BAB IV PENERAPAN KARYA PIET MONDRIAN PADA KARYA RANCANGAN BUSANA
4.1
Sampel Data Karya Rancangan Busana Yang Menerap Karya Piet Mondrian Pada Sub-Bab ini, penulis menguraikan sampel-sampel data karya rancangan
busana yang menerap karya Piet Mondrian yang merupakan karya-karya rancangan beberapa perancang yang ditemukan pada beberapa situs internet. Sesuai dengan pendekatan penelitian sebagaimana yang dikemukakan pada Sub-Bab 1.7, guna memberikan gambaran atas data dan fakta historis secara deskriptif sebagaimana adanya, penulis memaparkan semua karya rancangan yang ditemukan pada situs www.snap-dragon.com, www.google.com, www.style.com.
4.1.1
Karya Rancangan Busana Yves Saint Laurent Tabel 4.1 Karya Rancangan Busana Yves Saint Laurent Sumber: Berbagai Sumber Gambar Rancangan
Keterangan Model Pakaian
Shift-dress karya rancangan Yves Saint Laurent pada tahun 1965 yang terinspirasi dari karya Piet Mondrian pada tahun 1965. Sumber: www.storyboardtoys.com
Salah satu koleksi shift-dress rancangan Yves Saint Laurent yang terinspirasi dari Piet Mondrian pada tahun 1965. Sumber: www.flickr.com
166
Gambar Rancangan
Keterangan Model Pakaian
Salah satu koleksi shift-dress rancangan Yves Saint Laurent yang terinspirasi dari Piet Mondrian pada tahun 1965. Sumber: www.vam.ac.uk
Salah satu koleksi shift-dress rancangan Yves Saint Laurent yang terinspirasi dari Piet Mondrian pada tahun 1965. Sumber: www.museumofcostume.co.uk
Salah satu koleksi shift-dress rancangan Yves Saint Laurent yang terinspirasi dari Piet Mondrian pada tahun 1965 Sumber: www.style.com
167
Gambar Rancangan
Keterangan Model Pakaian
Salah satu koleksi shift-dress rancangan Yves Saint Laurent yang terinspirasi dari Piet Mondrian pada tahun 1965 (tampak depan). Sumber: www.style.com
Salah satu koleksi shift-dress rancangan Yves Saint Laurent yang terinspirasi dari Piet Mondrian pada tahun 1965 (tampak belakang). Sumber: www.style.com
Salah satu koleksi shift-dress rancangan Yves Saint Laurent yang terinspirasi dari Piet Mondrian pada tahun 1965 Sumber: www.style.com
Salah satu koleksi shift-dress rancangan Yves Saint Laurent yang terinspirasi dari Piet Mondrian pada tahun 1965 Sumber: www.style.com
168
4.1.2
Karya Rancangan Busana Donna Karan Tabel 4.2: Karya Rancangan Busana Donna Karan Sumber: www.style.com Gambar Rancangan
Keterangan Model Pakaian
Shift-dress berlengan ¾ koleksi musim semi 2006 Donna Karan yang terinspirasi dari karya lukisan Piet Mondrian.
Gaun v-neck selutut tanpa lengan koleksi musim semi 2006 Donna Karan yang terinspirasi dari karya lukisan Piet Mondrian.
Gaun panjang bertali Spaghetti koleksi musim semi 2006 Donna Karan yang terinspirasi dari karya lukisan Piet Mondrian.
169
Gambar Rancangan
Keterangan Model Pakaian
Long-coat selutut koleksi musim semi 2006 Donna Karan yang terinspirasi dari karya lukisan Piet Mondrian.
Setelan blazer pendek dengan rok pensil selutut koleksi musim semi 2006 Donna Karan yang terinspirasi dari karya lukisan Piet Mondrian.
Gaun selutut bertali Spaghetti koleksi musim semi 2006 Donna Karan yang terinspirasi dari karya lukisan Piet Mondrian.
170
Gambar Rancangan
Keterangan Model Pakaian
Shift-dress selutut berlengan ¾ dengan kerah persegi koleksi musim semi 2006 Donna Karan yang terinspirasi dari karya lukisan Piet Mondrian.
Summer-dress selutut tanpa lengan dengan kerah v-neck koleksi musim semi 2006 Donna Karan yang terinspirasi dari karya lukisan Piet Mondrian.
4.1.3
Karya Rancangan Perancang Busana Lainnya Yang Menerap Lukisan Piet Mondrian Tabel 4.3: Karya Rancangan Perancang Busana Lainnya Yang Menerap Lukisan Piet Mondrian Sumber: Berbagai sumber Gambar Rancangan
Keterangan Model Pakaian
Jaket rancangan Steve Evans yang terinspirasi dari karya Piet Mondrian. Sumber: www.ebay.com
171
Gambar Rancangan
Keterangan Model Pakaian Gaun tanpa lengan rancangan perancang busana asal Jepang, Tadashi yang terinspirasi dari karya Piet Mondrian. Sumber: www.ebay.com
Blazer “Art is Love” karya rancangan rumah mode Moschino Cheap and Chic yang terinspirasi dari karya Piet Mondrian. Sumber: www.snap-dragon.com
Shift-dress tanpa lengan berjudul “Art is Love” karya rancangan rumah mode Moschino Cheap and Chic yang terinspirasi dari karya Piet Mondrian. Sumber: www.snap-dragon.com
172
Gambar Rancangan
Keterangan Model Pakaian Gaun vintage bertemakan lukisan Piet Mondrian yang mengikuti garis potongan rumah mode Courreges. Diperkirakan gaun ini dibuat pada tahun 1970an, namun nama perancang tak disebut. Sumber: www.ebay.co.uk
Gaun rancangan Jay Jacobs yang terinspirasi dari lukisan Mondrian dan aliran De Stijl. Sumber: www.snap-dragon.com
Tunik rancangan Prili yang terinspirasi dari lukisan Mondrian, Composition 1 with Blue and Yellow. Sumber: www.snap-dragon.com
Karya rancangan tunik dari rumah mode JRT bertemakan lukisan Mondrian. Sumber: www.snap-dragon.com
173
Gambar Rancangan
Keterangan Model Pakaian Terusan pendek sepaha berleher halter karya rancangan Linda Seyd yang dibuat pada tahun 1980an. Sumber: www.retrochique.com
Gaun panjang tanpa lengan dengan leher halter bertemakan “pelaut” dengan cetakan bahan yang terinpirasi dari karya Mondrian yang berjudul “Victory BoogieWoogie”, karya rancangan label Sabrina Original yang dibuat pada tahun 1970an. Sumber: www.retrochique.com
Karya Rancangan Gillian Short Sumber: www.snap-dragon.com
Shift-dress berlengan pendek ini diproduksi oleh label “Another Exquisite Fashion form Beauty Loom”. Bertemakan lukisan Mondrian dan diperkirakan dibuat pada akhir dekade 1960an. Sumber: www.ebay.com
174
Gambar Rancangan
Keterangan Model Pakaian
Shirt-dress selutut dan berlengan panjang ini terinspirasi dari lukisan Mondrian, diperkirakan dibuat pada tahun 1990an, namun nama perancang tidak diketahui. Sumber: www.google.com
Baju olahraga sepeda gunung produksi Le Coq Sportif, yang dikenakan oleh atlet Maurice Leguilloux pada GBT Competition tahun 1980an. Sumber: www.snap-dragon.com
Dua orang wanita yang mengenakan pakaian bertemakan lukisan Mondrian. Sumber: www.altavista.com
175
4.2
Analisa Pakaian Yang Menerap Lukisan Mondrian Mode, sebagai salah satu cabang dari seni rupa terapan memang memiliki
hubungan yang erat dengan dunia seni rupa murni. Hal ini telah terbuktikan jauh sejak zaman Renaissance hingga masa sekarang.
71
Keterkaitan tersebut dapat terlihat
dengan karya-karya seni lukis maupun karya suatu rancangan pakaian pada masa lampau dimana banyak seniman lukis khususnya seniman Eropa yang membawa pengaruh yang besar bagi perubahan serta perkembangan mode saat itu lewat karyakarya seni lukisnya. Contohnya, karya-karya Jean-Antoine Watteau, salah satu seniman besar era Rococo, yang sering membuat karya lukisan yang menggambarkan suatu pesta atau pertemuan sosial dimana para tamu berdatangan dengan memakai pakaian yang mewah dengan latar taman yang asri. Selain itu, ia juga membuat sebuah seri karya etsa yang berjudul Figure de mode, menggambarkan figur-figur pria dan wanita yang sedang mengenakan pakaian-pakaian indah dan mewah dengan latar belakang pemandangan (landscape). Inilah mengapa Watteau dianggap sebagai salah satu contoh tokoh yang paling penting dalam menggabungkan interaksi antara seni dengan mode.
72
Karya-karya Watteau bahkan dijadikan inspirasi bagi para seniman generasi sesudahnya yang juga berpengaruh dalam menyatukan mode dan seni, seperti contohnya; Francois Boucher yang dalam dunia mode dan seni selalu dianggap sebagai seniman yang mempengaruhi gaya Rococo. Menurut Goncourt bersaudara, Boucher merupakan 'salah satu sosok yang menciptakan gaya pada abad tersebut'.
73
Karya-karya Boucher meliputi karya lukisan, seni grafis, tenunan, penata panggung hingga ilustrasi pada buku. Karyanya terinspirasi dari subjek dan gaya lembut pada karya-karya Watteau, dimana ia membuat karya-karya etsa yang mengambil tema dari lukisan Watteau dan mengeksplorasikan elemen asimetris pada seni Cina, chinoiserie akhirnya menjadi salah satu motif yang paling populer dalam gaya Rococo. Lewat publikasi karya-karyanya inilah, Boucher memiliki pengaruh yang hebat dalam menyebar gaya pakaian Rococo ke seluruh Eropa.
71
Alice Mackrell, Art and Fashion: The Impact of Art on Fashion and Fashion on Art, BT Batsford, London, 2005, hal. 5. 72 Ibid, hal. 23 73 Ibid, hal. 23
176
Coco Chanel, yang merupakan salah satu tokoh penting dalam dunia mode wanita juga seringkali mendapatkan inspirasi dan tema dari dunia seni dalam merancang suatu koleksi pakaian atau dalam menciptakan sebuah trend mode. Ia kerap dianggap sebagai sosok yang memiliki peran sangat penting dalam menghubungkan seni dengan mode di Paris, termasuk di dalamnya surealisme. Ia berteman dekat dengan seniman-seniman seperti Pablo Picasso, Diaghilev, Igor Stravinsky, Jean Cocteau, Christian Berard, Eduardo Garcia, Marcel Vertes dan Salvador Dali. Chanel merancang kostum yang digunakan Cocteau dalam pertunjukkannya Antigone (tahun 1922), juga karya lain seperti kolaborasi Diaghilev dan Cocteau dalam Le Train Bleu (The Blue Train) (1924), pertunjukkan balet Stravinsky Apollo Musagetes (1929), satu lagi pertunjukkan Cocteau Oediperoi (King Oedipus) (1937), Le Chevalier du table ronde (The Knights of the Round Table 1937) dan pertunjukkan balet Dali Baccanale untuk The Ballet Russes of Monte Carlo tahun 1939. Pada akhirnya keterlibatan Chanel dalam surealisme tak dapat dihindari lagi dan dengan demikian pada tahun-tahun akhir 1930 menciptakan pengaruh yang luar biasa dalam bidang mode dan seni. Salah satu karya rancangan Chanel yang mengambil tema surealisme dapat terlihat kala tahun 1938, rancangannya yang dinamai ‘Chanel’s Immaculate Shell of White Grosgrain’ muncul dalam majalah Harper’s Bazaar edisi bulan Januari. Dengan gambaran yang dibuat oleh salah seorang seniman grafis aliran surealis, Marcel Vertes, imej kerang yang awalnya terinpirasi dari novel bergambar karya Max Ernst, dimana dalam salah satu potongan novel tersebut terdapat sebuah gambar bejudul Eau. Pada gambar itu Ernst menempatkan cangkang kerang di atas kepala wanita yang kemudian menjadi personifikasi wanita dari air. Chanel memilih bahan grosgrain, semacam sutra, yang memiliki untaian dari satu ujung ke ujung lainnya. Warna putih polos dari bahan grosgrain memberikan kesan air sementara untaiannya menggambarkan penggarisan pada kulit kerang. Sebagaimana halnya kerang asli yang bertujuan memberikan perlindungan, hal ini juga dimaksudkan oleh Chanel dalam rancangan topi kerangnya. Topi bergaya turban ini pun sukses diterima oleh pasar mode kala itu. Chanel menambahkan ke dalam busana dan aksesorisnya motif surealis dalam bentuknya yang paling imajinatif dan trendi. Pada sekitar tahun 1938-39 ia merancang sebuah busana dan mantel dari bahan satin hitam yang dihiasi renda hitam berkilap dari bahan manik-manik yang diatur serupa dengan sisik ikan. Efek 177
tambahan pada busana itu diberikan oleh satin sutra merah dan tali pinggang. Kombinasi warna ini berguna untuk memperkuat komponen dekoratif dari aspek surealisme. Hal yang sama juga bisa disebutkan pada enamel bros kuda laut rancangannya yang merupakan interpretasi elegan dan cerdik dari gaya surealis. Namun tak hanya seni saja yang berpengaruh masuk ke dalam dunia mode, mode pun juga begitu sebaliknya. Hal ini dapat terlihat dalam karya-karya seni seniman kenamaan, seperti contohnya Salvador Dali adalah seniman hebat yang telah mengeksplorasi penggambaran bentuk klasik. Lukisannya yang paling menarik dengan didasari konsep ini adalah Shades of Night Descending pada tahun 1931 dimana bentuk khayal dari figur klasik tersebut menjadi hidup dalam suatu lahan kosong. Tema surealis yang mencekam ini diperlihatkan pada Exposition Internationale yang diadakan di Paris tahun 1937 dimana pada bagian Pavillon d’Elegance ditampilkan karya kolaborasi dengan perancang Etienne Kohlmann. ‘…dikerjakan dalam mode surealis yang artistik untuk mendramatisasi mode Paris. Figur tanpa wajah dengan bahasa tubuh tertentu dihiasi oleh gaun dan aksesoris terkini. Pose mereka terpaku pada posisi yang mirip pahatan dengan latar belakang yang amat kontras. Pencahayaan yang seadanya memberikan efek misterius yang biasanya ingin diciptakan para penulis aliran surealis mengungkapkan arti yang melebihi kesamaan dengan tubuh manusia, sehingga manekin ini menjadi semacam katalis misterius dari 74 imajinasi manusia...’ Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa kaitan antara seni dan mode memang sangat luas untuk dijangkau, oleh karena itu, penulis mempersempit tema dengan memfokuskan kaitan antara seni dan mode dalam hal ini adalah kaitan antara karya seni Piet Mondrian dengan rancangan pakaian beberapa perancang busana yang telah terjadi semenjak tahun 1960an hingga terakhir data yang diperoleh penulis yakni rancangan tahun 2006 dari Donna Karan, seorang perancang mode asal Amerika yang memperagakan suatu koleksi pakaian musim semi/ panas dengan dilandasi karya seni Piet Mondrian. Berawal dari gebrakan yang dilakukan oleh Yves Saint Laurent pada tahun 1965, dimana ia pada pertama kalinya menggabungkan karya seni lukisan Piet Mondrian yang berjudul Composition with Red, Yellow and Blue dengan rancangan busananya yang berbentuk tunik. Ia memamerkan karya-karyanya ini untuk pertama kalinya pada tanggal 2 Agustus 1965 untuk pergelaran mode (fashion show) koleksi 74
Ibid., hal 138
178
musim gugur 1965 di Paris. Koleksi pergelaran mode pertama atas namanya sendiri ini berhasil membawa namanya kembali ke dunia mode Eropa setelah sebelumnya dipecat dari rumah mode Christian Dior pada tahun 1960. Dan tak hanya itu, ia kemudian diperhitungkan sebagai salah satu sosok jenius di bidang mode karena berhasil membuat sebuah rancangan yang dianggap sangat ekspresif dan merupakan puncak peleburan antara seni dan mode pada dekade 1960an.
75
Pada koleksinya ini, Saint Laurent merancang sebuah koleksi busana tunik yang menggunakan bahan wol jersey dengan pola garis-garis hitam yang saling menyilang dan blok warna primer yang didasarkan pada lukisan abstrak karya Piet Mondrian. Dalam merancang karya ini, Saint Laurent merasa bahwa bidang pada pakaian dapat dijadikan dasar yang ideal untuk menempatkan blok-blok warna. Kala itu, banyak seniman-seniman kontemporer 1960an yang membuat karya berupa bidang rata yang terinspirasi dari Mondrian, dan Saint Laurent merupakan salah satunya yang sukses membawa tema tersebut kepada publik. Tak hanya fenomenal karena konsepnya yang memperlakukan busana rancangannya; sebagaimana halnya Mondrian menciptakan kanvasnya; namun juga ia membuat suatu prestasi yang hebat dalam pembuatan pakaian. Ia membagi-bagi bahan jersey tersebut menjadi beberapa bagian, dan membuat suatu urutan untuk menghasilkan kesamaan dengan urutan yang dilakukan oleh Mondrian dan menyatukan semua potongan-potongan tersebut sehingga membentuk suatu bentuk pakaian, dalam hal ini bentuk tunik, dan menyembunyikan jahitan-jahitan dalam penyatuan bidang-bidang tersebut dengan 76
garis-garis jahitan pada pinggirnya.
Aplikasi Saint Laurent dari siluet berbentuk
geometris yang mencontoh gaya Mondrian ini dalam rancangannya menciptakan suatu kemewahan yang modern bagi dunia rancang mode khususnya dunia mode adibusana. Majalah Harper's Bazaar edisi bulan September 1965, selaku kritikus mode kala itu memuji koleksi Yves Saint Laurent tersebut dan menganggapnya sebagai busana masa depan.
77
Dalam koleksinya ini, Saint Laurent menggunakan
warna-warna primer pada lukisan Mondrian pada setiap rancangannya, yaitu putih, merah, biru, kuning dan hitam pada garis-garis pembatas bidang berwarna seperti halnya lukisan Mondrian. Selain itu ia juga menggunakan warna-warna lain, seperti ungu dan merah jambu. 75
Ibid., hal 148 http://www.metmuseum.org/ 77 Op cit., hal 148 76
179
Namun tak hanya menjiplak langsung sesuai dengan kanvas Mondrian, Saint Laurent juga membuat beberapa modifikasi, seperti pada warna dan garis-garis hitam pembatas bidang. Tidak seperti lukisan Mondrian dimana pada setiap bidangnya terdapat beberapa garis-garis pembatas berwarna hitam dengan ukuran yang beragam dan memenuhi hampir setiap bidang serta saling bersinggungan satu dengan yang lainnya, Saint Laurent hanya meletakkan garis hitam tersebut di bagian tengah tunik atau sebagai garis penegas lingkar leher, dan pada bagian dada hanya terdapat satu atau dua garis vertikal, begitupun juga dengan bagian bawah pinggang. Kesan menyederhanakan garis hitam ini memberi efek simetris pada pakaian dan penegasan pada bentuk badan si pemakainya. Pada koleksinya ini, ada pula garis hitam yang hanya berbentuk salib yang terbentang secara vertikal dan horizontal dari ujung atas hingga ujung bawah dan dari kanan ke kiri, kemudian pada bagian bawah pakaian, terdapat garis hitam setinggi ± 7 cm yang melingkari pakaian tersebut. Ada pula model tunik dengan konsep yang agak sedikit berbeda dengan kanvas lukisan Mondrian, namun tetap memiliki konsep yang sama, dalam karya rancangannya ini, ia menggunakan warna ungu dan merah jambu dan hitam semua sebagai dasar pakaian tersebut, tanpa dibatasi dengan adanya garis-garis hitam yang melintang. Pada karyanya ini, Saint Laurent memotong-motong bahan jersey berwarna ungu, pink dan hitam tersebut menjadi tiga bagian namun dalam ukuran yang berbeda-beda. Warna ungu ditempatkan pada setengah bagian kanan atas (dari leher) hingga garis pinggul bawah, sementara bagian berwarna pink ditempatkan pada setengah bagian kiri atas, tepat di sebelah bidang berwarna ungu namun hanya hingga bagian bawah dada, selanjutnya diteruskan oleh bidang berwarna hitam yang mendominasi seluruh bagian tengah hingga bawah pakaian ini. Bagian berwarna hitam ini memotong bidang berwarna ungu dan membentuk huruf L pada bidang pakaian tersebut. Rancangan pakaian dengan komposisi warna-warna tersebut dihasilkan oleh Saint Laurent secara beragam pada potongan-potongan bidang dan bentuk-bentuk bidangnya. Seperti halnya Mondrian, yang membuat versi yang berbeda-beda pada setiap seri lukisannya, Saint Laurent juga demikian, ia tidak selalu menggunakan warna dan meletakkan bidang-bidang persegi pada tempat yang sama seperti Mondrian; atau meletakkan garis-garis hitam yang banyak dengan beragam bentuk dalam pembagian bidang berwarna; Saint Laurent hanya menggunakan konsep Mondrian, yaitu Neoplastisime dalam koleksinya ini.
180
Hasil karya rancangan Saint Laurent ini diterima dengan baik oleh publik mode saat itu, dan dianggap sebagai suatu fenomena dan gebrakan yang luar biasa yang dilakukan oleh seorang perancang yang baru saja 'didepak' secara tidak hormat oleh rumah mode Dior, yang kala itu mengganti Saint Laurent dengan Marc Bohan sebagai direktur kreatifnya; karena Saint Laurent harus melaksanakan tugas wajib militernya. Dan saat Laurent kembali, posisinya sudah tergantikan begitu saja. Namun, lewat koleksinya itu, ia kembali ke dunia mode dan diperhitungkan sebagai salah satu perancang busana yang terkemuka dalam industri mode dunia. Saint Laurent memiliki kemampuan luar biasa untuk memprediksi perubahan yang akan terjadi di dunia mode. Di tahun 1966, ia memamerkan koleksi Pop Art-nya dengan membuka butik siap pakai pertamanya di Paris yang diberi nama Rive Gauche. Sebagaimana yang ia inginkan, ia menyebut rancangan siap pakainya ini sebagai 'suatu bentuk fabrikasi mesin'.
78
Saint Laurent sering dihubungkan dengan seni, ia membuat banyak karya berupa desain pakaian dan bordir yang didasari oleh lukisan-lukisan seniman terkenal seperti Mondrian, Matisse, Picasso dan Braque, namun ia selalu berhasil menjadikannya sebagai ikon historis pada industri mode dan membuat sebuah trend mode pada zamannya. Seperti yang dikatakannya, “seperti Proust, saya sangat mengagumi persepsi saya mengenai dunia yang sedang mengalami transisi yang hebat. Mode yang hebat merupakan mode yang dapat menterjemahkan kejadiankejadian transisi tersebut ke dalam bentuk pakaian.” Ia pernah menggambarkan apa yang
dilakukannya
sebagai
'seni
minor',
meskipun
pada
menambahkannya, 'mungkin tidak se-minor itu, pada akhirnya.'
79
akhirnya
ia
Saint Laurent
memiliki kemampuan luar biasa untuk memprediksi perubahan yang akan terjadi di dunia mode dan hal tersebut terlihat pada karya-karyanya yang senantiasa dapat membentuk sebuah trend mode baru. Seni sebagai sumber inspirasi bagi Saint Laurent kembali menjadi subjek dari suatu pameran dalam pembukaaan Yayasan Pierre Berge-Yves Saint Laurent di Paris tahun 2004. Dalam pameran yang dijuluki Yves Saint Laurent: Dialogue with Art (tanggal 10 Maret – 18 Juli 2004), ditampilkan sekelompok kreasi dari Saint 78 79
Ibid., hal 148 Angela Buttoplh, et al, The Fashion Book, Phaidon, London, 1998, hal. 406.
181
Laurent beserta sejumlah lukisan yang antaranya diciptakan oleh Piet Mondrian, Henri Matisse, Pablo Picasso dan Andy Warhol. Dalam kesempatan tersebut Saint Laurent menyatakan, “Saya tidak pernah membandingkan diri dengan senimanseniman tersebut, karena itu akan sangat palsu.” Ia meneruskan pernyataannya, “Saya hanya mencoba untuk menjadi seniman dalam bidangnya sendiri.” Bagi Saint Laurent, Andy Warhol memberikan inspirasi dalam setiap hal yang dilakukannya.
80
Dalam pameran tersebut juga terdapat dua busana Pop Art rancangan Saint Laurent. Sebagai salah satu pencipta trend dalam dunia mode, karya Saint Laurent yang bertemakan 'Mondrian' pun banyak disalin oleh produsen-produsen busana yang kemudian membuat salinannya yang murah untuk dipasarkan. Banyak pula perancang-perancang muda sesudahnya yang mengikuti ‘gaya Mondrian' ini ke dalam rancangannya, semenjak dekade 70an, 80an bahkan hingga tahun 2006, dimana terakhir perancang terkemuka asal Amerika, Donna Karan, menggelar koleksi musim semi 2006nya yang mengambil tema 'Mondrian'. Pakaian-pakaian yang dibuat oleh para perancang tersebut memang memiliki ciri khas yang sama, yaitu penggunaan warna-warni Mondrian, garis-garis vertikal dan horizontal pada bidang pakaiannya serta konsep Neoplastisisme yang dikemukakan oleh Mondrian. Perbedaannya terletak pada garis potongan dan padu padan pakaian yang menyesuaikan dengan trend mode pakaian pada dekade-dekade dimana pakaian tersebut dibuat. Namun tak hanya itu, ada pula beberapa perancang yang sengaja mengganti warna atau bentuk garis-garis pada bidang dengan menyesuaikan ciri khas rumah modenya masingmasing, seperti yang dilakukan oleh Franco Moschino, pendiri rumah mode Moschino asal Italia. Pada rancangannya yang bertemakan 'Mondrian: Art is Love", Moschino memang mengambil komposisi warna-warna dan garis sesuai dengan lukisan Mondrian yang berjudul Composition with Red, Yellow and Blue, namun pada salah satu potongan garis vertikal-horizontal berwarna hitam yang seharusnya berbentuk persegi empat, ia menggantikan salah satu bentuk persegi tersebut pada setiap rancangannya dengan bentuk hati yang tetap memiliki garis tepi berwarna hitam, sehingga bentuk hati tersebut tetap menyatu dengan garis-garis vertikal-horizontal berwarna hitam yang saling menyilang pada pakaian tersebut. Rumah mode Moschino memang terkenal dengan garis rancangannya yang terkesan ceria, berwarna-warni dan ditargetkan bagi para wanita muda yang feminin, romantis dan memiliki gaya hidup 80
D. Vreeland, Yves Saint Laurent (katalog pameran), Metropolitan Museum of Art, New York, 1983, hal. 27.
182
yang berwarna-warni. Ciri khas tersebut selalu dituangkan oleh Moschino pada setiap desain pakaian yang dibuatnya, tidak terkecuali dengan rancangan pakaian yang bertemakan 'Mondrian' tersebut.
Gambar 4.1 Karya Rancangan Moschino "Art is Love" www.snap-dragon.com
Selain itu ada pula beberapa perancang busana produk massal atau yang disebut dengan perancang konfeksi, yang membuat produk-produk pakaian bertemakan 'Mondrian'. Seperti yang dilakukan oleh Linda Seyd, pada tahun 1980an, dimana ia membuat sebuah dress dengan leher halter berwarna biru, merah, kuning, putih dengan garis-garis horizontal berwarna hitam di sepanjang pakaian tersebut. Dalam rancangan busana yang menggunakan bahan katun dan polyester ini, Seyd hanya mengambil warna-warna yang digunakan Mondrian dalam lukisannya yang berjudul Composition with Red, Yellow and Blue, namun tidak sepenuhnya menjiplak karya tersebut. Ia memang menempatkan adanya garis-garis hitam yang membujur secara horizontal, namun tidak terdapat garis-garis hitam vertikal seperti yang dilakukan oleh Mondrian. Pakaian yang berpotongan pendek dan tanpa lengan ini dijual di situs internet www.retrochique.com dan terdapat pada segmen bagian pakaian vintage, atau pakaian-pakaian kuno yang terbuat pada tahun 1980an. Gaya dan garis potongan pada pakaian rancangan Seyd ini mencirikan gaya pakaian tahun '80an, dimana pada saat itu, gaya yang menjadi trend dalam berbusana adalah pakaian-pakaian jalanan yang melawan dengan gaya glamor, sehingga pakaian cenderung terbuka karena saat itu terdapat indikasi trend mode dalam pemujaan terhadap tubuh yang bugar, berpotongan pendek dan menggunakan warna-warna
183
cerah dan berani. Dalam rancangannya tersebut, Seyd memadu padankan pakaiannya dengan sepatu boots berwarna putih dari bahan vinyl.
Gambar 4.2 Karya Rancangan Linda Seyd Sumber: www.retrochique.com
Selain Seyd, dalam situs www.retrochique.com tersebut juga terdapat karya rancangan perancang busana massal lainnya yang mengusung tema lukisan Mondrian, yaitu pakaian yang dibuat oleh perancang busana dibawah label Sabrina Original. Pakaian yang dibuat oleh Sabrina Original ini diperkirakan dibuat pada dekade 1970an, dan tak seperti halnya dengan karya rancangan yang bertemakan Mondrian lainnya dimana sebagian besar mengambil tema lukisan Mondrian yang berjudul Composition with Red, Yellow and Blue, rancangan label Sabrina Original ini mengambil karya Mondrian yang berjudul Victory Boogie-Woogie, lukisan terakhir Mondrian sebelum kematiannya, yang tak pernah ia rampungkan. Dalam lukisan ini, Mondrian menggambarkan bentuk-bentuk persegi kecil dengan ukuran yang berbedabeda berwarna merah, biru dan kuning dengan latar belakang putih dan dilintasi oleh garis-garis vertikal dan horizontal yang saling menyilang berwarna kuning. Lukisan ini terinspirasi dari musik jazz Boogie-Woogie yang sangat digemari oleh Mondrian dan sering ia tonton dalam pertunjukkan di Broadway, New York. Dalam busana yang berbentuk gaun kasual tanpa lengan dan berpotongan hingga
menyapu
lantai
ini,
perancang
Sabrina
Original
berusaha
untuk 184
menggabungkan tema pakaian pelaut dari garis potongan dan bentuk pakaiannya dengan motif dari lukisan Mondrian tersebut. Namun, ia tidak secara langsung menjiplak karya Mondrian ke atas bahan pakaiannya melainkan hanya mengambil konsep lukisan tersebut, yang merupakan bentuk-bentuk persegi empat dalam ukuran yang kecil dengan berbagai ukuran dan warna. Meskipun warna yang diambil tetap sama dengan yang terdapat dalam lukisan Mondrian, yaitu merah, kuning dan biru, namun perbedaannya terletak dalam penempatan bentuk-bentuk persegi empat. Perancang Sabrina Original tersebut justru menempatkan bentuk-bentuk persegi empat tersebut seara acak dan dalam posisi yang berbeda-beda. Dapat terlihat sebuah komposisi bentuk persegi pada bagian leher, yang ditempatkan secara diagonal yang menyilang dengan garis-garis vertikal berwarna kuning dan merah lalu ada pula sekelompok bentuk persegi yang menyerupai bentuk saling-silang (zig zag) pada bagian samping kanan dada. Permainan bentuk-bentuk persegi ini terus divariasikan oleh Sabrina Original sepanjang bidang gaun ini baik pada sisi depan maupun sisi belakang gaun ini. Gaun yang dibuat pada dekade 1970an tersebut memiliki garis potongan yang sesuai dengan trend mode pada dekade tersebut, yaitu gaun-gaun kasual yang panjang dan longgar serta masih dipengaruhi dengan nuansa pergerakan hippies yang terjadi pada akhir tahun 1968-1969 dimana trend mode tersebut mengusung warnawarna flamboyan yang bernuansa cerah dan dipadukan dengan warna-warna gelap, seperti biru tua dan hitam. Lalu diikuti dengan adanya kecenderungan dalam memadukan kemewahan dan gaya feminin ke dalam pakaian sehari-hari. Gaun kasual merupakan salah satu jenis pakaian yang mulai banyak dikenakan oleh wanita muda sebagai pakaian sehari-harinya, dan meskipun berupa gaun panjang, namun pemakaian warna dan potongan detil pakaiannya membuat gaun tersebut terkesan santai. Pada rancangan yang diberi judul Sailor Dress, label Sabrina Original memasukkan tema pelaut dalam bentuk pita yang dijahit dari sisi-sisi pinggang gaun namun tetap hidup, sehingga pita dapat dikaitkan pada bagian tengah gaun.
185
Gambar 4.3 Karya Rancangan Sabrina Original Sumber: www.retrochique.com
Gambar 4.4 Victory Boogie-Woogie (1943-44) Piet Mondrian Sumber: www.productionmyarts.com
Contoh lain dari baju-baju yang mengambil tema dari lukisan Mondrian adalah baju-baju yang terdapat di www.snap-dragon.com, sebuah situs internet yang membahas mengenai karya-karya beberapa seniman besar, seperti contohnya Henri Matisse dan Piet Mondrian. Dalam situs ini, terdapat biografi, penjabaran karya-karya seni dari sang maestro hingga dampak karya-karyanya terhadap dunia serta karyakarya seni dari seniman-seniman dan desainer yang mengikuti gayanya. Pada situs ini, terdapat beberapa pakaian yang dibuat oleh beberapa perancang yang dikumpulkan melalui pengumpulan data lewat berbagai situs di internet, seperti contohnya www.ebay,com, www.google.com serta beberapa asesoris dari toko-toko suvenir di beberapa museum, seperti Metropolitan Museum of Art, Amerika Serikat. Pada situs ini, contohnya, terdapat sebuah pakaian karya rancangan seorang perancang busana asal Italia, Prili yang membuat sebuah terusan tunik dengan
186
mengambil tema lukisan Mondrian yang berjudul Composition I with Blue and Yellow (1925) dimana ia menggunakan warna yang sama persis dengan apa yang dilakukan Mondrian, yaitu perpaduan bidang berwarna ungu, kuning, putih dengan garis-garis vertikal dan horizontal berwarna hitam. Pada tunik tanpa lengan ini, Prili tidak sertamerta meletakkan komposisi warna dan bidang sesuai dengan lukisan Mondrian tersebut. Apabila pada kanvas Mondrian peletakan bidang ungu dan kuning diletakkan pada bagian kiri dan kanan, pada karya rancangan Prili bidang-bidang tersebut diletakkan pada bagian atas dan bawah.
Gambar 4.5 Karya Rancangan Prili Sumber: www.snap-dragon.com
Contoh lain adalah jaket panjang karya rancangan Steve Evans yang terinspirasi dari karya lukisan Piet Mondrian dan aliran De Stijl. Disini ia merancang jaket yang terbuat dari bahan wol dan terdiri atas garis-garis hitam vertikal dan horizontal serta bidang-bidang persegi empat dalam ukuran yang berbeda-beda dan warna-warni yang berbeda, seperti merah, kuning, biru, ungu dan hijau.
Gambar 4.6 Jaket Karya Rancangan Steve Evans www.snap-dragon.com
187
Penerapan karya Piet Mondrian pada karya rancangan busana memang berbeda-beda bentuknya. Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, pakaian-pakaian di atas umumnya menjiplak langsung karya Piet Mondrian ke atas bahan pakaian rancangan tersebut. Namun ada pula yang menerap dengan cara yang berbeda, seperti contohnya perancang busana asal Jepang, Tadashi, pada pakaiannya yang bertemakan Mondrian. Apabila pada kanvas-kanvas Mondrian warna putih merupakan warna bidang dasar dan warna hitam merupakan warna garis-garis vertikal horizontal, sebaliknya pada karya rancangan Tadashi ini, ia mengubah warna hitam yang menjadi warna dasar pada bahan shift-dress tanpa lengan tersebut dan garis-garis vertikal; dan berkas horizontalnya ia ubah dengan bahan berwarna putih. Sementara untuk menambah kesan Mondrian, ia menyisipkan garis-garis horizontal berwarna merah. Selain itu, ada pula karya rancangan berupa shirt-dress berwarna hijau dengan motif-motif kecil yang menggambarkan lukisan Mondrian. Pada pakaian ini, kanvas Mondrian diperbanyak dan diperkecil sehingga dijadikan sebagai motif yang tersebar di seluruh bagian bahan pakaian, sementara warna dasar pakaian ini merupakan warna hijau. Motif-motif pada pakaian tersebut, meskipun berbeda warna, seakan mengingatkan penulis pada karya-karya Neoplastisme awal Mondrian, seperti Composition no. 3 with Color Planes (1917) atau Composition on White Ground A (1917) dimana ia melukiskan serangkaian bentuk-bentuk persegi kecil pada sebuah bidang besar.
Gambar 4.7 Shirt-dress bertemakan lukisan Mondrian Sumber: www.google.com
188
Gambar 4.8 Composition on White Ground A (1917) Sumber: Editor Grange Books, Mondrian, Grange Books, Rochester, 2004
Pada penerapan karya-karya rancangan busana di atas para perancang umumnya masih terpaku dengan mengadopsi lukisan Mondrian yang menjadi ciri khas sang seniman, yaitu lukisan yang berjudul Composition with Red, Yellow and Blue, meskipun dalam penerapannya berbeda-beda dalam segi motif, potongan pakaian dan tahun pembuatan. Namun para perancang tersebut umumnya masih terpaku pada kesuksesan yang dilakukan oleh Yves Saint Laurent pada tahun 1965 dimana karya rancangannya yang menerap karya Mondrian tersebut menjadi salah satu pakaian yang paling terkenal pada masa itu dan bahkan hingga kini, sehingga mereka tak jauh-jauh dari Saint Laurent dalam bereksperimen pada bahan atau model pakaian dalam menerap lukisan Mondrian pada karya rancangan mereka. Umumnya penerapan terjadi pada motif bahannya saja sementara pada potongan pakaian, para perancang ini masih kurang bereksperimen untuk menggabungkan konsep Mondrian pada potongan model pakaiannya.
189