BAB III PRAKTEK NYADRAN DALAM MASYARAKAT SIDODADI
A. Profil Dukuh Sidodadi 1. Keadaan Geografis Sidodadi Secara administratif , Dusun Sidodadi termasuk di dalam kelurahan Kedungwuni Timur Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Letak geografis daerah ini terdapat di wilayah sebelah tenggara Pemerintah Daerah Kabupaten Pekalongan dengan jarak 17 km, merupakan dataran rendah, 30 m dari permukaan laut. Dusun Sidodadi merupakan daerah home industry yang fokus dalam bidang konveksi, adapun medan Dusun Sidodadi mudah diakses oleh semua orang serta terletak di antara
Pemerintahan Kabupaten dan
Pemerintah Kota Pekalongan. Tabel I : Batas - Batas Wilayah Dusun Sidodadi
No
Arah
Batas Wilayah
1
Selatan
Kletak
2
Utara
Prawasan
3
Barat
Kranji
4
Timur
Rogobayan
40
41
Tabel II : Kondisi Geografis No
Kondisi Geografis
Keterangan
1
Tinggi dari permukaan laut
30 m
2
Curah hujan rata - rata pertahun
200/300 mm
3
Keadaan suhu rata – rata
21°c - 34°c
Data Monografi Kelurahan Kedungwuni Timur 2010 Dilihat dari tabel di atas dapat diketahui Dusun Sidodadi ini termasuk wilayah yang cukup subur, hal ini bisa dilihat dari adanya curah hujan yang cukup tinggi dan berada di dataran yang rendah. Di Dusun ini terdapat struktur sosial yang terbagi dalam beberapa bagian yaitu dua Rukun Tetangga (RT) dan satu Rukun Warga (RW), jadi kepengurusan administrasi terendah berada pada tingkat RT. 2. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Sidodadi Seperti yang telah dijelaskan di depan, Dusun Sidodadi merupakan daerah subur dengan kondisi medan yang mudah diakses oleh semua orang. Melihat kondisi seperti ini, maka tidak mengherankan apabila keadaan sosial ekonomi masyarakatnya bisa dikatakan sudah mapan, walaupun daerah ini boleh dikatakan cukup subur tapi sebagian masyarakat Dusun Sidodadi dalam aktifitas kesehariannya lebih memilih untuk berwiraswasta khususnya konveksi.
42
Tabel III : Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin NO
Jenis Kelamin
Jumlah
1
Laki – laki
240 jiwa
2
Perempuan
292 jiwa
Jumlah Penduduk Keseluruhan
532 jiwa
Tabel IV : Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian NO
Mata Pencaharian
Jumlah
1
Angkatan Kerja
123
2
Wiraswasta
27
3
Petani
-
Tabel V : Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan NO
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1
Buta aksara
-
2
Tidak tamat SD
25
3
Tamat SD
58
4
Tamat LSTP
42
5
Tamat SLTA
63
6
Tamat Diploma
25
7
Sarjana Strata 1
17
8
Sarjana Strata 2
3
9
Sarjana Strata 3
-
10
Tamat Pondok Pesantren
381
1
Hasil wawancara dengan RT setempat tanggal 11 Juni 2015, Dusun Sidodadi
43
Dari beberapa tabel penduduk di atas dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat Sidodadi ini sudah maju dan mapan secara ekonomi, tidak adanya tingkat buta aksara, hal ini membuktikan bahwa tingkat kesadaran warga terhadap pentingnya pendidikan sudah sangat baik bahkan tidak sedikit warga yang bergelar sarjana. Kondisi ekonomi wargapun sudah cukup mapan dengan banyaknya warga usia kerja yang sudah bekerj, jadi bisa dikatakan bahwa keadaan sosial ekonomi kampung ini sudah baik tinggal bagaimana masyarakat bisa
meningkatkan
kesejahteraan
ekonominya
saja.
Keadaan
sosial
masyarakatpun relative rukun dan aman, jarang sekali terjadi konflik dalam masyarakat yang sampai menimbulkan kekacauan. 3. Adat Masyarakat dan Kehidupan Beragama a. Adat Masyarakat Dalam menuliskan kalimat di atas, yaitu “adat” dan “masyarakat” memiliki makna sendiri sebab kehidupan manusia tidak bisa lepas dari kehidupan bermanyarakat, dimana adanya benturan antara masyarakat dengan dunia luar akan menciptakan suatu budaya yang menjadikan adat istiadat. Sebelum lebih jauh membicarakan hal ini penyusun terlebih dahulu akan menjelaskan apa itu adat dan apa yang dimaksud dengan masyarakat. Hal ini jadi penting mengingat pembahasan dalam skripsi ini sangat berkaitan dengan adat istiadat dalam masyarakat. Tentu dengan penjelasan ini nanti diharapkan para pembaca jadi lebih mudah memahami inti dari pembahasan skripsi. Kata “adat“ berasal dari bahasa Arab yang secara etimologi berarti kebiasaan yang belaku secara turun temurun, kata adat
44
biasanya dirangkai dengan kata “istiadat” yang berarti sesuatu yang dibiasakan.2 Pengertian adat secara umum dapat dilihat dari pendapat yang dikemukakan oleh Dr. Sorjono Soekanto, yang mengartikan bahwa adat adalah kebiasaan, baik itu kebiasaan baik maupun buruk.3 Pada tingkat yang lebih maju, kata adat mengandung arti dari norma - norma. Pandangan dan segi hukum yang menjadi dasar dari prilaku seseorang dalam masyarakat, seperti dalam kaidah hukum yang menjadi dasar hukum. Bunyi dari dasar tersebut adalah
ٌاَﻟْ َﻌ َﺎدةُ ُﳏَ ﱠﻜ َﻤﺔ
4
Artinya : “ Adat yang dapat di jadikan sebagai dasar hukum” Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu gambaran bahwa adat istiadat adalah suatu susunan kaidah tingkah laku yang tidak tertulis dan kebiasaan kebiasaan yang didasarkan pada budi pekerti, moral, etika dan norma norma yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat. Pelanggaran terhadap norma - norma ini dapat dikenai sangsi menurut hukum adat. Sedangkan nyadran yang dilakukan di Sidodadi adalah sebuah adat atau tradisi dan bukan merupakan suatu kewajiban atau bukan merupakan hukum adat, atau
2
Amran Y.S. Chaniago, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Jakarta : CV. Pustaka Setia,
3
Sorjono Soekanto, Kamus Hukum Adat ( Jakarta : Alumni Press, 1995)
1992) 4
Al Imam Jalaludin, Abdurrahman bin Abu Bakar Assuyuti, Al Asybah wa An-Nazair
(Bairut:Dar Al - Fikr, tt) hlm.63
45
tradisi yang harus dipatuhi, karena selama ini tidak ada sangsi bagi mereka yang tidak melaksanakannya. Hal itu dilakukan semata - mata karena kesadaran masing - masing penduduk saja. Jadi sedikit luar biasa karena Sidodadi merupakan sebuah kampung yang sudah kuat nilai - nilai religiusnya. Mereka sangat berhati - hati dalam melaksanakan suatu adat, karena akan khawatir bertentangan dengan nilai - nilai Islam yang telah mereka pegang teguh. Nyadran sendiri merupakan salah satu dari beberapa adat yang dilestarikan di Sidodadi. Selanjutnya pengertian masyarakat dalam bahasa Inggris di sebut “society” berasal dari kata “sosius” yang berarti “kawan” sedangkan menurut istilah masyarakat adalah sekelompok manusia yang tinggal pada suatu tempat sebagai sebuah keluarga atau komunitas. Berangkat dari penjelasan di atas, bahwa pengertian maupun makna dari ”adat istiadat” adalah suatu rangkaian kalimat yang saling memiliki keterkaitan adat yang terbentuk dari gesekan konsekwensi hidup dalam masyarakat yang melahirkan suatu adat istiadat yang memiliki norma dan etika yang menjadi suatu hukum yang harus ditaati oleh anggota masyarakat. Di Sidodadi, sedikit sekali kebudayaan yang masih dilestarikan bahkan bisa dikatakan sudah tidak ada, kalaupun ada pasti sudah mengalami akulturasi dengan tradisi islam dan sebagai motor penunjang tegaknya tradisi tersebut, seperti seni sholawat dan hadroh yang memang bersholawat diajarkan serta dianjurkan dalam islam, itupun tidak ada sistem hukum yang mengikat.
46
Selain hal tersebut, tradisi seperti pernikahan hingga kematian sudah tidak lagi menggunakan adat jawa semua sudah diakulturasikan dengan nilai - nilai ajaran islam. Ritual-ritual pingitan, siraman dan sebagainya semuanya sudah tidak berlaku di sini.
b. Kehidupan Beragama Seluruh warga Sidodadi beragama Islam, jadi kegiatan kebudayaanya hanya kegiatan agama yang berbau Islam. Tidak ada kegiatan keagamaan di luar Islam. Masyarakat di sini sangat religius dibuktikan dengan begitu padatnya kegiatan - kegiatan keagamaan mulai dari yang sifatnya harian, mingguan, bulanan dan tahunan seperti pengajian rutin setiap malam Sabtu dan Rabu pagi, tahlilan setiap malam Jum’at bagi bapak - bapak, untuk ibu ibu kegiatan tahlil pada setiap hari Jum’at sore dan barzanji pada hari Senin sore, sedangkan kegiatan anak-anak adalah pembacaan barzanzi setiap malam Jum’at, adapun para remaja mengadakan kegiatan pembacaan sholawat nariyah yang biasa disebut dengan nariyahan, setiap tanggal 11di bulan-bulan hijriyah mengadakan pembacaan Syaikh Abdul Qadir Jailani . Semua sudah berjalan dengan baik. Hal ini bisa terjadi karena kegiatan seperti ini sudah menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat dan lahir dari kesadaran masing-masing. Untuk tempat ibadah kampung ini memiliki sebuah masjid dan mushola, untuk masjid ada di Sidodadi gang 5 dan mushollah ada di Sidodadi gang 1, di dua tempat ibadah itulah yang menjadi sentral kegiatan
47
keagamaan di samping majlis - majlis ta’lim yang ada.5 Selain masjid dan musholla Desa Sidodadi juga memiliki gedung madrasah diniyah dan TPQ .
B. Praktek dan Pemahaman Nyadran di Dukuh Sidodadi 1. Landasan Nyadran di Dukuh Sidodadi Bulan Sya’ban adalah bulan yang istimewa. Pada bulan Sya’ban semua amal manusia dilaporkan kepada Allah SWT. Dalam menghadapi bulan istimewa ini umat Islam di tanah air termasuk masyarakat Sidodadi melakukan tradisi ruwahan (memperbanyak sedekah). Pada bulan Sya’ban di kalangan masyarakat kita khususnya Dukuh Sidodadi ada pula tradisi ziyarah kubur, yang di sebagian daerah dikenal dengan tradisi nyadran. Adapun dasar dari keterangan di atas adalah sebagai berikut : a. Pelaksanaan Nyadran pada Bulan Ruwah
ٍ ﺖ ﺑْ ُﻦ ﻗَـ ْﻴ ﺼ ٍﻦ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َﻋ ْﺒ ُﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ َﺣ ﱠﺪﺛَﻨِﻰ أَﺑِﻰ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َﻋ ْﺒ ُﺪ اﻟ ﱠﺮ ْﺣ َﻤ ِﻦ ﺑْ ِﻦ َﻣ ْﻬ ِﺪ ﱟ ُ ِى َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﺛَﺎﺑ ْ ُﺲ أَﺑُﻮ ﻏ ٍ ﺣ ﱠﺪﺛَﻨِﻰ أَﺑﻮ ﺳ ِﻌ ِ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ- ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ُ ﺎل َﻛﺎ َن َر ُﺳ َ َُﺳ َﺎﻣﺔُ ﺑْ ُﻦ َزﻳْ ٍﺪ ﻗ ﻴﺪ اﻟ َْﻤ ْﻘﺒُ ِﺮ ﱡ َ ى َﺣ ﱠﺪﺛَﻨﻰ أ َ ُ َ ِ ِ ﻮم إِﻻﱠ َ ﺎم ﻳَ ْﺴ ُﺮ ُد َﺣﺘﱠﻰ ﻳُـ َﻘ َ ﺎم َﺣﺘﱠﻰ ﻻَ ﻳَ َﻜ َ ﺼ ُ َﺎد أَ ْن ﻳ َ ﺎل ﻻَ ﻳـُ ْﻔﻄ ُﺮ َوﻳُـ ْﻔﻄ ُﺮ اﻷَﻳﱠ َ ﻮم اﻷَﻳﱠ ُ ﺼ ُ َ ﻳ-وﺳﻠﻢ ِِ ِ ِ ِ ﻳـﻮﻣﻴ ِﻦ ِﻣﻦ اﻟ ﻮم ِﻣ ْﻦ َﺷ ْﻬ ٍﺮ ِﻣ َﻦ اﻟ ﱡ ﺸ ُﻬﻮِر َﻣﺎ ُ ﺼ ُ َﺻ َﺎﻣ ُﻬ َﻤﺎ َوﻟَ ْﻢ ﻳَ ُﻜ ْﻦ ﻳ َ ْﺠ ُﻤ َﻌﺔ إِ ْن َﻛﺎﻧَﺎ ﻓﻰ ﺻﻴَﺎﻣﻪ َوإِﻻﱠ ُ َ َْ ْ َ ﺎد أَ ْن َ ْﺖ ﻳَﺎ َر ُﺳ َ ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ إِﻧﱠ ُ ﻮم ِﻣ ْﻦ َﺷ ْﻌﺒَﺎ َن ﻓَـ ُﻘﻠ َ ﺎد أَ ْن ﺗُـ ْﻔ ِﻄ َﺮ َوﺗُـ ْﻔ ِﻄ ُﺮ َﺣﺘﱠﻰ ﻻَ ﺗَ َﻜ ُ ﻮم ﻻَ ﺗَ َﻜ ُ ﺼ ُ َﻚ ﺗ ُ ﺼ ُ َﻳ ِ ﺗَﺼﻮم إِﻻﱠ ﻳـﻮﻣ ْﻴ ِﻦ إِ ْن َد َﺧﻼَ ِﻓﻰ ْﺖ ﻳَـ ْﻮ ُم َ َ ﻗ.« ى ﻳَـ ْﻮَﻣ ْﻴ ِﻦ َ َ ﻗ.ﺻ ْﻤﺘَـ ُﻬ َﻤﺎ ﺎل » أَ ﱡ َ ﺻﻴَ ِﺎﻣ ُ ﺎل ﻗُـﻠ ُ ﻚ َوإِﻻﱠ َ َْ َ ُ ِ ِ ِ ِ اﻻﺛْـﻨَـ ْﻴ ِﻦ َوﻳَـ ْﻮ ُم اﻟْ َﺨ ِﻤ ﻴﻦ ُ ض ﻓِﻴ ِﻬ َﻤﺎ اﻷَ ْﻋ َﻤ َ َ ﻗ.ﻴﺲ ﺎل َﻋﻠَﻰ َر ﱢ َ ِﺎل » َذاﻧ ُ ﻚ ﻳَـ ْﻮَﻣﺎن ﺗُـ ْﻌ َﺮ َ ب اﻟ َْﻌﺎﻟَﻤ ِ وأ ِ ﻮم ِﻣ ْﻦ َﺷ ْﻬ ٍﺮ ِﻣ َﻦ اﻟ ﱡ ﺸ ُﻬﻮِر َﻣﺎ َ َ ﻗ.« ﺻﺎﺋِ ٌﻢ ُﺣ ﱡ ُ ﺎل ﻗُـﻠ َ ﺐ أَ ْن ﻳـُ ْﻌ َﺮ ُ ﺼ ُ َْﺖ َوﻟَ ْﻢ أ ََر َك ﺗ َ ض َﻋ َﻤﻠﻰ َوأَﻧَﺎ َ ٍ ﱠﺎس َﻋ ْﻨﻪُ ﺑَـ ْﻴ َﻦ َر َﺟ ﻀﺎ َن َو ُﻫ َﻮ َﺷ ْﻬ ٌﺮ ﻳـُ ْﺮﻓَ ُﻊ َ َ ﻗ.ﻮم ِﻣ ْﻦ َﺷ ْﻌﺒَﺎ َن َ َﺎل » ذ َ ﺐ َوَرَﻣ ُ ﺼ ُ َﺗ ُ اك َﺷ ْﻬ ٌﺮ ﻳَـﻐْ ُﻔ ُﻞ اﻟﻨ
5
Hasil wawancara dengan Bapak Ismoyono, tanggal 9 Juni 2015 di RT:1 Dusun Sidodadi.
48
ِ ِ ﻣﻌﺘﻠﻰ119 ﺗﺤﻔﺔ.« ﺻﺎﺋِ ٌﻢ ُ ﻓِ ِﻴﻪ اﻷَ ْﻋ َﻤ ﺎل إِﻟَﻰ َر ﱢ ﻴﻦ ﻓَﺄ ُِﺣ ﱡ َ ﺐ أَ ْن ﻳُـ ْﺮﻓَ َﻊ َﻋ َﻤﻠﻰ َوأَﻧَﺎ َ ب اﻟ َْﻌﺎﻟَﻤ ( )رواﻩ اﺣﻤﺪ116 Artinya : Ahmad meriwayatka hadis dari Usamah bin Zaid “Rasulullah SAW terkadang berpuasa selama beberapa hari berturut - turut sehingga kami berkata, beliau tidak sarapan pagi beliau juga sarapan pagi selama beberapa hari sehingga hampir saja beliau tidak berpuasa kecuali dua hari dari Jumat apabila dua hari itu menjadi bagian puasanya. Kalau tidak, beliau berpuasa pada dua hari itu. Nabi SAW tidak berpuasa pada bulan - bulan yang ada seperti puasa beliau pada bulan Sya’ban. Aku berkata pada Nabi SAW “Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa pada bulan bulan sebelumnya seperti puasa anda pada bulan Sya’ban. Nabi menjawab “Bulan Sya’ban itu adalah bulan yang dihadapkan manusia antara bulan Rajab dan bul;an Ramadhan. Bulan Sya’ban itu bulan dimana amal manusia itu diangkat kepada Allah SWT Tuhan semesta alam. Aku ingin amalku diangkat ketika aku sedang berpuasa (HR. Ahmad)6
b. Ziarah Kubur : Pada Masa awal Islam, Rasulullah SAW memang melarang umat Islam untuk melakukan ziarah kubur hal ini dimaksudkan untuk menjaga aqidah umat Islam. Rasulullah SAW kalau ziarah kubur diperbolehkan, umat Islam akan percaya dan menjadi penyembah kuburan. Setelah akidah aqidah umat Islam kuat dan tidak ada kekhawatiran untuk berbuat syirik, Rasulullah SAW memblehkan para sahabatnya untuk melakukan ziarah kubur. Karena ziarah kubur dapat membantu orang yang hidup mengingat saat kematiannya. Rasulullah SAW bersabda :
اﳋَﻼﱠ ُل ﻗَﺎﻟُﻮا َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ أَﺑُﻮ ْ ﻮد ﺑْ ُﻦ َﻏْﻴﻼَ َن َو ْ اﳊَ َﺴ ُﻦ ﺑْ ُﻦ َﻋﻠِ ﱟﻰ ُ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﳏَ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ ﺑَﺸﱠﺎ ٍر َوَْﳏ ُﻤ ِ ٍِ ﻴﻞ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ُﺳ ْﻔﻴَﺎ ُن َﻋ ْﻦ َﻋ ْﻠ َﻘ َﻤﺔَ ﺑْ ِﻦ َﻣ ْﺮﺛَ ٍﺪ َﻋ ْﻦ ُﺳﻠَْﻴ َﻤﺎ َن ﺑْ ِﻦ ﺑـَُﺮﻳْ َﺪ َة َﻋ ْﻦ أَﺑِ ِﻴﻪ ﻗَ َﺎل ُ َﻋﺎﺻﻢ اﻟﻨﱠﺒ 6
Maktabah Syamilah, Musnad Ahmad, no. 22385
49
ِ ُ ﻗَ َﺎل رﺳ ﺖ ﻧَـ َﻬْﻴﺘُ ُﻜ ْﻢ َﻋ ْﻦ ِزﻳَ َﺎرةِ اﻟْ ُﻘﺒُﻮِر ﻓَـ َﻘ ْﺪ ُ » ﻗَ ْﺪ ُﻛْﻨ-ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ- ﻮل اﻟﻠﱠﻪ َُ ِ أ ُِذ َن ﻟِﻤﺤ ﱠﻤ ٍﺪ ِﰱ ِزﻳﺎرةِ ﻗَـ ِﱪ أُﱢﻣ ِﻪ ﻓَـﺰوروﻫﺎ ﻓَِﺈﻧـﱠﻬﺎ ﺗُ َﺬ ﱢﻛﺮ اﻵﺧَﺮَة ْ ََ َُ ُ َ َُُ
Artinya :
Rasulullah SAW bersabda “saya pernah melarang kamu berziarah kubur. Tapi sekarang Muhammad telah diberi izin untuk berziarah ke makam ibunya. Maka sekarang, berziarahlah ! karena perbuatan itu dapat mengingatkan kamu pada akhirat. (H. al-Turmudzi, 974)7
c. Menghadiahkan pahala pada orang yang telah meninggal dunia :
Artinya : “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang."(QS. al-Hasyr :10) Dalam sebuah hadis Shahih Muslim disebutkan :
ﺎم َﻋ ْﻦ أَﺑِ ِﻴﻪ َﻋ ْﻦ َ َو َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ ِﻦ ﻧُ َﻤ ْﻴ ٍﺮ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ ﺑِ ْﺸ ٍﺮ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ِﻫ ٌﺸ ﺖ َ ﺎل ﻳَﺎ َر ُﺳ َ ﻓَـ َﻘ-ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ- ﺸﺔَ أَ ﱠن َر ُﺟﻼً أَﺗَﻰ اﻟﻨﱠﺒِ ﱠﻰ ْ َﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ إِ ﱠن أُﱢﻣ َﻰ اﻓْـﺘُﻠِﺘ َ َِﻋﺎﺋ ِ ُﺴ َﻬﺎ َوﻟَ ْﻢ ﺗ ﺎل » ﻧَـ َﻌ ْﻢ َ َْﺖ َﻋ ْﻨـ َﻬﺎ ﻗ ْ َﺼ ﱠﺪﻗ ْ ﱡﻬﺎ ﻟَ ْﻮ ﺗَ َﻜﻠﱠ َﻤ ُ ﺼ ﱠﺪﻗ ْ ﺖ أَﻓَـﻠَ َﻬﺎ أ َ ﻮص َوأَﻇُﻨـ َ ََﺟ ٌﺮ إِ ْن ﺗ َ َﺖ ﺗ َ ﻧَـ ْﻔ « 7
Maktabah Syamilah, Sunan al-Tirmidzi, Juz 4 no. 1074
50
Artinya :
: Dari Aisyah RA, “Seorang laki-laki bertanya pada Nabi Muhammad SAW, ibu saya meninggal dunia secara mendadak dan tidak sempat berwasiat. Saya menduga seandainya ia dapat berwasiat, tentu ia akan bersedekah. Apakah ia akan mendapat pahala jika saya bersedekah atas namanya ? Nabi Muhammad SAW menjawab ya” (H.R. Shahih Muslim, 1672)8.
Dalil - dalil inilah yang dijadikan dasar oleh para ulama’ bahwa hadiah bacaan al-quran, tasbih, tahlil dan shalawat yang dibaca dalam pelaksanaan tahlilan itu sampai kepada orang yang dimaksud. Begitu pula dengan sedekah, yang jika dilakukan dengan ikhlas akan sampai dapa orang yang telah meninggal dunia.
d. Sillaturahim Upacara nyadran biasa dilakukan pada saat bulan Sya’ban. Biasanya upacara ini diikuti pula oleh keluarga jauh, dan dijadikan sebagai ajang sillaturrahim, ajaran sillaturrahim jelas disebutkan baik dalam al-quran maupun sunnah. e. Berdo’a Berdo’a adalah amaliah ringan yang luhur, banyak ditemukan hadis maupun ayat al-quran yang menjelaskan tentang keutamaan berdo’a. Adapun dasar tentang do’a bagi si mayit adalah hadis tentang tiga amal perbuatan yang tidak terputus dan menjadi jariyah bagi si mayit9
2. Pemahaman Masyarakat Terhadap Hadits
8 9
Maktabah Syamilah, Shahih Muslim no. 1672 Wawancara dengan Bapak Ismoyono dalam acara Indukan, tanggal 8 Juni 2015
51
Nyadran10 (kata kerja dari sadran11 : bulan Ruwah atau Sya’ban) Upacara kenduri yang dilakukan di tempat - tempat keramat, masjid, langgar, rumah atau tempat-tempat lainnya dilaksanakan oleh masyarakat jawa, terutama Jawa Tengah pada bulan Sya’ban12. Atau ada juga yang mengartikan sadran dengan kata (sadar) yaitu dimana setiap individu dengan penuh rasa kesadaran membersihkan lingkungan sekitar terutama makam. Menurut cerita dalam masyrakat bahwa dengan membersihkan makam maka akan membuat para leluhur akan menjadi tentram. Adapula yang menyebut acara ini ruwahan, yaitu upacara yang dilakukan satu minggu sebelum bulan puasa atau ramadhan dengan cara mengunjungi makam para leluhur.13 Sebelum datangnya Islam tradisi ini bertujuan untuk memohon pertolongan pada nenek moyang yang telah meninggal dan dilakukan pada tempat-tempat kramat. Mereka beranggapan bahwa arwah nenek moyang yang telah meninggal lebih dekat kepada Tuhan, jadi do’a mereka lebih cepat dikabulkan daripada kalau mereka berdo’a sendiri. Akan tetapi setelah kedatangan Islam keyakinan-keyakinan yang salah seperti itu mulai dihilangkan dan disesuaikan dengan ajaran-ajaran Islam. Karena Islam
10
Menurut informasi dari Bapak Muajizi, tanggal 9 Juni 2015. Nyadran berasal dari bahasa
Sansekerta adal kata dari kata sadra yang berarti keyakinan 11
Sadran - menyadran yaitu mengunjungi makam atau tempat keramat pada bulan Ruwah
untuk memberikan do’a kepada leluhur ( ayah ibu ) dengan membawa bunga atau sajian, lihat tim penulisan, Kamus Besar Bahasa Indonesia ed 3 (Jakarta, Balai Pustaka, 2001) 12
Tim Penyusun. Ensiklopedi Islam 3 (Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993). hlm 50
13
HM Darori Amin (ed), Islam dan Kebudayaan Jawa ( Yogyakarta : Gama Media, 2000)
hlm. 135
52
memiliki pengaruh cukup kuat dalam tradisi-tradisi yang berada ditengahtengah masyarakat. Upacara ini sampai sekarang masih banyak dilaksanakan oleh umat Islam khususnya di Jawa hanya saja bentuk acaranya berbeda-beda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Di daerah Klaten misalnya, ada suatu daerah yang merayakan nyadran dengan acara “yaqowiyu” yaitu upacara dengan penyebaran ribuan apem yang diyakini membawa berkah. Namun dari sekian banyak acara perayaan nyadran tersebut inti dari acaranya tetap sama yaitu mendo’akan arwah leluhur atau orang tua yang meninggal. Nyadran merupakan sebuah tradisi peninggalan agama Hindu Budha yang masih kental dengan animisme dinamismenya. Pada mulanya tradisi ini dilakukan pada tempat - tempat kramat yang diyakini sebagai tempat tinggal arwah leluhur dalam acara ini mereka memohon pertolongan pada arwah tersebut. Mereka berkeyakinan bahwa arwah leluhur mereka
lebih
dekat dengan Tuhan, jadi do’a mereka lebih didengar Tuhan dan lebih cepat dikabulkan daripada jika mereka berdo’a sendiri. Sebagai tradisi pra Islam tradisi ini memang sudah dilaksanakan masyarakat secara turun - temurun dan tentunya tidak mudah untuk merubah keyakinan yang telah begitu kuat mengakar dalam masyarakat. Tradisi ini diteruskan dan dilestarikan oleh masyarakat Islam jawa yang diduga merupakan suatu kebijaksanaan pada wali yang ketika itu berusaha meluruskan kepercayaan yang ada dalam masyarakat muslim jawa tentang
53
pemujaan roh yang menurut syariat dianggap sebagai perbuatan syirik. Agar tidak berbenturan dengan adat yang sudah melembaga dikalangan masyarakat jawa, maka para wali tidak lantas serta merta menghapus adat tersebut melainkan justru dilestarikan dan mengisinya dengan doktrin ajaran-ajaran Islam seperti dengan membaca al-quran, tahlil, do’a dan lain sebagainya. Di Sidodadi sendiri sejak kapan tradisi ini mulai diadakan tidak ada yang tahu, tapi tradisi ini sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan diteruskan oleh generasi sekarang dengan berbagai modifikasi disana sini. Saat ini, di tengah semakin berkembangnya zaman, tradisi nyadran merupakan bentuk akulturasi antara unsur budaya dan ajaran Islam yang berjalan di kalangan masyarakat muslim jawa. Hanya saja antara daerah yang satu dengan daerah yang lain bentuk acaranya sudah berbeda-beda dan mengalami perubahan di sana sini. Jadi tradisi ini tidak diketahui sejak kapan munculnya. Tentang tradisi nyadran yang sekarang ini sudah begitu berubah sangat islami, terjadi karena semakin berkembangnya pengetahuan masyarakat tentang ajaran islam dan semakin tinggi pengaruh islam dalam masyarakat itu sendiri. Akulturasi adalah perubahan yang terjadi pada sebuah kebudayaan karena adanya kontak langsung dalam jangka waktu yang lama dan secara terus menerus dengan kebudayaan asing yang berbeda. Kebudayaan tadi di hadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan lain yang lambat dan secara bertahap diterimanya menjadi kebudayaan sendiri tanpa menghilangkan
54
kebudayaan asli.14 Proses akulturasi yang berjalan dengan baik dapat menghasilkan integrasi antara unsur-unsur kebudayaan sendiri. Dengan demikian unsur-unsur kebudayaan asing tidak lagi dirasakan sebagai hal yang berasal dari luar akan tetapi dianggap sebagai unsur-unsur kebudayaan sendiri. Dari sini dapat dianalogikan nyadran sebagai kebudayaan sendiri yangn telah ada sejak sebelum kedatangan Islam. Sedangkan islam digambarkan sebagai kebudayaan asing yang datang belakangan, akan tetapi karena adanya kontak langsung dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus, maka kebudayaan asing tersebut
(Islam) tidak lagi dianggap
sebagai hal yang berasal dari luar, tetapi sudah dianggap sebagai unsurunsur kebudayaan sendiri. Masuknya Islam di pulau jawa yang dibawa oleh para wali ternyata membawa dampak yang cukup besar dari kehidupan masyarakat jawa. Islam yang begitu pesat perberkembangannya ternyata menggoyahkan loyalitas masyarakat terhadap adat dalam berbagai aspek. Tradisi yang telah mereka jalankan jauh sebelum kedatangan Islam yang merupakan warisan kepercayaan animisne dinamisme dan juga Hindu Budha. Sedikit demi sedikit mulai terkikis oleh nilai-nilai dari ajaran Islam. Sejak kedatangan
14
Departemen Agama RI. Ensiklopedi Nasional Indonesia (Jakarta,PT.Cipta Adi
Pustaka,1998). hlm 201
55
Islam, adat atau tradisi - tradisi itu mulai berpengaruh terhadap adat local terutama dalam masalah perkawinan warisan dan hukum-hukum keluarga.15 Nyadran merupakan salah satu adat atau tradisi yang banyak mengalami akulturasi dengan nilai-nilai ajaran Islam. Nyadran yang pada awalnya bukan berasal dari ajaran islam ternyata sudah banyak mengalami perubahan - perubahan yang sejalan dengan nilai-nilai ajaran Islam. Bahkan di Sidodadi sendiri tidak tampak lagi bahwa nyadran adalah tradisi peninggalan Hindu Budha karena seluruh acranya berubah sangat islami. Tentunya hal ini tidak terjadi begitu saja, semua itu juga melalui proses yang tidak mudah dan melalui waktu yang cukup panjang. Sidodadi memang dikenal sebagai kampung yang sangat kuat nilai religiusnya, ajaran Islam telah begitu kuat mengakar dari masyarakatnya. Setiap tradisi atau hal-hal baru yang masuk dalam masyarakat selalu difilter dan disesuaikan dengan nilai-nilai ajaran Islam. Jadi semua itu terjadi tidak begitu saja, akan tetapi melalui proses dan waktu yang cukup panjang. Perubahan nyata sebagai akibat proses alkuturasi antara nilai-nilai Islam dengan adat yang dilihat pada bentuk-bentuk acara yang ada dalam upacara nyadran masyarakat dusun Sidodadi. Tradisi nyadran yang notabene merupakan peninggalan adat kepercayaan animisme dinamisme pra Islam sekarang sudah menjadi acara yang begitu Islami. Tidak ada lagi pemujaan terhadap roh nenek moyang dan permohonan do’a terhadap orang yang
15
Ratno Lukito, Pergumulan Antara Hukum Islam dan Adat di Indonesia (Jakarta : INIS,
1998) hlm.44
56
sudah meninggal dengan keyakinan bahwa orang yang sudah meninggal itu lebih dekat kepada Tuhan dan do’anya lebih cepat dikabulkan dan sebagainya. Nyadran diisi dengan berbagai kegiatan yang Islami seperti pengajian, pembacaan ayat-ayat al-quran, sedekah dan lain sebagainya. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Imam Syafii dalam kitab AL Umm, bahwa sesungguhnya yang dapat sampai dan bermanfaat bagi mayit adalah do’a, permohonan dan sedekah, semua bentuk kebaikan yang dianjurkan oleh Imam Syafii tadi dikumpulkan dan dilaksanakan oleh masyarakat Sidodadi dalam acara nyadran tersebut. Menurut sejarah nyadran di Sidodadi dilaksanakan pada tahun 60 an, dimana sekelompok para pemuka atau tokoh masyarakat menghendaki adanya penghormatan terhadap para arwah leluhur yang akhirnya disepakati mengadakan kegiatan nyadran pada setiap bulan Sya’ban. 3. Praktik Nyadran di Dusun Sidodadi Tradisi nyadran banyak dilakukan oleh orang-orang islam Jawa selain dimaksudkan untuk menunjukkan bakti seorang anak kepada leluhurnya dan mengingatkan manusia akan kematian, juga sebagai persiapan untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan jika yang melaksanakannya seorang muslim. Dengan penyelenggaraan nyadran diharapkan manusia dapat lebih meningkatkan ketaatannya kepada Allah dan menjalani hidup ini sesuai dengan aturan - aturan yang ditetapkan oleh Allah (syariat Islam). Meskipun keabsahan tradisi itu sendiri masih jadi polemik dan diperselisihkan dikalangan umat Islam
57
Berbicara tentang masyarakat Sidodadi di kampung ini juga ada sebuah tradisi yang dilestarikan oleh masyarakat yaitu “rebo pungkasan”.16 Kegiatan yang dilaksanakan dalam upacara nyadran biasanya adalah sebagai berikut : 1. Menyelenggarakan kenduri yang diisi dengan pembacaan ayat-ayat suci Alquran tertentu, dzikir, tahlil dan do’a, kemudian dilanjutkan dengan makan bersama 2. Melakukan
besik17
yaitu
mencabut
rumput
dari
makam
serta
membersihkannya 3. Melakukan ziarah kubur dan berdo’a di atas makam leluhur Perlu diketahui juga bahwa biasanya mulai dari pelaksanaan upacara hingga pelengkapnya seperti, makanan yang disediakan sangat kental dengan tradisi-tradisi kejawen sebagai simbol dan memiliki makna-makna tertentu. Seperti ingkung yang menggambarkan seseorang yang sedang sujud kepada Tuhannya, tumpeng sebagai simbol tegaknya iman sesorang hamba dan lain sebagainya. Di Sidodadi sendiri acara nyadran dilaksanakan pada hari Rabu Kliwon di bulan Sya’ban. Seminggu sebelum Ramadhan dengan urutan acara sebagai berikut : 1. Pra Acara
16
yaitu upacara adat yang dilaksanakan pada setiap hari Rabu (Rebo) terakhir (pungkasan)
di bulan Shafar. Hasil wawancara dengan Panitia Rebo Pungkasan 2015 17
Berasal dari bahasa jawa bebesik yang diturunkan dari asal kata bersih yang berarti
bersih makam leluhur
58
Nyadran merupakan acaran yang dilaksanakan satu tahun sekali oleh masyarakat Sidodadi yaitu pada hari Rabu Kliwon di bulan Sya’ban. Kepanitiaan acara ini dipegang langsung oleh pengurus mushola setempat. Dari segi pembiyayaan dari acara ini semua ditanggung penuh oleh masyarakat, setiap keluarga untuk bisa mengeluarkan makanan atau nasi bungkus beserta lauknya sesuai dengan kemampuan. Nantinya makanan atau nasi tersebut dibagikan kepada seluruh pengunjung dan juga orang-orang yang tidak mampu yang sengaja datang dalam acara ini.18 Jadi jauh hari sebelum hari pelaksanaan semua persiapan teknis harus sudah selesai mulai dari pengisi suara, konsumsi dan lain sebagainya. Sebelum acara nyadran yang sebenarnya dilaksanakan, biasanya kurang lebih satu minggu sebelumnya warga datang ke makam untuk melakukan bebesik. Yang datang ke makam biasanya hanya laki-laki dengan membawa peralatan kebersihan seadanya, seperti sabit, cangkul, sekop, sapu dan lain sebagainya, untuk sekedar merapikan atau membersihkan makam leluhur mereka. Hal ini dilakukan agar pada waktu hari pelaksanaan lingkungan benar-benar dalam keadaan bersih dan rapi sehingga nyaman untuk disinggahi peziarah. Hal ini baik karena pada dasarnya Islam sendiri sangat menganjurkan kebersihan tidak terkecuali pada makam. 2. Hari Acara Pelaksanaan
18
Wawancara dengan Bapak Ketua RT pada Tanggal 10 Juni di RT 1 Dusun Sidodadi
59
Semua masyarakat Sidodadi baik laki-laki maupun perempuan, besar kecil semuanya hadir di musholla untuk melaksanakan suatu acara yaitu pembacaan dzikir, tahlil, untuk mendo’akan arwah orang - orang yang telah meninggal dunia agar amal kebaikannya diterima dan kesalahan atau khilafnya diampuni kemudian dilanjutkan dengan pengajian yang berisikan tentang ziarah kubur, birrulwalidain dan sebagainya. Kemudian acara dilanjutkan berziarah ke makam, setelah itu kembali lagi ke mushola dengan acara makan bersama. Dalam acara ini di sekitar mushalla warga setempat maupun orang dari luar yang ikut antri untuk mendapatkan makanan yang telah disiapkan oleh panitia. Makanan yang lengkap dengan lauk pauknya yang sudah dikumpulkan oleh warga, jadi tidak sedikit warga dari luar yang jauh-jauh datang hanya untuk mendapatkan makanan tersebut yang mereka yakini membawa berkah. Tapi juga ada yang memang karena tidak mampu dan hanya sekedar mendapatkan mkanan secara gratis. Jadi dalam acara nyadran ini telah tercakup semua hal yang dianjurkan islam dalam prosesi ziarah kubur seperti mendo’akan arwah yang telah meninggal, membacakan do’ado’a, membacakan al-quran dan juga sedekah. Semua nilai-nilai kebaikan tadi telah tercakup dalam pelaksanaan nyadran di dusun Sidodadi dan pahala semua kebaikan - kebaikan tadi diturunkan atau dihadiahkan bagi arwah leluhur yang telah meninggal. Bagi masyarakat semua itu dilaksanakan sebagai bentuk bakti mereka terhadap orang tua atau birrulwalidain yang memang sangat dianjurkan dalam agama.