BAB III ANALISIS DESKRIPTIF MAJALAH HIDAYAH A. Sekilas Tentang Majalah Hidayah 1. Latar Belakang dan Sejarah Singkat Perkembangan Majalah Hidayah Dilihat dari segi media massa majalah Hidayah merupakan media yang memberikan pemberitaan yang bernuansa religius atau agama, majalah tersebut merupakan representasi dari sebuah pendekatan penyebaran dakwah agama Islam di era sekarang. Dengan membawa nama agama maka isi rubriknya1 tidak lepas dengan permasalahan agama Islam, sebagai representasi bahwa Majalah Hidayah adalah media dakwah. Menurut Toto Tasmara yang dimaksud dengan media dakwah ialah alat obyektif yang menjadi saluran, yang menghubungkan ide dengan ummat, suatu elemen yang tidak dapat terputus.2 Menyadari kehadiran media cetak dalam perkembangannya sangat pesat dan banyak diminati oleh masyarakat yang mulai sadar membaca, sehingga munculnya majalah Hidayah juga tak lepas dari fenomena tuntutan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan (rohani) keagamaan yang praktis tanpa harus membuang waktu banyak, karena tuntutan pekerjaan yang begitu menyibukkan sebagian besar masyarakat muslim Indonesia dewasa ini. Alasan penulis memilih majalah Hidayah sebagai obyek studi karena penulis melihat majalah ini dalam mendesain majalah dari segi bahasa mudah dicerna dan dipahami oleh pembaca, majalah ini dalam isi rubriknya bervariasi ada yang membahas (aqidah, muamalah, ibadah, dan 1
Rubrik adalah ruang dengan kepala karangan yang tetap dalam surat kabar atau Majalah mengenai bidang tertentu, misalnya rubrik konsultasi, rubrik hukum, rubrik kesehatan, rubrik ilmu pengetahuan, rubrik alam gaib, rubrik pesantren dan ada juga rubrik jodoh yaitu rubrik yang disediakan khusus bagi pembaca pria dan wanita untuk saling mengenal lewat tulisan dengan tujuan mencari calon pasangan untuk kemungkinan berumah tangga, lihat Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid 14, (Jakarta: PT. Delta Pamungkas, 1997), hlm. 268 2 H. Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, ( Jakarta: PT. Gaya Media Pratama, 1997), hlm. 39
48
49
syari’ah). Perkembangan media cetak ini dipengaruhi oleh maju mundurnya penyajian yang disampaikan, majalah Hidayah terbit satu bulan sekali. Penyajian dalam majalah Hidayah ini memuat isi fenomena yang terjadi di masyarakat dengan sebuah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri dimana apabila seorang melakukan perbuatan baik atau buruk pasti akan mendapatkan ganjaran sesuai dengan perbuatannya. Majalah ini juga menampilkan sebuah kebesaran Tuhan yang memunculkan fenomena kejadian aneh atau bentuk-bentuk alam yang luar biasa dan penciptaan makhluk yang tidak wajar. Proses dakwah3 (pendidikan) harus mampu memanfaatkan media massa sebagai sarana atau alat untuk proses memanusiakan manusia melalui rubrik kolom opini yang umumnya terdapat di surat kabar harian, mingguan, tabloid, majalah-majalah, atau buletin-buletin masjid. 4 Dari isi majalah Hidayah mungkin dapat dikatakan berbeda dengan majalah Islam yang lain, dimana majalah ini lebih berisi tentang sisi kehidupan manusia dalam bermasyarakat, tingkah laku manusia yang bermacam-macam, setiap perbuatan dengan konsekuensi yang akan didapatkannya, tingkat keberagamaan masyarakat (aqidah, muamalah, syari’ah dan ibadah). Majalah Hidayah pertama kali terbit Pada bulan Jumadil Awwal tahun 1419 H. bertepatan dengan Oktober tahun 1998 di Malaysia dalam
3
Dakwah merupakan suatu proses yang berkesinambungan dengan tujuan agar sasaran dakwah bersedia masuk ke jalan allah, dan secara bertahap menuju kehidupan Islami ( dalam berpikir, bersikap dan bertindak) pada dataran kenyataan individual. Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani, 1998),Cet. I, hlm. 77. Sedangkan Mendidik dalam Islam tidak hanya dibatasi pada terjadinya interaksi pendidikan dan pembelajaran antara guru dan peserta didik di dalam kelas, tetapi mengajak mendorong dan membimbing orang lain untuk memahami dan melaksanakan ajaran Islam merupakan bagian dari aktifitas pendidikan. Oleh karena itu aktifitas pendidikan Islam dapat berlangsung kapan dan dimana saja bahkan oleh siapa saja sepanjang yang bersangkutan memenuhi syarat-syarat sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan, pengajaran dan ajaran Islam, lebih jelasnya lihat Ahmad Syaf’i, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005), Cet. I, hlm. 32 dari dua pengertian di atas ada kesamaan antara mendidik dengan dakwah dan antara dakwah dengan pendidikan. Dapat di tarik kesimpulan bahwa dakwah juga pendidikan dan dai juga bisa dikatakan sebagai pendidik. 4 A. Muis. Komunikasi Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), hlm.131
50
format digest dengan ukuran yang lebih kecil dari majalah Hidayah yang beredar di Indonesia. Meskipun terbit di Malaysia, beberapa wartawan Indonesia sudah sejak awal terlibat dalam digest ini. Hadirnya Digest Hidayah dilatarbelakangi oleh banyaknya digest-digest berbau misteri yang saat itu sangat digemari masyarakat Malaysia. Lebih dari 30 digest berbau misteri terbit setiap bulannya disana. Melihat kecenderungan
seperti itu,
PT. Variapop
Group,
bermaksud memberikan bacaan alternatif yang mampu memberikan kesadaran dan berbagai pengetahuan Islam kepada para pembaca, tapi dengan format yang digemari masyarakat. Maka lahirlah konsep Hidayah dengan motto: Sebuah Digest Islam. Kehadiran majalah ini ternyata mendapat tanggapan yang sangat positif dari pembaca Malaysia. Boleh dikatakan, ketika terbit pertama kali, Hidayah menjadi digest pertama di Malaysia yang membawa dan menyebarkan syi'ar Islam. Setelah kemunculan Hidayah, terbit pula digest sejenis, yaitu yang membawa syi’ar Islam, yang bernama Nurani. Ternyata kecenderungan masyarakat Malaysia yang suka terhadap bacaan-bacaan berbau mistik terjadi juga di Indonesia. Mungkin karena masyarakat Malaysia dan Indonesia yang sama-sama rumpun bangsa Melayu, sehingga kecenderungan dan selera kedua masyarakat ini banyak memiliki kesamaan, termasuk dalam memilih bacaan. Melihat fenomena maraknya bacaan berbau mistik di Indonesia, PT. Variapop Group tergerak untuk menerbitkan pula Digest Hidayah di Indonesia. Menurut Ridwan,5 pada awalnya pihaknya bermaksud menggunakan istilah digest untuk majalah ini. Akan tetapi, istilah digest belum akrab di telinga masyarakat Indonesia. Karena itu, pihaknya
5 Ridwan adalah pemimpin redaksi sekaligus pendiri majalah Hidayah, beliau alumnus akidah filsafat IAIN Sunan Ampel Yogyakarta, sejak SMA beliau sudah berkecimpung dalam dunia jurnalistik. Pada saat beliau kelas 3 SMA sudah bergabung dengan PIJAR (Pusat Informasi dan jaringan Untuk Reformasi tahun 1998) sebelum menjadi pemimpin redaksi majalah Hidayah beliau menjadi wartawan Hidayah edisi Malaysia. Pada masa kuliah juga aktif di pers kampus, dan tidak sedikit tulisan yang di muat oleh surat kabar pada saat itu.
51
mencari persamaan kata tersebut dalam bahasa Indonesia. Istilah Digest (bahasa Inggris) dalam bahasa Indonesia adalah intisari. Maka, ditetapkanlah Hidayah dengan sebutan majalah, sementara istilah digest yang dalam bahasa Indonesia berarti intisari dipakai sebagai mottonya. Maka lahirlah konsep Majalah Hidayah: sebuah Intisari Islam. Majalah Hidayah Indonesia terbit pertama kali tanggal 1 Agustus 2001 yang ditandai dengan acara launching majalah di halaman kantor redaksi Majalah Hidayah. Dalam acara tersebut, hadir beberapa pengurus PWI Pusat dan alim ulama, termasuk dari MUI. Ternyata tanggapan pembaca sungguh sangat menggembirakan. Dari 10.000 majalah yang dicetak ternyata langsung habis terjual. Pada edisi perdana, Hidayah dijual dengan discount 50% dari harga Rp. 5000, menjadi Rp. 2500,- Mulai edisi kedua, Hidayah dijual dengan harga Rp. 5000.,- Beberapa kali majalah ini mengalami kenaikan harga karena adanya perubahan atau penambahan halaman. Sampai edisi terakhir (edisi 27) majalah ini dijual dengan harga Rp. 7000 untuk Pulau Jawa dan Rp. 8000 untuk luar Jawa. Dengan keberhasilan dua edisi perdana itu, maka dalam edisi-edisi selanjutnya, majalah ini terus menaikkan jumlah oplah sesuai permintaan para agen dan pembaca. Konsep majalah Hidayah yang mengusung dakwah lewat cerita-cerita menarik, ternyata mendapat tanggapan yang sangat baik dari masyarakat muslim di tanah air. Para agen pun yang semula hanya beberapa orang saja, lambat laun terus bertambah. Pada edisi-edisi awal majalah ini, sebagian materinya diambil dan diolah dari materi-materi terbaik yang ada dalam majalah Hidayah edisi Malaysia. Karena itu, tidak heran jika banyak pembaca yang merasakan masih kentalnya gaya bahasa Melayu dalam edisi-edisi awal. Setelah masuknya beberapa wartawan baru yang ikut memperkuat majalah ini, sedikit demi sedikit materi-materi dari Hidayah Malaysia mulai dikurangi. Bahkan sejak edisi keenam majalah ini sudah tidak lagi bergantung kepada materi tulisan dari Hidayah Malaysia.
52
Tanggapan positif dari para pembaca majalah Hidayah terlihat dari oplah nya yang terus meningkat. Belum genap usia satu tahun, majalah ini sudah berhasil menembus oplah 100.000 eksemplar, sebuah angka yang luar biasa dalam industri penerbitan pers. Bahkan, menurut majalah Warta Ekonomi edisi Juli 2003, oplah edisi terakhir (edisi 26) majalah Hidayah sudah berhasil menembus angka 320.000 eksemplar, sebuah rekor oplah yang tidak bisa dikejar oleh majalah-majalah lain. Untuk perbandingan, majalah sebesar tempo saja, oplah nya hanya sekitar 60.000 eksemplar, sementara Sabili, oplah nya 80.000 eksemplar. Selain besarnya oplah, tanggapan positif pembaca juga tampak dari banyaknya para pembaca yang antri ingin menjadi sahabat Hidayah. Semula rubrik ini diberikan ruangan dua halaman dengan jumlah sahabat sebanyak 16 orang setiap edisinya. Karena banyaknya pembaca Sahabat Hidayah yang masuk, jumlah halaman untuk rubrik ini pun ditambah menjadi empat halaman. Bahkan, pihak redaksi terpaksa memperkecil foto-foto dalam rubrik tersebut, agar para pembaca tidak terlalu lama menunggu nama dan fotonya terbit dalam majalah ini. Bahkan, sejak edisi 13, rubrik ini ditambah satu halaman, sehingga setiap edisinya rubrik ini memuat kurang lebih 120 sahabat Hidayah yang baru. Sampai kini sudah lebih dari dua ribu orang yang menjadi sahabat Hidayah. Tanggapan yang sama terjadi pada surat-surat pembaca. Setiap harinya surat-surat yang masuk ke meja redaksi luar biasa banyaknya. Kebanyakan surat-surat ini berisi dukungan atas terbitnya majalah ini yang menurut mereka banyak menyadarkan orang-orang di sekitar mereka yang semula jahil menjadi sadar dan ingat kepada ajaran-ajaran agama. Tidak sedikit, surat-surat itu menceritakan pengalaman mereka sendiri yang semula zalim lalu berniat memperbaiki diri karena merasa menyadari kesalahannya setelah membaca cerita-cerita dalam majalah Hidayah. Seiring perkembangan majalah Hidayah yang semakin pesat, berbagai perubahan dan perbaikan terus menerus dilakukan. Desain grafis dan cover terus diperbaiki. Pada tahun kedua, tepatnya mulai edisi 13,
53
majalah Hidayah merubah bentuk jilidnya, dari jilid kawat menjadi jilid lem punggung, sehingga penampilan majalah ini terkesan lebih rapi dan elegant. Jumlah halamannya pun yang semula hanya 96 bertambah menjadi 128. Perbaikan mutu tidak hanya dilakukan sampai disitu. Jumlah halaman warna yang semula 60% colour dan 40% spotcolour pun berubah menjadi fullcolour. Perubahan itu dilakukan mulai edisi 206. Di bagian redaksi, mulai edisi ketiga majalah Hidayah mengangkat Prof. Dr. Buya Sidi Ibrahim sebagai penasehat bidang agama. Beliau adalah dosen hukum dan agama Islam di delapan perguruan tinggi di Jakarta. Atas permintaan banyak pembaca, mulai edisi 12 majalah Hidayah menurunkan rubrik konsultasi agama yang diasuh oleh Hj. Lutfiah Sungkar. Rubrik ini mendapat tanggapan yang luar biasa dari para pembaca. Tidak heran banyak diantara pembaca yang protes karena harus antri lama menunggu giliran suratnya dijawab oleh Hj. Lutfiah Sungkar. Sementara itu, mulai edisi 22 majalah Hidayah menurunkan rubrik Konsultasi Dzikir yang diasuh oleh ustadz muda yang sedang naik daun, HM. Arifin Ilham. Rubrik ini pun ternyata mendapat tanggapan luar biasa sebagaimana rubrik Konsultasi Agama. Di bagian sirkulasi dan pemasaran, majalah Hidayah juga terus menerus melakukan perbaikan. Daerah-daerah potensial yang belum digarap secara optimal mulai dikunjungi, sehingga setiap bulannya majalah ini terus membuka agen-agen besar dan kecil di berbagai kota dan kabupaten di seluruh Indonesia7. Melihat perkembangan Majalah Hidayah yang sangat pesat, maka tidak heran kalau sekarang kita menyaksikan banyak majalah yang ikut menerbitkan majalah-majalah sejenis yang konsepnya sama persis dengan majalah Hidayah.
6
Hasil Wawancara dengan penanggungjawab gravis majalah Hidayah pada tanggal 27 Januari 2006 7 Hasil Wawancara dengan bagian sirkulasi dan pemasaran majalah Hidayah pada tanggal 27 Januari 2006
54
2. Visi dan Misi Majalah Hidayah Majalah Hidayah mempunyai visi mencerdaskan kehidupan umat Islam di Indonesia melalui media cetak. Sedangkan misinya adalah menyebarkan dakwah lewat cerita-cerita yang mengandung hikmah dan menjadi media alternatif yang mampu mengajak umat Islam kembali kepada ajaran-ajaran Islam, yaitu al-Qur’an dan hadits. 3. Rubrikasi Majalah Hidayah Sebagai media Islam, rubrik-rubrik dalam majalah Hidayah hampir seluruhnya berisi tentang informasi-informasi keislaman. Namun, tidak semua tulisan dalam majalah Hidayah memiliki nama rubrik. Ada beberapa tulisan yang memang tidak diberi nama rubrik, seperti artikelartikel tentang ibadah dan akhlak serta cerita utama atau kisah nyata. Berikut beberapa rubrik dalam majalah Hidayah: 1. Kisah Nyata Rubrik ini adalah salah satu rubrik yang tidak ada namanya, tetapi karena rubrik ini berisi kisah-kisah nyata yang terjadi di masyarakat, maka diberi nama rubrik Kisah Nyata. Rubrik ini merupakan kisah nyata yang terjadi di masyarakat dan memiliki hikmah atau bisa menjadi pelajaran bagi orang lain. Menurut Ridwan, Rubrik ini tidak memuat sembarang cerita. Hanya cerita yang bisa diambil pelajarannya saja yang dimuat di rubrik ini. Cerita-cerita aneh dan seru tetapi tidak memberi pelajaran apa-apa, tidak akan dimuat. Contoh cerita tentang hantu atau orang yang kesurupan jin tidak dimuat dalam rubrik ini, karena tidak memiliki efek pelajaran bagi pembacanya. Rubrik ini bisa disebut sebagai menu utama dari majalah Hidayah, karena rubrik inilah yang diangkat sebagai cover majalah ini. Selain itu, rubrik ini juga menjadi rubrik yang paling banyak disukai pembaca. Kebanyakan pembaca membeli majalah ini karena melihat judul dan ilustrasi dari rubrik Kisah Nyata yang dibuat semenarik mungkin.
55
Awalnya, dalam setiap edisi majalah ini menurunkan tiga Kisah Nyata. Karena banyaknya permintaan pembaca yang mengharapkan tambahan Kisah Nyata, maka pihak redaksi menambah rubrik ini menjadi empat Kisah Nyata setiap edisinya. Sebagai rubrik unggulan, rubrik ini setiap edisinya diseleksi dengan ketat. Semua cerita yang didapat oleh para wartawan majalah Hidayah, harus terlebih dahulu dikonsultasikan kepada pemimpin Redaksi.
Jika
cerita
itu
dianggap
menarik
dan
bisa
dipertanggungjawabkan, maka cerita itu bisa dimuat. Tetapi jika cerita itu meragukan (kebenarannya), pemimpin Redaksi tidak akan memuatnya. 2. Kisah Dari Kitab. Rubrik ini merupakan kisah-kisah menarik yang diambil dari kitab-kitab klasik, baik yang sudah diterjemahkan maupun belum. Kisah-kisah ini biasanya kisah-kisah orang saleh pada zaman Rasulullah saw. dan para sahabat. 3. Tamu Kita Rubrik ini menampilkan tokoh-tokoh selebritis yang memiliki kesadaran keagamaan yang lebih baik dibandingkan selebritis lainnya. Biasanya, selebritis yang dimuat di rubrik ini berasal dari kalangan artis. Ada beberapa standar selebritis yang masuk di majalah ini. Untuk selebritis wanita, maka ada ketentuan selebritis tersebut sudah berjilbab dan bukan termasuk orang yang suka membuka jilbabnya. Biasanya mereka adalah selebritis yang memang sudah memiliki komitment kuat untuk terus memakai jilbab. Untuk selebritis laki-laki, standarnya sedikit berbeda. Biasanya, standar untuk selebritis laki-laki adalah punya komitmen yang kuat dalam beragama, atau orang-orang yang masa lalunya ‘hitam’ kemudian sadar dan bertaubat.
56
4. Profil Qari’ atau Qari’ah Rubrik ini memuat perjalanan sukses para qari’ atau qari’ah internasional yang sukses dan memiliki prestasi di bidangnya. Dalam rubrik ini diulas bagaimana usaha dan kerja keras para qari’ atau qari’ belajar ilmu al-Qur’an sehingga mereka mampu meraih prestasi gemilang. Dalam rubrik ini juga, para qari’ dan qari’ah menuturkan kiat-kiat mereka dalam belajar membaca al-Qur’an. 5. Alam Ghaib. Rubrik ini berisi tentang pengetahuan mengenai alam ghaib. Alam ghaib yang dimaksud disini bukan hal-hal mistik yang tidak ada sandarannya dalam Islam. Alam ghaib yang dimuat di rubrik ini adalah yang sesuai dengan syari’at Islam, yaitu yang memiliki sandaran atau referensi pada al-Qur’an dan hadits, atau pendapat para ulama yang diakui keilmuannya oleh dunia Islam. 6. Pondok Pesantren. Rubrik ini memuat potret pesantren-pesantren di tanah air. Dalam rubrik ini, diangkat sejarah pesantren, fasilitasnya, kegiatan santrinya serta kurikulum dan kelebihan dari pesantren bersangkutan. 7. Jendela Islam. Rubrik ini berisi informasi mengenai keadaan umat Islam di negara-negara lain, terutama di negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama non Muslim. 8. Masjid. Rubrik ini mengangkat sejarah masjid-masjid tua serta berbagai kegiatan dan aktifitasnya sekarang ini. 9. Syi’ar. Rubrik ini berisi tentang organisasi-organisasi keislaman yang banyak memberikan sumbangan yang besar kepada umat Islam, baik dari segi materi maupun dari sisi lain, seperti dakwah, pendidikan, kesehatan dan sebagainya.
57
10. Kisah al-Qur’an. Rubrik ini berisi tentang cerita-cerita yang ada dalam al-Qur’an, seperti cerita para Nabi, Ashabul Kahfi, Lukman al-Hakim dan sebagainya. 11. Pengalaman sejati Rubrik ini berisi cerita tentang pengalaman pribadi pembaca yang benar dialaminya. Cerita-cerita tersebut tidak sembarang cerita tetapi cerita yang mengandung pelajaran bagi pembaca yang membaca cerita tersebut. 12. Liputan Khusus Rubrik ini ber isi tentang liputan tentang peristiwa yang menarik dan lagi aktual dan lagi menarik perhatian publik. Rubrik ini tergolong rubrik baru.8 Dari visi, misi dan rubrik-rubrik yang ditampilkan, majalah Hidayah termasuk majalah dakwah. Walaupun sebenarnya majalahmajalah yang bernuansa keislaman bertujuan untuk berdakwah (mengajak pembacanya untuk bertingkahlaku sesuai dengan ajaran agama) hanya saja yang membedakan adalah sasaran yang di bidik (pemikiran, politik, pendidikan, ekonomi, sosial budaya atau fiqh) tidak sama.
B. Cerita/Kisah di Majalah Hidayah Cerita-cerita yang dimuat dalam majalah Hidayah adalah kisah nyata yang dialami oleh manusia. Kisah tersebut diperoleh dari narasumber dengan cara terjun langsung ke lapangan. Pada awalnya para reporter kesulitan mendapatkan
cerita-cerita
yang
mengandung
nilai
Hidayah,
karena
masyarakat belum mengenal apa itu majalah Hidayah. Tetapi setelah majalah Hidayah mulai dikenal publik, reporter mudah sekali mendapatkan ceritacerita tersebut. Banyak sahabat Hidayah yang mengirim cerita-cerita nyata 8
Hasil wawancara tanggal 27 Januari 2006 pukul 09.30 sampai 11.30 WIB di kantor Redaksi Majalah Hidayah Jl. Kota Wisata - Cibubur -Jakarta
58
yang berada di sekeliling mereka, ada juga yang memberi informasi tentang kejadian nyata yang ada di sekeliling mereka, walaupun begitu redaksi Hidayah tidak serta merta menerima dan memuat cerita tersebut. Redaksi harus mengecek dulu kebenaran cerita tersebut langsung ke tempat kejadian dan mendapat bukti-bukti bahwa cerita tersebut memang kenyataan, bukan hasil rekayasa, baru bisa dimuat. Cerita/kisah yang dimuat di majalah Hidayah dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Ada dua macam karakter cerita yang dimuat di Majalah Hidayah : pertama, cerita khusnul khotimah (kisah nyata yang baik), yaitu kisah yang mengetengahkan nikmat orang yang taat pada ajaran-ajaran Allah swt, di dalam kehidupannya dan atau di akhir khayatnya mendapat kenikmatan. Cerita khusnul khotimah ditulis sesuai kenyataan baik tempat, maupun nama pelakunya. Kedua, cerita/kisah Su’ul khotimah yaitu kisah yang menceritakan tentang orang-orang yang mendapat balasan karena berbuat dosa dan lalai dengan ajaran agama Islam. Dalam cerita tersebut tempat kejadian dan nama pelaku disamarkan (tidak sesuai kenyataan) karena itu termasuk aib seseorang sehingga harus di jaga. Kisah/Cerita menggunakan bahasa-bahasa yang ringan dan familier sehingga mudah dicerna. Kembang cerita yang ditampilkan juga menambah aroma cerita menjadi lebih menarik walaupun terkesan berlebihan dan terlalu didramatisir9. Berikut ini akan diketengahkan kutipan kisah-kisah
utama
majalah Hidayah selama dua belas edisi, yaitu edisi Januari - Desember 2004, sehingga ada dua belas cerita yang mengandung Hidayah bagi pembacanya.
9
Papar Ibu Sopingah dan di perkuat lagi oleh Ibu Saptanti Widia Utami (pelanggan majalah Hidayah) yang berhasil di wawancarai oleh peneliti pada tanggal 2 Mei 2006 di SD Islam Gergaji, Jl. Gergaji Pelem Kota Semarang, tempat beliau berdua bekerja.
59
EMPAT HARI SUSAH MELAHIRKAN Hidayah, Januari 2004 Dibawah ini kami paparkan kepada pembaca tentang kisah anak durhaka kepada orang tuanya. Akibatnya anak itu mengalami derita ketika hendak melahirkan, kisah ini terjadi di sebuah desa di Tegal, Jawa Tengah. Susah Melahirkan Malam itu Salmah terlihat tidak seperti biasanya. Dia terus menerus berguling-guling di atas kasur sendirian. Sambil memegangmegang perutnya yang sudah besar, dia tak henti-hentinya mengerangngerang kesakitan. Kemudian Rastam (suami Salmah) dan ibunya segera mengantar Salmah ke rumah ibu Harum si dukun bayi Ternyata penderitaan di hari pertamanya melahirkan kini harus dia rasakan kembali di hari keduanya. Hal ini terus berlangsung sampai hari ketiga. Akhirnya mereka putuskan agar Salmah di bawa ke rumah sakit. Lama sudah dokter itu menangani kelahiran Salmah. Namun tangisan bayi itu belum terdengar juga. Di masa lalu Salmah memang pernah berbuat dosa pada bapak dan ibunya, sehingga membuat enggan bertemu dengan orang tuanya selama dua tahun. Kemudian kakak kandung Salmah menyarankan kepada suami dan mertua Salmah untuk menemui ibu kandungannya. Ditemani ibunya, Rastam, akhirnya berangkat untuk menemui mertuanya di warungnya. Mungkin dia juga merasa kalau selama ini telah berbuat salah pada mertuanya. Kemudia ibu Salmah datang dan menghampiri anaknya yang sedang berbaring di ranjang. “Ibu telah memaafkan kamu dan ibu juga sudah menganggap sebagai anak ibu lagi. Maafkan ibu juga, ya nak!”. Setelah beberapa menit lamanya. “Oaaa…oaaa…oaaa,” suara tangis bayi itu begitu jelas terdengar. Tak henti-hentinya bayi itu menagis. Sujud sukurpun terlihat dilakukan oleh kakak Salmah. Maha Suci Allah, yang telah menjadikan sesuatu yang semula sulit begitu mudah! Mulanya Adalah Tanah Menurut ahmad Riyadi (23 tahun), adik kandung Salmah, ketegangan antara kakaknya dengan orang tua dan keluarganya bermula dari persoalan tanah. Pada tahun 1997, karena bujukan dan paksaan suaminya Salmah memaksakan diri hendak menjual tanahnya kepada orang lain untuk menambah modal usaha warungnya. Padahal tanah itu sangatlah berguna untuk menghidupi orang tua dan adik-adiknya, karena disana ada sumur yang bisa dimanfaatkan. Karena itulah semua keluarganya berharap agar Salmah tidak menjual tanah itu kepada orang lain. Tanpa sepengetahuan orang tuanya terlebih dahulu, tanah ini dijual kepada pengusaha tahu dengan harga dua kali lipat dari harga yang dia beli. Namun belum sempat Salmah menerima uang pembelian tanah itu, tiba-tiba orang tuanya mengetahuinya. Kemudian Salmah ditegur dan
60
dinasehati agar tanah itu jangan dijual. Akan tetapi Salmah tetap memaksakan diri. Dia tetap tegar dengan niatnya semula akan menjual tanahnya kepada pengusaha. Puncaknya, dengan geramnya ayah Salmah mengalah. “ya sudah kalau begitu, sebaiknya tanah itu kami beli saja. Tapi tolong harganya jangan dua kali lipat!” ucap ayahnya dengan marah. Sebagai tanda hormat kepada orang tua, akhirnya Salmah setuju dengan tawaran orang tuanya dan kemudian dia pun membatalkan transaksi jual belinya dengan pengusaha itu. Orang tua Salmah kemudian meminjam uang pada anaknya yang nomor tiga, Suroso, dan anaknya yang nomor empat, Sundari. Namun uang itu belum mencukupi. Karena kurang beberapa ratus ribu lagi, orang tua Salmah kemudian menjual semua barang berharganya, seperti lemari pakaian, sofa, TV, sepeda dan sebagainya dengan harga murah sekali. Akhirnya terkumpullah uang yang diminta Salmah. Kemudian uang itupun diberikan kepadanya. Namun ketika akan memberikan uang itu, ayahnya sempat bilang kepada Salmah, “ini tanahmu aku bayar dengan harga yang kamu beli dulu, tapi mulai sekarang ini jangan lagi menginjakan kakimu di rumah ini.” Sambil menangis ibunya juga bilang kepada Salmah, “ karena kamu sudah menyusahkan orang tua, lihat saja nanti karma yang akan kamu dapat.” Cerita diatas merupakan kejadian yang menimpa Salmah akibat durhaka kepada kedua orang tuanya sehingga orang tuanya tidak meridloi apa yang di lakukan Salmah. Salmah tersiksa karena selama empat hari tidak susah melahirkan. Durhaka kepada orang tua, itulah pesan yang dapat kita ambil dari kisah di atas. Allah swt mengajarkan kepada umatnya untuk menghormati orang tuanya. Allah swt berfirman:
ﻰـﺎﻣﻴﺘﺍﹾﻟـﻰ ﻭﺮﺑ ﻭﺑِـﺬِﻱ ﺍﹾﻟ ﹸﻘ ﺎﺎﻧﺣﺴ ﻳ ِﻦ ِﺇﺪ ﺍِﻟﻭﺑِﺎﹾﻟﻮ ﻴﺌﹰﺎ ﺷ ﺸ ِﺮﻛﹸﻮﺍ ِﺑ ِﻪ ﻭﻟﹶﺎ ﺗ ﻪ ﻭﺍ ﺍﻟ ﱠﻠﺒﺪﻋ ﺍﻭ ـﺒِﻴ ِﻞﺑ ِﻦ ﺍﻟﺴﺍﺐ ﻭ ِ ﻨ ﺠ ﺐ ﺑِﺎﹾﻟ ِ ﺎ ِﺣﺍﻟﺼﺐ ﻭ ِ ﻨﺎ ِﺭ ﺍﹾﻟﺠﺍﹾﻟﺠﻰ ﻭﺮﺑ ﺎ ِﺭ ﺫِﻱ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺍﹾﻟﺠﲔ ﻭ ِ ﺎ ِﻛﻤﺴ ﺍﹾﻟﻭ (36 :ﺍ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀﻮﺭﺎﻟﹰﺎ ﹶﻓﺨﺨﺘ ﻣ ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻣ ﺐ ﺤ ِ ﻳ ﻪ ﻟﹶﺎ ﻢ ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟ ﱠﻠ ﻧ ﹸﻜﺎﻳﻤﺖ ﹶﺃ ﻣ ﹶﻠ ﹶﻜ ﺎﻭﻣ Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu dan bapak. ( QS. An Nisa :36)10
10
Departemen Agana Republik Indonesia, Al-Qur'an Al Karim dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Toha Putra), hal. 66
61
TUBUH BERNANAH DAN KAKI MEMBESAR Hidayah, Pebruari 2004 Berikut ini kami sajikan cerita tentang sepasang suami istri yang biasa makan hasil riba dan melupakan shalat. Di akhir hayat mereka, seorang menantu mereka mampu membuat mereka sadar dan bertobat kepada Allah. Selepas bekerja menjadi mandor perkebunan karet selama 20 tahun lebih, beberapa bulan kemudian, Wiyono (69 tahun) terserang penyakit. Ia mengalami kesulitan berjalan. Dari pangkal paha sampai ujung kakinya membesar. Jalannya ngangkang dan pelan. Kalau berjalan, kedua kakinya membentuk huruf O. Wiyono tak mau berobat ke dokter. Bukan karena ia tak memiliki biaya. Ia pikir, sebentar lagi juga akan sembuh. Akan tetapi, semakin hari penyakitnya tak kunjung pergi. Pahanya tidak mau mengecil seperti keadaan semula. Seringkali Wiyono merintih sedih seraya memegang kedua kakinya. Kata-kata kotor dan tidak sopan keluar tanpa di kontrol. Tak Kunjung Usai Bulan berlalu, tahun pun berganti. Wiyono tetap keras kepala tidak mau mendengar nasehat orang lain. Ia tidak mau berobat. Keadaan penyakitnya menunjukkan tidak ada tanda-tanda akan membaik dari kedua kakinya. Jalanya masih tetap ngangkang dan lambat. Muhsairoji (menantunya) terus mengingatkan agar mertuanya mau melaksanakan shalat dan meminta pertolongan kepada-Nya agar diberi kesehatan. Tak terasa enam tahun lebih Wiyono merasakan derita itu. Tiba-tiba beberapa hari kemudian, bengkak yang mendera kedua kakinya mulai mengecil. Jalannya tidak lagi ngangkang dan agak sedikit cepat dari biasanya. Ia tersenyum bangga. Tidak lebih dari sebulan Wiyono merdeka dari belenggu kesedihan, musibah datang lagi, tiba-tiba ia tidak dapat berjalan sama sekali. Kedua kakinya lumpuh total. Istri, anak angkat, menantu dan cucunya tidak tega melihat Wiyono yang tidak mampu bergerak sedikitpun Kendati demikian, Wiyono tidak mau memohon kesembuhan kepada Allah SWT. Wataknya memang keras. Keadaan penyakit lumpuh Wiyono tak banyak mengalami perubahan. Muhsaroji tak bosan-bosan menyuruhnya untuk sholat dan berdoa kepada yang maha kuasa. Wiyono mengikuti nasehatnya. Dalam kondisi tak berdaya secara perlahan diajarkan tata cara berwudlu dan seputar praktek sholat. Tak terasa sudah satu tahun lebih Wiyono mengerjakan sholat lima waktu dalam keadaan lumpuh. Siang itu pada tahun 1996 Wiyono menghembuskan nafas yang terakhir diatas tempat tidurnya dalam keadaan masih lumpuh. Adapun istrinya Wiyanti masih bersahabat dengan penyakitnya. Sejatinya Wiyanti tergetar kalbunya dengan peristiwa ini. Sayangnya, seakan-akan ia tak berpikir untuk mengikuti jejak suaminya. Sekujur tubuh Wiyanti dipenuhi bulatan kecil seperti bisul yang berisi nanah
62
disertai darah. Awalnya, seluruh badannya terasa gatal-gatal. Setelah digaruk muncul benjolan-benjolan yang menjalar cepat. Muhsairoji dan tetangganya menganjurkan agar Wiyanti berobat. Ia malah menolak Seringkali dua atau tiga benjolan pecah mengeluarkan kotoran darah. Semakin hari penyakit ganjil itu bukannya membaik malah membuatnya semakin menyeramkan. Tiba-tiba balungnya keluar dari betisnya yang membengkak. Tulang kakinya menyembul dan borok yang mengitarinya sangat menjijikan. Warnanya merah sedikit keputih-putihan. Kulit luarnya sobek menganga. Lapisan kulit dalamnya terlihat jelas disertai darah putih yang berwarna bening. Naudzubillahi min Dzalik. Penyakit Baru Dua tahun sudah berlalu, namun penyakitnya tidak hengkang juga dari kakinya. Memasuki akhir tahun ketiga, tulangnya sedikit demi sedikit kembali masuk ke tempatnya. Bekas lukanya menjadi daging yang menggumpal. Boroknya semakin berkurang dan mulai mengering. Rasa gatal yang terus mengikutinya turut sirna. Rasanya baru dua bulan telah ia lewat. Gatal itu lagi-lagi menyerangnya. Kali ini giliran jari manis dan jari tengah kaki kirinya yang tertimpa. Sudah dua setengah tahun Wiyanti menanggunya seorang diri, penyakit ini terus menggerogotinya hingga ketulang sum-sum dan kedua jarinya membusuk. Warnanya hitam kemerah-merahan. Baunya anyir sangat menyengat hidung. Muhsaroji menyadarkannya agar menginggat Allah SWT. dan memohon pertologan-Nya. Tangannya memegang kakinya dengan penuh perasaan. Wiyanti berjanji akan berubah dan meminta diajarkan bagaimana orang melakukan shalat. Satu tahun sudah ia menjalankan shalat yang selama ini ditinggalkan. Selepas shalat, karena ia menangis mengakui kesalahanya. Kalau rasa nyeri itu menghampiri, ia sering menyebut asma (nama) Allah atau kalimat Thayibah lainnya. Pada satu malam menjelang tidur, Wiyanti mengelus kakinya. Ketika menyentuh kedua jarinya yang sudah membusuk lama, ia kaget. Keduanya putus sendiri tanpa disengaja dan ia tidak merasakan sakit. Tidak Punya Anak Wiyono dan Wiyanti (sekarang berusia 79 tahun, red.) berasal dari Tangeran. Suami istri ini merantau di kabupaten Semarang. Wiyono bekerja sebagai mandor di perkebunan karet. Sedang Wiyanti berjualan cengkih, ayam dan telor di pasar tradisional. Sayangnya mereka tidak dikarunia buah hati. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengasuh anak keponakannya sejak kecil. Anak angkatnya bernama Suratmi yang kemudian menikah dengan Muhsaroji. Semasa jayanya , suami istri ini menjadi tumpuan masyarakat dalam hal ekonomi. Mereka sangat berwibawa. Kehidupan mereka cukup mapan, bahkan termasuk orang yang terpandang secara materi di kampungnya. Sayang, mata hatinya sudah gelap tertutup kilaunya dunia.
63
Isterinya pun tak jauh berbeda. Misalnya dimasa paceklik (krisis) bukannya menolong masyarakat dengan meringankan beban mereka seperti shadaqah dan amal, namun mereka malah membebaninya. “Mertua saya dulunya memang sibuk ngurusi dan ngumpulin harta. Sampai tidak sempat shalat. Kalau ada orang yang meminjam duit ke mertua, biasanya mertua menginginkan kembaliannya dua sampai tiga kali lipat. Islam melarang umatnya memakan harta dari hasil riba atau membungakan uang. Hukum Islam memandang riba sebagai sistem ekonomi yang zalim, karena merugikan satu pihak (orang-orang lemah) dan menguntungkan pihak lain (orang-orang berharta). Orang-orang yang hidup dari riba akan mendapat balasan kelak di akhirat. Akan tetapi tidak semua perbuatan buruk hanya mendapat balasan di akhirat. Kadangkala ada juga perbuatan yang mendapat balasan meskipun di dunia. Apalagi, jika orang tersebut melupakan perintah agama, seperti shalat. Cerita di atas menceritakan sepasang suami istri yang mengumpulkan harta sehingga melupakan sholat serta memakan harta hasil riba atas uang pinjaman yang dipinjamkan kepada orang miskin. Di akhir hidupnya mengalami sakit yang sangat menyiksa keduanya, walaupun pada akhirnya pasangan suami istri tersebut sadar dan kembali melakukan sholat sehingga derita tersebut berakhir berkat kemurahan Allah swt. JANIN MENGHILANG SETELAH TUJUH BULAN DI KANDUNG Hidayah, Maret 2004 Kehamilan Tidak Disyukuri. Siang itu suasana masih tampak hening. Dari kejauhan terdengar sayup-sayup deru mobil yang melintas di jalan tol Serang, Banten yang letaknya kebetulan persis di samping desa. Terlihat, ibu Elvira Novitanti (23 tahun). bergegas menuju ke rumah bidan untuk memeriksa kondisi kesehatannya. Setelah beberapa saat diperiksa, bidan ibu Ina menyatakan kalau ia positif hamil. Dua minggu kemudian, pak Asep (suami Ibu Novi) langsung membawa istrinya ke rumah sakit dinas kesehatan tentara (DKT) kota Serang, Banten, untuk melakukan USG, ternyata setelah diperiksa, ibu Novi dinyatakan positif hamil 3 bulan. “Waktu itu, dokter memperlihatkan layar komputer yang didalamnya terdapat gambar isi kandungan. Gambarnya masih berbentuk bulatan kecil. Menurut dokter,
64
itu masih berbentuk gumpalan darah dan belum terlihat janinnya”, lanjutnya Ibu Novi. Semenjak itu, perhatian pak Asep semakin bertambah kepada istrinya, bahkan, mempekerjakan seorang untuk membantu istrinya agar tidak terlalu capek. Pak Asep pun mempunyai kebiasaan baru, yaitu membelikan istrinya buku-buku tentang kehamilan dan bayi. Pak Asep secara rutin sebulan sekali, memeriksa kandungan istrinya dan beberapa kali melakukan USG di RSIA Budiasih yang biayanya lebih murah semula, semuanya berjalan baik-baik saja sampai suatu saat ujian Allah SWT itu pun datang. Tiba-tiba perusahaan tempat Pak Asep bekerja, nyaris bangkrut. Order perusahaan kian menurun, sehingga jam kerja karyawan berubah semakin sedikit, dan berarti itu penghasilan karyawan pun semakin kecil. Demikian pula pada Pak Asep. Keraguan dan ketakutan seketika menyelimuti diri pak Asep. Kini, ia lebih banyak melamun dan marah-marah. Sebab, kerjanya yang semula hampir seminggu penuh dikurangi menjadi dua hari dengan alasan efisiensi. Ternyata, problem pekerjaannya itu membuat pak Asep patah arang. Ia merasa khawatir, penghasilannya yang kini pas-pasan tidak mampu membiayai keluarga yang baru: jabang bayi yang kini di kandung istrinya. Ia takut, kehadiran anaknya akan membuat kebutuhan bertambah besar dan berat. “Sebagai isteri saya hanya bisa menghibur. Saya mencoba menghibur suaminya dengan kehamilan itu. Tapi suami saya justru berubah menjadi membencinya tentu saja hal itu membuat saya sakit hati. Saya masih ingat, pada suatu siang suami saya berkata bahwa dirinya belum siap menjadi bapak. Dia takut kalau nantinya tidak bisa memberikan kasih sayang dan perhatian penuh kepada anak kami. Apalagi, penghasilannya hanya pas-pasan. Jadi, suami saya semakin takut menerima kenyataan”, jelas Ibu Novi mengenang kejadian itu. Kehamilan Mendadak Hilang Semakin hari kehamilan ibu Novi semakin besar sehingga ia mulai tampak kesulitan bergerak. Melihat hal itu timbul rasa kasihan datang dari pak Asep terhadap istrinya. Jika ia terus menunjukkan sikap tidak suka terhadap kehamilan istrinya, ia khawatir akan semakin memperparah kondisi psikologi istrinya itu. Akhirnya pak Asep tersadar dan mau menerima semua cobaan Allah SWT atas pekerjaannya. Pak Asep menyuruh istrinya untuk memeriksakan kembali kandungannya. Waktu itu, usia kehamilan ibu Novi sudah berjalan 7 bulan. Lantas, mereka berdua menuju rumah sakit untuk melakukan USG. “Hampir 10 menit sang dokter memutar-mutar alat diatas perut Ibu Novi. Antara percaya dan tidak, dokter mengatakan bahwa di dalam perut Ibu Novi tidak ada bayi, namun hanya ada cairan.”
65
Ibu Novi belum bisa percaya dengan apa yang baru ia alami. Sebab, beberapa hari sebelumnya ia telah melakukan kontrol ke bidan Ina dan dinyatakan kandungannya dinyatakan sehat-sehat saja. Penasaran dengan vonis dokter tadi, Ibu Novi beserta suaminya lalu mencari Dokter lain yang dianggap lebih bagus. Setelah diperiksa beberapa saat, dengan berat hati dr. Irwan yang memeriksa mengatakan, “Maafkan saya ibu, apa yang dikatakan dokter Erni itu betul, bahwa di dalam perut ibu tidak ada bayi! Mohon bersabar ya ibu..!” ujar dokter Irawan. Masih tidak percaya dengan keterangan kedua dokter itu, pak Asep atas desakan ibu Novi mencari dokter yang lain dengan harapan pemeriksaan itu salah. Apa mau dikata, lagi-lagi hasil yang diberikan sama. Dokter yang terakhir memeriksa hanya menyarankan agar kandungan ibu Novi diperiksa ke dokter Sepesialis penyakit dalam. Kemudian Ia memutuskan untuk memeriksakan kembali kandungan istrinya ke dokter spesialis penyakit dalam, namun setelah diperiksa, dokter hanya menyarankan agar ibu Novi berpuasa dan menahan untuk tidak buang air kecil selama kurang lebih 5 jam. Dokter juga menerangkan bahwa ibu Novi menderita penyakit Ascites tanpa pernah memberi penjelasan lebih lanjut, apa penyakit Ascites itu. Beberapa waktu kemudian, terjadi keanehan. Kandungan ibu Novi yang lumayan besar, mendadak Kempes (mengecil) dan kembali seperti sebelum hamil. Lebih anehnya setelah diperiksa lagi ke dokter spesialis penyakit dalam, ternyata penyakit dan cairan di dalam kandungan ibu Novi dinyatakan dalam keadaan sehat wal’afiat. SubhanAllah SWT. Syukur nikmat merupakan bagian upaya manusia untuk menghargai apa yang telah diberikan Allah swt. Apalah jadinya jika manusia kufur. Kisah di atas menceritakan orang yang kufur nikmat, sehingga nikmatnya dicabut oleh allah swt. Allah swt berfirman:
(7 : )ﺍﺑﺮﺍﻫﻢﺸﺪِﻳﺪ ﻋﺬﹶﺍﺑِﻲ ﹶﻟ ﻢ ِﺇ ﱠﻥ ﺗﺮ ﻦ ﹶﻛ ﹶﻔ ﻭﹶﻟِﺌ ﻢ ﻧ ﹸﻜﺪ ﻢ ﹶﻟﹶﺄﺯِﻳ ﺗﺮ ﺷ ﹶﻜ ﻦ ﻢ ﹶﻟِﺌ ﺑ ﹸﻜﺭ ﺗﹶﺄ ﱠﺫ ﹶﻥ ﻭِﺇ ﹾﺫ Dan (ingatlah juga) tatkala tuhanmu memaklumkan : "sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"11 (QS. Ibrahim: 7) Dan meminta selain kepada-Nya. Tentu balasan yang setimpal akan menimpa bisa di akhirat, tapi tak mustahil diperlihatkan pula saat masih di dunia. Kisah diatas sebagai buktinya. Asep seorang kepala 11
Ibid., hlm. 204
66
rumah tangga yang tidak mensyukuri nikmat atas kehamilan istrinya sehingga allah mencabut nikmat tersebut. Bayi di dalam kandungan yang sudah berusia tujuh bulan tiba-tiba lenyap.
DERITA DI UJUNG HAYAT SEORANG GAY Hidayah, April 2004 Hawa sejak asih terasa menyentuh kulit ketika para pendudukan di sebuah perumahan elit, di pinggir kota Kuala Lumpur, Malaysia mulai beraktifitas. Namun suasana cerah pagi itu tidak berarti apa-apa bagi Hj. Saodah (65 tahun) sekeluarga. Pasalnya, hampir semalaman derai tangis dan ratapan penyesalan mewarnai rumah mereka. Rintihan sang anak yang meminta ampunan dan tangisan kemarahan orang tuanya. Aids Dan Bisul-Bisul Yang Menjijikkan Sudah hampir delapan tahun Salim (34 tahun) menetap di kota London, Inggris. Sejak lulus kuliah di salah satu Universitas kenamaan dan meriah predikat Cumlaude, ia langsung mendapat pekerjaan Engineer (Insinyur) di sebuah perusahaan di kota itu Padahal, Salim masih berstatus warga negara Malaysia. Prestasi kerja Salim di dalam perusahaan sangat mengagumkan, membuat ia disukai teman-teman dan pemimpinnya. Di kota ini Salim mempunyai kenalan seorang-seorang supir taksi biasa dipanggil Mr. Ronald (50 tahun). Diantara keduanya terjalin persahabatan yang akrab. Kebetulan, flat tempat tinggal Mr. Ronald hanya berjarak tiga blok dari flat Salim. Mr. Ronald merupakan suami seorang wanita yang berasal dari New Castle. Sampai perkawinannya memasuki lima belas tahun, ia belum juga dikaruniai keturunan. Bukan karena istrinya kurang sehat atau mandul, tapi karena perkawinan itu hanyalah kedok semata. Sebab, sejak usia lima belas tahun, ia sudah tidak memiliki ketertarikan dengan lawan jenis. Hal itu disebabkan trauma masa kecilnya yang pernah disodomi oleh James, adik ibunya. Perilaku Salim yang kemayu dan lemah lembut membuat Mr. Ronald tertarik. Salim sendiri merasa nyaman dengan kebaikan dan cara berbicara Mr. Ronald semakin dekat. Bahkan hubungan keduanya bukan lagi hubungan antar sopir taksi dan penumpangnya, tapi lebih dari itu. Mereka resmi berpacaran dan sering terlihat pergi berdua menggunakan taksi menuju tempat-tempat wisata. Hubungan keduanya sudah layak seperti pasangan suami isteri. Naudzubila. Salim sebagai istrinya dan Mr. Ronald sebagai suaminya. Namun, sepintar-pintar tupai melompat pasti akan jatuh juga. Isteri Mr. Ronald akhirnya mengetahui tabiat yang menyimpang dari suaminya dan seketika meminta cerai. Setelah kejadian itu, perilaku Mr. Ronald dan Salim semakin menjadi-jadi. Mereka nekad tinggal di sebuah flat milik Salim.
67
Pernah suatu kali, Ijah (22 tahun), pembantu rumah tangga yang berasal dari Indonesia, memergoki majikannya itu berciuman mesra ketika ia hendak membereskan kamarnya. Sayang. Ijah tidak berani mengadukan perihal putra kesayangan ibu, Salim tetap anak baik dan normal-normal saja. Sampai suatu ketika, Salim mengalami demam dan berkeringat pada malam hari selama berminggu-minggu. Ia merasakan tubuhnya cepat letih dan tak bergairah. Tidak hanya itu ia pun sering diare dan batuk disertai sesak nafas. Emosinya pun tak terkontrol, ia jadi suka marah-marah, sakit kepala dan lamban berfikir dan kejang-kejang pada waktu-waktu tertentu. Akhirnya, ia memutuskan untuk memeriksa penyakitnya ke dokter David. Namun, penyakit yang diderita Salim tidak kunjungkunjung sembuh, bahkan semakin parah. Ia menemukan tubuhnya dipenuhi bintik-bintik berwarna keungu-unguan yang tidak biasa, berat badannya pun turun drastis tanpa alasan yang jelas. Selama itu yang membuatnya tercengang tidak karuan, ia mendapati ada pembebasan kelenjar pada leher, ketiak dan lipatan pahanya. Melihat kondisi Salim yang mengenaskan, dokter David menyarankan agar Salim mau diambil contoh darahnya untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium. Hasilnya sungguh mengagetkan, Salim dinyatakan positif mengidap penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Sndrome) yang menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh. Na’udzubillah tsuma Na’udzubillah. Mendengar vonis tersebut, Salim terkejut bukan kepalang. Ia tidak percaya dengan hasil tersebut. Pasalnya, selama ini merasa telah berusaha untuk berhubungan seks dengan aman dan sehat agar tidak terjangkit penyakit kelamin apa pun. Untuk lebih meyakinkan, Salim pergi ke dokter yang lain, tetapi hasilnya tetap tidak berubah, ia dinyatakan positif AIDS. Setahun sudah berlalu sejak Salim divonis AIDS. Semakin hari, kondisi Salim semakin memilukan. Tubuhnya yang dahulu padat berisi karena teratur berolahraga, kini menjadi pucat dan kurus. Wajahnya yang kemayu terlihat cekung. Sorot matanya sayu. Lebih mengenaskan lagi, sekujur tubuhnya mulai dipenuhi bisul-bisul tersebut memecah dengan sendirinya dan menimbulkan bau anyir yang memualkan. Lama-kelamaan dampak penyakit AIDS yang menggrogoti Salim semakin parah. Salim tidak kuat lagi dan berharap dapat pulang menemui keluarganya. Ia pun memutuskan kembali ke kampung halamannya di Kuala Lumpur. Para keluarga menunggu kedatangannya masih tidak tahu tentang apa yang terjadi sebenarnya. Mereka terheranheran, Salim yang dikira sehat wal afiat, kini berubah kurus dan sangat menderita. Akhirnya, dosa itu pun terkutuk sudah. Semua keluarga tahu kalau Salim mengidap penyakit AIDS, penyakit yang belum ada obat penawarnya. . Dari hari kehari, tubuh semakin menghawatirkan. Bisul-bisul kecil bernanah darah yang menyelimuti sekujur tubuhnya semakin
68
banyak. Setiap pecah selalu menimbulkan bau yang menjijikan. Anehnya, bisul-bisul kecil ini sulit dihilangkan. Pasalnya setiap pecah dan mengering, ia selalu tumbuh lagi. Belum lagi merasa panas dan gatal-gatal yang menyerap Salim disetiap saat. Akhirnya, Salim hanya bisa pasrah dan meratapi nasibnya. Derita yang dialami Salim, barangkali hanyalah sebagian kecil dari siksa Allah terhadap hamba-Nya yang Zalim, dan tidak mau mengambil hikmah serta iktibar atas apa yang telah dijelaskan dalam AlQur'an. Sebab jauh sebelum azab itu datang, kaum Nabi luth telah mengalaminya, Bahkan lebih parah dari Salim. Kaum Nabi Luth adalah kaum yang
gemar melakukan homo seksual, sehingga Allah
menurunkan azab kepada mereka (kaum Nabi Luth). Allah swt berfirman:
.ﻮ ٍﺩﻨﻀ ﻣ ﻴ ٍﻞﻦ ِﺳﺠ ﺭ ﹰﺓ ِﻣ ﺠﺎ ﺎ ِﺣﻴﻬ ﻋ ﹶﻠ ﺎﺮﻧ ﻣ ﹶﻄ ﻭﹶﺃ ﺎﺳﺎ ِﻓ ﹶﻠﻬ ﺎﻴﻬﺎِﻟﺎ ﻋﻌ ﹾﻠﻨ ﺟ ﺎﺮﻧ ﻣ ﺎ َﺀ ﹶﺃﺎ ﺟﹶﻓ ﹶﻠﻤ (82-83:ﺒﻌِﻴ ٍﺪ )ﻫﻮﺩﲔ ِﺑ ﻦ ﺍﻟﻈﱠﺎِﻟ ِﻤ ﻲ ِﻣ ﺎ ِﻫﻭﻣ ﻚ ﺑﺭ ﺪ ﻨ ﻣ ﹰﺔ ِﻋ ﻮ ﺴ ﻣ
Maka tatkala datang adzab Kami, maka kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (kami balikkan), dan kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi. Yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim12. (QS. Huud : 82-83)
JENAZAH BERUBAH MENGHANGUS Hidayah, Mei 2004 Keluarga Karta nampaknya sangat harmonis, masyarakat pun akrab dengan keluarga Karta. Emang pada awalnya di keluarga itu tidak pernah terjadi persetruan. Namun, dikemudian harinya ada masalah, halhal yang remeh pun bisa menjadi bahan masalah. Terutama antara ibu Fatimah dan istri Karta selalu terjadi saja perselisihan. Ibu Fatimah sering menerima cacian, hinaan, fitnahan dari istri Karta. Akan tetapi ibu Fatimah selalu sabar, menerimanya. Dia tidak pernah membalas perlakuan sang menantu. “Eh tua bangka, jangan enak-enakan disini ya…… memangnya gak ada yang dikerjain, kerjanya cua ngobrol aja?” bentak menantunya. Padahal sang ibu sudah bekerja seharian penuh, namun ada saja yang salah dari dirinya. Cacian, hinaan, fitnahan selalu saja ada 12
Ibid., hlm. 184
69
dituduhkan ke dirinya. Bahkan darah dagingnya sendiri yang ia rawat sejak kecil ikut membencinya. “Mas, saya tidak suka dengan ibu, masa seharian kerjanya cuma duduk-duduk saja, sayakan capek sudah harus merawat si dini, merapikan rumah, eh…ada yang lain bukannya ikut membantu” kata Nita kepada suaminya. Hasutan demi hasutan terus dituduhkan kepada ibunya. Tak tahan mendengar pengaduan si istri, Karta yang tadinya tidak ambil pusing akhirnya menegur ibunya. Hingga suatu malam terjadi pertengkaran yang hebat. “Mas saya sudah nggak sanggup tinggal di rumah ini, seperti di neraka saja. Saya atau dia yang keluar dari rumah ini. Kalau mas nggak juga mengeluarkan tua bangka itu dari rumah malam ini juga, saya yang akan keluar ! tantang Nita. Karena termakan dengan fitnah istrinya, akhirnya Karta tega mengusir ibunya sendiri. “Bu saya sudah nggak sanggup dengan sikap ibu. Ada saja pertengkaran yang muncul. Dari pada rumah tangga saya hancur karena keberadaan ibu di rumah ini, lebih baik ibu keluar dari rumah ini malam ini juga. Ibu bisa tinggal di rumah Tini atau Tuti, “usir Karta. Saya tidak mau tahu, bagaimanapun caranya ibu harus meninggalkan rumah malam ini juga,” bentak Karta tanpa rasa risih lagi. “Nak, ibu akan keluar dari sini. Akan tetapi malam sudah larut, bagaimana mungkin ibu pergi. Izinkan ibu untuk tinggal malam ini saja, esok pagi ibu akan meninggalkan rumah ini,” pinta ibu Fatimah. “Keluar! Saya tidak mau tahu!” bentak Karta dengan bengis. Bahkan dengan sombongnya Karta pun mendorong ibunya keluar. Nita, isteri Karta berdiri dengan angkuhnya, seakan-akan menunjukan dirinya bahwa dialah pemenangnya. Hanya dengan berbekal beberapa potong pakaian tanpa diberinya uang satu rupiah pun, ibu Fatimah meninggalkan rumah itu. “Saya tidak akan ridha dunia akhirat akan perlakuannya kepadaku, kuharamkan air susu yang telah diminumnya, semoga dia dibakar di dunia dan di akhirat,” kutuk ibunya Fatimah. Di sepanjang jalan wanita itu terus bersumpah atas perlakuan keji anaknya. Sejak kepergian ibunya, kehidupan rumah tangga Karta bukan bertambah harmonis. Bahkan, belakangan Karta jatuh sakit. Sembilan bulan lamanya Karta melawan sakit yang ia derita. Berawal hanya gatalgatal biasa, kemudian lama kelamaan tampak memerah disekitar perutnya. Beberapa faktor dan para normal telah ia datangi, namun pengobatan yang dijalaninya sia-sia saja, tak ada hasilnya. Bahkan, harta yang ia miliki mulai habis untuk mengobati penyakitnya itu. Badannya mulai mengurus, jalan pun sudah tak sanggup. Akhirnya dia terbaring lemah sepanjang waktu di ranjangnya. Dari perutnya, keluar cairan yang sangat bau. Badannya tak dapat digerakgerakkan ke kanan dan kekiri karena akan menimbulkan sakit yang amat sangat bila bergerak. Belakang tubuhnya pun mulai lecet-lecet disebabkan lamanya tubuh itu terbaring kaku di ranjang.
70
Karta menyadari bahwa sakit yang dideritanya itu disebabkan oleh sikapnya yang telah mendurhakai ibunya sendiri. Maka dia pun meminta agar sang ibu datang kerumahnya agar dia bisa minta maaf kepada sang ibu. Maka diutuslah seorang tetangganya untuk meminta ibunya datang. Tapi sang ibu tidak bergeming. Hatinya terlalu sakit menerima perlakuan anaknya yang kurang ajar dan tidak tahu balas Budi itu. Sementara itu, diranjangnya, Karta terus merasakan sakit yang amat sangat. Tubuh Karta meronta-ronta kesakitan. Matanya melotot seakan ada makhluk yang sangat menyeramkan dihadapannya. Sampai datang waktu subuh, Karta masih saja merasakan sekaratul maut. Nita pergi meninggalkan suaminya untuk menunaiknan shalat shubuh. Dengan air mata yang berlinang ia sujud memohon kepada Allah SWT agar suaminya cepat di ambil nyawanya dari pada harus tersiksa seperti itu. Pada pukul setengah enam, Karta menghembuskan nafas terakhirnya, dengan mata melotot, setelah melihat ke atas dan jari tangan yang membengkok kaku serta mulut yang menganga lebar. Orang-orang sibuk menyiapkan perosesi kematiannya Karta. Setelah selesai dishalati, jenazah pun dibawa ketanah pemakaman. Tak berapa lama, rombongan pengiring jenazah pun bersiap kembali ke mobil. Tiba-tibalah datang beberapa orang laki-laki yang dengan tergesa-gesa.“Saya tidak mengizinkan mayat ini dikubur di tanah ini, karena kami sudah membayar tanah di sekitar sini. Tanah ini sudah menjadi kapling pemakaman keluarga kami. Saya mohon angkat jenazah itu sekarang juga,” ujar orang itu.“Kami tidak mau tahu. Mayat ini sudah dikubur, tidak mungkin kami gali lagi,” jawab ustadz Abdullah. Karena orang yang mengaku milik tanah kapling itu tidak mau ngalah, akhirnya pihak keluarga Karta terpaksa mengalah juga. Maka makam yang baru sekitar tiga puluh menit ditimbun itu pun digali kembali untuk dipindahkan ke tempat yang lain. Ketika mayat itu hendak diangkat, orang-orang yang mengangkatnya keheranan, karena ukuran jenazah itu tampak lebih pendek dari semula. Keanehan itu tentu saja membuat heran orang-orang yang mengangkat jenazah. “Pak ustadz kain kafanya dibuka dulu. Sepertinya kok ada yang ngga beres?” kata beberapa orang. Begitu kain kafan terbuka, mayat Karta yang baru beberapa puluh menit saja di kubur itu, telah berubah menjadi hitam dan gosong seperti hangus terbakar. Kakinya tertekuk hingga ke dada, begitu juga tangannya tertekuk. Mayat itu tidak lagi bentuknya tidak lagi lurus melainkan berubah seperti monyet. Pantas saja, kalau ayat itu sepertinya lebih pendek dari keadaanya semula. Melihat kondisi jenazah yang mengerikan seperti itu, maka mereka segera membungkus kembali dengan kain kafan tadi. Sementara beberapa orang mulai menggali lubang kubur baru yang letaknya di pinggir areal pemakaman, dekat pagar batas.
71
Karta merupakan orang yang dilaknat oleh ibunya sehingga laknat Allah pun menimpanya. Karta di akhir hidupnya menderita bahkan jenazahnya mengecil dan menghitam seperti habis terbakar. Di masa hidupnya Karta lebih mencintai istrinya dari pada ibunya yang telah melahirkan dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Karta bertindak kejam kepada ibu kandungnya sendiri. Karta memaki ibunya bahkan sampai tega mengusir dari rumahnya di tengah malam, padahal usia ibunya sudah lanjut. Dalam Islam berkata 'ah' kepada orang tua saja dilarang apalagi sampai mengusir dan menganiayanya. Allah swt berfirman :
ﺎﻫﻤ ﺪ ﺣ ﺮ ﹶﺃ ﺒﻙ ﺍﹾﻟ ِﻜ ﺪ ﻨ ﻦ ِﻋ ﻐ ﺒﻠﹸ ﻳ ﺎﺎ ِﺇﻣﺎﻧﺣﺴ ﻳ ِﻦ ِﺇﺪ ﺍِﻟﻭﺑِﺎﹾﻟﻮ ﻩ ﺎﻭﺍ ِﺇﻟﱠﺎ ِﺇﻳﺪﻌﺒ ﺗ ﻚ ﹶﺃﻟﱠﺎ ﺑﺭ ﻰﻭ ﹶﻗﻀ ﺎﻬﻤ ﺾ ﹶﻟ ﺧ ِﻔ ﺍ ﻭ: ﺎﻮﻟﹰﺎ ﹶﻛ ِﺮﳝ ﺎ ﹶﻗﻬﻤ ﻭ ﹸﻗ ﹾﻞ ﹶﻟ ﺎﻫﻤ ﺮ ﻬ ﻨ ﺗ ﻭﻟﹶﺎ ﻑ ﺎ ﹸﺃﻬﻤ ﺗ ﹸﻘ ﹾﻞ ﹶﻟ ﺎ ﹶﻓﻠﹶﺎﻫﻤ ﻭ ِﻛﻠﹶﺎ ﹶﺃ (24-23:ﺍ )ﺍﻹﺳﺮﺍﺀﺻ ِﻐﲑ ﺎﻧِﻲﺑﻴﺭ ﺎﺎ ﹶﻛﻤﻬﻤ ﻤ ﺣ ﺭ ﺏ ﺍ ﺭ ﻭ ﹸﻗ ﹾﻞ ﻤ ِﺔ ﺣ ﺮ ﻦ ﺍﻟ ﺡ ﺍﻟ ﱡﺬ ﱢﻝ ِﻣ ﺎﺟﻨ
Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah kami mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana nereka berdua telah mendidik aku waktu kecil13. (QS. Al Isra: 23 - 24)
DARAH DAN NANAH MEREMBAS DI KAIN KAFAN Hidayah, Juni 2004 Mungkin ini pemandangan yang paling menyedihkan dari proses pemakaman jenasah. Betapa tidak, jenasah besar itu digotong diatas keranda buatan tanpa tutupnya, karena bagian kaki jenazah tidak bisa diluruskan, sehingga jenasah itu tampak dari luar. Mirisnya lagi kain kafan yang menutupinya terus dirembasi darah dan nanah yang bau, sehingga orang-orang yang menghitungnya terpaksa menutup hidungnya untuk menghindari bau amis yang keluar dari jenasah. Bukan hanya bau yang harus di tanggung para penggotong keranda. Mereka juga harus berusaha sekuat tenaga menahan berat yang membeban dipundak 13
Ibid., hlm. 227
72
mereka, karena besarnya jenazah yang melebihi ukuran biasanya. Maka wajar saja kalau para pengusung keranda itu bukanlah keluarga dekat atau sanak saudara dari si mayit, melainkan hanya orang-orang yang di bayar untuk pekerjaan tersebut, karena hampir semua orang kampung tidak ada yang mau mengurusnya. Sampai di tanah pemakaman, jenazah itu langsung dikubur bersama kerandanya, karena tak seorangpun yang mau menyentuh jenazah itu, apalagi mengangkatnya dari keranda ke lubang lahat. Setelah jenazah bersama kerandanya dimasukan keliang lahat, orangorang bayaran itu segera menimbun lubang tersebut dengan tanah. Meninggal Tak Wajar Sebenarnya keanehan-keanehan yang terjadi pada jenazah itu sudah tampak sejak kematiannya. Bahkan, kematiannya sendiri yang mendadak banyak menimbulkan keheranan dikalangan tetangganya. Sebut saja nama jenazah itu Iwan (55 tahun), meninggal senin malam sehabis isya’ di bulan oktober 2000. Kampung Hulu, di propinsi Jawa Barat, heboh oleh kematiannya. Betapa tidak lelaki yang dikenal sebagai jawara yang disegani dan ditakuti dikampung itu meninggal dalm kondisi yang mengenaskan. Tubuhnya telanjang dada, hanya mengenakan sarung, terlentang di lantai rumah saudaranya. Posisi tangannya membentang, bagai orang disalib. Sementara tasbih masih terselib dijari-jari tangannya, Sementara berita kematian Iwan menyebar ke segala penjuru kampung. Pagi harinya, jenazah Iwan tidak segera dikebumikan karena menunggu kedatangan anak pertamanya dari Jakarta. Anehnya sampai malam hari berikutnya darah dan nanah masih keluar dari tubuh Iwan. Bahkan keanehan lain terus terjadi. Tiba-tiba dua tangannya membengkak dan terus membengkak di susul kepala, perut, kaki, hingga sekujur tubuhnya. Sampai jazad jenazah seperti tubuh raksasa. Besar melebihi ukuran manusia biasa. Melihat wujud jenazah yang belum terjadi di kampung ini, para pelayat tak tega memandangnya. Mereka hanya berpikir ada yang tidak beres dalam kematian pak Iwan. “Besar badanya hampir menyerupai ukuran kerbau,” kata ibu Syarifah menggambarkan kondisi jenazah yang menggelembung itu. Orang-orang terpaksa membuat keranda sendiri dari bambu yang ukurannya jauh lebih besar dari keranda yang sudah ada. Saat jenazah dibawa keluar dari rumah pun dilakukan dilakukan dengan hati-hati sekali khatir tubuh jenazah menyenggol dengan daun pintu. Bahkan jarijari di kedua tangannya yang sudah membiru, putus satu persatu mengeluarkan cairan hitam dan bau busuk yang menyengat. Keluarganya enggan mengurus jenazah secara langsung yang kian lama baunya kian membuat perut mual dan muntah. Setelah anak yang ditunggu-tunggu datang dari Jakarta, maka prosesi pengurusan jenazah pun segera dilakukan. Namun tidak ada yang mau memandikannya, mengingat cairan nanah, dan darah terus menetes tanpa henti.
73
Suka Berjudi dan Menyakiti Istri Sewaktu hidupnya, pak Iwan tergolong orang yang pintar. Ia dilahirkan dalam lingkungan keluarga yang agamis. Ayahnya seorang keyai dikampungnya yang mempunyai pesantren. Amat wajar jika ia pernah mengenyam pendidikan pesantren selama 6 tahun sambil sekolah di Madrasah Tsanawiyah (setingkat SMP) dan madrasah Aliyah (setingkat SMU). Namun setelah berumah tangga dengan ibu Syarifah, prilaku buruknya mulai kelihatan. Terlebih ketika usaha-usaha yang ia rintis, seperti usaha genteng memuai kegagalan. Ia pun terbelit hutang hingga jutaan rupiah. Ia mulai terbiasa mengadu nasib di meja judi. Setiap ada kesempatan berjudi, Iwan hampir tak pernah ketinggalan. Orang tuanya sampai kewalahan menasehatinya agar meninggalkan dunia penuh maksiat itu. Dengan kelincahan berbicara dan mengandalkan kekuatan otot nya ia gunakan untuk membual. Ia plintir teks-teks agama demi menyelamatkan kepentingan dirinya sendiri. Seakan menganggap dirinya yang lebih tahu dan benar tanpa memperdulikan orang lain. Jika ada yang berani membantahnya orang tersebut diancam dengan kekerasan. Demikian juga yang dialami ibu Syarifah. Setiap nasehat yang coba berikan tak digubris. Pak Iwan merasa digurui jika istrinya berusaha mengingatkan kesalahannya. Tamparan, pukulan dan kata-kata pedas sudah biasa diterima ibu Syafirah. Terkadang ia diancam, diacungacungi golok seolah mau dibunuh, namun ia tetap tabah dan tegar. Dwi anak perempuan ibu Syarifah membenarkan bahwa kekerasan yang dilakukan ayahnya terhadap ibunya memang telah melampaui batas. “pokokny, tidak pantas dilakukan seorang suami kepada istri. Setiap hari hampir tidak lepas dari percekcokan. Bapak tak segan-segan melayangkan tinjunya ke arah ibu”. Keras kepala dan tidak mau disalahkan itulah ciri khas Iwan. Kebiasaan Menipu Perilaku buruk Iwan ternyata tidak sampai disitu. Ada satu sifat pada dirinya yang paling tidak disukai masyarakat, yakni menipu. Entah sudah berapa orang yang sudah dikelabuinya. Mungkin tak terhitung. Suka berjudi dan menipu orang seakan menjadi hal yang tidak tabu baginya. Makan di warung tanpa bayar, menghutang rokok di toko-toko sampai bertumpuk-tumpuk, hal biasa yang tidak bisa dihentikan. Kemampuan beladirinya ternyata tak cukup melindungi diri pak Iwan dari tagihan-tagihan. Hidupnya menjadi tak menentu, lari pontangpanting tanpa arah yang jelas. Yang bisa dilakukannya adalah loncat dari temen ke temen lain untuk menghindari tekanan-tekanan dari luar. Beban moral yang menggelayunginya terasa terus berkecamuk dalam pikirannya. Sampai akhir khayatnya. Cerita di atas mengisahakan peristiwa seorang yang pada masa hidupnya banyak melakukan perjudian, menyakiti istri dan kebohongan.
74
Di akhir khayatnya jenasah membusuk dan membesar sampai tak ada satu orang pun yang berani mendekat. Pesan yang dapat di ambil dari kisah tersebut bahwa kebohongan dan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan Ilahi akan mendapat balasan dan terhinakan di akhirat dan tidak menutup kemungkinan di dunia, firman Allah swt:
ﻴﺚﹸ ﺣ ﻋ ﹶﻠﻢ ﻪ ﹶﺃ ﺳ ﹸﻞ ﺍﻟ ﱠﻠ ِﻪ ﺍﻟ ﱠﻠ ﺭ ﻲ ﺎ ﺃﹸﻭِﺗﻰ ِﻣ ﹾﺜ ﹶﻞ ﻣﺆﺗ ﻧ ﻰﺣﺘ ﻦ ﺆ ِﻣ ﻦ ﻧ ﻳﺔﹲ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﹶﻟﻢ َﺁ ﻬ ﺗﺎ َﺀﻭِﺇﺫﹶﺍ ﺟ ﻮﺍـﺎ ﻛﹶـﺎﻧ ِﺑﻤﺷﺪِﻳﺪ ﻋﺬﹶﺍﺏ ﻭ ﺪ ﺍﻟ ﱠﻠ ِﻪ ﻨ ِﻋﺎﺭﺻﻐ ﻮﺍﺮﻣ ﺟ ﻦ ﹶﺃ ﺐ ﺍﱠﻟﺬِﻳ ﻴﺼِﻴﺳ ﺘﻪﺎﹶﻟﻌﻞﹸ ِﺭﺳ ﺠ ﻳ (124 :ﻭ ﹶﻥ )ﺍﻻﻧﻌﺎﻡﻤ ﹸﻜﺮ ﻳ
Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpakan kehinaan di sebabkan mereka selalu membuat tipu daya14 (QS. AlAn'aam:124)
ﺎ ﻟﹶﺎﺗﻘﹸﻮﻟﹸﻮﺍ ﻣ ﺪ ﺍﻟ ﱠﻠ ِﻪ ﹶﺃ ﹾﻥ ﻨ ﺎ ِﻋﻣ ﹾﻘﺘ ﺮ ( ﹶﻛﺒ2) ﻌﻠﹸﻮ ﹶﻥ ﺗ ﹾﻔ ﺎ ﻟﹶﺎﺗﻘﹸﻮﻟﹸﻮ ﹶﻥ ﻣ ﻢ ﻮﺍ ِﻟﻣﻨ ﻦ َﺁ ﺎ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻳﻬﺎ ﹶﺃﻳ (3 :ﻌﻠﹸﻮ ﹶﻥ )ﺍﻟﺼﻒ ﺗ ﹾﻔ Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian di sisi allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan15 (QS. Al-Shaf : 2-3) Iwan di samping suka menipu dan berjudi, dia juga kerap menganiaya istrinya. Iwan sering memukuli istrinya bahkan tak jarang istrinya di ancam mau di bunuh. Sikap menyia nyiakan orang yang berada di bawah tanggungjawabnya (mereka yaitu istri dan anak anaknya) merupakan dosa besar yang cukup untuk membinasakan pelakunya tanpa dengan tambahan dosa yang lain16. Tapi apa yang dilakukan Iwan tidak begitu penganiayaan terhadap istri dan anakanaknya mengantarkan sampai akhir khayatnya.
14
Ibid., hlm. 114 Ibid., hlm. 440 16 Raja' Thaha Muhammad Ahmad, Hifzhul lisan dan Penuntun Akhlak Keluarga, (Jakarta: Pustaka Adnan, 2005), cet. I, hlm 295. 15
75
DARAH KELUAR DARI LIANG KUBUR Hidayah, Juli 2004 Sosok Ambisius Yang Melakukan Perselingkuhan Peristiwa Daerah Belora Jawa Tengah. Sejak masih muda, Rasimah (35 tahun) telah terbiasa membantu ibunya berjualan rempahrempah di pasar Rembang. Ia termasuk wanita yang ambisius dan keras kepala, meski pendidikannya hanya di sekolah dasar (SD). Saat berusia 18 tahun, ia menikahi dengan Tumijan (39 tahun) yang berprofesi bekerja di lahan jati milik seorang pengusaha dari Jakarta. Sedang Rasimah sendiri, sesekali masih membantu ibunya yang berjualan di pasar. Khayalan akan kesenangan hidup telah membuat Rasimah lupa diri. Diam-diam, ia menjalin asmara dengan seorang pedagang klontong yang cukup sukses di pasar tempat ibunya berjualan. Bahkan, ia sampai berani membawa selingkuhannya itu kerumah, saat suaminya pergi. Kemudian suami tahu dan sempat terjadi pertengkaran sengit. Yang minta cerai itu bukan suaminya, tetapi ibu Rismah. Padahal meski hati pak Tumijan sakit, tetapi dia masih sayang sama istrinya. Apalagi dia sudah dikaruniai dua orang anak laki-laki. Bisa jadi selama keluarga, ibu Rosimah lebih mendominasi. Ujar Supriyanto (32 tahun) yang termasuk keluarga jauh, namun masih tinggal satu desa. Beberapa bulan kemudian, Rasimah melangsungkan perkawinan dengan selingkuhannya. Tetapi baru sekitar dua tahun, mereka resmi berpisah. Suaminya merasa kecewa, sebab motifasi Rasimah hanya semata-mata harta. Hebatnya, semua itu Rasimah kemas dengan rayuan manis untuk menutupi kesempatan cintanya. Entah bagaimana kejadiannya. Setelah beberapa tahun berjanda, Rasimah rujuk kembali dengan suaminya yang pertama. Resminya hubungan mereka ditandai dengan syukuran secara sederhana yang dihadiri oleh para saudara dan tetangga. Nekat Melakukan Pesugihan Kesenangan yang baru sebentar dirasakan bersama suami keduanya membuat Rasimah rindu untuk mereguknya kembali. Kemenangan-kemenangan itu selalu hadir dan membuat pusing. Sayang ambisinya untuk hidup enak, hanya sebatas hayalan tanpa dibarengi usaha konkrit. Sampai akhirnya, tanpa sepengetahuan sang suami. Ia pergi melakukan pesugihan. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, kurang dari setahun. Rasimah sudah bisa membangun rumah baru dan membeli mobil truk berukuran sedang. Kini ia bukan lagi pedagang cabai dan bawang merah yang menempati emperan pasar. Ia sudah mempunyai ruko khusus, sekaligus menjadi penyalur kebutuhan pedagang rempah-rempah di pasar Rembang sekitarnya.
76
Dua hari dalam seminggu, Rasimah bersama suaminya pergi bersama suaminya membeli rempah-rempah, khususnya cabai dan bawang merah ke daerah berebes, Jawa Tengah. Ia langsung membeli kepada para petani, sebab harganya jauh lebih murah di bandingkan dengan para tengkulak. Jatuh Tertimpa Truk Satu malam sejak pukul setengah delapan malam Rasimah bersama suaminya, sudah berangkat menuju daerah Berebes, Jawa Tengah. Hari itu bersama suaminya sudah punya janji dengan para petani cabai dan bawang merah, untuk membeli hasil panen mereka. Aktifitas itu sudah beberapa kali ia lakukan, sejak resmi menjadi penyalur rempah-rempah. Kedua suami isteri ini pergi mengendarai truk berukuran sedang bersama Adnan, keponakan dari suaminya yang bertugas sebagai sopir. Setelah beberapa jam menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai tempat tujuan. Para petani yang sudah menunggu kedatangannya, segera menimbang dan memasukkan cabai serta bawang merah ke dalam karung. Jumlah semuanya kurang lebih sampai satu ton lebih. Tanpa merasa perlu istirahat, mereka segera melanjutkan perjalanan pulang. Sebelumnya, Tumijan meminta istrinya agar naik terlebih dahulu dan duduk disebelah sopir. Namun dengan alasan lelah dan kantuk. Rasimah bersikeras duduk di belakang (di bak), sambil menggelar terpal sebagai alasnya. Perjalanan panjang telah ditempuh dan mulai memasuki daerah Rembang. Tiba-tiba, mobil yang mencapai kecepatan 100 km/jam itu, menghantam sebuah lobang lumayan besar. Sopir yang sekejap tertidur, kaget dan kehilangan kendali. Laju mobil tak tertahan dan meluncur melewati bahu kaki jalan yang sedikit curam. Karung cabai dan bawang merah berhamburan tak tentu arah. Rasimah yang masih terlelap tidur ikut terlempar keluar bak truk. Naas, Rasimah sedang tak beruntung. Ia salah mendarat dan langsung tertimpa ban truk. Tak ayal, kepala Rasimah hancur sampai otak yang berwarna putih terlihat di lokasi kejadian. Rasimah meninggal seketika. Akan tetapi kondisi berbeda yang di alami sopir dan suaminya. Mereka hanya mengalami luka ringan, akibat terbentur dan terkena pecahan kaca. Jenazah Rasimah langsung dimandikan dan diberikan kain kafan. Petugas yang mengurusnya memberi saran agar kain kafannya nanti tidak dibuka. Sebab, muka Rasimah yang hancur dan badan yang penuh luka bisa jadi akan membuat ngeri dan tidak tega orang yang melihatnya. Cairan darah dari sela-sela dinding kubur. Kabar kematian Rasimah dengan cepat menyebar. Tak lama kemudian, mobil ambulan tiba. Jenazah Rasimah langsung dibaringkan di ruang tengah rumahnya yang terlihat megah.
77
Selepas tengah hari. Setelah dishalatkan di mushalla dekat rumahnya, jenazah Rasimah dibawa ke pekuburan desa Penggali kubur dan kerabat Rasimah, tengah bersiap hendak bersiap hendak turun ke lubang kubur. Mereka terperenjat. Dari sela-sela tanah kubur, tampak rembesan cairan yang berwarna merah pekat. Tercium bau anyir darah, namun tak perlu menusuk hidung. Lama kelamaan, cairan yang keluar bertambah banyak. Bahkan, dasar kubur mulai tergenang, hampir seukuran semata kaki. Orang dewasa. Kain kafan yang semula putih menjadi kotor. Kemudian, jenazah segera dimasukkan keliang lahat dan ditutup dengan potongan-potongan papan yang telah disiapkan. Sekitar jam dua petang, prosesi penguburan barulah selesai dengan menyaksikan beribu pertanyaan. Amalan apa yang telah diperbuat Rasimah semasa hidupnya? Banyak orang yang menarik kesimpulan, kejadian itu terkait dengan kondisi (pesugihan) Rasimah dengan setan untuk meminta kekayaan. Naudzubillah tsuma Naudzubilla. Entah benar atau tidak dugaan itu, wallahu a’lam!. Kisah tersebut terjadi di Blora Jawa Tengah, Rasimah merupakan seorang wanita yang gila kemewahan sehingga dia melakukan apa saja demi mencapai apa yang di inginkan. Dia tidak segan-segan berzina dengan orang kaya, demi mendapatkan harta, tidak cukup dengan itu Rasimah juga dengan mudah menggadaikan imannya demi harta dengan cara melakukan pesugihan. Rasimah tidak percaya dengan kekuasaan Allah, sehingga dia menyekutukan-Nya, dengan benda lain yang dianggap mampu memberi kekayaan kepada Rasimah, di akhir perjalanan hidupnya mati dengan mengenaskan bahkan liang lahat pun seolah tidak ridlo terhadap jenazahnya. Menyekutukan allah merupakan larangan dan dosa besar yang tidak di ampuni oleh Allah. Allah swt berfirman:
(163 :ﻢ )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ ﺮﺣِﻴ ﺍﻟﻤﻦ ﺣ ﺮ ﻮ ﺍﻟ ﻪ ِﺇﱠﻟﺎ ﻫ ﻟﹶﺎ ِﺇﹶﻟﺍ ِﺣﺪ ﻭﻢ ِﺇﹶﻟﻪ ﻜﹸﻭِﺇﹶﻟﻬ Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang Maha pemurah lagi Maha penyayang17 (QS. Al-Baqarah : 163)
17
Ibid., hlm. 19
78
JENAZAH MEREKAT DI KERANDA Hidayah, Agustus 2004. Single Mother Dari Enam Anak Partini (nama samaran, 40 tahun). Seorang wanita setengah baya yang terpaksa menjanda karena ditinggal mati suaminya Dua puluh lima tahun sudah Partini mengarungi bahtera rumah tangga bersama Darmaji (nama samaran, 50 tahun) seorang pembuat kusen yang menikahinya saat masih berumur 15 tahun. Perkawinan mereka di karuniai enam orang anak, tiga laki-laki dan tioga perempuan. Namun, umur seseorang memang Sudah ditebak. Saat bahagianya menikmati hudup., Darmaji yang Sudah lama mengidap asma, pergi untuk selama-lamanya. Demi mencukupi kebutuhan keluarga, ibu Partini mencoba membuka warung kecil-kecilan. Modal awal, ia memperoleh dari rentenir yang bisa memberikan pinjaman dengan bunga tinggi. Namun sayang, banyak warga setempat yang tidak berminat membeli kewarungnya. Alasannya Cuma satu, harga yang ditawarkan ibu Partini terlalu mahal, bila di bandingkan dengan warung lain. Bagi orang yang tahu, mungkin sedikit bisa memahami. Ibu Partini terpaksa melakukan semua itu, untuk menutupi utangnya di rentenir. Penghasilan ibu Partini memang jauh dari cukup. Bisa dibilang, anak-anaknya hanya bisa makan satu kali sehari. Kalaupun dua hari, semua atas kebaikan bibinya yang memberikan nasi dan lauk sisa yang tidak habis terjual. Untungnya, tiga anak perempuannya yang masih kecil-kecil, diasuh oleh ibu mertuanya di Boyolali. Rasa frustasi tak urung menghindapi ibu Partini. Begitu berat beban yang harus ia tanggung. Rasa itu semakin tertahan, tatkala melihat kelakuan anak sulungnya yang masih malas-malasan. Anaknya memang pernah bekerja, tapi cepat bosan dan keluar dengan alasan yang macammacam. Kondisi demikian, membuat ibu Partini putus asa dan bersikap masa bodoh dengan ketiga anak laki-lakinya. Baginya, mereka Sudah cukup besar untuk diperhatikan. Hamil Diluar Nikah Dua tahun menjalani kesendirian, membuat ibu Partini merindukan kembali pendamping hidup. Ia kerap kali terlihat para tetangga, pergi kembali keluar rumah dan pulang hingga larut malam. Setiap kali para tetangga bertanya, jawaban ibu Partini selalu sama, “Dia bukan siapa-siapa. Saya dan dia masih punya hubungan saudara. “ lelaki yang bernama Suryo (42 tahun) itu biasanya datang menjelang maghrib. Kebohongan mereka akhirnya terkuak kalau Suryo sama sekali tidak ada hubungan kerabat dengan keluarganya. Statusnya adalah duda beranak dua yang sedang menjalin kasih dengan ibu Partini. Suryo diketahui warga sering menginap di rumah Partini bahkan, bisa sampai berhari-hari.
79
Sehingga pada suatu hari para warga mengarak Suryo berkeliling kampung dan membawanya ke rumah sekretaris desa (sekdes). Salah seorang warga agar sekretaris desa agar menghubungi polisi untuk menangani perkara itu. Meski Sudah berulang kali dipaksa bertanggung jawab, Suryo tetap tidak mau. Dia beralasan, kalau semua yang dilakukan atas kehendak Partini. Sejak kejadian itu, Suryo jera dan tidak pernah datang lagi. Hasil hubungan gelapnya dengan pak Suryo, ibu Partini melahirkan seorang anak. Karena malu mempunyai anak tanpa suami dan merasa tidak sanggup menghidupinya, ibu Partini lantas memberikan anaknya ke seorang pemulung. Kata insaf Sudah tidak ada lagi dalam kamus kehidupan ibu Partini. Ia kembali sering keluar rumah. Perilakunya yang dulu kambuh lagi. Hasilnya ia kembali mengandung dan melahirkan anak di luar nikah. Namun lagi-lagi, tanpa beban dan perasaan bersalah, ia kembali memberikan anaknya kepada orang lain. Tidak berhenti di sini ia kembali berbuat ulah di desanya. Dua orang buruh pabrik yang mengontrak disamping rumahnya diajak untuk berbuat asusila. Kejadian itu dipergoki seorang warga yang merasa heran, di kontrakkan yang semuanya laki-laki itu terdengar suara Partini. Warga desa Sudah mencapainya sebagai wanita lacur. Meski Sudah tua, tapi tidak tahu diri. Hebohnya lagi, tahu-tahu terdengar kabar kalau ibu Partini sedang mengandung. Memasuki usia empat bulan kandungan ibu Partini, rahimnya tak lagi mampu menahan beban yang teramat berat. Ia kehabisan banyak darah dan tak tertolong lagi. Saat meninggal, seluruh badannya menghitam dan raut wajahnya memancarkan seorang yang sedang ketakutan. Jenazah Melekat di Keranda Proses pemandian dan pengkafanan jenazah ibu Partini Sudah selesai dilakukan. Waktu jenasah sudah dishalatkan dan akan dibawa ke kuburan, terjadi keanehan. Warga desa yang mengangkat keranda menuju kuburan, merasa bobot yang dipikulnya berat sekali. Kejadian lain berlanjut. Jenazah Partini yang hendak dimasukan ke dalam kubur, waktu akan diangkat, sama sekali tidak bisa. Benar-banar tidak bisa! Jenazah seakan-akan merekat kuat dengan keranda yang menjadi alat pembawanya. Berulangkali dicoba, tetap saja jenasah Partini tak bergeming. Bergeser sedikitpun tak bisa. Kejadian itu berlagsung kira-kira sampai satu jam. Semua orang bingung. Lalu, karena berbagai cara telah dicoba dan tidak membawa hasil, akhirnya pihak keluarga, meminta penggali kubur untuk meperbesar lebar kubur dan liang lahatya seukuran keranda bambu itu. Pada akhirnya, warga yang selama ini sudah mengetahui perilaku buruk Partini semasa hidup, hanya bisa mengucapkan istighfar. Sebab, apa pun yang dikehendaki oleh Allah SWT, sesuatu yang mustahil bisa saja terjadi. Mungkin, itulah balasan bagi orang yang berbuat zinah dan menelantarkan anak hasil hubungan gelapnya. Wallahu a’lam.
80
Partini seorang janda beranak enam, setelah lama hidup menjanda Partini mendambakan seorang pendamping. sehingga Partini melakukan hubungan suami istri dengan laki-laki yang bukan suaminya sampai punya anak, karena malu maka anak hasil perzinaan di berikan kepada pemulung. Hal tersebut dilakukannya berulang kali sampai akhirnya Partini meninggal karena kandungannya yang ke tiga (hasil Zina) mengalami keguguran. Pada poses penguburan nya, jenasah melekat di keranda, pada akhirnya keranda itu di masukan dengan paksa ke liang lahat. Peristiwa tersebut merupakan contoh kecil dari siksa allah yang akan di timpakan kepada orang yang melakukan hubungan suami istri dengan cara yang haram, karena itu merupakan perbuatan dosa dan merupakan perbuatan yang keji. Allah swt berfirman :
(32 :ﺳﺒِﻴﻠﹰﺎ )ﺍﻹﺳﺮﺍﺀ ﺎ َﺀﻭﺳ ﺸ ﹰﺔ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻓﹶﺎ ِﺣﻧﻪﺎ ِﺇﺰﻧ ﻮﺍ ﺍﻟﺮﺑ ﺗ ﹾﻘ ﻭﻟﹶﺎ Janganlah kamu dekati zina, sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang amat keji18 (QS. Al-Isra: 32} KALAJENGKING MENYAMBUT JENAZAH Hidayah, September 2004 Keganjilan-Keganjilan Yang Mencengangkan. Peristiwa langka ini terjadi pada tahun 80-an di daerah T, Jawa Tengah. kira-kira pukul 16.30-an, berita kematian Mbah Urif (70 tahun). Pada hal setahun pendudukan kampung, Mbah Urif hanya sakit diare (buang air terus) saja. Namun, usia Mbah yang Sudah penuh membuat masyarakat kampung memaklumi kalau akhirnya lelaki itu meninggal dunia. Ketika proses pemakaman jenazah Almarhum Mbah Urif sedang berlangsung, beberapa keanehan yang menghebohkan penduduk setempat mencuat tanpa di duga-duga. Saat Darso (sebut saja namanya demikian) dan rekan-rekannya mau mencangklul tanah yang tidak seberapa dalam, banyak kalajengking yang berwarna hijau kehitamhitaman menyeruak secara tiba-tiba. Besarnya pun tidak Seperti lazimnya kalajengking yang ada. Lebih besar dua kali lipatnya dari biasanya. Anehnya, kalajengking-kalajengking tersebut tidak menampakkan keliaran. Seperti layaknya binatang yang 18
Ibid., hlm. 227
81
membahayakan. Segerombolan binatang itu sepertinya tidak melihat Darso dan rekan-rekannya sebagai musuh. Pada hal para penggali kubur itu Sudah mengganggu ketenangan hidupnya. Menurut Darso, sebagaimana dituturkan Larsi (45 tahun), salah satu kerabat yang sempat diwawancarai Hidayah, tanah yang digalinya itu, barangkali adalah lubang-lubang dimana kalajengking berkembang biak. Lebih dari itu, setelah tanah digali terus menerus, kalajengkingkalajengking itu tetap tidak mau pergi. Tatkala berhamburan keluar, mereka pun tidak bergeser jauh-jauh dari lokasi penggalian. Akhirnya berdasarkan kesempatan bersama, antara pihak keluarga dan penggali kubur, lokasi pemakaman pun digeser ke tempat yang tidak banyak kalajengkingnya. Dino yang mengamati prosesi pemakaman terpaksa menyetujuinya. Tiba-tiba, serombongan kalajengking kembali menyebul dari lubang kubur yang baru digali. Dengan warna yang sama, hijau kehitam-hitaman. Begitu pula bentuknya, dua kali lebih besar dari ukuran biasa. Tak hanya itu, penggalian kedua menghadirkan keanehan terbaru. Menurut pengakuan Larsi yang adiknya kebetulan turut serta menggali kubur, setiap tanah makam yang hendak digali selalu keras. Banyak sejenis batu-batuan kali yang mengendap di dalamnya. Padahal, sepanjang pengetahuan para penggali kubur, tanah yang mereka gali adalah tanah sekitar sawah yang gembur. Akhirnya pemakaman dipindah di tempat semula, ketika para penggali kubur melanjutkan kerjanya kalajengking-kalajengking masih berkeliaran. Terutama sekali, di dinding-dinding lubang. Mereka sembunyi di balik celah-celah tanah liang lahat. Dalam kondisi terpaksa, mayat Mbah Urif pun diturunkan. Namun, sebuah peristiwa langka harus ditelan kembali. Para penggali kubur dikejutkan oleh jasad Almarhum tidak memadai ketika hendak dikebumikan. Padahal sebelumnya sudah diukur panjang dan lebarnya sesuai tubuhnya. Mayit kakek ini pun diangkat kembali. Darso dan kawan-kawannya kemudian memanjangkan dan melebarkan liang kubur untuk jenazahnya. Peristiwa pertama kembali terulang ketika para lelaki penggali kubur memasukkan jenazah Almarhum Mbah Urif. Tetap kurang panjang dan lebar. Begitu seterusnya hingga sampai tiga kali terjadi. Tentunya, Dino sebagai anak kandungnya merasa malu bercampur kesal melihat kenyataan ini. Akhirnya, tanpa perhitungan lagi, jenasah Almarhum Mbah Urif dimasukkan secara paksa. Antara kepala dan kakinya tidak membujur secara merata. Kakinya dibuat miring, tidak lurus mengikuti potongan-potongan kayu yang Sudah ditancapkan di liang kubur Kalau kaya sendiri, miskin pun sendiri Semasa hidupnya, Almarhum Mbah Urif sangat popular dikalangan penduduk kampung Sukamaju. Berbagai jenis tanaman tumbuh di sawah-sawahnya, mulai dari makanan pokok Seperti padi,
82
hingga tanaman palawija. Rata-rata penduduk dusun Sukamaju sendiri banyak yang memperjuangkan kelangsungan hidupnya di pundak kakek ini. Sebagian besar adalah kuli-kuli yang dipekerjakannya. Terlebih lebih bila panen tiba. Para kuli yang bekerja untuknya bertambah banyak. Tak terkecuali, kaum kerabatnya sendiri. Pada hal upah yang diterima para buruhnya tidak seberapa. Hanya berupa beras untuk menyambung hidup para kulinya keesokan harinya. Tak aneh, bila rumahnya sendiri berbeda dari sanak famili dan orang-orang kampung di sekitarnya ; sebuah gedung yang tampak megah bila dibandingkan bilik-bilik tetangganya. Uniknya, menurut Dasih (29 tahun), salah satu wanita yang masih terbilang saudaranya, Mbah Urif termasuk orang yang lumayan mengerti ibadah. Ia masih shalat, dan puasa. Namun, sifat dan kelakuannya tersebut Seperti bumi dan langit. Kata-kata menyakitkan hati dan sering kali meluncurkan dari bibirnya. Beliau kerap menghina orang-orang yang serba kekurangan di kampungnya. Sikapnya yang demikian berlaku juga buat saudara-saudaranya. Yang lain. Lebih dari itu, kaum kerabatnya terkadang harus menanam harapan yang sama atas wataknya yang kikir. Banyak saudara yang masih anak familinya disamakan posisinya dengan kuli-kuli yang selama ini bekerja, maka tidak dapat makan. Wajar bila prinsip hidupnya, “kalau kaya sendiri, miskin pun sendiri. Barangkali keyakinan Seperti inilah yang terpatri di dalam kalbunya. Tidak hanya itu, Almarhum sendiri termasuk orang yang juga suka mendzalimi saudaranya sendiri. Banyak hak yang bukan miliknya ia kuasai perlahan-perlahan. Seperti soal tanah warisan, misalnya. Ia sengaja mengambil alih tanah saudaranya secara sembunyi-sembunyi. Darso yang juga masih saudara jauh Almarhum – selepas menguburkan jenazah Mbah Urif – sempat melontarkan kata-kata sedikit pedas kepada orang-orang yang ikut menyaksikan penguburan. “Ini hukuman bagi orang yang suka geser batas tanah suatu dara sendiri ! saya bukan sekalikali ini saja menguburkan jenazah. Sudah berkali-kali.” Demikian perjalanan hidup Mbah Urip. Semoga kisah diatas menjadi ‘ibrah (bahan renungan) bagi kita yang masih hidup, sehingga kejadian yang sama tidak bakal terjadi pada diri dan keluarga kita semua. Amin. Walahu ‘alam bil shawab. (H) Mbah Urip
seorang yang pelit dan menzalimi saudara-
saudaranya. Dia sering menggeser batas tanah milik saudaranya sehingga tanahnya bertambah luas, di akhir hayatnya jenasah sudah di sambut
oleh
memangsanya.
puluhan
kalajengking-kalajengking
seolah
siap
83
Dalam Islam hak milik sangat di junjung tinggi, sehingga memakan harata sesama dengan cara batil di larang dalam Islam. Firman Allah swt:
ﺽ ٍ ﺍﺗﺮ ﻦ ﻋ ﺭ ﹰﺓ ﺎﺗﻜﹸﻮ ﹶﻥ ِﺗﺠ ﺒﺎ ِﻃ ِﻞ ِﺇﻟﱠﺎ ﹶﺃ ﹾﻥﻢ ﺑِﺎﹾﻟ ﻨ ﹸﻜﻴ ﺑ ﻢ ﺍﹶﻟ ﹸﻜﻣﻮ ﺗ ﹾﺄﻛﹸﻠﹸﻮﺍ ﹶﺃ ﻮﺍ ﻟﹶﺎﻣﻨ ﻦ َﺁ ﺎ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻳﻬﺎ ﹶﺃﻳ (29 :ﺎ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀﺭﺣِﻴﻤ ﻢ ﻪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ِﺑ ﹸﻜ ﻢ ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟ ﱠﻠ ﺴﻜﹸ ﻧﻔﹸﻠﹸﻮﺍ ﹶﺃﺗ ﹾﻘﺘ ﻭﻟﹶﺎ ﻢ ﻨ ﹸﻜ ِﻣ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka di antara kamu19 (QS. An-Nisaa: 29) JENAZAH DIMAKAN BIAWAK Hidayah, Oktober 2004 Peristiwa yang menimpa almarhum Jaiz ini terjadi di desa Tanjung Liar, kota R (Nama dan tempat kejadian disamarkan), sekitar tahun 1970. berikut kisahnya: Bumi menolak jasadnya Barkah (40 tahun) istri Jaiz menangis di depan seorang laki-laki tua (jaiz) dang mengerang kesakitan. Saat Jaiz berteriak-teriak kesakitan tangis Barkah bertambah keras. Sampai akhirnya Jaiz menghembuskan nafas terakhirnya dengan mulut menganga. Siang itu juga jenasah almarhum Jaiz langsung diurus. Pada saat pemakaman ini lah terjadi peristiwa ganjil. Ketika mayit Jaiz hendak di turunkan ke liang lahat tiba-tiba tanahnya menyempit kembali. Kedua sisi tanah dari lubang liang lahat perlahan-lahan seperti berjalan merapatkan diri. Terpaksa para penggali kubur itupun akhirnya menggali liang lahat yang baru beberapa menit merapat kembali. Alhamdulillah proses pemakaman pun selesai. Biawak memangsa jasadnya Usai pemakaman itu bukan berarti tidak ada persoalan, seminggu berselang kemudian, peristiwa menghebohkan kembali menghebohkan penduduk kampung. Pada mulanya adalah bau banfgkai yang menusuk hidung seorang petani bernama saiful yang tengah menyusuri jalan pulang ke rumah. Karena penasaran ia mencari-cari sumber bau itu. Dan betapa kaget dirinya ketika mendapati bau menyengat itu datang dari makam almarhum Jaiz. Tiba-tiba, ia berkali-kali mengucapkan istihfar atas adegan yang dilihatnya. Ia tidak menyangka kalau di atas makam almarhum Jaiz ada mayit berkainkafan yang tengah dikerubungi biawak. 19
Ibid., hlm. 65
84
Karena penasaran ia mendekati mayit itu. Termyata segrombolan biawak liar itu tengah menyantap jasad almarhum Jaiz yang seminggu lalu baru baru dikuburkan. Ia lihat biawak itu sedang menarik-narik daging yang melekat di jasad almarhum. Ada biawak yang menjilati, ada pula yang sedang mengoyak-ngoyaknya. Lebih dari itu yang membuat hati Saiful terenyuh adalah ketika sebagian jasad almarhum tinggal kerangka tulang belulang saja. Setelah yakin bahwa jenasah yang di makan biawak itu jasad almarhum Jaiz, Saiful langsung lari menyusuri jalan. Ia ingin segera memberi tahu ustadz Navis dan keluarga terdekat Jaiz. Dalam sekejap penduduk desa TL geger. Ustadz Navis sendiri dan Barkah istri almarhum kaget mendengarnya. Walaupun waktu hampir magrib mereka tetap bergegas ke makam almarhum Jaiz. Sesampainya di sana semua membelalakkan matanya. Mereka tidak habis pikir mereka kenapa liang lahat kembali menolak jazad Jaiz. Yang lebih parah sebagian jasad Jaiz benar-benar hancur tercabik-cabik biawak. Kerangka tulang belulangnya nyata terlihat dengan jelas. Melihat kondisi jenasah almarhum seperti itu ustadz Navis dan penduduk kampung lainnya langsung mengusir biawak-biawak liar yang memang sering berkeliaran di dekat sungai desa TL. Setelah berhasil menghalau biawak-biawak, ustadz Navis memerintahkan untuk menguburkan kembali sisa-sisa jasad almarhum Jaiz. Main perempuan Pada masa hidupnya Jaiz suka main perempuan. Perempuan mana saja yang ia inginkan pastilah ia dapatkan. Dia pandai menaklukkan wanita. Apalagi ia termasuk orang yang kaya yang sawahnya berhektarhektar. Sehingga ia pun bertambah liar. Kabarnya kepandaian Jaiz menaklukkan perempuan lantaran ia memiliki ilmu penunduk wanita. "semula saya tidak percaya akan desas-desus yang disampaikan penduduk desa TL, tetapi si Jaiz sendiri ngomong sendiri sama saya bahkan dia mempraktekkannya. Sebagai orang yang lebih muda saya manggut-manggut saja dan sempat menasehatinya. Tetapi almarhum malah cuek saja". Papar Ustadz Navis Orang kampung yang merasa sudah dirugikan oleh Jaiz sendiri, sempat ingin mengadili Jaiz. Pasalnya ia pernah menaklukkan istri penduduk desa TL yang masih tetangganya sendiri. Padahal sebelumnya ia hanya menundukkan perempuan di kampung luar saja. Namun Jaiz dengan berani mengucapkan sumpah bahawa dia tidak melakukannya. Ia mengatakan jasadnya akan ditolak bumi bila ia melakukan perbuatan itu. Barkah istri almarhum Jaiz suka menangis dan mengadu ihwal kelakuan suaminya kepada ustadz Navis. Kepada ustadz Navis sang istri mengeluhkan dirinya yang mandul hingga Jaiz menjadi liar seperti itu.
85
Rupa-rupanya sumpah yang sempat terlontar itu benar-benar terjadi . allah benar-benar mendengar sumpah si Jaiz dan membalasnya dengan penghinaan di saat meninggalnya. Dari tragedi yang menimpa almarhum Jaiz, ada dua pelajaran yang dapat kita ambil. Pertama, untuk tidak mempelajari ilmu sihir, karena sihir tidak membawa mudharat dan menyebabkan kafir dan musyrik. Kedua, untuk tidak berzina. Allah melarang manusia mendekatai hal-hal yang dapat menyebabkan zina apalagi sampai mengerjakannya20.
IANG LAHAD YANG MENGHIMPIT DIGANJAL DENGAN PAPAN Hidayah, Nopember 2004 Tanpa disadari oleh mereka, tanah kuburan yang usai digali itu bergetar dan terus bergetar. Semula mereka membiarkan begitu saja, tapi ketika getaran tak kunjung berhenti, mereka yang berada di lokasi itu mulia panik. Kemudian Karyo memperhatikan sekitar tanah pekuburan. Dilihatnya pohon beringin, tiang penyangga lampu neon dan rerumputan Semuanya diam dan bisu. Setelah mengamati dengan seksama, ternyata hanya bibir-bibir liang yang bergerak. Gerakan yang tidak bisa dimengerti dari mana sumbernya. Tanpa banyak bicara, mereka kerjakan adalah mencegah tanah itu semakin sempit secepatnya. Tanah masih bergerak. Bibir-bibir lubang itu seakan hendak menyempit bahkan bisa menutup kembali jika dibiarkan begitu saja. Salah seorang berusaha menahan sekuat tenaga laju tanah. Takut-takut kalau tanah itu menyempit kembali. Mereka bahu-mebahu papan kayu untuk menahan tanah kuburan yang terusterusan bergerak. Mereka meletakkan di antara pojok ke pojok. Tak berselang lama, sampailah rombongan di depan bibir liang. Jenazah Akrom (60 tahun, bukan nama sebenarnya) mulai dikeluarkan dari kerandanya. Tapi aneh, tatkala jenazah diturunkan dari keranda dan siap dimasukkan terjadi keanehan lagi. Keanehan kedua kali yang disaksikan oleh banyak orang. Tanah kuburan yang tadinya menciut dan masih mencengkeram papan tiba-tiba bergerak pelan melepaskan pelanggannya. Melebar. Seolah mempersilahkan penghuninya masuk dengan leluasa. Sampai ukuran liang kembali normal Seperti semula, sebelum diganjal oleh papan. Rombongan itu terperanjat oleh kejadian
20
Lihal QS. Al-Israa' : 32
86
yang sungguh di luar jangkauan akal, terlebih para penggali kubur yang menyaksikan keanehan untuk kedua kalinya. Menapak Jejak Hitam Akrom, seorang pemuda tanggung yang sudah berkeluarga dan telah mempunyai anak. Perawakannya tegap. Sorot matanya tajam. Derap langkah kakinya mantap, tiada keraguan sedikit pun. Tutur katanya manis dan meyakinkan, sehingga jika ia berucap, orang seakan terpesona dibuatnya. Sayang, dibalik penampilan fisiknya yang memadai, tidak ditunjang dengan batin yang bersih. Pikiran Akrom justru kerdil. Ia bagi terpenjara demi menggapai sebuah keinginan untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya meski dengan cara-cara licik. Untuk mewujudkan semua itu, ia menggeluti usaha jual beli hewan, sapi dan kerbau. Mendatangkan dari satu tempat ke tempat lain secara bergantian. Mulai dari Magelang, Kutoarjo, hingga Bandung. Tidak tanggungtanggung dalam jumlah yang lumayan besar. Hampir semua penduduk desa tahu usaha yang digeluti Akrom, tapi tak tahu di balik usaha itu penuh dengan tipu muslihat. Lelaki itu mendatangkan satu truk kerbau. Namun tidak saat itu juga ia membayar kepada pemilik modal. Paling-paling hanya satu ekor saja yang ia bayar dari sepuluh ekor kerbau yang ia datangkan. Sisanya, menyusul setelah semua dagangan tersebut laku di pasaran. Sebenarnya janji itu hanyalah akal-akalan belaka untuk mengelabui lawan bicaranya. Jika perjanjian Sudah disepakati, maka jalan untuk meraih keuntungan besar Sudah tampak di depan mata. Dalam kesempatan lain, ia coba melobi para pemodal lain untuk melakukan transaksi bersama. Barang diantar dulu dan pembayaran seluruhnya menyusul setelah barang laku habis di pasaran. Artinya, pengusaha mesti menunggu pembayaran untuk beberapa lama. Sebagai tanda jadi, Akrom menyerahkan uang sebesar harga satu ekor kerbau. Jika tempo yang dijanjikan tiba, lagi-lagi ia berilah bahwa barang dagangan yang diambil masih utuh. “itu lihat saja, Kang! Barangnya masih utuh. bulan depan deh, kang, “ucapnya sembari menunjukkan telunjuknya ke arah kandang. Padahal sejatinya, hewan dalam kandang itu adalah barang yang baru ia kulak dari pemodal yang berbeda. Sementara dagangan sebelumnya, sebenarnya telah habis terjual namun pembayarannya diulur-ulur. Kemudian, ia mencari mangsa baru ke daerah lain yang mau tunduk atas kesepakatan yang ia buat. Setelah mendapatkan dagangan, barulah mencicil bayaran hasil penjualan dari pemodal yang pertama. Demikianlah pula seterusnya. Yang mengherankan, setiap orang yang diajak “kerja sama” itu Seperti tersihir oleh kata-katanya. Mereka seolah-olah mau saja dan termakan oleh bualan-bualan Akrom.
87
Dagangan-dagangan itu lantas ia jual kembali ke pasar-pasar tradisional dengan mengambil laba yang besar. Sekitar tiga puluh sampai lima puluh persen dari harga yang ia kulak. Sadar dari Prilaku Buruknya Lambat laun, Akrom menyadari kekeliruannya meski memerlukan proses yang cukup lama. Terasa betul, sesuatu telah berubah pada diri Akrom. Kehidupan, suasana, semangat baru. Ia merasa menemukan pegangan bahwa untuk menggapai kejayaan yang hakiki bukanlah dengan memupuk kekayaan duniawi tetapi kekayaan rohanilah yang lebih penting. Sepuluh tahun, Akrom menjalani masa tuanya dengan lebih tenang. Serasa menyadari ajal sewaktu-waktu bisa menjemput manusia, termasuk dirinya. Karena itu, Seperti anjuran alim ulama, ia mempersiapkan semuanya. Saat Ramadhan tiba, waktunya ia habiskan untuk berpuasa, berdzikir, tilawatil qur’an, dan qiyamul al-lail. Ia tidak ingin menyianyiakan momentum ini. Inilah ajang yang paling tepat untuk meraih keutamaan dan mohon pengampunan. Belum usai penebusan dosa yang dilakukan, ruh Akrom telah dipanggil Allah SWT bertepatan dengan tanggal 20 Ramadhan 1423 H malam. Barulah siangnya, jenazah Almarhum dikebumikan di kampung kelahirannya di Purworejo dan sempat terjadi keanehan-keanehan menjelang penguburannya. Siapa pun orangnya yang hidup di muka bumi, tentu mendambakan kehidupan yang layak. Semua orang memang tidak ingin hidup melarat, tidak ingin miskin hingga dan tidak ingin pula hidup dari ludah dan sampah serta hinaan orang. Bisa mencukupi diri sendiri juga keluarga, baik sandang, pangan, maupun papan. Hanya saja, keinginan untuk hidup berkecukupan mesti diimbangi dengan pengetahuan akan hakekat dunia. Artinya, orang harus bekerja dengan benar dan tetap mengingat Allah SWT, tidak menjadikan dunia sebagai segala-galanya melainkan memandang sebagai titipan semata. Sebab, daya pikat dunia begitu luar biasa menyihir orang. Dunia tak ubahnya bayangan yang berpindah-pindah, mimpi di malam haru, awan di musim kemarau dan mimpi-mimpi buruk. Jika tidak, orang akan terseret ke dalam gelombang syahwatnya, orang akan menjadi tawanan oleh segala kenikmatannya.
88
PUNGGUNG BERLUBANG PENUH BELATUNG Hidayah, Desember 2004 Amanah Yang Menuai Musibah Luka menganga di belakang tubuh almarhumah Wati yang menjijikkan itu memiliki sejarah yang mengenaskan. Semuanya terasa cepat dan terjadi tanpa diduga-duga. Para tetangga dan kaum kerabatnya sempat terheran haran. Kenapa bisa sedemikian rupa penderitaan almarhumah Wati. Tersebut seorang pria bernama Budi, (340 tahun) putra Wati yang baru memiliki banyi laki-laki, hasil perkawinannya dengan Erni. Sebagai seorang perantau yang bekerja di Jakarta, Budi sering merasa kerepotan bila mengurus segala hal yang berkaitan dengan urusan rumah tangga. Sebab, sekali dalam sebulan ia baru pulang kampung. Bahkan bila sedang kebanjiran tugas di tempat kerjanya ia mudik tiga bulan sekalipun melepas rasa rindu kepada istri dan keluarganya. Hal ini terus berlanjut ketika dia memiliki bayi. Saking sibuknya ia mempercayakan urusan aqiqah anaknya itu kepada ibunya. Karena anak yang akan diaqiqahi itu laki-laki Budi pun menitipkan dua ekor kambing kepada ibunya. Ia berharap ibunya dapat menggantikan posisinya sebagai kepala rumah tangga. Sebab dia tahu istrinya bakal kerepotan bila amanah ini diserahkan kepadanya. Terlebih ibunya yang telah lama ditinggal suaminya tidak memiliki kesibukan yang berarti. Namun setelah Budi kembali ke Jakarta, bu Wati tidak langsung merayakan aqiqah sebagai mana yang diamanahkan anaknya. Ia malah menunda-nunda pesan anaknya. Lebih dari itu ia malah memelihara pasangan kambing yang dititipkan oleh anaknya. Setiap hari ia menggembalakan kambingnya itu di ladang rerumputan. Hari berganti hari, dua kambing yang kebetulan berjenis kelamin laki-laki dan perempuan itu pun beranak pinak. Dari dua ekor menjadi empat ekor, dan setersurnya. Dan sang ibu benar-benar belum menunaikan amanah yang dititipkan anaknya. Rupanya ia bermaksud mengembang biakan kambing-kambing itu agar mendatangkan keuntungan buat dirinya. Budi yang berada di Jakarta hanya bisa memperingatkan agar ibunya tidak melupakan aqiqah anaknya. Pada akhirnya seiring berputarnya waktu, Budi dan istrinya melupakan itu semua dan lelah dengan jawaban ibunya. Mereka tidak lagi mempersoalkan ihwal aqiqah itu lagi. Mungkin suatu saat nanti ibu akan menunaikan aqiqah buat saya” Bikir Budi. Namun setitik harapan yang dinanti-nanti Budi tidaklah menjadi kenyataan. Disuatu senja ketika sedang asiknya menghalau kambingnya yang semakin banyak dan bergerombol itu, tiba-tiba seekor kambing dewasa menyeruduknya. Tanduknya yang liat dan runcing menghantam belakang pinggangnya bertubi-tubi. Tak aya lagi bu Wati langsung tersungkur tertelungkup mengenaskan. Bajunya sendidri nampak sobek terkena serudukan kambing itu. Dan darah segar pun mengaliri kulitnya
89
yang terkoyak. Ia tak habis pikir kenapa kambing itu tiba-tiba menyeruduk dirinya. Orang-orang kampung yang kebetulan melihat dan mendengar teriak bu Wati, berlari menolongnya. Sebagian mereka ada yang langsung memapah bu Wati untuk berjalan menuju rumahnya. Sementara yang lain mencoba menghalau kambing-kambingnya ke kandangnya. Menurut rudi (35 tahun) tetangga yang menjadi nara sumber Hidayah, kambing yang kebetulan menyeruduknya itu adalah kambing paling tua alias kambing aqiqah yang dulu diamanatkan anaknya. Anehnya beberapa hari setelah kejadian tersebut luka goresan tanduk itu tidak kunjung sembuh meski sudah diobati. Lebih dari itu luka yang tadinya sepanjang telunjuk jari orang dewasa kian lama kian membesar. Meski begitu bu Wati bersih keras tidak mau di bawa kedokter. Dan akhirnya luka itu membentuk lubang menganga yang membesar. Merah darah dan nanah kekuning-kuningan tindih-menindih di atas lukanya. Baunya busuk membuat mual siapa saja yang sempat membaunya. Bahkan suatu waktu ketika sedang meraba-raba luka tersebut. Bukan main terkejutnya bu Wati ketika ia menemukan ulat-ulat kecil berwarna putih menempel di tangannya. Iapun menangis sejadi-jadinya. Erni pun bersihkeras mengajak bu Wati untuk segera ke dokter. Namun lagi-lagi si mertua menolak dengan kerasnya. Alasannya malu dan jauh dari tempat tinggalnya. Karena takut bertambah parah Erni cepat-cepat menghubungi suaminya yang berada di Jakarta. Kontan saja Budi terkejut. Ia pun menyegerakan diri pulang kampung. Budi sendiri, akhirnya tak kuat melihat kondisi ibunya yang sangat memperhatikan tersebut. Karena itulah suatu siang tanpa sepengetahuan ibunya ia pergi ke kota guna memanggil dokter untuk memeriksa luka yang di derita ibunya. Namun ketika dokter yang di bawa Budi memeriksa keadaan bu Wati, perempuan itu telah menghembuskan nafas terakhirnya. Peristiwa di atas merupakan peristiwa yang membuktikan bahwa ajaran allah itu memang benar-benar akan jadi kenyataan. Manusia di perintahkan untuk melaksanakan amanat yang telah di amanatkan orang lain kepada kita. Allah swt berfirman:
ﻮ ﹶﻥﻌ ﹶﻠﻤ ﺗ ﻢ ﺘﻧﻭﹶﺃ ﻢ ﺎِﺗﻜﹸﺎﻧﻮﺍ ﹶﺃﻣﻮﻧﺗﺨﻭ ﻮ ﹶﻝﺮﺳ ﺍﻟﻪ ﻭ ﻮﺍ ﺍﻟ ﱠﻠﻮﻧﺗﺨ ﻮﺍ ﻟﹶﺎﻣﻨ ﻦ َﺁ ﺎ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻳﻬﺎ ﹶﺃﻳ
(27 :)ﺍﻷﻧﻔﻞ
Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu berkhianat kepada allah dan rasulnya, dan janganlah kamu berkhianat kepada amanah-amanah yang dipercayakan kepada kamu sedang kamu mengetahui21 (Al-Anfal : 27) 21
Ibid., hlm. 143
90
Tetapi firman allah tersebut terkadang terlupakan oleh manusia. Ibu Wati merupakan salah satu dari jutaan orang yang lalai terhadap amanat yang diamanatkan anaknya. Ibu Wati diamanatkan dua ekor kambing untuk mengaqiqahi cucunya, tetapi kambing tersebut malah di pelihara sampai berkembang biak. Sampai akhirnya ibu Wati disrudug kambingnya, yang menyebabkan luka busuk di punggung sampai akhir khayatnya. C. Muatan Pendidikan dalam Cerita/Kisah di Majalah Hidayah Cerita merupakan salah satu media yang digunakan al-qur’an untuk membangkitkan dorongan berfikir. Maka melalui cerita mencoba untuk menanamkan nilai pendidikan Islam baik berupa, aqidah, muamalah, keteladanan dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan firman Allah :
ﻦ ﻴ ﺑ ﻖ ﺍﱠﻟﺬِﻱ ﺼﺪِﻳ ﺗ ﻦ ﻭﹶﻟ ِﻜ ﻯﺘﺮﻳ ﹾﻔ ﺣﺪِﻳﺜﹰﺎ ﺎ ﻛﹶﺎ ﹶﻥﺏ ﻣ ِ ﺎﺮﺓﹲ ِﻟﺄﹸﻭﻟِﻲ ﺍﹾﻟﹶﺄﹾﻟﺒ ﺒ ﻢ ِﻋ ﺼ ِﻬ ِ ﺼ ﺪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻓِﻲ ﹶﻗ ﹶﻟ ﹶﻘ ( 111:ﻮﻥ )ﻳﻮﺳﻒﺆ ِﻣﻨ ﻮ ٍﻡ ﻳ ﻤ ﹰﺔ ِﻟ ﹶﻘ ﺣ ﺭ ﻭ ﻯﻫﺪ ﻭ ﻲ ٍﺀ ﺷ ﺗ ﹾﻔﺼِﻴ ﹶﻞ ﹸﻛ ﱢﻞﻭ ﻳ ِﻪﺪ ﻳ Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal, al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.22 (QS. Yusuf: 111) Ayat di atas mengandung pengertian bahwa al qur’an yang mengandung kisah-kisah bukanlah cerita yang di buat-buat sebagaimana yang dituduhkan oleh mereka yang tidak percaya. Kitab suci ini membenarkan kitab-kitab suci dan peristiwa- peristiwa sebelumnya serta menjelaskan segala sesuatu dalam bentuk prinsip-prinsip segala yang dibutuhkan umat manusia, menyangkut kemaslahatan dunia akhirat mereka, bagi kaum yang ingin beriman.23 Sejalan dengan al-Qur’an, Rasulullah juga menjadikan cerita sebagai salah satu sarana untuk mengajarkan nilai-nilai ajaran Islam kepada umatnya.
22
Departemen Agama Republik Indonesia, Al Quran dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Al - Wah, 1993), hlm. 366 23 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol. 6, (Jakarta: Lentera Hati, 2004), Cet. V, hlm. 111
91
Cerita yang berasal dari nabi berbeda dengan cerita manusia pada umumnya. Cerita beliau mengandung keistimewaan yakni didasarkan pada kejujuran, bukaan rekaan dan merupakan wahyu yang disampaikan nabi kepadanya dalam buku Prinsip-Prinsip Pendidikan Rasulullah,
M. Alwi al Maliki
mencontohkan tiga cerita yang disampaikan nabi kepada para sahabatnya, yakni cerita Tiga Bayi Bicara, Ashabul Ukhdud dan Si Botak, dan Si Buta24. Majalah
Hidayah
juga
menggunakan
metode
cerita
untuk
menyampaikan nilai-nilai yang sesuai dengan realita sosial dan bersifat pragmatis serta mengandung nilai-nilai ketuhanan yang bersifat transenden. Cerita-cerita di sini merupakan sebuah kisah yang di harapkan mampu merubah sifat atau prilaku manusia. Orang yang telah keluar dari aturan main agama diharapkan kembali dalam lingkaran aturan main yang diridloi Tuhan. Sedangkan orang yang telah mencapai derajat keimanan diharapkan setelah membaca cerita di majalah Hidayah dapat menambah keimanannya dan semakin percaya dengan kebesaran Allah sang maha pencipta. Jadi dapat di tarik kesimpulan bahwa muatan pendidikan yang tersirat dalam kisah/cerita di majalah Hidayah mencakup beberapa aspek, yakni aspek Aqidah, Syari’ah dan Akhlak.
24
Alwi al Maliki, Prinsip-Prinsip Pendidikan Rasulullah, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hlm. 94-114