BAB III PIET MONDRIAN, KARYA DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUK-PRODUK DI DUNIA
Sesuai dengan pendekatan penelitian sebagaimana yang dikemukakan pada Sub-Bab 1.7, guna memberikan gambaran atas data dan fakta historis secara deskriptif sebagaimana adanya, penulis banyak mengutip pendapat para ahli. Dan pada bab III mengenai biografi dan karya-karya seni Piet Mondrian ini, penulis terutama mengambil sumber kutipan dari buku Mondrian, karangan Editor Grange Books, penerbit Grange Books, Rochester, 2004 yang berisi tentang fase-fase kehidupan Mondrian serta teori dan praktek karya-karya seni lukisnya. Selain itu, penulis juga mengambil
beberapa
sumber
pelengkap
lainnya
dari
situs
internet
www.wikipedia.com/pietmondrian dan beberapa situs lainnya. Sementara dalam menguraikan dampak karya Piet Mondrian terhadap produk-produk di dunia, penulis mengambil sumber dari berbagai situs internet, seperti www.snap-dragon.com.
3.1
Piet Mondrian
3.1.1
Masa Pencarian Pieter Cornelis (Piet) Mondrian Jr lahir di kota Amersfoort, Belanda, pada
tanggal 7 Maret 1872. Ia merupakan anak kedua dari lima bersaudara pasangan Pieter Cornelis Mondriaan dan istrinya, Christina Kok. Ayahnya memperoleh gelar diploma dalam bidang menggambar, sastra Perancis dan menjadi kepala sekolah di sebuah sekolah di Amersfoort. Mondrian kecil mengasah bakatnya dalam bidang seni semenjak pamannya, Frits Mondrian sering mengunjungi keluarga kakaknya apabila ia sedang bekerja di sekitar area Winterswijk. Ia sering mengajak keponakan kecilnya itu mengelilingi kota Winterswijk dan Amsterdam untuk menggambar pemandangan di sekeliling sembari berjalan-jalan. Dari rutinitas inilah, Mondrian kecil belajar mengenai teknik-teknik menggambar yang diajarkan oleh pamannya, termasuk juga keahliannya dalam komposisi gambar. Namun, apabila membandingkan kedua karya antara Mondrian dan pamannya, terlihat perbedaan bahwa sang seniman muda
114
memiliki pengertian yang lebih mendalam mengenai letak ruang dan komposisi gambar dibandingkan pamannya.
Gambar 3.1 : Potret Mondrian dan Keluarganya Sumber:www.snap-dragon.com
Lahir dari keluarga yang sederhana, Mondrian tidak mampu untuk membayar uang untuk kuliah. Namun melihat bakat yang begitu besar, teman ayahnya pun bersedia membayar uang sekolah Mondrian untuk mempelajari seni di Amsterdam Academy of Fine Art. Ia memperoleh gelar sarjana pada usia 22 tahun. Setelah lulus, ia bekerja sebagai guru sekolah dasar, namun ia tetap melanjutkan kegemarannya melukis pemandangan dan menjual lukisan-lukisannya apabila ada yang berminat. Selama itulah Mondrian bereksplorasi pada berbagai macam gaya, ia sering melukiskan pemandangan sekitar tempat tinggalnya dan keindahan negeri Belanda seperti kincir angin, lapangan atau sungai. Ia terus mencari-cari apa yang dianggapnya cocok untuk dirinya, maka karena itu, ia mencoba berbagai macam gaya, mulai dari aliran pointilisme, hingga warna-warna berani dari aliran fauvisme.
Gambar 3.2 : Mondrian pada tahun 1899 Sumber: www.snap-dragon.com
115
Contoh lukisan-lukisan awal Mondrian tersebut dapat dilihat di The Hague Gemeentemuseum, seperti contohnya The Mill at Domburg (1909), lukisan yang menggambarkan kincir angin dan menggunakan warna-warna gelap, Dune dan Dune II (1909-1910) yang merupakan gambaran suatu lapangan dengan menggunakan warna-warna yang hanya terdiri dari kuning, biru, merah dan putih, meskipun lukisan ini bukanlah lukisan abstrak, namun inilah salah satu awal dimana Mondrian mulai menggunakan hanya warna-warna primer dalam lukisan. Selain itu, lukisan-lukisan awal Mondrian adalah The Red Tree (1908), The Mill (1907-1908), Windmill in the Sunlight (1911), yang umumnya merupakan gambaran sekitar yang ia lihat dan merupakan kebiasaan Mondrian sejak kecil bersama ayah atau pamannya untuk melukis pemandangan. Namun ketertarikan Mondrian dalam memilih aliran seni semakin lama semakin menjauh dan berbeda dari ayah dan pamannya.
Gambar 3.3 : The Red Tree (1908) www.artchive.com
Ia mulai jarang melukis lukisan beraliran realis dan beralih pada permainan warna yang merupakan cerminan gaya yang terpengaruh pada aliran Impressionis dan Post-Impressionis. Seperti yang dikatakan oleh Mondrian mengenai transisi yang ia alami dalam karya seninya bahwa ia telah memperbolehkan warna dan garis untuk menonjolkan dirinya agar menghasilkan suatu keindahan dengan kekuatan dan tanpa harus terlihat nyata atau realistis. Lewat abstraksi yang konsisten, Mondrian menyadari bahwa garis lurus memiliki kekuatan penekanan dibandingkan dengan garis yang melengkung, oleh karena itu dapat menggambarkan suatu konsep mengenai sesuatu yang besar atau banyak dibandingkan dengan objek natural.
116
Hal inilah yang mendorong Mondrian untuk meninggalkan Belanda dan pergi menuju Paris pada musim semi di tahun yang sama, tujuannya adalah untuk belajar langsung kepada sumbernya. Saat itu, ia banyak belajar dari teori-teori Picasso dan Braque mengenai Kubisme. Mondrian berusaha menekan kepadatan dan kekosongan subjek natural dan lebih memilih untuk mempertegas keseimbangan geometris yang datar. Elemen-elemen yang tergambar tidak terlihat seperti benda alam namun tetap samar-samar terlihat alami apabila dilihat dari bentuk dan warnanya. Mondrian tinggal di Paris selama dua tahun hingga pada tahun 1914 ia pulang ke Belanda karena ayahnya menderita sakit. Rencananya ia hanya akan berada disana selama kurang lebih dua minggu, namun pada saat yang sama, Perang Dunia I pecah yang mengakibatkan ditutupnya perbatasan Belanda hingga akhirnya Mondrian terjebak di kampung halamannya tersebut dan tak bisa kembali ke Perancis. Ia pun tinggal di Belanda hingga lima tahun berikutnya. Meskipun awalnya ia sempat mengalami depresi, namun kejadian ini justru membawa hikmah. Selama tahun 1914 hingga 1919, ia bertemu beberapa pelukis, pematung, perancang, arsitek, penulis dan berbagai macam seniman lainnya dan tinggal bersama komunitas seni Laren’s. Pada saat itulah, ia bertemu Theo van Doesburg, salah satu tokoh penting dalam memajukan karir Mondrian sebagai seniman ternama. Van Doesburg mengajak para seniman yang rela berkorban untuk ambisi pribadinya untuk membentuk semacam 'komunitas spiritual' dan komunitas tersebut kadang mengutarakan pendapatnya dalam suatu terbitan periodis yang diberi nama De Stijl ('Style). Ia menjuluki para seniman yang tergabung ke dalam komunitas tersebut sebagai seniman yang berasal dari “berbagai cabang seni plastis”. Para seniman tersebut berjanji untuk mencari prinsip logis dari karya seni masing-masing untuk kemudian dapat melebur dengan gaya sesama seniman koleganya agar tercipta suatu 66
"bahasa universal" dalam seni atau “gaya”.
Hasilnya, lahirlah suatu bentuk gaya artistik dan gaya hidup yang estestis. Pada 1917, Mondrian yang kala itu tengah menulis suatu publikasi mengenai komunitas De Stijl, berjudul “De Nieuwe Beelding in de Schilderkunst” (“The New Plastic in Painting”) yang diterbitkan dalam dua belas seri ini telah memiliki dasar teori yang kuat secara intelektual mengenai gayanya dalam berkesenian. Hal tersebut 66
Editor Grange Books, Mondrian, Grange Books, Rochester, 2004, hal. 10.
117
dapat terlihat pada lukisan yang ia buat selama tahun 1916 dan 1917 yang berjudul Composition in Line, Composition in Color A dan Composition in Color B, dimana ia untuk pertama kalinya berhasil memisahkan garis dengan warna sebagai elemen yang berbeda-beda yang terinspirasikan dari motif bagian depan gereja dan pemandangan lautan serta dermaga di kota Domburg. Namun perkataan Mondrian yang paling populer dan masih sering dikutip hingga sekarang adalah teori mengenai gaya berkeseniannya yang sebetulnya telah dikemukakan dalam suratnya kepada H.P Bremmer di tahun 1914 yang berkata sebagai berikut: "I construct lines and color combinations on a flat surface, in order to express general beauty with the utmost awareness. Nature (or, that which I see) inspires me, puts me, as with any painter, in an emotional state so that an urge comes about to make something, but I want to come as close as possible to the truth and abstract everything from that, until I reach the foundation (still just an external foundation!) of things… I believe it is possible that, through horizontal and vertical lines constructed with awareness, but not with calculation, led by high intuition, and brought to harmony and rhythm, these basic forms of beauty, supplemented if necessary by other direct lines or curves, can become a work of art, as 67 strong as it is true." "Saya menggabungkan garis dengan warna di atas sebuah bidang datar, agar mengekspresikan suatu keindahan secara umum dengan pandangan yang terdalam. Alam (atau, setidaknya yang saya lihat) menjadi inspirasi bagi saya, menempatkan saya, seperti halnya pelukis lain, pada suatu tingkat emosional yang membuat saya ingin membuat sesuatu, namun saya ingin mencapai sedekat mungkin pada kebenaran yang ada dan mengabstraksikan segalanya dari hal tersebut, hingga saya mencapai sebuah fondasi (meskipun hanya sebuah fondasi eksternal) pada hal-hal tersebut. Saya yakin betul bahwa, lewat garis-garis horizontal dan vertikal yang digambarkan dengan sebuah kesadaran, namun bukan dengan sebuah perhitungan, dilengkapi dengan instuisi yang tinggi, dan agar menghasilkan suatu harmoni dan ritme, bentuk-bentuk dasar dari keindahan ini, dilengkapi, apabila memungkinkan oleh garis-garis atau lengkungan lainnya, dapat menghasilkan suatu karya seni yang kuat, sekuat kebenarannya". Pernyataan di ataslah yang membuat Mondrian menyebutkan hasil karyakaryanya "komposisi". Sebutan tersebut diberikan dengan segala kesadarannya. Istilah ini berasal dari dunia musik, dimana Mondrian berusaha untuk mewujudkan kesenian yang tidak berhubungan lagi dengan dunia realitas, sesuai dengan aliran De Stijl yang ia anut. Ia mendapatkan faktor-faktor yang sangat esensial yaitu; garis 67
www.wikipedia.com/pietmondrian
118
horizontal dan vertikal serta warna-warna primer; yaitu merah, kuning, biru, hitam, putih dan abu-abu. Dalam keseimbangan antara garis vertikal dan horizontal, Mondrian memperoleh cita-cita keharmonisan yang jelas dan sempurna. Tidak satupun garis diagonal yang diperbolehkan untuk menganggu keharmonisan tersebut. Mondrian bekerja dengan segala intuisinya, tanpa perhitungan sama sekali dan hanya menggunakan perasaannya saja, cara kerja inilah yang disebutnya sebagai "Neo68
Plastisisme" .
Gambar 3.4 : Color Planes in Oval (1913-14) Sumber: www.artlex.com
Pada saat Perang Dunia I berakhir tahun 1919, Mondrian pun kembali ke Paris dan menemui berbagai macam seniman dengan aliran barunya masing-masing. Tergabung dalam komunitas seniman dengan inovasi artistiknya yang saling mengisi sebagai dampak pasca Perang Dunia di Paris, Mondrian berkembang dalam lingkungan dengan kebebasan intelektual yang memperkuat jiwanya untuk lebih berani menganut aliran seni abstrak murni yang akhirnya berdampak seumur hidupnya. Lukisan Composition in Color A dan Composition in Color B merupakan lukisan yang berhasil memperkenalkan dirinya pada komunitas seni dan masyarakat umum di Paris. Mondrian melanjutkan kegiatan melukisnya melalui berbagai tahap dimana ia menyatukan elemen warna dan garis ke dalam bidang seragam yang diwarnai warna-warna primer. Ia memisahkan bidang-bidang tersebut sehingga seakan melayang pada latar yang berwarna putih. Namun ia berkesimpulan bahwa efek ini masih terlalu alami. Ia pun kemudian menggabungkan bidang-bidang tersebut menjadi suatu jalinan yang 68
Ibid
119
membentuk suatu persegi panjang atau bentuk wajik. Ketika bidang-bidang tersebut telah terjalin, tahap selanjutnya adalah sang seniman memperbesar tiap bidang-bidang tersebut dengan ukuran yang bervariasi, kemudian mewarnainya dengan warna primer atau dengan warna seperti hitam, putih atau abu-abu. Ia pun menipiskan bidang-biang hitam untuk membuat mereka sejajar dengan bidang yang berwarna lain maupun yang tak berwarna. Bidang hitam tersebut berfungsi sebagai struktur yang menopang bidang lain dan sekaligus memberikan suatu kekhasan. Seperti halnya kanvas, persegi panjang atau bidang yang lebih kecil mewakili adanya suatu bentuk dan ruang. Warna bidang-bidang tersebut mewakili intensitas dan nilai alami, yang dibersihkan dan diubah kembali ke kondisi warna primer mereka, yaitu seperti merah, kuning dan biru atau kondisi nir-warna seperti hitam, abu-abu atau putih. Bidang hitam memiliki multifungsi. Selain sebagai fungsi nir-warna, hitam juga bersifat struktural, berurut dan aktif. Bidang hitam juga memberikan kekuatan bagi lukisannya dengan menciptakan garis pergerakan bagi mata. Meskipun
bagian-bagian
tersebut
penting,
Mondrian
selalu
ingin
menegaskan subordinasi terhadap keselarasan secara keseluruhan. Meskipun berbeda ukuran dan warna, mereka memiliki nilai atau ekuivalensi yang serupa dikarenakan sifat dasarnya. Jika proporsinya tepat, ketika area berwarna yang lebih kecil dipadukan dengan area nir-warna yang lebih besar, maka tetap akan tercipta keseimbangan atau ekuilibrium. Lukisan Composition yang dihasilkan pada tahun 1921 dapat menjadi contoh prinsip karya sang seniman. Dengan demikiran, tak akan terjadi kebingungan yang biasa terjadi sebagai akibat mundurnya ruang di belakang bingkai. Mondrian memasang kanvas dalam bingkai sehingga memproyeksikan ruang lukisan yang nyata. Oleh karena itu, menurut etika seni, dalam karya yang dihasilkan Mondrian, ia telah menciptakan "struktur baru" yang kontras dengan kehidupan, yaitu kepastian. Faktanya adalah meskipun lukisan Mondrian disebut nyata, tidak berarti 69
bahwa lukisan tersebut hanya bersifat material.
Sebenarnya Mondrian menghubungkan realitas hasil karyanya dengan suatu super realitas atau idealisme universal. Inilah dualisme utama Mondrian yang menggambarkan objek yang seolah tak hidup namun dianggap sebagai kehidupan itu sendiri bukan sebagai fragmen yang berkekurangan atau tidak lengkap, namun sebagai partikel yang terbatas yang dalam strukturnya memuat ketidakterbatasan. 69
Editor Grange Books, op cit, hal. 18
120
Dengan menciptakan partikel kehidupan ini, Mondrian tidak mengilustrasikan realitas atau keindahan murni. Ia membuat lukisan itu bagaikan suatu kenyataan. Dengan demikian ia telah menyajikan seni dalam bentuknya yang paling vital dan kehidupan itu sendiri dalam bentuknya yang paling padu. Seperti yang ia katakan mengenai inti dari pembuatan karya-karyanya, "What do I want to express with my work? Nothing else then that which every artists seeks; to achieve the harmony through the balance of the relationships between lines, colors and planes. But only in the clearest and 70 strongest way.” Secara ringkas, Mondrian menyebutkan bahwa; tidak ada maksud tertentu yang ingin ia sampaikan melalui karya-karyanya, melainkan hanyalah untuk mencapai suatu harmoni melalui keseimbangan dalam hubungan antara garis-garis, warna dan bidang. Namun dengan cara yang paling jelas dan paling kuat.
3.1.2
1925-1940 Sekembalinya Mondrian ke Paris dari Belanda pada tahun 1919, ia telah
mengerjakan beberapa karya "Neo-Plastic". Setelah ia menemukan ciri visual untuk realitas barusnya, variasi yang bisa dihasilkan seakan tak terbatas. Mondrian telah membuktikan bahwa ia dapat mempertahankan integritas kanvas hanya dengan menggunakan beberapa elemen. Setidaknya sekali, dalam karyanya, Composition with Yellow Lines, pada tahun 1933, ia mengurangi elemen yang digunakan menjadi hanya empat bidang linear dengan satu warna, yaitu kuning. Dalam karya ini, Mondrian memutar kanvas berbentuk kotak sebanyak 45 derajat yang kemudian menjadi suatu bentuk diagonal. Pertama kalinya ia menggunakan bentuk "diamond" atau "Lozenge" ini pada tahun 1918 dan 1919 dimana ia ingin menciptakan kontras antara format eksternal dengan elemen internal. Karya Mondrian yang serupa yang cukup dikenal yaitu Schilderij No. 1: Lozenge With Two Lines and Blue pada tahun 1926, yang juga dikenal sebagai Composition in Blue dan Composition in White and Blue yang hingga kini dipajang di Philadelphia Museum of Art.
70
Ruhrberg, Karl , ART of the 20th Century, Taschen., Koln, 2005 hal. 170
121
Gambar 3.5 : Composition in Blue (1935) Sumber: www.google.com
Namun, lukisan "Neo Plastic" tersebut dianggap terlalu ekstrem oleh masyarakat Perancis kala itu, hingga Mondrian pun tidak pernah diundang untuk mengadakan pameran tunggal. Karyanya juga tidak pernah dijadikan koleksi di Perancis, paling tidak sebelum ia meninggal. Meskipun Paris adalah pusat seni internasional, masyarakat sana tidak mau menerima karya abstrak murni. Keadaan inilah yang membuat para seniman abstrak mendukung sesamanya dan membentuk grup Cercle et Carle, pada akhir tahun 1920an, yang diikuti oleh pembentukan grup Abstraction-Creation di awal tahun 1930an. Kala itu, Mondrian sudah termasuk generasi yang lebih senior sekembalinya ia ke Paris dan oleh karena itu, ia tidak ingin tergabung dengan kumpulan seniman muda. Meskipun demikian, reputasi Mondrian telah dikenal luas di kalangan mereka. Para sneiman muda tersebut kadang mengunjungi studionya, Mondrian bukanlah pribadi yang mudah membuka diri pada orang lain, namun ia juga tak sepenuhnya hidup terasing. Dari tahun 1921 sampai dengan tahun 1936, Mondrian menetap di suatu gedung di Rue du Depart, suatu jalanan yang sejajar dengan bagian timur daerah Gare Montparnasse. Mondrian berpendirian bahwa seniman masa kini harus menunjukkan preferensinya terhadap seni yang digeluti dalam segala hal, termasuk dalam hal penataan studio, ia menambahkan juga, segala hal harus memberikan kontribusi terhadap keselarasan, meskipun pada saat itu ia terjebak dalam kondisi ekonomi yang menghimpit sehingga studio yang ia sewa sangatlah kecil, namun haruslah ia tata dan menciptakan adanya cahaya dan kebersihan. Hubungan Mondrian dengan Theo van Doesburg pun masih berlanjut sejak mereka pertama bertemu di Belanda selama Perang Dunia I. Sejak pertengahan hingga akhir tahun 1920an, Van Doesburg beserta istri keduanya, Nelly kadang
122
menghabiskan waktu bersama Mondrian. Menurut Nelly, sebagai seorang individu, Mondrian adalah orang yang sangat asertif, jauh melebihi apa yang sering digambarkan orang, kadang ia sangat tenang, Nelly juga merasa bahwa adalah suatu tragedi dimana Mondrian tidak pernah menikah. Mondrian meninggalkan Paris pada 21 September 1938 untuk kemudian hijrah ke London, Inggris karena perang mulai mengancam Perancis. Sangat menyakitkan bagi seorang seniman untuk meninggalkan kota yang amat dicintainya. Mondrian kemudian menetap di suatu kamar di lantai pertama gedung berlantai tiga yang letaknya bersebelahan dengan persimpangan Parkhill Road. Seniman lain yang tinggal di sekitar daerah tersebut adalah Naum, Gabo, Marcel Breuer, Walter Gropius, Herbert Read, Roland Penrose, Paul Nash, Adrian Stokes, John Summerson, Cecil Stephenson dan keluarganya.
Gambar 3.6 : Kediaman Mondrian di Parkhill Road, London Sumber: www.snap-dragon.com
Kehadiran para seniman tersebut memberi fokus dan meningkatkan energi para seniman lokal. Kebanyakan seniman memperlakukan Mondrian dengan hormat dan sangat protektif namun ada juga yang merasa kasihan dan menganggap remeh. Ketika Mondrian mulai melukis di London, ia memfokuskan diri untuk menerukan karya yang telah dimulainya di Perancis. Lukisan yang dihasilkan di Inggris tidak terlalu diperhatikan, namun seorang bernama Lawrence Alloway yang melihat lukisan Mondrian tergantung di suatu pameran di galeri Whitechapel pada tahun 1955 mendeskripsikan karya-karya Mondrian yang dibuat setelah tahun 1937 sebagai sesuatu yang memiliki detil yang luar biasa sebagai multiplikasi garis dan area warna yang menyusut. Beberapa kolektor membeli karya Mondrian, namun kebanyakan lebih memilih karya yang ia hasilkan di Paris dibandingkan yang ia buat di London. Meskipun Mondrian terus melukis di London, ia kemudian menulis surat kepada 123
seorang temannya bahwa terlalu sulit baginya untuk berkarya di London. Sang seniman akhirnya berhenti berkarya pada bulan Juni 1940. Hasrat Mondrian untuk pergi ke Amerika telah lama terpendam. Ia telah mengidamkan hal ini sejak pertengahan tahun 1920an ketika ia mulai menjual karyanya kepada seorang warga Amerika di Paris kala itu. Kolektor Amerika pertama tersebut adalah Katherine Dreier, ia membeli lukisan Mondrian pada tahun 1926. Bersama dengan Marcel Duchamp dan Man Ray, Dreier mendirikan Societe Anonyme Di New York sebagai suatu organisasi internasional yang bertujuan mempromosikan studi terhadap Progressive Art di Amerika. Dibawah dukungan Societe Anonyme, Dreier mempersembahkan pameran besar pertama karya seni modern di Amerika semenjak Armory Show. Pameran tersebut diadakan di Brooklyn Museum pada tahun 1926, dimana Dreier mengunjungi studio Mondrian dan menampilkan salah satu karya bentuk wajik yang berjudul Painting I yang ia buat pada tahun yang sama. Pernyataan Dreier terhadap karya Mondrian dalam katalognya terasa sangat berlebihan saat itu, ia menulis; ada tiga seniman besar yang telah dihasilkan negeri Belanda, yang dengan semangat dan kepribadian mereka, telah sukses menghasilkan karya besar meskipun dalam keadaan negaranya yang tidak baik.
Gambar 3.7 : Painting I (1926) Sumber: Editor Grange Books, Mondrian, Grange Books, Rochester, 2004
Mereka adalah Rembrandt, Van Gogh
dan Mondrian. Pameran yang
diadakan Dreier ini terbukti lebih produktif dari apa yang telah diperkirakan sebelumnya. Dreier banyak memperkenalkan seniman Amerika termasuk Mondrian yang pengaruhnya sangat terasa pada seniman muda Amerika. Beberapa seniman yang hidup dalam pengungsian dan lari ke Amerika diantaranya adalah Ozenfant, Chagall, Tanguy, Dali, Berman, Tchelitchew, Seligman, Hoffman dan Grosz.
124
Mondrian sendiri datang pada bulan Oktober dan Leger pada bulan Desember tahun 1940. Max Ernst dan Andre Masson pada tahun 1941, begitu pula dengan Breton, Lipchitz, Matta dan Zadkine yang semuanya datang ke Amerika untuk mencari kehidupan yang baru. Pada saat itu, Miro, Gabo dan Feininger telah menetap di Amerika, baik seniman yang datang maupun yang menyambut mereka belum menyadari dampak yang akan ditimbulkan terhadap karya masing-masing. Hal ini berlaku bagi Mondrian dimana ia memiliki kontribusi yang cukup signifikan terhadap arsitektur dan desain. Namun, dampak yang lebih mendalam atas karyanya akan sangat terasa pada perkembangan seni murni. Meskipun tidak seiring dengan trend yang sedang berlangsung kala itu dan tanpa kohesi, beberapa seniman Amerika mulai berpaling ke aliran abstrak pada tahun 1920an dan 1930an. Namun mereka tidak mendapat banyak sambutan dan tampat untuk memamerkan karya mereka. Para seniman abstrak tersebut itu pun merasa kecewa ketika karya mereka ditolak untuk ditampilkan dalam pameran di tahun 1935 dan 1936 yang diadakan di Whitney Museum dan Museum of Modern Art, meskipun mungkin karya mereka tak akan cocok dengan konteks kuratorial kedua museum tersebut. Sebagai akibatnya, para seniman ini akhirnya mendirikan American Abstract Artists (AAA). Tanpa ketertarikan publik, para anggota kelompok ini harus mendukung sesamanya dan membagi rata pengeluaran serta pemasukan organisasi tersebut. Untuk meningkatkan pemahaman umum dan juga untuk membentuk suatu forum, para seniman ini menyunting suatu terbitan yang berisi esai dari beberapa seniman. Para seniman tersebut kemuadian mengirimkan hasil suntingan tersebut ke Mondrian. Mondrian kemudian mengirimkan ucapan selamat yang ditulis pada tanggal 22 Maret 1938, yang isinya menyatakan bahwa merupakan suatu kebahagiaan yang luar biasa, "une grande joie" dalam bahasa Perancisnya, melihat aktifitas mereka dan mengharap mereka untuk terus melakukan kegiatan tersebut, "la force necessaire a continuer". Pada pertemuan AAA pada bulan November 1940, para seniman abstrak tersebut mengundang Leger dan Mondrian yang telah berada di New York untuk bergabung. Mondrian menjawab undangan tersebut dalam bahasa Inggris pada tanggal 3 Januari 1941, ia menyatakan kesediaannya untuk bergabung dan akan mengirim beberapa karyanya pada pameran selanjutnya. Kedatangan Mondrian disebabkan oleh serangan bom yang terjadi di London pada bulan Agustus 1940. Setelah pengeboman tersebut terjadi, Holtzman 125
mengundang Mondrian ke Amerika dan berkata bahwa sudah saatnya Mondrian agar pindah ke Amerika. Holtzman berujar bahwa pengacaranya sudah mensiasati penerbangan yang bisa digunakan Mondrian untuk datang ke Amerika, namun Mondrian tidak ingin terbang, ia datang menggunakan kapal laut yang dijaga oleh tentara. Ia selalu menggunakan rompi keselamatannya selama perjalanan dan tak pernah melepaskan pakaiannya. Perjalanan tersebut memakan waktu satu bulan dan ketika Holtzman menjemputnya, Mondrian merasa sangat lelah. Malamnya Holtzman mengajak Mondrian makan malam. Holtzman berkata bahwa ia takkan pernah lupa saat Mondrian berada di rumahnya. Mondrian adalah penggemar berat Jazz namun ia tak pernah mendengar dansa Boogie-Woogie yang saat itu masih terbilang baru. Holtzman memiliki perlengkapan audio baru yang cukup lengkap. Mondrian sangat menikmati musik tersebut dan terus menerus memujinya.
3.1.3
New York 1940-1944 Mondrian akhirnya tiba di New York pada tanggal 3 Oktober 1940. Saat itu
ia telah berusia 68 tahun. Butuh waktu baginya untuk beradaptasi dengan kehidupan barunya. Pada beberapa minggu pertama sejak kedatangannya, ia sempat mengalami depresi oleh karena kesulitan untuk beradaptasi. Ketika kesehatan dan tenaganya pulih, ia mulai berkeliling kota New York dengan bantuan teman-teman barunya. Ia juga menjalin kembali hubungan telah lama terjalin sejak di Eropa. Dari perkumpulan Abstraction Creation di Paris, Mondrian mengenal Carl Holty yang juga telah menetap di Amerika. Para seniman anggota AAA merasa sangat dekat dengannya. Pada pertemuan AAA tanggal 24 Januari 1941, Leger dan Mondrian tergabung dengan perkumpulan tersebut. Rupanya Mondrian telah memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap para seniman abstrak tersebut. Para seniman muda tersebut pun mengagumi rasa kemanusiaan Mondrian yang ditunjukkannya dengan memberikan kontribusi berupa sumbangan kepada AAA (meskipun hanya senilai 4 dollar per tahun, namun hal tersebut masih lebih baik dibandingkan Leger yang tidak memberikan sepeserpun). Holty pernah berkata bahwa Mondrian adalah seorang pengungsi yang tidak ingin merasa murung, dengan kata lain ia adalah seorang yang bijaksana dan murah hati. Tanpa disadari, Holty dan anggota AAA lainnya telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan berkreasi Mondrian selama ia berada di New York dan seterusnya.
126
Mondrian telah menyadari bahwa garis-garis yang ia tambahkan pada karyanya selama di Inggris memberi kesan "hidup" dan mengimplikasikan adanya pergerakan pada lukisannya. Hal ini dikarenakan mata yang melihat lukisannya mengikuti arah garis dalam lukisannya dan memberi respon terhadap "kerlipan optis" yang terasa muncul pada persilangan setiap garis tersebut. Mondrian juga berpikir jika warna lain ditambahkan pada lukisan tersebut mungkin akan dapat memperhalus garis-garis hitam dan meningkatkan vitalitas lukisan tersebut. Holty juga menambahkan ketika Mondrian mulai bermain dengan warna lain selalin warna hitam, ia merasa warna hitam mengganggu keseimbangan lukisan tersebut, sehingga ia memutuskan untuk tidak memakainya lagi. Akan sangat sulit bagi Mondrian untuk sepenuhnya beralih ke warna, namun untungnya Holty dan seniman lainnya menginformasikan tentang Denison Scotch Tape (selotip kertas) yang diproduksi dalam warna-warna primer. Melukis, selama di Eropa, bagi Mondrian merupakan suatu proses yang amat sulit dan lambat. Dengan mengganti warna hitam, ia harus menggunakan penghapus cat (paint remover) untuk kemudian membangun kembali permukaan lukisan tersebut. Pada saat di London, Mondrian menambahkan warna hitam pada lukisan yang dibuatnya di Paris dan terus menambahkannya pada lukisannya di New York. Salah satu contoh lukisan yang ia rampungkan di ketiga kota tersebut (London, Paris dan New York) adalah lukisan yang berjudul Composition in Red, Yellow and Blue, yang ia kerjakan selama tahun 1939 sampai dengan tahun 1942.
Gambar 3.8 : Composition with Red. Yellow and Blue (1939-1942) Sumber: Ibid
Penambahan bidang warna, yang untuk pertama kalinya tidak dibatasi oleh warna hitam, yang menyatukan garis yang satu dengan yang lainnya dan juga pada bingkai, terinspirasi dari cahaya kota New York yang kerap dijuluki the city that
127
never sleeps, karena cahayannya yang berkerlap kerlip dari gedung-gedung pencakar langit sepanjang hari itu. Ketika itu, Mondrian mulai menyangsikan fungsi warna hitam. Ia menganggapnya sebagai suatu yang tidak perlu dan tidak berhasrat untuk digunakan lagi. Mondrian memuji pewarnaan yang dilakukan Holty ketika ia mengunjungi studionya di Master Institute. Sebagai seorang yang lebih teoretis daripada Holty, Mondrian terkagum oleh kecerdasan seniman muda tersebut sebagai pewarna natural dan akhirnya, Mondrian pun mulai memberi warna pada karyanya. Mondrian kini dapat membuat karyanya dengan lebih murah, meskipun pada proses akhir penyelesaian lukisan New York City, dengan menambahkan selotip dirasa tetap menyulitkan. Namun penggunaan selotip tersebut memungkinkannya untuk bekerja dengan menggunakan intuisi dan kecermatan mata. Pada bulan Desember 1941, mulai terlihat pentingnya peran seniman yang "mengungsi" ini setelah ia dipublikasi majalah Fortune, yang menampilkan profil 12 seniman "pengungsi" lainnya beserta karyanya yang juga menggaris bawahi pengaruh mereka terhadap seni komersial. Composition in Black, White, and Red yang diciptakan tahun 1936, ditampilkan pada artikel selanjutnya tentang Mondrian. Dibawah lukisan tersebut di majalah, ditulis bahwa Mondrian dijuluki sebagai “senimannya para arsitek” yang telah memberi pengaruh terhadap tipografi, layout, arsitektur dan disain industri. Pengaruh Mondrian terlihat dimana-mana; buku, majalah, poster, simbol perusahaan, linoleum, di kantor-kantor bahkan pada taplak meja. Artikel tersebut ditutup dengan satu halaman yang dirancang menyerupai salah satu karyanya yang terkenal. Salah satu peristiwa penting tahun-tahun awal Mondrian tiba di New York pada bulan Januari 1942, dimana diadakan pameran tunggal atas karyanya di Valentine Dudensing's Gallery. Pada beberapa ulasan tentang pameran tersebut, salah salah satu lukisan yang berjudul Boogie-Woogie adalah satu-satunya lukisan yang secara spesifik menarik perhatian publik. Mondrian juga mengecewakan beberapa tamu yang datang khusus hanya untuk bertemu dengannya. Mondrian tidak hadir karena ia pernah dinformasikan bahwa seniman biasanya tidak hadir pada pembukaan pamerannya sendiri. Menurut Holtzman, Mondrian sering menjadi kambing hitam para seniman surealis di dunia seni Paris yang kejam. Para seniman yang datang ke New York (termasuk diantaranya adalah Breton) menyukai Mondrian setelah bertemu dengannya, namun sebagaimana diutarakan Janis, mereka tidak tertarik pada karyanya. Setelah beberapa tahun, para seniman tersebut berubah pikiran. Mereka mulai menganggap Mondrian sebagai salah satu dari mereka karena ia sangat 128
terobsesi dengan karyanya sendiri. Mondrian sendiri pernah berkata dalam suatu wawancara bahwa ia merasa dekat dengan aliran surealis, kecuali dengan kesustraannya. Kadang Mondrian mmemberikan pendapat yang “negatif” terhadap seni kontemporer dengan mengatakan bahwa karya Picasso masih terlalu piktorial. Namun Mondrian tetap bersikap baik pada seniman-seniman muda. Jimmy Earnst pernah Mondrian memuji karya Jackson Pollock sebagai sesuatu yang menarik dan tak biasa. Mondrian memuji kealamian dan kesederhanaanya. Meskipun kadang rendah diri, Mondrian sangat menyadari akan kehebatannya sendiri. Para wartawan kerap kali mengomentari kebiasaan dan tindakannya yang aneh. Bagi temantemannya, Mondrian dikenal sebagai pribadi yang tidak terlalu suka mengikuti aturan. Sebagai seorang yang berjiwa bebas, dia juga dianggap lebih bermoral daripada orang kebanyakan. Mondrian tidak menyukai sifat seniman yang terlalu ramah, ia kadang suka menyembunyikan sifat buruknya yaitu minum kopi. Ketika ditanya kenapa ia tak pernah menikah, Mondrian menjawab bahwa ia tak pernah berpikir sejauh itu karena terlalu sibuk berkarya. Meskipun demikian, banyak wanita yang memujanya dan sering mengajaknya berdansa pada acara-acara dansa yang ia hadiri. Mondrian digambarkan sebagai seorang yang sangat ahli dalam berdansa. Hasrat Mondrian dalam berdansa dapat dikaitkan dengan kesukaannya terhadap musik Jazz. Ia sangat menyukai musik Boogie-Woogie. Ia percaya bahwa jenis musik tersebut adalah jenis musik Jazz yang paling teknis dan yang paling tidak melodis. Olehnya, jenis musik Boogie-Woogie dalam Jazz disejajarkan dengan seni abstrak jika dibandingkan dengan dunia seni secara keseluruhan. Pada tahun 1941, Mondrian mulai memasukkan unsur-unsur musik Jazz ke dalam karyanya. Setelah pamerannya di Dudensing's pada tahun 1942, ia terus menciptakan komposisi dengan garis berwarna. Mondrian menyadari bahwa ia harus mengatasi efek spasial yang diakibatkan oleh garis-garis warna yang saling tumpang tindih dan kerlipan optis yang terlihat pada persilangan garis-garis tersebut. Setelah menyadarinya, ia mulai menempelkan potongan selotip yang berbeda warna pada tiap persilangan garis tersebut dan pada garis yang telah diselotip tersebut secara berjarak. Ketika Mondrian melepaskan potongan selotip tersebut,ia memberi warna biru, merah dan abu-abu pada bentuk bujur sangkar yang dibatasi selotip tersebut. Selain itu, ia pun mengganti garis yang sebelumnya tertutup oleh selotip dan berada diantara bentuk-bentuk bujur sangkar tersebut dengan warna kuning. Dalam lukisan yang diberi nama Broadway Boogie-Woogie, ia semakin mendekati jenis lukisan yang 129
diidamkannya. Mondrian menciptakan komposisi yang terinspirasi dari semangat abstraksi murni yang ia anggap sebagai sumber Jazz Boogie-Woogie. Lukisan berjudul Broadway Boogie-Woogie tersebut pun akhirnya dibeli oleh Museum of Modern Art, New York pada bulan Mei tahun 1943.
Gambar 3.9 : Broadway Boogie Woogie (1942-1943) Sumber: Ibid
Gambar 3.10 : Potret Mondrian saat merampungkan Broadway Boogie-Woogie Sumber: Ibid
Pada tahun itu pula, ia menyatakan pengakuan langka yang diutarakan pada wawancara dengan majalah Knickerbocker Weekly. Ia mengatakan, "Saya senang hasil karya saya telah menghasilkan banyak uang sehingga saya dapat hidup sendiri. Saya telah memiliki kehidupan yang membahagiakan, karena karya-karya saya. Namun, melukis perasaan atau mengungkapkan apa yang dirasakan itu sulit. Hal tersebut merupakan suatu perjuangan yang berat. Saya tahu bahwa akan sangat menyiksa jika saya tak ungkapkan hal tersebut di atas kanvas. Saya tak pernah merasa bebas, selalu ada saja perasaan tertekan dalam diri saya ketika suatu lukisan selesai. Saya merasa puas untuk sementara namun kemudian tekanan itu muncul". Mondrian mungkin merasa tertekan oleh usahanya, namun ia juga merasa terpuaskan. Semua teman dekatnya dapat merasakan hal tersebut dengan melihat
130
karya terakhirnya yang diberi nama Victory Boggie Woogie. Judul tersebut memiliki arti yang sangat dalam. Kata “Victory”, yang berarti kemenangan, memang sering terdengar, namun bagi Mondrian, kata tersebut memiliki arti tersendiri. Setiap publikasi Knickerbocker Weekly memuat artikel tentang kekejaman Nazi dan penderitaan yang dialami rekan sebangsanya. Artikel-artikel tersebut sering disisipi janji kemenangan pasukan sekutu. "Kemenangan" dalam sisi itulah yang dimaksud Mondrian dalam pengertian tersendirinya itu.
Gambar 3.11 : Victory Boogie-Woogie (1943-1944) Sumber: Ibid
Pada akhir Januari 1944, Mondrian menderita pneumonia akut yang disebabkan komplikasi penyakit pernafasan, flu, kelelahan dan ketidakinginan beliau untuk menrepotkan siapapun. Mondrian akhirnya meninggal dunia pada pukul lima, hari Selasa pagi tanggal 1 Februari 1944, pada usia 72 tahun. Pengacaranya menyampaikan warisannya yang sederhana. Dalam warisannya, ia mewariskan sahabatnya, Holtzman seluruh harta miliknya. Hal tersebut dibantah Dudensing yang mengklaim lukisan terakhir Mondrian yang belum rampung sebagai miliknya. Mondrian tampaknya telah menjanjikan lukisan tersebut pada Dudensing karena Dudensing tidak menerima komisi apapun dari Broadway Boogie-Woogie. Holtzman tidak menyangsikan pernyataan Dudensing dengan pertimbangan hanya Dudensinglah orang yang bersedia menggelar pameran tunggal Mondrian.
131
Gambar 3.12 : Makam Mondrian di Cypress Hill Cemetery, New York Sumber: www.snap-dragon.com
Sempat terjadi pembicaraan saat itu untuk menentukan jenis upacara pemakaman apa yang harus dilakukan untuk Mondrian, yang tak memiliki afiliasi agama apapun. Akhirnya diputuskan untuk mengadakan upacara formal, karena, seperti yang Holty ucapkan, “Sang Maestro sangat menyukai keteraturan dan formalitas, oleh karena itu ia pasti suka upacara formal”. Lebih dari 200 orang menghadiri pemakamannya. Termasuk diantaranya Fernand Leger, Marc Chagall, Max Ernst, Marcel Duchamp dan Calder. Holtzman yang mendapat seluruh warisan tetap membuka studio milik Mondrian sesaat setelah kematiannya. Ini dilakukan agar seniman lain dapat melihat apa yang telah dilakukan Mondrian terhadap studio New Yorknya yang kedua. Mondrian telah menyatukan studio apartemennya sebagaiman paradigma yang selalu dianutnya bahwa seni masuk ke dalam kehidupan itu sendiri. Kehampaan dan keluasan ruangan studio tersebut tak terganggu benda apapun kecuali penyangga kanvas diujung ruangan. Pada penyangga kanvas tersebut, masih tertinggal karya besar terakhirnya yang belum rampung, Victory Boogie-Woogie.
3.2
Teori dan Praktik Karya Mondrian Teori Mondrian tentang komposisi lebih dari sekedar komposisi gambar. Ia
menganggap dirinya sebagai utusan Tuhan yang datang untuk membebaskan seniman dari belenggu mereka. Baginya, tempat terbaik untuk mempropagandakan ajaran tersebut adalah di Amerika. Di negara inilah kebebasan sangat dihargai, baik dalam bidang seni maupun kehidupan. Hal tersebut bukan karena seniman Amerika lebih mengerti dirinya dibandingkan seniman-seniman Eropa, namun karena di Amerika para seniman tak dibatasi oleh tradisi dan tak bertumpu pada batasan dari masyarakat seperti rasa hormat. Mondrian ingin menyampaikan, khususnya di Amerika, bahwa
132
jika ia gagal membujuk seniman Amerika untuk berkarya, paling tidak ia dapat membangun rasa percaya diri mereka. Menurut logika Mondrian, para seniman abstrak Amerika bahkan tidak seabstrak perkiraan mereka. Ini disebabkan karena, meskipun bentuk yang mereka buat terbebas dari kekangan aliran sintetis kubisme atau surealis, bentuk-bentuk tersebut masih terlalu natural, yaitu masih tidak murni warnanya (karena bukan warna-warna primer). Menurut Mondrian, karya mereka belum teresolusi sepenuhnya. Meskipun bentuk yang dihasilkan seniman Amerika itu bisa disebut abstrak, dasar karya mereka bukanlah abstrak. Karya mereka masih menghasilkan efek ruang mundur ke bagian belakang bingkai. Oleh karena itu komposisi bentuk dan ruang yang dihasilkan tidak beraturan. Pada majalah Circle tahun 1937, yang dipublikasikan setahun sebelum ia pindah ke London dari Paris, ia menulis tentang kreasi langsung keindahan universal. Terinspirasi oleh hasrat untuk memperjelas ide sekaligus untuk mengatasi ketidakpahaman publik atas karyanya, Mondrian menuliskan penjelasan aplikasi teorinya dalam suatu tulisan yang diberi judul “A New Realism” yang ia buat untuk pidato yang diberikannya di Nierendorf Gallery pada bulan Januari 1942. Kembali ia menolak anggapan bahwa seni merupakan ekspresi atas ruang. Ini karena ia berpendapat bahwa seni tak mewakili kehidupan, tetapi hanya menampungnya. Oleh karena itu dalam seni, ruang harus dikontrol secara plastis dengan cara mengurangi efek tiga dimensi suatu ruang untuk dikonformasikan dengan kanvas yang bersifat dua dimensi. Bentuk persegi panjang yang diwakili dalam sistem bentuk dan warnanya, telah ia lemahkan efeknya sehingga sampai pada kondisinya yang paling murni. Meskipun demikian, Mondrian tidak dapat mengasingkan bentuk-bentuk tersebut atau membiarkannya tanpa dibatasi oleh garis, karena nantinya bentuk persegi panjang tersebut akan menjadi suatu entitas. Dengan mempertahankan penempatan vertikal-horizontal mereka dan membatasi bentuk tersebut dengan garis pembatas ruang, Mondrian menjadikan bentuk persegi panjang tersebut seimbang dengan area nir-warna atau “ruang” yang mana telah ia jadikan bentuk persegi panjang pula dalam persilangan garis-garis tersebut. Semua entitas yang saling bersinggungan tersebut akan sepadan dengan area yang ada sehingga mengesankan “kesatuan bentuk dan ruang”. Naum Gabo merujuk ide Mondrian yang diungkapkannya pada wawancara pada tahun 1966, dimana ia berkata, “Mondrian
133
anti terhadap ruang. Idenya sangat jelas. Mondrian berpendapat bahwa suatu lukisan seharusnya datar, dan warna tak boleh menunjukkan adanya ruang. Hal tersebut merupakan prinsip utama aliran Neoplastis. Jelas terlihat dari penjelasan di atas bahwa sang maestro percaya, bahwa suatu permukaan dapat terlihat datar jika lukisan tersebut dibuat dengan cermat, yaitu dengan cara menerapkan cat secara berulang sehingga permukaan yang dihasilkan akan menarik dan objektif. Holty beranggapan bahwa cara Mondrian melukis membedakan hasil karyanya dengan pelukis lain. Ia tetap dapat memperoleh hasil yang sangat tradisional dan pribadi meskipun ia tak berusaha keras dalam pelaksanaannya. Dalam lukisannya ia tak hanya menebalkan bagian yang berwarna putih, namun ia juga terus menerus menimpa bidang tersebut dengan warna putih agar tercipta intensitas selain juga untuk mengurangi pengaruh warna hitam. Jika hal ini tak dilakukan ia khawatir warna hitam akan terasa sangat dominan. Pada tahun-tahun berikutnya, meskipun para kritikus sering menggambarkan hasil karyanya sebagai suatu “grid”, ia tak pernah mau menggunakan istilah tersebut. Namun mereka setuju bahwa warna hitam haruslah menjadi bagian yang diperlemah. Ketika ia menyelesaikan proses lukisannya, ruang berwarna putih terlihat seperti terpapar
dipermukaan
kanvas
dengan
bergelimang
cahaya.
Ketika
terjadi
“ketegangan” antara bidang-bidang yang berbeda ukuran dan ketebalan tersebut, permukaan kanvas terasa kacau meskipun akhirnya tercipta keseimbangan. Mondrian baru dapat melihat bahwa bidang berwarna tidak menyatu sebagaimana layaknya bidang hitam setelah ia mulai berpikir secara pragmatis atau visual. Ia melihat bidang berwarna itu jika disatukan seakan bergerak ke atas atau ke bawah masing-masing bidang. Pada saat itu ia menyadari bahwa ia telah menghadirkan ruang dalam lukisannya sehingga tercipta ketidakserasian. Ia berkesimpulan bahwa keseimbangan antara struktur dan makna dengan ruangan sudah tiada. Seperti terlihat di lukisan Broadway Boogie-Woogie, solusi Mondrian untuk masalah tersebut di atas adalah dengan cara meletakkan garis-garis tersebut ke kanvas dengan cara melukis bujur sangkar dengan warna yang kontras pada persilangan garis-garis tersebut. Mondrian kemudian melukis bujur sangkar lainnya dalam suatu garis diantara satu persilangan dengan yang lainnya dengan warna-warna yang berbeda untuk menjaga kesan bahwa bujur sangkar yang dilukiskan pada persilangan garis dapat terus berfungsi sebagai pemakna lukisan tersebut.
134
Holty menyatakan bahwa sang maestro masih tidak puas dengan lukisan Broadway Boogie-Woogie ketika sudah selesai. Setelah melihat lukisannya dipajang di Museum of Modern Art, ia merasa efek lukisan itu diperlemah oleh banyaknya jumlah warna kuning. Warna yang ia gunakan terasa lebih jelas dan menciptakan ciri khas tersendiri ketika dipajang di studionya daripada di Museum yang memiliki ruangan yang lebih besar. Sebelum ia meninggal, Mondrian pernah berkata tentang perjuangan berat yang terus berlangsung untuk mencapai tujuannya. Meskipun nasibnya sama dengan pelukis jenius lainnya, yang meninggal sebelum karyanya dipahami seutuhnya, ide sang seniman sampai dengan pada saat-saat terakhirnya, sangat dihargai di Amerika. Sangatlah pantas baginya untuk dimakamkan di Amerika, Negara pilihannya, karena di sanalah ia mencapai klimaks untuk karya-karyanya, meskipun ia tak merampungkannya.
3.3
Generasi Penerus Mondrian Meskipun Mondrian telah tiada selama lebih dari setengah abad, namun
karya-karyanya
membawakan
pengaruh
yang
cukup
signifikan
terhadap
perkembangan dunia kesenian, baik dalam seni murni maupun seni terapan, seperti arsitektur dan mode. Bahkan pada bidang pendidikan pun, karya Mondrian digunakan untuk mengajarkan matematika dan geometri yang digabungkan dengan pelajaran seni. Berikut adalah penjelasan pengaruh-pengaruh karya Mondrian hingga saat ini dalam berbagai bidang.
3.3.1
Bidang Seni Murni Seperti halnya Mondrian, para penerusnya percaya bahwa pencermatan
terhadap suatu logika sama pentingnya dalam seni seperti dalam bidang lainnya. Hal tersebut juga harus didasarkan pada parameter yang dibuat oleh mereka yang mencermati. Meskipun Mondrian percaya akan adanya kesamaan "alat ekspresi", lukisan Mondrian sangat tidak biasa dan bisa dengan jelas dibedakan dari karya penerusnya. Meskipun demikian, para seniman penerus tersebut tak ingin mengikuti gaya Mondrian dan lebih memilih bekerja dalam lingkup "logika gaya Mondrian". Mereka cenderung lebih suka mengadakan pameran daripada membahas teori. Pemahaman sahabat Mondrian, Holtzman atas ide sang maestro dan prinsip para senior lainnya terefleksi dalam pernyataannya yang tercantum dalam publikasi AAA
135
(American Abstract Artists) dan dalam lukisannya yang kadang dipamerkan secara bersamaan dengan anggota AAA lainnya. Holtzman adalah seniman pertama yang mengikuti teori Mondrian dan ia sering dituduh meniru gaya lukisan Mondrian. Oleh karena itu, dan juga dipadu dengan kecemburuan beberapa pihak akibat pengaruh dan kedekatannya terhadap Mondrian, Holtzman kadang ragu untuk memamerkan karyanya. Holtzman terus berkarya secara individu, namun secara publik, ia lebih berperan dalam memamerkan karya Mondrian atau menterjemahkan tulisantulisannya. Salah satu penerus Mondrian yang juga penting adalah Ilya Bolotowski, terlahir di Rusia pada tahun 1907. Bolotowski langsung tertarik pada lukisan Mondrian setelah melihatnya untuk pertama kali di Galatin Museum. Karya Bolotowski yang berjudul Arctic Diamond pada tahun 1948 menunjukkan pengaruh Mondrian terhadap karyanya, meski dalam karyanya, Bolotowski lebih banyak menggunakan garis-garis diagonal dan variasi pada bidang kanvas serta warna yang beragam. Idenya pun berkembang terutama ketika ia melukiskan bidang-bidang dalam lukisannya pada ujung bingkai. Ia merasa dengan memutarkan kolom pada penyangga atau membuat pemerhati lukisan berjalan mengitari lukisannya dapat menciptakan "kesan desain yang bergerak". Variasi personal dari aliran Neoplastik pada Bolotowski adalah pada warna dan bentuk kanvas yang digunakan. Ia tetap mengunakan elemen interior vertikal-horizontal, namun ia tidak menggunakan warna primer dan memakai kanvas berbentuk persegi empat. Dengan demikian, lukisan Bolotowski telah memiliki ciri khas tersendiri atas pengertian personalnya mengenai Neoplastisisme dan karya Mondrian.
Gambar 3.13 : Ilya Bolotowsky (1907-1984/USA), Large black, red and white diamond, 1971, Sumber: www.sammlung.daimlerchrysler.com
136
Seorang seniman lain yang berpedoman pada karya Mondrian adalah Burgoyne Diller, terlahir pada tahun 1906 di kota New York. Meskipun awalnya ia lebih menganggap dirinya sebagai pengikut ajaran Theo Van Doesburg daripada Mondrian, namun tak dapat dipungkiri bahwa Diller diperkenalkan kepada aliran De Stijl setelah melihat karya Mondrian dan dia selalu mempertahankan beberapa aspek dari pengaruh sang maestro. Karya Diller memperlihatkan perubahan yang mendadak pada aliran Neoplastik pada tahun 1934, tahun dimana dia diperkirakan melihat karya Mondrian. Pada karya Diller yang berjudul "Geometric Composition", tahun 1934, terlihat karya dengan pengurangan bidang warna yang diperkaya dengan detil penggandaan warna hitam yang disusun silang seperti sebuah bentuk salib. Ini merupakan suatu versi yang berbeda dari apa yang telah dilakukan oleh Mondrian sebelumnya. Pada akhir tahun 1930an hingga awal tahun 1940an, Diller membuat suatu karya berupa pahatan kayu dengan konstruksi bebas yang juga merupakan versi lain dari gaya Neoplastic. Dalam karyanya ini, Diller menciptakan efek ruang yang tak pernah ditemukan dalam karya Mondrian. Teknik semacam ini pulalah yang banyak ia gunakan pada beberapa karya lukisannya. Dua diantara lukisan yang ia ciptakan sekitar tahun 1940an menunjukkan pengaruh yang diperolehnya dari lukisan bentuk wajik Mondrian yang dibuat sekitar tahun 1930an serta dari lukisannya yang berjudul "New York City" tahun 1942. Meskipun ia membantahnya, karya Diller lebih mirip dengan gaya Mondrian dalam beberapa hal jika dibandingkan dengan seniman Neoplastic lainnya. Contohnya; seperti halnya Mondrian, ia juga menggunakan warna-warna primer dan beberapa elemen non warna secara ekslusif, selain itu, ia juga bereksperimen untuk mendapatkan campuran warna yang tepat. Jack Burnham, salah seorang kritikus yang mengulas karya Diller dalam pameran Mondrian's American Circle yang diadakan di Chicago, mengatakan bahwa sesungguhnya karya Diller-lah yang paling mendekati dengan karya evolusioner Mondrian. Penerus Mondrian di Amerika yang paling bergaya "ke-eropa-an" adalah Fritz Glarner, seorang seniman yang terlahir di Zurich, Swiss pada tahun 1899. Ia sepenuhnya berlatih dan mengembangkan kemampuan artistiknya di Eropa. Meskipun sebelum ia mengenal Mondrian, ia telah mencapai tahap dimana ia merasa telah menemukan solusi permasalahan yang dialami aliran Neoplastic. Glarner akhirnya bertemu Mondrian sekitar tahun 1927 di Paris, dan pada saat itu ia sama sekali tidak tertarik pada sang seniman maupun karyanya. Namun ketika mereka bertemu untuk 137
kedua kalinya di New York, Glarner merasa tersentuh dan terpengaruh oleh usaha Mondrian yang berkelanjutan dalam mengeksplorasi karyanya; kala itu ia tengah berada dalam periode Boogie-Woogie, ia berusaha keras untuk mengintegrasikan bentuk dan warna secara keseluruhan dengan bidang dalam lukisan. Karya Glarner, yang juga berjudul Composition, sama halnya dengan karya Mondrian, yang dibuat pada tahun 1942, menunjukkan pemahamannya bahwa untuk mendapat dimensi lukisan secara objektif, ia harus memancang komposisinya ke ujung kanvas. Ia menambahkan "bentuk persegi panjang adalah satu-satunya faktor yang berhubungan dengan semua bagian dari lukisan secara konstan. Lukisannya telah menunjukkan pengaruh Mondrian dimana dalam lukisan tersebut, ia menggunakan latar belakang putih yang dipadu dengan garis-garis hitam dengan ketebalan yang berbeda dan banyak menggunakan warna merah dan kuning. Ia juga menggunakan pendekatan yang serupa pada berbagai bentuk kanvas lainnya, yaitu kanvas tondo, kanvas berbentuk lingkaran. Dengan menggunakan kanvas jenis ini, ia menunjukkan rasa hormatnya pada tradisi Renaissance Italia. Ia tidak memilih jenis kanvas ini hanya untuk sekedar sebagai variasi, melainkan lebih untuk menunjukkan teorinya mengenai Neoplastik.
Gambar 3.14 : Relational Painting No. 64, 1953 Fritz Glarner Sumber: www.metmuseum.org
138
Glarner berpendapat, bahwa ia dapat menentukan ruang pada kanvas berbentuk lingkaran secara lebih akurat dibandingkan dengan kanvas berbentuk persegi karena komponen kanvas persegi tidak dapat diperluas permukaannya atau bisa dengan mudah dipertukarkan sebagaimana pada kanvas lingkaran. Glarner banyak menciptakan variasi dengan format yang serupa, seperti yang terlihat dalam lukisan berjudul Relational Painting, Tondo No. 3 pada tahun 1945, dimana ia menggunakan teknik melukis yang pernah digunakan Mondrian, yang kemungkinan merupakan akibat dari latar belakang yang sama dari kedua seniman, keduanya samasama berasal dari Eropa. Karya yang mereka ciptakan dihasilkan oleh guratan sensitif pada kanvas. Sama halnya dengan Mondrian, Glarner menganggap bentuk Neoplastic Relational Painting-nya sebagai suatu tahapan perkembangan untuk mencapai integrasi esensial dari semua bentuk seni plastik. Charmion von Wiegand yang terlahir di Chicago sekitar tahun 1900an baru mulai melukis pada tahun 1926. Ia mulai terpikat pada karya Neoplastic Mondrian kala berkunjung ke studio sang maestro dan mulai mempelajarinya sendiri; pada akhirnya ia banyak membantu Mondrian dengan tulisannya dan sering melihat ia melukis. Von Wiegrand mulai menekuni seni abstraksi setelah kematian Mondrian. Ia menganggap Mondrian sebagai "guru"nya yang paling penting. Ia menambahkan bahwa Mondrian telah mengubah hidupnya dalam hal berkesenian dan telah memberinya disiplin ilmu dan tujuan untuk mencapai suatu kebebasan. Meskipun demikian, karya von Wiegand baru menunjukkan pengaruh dari Mondrian setahun setelah kematian sang maestro. Ia sangat terkesima dengan pewarnaan dan tema-tema oriental dan negeri-negeri Timur seperti Cina, Mesir, India dan Tibet. Dalam karyanya, Ka Door, tahun 1950, lukisannya didominasi dengan warna primer dan juga menggunakan komposisi bidang linear vertikal horizontal dimana sepanjang garis linear tersebut terdapat lukisan bujur sangkar yang disusun secara interval. Karya ini mengingatkan kita akan karya Mondrian yang berjudul Victory BoogieWoogie. Secara perlahan, von Wiegand mulai tertarik pada seni dari timur dimana imej visualnya memiliki bentuk Tantric, yang kebanyakan berasal dari bentuk teks atau ragam hias yang terdapat pada agama Buddha, yang pada dasarnya sudah geometris. Dengan demikian, von Wiegand beralih dari prinsip melukis Mondrian ke prinsip oriental. Karya berikutnya yang telah sepenuhnya menyimpang dari prinsip Mondrian adalah karya dimana ia menggunakan bentuk-bentuk diagonal dan lekukan 139
serta diikuti dengan pergantian warna yang termasuk di dalamnya variasi campuran warna dan pewarna buatan. Ketika ia mulai menambahkan konteks eksplisit, penyeimbangan warna dan bentuk-bentuk geometris yang mengacu pada prinsip oriental, karyanya telah sama sekali berbeda dari mentornya. Namun meskipun demikian, ia tetap menganggap Mondrian sebagai mentornya. Seniman lain yang menuai suksesnya setelah terinspirasi dari karya Mondrian adalah Alexander Calder. Seniman asal Amerika ini pertama kali mengunjungi studio Mondrian pada tahun 1930an, dan pada saat itu, ia tergugah untuk membuat karya “Mondrian bergerak”. Ia membuat karya-karya seni yang bergerak yang beraliran seni abstrak.
Gambar 3.15 : Untitled (1930) Alexander Calder oil on canvas 18 x 15 in. Sumber: www.calder.org
Sekitar tahun 1940an dan 1950an, banyak seniman yang terpengaruh oleh teori Mondrian. Salah satunya adalah Leon Polk Smith yang mengungkapkan kekagumannya terhadap Mondrian dalam lukisannya yang diberi judul Homage to 'Victory Boogie-Woogie' No.1, pada tahun 1946-1947. Dari sekian banyak yang terpengaruh, banyak juga yang menolak. Namun para seniman yang menolaknya ini juga merasakan dampak pengaruhnya sebagaimana halnya seniman lainnya yang sedikit menyimpang dari prinsip yang diperkenalkan Mondrian. Para seniman yang tergabung dalam kelompok ini diantaranya adalah Jackson Pollock, Charles Biederman, Barnett Newman, Marc Rothko dan Ad Reinhardt.
140
Bahkan hingga abad-21 sekarang ini, karya Mondrian tetap banyak dijadikan sebagai inspirasi bagi banyak seniman. Seperti contohnya Emily Duffy, seorang seniman yang juga merangkap sebagai perancang busana, lulusan College of Marin dan UC-Berkeley, California jurusan seni murni pada tahun 1993. Duffy, yang termasuk menjadi anggota komunitas seni El-Cerrito ini terkenal akan karyakaryanya yang bersifat eksperimental dan banyak terinspirasi dari lukisan Mondrian. Karya awal yang melambungkan namanya merupakan sebuah mobil Nissan Sentra keluaran tahun 1984, kesayangannya yang ia lukiskan dengan lukisan Mondrian yang berjudul Compositions with Red, Yellow and Blue pada tahun 1996. Tak hanya mengubah tampak luar mobilnya menjadi sebuah "lukisan berjalan" Mondrian, ia juga membuat busana dan tas dengan tema yang sama. Ide melukis pada badan mobil tersebut berawal saat ia menonton film "Wild Wheels" yang diproduksi oleh Harrold Blank, saat itulah ia tergerak untuk memperbaiki warna cat pada mobilnya yang kala itu mulai terkelupas oleh sinar matahari.
Gambar 3.16 : Duffy dan karyanya Sumber: www.el-citowire.com
Dalam film tersebut, sebagian besar kendaraan yang ia lihat memiliki berbagai macam objek yang ditempel pada bagian-bagian luarnya. Duffy berpikiran untuk mencari tema baru yang sama sekali berbeda. Inspirasinya terjatuh pada rancangan kubis dengan memainkan warna-warna dan komposisi karya Mondrian. "Ini merupakan salah satu cara untuk bermain-main dengan karya salah satu "pendeta" seni modern" katanya. Ia menggunakan cat tembok dalam proses pengecatan karyanya ini. Pada tahun 1997, ia mengikuti ajang festival mobil seni di San Fransisco dan beruntungnya ia memarkirkan mobilnya di sebelah Skull Car II milik Julian Stock yang karyanya tersebut disorot oleh kru stasiun televisi berita CNN, hingga karya Duffy itu pun ikut-ikutan tersorot. Saat itulah publik mulai tertarik pada karyanya ini.
141
Kala itu, ia juga mengenakan pakaian dan aksesoris senada. Ia membuat sebuah terusan berlengan panjang dan berkerah lebar yang berpotongan tepat di atas lutut, dengan tas tangan kecil dan topi bundar serta sepatu flat bergambar lukisan Mondrian, sehingga perhatian publik tak hanya tertarik pada mobil karyanya itu saja melainkan juga pada busana yang ia kenakan.
3.3.2
Bidang Desain dan Ilmu Pengetahuan Tak hanya dalam bidang seni murni, karya-karya Mondrian juga telah
mempengaruhi perkembangan bidang-bidang kehidupan lainnya, seperti ilmu pengetahuan dan bidang seni terapan (desain) yang meliputi arsitektur, sastra, musik, desain mainan dan lain sebagainya. Berikut merupakan penjabaran atas barang-barang yang terinpirasi dari karya Mondrian. Tak hanya menerap pada motif dan visualisasi karya Mondrian, namun juga konsep Neoplastisisme yang diajukan Mondrian kerap diterapkan pada barang-barang berikut ini:
3.3.2.1 Gedung/Rumah/Bangunan Lainnya Tabel 3.1 Tabel Gedung/Rumah/Bangunan Lainnya Mondrian Sumber: berbagai sumber
Gambar
Keterangan Sebuah rumah susun di Köpitzer Straße 1-11, 1031 Berlin, Jerman
142
Gambar
Keterangan Sebuah peternakan tua di antara kota Cologne dan Bonn, Jerman
Chinn Garden yang dibuat pada 1947 oleh arsitek lansekap, Robert Royston
Sebuah rumah susun di Hollywod yang terletak antara stasiun kereta Hollywood dan Western, Los Angeles, Amerika Serikat
Sebuah rumah susun di daerah Friedrich's Field, Berlin Jerman
143
Gambar
Keterangan International Floral Design Centre, Dallas di Amerika Serikat.
Dallas Home Furnishings Mart yang sudah ditutup dan akhirnya direnovasi menjadi gedung di atas.
Perpustakaan Lowestoft di Suffolk, Inggris. Perpustakaan ini memenangkan penghargaan dari pemerintah setempat sebagai perpustakaan terbaik karena bentuk arsitektur dan interior yang menarik.
144
Gambar
Keterangan Sebuah gedung di Jalan Burnet, Austin, Texas, Amerika Serikat.
Sebuah gedung di Jalan Burnet, Austin, Texas, Amerika Serikat.
Sebuah rumah susun di RobertUhrig-Straße 8-18 / Paul-GescheStraße 13-15 / Ribbecker Straße 1, 1a, 3, 5; 10315 Lichtenberg Jerman.
Playboy Club, Hollywood, Los Angeles, Amerika Serikat.
145
Gambar
Keterangan Tampak luar Playboy Club
Sebuah rumah susun di kota Dallas, Texas, Amerika Serikat.
Sebuah petunjuk jalan menuju lapangan Dallas Love Field, Texas, Amerika Serikat.
Gedung pusat perusahaan pengolahan sampah, Moore Industrial Disposal Inc. di Dallas, Texas.
146
Umumnya, penerapan lukisan Mondrian ditempatkan pada tampak luar atau segi eksterior bangunannya. Pada bangunan-bangunan di atas, lukisan Mondrian yang banyak diterapkan adalah Composition with Red, Yellow and Blue, terlihat dari pemakaian warna berupa merah, biru dan kuning.Meskipun demikian, para arsitek atau pembuat bangunan tersebut tidak begitu saja menjiplak karya Mondrian dan menerapkannya di atas bangunannya, melainkan disesuaikan dengan bentuk bangunan dan bentuk-bentuk jendela, pintu, atap dan elemen-elemen eksterior lainnya. Penerapan karya Mondrian pada karya arsitektur banyak dilakukan di berbagai penjuru dunia, seperti contohnya sejumlah bangunan rumah susun di Jerman dan Belanda serta bengkel dan kafe di Amerika.
3.3.2.2 Mainan Mondrian Tabel 3.2 Tabel Mainan Mondrian Sumber: berbagai sumber
Gambar
Keterangan Barbie bertemakan "ROCKY MOUNTAIN MOD-GROOVY A GO GO", dipamerkan pada pameran Rocky Mountain Mod Convention di kota Denver, Amerika Serikat tahun 2002. Pakaian Barbie ini dirancang oleh perancang pakaian Barbie, Nancy Kella. Terinspirasi dari gaun pendek yang dibuat oleh Yves Saint Laurent pada tahun 1965 yang bertemakan lukisan Piet Mondrian.
147
Gambar
Keterangan Boneka sapi dengan motif lukisan Mondrian yang dibuat oleh perusahaan boneka, Cow Parade, Amerika Serikat.
"Mondrio", permainan balok yang cara memainkannya hampir serupa dengan cara memainkan kartu Domino. Diproduksi oleh perusahaan mainan TC Timber, Amerika Serikat
Permainan yang mengasah IQ dan EQ seseorang, bertujuan untuk menyamakan semua warna pada tiap sisinya.
148
Gambar
Keterangan Pesawat terbang mainan elektrik dengan remote-control bergambar lukisan Mondrian. Mainan ini dinamakan T-34 Mentor ARF.
Layang-layang berbentuk parasut dengan gambar lukisan Mondrian.
Mainan roket elektrik dengan gambar lukisan Mondrian pada seluruh bidangnya.
149
Gambar
Keterangan Lego bertemakan Mondrian.
Beberapa potongan permainan Jigsaw Puzzle bergambar lukisan karya Mondrian yang berjudul Broadway Boogie-Woogie
Bentuk akhir permainan puzzle di atas. Lukisan Mondrian yang berjudul Broadway Boogie Woogie.
150
Gambar
Keterangan Jigsaw Puzzle bergambar lukisan karya Mondrian yang berjudul Composition with red, Blue and Yellow yang diproduksi pada tahun 1965 oleh American Publishing Corp,.Waltham,Mass.
Beberapa potongan permainan puzzle di atas.
Miniatur bus dalam film The Partridge Family.
151
Gambar
Keterangan Permainan komputer, The Sims dengan tema The Partridge Family yang banyak dipengaruhi oleh Mondrian.
Boneka berambut pirang yang mengenakan pakaian yang terinspirasi dari gaun "Mondrian" karya perancang busana Yves Saint Laurent. Boneka ini diproduksi oleh Takara, perusahaan mainan asal Jepang. Boneka ini merupakan replika dari boneka serupa buatan perusahaan mainan, Kenner Blythe pada tahun 1972.
Boneka ini dinamakan Miss Ginny yang diproduksi oleh perusahaan mainan, Vogue Dolls pada tahun 1999. Boneka ini diberi tema Miss 1960s, memakai gaun pendek yang terinspirasi dari gaun "Mondrian" karya rancangan Yves Saint Laurent, salah satu gaun terpopuler pada era tahun '60an.
Pada berbagai macam jenis mainan di atas, umumnya karya Mondrian diterapkan sebagai elemen dekoratif atau hiasan dalam produk-produk di atas. Seperti pada baju boneka atau pada bidang luar roket dan layangan.Umumnya yang diterapkan pada mainan-mainan tersebut di atas adalah lukisan Mondrian yang berjudul Composition with Red, Yellow and Blue serta Victory Boogie-Woogie, sepertinya kedua lukisan inilah yang menjadi salah satu ciri khas karya Mondrian.
152
Namun ada pula beberapa mainan edukatif yang bertujuan mengasah otak melalui warna-warna pada karya Mondrian, seperti contohnya kotak berwarna warni yang harus disamakan semua warna pada tiap sisinya atau juga permaianan jigsaw puzzle yang bertujuan untuk merangkai potongan-potongan puzzle untuk membentuk sebuah karya lukisan Mondrian.
3.3.2.3 Furniture dan Barang-barang Interior Mondrian Tabel 3.3 Tabel Barang-barang interior Mondrian Sumebr: www.snap-dragon.com
Gambar
Keterangan Meja kecil rancangan B.Reeves. Terbuat dari kayu dan resin. Berbentuk kubis dengan pewarnaan ala lukisan Mondrian.
Meja kecil dengan bidang atas bergambar lukisan Mondrian yang berjudul Composition with Red, Yellow, Blue and Black, berukuran dengan tinggi 20", panjang 27" dan lebar 24". Diproduksi oleh perusahaan Dada Furniture pada tahun '60an.
Meja panjang dengan bidang atas yang terbuat dari pecahan keramik sehingga membentuk suatu Mosaik. Diproduksi oleh Murano Italian Glass.
153
Gambar
Keterangan Ranjang bertemakan lukisan karya Mondrian, berukuran King Size, terbuat dari logam dan pecahan bebatuan. Produksi Statement Furniture, Dallas, Amerika Serikat.
Lemari dengan tampak luar lukisan karya Piet Mondrian yang berjudul Composition with Red, Yellow and Blue.
Tampak dalam jika lemari di atas dibuka.
Baby grand piano bertemakan lukisan Mondrian yang dibuat oleh perusahaan Aolian Piano pada tahun 1994.
154
Gambar
Keterangan Telepon rumah yang gagangnya menyatu dengan lukisan bertemakan lukisan karya Mondrian.
Sebuah dapur bertemakan Mondrian karya Ray dan Richard Andrews, yang merupakan salah satu artikel interior pada majalah Interior Inggris, The World of Interiors edisi bulan Juli 1994.
Pada barang-barang interior dan furnitur di atas, umumnya yang terjadi adalah penerapan karya Mondrian pada bentuk dan warna-warnanya. Sama halnya dengan barang-barang sebelumnya, yang umumnya diterapkan adalah karya Mondrian yang berjudul Composition with Red, Yellow and Blue. Pemakaian warna merah, kuning, biru dan putih dengan garis-garis tepi berwarna hitam pada barang-barang di atas memberikan kesan lukisan tersebut menjadi bentuk tiga dimensi.
155
3.3.2.4 Transportasi Mondrian Tabel 3.4 Tabel transportasi Mondrian Sumber: berbagai sumber
Gambar
Keterangan Perahu Speedboat di Belanda dengan tempelan lukisan Mondrian
Bus dalam film The Partridge Family yang dicat dengan nuansa lukisan Mondrian.
Truk sampah di Dallas, Amerika Serikat yang tampak luarnya mengambil tema lukisan Mondrian.
156
Sama halnya dengan barang-barang yang menerapkan karya lukisan Mondrian, pada alat-alat transportasi di atas, penerapannya juga ditempatkan pada tampak luarnya saja. Badan kapal, bus dan truk diwarnai dengan warna merah, kuning, biru dengan dasar putih dan garis-garis vertikal-horizontal berwarna hitam. Apabila diperhatikan, akan nampak seperti sebuah lukisan Mondrian yang berjalanjalan.
3.3.2.5 Alat Makan Mondrian Tabel 3.5 Tabel Alat Makan Mondrian Sumber: berbagai sumber
Gambar
Keterangan Kertas tissue makan dengan gambar lukisan Mondrian yang diproduksi di Belanda.
Cangkir dengan lukisan Mondrian yang diproduksi di Taiwan.
157
Gambar
Keterangan Teko dengan tema lukisan Mondrian.
Gelas-gelas bertemakan Mondrian yang terjual di Toko Suvenir di Museum of Modern Art, New York.
Cangkir untuk kopi Capuccino dengan gambar lukisan Mondrian.
Pada alat-alat makan di atas, yang berupa tissue makan, teko, cangkir dan gelas, penerapan karya Mondrian ditempatkan pada elemen-elemen dekoratifnya. Seperti contohnya, pada cangkir Capuccino yang pada bagian luarnya dilukiskan bentuk-bentuk bidang persegi empat berwarna merah, kuning dan biru dengan garisgaris hitam berbentuk vertikal dan horizontal, yang menyerupai lukisan Mondrian yang berjudul Composition with Red, Yellow and Blue. Namun pada alat-alat makan di atas, ada satu yang tak hanya menjiplak karya Mondrian ke atas elemen
158
dekoratifnya namun juga menyamakan konsep persegi yang diterapkan pada karyakarya Mondrian, yaitu teko berwarna putih di atas yang membentuk sebuah bentukbentuk persegi sehingga tidak sepenuhnya menyerupai sebuah teko pada umumnya. Pada teko tersebut, lukisan Mondrian yang diterapkan merupakan lukisan Mondrian yang berjudul Opposition of Lines : Red and Yellow pada tahun 1937.
3.3.2.6 Barang-barang lain yang bertemakan Mondrian Tabel 3.6 Tabel Barang-barang lain yang bertemakan Mondrian Sumber: berbagai sumber
Gambar
Keterangan Novel karangan Danny Moynahan yang diberi judul “Boogie Woogie”. Menceritakan tentang kegilaan dalam dunia seni di New York. Sampul depan buku ini dibuat oleh seniman Damien Hirst.
Buku berjudul “Mood Swings” karangan Patrick James. Sampul depan buku ini menjiplak karya lukisan Mondrian yang berjudul Boogie-Woogie.
Logo pada situs internet, www.google.com yang dibuat untuk mengingat Mondrian.
159
Gambar
Keterangan Serangkaian kartu telepon yang diproduksi oleh perusahaan telekomunikasi Belanda yang bertemakan lukisan Mondrian.
Perangko Belanda yang bertemakan Mondrian.
Tempat rokok dengan tema Mondrian.
160
Gambar
Keterangan Korek api dengan tema lukisan Mondrian yang berjudul Composition with Blue (1937)
Rokok yang berlabel Camel Lights yang packagingnya bertemakan Mondrian.
Jam dinding dengan lukisan Mondrian.
Jam dinding bertemakan Mondrian dari tahun 1960an.
161
Gambar
Keterangan Lampu taman bertemakan Mondrian.
Sebagai tanda peringatan terhadap Mondrian, perusahaan alat tulis, Sensa memproduksi alat tulis yang diberi judul “Mondrian Collection” pada tahun1998.
3.3.3
Analisa Produk-Produk Yang Menerapkan Karya Mondrian Karya-karya lukisan Mondrian ternyata membawa dampak yang besar
terhadap berbagai macam bidang, khususnya bidang seni murni dan seni terapan (desain). Hal tersebut tercermin dari banyaknya penerapan karya-karya Mondrian pada berbagai macam produk, mulai dari mainan, alat makan, arsitektur yang terdiri atas bangunan-bangunan bertingkat, kafe hingga rumah penduduk. Produk lain juga berupa barang-barang interior seperti tempat tidur, lemari, meja bahkan hingga piano dan telepon. Ada pula pembuatan produk interior berupa dapur yang segalanya bertemakan lukisan Mondrian karya Ray dan Richard Andrews, yang merupakan salah satu artikel interior pada majalah Interior Inggris, The World of Interiors edisi bulan Juli 1994. Selain itu, karya-karya Mondrian juga berdampak pada produk-
162
produk lain, seperti kartu telepon, korek api dan perangko, khususnya di negeri asal sang seniman, Belanda. Pembuatan produk-produk tersebut seakan diperuntukkan sebagai penghormatan kepada sang seniman. Namun tak hanya di negeri asalnya, penghormatan pun dilakukan oleh produsen rokok asal Amerika, Camel yang membuat bungkus rokok dengan menerapkan lukisan Mondrian. Contoh lain adalah; jam dinding, lampu hingga alat tulis produksi perusahaan alat tulis, Sensa yang membuat koleksi pulpen dan tempat pulpen pada tahun 1998 dan diberi judul “Mondrian Collection”. Ada pula novel karangan Danny Moynahan yang diberi judul “Boogie Woogie” yang menceritakan tentang kegilaan dalam dunia seni di New York,sampul depan buku ini dibuat oleh seniman Damien Hirst. Serta buku berjudul “Mood Swings” karangan Patrick James. Sampul depan buku ini menjiplak karya lukisan Mondrian yang berjudul Boogie-Woogie. Sehingga tak hanya menerap pada visualisasi lukisannya saja namun juga mengambil judul yang serupa dengan lukisan Mondrian. Penghormatan lain terhadap Piet Mondrian juga dilakukan oleh situs kelas dunia, www.google.com yang membuat salah satu versi logonya dengan menerap lukisan Mondrian. Umumnya lukisan Mondrian yang diterapkan pada produk-produk di atas merupakan lukisannya yang berjudul Composition with Red, Yellow and Blue (19391942) dan Victory Boogie Woogie (1943-1944). Namun ada pula produk-produk lain yang menerapkan lukisan Mondrian yang lain seperti contohnya korek api yan menerapkan lukisan Mondrian yang berjudul Composition with Blue (1937), Opposition of Lines : Red and Yellow (1937) pada teko atau boneka Miss Ginny yang mengenakan pakaian yang menerapkan lukisan Mondrian.
Gambar 3.14: Composition with Red, Yellow and Blue (1932-1942) Sumber: Editor Grange Books, Mondrian, Grange Books, Rochester, 2004, hal 44
163
Gambar 3.15: Victory Boogie Woogie (1943-1944) Sumber : Ibid, hal 4
Gambar 3.16: Opposition of Lines : Red and Yellow (1937) Sumber: Ibid, hal 43
Gambar 3.17 : Composition with Blue (1937) Sumber: Ibid, hal 70
Sepertinya Mondrian merupakan salah satu dari sekian banyak seniman dunia yang hingga sekarang karya-karyanya masih membawa dampak yang besar terhadap pembuatan produk-produk di dunia, khususnya dari bidang seni. Hal ini mungkin dikarenakan oleh gaya lukisan Mondrian yang minimalis dan sederhana, konsep yang sepertinya selalu digemari banyak pihak dan dianggap timeless, tanpa batas waktu atau abadi. Sehingga para pengguna produk-produk tersebut tidak akan pernah bosan dengan gaya lukisan Mondrian. Namun tak hanya demikian, penerapan karya-karya Mondrian dalam berbagai macam produk pun dilakukan sebagai tanda penghormatan terhadap sang maestro dan ketertarikan si pembuat produk terhadap
164
karya-karya Mondrian. Ada pula penerapan karya Mondrian untuk mengikuti trend yang sedang berlangsung pada zamannya, seperti yang dilakukan oleh perusahaan pembuat boneka, Kenner Blythe pada tahun 1972 yang membuat boneka yang mengenakan pakaian bertemakan lukisan Mondrian serta boneka Miss Ginny, yang diproduksi oleh perusahaan Vogue Dolls yang memberi tema boneka tersebut “Miss 1960s” yang mengenakan pakaian yang menyerupai rancangan koleksi Mondrian karya Yves Saint Laurent yang pada tahun 1960an menjadi salah satu pakaian paling terkenal dan menjadi trend mode kala itu. Penerapan karya Mondrian pada berbagai macam produk mungkin akan terus dilakukan pada tahun-tahun ke depannya oleh berbagai macam produsen dan seniman-seniman di seluruh dunia, dan mungkin saja masyarakat tidak akan pernah bosan dengan gaya lukisan Mondrian yang telah ada sejak lebih dari 60 tahun yang lalu.
165