BAB IV ANALISIS ETIKA HUBUNGAN GURU DAN SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMP NEGERI 1 TIRTO PEKALONGAN
A. Analisis Etika Guru dalam Proses Belajar Mengajar Di SMP Negeri 1 Tirto Pekalongan Berdasarkan hasil penelitian penulis dengan menggunakan pendekatan kualitatif serta menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi dapat dinyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar etika yang dimiliki guru-guru dalam pembelajaran di SMP N 1 Tirto Pekalongan
secara
keseluruhan sudah dapat dikatakan sesuai dengan etika guru dalam pembelajaran menurut al-Kanani, hal tersebut tercermin dari sikap guru sebagai berikut: 1. Mengucapkan salam dan membaca ayat-ayat Al-Qur’an sebelum dan sesudah pembelajaran Bagi para siswa yang masih dalam masa pertumbuhan, baik fisik maupun psikologisnya, guru adalah contoh teladan yang sangat penting dalam
pertumbuhannya.1
keyakinannya,
meniru
Para tingkah
siswa
akan
lakunya,
menyerap mengutip
keyakinanpernyataan-
pernyataannya, dan bahkan menjadikan apa yang ada pada diri guru sebagai idealitas yang layak untuk diteladani.
1
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 113.
65
66
Mengucapkan salam dan membaca ayat-ayat Al-Qur’an dilakukan oleh guru setiap hari sebelum dan sesudah pembelajaran berlangsung di SMP N 1 Tirto Pekalongan. Membaca sholawat nariah bersama-sama antara guru dan siswa juga menjadi sebuah kebiasaan yang dilakukan setiap hari sebelum memulai pembelajaran. Hal tersebut dilakukan guru dengan tujuan memberikan contoh atau teladan yang baik kepada siswa. Penulispun menyadari bahwa untuk memberikan contoh yang baik kepada siswa, guru harus menyatukan kata dan tindakannya sebagai panutan bagi siswanya. Karena hal tersebut akan lebih efektif didalam sebuah pembelajaran. 2. Mengatur volume suara Suara guru adalah suatu instrumen yang harus selalu digunakan dalam kegiatan mengajar.2 Menghasilkan keseimbangan yang tepat dari tingkat volume suara guru merupakan hal yang sangat penting dalam mengendalikan perilaku. Guru harus mengatur volume suaranya dengan benar agar dapat didengar oleh semua siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam memberikan atau menjelaskan materi pelajaran kepada siswa, mayoritas guru di SMP N 1 Tirto Pekalongan menggunakan nada suara yang pas didalam kelas. Sehingga siswa bisa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru dengan jelas.
2
Sue Cowley, Panduan Manajemen Perilaku Siswa, (Jakarta: Erlangga, 2011), hlm. 70.
67
Walaupun bukan merupakan faktor yang besar, suara guru turut mempengaruhi dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan pengamatan penulis, suara guru yang relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan kedengaran rileks cenderung akan mendorong siswa untuk memperhatikan pelajaran. 3. Menegur siswa yang tidak menjaga sopan santun di dalam kelas Seorang guru harus membangun suasana hati yang dipenuhi dengan emosi positif. Emosi seseorang memang tidak selamanya stabil. Ada masa-masanya kita merasa marah, jengkel dan sebagainya. Dalam suasana jiwa yang bagaimanapun, seorang guru harus mampu mengendalikan dirinya dengan baik.3 Dalam proses belajar mengajar tentunya tidak semua siswa bisa dengan mudah fokus pada apa yang disampaikan guru. Begitu pula di SMP N 1 Tirto, meskipun mayoritas siswa-siswa disana dapat dikatakan kondusif akan tetapi masih ada beberapa siswa yang terkadang mengganggu kelancaran proses belajar mengajar, seperti mengganggu siswa lain yang sedang memperhatikan penjelasan guru. Menanggapi hal tersebut guru di SMP N 1 Tirto tidak serta merta acuh tak acuh dan juga tidak menyelesaikannya dengan kekerasan fisik, melainkan dengan cara memberikan teguran yang mendidik.
3
Ngainun Naim, op. cit., hlm. 213.
68
Dengan teguran yang mendidik menurut penulis siswa di SMP N 1 Tirto tidak berani mengulangi kesalahan yang sama, namun mereka masih tetap mau menghormati guru sebagai pengajarnya. 4. Bersikap bijak dalam menanggapi pertanyaan siswa Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid agar mereka
mampu
menemukan
masalahnya
sendiri,
memecahkan
masalahnya sendiri. Murid-murid membutuhkan bantuan dari guru dalam hal mengatasi kesulitan-kesulitan pribadi, kesulitan pendidikan dan sebagainya.4 Mayoritas guru di SMP N 1 Tirto Pekalongan bersikap bijak dalam menanggapi pertanyaan siswa yang berkaitan dengan materi pelajaran. Guru selalu menjawab dan dengan sabar menjelaskan kembali materi yang belum bisa dipahami oleh siswanya. Menurut penulis, memang sudah seharusnya seorang guru bersedia membantu kesulitan-kesulitan siswanya terutama dalam bidang akademik. Dengan demikian siswa mendapat arahan yang jelas dan dapat belajar dengan benar. Sedangkan etika guru terhadap siswa di SMP Negeri 1 Tirto Pekalongan mencerminkan sebuah etika hubungan yang baik seperti berikut:
4
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), Hlm. 124.
69
1.
Guru memberikan motivasi belajar kepada siswa Motivasi dapat diartikan sebagai daya pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah tujuan tertentu.5 Memiliki sikap yang benar terhadap belajar tentang sesuatu merupakan prasyarat mutlak. Guru harus menciptakan dan menumbuhkan keinginan dalam diri siswa untuk memperoleh ketrampilan atau pengetahuan baru. Dengan kondisi semacam ini, dalam diri siswa akan timbul rasa percaya diri bahwasanya ia betul-betul mampu belajar, dan bahwa informasi yang ia dapatkan akan mempunyai dampak bermakna bagi kehidupannya. Mayoritas guru di SMP N 1 Tirto Pekalongan sebelum memulai pembelajaran terlebih dahulu memberikan motivasi kepada siswa dengan tujuan agar siswa lebih bersemangat dalam mengikuti proses belajar mengajar, motivasi yang guru berikan salah satunya berupa kisah-kisah perjalanan hidup guru menuju kehidupannya sekarang dengan prestasiprestasi yang telah dicapai. Dengan begitu siswa merasa lebih bersemangat untuk mencapai cita-citanya seperti apa yang telah dicapai oleh gurunya. Puja Adi Saputra kelas IX mengaku bahwa dia menjadi lebih sadar akan pentingnya belajar untuk bisa mencapai cita-citanya kelak, menjelang ujian nasional kebiasaan-kebiasaan seperti keluyuran dimalam hari mulai ia tinggalkan dan lebih memfokuskan diri untuk belajar. Hal
5
Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan (Jogjakarta: ArRuzzmedia, 2012), hlm. 75.
70
tersebut terjadi setelah dirinya mendapatkan motivasi dari guru menjelang ujian nasional.6 Motivasi
yang
guru
berikan
kepada
siswa
berdasarkan
pengamatan penulis cukup berhasil dalam meningkatkan semangat belajar siswa di SMP N 1 Tirto Pekalongan. 2.
Bersikap adil kepada semua siswa Adil, jujur dan objektif dalam memperlakukan dan menilai siswa dalam proses belajar mengajar merupakan hal yang harus dilakukan oleh guru. Jangan sampai guru melakukan sebuah tindakan yang tidak adil, tidak jujur, dan subyektif. Hal ini penting untuk ditekankan karena ketika seorang guru melakukan tindakan yang tidak baik, seperti tidak adil dan sebagainya, dampak-dampaknya akan sangat luas. Tidak hanya kepada diri guru, parasiswa, keluarga, dan masyarakat luas, tetapi juga berpengaruh terhadap citra guru secara umum.7 Dalam memberikan penjelasan tentang materi pelajaran maupun dalam hal memberikan nilai mayoritas guru di SMP N 1 Tirto bersikap adil kepada semua siswa, mereka tidak membeda-bedakan antara siswa satu dengan siswa yang lain, meskipun kecerdasan dan status sosial siswa di SMP N 1 Tirto berbeda-beda, para guru tetap memperlakukan semua siswanya dengan adil. Sehingga tidak muncul rasa saling cemburu dari dalam diri masing-masing siswa. Seperti pernyataan Naila Risma Salsabila, Hania, dan Bayu Gilang selaku siswa di SMP N 1 Tirto 6
Wawancara dengan Puja Adi Saputra, Siswa SMP Negeri 1 Tirto Pekalongan, 28 Maret
7
Ngainun Naim, op. cit., hlm. 41.
2015.
71
Pekalongan yang mengaku bahwa selama dirinya belajar di SMP N 1 Tirto tidak ada guru dari mata pelajaran apapun yang membuatnya merasa diperlakukan tidak adil.8 Akan tetapi, berbanding terbalik dengan Lydia siswa kelas IX dia mengaku bahwa ada salah satu guru yang kadang berlaku tidak adil kepada dirinya yang dikarenakan oleh salah satu sebab. Hal tersebut membuatnya merasa tidak nyaman dalam mengikuti proses belajar mengajar dengan guru yang dianggapnya tidak adil tersebut.9 Senada dengan Lydia, Rifa Ika Nabila siswa kelas VIII mengaku bahwa ada salah satu guru dalam mata pelajaran yang sama terkadang berlaku tidak adil kepada dirinya, dikarenakan dia tidak mengikuti bimbingan belajar ditempat guru tersebut.10 Berdasarkan analisa penulis bahwa pada dasarnya mayoritas guru di SMP N 1 Tirto Pekalongan sudah memperlakukan siswa-siswanya dengan adil baik dalam hal kecerdasan maupun status sosial siswa. Hanya saja ada salah satu guru yang belum bisa bersikap adil terhadap siswa yang semestinya sikap tersebut tidak ditunjukkan oleh seorang guru, karena guru adalah panutan bagi siwa-siswanya. 3.
Mengajar dengan bahasa yang mudah dipahami siswa Sebagai pendidik, guru harus mampu berkomunikasi dengan baik dengan peserta didik. Komunikasi antara guru dan siswa/ peserta didik 8
Wawancara dengan Naila Risma Salsabila dkk, Siswa SMP Negeri 1 Tirto Pekalongan, 28 Maret 2015. 9 Wawancara dengan Lydia, Siswa SMP Negeri 1 Tirto Pekalongan, 28 Maret 2015. 10 Wawancara dengan Rifa Ika Nabila, Siswa SMP Negeri 1 Tirto Pekalongan, 28 Maret 2015.
72
banyak berlangsung saat proses pembelajaran. Guru harus memahami bahwa karakterisitik peserta didik antara satu dengan yang lainnya memiliki perbedaaan. Oleh karena itu pemilihan bahasa dalam berkomunikasi/ menjelaskan materi pelajaran kepada siswa menjadi hal penting yang harus diperhatikan oleh guru, agar semua siswa bisa menyerap dan memahami apa yang guru sampaikan. Guru-guru di SMP N 1 Tirto Pekalongan dalam proses belajar mengajar sudah memahami kondisi siswanya dan mengetahui tingkat kemampuannya dalam berbahasa. Dalam menyampaikan materi pelajaran guru di SMP N 1 Tirto Pekalongan menggunakan bahasa yang bisa dengan mudah dipahami siswa. Dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa, guruguru di SMP N 1 Tirto Pekalongan bisa dengan mudah berkomunikasi dengan siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung. Selain itu hubungan keakraban antara guru dan siswa juga terwujud dalam situasi pembelajaran. Jika dalam pembelajaran antara guru dan siswa sudah terjalin sebuah hubungan yang baik, maka tujuan dari pembelajaran tersebutpun akan sangat mudah tercapai. 4.
Memberikan evaluasi pembelajaran Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru adalah evaluasi pembelajaran. Kompetensi ini sejalan dengan tugas dan tanggung jawab
guru
dalam pembelajaran,
yaitu mengevaluasi
73
pembelajaran termasuk didalamnya melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar. Guru sebagai evaluator, fungsi ini dimaksudkan agar guru mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Dengan melakukan penilaian guru akan dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.11 Di SMP N 1 Tirto Pekalongan ketika pembahasan suatu materi pelajaran telah selesai, biasanya guru memberikan evaluasi pembelajaran kepada siswa. Hal ini bertujuan agar guru dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi yang telah disampaikan guru. Beberapa bentuk evaluasi pembelajaran yang sering digunakan guru-guru di SMP N 1 Tirto Pekalongan diantaranya adalah memberikan soal dengan bentuk tanya jawab secara lisan dan memberikan PR kepada siswa sebelum melanjutkan materi pelajaran berikutnya. Berdasarkan pengamatan penulis jika mayoritas siswa ternyata tidak memahami materi yang telah guru berikan sebelumnya, maka biasanya guru menunda melanjutkan materi selanjutnya. Guru lebih memilih menjelaskan kembali materi sebelumnya yang telah dibahas namum belum bisa dipahami oleh mayoritas siswanya.
11
Ngainun Naim, op. cit., hlm. 31.
74
B. Analisis Etika Siswa dalam Proses Belajar Mengajar Di SMP Negeri 1 Tirto Pekalongan Di SMP Negeri 1 Tirto Pekalongan dalam kegiatan belajar mengajar mayoritas siswa menunjukkan etika yang baik dalam berhubungan dengan guru. Hal ini tercermin dalam beberapa perilaku baik siswa seperti: 1. Bertuturkata dengan baik kepada guru Sikap tawadlu’ dan rendah hati kepada guru merupakan syarat mutlak bagi setiap siswa yang ingin mendapatakan ilmu manfaat. Suatu ilmu pengetahuan akan bermanfaat bila disampaikan oleh seorang guru dengan hati yang ikhlas dan ridho kepada para siswanya. Sebaliknya seorang siswa yang memiliki sikap, ucapan atau perilaku yang mengecewakan dan menyakiti hati gurunya, tentu sangat sulit (bahkan tidak mungkin) memperoleh ilmu yang manfaat.12 Ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung mayoritas siswa selalu berkomunikasi dengan guru menggunakan bahasa yang halus dan tidak bernada suara tinggi. Akan tetapi ada beberapa siswa yang kadang dalam berkomunikasi menyinggung perasaan guru. Bambang Haryanta salah satu guru di SMP Negeri 1 Tirto Pekalongan mengatakan bahwa 90% siswa-siswa di SMP Negeri 1 Tirto jika dilihat dari segi sikap dan tingkah laku sudah bisa dikatakan baik. Mereka selalu berbicara dengan bahasa yang halus kepada guru dalam kegiatan belajar, akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa ada beberapa 12
Bashori Muchsin dan Abdul Wahid, Pendidikan Islam Kontemporer, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hlm. 25.
75
siswa yang sesekali berperilaku tidak sopan terhadap guru ketika pembelajaran sedang berlangsung seperti menyinggung perasaan guru dengan kata-kata yang tidak sepantasnya diucapkan.13 Penulis menyadari bahwa setiap individu mempunyai sifat dan perilaku yang berbeda-beda, dan begitu pula siswa-siswa di SMP N 1 Tirto Pekalongan. Mereka berasal dari keluarga dan lingkungan yang satu sama lain berbeda, sehingga hal tersebut berpengaruh pada sikap mereka di sekolah, terutama dengan guru. 2. Bersikap Santun kepada Guru Menunjukkan sikap sopan dan santun kepada guru merupakan akhlak mulia yang harus dilakukan parasiswa.14 Sikap santun merupakan salah satu bentuk rasa hormat kepada orang lain, baik dalam bentuk sikap ataupun perbuatan. Orang yang bisa bersikap santun adalah orang yang halus dan baik budi bahasa maupun tingkah lakunya kepada orang lain. Sikap sopan dan santun dalam berhubungan dengan guru juga sudah terlihat dalam diri siswa di SMP Negeri 1 Tirto Pekalongan, hal tersebut dapat dilihat dari sikap para siswa yang selalu mengucapkan salam dan meminta izin kepada guru terlebih dahulu ketika ingin masuk kedalam kelas, dan mengangkat tangan sebelah kanan pada saat diabsen oleh guru. Mayoritas siswa di SMP N 1 Tirto Pekalongan jika dilihat dari sikap mereka terhadap guru seperti demikian sudah dapat dikatakan baik. 13
Wawancara dengan Bambang Haryanta, Guru SMP Negeri 1 Tirto Pekalongan, 28 Mei
14
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 184.
2015.
76
Berdasarkan analisa penulis rasa takut kepada guru masih tertanam dalam diri siswa, dan anggapan bahwa guru adalah orang yang patut dihormati terlihat jelas dari sikap siswa terhadap guru di SMP N 1 Tirto Pekalongan. 3. Memperhatikan hal-hal yang disampaikan oleh guru Memperhatikan penjelasan guru pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung didalam kelas tidak hanya berguna untuk memahami pelajaran. Dari situ bisa terlihat bagaimana cara seseorang menghargai orang lain yang sedang bicara, dalam hal ini siswa terhadap guru. Dari hasil wawancara yang penulis lakukan kepada beberapa guru di SMP Negeri 1 Tirto, sebagian besar menyatakan bahwa siswa di SMP Negeri 1 Tirto Pekalongan selalu memperhatikan apa yang disampaikan guru ketika guru sedang menjelaskan materi pelajaran. Meskipun ada beberapa siswa yang terkadang asik dengan dirinya sendiri di dalam kelas dan tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru, akan tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi siswa lain untuk tetap memperhatikan penjelasan dari guru pada saat pembelajaran berlangsung. 4. Mengikuti dan mematuhi perintah guru Guru adalah orang tua bagi siswa di sekolah, oleh karena itu sudah menjadi kewajiban siswa untuk mengikuti dan mematuhi perintah guru. Tidak ada seorang guru yang ingin menjerumuskan siswanya ke hal-hal yang merugikan siswa tersebut.
77
Di SMP N 1 Tirto Pekalongan mayoritas dari siswanya sudah melakukan apa yang menjadi kewajibannya sebagai siswa. Mereka selalu megikuti perintah guru, salah satunya dengan mengerjakan tugas yang diberikan guru dalam proses belajar mengajar seperti tugas untuk mendiskusikan suatu meteri pelajaran dan sebagainya. Etika siswa terhadap pelajarannya di SMP N 1 Tirto Pekalongan juga sudah sesuai dengan etika siswa terhadap pelajarannya menurut KH. Hasyim Asyiari, hal tersebut tercermin dari beberapa sikap siswa sebagai berikut: 1. Siswa membiasakan diri bertanya Menyenangkan hati para gurumerupakan salah satu etika yang perlu dilakukan oleh peserta didik. Caranya antara lain tidak terlalu banyak bertanya yang merepotkan guru. Bertanya tentang sesuatu yang belum diketahui kepada guru pada dasarnya merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan.15 Membiasakan diri untuk tidak malu bertanya kepada guru maupun kepada teman sebaya pada saat proses belajar mengajar berlangsung sudah tertanam dalam diri mayoritas siswa di SMP N 1 Tirto Pekalongan. Berdasarkan pengamatan penulis antusias siswa di SMP N 1 Tirto Pekalongan cukup tinggi untuk bertanya kepada guru mengenai sesuatu materi atau hal lain yang belum mereka ketahui baik didalam kelas maupun diluar kelas.
15
Ibid.,hlm. 184.
78
Bertanya kepada guru tentang sesuatu yang belum diketahui adalah cara yang paling benar dilakukan siswa untuk memperoleh jawaban yang jelas. Karena dengan bertanya kepada seorang guru, guru tersebut bisa menjelaskan dan mengarahkan secara jelas dan benar tentang apa yang ditanyakan siswa. 2. Mencatat pelajaran Mencatat materi pelajaran yang disampaikan guru adalah point penting yang harus dilakukan oleh semua siswa. Berdasarkan pengamatan penulis mayoritas siswa di SMP N 1 Tirto Pekalongan selain memperhatikan penjelasan dari guru mereka juga sudah mengetahui akan pentingnya mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut terlihat ketika guru telah selesai menjelaskan materi pelajaran, hampir semua siswa mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh guru dan yang tertulis di papan tulis. Dengan mencatat materi pelajaran siswa bisa sewaktu-waktu belajar dan mengingat kembali pelajaran yang telah selesai. Jika seorang siswa hanya memperhatikan penjelasan guru akan tetapi tidak memiliki catatan tentang materi tersebut, maka tidak menutup kemungkinan siswa tersebut lupa dan kesulitan mempelajarinya kembali.
79
C. Analisis Etika Hubungan Guru Dan Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar Di SMP N 1 Tirto Pekalongan Guru adalah ujung tombak dalam proses belajar mengajar. Karena gurulah yang berinteraksi langsung dengan siswa didalam kelas. Gurulah yang memegang peranan yang sangat penting dalam membuat siswa mengerti dan paham mengenai mata pelajaran yang diajarkan. Sekolah sebagai institusi pendidikan membutuhkan guru yang tidak hanya berfungsi sebagai pengajar yang mengajarkan mata pelajaran tertentu kepada siswa, tetapi juga sebagai pendidik yang memberikan bekal pengetahuan kepada siswanya mengenai etika, kemampuan untuk survive dalam hidup, kreasi dan sebagainya. Dengan bekal etika guru yang kuat dalam penyelenggarakan proses belajar mengajar akan berimplikasi pada keberhasilan para siswa dalam menguasai dan mengamalkan ilmu yang telah diperolehnya. Hubungan guru dengan siswa didalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan, bagaimanapun sempurnanya metode yang digunakan, namun jika hubungan guru dengan siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka dapat menciptakan suatu hal yang tidak diinginkan. Di SMP N 1 Tirto Pekalongan dalam proses belajar mengajar antara guru dan siswa menjalin sebuah etika hubungan yang baik, hubungan yang baik ini terlihat ketika guru memberikan motivasi belajar kepada siswa
80
sehingga siswa merasa mendapat dorongan untuk mengubah dirinya kearah yang lebih baik. Mayoritas guru di SMP N 1 Tirto Pekalongan selalu memperlakukan siswanya dengan adil tanpa membeda-bedakannya, sehingga tidak timbul rasa iri dalam diri masing-masing siswa. Dalam menjelaskan materi pelajaran kepada siswa dalam proses belajar mengajar mayoritas guru berusaha untuk memahamkan semua siswa dengan menggunakan bahasa yang dimengerti siswa dengan tidak menggunakan bahasa yang terlalu tinggi untuk siswa atau bahasa asing yang tidak bisa siswa mengerti. Memberikan evaluasi pada akhir pembelajaran juga selalu dilakukan oleh mayoritas guru di SMP N 1 Tirto Pekalongan guna mengetahui berhasil atau tidaknya pembelajaran yang telah dilakukannya. Dengan demikian guru bisa mengetahui siswa yang sudah paham dan siswa yang belum paham, selanjutnya guru juga bisa memperbaiki kekurangan-kerungannya dalam mengajar. Sesuai dengan kriteria seorang pendidik yang baik, disini terdapat keteladanan
dari
guru
bahwa
guru
sebagai
pendidik
seyogyanya
mencerminkan sikap yang baik sebagai contoh dan panutan baik dengan perkataan maupun dengan perbuatannya. Keteladanan ini lebih dapat mendidik daripada hanya dengan menyampaikan materi tanpa adanya contoh dari guru tersebut.
81
Selain itu hubungan yang baik antara guru dan siswa di SMP N 1 Tirto Pekalongan juga dapat dilihat dari siswa yang selalu bertutur kata dengan baik kepada guru dalam proses belajar mengajar, entah itu dalam hal bertanya atau mendiskusikan suatu materi pelajaran maupun hal yang lain. Bersikap santun kepada guru khususnya dalam proses belajar mengajar juga seperti sudah menjadi kebiasaan dari mayoritas siswa di SMP N 1 Tirto Pekalongan, mereka membiasakan diri meminta izin kepada guru saat ingin masuk dan meninggalkan pembelajaran. Ketika guru menjelaskan materi dalam proses belajar mengajar, mayoritas siswa memperhatikan apa yang disampaikan, banyak dari mereka seakan tidak mau ketinggalan materi pelajaran. Mayoritas siswa juga menghormati guru dalam mengikuti proses belajar mengajar, hal tersebut terlihat ketika siswa mengikuti dan mematuhi perintah guru. Seperti mengerjakan tugas dan sebagainya.