NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM FILM LASKAR PELANGI PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh FARIH LIDINNILLAH NIM 3103210
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
ii
iii
ABSTRAK Farih Lidinnillah (3103210). Nilai-nilai Edukatif dalam Film Laskar Pelangi Perspektif Pendidikan Islam. Skripsi, Semarang: Program Strata I Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam film Laskar Pelangi ditinjau dari Pendidikan Islam. Jenis penelitian ini adalah penelitian dokumen (documentary research) dengan pendekatan semiotik. Pendekatan semiotik digunakan untuk mendiskripsikan isi yang tersurat maupun yang tersirat dalam film. Peneliti menggunakan penafsiran prospective dan kategorisasi sebagai teknik analisis data. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan metode dokumentasi melalui penelusuran dokumen film, majalah atau koran (media massa), dan buku. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film Laskar Pelangi mengandung nilai-nilai edukatif. Nilai-nilai yang terkandung di antaranya adalah kerjasama, kemerdekaan, kebahagiaan, kejujuran, kerendahhatian, kasih sayang, kedamaian, rasa hormat, tanggung jawab, kesederhanaan, toleransi, dan kesatuan. Nilai-nilai tersebut terkandung dalam dialog dan gambar adegan. Dialog-dialog yang disajikan film, sebagian bersumber pada ajaran-ajaran Islam. Film juga memperlihatkan gambar adegan mengenai sosok teladan, praktik keagamaan dan proses pendidikan di lembaga pendidikan. Materi dialog dan gambar adegan film memberikan pesan nilai-nilai yang bersumber dari ajaran Islam. Misalnya pada episode ketika Muslimah mengingatkan Kucai agar melaksanakan tugasnya sebagai ketua kelas. Ia dimintai pertanggungjawaban. Sahara menghampirinya kemudian mengingatkan bahwa setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban di hari kiamat. Hal ini sesuai dengan hadits yang menyatakan bahwa setiap manusia adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Pada dasarnya, film Laskar Pelangi memberikan pesan nilai yang mendorong penonton untuk melakukan perubahan menjadi individu yang lebih baik, yakni berakhlak mulia. Hal ini dibuktikan dari materi cerita yang disajikan melalui dialog dan gambar dalam bentuk adegan. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para pengajar, para peneliti dan masyarakat, terutama penonton film agar dapat memanfaatkan film sebagai sarana untuk mengambil pelajaran dan hikmah dalam rangka perbaikan diri dan lingkungan sekitar.
iv
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau telah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi dalam referensi yang penulis jadikan bahan rujukan.
Semarang, Juni 2010 Deklarator,
Farih Lidinnillah 3103210
v
MOTTO
… ﺧﲑﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﻧﻔﻌﻬﻢ ﻟﻠﻨﺎﺱ “Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi orang lain” (HR. Ath-Thabrani)1
“Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya.” --- Novel Laskar Pelangi.2
1
Abu Al Qasim Sulaiman, kitab al-Kabir, (Beirut: Dar al-Kitab al-Islam, tt), hlm. 463. Nomor hadits 13646. Hadits diriwayatkan oleh Muhammad bin Adullah Al-Kadlrami dari Ali bin Bahram dari Abdul Malik bin Abi Kariimah dari Ibnu Juraij dari Atha' dari Jaabir. 2 Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: Bentang, 2008), hlm. 24.
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, puji syukur hanya bermuara padamu Ya Allah. Atas segala nikmat dan karunia yang tiada sanggup hamba menjumlahnya. Shalawat dan Salam terlantun bagi Nabi Muhammad SAW, atas segala nur yang terpancar hingga lubuk hati. Penulis sadar, pada dasarnya, skripsi ini dapat terselesaikan tanpa luput dari sumbangsih orang lain. Sebagai rasa syukur dan bangga penulis haturkan kepada : 1. Bapak dan Ibu tercinta, Ali Mahmudi dan Muthowi’áh yang telah menyediakan telaga surga di telapaknya yang di bawahnya mengalir kasih dan doa, sehingga tiada harga selain membahagiakan dan berbakti kepadanya. Amiiin. Bapak dan Ibu, Aku bangga menjadi anakmu. Jika aku harus lahir kembali, aku akan memohon kepada Allah agar kembali menjadikanmu sebagai Ibu dan Bapakku. 2. Terima kasih kepada Pak Lek Mustofa (sekalian) atas segala arahan dan pertanyaanpertanyaannya. 3. Adik-adik dan keponakan penulis; Fitriana, Rosidah Handayani, Suraya, Muhammad Alfian Azizi, Muhammad Khoirul Falah, dan Kamal Noval Faza. Aku bangga menjadi kakakmu. Semoga kalian juga. 4. Kawan-kawanku di keluarga besar AMANAT; Mas Joko Jeteha (sekeluarga), M. Hasan Aoni, Mbk. Alfy, M. Jabir, M. Zamhuri, M. Irin, M. Nung, M. Eroz, M. Sis (sekalian), M. Mamhet, M. Oliez, M. Fahrudin, M. Doni, M. Ali, M. Gpenk, M. Huda, M. Hery, Amin, Agung, M. Yudi, Syekhuna, M. Soel, M. Munif, Edy, Cak Her, Naseh, Syafa’, Jarno vendeta, Ipunk, Afidah, Fany, Diman, Nanik, Leha (almh.), Muslimah, Inta, Eny, Ike, Farid Ma’ruf & Hilmi, Izzam, Jeky, Budi, M. Munib dan mereka yang masih mengeja dan ku eja namanya. Aku bangga pernah dipertemukan dengan kalian semua. Semoga kalian juga. Aku bangga karena kalian adalah pilihan terbaik dari Tuhan bagiku. Tuhan telah memilih aku, kamu, dan kita untuk mendapatkan yang terbaik di jalan ini. 5. Teman-teman dan sesepuh di Kantor Berita ANTARA Jateng; Pak Zaenal, Bu Mahmudah, Mas Hari, Mas Hernawan dan yang belum penulis sebutkan. Terima
vii
kasih atas kepercayaan dan kesempatan yang pernah diberikan. Banyak pelajaran dan hikmah yang telah aku peroleh dari tugas itu. 6. Sahabat-sahabatku; Taqim, Hadi, Bambang, Tain, Lani, Hartono, Saerozi, Acong, Kharisman dkk. serta teman-teman yang lulus di semester ini. 7. Kawan-kawanku di FPPI; Yasin, Rohmad, Ulin, Arif, Ali, Rofi’, Gadafi dkk. 8. Kawan-kawanku Tim PPL di SMP 23 Semarang dan Tim KKN Posko 25 desa Nglorog, Pringsurat, Temanggung. 9. Dan segenap karib yang juga berperan dan pantas saya sebut, yaitu Fasihah Furoida, Sodikin, dan Farid Ma’ruf. Terima kasih atas informasi referensi yang disampaikan. 10. Teman-teman dan pengelola LeSPI Semarang; Pak Anto, Mbak Riri, M. Feby, M. Haris. Senang kerja bareng kalian. 11. Untuk semuanya, saya berterima kasih dan bersyukur.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim. Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam yang telah melimpahkan karunia berupa kebahagian dan ujian hidup. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan segala makhluk di bumi. Setiap perjalanan pasti menyisakan jejak. Seperti itu, penulis memaknai tugas akhir yang penulis susun dengan judul, “Nilai-nilai Edukatif dalam Film Laskar Pelangi
Perspektif Pendidikan Islam”. Skripsi sebagai syarat
memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) dalam bidang ilmu Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Alhamdulillah. Sebagai wujud syukur, hanya itu yang dapat penulis sampaikan atas karunia ini. Selanjutnya, penulis yakin bahwa penyelesaiann skripsi ini tidak lepas dari peran dan motivasi dari berbagai pihak, maka dengan segala kerendahan hati dan ketulusan, saya sampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Ed. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo beserta staf; 2. Bapak Ahmad Muthohar, M.Ag. dan Bapak Abdul Wahib, M.Ag. selaku pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu untuk proses pembimbingan skripsi; 3. Para dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo yang telah membekali
berbagai
ilmu
pengetahuan
sehingga
penulis
mampu
menyelesaikan skripsi ini; 4. Pengelola perpustakaan di IAIN Walisongo yang telah melayani pemenuhan referensi-referensi buku; 5. Surat Kabar Mahasiswa (SKM) AMANAT yang telah memberikan kesempatan dan ruang untuk bersama berproses mengembangkan kualitas dan potensi diri.
ix
Penulis menyadari sepenuhnya, masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu, saran dan kritik senantiasa dinanti. Semoga naskah skripsi yang sederhana ini bermanfaat, setidaknya bagi penulis.
Semarang, Juni 2010
FARIH LIDINNILLAH NIM 3103210
x
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii HALAMAN ABSTRAKSI ............................................................................. iv HALAMAN DEKLARASI .............................................................................. v HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................... xi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1 B. Penegasan Judul ................................................................. 6 C. Rumusan Masalah ............................................................. 8 D. Tujuan Penelitian ............................................................... 9 E. Manfaat Penelitian ............................................................. 9 F. Kajian Pustaka ................................................................... 9 G. Metode Penelitian ............................................................ 10
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG FILM DAN NILAINILAI PENDIDIKAN DALAM ISLAM A. Nilai-nilai Pendidikan dalam Islam 1. Pendidikan Islam dan Tujuannya................................. 13 2. Nilai Edukatif dalam Islam ......................................... 16 B. Tinjauan Umum tentang Film ........................................ 25 C. Film sebagai Media Pendidikan ...................................... 27
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG FILM LASKAR PELANGI A. Biografi Pengarang
xi
a. Biografi Andrea Hirata ................................................ 34 b. Karya-karya Andrea Hirata ......................................... 35 B. Film Laskar Pelangi a. Setting Sosial Laskar Pelangi ..................................... 40 b. Narasi Film Laskar Pelangi ........................................ 48 BAB IV
NILAI EDUKATIF DALAM FILM LASKAR PELANGI PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM A. Apresiasi atas film Laskar Pelangi perspektif Pendidikan Islam ................................................................................ 79 B. Nilai-nilai Edukatif dalam Film Laskar Pelangi Perspektif Pendidikan Islam ............................................................. 81 1. Kerjasama ................................................................... 82 2. Kemerdekaan .............................................................. 84 3. Kebahagiaan ................................................................ 87 4. Kejujuran ..................................................................... 88 5. Kerendahhatian ........................................................... 91 6. Kasih sayang ............................................................... 92 7. Kedamaian .................................................................. 96 8. Rasa hormat ............................................................... 98 9. Tanggung jawab .......................................................... 99 10. Kesederhanaan ........................................................ 103 11. Toleransi ................................................................. 105 12. Kesatuan .................................................................. 107 C. Implikasi Nilai-Nilai Edukatif Dalam Film Laskar Pelangi Terhadap Pendidikan Agama ........................................ 108
BAB V
PENUTUP A. Simpulan ......................................................................... 110 B. Saran ............................................................................... 113 C. Penutup ........................................................................... 114
xii
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN BIODATA PENULIS
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pada era modern nan global, media massa telah menjadi kebutuhan hampir setiap orang. Pengaruhnya besar. Jangkauannya luas dan gerakannya juga cepat. Perkembangan media massa bak jamur di musim hujan. Terutama The Big Five of Mass Media (lima besar media massa), yaitu: surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Kelimanya berusaha merebut minat masyarakat dengan memberikan pelayanan yang terbaik. Berkat kecanggihan teknologi komunikasi, segala informasi dapat diperoleh dengan mudah. Pesan komunikator pun sampai dengan mudah oleh pikiran khalayak. Munculnya beragam jenis teknologi komunikasi dan bergulirnya keterbukaan, berbuah kebebasan untuk memilih media untuk dikonsumsi. Konsumsi atas media tertentu dengan segala unsur menghiburnya menjelma menjadi kebutuhan. Bagi masyarakat, bukan hanya pesan yang menjadi daya tarik. Jenis media juga sangat menentukan. Akhirnya, media audio visual dengan berbagai kelebihannya berhasil menarik mayoritas khalayak. Bahkan, sekarang ini, muncul istilah televisi telah menjadi "agama baru"3. Hampir seluruh aspek kehidupan dapat ditemukan dan ditirukan melalui program televisi.
3
Televisi menjadi “agama baru”, karena dalam kenyataannya memang sudah terlalu sering peran dan fungsi agama diambil alih oleh televisi. Sebagaimana diyakini bersama bahwa peran agama dalam kehidupan dipandang sebagai hal yang sangat dipentingkan dan menjadi pedoman dalam menjalani segala aspek kehidupan. Setidaknya, selama ini, agama berfungsi sebagai pelipur lara di kala duka, pedoman dan cermin dalam bertingkah laku dalam menjalani ritme kehidupan. Jadwal kehidupan senantiasa harus disesuaikan dengan agenda ritual keagamaan. Akan tetapi, apabila merenungkan apa yang telah dan sedang terjadi di sekitar, saat ini tidak bisa disangkal bahwa peran dan fungsi keagamaan tersebut sebagian besar telah diambil alih oleh televisi. (http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?ID=8004. Diakses pada 29 April 2009, pukul 14;00 WIB).
1
2
Film juga memiliki kelebihan daya tarik sebagaimana televisi. Pasalnya, keduanya tergolong dalam media audio visual. Keduanya saling mendukung, karena film juga menjadi bagian dari program televisi. Sekarang ini, berkat keberhasilan persuasifnya, konsumsi akan film sudah menjadi kebutuhan, bahkan gaya hidup. Khalayak dengan mudah terbujuk oleh sajian isi dengan tema aktual yang digarap film. Selain itu, penyerapan
informasi
yang
melibatkan
indera-indera
audio
visual,
mempermudah pesan sampai di kepala pemirsa. Di tanah air, perkembangan industri perfilman selama lima tahun terakhir ini mengalami kemajuan yang sangat luar biasa. Film Indonesia telah menjadi tuan rumah di negeri sendiri.4 Akan tetapi, banyaknya produksi film belum memberikan kontribusi bagi pencerahan bagi masyarakat. Indonesia masih kering dari produksi film yang edukatif. Harold D. Laswell menyatakan terdapat tiga fungsi media massa. Ketiganya adalah untuk menginformasikan (to inform), untuk mendidik (to educate) dan untuk menghibur publik (to entertain).5 Berbekal pemahaman atas tiga hakekat fungsi media di atas, masyarakat, apalagi para pendidik, mempunyai hak mempergunakan media massa untuk kepentingan dunia pendidikan. Pendidik, terlebih dahulu, perlu dibekali pemahaman bagaimana memanfaatkan media film terkait proses pendidikan mengingat peserta didik juga belajar dari lingkungan luar sekolah. Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media tertentu ke penerima pesan.6 Komunikasi adalah elemen terpenting dalam proses pendidikan.
4
Sambutan disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Rabu (8/10/2008) dalam acara nonton bareng film "Laskar Pelangi", di Blitz Megaplex, Komplek Grand Indonesia, Jakarta.http://tv.kompas.com/content/view/6383/109/. Diakses pada 31 Maret pukul 20;00 WIB. 5 http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=11154. Diakses pada 31 Maret pukul 20;00 WIB. 6 Arif S. Sadiman, Media Pendidikan; Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: CV. Rajawali, 1986), Cet. 1, hlm. 12.
3
Dalam kaitan dengan massa, komunikasi telah beralih dari motif mencari pesan lewat media, ke arah motif penikmatan kesenangan yang disediakan oleh media itu sendiri. Saat ini, media telah mengambil alih pesan, bahkan telah berubah menjadi pesan itu sendiri.7 Unsur menarik harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum pesan itu disampaikan. Dan kecanggihan teknologi yang mampu memenuhinya dengan menyajikan materi menghibur diri sambil memperoleh ilmu. Film tidak hanya sebagai media hiburan. Sebagaimana fungsinya, seharusnya, ia memberikan fungsi edukasi. Pesan-pesan yang disampaikan, selayaknya juga berkontribusi terhadap terciptanya masyarakat yang terdidik; selain ditujukan untuk menghibur juga dipergunakan sebagai sarana mencapai tujuan pendidikan. Oleh karenanya, muncul istilah film edutainment. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan dunia pendidikan dalam kaitannya film sebagai media pendidikan. Akhir 2008, keinginan untuk menikmati film yang menghibur dan mencerahkan terjawab. Laskar Pelangi muncul dengan tawaran tema menarik. Film dibuat setelah kesuksesan novel di pasar. Fokus utama film ini adalah pada semangat memajukan dunia pendidikan meski dalam kondisi yang serba terbatas. Tema langka dan jarang ditampilkan ke dalam film-film Indonesia. Masyarakat merespon positif dengan sambutan dan antusiasme besar atas film Laskar Pelangi. Ia berhasil meraih jumlah 4,6 juta penonton.8 Sejumlah penghargaan diraih dalam Indonesian Movie Award (IMA) 2009. Film sukses memborong 4 piala IMA.9 Tidak hanya di negeri sendiri. Film Laskar Pelangi juga go Asia dan diputar oleh bioskop-bioskop di Asia.10
7
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 2, hlm.
xvii. 8
Suara Merdeka, Kamis, 9 Maret 2009. Bahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyambut peluncuran film Laskar Pelangi dan mengapresiasi dengan ikut menonton bersama keluarga dan beberapa Menteri anggota Kabinet Indonesia Bersatu jilid I.( http://www.kapanlagi.com/h/0000255099.html. Diakses 31 Maret 2009 pukul 20;00 WIB) 9 Ibid., Senin, 18 Mei 2009. 10 Ibid., Kamis, 9 Maret 2009. Di Hong Kong International Film Festival, Laskar Pelangi dianugerahi penghargaan khusus SIGNIS Award, sebagai film yang sukses mengangkat nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4
Laskar Pelangi (dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi The Rainbow Troops) juga bergaung di lingkup internasional. Festival film Berlinale ke-59, Berlin, Jerman, 5-15 Februari 2009 juga menjadi saksi kesuksesan film Laskar Pelangi. Laskar Pelangi menjadi salah satu film Indonesia
yang
terpilih
dan
ditayangkan
dengan
sambutan
yang
menggembirakan dari para pengunjung, bahkan sampai melebihi studio yang disediakan. Selain itu, penyelenggara juga memberikan perhatian khusus kepada film ini, dengan memasang gambar kover film Laskar Pelangi dalam sampul buku program Berlinale 2009, mewakili film-film Asia.11 Di satu sisi, tidak dapat disangsikan lagi urgensi media film. Namun, mengingat bermacam warna isi dan pesan dalam film, jika tidak hati-hati hal ini justru akan menimbulkan masalah baru mengingat tidak semua isi media massa bermanfaat bagi khalayak. Banyak di antaranya yang tidak mendidik dan hanya mengedepankan kepentingan pemilik/pengelola media untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Film Laskar Pelangi yang akan menjadi objek dalam penelitian ini tergolong dalam film edukatif. Film yang bukan hanya memberikan unsur hiburan, akan tetapi juga menyisipkan nilai-nilai yang mendidik. Penonton secara tidak sengaja akan menerima pesan-pesan tentang nilai-nilai edukatif yang bersifat kebaikan, terutama dipandang dari kacamata Islam. Proses
pendidikan
melalui
film
ini
dikemas
apik
dengan
menampilkan pembelajaran yang tidak hanya di ruang kelas. Kondisi miskin, terbatas dan sederhana mampu dimanfaatkan secara maksimal. Nilai-nilai edukatif terselip dalam adegan-adegan yang ditampilkan. Beberapa pesan nilai yang sekilas tampak di antaranya kasih sayang, kesungguhan, kerja keras, kejujuran, dan tanggung jawab.12 Pendekatan untuk mengukur kualitas pendidikan, sebagaimana dikatakan tokoh utama dalam film itu, Harfan Effendy Noor, bahwa nilai-nilai, masalah kecerdasan tidak diukur dengan angka-angka, tapi dengan hati yang memancarkan kasih sayang. 11
http://www.hidayatullah.com/index.php?. Diakses 31 Maret 2009 pukul 20;00 WIB. Riri Riza dan Mira Lesmana, Film Laskar Pelangi, (Jakarta: Miles Films, 2008).
12
5
Pada episode ketika dilaksanakan lomba cerdas cermat juga terselip pesan nilai kejujuran dan tanggungjawab. Kecurigaan juri mengenai ketidakjujuran. Lintang, misalnya, dibuktikan dengan kemampuannya, mempertanggungjawabkan dengan menguraikan rumus-rumus matematika sehingga diperoleh jawaban yang menurut Pak Mahmud adalah benar. Akhirnya, sang juri pun mengakui kejujuran Lintang, sehingga SD yang diwakilinya menjadi pemenang. Nilai kerja keras dan kesungguhan dalam mencari ilmu juga nampak ketika sekolah dihadapkan pada keputusasaan. Salah satu guru, Bakri berhenti mengajar, sementara kepala sekolah, Harfan, meninggal dunia. Kelas sempat kosong tanpa aktivitas. Kesungguhan dan kerja keras terlihat ketika Lintang bersepeda dari rumah-hingga sekolah dengan jarak 40 klilometer. Lintang bersama Ikal juga harus mengajak teman-teman di rumah menuju ke sekolah untuk belajar. Lintang menggantikan Muslimah yang seharusnya bertugas mengajar. Muslimah pun akhirnya tegar dengan kembali mengajar muridmurid. Penggunaan media massa sebagai sumber belajar untuk bidang pengajaran
agama
memerlukan
pengolahan,
karena
umumnya
pengomunikasian melalui mass media untuk kehidupan keagamaan masih relatif sedikit.13 Kemampuan film dalam melukiskan gambar secara hidup dan suara memberinya daya tarik besar. Film sebagaimana media massa lainnya memiliki tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Mereka dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap.14
13
Usman Said, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Departemen Agama 1985), Cet. 2, hlm. 148. 14 Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), Cet. 2, hlm. 48.
6
Film lebih dianggap sebagai hiburan ketimbang media pembujuk. Kekuatan bujukan atau persuasi yang besar perlu dimanfaatkan.15 Kekuatan dan kemampuan film dalam menjangkau banyak segmen sosial, memiliki potensi untuk pendidikan massa.16 Akhirnya, daya tarik dan persuasi film berperan sebagai referensi audien bersosialisasi dan transmisi nilai (transmission of values) secara massal. Dalam hal ini, media menjadi sebuah alat kontrol yang mampu mempengaruhi bahkan mengatur isi pikiran dan keyakinan-keyakinan masyarakat.17 Media masa merupakan sumber informasi yang berisi hal-hal aktual dan serba baru dari berbagai penjuru dunia serta digunakan untuk berbagai kepentingan, sehingga penggunaannya perlu selektif18. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tema di atas dengan judul "Nilai-Nilai Edukatif dalam Film Laskar Pelangi Perspektif Pendidikan Islam".
B. Penegasan Judul Menindaklanjuti dari prolog diatas, penulis akan menegaskan dan mendeskripsikan istilah-istilah yang terdapat pada judul; Nilai-Nilai Edukatif dalam Film Laskar Pelangi Perspektif Pendidikan Islam. Untuk memperjelas dan mempertegas serta menghindari dari kesalahpahaman terhadap judul, maka akan dijelaskan secara kongkret dan lebih bersifat operasional. 1. Nilai Edukatif Nilai edukatif merupakan esensi yang melekat pada suatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia.19 Sidi Gazalba mengungkapkan bahwa ”Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak. Nilai bukan benda
15
William L. Rivers, et al., Media Massa dan Masyarakat Modern, (Jakarta: Prenada Media, 2003), Cet. 1, hlm. 252. 16 Alex Sobur, Op.Cit., hlm. 127. 17 Ibid., hlm. 114. 18 Usman Said, Op.Cit., hlm.148. 19 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo), hlm. 62.
7
konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi.20 Menurut Milton Rokeach dan James Bank, nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan di mana seseorang bertindak atau mengenai sesuatu yang pantas dan tidak pantas untuk dikerjakan. Nilai menunjukkan suatu kriteria atau standar untuk menilai atau mengevaluasi sesuatu, seperti industrialisasi sebagai sarana kemakmuran, pengertian ini terdapat berbagai jenis nilai-nilai individu, sosial, budaya dan agama.21 Edukatif adalah kata sifat dari kata benda education yang artinya pendidikan.22 Edukatif adalah kata sifat (obyek) berarti: The process of developing the knowledge, skill, mind, character etc, especially by formal schooling, teaching and training.23 Artinya, proses mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, pikiran dan
karakter dll, utamanya oleh
sekolah resmi. Nilai-nilai edukatif yang dimaksud dalam judul ini adalah sesuatu yang diharapkan dari pengalaman berinteraksi dalam lembaga pendidikan maupun masyarakat. Dalam suatu proses pendidikan terdapat nilai-nilai perubahan manusia yang diharapkan menuju menuju kebaikan. Nilai sifatnya abstrak dan dapat dipahami melalui gejala, proses pengalaman yang telah dialami atau dilihat. Jadi nilai edukatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sesuatu yang tersirat dari pesan dan pengalaman-pengalaman yang tertuang dalam film. Di mana, pesan yang tersirat tersebut mengandung nilai perubahan menuju kebaikan yang sejalan dengan ajaran-ajaran Islam. 20
Chabib Toha et. al., Reformulasi Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 22. 21 Chabib Toha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 60-61. 22 John. M. Echols dan Hassan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1992), hlm. 207. 23 Noah Webster, Webster’s New Twentieth Century Dictionary Of The English Language, (New York: William Collin Publishers. Inc.), 1980, hlm. 576.
8
2. Pendidikan Islam Dalam arti luas “Pendidikan mempunyai arti proses membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan dan kecerahan pengetahuan”.24 Sedangkan pendidikan yang dimaksud dalam hal ini adalah Pendidikan Islam. Menurut Omar M. Taomy al Syaibany dalam bukunya Filsafah Pendidikan Islam, beliau mengatakan: “Pendidikan Islam adalah usaha untuk mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan kemasyarakatannya dan juga dalam alam sekitarnya melalui proses pendidikan. Perubahan tersebut dilandasi dengan nilai-nilai Islam”.25 Jadi, dari penegasan istilah di atas, yang dimaksud penulis dalam judul ”Nilai-Nilai Edukatif Dalam Film Laskar Pelangi perspektif Pendidikan Islam" dalam hal ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai yang diharapkan dari isi pesan-pesan yang tertuang dalam proses pendidikan yang tergambar dalam film Laskar Pelangi dipandang dari kaca mata Pendidikan Islam. Lebih khususnya adalah bagaimana model komunikasi antara guru dan murid. Sehingga akan didapatkan gambaran jelas mengenai nilai-nilai edukatif yang terkandung dari interaksi antara guru dan murid ketika di sekolah dan luar sekolah.
C. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di muka, permasalahan yang akan dikaji melalui penelitian ini adalah nilai-nilai edukatif apa sajakah yang terkandung dalam film Laskar Pelangi perspektif Pendidikan Islam?
D. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai edukatif dalam film Laskar Pelangi perspektif Pendidikan Islam. 24
Hasan Shadily (editor), Ensiklopedi Indonesia, Jilid V, (Jakarta: Ichtiar Baru, 1994), hlm. 26-27. 25 M. Omar Taomy al Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam (Terj. Hasan Langgulung), (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hlm. 30.
9
E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Memberi tambahan wacana kepada publik tentang nilai-nilai edukatif menurut Pendidikan Islam. 2. Memberi tambahan wacana kepada publik tentang nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam film Laskar Pelangi. 3. Memberi tambahan wacana kepada publik mengenai nilai-nilai edukatif dalam film Laskar Pelangi perspektif Pendidikan Islam. 4. Menumbuhkan pemahaman bagi pendidik dan orang tua mengenai film sebagai media pendidikan.
F. Kajian Pustaka Hasil penelusuran terkait variabel kajian yang peneliti lakukan, karya penelitian yang mengkaji film, peneliti menemukan penelitian Ahmad Munif (2004) tentang muatan dakwah dalam film Children of The Heaven dan Sholikhul Muntaha (2007) tentang nilai-nilai pendidikan dalam film Children of The Heaven. Dalam film itu, menurut penelitian Sholikhul Muntaha, terdapat nilainilai pendidikan yang disarikan dalam materi pendidikan agama, jasmani dan sosial. Namun, nilai-nilai pendidikan agama hanya ditemukan berupa pendidikan keimanan (akidah) dan akhlak saja, sedangkan syariah tidak ditemukan. Sementara, penelitian Ahmad Munif memaparkan muatan dakwah dilihat dari tiga bidang kategori; akidah, syari’ah, dan akhlak. Dalam film Children of The Heaven, bidang aqidah hanya ditemukan materi iman kepada Allah, bidang syari’ah hanya ibadah pelengkap, yaitu dzikir, bidang muamalah berisi isu gender dalam keluarga, utang piutang dan pemberian upah pekerja. Sementara bidang akhlak berisi akhlak terhadap orang tua, diri sendiri, keluarga, tetangga, dan masyarakat. Dari hasil penelusuran di atas, kesamaan penelitian ini dengan kedua penelitian di atas adalah pada jenis objek kajian, yakni film. Pada penelitian
10
Sholikhul Muntaha, terdapat kemiripan pada variabel pengkaji, yakni mengenai nilai-nilai pendidikan.
G. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, digunakan beberapa metode yang relevan untuk mendukung pengumpulan dan penganalisaan data, yaitu: 1. Jenis Penelitian/ Pendekatan Dalam penelitian ini, film Laskar Pelangi dijadikan objek penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian dokumen (documentary research). Peneliti akan memberikan penafsiran terhadap dokumen berupa film. Film umumnya dibangun melalui sistem tanda yang bekerjasama untuk mencapai efek yang diharapkan. Maka untuk menggali makna, pesan dan nilai-nilai edukatif yang ada di dalam film tersebut, akan ditafsirkan dengan menggunakan pendekatan semiotik. Semiotik merupakan suatu teknik analisis dengan cara mengenali tandatanda yang melekat pada objek kajian sehingga dapat dijelaskan sesuatu yang tersurat maupun yang tersirat dari suatu objek kajian tersebut. Objek semiotik yang lebih penting dalam film adalah digunakannya tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu.26 Berdasarkan pertimbangkan di atas, penelitian akan difokuskan untuk meneliti nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam film Laskar Pelangi dengan mengedepankan pada penafsiran simbol-simbol yang dimunculkan dari adegan-adegan yang ada di dalamnya. 2. Sumber dan jenis data a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber utama.27 Dalam penelitian ini sebagai data primernya adalah film Laskar Pelangi.
26
Alex Sobur, Op.Cit., hlm. 128. P. Joko Subagyo, Metode Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), Cet. 1, hlm. 87.
27
11
b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak langsung dari sumbernya atau objek kajian.28 Adapun data sekunder yang akan dijadikan dalam bahan adalah tulisan-tulisan yang membahas mengenai tema ini, utamanya novel karya Andrea Hirata yang menjadi latar belakang munculnya film ini. 3. Teknik Pengumpulan data Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang akan diperoleh melalui penelusuran dokumen-dokumen dari majalah atau Koran (media massa), buku, film.29 Adapun objek penelitian adalah film. Maka, metode ini akan penulis gunakan untuk memperoleh data film yakni, transkip dialog dalam film serta penelusuran data pendukung dari sumber lain. 4. Teknik Analisis a. Penafsiran prospektif (prospective) adalah tafsiran yang secara eksplisit membuka pintu bagi indeterminasi makna, di dalam sebuah "permainan bebas" (free play).30 Analisis prospektif adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisis sistem atau penggabungan dalam rangka menyusun kembali dengan pendekatan yang berbeda. Tahapan analisis prospektif menurut Bourgeois, yaitu; 1) menerangkan tujuan studi, 2) melakukan identifikasi kriteria, 3) mendiskusikan kriteria yang telah ditentukan, 4) analisis pengaruh antarkriteria, 5) merumuskan kondisi faktor, 6) membangun dan memilih skenario dan, 7) implikasi skenario. Melalui metode prospektif, tahapan kunci yang akan dilakukan yaitu dengan mencatat seluruh elemen penting, mengidentifikasi keterkaitan, 28
Ibid., hlm. 88. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Cet. XIII, hlm. 158. 30 Alex Soubur, Op.Cit., hlm. xvi. 29
12
dan selanjutnya menyusun gambaran keterkaitan dan implikasinya di masa depan. Dalam penelitian ini penafsiran prospektif akan digunakan untuk menguraikan secara teratur seluruh konsepsi dalam film Laskar Pelangi. Langkah yang akan ditempuh adalah setelah tujuan penelitian dan identifikasi kriteria mengenai nilai-nilai edukatif dirumuskan, peneliti akan memilah episode-episode film sesuai rumusan teoris. Selanjutnya,
gambar
dan
suara
dalam
episode-episode
akan
dinarasikan dalam bentuk teks tanpa menghilangkan keutuhan cerita. Jadi, film sebagai media hiburan akan dianalisis dengan pendekatan pendidikan. b. Kategorisasi (mengelompokkan) nilai-nilai adalah upaya memilah dan memilih setiap satuan ke dalam bagianbagian yang memiliki kesamaan.31 Kategorisasi digunakan untuk mengelompokkan nilai-nilai edukatif yang termuat dalam film Laskar Pelangi.
Untuk
itu
diperlukan
menggeneralisasi maknanya.
metode
induksi
di
dalam
Induksi adalah cara berfikir yang
berangkat dari fakta-fakta khusus, peristiwa-peristiwa konkret untuk kemudian ditarik generalisasi-generalisasi yang sifatnya umum.32 Kasus-kasus yang ada di dalam film dianalisis dan pemahaman yang ditemukan di dalamnya dirumuskan dalam ucapan umum.
31
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 24, hlm. 288. 32 Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, (Yogyakarta: Andi, 2000), hlm. 42.
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG FILM DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM ISLAM
A. Nilai-nilai Pendidikan dalam Islam 1. Pendidikan Islam dan Tujuannya a. Pengertian Pendidikan Islam Banyak istilah untuk menyebut pendidikan dalam Islam. Istilahistilah yang berasal dari terminologi dalam bahasa arab, di antaranya altarbiyah, al-ta’lim, al-ta’dib, al-tadrib, dan al-riyadhoh. Istilah pendidikan dalam konteks Islam lebih banyak dikenal dengan menggunakan istilah “at-Tarbiyah, at-Ta’lim, at-Ta’dib dan arRiyadloh”. Setiap istilah tersebut mempunyai makna yang berbeda, karena perbedaan teks dan konteks kalimatnya, walaupun dalam hal-hal tertentu mempunyai kesamaan makna.33 Kelima istilah di atas, oleh para pemikir, yang sering digunakan untuk menyebut praktik Pendidikan Islam adalah terminologi altarbiyah. Menurut Imam al-Baidlawi, al-Tarbiyyah memiliki makna menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna.34 Pengertian secara luas, pendidikan dapat diartikan suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain bahwa pendidikan tidak berlangsung hanya di dalam kelas, tapi berlangsung pula di luar kelas. Pendidikan bukan bersifat formal saja, tetapi menyangkut pula yang non formal35.
33
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam (Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya), (Bandung: PT. Trigenda Karya, 1993), hlm. 127. 34 Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Diponegoro, 1989), Cet. 1, hlm. 31. 35 Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. 2, hlm. 149.
13
14
Bagi umat Islam, agama merupakan dasar utama dalam mendidik anak-anaknya melalui sarana pendidikan. Karena dengan menanamkan nilai-nilai agama akan sangat membantu terbentuknya sikap dan kepribadian anak kelak pada masa dewasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam atau suatu upaya dengan ajaran Islam, memikir, memutuskan dan berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, serta bertanggungjawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.36 Dalam hal ini, Islam menjadi tumpuan dalam pelaksanaannya. Oleh karenanya, Pendidikan Islam dapat diartikan segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam.37 b. Tujuan Pendidikan Islam Berdasarkan uraian di atas tergambar bahwa tujuan yang ingin dicapai dari interaksi dalam proses pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang sempurna. Manusia sempurna dalam Islam digambarkan sebagai manusia yang memiliki akhlak mulia (akhlakul karimah). Konsep manusia seutuhnya dalam pandangan Islam dapat diformulasikan secara garis besar sebagai pribadi muslim. Yakni manusia yang beriman dan bertaqwa serta memiliki berbagai kemampuan yang teraktualisasi dalam hubungannya dengan tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya secara baik, positif dan konstruktif. Demikianlah kualitas manusia produk Pendidikan Islam yang diharapkan pantas menjadi khalifatullah fil al-ardl.38
36
Ibid., hlm. 152. Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. 1, hlm. 28. 38 Ibid., hlm. 29. 37
15
Sejak awal, Allah memperkenalkan misi penciptaan manusia sebagai khalifah di muka bumi tidak sebagaimana yang dipahami oleh malaikat. Malaikat keliru dengan memahami misi kekhalifahan manusia adalah
untuk
memperebutkan
kekuasaan
yang
mengakibatkan
pertumpahan darah. Akan tetapi yang dimaksud sebagai khalifah adalah untuk misi kependidikan, yakni proses mengubah dan mengangkat harkat dan martabat manusia dengan memberikan penghormatan tinggi kepada kebenaran ilmiah yang tidak dimiliki makhluk lainnya (malaikat). Sehingga dapat dipahami maksud Pendidikan Islam adalah proses pemeliharaan dan penguatan sifat dan potensi insaniyah sehingga dapat menumbuhkan kesadaran ilmiah dalam rangka menegakkan kebenaran di muka bumi, bukan meleburkan sifat insaniyah dan sifat malakiyah (malaikat).39 Tujuan dasar keberadaan manusia di muka bumi adalah penghambaan, ketundukan kepada Allah, dan kekhalifahan di muka bumi ini. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
∩∈∉∪ Èβρ߉ç7÷èu‹Ï9 ωÎ) }§ΡM}$#uρ £⎯Ågø:$# àMø)n=yz $tΒuρ “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”(Surat Adz-Dzariyaat: ayat 56)40. Merujuk dari uraian di atas, yang dimaksud tujuan Pendidikan Islam adalah untuk merealisasikan penghambaan kepada Allah dalam kehidupan manusia, baik individu maupun secara sosial. Tujuan yang akan diraih sejalan dengan keberadaan penciptaan manusia, yakni pengembangan nalar, penataan perilaku serta emosi manusia yang dilandaskan dengan Islam.41
39
Ismail SM dan Abdul Mukti (penyunting) Mahfud dkk, Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang kerjasama Pustaka Pelajar, 2000), hlm. 70-71. 40 Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 862. 41 Abdurrahman an-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hlm. 117.
16
Syarat manusia yang pantas menjadi khalifah di dunia adalah dengan menjadi pribadi dengan akhlak mulia. Dalam Islam, akhlak mulia tercipta melalui proses penanaman nilai-nilai yang sejalan dengan sumber ajaran-ajaran agama. Hal inilah yang diharapkan dari proses pendidikan. Oleh karenanya, Islam memandang pendidikan sebagai sesutau yang penting dan harus selalu berjalan. Pendidikan menjadi proses transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada diri anak didik sehingga tumbuh dan berkembang potensi fitrahnya, sehingga kemudian tercipta keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya.42 Proses transformasi dan internalisasi nilai-nilai dilakukan secara bertahap,
berjenjang
dan
kontinu
dengan
upaya
pemindahan,
penanaman, pengarahan, pengajaran, pembimbingan sesuatu yang dilakukan secara terencana, sistematis dan berstruktur dengan menggunakan pola dan sistem tertentu.
2. Nilai-nilai Edukatif dalam Islam a. Pendidikan Nilai Kehidupan manusia tidak lepas dari nilai, dan nilai itu selanjutnya perlu diinstitusikan. Institusionalisasi nilai yang terbaik adalah melalui upaya pendidikan. Nilai (value/qamah) dalam pandangan Brubacher tak terbatas ruang lingkupnya. Nilai sangat erat dengan pengertian-pengertian dan aktivitas manusia yang kompleks, sehingga sulit ditentukan batasannya. Meskipun demikian, upaya untuk memformulasikannya telah dilakukan dan perlu dihargai. Nilai dapat didefinisikan sebagai konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia atau masyarakat, mengenai hal-hal yang dianggap baik, benar dan hal-hal yang dianggap buruk dan salah. Misalnya nilai agama. Maksudnya adalah konsep 42
Muhaimin dan Abdul Mujib, Op.Cit., hlm. 136.
17
mengenai penghargaan yang diberikan oleh warga masyarakat kepada beberapa masalah pokok dalam kehidupan beragama yang bersifat suci sehingga menjadi pedoman tingkah laku keagamaan warga masyarakat bersangkutan. Nilai bersifat ideal, abstrak dan tidak dapat disentuh oleh panca indera. Sedangkan yang dapat ditangkap hanya barang atau tingkah laku yang mengandung nilai tersebut. Nilai juga bukan berbentuk fakta dan kenyataan yang konkret. Oleh karena itu, masalah nilai bukan soal benar dan salah, tetapi soal dikehendaki atau tidak, disenangi atau tidak, sehingga bersifat subjektif. Nilai tidak mungkin diuji, dan ukurannya terletak pada diri yang menilai. Konfigurasi nilai dapat berwujud kebenaran yakni nilai logika yang memberi kepuasan rasa intelek, atau berwujud kegunaan yang diperoleh dari suatu barang. Hal ini karena barang tidak memiliki kegunaan, sehingga tidak bernilai yakni nilai pragmatis (guna).43 Dalam kaitannya dalam pendidikan, nilai menjadi sebuah sistem. Hal ini dikarenakan keseluruhan tatanan dalam pendidikan, satu sama lain saling mempengaruhi atau bekerja dalam satu kesatuan atau keterpaduan yang bulat dengan orientasi kepada nilai Islami. Nilai yang menjadi rujukan cara berperilaku lahiriah dan rohaniah manusia muslim adalah nilai yang diajarkan oleh agama Islam sebagai wahyu Allah yang diturunkan kepada utusannya Muhammad SAW.44 Institusionalisasi nilai yang terbaik adalah melalui upaya pendidikan. Pandangan Freeman Butt menyatakan bahwa hakikat pendidikan adalah proses transformasi dan internalisasi nilai, proses pembiasaan terhadap nilai, proses rekonstruksi nilai, serta penyesuaian terhadap nilai.45
43
Muhaimin dan Abdul Mujib, Op.Cit., hlm. 110. M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), Cet. 1, hlm. 139. 45 Dikutip dalam Muhaimin dan Abdul Mujib, Op.Cit., hlm. 124. 44
18
Dalam
lembaga
pendidikan
formal
atau
semi
formal
pengorganisasian pendidikan sering disebut kurikulum. Sedangkan, dalam pendidikan informal seperti pendidikan dalam keluarga dan masyarakat tidak memerlukan pengorganisasian seperti di lembaga pendidikan formal, tetapi lebih ditekankan pada proses internalisasi dan transformasi nilai melalui interaksi edukatif antara orang tua dengan anak atau sesama anggota keluarga.46 Sumber nilai yang berlaku dalam pranata kehidupan manusia dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu47: 1. Nilai Ilahi Nilai yang dititahkan tuhan memalui wahyu yang diberikan kepada rasul. Nilai ini bersifat statis dan kebenarannya mutlak. Nilai-nilai ilahi ini biasanya berbentuk taqwa, iman, adil. Nilai-nilai ilahi yang fundamental mengandung kemutlakan bagi kehidupan manusia selaku pribadi dan selaku anggota masyarakat, serta berkecenderungan untuk tidak berubah mengikuti selera hawa nafsu manusia dan berubah-ubah sesuai dengan tuntutan perubahan sosial dan tuntutan individual. Konfigurasi dari nilai-nilai ilahi mungkin dapat mengalami perubahan, namun secara intrinsiknya tetap tak berubah. Hal ini karena bila intrinsik nilai tersebut berubah, maka kewahyuan dari sumber nilai yang berupa kitab suci al-Qur’an akan mengalami kerusakan. 2. Nilai Insani Nilai yang tumbuh atas kesepakatan manusia serta hidup dan berkembang dari peradaban manusia. Nilai bersifat dinamis, sedangkan keberlakuan dan kebenarannya relatif yang dibatasi oleh ruang dan waktu. Nilai-nilai insani yang kemudian melembaga menjadi tradisi-tradisi yang diwariskan turun-menurun dan mengikat anggota masyarakat yang mendukungnya. 46 47
Achmadi, Op.Cit., hlm. 119. Muhaimin dan Abdul Mujib, Op.Cit., hlm. 112.
19
Dalam pandangan Islam, tidak semua nilai yang telah melembaga dalam suatu tata kehidupan masyarakat akan diterima, atau sebaliknya ditolak. Sikap Islam dalam menghadapi tata nilai masyarakat adalah menggunakan lima macam klasifikasi yaitu:48 1. Memelihara unsur-unsur nilai dan norma yang sudah mapan dan positif. 2. Menghilangkan unsur-unsur nilai dan norma yang sudah mapan tetapi negatif. 3. Menumbuhkan unsur-unsur nilai dan norma baru yang belum ada dan dianggap positif. 4. Bersikap menerima, memilih, mencerna, menggabung-gabungkan dalam satu sistem dan menyampaikan pada orang lain terhadap nilai pada umumnya. 5. Menyelenggarakan pengudusan nilai atau norma agar sesuai dan sejalan dengan nilai-nilai dan norma-norma Islam sendiri. Tegasnya adalah menyelenggarakan Islamisasi nilai dan norma. Dengan demikian akan terwujud hubungan yang ideal antara nilainilai Islam dan nilai sekelompok masyarakat, yaitu terbinanya nilai masyarakat yang dijiwai dan ditopang oleh nilai-nilai abadi dan universal yang terdapat pada wahyu ilahi.
b. Nilai-nilai Edukatif Dalam proses pendidikan, ada nilai-nilai yang diharapkan bisa diraih melalui proses pembelajaran. Nilai-nilai tersebut menjadi bekal manusia
dalam
rangka
menciptakan
suasana
kehidupan
dan
kemasyarakatan yang harmonis. Islam sebagai agama yang sempurna memiliki konsep bagaimana membentuk masyarakat yang ideal (khaira ummah). Prinsip-prinsip
untuk
membentuk
masyarakat
ideal
pernah
dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW dalam membentuk 48
Ibid., hlm. 112.
20
masyarakat Madinah/Madani (civil society). Adapun beberapa prinsip dasar dalam pembentukan masyarakat madani dapat diidentifikasi, diantaranya adalah persaudaraan (muakhkhah), kepercayaan, kasih sayang, persamaan, dan toleransi.49 Dalam rangka menciptakan perdamaian dunia harus dibentuk prinsip nilai dasar membangun interaksi dalam masyarakat. Berpijak atas kesadaran itu, United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) mencanangkan Living Values Education Program (LVEP), dimana ada nilai-nilai komprehensif yang ingin diperoleh melalui pendidikan, baik formal maupun informal. Nilainilai yang bersifat universal, bahkan diajarkan dalam setiap agama, ras, suku. Nilai-nilai kehidupan yang harus diajarkan itu diantaranya: kerjasama
(cooperation),
kemerdekaan
(freedom),
kebahagiaan
(happiness), kejujuran (honesty), kerendahhatian (humility), kasih sayang (love), kedamaian (peace), rasa hormat (respect), tanggung jawab
(responsibility),
kesederhanaan
(simplicity),
toleransi
(tolerance), kesatuan (unity).50 a. Kerjasama (cooperation) Islam menganjurkan kerjasama, dalam arti masyarakat yang bergotong royong dan tolong-menolong satu sama lain dalam kebaikan.51 Corak makhluk sosial seperti inilah yang menjadi tujuan perintah Allah sebagaimana disebutkan al-Qur'an dalam surat Al-Maidah, ayat 2 yang berisi anjuran tolong menolong dalam mengerjakan kebaikan, dan melarang yang sebaliknya.
49
http://info.g-excess.com/id/info/Meneladani_Perjuangan_Nabi.info. Diakses pada 19 Mei 2009 pukul 14;00 WIB. 50 http://en.wikipedia.org/wiki/Living_Values. Diakses pada 19 Mei 2009 pukul 14;00 WIB. 51 J Suyuti Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau dari Pandangan al-Qur'an, (Jakarta: Rajawali Persada, 1996), hlm. 195.
21
b. Kemerdekaan atau kebebasan (freedom) Salah satu cita-cita yang terbesar dunia sampai saat ini adalah merdeka atau bebas (al-huriyyah). Prinsip kebebasan dapat diartikan sebagai suatu jaminan bagi setiap orang untuk menyampaikan pendapatnya dengan cara yang baik, bertanggung jawab dan perilaku yang mulia (al-akhlaq al-karimah). Kebebasan, menurut Said Agil Siradj, pada dasarnya adalah suatu jaminan bagi rakyat (umat) agar dapat melaksanakan hak-hak mereka.52 Allah mencipta manusia dengan suatu fitrah (nature), yakni bebas sepanjang tidak bertentangan dengan jiwa syariat.53 c. Kebahagiaan (happiness) Bagi orang yang berpegang teguh dengan agama, kebahagiaan adalah pada meninggalkan sesuatu yang terlarang, mengikuti yang disuruh, menjauhi yang jahat, dan mendekati yang baik. Bahagia adalah pada mengerjakan agama. Ibnu khaldun berpendapat, bahwa bahagia ialah tunduk dan patuh mengikuti garis-garis yang ditentukan Allah dan perikemanusiaan.54 d. Kejujuran (honesty) Dalam Islam, redaksi yang digunakan untuk menyebut kejujuran adalah kata
As-Shidq (selalu benar, tidak berdusta
kecuali yang diizinkan oleh agama karena mengandung maslahat lebih besar). Sikap jujur melahirkan keterbukaan sehingga terhindar dari rasa saling curiga. Jujur menjadi salah satu kunci keberhasilan nabi dalam menyebarkan Islam. e. Kerendahhatian (humility) Tawadhu’ adalah sifat merendahkan diri, baik di hadapan Allah SWT maupun terhadap setiap makhluk. Orang bertawadhu’ adalah mereka yang rela terhadap kedudukan yang lebih rendah, 52
Dikutip dalam Zudi Setiawan, Nasionalisme NU, (Semarang: CV. Aneka Ilmu, 2007), hlm. 110. 53 J Suyuti Pulungan, Op.Cit., hlm. 164. 54 Hamka, Tasauf Modern, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1990), hlm. 12.
22
mau menerima kebenaran, serta rendah hati terhadap siapapun. Rendah hati (tawadhu') merupakan sarana penyucian jiwa karena dapat menjauhkan jiwa dari keangkuhan dan ujub. Oleh karenanya Islam menganjurkan untuk mengamalkannya. Allah menjanjikan akan mengangkat derajat bagi mereka yang bersikap tawadhu'.55 f. Kasih sayang (love) Di dalam al-Qur'an, untuk maksud kasih sayang, dapat ditemukan pada kata yang akar katanya rahima.56 Islam menegaskan cinta dan kasih sayang sebagai prinsip dasar seluruh hubungan
kemanusiaan
sehingga
Nabi
Muhammad
SAW
memandang ucapan salam dan menjamu tamu sebagai syiar Islam. Sementara pembangkang adalah memutuskan tali kasih sayang yang diperintahkan oleh Allah untuk menyambungnya.57 Kasih sayang bukan hanya yang berdimensi pribadi, tetapi mencakup pula dimensi universal sebagai tujuan utamanya. Dalam makna yang paling dalam, keadilan lahir dari kasih sayang. Kasih sayang terhadap masyarakat yang mengharuskan untuk membela orang yang teraniaya.58 g. Kedamaian (peace) Al-qur'an menggunakan kata silm atau salm serta kata sulh untuk satu maksud, yakni perdamaian. Menurut Al-Maraghi kata silm atau salm diartikan tunduk dan patuh. Islam sebagai turunan dari kata silm atau salm, diartikan agama damai dan keselamatan. Islam memerintahkan agar seluruh orang mukmin harus bersatu dan mengambil bagian dalam rangka perdamaian. Hal ini bertujuan untuk memelihara kesatuan dan persaudaraan umat yang memiliki persamaan hak dan kewajiban.59
55
Sa'id Hawwa, Tazkiyatun Nafs, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), hlm. 167-168. Muh Abu Zahrah, Mambangun Masyarakat Islam, Pustaka Firdaus, hlm. 191. 57 Ibid., hlm. 47. 58 Ibid., hlm. 51. 59 J Suyuti Pulungan, Op.Cit., hlm. 197. 56
23
h. Rasa hormat (respect) Adapun “hormat” dalam prespekif KBBI ialah perbuatan yang mencerminkan menghargai lebih terhadap seseorang. Taat ataupun hormat berkait hubungan secara vertikal dan horizontal. Kesinambungan dari sebuah penghormatan akan melahirkan kepatuhan dan ketaatan. Sebagai perwujudan Islam yang rahmatan lil’alamin, rasa hormat kepada yang tua atau muda, seagama atau lain agama, harus ditumbuh-kembangkan.60 i.
Tanggung jawab (responsibility) Kata tanggung jawab berkait erat dengan kata “jawab”. Bertanggung jawab berarti dapat menjawab. Orang bertanggung jawab adalah orang yang dapat diminta penjelasan tentang tingkah lakunya dan tidak mengelak, baik langsung ataupun melalui perantara.61 Jawaban diberikan kepada dirinya sendiri, masyarakat luas dan Tuhan. Islam mengajarkan untuk menjaga, memelihara, dan mempertanggungjawabkan amanat dan menjauhkan diri dari perbuatan penyelewengan. Tanggungjawab merupakan urat nadi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.62
j.
Kesederhanaan (simplicity) Islam mengajarkan kesederhanaan dalam segala bidang sebagai keutamaan. Allah memberikan predikat bagi orang yang sederhana sebagai ibadurrahman. Islam memiliki istilah Qana’ah, dalam arti bahasa merasa cukup atas apa yang dimilikinya. Sikap qana’ah didefinisikan sebagai sikap merasa cukup dan ridha atas karunia dan rezeki yang diberikan Allah SWT. Menurut Abdullah Yusuf Ali dalam tafsirnya "The Holy Qur'an" menyatakan bahwa
60
Http://Www.Hidayahlirboyo.Co.Cc/2009/04/Antara-Patuh-Dan-Hormat.Html. Diakses 25 Mei 2009 pukul 14;00 WIB. 61 Zahruddin, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Grafika, 2004), Hlm. 131. 62 M. Yunan Nasution, Islam dan Problema-problema Kemasyarakatan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1988), hlm. 256.
24
sikap mental sederhana adalah satu peraturan yang penuh mengandung hikmat dan kebijaksanaan (a wise rule).63 k. Toleransi (tolerance) Toleran mengandung pengertian bersikap mendiamkan. Adapun toleransi adalah suatu sikap tenggang rasa kepada sesamanya. Islam menyebut toleransi dengan kata ikhtimal, tasamuh, yang dipahami sebagai sikap membiarkan, lapang dada, murah hati. Jadi toleransi (tasamuh) beragama dapat diartikan sebagai sikap menghargai, dengan sabar menghormati keyakinan atau kepercayaan seseorang atau kelompok lain.64 Islam kemudian merumuskan tri ukhuwah yang harus dikembangkan, yakni ukhuwah Islamiyyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah wathaniyyah (persaudaraan sebangsa), dan ukhuwah basyariyyah (persaudaraan sesama manusia).65 l.
Kesatuan (unity) Islam
dengan
perangkat
syari’ah
yang
ada
telah
mewajibkan seluruh umatnya untuk membentuk suatu sistem sosial yang berkiblat pada kebenaran agama. Jadi jelasnya, agama (Islam) harus dijadikan sebagai suatu wadah yang menampung dan mempersatukan seluruh manusia yang mempunyai latar belakang berbeda, baik secara kultur, ekonomi, status sosial ataupun pola pikir. Suatu perintah yang tegas dari Allah agar kaum muslimin bersatu padu dalam tali atau wadah Islam. Dengan menjadikan Islam sebagai sentral pemersatu, maka apapun atribut yang dipakai dan organisasi manapun yang diikuti tetap akan tercipta suasana kondusif.66
63
Dikutip dari M. Yunan Nasution, Op.Cit., hlm. 154 Http://www.Jamaahmuslimin.Com/Risalah/113/Wawasan3.Htm. Diakses pada 25 Mei 2009 pukul 14;00 WIB. 65 Zudi Setiawan, Op.Cit., hlm. 127. 66 J Suyuti Pulungan, Op.Cit., hlm. 146. 64
25
B. Tinjauan Umum tentang Film Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang kontinu. Sama halnya dengan film, video dapat menggambarkan suatu obyek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Menurut UU 8/1992 tentang perfilman, yang dimaksud dengan Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau lainnya. Kemampuan film dan video melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik tersendiri. Kedua jenis media ini pada umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Mereka dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan ketrampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap.67 Film sebagai media komunikasi menyajikan bahasa lewat tanda-tanda gambar sebagai tempat makna diproduksi. Citraan visual dalam film merupakan konsep-konsep yang akan dikomunikasikan. Proses ini melibatkan pembuat film dan penontonnya. Film dibangun dengan banyak tanda. Berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Yang paling penting dalam film adalah gambar, suara dan musik.68
67 68
Ibid., hlm. 48. Alex Sobur, Op.Cit., hlm. 128.
26
Film sebagai media komunikasi massa pandang-dengar sebagaimana disebutkan dalam UU 8/1992 tentang perfilman, mempunyai fungsi penerangan, pendidikan, pengembangan budaya bangsa, hiburan, dan ekonomi.69 Adapun jenis-jenis film, menurut Heru Effendy, dapat dibedakan menurut sifatnya, yang umumnya terdiri dari jenis-jenis sebagai berikut :70 1. Film Cerita (Story Film) Film cerita adalah film yang mengisahkan suatu cerita yang biasanya dikarang secara kreatif atau ditulis berdasarkan pengalaman seseorang. Tujuan dibuatnya film ini sering sebagai hiburan yang didapat dari kisah dan atau pengalaman yang dibumbui agar menarik. Cerita biasanya mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa manusia, sehingga dapat membuat publik terpesona. Film jenis ini biasanya diambil dari kisah-kisah dari sejarah, cerita nyata dari kehidupan sehari-hari, atau juga khayalan untuk kemudian diolah menjadi film. Film cerita lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan para bintang filmnya yang tenar. 2. Film Berita (Newsreel) Film berita adalah film yang menggambarkan tentang suatu peristiwa atau fakta yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (news value). Film jenis ini digunakan untuk menyampaikan informasi yang bersifat fakta yang benar-benar terjadi. Misalnya, tsunami dan lumpur Lapindo yang filmnya diambil dari video-video amatir yang dikemas untuk diinformasikan kepada masyarakat umum. 3. Film Dokumenter (Documentary Film) Istilah documentary mula-mula dipergunakan oleh seorang sutradara (director) Inggris, John Grierson, untuk menggambar suatu jenis khusus film yang dipelopori oleh seorang Amerika bernama Robert 69 70
http://ilmea.depperin.go.id/sk/uu199208.htm. Diakses 19 Mei 2009 pada pukul 14;00 WIB. http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?. Diakses 19 Mei 2009 pada pukul 14;00 WIB.
27
Flaherty, seorang seniman besar dibidang film. Grierson mendefinisikan film dokumenter sebagai karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality). Film yang menggambarkan mengenai sebuah peristiwa atau gejala alam yang didokumentasikan. Film dokumenter memiliki titik berat pada fakta atau peristiwa yang terjadi. Dalam pembuatan film ini diperlukan pemikiran dan perencanaan yang matang. Adapun yang membedakan film dokumenter dengan film berita adalah di mana film berita mempunyai titik tekan pada nilai berita dan diproduksi dengan singkat agar dapat dengan segera dinikmati oleh penonton. Sedangkan pada film cerita juga diimbuhi dengan seks atau kejahatan dan semacamnya. Adapun film dokumenter seringkali berkisar mengenai manusia dan alam. 4. Film Kartun (Cartoon Film) Film kartun merupakan film yang dalam penggunaan medianya menggunakan gambar hasil lukisan atau gambar. Hal yang terpenting dalam film kartun adalah pada seni lukis. Gambar-gambar hasil lukisan selanjutnya akan dirangkai dengan diberi efek musik dan suara. Lukisan-lukisan itu dapat menimbulkan hal menarik dan lucu, karena dapat digunakan untuk memerankan apa saja yang tidak mungkin diperankan oleh manusia. Si tokoh dalam film kartun dapat dibuat menjadi ajaib, dapat terbang, menghilang, menjadi besar, menjadi kecil secara tibatiba dan lainnya.
C. Film sebagai Media Pendidikan Media massa dapat dijadikan sumber belajar bagi anak maupun orangorang yang memerlukannya. Ia telah menjadi kebutuhan hampir setiap orang. Pengaruhnya besar dan sering sensitif. Jangkauannya luas sampai ke desadesa. Karena kemajuan teknologi di bidang komunikasi. Gerakannya cepat seolah-olah dunia ini semakin mengecil.71
71
Usman Said, Op.Cit., hlm. 148.
28
Gerlach & Ely mengatakan bahwa, media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi dan membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar-mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.72 Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesanpesan pengajaran. Menurut Hamalik media pendidikan terkadang kadang disandingkan dengan media komunikasi, dimana ia melihat bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi. Secara implisit, Gagne dan Briggs mangatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri antara lain buku, tape-recorder, kaset, kamera video, visio recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi dan komputer. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Istilah “media” bahkan sering dikaitkan atau dipergantikan dengan kata “teknologi” yang berasal dari kata Latin tekne (bahasa Inggris art) dan logos (bahasa Indonesia ilmu).73 Dilihat perkembangannya, pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Pengajar menggunakan alat bantu visual, yaitu gambar, model, objek dan alat lain yang dapat memberikan pengalaman kongkret, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Pada pertengahan abad ke-20, alat visual untuk
72 73
Azhar Arsyad, Op.Cit., hlm 3. Ibid, hlm 4.
29
mengonkretkan materi pelajaran dilengkapi alat audio sehingga dikenal media audio visual atau audio visual aids (AVA).74 Hamidjojo dalam Latuhera memberi batasan pada media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan atau pendapat sehingga ide atau gagasan yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.75 Film menjadi salah satu media yang efektif untuk menyampaikan pesan. Keuntungan film dan video mengandung nilai-nilai positif karena dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa.76 Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan jenis dan sumbernya bermacam. Misalnya isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan produser media. Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di dalam kurikulum dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik simbol verbal (kata-kata lisan ataupun tertulis) maupun simbol nonverbal atau visual. Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol komunikasi itu disebut encoding. Selanjutnya penerima pesan menafsirkan simbol-simbol komunikasi tersebut sehingga diperoleh pesan. Proses penafsiran simbol-simbol komunikasi yang mengandung pesan-pesan tersebut disebut decoding. Ada kalanya penafsiran tersebut berhasil, ada kalanya tidak. Penafsiran yang kurang berhasil berarti terjadi kegagalan dalam memahami apa-apa yang didengar, dibaca, atau dilihat dan diamatinya.77
74
Arif S. Sadiman, Op.Cit.,hlm. 7. Azhar Arsyad, Opcit, hlm. 4. 76 Ibid., hlm. 49. 77 Arif S. Sadiman, Op.Cit., hlm. 12. 75
30
Pemilihan dan Pemanfaatan media yang baik dalam proses pembelajaran harus didasarkan pada kriteria pemilihan yang objektif serta harus disesuaikan dengan karakteristik dan tingkat perkembangan anak didik karena setiap media memili keunggulan dan kelemahan. Agar sesuai dengan tujuan yang didinginkan pemanfaatan media hendaknya
mempertimbangkan
beberapa
hal
yakni;
media
harus
mempertimbangkan tujuan pembelajaran (standar kompetensi) yang akan dicapai, ketepatan dengan strategi dan materi pembelajaran, mutu teknis atau media harus memiliki kejelasan kualitas yang baik serta sesuai dan seimbang terhadap hasil yang ingin dai capai. Selain itu, faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan (prioritas) pengadaan media adalah relevansi pengadaan media, kelayakan pengadaan media, dan kemudahan media untuk diakses sekolah.78 Film sebagai jenis media audio-visual perlu dimanfaatkan karena film dapat dikemas agar sesuai dengan perkembangan peserta didik. Perkembangan peserta didik perlu dipertimbangkan karena berpengaruh pada kemampuan daya pikir dan daya tangkapnya. Untuk anak-anak setingkat sekolah dasar, film jenis kartun akan membuat mereka lebih mudah menangkap. Misalnya saja Film Upin-Ipin, materi keagamaan dan kemanusiaan disampaikan dengan gambar yang berekspresi lucu. Begitu sebaliknya, untuk peserta didik setingkat perguruan tinggi film dokumenter lebih menarik dan pesannya mudah ditangkap dari pada film kartun. Ada gejala dalam pendidikan modern untuk beralih dari pengajaran yang berpusat pada guru kearah belajar yang mengutamakan kegiatan peserta didik. Peserta didik dididik untuk bisa learning to learn atau belajar sendiri. Sekarang ini, media film tidak sulit untuk mengaksesnya. Tidak hanya dapat diakses di layar lebar (bioskop), VCD, namun juga dapat dinikmati secara gratis di televisi swasta.
78
Dikutip dari http://jurnal.ump.ac.id/_berkas/jurnal/12.pdf. Diakses pada 27 Mei 2010 pukul 13;00 WIB.
31
Pada saat pembelajaran, seorang pendidik dapat menjadikan kisah, pesan atau materi film dalam acara televisi untuk dibahas di kelas. Tentunya, perlu ada pemilahan adegan serta penafsiran kritis terhadap cerita dalam film agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Akan tetapi perlu direncanakan dengan mempertimbangkan perencanaan dan tujuan pembelajaran. Beberapa alasan menggunakan film dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :79 b. Film dapat membawa dunia luar ke dalam kelas yang menyamai pengalaman langsung, jika itu merupakan film dokumenter, c. Film merupakan sumber informasi yang paling mutakhir dalam bentuk yang mudah dipahami dan menarik, disamping buku, gambar dan lain-lain, d. Film menciptakan suasana yang menyenangkan, merangsang dan membangkitkan ide-ide baru, e. Film dapat memberi informasi secara cepat dan terkini yang belum tentu dapat diberikan oleh pendidik atau tidak dapat disajikannya dalam bentuk yang dapat menyamai film itu sendiri, f. Cara penyajian oleh film sangat hidup, menarik dan mengundang keterlibatan anak dalam peristiwa-peristiwa yang diperlihatkan, g. Film dapat mengembangkan kesanggupan dan ketrampilan atau teknik untuk melihat dan mendengarkan. Film sebagai salah satu bentuk media komunikasi massa yang banyak konsumsi oleh masyarakat, secara tidak langsung juga ikut menentukan bagaimana masyarakat dalam bersikap. Pada kenyataannya, film tidak semata sebagai hiburan, namun pesan dan informasi yang disajikan menjadi bahan referensi dalam kehidupan sehari-hari. Banyak pelajaran yang dapat diperoleh melalui narasi yang berisi kisah-kisah kehidupan mengenai tokoh dan masyarakat tertentu dalam sebuah film. Sebagaimana firman Allah dalam surat Yusuf ayat 111:
79
Ibid.
32
2”utIøム$ZVƒÏ‰tn tβ%x. $tΒ 3 É=≈t6ø9F{$# ’Í<'ρT[{ ×οuö9Ïã öΝÎηÅÁ|Ás% ’Îû šχ%x. ô‰s)s9 5Θöθs)Ïj9 ZπuΗ÷qu‘uρ “Y‰èδuρ &™ó©x« Èe≅à2 Ÿ≅‹ÅÁøs?uρ ϵ÷ƒy‰tƒ t⎦÷⎫t/ “Ï%©!$# t,ƒÏ‰óÁs? ⎯Å6≈s9uρ ∩⊇⊇ ∪ tβθãΖÏΒ÷σム"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman."(QS. Yusuf ; 111)80. Dari firman Allah di atas memberikan pesan bahwa dalam setiap kisah (al-Qish-shah) terdapat teladan atau pelajaran. Kisah-kisah para nabi yang terdahulu dalam al-Qur’an oleh Allah digunakan sebagai teladan bagi generasi yang akan datang.81 Sebaliknya, pada kisah-kisah tentang mereka yang khianat terhadap-Nya dapat diambil hikmahnya. Transformasi sebuah nilai membutuhkan variasi agar tidak terjadi kejenuhan pada peserta didik sehingga diperlukan media pembelajaran yang menarik untuk digunakan membangkitkan emosional mereka, salah satunya melalui cerita atau kisah.82 Al-Qur’an sebagai sumber ajaran agama dipenuhi dengan berbagai kisah. Melalui cerita-cerita itu, Allah menghendaki agar hal itu menjadi pendidikan bagi umat Islam, baik generasi ketika al-Qur’an diturunkan maupun generasi setelahnya.83 Cerita dan kisah-kisah dapat dijadikan sebagai bahan materi pembelajaran. Dalam penyampaian kisah, pada zaman dahulu, ia disampaikan secara lisan dan dalam perkembangannya ditambah dengan media tulisan dan gambar agar lebih memberikan unsur menarik untuk kemudian pesan dari 80
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1992), hlm. 366. 81 Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi; Mengungkap Pesan al-Qur’an Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2008), hlm. 163. 82 Ibid. 83 Abdurrahman Umairah, Metode Al-Qur’an Dalam Pendidikan, (Surabaya: Mutiara Ilmu, tt), hlm. 247.
33
kisah akan mudah diterima oleh khalayak. Para wali juga menggunakan cerita sebagai bahan pengajaran agama. Sunan Kalijaga misalnya, menggunakan media wayang untuk menggambarkan kisah-kisah yang di dalamnya diselipkan nilai Islam. Sekarang ini, kemajuan teknologi komunikasi semakin pesat. Ceritacerita dapat dikonstruksi ulang sedemikian rupa. Film adalah arsip sosial yang menangkap jiwa zaman masyarakat saat itu. Media film lebih efektif untuk menyampaikan pesan pendidikan. Melalui gambar, suara dan dialog yang ada di dalam film, kisah yang ditampilkan seolah seperti dalam kehidupan nyata, sehingga mudah dipahami oleh penontonnya. Film sebagai salah satu produk dari kemajuan teknologi komunikasi memiliki berbagai kelebihan. Zaman modern ini, konsumsi akan film sudah menjadi kebutuhan. Daya persuasi film dapat dengan mudah dapat dipahami oleh pemirsanya. Hal itu dikarenakan isi yang disajikan adalah tema-tema aktual. Selain itu, penyerapan terhadapnya melibatkan juga melibatkan indreaindera audio visual, sehingga pesan dengan mudah ditangkap. Film sebagai bagian dari media komunikasi massa mempunyai peran yang besar dalam terbentuknya masyarakat yang baik. Oleh karena itu, tiga fungsi media; menghibur, menginformasikan dan mendidik, selayaknya tidak hanya berhenti pada salah satu titik. Film tidak semata berisi hiburan, melainkan juga sebagai media pendidikan dalam arti luas. Untuk mencapai tujuan itu, materi-materi yang bersifat mendidik menjadi keniscayaan untuk disajikan. Oleh karenanya, peneliti memandang film Laskar Pelangi layak untuk diteliti. Selain menghibur, film ini juga memiliki pesan-pesan yang mendidik, bahkan materi ajaran-ajaran Islam juga ditampilkan. Sehingga film Laskar Pelangi ini dapat digolongkan dalam jenis film edutainment dan religi.
BAB III TINJAUN UMUM TENTANG FILM LASKAR PELANGI A. Biografi Pengaran a. Biografi Andrea Hirata Andrea Hirata, pengarang novel terkenal Laskar Pelangi, oleh orang tuanya diberi nama lengkap Andrea Hirata Seman Said Harun. Ia lahir
pada 24 Oktober 1967 di Pulau Belitong, Provinsi Bangka
Belitung.84 Terlahir sebagai anak keempat dari pasangan N.A. Masturah dan Seman Said Harun, Andrea Hirata menghabiskan masa kecilnya di Belitong. Setamat sekolah menengah atas (SMA) Negeri Manggar, ia merantau ke Jawa, melanjutkan studi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Setelah menyelesaikan Strata satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Andrea mendapatkan beasiswa Uni Eropa untuk studi Master Of Science di Universite de Paris, Sorbonne, Prancis dan Sheffield Hallam University, Inggris. Meskipun studi mayor yang diambil Andrea adalah ekonomi, ia sangat menggemari sains -fisika, kimia, biologi, astronomi- dan juga sastra. Andrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademisi dan backpacker. Mimpinya yang belum menjadi kenyataan adalah tinggal di Kye Gompa, desa di Himalaya. Tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua universitas tersebut dan ia lulus cum laude. Sampai tahun 2010 ini, Andrea tinggal di Bandung dan masih bekerja di kantor pusat PT Telkom.85 84
http://id.wikipedia.org/wiki/Andrea_hirata. Diakses pada 6 Juni 2010 pukul 15:00 WIB. Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: Bentang, 2008), Cet. 17, halaman belakang kover. 85
34
35
Akan tetapi, tidak buku ekonomi telekomunikasi tersebut yang menjadikan Andrea dikenal. Ia malah terkenal sebagai penulis fiksi, lewat novel pertamanya berjudul Laskar Pelangi. Awalnya, Andrea tidak pernah meniatkan naskah Laskar Pelangi untuk dikomersilkan lewat industri buku. Ia menulis memoar itu untuk dipersembahkan sebagai kado ulang tahun bagi gurunya tercinta, Muslimah Hafsari Hamid. Akan tetapi, sahabat di masa kecilnya, Arai secara bersembunyi-sembunyi menyerahkan naskah itu kepada Penerbit Bentang. Kesuksesan Laskar Pelangi juga terlihat dari penjualan buku tersebut di negeri Malaysia. Dalam edisi bahasa Melayu di Malaysia, buku itu menjadi best seller. Laskar Pelangi juga telah membuat Andrea layaknya semacam selebritis di jagad sastra. Ia sering diundang untuk mengisi seminar dan diskusi di masyarakat umu dan juga perguruan tinggi.86
b. Karya-karya Andrea Hirata Perjalanan riwayat kepenulisannya, Andrea telah menghasilkan lima karya tulisan dalam bentuk buku. Buku pertama yang ditulis Andrea adalah buku ilmiah berjudul The Science of Business pada tahun 2003. Buku tersebut merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku yang diadaptasi dari tesisnya ke dalam Bahasa Indonesia itu telah beredar dan menjadi referensi Ilmiah.87 Menurutnya, buku ilmiah tersebut menjadi semacam pembayar kewajiban moralnya kepada Uni Eropa, lembaga yang memberinya beasiswa kuliah di Sorbonne (Prancis) dan Sheffield (Inggris). Tidak hanya karya buku ilmiah. Andrea juga menuliskan karya tulisan fiksi berupa novel yang dikenal dengan sebutan tetralogi Laskar
86
http://penerbitanbuku.wordpress.com/2007/11/23/profil-andrea-hirata/. Diakses pada 6 Juni 2010 pukul 11:00 WIB. 87 Andrea Hirata, Op.Cit., halaman belakang kover.
36
Pelangi. Adapun tetralogi novel tersebut di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Laskar Pelangi Novel pertamanya yang berjudul Laskar Pelangi merupakan buku pertama dari Tetralogi novel-novelnya. Novel yang ditulis berdasarkan memoar masa kecilnya itu diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005. Laskar Pelangi termasuk novel yang ada di jajaran best seller untuk tahun 2006 - 2007. Buku ini tercatat sebagai buku sastra Indonesia terlaris sepanjang sejarah.88 Laskar Pelangi bercerita tentang kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di Belitung yang penuh dengan keterbatasan. Laskar Pelangi adalah sebutan yang diberikan oleh gurunya kepada kesepuluh anak tersebut yang gemar memandangi pelangi. Anggota Laskar Pelangi bertambah seoarang yang bernama Flow, seorang murid pindahan.89 Keterbatasan tidak membuat mereka putus asa, tetapi malah membuat mereka terpacu untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih baik. Novel ini menceritakan sekolah dasar di desa Gantung, Belitung Timur yang terancam dibubarkan jikalau tidak memperoleh 10 siswa baru. Pada hari akhir pendaftaran, baru sembilan anak yang mendaftar. akan tetapi tepat ketika sang kepala sekolah hendak berpidato menutup sekolah, seorang anak datang menyelamatkan sekolah dari ancaman penutupan. Di kelas miskin itu ditemukannya bakat luar biasa Mahar dan kecerdasan Lintang. Pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 kilometer pulang-pergi dari rumahnya ke sekolah menjadi bagian menarik dalam novel.
88
http://id.wikipedia.org/wiki/Laskar_Pelangi. Diakses pada 6 Juni 2010 pukul 15:00 WIB. Andrea Hirata, Op.Cit., hlm. 13.
89
37
Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah sedih terjadi ketika Bakri, salah seorang guru di sekolah tersebut memutuskan berhenti mengajar, wafatnya kepala sekolah, Harfan. Dalam keadaan penuh keterbatasan dan kendala, anak-anak Laskar Pelangi mampu mengharumkan nama sekolah, yaitu menjuarai lomba karnaval 17 Agustus dan lomba cerdas cermat antar sekolah. SD Muhammadiyah berhasil mengalahkan kualitas sekolah kaya, Sekolah Dasar PN Timah yang terkenal. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang, sehingga ia terpaksa
putus sekolah. Dua belas tahun
kemudian, Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnya. Ia berhasil mendapatkan beasiswa kuliah ke luar negeri, Prancis. Pada tahun 2008, naskah Laskar Pelangi diadaptasi menjadi sebuah film yang berjudul sama. Film Laskar Pelangi diproduksi oleh Miles Films dan Mizan Production, dan digarap oleh sutradara Riri Riza. Skenario adaptasi ditulis oleh Salman Aristo dibantu oleh Riri Riza dan Mira Lesmana. Film ini penuh dengan nuansa lokal Pulau Belitong, baik dialek, lokasi syuting maupun aktornya.90 2. Sang Pemimpi Sukses
menghadirkan
novel
Laskar
pelangi,
Andrea
kemudian menuliskan sekuelnya, Sang Pemimpi. Sang Pemimpi adalah novel kedua dalam tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada Juli 2006. Dalam novel ini Andrea mengeksplorasi hubungan persahabatan dan persaudaraan antara Ikal dan Arai. Dalam Sang Pemimpi, Andrea bercerita tentang kehidupan ketika masa-masa sekolah menengah atas (SMA). Tiga tokoh utamanya adalah Ikal, Arai dan Jimbron. Arai adalah saudara jauh yang yatim piatu yang disebut simpai keramat karena anggota keluarga 90
http://id.wikipedia.org/wiki/Laskar_Pelangi. Diakses pada 6 Juni 2010 pukul 15:00 WIB.
38
terakhir yang masih hidup dan akhirnya menjadi saudara angkat Ikal. Sementara Jimbron adalah seorang yatim piatu yang terobsesi dengan kuda dan gagap apabila sedang antusias terhadap sesuatu atau ketika gugup. Ketiganya dalam kisah persahabatan yang terjalin dari kecil sampai mereka bersekolah di SMA Negeri Manggar, SMA pertama yang berdiri di Belitung bagian timur. Hidup mandiri terpisah dari orang tua dengan latar belakang kondisi ekonomi yang sangat terbatas namun punya cita-cita besar, sebuah cita-cita yang bila dilihat dari latar belakang kehidupan mereka, hanyalah sebuah mimpi. Di pagi hari, mereka bersekolah, dan bekerja sebagai kuli di pelabuhan ikan pada dini harinya. Jimbron, Ikal, dan Arai berpisah setelah lulus SMA. Mereka berpisah ketika meneruskan kuliah di Jakarta. Akan tetapi, ketika di Prancis Ikal kembali bertemu salah satu dari mereka, Arai. Naskah Sang Pemimpi juga diadaptasi menjadi film dengan judul yang sama. Film kembali diproduksi oleh tim yang sama dengan film Laskar Pelangi yaitu Miles Films dan Mizan Production. Film di rilis tahun 2010.91 3. Edensor Edensor adalah buku novel ketiga karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada Mei tahun 2007. Novel ketiga dari Tetralogi Laskar Pelangi ini masuk nominasi penghargaan nasional sastra Khatulistiwa Literary Award (KLA) tahun 2007. Berbeda dengan seting cerita Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi, Edensor mengambil kisah dan seting saat tokoh-tokoh utamanya di luar negeri, Ikal dan Arai mendapat beasiswa dari Uni Eropa untuk kuliah strata dua (S2) di Prancis. Di novel Edensor, Andrea tetap dengan ciri khasnya, yakni menulis kisah ironi menjadi parodi dan menertawakan kesedihan dengan balutan pandangan intelegensia tentang shock culture ketika keduanya yang berasal dari 91
http://id.wikipedia.org/wiki/Sang_Pemimpi. Diakses pada 6 Juni 2010 pukul 15:00 WIB.
39
pedalaman Melayu di Pulau Belitong tiba-tiba berada di Paris. Mimpimimpi untuk menjelajah Eropa sampai Afrika dan menemukan keterkaitan yang tidak terduga dari peristiwa-peristiwa dari masa lalu mereka berdua. Pencarian akan cinta sejati menjadi motivasi yang menyemangati penjelajahan mereka dari bekunya musim dingin di daratan Rusia di Eropa sampai panas kering di gurun Sahara.92 4. Maryamah Karpov Maryamah Karpov adalah novel keempat karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada November 2008. Novel yang merupakan buku terakhir dari Tetralogi Laskar Pelangi ini bercerita tentang Arai, Lintang, A Ling dan beberapa pertanyaan yang belum sempat terjawab di tiga novel sebelumnya.93 Secara umum, buku ini menceritakan hidup Ikal setelah pulang menuntut ilmu dari luar negeri. Setelah menyelesaikan Strata dua (S2) Master di bidang Ekonomi Telekomunikasi di Sorbone Perancis, Ikal kembali ke Belitong. Namun, karena ilmu yang dipelajarinya tidak sesuai dengan kondisi kampung halamannya maka ia terpaksa menganggur. Cerita kemudian berlanjut pada pencarian A Ling yang dikaguminya sedari kecil. Ikal bertekad mencari Aling menyeberang ke kawasan Batuan yang bernama Tambok, dekat Singapura. Lintang dan membantunya dengan rumus-rumus matematika dan fisikanya untuk membuat perahu. Sebagai penghargaan terhadap Lintang maka perahunya tersebut diberi nama , “Mimpi-mimpi Lintang”. Maryamah Karpov yang dalam epilog buku novel Sang Pemimpi diungkapkan akan membahas tentang penghormatan kepada kaum perempuan, belum ditampilkan. Maryamah Karpov dibuat menjadi dua jilid. Jilid pertama ( yang telah terbit) tidak membicarakan Maryamah Karpov karena di 92
http://id.wikipedia.org/wiki/Edensor. Diakses pada 6 Juni 2010 pukul 15:00 WIB. http://id.wikipedia.org/wiki/Maryamah_Karpov. Diakses pada 6 Juni 2010 pukul 15:00
93
WIB.
40
jilid ini Andrea bermaksud membangun karakter tokoh-tokoh yang kelak akan dimatangkan di jilid keduanya. Dan di jilid keduanya, Maryamah Karpov baru akan berperan banyak.94 Selain tetralogi Laskar Pelangi di atas, pada Juni 2010 ini Andrea meluncurkan dua novel terbarunya yang berjudul Cinta Dalam Gelas dan Padang Bulan.95 Tokoh utama dalam kedua novel tersebut adalah
Maryamah
yang diceritakan sangat suka bermain catur. Novel Padang Bulan lebih bercerita mengenai percintaan dan novel Cinta Dalam Gelas cerita mengenai Maryamah yang kesal terhadap suaminya dengan bentuk perlawanan berupa main catur menjadi kisah utamanya. Novel yang merupakan karya kelima dan keenam Andrea tersebut masih dengan latar belakang Belitung dan budayanya.
B. Film Laskar Pelangi a. Setting Sosial Laskar Pelangi Film Laskar Pelangi merupakan adaptasi atas novel Laskar Pelangi karangan Andrea Hirata. Laskar Pelangi ditulis berdasarkan kisah nyata penulis. Novel Laskar Pelangi meraih kesuksesan terkait banyaknya jumlah eksemplar buku yang terjual. Novel yang terbit pada 2006 ini mendapat predikat buku best seller. Novel kemudian difilmkan. Pada 2008, film Laskar Pelangi diproduksi oleh Miles Films dan Mizan Production. Tema utama film ini adalah pendidikan. Film berkisah tentang persahabatan sepuluh siswa SD Muhammadiyah Gantong di Belitung, yakni Ikal (Andre Hirata), Mahar (Mahar Ahlan bin Jumadi Ahlan bin Zubair bin Awam), Lintang (Lintang Samudra Basara bin Syahbani Maulana Basara), Kucai (Mukharam Kucai Khairani), Syahdan (Syahdan Noor Aziz bin Syahari Noor Aziz), A Kiong (Chau Chin Kiong 94
http://bukuygkubaca.blogspot.com/2009/01/maryamah-karpov-mimpi-mimpi-lintang.html. Diakses pada 6 Juni 2010 pukul 15:00 WIB. 95 Kompas, Edisi 17 Juni 2010 pada rubrik Pendidikan dan Kebudayaan.
41
atau Muhammad Jundullah Gufron Nur Zaman), Borek (Samson), Harun (Harun Ardhli Ramadhan bin Syamsul Hazana Ramadhan), Trapani (Trapani Ihsan Jamari bin Zainuddin Ilham Jamari), dan Sahara (N.A. Sahara Aulia Fadillah binti K.A. Muslim Ramdhani Fadillah).96 Guru SD Muhammadiyah, Muslimah menyebut kesepuluh siswa tersebut dengan panggilan Laskar Pelangi.97 Laskar Pelangi mengambil setting suasana desa Gantong, Belitong di tahun 1974, 1979, dan 1999.98 Fakta yang kontras. Belitong sebagai pulau kaya dengan melimpahnya sumber daya alam berupa timah, tetapi penduduk aslinya didera kemiskinan. Perusahaan timah di Belitong hanya memberikan bagi warga pendatang. Sementara penduduk aslinya hanya menjadi buruh miskin. Ketimpangan ekonomi tersebut mempengaruhi penduduk belitong dalam mengakses pendidikan. Ketimpangan akses pendidikan dan diskriminasi antara kelompok berpunya dan kelompok papa menjadi setting sosial yang melingkupi film ini. Lemahnya ekonomi sering memunculkan mindset putus asa dan kalah bagi mayoritas masyarakat, tidak terkecuali penduduk Belitong ketika itu. Namun, tidak bagi kesepuluh anggota Laskar Pelangi. Keterbatasan dan diskriminasi dalam mengakses pendidikan tidak mematahkan semangat kesepuluh siswa di atas dalam menuntut ilmu. Persoalan itulah yang diurai oleh pengarang cerita dalam novel dan film Laskar Pelangi. Hal inilah yang menyebabkan film ini diminati oleh masyarakat. Di Indonesia, sampai saat ini, permasalahan mengenai keterbatasan dan diskriminasi dalam dunia pendidikan tidak kunjung terurai, sehingga film tersebut dapat menjadi referensi dalam menghadapi persoalan-persoalan pendidikan di atas.
96
Andrea Hirata, Op.Cit., hlm. 13-14. Kami sangat menyukai pelangi. Bagi kami pelangi adalah lukisan alam semesta, sketsa Tuhan yang mengandung daya tarik mencengangkan. Oleh sebab kegemaran kolektif mereka terhadap pelangi, maka Bu Mus menamai kelompok kami Laskar Pelangi.(Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: Bentang, 2008), hlm. 159-160). 98 http://shavaat.wordpress.com/2008/09/26/film-laskar-pelangi-nontonlah/. Diakses 18 Mei 2010 pukul 13:00 WIB. 97
42
Permasalahan dan pesan moral seperti di atas yang menjadi grand tema dalam film Laskar Pelangi. Hal itu tertangkap dari prolog ketika menyimak film itu. “Pulau terkaya di Indonesia dengan urat timah melimpah ruah mengoda bangsa lain untuk menguras. Setelah merdeka rakyat Belitong pun belum bisa menikmati kekayaan alam tersebut karena tembok-tembok birokrasi yang mengkotak-kotakkan kesempatan dan harapan. Namun tembok tak bisa mematahkan semangat kami.”99 Atribut diskriminasi yang ditampilkan oleh film adalah Sekolah Dasar (SD) Perusahaan Negara (PN) Timah dan SD Muhammadiyah.100 Dua institusi pendidikan yang kontras; SD PN Timah sebagai wakil kaum kaya dan SD Muhammadiyah sebagai wujud dari kemiskinan dan keterbelakangan. Diskriminasi, dalam film ini, dilatarbelakangi oleh ekonomi yang timpang antara si kaya dan miskin yang selanjutnya berpengaruh pada akses pendidikan. Pada 1970-an, di Gantong Belitong, hanya anak berasal dari keluarga tergolong ekonomi "mampu" yang dapat bersekolah di SD PN Timah. Sekolah PN adalah sebutan untuk sekolah milik Perusahaan Negara Timah, sebuah perusahaan yang paling kaya di Belitong. SD PN merupakan SD favorit karena didukung oleh modal sumber daya manusia (SDM) dan materi yang melimpah. Sekolah ini selalu menduduki prestasi teratas. Butuh biaya besar untuk bersekolah di sekolan ini. Sehingga, hanya mereka anak petinggi perusahaan timah yang dapat memenuhi kriteria untuk dapat layanan pendidikan di sekolah tersebut. Sementara,
pada
lokasi
yang
berdekatan,
terdapat
SD
Muhammadiyah. Sekolah ini menjadikan ajaran Islam sebagai sumber materi pengajaran. Sekolah termiskin di Belitong ini terancam oleh ajal.101 Sekolah terancam dibubarkan apabila tidak memperoleh minimal sepuluh
99
Back sound pada prolog film Laskar Pelangi. Andrea Hirata, Op.Cit., hlm. 41. 101 Ibid., hlm. 4. 100
43
siswa.102 Syarat yang tidak gampang untuk dibayar oleh SD yang lebih layak disebut sebagai kandang kambing103. Pengelola sekolah berjuang keras untuk mendapat sepuluh siswa tersebut. Pemisahan dan pengambilan jarak tampak nyata ketika diperlihatkan angkuhnya tembok berkilometer dilengkapi kawat berduri. Peringatan yang terpampang “Dilarang masuk bagi yang tidak memiliki hak”. Hal itu menjadi simbol semakin kukuhnya dominasi si kaya dan gap status sosial.104 Di balik kawat teralis itu, anggota Laskar Pelangi yang miskin menahan air liur karena hanya dapat menyaksikan siswa-siswi SD PN Timah bermain sepatu roda. Petugas keamanan mengusir mereka ketika mereka mencoba masuk ke komplek SD PN Timah. Laskar Pelangi memberikan pelajaran mengenai perjuangan dalam kegetiran hidup. Pada masa itu, kesadaran masyarakat Belitong akan pentingnya pendidikan juga terhitung minim. Sebenarnya, penduduk setempat lebih memilih untuk mempekerjakan anak mereka dari pada menyerahkan kepada institusi pendidikan. SD Muhammadiyah berhasil mendapatkan sepuluh siswa baru. Hal itu tidak lepas dari peran perangkat desa Gantong agar warga menyekolahkan anak-anak mereka.105 Perjalanan pendidikan sepuluh siswa banyak menuai rintangan. SD Muhammadiyah tidak memiliki fasilitas standar dan hanya ditopang sumberdaya manusia seadanya.
102
Film diawali dengan situasi genting penantian sepuluh murid karena Pengawas Sekolah dari Depdikbud Sumatera Selatan telah memperingatkan bahwa jika SD Muhammadiyah hanya mendapat murid baru kurang dari sepuluh anak maka sekolah akan ditutup (Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: Bentang, 2008), Cet. 17, hlm. 4). 103 Kandang Kambing, istilah untuk menggambarkan kondisi SD Muhammadiyyah Gantong yang serba terbatas. Hampir roboh dan kalau malam dipakai untuk menyimpan ternak. (Andrea Hirata, Laskar Pelangi, Yogyakarta; Bentang, 2008, Cet. Ke-17, hlm. 20) 104 Ibid., hlm. 36. 105 Sebenarnya, tidak mudah bagi buruh tambang beranak banyak bergaji kecil untuk menyerahkan anak-anaknya ke sekolah. Lebih mudah menyerahkannya pada tauke pasar untuk menjadikannya tukang parut atau pada juragan pantai untuk menjadi kuli kopra agar dapat membantu ekonomi keluarga. Mereka juga terpaksa menyekolahkan anaknya agar terhindar dari celaan aparat desa karena tak menyekolahkan anak-anaknya.(Andrea Hirata, Laskar Pelangi, Yogyakarta; Bentang, 2008, Cet. Ke-17, hlm. 2-3)
44
Ketidakpunyaan yang dialami oleh warga Gantong perlahan membentuk watak menyerah dan kalah. SD Muhammadiyah tidak mendapat perhatian dari warga Gantong. Penyandang dana, Zulkarnaen, pun menyarankan agar kepala sekolah, Harfan Effendy Noor (Harfan), membubarkan sekolah tersebut. Sekolah dengan penghuni anak-anak kumal benar-benar hampir bubar ketika Bakri memilih hengkang. Ia pindah mengajar di SD Negeri I Bangka. Bahkan, sekolah sempat kalang kabut paska wafatnya Harfan. Selama lima hari, kelas kosong tanpa kehadiran guru, Muslimah. Sementara, Muslimah sebagai satu-satunya sisa guru di SD Muhammadiyah tidak memberi keputusan pembubaran. Akan tetapi, watak menyerah tidak mengalahkan semangat menggebu anggota Laskar Pelangi. Aktivitas belajar-mengajar berlanjut dengan hanya Lintang sebagai pengganti peran yang seharusnya dijalankan oleh satu sisa guru, Muslimah Hafsari Hamid.106 Muslimah kembali menemukan tekad untuk tetap mengajar di sekolah. Kerja yang tidak sia-sia, karena dalam lomba karnaval dan cerdas cemat, SD Muhammadiyah berhasil menjadi juara. Cobaan kembali datang menghambat, Lintang sebagai bintang kelas harus mengucapkan perpisahan. Ayahnya wafat. Lintang putus sekolah. Cerita terputus. Di akhir film, cerita berlanjut pada tahun 1999. Dari perantauan Ikal kembali ke kampung halaman menemui Lintang. Ikal mengabarkan bahwa cita-citanya telah terkabul. Ia mendapat beasiswa belajar di Paris Prancis.107 Jadi, latar sosial yang melingkupi Gantong ketika kisah Laskar Pelangi berjalan sangat komplek. Secara sosial geografis, Laskar Pelangi lahir pada kaum pinggiran yang serba terbatas. Selain jauh dari pusat kota, Gantong juga berpenduduk miskin. Dipandang dari sudut budaya, kesadaran akan pentingnya pendidikan masih minim. Keterbatasan secara ekonomi menjadi 106
Film Laskar Pelangi. Ibid.
107
45
penyebabnya. Fenomena ini tampak dari novel yang mengisahkan bahwa sebenarnya warga lebih mudah untuk mempekerjakan anaknya dibanding menyekolahkan mereka. Dilihat dari kaca mata pendidikan, rata-rata kualitas sumber daya manusia warga Gantong masa itu masih rendah oleh karena minimnya institusi pendidikan yang ada. Di Gantong, hanya terdapat dua sekolah. SD PN Timah hanya dapat diakses kelompok minoritas yang memiliki jabatan dan ekonomi tinggi. Dan hanya satu sekolah untuk warga tidak berpunya, sekolah miskin bernama SD Muhammadiyah. Pemerintah sebagai wujud peran politik penguasa melalui perangkat desa ikut berperan mendorong tetap terlaksananya pendidikan. Akan tetapi di lain sisi keberadaan penguasa, Pengawas Sekolah dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera Selatan malah kurang kooperatif. Mereka mengeluarkan surat peringatan akan dilakukannya penutupan. Akan tetapi, semua kendala di atas dapat diatasi dengan agama memegang ajaran agama. Dilihat dari tahun didirikannya, SD yang berdiri tahun 1929 ini, tidaklah muda. Ia menjadi sekolah pertama di Belitong, yang mengajarkan nilai-nilai ajaran Islam, bahkan di Sumatera Utara. Misi sekolah adalah menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar.108 Selain itu, agama juga menjadi motivasi bagi orang tua anggota Laskar
Pelangi
untuk
menyekolahkan
anak-anaknya
di
SD
Muhammadiyah. Anak-anak mereka dianggap memiliki karakter mudah di sesatkan oleh iblis sehingga sejak usia muda harus mendapat pendadaran Islam yang tangguh.109 Di Gantong Belitong, perbedaan suku dan ras besar (Melayu dan Tionghoa) tidak menimbulkan permasalahan. Seolah mereka telah sepakat
108
Andrea Hirata, Op.Cit., hlm. 23. Ibid., hlm. 4.
109
46
bahwa yang perlu diperjuangkan adalah kemiskinan yang berakibat pada sulitnya akses pendidikan. Film Laskar Pelangi mendapat sambutan dan apresiasi positif dari masyarakat, baik tingkat nasional maupun internasional kancah internasional. Adapun apabila dilihat dari masa Laskar Pelangi diproduksi menjadi novel dan film, keduanya memiliki sedikit perbedaan latar belakang sosial . Selisih waktu antara setting sosial tahun 1970-an hingga tahun 2005 (ketika novel diluncurkan), secara otomatis memiliki perbedaan setting dan problem sosial di negeri ini. Novel Laskar Pelangi hadir tepat ketika bangsa Indonesia sedang mencari pahlawan oleh karena banyaknya problem struktural. Bangsa ini sedang mencari inspirator. Krisis keteladanan telah melanda. Pasalnya, orang atau tokoh yang selama ini dikagumi oleh masyarakat, akan tetapi ternyata juga terbukti mencuri uang rakyat. Hal inilah, yang menurut Andrea Hirata, menjadikan Laskar Pelangi meraup sukses dan diapresiasi masyarakat. Jadi, pembaca menemukan tokoh-tokoh ideal dalam cerita, dalam hal ini novel Laskar Pelangi. Mereka jatuh hati untuk menjadikan teladan atau inspirasi yang kemudian menumbuhkan semangat hidup. Laskar Pelangi memberikan alternatif sikap untuk menghadapi problem kehidupan yang muncul. Laskar Pelangi dibuat apa adanya. Tokoh dan fakta sosial juga pernah berjalan dalam kehidupan nyata di Belitong. Ia memberikan teladan dalam memaknai persahabatan (terutama anak-anak), arti ketulusan mengabdi dari perspektif guru seperti Harfan dan Muslimah, sekat kemasyarakatan di Belitong yang dibangun oleh kekuatan modal dan kekuasaan ekonomi, serta problem sosial anak-anak yang dengan spirit masing-masing memaknai kebutuhannya akan sekolah (pendidikan). Di dalamnya juga tersirat cara menyikapi persoalan hidup dengan semangat
47
optimisme hidup, tanggung jawab, atau kenakalan yang beraksentuasi pada kreativitas. Pengarang menuturkannya secara tidak menggurui. Laskar Pelangi membuktikan bahwa sekat dan permasalahan sosial dapat dikalahkan oleh semangat hidup. Novel menemukan muara alamiah pada pesan tentang keteladanan dan aktualisasinya. Oleh karenanya, pesan realitas dalam novel dapat menjadi referensi hidup. Ia terbukti mampu menjadi inpsirasi orang untuk berbuat lebih baik.110 Novel Laskar Pelangi diburu oleh masyarakat, terutama setelah pengarangnya, Andrea Hirata diundang sebagai nara sumber dalam acara Kick Andy di Metro TV. Pada awalnya, sebenarnya pengarang (Andrea Hirata) dan sebagian pembaca novelnya tidak menyetujui Laskar pelangi difilmkan. Hal ini tidak lepas dari tren novel best seller diadaptasi menjadi film, akan tetapi memunculkan banyak kekecewaan. Pasalnya, gambar bergerak (media audio visual) tidak mampu menyampaikan isi pesan novel secara utuh dari. Latar belakang yang kemudian menyebabkan Laskar Pelangi diadaptasi ke dalam film adalah kondisi masyarakat yang belum sadar akan budaya baca. Sehingga, pesan positif yang ada dalam novel baru terbatas diakses hanya mereka yang memiliki sadar pentingnya aktivitas membaca. Perbandingan pembaca dan pemirsa televisi berbeda jauh, sehingga film dipandang perlu untuk diproduksi dalam bentuk film. Akhirnya, Andrea Hirata memberikan persetujuan, novel difilmkan. Ia memberikan syarat; Riri Riza sebagai sutradaranya. Menurut Andrea, film dan buku memiliki aspek estetika dan dimensi-dimensi apresiasi yang tidak sama. Andrea menyatakan lebih banyak masyarakat yang dapat mengakses film melalui televisi. Ia berharap nilai edukatif dalam Laskar 110
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2008/09/26/32427/Dunia-Laskar-Pelangiyang-Mewakili. Diakses 18 Mei 2010 pukul 13:00 WIB.
48
Pelangi dapat diakses khalayak luas.111 Pesan yang terkandung dalam kisah Laskar Pelangi adalah mengenai simpati pada pendidikan marjinal, kepedulian akan kesenjangan sosial, dan apresiasi pada para guru. Melalui film, pesan positif tersebut memiliki kesempatan untuk menggapai apresiasi publik pada spektrum yang lebih luas. Hal ini sebagai wujud komitmen pada misi perbaikan.
b. Narasi Film Laskar Pelangi Narasi film Laskar Pelangi merupakan gambaran setiap adegan cerita yang ada dalam film tersebut. Narasi film ini merupakan transliterasi dari kaset CD film Laskar Pelangi sebagai sumber primer dalam penelitian ini. Film Laskar Pelangi diproduksi oleh Miles Films bekerjasama Mizan Production Jakarta pada tahun 2008. Selaku manajer produksi film adalah Mira Lesmana dan Riri Riza sebagai sutradara. Film dinarasikan dalam bentuk teks tanpa mengabaikan alur cerita. Alur cerita; perkenalan, permasalahan, perumitan, klimaks dan penyelesaian, tersaji secara utuh dan runtut. Adapun narasi yang disusun dalam episode-episode dari Film Laskar Pelangi adalah sebagai berikut:
Episode 1: Ikal sedang dalam perjalanan pulang ke kampung halamannya, Gantong Belitong. Dari balik kaca pada bus yang ditumpangi, Ikal melihat pemandangan sekitar. Kemudian ia terkenang pendidikan masa kecilnya di sekolah tingkat dasar. Belitong, pada 1974, sangat jaya oleh adanya kekayaan alam berupa timah. Gambar-gambar tidak bergerak, terlihat lawas, yang berisi aktivitas perusahaan timah masa itu ditampilkan sambil diiringi suara tokoh utama, Ikal yang bercerita. 111
http://www.indosiar.com/ragam/63089/laskar-pelangi-menuju-layar-lebar. Diakses 18 Mei 2010 pukul 13:00 WIB.
49
“Gambar-gambar ini adalah salah satu bukti bahwa Belitong adalah pulau terkaya di Indonesia dengan urat timah melimpah ruah menggoda bangsa lain untuk mengurasnya. Setelah merdeka, rakyat Belitong pun belum bisa menikmati kekayaan alam tersebut karena tembok-tembok birokrasi yang mengotak-kotakkan kesempatan dan harapan. Namun tembok tak bisa mematahkan semangat kami,” begitu suaranya terdengar menjelaskan gambar. Gambar sepatu kumal di sebuah lantai. “Jadi kau minta ijin untuk ngantar Ikal?” kata Ibu Ikal sembari memasak. “Jadi, aku ijin setengah hari,” jawab Ayah Ikal sambil berdandan di depan cermin. Kakak-kakak Ikal meledek Ikal karena sepatu yang dipakainya lebih cocok untuk dikenakan anak perempuan. “Heh heh heh.. kau ini, kakaknya bisanya ngacau saja. Kal pakailah itu dulu, nanti kalau ada rezeki, umak beli lagi yang lebih bagus,” kata Ibu Ikal memarahi kakak-kakaknya agar Ikal tenang. “Aku pergi dulu.” kata Ayah Ikal menuju sepeda. “Sampaikan salamku buat Pak Harfan,” kata Ibu Ikal. “Kemana kau? nganter anak ke sekolah miring itu. Yang pasti, dari sekolah miring itu apa yang akan kau dapatkan. Percuma kuliah akhirnya jadi kuli jua,” komentar para pekerja yang sedang melihat Ikal dan ayahnya melintas di depan perusahaan. Back sound yang mewakili tokoh Ikal. “Pagi itu angka sepuluh menjadi angka keramat bagi semua orang.” Muslimah pamit dengan salam kepada ibunya. Ia berangkat mengajar. Muslimah menuju sekolah dengan naik sepeda. Ia berpapasan dengan seorang anak di jalan depan sekolah. “Siapa nama kau nak?” kata Muslimah dengan memegang sepedanya. “Aku Lintang dari Tanjung Kelimpang.” jawab Lintang.
50
“Sejauh ini kau naik kereta angin sendiri?” kembali Muslimah bertanya seolah heran dengan semangat Lintang. Sambil menyerahkan surat kepada Muslimah Hafsari Hamid atau Bu Mus, Lintang berkata, “Ayahku harus ke laut, jadi ndak bisa datang.”
Episode 2: Sesampai di sekolah, Muslimah mengucapkan salam kepada kepala sekolah SD Muhammadiyah, Harfan Effendy Noor atau Pak Harfan, begitu ia dipanggil. “Aku yakin kita akan mendapatkan sepuluh murid hari ini.” kata Muslimah kepada Harfan dengan nada optimis dengan sorot mata tertuju Lintang. “Angka sepuluh menjadi angka penting, tidak saja buat dua orang guru luar biasa, Pak Harfan dan Bu Muslimah. Tapi juga kami, anak miskin bisa sekolah dengan murah di salah satu pulau terkaya di Indonesia. Hari ini juga ditentukan, anak-anak akan mendapatkan pendidikan atau langsung menjadi kuli-kuli kopra atau buruh di PN Timah. Sementara di balik tembok itu kami tahu SD PN Timah dipenuhi dengan murid baru.” back sound menghantarkan cerita dengan diiringi suasana tegang penantian murid baru. Di ruang kelas siswa-siswi baru SD Muhammadiyah dan orang tua yang mengantarkannya tegang menunggu dimulainya prosesi penerimaan. Sementara Muslimah cemas di luar kelas menunggu entah siapa. Pasalnya, baru sembilan anak yang
masuk.
Sedangkan di SD PN sudah dipenuhi siswa baru dan prosesi penerimaan berjalan tanpa hambatan. “Kita tunggu sampai pukul sebelas, ya Mus.” kata Harfan kepada Muslimah. Di dalam kelas semua sudah gerah menunggu acara dimulai. “Bagi kami sepuluh orang atau tidak sama sekali, demikian surat peringatan dari pemerintah pusat.” back sound menghantarkan cerita.
51
“Sudah lewat pukul sebelas Mus, kita harus beritahu orang-rang tua itu dan anak-anak.” kata Harfan. “Apalah arti sepuluh atau sembilan. Kita tetap bisa mengajar mereka kan pak!?” kata Muslimah kesal. “Iya, tapi kau pasti tahulah apa artinya ini…” respon Harfan. Akhirnya, dengan terpaksa Harfan mengucapkan salam untuk memberi sambutan. Sementara, di luar kelas, Muslimah masih nampak cemas menanti entah siapa anak yang akan datang. "Syukur alhamdulillah kita ucapkan kepada Allah SWT, karena kehadiran bapak-bapak dan ibu-ibu di sini adalah untuk menyelamatkan pendidikan di SD Islam tertua di tanah Belitong ini, sekolah dengan dasar budi pekerti demi tegaknya akhlakul karimah, akhlak yang baik. Namun demikian, kalau kita tidak bisa memperoleh sepuluh orang murid baru, maka kita tidak bisa membuka kelas baru. Sebaiknya semua ini kita terima dengan hati yang ikhlas.” “Tunggu lah dulu pak. Biar aku cari seorang lagi ya.” serobot Muslimah
memotong
sambutan
Harfan.
Muslimah
kemudian
meninggalkan ruang kelas. “Mus, Maaf, sebentar... Muslimah!!” ijin Harfan kepada wali murid. Ia mengejar Muslimah yang lari mencari tambahan satu murid. “Semestinya, ini hari pertama aku jadi guru pak. Masak muridmuridnya langsung ndak ada.” kata Muslimah sambil lari menuju sepeda. Dari kejauhan suara seorang anak terdengar. Ia bersama ibunya sedang menuju sekolah. Salah satu siswa dari dalam kelas lari menyambutnya. “Harun, Haruun.....” teriak Bu Mus sambil tersenyum gembira. Harun berlari menuju gedung sekolah diiringi oleh back sound menceritakan, “Seorang anak yang sangat istimewa telah menyelamatkan kami dan menghadiahkan senyum bahagia bagi di wajah Bu Mus. Dan senyum-senyum itu akan berganti-ganti dengan banyak hal. Menemani
52
tahun-tahun kami ke depan. Tahun-tahun yang tidak akan pernah bisa terlupakan.”
Episode 3: Di depan gedung sekolah, sambil menaruh sepedanya, Muslimah heran karena ia hanya melihat Bakri yang sedang memeriksa jam tangannya. Suasana sekolah sepi tanpa tanda ada seorang anak pun. “Bakri.. di mana anak-anak,” tanya Bu Mus kepada Bakri sambil mencari sedang di mana murid-muridnya. “Ayo masuk kelas!!” kata Muslimah kala menemukan muridmuridnya yang sedang asik bermain-main di padang rumput dekat sekolah. Padahal, mereka seharusnya sudah masuk dalam kelas untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Muslimah menuju kerumunan anak-anak sambil memanggil dengan lantang “Kucai, Kucai sini kau.” Kucai berlari menuju tempat berdiri Muslimah. “Kucai, kau itu ketua kelas. Tugas kau itu, ngebantu ibu ngebuat kawan-kawan kau masuk kelas.” kata Muslimah memeringatkannya. “Bunda guru. Ibu itu harus tau, kelakuan anak-anak kuli itu kayak setan semua. Aku ndak enak lagi ngurus begitu. Mulai sekarang aku nak berhenti jadi ketua kelas,” kata Kucai. Dari jarak tidak jauh, Harfan datang. “Hai anak-anak, siapa yang mau mendengarkan cerita Nabi Nuh yang membuat perahu kayu terbesar yang pernah dibuat oleh manusia.” katanya dengan suara lantang karena dari jarak yang jauh. Murid-murid yang sedang bermain di tanah lapang mendadak berhamburan lari menuju kelas. Sementara Muslimah berkata kepada Kucai “Kucai, menjadi seorang pemimpin itu adalah tugas yang mulia.”
53
Sahara yang sedang berlari menuju kelas, menghampiri Kucai dan berpesan, “Hai Kucai, Alqur'an mengingatkan bahwa kepemimpinan seorang itu akan dipertanggungjawabkan kelak di akherat,” “Mereka yang ingkar, telah diingatkan bahwa air bah akan datang. Namun kesombongan telah membutakan mata dan menulikan telinga mereka. Dan akhirnya, mereka musnah dilamun ombak,” kata Harfan menjelaskan kepada anak-anak di dalam kelas. “Makanya bila kau tak rajin shalat pandai-pandailah kau berenang. Tak ada gunanya otot gedemu itu bila tak pandai berenang.” bisik Ikal kepada Arai. “Wudlu yang benar biar tertib urutannya,” kata Harfan yang sedang memerhatikan murid-murid berwudlu. Shalat jama'ah berjalan dengan Harfan sebagai imamnya. Muslimah mengucapkan “Pancasila” dengan ditirukan oleh murid-murid mengikutinya secara bersamaan mengiringi adegan gambar perjalanan Lintang yang bersepeda menuju dan pulang sekolah. Sekali kayuh jarak yang harus ditempuhnya adalah 40 kilometer. Tak jarang buaya menghadang perjalanannya. Selain itu, ditampilkan pula papan bertuliskan “dilarang masuk buat orang jang tida puja hak”.
Episode 4: Anak-anak Laskar Pelangi bersama Muslimah membersihkan ruangan kelas yang dipenuhi oleh air bah. Atapnya bocor sehingga air hujan masuk ke ruang kelas. Mereka juga mengusir tiga kambing dari dalamnya. Harfan datang mendekati Muslimah kemudian menyarankan, “Mus, kau ajak anak-anak itu belajar di luar kelas saja, ya?” “Biar kita bersihkan bersama-sama.” pinta Muslimah. “Pergilah... nanti Bakri bisa bantu aku…. pergilah, ya?” kata Harfan membujuk Muslimah agar mengikuti permintaannya.
54
Muslimah membawa murid-murid belajar di luar kelas. Sementara, Harfan membersihkan ruang kelas, dan menutup lobang dindingnya dengan gambar poster Rhoma Irama. Ia juga mengeringkan kapur tulis basah di bawah terik matahari. Selain itu, beberapa warga juga ikut memperbaiki gedung sekolah yang hampir roboh. Anak-anak bermain di padang rumput kemudian ke bebatuan di pantai. Mereka memandangi keindahan pelangi. “Pelangi itu, terbentuk dari cahaya yang menjaga langit pas matahari menarik titik-titk air hujan yang datang. Hasilnya muncullah tujuh sinar, merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu. Mejikuhibingu,” kata Lintang menjelaskan kepada teman-temannya. “Laskar Pelangi ayo kita pulang,” kata Bu Mus dari balik bebatuan mengingat suasana hampir petang. “Iya bu,” jawab murid-murid serentak.
Episode 5: Di pelataran sekolah, sambil memperbaiki bangku, Harfan bercakap-cakap dengan penyumbang dana sekolah, Zulkarnaen. “Aku khawatir melihat kau ini, Har. Sudah lima tahun aku melihat kalian mempertahankan sekolah ini. Aku paling-paling cuma bisa bantu-bantu...” kata Zulkarnaen. “Zul, kau sebenarnya sudah membantu kita lebih dari itu. jangan khawatirlah. Aku, Bakri, Muslimah, masih tetap bisa bertahan bersama kesepuluh murid-murid karunia Allah itu,” komentar Harfan. “Tapi mereka kan sudah kelas lima, tahun depan mereka kelas enam, di bawah mereka ndak ada lagi, dan kalian kan cuma bertiga mengajar. Aku tak paham bagaimana cara kalian mempertahankan sekolah ini; bianyanya? gajinya?” sangkal Zulkarnaen. “Zul... sekolah adalah sekolah dimana pendidikan agama, pendidikan budi pekerti bukan sekedar pelengkap kurikulum. Kecerdasan
55
bukan sekedar dilihat dari nilai, dari angka-angka itu, bukan! Tapi dari hati, Zul,” kata Harfan menjelaskan dengan nada serius. “Lihat diri kau Zul. Dari mana kau dapatkan rasa kepedulian itu. Orang, biasanya ni, kalau sudah terlalu nyaman, punya kekuasaan suka lupa diri. Maunya tambah kekuasaan, tambah kekayaan dengan menghalalkan segala cara. Kalau perlu seluruh kekayaan negeri ini untuk keluarganya saja tu. Tapi kau Zul… nggak! Karena kau hasil didikan sekolah serupa… di Jogja. Jadi, sekolah ini ndak boleh ditutup,” tambahnya. “Baiklah, kalau begitu aku akan coba terus membantu... semampuku,” jawab Zulkarnaen. “Si Widi besok akan datang membawa beras. Insyaallah bisa cukup untuk dua bulan,” tambahnya sambil berpamitan.
Episode 6: Muslimah membuka kelas dengan salam. Sementara di SD PN Timah, Pak Mahmud mengawali pelajaran dengan menjelaskan kepada murid-muridnya, ”Dalam pelajaran berhitung pagi ini, bapak akan mengajar kalian bagaimana cara menggunakan kalkulator. Masing-masing dari kalian akan mendapatkan satu buah kalkulator. Flow, kamu bantu bapak membagikan kalkulator kepada kawan-kawanmu ya!”. Muslimah melanjutkan pengantarnya, “Sekarang kita akan belajar berhitung. Ayo keluarkan lidi-lidimu. Ibu akan membacakan soal. Dua belas ditambah empat kali min lima sama dengan (12+4x-5=)... Ayo dihitung sekarang!”. “Minus 80,” jawab Lintang. “Bagus sekali anak pesisir. Betul, betul sekali,” puji Bus Muslimah untuk Lintang. Sahara bermain dengan Harun di depan kelas.
56
“Run, Run, jadi anak kucing kau tu ada anak tiga, bilangannya tiga lahirnya juga ditanggal tiga, run ya.” tanya Sahara kepada Harun. Harun menjawab dengan isyarat jari tangannya. “Pintar sekarang kau Run, ya.” komentar Sahara atas jawaban Harun.
Episode 7: Di jalan Muslimah bertemu dengan Pak Mahmud. Keduanya sedang menuju sekolah masing-masing. “Kenapa kau tolak mengajar di SD PN Mus? Ape yang kau cari dari sekolah yang hampir roboh itu. Anak-anak yang ndak jelas. Tak cerah masa depannya. Tawaran itu masih ada Mus. Aku bisa bicara dengan...” kata Mahmud. “Maaf Pak Mahmud. Murid-muridku yang rajin menungguku dalam kelas,” kata Muslimah memotong percakapan. Sesampai di sekolah. Muslimah mengajar peta Belitong. “Lenggang, di mana Harun, Lenggang, Harun,” tanya Muslimah. Harun menuju papan tulis tempat peta ditempelkan. Ia kemudian menunjukkan posisi Lenggang di dalam peta tersebut. “Iya betul, pandai kau Harun,” puji Muslimah atas jawaban Harun. Agar radionya dapat kembali berbunyi, Mahar mengeringkan batu-batu di atap rumahnya. Setelah kegiatan belajar mengajar selesai, Bakri pamit kepada Harfan dan Muslimah. “Ndak ada yang bisa kita lakukan lagi Mus. Surat dari pengawas sekolah Sumsel dengan jelas mengatakan untuk ulangan minggu depan kita harus bergabung dengan SD PN… Mus, mestinya kau jangan merasa terbebani hanya karena ayah kau ada dalam foto itu bersamaku. Sudah dua bulan ya gaji kau dan Bakri tertunda. Mus, kau tu masih muda, cantik pula. Kenapa tu kau tolak lamaran anak Haji Mahdun. Lah jadi istri
57
saudagar kau di Jawa.” kata Harfan mengawali percakapan dengan Muslimah di ruang guru. Muslimah merespon pernyataan itu dengan berkata, “Kalau nak meninggalkan bapak berdua saja dengan Bakri. Mimpi aku ini bukan jadi istri saudagar. Mimpi aku jadi guru. Dan bapak adalah orang yang langsung percaya bahwa aku bisa jadi guru. Sudah lima tahun ini kita menghadapi macam-macam masalah pak. Tapi kita tetap bertahan kan pak. Soal uang, aku dapat dari menjahit, pak.” “Alhamdulillah,” respon Harfan. Muslimah memberitahukan kepada murid-murid mengenai keputusan
tempat
dilaksanakannya
ujian.
Murid-murid
langsung
merespon. “Ndak begitu bu, biasanya kita kan ulangan di sini,” protes Ikal. “Pake sandal ketubruk gini bu, apalah kata-kata anak-anak SD PN,” kata Kucai memprotes keputusan itu sambil mengangkat sendal seolah menunjukkan kelusuhannya Setibanya di hari pelaksanaan ujian, murid-murid SD PN mengomentari penampilan murid-murid SD Muhammadiyah yang tanpa seragam dan hanya beralas sendal. “Kok mereka ulangannya pake sendal ya.” kata seorang siswi kepada temannya. Pengawas ujian juga meremehkan Harun karena bukannya menjawab soal akan tetapi malah menggambar kucing pada kertas lembar jawaban. “Malah menggambar kucing, anak itu,” kata seorang pengawas sambil tertawa menunjukkan lembar jawaban Harun kepada pengawas lain. Sekembalinya
di
SD
Muhammadiyah,
Muslimah
mengungkapkan ketidaksukaannya atas sikap pengawas kepada Harfan.
58
“Ndak usah terlalu kau fikirkan Mus. Kau siapkan rapot anakanak itu lalu biarkan mereka berlibur. Kau pun perlu pergi berlibur kan,” kata Harfan meredam emosi Muslimah. “Si Harun akan kau buatkan rapot khusus lagi kan?” tanya Harfan. “Iya pak.” jawab Bu Mus. Di musim libur, anak-anak Laskar Pelangi ikut bekerja. Lintang di pantai dan yang lain di pasar membantu masing-masing orang tuanya. Terkadang ikut menjadi buruh atau melaut. Sementara anak-anak SD PN main separu roda. Percakapan terjadi antara Flow dan anak-anak Laskar Pelangi, meski terhijab pagar kawat berduri. Mereka bercakap-cakap mengenai suku Asmat. Flow juga mengasihkan majalah yang berisi catatan tentang itu kepada anak Laskar Pelangi. “Kau punya banyak majalah macam ini,” tanya Mahar. “Aku punya banyak…. Ambillah ini,” kata Flow sembari tangannya mengulurkan majalah kepada anak-anak Laskar Pelangi. Satpam komplek perumahan karyawan PN Timah kemudian mengusir mereka dari kawasan tersebut. “Pergi, pergi!!” kata Satpam mengusir Ikal dan kawankawannya. Semua pergi. Masa libur hampir habis, Lintang belajar di tengah petang dengan lampu teplok.
Episode 8: Di bawah pohon depan sekolah, Harfan menceritakan kisah Perang Badar kepada murid-murid. “313 tentara Islam itu mengalahkan ribuan tetara Quraisy bersenjata lengkap. Anak-anakku, kekuatan itu dibentuk oleh iman, bukan jumlah tentara. Jadi ingatlah anak-anakku teguhkan pendirianmu, kalian harus punya ketekunan, harus punya keinginan yang kuat untuk mencapai
59
cita-cita. Kalian harus punya keberanian dan pantang menyerah menghadapai tantangan macam apapun. Dan ingat, hiduplah untuk memberi
sebanyak-banyaknya
bukan
untuk
menerima
sebanyak-
banyaknya.” kata Harfan memberikan pelajaran kepada murid-murid. “Cukup untuk hari ini ya?” kata Harfan menutup pelajaran. Kapur sudah habis. Muslimah menyuruh Ikal untuk membeli kapur tulis di Toko Sinar Harapan. “Sialnya kita.. beli kapur saja jauhnya minta ampun, sampai harus ke Manggar,” keluh Ikal kepada temannya, Kucai, yang sedang memboceng. Bakri menghadap kepada Harfan untuk membicarakan sesuatu. “Aku dapat tawaran mengajar dari SD 1 Bangka,” ungkap Bakri kepada Harfan dan Muslimah di ruang guru. “Jadi kau tega tinggalkan Muhammadiyah. Bakri, tugas kita memanglah berat. Murid kita tu sedikit, tapi kita punya kewajiban untuk memberikan pengajaran pada anak-anak yang tidak mampu ini,” kata Muslimah. Bakri berkomentar, “Mus, orang-orang udah ndak ada lagi yang mau menyekolahkan anaknya di sini. Mereka pikir lebih baik anaknya jadi kuli untuk menafkahi keluarganya.” “Tapi ini satu-satunya sekolah Islam yang ada di Belitong,” kata Muslimah menegaskan. Bakri membantah, “Pernah kau berpikir kenapa cuma satusatunya Mus..haa? Karena ndak ada yang peduli lagi Mus. Sudah lima tahun sekolah ini ndak bisa membuka kelas baru karena apa Mus? Ndak ada murid. Apa lagi yang bisa dibanggakan Mus, selain namanya itu SD Muhammadiyah. Apa prestasi sekolah ini Mus.” “Bakri… ndak mungkinlah, Mus mengajar semua mata pelajaran itu sendirian. Sebentar lagi anak-anak itu kelas enam. Setidaknya apa kau tidak ingin tinggal dan mendampingi mereka hingga lulus. Tunggulah sebentar lagi,” pinta Harfan kepada Bakri.
60
“Yaah... Tapi tawaran dari SD Bangka juga tidak bisa menunggu pak,” kata Bakri menegaskan sikapnya. Air mata Muslimah menetes. Ia kemudian lari meninggalkan ruangan menuju jalan menuju rumah. “Mus, Mus... Muslimah jangan marah, sabarlah dulu!” kata Harfan sambil mengejar Muslimah. Sambil menangis dengan memegangi sepedanya, Muslimah mengatakan, “Ndak pak. Aku ndak marah. Aku ngerasa ada benarnya, apa yang disebut Bakri. Tak da orang yang peduli dengan sekolah kita, pak. Semua orang tak percaya bahwa anak-anak miskin pun punya hak untuk belajar.” “Iya… yang penting kita. Kita ndak boleh putus asa. Tugas kita adalah meyakini anak-anak ini bahwa mereka harus berani punya citacita,” kata Harfan menyemangati Muslimah. “Iya. Iya, kita berdua harus bekerja lebih keras lagi, pak. Biar orang-orang percaya bahwa sekolah ini ada dan pantas untuk dipertahankan. Kita berdua harus bekerja lebih keras lagi,,, lebih keras lagi,” kata Muslimah optimis sambil menganggukkan kepala. Sementara itu, di Toko Sinar Harapan, Ikal berseri-seri lantaran menyaksikan tangan A Ling yang sedang mengulurkan sekotak kapur tulis. Di padang rumput, setelah mendengarkan musik lokal, Mahar berkata kepada Lintang dan Ikal. “Boy, boy,,, selain musik barat, musik melayu juga mantab, boy,” kata Mahar sambil menabuh salah satu jenis alat musik. “Ah percuma kau, lagi keracunan kuku,” komentar Lintang. Ikal berkata, “Aku melihat sesuatu yang lebih indah dari pada musikmu Har, kuku-kuku paling indah yang ada di sinar harapan,” “Ke mana pikiran kau ini Kal, Kal. Jatuh cinta kau boy, boy. Ndak perlu berpikir dalam cinta. Yang ada hanya keindahan, bunga-bunga
61
bermekaran,”
kata
Mahar
menyimpulkan
kemudian
melanjutkan
nyanyian-nyanyiannya.
Episode 9: Di pasar, Muslimah mampir di sebuah toko kain dan bertanya kepada seorang pembeli. “Bu Fatimah, kok belanja kain banyak sekali?” tanya Muslimah. “Ooo,, seragam anak SD PN. Kan sebentar lagi perayaan 17-an. Ada Lomba karnaval kan. Seragamnya dibuat baru lagi. Juara bertahan harus tampil prima kan Mus,” kata Fatimah, seorang wali murid SD PN yang sedang membelikan kain baru untuk persiapan anaknya ikut karnaval 17-an. Karnaval tujuh belasan hampir dimulai. Di kelas Muslimah bersama Harfan di depan murid-murid mengumumkan, “Anak-anak, bapak dan ibu lah memutuskan tahun ini kita akan ikut karnaval. Karena ibu melihat, kawan kita Mahar selalu dapat nilai tinggi dalam mata pelajaran kesenian. Dia menjadi ketua kelompok yang tugasnya adalah menentukan kesenian apa yang akan kita tampilkan dalam karnaval. Apa kau setuju mahar?” Mahar menyatakan siap. “Yang lain setuju?” tanya Bu Mus. Murid-murid menjawab secara serentak, “Setuju, setuju.” “Mahar, bapak harus ingatkan kau, kite ndak ada dana,” pesan Harfan kepada Mahar. “Setuju. Serahkan saja pada Mahar dan alam,” kata Mahar percaya diri. Sementara, Ikal dengan semangat menyatakan siap untuk menerima tugas membeli kapur ke Manggar supaya dapat bertemu dengan A Ling yang selalu dipujanya. Ia juga meminta A Kiong untuk dapat mempertemukannya dengan A Ling. Dan akhirnya mereka berdua pun ketemuan di depan kelenteng.
62
Sedangkan
Mahar,
waktunya
dihabiskan
mempersiapkan
karnaval dengan selalu mencari inspirasi dari radio dan bermain-main di alam, baik di pohon atau di padang rumput. Sementara SD PN mempersiapkan karnaval dengan latihan memainkan drum band. “Ada yang tau di mana Mahar?” tanya Bu Mus kepada muridmurid di kelas. Tiba-tiba, dari luar kelas Mahar datang dan berkata, “Aku lah tau apa yang harus kita tampilkan waktu karnaval.” Karnaval dimulai dan SD PN menampilkan drum band. Sementara peserta baru, SD Muhammadiyah menampilkan tarian tradisional etnik dengan hanya perlengkapan daun dan sebuah alat musik seperti kendang. Murid-murid Lakar Pelangi memenangkan lomba karnaval. Mereka merayakan itu dengan girang. Di pasar, Muslimah mendapatkan pujian dari salah seorang warga dan akan memasukkan anaknya di SD Muhammadiyah jika SD tersebut kembali menang dalam lomba cerdas cermat.
Episode 10: Flow pindah sekolah di SD Muhammadiyah. Ia suka dengan tarian anggota Laskar Pelangi di karnaval. “Ada sesuatu yang mistis dalam tarian-tarian itu,” kata Flow memberikan alasan. Muslimah mengungkapkan kekhawatirannya kepada Harfan. “Kehadiran Flow merubah sikap anak-anak,” kata Muslimah. “Jangan takut dulu lah Mus yang penting kau temani mereka,” komentar Harfan. Di kelas, Muslimah menegur murid-murid karena hasil ulangan meraka menurun. “Mahar, Flow nilai ulangan kalian paling buruk. Apa kalian tidak mau lulus ujian,” tanya Muslimah.
63
Muslimah bertamu ke rumah pamannya, Harfan. Ia bersama Bu Harfan membincang soal kesehatan suaminya, Harfan. “Kau macam ndak kenal pak cik mu saja Mus, mana mau dia pergi ke puskesmas,” ungkap Bu Harfan. “Pil-nya harus dikurangi kali, mak cik,” kata Muslimah menyarankan. “Ahhh.. Dah sampai tumbuh daun rasanya bibirku bilang begitu, malah dia banyak minum pil APC kalau batuk. Cuma da satu obat di Belitung ini, APC. Macam dokter saja Mus,” katanya mengakhiri perdebatan. “Dia cuma perlu istirahat Mus. Kau sendiri bagaimana kabarnya Mus, sudah ketemu jodoh?” tanya Bu Harfan mengalihkan pembicaraan. Tanpa kata, Muslimah meresponnya dengan menggelengkan kepala. Lintang melihat ayahnya yang mengemasi barang-barang untuk pergi melaut. Lintang bermaksud membantu ayahnya dengan ikut melaut. “Kau jaga adik-adikmu,” pesan ayah Ikal. ”Aku nak ikut ayah melaut,” kata Lintang sambil menyuruh adiknya masuk ke rumah. “Mau ape kau!? esok kau sekolah,” kata Ayah Lintang dengan tegas seolah melarang kemauan Lintang. Di pelataran sekolah, murid-murid sedang membincang tentang misi menemukan Tuk Bayan Tula. “Aku dan Flow sepakat, kite harus ke pulau Lamun,” kata Mahar mengawali pembicaraan. “Kita harus menemui Tuk Bayan Tula,” kata Flow memperjelas maksud Mahar. “Gile pa?” tanya Kucai “Tak ada jalan lain untuk kita nak lulus, hanya Tuk Bayan Tula yang bisa membantu kite. Dia dukun sakti di Belitung. Harun saja pasti bisa dibuatnya pinter olehnya. Kalian pasti lulus sekolah,” jelasnya.
64
“Mahar, janganlah kau campurkan khayalan kau dengan kata dusta,” kata Sahara. “Aku ndak bohong,” bantah Mahar. “Pulau lamun itu pulau kosong. Dari mana kau tahu kalau dia ada di sana. Setahuku, tak ada orang yang tahu dia ada di mana?,” kata Kucai. “Aku tahu. Aku punya petunjuk dan bukti-bukti bahwa dia ada di sana. Lihat ini!” kata Flow menunjukkan sebuah kertas. “Apakah kau tak pernah menyimak pelajaran aqidah setiap Selasa. Terserah kalian, aku ndak ikut. Siapa yang ikut aku,” kata Sahara meninggalkan kerumunan. “Menyesal nanti kau Sahara,” kata Mahal kesal atas sikap Sahara. Selepas akhir salam dalam sebuah shalat, Mahar membujuk Ikal yang kebetulan shalat di sebelahnya. “Boy ikutlah! Mungkin Tuk Bayan Tula dapat membantu persoalan kau, kau dan A Ling,” kata Mahar menjelaskan. Malam harinya, mereka kemudian menuju gua untuk mencari Tuk Bayan Tula. “Tuk Bayan Tula ijinkan kami masuk,” kalimat itu berulangulang diucapkan Mahar, Arai dan teman-teman lainnya yang sedang mencari Tuk Bayan Tula di gua. Kemudian, terdengar suara auman harimau. Esok pagi di sekolah. “Awas saja, kalau dia baca dulu pesan Tuk Bayan Tula, ku tinju dia,” kata Arai mengancam Mahar yang tidak kunjung datang di pagi harinya. “Tenang lah saja Rai, perintah Bayan Tula terlalu jelas. Kita harus membaca mantranya bersama, pagi ini. Kalau ada yang melanggar Bayan Tula, akan menjadi kodok,” kata Kucai menenangkan. Mahar datang menuju kerumunan teman-teman lainnya. Ia berkata, “Aku berhasil boy,”.
65
Murid-murid menggerombol membaca mantra dari Tuk Bayan Tula yang dipegang Mahar. Secara bersama-sama mereka membaca mantra itu, “Kalau nak pintar belajar kalau nak berhasil usaha,” kata Mahar bersama teman-temannya yang sedang membaca mantra. Anggota Laskar Pelangi yang termakan ide Mahar kecewa sambil memaki Mahar sampai terjadi adu mulut. “Ahhhh…” begitu respon mereka. “Ku cekik kau Mahar,” kata Arai sambil mendorong badan Mahar. Ikal yang tidak jauh dari kerumunan tersebut, mendekat kemudian menengahi perseteruan itu. Ia mengingatan, “Sudahlah!! Benar pesan itu, kita lah yang bodoh, sampai ke dukun segala,”. Di bawah pohon dekat gedung sekolah, Ikal menunjukkan sebuah kotak kepada Lintang. Mereka hanya duduk berdua. “Gambar apa ini Kal?” tanya Ikal. “Ini gambar menara Eifel Kal, adanya di kota Paris Ibu kotanya Prancis. Paris itu kotanya orang-orang pintar, orang-orang hebat, para ahli seninam. Semua ada di sana. Katanya Paris juga kota tercantik di dunia. Banyak orang bermimpi ke sana, Kal,” kata Lintang. “Kotak ini dari A Ling. Apa Maksudnya,” kata Ikal. Mahar
menghampiri
mereka
berdua
kemudian
berucap,
“Maafkan aku, boy.”. Mahar beranjak dari duduknya dan menyanyikan lirik, “ Mari menyusun, seroja buang seroja,”. Kemudian berhenti menepuk pundak Ikal. “Suara kau lebih sakti dari Tuk Bayan Tula,” komentar Ikal memuji Mahar.
Episode 11: Di kelas Ikal, Lintang dan Mahar melihat lemari yang hanya berisi sebuah medali.
66
“Dah lima tahun kite sekolah. Masak cuma itu satu-satunya benda berharga kite. Kalau iye, pasti Bu Mus dan Pak Harfan kecewa sekali,” kata Ikal kepada Lintang sambil memandangi medali. Harfan datang. Ia berpesan, “Yang harus kalian ingat anakanakku. Jangan pernah menyerah. Hiduplah untuk memberi sebanyakbanyaknya, dan bukan menerima sebanyak-banyak,”. Tiba, waktunya pulang ke rumah. Muslimah mencari, Harfan sedang di mana. “Pak, ayo kite balik pak,” kata Bu Mus ketika menemukan Harfan yang sedang berada di atas kursi dengan posisi kepala ditaruh di atas meja. Ia seperti tertidur. Muslimah memanggil dan menepuk-nepuk lengannya sambil berkata, “Pak… pak cik, pak cik,,” kata Muslimah kaget karena Harfan tidak bergerak. Ia menangis sambil berlari dari gedung sekolah menuju tempat sepedanya disandarkan. Harfan wafat. Rumahnya dipenuhi pelayat. Mmurid-murid dan Mahmud jugi di sana. Di sela-sela acara penghormatan terakhir untuk Harfan itu, Mahmud mendekati Muslimah dan berkata, “Aku bernar-benar terkejut, Mus. Aku, khawatir nak kau. Tapi sekarang, manalah mungkin kau sendiri di situ,” katanya. Sekolah seperti telah lumpuh paska ditinggal wafat Harfan. Muslimah tidak ke sekolah. Hanya ada murid-murid di sekolah, tanpa ada aktivitas yang jelas. Tidak ada pengumuman apakah sekolah ditutup atau tidak. Muslimah terlihat belum ikhlas dengan kepergian Harfan. Aktivitas mengajar yang biasanya dijalaninya. Ia mengisi harinya di rumah, mengenang Harfan. Ia menangis ketika melihat foto bergambar Harfan yang berdiri bersama ayahnya. Lintang mengisi waktunya dengan bercakap-cakap tanpa arah, dengan temannya. Terkadang ia belajar berhitung bersama A Kiong.
67
Di rumah, Ikal diajaknya untuk sesekali menghibur dirinya dengan menonton bioskop. “Kal, biar pun Harfan dah ndak ada. Dia ndak ingin membuatmu murung seperti ini. Nanti malam kau ikut nonton ya!,” begitu kata Ayah Ikal memberi saran. Ikal pun pergi ke bioskop. Lintang tetap menjalani aktivitas seperti biasa menuju sekolah dengan sepeda tuanya. Meskipun di sekolah tanpa ada kegiatan belajar mengajar. Tidak ada murid-murid dan juga Bu Mus. Hanya ia dan Ikal. Mereka kesepian dan resah. “Mau kemana kau?” tanya Lintang kala melihat Ikal menuju pintu untuk keluar dari ruangan. “Apalagi kau Ntang? Bu Mus ndak ada, kawan-kawan mana? Sekolah apa ini? Ndak ada guru ndak ada murid?” jawab Ikal kecewa. Lintang merangkul tangan Ikal sambil mengajaknya menuju suatu tempat. “Ayo, ikut aku! Aku satu-satunya anak laki-laki paling tua dari tiga anak perempuan di keluarga. Harusnya aku diajak melaut, biar dapat ikan yang banyak. Tapi ia malah megirimku ke sini. Ingin aku mengejar cita-cita nak tinggi. Dan di sekolah inilah kita mulai. Kita harus terus sekolah!,” kata Lintang memberi penjelasan sambil jalan. Ikal dan Lintang pergi ke rumah teman-temannya. Keduanya menjemput dan membujuk agar mau belajar lagi ke sekolah. “Har, Har, ke sekolah yuk!” pinta Ikal diikuti teman-temannya. “Sekarang!?” tanya Mahar meyakinkan. Setelah
temannya
mengiyakannya,
Mahar
beranjak
dari
duduknya untuk kemudian berangkat ke sekolah. Zulkarnaen melihat semangat anak-anak tersebut. Ia langsung menuju rumah Muslimah. “Aku minta maaf, kedatanganku yang tiba-tiba ni. Aku dengar dari mak cik kau, dah lima hari kau tidak mengajar?” Kata Zulkarnaen kepada Muslimah.
68
Muslimah menganggukkan kepalanya dan berkata, “Iya pak. Aku masih berkabung. Aku juga ngerase…”. “Iya, iyelah iye,.. Mah, aku paham,” serobot Zulkarnaen. “Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Dari Dia, balik pula ke Dia. Sudahlah, lupakan! Eh Mah, terakhir kali pak cik kau bicara bersama aku;. Aku sudah bilang, hee,..Pak, apa ndak sebaiknya sekolah ini ditutup saja? Hai Zul, sekolah Muhammadiyah ini ndak boleh ditutup. Karena ini satusatunya sekolah yang tidak mendekati segala sesuatunya dengan materi. Nilai-nilai, masalah kecerdasan tidak diukur dengan angka-angka, tapi, dengan hati. Kau dan pak cik kau udah membuktikan. Cobalah kau tengok itu, murid-murid kau, luar biasa tu... luar biase,” puji Zulkarnaen. Di kelas, Lintang menggantikan tugas yang seharusnya dikerjakan oleh Bu Mus, yakni mengajar. “Soekarno ditahan di penjara di Suka Miskin pada tanggal 29 Desember 1929, karena mendirikan Partai Nasional Indonesia dengan tujuan Indonesia merdeka. Ruangannya sempit di kelilingi tembok-tembok tebal yang suram. Tinggi, gelap dan berjeruji. Lebih buruk dari kelas kita yang sering bocor. Tapi, di situlah beliau menjalani hukuman dan setiap hari belajar, setiap waktu baca buku. Beliau adalah salah satu orang tercerdas yang pernah dimiliki
oleh bangsa ini.
Sebenarnya untuk
mengingat nama tempat dan juga tanggal itu mudah sekali. Kita cukup mencari hal-hal penting di sebuah peristiwa seperti Bu Mus dan Pak Harfan yang sering lakukan,” kata Lintang menjelaskan. “Tanggal 29 Desember 1929. Aah,,, aku ingat itu,” kata Arai. “Penjara suka miskin namanya, kayak sekolah kita, tetapi kita tetap suka, suka miskin,” celoteh Mahar berkelakar yang disambung dengan tawa ria teman-teman sekelasnya. Muslimah tiba-tiba muncul di pintu kelas. “Bu Muus!?, Bu Muuuusss…,” kata Sahara sambil lari menuju Muslimah berdiri.
69
Sebuah kertas warna berisi tentang pengumuman pendaftaran lomba cerdas cermat se-Kecamatan Gantong ditempel di papan pengumunan sekolah-sekolah. Di Kelas Muslimah dan murid-murid mempersiapkan lomba cerdas cermat dengan melatih Lintang, Ikal dan Mahar. “Siapakah yang mengetik naskah Proklamasi Indonesia?” tanya Bu Mus. “Sayuti Melik;” jawab Ikal yang duduk berdampingan dengan Mahar dan Lintang. “Tulang yang terpanjang pada tubuh manusia adalah?” tanya Muslimah. “Tulang paha,” suara Lintang menjawab “Bilangan yang tidak bisa dibagi adalah?” tanya Muslimah. “Bilangan prima,” jawab Ikal. “Sebutkan pencipta lagu ”Indonesia Raya”?” tanya Muslimah. “Wage Rudolf Supratman,” jawab Lintang “Jawablah lagu apa ini? Kucai!..” perintah Muslimah. Kucai kemudian bersiul dengan irama sebuah lagu nasionalis. “Maju Tak Gentar,” jawab Mahar. “Ciptaan?” tanya Muslimah. “Simanjutak,” jawab Mahar “Sebutkan ibu kota Irian Jaya?” tanya Muslimah. “Jayapura,” jawab Lintang. “Siapakah pengarang puisi berjudul “Aku”?” tanya Muslimah. “Khairil Anwar,” jawab Mahar “Hari Pendidikan Nasional pada tanggal?” tanya Muslimah. “22 Mei,” jawab Ikal. “Salah satu wakil Indonesia dalam perjanjian Meja Bundar adalah?” tanya Muslimah. “Mohammad Hatta,” jawab Sahara. “Planet terjauh di tata surya?” tanya Muslimah.
70
“Planet Pluto,” jawab Lintang “Hewan yang memakan tumbuhan dan hewan lain disebut?” tanya Muslimah. “Omnifora,” jawab Ikal “Sumber energi yang tidak mencemari lingkungan adalah?” tanya Muslimah. “Matahari,” jawab Ikal. “Anak-anak, malam ini semua istirahat semua ya? Karena esok kite…?” kata Muslimah “Lomba cerdas cermat,” jawab anak-anak serentak. Keesokan
harinya.
Di
rumah,
ayah
Lintang
sedang
mempersiapkan peralatan untuk melaut. “Sedikit lagi nasi masak. Kau angkat ya!” kata Ayah Lintang kepada Lintang. “Ayah akan melaut lagi hari ini? sendirian!?” tanya Lintang ketika melihat ayahnya mempersiapkan jaring. “Aku tau angin sedang ndak bagus, Yah.” komentar Lintang melihat ayahnya yang akan melaut. “Lah… Istirahatlah kau dulu biar besok ndak telat. Ayah pergi dulu ya.” kata ayah Lintang berpamitan. Lintang melepas kepergian ayahnya menuju pantai. Langit masih gelap karena matahari belum menampakkan sinarnya. Lintang sendirian mengayuh sepedanya untuk mengikuti lomba cerdas cermat. Sementara di rumah, ayah Ikal tidak sabar melihat istrinya yang sedang menggosok pakaian. “Cepatlah sedikit. Telat nanti si Ikal,” kata Ayah Ikal. “Tunggulah dulu. Lette-lette aku ngerendam pakaian ini semalaman,” jawab Ibu Ikal sambil menyetrika pakaian Ikal. Di jalan, Lintang menghentikan kayuhan sepedanya oleh sebab buaya yang menghadang di tengah jalan. Sementara murid-murid lain
71
sudah menunggu di SD Muhammadiyah. Setelah mereka sampai di lokasi lomba di SD PN, mereka pun masih khawatir karena Lintang belum nampak. Sementara peserta dari SD lain sudah siap di kursi perlombaan. “Pak Zul juga sudah menunggu dia. Biar dia cepat datang kemari,” kata Muslimah menenangkan Ikal. Lima belas menit lagi lomba dimulai, namun Lintang belum juga tampak di ruangan lomba. Lintang masih menunggu buaya pergi. Di SD Muhammadiyah, Zulkarnaen juga masih menunggu. “Uuuuh….!!!” kata Lintang gerah dengan ulah buaya yang menghadang di tengah jalan. Sementara di SD PN, acara hampir mulai. Suasana semakin mencemaskan. “Sahara kau siap-siap gantiken Lintang ya!” kata Muslimah kepada Sahara yang duduk disebelahnya. Seorang bernama Bodengga kemudian datang dan mengusir buaya yang melintang di jalan Lintang menuju sekolah. “Itu Lintang!!” teriak Sahara ketika melihat Lintang bersama Zulkarnaen masuk ke ruang lomba. “Buaya ya?” tanya Ikal memastikan penyebab keterlambatan Lintang. “Buaya dan Bodengga,” kata Lintang. Lomba dimulai, soal-soal mulai dibacakan. “Soal pertama, siapakah yang menemukan mesin uap?” tanya pembaca soal. “James Watt,” jawab Lintang tanpa memencet bel. “James Watt,” jawab regu lain sambil memencet bel. “Seratus regu A,” puji pembaca soal tanda benarnya jawaban. “Kalau mau jawab dipencet dulu belnya, Ntang,” kata Ikal memberikan pengertian. “Kemanakah Soekarno dibawa oleh para pemuda?” tanya pembaca soal.
72
“Rengas Denglok,” jawab regu A. “Seratus regu A,” puji pembaca soal. “Sebutkan judul lagu ini dan siapa penciptanya?” tanya pembaca soal. Petugas datang, kemudian memainkan lagu dengan sebuah alat musik. Mahar memencet bel. Akan tetapi ketika fotografer memotretnya, ia kemudian kehabisan kata-kata. “Waktu habis, dan dilemparkan,” kata pembaca soal. Regu B memencet bel. “Maju Tak Gentar, C Simanjutak,” jawab kelompok B. “Seratus untuk regu B,” kata pembaca soal membenarkan. “Siapakah penulis roman Siti Nurbaya?” tanya pembaca soal. “Marah Rusli,” jawab Ikal setelah memencet bel. “Seratus untuk regu C,” kata pembaca soal membenarkan. “Apakah nama planet dengan jumlah satelit terbanyak?” tanya pembaca soal. “Jupiter,” Regu A “Seratus untuk regu A,” kata pembaca soal membenarkan. “Sekarang berhitung” tanya pembaca soal. “Ayo Lintang!!!” kata Sahara menyemangati. “Sebuah segitiga siku-siku. Sisi sikunya 15 senimeter dan 20 senimeter. Berapa sentimeter sisi miring..?” tanya pembaca soal. “25 sentimeter,” jawab Lintang dengan cepat. “Seratus untuk regu C,” kata pembaca soal membenarkan. “Pintar anak itu menjawabnya,” komentar salah satu penonton kepada teman di sampingnya. “Yang di pinggir itu otaknya encer kayak susu, belum tentu saja nafasnya, kalau sudah, habis pasti soal dijawabnya,” komentar Arai melihat tingkah Lintang.
73
“Berapakah 17.000+24.268?” tanya pembaca soal melanjutkan pertanyaan berikutnya. “50.104,” jawab Lintang. “Seratus untuk regu C,” kata pembaca soal membenarkan. “12,5x64 dibagi akar 4+10?” tanya pembaca soal. “110,” jawab Lintang. “Seratus untuk regu C,” kata pembaca soal membenarkan. “Sebutkan salah satu lagu ciptaan Kusmini?” tanya pembaca soal. “Padamu Negeri,” jawab Mahar. “Seratus untuk regu C,” kata pembaca soal membenarkan. Soal demi soal dibacakan dan bebagai jawaban terlontar. Pembaca soal secara bergantian memberikan nilai 100 untuk kelompok A dan C. Sementara, di papan skor menunjukkan regu A dan C memiliki skor sama 1700, sedangkan kelompok B hanya 500. “Soal terakhir kembali berhitung. Adi bersepeda ke sekolah dengan kecepatan 15 km/jam jarak yang ia tempuh 37,5 km. Jika Adi berangkat pukul 07;55 menit, pukul berapakah Adi tiba di sekolahnya?” tanya pembaca soal. Sejenak suasana hening oleh karena peserta sedang menghitung. Tidak lama kemudian Lintang memencet bel dan menjawab, “Pukul 10 lewat 25 menit,”. “Salah. Regu C dikurangi 100. Pertanyaan dilempar,” kata pembaca soal. Tidak ada kelompok yang memencet bel ataupun menjawab. “Waktu habis. Yang benar pukul 10 lewat 5 menit,” kata pembaca soal. Dari kerumuhan penonton. Guru SD PN Timah, Mahmud mengacungkan tangan. Ia menginterupsi juri dan pembaca soal. “Sebentar, tunggu dulu. Hasil hitungan aku sama dengan anak itu.” kata Mahmud menginterupsi.
74
“Maksudmu ape?” tanya salah satu juri. “Ya, menurutku hitungan anak itu benar,” komentar Mahmud. “Kau meragukan kami? Lagi pula dari tadi aku melihat anak itu ndak pernah menghitung,” tanya salah satu juri dan memberi alasan kecurigaannya. “Ini bukan masalah meragukan. Bapak-bapak dan ibu yang terhormat, tapi hitungan anak itu benar. Bagaimana kalau kita hitung lagi bersama!?” kata Pak Mahmud menyarankan. “Tidak perlu. Untuk ape? Dari tadi aku sudah curiga, janganjangan anak itu sudah tahu jawabannya,” kata juri. Zulkarnaen
mengacungkan
tangannya.
“Sebentar-sebentar.
Maksud ibu anak itu curang? Dengan apa? Mencuri soal!?” kata Pak Zul mempertanyakan alasan. “SD Muhammadiyah sangat terhormat. Dan ndak mungkin curang,” kata Mahmud memberi alasan. “Aku
bisa
menjelaskannya,”
kata
Lintang
ingin
mempertanggungjawabkan sikapnya. “Boleh saya bacakan soalnya?” tanya pembaca soal. “Ndak usah, aku masih ingat soalnya,” kata Lintang Lintang
memandang
Muslimah,
kemudian
menuliskan
penjelasan atas jawabannya di papan tulis yang disediakan oleh panitia. “Maaf kami melakukan kesalahan, jawaban anak ini benar. Jadi pemenangnya adalah dari SD Muhammadiyah.” kata juri melihat uraian Lintang dan mengakhiri perlombaan. “Hore!!!” begitu kata murid-murid yang menyaksikan.Mereka menyambutnya dengan sorak tepuk tangan kemenangan. Lintang pulang bersepeda dengan muka riang. Adiknya menyambut di depan rumah. “Bang, ayah belum balik,” kata adik Lintang. Siang berganti malam. Dua piala menghiasi lemari SD Muhammadiyah.
75
Lintang tidak kunjung muncul di sekolah paska kemenangan itu. Berhari-hari murid-murid belajar tanpa Lintang. Suasana sekolah berbeda seolah terasa ada yang hilang. Back sound bercerita, “Setelah hari bersejarah itu Lintang tidak kunjung muncul di sekolah,” Di rumah, Lintang memasak dan merawat adik-adiknya. “Berhari-hari kami menanti sahabatku yang cerdas dan aku kagumi itu. Tapi tak ada kabar berita,” lanjut back sound menjelaskan. Di kelas Muslimah terdiam duduk di kursi guru menyaksikan muridnya kurang satu. Arai belajar bersama Mahar dan teman lainnya. Di bibir pantai, Lintang memandangi laut, seolah menanti kemungkinan ayahnya kembali. Di hari ke lima, Muslimah dan murid-murid berencana untuk pergi menemuinya di Tangjung Kelimpang. Datang seorang laki-laki dengan sepucuk surat. Surat di terima Muslimah. Di depan teman-temannya, surat dibacakan oleh Ikal. “Surat Lintang sangat singkat. Ibunda guru, ayahku telah meninggal. Nanti aku akan ke sekolah untuk mengucapkan salam perpisahan terakhirku kepada ibu dan teman-teman. Salamku, Lintang.” “Kami semua sadar, Lintang tidak punya peluang untuk meneruskan sekolahnya. Seorang laki-laki tertua keluarga pesisir miskin yang tidak memiliki ibu dan kini ditinggal ayahnya, haruslah menanggung nafkah keluarganya. Ditanggung sepenuhnya oleh anak sekecil itu.” suara diselingi gambar Ikal yang sedih dan bersandar di pundak Muslimah. Lintang terdiam menyaksikan teman dan gurunya berkumpul di depan sekolah. “Kami harus melepas seorang jenius didikan alam. Murid pertama Bu Mus. Orang yang ingin sekolah ini tetap ada, orang yang selalu berusaha datang lebih pagi. Sekarang harus lebih dulu
76
meninggalkan sekolah ini.” pungkas back sound menjelaskan gambargambar proses perpisahan. Selepas menyampaikan ucapan perpisahan, Lintang kemudian pulang bersepeda. Murid-murid dan Muslimah menyaksikan kepergian Lintang. Ikal lari mengejarnya. “Lintang!!!” kata Ikal berteriak seolah tidak rela melepas Lintang meninggalkan mereka semua.
Episode 12: Belitong 1999. Bekas bangunan PN Timah terlihat kosong dan lusuh tanpa penghuni. “Belitong sekarang sudah berubah. Di akhir tahun 1980-an harga timah jatuh di pasaran. Dalam sekejap PN Timah runtuh. Tembok-tembok yang dulu mengkotak-kotakkan kesempatan dan harapan itu, kini sudah runtuh.” suara back sound mengiringi bus yang sedang berlari kencang di alam Belitong Seperti dari perantauan, Ikal yang sudah dewasa sedang berada di dalam bus melihat pemandangan alam di sekelilingnya. Ia seolah membayangkan masa kecil yang pernah disimpan di memorinya. “Namun masa kecilku itu telah menyihir kepercayaan diriku sampai saat ini. Membuatku berani bermimpi, berani memiliki cita-cita. Sekian lama aku meninggalkan Belitong untuk mengejar mimpi itu. Hari ini aku kembali.” “Ikal,” kata Lintang keluar dari rumahnya menemui seseorang yang sedang berdiri di depan rumahnya. Keduanya saling berhadapan seolah tidak kenal dan heran. Lama, keduanya tidak bertemu. “Apakabar kau Lintang?” kata Ikal mengawali percakapan sambil menepuk pundak Lintang. Percakapan berlanjut di padang rumput di sebelah sebuah gedung sekolah.
77
“Masih kau simpan kotak dari A Ling?” tanya Lintang. “Iya masih,..heheh,” jawab Ikal. “Ada sesuatu yang ingin aku perlihatkan kepada kau, Kal,” kata Lintang. “Apa kang?” tanya Ikal. “Itu anakku,” kata Lintang dari luar kaca jendela sambil menunjukkan seorang anak yang sedang menjelaskan sesuatu di dalam kelas. “Lintang, semangatnya tidak pernah luntur. Semangat yang telah ia tularkan kepadaku. Kini juga pada anaknya.” Suara back sound. “Kau balik untuk menghadiri peluncuran novel Mahar..heh. Pulau hantu itu menjadi seniman jiwa. Aku pikir kau perlu bantu lah dia, jadi dukun..heheh” kata Lintang. “Tujuan aku pulang, sebenarnya ingin berterima kasih kepada kalian semua. Terutama kepada kau,” kata Ikal. “Aku akan berangkat ke Sorbon. Prancis Kang. Aku dapat beasiswa,” lanjut Ikal memberi kejutan. “Sorbon, Paris, Prancis,” kata Lintang seolah bangga dan heran. Ikal berangkat ke Prancis dengan pesawat terbang. Anak Lintang menerima kiriman kertas bergambar menara Eifel. Kemudian menyerahkan kepada ayahnya, Lintang yang berada di dalam rumah. “Kejar pelangimu sampai ke ujung dunia nak, macam Pak Cik Ikal. Jangan pernah menyerah!” kata Lintang kepada anaknya sambil menunjukkan isi surat itu. “Sesunguhnya
iman
itu
ada
enam
perkara,
pertama,
mengimankan pada Allah yang kuasa, kedua malaikat, ketiga kitab-kitab, ke empat para rasul, ke lima hari kiamat, ke enam mengimankan takdir baik dan buruk, itu semua dari Allah,” suara yang berlanjut dengan kertas bergambar menara Eifel dan papan dinding SD Muhammadiyah yang di
78
dalamnya sedang terdapat Muslimah mengajarkan materi rukun iman dengan bernyanyi.
BAB IV NILAI EDUKATIF DALAM FILM LASKAR PELANGI PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
A. Apresiasi atas film Laskar Pelangi perspektif Pendidikan Islam Film Laskar Pelangi merupakan film yang berbeda dari tren filmfilm yang selama ini beredar di masyarakat. Film ini tidak menampilkan unsur seksualitas, kriminal, glamor dan juga irasionalitas (misteri) yang dijual sebagai daya tarik kebanyakan film saat ini. Film ini tidak sekadar menjual hiburan, tetapi juga unsur edukatif. Daya tarik dan kekuatan dari film Laskar Pelangi adalah pada cerita dan permasalahan yang diangkat. Masyarakat sudah tertarik oleh cerita dalam novel yang terlebih dahulu disambut oleh khalayak umum. Laskar Pelangi hadir menawarkan pesan nilai yang mendorong penontonnya untuk menjalani hidup dengan semangat menuju arah yang lebih baik. Melalui film, nilai-nilai kebaikan yang dikemas menghibur, diharapkan dapat
menginspirasi
penontonnya. Penonton dituntun melalui tontonan yang mendidik individu menjadi mulia. Oleh karenanya, layak ketika Laskar Pelangi mendapatkan apresiasi dari jutaan masyarakat yang menonton, sehingga kemudian meraih penghargaan, baik pada tingkat nasional, regional dan internasional. Film Laskar Pelangi dapat dikatakan film berjenis edutainment karena pesan dan unsur yang ditonjolkan dalam film adalah isi cerita edukatif yang dikemas dengan menarik. Film juga tergolong film religi karena seting dan nilai-nilai yang disajikan bersumber dari ajaran Islam. Film ini juga termasuk film dokumenter karena disusun berdasarkan fakta-fakta sejarah pendidikan di Gantong Belitong pada tahun 1970-an. Film Laskar Pelangi dilihat dari perspektif pendidikan, secara tersirat, dari isi cerita memiliki misi pendidikan. Hal itu tidak hanya dikarenakan seting film mengambil suasana lembaga pendidikan (sekolah),
79
80
tetapi juga oleh sebab materi pesan yang disajikan mengajarkan nilai-nilai kebaikan (akhlakul karimah). Di antara manfaat dari film Laskar Pelangi bagi dunia pendidikan dapat dilihat dari alasan-alasan sebagai berikut: Cerita dalam film merupakan salah satu media pendidikan yang efektif. Dalam Pendidikan Islam, dampak edukatif cerita (kisah) sulit digantikan oleh bentuk-bentuk bahasa lainnya. Kisah memiliki dampak psikologis dan edukatif yang baik dan cenderung mendalam sampai kapan pun. Pendidikan melalui kisah dapat menggiring peserta didik pada kehangatan perasaan, kehidupan, dan kedinamisan jiwa yang mendorong manusia untuk mengubah perilaku dan memperbaharui tekad agar selaras dengan tuntutan, penghargaan dan pelajaran yang dapat diambil dari kisah tersebut.112 Cerita dan visualisasi mengenai kegigihan, perjuangan, keikhlasan, kasih sayang dan tangung jawab yang disajikan dari film Laskar Pelangi sangat menarik. Menariknya isi cerita dalam film bagi masyarakat juga dapat diukur melalui penjualan novel sehingga menjadi novel best seller. Watak dan karakter tokoh yang digambarkan oleh tokoh-tokoh dalam cerita juga akan lebih nyata karena disajikan melalui gambar yang bergerak (audio visual) atau film. Pelibatan indera pendengar dan penglihatan diharapkan dapat menumbuhkan empati, sehingga pesan edukatif dalam film dengan mudah diterima oleh masyarakat dan berdampak baik pada sikap hidupnya. Akhirnya watak dan karakter tokoh dalam film dapat menjadi sosok inspirasi dan teladan bagi penontonnya. Laskar Pelangi menawarkan warna kehidupan yang warna-warni dengan menampilkan ketegangan, humor, dan permaian-permainan yang sering dijumpai dalam kehidupan anak. Unsur humor dan cara berfikir anak dalam cerita juga menjadikan film ini menarik dan menghibur, tanpa mengurangi pesan eduaktif dalam film. Dilihat dari tema dan seting yang ditampilkan, anak menjadi segmen penontonnya. Dari seluruh isi film, dunia anak mendapat porsi yang sangat dominan. Problem-problem dunia anak dan pendidikan yang tersaji kemudian 112
Abdurrahman An-Nahlawi, Op.Cit., hlm. 239.
81
diberikan alternatif solusi yang sesuai dengan cara berpikir atau perspektif anak. Anak-anak dihadapkan pada situasi permasalahan hidup yang tidak kecil dan diselesaikan dengan cara pandang anak-anak. Film menawarkan gambaran cara mendidik dan memahami karakter anak. Meskipun begitu, film juga diharapkan untuk ditonton oleh masyarakat secara umum, karena persoalan pendidikan dan kesenjangan ekonomi menjadi masalah bersama. Misi pendidikan dari film tersebut sangat nyata dilihat dari gambar yang menampilkan bagaimana proses belajar mengajar berjalan dan bagimana hubungan antara guru, murid, dan masyarakat. Perspektif pendidikan, film Laskar Pelangi memiliki dampak positif bagi masyarakat umum karena pesannya yang memengaruhi untuk hidup dengan akhlak terpuji. Film tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga pendidikan anak dan orang tua. Bagi anak, tokoh dalam film dapat dijadikan teladan. Sementara bagi orang tua, film dapat menjadi referensi cara memotivasi dan mendidik anak.
B. Nilai-nilai Edukatif Dalam Film Laskar Pelangi Perspektif Pendidikan Islam Nilai-nilai edukatif dalam film Laskar Pelangi merupakan nilai-nilai sebagai derivasi dari misi baik yang tersurat atau tersirat dari ide cerita dalam film. Ia menyampaikan pesan yang dapat disimpulkan dari visualisasi gambar dengan komunikasi yang ditampilkan. Film ini juga tidak sekadar menghibur, tetapi juga memiliki unsur mendidik. Nilai-nilai yang terkait dengan persoalan hidup manusia diurai dan ditawarkan alternatif solusi oleh pengaran dan sutradara. Film lahir oleh situasi pendidikan pengarang (Andrea Hirata) dan sutradara (Riri Riza). Melalui film, audien diharapkan dapat mengambil teladan dari gambaran watak, tingkah laku dan karakter tokoh yang telah disajikan lewat cerita dalam film. Melalui metode analisis proyeksi dan kategorisasi, maka nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam film Laskar Pelangi ditinjau dari perspektif Pendidikan Islam, di antaranya adalah sebagai berikut:
82
1. Kerjasama Nilai-nilai kerjasama dalam film Lakar Pelangi terdapat pada beberapa episode sebagai berikut: Episode 4, di mana kelas dipenuhi oleh air hujan dan beberapa kambing. Akibatnya, kegiatan belajar mengajar tidak dapat dilaksanakan. Supaya pendidikan tetap berjalan, Harfan mengusulkan agar Muslimah melaksanakan pembelajaran di luar kelas. Murid-murid bersama Muslimah membersihkan ruang kelas. Harfan datang mendekatinya kemudian menyarankan, “Mus, kau ajak anak-anak itu belajar di luar kelas saja, ya?” “Biar kita bersihkan bersama-sama.” pinta Muslimah. “Pergilah... nanti Bakri bisa bantu aku…. pergilah, ya?” kata Harfan membujuk Muslimah agar mengikuti permintaannya. Muslimah bersama murid-murid belajar di luar sekolah. Bersama Bakri, Harfan kemudian memperbaiki atap yang bocor dan dinding yang rusak. Episode 5, SD yang miskin fasilitas dan dana mendapat dukungan dari Zulkarnaen. Ia belum dapat mendedikasikan tenaganya untuk mengajar
dan
mengelola
sekolah.
Ia
membantu
sesuai
dengan
kelebihannya, yaitu menyumbangkan materi sebagai modal sekolah beroperasi. “Baiklah, kalau begitu aku akan coba terus membantu... semampuku,” kata Zulkarnaen kepada Harfan. “Si Widi besok akan datang membawa beras. Insyaallah bisa cukup untuk dua bulan,” tambahnya sambil berpamitan. Episode 8, di bawah pohon depan sekolah, Harfan bercerita kepada murid-murid. “313 tentara Islam itu mengalahkan ribuan tetara Quraisy bersenjata lengkap. Anak-anakku, kekuatan itu dibentuk oleh iman, bukan jumlah tentara. Jadi ingatlah anak-anakku teguhkan pendirianmu, kalian harus punya ketekunan, harus punya keinginan yang kuat untuk mencapai cita-cita. Kalian harus punya keberanian dan pantang menyerah menghadapai tantangan macam apapun. Dan ingat, hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya.” kata Harfan menceritakan
83
kisah Perang Badar kepada murid-murid dan menunjukkan pelajaran darinya.113 Episode 11, Muslimah dan murid-murid mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba cerdas cermat antar sekolah. Meskipun wakil yang ditunjuk adalah Ikal, Mahar dan Lintang, semua murid ikut berlatih. Muslimah melontarkan berbagai soal. “Salah satu wakil Indonesia dalam perjanjian Meja Bundar adalah?” tanya Bu Mus kepada Lintang, Ikal dan Mahar. Ketiganya lama berfikir dan tidak kunjung memberikan jawaban. “Mohammad Hatta,” jawab Sahara membantu.114 Islam menganjurkan umatnya untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan kebaikan. Kerjasama merupakan fitrah manusia sebagai makhluk sosial, di mana satu sama lain akan saling membutuhkan. Peran orang lain sangat penting, seremeh apapun peran dan kemampuannya.115 Proses kerjasama akan menanamkan kesadaran kepada individu atas peran unik dari tiap individu lain. Kerjasama memerlukan tanggung jawab setiap orang. Tujuan dari kerjasama tidak bermuara pada keberhasilan individu akan tetapi tujuan bersama. Kerjasama diperintahkan oleh Islam, sebagaimana firman Allah: . Èβ≡uρô‰ãèø9$#uρ ÉΟøOM}$# ’n?tã (#θçΡuρ$yès? Ÿωuρ ( 3“uθø)−G9$#uρ ÎhÉ9ø9$# ’n?tã (#θçΡuρ$yès?uρ "Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan kamu tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan." (al-Maidah: 2).116 Kata birr dalam kalimat berarti segala kebaikan yang kemudian dipahami sebagai kerelaan orang banyak. Dan kata takwa dipahami sebagai ridha Allah. Sehingga kebaikan yang dimaksud dalam ayat tersebut dapat disimpulkan kerelaan banyak manusia lainnya akan secara tidak langsung juga akan membuat Allah ridha.117 113
Riri Riza dan Mira Lesmana, Op.Cit., pada CD 1. Ibid., CD 2. 115 J Suyuti Pulungan, Op.Cit., hlm. 195. 116 Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 157. 117 Abdul Halim Hasan, Tafsir Al-Ahkam, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 334. 114
84
Dalam beberapa episode di atas, pada episode 8, misi agama dan kemaslahatan menjadi tujuan proses kerjasama yang dilakukan. Kerjasama sebagai wujud dedikasi atas misi ketuhanan. Sementara pada Episode 11, kerjasama antara guru dan murid dimaknai secara umum, yakni untuk bekal menuju masa depan dan cita-cita agar memperoleh yang terbaik, terutama nama baik sekolah. Tujuan kerja sama adalah manfaat timbal balik di dalam interaksiinteraksi manusia yang berjalan berdasarkan prinsip rasa saling hormat. Kerjasama mengajarkan sikap untuk saling memahami dan menerima satu sama lain dengan saling mendukung dan menguatkan.
2. Kemerdekaan Nilai-nilai kemerdekaan dalam film Lakar Pelangi terdapat pada beberapa episode sebagai berikut: Episode 2, ketika hari pendaftaran siswa baru di sekolah. Harun yang memiliki kelainan psikologis diterima oleh sekolah tersebut. Seorang ibu sedang mengiringkan anaknya, Harunmenuju sekolah. “Harun, Haruun.....” teriak Bu Mus sambil tersenyum gembira menyabut kedatangan Harun. “Seorang anak yang sangat istimewa telah menyelamatkan kami dan menghadiahkan senyum bahagia bagi di wajah Bu Mus. Dan senyum-senyum itu akan berganti-ganti dengan banyak hal. Menemani tahun-tahun kami ke depan. Tahun-tahun yang tidak akan pernah bisa terlupakan.” back sound film. Episode 7, di ruang guru, Harfan bercakap-cakap dengan Muslimah ”Mus, mestinya kau jangan merasa terbebani hanya karena ayah kau ada dalam foto itu bersamaku. Sudah dua bulan ya gaji kau dan Bakri tertunda. Mus, kau tu masih muda, cantik pula. Kenapa tu kau tolak lamaran anak Haji Mahdun. Lah jadi istri saudagar kau di Jawa.” kata Harfan mengawali percakapan dengan Muslimah di ruang guru. Muslimah merespon pernyataan itu dengan berkata, “Mimpi aku ini bukan jadi istri saudagar. Mimpi aku jadi guru. Dan bapak adalah orang yang langsung percaya bahwa aku bisa jadi guru.
85
Sudah lima tahun ini kita menghadapi macam-macam masalah pak. Tapi kita tetap bertahan kan pak. Soal uang, aku dapat dari menjahit, pak.” “Alhamdulillah,” respon Harfan. Episode 7, Muslimah mendengarkan komentar dari murid-murid mengenai keputusan bahwa murid-murid harus melaksanakan ulangan di SD PN Timah. “Ndak begitu bu, biasanya kita kan ulangan di sini,” protes Ikal. “Pake sandal ketubruk gini bu, apalah kata-kata anak-anak SD PN,” kata Kucai memprotes keputusan itu sambil mengangkat seolah menunjukkan sendal lusuhnya. Akhirnya, murid-murid pun mengikuti perintah dari gurunya untuk mengikuti ulangan di sekolah lain. Episode 8, Harfan dan Muslimah juga memberikan kebebasan memilih kepada Bakri yang mendapat tawaran mengajar di sekolah SDN 1 Bangka Belitung. “Aku dapat tawaran mengajar dari SD 1 Bangka,” ungkap Bakri kepada Harfan dan Bu Mus di ruang Guru. “Bakri… ndak mungkinlah, Mus mengajar semua mata pelajaran itu sendirian. Sebentar lagi anak-anak itu kelas enam. Setidaknya apa kau tidak ingin tinggal dan mendampingi mereka hingga lulus. Tunggulah sebentar lagi,” pinta Harfan kepada Bakri. “Yaah... Tapi tawarn dari SD bangka juga tidak bisa menunggu pak,” kata Bakri menegaskan sikapnya. Episode 9, Harfan meminta persetujuan murid-muridnya mengenai rencana keikutsertaan sekolah dalam lomba karnaval. Di kelas Muslimah bersama Harfan berkata kepada muridmurid, “Anak-anak, bapak dan ibu lah memutuskan tahun ini kita akan ikut karnaval. Karena ibu melihat, kawan kita Mahar selalu dapat nilai tinggi dalam mata pelajaran kesenian dia menjadi ketua kelompok yang tugasnya adalah menentukan kesenian apa yang akan kita tampilkan dalam karnaval. Apa kau setuju mahar?” Mahar menyatakan siap. “Yang lain setuju?” tanya Bu Mus. Murid-murid menjawab secara serentak, “Setuju, setuju.”.118
118
Riri Riza dan Mira Lesmana, Op.Cit., CD 1.
86
Islam memerintahkan umatnya untuk menjamin hak-hak dasar setiap individu. Islam merumuskan hak-hak dasar yang harus dijamin dalam hukum Islam, yakni dikenal dengan istilah ushul al-khams atau aldruriyyat al-khams (lima prinsip pokok yang menjadi kebutuhan primer), yaitu menjaga jiwa, agama, akal, harta dan keturunan. Prinsip kebebasan (al-huriyyah) dapat diartikan sebagai suatu jaminan bagi setiap orang untuk menyampaikan pendapatnya dengan cara yang baik, bertanggung jawab dan perilaku yang mulia (al-akhlaq alkarimah).119 Pada dasarnya, kemerdekaan adalah suatu jaminan bagi rakyat (umat) agar dapat melaksanakan hak-hak mereka. Kebebasan yang dibutuhkan manusia adalah kebebasan beragama, kebebasan dari perbudakan, kebebasan dari kekurangan, kebebasan dari rasa takut, kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan bergerak, kebebasan dari penganiayaan dan lain-lain.120 Sebagai hak dasar, kebebasan membuat setiap orang atau golongan merasa terangkat eksistensinya dan dihargai harkat kemanusiaannya di tengah-tengah kemajemukan umat. Al-qur'an menekankan pentingnya prinsip kebebasan berpendapat ditegakkan. Di dalam surat al-Ashr, Allah menjelaskan di mana manusia akan merugi, kecuali mereka yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta
nasihat-menasihati
supaya
mentaati
kebenaran.
Untuk
merealisasikannya dituntut adanya kebebasan berpendapat. Kebebasan di sini, diartikan sebagai sarana untuk mencari kebenaran agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal tercela. Hal ini sejalan dengan penciptaan manusia oleh Allah dengan suatu fitrah (nature), yakni bebas untuk memilih, bebas untuk menyatakan pendapat dan melakukan sesuatu berdasarkan pilihan dan pendapatnya sepanjang tidak bertentangan dengan jiwa syariat.121
119
Zudi Setiawan, Op.Cit., hlm. 110. J Suyuti Pulungan, Op.Cit., hlm. 156. 121 Ibid., hlm. 164. 120
87
Wujud nilai kemerdekaan dalam beberapa episode di atas beragam. Kemerdekaan dalam arti jaminan untuk mendapatkan hak pendidikan terdapat pada episode episode 2. Di mana Harun sebagai anak yang cacatsecara psikologis tetap diberi tempat sama dengan anak-anak lain di sekolah. Kemerdekaan dalam arti jaminan untuk berpendapat terdapat pada episode 7, ketika Muslimah mendengarkan komentar dari murid-murid atas keputusan yang terkait dengannya, yakni ulangan. Selain itu kemerdekaan berpendapat terdapat pada sikap Harfan yang memberi kekebasan Muslimah untuk menyatakan pendapat dan memilih jalan hidup sebagai guru. Pada episode 9, ketika Harfan meminta persetujuan dari murid-murid mengenai keikutsertaan dalam lomba karnaval. Kemudian juga pada episode 8, ketika Bakri mengeluarkan alasan untuk berhenti mengajar di SD Muhammadiyah. Kemerdekaan dalam pengertian kebebasan memilih, terdapat pada episode 7, yakni Muslimah memilih jalan hidupnya sebagai guru dan pada episode 8, Bakri memilih pindah mengejar di SDN 1 Bangka.
3. Kebahagiaan Nilai-nilai kebahagiaan dalam film Lakar Pelangi terdapat pada beberapa episode sebagai berikut: Episode 3, di mana Harfan menawarkan cerita kepada murid-murid yang sedang ditegur oleh Muslimah karena tidak ada di kelas pada jam pelajaran. Dari jarak tidak jauh, Harfan datang. “Hai anak-anak, siapa yang mau mendengarkan cerita Nabi Nuh yang membuat perahu kayu terbesar yang pernah dibuat oleh manusia.” katanya dengan nada agak lantang.122 Murid-murid yang sedang bermain di tanah lapang mendadak berhamburan lari menuju kelas untuk mendengarkan cerita Harfan.
122
Riri Riza dan Mira Lesmana, Op.Cit., CD 1.
88
Dalam Islam, menurut Ibnu Khaldun, bahagia adalah tunduk dan patuh
mengikuti
garis-garis
yang
ditentukan
Allah
dan
perikemanusiaan.123 Bagi orang yang berpegang teguh dengan agama, kebahagiaan adalah pada meninggalkan sesuatu yang terlarang, mengikuti yang disuruh, menjauhi yang jahat, dan mendekati yang baik. Bahagia adalah pada mengerjakan agama. Sedangkan menurut Imam al-Ghazali, kebahagiaan adalah kemenangan memerangi hawa nafsu dan menahan kehendaknya yang berlebih-lebihan. Itulah yang bernama peperangan besar dan nilainya lebih dari segala kemenangan. Kebahagiaan merupakan segala yang mengarah pada kebaikan untuk bersama.124 Nilai kebahagiaan yang diajarkan dalam episode 3 di atas terkandung pada sikap Harfan. Harfan sebagai kepala sekolah menjalankan tugasnya agar proses belajar mengajar tetap berjalan. Ia memberikan contoh cara megajar agar sesuai dengan perkembangan peserta didik, yakni melalui cerita dan materi agama. Murid-murid yang berhamburan dengan senang mengikuti pelajaran. Harfan melakukan pendekatan lebih halus dari pada Muslimah yang tersulut oleh kemarahan.
4. Kejujuran Nilai-nilai kejujuran dalam film Lakar Pelangi terdapat pada beberapa episode sebagai berikut: Episode 2, pada hari penerimaan siswa baru, Harfan selaku kepala sekolah dengan jujur mengatakan kepada wali murid bahwa sekolah akan ditutup karena syarat untuk mendapatkan sepuluh siswa baru tidak terpenuhi. Harfan mengatakan itu dalam sambutannya. "Syukur alhamdulillah kita ucapkan kepada Allah SWT, karena kehadiran bapak-bapak dan ibu-ibu di sini adalah untuk menyelamatkan pendidikan di SD Islam tertua di tanah Belitong ini, sekolah dengan dasar budi pekerti demi tegaknya akhlakul 123
Hamka, Op.Cit., hlm. 12. Ibid., hlm. 16.
124
89
karimah, akhlak yang baik. Namun demikian, kalau kita tidak bisa memperoleh sepuluh orang murid baru, maka kita tidak bisa membuka kelas baru. Sebaiknya semua ini kita terima dengan hati yang ikhlas.”125 Episode 11, ketika lomba cerdas cermat berlangsung, juri tidak menerima jawaban dari Lintang atas pertanyaan yang dilontarkan karena tidak menjalankan aturan main. “Soal pertama, siapakah yang menemukan mesin uap?” tanya pembaca soal. “James Watt,” jawab Lintang tanpa memencet bel. “James Watt,” jawab regu A sambil memencet bel. “Seratus regu A,” puji pembaca soal tanda benarnya jawaban. “Kalau mau jawab dipencet dulu belnya, Ntang,” kata Ikal memberikan pengertian. Episode 11, pada lomba cerdas cermat, juri menerima kebenaran jawaban Lintang. Pada akhir pertanyaan, kelompok Lintang dikurangi 100 karena jawaban Lintang dinilai salah. Salah satu guru SD PN Timah, Mahmud, menginterupsi karena menurutnya jawaban Lintang adalah benar. “Sebentar, tunggu dulu. Hasil hitungan aku sama dengan anak itu. Menurutku hitungan anak itu benar,” kata Pak Mahmud menginterupsi. “Kau meragukan kami? Lagi pula dari tadi aku melihat anak itu ndak pernah menghitung,” tanya Salah satu Juri dan memberi alasan kecurigaannya. “Ini bukan masalah meragukan. Bapak-bapak dan ibu yang terhormat tapi hitungan anak itu benar. Bagaimana kalau kita hitung lagi bersama!?” kata Pak Mahmud menyarankan. “Aku bisa menjelaskannya,” kata Lintang ingin mempertanggungjawabkan sikapnya. Lintang menjelaskan jawabannya dengan cara menguraikanya di papan tulis yang disediakan oleh panitia. “Maaf kami melakukan kesalahan, jawaban anak ini benar. Jadi pemenangnya adalah dari SD Muhammadiyah.” kata juri melihat uraian Lintang dan mengakhiri perlombaan.126 Islam
memerintahkan
pemeluknya
Sebagaimana firman Allah: 125
Riri Riza dan Mira Lesmana, Op.Cit., CD 1. Ibid., CD 2.
126
agar
bersikap
jujur.
90
. š⎥⎫Ï%ω≈¢Á9$# yìtΒ (#θçΡθä.uρ ©!$# (#θà)®?$# (#θãΖtΒ#u™ š⎥⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ "Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar." (at-Taubah: 119).127 Dalam ayat di atas, Allah juga berpesan agar seorang hamba memihak dan bergaul kepada orang-orang yang bersikap jujur dan benar. Kebenaran dapat diartikan sebagai sesuatu yang sesuai dengan fakta dan juga keyakinan yang berdasar pada ajaran agama dan akal. Allah juga berharap hamba untuk meneladani orang sekitarnya yang berpegang pada kebenaran.128 Kejujuran dapat diartikan sebagai kesungguhan dan keterbukaan. Keterbukaan adalah sikap yang lahir dari kejujuran demi menghindarkan saling curiga. Kejujuran merupakan anjuran bagi umat Islam. Kebaikan terlaksana ketika dalam masyarakat kejujuran terbina. Kejujuran (As-Shidq) dipahami sikap membela yang benar, tidak berdusta, kecuali yang diizinkan oleh agama karena mengandung maslahat lebih besar. Kejujuran adalah menyatunya antara kata dengan perbuatan, ucapan dengan pikiran. Jujur juga berarti tidak plin-plan dan tidak dengan sengaja memutarbalikkan fakta atau memberikan informasi menyesatkan. Tentu saja, jujur pada diri sendiri. Jadi nilai kejujuran yang terkandung dalam episode 2, pada sikap Harfan. Meskipun pahit, kepada wali murid, Harfan dengan terbuka menyampaikan nasib sekolah yang terancam ditutup. Pada episode 11, sikap jujur juri jelas terlihat ketika ia mengabaikan jawaban Lintang karena tidak sesuai aturan yang disepakati bersama. Meskipun jawaban Lintang benar, akan tetapi karena peraturan untuk menjawab soal harus memencet bel, maka jawabannya dinyatakan gugur. Akhirnya, juri memutuskan bahwa jawaban dari regu A diberi nilai seratus setelah menjawab dengan terlebih dahulu memencet bel, meskipun
127
Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 301. M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 745.
128
91
mereka menjawab setelah Lintang dan jawabannya sama dengan jawaban dari Lintang. Selain itu pada episode 11 juga, juri menerima kebenaran jawaban Lintang karena sesuai dengan logika dan terbukti. Sikap itu kemudian diikuti penerimaan secara terbuka dengan menyatakan telah berbuat keliru . 5. Kerendahhatian Nilai-nilai kerendahhatian dalam film Lakar Pelangi terdapat pada beberapa episode sebagai berikut: Episode 4, Harfan sebagai kepala sekolah membersihkan dan memperbaiki gedung sekolah yang berantakan akibat air hujan. Ia tidak segan meminta Muslimah dan anak-anak untuk belajar di luar kelas. Anak-anak Laskar Pelangi bersama Muslimah membersihkan ruangan kelas yang dipenuhi oleh air hujan dan mengusir tiga kambing dari dalamnya. Harfan datang mendekati Muslimah kemudian menyarankan, “Mus, kau ajak anak-anak itu belajar di luar kelas saja, ya?” “Biar kita bersihkan bersama-sama.” pinta Muslimah. “Pergilah... nanti Bakri bisa bantu aku…. pergilah, ya?” kata Harfan membujuk Muslimah agar mengikuti permintaannya. Akhirnya, Muslimah membawa murid-murid belajar keluar kelas. Sementara, Harfan membersihkan ruang kelas, dan menuntup lobang dindingnya.129 Islam mengajarkan pemeluknya untuk bersikap rendahhati kepada siapapun. Sebagaimana terdapat dalam firman Allah: .t⎦⎫ÏΖÏΒ÷σßϑù=Ï9 y7yn$uΖy_ ôÙÏ÷z$#uρ öΝÍκön=tã ÷βt“øtrB Ÿωuρ… "…dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendahdirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman." (al-Hijr: 88).130 Rendah hati (tawadhu’) adalah sifat merendahkan diri, baik di hadapan Allah SWT maupun terhadap setiap makhluk. Tawadhu’ lawan kata dari takabur (sombong). Orang yang bertawadhu’ berarti orang yang
129
Riri Riza dan Mira Lesmana, Op.Cit., CD 1. Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 399.
130
92
selalu rela terhadap kedudukan yang lebih rendah, mau menerima kebenaran, serta rendah hati terhadap siapapun.131 Dengan demikian nilai rendah hati pada episode 4 itu terkandung dalam sikap Harfan. Harfan yang sebagai kepala sekolah tetap pada keinginannya untuk membersihkan kelas. Padahal, seharusnya tugas membersihkan dan memperbaiki adalah tugas orang yang berjabatan di bawahnya. Meskipun, sebenarnya Muslimah yang menginginkan bersama membersihkan sekolah, Sikap Harfan tersebut mengandung nilai rendah hati sebagai sarana penyucian jiwa dengan cara menjauhkan jiwa dari keangkuhan dan ujub oleh sebab jabatan.
6. Kasih sayang Nilai-nilai kasih sayang dalam film Lakar Pelangi terdapat pada beberapa episode sebagai berikut: Episode 1, ibu Ikal menenangkan anaknya, ketika Ikal diganggu kakak-kakaknya. Ikal diejek karena sepatu yang akan dikenakannya lebih cocok dikenakan oleh anak perempuan. “Heh heh heh.. kau ini, kakaknya bisanya ngacau saja. Kal pakailah itu dulu, nanti kalau ada rezeki, umak beli lagi yang lebih bagus,” kata Ibu Ikal memperingatkan kakak-kakal Ikal dan membelanya. Episode 1, untuk dapat mendaftarkan Ikal di SD Muhammadiyah, ayah Ikal meminta ijin kepada tempatnya bekerja. “Jadi kau minta ijin untuk ngantar ikal?” kata Ibu Ikal sembari memasak. “Jadi, aku ijin setengah hari,” jawab Ayah Ikal sambil berdandan di depan cermin. Episode 1, ibu Ikal menitipkan salam melalui suaminya kepada Harfan. “Aku pergi dulu.” kata Ayah Ikal menuju sepeda.
131
Sa'id Hawwa, Op.Cit., hlm. 167.
93
“Sampaikan salamku buat Pak Harfan,” kata Ibu Ikal meresponnya. Episode 7, Muslimah mengajarkan kepada murid-murid mengenai peta Belitung. Saat itu, Muslimah mengajar peta Belitong. “Lenggang, di mana Harun, Lenggang, Harun,” tanya Muslimah. Harun menuju papan tulis tempat peta ditempelkan kemudian ia menunjukkan posisi Lenggang di dalam peta tersebut. “Iya betul, pandai kau Harun,” puji Muslimah atas jawaban Harun. Episode 10, Muslimah bertamu ke rumah pamannya, Harfan yang sedang sakit. Perbincangan mengenai obat untuk kesembuhan antara Muslimah dan bu Haran seolah menjadi wujud kepedulian mereka kepada Harfan. “Dia cuma perlu istirahat Mus,” kata Bu Harfan kepada Muslimah. Episode 10, ayah Lintang melarang anaknya ikut melaut. Ketika melihat ayahnya yang mengemasi barang-barang untuk pergi melaut, Lintang mengutarakan maksudnya untuk ikut membantu mencari ikan di laut. “Mau ape kau!? esok kau sekolah,” kata ayah Lintang dengan tegas seolah melarang kemauan Lintang. 132 Episode 11, ayah Lintang yang pergi melaut sejak pagi. Sampai Lintang pulang dari mengikuti lomba, ayahnya belum juga pulang. “Setelah hari bersejarah itu Lintang tidak kunjung muncul di sekolah,” kata back sound bercerita diiringi gambar penantian Lintang. Di rumah, Lintang memasak dan merawat adik-adiknya. “Berhari-hari kami menanti sahabatku yang cerdas dan aku kagumi itu. Tapi tak ada kabar berita,” lanjut back sound menjelaskan. Episode 11, ayah Lintang telah tiada. Lintang akan mengucapkan salam perpisahan kepada teman-teman dan gurunya di sekolah.
132
Riri Riza dan Mira Lesmana, Op.Cit., CD 1.
94
Suasana haru ketika murid-murid dan Muslimah melepas kepergian Lintang. “Lintang!!!” kata Ikal berteriak sambil mengejar Lintang yang pergi mengayuh sepedanya. Ia seolah tidak rela melepas Lintang meninggalkan mereka semua. Episode 12, Ikal dari perantauan pulang ke kampung halaman untuk menemui Lintang. “Tujuan aku pulang, sebenarnya ingin berterima kasih kepada kalian semua. Terutama kepada kau,” kata Ikal kepada Lintang.133 Islam mengajarkan pemeluknya untuk menebarkan kasih sayang. Islam menuntut kasih sayang tidak hanya yang berdimensi pribadi. Kasih sayang tidak hanya wajib bagi warga se-agama, tetapi wajib pula bagi pemeluk agama lain. Kasih sayang juga merupakan tali pengikat yang menghubungkan seluruh manusia, yang menjadi norma Islam maupun agama-agama lain. Hal ini sesuai denga misi agama Islam.134 Allah berfirman : . š⎥⎫Ïϑn=≈yèù=Ïj9 ZπtΗôqy‘ ωÎ) š≈oΨù=y™ö‘r& !$tΒuρ “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” ( QS. al-Anbiya’; 107).135 Dalam al-Qur’an, hanya Muhammad SAW yang disifati Allah dengan sifat kasih sayang (ar-rahim). Perilaku nabi merupakan menifestasi dari kasih sayang Allah kepada hambanya.136 Islam menegaskan cinta dan kasih sayang sebagai prinsip dasar seluruh hubungan kemanusiaan. Islam memandangnya sebagai tali penghubung segenap manusia di bumi ini, baik karena ikatan keluarga, atau karena perjumpaan dalam masyarakat kecil atau besar, atau bahkan dalam masyarakat manusia secara universal. Faktor-faktor inilah yang membuat nabi Muhammad SAW memandang ucapan salam dan menjamu tamu sebagai syiar Islam. Islam menganjurkan bagi muslim untuk 133
Ibid., CD 2. Muh Abu Zahrah, Op.Cit., hlm. 51. 135 Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 508. 136 M. Quraish Shihab, Op.Cit., hlm. 519. 134
95
mengucapkan salam kepada orang yang telah dikenal atau belum dikenal agar menimbulkan kasih sayang dalam dirinya.137 Dengan demikian nilai kasih sayang yang terkandung dalam episode di atas bermacam-macam. Tali kasih yang disebabkan oleh ikatan keluarga, yakni antara ibu dan anak atau adik dan kakak, terdapat pada beberapa episode. Pada episode 1, kasih sayang jenis ini terlihat ibu dan ayah Ikal kepada Ikal dengan cara menenangkan ketika diejek dan mendaftarkan anaknya ke sekolah. Pada episode 10, kasih sayang terlihat dari kepedulian Muslimah dan bu Harfan kepada Harfan yang sedang sakit. Kasih sayang hubungan darah juga terlihat ketika ayah Lintang melarangnya untuk ikut melaut dengan alasan Lintang besok akan sekolah. Sementara pada episode 11, tali kasih antara kakak-adik terlihat dari sikap Lintang menggantikan tugas ayahnya untuk merawat adik-adiknya. Kasih sayang yang bersifat amanah terdapat pada episode 7 karena terdapat hubungan struktural guru-murid. Muslimah sebagai guru memperlakukan dan mendidik Harun sebagaimana murid lain. Dalam makna yang lebih dalam, keadilan lahir dari kasih sayang. Sedangkan, kasih sayang dalam arti dorongan kemanusiaan, terdapat pada episode 1 ketika ibu Ikal menitipkan salam untuk Harfan. Pada episode 11 dan 12, di mana Lintang mengucapkan salam perpisahan kepada teman dan gurunya, serta kepulangan Ikal ke Gantong untuk mengucapkan terima kasih kepada temannya, Lintang.
7. Kedamaian Nilai-nilai kedamaian dalam film Lakar Pelangi terdapat pada beberapa episode sebagai berikut: Episode 10, pencarian Tuk Bayan menyebabkan perpecahan pada sepuluh murid anggota Laskar Pelangi. Sahara tidak setuju karena menganggap hal itu sebagai perbuatan syikir.
137
Muh Zahrah, Op.Cit., hlm. 47.
96
Mahar dan teman-temannya menemukan mantra dari Tuk Bayan Tula. “Kalau nak pintar belajar kalau nak berhasil usaha,” kata Mahar membaca mantra tersebut bersama teman-temannya. Sebagian murid anak merasa kecewa dan terjadi perselisihan dan adu mulut di antara mereka. “Ku cekik kau Mahar,” kata Arai sambil mendorong badan Mahar. Ikal yang tidak jauh dari kerumunan tersebut, mendekat kemudian menangahi perseteruan itu. Ia mengingatan, “Sudahlah!! Benar pesan itu, kita lah yang bodoh, sampai ke dukun segala,”. Mahar menghampiri mereka berdua kemudian berucap, “Maafkan aku, boy.”138 Episode 11, pada acara lomba cerdas cermat, perselisihan terjadi antara Mahmud dan juri lomba. Perselisihan terjadi disebabkan jawaban Ikal yang dinilai salah, padahal menurut hitungan Mahmud adalah benar. “Sebentar, tunggu dulu. Hasil hitungan aku sama dengan anak itu.” kata Mahmud menginterupsi. “Maksudmu ape?” pertanyaan salah satu juri. “Ya menurutku hitungan anak itu benar,” komentar Pak Mahmud. “Kau meragukan kami? Lagi pula dari tadi aku melihat anak itu ndak pernah menghitung,” tanya Salah satu Juri dan memberi alasan kecurigaannya. “Ini bukan masalah meragukan. Bapak-bapak dan ibu yang terhormat tapi hitungan anak itu benar. Bagaimana kalau kita hitung lagi bersama!?” kata Pak Mahmud menyarankan. “Tidak perlu. Untuk ape? Dari tadi aku sudah curiga, janganjangan anak itu sudah tahu jawabannya,” kata juri. “Aku bisa menjelaskannya,” kata Lintang ingin mempertanggungjawabkan sikapnya.139 Perdamaian dalam syariat Islam sangat dianjurkan, sehingga akan terhindar dari kehancuran silaturahmi (hubungan kasih sayang) dan permusuhan. Perintah Isalam untuk mendamaikan pihak yang berselisih ini sesuai dengan firman Allah :
.ﻮ ﹶﻥ ﺣﻤ ﺮ ﻢ ﺗ ﻌﻠﱠﻜﹸ ﷲ ﹶﻟ َ ﺍﺍﺗ ﹸﻘﻮﺍﻢ ﻭ ﻳﻜﹸﻮ ﺧ ﻦ ﹶﺃ ﻴﺑﺍﺤﻮ ﺻِﻠ ﻮ ﹲﺓ ﹶﻓﹶﺄ ﺧ ﻮ ﹶﻥ ِﺇ ﺆ ِﻣﻨ ﺎﺍﹾﻟﻤﻧﻤِﺇ 138
Riri Riza dan Mira Lesmana, Op.Cit., CD 1. Ibid., CD2.
139
97
“Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat” (Qs. Al-Hujurat : 10)140. Dalam ayat di atas Allah menjelaskan bahwa meskipun tidak memiliki garis darah, umat mukmin adalah bersaudara oleh sebab kesamaan kepercayaan agamanya. Persamaan dalam bentuk apapun dapat menjadikan tali persaudaraan. Persaudaraan seperti ini dapat menjadi jalan menuju perdamaian pihak yang berselisih.141 Perdamaian (Ash-Shulh) dapat dipahami penghentian perselisihan, penghentian peperangan. Seluruh orang mukmin harus bersatu dan mengambil bagian yang sama dalam rangka perdamaian. Hal ini bertujuan untuk memelihara kesatuan dan persaudaraan suatu umat yang memiliki persamaan hak dan kewajiban.142 Dengan demikian, nilai kedamaian yang terkandung dalam episode 10 dan 11 dari film ini. Pada episode 10, perdamaian terlihat dari sikap Ikal dengan cara menenangkan pihak yang berselisih. Ikal tidak membela atau menyalahkan Mahar karena telah mengajak teman-temannya ke dukun. Ia mengingatkan bahwa hikmah atau pelajaran dari kejadian itu lebih penting untuk disikapi. Sedangkan pada episode 11, nilai perdamaian terdapat pada sikap Lintang. Jawabannya mengakibatkan perselisihan antara Mahmud, juri dan Zulkarnaen. Sehingga, Lintang mengambil langkah mendamainkan mereka dengan jalan menjelaskan jawabannya. Karena uraian yang dibuat Lintang dapat diterima akal, akhirnya juri menerimanya. Pelajaran yang dapat diperoleh dari kejadian tersebut adalah bahwa perselisihan dapat terjadi karena terjadi ketidaksepahaman dan sebaliknya, perdamaian akan diraih ketika semua memegang kebenaran.
140
Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 846. M. Quraish Shihab, Op.Cit., hlm. 248. 142 J Suyuti Pulungan, Op.Cit., hlm. 197. 141
98
8. Rasa hormat Rasa hormat dalam film Lakar Pelangi terdapat pada beberapa episode sebagai berikut: Episode 1, ketika Muslimah berpapasan Lintang di jalan depan sekolah. “Siapa nama kau nak?” kata Muslimah dengan memegang sepedanya. “Aku Lintang dari dari Tanjung Kelimpang.” jawab Lintang. “Sejauh ini kau naik kereta angin sendiri?” kembali Muslimah bertanya seolah heran dengan semangat Lintang. Sambil menyerahkan surat kepada Muslimah Hafsari Hamid atau Bu Mus, Lintang berkata, “Ayahku harus ke laut, jadi ndak bisa datang.” Episode 7, meski terhalang oleh kawat berduri, salah satu murid SD PN Timah, Flow tetap melakukan komunikasi dengan anak-anak miskin seperti anggota Laskar Pelangi. “Kau punya banyak majalah macam ini,” tanya Mahar. “Aku punya banyak…. Ambillah ini,” kata Flow sembari tangannya mengulurkan majalah kepada anak-anak Laskar Pelangi. Satpam komplek perumahan karyawan PN Timah kemudian mengusir mereka dari kawasan tersebut. “Pergi, pergi!!” kata Satpam mengusir Ikal dan kawankawannya.143 Rasa hormat adalah perbuatan yang mencerminkan menghargai lebih terhadap seseorang. Taat ataupun hormat tidak hanya terkait hubungan secara vertikal namun juga horizontal. Manifestasi dari sebuah rasa hormat adalah dalam bentuk kepatuhan dan ketaatan. Islam mengajarkan pemeluknya untuk menumbuhkembangkan rasa hormat baik kepada yang tua atau muda, seagama atau lain agama. Hal itu menjadi wujud Islam yang rahmatan lil’alamin.144 Nilai hormat terkandung dalam kedua episode di atas. Pada episode 1, rasa hormat terdapat pada sikap Muslimah dalam menyambut kedatangan Lintang. Muslimah merasa terhormat atas perjuangan yang 143
Riri Riza dan Mira Lesmana, Op.Cit., CD 1. http://www.hidayahlirboyo.co.cc/2009/04/antara-patuh-dan-hormat.html. Diakses 25 Mei 2009 pukul 14;00 WIB. 144
99
dilakukan Lintang bersepeda dengan jarak 40 kilometer untuk mendaftarkan diri di sekolahnya. Rasa hormatnya tidak didasari oleh status tetapi karena semangat dan tanggungjawab Lintang yang masih kanakkanak. Sedangkan pada episode 7, rasa hormat terdapat pada sikap Flow sebagai seorang anak keturunan keluarga kelas atas memperlakukan dengan baik anak-anak yang berstatus jauh di bawahnya. Diskriminasi berdasarkan ekonomi yang terjadi tidak membuatnya merendahkan anakanak miskin. Meskipun dipisahkan oleh tembok dan kawat berduri, Flow tetap mau berkomunikasi dengan anggota Laskar Pelangi. Mereka juga berbagi pengetahuan tentang suku Asmat.
9. Tanggung jawab Nilai-nilai tanggung jawab dalam film Lakar Pelangi terdapat pada beberapa episode sebagai berikut: Episode 3, Muslimah meminta tanggung jawab Kucai sebagai ketua kelas. Kucai tidak mampu melaksanakan tugasnya sebagai ketua kelas, di mana di saat jam pelajaran semua murid malah bermain di luar kelas. Muslimah berkata kepada Kucai “Kucai, menjadi seorang pemimpin itu adalah tugas yang mulia.” Sahara yang sedang berlari menuju kelas, menghampiri Kucai dan berpesan, “Hai Kucai, al-Qur'an mengingatkan bahwa kepemimpinan seorang itu akan dipertanggungjawabkan kelak di akherat,” Episode 7, Muslimah memilih untuk memotong percakapannya dengan Mahmud untuk menunaikan tugasnya sebagai guru. “Kenapa kau tolak mengajar di SD PN Mus? Ape yang kau cari dari sekolah yang hampir roboh itu. Anak-anak yang ndak jelas. Tak cerah masa depannya. Tawaran itu masih ada Mus. Aku bisa bicara dengan...” kata Mahmud. “Maaf Pak Mahmud. Murid-muridku yang rajin menungguku dalam kelas,” jawa Muslimah.
100
Episode
8,
meskipun
Bakri
berhenti
mengajar
di
SD
Muhammadiyah, Muslimah bertahan. Bahkan, ia membulatkan tekad untuk bekerja lebih keras. “Iya… yang penting kita. Kita ndak boleh putus asa. Tugas kita adalah meyakini anak-anak ini bahwa mereka harus berani punya cita-cita,” kata Harfan menyemangati Muslimah. “Iya. Iya, kita berdua harus bekerja lebih keras lagi, pak. Biar orang-orang percaya bahwa sekolah ini ada dan pantas untuk dibertahankan. Kita berdua harus bekerja lebih keras lagi,,, lebih keras lagi,” kata Muslimah optimis sambil menganggukkan kepala. Episode 9, Mahar berusaha dengan keras atas tugasnya yang ditunjuk untuk mempersiapkan konsep lomba karnaval. “Ada yang tau dimana Mahar?” tanya Bu Mus kepada muridmurid di kelas. Tiba-tiba, dari luar kelas Mahar datang dan berkata, “Akulah lah tau apa yang harus kita tampilkan waktu karnaval.” Episode 10, Muslimah mempertanyakan hasil ulangan yang menurun. Muslimah khawatir atas kedatangan Flow. “Kehadiran Flow merubah sikap anak-anak,” kata Muslimah. “Jangan takut dulu lah Mus yang penting kau temani mereka,” komentar Harfan. Di kelas, Muslimah menegur murid-murid karena hasil ulangan meraka menurun. “Mahar Flow nilai ulangan kalian paling buruk. Apa kalian tidak mau lulus ujian,” tanya Bu Mus.145 Episode 11, Lintang bertanggung jawab ketika jawabannya atas soal dari panitia yang mengakibatkan perdebatan panjang antara juri lomba cerdas cermat, Mahmud, dan Zulkarnaen. Lintang bertanggung jawab dengan menguraikan jawabannya. “Aku bisa menjelaskan,” kata Lintang menengahi perdebatan. Lintang kemudian menuliskan uraian mengenai jawabannya di papan tulis yang disediakan oleh panitia.146 Islam memerintahkan sikap tanggung jawab sebagaimana hadits:
145
Riri Riza dan Mira Lesmana, Op.Cit., CD 1. Ibid., CD 2.
146
101
:ﻮﻝﹸ ﻳﻘﹸ ﻢ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﷲ ِ ﻮ ﹶﻝ ﺍ ﺭﺳ ﻌﺖ ﺳ ِﻤ ﻮﻝﹸ ﻳﻘﹸ ﺮﻋﻤ ﺑ ِﻦﷲ ﺍ ِ ﺍﺒﺪﻋ ﻦﻋ ﻦ ﻋ ﻮ ﹲﻝ ﺴﹸﺌ ﻣ ﻭ ﻉ ٍ ﺍﻡ ﺭ ﺎ ﺍ ِﻹﻣ:ﻴِﺘ ِﻪﺍ ِﻋﻦ ﺭ ﻋ ﻮ ﹲﻝ ﺴﹸﺌ ﻣ ﻢ ﻭ ﹸﻛﻠﱡ ﹸﻜ ﻉ ٍ ﺍﻢ ﺭ ﹸﻛﻠﱡ ﹸﻜ 147 (ﻴِﺘ ِﻪ)ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯﺍ ِﻋﺭ Dari Abdullah Ibnu Umar mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Tiap-tiap orang adalah pemimpin dan masing-masing bertanggung jawab terhadap orang yang dipimpinnya. Penguasa bertanggung jawab terhadap rakyatnya." (HR. Bukhari). Agama Islam mengajarkan kepada setiap muslim untuk menjaga, memelihara, dan mempertanggungjawabkan amanat dan menjauhkan diri dari perbuatan khianat dan penyelewengan. Ia merupakan urat nadi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.148 Tanggung jawab adalah mampu memberikan penjelasan atas perbuatan yang telah dilakukan. Orang yang bertanggung jawab tidak hanya dapat memberikan penjelasan atau jawaban tetapi juga mampu tidak mengelak. Penjelasan atau jawaban tersebut diberikan kepada dirinya sendiri, kepada masyarakat luas dan Tuhan. Kata tanggung jawab juga mengandung makna penyebab, yaitu mempertanggungjawabkan sesuatu yang disebabkan olehnya. Menurut K Bertens, tanggung jawab terkait erat dengan kebebasan, karena
kebebasan
adalah
syarat
mutlak
untuk
tanggungjawab.
Konsekuensi dari kebebasan itu adalah pertanggungjawabannya terhadap kebebasannya dari pilihan yang ditempuhnya. Semakin tinggi tingkat kedudukan seseorang, semakin banyak tanggung jawab yang ada padanya.149 Menunaikan amanah dan tanggung jawab merupakan sesuatu yang tidak mudah sehigga harus dikerjakan dengan memaksimalkan seluruh kemampuan.
147
Abu Abdullah Muhammad, Shahih Bukhari (Juz awal), (Beirut: Dar al-Kitab al Islam, tt), hlm. 160. 148 M. Yunan Nasution, Op.Cit.,hlm. 256. 149 Dikutip dari Zahruddin, Op.Cit., hlm. 131.
102
Pertanggungjawaban dapat dilakukan secara horizontal dan vertikal. Horizontal dalam arti sesama manusia atau orang yang berkedudukan sama. Sementara vertikal dimaknai pertanggung jawaban kepada atasan atau kepada sang khalik. Pertangungjawaban juga tidak mengenal waktu, karena meskipun pertanggungjawaban dapat dilakukan di dunia, di akherat nanti pertanggungjawaban juga harus dilakukan. Nilai tanggung jawab terdapat pada beberapa episode di atas. Tanggung jawab disebabkan amanah dan tugas terdapat pada episode 3, Muslimah memeringatkan agar Kucai menjalankan amanahnya. Karena posisi
ketua
kelas
merupakan
tugas
mulia
dan
harus
di
pertanggugjawabkan. Pada episode 7, di mana ketika di jalan berpapasan dengan Mahmud, Muslimah lebih memilih untuk menunaikan tugasnya menuju sekolah untuk mengajar dari pada membicarakan tawaran mengajar di SD PN Timah. Pada episode, meskipun Bakri berhenti mengajar, Muslimah tetap bertanggung jawab untuk mendidik muridmurid, bahklan dengan usaha lebih giat. Pada episode 9, tanggung jawab terlihat
dari
usaha
keras
Mahar
untuk
menunaikan
tugasnya
mempersiapkan lomba karnaval. Pada episode 10, pertanggungjawaban dilakukan Muslimah dengan mempertanyakan hasil ulangan. Sedangkan pada episode 11, tanggung jawab terdapat pada sikap Lintang dengan cara memberikan uraian atas jawabannya. Tanggung jawab merupakan sebuah hal pokok dalam kepribadian seseorang, orang yang tidak memiliki (atau lari dari) tanggung jawab adalah orang yang tidak memiliki kepribadian.
10. Kesederhanaan Nilai-nilai kesederhanaan dalam film Lakar Pelangi terdapat pada beberapa episode sebagai berikut: Episode 1, pada hari pertama masuk sekolah, Ikal memanfaatkan sepatu bekas kakaknya.
103
“...Kal pakailah itu dulu, nanti kalau ada rezeki, umak beli lagi yang lebih bagus,” kata Ibu Ikal memarahi kakak-kakaknya. Episode 4, Harfan memperbaiki dinding kelas yang berlubang. Ia menutupnya dengan poster bergambar Rhoma Irama. Kepala sekolah tersebut juga menjemur kapur tulis yang basah akibat terkena air hujan. Episode 6, ketika pelajaran berhitung, di SD PN Timah, Mahmud membagikan satu kalkulator untuk setiap anaknya. Sementara di SD Muhammadiyah Muslimah memanfaatkan media pembelajaran seadanya. “Sekarang kita akan belajar berhitung. Ayo keluarkan lidilidimu. Ibu akan membacakan soal, dua belas ditambah empat kali min lima sama dengan (12+4x-5=)... Ayo dihitung sekarang!”. “Minus 80,” jawab Lintang. Sahara bermain dengan harun di depan kelas. “Run, Run, jadi anak kucing kau tu ada anak tiga, bilangannya tiga lahirnya juga ditanggal tiga, run ya.” tanya Sahara kepada Harun. Harun menjawab dengan isyarat jari tangannya. “Pintar sekarang kau Run, ya.” komentar Sahara atas jawaban Harun. Episode 9, di pasar, Muslimah menyaksikan bahwa SD PN Timah akan mempersiapkan karnaval dengan fasilitas mewah. “Bu Fatimah, kok belanja kain banyak sekali?” tanya Muslimah. “Oh, seragam anak SD PN. Kan sebentar lagi perayaan 17-an. Ada Lomba karnaval kan. Seragamnya dibuat baru lagi. Juara bertahan harus tampil prima kan Mus,” kata Fatimah, seorang orang tua murid SD PN yang sedang membelikan kain baru untuk persiapan anaknya ikut karnaval 17-an. Harfan dan Muslimah memutuskan sekolahnya akan ikut lomba karnaval dengan menunjuk Mahar sebagai koordinatornya. “Mahar Bapak harus ingatkan kau kite ndak ada dana,” pesan Harfan kepada Mahar. “Setuju. Serahkan saja pada Mahar dan alam,” kata Mahar percaya diri.150 Islam mengajarkan pola hidup sederhana dalam segala bidang kehidupan. Firman Allah dalam QS. Al-Furqon; 67:
150
Riri Riza dan Mira Lesmana, Op.Cit., CD 1.
104
.$YΒ#uθs% šÏ9≡sŒ š⎥÷⎫t/ tβ%Ÿ2uρ (#ρçäIø)tƒ öΝs9uρ (#θèùÌó¡ç„ öΝs9 (#θà)xΡr& !#sŒÎ) t⎦⎪Ï%©!$#uρ "Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.".151 Islam (Qana’ah) dipahami sebagai sikap merasa cukup atas apa yang dimilikinya dengan mengharap ridha atas karunia dan rezeki yang diberikan Allah SWT. Orang yang hidup qana’ah bisa saja memiliki harta yang sangat banyak, namun bukan untuk menumpuk kekayaan. Qana’ah mempunyai korelasi erat dengan syukur. Syukur membuahkan qana’ah dan sebaliknya. Syukur sebagai tanda hamba menikmati keadaan yang mungkin kurang. Qana’ah merupakan buah kesyukuran yang membuat pelakunya tenang dan stabil dengan menerima keadaan tanpa keluhan atau bahkan menggugat keadaan yang tidak sesuai keinginan. Akan tetapi, sesuatu yang diterima itulah menjadi keberkahan dari Allah.152 Kesederhaan menjadi wahana menyucikan jiwa karena menghindarkan dari sifat mubadzir atau membuang-buang. Kesederhaan terdapat pada episode 1 adalah ketika ikal memanfaatkan sepatu bekas kaknya yang masih dapat difungsikan. Hal sama dilakukan Harfan pada episode 4. Harfan memanfaatkan barang yang cacat dengan melakukan pengolahan terlebih dahulu agar dapat dimanfaatkan kembali. Wujud rasa syukur dalam hal ini dipahami dengan mengambil
nilai
manfaat
meskipun
barang
bekas
atau
cacat.
Kesederhanaan di sini diartikan memaksimalkan nilai guna sebuah barang. Pada episode 6, kesederhaan terdapat pada pemanfaatan media pembelajaran menghitung, yakni Muslimah memanfaatkan lidi. Sedangkan pada episode 9, alasan Muslimah untuk memutuskan mengikuti lomba karnaval adalah satu, yakni sumber daya manusia. Mahar selalu mendapat nilai bagus pada mata pelajaran kesenian. Berbeda dengan SD PN Timah yang mengandalkan dana dan fasilitas untuk bekal utama lomba karnaval. 151
Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 568. M Yunan Nasution, Op.Cit., hlm. 154.
152
105
11. Toleransi Nilai-nilai toleransi dalam film Lakar Pelangi terdapat pada beberapa episode sebagai berikut: Episode 1, yaitu ketika ia menuju sekolah untuk mendaftarkan anaknya. Ayah Ikal mendiamkan komentar para karyawan perusahaan. “Kemana kau? nganter anak ke sekolah miring itu. Yang pasti, dari sekolah miring itu apa yang akan kau dapatkan. Percuma kuliah akhirnya jadi kuli jua,” komentar para pekerja yang sedang melihat Ikal dan ayahnya melintas di depan perusahaan. Episode 7, anak-anak Laskar Pelangi mengikuti ujian di SD PN Timah. Pengawas ujian meremehkan Harun karena kertas jawaban yang seharusnya digunakan untuk menjawab soal malah digambari kucing. “Anak itu malah menggambar kucing,” kata seorang pengawas sambil tertawa menunjukkan lembar jawaban Harun kepada pengawas lain. Sekembalinya di SD Muhammadiyyah, Muslimah mengungkapkan ketidaksukaannya atas sikap pengawas kepada Harfan. “Ndak usah terlalu kau fikirkan Mus. Kau siapkan rapot anak-anak itu lalu biarkan mereka berlibur. Kau pun perlu pergi berlibur kan,” kata Harfan meredam emosi Muslimah. “Si Harun akan kau buatkan rapot khusus lagi kan?” tanya Harfan. “Iya pak.” jawab Bu Mus.153 Islam menganjurkan pemeluknya untuk bersikap toleran. Firman Allah:
È⎦⎪ÏŠ u’Í
153
Riri Riza dan Mira Lesmana, Op.Cit., CD 1. Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 1112.
154
106
Allah juga akan membalas hamba yang tidak memegang teguh agama-Nya dengan balasan yang sesuai.155 Unsur toleransi dalam ayat tersebut, meskipun tidak sependapat dengan keyakinan, Rasulullah, menghargai keyakinan kaum Qurays untuk menyembah berhala. Islam menghargai sikap atau keyakinan orang-orang di luar Islam. Dan Allah pun tidak melarang berbuat baik kepada mereka yang tidak memusuhi Islam. Sehingga, muncullah tiga rumusan konsep tri ukhuwah yang harus dikembangkan oleh umat Islam, yakni ukhuwah Islamiyyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah wathaniyyah (persaudaraan sebangsa), dan ukhuwah basyariyyah (persaudaraan sesama manusia).156 Toleran (tasamuh) adalah sikap tenggang rasa kepada sesamanya. Toleran mengandung pengertian bersikap mendiamkan, membiarkan, lapang dada, dan murah hati. Jadi toleransi (tasamuh) beragama dapat diartikan sebagai sikap menghargai, dengan sabar menghormati keyakinan atau kepercayaan seseorang atau kelompok lain.157 Nilai toleran terkandung pada episode 1. Ayah Ikal yang mendiamkan komentar negatif dilontarkan oleh salah satu karyawan terhadap sekolah Ikal. Hal itu sebagai wujud penghormatan atas pendapat mereka yang meyakini mengenai pendidikan sehingga tidak dapat dipersalahkan. Sikap toleran terdapat episode 7. Di mana Harfan memilih menyarankan Muslimah untuk membuatkan rapor dari pada Muslimah berfikir mengenai sikap pengawas ujian mengolok Harun.
12. Kesatuan Nilai-nilai kesatuan dalam film Lakar Pelangi terdapat pada beberapa episode sebagai berikut: 155
M. Quraish Shihab, Op.Cit., hlm. 581. Zudi Setiawan, Op.Cit., hlm. 127. 157 http://www.jamaahmuslimin.com/risalah/113/wawasan3.htm. Diakses pada 25 Mei 2009 pukul 14;00 WIB. 156
107
Episode 11, seluruh pihak di sekolah disatukan agar untuk mempersiapkan
lomba
cerdas
cermat
dengan
harapan
dapat
menyumbangkan nama baik sekolah. Meskipun, yang menjadi wakil adalah Ikal, Lintang, dan Mahar, akan tetapi semua murid mengikuti latihan-latihan secara terus-menerus. Begitu juga ketika berangkat menuju lokasi pelaksanaan lomba, mereka saling berbagi tugas. Lintang yang rumahnya jauh ditunggu di sekolah oleh Zulkarnaen dengan mobilnya. Muslimah dan murid-murid lain dipersilahkan untuk berangkat terlebih dahulu. Dan ketika Lintang tidak kunjung datang, Muslimah menyiapkan Sahara untuk menggantikannya. ”Sahara, kau siap-siap gantikan Lintang,” kata Muslimah. Perjuangan akhirnya membuahkan hasil. Pada akhir perlombaan, juri mengumumkan pemenangnya adalah SD Muhammadiyah. ”Jadi pemenangnya adalah dari SD Muhammadiyah.” kata juri mengakhiri perlombaan.158 Islam memerintahkan agar pemeluknya bersatu. Firman Allah dalam surat Ali Imran; 103:
(#θè%§xs? Ÿωuρ $Yè‹Ïϑy_ «!$# È≅ö7pt¿2 (#θßϑÅÁtGôã$#uρ “Berpeganglah kalian semua kepada tali Allah (Agama Islam) dan jangan berpecah belah.”159 Suatu perintah yang tegas dari Allah agar kaum muslimin bersatu padu dalam tali atau wadah yang satu yaitu Islam.160 Islam dengan perangkat syari’ah yang ada telah mewajibkan seluruh umatnya untuk membentuk suatu sistem sosial yang berkiblat pada kebenaran agama. Jadi jelasnya, agama (Islam) harus dijadikan sebagai suatu wadah yang menampung dan mempersatukan seluruh manusia yang mempunyai latar belakang berbeda, baik secara kultur, ekonomi, status sosial ataupun pola pikir. Dengan demikian akan terbentuk suatu sistem
158
Riri Riza dan Mira Lesmana, Op.Cit., CD 2. Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 93. 160 J. Suyuti Pulungan, Op.Cit., hlm. 146. 159
108
kemasyarakatan yang harmonis dan damai walau penuh dengan nuansa perbedaan. Nilai kesatuan yang tergambar pada episode 11 di atas adalah individu disatukan dalam tekad mendedikasikan tenaga dan fikirannya untuk menyumbangkan nama baik sekolah. Semua elemen dalam sekolah mengambil peran dan bersatu agar sekolah yang mengajarkan nilai-nilai agama diakui kualitasnya.
C. Implikasi Nilai-Nilai Edukatif dalam Film Laskar Pelangi terhadap Pendidikan Agama Film Laskar Pelangi merupakan salah satu produk media audiovisual yang menyajikan pesan materi mendidik. Nilai-nilai dalam ajaran Islam dikemas sedemikian rupa untuk kemudian dijadikan sebagai dasar mencari solusi alternatif atas persoalan yang muncul. Karena film ini disusun dari cerita nyata, maka seharusnya pesan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya juga dapat dijadikan pedoman menyelesaikan persoalan yang terjadi saat ini. Pesan utama dari film tersebut memiliki kaitan erat dengan problem pendidikan yang terjadi saat ini di negeri ini. Bangsa yang saat ini telah mengalami krisis moral. Masyarakat kehilangan kehilangan teladan dan sosok inspirasi karena mereka sering menemukan sosok yang selama ini dikagumi ternyata juga ketahuan berperilaku amoral, semisal korupsi. Berangkat dari kesadaran itu, cerita dalam film diharapkan dapat membangkitkan motivasi dan spirit untuk meneladani nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Di antara implikasi dari nilai-nilai edukatif dalam film Laskar Pelangi dalam pendidikan agama adalah : 1. Pendidikan agama hendaknya tidak hanya berorientasi pada pengejaran penguasaan materi pada ranah kognitif 2. Pendidikan agama seharusnya lebih menitikberatkan pada internalisasi dan penghayatan materi 3. Kelurga dan sekolah sebagai pilar pendidikan seharusnya dapat bersamasama membangun karakter anak
109
4. Pendidikan agama perlu dikemas secara tematik disesuaikan dengan kondisi lingkungan sosial sekitar 5. Media yang efektif adalah media yang menitikberatkan pada pertimbangan spirit dan nilai manfaat, tidak hanya berdasar pertimbangan pasar 6. Bermain peran merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk menanamkan nilai-nilai ajaran agama.
BAB V SIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka pada bab ini, penulis akan menyampaikan butir-butir kesimpulan. Film Laskar Pelangi sebagai karya audiovisual yang menyajikan cerita berdasar pengalaman penulisnya terkait perjalanan pendidikannya. Cerita yang dipaparkan tentunya mengandung nilai yang layak untuk dijadikan pelajaran, diambil hikmahnya dan menjadi inspirasi. Nilai-nilai edukatif tersebut dapat dijadikan sebagai referensi dan berperilaku dalam kehidupan nyata. Dikaji dari perspektif Pendidikan Islam, pendidikan pada dasarnya bermuara untuk menjadikan manusia berakhlak mulia sehingga dapat menjalankan tugasnya sebagai khalifah dan hamba Allah di bumi. Untuk membentuk manusia berakhlak mulia dalam berinteraksi di kehidupan nyata, dalam proses Pendidikan Islam harus ditanamkan nilai-nilai yang mendidik (edukatif) manusia menuju pribadi ideal. Adapun nilai-nilai dalam Islam yang harus dimiliki oleh pemeluknya sebagai pedoman berperilaku dalam kehidupan di antaranya
adalah
kerjasama,
kemerdekaan,
kebahagiaan,
kejujuran,
kerendahhatian, kasih sayang, kedamaian, rasa hormat, tanggung jawab, kesederhanaan, toleransi, kesatuan. Dalam film Laskar Pelangi, materi kisah yang disajikan adalah tentang proses pendidikan di sekolah yang memosisikan ajaran Islam sebagai sumber pedoman pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti berkesimpulan film tersebut memiliki pesan nilai-nilai yang mendidik. Adapun ditinjau dari Pendidikan Islam, nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam film Laskar Pelangi adalah sebagai berikut:
110
111
a. Kerjasama Islam mengajarkan umatnya untuk saling tolong menolong (kerjasama) dalam kebaikan. Islam memerintahkan kerjasama karena hal itu sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial. Dalam film Laskar Pelangi nilai-nilai kerjasama terkandung pada beberapa episode. Salah satunya pada episode 5 ketika Zulakarnaen akan terus menyokong dana demi tegaknya sekolah, sementara Harfan Muslimah mengelolanya. b. Kemerdekaan Islam mengajarkan agar umatnya menjamin hak setiap umat manusia. Kemerdekaan adalah ketika individu terjamin atau bebas untuk menentukan sikap pilihannya. Dalam Islam lima hak dasar yang harus terjamin (al-druriyyat al-khams), yaitu menjaga jiwa, agama, akal, harta dan keturunan. Pada episode 8 film Laskar Pelangi, di sana terkandung nilai kemerdekaan untuk menentukan pilihan dan jalan hidup. c. Kebahagiaan Dalam Islam, kebahagiaan dimaknai tunduk dan patuhnya seorang hamba kepada
ajaran
Allah
dan
perikemanusiaan.
Kebahagiaan
adalah
kemenangan yang diraih dengan mengendalikan hawa nafsu. Nilai kebahagiaan dalam film Laskar Pelangi terkandung pada episode 3 ketika proses pembelajaran yang sempat terhambat dapat berjalan berkat cerita yang ditawarkan kepala sekolah. d. Kejujuran Islam mengajarkan agar umatnya bersikap jujur. Jujur dalam arti menyatunya antara perkataan, hati dan perbuatan. Jujur juga dapat dipahami sebagai sikap tidak memutarbalikkan fakta. Nilai kejujuran yang terkandung dalam film Laskar Pelangi terdapat pada episode 11, ketika berlangsung lomba cerdas cermat. Meskipun jawaban benar, juri tidak memberikan nilai atas jawaban Lintang karena caranya tidak sesuai dengan aturan yang sudah disepakai.
112
e. Kerendahhatian Islam mengajarkan pemeluknya untuk rela atas kedudukan yang lebih rendah terhadap siapapun selama berpegang pada kebenaran. Nilai Kerendahhatian terkandung dalam episode 4, ketika Harfan sebagai kepala sekolah rela menawarkan diri membersihkan sekolah. f. Kasih Sayang Islam menganjurkan pemeluknya untuk menebar kasih sayang dengan cara menyambung tali persaudaraan kepada siapapun. Salah satunya dengan cara mengucapkan salam. Nilai kasih sayang terkandung pada episode 1, yaitu ketika Ibu Ikal titip salam melalui suaminya kepada Harfan. g. Kedamaian Islam menganjurkan umatnya untuk menyebarkan perdamain dengan cara mendamaikan pihak yang berselisih. Lebih dari itu, Islam juga memerintahkan untuk menjaga perdamaian antara umat manusia. Nilai perdamaian terkandung pada episode 11 ketika terjadi perselisihan antara Mahmud dan juri lomba cerdas cermat. Akhirnya, Lintang mendamaikan mereka dengan cara menjelaskan sikap dan jawabannya. h. Rasa Hormat Islam memerintahkan agar umatnya menghargai lebih terhadap setiap individu, baik tua atau muda dan seagama atau tidak. Rasa hormat yang bersifat vertikal dapat dilihat dari sikap tunduk dan patuh. Nilai rasa hormat terkandung pada episode 7 ketika Flow menghargai lebih dengan cara tetap menjalin komunikasi dengan anak-anak yang berstatus kelas jauh di bawahnya. i. Tanggung Jawab Islam memerintahkan agar pemeluknya senantiasa berlaku tanggung jawab. Tanggung jawab dipahami sebagai sikap tidak mengelak dan bisa menjelaskan pelaksanaan tugas atau amanah yang diberikan. Nilai tanggung jawab dalam film terkandung pada episode 3, Muslimah mengajarkan agar Kucai sebagai ketua kelas mampu melaksanakan tugasnya untuk mengondisikan murid-murid lain.
113
j. Kesederhanaan Islam menganjurkan pemeluknya agar merasa cukup dengan apa yang dimilikinya sebagai karunia dari Allah. Sederhana tidak berarti tidak kaya, akan tetapi dipahami sebagai sikap menghindari sikap mubadzir. Sederhana adalah wujud syukur dengan memanfaatkan suatu nikmat secara maksimal. Nilai kesederhaan yang terkandung dalam kisah film ini terdapat pada episode 6, berdeda dengan Mahmud yang menggunakan kalkulator, Muslimah memanfaatkan lidi-lidi untuk pelajaran berhitung. k. Toleransi Islam memerintahkan umatnya agar berperilaku toleran kepada siapapun. Toleransi berarti mendiamkan, lapang dada dengan menghargai keyakinan dan kepercayaan individu lain. Nilai toleransi yang terkandung dalam film terdapat pada episode 1, ayah Ikal mendiamkan komentar negatif karyawan perusahaan tentang sekolah yang akan ditempati anaknya. l. Kesatuan Islam menganjurkan agar pemeluknya menyatukan diri dengan berpegang teguh pada ajaran agama. Perbedaan ekonomi, status sosial, suku dan ras dapat disatukan dengan nilai kedamaian dalam Islam. Nilai kesatuan yang terkandung dalam film terdapat pada episode 11, semua pihak disatukan untuk bersatu dalam mempersiapkan lomba cerdas cermat. Dari kesatuan ini diharapkan nama baik sekolahnya akan terangkat.
B. Saran Sebagai akhir dari penulisan skripsi ini, berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka penulis ingin memberikan saran sebagai berikut : 1. Munculnya tekhnologi modern menjadi tantangan bagi dunia pendidikan. Tekhnologi dapat menghambat pendidikan dan juga sebaliknya. Produk tekhnologi perlu dimanfaatkan dengan cara merekayasanya supaya berguna dalam proses kegiatan belajar megajar dan tercapainya tujuan pendidikan. Produk teknologi dapat dimanfaatkan sebagai media Pendidikan Islam.
114
2. Para insan per-film-an perlu mengoreksi diri dengan tidak hanya menyajikan materi film yang tidak mendidik. Produksi film perlu mengubah arahnya dengan tidak hanya berjalan dalam logika untung dan rugi dan mengabaikan unsur pendidikan. 3. Tontotan sering menjadi tuntunan. Akan tetapi, penonton film seharusnya bersikap bijak dengan hanya mengambil pelajaran dan hikmah dari sebuah film. Nilai-nilai yang mengandung kebaikan bagi umat manusia patut ditiru. Dan yang berlawanan dari nilai kemanusiaan perlu diabaikan dengan memahaminya sebatas unsur hiburan. C. Penutup Puji syukur pada Allah SWT, karena penulis telah berhasil menyelesaikan naskah skripsi yang sangat sederhana ini, sebagai syarat kelulusan. Betapapun masih sangat banyak kekurangan, semoga naskah skripsi ini dapat memberi manfaat, terutama bagi penulis, dan bagi para praktisi pendidikan.
115
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, Cet. 1. Al-Syaibany, M. Omar Taomy, Filsafat Pendidikan Islam (Terj. Hasan Langgulung), Jakarta: Bulan Bintang, 1976. An-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, 1995. An-Nahlawi, Abdurrahman, Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, Bandung: CV. Diponegoro, 1989, Cet. 1. Arifin, M., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006, Cet. 13. Arsyad, Azhar, Media Pengajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000, Cet. 2. Echols, John. M. dan Hassan Sadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1992. Hadi, Sutrisno, Metodologi Reseach, Yogyakarta: Andi, 2000. Hamka, Tasawuf Modern, Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1990. Hasan, Abdul Halim, Tafsir Al-Ahkam, Jakarta: Kencana, 2006. Hawwa, Sa'id, Tazkiyatun Nafs, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006. Hirata, Andrea, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: Bentang, 2008), Cet. 17. http://bukuygkubaca.blogspot.com/2009/01/maryamah-karpov-mimpi-mimpilintang.html. http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?. http://en.wikipedia.org/wiki/Living_Values. http://id.wikipedia.org/wiki/Andrea_hirata. http://id.wikipedia.org/wiki/Edensor. http://id.wikipedia.org/wiki/Laskar_Pelangi. http://id.wikipedia.org/wiki/Maryamah_Karpov.
116
http://id.wikipedia.org/wiki/Sang_Pemimpi. http://ilmea.depperin.go.id/sk/uu199208.htm. http://info.g-excess.com/id/info/Meneladani_Perjuangan_Nabi.info. http://jurnal.ump.ac.id/_berkas/jurnal/12.pdf. http://penerbitanbuku.wordpress.com/2007/11/23/profil-andrea-hirata/. http://shavaat.wordpress.com/2008/09/26/film-laskar-pelangi-nontonlah/. http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2008/09/26/32427/DuniaLaskar-Pelangi-yang-Mewakili. http://tv.kompas.com/content/view/6383/109/. http://www.hidayahlirboyo.co.cc/2009/04/antara-patuh-dan-hormat.html. http://www.hidayatullah.com/index.php?. http://www.indosiar.com/ragam/63089/laskar-pelangi-menuju-layar-lebar. http://www.jamaahmuslimin.com/risalah/113/wawasan3.htm. http://www.kapanlagi.com/h/0000255099.html. http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=11154. http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?ID=8004. Ismail SM dan Abdul Mukti (penyunting), Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang kerjasama Pustaka Pelajar, 2000, Kompas, Edisi 17 Juni 2010 pada rubrik Pendidikan dan Kebudayaan. Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. 24. Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam (Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya), Bandung: PT Trigenda Karya, 1993. Muhammad, Abu Abdullah, Shahih Bukhari (Juz awal), Beirut: Dar al-Kitab alIslam, tt. Munir, Ahmad, Tafsir Tarbawi; Mengungkap Pesan al-Qur’an tentang Pendidikan, Yogyakarta: Teras, 2008. Nasution, M. Yunan, Islam dan Problema-problema Kemasyarakatan, Jakarta: Bulan Bintang, 1988.
117
Pulungan, J Suyuti, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau dari Pandangan al-Qur'an, Jakarta: Rajawali Persada, 1996. Rivers, William L., et al., Media Massa dan Masyarakat Modern, Jakarta: Prenada Media, 2003. Riza, Riri dan Mira Lesmana, Film Laskar Pelangi, Jakarta: Miles Films, 2008. Sadiman, Arif S., Media Pendidikan; Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta: CV. Rajawali, 1986, Cet. 1. Said, Usman, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Departemen Agama 1985, Cet. 2. Setiawan, Zudi, Nasionalisme NU, Semarang: CV. Aneka Ilmu, 2007. Shadily, Hasan (editor), Ensiklopedi Indonesia, Jilid V, Jakarta: Ichtiar Baru, 1994. Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002. Sobur, Alex, Semiotika Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004, Cet. 2. Suara Merdeka, Kamis, 9 Maret 2009. Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991. Thoha, Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo. Toha, Chabib, et. al., Reformulasi Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996. Umairah, Abdurrahman, Metode Al-Qur’an Dalam Pendidikan, Surabaya: Mutiara Ilmu, tt. Webster, Noah, Webster’s New Twentieth Century Dictionary of The English Language, New York: William Collin Publishers. Inc, 1980. Zahrah, Muh Abu, Membangun Masyarakat Islam, Pustaka Firdaus, tth. Zahruddin, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT Raja Grafindo Grafika, 2004. Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta; Bumi Aksara, 1995, Cet. 2.
118
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Farih Lidinnillah
Tempat/Tgl Lahir : Demak, 27 Maret 1985 Alamat
: Wonosekar RT 01 RW III Karangawen Demak
Pendidikan
: 1. SDN 03 Wonosekar Karangawen Demak lulus tahun 1999 2. MTs Manbaul Ulum Tlogorejo Karangawen Demak lulus tahun 2001 3. MA Tajul Ulum Brabo Tanggungharjo Grobogan lulus tahun 2003 4. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
Pengalaman : 1. Pemimpin Umum SKM AMANAT
tahun 2007
2. Pegiat Komunitas Sastra Soeket Teki Semarang
tahun 2008
3. Kru Majalah Ma’arif PWNU Jateng
tahun 2009
4. Lembaga Studi Pers dan Informasi (LeSPI) Semarang
tahun 2009
5. Reporter Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) tahun 2009 ANTARA Biro Jawa Tengah
Semarang,
Juni 2010
Farih Lidinnillah