BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini berfokus pada komoditas unggulan, keragaman (diversitas), tingkat konsentrasi, dan tingkat spesialisasi komoditas tanaman pangan pada 21 kecamatan di wilayah Kabupaten Ponorogo tahun 2010 hingga 2014. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data komoditas tanaman pangan beserta komponen-komponennya. B. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan menggunakan data runtun waktu (time series). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data luas panen komoditas tanaman pangan wilayah kecamatan di Kabupaten Ponorogo selama lima tahun yaitu tahun 2010 hingga tahun 2014. Data dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Ponorogo. C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data yang diambil dari instansi terkait. Metode yang digunakan untuk pengambilan data adalah dengan studi kepustakaan (library research) yaitu mengambil data-data maupun teori-teori berupa buku-buku, tulisantulisan ilmiah, jurnal, artikel dan laporan-laporan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
32
33
D. Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini, terdapat definisi operasional untuk menyamakan variabel-variabel dan menghindari adanya perbedaan penafsiran. Definisi operasional variabel yang digunakan adalah sebaga berikut: 1.
Luas panen adalah luas tanam yang dipanen dalam kurun waktu satu tahun yang diukur dalam satuan hektar (Ha).
2.
Produksi adalah hasil yang diperoleh dari luas panen (Ha) yang diukur dalam satuan kuintal (Ku).
3.
Sektor adalah kegiatan atau lapangan usaha yang berhubungan dengan bidang tertentu atau mencakup beberapa unit produksi yang terdapat dalam suatu perkonomian.
4.
Subsektor adalah unit produksi yang terdapat dalam suatu sektor perekonomian sehingga mempunyai lingkup usaha yang lebih sempit daripada sektor. Subsektor yang dikaji dalam penelitian ini adalah subsektor dari sektor pertanian yaitu subsektor tanaman pangan.
5.
Komoditas adalah barang perdagangan atau keperluan, dalam penelitian ini diartikan sebagi produk yang dihasilkan oleh suatu usaha/kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia setiap kecamatan di Kabupaten Ponorogo.
6.
Komoditas
unggulan
adalah
komoditas
andalan
yang
paling
menguntungkan untuk diusahakan atau dikembangkan pada suatu daerah.
34
7.
Tanaman pangan adalah salah satu subsektor dari sektor pertanian yang terdiri dari 7 (tujuh) komoditas yang meliputi Padi, Jagung, Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubi kayu, dan Ubi jalar.
E. Metode Analisis Data Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Analisis Penentuan Komoditas Unggulan a. Analisis Location Quotient (LQ) Menurut Arsyad (2010:390) Analisis LQ digunakan untuk melakukan pengujian sektor-sektor ekonomi yang termasuk dalam kategori
sektor
unggulan.
LQ
digunakan
untuk
mengukur
konsentrasi dari suatu kegiatan (industri) dalam suatu daerah dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah tersebut (daerah studi) dengan peranan kegiatan sejenis dalam perekonomian regional atau nasional (daerah referensi). Menurut Kuncoro (2004:183) analisis Location Quotient digunakan untuk menentukan subsektor unggulan atau ekonomi basis suatu perekonomian wilayah. Subsektor unggulan yang berkembang dengan baik tentunya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan daerah secara optimal.
35
Rumus menghitung LQ adalah sebagai berikut (modifikasi Bachrein, 2003 dan Hendayana, 2003 dalam Baehaqi, 2010): .................................................................. (3.1) Keterangan : LQ
= Nilai Location Quotient
pi
= Luas panen komoditas i pada tingkat kecamatan
pt
= Luas panen komoditas total pada tingkat kecamatan
Pi
= Luas panen komoditas i pada tingkat kabupaten
Pt
= Luas panen komoditas total pada tingkat kabupaten Dari hasil perhitungan analisis Location Quotient dapat
dikategorikan menjadi 3 (tiga) yaitu: 1) Apabila LQ > 1, artinya komoditas i di daerah studi (kecamatan) lebih berspesialisasi atau lebih dominan dibandingkan di daerah referensi (kabupaten). Komoditas ini dalam perekonomian di tingkat di tingkat kecamatan memiliki keunggulan komparatif dan dikategorikan sebagai komoditas basis. 2) Apabila LQ = 1, artinya komoditas i baik di daerah studi (kecamatan) maupun di daerah referensi (kabupaten) memiliki spesialisasi atau dominasi yang sama. 3) Apabila LQ < 1, artinya komoditas i di daerah studi (kecamatan) kurang berspesialisasi atau kurang dominan dibandingkan dengan daerah referensi (kabupaten). Komoditas ini dalam perekonomian di daerah studi (kecamatan) tidak memiliki
36
keunggulan komparatif dan dikategorikan sebagai komoditas non basis. Menurut Hendayana (2003), metode analisis LQ memiliki kelebihan
dan
kelemahan.
Kelebihan
metode
LQ
dalam
mengidentifikasi komoditas unggulan antara lain penerapannya sederhana, mudah dan tidak memerlukan program pengolahan data yang rumit. Penyelesaian analisis cukup dengan spread sheet dari Excel atau program Lotus, bahkan jika datanya tidak terlalu banyak kalkulator pun bisa digunakan. Sedangkan kelemahannya adalah karena pendekatan LQ sangat sederhana, maka yang dituntut adalah akurasi data. Selain itu, klemahan metode LQ adalah dalam deliniasi wilayah kajian. Untuk menetapkan batasan wilayah yang dikaji dan ruang lingkup aktivitas, acuannya sering tidak jelas. Akibatnya hasil hitungan tidak sama dengan yang telah di duga. b. Analisis Shift-Share Menurut
Arsyad
(2010:329)
analisis
shift-share
menggambarkan kinerja dan produktivitas sektor-sektor dalam perekonomian suatu wilayah dengan membandingkannya dengan kinerja sektor wilayah yang lebih besar (provinsi/nasional). Analisis shift-share membandingkan laju pertumbuhan sektor-sektor ekonomi tingkat kecamatan di Kabupaten Ponorogo dengan laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi tingkatannya yaitu Kabupaten Ponorogo.
37
Analisis shift-share memberikan gambaran tentang kinerja suatu aktivitas dalam sektor perekonomian, yang dapat dijelaskan dari tiga komponen hasil analisis, yaitu: 1) Komponen Laju Pertumbuhan (komponen share) Diukur dengan cara menganalisis perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan. 2) Pergeseran Proporsional (proporsional shift) Mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada industri-industri yang tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan perekonomian yang dijadikan acuan. 3) Pergeseran Diferensial (differential shift) Komponen ini menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi atau daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan. Jika pergeseran diferensial dari suatu industri positif, maka industri tersebut lebih tinggi daya saingnya dibandingkan dengan industri yang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan.
38
Persamaan analisis shift-share adalah sebagai berikut (Darlen, 2015): (
)
(
a
)
b
(
)
c
Keterangan: a = komponen share b = komponen proportional shift c = komponen differential shift X.. = Nilai total komoditas dalam total wilayah yang terjadi X.i = Nilai aktivitas/komoditas ke-i dalam total wilayah Xij = Nilai aktivitas/komoditas ke-i dalam unit wilayah ke-j t1 = Titik tahun akhir (2014) t0 = Titik tahun awal (2010) Melalui analisis shift-share dapat diketahui perbandingan relatif tingkat perekonomian kawasan serta kecenderungannya dan menjelaskan kinerja suatu komoditas tertentu dalam suatu wilayah dan membandingkan dengan kinerja di dalam wilayah yang lebih luas. Komoditas
unggulan didefinisikan sebagi komoditas yang
mempunyai nilai shift share yang lebih besar daripada nilai komponen share serta mempunyai nilai differential shift yang positif.
39
2.
Analisis Keragaman (Diversitas) Komoditas Tanaman Pangan a. Indeks Entropi Indeks Entropi digunakan untuk melihat hirarki wilayah, yaitu mengukur tingkat perkembangan suatu wilayah dan melihat komoditas-komoditas yang dominan (yang berkembang) pada wilayah tersebut. Data yang dianalisa adalah data komoditas tanaman pangan tingkat kecamatan di Kabupaten Ponorogo tahun 2010-2014. Semakin tinggi nilai indeks entropi, artinya keragaman jenis komoditas tanaman pangan semakin besar atau aktivitas ekonomi suatu wilayah semakin beragam. Persamaan analisis entropi adalah sebagai berikut (Situmorang, 2011):
S = - ∑∑ Pij 1n Pij ......................................................................................... (3.3) Keterangan: S = Nilai Entropi Pij = Nilai rasio frekuensi kegiatan pada kategori ke-i di wilayah ke-j i
= Kategori aktivitas ekonomi ke-i
j
= Kategori wilayah ke-j
3. Analisis Tingkat Konsentrasi Komoditas Tanaman Pangan a. Localization Index (LI) Localization Index (LI) merupakan salah satu indeks yang menggambarkan pemusatan relatif suatu aktivitas dibandingkan dengan kecenderungan total di dalam wilayah.
Indeks ini
40
dipergunakan untuk mengetahui persen distribusi suatu aktivitas tertentu di dalam wilayah dan untuk menentukan wilayah mana yang potensial untuk mengembangkan aktivitas tertentu. Persamaan Localization Index adalah sebagai berikut (Baskoro, 2007): ⁄ ∑ ([
])
Interpretasi hasil analisis Localization Index adalah sebagai berikut: 1) Apabila nilai LI mendekati 0, berarti perkembangan suatu komoditas pada wilayah kecamatan cenderung memiliki tingkat yang sama dengan perkembangan wilayah kabupaten. Tingkat perkembangan aktivitas akan relatif indifferent di seluruh wilayah atau aktivitas tersebut memiliki peluang tingkat perkembangan yang relatif sama di seluruh wilayah. 2) Apabila nilai LI mendekati 1, berarti komoditas yang diamati cenderung berkembang memusat di satu wilayah. Artinya komoditas tersebut akan berkembang lebih baik jika dilakukan di lokasi-lokasi tertentu. 4. Analisis Tingkat Spesialisasi Komoditas Tanaman Pangan a. Specialization Index (SI) Specialization Index (SI) merupakan salah satu indeks yang menggambarkan pembagian wilayah berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada. Lokasi tertentu menjadi pusat bagi aktivitas yang
41
dilakukan. Persamaan Specialization Index adalah sebagai berikut (Baskoro, 2007): ⁄ ∑ (|
|)
Interpretasi hasil analisis Specialization Index adalah sebagi berikut: 1) Jika nilai SI mendekati 0, berarti tidak ada kekhasan. Artinya, dalam wilayah kecamatan tidak memiliki aktivitas khas yang relatif
menonjol
perkembangannya
dibandingkan
dengan
wilayah lain. 2) Jika nilai SI mendekati 1, berarti terdapat kekhasan. Artinya, dalam wilayah kecamatan memiliki aktivitas khas yang perkembangannya kawasan lain.
relatif
menonjol
dibandingkan
dengan