BAB III PROFIL SOSIAL BUDAYA
3.1. Demografi Penduduk Kabupaten Sumba Barat pada Tahun 2014 berjumlah 119.907 jiwa, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 21.883. Jumlah penduduk tersebut jika diklasifikasikan menurut jenis kelamin : Laki-laki sebanyak 62.034 jiwa dan perempuan sebanyak 57.873 jiwa. Berdasarkan hasil sensus penduduk Tahun 2000-2010 bahwa laju pertumbuhan penduduk periode 1990-2000 sebesar 1,75% meningkat menjadi 2,24% pada periode 2000-2010. Laju pertumbuhan penduduk ini bardampak langsung pada tingkat kepadatan sebesar 163/Km², tersaji dalam tabel di bawah ini :
Tabel 3 Jumlah Penduduk Kabupaten Sumba Barat Tahun 2014 Menurut Kecamatan No.
Kecamatan
Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan
Jumlah
Kepadatan / Km2
1.
Loli
15.841
13.911
29.752
225
2.
Kota Waikabubak
16.139
15.209
31.348
701
3.
Lamboya
8.459
8.149
16.608
132
4.
Wanokaka
7.709
7.367
15.076
113
5.
Tana Righu
9.661
9.354
19.015
136
6.
Laboya Barat
4.255
3.911
8.108
50
62.034
57.873
119.907
163
Jumlah
Sumber : Sumba Barat dalam Angka Tahun 2014
Tingkat kepadatan penduduk per kilo meter persegi sangat bervariasi, yakni Kecamatan : Kota Waikabubak 701 jiwa/Km², Loli 225 jiwa/Km², Kecamatan Lamboya 132 jiwa/Km², Kecamatan Wanukaka 113 jiwa/Km², Kecamatan Tana Righu 136 jiwa/Km² dan Kecamatan Laboya Barat 50 jiwa/Km², dengan rata-rata kepadatan Kabupaten Sumba Barat 163 jiwa/Km², dengan struktur penduduk menurut kelompok umur dapat disajikan di bawah ini :
Profil Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2015
67
Tabel 4 Jumlah Penduduk Sumba Barat Menurut Kelompok Umur (Keadaan Tahun 2014) Kel. Umur
Perempuan Jumlah
Persen tase %
Laki-laki Jumlah
Persen tase %
Jumlah Total (L+P) Jumlah
Persentase (L+P) %
0-4
8.258
14,09
8.644
14,51
16.902
14,29
5-9
7.569
12,85
7.858
13,16
15.427
13,00
10-14
7.000
12,09
7.453
12,17
14.453
12,13
15-19
6.107
10,72
6.727
10,41
12.834
10,57
20-24
4.142
8,50
5.397
7,17
9.521
7,86
25-29
4.020
7,46
4.576
7,12
8.596
7,30
30-34
3.983
6,90
4.270
6,96
8.253
6,93
35-39
3.608
6,05
3.706
6,25
7.314
6,15
40-44
3.062
5,13
3.188
5,24
6.250
5,18
45-49
2.544
4,43
2.757
4,34
5.301
4,39
50-54
2.223
3,52
2.221
3,74
4.444
3,63
55-59
1.672
2,61
1.654
2,80
3.326
2,70
60-64
1.266
2,04
1.322
2,10
2.588
2,07
65-69
1.017
1,61
992
1,72
2.009
1,67
70-74
742
1,03
688
1,17
1.430
1,10
75+
660
0,97
599
1,12
1.259
1,04
Total
57.873
100,00
62.034
100,00
119.907
100,00
Sumber : Sumba Barat dalam Angka Tahun 2014
Penduduk usia 0-14 tahun berdasarkan hasil proyeksi penduduk tahun 2013 sebesar 39,42%, usia 15-64 tahun sebesar 56,77% dan yang berusia 65 tahun keatas sebesar 3,81% dari total penduduk. Dengan demikian dapat dikatakan penduduk Sumba Barat tergolong penduduk muda karena persentase penduduk anak-anak (usia di bawah 15 tahun) cukup besar, sementara prosentase penduduk usia lanjut (65 tahun keatas) rendah. Jumlah penduduk di atas apabila diklasifikasikan menurut struktur usia, terdapat rasio angka beban ketergantungan (dependency ratio) yang cukup besar, yakni penduduk usia non produktif (usia di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun) terhadap penduduk usia produktif (usia 15 tahun sampai dengan 64 tahun), masih cukup besar. Data menunjukkan bahwa angka beban tanggungan anak cukup tinggi yaitu sebesar 69,43% dari angka beban ketergantungan yang sebesar 76,14%.Tingkat kelahiran yang tinggi cenderung diikuti oleh angka beban tanggungan anak yang tinggi pula, sedangkan angka beban tanggungan lanjut usia relatif kecil, yaitu sebesar 6,71%. Dengan persentase ketergantungan sebagaimana dimaksud, beban angkatan kerja untuk menghidupi penduduk bukan angkatan kerja akan mempengaruhi distribusi kesejahteraan, penumpukan kapital dan aspek lainnya.
Profil Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2015
68
Gambaran umum demografis yang dikemukakan di atas, selain merupakan potensi
sumber
daya
yang
dapat
didayagunakan
untuk
pelaksanaan
pembangunan daerah, juga menyimpan masalah apabila tidak dikelola secara baik. 3.2. Kesehatan Gambaran tentang kondisi kesehatan di Kabupaten Sumba Barat, dapat dilihat antara lain melalui aspek sumber daya kesehatan, baik aspek brainware maupun hardware. Untuk sumber daya manusia, secara kuantitas belum memadai, di samping sebarannya per kecamatan belum seimbang untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Salah satu faktor penyebab rendahnya derajat kesehatan masyarakat antara lain adalah ketersediaan prasarana dan sarana, serta tenaga kesehatan yang belum memadai. Kondisi di Kabupaten Sumba Barat menunjukkan bahwa rasio antara jumlah prasarana dan sarana dan tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk dan luas wilayah tidak seimbang sehingga mempengaruhi mutu pelayanan. Tabel berikut menunjukkan jumlah prasarana, sarana dan tenaga kesehatan yang ada di Kabupaten Sumba Barat. Tabel 5 Jumlah Prasarana dan Sarana serta Tenaga Kesehatan di Kabupaten Sumba Barat Tahun 2014-2015 No. Uraian
Tahun 2014
Tahun 2015
Rumah sakit
2
2
Puskesmas
9
10
Puskesmas Pembantu
10
9
Puskesmas Keliling
8
8
Polindes
22
22
Posyandu
219
219
Poskesdes
16
18
Klinik KB
10
10
Jumlah
296
298
Dokter
33
35
Perawat
301
314
Bidan
51
52
Paramedis Non Perawat
54
46
Non Paramedis
132
148
Jumlah
571
595
Sarana Kesehatan :
1.
Tenaga Kesehatan :
2.
Sumber : Sumba Barat dalam Angka Tahun 2014
Profil Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2015
69
Jumlah tenaga kesehatan di atas mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan kondisi tahun 2014 dimana jumlah tenaga dokter sebanyak 34 orang atau bertambah 1 orang; perawat sebanyak 301 orang atau bertambah 13 orang; bidan sebanyak 51 orang atau bertambah 1 orang. Di samping tenaga kesehatan yang disajikan dalam tabel di atas, ketersediaan fasilitas sarana kesehatan dan rentang kendali pelayanan turut menunjang peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Data menunjukkan bahwa untuk fasilitas sarana kesehatan tidak mengalami perkembangan yang berarti jika di bandingkan keadaan tahun 2013, pada tahun 2014 fasilitas sarana kesehatan yang bertambah hanya 1 unit Poskesdes dan jika dikomparasikan dengan jumlah tenaga kesehatan sebagaimana ditunjukan dalam tabel di atas, ketersediaan tenaga kesehatan pada fasilitas kesehatan yang ada, dirasakan masih sangat terbatas. Selain aspek ketenagaan di atas, keterbatasan peralatan medik dan peralatan kedokteran, penerapan manajemen pelayanan kesehatan yang belum baik, rentang kendali pelayanan kesehatan yang cukup berarti, turut mempengaruhi intervensi pelayanan kesehatan di dalam masyarakat. Selain pola penyebaran penyakit, kondisi status gizi anak Balita sampai dengan Tahun 2014 menunjukkan bahwa Kecamatan Lamboya menduduki peringkat tertinggi jumlah Balita dengan status gizi buruk, dengan jumlah sebanyak 51 Balita, diikuti Kecamatan Wanukaka, Kecamatan Loli, Kecamatan Kota dan Kecamatan Tana Righu, masing-masing sebanyak 47 Balita, 38 Balita, 30 Balita dan 20 Balita, sedangkan pada Kecamatan Lamboya Barat merupakan jumlah Balita yang terendah yang berstatus gizi buruk yaitu sebanyak 7 Balita dari jumlah keseluruhan balita berstatus gizi buruk di Kabupaten Sumba Barat sebanyak 193 Balita. Jumlah Balita yang berstatus gizi kurang terbanyak juga terdapat di kecamatan Lamboya yaitu sebanyak 463 Balita dari jumlah keseluruhan balita berstatus gizi kurang di Kabupaten Sumba Barat sebanyak 883, sedangkan pada tahun 2014 di Kabupaten Sumba Barat tidak terdapat balita yang berstatus gizi Merasmus.
Profil Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2015
70
Grafik 1 Persentase Status Gizi Balita di Kabupaten Sumba Barat Tahun 2014
Angka kematian Ibu pada tahun 2012 sebanyak 1 kasus dari 2013 kelahiran hidup terjadi pada puskesmas Puu weri, pada tahun 2013 terdapat 2 kasus kematian ibu dari 2003 kelahiran hidup terjadi pada puskesmas Lahi Huruk dan puskesmas Kabu Karudi masing-masing 1 kasus. Sedangkan angka kematian neonatal dan bayi pada tahun 2012 sebanyak 44 kasus kematian BBLR dan 9 Kasus kematian Bayi dari 2014 kelahiran hidup dan pada tahun 2014 terdapat 6 kasus kematian BBLR dan 31 Kasus kematian bayi dari 2014 kelahiran hidup. Jumlah Kasus HIV/AIDS pada tahun 2014 adalah sebanyak 11 kasus jika di bandingkan dengan keadaan tahun 2013 sebanyak 12 kasus. Pada tahun 2013 tidak terdapat kasus IMS jika di bandingkan pada 2012 terdapat 151 kasus. Jumlah kasus Filaria pada tahun 2013 mampu di tekan menjadi 16 kasus, jika dibandingkan dengan keadaan tahun 2012 sebanyak 291 kasus. Sehingga secara keseluruhan Jumlah Kasus HIV/AIDS, IMS dan Filaria di Kabupaten Sumba Barat mampu di tekan menjadi 27 kasus di tahun 2013 dari jumlah 454 kasus pada keadaan tahun 2012. Data capaian komponen IPM bidang kesehatan dapat dilihat dari angka harapan hidup penduduk Sumba Barat yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yakni pada Tahun 2006 mencapai 63.30 tahun, meningkat menjadi 63,80 tahun pada Tahun 2007, meningkat kembali menjadi 64,11 tahun pada tahun 2008, pada Tahun 2009 menjadi 64,48 tahun. Beberapa capaian variabel bidang kesehatan dapat disajikan dalam tabel di bawah ini :
Profil Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2015
71
Tabel 6 Capaian Variabel-Variabel Bidang Kesehatan Tahun 2013-2014 No.
Tahun
Uraian
1.
Angka harapan hidup (tahun)
2.
Balita gizi buruk (kasus)
3.
Angka kematian bayi (kasus)
4.
Angka kematian Neonatal (kasus)
5.
Angka kematian ibu (kasus)
2014
2015
65,75
65,75
110,00
193
9,00
31,00
44,00
6,00
1,00
2,00
Sumber : Sumba Barat dalam Angka Tahun 2014
Dari pelayanan yang dilakukan oleh Puskesmas di wilayah Kabupaten Sumba Barat, dapat diketahui pola penyakit dominan pada pasien rawat jalan antara lain ISPA, malaria, penyakit kulit infeksi, diare, penyakit infeksi dan lain-lain. 3.3. Pendidikan Sektor pendidikan menjadi salah satu sektor penting dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia. Progresivitas pembangunan pendidikan di Kabupaten Sumba Barat, antara lain dapat dianalisis dari capaian kemampuan baca tulis penduduk (literate rate) dan rata-rata lama sekolah. Walaupun peningkatan yang terjadi belum secara signifikan menunjukkan progresivitas pendidikan rakyat Sumba Barat, namun momentum pertumbuhan ini dapat mengindikasikan adanya efektivitas penyelenggaraan pendidikan di daerah ini. Data menunjukkan bahwa IPM Kabupaten Sumba Barat 2012 sebesar 64,88, pada Tahun 2013 sebesar 65,49, dengan komponen angka melek huruf mengalami peningkatan yakni pada tahun 2012 sebesar 80,44% mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi 82,16%. Sedangkan untuk rata-rata lama sekolah, pada Tahun 2012 sebesar 6,62 tahun, Tahun 2013 sebesar 6,64 tahun.
3.3.1. Angka Partisipasi Sekolah Selain kedua komponen IPM di atas, efektivitas penyelenggaraan pendidikan di daerah ini dipengaruhi pula oleh peningkatan angka partisipasi murni peserta didik dalam memasuki jenjang pendidikan yang ada, sekaligus menjadi salah satu parameter dalam mengukur capaian peningkatan kualitas prasarana dan sarana pendidikan, peningkatan kuantitas
dan
kualitas
ketenagaan,
penataan
kurikulum,
dan
lain
sebagainya.
Profil Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2015
72
Untuk Angka Partisipasi Kasar (APK) penduduk Sumba Barat Tahun 2012, penduduk usia 7-12 tahun (SD), sebesar 115%, untuk penduduk usia 13-15 tahun (SMP) sebesar 85%, sedangkan untuk penduduk usia 16-18 tahun (SMA/SMK), sebesar 87%, pada Tahun 2013 pada tingkat SD sebesar 145%, untuk tingkat SMP sebesar 99% dan untuk tingkat SMA/SMK sebesar 73%. Selanjutnya untuk Angka Partisipasi Murni (APM) pada Tahun 2012, untuk penduduk usia 7-12 tahun (SD), sebesar 95,36%, untuk penduduk usia 13-15 tahun (SMP) sebesar 39,26%, sedangkan untuk penduduk usia 16-18 tahun (SMA/SMK), sebesar 43,25%, pada Tahun 2014 pada tingkat SD sebesar 94,36%, untuk tingkat SMP sebesar 59,86% dan untuk tingkat SMA/SMK sebesar 46,30%. Tabel 7 Data Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni Tahun 2013-2014 No.
Jenjang Pendidikan
Tahun 2013
2014
I.
Angka Partisipasi Kasar (%)
1.
SD
115
145
2.
SMP
85
99
3.
SMA/SMK
87
73
II.
Angka Partisipasi Murni (%)
1.
SD
95,36
94,36
2.
SMP
39,26
59,86
3.
SMA/SMK
43,25
46,30
Sumber : Indikator Kesra Sumba Barat Tahun 2014
Data menunjukkan bahwa APM dan APK merupakan parameter untuk mengukur banyaknya penduduk usia sekolah yang bersekolah tepat waktu dalam satu jenjang pendidikan dari setiap 100 penduduk usia sekolah, menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu walaupun masih terjadi fluktuasi akibat pemekaran daerah otonom baru, baik pada jenjang SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA. Salah satu progresivitas penyelenggaraan pendidikan dapat dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk usia 10 tahun ke atas, persentase penduduk yang berpendidikan SLTP/MTs pada tahun 2012 mencapai 11,66%, mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi 12,92%. Jumlah tamatan SD/MI sebesar 21,19% pada tahun 2012,dan mengalami peningkatan menjadi 24,51% pada tahun 2013. Sedangkan Profil Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2015
73
pada tahun yang sama jumlah penduduk yang tidak mempunyai ijazah SD sebesar 47,89% yang sedikit menurun di bandingkan keadaan tahun 2012 yang persentasenya mencapai 48,54%. Gambaran secara detail tentang tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk 10 tahun ke atas dari Tahun 2012 hingga Tahun 2013, secara persentase dapat disajikan dalam Tabel di bawah ini.
Tabel 8 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi yang dimiliki Tahun 2013-2014 No.
Tahun
Ijazah yang Dimiliki
2013
2014
1.
Tidak Punya Ijazah
48,54
47,89
2.
SD / MI
21,19
24,51
3.
SMP / MTs
11,66
12,92
4.
SMA / SMK / MA
13,24
12,06
5.
D1 / D2
0,44
0,18
6.
D3 / Sarjana Muda
1,15
0,23
7.
D4 /S1 / S2 / S3
3,79
2,19
Sumber : Indikator Kesra Sumba Barat Tahun 2014
3.3.2. Sumber Daya Tenaga Pendidik Guru memiliki peranan penting dalam menentukan mutu dan kelangsungan proses belajar mengajar pada setiap jenjang pendidikan. Jika dilihat dari jumlah sekolah, siswa dan tenaga guru, masih terjadi berbagai kekurangan khususnya ketersediaan tenaga guru dengan spesifikasi keilmuan yang dibutuhkan yakni mata pelajaran MIPA, masih sangat terbatas dan selain itu secara kuantitas terdapat kekurangan guru pada
semua
jenjang
pendidikan
yang
ada
sehingga
terjadi
ketidakseimbangan rasio guru terhadap siswa, walaupun demikian sesungguhnya
ada
peningkatan
rasio
guru
terhadap
siswa
jika
dibandingkan dengan keadaan tahun-tahun sebelumnya. Data menunjukkan bahwa dari berbagai intervensi pendidikan yang dilaksanakan, baik dalam hal pengadaan guru/guru bantu/guru kontrak, pembangunan/rehabilitasi
gedung
sekolah,
pengadaan
meubelair,
penyetaraan guru dan kegiatan lainnya, masih terdapat kekurangan tenaga yang perlu menjadi perhatian ke depan, antara lain rasio murid-guru dan rasio guru-sekolah, sebagaimana disajikan dalam tabel berikut ini. Profil Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2015
74
Tabel 9 Rasio Murid-Guru dan Guru-Sekolah Keadaan Tahun 2013-2014 No.
Jenjang Pendidikan
Rasio Murid-Guru Rasio Guru-Sekolah 2013
2014
2013
2014
1.
SD
21
60
12
5
2.
SMP
10
24
19
9
3.
SMA/SMK
14
24
28
16
Sumber : Indikator Kesra Sumba Barat Tahun 2014
Data dalam tabel di atas menunjukkan angka rasio murid-guru yang cukup ideal pada Tahun 2012 yakni pada seluruh jenjang pendidikan teristimewa pada jenjang SMP, 10 orang siswa diawasi oleh 1 orang guru dan pada tingkat SMA/SMK, 14 orang siswa diawasi oleh 1 orang guru, namun demikian pada tingkat SD masih terdapat kekurangan tenaga guru sampai akhir Tahun 2013. Selain itu rasio guru-sekolah, juga menunjukkan kondisi yang tidak ideal khususnya pada tingkat SD yakni 1 sekolah diawasi oleh 12 orang guru pada Tahun 2012, menurun menjadi 5 orang guru pada Tahun 2013, begitu pula pada tingkat SMP, SMA/SMK mengalami penurunan yang cukup signifikan dari 19 orang guru/sekolah pada Tahun 2012 ditingkat SMP, menjadi 9 orang guru/sekolah pada Tahun 2013, sedangkan pada tingkat SMA/SMK juga mengalami penurunan dari 28 orang guru/sekolah pada tahun 2012 menjadi 16 orang guru/sekolah pada tahun 2013.
3.3.3. Prasarana dan Sarana Pendidikan Salah satu faktor penentu terciptanya mutu pendidikan yang baik adalah adanya dukungan ketersediaan prasarana dan sarana pendidikan yang memadai. Gambaran mengenai jumlah sekolah, guru, murid menurut jenjang pendidikan pada Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Profil Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2015
75
Tabel 10 Jumlah Sekolah, Guru, Murid Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2015 No. Jenjang Pendidikan
Jumlah Sekolah
Murid
Guru
1.
TK
25
1.303
163
2.
SD
92
24.207
1138
3.
SMP
40
9.121
719
4.
SMA
11
4.330
249
5.
SMK
6
1.708
221
325
40.697
2.490
Jumlah
Sumber : Sumba Barat dalam Angka Tahun 2014
Dari data diatas dapat diketahui bahwa untuk tingkat TK rata-rata setiap sekolah memiliki 40 siswa dan
6 orang guru. Untuk tingkat SD setiap
sekolah rata-rata memiliki 280 siswa dan 12 orang guru. Tingkat SLTP memiliki 217 siswa dan 18 orang guru. Tingkat SMA rata-rata 412 siswa dan 27 guru, sedangkan SMK memiliki 317 siswa dan 36 orang guru. Gambaran di atas menunjukkan bahwa ketersediaan sarana pendidikan masih cukup ideal untuk menampung peserta didik diberbagai jenjang pendidikan. 3.3.4. Angka Melek Huruf Selanjutnya untuk angka buta huruf, pada Tahun 2012 dari penduduk usia 10 tahun ke atas, sebesar 16,73% merupakan buta huruf, pada Tahun 2013, telah terjadi penurunan sehingga masih tersisa 15,37%, dari jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas pada Tahun 2013. Angka melek huruf penduduk Sumba Barat pada tahun 2012 sebesar 83,27% dari jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas pada Tahun 2012, mengalami peningkatan menjadi 84,63% dari jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas pada Tahun 2013. Gambaran penduduk usia 10 tahun ke atas yang melek huruf dan buta huruf dapat disajikan dalam tabel di bawah ini. Tabel 11 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas yang Melek Huruf dan Buta Huruf No.
Uraian
Tahun 2013
2014
1.
Melek huruf
83,27
84,63
2.
Buta huruf
16,73
15,37
Sumber : Sumba Barat dalam Angka Tahun 2014
Profil Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2015
76
Grafik 2 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas yang Melek Huruf dan Buta Huruf Tahun 2012-2013
3.4. Kesejahteraan Sosial
Tabel 12 Garis Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Sumba Barat dan Provinsi NTT Tahun 2013-2014 Tahun
Garis Kemiskinan (Rp/Kap/Bulan) Sumba Barat NTT
Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Sumba Barat NTT
2013
243.378
222.507
34.600
1.000.300
2014
257.372
251.080
34.200
1.006.900
Sumber : Sumba Barat dalam Angka Tahun 2014
Secara umum dapat digambarkan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk di Kabupaten Sumba Barat sudah cukup baik, bila dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Berdasarkan data jumlah, persentase Penduduk miskin dan garis kemiskinan Kabupaten Sumba Barat pada tahun 2013 persentase penduduk miskin sebesar 28,92% dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 34.200 jiwa. Mengalami penurun jika di bandingkan keadaan tahun 2012 sebesar 29,61% dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 34.600 jiwa.Sementara rata-rata persentase penduduk miskin NTT tahun 2013 sebesar 20,24% dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 1.006.900 jiwa. Mengalami peningkatan jika dibandingkan keadaan tahun 2012 sebesar 20,41% dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 1.000.300 jiwa. Angka garis Kemiskinan Kabupaten Sumba Barat pada tahun 2013 sebesar Rp.257.372 /Kap/Bulan mengalami peningkatan dibandingkan dengan keadaan tahun 2012 Profil Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2015
77
sebesar Rp.243.378 /Kap/Bulan. Sementara Angka rata-rata garis kemiskinan NTT pada tahun 2013 sebesar Rp.251.080/Kap/Bulan juaga mengalami peningkatan
jika
dibandingkan
dengan
keadaan
tahun
2012
sebesar
Rp.222.507/Kap/Bulan. Tolok ukur yang digunakan di dalam menentukan indeks kemiskinan adalah pengeluaran rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan dasar minimum (basic needs approach). Apabila porsi pengeluaran untuk kebutuhan makanan lebih besar daripada kebutuhan non makanan, maka dikategorikan sebagai rumah tangga miskin. Data Tahun 2013 menunjukkan bahwa rata-rata sebulan pengeluaran per kapita penduduk Sumba Barat adalah sebesar Rp.370.853 untuk jumlah pengeluaran per kapita/bulan untuk konsumsi makanan sebesar Rp.224.877 atau sebesar 60,64%, sedangkan untuk konsumsi non makanan sebesar Rp.145.976 atau sebesar 39,36%. Berdasarkan data Pendataan Program Perlindungan Layanan Sosial (PPLS) di tahun 2011, Jumlah Rumah tangga miskin di Kabupaten Sumba Barat sebesar 16.650 Rumah Tangga Miskin (RTM) dengan rincian per kecamatan sebagaimana dalam tabel berikut ini.
Tabel 13 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Sumba Barat Tahun 2014
1.
Lamboya
3.032
Persentase (%) 18,20
2.
Wanokaka
2.797
16,80
3.
Laboya Barat
1.494
9,00
4.
Kota Waikabubak
2.545
15,30
5.
Tana Righu
3.165
19,00
6.
Loli
3.617
21,70
No.
Kecamatan
Rumah Tangga Miskin
Sumber : Sumba Barat dalam Angka 2014
3.5. Ketenagakerjaan Selanjutnya jumlah penduduk Kabupaten Sumba Barat menurut pekerjaan dapat ditelaah dari persentase penduduk usia 15 tahun yang bekerja dan data tahun 2013 menunjukkan bahwa terdapat penduduk usia 15 tahun sampai dengan usia 64 tahun sebanyak 72,76% yang masuk dalam kategori angkatan kerja, yang bekerja sebanyak 70,49%, sedangkan sebanyak 2,27% yang masih sedang mencari pekerjaaan dengan bidang pekerjaan utama sebagaimana disajikan dalam tabel di bawah ini.
Profil Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2015
78
Tabel 14 Persentase Bidang Usaha Utama Penduduk Sumba Barat Keadaan Tahun 2014 No.
Persentase (%) 64,47
Bidang Usaha Utama
1.
Pertanian
2.
Pertambangan dan penggalian
2,95
3.
Industri
7,97
4.
Konstruksi
1,88
5.
Perdagangan
6,01
6.
Transportasi dan komunikasi
3,30
7.
Keuangan
0,82
8.
Jasa
12,60
Sumber : Sumba Barat dalam Angka Tahun 2014
Pekerja menurut lapangan kerja utama merupakan salah satu ukuran untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam manyerap tenaga kerja. Dari tabel di atas nampak jelas bahwa sebagian besar penduduk Sumba Barat lapangan kerja utamanya adalah di sektor pertanian yakni 64,47%. Sedangkan penduduk usia 15 tahun sampai dengan usia 64 tahun sebanyak 27,24% yang masuk dalam kategori bukan angkatan kerja, yang sedang bersekolah sebanyak 9,61%, mengurus rumah tangga sebanyak 14,24% dan yang lainnya sebanyak 3,39%. Secara umum persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas di Kabupaten Sumba Barat menurut jenis kegiatan tahun 2012-2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 15 Persentase Penduduk Berumur 15 tahun keatas di Kabupaten Sumba Barat Menurut Jenis Kegiatan Tahun 2013-2014 Tahun 2012 (%) 71,19
Tahun 2013 (%) 72,76
Bekerja
69,87
70,49
Mencari Pekerjaan
1,33
2,27
Bukan Angkatan Kerja
28,81
27,24
Sekolah
9,55
9,61
Mengurus Rumah Tangga
14,76
14,24
Lainnya
4,50
3,39
100,00
100,00
Kegiatan Angkatan Kerja
Jumlah
Sumber : Survei Angkatan Kerja (Sakernas) Tahun 2014
Profil Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2015
79
3.6. Agama Komposisi penduduk Kabupaten Sumba Barat berdasarkan agama Tahun 2013 menunjukkan bahwa untuk penganut agama Islam sebanyak 5.664 jiwa, agama Kristen sebanyak 64,975 jiwa dan agama Katolik sebanyak 29.215 jiwa, agama Hindu sebanyak 214 jiwa, dan pemeluk aliran kepercayaan sebanyak 17.719 jiwa. Dari data menunjukkan bahwa agama Kristen merupakan agama mayoritas penduduk dengan jumlah pemeluk sebesar 55,20%. Angka ini diikuti oleh agama Katolik dengan jumlah pemeluk sebesar 24,80%, agama kepercayaan lainnya dengan jumlah pemeluk sebesar 15%, agama Islam dengan jumlah pemeluk sebesar 4,80% dan diikuti penganut agama Hindu dengan jumlah pemeluk sebesar 0,20 %. Berkaitan dengan sarana peribadatan di Kabupaten Sumba Barat tahun 2013 terdiri dari 7 Masjid, 154 Gereja Kristen Protestan, 41 Gereja Katolik dan 1 buah Pura. Pelayanan di sarana peribadatan yang ada dilakukan oleh 22 Ulama, 115 Pendeta, 21 Pastor dan 4 Orang Pedanda.
3.7. Kebudayaan Kabupaten Sumba Barat memiliki aset budaya yang beragam, di mana beberapa di antaranya telah menjadi agenda kepariwisataan nasional, yaitu event Pasola, Wulla Podu dan Kampung-kampung adat. Sedangkan ragam budaya lain yang masih mengundang perhatian wisatawan mancanegara maupun nusantara yaitu upacara tarik batu kubur, adat perkawinan, pajura dan lain-lain serta beberapa jenis tarian daerah seperti kataga, woleka, gaza, dan lain-lain. Keanekaragaman budaya dan adat istiadat masih diyakini secara turun-temurun sehingga tidak mudah terpengaruh oleh arus modernisasi karena mengandung nilai-nilai religius yang mempunyai kekuatan yang mengikat secara emosional.
Profil Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2015
80