BAB IV ANALISIS KELAYAKAN DEBITUR PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT ANKASA KABUPATEN PEKALONGAN
A. Kondisi Analisis Kelayakan Debitur Pada Pembiayaan Murabahah Di BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan Dalam pemberian pembiayaan murabahah kepada nasabah, BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan mengkategorikan menjadi dua jenis pembiayaan yaitu:1 1.
Untuk pembelian barang modal Pemberian modal yang akadnya menggunakan akad murabahah untuk pembelian barang-barang, modal usaha seperti pembelian peralatan pertanian dan perdagangan, dimana jangka waktu pembiayaan maksimal dua tahun. Dalam implementasi di BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan meliputi usaha, seperti: a.
Usaha pertanian Pembiayaan antara lain untuk pembelian peralatan pertanian seperti pembelian cangkul, sabit, alat penyemprot hama, obat-obatan, dan pupuk.
b.
Usaha perdagangan Pengajuan pembiayaan yang sering terjadi adalah peralatan rumah tangga dan pembelian sepeda motor.
1
Wawancara dengan Iga Nirmala, bagian Operasional BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan
59
60
2.
Untuk pembiayaan investasi2 Fasilitas murabahah untuk membiayai suatu kegiatan yang bersifat produktif, dimana pembayaran dari modal dan laba yang diperoleh. Pembiayaan produktif meliputi usaha pertanian dan peternakan, BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan membiayai rehabilitasi (penggantian mesin lama yang sudah rusak), modernisasi (penggantian mesin dengan mesin yang lebih modern). Fasilitas pertanian digunakan untuk membiayai pembelian alat perontok padi, diesel, traktor, dan mobil. Secara umum proses transaksi murabahah di BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan yaitu persyaratan dalam memberikan pembiayaan murabahah kepada calon nasabah, adalah harus mengisi formulir dan melengkapi persyaratan pembiayaan setelah itu dilakukan survei oleh pengelola
BMT
ANKASA
Kabupaten
Pekalongan
bagian
pemasaranbertujuan untuk melakukan penilaian apakah pengajuan pembiayaan layak untuk dibiayai. Penilaian kelayakan nasabah dilakukan dengan menggunakan prinsip analisis 5C yaitu:3 a. Character (Karakter) Pada tahap ini bagian operasional harus mencari tahu data-data tentang nasabah yang meliputi riwayat hidup, riwayat usaha, serta kondisi ekonominya. Dimana informasi tersebut didapatkan dari tetangga atau masyarakat sekitar calon nasabah atau secara langsung dengan nasabah pengajuan pembiayaan murabahah untuk mengetahui 2
Ibid,. Wawancara dengan Iga Nirmala. Wawancara dengan M. eko Prasetyo, Manajer BMT ANKASA Kabupaten pekalongan.
3
61
karakter nasabah pada waktu nasabah mengajukan permohonan pembiayaan, karena dalam penilaian analisis ini bertujuan untuk memperkirakan
kemungkinan
nasabah
pengguna
dana
yang
mengajukan pembiayaan sesuai dengan keperluan nasabah dan dijadikan acuan atau ukuran oleh BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan dalam mengambil keputusan. Tetapi dalam prakteknya penggunaan prinsip character pada analisis kelayakan debitur di BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan tidak sepenuhnya digunakan karena bagian operasional hanya sebatas wawancara pada waktu nasabah mengajukan pembiayaan atau mengisi aplikasi permohonan pembiayaan. Padahal hal tersebut sangat berisiko apabila nasabah berbohong. b. Collateral (Agunan)4 Dalam prinsip collateralyang dinilai adalah besarnya jaminan atau agunan yang dibebankan oleh calon nasabah sebagai jaminan pembiayaan kepada pihak BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan. Jaminan yang bisa digunakan untuk pengajuan pembiayaan adalah BPKB kendaraan bermotor, nasabah yang mempunyai tabungan di BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan dan sertifikat tanah. Dalam hal ini merupakan salah satu tugas operasional untuk memeriksa kondisi jaminan secara cermat dan lengkap. Adapun perhitungan collateral secara ekonomis, dengan memperhitungkan
4
Ibid,. Wawancara dengan M. Eko Prasetyo
62
jenis barang serta nilai ekonomis jaminan. Khususnya penilaian jaminan BPKB, karena harga dari tahun ke tahun mengalami penurunan dan penurunan nilai guna. Dalam perhitungan jaminan untuk realisasi pembiayaan di BMT ANKASAmaksimal sebesar 70% sampai 80% dari harga pasaran. Adapun realisasi berdasarkan riwayat nasabah dalam pembiayaan dan menggunakan produk BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan. BMT ANKASA menghindari penerimaan jaminan pihak ketiga, mengingat banyaknya permasalahan yang timbul di kemudian hari dan apabila pembiayaannya bermasalah akan lebih sulit untuk melakukan eksekusi. Diperbolehkan jika ada hubungan keluarga (orang tua, anak, dan saudara kandung). c. Capital (Modal)5 Analisis kelayakan debitur pada prinsip capital di BMT ANKASA sesuai dengan unsur-unsur capital yaitu mempunyai sumber modal
dan
penggunaan
modal
yang
efektif.
Analisis
yang
menghubungkan antara pemohon pembiayaan terhadap sejumlahdana yang disetor untuk membiayai suatu barang. Yang menjadi pertimbangan bagian operasional dalam analisis ini adalah jangka waktu yang diambil calon nasabah tersebut dalam permohonan pembiayaan.
5
Ibid,. Wawancara dengan M. Eko Prasetyo
63
Perhitungan murabahah dapat dijelaskan dalam contoh (studi kasus): bapak Tri Subekti mengajukan permohonan pembiayaan murabahah ke BMT ANKASA pada tanggal 26 Mei 2013, untuk pembelian sepeda motor Supra X 125. Dengan harga Rp 5.000.000,-. pada saat itu pak Tri Subekti mempunyai dana Rp 1.000.000,-, pada waktu karyawan BMT ANKASAmelakukan survey dan analisis data, maka BMT menyetujui pemohonan pembiayaan dan menetapkan dengan tingkat keuntungan 2% pertahun dengan jangka waktu 2 tahun. Berikut perhitungan angsuran perbulan: Harga pokok sepeda motor
: Rp 5.000.000,-
Dibayar nasabah (uang muka) : Rp 1.000.000,Dibayar BMT
: Rp 4.000.000,-
Margin untuk BMT
: 24 x 2% x Rp 4.000.000,= Rp 1.920.000,-
Harga jual
: Rp 4.000.000,- + Rp 1.920.000,= Rp 5.920.000,-
Perhitungan angsuran perbulan Harga pokok
: Rp 4.000.000,-
Margin murabahah
: Rp 1.920.000,- +
Harga jual
: Rp 5.920.000,-
Pembayaran pertama : Rp 1.000.000,- Sisa angsuran
: Rp 4.920.000,-
Angsuran perbulan
: Rp 4.920.000,-/ 24
64
= Rp 205.000,Angsuran pokok / bulan : Rp 125.000,Margin/ bulan = Rp 80.000,d. Capacity (Kemampuan)6 Dalam hal ini BMT ANKASA harus dapat mengetahui kemampuan nasabah dalam mengembalikan pembiayaan, BMT ANKASA memiliki data nasabah kredit macet untuk dijadikan pertimbangan dalam pemberian pembiayaan. Praktek di BMT hanya membuat pertimbangan dengan melakukan wawancara langsung dengan nasabah pada waktu mengajukan permohonaan pembiayaan tentang pendapatan yang diperoleh termasuk pendapatan sampingan dan pengeluaran. Atau bagian operasional dapat mengetahuinya dari formulir permohonan. Dapat dirumuskan: Pendapatan bersih = pendapatan – Pengeluaran Pendapatan bersih jika lebih kecil dari angsuran maka pengajuan pembiayaan ditolak, jika pendapatan bersih lebih besar dari angsuran maka pengajuan pembiyaan direalisasi. Bagian operasional tidak menilai nasabah dari sejarah usaha nasabah yang bersangkutan, apakah usahanya banyak mengalami kegagalan atau mengalami perkembangan yang semakin maju dari waktu ke waktu.
6
Ibid,. Wawancara dengan M. Eko Prasetyo
65
e. Condition (Kondisi)7 Dalam penerapan di BMT ANKASA dalam penyaluran dana kepada nasabah hanya mengetahui kondisi ekonomi nasabahnya pada saat mengajukan pembiayaan sehingga banyak kemacetan dalam mengangsur angsuran. Tabel 1.2 Pertumbuhan Jumlah Nasabah Pembiayaan Murabahah BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan 2013-2015 Tahun Jumlah Nasabah 2015
73
2014
155
2013
55
Sumber: Dokumen BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan Gambar2.2 Kolektifitabilitas Pembiayaan Murabahah BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan dari Tahun 2013-2015 Kolektifitabilitas Pembiayaan Murabahah Dalam Persen 100 50 0
2013 2014 lancar
Dari
data
kurang lancar
di
atas
diragukan
dapat
macet
dilihat
2015
bahwa
perkembangan
kolektifitabilitas pembiayaan murabahah dari awal , yaitu tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 mengalami pasang surut. Pada lancar di tahun 2013 berjumlah 51% sedangkan tahun 2014 berjumlah 71% dan di tahun 7
Ibid,. Wawancara dengan M. Eko Prasetyo
66
2015 mengalami penurunan menjadi 47%. Selanjutnya kurang lancar di tahun 2013 berjumlah 16% sedangkan 2013 berjumlah 13 % dan di tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 21%. Selanjutnya diragukan pada tahun 2013 berjumlah 18% sedangkan tahun 2014 berjumlah 7% dan di tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 14%. Dan selanjutnya yang dibahas oleh peneliti yaitu macet pada tahun 2013 berjumlah 15% sedangkan tahun 2013 berjumlah 9% dan di tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 19%. Dari kurun waktu 3 tahun sejak berdirinya BMT ANKASA jumlah pembiayaan murabahah yang macet mengalami pasang surut dari tahun ke tahun.Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor analisis kelayakan debitur yang tidak begitu ketat, misalnya prinsip character bagian operasional tidak terjun langsung ke tetangga atau masyarakat sekitar nasabah pengajuan pembiayaan, prinsip capacity bagian operasional tidak menilai bagaimana prospek usahanya dimasa yang akan datang tetapi hanya menilai usahanya dimasa sekarang, dan prinsip condition yaitu bagian operasioanal tidak menilai bagaimana kondisi ekonomi nasabah yang mengajukan pembiayaan. Pembiayaan yang macet perlu memperoleh penyelamatan yang khusus, bila penyelamatan tidak tepat maka akan berdampak pada kerugian bagi BMT itu sendiri, karena BMT sulit mendapatkan pembiayaan itu kembali. Untuk menentukan langkah yang perlu diambil
67
dalam menghadapi pembiayaan bermasalah, perlu diteliti sebab-sebab terjadinya masalah sebagai berikut:8 a.
Melakukan Peninjauan Langsung Dengan cara menelpon terlebih dahulu nasabah yang telah melebihi dan batas tanggal penyetoran angsuran pembiayaan setelah menelpon memastikan tanggal yang dijanjikan untuk melakukan penyetoran angsuran
b.
Pemberian Surat Teguran Bertujuan memberitahukan kepada nasabah bahwa pembiayaan yang dimiliki telah jatuh tempo dan berisi rincian jumlah angsuran yang belum dibayar dengan permintaan kepada anggota untuk segera membayar tunggakan angsuran yang telah jatuh tempo
c.
Memberikan Keringanan Bertujuan untuk membantu anggota yang mengalami kesulitan dalam pelunasan pembiayaan. Dengan cara melunasi angsuran pokok yang sudah jatuh tempo terlebih dahulu. Apabila
tahapan-tahapan
penanganan
dan
penyelamatan
pembiayaan di atas tidak berhasil dan anggota tetap tidak bisa melunasi pembiayaan, maka BMT ANKASA akan melakukan penyelesaian pembiayaan dengan cara menjual barang jaminan tersebut atas kemauan anggota karena tidak mampu melunasi pembiayaan.
8
Wawancara dengan Abdullah Nurdin Suharto, bagian Bendahara BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan, tanggal 2 Februari 2016
68
B. Kendala yang Timbul pada Analisis Kelayakan Debitur Pada Pembiayaan Murabahah Di BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan9 Di BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan banyak terdapat kendala pada waktu menganalisis kelayakan debiturpada pembiayaan murabahah, antara lain tentang penetapan hak milik barang belum jelas. Seharusnya sebelum angsuran lunas, barang atas nama BMT ANKASA dan setelah lunas barang tersebut di atas namakan nasabah. Namun pada implementasinya BMT ANKASA hanya memberikan pembiayaan kepada nasabah, tanpa menerapkan prinsip tersebut. Dalam pengelolaan usaha adanya anggota yang belum mampu mengelola usahanya secara baik dikarenakan pada saat mengajukan pembiayaan hanya mengikuti faktor musiman terhadap suatu jenis usaha yang berada di masyarakat oleh nasabah BMT dan kondisi ekonomi yang tidak stabil pada saat itu. Adanya hubungan saudara antara karyawan BMT dan nasabah, sehingga BMT memutuskan pembiayaaan yang tidak seharusnya diberikan. Misalnya BMT melakukan kelebihan transaksi terhadap nilai agunan yang bermodalkan kepercayaan terhadap nasabah tanpa dilakukan analisa terlebih dahulu. Dari hasil wawancara dengan bapak M. Mahfudin selaku karyawandi BMT ANKASA menyatakan bahwa permasalahan yang terdapatdalam aplikasi pembiayaan di BMT ANKASA adalah pada jaminan atau collateral, contoh 9
Wawancara dengan M. Mahfudin, bagian Pemasaran BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan.
69
(studi kasus): bapak Mustari mengajukan permohonan pembiayaan untuk usaha toko bangunan, dari agunan/jaminan syarat terpenuhi dari hasil gaji istri dan suami sebesar 40% dari gaji bersih dan mobil avansa. Suatu hari, nasabah tersebut bermasalah (bercerai) secara otomatis angsuran pembiayaan tersebut juga bermasalah. Selain itu, permasalahan terdapat pada analisis tujuan, contoh (studi kasus):
bapak
Sugimin,
terjadinya
permasalahan
adalah
mengajukan
pembiayaan dengan jaminan dan nama sendiri, secara otomatis angsuran menjadi tanggung jawab peminjam. Namun pembiayaan tersebut digunakan oleh tetangganya tanpa sepengetahuan BMT ANKASA seharusnya nasabah yang mengajukan pembiayaan harus jujur dalam tujuan pembiayaan dan BMT ANKASAharus menganalisa pembiayaan lebih teliti dan lengkap. Permasalahan lain muncul, akibat adanya terjadinya penggantian pengelola tiap tahun, pergantian pengelola berarti pelimpahan tanggung jawab yang menyebabkan penanganan pembiayaan tidak terselesaikan. Atau pun kurangnya tenaga kerja di BMT ANKASA untuk bagian analisis pembiayaan dan penagihan sehingga nasabah sengaja untuk tidak melakukan pembayaran angsuran kepada BMT, dan kelemahan dalam melakukan pembinaan dan monitoring pembiayaan debitur. Debitur melakukan ekspansasi terlalu besar, sehingga dana yang dibutuhkan terlalu besar. Hal ini berdampak pada terhadap keuangan BMT dalam memenuhi kebutuhan BMT seperti gaji karyawan.
70
Pada saat pengajuan pembiayaan, gaji yang sebenarnya tidak di lampirkan melainkan data gaji yang di buat atau di mark up untuk mengelabuhi BMT agar
pembiayaan bisa cair. BMT tidak dapat bersaing dengan pasar, sehingga volume penjualan menurun misalnya isu bahwa BMT ANKASA akan pindah sehingga sebagian nasabah
menarik
tabungannya
menjadikan
penghimpunan
dana
dari
masyarakat berkurang. Dari permasalahan-permasalahan di atas mengakibatkan pengangsuran pembiayaan menjadi terlambat dan macet.