1
BAB III DATA KOMPUTASI 3.1.
Tipe Data
Dua permasalahan penting dalam data komputasi adalah tipe data dan penyimpanannya dalam memori komputer. Setiap bahasa pemrograman mempunyai cara yang berbeda-beda dalam hal penggolongan tipe data dan penggunaan memori untuk masing-masing tipe data. Beberapa tipe data dasar yang digunakan dalam sistem komputer adalah integer, real, karakter, dan logika (boolean). Dalam memori komputer, setiap data akan disimpan dalam bentuk kode biner.
3.1.1. Data Integer
Data tipe integer merupakan data untuk angka bulat atau data angka yang tidak mempunyai titik desimal. Data integer akan disimpan dengan ukuran 2 byte dalam memori atau 16 bit (1 byte = 8 bit). Untuk bilangan integer bertanda (signed integer) maka cacah data yang dapat disimpan sebanyak 215 macam. Dan salah satu bit, yaitu bit paling awal pada 16 bit tersebut digunakan untuk menyimpan tanda (positif atau negatif). Sedangkan untuk bilangan integer tak bertanda (unsigned integer) cacah data yang dapat disimpan sebanyak 216 macam. Contoh : Bilangan 10 dalam sistem bilangan desimal, jika disimpan dalam memori komputer harus dikonversi ke dalam bentuk biner, yaitu 0000 0000 0000 1010. Bilangan 5 dalam sistem bilangan desimal disimpan sebagai 0000 0000 0101. Sedangkan bilangan 15 akan disimpan dengan kode 0000 0000 0000 1111.
3.1.2. Data Real
Data tipe real merupakan data angka pecahan atau mempunyai titik desimal. Dalam sistem komputer, bilangan real akan disimpan dalam ruang memori sebesar 4 byte atau 32 bit. Data real disimpan dalam format scientific number, yaitu: M x bE Keterangan, M : mantisa bulat b : basis bilangan E : eksponen Basis sistem komputer adalah biner (karena mesin komputer hanya mengenal kondisi biner), sehingga basis bilangan biner tersebut tidak perlu disimpan secara khusus. Format penyimpanan bilangan real dikenal sebagai format titik mengambang (floating point). Contoh : Bilangan desimal 12.5 dalam format scientific number dapat dituliskan sebagai 0.125x102. Di dalam memori komputer, bilangan tersebut akan disimpan dengan kode biner sebagai berikut : 1111 1011 1111 1111 1111 1110 1010 0101
2
Byte pertama menunjukkan eksponen dan 3 byte berikutnya menunjukkan mantisa.
3.1.3. Data karakter
Data tipe karakter merupakan data berupa huruf atau kosong (null). Dalam memori komputer data karakter disimpan dalam 1 byte atau 8 bit. Dengan demikian macam data yang dapat disimpan adalah sebanyak 28 = 256 macam. Dengan cacah macam data sebanyak itu, maka semua macam karakter yang kita kenal selama ini (A .. Z, a .. z) termasuk karakter simbol khusus ($, *, &, ^, (, ), [, ], {, }, @, !, ?, %, dll) akan dapat dikodekan dan disimpan menggunakan kombinasi 8 bit 0 dan 1, hingga seluruhnya berjumlah 256 karakter.
3.1.4. Data logika (boolean)
Tipe data logika dikenal pula sebagai data tipe boolean. Tipe data logik hanya memiliki 2 macam data yaitu “benar” (true) dan “salah” (false). Data logik disimpan dalam 1 byte, yaitu 0000 0000 jika bernilai salah dan 0000 0001 jika bernilai benar.
3.1.5. Data Larik (Array)
Larik merupakan salah satu tipe data terstruktur (structured data) yang mampu menampung sekumpulan data tipe sejenis dalam suatu variabel. Larik dapat tersusun atas sekumpulan rinci data integer, real, atau karakter. Masing-masing komponen penyusun larik / rinci data dalam larik disebut sebagai data elemen. Data tipe larik banyak dimanfaatkan dalam program aplikasi yang memanipulasi sekumpulan data. Dalam tipe data ini, dimungkinkan untuk melakukan operasi sebagaimana pada data tipe lainnya. Untuk melakukan operasi tersebut, setiap elemen larik harus diidentifikasi berdasarkan suatu indeks. Terdapat banyak kemungkinan variasi cacah indeks yang dapat digunakan pada larik. Banyaknya indeks tersebut tak pernah dibatasi. Satu-satunya batasan yang ada adalah kapasitas memori utama komputer yang digunakan. Pada dasarnya, data bertipe larik dapat dibedakan dalam dua golongan, yaitu larik dimensi satu dan larik dimensi banyak. Cara penamaan data tipe larik disesuaikan dengan cacah indeks dan sering dikenal sebagai vector. Berikut adalah suatu contoh larik data berdimensi satu yang tersusun atas 6 elemen data yang dinotasikan dengan simbol berupa karakter "A", yaitu : A1, A2, A3, A4, A5, A6 Larik dimensi banyak mempunyai cacah indeks minimal 2. Yang termasuk larik dimensi banyak antara lain adalah larik dimensi dua, larik dimensi tiga, larik dimensi empat dan lainnya. Cacah indeks dalam larik tidak pernah dibatasi kecuali oleh kapasitas / kemampuan memori utama. Khusus untuk larik dimensi dua, dalam matematika lebih dikenal dengan sebutan matrik. Berikut adalah suatu contoh larik data yang tersusun atas 10 elemen data yang dinotasikan dengan simbol berupa karakter "B", yaitu : B1.1, B1.2, B1.3, B1.4, B1.5, B2.1, B2.2, B2.3, B2.4, B2.5 B
3 Sebagaimana tipe data yang lainnya, data bertipe larik harus dideklarasikan terlebih dahulu pada awal program aplikasi. Dengan deklarasi tersebut, berarti kita memberikan sejumlah informasi penting kepada compiler tentang tipe data elemenelemen larik, batas bawah dan batas atas indeks elemen-elemen larik, dan cacah maksimal elemen dalam larik. Hal ini diperlukan dalam perhitungan dan operasioperasi manipulasi data pada langkah-langkah berikutnya dalam program aplikasi yang ditulis.
3.2.
Sistem Bilangan
Sistem bilangan digunakan untuk mewakili data angka/numeric dalam sistem komputer, baik integer maupun real. Sistem bilangan yang digunakan dalam sistem komputer meliputi sistem bilangan biner, oktal, desimal, dan heksadesimal. Sistem bilangan biner digunakan oleh bahasa mesin, sedangkan sistem bilangan oktal, desimal, dan heksadesimal digunakan dalam bahasa rakitan (Assembler) dan dalam bahasa pemrograman tingkat tinggi.
3.2.1. Sistem Bilangan Biner
Sistem bilangan biner menggunakan basis 2, yaitu menggunakan dua macam simbol bilangan, yaitu 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai setiap digit bilangan biner dapat dihitung dengan urutan nilai posisi 20, 21, 22, 23, …, dst yang dihitung mulai dari digit paling kanan. Contoh: Diketahui bilangan biner : 010101 Nilai bilangan biner tersebut dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: 0 1 0 1 0 0*20
=0
1*21
=2
0*22
=0
1*23
=8
0*24
=0+
010102 = 10 desimal Jadi bilangan biner 010101 mempunyai nilai 10 (dalam sistem bilangan desimal). Tabel 3.1 merupakan beberapa contoh bilangan desimal dan nilai binernya. Tabel 3.1: Contoh bilangan desimal dan nilai binernya Desimal Biner Keterangan 0 0 0=0*20 1 1 1=1*21 2 10 2=1*21+0*20 3 11 3=1*21+1*20 4 100 4=1*22+0*21+0*20
4 5 6 7 8 25
101 110 111 1000 11001
5=1*22+0*21+1*20 6=1*22+1*21+0*20 7=1*22+1*21+1*20 8=1*23+0*22+0*21+0*20 25=1*24+1*23+0*22+0*21+1*20
Pada dasarnya, untuk melakukan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, serta pembagian dalam sistem bilangan biner, oktal, dan heksadesimal, dilakukan dengan cara yang sama dengan operasi pada bilangan desimal. Perbedaaanya adalah hanya terletak pada basis bilangan yang digunakan. Dasar penjumlahan dalam sistem biner adalah: 0+0=0 1+0=1 0+1=1 1 + 1 = 0, dengan menyimpan 1, untuk digit sebelah kirinya Dasar pengurangan dalam sistem biner adalah: 0-0=0 1-0=1 0 - 1 = 1, dengan meminjam 1, dari digit sebelah kirinya 1-1=0 Dasar perkalian dalam sistem biner adalah: 0*0=0 1*0=0 0*1=0 1*1=1 Dasar pembagian dalam sistem biner adalah: 0:0=0 1:1=1 Contoh: Penjumlahan bilangan biner 1100 dan 1010, dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: 1100 => 1*23+1*22+0*21+0*20 = 8+4 = 12 (desimal) 3 2 1 0 1010 + => 1*2 +0*2 +1*2 +0*2 = 8+2 = 10 (desimal) 10110 => 1*24+0*23+1*22+1*21+0*20 = 16+4+2 = 22 (desimal) Jadi hasil penjumlahan bilangan biner 1100 dan 1010 adalah 10110. Contoh: Secara manual, operasi pengurangan bilangan biner 1100 dan 1010, dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: 1100 => 1*23+1*22+0*21+0*20 = 8+4 = 12 (desimal) 1010 => 1*23+0*22+1*21+0*20 = 8+2 = 10 (desimal) 3 2 1 0 0010 => 0*2 +0*2 +1*2 +0*2 = 2 (desimal) Tetapi di dalam mesin komputer, operasi pengurangan tersebut dilaksanakan dengan menggunakan metode komplemen 1(1s complement/nines complement) dan
5 komplemen 2 (2s complement twoes complement). Penggunaan metode komplemen pada dasarnya adalah mengubah operasi pengurangan menjadi operasi penjumlahan dengan bilangan negatif. Operasi pengurangan dengan metode komplemen 1 dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Tetapkan sebuah bilangan biner yang keseluruhannya memiliki bit 1 dengan cacah digit yang sama dengan bilangan biner yang akan digunakan untuk mengurangi 2. Kurangkan hasil langkah pertama dengan bilangan biner yang digunakan untuk mengurangi 3. Kurangkan bilangan biner yang akan dikurangi dengan hasil langkah kedua 4. Jumlahkan bilangan biner yang akan dikurangi dengan hasil langkah ketiga 5. Pindahkan bit 1 paling kiri untuk ditambahkan pada bit paling kanan Contoh: Operasi pengurangan bilangan biner 1100 dikurangi 1010, dengan metode komplemen 1 dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: Langkah 1: 1111 Langkah 2:
1010 – 0101
Langkah 3:
1100 0101 – 0011
Langkah 4:
1100 0101 + 10001
Langkah 5:
0001 . 1+ 0010 => 0*23+0*22+1*21+0*20 = 2 (desimal)
Operasi pengurangan dengan metode komplemen 2 dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Tetapkan sebuah bilangan biner yang keseluruhannya memiliki bit 1 dengan cacah digit yang sama dengan bilangan biner yang akan digunakan untuk mengurangi 2. Kurangkan hasil langkah pertama dengan bilangan biner yang digunakan untuk mengurangi 3. Jumlahkan hasil langkah kedua dengan bit 1 pada bit paling kanan 4. Jumlahkan bilangan biner yang akan dikurangi dengan hasil langkah ketiga 5. Hapus bit 1 paling kiri Contoh: Operasi pengurangan bilangan biner 1100 dikurangi 1010, dengan metode komplemen 2 dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: Langkah 1: 1111 Langkah 2:
1010 –
6 0101 Langkah 3:
0101 . 1+ 0110
Langkah 4:
1100 0110 + 10010
Langkah 5:
0010
=> 0*23+0*22+1*21+0*20 = 2
Contoh: Secara manual, perkalian bilangan biner 1100 dan 0010, dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: 1100 . 10 * 0000 => hasil perkalian 1100*0 = 0000 1100 + => hasil perkalian 1100*1 = 1100 4 3 2 1 11000 => 1*2 +1*2 +0*2 +0*2 +0*20 = 24 (desimal) Jadi hasil perkalian bilangan biner 1100 dan 0010 adalah 11000. Tetapi di dalam mesin komputer, operasi perkalian tersebut akan dilaksanakan dengan cara pengulangan penjumlahan sebanyak nilai pengalinya. Perkalian bilangan biner 1100 dengan 0010, akan dilakukan dengan cara menjumlahkan bilangan 1100 sebanyak 2 kali (=0010) atau menjumlahkan bilangan 1100 dengan 1100, yaitu sebagai berikut: 1100 1100 + 11000 Jadi hasil perkalian bilangan biner 1100 dan 0010 adalah 11000. Contoh: Operasi pembagian bilangan biner 100 dibagi 10, dengan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: 10 10
100 10 0 0 0
Jadi hasil pembagian bilangan biner 100 dibagi 10 adalah 10 (=2 desimal).
3.2.2. Sistem Bilangan Oktal
Sistem bilangan biner menggunakan basis 8, yaitu menggunakan delapan macam simbol bilangan, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. Nilai setiap digit bilangan oktal dapat
7 dihitung dengan urutan nilai posisi 80, 81, 82, 83, …, dst yang dihitung mulai dari digit paling kanan. Contoh: Diketahui bilangan oktal : 20 Nilai bilangan oktal tersebut dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: 2 0 0*20
=0
2*81
= 16 +
208
= 10 desimal
Jadi bilangan oktal 20 mempunyai nilai 16 (dalam sistem bilangan desimal). Tabel 3.2 merupakan beberapa contoh bilangan desimal dan nilai oktalnya. Operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian dalam sistem bilangan oktal dilakukan dengan cara yang sama dengan sistem bilangan desimal. Perbedaannya adalah basis yang digunakan 8. Sistem bilangan oktal banyak digunakan dalam bahasa rakitan. Tabel 3.2: Contoh bilangan desimal dan nilai oktalnya Desimal Oktal Keterangan 0 0 0=0*80 1 1 1=1*80 2 2 2=2*80 3 3 3=3*80 4 4 4=4*80 5 5 5=5*80 6 6 6=6*80 7 7 7=7*80 8 10 8=1*81+0*80 9 11 9=1*81+1*80 25 31 25=3*81+1*80
3.2.3. Sistem Bilangan Desimal
Sistem bilangan desimal menggunakan basis 10, yaitu menggunakan sepuluh macam simbol bilangan, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Sistem bilangan desimal merupakan sistem bilangan yang telah kita gunakan dalam perhitungan sehari-hari
3.2.4. Sistem Bilangan Heksadesimal
Sistem bilangan heksadesimal menggunakan basis 16, yaitu menggunakan enam macam simbol bilangan, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0, A, B, C, D, E, dan F. Nilai setiap digit bilangan heksadesimal dapat dihitung dengan urutan nilai posisi 160, 161, 162, 163, …, dst yang dihitung mulai dari digit paling kanan.
8 Contoh: Diketahui bilangan heksadesimal : 20 Nilai bilangan heksadesimal tersebut dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: 2 0 0*160 = 0 2*161 = 32 + 2016
= 32 desimal
Jadi bilangan heksadesimal 20 mempunyai nilai 32 (dalam sistem bilangan desimal). Tabel 3.3 merupakan contoh bilangan desimal dan nilai heksadesimalnya. Tabel 3.3: Contoh bilangan desimal dan nilai heksadesimalnya Desimal Heksadesimal Keterangan 0 0 0 0=0*16 1 1 1=1*160 2 2 2=2*160 3 3 3=3*160 4 4 4=4*160 5 5 5=5*160 6 6 6=6*160 7 7 7=7*160 8 8 8=8*160 9 9 9=9*160 10 A 10=A*160 11 B 11=B*160 12 C 12=C*160 13 D 13=D*160 14 E 14=E*160 15 F 15=F*160 16 10 16=1*161+0*160 17 11 17=1*161+1*160 18 12 18=1*161+2*160 19 13 19=1*161+3*160 25 19 25=1*161+9*160 Operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian dalam sistem bilangan heksadesimal dilakukan dengan cara yang sama dengan sistem bilangan desimal. Perbedaannya adalah basis yang digunakan 16.
3.3.
Character Set
Dalam memori komputer, data karakter juga harus disimpan dalam kode biner. Kode biner yang digunakan untuk data karakter disebut character set. Character set yang digunakan meliputi kode BCD, SBCDIC, EBCDIC, ASCII-7 bit, dan ASCII-8 bit.
9
3.3.1. Kode BCD
BCD adalah kependekan dari Binary Coded Decimal. Kode BCD digunakan pada mesin komputer generasi pertama dimana 1 byte dikodekan sebagai 4 bit. Kode BCD hanya digunakan untuk mengkodekan 10 kode digit desimal mulai 0 hingga 9. Kombinasi tersebut, sebenarnya memungkinkan digunakan untuk mengkodekan sebanyak 24 kode, tetapi hanya digunakan 10 macam saja. Tabel 3.4 menunjukkan kode BCD 4 bit dan nilai yang dikodekannya. Tabel 3.4: Kode BCD 4 bit dan nilai yang dikodekannya Kode BCD Nilai Desimal 0000 0 0001 1 0010 2 0011 3 0100 4 0101 5 0110 6 0111 7 1000 8 1001 9
3.3.2. Kode SBCDIC
SBCDIC adalah kependekan dari Standard Binary Coded Decimal Interchange Code. Kode SBCDIC digunakan pada mesin komputer generasi kedua dimana 1 byte dikodekan sebagai 6 bit. Kode yang bisa disimpan dalam kode SBCDIC sebanyak 26 atau 64 macam, yaitu: 1. Kode 10 digit desimal mulai 0 hingga 9 2. Kode 26 karakter A hingga Z 3. Kode 28 karakter khusus terpilih Posisi bit dalam kode SBCDIC dari kiri ke kanan dikelompokkan sebagai berikut: 1. Dua bit pertama (bit 1 dan 2) disebut alpha bit position, terdiri: a. Satu bit pertama diberi nama bit A b. Satu bit kedua diberi nama bit B 2. Empat bit berikutnya (bit ke-3, 4, 5, 6) disebut numeric bit position, terdiri: a. Satu bit (bit ke-3) disebut bit 8 b. Satu bit (bit ke-4) disebut bit 4 c. Satu bit (bit ke-5) disebut bit 2 d. Satu bit (bit ke-6) disebut bit 1 Tabel 3.5 menunjukkan kode SBCDIC dan nilai yang dikodekannya. Tabel 3.5: Kode SBCDIC 6 bit dan nilai yang dikodekannya Kode SBCDIC Karakter yang Kode SBCDIC Karakter yang Alpha bit position Numeric bit position dikodekan dikodekan AB8421 AB8421 001010 0 100001 J 000001 1 100010 K 000010 2 100011 L
10 000011 000100 000101 000110 000111 001000 001001 110001 110010 110011 110100 110101 110110 110111 111000 111001
3 4 5 6 7 8 9 A B C D E F G H I
100100 100101 100110 100111 101000 101001 010010 010011 010100 010101 010110 010111 011000 011001
M N O P Q R S T U V W X Y Z
3.3.3. Kode EBCDIC
EBCDIC (dibaca: eb-si-dik) adalah kependekan dari Extended Binary Coded Decimal Interchange Code. Kode SBCDIC digunakan pada mesin komputer generasi ketiga yang menggunakan kode 1 byte sebagai 8 bit, misal IBM S/360. Kode EBCDIC memungkinkan digunakan untuk menyimpan hingga sebanyak 28 atau 256 macam karakter, namun tidak seluruhnya digunakan. Karakter yang dikodekan dalam kode EBCDIC meliputi: 1. Kode 10 digit desimal mulai 0 hingga 9 2. Kode 26 karakter kapital (upper case) A hingga Z 3. Kode 18 karakter kecil (lower case) a hingga r 4. Kode 25 karakter khusus Posisi bit dalam kode EBCDIC dari kiri ke kanan dikelompokkan sebagai berikut: 1. Empat bit pertama (bit ke-1, 2, 3, 4) disebut zone bits atau high order bits 2. Empat bit berikutnya (bit ke-4, 5, 6, 7, 8) disebut numeric bit position atau low order bits Tabel 3.6 menunjukkan kode EBCDIC dan nilai yang dikodekannya. Tabel 3.6: Kode EBCDIC 8 bit dan nilai yang dikodekannya Posisi bit 1234 0100 0101 0110 0111 1000 1001 1010 1011 1100 1101 1110 1111
Posisi bit 5678 0000 Spasi 0001 0010 0010 0011 0100 0101 0111 1000
--/
a b c d e f g h
j k l m n o p q
A B C D E F G H
J K L M N O P Q
S T U V W X Y
0 1 2 3 4 5 6 7 8
11 1001 1010 1011 1100 1101 1110 1111
i C . < ( + |
! $ * ) ; -
, % > ?
r
I
R
Z
9
: # @ ‘ = “
3.3.4. Kode ASCII-7 Bit
ASCII (dibaca: as-ki) adalah kependekan dari American Standard Code for Information Interchange atau American Standard Comittee on Information Interchange. Kode ASCII-7 bit digunakan pada mesin komputer generasi sekarang termasuk komputer mikro yang menggunakan kode 1 byte sebagai 7 bit. Kode ASCII standard 7 bit dikembangkan oleh ANSI (American National Standards Institute) memungkinkan digunakan untuk menyimpan hingga sebanyak 27 atau 128 macam karakter, digunakan 127 kode. Karakter yang dikodekan dalam kode ASCII 7 bit meliputi: 1. Kode 10 digit desimal mulai 0 hingga 9 2. Kode 26 karakter kapital (upper case) A hingga Z 3. Kode 26 karakter kecil (lower case) a hingga z 4. Kode 34 karakter kontrol 5. Kode 32 karakter khusus Kode ASCII 7 bit dikelompokkan menjadi 2, yaitu: 1. Control characters, merupakan karakter untuk kendali transmisi data, terdiri: a. Transmission control SOH : Start Of Heading STX : Start Of Text EOT : End Of Text ENQ : EnQuiry ACK : ACKnowledge DLE : Data Link Escape NAK : Negative AcKnowledge SYN : SYNchronous idle ETB : End of Transmission Block b. Format error BS : BackSpace HT : Horizontal Tabulation LF : Line Feed VT : Vertical Tabulation FF : Form Feed CR : Carriage Return c. Device control DC1 : Device Control 1 DC2 : Device Control 2 DC3 : Device Control 3 DC4 : Device Control 4 d. Information separator US : Unit Separator
12 RS : Record Separator GS : Group Separator FS : File Separator 2. Information characters, merupakan karakter yang mewakili data Tabel 3.7 menunjukkan kodeASCII 7 bit dan nilai yang dikodekannya. Tabel 3.7: Kode ASCII 7 bit, nilai biner, dan nilai yang dikodekan Biner Desimal Karakter Tampak di layar Keterangan 0000000 0 NULL Null 0000001 1 SOH Start of heading 0000010 2 STX Start of text 0000011 3 ETX End of text 0000100 4 EOT End of text 0000101 5 ENQ Enquiry 0000110 6 ACK Acknowledge 0000111 7 BEL Bell 0001000 8 BS Backspace 0001001 9 HT Horizontal tabulation 0001010 10 LF Line feed 0001011 11 VT Vertical tabulation 0001100 12 FF Form feed 0001101 13 CR Carriage return 0001110 14 SO Shift out 0001111 15 SI Shift in 0010000 16 DLE Data link escape 0010001 17 DC1 Device control 1 0010010 18 DC2 Device control 2 0010011 19 DC3 Device control 3 0010100 20 DC4 Device control 4 0010101 21 NAK Negative acknowledge 0010110 22 SYN Synchronous idle 0010111 23 ETB End of transmission block 0011000 24 CAN Cancel 0011001 25 EM End of medium 0011010 26 SUB Substitute 0011011 27 ESC Escape 0011100 28 FS File separator 0011101 29 GS Group separator 0011110 30 RS Record separator 0011111 31 US Unit separator 0100000 32 SP Spasi Space 0100001 33 ! ! Exlamation point 0100010 34 “ “ Quotation mark 0100011 35 # # Number sign 0100100 36 $ $ Dollar sign 0100101 37 % % Percent sign 0100110 38 & & Ampersand 0100111 39 ‘ ‘ apostrophe 0101000 40 ( ( Opening parenthesis
13 0101001 0101010 0101011 0101100 0101101 0101110 0101111 0110000 0110001 0110010 0110011 0110100 0110101 0110110 0110111 0111000 0111001 0111010 0111011 0111100 0111101 0111110 0111111 1000000 1000001 1000010 1000011 1000100 1000101 1000110 1000111 1001000 1001001 1001010 1001011 1001100 1001101 1001110 1001111 1010000 1010001 1010010 1010011 1010100 1010101 1010110 1010111 1011000
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88
) * + , . / 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 : ; < = > ? @ A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X
) * + , . / 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 : ; < = > ? @ A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X
Closing parenthesis Asterik Plus Comma Hypen (minus) Period (decimal) Slant Nol Satu Dua Tiga Empat Lima Enam Tujuh Delapan Sembilan Colon Semicolon Less than Equal Greater than Question mark Commercial at Uper case A Uper case B Uper case C Uper case D Uper case E Uper case F Uper case G Uper case H Uper case I Uper case J Uper case K Uper case L Uper case M Uper case N Uper case O Uper case P Uper case Q Uper case R Uper case S Uper case T Uper case U Uper case V Uper case W Uper case X
14 1011001 1011010 1011011 1011100 1011101 1011110 1011111 1100000 1100001 1100010 1100011 1100100 1100101 1100110 1100111 1101000 1101001 1101010 1101011 1101100 1101101 1101110 1101111 1110000 1110001 1110010 1110011 1110100 1110101 1110110 1110111 1111000 1111011 1111010 1111011 1111100 1111101 1111110 1111111
89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127
Y Z [ \ ] ^ UND GRA LCA LCB LCC LCD LCE LCF LCG LCH LCI LCJ LCK LCL LCM LCN LCO LCP LCQ LCR LCR LCT LCU LCV LCW LCX LCY LCZ LBR VLN RBR TIL DEL
3.3.5. Kode ASCII-8 Bit
Y Z [ \ ] ^ _ ‘ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z { | } ~
Uper case Y Uper case Z Openning bracket Reverse slant Closing bracket Circumflex, up arrow Underscore Grave accent Lower case a Lower case b Lower case c Lower case d Lower case e Lower case f Lower case g Lower case h Lower case I Lower case j Lower case k Lower case l Lower case m Lower case n Lower case o Lower case p Lower case q Lower case r Lower case s Lower case t Lower case u Lower case v Lower case w Lower case x Lower case y Lower case z Left brace Vertical line Right brace Tilde Delete (rubout)
ASCII 8 bit digunakan pada mesin komputer generasi sekarang yang menggunakan kode 1 byte sebagai 8 bit, misal IBM PC. Kode ASCII 8 bit memungkinkan untuk menyimpan karakter khusus yang belum terwakili dalam kode ASCII 7 bit, seperti ☺, ●, ♥, ♣, dan lain-lain. Karakter yang dikodekan dalam kode ASCII 8 bit meliputi: 1. Kode 10 digit desimal mulai 0 hingga 9 2. Kode 26 karakter kapital (upper case) A hingga Z 3. Kode 26 karakter kecil (lower case) a hingga z
15 4. Kode 34 karakter kontrol 5. Kode 32 karakter khusus Tabel 3.8 menunjukkan kode ASCII 8 bit dan nilai yang dikodekannya. Tabel 3.8: Kode ASCII 8 bit, nilai biner, dan nilai yang dikodekannya Biner Desimal Karakter Tampak di layar Keterangan 0000000 0 NULL Null ☺ 0000001 1 SOH Start of heading ● 0000010 2 STX Start of text ♥ 0000011 3 ETX End of text ♦ 0000100 4 EOT End of text ♣ 0000101 5 ENQ Enquiry ♠ 0000110 6 ACK Acknowledge ● 0000111 7 BEL Bell 0001000 8 BS ▄ Backspace 0001001 9 HT ○ Horizontal tabulation 0001010 10 LF ■ Line feed 0001011 11 VT ♂ Vertical tabulation 0001100 12 FF ♀ Form feed 0001101 13 CR ♪ Carriage return 0001110 14 SO ♫ Shift out 0001111 15 SI ☼ Shift in 0010000 16 DLE ► Data link escape 0010001 17 DC1 ◄ Device control 1 0010010 18 DC2 ↕ Device control 2 0010011 19 DC3 !! Device control 3 0010100 20 DC4 ¶ Device control 4 0010101 21 NAK § Negative acknowledge 0010110 22 SYN Synchronous idle 0010111 23 ETB ↨ End of transmission block 0011000 24 CAN ↑ Cancel 0011001 25 EM ↓ End of medium 0011010 26 SUB → Substitute 0011011 27 ESC ← Escape 0011100 28 FS └ File separator 0011101 29 GS ↔ Group separator 0011110 30 RS ▲ Record separator 0011111 31 US ▼ Unit separator 0100000 32 SP Spasi Space 0100001 33 ! ! Exlamation point 0100010 34 “ “ Quotation mark 0100011 35 # # Number sign 0100100 36 $ $ Dollar sign 0100101 37 % % Percent sign 0100110 38 & & Ampersand 0100111 39 ‘ ‘ apostrophe 0101000 40 ( ( Opening parenthesis 0101001 41 ) ) Closing parenthesis 0101010 42 * * Asterik
16 0101011 0101100 0101101 0101110 0101111 0110000 0110001 0110010 0110011 0110100 0110101 0110110 0110111 0111000 0111001 0111010 0111011 0111100 0111101 0111110 0111111 1000000 1000001 1000010 1000011 1000100 1000101 1000110 1000111 1001000 1001001 1001010 1001011 1001100 1001101 1001110 1001111 1010000 1010001 1010010 1010011 1010100 1010101 1010110 1010111 1011000 1011001 1011010
43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
+ , . / 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 : ; < = > ? @ A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
+ , . / 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 : ; < = > ? @ A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
Plus Comma Hypen (minus) Period (decimal) Slant Nol Satu Dua Tiga Empat Lima Enam Tujuh Delapan Sembilan Colon Semicolon Less than Equal Greater than Question mark Commercial at Uper case A Uper case B Uper case C Uper case D Uper case E Uper case F Uper case G Uper case H Uper case I Uper case J Uper case K Uper case L Uper case M Uper case N Uper case O Uper case P Uper case Q Uper case R Uper case S Uper case T Uper case U Uper case V Uper case W Uper case X Uper case Y Uper case Z
17 1011011 1011100 1011101 1011110 1011111 1100000 1100001 1100010 1100011 1100100 1100101 1100110 1100111 1101000 1101001 1101010 1101011 1101100 1101101 1101110 1101111 1110000 1110001 1110010 1110011 1110100 1110101 1110110 1110111 1111000 1111011 1111010 1111011 1111100 1111101 1111110 1111111
91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127
[ \ ] ^ UND GRA LCA LCB LCC LCD LCE LCF LCG LCH LCI LCJ LCK LCL LCM LCN LCO LCP LCQ LCR LCR LCT LCU LCV LCW LCX LCY LCZ LBR VLN RBR TIL DEL
[ \ ] ^ _ ‘ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z { | } ~
Openning bracket Reverse slant Closing bracket Circumflex, up arrow Underscore Grave accent Lower case a Lower case b Lower case c Lower case d Lower case e Lower case f Lower case g Lower case h Lower case I Lower case j Lower case k Lower case l Lower case m Lower case n Lower case o Lower case p Lower case q Lower case r Lower case s Lower case t Lower case u Lower case v Lower case w Lower case x Lower case y Lower case z Left brace Vertical line Right brace Tilde Delete (rubout)