BAB III LINGKUP SOSIAL ORANG YALAHATAN
3.1 Pengantar Orang Yalahatan merupakan masyarakat dusun yang memiliki adat istiadat dalam kehidupan masyarakatnya. Kehidupan mereka yang plural secara agama merupakan hal menarik. Sehingga penelitian ini dapat dilakukan dengan melihat bagaimana integrasi sosial masyarakat Yalahatan dalam pluralitas agama. Kehidupan mereka sesungguhnya tidak bertolak dari sesuatu hal yang kosong kemudian diisi oleh budaya maupun sejarah. Akan tetapi adanya lingkup sosial setempat berarti terdapat nilai-nilai budaya dan sejarah yang menjadi identitas mereka. Hal ini pun telah dimiliki oleh orang Yalahatan. Dalam kenyataan mereka secara histori, berawal dari kehidupan dalam lingkup kelompok kekerabatan suku yang memiliki nilai-nilai budaya bagi kelangsungan kehidupan mereka. Ada faktor-faktor pendukung yang menjadi perekat hubungan kekerabatan antar mereka. Faktor-faktor tersebut menjadi kekuatan untuk mengembangkan pluralitas kehidupan komunitas Yalahatan. Cara hidup mereka yang mampu terintegrasi secara baik memberikan peluang bagi tatanan kehidupan masyarakat. Pada bab ini akan dipaparkan data-data penelitian terkait kehidupan masyarakat Yalahatan sebagai basis terdapat empat golongan agama yang hidup berdampingan secara damai bahkan tidak terlepas dari adanya kehidupan masyarakat Tamilouw sebagai negeri yang didalamnya masyarakat Yalahatan ada dan berkembang. 3.2 Profil Orang Yalahatan Komunitas Yalahatan secara teritorial merupakan bagian dari Provinsi Maluku yaitu berada pada kawasan Pulau Seram, tepatnya di negeri Tamilouw, Kecamatan Amahai,
Kabupaten Maluku Tengah. Orang Yalahatan adalah kelompok komunitas dusun yang merupakan bagian integratif dari negeri Tamilouw. III.2.1 Kondisi Geografis Memahami dan mengenal kehidupan masyarakat Yalahatan tidak dapat dipisahkan dari negeri Tamilouw. Karena dusun Yalahatan berada di bawah pemerintahan negeri Tamilouw. Secara geografis negeri Tamilouw berbentuk memanjang memiliki satu tanjung, yaitu tanjung Ampera dalam delapan Labuhan (teluk ) seperti labuhan Latta, Hatulalin, Totun, Waiputi, Batumari, Leisin, Tuhai dan Meuw. Dengan batas wilayah antara negeri Tamilouw yaitu77 Bagian Utara : Pegunungan Masohi Bagian Selatan: Laut Seram Bagian Timur : Negeri Tehoru Bagian Barat : Negeri Sepa Luas wilayah 2095 ha/m, luas pemukiman 47 ha km yang 80% terdiri dari pebukitan dan 20% terdiri dari dataran rendah. Negeri Tamilouw terbagi dalam 6 dusun yaitu: 1. Dusun Siwaloi 2. Dusun Ampera 3. Dusun Yalahatan 4. Dusun Tohai 5. Dusun Lateri 6. Dusun Meuw III.2.2 Kondisi Demografi Berdasarkan data yang diperoleh jumlah penduduk negeri Tamilouw 8964 jiwa yaitu laki-laki 4571 jiwa dan perempuan 4393 jiwa. Dapat dilihat rinciannya pada tabel berikut; Tabel 01 77
Data isian profil negeri Tamilouw tahun 2011
Jumlah penduduk Negeri Tamilouw dan Enam dusun menurut pembagian jenis kelamin No
Negeri & Dusun
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
1
Negeri Tamilouw
1828
1760
3586
2
Dusun Siwaloi
184
171
356
3
Dusun Ampera
910
919
1829
4
Dusun Yalahatan
896
875
1771
5
Dusun Tohai
267
240
508
6
Dusun Lateri
306
269
575
7
Dusun Meuw
180
159
339
4571
4393
8964
Jumlah
Dengan kepadatan penduduk/km 322 jiwa. Hal ini merupakan keseluruhan jumlah jiwa yang meliputi 6 dusun di negeri Tamilouw. Mayoritas penduduk negeri Tamilouw sendiri adalah merupakan orang asli Maluku. Selain itu, terdapat juga suku-suku pendatang yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat negeri Tamilouw, yang terdiri dari suku Jawa, Bugis, Makasar, Flores, Buton, Muna, dan Wanci. Tabel 02 Jumlah penduduk Tamilouw dirinci berdasarkan jenis pekerjaan No
Pekerjaan
Jumlah
1
Pegawai Negeri Sipil
219
2
Bidang Swasta
15
3
TNI/POLRI
44
4
Pengusaha Kecil & menengah
73
5
Petani
3259
6
Nelayan
1902
7
Perawat
8
8
Pembantu RT
71
9
Montir
32
10
Peternak
266
11
Buruh Migran
313
12
Pedagang keliling
48
13
Karyawan Perusahaan
29
14
Pensiunan
60
15
Belum/tidak bekerja
2625
Jumlah
8964
Tabel 02 mengenai jenis pekerjaan, penduduk negeri Tamilouw sudah termasuk keseluruhan keenam dusun. Jenis pekerjaan masyarakat Tamilouw beragam di berbagai sektor pekerjaan. Yang paling banyak ialah petani dan nelayan karena sebagian besar masyarakat menggantungkan hidup di hutan dan di laut sebagai petani dan nelayan.
Tabel 03 Jumlah penduduk Negeri Tamilouw dirinci berdasarkan agama Agama yang dianut No
Negeri & Dusun
Islam
K.Protesan
K.Katolik
Agama Suku
Jumlah
1
Negeri Tamilouw
3585
1
-
-
3586
2
Siwaloi
356
-
-
-
356
3
Ampera
1829
-
-
-
1829
4
Yalahatan
405
467
399
500
1771
5
Tohai
508
-
-
-
508
6
Lateri
575
-
-
-
575
7
Meuw
339
-
-
-
339
Jumlah
7597
468
399
500
8964
Tabel 03 mengenai agama dan kepercayaan masyarakat Tamilouw yang mayoritas ialah agama Islam yaitu 7597 jiwa. Sedangkan penganut agama Kristen Protestan 468, Katolik 399, dan juga agama suku yaitu 500 jiwa. Mayoritas agama Islam tersebar di negeri Tamilouw dan 6 dusun lainnya, sedangkan Protestan, Katolik dan agama Suku hanya berada di dusun Yalahatan.
3.2.3 Kondisi Sosial Kondisi sosial masyarakat merupakan hal penting dalam sebuah komunitas. Dengan memahami kondisi sosial tertentu, maka akan lebih memahami kehidupan suatu kelompok masyarakat. Asal usul orang Yalahatan Kehidupan bersama komunitas Yalahatan yang terjalin sampai saat ini tidak dapat dipisahkan dari kisah asal usul terbentuknya komunitas mereka. Pada mulanya orang Yalahatan berasal dari kerajaan Huammual. Setelah runtuhnya kerajaan Huammual karena proses pasifikasi maka semua orang Maluku tersebar di berbagai pulau di Maluku. Hal ini juga yang menyebabkan komunitas Yalahatan tersebar di tempat hunian yang sekarang, yaitu dusun
Yalahatan, di negeri Tamilouw, Kecamatan Amahai, Maluku Tengah. 78 Menurut Marahina yang juga disampaikan oleh Waleuru, pada awalnya sebutan Yalahatan dikenal dengan Yalohatan. Yalo artinya pagar dan hatan artinya batang pagar. Jadi, Yalohatan berarti pagar yang kokoh berdiri melindungi. Kemudian pelafalan kata Yalohatan berubah menjadi Yalahatan sampai sekarang.79 Nama Yalahatan memberi makna yaitu melindungi negeri Tamilouw karena pada awalnya melalui peperangan merebut wilayah negeri Tamilouw, Yalahatan membantu orangorang Tamilouw untuk merebut dan merampas tanah orang-orang Bessy
80
(salah satu negeri di
pulau Seram). Tanah dan wilayah tersebut sekarang menjadi milik masyarakat Tamilouw dan menjadi hunian mereka saat ini. Asal Usul Masyarakat Tamilouw Dua suku besar yang ada di pulau Seram yaitu suku Alune dan Wemale. Alune adalah sebutan dalam bahasa Alune yang artinya manusia gunung. Maksud dari manusia gunung karena pada awalnya leluhur suku Alune mendiami daerah pegunungan. Terjadi proses migrasi oleh leluhur suku Alune dalam wilayah pulau Seram maupun wilayah luar pulau Seram seperti Ambon, Saparua, Haruku, Nusa Laut, Manipa, Buru, Kelang, Buano, dan lainnya bahkan muncul sub suku yang lain dengan sebutan nama masing-masing. Suku Wemale mendiami daerah pesisir pantai. Ciri khas dari kedua suku ini ialah tradisis Alifuru dan masih kuat dipertahankan. Hal ini dapat dijumpai pada upacara adat tarian Cakalele (tarian perang). Suku lain yang ada di pulau Seram ialah suku Nuaulu di Seram Selatan, suku Huanulu di Seram Utara.81 Suku Nuaulu merupakan percampuran antara suku Alune dan Wemale. Istilah Nuaulu untuk suku bangsa tersebut terdiri dari dua kata yaitu Nua dan Ulu. Nua adalah nama sebuah 78
Hasil Wawancara dengan (tokoh masyarakat) Buce Marahina, Rabu 5 Oktober 2011. Hasil Wawancara dengan (tokoh masyarakat) Buce Marahina, Rabu 5 Oktober 2011. Hal yang sama juga disampaikan melalui wawancara dengan (tokoh agama suku) Bpk Kanata Waleuru, Senin, 12 Oktober 2011. 80 Hasil wawancara dengan (tokoh masyarakat) Bpk Buce Marahina, Rabu 5 Oktober 2011. 81 Pieter Yacob Pelupessy Esuriun Orang Bati, (Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana, 2012), 80-81. 79
cabang sungai dari sungai Ruata yang mengalir di Seram bagian Selatan dan Ulu artinya hulu. Jadi, Nuaulu artinya orang yang berdiam di hulu sungai Nua. Istilah Nuaulu mengambarkan daerah asal suku bangsa ini. Namun, suku bangsa ini sudah tersebar dari tempat asal mereka ke daerah lain di pulau Seram. Suku Alune dan Wemale sering terlibat dalam pertempuran sehingga terjadi perpecahan antara suku Alune dan Wemale karena masing-masing tokoh dari kedua suku ini ingin mengangkat dirinya sebagai kapitan untuk seluruh suku yang ada. Kapitan (amalesi) merupakan suatu kedudukan penting dan istimewa sehingga orang berlomba-lomba untuk menduduki jabatan tersebut. Namun, yang mendapat kedudukan sebagai kapitan bukan berasal dari kedua suku ini, tetapi pada seseorang laki-laki perkasa dari gunung Batu Meten (bagian dari wilayah Pulau Seram) yaitu Abuding Wasari. Dengan kebijaksanaannya ia diangkat menjadi kapitan. Setelah peristiwa ini terjadi suku Alune lebih dahulu meninggalkan suku Wemale karena tidak senang atas kemenangan Abuding. Akibat ke-tidak-senangan itu, suku Alune bersekongkol untuk berperan melawan suku Wemale yang mendukung kapitan baru tersebut. Peperangan kedua suku ini kemudian disebut perang Patasiwa dan Patalima. Dari perselisihan itu, suku Alune (Huaulu) kemudian meninggalkan daerah hulu sungai Nua menuju ke arah Timur (Seram Timur) sedangkan sebagian suku Wemale (Nuaulu) menuju kearah Selatan (Seram Selatan) daerah pesisir (Rutah, Sepa, Rohua). 82 Pada waktu pertempuran antara Patasiwa dan Patalima terjadi, orang-orang Portugis telah ada di Ternate dan pulau Ambon serta telah menduduki beberapa tempat di pulau Seram. Portugis memanfaatkan Patasiwa (suku Wemale) untuk membujuk Patalima (suku Alune) oleh karena itu terjadi perdamaian antara patasiwa dan patalima kemudian patasiwa dan patalima digabungkan dalam suatu tanda Siwalima.
82
http://repository.upi.edu/operator/upload/t_ips_0705344_chapter4.pdf diunduh tgl 3 Maret 2012.
Setelah perstiwa bersatunya Patasiwa dan Patalima, dan diketahui banyak tempat di Nusa Ina yang telah dikuasai oleh Portugis, maka penduduk tidaklah tinggal diam sehingga mereka yang telah bergabung dalam persatuan Siwalima mengangkat senjata di bawah pimpinan para kapitan-kapitan perkasa. Tiga diantara kapitan perkasa yang adalah Timanolle, Simanolle dan Silaloi. Dalam pertempuran dengan Portugis mereka tidak pernah kalah, akibatnya Portugis kewalahan dan mengganti teknik berperang mereka. Dipilihnya seorang wanita cantik, emas dan kedudukan yang terhormat sebagai hadiah apabila mampu mengalahkan pasukan Siwalima di Hotebanggoe. Semua laki-laki perkasa datang untuk mendapatkan hadiah tersebut, namun tidak berhasil mengalahkan pasukan Siwalima. Kemenangan siwalima dipimpin oleh ketiga kapitan tersebut (Timanolle, Simanolle dan Silaloi) setelah itu, ketiga bersaudara menyerahkan pimpinan peperangan siwalima kepada kapitan yang ada. Dan mereka dengan perahu kemudian berlayar meninggalkan Hotebanggeo. Mereka berlayar sambil melambai dan panggil (bhs Ambon = game) ke depan agar cepat tiba di sebelah daerah Seram Selatan. Dalam kabut menyongsong terbitnya matahari mereka telah ada di tepian sebuah batu besar di tepi pantai dan naiklah mereka di atas batu tersebut. Batu itu kemudian dinamai Hatumari atau biasanya disebut batumari. Hatu artinya batu dan mari artinya game (panggil). Jadi, Hatumari artinya batu game (berlayar sambil game dan tiba di batu itu).
Gambar 01 Pantai Batumari
Di batu ini ketiga bersaudara berpisah, sang kakak (Timanolle) mengajak kedua saudaranya naik ke atas batu ini dan bersama mengikrarkan janji/ mengangkat sumpah dengan meminum darah yang dipotong dari jari kelingking ketiga saudara itu yaitu untuk tidak saling melupakan satu dengan yang lain. Sehingga tempat ini (batumari) menjadi saksi kepada anakcucu mereka selamanya bahwa ikatan persaudaraan ketiga orang itu yang kemudian menjadi negeri tidak dapat terpisahkan. Di sekitar Hatumari terdapat kampung-kampung kecil dari orang-orang Patasiwa dan Patalima yang menyebar di gunung-gunung. Terdapat sebuah perkampungan di daerah itu yang ditinggali oleh orang-orang suku Nuaulu yaitu Yalahatan. Kampung Yalahatan dikepalai oleh kapitan Waleuru dan kapitan Soloweno. Ketika didengar ada pendatang baru maka segera diajak ke perkampungan dan tinggal beberapa lama disana. Setelah itu, sang kakak memutuskan untuk mendirikan sebuah perkampungan baru di dekat sungai Yala dan diberi nama Tamilouw yang artinya kota raja. Sedangkan kedua adiknya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Yang bungsu tiba di Pulau Saparua yaitu di negeri Siri-sori dan yang kedua tiba di Pulau Ambon yaitu di negeri Hutumuri. Sehingga sampai sekarang ketiga negeri ini Tamilouw (kakak), Hutumuri (tengah) dan Siri-sori (bungsu) tetap memelihara ikatan bersaudara pela gandong (pela adikkakak) dan sebagai adik-kakak, anak-cucu ketiga negeri ini tidak boleh saling menikah. Ini merupakan janji yang tidak boleh dilanggar. Menurut cerita, negeri Tamilouw menjadi rebutan antara orang-orang Tamilouw pada waktu itu dengan orang-orang Bessy. Sehingga, orang-orang Yalahatan yang menolong orang Tamilouw untuk mendapat negeri tersebut. Hal ini yang menjadikan hubungan kekeluargaan yang kuat antara Tamilouw dan Yalahatan. Setelah itu terjadi penyebaran agama Islam dan akhirnya Timanolle memilih untuk memeluk agama Islam dan menggantikan namanya menjadi Husein Hatumari, sedangkan
kampung kecil Yalahatan tidak mau memeluk agama Islam, mereka tetap mempertahankan kepercayaan suku. Di kemudian hari penduduk Yalahatan memilih agama Islam maupun Kristen. Bantuan masyarakat Yalahatan pada waktu itu bagi negeri Tamilouw untuk mendapatkan wilayah tersebut merupakan jasa yang tidak terlupakan, sehingga hubungan negeri Tamilouw dengan dusun Yalahatan sampai saat ini terjalin baik. Bagaikan pagar yang kokoh untuk melindungi. Untuk itulah orang Yalahatan ada untuk melindungi negeri Tamilouw. Hal ini yang menjadikan hubungan komunitas ini begitu kuat secara kekeluargaan.
Sistem Pemerintahan Masyarakat Yalahatan yang merupakan masyarakat dusun dipimpin oleh seorang kepala dusun yang ditentukan oleh pemerintah negeri Tamilouw berdasarkan surat keputusan raja yang mempertimbangkan saniri negeri83. Kekuasaan tertinggi berada pada pemerintahan negeri Tamilouw yaitu seorang raja. Namun, pengambilan suatu keputusan adat dengan mendengar keputusan dari lima tua adat yang ada di Yalahatan. Karena Baileo berlokasi di dusun Yalahatan. Pengangkatan raja negeri berdasarkan dua surat keputusan yaitu surat keputusan lembaga pemerintahan dan surat keputusan lembaga adat. Penetapan calon raja berdasarkan pada mata rumah “parentah”84 hal ini hanya berlaku bagi mata ruumah Waelisa dan Tomangola yang diberi kewenangan untuk menjadi raja. Pengangkatan kepala-kepala urusan pemerintahan negeri melalui keterwakilan marga yaitu melalui kepala-kepala soa (kelompok marga) tidak murni hak raja. Soa-soa yang ada di negeri Tamilouw yaitu: Soa Pawae
Soa Hatan
Soa Tomangola
Soa Mahu
Soa Nusalelu
Soa Waleuru
Soa Kawalessy
Soa Marahina
Soa Samallo
Soa Soloweno
Kehidupan Keberagamaan dan Sistem Kepercayaan Agama dan sistem kepercayaan yang dimiliki orang Tamilouw juga Yalahatan yang merupakan bagian dari lingkup sosial Tamilouw dalam arti luas (Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, dan agama/kepercayaan asli „suku‟). Mereka menyebut kepercayaan suku sebagi
83
Saniri Negeri merupakan bagian pemerintahan penting yang merupakan tua-tua adat dalam struktur pemerintahan desa adat. 84 Istilah mata rumah adalah istilah adat bagi marga/clan.
“agama Hindu”, tetapi praktek keagamaan berbeda dengan agama Hindu yang dikenal secara umum. Secara keseluruhan negeri Tamilouw yang beragama Islam 7597 jiwa, agama Kristen Protestan 468 jiwa, Kristen Katolik 399 jiwa dan agama suku 500 jiwa. Jumlah ini sudah termasuk juga komunitas Yalahatan. Pada mereka terdapat juga agama-agama Kristen Protestan, Katolik, Islam maupun agama suku. Sedangkan komunitas dusun lainnya hanya beragama Islam. Konteks pluralitas agama pada orang Yalahatan memberi warna bagi kehidupan. Pada awalnya, kepercayaan asli orangt Yalahatan adalah kepercayaan agama suku. Mereka percaya pada Tuhan dengan sebutan „Upu Lahatala’.85 Menurut Marahina dalam wawancara, agama suku pun memiliki jam sembayang pada pukul 18.00 sore, pukul 00.00 malam, pukul 05.00 subuh. Kepercayaan mereka pertama, terhadap Upu Lahatala (Tuhan Pencipta), kedua pada Nabi-nabi, ketiga, tete-nene moyang (orang-orang terdahulu). Di kemudian hari barulah agama-agama lain masuk dalam kehidupan mereka. Tahun 1969 agama Kristen Protestan masuk dalam lingkup sosial Yalahatan, tetapi sebelum itu sudah ada agama Islam. Beberapa tahun kemudian baru masuknya agama Kristen Katolik. Cara hidup agama suku yaitu mengasingkan diri ke hutan dengan tinggal dan bekerja di hutan. Secara tegas Marahina dalam wawancaranya antara lain mengatakan “ketika masuknya agama Islam dan Kristen, sebagian orang mulai beralih ke agama Islam atau Kristen, karena mereka tidak perlu mengasingkan diri ke hutan, tetapi harusnya hidup bersama dengan manusia lainnya.86 Ini merupakan hal penting sehingga masyarakat Yalahatan memilih agama Islam maupun Kristen. Kehidupan keempat kelompok agama di Yalahatan hidup damai dari dahulu sampai sekarang.87
85
Hasil Wawancara dengan K. Waleuru (tokoh agama suku), Senin, 12 Oktober 2011. Hasil Wawancara dengan B. Marahina (tokoh masyarakat),Rabu, 5 Oktober 2011. 87 Hasil Wawancara dengan B. Marahina (tokoh masyarakat),Rabu, 5 Oktober 2011. 86
Gambar 02 Rumah Besar Yalahatan (Simbol Agama Suku)
Gambar 04 Gedung Gereja Kristen Protestan Yalahatan (dalam tahap pembangunan )
Gambar 03 Mesjid Yalahatan
Gambar 05 Gedung gereja Katolik Yalahatan
Rumah besar suku di Yalahatan merupakan rumah kediaman kepala soa (mata rumah) bersama keluarga inti yang menjaga soa tersebut. Terdapat 4 rumah besar mewakili 4 soa di Yalahatan. Rumah besar ini tidak ada listrik dan memang tidak boleh ada listrik di dalamnya, yang ada hanya pelita. Terlihat sekali adat yang masih kuat dilestarikan sehingga tidak mudah terjadi perubahan karena modernisasi sebab tradisi adat masih dijunjung tinggi. Mesjid Yalahatan dalam perencanaan pembangunan baru karena kondisi fisik bangunan yang sudah lama. Sedangkan Gereja Protestan Yalahatan merupakan gereja yang sementara dalam proses pembangunan dan hampir selesai pembangunannya. Pekerjaan pembangunan tempat ibadah di Yalahatan biasanya terjadi atas kerja sama semua masyarakat baik Islam, Kristen maupun agama suku. Dan gedung Gereja Katolik merupakan gedung baru yang diresmikan beberapa tahun lalu, sebelumnya umat Katolik beribadah di salah satu rumah masyarakat Katolik. Masyarakat Yalahatan bersikap toleransi pada masing-masing agama khususnya pada waktu menjalankan kewajiban agama masing-masing.
Pendidikan Secara keseluruhan tingkat penddikan masyarakat Tamilouw terdiri dari tamatan sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pendidikan terakhir SD 1181 orang, pendidikan terakhir SMP 1420 orang, pendidikan terakhir SMA 510 orang, pendidikan terakhir D1 96 orang, pendidikan terakhir D2 86 orang, pendidikan terakhir D3 93 orang, pendidikan terakhir S1 124 orang, pendidikan terakhir S2 6 orang.
Pekerjaan Pekerjaan masyarakat Tamilouw beragam di berbagai sektor seperti Petani, Pegawai Negeri Sipil, TNI-Polri, Nelayan, Pedagang keliling, Peternak, Wiraswasta, Perawat, Montir, Pengusaha Kecil & menengah, Pembantu Rumah Tangga, Pensiunan, Buruh Migran. Pekerjaan masyarakat lebih banyak ke sektor pertanian karena masyarakat memiliki lahan pertanian, bahkan merupakan usaha keluarga untuk mengelola berbagai hasil pertanian demi kelangsungan hidup keluarga. Tidak ada pembagian kerja dalam masyarakat karena setiap keluarga memiliki lahan untuk dikelola. Masyarakat pendatang pun memiliki lahan pertanian di dusun Yalahatan. Hal ini dikarenakan lahan pertanian yang luas dan masih berbentuk hutan jauh dari lingkungan masyarakat, sehingga siapa saja masyarakat yang mencari lahan pertanian jika sampai ke tempat tersebut dan masih kosong bisa menjadi miliknya.88 Keadaan masyarakat Yalahatan pada konflik Maluku 1999. Konflik Maluku tahun 1999 yang berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat Maluku yang tidak hanya berada di suatu tempat tertentu tetapi juga dirasakan pada berbagai wilayah di Maluku, tidak terhindarkan pula dirasakan oleh masyarakat Yalahatan. Usaha-usaha untuk mengahancurkan kehidupan bersama menjadi peluang oleh orang-orang luar. Sehingga
88
Hasil Wawancara dengan B. Rahawarin (Masyarakat Kristen Katolik) sebagai pendatang di dusun Yalahatan. Jumat, 07 Oktober 2011.
ketegangan tersebut menyebabkan masyarakat Yalahatan yang beragama Kristen Protestan, Kristen Katolik dan agama Suku mengungsi ke hutan selama 21 hari. Masyarakat beragama Islam mengungsi pada saudara-saudara mereka di dusun tetangga. Selama masa pengungsian di hutan tempat tinggal mereka dijaga oleh masyarakat Islam Tamilouw. Berdasarkan musyawarah bersama empat kelompok agama, gedung gereja yang berada di depan jalan dibongkar untuk menghindari reaksi orang-orang luar yang ingin mengacaukan kehidupan orang Yalahatan. Menurut Waelissa, gereja dibongkar karena Yalahatan daerah lintas Seram (daerah penghubung negeri-negeri di pulau Seram) bisa menimbulkan reaksi orang luar untuk menghancurkan.89 Atas kesepakatan tersebut, maka tahun 2000 gereja dibongkar kemudian dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Tahun 2006 gereja dibangun di lokasi yang baru dan sampai sekarang masih dalam tahap pembangunan. Setelah waktu pengungsian 21 hari tersebut, kehidupan orang Yalahatan berlalu dari ketegangan konflik dan kembali hidup berdampingan bahkan saling menjaga antar kelompok agama. Hal ini terpelihara sampai sekarang. Bahkan ketegangan keadaan kota Ambon yang terjadi September 2011 tidak berpengaruh pada kondisi lingkup sosial mereka.
Gambar 06 Lokasi Gereja yang dibongkar Tahun 1999
89
Gambar 07 Gereja sementara Kristen Protestan Yalahatan
Hasil wawancara dengan A. Waelissa (tokoh agama Islam) Jumat, 14 Oktober 2011.
Gambar 06 merupakan lokasi gereja dekat jalan raya yang dibongkar atas kesepakatan bersama empat kelompok agama di Yalahatan pada tahun 2000, sewaktu kerusuhan Ambon. Untuk menghindari terjadi pembakaran oleh masa yang melewati Yalahatan karena gereja tetap berdiri di antara komunitas Islam. Hal ini sebagai upaya perlindungan terhadap saudara-saudara mereka yang Kristen. Gambar 07 merupakan lokasi gedung gereja sementara umat kristen, di depannya terdapat gedung gereja yang baru namun masih dalam proses pembangunan. Menurut Rahawarin, Pembangunan rumah ibadah pada orang Yalahatan sebelum kerusuhan biasanya melibatkan agama lain tetapi sekarang sudah berkurang.90 3.3 Faktor-faktor pendukung kehidupan bersama orang Yalahatan 3. 3. 1 Hubungan kekerabatan Berdasarkan hasil penelitian, Kehidupan yang terjalin secara kekeluargaan mampu mempersatukan masyarakat melampaui batas agama maupun kelompok dan status sosial. Hal penting yang mendukung yaitu hubungan persaudaraan yang kuat diantara mereka, bahkan hidup sebagai satu keluarga.91 Sebagai satu keluarga yang awalnya memiliki satu keyakinan namun, dengan adanya perkembangan masyarakat masuknya agama Islam dan Krsten, maka sebagian besar masyarakat beralih pada agama-agama tersebut. Hal ini tidak menyebabkan konflik tetapi justru menciptakan integritas sosial masyarakat. Menurut salah seorang informan “agama tidak menjadi masalah bagi kehidupan kita, karena semua orang adalah saudara”92 Hubungan kekerabatan yang kuat juga ketika kegiatan-kegiatan dari agama yang melibatkan masyarakat tanpa memandang agama seperti hajatan, syukuran. misalnya, syukuran untuk ibadah haji bagi umat Islam, syukuran baptis untuk umat Kristen, masyarakat akan diundang untuk acara-acara tersebut. Hal ini menunjukan bentuk kekeluargaan yang masih 90
Hasil Wawancara dengan Th.Rahawarin (tokoh Katolik) Rabu, 12 Oktober 2011. Hasil Wawancara dengan Y. Leipary (tokoh agama Kristen Protestan), Minggu, 9 Oktober 2011. 92 Hasil Wawancara dengan Cali Waleuru (tuan tanah), Jumat, 14 Oktober 2011. 91
terpelihara baik dalam kehidupan orang Yalahatan. Seperti yang dikatakan salah seorang informan bahwa hal ini berdasarkan hubungan persaudaraan yang kuat.93 Dengan masuknya agama Islam, Kristen, hal tersebut menjadi pilihan bagi orang Yalahatan sehingga individu dengan bebas sesuai hati nurani memilih agama-agama tersebut bahkan masih ada juga yang tetap mempertahankan kepercayaan agama suku. Masuknya agamaagama tersebut kemudian menjadikan kehidupan masyarakat Yalahatan berada dalam tatanan pluralitas keberagamaan. 3.3.2 Perkawinan Faktor penting yang menjadi pendukung kehidupan bersama yang rukun pada masyarakat Yalahatan ialah perkawinan. Secara tegas Leipary dalam wawancaranya mengatakan, perkawinan merupakan salah satu faktor penting ketika individu bisa hidup bercampur dalam suatu lingkungan masyarakat.94 Perkawinan campur ini terjadi antara agama Islam, agama Kristen Protestan, katolik dan agama suku sehingga agama tidak menjadi pembatas bagi masyarakat mengembangkan kehidupan. Hal ini yang mempererat hubungan kekerabatan masyarakat karena adanya ikatan kekeluargaan. Menurut seorang informan yang merupakan pendatang, dan menikah dengan orang Yalahatan bahwa perkawinan yang menyatukan kehidupan sebagai orang saudara.95 Terjadi pencampuran antara orang-orang pendatang dari luar daerah dengan masyarakat Yalahatan karena hubungan perkawinan sehingga berkembang masyarakat yang beragam. Percampuran masyarakat melalui hubungan perkawinan tidak tertutup untuk satu kelompok agama tertentu, misalnya masyarakat beragama Islam dapat menikah dengan yang beragama Kristen ataupun agama suku. Dikatakan oleh Rahawarin “Banyak orang Yalahatan yang menikah dengan orang Tamilouw dan memeluk agama Islam”.96
93
Hasil Wawancara dengan A. Waelissa (tokoh agama Islam), Jumat, 14 Oktober 2011. Hasil Wawancara dengan Y. Leipary (tokoh agama Kristen Protestan), Minggu, 9 Oktober 2011. 95 Hasil Wawancara dengan Th.Rahawarin (tokoh agama Kristen Katolik). Rabu, 12 Oktober 2011. 96 Hasil Wawancara dengan Th. Rahawarin (tokoh agama Kristen Katolik), Rabu,12 Oktober 2011. 94
Kehidupan bersama masyarakat Yalahatan terlihat pada acara-acara pernikahan yang dilaksanakan dalam masyarakat yaitu sebelum upacara dan pesta perkawinan, di mana keluarga yang akan menyelenggarakan upacara perkawinan tersebut mengundang saudara-saudaranya yang beragama lain (Islam, Kristen, maupun agama suku) dan secara bersama-sama mengantur hingga terselenggara acara tersebut. Nilai-nilai tolong menolong masih sangat dijunjung dalam kehidupan masyarakat Yalahatan karena kesadaran kolektif yang kuat bahwa semua adalah saudara.
3.3.3 Upacara Adat Masyarakat tidak dapat dipisahkan dari adat istiadat. Adat istiadat telah menyatu dengan kehidupan masyarakat. Masyarakat Yalahatan masih menjunjung tinggi nilai-nilai adat sebagai bagian
dari
identitas
mereka.
Ketika
melakukan
penelitian,
bertepatan
masyarakat
menyelenggarakan upacara adat pembangunan baileo/rumah adat. Baileo berada di lingkungan agama suku karena itu lebih diidentikkan dengan upacara agama suku. Namun, hal ini tidak hanya milik agama suku tetapi milik masyarakat Yalahatan maupun Tamilouw secara umum. Ini
merupakan tradisi milik bersama yang menyatukan
kehidupan masyarakat. Wawancara yang dilakukan dengan kepala suku dikatakan bahwa baileo merupakan upacara agama suku.
Gambar 08 Usalle/Baileo Komunitas orang Yalahatan Gambar 08 merupakan baileo komunitas orang Yalahatan yang dalam bahasa setempat disebut Usalle. Masih dalam proses pembangunan kembali melalui beberapa tahap penting. Dan yang tampak pada gambar tersebut sudah melewati 4 tahap. Proses pembangunan kembali baileo masyarakat Yalahatan karena baileo sudah rusak usianya mencapai 29 tahun, dan harus diganti sehingga upacara ini dapat dilaksanakan. Tujuh tahap upacara pembangunan baileo yaitu
97
(1) Tiang pertama (pendek & tinggi
7m) sebagai penyangga untuk mendirikan baileo. (2) 4 Tiang pendukung. Hal ini pun penting untuk mendukung penyangga tersebut. (3) Menara. Setelah dua tahap di atas dilaksanakan maka, tahap ketiga ini pun penting. Menara yang diambil, diletakan dalam kapal/bahtera yang dibuat kemudian dibawa melalui laut. Menurut Kanata, Maknanya menandakan awal pejalanan bahtera Nuh.(4) Bumbungan. Masih serangkaian dan penting untuk mendukung tahap-tahap di atas. (5) Atap pertama / atap pamali. Tahap ini penting karena akan menutupi seluruh bangunan baileo dan melengkapi tahap-tahap di atas. Bahannya diambil dari daun pohon sagu, bahan tersebut diambil dari hutan oleh masyarakat sebelum pengambilan daun atap pertama masyarakat Yalahatan melakukan acara adat di dusun yaitu acara tarian maku-maku dari malam hingga pagi yang dilakukan oleh kaum laki-laki dan perempuan yang belum menikah. Tarian dengan iringan musik dan kapata (nyanyian dalam bahasa Maluku) hal ini dilakukan di depan baileo dengan cara berkeliling pada tempat yang telah tersedia selama 2 hari. kemudian pada hari yang telah ditentukan maka, proses upacara pengambilan daun atap dilaksanakan di hutan.
97
Hasil Wawancara dengan Kanata (Kepala Suku), Rabu, 12 Oktober 2011. Upacara adat seperti ini lebih banyak hanya diikuti oleh kaum laki-laki, perempuan kurang dilibatkan karena hal ini sudah merupakan tradisi turun-temurun. Ada pantangannya untuk perempuan jika hal ini dilanggar.
Gambar 09 Tarian Maku-maku Gambar 09 tarian maku-maku sebagai tarian ritual adat yang dilakukan oleh kaum lakilaki. Hal ini dilakukan selama beberapa hari sebelum ritual pengambilan atap pertama baileo. Tarian ini dilakukan melalui iringan tifa dan kapata (nyanyian) dalam bahasa adat. Proses pengambilan daun atap pertama yang dilakukan oleh kaum laik-laki bukan hanya oleh laki-laki beragama suku tetapi melibatkan semua agama, karena ini merupakan acara adat dan semua orang Yalahatan merasa memiliki satu identitas secara adat. Dalam wawancara dengan Waleuru dikatakan bahwa semua orang ikut dalam acara adat karena berasal dari satu moyang (keturunan).98 Melalui ritual adat dilakukan dari kampung hingga di hutan. Pertama, kaum laki-laki telah dipersiapkan perbekalan oleh kaum perempuan dan dimasukan ke dalam tagalaya99 untuk dibawa ke hutan sehingga hanya laki-laki yang boleh mengikuti upacara pengambilan daun atap pertama ini, sedangkan kaum perempuan menunggu di kampung. Kedua, masing-masing membawa makanannya masuk ke dalam rumah besar (rumah adat soa) dan
98 99
Hasil wawancara dengan C. Waleuru (tuan tanah) Jumat, 14 Oktober 2011. Keranjang makanan yang terbuat dari anyaman bambu
melalui proses adat di dalamnya kemudian mereka keluar dari rumah besar dan berjalan menuju hutan.
Gambar 10 Masuk ke rumah besar
Gambar 11 perjalanan menuju hutan (tempat pengambilan daun atap)
Pengambilan atap pertama untuk baileo merupakan suatu tradisi yang tetap terpelihara dalam kehidupan masyarakat Yalahatan. Gambar 10 setiap kaum laki-laki dengan perbekalan makanan yang sudah disiapkan menuju rumah besar, bersama-sama dengan kapitan, kepala suku, tua-tua adat. Setelah pertemuan berlangsung dalam rumah besar tersebut maka semua kaum lakilaki berjalan menuju ke hutan (gambar 11) tempat proses pengambilan daun atap.
Gambar 12 (Perbekalan) Gambar 12 perbekalan yang dibawah diletakan pada satu tempat untuk nantinya makan bersama-sama setelah bekerja. Selanjutnya, ritual pengambilan daun atap dilakukan yaitu dipimpin oleh kapitan dan tua adat melalui doa. Kemudian, daun pertama hanya boleh dipotong oleh kapitan, disaksikan oleh kaum laki-laki yang hadir setelah pemotongan selesai, daun tersebut dikumpulkan oleh kaum laki-laki setelah itu mereka bisa langsung mengambil dan
memotong juga daun dari pohon sagu yang lain di tempat itu untuk mengumpulkan sebanyak mungkin yang nantinya dirangkai menjadi atap baileo.
Gambar 13 Ritual pengambilan daun atap (doa bersama)
Gambar 16 Pengumpulan daun atap oleh kaum laki-laki
Gambar 14 Pemotongan bagian pohon sagu untuk diambil daun
Gambar 17 Pemotongan daun atap di pohon sagu lainnya
Gambar 15 pemotongan daun atap oleh kapitan
Gambar 18 Bekerja bersama mengumpulkan daun atap yang telah dipotong
Pada tahap ini pun ada upacara yang dilakukan di hutan tempat pengambilan atap pertama tersebut yaitu upacara sapu atau baptis bagi anak-anak yang siap mengikutinya. Upacara ini dengan simbol dipakaikan kain merah (lambang agama suku) dan yang memakaikannya adalah bapak baptis anak yang sudah disiapkan oleh keluarga anak tersebut. Hal ini tidak hanya diikuti oleh anak-anak suku saja tetapi yang kristen, islam yang ingin anaknya mengikuti adat ini boleh mengikutinya.
Gambar 19 Ritual sapu yang dilakukan bersamaan dengan pengambilan daun atap pertama di hutan.
Ritual ini menjadi tradisi orang Yalahatan. Ketika sampai di hutan, yang tidak jauh dari lokasi pengambilan daun atap, maka anak-anak ini dan beberapa orang-orang tertentu langsung melakukan tradisi tersebut. di tempat pengambilan daun atap, kaum laki-laki bekerja sama memotong daun atap, mengumpulkan dan menyusunnya pada tempat yang dibuat khusus untuk nantinya dibawah ke baileo.
Gambar 20 Menyusun daun atap pada tempat khusus
Gambar 21 siap untuk dibawah ke baileo
Seluruh proses adat pengambilan atap pertama selalu dilakukan secara bersama-sama oleh kaum laki-laki (gambar 20) kemudian, kaum laki-laki menyusun daun atap secara teratur pada tempat yang sudah dibuat khusus. Setelah semua pekerjaan pengambilan daun atap telah selesai sebelum daun tersebut siap dibawa ke baileo (gambar 21). Maka, semua yang hadir
beristirahat sejenak untuk makan patita (makan bersama) dengan menyiapkan meja makan dari daun kelapa diatur panjang dan makanan yang dibawah diletakan di meja makan.
Gambar 22 Makan Patita (makan bersama)
Gambar 23 suasana istirahat bersama
Makanan yang dibawa harus dihabiskan dan sisanya tidak boleh dibawa pulang atau harus ditinggalkan di hutan. Setelah makan bersama, kaum laki-laki beristirahat sambil bercerita (gambar 23). Daun atap yang kaum laki-laki bersiap kembali ke kampung untuk membawa daun atap ke baileo. Daun yang berada pada tempat khusus tersebut dibawa secara arak-arakan oleh kaum laki-laki.
Gambar 24 Daun atap dibawa ke dusun Yalahatan
Gambar 25 Daun atap dihiasi seperti bahtera untuk dibawa ke baileo
Dari hutan (gambar 24) kaum laki-laki membawa daun atap tetapi sebelum tiba di dusun Yalahatan mereka berhenti di tempat tertentu untuk menghiasi daun atap tersebut seperti bahtera
(gambar 25). Melalui kerja sama maka hiasan tersebut selesai dikerjakan dan siap diarakan ke baileo.
Gambar 26 Daun atap yang telah dihiasi seperti bahtera
Kaum laki-laki berarak-arakan dengan membawa daun atap yang telah dihiasi seperti bahtera menuju baileo. Masyarakat (perempuan, anak-anak, orang tua) telah menunggu di lokasi baileo. Makna dari menutupi daun atap dan dihiasi seperti bahtera karena orang Yalahatan memaknainya seperti bahtera Nuh.
Gambar 27 Tarian penyambutan oleh kaum perempuan
Gambar 28 Tarian Cakalele
Gambar 29 memasuki lokasi baileo
Daun atap yang dihiasi seperti bahtera tiba di lokasi baileo disambut dengan tarian penyambutan oleh kaum perempuan (gambar 27) dan tarian cakalele (gambar 28). Kemudian daun atap tersebut dibawa masuk ke lokasi baileo yang selanjutnya diiring ke atas baileo (gambar 29 & 30) untuk diletakkan di dalam baileo (gambar 31).
Gambar 30 Daun atap dibawa masuk ke baileo
Gambar 31 Daun atap diletakkan di dalam baileo
Arak-arakan kaum laki-laki menuju ke baileo untuk meletakkan daun atap tersebut (gambar 29). Daun atap tidak boleh diletakkan sembarang tempat oleh karena itu tempatnya khusus di dalam baileo. Daun atap ini yang akan menutupi baileo yang masih hanya dengan tiang (gambar 30 & 31). Proses selanjutnya untuk merangkai atap baileo dilakukan dua hari kemudian karena selama dua hari tersebut masyarakat (khusus laki-laki) kembali mencari daun atap di hutan tetapi tidak melalui ritual khusus seperti pengambilan daun atap pertama. Daun atap akan dirangkai melalui kerja sama masyarakat laki-laki pada hari yang telah disepakati. Daun atap pertama yang berada di dalam baileo untuk merangkainya menjadi atap hanya bisa dilakukan di dalam baileo, di mana bahan-bahan tersebut tidak boleh dikeluarkan dari dalam baileo. Sedangkan sebagian orang Yalahatan bekerja bersama juga merangkai atap, namun dilakukan di luar baileo dengan menggunakan daun atap yang diambil kemudian.
Gambar 32 Daun atap pertama yang dirangkai di dalam baileo
Gambar 33 Masyarakat merangkai atap di luar baileo
Setelah proses perangkaian selesai, maka atap-atap tersebut dijemur beberapa hari di sinar matahari supaya daunnya kering. Atap pertama dijemur di dalam baileo sedangkan atap pendukung lainnya (yang diambil kemudian) di jemur di luar baileo. Setelah atap-atap tersebut siap diletakkan pada rangka-rangka baileo maka berlanjut pada proses berikutnya, yaitu tahap (6) Peresmian baileo. Setelah tahap-tahap di atas maka dapat dilaksanakan peresmian baileo. (7) salah satu tahap yang juga penting bagi masyarakat Yalahatan yaitu upacara adat Rororea pusirosa (pengampunan dosa). Hal ini sebagai upacara puncak dari semua tahap yang telah dilakukan. Pada upacara ini kaum laki-laki dewasa akan dipakaikan cidaku sama seperti sidi (dalam Kristen Protestan). Hal ini menandakan laki-laki tersebut telah dewasa. Laki-laki yang mengikuti upacara tersebut harus tinggal di baileo selama 9 hari. Pada upacara ini pun ada tahap tertentu
yang sama dengan tradisi agama Islam dan Kristen yaitu puasa dan pauriane (makan perjamuan) dengan sagu, kenari dan air. Dikatakan oleh Kanata dalam wawancaranya bahwa hal ini telah ada sejak lama dalam tradisi suku yang mirip dengan agama Islam dan Kristen.100 Upacara adat rororea pusirosa ini, menjadi nilai pemersatu bagi kehidupan masyarakat. Pada adat ini semua golongan agama yang ada dilibatkan. Dengan makna bahwa mereka menghayati perjalanan kehidupan serta mohon pengampunan dosa dari Upu halatala (Tuhan pencipta) untuk melindungi kehidupan ke depan. Setiap proses adat yang dilakukan tahap demi tahap memiliki nilai integratif bagi masyarakat Yalahatan. Menurut salah seorang informan segala bentuk persiapan dibicarakan bersama sehingga waktu pelaksanaan masyarakat dapat bersama-sama berpartisipasi.101
3.4 Kesimpulan Kehidupan masyarakat yang terintegrasi dengan baik, dapat dilihat melalui asal usul kehidupan masyarakat tersebut dan faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan kebersamaan masyarakat. Hal-hal ini menjadi pilar penting membangun kehidupan masyarakat dengan kesadaran integritas. Masyarakat Yalahatan yang memiliki hubungan baik dengan negeri Tamilouw berawal dari perlindungan ynag diberikan masyarakat Yalahatan bagi Tamilouw sehingga hal tersebut tidak terlupakan dan akan selalu menjadi cerita sejarah bagi anak-cucu.
100
Hasil Wawancara dengan Kanata Waleuru (kepala suku). Hal ini dikatakan juga oleh Buce Marahina (tokoh masyarakat). Tahap-tahap upacara adat pembangunan Baileo ini merupakan tahap-tahap yang terpisah, artinya tidak dilakukan secara berurutan dalam waktu tertentu tetapi membutuhkan waktu paling lambat 1 tahun. Karena setiap tahap memiliki upacara masing-masing yang harus diatur sedemikian baiknya. Selain itu juga faktor cuaca mempengaruhi proses tersebut. Pengaturan dari para kepala adat dan tokoh-tokoh masyarakat sangat pentng untuk teresenggaranya upacara adat tersebut dalam masyarakat Yalahatan. 101 Hasil Wawancara dengan Leo Omakakang (masyarakat Islam) Rabu, 12 Oktober 2011.
Ikatan kekeluargaan begitu terjalin kuat pula ketika proses perkawinan campur antara masyarakat Yalahatan dengan Tamilouw dan hidup bersama. Kehidupan masyarakat Yalahatan yang plural secara agama tidak menjadi pemicu konflik kehidupan masyarakat. Sikap toleransi yang tinggi selalu menjadi identitas hidup mereka melalui cara hidup sehari-hari. Islam, Kristen Protestan, Katolik maupun agama suku yang hidup berdampingan dalam lingkungan masyarakat Yalahatan dengan saling menghargai karena nilai kekerabatan dan hubungan persaudaraan yang terjalin kuat. Sehingga, dapat dikatakan agama adalah pilihan tetapi hubungan saudara bukanlah sebuah pilihan. Dengan melihat nilai-nilai perekat dan penyatuan kehidupan masyarakat maka, dapat dikatakan bahwa kearifan budaya lokal masyarakat menjadi akar yang kuat untuk tumbuh kembang nilai-nilai tersebut. Masyarakat Yalahatan yang berasal dari masyarakat suku sebelum mengenal agama Islam dan Kristen, kepercayaan masyarakat Yalahatan ialah kepercayaan suku dengan begitu nilai-nilai budaya masih tertanam kuat dalam kehiduan masyarakat Yalahatan. Upacara-upacara adat yang dilakukan tetap bermakna bagi kehidupan orang Yalahatan. Salah satu upacara penting yang sudah dibahas yaitu pembangunan Usalle/baileo. Baileo sebagai rumah adat masyarakat menjadi hal penting bagi kehidupan orang Yalahatan sehingga baileo yang telah rusak harus diganti dengan yang baru dan tentu melalui proses ritual adat yang dilakukan. Baileo diidentikkan dengan upacara dari agama suku padahal hal ini menjadi identitas bersama masyarakat Yalahatan yang berawal sebagai manusia suku. Ritual adat ini pun melibatkan seluruh komunitas tanpa ada pemisahan oleh agama.