BAB III SOLUSI BISNIS
3.1. Alternatif Solusi Bisnis Berdasarkan hasil analisis Bab II, investasi di saham telekomunikasi dalam keadaan bisnis telekomunikasi di Indonesia yang tidak menentu membutuhkan langkah terkendali. Jenis filosofi investasi yang ditekankan dalam Bab II penelitian ini adalah investasi jangka panjang yang lebih menekankan pada pemilihan aset saham dan tidak akan bergantung dalam market timing. Oleh karena itu periode pemegangan saham (hold) dari setiap investasi tidak dalam orde jam atau hari, minimal berorde tahun, artinya keputusan pemegangan saham (hold) minimal dalam satu tahun untuk kemudian dapat dijual kembali. Namun sebenarnya dengan kondisi bisnis telekomunikasi yang mengarah ke fase mature dalam waktu dekat tapi tetap ada harapan dari sisi teknologi, pada akhirnya ada beberapa kemungkinan solusi bisnis bagi investor dalam pasar saham, yakni 1. Membiarkan
proses
penurunan
nilai
perusahaan
telekomunikasi di Indonesia terjadi dan tidak berinvestasi di dalamnya. Memilih untuk berinvestasi di sector industri yang lain. 2. Menilai harga saham perusahaan‐perusahaan di sektor telekomunikasi tersebut dan membandingkannya dengan harga saham pada saat kini. Dan kemudian mengambil keputusan berdasarkan hasil valuasi tersebut. Jika nilainya undervalued maka pilihan berinvestasi merupakan pilihan
88
terbaik. Namun jika nilainya overvalued maka pilihan untuk tidak berinvestasi di sektor telekomunikasi Indonesia adalah yang terbaik. 3.2. Analisis Solusi Bisnis Solusi bisnis yang terbaik yang bisa dilakukan adalah skenario nomor 2, yakni berusaha melakukan valuasi atas perusahaan‐ perusahaan emiten telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia dan kemudian baru menentukan keputusan investasi tersebut. Dasar dari valuasi tersebut adalah cara untuk meningkatkan nilai setiap perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI. Karena perusahaan pemberi layanan telekomunikasi sangat bergantung pada pelanggan pengguna layanan telekomunikasinya maka diperlukan suatu terobosan baru yang memberi nilai tambah bagi penggunanya juga. Karena pada dasarnya pelanggan sudah jenuh dengan layanan telekomunikasi dasar seperti layanan suara dan SMS. Satu hal kuat yang membuat pelanggan mendapat nilai tambah adalah inovasi baru dari perusahaan telekomunikasi tersebut. Namun inovasi baru tersebut bukan hasil dari pengembangan produk suara dan SMS dengan promo yang berbeda, tetapi sesuatu yang lebih dari itu. Dari penjabaran di Bab II dijelaskan bahwa teknologi konvergensi merupakan sesuatu yang dapat membuat hidup manusia menjadi lebih mudah. Pengguna dapat memanfaatkan hasil teknologi konvergensi pada semua jalur telekomunikasi yang mereka punya. Dan hal tersebut memberikan nilai tambah bagi pengguna yang pada
89
akhirnya akan memberikan nilai tambah pada perusahaan penyedia jasa tersebut.
3.2.1. Penilaian Harga Saham Emiten Sektor Telekomunikasi Sebagai sebuah perusahaan yang berdasar pada perkembangan teknologi, emiten sektor telekomunikasi harus terus menerus melakukan pembaruan pada pengembangan teknologi perusahaannya. Hal ini menjaga perusahaan agar tetap memberikan nilai tambah bagi penggunanya. Dan dengan begitu secara otomatis investasi tersebut akan memberikan nilai tambah balik pada perusahaan.
Gambar 3.1. Konsep Hubungan Pelanggan dan Nilai Ekuitas Perusahaan Telekomunikasi
90
Pemilihan Metode Valuasi Metode valuasi yang digunakan adalah metode valuasi Discounted Cash Flow dengan pertimbangan bahwa metode tersebut merupakan metode yang melakukan valuasi dengan pendekatan operasional perusahaan. Sehingga akan tepat jika dimasukkan unsur investasi teknologi konvergensi ke dalam metode tersebut. Selain itu pula metode DCF merupakan mertode yang banyak digunakan oleh banyak analis keuangan untuk memprediksi nilai keuangan perusahaan di masa mendatang. Untuk lebih mendetail, metode DCF yang digunakan adalah metode Free Cash Flow to the Firm (FCFF) dan bukan merupakan metode Free Cash Flow to the Equity (FCFE). Pemilihan metode DCF FCFF dikarenakan dasar analisa fundamental dari penelitian ini adalah analisa operasional masing‐masing perusahaan telekomunikasi. Hal tersebut dapat diakomodasi dengan metode FCFF. Metode FCFF ini melakukan valuasi berdasar pada perkiraan nilai EBIT perusahaan tersebut di masa mendatang dan nilai EBIT tersebut didatangkan dari hasil kegiatan penjualan/operasional perusahaan. Hasil akhir dari nilai valuasi FCFF adalah nilai perusahaan (value to the firm), yang kemudian dikurangai dengan nilai hutang perusahaan sehingga menjadi nilai ekuitas perusahaan. Metode FCFE untuk mendapatkan nilai ekuitas perusahaan kurang tepat untuk diterapkan pada penelitian ini disebabkan karena metode FCFE tersebut akan mempunyai nilai kesalahan (error) yang lebih tinggi daripada FCFF karena langsung melakukan prakiraan nilai EPS (Earning per Share).
91
Asumsi‐asumsi Untuk dapat melakukan penilaian (valuation) dari sisi dasar keuangan perusahaan, ada beberapa hal yang menjadi masukan dari proses penilaian tersebut, yakni: 1. Laporan keuangan tahunan perusahaan yang memberikan informasi keuangan historik dan menjadi dasar untuk setiap valuasi, dan 2. Prakiraan laporan keuangan perusahaan (Cash Flow) perusahaan tersebut di masa mendatang 3. Prakiraan nilai cost of capital Poin nomor satu telah dijabarkan di dalam Bab II sebelumnya sedangkan untuk poin nomor dua dan tiga termasuk di dalam perhitungan valuasi penelitian ini. Hasil Valuasi per Perusahaan Prakiraan Cash Flow Menurut Aswath Damodaran dalam Damodaran on Valuation (Second Edition) chapter 4 Forecasting Cash Flows menyatakan bahwa terdapat tiga komponen untuk memprakirakan alur uang perusahaan di masa datang, yakni: 1. Panjangnya periode extraordinary growth
92
2. cash flow selama extraordinary growth tersebut (bersama dengan nilai cost of capital dan nilai estimasi growth perusahaan untuk proses valuation tersebut) 3. terminal value Menentukan Panjangnya Periode Extraordinary Growth Semakin kecil sebuah perusahaan maka perusahaan tersebut akan cenderung mempunyai nilai return yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan besar. Hal itu dikarenakan perusahaan kecil relatif mempunyai ruang untuk berkembang terus dibandingkan dengan perusahaan yang sudah besar. Tabel 3.1. Perbandingan Pendapatan Usaha Emiten Telekomunikasi Periode 2004‐2007 REVENUE COMPARISON 2004 33,948 TELKOM 275 Bakrie Telecom 10,430 INDOSAT 3,133 Excelcomindo 161 Mobile-8
2005 41,807 369 11,590 3,790 244
2006 51,294 829 12,239 5,778 608
2007 59,440 1,503 16,489 7,990 1,290
Untuk menghitung panjangnya periode extraordinary growth dari suatu perusahaan perlu untuk mempertimbangkan kemungkinan TELKOM mempunyai barriers to entry dan competitive advantage pada tahun mendatang. Asumsi umum yang digunakan pada kelima perusahaan adalah bahwa dalam periode tahun 2010 hingga 2015 terdapat layanan kommunikasi yang terintegrasi dengan konsep IMS (IP Multimedia Service). Konsep ini membuat pelanggan semua jalur komunikasi
93
(jalur suara – selular GSM maupun CDMA ataupun jalur kabel, jalur data, jalur multimedia, televisi) semakin mudah dalam berkomunikasi dengan orang lain menggunakan gabungan semua jalur tersebut. Tabel 3.2. Perbandingan Panjangnya Growth Period Emiten Telekomunikasi
Company
TELKOM (2007 ROE = 29.86%)
Competitive
Potential
Length
Advantage
Threats
Growth Period
2. Merupakan perusahaan milik pemerintah Indonesia (51.81% saham); 48.18%‐nya dimiliki oleh publik 3. The largest Telecommunication market capitalization in IDX 4. 3G License holder 5. Include fixed line and mobile line business (the only fixed line provider) 6. Owned by Singaporean also 7. Having the highest stock price in BEI (IDX) 8. Mempunyai inovasi T‐ CASH oleh Telkomsel 9. Kapitalisasi pasar di IDX sebesar 10.3% sebanyak Rp. 204,624 milyar (Telkom Annual Report 2007, 2008,4) 10. Fokus pasar tidak hanya di Pulau Jawa, namun sampai ke wilayah Indonesia Timur juga (Papua) 11. Mempunyai image sebaagai perusahaan penyedia telekomunikasi selular yang jaringannya
of
1. Large company, low High Growth period flexibility of 8 years next 2. Management Change
of
3. Tariff war in mobile segment 4. Stagnant growth of fixed line 5. Marketing: Expensive mobile tariff in 2008 price war Æ mempunyai image sebagai perusahaan yang mempunyai tariff telepon dan sms paling mahal di Indonesia 6. Marketing: High Class segment in mobile line 7. Own its large software house 8. Tekanan persaingan operator layanan telekomunikasi di Indonesia yang tinggi. Salah satu ancamannya adalah Excelcomindo yang mempunyai tariff suara dan data paling murah dan klaim mereka yang mempunyai
94
paling luas
INDOSAT (2007 ROE = 12.12%)
jaringan yang luas. Disisi lain Telkom cenderung berlindung di balik pemerintah Indonesia sebagai pemegang saham mayoritas
1. Mempunyai bisnis di sector fixed telecommunication – sambungan luar negeri Indonesia (SLI), cellular telecommunication,Fixed Wireless Access (berbasis CDMA) dan layanan komunikasi data. Juga mempunyai layanan komunikasi via VoIP untuk hubungan domestic dan internasional
1. Ancaman perang Periode High Growth tarif yang membuat adalah 6 tahun ke posisi market share Indosat menurun Æ depan salah satu produk Indosat yang berhasil, IM3 yang berhasil di segmen pasar anak usia sekolah terancam dengan penawaran tarif yang lebih murah dari Excelcommindo
2. 40.8% dari saham Indosat dibeli oleh QTel (Qatar Telecom) dengan harga premium di atas harga pasar
2. Pertumbuhan yang stagnan di dalam bisnis fixed phone
3. Mempunyai market share terbanyak kedua di Indonesia (32%) 4. Mempunyai lisensi 3.5G di Indonesia 5. Dengan adanya peran pihak di luar masyarakat Indonesia di dalam perusahaan diharapkan ada perubahan manajemen dan kemungkinan melakukan ekspansi 6. Indosat memounyai anak perusahaan bernama Indosat Singapore PTE. LTD. yang memebrikan layanan telekomunikasi di Singapura.
3. Perusahaan besar yang memungkinkan ketidaklenturan dalam perubahan model bisnis sesuai tuntutan lingkungan bisnis 4. Relatif tidak terlalu banyak mempunyai inovasi produk hingga awal Agustus 2008 ini. Inovasi hanya berputar pada tarif dari produk yang telah ada.
7. Indosat mempunyai beberapa anak perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, yang beberapa
95
diantaranya memberikan hutang pada Indosat 8. Mempunyai layanan wireless broadband service – cyber bus untuk high speed data access untuk pelanggan korporasi Excelcommindo (2007 ROE = 5.62%)
1. Sukses di bidang pemasaran dalam perang tarif di tengah awal tahun 2008. Mempunyai image sebagai penyedia layanan telepon selular yang termurah di Indonesia 2. Mempunyai izin penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler DCS 1800, Izin penyelenggaraan jaringan tetap tertutup, izin penyelenggaraan Jasa Internet, izin VoIP, dan izin peyelenggaraan seluler untuk teknologi 3G. Terdapat kemungkinan untuk menawarkan layanan konvergensi data dan suara.
1. Persaingan sektor Periode High Growth telekomunikasi adalah 7 tahun. yang ketat di Indonesia 2. Kemungkinan terjadi berbenturan budaya dalam internal perusahaan. Hak itu karena sebagian besar anggota komisaris merupakan orang Malaysia yang selama tahun 2007 dan awal tahun 2008 sering berkonfrontasi dengan Indonesia
3. Mengimplementasikan teknologi switching dengan NGN yang merupakan cikal bakal konvergensi jalur suara dan jalur data 4. Mempunyai jaringan hubungan internasioal menggunakan jaringan serat optik 5. Claim perusahaan yang memiliki jaringan BTS yang menjangkau 90% populasi Indonesia (Bursa Efek Indonesia – Laporan Tahunan 2007 PT Excelcomindo Pratama Tbk) Bakrie
Telecom
1. Mempunyai dagang
merek penyedia
1. Jaringan Infrastruktur
Periode High Growth
96
(2007 ROE = 7.69%)
layanan FWA CDMA yang murah di Indonesia 2. Biaya operasional dan biaya modal untuk teknologi murah karena biaya frekuensi FWA lebih murah daripada seluler, jaringan telekomunikasinya sewa kepada perusahaan lain 3. Mempunyai layanan CDMA EVDO (Evolution Data Optimized) yang mempunyai kemampuan setara dengan 3G
telekomunikasi – adalah 5 tahun interkoneksi jaringan perusahaan bergantung pada Indosat dan Telkom 2. Jaringan distribusi yang relative lemah dibandingkan dengan Telkom Flexi sehingga menyulitkan dalam melakukan penetrasi pasar 3. Dalam masa persaingan yang ketat, kebutuhan biaya CAPEX sebagai modal untuk bersaing dengan bigger player akan semakin besar dan perusahaan kekurangan dana tersebut 4. Cash Flow lemah
Mobile-8 Telecom (2007 ROE = 2.80%)
yang
1. Dibandingkan dengan 1. Kompetitor lain Periode High Growth operator telekomunikasi yang mempunyai adalah 5 tahun CDMA, Mobile‐8 tidak infrastruktur yang terkukung masalah relative lebih batasan wilayah karena lengkap akan lebih izin operasi yang meninggalkan ke dipegang adalah layanan depan telepon bergerak seluler yang dapat mencakup 2. Kontrak kerja yang tidak diselesaikan seluruh wilayah dengan baik antara Indonesia. Hal itu tidak perusahaan dengan seperti BTEL (Esia), vendor yang akan TLKM (Flexi), dan ISAT menghambat (StarOne) yang kinerja perusahaan memberikan layanan CDMA berbatas wilayah karena izin operasinya adalah FWA
Sebelum dilakukan prakiraan cash flow, dilakukan terlebih dahulu proses prakiraan pertumbuhan historical. Seberapa cepat pertumbuhan pendapatan dan keuntungan dari setiap perusahaan. Sejarah pertumbuhan masa lampau memang tidak dapat dengan pasti
97
mencerminkan pertumbuhan di masa depan, namun informasi tersebut dapat berguna membantu proses prakiraan masa depan. Setelah mendapatkan periode dari extraordinary growth tersebut diatas, maka dilakukan prakiraan cash flow dengan memasukkan semua asumsi perkembangan perusahaan di masa mendatang dan semua asumsi keadaan pasar modal Indonesia. Proses memprakirakan nilai cash flow didapatkan dengan asumsi bahwa Return on Capital (ROC) dari TELKOM bersifat positif dan akan terus berubah di masa mendatang. Expected Growth rateEBIT = (ROCt) (Reinvestment Rate) +
Return on Capital =
Reinvestment Rate =
ROCt − ROCt −1 ROCt
EBIT (1 − t ) CapitalInvested
CapitalExpenditure − Depreciation + ΔNonCAshWC EBIT (1 − TaxRate)
Tabel 3.3. Nilai Return on Capital TELKOM 2007
EBIT
t
EBIT (1‐t)
BV of Debt
BV of Equity
Cash
(net of cash) TELKOM
Industry Average
Return
on
Capital
26,473
31%
18,273.36
39,005.00
43,054.00
10,140.70
25.41%
1,955
30%
1,369
13,202
7,666
2,979
7%
Return in capital = EBIT (1‐t)/(BV of Debt+BV of Equity‐Cash)
98
Berdasarkan table perbandingan ROC diatas, terlihat bahwa TELKOM mempunya nilai competitive advantage berdasarkan hasil perbedaanyang tinggi dari ROC TELKOM dan ROC rata‐rata perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Terminal Value Setelah didapatkan jumlah tahun high growth dari masing‐ masing perusahaan, nilai perusahaan di tahun‐tahun setelah periode high growth dapat dirangkum dengan nilai terminal value. Sehingga nilai dasar keuangan perusahaan didapatkan dari nilai DCF (Discounted Cash Flow) selama periode high growth ditambah dengan nilai terminal value. Diasumsikan bahwa cash flow dari perusahaan setelah periode high growth akan tumbuh dengan tingkat yang akan konstan selamanya, tingkat pertumbuhan yang stabil. Nilai dari terminal value untuk setiap perhitungan nilai dasar keuangan perusahaan adalah sebagai berikut: Ter min alValuen =
CashflowToFirmn +1 CostOfCapitaln +1 − g n
Dengan asumsi bahwa ROC (Return on Capital) sama dengan besar WACC (Weighted Average Cost of Capital) maka nilai terminal value adalah sebagai berikut:
99
Ter min alValueROC =WACC =
EBITn +1 (1 − t ) CostOfCapitaln
Beberapa asumsi untuk mendapatkan perhitungan terminal value adalah sebagai berikut (Aswath Damodaran, n.d: 34‐51): a. Nilai dari tingkat pertumbuhan konstan (constant growth rate) tidak boleh lebih dari tingkat pertumbuhan ekonomi keseluruhan pada tahun tersebut b. Nilai dari tingkat pertumbuhan konstan (constant growth rate) akan lebih rendah dari tingkat diskon perusahaaan (discount rate) c. Nilai Return on Capital (ROC) sama dengan nilai Cost of capital d. Nilai Beta pada saat pertumbuhan stabil perusahaan berada diantara nilai 0.8 hingga 1.2 e. Semakin mature sebuah perusahaan maka kapasitas hutang mereka akan semakin meningkat Terdapat tiga jenis pendekatan prakiraan nilai dasar keuangan perusahaan yakni: Expected value, Scenario Analysis, dan Simulations (Aswath Damodaran, n.d:34‐51). Kemudian pendekatan estimasi nilai perusahaan yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan expected value yang digunakan hampir di semua praktik valuation. Dengan pendekatan ini, analis akan memperkirakan expected cash flows yang
100
merepresentasikan satu prakiraan terbaik yang mencakup keadaan terbaik dan terburuknya. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa pendekatan scenario analysis akan menghasilkan suatu rentang nilai yang akan membuat perhitungan akan menjadi rancu jika rentang tersebut terlalu lebar. Dan pendekatan simulations terdapat kemungkinan dua buah jenis eror yang terjadi di hasil valuation tersebut yakni pertama dari perhitungan expected value dengan discount rate‐nya dan kemudian ditambah dengan nilai kemungkinan untuk expected
value
tersebut.
101
Prakiraan Cost of Capital WACC (Weighted Average Cost of Capital) = (Kd*debt portion) + (Ke*equity portion) Nilai cost of debt didapatkan dari perkiraan variable interest rate dari long term debts yang mempunyai expected maturity date di lima tahun mendatang. Nilai dari risk free rate untuk mendapatkan nilai cost of equity mempunyai pengertian yang sama dengan Obligasi Ritel Indonesia (ORI) yang berlaku di Indonesia. Di bawah ini adalah data penerbitan Obligasi Ritel Indonesia: Tabel 3.4. Daftar Obligasi Ritel Indonesia
Periode Mulai
Tingkat Bunga
Maturity
ORI 001
Agustus 2006
12.05%
3 Tahun
ORI 002
Maret 2007
9.28%
3 Tahun
ORI 003
September 2007
9.4%
4 Tahun
ORI 004
Februari 2008
9.45%
Nilai equity risk premium guna melengkapi nilai cost of equity didapatkan dengan melakukan rata‐rata historical risk premium. Equity Risk Premium merupakan pengurangan nilai risk free rate terhadap nilai risk market, yakni resiko pasar saham di Indonesia, Bursa Efek Indonesia. Angka Risk Premium tersebut didapatkan dari nilai IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) bulanan dari tahun 2003 hingga 2007
102
dikurangi dengan nilai ORI (Obligasi Ritel Indonesia) pada periode yang sama. Kemudian dihitung nilai rata‐rata dari hasil pengurangan tersebut. Nilai beta tersebut didapat dari hasil regresi harga saham TELKOM harian dengan harga IHSG dalam periode 2004 hingga 2007. Tahun pengambilan 2004 diambil dari tahun dimana semua perusahaan yang dianalisa dalam penelitian ini telah listing dalam BEI (Bursa Efek Indonesia). Nilai bets merupakan nilai yang menjadi koefisien dalam persamaan linear hasil regresi tersebut. Sehingga kemudian nilai dari Cost of Capital tersebut didaptkan dari perhitungan rumus WACC (Weighted Average Cost of Capital). Nilai Beta dari setiap perusahaan didapatkan dari regresi dari nilai return Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia (IHSG) dengan nilai return dari setiap transaksi kelima perusahaan tersebut. Nilai return tersebut merupakan nilai harian. Dan detail dari nilai tersebut terdapat di dalam lampiran di belakang.
A. PT Telkom – Prakiraan Cash Flow Mendatang Prakiraan Cash Flow Untuk menghitung Expected Growth Rate dari TELKOM digunakan historical reinvestment rate dari tahun 2003 hingga tahun 2007 dan Return on Capital dari tahun 2007 sebagai berikut: Tabel 3.5. Nilai Reinvestment Rate dan Expected Growth Rate TELKOM Historical Reinvestment Rate 2003 2004 11,976 14,588 EBIT
2005 17,171
2006 21,593
2007 26,473
TOTAL 91,801
103
Tax Rate EBIT(1-t) Capital Expenditures Depreciation Change in Non-cash Working Capital Reinvestment Reinvestment Rate
31% 8,266.60
31% 10,069.57
31% 11,852.52
31% 14,904.87
31% 18,273.36
63,367
8,020.70 4,779.00
8,820.40 6,438.00
13,553.00 7,571.00
17,238.80 9,178.00
15,780.10 9,545.00
63,413 37,511
3,081 6,322.77
-2,778 -395.64
-534 5,448.09
-736 7,325.30
-3,406 2,828.80
-4,373 21,529
76.49%
-3.93%
45.97%
49.15%
15.48%
33.98%
Tabel 3.6. Nilai Historical Return on Capital TELKOM 2003‐2007 Historical Return on Capital 2003 2004 8,266.60 10,069.57 EBIT(1-t) 50,283 56,179 BV of Capital Return on 16.44% 17.92% Capital
2005 11,852.52 62,171
2006 14,904.87 75,136
2007 18,273.36 82,059
19.06%
19.84%
22.27%
Tabel 3.7. Perkiraan Stable Expected Growth Rate TELKOM 2007
TELKOM
Reinvestment
Return
on Stable Expected
rate
Capital
Growth Rate
33.98%
22.27%
7.57%
Jika stable growth rate tersebut diterapkan pada pertumbuhan EBIT Telkom dari tahun 2006 ke 2007, maka expected growth rate‐nya akan seperti contoh di bawah ini: Expected Growth Rate = (33.98%*22.27%)+
ROC t (22.27%) − ROC t −1 (19.84%) ROC t −1 (19.84%)
= 19.82% (expected growth rate 2006 - 2007)
104
Tabel 3.8. Contoh Prakiraan Nilai EBIT tahun 2007 2006 21,593
EBIT
2007E =21,593+(21,593*19.82%) = 25,873 ≈
2007 25,873
Untuk pertumbuhan EBIT (operating income) dari tahun 2007 ke 2008 hingga tahun 2015 dihitung dengan asumsi: 1.
Pasar fixed line TELKOM akan tetap mengalami stagnasi karena TELKOM tidak akan akan mengeluarkan inovasi produk untuk pasar ini
2.
Pasar telepon bergerak GSM TELKOM akan menurun dikarenakan perang tarif dimana posisi Telkomsel (anak perusahaan TELKOM) tidak cukup mempunyai posisi tawar yang pas di tengah pasar Indonesia yang cost sensitive. Namun untuk lima tahun mendatang nilai merek dagang produk Telkomsel (Kartu Halo, Kartu AS, dan Kartu simPATI) akan tetap tinggi (high brand value). Kondisi itu terjadi dengan asumsi bahwa tim marketing Telkomsel tetap konsisten dengan strategi dan kegiatan operasional seperti sekarang. Kelebihan lain yang dimiliki Telkomsel adalah dengan mempunyai lingkup jaringan yang lebih luas dibandingkan dengan keempat perusahaan yang lain. TELKOM akan tetap bertahan dalam bisnis telekomunikasi bergerak GSM‐nya dengan terus mempertahankan tingkat keluasan jaringan tersebut. Bahkan Telkomsel mempunyai peluang untuk meningkatkan tingkat penetrasi pasar dengan membuka lahan
105
baru di daerah yang benar‐benar terpencil. Hal ini akan terjadi dengan asumsi bahwa Telkomsel tetap secara gradual menambah jaringan layanan telekomunikasinya. Dengan asumsi pengguna 3G GSM akan mengingkat mencapai 2.8 juta pelanggan di tahun 2010 dan Telkomsel yang memberikan inovasi produk berkaitan dengan teknologi 3G (Telkomsel Flash, HSDPA, Blackberry, T‐Cash) dan tetap memelihara pasar 3G Indonesia maka posisi pasar Telkomsel di tahun 2012 akan tetap sebagai penguasa. 3.
Pasar Fixed Wireless TELKOM (CDMA) akan berkembang tidak terlalu signifikan dengan asumsi bahwa inovasi produk di pasar ini akan relatif sedikit, hanya permainan tariff dan penambahan content Value Added Service‐nya.
4.
Fixed Broadband yang diusung oleh Telkom dengan merek Speedy akan tetap memberikan pendapatan menaik bagi perusahaan dengan asumsi bahwa masyarakat Indonesia dalam lima tahun mendatang akan membutuhkan akses internet di dalam setiap tempat tinggalnya.
5.
Strategi inisiatif Telkom di tahun mendatang adalah memperluas segmen bisnisnya ke bidang Infomasi Teknologi (Telkom Annual Report 2007, 2008, 5). Hal tersebut didukung dengan proses pmebelian 80% saham PT Sigma Cipta Caraka yang merupakan perusahaan Indonesia terdepan di bidang IT.
6.
TELKOMVision yang merupakan layanan pra bayar kabel televise digital ditargetkan untuk mendapatkan satu juta pelanggan di akhir tahun 2010 (Telkom Annual Report 2007, 2008, 21).
106
7.
PT Telkom mendirikan TELKOM Solution House (TSH) yang memberikan layanan solusi komunikasi kepada konsumen bisnis perusahaan di pertengahan 2007 kemarin. Sehingga diharapkan TSH ini akan menjadi single point of service untuk semua layanan yang ditawarkan pada konsumen. Efektif pendapatan PT Telkom akan masuk dari TSH ini akan dimulai pada tahun 2010.
8.
PT Telkom mendapatkan 40 Gbps jalur suara/data untuk wilayah timur Indonesia dengan jalur komunikasi utama menggunakan satelit. Dengan teknologi tersebut, PT Telkom dapat menghasilkan pendapatan terhadap laayanan yang diberikan di daerah timur Indonesia yang masih jarang pesaing, paling lambat di tahun 2011.
9.
Menjelang pemilihan umum di tahun 2009, kondisi politik Indonesia akan relative stabil jika dibandingkan dengan pada tahun 1997 sehingga keadaan ekonomi makro Indonesia tidak akan jauh berubah dari sekarang.
10.
Melihat asumsi diatas, maka nilai ROC TELKOM selama periode 2008 hingga 2012 akan gradual menaik. Namun di tahun 2008, ROC tersebut akan menurun seiring dengan hantaman perang tarif di pasar telekomunikasi Indonesia. Pada tahun 2008 inilah tahun penyesuaian dan pembentukan bagi bisnis sektor telekomunikasi Indonesia dengan banyaknya pemain yang masuk ke bisnis ini.
11.
Dengan melihat asumsi di atas pula, diperkirakan bahwa tingkat reinvestment rate akan tetap bertambah juga dengan komitment TELKOM untuk tetap menambah jaringan selular
107
GSM diikuti dengan jaringan fixed wireless CDMA‐nya. Sehingga nilai Reinvestment rate‐nya tidak akan terlalu melonjak drastis (dalam rate yang stabil) karena selama lima tahun ke belakang TELKOM juga melakukan penambahan jaringan dan asumsinya adalah penambahan jaringan lima tahun (reinvestment rate) mendatang punya rate yang sama dengan lima tahun sebelumnya. 12.
Laporan keuangan pada triwulan I tahun 2008 menyatakan bahwa Pendapatan Usaha Triwulan I/2008 naik sebesar Rp 1,184 milyar atau 8.55% dibandingkan pada periode yang sama tahun 2007, menjadi sebesar Rp 15,032 milyar. Hal tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan pendapatan data dan internet serta pendapatan seluler. Hal tersebut dapat menguatkan asumsi bahwa pendapatan Telkom akan terus meningkat untuk penjualan dari sektor data/internet dan seluler, artinya Telkom akan terus memberikan dan meningkatkan layanan tersebut di tahun mendatang.
108
Tabel 3.9. Dasar Asumsi Pertumbuhan EBIT TELKOM 2008‐2015 Asumsi Growth in 2008 2015 Expected ROC
2008
20%
JustificationEx pected ROC
Reinvest ment Rate
1. Perang tarif telekomunikasi 2. Posisi tawar Telkom di lahan selular GSM dan fixed wireless CDMA dalam cost sensitive market
20%
Justifikasi Expected Reinvestment Rate 1. Mendekati tahun 2007, karena tidak terlalu banyak perubahan di investasi teknologi baru (tahun 2005-2007 banyak investasi untuk jaringan 3G dan jaringan fixed wireless) 2. Perluasan jaringan 3G
Expected EBIT Growth Rate -6%
Tax Rate
31%
Justifikasi Tax Rate Seperti tingkat pajak di tahun 2007
Depreciation
11,394.82
Justifikasi Depreciation 1. Investasi besarbesaran di tahun sebelumnya mencapai masa depresiasi di tahun 2008 2. Menaik sebesar 19.38%, yang merupakan nilai ratarata pertumbuhan depresiasi dari tahun 2003 hingga 2007
109
2009
23%
2010
26%
1. Inovasi VAS di tengah pasar yang masih perang tarif 2. Marketing yang konsisten baik seperti sekarang 3. Fasilitas broadband semakin diminati, baik fixed (Speedy) maupun wireless (Telkomsel Flash) - new revenue generation 4. Cakupan jaringan broadband yang reliable dan bandwidth yang lebar 1. VAS berkembang baik di pasar, didukung dengan posisi market share, dan marketing yang konsisten baik 2. Kebutuhan internet di Indonesia meningkat kerberlanjutan dari penjualan fasilitas broadband 3. Pasar content provider meningkat
35%
1. Banyak investasi di inovasi VAS 2.Penambahan porsi investasi untuk infrastruktur NGN - IP based untuk memadukan teknologi fixed dengan wireless 3. Masih dilakukan perluasan cakupan jaringan telekomunikasi seluler di seluruh Indonesia untuk menyasar wilayah timur yang relatif sulit dijangkau untuk investasi kabel
23.05%
31%
Seperti tingkat pajak di tahun 2007
13,603.14
1. Depresiasi menaik 19.38% dari tahun sebelumnya
43%
1. Asumsi terburuk bahwa reinvestment rate harus tetap tinggi mendekati nilai tertinggi di tahun 2005 dan 2006 2. Investasi lanjutan di NGN sebagai dasar teknologi yang menggabungkan fixed dan wireless. Usaha awal untuk mengintegrasikan semua layanan telekomunikasi pada infrastruktur IP 3. Optimalisasi salah satu anak perusahaannya Sigma
24.22%
31%
Seperti tingkat pajak di tahun 2007
16,239.43
1. Depresiasi menaik 19.38% dari tahun sebelumnya
110
2011
28%
4. Bekerja sama dengan perusahaan manufaktur elektronik 1. Proses berkelanjutan dari tahun sebelumnya 2. Konvergensi layanan komunikasi ditawarkan ke pasar 3. Layanan satu solusi telekomunikasi mulai marak di Indonesia dan cenderung tidak ada saingan 4. Tingkat penetrasi pasar jaringan telekomunikasi di Indonesia mencapai 40%
43%
1. Asumsi terburuk bahwa reinvestment rate harus tetap tinggi 2. Investasi di NGN semakin menuntut komitmen perusahaan untuk berinvestasi
19.73%
31%
Seperti tingkat pajak di tahun 2007
19,386.63
1. Depresiasi menaik 19.38% dari tahun sebelumnya
111
2012
29%
1. Layanan konvergensi komunikasi dengan satu nomor dan konvergensi data-suara mulai berkembang di Indonesia 2. Telkom berkoordinasi dengan perusahaan internet global, seperti Yahoo! 3. Saingan mulai ada (ISAT, EXCL, dan perusahaan global lain) namun belum memiliki infrastruktur konvergensi yang memadai seperti TLKM
43%
1. Asumsi terburuk bahwa reinvestment rate harus tetap tinggi
16.04%
31%
Seperti tingkat pajak di tahun 2007
23,143.75
1. Depresiasi menaik 19.38% dari tahun sebelumnya
112
2013
30%
1. Pelanggan membutuhkan kemudahan komunikasi untuk kehidupan sehari-harinya 2. Hal tersebut dapat ditawarkan oleh perusahaan yang mempunyai cakupan komunikasi yang beragam dan dijadikan satu layanan 3 Infrastruktur telekomunikasi yang lain mulai mendukung untuk menyediakan perangkat konvergensi
30%
2014
31%
1. Kompetisi layanan konvergensi komunikasi di Indonesia semakin meningkat dengan Indosat sebagai kompetitior lokal dan banyak kompetitor gobal yang bermain 2. Perang tarif untuk layanan konvergensi komunikasi
20%
1. Perusahaan telah berdedikasi dalam melakukan perencanaan teknologi ke depan dan perusahaan merupakan salah satu poinir dalam mengeluarkan teknologi yang pertama, jadi tingkat reinvestemnt rate perusahaan bisa dianggap stabil
12.45%
31%
Seperti tingkat pajak di tahun 2007
27,629.01
1. Tingkat kenaikan Depresiasi stabil karena TLKM merupakan perusahaan mature yang perencanaan investasi teknologi dan perencanaan keuangan yang stabil 2. Tingkat pertumbuhan depresiasi stabil sebanyak 19.38%
9.53%
31%
Seperti tingkat pajak di tahun 2007
32,983.52
1. Tingkat pertumbuhan depresiasi stabil sebanyak 19.38%
113
2015
33%
1. Tahun optimal perusahaan untuk bermain dalam industri telekmunikasi konvergensi telekomunikasi
20%
13.05%
31%
Seperti tingkat pajak di tahun 2007
39,375.72
1. Tingkat pertumbuhan depresiasi stabil sebanyak 19.38%
114
B. PT Telkom – Prakiraan Cost of Capital Mendatang Hingga akhir tahun 2007, porsi antara kewajiban (debt) dengan equity adalah: Tabel 3.10. Porsi Hutang (Debt) dan Ekuitas Periode 2000‐2007
Debt Portion Equity Portion
2000 52.26%
2001 68.77%
2002 61.16%
2003 58.19%
2004 58.94%
2005 52.39%
2006 51.75%
2007 47.53%
47.74%
31.23%
38.84%
41.81%
41.06%
47.61%
48.25%
52.47%
Nilai cost of debt TELKOM didapatkan dari perkiraan variable interest rate dari long term debts TELKOM yang mempunyai expected maturity date di lima tahun mendatang yakni sebesar 9.40%. Nilai tersebut tertuang dalam laporan tahunan PT TELKOM, 2007 annual report. Nilai dari risk free rate untuk mendapatkan nilai cost of equity mempunyai pengertian yang sama dengan Obligasi Ritel Indonesia (ORI) yang berlaku di Indonesia. Pada Februari 2008, ORI versi 004 dikeluarkan dengan tingkat bunga 9.5% (Alih Istik Wahyuni, 2008). Nilai equity risk premium guna melengkapi nilai cost of equity didapatkan dengan melakukan rata‐rata historical risk premium. Equity Risk Premium merupakan pengurangan nilai risk free rate terhadap nilai risk market, yakni resiko pasar saham di Indonesia, Bursa Efek Indonesia. Angka risk premium tersebut adalah 2.718%. Angka tersebut didapatkan dari nilai IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) bulanan dari tahun 2003 hingga 2007 dikurangi dengan nilai ORI (Obligasi Ritel Indonesia) pada periode yang sama. Kemudian dihitung nilai rata‐rata
115
dari hasil perngurangan tersebut. Detail dari perhitungan dan data yang digunakan tersedia di lampiran. Nilai Beta dari TELKOM adalah 1.1418. Yang artinya adalah resiko yang terdapat di dalam internal perusahaan sedikit lebih besar terhadap resiko pasar modal Indonesia itu sendiri. Nilai beta tersebut didapat dari hasil regresi harga saham TELKOM harian dengan harga IHSG dalam periode 2004 hingga 2007. Tahun pengambilan 2004 diambil dari tahun dimana semua perusahaan yang dianalisa dalam penelitian ini telah listing dalam BEI (Bursa Efek Indonesia). Nilai bets merupakan nilai yang menjadi koefisien dalam persamaan linear hasil regresi tersebut. Data yang digunakan untuk mendapatkan beta selengkapnya terdapat di lampiran. Tabel 3.11. Nilai Weighted Average Cost of Capital (WACC) TELKOM 2008 Kd Ke = Rf + Beta*(RmRf) Rm-Rf Rf Beta
9.42%
9.40%
9.00%
8.00%
8.00%
7.60%
7.60%
7.40%
12.53% 2.74% 9.40% 1.141750251
12.01% 2.74% 9.40% 1.1 2009
11.29% 2.74% 9.40% 1.2 2010
11.56% 2.74% 9.40% 1.3 2011
11.06% 2.74% 9.50% 1.3 2012
11.34% 2.74% 9.50% 1.4 2013
10.84% 2.74% 9.50% 1.4 2014
10.97% 2.74% 9.50% 1.45 2015
48.00%
40%
40%
35%
35%
30%
30%
30%
52.00%
60%
60%
65%
65%
70%
70%
70%
11.04%
10.97%
10.37%
10.32%
9.99%
10.22%
9.87%
9.90%
Debt Portion 2008 to end Equity Portion 2008 to end WACC
Sehingga didapatkan nilai Cost of Capital dari PT TELKOM adalah sebesar 11.04%.
116
C. PT Telkom – Nilai Dasar Perusahaan Tabel 3.12. Nilai Valuasi TELKOM WACC
11.04%
10.97%
10.37%
10.32%
9.99%
10.22%
9.87%
9.90%
1
2
3
4
5
6
7
8
26,473 2008E EBIT Interest Expense EBT
2009E
2010E
2011E
2012E
2013E
2014E
Stable Growth Rate
2015E
24,835.04
30,559.51
37,962.09
45,452.89
52,744.18
59,309.92
64,964.13
73,443.00
1,167.90
1,179.58
1,191.37
1,203.29
1,215.32
1,227.47
1,239.75
1,252.14
23,667.14
29,379.94
36,770.72
44,249.60
51,528.86
58,082.45
63,724.39
72,190.85 22,360.10
Tax
7,330.56
9,100.02
11,389.21
13,705.69
15,960.34
17,990.22
19,737.73
NAT
16,336.58
20,279.92
25,381.51
30,543.91
35,568.52
40,092.23
43,986.66
49,830.76
Depreciation
11,394.82
13,603.14
16,239.43
19,386.63
23,143.75
27,629.01
32,983.52
39,375.72
Reinvestment
3,428.55
7,382.95
11,267.66
13,491.03
15,655.19
12,277.15
8,965.05
10,135.13
FCF FCF = NAT + Depreciation – Reinvestment
24,302.85
26,500.11
30,353.27
36,439.50
43,057.09
55,444.09
68,005.12
79,071.34
21,887.29
21,520.33
22,574.56
24,605.34
26,746.86
30,931.88
35,198.21
37,153.76
PV of FCF Value of a firm
478,853.97
BV of Equity 2007
439,848.97
MV of Equity 2007
204,623.99
Outstanding Stocks 2007
37,055.33
20,159,999,280
117
Price of stock 2007
10150
21817.90594
CALCULATING TERMINAL GROWTH Assumption: beta should be close to 1 and should be lower than existing beta ROC = WACC Debt Ratio stays in the existing level growth rate should not exceed economic growth rate prediction nominal and real rate?? growth rate should not exceed discount rate od high growth period growth rate pof economy - GDP = 6.3%(2005)-highest in decade growth rate reinvestment rate in stable growth = stable growth rate/ROC n
growth rate reinvestment rate
Expected EBIT Growth rate
Expected EBIT Growth Rate
Terminal Value = EBIT (1-t)/Cost of capital
Terminal Value
beta ROC D/E Ratio
0.9 15.00% 0.388743719
5% 33.33%
-49.55%
258,235.74
118
A. PT Indosat – Prakiraan Cash Flow Mendatang Tingkat pertumbuhan Indosat dalam tahun mendatang didasari atas asumsi sebagai berikut: 1. Bisnis telekomunikasi terutama telekomunikasi selular merupakan bisnis yang menguntungkan dalam periode waktu 2007‐2008 ini bagi semua penyedia layanan. Hal tersebut terbukti dengan kenyataan bahwa semua penyedia layanan telekomunikasi di akhir tahun 2007 membukukan keuntungan
dan
membukukan
kenaikan
tingkat
pendapatan. 2. Berdasarkan stategi Indosat di tahun 2007 kemarin, pada tahun 2008 hingga 2009 mendatang adalah dengan berkonsentrasi prioritas utama untuk bisnis selular dengan terus mengembangkan jaringan, memperbaharui sistem distribusinya, dan melakukan inovasi produk dan jasa selular. Tabel 3.13. Tabel Historical Reinvestment Rate Indosat 2003‐2007 Historical Reinvestment Rate 2003 2004 2,348 3,198 EBIT 30% 30% Tax Rate 1,643.53 2,238.67 EBIT(1-t) Capital 5,910.66 Expenditures 4,319.51 7,778.08 10,461.08 Depreciation Change in Non-cash Working -1,451 2,162 Capital Reinvestment 4,909.97 -2,388.42 Reinvestment 298.75% -106.69% Rate
2005 3,652 30% 2,556.33
2006 3,399 30% 2,379.09
2007 4,520 30% 3,163.72
TOTAL
7,297.90 13,409.74
6,921.00 16,688.02
9,726.00 20,493.48
34,175 68,830
-1,954
15
-4,462
-8,066.04
-9,751.72
-3,233 14,000.88
-39,117
-315.53%
-409.89%
-442.54%
-326.48%
17,116 11,981
119
Tabel 3.14. Tabel Historical Return on Capital Indosat 2003‐2007 Historical Return on Capital 2003 2004 1,643.53 2,238.67 EBIT(1-t) 26,059 27,873 BV of Capital Return on 6.31% 8.03% Capital
2005 2,556.33 32,787
2006 2,379.09 34,229
2007 3,163.72 45,305
7.80%
6.95%
6.98%
120
Tabel 3.15. Dasar Asumsi Pertumbuhan EBIT INDOSAT
Asumsi Growth in 2008 - 2012
2008
6.98% Expected ROC 8%
JustificationExpect ed ROC
Reinvestment Rate
1. Perang tarif telekomunikasi 2. Posisi tawar Indosat di dalam perang tarif yang terjadi di tahun ini tidak terlalu baik karena dimenangkan oleh Excelcomindo 3. Segmen bisnis seluler memberikan 77% pendapatan dari keseluruhan total pendapatan, maka asumsi bahwa pendapatan dari bisnis seluler di 2008 turun 4. Dalam laporan keuangan kuartal pertama Indsat mencatatkan EBIT sebesar IDR 1,047.085 milyar
-300%
Justifikasi Expected Reinvestment Rate 1. Salah satu inisitif perusahaan di tahun 2008 ini adalah melakukan ekspansi jaringan backbone di Indonesia 2. Inisiatif utama perusahaan adalah melakukan ekspansi jaringan seluler ke luar Jawa 3. Kecenderungan reinvestment rate di di 5 tahun ke belakang adalah negatif, angka reinvestment rate didapatkan dengan mendekati nilai ratarata reinvestment rate di lima tahun sebelumnya 4. CAPEX di 2008 adalah IDR 12,000 milyar
Expected EBIT Growth Rate -7%
Tax Rate 30%
Justifikasi Tax Rate Tingkat pajak perusahaan telekomunikasi berada pada level standar di angka 30%
Depreciation 26,125.09
Justifikasi Depreciation 1. Karena Indosat merupakan perusahaan yang telah berumur 40 tahun ,maka tingkat depresiasi dari perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang baru 2. Nilai pertumbuhan depresiasi sebesar 27.48% merupakan nilai rata-rata pertumbuhan depresiasi dari tahun 2003 hingga 2007
121
2009
10%
2010
11%
1. Inovasi VAS di tengah pasar yang masih perang tarif 2. Pasar seluler yang segmennya khusus anak sekolah berkurang porsinya karena diambil oleh Excelcomindo 3. Manajemen belum tanggap terhadap keadaan pasar ritel 4. Pasar telekomunikasi berbasiskan teknologi VoIP mulai diminati 5. Wireless Broadband service diminati oleh pelanggan korporasi maupun ritel 1. VAS berkembang baik di pasar, didukung dengan posisi market share, dan marketing yang konsisten baik 2. Kebutuhan internet di Indonesia meningkat 3. Pasar content provider meningkat 4. Tahun mulai berkembangnya layanan berbasiskan teknologi konvergensi IMS dan konvergensi data dan suara Indosat masih memperisapkan infrastrukturnya
-100%
1. Asumsi bahwa perusahaan sudah harus melakukan investasi untuk teknologi IMS, sehingga tingkat CAPEX dan working capital akan meningkat dari tahun sebelumnya, namun masih belum bisa melaumpaui tingkat depresiasi yang tinggi
12.16%
30%
Tingkat pajak perusahaan telekomunikasi berada pada level standar di angka 30%
33,304.27
1. Karena Indosat merupakan perusahaan yang telah berumur 40 tahun ,maka tingkat depresiasi dari perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang baru 2. Nilai pertumbuhan depresiasi sebesar 27.48% merupakan nilai rata-rata pertumbuhan depresiasi dari tahun 2003 hingga 2007
-100%
1. Asumsi terburuk bahwa reinvestment rate harus tetap tinggi 2. Investasi untuk penyelenggaran layanan IMS dilakukan oleh perusahaan
-1.00%
30%
Tingkat pajak perusahaan telekomunikasi berada pada level standar di angka 30%
42,456.28
1. Karena Indosat merupakan perusahaan yang telah berumur 40 tahun ,maka tingkat depresiasi dari perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang baru 2. Nilai pertumbuhan depresiasi sebesar 27.48% merupakan nilai rata-rata pertumbuhan depresiasi dari tahun 2003 hingga 2007
122
2011
12%
1. Teknologi telekomunikasi menuntut hubungan yang sangat dekat antar pelanggannya dengan konvergensi data dan suara serta konvergensi
-100%
Tingkat depresiasi perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai CAPEX dan perbedaan working capital
-2.91%
30%
Tingkat pajak perusahaan telekomunikasi berada pada level standar di angka 30%
54,123.27
2012
14%
1. Pasar ritel ramai akan teknologi konvergensi dengan akses cepat dan bandwidth yang lebih lebar 2. Perusahaan yang unggul di pasar adalah perusahaan yang dapat memberikan layanan satu titik untuk semua jalur telekomunikasi
-100%
Tingkat depresiasi perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai CAPEX dan perbedaan working capital
2.67%
30%
Tingkat pajak perusahaan telekomunikasi berada pada level standar di angka 30%
68,996.34
1. Karena Indosat merupakan perusahaan yang telah berumur 40 tahun ,maka tingkat depresiasi dari perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang baru 2. Nilai pertumbuhan depresiasi sebesar 27.48% merupakan nilai rata-rata pertumbuhan depresiasi dari tahun 2003 hingga 2007 1. Karena Indosat merupakan perusahaan yang telah berumur 40 tahun ,maka tingkat depresiasi dari perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang baru 2. Nilai pertumbuhan depresiasi sebesar 27.48% merupakan nilai rata-rata pertumbuhan depresiasi dari tahun 2003 hingga 2007
123
2013
15%
1. Pasar ritel ramai akan teknologi konvergensi dengan akses cepat dan bandwidth yang lebih lebar 2. Perusahaan yang unggul di pasar adalah perusahaan yang dapat memberikan layanan satu titik untuk semua jalur telekomunikasi 3. Asumsi Indosat mempunyai semua infrastruktur telekomunikasi untuk dikonvergensikan dan manajemen tanggap terhadap kemauan pasar tersebut
-300%
Tingkat depresiasi perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai CAPEX dan perbedaan working capital
-37.86%
30%
Tingkat pajak perusahaan telekomunikasi berada pada level standar di angka 30%
87,956.53
1. Karena Indosat merupakan perusahaan yang telah berumur 40 tahun ,maka tingkat depresiasi dari perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang baru 2. Nilai pertumbuhan depresiasi sebesar 27.48% merupakan nilai rata-rata pertumbuhan depresiasi dari tahun 2003 hingga 2007
124
B. PT Indosat ‐ Prakiraan Cost of Capital Mendatang Hingga akhir tahun 2007, porsi hutang dan ekuitas dari Indosat adalah sebagai berikut: Tabel 3.16. Porsi Hutang (Debt) dan Ekuitas Indosat Periode 2003‐2007 Debt Portion Equity Portion
2003 53.23%
2004 52.11%
2005 55.80%
2006 55.00%
2007 62.83%
46.77%
47.89%
44.20%
45.00%
37.17%
Dari tahun 2003 hingga 2007, porsi hutang perusahaan lebih besar dibandingkan dengan porsi ekuitasnya. Tingkat reinvestasi perusahaan yang selalu negatif yang berarti bahwa tingkat investasi perusahaan per tahunnya adalah untuk kegiatan operasional saja, namun tetap hal tersebut sebagian besar dibiayai oleh hutang. Diasumsikan bahwa di enam tahun high growth perusahaan mendatang porsi hutang tetap akan menjadi bagian terbesar aliran dana perusahaan sebesar 60%. Tabel 3.17. Nilai Prakiraan Weighted Average Cost of Capital (WACC) Indosat 2008‐2013 Kd Ke = Rf + Beta*(Rm-Rf) Rm-Rf Rf Beta
2008E 10.25% 12.41% 2.74% 9.40% 1.1
2009E 10.25% 12.96% 2.74% 9.40% 1.3
2010E 10.25% 13.10% 2.74% 9.40% 1.35
2011E 10.25% 13.10% 2.74% 9.40% 1.35
2012E 10.25% 13.23% 2.74% 9.45% 1.38
2013E 10.80% 13.26% 2.74% 9.45% 1.39
Debt Portion 2008 to end Equity Portion 2008 to end
60.00%
60.00%
60.00%
60.00%
60.00%
60.00%
40.00%
40.00%
40.00%
40.00%
40.00%
40.00%
WACC
11.12%
11.33%
11.39%
11.39%
11.44%
11.78%
125
C. PT Indosat – Nilai Dasar Perusahaan Tabel 3.18. Nilai Valuasi Indosat WACC
11.12% 1
11.33% 2
11.39% 3
11.39% 4
11.44% 5
11.78% 6
4,520 2008E EBIT Interest Expense EBT Tax NAT Depreciation Reinvestment
4,188.34 1,717.45 2,470.89 741.27 1,729.62 26,125.09 -8,795.51
4,697.44 1,957.89 2,739.55 821.87 1,917.69 33,304.27 -3,288.21
2010E 4,650.47 2,232.00 2,418.47 725.54 1,692.93 42,456.28 -3,255.33
FCF FCF = NAT + Depreciation – Reinvestment
36,650.23
38,510.16
PV of FCF Value of a firm BV of Equity MV of Equity
32,983.87 239,699.21 211,236.21 47,003.52
31,068.01
Outstanding Stocks 2007 Price of stock 2007
5,433,933,500 8,650.00
2009E
2011E
2012E
2013E
4,515.18 2,544.47 1,970.71 591.21 1,379.50 54,123.27 -3,160.63
4,635.59 2,900.70 1,734.89 520.47 1,214.42 68,996.34 -3,244.91
2,880.69 3,306.80 -426.11 -127.83 -298.28 87,956.53 -2,016.48
47,404.54
58,663.39
73,455.67
89,674.73
34,299.36
38,105.58
42,733.80
45,962.67
Stable Growth Rate 2,448.58
38,873.54
126
CALCULATING TERMINAL GROWTH Assumption: beta should be close to 1 and should be lower than existing beta ROC = WACC Debt Ratio stays in the existing level growth rate should not exceed economic growth rate prediction nominal and real rate?? growth rate should not exceed discount rate od high growth period growth rate pof economy - GDP = 6.3%(2005)-highest in decade growth rate reinvestment rate in stable growth = stable growth rate/ROC n
growth rate reinvestment rate
Expected EBIT Growth rate
Expected EBIT Growth Rate
Terminal Value = EBIT (1-t)/Cost of capital
Terminal Value
beta ROC D/E Ratio
0.9 12.00% 1.689991153
5% 41.67%
-15.00%
14,545.91
127
B. PT Excelcomindo – Prakiraan Cash Flow Mendatang Tabel 3.19. Tabel Historical Reinvestment Rate Excelcomindo 2003‐2007 Historical Reinvestment Rate EBIT Tax Rate EBIT(1-t) Capital Expenditures Depreciation Change in Non-cash Working Capital Reinvestment Reinvestment Rate
2003 583 30% 408.38 344.20 872.70
2004 662 30% 463.68 981.98 962.35
2005 570 30% 399.04 2,311.42 1,163.61
2006 1,028 30% 719.50 3,470.07 1,508.02
2007 1,760 30% 1,231.85 5,694.79 1,705.41
440 -88.40 -21.65%
-48 -27.89 -6.02%
568 1,715.88 430.00%
-187 1,774.61 246.64%
496 4,485.28 364.11%
TOTAL 4,604 3,222 12,802 6,212 1,269 7,859 243.90%
Tabel 3.20. Tabel Historical Return on Capital Excelcomindo 2003‐2007 Historical Return on Capital EBIT(1-t) BV of Capital Return on Capital
2003 408.38 5,540 7.37%
2004 463.68 6,474 7.16%
2005 399.04 9,354 4.27%
2006 719.50 12,637 5.69%
2007 1,231.85 18,827 6.54%
128
Tabel 3.21. Dasar Asumsi Pertumbuhan EBIT Excelcomindo Asumsi Growth in 2008 - 2014
2008
Expected ROC
JustificationExpected ROC
Reinve stment Rate
7%
1. Perang tarif telekomunikasi 2. Excelcomindo mempunyai image yang bagus dalam hal tarif suara dan sms untuk telepon selular 3. Dalam laporan keuangan 3 bulan awal tahun 2008, dicatatkan EBIT sebesar 558 milyar Rupiah, maka dalam setahun akan sebesar 2,232 milayar Rupiah atau sebesar 26.83%
244%
Justifikasi Expected Reinvestment Rate 1. Menyelesaikan pembangunan jaringan serat optik di sepanjang pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, dan Malaysia (untuk jaringan hubungan internasional) 2. Komitmen perusahaan setelah fokus terhadap peningkatan pertumbuhan pendapatan dan peningkatan penggunaan pelanggan (dengan tarif murahnya) adlah dengan melakukan perluasan area jangkauan dengan BTS 3. Masih terdapat ruang investasi untuk melakukan proses pemasaran dan komisi penjualan yang merupakan program marketing perusahaan 4. Tahun ini merupakan tahun investasi besarbesaran hasil dari
Expected EBIT Growth Rate 27%
Tax Rate
30%
Justifikasi Tax Rate
Sama seperti tingkat pajak di tahun sebelumnya
Depreciation
2020.398888
Justifikasi Depreciation
1. Investasi besar-besaran baru dilakukan pada tahun 2008 ini, maka tingkat depresiasi akan konstan sama seperti tahun kemarin 2. Persentase peningkatan nilai depresiasi menyerupai tingkat depresiasi tahuntahun sebelumnya 3. Tingkat depresiasi yang digunakan untuk masa normal adalah dengan menggunakan rata-rata tingkat depresiasi dari tahun 2004 hingga 2007, yakni 18.47%
129
2009
10%
2010
12%
1. Inovasi VAS di tengah pasar yang masih perang tarif 2. Marketing yang konsisten baik seperti sekarang 3. Persaingan di pasar tidak hanya bertarung dalam hal murahnya tarif saja dan itu akan membuat tingkat pertumbuhan ROC stagnan 1. Keadaan pasar di dunia (di Indonesia terkena efeknya juga) mulai menawarkan layanan berbasis IMS (IP Multimedia Service) 2. Kebutuhan internet di Indonesia meningkat 3. Pasar content provider meningkat 4. Pasar luar Jawa diraih
244%
244%
perombakan model bisnis perusahaan di tahun 2007 1. Investasi fisik untuk jaringan serat optik baru akan selesai di tahun ini artinya niali investasi masih tetap hampir sama seperti tahun kemarin 2. Banyak investasi di inovasi VAS
1. Asumsi terburuk bahwa reinvestment rate harus tetap tinggi 2. Merupakan periode dunia untuk mengimplementasikan layanan berbasis IMS (IP Multimedia Messaging) yang dasar teknologinya perlu dilakukan penyesuaian dengan standar IMS tersebut, sehingga perlu dilakukannya investasi ke arah konvergensi tersebut
63.94%
30%
Sama seperti tingkat pajak di tahun sebelumnya
2,393.57
1. Tingkat pertumbuhan depresiasi sama seperti kemarin sebesar 18.47%
49.27%
30%
Sama seperti tingkat pajak di tahun sebelumnya
2,835.66
1. Tingkat depresiasi yang sama dengan tahun kemarin sebesar 18.47%
130
2011
13%
1. Proses berkelanjutan dari tahun sebelumnya 2. Pasar semakin ramai dengan banyaknya tawaran layanan yang diberikan dan juga ancaman masuknya penyedia layanan IT berhubungan dengan konvergensi
244%
2012
15%
170%
2013
17%
2014
19%
1. Proses berkelanjutan dari tahun sebelumnya 2. Pasar benar-benar membutuhkan jalur konvergensi 3. Kompetisi untuk jalur konvergensi semakin meningkat dan pemainnya pun sudah global 4. Dengan hubungannya dengan Malaysia, keuntungan bisa diambil dengan meraup pasar Malaysia juga 1. Pasar sedang dalam ramai dengan teknologi konvergensi ini 2. Ekspansi ke luar Indonesia 1. Pasar sedang dalam ramai dengan teknologi konvergensi ini 2. Ekspansi ke luar Indonesia
1. Asumsi terburuk bahwa reinvestment rate harus tetap tinggi 2. Trend konvergensi fixed line dengan jalur selular dan juga trend konvergensi jalur data dan jalur suara sedang marak. Dilakukan pembangunan infrastruktur berkelanjutan untuk kepentingan investasi konvergensi 1. Asumsi terburuk bahwa reinvestment rate harus tetap tinggi 2. Persaingan di jalur konvergen meningkat dan perusahaan akan kembali menggunakan strategi layanan yang murah
40.04%
30%
Sama seperti tingkat pajak di tahun sebelumnya
3,359.40
1. Tingkat depresiasi yang sama dengan tahun kemarin sebesar 18.47%
40.88%
30%
Sama seperti tingkat pajak di tahun sebelumnya
3,979.89
1. Tingkat depresiasi yang sama dengan tahun kemarin sebesar 18.47%
170%
1. Meneruskan strategi tahun kemarin
42.23%
30%
Sama seperti tingkat pajak di tahun sebelumnya
4,714.97
1. Tingkat depresiasi yang sama dengan tahun kemarin sebesar 18.47%
170%
Investasi menurun karena teknologi yang digunakan sudah seimbang dengan tuntutan pasar
44.06%
30%
Sama seperti tingkat pajak di tahun sebelumnya
5,585.83
1. Tingkat depresiasi yang sama dengan tahun kemarin sebesar 18.47%
131
C. PT Excelcomindo – Prakiraan Cost of Capital Mendatang Dari tahun 2003 hingga 2007, sejarah porsi antara hutang (Debt) dan ekuitas (Equity) adalah sebagai berikut: Tabel 3.22. Porsi Hutang (Debt) dan Ekuitas Excelcomindo 2003‐2007
Debt Portion Equity Portion
2003 80.35%
2004 84.08%
2005 61.20%
2006 66.12%
2007 76.29%
19.65%
15.92%
38.80%
33.88%
23.71%
Dari data tersebut terlihat bahwa Excelcomindo bersikap risk averse terhadap pengelolaan keuangan perusahaan. Perusahaan lebih memilih untuk mendapatkan dana dari pinjaman dengan tingkat bunga yang relatif lebih rendah (less risky) dibandingkan dengan mengeluarkan saham. Dan untuk tujuh tahun mendatang saat perusahaan berada dalam masa high growth maka kebijakan keuangan perusahaan juga akan sama seperti tahun sebelumnya yakni 75% di hutang dan 25% pada porsi ekuitas. Hal tersebut dengan asumsi bahwa di tahun 2007 yang merupakan tahun transformasi model bisnis perusahaan dan membutuhkan banyak sekali investasi, perusahaan bahkan tetap memilih mendapatkan dana dari hutang. Tabel 3.23. Nilai Prakiraan Weighted Average Cost of Capital (WACC) Excelcomindo 2008‐ 2014 Kd Ke = Rf + Beta*(Rm-Rf) Rm-Rf
2008E 10.35%
2009E 10.35%
2010E 10.20%
2011E 10.10%
2012E 10.00%
2013E 9.80%
2014E 9.80%
11.08% 2.70%
11.56% 2.70%
11.83% 2.70%
12.24% 2.70%
12.74% 2.70%
12.88% 2.70%
13.01% 2.70%
132
Rf Beta Debt Portion 2008 to end Equity Portion 2008 to end WACC
9.40% 0.620908
9.40% 0.8
9.40% 0.9
9.40% 1.05
9.50% 1.2
9.50% 1.25
9.50% 1.3
76.00%
70.00%
70.00%
70.00%
70.00%
70.00%
70.00%
24.00%
30.00%
30.00%
30.00%
30.00%
30.00%
30.00%
10.52%
10.71%
10.69%
10.74%
10.82%
10.72%
10.76%
133
D. PT Excelcomindo – Nilai Dasar Perusahaan Tabel 3.24. Nilai Valuasi Excelcomindo WACC
10.52% 1
10.71% 2
10.69% 3
10.74% 4
10.82% 5
10.72% 6
10.76% 7
2,234.92 1,000.00 1,234.92 370.48 864.45 2,020.40 3,815.64
3,663.91 1,200.00 2,463.91 739.17 1,724.74 2,393.57 6,255.32
2010E 5,469.03 1,350.00 4,119.03 1,235.71 2,883.32 2,835.66 9,337.17
2011E 7,658.83 1,500.00 6,158.83 1,847.65 4,311.18 3,359.40 13,075.78
2012E 10,790.11 1,700.00 9,090.11 2,727.03 6,363.08 3,979.89 12,840.23
2013E 10,790.11 1,900.00 8,890.11 2,667.03 6,223.08 4,714.97 12,840.23
2014E 10,790.11 2,100.00 8,690.11 2,607.03 6,083.08 5,585.83 -17,552,839.83
FCF FCF = NAT + Depreciation Reinvestment
-930.80
-2,137.02
-3,618.19
-5,405.19
-2,497.27
-1,902.18
17,564,508.74
PV of FCF Value of a firm BV of Equity MV of Equity
-842.16 33,792.62 19,430.16 15,420.75
-1,743.44
-2,667.92
-3,593.98
-1,493.90
-1,032.33
8,587,201.01
1,760
EBIT 2008E
EBIT Interest Expense EBT Tax NAT Depreciation Reinvestment
2009E
Stable Growth Rate 6,786.41
134
Outstanding Stocks 2007 Price of stock 2007
7,090,000,000 2,175.00
2740.502188
CALCULATING TERMINAL GROWTH Assumption: beta should be close to 1 and should be lower than existing beta ROC = WACC Debt Ratio stays in the existing level growth rate should not exceed economic growth rate prediction nominal and real rate?? growth rate should not exceed discount rate od high growth period growth rate pof economy - GDP = 6.3%(2005)-highest in decade growth rate reinvestment rate in stable growth = stable growth rate/ROC n
growth rate reinvestment rate
Expected EBIT Growth rate
Expected EBIT Growth Rate
Terminal Value = EBIT (1-t)/Cost of capital
Terminal Value
beta ROC D/E Ratio
0.8 11.00% 0.388743719
5% 45.45%
-37.11%
44,134.02
135
B. PT Bakrie Telecom – Prakiraan Cash Flow Mendatang Tabel 3.25. Tabel Historical Reinvestment Rate Bakrie Telecom 2004‐2007 Historical Reinvestment Rate EBIT Tax Rate EBIT(1-t) Capital Expenditures Depreciation Change in Non-cash Working Capital Reinvestment Reinvestment Rate
2004 -68 30% -47.27 254.70 91.32
2005 -100 30% -69.96 166.48 119.80
2006 139 30% 97.19 563.16 143.11
2007 318 30% 222.80 2,047.45 216.24
46 209.13 -442.42%
305 351.20 -501.99%
131 551.44 567.37%
400 2,230.78 1001.24%
TOTAL 290 203 3,032 570 881 3,343 1648.49%
Tabel 3.26. Tabel Historical Return on Capital Bakrie Telecom 2004‐2007 Historical Return on Capital EBIT(1-t) BV of Capital Return on Capital
2004 -47.27 1,052 -4.50%
2005 -69.96 1,523 -4.59%
2006 97.19 2,217 4.38%
2007 222.80 4,664 4.78%
136
Tabel 3.27. Dasar Asumsi Pertumbuhan EBIT Bakrie Telecom Asumsi Growth in 2008 – 2012 Expected ROC
JustificationExpected ROC
Reinvest ment Rate
2008
5.21%
1. BTEL melakukan strategi yang sama dengan tahun kemarin yang tetap mengincar
500%
2009
5.68%
1. Pelanggan sebanyak 5 juta
500%
Justifikasi Expected Reinvestment Rate 1. Mendekati tahun 2007, karena tidak terlalu banyak perubahan di investasi teknologi baru (tahun 2005-2007 banyak investasi untuk jaringan 3G dan jaringan fixed wireless) 2. Perluasan jaringan 3G 1. Banyak investasi di inovasi VAS
Expecte d EBIT Growth Rate 35%
31%
Same as 2007
37.38%
31%
Same as 2007
Tax Rate
Justifikasi Tax Rate
Depreciation
Justifikasi Depreciation
1. Investasi besar-besaran di tahun sebelumnya mencapai masa depresiasi di tahun 2008 2. Menaik sebesar 34% serbdasarkan angka ratarata pertumbuhan depresiasi dari tahun 2004 hingga 2008 289.7617469 1. Investasi besar-besaran di tahun sebelumnya mencapai masa depresiasi di tahun 2008 2. Menaik sebesar 34% serbdasarkan angka ratarata pertumbuhan depresiasi dari tahun 2004 hingga 2009 388.28
137
2010
6.19%
1. BTEL terus berkonsentrasi untuk segmen menengah ke bawah sementara pasar mulai menuju ke arah konvergensi data 2. Memberikan layanan data
500%
1. Asumsi terburuk bahwa reinvestment rate harus tetap tinggi
39.93%
31%
Same as 2007
2011
6.74%
1. Proses berkelanjutan dari tahun sebelumnya
500%
1. Asumsi terburuk bahwa reinvestment rate harus tetap tinggi
42.71%
31%
Same as 2007
2012
7.35%
2. Proses berkelanjutan dari tahun sebelumnya
500%
1. Asumsi terburuk bahwa reinvestment rate harus tetap tinggi
45.75%
31%
Same as 2007
1. Investasi besar-besaran di tahun sebelumnya mencapai masa depresiasi di tahun 2008 2. Menaik sebesar 34% serbdasarkan angka ratarata pertumbuhan depresiasi dari tahun 2004 hingga 2010
520.30 1. Investasi besar-besaran di tahun sebelumnya mencapai masa depresiasi di tahun 2008 2. Menaik sebesar 34% serbdasarkan angka ratarata pertumbuhan depresiasi dari tahun 2004 hingga 2011 697.20 1. Investasi besar-besaran di tahun sebelumnya mencapai masa depresiasi di tahun 2008 2. Menaik sebesar 34% serbdasarkan angka ratarata pertumbuhan depresiasi dari tahun 2004 hingga 2012 934.24
138
C. PT Bakrie Telecom – Prakiraan Cost of Capital Mendatang Hingga tahun 2007, porsi hutang dan ekuitas perusahaan adalah sebagai berikut: Tabel 3.28. Porsi Hutang (Debt) dan Ekuitas Bakrie Telecom Periode 2004‐2007
Debt Portion Equity Portion
2004 78.46%
2005 44.85%
2006 32.55%
2007 59.80%
21.54%
55.15%
67.45%
40.20%
Dari tabel tersebut terlihat bahwa porsi pendanaan perusahaan berubah‐ubah sejak tahun 2004. Di tahun 2006, porsi ekuitas mempunyai porsi paling besar dalam periode tersebut dikarenakan itulah tahun IPO (Initial Public Offering). Tabel 3.29. Nilai Prakiraan Weighted Average Cost of Capital (WACC) Bakrie Telecom 2008‐ 2012 Kd Ke = Rf + Beta*(Rm-Rf) Rm-Rf Rf Beta
2008E 11.00% 12.10% 2.70% 9.40% 0.998893
2009E 11.00% 12.07% 2.70% 9.40% 0.99
2010E 11.00% 12.37% 2.70% 9.40% 1.1
2011E 11.00% 12.37% 2.70% 9.40% 1.1
2012E 11.00% 12.56% 2.70% 9.45% 1.15
Debt Portion 2008 to end Equity Portion 2008 to end
50.00%
50.00%
50.00%
50.00%
50.00%
50.00%
50.00%
50.00%
50.00%
50.00%
WACC
11.55%
11.54%
11.69%
11.69%
11.78%
D. PT
Bakrie
Telecom
–
Nilai
Dasar
Perusahaan
139
Tabel 3.30. Nilai Valuasi Bakrie Telecom WACC
11.55% 1
11.54% 2
11.69% 3
11.69% 4
11.78% 5
429.80 1,167.90 -738.10 -228.62 -509.48 289.76 1,483.37
2009E 590.45 1,167.90 -577.45 -178.86 -398.59 388.28 2,037.82
826.22 1,167.90 -341.68 -105.83 -235.85 520.30 2,851.54
2011E 1,179.13 1,167.90 11.24 3.48 7.76 697.20 4,069.57
2012E 1,718.58 1,167.90 550.68 170.57 380.12 934.24 5,931.37
FCF FCF = NAT + Depreciation – Reinvestment
-1,703.09
2,048.13
-2,567.09
3,364.62
-4,617.01
PV of FCF Value of a firm BV of Equity MV of Equity
-1,526.77 2,968.76 179.81 7,960.54
1,646.00
-1,849.48
2,173.10
-2,673.26
318 2008E EBIT Interest Expense EBT Tax NAT Depreciation Reinvestment
Outstanding Stocks 2007 Price of stock 2007
18,953,676,867 420.00
2010E
Stable Growth Rate 2,190.35
9.48670316
CALCULATING TERMINAL GROWTH Assumption: beta should be close to 1 and should be lower than existing beta ROC = WACC Debt Ratio stays in the existing level growth rate should not exceed economic growth rate prediction nominal and real rate?? growth rate should not exceed discount rate od high growth period growth rate pof economy - GDP = 6.3%(2005)-highest in decade growth rate
beta ROC D/E Ratio
0.9 9.00% 1.4873
reinvestment rate in stable growth = stable growth rate/ROC n
growth rate reinvestment rate
55.56%
Expected EBIT Growth rate
Expected EBIT Growth Rate
27.45%
Terminal Value = EBIT (1-t)/Cost of
Terminal Value
12,837.39
5%
140
capital
141
PT MOBILE‐8 B. PT Mobile‐8 Telecom – Prakiraan Cash Flow Mendatang Tabel 3.31. Tabel Historical Reinvestment Rate Mobile‐8 2005‐2007 Historical Reinvestment Rate EBIT Tax Rate EBIT(1-t) Capital Expenditures Depreciation Change in Non-cash Working Capital Reinvestment Reinvestment Rate
2005 -179.21 30% -125.45 477.83 191.08
2006 29.13 30% 20.39 107.15 209.89
2007 167.54 30% 117.28 1,378.29 229.79
200 486.75 -388.01%
200 97.26 476.93%
358 1,506.23 1284.33%
TOTAL 17 12 1,963 631 758 2,090 17103.28%
Tabel 3.32. Tabel Historical Return on Capital Mobile‐8 2005‐2007 Historical Return on Capital EBIT(1-t) BV of Capital Return on Capital
2005 -125.45 2,365.42 -2.77%
2006 20.39 3,006 0.68%
2007 117.28 4,537 2.59%
142
Tabel 3.33. Dasar Asumsi Pertumbuhan EBIT Mobile‐8 Asumsi Growth in 2008 - 2012
Expec ted ROC
JustificationExpected ROC
2008
4%
1. Perang tarif dalam sektor komunikasi khususnya di GSM 2. Layanan telekomunikasi berbasis CDMA dimenangkan oleh BTEL
2009
6%
1. Inovasi VAS di tengah pasar yang masih perang tarif 2. Marketing yang konsisten baik seperti sekarang
Rein vest ment Rate 460%
460%
Justifikasi Expected Reinvestment Rate 1. Melanjutkan proses ekspansi jaringan yang belum selesai di tahun 2007 2. Nilai reinvestment rate mendekati nilai rata-ratat reinvestment rate dari tahun 2005 hingga 2007
1. Melanjutkan proses ekspansi jaringan yang belum selesai di tahun 2007 2. Nilai reinvestment rate mendekati nilai rata-ratat reinvestment rate dari tahun 2005 hingga 2008
Expecte d EBIT Growth Rate 73%
31%
Same as 2007
252.763819
1. Nilai rata-rata dari pertumbuhan depresiasi selama tahun 2005, 2006, dan 2007 adalah sebesar 9.66% 2. Asumsi pertumbuhan nilai depresiasi untuk lima tahun mendatang adalah sama sebesar 10% (tingkat nilai worst case dari tingkat pertumbuhan depresiasi)
77.60%
31%
Same as 2007
278.04
1. Depresiasi menaik 10% dari tahun sebelumnya
Tax Rate
Justifikasi Tax Rate
Depreciation
Justifikasi Depreciation
143
2010
7%
1. VAS berkembang baik di pasar, didukung dengan posisi market share, dan marketing yang konsisten baik 2. Kebutuhan internet di Indonesia meningkat 3. Pasar content provider meningkat
460%
1. Melanjutkan proses ekspansi jaringan yang belum selesai di tahun 2007 2. Nilai reinvestment rate mendekati nilai rata-ratat reinvestment rate dari tahun 2005 hingga 2009
48.87%
31%
Same as 2007
305.84
1. Depresiasi menaik 10% dari tahun sebelumnya
2011
8%
1. Proses berkelanjutan dari tahun sebelumnya
460%
1. Melanjutkan proses ekspansi jaringan yang belum selesai di tahun 2007 2. Nilai reinvestment rate mendekati nilai rata-ratat reinvestment rate dari tahun 2005 hingga 2010
51.09%
31%
Same as 2007
336.43
1. Depresiasi menaik 10% dari tahun sebelumnya
2012
9%
2. Proses berkelanjutan dari tahun sebelumnya
460%
1. Melanjutkan proses ekspansi jaringan yang belum selesai di tahun 2007 2. Nilai reinvestment rate mendekati nilai rata-ratat reinvestment rate dari tahun 2005 hingga 2011
53.90%
31%
Same as 2007
370.07
1. Depresiasi menaik 10% dari tahun sebelumnya
144
C. PT Mobile‐8 Telecom – Prakiraan Cost of Capital Mendatang Tabel 3.34. Porsi Hutang (Debt) dan Ekuitas Mobile‐8 periode 2005‐2007, Prakiraan 2008‐2012, dan Prakiraan Nilai WACC 2008‐2012 Debt Portion Equity Portion WACC
2008E
2009E
2010E
2011E
2012E
2005
2006
2007
68.90%
47.07%
60.41%
60%
60%
60%
60%
60%
31.10%
52.93%
39.59%
40%
40%
40%
40%
40%
10.86%
11.15%
10.97%
10.98%
11.00%
11.01%
11.02%
11.12%
9.45% 0.858432 2.70% 10.45% 11.77%
9.45% 0.88 2.70% 10.45% 11.83%
9.45% 0.89 2.70% 10.45% 11.85%
9.45% 0.9 2.70% 10.45% 11.88%
9.45% 0.99 2.70% 10.45% 12.12%
Rf Beta Rm-Rf Kd Ke
D. PT Mobile‐8 Telecom – Nilai Dasar Perusahaan Tabel 3.35. Nilai Valuasi Mobile‐8 WACC
10.98% 1
11.00% 2
11.01% 3
11.02% 4
11.12% 5
168 2008E 290.07 202.20 87.87 0.00 87.87 252.76 921.03
2009E 515.16 202.20 312.96 96.94 216.03 278.04 1,635.76
2010E 766.91 202.20 564.71 174.91 389.80 305.84 2,435.09
2011E 1,158.69 202.20 956.49 296.26 660.23 336.43 3,679.08
2012E 1,783.22 202.20 1,581.02 489.70 1,091.32 370.07 5,662.10
FCF FCF = NAT + Depreciation Reinvestment
-580.40
1,141.69
-1,739.45
-2,682.42
4,200.71
PV of FCF
-522.99
-926.61
-1,271.49
-1,765.59
2,479.58
EBIT Interest Expense EBT Tax NAT Depreciation Reinvestment
Stable Growth Rate 3,079.02
145
Value of a firm BV of Equity MV of Equity
7,202.68 4,462.12 5,261.36
Outstanding Stocks 2007 Price of stock 2007
20,236,000,000 260
220.5039972
CALCULATING TERMINAL GROWTH Assumption: beta should be close to 1 and should be lower than existing beta ROC = WACC Debt Ratio stays in the existing level growth rate should not exceed economic growth rate prediction nominal and real rate?? growth rate should not exceed discount rate od high growth period growth rate pof economy - GDP = 6.3%(2005)-highest in decade growth rate
beta ROC D/E Ratio
0.9 15.00% 0.388743719
reinvestment rate in stable growth = stable growth rate/ROC n
growth rate reinvestment rate
6% 40.00%
Expected EBIT Growth rate
Expected EBIT Growth Rate
72.67%
Terminal Value = EBIT (1-t)/Cost of capital
Terminal Value
14,168.94
Hasil Analisa Valuasi Tabel 3.36. Hasil Analisa Valuasi
TLKM ISAT EXCL BTEL FREN
2008 10,000.00 8,750.00 2,150.00 420.00 260.00
2008E 21,817.91 38,873.54 2,740.50 9.49 220.50
Undervalued Undervalued Undervalued Overvalued Overvalued
146