BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jakarta, terhitung sejak bulan September 2015. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data berupa seluruh perusahaan yang sudah go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia melalui situs www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) serta library research . Penelitian ini mengambil data sekunder dari perusahaan yang mencakup gambaran umum dari objek yang diteliti yaitu perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 – 2014.
B. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kausal yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisa pengaruh antara satu atau lebih variabel bebas (independet) terhadap variabel terikat (dependent). Dimana variabel
independen dalam penelitian
ini
adalah
Konvergensi IFRS dan Konservatisme dan variabel dependennya yaitu Asimetri Informasi.
33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
C. Definisi dan Operasionalisasi Variabel 1. Variabel Terikat (Dependend Variabel) Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010).Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Asimetri Informasi. Asimetri informasi merupakan keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek ke depan suatu perusahaan dimana informasi ini tidak dimiliki oleh pihak luar selain perusahaan. Suatu perusahaan dikatakan memiliki kinerja yang baik dapat diukur salah satunya dengan menggunakan asimetri informasi (Haniati dan Fitriny, 2010). Dijelaskan bahwa ketika nilai dari asimetri informasi itu menurun, dapat diartikan bahwa perusahaan itu dalam keadaan baik karena Asimetri Informasi itu adalah suatu informasi yang menjelaskan tentang perbedaan sudut pandang dan pemahaman antara perusahaan dengan para pihak ketiga. Apabila nilainya semakin kecil, berarti pengguna informasi dapat dikatakan sudah memahami isi dari laporan yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut. Pengukuran yang digunakan adalah dengan mengukur perubahan spread (change spread). Peneliti menggunakan persentase pengukuran spread sebagai berikut: %spread =((ask price – bid price) / ((ask price + bid price)/2)) x 100
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
Dalam penelitian ini dihitung persentase spread untuk periode announcement dan non announcement. Krinsky dan Lee 1996 dalam (Suyati, 2010) menjelaskan bahwa perhitungan persentase spread pada periode announcement dan non announcement bertujuan untuk melihat dampak pengumunan laba terhadap asimetri informasi. Dimana periode announcement terdiri dari 5 hari periode perdagangan yaitu 2 hari sebelum tanggal pengumunan laba dan 2 hari setelah tanggal pengumuman laba. Periode non announcement terdiri dari 11 hari perdagangan sebelum tanggal pengumuman laba dan 11 hari perdagangan setelah tanggal pengumuman laba. Selisih spread antara periode announcement dan non announcement dihitung sebagai berikut. CSPREAD = selisih antara rata-rata persentase spread periode announcement dan non announcement
Dimana, semakin besar
bid-ask spread memperlihatkan asimetri
informasi yang semakin besar.
2.
Variabel Bebas (Independent Variabel) Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau variabel terikat (Sugiyono, 2010). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
a. Konvergensi IFRS Konvergensi dapat berarti harmonisasi atau standarisasi, namun harmonisasi dalam konteks akuntansi dipandang sebagai suatu proses meningkatkan kesesuaian praktik akuntansi dengan menetapkan batas tingkat keberagaman. Jika dikaitkan dengan IFRS maka konvergensi dapat diartikan sebagai proses menyesuaikan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terhadap IFRS (Baskerville , 2010) dalam Dwikatresna (2014). Konvergensi IFS yang mulai diwajibkan penerapannya semenjak tahun 2012 secara tidak langsung akan mempengaruhi sudut pandang investor mengenai nilai suatu perusahaan. Nilai tersebut dapat dilihat dari pergerakan saham sehingga nantinya akan dapat disimpulkan apakah konvergensi IFRS ini sendiri dapat mempengaruhi asimetri informasi. Konvergensi IFRS pada penelitian merupakan variabel dummy. Variabel dummy adalah variabel yang digunakan untuk mengkuantitatifkan variabel yangbersifat kualitatif (Sekaran,2006). Variabel dummy merupakan variabel yang bersifat kategorikal yang diduga mempunyai pengaruh terhadap variabel yang bersifat kontinue. Menurut Mirer (1990) dalam Ghozali (2011), cara pemberian kode dummy umumnya menggunakan kategori yang dinyatakan dengan angka 1 atau 0. Kelompok yang diberi nilai dummy 0 (nol) disebut excluded group, sedangkan kelompok yang diberi nilai dummy 1 (satu) disebut include group. Exclude group akan digunakan sebagai pembanding untuk interpretasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
koefisien parameter variabel dummy. Selanjutnya variabel ini akan dilambangkan dengan KONVIFRS dalam persamaan. D = 1 untuk keadaan dimana konvergensi IFRS sudah mulai diwajibkan. Data perusahaan yang digunakan adalah laporan keuangantahun 2012 - 2014. D = 0 untuk keadaan dimana konvergensi IFRS belum mulai diwajibkan.Data perusahaan yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2009 – 2011. Variabel dummy dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perubahan dalam intersep, slope atau keduanya, dalam dua atau lebih situasi yang berbeda. Dalam penelitian ini adalah keadaan sebelum dan sesudah IFRS diwajibkan. b. Konservatisme Menurut
Watts
(2003)
dalam
Conservatism
in
Accounting
Part:Explanations and Implication, konservatisme didefinisikan sebagai perbedaan variabilitas dalam pengakuan laba dibanding rugi. Watts (2003) dalam artikelnya yang berjudul “Conservatism in Accounting Part II: Evidence and Research Opportunities menggunakan tiga tipe pengukutan untuk menilai konservatismeyaitu: 1. Earning/stock return relation measures 2. Earning/accrual measures 3. Net asset measure
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
Konservatisme dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Model Conv_accrual Zhang (2007)
Conv_accrual = (non operating accruals/total asset)x (-1)
dimana: Non operating accrual = Operating accrual - Δaccount receivable -
Δinventories - Δprepaid expense + Δaccount payable + Δtax payable Operating accrual
= net income + depreciation – cash flow from operation
Conv_accrual dikalikan -1 dengan sehingga semakin tinggi nilai conv_accrual menunjukkan penerapan konservatisme yang semakin tinggi juga
3. Variabel Kontrol Berikut adalah variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini: a. Size Ukuran perusahaan atau Size pada penelitian ini akan dijadikan variabel kontrol terhadap variabel dependen asimetri informasi, tingkat asimetri informasi sebuah perusahaan akan menjadi semakin kecil pada perusahaan yang memiliki ukuran semakin besar, dikarenakan semakin besar sebuah perusahaan maka system kontrol yang dibangunnya pun akan semakin
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
baik. Ukuran perusahaan atau Size pada penelitian ini akan diproxy kan ke dalam Logaritma Natural dari Total Asset pada perusahaan sampel (Chen, 2005) dalam Widiarno (2012). Ukuran perusahaan atau Size digunakan sebagai variabel dalam pengungkapan informasi tanggung jawab sosial perusahaan. Pada umumnya perusahaan besar memiliki informasi yang lebih lengkap sehingga besar kemungkinan pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial pada perusahaan besar tersebut (Rakhmawati, 2011). Dalam penelitian Rachmawati (2006) dalam Seswanto (2012) mengatakan bahwa perusahaan yang ukurannya besar akan cenderung lebih bisa menjaga kestabilan labanya dalam jangka panjang dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hasil penelitian Kanagaretman et al (2007) menunjukkan adanya pengaruh negatif antara size dengan change spread. Ukuran perusahaan memiliki hubungan positif dengan volume perdagangan, sedangkan volume perdagangan berhubungan negatif dengan spread. Hal ini karena perusahaan yang besar cenderung memiliki volume perdagangan yang tinggi, sehingga kemungkinan terjadi asimetri informasi akan semakin kecil. b. Leverage Dalam penelitian ini, leverage diukur dengan mengukur nilai Debt Equity Ratio. DER merupakan rasio yang mengukur besarnya hutang yang ditanggung melalui modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Debt equity ratio adalah instrumen untuk mengetahui kemampuan ekuitas atau asset bersih suatu perusahaan untuk melunasi seluruh kewajibannya. Dari perspektif
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang (Darsono, 2005: 54). Hal sebaliknya akan terjadi rasio DER yang tinggi menunjukkan semakin tinggi resiko perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang. Hal tersebut berpengaruh buruk terhadap nilai perusahaan sehingga ini akan menurunkan return saham. c. Price Price merupakan rata-rata harga saham harian dalam setahun (Januari – Desember). Venkatesh dan Chiang (1986) dalam Kanagaretnam et al. (2007) menjelaskan bahwa harga saham mempunyai hubungan negatif dengan perubahan asimetri informasi, karena asimetri informasi yang tinggi dapat menurunkan harga saham. Studi yang dilakukan Chandan Seow (1995), Ryan (1996) maupun Erwin dan Miller (1998) dalam Tumirin (2005) membuktikan bahwa harga saham berpengaruh negatif dengan bid-ask spread. Apabila harga saham senantiasa naik, berarti memberikan return yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa saham tersebut disukai investor, pedagang tidak perlu memegang saham terebut terlalu lama sehingga menurunkan biaya kepemilikan saham tersebut, sehingga spread juga menjadi tinggi (Tumirin, 2005). d. Kep_Publik Kep_Publik yaitu persentase kepemilikan publik. Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai upaya untuk mengurangi asimetri informasi antara manajemen dan pemilik. Semakin banyak saham yang dimiliki oleh publik,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
maka semakin besar tekanan yang dihadapi perusahaan untuk mengungkapkan informasi lebih banyak dalam laporan keuangannya. Hal ini dikarenakan dengan semakin besar porsi pemilikan publik, maka semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, sehingga semakin banyak pula butir-butir informasi yang mendetail yang dituntut untuk dibuka dalam laporan keuangan.Lafond dan Watts (2006) dalam penelitiannnya menjelaskan bahwa semakin tinggi public information meyebabkan semakin banyak informasi yang diketahui publik, sehingga dapat menurunkan asimetri informasi.
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
No 1.
2.
Variabel Variabel Dependen :
Pengukuran
Skala
1. Asimetri Informasi
Bid ask spread: spread =((ask price – bid price) / ((ask price + bid price)/2)) x 100
Rasio
1. Konvergensi IFRS
KONVIFRS: Keadaan dimana konvergensi IFRS sudah mulai diwajibkan, data perusahaan yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2012 – 2014 maka akan diberikan angka 1. Dan keadaan dimana konvergensi belum di wajibkan, data perusahaan yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2009 – 2011 maka akan diberikan angka 0.
Nominal
2. Konsevatisme
Conv_accrual :
Variabel Independen :
(non operating accruals/total assets) x (-1)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Rasio
42
3.
Variabel Kontrol SIZE :
1. SIZE
Rasio SIZE = Ln Total Asset
2. Leverage
Leverage :
Rasio Total Utang Total Assets
3. Price
Price :
Rasio
Rata – rata harga saham harian selama satu tahun
Rasio 4. Kep_Publik
Kep_Publik : Jumlah saham publik x 100% Jumlah saham yang beredar
D. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi merupakan sekumpulan data yang mengidentifikasi fenomena yang diteliti. Sedangkan sampel adalah sekumpulan data yang diambil daripopulasi. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2015. Pada penentuan sampel akhir dipilih dengan teknik
purposive
sampling dengan kriteria, yaitu: 1.
Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit secara konsisten dari tahun 2009 – 2014.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
2.
Laporan keuangan perusahaan pada periode yang diteliti memaparkan IFRS pada laporan keuangan mereka mulai awal tahun 2009.
3.
Perusahaan tidak melakukan corporate action selama periode penelitian.
4.
Perusahaan tidak melakukan merger dan akuisisi selama periode penelitian.
5.
Perusahaan melakukan perdagangan saham secara aktif selama periode penelitian. Penentuan jumlah sampel secara rinci diuraikan pada table 3.2 sebagai
berikut: Tabel 3.2 Kriteria Pemilihan sampel No
Keterangan/Kriteria
Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI 1.
Perusahaan tidak mempublikasikan laporan keuangan
Jumlah 41 (14)
tahunan yang telah diaudit secara konsisten 2.
Perusahaan tidak melakukan merger dan akuisisi
(2)
3.
Perusahaan delisting dalam kurun waktu penelitian
(1)
4.
Perusahaan yang melakukan corporate action dalam
(10)
kurun waktu penelitian Jumlah akhir sampel penelitian
15
Jumlah data penelitian (15 x 6)
90
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
Berikut ini adalah nama – nama perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang akan dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini berdasarkan kriteria-kriteria di atas:
Tabel 3.3 Sampel Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009 – 2014
No
Nama perusahaan
Kode
1.
Bank MNC Internasional
BABP
2.
Bank Capital Indonesia
BACA
3.
Bank Bukopin
BBKP
4.
Bank Tabungan Negara
BBTN
5.
Bank QNB Indonesia
BKSW
6.
Bank Bumi Arta
BNBA
7.
Bank CIMB Niaga
BNGA
8.
Bank Internasional Indonesia
BNII
9.
Bank Victoria Internasional
BVIC
10.
Bank Mayapada International
MAYA
11.
Bank Windu Kentjana International
MCOR
12.
Bank Mega
MEGA
13.
Bank NISP OCBC
http://digilib.mercubuana.ac.id/
NISP
45
14.
Bank Pan Indonesia
PNBN
15.
Bank Woori Saudara Indonesia 1906
SDRA
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data guna mendukung penelitian ini adalah dengan teknik pengumpulan data arsip (dokumen/copy) berupa penelitian terdahulu, laporan yang dipublikasikan serta pendapat para ahli yang bersumber dari buku-buku teks untuk mendapat gambaran yang diteliti, dan data sekunder laporan keuangan yang dipublikasikan selama tahun 2009 sampai 2014 oleh Bursa Efek Indonesia dan website resmi perusahaan yang menjadi objek penelitian.
F. Metode Analisis 1. Statistika Deskriptif Dalam penelitian ini dianalisis dengan statistik deskriptif. Statistika deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian ini. Alat analisis yang digunakan adalah rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum dan minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi). Skewness dan kurtosis merupakan ukuran untuk melihat apakah data terdistribusi secara normal atau tidak. Skewness
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
mengukur kemencengan dari data dan kurtosis mengukur puncak dari distribusi data. Data yang terdistribusi normal mempunyainilai skewness dan kurtosis mendekati nol (Ghozali, 2009).
2. Uji Asumsi Klasik Agar penelitian ini diperoleh hasil data yang memenuhi syarat pengujian, maka dalam penelitian ini dilakukan pengujian asumsi klasik untuk pengujian statistik. Pengujian model asumsi statistik pada model penelitian ini dalam rangka memperoleh hasil regresi yang baik dan tidak bias dalam menguji hipotesis. Uji diagnostik dilakukan untuk mendiagnosa sifat – sifat dari model regresi dan memeriksa validitasnya. Untuk pengujian ini penulis menggunakan kriteria Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) yang terdiri dari: a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal ( Ghozali , 2009). Untuk mengetahui apakah residual terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dengan melihat tingkat signifikansinya. Uji ini dilakukan sebelum data diolah.Pendeteksian normalitas data apakah terdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Residual dinyatakan terdistribusi normal jika nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov > 0,05.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
Untuk membaca hasil analisis uji Kolmogrov-Smirnov, jika tingkat signifikansi lebih dari 0,05 maka H0 diterima, hal ini berarti bahwa data tersebut mempunyai distribusi normal. Sebaliknya, jika tingkat signifikansi kurang dari 0,05 maka H0 ditolak, yang berarti bahwa data tersebut tidak mempunyai distribusi normal. b. Uji Multikolinearitas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2009). Apabila tidak terdapat korelasi antar variabel independen, maka model regresi dapatdikatakan baik. Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya,yaitu variance inflation factor (VIF). Apabila nilai tolerance < 0,10 atau samadengan nilai VIF > 10 maka tidak terjadi multikolonieritas. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas.
Model
regresi
yang
baik
seharusnya
homoskedastisitas atautidak terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas dapat diketahui salah satunya dengan cara melihat grafik scatterplots. Apabila dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak (tanpa pola yang jelas) serta tersebar di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi ( Ghozali , 2009 ). d. Uji Autokorelasi Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah didalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2011). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Pendeteksian ada atau tidaknya autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson (DW), dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi. 2. Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien autokorelasi lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif. 3. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi positif. 4. Bila nilai DW terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) ada DW terletak antara (4 - du) dan (4 - dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
3. Uji Kesesuaian Model a.
Uji Koefisien Determinasi (R²) Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabelvariabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2009). b. Uji Statistik F Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali, 2009). Pengambilan keputusannya adalah apabila nilai probabilitas signifikansi < 0.05,maka variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.
4. Uji Hipotesis a. Uji Statistik T Uji statistik T pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2009). Pengambilan keputusannya adalah apabila
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
nilai probabilitas signifikansi < 0.05, maka suatu variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. b. Analisis Regresi Linier Berganda Dalam penelitian ini, uji hipotesis menggunakan analisis regresi linear berganda. Analisis persamaan regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dari beberapa variabel variabel independen terhadap satu variabel dependen yaitu Asimetri Informasi. Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen (Ghozali, 2009). Pengujian koefisien regresi dilakukan untuk menguji seberapa jauh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh terhadap asimetri informasi. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan sebesar 5% (0,05). Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis didasarkan pada signifikansi p-value. Jika p-value (signifikan) > α, maka hipotesis alternatif ditolak. Sebaliknya jika pvalue < α,maka hipotesis alternatif diterima. Model regresi yang digunakan adalah :
CSPREAD i,t = CONSV_ACCi,t + IFRSi,t + SIZEi,t + LnLEV + PRICEi,t + Kep_Publik i,t + e Dimana : CSPREAD
: Asimetri informasi
CONSV_ACC : Tingkat konservatisme perusahaan i pada tahun t
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
IFRS
: Adalah nilai dari konvergensi IFRS yang ditetapkan menggunakanvariabel dummy
SIZE
: Ukuran perusahaan yang dihitung menggunakan logaritma naturaldari kapitalisasi pasar
LEV
: Total liabilitas terhadap ekuitas
PRICE
: Rata-rata harga saham harian
KEP_PUBLIK : Presentase kepemilikan saham oleh publik
http://digilib.mercubuana.ac.id/