BAB III PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TERHADAP PERNIKAHAN DINI SERTA FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
3.1 Karakaterlistik Informan Beberapa pokok yang berkenaan dengan identitas informan akan dijelaskan dalam sub bab ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih menyeluruh tentang karakterlistik dari subjek penelitian, yang terdiri atas jenis kelamin, umur informan, pekerjaan, pendidikan dari informan, kapan mereka bertemu dan sampai menikah serta bercerai. Informan dalam penenlitian ini diambil sebanyak 7 orang yang mewakili masyarakat sudimara dengan klasifikasi yaitu yang putus sekolah karena melakukan pernikahan dini ada sebanyak 7 orang sedangkan yang cerai muda sebanyak 2 orang serta beberapa tokoh masyarakat yang mengerti dengan pernikahan dini.Dari hasil wawancara menunjukan informan sebgai berikut:
3.1.1 Iluh Nama ,iluh, gadis ( nama samaran) umur tiang 17 tahun setatus menikah muda), menceritakan masa pacaran saya waktu masih muda masa SMA suka bergaul dengan teman masa itu ketemu saya dengan mantan suamisaya saat ini, pacaran saya selama 2 tahun masih sekolah saya sembuyi bertemu datang dari sekolah ketemu pacar dan jalan-jalan ke pantai siangsiang bolong saat jalan-jalan sama pacar, setelah itu saya “mesraan’’ disana pertama kali saya melakukan hubungan badan , karena di ancam sama pacarnya, kalau tidak mau berhubungan putus aja pacaran,karena suka cinta sama pacar saya mau melakukannnya dengan syarat jangan tinggalkan saya dan mau bertanggung jawab apa bila ada terjadi hal yang tidak diinginkan , tanpa saya tau sama-sama tidak berpengalaman dan berjalannya waktu, lama-lama tidak pernah datang bulan sekali ditanyakan sama orang tuanya,aku jawab “lambat biasa” karena tidak ada tandatanda akan kehamilan.
3.1.2 Pasangan Kadek Dan Putu Kadek, laki-laki (Nama samaran) usia 16 pertama kali kenal saya berpacaran pada usia SMA, kenal pada usia 15 tahun , sama-sama kelas tiga sama-sama suka, saya ajak kerumah
51
untuk perkenalan sama orang tua saya, ketika itu saat sore menjelang malam minggu saya bertemu pacar untuk mengajak malam mingguan dengan bersama rasa suka. Akhirnya jalan-jalan kepantai pada malam minggu kemudian saya disana berhubungan dengan pacar saya tanpa ada rasa takut untuk mengundurkan diri niat saya untuk tidak melakukannya tapi terjadilah disana hal yang menurut saya hanya nafsu sesaat. Tanpa diduga bulan berikutnya pacar saya yang bernama Putu, gadis (nama samaran) dia mengatakan tidak dating bulan untuk saat ini, saya hanya memberikan komentar untuk sabar mungkin lambat beberapa hari saja, setelah itu akhirnya tau lah orang tua Putu (nama samaran) mengetahui anaknya tidak dating bulan, tanda-tandanya belum kelihatan, ibu anak gadis itu sudah mengetahui anaknya tidak akan dating bulan karena melihat wajahnya yang pucat. Akhirnya datang kerumah kadek(nama samaran) untuk menanyakan bagaimana kelanjutan hubungan kita berdua sampai ke arah hubungan seks bebas. Berjalan bulan berkutnya sudah dua bulan ibu Putu (nama samaran) mengetahui anaknya hamil, kadek (nama samaran) mempertanggungjawabkan perbuatan mereka karena cinta mereka menjadi menikah dan mengatakan selesai dari sekolah karena perut sang Putu (nama samaran) semakin membesar dan menikah dengan upacara sederhana melibatkan keluarga saja untuk meminim dana pernikahan. 3.1.3 Pasangan Komang Dan Ida Komang, laki-laki (nama samaran) usia 17 masih duduk di bangku sekolah menikah pada tgl 12-2-2013 , dengan pasangan Ida gadis (nama samaran) usia 16 tahun .Pacaran tidak memandang hal yang saya pikirkan saya terlalu sensitive cepet nafsuan, sehingga saya melakukan pernikahan dini , kehamilan saya pada masih usia kecil dan sekolah , memutuskan untuk putus sekolah dan menikah dengan komang (nama samaran) mau mempertanggungjawabkan perbuatan dengan sama-sama cinta dan suka akhirnya memilih bersama. Saat ini masih dan bekerja sebagai treker mengantar tamu ke pelosok-pelosok untuk membeli susu anak kami.
3.1.4 Pasangan Ani Dan Pande Ani, Gadis (nama samaran) usia 17 tahun menikah pada tgl 1-6- 2013 dengan pasangan Pande (nama samaran) usia 17 tahun sama-sama sekolah SMA , memilih untuk menikah karena hamil duluan akibat saya melakukan seks bebas dikost teman tanpa sepengetahuan dengan hubungan saya dengan pacar saya menjalankan nafsu dan dorongan rasa ingin tau saya sangat besar untuk melakukan seks sehingga saya hamil dan putus sekolah menikah dengan pansde, laki-laki (nama samaran) Ibu sayu, 45 tahun merupakan seorang ibu dari dua anak putri yang pertama terkena pernikahan dini, nama putri dan diah tyang ngelah panak nika mule nakal keras kepala, ten dadi orahin tiang. Melali peteng-peteng ajak tunangan ne. Tiang selaku orang tua sampun memberi tau, anak tiang sendiri bersikeras, bapak ne masih sing bani ngomong karena sai anaknya ngambul nyen bang tiang tutur.nika salah tiang sanget bebasin anak tiang , sibuk megae ngalihan ye pis anggo mayah SPP sekolah ne. Tau-tau tiang bang ne bebelingan mulih sebet ati tiang ngelah pianak buka kene. Tiang sadar ulah anak tiang demen ne gen mejalan sing memikirkan tiang muntag-mantig ngalih bekel,pekerjaan yang bertani (buruh) orang tua.
52
3.1.5 Pasangan Devik Dan Agus Devik perempuan berusia 16 tahun, berpasangan dengan Agus yang usianya 16 tahun, mereka kenal pada saat awal mos disekolah SMA dimana perkenalan diantara pasangan ini telah berpacaran pada saat pertama menjadi siswa/siswi di salah satu SMA yang ada di kota. Devi pada saat itu jatuh cinta dengan Agus yang selalu memperhatikannya disaat jam istrhat di sekolah. Bertindaknya hubungan mereka ke lebih mendalam tentang cinta yang mereka jalani, akhirnya mereka mulai berani bersikap berlebihan dalam mengenal lawan jenis untuk saling menunjukan cinta mereka berdua. Beberapa hari kemudia memulai hal yang konyol hingga hal yang membuat mereka sulit untuk berpisah, keberanian mereka untuk menjalin hubungan yang tidak dikontrol oleh kedua orang tua mereka yang sibuk dengan pekerjaan serta permasalahan di dalam keluarga mereka. Devi dan Agus leluasa bertindak mencari sensasi dalam tantangan cintanya, menjadi internet setiap pulang sekolah bertemu di warnet yang tempatnya tertutup dan jauh dari pengawasan petugas internet. Tingkah laku mereka berpacaran mulai agresip dan berani menyentuh bersentuhan badan, berciuman, menonton film porno dan keluar malam. Pada saat pertama berhubungan mereka lakukan di salah satu hotel yang ada di Desa pucuk dekat kota. Pertama kali terlewati hingga kesekian kalinya mereka melakukan hubungan seks menjadi ketagihan. Beberapa bulannya Devik tidak datang bulan karena akhir-akhir itu Devi merasa kegemukan dan serta mual-mual. Dari pengamatan ibunya yang mencegat Devi akhir-akhir ini menghindar pada ibunya karena takut mengatakannya bahwa ia memngalami perubahan pada dirina. Satu minggu kemudian ibunya mengajak Devi periksa terus ditolak dan mengelak. Agus mulai kebingungan untuk mengakui perbuatannya komunikasi berjalan antara orang tua mereka akhirnya Agus mau mengakui dan menikah sama Devik. Pernikahan mereka pada tanggal 14 september 2013 dengan upacara metanjung sambuk karena meminim biaya pernikahan mereka.
3.1.6 Ria Pasangan uisa 16 tahun (Nama samaran) Pasangan pernikahan dini Ria (Nama samaran) berusia 16 tahun sedangkan pasangannya ngurah berusia 17 tahun lebih tua satu tahun. Mereka sama-sama sekolah masih menjadi siswi/siswa di salah satu sekolah yang ada di kota Tabanan. Mereka berkenalan di saat hari sarawati, pada saaat itu mereka melangsungkan pesembahyangan di Pura Batu Kau yang bertempat di Desa Wangaye Gede. Pertemuan mereka sangat singkat serta tidak begitu lama menjalani pendekatan serta saling kenal. Beberapa hari kemudian bertemu yang kedua kalinya di warnet sambil mencari tugas sekolah. Mereka berdua sangat cepat akrab serta Ria sudah memank sering bergaul dengan teman laki-laki jadi dengan cepat akrabnya mereka jadian di warnet. Pertemuan ke tiga kalinya ditempat yang sama, Ngurah mulai berani agresip meminta sesuatu dari Ria,sebalikanya Ria juga meminta sesuatu karena mereka sudah menjdi kesepakatan akhirnya diajaklah Ria ke pantai sore harinya mereka jalan-jalan sambil bermesraan. Memulai hubungan badan mereka dipantai dengan pemaksaan serta rasa takutRia mau melakukannya kenikmatan yang dirasakan Ria membuat ketagihan dan meminta berulang-ulang kepada Ngurah. Waktu yang ditempuh selama sebulum diketahui hamil 3 bulan kemudian karena Ria kurus jadi susah menilainya hamil atau tidak. Mereka menikah mempertanggungjawabkan
53
perbuatan mereka berdua, dari pihak sekolah memberikn surat pemecatan bahwa Ria tidak bisa melanjutkan sekolahnya karena hamil dengan pengakuan pacarnya mereka menyelesaikan permasalahannya dengan keluarga mereka. Pengakukan pernikahan mereka hanya sementara karena dari pihak orang tua tidak setuju dengan adanya Ngurah, pernikahannya hanya sebagai pengakuan janin yang saat ini dikandung pacarnya. Pengakuan perceraian karena pertengkaran pasangan ini selama mereka bersama tidak pernah bersama hanya kelahiran anaknya setalah berumur dua bulan mereka cerai dan berpisah. 3.1.7PasanganTomy Dan Indah Tomy (nama samaran) berusia 17 tahun bersodara dua mereka sekolah kelas 3 SMA yang berpacaran dengan Indah (nama samaran) berusia 16 SMP kelas 3 mereka saling kenal pada pertemuan olahraga di salah satu lapangan yang terletak ditengah perkotaan. Indah kenal dengan Tomy awalnya mereka paham Indah pernah berpacaran dengan temannya Tomy mereka saling kenal pada akhirnya ketika akrab dengan pembicaraan mereka pada saat olahraga berlangsung. Dari sanalah mereka mulai pendekatan selama dua hari pendekatan Tomy akhirnya berpacaran dengan Indah, mereka bertemu di salah satu tempat angkringan yang biasanya Tomy berkumpul dengan teman-temannya. Indah mendatangi Tomy kesana untuk mau mengajaknya jalan-jalan kepantai yang sepi pada siang hari, kemudian tiba dipantai mereka mencari tempat yang teduh dan sepi untuk berpacaran. Beberapa kali dengan waktu yang sama mereka mencari tempat yang sama karena disana pantai yang jarang didatangi orang pada siang harinya. Indah terpancing rayuan Tomy oleh cinta dan nafsu sesaatnya muncul karena Indah begitu cantik serta seksi. Mereka melakukan hubungan seks di pantai dengan begitu cepatnya mereka melakukan akhirnya sampai terlupa akan resiko yang mereka ambil tanpa menggunakan kontrasepsi. Dua bulan kemudia Indah terlambat datang bulan, kemudian Indah sempat meminum yang membuat lancar HID tidak mempan dan berbagai cara Indah untuk meyakini bahwa dirinya hamil itu akhirnya terjadi, lambat dua bulan Indah sudah mulai panik dan bingung harus mengatakan apa kepada orang tuanya. Akhirnya Tomy tau bahwa Indah terlabat dua bulan, Tomy pun ikut panik untuk mengatasi sikap Indah yang gak bisa dikontrol. Indah sempat ingin menggugurkan karena tidak tau dimana tempat menggugurkan akhirnya Indah mengatakannya kepada Ibunya, terkejutlah Ibunya mendengar Indah berbicara bahwa ia Hamil tidak datang bulan selama dua bulan belakangan ini. Ibunya bingung tidak bisa berkata apa-apa, akhirnya Tomy disuruh kerumahnya Indah untuk membicarakan semua yang terjadi sebelumnya. Mereka berkupul semua untuk menleaskan ke orang tua mereka bahwa ini perbuatan mereka berdua dan harus mereka pertanggungjawabkan untuk harus menikah walaupun apa resikonya.
54
Seorang pemuka masyarakat yang ada di Sudimara berpendapat bahwa pernikahan dini hanya usia mereka yang belum mencukupi untuk menikah dalam setatus sekolah. Hal ini menganggap adanya pergaulan tidak dikontrol oleh orang tua mereka sehingga bebas melakukan hal yang remaja inginkan. Menikah muda di desa akan sangat susah untuk mencari kerja karena di desa lapangan pekerjaan hanya pertanian yang ada sedangkan remaja saat ini tidak akan mau bekerja ke pertanian dipengaruhi oleh pergaulan dan rasa malu mereka terhadap teman-teman mereka yang merasa bekerja diluar (pariwisata) dan memerlukan ijasah dan skill yang harus mereka kuasai. Ini yang akan menjadi permasalahan mereka nanti ketika mereka akan bekerja untuk menghidupi keluarga mereka. (Bawa ,2014:12). gadis-gadis
muda
itu
khususnya
disebabkan
Tindakan moral yang dilakukan oleh oleh:Kurang
terkendalinya
rem-rem
psikis,Melemahnya sistem kontrol diri atau nafsu yang berlebihan dalam pola pokir yang negatif atau kurangnya pembentukan karaker pada usia prapuber, usia puber adolesens.Melemahnya sistem pengontrolan diri,Belum atau tidak adanya pembentukan karakter pada usia prapuber, usia puber, dan adolesens.Pertama kali ,immoralitas dilakukan di rumah oleh orang tua atau salah seorang anggota keluarga itu mempromosikan tingkah laku seksual abnormal kepada anak-anak puber dan adolesens. Jika di barengi dengan cumbu rayu dari laki-laki dewasa, akan mudah meruntuhkan pertahanan moral anak-anak gadis pada usia yang sangat muda (12-19 tahun). Peristiwa ini kemudian mengakibatkan timbulnya seksulitas yang terlalu dini yaitu seksualitas yang terlampau cepat matang sebelum usia kemasakan psikis sebenarnya. Sebagai akibatnya ialah dengan kemunculan nafsu-nafsu seks yang luar biasa, namun anak gadis itu sendiri belum memiliki kematangan dalam keseimbangan pisikis, maka tindak-tindak immorilnya berlangsung secara liar dan tidak terkendali lagi. Immoralitas seksual pada anak-anak gadis ini pada umumnya bukanlah
55
didorong oleh motif-motif pemuasan nafsu seks seperti pada anak laki-laki umumnya. Akan tetapi, biasanya didorong oleh pemanjaan diri dan kompensasi terhadap labilitas kejiwaan, karena anak-anak gadis itu merasa tidak senang dan tidak puas atas kondisi diri sendiri dan situasi lingkungannya. Rasa tidak puas anak-anak gadis itu antara lain disebabkan oleh: Menentang kewibawaan pendidikan dan berkonflik dengan orang tua atau salah seorang anggota keluarga, tidak mampu berprestasi disekolah, konflik dengan kawan-kawan sekolah atau dengan guru,merasa tidak puas atau nasib sendiri, karena lingkungan rumah tangga yang buruk. Misalnya broken home, banyak konflik dan ketegangan, lingkungan yang tidak memberikan kehangatan dan kasih sayang, selalu merasakan kekejaman dan tidak sewenang-wenang, kekacauan kepribadian, mengalami disharmoni dan banyak konflik batin yang tidak bisa diselesaikan, memberontak terhadap semua bentuk otoritas dan mengikuti kemauan sendiri atau semau gue. Kerangka nilai dengan hubungan seksual yang dimiliki oleh remaja di atas merupakan bagian dari norma dalam pranata peranikahan. Seperti yang dikemukakan oleh koentjaraningrat (1981), nilai budaya, khususnya tentang hubungan seksual ini terus dipelihara melalui proses enkulturasi ( pembudayaan), sosialisasi, dan internalisasi, serta hidup berkembang dari generasi ke generasi. Dalam tradisi kehidupan masyarakat khususnya sudimara pada umumnya, norma sosial tentang hubungan seks di atas masih relatif kuat. Warga masyarakat masih berupaya mentaati nilai-nilai suci dan norma sosial tentang boleh tidaknya hubungan seksual itu dilakukan. Sebagaimana temuan diatas para remaja masih berpandangan bahwa masalah seksual merupakan masalah yang disucikan. Hanya orang yang sudah berumah tangga yang boleh melakukannya. Karena itu, mereka setuju berupaya untuk mengerem hasratnya sampai mereka memasuki gerbang pernikahan.
56
Seks memang kebutuhan tetapi tak seorang manusia normal pun, termasuk remaja yang mengarapkan perilaku kehamilan tidak diinginkan. Karenanya kalaupun memang terjadi, harus ada pemecahan yang bijaksana antara kedua belah pihak dalam perjanjian ini menyelesaikan pihak penderita maupun pihak sosialnya. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah mencegah agar tidak mengenai lebih banyak remaja karena masa depan kehidupan tergantung padanya. Untuk itu, pendidikan reproduksi sehat menjadi keharusan, bahkan sejak dini, dengan menyingkirkan tabu-tabu yang selama ini membelenggu. Keluarga, sekolah dan masyarakat pada umumnya harus aktif bertindak. Kalau tidak bahanya pernikahan dini akan mengintai karena remaja masa kini cenderung berani menantangnya.
3.2 Pengetahuan Dan Sikap Remaja Terhadap Kesehatan Reproduksi Kurangnya informasi kesehatan yang dipelajari disekolah-sekolah mereka yang kurang mengerti terhadap kesehatan reproduksi yang tidak diinformasikan bahwa kesehatan reproduksi secara menadasar untuk memberikan bayangan pada perilaku remaja saat ini. Remaja hanya menginginkan perasaan suka mereka antara gadis yang mereka cintai merasa nyaman ada pada dirinya sedangkan perilaku remaja saat ini banyak terpengaruh dalam minuman keras menjadi pola piker mereka menjadi keras dan tidak terkontrol dalamperkataan, perbuatan dan perilaku mereka. Bentuk pengetahuan yang sangat kurang dipahami oleh remaja dalam hidup kesehariannya untuk mengenal lawan jenis yang selalu akan berkasih-kasih mendapat ancaman yang serius pada diri remaja itu sendiri. Hal ini yang harus dicermati didalam tingkat pengetahuan remaja yang dianggap tabu dalam kelurga sehingga pembicaraan terbatas yang diberikan tidak jelas serta remaja itu sendiri mengulanginya melakukan hubungan seks bebas dengan jalan mencari situasi yang sepi. Berikut ungkapan informan terkait niat mereka untuk melakukan seks sebagai berikut:
57
Pasangan Tomy 17 tahun ( nama samaran) …Tiang mengajak pasangan kerumah disaat sepi orang waktu beberapa jam saja tiang bersama pasangan tiang dirumah. Tiang menjalankan demen (suka) serta nafsu yang tidak akan hilang, maka itu tiang tidak banyak memiliki pengetahuan tentang amannya seks bebas, meskipun tiang tau alat kontrasepsi namun itu tidak nyaman dalam berhubungan. Ketika kenyamanan yang tiang rasakan tidak akan ingat apa-apa yang harus lakukan tiang”. Tindakan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh remaja sangat mudah dilupakan. Sedangkan tindakan kesempatan yang seakan muncul dari nafsu remaja untuk melakukan seks bebas yang tidak dikontrol oleh dirinya sehingga menjatuhkan dirinya serta proses pengetahuan yang diserap kesehariannya hanya menjadi sesaat didalam pikiran remaja itu. Dilihat dari tingkat pengetahuan remaja mengetahui hal itu namun mereka tetap saja melakukan seks bebas yang tidak bisa dikendalikan dari dirinya. Remaja juga berpendapat bahwa orang tua wajib memberikan perhatian kepada permasalahan yang diadapi anakya. Perhatian orang tua kepada anak akan dapat mengurangi beban masalah yang dialami si anak. Orang tua wajib memberikan peringatan dan pengawasan terhadap segala tingkah laku anaknya. Hal ini diperlukan agar si anak tetap pada jalur sikap dan perilaku yang bertanggung jawab. Terakhir, memberikan wejangan kepada anaknya agar si anak tidak jatuh kejalan yang salah, mampu melewati masa kritis remajanya. Sebagaimana kata seorang pakar pendidikan Ki Hajar Dewantoro, dalam rangka membina anak remajanya, orang tua setidaknya bisa melakukan tiga peran sekaligus , ing ngarso sung tulodo (didepan memberikan contoh) , ing madya mangun karso (di tengah-tengah memberikan semangat, dorongan),
tut
wuri
handayani
(di
belakang
mampu
memberikan
dukungan).
(
www.bali.pos.expres, 12/3/2014). Ketiga model komponen ini menentukan suatu proses pendidikan, yaitu keluarga, masyarakat, dan sekolah (lembaga pendidikan). Sekolah menengah mempunyai pengaruh yang
58
sangat kuat dalam membentuk konsep-konsep para remaja tentang siapa dirinya dan akan menjadi apa kelak. Sekolah menengah hampir menyentuh semua aspek kehidupan anak-anak muda dalam peralihannya dari anak-anak menajdi dewasa. Sekolah menengah merupakan jalan ke arah dunia yang lebih luas yang akan dimasuki oleh remaja. (Dadang, 2010). Latar berlakang rasa ingin tau terlalu dalam yang dialami remaja sekarang, rasa ingin tau mereka terlalu keras karena pengaruh teknologi diberbagai sosial dunia maya yang pernah mereka lihat dari rasa ingin tau yang mereka rasakan terhadap pergaulan dan masa-masa memilih remaja yang akan mengarah remaja pengenalan dirinya ke lawan jenis. Berikut ungkapan informan terhadap sikap dirinya sebagai berikut: ….“Tiang seriang diberi ceramah sama orang tua, tapi terkadang lupa ketika sikap sudah merasakan kebersamaan dengan pasangan waktu pun pada saatnya terkadang lupa. Tiang merasakan hal itu tetapi tiang tetep jalani hari-hari nika sedemikian rupa hal ne dengan yang lain yang tiang lihat. Hal yang sama tiang lakukan kemungkinan sebagain besar meniru ini, dari bentuk kerasnya watak tiang serta terkadang tiang mencari hal singkat dapat juga melakukan hubungan itu. Tiang merasa hal ini tidak tiang ketahui hanya berjalan cinta apa biasa tiang kata untuk tidak melakukan dengan pasangan tiang”. Bentuk sikap serta tindakan membedakan gerak remaja untuk bertindak sedemikian halnya dengan arahan orang tua yang kurang didengar oleh remaja ini menjerumuskan dirinya dari sikap afeksi kepada orang tua demi menjaga hubungan pasangan cinta mereka.
Akibat kasus kehamilan di luar nikah, keluarga yang menggeluti bidang pariwisata mengaku sangat malu dan terpukul dengan kasus yang menimpa salah seorang putrinya itu. Mereka mengalami konflik batin yang mendalam. Penderitaan batin ini bukan hanya dirasakan oleh sang ibu, tetapi juga orang tua laki-laki. Menurut ibu tersebut, suaminya sangat kaget mendengar anaknya hamil di luar nikah. berikut adalah penuturannya. ….“tiang (saya) malu menceritakan hal ini tapi biar lega, ya, saya utarakan, walaupun yang lain tidak mengusir keluarga kami, tapi lingkungan seperti menatap aneh kepada kami. Kami sungguh lek (malu). Kami menerima apa yang di bicarakan warga tentang kami. Ini sudah
59
menjadi bagian dari keluarga kami yang hanya menerima apa yang akan dibicarakan orang. Akibat terpaksa nikah ini yang membuat anak kehilangan kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya”. Penuturan ibu rumah tangga di atas merupakan cermin atas kegundahan dan penderitaan batinnya akibat putrinya mengalami kasus hamil pranikah. Ia bahkan berterus terang akibat apa yang di deritanya sehingga mengakibatkan bapaknya menjadi sakit karena terauma dengan kejadian yang menimpa anaknya. Kepada para informan juga ditayakan tentang pengalamannya mereka dalam mengatur dan mendidik putra-putrinya apakah lebih berap mengatur anak laki-laki atau anak perempuan. Menjawab pertanyaan ini, dua orang ibu rumah tangga ini mengaku merasakan lebih berat membina anak perempuan daripada anak laki-laki. Menurut mereka, anak perempuan perlu didampingi dan diawasi secara lebih ketat agar terhindar dari kejadian kasus yang tidak diinginkan, seperti pergaulan bebas. Seorang tokoh masyarakat yang memberikan argumentasinya sebagai berikut. ….“Dalam masalah mengatur anak, lebih sulit menangani anak cewek. Begitu salah jalan satu kali saja, sudah berabe. Kalau cewek hamil, ia sudah cacat apapun resikonya harus menikahkan mereka”. Berbeda dengan pendapat diatas, ibu lainnya memandang bahwa beban dalam membina anak, baik anak laki-laki maupun anak perempuan, dinilai sama saja. Anak laki-laki atau perempuan apabila mengalami kasus kehamilan yang tidak diinginkan, keduanya harus samasama bertanggung jawab. Untuk itu, mereka anak-anak perlu diarahkan dan dibina secara baik. Berkaitan dengan upaya mengantisipasi agar remaja terhadir dari kasus kehamilan yang tidak diinginkan, ada beberapa langkah atau tindakan yang dilakukan oleh keluarga. Secara umum upaya orang tua dalam membina anak dapat dikelompokan menjadi tiga bagian. Pertama , sikap orang tua yang mengawasi dengan ketat apa yang dilakukan oleh anak. Keluarga sebagai inti masyarakat, sekaligus sebagai “negara kecil”. Di dalamnya ada peran, ada peraturan, ada
60
kepemimpinan dan tanggung jawab, serta ditemukan proses musyawarah dan kehidupan berdemokrasi. Perilaku remaja yang seakan terpengaruhi dalam pergaulan yang mereka sesuaikan dalam ruang lingkup mereka bergaul teman sebayanya untuk berpenampilan seperti masa-masa sekarang. Misalnya menggunakan celana pendet ngetat sebagai salah satu memicu untuk mengundang lirik orang bahwa dirinya mampu menunjukan apa yang remaja saat ini alami. Kedua , sikap ibu yang harus memperhatikan anaknya terhadap pola permasalahan anak baik disekolah atau di dalam pergaulan diluar sekolah. Berikut ungkapan informan kepada penusi untuk menceritakan kisah anaknya: ….“Saya ibuk tomy (nama samaran) 48 tahun, saya memiliki anak dua laki dan permpuan, sodara yang tertua perempuan. Anak saya yang paling bandel itu yang nomor dua yang masih duduk dibangku SMA kls 2 sedang mengglamor sikap yang tidak bisa diatur oleh orang tua, saya merasa berbicara didepannya tanpa ada hormat dan mendengarkan omongan saya. Seringkali membantah dan ketika meminta uang saja mau mendengarkan saya, usai itu hilang dan pulangpun tanpa mengingat waktu. Sehigga bpknya tidak menghiraukan saking bandelnya, sodara yang tertuapun tidak mendengarkan omongannya. Perilaku tidak terkontrol menjadi perilaku yang bebas dan arugan. Saya sebagai ibu hanya diam dan melihat apa yang dilakukannya asal jangan melakukan tindakan yang berlebihan, narkoba, gantung diri, karena tidak begitu suka sekolah dari kecil. Selalu sekolah dipaksa dan diantar kesekolah. Saya merasa gagal mendidik anak tidak sesuai dengan keinginan dan sudah memank nasib saya memiliki anak begini”.(wawancara 8 desember 2013) Sikap menabukan seks ini dalam keluarga tidak hanya terdapat pada orang tua saja, tetapi juga pada anak-anak itu sendiri, terpengaruh oleh film-filem yang di lihat temannya menonton. Nilai-nilai seksual tersebut diatas terkait erat dengan pandangan atau nilai-nilai masyarakat sendiri terhadap seks. Makin premisif (serba boleh) nilai-nilai itu, makin besar kecendrungan remaja untuk melakukan hal-hal yang makin dalam melibatkan mereka dalam hubungan fisik atarremaja yang berlainan jenis kelamin. Yang tergolong dalam nilai trdisional tersebut dalam perilaku seks yang paling utama adalah tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. Nilai ini tercermin dalam bentuk keinginan untuk mempertahankan kegadisan seorang wanita sebelum
61
menikah. Kegadisan sorang wanita seringkali dilambangkan bagi salah satu tokoh agama adalah kesucian sudah hilang dimata wanita saat ini . hilngnya kegadisan bisa mengakibatkan depresi pada wanita yang bersangkutan, walaupun tidak membawa akibat lain sperti kehamilan atau penyakit kelamin. Penderita pernikahan dini di desa sudimara adalah sebagai berikut: Paparan media massa, baik cetak (koran, majalah, buku-buku porno) maupun elektronik (TV,DVD, internet), dinilai banyak menyuguhkan materi pornografi dan pornoaksi dan pornoaksi secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kesan yang mendalam dan gambaran psikoseksual yang salah, serta dapat mendorong remaja pada timbulnya libido seksual remaja, bahkan materi pornografi dan pornoaksi dijadikan refresentasi oleh remaja itu sendiri untuk melakukan seksula pranikah. Hal ini membuat dorongan rasa ingin tau terlalu tinggi sehingga gadis atau pacar menjadi panutan mereka untuk membuktikan rasa cinta mereka. Kurang berperannya keluarga atau orang tua dalam membina dan mendidik putra-putrinya remajanya. Proses sosialisasi khususnya masalah reproduksi yang seharusnya dilakukan oleh keluarga. Kurangnya peran keluarga dalam memberikan masih sayang, perhatian, pengawasan pada putra-putrinya biar tidak terjerumus ke dalam perilaku yang menyimpang dari ajaran agama, yakni melakukan hubungan seksual pranikah. Kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua di rumah, remaja dapat terjerumus menjalani perilaku seksual pranikah juga karena pengaruh dari lingkungan pergaulan sebayanya dilaur rumah. Sebagaimana yang dinyatakan (pressure group) yang berpengaruh pada remaja. Berikut ungkapan informan kepada penusi: ….“saya sendiri merasakan begitu hebat dan cepat informasi ketika saya ingin bertemu dengan pacar saya tinggal menentukan lokasi dimana akan ketemu tanpa sepengetahuan orang tua. Saya memank bandel dari dulu, banyak membuat alasanalasan buat bisa keluar dari rumah dan bisa bertemu dengan pacar. Saya merasa ada ketertarikan untuk bertemu dengan pacar saya sehingga waktu tidak bisa melihat begitu cepat ketika sudah bertemu. Saya merasa HP sebagai perantara untuk bisa meluas
62
berkenalan dengan siapapun yang mengenal nomor kontak saya, berbagai hal pembicaraan yang bisa saya ungkapkan atau sebaliknya yang kenal dengan saya lewat HP terebut”. Perilaku penyalahgunaan teknologi bisa merubah pola pikir remaja dalam sekejap saja, baik informasi media yang bersifat positif yang ada dalam tampilan maupun bersifat negatif yang ada dalam pembahasan mereka. Hal ini yang membuat remaja cepat terpengaruh dalam pergaulan mereka ketika remaja sudah mengenal cinta antara sesama atau lawan jenisnya. Semakin berkembangnya teknologi media yang menjadi treen masa kini membuat remaja berpenampilan baru dalam dirinya untuk bergaul demi menyetarakan anatara temannya sehingga membuat perubahan pada remaja baik dalam bersikap, nilai, norma yang sebelumnya remaja itu baik dan kalem tidak bisa bergaul tidak mudah terpengaruh menjadi mudah bergaul dan cepat terpengaruh.
3.2.1 Perilaku Yang Secara Tidak Sadar Menguntungkan Kesehatan Perilaku manusia selain yang dilakukan secara sadar ada juga perilaku yang dilakukan tanpa sadar dan membawa dampak positif maupun negatif bagi individu ataupun kelompok sosialnya atau masyarakat disekelingnya. F.L.Dunn dengan model alternatif perilaku kesehatan mencoba melihat atau dalam individu ataupun masyarakat, melihat bagaimana manusia dalam berperilaku juga ada yang dilakukan secara tidak sadar namun membawa dampak yang positif bagi kesehatan baik itu kesehatan individunya. Berikut ungkapan informan sebagai berikut:
Ida pasangan 16 tahun (nama samara) ….”tiang merasakan nyaman pada saat berhubungan tanpa ada rasa takut atau apapun seketika hal itu yang tiang rasakan sekian menit saja. Untuk mengikat kesetiaan tiang dengan pasangan tiang menjadi hamil tidak disadari juga tunangan tiang ngorang sing merasa. Menguntungkan kesetiaan hubungan tiang memberikan kenyamanan pasangan tiang dengan itu tiang jalani selama kesempatan tiang bersama”.
63
Terlihat dari perilaku kesehatan dusun Sudimara dalam berperilaku berkenaan dengan pernikahan dini atau kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja. Secara tidak sadar atau tidak tau, masyarakat berperilaku dalam kehidupan sehari-harinya dapat membawa dampak yang positif bagi kesehatan. Terkait juga bagaimana pengetahuan remaja terhadap diri dan lingkungan sekitarnya. Bagaimana menjaga dirinya pada masa labil (puber) bergaul sesama teman sebayanya agar terhindar dari berbagai ancaman pergaulan bebas. Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, orang tua mengimbau remaja agar mengetahui reproduksinya sendiri begitu pentingnya dijaga sehingga terhindar dari penyakit atau pergaulan bebas. Hal itu terlihat dari ungkapan informan dibawah ini: ….“Ibu tomy 35 tahun, mempunyai anak penderita perenikah dini, karena kehamilan yang tidak diinginkan, ulah pergaulan bebas pacaran anak saya tidak mengontrol gaya pacaran mereka selama masih duduk dibangku sekolah mereka hanya menjalankan hasrat kepuasan batin tanpa memilkirkan akibat dari seks bebas tersebut” saya sebagai anak 17 tahun merasa menyesal ketika merasakan susahnya menjadi seorang ibu untuk nanti anak-anak saya, karena saya masih ingin rasakan masa-masa bebas dewasa”. Dari ungkapan diatas terlihat bahwa ibu tomy merasakan kesedihan dikarenakan melihat anaknya sudah nikah, sedangkan teman-temannya masih sekolah, di satu sisi anaknya merasa kecewa terpukul tanpa disengaja untuk melakukan seks bebas padahal mereka dalam keadaan sadar, tidak menggunakan kondom, namun tanpa disadari tindakan itu menguntungkan bagi sang ibu dan merugikan bagi masa depan anak. Untuk menghilangkan rasa malu di masyarakat mereka harus dinikahkan. Untuk menghindari gonta-ganti pasangan menimbulkan penyakit kelamin. Beberapa faktor yang mendasar berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap berkembangnya pergaulan bebas remaja di desa sudimara dan sekitarnya terkait erat dengan dinamika kehidupan sosial yang terjadi di daerah pariwisata yang mulai tertarik pada
64
daerah yang tidak begitu banyak pemukiman dan keramaian. Begitu pula intraksi masyarakat antarsesama manusia bertambah intens. Pola hubungan antarmanusia yang semakin terbuka yang ditunjang oleh perkembangan teknologi dan komunikasi informasi yang semakin canggih. Remaja Desa Sudimara yang akan merasakan perubahan yang menguntungkan kepada setiap individu untuk berinteraksi semakin cepat, kadangkala perubahan ini memamfaatkan di belah pihak remaja yang mengetahui dalam pengguna teknologi informasi dialihkan untuk menyebarluaskan beberapa film porno lewat HP ke beberapa HP yang lain semakin meningkat. Media informasi semakin memanjakan para penggunanya untuk menyeimbangkan perkembangan global di dalam neregi maupun di luar negeri. Cepatnya perkembangan media informasi atau telekomuniksi yang semakin canggih untuk mempermudah semua manusia yang membutuhkan komunikasi yang cepat. Hal ini yang mengkhawatirkan remaja untuk memenuhi kebutuhan yang dialami melewati harsat film yang mereka lihat dalam teknologi yang mereka bahwa merubah pola manusia untuk berfikir yang lebih negatif sewaktu-waktu bisa terpengaruh oleh apa yang diispirasikan. Pasangan Devik dan Agus (nama samaran) ….“Saat sipenulis berkunjung kerumahnya, yang ditemui hanyalah agus bersama seorang anak yang masih dibalita. Kami berdua duduk dibawah kolom rumah. Karena rumah agus terbuat dari kayu dan dibawa rumahnya ada bale-bale yang katanya agus orang tuanya sering ditempati istirahat jika dari bekerja. Atap rumahnya pun yang terbuat dari seng sebagian sengnya sudah bocor. suasana rumahnya sangat sunyi dan sepi, disekeliling rumahnya hanyalah kebun yang ditumbuhi beberapa pohon cokelat dan beberapa pohon kelapa. Keterbatasan keluarga agus yang memilih untuk bertindak meringankan beban orang tua tidak mampu untuk menjalani permintaan sekolah dan akhirnya memilih untuk menilah. Memank sudah dari sejak dulu agus nakal sering membantah orang tua dan menjalankan keinginan sendiri untuk melakukan hal yang baru dalam pergaulan dan lingkungan saat ini memberikan perbedaan dalam pola pikir remaja sekarang. Menonton film yang diajak teman-teman agus memberikan niat harsat agus dengan pasangan menghilangkan rasa stres dalam diri sehingga mengarah ke hal seks bebas”.
65
Hal diatas informan mengatakan bahwa perilaku dan tindakan yang dilakukan remaja dalam salah pegaulan mereka serta nilai dan norma yang tidak ditanamkan pada diri remaja yang hanya menjalankan emosional mereka untuk bertindak. Media teknologi mengubah manusia pada penggunanya dalam berprilaku dan berpola pikir. Dimana remaja menggunakan media teknologi dalam kehidupan yang dipergunakan dalam berinteraksi dan berkomunikasi dipengaruhi oleh pergaulan teman-teman mereka yang menjerumuskan ke arah negatif. Tanpa kesadaran dimana mereka bergaul serta bertindak secara kebersamaan akan mengikuti arah yang sama dengan teman yang lainnya. Tindakan ini bersifat tragtis tanpa ada kesadaran diri atau memikirkan tindakan yang wajar hanya menguntungkan dirinya serta diiukuti oleh temantemannya. Menghundari dari pergaulan bebas diantara mereka kesetian terjaga untuk menghindari kebebasan seks serta mengantisipasi gonta-ganti pasangan.
3.2.2 Perilaku Secara Tidak Sadar Merugikan Kesehatan Perilaku yang dilakukan oleh remaja atau individu secara tidak sengaja namun dapat memberikan kenikmatan sesaat bagi individu dapat merugikan kesehatan mereka atau menimbulkan dampak negatif bagi mereka. Perilaku pernikah dini yang selama ini terjadi di desa sudimara akibat terjadinya seks bebas secara tidak sadar mereka melakukan hubungan namun mereka menyadari bahwa perbuatan itu dilarang karena tidak ada ikatan suami istri. Model perilaku seperti itu terlihat pada remaja sudimara, itu terlihat dari penuturan infroman yang menunjukan bahwa: ….“Remaja laki-laki (17 tahun) seorang remaja yang pernah melakukan seks bebas dengan pacarnya disuwatu tempat (pantai) malam hari karena faktor terdesak rasa ingin tau terlalu dalam dan nafsu terlalu tinggi sehingga saya melakukan hubungan itu dipantai dengan pacar. Tanpa sadar saya melakukan (hilap) pacar saya hamil yang masih mudaan dari saya. Hal ini sangat merugikan bagi saya sendiri sesudah merasakan akibat dari perbuatan suka-sama suka”.
66
Dari penuturan lastri bahwa ia melakukan hubungan setiap malam minggu oleh karena itu melakukan hubungan tanpa mengenal tanggal masa reproduksi gadis berjalan kemungkinan akan terjadi kehamilan. Hal ini penggunaan kontrasepsi kurang diminati oleh remaja. Ini menjelaskan satu ketika mereka melakukan hubungan dianjurkan menggunakan kondom untuk mencegah kehamilan. Perilaku yang dilakukan oleh informan yang tanpa mereka sadari padahal mereka dalam keadaan sadar namun kontrol nafsu mereka yang tidak sadar.
Tabel.3.1 Perilaku kesehatan remaja terkait pernikahan dini (KTD). Perilaku sadar menguntungkan
Perilaku preventif dan kuratif dengan melakukan hubungan seks bebas hamil diluar nikah.
Perilaku sadar merugikan
-tetap melakukan hubungan seks, padahal mereka belum ada ikatan suami istri. - mengetahui kontrasepsi tapi tidak menggunakan alat tersebut, karena kurang menikmati (hasrat berlebihan). Perilaku tidak sadar merugikan Pertama kali mencoba menjadi ketagihan beberpa kali ketemu akan terjadi gesekan-gesekan hasrat mereka sesama pasangan, membuat tidak sadar akan suasana dalam keadaan berkasihkasih. Sumber :Diolah dari hasil wawancara Peneliti.
Pemaparan beberapa narasumber wawancara tergabung dalam pandangan masyarakat yang menilai hal tersebut menjadi saling berdampingan anatara masyarakat sekitar. Pergaulan remaja yang tidak diketahui oleh orang tuanya disaat keluar rumah tidak ada komunikasi antara anak dan orang tua terkesan bebas dan arogan. Tabel diatas memberikan sebuah hubungan yang secara sadar bahwa remaja belum terikat suami istri sudah melakukan seks bebas. Hubungan ini
67
yang merugikan remaja itu sendiri terhadap masa depan anaknya dan pernikahan dini yang dilangsungkan memberhentikan sekolah mereka. Dipihak yang menguntungkan adanya bayi sebagai pengembangan keluarga mereka terutama oang tua yang merasakan memiliki cucu. Berikut orang tua menyatakan kepada peneliti: Ibu lastri 48 tahun ….“Tiang (saya) sangat senang diberikan cucu membuat terhibur dalam keluarga tyang walau tyang sedikit kecewa dengan anak tyang, bakalan tetap berusaha untuk mencukupi ekonomi keluarga jalan hidup tyang mungkin sperti saat ini dan anak membantu dalam bekerja keluar sedangkan tyang mendidik anaknya”. Hal ini bahwa ungkapan orang tua yang dirasakan, untuk masa depan pola pikir mereka yang cendrung untuk mencerminkan kelurga yang sederhana dengan lahan pertanian yang dimiliki kurang mencukupi untuk bertani. Remaja tidak henti-hentinya dibicarakan, dari masalah pencarian identitas , pendidikan , beban psikologis hingga kenakalan remaja (delinquency). Masa remaja (adolescence) dapat dipandang sebagai suatu proses pertumbuhan fisik dan perkembangan menatal. Menurut para psikolog, kelompok usia remaja ditandai dengan berbagai perubahan, baik fisik (jasmani) sperti laju pertumbuhan tinggi badan , propsisi tubuh, alat-alat kelamin sekunder, maupun perubahan menal (psikis), perkembangan emosional, dan sosial. Pada fase ini, remaja bukan lagi anak-anak tetapi juga belum menjadi orang dewasa. Selain itu, dalam masa adolescencse ini, remaja mengahdapi tantangan , pembatasan-pembatasan dan kekangan-kekangan , baik yang dapat dari dalam dirinya maupun dari lingkungan sosialnya. Sebagian dari kelmpok sosial , remaja mengalami gaya hidup , nilai dan norma disatu pihak, tetapi belum dapat melepaskan kehidupannya dari bentuk pola perubauahn hidup bergitu cepat dari tradisi masyarakatnya di pihak lain. Remaja yang haya dipengaruhi oleh gaya hidup, dan nilai,norma modern, kehilangan pegangan karena pengaruh kebudayaan tradisionalnya secara
68
perlahan-lahan terkikis. Salah satunya akibatnya adalah perubahan perilaku seksual pada remaja yang dapat mengakibatkan terjadinya pernikahan dini. Masa remaja adalah masa peralihan yang penuh dengan pancaroba, masa ini merupakan masa menuju transisi menuju “dunia orang dewasa” ibarat sebelah kakinya mulai diangkat dari dunia kanak-kanak, tetapi belum penuh dijejakan dunia baru yang merupakan dunia orang dewasa. Oleh sebab itu, pada masa ini banyak hal seolah-olah bersifat mendua. Banyak hal baru yang memberikan pandangan dan wawasan baru tentang kehidupan dan dunia sosial. Dunianya kini bukan lagi dunia keluarga semata, tetapi lebih luas, seolah mata terbuka lebar melihat banyak hal baru di lingkungan yang lebih luas , sehingga seringkalimenimbulkan kegelisahan dan kebingungan. (Ilhromi,1999:19) Kesenjangan yang dapat menimbulkan masalah perkembangan perilaku hubungan seksual anak usia remaja merupakan bagian penting dari perkembangan hubungan sosial secara umum. Perilaku ini merupakan hasil pengaruh yang kompleks dari faktor biologis, yaitu dorongan seksual yang pada usia tersebut mulai dirasakan sebagai kebutuhan yang mendesak, dan faktor psikologis, dimana sikap perilaku orang tua atau dewasa yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi sikap remaja, serta faktor norma sosial yang berlaku (Azwar,2009: 24) Bagi keluarga , tindakan yang merampas kesucian diri perempuan karena hilangnya keperawanan ini dianggap aib, dan bayi yang terlanjur dikandungnya bukan sebagai suatu yang diharapkan . oleh karena itu, kehamilan yang dihasilakan dari perkosaan cendrung tidak diinginkan. Kedua kehamilan datang pada saat yang belum diharapkan . peristiwa kehamilan ini terjadi , antara lain pada wanita yang sudah menandatangani kontrak kerja . dalam perjanjian kontrak kerja, ia dipersyaratkan untuk tidak hamil dahulu selama kontrak, sehingga pelakunya cendrung tidak mengiginkan kehamilan yang dialaminya. Ketiga bayi dalam kandungan ternyata
69
menderita cacat majemuk yang berat sehingga harus digugurkan. Keempat , kehamilan yang terjadi akibat hubungan seksual dari luar nikah . dalam ajaran agama dan masyarakat hubungan seksual di luar nikah merupakan suatu pelanggaran terhadap ajaran agama dan norma di masyarakat. Oleh karena itu , bagi perempuan yang terlanjur hamil akibat hubungan seksual di luar pernikahan , kehamilannya itu cendrung tidak diinginkan asal penanggung jawab mau mengakui dan siap untuk menikah dini. Atas dasar analisis penyebab beberapa pengaruh atas perilaku remaja dipengaruhi oleh berbagai hal. Kebiasan-kebiasaan hidup sehat sesungguhnya merupakan tradisi lama yang ada dalam setiap komunitas dan kebudayaan. Namun setiap komunitas dan kebudayaan mempunyai caracara dan kebiasaan-kebiasaan yang berbeda antara satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat yang lain dalam mewujudkan hidup sehat mereka. Karena hal itu berkaitan dengan bagaimana pemahaman kebudayaan kesehatan yang dianutnya, bagi komunitas pedesaan yang masih sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan kesehatan tradisional. Pelayanan kesehatan yang diadakan di puskesmas mereka yang memberikan pengarahan kepada setaip masyarakat yang mereksakan dirinya ke puskesmas memberikan informasi terkait dengan kesehatan reproduksi dalam kehidupan rumah tangga remaja yang merasakan pernikahanan dini kurangnya pengetahuan reproduksi mereka sebelum mereka mengenal pacaran dalam hal yang negatif hal ini memberikan dampak yang sangat besar bagi remaja yang masih mencari-cari pasangan pada usia muda (pelajar) yang hanya akan merusak diri mereka sendiri, tidak memikirkan masa-masa sekolah dimana pendidikan harus mereka jalani. Terlihat dari bagaimana individu menjabarkan apa yang diketahuinya tentang apa yang akan menjadi akibat remaja dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada informan berikut ini yaitu : Ria, pasangan 16 tahun (nama samaran)
70
…”penderita pernikahan dini , latar blakang hamil duluan baru melaksanakan upacara pernikahan . kehamilan yang menghambat semua perjalanan pendidikan karena saya hamil duluan karena kebablasan sudah, ahkirnya tiang menikah. Berhubungan selama masa pacaran karena tiang ketagihan pada masa pancaroba tiang yang membuat nafsu menjadi meningkat tiang tau akibat dari hubungan ini, karena keinginan yang begitu tinggi di dorong dengan pengaruh pacar tiang sehingga lupa menggunakan kotrasespsi. tiang merasakan kesalahan setelah dalam usia kandungan tiang enam bulan jalan, melihat semua sudah terjadi begitu saja dengan perbuatan tiang tanggung bersama dengan suami saat ini tiang alami sulitnya sang suami mencari kerjaan serabutan dan kelurga merasa tidak memperdulikan keadaan saat ini yang saya alami”.
3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Pernikahan Dini. Beberapa pengaruh yang mengakibatkan remaja untuk lebih melakukan hal yang pernah mereka rasakan serta dalam hubungan kasih-kasih kehidupan glamor mereka dimasa-masa sekolah dalam memilih pergaulan untuk mencari jati diri sebagai rasa ingin tau terlalu berlebihan.
3.3.1 Pengetahuan RemajaTentang Kesehatan Reroduksi Dalam bidang pendidikan dan keterampilan merupakan aspek yang sangat penting sebagai bekal kemampuan yang harus dimiliki bagi seseorang yang melangsungkan pernikahan. Hal ini sebagai penopang dan sumber memperoleh nafkah untuk memenuhi segala kebutuhan dalam rumah tangga. Dalam proses pendidikan yang ditempuh diharapkan dapat terpancar ilmu pengetahuan sebagai bekal yang tiada tara bila dibandingkan dengan potensi lainnya. Juga bagi seorang wanita, sekalipun bukan sebagai kepala rumah tangga tetapi akan sangat berpengaruh dalam pembentukan rumah tangga dan dalam mewarnai kepribadian anak. Seorang ibu yang baik dan berilmu akan mampu mengarahan anak-anaknya menjadi anak-anak yang berpribadi luhur dan berakhlak mulia. Karena itu peran seorang ibu amatlah besar yang tidak dapat diabaikan. Namun
71
peran serta remaja dengan apa yang diberikan dalam pengajaran orang tua dan pendidikan yang ditempuh di sekolah merubah semua pola pikir remaja dalam sekejap, bilamana mereka melihat teman-teman sebayanya mengajak pasangan serta mesra didepan teman-teman mereka membuat remja ingin seperti apa yang temannya alami. Sehingga meniru apa yang menjadi cinta dimasamasa sekolah mereka tidak terkontrolnya sikap dan norma yang mereka jalankan. Pengetahuan remaja yang kurang mengetahui tubuhnya sendiri terutaama wanita yang sangat riskan dan perlu dipahami serta mengetahui dirinya sendiri pada fase-fase berenjak kedewasaan yang perlu pengarahan dan wawasan dari orang tuanya. Dewasa ini perkembangan tekonologi yang tidak terkontrol oleh pemerintah dalam penampilan gambar serta kebebasan dalam dunia maya membuat remaja terdoktrin oleh internet yang disalahgunakan membawa dampak negatif kepada penggunanya. Perlu ada pengamatan serta pengarahan kepada sekolah yang dimana remaja bersekolah, pendidikan dan wawasan yang cukup diketahui oleh remaja jika mereka bertindak atau ajakan temannya bisa memilih yang benar dan yang mana salah untuk tidak ditiru. Beberapa wawancara dari informan mengatakan sebagai berikut: ….“tiang pernah melihat pada pengajaran komputer disekolah teman tiang membuka situs yang tidak semestinya dibuka oleh siswa ternyata temen tiang melihat gambar porno, kenakalan diri tiang sendiri memank nakal susah diberitau kalau tiang memank bandel orangnya disekolah. Maka dari itu tiang pernah dihukum disekolah karena sering terlambat masuk sekolah”. (wawancara 10 desember 2013) Kebebasan remaja tanpa kontrol dari pengawan orang tua serta anaknya yang membandel mudah terpengaruh dimanapun mereka bergaul akan terisolir oleh lingkungan dimana remaja itu berada. Hal ini pendidikan mental serta disipliner sekolah perlu ditingkatkan untuk mengadapi anak-anak yang berwatak keras serta tindakan Guru-guru yang bertanggungjawab pada saat disekolah. Pengetahuan remaja laki-laki juga perlu diberikan pengarahan terkait dengan
72
reproduksi laki-laki untuk menghindari dari perbuatan yang tidak baik bagi dirinya, pendidikan seks usia dini sangat penting bagi remja serta anak-anak untuk menambah wawasan mereka mengenal tubuh mereka. Efekdari konsumsi pornografi adalah kecanduan, eskalasi, desensitisasi, keluar darikebiasaan dan perkembangan psikologi.Pada era globalisasi ini,pembicaraan soal seks seakan-akan menjadi trend bagi kalangan remaja, tanpa kitasadari. Sangat lazim, kita menjumpai kaum remaja membawa Handphone maupunSmartphone, yang bisa digunakan untuk mengakses internet. Melalui alat canggihtersebut, mereka bisa mengakses konten-konten yang terkait dengan pornografi, mulaidari berita, gambar, maupun video. Cukup dengan mengakses Google maupunYoutube dan memasukkan kata-kata atau istilah-istilah tertentu akan muncul materipornografi. Meskipun Kementrian Komunikasi dan Informatika telah memblokir ratusanribu,
bahkan
jutaan
situs-situs
pornografi,
namun
tidak
dapat
memblokir
seluruhnya.(Engelien.2013:3 ). Dari pengetahuan saya mendapat kesan bahwa hubungan seks antarremaja terjadi hanya jika hubungan mereka sudah berjalan sedikit tidaknya 6 bulan. Dengan demikian, hubungan tersebut sudah cukup akrab dan intim. Jarang yang langsung berhubungan seks setelah berkenalan tidak begitu lama. Lamanya waktu yang diperlukan untuk terjadinya hubungan seks (khususnya yang pertama kali) dapat mengerti, oleh karena itu menang diperlukan suasana hati tertentu untuk bisa melakukan hal itu. Khususnya pada remaja putri, harus timbul perasaan cinta, prasaan suka, percaya, menyerah dan sebaliknya terhadap pasangannya. Tetapi sekali perasaan itu timbul , apalagi kalau pihak laki-lakinya cukup tekun dan sabar untuk merayu pacarnya. Remaja putri seringkali tidak dapat lagi mengendalikan diri dan terjadilah hubungan seks itu. Melihat kenyataan ini, sebenarnya cukup waktu remaja putra-putri itu untuk mempersiapkan
73
dirinya untuk mencehah hal-hal yang tidak dikehendaki. Akan tetapi pada umumnya mereka ini memasuki usia remaja tanpa pengetahuan yang memadai tentang seks dan selama hubungan pacaran berlangsung pengetahuan itu bukan saja tidak bertambah, akan tetapi malah bertambah infromasi-infromasi yang salah. Hal yang terakhir ini disebabkan orang tua tabu membicarakan seks dengan anaknya dan hubungan orang tua anak sudah terlanjur jauh Sehingga anak berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat, khususnya teman. Sikap menabukan seks ini dalam keluarga tidak hanya terdapat pada orang tua saja, tetapi juga pada anak-anak itu sendiri, terpengaruh oleh film-filem yang di lihat temannya menonton. Nilai-nilai seksual tersebut diatas terkait erat dengan pandangan atau nilai-nilai masyarakat sendiri terhadap seks. Makin premisif (serba boleh) nilai-nilai itu, makin besar kecendrungan remaja untuk melakukan hal-hal yang makin dalam melibatkan mereka dalam hubungan fisik atarremaja yang berlainan jenis kelamin. Yang tergolong dalam nilai trdisional tersebut dalam perilaku seks yang paling utama adalah tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. Nilai ini tercermin dalam bentuk keinginan untuk mempertahankan kegadisan seorang wanita sebelum menikah. Kegadisan sorang wanita seringkali dilambangkan bagi salah satu tokoh agama adalah kesucian sudah hilang dimata wanita saat ini . hilngnya kegadisan bisa mengakibatkan depresi pada wanita yang bersangkutan, walaupun tidak membawa akibat lain sperti kehamilan atau penyakit kelamin. Berikut ungkapan wawancara informan sebagai berikut: Salah satu faktor yang berpengaruh langsung terhadap kejadian yang ada di lapangan di kalangan remaja adalah tingakat pengetahuan remaja tentang masalah seksualitas dan reproduksi. Pengetahuan dasar reproduksi yang harus dipahami oleh para remaja adalah masalah tanda-tanda pertumbuhan fisik dan perkembangan kejiwaan, proses pembuahan, dan upaya mengantisipasi kehamilan, termasuk jenis kontrasepsi dan penggunaannya (BKKBN Bali, 2013). Hasil
74
wawancara yang mendalam terhadap penderita pernikahan dini menunjukan bahwa perubahan pada
dirinya,
baik
perubahan
yang
menyangkut
aspek
fisik
maupun
perubahan
sosiokejiwaannya. Mereka mengaku bahwa, sejak dibangku SLTP, mulai merasakan perubahan yang terjadi dalam dirinya, termasuk perubahan volume suara (pada peria) dan perubahan buah dada (pada wanita). Namun , tanda-tanda masa puber ini belum mereka lewatkan atau tidak dipahami secara utuh. Pengetahuan remja penderita penikahan dini tentang seluk beluk gejala reproduksi di usia pubertas masih relatif minim, sehingga mereka merasa cemas, gelisah, dan merasa takut pertama kali merasakan mentruasi (pada wanita) dan mimpi basah (pada pria). Berikut ini penuturan penderita pernikahan dini siswi SMU. ….“Waktu pertama kali men, saya takut sekali. Saya keluar darah, beberapa kali ganti celana dalam saya sampai habis. Terus ibuk ngasih tau, agar saya pakai pembalut wanita. Saya sudah dewasa katanya”. Rasa ketakutan yang pernah dialami oleh remaja dalam masa-masa perubahan dalam dirinya untuk menunjukan bahwa akan menilai masa dewasa. Disertai dengan pertumbuhan tinggi badan dan perubahan bentuk badan mewaspadai orang tau dan memberikan pengarahan bahwa akan seperti yang dialami anaknya. Gambar: pernikahan dini dikarenakan kehamilan( hamil sebelum pernikahan) mepercepat pernikahan dengan membuat hamil terlebih dahulu ketimbang persepsi pernikahan yang di sakralkan.
Gambar 3.1
75
Dokumen : Pasek, 2013 Pernikahan dini terkadang membawa keberuntungan dalam keluarga mereka yang memiliki prekonomian dalam keluarga yang mapan dan mampu untuk membiayai senua kebutuhan dalam upacara pernikahan dan perencanaan kelahiran anaknya. Pernikahan dini memberikan gambaran kepada generasi remaja baik dikeluarga mereka yang tidak menghendaki pernikahan paksapun terjadi, pernikahan yang di dorong harsat cinta antara pasangan untuk memutuskan dalam masa-masa sekolah mereka yang terpengaruh oleh pergaulan negatif, hal ini kekawatiran orang tua terhadap masa depan remajanya . demikian yang diungkapkan informan kepada penulis Kadek usia 17 saat ini berusia 20 tahun ….“Saya menikah karena terjatuh dari nafsu dan harsat ingin melakukan hal yang tidak semestinya terjadi begitu saja secara spontan akhirnya saya dengan pasangan melakukan hubungan ini berdasarkan cinta suka sama suka. Padahal saya tau kalau melakuka seks bebas tanpa pengaman angat rentan kehamilan, serta menyalahkan ajaran agama bahwa tidak ada hubungan ikatan pasangan yang sah sebagai suami istri. Saat ini banyak yang terjadi bukan karena saya saja melainkan banyak kasus yang sama namun tertutup tidak berani mengatakannya ke orang tua. Pergaulan saat ini sangat treen dengan seks bebas apabila kata cinta suka sayang mereka terucap dari pasangan mereka akan pasrah melakukan seks bebas. Saya merasakan mungkin tua dengan usia yang muda
76
meringankan beban saya dan meringankan beban orang tua saya. Pernikahan ini banyak jalan yang dilalui dan berbagai kata masyarakat menilai hal yang masih kecil tetapi saya cuek terhadap apa yang dikatakan demi beban dan tanggung jawab lebih dini”. (wawancara 22 desember 2013) Demikian ungkapan yang dikatakan hal ini pernikahan dini menjadi treen saat ini yang sebagian berhasil dan yang sebagian bercerai dikarenakan keterlalaian dirinya untuk berprilaku yang serta mempertahankan pernikahan mereka. Pernikahan dini yang banyak dibicarakan media televisi saat ini, banyak memberikan gambaran-gambaran sisi positif dan gambaran sisi negtif yang telah dijalani oleh para yang sudah melajani pernikahan dini. Berbagai pembahsan dari sudut pandang masa depan mereka yang melawan perkembangan serta keterampilan yang semakin bersaing di dunia kerja akan mengalahkan mereka untuk bersaing dan hanya pekerjaan dalam keterbatasan pendidikan yang mempu dilakukanya.Pernikahan yang berkorban pada pendidikan serta ketidaklangsungan sekolah yang berhenti ditengah perjalanan, mengelurkan biaya yang banyank untuk sekolah hanya diancurkan oleh sikap dan perilaku remaja itu sendiri. Ketidaksetabilan membawa diri didalam pergaulan serta goyahnya diri dan mudah terpengerahun atas ajakan teman bisa merubah dari segala sikap pendiam menjadi sikap yang brutal.
3.3.2 Ekonomi Dalam Kelurga Beban ekonomi dalam keluraga yang mendorong remaja untuk tidak membebankan kepada orang tua dalam pembiayaan sekolah sehingga memilih untuk putus sekolah mengambil jalan menikah serta bisa membantu orang tua dan membebankan pekerjaan tulang punggung orang tua. Perilaku remaja dari lahir sudah diajarkan untuk bekerja keras membantu orang tua mereka.
77
Mentalitas yang baik merupakan satu kekuatan besar dalam memperoleh keutuhan sebuah rumah tangga. Keseimbangan fisik dan psikis yang ada pada setiap individual manusia dapat membuahkan ketahanan dan kejernihan akal sebagai obat persoalan yang dihadapi. Akal yang potensial baru dapat muncul setelah mengalami berbagai proses dan perkembangan. Aspek biologis merupakan potensi yang sangat dominan terhadap keharmonisan rumah tangga. Oleh karena itu keberadaannya tidak boleh diabaikan begitu saja. Keterpurukan mental remaja untuk mendengarkan sindiran dalam pergaulannya yang seharusnya mereka pertahankan dalam mental mereka. Pengalaman yang mejadi pendidikan dalam diri remaja saat ini namun biologis yang menjadi ancaman dalam diri remaja wanita yang siap menjadi ibu muda semasih masa-masa pancaroba ini. Sebagaian bersar ekonomi masyarakat Desa tergantung pada hasil pertanian dan nelayan yang ada disekitar pesisir Desa Sudimara, ekonomi kemiskinan tergolong cukup kecil karena terbantunya adanya LPD yang dibangun pada tahun 2010 yang lalu membantu meningkatkan kesejahtraan masyarakat sekitar dalam melawan kemiskinan di Desa ini. Beralih pada pernikahan dini yang terjadi fenomena ini menjadi banyak pembicaraan, seiringnya berkembangnya pola pikir masyarakat terhadap pergaulan terlalu bebas dikalangan remaja serta pasilitas munculnya cafe-cafe memberikan perbedaan pada gaya hidup remaja. Ekonomi penderita pernikahan dini dari lima informan yang didata sebagaian memiliki ekonomi yang menengah kebawah (paspasan) serta pekerjaan sebagai petani menjadi penerus kelangsungan hidup kelurga pernikahan dini. Anak-anak mereka mampu bekerja tanpa ijasah berpenghasilan yang sama dengan orang yang berijasah. Mereka juga mampu bersekolah untuk mengejar paket ijazah mereka yang pada saat itu hamil pada usia 16 tahun, kini sudah menjadi persamaan searah dengan kehidupan masyarakat yang lainnya. Berikut ungkapan informan sebagai berikut: Pasangan Kadek dan Desy ( nama samaram)
78
….“Tiang sekarang merasakan tidak bisa bersaing kalau dalam pendidikan, pekerjaan apapun yang sekarang ada tiang kerjakan sehingga tiang mampu melewati fase-fase untuk lebih dewasa dan belajar dari kesalahan pada masa sekolah. Tiang merasakan saat ini membebani segala tanggung jawab tiang rangkur di usia dewasa ini harus lebih dahulu tiang alami ketimbang teman-teman tiang yang saat ini masih bebas tanpa tanggung jawab anak. Kalau mengasuh tiang serahkan pada neneknya, tiang fokus bekerja sedangkan suami tiang bekerja membantu orang tua dalam pertanian terbagi dalm tugas masing-masing untuk memajukan ekonomi dalam kelurga”.(Wawancara 10 desember 2013) Usaha yang dilakukan membuka pola pikir mereka untuk bertindak dari kesalahan yang pernah mereka jalani pada masa-masa peremajaan mereka berubah dalam pola pikir menjadi lebih baik. Kesadaran diri manusia untuk bertindak serta berbuat didasari atas dukungan moral yang membuat mereka sadar akan tindakan yang benar. Selain faktor ekonomiPernikahan Diniyang ada di Desa Sudimara disebabkan adanya kemauan sendiri dari masing-masing pasangan. Hal ini disebabkan karena keduanya sudah merasa saling mencintai maka ada keinginan untuk segera menikah tanpa memandang umur dan adanya pengetahuan anak yang diperoleh dari film atau media-media yang lain, sehingga bagi mereka yang telah mempunyai pasangan atau kekasih terpengaruh untuk melakukan pernikahan dini. Seperti yang dialami oleh pasangan pernikahan usia dini berikut ini: Pasangan Informan indah dan SR usia 16 Seperti yang dikatakan SR bahwa: ….“Sebelum kami menikah saya dan indah dulunya sudah saling mengenal (pacaran) ±1 tahun lamanya. Kami menikah karena kemauan sendiri tidak ada paksaan dari orang tua atau keluarga lainnya, karena kami merasa sudah siap dan selalu ingin bersama dan disaat kami sudah menikah maka sudah tidak adalagi unsur negatif terhadap kami seperti hamil diluar nikah.Sewaktu saya pacaran dengan indah kami memang berdua memang menginginkan agar kelak kita bisa hidup bersama, bahagia, dan tidak ada seorangpun yang tergantikan (takut putus). ujar anti. kemudian juga suami saya sewaktu belum menikah dia sudah punya penghasilan sendiri karena anchu bekerja dengan bapaknya sebagai supir di kantor dinas pekerjaan umum. Seperti yang dikatakan indah, bahwa hasil atau gajinya dia kumpulkan hanya untuk melamar SR, dan sedikit bantuan dari orang tua. Menunggu waktu yang tepat dan indah sudah merasa siap dan sudah diberikan izin dari
79
orang tuanya sistem pelamaran pun dilakukan orang tua indah dan keluarga lainnya datang untuk menemui orang tua saya untuk membicarakan sebuah pernikahan”. (wawancara 15 desember 2013) Jadi hasil wawancara antara pasangan indah dan SR diatas dapat disimpulkan bahwa mereka melangsungkan Pernikahan Usia Dini bukan kehendak orang tua ataupun faktor ekonomi yang kurang mencukupi, melainkan karena kemauannya sendiri. Dalam kondisinya yang sudah memiliki pasangan berkeinginan yang sama, yaitu menikah di usia muda tanpa memikirkan apa masalah yang dihadapi ke depan jikalau menikah di usia yang masih muda hanya karena berlandaskan sudah saling mencintai, maka la pun melakukan pernikahannya pada usia yang masih muda (Dini). Kurangnya pengawasan orang tua yang disertai dengan pekerjaan yang menjadi tidak menyempatkan untuk menceritakan ke anaknya dalam kekurangan waktu yang seakan membuat anaknya tidak mendapat bimbingan dari orang sekitar yang membutuhkan perhatian dalam usia labil remaja. Dewasa ini semakin berkembang kebutuhan manusia semakin berat beban yang ditanggungjawabkan dan dibina dalam masa-masa mulai dari kanak-kanak dalam fase-fase berkembangnya teknologi serta berkembangnya pola pikir lingkungan remaja memanjakan pola hidupnya untuk tampil dalam pergaulanya tergolong mudah terpengaruh terhadap teman pergaulannya. Mudahnya beredar video porno ke celah-celah masyarakat sehingga sampai ketangan para remaja-remaja yang kian semakin populer dalam ruang lingkup dimana remaja bergaul. Hal ini yang menjadi pola pikir remaja terdoktrin oleh pola-pola negatif dalam dirinya yang seakan memrubah psikologis remaja menjadi bertindak seakan maunya. Kemunculan fenomena ini yang menjadi bagian dari permasalahan ekonomi, pendidikan, sosial budaya, serta penanganan pernikahan dini dikepemrintahan kurang ditanggapi sehingga saat ini sangat banyak yang melakukan pernikahan dini.
80
3.3.3Pola Asuh Dalam Kelurga Banyaknya kasus kesehatan terhadap remaja yang terpaksa melakukan pernikahan usia muda terutama wanita adalah, anemia,komplikasi serta mengakibatkan kematian ibu saat melahirkan juga terjadi perdarahan saat persalinan. Selain itu, wanita yang hamil pada usia muda berpotensi besar untuk melahiran anak dengan berat lahir rendah, kurang gizi dan anemia. Dari hasil wawancara informan yang dikatakan ke penulis sebagai berikut: Ida (nama samaran ) 16 tahun. ….“Saya merasakan ketika anak saya lahir dengan berat badan yang cukup kecil untuk berat normal kelahiran bayi 2,8 kl sedangkan berat bayi saya 2,5 kl yang butuh sinar dari rumah sakit dan lahir pun saya lewat oprasi sesar, ini karena penyempitan yang dikatakan dokter. Saya menjalani ini resiko dalam hamil muda yang belum tepat waktunya kehamilan saya sudah hamil”. (wawancara 12 desember 2013) Demikian ungkapan diatas yang menjadi resiko remaja untuk pernikahan dini yang Salah satu dampak pernikahan dini adalah rawan melahirkan anak kerdil atau anak stunting. Dalam masa pertumbuhan, anak kerdil ini bakal tampak terlambat ketimbang anak normal. Bisa terlihat dari tinggi badan, berat badan, hingga ukuran tubuh. Paling bahaya adalah volume otak anak kerdil bakal lebih kecil ketimbang anak normal. Itu bisa berdampak pada rendahnya kualitas intelegensia anak. Selain itu, anak kerdil rawan menderita penyakit. Bahkan penyakit yang beresiko tinggi, seperti jantung dan diabetes. Berbagai gangguan kesehatan yang dialami oleh remaja yang tidak diketahui dalam dirinya maka sosialisasi perlu ditingkatkan serta maratnya perubahan modernisasi yang banyak menyimpang dari pola perilaku remaja saat ini. Kesehatan sangat rentan dalam tumbuh kembangnya remaja yang banyak dibicarakan di social media hal ini yang harus dilakukan untuk memberikan pengarahan kepada orang tua untuk memperhatikan anak remajanya. Pembagian pola asuh anaknya diberikan kepada orang tua mertua suaminya sebagai pembelajaran dari
81
caranya menggendong anak, memandikan anaknya serta memakaikannya pakaian. Pengertian kesehatan anak bayi sangat diperhatikan terutama dalam menyusui anaknya sebelum menyusui pembersihan pada asi ibunya harus terjaga kebersihannya demi menghindari bakteri dengan mudahnya anak bai jatuh sakit. Hal-hal seperti kecil ini tidak diketahui oleh pernikahan dini yang harus mengambil alih tugas tersebut orang tua yang lebih berpengalaman. Berikut ungkapan informan selaku pernikahan dini sebagai berikut: Pasangan Devi (nama samaran) ….“Tiang tidak tau apa yang tiang harus kerjakan, nyemak bayi uli samping kanan apa samping kiri kemudian cara menggendongnya juga tiang belum begitu mahir. Tiang akui belum bisa sebagai ibu asuh yang baik, perlu belajar serta arahan orang lebih tua. Sedangkan suami tidak mau bertanggung jawab kerjaan ne tuah tajen jadi bebotoh. Tiang sendiri terkadang kewalahan mengasuhnya, tiang sadar sekali berat rasanya jadi ibuk yang tiang rasakan saat ini”.(wawancara 12 desember 2013) Metode-metode pola asuh yang belum dipahami serta wawasan yang kurang matang menjadi seorang ibu muda amat banyak beban, menyulitkan serta menambah beban orang tua dalam kelurga. Beberapa pantangan dari turun-temurun yang harus dilakukan setelah melahirkan serta menjaga anak bayi. Pantangan ini sudah ada dari generasi mereka yang sudah diterapkannya makanan, daun-daunan yang dioles pada bayi. Ini hanya bayi berusia 2,3 bulan masih dalam perawatan intensif. Menjaga bayi dalam usia 2,3 bulan sangat rentan dengan adanya godaan dari kepercayaan agama hindu sebagai bentuk kepercayaan untuk menjaga serta meneruskan perilaku ini. Misalkan menjaga balita terhindar dari peranan pola asuh kepercayaan harus membahwa bawang merah serta dioleskan ke bayi tersebut. Ini merupakan tindakan pola asuh kewaspadaan pada kesehatan bayi. 3.3.4 Sosial Budaya
82
Masyarakat sebagai suatu kelompok manusia yang sangat umum sifatnya, mengandung kesatuan-kesatuan yang sifatnya lebih khusus, tetapi belum tentu mempunyai syarat pengikat yang sama dengan suatu masyarakat. Sistem nilai budaya yang paling abstrak dari adatistiadat
memberi
arah
dan
orientasi
pada
kehidupan
para
warga
masyarakatnya.
(Koentjaraningrat,2009:153). Pada sisi ini, seorang individu diharapkan mampu membaca kondisi dilingkungan sekitar dan dapat menyesuaikannya. Hal ini agar tercipta suasana dimana dalam suatu rumah tangga yang dibina diakui keberadaannya oleh masyarakat sekitar sebagai bagian dari anggota masyarakat sehingga keluarga yang dibentuk tidak merasa terisolasi dari pergaulan yang bersifat umum. Secara sosiologis kedewasaan merupakan sesuatu yang didasari atas perbedaan peran sosial yang ditempati. Artinya tingkat perkembangan kedewasaan berbeda-beda sesuai dengan tempat dan lingkungannya. Bagi pasangan dalam satu keluarga perlu memahami dan membekali akan pengetahuan ini, agar kelengkapan potensi yang diperkirakan dapat tercukupi. Sedangkan dalam hubungan dengan hukum menurut UU, usia minimal untuk suatu pernikahan adalah 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria (pasal 7 UU No. 1/1974 tentang perkawinan) jelas bahwa UU tesebut menganggap orang diatas usia tersebut bukan lagi anak-anak sehingga mereka sudah boleh menikah, batasan usia ini dimaksudkan untuk mencegah perkawinan terlalu dini. Walaupun selama seseorang belum mencapai usia 21 tahun masih diperlukan izin orang tua untuk menikahkan anaknya. Setelah berusia diatas 21 tahun boleh menikah tanpa izin orang tua (pasal 6 ayat 2 UU No. 1/1974). Tampaklah disini, bahwa walaupun UU tidak menganggap mereka diatas usia 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria bukan anak-anak lagi, tetapi belum dianggap dewasa
83
penuh. Sehingga maih perlu izin untuk menikahkan mereka. Ditinjau dari segi kesehatan reproduksi, usia 16 tahun bagi wanita, berarti yang bersangkutan belum berada dalam usia reproduksi yang sehat. Meskipun batas usia kawin telah ditetapkan UU, namun pelanggaran masih banyak terjadi dimasyarakat terutama dengan menaiikan usia agar dapat memenuhi batas usia minimal tersebut (sarwono, 2006:34). Pernikahan dini yang diberlangsungkan hanya dalam pelaksanaan kelurga mereka saja upacara keberlangsungkan pernikahan dalam ruang lingkup kelurga yang sederhana. Manusia unggul secara biologis karena mampu menurunkan sesuatu yang amat berbeda dibandingkan dengan pola kehidupan anak remaja zaman sekarang sudah jelas berbeda dengan pola kehidupan orang tua pada masa remaja mereka dahulu. Beberpa atribut budaya dan pola kehidupan remaja zaman sekarang telah mengalami perkembangan dibandingkan dengan pola kehidupan orang tua di masa remajanya. Atribut budaya yang mewarnai kehidupan remaja dipedesaan khususnya di desa sudimra zaman sekarang, diantaranya adalah handphone( HP) , internet (chating dan e-mail) yang sudah tentu belum ditemukan pada masa lalu saat orang tua masih remaja. Atribut budaya ini telah memudahkan manusia untuk berkomunikasi dengan yang lain. Melalui pemanfaatan bendabenda tersebut, remaja dapat semakin leluasa untuk berkontak dan berinteraksi dengan teman sebayanya. Munculnya sarana komunikasi mutakhir tersebut membawaakses tersendiri, baik yang bersifat positif maupun negatif. Secara positif , berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi ini memungkinkan proses komunikasi antarmanusia menjadi lebih efektif dikalangan masyarakat. Namun disisi lain, dalam konteks pergaulan remaja, munculnya teknologi tersebut justru memberikan “ruang dan kesempatan” bagi mereka untuk menjalin hubungan dan pergaulan secara lebih bebas. Situs-situs internet sendiri tidak selalu menyediakan informasi
84
yang mendidik. Justru internet banyak menyediakan paparan informasi dan gambar yang bersifat pornografis. Apabila remaja secara mental kurang siap dalam menerima paparan informasi yang berasal dari internet, mereka dapat digiring untuk melakukan tindakan asusila, termasuk berbuat cabul dan nekat melakukan hubungan seksual pranikah. Apalagi, orang tua tidak bisa lagi mengawasi secara penuh gerak langkah keseharian remaja. Pasangan Lia (nama samaran) 16 Tahun ….”Sebagai cewek saya sering didesak oleh cowok atau pacar saya untuk membuktikan cintanya. Dengan konsep cinta identik dengan seks begitu, teman-teman cowok sering maksain kehendak. Akhirnya jadi deh hubungan itu”. Konsep cinta yang mewarnai pergaulan remaja pada masa pacaran jelas merupakan suatu pemahaman yang salah kaprah. Secara normatif , hubungan seksual baru boleh dilakukan oleh pasangan yang telah berkeluarga dan tidak boleh dilakukan oleh pasangan remaja yang belum menikah. Dalam masa pacaran, seorang remaja pria mulai memiliki rasa tertarik kepada seorang remaja putri, dan sebaliknya, remaja putri tertarik pada remaja pria adalah normal dan wajar. Pada saat pacaran itulah laki-laki dan perempuan dapat saling mengenal satu sama lain dan dapat lebih memahami sifat masing-masing dalam hal ini, proses pacaran dapat dijadikan wahana untuk saling mencurahkan hati(curhat) dan memecahkan masalah peribadi di rumah tangga mereka. Intraksi berjalan cepat diantara hubungan mereka lewat bahasa-bahasa gerak, tindakan, hawa nafsu, situasi intraksi negatif mudah muncul diusia mereka. Oleh karena itu remaja lakilaki terutama membawa peranan penting dalam intraksi sosial mereka untuk mengontrol dimasamasa pacaran mereka. Salah satu warga masyarakat yang memandang bahwa melihat remajaremaja sekarang keterbukan dalam berpacaran terlalu bebas diamana mereka menunjukan kesetiaan mereka didepan publik misalkan beroncengan bersama. Hal lain dari interkasi sosial ini
85
terlihat juga di beberapa sinetron televisi masa kini, film-film sinetron masa kini juga mencerminkan keterbukaan mereka dalam pemeran cerita percintaan didepan remaja-remaja yang memiliki pasangan. Perantara sosial untuk menjalani intraksi dalam tindakan kepribadian yang dimiliki remaja tersebut tergantung pada remaja itu sendiri menyingkapi permasalahan sosial budaya di lingkungan dimana ia bergaul. Berikut dari hasil wawancara informan sebagai berikut” Tomy(nama samaran) ….“Tiang sendiri kalau berkumpul dengan teman-teman minuman alkohol pasti tersedia didalam kerumaan ini menjadi penghangat serta cerita-certa, geguyonan tiang memank suka minuman dan begitu temen-temen tiang juga. Tiang dari masuk SMP sudah bisa merokok dunia kehidupan tiang lebih jelek dari yang tiang bayangkan. Niki tiang sampun sadar setelah menikah merasakan apa yang tiang dulu alami”.(Wawancara 13 desember 2013)
Tindakan sosial yang menyatakan bahwa pergaulan interaksi serta komunikasi ide gagasan serta tindakan yang dilakukan menyalagunakan pikiran dan emosional ini menjadi keangkuha diri remaja. Masyarakat hanya sebagai penonton didalamnya karena pernah merasakan menjadi masa muda yang terlewati serta remaja-remaja kini menjalaninya. Bagian ini sudah menjadi teradisi bagi remaja untuk dengan cara mereka berintraksi sesama teman sebayanya. Pergeseran pola pikir remaja bisa merusak otak remaja yang sudah pernah terkena minuman alkhol segala permasalahan akan teribas pada pisikologis rtemaja pada emosional yang tinggi dari tindakan ini nafsu akan terpancing oleh pola pikir yang keras dan bertindak semaunya.
86