siswa yang mempunyai bakat seni yang sangat tinggi, dialah satu-satunya siswa yang mengharumkan sekolah Muhammadiyah dalam hal seni. 5) A Kiong (Chao Chin Kiong): Muhammad Jundullah Gufron Nur Zaman Dia adalah siswa keturunan Tiong hoa, dia memiliki sifat yang sangat naif, cuek, dan tak peduli seperti jalak kerbau. 6) Syahdan: Syahdan Noor Aziz bin Syahari Noor Aziza adalah Anak seorang nelayan yang sangat miskin, ia juga bekerja sebagai tukang dempul perahu. Di mata syahdan, gedung sekolah, bagan ikan, dan gudang kopra tempat kelapa-kelapa busuk itu bersemedi adalah sama saja. 7) Kucai: Mukharam Kucai Khairani adalah Seorang siswa yang bertahun-tahun menjadi ketua kelas, setiap ada pemilihan ketua kelas, selalu kucai yang terpilih karena siswa kelas kami tidak ada yang mau menjadi ketua kelas, menurut mereka ketua kelas itu jabatan yang sangat menyebalkan. Dia termasuk siswa yang kurang pintar, nilai ulangannya tidak pernah mencapai angka 6, walaupun dia tidak pintar, dia termasuk siswa yang cerdik. 8) Borek Aka Samson. Dia adalah seorang siswa yang mempunyai impian memiliki otot besar. Karena latihannya yang keras ia berhasil, dan mendapat julukan si samson, sebuah gelar ningrat yang disandangnya dengan penuh rasa bangga.
46
9) Trapani: Trapani Ihsan Jamari bin Zainuddin Ilham Jamari. Trapani merupakan siswa yang banyak digemari wanita, karena wajahnya yang cukup tampan dan penampilannya yang menarik. Dia tidak banyak berbicara, ia hanya berbicara hal-hal yang perlu saja. 10)Harun:
Harun
Ardhli
Ramadhan
bin
Syamsul
Hazana
RamadhanHarun ini adalah siswa yang mempunyai latar belakang mental yang kurang, pada setiap pelajaran, pelajaran apapun, ia akan mengacung sekali dan menanyakan pertanyaan yang sama, setiap hari, sepanjang tahun, “Ibunda Guru, kapan kita akan libur lebaran?” “sebentar lagi anakku, sebentar lagi...”jawab bu Mus sabar, berulangulang, puluhan kali, sepanjang tahun, lalu Harun pun bertepuk tangan. Mereka belajar dan bersekolah dalam satu kelas dari kelas 1 SD sampai kelas 3 SMP. Adapun Tokoh-Tokoh lainnya sebagai berikut: 1) Bu Muslimah : bernama lengkap N.A. Muslimah Hafsari Hamid. Dia adalah Ibunda Guru Laskar Pelangi. Wanita luar biasa ini merupakan pengajar pertama Laskar Pelangi, dan wanita ini sangat dikagumi dan disayangi oleh muridnya. 2) Pak Harfan : nama lengkap K.A. Harfan Efendy Noor bin K.A. Fadhillah Zein Noor, Kepala Sekolah dari sekolah Muhammadiyah. Ia adalah orang yang sangat baik hati, ikhlas, penyabar meski muridmurid awalnya takut melihat dia. 3) Flo : bernama asli Florina, seorang anak tomboi yang berasal dari keluarga kaya, dia adalah murid pindahan dari Sekolah PN yang kaya dan sekaligus tokoh terakhir yang muncul sebagai bagian dari laskar pelangi. Awal pertama kali sekolah ia sempat membuat kekacauan dengan merebut tempat duduk Trapani, dengan alasan dia ingin duduk dekat Mahar, sehingga Trapani yang malang terpaksa tergusur. 4) A Ling: Cinta pertama Ikal yang merupakan saudara sepupuh A Kiong, dan A Ling yang cantik ini terpaksa berpisah dengan Ikal karena harus menemani bibinya yang tinggal sendiri.
47
c. Tema Tema adalah dasar cerita atau gagasan umum dari sebuah novel. Gagasan dasar umum inilah yang tentunya telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang yang digunakan untuk mengembangkan cerita. Tema dalam sebuah cerita dapat dipahami sebagai sebuah makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita sehingga cerita itu hadir sebagai alur, penokohan, sudut pandang, latar, dan lain-lain akan berkaitan dan bersinergi mendukung eksistensi tema. Adapun tema yang terdapat dalam Novel Laskar Pelangi adalah perjuangan menempuh prestasi (pendidikan) yang tak kenal kata menyerah. 3.
Unsur Ekstrinsik Novel ( Biografi pengarang ) Pemilik nama lengkap Andrea Hirata Seman Said Harun ini lahir di
Belitung pada 24 Oktober 1967. Disebut-sebut sebagai sastrawan yang telah merevolusi sastra Indonesia. Pria murah senyum ini berasal dari pulau Belitung provinsi Bangka Belitung. Karya pertamanya keluar dalam bentuk sastra berjudul Laskar Pelangi pada tahun 2006 dan sangat terkenal di Indonesia. Dalam perkembangannya, novel Laskar Pelangi di adaptasi dalam bentuk film, lagu dan drama musikal. Karya Andrea Hirata : a. Laskar Pelangi (2005) b. Sang Pemimpi (2006) c. Edensor (2007) d. Maryamah Karpov (2008) e. Padang Bulan (2009) f. Cinta di Dalam Gelas (2009) g. Sebelas Patriot (2010) h. Laskar Pelangi Song Book (2012) Uniknya Andrea secara akademi mengambil konsentrasi ekonomi namun ia juga tertarik pada sains, fisika, kimia, biologi, dan sastra. Ia menyebut dirinya sebagai seorang akademisi yang sekaligus Backpacker, saat ini ia telah mengejar mimpinya untuk bisa tinggal di Kye Gompa, sebuah desa di Himalaya. Sepertinya ia terus menambah catatatan biografinya.
48
Dengan kecerdasannya, Andrea berhasil meraih beasiswa program master dari Sheffield Hallam University, United Kingdom. Tesisnya memperoleh penghargaan dari kampusnya dan ia lulus dengan cumlaude. Menariknya tesis tersebut sudah menjadi buku teori ekonomi telekomunikasi yang pertama yang ditulis orang Indonesia. Dan saat ini buku tersebut sudah menjadi refrensi resmi ilmiah. B. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Pada bab empat ini, peneliti akan memaparkan nilai-nilai pendidikan Agama Islam yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi. Paparan nilai-nilai pendidikan Agama Islam dalam novel Laskar Pelangi adalah hasil analisis peneliti dengan menggunakan teori yang telah dirancang sebelumnya. Adapun nilai-nilai pendidikan Agama Islam tersebut bisa berupa kewajiban melakukan sesuatu, anjuran atau larangan. Adapun nilai-nilai pendidikan Agama Islam yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi adalah sebagai berikut : Table 4.1 Paparan data Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Novel
No 1
Dialog Lalupersisdi
Keterangan
bawahmataharitaditerterahuruf- Tauhid/ Aqidah
hurufarabgundul yang nantisetelahkelasdua, setelah (mengesakan aku pandai membaca huruf arab, aku tau bahwa tulisan Allah) itu berbunyiamar makruf nahi mungkar artinya “menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang
mungkar”.
Muhammadiyah.
Itulah
pedoman
Kata-kata
utama
warga
itumelekatdalamkalbu
kami sampaidewasananti. Kata-kata yang begitu kami kenalseperti kami mengenalbaualamiibu-ibu kami. (Hal 19) 2
Tuhan memberkahi belitung dengan timah bukan agar Tauhid / aqidah kapal yang berlayar kepulau itu tidak menyimpang (mengesakan kelaut china selatan, tetapi timah dialirkannya kesana Allah)
49
untuk menjadi mercusuar bagi penduduk pulau itu sendiri. (Hal 37) 3
Tapi lebih dari setengah perjalanan sudah. Tak ada Aqidah / tauhid kata bolos dalam kamusku, dan hari ini ada tarikh (larangan taklid) islam, mata pelajaran yang menarik..(Hal 88)
4
Tempat diatas langit ketujuh, tempat kebodohan Tauhid/Aqidah bersemayam, adalah metafor dari suatu tempat di mana (mengesaakan manusia tak bisa mempertanyakan zat-zat Allah. Allah) Setiap
usaha
mempertanyakannya
hanya
akan
berujung dengan kesimpulan yang mempertontonkan kemahatololan sang penanya sendiri. Maka jangkauan akal telah berakhir di langit ketujuh tadi. (Hal 105) 5
Inginku
debatkan
kisah
ayat-ayat
suci
yang Tauhid/ Aqidah
memastikan kemenangan Byzantium tujuh tahun (mengesakan sebelum
kejadian.
Sudahsiang,
akumajusedikit, Allah)
akupastiterlambattiba di sekolah. Hal. 88 6
Seperti Lintang, Syahdan yang miskin juga anak Nilai
Akhlak
seorang nelayan. Tapi bukan maksudku mencela dia, terhadap sesama karena kenyataanya secara ekonomi kami, sepuluh kawan sekelas ini, memang semuanya orang susah. (Hal 67) 7
Kami orang-orang melayu adalah pribadi-pribadi Akhlak sederhana yang memperoleh kebijakan hidup daripara (kepada orang guru mengaji dan orang-orang tua di surau-surau tua) sehabis shalat maghrib. Kebijakan itu disarikan dari hikayat para nabi, kisah hang tuah, dan rima-rima gurindam. (hal 162)
8
Demi mendengarkan kisah Mahar, Syahdan yang Akhlak bertengger persis di belakang pendongeng itu dengan terhadap sesama gerakan sangat takzim, tanpa diketahui Mahar, manusia
50
menyilangkan jari diatas keningnya dan menggesekgesekannya beberapa kali. Mahar tidak tahu apa yang sedang terjadi di belakangnya. Sakit perut kami menahan tawa melihat kelakuan Syahdan. Baginya Mahar sudah tak waras. (Hal 161) 9
Kuamati ia dari jauh, kasihan sahabatku seniman yang Akhlak (kepada kesepian itu, yang tak mendapatkan cukup apresiasi, sesama) yang selalu kami ejek. Wajahnya tampak kusut semrawut. Sudah seminggu berlalu, ia belum juga muncul dengan konsep apapun. (Hal 224)
10
Kalau kita harus turun kesana, aku pastikan kita bias Akhlak menjadi Flo-Flo baru yang malah akan dicari orang. (kepadasesama Menambah persoalan, merepotkan semuanya nanti. manusia) (Hal 235)
11
“Kita tunggu sampai pukul sebelas,” kata Pak Harfan Nilai
Akhlak
pada Bu Us dan seluruh orang tua yang telah pasrah. (sabar) Suasana hening. (Hal 5) 12
“Ketahuilah wahai keluarga Ghudar, berangkatlah Akhlak kalian ketempat-tempat kematian kalian dalam masa Mematuhi tigahari” demikian pak Harfan berteriak lantang sambil perintah menatap langit melalui jendela kelas kami. Beliau memekikan firasat mimpi seorang penduduk mekkah, firasat kehancuran Quraisy dalam kehebatan perang badar. (Hal 22)
13
Ketika ibuku bertanya tentang tanda itu aku tak Nilai Akhlak berkutik,
karena
Kemuhammadiyahan
pelajaran setiap
Budi Jumat
Pekerti (kepada orang pagi
tak tua)
membolehkan aku membohongi orang tua, apalagi ibu. Maka dengan amat sangat terpaksa kutelanjangi kebodohanku
sendiri.
Abang-abang
dan
ayahku
51
tertawa sampai mengigil dan saat itulah untuk pertama kalinya aku mendengar teori canggih ibuku tentang penyakit gila. (Hal 82) 14
Tepat tengah malam salah seorang paderi akan Akhlak (kepada memukul sebuah tempat yang besar pertanda seluruh sesama) hadirin dapat mengambil-lebih tepatnya merebutsemua barang yang ada di 3 meja besar tadi. Oleh karena itu Chiong Si Ku sebut juga acara sembahyang rebut . (hal 260)
15
“Sifat lain Sahara yang amat menonjol adalah kejujurannya Akhlak (kepada yang luar biasa dan benar-benar menghargai kebenaran. Ia
sesama)
pantang berbohong. Walaupun diancam akan dicampakkan ke dalam lautan api yang berkobar-kobar, tak atu pun dusta akan keluar dari mulutnya” (hal 75).
16
Ia sangat berabkti kepada kedua orang tuanya. Khususnya Akhlak ibunya. sebaliknya, ia juga diperhatikan ibunya layaknya (Terhadap orang anak emas. Mungkin karena ia satu-satunya laki-laki
tua)
diantara lima saudara lainnya. Ayahnya adalah seorang operator vessel board di kantor telepon PN sekaligus tukang sirine. Meskipun rumahnya deket dengan sekolah tapi sampai kelas tiga ia masih diantar jemput ibunya. Ibu adalah pusat gravitasi hidupnya” (hal 75)
17
“Bu Mus membalas hormat takzimnya yang santun dengan Akhlak (kepada tersenyum ganjil.”anak muda ini pasti tak pandai melantun sesama tapi jelas ia menghargai seni,” mungkin demikian yang ada manusia) dalam hati bu Mus. Tapi tetap saja beliau menahan tawa. Lalu Mahar mengucapkan semacam prolog.” (hal 135)
18
“Mahar tetap sabar mengahadapi Harun dan berusaha Akhlak (kepada menuntunnya pelan-pelan, namun akhirnya kesabaran sesama) Mahar habis ketika kami membawakan lagu Light My Fire milik The Doors. Disepanjang lagu yang inspiratif itu Harun
menghajar hithat,
tenor drum, simbal serta
52
menginjak-injak pedal bass drum sejadi-jadinya. Dengan stik drum ia menghajar apa saja dalam jangkauannya, persis drumer Tarantula melakukan end fill untuk menutup lagu rock dangdut Wakuncar.” (hal 148).
19
“Kami
orang-orang
Melayu
adalah
pribadi-pribadi
Ibadah (shalat)
sederhana yang memperoleh kebijakan hidup dari para guru mengaji dan orang-orang tua di surau-surau sehabis shalat magrib.. ” (hal 162)
20
Sejak kecil aku tertarik untuk menjadi pengamat Ibadah kehidupan dan sekarang aku menemukan kenyataan (menuntut ilmu) yang mempesona dalam sosiologi lingkungan kami yang ironis. Disiniadasekolahku yang sederhana, parasahabatku yang melarat, orang melayu yang terabaikan, jugaada orang stafdansekolah PN mereka yang
glamor,
serta
gemahripahdengangedong,
PN
timah
yang
tembokfeodalistisnya.
Semua elemen itu adalah perpustakaan berjalan yang memberiku pengetahuan baru setiap hari. (hal 84) 21
Dewan guru tak henti-hentinya membicarakan nilai Ibadah rapor Lintang. Angka Sembilan berjejer mulai dari (menuntut ilmu) pelajaran aqaid (aqidah), Al-Qur’an, fikih, tarikh islam, budi pekerti, ke muhammadiyahan, pendidikan kewarganegaraan, ilmu bumi, dan bahasa inggris. (hal 124)
22
Malam minggu
ini kami menginap di masjid Al- Ibadah Mahdha
Hikmah karena setelah shalat subuh nanti kami punya (Shalat) acara seru, yaitu naik gunung. (Hal 285) 23
“shalatlah tepat waktu, biar dapat pahala lebih Ibadah banyak,” demikian bu Mus selalu menasihati kami. (Shalat) (Hal 31)
24
Al-quran kadang kala menyebut nama tempat yang Ibadah
53
harus
diterjemahkan
dengan
penjelasan Bu Mus dalam
teliti…”
demikian (Menuntut Ilmu)
tarikh Islam, pelajaran
wajib perguruan Muhammadiyah. Jangan harap naik kelas kalau mendapat
angka merah untuk ajaran
ini.(hal 110) 25
Yang paling utama adalah penutup kepala. Tak cocok Nilai Ibadah jika disebut topi, tapi lebih sesuai jika disebut mahkota (Larangan seribu rupa. (Hal 232)
26
taklid)
“Terimalah Harun, Pak, karena SLB hanya ada di Ibadah Pulau Bangka,dan kami tak punya biaya untuk (menuntut ilmu) menyekolahkannya
kesana.
Lagipula
lebih
baik
kutitipkan dia disekolah ini daripada dirumah ia hanya mengejar-ngejar anak-anak ayamku...”(Hal 7) 27
Azan maghrib menggema dipantulkan tiang-tiang Nilai Ibadah
(
tinggi rumah panggung orang Melayu, sahut menyahut shalat ) dari masjid ke masjid. Sang lorong waktu perlahan hilang ditelan malam. Kami diajari tak bicara jika azan berkumandang. (Hal 162) 28
Tampaknya Mahar memberiperhatian istimewa pada Ibadah delapan ekor sapi. Pakaian kami paling artistik. Kami (Shodaqoh) memakai celana merahtua yang menutup pusar sampai kebawah lutut. Seluruh tubuh kami di cat warna cokelat muda seperti sapi Afrika. (Hal 232)
29
Setelah Wak Haji selesai mengumandangkan azan Ibadah Mahdhah baru kurasakan jiwa dan ragaku bersatu. Kucai yang (Shalat ) telah mengambil wudhu dengan sengaja melewatiku, jaraknya dekat sekali, bahkan hampir melangkahiku. Ia menjetik-jentikan air kewajahku. Kibasan sarung panjangnya menampar mukaku. (Hal 284)
30
Kebijakan itu disarikan dari hikayat para nabi, kisah Hang Ibadah Tuah dan rima-rima gurindam. Ras kami adalah ras yang
54
tua. Malay atau Melayu telah dikenal Albert Buffon sejak (menuntut Ilmu) lampau ketika ia mengidentifikasi ras-ras besar Kaukasia, Negroid, dan Mongoloid. Meskipun banyak antropolog berpendapat bahwa ras melayu belitong tidak sama dengan ras Malay versi Buffon-dengan kata lain kami sebenarnya bukan orang Melayu-tapi kami tak membesar-besarkan pendapat itu. Pertama karena orang-orang Belitung tak paham akan hal itu dan kedua karena kami tak memiliki semangat primordialisme. Hal. 89
29
Barangkali sebaiknya aku pulang saja, melupakan Nilai sosial keinginan sekolah, dan mengikuti jejak beberapa (musyawarah) abang dan sepupu-sepupuku, menjadi kuli .(Hal 3)
30
Demi mendengarkan kisah Mahar, Syahdan yang Sosial bertengger persis di belakang pendongeng itu dengan kemasyarakatan gerakan sangat takzim, tanpa diketahui Mahar, (Shadaqoh) menyilangkan jari diatas keningnya dan menggesekgesekannya beberapa kali. Ia memberikan sebagian makanannya. Mahar tidak mengerti apa yang sedang terjadi di belakangnya. Sakit perut kami menahan tawa melihat kelakuan Syahdan. Baginya Mahar sudah tak waras. (hal 161)
31
“ kalau ada nasib, lain hari kalian akan bertemu lagi” Nilai Sosial A Miauw menepuk-nepuk pundaku. (Hal 298)
32
(Musyawarah)
Setelah Syahdan, Mahar dan pengikut setianya A- Sosial Kionglah yang datang menjengukku.(Hal 305)
(kemasyarakatan )
33
Tidur di ruang utama masjid adalah pelanggaran. Kami Sosial seharusnya tidur di belakang, diruangan beduk dan (musyawarah) usungan jenazah. (Hal 284)
34
Karnaval
itu
adalah
satu-satunya
cara
untuk Sosial
menunjukan kepada dunia bahwa sekolah kita ini (Musyawarah )
55
masih exsis di muka bumi ini. Sekolah kita adalah sekolah Islam yang mengedepankan pengajaran nilainilai religi, kita harus bengga dengan hal itu.(Hal 222) 35
Dan pagi pun tiba, pencarian berlangsung terus. Dari Sosial walky talky kami pantau bahwa Flo masih tetap (kemasyarakatan misteri. Sekarang baterai Dari walky talky mulai lemah ) dan hanya dapat memonitor saja. Tidak hanya batubatu baterai itu, semangat kami pun melemah. Kami mulai dihinggapi perasaan putus asa. (Hal 320)
36
“Pak Harfan telah puluhan tahun mengabdi di sekolah Nilai Sosial Muhammadiyah nyaris tanpa imbalan apa pun demi motif kemasyarakatan syiar Islam. Beliau menghidupi keluarga dari sebidang (Shodaqoh) kebun palawija di pekarangan rumahnya.” (hal.21)
37
“Hari ini Pak Harfan mengenakan baju takwa yang dulu Sosial pasti berwarna hijau tapi kini warnanya pudar menjadi kemasyarakatan putih. Bekas-bekas warna hijau masih kelihatan di baju itu. (musyawarah) Kaus dalamnya berlubang di beberapa bagian dan beliau mengenakan celana panjang yang lusuh karena terlalu sering dicuci. Seutas ikatpinggang plastik murahan bermotif ketupat memilit tubuhnya. Lubang ikat pinggang itu banyak berderet-deret, mungkin telah dipakai sejak beliau berusia belasan.”(hal.21)
38
“Lebih dari itu, perintis perguruan ini mewariskan pelajaran Sosial yang amat berharga tentang ide-ide besar islam yang mulia, kemasyarakatan keberanian untuk merealisasi ide itu meskipun tak putus-
(musyawarah)
putus dirundung kesulitan” (hal 85)
39
“Jika kami kesulitan, ia mengajari kami dengan sabar dan Sosial selalu membesarkan hati kami. Keunggulannya tidak menimbulkan perasaan terancam bagi sekitarnya, kecemerlangannya tidak menerbitkan iri dengki, dan kehebatannya tidak sedikit pun mengisyaratkan sifatsifat angkuh. Kami bangga dan jatuh hati padanya sebagai
(shodaqoh)
56
seorang sahabat dan sebagai seorang murid yang cerdas luar biasa. Lintang yang miskin duafa adalah mutiara, galena, kuarsa, dan topas yang paling berharga bagi kelas kami.” (hal 109)
C. Pembahasan Hasil Analisis Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Dalam Novel Laskar Pelangi Pada pembahasan kali ini, peneliti akan mendeskripsikan temuan nilainilai pendidikanagama Islam
yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi,
kemudian mengintegrasikan temuan penelitian kedalam teori pengetahuan yang sudah ada dilakukan dengan menjelaskan temuan temuan tersebut dalam konteks yang lebih luas. Adapun
nilai-nilai
pendidikan agama
Islam
yang telah
peneliti
deskripsikan pada bab empat, secara global memuat nilai-nilai sebagai berikut, 1) nilai tauhid atau aqidah, 2) nilai ibadah, 3) nilai akhlaq, dan 4) nilai sosial atau kemasyarakatan. Pertama, Nilai tauhid atau aqidah yang telah peneliti temukan dalamLaskar Pelangi adalah sebagai berikut : 1.
Mengesakan Allah Tauhid adalah konsep aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah.
Baik keesaan dalam perbuatan-perbuatan yang hanya dapat dilakukan Allah dan mengesakan Allah dalam segala macam ibadah yang kita lakukan, jadi dari berbagai macam ibadah yang kita lakukan hanya ditujukan untuk Allah semata. Sebagaimana yang tertuang dalam novel: Tuhan memberkahi belitung dengan timah bukan agar kapal yang berlayar kepulau itu tidak
menyimpang kelaut china selatan, tetapi timah
dialirkannya kesana untuk menjadi mercusuar bagi penduduk pulau itu sendiri.1
Dialog tersebut dengan jelas menerangkan bahwa hanya kepada Allah lah kita memohon dan meminta, menghindarkan diri beribadah kepada selain-Nya, 1
Andre Hirata,Laskar pelangi, (Yogyakarta: PT. Belitung, 2006), hal. 37.
57
karena Allah adalah satu-satunya Tuhan pencipta alam semesta. Dengan jelas AlQur’an menyebutkan tentang hal ini, firman Allah dalam Surat Al-Anbiya :25
ٓ ﻚ ِﻣﻦ ﱠرُﺳﻮٍل إِﱠﻻ ﻧُﻮِﺣٓﻲ إِﻟَۡﯿِﮫ أَﻧ ﱠﮫۥ ُ َﻻٓ إِٰﻟَﮫ َ إِ ﱠ ٢٥ ﻻ أَﻧَ۠ﺎ ﻓَﭑۡﻋﺒُُﺪوِن َ َِوَﻣﺎٓ أَۡرَﺳ ۡﻠﻨَﺎ ِﻣﻦ ﻗَ ۡﺒﻠ “Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku”.2 Diperkuat dengan dialog sebagai berikut: Inginku debatkan kisah ayat-ayat suci yang memastikan kemenangan Byzantium tujuh tahun sebelum kejadian. Suahsiang, aku maju sedikit, aku pasti terlambat tiba di sekolah.3 Dari potongan dialog diatas, memberikan informasi kepada umat Islam agar selalu senantiasa meningkatkat ketauhidanya kepada Allah SWT. Agar apapun yang akan dihadapi oleh umat Islam dapat menjaga keimanannya tersebut. Kita diperkenankan untuk berdo’a langsung kepada-Nya karena Allah sangat dekat dengan hamba-Nya, lebih dekat dari urat leher. Kedua, Nilai Ibadah yang peneliti temukan dalam novel Laskar Pelangi adalahsebagai berikut : a.
Ibadah Mahdah (Sholat ) Banyak umat Islam yang menganggap remeh urusan shalat wajib,
terutama tepat pada waktunya. Kenyataan ini dapat kita
lihat minat sholat
berjamaah masyarakat di sekitar kita. Padahal, Nabi dalam shahihain, sampai pernah hendak membakar rumah para sahabat yang enggan berjamaah. Dalam novel Laskar pelangi ini terdapat beberapa dialog yang menganjurkan kita untuk sholat berjama’ah, diantaranya: “Shalatlah tepat waktu, biar dapat pahala lebih banyak,” demikian Bu Mus selalu menasehati kami. Bukankah ini kata-kata yang diilhami surah An-Nisa dan telah diucapkan ratusan kali oleh puluhan khatib? Sering kali dianggap sambil lalu saja oleh umat. Tapi jika yang mengucapkannya Bu Mus kata-kata itu demikian berbeda, begitu sakti, berdengung-dengung
2
Al-Qur an dan terjemahnya…. hal. 324 Andre Hirata,op.cit., hal.50
3
58
di dalam kalbu. Yang terasa kemudian adalah penyesalan mengapa telah terlambat shalat.4 Dikuatkan oleh dialog yang lain:Sekolah kita adalah sekolah Islam yang mengedepankan pengajaran nilai-nilai religi, kita harus bangga dengan hal itu.5 Diperkuat dengan potongan dialog sebagai berikut: Malam minggu ini kami menginap di masjid Al-Hikmah karena setelah shalat subuh nanti kami punya acara seru, yaitu naik gunung. 6 Dari ketiga dialog yang terdapat dalam novel tersebut, menganjurkan kapada kita untuk senantiasa sholat berjam’ah karena keutamaannya serta mendapatkan pahala yang berlipat ganda sebagaimana yang disabdakan Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, "Shalat berjamaah itu lebih utama 27 derajat daripada shalat sendirian." (HR. Muslim)7 b. Ibadah Ghairu Mahdhah (Menuntut Ilmu) Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim, baik itu laki-laki maupun perempuan, hal ini senada dengan isi dialog dalam novel yang mempunyai semangat untuk menuntut ilmu dan belajar agama. “Kami adalah sepuluh umpan nasib dan kami seumpama kerang-kerang halus yang melekat erat satu sama lain dihantam deburan ombak ilmu”.8 Diperkuat dengan dialog yang lain, yakni: Diperkuat dengan potongan dilaog yang lain sebagai berikut: Terimalah Harun, pak, karena SLB hanya ada di pulau Bangka, dan kami tak
punya biaya untuk menyekolahkannya kesana.
Lagipula lebih baik kutitipkan dia disekolah ini daripada dirumah ia hanya mengejar-ngejar anak-anak ayamku.9 Diperkuat oleh dialog lain yaitu:Sejak kecil aku tertarik untuk menjadi pengamat kehidupan dan sekarang aku menemukan kenyataan yang memesona
4
Andre Hirata,op.cit., hal.31 Andre Hirata,op.cit., hal.222 6 Andre Hirata,op.cit., hal.285 7 Badrul Tamam, Manfa’at dan hikmah Sholat Berjama’ah, (http://voa-islam.com diakses pada senin 8 Agustus 2012) 8 Andre Hirata,op.cit., hal.32 9 Andre Hirata,op.cit., hal.7 5
59
dalam sosiologi lingkungan kami yang ironis…. Semua elemen itu adalah perpustakaan berjalan yang memberiku pengetahuan baru setiap hari.10 Dialog diatas menerangkan tentang semangat seseorang dalam belajar syari’at Islam. Meskipun dalam keterbatasan kemamapuan yang telah di kisahkan oleh Harun yang memiliki kekurangan mental dan semangat belajar untuk mengapai cita-cita seperti yang tertulis dalam pepatah “tuntutlah ilmu sampai ke negri China”. Dan didalam Islam, Allah dan Rasulullah Saw. Mewajibkan kepada kaum mauslimin dan muslimat untuk menuntut ilmu sebagaimana Allah berfirman dalam surah al Mujadallah ayat 11:
ﺢ ٱ ﱠ ُ ﻟَُﻜ ۡ ۖﻢ َوإَِذا ﻗِﯿَﻞ ِ ﺲﻓ َﭑۡﻓَﺴُﺤﻮْا ﯾَۡﻔَﺴ ِ ِٰٓﯾَﺄَﯾﱡﮭَﺎٱﻟﱠِﺬﯾَﻦ َءاَﻣﻨُٓﻮْا إَِذا ﻗِﯿَﻞ ﻟَُﻜ ۡﻢ ﺗَﻔَﱠﺴُﺤﻮْا ﻓِﻲ ٱۡﻟَﻤَٰﺠﻠ ﺖ َوٱ ﱠ ُ ﺑِ َﻤﺎ ٖ ۚ ٱﻧُﺸُﺰواْ ﻓ َﭑﻧُﺸ ُﺰوْا ﯾَۡﺮﻓَﻊِ ٱﻟﻠﱠﮭُﭑﻟﱠِﺬﯾَﻦ َءاَﻣﻨُﻮاْ ِﻣﻨُﻜ ۡﻢ َوٱﻟﱠِﺬﯾَﻦ أُوﺗُﻮاْ ٱۡﻟِﻌ ۡﻠَﻢ َدَرَٰﺟ ١١ ﺮٞﺗَۡﻌَﻤﻠُﻮَن َﺧﺒِﯿ Dari ayat tersebut Nabi pun mempertegas dengan sabdanya yakni: “Menuntut Ilmu wajib bagi setiap Muslim dan Muslimat”. (H.R. Muslim). Dengan menuntut ilmu akan berimplikasi kepada kemajuan masyarakat Islam. c.
Larangan Berbuat Taqlid Sebagian besar masyarakat dalam menjalankan agamanya
hanya
mengikuti apa-apa yang diajarkan oleh kyai-kyainya, atau ustadznya tanpa mengikuti dalil-dalil yang jelas dari agama ini. Mengikuti di sini yang dimaksudkan adalah mengikuti tanpa dasar ilmu. Jatuhnya umat Islam ke dalam perbuatan bid’ah atau khurafat salah satunya merupakan salah satu akibat dari taqlid. Novel Laskar Pelangi memuat nilai-nilai yang melarang kita bertaqlid, diantaranya: Dewan guru tak henti-hentinya membicarakan nilai rapor Lintang. Angka Sembilan berjejer mulai dari pelajaran aqaid (aqidah), Al-Qur’an, fikih, tarikh islam, budi pekerti, ke Muhammadiyahan, pendidikan kewarganegaraan, ilmu bumi, dan bahasa inggris.11
10
Andre Hirata,op.cit., hal.84 Andre Hirata,op.cit., hal.124
11
60
Diperkuat oleh potongan dialog yang lain sebagai beerikut: Tapi lebih dari setengah perjalanan sudah. Tak ada kata bolos dalam kamusku, dan hari ini ada tarikh islam, mata pelajaran yang menarik.12 Dialog di atas melarang kaum Muslim untuk bertaqlid buta karena hanya akan menjadi penghambat bagi kaum Muslim sendiri. Justru sebagai Muslim yang berilmu, dalam beragama jangan hanya sekedar ikut-ikutan saja tapi juga harus mengerti dan faham terhadap dalilnya. Larangan berbuat taqlid ini terdapat dalam firman Allah surat al-Maidah:104:
َوإَِذا ﻗِﯿَﻞ ﻟ َﮭُ ۡﻢ ﺗََﻌﺎﻟَۡﻮْا إِﻟَٰﻰ َﻣﺎٓ أَﻧَﺰَل ٱ ﱠ ُ َوإِﻟَﻰ ٱﻟﱠﺮُﺳﻮِل ﻗَﺎﻟُﻮْا َﺣۡﺴﺒُﻨَﺎ َﻣﺎ َوَﺟ ۡﺪﻧَﺎ َﻋﻠَ ۡﯿِﮫ ١٠٤ َءاﺑَﺎَٓءﻧَۚٓﺎ أََوﻟَۡﻮ َﻛﺎَن َءاﺑَﺎُٓؤھُ ۡﻢ َﻻ ﯾَۡﻌﻠَُﻤﻮَن َﺷۡﯿٗٔﺎ َوَﻻ ﯾَۡﮭﺘَُﺪوَن Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk”. Sebagai umat Islam, harus berhati-hati dalam hal perbuatan, terlebih lagi jika mengarah kepada aspek ibadah kepada Allah. Untuk itu umat Islam harus memiliki kemandirian dan juga prinsip hidup untuk tidak terjebak kepada praktik-praktik taklid atau hanya ikut-ikutan, sebagaimana pada dialog diatas (“Tapi lebih dari setengah perjalanan sudah. Tak ada kata bolos dalam kamusku, dan hari ini ada tarikh islam, mata pelajaran yang menarik.”), memberi kesadaran kepada umat Islam agar menjadi pribadi yang selalu memiliki dasar hukum pada setiap perbuatan. Ketiga, Nilai Akhlak yang peneliti temukan dalam novel Laskar Pelangi adalah sebagai berikut:
12
Andre Hirata,op.cit., hal.88
61
a.
Akhlak kepada kedua orang tua Al-Qur’an secara tegas mewajibkan kepada manusia untuk berbakti
kepada orang tuanya. Artinya nilai kebaikan berbakti kepada orang tua itu berlaku kedua orang tuanya, maksudnya nilai kebaikan berbakti kepada orang tua itu berlaku sepanjang zaman dan pada seluruh lapisan masyarakat. Sebagaimana dialog dalam novel Laskar Pelangi ini:Kami orang-orang melayu adalah pribadi-pribadi sederhana yang memperoleh kebijakan hidup daripara guru mengaji dan orang-orang tua di surau-surau sehabis shalat maghrib. Kebijakan itu disarikan dari hikayat para nabi, kisah hang tuah, dan rima-rima gurindam.13 Dalam Al-Qur’an surat al-Isra sepanjang zaman dan pada seluruh lapisan masyarakat. Dalam Al-Qur’an surat al-Isra disebutkan bahwa seorang anak tidak boleh berkata kasar apalagi menghardik keduanya. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Isra ayat 23 :
ٓك ٱ ۡﻟِﻜﺒََﺮ أََﺣُﺪھَُﻤﺎ َ ﻚ أَﱠﻻ ﺗَۡﻌﺒُُﺪٓوْا إِﱠﻻٓ إِﯾﱠﺎهُ َوﺑِﭑ ۡﻟَٰﻮﻟَِﺪ ۡﯾِﻦ إِۡﺣَٰﺴﻨًۚﺎ إِﱠﻣﺎ ﯾَ ۡﺒﻠَُﻐﱠﻦ ِﻋﻨَﺪ َ ﻀٰﻰ َرﺑﱡ َ َ۞َوﻗ ٢٣ ف َوَﻻ ﺗَ ۡﻨﮭَۡﺮھَُﻤﺎ َوﻗُﻞ ﻟﱠﮭَُﻤﺎ ﻗَۡﻮ ٗﻻ َﻛِﺮﯾٗﻤﺎ ّ ٖ ُأَۡو ِﻛَﻼھَُﻤﺎ ﻓََﻼ ﺗَﻘُﻞ ﻟﱠﮭَُﻤﺎٓ أ Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang diantara keduanya atau keduaduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.14 Dalam Laskar Pelangi ini pun banyak terdapat dialog yang mengajarkan umat Islam untuk senantiasa berakhlak baik kepada orang tua, diantaranya adalah:Ia sangat berabkti kepada kedua orang tuanya. Khususnya ibunya. sebaliknya, ia juga diperhatikan ibunya layaknya anak emas.15
13
Andre Hirata,op.cit., hal.162 Al-Qur an dan terjemahnya…. hal.284. 15 Andre Hirata,op.cit., hal.75 14
62
Dipertegas dengan narasi dibawah ini: Mungkin karena ia satu-satunya laki-laki diantara lima saudara lainnya. Ayahnya adalah seorang operator vessel board di kantor telepon PN sekaligus tukang sirine. Meskipun rumahnya deket dengan sekolah tapi sampai kelas tiga ia masih diantar jemput ibunya. Ibu adalah pusat gravitasi hidupnya”.16 Dialog diatas menjelaskan tentang kewajiban seorang anak terhadap orang tuanya, terutama kepada ibu. Berakhlak kepada ibu bisa dilakukan dengan selalu meminta izin kepada beliau untuk mencari keridhaannya serta bersikap rendah hati dan lemah lembut dalam bertutur kata. Selain kepada ibu, terhadap bapak pun seorang anak harus berakhlak baik, karena bapak juga lah yang ikut mendidik anak dan mencari nafkah untuk keluarga. Sebagaimana dipertegas oleh sabda Rasul sebagai berikut: Ridhallahi fii ridho walidayin wa sukhtullahi fii sukhtu walidayin. Artinya: Ridhonya Allah terdapat pada ridho orang tua dan murkanya Allah terdapat murkanya orang tua”. (al Hadits). b. Akhlak Terhadap Sesama Islam mengatur akhlak seorang muslim kepada muslim yang lain. Diantara akhlak mulia tersebut seperti memenuhi undangan, saling mendoakan, serta tidak menghina atau menyakiti perasaannya, seperti yang terdapat dalam dialog dan narasi dalam novel, yakni sebagai berikut: “Bu Mus membalas hormat takzimnya yang santun dengan tersenyum ganjil.”anak muda ini pasti tak pandai melantun tapi jelas ia menghargai seni,” mungkin demikian yang ada dalam hati bu Mus. Tapi tetap saja beliau menahan tawa. Lalu Mahar mengucapkan semacam prolog”.17 Membalas hormat takzim seperti yang dilakukann Bu Mus adalah perbuatan yang terpuji. Hal ini mengajarkan kepada umat Islam untuk saling menghormati dan menghargai. Sesama muslim dilarang menghina atau menyakiti, karena setiap muslim adalah saudara, tapi justru harus bersatu dan mempererat tali ukhuwah. Dalam Laskar Pelangi pun terdapat nilai akhlak yakni larangan untuk tidak menyakiti perasaan dan menghina orang lain, seperti yang tertuang pada dialog dan narasi sebagai berikut: 16
Andre Hirata,op.cit., hal.75 Andre Hirata,op.cit., hal.135
17
63
“Jika kami kesulitan, ia mengajari kami dengan sabar dan selalu membesarkan hati kami. Keunggulannya tidak menimbulkan perasaan terancam bagi sekitarnya, kecemerlangannya tidak menerbitkan iri dengki, dan kehebatannya tidak sedikit pun mengisyaratkan sifat-sifat angkuh. Kami bangga dan jatuh hati padanya sebagai seorang sahabat dan sebagai seorang murid yang cerdas luar biasa. Lintang yang miskin duafa adalah mutiara, galena, kuarsa, dan topas yang paling berharga bagi kelas kami”.18 Diperkuat dengan dialog dbawah ini: “Mahar tetap sabar mengahadapi Harun dan berusaha menuntunnya pelan-pelan, namun akhirnya kesabaran Mahar habis ketika kami membawakan lagu Light My Fire milik The Doors. Disepanjang lagu yang inspiratif itu Harun menghajar hithat, tenor drum, simbal serta menginjak-injak pedal bass drum sejadi-jadinya. Dengan stik drum ia menghajar apa saja dalam jangkauannya, persis drumer Tarantula melakukan end fill untuk menutup lagu rock dangdut wakuncar”.19 Allah swt berfirman dalam Al-Qur an surat al-Hujurat: 11:
ء ﱢﻣﻦٞٓم ﱢﻣﻦ ﻗَۡﻮٍم َﻋَﺴٰٓﻰ أَن ﯾَُﻜﻮﻧُﻮْا َﺧ ۡﯿٗﺮا ﱢﻣۡﻨﮭُ ۡﻢ َوَﻻ ﻧَِﺴﺎٞ ٰٓﯾَﺄَﯾﱡﮭَﺎٱﻟﱠِﺬﯾَﻦ َءاَﻣﻨُﻮاْ َﻻ ﯾَۡﺴَﺨۡﺮ ﻗَۡﻮ ﺲ ٱ ِۡﺳُﻢ َ ﺐ ﺑِۡﺌ ِ ۖ ﻧﱢَﺴﺎٍٓء َﻋَﺴٰٓﻰ أَن ﯾَُﻜﱠﻦ َﺧۡﯿٗﺮا ﱢﻣ ۡﻨﮭُۖﱠﻦ َوَﻻ ﺗَۡﻠِﻤُﺰٓوْا أَﻧﻔَُﺴُﻜ ۡﻢ َوَﻻ ﺗَﻨَﺎﺑَُﺰوْا ﺑِﭑ ۡ َﻷۡﻟ ٰ َﻘ ١١ ﻚ ھُُﻢ ٱﻟٰﻈﱠﻠُِﻤﻮَن َ ِق ﺑَۡﻌَﺪ ٱِۡﻹﯾَٰﻤِۚﻦ َوَﻣﻦ ﻟﱠ ۡﻢ ﯾَﺘُۡﺐ ﻓَﺄُْوٰٓﻟَﺌ ُ ٱ ۡﻟﻔُُﺴﻮ “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri20 dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman21 dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim”.
18
Andre Hirata,op.cit., hal.190 Andre Hirata,op.cit., hal.148 20 Jangan mencela dirimu sendiri maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karana orang-orang mukmin seperti satu tubuh. 21 Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: Hai fasik, Hai kafir dan sebagainya. 19
64
Keempat, Nilai Sosial kemasyarakatan yang peneliti temukan dalam Laskar Pelangi adalah sebagai berikut: a.
Shodaqoh Seseorang yang bershodaqoh tentu merasa bahwa Allah telah memberi
dirinya rizqi yang banyak, cukup untuk dirinya, keluarga dan dapat dibagi untuk orang lain yang membutuhkan. Nabi telah mengajarkan kita agar bershodaqoh
setiap hari,
Orang yang
dosanya dan dilindungi dari api neraka.
22
bershodaqoh akan
diampuni dosa-
Sebagaimana firman Allah dalam surat
Al-Baqarah ayat 271 :
ﺮ ﻟﱠُﻜ ۡۚﻢ َوﯾَُﻜﻔﱢُﺮٞﺖ ﻓَﻨِِﻌﱠﻤﺎ ِھَۖﻲ َوإِن ﺗُۡﺨﻔُﻮھَﺎ َوﺗُۡﺆﺗُﻮھَﺎ ٱۡﻟﻔُﻘََﺮآَء ﻓَﮭَُﻮ َﺧۡﯿ ِ َﺼَﺪٰﻗ إِن ﺗُۡﺒُﺪوْا ٱﻟ ﱠ ٢٧١ ﺮٞﺧﺒِﯿ َ َﻋﻨُﻜﻢ ﱢﻣﻦ َﺳﯿَٔ ﱢﺎﺗُِﻜ ۡ ۗﻢ َوٱ ﱠ ُ ﺑَِﻤﺎ ﺗَۡﻌَﻤﻠُﻮَن “Jika kamu menampakkan sedekah(mu) Maka itu adalah baik sekali. dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, Maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.23 Novel ini pun mengajarkan kita untuk bershadaqoh, seperti yang terdapat dalam dialog berikut:Mereka adalah ksatria tanpa pamrih, pangeran keikhlasan, dan sumur jernih ilmu pengetahuan di ladang yang ditinggalkan”.24 Di pertegas dengan potongan dialog sebagai berikut:Tampaknya Mahar memberi perhatian istimewa pada delapan ekor sapi. Pakaian kami paling artistik. Kami memakai celana merahtua yang menutup pusar sampai kebawah lutut yang telah diberikan. Seluruh tubuh kami dicat warna cokelat muda seperti sapi Afrika.25 Dialaog
diatas
mengajarkan kepada
umat muslim untuk selalu
bershodaqoh, karena bershodaqah itu mudah dan bisa dengan apa saja. Dengan 22
Artikel Islami. Shodaqoh dan kesyukuran( http : // wordpress. Com. Diakses pada tanggal 21 Februari 2012 ) 23 Al-Qur an dan terjemahnya…hal.46 24 Andre Hirata,op.cit., hal.32 25 Andre Hirata,op.cit., hal.232
65
sebuah kurma, sepotong
roti, uang seribu rupiah,
menunjukkan
membantu seseorang mengangkat barang, memungut atau
jalan,
menyingkirkan
duri dari jalanan, bahkan menafkahi anak dan istri. b. Musyawarah Musyawarah merupakan salah satu nilai sosial, dalam musyawarah seluruh anggota bebas menyampaikan gagasannya demi tercapainya suatu keputusan yang disepakati bersama. Hal ini sesuai dengan narasi dan dialog yang terdapat dalam novel, diantaranya: “Kami seperti anak-anak bebek. Tak terpisahkan dalam susah dan senang. Induknya adalah Bu Mus. Sekali lagi kulihat wajah mereka, Harun yang murah senyum, Trapani yang rupawan, Syahdan yang liliput, Kucai yang sok gengsi, Sahara yang ketus, A Kiong yang polos, dan pria kedelapan yaitu Samson yang duduk seperti patung Ganesha”.26 Juga diperkuat dengan dialog berikut: Barangkali sebaiknya aku pulang saja, melupakan keinginan sekolah, dan mengikuti jejak beberapa abang dan sepupu-sepupuku, menjadi kuli.27 Ditambah lagi dengan dialog lainya sebagai berikut:Kita tunggu sampai pukul sebelas,” kata pak harfan pada bu us dan seluruh orang tua yang telah pasrah. Suasana hening.28 Dan dialog sebagai berikut: Sekolah kita adalah sekolah Islam yang mengedepankan pengajaran nilai-nilai religi, kita harus bengga dengan hal itu.29 Dari potongan dialog diatas, mendeskripsikan bahwasanya Musyawarah merupakan anjuran dalam ajaran agama Islam dalam menentukan atau memutuskan suatu perkara, dan cara yang efektif dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan musyawarah, apapun persoalannya, baik itu berat ataupun ringan akan memudahkan masyarakat Islam didalam menciptakan suasana kekeluargaan atau persahabatan. Disisi lain, dengan musyawarahlah meminimalisir terjadinya pertikaian atau perkelahian antar kelompok:
26
Andre Hirata,op.cit., hal.85 Andre Hirata,op.cit., hal.3 28 Andre Hirata,op.cit., hal.5 29 Andre Hirata,op.cit., hal.222
27
66
“Bagi kami pak Harfan dan Bu Mus adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang sesungguhnya. Merekalah mentor, penjaga, sahabat, pengajar, dan guru spiritual. Mereka yang pertama menjelaskan secara gambalng implikasi amar makruf nahi munkar sebagai pegangan moral kami sepanjang hayat. Mereka mengajari kami membuat rumah-rumahan dari perdu apit-apit, mengusap luka-luka di kaki kami, membimbing kami cara mengambil wudhu, melengok ke dalam sarung kami ketika kami disunat, mengajari kami doa sebelum tidur, memompa ban sepeda kami, dan kadang-kadang membuatkan kami air jeruk sambal.30 Sebagaimana dalam novel Laskar Pelangi, anak-anak SD Belitung bermusyawarah mengenai sosok pak Harfan dan Bu Mus, adalah pahlawan mereka yang tak tergantikan dalam hidup mereka, karena banyak hal yang telah mereka rasakan ketika di ajar dengang dua orang tersebut ( Pak Harfan dan Bu Mus). Dengan kata lain musyawarah terdapat pada nilai sosial, dan nilai tersebut sangat dibutuhkan oleh siapapun yang hidup bermasyarakat, karena manusia tidak biasa hidup sendiri didunia ini, maka dari itu mereka memerlukan orang lain untuk, berbicara, berdiskusi, atau menentukan pendapat dsb. Demikianlah hasil analisis yang penulis temukan dalam Novel Laskar Pelangi, karya Andrea Hirata, yang didalamnya terdapat sejumlah nilai-nilai Pendidikan Agama Islam, yang amat sangat membantu peneliti dalam memahami Islam jauh lebih baik dari sebelumnya dan berguna untuk kalangan masyarakat Islam pada umumnya.
30
Andre Hirata,op.cit., hal.245
67
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian hasil pengkajian dan pembahasan skripsi ini, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah penelitian, bahwa: 1. Nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata terbagi menjadi empat macam nilai yaitu : a. Nilai Tauhid atau Aqidah. Aqidah berarti Iman, kepercayaan dan keyakinan.
Sehingga
yang
dimaksud
dengan
Aqidah
adalah
kepercayaan yang menghujam atau tersimpul dalam hati. Tauhid atau aqidah merupakan nilai yang harus dimiliki oleh seorang individu. Adapun nilai akidah atau tauhid yang peneliti temukan dalam Novel Laskar Pelangi adalah 1) Mengesakan Allah b. Mengikuti hukum-hukum dan aturan Allah dalam menjalankan kehidupan yang sesuai dengan perintah-perintah-Nya, dari mulai akil baligh sampai meninggal dunia. Nilai ibadah yang peneliti temukan dalam novel Laskar Pelangi adalah : 1) Shalat 2) Larangan berbuat taqlid, 3) Menuntut Ilmu, c. Nilai Akhlak. Akhlak berasal dari kata Khalaqa yang kata asalnya khuluqun yang berarti perangai, tabiat. Jadi, secara etimologi akhlak itu sebagai perangai,adat, tabiat, perangai, atau sistem perilaku yang dibuat oleh manusia. Nilai akhlak yang peneliti temukan dalam novel Laskar Pelangi adalah : 1) Akhlak terhadap orang tua, 2) Akhlak terhadap sesama manusia d. Nilai Sosial Kemasyarakatan. Nilai social adalah penanaman nilai-nilai yang mengandung sosial, dalam dimensi ini terkait dengani ntegrasi sesame
manusia
yang mencakup
berbagai norma
kesusilaan,
kesopanan dan segala macam bentuk produk hukum yang telah ditetapkan oleh manusia. AdapunNilai Sosial kemasyarakatan yang peneliti temukan dalam novel Laskar Pelangi adalah : 1) Shadaqoh, 2) Musyawarah
67
68
B. Saran 1. Terkait dengan eksistensi novel, sudah sepantasnya novel atau karya sastra lainnya, mempertimbangkan nilai-nilai pendidikan Islam yang bias disumbangkan kepada masyarakat luas dan bukan mempertimbangkan selera pasar atau trend. Karena beberapa tahun terakhir banyak bermunculan novel atau karya sastra yang sangat jauh dari unsur mendidik, sebab bagaimanapun karya sastra terutama novel yang banyak diminati oleh seluruh lapisan masyarakat, terlebih lagi dari kalangan remaja yang merupakan cikal bakal pemimpin bangsa. 2. Bagi masyarakat, hikmah yang dapat diambil dari nilai nilai Pendidikan Agama Islam yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi. Novel ini banyak memberikan kontribusi kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya umat Islam untuk mengamalkan dan mengaplikasikan nilainilai pendidikan Agama Islam dalam kehidupan masyarakat. 3. Bagi peneliti selanjutnya. Kajian tentang nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam novel ini belum dikatakan sempurna, karena keterbatasan waktu, metode serta pengetahuan dan ketajaman analisis yang peneliti miliki, untuk itu harapan penulis, akan ada banyak peneliti baru yang berkenan untuk meneliti lebih luas dan konsferhensif novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ini.
69
DAFTAR PUSTAKA Ahira, Anne, Berkenalan Dengan Jenis-Jenis Novel, http:// anneAhira.com.2012. Al Quradhawi,Yusuf, Ibadah Dalam Islam, Jakarta : Akbar, 2005. Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidkan Islam,Cet.I, Jakarta: CiputatPres, 2002. Ardani, Moh., Akhlak Tasawwuf “ Nilai-nilai Akhlak atau Budi Pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf “, Jakarta : CV. KaryaMuli, 2005. Arifin,Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam,Jakarta : Bumi Aksara, 2012. Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Cet.II, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1994. Atmazaki, Ilmu Sastra: Teori dan Terapan, T.tp.:Angkasa Raya, t.t. Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2007 B. Miles,Matthew, dan A. Michael Huberman, Analisis data kualitatif, Jakarta : UI-pres, 2009. Bungin, Burhan, Conten Analisis dan Group Discussion dalam Penelitian Sosial, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003. Chodjim, Achmad, Alfatihah : Membuka Mata Batin dengan Surah Pembuka, Cet.V, Jakarta : Serambi Ilmu Semesta, 2005. Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam Jakarta : Bumi Aksara, 2012. Daudy, Ahmad, Kuliah Filsafat Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1986. DedenMakbuloh, Pendidikan Agama Islam, Jakarta :Rajawalipers, 2012. Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjamahnya, Bandung: Syaamil Cipta Media, 2005.
69
70
Fakultas Bahasa dan Seni, Estetika Sastra, Seni, dan Budaya, Jakarta: Universitas Negri Jakarta, 2008. Hirata, Andrea, Laskar Pelangi, Yogyakarta: PT Bentang,2006. http://sigitwahyu.net/ensiklopedi/ pengertian-shodaqoh-sedekah.html. 72
Imam Al-Gazali, Ihya ‘Ulum al-Din, III, al-Masyahad al-Husain, Cairo, t.t Jalaluudin& Abdullah, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan, Cet.II, Jakarta: PT. Gaya Media Pratama, 2002. Kaelan, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma, 2008. Kafie,Jamaluddin, Tasawuf Kontemporer, Cet.II, Jakarta : Republika, 2003. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan: Komponen MKDK, Cet. IV, Jakarta: PT. RinekaCipta, 2004. M. Arifin, (ed.), Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: BumiAksara, 1991. Muhaimin
dan
Abdul
Mujib,
Pemikiran
Pendidikan
Islam,
Bandung
:Trigendakarya, 1993. Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam,Cet.II, Jakarta :Kencana, 2007. Ma’luf Luis, Kamus Al-Munjid, al-Maktabah al Katulikiyah, Beirut, t.t., M.M Syarif, ( Ed), The History of Muslim Philosophy, New York, Dover Publications, 1967. Mahyudi, Kuliah Akhlak Tasawuf, Cet.III,Jakarta :Kalam Mulia, 1999. Nata, Abudin, Ilmu Pendidikan Islam Jakarta : Kencana, 2010 Nizar, Samsul, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta : Gaya media pratama, 2001. Nurgiyantoro, Burhan, Teori Pengkajian Fiksi, Cet. VIII Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,2010.
71
Oemar Hamalik, Proses BelajarMengajar,Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Pembukaan UUD 1945 alinea 4 Qor’awi, Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz As- Sulaimani, Cara Mudah Memahami Tauhid, Solo : At-Tibyan, 2000. Razak, Yusron&Tohirin, Pendidikan Agama Untuk Perguruan Tinggi dan Umum, Cet. I, Jakarta : UHAMKA Press, 2011. Roqib,Moh., Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Lkis Printing Cemerlang, 2009 Stanton, Robert, Teori Fiksi, Terj.Dari An Introduction to Fiction oleh Sugihastuti dan Rossi Abi Al Irsyad, Cet. I, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007 Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an, Bandung : Mizan, 1992. -------------------------,Wawasan Al
Qur’an :Tafsir Maudhu’Iatas Pelbagai
Persoalan Umat, Cet. I, Bandung :Mizzan, 1996. --------------------------,Menjawab 1001 Soal Keislaman
yang patut Anda
Ketahui,Jakarta :LenteraHati, 2008. Siswantoro, metode penelitian sastra, Yogyakarta :Pustaka Pelajar, 2010. Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra, Yogyakarya: Medpress, 2008. Sugiyono, Metode penelitian Pendidikan, Bandung :Alfabeta, 2009. Syam, Mohammad Noor, Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional,1996. Tafsir,Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Persepektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994. T.J De Boer, Tarikh al Falsafat fi al Islam. diterj.kedalam bahasa arab oleh Muhammad Abd. Al-Nady Abu Zaidah, Kairo, mathba’ahTaklif, 1962.
72
Tamam,Badrul, Manfa’at dan hikmah Sholat Berjama’ah,http://voa-islam.com diakses pada senin 8 Agustus 2012. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,edisi III, Jakarta :Balai Pustaka, 2003. UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 Pasal 3 Uhbiyati,Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung : Pustaka Setia, 1998. Widjoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, Cet.I, Bandung: Upi Press, 2006. Zar, Sirajuddin, Filsafat Islam :Filosof & Filsafatnya, Cet.II, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007.