BAB III ELABORASI TEMA 3.1. LATAR BELAKANG TEMA Latar belakang pemilihan tema Arsitektur Islam pada kasus proyek ini berhubungan erat dengan tujuan proyek Pengembangan “Pusat kajian Islam Ilmiah” Ahlussunnah wal Jama’ah Medan ini yaitu : a. Untuk merancang suatu desain bangunan arsitektur yang bernilai Islami dalam mewadahi aktivitas Pengembangan “Pusat kajian Islam Ilmiah” Ahlussunnah wal Jama’ah Medan yang memiliki karakteristik yang mempresentasikan bentuk-bentuk yang bersandar pada konsep-konsep dasar ajaran Islam. b. Menciptakan lingkungan yang bernuansa Islami. Arsitektur sangat dekat dengan manusia. Arsitektur dalam konteks habitat, mewadahi berbagai kegiatan budaya manusia, kepercayaan, dan religiutasnya sebagai makhluk ciptaan Khaliknya.Unsur-unsur arsitektur menjadi tanda yang memilah ruang ke dalam bagian-bagian tertentu sesuai dengan fungsi dan makna yang dikandungnya. Islam telah menyumbangkan perannya dalam memperkaya khazanah perancanaan lingkungan binaan, khususnya arsitektur religious. Dalam arsitektur rreligious, hubungan antara pengalaman religious dangan ruang dan bentuk suatu lingkungan binaan dipahami lewat suatu analisis kritis. Pada terminology ke-Islaman, Arsitektur tidak terlepas dari sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai mental structure muslim. Konsep seorang muslim tentang Iman, Ibadah, dan Ihsan (dogma, ritual, dan ethic), pada akhirnya melahirkan bentuk tertentu dalam bentuk fisik Arsitektur. Dengan memperkaya preseden bentuk yang telah dikenal selama ini, dan menggali potensi local untuk memperkuat karakter komunitas muslimnya. Arsitektur diharapkan dapat berperan dalam mendekatkan masyarakat muslim dengan kesempurnaan nilai-nilai Islam. Secara sederhana faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalm mewujudkan suatu karya Arsitektur yang merefleksikan budaya muslim, dikelompokkan dalam urutan sebagai berikut: Ajaran Islam System sosial (control sosial) jamaah Ekosistemnya, seperti klimatologis, ekologis, geografis, dan lain-lain. Arsitektur dan seni
Universitas Sumatera Utara
Aqidah Islam/Ajaran Islam adalah factor pertama landasan berpikir muslim yang dapat dikembangkan, hal ini dibuktikan dengan lahirnya bergam rumusan pendekatan suatu karya Arsitektur yang merefleksikan budaya Muslim. Rumusan tersebut antara lain : 1. Prinsip Perencanan Ruang Kota Islam Hakim Besim Salim Hakim (1986) menyimpulkan sejumlah nilai dan pedoman etika sosial dalam membangun ruang perkotaaan. Menurutnya hukum Islam berpengaruh terhadap bentuk-bentuk kota Islam dengan prinsip sebagai berikut : •
Harm, yaitu tempat dimana hak personal lainnya dihormati secara penuh.
•
Interdependency, berkaitan dengan tanggung jawab masyarakat.
•
Privacy
•
Original Usage, berhubungan dengan kondisi asli yang dipelihara.
•
Building height, berkaitan ketinggian bangunan yang selaras dengan lingkungan.
•
Respect, berupa kapercayaan dan penghormatan.
•
Keindahan tanpa kesombongan.
2. Konsep Ruang Terbuka Islam Al Faruqi Islam memandang alam sebagai sesuatu yang nyata dan berguna. Al Faruqi mencoba untuk mengamati sudut pandang Islam terhadap bentang alamnya. Dalam bukunya, “The Culural Atlas of Islam “, menulis bahwa esensi alam dalam Islam dinyatakan sebagai prinsip : •
Provanity (keduniaan)
•
Credtedness (kepenciptaan)
•
Orderliness (keteraturan)
•
Porposiveness (kesengajaan)
•
Subservience (ketaatan)
Baik Hakim maupun Al Faruqi, keduanya mengemukakan bahwa ekspresi fisik lingkungan binaan masyarakat muslim lahir dari konsep pemahamannya akan Islam. Dalam hal ini Islam tidak hanya merupakan Agama , tetapi juga Sistem (pandangan hidup komunitas Islam) Bila dilihat dari tujuan pengadaan proyek Pengembangan “Pusat kajian Islam Ilmiah” Ahlussunnah wal Jama’ah Medan ini, yakni mengembalikan nilai-nilai Islam ke tengah masyarakat melalui penataan ruang dan bentuk bangunannya, maka tema yang diangkat
Universitas Sumatera Utara
adalah : Arsitektur Islam, dengan pembatasan tema melalui Sub Tema yaitu : Penerapan Bentuk-bentuk Geometris Dalam Arsitektur Islam.
3.2. TINJAUAN UMUM 3.2.1. Pengertian Tema
a. Pengertian Tema Pengertian Arsitektur Islam •
Arsitektur: • Adalah mendirkan bangunan dilihat dari segi keindahan. 8 • Adalah ruang tempat hidup manusia dengan bahagia 9
•
Islam : Pengertian menurut etimologi dan lugowiyah/harfiahnya : Islam adalah kata dalam Bahasa Arab : Aslama Aslama berarti : taat dan berserah diri pada Allah, atau menganut Islam. Kata dasarnya ialah Salima , berarti : sejahtera, tidak tercela, tidak bercacat. ‘Islam’ adalah agama yang diturunksn oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah, dengan dirinya dan dengan sesamanya.
Arsitektur Islam adalah : •
menurut Ir. Ahmad Noe’man, Arsitektur Islam adalah : Gagasan – gagasan serta karya Arsitektur yang sesuai dengan pandangan islam tentang Arsitektur.
•
Pendapat seorang arsitek, Ir. Adhi Mursied mengatakan Arsitektur Islam adalah: hasil karya individu muslim maupun masyarakat muslim, untuk kepentingan hidup mereka agar dapat melaksanakan ibadah dengan sebaik-baiknya, sehingga esensi dasar dari sebuah arsitektur yang islami, adalah adanya pemanfaatan bagi ummatnya.( pendapat ini dibantah oleh Prof. Ir. Nawawiy Loebis, bahwasanya bukan merupakan hasil karya individu muslim saja akan tetapi hasil karya
8 9
Bouwkundige Encycclopedi Van Romondt
Universitas Sumatera Utara
nonmuslim juga ini trbukti dengan dibangunnya sebuah masjid di Roma dengan arsiteknya dari nonmuslim, red.) Asal mula pertumbuhan Arsitektur Islam terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW dan Khulafa Ar-Rasyidin. Pada awalnya Arsitektur Islam itu sebagaimana terlihat pada Masjid, yang bukanlah bangunan megah seperti yang tampil pada masa kejayaannya, melainkan sederhana dan bersahaja. Pada masa perkembangan selanjutnya, selain perkembangan arsitektur Masjid yang dimulai dari bentuk yang sederhana sampai perkembangannya menjadi beraneka ragam dalam bentuk serta coraknya, seperti penambahan kelengkapan bangunan Masjid dengan menara 10, bentuk Masjid yang semula beratap rata sampai mengembang ke arah lengkung (konstruksi lengkung) dan kubah yang kemudian pada saat ini, bentuk tersebut selalu dihubungkan dengan cirri simbolis yang khas bangunan Islam dan kadang-kadang dilengkapi dengan bentuk relief (ornament kaligrafi). Arsitektur dalam Islam adalah bagian dari satu proses penterjemahan pesanpesan Ilahi ke dalam konteks kehidupan dunia, yang selalu membuka diri terhadap perkembangan, sejauh mana masih berkesesuaian denga ajaran Islam. Proses penterjemahan atau transformasi yang cenderung dipandang sebagai proses ijtihad, dimana ijtihad merupakan proses berfikir untuk menterjemahkan konsep-konsep ajaran Islam dalam kehidupan. Oleh karena itu proses perencanaaan dan perancangan pada proyek ini memerlukan suatu pemikiran tersendiri dalam mengintegarsikan nilainilai ajaran Islam ke dalam bangunan.
b. Pengertian Sub Tema Pengetian “Penerapan Bentuk-bentuk Geometris Dalam Arsitektur Islam”. • Penerapan Pemakaian, pelaksanaan, pengamalan 11 • Bentuk-bentuk Wujud; karakter yang khas. 12 • Geometris Beraturan, seimbang, tepat sisi, simetris 13 10
Y.B. Mangun Wijaya, 1992, Pengantar ke Ilmu Budaya dan Bentuk Arsitektur, Sendi-sendi Filsafatnya. Poerwadaminta. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta 12 Poerwadaminta. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. 11
Universitas Sumatera Utara
• Dalam Di, pada 14 • Arsitektur Islam Gagasan serta karya arsitektur yang sesuai dengan pandangan Islam. Penerapan Bentuk-bentuk Geometris Dalam Arsitektur Islam terhadap proyek Pengembangan “Pusat kajian Islam Ilmiah” Ahlussunnah wal Jama’ah Medan, maksudnya adalah pemakaian/pentransformasian wujud (karakter) yang baraturan (seimbang) yang terdapat dalam Arsitektur Islam pada proyek Pengembangan “Pusat kajian Islam Ilmiah” Ahlussunnah wal Jama’ah Medan yang akan dibangun.
3.2.2. Interpretasi Tema a. Interpretasi Tema : Arsitektur Islam Dari rumusan tema yang diuraikan untuk mendukung perancangan pada proyek ini, maka perlu adanya tafsiran lebih lanjut. Hal ini di maksudkan untuk mendekatkan semua pendapat dan mencari benang merah yang dapat lebih jelas mengarahkan pada proses disain arsitektur. Bentuk aplikasi tema terhadap fisik bangunan di terapkan pada perancangan lingkungan binaan Pengembangan “Pusat kajian Islam Ilmiah” Ahlussunnah wal Jama’ah Medan, dengan pendekatan-perndekatan sebagai berikut: a. Pendekatan Privasi Al-Qur’an menyerukan agar seorang muslim menghormati privasi pihak lain. Pada Qur’an surat Al-Ahzab:53, dikatakan :
13
Poerwadaminta. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta
14
Poerwadaminta. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta
Universitas Sumatera Utara
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah- rumah nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang Maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu nabi lalu nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri- isteri Nabi), Maka mintalah dari belakang tabir. cara yang demikian itu lebih Suci bagi hatimu dan hati mereka. dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri-isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah.”
Ayat ini menjadi dasar bagi pelaksanaan interaksi antara perempuan dan laki-laki dalam Islam. Pada konteks arsitektur,ini dapat disampaikan dengan menjaga dan memperhatikan system hirarki ruang berdsasarkan sifat keprivasiannya dan mengembangkan bufer-bufer pada sekat-sekat ruang
b. Hubungan Keterkaitan Islam mengarahkan muslim untuk menjaga hubungan baik kepada sesama manusia lewat silaturahmi. hal nini terdapat pada surat Al-Mumtahanah:8
Universitas Sumatera Utara
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu Karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
Dalam kaitannya dengan pesan tersebut, maka arsitektur mewadahi kegiatan silaturahmi dalam ruang-ruang public yang kondusif untuk terjadinya suatu interaksi sosial yang Islami.
c. Sikap Terhadap Masyarakat Sekitar Sebagai bagian dari masyarakat seorang muslim mempunyai hak-hak atas apa yang diusahakannya, termasuk harta. Secara eksplisit Al-Qur’an mengatakan pada surat Asy Syu’araa:183
“Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan”
Arsitektur mengambil sikap kontekstual terhadap lingkungan setempat sebagai salah satu cara menangkap pesan ini. Secar arsitektural hal ini dapat dilihat dengan membangun sarana yang sifatnya menghormati kepentingan dan kebutuhan masyarakat sekitar. Ruang luar dan ruang public di rancang dengan akses terhadap kebutuhan masyarakat
d. Sikap Terhadap Lingkungan Alam Pada surat Huud: 85 Allah berpesan:
Universitas Sumatera Utara
“ Dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.”
Alam yang alami sering menyentuh kepekaan manusia akan kebesaraan sang pencipta. Dengan begitu, alam adalah sarana bagi kita untuk bertafakur dan mensyukuri nikmat-nya. Di Indonesia yang beriklim tropis, kesempatan untuk mengekspos efek-efek yang dihadirkan oleh iklim sangatlah besar. Lewat suatu sikap yang bersahabat terhadap alam banyak sekali peluang arsitektural yang dapat di rancang lewat penyesuaian iklim, kondisi lahan, dan menghadirkan unsur alam seperti cahaya, air, kekayaan tekstur, dan lain-lain.
e. Nilai Estetika Islam menempatkan keindahan sebagai suatu hal yang sangat penting. Keindahan yang tercipta pada dasarnya adalah sarana untuk beribadah hanya kepada Allah. Banyak bangunan yang bertemakan keislaman menjadikan seni kaligrafi sebagai pilihan ornamentasi. Selain itu bentuk geometri dasar teraplikasikan dalam bentuk gubahan masa yang sederhana dan konfigurasi kerangka bukaan. Selain itu juga dalam konteks arsitekstur, ini di aplikasikan pada perancangan yang menampilkan keindahan bentuk, kelogisan system ruang, serta kejelasan system sirkulasi, namun tidak berlebihan.
f. Keteraturan Selama seorang muslim hidup selama itu pula ia mengasah akalnya dengan berbaai macam hikmah. Fenomena-fenomena hukum alam yang selalu di jumpainya adalah bekal yang sangat kaya. Ketika bersikap dalam arsitekturpun sesungguhnya wujud perancangan hanyalah cara kita menafsirkan hukum alam. Sikap ini di temui dalam bentuk denah mesjid yang persegi sebagai refleksi dari ruang yang diperlukan untuk proses ritual ibadah serta berorientasi kekekiblat. Bisa juga kita jumpai pada pilihan struktur atap miring di daerah tropis yang curah hujannya tinggi. Dan penempatan bukaan yang tepat untuk mengurangi beban energy listrik yang di keluarkan dalam penerangan atau pengkondisian udara.
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan Islam beradaptasi dengan unsur budaya setempat telah mengakar dengan segala keragaman (budaya Hindu dan Budha) yang telah dianut, dimiliki serta diresapi. Justru peradaban setempatlah yang mewujudkan bentuk dan rupanya. Di dalam ajaran Islam tidak mengatur adanya symbol-simbol atau bentuk yang memberikan ciri khas tertentu, dimana Islam tidak memberikan suatu standarisasi atas bentuk-bentuk arsitektur. Ungkapan fisik merupakan sebuah pemmikiran yang memberikan andil dalam arsitektur serta memberikan manfaat bagi umat manusia. Islam adalah sebuah agama yang dipeluk oleh sebuah masyarakat yang majemuk, hal inilah yang membuat agama islam menjadi amat kaya dengan berbagai interpretasi dan konsepsi ruang yang berbeda-beda. Juga perlu diketahui bahwa kemajemukan inilah yang menjadi kekuatan dan kekayaan Islam (DR. Nasir Tamara). Dengan demikian perwujudan bentuk dari Arsitektur Islam dengan memperhatikan beberapa perumusan 15 adalah sebagai berikut : 1. Bahwa upaya mencari “konsepsi Arsitektur Islami” dapat dicapai dengan jalan menggali dari sumber dasarnya, yakni Al-Qur’an dan Hadist. 2. Beberapa batasan tentang Arsitektur Islam adalah sebagai berikut : • Sebagai produk dunia Islam pada zamannya • Arsitektur yang mengatur tatanan dan nilai jiwa (spirit) Islam 3. Islam tidak pernah memberikan nilai yang “negatif” terhadap perkembangan arsitektur pada umumnya. Arsitektur Islam terwujud dengan harapan agar nilai tersebut orang dapat lebih meningkatkan nilai hidupnya sebagai hamba Allah yang taqwa. Peranan Arsitektur Islam 16 Berbicara arsitektur Islam, orang sering teringat pada bangunan-bangunan peninggalan sejarah keemasan Islam, dari ujung Barat (Cordoba di Spanyol) melewati Istanbul di Turki, Samarkand di Asia Tengah, hingga ke ujung timur seperti di Ternate di Indonesia.
15 16
Diskusi Islami KMTA UGM “Mencari Konsepsi Arsitektur Islami”, Yogyakarta, 1982 Amhar, Fahmi., dr., Ing.,
Universitas Sumatera Utara
Yang sering menjadi titik perhatian adalah bangunan seperti masjid atau yang serupa (Masjid Cordoba, Aya Sofia, Masjid Sultan Ahmet), namun juga sekolah (Al-Azhar) dan istana (Topkapi Palace). Dalam era modern, arsitektur Islam diasosiasikan dengan arsitektur gaya timur tengah lengkap dengan lengkung-lengkung bak sebuah masjid dan hiasan kaligrafi di sekujur dinding. Namun bila kita cermati, apa yang menonjol di atas belum memberikan secara lengkap makna di balik istilah “arsitektur Islam” – yang semestinya adalah suatu rancang bangunan yang didasari oleh aqidah Islam dan memenuhi norma-norma dalam syari’at Islam. Ini berarti, tujuan dibuatnya bangunan itu adalah comply atau sesuai dengan tujuan syari’ah atau maqashidus syari’ah, yakni: melindungi jiwa, harta, keturunan, agama, akal, kehormatan, keamanan, dan Negara. 1. Arsitektur yang melindungi Jiwa Suatu bangunan harus mampu melindungi seseorang dari berbagai potensi yang mengancam jiwa, seperti: - ancaman cuaca, termasuk banjir; artinya arsitektur suatu rumah dapat disebut islami bila penghuninya bisa merasa tenang tidak akan kebanjiran tiba-tiba tatkala mereka tidur nyenyak. Kekuatan atap dan saluran air hujan cukup untuk menghadapi hujan terlebat. Dan idealnya rumah tersebut memang di lokasi bebas banjir. Namun manakala lokasi itu memang rawan banjir, maka harus dipikirkan mekanisme teknis untuk menangkalnya – misalnya dengan rumah panggung, rumah ponton, atau rumah yang dilengkapi pompa otomatis. - bencana alam seperti gempa dan tsunami; hampir sama dengan ancaman cuaca, artinya konstruksi rumah tersebut harus dibuat tahan gempa dan tsunami. - risiko kebakaran; artinya bangunan itu dibuat dengan bahan-bahan tahan api, atau dengan alat-alat pendeteksi dini kebakaran, pemadam api otomatis atau jaringan listrik yang bebas overload dan berrisiko hubungan pendek yang memicu kebakaran.
Universitas Sumatera Utara
- ancaman hama dan binatang buas; ini artinya desain rumah itu sedemikian rupa sehingga tidak perlu ada binatang tak diundang masuk dan berrisiko kesehatan, mulai dari srigala, ular, tikus hingga ke lalat atau nyamuk. Untuk yang terakhir ini bisa menggunakan jaring kasa atau tanaman spesial yang mampu menghalau serangga. - ancaman polusi, baik yang berasal dari luar maupun dalam; artinya polusi udara dari luar tidak masuk ke dalam, dan pada saat yang sama udara kotor di dalam (terutama dari dapur) dapat berganti dengan udara segar – perlu sistem ventilasi yang baik, yang sewaktu-waktu dibutuhkan dapat dibuka-tutup dengan cepat. Sementara itu bahan-bahan yang digunakan dalam konstruksi (termasuk cat) juga harus yang ramah lingkungan dan ramah kesehatan. Pendek kata arsitektur di sini berupaya agar bangunan benar-benar aman dan sehat. 2. Arsitektur yang melindungi Harta Suatu bangunan harus mampu melindungi harta penghuninya, baik langsung maupun tak langsung. Melindungi langsung telah jelas, yakni tidak memberi kesempatan tanga jahil untuk usil; sedang tak langsung artinya bangunan itu dirancang sedermikian rupa sehingga hemat dalam pemanfaatan dan pemeliharaannya. Dia hemat energi, karena letak ruangruangnya juga optimal dalam mendukung fungsi bangunan, serta optimal menggunakan cahaya alam atau udara segar, tak perlu banyak lampu atau AC. Kalaupun menggunakan lampu listrik atau AC akan dipilih yang hemat energi. 3. Arsitektur yang melindungi Kehormatan Suatu bangunan harus memiliki tempat privacy, di mana berlaku syari’at yang berbeda dengan tempat yang mudah diakses (dilihat / dimasuki) publik. Pada tempat inilah wanita tidak wajib mengenakan jilbab atau kerudung. Dengan demikian kehormatan mereka terjaga. Artinya keberadaan pagar, dinding luar atau bentuk dan jenis jendela menjadi penting. Pada ruang privat inipun, ada kamar yang terpisah antara suami istri dengan anakanaknya, dan antara anak laki-laki dengan anak perempuan, sehingga masing-masing dapat tumbuh normal sesuai syari’at tentang ijtima’. Ada pula ruang untuk menampung tamu atau
Universitas Sumatera Utara
anggota keluarga yang boleh aurat wanita lain di dalam rumah itu. Pada rumah yang cukup besar, pemisahan ini bisa sampai pada ruang rekreasi dalam rumah, misalnya kolam renang. Pada masa lalu – di istana para bangsawan, daerah para wanita ini sering disebut “harem” – yang arti sesungguhnya adalah kawasan yang tidak boleh dimasuki sesuka hati oleh lelaki yang bukan mahram. 4. Arsitektur yang melindungi Keturunan Terkait dengan di arsitektur yang melindungi kehormatan adalah arsitektur yang melindungi keturunan. Anak-anak harus dapat dibesarkan secara islami dan sehat dalam rumah itu.
Ada ruang yang cukup agar anak-anak dapat bermain, berkreasi dan
mengembangkan seluruh potensinya, baik kognitif, afektif maupun psikomotoriknya. Pada area yang cukup luas, perlu untuk membuatkan semacam ruang anak (Kidsroom) tempat dia berlatih seperti melukis, bernyanyi, menari, olahraga, komputer, eksperimen sains dan sebagainya. Setidaknya setiap anak mendapat tempat belajar yang nyaman dan kondusif. Selain itu, harus dirancang sedemikian rupa sehingga kemungkinan kecelakaan di dalam rumah karena terguling di tangga atau terbentur sudut runcing dapat dihindari. 5. Arsitektur yang melindungi Agama Agama adalah hal yang terpenting untuk diwariskan pada anak. Ini artinya kehidupan religius harus benar-benar ada di rumah. Jangan jadikan rumahmu kuburan – kata Nabi – dirikan sholatlah sunat di rumah. Secara arsitektoris sebaiknya ada tempat khusus untuk taqarrub (ritual agama), seperti tempat meditasi, yaitu mushola berikut tempat wudhunya. Mushola ini bisa untuk sholat berjama’ah, taddarus atau diskusi agama. Di dalam mushola pula bisa ditaruh perpustakaan buku-buku agama. Bahkan bila mushola ini cukup besar bisa untuk aktivitias pengajian bersama tetangga. Selain ruang khusus seperti ini, suasana di rumah juga bisa dibuat lebih melindungi agama dengan menaruh kaligrafi atau pesan-pesan moral.
Universitas Sumatera Utara
6. Arsitektur yang melindungi Akal Setelah arsitektur menguatkan sisi nafsiyah dengan suasana religus, maka fungsi rumah perlu untuk juga menguatkan akal. Jadilah rumah yang cerdas dan mencerdaskan. Mirip dengan fungsi sebelumnya, di sini perlu ada ruang untuk mengembangkan diri dan meningkatkan ilmu di mana orang merasa nyaman belajar atau meningkatkan wawasannya. Hal itu bisa berupa ruang multimedia (ada TV, internet, …) atau perpustakaan, atau sekedar ruang baca dan belajar. Suasana belajarpun perlu dipupuk dengan memasang hiasan-hiasan dinding yang merangsang berpikir. 7. Arsitektur yang melindungi Keamanan Secara umum sebuah bangunan harus mampu memberikan rasa aman, baik dari yang mengancam jiwa, harta, kehormatan, keturunan agama, maupun akal. Karena itu perlu ada beberapa konsep keamanan yang harus dipikirkan. Pada umumnya konsep yang telah banyak dimengerti adalah keamanan jiwa dan harta. Namun kalau hanya konsep ini saja yang diterapkan, maka rumah akan menjadi benteng. Amannya hanya dari gangguan eksternal. Sebaiknya memang konsep ini mengintegrasikan juga yang lain. Rumah jadi aman luar dalam. Di dalam tidak ada resiko pada kehormatan, keturunan, agama maupun akal. 8. Arsitektur yang melindungi Negara Melindungi negara harus dibangun dari bawah., dari kerukunan antar tetangga. Mereka satu sama lain akan saling melindungi. Ini artinya, arsitektur harus sedemikian rupa sehingga tidak mengisolir rumah dari tetangganya. Justru seharusnya, arsitektur membuat antar tetangga bisa akrab, saling menyayangi sehingga timbul ukhuwah. Fungsi ini harus bisa terpenuhi tanpa berbenturan dengan fungsi lainnya (misalnya fungsi melindungi kehormatan).
Universitas Sumatera Utara
AGAMA ISLAM Sumber: Tuhan Sifat: Tidak nyata
Konsep dasar 1. Al-Qur’an 2. Al-Hadiist 3. Ijma’ sahabat 4. Qiyas
Kebudayaan Sumber: manusia Sifat: nyata
ARSITEKTUR
HABLU MINALLAH
HABLU MINANNAS
APLIKASI PADA BENTUK DASAR FISIK BANGUNAN - Sruktur - Ruang - Ornamen
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISA 4.1. ANALISA FISIK 4.1.1. Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan
A. Analisa Lokasi Tapak dalam Skala Kota dan Region
SITE
Gambar.13 Lokasi tapak dalam skala kota dan region Sumber ; Hasil Olah Data Primer
Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar (265,10 Km 2 ) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter diatas permukaan laut.
Universitas Sumatera Utara
B. Program Ruang 1. Ruang Majlis Ta’lim Diasumsikan jumlah pengunjung maksimal 3000 orang. Berdasarkan kepmen PU No. 378 Untuk luasan lantai bruto tiap jama’ah 1,2 m2. 3000x1,2=6000m2. Ruang majlis ta’lim ini adalah fungsi lain dari masjid.
2. Ruang Masyaikh Masyaikh adalah para ulama yang membimbing sekaligus membina para jama’ah ketika berada di majlis ta’lim maupun di luar majlis ta’lim. Diasumsikan jumlah ulama yang membimbing adalah sebanyak 8 orang berdasakan keilmuan di sebuah bidang agama. Bidang fiqih 3 x 36 m2= 108 m2 Bidang mustholah hadits 3 x 36 m2 = 108 m2 Bidang tahfidz al qur-an 2 x 36 m2= 72 m2 R. Tamu 36 m2
K. Mandi 3 x 1,2 m2 = 36 m2 Sirkuliasi 20 %
3. Ruang Asatidz Asatidz adalah para ustadz yang mendapat bimbingan untuk mengajarkan para thullabul ‘ilmi jika para masyaikh berhalangan untuk mengisi majlis ta’lim. Dialihfungsikan sebagai ruang rapat dan membahas ilmu-ilmu agama. Diasumsikan jumlah para ustadz sebanyak 30 orang. 30 x 16 m2 = 480 m2 K. Mandi 3 x 1 m2 = 3 m2 R. Tamu 36 m2 Srkulasi 20%
4. Tempat tinggal Masyaikh Tempat tinggal masyaikh adalah sebuah rumah tinggal pribadi bersama keluarganya. 8 x 100 m2 = 800 m2
Universitas Sumatera Utara
5. Tempat tinggal asatidz Tempat tinggal asatidz adalah sebuah rumah tinggal pribadi bersama keluargnya. 30 x 60 m2 = 1800 m2
6. Tempat tinggal thullabul ‘ilmiy (para penuntut ilmu) yang berasal dari jauh Tempat tinggal yang disewakan bagi para penuntut ilmu yang sudah berkeluarga. Diasumsikan dihuni sebanyak 200 kepala keluarga. 200 x 36 m2 = 9000 m2
7. Tempat tinggal yang belum berkeluarga adalah ebuah pemondokan. Diasumsikan sebanyak 1500 orang. 1500 x 6 m2 = 9000 m2
8. Ruang Akhwat Kapasitas 1000 orang Hall (0,6 – 0,9 m2/orang)
= 350 m2
Lobby (0,1 – 0,5 m2/orang) = 200 m2 Gudang
= 30 m2
Sirkulasi 30%
= 143 m2
9. Aula Kapasitas 2000 orang Hall (0,6 – 0,9 m2/ orang)
= 350 m2
Lobby (0,1 – 0,5 m2/orang ) = 200 m2 Gudang
= 30 m2
Irkulasi 30%
= 143 m2
10. Tempat wudhu’ Tempat wudhu’ ikhwan adalah sebuah bak besar berukuran 600 m2. Tempat wudhu’ akhwat adalah sebuah bak berukuran 600 m2. Wc dan kamar mandi ikhwan diasumsikan sebanyak 20 orang. 20 x 1 = 20 m2 Sirkulasi 20%
Universitas Sumatera Utara
Wc dan kamar mandi akhwat diasumsikan sebanyak 20 orang 20 x 1 = 20 m2 Sirkulasi 20 %
11. Ruang tasjilat (audio rekaman) Digunakan untuk merekam kajian-kajian yang berlangsung = 20 m2
12. Perpustakaan umum Perpustakaan bersikan kitab-kitab kuning ( bahasa Arab tanpa baris). Diasumsikan sebanyak 800 pengunjung. 800 x 1,5 m2 = 1200 m2 Sirkulasi 30 %
13. Fasilitas penunjang Dapur umum
= 20 m2
Gudang
= 6 m2
Telepon umum = 12 m2 Warnet
= 12 m2
Poliklinik
= 50 m2
4.1.2. TEMA 1. Ajuan Tema Tema yang sesuai untuk proyek ini adalah Arsitektur Islam.
2. Elaborasi Tema Arsitektur Islam, dari kata penyusunannya dapat diurikan sbagai berikut: 1. Arsitektur •
Ilmu dan seni merancang bangunan, kumpulan bangunan, serta struktur yang fungsional. (pesantren online)
•
Arsitektur merupakan lingkungan buatan yang tidak hanya menjembatani antara manusia dan lingkungan total, melainkan sekaligus merupakan wahana ekspresi cultural, untuk menata kehidupan jasmaniah, psikologis dan social manusia. (Arsitektur, Manusia, dan Pengamatannya).
Universitas Sumatera Utara
2. Islam •
Pasrah; patuh; tunduk; menyerah. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Purwadaminta, Balai Pustaka, Jakarta, 1996)
•
Kepercayaan/agama yang dianut oleh orang muslim. (firman Allah:” Hari ini Aku sempurnakan agamamu dan Aku lengkapkan nikmat-Ku padamu dan rela Islam itu sebagai agamamu. (QS. Ali Imran:110) Islam dapat juga berarti sebagai suatu pedoman hidup (kepercayaan) yang dianut oleh para kaum muslimin dengan pernyataan Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa dan Muhammad adalah utusanNya dan tunduk patuh pada perintah Allah.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Arsitektur Islam adalah: •
Arsitektur Islam merupakan hasil karya seni individu maupun masyarakat muslim, untuk kepentingan hidup mereka aar dapat melaksanakan ibadah dengan sebaikbaiknya, sehingga esensi dasar dari sebuah arsitektur yang Islami adalah pemanfaatan bagi umatnya (Ir. Adhi Murseid)
•
Arsitektur Islam adalah gagasan-gagasan dan karya-karya arsitektur yang sesuai dengan pandangan Islam tentang arsitektur. (Ir. Ahmad Noeman, IAI).
•
Arsitektur Islam adalah suatu ilmu dan sni merancanga bangunan atau sekumpulan bangunan fungsional, akomodatif terhadap manusia, yang diranang berdasarkan kaidah estetika Islam, suatu kaidah yang bertolak dari pengakuan akan keesaan Allah Subhanahu wa ta’ala.
3. Studi Banding Tema Sejenis 1. Pondok Pesantren Pabedan Magelang Secara tata letak, pesantren ini juga merupakan wilayah / kampung penduduk sekitar. Lingkungan pondok dan lingkungan masyarakat merupakan satu kesatuan. Mereka menyebutnya benteng hidup. Prinsip penataan lingkungan seperti ini sudah sejak lama diterapkan. Filosofi religi yang berdasarkan ayat-ayat suci al-Qur’an, dalam hal ini surat alAlaq yang artinya “bacalah” diterapkan pada olah penataan massa bangunan yang dimulai dari perpustakaan pada bagian Timur pesantren, kemudian halaman dan masjid pada tengah areal dan diakhiri pada wilayah yang paling Barat yakni perkuburan. Hirarki ini menyratkan sebuah perjalanan hidup manusia sejak diciptakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dari lahir,
Universitas Sumatera Utara
besar dan berbaur dengan masyarakat luas, membaca dan menghormati proses hidup yang sesuai dengan prinsip dan nilai islami, hingga sampai titik ajal menjemput. Zoning micro membagim jelas antara wilayah santri putri dan santri putra, mengutamakan wilayah suci dan privacy. Termasuk dalam sistem belajar mengajar, pembagian rang belajar dibedakan sesuai dengan mahromnya (jenis kelamin). Gedung belajar putri bagian Selatan dan gedung belajar putra pada bagian Utara. Seluruh massa bangunan juga diorientasikan membujur ke arah kiblat. Dengan harapan secara hakkat dapat selalu mengingat dan mempengaruhi secara psikologis kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kesemuanya juga merupakan penghargaan terhadap wajah kawasan dan tetap mempertahankan image desa yang asri. Pesantren ini terletak di sebuah desa bernama Mungkid di Kecamatan Muntilan, 12 Km Selatan Kabupaten Magelang. Di seputaran tahun 70-an, tanpa dinyana, mendapat sebuah penghargaan Internasional di bidang Arsitektur, Aga Khan Award for Architecture – The First Award Cycle, 1978 – 1980. bernama sama dengan desa keberadaannya, secara arsitektural sejujurnya pondok pesantren Pabelan bisa dibilang terlalu sederhana. Namun yang menjadi pokok perhatian para juri dari berbagai negara tersebut adalah bagaimana keberadaan produk arsitektural tersebut mampu mempengaruhi dan mengangkat harkat lingkungannya.
2. Gedung Sekolah al-Azhar Syifa Budi, Bandung Lahan di kompleks sekolah al-Azhar ini memiliki topografi unik, berupa bukit berbentuk “jazirah”dengan sungai di sebelah Barat dan jalan raya d sebelah Tenggara. Site plan ini lahir dari menyingkap “genius loci” (jiwa dari lahan) yang khas ini. Dari jalan raya, ujung lahan tampak seperti ujung “jazirah” dan diujung itu ditempatkan minaret (menara). Minaret menjadi landmark atau “mercu suar” sekaligus mercu “siar” bagi lingkungan. Tetapi minaret dirancang dengan bersahaja, idak menonjolkan diri, melainkan seperti tonggak (tungkul) yang tumbuh wajar di ujung semenanjung. Minaret di-“tanam” ke tanah dengan ruang serba guna sebagai dasarnya. Dari jalan, ruang iniseperti terbenam dalam tanah. Namun dari dalam kompleks, ia berada satu level dengan halaman. Dua sumbu utama menjadi “pengatur” susunan massa. Minaret adalah fokus dari sumbu yang satu, dimana suatu “mall” (atau pelataran pajang) menjadi sirkulasi utama yang menghubungkan TK, SD, SMP, SMA, Mesjid, dan Ruang Serba Guna. Di ujung yang lain dari sumbu ini terdapat menara air. Kedua “menara” ini menjadi tanda dari dua dimensi, ukhrowi (akhirat) dan duniawi. Sumbu yang lain adalah arah kiblat. Sirkulasi pada sumbu
Universitas Sumatera Utara
kiblat ini membawa kita dari gerbang masuk, lalu turun di tangga-tangga, dan berujung pada sebuah amphiteatre dengan sungai di belakangnya. Massa bangunan dirancang terintegrasi dengan landscape yang berkontur. Bangunan kelas-kelas dengan variasi lantai(2 sampai 4 lantai) mengikuti kontur yang melandai ke arah sungai Cisudimampir. Makin rendah tanahnya, makin banyak jumlah lantainya. Zona sekolah membentuk ruang terbukayang menghadap ke sungai yang juga erupakan arah kiblat. Dengan demikian, susunan bangku dalam kelas juga menghadap kiblat. Orientasi demikian sekaligus membatasi sinar matahari. Karena dibangun dalam iklim institusi yang bernafaskan Islam, masjid di letakkan pada hierarki tertinggi.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KONSEP 5.1. Konsep Perencanaan Tapak
Gbr. 12 Konsep Perencanaan Tapak
Site asli
Site Pengembangan
Site asli adalah sebuah Yayasan yang mengelola pondok pesantren. Karena mengadakan kajian islam terbuka untuk umum dan satu-satunya pondok pesantren yang melakukan seperti itu di kota Medan, maka site ini diberi nama pusat kajian islam ilmiah. Site di area pengembangan adalah area lahan kosong tanpa ada rumah penduduk di sekitarnya. Site yang lama akan dijadikan kompleks akhwat, sedangkan pengembangannya dijadikan kompleks ikhwan.
5.2. Konsep Massa Bangunan Konsep massa bangunan untuk Pusat kajian Islamnya adalah sederhana dan monumentalis. Terlihat dari 4 buah menara yang mengikat bangunan utamanya di tengah.
Universitas Sumatera Utara
Gbr. 12 Konsep Massa Bangunan
Menara sebagai simbol monumentalis dan sebagai sarana syiar Islam
Bangunan utama
5.3. Konsep Surgawi sebagai Simbol Asas Tujuan Umat Islam Konsep surgawi di mana air, taman berada dalam satu perencanaan konsep kesatuan imajinasi dalam desain ini.
Gbr. 13 Konsep Surgawi diimajinasikan dalam bentuk taman dan air
Universitas Sumatera Utara
BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1. Gambar Arsitektural
Gbr. 15 Denah, Tampak Masjid yang lama kemudian dialihfungsikan menjadi perpustakaan akhwat
Gbr. 16 Potongan masjid lama dan pondok
Universitas Sumatera Utara
Gbr. 17 Potongan dan tampak pondok
Gbr. 18 Site plan
Universitas Sumatera Utara