BAB III SOLUSI BISNIS
3.1. Metodologi Penelitian Secara ringkas yang menjadi inti metode analisis kelayakan dalam proyek akhir ini adalah pengujian Go/No-Go Assumptions yang dilanjutkan dengan membuat diagram Decision Tree untuk memperoleh keputusan. Go/No-Go Assumptions adalah asumsi-asumsi mengenai kondisi-kondisi yang memungkinkan pelaksanaan rencana bisnis. Gambar berikut akan memperjelas maksud dari pendekatan melalui pengujian Go/No-Go Assumptions tersebut. Eksplorasi Go / No-Go Assumptions
Penentuan Go / No-Go Assumptions Penentuan dan perincian Go / No-Go Assumptions yang akan diuji. Asumsi-asumsi dikelompokkan menjadi: - Market - Product/Service - Technology - Economic - Competition - Organization - Environment
Eksplorasi asumsi-asumsi dilakukan dengan tiga metode: - Mengikuti meeting Konsorsium - Wawancara - Eksplorasi dokumen
Pembuatan Saran Keputusan Go / No-Go
Pengujian Go / No-Go Assumptions
Hasil pengujian dijadikan acuan untuk membuat saran keputusan Go / No-Go eksekusi rencana bisnis. Decision Tree digunakan sebagai pendekatan dalam membuat saran keputusan
Go / No Go assumptions yang telah ditentukandan dirinci sebelumnya diuji dengan melakukan survey wawancara, studi literatur dan menyebarkan questioners. Analisis finansial dan sensitivitas dan breakeven point juga dilakukan untuk meningkatkan kualitas keputusan.
Gambar. 3.1 Metode Analisis Kelayakan Bisnis
27
Zenas
Block
dalam
bukunya
yang
berjudul
Corporate
Venturing
mengelompokkan Go/No-Go Assumption ke dalam tujuh kelompok: •
Market
•
Product/Service
•
Technology
•
Economic
•
Competition
•
Organization
•
Environment Ketujuh kelompok tersebutlah yang akan dicari asumsi-asumsinya, dan apa saja
yang termasuk di dalam kelompok tersebut serta hasilnya akan dijelaskan pada bab selanjutnya. Pengujiannya sendiri dimaksudkan untuk mengetahui apakah asumsiasumsi tersebut dapat dibuktikan kebenarannya, dan apabila tidak benar/pada kenyataanya berbeda atau sangat berbeda pengaruh apakah yang ditimbulkannya. Jadi langkah pertama yang dilakukan adalah eksplorasi Go/No-Go Assumptions yaitu mencari sumber berita/informasi yang mengandung asumsi-asumsi mengenai kondisi yang memungkinkan eksekusi rencana bisnis. Eksplorasi mencakup tiga metode, yaitu: mengikuti meeting konsorsium, wawancara, dan eksplorasi dokumen. Ketiga kegiatan tersebut dimaksudkan untuk saling melengkapi dalam pencarian asumsi. Selanjutnya adalah menentukan, merinci, serta mengelompokkan Go/No-Go Assumptions. Untuk lebih yakin bahwa asumsi-asumsi tersebut merupakan asumsi konsorsium, maka dilakukan diskusi dengan ketua harian konsorsium. Setelah asumsi-asumsi tersebut diperoleh, maka dilakukan pengujian dengan survey & wawancara, studi literature, dan questioners. Untuk melengkapi pengujian dilakukan juga financial projection, financial analysis, sensitivity analysis serta breakeven point analysis. Langkah terakhir adalah membuat saran keputusan dengan landasan yang dipergunakan adalah hasil pengujian setiap asumsi tersebut menggunakan suatu pendekatan, yaitu Decision Tree.
28
3.2. Eksplorasi Go/No-Go Assumptions 3.2.1. Metode Eksplorasi Go/No-Go Assumptions Dalam rangka memperoleh Go/No-Go Assumptions, keterlibatan dengan beberapa kegiatan Konsorsium adalah hal yang mutlak, yaitu sebagai berikut: 1. Mengikuti Meeting Konsorsium Setiap ada isu bisnis, Konsorsium mengadakan meeting untuk mendiskusikan langkah yang ingin dilaksanakan. Disamping itu rencana bisnis yang telah didiskusikan sebelumnya terus dimatangkan dalam setiap meeting Konsorsium tersebut. Pematangan rencana bisnis itu diharapkan dapat menciptakan kondisi yang kondusif dan synergy pada saatnya bisnis Konsorsium dilaksanakan. 2. Wawancara Untuk memahami lebih detail asumsi-asumsi yang dimiliki Konsorsium, wawancara telah dilakukan. Wawancara yang dimaksud adalah wawancara dengan para pengurus dan dewan Konsorsium. 3. Eksplorasi Dokumen Milik Konsorsium Dokumen-dokumen yang dimaksud ialah MoU Konsorsium, Profile PIB, dan Resume Meeting PIB.
3.2.2. Go/No-Go Assumptions Setelah melalui kegiatan eksplorasi, asumsi-asumsi yang diperoleh dari kegiatan tersebut adalah: The Market:
Growth rate: 5 % per tahun
Size: Diasumsikan mampu meraih 70 % pangsa pasar di Bandung dan 2.000 pelanggan pada tahun pertama
Target segment: Residential
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli: o Biaya perangkat o Biaya langganan
Level-level penggunaan o Hiburan o Pencarian Data 29
o Bisnis
Keefektifan dari channel distribusi o Sangat efektif karena pengalaman yang dimiliki oleh setiap Anggota Konsorsium
Marketing Costs: diasumsikan akan memerlukan dana yang cukup banyak.
Marketing mix requirements (product, price, place, promotion): diasumsikan dapat dipenuhi oleh anggota konsorsium.
Pricing: diasumsikan service yang dikeluarkan oleh Konsorsium dapat lebih rendah dari harga produk pesaing; juga diasumsikan bahwa konsumen masih banyak yang sanggup membayar biaya langganan Rp 350.000,- perbulan.
Distribution Costs: rendah karena hanya melayani kota Bandung.
The Service:
Functions: Memberikan akses internet global dengan kecepatan sesuai kebutuhan pelanggan.
Competitive advantages and their duration: Bandwith dapat ditingkatkan, unlimited, 24 jam sehari.
Service requirements: Berupa kapasitas Bandwith yang cukup besar; software Quality of Service (Customer Service), Financial Administration, Technical Administration yang terintegrasi; serta masing-masing ISP anggota Konsorsium dapat menjadi administrator bagi clientnya masing-masing.
Switching costs: cukup tinggi
Quality level: kualitas layanan sangat tinggi selama dalam jarak jangkauan pelayanan.
Quality control limits: Diluar jarak jangkauan pelayanan kualitas tidak dapat dijamin dan bagi pelanggan yang mencoba mengganggu system jaringan akan dikenakan sanksi.
Potential enhancement and extension: Dapat ditingkatkan ke level Bandwith yang lebih tinggi. Dapat juga berkembang dalam penyediaan content internet.
Costs: relative sangat tinggi
Materials: Materials berupa perangkat CPE & AP yang dapat diperoleh dari vendor.
30
Availability of labor and skills: Implementasi teknologi akan mudah diadopsi oleh karyawan yang saat ini telah berpengalaman dalam hal teknis pada bisnis layanan internet.
The Technology:
Development time and costs: Hal ini tidak perlu dipertimbangkan, karena diasumsikan telah dikerjakan oleh vendor.
Scaleup time and costs: Hal ini juga diasumsikan telah dikerjakan oleh vendor
Proprietary protection: Sudah dimiliki oleh vendor, dan dalam rangka operasi di Indonesia perlu mendaftarkan standarisasi perangkat ke Ditjen Postel. Standarisasi perangkat diasumsikan dapat diperoleh pada tahun 2008.
Ability to coordinate with marketing and manufacturing: Teknologi yang dipergunakan sudah mengakomodir kebutuhan tersebut.
Teknologi Last Mile yang dipergunakan: Konsorsium mengasumsikan bahwa teknologi broadband wireless access sesuai dengan kebutuhan Konsorsium dan selanjutnya ada tiga pilihan teknologi yaitu: o Wi-Fi-LOS o Wi-Fi-NLOS o WiMAX
The Economic:
Break-even point: Breakeven point tercapai setelah memperoleh 2.000 pelanggan.
Upside gain: Bila harga Bandwith di Indonesia bisa lebih rendah maka revenue akan bertambah karena cost service dapat ditekan. Penurunan harga Bandwith ini diisukan akan terjadi pada bulan Juni. Disamping itu, harga perangkat telekomunikasi mempunyai kecenderungan turun.
Downside risk: Bila harga service para pesaing menjadi turun, maka revenue Konsorsium menjadi turun juga karena masyarakat cukup sensitif terhadap harga.
Currencies needed to reach cash break-even (Fixed assets, startup costs, operating negative cash flow) or profit break-even: Diasumsikan nilai tukar Dollar terhadap rupiah tidak terlalu jauh berubah dan berkisar di nilai Rp. 9.300,- per dollar
Margins: Diasumsikan bahwa margin akan bernilai positif. 31
All Cost categories: Semua Cost (Direct Cost & Indirect Cost) dapat ditangani oleh anggota Konsorsium selaku pelaksana marketing dan operations, serta investor yang menyediakan dana untuk perangkat (material).
Age of receivables and payables: jatuh tempo piutang dan payables diasumsikan nol hari.
Financing Method: Untuk keperluan marketing dan operasional akan diupayakan oleh masing-masing anggota Konsorsium, sedangkan dana perangkat meskipun nilainya sangat tinggi akan diupayakan oleh Third Party/Investor.
Interest Rate: dalam kasus pemenuhan kebutuhan modal tambahan Konsorsium dapat meminjam uang kepada Bank dengan asumsi interest rate-nya 15%.
Cost infrastruktur jaringan selain teknologi BWA: cost sewa infrastruktur jaringan selain teknologi BWA masih mahal dan belum bernilai ekonomis bagi pengembangan ISP.
The Competition:
Present and future: Dalam beberapa tahun ke depan ISP yang menggunakan teknologi WiMAX akan mampu bersaing dengan ISP-ISP lainnya.
Timing of expected responses in the areas of quality, pricing, service, delivery, marketing strategy, and product characteristics: Diasumsikan response dari para pesaing baru akan ada setelah 1 tahun bisnis ini dimulai.
The Organization:
Pemenuhan sumber daya manusia: untuk pelaksanaan marketing dan operation, Konsorsium mengasumsikan bahwa kebutuhan sumber daya manusia dapat dipenuhi oleh masing-masing anggota Konsorsium.
The Environment:
International relations: Kenaikan harga minyak menyebabkan inflasi di Indonesia bertambah. Konsorsium mengasumsikan bahwa inflasi sangat kecil pengaruhnya terhadap bisnis penyedia layanan internet ini.
Trade and business barriers and opportunities o Hambatan dalam bisnis adalah perolehan izin penggunaan frekwensi sangat mahal. 32
o Kesempatan untuk memenangkan tender lelang izin penggunaan frekwensi itu ada.
Social and lifestyle trends: o Sebagian masyarakat memiliki anggapan bahwa internet cenderung membawa kepada kerusakan moral umat. o Trend gaya hidup saat ini yaitu mengakses internet di café atau tempat belanja (Mall) bagi masyarakat berkemampuan ekonomi kelas atas.
Kemungkinan perubahan teknologi: Perubahan teknologi di Indonesia diasumsikan akan terjadi lagi beberapa tahun kedepan.
3.3. Pengujian Go/No-Go Assumptions 3.3.1. Metode Pendekatan Pengujian Zenas Block dalam bukunya yang berjudul Corporate Venturing menjelaskan contoh milestone pengujian GO/NO-GO Assumptions sebagai berikut:
Completion of Concept and Product Testing
Completion of the Feasibility Study
Product Development
Pilot Testing
Market Testing
Production Startup
Bellwhether Sale (5 or more first sale targets)
First Competitive Response
Reaching Break-even Volume Beliau mengatakan bahwa milestone tersebut hanya sebagai contoh, adapun
pada prakteknya perusahaan dapat membuat milestone yang sesuai dengan kebutuhan pengujian Go/No-Go assumptions. Disamping itu, hal yang perlu diamati dari contoh tersebut adalah bahwa pengujian itu dilakukan hingga melebihi tahap market testing. Sementara itu dalam tugas akhir ini tidak mungkin dilanjutkan demi mengikuti perkembangan bisnis Konsorsium hingga tahap akhir. Jadi dalam tugas akhir ini terdapat batasan tahapan pengujian yaitu hanya tahap kesempurnaan studi kelayakan (Completion of the Feasibility Study). Tahap Completion of Concept and Product Testing telah dilaksanakan oleh Konsorsium. 33
Dalam rangka menyelesaikan pengujian Go/No-Go Assumptions untuk penyelesaian studi kelayakan, tugas akhir ini menggunakan pendekatan-pendekatan yaitu: questioners, studi literature, survey & wawancara, dan financial projection & analysis. Berikut adalah tabel rencana pemetaan kelompok asumsi terhadap metode pendekatan pengujian questioners, studi literature, survey & wawancara dan financial projection & analysis.
34
Tabel 3.1. Pemetaan Go/No-Go Assumptions Go / Not Go Assumptions The Market: Growth rate Size Target segments Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli Level-level penggunaan Keefektifan dari channel distribusi Marketing Costs Marketing mix requirements Pricing Distribution Costs The Service: Functions Competitive advantages and their duration Service requirements Switching costs Quality level Quality control limits Potential enhancement and extension: Costs Materials Availability of labor and skills The Technology: Development time and costs Scaleup time and costs Proprietary protection Ability to coordinate with marketing and manufacturing Teknologi last mile yang dipergunakan The Economic: Break-even point Upside gain Downside risk Currencies needed to reach cash break-even (Fixed assets, startup costs, operating negative cash flow) or profit break-even Margins All Cost categories Age of receivables and payables Financing Method Interest Rate Cost infrastruktur jaringan selain teknologi BWA The Competition: Present and future Timing of expected responses in the areas of quality, pricing, service, delivery, marketing strategy, and product characteristics The Organization: Pemenuhan sumber daya manusia The Environment: International relations Trade and business barriers and opportunities Social and lifestyle trends: Kemungkinan perubahan teknologi Ket : SL = Studi Literatur SW = Survey Wawancara Q = Questioners FP = Financial Projection SD = Sudah Diuji/dibuktikan oleh Konsorsium & Anggotanya
35
Pendekatan Uji SL SL Q Q Q SW SW Q FP & Q SW & FP SD SD SW SD SD SD SD SD SD SW SD SD SD SD SW FP SW SD FP FP SL SD SW SL SL SL SL SW SL SL & SW SW SL
3.3.2. Questioners, Studi Literature, Survey & Wawancara, dan Financial Projection & Analysis 3.3.2.1. Questioners Penentuan Responden dan Jumlahnya Konsorsium mentargetkan segment yang akan dijadikan sasaran adalah Residential, oleh karena itu questioner dirancang sedemikian rupa sehingga pertanyaanpertanyaannya berkaitan dengan penggunaan internet di rumah/tempat tinggal. Disamping itu questioners ini ditujukan kepada para pengguna internet atau responden yang pernah menggunakan internet dan bertempat tinggal di Bandung. Jadi populasi di dalam penelitian proyek akhir ini didefinisikan sebagai pengguna internet di kota Bandung. Adapun jumlah responden yang diharapkan sebenarnya 205 orang, sesuai dengan metode Yamane (1967:886) yang hanya memerlukan data jumlah populasi dan tingkat presisi dalam penentuan jumlah sample. Dalam hal ini, digunakan tingkat presisi 93% dengan presentase sample error 7%. Metode Yamane:
n=
N Nd 2 + 1
Dimana: n = ukuran sample N = jumlah populasi perkiraan = 2,500,000 d = sample error = 7% Maka, n=
2,500,000
2500000 × (0.07 ) + 1 2
= 204
Penyebaran questioners dilakukan di beberapa tempat yang berbeda, yaitu di Bandung Elektronik Center, FPOK (Jl. PHH. Mustafa), Warnet di Jl. PHH Mustafa, ITB, perpustakaan Jabar, Bank Swasta dan sebuah Sekolah Dasar di Bandung.
Profil Responden Berikut adalah informasi profil responden yang direpresentasikan dalam beberapa grafik: 36
3; 1% 14; 7%
54; 26%
134; 66%
15 s/d 25
26 s/d 35
35 s/d 45
> 45
Gambar 3.2. Statistik Umur Responden
34% Laki-laki Perempuan 66%
Gambar 3.3. Statistik Gender Responden
Gambar 3.2. menunjukkan bahwa responden pengguna internet berumur 15 s/d 25 tahun adalah 134 orang atau 66% dari total responden, 26 s/d 35 tahun 26%, 36 s/ 45 tahun 7 % dan umur > 45 tahun 1 %. Dari segi gender, laki-laki sebanyak 66% dari responden dan perempuan 34%.
37
Dosen; 1 Guru; 4 Lainnya; 15 IRT; 1 Pelajar; 18 PNS; 4
Wiraswasta; 21
Pegawai Swasta; 66 Mahasiswa; 60
Gambar 3.4. Statistik Pekerjaan Responden
5%
7%
23% 65%
<= 1.250.000
1.250.000 s/d 2.500.000
2.500.000 s/d 3.000.000
>= 3.000.000
Gambar 3.5. Statistik Pengeluaran untuk Segala Hal
Gambar 3.5. menunjukkan statistik pengeluaran untuk segala hal. Berhubung responden yang banyak menggunakan internet adalah pelajar dan mahasiswa, maka 65% responden memiliki budget pengeluaran untuk segala hal kurang dari Rp. 1.250.000,- per bulan. Profil responden lainnya adalah pendidikan dan pengalaman memakai jasa internet yang ditampilkan pada dua gambar di bawah ini.
38
2
7
65 SD/SMP SMA D3/S1 S2/S3 131
Gambar 3.6. Statistik Pendidikan Responden
54; 26%
151; 74%
Pernah
Tidak Pernah
Gambar 3.7. Statistik Pengalaman Memakai Jasa ISP
Hasil Questioners Questioners disebarkan untuk memperoleh data/fakta sehingga dapat menguji asumsi-asumsi yang berkaitan dengan:
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli Berdasarkan hasil questioners, faktor-faktor pertimbangan responden dalam membeli/memilih layanan internet secara terurut dari yang terpenting ke yang tidak penting adalah: a. Bandwith/kecepatan akses 39
b. Biaya Langganan c. Kemudahan Instalasi d. Biaya Start-up e. Waktu Instalasi f. Mengenal ISP g. Jarak dengan ISP h. Promosi/Iklan Beberapa responden mengharapkan adanya faktor-faktor seperti: a. Stability b. Reliability c. Maintenance d. Fasilitas lain (tambahan) Berikut adalah grafik nilai rata-rata dari faktor-faktor pertimbangan dalam memilih/membeli layanan internet. Grafik tersebut menandakan bahwa yang terpenting bagi responden secara signifikan dibandingkan faktor-faktor lainnya adalah Bandwith, biaya langganan, dan kemudahan instalasi. Secara lisan, ketika ditanyai mengenai kepuasan penggunaan internet di rumah, responden yang pernah menggunakan jasa ISP menyatakan ketidak-stabilan Bandwith merupakan hal yang sering terjadi dan paling tidak diinginkan.
Biaya Langganan 10.00 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 -
Score Jarak dengan ISP
6.14
Waktu Instalasi
8.44 Biaya Start up 7.23
Bandwith 9.03
6.83 5.68
6.67 Mengenal ISP
7.83
Promosi/Iklan
Kemudahan Instalasi
Score 0:= Sangat Tidak Penting; Score 10:= Sangat Penting
Gambar 3.8. Nilai Rata-rata Kriteria Pertimbangan Pemilihan Penyedia Layanan Internet 40
Ketika masuk pada pertanyaan mengenai kendala yang paling utama untuk memiliki akses internet di rumah, para responden lebih banyak memilih alasan tariff berlangganan internet sangat mahal dengan prosentase pemilihan 55.45%. Alasan mahalnya perangkat/start-up cost menempati kedudukan kedua yaitu 22.77%, sulitnya memperoleh layanan hanya 7.43%, sedangkan sisanya yaitu 14.36% beralasan belum perlu, belum ada dana, belum tahu teknologi, belum tertarik, belum punya komputer, dan lain-lain.
Biaya Startup Mahal; 22.77%
lainnya; 14.36% Layanan Instalasi; 7.43%
Biaya Langganan Mahal; 55.45%
Gambar 3.9. Kendala Berlangganan Akses Internet
Level-level penggunaan internet
a. Email
Persentase 80% Pengguna
60% f. Lainnya
45% b. Cari Berita/Data 73%
40% 20% 0% 0% 29%
34%
e. Chatting
c. Hiburan/Multimedia 46%
d. Download file Gambar 3.10. Penggunaan Internet
41
Gambar di atas menjelaskan bahwa dari 138 responden terdapat 73% yang menggunakan internet untuk mencari berita, 46% download file, 45% email, 34% hiburan/multimedia, 29% chatting, dan 0% penggunaan lainnya.
Marketing mix requirements
128 kbps ~ 150rb 128 kbps ~ 300rb 128 kbps ~ 200rb
4% 2%0%
128 kbps ~ tariff lain
4% 1% 0%2%
10%
256 kbps ~ 150rb
17%
256 kbps ~ 300rb
8%
256 kbps ~ 200rb 256 kbps ~ tariff lain 5%
12%
6% 5%
10%
16%
384 kbps ~ 150rb 384 kbps ~ 300rb 384 kbps ~ 200rb 384 kbps ~ tariff lain kecepatan lain ~ 150rb kecepatan lain ~ 300rb kecepatan lain ~ 200rb kecepatan lain ~ tariff lain
Gambar 3.11. Bandwith dan Tariff yang Sesuai Bagi Responden
Marketing mix/Bauran Pemasaran, menurut E.Jerome McCarthy terdiri dari 4P: produk, price, place dan promotion. Dari questioners diperoleh data untuk masingmasing komponen marketing mix tersebut. Dari segi produk/service serta price, grafik di atas dapat menjelaskan bahwa jumlah responden yang memilih pasangan Bandwith 256 kbps dan tarif langganan 150 ribu adalah yang terbesar, yaitu 17%.
42
a. Koran
Persentase Pengguna
60% 50% 40% 30%
36%
20%
e. Radio 9%
10% 0%
b. Majalah 9%
41%
56% d. Internet
c. Televisi
Gambar 3.12. Media Informasi yang Biasa Digunakan Responden
Dalam hal promosi, Gambar 3.12 menjelaskan bahwa media Internet, Televisi dan Koran adalah tiga media informasi yang tepat untuk dipasangi iklan/promosi mengenai produk/service layanan internet Konsorsium PIB. Sedangkan mengenai masalah distribusi, jelas masyarakat bandung menghendaki kemudahan dalam memperoleh layanan baik dari segi jarak maupun waktu. Dengan kompetensi yang dimiliki Konsorsium PIB, hal ini dapat diatasi dengan baik.
Target segment Untuk melihat target segment khusus mana yang sesuai, questioners dapat menjawabnya karena grafik berikut menjelaskan mengenai minat berlangganan dari responden terhadap layanan internet di rumah. Dari 205 responden 1 orang tidak menjawab questioners, 39.02% menyatakan berminat berlangganan, 31.22% menyatakan berminat memiliki akses internet di rumah tetapi tidak berlangganan, 16.1% menyatakan tidak berminat, dan 13.17% ragu-ragu karena telah memiliki akses internet di rumah.
43
Tidak Berminat, 16.10%
Tidak Menjawab, 0.49%
Berminat berlangganan, 39.02% Ragu-ragu, 13.17%
Berminat, tidak berlangganan, 31.22%
Gambar 3.13. Minat Responden Terhadap Akses Internet di Rumah
Pricing Sebelumnya telah diasumsikan bahwa konsumen masih banyak yang sanggup membayar biaya langganan hingga Rp 350.000,- perbulan. Hasil questioners membuktikan bahwa asumsi tersebut kurang tepat. Tariff 150 ribu perbulan lebih banyak dipilih oleh responden yaitu sebanyak 39%, disusul oleh Tariff lain selain pilihan sebanyak 28%, Tariff 200 ribu sebanyak 22% dan 300 ribu sebanyak 11%.
Tariff Lain 28%
150 rb 39%
200 rb 22%
300 rb 11%
Gambar 3.14. Tariff yang Sesuai Bagi Responden
44
Dari para pemilih tariff lain, 38.9 % -nya atau 11% dari total responden merupakan pemilih tariff 100 ribu per bulan, 35.2 % -nya atau 10% dari total responden berani membayar di atas 1 juta.
35.2%
38.9%
1.9% 3.7% 1.9%3.7% 1.9%
100 rb
50 rb
30 rb
250 rb
13.0%
900
1 juta
75 rb
Di atas 1 juta
Gambar 3.15. Tariff lain yang Sesuai Bagi Responden
Informasi Lainnya dari Questioners Disamping data-data di atas, Questioners juga memberikan tambahan data yaitu:
Jumlah anggota keluarga yang biasa mengakses internet adalah sekitar 3 orang. Hal ini bukan berarti berlaku untuk semua keluarga sebab questioners ini disebarkan kepada orang-orang yang berpengalaman menggunakan internet atau memahami teknologi internet.
Waktu penggunaan internet secara rata-rata adalah 2.8 jam per hari.
Jumlah responden terbanyak dalam memilih nilai budget yang biasanya disediakan untuk keperluan internet selama satu bulan jatuh pada pilihan Rp. 50.000,-.
60% dari seluruh responden sering menggunakan internet di warnet. Hal ini bisa menjadi pertanda bahwa bisnis ISP masa depan boleh jadi menurunkan revenue warnet-warnet.
Budget yang biasa disediakan oleh responden, apabila dirata-ratakan adalah Rp. 89.900,- per bulan. Kebanyakan responden memiliki budget antara 50 s/d 100 ribu per bulan.
45
< 50 rb
50<=x<100
100<=x<=200
>200 rb
Tidak Jawab
Tidak Jawab; 7% < 50 rb; 16% >200 rb; 15%
100<=x<=200; 24%
50<=x<100; 37%
Gambar 3.16. Budget yang Biasa Disediakan Pengguna Internet
3.3.2.2. Studi Literature Studi literature dapat menguji asumsi-asumsi yang berkaitan dengan:
Growth rate dari market 25,000,000 20,000,000 15,000,000 Pelanggan Pemakai
10,000,000 5,000,000 0 1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005 2006 2007*
Ket: *:= prediksi.
Gambar 3.17. Pertumbuhan Pelanggan dan Pemakai Internet Indonesia 8
Selama tahun 2006 pertumbuhan pelanggan internet sebesar 13% dan tahun 2007 diperkirakan mencapai 18%. Sementara itu pertumbuhan pemakai internet tahun 2006 adalah 25% dan perkiraan tahun 2007 juga 25%. Konsorsium berasumsi 8
sumber: http://www.apjii.or.id/, (APJII, 2007) 46
bahwa penetrasi pasar sekitar 5%, melihat hasil prediksi growth pelanggan berdasarkan data dari APJII maka asumsi tersebut bisa diperbaiki menjadi 15%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli Berdasarkan penelitian Susatyo (2003) terdapat delapan faktor dominan yang menjadi alasan konsumen dalam memilih ISP yaitu: a. Faktor penyedia fasilitas pendukung b. Faktor kemudahan dalam melakukan transaksi c. Faktor pelayanan purna jual d. Faktor lebar wilayah operasi e. Faktor system pemasaran dan kemampuan mempertahankan pelanggan f. Faktor keunggulan internal g. Faktor kecepatan dan keandalan akses internet h. Faktor biaya berlangganan yang kompetitif Disamping itu, melalui proses pengelompokan oleh Susatyo (2003) diperoleh 4 kelompok konsumen yang memiliki orientasi, karakteristik dan profil yang sama dalam memilih ISP, dengan urutan kelompok/klaster sebagai berikut: a. Orientasi pada layanan – fasilitas (service facility oriented) b. Orientasi pada biaya (cost oriented) c. Orientasi pada teknis (technical oriented) d. Orientasi pada kemudahan (simple oriented) Penelitian lainnya oleh Abdussyukur (2003) menyimpulkan bahwa terdapat aspekaspek layanan ISP yang dianggap paling penting yaitu: a. Dukungan layanan (Customer support) setiap saat untuk pengaduan, pertanyaan, dll. b. Kemudahan dalam melakukan pendaftaran dan pembayaran. c. Kecepatan akses saat surfing d. Kemudahan login yang ditunjukkan oleh jumlah access number. Sementara itu yang dianggap cenderung penting ialah: a. Adanya realtime billing b. Adanya phone alert c. Ketersebaran layanan (ISP) di banyak kota d. Besarnya biaya per-jam
47
e. Besar kecilnya rasio antara jumlah telephone access number dengan jumlah pelanggan ISP f. Besarnya biaya bulanan g. Keragaman feature. Dari keempat aspek yang dianggap paling penting dua diantaranya memiliki gap/kendala yang cukup besar, yaitu: a. Dukungan layanan b. Kecepatan Access Jadi berdasarkan pengalaman pengguna/pelanggan internet terhadap dukungan layanan dan kecepatan akses, kedua aspek tersebut masih belum memuaskan pelanggan. Kedua penelitian tersebut akan menjadi lebih menarik apabila digabungkan. Penelitian oleh Edie Susatyo adalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan ISP oleh pengguna internet, sedangkan penelitian oleh Abdussyukur mengenai aspek layanan yang diharapkan oleh pengguna internet. Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa apabila keempat faktor/aspek/orientasi (yaitu: layanan-fasilitas, biaya, teknis, dan kemudahan) ditangani dengan baik oleh sebuah ISP dan dua di antaranya (dukungan layanan dan kecepatan akses/teknis) lebih diutamakan maka layanan ISP tersebut menjadi pilihan utama dan dapat memuaskan para pelanggannya.
Interest Rate Meskipun tidak ada rencana untuk melakukan pinjaman kepada Bank Konsorsium PIB perlu meninjau tingkat suku bunga. Bunga bank untuk current liabilities diasumsikan 15%. Data dari Kompas 12 Des 2007 memperlihatkan tingkat suku bunga untuk penjaminan deposito 1 bulan berkisar antara 8,25% s/d 10,75 %. Kredit Modal Kerja berkisar antara 13% s/d 16%, Kredit Investasi antara 13% s/d 15.5%, dan Base Lending Rate 13.21% s/d 15.1%. BI rate pada waktu berita tersebut diterbitkan adalah 8.25%, saat ini pun bernilai sama (GUN, 2008). Dengan demikian asumsi tingkat suku bunga 15% dapat diterima.
48
Kemungkinan perubahan teknologi berpengaruh pada bisnis
Gambar 3.18. Data rates of wireless communication systems 9
Gambar di atas memperlihatkan bukan hanya data rates dari system komunikasi wireless, namun juga waktu implementasinya. Bila diamati, jangka waktu terpendek perubahan implementasi teknologi adalah sekitar 4 tahun. Dengan demikian asumsi bahwa perubahan teknologi yang membawa pengaruh kepada bisnis penyedia layanan internet yang menggunakan teknologi BWA terjadi beberapa tahun kedepan adalah benar.
Present and future competition Gunawan Wibisono (2006) menjelaskan di dalam bukunya WiMAX, Teknologi BWA Kini dan Masa Depan: Dalam perkembangannya, WiMAX tidak hanya diperuntukkan bagi market yang fixed saja, tetapi market yang bersifat portable bahkan yang mobile juga merupakan sasaran dari WiMAX. Dengan kecepatan data yang besar (sampai 70 MBps), WiMAX layak diaplikasikan untuk “Last Mile” broadband connections, backhaul dan highspeed enterprise.
9
Sumber: Presentasi Telecommunication Technology by Dr.-Ing. Mudrik Alaydrus, (Alaydrus, 2007) 49
Dibandingkan dengan teknologi Wireless lainnya, WiMAX merupakan teknologi yang baru. Bahkan pengujian perangkat dari beberapa vendor untuk mendapat sertifikat WiMAX” baru dimulai sekitar bulan Juli 2005. Untuk standar WiMAX mobile (IEEE 802.16e) baru disahkan sekitar pertengahan tahun 2006.
Market Size Seperti yang telah diperlihatkan oleh Gambar 3.17, jumlah pelanggan internet di seluruh Indonesia pada tahun 2007 sekitar 2 juta pelanggan, dan dengan menggunakan linear regression jumlah pelanggan diprediksikan akan bertambah sebanyak 451.284. Menurut Arjun Trivedi, Direktur dari PT. Nokia Siemens Networks jumlah pelanggan broadband access pada awal 2008 diperkirakan mencapai 300 ribu pelanggan dan pertumbuhannya 115% dalam tiga tahun terakhir(Business Week Indonesia, 2008). Sementara itu menurut Dirut Telkom, Rinaldi Firmansyah, jumlah pelanggan Speedy Telkom pada tahun 2006 sebanyak 93 ribu menjadi 241 ribu pelanggan pada tahun 2008 (IR, dan WSH, 2008). Demand akan layanan internet dapat diprediksi juga menggunakan data peminat dari hasil questioners yaitu 39.02% responden berminat belangganan dan satu keluarga terdiri dari 3 orang pengguna internet. Jika dari 25 juta pengguna internet di Indonesia 10%-nya diasumsikan berada di kota Bandung yaitu 2.5 juta pengguna internet, maka kita dapat menghitung perkiraan jumlah peminat di Bandung yaitu:
2.500.000 × 39.13% 3 Demand = 326.083 Demand =
Dengan demikian terdapat kira-kira 326.083 calon pelanggan yang berada di Bandung. Seandainya Speedy Bandung telah menggaet sebanyak 100.000 pelanggan, maka masih tersisa 226.083 calon pelanggan. Jumlah tersebut sangat jauh dari prediksi Konsorsium (2000) atau pun investor (10.000).
Timing of expected responses in the areas of quality, pricing, service, delivery, marketing strategy, and product characteristics. Bisnis penyedia layanan internet dimulai sekitar tahun 1997. Pada tahun 2000 ISP sudah mulai banyak dan menikmati kejayaan karena kebutuhan warnet pada saat itu sangat tinggi. Tahun 2005 muncul ISP-ISP baru dengan menggunakan teknologi yang berbeda, salah satunya adalah PT. Telkom yang menggunakan teknologi DSL.
50
Tahun 2006, PT. Lintasarta menyediakan layanan broadband di beberapa kota besar di Bandung. Informasi waktu penyediaan layanan internet oleh beberapa pelaku bisnis tersebut membawa kita pada kesimpulan bahwa response dari competitor terhadap kemunculan produk baru paling lama adalah tujuh tahun, dan diperkirakan untuk saat ini bisa lebih cepat dari 1 tahun.
International economic relations Menurut Kompas 8 Mei 2008, harga minyak mentah telah lebih dari 100 dollar AS per barrel. Kenaikan harga bahan bakar memicu kenaikan inflasi di dalam negeri. Sebelumnya BPS mengumumkan inflasi bulan Maret 2008. Laju inflasi YoY. Maret 2007 s/d Maret 2008 adalah 8.17%. Selama triwulan pertama tahun 2008 laju inflasi adalah sebesar 3.41%. Kenaikan inflasi ini tidak menyebabkan perubahan pada harga perangkat yang dibeli dari luar negeri, melainkan pada perangkat dari dalam negeri. Disamping itu, akibat lain dari inflasi adalah daya beli masyarakat bisa menjadi turun.
Trade and business barriers and opportunities Salah satu barriers dalam memulai bisnis penyedia layanan internet menggunakan teknologi BWA adalah masalah perizinan penggunaan frekwensi. Peraturan Menteri No. 11 2007 (Menkominfo, 2007) pasal 2 ayat 1 berbunyi: Setiap penyelenggara jaringan telekomunikasi dan/atau jasa telekomunikasi wajib dikenakan KPU telekomunikasi. Siapapun yang telah menggunakan frekwensi atau telah memiliki izin usaha bidang telekomunikasi termasuk layanan internet diwajibkan untuk membayar atau dikenai kewajiban Universal Service Obligation (USO)/Kewajiban Pelayanan Universal (KPU) berdasarkan PP No. 28 Tahun 2005 sebesar 0.75% dari revenue. Bagi perusahaan telekomunikasi yang baru maupun lama, berkaitan dengan USO, memiliki dua kesempatan, yaitu: play or pay. Play berarti perusahaan tersebut mengerjakan
proyek
pembangunan
infrastruktur
dan
operasi
pelayanan
telekomunikasi di wilayah pelayanan universal, sedangkan pay berarti tidak mengikuti proyek tersebut dan diwajibkan membayar 0.75% dari revenue.
51
Cost infrastruktur jaringan selain teknologi BWA Tariff sewa jaringan yang disediakan oleh PT. Telkom merupakan salah satu contoh untuk pertimbangan penggunaan infrastruktur jaringan baik sebagai Backbone atau pun Last Mile. Jenis jaringan terbagi menjadi dua yaitu local dan jarak jauh. Bisnis penyedia layanan internet yang akan dilaksanakan Konsorsium menargetkan kota Bandung dan Cimahi, jadi seandainya menggunakan infrastruktur PT. Telkom maka Konsorsium akan menggunakan jaringan local. Tariff untuk Bandwith 2 MBps adalah sebagai berikut:
-
Biaya aktifasi = Rp. 2.400.000,-
-
Tariff layanan = Rp . 2.450.000,- per bulan.10
Upside gain Isu-isu baru muncul, seperti penurunan tariff sewa jaringan dan tariff Bandwith. Ketua APJII Sylvia Sumarlin menjelaskan bahwa “harga bandwidth dulunya mencapai USD 2.200 sampai 2.500 USD per Mbps. Harga tersebut adalah harga beli bandwidth Internet Service Provider (ISP). Sekarang, di tahun 2008, ada kecenderungan harga bandwidth turun menjadi USD 1.800 untuk yang internasional dan yang memakai fiber optik. Tapi untuk yang pakai satelit, diperkirakan harganya USD 1.300 - 1.500 per Mbps” (Detikinet, 2008). Mengenai tariff sewa jaringan yang diatur oleh Permen Kominfo No. 3 2007 diisukan akan turun sebab tariff maksimumnya harus ditetapkan dengan formula Long Run Incremental Cost Plus (LRIC +) dan ini pun harus dilaporkan setiap 6 bulan sekali. Berikut adalah kutipan Bab Pelaporan, Pasal 20 Permen Kominfo No. 3 Tahun 2007: (Menkominfo, 2007) 1) Setiap penyelenggara yang menyediakan layanan sewa jaringan wajib menyampaikan laporan kepada BRTI. 2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. cakupan dan topologi jaringan; b. kapasitas yang terpasang dan kapasitas yang terjual; c. besaran tariff sewa jaringan; dan d. pendapatan usaha. 3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan setiap 6 (enam) bulan sesuai dengan format sebagaimana dimaksud dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini.
10
Dokumen Penawaran Layanan Sewa Jaringan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk., 2008. 52
Pricing Siaran Pers No. 35/DJPT.1/KOMINFO/4/2008 (Broto, 2008) menyebutkan bahwa berikut ini adalah gambaran tariff akses internet di Indonesia berdasarkan indicator yang pernah terungkap dalam seminar Mastel bulan Februari 2008. a. Dial up PSTN Telkomnet Speedy, tariffnya Rp 57/menit. b. Dial up CDMA 2000 1x EVDO StarOne dan Fren, tariffnya Rp 47/menit. c. ADSL Telkoms Speedy, tariffnya Rp 350/Mbyte . d. Semi-Broadband GPRS 115 kpbs max, tariff awalnya sekitar Rp 10/kbyte. e. Broadband EDGE s/d HSDPA 7,2 Mbps tariff Pasca Bayar Rp 350/Mbyte dan IM2 Prabayar Rp 600/Mbyte. f. Akses via RT/RW-net, tariff Flat-Rate Rp 50.000-Rp 200.000/bulan. g. Akses via Power Line Communications (PLC), harga pokok Rp 80.000/bulan/pelanggan dan harga jual= Rp 120.000/bulan/pelanggan FlatRate. h. Akses via HotSpot Wi-Fi ada yang berbayar Rp 5.000-10.000/jam, dan gratis (Telkom, di 6.000 lokasi). i. Akses via HP, PDA dan Infra Red atau Bluetooth, tariffnya sesuai layanan Operator Mobile GSM, 3G dan CDMA . j. Akses Internet via Warnet dan Cybercafe dengan tariff Rp 3.00010.000/jam.
3.3.2.3. Survey & wawancara
All Cost categories Dengan target 2000 pelanggan, akan dibutuhkan 3 perangkat telekomunikasi (telepon), satu mesin fax, empat buah komputer desktop, dan dua buah printer tambahan. Disamping itu dengan mengerahkan tenaga marketing dari masingmasing anggota Konsorsium target 2000 akan dapat tercapai. Apabila kita hitung dengan target perminggu untuk setiap anggota Konsorsium, maka hasilnya adalah sebagai berikut: JumlahPelanggan / Mg = JlhPel / Mg / ISP =
53
2000 = 39 52
39 ≈ 10 4
Jadi dalam satu minggu setiap anggota Konsorsium memiliki target mendapatkan 10 pelanggan. Jika jumlah target pelanggannya 10.000, maka berarti setiap ISP mempunyai kewajiban mendapatkan 40 orang pelanggan setiap minggu.
Social and lifestyle trends Dari wawancara dengan seorang responden berusia diatas 35 tahun, persepsinya terhadap internet adalah teknologi tersebut cenderung membawa dampak pada kerusakan moral manusia, terlebih kepada para pemuda-pemudi yang kurang pendidikan agamanya. Menurutnya persepsi tersebut menyebabkan banyak orang tua yang tidak mau memasang internet di rumah. Survey terhadap beberapa café membuktikan perihal life style baru yaitu akses internet di café. Wawancara dengan salah seorang responden di café menghasilkan informasi bahwa responden tersebut senang melakukan akses internet di café sambil berbincang-bincang santai dengan temannya atau menikmati suasana tenangnya café tersebut. Ketika ditanya mengapa tidak mengakses internet di rumah, responden beralasan bahwa lebih baik di café karena internet gratis dan bisa memesan makanan dan merasakan suasana santai.
Trade and business barriers and opportunities Menurut Balai Monitor Bandung, di Kota Bandung, frekwensi 3.3 GHz belum ada yang menggunakannya, sehingga kesempatan untuk memperoleh izin penggunaan frekwensi masih terbuka. Namun, perolehan izin penggunaan frekwensi tersebut akan dilelang, sehingga pebisnis kecil mungkin tidak akan sanggup untuk memilikinya (Adji, 2008). Konsorsium telah memperoleh investor yang bersedia mempersiapkan dana untuk membeli perangkat CPE yang akan dijual kepada konsumen, namun masih harus memperoleh dana untuk perizinan frekwensi tersebut.
Availability of labor and skills Hasil wawancara dengan setiap key person anggota Konsorsium menunjukkan bahwa perihal labor & skills yang dibutuhkan sudah bukan masalah sebab kebutuhan tersebut telah tersedia untuk mengimplementasikan teknologi dan memberikan service kepada pelanggan.
54
Financing Method Setelah melakukan survey dan wawancara kepada anggota-anggota Konsorsium, masalah pembiayaan untuk operasional dan marketing dapat ditangani oleh anggota-anggota Konsorsium.
Keefektifan dari channel distribusi Yang
dimaksud
dengan
distribusi
disini
adalah
penyampaian
layanan
internet/produk sehingga service/produk tersebut dapat diterima konsumen. Jadi karena ini adalah service layanan internet, ketika pelanggan memesan/membayar service dengan segera channel distribusi melayaninya hingga internet dapat diakses di rumah pelanggan tersebut. Channel distribusi dari Konsorsium adalah masing-masing ISP anggota Konsorsium itu sendiri, jadi sebenarnya strategi distribusi yang akan dikerjakan dapat dikatakan sebagai Direct Sales. Setiap ada pelanggan baru, instalasi dapat dilakukan dalam waktu satu hari bahkan bisa lebih cepat lagi hingga hitungan jam. Hal tersebut telah disanggupi oleh masing-masing anggota Konsorsium. Anggota Konsorsium memiliki kantor di sekitar pusat kota, dengan demikian pelayanan kepada masyarakat Bandung akan dapat dilaksanakan dengan cepat. Selain karena akses ke lokasi mudah, peralatan telekomunikasi yang disediakan akan mempercepat proses pelayanan.
Marketing Costs Dari wawancara dengan ketua Konsorsium dan salah satu key person anggota Konsorsium, mereka mengungkapkan bahwa marketing costs akan cukup tinggi. Wawancara dengan marketing staff sebuah TV Swasta untuk menanyakan tariff spot iklan durasi 30 detik masih belum berhasil, namun diperoleh data bahwa pada tahun 2004, tariff spot iklan durasi 30 detik sebesar Rp.12 juta (Hendrawan, 2004). Sementara itu iklan di koran Kompas, biayanya bisa mencapai puluhan juta rupiah. Tariff iklan regular seremonia bernilai Rp. 14.000.000,- per kavling (116 mm x 85 mm), per satu kali tayang.11 Meski biayanya besar, namun diprediksikan akan dapat ditangani oleh para anggota konsorsium.
11
Sumber: Tariff Iklan Harian Umum Kompas tanggal 1 Januari 2008. 55
Pemenuhan sumber daya manusia Dari wawancara dengan teknisi salah satu anggota Konsorsium, teknisi tersebut mengakui telah cukup memahami bagaimana pelayanan pelanggan dari segi teknis dan administrasi menggunakan software back office teknologi WiMAX. Begitu juga dengan aspek keuangan dan marketing software back office untuk WiMAX sangat mudah untuk dipelajari.
Service requirements Dengan target sebanyak 2.000 pelanggan dan masing-masing pelanggan meminta dedicated Bandwith 256 Kbps, maka kebutuhan Bandwith bisa mencapai 512 Mbps. Ini berarti melebihi kapasitas yang dimiliki oleh RNAP sebagai reseller Bandwith yang saat ini sebesar 100 Mbps. Oleh karena itu diperlukan tambahan Bandwith dari NAP yang lain atau RNAP mengupayakan agar kapasitasnya bisa lebih besar lagi.
Teknologi Last Mile yang dipergunakan Mengenai teknologi Last Mile yang dipilih telah ditentukan oleh Konsorsium yaitu: Wi-Fi atau WiMAX. Wi-Fi sendiri produknya bisa yang bersifat LOS dan NLOS, sedangkan WiMAX hanya yang bersifat NLOS dan bisa diperoleh dari Indonesia Tower, Hariff, Alvarion atau Witelcom. Teknologi WiMAX yang sudah diuji cara kerjanya oleh Konsorsium adalah Wimaxrad dari Witelcom, sedangkan Wi-Fi-LOS maupun NLOS yang sudah diuji adalah produk Motorola. Konsorsium telah melihat demo pengelolaan pelanggan dari Wimaxrad secara online dan terbukti bahwa proses pengelolaan pelanggan sesuai dengan harapan Konsorsium. Sementara untuk produk Wi-Fi masih perlu dilakukan software development.
56
Tabel 3.2. SWOT Pilihan Teknologi BWA Teknologi
Strength
WiMAX (max.
Daya jangkau relative
Perlu memperoleh
Weakness
Kesempatan
Opportunity
Lelang izin frekwensi
37 Mbps,
sangat jauh.
izin penggunaan
memenangkan lelang
bisa dimenangkan
capacity
Mampu menangani
frekwensi.
izin frekwensi ada,
oleh perusahaan lain
driven
client dalam jumlah
Investasi perangkat
namun kecil.
yang memiliki capital
deployment)
sangat banyak.
relatif besar.
Menjadi penyedia
yang besar.
Banyak pilihan tipe
High cost CPE & AP
layanan internet skala
CPE: Outdoor, indoor,
besar dan Model
portable, mobile.
bisnis bisa terus
Threat
berkembang. WiMAX bisa menjadi feature computer masa depan Wi-Fi-LOS
Daya jangkau relatif
Hanya type CPE
Bisnis penyedia
Conflict dengan ISP
(max. 10
jauh.
outdoor.
layanan internet skala
lain yang
Mbps)
Tidak perlu lisensi
Interferensi
kecil.
menggunakan
frekwensi.
gelombang.
frekwensi yang sama.
Low cost CPE & AP.
Line of Sight menjadi
Jika WiMAX telah
Security Issues.
batasan.
diluncurkan daya tariknya sangat jauh berkurang.
Wi-Fi-NLOS
Daya jangkau relative
Perlu memperoleh
Kesempatan
Lelang izin frekwensi
(max 12
jauh.
izin penggunaan
memenangkan lelang
bisa dimenangkan
Mbps,
Mampu melayani
frekwensi.
izin frekwensi ada,
oleh perusahaan lain
coverage
client dalam jumlah
Line of Sight menjadi
namun kecil.
yang memiliki capital
driven
banyak.
batasan. High cost
Bisnis penyedia
yang besar.
deployment)
Type CPE Outdoor,
CPE & AP.
layanan internet skala besar.
Indoor dan portable.
Tabel 3.3. Jenis Aplikasi untuk Wi-Fi dan WiMAX Jenis Aplikasi
Wi-Fi-LOS
Wi Fi NLOS
Laptop
-
Yes
Yes
Voice over IP
-
Yes
Yes
Wired LAN
Yes
Yes
Yes
Wi-Fi Hotspot LAN
Yes
Yes
Yes
PC/Desktop
Yes
Yes
Yes
ATM
Yes
Yes
Yes
-
Yes
Yes
Point of sales terminals
Yes
Yes
Yes
Video conferencing
Yes
Yes
Yes
-
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
-
Yes
Yes
Fleet Application
Security All operating system platform Control
&
data
acquisition
applications
57
WiMAX
Distribution Costs Dengan lokasi kantor-kantor milik anggota Konsorsium yang cukup tersebar di kota Bandung, diharapkan para calon pelanggan dapat datang sendiri ke kantor-kantor tersebut. Namun, perlu dipertimbangkan juga rencana pengantaran dalam rangka “menyambut bola” dari pada menunggu kedatangan pelanggan. Pengantaran satu perangkat CPE di dalam kota Bandung dengan menggunakan sepeda motor diperkirakan hanya memerlukan BBM Premium sebanyak 1 liter. Satu petugas distribusi dengan kendaraan sepeda motornya cukup untuk melayani hingga 5 pelanggan. Dengan demikian kebutuhan bahan bakar dalam satu minggu dapat diperkirakan sekitar 5 – 8 liter BBM Premium per kendaraan.
3.3.2.4. Financial Projections & Analysis
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, alternative teknologi BWA ada dua yaitu Wi-Fi dan WiMAX. Wi-Fi sendiri ada dua jenis, yaitu NLOS dan LOS, sehingga financial projections mencakup tiga alternative teknologi tersebut.
Modal dan Investasi Awal
Modal dan investasi awal terdiri dari biaya lisensi frekwensi, biaya perangkat, biaya operasional dan juga overhead. Biaya lisensi frekwensi dan biaya perangkat/infrastruktur hanya satu kali di awal pelaksanaan rencana bisnis. Biaya operasional dan overhead dihitung untuk satu tahun kegiatan operasi karena berdasarkan kepada financial projection, pada tahun kedua sudah tidak diperlukan modal tambahan. Modal dan investasi awal bagi bisnis penyedia layanan internet dapat dilihat pada gambar berikut:
58
Tabel 3.4. Modal dan Investasi Awal Item Biaya Lisensi Frekwensi Biaya Sertifikasi Perangkat Biaya Perangkat Infrastruktur Utama Infrastruktur Penunjang Total Perangkat
WiFi LOS -
WiFi NLOS 2,000,000,000 50,000,000
WiMAX 2,000,000,000 50,000,000
776,550,000 76,950,000 853,500,000
5,426,550,000 76,950,000 5,503,500,000
5,685,090,000 76,950,000 5,762,040,000
Biaya Operasional Gaji Karyawan Bandwith CPE Sewa BTS Overhead Total BO & OH BO + OH - CPE
173,550,000 605,318,400 288,300,000 74,400,000 4,375,000 1,145,943,400 857,643,400
173,550,000 1,435,622,400 2,760,240,000 74,400,000 29,412,800 4,473,225,200 1,712,985,200
204,100,000 2,871,244,800 4,134,780,000 74,400,000 30,825,600 7,315,350,400 3,180,570,400
Total Investasi & Modal
1,999,443,400
12,026,725,200
15,127,390,400
Tabel di atas menunjukkan bahwa investasi WiMAX relative sangat besar dibandingkan investasi Wi-Fi-LOS dan hampir sama dengan investasi Wi-Fi-NLOS. Hal lain yang dapat kita cermati ialah biaya overhead dan biaya operasional dikurangi dengan investasi CPE merupakan biaya yang harus dapat dipenuhi oleh Konsorsium. Untuk mengetahui lebih jelas dari mana nilai modal dan investasi awal tersebut, lampiran C telah dipersiapkan untuk menjawabnya. Sales Forecasting dan Pricing
Prediksi (Forecast) tentang jumlah calon pelanggan Wi-Fi-LOS pada tahun pertama adalah sejumlah 500 orang, lahir atas dasar pertimbangan: a. LOS (Line of Sight), merupakan kelemahan sehingga dapat menurunkan kapasitas penggunaan. b. Persaingan kurang sehat dengan ISP lain yang menggunakan frekwensi yang sama. c. Interferensi gelombang dari ISP lain menyebabkan pengurangan coverage area. d. Jumlah BTS tahun pertama sebanyak 8 buah dan diperkirakan ada 50 – 60 calon pelanggan potensial di sekitar BTS (radius 3 km), sehingga total pelanggan tahun pertama sekitar 500 pelanggan.
59
Tabel 3.5. Sales Forecast Sales Forecast Case WiFi LOS Worst Case Base Case Best Case
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8
400 500 300
460 575 345
529 661 397
608 760 456
700 875 525
608 760 456
529 661 397
460 575 345
WiFi NLOS Worst Case Base Case Best Case
960 1,200 1,440
1,104 1,380 1,656
1,270 1,587 1,904
1,460 1,825 2,190
1,679 2,099 2,519
1,460 1,825 2,190
1,270 1,587 1,904
1,104 1,380 1,656
WiMAX Worst Case Base Case Best Case
1,920 2,400 2,880
2,208 2,760 3,312
2,539 3,174 3,809
2,920 3,650 4,380
3,358 4,198 5,037
2,920 3,650 4,380
2,539 3,174 3,809
2,208 2,760 3,312
Dengan Wi-Fi-NLOS jumlah pelanggan pada tahun pertama diramalkan sebanyak 1200 pelanggan. Dasar dari prediksi tersebut adalah: a. Wi-Fi-NLOS memiliki sifat coverage driven deployment. Jadi setiap pemasangan BTS dimaksudkan untuk melayani sejumlah area dalam radius 3 km. b. Jumlah BTS yang dipasang Access Points pada tahun pertama adalah 8 buah, dan diperkirakan terdapat 150 calon pelanggan potensial di sekitar BTS, sehingga total pelanggan tahun pertama adalah 1200 pelanggan. WiMAX dengan keunggulannya yang bersifat capacity driven deployment memiliki jangkauan/coverage area lebih luas (radius 5 – 6 km) sehingga diperkirakan satu BTS mampu digunakan untuk melayani 300 pelanggan dan total jumlah pelanggan untuk 8 BTS adalah 2400 pelanggan. Mengenai pricing, setelah memperoleh data harga beli Bandwith dan perangkat CPE, maka diusulkan untuk menggunakan struktur harga sebagai berikut: a. Biaya pendaftaran:= Rp 0,b. Biaya perangkat, tergantung pada jenis teknologi: o WiMAX:= Rp. 6.700.000,o Wi-Fi-NLOS:= Rp. 8.920.000,o Wi-Fi-LOS:= Rp. 2.320.000,-
c. Biaya langganan: dapat dilihat pada table 3.6. Cash method adalah metode berlangganan dengan perangkat dibayar secara cash, sedangkan leasing method
60
berarti perangkat disewa dan pada akhir periode penyewaan menjadi milik pelanggan. Setelah akhir periode penyewaan, tariff langganan perbulan menjadi seperti tariff langganan cash method. Tabel 3.6. Tariff Berlangganan, Metode Cash & Leasing untuk Perangkat Service
Bandwith
Cash method Dedicated Service Relax Xtream Kalem Xtream Rusuh Xtream Shared Service (Flat rate) Relax Kalem Rusuh
WiFi LOS
Tariff per Bulan WiFi NLOS WiMAX
70.5% 128 256 512
10.0% 9.0% 4.5%
320,000 640,000 1,270,000
320,000 640,000 1,270,000
320,000 640,000 1,270,000
128 256 512
30.0% 10.0% 7.0%
32,000 64,000 127,000
32,000 64,000 127,000
32,000 64,000 127,000
Leasing Method Dedicated Service Relax Xtream with leasing Kalem Xtream with leasing Rusuh Xtream with leasing Shared Service (Flat rate) Relax with leasing Kalem with leasing Rusuh with leasing Waktu Leasing ( tahun )
Target Jlh Pel.
29.5% 128 256 512
5.0% 1.0% 0.5%
540,000 860,000 1,490,000
615,000 930,000 1,570,000
540,000 860,000 1,490,000
128 256 512
10.0% 10.0% 3.0%
254,000 290,000 350,000 1
330,000 362,000 425,000 3
254,000 290,000 350,000 3
Metode leasing diperkirakan sebesar 29.5% dari total prediksi sales dan metoda cash sebesar 70.5%. Sementara itu waktu leasing selama 3 tahun untuk teknologi WiMAX dan Wi-Fi-NLOS, dan 1 tahun untuk Wi-Fi-LOS dimaksudkan untuk menekan tariff langganan. Dengan tariff langganan metode leasing demikian dan jaminan kualitas baik untuk layanan dedicated maupun share (rasio 1 dedicated Bandwith dishare bagi maksimum 15 pelanggan) diharapkan akan banyak sekali pengguna internet yang memilih layanan internet Konsorsium.
Income Proforma
Implementasi Wi-Fi-LOS dalam bisnis penyedia layanan internet tergolong sangat murah, namun karena kelemahannya yaitu LOS dan coverage driven deployment, jumlah pelanggan yang mungkin diperoleh relative sangat sedikit dan secara otomatis, net income pun lebih kecil dari dua pilihan lainnya.
61
Tabel 3.7. Proforma of Income Statement – Wi-Fi-LOS Wi-Fi LOS Income Statement Proforma June-08 Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Revenues Net Revenues
1,838,757,109.09
2,083,932,163.64
2,096,271,572.73
Cost and Expenses General and Administrative Expense Expense Depreciation Cost of Sales USO Other Operating Expense Total Cost and Expense
84,500,000.00 85,350,000.00 1,698,768,400.00 13,790,678.32 50,343,927.73 1,932,753,006.05
92,950,000.00 85,350,000.00 1,004,846,360.00 15,629,491.23 56,392,879.09 1,255,168,730.32
102,245,000.00 85,350,000.00 1,138,130,980.00 15,722,036.80 56,708,330.32 1,398,156,347.11
828,763,433.32
698,115,225.61
Operating Income Other Revenues and Gains (Expenses and Losses) Interest Income Interest Expenses
(93,995,896.95)
Income Before Taxes Income Tax Expenses Net Income
(93,995,896.95) (93,995,896.95)
-
-
-
828,763,433.32 207,190,858.33 621,572,574.99
698,115,225.61 174,528,806.40 523,586,419.21
Ketiga pilihan investasi memiliki daya tarik yang sangat besar bagi Konsorsium karena proyeksi income-nya sangat besar, seperti terlihat pada Tabel 3.7, 3.8, dan 3.9. Yang
paling
menarik
dari
ketiga
pilihan
mengimplementasikan teknologi WiMAX.
62
tersebut
adalah
investasi
yang
Tabel 3.8. Proforma of Income Statement – Wi-Fi-NLOS Wi-Fi NLOS Income Statement Proforma June-08 Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Revenues Net Revenues
10,978,822,473
8,498,649,436
9,770,313,682
Cost and Expenses General and Administrative Expense Expense Depreciation Cost of Sales USO Other Operating Expense Total Cost and Expense
84,500,000 755,350,000 10,527,072,400 192,129,393 578,353,924 12,137,405,717
92,950,000 755,350,000 3,162,520,760 148,726,365 429,354,992 4,588,902,117
102,245,000 755,350,000 3,619,073,380 170,980,489 493,049,382 5,140,698,252
Operating Income Other Revenues and Gains (Expenses and Losses) Interest Income Interest Expenses
(1,158,583,244)
3,909,747,319
4,629,615,430
Income Before Taxes Income Tax Expenses Net Income
(1,158,583,244) (1,158,583,244)
-
3,909,747,319 977,436,830 2,932,310,490
4,629,615,430 1,157,403,858 3,472,211,573
Tabel 3.9. Proforma of Income Statement – WiMAX WiMAX Income Statement Proforma June-08 Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Revenues Net Revenues
17,232,947,345
14,396,126,073
16,552,915,282
Cost and Expenses General and Administrative Expense Expense Depreciation Cost of Sales USO Other Operating Expense Total Cost and Expense
84,500,000 781,204,000 16,457,244,800 301,576,579 892,472,967 18,516,998,346
92,950,000 781,204,000 5,488,666,520 251,932,206 724,503,344 7,339,256,070
102,245,000 781,204,000 6,283,768,900 289,676,017 832,365,160 8,289,259,078
Operating Income Other Revenues and Gains (Expenses and Losses) Interest Income Interest Expenses
(1,284,051,000)
7,056,870,003
8,263,656,204
Income Before Taxes Income Tax Expenses Net Income
(1,284,051,000) (1,284,051,000)
-
63
7,056,870,003 1,764,217,501 5,292,652,502
8,263,656,204 2,065,914,051 6,197,742,153
Sebagai contoh kita bisa melihat pada tahun kedua investasi WiMAX memberikan net income Rp. 5,3 milyar, Wi-Fi-NLOS Rp. 2,9 milyar, dan Wi-Fi-LOS Rp. 621 juta. Income Proforma hingga tahun ke 8 dapat dilihat pada lampiran D tentang Financial Projection. Selanjutnya akan kita lihat berapa prediksi laba yang ditahan (retained earning) oleh masing-masing investasi teknologi BWA tersebut. Retained earning adalah nilai laba setelah dikurangi oleh dividend. Adapun rencana pemberian dividend ditunjukkan oleh gambar berikut. Tabel 3.10. Rencana Pembayaran Dividend Tahun DPO Retained
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 10% 15% 20% 25% 25% 25% 25% 25% 90% 85% 80% 75% 75% 75% 75% 75%
Tabel 3.11. Proforma of Statement of Retained Earning Statement of Retained Earnings Proforma June-08 Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
WiFi LOS Net Income Beginning Retain Earnings Dividends Ending Retain Earnings
(93,995,897) (93,995,897)
621,572,575 (93,995,897) 93,235,886 434,340,792
523,586,419 434,340,792 104,717,284 853,209,927
WiFi NLOS Net Income Beginning Retain Earnings Dividends Ending Retain Earnings
(1,158,583,244) (1,158,583,244)
2,932,310,490 (1,158,583,244) 439,846,573 1,333,880,672
3,472,211,573 1,333,880,672 694,442,315 4,111,649,930
WiMAX Net Income Beginning Retain Earnings Dividends Ending Retain Earnings
(1,284,051,000) (1,284,051,000)
5,292,652,502 (1,284,051,000) 793,897,875 3,214,703,626
6,197,742,153 3,214,703,626 1,239,548,431 8,172,897,349
64
Cashflow Proforma Tabel 3.12. Proforma of Cashflow Statement– Wi-Fi-LOS Statement of Cashflow Proforma Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
WiFi LOS Net change in cash and equivalents Cash and equivalent, beginning of periods Cash and equivalent, ending of periods
(1,007,279,897) 1,145,943,400 138,663,503
872,291,789 138,663,503 1,010,955,292
794,044,335 1,010,955,292 1,804,999,627
WiFi NLOS Net change in cash and equivalents Cash and equivalent, beginning of periods Cash and equivalent, ending of periods
(2,823,000,244) 4,523,225,200 1,700,224,956
3,726,959,216 1,700,224,956 5,427,184,172
4,333,133,158 5,427,184,172 9,760,317,330
WiMAX Net change in cash and equivalents Cash and equivalent, beginning of periods Cash and equivalent, ending of periods
(5,526,521,000) 7,365,350,400 1,838,829,400
6,640,613,727 1,838,829,400 8,479,443,126
7,135,095,223 8,479,443,126 15,614,538,349
Yang menarik dari cashflow proforma adalah, kita bisa memprediksi kapan kita membutuhkan dana tambahan untuk pelaksanaan rencana bisnis, dan ternyata investasi diprediksikan cukup dilakukan pada tahun pertama karena setiap tahun diprediksikan akan selalu ada positif cash. Cashflow Proforma yang lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran D tentang Financial Projection.
3.3.3.5. Capital Budgeting
Metode capital budgeting yang digunakan adalah NPV, IRR, dan Payback Period, dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.13. Ternyata WiMAX memiliki kelebihan dibandingkan yang lainnya jika dilihat dari NPV, IRR, dan Payback Period. Tabel 3.13. NPV, IRR, & Payback Period Item NPV IRR Payback
WiFi LOS
WiFi NLOS
1,532,939,643 24% 3.98
3,104,881,509 16% 4.13
65
WiMAX 10,635,749,269 25% 3.28
Ratio Analysis
Berikut akan ditunjukkan proforma analisis rasio financial, diantaranya adalah Fixed Asset Turnover, Total Asset Turnover, Return on Sales, Return on Assets, dan Return on Equity (ROE). Untuk kesemua parameter tersebut, semakin besar nilainya semakin bagus, dan ternyata secara umum investasi WiMAX diprediksikan memiliki rasio financial yang terbaik. Tabel 3.14. Analisis Rasio Tech.
WiFi LOS
Item Fixed Asset Turnover Total Asset Turnover Return on Sales Return on Assets ROE
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 2.12 2.82 3.71 0.96 0.86 0.77 -18% 26% 27% -17% 30% 28% -17% 23% 21%
WiFi NLOS
Fixed Asset Turnover Total Asset Turnover Return on Sales Return on Assets ROE
2.22 1.01 -11% -11% -11%
1.93 0.61 35% 28% 21%
2.54 0.55 36% 26% 20%
WiMAX
Fixed Asset Turnover Total Asset Turnover Return on Sales Return on Assets ROE
3.32 1.24 -7% -9% -9%
3.12 0.74 37% 36% 27%
4.10 0.63 37% 32% 24%
Sensitivity Analysis
Analisis sensitifitas dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan nilai variable input suatu model financial terhadap output-nya serta seberapa besar pengaruhnya. Agar bisa membandingkan pengaruh variabel-variabel input tersebut, perubahan yang terjadi dianggap sama, misalnya ± 20%. Dalam analisis sensitifitas ini, variabel-variabel yang diuji adalah:
Kemampuan penjualan per hari setiap sales
Jumlah pembagi untuk share service
Penetrasi
Currency
Sewa Bandwith per Mbps
% gross profit dari Flat Rate
% gross profit dari Dedicated Service 66
Harga Beli CPE
% gross profit CPE
Jumlah pelanggan tahun pertama
Tax
Biaya perizinan frekwensi
Jumlah BTS Tower/Monopole Awal Tahun
Biaya Sewa BTS Tower
Waktu depresiasi (tahun)
WACC Dengan menggunakan tool (shareware) sensitivity analysis di dalam program
aplikasi excel, diperoleh hasil bahwa bagi investasi WiMAX, currency menjadi variable pertama paling berpengaruh pada NPV. Ketika nilai dollar naik 20% dari Rp. 9.300,- menjadi Rp. 11.700,- NPV turun dari kondisi base Rp 10,6 milyar menjadi sekitar Rp. 1,3 milyar. Jika dollar turun 20% maka NPV menjadi sekitar 19,6 milyar. Variabel lain yang juga paling berpengaruh adalah harga beli CPE, biaya Bandwith dan jumlah client.
SensIt 1.20 Tryout for Evaluation
7440
11160
Dollar Currency
480
720
CPE buy price
1,200
1,800
Bandw ith Cost / Year
2,880
1,920
# Clients at first Year
8%
12%
WACC
18%
12%
Penetration
6
10
# Tow er Tahun ke-1
12
8
# Bandw ith Share Lisence Cost
2,400,000,000
Tow er cost
1200
Sales Capability
4
1,600,000,000 800 6
% Profit for Flat Rate
80% 120%
% Profit for Dedicated
80% 120%
% Profit for CPE
16% 24%
Tax rate
30% 20% 8 12
Depreciation Year (2,000,000,0 00.00)
-
2,000,000,00 4,000,000,00 6,000,000,00 8,000,000,00 10,000,000,0 12,000,000,0 14,000,000,0 16,000,000,0 18,000,000,0 20,000,000,0 22,000,000,0 0.00 0.00 0.00 0.00 00.00 00.00 00.00 00.00 00.00 00.00 00.00 NPV
Gambar 3.19. Analisis Sensitifitas untuk Investasi WiMAX
Bagi investasi Wi-Fi-LOS, variable yang paling berpengaruh adalah currency dan kemudian biaya Bandwith. Sementara itu investasi Wi-Fi-NLOS sangat 67
dipengaruhi oleh variabel-variabel currency, harga beli CPE, jumlah client, dan biaya Bandwith. Baik pada investasi Wi-Fi-LOS maupun NLOS, penurunan NPV masih bernilai positif.
Kesimpulan Financial Projection & Analysis
Kembali kepada pemetaan asumsi terhadap pendekatan pengujian, financial projection berperan untuk menguji beberapa asumsi, yaitu: Pricing Tariff berlangganan pada tabel 3.6 (Cash Method) relative lebih rendah dibandingkan dengan tariff berlangganan dari ISP lain, meski demikian setelah diuji menggunakan financial projection, tariff tersebut masih menguntungkan. Yang menjadi masalah adalah biaya start-up cost (biaya perangkat CPE) yang jauh lebih besar dari pada ISP lainnya, oleh karena itu salah satu penanganannya adalah metode leasing. Dengan metode leasing, tariff yang harus dibayar oleh pelanggan setiap bulannya adalah Rp. 254.000,- (128 Kbps dan menggunakan teknologi WiMAX), dengan jaminan kualitas yang sangat baik. Berikut adalah gambar yang menjelaskan posisi WiMAX dalam hal price dan quality dibandingkan dengan para pesaing yang saat ini telah beroperasi. Dengan demikian asumsi bahwa tariff service konsorsium lebih rendah dari harga service pesaing dapat diterima. Price
GPRS
VH
H
ADSL
M
HotSpot PSTN CDMA
Warnet
L
HSDPA
WiMAX*
RT/RW PLC
VL VL
M
L
H
VH
Quality Gambar 3.20. Posisi WiMAX dalam Hal Price dan Kualitas
68
Margin Dengan melihat kepada proforma income statement maka asumsi bahwa margin akan positif dapat diterima.
Breakeven Point Breakeven Point analysis dimaksudkan untuk mengetahui kapan memperoleh NPV sama dengan nol atau pada jumlah pelanggan berapa NPV bernilai nol.
Tabel 3.15. BEP Investasi Jenis Investasi WiMAX Wi-Fi-NLOS Wi-Fi-LOS
BEP (Clients) 967 834 300
Prediksi Jumlah Clients Tahun 1 2400 1200 500
Asumsi bahwa BEP akan dicapai pada jumlah client sebanyak 2.000 tidak dapat diterima karena justru dibawah jumlah asumsi tersebut. Anggota Konsorsium menyatakan sanggup untuk meraih pelanggan sebanyak 2000 pada tahun pertama adalah signal yang bagus bagi bisnis Konsorsium ini.
Currency Untuk mengguji asumsi mengenai currency ini perlu dilakukan analisis sensitifitas currency terhadap NPV. Hasil yang diperoleh dari analisis sensitifitas tersebut adalah bahwa perubahan nilai dollar hingga 20% dari nilai semula masih tetap membuat NPV bernilai positif.
Distribution Cost Distribution cost, apabila dibandingkan dengan seluruh operasional cost akan berkisar pada nilai 0.01%.
3.3.3. Kesimpulan Pengujian Kesimpulan pengujian Go/No-Go Assumptions dapat dilihat pada table hasil pengujian di bawah. Sementara itu hasil analisis financial/financial projection yang membantu menguji lima asumsi yaitu pricing, currency, distribution cost, breakeven point, dan margin, menghasilkan keputusan Go untuk masing-masing asumsi.
69
Sekilas dapat disimpulkan bahwa fakta-fakta yang berkaitan dengan asumsi sangat mendukung sekali pihak Konsorsium untuk mengimplementasikan rencana bisnis (Go). Namun keputusan tidak dapat diambil hanya dengan melihat hasil pengujian terbanyak (Go/No-Go) dan sebaiknya lebih fokus kepada kolom “Go, If….”, sebab tanpa terpenuhinya syarat atau kondisi tersebut maka bisnis tidak akan berhasil. Saran keputusan belum dibuat pada sub bab ini, pada sub bab berikutnya akan dilakukan proses pengambilan keputusan dan pembahasannya.
70
Tabel 3.16. Kesimpulan Pengujian Asumsi Go/No-Go Go / Not Go Assumptions
Kesimpulan Go x x x x x x
The Market: Growth rate Size Target segments Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli Level-level penggunaan Keefektifan dari channel distribusi
No
Go, If …
Go, jika ada dana untuk marketing / bisa pinjam
Marketing Costs Marketing mix requirements Pricing Distribution Costs The Service: Functions Competitive advantages and their duration
x x x x x Go, jika bisa memperoleh kapasitas bandwith tambahan
Service requirements Switching costs Quality level Quality control limits Potential enhancement and extension: Costs Materials Availability of labor and skills The Technology: Development time and costs Scaleup time and costs Proprietary protection Ability to coordinate with marketing and manufacturing
x x x x x x x x x x x Go, dengan prioritas : WiMAX,WiFi NLOS, dan WiFi LOS
Teknologi last mile yang dipergunakan The Economic: Break-even point Upside gain Downside risk
x x x
Currencies needed to reach cash break-even (Fixed assets, startup costs, operating negative cash flow) or profit break-even Margins All Cost categories Age of receivables and payables
x x x Go, jika mendapatkan investor atau pinjaman untuk tahun pertama
Financing Method Interest Rate Cost infrastruktur jaringan selain teknologi BWA The Competition: Present and future
x x x
Timing of expected responses in the areas of quality, pricing, service, delivery, marketing strategy, and product characteristics The Organization: Pemenuhan sumber daya manusia The Environment: International relations
x x x Go, jika memperoleh sertifikasi perangkat dan izin frekwensi
Trade and business barriers and opportunities Social and lifestyle trends: Kemungkinan perubahan teknologi
x x
71
3.4. Proses Pengambilan Keputusan 3.4.1. Pendekatan Pengambilan Keputusan Seperti telah disebutkan pada akhir sub bab sebelumnya, pada sub bab ini akan dibahas bagaimana menghasilkan keputusan dari data hasil pengujian asumsi. Data pengujian asumsi jumlahnya cukup banyak dan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu yang memberikan keputusan “Go”, ‘No-Go”, dan “Go, if…”. Untuk hasil pengujian asumsi “Go” sudah tidak perlu dipikirkan lagi karena pasti kesimpulan umumnya adalah Go. Ketika memperoleh hasil pengujian asumsi “No-Go”, kita perlu meninjau aspek lain yang mungkin melemahkan keputusan “No-Go” tersebut. Misalnya saja, hasil pengujian asumsi tentang life style trend memutuskan “No-Go”, tetapi fakta yang lain menunjukkan bahwa meskipun banyak orang yang menentang tentang internet karena merusak moral anak muda, ternyata dari 205 responden terdapat sekitar 70% yang berminat memiliki akses internet di rumah. Hasil pengujian asumsi yang termasuk kelompok “Go, If …” belum bisa diputuskan karena terdapat beberapa situasi/kondisi/syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu atau bahkan merupakan suatu uncertainty. Hal tersebut memunculkan suatu pilihan-pilihan (options) keputusan dan kemungkinan-kemungkinan terjadinya suatu event.
Dengan
menggunakan
Decision
Tree,
pilihan-pilihan
keputusan
dan
kemungkinan terjadinya event dapat dipetakan, sehingga kita dapat memperoleh keputusan terbaik. Decision Tree adalah diagram dari keputusan sequensial yang menampilkan kemungkinan hasil/outcomes, bertujuan membantu seseorang (khususnya manajer) untuk menentukan pilihan terbaik dari sejumlah pilihan keputusan12. Setiap keputusan memiliki return baik positif maupun negative, dan terkadang diikuti oleh beberapa event dan setiap event memiliki probabilitas kejadian serta dampaknya. Pemetaan setiap alternative keputusan dan event-event dan penghitungan return-nya dalam Decision Tree menghasilkan keputusan yang lebih meyakinkan.
12
Brealey, Myers, Allen, 2006, Principles of Corporate Finance Eighth Edition,McGraw Hill. 72
0.8
Decision Tree Sukses
710 Keputusan 1 -90
800 534
710
0.2 Gagal -170 -80
-170
1 534
0.4 Sukses 800 Keputusan 2 -100
900 188
800
0.6 Gagal -120
-220 -220 Decision Tree
Gambar 3.21. Contoh Decision Tree
Gambar 3.32 adalah contoh Decision Tree yang memiliki dua keputusan dan setiap keputusan akan mengalami dua event yaitu sukses atau gagal dengan probabilitas masing-masing event tersebut adalah P1 = 0.8 dan P2 = 0.2. Keputusan pertama menyebabkan pemilik proyek harus mengeluarkan dana sebesar 90 Satuan Uang/Currency Unit (CU) tetapi bila akan menghasilkan return sebesar 800 CU, sehingga total return (R1) = 800 – 90 = 710. Jika gagal akan rugi sebesar 80 CU, sehingga total return (R2) = -80 + -90 = -170. Pada contoh tersebut keputusan terpilih adalah keputusan yang memberikan return terbesar yaitu keputusan 1 (534 CU). Nilai 534 CU adalah nilai return rata-rata berbobot (weighted average) yang diperoleh dari: R = (R1 × P1 ) + (R2 × P2 )
R = (710 × 0.8) + (− 170 × 0.4 ) R = 534
Demikianlah gambaran mengenai Decision Tree. Gambar Decision Tree untuk kasus pada proyek akhir ini ada pada lampiran E dan selanjutnya akan dijelaskan secara singkat keputusan-keputusan dan event-event pada Decision Tree sebagai berikut: a. Konsorsium memiliki dua pilihan keputusan yaitu Go dan No-Go b. Jika dipilih No-Go, maka tidak diperlukan atau pun dihasilkan sejumlah uang c. Apabila dipilih Go, maka selanjutnya akan dihadapkan pada dua pilihan, yaitu menggunakan frekwensi yang lisence atau unlisence.
73
d. Bila memilih frekwensi lisence maka Konsorsium dihadapkan pada dua pilihan yaitu investasi WiMAX atau Wi-Fi-NLOS. Kemudian mulai melakukan persiapan untuk memperoleh sertifikat perangkat dan diperkirakan akan memerlukan biaya sebesar Rp. 5 juta. e. Jika lolos uji sertifikasi, Konsorsium harus membayar biaya sebesar Rp. 50.000.000,- untuk semua perangkat yang akan dipergunakan dalam bisnisnya. Selanjutnya melakukan persiapan untuk memperoleh izin frekwensi dan diperkirakan akan membutuhkan dana sebesar Rp. 20.000.000,f. Jika telah diizinkan (termasuk harus membayar biaya perizinan kira-kira sebesar Rp. 2 milyar rupiah), maka Konsorsium perlu mencari investor yang mau bekerja sama. g. Jika memilih investasi Wi-Fi-NLOS, hampir sama dengan WiMAX, Konsorsium harus memperoleh standardisasi perangkat dan izin penggunaan frekwensi. h. Apabila
memilih
investasi
Wi-Fi-LOS
maka
akan
menghadapi
dua
kemungkinan, yaitu terjadi konflik dengan ISP pengguna teknologi yang sama berupa persaingan yang kurang sehat atau tidak terjadi konflik karena ISP lainnya mungkin tidak mampu menyediakan teknologi yang lebih bagus. Jika terjadi konflik maka NPV diprediksikan akan berkurang sekitar ~Rp. 335 juta karena pengurangan pelanggan, sebaliknya jika tidak terjadi konflik maka NPV akan bertambah ~Rp. 335 juta. i. Ancaman yang dihadapi oleh Wi-Fi-LOS adalah jika ada ISP baru menggunakan teknologi WiMAX/Wi-Fi-NLOS maka ½ jumlah pelanggan diprediksi dapat pindah menggunakan WiMAX/Wi-Fi-NLOS atau NPV akan berkurang 50%. Berikut adalah table yang berisi jenis-jenis keputusan dan event, asumsi probabilitasnya, serta return/dampak yang diakibatkan oleh keputusan/event tersebut berdasarkan hasil financial projection, capital budgeting & sensitivity analysis.
74
Tabel 3.17. Keputusan dan Event pada Decision Tree No
Item yang Diasumsikan
1 Go 2 No-Go Use Lisence Frequency Use Unlisence Frequency Lolos Izin Frekwensi Tidak Lolos Izin F. Invest WiMAX Invest WiFi-NLOS Lolos Standardisasi Tidak Lolos Standardisasi Sukses mencapai target sales, 11 WiMAX 12 Gagal sama sekali, WiMAX 3 4 5 6 7 8 9 10
Tipe
Probabilitas
Keputusan Keputusan
-
Keputusan Keputusan Event Event Keputusan Keputusan Event Event
0.80 0.20
Event Event
0.50 0.50
0.50 0.50
13 Harga Bandwith turun, WiMAX Harga Bandwith tidak 14 turun,WiMAX
Event
0.75
Event
0.25
15 Bisa Tambah Bandwith, WiMAX
Event
0.80
Event
0.20
Event
0.90
Event
0.10
Event Event
0.50 0.50
Event
0.75
Event
0.25
Event
0.10
Event
0.90
Event
0.90
Event Event
0.50 0.50
Tak Bisa Tambah Bandwith, 16 WiMAX WiMAX Menjadi Standard Feature 17 Komputer WiMAX tidak Menjadi Standard 18 Feature Komputer Sukses mencapai target sales, 19 WiFi-NLOS 20 Gagal sama sekali, WiFi-NLOS Harga Bandwith turun, WiFi21 NLOS Harga Bandwith tidak turun, WiFi22 NLOS WiFi-NLOS Menjadi Standard 23 Feature Komputer WiFi-NLOS tidak Menjadi 24 Standard Feature Komputer 25 Izin Frekwensi Tidak Dicabut Sukses mencapai target sales, 26 WiFi-LOS 27 Gagal sama sekali, WiFi-LOS
Return/Dampak
28 Harga Bandwith turun, WiFi-LOS Harga Bandwith tidak turun, WiFi29 LOS 30 Conflict, WiFi-LOS 31 No Conflict, WiFi-LOS
Event
0.75
Event Event Event
0.25 0.80 0.20
32 New WiMAX Operator 33 No WiMAX Operator
Event Event
0.90 0.10
75
(20,000,000) (2,000,000,000) (5,000,000) (50,000,000) -
Keterangan Kegiatan Pertemuan Konsorsium Persiapan Permohonan Izin BHP Persiapan Standardisasi Biaya Standardisasi
10,635,749,269 NPV WiMAX 13,077,390,400 Modal Investasi - BHP Pertambahan NPV krn 3,917,159,688 Harga Bandwith turun NPV sdh termasuk karena penambahan Bandwith Berkurangnya NPV 50% karena banyak konsumen tak terlayani akibat 5,317,874,634 bandwith terbatas Isue global, berdampak 1,602,942,877 pertambahan pelanggan Dampak pengurangan (1,602,942,877) Pelanggan -
3,104,881,509 NPV WiFi-NLOS 12,026,725,200 Kehilangan Modal Penambahan NPV karena 1,957,410,476 tarif bandwith Berdampak pada 2,010,930,883 penambahan pelanggan Berdampak pada (2,010,930,883) pengurangan pelanggan Isue Nasional, jika tidak dimanfaatkan-dicabut 1,532,939,643 NPV base WiFi-LOS 1,999,443,400 Kehilangan Modal Penambahan NPV karena 780,738,881 tarif bandwith (334,385,198) Penurunan pelanggan 334,385,198 Penambahan pelanggan Penurunan pelanggan 766,469,821 hingga 50% 334,385,198 Penambahan pelanggan
3.4.2. Kesimpulan dan Saran Keputusan Melalui pendekatan menggunakan Decision Tree diperoleh hasil yaitu keputusan yang sebaiknya diambil adalah Go, sebab return dari keputusan Go adalah positif, yaitu Rp. 31,960,875,-. Jadi dapat disimpulkan bahwa rencana bisnis yang telah dibuat adalah layak untuk dieksekusi. Tabel 3.18. Average Return dari Investasi BWA Pilihan Konsorsium No
Jenis Investasi
1
WiMAX
2
Wi-Fi-NLOS
3
Wi-Fi-LOS
4
No-Go
Return (Rupiah) 31,960,875 -1,167,816,318 -368,982,517 0
Selanjutnya Return yang terbesar akan dihasilkan oleh investasi WiMAX, investasi Wi-Fi-LOS atau pun Wi-Fi-NLOS menghasilkan return negative, dan keputusan No-Go menghasilkan return Rp. 0,-. Perlu diingat sekali lagi bahwa return bukanlah NPV, jadi meskipun return WiMAX di atas dianggap sangat kecil sesungguhnya NPV-nya lebih dari Rp.10 Milyar. Dengan
demikian,
berdasarkan
hasil
pendekatan
tersebut kita
dapat
menyarankan agar Konsorsium PIB melakukan eksekusi rencana bisnisnya dengan pilihan investasi WiMAX.
76