Pengembangan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
BAB III TINJAUAN TEMA “INSERTION” 3.1 LATAR BELAKANG Perkembangan kota ditandai dengan makin pesatnya pembangunan fisik berupa bangunanbangunan baru di pusat kota. Bangunan-bangunan baru tersebut dibangun di lahan yang dekat atau satu kompleks dengan bangunan cagar budaya atau biasa disebut bangunan heritage. Bangunan-bangunan heritage ini harus di pelihara keberadaannya karena menyimpan sejarah dalam perkembangan kota secara tidak langsung untuk pembelajaran terhadap generasi muda. Pengertian bangunan heritage di setiap negara bervariasi, sesuai peraturannya masing-masing. Banyak yang mengenal bangunan heritage sebagai bangunan yang memiliki umur lebih dari 50 tahun dan harus dilestarikan. Pelestarian ini dapat berupa perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan vitalitas fungsi dalam bangunan heritage tanpa merobohkan semua. 3.1.1
DEFINISI Insertion adalah upaya menghadirkan sebuah bangunan baru dengan cara menyisipkan
ke dalam satu kompleks pada area bangunan eksisting. 3.1.2
LANGKAH-LANGKAH UNTUK MELAKUKAN INSERTION Bangunan baru harus diperkuat dan meningkatkan karakter lingkungan dengan memelihara pola-pola visual setempat.
Beberapa elemen visual sekitar yang harus
diperhatikan dalam menyisipkan sebuah bangunan baru di dalamnya dapat dipilah menjadi dua bagian elemen inti : 1. Proporsi fasad yang di dalamnya membahas : a) Proporsi bukaan, lokasi pintu masuk, ukuran pintu, jendela yang mengatur artikulasi rasio solid void pada dinding. b) Bahan bangunan permukaan material dan tekstur untuk menghasilkan motif bayangan. c) Warna. 2. Komposisi massa bangunan yang didalamnya membahas : a) Tinggi bangunan untuk menciptakan skala yang tepat dengan bangunan sekitar dan skala manusia. b) Garis sempadan bangunan depan dan samping yang mengatur jarak kemunduran bangunan dari jalan dan bangunan eksisting. c) Komposisi bentuk massa bangunan. 3. Lain-lain : Langgam arsitektural dan penataan landscape.
18 Monica Febriana [ 41207010007 ]
Pengembangan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
3.2 PENDEKATAN DESAIN Dari derajat laras kontras tersebut, Norman Tyler dalam bukunya Historic Preservation, membedahnya lagi ke dalam 4 pendekatan desain, yaitu : A. Matching No. Elemen-elemen visual Matching 1. Elemen Fasad a. Proporsi bukaan b. Bahan bangunan c. Warna
Kriteria Perancangan Matching Elemen & hubungan fasad sama dengan bangunan eksisting Ornamen sama tanpa menyederhanakannya Bahan bangunan yang sama Motif fasad sama Warna yang mirip atau sama
2. Massa Bangunan a. Tinggi bangunan b. Garis sempadan bangunan c. Bentuk massa
Contoh Bangunan
Ketinggian bangunan sama Menyesuaikan dengan bangunan eksisting sekitarnya Bentukan figure ground yang sama dengan bangunan sekitar
TABEL 3.1 : Matching
GAMBAR 3.1 : Hotel Ibis Surabaya, Karya Konsultan Arkonin
B. Contrasting No. Elemen-elemen visual Contrasting 1. Elemen Fasad
Kriteria Perancangan Contrasting
a. Proporsi bukaan
Tidak Menggunakan ornamen fasad bangunan lama
b. Bahan bangunan
Bahan bangunan yang baru dan berbeda dengan bangunan sekitarnya
c. Warna
Warna berbeda atau kontras dengan sekitar
Massa Bangunan 2.
a. Tinggi bangunan b. Garis sempadan bangunan c. Bentuk massa
Ketinggian bangunan lebih tinggi atau lebih rendah 50%-70% dengan bangunan eksisting Tidak menyesuaikan dengan bangunan eksisting sekitarnya Bentukan massa yang abstrak dan bentukan figure ground baru yang berbeda dengan bangunan sekitar
TABEL 3.2 : Contrasting
Contoh Bangunan
GAMBAR 3.2 : Le Fresnoy, Karya Bernard Tschumi
19 Monica Febriana [ 41207010007 ]
Pengembangan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
C. Compatible laras No. 1.
Elemen-elemen visual Compatible Laras Elemen Fasad a. Proporsi bukaan b. Bahan bangunan c. Warna
Kriteria Perancangan Compatible Laras
Elemen dan hubungan fasad yang mirip misal mengulang ritme ketinggalan jendela dan pintu Menggunakan bahan bangunan dan motif fasad sama dengan meminimalkannya Menggunakan warna senada
Massa Bangunan 2.
a. Tinggi bangunan b. Garis sempadan bangunan c. Bentuk massa
Menyesuaikan dengan ketinggian rata-rata Degradasi bangunan sama dengan bangunan eksisting sekitarnya Bentukan figure ground sama dengan bangunan sekitar
TABEL 3.3 : Compatible Laras
Contoh Bangunan
GAMBAR 3.3 British Museum, Karya Norman Foster
D. Compatible kontras No. 1.
Elemen-elemen visual Compatible Kontras Elemen Fasad a. Proporsi bukaan b. Bahan bangunan c. Warna
Kriteria Perancangan Compatible Kontras
Menggunakan elemen dan hubungan fasad yang berbeda Menggunakan bahan bangunan yang berbeda dengan bangunan sekitar namun motif fasad sama dengan menyederhanakannya Warna yang kontras
Massa Bangunan 2.
a. Tinggi bangunan b. Garis sempadan bangunan c. Bentuk massa
Ketinggian bangunan tidak lebih tinggi Menyesuaikan dengan bangunan eksisting sekitarnya Menggunakan bentukan figure ground yang mirip dengan bangunan sekitar
TABEL 3.4 : Compatible Kontras
Contoh Bangunan
GAMBAR 3.4 : Library at Waterford
Kesimpulan
:
Dari elemen-elemn visual diatas dapat di simpulkan kriterian perancangan yang sesuai dengan proyek adalah Elemen visual Contrasting. Dari segi elemen fasad dan massa bangunan sesuai untuk meningkatkan kualitas bangunan di Komplek Perpustakaan Nasional. 20 Monica Febriana [ 41207010007 ]
Pengembangan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
3.3 RUMUSAN-RUMUSAN 1. Bangunan baru vs bangunan eksisting. Bangunan baru dengan bangunan eksisting dapat diletakkan :
Separate (berpisah dengan penghubung)
By Side (berdempetan / menempel)
In Side (menjadi satu kesatuan)
Insertion
SEPARATE
BY SIDE
IN SIDE
1’
2’
3’
1”
2”
3”
1”’
2”’
3”’
Eksisting < New
1 Eksisting > New
2 Eksisting = New
3
TABEL 3.5 : Rumusan 1
Keterangan :
: Bangunan eksisting : Bangunan baru
2. Locationing. Bangunan baru dapat berada di :
In the ground (di bawah tanah)
Up the ground (di atas tanah)
In and up the ground (di bawah dan di atas tanah)
Up from the eksisting building (di atas bangunan lama) 21 Monica Febriana [ 41207010007 ]
Pengembangan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Locationing In the ground
In and up the Up from the eksisting ground (mixed) building
Up the ground
(basement)
(Ground floor)
A2
A1
A4
A3
TABEL 3.6 : Rumusan 2
3. Separate. Suatu bangunan baru dengan bangunan eksisting berpisah, maka penghubungnya dapat berupa :
By bridge (jembatan)
By gallerie (selasar)
By plaza (plasa)
Circulation area (sebuah bangunan atau plaza untuk sirkulasi)
Insertion/
By bridge
By gallerie
Plaza
Circulation area
Separate
B’
B”
B”’
B””
TABEL 3.7 : Rumusan 3
Dari teori tersebut, dapat disimpulkan beberapa langkah untuk melakukan insertion baik di area yang bangunan eksistingnya merupakan bangunan heritage atau bukan, yakni : a. Melihat kondisi kompleks area bangunan eksisting berada dan lingkungan area urban sekitar. b. Mempelajari kondisi eksisting, utilitas, struktur, dll c. Meneliti bangunan eksisting merupakan heritage atau bukan ( ketentuan pemerintah kota) setempat d. Membuat konsep dan kriteria perancangan e. Memilih pendekatan desain yang sesuai f.
Memilih formula
g. Melakukan komposisi/proporsi desain untuk bentukkan dan tampak bangunan
22 Monica Febriana [ 41207010007 ]
Pengembangan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
h. Crosscheck dengan masyarakat sekitar, apakah mereka dapat menerima atau tidak terhadap bangunan baru yang ingin dihadirkan i.
Membuat sintesa berupa konklusi desain
3.4 STUDI BANDING PROYEK SEJENIS A. BANGUNAN CANDRANAYA Gedung antik berarsitektur Tiongkok yang diberi nama Candranaya, yang terletak di Jalan Gajah Mada, Jakarta Kota. Gedung Candranaya mengalami perubahan lingkungan. Gedung aslinya tetap dipertahankan, sedangkan halaman disekitarnya dibangun gedung apartemen dan pertokoan. Guna membangun gedung baru itu, maka deretan bangunan disebelah kiri maupun kanan gedung utama harus dirubuhkan guna memudahkan pelaksanaannya. Namun demikian semua detail bangunan lama didokumentasikan dan semua bahan-bahan bangunan disimpan baik-baik setelah diberi tanda guna memudahkan pembangunannya kembali. Seiring dengan penyelesaian gedung apartemen, gedung Candranaya juga dibangun, untuk dikembalikan sebagaimana aslinya. Deretan gedung dikiri dan kanan gedung utama diselesaikan secara teliti. Diharapkan pemugaran gedung Candranaya sesuai dengan aslinya. Gedung utama Candranaya sejak pembangunan apartemen pertama terkungkung dibawahnya. Oleh sebab itu, direkomendasikan agar bangunan ini tidak terhalangi pemandangannya dari arah depan, sehingga tetap seperti aslinya dahulu.
GAMBAR 3.5 : Bangunan Candranaya
B. MUSEUM NASIONAL (MUSEUM GAJAH) Dengan gaya Klasisisme, gedung Museum Nasional Republik Indonesia adalah salah satu wujud pengaruh Eropa, terutama semangat abad pencerahan, yang muncul pada sekitar abad 18. Museum Nasional sekarang ini terdiri dari dua unit, yaitu Gedung Museum Nasional (Unit A) serta bangunan baru Gedung Arca (Unit B) yang mulai dibangun sejak tahun 1996. Sistem penataan pameran di gedung lama(Unit A) berdasarkan pada jenis-jenis 23 Monica Febriana [ 41207010007 ]
Pengembangan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
koleksi, baik berdasarkan keilmuan, bahan, maupun kedaerahan. Sedangkan penataan pameran di gedung baru (Unit B atau Gedung Arca) tidak lagi berdasarkan aspek-aspek kebudayaan yang memosisikan manusia sebagai pelaku dalam lingkungan tempat tinggalnya. Gedung Unit C direncanakan akan dibangun untuk memperluas tata pameran yang sudah ada dan untuk melengkapi subtema terakhir yaitu religi dan kesenian.
GAMBAR 3.6 : Museum Nasional / Museum Gajah
C. PERPUSTAKAAN FAKULTAS HUKUM DI ZURICH Pada tahun 2004, Santiago Calatrava telah menciptakan lanskap kelas membaca untuk universitas. Bangunan ekspansi ditandai dengan kontras yang kuat antara bangunan lama dan baru serta integrasi yang luar biasa juga ada gedung baru kedalam budidaya sekitarnya. Bangunan tua terdiri dari empat sayap, bersama-sama membentuk halaman batin approx 720m². Santiago Calatrava menyamankan keluar ketinggian empat bagian bangunan dengan menambahkan dua lantai ke dua dari empat sayap masing-masing. Serta menerapkan struktur baja di enam lantai. Sebuah ruang udara mencapai dari lantai pertama sampai lantai ketujuh. Ruang melengkung harmonis mengalir melalui halaman batin dan menjadi lebih sempit pada kedua belah pihak. Kubah kaca diatap memungkinkan cahaya untuk melewati turun ke lantai pertama. Bagian dalam perpustakaan terutama yang terbuat dari kayu cerah dan memberikan kontribusi untuk kesan lapang spasial cerah. Kontras disebutkan sebelumnya antara lama dan baru bisa dialami ketika berjalan melalui bangunan tua dan memasuki yang baru. Dengan bentuk-bentuk organik dan tingkat tinggi eksploitasi cahaya, memiliki pesan yang jelas, meskipun semua ini cocok ke dalam struktur sekitarnya. Sebuah melihat ke lanskap atap menunjukkan bagaimana mengganggu oval kaca cocok masuk dari jalan, bangunan baru tidak dapat dilihat. Facade pintu masuk utama terhadap bangunan tua yang tersentuh.
24 Monica Febriana [ 41207010007 ]
Pengembangan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
GAMBAR 3.7 : Perpustakaan Fakultas Hukum di Zurich
25 Monica Febriana [ 41207010007 ]