BAB V ANALISA KARYA RANCANGAN BUSANA YVES SAINT LAURENT PADA TAHUN 1965 DAN DONNA KARAN PADA TAHUN 2006 YANG MENERAP LUKISAN KARYA PIET MONDRIAN
5.1
Yves Saint Laurent Yves Henri Donat Mathieu-Saint-Laurent lahir pada tanggal 1 Agustus 1936
di kota Oran, Aljazair. Lahir dari pasangan Charles Saint-Laurent yang merupakan manajer perusahaan asuransi dengan Lucienne Mathieu, istrinya yang merupakan kaum wanita socialite. Yves meninggalkan rumahnya pada umur 17 tahun untuk bekerja pada perancang Christian Dior, dan pada saat Dior meninggal pada tahun 1957, Yves, yang kala itu baru berusia 21 tahun mendapatkan tanggung jawab untuk menyelamatkan rumah mode yang ditinggalkan Dior dari masalah keuangan. Pada tahun 1958, Yves yang bekerja sebagai direktur kreatif Dior berhasil membawa kembali rumah mode Dior kepada masa kejayaannya, ia membuat koleksi rancangan pakaiannya yang pertama, yang disebut "the Trapeze Line", dalam koleksi ini, ia membuat koleksi pakaian dengan bentuk segitiga trapezium yang akhirnya menjadi trend mode kala itu. Koleksi ini bahkan dipuji oleh koran setempat, dan menjadi berita utama dengan judul "St. LAURENT HAS SAVED FRANCE, THE GREAT DIOR TRADITION WILL CONTINUE"- St. Laurent telah menyelamatkan Perancis, tradisi hebat Dior akan tetap berjalan. Ia juga bekerja sama dengan pacarnya, Pierre Berge, yang memiliki kecerdasan dalam bidang keuangan, dan akhirnya mereka berdua berhasil menyelamatkan rumah mode tersebut. Pada tahun 1960, Saint-Laurent meninggalkan Perancis karena ia dikenakan wajib militer sebagai tentara Perancis dalam perang kemerdekaan Aljazair. Setelah mengalami stress selama 20 hari karena seringkali diolok-olokan tentara lainnya, Saint Laurent mengalami gangguan jiwa dan akhirnya diputus kerjakan sebagai tentara, ia harus menjalani berbagai macam perawatan psikis termasuk terapi elektrik untuk gangguan jiwa. Sekembalinya ke Dior, ternyata posisinya telah tergantikan dengan Marc Bohan. Hal ini sungguh menyedihkan baginya, hingga akhirnya pada
190
tahun 1961, ia menuntut pihak Dior dan memenangkan £48.000, uang yang akhirnya ia gunakan untuk membuka rumah mode baru atas namanya sendiri. Pasangan ini akhirnya berpisah dalam hubungan romantisnya pada tahun 1976, namun tetap menjadi pasangan bisnis. Pada tahun 1965, Yves Saint Laurent menggelar peragaan busana musim gugurnya untuk pertama kalinya, setelah sebelumnya ia bekerja sebagai direktur kreatif rumah mode Christian Dior dan pada akhirnya dipecat. Pada peragaan busananya ini, Saint Laurent mengambil tema dari lukisan Piet Mondrian dan karyanya berhasil mengukir namanya sehingga ia berhasil masuk dalam jajaran perancang mode kelas atas kala itu, bahkan hingga kini. Saint Laurent merupakan salah satu perancang mode dunia yang tidak pernah takut untuk bereksperimental dan mencoba hal-hal baru. Melihat kesuksesan dalam koleksi Mondriannya, Saint Laurent kemudian membuat koleksi-koleksi pakaian pada tahun-tahun berikutnya yang terinspirasi dari seniman-seniman lainnya, seperti Matisse dan Warhol. Ia lantas menggelar koleksi pakaiannya setiap musim dan koleksinya tersebut selalu ditunggutunggu oleh masyarakat dunia mode.
Gambar 5.1 : Yves Saint Laurent Sumber: www.google.com
191
5.1.1 Karya Rancangan 1 Tabel 5.1: Tabel Gambar Karya Rancangan 1 Yves Saint Laurent Sumber: berbagai sumber
No.
1.
Gambar Rancangan 1
Keterangan Tampak depan karya rancangan 1 Yves Saint Laurent musim gugur 1965. Sumber: www.storyboardtoys.com
2.
Tampak depan karya rancangan Yves Saint Laurent pada patung manekin. Sumber: www.metmuseum.org
3.
Tampak samping karya rancangan 1 Yves Saint Laurent yang diperagakan kembali pada peragaan busana musim semi 2002. Sumber: www.style.com
*Penulis tidak menemukan gambar tampak belakang dan tampak samping pakaian ini
Tunik, sebuah model pakaian yang identik dengan trend mode 1960an. Tunik merupakan gaun pendek tanpa lengan yang biasanya memiliki potongan selutut dan potongan pola yang sederhana. Pada peragaan musim gugur 1965 karya rancangan
192
Yves Saint Laurent, tunik menjadi model pakaian yang mendominasi peragaan busana tersebut. Model-model tunik dalam peragaan ini pun dibuat berbeda-beda, umumnya perbedaan tersebut terletak pada warna dan motif pakaiannya. Sampel tunik diatas merupakan salah satu dari beberapa karya rancangan busana Yves Saint Laurent yang bertemakan lukisan 'Mondrian' dan kerap kali menjadi simbol dari kesuksesan koleksi tersebut. Tunik diatas merupakan penerapan Saint Laurent pada karya Mondrian yang berjudul Composition with Red, Yellow and Blue. Pada tunik ini, Saint Laurent menggunakan warna-warna primer yaitu merah, biru, kuning, hitam dan putih, persis sekali dengan pemakaian warna yang dilakukan oleh Mondrian dalam lukisannya tersebut, begitupun juga dengan komposisi penempatan warna-warna serta garis vertikal-horizontalnya, namun Saint Laurent lebih menyederhanakan bentuk lukisan tersebut. Pada tampak depan tunik ini, terdapat 7 (tujuh) bidang persegi yang terbagi atas warna putih, biru, merah dan kuning. Kemudian terdapat pula 2 (dua) garis vertikal berwarna hitam yang memanjang ke bawah serta 3 (tiga) garis horizontal berwarna hitam yang melintang dari ujung kiri ke ujung kanan badan. Garis-garis horizontal tersebut terletak pada bagian atas badan yaitu pada setengah bagian menurun antara leher dengan dada lalu garis berikutnya terletak pada bagian pinggul kemudian letak garis ketiga berada kirakira ±10cm diatas bagian ujung bawah tunik tersebut. Sementara penempatan garis vertikal yang pertama terdapat pada bagian atas tunik, tepatnya menurun dari bagian leher hingga bagian tengah dada dan terletak pada posisi tepat di bagian tengah badan tunik, sehingga terbentuklah suatu garis simetris yang memotong bagian tersebut. Garis ini memotong bidang persegi berwarna putih yang terletak pada bagian sebelah kanan tunik dan bidang persegi berwarna biru yang terletak pada bagian sebelah kiri tunik, namun kedua bidang persegi tersebut terhenti hingga bagian tengah dada tersebut. Kemudian, garis vertikal berwarna hitam berikutnya terletak pada ¼ (seperempat) bagian badan tunik tepatnya pada sebelah kiri tunik tersebut dan memanjang kebawah hingga garis vertikal paling bawah. Pada karya ini, garis-garis berwarna hitam tersebut memiliki ketebalan yang berbeda-beda, garis vertikal paling atas memiliki ketebalan ±2 cm, lalu garis vertikal berikutnya memiliki ketebalan ±3 cm. Sementara garis horizontal bagian paling atas memiliki ketebalan ±3cm dan garis horizontal pada bagian pinggul memiliki ketebalan yang paling besar diantara seluruh garis-garis yang terdapat pada tunik ini,
193
yaitu sekitar ±4cm. Garis vertikal paling bawah yang terletak diatas bagian ujung bawah tunik ini memiliki ketebalan ±1,5 cm. Seperti yang sudah dikatakan diatas, tunik ini memiliki tujuh bidang berwarna yang meliputi warna hitam, putih, merah, kuning dan biru. Dominasi warna pada tunik ini adalah warna putih, terdapat empat bagian bidang persegi berwarna putih pada tampak muka tunik ini, lalu terdapat masing-masing satu bidang persegi berwarna biru merah dan kuning. Bidang berwarna putih pertama terletak pada bagian atas tunik, mulai dari bahu hingga setengah bagian atas dada. Bidang ini dipisahkan dengan garis vertikal hitam pada bagian sebelah kirinya dan menurun hingga dibatasi garis horizontal berwarna hitam paling atas. Bidang putih ini terletak bersejajar dengan bidang persegi berwarna biru yang mengambil sisa setengah bagian lebar tunik dan memiliki panjang yang sama dengan bidang berwarna putih, sehingga kedua bidang ini dibatasi dengan garis horizontal pertama pada setengah bagian atas dada. Kemudian, bidang merah yang merupakan bidang persegi berwarna terbesar memiliki lebar sebesar ¾ lebar tunik namun hanya memanjang kebawah hingga bagian pinggul karena terpotong oleh garis horizontal hitam kedua yang terdapat pada bagian pinggul tersebut. Bagian berwarna merah ini bersejajar dengan bidang berwarna putih yang terletak pada ¼ bagian lebar tunik, hanya saja keduanya terpisahkan oleh garis vertikal yang melintas dari setengah bagian atas dada hingga bagian bawah tunik. Sementara itu, tepat dibawah bagian berwarna merah, terdapat sebuah bidang berwarna putih yang dibatasi oleh garis horizontal hitam, dengan ukuran yang sama dengan bidang berwarna merah, yaitu ¾ lebar tunik. Bidang ini juga bersejajar dengan sebuah bidang berwarna putih yang memiliki tinggi yang sama namun dengan lebar sebesar ¼ lebar tunik dan terletak juga pada bagian sebelah kiri, sehingga ia berada tepat di bawah bidang putih yang bersejajar dengan bidang merah. Kedua bidang putih ini terletak tepat dibawah garis horizontal yang melintang pada bagian pinggul dan diakhiri dengan garis pembatas yang paling bawah. Bidang warna terakhir adalah bidang berwarna kuning yang melingkari seluruh lingkar tunik ini dan memiliki ketebalan sekitar 7cm dari bagian bawah tunik hingga garis horizontal yang ikut melintas di atasnya.
194
5.1.2 Karya Rancangan 2 Tabel 5.2: Tabel Gambar Karya Rancangan 2 Yves Saint Laurent Sumber: www.flickr.com
No.
Gambar Rancangan 2
1.
Keterangan
Tampak depan karya rancangan 2 Yves Saint Laurent musim gugur 1965. Sumber: www.flickr.com
*Penulis tidak menemukan gambar tampak belakang dan tampak samping pakaian ini
Pada tampak karya rancangan 2, terdapat enam bidang berwarna yang terdiri dari warna putih, merah dan kuning. Sementara itu garis leher tunik ini berbentuk bulat dan dipertegas dengan adanya garis berwarna hitam yang melingkarinya. Pada tunik ini juga terdapat tiga garis hitam yang melintas dari sisi kiri tunik hingga ke sisi kanan secara horizontal pada bagian yang berbeda-beda, yaitu pada bagian dada, pinggul dan bagian keliman bawah tunik. Lalu dari ujung bagian atas tunik, yang dimulai dari leher hingga ke bagian bawah tunik ini terdapat satu garis vertikal yang terletak tepat pada bagian tengah tunik, sehingga memotong secara simetris seluruh bidang dan garis-garis horizontal yang terdapat pada tunik ini. Garis horizontal pertama yang terdapat tepat diatas bagian dada dan memotong bidang-bidang yang berwarna pada tunik ini. Diatas garis tersebut, terdapat dua bidang berwarna, yaitu bidang berwarna putih pada bagian kanan tunik, dan bidang merah pada bagian kiri tunik. Kedua bidang ini terpotong dan dibatasi oleh garis vertikal yang terdapat diantara kedua bidang tersebut. Kedua bidang ini terdapat pada bagian atas dada hingga leher. Lalu, pada bagian dada hingga bagian pinggul, terdapat dua bidang berwarna putih yang keduanya juga dibatasi oleh garis vertikal yang memotong kedua bidang ini secara simetris, dan sisi atas maupun sisi bawah kedua bidang ini pun juga dibatasi dengan adanya garis-garis hitam vertikal. Lalu, pada bagian paling bawah, yang dimulai dari bagian pinggul hingga bagian bawah tunik juga terdapat dua bidang berwarna yang berbentuk persegi empat. Bidang sebelah kanan merupakan bidang
195
berwarna kuning dan bidang berwarna putih ditempatkan di sebelah kiri, kedua bidang tersebut juga dibatasi oleh garis vertikal yang menyambung dari bagian atas dan memotong kedua bidang kuning dan bidang putih tersebut secara simetris. Sementara pada bagian ujung bawah tunik ini, Saint Laurent menempatkan suatu garis hitam yang mengelilingi kedua tunik ini. Tunik ini dibuat dengan menggunakan bahan wol jersey yang dipotong-potong sesuai dengan ukuran bidangnya masing masing dan kemudian digabungkan jadi satu membentuk potongan model tunik. Meskipun ukuran bidang berwarna berbeda-beda, namun ukuran lebar garis-garis hitam vertikal dan horizontalnya sama, yaitu ± 4cm.
5.1.3 Karya Rancangan 3 Tabel 5.3: Tabel Gambar Karya Rancangan 3 Yves Saint Laurent Sumber: www.vam.ac.uk
No.
Gambar Rancangan 3
Keterangan Tampak depan hingga samping karya rancangan 2 Yves Saint Laurent musim gugur 1965. Sumber: www.vam.ac.uk
1.
*Penulis tidak menemukan gambar tampak belakang dan tampak samping pakaian ini
Karya Rancangan 3 ini memiliki sejumlah kesamaan dengan karya rancangan 2 yang sebelumnya sudah dibahas diatas. Mulai dari garis potongan badan, leher, lengan hingga panjang pakaiannya. Lalu kesamaan juga terletak pada garis-garis vertikal-horizontal berwarna hitam yang melintas bidang-bidang kedua pakaian bermodel tunik di atas, begitu pula dengan pembagian lebar bidang-bidang berwarna pada kedua tunik tersebut. Pada tunik karya rancangan 3 ini, Saint Laurent juga membagi-bagikan bidang-bidang berwarna hingga enam bagian pada tampak depannya, bidang-bidang berwarna tersebut meliputi warna merah, putih dan kuning. Kemudian, terdapat pula tiga garis horizontal yang memanjang dari sisi kiri ke sisi kanan tunik pada tempat
196
yang berbeda-beda yaitu pada bagian dada, pinggul dan keliman bawah. Juga terdapat sebuah garis vertikal yang memanjang dari bagian leher hingga bagian keliman bawah tunik. Garis leher pun dipertegas dengan diberi bahan berwarna hitam yang melingkari bagian leher. Kemudian pada bidang bagian atas dada hingga leher, Saint Laurent menempatkan bidang persegi empat warna merah pada bagian kanan dada dan bidang berwarna putih pada bagian kiri dada, kedua bidang ini dipisahkan oleh adanya garis vertikal berwarna hitam sehingga membuat kedua bidang tersebut saling simetris. Kemudian, sama halnya dengan karya rancangan 2, pada bagian dada hingga pinggul tunik ini terdapat dua bidang berwarna putih yang keduanya juga dibatasi oleh garis vertikal yang memanjang dari bagian leher tunik hingga bawah ini. Lalu pada bagian paling bawah, yang dimulai dari bagian pingul hingga bagian bawah tunik, juga terdapat bidang berwarna yang berbentuk persegi empat. Apabila pada tunik karya rancangan 2 bidang berwarna kuning ditempatkan pada bagian kanan bawah dan bidang berwarna putih ditempatkan pada bagian kiri bawah, lain halnya dengan karya rancangan 3 ini, dimana bidang berwarna kuning ditempatkan pada bagian kiri bawah dan bidang berwarna putih pada bagian kanan bawah. Kedua bidang ini lagi-lagi juga dibatasi dengan garis hitam vertikal sehingga memotong kedua bidang persegi secara simetris. Lalu pada bagian ujung bawah, Saint Laurent menempatkan sebuah garis berwarna hitam yang melingkari seluruh keliman tunik dari depan hingga belakang. Pada tunik ini, juga terdapat seuatu garis berwarna hitam yang melintas secara vertikal dari bagian bawah ketiak hingga bagian ujung tunik pada sisi kanan dan sisi kirinya. Apabila melihat kedua karya rancangan diatas, terdapat kesan bahwa Saint Laurent seakan-akan membuat karya rancangan 3 sebagai bayang refleksi cermin karya rancangan 2.
197
5.1.4 Karya Rancangan 4 Tabel 5.4: Tabel Gambar Karya Rancangan 2 Yves Saint Laurent Sumber: www.museumofcostume.co.uk
No.
Gambar Rancangan 4
1.
Keterangan
Tampak depan karya rancangan 4 Yves Saint Laurent musim gugur 1965. .
*Penulis tidak menemukan gambar tampak belakang dan tampak samping pakaian ini
Karya Yves Saint Laurent yang satu ini dikategorikan sebagai tunik atau juga 81
kerap kali disebut sebagai shift-dress , yaitu gaun yang agak longgar. Shift dress yang memiliki tema lukisan Piet Mondrian ini memiliki garis leher yang agak tinggi dan terbuat dari bahan wol jersey yang dirajut berulang-ulang. Warna yang digunakan hanyalah warna putih gading untuk bagian bidang-bidang dasar pakaian ini dan warna hitam, yang digunakan pada bagian garis-garis vertikal dan horizontal pakaian ini. Pada tampak depan tunik ini, terdapat enam bagian bidang berwarna putih, dua garis horizontal yang melintasi sisi kiri dan sisi kanan pakaian ini serta satu garis vertikal yang terdapat pada bagian tengah-tengah pakaian ini dan dimulai dari bagian leher hingga bagian keliman bawah shift dress ini. Bidang berwarna putih paling atas merupakan dua bidang yang terpotong secara simetris oleh garis vertikal berwarna hitam yang terletak tepat di bagian tengah kedua bidang ini. Bidang-bidang berwarna putih ini terletak tepat di bagian ketiak atas tubuh sehingga melintas dari ujung ketiak kanan hingga ujung ketiak kiri, dan posisi bidang ini terdapat pada bagian atas dada hinga leher dan bahu tubuh.Kedua bidang ini juga dibatasi dengan adanya garis horizontal hitam yang terdapat tepat diatas bagian dada
81
www.museumofcostume.com
198
yang melintas dari ujung kiri ke ujung kanan tubuh, tepatnya pada atas bagian ketiak dan melingkari seluruh bagian shift dress ini, dari depan hingga belakang. Lalu, bidang berwarna putih berikutnya terletak tepat dibawah garis horizontal yang pertama dan memanjang dari bagian dada hingga bagian pinggul 2 atau tepatnya hingga bagian dibawah bokong. Kedua bidang ini juga terpotong oleh garis vertikal yang turun memanjang hingga membuat kedua bidang ini terpotong secara simetris. Tepat dibawah kedua bidang berwarna putih bagian tengah tubuh ini, terdapat garis horizontal yang ke dua yang memiliki lebar garis yang berbeda dengan garis-garis vertikal-horizontal berwarna hitam lainnya pada shift dress ini. Apabila garis-garis yang lain memiliki lebar sekitar 2,5-3 cm, garis ini memiliki ukuran lebar ±4cm. Garis ini melingkari seluruh bagian shift dress dan memotong bagian antara bidang tengah dengan bidang bawah pakaian ini. Lalu, pada bagian ujung keliman shift dress hingga ±10cm naik, terdapat dua bidang berwarna putih terakhir. Kedua bidang ini juga terpotong secara simetris oleh garis vertikal yang menjulur dari atas hingga bagian bawah. Shift-dress yang sekarang ini terpajang di Museum of Costume, Bath, Inggris ini merupakan sumbangan dari Dame Margot Fonteyn, seorang penari balet terkenal yang seringkali membeli pakaian dari Saint Laurent, salah satunya adalah shift-dress ini.
199
5.1.5 Karya Rancangan 5 Tabel 5.5: Tabel Gambar Karya Rancangan Sumber: www.style.com
No.
Gambar Rancangan 5
1.
Keterangan
Tampak depan karya rancangan 5 Yves Saint Laurent musim gugur 1965 yang diperagakan kembali pada peragaan busana musim semi tahun 2002. .
*Penulis tidak menemukan gambar tampak belakang dan tampak samping pakaian ini
Salah satu shift-dress karya rancangan Yves Saint Laurent yang tergabung dalam koleksinya yang bertemakan Mondrian ini kembali diperagakan dalam peragaan busana yang diadakan oleh Saint Laurent pada musim semi tahun 2002 sebagai bagian dari peringatan 40 tahun ia berkarya dalam bidang mode. Pada peragaan busana ini, Saint Laurent memamerkan karya-karyanya sejak pertama kali ia membuka rumah modenya, dan koleksi Mondrian ini merupakan koleksi pertama kalinya yang ia pamerkan pada tahun 1965. Tampak depan shift-dress ini terbagi atas empat bidang berwarna, yang terdiri atas tiga bidang berwarna putih dan satu bidang kecil berwarna abu-abu. Lalu terdapat pula empat garis berwarna hitam yang terdiri dari tiga garis horizontal dan satu garis vertikal. Pada bagian keliman leher, Saint Laurent meletakkan satu garis berwarna hitam dengan kelebaran ±2cm yang melingkari seluruh bagian leher dari depan hingga belakang pakaian. Kemudian pada bagian bahu terdapat dua bidang berwarna yaitu bidang berwarna putih pada bagian kanan shift-dress dan bagian berwarna abuabu pada bagian kiri shift-dress. Bidang berwarna putih ini mendominasi hampir setengah bagian shift-dress ini, bidang ini dimulai dari bagian bahu sebelah kanan dan menurun hingga bagian pinggul dan terpotong oleh garis horizontal berwarna hitam yang memiliki lebar ±3cm dan terletak pada bagian pinggul dan melintas dari sisi kiri hingga sisi kanan shift-dress. Sementara secara menyamping, bidang putih ini terpotong oleh garis vertikal dengan ukuran lebar sekitar 2cm yang terletak dari
200
bagian leher hingga bagian pinggul shift-dress ini, garis inilah yang memotong bidang-bidang berwarna putih dan abu-abu secara simetris, karena tepat berada ditengah-tengah antara bidang-bidang tersebut. Pada bagian bahu sebelah kiri terdapat bidang kecil berwarna abu-abu yang menurun hanya hingga bagian atas dada, tepatnya pada bagian ketiak sebelah kiri dan bidang ini juga terpotong oleh adanya garis vertikal yang telah disebutkan diatas. Bidang ini dibatasi pula oleh sebuah garis horizontal yang letaknya menyamping tepat pada bagian atas dada. Sehingga pada bagian dibawah garis tersebut terdapat sebuah bidang berwarna putih lainnya yang menyambung dari garis hitam tersebut hingga pada bagian pinggul. Letak bidang putih yang kedua ini berada pada sisi kiri shiftdress sehingga berdampingan dengan bidang berwarna putih yang satunya, hanya saja kedua bidang ini juga dibatasi oleh garis vertikal hitam dan terpotong secara simetris. Bagian bawah bidang putih kedua ini juga terpotong dengan adanya garis hitam yang melintas secara horizontal seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sehingga bidang ini juga berakhir pada bagian pinggul. Pada Shift-dress yang memiliki panjang tepat diatas bagian lutut ini terdapat bidang putih ketiga, merupakan bidang putih terakhir yang dimulai dari bagian pinggul hingga bagian bawah shift-dress. Bidang putih ini merupakan satu-satunya bidang yang tidak dibatasi garis vertikal apapun, hanya saja ia dibatasi oleh garis horizontal yang berada pada bagian pinggul, sehingga bidang ini terpisahkan oleh bidang-bidang lainnya yang terletak diatasnya. Pada karya ini, warna putih mendominasi hampir seluruh bidang pakaian, hanya saja terdapat sedikit sisipan warna abu-abu dengan lebar yang lebih kecil apabila dibandingkan dengan bidang-bidang berwarna lainnya. Garis-garis hitam pada shift-dress ini pun tergolong sedikit, hanya tiga garis horizontal dan satu garis vertikal. Sehingga kesan minimalis terasa kental pada pakaian ini. Kesan ini didapat juga dari pemakaian warna-warnanya, yaitu hanya berupa warna hitam, putih dan abu-abu, yang merupakan warna gabungan antara hitam dan putih.
201
5.1.6 Karya Rancangan 6 Tabel 5.6: Tabel Gambar Karya Rancangan 6 Yves Saint Laurent Sumber: www.style.com
No.
Gambar Rancangan 6
Keterangan
1.
Tampak depan karya rancangan 6 Yves Saint Laurent musim gugur 1965 yang diperagakan kembali pada peragaan busana musim semi tahun 2002. .
2.
Tampak belakang karya rancangan 6 Yves Saint Laurent musim gugur 1965 yang diperagakan kembali pada peragaan busana musim semi tahun 2002.
Karya rancangan berikut ini juga merupakan shift-dress yang diperagakan pada peragaan busana Yves Saint Laurent untuk koleksi musim semi 2002 sekaligus sebagai peringatan 40 tahun ia berkarya dalam bidang mode. Shift-dress tanpa lengan dan memiliki potongan hingga tepat diatas lutut ini memiliki hanya empat bidang berwarna, yang terdiri atas tiga bidang berwarna putih dan satu bidang berwarna merah. Lalu, terdapat pula tiga garis berwarna hitam dengan ukuran lebar ±2,5 cm yang terdiri atas dua garis horizontal pada posisi yang berbeda dan satu garis vertikal yang memanjang dari bagia leher hingga bagian bawah shift-dress. Seperti halnya baju-baju bertemakan Mondrian karya Saint Laurent ini, garis horizontal yang pertama terdapat pada bagian atas dada, tepat pada bagian ketiak dan diatas garis tersebut terdapat dua bidang berwarna. Pada karya ini, bidang berwarna putih yang pertama diletakkan pada bagian mulai dari bahu hingga bagian atas dada
202
sebelah kanan yang akhirnya terpotong oleh garis horizontal tersebut. Bidang ini juga terpotong pada bagian sampingnya dengan adanya suatu garis vertikal yang memotong bidang putih ini dengan bidang berwarna merah yang terletak di sebelah kirinya. Kedua bidang berwarna merah dan putih ini terpotong secara simetris. Bidang berwarna merah tersebut pun bermulai dari bagian bahu dan menurun hingga bagian atas dada yang juga dibatasi oleh garis horizontal yang melintas di daerah tersebut. Lalu di bawah bidang berwarna merah tersebut terdapat bidang berwarna putih yang kedua, yang terletak pada sisi kiri shift-dress. Bidang ini memanjang ke bawah dari bagian dada hingga bagian bagian bawah pakaian, berhenti tepat diatas garis vertikal paling bawah yang terdapat pada keliman pakaian ini. Bidang ini juga terpotong secara simetris dengan adanya pemisah antara bidang ini dengan bidang putih yang ketiga, pemisahnya adalah garis vertikal yang melintasi keduanya yang dimulai dari bagian leher. Sementara, bidang berwarna putih yang ketiga, yang terletak pada sisi kanan shift-dress juga dimulai dari bagian dada, tepat dibawah garis horizontal yang terdapat pada bagian tersebut dan juga memanjang ke bagian bawah pakaian dan berhenti tepat diatas garis vertikal paling bawah yang terdapat pada bagian bawah shift-dress. Akhirnya, pada bagian bawah shift-dress terdapat sebuah garis horizontal dengan lebar ±2,5 cm yang melingkari shift-dress ini dari bagian depan hingga bagian belakang. Sementara itu, tampak belakang ini shift-dress yang didominasi warna putih dan terbuat dari bahan wol jersey ini terdiri atas dua bagian besar warna putih dan satu garis vertikal serta satu garis horizontal yang kedua-duanya ini memiliki warna hitam dan ukuran lebar yang sama ±2,5cm. Kedua bidang berwarna putih dimulai dari bagian bahu dan menurun hingga bagian keliman pakaian, bidang ini terdapat pada bagian kiri dan bagian kanan badan pakaian dan yang memisahkan kedua bidang ini adalah garis vertikal yang terletak di antara kedua bidang ini. Garis ini, sama halnya dengan garis vertikal di bagian depan pakaian, juga dimulai dari garis leher dan menurun kebawah hingga bagian keliman pakaian. Garis ini juga memotong kedua bidang berwarna tersebut sehingga kedua bidang tersebut terpotong secara simetris. Lalu, pada bagian bawah keliman pakaian ini, terdapat garis vertikal berwarna hitam yang melingkari seluruh pakaian ini, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, sehingga garis ini merupakan sambungan dalam lingkaran garis yang telah dimulai dari sisi depan pakaian ini.
203
5.1.7 Karya Rancangan 7 Tabel 5.7: Tabel Gambar Karya Rancangan 7 Yves Saint Laurent Sumber: www.style.com
No.
Gambar Rancangan 7
Keterangan Tampak depan karya rancangan 7 Yves Saint Laurent musim gugur 1965 yang diperagakan kembali pada peragaan busana musim semi tahun 2002.
1.
*Penulis tidak menemukan gambar tampak belakang dan tampak samping pakaian ini
Pada karya rancangan 7 ini, terdapat tiga bidang berwarna pada tampak depan karya rancangan yang disebut sebagai model pakaian shift-dress ini. Warna-warna tersebut adalah warna ungu tua, merah jambu dan hitam. Bidang berwarna ungu terdapat pada sisi sebelah kanan shift-dress yang terletak dari bagian bahu dan dada hingga bagian pinggul. Bidang ini terpotong secara simetris dengan bidang berwarna merah jambu yang terletak tepat disebelahnya, dan terpotong pada bagian bawahnya dengan bidang berwarna hitam. Pada bagian tepat di bawah payudara, bidang ungu juga terpotong dengan adanya bidang berwarna hitam yang memotong secara vertikal, sehingga bidang ungu ini agak tergeser sedikit. Sementara itu, bidang berwarna merah jambu yang terletak tepat di sebelah kiri bidang berwarna ungu ini, juga terletak dari bahu dan menurun ke bawah hingga bagian bawah payudara sebelah kiri. Bidang ini pun terpotong dengana adanya bidang berwarna hitam yang mendominasi lebih dari setengah bagian shift-dress ini. Bidang berwarna hitam ini memotong kedua bidang berwarna ungu dan merah jambu sehingga kedua bidang tersebut tak lagi memiliki potongan simetris pada bagian dada dan juga bidang hitam ini membentuk huruf L terbalik. Bidang hitam yang dimulai dari bagian payudara sebelah kiri ini menurun kebawah hingga bagian bawah keliman shift dress ini, dan tepat pada titik pinggul, bidang ini pun memotong menyamping ke kanan, sehingga memotong ke arah bidang berwarna ungu.
204
5.1.8 Karya Rancangan 8 Tabel 5.8: Tabel Gambar Karya Rancangan 8 Yves Saint Laurent Sumber: www.style.com
No.
1.
Gambar Rancangan 8
Keterangan
Tampak depan karya rancangan 8 Yves Saint Laurent musim gugur 1965 yang diperagakan kembali pada peragaan busana musim semi tahun 2002.
*Penulis tidak menemukan gambar tampak belakang dan tampak samping pakaian ini
Pada karya rancangan 8 yang pemakaian warna juga sama persis dengan karya rancangan 7, terdapat tiga bidang berwarna ungu, merah jambu dan hitam. Perbedaan kedua karya rancangan ini terletak pada penempatan warna dan pemotongan garis bentuk bidang-bidang tersebut. Namun, pada karya rancangan 8 ini, bidang berwarna merah jambu mendominasi hampir seluruh bagian leher hingga bagian dada shiftdress. Dimulai dari bahu bagian kiri, menurun hingga bagian ketiak lalu menurun secara miring hingga bagian dada, lalu menaik lagi, juga secara garis miring hingga setengah bagian bahu kiri. Bidang berwarna merah jambu ini akhirnya membentuk suatu bentuk persegi semacam trapezium, karena sisi-sisinya yang agak miring. Lalu, pada bagian tengah tampak depan shift-dress ini, terdapat bidang berwarna hitam yang meneruskan bentuk warna merah jambu yang terletak diatasnya. Bidang berwarna hitam ini terdapat pada bagian dada namun juga ikut naik bersama bidang merah jambu, sehingga menempati setengah bagian bahu kiri hingga bagian pinggul atas. Sementara bagian bawah bidang hitam ini diakhiri dengan suatu garis patah yang berbentuk agar miring ke bawah. Bagian kanan bidang hitam ini berakhir pada pinggul bawah shift-dress dan tepat di bawah garis patah tersebut, terdapat bidang berwarna ungu, yang menyambung hingga bagian bawah shift- dress.
205
5.1.7 Analisa Koleksi Musim Gugur 1965 Peragaan Busana Yves Saint Laurent Koleksi Yves Saint Laurent yang terinspirasi dari karya lukisan Piet Mondrian ini semuanya terbuat dari bahan wol jersey yang dirajut berkali-kali sehingga serat bahan tidak terlihat lagi dan akhirnya membentuk bahan yang padat dan tebal. Semua potongan model pakaian dalam koleksi tahun 1965 ini merupakan potongan berbentuk tunik atau shift-dress, yang bersifat longgar, tidak pas di badan dan memiliki panjang hingga tepat diatas lutut. Bentuk seluruh pakaian ini pun tanpa lengan dan berleher bulat. Koleksi rancangan yang diberi judul "Mondrian Collection" ini mendapat berbagai macam pujian oleh berbagai pihak, seperti contohnya yang ditulis oleh majalah mode terkemuka, Harper's Bazaar edisi September 1965 yang mengatakan:
"The dress of tomorrow-the assertive abstraction, a semaphore flag, sharply 82 defined in crisp white jersey, perfectly proportioned to flatter your figure" "Gaun hari esok-abstraksi yang tegas, pesan yang jelas, penegasan yang kuat dari bahan jersey putih yang segar, diproporsikan dengan sempurna untuk menyanjung tubuh". Koleksi ini diperhitungkan sebagai salah satu momentum mode yang paling terkenal sepanjang sejarah industri mode abad 20 karena sambutan masyarakat mode yang antusias terhadap koleksi ini, selain itu, koleksi ini kerap kali menjadi simbol salah satu keberhasilan dalam penyatuan mode dengan seni abad 20, hal ini terlihat pada buku Art and Fashion: The impact of Art on Fashion and Fashion on Art, karangan DR. Alice Mackrell yang meletakkan karya rancangan 1 sebagai sampul depan dan belakang buku tersebut. Karya rancangan 1 tersebut pun menjadi salah satu pakaian yang seringkali menggambarkan Yves Saint Laurent di berbagai majalah, pada artikel-artikel mengenai Saint Laurent dan karya-karyanya, karya tersebut selalu dipampang. Dalam koleksi ini, Saint Laurent menerap karya Mondrian yang berjudul Composition with Red, Yellow and Blue, seperti yang terlihat pada karya rancangan 1, 82
Ibid.
206
Painting I (1926), perpaduan antara garis-garis warna hitam pada bidang berwarna putih pada karya rancangan nomer 4 dan diperkirakan warna abu-abu pada karya rancangan nomer 5 terinspirasi dari lukisan Mondrian yang berjudul Gray Tree (1911), perpaduan antara Composition I with Blue and Yellow (1925) dan lukisanlukisan Mondrian lainnya, seperti yang terlihat pada pemakaian warna ungu pada karya rancangan nomer 7 dan nomer 8, Composition in White, Black and Red(1936), seperti yang Saint Laurent terapkan pada karya nomer 6, dimana ia menggabungkan perpaduan antara warna hitam, putih dan merah serta Opposition of Lines: Red and Yellow(1937), permainan antara warna hitam, putih dengan bidang-bidang persegi berwarna merah, putih dan kuning, seperti halnya yang terlihat pada karya rancangan nomer. 2 dan 3. Berikut adalah gambar-gambar lukisan Mondrian yang digunakan Yves Saint Laurent dalam menerapkan karya Mondrian pada karya-karya rancangannya: Tabel 5.9 : Tabel Sketsa Rancangan dan Lukisan Mondrian Sumber: penulis dan berbagai sumber
No. Karya Rancangan
Sketsa Karya
Lukisan Mondrian
Rancangan
1.
2.
207
No. Karya Rancangan
Sketsa Karya
Lukisan Mondrian
Rancangan
3.
4.
5.
208
No. Karya Rancangan
Sketsa Karya
Lukisan Mondrian
Rancangan
6.
7.
8.
209
Pada karya rancangan nomer 2 dan 3 tersebut, terlihat adanya perbedaan saling melawan di antara kedua karya tersebut. Sepertinya Saint Laurent ingin menerapkan maksud dibalik judul karya Mondrian, Opposition of Lines: Red and Yellow. Opposition,berarti perlawanan, pertentangan, oposisi.
83
Dan pada karya Saint Laurent
ini, ia membuat dua shift-dress dengan model potongan yang sama, penempatan komposisi garis-garis vertikal dan horizontal yang sama, namun perbedaan yang terletak adalah pada penempatan bidang berwarna merah dan kuning. Apabila pada karya rancangan nomer 2, Saint Laurent menempatkan bidang berwarna merah pada bagian bahu kiri dan bidang warna kuning pada bagian persegi di sisi kanan bawah, sebaliknya pada karya rancangan nomer 3, ia menempatkan bidang berwarna merah pada bagian bahu kanan dan warna kuning pad sisi kiri bawah. Sehingga pada saat kedua shift-dress ini ditempatkan secara bersebelahan, terdapat suatu kesan saling bertentangan, suatu oposisi, sesuai dengan judul lukisan Mondrian. Namun, terdapat perbedaan penempatan warna Saint Laurent dalam karya rancangannya ini dengan penempatan warna yang dilakukan oleh Mondrian. Pada karya Mondrian ini, ia menempatkan warna kuning pada sisi atas kanvas dan warna merah pada sisi kiri bawah kanvas, sehingga kedua bidang warna tersebut saling bersejajar. Sementara Saint Laurent menempatkan warna merah justru di bagian atas, yaitu bagian bahu pada pakaiannya, dan bidang berwarna kuning pada bagian bawah pakainnya. Dan kedua bidang warna pun tidak saling bersejajar, melainkan saling menentang, pada saat bidang berwarna merah ditempatkan pada sisi kanan, maka bidang berwarna kuning ditempatkan pada sisi kiri, begitupun juga sebaliknya, seperti yang terlihat pada karya rancangan nomer 2. Sementara itu, pada karya-karya rancangan lainnya, pemakaian warna pada bidang-bidang dalam pakaian Saint Laurent disesuaikan dengan judul lukisan Mondrian, seperti contohnya Composition with Red, Yellow and Blue tahun 1930, dimana Saint Laurent juga menempatkan ketiga warna tersebut, yaitu merah, biru dan kuning pada bidang-bidang karya rancangan shift-dressnya yang penulis beri nama karya rancangan nomer 1.
83
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka-Jakarta, Edisi Kedua 1996, halaman 407.
210
Komposisi ketiga bidang tersebut pun sama halnya dengan apa yang dilakukan oleh Mondrian, dimana warna biru ditempatkan pada bagian atas kanvas, Saint Laurent juga menempatkan warna biru pada bagian bahu sebelah kiri shift-dress, lalu penempatan warna merah, yang oleh Mondrian dijadikan sebagai bidang yang mendominasi kanvas juga dilakukan oleh Saint Laurent, yang menempatkan bidang berwarna merah pada bagian dada hingga bagian pinggul shift-dress, menghasilkan suatu bidang yang mendominasi pakaian tersebut. Dan bidang berwarna merah ini, pada kedua kanvas dan shift-dress juga dibatasi oleh adanya garis-garis vertikal dan horizontal berwarna hitam. Sementara bidang kuning ditempatkan oleh Mondrian pada sisi kiri bagian bawah kanvas, namun hanya berupa suatu bentuk persegi kecil yang dibatasi oleh garis-garis vertikal dan horizontal berwarna hitam, sehingga menghasilkan sebuah garis bentuk yang mempertegas bentuk persegi empat berwarna kuning tersebut. Lain halnya dengan yang dilakukan Saint Laurent, yang meskipun juga menempatkan bidang berwarna kuning pada bagian bawah hingga keliman pakaian, namun ia menempatkannya tidak hanya sekedar sebagai bagian kecil, melainkan hingga melingkari seluruh bagian bawah shift-dress tersebut. Contoh lain adalah karya rancangan nomer 6, yang menerap karya lukisan Mondrian yang berjudul Composition with White, Black and Red. Sesuai dengan judul karya tersebut, Saint Laurent juga menempatkan warna putih, hitam dan merah pada karya rancangannya tersebut. Meskipun pada karya Mondrian, garis-garis vertikal dan horizontal berwarna hitam dilukiskan dalam jumlah yang banyak, terdapat delapan garis hitam yang terdiri atas tiga garis vertikal dan lima garis horizontal dengan ukuran yang berbeda-beda.Pada karya rancangan Saint Laurent tersebut, hanya terdapat tiga garis berwarna hitam yang terdiri atas dua garis horizontal yang melintasi dari sisi kanan hingga sisi kiri shift-dress dan satu garis vertikal yang terletak tepat pada bagian tengah shift-dress yang dimulai dari bagian leher hingga bagian bawah keliman pakaian tersebut. Selain itu, perbedaan yang lain terletak pada tidak adanya bidang berwarna hitam pada karya rancangan Saint Laurent, lain halnya dengan lukisan Mondrian yang meletakkan sedikit sisipan bidang kecil berwarna hitam pada bagian ujung kiri atas lukisannya. Lalu penempatan bidang berwarna merah juga berbeda dalam apa yang dilakukan oleh Mondrian dan Saint Laurent. Pada lukisannya, Mondrian menempatkan suatu bidang persegi panjang berwarna merah pada bagian kanan bawah kanvasnya. Bidang merah tersebut dibatasi oleh adanya garis-garis vertikal pada sisi kanan dan kirinya serta adanya garis horizontal pada 211
bagian atas bidang tersebut. Sementara pada karya rancangan Saint Laurent, ia justru menempatkan bidang persegi berwarna merah pada bahu sebelah kiri dan hanya berupa bagian kecil pada shift-dress rancangannya itu. Namun, tak semua karya rancangan Saint Laurent diatur sesuai dengan judul karya Mondrian. Seperti yang terjadi pada karya rancangan nomer 7 dan nomer 8 yang berbentuk shift-dress itu. Disini Saint Laurent hanya mengambil konsep dan pemakaian warna pada karya Mondrian yang berjudul Composition I with Blue and Yellow yang dibuat pada tahun 1925. Pada karya lukisan ini, Mondrian menempatkan suatu garis garis vertikal dan horizontal serta bidang berwarna ungu dan kuning pada kanvas yang ia putar sebanyak 45˚ sehingga akhirnya membentuk suatu bentuk wajik. Saint Laurent tetap menempatkan warna ungu yang terdapat pada lukisan tersebut sebagai salah satu bidang berwarna pada karya rancangannya, namun ia tidak serta merta menempatkan bidang berwarna kuning dan bidang berwarna putih yang merupakan warna dasar kanvas Mondrian. Melainkan Saint Laurent justru menggunakan warna hitam dan merah jambu pada bidang karya rancangan shiftdressnya. Pada karya rancangannya tersebut, Saint Laurent juga tidak menempatkan garis-garis vertikal-horizontal berwarna hitam seperti halnya Mondrian pada kanvasnya, melainkan ia hanya menempatkan tiap-tiap bidang berwarnanya saling bersebelahan tanpa dibatasi apapun. Namun, merujuk pada lukisan Mondrian yang kanvasnya diputar tersebut, seperti Saint Laurent berusaha mengambil konsep bentuk wajik kanvas Mondrian tersebut dengan penempatan bidang-bidang berwarna pada karya rancangannya yang ia tempatkan secara miring dan memberi kesan seperti bentuk-bentuk persegi yang agak miring, seperti wajik atau trapezium. Hal ini juga ditambahkan dengan adanya garis patah yang membentuk bidang berwarna hitam dengan bidang berwarna ungu pada karya rancangan nomer 8. Menunjukkan konsep miring yang diterapkan Mondrian pada kanvasnya. Karya Saint Laurent yang berjudul "Mondrian Collection" ini dibuat pada tahun 1965, era dimana model Mod sedang berlangsung. Mod, yang berasal dari kata Modern, merupakan era trend mode tahun 1960an yang mengusung gaya minimalis. Dalam kamus Oxford Dictionary, Mod berarti : mod 1 |mäd| |m d| |m d| adjective informal modern. noun Brit. (esp. in the early 1960s) a young person of a subculture characterized by stylish dress,
212
the riding of motor scooters, and a liking for soul music. ORIGIN abbreviation of modern or modernist . mod 2 |m d| |m d| preposition Mathematics another term for modulo . mod 3 Computing noun (also case mod) a modification of a computer case, usually to add functions or accessories not intended or provided by the original manufacturer. • a modification of a computer by replacing the case with an unexpected type of container, often with windows to allow the electronic parts inside to be seen. verb [ trans. ] modify a computer in this way. DERIVATIVES modder |ˈmädər| noun ORIGIN from modify.
84
Gaya Mod ini dimulai di kota London pada akhir tahun 1950an namun mulai mendunia hingga pertengahan tahun 1960an. Dimulai dengan sekelompok pemuda remaja yang memiliki koneksi dengan perdagangan pakaian di London pada tahun 1958. Kaum yang berasal dari kelas sosial menengah ini kala itu tengah terobsesi dengan mode-mode baru dan gaya musik yang baru muncul kala itu, seperti contohnya jas Itali dengan potongan sederhana, musik jazz dan blues. Gaya hidup mereka pun cenderung dipenuhi dengan pesta tengah malam yang ditemani dengan narkoba. Awalnya, istilah Mod digunakan untuk menggambarkan para penggemar musik jazz modern, namun pada akhirnya, definisi Mod ini meluas dari jazz hingga elemen-elemen gaya hidup dan mode lainnya, seperti pakaian, motor skuter hingga pada sebagian gaya pop-art, film-film Perancis dan teori filsafat eksistensialis. Kaum ini gemar berkumpul di semua kelab malam di London, seperti The Scene dan The Flamingo, serta Twisted Wheel Club di kota Manchester untuk memamerkan gaya berpakaian dan gaya berdansa mereka. Umumnya mereka mengendarai skuter sebagai alat transportasinya, seperti motor Vespa atau Lambretta. Seiring dengan berkembangnya gaya hidup Mod ini, dan mulai diadopsi oleh kaum-kaum remaja di Inggris dari strata ekonomi yang berbeda-beda, kaum Mod memperluas selerea musik mereka melebihi musik Jazz dan R&B, mereka juga mulai tertarik dengan musik Soul, terutama dari kelompok musik Atlantic, Stax, Motown, Jamaican Ska dan Bluebeat. Mereka juga mengembangkan sebuah cap pada musik
84
Dictionary application for Mac 05 X, Macintosh Apple, 2006.
213
Inggris dan R&B melewati musisi seperti Georgie Fame, The Animals, The Who dan The Creation. Bahkan kaum ini menobatkan sejumlah selebriti sebagai "Ratu Mod" seperti Cathy McGowan dan Twiggy, dua ikon mode yang kala itu tengah berjaya dan hingga sekarang sering di sangkut pautkan dengan era Mod ini. Banyak pula perancang mode yang tergabung dalam kaum Mod kala itu. Umumnya gaya berpakaian Mod ini merupakan setelan jas rapih dengan kemeja dan dasi dengan potongan rambut yang agak panjang hingga leher namun tetap klimis, seperti gaya berpakaian kelompok musik The Beatles, bagi kaum pria. Dan bagi kaum wanita, gaya berpakaiannya merupakan sebua shift-dress, gaun berpotongan agak longgar dengan panjang tepat diatas lutut, umumnya tanpa lengan atau berlengan agak besar dan sama sekali tidak ketat, umumnya terbuat dari bahan wol atau bahan yang sintetis. Rambut wanita kala itu pun umumnya dipotong pendek sebahu dan diberi poni yang rapih atau dikonde dengan sasakan yang agak tinggi. Penata rambut yang terkenal kala itu adalah Vidal Sasoon. Biasanya aksesoris berupa topi dan sarung tangan dengan sepatu boots atau sepatu hak rendah bergaya sederhana diikut sertakan dalam gaya ini. Pemakaian warna pada pakaian ala Mod ini pun tidaklah berwarna warni, umumnya warna hitam, putih dan warna-warna netral merupakan trend warna kala itu, dan motif-motif kotak-kota hitam putih seperti motif catur, houndstooth dan argyle dijadikan trend motif pada pakaian kala itu. Perancang mode yang terkenal kala itu dan hingga saat ini masih dijadikan sebagai ikon mode Mod di industri mode dunia adalah perancang seperti Mary Quant, dengan rancangan model rok mininya yang berpotongan dari pinggang hingga bagian paha, yang awalnya dipopulerkan oleh sekelompok remaja wanita di London yang ingin mencari sesuatu yang baru dan mau mencoba memakai rok yang terkesan berani ini. Selain itu, sebelum era Mary Quant, ada pula seorang perancang asal Perancis, yaitu Courreges yang populer dengan gaya-gaya gaun mininya dengan potongan yang rapih dan tegas sehingga menyanjung bentuk tubuh wanita kala itu. Selain itu, Yves Saint Laurent juga mulai dikenal namanya dan digemari karya-karya rancangannya yang bertemakan Mondrian Collection, yang memberi sentuhan warna-warna cerah pada karya rancangan bergaya Mod ini. Koleksinya dianggap sebagai karya rancangan yang ceria dan memberi pendekatan yang segar bagi dunia mode kala itu.
85
85
www.fashion-era.com
214
Ikon mode yang menjadi perlambangan gaya Mod, selain Twiggy dan Cathy McGowan yang telah disebutkan sebelumnya, ada pula kelompok musik The Beatles dan istri presiden Amerika Serikat kala itu, John F. Kennedy, yaitu Jackie Kennedy yang banyak mempengaruhi trend gaya Mod di seluruh dunia. Banyak yang akhirnya mempengaruhi gaya Mod ini, termasuk juga dengan apa yang dilakukan oleh Yves Saint Laurent dalam karyanya, seperti contohnya telah ada mobilitas sosial, fotografi mode yang berani (pose telanjang, dsb.), kemudahan untuk melakukan perjalanan ke luar negeri, karena kala itu mulai terdapat banyak perusahaan penerbangan komersil, Perang Vietnam, musik The Beatles dan gaya rambut mereka yang banyak dijiplak oleh kaum lelaki kala itu, gaya militer-retro, pakaian-pakaian etnik, drama musikal, pop-art hingga film-film Hollywood. Mode kala itu pun mengalami kejayaan karena bahan-bahan yang digunakan. Industri mode memperkenalkan teknologi bahan yang menggabungkan serat alam dengan bahan sintentis, serta penggunaan bahan wol yang dirajut dan ditenun, serta bahan-bahan seperti Polyester, Polyurethanes dan Nylon. Semua bahan serat sintetis ini digunakan untuk membuat pakaian dalam, pakaian renang serta pkaian olahraga. Bahan Lycra juga kala itu banyak digunakan sebagai stoking dan sarung tangan karena karakter bahannya yang gampang untuk dikenakan dan elastis. Gaya pada koleksi Yves Saint Laurent yang bertemakan Mondrian ini memang mengusung gaya Mod, yang cenderung berpotongan sederhana. Dan pada karya-karya rancangannya tersebut, Saint Laurent membuat semua potongan pakaiannya menjadi bentuk shift-dress yang agak longgar, tidak membentuk badan dan tanpa lengan. Potongan pakaian ini memang menjadi bagian dari trend mode kala itu, namun yang dilakukan Saint Laurent adalah dengan menggabungkan trend mode ini dengan nilai-nilai yang diusung oleh Mondrian dalam karya-karya lukisannya. Lukisan Mondrian memang memiliki kesan minimalis dan sesuai dengan konsepnya dimana ia melihat adanya keseimbangan (ekuilibrium) pada segala hal yang ia jalani, termasuk pada karya-karyanya. Hal ini diikuti oleh Saint Laurent yang menggunakan konsep tersebut dalam pakaiannya yang dalam teknik pengerjaannya ini ia potongpotong terlebih dahulu seluruh bahan untuk bidang dan garis-garis pada pakaian untuk kemudian diatur kembali sesuai dengan potongan tubuh pakaian ini. Dan Saint Laurent kerap kali meletakkan suatu bentuk yang saling bersimetris sebagai pengertian personalnya terhadap konsep ekulibrium yang diterapkan Mondrian pada karyanya, sehingga karya rancangan Saint Laurent pun ikut menunjukkan adanya 215
suatu keseimbangan dalam penempatan bidang dan garis-garis vertikal-horizontalnya. Selain
menggunakan
konsep
pemikiran
Mondrian,
Saint
Laurent
juga
mengintepretasikan pengertian pribadinya terhadap judul-judul pada karya lukisan Mondrian yang sebetulnya sudah menggambarkan apa yang tergambar dalam setiap lukisannya, seperti Composition with Blue, yang merupakan suatu komposisi garisgaris hitam vertikal-horizontal dengan sedikit sisipan bidang persegi berwarna biru. Hal inilah yang diterapkan oleh Saint Laurent, yang pada karya-karya rancangannya menerapkan warna yang hampir sama atau sesuai dengan judul lukisan Mondrian. Perbedaannya adalah pada garis-garis vertikal-horizontal pada karya rancangannya, dimana Saint Laurent hanya meletakkan beberapa garis hitam, paling banyak empat hingga lima garis pada tampak depan atau belakang pakaian, sementara Mondrian menempatkan suatu komposisi garis-garis hitam dalam jumlah yang banyak. Pemakaian jumlah garis yang sedikit ini merupakan penyederhanaan bentuk Saint Laurent terhadap lukisan Mondrian. Namun, alasan dibalik pemilihan tema Mondrian mungkin dikarenakan oleh Saint Laurent ingin berusaha untuk mencari suatu kesederhanaan dan keseimbangan dalam hidup dan dalam karya-karyanya. Meskipun trend Mod kala itu juga mengusung kesederhanaan dalam potongan pakaian, namun apabila mengingat sejarah hidup Saint Laurent kala itu, sepertinya wajar jika ia mencari sebuah kedamaian lewat kesederhaan dan keseimbangan dalam lukisan karya Mondrian. Pada awal tahun 1960an, Saint Laurent sempat mengalami tahun-tahun terberat dalam hidupnya. Ia harus menjalani wajib militer dalam Perang Kemerdekaan Aljazair, dan selama mengabdi sebagai tentara itu, ia sering diolokolokan karena pilihan seksualitasnya dan pekerjaannya, kala itu Saint Laurent yang baru berusia 22 tahun bekerja sebagai perancang rumah mode Christian Dior, dan hal ini mengakibatkan Saint Laurent mengalami depresi berat dan dibebas tugaskan karena ia harus menjalani terapi psikologi bahkan hingga terapi elektro agar mengembalikan kestabilan kejiwaannya. Namun, sekembalinya dari dinas militer tersebut, ternyata posisinya di rumah mode Dior telah tergantikan dan ia dipecat secara paksa dari rumah mode yang ia bangun kembali dengan susah payah setelah sebelumnya rumah mode ini mengalami krisis ekonomi sejak ditinggal mati pemiliknya, Christian Dior. Hal ini sungguh menghilangkan semangat Saint Laurent, ibaratnya ia telah jatuh, tertimpa tangga pula. Hingga akhirnya ia menuntut rumah mode Dior dan memenangkan uang tuntutan sebanyak £48.000, angka yang tergolong fantastis kala itu, dan ia gunakan untuk membuka rumah mode atas namanya sendiri. 216
Pada saat inilah, Saint Laurent kembali mendapatkan semangat hidupnya dan membuat koleksi karya rancangannya untuk diperagakan,yaitu Mondrian Collection ini. Diantara seluruh kejadian yang ia alami, Saint Laurent sepertinya hendak mencari kedamaian setelah merasa diperlakukan secara tidak adil, tidak seimbang. Ia mencurahkannya dalam koleksinya ini, yang menjunjung tinggi keseimbangan yang terlihat pada garis-garis dan potongan karyanya ini. Lalu pemilihan model shift-dress oleh Saint Laurent pun mungkin dikarenakan oleh ia telah jenuh dengan semua kerumitan yang terjadi dalam hidupnya, dan ia tak ingin lagi menempatkan kerumitan tersebut dalam karya-karya rancangannya kala itu, sehingga semua model dan potongan karya-karya rancangannya dalam koleksi ini pun semua disamakan. Pemakaian warna cerah yang terdiri atas warna-warna primer pun digunakan Saint Laurent sebagai arti dalam pencerahan yang ia dapatkan dalam membuat koleksi rancangannya ini. Warna-warna primer yang terdiri atas merah, biru, kuning serta hitam dan putih ini mengembalikan kesan ceria setelah sebelumnya ia sempat mengalami masa-masa kelam. Mungkin oleh sebab itulah ia jarang menggunakan warna gelap, kecuali pada dua karya rancangannya yang menggunakan warna ungu tua dan hitam, namun tetap menyisipkan suatu warna cerah, yaitu merah jambu, sehingga menunjukkan adanya keceriaan ditengah-tengah kekelaman. Itulah yang menunjukkan semangat berkarya Saint Laurent, yang meskipun baru saja mengalami masa-masa sulit, depresi serta gangguan kejiwaan yang cukup berat, namun ia bangkit kembali dan membuat sebuah gebrakan dalam dunia mode. Karya-karya rancangan dalam koleksinya ini mendapat sambutan yang hangat di kalangan masyarakat mode, baik para konsumen maupun para kritikus mode, hingga akhirnya karyanya ini banyak dibeli oleh para wanita kelas atas dan membawa nama Saint Laurent pada jajaran perancang muda ternama kala itu. Bahkan tak sedikit perancang-perancang mode lainnya, terutama perancang busana massal atau perancang konveksi yang mengikuti gaya koleksi Saint Laurent ini. Mereka menggunakan lukisan Mondrian sebagai tema dalam rancangan pakaiannya dan mengambil konsep-konsep yang terdapat dalam karya Mondrian dan Saint Laurent sehingga membuat intepretasi personal mereka terhadap karya kedua maestro tersebut. Pemakaian karya Mondrian sebagai tema dalam karya rancangan busana ini diikuti tak hanya pada era 1960an, melainkan pada dekade-dekade sesudahnya, seperti pada dekade 1970an seperti yang dilakukan oleh nama perusahaan Sabrina Original yang menggunakan tema Mondrian dalam salah satu pakaian yang ia jual, 217
lalu pada tahun 1980an oleh perancang ternama asal Italia, Franco Moschino bahkan hingga tahun 2006, oleh perancang mode asal Amerika Serikat, Donna Karan. Pendek kata, tak hanya menuai sukses pada eranya, koleksi rancangan bertemakan Mondrian ini menjadi salah satu koleksi yang paling berpengaruh sepanjang sejarah mode abad20 dan abad-21. Hingga kini, Yves Saint Laurent terhitung sebagai salah satu perancang mode paling berpengaruh di dunia. Karya-karya rancangannya selalu menembus pasar industri mode dunia dan selalu disambut baik oleh para kritikus mode, bahkan hingga kini ia telah pensiun dan mempercayakan kendali rumah modenya kepada Stefano Pillati. Karya rancangan rumah mode Yves Saint Laurent akan selalu digemari dan disambut baik oleh para masyarakat mode dunia.
218
5.2
Donna Karan Donna Karan lahir di Queens, New York pada tahun 1949. Ia dibesarkan di
daerah Long Island oleh ayah tirinya, yang seorang penjahit dengan ibunya yang kala itu berprofesi sebagai model. Ia bersekolah di Parson's School of Design, salah satu sekolah desain mode paling bergengsi di dunia, dan setelah lulus ia bekerja pada rumah mode milik perancang Anne Klein. Karirnya di rumah mode ini pun terbilang cemerlang, ia berhasil mendapatkan posisi sebagai kepala tim desain di rumah tersebut hingga tahun 1984. Pada tahun 1985, Karan meninggalkan Anne Klein untuk mendirikan perusahaannya sendiri. Awalnya, karya rancangan Karan terkenal karena potongan bentuk tubuh pakaiannya yang elastis. Pada tahun 1988, ia memperkenalkan koleksinya dibawah label DKNY (Donna Karan New York) yang menandakan periode awal dalam perkembangan perusahaannya yang gemilang. Awalnya koleksi DKNY ini diperuntukkan bagi pakaian pengantin, namun pada akhirnya DKNY menjadi suatu label yang terkenal karena gaya pakaiannya yang modern, muda dengan harga terjangkau, pakaian yang cocok bagi kaum muda di daerah perkotaan. Donna Karan terkenal akan pengertiannya mengenai kebutuhan dalam berpakaian yang diinginkan oleh para wanita lewat karya-karya rancangannya. Saat merancang karya-karyanya, ia tidak pernah membayangkan pakaiannya tersebut harus dikenakan oleh seorang model terkenal, melainkan untuk dikenakan oleh wanita biasa seperti dirinya. Yang terjadi di perusahaannya adalah, sebelum setiap pakaian diproduksi, pakaian tersebut harus disetujui Karan dan dilihat apakah pakaian tersebut cocok atau tidak jika dikenakan pada dirinya. Sepertinya, dengan pakaian Karan, fungsi lebih diutamakan sebelum gaya. Suami Karan, Stephen Weiss merupakan orang yang mengendalikan perusahaan ini, meskipun sebelumnya Weiss, yang seorang pematung bertugas untuk mengendalikan bagian kosmetik perusahaan Karan. Namun pada akhir tahun 1995, ia mengundurkan diri dari segala kesibukan di perusahaan istrinya untuk berkonsentrasi pada karirnya sebagai seorang seniman. Dan pada pertengahan tahun 1997, Karan mengikuti jejak suaminya untuk mengundurkan diri sebagai presiden perusahaannya. Hingga saat ini, ia tetap menjadi ketua dan kepala desainer di perusahaannya. Namun ia mempercayakan semua kendali perusahaan ini kepada John Idol, yang sekarang ini
219
memiliki jabatan sebagai Chief Executive Officer, atau wakil eksekutif dalam perusahaan tersebut. Donna Karan memiliki ketertarikan dalam bidang filsafat Timur dan gemar sekali bermeditasi, hal ini tercermin dalam kesederhanaan garis-garis dan potongan karya-karya rancangannya. Ia juga tidak jauh-jauh mencari inspirasi dalam berkarya, contohnya, Gabby, salah satu anaknya yang masih remaja selalu menjadi inspirasi utamanya dalam merancang pakaian untuk koleksi DKNYnya.
Gambar 5.2 : Donna Karan Sumber: www.lvmh.com
220
5.2.1 Karya Rancangan 1 Tabel 5.10 Tabel Gambar Karya Rancangan 1 Donna Karan Sumber: www.style.com
No.
1.
Gambar Rancangan 1
Keterangan
Tampak depan karya rancangan 1 koleksi musim semi 2006 Donna Karan.
*Penulis tidak menemukan gambar tampak belakang dan tampak samping pakaian ini
Karya rancangan Donna Karan ini merupakan salah satu karya rancangan untuk koleksi musim semi 2006nya yang bertemakan lukisan Piet Mondrian. Pada karya yang berbentuk sebuah shift-dress berlengan ¾ ini, motif-motif yang digunakan merupakan motif-motif garis patah berwarna hitam, kuning dan merah diatas bidang dasar berwarna putih. Potongan leher pada shift-dress yang juga bisa dijadikan sebagai long coat ini dipotong dalam bentuk lingkar namun saling menumpuk, sehingga membentuk sebuah kerah yang saling menindih, kerah sebelah kanan menumpuk diatas kerah sebelah kiri. Panjang long-coat ini menurun hingga bagian lutut dan nampak adanya sebuah lapisan dalam berwarna merah yang membentuk suatu shift-dress (gaun/ tunik yang longgar di tubuh) dan panjang lapisan dalam ini pun juga sama dengan panjang long-coat, sehingga pada saat sang model berjalan, lapisan dalam ini nampak kelihatan karena long-coat tidak terkancing hingga bagian bawah. Pada bagian kerah long-coat, terdapat dua garis hitam yang memanjang secara horizontal, namun karena kerah tersebut berbentuk miring, akhirnya garis-garis tersebut pun ikut menjadi miring dan membentuk suatu garis-garis diagonal. Garis pada kerah sebelah kanan memanjang hingga bagian ujung tengah kerah sementara
221
garis pada kerah sebelah kiri hanyalah sebuah garis pendek yang memanjang dari bagian samping kerah ke belakang. Sementara tepat di bagian bawah kerah sebelah kiri ini terdapat dua buah garis kuning kecil yang saling bersebelahan dan menurun secara vertikal hingga ke bagian dada atas. Dan bersejajar dengan kedua garis tersebut, terdapat adanya suatu bentuk huruf "L" terbalik berwarna hitam yang memanjang hingga ke bawah salah satu garis kuning tadi, lantas dibawah bentuk huruf "L" tersebut juga terdapat adanya suatu garis berbentuk strip berwarna hitam kecil dan dibawahnya lagi terdapat suatu bentuk persegi yang tidak rapih yang memanjang ke bawah berwarna merah. Masih pada sisi kanan long-coat, terdapat sebuah garis berwarna merah pada bagian bawah long-coat, garis ini mengelilingi dan bersejajar dengan garis berwarna hitam yang terdapat pada bagian keliman long-coat. Kedua garis ini mengelilingi tampak depan hingga samping long-coat. Lalu pada lengan sebelah kanan pun terdapat beberapa bentuk abstrak berupa garis-garis berwarna hitam. Pada ujung depan terdapat sebuah bentuk huruf "L" berwarna hitam tebal yang memanjang hingga bagian bawah keliman lengan tersebut, dan pada bagian sampingnya terdapat sebuah garis kecil lainnya yang lebih tipis dan pendek. Sementara itu, pada lengan bagian kanan terdapat juga garis-garis hitam tebal yang melintasi bagian lengan tersebut dan membentuk secara diagonal, sementara itu, terdapat garis horizontal yang masih menyambung dengan garis diagonal tersebut namun ia membentang dari bagian lengan hingga bagian dada sebelah kanan long-coat. Lalu pada sisi-sisi kanan long-coat bagian paha dan beberapa cm diatas keliman terdapat dua buah garis kecil yang dimulai dari sisi-sisi samping pakaian dan hanya memanjang secara vertikal hingga ke bagian kancing long-coat. Gaya ini diperlengkap oleh Donna Karan dengan pemakaian sepatu sendal dengan hak tinggi dan tali-tali silang dan horizontal berwarna hitam.
222
5.2.2 Karya Rancangan 2 Tabel 5.11 Tabel Gambar Karya Rancangan 2 Donna Karan Sumber: www.style.com
No.
1.
Gambar Rancangan 2
Keterangan
Tampak depan karya rancangan 2 koleksi musim semi 2006 Donna Karan.
*Penulis tidak menemukan gambar tampak belakang dan tampak samping pakaian ini
Berikut ini merupakan sebuah rancangan gaun tanpa lengan dengan leher berbentuk huruf "V" (V-Neck). Gaun selutut dengan potongan princess line ini juga merupakan salah satu koleksi rancangan Donna Karan yang diperagakan pada peragaan busana musim semi 2006nya di Olympus Fashion Week, New York. Gaun ini memiliki potongan tubuh dengan model kimono dan pada bagian pinggangnya terdapat tali berwarna hitam yang mengelilingi bagian pinggang. Pada bagian bahu gaun ini, Karan menggunakan bahan chiffon berwarna hitam yang ia letakkan dari bagian bahu belakang hingga depan dan menurun hingga bagian atas dada. Kemudian disambungkan dengan bahan berwarna putih yang merupakan bahan dasar gaun ini. Pada bagian dada sebelah kiri, tidak terdapat adanya motif-motif apapun, bagian ini hanya berupa bahan putih polos, namun pada bagian dada sebelah kanan terdapat dua garis miring berwarna hitam dan sedikit sentuhan goresan berwarna merah. Pada seluruh bagian tubuh gaun Donna Karan ini terdapat goresan-goresan berupa motif berwarna merah, kuning dan hitam yang menyebar secara abstrak diatas bidang dasarnya yang berwarna putih. Bentuk-bentuk tersebut bermacam-macam, seperti bentuk lingkaran berwarna kuning pada bagian tengah gaun, atau bentuk
223
melengkung berwarna merah dengan garis berwarna hitam, dan garis melengkung *Penulis tidak menemukan gambar tampak belakang dan tampak samping pakaian ini
berwarna kuning yang terdapat pada bagian bawah gaun ini. Sebagian besar motifmotif ini terdapat pada bagian kanan bawah gaun sementara pada bagian kiri dan bagian atas hanya beberapa saja. Donna Karan memadu padankan gaun yang bertemakan lukisan Mondrian ini dengan sepatu sendal wedges bertali berwarna merah yang merupakan salah satu komponen warna dominan pada karya-karya Mondrian.
5.2.3 Karya Rancangan 3 Tabel 5.12 Tabel Gambar Karya Rancangan 2 Donna Karan Sumber: www.style.com
No.
1.
Gambar Rancangan 3
Keterangan
Tampak depan karya rancangan 3 koleksi musim semi 2006 Donna Karan.
*Penulis tidak menemukan gambar tampak belakang dan tampak samping pakaian ini
Gaun berikut ini, juga termasuk dalam koleksi musim semi 2006 Donna Karan merupakan gaun panjang se-mata kaki tanpa lengan dengan tali spaghetti berwarna hitam dengan bagian tubuh berwarna dasar putih. Pada gaun ini, juga terdapat motifmotif abstrak berbentuk lingkaran, garis-garis dan persegi. Seperti gaun yang sebelumnya, mayoritas motid-motif abstrak tersebut diletakkan pada bagian bawah gaun, tepatnya bagian bawah setelah pinggang, sementara pada bagian dada, hanya terdapat dua motif, yaitu motif persegi berwarna merah dan kuning yang berada tepat diatasnya. Sementara pada bagian pinggang sebelah kiri terdapat motif berupa lingkaran besar berwarna kuning yang dipertegas dengan outline hitam. Lalu tersebar pada bagian kanan gaun ini adalah motif-motif berbentuk lingkaran berwarna merah dan hitam, serta bentuk persegi yang patah berwarna hitam serta bentuk lingkaran
224
berwarna merah yang dikelilingi dengan suatu bentuk yang menyerupai huruf "C" berwarna kuning. Pada bagian keliman bawah gaun ini, terdapat pula motif berupa garis-garis yang saling menyambung berwarna merah dan kuning dengan sedikit garis berwarna hitam sebagai pembatas atas kedua warna merah dan kuning. Namun garis-garis ini terpotong dan tidak mengelilingi seluruh bagian bawah gaun ini. Untuk mempercantik gaun panjang ini, Karan menyematkan pita berwarna hitam yang mengelilingi pinggang dan menjadi salah satu daya tarik gaun ini. Ia juga memadukan gaun ini dengan sepatu sendal strappy berwarna hitam yang berpasangan serasi dengan tali spaghetti warna hitam ‘penggantung kanvas putih.
5.2.4 Karya Rancangan 4 Tabel 5.13 Tabel Gambar Karya Rancangan 2 Donna Karan Sumber: www.style.com
No.
1.
Gambar Rancangan 4
Keterangan
Tampak depan karya rancangan 1 koleksi musim semi 2006 Donna Karan.
*Penulis tidak menemukan gambar tampak belakang dan tampak samping pakaian ini
Karya rancangan berikut ini merupakan long-coat selutut dengan lengan ¾ dan kerah lebar berpotongan princess-line. Bahan dasar yang digunakan pada longcoat ini didominasi dengan warna hitam. Namun pada potongan kupnat princess-line ini, Karan menegaskan garis-garis potongannya dengan bahan berwarna merah yang akhirnya membentuk sebuah garis yang memanjang dari bagian bahu hingga bagian bawah long-coat. Tak hanya bagian kupnat, garis-garis merah tersebut juga
225
menegaskan garis-garis potongan kantong dan hem pada lengan. Garis-garis ini memberi kesan bentuk persegi empat dan mempertegas bentuk tubuh. Garis-garis merah ini membentuk sebuah kesan simetris karena saling sejajar dan terdapat pada bagian yang sama pada sebelah kanan dan kiri long-coat ini, seperti yang terlihat pada garis yang menurun dari bahu hingga bawah, garis-garis pada kantong dan pada lengan. Pada bagian pinggang juga terdapat garis berwarna merah yang merupakan garis tepi dari pita hitam besar yang melingkari bagian pinggang pada long-coat ini. Pada bagian bawah tepat diatas keliman, terdapat garis lebar dengan ukuran ±10 cm berwarna kuning yang mengelilingi bagian bawah long-coat. Namun garis kuning ini terpotong hanya hingga pada setengah bagian tubuh karena tepat bagian tengah-tengah long-coat ini terdapat kancing-kancing besar dengan dasar berwarna hitam. Penempatan bidang kuning dianggap cerdik karena anpa adanya lajur yang langsung menarik perhatian itu, long-coat ini akan nampak monoton. Long-coat ini memberi kesan equilibrium, seperti yang digagas oleh Mondrian pada prinsip-prinsip lukisannya, dimana garis-garis pada long-coat ini saling bersimetris dan terdapat adanya sebuah keteraturan dalam bentuk dan penempatan garis-garis tersebut.
5.2.5 Karya Rancangan 5 Tabel 5. 14 Tabel Gambar Karya Rancangan 5 Donna Karan Sumber: www.style.com
No.
1.
Gambar Rancangan 5
Keterangan
Tampak depan karya rancangan 5 koleksi musim semi 2006 Donna Karan.
*Penulis tidak menemukan gambar tampak belakang dan tampak samping pakaian ini
Pada pergelaran busana musim semi 2006 yang bertemakan Mondrian ini, Donna Karan tidak selalu terpaku pada pemakaian motif-motif lukisan Mondrian saja,
226
namun ia juga menerapkan konsep dari warna-warna Mondrian. Seperti yang terlihat pada karya rancangan diatas, dimana Karan hanya menggunakan bahan-bahan polos namun menggunakan pemakaian warna, yaitu warna putih, hitam dan merah yang terdapat pada lukisan Mondrian yang berjudul Composition with White, Black and Red. Karya rancangan ini merupakan atasan kemeja berwarna putih dengan potongan hingga pinggang dan kerah lebar berbentuk hufur "V". Kedua sisi kerah disambungkan dengan pita besar yang menjuntai hingga bagian pinggang. Lengan kemeja ini pun dibuat dengan potongan hingga ¾ bagian lengan dengan bentuk agak menggembung. Kemeja ini dipadukan dengan rok pencil berwarna hitam selutut dan sepatu sendal strappy berwarna merah.
5.2.6 Karya Rancangan 6 Tabel 5. 15 Tabel Gambar Karya Rancangan 6 Donna Karan Sumber: www.style.com
No.
Gambar Rancangan 6
Keterangan
1.
Tampak depan karya rancangan 6 koleksi musim semi 2006 Donna Karan.
*Penulis tidak menemukan gambar tampak belakang dan tampak samping pakaian ini
Gaun dengan potongan leher boat-neck ini juga termasuk dalam koleksi Donna Karan yang bertemakan Mondrian. Namun gaun selutut dengan tali spaghetti ini hanya mengambil kesan Mondrian melalui warna-warnanya saja. Warna merah dijadikan sebagai warna dasar pada gaun ini, sementara pada bagian tali bahu Karan menggunakan bahan berbeda dengan warna kuning dan pada bagian pinggang ia menyematkan tali dengan lebar ±10cm berwarna hitam yang dibentuk menjadi pita. Sementara
ia
memadukan
gaun
dengan
potongan
berbentuk
balon
yang
menggembung pada bagian bawahnya dengan sendal berwarna hitam yang bertali. 227
5.2.7 Karya Rancangan 7 Tabel 5. 16 Tabel Gambar Karya Rancangan 7 Donna Karan Sumber: www.style.com
No.
Gambar Rancangan 6
1.
Keterangan
Tampak depan karya rancangan 7 koleksi musim semi 2006 Donna Karan.
*Penulis tidak menemukan gambar tampak belakang dan tampak samping pakaian ini
Karya rancangan diatas merupakan terusan rok berlengan ¾ dengan potongan hingga selutut. Bagian leher terusan ini dipotong dengan model Sabrina persegi dan bentuk tubuh terusan ini dipotong lurus sehingga membentuk bawahan semi-A-line. Potongan lengan pun dibuat agak menggembung seperti balon dan dikerut pada jahitan atas lengan. Pada terusan ini, bahan yang digunakan berupa bahan katun berwarna merah dan pada bagian pinggang terdapat tali berwarna hitam yang mengelilingi pinggang dan dibentuk menjadi pita. Disini Karan tidak sepenuhnya menjiplak lukisan Mondrian, melainkan hanya menggunakan warna-warna yang terdapat pada lukisan Mondrian yang berjudul Composition in White, Black and Red, dimana ia menggunakan warna merah sebagai bahan dasar terusan dan kombinasi pita hitam serta perpaduan sepatu sendal hitam bertali silang, sedangkan warna putih seakan-akan diwakilkan dengan warna kulit sang model. Namun tak hanya sebatas pemakaian warnanya saja, Karan juga mengaplikasi bentuk-bentuk kubis dan kesederhanaan bentuk pada karya rancangannya ini, sama halnya dengan konsep yang diterapkan oleh Mondrian dalam karya-karyanya. Seperti yang terlihat pada potongan leher terusan yang membentuk suatu persegi namun menyambung kebawah hingga membentuk suatu bentuk wajik. Sedangkan kesederhanaan bentuk terlihat pada potongan rok yang lurus dan tidak adanya motifmotif atau elemen apapun pada terusan ini.
228
5.2.8 Karya Rancangan 8 Tabel 5. 17 Tabel Gambar Karya Rancangan 8 Donna Karan Sumber: www.style.com
No.
Gambar Rancangan 8
1.
Keterangan
Tampak depan karya rancangan 8 koleksi musim semi 2006 Donna Karan.
*Penulis tidak menemukan gambar tampak belakang dan tampak samping pakaian ini
Pada karya rancangan ini, Donna Karan menggunakan bahan satin silk berwarna kuning sebagai bahan utama dalam summer-dress dengan potongan fullskirt ini. Pada kedua bahunya, Karan menggunakan bahan chiffon berwarna emas yang kemudian disambungkan dengan bahan satin silk kuning pada bagian dada. Potongan dada pun dibentuk menjadi huruf “V”, V-neck, yang menuruni tubuh dari bahu hingga bagian dada. Kemudian disambungkan dengan lilitan pita emas yang mengelilingi bagian pinggang. Sementara bagian pinggang hingga lutut berupa bahan kuning dengan potongan serong yang membentuk sebuah full-skirt. Gaun ini mengingatkan pada lukisan Mondrian yang berjudul Composition with Yellow Lines, karena penggunaan warnanya, yaitu warna kuning, serta bentuk V-neck pada bagian lehernya, yang menyerupai lukisan Mondrian tersebut yang merupakan kanvas putih dengan empat garis kuning pada sisinya, dan kanvas ini diputar 45° sehingga membentuk wajik.
229
5.2.9 Analisa Koleksi Musim Semi 2006 Peragaan Busana Donna Karan Pada tanggal 16 September 2005 di kota New York, Amerika Serikat, Donna Karan menggelar peragaan busananya di Olympus Fashion Week yang diadakan setiap tahunnya. Pada peragaan busananya kali in, Karan terinspirasi dari karya-karya seniman yang ia lihat di Museum of Modern Art, New York. Ia menerapkan karyakarya dari Jackson Pollock dan Paul Klee yang diterapkan pada motif-motif cetak graffiti pada pakaian-pakaian rancangannya yang meliputi gaun, jaket dan long-coat. Ia juga menerapkan warna-warna pada karya lukisan Mondrian dan membuat sendiri motif-motif berdasarkan karya-karya lukisan Mondrian namun secara abstrak. Pada peragaan ini, Karan menggambarkan karya-karyanya sebagai “free-fall back dresses”, yang dimaksud dengan free-fall dalam hal ini adalah bentuk siluet tubuh yang menjuntai mengikuti bentuk tubuh ke arah bawah, dan dengan pemakaian bahan-bahan yang halus dan tipis seperti chiffon dan katun, Karan lebih memfokuskan diri dengan permainan bentuk tubuh serta potongan pola dan pemakaian warna-warna primer seperti kuning, merah, hitam dan putih. Meskipun ternyata terdapat ornamen-ornamen motif, bentuk-bentuk siluet pakaiannya pun tetap dibuat dengan kesan minimalis, tanpa elemen-elemen dekoratif dan potongan yang sederhana. Hal ini mengingatkan penulis akan karya-karya Alexander Calder, salah seorang seniman pengikut Mondrian, yang karya-karyanya banyak terinspirasi dari karya Mondrian setelah pada bulan Oktober 1930, ia berkunjung ke studio Mondrian di Paris dan terkesan dengan karya-karya Mondrian yang berupa eksperimen komposisional. Ia menganggap bahwa pengalaman tersebut sungguh “mengejutkan” 86
dirinya terhadap abstrak . Semenjak itulah, ia mulai membuat karya-karya seni abstrak, yang dimulai dengan lukisan lalu karya patung. Saat itu ia mengatakan 87
bahwa ia ingin membuat “karya-karya Mondrian bergerak” . Ia terkenal dalam membuat karya-karya abstrak tiga dimensi yang bergerak (mobile). Meskipun
86
www.calder.org
87
Alice Mackrell. Art and Fashion: The Impact of Art on Fashion and Fashion on Art,.London : BT Batsford, 2005, hal 147
230
demikian, karyanya memang tak jauh dari kesan Neoplastisisme Mondrian, terlihat dari pemakaian warna yang serupa dengan Mondrian, yaitu warna-warna primer, hitam dan putih. Sehingga dalam hal karya rancangan Donna Karan, ada beberapa karya rancangan, seperti karya rancangan 1, 2 dan 3, dimana terdapat motif-motif abstrak pada bahan pakaiannya. Khususnya pada karya rancangan 2 dan 3, motif-motif pada karya rancangan Karan ini memiliki kemiripan dengan lukisan Calder yang berjudul Untitled (1930) serta karya-karya tiga dimensinya yang berjudul Steel Fish (1934), Black Frame (1934) dan Red and Yellow Vane (1934). Pada karya-karyanya tersebut, Calder membuat bentuk-bentuk geometris berwarna-warni primer dengan garis-garis patah berwarna hitam. Hampir serupa dengan motif-motif pada karya rancangan Karan. Namun, Karan tak sepenuhnya terpaku untuk menerap karya Calder, ia juga menerap karya Mondrian selaku seniman pendahulu Calder. Pada rancangannya ini, Karan banyak menerapkan warna-warna pada lukisan Mondrian yang berjudul Composition in White, Black and Red, seperti yang terlihat pada karya rancangan 7, Composition with Yellow Lines, seperti yang terlihat pada karya rancangan 8, dimana Karan menggunakan bahan satin silk berwarna kuning dan menambahkan sedikit bahan berwarna emas pada bagian bahu dan lilitan pada pinggang yang membentuk sebuah pita. Pada karya rancangan 1, Donna Karan menerapkan lukisan Mondrian yang berbeda yang diterapkan sebagai motif pada long-coat rancangannya, yaitu pada lukisan Opposition of Lines: Red and Yellow, dimana lukisan tersebut berupa kanvas dengan dasar berwarna putih dan garis-garis vertikal dan horizontal berwarna hitam serta sebuah bentuk bidang persegi berwarna kuning yang terdapat pada bagian kiri atas kanvas yang terpotong dengan lintasan-lintasan garis vertikal dan horizontal berwarna hitam, dan sebuah bentuk bidang persegi berwarna merah pada bagian kiri bawah kanvas. Sama halnya dengan lukisan Mondrian ini, Karan juga menggunakan warna-warna tersebut pada karya rancangannya, namun ia tidak menjiplak secara langsung motif pada lukisan Mondrian, melainkan membuat penyederhanaan bentuk pada garis-garis tersebut sehingga memberi kesan yang lebih abstrak, hampir serupa dengan metode berkarya Calder, garis-garis hitam serta bentuk-bentuk persegi berwarna merah dan kuning tersebut ia buat lebih pendek dan bertebaran tidak beraturan. Kemudian, untuk menambah elemen warna merah, Karan memadukan long-coat ini dengan lapisan dalam berupa terusan berwarna merah. 231
Sementara pada karya rancangan 4, yang berupa long-coat berwarna hitam dengan lengan panjang dan panjang rok selutut, Donna Karan memusatkan pada kesan ekuilibrium yang digagas oleh Mondrian pada prinsip-prinsip lukisannya, dimana garis-garis pada long-coat ini saling bersimetri dan terdapat adanya sebuah keteraturan bentuk dan penempatan gairs-garis tersebut. Meskipun pada dasarnya Mondrian berpegang pada kehematan jumlah warna dan long-coat karya rancangan nomor 4 hanya memanfaatkan tiga warna primer, yakni hitam, kuning dan merah, akan tetapi sesungguhnya Mondrian amat jarang menggunakan kanvas berwarna selain putih dan abu-abu. Karya rancangan ini serupa dengan lukisan Mondrian yang berjudul Composition no. III (1935-1942), yang menggambarkan dua garis horizontal yang menuruni unjung atas kanvas hingga ujung bawah kanvas dan saling bersimetris. Dengan demikian, bidang “kanvas” berwarna hitam dapat dikatakan “bukan ciri utama Mondrian”. Namun, karya rancangan nomor 4 ini tetap dilekati semangat dan ciri-ciri
yang
melekat
pada
lukisan-lukisan
Mondrian,
yakni
antara
lain
kesederhanaan dan keseimbangan bidang yang selaras. Lalu pada karya rancangan nomor 5, Karan memanfaatkan pemakaian warna primer putih, hitam dan merah yang terdapat pada lukisan Mondrian yang berjudul Composition with White, Black and Red (1936). Namun ketiga warna tersebut tidak dirangkai dalam sebuah motif pakaian, melainkan padu padan pakaian dari atas sampai bawah, dimana blazer atasan berupa warna putih, sementara rok bawahan berwarna hitam dan dipadukan dengan sepatu bertali-tali silang dan vertikal berwarna merah. Pemakaian warna-warna pada lukisan Mondrian yang dipadukan menjadi sebuah setelan pakaian ini juga terjadi pada karya rancangan nomor 6, 7 dan 8. Dimana Pada karya rancangan nomor 6, yang berupa gaun selutut berwarna merah, dipadukan dengan pita berwarna hitam pada bagian pinggangnya dan sendal bergaris vertikal berwarna hitam dan mengambil warna dari karya Mondrian yang berjudul Opposition of Lines: Red and Yellow (1937). Sementara pada karya rancangan nomor 7, yang
berupa terusan rok berlengan ¾ dengan potongan selutut dan berkerah
Sabrina persegi ini mengambil inspirasi dari lukisan Mondrian yang berjudul Composition in White, Black and Red(1936), dilihat dari pemakain warna merah sebagai warna dasar pakaian dan pita hitam pada pinggang . Terakhir adalah karya rancangan nomor 8 yang berupa gaun berwarna kuning yang dipadukan dengan pita emas memiliki keserupaan dengan karya Mondrian yang berjudul Composition with Yellow Lines (1933). 232
Tabel 5.18 : Tabel Sketsa Rancangan dan Lukisan Mondrian Sumber: penulis dan berbagai sumber
No. Karya
Sketsa Karya Rancangan
Lukisan Mondrian
Rancangan 1.
2.
3.
233
No. Karya
Sketsa Karya Rancangan
Lukisan Mondrian
Rancangan 4.
5.
6.
234
No. Karya
Sketsa Karya Rancangan
Lukisan Mondrian
Rancangan 7.
8.
Pemakaian warna-warna cerah yang dilakukan oleh Karan memang sesuai dengan trend warna 2006 yang mencakup warna kuning, merah, tembaga, emas dan putih. Didukung pula dengan trend menerap karya lukisan dari seniman-seniman ternama seperti yang dilakukan oleh Vera Wang yang mengambil inspirasi dari lukisan Henri Matisse dengan menerapkan alur bunga dan sulur dedaunan pada lukisan Matisse sebagai corak pakaian Wang, atau Karl Lagerfeld yang secara terbuka mengakui bahwa sumber inspirasinya untuk koleksi ready-to-wear dan aksesori spring/summer rumah mode Fendi tahun 2006 tak lain adalah Fauvism. Pada salah satu rancangan pakaiannya, Lagerfeld membuat percikan mosaik gaya lukisan seniman Andre Derain, sedangkan Matisse dicantumkan pada iconic spy bag Fendi limited editions sebagai inspirasinya. Contoh lain dalam trend memadukan seni dengan mode yang terjadi pada tahun 2006 adalah yang dilakukan oleh perancang asal Inggris, Stella McCartney yang membuat kolaborasi dengan Jeff Koons, seniman
235
controversial asal New York yang flamboyan dan sering dijuluki sebagai ‘iconic neopop’. Kolaborasi antara McCartney dengan Koons berupa pembuatan aksesoris kalung dan gelang dengan ornamen lukisan Koons yang berjudul Rabbit. Setelah itu, karya lukisan Koons yang berjudul Lips juga diangkat oleh McCartney dengan membuat cetakan lukisan tersebut diatas kain sutra chiffon dan dijadikan sebagai gaun kemben panjang. Namun tak hanya itu saja trend mode yang terjadi pada tahun 2006, ada tiga 88
siluet bentuk tubuh yang kala itu menjadi trend utama, yaitu : 1. The Hourglass Silhouette - siluet berbentuk gitar yang mengikuti lekuk tubuh wanita dan memberikan kesan seperti jam pasir. 2. The 60s A-Line Silhouette-siluet berbentuk huruf “A” pada tubuh khususnya pada rok dan bagian bawah gaun atau long-coat yang sempat populer pada tahun 1960an. 3. The Volume Look- siluet yang memberi tambahan volume pada tubuh, seperti aksen kerutan yang membuat gembungan pada lengan atau bagian pinggang. Apabila melihat pada kecendrungan trend seperti yang telah disebutkan diatas, Donna
Karan
telah
menerapkan
trend-trend
mode
tersebut
pada koleksi
rancangannya. Ia banyak menggunakan siluet The 60s A-Line Silhouette pada karya rancangannya tersebut serta The Volume Look pada potongan garis rok dan gaungaunnya. Ia juga tak ketinggalan ikut serta dalam trend penggabungan antara seni dan mode, dalam hal ini, ia menggunakan karya lukisan Mondrian. Sama halnya dengan Mondrian yang sering diasosiasikan dengan kesederhanaan dan minimalisme, Donna Karan juga terkenal dengan rancangan-rancangan pakaiannya yang sederhana dan minimalis dilihat dari garis-garis potongan dan siluet tubuh pada rancangannya yang jarang sekali ditambahkan dengan aksesoris-aksesoris atau elemen dekoratif yang membuat pakaiannya tampak ramai. Karan seringkali dijuluki sebagai ratu ready-towear fashion karena rancangannya yang memiliki daya pakai yang tinggi dan digemari oleh segala pihak baik tua maupun muda.
88
www.fashion-era.com 236
Kecintaan Karan terhadap Yoga, meditasi dan budaya timur seringkali tercermin dalam karya-karyanya. Hal tersebut juga terefleksikan pada koleksinya yang bertemakan Mondrian. Kedua seniman dan perancang ini memiliki kesamaan dalam pemikiran bahwa konsep kehidupan harus memiliki keseimbangan. Pada suatu kali Karan mengatakan, 89
“Everything in life... has to have balance ”-segala hal dalam kehidupan harus memiliki keseimbangan. Hal inilah yang mungkin menambah ketertarikan Karan untuk menerapkan lukisan dan konsep Mondrian ke atas rancangan-rancangannya. Mengingat bahwa trend 2006 juga banyak terfokus pada nostalgia terhadap gaya pakaian tahun 1960an, yang menjunjung tinggi kesederhanaan bentuk, trend 2006 seakan memilih pelarian terhadap kerumitan masalah yang terjadi di dunia, seperti perang dan kejadiankejadian sejarah abad-21 yang dipenuhi dengan kekerasan dan penderitaan. Dunia mode
memberikan
pilihan
bagi
para
konsumennya
untuk
kembali
pada
kesederhanaan. Trend 2006 ini tidak menawarkan kerumitan detil pakaian, rendarenda, hiasan-hiasan tambahan, hanya berupa siluet tahun 1960an yang elegan dengan rancangan yang sederhana dan menggunakan bahan dengan kualitas tinggi. Material yang digunakan haruslah mencerminkan kemewahan yang dikombinasikan dengan penjahitan dan pemotongan pola yang baik. Konsep trend tersebut pun juga terlihat pada karya Karan. Namun, berbeda dengan Saint Laurent yang pada beberapa karya rancangannya dengan jelas memindahkan kanvas Mondrian pada karya rancangannya, karya-karya rancanganya Karan pada koleksi musim semi 2006nya ini sebagian besar hanya mengambil konsep kesederhanaan bentuk seperti yang ia lakukan pada potongan pakaiannya. Sementara pada permainan motif, ia cenderung lebih terpaku untuk menerap karya Alexander Calder dalam karya rancangannya. Sepertinya Karan ingin mewujudkan perkataan Calder bahwa ia ingin membuat “karya-karya Mondrian bergerak”, tak hanya Karan membuat “karya Mondrian bergerak”, ia juga membuat “karya Calder bergerak”. Banyak kritikus mode yang akhirnya membandingkan karya rancangan Donna Karan dengan Yves Saint Laurent pada tahun 1960an karena kesamaan tema inspirasi yang dilakukan oleh kedua perancang. Banyak yang menganggap bahwa Karan justru 89
http://www.brainyquote.com/quotes/authors/d/donna_karan.html 237
gagal mengantarkan kesan Mondrian dalam karya-karya rancangannya, seperti yang dikatakan oleh Nicole Phelps, pada ulasan kritiknya di www.style.com mengenai koleksi Karan ini, “As literal as Yves Saint Laurent's 1965 Mondrian shifts, they carried a big, visual punch, but they weren't the show's most-powerful pieces. That distinction would be reserved for what Karan described in her run of show as freefall back dresses. Gathered by a sash in front that passed between the middle back and the fabric, they tented out behind the models as they glided around the runway. Silhouettes for both day and evening were generally full, although she did show a few strict pencil skirts, as well as fitted, cropped pants. Two sequined gowns near the end of the show seemed out of place, mostly for their predictability. A third, with a creamy white illusion neckline and a navy body, looked too familiar. An inventive, fluid way 90 with draping is what Karan's audience has come to expect and appreciate. ” “Rancangan Karan memang menerjemahkan secara harfiah karya Mondrian seperti karya shift-dress yang dilakukan Yves Saint Laurent pada tahun 1965, karya rancangan Karan memang membawa gebrakan visual yang besar, namun tidak menjadi karya yang paling kuat. Perbedaan antara kesuksesan karya Karan dan Saint Laurent pun dapat dilupakan dengan gaya-gaya Karan yang menggambarkan peragaan busananya sebagai pakaian-pakaian yang jatuh ke belakang. Hal tersebut terlihat dari tali yang terdapat di bagian depan pakaian yang melingkari tubuh dan menyatukan semua bahan pada bagian pinggang, dan melambai kala sang model berjalan diatas panggung busana. Siluet untuk pakaian malam dan siang umumnya dibuat penuh oleh Karan, meskipun ia sempat menampilkan rok pencil dan celanacelana ketat. Dua gaun berpayet pada akhir peragaan terlihat tidak teratur dan amburadul, serta sudah dapat diramalkan. Ada pula gaun dengan ilusi pada garis leher yang terlalu sering terlihat pada peragaan Karan. Satu hal yang inventif adalah cara Karan yang berbeda kali ini dalam membuat pola pakaiannya, dan inilah yang ditunggu-tunggu oleh para penggemar Karan”. Dari segi tema, rancangan Karan memang terkesan biasa saja dan tidak menampilkan sesuatu yang baru, ia tetap terikat dengan karakteristik khas yang biasa ia lakukan, yaitu bentuk-bentuk minimalis yang sederhana. Ia dianggap gagal dalam mengantarkan pesan Mondrian dan tidak dapat menandingi Yves Saint Laurent, peragaan busananya pada musim semi 2006nya tersebut pun biasa saja hingga para penonton, khususnya yang sering mendatangi peragaan busana Karan sudah tau pakaian-pakaian dan alur peragaan busananya ini. Meskipun demikian, menurut 90
www.style.com 238
penulis, Karan justru lebih cerdik dalam memilih cara untuk menerapkan karya Mondrian, dan tak hanya lukisan Mondrian namun juga karya Calder sebagai salah satu seniman pengikut Mondrian. Disini Karan tak serta merta menjiplak langsung, seperti yang dilakukan oleh Saint Laurent, namun juga membuat studi yang lebih rinci dan mendalam mengenai karya Mondrian dan dampak-dampaknya terhadap para seniman sesudahnya. Ia memberikan semangat “Mondrian” dalam bentuk yang berbeda, padu padan pakaian dari atasan hingga sepatu sendal bertali berupa garisgaris horizontal membawakan nuansa lukisan Mondrian dari segi pemakainya dan bukan hanya dari segi pakaiannya saja. Dari segi pemotongan pola pun, Karan memang menawarkan bentuk-bentuk potongan baru yang inovatif, seperti potongan leher persegi dan potongan lengan balon.
239