59
BAB III METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas
: Terapi Kebermaknaan Hidup
2. Variabel Tergantung : Kesejahteraan subjektif
B. Definisi Operasional 1. Kesejahteraan Subjektif Kesejahteraan subjektifadalah hasil evaluasi seseorang terhadap kehidupannya yang dilakukan melalui evaluasi kognitifnya seperti kepuasan hidup dan afek seperti adanya emosi positif dan rendahnya emosi negatif. Kepuasan hidup adalah penilaian global individu mengenai kualitas hidup, sedangkan afek adalah evaluasi langsung individu mengenai peristiwa dalam hidupnya. Kesejahteraan subjektif diukur dengan menggunakan The Satisfaction with Life Scale (SWLS) yang diadaptasi dari Diener (1993) dan skala Positive Affect Negative Affect Schedulle (PANAS) yang diadaptasi dari Watson, dkk (1988). Semakin tinggi skor skala SWLS semakin
tinggi
tinggi
tingkat kepuasan hidup yang dimiliki, serta apabila semakin tinggi skor skala PANAS, maka semakin tinggi tingkat afek positif yang dimiliki begitupula sebaliknya.
59
60
2. Terapi Kebermaknaan Hidup Terapi kebermaknaan hidup adalah yang menggunakan prosedur sistematis dan teroganisir untuk membantu para individu dalam menemukan makna dan tujuan hidup sehingga menghasilkan hidup yang
lebih positif dan bahagia sehingga dapat meningkatkan
subjective well being pada penderita kanker. Terapi kebermaknaan hidup ini menerapkan prinsip pembelajaran berdasarkan pengalaman (experiental
learning)
berdasar
metode-metode
penemuan
kebermaknaan hidup menurut Bastaman (2007) yang disebut dengan “Panca Cara Temukan Makna” yaitu: (1) pemahaman
diri, (2)
bertindak positif, (3) pengakraban hubungan, (4) pendalaman catur nilai, (5) Ibadah, dimana terapis bersama subjek membahas nilainilai dan makna hidup yang secara potensial ada dalam kehidupan subjek, memperdalam dan menjabarkannya menjadi tujuan yang lebih konkrit. Metode yang digunakan dalam penelitian ini akan dilakukan secara berkelompok yang diberikan sebanyak
3
kali
pertemuan, setiap pertemuan dilaksanakan 90-120 menit, sehingga total waktu dalam terapi dapat mencapai 270-360menit.
61
C. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut ini: 1. Penderita kanker 2. Mampu secara fisik mengikuti terapi. 3. Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. 4. Memiliki skor subjective well being sedang hingga rendah. 5. Tidak sedang mengikuti konseling atau psikoterapi lain selama penelitian berlangsung. 6. Bersedia mengikuti terapi hingga selesai.
D. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah one group prates dan pascates design (Myers & Hansen, 2002)
dikarenakan
keterbatasan
kondisi fisik subjek yang bersedia (berkomitmen penuh) menjalani semua sesi intervensi dari awal hingga akhir. Rancangan
ini dipakai untuk mengetahui suatu
pengaruh
intervensi yang hasilnya didapatkan dari membandingkan keadaan suatu kelompok sebelum dilakukan intervensi (prates) dengan setelah dilakukan intervensi (pascates). Penelitian ini nantinya akan dilakukan satu kelompok yaitu kelompok eksperimen yang akan mendapatkan intervensi berupa terapi kebermaknaan hidup.
62
Berikut ini adalah bagan rancangan intervensi one group prates and pascates design: Prates Perlakuan O1
Pascates X
Tindak lanjut O2
O3
Keterangan: O1
: Pengukuran skala kesejahteraan subjektif sebelum
perlakuan (Prates). O2
: Pengukuran skala kesejahteraan subjektif sesudah
perlakuan (pascates). O3
: Pengukuran tindak lanjut dilakukan 2 minggu setelah
penelitian dilakukan (Cone dan Foster, 2006) X
: Perlakuan atau pemberian kebermaknaan hidup.
E. Metode Pengumpulan Data 1. Lembar Persetujuan subjek (Informed Consent) Lembar persetujuan subjek digunakan sebagai bukti bahwa subjek setuju dan bersedia menjalani prosedur penelitian dengan segala keuntungan maupun kerugian yang diperoleh. Di dalam lembar persetujuan subjek ini diuraikan maksud dan tujuan penelitian, hak dan kewajiban subjek penelitian, dan hal-hal lain mengenai jalannya penelitian.
63
2. Skala Menurut Azwar (2003) skala sebagai alat ukur psikologis mempunyai karakteristik yaitu sebagai berikut: a. Stimulusnya berupa pernyataan atau pertanyaan yang tidak langsung mengungkapkan atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan. b. Berisi banyak
item sehingga kesimpulan baru dapat diambil apabila
semua jawaban sudah direspon. c. Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh. Skala yang dipakai dalam penelitian ini adalah skala The Satisfaction with Life Scale (SWLS) yang diadaptasi dari Diener (1993) untuk dimensi kepuasan hidup dan skala Positive Affect Negative Affect Schedule (PANAS) yang diadaptasi Watson, dkk (1988) untuk mengukur dimensi aspek positif dan aspek negatif. Kedua skala tersebut valid serta dapat digunakan di Indonesia guna mengukur Subjective wellbeing individu ( Takwin, dkk., 2012; Zuhdiyati, 2010; Wibisono, 2010). Skala kepuasan hidup diadaptasi dari The Satisfaction with life Scale (SWLS)
tersebut memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,87.
64
Skala ini digunakan dalam penelitian Wibisono (2010) dengan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,7043. Penelitian lainnya dilakukan oleh Zuhdiyati (2010) yang memperoleh koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,62. Pengukuran kesejahteraan subjektif melalui SWLS ini dilakukan dengan menggunakan lima aitem pernyataan yang mengandung tujuh pilihan jawaban, yaitu: “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, “agak tidak setuju”, ragu-ragu”, “agak setuju”, “setuju”, “sangat setuju”.
Skor
masing-masing jawaban adalah 7 untuk sangat setuju, 6 untuk setuju, 5 untuk agak setuju, 4 untuk ragu-ragu, 3 untuk agak tidak setuju, 2 untuk tidak setuju dan 1 untuk sangat tidak setuju. Pada skala tersebut akan disertakan lima pernyataan yang mengukur
pandangan
kognitif
individu
terhadap
kehidupan yang
tengah dijalani. Skor total yang diperoleh berasal dari penjumlahan skor pada lima aitem yang akan memiliki rentang skor dari 5-35. Interpretasi untuk skala SWLS adalah 5-9 (sangat tidak puas), 10-14 (tidak puas), 15-19 (sedikit tidak puas), 20 (netral), 21-25 (cukup puas), 26-30 (puas), 31-35 (sangat puas).
Tabel 1. Blueprint Skala Kepuasaan Hidup Skala SWLS (Kepuasan Hidup)
Dimensi Kepuasaan Hidup
Butir Pernyataan 1,2,3,4,5
Jumlah 5
65
Pada skala Kesejahteraan subjektif terdapat pengukuran tentang emosi positif dan emosi negatif yang dikembangkan melalui PANAS oleh Watson dkk (1988). Alat ukur tersebut dapat mengungkap derajat afek positif dan afek negatif yang dimiliki seseorang. Alat ini akan berisikan 20 aitem dengan 10 aitem yang akan mengkur afek positif dan 10 aitem sisanya mengukur afek negatif. Koefisien reliabilitas dari afek positif adalah 0,86 dan koefisien reliabilitas dari afek negatif adalah 0,87. Skala ini juga telah digunakan pada penelitian di Indonesia oleh Wibisono (2010) dengan mendapatkan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,6304 untuk afek positif dan untuk afek negatif diperoleh indeks koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,6421. Penelitian lainnya dilakukan oleh Zuhdiyati (2010) dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,73 untuk afek posiif dan koefisien reliabilitas alpha sebsar 0,83 untuk afek negatif. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka setiap aitem dalam skala tersebut layak untuk digunakan sebagai pengukuran. Skor total pada skala ini diperoleh dengan menjumlahkan skor pada semua aitem. Tabel 2. Skala Afek Positif dan Negatif Skala PANAS (Afek Positif dan Negatif)
Dimensi
Jumlah
Afek positif : 1,3,5,9,10,14,16,17,19
9
Afek negatif :2,4,6,7,8,11,12,13,15,18,20
11
66
3. Prosedur Persiapan Berikut ini adalah
prosedur persiapan pelaksanaan penelitian dan
terapi yang dilakukan yaitu: 1. Proses Persiapan a. Menentukan ruang lingkup dengan melakukan survey awal berupa asesmen kebutuhan untuk memetakan permasalahan yang akan diteliti. b. Menyiapkan
alat
ukur
berupa
subjektifsebagai screening
awal
skala subjek
Kesejahteraan penelitian
dan
sebagai skor prates sebelum penelitian. c. Menyusun
rangcangan
penelitian
berupa modul sesuai
dengan permasalahan yang akan diteliti dan berdasarkan kondisi dan kemampuan subjek penelitian yang bertujuan untuk panduan tertulis dalam menjalankan kegiatan terapi sehingga tidak ada waktu serta logistik yang terlewat serta menyeragamkan fasilitator
dan
co fasilitator dalam
menjalankan kegiatan terapi. d. Menentukan
fasilitator dan co fasilitator yang dapat
membantu proses kegiatan terapi yang dilakukan. Berikut ini adalah kriteria dari fasilitator (psikolog) yaitu: (i) berminat dan berusaha melakukan terapi yang teroganisir dengan baik; (ii) mempunyai pemahaman yang berkaitan dengan psikologi
memadai
klinis dan kesehatan; (iii)
67
mempunyai ketertarikan dan pengharapan yang tinggi akan keberhasilan pengharapan yang tinggi akan keberhasilan peserta dan bersikap positif dengan membantu peserta meningkatkan harapan mereka; (iv) mentransformasikan materi dalam langkah yang mudah bagi peserta,
serta
memberikan contoh baik yang sesuai maupun tidak sesuai atau dan
mengaitkan pengajaran dengan kehidupan keseharian, menjelaskan
keseharian,
dan
kehidupan; (v)
kegunaan menjelaskan
terapi
dalam
keguanaan
kehidupan,
terapi
dalam
mendukung dan mendorong peserta untuk
mempelajari materi, berbagi pengalaman yang relevan, serta mengembangkan
kemampuan
diri;
(vi)
menghubungkan
ketertarikan pengajaran dalam sebuah sesi terapi dengan sesi terapi yang lain, dan (vii) mengelola waktu dengan efisien dengan tetap berorientasi terhadap penyelesaian tugas dan menyediakan waktu untuk umpan balik. Sedangkan kriteria untuk co fasilitator adalah (i) Mahasiswa Magister Profesi Psikologi bidang klinis; (ii) terlibat aktif selama kegiatan terapi dan melakukan interview berkaitan dengan perasaan yang dihayati serta observasi tingkah laku para peserta pada kondisi sebelum terapi, selama terapi, dan setelah terapi, dan (iii) memiliki kesamaan pemahaman mengenai tujuan dan
68
teknis kegiatan serta cara melakukan proses interview dan observasi tingkah laku para subjek penderita kanker. 2. Proses Pelaksanaan a. Subjek dikumpulkan untuk membahas proses terapi yang akan dilaksanakan, membuat kesepakatan tentang jadwal dan pelaksanaan terapi yang akan dilakukan. b. Subjek diminta untuk mengisi informed consent atau surat kesediaan menjadi partisipan dalam penelitian ini. c. Pelaksanaan
terapi sebanyak
3 kali pertemuan dengan
rata-rata rentang waktu 90-120 menit untuk setiap sesinya. d. Pengukuran tingkat Kesejahteraan subjektif berupa pascates diberikan kembali setelah tritmen selesai dilaksanakan. 3. Evaluasi Setelah proses terapi selesai dilakukan, dilaksanakan tindak lanjut sebagai evaluasi terapi sekitar kurang lebih dua minggu setelah pelaksanaan terapi. Terapi kebermaknaan hidup akan dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dengan rata-rata 90-120 menit setiap pertemuan. Materi yang akan disampaikan dalam jalannya terapi adalah: a. Pertemuan pertama adalah materi mengenai pemahaman diri yaitu
mengenali secara objektif
kekuatan-kekuatan dan
kelemahan diri sendiri, baik yang masih merupakan potensi maupun
yang
sudah
teraktualisasi, kemudian
kekuatan
69
tersebut
dikembangkan
dan
ditingkatkan.
Sedangkan
kelemahan-kelemahannya dihambat dan dikurangi. Ketika subjek telah memahami dirinya dan menerima dengan positif dan penuh kesadaran atas kenyataan dirinya maka akan menjadikan subjek menjadi bermakna (Bastaman, 2007). Selanjutnya pada pertemuan pertama diselingi dengan sesi ibadah, yaitu berusaha memahami dan melaksanakan hal-hal yang diperintahkan Tuhan dan mencegah dari apa yang dilarangNya. Pada sesi ibadah, akan dilaksanakan praktek dan pemaknaan berdoa. Beribadah dapat mendatangkan perasaan tenteram, mantap, dan tabah. b. Pertemuan kedua adalah bertindak positif yaitu mencoba menerapkan dan melaksanakan hal-hal yang dianggap baik dan bermanfaat dan perilaku dan tindakan nyata sehari-hari. Kegiatan yang dilakukan untuk mewakili bertindak positif pada penderita kanker yaitu: 1) Materi
bertindak
memahami mengenai
positif makna
dengan dari
tujuan bertindak
subjek positif
sehingga secara tidak langsung kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek akan dirakan berguna. 2) Latihan bertindak positif dengan tujuan subjek mencoba menerapkan hal-hal yang dianggap baik dan bermanfaat dalam perilaku dan tindakan nyata sehari-hari.
70
c. Pertemuan
kedua
membahas mengenai pengakraban
hubungan yaitu meningkatkan hubungan dengan pribadi tertentu (keluarga, rekan, teman sejawat). Pengakraban hubungan atau persahabatan berarti hubungan pribadi yang menyangkut keseluruhan pribadi berdasarkan kepercayaan mendalam
dengan saling membagikan sesuatu, menerima
sesuatu dan merupakan kesempatan untuk memperluas diri. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk menjalin keakraban antara sesama subjek adalah: 1) Aku
dan
memahami
hubunganku, dengan mengenai
pentingnya
tujuan peserta dapat menjalin hubungan
akrab dengan siapapun sehingga dapat merasakan hidup dengan lebih berwarna. 2) Latihan
pengakraban hubungan dengan tujuan peserta
mencoba menerapkan hubungan akrab dengan orang-orang disekitarnya. d. Pertemuan
ketiga
adalah
pendalaman
catur
nilai,
yaitu
berusaha untuk memahami dan memenuhi empat macam nilai yang merupakan sumber makna hidup, yakni nilai kreatif, nilai penghayatan, nilai bersikap, dan nilai pengharapan. Bila hal tersebut dapat dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan kehidupannya menjadi berarti dan pada akhirnya
akan
menimbulkan perasaan bahagia (Kesejahteraan Subjektif). Sikap
71
meneirma dengan penuh ikhlas dan tabah terhadap hal yang tragis seperti sakit (kanker) dapat mengubah pandangan kita dari yang semula diwarnai penderitaan menjadi mampu melihat makna dan hikmah dari penderitaan tersebut. 4. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan salah satu tahap yang peting dalam sebuah penelitian. analisis data berperan dalam membuktikan hipotesis dan menarik masalah-masalah yang sedang diteliti. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitif dan analisis data kualitatif. Metode kuantatif yang dilakukan dengan
menggunakan uji
wilcoxon yang dioperasionalkan dengan teknik statistik perangkat lunak Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows untuk menganalisis perbedaan skor pada masing-masing aspek kesejahteraan subjektif pada saat prates, pasca tes dan tindak lanjut. Analisis yang dilaksanakan secara kualitatif dilakuakan dengan analisis deskriptif
berdasarkan
observasi
mungkin terjadi selama jalannya penelitian.
dan
wawancara
yang