91
BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1
Hubungan Antara Tingkat Kehadiran dengan Sikap Terhadap Keberlanjutan Pendidikan Hipotesis awal menyatakan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara
tingkat kehadiran dengan sikap. Hipotesis awal ini menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kehadiran warga belajar dalam proses pembelajaran maka akan semakin tinggi pula sikap warga belajar terhadap pendidikan, terutama untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih baik. Tingkat kehadiran menunjukkan intensitas warga belajar untuk hadir mengikuti proses pembelajaran di PKBM Negeri 17. Sedangkan sikap adalah perilaku warga belajar dalam menghayati kegiatan-kegiatan pendidikan terutama dalam rangka untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat kehadiran dengan sikap warga belajar terhadap pendidikan. Agar dapat melihat hubungan antar keduanya, maka dilakukan uji hubungan dengan menggunakan tabulasi silang dan uji statistik Pearson. Pengambilan keputusan dalam uji statistik Pearson adalah berdasarkan nilai signifikansi (Asymp. Sig.). Jika nilai signifikansi lebih besar dari α (0,1) maka H0 diterima, artinya tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji. Untuk lebih jelasnya, hubungan antara tingkat kehadiran dengan sikap dapat dilihat pada Tabel 21.
92
Tabel 21. Persentase Tingkat Kehadiran dengan Sikap Terhadap Keberlanjutan Pendidikan di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 Sikap Terhadap Keberlanjutan Pendidikan Tingkat Kehadiran Rendah (%)
Tinggi (%)
Rendah
33,0
44,0
Tinggi
67,0
66,0
Total
100,0 (3)
100,0 (27)
Tabel 21 di atas menunjukkan bahwa sebesar 33 persen warga belajar dengan sikap terhadap pendidikan yang rendah memiliki tingkat kehadiran yang rendah pula dan 67 persen warga belajar dengan sikap terhadap pendidikan yang rendah memiliki tingkat kehadiran yang tinggi. Sedangkan untuk 44 persen warga belajar dengan sikap terhadap pendidikan yang tinggi memiliki tingkat kehadiran yang rendah dan 66 persen warga belajar dengan sikap terhadap pendidikan yang tinggi memiliki tingkat kehadiran yang tinggi pula. Angka tersebut menunjukkan kecenderungan bahwa sebagian besar warga belajar memiliki sikap yang tinggi, namun faktor-faktor seperti pekerjaan dan kegiatan sehari-hari mereka terkadang menghambat mereka untuk hadir mengikuti proses pembelajaran secara rutin. Hasil uji menggunakan korelasi Pearson menunjukkan angka signifikansi sebesar 0,713. Angka ini menunjukkan bahwa H0 dapat diterima dan menunjukkan bahwa secara statistik, tidak terdapat hubungan antara tingkat kehadiran dengan sikap terhadap pendidikan.
93
7.2
Hubungan Antara Tingkat Kehadiran dengan Tingkat Pengetahuan Akademik Warga belajar Hubungan antara tingkat kehadiran dengan pengetahuan akademik warga
belajar akan diuji menggunakan tabulasi silang dan uji statistik Pearson. Hasil tabulasi silang disajikan dalam Tabel 22. Tabel 22. Persentase Tingkat Kehadiran dengan Tingkat Pengetahuan Akademik di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 Tingkat Pengetahuan Akademik Tingkat Kehadiran Rendah (%)
Tinggi (%)
Rendah
43,0
44,0
Tinggi
57,0
56,0
Total
100,0 (21)
100,0 (9)
Tabel 22 menunjukkan bahwa sebesar 43 persen warga belajar dengan pengetahuan akademik rendah memiliki tingkat kehadiran yang rendah dan sebesar 57 persen warga belajar dengan pengetahuan akademik yang rendah memiliki tingkat kehadiran yang tinggi dalam setiap pemelajaran. Sedangkan untuk warga belajar dengan pengetahuan akademik tinggi dan tingkat kehadiran rendah adalah sebesar 44 persen dan sebesar 56 persen dari 9 orang warga belajar memiliki pengetahuan akademik yang tinggi dan tingkat kehadiran yang tinggi pula. Berdasarkan hasil tabulasi silang di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian warga belajar memiliki pengetahuan akademik yang cukup rendah. Berdasarkan hasil uji statistik Pearson, nilai signifikansi hubungan antara tingkat kehadiran dengan pengetahuan akademik menunjukkan angka yang cukup tinggi yaitu sebesar 0,936. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari α (0,1) hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan akademik dengan tingkat kehadiran jika dihitung secara statistik. Bila ditelusuri
94
lebih lanjut secara teoritis, seharusnya terdapat hubungan antara tingkat kehadiran dengan pengetahuan akademik. Karena warga belajar tidak memiliki buku pegangan yang dapat dipelajari sendiri di rumah sehingga warga belajar hanya mendapatkan pengajaran akademik jika warga belajar menghadiri proses belajar didalam kelas.
7.3
Hubungan Antara Tingkat Keaktifan dengan Pengetahuan Akademik Warga belajar Hubungan antara tingkat keefektifan dengan pengetahuan akademik warga
belajar diukur menggunakan tabulasi silang dan uji korelasi statistik Pearson. Hasil tabulasi silang antara tingkat keaktifan dengan pengetahuan akademik warga belajar akan disajikan pada Tabel 23. Tabel 23. Persentase Tingkat Keaktifan dengan Pengetahuan Akademik Warga Belajar pada PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 Keaktifan
Pengetahuan Rendah (%)
Tinggi (%)
Rendah
43,0
33,0
Tinggi
57,0
67,0
Total
100,0 (21)
100,0 (9)
Tabel 23 menunjukkan bahwa sebesar 43 persen warga belajar dengan tingkat pengetahuan yang rendah memiliki keaktifan yang rendah dan sebesar 57 persen memiliki keaktifan yang tinggi. Untuk warga belajar yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi, terdapat 33 persen yang memiliki tingkat keaktifan rendah dan 67 persen dengan keaktifan tinggi. Hal tersebut menunjukkan adanya kecenderungan semakin tinggi pengetahuan maka warga belajar juga akan semakin aktif. Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner, warga belajar merasa bahwa dengan diskusi dan berinteraksi dengan tutor, warga belajar merasa
95
mendapat motivasi lebih sehingga lebih mudah untuk menerima pelajaran yang diajarkan oleh tutor tersebut.
Hal tersebut diperkuat oleh informasi yang
diberikan oleh tutor, tutor mengatakan bahwa warga belajar yang sering berdiskusi dengan mereka, baik tentang pelajaran maupun tentang hal-hal lain biasanya memiliki nilai yang lebih baik daripada warga belajar yang jarang berinteraksi dengan mereka. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai signifikansi (Asymp. Sig.) untuk hubungan antara tingkat keaktifan dengan pengetahuan akademik adalah 0,626. Nilai tersebut menunjukkan nilai yang lebih besar dari α (0,1). Maka H0 terbukti bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pengetahuan akademik. Maka walaupun terdapat kecenderungan bahwa keaktifan dan pengetahuan akademik berhubungan tetapi hal tersebut tidak terbukti secara statistik.
7.4
Hubungan Antara Tingkat Keaktifan Dengan Sikap Hubungan antara tingkat keaktifan dengan sikap akan diuji menggunakan
tabulasi silang dan uji statistik Pearson. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah keaktifan yang berbeda akan diikuti dengan sikap terhadap pendidikan yang berbeda pula. Hubungan antara tingkat keaktifan dengan sikap akan ditunjukkan pada Tabel 24. Tabel 24. Persentase Tingkat Keaktifan dengan Sikap Warga Belajar di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 Sikap
Keaktifan Rendah (%) Rendah Tinggi Total
Tinggi (%) 100,0 0,0 100,0 (3)
33,0 67,0 100,0 (27)
96
Tabel 24 secara jelas menunjukkan bahwa 100 persen warga belajar dengan sikap terhadap pendidikan yang rendah memiliki keaktifan yang rendah pula. Untuk warga belajar dengan sikap yang tinggi terhadap pendidikan, sebesar 33 persen memiliki keaktifan yang rendah dan 67 persen memiliki keaktifan yang tinggi. Angka tersebut menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi sikap terhadap pendidikan yang dimiliki oleh warga belajar maka akan semakin aktif warga belajar tersebut dalam proses pembelajaran. Sikap warga belajar terhadap pendidikan dilihat dari keingian, keyakinan, dan semangat warga belajar untuk melanjutkan sekolah maupun kesadaran terhadap pentingnya pendidikan. Hasil uji menunjukkan bahwa nilai signifikansi (Asymp, Sig.) untuk hubungan antara tingkat keaktifan dengan sikap adalah sebesar 0,025. Nilai signifikansi 0,025 tersebut menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara tingkat keaktifan dengan sikap terhadap pendidikan. Nilai tersebut lebih kecil dari α (0,1) maka H0 ditolak dan berarti terdapat hubungan antara tingkat keefektifan dengan sikap terhadap pendidikan. Nilai ini menunjukkan bahwa semakin tinggi sikap yang dimiliki oleh warga belajar maka akan semakin tinggi pula keaktifannya dalam kegiatan pembelajaran. Di antara faktor-faktor dari proses yang diduga mempengaruhi output ternyata hanya keaktifan yang memiliki hubungan yang nyata dengan sikap warga belajar terhadap pendidikan. Kehadiran tidak berpengaruh sama sekali baik terhadap pengetahuan maupun sikap terhadap keberlanjutan pendidikan.