NILAI-NILAI KEIKHLASAN DALAM FILM LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: AHMAD NADHIR NIM: 11109142
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016
i
ii
NILAI-NILAI KEIKHLASAN DALAM FILM LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: AHMAD NADHIR NIM: 11109142
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016
iii
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
…ﺱﺎﻨﻠﻟ ﻢﻬﻌﻔﻧﺃ ﺱﺎﻨﻟﺍﲑﺧ “Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi orang lain” (HR. AthThabrani) “Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya.” --- Novel Laskar Pelangi.
PERSEMBAHAN Ibuku Ayahku Sedulur-sedulur UKM Teman teman IAIN Salatiga angkatan 2009
vii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahim. Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya kepada kita sehingga menjadikan hidup kita lebih bermakna. Khususnya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “NILAI-NILAI KEIKHLASAN DALAM FILM LASKAR PELANGI KARYA ANNDREA HIRATA”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang selalu menjadi teladan untuk kita semua dan semoga kita semua termasuk umatnya yang mendapat syafa’at kelak di yaumul qiyamah. Amien ya robbal ‘alamin. Ucapan terimakasih penulis sampaikan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan pengarahan, bimbingan, motivasi, masukan saran, dan bantuan dalam hal apapun yang sangat besar bagi penulis. Maka pada kesempatan ini dengan rasa hormat yang dalam penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M. Pd selaku Dekan FTIK IAIN salatiga. 3. Ibu Siti Rohayati, M. Ag, selaku Ketua Program Studi PAI.
viii
ix
ABSTRAK Nadhir, Ahmad. 2016. Nilai-nilai Keikhlasan dalam Film Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata. Skripsi Program Strata I Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga 2016. Pembimbing: Imam Mas Arum, S. Pd., M. Pd. Kata kunci: nilai-nilai keikhlasan, laskar pelangi, andrea hirata Judul skripsi ini adalah Nilai-nilai Keikhlasan dalam Film Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata. Skripsi ini adalah bagaimana film yang seharusnya menjadi motivasi bagi pelaku pendidikan dan masyarakat Indonesia. Peneliti meniliti dari aspek nilai-nilai keikhlasan dalam film laskar pelangi karya Andrea Hirata, karakteristik tokoh dan nilai pendidikan Islam dalam film laskar pelangi. . Jenis penelitian ini adalah penelitian dokumen (documentary research) dengan pendekatan semiotik. Pendekatan semiotik digunakan untuk mendiskripsikan isi yang tersurat maupun yang tersirat dalam film. Peneliti menggunakan penafsiran prospective dan kategorisasi sebagai teknik analisis data. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan metode dokumentasi melalui penelusuran dokumen film, majalah atau koran (media massa), dan buku. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film Laskar Pelangi mengandung nilai-nilai keikhlasan. Keikhlasan pelaku pendidikan yang rela berjuang, pantang menyerah dan mempunyai tujuan untuk menapai cita-cita. Nilai-nilai keikhlasan yang terkandung di antaranya adalah kerjasama, kemerdekaan, kebahagiaan, kejujuran, kerendahhatian, kasih sayang, kedamaian, rasa hormat, tanggung jawab, kesederhanaan, toleransi, dan kesatuan. Nilai-nilai tersebut terkandung dalam dialog dan gambar adegan. Dialog-dialog yang disajikan film, sebagian bersumber pada ajaran-ajaran Islam. Film juga memperlihatkan gambar adegan mengenai sosok teladan, praktik keagamaan dan proses pendidikan di lembaga pendidikan.
x
DAFTAR ISI SAMPUL………………………....................………………………………….…i LEMBAR BERLOGO............................................................................................ii JUDUL...................................................................................................................iii PERSETUJUAN PEMBIMBING..........................................................................iv PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………………….......………………...vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN……..………………………….……….……vii KATA PENGANTAR..……………………………………………………...….viii ABSTRAK…………………………………………………………….……….....x DAFTAR ISI………………………..………………………………….………...xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………………….……….1 B. Rumusan Masalah.……...………….……………………….……….….9 C. Tujuan Penelitian……………………………………………….………9 D. Manfaat Penelitian…………………………………………….……....10 E. Definisi Operasional………………………………………….……….10 F. Metode Penelitian……………………………………………….…….13 G. Sistematika Penulisan…………………………………………………16
xi
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Nilai-nilai Keikhlasan 1. Pengertian Keikhlasan…………………...…………………….…..17 2. Makna Ikhlas……………………………………………..…..........18 B. Tinjauan Umum tentang Film……………………………………….. 21 1. Film Cerita (Story Film)……………………..…...…………….22 2. Film Berita (Newsreel).…………………………..…………….23 3. Film Dokumentar….…………….……………………………..23 4. Film Kartun (Cartoon Film)..………………………..…………24 C. Film Sebagai Media Pendidikan……………………..……….……...24 D. Andrea Hirata………………………………………………………...31 E. Kerangka Berfikir…………………………………………………….36 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELTIAN A. Biografi Pengarang 1. Biografi Andrea Hirata...……...…………………………..……….37 2. Karya-karya Andrea Hirata...………….……………….....……….38 B. Film Laskar Pelangi 1. Setting Sosial Film Laskar Pelangi………………………....…....45 xii
2. Narasi Film Laskar Pelangi………………………..….…....……..55 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Apresiasi Film Laskar Pelangi…….................………………....…….82 B. Nilai-nilai Keikhlasan Dalam Film Laskar Pelangi..……....…….…...85 C. Karakterisitik Tokoh Film Laskar Pelangi………………………….120 D. Nilai-Nilai Pendidikan yang Diperankan Tokoh Film Laskar Pelangi….……………………………………………..124 E. Nilai-nilai Pendidikan Dalam Film Laskar Pelangi………………...127 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………..........…......….132 B. Saran…………………………….............………………………..…137 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pada era modern nan global, media massa telah menjadi kebutuhan hampir setiap orang. Pengaruhnya besar. Jangkauannya luas dan gerakannya juga cepat. Perkembangan
media massa bak jamur di musim hujan. Terutama The
Big Five of Mass Media (lima besar media massa), yaitu: surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Kelimanya berusaha merebut minat masyarakat dengan memberikan pelayanan yang terbaik. Berkat kecanggihan teknologi komunikasi, segala informasi dapat diperoleh dengan mudah. Pesan komunikator pun sampai dengan mudah oleh pikiran khalayak. Munculnya beragam jenis teknologi komunikasi dan bergulirnya keterbukaan, berbuah kebebasan untuk memilih media untuk dikonsumsi.
Konsumsi
atas
media
tertentu
dengan
segala
unsur
menghiburnya menjelma menjadi kebutuhan. Bagi masyarakat, bukan hanya pesan yang menjadi daya tarik. Jenis media juga sangat menentukan. Akhirnya, media audio visual dengan berbagai kelebihannya berhasil menarik mayoritas khalayak. Bahkan, sekarang ini, muncul istilah televisi telah menjadi "agama baru". Hampir seluruh aspek kehidupan dapat ditemukan dan ditirukan melalui program televisi. (http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?ID=8004. Diakses pada 1
29 Januari 2016, pukul 14;00 WIB)
Film juga memiliki kelebihan daya tarik sebagaimana televisi. Pasalnya, keduanya tergolong dalam media audio visual. Keduanya saling mendukung, karena film juga menjadi bagian dari program televisi. Sekarang ini, berkat keberhasilan persuasifnya, konsumsi akan film sudah menjadi kebutuhan, bahkan gaya hidup. Khalayak dengan mudah terbujuk oleh sajian isi dengan tema aktual yang digarap film. Selain itu, penyerapan
informasi
yang
melibatkan
indera-indera
audio
visual,
mempermudah pesan sampai di kepala pemirsa. Di tanah air, perkembangan industri perfilman selama lima tahun terakhir ini mengalami kemajuan yang sangat luar biasa. Film Indonesia telah menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Akan tetapi, banyaknya produksi film belum memberikan kontribusi bagi pencerahan bagi masyarakat. Indonesia masih
kering
dari
produksi
film
yang
edukatif.
(http://tv.kompas.com/content/view/6383/109/. Diakses pada 31 Maret 2009 pukul 20;00 WIB)
Harold D. Laswell (2000: 10-13) menyatakan terdapat tiga fungsi media massa. Ketiganya adalah untuk menginformasikan (to inform), untuk mendidik (to educate) dan untuk menghibur publik (to entertain). Berbekal pemahaman atas tiga hakekat fungsi media di atas, masyarakat, apalagi para pendidik, mempunyai hak mempergunakan media massa untuk kepentingan dunia pendidikan. Pendidik, terlebih dahulu, perlu dibekali pemahaman bagaimana memanfaatkan media film terkait proses
2
pendidikan mengingat peserta didik juga belajar dari lingkungan luar sekolah. Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media tertentu ke penerima pesan. Komunikasi adalah elemen terpenting dalam proses pendidikan. Dalam kaitan dengan massa, menurut Alex Sobur (2004: 17) komunikasi telah beralih dari motif mencari pesan lewat media, ke arah motif penikmatan kesenangan yang disediakan oleh media itu sendiri. Saat ini, media telah mengambil alih pesan, bahkan telah berubah menjadi pesan itu sendiri. Unsur menarik harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum pesan itu disampaikan. Dan kecanggihan teknologi yang mampu memenuhinya dengan menyajikan materi menghibur diri sambil memperoleh ilmu. Film tidak hanya sebagai media hiburan. Sebagaimana fungsinya, seharusnya, ia memberikan fungsi edukasi. Pesan-pesan yang disampaikan, selayaknya juga berkontribusi terhadap terciptanya masyarakat yang terdidik; selain ditujukan untuk menghibur juga dipergunakan sebagai sarana mencapai tujuan pendidikan. Oleh karenanya, muncul istilah film edutainment. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan dunia pendidikan dalam kaitannya film sebagai media pendidikan. Akhir 2008, keinginan untuk menikmati film yang menghibur dan mencerahkan terjawab. Laskar Pelangi muncul dengan tawaran tema menarik. Film dibuat setelah kesuksesan novel di pasar. Fokus utama film ini adalah pada semangat memajukan dunia pendidikan meski dalam kondisi 3
yang serba terbatas. Tema langka dan jarang ditampilkan ke dalam film-film Indonesia. Dalam http://www.kapanlagi.com/h/0000255099.html. yang diakses 31 Maret 2009 pukul 20;00 WIB Masyarakat merespon positif dengan sambutan dan
antusiasme besar atas film Laskar Pelangi. Ia berhasil meraih jumlah 4,6 juta penonton. Sejumlah penghargaan diraih dalam Indonesian Movie Award (IMA) 2009. Film sukses memborong 4 piala IMA. Tidak hanya di negeri sendiri. Film Laskar Pelangi juga go Asia dan diputar oleh bioskop-bioskop di Asia. Laskar Pelangi (dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi The Rainbow Troops) juga bergaung di lingkup internasional. Festival film Berlinale ke-59, Berlin, Jerman, 5-15 Februari 2009 juga menjadi saksi kesuksesan film Laskar Pelangi. Laskar Pelangi menjadi salah satu film Indonesia
yang
terpilih
dan
ditayangkan
dengan
sambutan
yang
menggembirakan dari para pengunjung, bahkan sampai melebihi studio yang disediakan. Selain itu, penyelenggara juga memberikan perhatian khusus kepada film ini, dengan memasang gambar kover film Laskar Pelangi dalam sampul buku program Berlinale 2009, mewakili film-film Asia. Di satu sisi, tidak dapat disangsikan lagi urgensi media film. Namun, mengingat bermacam warna isi dan pesan dalam film, jika tidak hati-hati hal ini justru akan menimbulkan masalah baru mengingat tidak semua isi media massa bermanfaat bagi khalayak. Banyak di antaranya yang tidak mendidik dan hanya mengedepankan kepentingan pemilik/pengelola media untuk 4
mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Film Laskar Pelangi yang akan menjadi objek dalam penelitian ini tergolong dalam film edukatif. Film yang bukan hanya memberikan unsur hiburan, akan tetapi juga menyisipkan nilai-nilai yang mendidik. Penonton secara tidak sengaja akan menerima pesan-pesan tentang nilai-nilai edukatif yang bersifat kebaikan, terutama dipandang dari kacamata Islam. Proses pendidikan melalui film ini dikemas apik dengan menampilkan pembelajaran yang tidak hanya di ruang kelas. Kondisi miskin, terbatas dan sederhana mampu dimanfaatkan secara maksimal. Nilai-nilai edukatif terselip dalam adegan-adegan yang ditampilkan. Menurut Rini Riza (2008), beberapa pesan nilai yang sekilas tampak di antaranya keikhlasan, kasih sayang, kesungguhan, kerja keras, kejujuran, dan tanggung jawab. Pendekatan untuk mengukur kualitas pendidikan, sebagaimana dikatakan tokoh utama dalam film itu, Harfan Effendy Noor, bahwa nilai-nilai, masalah kecerdasan tidak diukur dengan angka-angka, tapi dengan hati yang memancarkan kasih sayang. Pada episode ketika dilaksanakan lomba cerdas cermat juga terselip pesan nilai kejujuran dan tanggungjawab. Kecurigaan juri mengenai ketidakjujuran. Lintang, misalnya, dibuktikan dengan kemampuannya, mempertanggungjawabkan dengan menguraikan rumus-rumus matematika sehingga diperoleh jawaban yang menurut Pak Mahmud adalah benar. Akhirnya, sang juri pun mengakui kejujuran Lintang, sehingga SD yang diwakilinya menjadi pemenang. 5
Nilai kerja keras dan kesungguhan dalam mencari ilmu juga nampak ketika sekolah dihadapkan pada keputusasaan. Salah satu guru, Bakri berhenti mengajar, sementara kepala sekolah, Harfan, meninggal dunia. Kelas sempat kosong tanpa aktivitas. Kesungguhan dan kerja keras terlihat ketika Lintang bersepeda dari rumah-hingga sekolah dengan jarak 40 klilometer. Lintang bersama Ikal juga harus mengajak teman-teman di rumah menuju ke sekolah untuk belajar. Lintang menggantikan Muslimah yang seharusnya bertugas mengajar. Muslimah pun akhirnya tegar dengan kembali mengajar muridmurid. Perjuangan dan kesadaran itulah yang menjadi sebuah bentuk pencapaian pendidikan. Pendidikan yang diraih dari rasa ikhlas yang dimaksudkan untuk mencapai cita-cita. Keikhlasan untuk belajar, bersosial dan keikhlasan untuk berbuat lebih baik dari sebelumnya. Dalam film laskar pelangi ada beberapa situasi, karakter dan motivasi yang mendeskripsikan seberapa jauh keterimaan, kepasrahan dan keberusahaan manusia sebaagai mahkuk yang mencari jati diri. Karya luar biasa tersebut seharusnya menjaadi percontohan media sebagai salah satu pendukung pendidikan moral. Berdasarkan Uman Said (1985: 148), penggunaan media massa sebagai sumber belajar untuk bidang pengajaran agama memerlukan pengolahan, karena umumnya pengomunikasian melalui mass media untuk kehidupan keagamaan masih relatif sedikit. Dijelaskan pula oleh Azhar Arsyad (2003: 48), kemampuan film dalam melukiskan gambar secara hidup dan suara memberinya daya tarik besar. 6
Film sebagaimana media massa lainnya memiliki tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Mereka dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap. Bahkan, William L. Rivers (2003: 252) mendeskripsikan film lebih dianggap sebagai hiburan ketimbang media pembujuk. Kekuatan bujukan atau persuasi yang besar perlu dimanfaatkan. Kekuatan dan kemampuan film dalam menjangkau banyak segmen sosial, memiliki potensi untuk pendidikan massa. Akhirnya, daya tarik dan persuasi film berperan sebagai referensi audien bersosialisasi dan transmisi nilai (transmission of values) secara massal. Dalam hal ini, media menjadi sebuah alat kontrol yang mampu mempengaruhi bahkan mengatur isi pikiran dan keyakinan-keyakinan masyarakat. Meskipun kisah yang terjadi dalam film Laskar pelangi, sudah terjadi sangat lama, akan tetapi pada kenyataannya kisah Laskar Pelangi, masih ada di zaman sekarang. Banyak pengamat sastra yang memberikan penilaian berkaitan dengan suksesnya film Laskar Pelangi, Suksesnya film Laskar Pelangi, disebabkan film tersebut muncul pada saat yang tepat yaitu pada waktu masyarakat khususnya masyarakat yang merasa mengalami pendidikan yang sama seperti beberapa tokoh yang terdapat dalam film tersebut. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang disampaikan oleh Sapardi Djoko Darmono dalam Ruktin Handayani (2008), seorang sastrawan dan Guru Besar 7
Fakultas Ilmu Budaya UI Ia menyatakan Laskar Pelangi, merupakan “Ramuan pengalaman dan imajinasi yang menarik, yang menjawab inti pertanyaan kita tentang hubungan-hubungan antara gagasan sederhana, kendala, dan kualitas pendidikan”. Isi film Laskar Pelangi, menegaskan bahwa keadaan ekonomi bukanlah menjadi hambatan seseorang dalam meraih cita-cita dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-citanya. Kemiskinan adalah penyakit sosial yang berada dalam ruang lingkup materi sehingga tidak berkaitan dengan kemampuan otak seseorang. Pendidikan tidak selalu bergantung dengan status social dan keadaan ekonomi, akan tetapi juga etos kerja guru dan kesadaran serta keikhlasan untuk merubah paradigma pendidikan yang praktis. Dibutuhkan kualitas pengajar dan keikhlasan dalam mengajar. Menurut Hasan Al Banna (2000: 31), seorang al akh yang ikhlas adalah yang mengorientasikan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya kepada Allah dengan mengharapkan keridhoan-Nya tanpa memperhatikan keuntungan materi, pestise, pangkat, popularitas, dan sebagainya. Dalam Al Qur’an juga dijelaskan dalam surat Al An’am : 162.
“Katakanlah sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-An’am: 162). Menurut Hasan Al Banna (2000: 33)), Ikhlas merupakan buah kesempurnaan tauhid yang bertujuan untuk mengesakan Allah dalam beribadah. Dan riya merupakan lawan dari ikhlas yang harus kita jauhi. 8
Para siswa yang ikhlas, pantang menyerah, determinatif, kreatif, serta peran paara guru yang benar-benar menjadi fasilitator, ikhlas berjuang demi cita-cita siswa mereka. Tertuang dalam film yang benar-benar menjadi motivator untuk perfilman Indonesia. Film yang menginspirasi untuk berjuang secara ikhlas dalam dunia pendidikan. Bukan hanya untuk film, tetapi untuk dunia pendidikan yang terkadang menjadi ruang kapitalis. Hanya untuk kepentingan sendiri, bukan kepentingan bersama. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tema di atas dengan judul "NILAI-NILAI KEIKHLASAN DALAM FILM LASKAR PELANGI, KARYA ANDRE HIRATA".
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di muka, permasalahan yang akan dikaji melalui penelitian ini adalah: 1.
Nilai-nilai keikhlasan apa sajakah yang terkandung dalam film Laskar Pelangi karya Andrea Hirata?
2. Apa saja karakteristik tokoh dalam film laskar pelangi? 3. Nilai-nilai pendidikan apa saja yang tertuang dalam film laskar pelangi?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah: 1.
Untuk mengetahui nilai-nilai edukatif dalam film Laskar Pelangi 9
karya Andrea Hirata. 2. Untuk mengetahui deskripsi karakteristik tokoh-tokoh dalam fil laskar pelangi. 3. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan yang tertuang dalam film laskar pelangi.
D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Memberi tambahan wacana tentang nilai keikhlasan. 2. Memberi tambahan wacana kepada publik tentang nilai-nilai keikhlasan dalam film Laskar Pelangi. 3. Menumbuhkan pemahaman bagi pendidik dan orang tua mengenai film sebagai media pendidikan.
E. Definisi Operasional Penulis akan menegaskan dan mendeskripsikan istilah-istilah yang terdapat pada judul; Nilai-Nilai Keikhlasan dalam Film Laskar Pelangi Perspektif karya Andrea Hirata. Untuk
memperjelas
dan
mempertegas
serta
menghindari
dari
kesalahpahaman terhadap judul, maka akan dijelaskan secara kongkret dan lebih bersifat operasional. 1. Nilai Keikhlasan Menurut Al -Qaradhawi Yusuf (2003 :18), secara bahasa Ikhlas berarti 10
jernih dari kotoran. Orang yang ikhlas (mukhlis) adalah orang yang tidak menyertakan kepentingan pribadi atau imbalan duniawi dari apa yang dapat ia lakukan. Konsentrasi orang yang ikhlas cuma satu, yaitu bagaimana agar apa yang dilakukannya diterima oleh Allah SWT. Menuntut ilmu merupakan salah satu bentuk mensyukuri nikmat Allah dan cara untuk mendapatkan hidayahNya. Dalam menuntut ilmu keikhlasan mutlak diperlukan, sebab banyak pengorbanan yang harus diberikan guna mendapatkan ilmu baik berkorban waktu, tenaga maupun biaya, selain itu banyak pula cobaan ataupun rintangan yang harus dihadapi dalam mendapatkan ilmu juga mengamalkan ilmu yang telah didapat, karena keikhlasan menjadi sangat penting dalam menuntut ilmu. Al Ghazali berpendapat bahwa: “Semua orang pasti akan binasa kecuali yang berilmu, orang yang berilmu akan binasa kecuali yang beramal, orang yang beramal binasa kecuali yang ikhlas”. Tanda ikhlas sendiri bias dibagi menjadi pantang menyerah, istiqomah, tawaakkal, bersyukur, rendah hati, beramal secara diam-diam, tidak sungkan memberi pujian terhadap orang lain, dan selalu sabar. 2. Film laskar pelangi Laskar Pelangi (2008) adalah sebuah film garapan sutradara Riri Riza yang dirilis pada 26 September 2008. Film Laskar Pelangi merupakan karya adaptasi dari buku Laskar Pelangi yang ditulis oleh Andrea Hirata. Skenarionya ditulis oleh Salman Aristo yang juga menulis naskah film Ayat11
Ayat Cinta dibantu oleh Riri Riza dan Mira Lesmana. Hingga Maret 2009, Laskar Pelangi telah ditonton oleh 4,6 juta orang, menjadikannya film terbanyak ditonton di Indonesia keempat, setelah Jelangkung dengan 5,7 Juta, Pocong 2 dengan 5,1 Juta, dan Ada Apa Dengan Cinta dengan 4,9 Juta. http://www.kapanlagi.com/h/0000255099.html. yang diakses 31 Maret 2009 pukul 20:10 WIB
Sang Pemimpi merupakan film kedua yang diadaptasi dari novel karya Andrea Hirata. Mira sendiri tak berani memasang target bahwa film ini harus melampaui prestasi yang telah diraih film Laskar Pelangi, yang telah ditonton oleh 4,6 juta orang. "Kita enggak berani memasang target, karena penonton kita memang sulit ditebak. Tapi, tetap kita akan mencoba berbuat yang terbaik," ujarnya. Untuk mencari pemeran tokoh-tokoh anggota Laskar Pelangi, Riri Riza melakukan casting di daerah Belitung dengan menggunakan pemeranpemeran lokal dalam pembuatan film. Film ini juga diambil di lokasi yang sama, Pulau Belitung. Film ini memadukan 12 aktor Indonesia yang dikenal dengan kemampuan akting mereka dengan 12 anak-anak Belitung asli yang bertalenta akting.
F. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, digunakan beberapa metode yang relevan untuk mendukung pengumpulan dan penganalisaan data, yaitu: 1. Jenis Penelitian/ Pendekatan
12
Dalam penelitian ini, film Laskar Pelangi dijadikan objek penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian dokumen (documentary research). Peneliti akan memberikan penafsiran terhadap dokumen berupa film. Film umumnya dibangun melalui sistem tanda yang bekerjasama untuk mencapai efek yang diharapkan. Maka untuk menggali makna, pesan dan nilai-nilai keikhlasan yang ada di dalam film tersebut, akan ditafsirkan dengan menggunakan pendekatan semiotik. Alex Sobur (2003: 128) menjelaskaan semiotik merupakan suatu teknik analisis dengan cara mengenali tanda-tanda yang melekat pada objek kajian sehingga dapat dijelaskan sesuatu yang tersurat maupun yang tersirat dari suatu objek kajian tersebut. Objek semiotik yang lebih penting dalam film adalah digunakannya tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. Berdasarkan pertimbangkan di atas, penelitian akan difokuskan untuk meneliti nilai-nilai keikhlasan yang terkandung dalam film Laskar Pelangi dengan mengedepankan pada penafsiran simbol-simbol yang dimunculkan dari adegan-adegan yang ada di dalamnya. 2. Sumber dan jenis data a. Data Primer Menurut Joko Subagyo (1991: 87), data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber utama. Dalam penelitian ini sebagai data primernya adalah film Laskar Pelangi.
13
b. Data Sekunder Joko Subagyo (1991: 88) juga menjelaskan, data sekunder adalah data yang diperoleh tidak langsung dari sumbernya atau objek kajian. Adapun data sekunder yang akan dijadikan dalam bahan adalah tulisantulisan dari internet, surat kabar maupun majalah yang membahas mengenai tema ini, utamanya novel karya Andrea Hirata yang menjadi latar belakang munculnya film ini. 3. Teknik Pengumpulan data Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah metode dokumentasi, yang menurut Suharsimi Arikunto (2006: 158) yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang akan diperoleh melalui penelusuran dokumen-dokumen dari majalah atau Koran (media massa), buku, film. Adapun objek penelitian adalah film. Maka, metode ini akan penulis gunakan untuk memperoleh data film yakni, transkip dialog dalam film serta penelusuran data pendukung seperti foto, internet dan media lain. 4. Teknik Analisis a. Penafsiran prospektif (prospective) Menurut Alex Soubur (2003: 16) adalah tafsiran yang secara eksplisit membuka pintu bagi indeterminasi makna, di dalam sebuah "permainan bebas" (free play). Analisis prospektif adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisis sistem atau penggabungan dalam 14
rangka menyusun kembali dengan pendekatan yang berbeda. Tahapan analisis prospektif menurut Bourgeois, yaitu; 1) menerangkan tujuan studi, 2) melakukan identifikasi kriteria, 3) mendiskusikan kriteria yang telah ditentukan, 4) analisis pengaruh antarkriteria, 5) merumuskan kondisi faktor, 6) membangun dan memilih skenario dan, 7) implikasi skenario. Melalui metode prospektif, tahapan kunci yang akan dilakukan yaitu dengan mencatat seluruh elemen penting, mengidentifikasi keterkaitan, dan selanjutnya menyusun gambaran keterkaitan dan implikasinya di masa depan. Dalam penelitian ini penafsiran prospektif akan digunakan untuk menguraikan secara teratur seluruh konsepsi dalam film Laskar Pelangi. Langkah yang akan ditempuh adalah setelah tujuan penelitian dan identifikasi kriteria mengenai nilai-nilai edukatif dirumuskan, peneliti akan memilah episode-episode film sesuai rumusan teoris. Selanjutnya, gambar dan suara dalam episode-episode akan dinarasikan dalam bentuk teks tanpa menghilangkan keutuhan cerita. Jadi, film sebagai media hiburan akan dianalisis dengan pendekatan pendidikan. b. Kategorisasi (mengelompokkan) nilai-nilai Berlandaskan pada Lexi J. Moleong (2007: 288) adalah upaya memilah dan memilih setiap satuan ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan. Kategorisasi digunakan untuk mengelompokkan nilai-nilai keikhlasan yang termuat dalam film Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata. 15
Untuk itu diperlukan metode induksi di dalam menggeneralisasi maknanya. Induksi adalah cara berfikir yang berangkat dari fakta-fakta khusus, peristiwa-peristiwa konkret untuk kemudian ditarik generalisasigeneralisasi yang sifatnya umum. Kasus-kasus yang ada di dalam film dianalisis dan pemahaman yang ditemukan di dalamnya dirumuskan dalam ucapan umum.
G. Sistematika Pembahasan Pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab dengan sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN: Dalam Bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Operasional, dan Sistematika Pembahasan. BAB II KAJIAN PUSTAKA: Bab ini menjelaskan tentang nilai-nilai keiklhasan, makna keikhlasan, nilai-nilai keikhlasan dalam film laskar pelangi, deskripsi film laskar pelangi, dan deskripsi Andrea Hirata. BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN: Bab ini berisi tentang biografi Andrea Hirata, karya Andrea Hirata dan film laskar pelangi. BAB IV PEMBAHASAN: Bab ini berisi tentang Apresiasi atas film Laskar Pelangi perspektif nilai keikhlasannya, nilai keikhlasan dalam film laskar pelangi, Implikasi Nilai-Nilai keikhlasan dalam Film Laskar Pelangi terhadap kehidupan sehari-hari, Karakteristik tokoh dalam film laskar pelangi 16
dan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam film laskar pelangi. BAB V PENUTUP: bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran
17
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Nilai-nilai Keikhlasan 1. Pengertian Keikhlasan Pengertian ikhlas secara bahasa adalah berasal dari bahasa arab ص َ َ َخلyang berarti: murni/bersih dan terbebas dari segala sesuatu yang mencampuri dan mengotorinya Adapun ikhlas menurut istilah: ada beberapa macam pengertian ikhlas menurut para tokoh Islam yaitu antara lain: 1. Menurut Harun Yahya “Memurnikan perintah Allah tanpa mempertimbangkan balasan apapun “2. Menurut Seikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin “Seseorang bermaksud melalui ibadahnya tersebut untuk mendekatkan diri (Taqorub) kepada Allah dan mendapatkan keridhoanya”. 3. Ikhlas adalah “Melupakan pandangan manusia dengan selalu memandang kepada Allah”, Sebagaimana sabda nabi Muhammad Saw “Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya dan jika engkau tidak melihatnya maka sesungguhnya Ia melihatmu “.http://hasmidepok.org/kajian-islam/pengertian-arti-ikhlas-menurutbahasa-dan-istilah-dalam-pandangan-islam.html Menurut Muhammad ruhan Sanusi (2010: 194), secara etimologis, kata ikhlas merupakan bentuk mashdar dari kata akhlasha yang berasal 18
dari akar kata khalasha. Menurut Luis Ma’luuf, kata khalasha ini mengandung beberapa macam arti sesuai dengan konteks kaliamatnya. Ia bisa berarti shafaa (jernih), najaa wa salima (selamat), washala (sampai), dan I’tazala (memisahkan diri). Maksudnya, didalam menjalankan amal ibadah apa saja harus disertai dengan niat yang ikhlas tanpa pamrih apapun. Bila diteliti lebih lanjut, kata ikhlas sendiri sebenarnya tidak dijumpai secara langsung penggunaannya dalam al-Qur’an. Yang ada hanyalah kata-kata yang berderivat sama dengan kata ikhlas tersebut. Secara keseluruhan terdapat dalam tiga puluh ayat dengan penggunaan kata yang beragam. Kata-kata tersebut antara lain: kata khalashuu, akhlashnaahum, akhlashuu, astakhlish, al-khaalish, dan khaalish masingmasing sebanyak satu kali. Selanjutnya kata khaalishah lima kali, mukhlish (tunggal) tiga kali, mukhlishuun (jamak) satu kali, mukhlishiin (jamak) tujuh kali, mukhlash (tunggal) satu kali, dan mukhlashiin (jamak) sebanyak delapan kali. 2. Makna Ikhlas Ditinjau dari segi makna, term ikhlas dalam al-Qur’an juga mengandung arti yang beragam. Dalam hal ini al-Alma’i merinci pemakaian term tersebut kepada empat macam: a. ikhlas berarti al-ishthifaa’ (pilihan) seperti pada surat Shaad: 46-47. Di sini al-Alma’i mengutip penafsiran dari Ibn al-Jauzi terhadap ayat 19
tersebut yang intinya bahwa Allah telah memilih mereka dan menjadikan mereka orang-orang yang suci. Penafsiran yang sama juga dikemukakan oleh al-Shaabuuni dalam tafsirnya Shafwah al-Tafaasiir, yakni “Kami (Allah) istimewakan mereka dengan mendapatkan kedudukan yang tinggi yaitu dengan membuat mereka berpaling dari kehidupan duniawi dan selalu ingat kepada negeri akhirat.” Dengan demikian terdapat kaitan yang erat (munaasabah) antara ayat 46 dengan 47, yakni ayat yang sesudahnya menafsirkan ayat yang sebelumnya. b. Ikhlas berarti al-khuluus min al-syawaa’ib (suci dari segala macam kotoran), sebagaimana tertera dalam surat an-Nahl: 66 yang membicarakan tentang susu yang bersih yang berada di perut binatang ternak, meskipun pada mulanya bercampur dengan darah dan kotoran; kiranya dapat dijadikan pelajaran bagi manusia. Makna yang sama juga terdapat dalam surat al-zumar: 3, walaupun dalam konteks yang berbeda. Dalam ayat tersebut dibicarakan tentang agama Allah yang bersih dari segala noda seperti syirik, bid’ah dan lain-lain. c. Ikhlas berarti al-ikhtishaash (kekhususan), seperti yang terdapat pada surat al-Baqarah: 94, al-An’am: 139, al-A’raf: 32, Yusuf: 54, dan alAhzab: 32. d. Ikhlas berarti al-tauhid (mengesakan) dan berarti al-tathhir (pensucian) menurut sebagian qira’at. Ikhlas dalam artian pertama inilah yang paling banyak terdapat dalam al-Qur’an, antara lain terdapat dalam surat al-Zumar: 2,11,14, al-Baqarah: 139, al-A’raf: 29, Yunus: 22, al20
Ankabut: 65, Luqmaan: 32, Ghaafir: 14,65, an-Nisaa: 146, dan alBayyinah: 5. Dalam ayat-ayat tersebut, kata-kata yang banyak digunakan adalah dalam bentuk isim fa’il (pelaku), seperti mukhlish (tunggal) dan mukhlishuun atau mukhlshiin (jamak). Secara leksikal kata tersebut dapat diartikan dengan al-muwahhid (yang mengesakan). Dalam konteks inilah kiranya surat ke-112 dalam al-Qur’an dinamakan surat al-ikhlaas, dan kalimat tauhid (laa ilaaha illa Allah) disebut kalimat al-ikhlas. Dengan demikian makna ikhlas dalam ayat-ayat di atas adalah perintah untuk selalu mengesakan Allah dalam beragama, yakni dalam beribadah, berdo’a dan dalam perbuatan taat lainnya harus dikerjakan semata-mata karena Allah; bukan karena yang lain. Itulah sebabnya mengapa term ikhlas pada ayat-ayat di atas selalu dikaitkan dengan al-diin. Adapun ikhlas dalam arti yang kedua (al-tathhiir) ditujukan kepada orang-orang yang telah disucikan Allah hatinya dari segala noda dan dosa sehingga mereka menjadi hamba Allah yang bersih dan kekasih pilihan-Nya. Hal ini seperti yang tercantum dalam surat Yusuf: 24, alHijr: 40, al-shaffat: 40,74,128,166,169, Shaad: 83, dan surat Maryam: 51. Pada ayat-ayat tersebut semuanya memakai kata mukhlashiin (jamak) kecuali surat Maryam: 51 yang memakai bentuk tunggal (mukhlash). Selain itu semua kata mukhlashiin dalam ayat-ayat tersebut selalu dikaitkan dengan kata ibaad (hamba).
21
B. Tinjauan Umum tentang Film Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang kontinu. Sama halnya dengan film, video dapat menggambarkan suatu obyek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Menurut UU 8/1992 tentang perfilman, yang dimaksud dengan Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik,
elektronik,
dan/atau
lainnya.
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_8_1992.htm Kemampuan film dan video melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik tersendiri. Kedua jenis media ini pada umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Mereka dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan ketrampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap. 22
Film sebagai media komunikasi menyajikan bahasa lewat tanda-tanda gambar sebagai tempat makna diproduksi. Citraan visual dalam film merupakan konsep-konsep yang akan dikomunikasikan. Proses ini melibatkan pembuat film dan penontonnya. Film dibangun dengan banyak tanda. Berdasar Alex Sobour (2003: 88), berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Yang paling penting dalam film adalah gambar, suara dan musik. Film sebagai media komunikasi massa pandang-dengar sebagaimana disebutkan dalam UU 8/1992 tentang perfilman, mempunyai fungsi penerangan, pendidikan, pengembangan budaya bangsa, hiburan, dan ekonomi. Adapun jenis-jenis film, menurut Heru Effendy (2006), dapat dibedakan menurut sifatnya, yang umumnya terdiri dari jenis-jenis sebagai berikut: 1. Film Cerita (Story Film) Film cerita adalah film yang mengisahkan suatu cerita yang biasanya dikarang secara kreatif atau ditulis berdasarkan pengalaman seseorang. Tujuan dibuatnya film ini sering sebagai hiburan yang didapat dari kisah dan atau pengalaman yang dibumbui agar menarik. Cerita biasanya mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa manusia, sehingga dapat membuat publik terpesona. Film jenis ini biasanya diambil dari 23
kisah-kisah dari sejarah, cerita nyata dari kehidupan sehari-hari, atau juga khayalan untuk kemudian diolah menjadi film. Film cerita lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan para bintang filmnya yang tenar. 2. Film Berita (Newsreel) Film berita adalah film yang menggambarkan tentang suatu peristiwa atau fakta yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (news value). Film jenis ini digunakan untuk menyampaikan informasi yang bersifat fakta yang benar-benar terjadi. Misalnya, tsunami dan lumpur Lapindo yang filmnya diambil dari video-video amatir yang dikemas untuk diinformasikan kepada masyarakat umum. 3. Film Dokumenter (Documentary Film) Istilah documentary mula-mula dipergunakan oleh seorang sutradara (director) Inggris, John Grierson, untuk menggambar suatu jenis khusus film yang dipelopori oleh seorang Amerika bernama Robert Flaherty, seorang seniman besar dibidang film. Grierson mendefinisikan film dokumenter sebagai karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality). Film yang menggambarkan mengenai sebuah peristiwa atau gejala alam yang didokumentasikan. Film dokumenter memiliki titik berat pada fakta atau peristiwa yang terjadi. Dalam pembuatan film ini diperlukan pemikiran dan perencanaan yang matang. Adapun yang membedakan film dokumenter dengan film 24
berita adalah di mana film berita mempunyai titik tekan pada nilai berita dan diproduksi dengan singkat agar dapat dengan segera dinikmati oleh penonton. Sedangkan pada film cerita juga diimbuhi dengan seks atau kejahatan dan semacamnya. Adapun film dokumenter seringkali berkisar mengenai manusia dan alam. 4. Film Kartun (Cartoon Film) Film kartun merupakan film yang dalam penggunaan medianya menggunakan gambar hasil lukisan atau gambar. Hal yang terpenting dalam film kartun adalah pada seni lukis. Gambar-gambar hasil lukisan selanjutnya akan dirangkai dengan diberi efek musik dan suara. Lukisan-lukisan itu dapat menimbulkan hal menarik dan lucu, karena dapat digunakan untuk memerankan apa saja yang tidak mungkin diperankan oleh manusia. Si tokoh dalam film kartun dapat dibuat menjadi ajaib, dapat terbang, menghilang, menjadi besar, menjadi kecil secara tibatiba dan lainnya.
C. Film sebagai Media Pendidikan Usman Said (2010: 148) menjelaskan media massa dapat dijadikan sumber belajar bagi anak maupun orang-orang yang memerlukannya. Ia telah menjadi kebutuhan hampir setiap orang. Pengaruhnya besar dan sering sensitif. Jangkauannya luas sampai ke desa-desa. Karena kemajuan teknologi di bidang komunikasi. Gerakannya cepat seolah-olah dunia ini semakin mengecil. 25
Gerlach & Ely mengatakan bahwa, media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi dan membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Menurut Azhar Arsyad (2012: 3), secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar-mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran. Menurut Hamalik media pendidikan terkadang kadang disandingkan dengan media komunikasi, dimana ia melihat bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi. Secara implisit, Gagne dan Briggs mangatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri antara lain buku, tape-recorder, kaset, kamera video, visio recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi dan komputer. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Dijelaskan oleh Azhar Arsyad (2012: 4)Istilah “media” bahkan sering dikaitkan atau dipergantikan dengan kata “teknologi” yang berasal dari kata Latin tekne (bahasa Inggris art) dan logos (bahasa Indonesia ilmu). 26
Dilihat perkembangannya, pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Pengajar menggunakan alat bantu visual, yaitu gambar, model, objek dan alat lain yang dapat memberikan pengalaman kongkret, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Pada pertengahan abad ke-20, alat visual menurut Arif Sadiman (2012: 7) untuk mengonkretkan materi pelajaran dilengkapi alat audio sehingga dikenal media audio visual atau audio visual aids (AVA). Azhar Arsyad (2012: 4) mengidentifikasi film menjadi salah satu media yang efektif untuk menyampaikan pesan. Keuntungan film dan video mengandung nilai-nilai positif karena dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa. Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan jenis dan sumbernya bermacam. Misalnya isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan produser media. Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di dalam kurikulum dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik simbol verbal (kata-kata lisan ataupun tertulis) maupun simbol non27
verbal atau visual. Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol komunikasi itu disebut encoding. Selanjutnya penerima pesan menafsirkan simbol-simbol komunikasi tersebut sehingga diperoleh pesan. Sesuai dengan Arif S. Sadiman (2012: 12) proses penafsiran simbol-simbol komunikasi yang mengandung pesan-pesan tersebut disebut decoding. Film sebagai jenis media audio-visual perlu dimanfaatkan karena film dapat
dikemas
agar
sesuai
dengan
perkembangan
peserta
didik.
Perkembangan peserta didik perlu dipertimbangkan karena berpengaruh pada kemampuan daya pikir dan daya tangkapnya. Untuk anak-anak setingkat sekolah dasar, film jenis kartun akan membuat mereka lebih mudah menangkap. Misalnya saja Film Upin-Ipin, materi keagamaan dan kemanusiaan disampaikan dengan gambar yang berekspresi lucu. Begitu sebaliknya, untuk peserta didik setingkat perguruan tinggi film dokumenter lebih menarik dan pesannya mudah ditangkap dari pada film kartun. Pada saat pembelajaran, seorang pendidik dapat menjadikan kisah, pesan atau materi film dalam acara televisi untuk dibahas di kelas. Tentunya, perlu ada pemilahan adegan serta penafsiran kritis terhadap cerita dalam film agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Akan tetapi perlu direncanakan dengan mempertimbangkan perencanaan dan tujuan pembelajaran. Menurut Beberapa alasan menggunakan film dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
28
1. Film dapat membawa dunia luar ke dalam kelas yang menyamai pengalaman langsung, jika itu merupakan film dokumenter, 2. Film merupakan sumber informasi yang paling mutakhir dalam bentuk yang mudah dipahami dan menarik, disamping buku, gambar dan lain-lain, 3. Film menciptakan suasana yang menyenangkan, merangsang dan membangkitkan ide-ide baru, 4. Film dapat memberi informasi secara cepat dan terkini yang belum tentu dapat diberikan oleh pendidik atau tidak dapat disajikannya dalam bentuk yang dapat menyamai film itu sendiri, 5. Cara penyajian oleh film sangat hidup, menarik dan mengundang keterlibatan anak dalam peristiwa-peristiwa yang diperlihatkan, 6. Film dapat mengembangkan kesanggupan dan ketrampilan atau teknik untuk melihat dan mendengarkan. (http://jurnal.ump.ac.id/_berkas/jurnal/12.pdf. Diakses pada 27 Mei 2010 pukul 13;00 WIB)
Film sebagai salah satu bentuk media komunikasi massa yang banyak konsumsi oleh masyarakat, secara tidak langsung juga ikut menentukan bagaimana masyarakat dalam bersikap. Pada kenyataannya, film tidak semata sebagai hiburan, namun pesan dan informasi yang disajikan menjadi bahan referensi dalam kehidupan sehari-hari. Banyak pelajaran yang dapat diperoleh melalui narasi yang berisi kisah-kisah kehidupan mengenai tokoh dan masyarakat tertentu dalam sebuah film.
29
Sebagaimana firman Allah dalam surat Yusuf ayat 111:
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman."(QS. Yusuf; 111). Dari firman Allah di atas memberikan pesan bahwa dalam setiap kisah (al-Qish-shah) terdapat teladan atau pelajaran. Menurut Ahmad Munir (2008: 163), Kisah-kisah para nabi yang terdahulu dalam al-Qur’an oleh Allah digunakan sebagai teladan bagi generasi yang akan datang. Sebaliknya, pada kisah-kisah tentang mereka yang khianat terhadap-Nya dapat diambil hikmahnya. Transformasi sebuah nilai membutuhkan variasi agar tidak terjadi kejenuhan pada peserta didik sehingga diperlukan media pembelajaran yang menarik untuk digunakan membangkitkan emosional mereka, salah satunya melalui cerita atau kisah. Menurut Abdurrahman Umairah (2009:147), Al-Qur’an sebagai sumber ajaran agama dipenuhi dengan berbagai kisah. Melalui cerita-cerita itu, Allah menghendaki agar hal itu menjadi pendidikan bagi umat Islam, baik generasi ketika al-Qur’an diturunkan maupun generasi setelahnya. 30
Cerita dan kisah-kisah dapat dijadikan sebagai bahan materi pembelajaran. Dalam penyampaian kisah, pada zaman dahulu, ia disampaikan secara lisan dan dalam perkembangannya ditambah dengan media tulisan dan gambar agar lebih memberikan unsur menarik untuk kemudian pesan dari kisah akan mudah diterima oleh khalayak. Para wali juga menggunakan cerita sebagai bahan pengajaran agama. Sunan Kalijaga misalnya, menggunakan media wayang untuk menggambarkan kisah-kisah yang di dalamnya diselipkan nilai Islam. Sekarang ini, kemajuan teknologi komunikasi semakin pesat. Ceritacerita dapat dikonstruksi ulang sedemikian rupa. Film adalah arsip sosial yang menangkap jiwa zaman masyarakat saat itu. Media film lebih efektif untuk menyampaikan pesan pendidikan. Melalui gambar, suara dan dialog yang ada di dalam film, kisah yang ditampilkan seolah seperti dalam kehidupan nyata, sehingga mudah dipahami oleh penontonnya. Film sebagai salah satu produk dari kemajuan teknologi komunikasi memiliki berbagai kelebihan. Zaman modern ini, konsumsi akan film sudah menjadi kebutuhan. Daya persuasi film dapat dengan mudah dapat dipahami oleh pemirsanya. Hal itu dikarenakan isi yang disajikan adalah tema-tema aktual. Selain itu, penyerapan terhadapnya melibatkan juga melibatkan indrea-indera audio visual, sehingga pesan dengan mudah ditangkap. Film sebagai bagian dari media komunikasi massa mempunyai peran yang besar dalam terbentuknya masyarakat yang baik. Oleh karena itu, tiga 31
fungsi media; menghibur, menginformasikan dan mendidik, selayaknya tidak hanya berhenti pada salah satu titik. Film tidak semata berisi hiburan, melainkan juga sebagai media pendidikan dalam arti luas. Untuk mencapai tujuan itu, materi-materi yang bersifat mendidik menjadi keniscayaan untuk disajikan. D. Andrea Hirata Nama lengkapnya adalah Andrea Hirata Seman Said Harun lahir di pulau Belitung 24 Oktober 1982, Andrea Hirata sendiri merupakan anak keempat dari pasangan Seman Said Harunayah dan NA Masturah. Ia dilahirkan di sebuah desa yang termasuk desa miskin dan letaknya yang cukup terpelosok di pulau Belitong. Tinggal di sebuah desa dengan segala keterbatasan memang cukup mempengaruhi pribadi Andrea sedari kecil. Ia mengaku lebih banyak mendapatkan motivasi dari keadaan di sekelilingnya yang banyak memperlihatkan keperihatinan. 1. Profil dan Biografi Andrea Hirata Dikutip dari http://www.biografiku.com/2011/10/biografi-andrea-hiratapenulis-novel.html. Pada tanggal 22 januari 2016 pukul 13.40 WIB Nama Andrea
Hirata sebenarnya bukanlah nama pemberian dari kedua orang tuanya. Sejak lahir ia diberi nama Aqil Barraq Badruddin. Merasa tak cocok dengan nama tersebut, Andrea pun menggantinya dengan Wadhud. Akan tetapi, ia masih merasa terbebani dengan nama itu. Alhasil, ia kembali mengganti namanya dengan Andrea Hirata Seman Said Harun sejak ia remaja. 32
...Andrea diambil dari nama seorang wanita yang nekat bunuh diri bila penyanyi pujaannya, yakni Elvis Presley tidak membalas suratnya,” ungkap Andrea. Sedangkan Hirata sendiri diambil dari nama kampung dan bukanlah nama orang Jepang seperti anggapan orang sebelumnya. Sejak remaja itulah, pria asli Belitong ini mulai menyandang nama Andrea Hirata. Andrea tumbuh seperti halnya anak-anak kampung lainnya. Dengan segala keterbatasan, Andrea tetap menjadi anak periang yang sesekali berubah menjadi pemikir saat menimba ilmu di sekolah. Selain itu, ia juga kerap memiliki impian dan mimpi-mimpi di masa depannya. Seperti yang diceritakannya dalam novel Laskar Pelangi, Andrea kecil bersekolah di sebuah sekolah yang kondisi bangunannya sangat mengenaskan dan hampir rubuh. Sekolah yang bernama SD Muhamadiyah tersebut diakui Andrea cukuplah memperihatinkan. Namun karena ketiadaan biaya, ia terpaksa bersekolah di sekolah yang bentuknya lebih mirip sebagai kandang hewan ternak. Kendati harus menimba ilmu di bangunan yang tak nyaman, Andrea tetap memiliki motivasi yang cukup besar untuk belajar. Di sekolah itu pulalah, ia bertemu dengan sahabat-sahabatnya yang dijuluki dengan sebutan Laskar Pelangi. 2. Bertemu Dengan Bu Muslimah Di SD Muhamadiyah pula, Andrea bertemu dengan seorang guru yang hingga kini sangat dihormatinya, yakni NA (Nyi Ayu) Muslimah. 33
...Saya menulis buku Laskar Pelangi untuk Bu Muslimah,” ujar Andrea dengan tegas kepada Realita. Kegigihan Bu Muslimah untuk mengajar siswa yang hanya berjumlah tak lebih dari 11 orang itu ternyata sangat berarti besar bagi kehidupan Andrea. Perubahan dalam kehidupan Andrea, diakuinya tak lain karena motivasi dan hasil didikan Bu Muslimah. Sebenarnya di Pulau Belitong ada sekolah lain yang dikelola oleh PN Timah. Namun, Andrea tak berhak untuk bersekolah di sekolah tersebut karena status ayahnya yang masih menyandang pegawai rendahan. “Novel yang saya tulis merupakan memoar tentang masa kecil saya, yang membentuk saya hingga menjadi seperti sekarang,” tutur Andrea yang memberikan royalti novelnya kepada perpustakaan sebuah sekolah miskin ini. Tentang sosok Muslimah, Andrea menganggapnya sebagai seorang yang sangat menginspirasi hidupnya. “Perjuangan kami untuk mempertahankan sekolah yang hampir rubuh sangat berkesan dalam perjalanan hidup saya,” ujar Andrea. Berkat
Bu
Muslimah,
Andrea
mendapatkan
dorongan
yang
membuatnya mampu menempuh jarak 30 km dari rumah ke sekolah untuk menimba ilmu. Tak heran, ia sangat mengagumi sosok Bu Muslimah sebagai salah satu inspirator dalam hidupnya. Menjadi seorang penulis pun diakui Andrea karena sosok Bu Muslimah. Sejak kelas 3 SD, Andrea telah membulatkan niat untuk menjadi penulis yang menggambarkan perjuangan Bu Muslimah sebagai seorang guru. “Kalau saya besar nanti, saya akan 34
menulis tentang Bu Muslimah,” ungkap penggemar penyanyi Anggun ini. Sejak saat itu, Andrea tak pernah berhenti mencoret-coret kertas untuk belajar menulis cerita. 3. Menjadi Penulis Terkenal Lebaran di Belitong. Kini, Andrea sangat disibukkan dengan kegiatannya menulis dan menjadi pembicara dalam berbagai acara yang menyangkut dunia sastra. Penghasilannya pun sudah termasuk paling tinggi sebagai seorang penulis. Namun demikian, beberapa pihak sempat meragukan isi dari novel Laskar Pelangi yang dianggap terlalu berlebihan. “Ini kan novel, jadi wajar seandainya ada cerita yang sedikit digubah,” ungkap Andrea yang memiliki impian tinggal di Kye Gompa, desa tertinggi di dunia yang terletak di pegunungan Himalaya. Kesuksesannya sebagai seorang penulis tentunya membuat Andrea bangga dan bahagia atas hasil kerja kerasnya selama ini. http://www.biografiku.com/2011/10/biografi-andrea-hirata-penulisnovel.html Meski disibukkan dengan kegiatannya yang cukup menyita waktu, Andrea masih tetap mampu meluangkan waktu untuk mudik di saat Lebaran lalu. Bahkan bagi Andrea, mudik ke Belitong di saat Lebaran adalah wajib hukumnya. “Orang tua saya sudah sepuh, jadi setiap Lebaran saya harus pulang,” ujar Andrea dengan tegas. Di Belitong, Andrea melakukan rutinitas bersilaturahmi dengan orang tua dan kerabat lainnya sembari memakan kue rimpak, kue khas Melayu yang selalu hadir pada saat Lebaran. Kendati 35
perjalanan ke Belitong tidaklah mudah, karena pilihan transportasi yang terbatas, Andrea tetap saja harus mudik setiap Lebaran tiba. Terlebih lagi, bila ia tak kebagian tiket pesawat ke Bandara Tanjung Pandan, Pulau Belitong, maka mau tak mau Andrea harus menempuh 18 jam perjalanan dengan menggunakan kapal laut. Perasaan bangga dan bahagia semakin dirasakan Andrea tatkala Laskar Pelangi diangkat menjadi film layar lebar oleh Mira Lesmana dan Riri Riza. “Saya percaya dengan kemampuan mereka,” ujarnya tegas. Apalagi, film Laskar Pelangi juga sempat ditonton oleh orang nomor satu di negeri ini, Susilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu lalu. “...Kini Laskar Pelangi memiliki artikulasi yang lebih luas daripada sebuah buku. Nilai-nilai dalam Laskar Pelangi menjadi lebih luas,” tutur Andrea Menjadi seorang penulis novel terkenal mungkin tak pernah ada dalam pikiran Andrea Hirata sejak masih kanak-kanak. Berjuang untuk meraih pendidikan tinggi saja, dirasa sulit kala itu. Namun, seiring dengan perjuangan dan kerja keras tanpa henti, Andrea mampu meraih sukses sebagai penulis memoar kisah masa kecilnya yang penuh dengan keperihatinan. E. Kerangka Berfikir Oleh karenanya, peneliti memandang film Laskar Pelangi sutradara Rini Riza (saduran dari Novel berjudul Laskar Pelangi karya Andrea Hirata) layak untuk diteliti. Film ini juga menjelaskan tentang keikhlasan para pelaku 36
pednidikan yang tidak pantang menyerah dalam menjalankan roda pendidikan. Selain menghibur, film ini juga memiliki pesan-pesan yang mendidik, bahkan materi ajaran-ajaran Islam juga ditampilkan, juga keikhlasan para tokoh-tokoh pendidikan dalam film ini. Sehingga film Laskar Pelangi ini dapat digolongkan dalam jenis film edutainment dan motivasi. Dengan memperhatikan uraian pada tinjauan pustaka, maka pada bagian ini akan diuraikan beberapa hal yang dijadikan penulis sebagai landasan berpikir selanjutnya. Landasan berpikir yang dimaksud tersebut akan mengarahkan penulis untuk menemukan data dan informasi dalam penelitian ini guna memecahkan masalah yang telah dipaparkan untuk itu akan menguraikan secara rinci landasan berpikir yang dijadikan pegangan dalam penelitian ini.
37
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Biografi Pengarang 1. Biografi Andrea Hirata Andrea Hirata, pengarang novel terkenal Laskar Pelangi, oleh orang tuanya diberi nama lengkap Andrea Hirata Seman Said Harun. Ia lahir pada 24
Oktober
1967
di
Pulau
Belitong,
Provinsi
Bangka
(http://penerbitanbuku.wordpress.com/2007/11/23/profil-andrea-hirata/.
Belitung. Diakses
pada 6 Juni 2010 pukul 11:00 WIB.)
Terlahir sebagai anak keempat dari pasangan N.A. Masturah dan Seman Said Harun, Andrea Hirata menghabiskan masa kecilnya di Belitong. Setamat sekolah menengah atas (SMA) Negeri Manggar, ia merantau ke Jawa, melanjutkan studi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Setelah menyelesaikan Strata satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Andrea mendapatkan beasiswa Uni Eropa untuk studi Master of Science di Universite de Paris, Sorbonne, Prancis dan Sheffield Hallam University, Inggris. Meskipun studi mayor yang diambil Andrea adalah ekonomi, ia sangat menggemari sains -fisika, kimia, biologi, astronomi- dan juga sastra. 38
Andrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademisi dan backpacker. Mimpinya yang belum menjadi kenyataan adalah tinggal di Kye Gompa, desa di Himalaya. Dalam buku Andrea Hirata (kover belakang), tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua universitas tersebut dan ia lulus cum laude. Sampai tahun 2010 ini, Andrea tinggal di Bandung dan masih bekerja di kantor pusat PT Telkom. Akan tetapi, tidak buku ekonomi telekomunikasi tersebut yang menjadikan Andrea dikenal. Ia malah terkenal sebagai penulis fiksi, lewat novel pertamanya berjudul Laskar Pelangi. Awalnya, Andrea tidak pernah meniatkan naskah Laskar Pelangi untuk dikomersilkan lewat industri buku. Ia menulis memoar itu untuk dipersembahkan sebagai kado ulang tahun bagi gurunya tercinta, Muslimah Hafsari Hamid. Akan tetapi, sahabat di masa kecilnya, Arai secara bersembunyi-sembunyi menyerahkan naskah itu kepada Penerbit Bentang. Kesuksesan Laskar Pelangi juga terlihat dari penjualan buku tersebut di negeri Malaysia. Dalam edisi bahasa Melayu di Malaysia, buku itu menjadi best seller. Laskar Pelangi juga telah membuat Andrea layaknya semacam selebritis di jagad sastra. Ia sering diundang untuk mengisi seminar dan diskusi di masyarakat umu dan juga perguruan tinggi.
39
2. Karya-karya Andrea Hirata Perjalanan riwayat kepenulisannya, Andrea telah menghasilkan lima karya tulisan dalam bentuk buku. Buku pertama yang ditulis Andrea adalah buku ilmiah berjudul The Science of Business pada tahun 2003. Buku tersebut merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku yang diadaptasi dari tesisnya ke dalam Bahasa Indonesia itu telah beredar dan menjadi referensi Ilmiah. Menurutnya, buku ilmiah tersebut menjadi semacam pembayar kewajiban moralnya kepada Uni Eropa, lembaga yang memberinya beasiswa kuliah di Sorbonne (Prancis) dan Sheffield (Inggris). Tidak hanya karya buku ilmiah. Andrea juga menuliskan karya tulisan fiksi berupa novel yang dikenal dengan sebutan tetralogi Laskar Pelangi. Adapun tetralogi novel tersebut di antaranya adalah sebagai berikut. a. Laskar Pelangi Novel pertamanya yang berjudul Laskar Pelangi merupakan buku pertama dari Tetralogi novel-novelnya. Novel yang ditulis berdasarkan memoar masa kecilnya itu diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005. Laskar Pelangi termasuk novel yang ada di jajaran best seller untuk tahun 2006 - 2007. Buku ini tercatat sebagai buku sastra Indonesia terlaris sepanjang sejarah.88 Laskar Pelangi bercerita tentang kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di Belitung yang penuh dengan keterbatasan. Laskar 40
Pelangi adalah sebutan yang diberikan oleh gurunya kepada kesepuluh anak tersebut yang gemar memandangi pelangi. Anggota Laskar Pelangi bertambah seoarang yang bernama Flow, seorang murid pindahan. Keterbatasan tidak membuat mereka putus asa, tetapi malah membuat mereka terpacu untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih baik. (Andrea Hirata, 2009: 47). Novel ini menceritakan sekolah dasar di desa Gantung, Belitung Timur yang terancam dibubarkan jikalau tidak memperoleh 10 siswa baru. Pada hari akhir pendaftaran, baru sembilan anak yang mendaftar. akan tetapi tepat ketika sang kepala sekolah hendak berpidato menutup sekolah, seorang anak datang menyelamatkan sekolah dari ancaman penutupan. Di kelas miskin itu ditemukannya bakat luar biasa Mahar dan kecerdasan Lintang. Pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 kilometer pulang-pergi dari rumahnya ke sekolah menjadi bagian menarik dalam novel. Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah sedih terjadi ketika Bakri, salah seorang guru di sekolah tersebut memutuskan berhenti mengajar, wafatnya kepala sekolah, Harfan. Dalam keadaan penuh keterbatasan dan kendala, anak-anak Laskar Pelangi mampu mengharumkan nama sekolah, yaitu menjuarai lomba karnaval 17 Agustus dan lomba cerdas cermat antar sekolah. SD
41
Muhammadiyah berhasil mengalahkan kualitas sekolah kaya, Sekolah Dasar PN Timah yang terkenal. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang, sehingga ia terpaksa putus sekolah. Dua belas tahun kemudian, Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnya. Ia berhasil mendapatkan beasiswa kuliah ke luar negeri, Prancis. Pada tahun 2008, naskah Laskar Pelangi diadaptasi menjadi sebuah film yang berjudul sama. Film Laskar Pelangi diproduksi oleh Miles Films dan Mizan Production, dan digarap oleh sutradara Riri Riza. Skenario adaptasi ditulis oleh Salman Aristo dibantu oleh Riri Riza dan Mira Lesmana. Film ini penuh dengan nuansa lokal Pulau Belitong, baik dialek, lokasi syuting maupun aktornya. b. Sang Pemimpi Sukses menghadirkan novel Laskar pelangi, Andrea kemudian menuliskan sekuelnya, Sang Pemimpi. Sang Pemimpi adalah novel kedua dalam tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada Juli 2006. Dalam novel ini Andrea mengeksplorasi hubungan persahabatan dan persaudaraan antara Ikal dan Arai. Dalam Sang Pemimpi, Andrea bercerita tentang kehidupan ketika masa-masa sekolah menengah atas (SMA). Tiga tokoh utamanya adalah Ikal, Arai dan Jimbron. Arai adalah saudara jauh yang yatim piatu yang disebut simpai keramat karena anggota keluarga terakhir yang masih hidup 42
dan akhirnya menjadi saudara angkat Ikal. Sementara Jimbron adalah seorang yatim piatu yang terobsesi dengan kuda dan gagap apabila sedang antusias terhadap sesuatu atau ketika gugup. Ketiganya dalam kisah persahabatan yang terjalin dari kecil sampai mereka bersekolah di SMA Negeri Manggar, SMA pertama yang berdiri di Belitung bagian timur. Hidup mandiri terpisah dari orang tua dengan latar belakang kondisi ekonomi yang sangat terbatas namun punya citacita besar, sebuah cita-cita yang bila dilihat dari latar belakang kehidupan mereka, hanyalah sebuah mimpi. Di pagi hari, mereka bersekolah, dan bekerja sebagai kuli di pelabuhan ikan pada dini harinya. Jimbron, Ikal, dan Arai berpisah setelah lulus SMA. Mereka berpisah ketika meneruskan kuliah di Jakarta. Akan tetapi, ketika di Prancis Ikal kembali bertemu salah satu dari mereka, Arai. Naskah Sang Pemimpi juga diadaptasi menjadi film dengan judul yang sama. Film kembali diproduksi oleh tim yang sama dengan film Laskar Pelangi yaitu Miles Films dan Mizan Production. Film di rilis tahun 2010. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Sang_Pemimpi. Diakses pada 6 Juni 2010 pukul 15:00 WIB.) c. Edensor Edensor adalah buku novel ketiga karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada Mei tahun 2007. Novel ketiga dari
43
Tetralogi Laskar Pelangi ini masuk nominasi penghargaan nasional sastra Khatulistiwa Literary Award (KLA) tahun 2007. Berbeda dengan seting cerita Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi, Edensor mengambil kisah dan seting saat tokoh-tokoh utamanya di luar negeri, Ikal dan Arai mendapat beasiswa dari Uni Eropa untuk kuliah strata dua (S2) di Prancis. Di novel Edensor, Andrea tetap dengan ciri khasnya, yakni menulis kisah ironi menjadi parodi dan menertawakan kesedihan dengan balutan pandangan intelegensia tentang shock culture ketika keduanya yang berasal dari pedalaman Melayu di Pulau Belitong tiba-tiba berada di Paris. Mimpi-mimpi untuk menjelajah Eropa sampai Afrika dan menemukan keterkaitan yang tidak terduga dari peristiwaperistiwa dari masa lalu mereka berdua. Pencarian akan cinta sejati menjadi motivasi yang menyemangati penjelajahan mereka dari bekunya musim dingin di daratan Rusia di Eropa sampai panas kering di gurun Sahara. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Edensor. Diakses pada 6 Juni 2010 pukul 15:00 WIB) d. Maryamah Karpov Maryamah Karpov adalah novel keempat karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada November 2008. Novel yang merupakan buku terakhir dari Tetralogi Laskar Pelangi ini bercerita tentang Arai, Lintang, A Ling dan beberapa pertanyaan yang belum sempat
terjawab
di
tiga 44
novel
sebelumnya.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Maryamah_Karpov. Diakses pada 6 Juni 2010 pukul 15:00 WIB.) Secara umum, buku ini menceritakan hidup Ikal setelah pulang menuntut ilmu dari luar negeri. Setelah menyelesaikan Strata dua (S2) Master di bidang Ekonomi Telekomunikasi di Sorbone Perancis, Ikal kembali ke Belitong. Namun, karena ilmu yang dipelajarinya tidak sesuai dengan kondisi kampung halamannya maka ia terpaksa menganggur. Cerita kemudian berlanjut pada pencarian A Ling yang dikaguminya sedari kecil. Ikal bertekad mencari Aling menyeberang ke kawasan Batuan yang bernama Tambok, dekat Singapura. Lintang dan membantunya dengan rumus-rumus matematika dan fisikanya untuk membuat perahu. Sebagai penghargaan terhadap Lintang maka perahunya tersebut diberi nama, “Mimpi-mimpi Lintang”. Maryamah Karpov yang dalam epilog buku novel Sang Pemimpi diungkapkan akan membahas tentang penghormatan kepada kaum perempuan, belum ditampilkan. Maryamah Karpov dibuat menjadi dua jilid. Jilid pertama (yang telah terbit) tidak membicarakan Maryamah Karpov karena di jilid ini Andrea bermaksud membangun karakter tokoh-tokoh yang kelak akan dimatangkan di jilid keduanya. Dan di jilid keduanya, Maryamah Karpov baru
akan
berperan
45
banyak.
(http://bukuygkubaca.blogspot.com/2009/01/maryamah-karpov-mimpimimpi-lintang.html. Diakses pada 6 Juni 2010 pukul 15:00 WIB.) Selain tetralogi Laskar Pelangi di atas, pada Juni 2010 ini Andrea meluncurkan dua novel terbarunya yang berjudul Cinta Dalam Gelas dan Padang Bulan. (Kompas, Edisi 17 Juni 2010 pada rubrik Pendidikan dan Kebudayaan) Tokoh utama dalam kedua novel tersebut adalah Maryamah yang diceritakan sangat suka bermain catur. Novel Padang Bulan lebih bercerita mengenai percintaan dan novel Cinta Dalam Gelas cerita mengenai Maryamah yang kesal terhadap suaminya dengan bentuk perlawanan berupa main catur menjadi kisah utamanya. Novel yang merupakan karya kelima dan keenam Andrea tersebut masih dengan latar belakang Belitung dan budayanya.
B. Film Laskar Pelangi 1. Setting Sosial Laskar Pelangi Film Laskar Pelangi merupakan adaptasi atas novel Laskar Pelangi karangan Andrea Hirata. Laskar Pelangi ditulis berdasarkan kisah nyata penulis.
46
Novel Laskar Pelangi meraih kesuksesan terkait banyaknya jumlah eksemplar buku yang terjual. Novel yang terbit pada 2006 ini mendapat predikat buku best seller. Novel kemudian difilmkan. Pada 2008, film Laskar Pelangi diproduksi oleh Miles Films dan Mizan Production. Andrea Hirata (2008: 13-14) berujar, tema utama film ini adalah pendidikan. Film berkisah tentang persahabatan sepuluh siswa SD Muhammadiyah Gantong di Belitung, yakni Ikal (Andre Hirata), Mahar (Mahar Ahlan bin Jumadi Ahlan bin Zubair bin Awam), Lintang (Lintang Samudra Basara bin Syahbani Maulana Basara), Kucai (Mukharam Kucai Khairani), Syahdan (Syahdan Noor Aziz bin Syahari Noor Aziz), A Kiong (Chau Chin Kiong atau Muhammad Jundullah Gufron Nur Zaman), Borek (Samson), Harun (Harun Ardhli Ramadhan bin Syamsul Hazana Ramadhan), Trapani (Trapani Ihsan Jamari bin Zainuddin Ilham Jamari), dan Sahara (N.A. Sahara Aulia Fadillah binti K.A. Muslim Ramdhani Fadillah).96 Guru SD Muhammadiyah, Muslimah menyebut kesepuluh siswa tersebut dengan panggilan Laskar Pelangi. Laskar Pelangi mengambil setting suasana desa Gantong, Belitong di tahun 1974, 1979, dan 1999.98 Fakta yang kontras. Belitong sebagai pulau kaya dengan melimpahnya sumber daya alam berupa timah, tetapi penduduk aslinya didera kemiskinan. Perusahaan timah di Belitong hanya memberikan bagi warga pendatang. Sementara penduduk aslinya hanya menjadi buruh miskin. 47
Ketimpangan ekonomi tersebut mempengaruhi penduduk belitong dalam mengakses pendidikan. Ketimpangan akses pendidikan dan diskriminasi antara kelompok berpunya dan kelompok papa menjadi setting sosial yang melingkupi film ini. Lemahnya ekonomi sering memunculkan mindset putus asa dan kalah bagi mayoritas masyarakat, tidak terkecuali penduduk Belitong ketika itu. Namun, tidak bagi kesepuluh anggota Laskar Pelangi. Keterbatasan dan diskriminasi dalam mengakses pendidikan tidak mematahkan semangat kesepuluh siswa di atas dalam menuntut ilmu. Persoalan itulah yang diurai oleh pengarang cerita dalam novel dan film Laskar Pelangi. Hal inilah yang menyebabkan film ini diminati oleh masyarakat. Di Indonesia, sampai saat ini, permasalahan mengenai keterbatasan dan diskriminasi dalam dunia pendidikan tidak kunjung terurai, sehingga film tersebut dapat menjadi referensi dalam menghadapi persoalan-persoalan pendidikan di atas. Kami sangat menyukai pelangi. Bagi kami pelangi adalah lukisan alam semesta, sketsa Tuhan yang mengandung daya tarik mencengangkan. Oleh sebab kegemaran kolektif mereka terhadap pelangi, maka Bu Mus menamai kelompok kami Laskar Pelangi. Permasalahan dan pesan moral seperti di atas yang menjadi grand tema dalam film Laskar Pelangi. Hal itu tertangkap dari prolog ketika menyimak film itu. “Pulau terkaya di Indonesia dengan urat timah melimpah ruah mengoda bangsa lain untuk menguras. Setelah merdeka rakyat Belitong pun belum bisa menikmati kekayaan alam tersebut karena 48
tembok-tembok birokrasi yang mengkotak-kotakkan kesempatan dan harapan. Namun tembok tak bisa mematahkan semangat kami.” Atribut diskriminasi yang ditampilkan oleh film adalah Sekolah Dasar (SD) Perusahaan Negara (PN) Timah dan SD Muhammadiyah. Dua institusi pendidikan yang kontras; SD PN Timah sebagai wakil kaum kaya dan
SD
Muhammadiyah
sebagai
wujud
dari
kemiskinan
dan
keterbelakangan. Diskriminasi, dalam film ini, dilatarbelakangi oleh ekonomi yang timpang antara si kaya dan miskin yang selanjutnya berpengaruh pada akses pendidikan. Pada 1970-an, di Gantong Belitong, hanya anak berasal dari keluarga tergolong ekonomi "mampu" yang dapat bersekolah di SD PN Timah. Sekolah PN adalah sebutan untuk sekolah milik Perusahaan Negara Timah, sebuah perusahaan yang paling kaya di Belitong. SD PN merupakan SD favorit karena didukung oleh modal sumber daya manusia (SDM) dan materi yang melimpah. Sekolah ini selalu menduduki prestasi teratas. Butuh biaya besar untuk bersekolah di sekolan ini. Sehingga, hanya mereka anak petinggi perusahaan timah yang dapat memenuhi kriteria untuk dapat layanan pendidikan di sekolah tersebut. Sementara,
pada
lokasi
yang
berdekatan,
terdapat
SD
Muhammadiyah. Sekolah ini menjadikan ajaran Islam sebagai sumber materi pengajaran. Sekolah termiskin di Belitong ini terancam oleh ajal. Sekolah terancam dibubarkan apabila tidak memperoleh minimal sepuluh 49
siswa. Syarat yang tidak gampang untuk dibayar oleh SD yang lebih layak disebut sebagai kandang kambing. Pengelola sekolah berjuang keras untuk mendapat sepuluh siswa tersebut. Pemisahan
dan
pengambilan
jarak
tampak
nyata
ketika
diperlihatkan angkuhnya tembok berkilometer dilengkapi kawat berduri. Peringatan yang terpampang “Dilarang masuk bagi yang tidak memiliki hak”. Hal itu menjadi simbol semakin kukuhnya dominasi si kaya dan gap status sosial. Di balik kawat teralis itu, anggota Laskar Pelangi yang miskin menahan air liur karena hanya dapat menyaksikan siswa-siswi SD PN Timah bermain sepatu roda. Petugas keamanan mengusir mereka ketika mereka mencoba masuk ke komplek SD PN Timah. Laskar Pelangi memberikan pelajaran mengenai perjuangan dalam kegetiran hidup. Pada masa itu, kesadaran masyarakat Belitong akan pentingnya pendidikan juga terhitung minim. Sebenarnya, penduduk setempat lebih memilih untuk mempekerjakan anak mereka dari pada menyerahkan kepada institusi pendidikan. SD Muhammadiyah berhasil mendapatkan sepuluh siswa baru. Hal itu tidak lepas dari peran perangkat desa Gantong agar warga menyekolahkan anak-anak mereka. Perjalanan pendidikan sepuluh siswa banyak menuai rintangan. SD Muhammadiyah tidak memiliki fasilitas standar dan hanya ditopang sumberdaya manusia seadanya.
50
Ketidakpunyaan yang dialami oleh warga Gantong perlahan membentuk watak menyerah dan kalah. SD Muhammadiyah tidak mendapat perhatian dari warga Gantong. Penyandang dana, Zulkarnaen, pun menyarankan agar kepala sekolah, Harfan Effendy Noor (Harfan), membubarkan sekolah tersebut. Sekolah dengan penghuni anak-anak kumal benar-benar hampir bubar ketika Bakri memilih hengkang. Ia pindah mengajar di SD Negeri I Bangka. Bahkan, sekolah sempat kalang kabut paska wafatnya Harfan. Selama lima hari, kelas kosong tanpa kehadiran guru, Muslimah. Sementara, Muslimah sebagai satu-satunya sisa guru di SD Muhammadiyah tidak memberi keputusan pembubaran. Akan tetapi, watak menyerah tidak mengalahkan semangat menggebu anggota Laskar Pelangi. Aktivitas belajar-mengajar berlanjut dengan hanya Lintang sebagai pengganti peran yang seharusnya dijalankan oleh satu sisa guru, Muslimah Hafsari Hamid. Muslimah kembali menemukan tekad untuk tetap mengajar di sekolah. Kerja yang tidak sia-sia, karena dalam lomba karnaval dan cerdas cemat, SD Muhammadiyah berhasil menjadi juara. Cobaan kembali datang menghambat, Lintang sebagai bintang kelas harus mengucapkan perpisahan. Ayahnya wafat. Lintang putus sekolah. Cerita terputus. Di akhir film, cerita berlanjut pada tahun 1999. Dari perantauan Ikal kembali ke kampung halaman menemui Lintang. Ikal mengabarkan bahwa cita-citanya telah terkabul. Ia mendapat beasiswa belajar di Paris Prancis. (film Laskar pelangi) 51
Jadi, latar sosial yang melingkupi Gantong ketika kisah Laskar Pelangi berjalan sangat komplek. Secara sosial geografis, Laskar Pelangi lahir pada kaum pinggiran yang serba terbatas. Selain jauh dari pusat kota, Gantong juga berpenduduk miskin. Dipandang dari sudut budaya, kesadaran akan pentingnya pendidikan masih minim. Keterbatasan secara ekonomi
menjadi
penyebabnya. Fenomena ini tampak dari novel yang mengisahkan bahwa sebenarnya warga lebih mudah untuk mempekerjakan anaknya dibanding menyekolahkan mereka. Dilihat dari kaca mata pendidikan, rata-rata kualitas sumber daya manusia warga Gantong masa itu masih rendah oleh karena minimnya institusi pendidikan yang ada. Di Gantong, hanya terdapat dua sekolah. SD PN Timah hanya dapat diakses kelompok minoritas yang memiliki jabatan dan ekonomi tinggi. Dan hanya satu sekolah untuk warga tidak berpunya, sekolah miskin bernama SD Muhammadiyah. Pemerintah sebagai wujud peran politik penguasa melalui perangkat desa ikut berperan mendorong tetap terlaksananya pendidikan. Akan tetapi di lain sisi keberadaan penguasa, Pengawas Sekolah dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera Selatan malah kurang kooperatif. Mereka mengeluarkan surat peringatan akan dilakukannya penutupan.
52
Akan tetapi, semua kendala di atas dapat diatasi dengan agama memegang ajaran agama. Dilihat dari tahun didirikannya, SD yang berdiri tahun 1929 ini, tidaklah muda. Ia menjadi sekolah pertama di Belitong, yang mengajarkan nilai-nilai ajaran Islam, bahkan di Sumatera Utara. Misi sekolah adalah menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. (Andrea Hirata, 2008: 4) Selain itu, menurut Andrea Hirata (2008: 4) agama juga menjadi motivasi bagi orang tua anggota Laskar Pelangi untuk menyekolahkan anak-anaknya di SD Muhammadiyah. Anak-anak mereka dianggap memiliki karakter mudah di sesatkan oleh iblis sehingga sejak usia muda harus mendapat pendadaran Islam yang tangguh. Di Gantong Belitong, perbedaan suku dan ras besar (Melayu dan Tionghoa) tidak menimbulkan permasalahan. Seolah mereka telah sepakat bahwa yang perlu diperjuangkan adalah kemiskinan yang berakibat pada sulitnya akses pendidikan. Film Laskar Pelangi mendapat sambutan dan apresiasi positif dari masyarakat,
baik
tingkat
nasional
maupun
internasional
kancah
internasional. Adapun apabila dilihat dari masa Laskar Pelangi diproduksi menjadi novel dan film, keduanya memiliki sedikit perbedaan latar belakang sosial. Selisih waktu antara setting sosial tahun 1970-an hingga
53
tahun 2005 (ketika novel diluncurkan), secara otomatis memiliki perbedaan setting dan problem sosial di negeri ini. Novel Laskar Pelangi hadir tepat ketika bangsa Indonesia sedang mencari pahlawan oleh karena banyaknya problem struktural. Bangsa ini sedang mencari inspirator. Krisis keteladanan telah melanda. Pasalnya, orang atau tokoh yang selama ini dikagumi oleh masyarakat, akan tetapi ternyata juga terbukti mencuri uang rakyat. Hal inilah, yang menurut Andrea Hirata, menjadikan Laskar Pelangi meraup sukses dan diapresiasi masyarakat. Jadi, pembaca menemukan tokoh-tokoh ideal dalam cerita, dalam hal ini novel Laskar Pelangi. Mereka jatuh hati untuk menjadikan teladan atau inspirasi yang kemudian menumbuhkan semangat hidup. Laskar Pelangi memberikan alternatif sikap untuk menghadapi problem kehidupan yang muncul. Laskar Pelangi dibuat apa adanya. Tokoh dan fakta sosial juga pernah berjalan dalam kehidupan nyata di Belitong. Ia memberikan teladan dalam memaknai persahabatan (terutama anak-anak), arti ketulusan mengabdi dari perspektif guru seperti Harfan dan Muslimah, sekat kemasyarakatan di Belitong yang dibangun oleh kekuatan modal dan kekuasaan ekonomi, serta problem sosial anak-anak yang dengan spirit masing-masing memaknai kebutuhannya akan sekolah (pendidikan). Di dalamnya juga tersirat cara menyikapi persoalan hidup dengan semangat 54
optimisme hidup, tanggung jawab, atau kenakalan yang beraksentuasi pada kreativitas. Pengarang menuturkannya secara tidak menggurui. Laskar Pelangi membuktikan bahwa sekat dan permasalahan sosial dapat dikalahkan oleh semangat hidup. Novel menemukan muara alamiah pada pesan tentang keteladanan dan aktualisasinya. Oleh karenanya, pesan realitas dalam novel dapat menjadi referensi hidup. Ia terbukti mampu menjadi inpsirasi orang
untuk
berbuat
lebih
baik.
(http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2008/09/26/32427/Duni a-Laskar-Pelangi-yang-Mewakili. Diakses 18 Mei 2010 pukul 13:00 WIB. Novel Laskar Pelangi diburu oleh masyarakat, terutama setelah pengarangnya, Andrea Hirata diundang sebagai nara sumber dalam acara Kick Andy di Metro TV. Pada awalnya, sebenarnya pengarang (Andrea Hirata) dan sebagian pembaca novelnya tidak menyetujui Laskar pelangi difilmkan. Hal ini tidak lepas dari tren novel best seller diadaptasi menjadi film, akan tetapi memunculkan banyak kekecewaan. Pasalnya, gambar bergerak (media audio visual) tidak mampu menyampaikan isi pesan novel secara utuh dari. Latar belakang yang kemudian menyebabkan Laskar Pelangi diadaptasi ke dalam film adalah kondisi masyarakat yang belum sadar akan budaya baca. Sehingga, pesan positif yang ada dalam novel baru 55
terbatas diakses hanya mereka yang memiliki sadar pentingnya aktivitas membaca. Perbandingan pembaca dan pemirsa televisi berbeda jauh, sehingga film dipandang perlu untuk diproduksi dalam bentuk film. Akhirnya,
Andrea
Hirata
memberikan
persetujuan,
novel
difilmkan. Ia memberikan syarat; Riri Riza sebagai sutradaranya. Menurut Andrea, film dan buku memiliki aspek estetika dan dimensi-dimensi apresiasi yang tidak sama. Andrea menyatakan lebih banyak masyarakat yang dapat mengakses film melalui televisi. Ia berharap nilai edukatif dalam Laskar Pelangi dapat diakses khalayak luas.111 Pesan yang terkandung dalam kisah Laskar Pelangi adalah mengenai simpati pada pendidikan marjinal, kepedulian akan kesenjangan sosial, dan apresiasi pada para guru. Melalui film, pesan positif tersebut memiliki kesempatan untuk menggapai apresiasi publik pada spektrum yang lebih luas. Hal ini sebagai wujud komitmen pada misi perbaikan. 2. Narasi Film Laskar Pelangi Narasi film Laskar Pelangi merupakan gambaran setiap adegan cerita yang ada dalam film tersebut. Narasi film ini merupakan transliterasi dari kaset CD film Laskar Pelangi sebagai sumber primer dalam penelitian ini.
56
Film Laskar Pelangi diproduksi oleh Miles Films bekerjasama Mizan Production Jakarta pada tahun 2008. Selaku manajer produksi film adalah Mira Lesmana dan Riri Riza sebagai sutradara. Film dinarasikan dalam bentuk teks tanpa mengabaikan alur cerita. Alur
cerita;
perkenalan,
permasalahan,
perumitan,
klimaks
dan
penyelesaian, tersaji secara utuh dan runtut. Adapun narasi yang disusun dalam episode-episode dari Film Laskar Pelangi adalah sebagai berikut: Episode 1: Ikal sedang dalam perjalanan pulang ke kampung halamannya, Gantong Belitong. Dari balik kaca pada bus yang ditumpangi, Ikal melihat pemandangan sekitar. Kemudian ia terkenang pendidikan masa kecilnya di sekolah tingkat dasar. Belitong, pada 1974, sangat jaya oleh adanya kekayaan alam berupa timah. Gambar-gambar tidak bergerak, terlihat lawas, yang berisi aktivitas perusahaan timah masa itu ditampilkan sambil diiringi suara tokoh utama, Ikal yang bercerita. “Gambar-gambar ini adalah salah satu bukti bahwa Belitong adalah pulau terkaya di Indonesia dengan urat timah melimpah ruah menggoda bangsa lain untuk mengurasnya. Setelah merdeka, rakyat Belitong pun belum bisa menikmati kekayaan alam tersebut karena tembok-tembok birokrasi yang mengotak-kotakkan kesempatan dan harapan. Namun tembok tak bisa mematahkan semangat kami,” begitu suaranya terdengar menjelaskan gambar. Gambar sepatu kumal di sebuah lantai. 57
“Jadi kau minta ijin untuk ngantar Ikal?” kata Ibu Ikal sembari memasak. “Jadi, aku ijin setengah hari,” jawab Ayah Ikal sambil berdandan di depan cermin. Kakak-kakak Ikal meledek Ikal karena sepatu yang dipakainya lebih cocok untuk dikenakan anak perempuan. “Heh heh heh. kau ini, kakaknya bisanya ngacau saja. Kal pakailah itu dulu, nanti kalau ada rezeki, umak beli lagi yang lebih bagus,” kata Ibu Ikal memarahi kakak-kakaknya agar Ikal tenang. “Aku pergi dulu.” kata Ayah Ikal menuju sepeda. “Sampaikan salamku buat Pak Harfan,” kata Ibu Ikal. “Kemana kau? nganter anak ke sekolah miring itu. Yang pasti, dari sekolah miring itu apa yang akan kau dapatkan. Percuma kuliah akhirnya jadi kuli jua,” komentar para pekerja yang sedang melihat Ikal dan ayahnya melintas di depan perusahaan. Back sound yang mewakili tokoh Ikal. “Pagi itu angka sepuluh menjadi angka keramat bagi semua orang.” Muslimah pamit dengan salam kepada ibunya. Ia berangkat mengajar. Muslimah menuju sekolah dengan naik sepeda. Ia berpapasan dengan seorang anak di jalan depan sekolah. “Siapa nama kau nak?” kata Muslimah dengan memegang sepedanya. “Aku Lintang dari Tanjung Kelimpang.” jawab Lintang. “Sejauh ini kau naik kereta angin sendiri?” kembali Muslimah bertanya seolah heran dengan semangat Lintang. Sambil menyerahkan surat kepada Muslimah Hafsari Hamid atau Bu Mus, Lintang berkata, “Ayahku harus ke laut, jadi ndak bisa datang.”
Episode 2: Sesampai di sekolah, Muslimah mengucapkan salam kepada kepala sekolah SD Muhammadiyah, Harfan Effendy Noor atau Pak Harfan, begitu ia dipanggil. 58
“Aku yakin kita akan mendapatkan sepuluh murid hari ini.” kata Muslimah kepada Harfan dengan nada optimis dengan sorot mata tertuju Lintang. “Angka sepuluh menjadi angka penting, tidak saja buat dua orang guru luar biasa, Pak Harfan dan Bu Muslimah. Tapi juga kami, anak miskin bisa sekolah dengan murah di salah satu pulau terkaya di Indonesia. Hari ini juga ditentukan, anak-anak akan mendapatkan pendidikan atau langsung menjadi kuli-kuli kopra atau buruh di PN Timah. Sementara di balik tembok itu kami tahu SD PN Timah dipenuhi dengan murid baru.” back sound menghantarkan cerita dengan diiringi suasana tegang penantian murid baru. Di ruang kelas siswa-siswi baru SD Muhammadiyah dan orang tua yang mengantarkannya tegang menunggu dimulainya prosesi penerimaan. Sementara Muslimah cemas di luar kelas menunggu entah siapa. Pasalnya, baru sembilan anak yang masuk. Sedangkan di SD PN sudah dipenuhi siswa baru dan prosesi penerimaan berjalan tanpa hambatan. “Kita tunggu sampai pukul sebelas, ya Mus.” kata Harfan kepada Muslimah. Di dalam kelas semua sudah gerah menunggu acara dimulai. “Bagi kami sepuluh orang atau tidak sama sekali, demikian surat peringatan dari pemerintah pusat.” back sound menghantarkan cerita. “Sudah lewat pukul sebelas Mus, kita harus beritahu orang-rang tua itu dan anak-anak.” kata Harfan. “Apalah arti sepuluh atau sembilan. Kita tetap bisa mengajar mereka kan pak!?” kata Muslimah kesal. “Iya, tapi kau pasti tahulah apa artinya ini…” respon Harfan. Akhirnya, dengan terpaksa Harfan mengucapkan salam untuk memberi sambutan. Sementara, di luar kelas, Muslimah masih nampak cemas menanti entah siapa anak yang akan datang. "Syukur alhamdulillah kita ucapkan kepada Allah SWT, karena kehadiran bapak-bapak dan ibu-ibu di sini adalah untuk menyelamatkan pendidikan di SD Islam tertua di tanah Belitong ini, sekolah dengan dasar budi pekerti demi tegaknya akhlakul karimah, akhlak yang baik. Namun demikian, kalau kita tidak bisa memperoleh sepuluh orang murid baru, maka kita tidak bisa membuka kelas baru. Sebaiknya semua ini kita terima dengan hati yang ikhlas.”
59
“Tunggu lah dulu pak. Biar aku cari seorang lagi ya.” serobot Muslimah memotong sambutan Harfan. Muslimah kemudian meninggalkan ruang kelas. “Mus, Maaf, sebentar... Muslimah!!” ijin Harfan kepada wali murid. Ia mengejar Muslimah yang lari mencari tambahan satu murid. “Semestinya, ini hari pertama aku jadi guru pak. Masak muridmuridnya langsung ndak ada.” kata Muslimah sambil lari menuju sepeda. Dari kejauhan suara seorang anak terdengar. Ia bersama ibunya sedang menuju sekolah. Salah satu siswa dari dalam kelas lari menyambutnya. “Harun, Haruun.....” teriak Bu Mus sambil tersenyum gembira. Harun berlari menuju gedung sekolah diiringi oleh back sound menceritakan, “Seorang anak yang sangat istimewa telah menyelamatkan kami dan menghadiahkan senyum bahagia bagi di wajah Bu Mus. Dan senyum-senyum itu akan berganti-ganti dengan banyak hal. Menemani tahun-tahun kami ke depan. Tahuntahun yang tidak akan pernah bisa terlupakan.”
Episode 3: Di depan gedung sekolah, sambil menaruh sepedanya, Muslimah heran karena ia hanya melihat Bakri yang sedang memeriksa jam tangannya. Suasana sekolah sepi tanpa tanda ada seorang anak pun. “Bakri. di mana anak-anak,” tanya Bu Mus kepada Bakri sambil mencari sedang di mana murid-muridnya. “Ayo masuk kelas!!” kata Muslimah kala menemukan muridmuridnya yang sedang asik bermain-main di padang rumput dekat sekolah. Padahal, mereka seharusnya sudah masuk dalam kelas untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Muslimah menuju kerumunan anak-anak sambil memanggil dengan lantang “Kucai, Kucai sini kau.” Kucai berlari menuju tempat berdiri Muslimah.
60
“Kucai, kau itu ketua kelas. Tugas kau itu, ngebantu ibu ngebuat kawan-kawan kau masuk kelas.” kata Muslimah memeringatkannya. “Bunda guru. Ibu itu harus tau, kelakuan anak-anak kuli itu kayak setan semua. Aku ndak enak lagi ngurus begitu. Mulai sekarang aku nak berhenti jadi ketua kelas,” kata Kucai. Dari jarak tidak jauh, Harfan datang. “Hai anak-anak, siapa yang mau mendengarkan cerita Nabi Nuh yang membuat perahu kayu terbesar yang pernah dibuat oleh manusia.” katanya dengan suara lantang karena dari jarak yang jauh. Murid-murid yang sedang bermain di tanah lapang mendadak berhamburan lari menuju kelas. Sementara Muslimah berkata kepada Kucai “Kucai, menjadi seorang pemimpin itu adalah tugas yang mulia.” Sahara yang sedang berlari menuju kelas, menghampiri Kucai dan berpesan, “Hai Kucai, Alqur'an mengingatkan bahwa kepemimpinan seorang itu akan dipertanggungjawabkan kelak di akherat,” “Mereka yang ingkar, telah diingatkan bahwa air bah akan datang. Namun kesombongan telah membutakan mata dan menulikan telinga mereka. Dan akhirnya, mereka musnah dilamun ombak,” kata Harfan menjelaskan kepada anak-anak di dalam kelas. “Makanya bila kau tak rajin shalat pandai-pandailah kau berenang. Tak ada gunanya otot gedemu itu bila tak pandai berenang.” bisik Ikal kepada Arai. “Wudlu yang benar biar tertib urutannya,” kata Harfan yang sedang memerhatikan murid-murid berwudlu. Shalat jama'ah berjalan dengan Harfan sebagai imamnya. Muslimah mengucapkan “Pancasila” dengan ditirukan oleh muridmurid mengikutinya secara bersamaan mengiringi adegan gambar perjalanan Lintang yang bersepeda menuju dan pulang sekolah. Sekali kayuh jarak yang harus ditempuhnya adalah 40 kilometer. Tak jarang buaya menghadang perjalanannya. Selain itu, ditampilkan pula papan bertuliskan “dilarang masuk buat orang jang tida puja hak”.
61
Episode 4: Anak-anak Laskar Pelangi bersama Muslimah membersihkan ruangan kelas yang dipenuhi oleh air bah. Atapnya bocor sehingga air hujan masuk ke ruang kelas. Mereka juga mengusir tiga kambing dari dalamnya. Harfan datang mendekati Muslimah kemudian menyarankan, “Mus, kau ajak anak-anak itu belajar di luar kelas saja, ya?” “Biar kita bersihkan bersama-sama.” pinta Muslimah. “Pergilah... nanti Bakri bisa bantu aku…. pergilah, ya?” kata Harfan membujuk Muslimah agar mengikuti permintaannya. Muslimah membawa murid-murid belajar di luar kelas. Sementara, Harfan membersihkan ruang kelas, dan menutup lobang dindingnya dengan gambar poster Rhoma Irama. Ia juga mengeringkan kapur tulis basah di bawah terik matahari. Selain itu, beberapa warga juga ikut memperbaiki gedung sekolah yang hampir roboh. Anak-anak bermain di padang rumput kemudian ke bebatuan di pantai. Mereka memandangi keindahan pelangi. “Pelangi itu, terbentuk dari cahaya yang menjaga langit pas matahari menarik titik-titk air hujan yang datang. Hasilnya muncullah tujuh sinar, merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu. Mejikuhibingu,” kata Lintang menjelaskan kepada temantemannya. “Laskar Pelangi ayo kita pulang,” kata Bu Mus dari balik bebatuan mengingat suasana hampir petang. “Iya bu,” jawab murid-murid serentak.
Episode 5: Di pelataran sekolah, sambil memperbaiki bangku, Harfan bercakap-cakap dengan penyumbang dana sekolah, Zulkarnaen.
“Aku khawatir melihat kau ini, Har. Sudah lima tahun aku melihat kalian mempertahankan sekolah ini. Aku paling-paling cuma bisa bantu-bantu...” kata Zulkarnaen. 62
“Zul, kau sebenarnya sudah membantu kita lebih dari itu. jangan khawatirlah. Aku, Bakri, Muslimah, masih tetap bisa bertahan bersama kesepuluh murid-murid karunia Allah itu,” komentar Harfan. “Tapi mereka kan sudah kelas lima, tahun depan mereka kelas enam, di bawah mereka ndak ada lagi, dan kalian kan cuma bertiga mengajar. Aku tak paham bagaimana cara kalian mempertahankan sekolah ini; bianyanya? gajinya?” sangkal Zulkarnaen. “Zul... sekolah adalah sekolah dimana pendidikan agama, pendidikan budi pekerti bukan sekedar pelengkap kurikulum. Kecerdasan bukan sekedar dilihat dari nilai, dari angka-angka itu, bukan! Tapi dari hati, Zul,” kata Harfan menjelaskan dengan nada serius. “Lihat diri kau Zul. Dari mana kau dapatkan rasa kepedulian itu. Orang, biasanya ni, kalau sudah terlalu nyaman, punya kekuasaan suka lupa diri. Maunya tambah kekuasaan, tambah kekayaan dengan menghalalkan segala cara. Kalau perlu seluruh kekayaan negeri ini untuk keluarganya saja tu. Tapi kau Zul… nggak! Karena kau hasil didikan sekolah serupa… di Jogja. Jadi, sekolah ini ndak boleh ditutup,” tambahnya. “Baiklah, kalau begitu aku akan membantu...semampuku,” jawab Zulkarnaen.
coba
terus
“Si Widi besok akan datang membawa beras. Insyaallah bisa cukup untuk dua bulan,” tambahnya sambil berpamitan.
Episode 6: Muslimah membuka kelas dengan salam. Sementara di SD PN Timah, Pak Mahmud mengawali pelajaran dengan menjelaskan kepada murid-muridnya, ”Dalam pelajaran berhitung pagi ini, bapak akan mengajar kalian bagaimana cara menggunakan kalkulator. Masing-masing dari kalian akan mendapatkan satu buah kalkulator. Flow, kamu bantu bapak membagikan kalkulator kepada kawan-kawanmu ya!”. Muslimah melanjutkan pengantarnya, “Sekarang kita akan belajar berhitung. Ayo keluarkan lidi-lidimu. Ibu akan membacakan soal. Dua belas ditambah empat kali min lima sama dengan (12+4x-5=)... Ayo dihitung sekarang!”. 63
“Minus 80,” jawab Lintang. “Bagus sekali anak pesisir. Betul, betul sekali,” puji Bus Muslimah untuk Lintang. Sahara bermain dengan Harun di depan kelas. “Run, Run, jadi anak kucing kau tu ada anak tiga, bilangannya tiga lahirnya juga ditanggal tiga, run ya.” tanya Sahara kepada Harun. Harun menjawab dengan isyarat jari tangannya. “Pintar sekarang kau Run, ya.” komentar Sahara atas jawaban Harun.
Episode 7: Di jalan Muslimah bertemu dengan Pak Mahmud. Keduanya sedang menuju sekolah masing-masing. “Kenapa kau tolak mengajar di SD PN Mus? Ape yang kau cari dari sekolah yang hampir roboh itu. Anak-anak yang ndak jelas. Tak cerah masa depannya. Tawaran itu masih ada Mus. Aku bisa bicara dengan...” kata Mahmud. “Maaf Pak Mahmud. Murid-muridku yang rajin menungguku dalam kelas,” kata Muslimah memotong percakapan. Sesampai di sekolah. Muslimah mengajar peta Belitong. “Lenggang, di mana Harun, Lenggang, Harun,” tanya Muslimah. Harun menuju papan tulis tempat peta ditempelkan. Ia kemudian menunjukkan posisi Lenggang di dalam peta tersebut. “Iya betul, pandai kau Harun,” puji Muslimah atas jawaban Harun. Agar radionya dapat kembali berbunyi, Mahar mengeringkan batubatu di atap rumahnya. Setelah kegiatan belajar mengajar selesai, Bakri pamit kepada Harfan dan Muslimah. “Ndak ada yang bisa kita lakukan lagi Mus. Surat dari pengawas sekolah Sumsel dengan jelas mengatakan untuk ulangan minggu depan kita harus bergabung dengan SD PN… Mus, mestinya kau 64
jangan merasa terbebani hanya karena ayah kau ada dalam foto itu bersamaku. Sudah dua bulan ya gaji kau dan Bakri tertunda. Mus, kau tu masih muda, cantik pula. Kenapa tu kau tolak lamaran anak Haji Mahdun. Lah jadi istri saudagar kau di Jawa.” kata Harfan mengawali percakapan dengan Muslimah di ruang guru. Muslimah merespon pernyataan itu dengan berkata, “Kalau nak meninggalkan bapak berdua saja dengan Bakri. Mimpi aku ini bukan jadi istri saudagar. Mimpi aku jadi guru. Dan bapak adalah orang yang langsung percaya bahwa aku bisa jadi guru. Sudah lima tahun ini kita menghadapi macam-macam masalah pak. Tapi kita tetap bertahan kan pak. Soal uang, aku dapat dari menjahit, pak.” “Alhamdulillah,” respon Harfan. Muslimah memberitahukan kepada murid-murid mengenai keputusan tempat dilaksanakannya ujian. Murid-murid langsung merespon. “Ndak begitu bu, biasanya kita kan ulangan di sini,” protes Ikal. “Pake sandal ketubruk gini bu, apalah kata-kata anak-anak SDPN,” kata Kucai memprotes keputusan itu sambil mengangkat sendal seolah menunjukkan kelusuhannya Setibanya di hari pelaksanaan ujian, murid-murid SD PN mengomentari penampilan murid-murid SD Muhammadiyah yang tanpa seragam dan hanya beralas sendal. “Kok mereka ulangannya pake sendal ya.” kata seorang siswi kepada temannya. Pengawas ujian juga meremehkan Harun karena bukannya menjawab soal akan tetapi malah menggambar kucing pada kertas lembar jawaban. “Malah menggambar kucing, anak itu,” kata seorang pengawas sambil tertawa menunjukkan lembar jawaban Harun kepada pengawas lain. Sekembalinya di SD Muhammadiyah, Muslimah mengungkapkan ketidaksukaannya atas sikap pengawas kepada Harfan. “Ndak usah terlalu kau fikirkan Mus. Kau siapkan rapot anakanak itu lalu biarkan mereka berlibur. Kau pun perlu pergi berlibur kan,” kata Harfan meredam emosi Muslimah. “Si Harun akan kau buatkan rapot khusus lagi kan?” tanya Harfan. 65
“Iya pak.” jawab Bu Mus. Di musim libur, anak-anak Laskar Pelangi ikut bekerja. Lintang di pantai dan yang lain di pasar membantu masing-masing orang tuanya. Terkadang ikut menjadi buruh atau melaut. Sementara anak-anak SD PN main separu roda. Percakapan terjadi antara Flow dan anak-anak Laskar Pelangi, meski terhijab pagar kawat berduri. Mereka bercakap-cakap mengenai suku Asmat. Flow juga mengasihkan majalah yang berisi catatan tentang itu kepada anak Laskar Pelangi. “Kau punya banyak majalah macam ini,” tanya Mahar. “Aku punya banyak…. Ambillah ini,” kata Flow sembari tangannya mengulurkan majalah kepada anak-anak Laskar Pelangi. Satpam komplek perumahan karyawan PN Timah kemudian mengusir mereka dari kawasan tersebut. “Pergi, pergi!!” kata Satpam mengusir Ikal dan kawan-kawannya. Semua pergi. Masa libur hampir habis, Lintang belajar di tengah petang dengan lampu teplok.
Episode 8: Di bawah pohon depan sekolah, Harfan menceritakan kisah Perang Badar kepada murid-murid. “313 tentara Islam itu mengalahkan ribuan tetara Quraisy bersenjata lengkap. Anak-anakku, kekuatan itu dibentuk oleh iman, bukan jumlah tentara. Jadi ingatlah anak-anakku teguhkan pendirianmu, kalian harus punya ketekunan, harus punya keinginan yang kuat untuk mencapai cita-cita. Kalian harus punya keberanian dan pantang menyerah menghadapai tantangan macam apapun. Dan ingat, hiduplah untuk memberi sebanyakbanyaknya bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya.” kata Harfan memberikan pelajaran kepada murid-murid. “Cukup untuk hari ini ya?” kata Harfan menutup pelajaran. Kapur sudah habis. Muslimah menyuruh Ikal untuk membeli kapur tulis di Toko Sinar Harapan.
66
“Sialnya kita.. beli kapur saja jauhnya minta ampun, sampai harus ke Manggar,” keluh Ikal kepada temannya, Kucai, yang sedang memboceng. Bakri menghadap kepada Harfan untuk membicarakan sesuatu. “Aku dapat tawaran mengajar dari SD 1 Bangka,” ungkap Bakri kepada Harfan dan Muslimah di ruang guru. “Jadi kau tega tinggalkan Muhammadiyah. Bakri, tugas kita memanglah berat. Murid kita tu sedikit, tapi kita punya kewajiban untuk memberikan pengajaran pada anak-anak yang tidak mampu ini,” kata Muslimah. Bakri berkomentar, “Mus, orang-orang udah ndak ada lagi yang mau menyekolahkan anaknya di sini. Mereka pikir lebih baik anaknya jadi kuli untuk menafkahi keluarganya.” “Tapi ini satu-satunya sekolah Islam yang ada di Belitong,” kata Muslimah menegaskan. Bakri membantah, “Pernah kau berpikir kenapa cuma satusatunya Mus..haa? Karena ndak ada yang peduli lagi Mus. Sudah lima tahun sekolah ini ndak bisa membuka kelas baru karena apa Mus? Ndak ada murid. Apa lagi yang bisa dibanggakan Mus, selain namanya itu SD Muhammadiyah. Apa prestasi sekolah ini Mus.” “Bakri… ndak mungkinlah, Mus mengajar semua mata pelajaran itu sendirian. Sebentar lagi anak-anak itu kelas enam. Setidaknya apa kau tidak ingin tinggal dan mendampingi mereka hingga lulus. Tunggulah sebentar lagi,” pinta Harfan kepada Bakri. “Yaah... Tapi tawaran dari SD Bangka juga tidak bisa menunggu pak,” kata Bakri menegaskan sikapnya. Air mata Muslimah menetes. Ia kemudian lari meninggalkan ruangan menuju jalan menuju rumah. “Mus, Mus... Muslimah jangan marah, sabarlah dulu!” kata Harfan sambil mengejar Muslimah. Sambil menangis dengan memegangi sepedanya, Muslimah mengatakan, “Ndak pak. Aku ndak marah. Aku ngerasa ada benarnya, apa yang disebut Bakri. Tak da orang yang peduli dengan sekolah kita, pak. Semua orang tak percaya bahwa anakanak miskin pun punya hak untuk belajar.”
67
“Iya… yang penting kita. Kita ndak boleh putus asa. Tugas kita adalah meyakini anak-anak ini bahwa mereka harus berani punya cita-cita,” kata Harfan menyemangati Muslimah. “Iya. Iya, kita berdua harus bekerja lebih keras lagi, pak. Biar orang-orang percaya bahwa sekolah ini ada dan pantas untuk dipertahankan. Kita berdua harus bekerja lebih keras lagi,,, lebih keras lagi,” kata Muslimah optimis sambil menganggukkan kepala. Sementara itu, di Toko Sinar Harapan, Ikal berseri-seri lantaran menyaksikan tangan A Ling yang sedang mengulurkan sekotak kapur tulis. Di padang rumput, setelah mendengarkan musik lokal, Mahar berkata kepada Lintang dan Ikal. “Boy, boy,,, selain musik barat, musik melayu juga mantab, boy,” kata Mahar sambil menabuh salah satu jenis alat musik. “Ah percuma kau, lagi keracunan kuku,” komentar Lintang. Ikal berkata, “Aku melihat sesuatu yang lebih indah dari pada musikmu Har, kuku-kuku paling indah yang ada di sinar harapan,” “Ke mana pikiran kau ini Kal, Kal. Jatuh cinta kau boy, boy. Ndak perlu berpikir dalam cinta. Yang ada hanya keindahan, bungabunga bermekaran,” kata Mahar menyimpulkan kemudian melanjutkan nyanyian-nyanyiannya.
Episode 9: Di pasar, Muslimah mampir di sebuah toko kain dan bertanya kepada seorang pembeli. “Bu Fatimah, kok belanja kain banyak sekali?” tanya Muslimah. “Ooo,, seragam anak SD PN. Kan sebentar lagi perayaan 17-an. Ada Lomba karnaval kan. Seragamnya dibuat baru lagi. Juara bertahan harus tampil prima kan Mus,” kata Fatimah, seorang wali murid SD PN yang sedang membelikan kain baru untuk persiapan anaknya ikut karnaval 17-an. Karnaval tujuh belasan hampir dimulai. Di kelas Muslimah bersama Harfan di depan murid-murid mengumumkan, “Anak-anak, bapak dan ibu lah memutuskan tahun 68
ini kita akan ikut karnaval. Karena ibu melihat, kawan kita Mahar selalu dapat nilai tinggi dalam mata pelajaran kesenian. Dia menjadi ketua kelompok yang tugasnya adalah menentukan kesenian apa yang akan kita tampilkan dalam karnaval. Apa kau setuju mahar?” Mahar menyatakan siap. “Yang lain setuju?” tanya Bu Mus. Murid-murid menjawab secara serentak, “Setuju, setuju.” “Mahar, bapak harus ingatkan kau, kite ndak ada dana,” pesan Harfan kepada Mahar. “Setuju. Serahkan saja pada Mahar dan alam,” kata Mahar percaya diri. Sementara, Ikal dengan semangat menyatakan siap untuk menerima tugas membeli kapur ke Manggar supaya dapat bertemu dengan A Ling yang selalu dipujanya. Ia juga meminta A Kiong untuk dapat mempertemukannya dengan A Ling. Dan akhirnya mereka berdua pun ketemuan di depan kelenteng. Sedangkan Mahar, waktunya dihabiskan mempersiapkan karnaval dengan selalu mencari inspirasi dari radio dan bermain-main di alam, baik di pohon atau di padang rumput. Sementara SD PN mempersiapkan karnaval dengan latihan memainkan drum band. “Ada yang tau di mana Mahar?” tanya Bu Mus kepada muridmurid di kelas. Tiba-tiba, dari luar kelas Mahar datang dan berkata, “Aku lah tau apa yang harus kita tampilkan waktu karnaval.” Karnaval dimulai dan SD PN menampilkan drum band. Sementara peserta baru, SD Muhammadiyah menampilkan tarian tradisional etnik dengan hanya perlengkapan daun dan sebuah alat musik seperti kendang. Murid-murid Lakar Pelangi memenangkan lomba karnaval. Mereka merayakan itu dengan girang. Di pasar, Muslimah mendapatkan pujian dari salah seorang warga dan akan memasukkan anaknya di SD Muhammadiyah jika SD tersebut kembali menang dalam lomba cerdas cermat.
69
Episode 10: Flow pindah sekolah di SD Muhammadiyah. Ia suka dengan tarian anggota Laskar Pelangi di karnaval. “Ada sesuatu yang mistis dalam tarian-tarian itu,” kata Flow memberikan alasan. Muslimah mengungkapkan kekhawatirannya kepada Harfan. “Kehadiran Flow merubah sikap anak-anak,” kata Muslimah. “Jangan takut dulu lah Mus yang penting kau temani mereka,” komentar Harfan. Di kelas, Muslimah menegur murid-murid karena hasil ulangan meraka menurun. “Mahar, Flow nilai ulangan kalian paling buruk. Apa kalian tidak mau lulus ujian,” tanya Muslimah. Muslimah bertamu ke rumah pamannya, Harfan. Ia bersama Bu Harfan membincang soal kesehatan suaminya, Harfan. “Kau macam ndak kenal pak cik mu saja Mus, mana mau dia pergi ke puskesmas,” ungkap Bu Harfan. “Pil-nya harus dikurangi kali, mak cik,” kata Muslimah menyarankan. “Ahhh.. Dah sampai tumbuh daun rasanya bibirku bilang begitu, malah dia banyak minum pil APC kalau batuk. Cuma da satu obat di Belitung ini, APC. Macam dokter saja Mus,” katanya mengakhiri perdebatan. “Dia cuma perlu istirahat Mus. Kau sendiri bagaimana kabarnya Mus, sudah ketemu jodoh?” tanya Bu Harfan mengalihkan pembicaraan. Tanpa kata, Muslimah meresponnya dengan menggelengkan kepala. Lintang melihat ayahnya yang mengemasi barang-barang untuk pergi melaut. Lintang bermaksud membantu ayahnya dengan ikut melaut. “Kau jaga adik-adikmu,” pesan ayah Ikal. ”Aku nak ikut ayah melaut,” kata Lintang sambil menyuruh adiknya masuk ke rumah. “Mau ape kau!? esok kau sekolah,” kata Ayah Lintang dengan tegas seolah melarang kemauan Lintang. Di pelataran sekolah, murid-murid sedang membincang tentang misi menemukan Tuk Bayan Tula. 70
“Aku dan Flow sepakat, kite harus ke pulau Lamun,” kata Mahar mengawali pembicaraan. “Kita harus menemui Tuk Bayan Tula,” kata Flow memperjelas maksud Mahar. “Gile pa?” tanya Kucai “Tak ada jalan lain untuk kita nak lulus, hanya Tuk Bayan Tula yang bisa membantu kite. Dia dukun sakti di Belitung. Harun saja pasti bisa dibuatnya pinter olehnya. Kalian pasti lulus sekolah,” jelasnya. “Mahar, janganlah kau campurkan khayalan kau dengan kata dusta,” kata Sahara. “Aku ndak bohong,” bantah Mahar. “Pulau lamun itu pulau kosong. Dari mana kau tahu kalau dia ada di sana. Setahuku, tak ada orang yang tahu dia ada di mana?,” kata Kucai. “Aku tahu. Aku punya petunjuk dan bukti-bukti bahwa dia ada di sana. Lihat ini!” kata Flow menunjukkan sebuah kertas. “Apakah kau tak pernah menyimak pelajaran aqidah setiap Selasa. Terserah kalian, aku ndak ikut. Siapa yang ikut aku,” kata Sahara meninggalkan kerumunan. “Menyesal nanti kau Sahara,” kata Mahal kesal atas sikap Sahara. Selepas akhir salam dalam sebuah shalat, Mahar membujuk Ikal yang kebetulan shalat di sebelahnya. “Boy ikutlah! Mungkin Tuk Bayan Tula dapat membantu persoalan kau, kau dan A Ling,” kata Mahar menjelaskan. Malam harinya, mereka kemudian menuju gua untuk mencari Tuk Bayan Tula. “Tuk Bayan Tula ijinkan kami masuk,” kalimat itu berulang-ulang diucapkan Mahar, Arai dan teman-teman lainnya yang sedang mencari Tuk Bayan Tula di gua. Kemudian, terdengar suara auman harimau. Esok pagi di sekolah. “Awas saja, kalau dia baca dulu pesan Tuk Bayan Tula, ku tinju dia,” kata Arai mengancam Mahar yang tidak kunjung datang di pagi harinya. 71
“Tenang lah saja Rai, perintah Bayan Tula terlalu jelas. Kita harus membaca mantranya bersama, pagi ini. Kalau ada yang melanggar Bayan Tula, akan menjadi kodok,” kata Kucai menenangkan. Mahar datang menuju kerumunan teman-teman lainnya. Ia berkata, “Aku berhasil boy,”. Murid-murid menggerombol membaca mantra dari Tuk Bayan Tula yang dipegang Mahar. Secara bersama-sama mereka membaca mantra itu, “Kalau nak pintar belajar kalau nak berhasil usaha,” kata Mahar bersama teman-temannya yang sedang membaca mantra. Anggota Laskar Pelangi yang termakan ide Mahar kecewa sambil memaki Mahar sampai terjadi adu mulut. “Ahhhh…” begitu respon mereka. “Ku cekik kau Mahar,” kata Arai sambil mendorong badan Mahar. Ikal yang tidak jauh dari kerumunan tersebut, mendekat kemudian menengahi perseteruan itu. Ia mengingatan, “Sudahlah!! Benar pesan itu, kita lah yang bodoh, sampai ke dukun segala,”. Di bawah pohon dekat gedung sekolah, Ikal menunjukkan sebuah kotak kepada Lintang. Mereka hanya duduk berdua. “Gambar apa ini Kal?” tanya Ikal. “Ini gambar menara Eifel Kal, adanya di kota Paris Ibu kotanya Prancis. Paris itu kotanya orang-orang pintar, orang-orang hebat, para ahli seninam. Semua ada di sana. Katanya Paris juga kota tercantik di dunia. Banyak orang bermimpi ke sana, Kal,” kata Lintang. “Kotak ini dari A Ling. Apa Maksudnya,” kata Ikal. Mahar menghampiri mereka berdua kemudian berucap, “Maafkan aku, boy.”. Mahar beranjak dari duduknya dan menyanyikan lirik, “ Mari menyusun, seroja buang seroja,”. Kemudian berhenti menepuk pundak Ikal. “Suara kau lebih sakti dari Tuk Bayan Tula,” komentar Ikal memuji Mahar.
72
Episode 11: Di kelas Ikal, Lintang dan Mahar melihat lemari yang hanya berisi sebuah medali. “Dah lima tahun kite sekolah. Masak cuma itu satu-satunya benda berharga kite. Kalau iye, pasti Bu Mus dan Pak Harfan kecewa sekali,” kata Ikal kepada Lintang sambil memandangi medali. Harfan datang. Ia berpesan, “Yang harus kalian ingat anak-anakku. Jangan pernah menyerah. Hiduplah untuk memberi sebanyakbanyaknya, dan bukan menerima sebanyak-banyak,”. Tiba, waktunya pulang ke rumah. Muslimah mencari, Harfan sedang di mana. “Pak, ayo kite balik pak,” kata Bu Mus ketika menemukan Harfan yang sedang berada di atas kursi dengan posisi kepala ditaruh di atas meja. Ia seperti tertidur. Muslimah memanggil dan menepuknepuk lengannya sambil berkata, “Pak… pak cik, pak cik,,” kata Muslimah kaget karena Harfan tidak bergerak. Ia menangis sambil berlari dari gedung sekolah menuju tempat sepedanya disandarkan. Harfan wafat. Rumahnya dipenuhi pelayat. Mmurid-murid dan Mahmud jugi di sana. Di sela-sela acara penghormatan terakhir untuk Harfan itu, Mahmud mendekati Muslimah dan berkata, “Aku bernar-benar terkejut, Mus. Aku, khawatir nak kau. Tapi sekarang, manalah mungkin kau sendiri di situ,” katanya. Sekolah seperti telah lumpuh paska ditinggal wafat Harfan. Muslimah tidak ke sekolah. Hanya ada murid-murid di sekolah, tanpa ada aktivitas yang jelas. Tidak ada pengumuman apakah sekolah ditutup atau tidak. Muslimah terlihat belum ikhlas dengan kepergian Harfan. Aktivitas mengajar yang biasanya dijalaninya. Ia mengisi harinya di rumah, mengenang Harfan. Ia menangis ketika melihat foto bergambar Harfan yang berdiri bersama ayahnya. Lintang mengisi waktunya dengan bercakap-cakap tanpa arah, dengan temannya. Terkadang ia belajar berhitung bersama A Kiong. Di rumah, Ikal diajaknya untuk sesekali menghibur dirinya dengan menonton bioskop.
73
“Kal, biar pun Harfan dah ndak ada. Dia ndak ingin membuatmu murung seperti ini. Nanti malam kau ikut nonton ya!,” begitu kata Ayah Ikal memberi saran. Ikal pun pergi ke bioskop. Lintang tetap menjalani aktivitas seperti biasa menuju sekolah dengan sepeda tuanya. Meskipun di sekolah tanpa ada kegiatan belajar mengajar. Tidak ada murid-murid dan juga Bu Mus. Hanya ia dan Ikal. Mereka kesepian dan resah. “Mau kemana kau?” tanya Lintang kala melihat Ikal menuju pintu untuk keluar dari ruangan. “Apalagi kau Ntang? Bu Mus ndak ada, kawan-kawan mana? Sekolah apa ini? Ndak ada guru ndak ada murid?” jawab Ikal kecewa. Lintang merangkul tangan Ikal sambil mengajaknya menuju suatu tempat. “Ayo, ikut aku! Aku satu-satunya anak laki-laki paling tua dari tiga anak perempuan di keluarga. Harusnya aku diajak melaut, biar dapat ikan yang banyak. Tapi ia malah megirimku ke sini. Ingin aku mengejar cita-cita nak tinggi. Dan di sekolah inilah kita mulai. Kita harus terus sekolah!” kata Lintang memberi penjelasan sambil jalan. Ikal dan Lintang pergi ke rumah teman-temannya. Keduanya menjemput dan membujuk agar mau belajar lagi ke sekolah. “Har, Har, ke sekolah yuk!” pinta Ikal diikuti teman-temannya. “Sekarang!?” tanya Mahar meyakinkan. Setelah temannya mengiyakannya, Mahar beranjak dari duduknya untuk kemudian berangkat ke sekolah. Zulkarnaen melihat semangat anak-anak tersebut. Ia langsung menuju rumah Muslimah. “Aku minta maaf, kedatanganku yang tiba-tiba ni. Aku dengar dari mak cik kau, dah lima hari kau tidak mengajar?” Kata Zulkarnaen kepada Muslimah. Muslimah menganggukkan kepalanya dan berkata, “Iya pak. Aku masih berkabung. Aku juga ngerase…” “Iya, iyelah iye,.. Mah, aku paham,” serobot Zulkarnaen. “Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Dari Dia, balik pula ke Dia. Sudahlah, lupakan! Eh Mah, terakhir kali pak cik kau bicara bersama aku;. Aku sudah bilang, hee,..Pak, apa ndak sebaiknya 74
sekolah ini ditutup saja? Hai Zul, sekolah Muhammadiyah ini ndak boleh ditutup. Karena ini satu-satunya sekolah yang tidak mendekati segala sesuatunya dengan materi. Nilai-nilai, masalah kecerdasan tidak diukur dengan angka-angka, tapi, dengan hati. Kau dan pak cik kau udah membuktikan. Cobalah kau tengok itu, murid-murid kau, luar biasa tu... luar biase,” puji Zulkarnaen. Di kelas, Lintang menggantikan tugas yang seharusnya dikerjakan oleh Bu Mus, yakni mengajar. “Soekarno ditahan di penjara di Suka Miskin pada tanggal 29 Desember 1929, karena mendirikan Partai Nasional Indonesia dengan tujuan Indonesia merdeka. Ruangannya sempit di kelilingi tembok-tembok tebal yang suram. Tinggi, gelap dan berjeruji. Lebih buruk dari kelas kita yang sering bocor. Tapi, di situlah beliau menjalani hukuman dan setiap hari belajar, setiap waktu baca buku. Beliau adalah salah satu orang tercerdas yang pernah dimiliki oleh bangsa ini. Sebenarnya untuk mengingat nama tempat dan juga tanggal itu mudah sekali. Kita cukup mencari halhal penting di sebuah peristiwa seperti Bu Mus dan Pak Harfan yang sering lakukan,” kata Lintang menjelaskan. “Tanggal 29 Desember 1929. Aah,,, aku ingat itu,” kata Arai. “Penjara suka miskin namanya, kayak sekolah kita, tetapi kita tetap suka, suka miskin,” celoteh Mahar berkelakar yang disambung dengan tawa ria teman-teman sekelasnya. Muslimah tiba-tiba muncul di pintu kelas. “Bu Muus!?, Bu Muuuusss…,” kata Sahara sambil lari menuju Muslimah berdiri. Sebuah kertas warna berisi tentang pengumuman pendaftaran lomba cerdas cermat se-Kecamatan Gantong ditempel di papan pengumunan sekolah-sekolah. Di Kelas Muslimah dan murid-murid mempersiapkan lomba cerdas cermat dengan melatih Lintang, Ikal dan Mahar. “Siapakah yang mengetik naskah Proklamasi Indonesia?” tanya Bu Mus. “Sayuti Melik;” jawab Ikal yang duduk berdampingan dengan Mahar dan Lintang. “Tulang yang terpanjang pada tubuh manusia adalah?” tanya Muslimah. “Tulang paha,” suara Lintang menjawab 75
“Bilangan yang tidak bisa dibagi adalah?” tanya Muslimah. “Bilangan prima,” jawab Ikal. “Sebutkan pencipta lagu ”Indonesia Raya”?” tanya Muslimah. “Wage Rudolf Supratman,” jawab Lintang “Jawablah lagu apa ini? Kucai!..” perintah Muslimah. Kucai kemudian bersiul dengan irama sebuah lagu nasionalis. “Maju Tak Gentar,” jawab Mahar. “Ciptaan?” tanya Muslimah. “Simanjutak,” jawab Mahar “Sebutkan ibu kota Irian Jaya?” tanya Muslimah. “Jayapura,” jawab Lintang. “Siapakah pengarang puisi berjudul “Aku”?” tanya Muslimah. “Khairil Anwar,” jawab Mahar “Hari Pendidikan Nasional pada tanggal?” tanya Muslimah. “22 Mei,” jawab Ikal. “Salah satu wakil Indonesia dalam perjanjian Meja Bundar adalah?” tanya Muslimah. “Mohammad Hatta,” jawab Sahara. “Planet terjauh di tata surya?” tanya Muslimah. “Planet Pluto,” jawab Lintang “Hewan yang memakan tumbuhan dan hewan lain disebut?” tanya Muslimah. “Omnifora,” jawab Ikal “Sumber energi yang tidak mencemari lingkungan adalah?” tanya Muslimah. “Matahari,” jawab Ikal. “Anak-anak, malam ini semua istirahat semua ya? Karena esok kite…?” kata Muslimah “Lomba cerdas cermat,” jawab anak-anak serentak. Keesokan harinya. Di rumah, ayah Lintang sedang mempersiapkan peralatan untuk melaut. “Sedikit lagi nasi masak. Kau angkat ya!” kata Ayah Lintang kepada Lintang. 76
“Ayah akan melaut lagi hari ini? sendirian!?” tanya Lintang ketika melihat ayahnya mempersiapkan jaring. “Aku tau angin sedang ndak bagus, Yah.” komentar Lintang melihat ayahnya yang akan melaut. “Lah… Istirahatlah kau dulu biar besok ndak telat. Ayah pergi dulu ya.” kata ayah Lintang berpamitan. Lintang melepas kepergian ayahnya menuju pantai. Langit masih gelap karena matahari belum menampakkan sinarnya. Lintang sendirian mengayuh sepedanya untuk mengikuti lomba cerdas cermat. Sementara di rumah, ayah Ikal tidak sabar melihat istrinya yang sedang menggosok pakaian. “Cepatlah sedikit. Telat nanti si Ikal,” kata Ayah Ikal. “Tunggulah dulu. Lette-lette aku ngerendam pakaian ini semalaman,” jawab Ibu Ikal sambil menyetrika pakaian Ikal. Di jalan, Lintang menghentikan kayuhan sepedanya oleh sebab buaya yang menghadang di tengah jalan. Sementara murid-murid lain sudah menunggu di SD Muhammadiyah. Setelah mereka sampai di lokasi lomba di SD PN, mereka pun masih khawatir karena Lintang belum nampak. Sementara peserta dari SD lain sudah siap di kursi perlombaan. “Pak Zul juga sudah menunggu dia. Biar dia cepat datang kemari,” kata Muslimah menenangkan Ikal. Lima belas menit lagi lomba dimulai, namun Lintang belum juga tampak di ruangan lomba. Lintang masih menunggu buaya pergi. Di SD Muhammadiyah, Zulkarnaen juga masih menunggu. “Uuuuh….!!!” kata Lintang gerah dengan ulah buaya yang menghadang di tengah jalan. Sementara di SD PN, acara hampir mulai. Suasana semakin mencemaskan. “Sahara kau siap-siap gantiken Lintang ya!” kata Muslimah kepada Sahara yang duduk disebelahnya. Seorang bernama Bodengga kemudian datang dan mengusir buaya yang melintang di jalan Lintang menuju sekolah. “Itu Lintang!!” teriak Sahara ketika melihat Lintang bersama Zulkarnaen masuk ke ruang lomba. 77
“Buaya ya?” tanya Ikal memastikan penyebab keterlambatan Lintang. “Buaya dan Bodengga,” kata Lintang. Lomba dimulai, soal-soal mulai dibacakan. “Soal pertama, siapakah yang menemukan mesin uap?” tanya pembaca soal. “James Watt,” jawab Lintang tanpa memencet bel. “James Watt,” jawab regu lain sambil memencet bel. “Seratus regu A,” puji pembaca soal tanda benarnya jawaban. “Kalau mau jawab dipencet dulu belnya, Ntang,” kata Ikal memberikan pengertian. “Kemanakah Soekarno dibawa oleh para pemuda?” tanya pembaca soal. “Rengas Denglok,” jawab regu A. “Seratus regu A,” puji pembaca soal. “Sebutkan judul lagu ini dan siapa penciptanya?” tanya pembaca soal. Petugas datang, kemudian memainkan lagu dengan sebuah alat musik. Mahar memencet bel. Akan tetapi ketika fotografer memotretnya, ia kemudian kehabisan kata-kata. “Waktu habis, dan dilemparkan,” kata pembaca soal. Regu B memencet bel. “Maju Tak Gentar, C Simanjutak,” jawab kelompok B. “Seratus untuk regu B,” kata pembaca soal membenarkan. “Siapakah penulis roman Siti Nurbaya?” tanya pembaca soal. “Marah Rusli,” jawab Ikal setelah memencet bel. “Seratus untuk regu C,” kata pembaca soal membenarkan. “Apakah nama planet dengan jumlah satelit terbanyak?” tanya pembaca soal. “Jupiter,” Regu A “Seratus untuk regu A,” kata pembaca soal membenarkan. “Sekarang berhitung” tanya pembaca soal. Ayo Lintang!!!” kata Sahara menyemangati. 78
“Sebuah segitiga siku-siku. Sisi sikunya 15 senimeter dan 20 senimeter. Berapa sentimeter sisi miring..?” tanya pembaca soal. “25 sentimeter,” jawab Lintang dengan cepat. “Seratus untuk regu C,” kata pembaca soal membenarkan. “Pintar anak itu menjawabnya,” komentar salah satu penonton kepada teman di sampingnya. “Yang di pinggir itu otaknya encer kayak susu, belum tentu saja nafasnya, kalau sudah, habis pasti soal dijawabnya,” komentar Arai melihat tingkah Lintang. “Berapakah 17.000+24.268?” tanya pembaca soal melanjutkan pertanyaan berikutnya. “50.104,” jawab Lintang. “Seratus untuk regu C,” kata pembaca soal membenarkan. “12,5x64 dibagi akar 4+10?” tanya pembaca soal. “110,” jawab Lintang. “Seratus untuk regu C,” kata pembaca soal membenarkan. “Sebutkan salah satu lagu ciptaan Kusmini?” tanya pembaca soal. “Padamu Negeri,” jawab Mahar. “Seratus untuk regu C,” kata pembaca soal membenarkan. Soal demi soal dibacakan dan bebagai jawaban terlontar. Pembaca soal secara bergantian memberikan nilai 100 untuk kelompok A dan C. Sementara, di papan skor menunjukkan regu A dan C memiliki skor sama 1700, sedangkan kelompok B hanya 500. “Soal terakhir kembali berhitung. Adi bersepeda ke sekolah dengan kecepatan 15 km/jam jarak yang ia tempuh 37,5 km. Jika Adi berangkat pukul 07;55 menit, pukul berapakah Adi tiba di sekolahnya?” tanya pembaca soal. Sejenak suasana hening oleh karena peserta sedang menghitung. Tidak lama kemudian Lintang memencet bel dan menjawab, “Pukul 10 lewat 25 menit,”. “Salah. Regu C dikurangi 100. Pertanyaan dilempar,” kata pembaca soal. Tidak ada kelompok yang memencet bel ataupun menjawab. “Waktu habis. Yang benar pukul 10 lewat 5 menit,” kata pembaca soal. 79
Dari kerumuhan penonton. Guru SD PN Timah, Mahmud mengacungkan tangan. Ia menginterupsi juri dan pembaca soal. “Sebentar, tunggu dulu. Hasil hitungan aku sama dengan anak itu.” kata Mahmud menginterupsi. “Maksudmu ape?” tanya salah satu juri. “Ya, menurutku hitungan anak itu benar,” komentar Mahmud. “Kau meragukan kami? Lagi pula dari tadi aku melihat anak itu ndak pernah menghitung,” tanya salah satu juri dan memberi alasan kecurigaannya. “Ini bukan masalah meragukan. Bapak-bapak dan ibu yang terhormat, tapi hitungan anak itu benar. Bagaimana kalau kita hitung lagi bersama!?” kata Pak Mahmud menyarankan. “Tidak perlu. Untuk ape? Dari tadi aku sudah curiga, janganjangan anak itu sudah tahu jawabannya,” kata juri. Zulkarnaen mengacungkan tangannya. “Sebentar-sebentar. Maksud ibu anak itu curang? Dengan apa? Mencuri soal!?” kata Pak Zul mempertanyakan alasan. “SD Muhammadiyah sangat terhormat. Dan ndak mungkin curang,” kata Mahmud memberi alasan. “Aku bisa menjelaskannya,” mempertanggungjawabkan sikapnya.
kata
Lintang
ingin
“Boleh saya bacakan soalnya?” tanya pembaca soal. “Ndak usah, aku masih ingat soalnya,” kata Lintang Lintang memandang Muslimah, kemudian menuliskan penjelasan atas jawabannya di papan tulis yang disediakan oleh panitia. “Maaf kami melakukan kesalahan, jawaban anak ini benar. Jadi pemenangnya adalah dari SD Muhammadiyah.” kata juri melihat uraian Lintang dan mengakhiri perlombaan. “Hore!!!” begitu kata murid-murid yang menyaksikan. Mereka menyambutnya dengan sorak tepuk tangan kemenangan. Lintang pulang bersepeda menyambut di depan rumah.
dengan
muka
riang.
Adiknya
“Bang, ayah belum balik,” kata adik Lintang. Siang berganti malam. Muhammadiyah. 80
Dua piala menghiasi
lemari SD
Lintang tidak kunjung muncul di sekolah paska kemenangan itu. Berhari-hari murid-murid belajar tanpa Lintang. Suasana sekolah berbeda seolah terasa ada yang hilang. Back sound bercerita, “Setelah hari bersejarah itu Lintang tidak kunjung muncul di sekolah,” Di rumah, Lintang memasak dan merawat adik-adiknya. “Berharihari kami menanti sahabatku yang cerdas dan aku kagumi itu. Tapi tak ada kabar berita,” lanjut back sound menjelaskan. Di kelas Muslimah terdiam duduk di kursi guru menyaksikan muridnya kurang satu. Arai belajar bersama Mahar dan teman lainnya. Di bibir pantai, Lintang memandangi laut, seolah menanti kemungkinan ayahnya kembali. Di hari ke lima, Muslimah dan murid-murid berencana untuk pergi menemuinya di Tangjung Kelimpang. Datang seorang laki-laki dengan sepucuk surat. Surat di terima Muslimah. Di depan teman-temannya, surat dibacakan oleh Ikal. “Surat Lintang sangat singkat. Ibunda guru, ayahku telah meninggal. Nanti aku akan ke sekolah untuk mengucapkan salam perpisahan terakhirku kepada ibu dan teman-teman. Salamku, Lintang.” “Kami semua sadar, Lintang tidak punya peluang untuk meneruskan sekolahnya. Seorang laki-laki tertua keluarga pesisir miskin yang tidak memiliki ibu dan kini ditinggal ayahnya, haruslah menanggung nafkah keluarganya. Ditanggung sepenuhnya oleh anak sekecil itu.” suara diselingi gambar Ikal yang sedih dan bersandar di pundak Muslimah. Lintang terdiam menyaksikan teman dan gurunya berkumpul di depan sekolah. “Kami harus melepas seorang jenius didikan alam. Murid pertama Bu Mus. Orang yang ingin sekolah ini tetap ada, orang yang selalu berusaha datang lebih pagi. Sekarang harus lebih dulu meninggalkan sekolah ini.” pungkas back sound menjelaskan gambar-gambar proses perpisahan. Selepas menyampaikan ucapan perpisahan, Lintang kemudian pulang bersepeda. Murid-murid dan Muslimah menyaksikan kepergian Lintang. Ikal lari mengejarnya. 81
“Lintang!!!” kata Ikal berteriak seolah tidak rela melepas Lintang meninggalkan mereka semua.
Episode 12: Belitong 1999. Bekas bangunan PN Timah terlihat kosong dan lusuh tanpa penghuni. “Belitong sekarang sudah berubah. Di akhir tahun 1980-an harga timah jatuh di pasaran. Dalam sekejap PN Timah runtuh. Temboktembok yang dulu mengkotak-kotakkan kesempatan dan harapan itu, kini sudah runtuh.” suara back sound mengiringi bus yang sedang berlari kencang di alam Belitong Seperti dari perantauan, Ikal yang sudah dewasa sedang berada di dalam bus melihat pemandangan alam di sekelilingnya. Ia seolah membayangkan masa kecil yang pernah disimpan di memorinya. “Namun masa kecilku itu telah menyihir kepercayaan diriku sampai saat ini. Membuatku berani bermimpi, berani memiliki cita-cita. Sekian lama aku meninggalkan Belitong untuk mengejar mimpi itu. Hari ini aku kembali.” “Ikal,” kata Lintang keluar dari rumahnya menemui seseorang yang sedang berdiri di depan rumahnya. Keduanya saling berhadapan seolah tidak kenal dan heran. Lama, keduanya tidak bertemu. “Apakabar kau Lintang?” kata Ikal mengawali percakapan sambil menepuk pundak Lintang. Percakapan berlanjut di padang rumput di sebelah sebuah gedung sekolah. “Masih kau simpan kotak dari A Ling?” tanya Lintang. “Iya masih,..heheh,” jawab Ikal. “Ada sesuatu yang ingin aku perlihatkan kepada kau, Kal,” kata Lintang. “Apa kang?” tanya Ikal. “Itu anakku,” kata Lintang dari luar kaca jendela sambil menunjukkan seorang anak yang sedang menjelaskan sesuatu di dalam kelas.
82
“Lintang, semangatnya tidak pernah luntur. Semangat yang telah ia tularkan kepadaku. Kini juga pada anaknya.” Suara back sound. “Kau balik untuk menghadiri peluncuran novel Mahar..heh. Pulau hantu itu menjadi seniman jiwa. Aku pikir kau perlu bantu lah dia, jadi dukun..heheh” kata Lintang. “Tujuan aku pulang, sebenarnya ingin berterima kasih kepada kalian semua. Terutama kepada kau,” kata Ikal. “Aku akan berangkat ke Sorbon. Prancis Kang. Aku dapat beasiswa,” lanjut Ikal memberi kejutan. “Sorbon, Paris, Prancis,” kata Lintang seolah bangga dan heran. Ikal berangkat ke Prancis dengan pesawat terbang. Anak Lintang menerima kiriman kertas bergambar menara Eifel. Kemudian menyerahkan kepada ayahnya, Lintang yang berada di dalam rumah. “Kejar pelangimu sampai ke ujung dunia nak, macam Pak Cik Ikal. Jangan pernah menyerah!” kata Lintang kepada anaknya sambil menunjukkan isi surat itu. “Sesunguhnya iman itu ada enam perkara, pertama, mengimankan pada Allah yang kuasa, kedua malaikat, ketiga kitab-kitab, ke empat para rasul, ke lima hari kiamat, ke enam mengimankan takdir baik dan buruk, itu semua dari Allah,” suara yang berlanjut dengan kertas bergambar menara Eifel dan papan dinding SD Muhammadiyah yang di dalamnya sedang terdapat Muslimah mengajarkan materi rukun iman dengan bernyanyi.
83
BAB IV PEMBAHASAN
A. Apresiasi atas film Laskar Pelangi Film Laskar Pelangi merupakan film yang berbeda dari tren film-film yang selama ini beredar di masyarakat. Film ini tidak menampilkan unsur seksualitas, kriminal, glamor dan juga irasionalitas (misteri) yang dijual sebagai daya tarik kebanyakan film saat ini. Film ini tidak sekadar menjual hiburan, tetapi juga unsur edukatif. Daya tarik dan kekuatan dari film Laskar Pelangi adalah pada cerita dan permasalahan yang diangkat. Masyarakat sudah tertarik oleh cerita dalam film yang terlebih dahulu disambut oleh khalayak umum. Laskar Pelangi hadir menawarkan pesan nilai yang mendorong penontonnya untuk menjalani hidup dengan semangat menuju arah yang lebih baik. Melalui film, nilai-nilai kebaikan yang dikemas menghibur, diharapkan dapat menginspirasi penontonnya. Penonton dituntun melalui tontonan yang mendidik individu menjadi mulia. Oleh karenanya, layak ketika Laskar Pelangi mendapatkan apresiasi dari jutaan masyarakat yang menonton, sehingga kemudian meraih penghargaan, baik pada tingkat nasional, regional dan internasional. Film Laskar Pelangi dapat dikatakan film berjenis edutainment karena pesan dan unsur yang ditonjolkan dalam film adalah isi cerita edukatif yang 84
dikemas dengan menarik. Film juga tergolong film religi karena seting dan nilai-nilai yang disajikan bersumber dari ajaran Islam. Film ini juga termasuk film dokumenter karena disusun berdasarkan fakta-fakta sejarah pendidikan di Gantong Belitong pada tahun 1970-an. Film Laskar Pelangi dilihat dari perspektif pendidikan, secara tersirat, dari isi cerita memiliki misi pendidikan. Hal itu tidak hanya dikarenakan seting film mengambil suasana lembaga pendidikan (sekolah), tetapi juga oleh sebab materi pesan yang disajikan mengajarkan nilai-nilai kebaikan (akhlakul karimah). Di antara manfaat dari film Laskar Pelangi bagi dunia pendidikan dapat dilihat dari alasan-alasan sebagai berikut: Cerita dalam film merupakan salah satu media pendidikan yang efektif. Dalam Pendidikan Islam, dampak edukatif cerita (kisah) sulit digantikan oleh bentuk-bentuk bahasa lainnya. Kisah memiliki dampak psikologis dan edukatif yang baik dan cenderung mendalam sampai kapan pun. Menurut Abdurrahman An-Nahlawi (2002: 239), Pendidikan melalui kisah dapat menggiring peserta didik pada kehangatan perasaan, kehidupan, dan kedinamisan jiwa yang mendorong manusia untuk mengubah perilaku dan memperbaharui tekad agar selaras dengan tuntutan, penghargaan dan pelajaran yang dapat diambil dari kisah tersebut. Cerita dan visualisasi mengenai kegigihan, perjuangan, keikhlasan, kasih sayang dan tangung jawab yang disajikan dari film Laskar Pelangi sangat menarik. Menariknya isi cerita dalam film bagi masyarakat juga dapat diukur melalui penjualan film sehingga menjadi film best seller. 85
Watak dan karakter tokoh yang digambarkan oleh tokoh-tokoh dalam cerita juga akan lebih nyata karena disajikan melalui gambar yang bergerak (audio visual) atau film. Pelibatan indera pendengar dan penglihatan diharapkan dapat menumbuhkan empati, sehingga pesan edukatif dalam film dengan mudah diterima oleh masyarakat dan berdampak baik pada sikap hidupnya. Akhirnya watak dan karakter tokoh dalam film dapat menjadi sosok inspirasi dan teladan bagi penontonnya. Laskar Pelangi menawarkan warna kehidupan yang warna-warni dengan menampilkan ketegangan, humor, dan permaian-permainan yang sering dijumpai dalam kehidupan anak. Unsur humor dan cara berfikir anak dalam cerita juga menjadikan film ini menarik dan menghibur, tanpa mengurangi pesan eduaktif dalam film. Dilihat dari tema dan seting yang ditampilkan, anak menjadi segmen penontonnya. Dari seluruh isi film, dunia anak mendapat porsi yang sangat dominan. Problem-problem dunia anak dan pendidikan yang tersaji kemudian diberikan alternatif solusi yang sesuai dengan cara berpikir atau perspektif anak. Anak-anak dihadapkan pada situasi permasalahan hidup yang tidak kecil dan diselesaikan dengan cara pandang anak-anak. Film menawarkan gambaran cara mendidik dan memahami karakter anak. Meskipun begitu, film juga diharapkan untuk ditonton oleh masyarakat secara umum, karena persoalan pendidikan dan kesenjangan ekonomi menjadi masalah bersama.
86
Misi pendidikan dari film tersebut sangat nyata dilihat dari gambar yang menampilkan bagaimana proses belajar mengajar berjalan dan bagimana hubungan antara guru, murid, dan masyarakat. Perspektif pendidikan, film Laskar Pelangi memiliki dampak positif bagi masyarakat umum karena pesannya yang memengaruhi untuk hidup dengan akhlak terpuji. Film tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga pendidikan anak dan orang tua. Bagi anak, tokoh dalam film dapat dijadikan teladan. Sementara bagi orang tua, film dapat menjadi referensi cara memotivasi dan mendidik anak.
B. Nilai-nilai keikhlasan Dalam Film Laskar Pelangi Nilai-nilai keikhlasan dalam film Laskar Pelangi merupakan nilainilai sebagai derivasi dari misi baik yang tersurat atau tersirat dari ide cerita dalam film. Ia menyampaikan pesan yang dapat disimpulkan dari visualisasi gambar dengan komunikasi yang ditampilkan. Film ini juga tidak sekadar menghibur, tetapi juga memiliki unsur mendidik. Nilai-nilai yang terkait dengan persoalan hidup manusia diurai dan ditawarkan alternatif solusi oleh pengaran dan sutradara. Film lahir oleh situasi pendidikan pengarang (Andrea Hirata) dan sutradara (Riri Riza). Melalui film, audien diharapkan dapat mengambil teladan dari gambaran watak, tingkah laku dan karakter tokoh yang telah disajikan lewat cerita dalam film. 87
Melalui metode analisis proyeksi dan kategorisasi, maka nilai-nilai keikhlasan yang terkandung dalam film Laskar Pelangi, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Ikhlas bekerjasama Nilai-nilai keikhlasan bekerjasama dalam film Lakar Pelangi terdapat pada beberapa episode sebagai berikut: Episode 4, di mana kelas dipenuhi oleh air hujan dan beberapa kambing. Akibatnya, kegiatan belajar mengajar tidak dapat dilaksanakan. Supaya pendidikan tetap berjalan, Harfan mengusulkan agar Muslimah melaksanakan pembelajaran di luar kelas. Murid-murid bersama Muslimah membersihkan ruang kelas. Harfan datang mendekatinya kemudian menyarankan, “Mus, kau ajak anak-anak itu belajar di luar kelas saja, ya?” “Biar kita bersihkan bersama-sama.” pinta Muslimah. “Pergilah... nanti Bakri bisa bantu aku…. pergilah, ya?” kata Harfan
membujuk
Muslimah
agar
mengikuti
permintaannya.
Muslimah bersama murid-murid belajar di luar sekolah. Bersama Bakri, Harfan kemudian memperbaiki atap yang bocor dan dinding yang rusak. Episode 5, SD yang miskin fasilitas dan dana mendapat dukungan dari Zulkarnaen. Ia belum dapat mendedikasikan tenaganya untuk mengajar dan
88
mengelola sekolah. Ia membantu sesuai dengan kelebihannya, yaitu menyumbangkan materi sebagai modal sekolah beroperasi. “Baiklah, kalau begitu aku akan coba terus membantu...semampuku,” kata Zulkarnaen kepada Harfan. “Si Widi besok akan datang membawa beras. Insyaallah bisa cukup untuk dua bulan,” tambahnya sambil berpamitan. Episode 8, di bawah pohon depan sekolah, Harfan bercerita kepada murid-murid. “313 tentara Islam itu mengalahkan ribuan tetara Quraisy bersenjata lengkap. Anak -anakku, kekuatan itu dibentuk oleh iman, bukan jumlah tentara. Jadi ingatlah anak-anakku teguhkan pendirianmu, kalian harus punya ketekunan, harus punya keinginan yang kuat untuk mencapai cita-cita. Kalian harus punya keberanian dan pantang menyerah menghadapai tantangan macam apapun. Dan ingat, hiduplah untuk memberi sebanyakbanyaknya bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya.” kata Harfan menceritakan kisah Perang Badar kepada murid-murid dan menunjukkan pelajaran darinya. (Rini Riza dan Mira Lesmana, 2008: 1) Episode 11, Muslimah dan murid-murid mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba cerdas cermat antar sekolah. Meskipun wakil yang ditunjuk adalah Ikal, Mahar dan Lintang, semua murid ikut berlatih. Muslimah melontarkan berbagai soal.
89
Gambar 4.1: adegan ketika Bu Mus menjelaskan dan Lintang, Ikar dan Mahar beserta siswa lain saling bekerja sama dalam menjawab pertanyaan Bu Mus “Salah satu wakil Indonesia dalam perjanjian Meja Bundar adalah?” tanya Bu Mus kepada Lintang, Ikal dan Mahar. Ketiganya lama berfikir dan tidak kunjung memberikan jawaban. “Mohammad Hatta,” jawab Sahara membantu. Islam menganjurkan umatnya untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan kebaikan. Kerjasama merupakan fitrah manusia sebagai makhluk sosial, di mana satu sama lain akan saling membutuhkan. Peran orang lain sangat penting, seremeh apapun peran dan kemampuannya. (J Suyuti Pulungan: 2002: 159). Proses kerjasama akan menanamkan kesadaran kepada individu atas peran unik dari tiap individu lain. Kerjasama memerlukan tanggung jawab 90
setiap orang. Tujuan dari kerjasama tidak bermuara pada keberhasilan individu akan tetapi tujuan bersama. Kerjasama diperintahkan oleh Islam, sebagaimana firman Allah:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah[389], dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram[390], jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya[391], dan binatang-binatang qalaa-id[392], dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya[393] dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya. Kata birr dalam kalimat berarti segala kebaikan yang kemudian dipahami sebagai kerelaan orang banyak. Dan kata takwa dipahami sebagai ridha Allah. Sehingga menurut Abdul Halim Hasan (2006: 334), kebaikan yang dimaksud dalam ayat tersebut dapat disimpulkan kerelaan banyak manusia lainnya akan secara tidak langsung juga akan membuat Allah ridha.
91
Dalam beberapa episode di atas, pada episode 8, misi agama dan kemaslahatan menjadi tujuan proses kerjasama yang dilakukan. Kerjasama sebagai wujud dedikasi atas misi ketuhanan. Sementara pada Episode 11, kerjasama antara guru dan murid dimaknai secara umum, yakni untuk bekal menuju masa depan dan cita-cita agar memperoleh yang terbaik, terutama nama baik sekolah. Tujuan kerja sama adalah manfaat timbal balik di dalam interaksiinteraksi manusia yang berjalan berdasarkan prinsip rasa saling hormat. Kerjasama mengajarkan sikap untuk saling memahami dan menerima satu sama lain dengan saling mendukung dan menguatkan. 2. Keikhlasan dalam kemerdekaan Nilai-nilai keikhlasan dalam kemerdekaan dalam film Lakar Pelangi terdapat pada beberapa episode sebagai berikut: Episode 2, ketika hari pendaftaran siswa baru di sekolah. Harun yang memiliki kelainan psikologis diterima oleh sekolah tersebut. Seorang ibu sedang mengiringkan anaknya, Harunmenuju sekolah. “Harun, Haruun.....” teriak Bu Mus sambil tersenyum gembira menyabut kedatangan Harun. “Seorang anak yang sangat istimewa telah menyelamatkan kami dan menghadiahkan senyum bahagia bagi di wajah Bu Mus. Dan senyum-senyum itu akan berganti-ganti dengan banyak hal. Menemani tahun -tahun kami ke depan. Tahun-tahun yang tidak akan pernah bisa terlupakan.” back sound film. Episode 7, di ruang guru, Harfan bercakap-cakap dengan Muslimah 92
” Mus, mestinya kau jangan merasa terbebani hanya karena ayah kau ada dalam foto itu bersamaku. Sudah dua bulan ya gaji kau dan Bakri tertunda. Mus, kau tu masih muda, cantik pula. Kenapa tu kau tolak lamaran anak Haji Mahdun. Lah jadi istri saudagar kau di Jawa.” kata Harfan mengawali percakapan dengan Muslimah di ruang guru. Muslimah merespon pernyataan itu dengan berkata, “Mimpi aku ini bukan jadi istri saudagar. Mimpi aku jadi guru. Dan bapak adalah orang yang langsung percaya bahwa aku bisa jadi guru. Sudah lima tahun ini kita menghadapi macam-macam masalah pak. Tapi kita tetap bertahan kan pak. Soal uang, aku dapat dari menjahit, pak.” “Alhamdulillah,” respon Harfan. Episode 7, Muslimah mendengarkan komentar dari murid-murid mengenai keputusan bahwa murid-murid harus melaksanakan ulangan di SD PN Timah. “Ndak begitu bu, biasanya kita kan ulangan di sini,” protes Ikal. “Pake sandal ketubruk gini bu, apalah kata-kata anak-anak SD PN,” kata Kucai memprotes keputusan itu sambil mengangkat seolah menunjukkan sendal lusuhnya. Akhirnya, murid-murid pun mengikuti perintah dari gurunya untuk mengikuti ulangan di sekolah lain. Episode 8, Harfan dan Muslimah juga memberikan kebebasan memilih kepada Bakri yang mendapat tawaran mengajar di sekolah SDN 1 Bangka Belitung. “Aku dapat tawaran mengajar dari SD 1 Bangka,” ungkap Bakri kepada Harfan dan Bu Mus di ruang Guru. “Bakri… ndak mungkinlah, Mus mengajar semua mata pelajaran itu sendirian. Sebentar lagi anak -anak itu
93
kelas enam. Setidaknya apa kau tidak ingin tinggal dan mendampingi mereka hingga lulus. Tunggulah sebentar lagi,” pinta Harfan kepada Bakri. “Yaah... Tapi tawarn dari SD bangka juga tidak bisa menunggu pak,” kata Bakri menegaskan sikapnya. Episode 9, Harfan meminta persetujuan murid-muridnya mengenai rencana keikutsertaan sekolah dalam lomba karnaval. Di kelas Muslimah bersama Harfan berkata kepada murid-murid, “Anak-anak, bapak dan ibu lah memutuskan tahun ini kita akan ikut karnaval. Karena ibu melihat, kawan kita Mahar selalu dapat nilai tinggi dalam mata pelajaran kesenian dia menjadi ketua kelompok yang tugasnya adalah menentukan kesenian apa yang akan kita tampilkan dalam karnaval. Apa kau setuju mahar?” Mahar menyatakan siap.
Gambar 4.2: adegan Ibu Mus dengan senang hati mengajar di kelas “Yang lain setuju?” tanya Bu Mus. Murid-murid menjawab secara serentak, “Setuju, setuju.”. Islam memerintahkan umatnya untuk menjamin hak-hak dasar setiap individu. Islam merumuskan hak-hak dasar yang harus dijamin dalam hukum 94
Islam, yakni dikenal dengan istilah ushul al-khams atau al-druriyyat al-khams (lima prinsip pokok yang menjadi kebutuhan primer), yaitu menjaga jiwa, agama, akal, harta dan keturunan. Prinsip kebebasan (al-huriyyah) menurut Zudi Setiawan (110) dapat diartikan sebagai suatu jaminan bagi setiap orang untuk menyampaikan pendapatnya dengan cara yang baik, bertanggung jawab dan perilaku yang mulia (al-akhlaq al-karimah). Pada dasarnya, kemerdekaan adalah suatu jaminan bagi rakyat (umat) agar dapat melaksanakan hak-hak mereka. Kebebasan yang dibutuhkan manusia adalah kebebasan beragama, kebebasan dari perbudakan, kebebasan dari kekurangan, kebebasan dari rasa takut, kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan bergerak, kebebasan dari penganiayaan dan lain-lain. (J. Suyuti Pulungan, 2006: 201) Sebagai hak dasar, kebebasan membuat setiap orang atau golongan merasa terangkat eksistensinya dan dihargai harkat kemanusiaannya di tengahtengah kemajemukan umat. Al-qur'an menekankan pentingnya prinsip kebebasan berpendapat ditegakkan. Di dalam surat al-Ashr, Allah menjelaskan di mana manusia akan merugi, kecuali mereka yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran. Untuk merealisasikannya dituntut adanya kebebasan berpendapat. Kebebasan di sini, diartikan sebagai sarana untuk mencari kebenaran agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal tercela. Hal ini sejalan dengan penciptaan manusia oleh Allah dengan suatu 95
fitrah (nature), yakni bebas untuk memilih, bebas untuk menyatakan pendapat dan melakukan sesuatu berdasarkan pilihan dan pendapatnya sepanjang tidak bertentangan dengan jiwa syariat. Wujud nilai kemerdekaan dalam beberapa episode di atas beragam. Kemerdekaan dalam arti jaminan untuk mendapatkan hak pendidikan terdapat pada episode episode 2. Di mana Harun sebagai anak yang cacatsecara psikologis tetap diberi tempat sama dengan anak-anak lain di sekolah. Kemerdekaan dalam arti jaminan untuk berpendapat terdapat pada episode 7, ketika Muslimah mendengarkan komentar dari murid-murid atas keputusan yang terkait dengannya, yakni ulangan. Selain itu kemerdekaan berpendapat terdapat pada sikap Harfan yang memberi kekebasan Muslimah untuk menyatakan pendapat dan memilih jalan hidup sebagai guru. Pada episode 9, ketika Harfan meminta persetujuan dari murid-murid mengenai keikutsertaan dalam lomba karnaval. Kemudian juga pada episode 8, ketika Bakri mengeluarkan alasan untuk berhenti mengajar di SD Muhammadiyah. Kemerdekaan dalam pengertian kebebasan memilih, terdapat pada episode 7, yakni Muslimah memilih jalan hidupnya sebagai guru dan pada episode 8, Bakri memilih pindah mengejar di SDN 1 Bangka.
96
3. Keikhlasan dalam kebahagiaan Nilai-nilai keikhlasan dalam kebahagiaan dalam film Lakar Pelangi terdapat pada beberapa episode sebagai berikut: Episode 3, di mana Harfan menawarkan cerita kepada murid-murid yang sedang ditegur oleh Muslimah karena tidak ada di kelas pada jam pelajaran. Dari jarak tidak jauh, Harfan datang. “Hai anak-anak, siapa yang mau mendengarkan cerita Nabi Nuh yang membuat perahu kayu terbesar yang pernah dibuat oleh manusia.” katanya dengan nada agak lantang. Murid-murid yang sedang bermain di tanah lapang mendadak berhamburan lari menuju kelas untuk mendengarkan cerita Harfan. Dalam Islam, menurut Ibnu Khaldun dalam Hamka (cet II, 2000: 12), bahagia adalah tunduk dan patuh mengikuti garis-garis yang ditentukan Allah dan perikemanusiaan. Bagi orang yang berpegang teguh dengan agama, kebahagiaan adalah pada meninggalkan sesuatu yang terlarang, mengikuti yang disuruh, menjauhi yang jahat, dan mendekati yang baik. Bahagia adalah pada mengerjakan agama. Sedangkan
menurut
Imam
al-Ghazali,
kebahagiaan
adalah
kemenangan memerangi hawa nafsu dan menahan kehendaknya yang berlebih-lebihan. Itulah yang bernama peperangan besar dan nilainya lebih
97
dari segala kemenangan. Kebahagiaan merupakan segala yang mengarah pada kebaikan untuk bersama. Nilai kebahagiaan yang diajarkan dalam episode 3 di atas terkandung pada sikap Harfan. Harfan sebagai kepala sekolah menjalankan tugasnya agar proses belajar mengajar tetap berjalan. Ia memberikan contoh cara megajar agar sesuai dengan perkembangan peserta didik, yakni melalui cerita dan materi agama. Murid-murid yang berhamburan dengan senang mengikuti pelajaran. Harfan melakukan pendekatan lebih halus dari pada Muslimah yang tersulut oleh kemarahan. 4. Keikhlasan dalam Kejujuran Nilai-nilai keikhlasan dalam kejujuran dalam film Lakar Pelangi terdapat pada beberapa episode sebagai berikut: Episode 2, pada hari penerimaan siswa baru, Harfan selaku kepala sekolah dengan jujur mengatakan kepada wali murid bahwa sekolah akan ditutup karena syarat untuk mendapatkan sepuluh siswa baru tidak terpenuhi. Harfan mengatakan itu dalam sambutannya.
98
Gambar 4.3 ketika guru mengadakan temu wali murid. Adegan saat tidak ada penambahan kelas. "Syukur alhamdulillah kita ucapkan kepada Allah SWT, karena kehadiran bapak-bapak dan ibu- ibu di sini adalah untuk menyelamatkan pendidikan di SD Islam tertua di tanah Belitong ini, sekolah dengan dasar budi pekerti demi tegaknya akhlakul karimah, akhlak yang baik. Namun demikian, kalau kita tidak bisa memperoleh sepuluh orang murid baru, maka kita tidak bisa membuka kelas baru. Sebaiknya semua ini kita terima dengan hati yang ikhlas.” Episode 11, ketika lomba cerdas cermat berlangsung, juri tidak menerima jawaban dari Lintang atas pertanyaan yang dilontarkan karena tidak menjalankan aturan main. “Soal pertama, siapakah yang menemukan mesin uap?” tanya pembaca soal. “James Watt,” jawab Lintang tanpa memencet bel. “James Watt,” jawab regu A sambil memencet bel.
99
“Seratus regu A,” puji pembaca soal tanda benarnya jawaban. “Kalau mau jawab dipencet dulu belnya, Ntang,” kata Ikal memberikan pengertian. Episode 11, pada lomba cerdas cermat, juri menerima kebenaran jawaban Lintang. Pada akhir pertanyaan, kelompok Lintang dikurangi 100 karena jawaban Lintang dinilai salah. Salah satu guru SD PN Timah, Mahmud, menginterupsi karena menurutnya jawaban Lintang adalah benar.
Gambar 4.4 Pak Harfan memberi apresiasi terhadap kejujuran juri saat Lintang dkk mengikuti lomba cerdas cermat “Sebentar, tunggu dulu. Hasil hitungan aku sama dengan anak itu. Menurutku hitungan anak itu benar,” kata Pak Mahmud menginterupsi. “Kau meragukan kami? Lagi pula dari tadi aku melihat anak itu ndak pernah menghitung,” tanya Salah satu Juri dan memberi alasan kecurigaannya. “Ini bukan masalah meragukan. Bapak-bapak dan ibu yang terhormat tapi hitungan anak itu benar. Bagaimana kalau kita hitung lagi bersama!?” kata Pak Mahmud menyarankan.
100
“Aku
bisa
menjelaskannya,”
kata
Lintang
ingin
mempertanggungjawabkan sikapnya. Lintang menjelaskan jawabannya dengan cara menguraikanya di papan tulis yang disediakan oleh panitia. “Maaf kami melakukan kesalahan, jawaban anak ini benar. Jadi pemenangnya adalah dari SD Muhammadiyah.” kata juri melihat uraian Lintang dan mengakhiri perlombaan. Islam memerintahkan pemeluknya agar bersikap jujur. Sebagaimana firman Allah:
"Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar." (at-Taubah: 119). Dalam ayat di atas, Allah juga berpesan agar seorang hamba memihak dan bergaul kepada orang-orang yang bersikap jujur dan benar. Kebenaran dapat diartikan sebagai sesuatu yang sesuai dengan fakta dan juga keyakinan yang berdasar pada ajaran agama dan akal. Allah juga berharap hamba untuk meneladani orang sekitarnya yang berpegang pada kebenaran. (M. Quraish Shihab, 2002: 745) Kejujuran dapat diartikan sebagai kesungguhan dan keterbukaan. Keterbukaan adalah sikap yang lahir dari kejujuran demi menghindarkan saling curiga. Kejujuran merupakan anjuran bagi umat Islam. Kebaikan terlaksana ketika dalam masyarakat kejujuran terbina.
101
Kejujuran (As-Shidq) dipahami sikap membela yang benar, tidak berdusta, kecuali yang diizinkan oleh agama karena mengandung maslahat lebih besar. Kejujuran adalah menyatunya antara kata dengan perbuatan, ucapan dengan pikiran. Jujur juga berarti tidak plin-plan dan tidak dengan sengaja memutarbalikkan fakta atau memberikan informasi menyesatkan. Tentu saja, jujur pada diri sendiri. Jadi nilai kejujuran yang terkandung dalam episode 2, pada sikap Harfan. Meskipun pahit, kepada wali murid, Harfan dengan terbuka menyampaikan nasib sekolah yang terancam ditutup. Pada episode 11, sikap jujur juri jelas terlihat ketika ia mengabaikan jawaban Lintang karena tidak sesuai aturan yang disepakati bersama. Meskipun jawaban Lintang benar, akan tetapi karena peraturan untuk menjawab soal harus memencet bel, maka jawabannya dinyatakan gugur. Akhirnya, juri memutuskan bahwa jawaban dari regu A diberi nilai seratus setelah menjawab dengan terlebih dahulu memencet bel, meskipun mereka menjawab setelah Lintang dan jawabannya sama dengan jawaban dari Lintang. Selain itu pada episode 11 juga, juri menerima kebenaran jawaban Lintang karena sesuai dengan logika dan terbukti. Sikap itu kemudian diikuti penerimaan secara terbuka dengan menyatakan telah berbuat keliru
102
5. keikhlasaan dalam Kerendahhatian Nilai-nilai keikhlasan dalam kerendahhatian dalam film Lakar Pelangi terdapat pada beberapa episode sebagai berikut: Episode 4, Harfan sebagai kepala sekolah membersihkan dan memperbaiki gedung sekolah yang berantakan akibat air hujan. Ia tidak segan meminta Muslimah dan anak-anak untuk belajar di luar kelas. Anak-anak Laskar Pelangi bersama Muslimah membersihkan ruangan kelas yang dipenuhi oleh air hujan dan mengusir tiga kambing dari dalamnya. Harfan datang mendekati Muslimah kemudian menyarankan, “Mus, kau ajak anak-anak itu belajar di luar kelas saja, ya?” “Biar kita bersihkan bersama-sama.” pinta Muslimah. “Pergilah... nanti Bakri bisa bantu aku…. pergilah, ya?” kata Harfan
membujuk
Muslimah
agar
mengikuti
permintaannya.
Akhirnya, Muslimah membawa murid-murid belajar keluar kelas. Sementara, Harfan membersihkan ruang kelas, dan menuntup lobang dindingnya. Islam mengajarkan pemeluknya untuk bersikap rendahhati kepada siapapun. Sebagaimana terdapat dalam firman Allah:
"…dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendahdirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman." (al-Hijr: 88). Rendah hati (tawadhu’) adalah sifat merendahkan diri, baik di hadapan Allah SWT maupun terhadap setiap makhluk. Tawadhu’ lawan kata dari takabur (sombong). Orang yang bertawadhu’ berarti orang yang selalu rela 103
terhadap kedudukan yang lebih rendah, mau menerima kebenaran, serta rendah hati terhadap siapapun. (Sa’id Hawwa: 167) Dengan demikian nilai rendah hati pada episode 4 itu terkandung dalam sikap Harfan. Harfan yang sebagai kepala sekolah tetap pada keinginannya untuk membersihkan kelas. Padahal, seharusnya tugas membersihkan dan memperbaiki adalah tugas orang yang berjabatan di bawahnya. Meskipun, sebenarnya Muslimah yang menginginkan bersama membersihkan sekolah, Sikap Harfan tersebut mengandung nilai rendah hati sebagai sarana penyucian jiwa dengan cara menjauhkan jiwa dari keangkuhan dan ujub oleh sebab jabatan. 6. Keikhlasan dalam Kasih sayang Nilai-nilai keikhlasan kasih sayang dalam film Lakar Pelangi terdapat pada beberapa episode sebagai berikut: Episode 1, ibu Ikal menenangkan anaknya, ketika Ikal diganggu kakak-kakaknya. Ikal diejek karena sepatu yang akan dikenakannya lebih cocok dikenakan oleh anak perempuan. “Heh heh heh. kau ini, kakaknya bisanya ngacau saja. Kal pakailah itu dulu, nanti kalau ada rezeki, umak beli lagi yang lebih bagus,” kata Ibu Ikal memperingatkan kakak-kakal Ikal dan membelanya. Episode 1, untuk dapat mendaftarkan Ikal di SD Muhammadiyah, ayah Ikal meminta ijin kepada tempatnya bekerja. “Jadi kau minta ijin untuk ngantar ikal?” kata Ibu Ikal sembari memasak. 104
“Jadi, aku ijin setengah hari,” jawab Ayah Ikal sambil berdandan di depan cermin. Episode 1, ibu Ikal menitipkan salam melalui suaminya kepada Harfan. “Aku pergi dulu.” kata Ayah Ikal menuju sepeda. “Sampaikan salamku buat Pak Harfan,” kata Ibu Ikal meresponnya. Episode 7, Muslimah mengajarkan kepada murid-murid mengenai peta Belitung. Saat itu, Muslimah mengajar peta Belitong. “Lenggang, di mana Harun, Lenggang, Harun,” tanya Muslimah. Harun menuju papan tulis tempat peta ditempelkan kemudian ia menunjukkan posisi Lenggang di dalam peta tersebut. “Iya betul, pandai kau Harun,” puji Muslimah atas jawaban Harun. Episode 10, Muslimah bertamu ke rumah pamannya, Harfan yang sedang sakit. Perbincangan mengenai obat untuk kesembuhan antara Muslimah dan bu Haran seolah menjadi wujud kepedulian mereka kepada Harfan. “Dia cuma perlu istirahat Mus,” kata Bu Harfan kepada Muslimah.
105
Episode 10, ayah Lintang melarang anaknya ikut melaut. Ketika melihat ayahnya yang mengemasi barang-barang untuk pergi melaut, Lintang mengutarakan maksudnya untuk ikut membantu mencari ikan di laut. “Mau ape kau!? esok kau sekolah,” kata ayah Lintang dengan tegas seolah melarang kemauan Lintang. Episode 11, ayah Lintang yang pergi melaut sejak pagi. Sampai Lintang pulang dari mengikuti lomba, ayahnya belum juga pulang. “Setelah hari bersejarah itu Lintang tidak kunjung muncul di sekolah,” kata back sound bercerita diiringi gambar penantian Lintang. Di rumah, Lintang memasak dan merawat adik-adiknya. “Berhari-hari kami menanti sahabatku yang cerdas dan aku kagumi itu. Tapi tak ada kabar berita,” lanjut back sound menjelaskan. Episode 11, ayah Lintang telah tiada. Lintang akan mengucapkan salam perpisahan kepada teman-teman dan gurunya di sekolah. Suasana haru ketika murid-murid dan Muslimah melepas kepergian Lintang. “Lintang!!!” kata Ikal berteriak sambil mengejar Lintang yang pergi mengayuh sepedanya. Ia seolah tidak rela melepas Lintang meninggalkan mereka semua. Episode 12, Ikal dari perantauan pulang ke kampung halaman untuk menemui Lintang.
106
“Tujuan aku pulang, sebenarnya ingin berterima kasih kepada kalian semua. Terutama kepada kau,” kata Ikal kepada Lintang. Islam mengajarkan pemeluknya untuk menebarkan kasih sayang. Islam menuntut kasih sayang tidak hanya yang berdimensi pribadi. Kasih sayang tidak hanya wajib bagi warga se-agama, tetapi wajib pula bagi pemeluk agama lain. Menurut Muh Abu Zahrah (2002: 51), Kasih sayang juga merupakan tali pengikat yang menghubungkan seluruh manusia, yang menjadi norma Islam maupun agama-agama lain. Hal ini sesuai denga misi agama Islam. Allah berfirman:
“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. al-Anbiya’; 107). Dalam al-Qur’an, berdasar pada M. Quraish Shihab (2002: 519), hanya Muhammad SAW yang disifati Allah dengan sifat kasih sayang (ar-rahim). Perilaku nabi merupakan menifestasi dari kasih sayang Allah kepada hambanya. Islam menegaskan cinta dan kasih sayang sebagai prinsip dasar seluruh hubungan kemanusiaan. Islam memandangnya sebagai tali penghubung segenap manusia di bumi ini, baik karena ikatan keluarga, atau karena perjumpaan dalam masyarakat kecil atau besar, atau bahkan dalam masyarakat manusia secara universal. Faktor-faktor inilah yang membuat nabi Muhammad SAW memandang ucapan salam dan menjamu tamu sebagai syiar 107
Islam. Islam menganjurkan bagi muslim untuk mengucapkan salam kepada orang yang telah dikenal atau belum dikenal agar menimbulkan kasih sayang dalam dirinya. (Muh. Zahrah, 1999: 47) Dengan demikian nilai kasih sayang yang terkandung dalam episode di atas bermacam-macam. Tali kasih yang disebabkan oleh ikatan keluarga, yakni antara ibu dan anak atau adik dan kakak, terdapat pada beberapa episode. Pada episode 1, kasih sayang jenis ini terlihat ibu dan ayah Ikal kepada Ikal dengan cara menenangkan ketika diejek dan mendaftarkan anaknya ke sekolah. Pada episode 10, kasih sayang terlihat dari kepedulian Muslimah dan bu Harfan kepada Harfan yang sedang sakit. Kasih sayang hubungan darah juga terlihat ketika ayah Lintang melarangnya untuk ikut melaut dengan alasan Lintang besok akan sekolah. Sementara pada episode 11, tali kasih antara kakak-adik terlihat dari sikap Lintang menggantikan tugas ayahnya untuk merawat adik-adiknya. Kasih sayang yang bersifat amanah terdapat pada episode 7 karena terdapat
hubungan
struktural
guru-murid.
Muslimah
sebagai
guru
memperlakukan dan mendidik Harun sebagaimana murid lain. Dalam makna yang lebih dalam, keadilan lahir dari kasih sayang. Sedangkan, kasih sayang dalam arti dorongan kemanusiaan, terdapat pada episode 1 ketika ibu Ikal menitipkan salam untuk Harfan. Pada episode 11 dan 12, di mana Lintang mengucapkan salam perpisahan kepada teman dan
108
gurunya, serta kepulangan Ikal ke Gantong untuk mengucapkan terima kasih kepada temannya, Lintang. 7. Keikhlasan dalam Kedamaian Nilai-nilai keikhlasan dalam kedamaian dalam film Lakar Pelangi terdapat pada beberapa episode sebagai berikut: Episode 10, pencarian Tuk Bayan menyebabkan perpecahan pada sepuluh murid anggota Laskar Pelangi. Sahara tidak setuju karena menganggap hal itu sebagai perbuatan syikir. Mahar dan teman-temannya menemukan mantra dari Tuk Bayan Tula. “Kalau nak pintar belajar kalau nak berhasil usaha,” kata Mahar membaca mantra tersebut bersama teman-temannya. Sebagian murid anak merasa kecewa dan terjadi perselisihan dan adu mulut di antara mereka. “Ku cekik kau Mahar,” kata Arai sambil mendorong badan Mahar. Ikal yang tidak jauh dari kerumunan tersebut, mendekat kemudian menangahi perseteruan itu. Ia mengingatan, “Sudahlah!! Benar pesan itu, kita lah yang bodoh, sampai ke dukun segala,”. Mahar menghampiri mereka berdua kemudian berucap, “Maafkan aku, boy.”
109
Episode 11, pada acara lomba cerdas cermat, perselisihan terjadi antara Mahmud dan juri lomba. Perselisihan terjadi disebabkan jawaban Ikal yang dinilai salah, padahal menurut hitungan Mahmud adalah benar. “Sebentar, tunggu dulu. Hasil hitungan aku sama dengan anak itu.” kata Mahmud menginterupsi. “Maksudmu ape?” pertanyaan salah satu juri. “Ya menurutku hitungan anak itu benar,” komentar Pak Mahmud. “Kau meragukan kami? Lagi pula dari tadi aku melihat anak itu ndak pernah menghitung,” tanya Salah satu Juri dan memberi alasan kecurigaannya. “Ini bukan masalah meragukan. Bapak-bapak dan ibu yang terhormat tapi hitungan anak itu benar. Bagaimana kalau kita hitung lagi bersama!?” kata Pak Mahmud menyarankan. “Tidak perlu. Untuk ape? Dari tadi aku sudah curiga, jangan-jangan anak itu sudah tahu jawabannya,” kata juri. “Aku
bisa
menjelaskannya,”
kata
Lintang
ingin
mempertanggungjawabkan sikapnya. Perdamaian dalam syariat Islam sangat dianjurkan, sehingga akan terhindar dari kehancuran silaturahmi (hubungan kasih sayang) dan permusuhan. Perintah Isalam untuk mendamaikan pihak yang berselisih ini sesuai dengan firman Allah:
110
“Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat” (Qs. Al-Hujurat: 10). Dalam ayat di atas Allah menjelaskan bahwa meskipun tidak memiliki garis darah, umat mukmin adalah bersaudara oleh sebab kesamaan kepercayaan agamanya. Persamaan dalam bentuk apapun dapat menjadikan tali persaudaraan. Persaudaraan seperti ini dapat menjadi jalan menuju perdamaian pihak yang berselisih. (M. Quraish Shihab, 2002: 586) Perdamaian (Ash-Shulh) dapat dipahami penghentian perselisihan, penghentian peperangan. Seluruh orang mukmin harus bersatu dan mengambil bagian yang sama dalam rangka perdamaian. Hal ini bertujuan untuk memelihara kesatuan dan persaudaraan suatu umat yang memiliki persamaan hak dan kewajiban. (J. Suyuti Pulungan, 2006: 197) Dengan demikian, nilai kedamaian yang terkandung dalam episode 10 dan 11 dari film ini. Pada episode 10, perdamaian terlihat dari sikap Ikal dengan cara menenangkan pihak yang berselisih. Ikal tidak membela atau menyalahkan Mahar karena telah mengajak teman-temannya ke dukun. Ia mengingatkan bahwa hikmah atau pelajaran dari kejadian itu lebih penting untuk disikapi. Sedangkan pada episode 11, nilai perdamaian terdapat pada sikap Lintang. Jawabannya mengakibatkan perselisihan antara Mahmud, juri dan Zulkarnaen. Sehingga, Lintang mengambil langkah mendamainkan mereka dengan jalan menjelaskan jawabannya. Karena uraian yang dibuat Lintang
111
dapat diterima akal, akhirnya juri menerimanya. Pelajaran yang dapat diperoleh dari kejadian tersebut adalah bahwa perselisihan dapat terjadi karena terjadi ketidaksepahaman dan sebaliknya, perdamaian akan diraih ketika semua memegang kebenaran. 8. keikhlasan dalam Rasa hormat Keikhlasan dalam Rasa hormat dalam film Lakar Pelangi terdapat pada beberapa episode sebagai berikut: Episode 1, ketika Muslimah berpapasan Lintang di jalan depan sekolah. “Siapa nama kau nak?” kata Muslimah dengan memegang sepedanya. “Aku Lintang dari dari Tanjung Kelimpang.” jawab Lintang. “Sejauh ini kau naik kereta angin sendiri?” kembali Muslimah bertanya seolah heran dengan semangat Lintang. Sambil menyerahkan surat kepada Muslimah Hafsari Hamid atau Bu Mus, Lintang berkata, “Ayahku harus ke laut, jadi ndak bisa datang.” Episode 7, meski terhalang oleh kawat berduri, salah satu murid SD PN Timah, Flow tetap melakukan komunikasi dengan anak-anak miskin seperti anggota Laskar Pelangi. “Kau punya banyak majalah macam ini,” tanya Mahar. “Aku punya banyak…. Ambillah ini,” kata Flow sembari tangannya mengulurkan majalah kepada anak-anak Laskar Pelangi. 112
Satpam komplek perumahan karyawan PN Timah kemudian mengusir mereka dari kawasan tersebut. “Pergi, pergi!!” kata Satpam mengusir Ikal dan kawan-kawannya. Rasa hormat adalah perbuatan yang mencerminkan menghargai lebih terhadap seseorang. Taat ataupun hormat tidak hanya terkait hubungan secara vertikal namun juga horizontal. Manifestasi dari sebuah rasa hormat adalah dalam bentuk kepatuhan dan ketaatan. Islam mengajarkan pemeluknya untuk menumbuhkembangkan rasa hormat baik kepada yang tua atau muda, seagama atau lain agama. Hal itu menjadi wujud Islam yang rahmatan lil’alamin. Nilai hormat terkandung dalam kedua episode di atas. Pada episode 1, rasa hormat terdapat pada sikap Muslimah dalam menyambut kedatangan Lintang. Muslimah merasa terhormat atas perjuangan yang dilakukan Lintang bersepeda dengan jarak 40 kilometer untuk mendaftarkan diri di sekolahnya. Rasa hormatnya tidak didasari oleh status tetapi karena semangat dan tanggungjawab Lintang yang masih kanak-kanak. Sedangkan pada episode 7, rasa hormat terdapat pada sikap Flow sebagai seorang anak keturunan keluarga kelas atas memperlakukan dengan baik anak-anak yang berstatus jauh di bawahnya. Diskriminasi berdasarkan ekonomi yang terjadi tidak membuatnya merendahkan anak-anak miskin. Meskipun dipisahkan oleh tembok dan kawat berduri, Flow tetap mau
113
berkomunikasi dengan anggota Laskar Pelangi. Mereka juga berbagi pengetahuan tentang suku Asmat. 9. keikhlasan bertanggung jawab Nilai-nilai keikhlasan bertanggung jawab dalam film Lakar Pelangi terdapat pada beberapa episode sebagai berikut: Episode 3, Muslimah meminta tanggung jawab Kucai sebagai ketua kelas. Kucai tidak mampu melaksanakan tugasnya sebagai ketua kelas, di mana di saat jam pelajaran semua murid malah bermain di luar kelas. Muslimah berkata kepada Kucai “Kucai, menjadi seorang pemimpin itu adalah tugas yang mulia.” Sahara yang sedang berlari menuju kelas, menghampiri Kucai dan berpesan, “Hai Kucai, al-Qur'an mengingatkan bahwa kepemimpinan seorang itu akan dipertanggungjawabkan kelak di akherat,”
114
Episode 7, Muslimah memilih untuk memotong percakapannya dengan Mahmud untuk menunaikan tugasnya sebagai guru. “Kenapa kau tolak mengajar di SD PN Mus? Ape yang kau cari dari sekolah yang hampir roboh itu. Anak-anak yang ndak jelas. Tak cerah masa depannya. Tawaran itu masih ada Mus. Aku bisa bicara dengan...” kata Mahmud. “Maaf Pak Mahmud. Murid-muridku yang rajin menungguku dalam kelas,” jawa Muslimah. Episode 8, meskipun Bakri berhenti mengajar di SD Muhammadiyah, Muslimah bertahan. Bahkan, ia membulatkan tekad untuk bekerja lebih keras. “Iya… yang penting kita. Kita ndak boleh putus asa. Tugas kita adalah meyakini anak-anak ini bahwa mereka harus berani punya cita-cita,” kata Harfan menyemangati Muslimah. “Iya. Iya, kita berdua harus bekerja lebih keras lagi, pak. Biar orangorang percaya bahwa sekolah ini ada dan pantas untuk dibertahankan. Kita berdua harus bekerja lebih keras lagi,,, lebih keras lagi,” kata Muslimah optimis sambil menganggukkan kepala. Episode 9, Mahar berusaha dengan keras atas tugasnya yang ditunjuk untuk mempersiapkan konsep lomba karnaval. “Ada yang tau dimana Mahar?” tanya Bu Mus kepada murid-murid di kelas. Tiba- tiba, dari luar kelas Mahar datang dan berkata, “Akulah lah tau apa yang harus kita tampilkan waktu karnaval.” Episode 10, Muslimah mempertanyakan hasil ulangan yang menurun. Muslimah khawatir atas kedatangan Flow.
115
“Kehadiran Flow merubah sikap anak-anak,” kata Muslimah. “Jangan takut dulu lah Mus yang penting kau temani mereka,” komentar Harfan. Di kelas, Muslimah menegur murid -murid karena hasil ulangan meraka menurun. “Mahar Flow nilai ulangan kalian paling buruk. Apa kalian tidak mau lulus ujian,” tanya Bu Mus. Episode 11, Lintang bertanggung jawab ketika jawabannya atas soal dari panitia yang mengakibatkan perdebatan panjang antara juri lomba cerdas cermat, Mahmud, dan Zulkarnaen. Lintang bertanggung jawab dengan menguraikan jawabannya. “Aku bisa menjelaskan,” kata Lintang menengahi perdebatan. Lintang kemudian menuliskan uraian mengenai jawabannya di papan tulis yang disediakan oleh panitia. Islam memerintahkan sikap tanggung jawab sebagaimana hadits:
ِ ِ ِ ِ ِ صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ُ َع ْن َعْبد هللا بْ ِن عُ َمَر َرض َي هللاُ َعْن ُه َما قَ َال ََس ْع َ ت َر ُس ْوَل هللا الر ُج ُل َر ٍاع َّ ًكلُّ ُك ْم َر ٍاع َوَكلُّ ُك ْم َم ْس ُؤْوٌل َع ْن َر ِعيَّتِ ِه َوا ِإل َم ُام َر ٍاع َوَم ْس ُؤْوٌل َع ْن َر ِعيَّتِ ِه َو:يَ ُق ْو ُل ِِف أ َْهلِ ِه َوَم ْس ُؤْوٌل َع ْن َر ِعيَّتِ ِه Dari Abdullah Ibnu Umar mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Tiap- tiap orang adalah pemimpin dan masing-masing bertanggung jawab terhadap orang yang dipimpinnya. Penguasa bertanggung jawab terhadap rakyatnya." Lelaki adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas anggota keluarganya. (HR. Bukhari).
Hal tersebut juga ditafsirkan oleh Abu Abdullah Muhammad dan Shahih Bukhar (1997: 160), Agama Islam mengajarkan kepada setiap muslim untuk menjaga, memelihara, dan mempertanggungjawabkan amanat dan menjauhkan diri dari perbuatan khianat dan penyelewengan. Ia merupakan urat nadi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 116
Tanggung jawab adalah mampu memberikan penjelasan atas perbuatan yang telah dilakukan. Orang yang bertanggung jawab tidak hanya dapat memberikan penjelasan atau jawaban tetapi juga mampu tidak mengelak. Penjelasan atau jawaban tersebut diberikan kepada dirinya sendiri, kepada masyarakat luas dan Tuhan. Kata tanggung jawab juga mengandung makna penyebab, yaitu mempertanggungjawabkan sesuatu yang disebabkan olehnya. Menurut K Bertens, tanggung jawab terkait erat dengan kebebasan, karena kebebasan adalah syarat mutlak untuk tanggungjawab. Konsekuensi dari kebebasan itu adalah pertanggungjawabannya terhadap kebebasannya dari pilihan yang ditempuhnya. Semakin tinggi tingkat kedudukan seseorang, semakin banyak tanggung jawab yang ada padanya. Menunaikan amanah dan tanggung jawab merupakan sesuatu yang tidak mudah sehigga harus dikerjakan dengan memaksimalkan seluruh kemampuan. Pertanggungjawaban dapat dilakukan secara horizontal dan vertikal. Horizontal dalam arti sesama manusia atau orang yang berkedudukan sama. Sementara vertikal dimaknai pertanggung jawaban kepada atasan atau kepada sang khalik. Pertangungjawaban juga tidak mengenal waktu, karena meskipun pertanggungjawaban
dapat
dilakukan
di
dunia,
di
akherat
nanti
pertanggungjawaban juga harus dilakukan. Nilai tanggung jawab terdapat pada beberapa episode di atas. Tanggung jawab disebabkan amanah dan tugas terdapat pada episode 3, 117
Muslimah memeringatkan agar Kucai menjalankan amanahnya. Karena posisi ketua kelas merupakan tugas mulia dan harus di pertanggugjawabkan. Pada episode 7, di mana ketika di jalan berpapasan dengan Mahmud, Muslimah lebih memilih untuk menunaikan tugasnya menuju sekolah untuk mengajar dari pada membicarakan tawaran mengajar di SD PN Timah. Pada episode, meskipun Bakri berhenti mengajar, Muslimah tetap bertanggung jawab untuk mendidik murid-murid, bahklan dengan usaha lebih giat. Pada episode 9, tanggung jawab terlihat dari usaha keras Mahar untuk menunaikan tugasnya mempersiapkan lomba karnaval. Pada episode 10, pertanggungjawaban dilakukan Muslimah dengan mempertanyakan hasil ulangan. Sedangkan pada episode 11, tanggung jawab terdapat pada sikap Lintang dengan cara memberikan uraian atas jawabannya. Tanggung jawab merupakan sebuah hal pokok dalam kepribadian seseorang, orang yang tidak memiliki (atau lari dari) tanggung jawab adalah orang yang tidak memiliki kepribadian. 10. keikhlasan dalam Kesederhanaan Nilai-nilai keikhlasan dalam kesederhanaan dalam film Lakar Pelangi terdapat pada beberapa episode sebagai berikut: Episode 1, pada hari pertama masuk sekolah, Ikal memanfaatkan sepatu bekas kakaknya. “...Kal pakailah itu dulu, nanti kalau ada rezeki, umak beli lagi yang lebih bagus,” kata Ibu Ikal memarahi kakak-kakaknya. 118
Episode 4, Harfan memperbaiki dinding kelas yang berlubang. Ia menutupnya dengan poster bergambar Rhoma Irama. Kepala sekolah tersebut juga menjemur kapur tulis yang basah akibat terkena air hujan. Episode 6, ketika pelajaran berhitung, di SD PN Timah, Mahmud membagikan satu kalkulator untuk setiap anaknya. Sementara di SD Muhammadiyah Muslimah memanfaatkan media pembelajaran seadanya.
“Sekarang kita akan belajar berhitung. Ayo keluarkan lidi-lidimu. Ibu akan membacakan soal, dua belas ditambah empat kali min lima sama dengan (12+4x-5=)... Ayo dihitung sekarang!”. “Minus 80,” jawab Lintang. Sahara bermain dengan harun di depan kelas. “Run, Run, jadi anak kucing kau tu ada anak tiga, bilangannya tiga lahirnya juga ditanggal tiga, run ya.” tanya Sahara kepada Harun. Harun menjawab dengan isyarat jari tangannya. “Pintar sekarang kau Run, ya.” komentar Sahara atas jawaban Harun. 119
Episode 9, di pasar, Muslimah menyaksikan bahwa SD PN Timah akan mempersiapkan karnaval dengan fasilitas mewah. “Bu Fatimah, kok belanja kain banyak sekali?” tanya Muslimah. “Oh, seragam anak SD PN. Kan sebentar lagi perayaan 17-an. Ada Lomba karnaval kan. Seragamnya dibuat baru lagi. Juara bertahan harus tampil prima kan Mus,” kata Fatimah, seorang orang tua murid SD PN yang sedang membelikan kain baru untuk persiapan anaknya ikut karnaval 17-an. Harfan dan Muslimah memutuskan sekolahnya akan ikut lomba karnaval dengan menunjuk Mahar sebagai koordinatornya. “Mahar Bapak harus ingatkan kau kite ndak ada dana,” pesan Harfan kepada Mahar. “Setuju. Serahkan saja pada Mahar dan alam,” kata Mahar percaya diri. Islam mengajarkan pola hidup sederhana dalam segala bidang kehidupan. Firman Allah dalam QS. Al-Furqon; 67:
"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.". Islam (Qana’ah) dipahami sebagai sikap merasa cukup atas apa yang dimilikinya dengan mengharap ridha atas karunia dan rezeki yang diberikan Allah SWT. Orang yang hidup qana’ah bisa saja memiliki harta yang sangat banyak, namun bukan untuk menumpuk kekayaan. 120
Qana’ah
mempunyai
korelasi
erat
dengan
syukur.
Syukur
membuahkan qana’ah dan sebaliknya. Syukur sebagai tanda hamba menikmati keadaan yang mungkin kurang. Qana’ah merupakan buah kesyukuran yang membuat pelakunya tenang dan stabil dengan menerima keadaan tanpa keluhan atau bahkan menggugat keadaan yang tidak sesuai keinginan. Akan tetapi, sesuatu yang diterima itulah menjadi keberkahan dari Allah. Kesederhaan menjadi wahana menyucikan jiwa karena menghindarkan dari sifat mubadzir atau membuang-buang. (M. Yunan Nasution, 2009; 160) Kesederhaan terdapat pada episode 1 adalah ketika ikal memanfaatkan sepatu bekas kaknya yang masih dapat difungsikan. Hal sama dilakukan Harfan pada episode 4. Harfan memanfaatkan barang yang cacat dengan melakukan pengolahan terlebih dahulu agar dapat dimanfaatkan kembali. Wujud rasa syukur dalam hal ini dipahami dengan mengambil nilai manfaat meskipun barang bekas atau cacat. Kesederhanaan di sini diartikan memaksimalkan nilai guna sebuah barang. Pada episode 6, kesederhaan terdapat pada pemanfaatan media pembelajaran menghitung, yakni Muslimah memanfaatkan lidi. Sedangkan pada episode 9, alasan Muslimah untuk memutuskan mengikuti lomba karnaval adalah satu, yakni sumber daya manusia. Mahar selalu mendapat nilai bagus pada mata pelajaran kesenian. Berbeda dengan SD PN Timah yang mengandalkan dana dan fasilitas untuk bekal utama lomba karnaval.
121
11. keikhlasan bertoleransi Nilai-nilai keikhlasan bertoleransi dalam film Lakar Pelangi terdapat pada beberapa episode sebagai berikut: Episode 1, yaitu ketika ia menuju sekolah untuk mendaftarkan anaknya. Ayah Ikal mendiamkan komentar para karyawan perusahaan. “Kemana kau? nganter anak ke sekolah miring itu. Yang pasti, dari sekolah miring itu apa yang akan kau dapatkan. Percuma kuliah akhirnya jadi kuli jua,” komentar para pekerja yang sedang melihat Ikal dan ayahnya melintas di depan perusahaan. Episode 7, anak-anak Laskar Pelangi mengikuti ujian di SD PN Timah. Pengawas ujian meremehkan Harun karena kertas jawaban yang seharusnya digunakan untuk menjawab soal malah digambari kucing. “Anak itu malah menggambar kucing,” kata seorang pengawas sambil tertawa menunjukkan lembar jawaban Harun kepada pengawas lain. Sekembalinya di SD Muhammadiyyah, Muslimah mengungkapkan ketidaksukaannya atas sikap pengawas kepada Harfan. “Ndak usah terlalu kau fikirkan Mus. Kau siapkan rapot anak-anak itu lalu biarkan mereka berlibur. Kau pun perlu pergi berlibur kan,” kata Harfan meredam emosi Muslimah. “Si Harun akan kau buatkan rapot khusus lagi kan?” tanya Harfan. “Iya pak.” jawab Bu Mus.
122
Islam menganjurkan pemeluknya untuk bersikap toleran. Firman Allah (Qs Al-Kafirun: 6)
"Untukmu agamamu, dan untukku, agamaku."(Qs Al-Kafirun: 6) Dalam ayat di atas berpesan untur membiarkan masing-masing agama berdiri
sendiri
sesuai
dengan
bangunannya
sehingga
tidak
perlu
dicampuradukkan. Masing-masing agama memiliki keyakinan tersendiri. Unsur toleransi dalam ayat tersebut, meskipun tidak sependapat dengan keyakinan, Rasulullah, menghargai keyakinan kaum Qurays untuk menyembah berhala. Islam menghargai sikap atau keyakinan orang-orang di luar Islam. Dan Allah pun tidak melarang berbuat baik kepada mereka yang tidak memusuhi Islam. Sehingga, muncullah tiga rumusan konsep tri ukhuwah yang harus dikembangkan oleh umat Islam, yakni ukhuwah Islamiyyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah wathaniyyah (persaudaraan sebangsa), dan ukhuwah basyariyyah (persaudaraan sesama manusia). Toleran (tasamuh) adalah sikap tenggang rasa kepada sesamanya. Toleran mengandung pengertian bersikap mendiamkan, membiarkan, lapang dada, dan murah hati. Jadi toleransi (tasamuh) beragama dapat diartikan sebagai sikap menghargai, dengan sabar menghormati keyakinan atau kepercayaan seseorang atau kelompok lain. 123
Nilai toleran terkandung pada episode 1. Ayah Ikal yang mendiamkan komentar negatif dilontarkan oleh salah satu karyawan terhadap sekolah Ikal. Hal itu sebagai wujud penghormatan atas pendapat mereka yang meyakini mengenai pendidikan sehingga tidak dapat dipersalahkan. Sikap toleran terdapat episode 7. Di mana Harfan memilih menyarankan Muslimah untuk membuatkan rapor dari pada Muslimah berfikir mengenai sikap pengawas ujian mengolok Harun. 12. Keikhlasan dalam Kesatuan Nilai-nilai keikhlasaan dalam kesatuan dalam film Lakar Pelangi terdapat pada beberapa episode sebagai berikut: Episode 11, seluruh pihak di sekolah disatukan agar untuk mempersiapkan lomba cerdas cermat dengan harapan dapat menyumbangkan nama baik sekolah. Meskipun, yang menjadi wakil adalah Ikal, Lintang, dan Mahar, akan tetapi semua murid mengikuti latihan-latihan secara terusmenerus. Begitu juga ketika berangkat menuju lokasi pelaksanaan lomba, mereka saling berbagi tugas. Lintang yang rumahnya jauh ditunggu di sekolah oleh Zulkarnaen dengan mobilnya. Muslimah dan murid-murid lain dipersilahkan untuk berangkat terlebih dahulu. Dan ketika Lintang tidak kunjung datang, Muslimah menyiapkan Sahara untuk menggantikannya. ” Sahara, kau siap-siap gantikan Lintang,” kata Muslimah. Perjuangan akhirnya membuahkan hasil. Pada akhir perlombaan, juri mengumum 124
kan pemenangnya adalah SD Muhammadiyah. ” Jadi pemenangnya adalah dari SD Muhammadiyah.” kata juri mengakhiri perlombaan. Islam memerintahkan agar pemeluknya bersatu. Firman Allah dalam surat Ali Imran; 103:
“Berpeganglah kalian semua kepada tali Allah (Agama Islam) dan jangan berpecah belah.” (QSAli Imran; 103) Suatu perintah yang tegas dari Allah agar kaum muslimin bersatu padu dalam tali atau wadah yang satu yaitu Islam. Islam dengan perangkat syari’ah yang ada telah mewajibkan seluruh umatnya untuk membentuk suatu sistem sosial yang berkiblat pada kebenaran agama. Jadi jelasnya, agama (Islam) harus dijadikan sebagai suatu wadah yang menampung dan mempersatukan seluruh manusia yang mempunyai latar belakang berbeda, baik secara kultur, ekonomi, status sosial ataupun pola pikir. Dengan demikian akan terbentuk suatu system kemasyarakatan yang harmonis dan damai walau penuh dengan nuansa perbedaan. Nilai kesatuan yang tergambar pada episode 11 di atas adalah individu disatukan dalam tekad mendedikasikan tenaga dan fikirannya untuk menyumbangkan nama baik sekolah. Semua elemen dalam sekolah
125
mengambil peran dan bersatu agar sekolah yang mengajarkan nilai-nilai agama diakui kualitasnya. C. Karakteristik Tokoh film Laskar Pelangi Sebelum melakukan telaah nilai-nilai pendidikan pada suatu karya sastra dalam hal ini film diperlukan adanya langkah pendeskripsian karakteristik dari masing-masing tokoh. Hasil deskripsi karakter itu dipakai sebagai bahan penganalisisan ada tidaknya nilai-nilai pendidikan yang dikandung pada hasil karya film itu. Pada pembahasan artikel yang singkat ini tidak semua tokoh akan dianalisis karakternya, hanya dipilih beberapa tokoh saja. Pemilihan tokoh yang ditampilkan dalam pembahasan dilakukan dengan pertimbangan pada kunci pemeranan yang dibawakan oleh tokoh berkaitan dengan tema artikel. Tokoh utama yng ditampilkan adalah Lintang dan Mahar sedangkan tokoh figuran yang erat kaitannya dengan tokoh utama adalah Bu Muslimah, Pak Harfan, dan anggota Laskar Pelangi yang tidak cukup kalau dibicarakan satu per satu. 1. Lintang Lintang adalah seorang anak yang luar biasa. Bisa dibayangkan, ia rela untuk menempuh jarak berkilo-kilo hanya untuk sekolah, seperti para orang tua-orang tua kita dulu. Dia menempuh jarak yang jauh dengan bersepeda tetapi ia selalu yang pertama datang ke sekolah. Pada tahun ajaran pertama, ia juga yang pertama kali mendaftar sebagai siswa SD 126
Muhammadiyah. Tidak hanya itu saja, dia rela menempuh rintangan apa pun demi untuk masuk sekolah. Hal ini dapat dilukiskan dalam cuplikan berikut.Lintang memang tidak mempunyai pengalaman emosional dengan Bodenga seperti yang aku alami, tapi bukan bau sekali itu ia dihadang buaya dalam perjalanan ke sekolah. Dapat dikatakan tak jarang Lintang mempertaruhkan nyawa demi menempuh pendidikan, namun tak sehari pun ia pernah bolos. Delapan puluh kilometer pulang pergi ditempuhnya dengan sepeda setiap hari. Tak pernah mengeluh. Jika kegiatan sekolah berlangsung sampai sore, ia akan tiba malam hari dirumahnya seperti aku merasa ngeri membayangkan perjalanannya (Hirata, 2008:93-94). 2. Mahar Mahar, Sang Seniman kecil yang kreatif. Karyanya telah mengantarkan
sekolah
bobrok
itu
menjadi
juara
karnaval
dan
mengalahkan sekolah-sekolah yang bonafit. Mahar telah mengajarkan betapa suatu karya yang bagus bisa dihasilkan dengan cara-cara yang sederhana tanpa menguras banyak uang. Hal ini dilukiskan dalam cuplikan berikut. Dan tibalah hari karnaval. Hari yang sangat mendebarkan. Mahar merancang pakaian untuk cheetah dengan bahan semacam terpal yang dicat kuning bertumpul-tumpul sehingga dua puluh orang adik kelasku benar-benar mirip hewan itu. Wajah mereka dilukis seperti kucing dan rambut mereka dicat kuning menyala-nyala dengan bahan wantek (Hirata, 2008:31). 127
3. Ayah Lintang Dia menggambarkan seorang ayah yang baik, tulus, dan sederhana. Mencurahkan semua kasih sayangnya kepada anaknya. Kasih sayang itu lebih-lebih dalam hal pendidikan dan mendidik anak, agak kelak dapat merubah nasib keluarganya. Hal ini terlukias dalam cuplikan berikut. Agaknya selama turun menurun keluarga laki-laki cemara angin itu tak mampu terangkat dari endemik kemiskinan komunitas Melayu yang menjadi nelayan. Tahun ini beliau menginginkan perubahan dan ia memutuskan anak lelaki tertuanya Lintang, tak akan menjadi seperti dirinya. (Hirata, 2008:11) 4. Ibu Muslimah Bu Mus rela menolak tawaran mengajar di SD yang bonafit demi SD bobrok tempat mendidik orang-orang miskin. Sungguh sikap ini punya Nilai keluhuran yang tinggi. Dalam perjalanannya begitu banyak rintangan yang dihadapi Bu Mus, tetapi ia dengan tegar tetap bertahan mengajar di SD bobrok. Bu Mus sejak awal cerita ia menunjukkan sikap ingin sekali supaya SD itu tetap dibuka, beliau bahkan berniat mencari satu orang siswa lagi supaya cukup memenuhi syarat sepuluh. Hal ini dilukiskan dalam cuplikan berikut. Namun, senyum Bu Mus adalah senyum getir yang dipaksakan karena tampak jelas beliau sedang cemas. Wajahnya tegang dan gerak geriknya gelisah. Ia berulang kali menghitung jumlah anak-anak yang 128
duduk di bangku panjang. Ia demikian khawatir sehingga tidak peduli pada peluh yang mengalir masuk ke pelupuk matanya. Titik-titik keringat yang bertimbulan di seputar hidungnya menghadapi bedak tepung beras yang dikenakannya, membuat wajahnya coreng moreng seperti pameran emban bagi permaisuri dalam Dul Muluk, sandiwara kuno kampung kami (Hirata, 2008:2). 5. Pak Harfan Pak Harfan, beliau adalah gambaran yang mewakili para orang bijak. Idealisme yang begitu menawan dengan keyakinan yang luar biasa benar-benar membuat SD itu tetap berdiri walau hanya punya 10 murid. Sekolah itu seperti yang dikatakan Pak Harfan adalah orang afrif dan bijaksana tidak mengukur kemampuan dari nilai-nilai lahiriah seperti kebanyakan sekolah lain. Nilai Rapor, ujian dan materi tidak menjadi standar di sana tapi yang menjadi standar adalah Hati, Nilai-nilai luhur Akhlakul Karimah. Hal ini dilukiskan dalam cuplikan berikut. Pak harfan memberi kami pelajaran pertama tentang keteguhan pendirian, tentang ketekunan, tentang keinginan kuat untuk mencapai cita-cita. Beliau menyakinkan kami bahwa hidup bisa demikian bahagia dalam keterbatasan jika dimaknai dengan keikhlasan berkorban untuk sesama. Lalu Beliau menyampaikan sejumlah prinsip yang diam-diam menyelinap jauh ke dalam dadaku serta memberi arah bagiku hingga dewasa, yaitu bahwa hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya (Hirata, 2008:24). 129
D. Nilai-Nilai Pendidikan yang Diperankan Tokoh Film Laskar Pelangi Bertolak pada deskripsi karakteristik tokoh film Laskar Pelangi dan dihubungkan dengan nilai-nilai pendidikan yang telah diuaikan di muka, pada bagian ini dilakukan peninjauan nilai-nilai pendidikan masing-masing tokoh dengan berbagai penafsirannya. Menurut George F. Kneller (dalam Suwarno, 2006:20), pendidikan memiliki arti luas dan sempit. Dalam arti luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi perkembangan jiwa, watak, ataupun kemauan fisik individu. Dalam arti sempit, pendidikan adalah suatu proses mentransfirmasikan pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan-keterampilan dari generasi ke generasi, yang dilakukan oleh masyarakat melaui lembaga pendidikan seperti sekolah, perguruan tinggi, atau lembaga-lembaga lain. Penafsiran nilai-nilai pendidikan dari masing-masing tokoh, dapat penulis di bawah ini. 1. Lintang Motivasi belajar dari diri Lintang sangat luar biasa, keinginan kuat untuk menuntut ilmu membuat dia rela melakukan apapun agar bisa sekolah. Lintang begitu bersahaja di sekolah. Ia memperhatikan dengan seksama semua yang ada di sekelilingnya. Segala sesuatu yang menghalanginya untuk sampai ke sekolah ia singkirkan. Apapun itu, tak akan mampu menghalangi Lintang untuk bersekolah. Ia tetap memiliki semangat untuk sampai ke sekolah meski ia dihadang oleh buaya yang besar. Lintang tak mau kalah dengan buaya. Ia tidak akan membolos hanya gara-gara dihadang buaya. Meskipun ia sadar bahwa dirinya akan 130
terlambat sampai di sekolah, ia akan tetap berangkat ke sekolah. Bukan sekali saja Lintang dihadang buaya. Tetapi ia tetap tak pernah membolos. Keinginannya menuntut ilmu mengalahkan rasa lelahnya mengayuh sepeda sepanjang delapan puluh kilometer pulang pergi. Segala bentuk halangan dan rintangan tak mampu menyurutkan langkah Lintang untuk bersekolah. 2. Mahar Mahar seorang siswa yang sekaligus Sang Seniman kecil yang kreatif. Karyanya telah mengantarkan sekolah bobrok itu menjadi juara karnaval dan mengalahkan sekolah-sekolah yang bonafit. Mahar telah mengajarkan betapa suatu karya yang bagus bisa dihasilkan dengan caracara yang sederhana tanpa menguras banyak uang. "Serahkan semuanya pada Alam" kata-kata yang lucu walau agak menggetarkan dan mengingatkanku dengan Hukum terbesar Alkemis. Jika Kau benar-benar menginginkan sesuatu maka Alam semesta akan bersatu untuk membantumu. Memunculkan sesuatu yang luar biasa dari hal yang sederhana adalah Tipikal Jenius yang kreatif. 3. Ayah Lintang Dia menggambarkan seorang ayah yang baik, tulus, dan sederhana. Gaya hidup sederhana bukan berarti merasa rendah diri yang berlebihan, tetapi justru harus berjiwa besar. Senada yang diungkapkan Fitria (2008:44) bahwa gaya hidup sederhana harus dilandasi sikap kesederhanaan pribadi individu manusia sebagai pelakunya. Selain sikap 131
tersebut ayah Lintang juga mencurahkan semua kasih sayangnya kepada anaknya. Kasih sayang itu lebih-lebih dalam hal pendidikan dan mendidik anak, agak kelak dapat merubah nasib keluarganya. Ayah Lintang selalu mendukung pendidikan anaknya dengan cara-caranya sendiri. Dia tidak menginginkan nasib anaknya sama dengna nasibnya. Menjadi seorang nelayan dan buruh pendulang timah. Lintang bisa mengubah nasib keluarganya. 4. Ibu Muslimah Bu Muslimah rela menolak tawaran mengajar di SD yang bonafit demi SD bobrok tempat mendidik orang-orang miskin. Sungguh sikap ini punya Nilai keluhuran yang tinggi. Dalam perjalanannya begitu banyak rintangan yang dihadapi Bu Mus, tetapi ia dengan tegar tetap bertahan mengajar di SD bobrok. Bu Mus sejak awal cerita ia menunjukkan sikap ingin sekali supaya SD itu tetap dibuka, beliau bahkan berniat mencari satu orang siswa lagi supaya cukup memenuhi syarat sepuluh. Bu Muslimah seorang sosok guru yang ramah, sabar dan telaten. Beliau bisa menjalankan peran guru dengan sempurna meskipun ditugaskan di sekolah pinggiran. Sikap perjuangannya sebagai pahlawan tanda jasa yang real digaji dengan beras lima belas kilogram setiap bulannya. 5. Pak Harfan Guru juga merupakan sosok penting yang memberikan motivasi dalam belajar. Dengan segala keterbatasan yang ada, para siswa bisa merasa begitu bahagia. Pak Harfan menanamkan semangat belajar yang 132
tinggi kepada anak didiknya. Ia mengajarkan keberanian, semangat, dan kerja keras untuk mencapai cita-cita. Ia mengajarkan juga bahwa hidup haruslah berusaha memberi sebanyak-banyaknya bukan menerima sebanyak-banyaknya. Beliau adalah gambaran yang mewakili para orang bijak. Idealisme yang begitu menawan dengan keyakinan yang luar biasa benar-benar membuat SD itu tetap berdiri walau hanya punya sepuluh murid. E. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Film Laskar Pelangi Film Laskar Pelangi merupakan salah satu produk media audiovisual yang menyajikan pesan materi mendidik. Nilai-nilai dalam kehidupan pendidikan dan kekeluargaan dikemas sedemikian rupa untuk kemudian dijadikan sebagai dasar mencari solusi alternatif atas persoalan yang muncul. Karena film ini disusun dari cerita nyata, maka seharusnya pesan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya juga dapat dijadikan pedoman menyelesaikan persoalan yang terjadi saat ini. Pesan utama dari film tersebut memiliki kaitan erat dengan problem pendidikan yang terjadi saat ini di negeri ini. Bangsa yang saat ini telah mengalami krisis moral. Masyarakat kehilangan kehilangan teladan dan sosok inspirasi karena mereka sering menemukan sosok yang selama ini dikagumi ternyata juga ketahuan berperilaku amoral, semisal korupsi. Kemudian pesan selanjutnya adalah ketika di era global ini banyak guru yang tidak sesuai koridor dalam mengajar, bahkan nilai keguruan dan 133
etos kerjanya kurang, film ini sebagai suatu motivasi yang tepat untuk mencegah terjadainya ketidakprofesionalnya para guru dalam melaksanakan tugasnya. Profesional adalah guru yang mengenal tentang dirinya. Yaitu bahwa dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk/dalam belajar. Guru dituntut untuk mencari tahu terus-menerus bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar. Maka apabila ada kegagalan peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan penyebab kegagalan dan mencari jalan keluar bersama dengan peserta didik; bukan mendiamkannya atau malahan menyalahkannya. Proses mendampingi peserta didik adalah proses belajar. Karena sekolah merupakan medan belajar, baik guru maupun peserta didik terpanggil untuk belajar. Guru terpanggil untuk bersedia belajar bagaimana mendampingi atau mengajar dengan baik dan menyenangkan; peserta didik terpanggil untuk menemukan cara belajar yang tepat. Berangkat dari kesadaran itu, cerita dalam film diharapkan dapat membangkitkan motivasi dan spirit untuk meneladani nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Di antara implikasi dari nilai-nilai pendidikan di kehidupan sehari-hari dalam film Laskar Pelangi adalah: 1. Pendidikan adalah sangat penting dan merupakan hak setiap anak bangsa. Itulah alasan mengapa sang Ibu Guru Muslimah tetap kekeh
mengajar
di
Sekolah
menjangkau golongan miskin. 134
Muhammadiyah,
agar
dapat
2. Jangan Pernah Menyerah. Judul surat Ikal kepada Lintang. Juga sang
Ibu
Guru
yang
berusaha
keluar
mencari
murid
kesepuluh, agar sekolah tidak ditutup. 3. Memberilah sebanyak-banyaknya kepada orang lain, bukan menerima sebanyak-banyaknya dari orang lain. Pesan sang bapak kepala sekolah secara berulang-ulang kepada anak didiknya. 4.
Memiliki
keteguhan
dan
keyakinan
akan
prinsip
hidup.
Kecerdasan hati adalah yang utama, ujar Pak Hafan, sang kepala sekolah yang teguh mempertahankan pendirian sekolahnya. 5. Tetap berjuang walau tidak ada sandaran lagi. Ibu guru Muslimah yang merasa terpukul akibat wafatnya sang Bapak Kepala sekolah akhirnya kembali mengajar walaupun sendiri dan meneruskan perjuangannya. 6. Ikuti kata hati. Flo, akhirnya memilih sekolah dan teman-teman berdasarkan kata hati. Flo, cewek yang tomboi dan anak orang kaya pindah sekolah karena merasa asyik dan bahagia dengan teman-teman di sekolah Muhammadiyah. 7. Jangan menggantungkan nasib pada dukun. Karena nilai sekolah yang terus menurun & tidak percaya diri, Mahar & teman2nya pergi meminta bantuan dukun. Dan sang dukun pun memberikan mantra sakti. 8. Mantra sakti dari dukun. “Jika nak pandai, ya belajar. Jika nak sukses, ya usaha”. 135
9. Berani tampil beda & unik, tapi juga tidak asal-asalan. Karnaval dari sekolah Muhammadiyah benar-benar unik, walau sempat ditertawakan dengan gaya yang terlihat aneh, akhirnya mereka keluar sebagai pemenang. 10. Tidak malu atau merasa rendah. Walau miskin dan bersekolah di tempat yang tidak memadai, mereka bisa menjadi pemenang dalam lomba cerdas cermat. 11. Belajar Mandiri. Anak-anak telah belajar mandiri sejak kecil, terlihat dari karakter si Lintang. 12. Berani mengekspresikan perasaan. Cinta pertama terasa sangat indah, dan si Ikal tidak malu2 menunjukan rasa sukanya kepada Aling sampai akhirnya bisa ketemu bersama walau sebentar. 13. Mau berteman (Friendly). Terlihat pembauran etnis tionghua yang baik di film itu. Akiong membaur dengan baik dan tidak setiap orang tionghua itu orang kaya. 14. Inisiatif. Walau tidak ada guru yang masuk mengajar, anak-anak mengambil inisiatif sendiri untuk belajar bersama. 15. Dermawan. Ditunjukkan oleh Teman Bapak Kepala Sekolah yang memberikan support secara materi dan moril kepada Sekolah Muhammadiyah, terutama setelah wafatnya Bapak Hafan, sang Kepala Sekolah.
136
16. Kerja Keras. Walau gaji yang tidak memadai, sang Ibu Guru tetap bisa mengajar dan mencoba mencari penghasilan tambahan dengan menjahit baju. 17. Cara mengajar yang unik. Sang Ibu guru mengajar mereka baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Juga Sang Guru dan Kepala sekolah sangat dekat dengan anak-anak. Pintar juga memotivasi anak-anak agar bersemangat dalam belajar. Julukan “Laskar Pelangi” pun diberikan sang Ibu Guru, karena kesukaan anak-anak melihat pelangi. 18. Mengejar cita-cita dan harapan setinggi langit. Akhirnya anak kampung, si Ikal mendapatkan beasiswa dan meneruskan studinya ke Paris, tempat yang ia idamkan sejak kecil. 19. ceria & bersemangat. itulah modal kehidupan, seperti dalam film, anak-anak bersemangat dan ceria dalam kesehariannya. 20. Cinta. Banyaknya masalah dan cobaan yang menerpa, tidak membuat Sekolah ditutup, karena kegigihan dan cinta untuk mempertahankannya.
137
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka pada bab ini, penulis akan menyampaikan butir-butir kesimpulan. Dalam film Laskar Pelangi, materi kisah yang disajikan adalah tentang proses pendidikan di sekolah yang membutuhkan perjuangan dan keikhlasan serta semangat tanpa menyerah untuk meraaih cita-cita. Oleh karena itu, peneliti berkesimpulan film tersebut memiliki pesan nilai-nilai yang mendidik. Adapun ditinjau dari nilai-nilai keikhlasaan yang terkandung dalam film Laskar Pelangi adalah sebagai berikut: 1. Adapun nilai-nilai keikhlasan dalam film laskar pelangi adalah Keikhlasan bekerjasama, Ikhlas untuk Kemerdekaan , Ikhlas dalam Kebahagiaan, Ikhlas dalam Kejujuran , Ikhlas dalam Kerendahhatian , Ikhlas untuk Kasih Sayang , Ikhlas dalam Kedamaian , keikhlasan dalamRasa Hormat , keikhlasan dikala ada Tanggung Jawab , keikhlasan dalam Kesederhanaan , dan keikhlasan dalam Toleransi. 2. Adapun karakteristik tokoh dalam film laskar pelangi adalah Lintang Lintang adalah seorang anak yang luar biasa. Gigih dan pantang menyerah, Mahar, Sang Seniman kecil yang kreatif. Ayah Lintang, Dia 138
menggambarkan seorang ayah yang baik, tulus, dan sederhana. Ibu Muslimah, guru yang professional dan tulus berbakti. Pak Harfan, beliau adalah gambaran yang mewakili para orang bijak. 3. Adapun nilai-nilai pendidikan Islam dalam film laskar pelangi adalah pendidikan adalah hal terpenting, ketekunan, keikhlasan, semangat pantang menyerah dan percaya kepada Allah yang bakal menfabulkan setiap doa kita.
B. Saran Sebagai akhir dari penulisan skripsi ini, berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka penulis ingin memberikan saran sebagai berikut: 1. Munculnya tekhnologi modern menjadi tantangan bagi dunia pendidikan. Tekhnologi dapat menghambat pendidikan dan juga sebaliknya. Produk tekhnologi perlu dimanfaatkan dengan cara merekayasanya supaya berguna dalam proses kegiatan belajar megajar dan
tercapainya
tujuan
pendidikan.
Produk
teknologi
dapat
dimanfaatkan sebagai media Pendidikan. 2. Para insan per-film-an perlu mengoreksi diri dengan tidak hanya menyajikan materi film yang tidak mendidik. Produksi film perlu mengubah arahnya dengan tidak hanya berjalan dalam logika untung dan rugi dan mengabaikan unsur pendidikan. 139
3. Tontotan sering menjadi tuntunan. Akan tetapi, penonton film seharusnya bersikap bijak dengan hanya mengambil pelajaran dan hikmah dari sebuah film. Nilai-nilai yang mengandung kebaikan bagi umat manusia patut ditiru. Dan yang berlawanan dari nilai kemanusiaan perlu diabaikan dengan memahaminya sebatas unsur hiburan.
140
DAFTAR PUSTAKA Achmadi. 2005.,Ideologi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. 1. Al-Syaibany, M. Omar Taomy. 1976. Filsafat Pendidikan (Terj. Hasan Langgulung), Jakarta: Bulan Bintang.
Islam
An-Nahlawi, Abdurrahman. 1995. Pendidikan Islam di sekolah, dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press
Rumah,
An-Nahlawi, Abdurrahman. 1989. Prinsip-Prinsip dan Pendidikan Islam, Bandung: CV. Diponegoro, Cet. 1.
Metoda
Arifin, M.1987.Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara,
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT.Rineka Cipta, , Cet. 13.
Arsyad, Azhar. 2000. Persada, , Cet.2.
Media Pengajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo
Echols, John. M. dan Hassan Sadily. 1992. Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia,
Hadi, Sutrisno. 2000.Metodologi Reseach, Yogyakarta: Andi.
Hamka,. 1990. Tasawuf Modern, Jakarta: Pustaka Panji Mas.
Hasan, Abdul Halim. 2006.Tafsir Al-Ahkam, Jakarta: Kencana,
Hawwa, Sa'id, Tazkiyatun Nafs. 2006. Jakarta: Pena Pundi Aksara,
Hirata, Andrea,. 2008. Laskar Pelangi, Yogyakarta: Bentang, , Cet. 17.
http://bukuygkubaca.blogspot.com/2009/01/ karpov-mimpi-mimpi- lintang.html.
pukul
14.01.maryamah-
http://id.wikipedia.org/2008/10/18.40/wiki/Andrea_hirata..
http://id.wikipedia.org/2008/10/15.00/wiki/Laskar_Pelangi.
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2008/09/26/32427/Duni a- Laskar-Pelangi-yang-Mewakili.
Ismail SM dan Abdul Mukti (penyunting). 2000. Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang kerjasama Pustaka Pelajar.
Kompas, Edisi 17 Juni 2010 pada rubrik Pendidikan dan Kebudayaan.
Moleong, Lexy J.. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, , Cet. 24.
Muhaimin dan Abdul Mujib. 1993., Pemikiran Pendidikan Islam (Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya), Bandung: PT Trigenda Karya.
Muhammad, Abu Abdullah, Shahih Bukhari (Juz awal), Beirut: Dar alKitab al- Islam, tt.
Munir, Ahmad. 2008. Tafsir Tarbawi; Mengungkap Pesan al-Qur’an tentang Pendidikan, Yogyakarta: Teras.
Nasution, M. Yunan. 1988. Islam dan Kemasyarakatan, Jakarta: Bulan Bintang,
Problema-problema
Pulungan, J Suyuti. 1996. Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau dari Pandangan al-Qur'an, Jakarta: Rajawali Persada.
Rivers, William L., et al., .2003. Media Massa dan Masyarakat Modern, Jakarta: Prenada Media. Riza, Riri dan Mira Lesmana. 2008. Film Laskar Pelangi, Jakarta: Miles Films. Sadiman, Arif S. 1986. Media Pendidikan; Pengertian, pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta: CV. Rajawali, , Cet. 1.
Said, Usman, 1985. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Departemen Agama, Cet. 2.
Setiawan, Zudi, 2007. Nasionalisme NU, Semarang: CV. Aneka Ilmu,.
Shadily, Hasan (editor). 1994.Ensiklopedi Indonesia, Jilid V, Jakarta: Ichtiar Baru.
Shihab, M. Quraish,. 2002.Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati,
Sobur, Alex,. 2004Semiotika Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, , Cet. 2.
Suara Merdeka, Kamis, 9 Maret 2009.
Subagyo, P. Joko. 1991.Metode Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta,
Thoha, Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.
Toha, Chabib, et. al. 1996.Reformulasi Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Umairah, Abdurrahman, Metode Surabaya: Mutiara Ilmu, tt.
Al-Qur’an
Dalam
Pendidikan,
Webster, Noah. 1980. Webster’s New Twentieth Century Dictionary of The EnglishLanguage, New York: William Collin Publishers. Inc, Zahrah, Muh Abu, 2004. Membangun Masyarakat Islam, Pustaka Firdaus, tth. Zahruddin,. 2004. Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT Raja Grafindo Grafika,. Zuhairini dkk, 1995. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta; Bumi Aksara, , Cet. 2.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiraan 1 Cover film laskar pelangi
Lampiran 2 Sinopsis film laskar pelangi
Novel Karya Andrea Hirata Sutradara: Riri Reza Genre: Drama Pemeran: Lukman Sardi, Cut Mini, Mathias Muchus. Tahun: 2008
Film Indonesia kini tengah menapaki kejayaan. Munculnya film-film berkualitas karya anak bangsa memang memberi angin segar bagi industri perfileman dalam negeri. Untu mendukung hal ini, tentu diharapkan agar masyarakat antusias menyaksikannya di bioskop. Salah satu film yang tak boleh diewatkan adalah Laskar Pelangi. Film besutan Mira Lesmana ini diadopsi dari novel populer Andrea Hirata dengan judul yang sama. Jika Anda belum menyaksikannya, tak apalah baca sinopsis Laskar Pelangi terlebih dahulu, berikut ini. Rangkaian cerita di dalam film ini dimulai dari kepulangan ikal (Lukman Sardi) yang telah dewasa ke kampung halamannya di Bangka Belitong. Ingatannya kemudian kembali ke masa kecilnya. Hari pertama ia dan kawankawannya di Sekolah Dasar Muhammadiyah begitu menegangkan sebab jumlah mereka hanya 9 orang. Ikal bersama dengan murid lainnya, harap-harap cemas menunggu murid ke-10. Jika tidak, maka sekolah tersebut akan ditutup. Ibu Muslimah (Cut Mini Theo) dan Pak Harfan (Ikranegara) juga tak kalah tegangnya. Tapi, di ujung sana kemudian muncul Harun (Jeffry Yanuar), si murid kesepuluh yang menyelamatkan keberadaan SD Muhammadiyah. Kesepuluh murid di SD Muhammadiyah ini memiliki keunikannya masingmasing. Tingkah polah mereka yang lucu membuat ibu Musdalifah dan Pak Harfan senang. Oleh Ibu Musdalifah, kesepuluh bocah ingusan tersebut pun diberi nama Laskar Pelangi. Mereka adalah Ikal, Lintang, Mahar, A-Kiong, Kucai, Trapani, Sahara, Syahdan, Borek dan Harun. Dengan jiwa kanak-kanaknya, mereka semua berusaha agar terus bersekolah. Di antara kesepuluh anak ini, Ikal, Lintang dan Mahar lah yang paling menonjol. Namun mereka tak angkuh, malah menjadi motor semangat bagi murid lainnya.
Perjuangan anak-anak ini tidaklah mudah. Mereka menghadapi tantangan yang berbeda-beda. Misalnya saja Lintang, setiap hari ia harus menghadapi rasa takutnya saat hendak ke sekolah. Mengapa? Sebab jika tidak jeli, salah-salah ia akan dimangsa buaya. Yang paling menarik, saat Lintang hendak berangkat Cerdas Cermat namun buaya sudah menanti ia lengkap dengan gigi-gigi tajamnya. Bagian ini memperlihatkan semangat juang Lintang yang keras. Cerita lainnya juga datang dari Ikal yang jatuh hati pada anak seorang pedagang. Gadis kecil itu bernama A-ling. Ikal selalu mendapati jemari lentik Aling saat ia berbelanja kapur tulis di toko milik ayah A-ling. Melihat tangan saja, wajah ikal sudah merah merona. Ia serasa berlari-lari di hamparan bebunga seroja. Ikal suka pada A-ling. Kehidupan anggota Laskar Pelangi di sekolah semakin hari semakin memperlihatkan kemajuan. Namun di tengah perjalanan tersebut, berbagai cobaan datang menghadang mereka. Antara lain guru yang pindah ke sekolah lain karena tergiur bayaran yang lebih serta kematian Pak Harfan. Peristiwa kedua tersebut benar-benar memukul anggota Laskar Pelangi dan juga Ibu Muslimah. Pak Harfan adalah roh SD Muhammadiyah. Awalnya Ibu Muslimah bimbang, apakah ia mampu meneruskan amanah yang ditinggalkan Pak Harfan. Namun keraguan itu terjawab dengan prestasi anak-anak muridnya yang bisa mengalahkan murid sekolah elit di ajang Cerdas Cermat.